Anda di halaman 1dari 27

i) Newton second law

Tinjauan Pustaka

Sir Isaac Newton (1964-1772) dalam karyanya Philosophiæ Naturalis Principia

Mathematica menyatakan tiga hukum tentang gerak benda.

I. Setiap benda akan terus berada pada keadaan diam atau bergerak dengan kelajuan

tetap sepanjang lintasan lurus jika tidak dipaksa untuk merubah keadaan geraknya itu oleh

gaya-gaya yang bekerja padanya (Hukum I Newton).

II. Resultan gaya yang bekerja pada suatu benda akan mengakibatkan terjadinya

perubahan momentum. Perubahan momentum tiap satu satuan waktu yang dialami

oleh benda tersebut berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekerja padanya

(Hukum II Newton).

III. Jika suatu benda mengerjakan gaya (aksi) pada benda lain, maka benda yang

dikenai aksi akan melakukan gaya (reaksi) pada benda pertama yang besarnya sama

tetapi arahnya berlawanan gaya aksi (Hukum III Newton).

Ketiga hukum Newton tersebut berlaku dalam geometri ruang yang komutatif. Timbul

pertanyaan besar apakah hukumhukum Newton tersebut masih berlaku manakala geometri

ruang dan waktu tak lagi komutatif. Dalam artikel ini akan ditelaah hukum Newton tentang

gerak tersebut dalam ruang fase klasik tak komutatif atau lebih dikenal dengan

noncomutative geometry (NCG). Dalam satu dekade terakhir kajian tentang NCG dalam

fisika mendapat perhatian serius dari para fisikawan. NCG memiliki peran penting dalam

mengungkap struktur ruang waktu pada skala amat sangat kecil (skala Planck). Skala Planck

secara numerik diberikan oleh panjang Planck P l  10-33 cm dan interval waktu Planck P t 

10-44 detik. Gagasan tentang NCG pada skala Planck kali pertama dikemukakan oleh Snyder
pada tahun 1947 [1]. Snyder menyatakan bahwa invariansi Lorentz tidak mensyaratkan ruang

waktu sebagai kontinuum. Ruang waktu yang diskret menyebabkan ruang waktu tidak lagi

komutatif. Dengan kata lain, pada skala ini ruang waktu tidak lagi kontinu melainkan diskrit.

Mengingat data eksperimen mengenai ruang waktu pada skala kecil atau pada energi tinggi

sangat terbatas maka fisikawan berusaha menyusun model hukum alam untuk

menggambarkan ketakkomutatifan ruang waktu. Model yang dipakai biasanya merujuk pada

kaitan komutasi

dengan ij adalah tensor yang bernilai riil dan antisimetris terhadap pertukaran indeks

sedangkan ij  adalah delta kronecker. Konsep NCG tidak hanya terbatas pada observabel

ruang waktu tetapi dapat diperluas pada variabel ruang fase klasik sehingga memunculkan

gagasan mekanika klasik dalam ruang fase tak komutatif.

Hukum Newton II berbunyi sebagai berikut: Percepatan yang dihasilkan oleh resultan

gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan

resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda. Secara matematis, hukum II

Newton dirumuskan : ∑F = m* a (2)

∑F adalah gaya resultan (N) m adalah massa benda (kg) a adalah percepatan yang

dialami ( m/s2 ).

Persamaan diatas merupakan persamaan hukum II Newton yang menjelaskan

hubungan antara resultan gaya dengan percepatan yang dialami benda bermassa tetap.
Sedangkan dalam Isaac Newton (1687), menyatakan dalam Hukum III miliknya bahwa

“Gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama, dengan arah terbalik, dan

segaris. Artinya jika ada benda A yang memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B

akan memberi gaya sebesar –F kepada benda A. F dan –F memiliki besar yang sama namun

arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi, dengan F disebut

sebagai aksi dan –F adalah reaksinya.” Hukum ini yang dikenal sebagai Hukum III Newton

dalam karyanya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, yang pertama kali diterbitkan

pada 5 Juli 1687.

