Tinjauan Pustaka
I. Setiap benda akan terus berada pada keadaan diam atau bergerak dengan kelajuan
tetap sepanjang lintasan lurus jika tidak dipaksa untuk merubah keadaan geraknya itu oleh
II. Resultan gaya yang bekerja pada suatu benda akan mengakibatkan terjadinya
perubahan momentum. Perubahan momentum tiap satu satuan waktu yang dialami
oleh benda tersebut berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekerja padanya
(Hukum II Newton).
III. Jika suatu benda mengerjakan gaya (aksi) pada benda lain, maka benda yang
dikenai aksi akan melakukan gaya (reaksi) pada benda pertama yang besarnya sama
Ketiga hukum Newton tersebut berlaku dalam geometri ruang yang komutatif. Timbul
pertanyaan besar apakah hukumhukum Newton tersebut masih berlaku manakala geometri
ruang dan waktu tak lagi komutatif. Dalam artikel ini akan ditelaah hukum Newton tentang
gerak tersebut dalam ruang fase klasik tak komutatif atau lebih dikenal dengan
noncomutative geometry (NCG). Dalam satu dekade terakhir kajian tentang NCG dalam
fisika mendapat perhatian serius dari para fisikawan. NCG memiliki peran penting dalam
mengungkap struktur ruang waktu pada skala amat sangat kecil (skala Planck). Skala Planck
secara numerik diberikan oleh panjang Planck P l 10-33 cm dan interval waktu Planck P t
10-44 detik. Gagasan tentang NCG pada skala Planck kali pertama dikemukakan oleh Snyder
pada tahun 1947 [1]. Snyder menyatakan bahwa invariansi Lorentz tidak mensyaratkan ruang
waktu sebagai kontinuum. Ruang waktu yang diskret menyebabkan ruang waktu tidak lagi
komutatif. Dengan kata lain, pada skala ini ruang waktu tidak lagi kontinu melainkan diskrit.
Mengingat data eksperimen mengenai ruang waktu pada skala kecil atau pada energi tinggi
sangat terbatas maka fisikawan berusaha menyusun model hukum alam untuk
menggambarkan ketakkomutatifan ruang waktu. Model yang dipakai biasanya merujuk pada
kaitan komutasi
dengan ij adalah tensor yang bernilai riil dan antisimetris terhadap pertukaran indeks
sedangkan ij adalah delta kronecker. Konsep NCG tidak hanya terbatas pada observabel
ruang waktu tetapi dapat diperluas pada variabel ruang fase klasik sehingga memunculkan
Hukum Newton II berbunyi sebagai berikut: Percepatan yang dihasilkan oleh resultan
gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan
resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda. Secara matematis, hukum II
∑F adalah gaya resultan (N) m adalah massa benda (kg) a adalah percepatan yang
dialami ( m/s2 ).
hubungan antara resultan gaya dengan percepatan yang dialami benda bermassa tetap.
Sedangkan dalam Isaac Newton (1687), menyatakan dalam Hukum III miliknya bahwa
“Gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama, dengan arah terbalik, dan
segaris. Artinya jika ada benda A yang memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B
akan memberi gaya sebesar –F kepada benda A. F dan –F memiliki besar yang sama namun
arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi, dengan F disebut
sebagai aksi dan –F adalah reaksinya.” Hukum ini yang dikenal sebagai Hukum III Newton
dalam karyanya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, yang pertama kali diterbitkan
Hukum II newton “Jika resultan gaya pada suatu benda tidak nol, maka benda akan
mengalami perubahan kecepatan.” Makna dari hukum II newton ini adalah jika ada gaya
yang tidak berimbang terjadi pada sebuah benda, maka benda yang semula diam akan
bergerak dengan kecepatan tertentu, atau jika benda semula bergerak dapat menjadi diam
(kecepatan nol). Bertambah kecepatannya atau melambat karena dipengaruhhi gaya luar tadi.
