Anda di halaman 1dari 13

NAMA: ISMI MAULANI

NIM: 16035017
PRODI: PENDIDIKAN KIMIA
DINAMIKA PARTIKEL
1. Konsep Gaya
Gaya adalah tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap suatu benda. Gaya dapat
menimbulkan perubahan posisi, gerak atau perubahan bentuk pada benda. Gaya termasuk ke
dalam besaran Vektor, karena memiliki nilai dan arah. Sebuah Gaya disimbolkan dengan
huruf F (Force) dan Satuan Gaya dalam SI (Satuan Internasional) adalah Newton, disingkat
dengan N. Pengukuran gaya dapat dilakukan dengan alat yang disebut dinamometer atau
neraca pegas. Untuk melakukan sebuah gaya diperlukan usaha (Tenaga), semakin besar gaya
yang hendak dilakukan, maka semakin besar pula Usaha (tenaga) yang harus dikeluarkan.
Beberapa Jenis Gaya

Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi adalah gaya tarik menarik antara dua massa titik yang sifatnya
dinyatakan oleh hukum Gravitasi Umum Newton : Setiap dua benda masingmasing dengan massa M dan m saling tarik menarik dengan gaya F yang berbanding
lurus dengan besarnya kedua massa benda tersebut dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak r2 kedua benda
Rumus

dimana G = 6,672 x 10-11 Nm2/kg2 adalah


konstanta gravitasi umum.

Gaya Berat
Untuk semua benda yang dekat permukaan bumi, percepatan gravitasi yang dialami
benda dianggap sama, sehingga berat benda sebanding dengan massanya. Besar gaya
berat pada sebuah benda yang dekat dengan permukaan bumi diberikan oleh:
W = mg

dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan bumi
sekitar 9, 8 m/s2 . Untuk benda jauh dari permukaan bumi, harus digunakan

perumusan percepatan gravitasi yang diperoleh dari hukum gravitasi universal.


Gaya Pegas
Sebuah pegas ideal bila diregangkan atau ditekan akan memberikan gaya yang
sebanding dengan besar perubahan panjang pegas. Jadi gaya yang diberikan oleh
pegas adalah
F = kx
~x adalah vektor besar perubahan panjang pegas dan tanda negatif pada persamaan
di atas menunjukkan arah gayanya yang berlawanan dengan arah perubahan panjang

pegas. Konstanta kesebandingan k disebut juga sebagai konstanta pegas.


Gaya Normal
Arah gaya normal ini tegak lurus terhadap permukaan. Selain dari itu tidak ada
informasi lain mengenai besar gaya normal. Besar gaya normal dapat diketahui dari

persamaan-persamaan kesetimbangan gaya, bila besar gaya-gaya yang lain diketahui.


Gaya Coulomb
Gaya Coulomb adalah gaya tarik-menarik atau gaya tolak-menolak antara dua muatan
titik yang sifatnya dinyatakan oleh hukun Coulomb sebagai berikut:
Setiap dua muatan masing-masing bermuatan Q dan q akan saling tarik menarik
atau tolak-menolak dengan gaya F yang berbanding lurus dengan besarnya ke dua
muatan tersebut daan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak r2antara kedua
muatan titik tersebut

Gaya Tegangan Tali/Dawai


Gaya tegangan tali/dawai (T) adalah gaya yang diberikan dawai sebagai reaksi dari
gaya berat beban/gaya tarik pada ujungnya. Arah gaya tegangan dawai ini berlawanan
arah dengan arah gaya penarik dawai tersebut sesaat sebelum dawai putus. Besar
tegangan dawai sama di sepanjang bagian dawai yang lurus dan tidak tergantung pada

kondisi gerak dawai.


Gaya Sentripetal
Gaya sentripetal adalah gaya yang dialami benda yang bergerak melingkar bearaturan
dan arahnya selalu menuju titik pusat lingkaran. Gaya sentripental dirumuskan
sebegai berikut :