Hukum II newton “Jika resultan gaya pada suatu benda tidak nol, maka benda akan

mengalami perubahan kecepatan.” Makna dari hukum II newton ini adalah jika ada gaya

yang tidak berimbang terjadi pada sebuah benda, maka benda yang semula diam akan

bergerak dengan kecepatan tertentu, atau jika benda semula bergerak dapat menjadi diam

(kecepatan nol). Bertambah kecepatannya atau melambat karena dipengaruhhi gaya luar tadi.

Hal ini dapat diungkapkan dalam rumus hukum newton, yaitu :

∑F = m.a

Dimana a adalah percepatan, m adalah massa, dan ∑F merupakan gaya total. Simbol

∑ (sigma) berarti “jumlah dari”, F adalah gaya, sehingga ∑F berarti jumlah vektor dari

semua gaya yang bekerja pada benda tersebut, yang didefinisikan sebagai gaya total.

Hukum II newton tentang gerak menyatakan bahwa perubahan dari gerak selalu

berbanding lurus terhadap gaya yang dihasilkan atau bekerja, dan memiliki arah yang sama

dengan garis normal dari titik singgung gaya benda.

Hukum Newton 2 menyatakan, percepatan sebuah benda akan berbanding lurus

dengan gaya total yang bekerja padanya serta berbanding terbalik dengan massanya. Arah

percepatan akan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Melalui hukum ini, gaya
benda menjadi semakin besar ketika mendapatkan dorongan gaya searah laju arah benda

tersebut. Sebaliknya, jika diberikan gaya berlawanan (gaya tolak) melawan gaya benda itu,

laju gaya akan melambat atau mengecil karena terjadi perubahan kecepatan dan perubahan

laju. Besar kecilnya perlambatan atau percepatan yang diberikan pada benda maka

memengaruhi arah gerak benda.

Contoh Hukum Newton 2 yaitu terlihat pada waktu melempar batu secara vertikal ke

atas. Awalnya batu melaju konstan ke atas, lalu melambat dan berhenti akibat adanya gaya

gravitasi. Batu tersebut selanjutnya turun ke Bumi dengan kecepatan dari massa batu

ditambah gaya gravitasi yang mempercepatnya.

Sejarah

Hukum kedua Newton dalam bahasa aslinya (latin) berbunyi:

Lex II: Mutationem motus proportionalem esse vi motrici impressae, et fieri secundum

lineam rectam qua vis illa imprimitur.

Diterjmahkan dengan cukup tepat oleh Motte pada tahun 1729 menjadi:

Law II: The alteration of motion is ever proportional to the motive force impress'd; and is

made in the direction of the right line in which that force is impress'd.

Yang dalam Bahasa Indonesia berarti:

Hukum Kedua: Perubahan dari gerak selalu berbanding lurus terhadap gaya yang

dihasilkan / bekerja, dan memiliki arah yang sama dengan garis normal dari titik singgung

gaya benda.

Pentingnya Hukum Newton Dan Jangkauan Validitasnya


Hukum-hukum Newton sudah diverifikasi dengan eksperimen dan pengamatan

selama lebih dari 200 tahun, dan hukum-hukum ini adalah pendekatan yang sangat baik untuk

perhitungan dalam skala dan kecepatan yang dialami oleh manusia sehari-hari. Hukum gerak

Newton dan hukum gravitasi umum dan kalkulus, (untuk pertama kalinya) dapat

memfasilitasi penjelasan kuantitatif tentang berbagai fenomena-fenomena fisis.

Ketiga hukum ini juga merupakan pendekatan yang baik untuk benda-benda makroskopis

dalam kondisi sehari-hari. Namun hukum newton (digabungkan dengan hukum gravitasi

umum dan elektrodinamika klasik) tidak tepat untuk digunakan dalam kondisi tertentu,

terutama dalam skala yang amat kecil, kecepatan yang sangat tinggi (dalam relativitas

khusus, faktor Lorentz, massa diam, dan kecepatan harus diperhitungkan dalam perumusan

momentum) atau medan gravitasi yang sangat kuat. Maka hukum-hukum ini tidak dapat

digunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena seperti konduksi listrik pada

sebuah semikonduktor, sifat-sifat optik dari sebuah bahan, kesalahan pada GPS sistem yang

tidak diperbaiki secara relativistik, dan superkonduktivitas. Penjelasan dari fenomena-

fenomena ini membutuhkan teori fisika yang lebih kompleks, termasuk relativitas

umum dan teori medan kuantum.