∑F = m.a
Dimana a adalah percepatan, m adalah massa, dan ∑F merupakan gaya total. Simbol
∑ (sigma) berarti “jumlah dari”, F adalah gaya, sehingga ∑F berarti jumlah vektor dari
semua gaya yang bekerja pada benda tersebut, yang didefinisikan sebagai gaya total.
Hukum II newton tentang gerak menyatakan bahwa perubahan dari gerak selalu
berbanding lurus terhadap gaya yang dihasilkan atau bekerja, dan memiliki arah yang sama
dengan gaya total yang bekerja padanya serta berbanding terbalik dengan massanya. Arah
percepatan akan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Melalui hukum ini, gaya
benda menjadi semakin besar ketika mendapatkan dorongan gaya searah laju arah benda
tersebut. Sebaliknya, jika diberikan gaya berlawanan (gaya tolak) melawan gaya benda itu,
laju gaya akan melambat atau mengecil karena terjadi perubahan kecepatan dan perubahan
laju. Besar kecilnya perlambatan atau percepatan yang diberikan pada benda maka
Contoh Hukum Newton 2 yaitu terlihat pada waktu melempar batu secara vertikal ke
atas. Awalnya batu melaju konstan ke atas, lalu melambat dan berhenti akibat adanya gaya
gravitasi. Batu tersebut selanjutnya turun ke Bumi dengan kecepatan dari massa batu
Sejarah
Lex II: Mutationem motus proportionalem esse vi motrici impressae, et fieri secundum
Diterjmahkan dengan cukup tepat oleh Motte pada tahun 1729 menjadi:
Law II: The alteration of motion is ever proportional to the motive force impress'd; and is
made in the direction of the right line in which that force is impress'd.
Hukum Kedua: Perubahan dari gerak selalu berbanding lurus terhadap gaya yang
dihasilkan / bekerja, dan memiliki arah yang sama dengan garis normal dari titik singgung
gaya benda.
selama lebih dari 200 tahun, dan hukum-hukum ini adalah pendekatan yang sangat baik untuk
perhitungan dalam skala dan kecepatan yang dialami oleh manusia sehari-hari. Hukum gerak
Ketiga hukum ini juga merupakan pendekatan yang baik untuk benda-benda makroskopis
dalam kondisi sehari-hari. Namun hukum newton (digabungkan dengan hukum gravitasi
umum dan elektrodinamika klasik) tidak tepat untuk digunakan dalam kondisi tertentu,
terutama dalam skala yang amat kecil, kecepatan yang sangat tinggi (dalam relativitas
momentum) atau medan gravitasi yang sangat kuat. Maka hukum-hukum ini tidak dapat
jauh lebih rendah dari kecepatan cahaya, hukum-hukum Newton sama tepatnya dengan
operator-operator ini bekerja pada benda-benda klasik. Pada kecepatan yang mendekati
kecepatan cahaya, hukum kedua tetap berlaku seperti bentuk aslinya F = dpdt, yang
menjelaskan bahwa gaya adalah turunan dari momentum suatu benda terhadap waktu, namun
beberapa versi terbaru dari hukum kedua tidak berlaku pada kecepatan relativistik.