2. Massa Dan Berat Benda


Massa adalah besaran yang menunjukkan ukuran kelembaman (Kelembaman atau
yang dikenal juga inersia adalah kecenderungan semua benda fisik untuk menolak perubahan
terhadap keadaan geraknya) yang dimiliki oleh suatu benda atau jumlah partikel yang
dikandung zat. Massa suatu benda tidak akan berubah atau bersifat tetap di mana pun benda
itu berada.
Berat adalah besaran yang menunjukkan ukuran percepatan Pengertian dan Perbedaan
Massa dan Berat Dalam Ilmu Fisika gravitasi yang memengaruhi massa benda, berat suatu
benda dapat berubah-ubah tergantung pada percepatan gravitasi di lingkungan beradanya
benda tersebut. Misalnya saja berat suatu benda di bumi akan berbeda dengan berat benda di
bulan, karena percepatan gravitasi bumi dan bulan berbeda. Untuk mencari berat suatu benda
cukup mengalikan massa benda dan percepatan gravitasi, berikut ini rumusnya :
w=mxg
Keterangan:
w = berat benda (N/Newton)
m = massa benda (kg/Kilogram)
g = percepatan gravitasi (m/s2 atau N/kg)
Perbedaan Massa dan Berat

Massa merupakan jumlah partikel(banyaknya materi) yang dikandung zat/benda,


sedangkan berat massa yang dipengaruhi gravitasi.

Nilai massa tidak berubah/tetap, sedangkan nilai berat dapat berubah, bergantung
gravitasi di mana benda itu berada.

Massa dinyatakan dalam satuan kg(Kilogram), sedangkan berat dinyatakan dalam


satuan Newton

Massa termasuk besaran skalar dan pokok, sedangkan berat termasuk besaran vektor
dan turunan.

Massa merupakan besaran yang tidak mempunyai arah, sedangkan berat besaran yang
mempunyai arah.

Massa diukur menggunakan neraca, sedangkan berat diukur menggunakan neraca


pegas atau dinamometer

3. Hukum Newton
Hukum I Newton
Sebuah balok yang berada dalam keadaan diam, jika dibiarkan begitu saja (tidak diberi
pengaruh luar) maka balok tersebut akan tetap diam. Balok dapat mengalami perubahan
keadaan geraknya jika kepada balok tersebut bekerja suatu pengaruh luar yang disebut
dengan gaya. Pada dasarnya setiap benda memiliki sifat inert (lembam), artinya bila tidak ada
ganguan dari luar benda cenderung mempertahankan keadaan geraknya. Newton mengartikan
keadaan gerak ini sebagai kecepatan benda. Bila resultan pengaruh luar sama dengan nol,
maka kecepatan benda tetap dan benda bergerak lurus beraturan atau diam jika awalnya
memang diam. Dengan demikian pernyataan Aristoteles bahwa gaya diperlukan untuk
mempertahankan gerak tidaklah tepat. Benda bisa saja tetap bergerak lurus beraturan
meskipun tidak ada gaya yang bekerja padanya. Pernyataan terakhir seolah aneh. Barangkali
selama ini kita menganggap bahwa benda akan bergerak jika kepadanya diberi gaya, dan jika
gaya tersebut dihilangkan maka benda akan kembali berhenti. Kita tergoda menyimpulkan
hal tersebut (sebagaimana yang dilakukan oleh Aristoteles) karena pengalaman sehari-hari
yang tidak diobservasi secara menyeluruh. Misalnya, ketika kita mendorong sebuah kursi dan
kursi tersebut berhasil bergerak ke suatu arah tertentu, lalu kita melepaskan kursi, maka kursi
akan segera berhenti. Berdasarkan keadaan ini kita buru-buru menyimpulkan bahwa benda
dapat bergerak terus-menerus jika dikenai gaya terus-menerus, dan akan segera berhenti jika
tidak diberi gaya lagi. Sekarang bayangkan apa yang akan terjadi jika lantai cukup licin dan
permukaan kursi juga licin, atau bayangkan apa yang akan terjadi jika lantai dan kursi super
licin (benar-benar tidak terjadi gesekan)? Jika hal itu terpenuhi, maka kursi akan terus
bergerak dengan kecepatan tetap pada lintasan lurus. Karena kecepatan adalah besaran relatif,
artinya kecepatan bergantung kepada kerangka acuan yang dipakai, maka pernyataan bahwa

