Anda di halaman 1dari 6

OPTIK MODERN

PEMBIASAN PADA PRISMA

DITYA ZUL ASMI


201050801004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
Gambar 1. Pembiasan cahaya polikromatik pada prisma
Cahaya mempunyai beberapa sifat, di antaranya dapat dibiaskan jika melalui dua medium
yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari, sering ditemukan fenomena alam, contoh tongkat
yang dimasukkan ke dalam gelas berisi air, seolah-olah tongkat tersebut patah jika dilihat dari
samping gelas. Peristiwa tersebut dinamakan sebagai pembiasan (dispersi) atau pembelokan.
Pembiasan atau pembelokan terjadi ketika suatu benda terdapat pada medium dengan
kerapatan yang berbeda, misalnya medium udara dan air. Pembiasan adalah peristiwa
penguraian cahaya putih (polikromatik) menjadi komponen-komponennya karena pembiasan.
Komponen-komponen warna yang terbentuk yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
ungu. Istilah pembiasan tentu tidak lepas dari sudut datang, sudut bias, dan garis normal. Sudut
datang adalah sudut yang dibentuk suatu cahaya yang datang terhadap garis normal suatu
medium. Sudut bias adalah sudut yang dibentuk dari pembiasan cahaya datang (cahaya pantul)
terhadap garis normal.
Pembiasan cahaya dapat terjadi pada prisma, antara lain diterapkan pada prinsip kerja
dari suatu alat yaitu spektrometer berupa alat optik yang digunakan untuk mengamati dan
mengukur sudut deviasi cahaya datang karena pembiasan dan dispersi. Dengan menggunakan
hukum Snellius, indeks bias dari kaca prisma untuk panjang gelombang tertentu atau warna
tertentu dapat ditentukan. Prisma yang berada di tengah spektrometer berfungsi untuk
menyebarkan cahaya karena peristiwa pembiasan cahaya.
Prisma adalah alat optik yang igunakan untuk mengamati dan mengukur sudut deviasi
cahaya datang karena pembiasan dan dispersi. Ketika cahaya ini jatuh pada sisi prisma, panjang
gelombnag yang berbeda ini dibelokkan dengan derajat yang berbeda pula sesuai dengan
Hukum Snellius. Pada pembiasan cahaya tersebut pada sudut datang tertentu, akan dihasilkan
sudut deviasi minimum. Untuk sudut pembias atau yang sering disebut sudut puncak prisma
dengan bahan prisma atau indeks bias berbeda akan dihasilkan sudut deviasi minimum yang
berbeda.
Terdapat beberapa sifat cahaya di antaranya pembiasan cahaya melalui prisma. Prisma
adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas sinar datang pada salah
satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, berkas sinar akan
dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan
dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis
normal sebab sinar datang dari medium yang kurang rapat ke medium lebih rapat yaitu dari
udara ke kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar dibiaskan menjahui garis normal sebab
sinar datang dari medium rapat ke medium kurang rapat yaitu dari kaca ke udara. Akibatnya,
seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah
semula. Fenomena yang terjadi jika seberkas cahaya melewati sebuah prisma seperti terjadinya
sudut deviasi seperti gambar 2.

Gambar 2. Pembiasan Cahaya Pada Prisma

Cahaya melintas dari suatu medium ke medium lain dengan sudut i1 sebelum masuk ke
permukaan medium 1 lalu akan dibelokkan sebesar r1 ketika masuk ke medium 2. Peristiwa ini
disebut pembiasan atau refraksi. Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media pada saat
sudut datang, hubungan i1 dan r1 dijabarkan dalam Hukum Snellius bahwa :

... (1)

Maka

r1 = sin-1 ( ) ...(2)

Pada gambar 1 diperlihatkan apabila seberkas sinar datang dengan sudut i1 dari medium
kurang rapat (udara) dengan indeks bias n1 menuju medium lebih rapat indeks bias n2
(permukaan prisma), cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal dengan sudut r1.
Selanjutnya, pada bidang 2 prisma, berkas sinar yang datang dari medium lebih rapat (prisma)
dengan sudut datang i2 menuju medium kurang rapat (udara), akan dibiaskan menjauhi garis
normal dengan sudut bias r2. Pada permukaan dua berlaku seperti persamaan (1) yaitu
...(3)

Hubungan sudut puncak prisma (β) dengan sudut datang dan sudut bias adalah

β = r1 + i2 ...(4)

keterangan :
β = sudut pembias prisma
r1 = sudut bias pada sisi pertama prisma
i2 = sudut datang pada sisi ke dua prisma