DAFTAR PUSTAKA
Romero, J.M., dkk., 2003, Newton’s Second Law on Noncomutative Geometry, Physics Letter
A, 310:9
Wei, G.F., dkk, 2008, Classical Mechanics in non- comutative Phase Space, Chinnes Physics
Siahaan, T., 2004, Medan Klein Gordon dan Medan Dirac Pada Ruang Minkowski Tak
Moyal, J.E., 1949, Quantum Mechanics as a Statistical Theory, Proc. Cambridge Phil.Soc.,
Hal 45,99
Bertolami O, Rosa J. G., 2005, Noncomutative Gravitational Quantum Well, Physical Review
D, 72: 025010
Atwood Menggunakan Katrol dengan Penambahan Massa Beban., Jurnal PHI, hal 1-
7,2019
ii) Hooke’s law
Tinjauan Pustaka
Sebuah pegas yang salah satu ujungnya digantungkan pada batang statif, sedangkan
ujung lain dibiarkan bebas. Jika pada ujung bebas digantungkan beban, pegas akan
mengalami perubahan panjang. Jika gaya itu dihilangkan, bebas akan kembali ke keadaan
awal. Jika massa beban yang digantungkan pada ujung pegas terus diperbesar, dalam batas
tertentu pegas akan rusak. Kasus pegas yang diletakkan secara horizontal. Jika beban
digerakkan ke kanan, beban akan menarik pegas. Jika beban digerakkan ke kanan beban akan
menekan pegas. Pegas akan mengerjakan gaya pada beban untuk mengembalikan ke posisi
keseimbangan. Gaya pada pegas itu disebut gaya pemulih. Besarnya gaya pemulih F
sebanding dengan perubahan panjang pegas Δx baik pada waktu pegas itu ditarik maupun
ditekan. Jadi bunyi hukum hooke “gaya tarik atau tekan pada pegas berbanding lurus dengan
F= -k∆x
k adalah konstanta (tetapan) yang menunjukkan kekakuan pegas. Tanda negatif menunjukkan
gaya pemulih selalu berlawanan arah dengan pergeseran Δx. Hubungan antara gaya F dan
sebanding dengan pertambahan panjang Δx. Sampai pada titik batas elastisitasnya, benda
tetap akan kembali ke keadaan awal jika gaya dihilangkan. Titik asal O (0,0) sampai batas
elastisitas disebut daerah elastis. Jika benda ditarik lagi melebihi batas elastisitas maka benda
memasuki daerah plastis. Daerah plastis adalah daerah ketika benda elastis tidak akan
kembali ke keadaan awalnya meskipun gaya dihilangkan. Benda menjadi rusak secara
permanen (terdeformasi). Panjang maksimum benda elastis dicapai pada titik putus atau
broken point. Gaya maksimum yang bekerja pada benda elastis tanpa menyebabkannya putus
1. Neraca
Neraca atau timbangan juga menggunakan pegas. Prinsip kerja neraca pegas (dinamometer)
sama halnya dengan prinsip hukum hooke. Dimana ketika neraca pegas diberikan beban
maka akan terjadi perubahan panjang pegas sehingga menunjukkan skala tertentu sebagai
hasil timbangan. Neraca lain juga bekerja seperti itu agar setelah beban dihilangkan akan
Teknologi kendaraan penumpang saat ini menggunakan suspensi yang salah satu
komponennya adalah pegas. Pengaturan suspensi dapat dilihat melalui karakteristik suspensi
yang sesuai dengan kebutuhan pemakai. Mobil sedan dengan suspesnsi yang lunak dengan
menggukan pegas spiral yang relatif lunak (konstanta kecil). Sedangkan untuk mobil barang,
biasanya menggunakan pegas kuat (konstanta besar). Pegas tersebut dimaksudkan agar
sanggup menahan beban dengan jumlah yang besar. Penganturan tersebut dapat diterapkan
pada kendaraan roda dua. Jenis susunan pegas yang digunakan adalah pegas paralel.
Hukum hooke menyatakan hubungan antara gaya yang meregangkan suatu zat elastis dan
pertambahan panjang zat elastis. "Pada daerah elastisitas benda, gaya yang bekerja pada
Elastisitas adalah: Kecenderungan pada suatu benda untuk berubah dalam bentuk baik
panjaang, lebar maupun tingginya, tetapi massanya tetap, hal itu disebabkan oleh gaya-gaya
yang menekan atau menariknya, pada saat gaya ditiadakan bentuk benda kembali seperti
semula.
X = y sebanding F
Tanda (-) menunjukkan bahwa arah gaya (F) berlawanan dengan arah simpangan ( y). Grafik
y) pegas.