Dalam mekanika kuantum konsep seperti gaya, momentum, dan posisi didefinsikan

oleh operator-operator linier yang beroperasi dalam kondisi kuantum, pada kecepatan yang

jauh lebih rendah dari kecepatan cahaya, hukum-hukum Newton sama tepatnya dengan

operator-operator ini bekerja pada benda-benda klasik. Pada kecepatan yang mendekati

kecepatan cahaya, hukum kedua tetap berlaku seperti bentuk aslinya F = dpdt, yang

menjelaskan bahwa gaya adalah turunan dari momentum suatu benda terhadap waktu, namun

beberapa versi terbaru dari hukum kedua tidak berlaku pada kecepatan relativistik.
DAFTAR PUSTAKA

Snyder, H., Quantized Space Time, Physical Review 71, 38 (1947)

Romero, J.M., dkk., 2003, Newton’s Second Law on Noncomutative Geometry, Physics Letter

A, 310:9

Wei, G.F., dkk, 2008, Classical Mechanics in non- comutative Phase Space, Chinnes Physics

C, 32:5 hal 338-341.

Siahaan, T., 2004, Medan Klein Gordon dan Medan Dirac Pada Ruang Minkowski Tak

Komutatif, Skripsi, UGM Yogyakarta.

Moyal, J.E., 1949, Quantum Mechanics as a Statistical Theory, Proc. Cambridge Phil.Soc.,

Hal 45,99

Bertolami O, Rosa J. G., 2005, Noncomutative Gravitational Quantum Well, Physical Review

D, 72: 025010

Wahid A.M.,Rahmadhani F., Eksperimen Menghitung Momen Inersia dalam Pesawat

Atwood Menggunakan Katrol dengan Penambahan Massa Beban., Jurnal PHI, hal 1-

7,2019
ii) Hooke’s law

Tinjauan Pustaka

Sebuah pegas yang salah satu ujungnya digantungkan pada batang statif, sedangkan

ujung lain dibiarkan bebas. Jika pada ujung bebas digantungkan beban, pegas akan

mengalami perubahan panjang. Jika gaya itu dihilangkan, bebas akan kembali ke keadaan

awal. Jika massa beban yang digantungkan pada ujung pegas terus diperbesar, dalam batas

tertentu pegas akan rusak. Kasus pegas yang diletakkan secara horizontal. Jika beban

digerakkan ke kanan, beban akan menarik pegas. Jika beban digerakkan ke kanan beban akan

menekan pegas. Pegas akan mengerjakan gaya pada beban untuk mengembalikan ke posisi

keseimbangan. Gaya pada pegas itu disebut gaya pemulih. Besarnya gaya pemulih F

sebanding dengan perubahan panjang pegas Δx baik pada waktu pegas itu ditarik maupun

ditekan. Jadi bunyi hukum hooke “gaya tarik atau tekan pada pegas berbanding lurus dengan

perubahan panjang pegas” . Secara matematis:

F= -k∆x

k adalah konstanta (tetapan) yang menunjukkan kekakuan pegas. Tanda negatif menunjukkan

gaya pemulih selalu berlawanan arah dengan pergeseran Δx. Hubungan antara gaya F dan

pertambahan panjang Δx dapat dijelaskan pada grafik berikut:


Sampai pada titik batas proporsional grafik berbentuk garis lurus, artinya besar gaya F

sebanding dengan pertambahan panjang Δx. Sampai pada titik batas elastisitasnya, benda

tetap akan kembali ke keadaan awal jika gaya dihilangkan. Titik asal O (0,0) sampai batas

elastisitas disebut daerah elastis. Jika benda ditarik lagi melebihi batas elastisitas maka benda

memasuki daerah plastis. Daerah plastis adalah daerah ketika benda elastis tidak akan

kembali ke keadaan awalnya meskipun gaya dihilangkan. Benda menjadi rusak secara

permanen (terdeformasi). Panjang maksimum benda elastis dicapai pada titik putus atau

broken point. Gaya maksimum yang bekerja pada benda elastis tanpa menyebabkannya putus

dikenal sebagai kekuatan bahan.