kecepatan benda tidak berubah juga bergantung kepada kerangka acuan. Kerangka acuan di
mana penalaran Newton di atas berlaku disebut kerangka acuan inersial, yaitu suatu kerangka
acuan yang benar-benar diam atau benar-benar bergerak dengan kecepatan tetap.
Hukum pertama Newton dirumuskan sebagai berikut: Dalam kerangka inersial, setiap benda
akan tetap dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali jika ia terpaksa
mengubah keadaan tersebut oleh gaya-gaya dari lingkungan tempat benda berada. Dapat
dikatakan bahwa hukum Newton pertama ini merupakan definisi bagi kerangka inersial.
Kerangka acuan inersia yang digunakan untuk menganalisis gerak di atas permukaan bumi
adalah bumi itu sendiri. Hukum pertama Newton lebih presisi dibanding dengan apa yang
diusulkan Aristoteles. Tanpa adanya gaya luar, sebuah benda yang bergerak akan tetap terjaga
bergerak. Dengan kata lain kecepatannya tidak akan berubah baik besar maupun arah.
Ketahanan sebuah benda untuk merubah gerakan disebut inersia. Hukum pertama Newton
ekivalen dengan mengatakan sebuah benda mempunyai inersia.
HUKUM II NEWTON
Hukum pertama Newton merupakan kasus khusus untuk benda dengan resultan gaya nol. Apa
yang terjadi jika terdapat gaya total yang bekerja pada suatu benda? Contoh: sebuah balok
dilempar di atas permukaan lantai kasar. Selama balok bergerak, bekerja suatu gaya gesek
yang menyebabkan kecepatan balok berkurang dan pada akhirnya berhenti. Ini adalah kasus
yang umum terjadi pada peristiwa gerak. Akan ada gaya luar yang bekerja pada suatu benda
yang menyebabkan kuantitas gerak suatu benda berubah. Pernyataan inilah yang menjadi
dasar Hukum Kedua Newton. Berbagai pengamatan menunjukan bahwa untuk menghasilkan
perubahan kecepatan yang sama, pada benda yang berbeda dibutuhkan besar pengaruh luar
yang berbeda pula. Sebaliknya dengan besar pengaruh luar yang sama, perubahan kecepatan
pada benda-benda ternyata berbeda-beda. Jadi ada suatu kuantitas intrinsik (diri) pada benda
yang menentukan ukuran seberapa besar sebuah pengaruh luar dapat mengubah kondisi gerak
benda tersebut. Kuantitas ini sebanding dengan jumlah dan jenis zat. Kuantitas intrinsik pada
benda ini kemudian disebut sebagai massa inersia, disimbulkan dengan m. Massa inersia
(atau sering disebut sebagai massa) memberikan ukuran derajat kelembaman atau derajat
inersia sebuah benda. Satuan dari massa adalah kilogram, dalam Kuliah Fisika
Dasar_Dinamika Partikel Sabar Nurohman, M.Pd 23 satuan SI. Makin besar massanya makin
sulit untuk menghasilkan perubahan kondisi gerak pada benda tersebut. Hukum Kedua
Newton menyatakan hubungan antara gaya dan perubahan keadaan gerak secara kuantitatif.

Newton menyebutkan bahwa: kecepatan perubahan kuantitas gerak suatu partikel sama
dengan resultan gaya yang bekerja pada partikel tersebut. Dalam bahasa kita sekarang
kuantitas gerak yang dimaksudkan oleh Newton diartikan sebagai momentum p yang
didefinisikan sebagai: p=mv dengan m adalah massa partikel dan v adalah kecepatannya.
Dalam mekanika klasik pada umumnya massa partikel adalah tetap. Dalam simbol
matematika, pernyataan ini
ditulis:
F = m a
Keterangan :
F = resultan gaya (N)
m = massa benda (kg)
a = percepatan benda (m/s-2)
HUKUM III NEWTON
Setiap gaya mekanik selalu muncul berpasangan sebagai akibat saling tindak antara dua
benda. Bila benda A dikenai gaya oleh gaya B, maka benda B akan dikenai gaya oleh benda
A. Pasangan gaya ini dikenal sebagai pasangan aksi-reaksi. Menurut hukum Ketiga Newton:
Setiap gaya mekanik selalu muncul berpasangan, yang satu disebut aksi dan yang lain disebut
reaksi, sedemikian rupa sehingga aksi = - reaksi. Faksi = Freaksi Mana yang disebut aksi
dan mana yang disebut reaksi tidaklah penting, yang penting kedua-duanya ada. Sifat
pasangan gaya aksi-reaksi adalah sebagai berikut (1) sama besar, (2) arahnya berlawanan, dan
(3) bekerja pada benda yang berlainan (satu bekerja pada benda A, yang lain bekerja pada
benda B. Pasangan aksi-reaksi yang memenuhi ketiga sifat ini disebut memenuhi bentuk
lemah hukum Ketiga Newton. Banyak pula pasangan aksi-reaksi yang memenuhi sifat
tambahan yaitu (4) mereka terletak dalam satu garis lurus . Pasangan ini juga memenuhi sifat
terakhir disebut memenuhi bentuk kuat hukum Ketiga Newton.
4. Gaya Gesekan