Pada waktu benda ditarik dengan gaya F, pegas mengadakan gaya yang besarnya sama
dengan gaya yang menarik, tetapi arahnya berlawanan (F aksi = F reaksi). Jika gaya ini kita
sebut dengan gaya pegas Fp, gaya ini tentu saja sebanding dengan pertambahan panjang
Pada daerah elastic benda, gaya yang bekerja pada benda sebanding dengan pertambahan
panjang benda. Sifat pegas seperti yang dinyatakan hukum Hooke tidak terbatas pada pegas
yang direnggangkan.Pada pegas yang dimampatkan juga berlaku hukum Hooke, selama
pegas masih ada pada daerah ekastisitasnya.Sifat pegas yang seperti ini banyak digunakan di
dalam kehidupan sehari – hari misalnya pada neraca pegas, bagian – bagian mesin, dan pada
Apabila kita menarik sebuah pegas untuk melatih otot dan dada kita, pegas berubah bentuk,
yaitu semakin panjang.Ketika tarikan pada pegas kita dilepaskan, pegas segera kembali
kebentuk semula.Dan perhatikan juga pada anak – anak yang menaruh batu kecil pada karet
ketapelnya dan menarik karet tersebut sehingga karet bentuknya berubah.Pegas dan karet
adalah contoh benda elastic. Sifat elastic atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda
untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu
dihilangkan.
Bakhri. (2016). “Penggunaan Alat Peraga Pembelajaran Fisika Berbasis Lingkungan pada
konsep, hukum dan teori. Fisika pun dapat dipandang sebagai sebuah proses, oleh karena itu
produk-produk dari fisika didapatkan dari proses ilmiah yang meliputi, pengamatan, dugaan/
hipotesis, penelitian/ eksperimen, penarikan kesimpulan, dan juga publikasi (Yusuf, 2015).
Salah satu proses penting dalam fisika adalah eksperimen, karena fisika didasarkan pada
gejala-gejala fisis yang dapat dijelaskan melalui observasi dan eksperimen yang dilakukan.
Terdapat banyak cara untuk melakukan eksperimen, salah satunya adalah dengan pengukuran
dalam praktikum (Rivia, 2016). Diantara tujuan dari ilmu fisika adalah mempelajari gerak
objek baik itu benda atau makhluk hidup. Gerak mempunyai sifat umum yang dapat
diklasifikasikan sebagai kinematik, sifat umum itu berupa asumsi bahwa gerak hanya berada
disepanjang garis lurus baik vertikal, horizontal maupun miring. Objek bergerak dapat berupa
partikel dan setiap bagian bergerak dalam arah dan kecepatan yang sama (Halliday, Resnick,
& Walker, 2010). Gerak terbagi menjadi dua berdasarkan kecepatan yang terjadi pada benda
Penerapan terpenting dari kedua gerak ini adalah gerak menggelinding pada roda
ataupun objek seperti roda, dimana semua titik pada roda bergerak dengan laju sudut yang
sama. (Halliday, Resnick, & Walker, 2010) Gerak rotasi dan translasi tidak dapat dipisahkan
dari momen inersia. Hal ini dikarenakan, momen inersia adalah besaran turunan yang
Apabila suatu benda memiliki jari-jari maka benda tersebut akan memiliki kecepatan
sudut dan membuatnya berotasi (Riswanto, 2014; Jumini, 2013). Momen inersia adalah
ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi pada porosnya, momen inersia juga disebut
sebagai besaran pada gerak rotasi yang analog dengan massa pada gerak translasi
(Banjarnahor, 2012; Zhang, 2014). Jika momen inersia besar maka benda akan sulit untuk
melakukan perputaran dari keadaan diam dan semakin sulit berhenti ketika dalam keadaan
berotasi, itu sebabnya momen inersia juga disebut sebagai momen rotasi (Rivia, 2016). Setiap
benda tegar bergerak melingkar di masing-masing titik partikel geraknya, hal ini merupakan
acuan tertentu yang dapat ditentukan dengan momen inersia (Sahala S., 2013). Besar momen
inersia pada silinder pejal dapat dicari dengan persamaan 1: 2 I kMR (1) Dimana : I adalah
momen inersia (kg.m2 ), k merupakan konstanta dari bentuk benda, m adalah massa benda
(kg) dan R 2 merupakan kuadrat dari jari-jari benda (m2 ) (Hajderi, 2012).