Penerapan konsep Hooke dalam Teknologi

1. Neraca

Neraca atau timbangan juga menggunakan pegas. Prinsip kerja neraca pegas (dinamometer)

sama halnya dengan prinsip hukum hooke. Dimana ketika neraca pegas diberikan beban

maka akan terjadi perubahan panjang pegas sehingga menunjukkan skala tertentu sebagai

hasil timbangan. Neraca lain juga bekerja seperti itu agar setelah beban dihilangkan akan

kembali ke skala nol.


2. Shock Breaker

Teknologi kendaraan penumpang saat ini menggunakan suspensi yang salah satu

komponennya adalah pegas. Pengaturan suspensi dapat dilihat melalui karakteristik suspensi

yang sesuai dengan kebutuhan pemakai. Mobil sedan dengan suspesnsi yang lunak dengan

menggukan pegas spiral yang relatif lunak (konstanta kecil). Sedangkan untuk mobil barang,

biasanya menggunakan pegas kuat (konstanta besar). Pegas tersebut dimaksudkan agar

sanggup menahan beban dengan jumlah yang besar. Penganturan tersebut dapat diterapkan

pada kendaraan roda dua. Jenis susunan pegas yang digunakan adalah pegas paralel.

Hukum hooke menyatakan hubungan antara gaya yang meregangkan suatu zat elastis dan

pertambahan panjang zat elastis. "Pada daerah elastisitas benda, gaya yang bekerja pada

benda sebanding dengan pertambahan panjang benda"disebut hukum hooke.

Elastisitas adalah: Kecenderungan pada suatu benda untuk berubah dalam bentuk baik

panjaang, lebar maupun tingginya, tetapi massanya tetap, hal itu disebabkan oleh gaya-gaya

yang menekan atau menariknya, pada saat gaya ditiadakan bentuk benda kembali seperti

semula.

X = y sebanding F

F = Gaya pegas dalam N

y = Pertambahan panjang dalam m k = Konstanta pegas dalam Nm-1 F = -k. y

Tanda (-) menunjukkan bahwa arah gaya (F) berlawanan dengan arah simpangan ( y). Grafik

hubungan antara gaya (F) dengan pertambahan panjang (

y) pegas.

Pada waktu benda ditarik dengan gaya F, pegas mengadakan gaya yang besarnya sama

dengan gaya yang menarik, tetapi arahnya berlawanan (F aksi = F reaksi). Jika gaya ini kita
sebut dengan gaya pegas Fp, gaya ini tentu saja sebanding dengan pertambahan panjang

pegas x. Sehingga untuk Fp dapat dirumuskan sebagai Fp = - k x.

Pada daerah elastic benda, gaya yang bekerja pada benda sebanding dengan pertambahan

panjang benda. Sifat pegas seperti yang dinyatakan hukum Hooke tidak terbatas pada pegas

yang direnggangkan.Pada pegas yang dimampatkan juga berlaku hukum Hooke, selama

pegas masih ada pada daerah ekastisitasnya.Sifat pegas yang seperti ini banyak digunakan di

dalam kehidupan sehari – hari misalnya pada neraca pegas, bagian – bagian mesin, dan pada

kendaraan bermotor modern (pegas sebagai peredam kejut).

Apabila kita menarik sebuah pegas untuk melatih otot dan dada kita, pegas berubah bentuk,

yaitu semakin panjang.Ketika tarikan pada pegas kita dilepaskan, pegas segera kembali

kebentuk semula.Dan perhatikan juga pada anak – anak yang menaruh batu kecil pada karet

ketapelnya dan menarik karet tersebut sehingga karet bentuknya berubah.Pegas dan karet

adalah contoh benda elastic. Sifat elastic atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda

untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu

dihilangkan.

Gambar 1 Pertambahan Panjang Gambar 2 Rakitan Statif/Penyanggah


DAFTAR PUSTAKA

Bakhri. (2016). “Penggunaan Alat Peraga Pembelajaran Fisika Berbasis Lingkungan pada

Materi Cahaya di SMPN 1 Darussalam”. Skripsi, Banda Aceh: UIN Ar-Raniry.