Arah gaya gesekan selalu tangensial (sejajar) terhadap permukaan sentuh. Gaya ini
merupakan pasangan dari gaya normal dan secara bersama mendeskripsikan total gaya yang
bekerja antaradua benda yang bersentuhan. Dipostulatkan bahwa gaya gesekan ini sebading
dengan gaya normal, karena bila gaya normal tidak ada berarti tidak terjadi persentuhan dan
tidak akan ada gesekan. Koefisien kesebandingannya disebut sebagai koefisien gesekan.
Ketika sebuah benda dalam keadaan diam di atas suatu permukaan ternyata dibutuhkan gaya
yang lebih besar pada awalnya untuk memulai gerakan. Hal ini karena antara atom-atom
ataupun molekul kedua permukaan telah terbentuk ikatan-ikatan antara molekul maupun
atom. Sehingga dibutuhkan lebih banyak gaya untuk memutus ikatan tersebut. Karena itu ada
dua jenis koefisien gesekan, koefisien gesekan statis s, yang terkait dengan benda yang diam
dan koefisien gesekan kinetik k, untuk benda yang bergerak. Gaya gesekan kinetik fk selalu
berlawanan arah dengan arah gerak benda, dan besarnya dirumuskan sebagaI berikut:
fk = kN
dengan N adalah besar gaya normal. Sedangkan gesekan statik selalu berlawanan arah
dengan arah gaya yang berusaha menggerakkan benda, dan besarnya ditentukan dari rumus
kesetimbangan gaya-gaya. Khusus untuk besar gaya gesekan statik maksimum (yaitu tepat
sebelum benda bergerak), dirumuskan sebagai berikut:
fs = Sn
5. Pola Penyelesaian Masalah Dinamika Partikel
1.

Perhatikan gambar! Sebuah balok mula-mula diam, lalu ditarik


dengan gaya F ke atas sejajar dengan bidang miring. Massa balok 8 kg, koefisien gesekan
s = 0,5 dan = 45o. Agar balok tepat akan bergerak ke atas, gaya F harus sebesar.
A. 40 N
B. 60 N

C. 602 N
D. 80 N
E. 802 N
Pembahasan
Diketahui :
Koefisien gesekan statis (s) = 0,5
Sudut () = 45o
Percepatan gravitasi (g) = 10 m/s2
Massa balok (m) = 8 kilogram
Berat balok (w) = m g = (8 kg)(10 m/s2) = 80 kg m/s2 = 80 Newton
Ditanya : Besar gaya F agar balok tepat akan bergerak ke atas
Jawab :

Balok tepat akan bergerak ke atas jika F wx + fs.


Komponen gaya berat yang sejajar bidang miring :
wx = w sin = (80)(sin 45) = (80)(0,52) = 402

Komponen gaya berat yang tegak lurus bidang miring :


wy = w cos = (80)(cos 45) = (80)(0,52) = 402
Gaya normal :
N = wy = 402
Gaya gesek statis :
fs = s N = (0,5)(402) = 202
Besar gaya F agar balok tepat akan bergerak ke atas :
F wx + f s
F 402 + 202
F 602 Newton
Jawaban yang benar adalah C.

2.

Balok yang bermassa 8 kg terletak di atas bidang miring kasar


seperti gambar berikut. Gaya luar minimal yang dibutuhkan untuk menahan balok agar tidak
meluncur ke bawah adalah (sin 37o = 0,6, cos 37o = 0,8, g = 10 m.s-2, k = 0,1)

A. 6,4 N
B. 4,6 N
C. 48,5 N
D. 54,4 N
E. 68,8 N
Pembahasan
Diketahui :
Massa balok (m) = 8 kg

\Percepatan gravitasi (g) = 10 m/s2


Berat balok (w) = m g = (8)(10) = 80 Newton
Sin 37o = 0,6
Cos 37o = 0,8
Koefisien gesek kinetis (k) = 0,1
Ditanya : Gaya (F) luar minimal penahan balok agar balok tidak meluncur ke bawah
Jawab :