Momen inersia pada suatu benda tegar dapat ditentukan massa dan dimensi fisiknya,
baik dengan cara matematis maupun eksperimen. Metode eksperimen dapat dilakukan
sebagai pembuktian sebuah konsep mengenai momen inersia, besaran-besaran yang terukur
dan yang mempengaruhi nilai momen inersia (Hara, 2012). Momen inersia dipengaruhi oleh
jarijari (jarak benda dari sumbu). Benda yang berbentuk sama namun momen inersianya bisa
saja berbeda karena pengaruh jari-jari. Semakin besar jari-jari benda maka semakin besar
momen inersianya (Tipler, 1998). Hal ini didasarkan pada silinder pejal yang tidak memiliki
Silinder pejal tanpa rongga memiliki konstanta yang sama dengan silinder pejal
berongga yaitu 1/2 , akantetapi berbeda dari jari-jari. Silinder pejal hanya memiliki 1 besar
jari-jari, tanpa jari-jari dalam (Giancoli, 2013). Teorema sumbu sejajar yang menyatakan
bahwa momen kelembaman benda terhadap sumbu yang sejajar dengan sumbu yang melalui
titik pusat masa pada benda tegar (Kuntoro P. & Murdaka Eka J., 2009). Teorema ini
menyatakan hasil nilai dengan momen inersia benda terhadap sumbu melalui titik pusat
massanya ditambah dengan hasil kali antara massa bendadengan jarak kuadrat dari kedua
yang sejajar itu (Mochlas, 2016). Mengacu pada teorema tersebut momen inersia dapat
dibuktikan dalam teknik integral dengan mengintegralkan jari-jari terhadap massa benda
(Krishnan, 2016).
menentukan momen inersia. Materi tersebut dibahas lebih secara mendalam mengenai benda
tegar, karena bentuknya yang beraturan sehingga mudah ditentukan. Permasalahan yang
terjadi pada kebanyakan peserta didik adalah tidak mudahnya dalam membedakan konstanta
dan kurangnya pemahaman konsep terhadap momen inersia. Untuk menentukan nilai momen
inersia dan termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi benda ketika menggelinding dapat
diketahui dari pengolahan tinjauan gerak benda. Namun gerak benda tersebut harus konstan,
hal ini bertujuan agar data yang dihasilkan mempunyai tingkat akurat dan ketelitian yang
tinggi (Setyawan, 2017). Eksperimen gerak menggelinding pada silinder pejal pada bidang
miring dibantu olahan data dalam sebuah aplikasi Tracker. Penggunaan aplikasi Traker
berfungsi untuk dapat menggetahui perubahan kecepatan benda setiap saat (Juansyah, 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan momen inersia pada gerak menggelinding silinder
Rivia, N. (2016). Pembuatan Alat Ukur Momen Inersia Benda Digital Menggunakan Sensor
Sahala S., S. (2013). Penentuan Inersia Benda Tegar Dengan Bandul Fisis.
Berpikir Kritis dan Komunikasi Verbal Siswa SMA. Jurnal Penelitian Pembelajaran
Tristiono, T. (2011). Luas Daerah, Titik Berat Dan Momen Inersia Polar Kardioda. Agri-tek ,
12 (1), 44-49.
Yusuf, K. (2015). Penentuan Momen Inersia dengan Video Analisis. 1, pp. 1-6. Wonosobo:
SNFPF.