Giancoli, Dauglas C. (2001). Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Lusiana.,L.Y.,Dkk. “Pembelajaran Materi Elastisitas Dan Hukum Hooke Dengan Model

Pembelajaran Guided Discovery Di Sma Negeri 1 Jenggawah”. Jurnal Pembelajaran

Fisika, Vol 6 No. 1, hal 68-74. 2017

Qaddafi.,M., Iswandi.,R. “Uji Coba Alat Eksperimen Hukum Hooke PadaPenentuan

Konstanta Pegas Dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas XI Sma Negeri 1

Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar”., Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 3

No. 1, hal 52-56.


iii) Rotational inersia

Fisika sebagai ilmu merupakan produk yang menghasilkan ketetapan, postulat,

konsep, hukum dan teori. Fisika pun dapat dipandang sebagai sebuah proses, oleh karena itu

produk-produk dari fisika didapatkan dari proses ilmiah yang meliputi, pengamatan, dugaan/

hipotesis, penelitian/ eksperimen, penarikan kesimpulan, dan juga publikasi (Yusuf, 2015).

Salah satu proses penting dalam fisika adalah eksperimen, karena fisika didasarkan pada

gejala-gejala fisis yang dapat dijelaskan melalui observasi dan eksperimen yang dilakukan.

Terdapat banyak cara untuk melakukan eksperimen, salah satunya adalah dengan pengukuran

dalam praktikum (Rivia, 2016). Diantara tujuan dari ilmu fisika adalah mempelajari gerak

objek baik itu benda atau makhluk hidup. Gerak mempunyai sifat umum yang dapat

diklasifikasikan sebagai kinematik, sifat umum itu berupa asumsi bahwa gerak hanya berada

disepanjang garis lurus baik vertikal, horizontal maupun miring. Objek bergerak dapat berupa

partikel dan setiap bagian bergerak dalam arah dan kecepatan yang sama (Halliday, Resnick,

& Walker, 2010). Gerak terbagi menjadi dua berdasarkan kecepatan yang terjadi pada benda

yaitu, gerak rotasi dan gerak translasi (Tristiono, 2011).

Penerapan terpenting dari kedua gerak ini adalah gerak menggelinding pada roda

ataupun objek seperti roda, dimana semua titik pada roda bergerak dengan laju sudut  yang

sama. (Halliday, Resnick, & Walker, 2010) Gerak rotasi dan translasi tidak dapat dipisahkan

dari momen inersia. Hal ini dikarenakan, momen inersia adalah besaran turunan yang

dipengaruhi oleh jari-jari suatu benda.

Apabila suatu benda memiliki jari-jari maka benda tersebut akan memiliki kecepatan

sudut dan membuatnya berotasi (Riswanto, 2014; Jumini, 2013). Momen inersia adalah

ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi pada porosnya, momen inersia juga disebut

sebagai besaran pada gerak rotasi yang analog dengan massa pada gerak translasi
(Banjarnahor, 2012; Zhang, 2014). Jika momen inersia besar maka benda akan sulit untuk

melakukan perputaran dari keadaan diam dan semakin sulit berhenti ketika dalam keadaan

berotasi, itu sebabnya momen inersia juga disebut sebagai momen rotasi (Rivia, 2016). Setiap

benda tegar bergerak melingkar di masing-masing titik partikel geraknya, hal ini merupakan

acuan tertentu yang dapat ditentukan dengan momen inersia (Sahala S., 2013). Besar momen

inersia pada silinder pejal dapat dicari dengan persamaan 1: 2 I  kMR (1) Dimana : I adalah

momen inersia (kg.m2 ), k merupakan konstanta dari bentuk benda, m adalah massa benda

(kg) dan R 2 merupakan kuadrat dari jari-jari benda (m2 ) (Hajderi, 2012).

Momen inersia pada suatu benda tegar dapat ditentukan massa dan dimensi fisiknya,

baik dengan cara matematis maupun eksperimen. Metode eksperimen dapat dilakukan

sebagai pembuktian sebuah konsep mengenai momen inersia, besaran-besaran yang terukur

dan yang mempengaruhi nilai momen inersia (Hara, 2012). Momen inersia dipengaruhi oleh

jarijari (jarak benda dari sumbu). Benda yang berbentuk sama namun momen inersianya bisa

saja berbeda karena pengaruh jari-jari. Semakin besar jari-jari benda maka semakin besar

momen inersianya (Tipler, 1998). Hal ini didasarkan pada silinder pejal yang tidak memiliki

rongga, sehingga jari-jari yang dimiliki utuh (Zafar, 2012).