Balok tidak meluncur ke bawah jika F = wx


Komponen gaya berat yang sejajar bidang miring :
wx = w sin = (80)(sin 37) = (80)(0,6) = 48
fk = k N = (0,1)(64) = 6,4
Besar gaya F minimal agar balok tidak meluncur ke bawah :
F + fk wx = 0
F = wx fk = 48 6,4 = 41,6 Newton

6. Keterbatasan Mekanika Newton


Sejauh manakah tingkat kebrthasilan mekanika newton? Ada baiknya jika
pertanyaan ini dijawab dengan menyimak perjalanan sejarahnya. Hukum newton
memiliki sifat sederhana, simetris dan lengkap. Kemudian suksesnya dalam menjelaskan
gerak benda-benda langit juga perannya dalam kehidupan sehari-hari, pernah membuat
banyak orang menaruh kepercayaan yang praktis mutlak pada hukum newton.
Namun mulai abad ke 19, ditemukan gejala-gejala alam yang tidak tepat dengan
hukum newton terutama pada benda yang bergerak dengan kecepatan mendekati
kecepatan cahaya. Bertambahnya penemuan-penemuan ini kemudian meyadarkan orang
pada kenyataan, mekanika newton tidaklah mutlak. Sehingga perlu perlu dilakukan
koreksi-koreksi yang akhirnya melahirkan mekanika relativistik. Koreksi lain dilakukan
berdasarkan sistemnya. Dalan tinjauan partikel-partikel berukuran sangat kecil yang
akhirnya melahirkan mekanika kuantum.
Dengan keterbatasan yang dimilikinya, ada beberapa alasan mengapa mekanika
newton tetap dipelajari. Pertama, mekanika newton lahir berdasarkan pengamatan

kejadian sehari-hari, pengamatan pada benda-benda berukuran makro, pada kecepatan


jauh di bawah kecepatan cahaya. Sehingga mekanika newton memiliki ketepatan yang
besar bila diberlakukan pada kategori yang sama.
Namun kurang tepat bila ketepatan mekanika newton diberlakukan pada daerahdaerah berkecepatan tinggi ataau pada system mikroskopis. Tetapi ada syarat penting
bagi rumusan-rumusan baru untuk dapat dianggap sebagai perbaikan mekanika newton.
Yaitu selain rumusan tersebut benar di daerah dimana mekanika newton gagal, rumusan
trsebut juga harus benar di daerah keberlakuan mekanika newton yang berarti hasil dari
rumusan-rumusan baru itu harus sama dengan hasil mekanika newton pada kejadian
biasa. Syarat ini sering disebut prinsip korespondensi yang sering diuangkap rumusanrumusan tersebut harus mempunyai mekanika newton sebagai batas klasiknya. Prinsip
ini menjadi terkenal ketika diungkapkan oleh Niels Bohr pada saat awl perkembangan
mekanika kuantum. Jadi, dalam mempelajari mekanika kuantum ataupun mekanika
relativistic, pada umumnya titik tolaknya adalah mekanika newton.
Alasan kedua adalah pada kenyataannya mekanika kuantum ataupun meanika
relativistic lebih rumit daripada mekanika newton. Sehingga menurut prinsip
korespondensi, mekanika newton boleh dipakai apabila bekerja dalam daerah
keberlakuannya. Kerumitan mekanika kuantum dan relativistic membuat mekanika
newton menjadi satu-satunya pilihan logis sebagai alat kerja pada hal-hal biasa.
Selain dua alasan diatas, hukum newton juga menjadi acuan untuk hukum
elektrostatika coulomb dan hukum gravitasi.

DAFTAR PUSTAKA

Sentyasa, I Wayan. 2001. Fisika Dasar Mekanika. Jakarta: Direktorat Jendral


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Prasetio, Lea. Mengerti Fisika. Yogyakarta: Andi Offset

Diono, F. Wismara. Ringkasan Fisika Mekanika. Jakarta: Binacipta

Satriawan, Mirza. 2012. Fisika Dasar.


http://mirza.staff.ugm.ac.id/fisdas/FisdasbookI.pdf. Diunduh tanggal 10 september
2016

Anda mungkin juga menyukai