Zafar, H. (2012). measurement rotational inertia ( ring anf disc ) with high percentage
accuracy Using rotary motion sensor and three step pulley. International journal of aplied
Pembelajaran Fisika yang dilakukan di kelas akan lebih menarik jika siswa ataupun
mahasiswa bisa langsung mempraktikan teori yang telah diperoleh, apalagi jika dapat
dilakukan dengan hal-hal yang sederhana. Dengan praktek maka kemampuan psikomotorik
seseorang akan lebih cepat berkembang dan tentunya Fisika akan lebih menarik. Eksperimen
dilakukan untuk membuktikan kebenaran teori sedangkan teori digunakan untuk memandu
jalannya sebuah eksperimen. Nilai percepatan gravitasi dapat dicari dengan berbagai model
seperti gerak harmonik sederhana dengan model bandul sederhana (Syahrul dkk., 2013)
ataupun model gerak jatuh bebas. Gerak jatuh bebas adalah gerak jatuh benda pada arah
vertikal dari ketinggian tertentu tanpa kecepatan awal (Giancolli, 2001). Sebuah benda jatuh
bebas dengan gerak vertikal ke bawah akan mengalami pertambahan percepatan secara linier.
Sehingga benda tersebut dapat dikatakan mengalami Gerak Lurus Berubah Beraturan.
Adapun percepatan gerak benda yang dimaksud disini ialah percepatan gravitasi (Toda dkk.,
2020). Percepatan konstan untuk gerak jatuh bebas semua benda akan jatuh dengan
percepatan yang sama jika tidak ada udara dan hambatan lainnya (Young, 2002). Percepatan
konstan untuk gerak jatuh bebas adalah percepatan akibat gravitasi bumi, sehingga nilai
percepatan benda pada saat mengalami gerak jatuh bebas adalah mendekati nilai percepatan
gravitasi bumi. Berdasarkan Penelitian (Rosdianto, 2017) nilai percepatan gravitasi melalui
eksperimen gerak jatuh bebas diperoleh sebesar 9,831302275 m/s2 . Apabila kita melepaskan
bola atau suatu benda di sekitar bumi benda akan ditarik oleh bumi, dikatakan di daerah
tersebut berada di daerah gravitasi bumi. Misalnya sebuah benda yang berada dipermukaan
bumi, maka gaya gravitasi yang dialami benda adalah sebagai berikut:
Dengan F ialah gaya gravitasi (N), G adalah konstanta gravitasi, m adalah massa yang diuji
(yang menghasilkan gaya gravitasi), M adalah massa bumi, R adalah jarak titik terhadap
pusat bumi, g adalah kuat medan gravitasi di suatu titik atau percepatan gravitasi disuatu titik
(Abdullah, Mikrajuddin, 2016). Berdasarkan teori di atas maka perlu dilakukan pembuktian
melalui eksperimen gerak jatuh bebas. Pengukuran parameter gerak jatuh bebas dalam
eksperimen selama ini masih dilakukan secara manual. Beberapa set eksperimen gerak jatuh
bebas yang telah dikembangkan masih terbatas pada pencatatan waktu secara otomatis.
Pencatatan waktu masih menggunakan stopwatch sedangkan ketinggian benda masih diatur
secara manual. Selain itu, pengolahan data untuk mendapatkan nilai percepatan gravitasi
bumi masih dilakukan secara manual. Hal ini menyebabkan data hasil pengukuran memiliki
ketelitian dan ketepatan yang cukup rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan
terhadap set eksperimen gerak jatuh bebas untuk menghasilkan data dengan ketelitian dan
ketepatan yang baik. Berdasarkan latar belakang ini, dalam penelitian ini telah dibuat set
eksperimen gerak jatuh bebas berbasis photogate, sehingga pengukuran dilakukan secara
otomatis dan data yang dihasilkan lebih teliti dan akurat. Sensor photogate adalah alat
pengatur waktu yang berfungsi untuk mendeteksi sebuah objek sehingga dapat dihitung
lamanya waktu objek menghalangi sensor. Sensor photogate ini digunakan untuk pengukuran
yang sangat tepat pada kecepatan yang berdurasi tinggi maupun rendah. Alat ini untuk
memudahkan kita mengukur ataupun menghitumg kecepatan dari bola yang akan dijatuhkan
Rosdianto, Haris. 2020. Penentuan Percepatan Gravitasi pada Gerak Jatuh Bebas dengan
Memanfaatkan Rangkaian Relai. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Vol. 2(2), 107-112.