Silinder pejal tanpa rongga memiliki konstanta yang sama dengan silinder pejal

berongga yaitu 1/2 , akantetapi berbeda dari jari-jari. Silinder pejal hanya memiliki 1 besar

jari-jari, tanpa jari-jari dalam (Giancoli, 2013). Teorema sumbu sejajar yang menyatakan

bahwa momen kelembaman benda terhadap sumbu yang sejajar dengan sumbu yang melalui

titik pusat masa pada benda tegar (Kuntoro P. & Murdaka Eka J., 2009). Teorema ini

menyatakan hasil nilai dengan momen inersia benda terhadap sumbu melalui titik pusat

massanya ditambah dengan hasil kali antara massa bendadengan jarak kuadrat dari kedua

yang sejajar itu (Mochlas, 2016). Mengacu pada teorema tersebut momen inersia dapat
dibuktikan dalam teknik integral dengan mengintegralkan jari-jari terhadap massa benda

(Krishnan, 2016).

Penerapannya dalam pendidikan, seperti di pelajaran fisika terdapat kompetensi untuk

menentukan momen inersia. Materi tersebut dibahas lebih secara mendalam mengenai benda

tegar, karena bentuknya yang beraturan sehingga mudah ditentukan. Permasalahan yang

terjadi pada kebanyakan peserta didik adalah tidak mudahnya dalam membedakan konstanta

dan kurangnya pemahaman konsep terhadap momen inersia. Untuk menentukan nilai momen

inersia dan termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi benda ketika menggelinding dapat

diketahui dari pengolahan tinjauan gerak benda. Namun gerak benda tersebut harus konstan,

hal ini bertujuan agar data yang dihasilkan mempunyai tingkat akurat dan ketelitian yang

tinggi (Setyawan, 2017). Eksperimen gerak menggelinding pada silinder pejal pada bidang

miring dibantu olahan data dalam sebuah aplikasi Tracker. Penggunaan aplikasi Traker

berfungsi untuk dapat menggetahui perubahan kecepatan benda setiap saat (Juansyah, 2015).

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan momen inersia pada gerak menggelinding silinder

pejal dengan perhitungan integral dan dengan bantuan aplikasi Tracker


DAFTAR PUSTAKA

Rivia, N. (2016). Pembuatan Alat Ukur Momen Inersia Benda Digital Menggunakan Sensor

Optocoupler. Pillar Of Physics , 8, 81-88.

Sahala S., S. (2013). Penentuan Inersia Benda Tegar Dengan Bandul Fisis.

PendidikaMatematika Dan IPA , 4 (2), 36-42.

Setyawan, D. N. (2017). Pengembangan Pembelajaran Berbasis Saintifik pada Materi

Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis dan Komunikasi Verbal Siswa SMA. Jurnal Penelitian Pembelajaran

Fisika , 8 (1), 14-25.

Tipler. (1998). Fisika Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Tristiono, T. (2011). Luas Daerah, Titik Berat Dan Momen Inersia Polar Kardioda. Agri-tek ,

12 (1), 44-49.

Yusuf, K. (2015). Penentuan Momen Inersia dengan Video Analisis. 1, pp. 1-6. Wonosobo:

SNFPF.

Zafar, H. (2012). measurement rotational inertia ( ring anf disc ) with high percentage

accuracy Using rotary motion sensor and three step pulley. International journal of aplied

science and technology , 2 (2), 110- 113.

Zhang, C. (2014). Moment Of Inertia Measurement Based On Displacement Sensor. Bio

Technology An Indian Journal , 10 (13), 7501-7505.


iv) Variable G

Pembelajaran Fisika yang dilakukan di kelas akan lebih menarik jika siswa ataupun

mahasiswa bisa langsung mempraktikan teori yang telah diperoleh, apalagi jika dapat

dilakukan dengan hal-hal yang sederhana. Dengan praktek maka kemampuan psikomotorik

seseorang akan lebih cepat berkembang dan tentunya Fisika akan lebih menarik. Eksperimen

dilakukan untuk membuktikan kebenaran teori sedangkan teori digunakan untuk memandu

jalannya sebuah eksperimen. Nilai percepatan gravitasi dapat dicari dengan berbagai model

seperti gerak harmonik sederhana dengan model bandul sederhana (Syahrul dkk., 2013)

ataupun model gerak jatuh bebas. Gerak jatuh bebas adalah gerak jatuh benda pada arah

vertikal dari ketinggian tertentu tanpa kecepatan awal (Giancolli, 2001). Sebuah benda jatuh

bebas dengan gerak vertikal ke bawah akan mengalami pertambahan percepatan secara linier.