Dari persamaan (3) dan (4), diperoleh hubungan sudut bias permukaan 2 (r2), sudut
datang permukaan 1(i1,) dan sudut pembias prisma (β), yaitu

r2 = sin-1 * , ( )-+ ...(5)

Pada prisma, berlaku persamaan sudut deviasi yaitu


D = (i1 + r2) – ....(6)

Keterangan :
D = sudut deviasi
i1 = sudut datang pada sisi pertama prisma
r2 = sudut bias pada sisi kedua prisma

Untuk perhitungan manual, deviasi minimum diperoleh berdasarkan Hukum Snellius


n1 sin ( + Dmin) = n2 sin ...(7)

Berdasarkan persamaan (5) dan (6), maka

D = i1 + sin-1 * , ( )-+- ...(8)

D akan mencapai harga minimum jika sehingga akan diperoleh i1.

Indeks bias dapat dipandang sebagai suatu kemampuan medium membiaskan


(membelokkan) arah rambat cahaya. Jika cahaya bergerak dari vakum atau udara ke medium
lain, indeks biasnya disebut indeks bias mutlak medium tersebut. Pada eksperimen Snellius, nilai
indeks bias yang didapat (n = 1,5) merupakaan nilai indeks bias mutlak kaca karena cahaya
bergerak dari udara ke kaca. Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut.
n = ...(9)

keterangan :
n = indeks bias mutlak medium
c = kecepatan cahaya di udara (3 x 108 m/s)
v = kecepatan cahaya di suatu medium (m/s)

Nilai indeks mutlak beberapa medium ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel Indeks Bias Mutlak Berbagai Medium
Medium Indeks Bias
Ruang hampa (vakum) 1,0000
Udara 1,0003
Es 1,3100
Air (20°C) 1,3300
Etil alkohol 1,3600
Kaca kwartz 1,4590
Kuarsa 1,4600
Gliserin 1,4700
Benzena 1,5010
Kaca plexi 1,5100
Kaca kerona 1,5200
Kaca flinta 1,6200
Batu nilam 1,7600
Intan 2,4200
Secara umum, jika cahaya bergerak dari medium 1 ke medium 2, maka secara matematis
indeks bias medium 2 relatif terhadap medium 1 ditulis sebagai berikut.

...(10)

...(11)

Hubungan antara indeks bias dengan cepat rambat cahaya pada suatu medium dapat
disubstitusikan persamaan (9) dan (10) sehingga diperoleh :

...(12)

Kemudian apabila disubstitusi persamaan (12) dan (11), maka diperoleh persamaan
hubungan antara indeks bias medium, cepat rambat cahaya pada medium serta sudut datang
dan sudut bias, yaitu sebagai berikut.

...(13)

Keterangan :
n1 = indeks bias mutlak medium 1
n2 = indeks bias mutlak medium 2
n1,2= indeks bias medium 2 relatif terhadap medium 1
v1 = cepat rambat cahaya pada medium 1
v2 = cepat rambat cahaya pada medium 2
i = sudut datang di medium 1
r = sudut bias di medium 2

Mengingat bahwa v = λ f dengan f = frekuensi cahaya dan λ = panjang gelombang. Dengan


demikian, apabila disubstitusikan v = λ f ke dalam persamaan (9), maka diperoleh persamaan
hubungan antara indeks bias medium, frekuensi dan panjang gelombang sebagai berikut :

n1,2 =

n1,2 = ...(14)

keterangan :
n1.2 = indeks bias medium
λ1 = panjang gelombang cahaya pada medium 1
λ2 = panjang gelombang cahaya pada medium 2
f = frekuensi cahaya
Persamaan (13) dan persamaan (14) memiliki makna fisis, yaitu kecepatan cahaya dalam
suatu medium berbanding terbalik dengan nilai indeks biasnya. Maksudnya adalah jika indeks
bias semakin besar maka kecepatan cahaya semakin kecil. Sebagai contoh kecepatan cahay
dalam medium kaca lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan cahaya ketika merambat dalam
air. Alasannya adalah karena indeks bias mutlak kaca lebih besar daripada indeks bias mutlak
air.
Dan juga dapat disimpulkan bahwa ketika gelombang merambat dari suatu medium ke
medium lain yang indeks biasnya berbeda, maka panjang gelombang (λ) dan besar kecepatan (v)
gelombang tersebut berubah, namun frekuensi (f) gelombang tersebut tetap tidak berubah.

Anda mungkin juga menyukai