Syahrul, John Adler, dan Andriana. 2013. Pengukur Percepatan Gravitasi Menggunakan
Toda, S.Y.G., Tati, M.Y.M., Bhoga, Y.C., dan Astro, R.B. 2020. Penentuan Percepatan
Gravitasi dengan Konsep Gerak Jatuh Bebas. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol. 4(1), 30-37
Young & freedman. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta, Erlangga.
v) Projectil motion
Asyhar (2011) dalam Riki Chandra Wijaya dkk menerangkan bahwa “Media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan
dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif
dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”. Sehingga,
pembelajaran sebagai media pendidikan. Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang
dihindari oleh siswa. karena dalam pelajaran fisika begitu banyak konsepkonsepsains
bersifat fisik yang begitu sulitbagi siswa untuk dipahami secara teoritis.Salah satu materi
fisika yang begitu banyakdiajari secara teoritis di pembelajaran fisika ialah gerak
Projectile launcher merupakan salah satu alat praktikum gerakparabola yang dapat
yaitu:
Gerak lurus beraturan adalah gerak benda titik yangmembuat lintasan berbentuk garis
lurus dengan sifatbahwa jarak yang ditempuh tiap satuan waktu tetap,baik besar maupun
arahnya. Gerak Lurus Berubah Beraturan Gerak lurus berubah beraturan ialah gerak benda
titikyang membuat lintasan berbentuk garis lurus dengansifat bahwa jarak yang ditempuh
menempuh lintasan yang arahnya sepenuhnya dipengaruhi oleh percepatan gravitasi dan
hambatan udara (Young, 2002). Sedangkan gerak peluru adalah gerak parabola (Giancoli,
2001). Posisi benda yang mengalami gerak peluru(dua dimensi) dengan kecepatan awal
2011)
: x = vo cosα t
y = vo sinα t − 12gt2
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, R., dkk., (2014). Pengaruh Pembelajaran Guided Inquiry Berbantuan PhET (GBIP)
Terhadap Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi dan Tanggung Jawab Siswa Kelas XI
Anwar, E. D. (2014). Pelatihan Pembuatan Alat-Alat Praktikum IPA Fisika Bagi Guru
Astuti, N. H., (2017). Noviandini D., Sudjito, D. N. Penggunaan Diagram Venn untuk
Analisa Level
Dinavalentine, M., Noviandini D., D., Sudjito, D. N. (2017) Desain Modul Praktikum
untuk
Mahasiswa,.
8(2).
vi) Conservation of
Hukum kekekalan , dalam fisika , sebuah prinsip yang menyatakan bahwa sifat fisik
tertentu (yaitu, kuantitas terukur) tidak berubah dalam perjalanan waktu dalam sistem fisik
yang terisolasi. Dalam fisika klasik, hukum jenis ini mengatur energi , momentum ,
momentum sudut , massa , dan muatan listrik . Dalam fisika partikel , hukum kekekalan lain
berlaku untuk sifat partikel subatomikyang tidak berubah selama interaksi. Sebuah fungsi
penting dari hukum kekekalan adalah bahwa mereka memungkinkan untuk memprediksi
perilaku makroskopik suatu sistem tanpa harus mempertimbangkan rincian mikroskopis dari
dimusnahkan, meskipun dapat diubah dari satu bentuk ( mekanik , kinetik , kimia , dll.)
menjadi bentuk lain. Dalam sistem yang terisolasi jumlah semua bentuk energi karena itu
tetap konstan. Misalnya, benda jatuh memiliki jumlah energi yang konstan, tetapi bentuk
energinya berubah dari potensial menjadi kinetik. Menurut teorirelativitas , energi dan massa
adalah setara. Dengan demikian, massa diam suatu benda dapat dianggap sebagai bentuk
energi potensial , yang sebagiannya dapat diubah menjadi bentuk energi lain.