Sehingga benda tersebut dapat dikatakan mengalami Gerak Lurus Berubah Beraturan.

Adapun percepatan gerak benda yang dimaksud disini ialah percepatan gravitasi (Toda dkk.,

2020). Percepatan konstan untuk gerak jatuh bebas semua benda akan jatuh dengan

percepatan yang sama jika tidak ada udara dan hambatan lainnya (Young, 2002). Percepatan

konstan untuk gerak jatuh bebas adalah percepatan akibat gravitasi bumi, sehingga nilai

percepatan benda pada saat mengalami gerak jatuh bebas adalah mendekati nilai percepatan

gravitasi bumi. Berdasarkan Penelitian (Rosdianto, 2017) nilai percepatan gravitasi melalui

eksperimen gerak jatuh bebas diperoleh sebesar 9,831302275 m/s2 . Apabila kita melepaskan

bola atau suatu benda di sekitar bumi benda akan ditarik oleh bumi, dikatakan di daerah

tersebut berada di daerah gravitasi bumi. Misalnya sebuah benda yang berada dipermukaan

bumi, maka gaya gravitasi yang dialami benda adalah sebagai berikut:
Dengan F ialah gaya gravitasi (N), G adalah konstanta gravitasi, m adalah massa yang diuji

(yang menghasilkan gaya gravitasi), M adalah massa bumi, R adalah jarak titik terhadap

pusat bumi, g adalah kuat medan gravitasi di suatu titik atau percepatan gravitasi disuatu titik

(Abdullah, Mikrajuddin, 2016). Berdasarkan teori di atas maka perlu dilakukan pembuktian

melalui eksperimen gerak jatuh bebas. Pengukuran parameter gerak jatuh bebas dalam

eksperimen selama ini masih dilakukan secara manual. Beberapa set eksperimen gerak jatuh

bebas yang telah dikembangkan masih terbatas pada pencatatan waktu secara otomatis.

Pencatatan waktu masih menggunakan stopwatch sedangkan ketinggian benda masih diatur

secara manual. Selain itu, pengolahan data untuk mendapatkan nilai percepatan gravitasi

bumi masih dilakukan secara manual. Hal ini menyebabkan data hasil pengukuran memiliki

ketelitian dan ketepatan yang cukup rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan

terhadap set eksperimen gerak jatuh bebas untuk menghasilkan data dengan ketelitian dan

ketepatan yang baik. Berdasarkan latar belakang ini, dalam penelitian ini telah dibuat set

eksperimen gerak jatuh bebas berbasis photogate, sehingga pengukuran dilakukan secara

otomatis dan data yang dihasilkan lebih teliti dan akurat. Sensor photogate adalah alat

pengatur waktu yang berfungsi untuk mendeteksi sebuah objek sehingga dapat dihitung

lamanya waktu objek menghalangi sensor. Sensor photogate ini digunakan untuk pengukuran

yang sangat tepat pada kecepatan yang berdurasi tinggi maupun rendah. Alat ini untuk

memudahkan kita mengukur ataupun menghitumg kecepatan dari bola yang akan dijatuhkan

secara jatuh bebas.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I. Bandung, Institut Teknologi Bandung.

Giancolli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 2 edisi kelima. Jakarta, Erlangga.

Rosdianto, Haris. 2020. Penentuan Percepatan Gravitasi pada Gerak Jatuh Bebas dengan

Memanfaatkan Rangkaian Relai. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Vol. 2(2), 107-112.

Syahrul, John Adler, dan Andriana. 2013. Pengukur Percepatan Gravitasi Menggunakan

Gerak Harmonik Sederhana Metode Bandul. Jurnal Teknik Komputer-Unikom-

Komputika. Vol. (2)2, 5-9.