Kekekalan massa menyiratkan bahwa materi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan
—yaitu, proses yang mengubah sifat fisik atau kimia zat dalam sistem yang terisolasi (seperti
konversi cairan menjadi gas ) sehingga massa total tidak berubah. Sebenarnya, massa
bukanlah besaran yang kekal. Namun, kecuali dalam reaksi nuklir, konversi massa diam
menjadi bentuk energi massa lainnya sangat kecil sehingga, pada tingkat presisi yang tinggi,
massa diam dapat dianggap sebagai kekal. Baik hukum kekekalan massa dan kekekalan
Kekekalan momentum linier menyatakan fakta bahwa suatu benda atau sistem benda
yang bergerak mempertahankan momentum totalnya, hasil kali massa dan kecepatan vektor ,
kecuali jika gaya eksternal diterapkan padanya. Dalam sistem yang terisolasi (seperti alam
semesta), tidak ada gaya eksternal, sehingga momentum selalu kekal. Karena momentum
kekal, komponennya ke segala arah juga akan kekal. Penerapan hukum kekekalan momentum
momentum linier. Momentum sudut adalah besaran vektor yang kekekalannya menyatakan
hukum bahwa benda atau sistem yang berputar terus berputar dengan kecepatan yang sama
kecuali jika gaya puntir, yang disebut torsi , diterapkan padanya. Momentum sudut setiap bit
materi terdiri dari produk massanya, jaraknya dari sumbu rotasi, dan komponen kecepatannya
Kekekalan muatan menyatakan bahwa jumlah total muatan listrik dalam suatu sistem
tidak berubah terhadap waktu. ditingkat subatomik , partikel bermuatan dapat dibuat, tetapi
selalu berpasangan dengan muatan positif dan negatif yang sama sehingga jumlah total
Dalam fisika partikel, hukum kekekalan lain berlaku untuk sifat-sifat tertentu dari
partikel nuklir, seperti bilangan baryon , bilangan lepton , dan keanehan. Hukum seperti itu
berlaku di samping hukum massa, energi, dan momentum yang ditemui dalam kehidupan
sehari-hari dan dapat dianggap sebagai analog dengan kekekalan muatan listrik. Lihat juga
simetri .
dari mekanika klasik . Namun demikian, semua tetap benar dalam mekanika kuantum dan
mekanika relativistik , yang telah menggantikan mekanika klasik sebagai hukum paling
mendasar dari semua hukum. Dalam arti yang paling dalam, ketiga hukum kekekalan
mengungkapkan fakta, masing-masing, bahwa fisika tidak berubah dengan berlalunya waktu,
Jika kita mengasumsikan bahwa gerak u dari muatan adalah fungsi kontinu dari posisi dan
waktu, maka
hiperbolik kuasilinear homogen orde pertama :
koefisien saat ini, analog sesuai dengan perbedaan dari vektor kerapatan arus terkait dengan
kuantitas dilestarikan j ( y ):
aliran .
juga dalam kasus vektor A ( y ) biasanya sesuai dengan Jacobian dari matriks kerapatan
arus J ( y ):
mereka adalah:
di mana:
DAFTAR PUSTAKA
Abidin.,J. (2020). Pengaruh Penguasaan Hukum Kekekalan Energi Mekanik Terhadap Hasil
Belajar Fisika Materi Pokok Mekanika Fluida. Jurnal ESTUPRO Vol. 5 No. 2 Mei –
Agustus 2020
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Conservation_law
Rizky.,A.,M. (2018). Identifikasi Model Mental Siswa Dan Faktorfaktornya Pada Hukum
Young & freedman. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta, Erlangga