Toda, S.Y.G., Tati, M.Y.M., Bhoga, Y.C., dan Astro, R.B. 2020. Penentuan Percepatan

Gravitasi dengan Konsep Gerak Jatuh Bebas. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol. 4(1), 30-37

Young & freedman. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta, Erlangga.
v) Projectil motion

Asyhar (2011) dalam Riki Chandra Wijaya dkk menerangkan bahwa “Media

pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan

dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif

dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”. Sehingga,

media pembelajaran pendidikan memegang peranan yang penting dalam kegiatan

pembelajaran sebagai media pendidikan. Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang

dihindari oleh siswa. karena dalam pelajaran fisika begitu banyak konsepkonsepsains

bersifat fisik yang begitu sulitbagi siswa untuk dipahami secara teoritis.Salah satu materi

fisika yang begitu banyakdiajari secara teoritis di pembelajaran fisika ialah gerak

parabola sehingga Untuk mengatasikesulitan dalam pembelajaran berdasarkanteori

belajar dibutuhkan media pembelajaran(Wijaya, M, & Kamid, 2014).

Projectile launcher merupakan salah satu alat praktikum gerakparabola yang dapat

digunakan dalammenentukan jangkauan terjauh, tinggimaksimum, dan waktu tempuh peluru

dalam gerak parabola (Wijaya et al., 2014).

Kinematika adalah yang merupakan penjelasan mengenai bagaimana benda bergerak

(Giancoli, 2001)Sarojo dalam wijayanto,Susilawati menerangkan Beberapa jenis gerak

yaitu:

Gerak Lurus Beraturan

Gerak lurus beraturan adalah gerak benda titik yangmembuat lintasan berbentuk garis

lurus dengan sifatbahwa jarak yang ditempuh tiap satuan waktu tetap,baik besar maupun

arahnya. Gerak Lurus Berubah Beraturan Gerak lurus berubah beraturan ialah gerak benda

titikyang membuat lintasan berbentuk garis lurus dengansifat bahwa jarak yang ditempuh

tiap satuan waktutidak sama besar, sedangkan arah gerak tetap.


Disebut peluru(proyektil) adalah suatu benda yang diberi kecepatan awal lalu kemudian

menempuh lintasan yang arahnya sepenuhnya dipengaruhi oleh percepatan gravitasi dan

hambatan udara (Young, 2002). Sedangkan gerak peluru adalah gerak parabola (Giancoli,

2001). Posisi benda yang mengalami gerak peluru(dua dimensi) dengan kecepatan awal

vo ,dapatdiberikan dalam masing-masing komponengeraknya, yaitu (Hamdi&Supardi,

2011)

: x = vo cosα t

y = vo sinα t − 12gt2
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, R., dkk., (2014). Pengaruh Pembelajaran Guided Inquiry Berbantuan PhET (GBIP)

Terhadap Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi dan Tanggung Jawab Siswa Kelas XI

IPA pada Materi Teori Kinetik Gas,

Anwar, E. D. (2014). Pelatihan Pembuatan Alat-Alat Praktikum IPA Fisika Bagi Guru

IPA SMP/MTs Swasta Se-Kecamatan Winong Kab. Pati.

Astuti, N. H., (2017). Noviandini D., Sudjito, D. N. Penggunaan Diagram Venn untuk

Analisa Level

Dinavalentine, M., Noviandini D., D., Sudjito, D. N. (2017) Desain Modul Praktikum

Mandiri Tentang Pembiasan Cahaya Menggunakan Simulasi PhET “Bending Light”

untuk

Giancoli, D. C. (2001). Fisika (Edisi Keli). Jakarta: Erlangga.

Mahasiswa,.

Masykur, R., Nofrizal, & Syazali, M. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran

Matematika dengan Macromedia Flash. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika,

8(2).

vi) Conservation of

Hukum kekekalan , dalam fisika , sebuah prinsip yang menyatakan bahwa sifat fisik

tertentu (yaitu, kuantitas terukur) tidak berubah dalam perjalanan waktu dalam sistem fisik

yang terisolasi. Dalam fisika klasik, hukum jenis ini mengatur energi , momentum ,

momentum sudut , massa , dan muatan listrik . Dalam fisika partikel , hukum kekekalan lain
berlaku untuk sifat partikel subatomikyang tidak berubah selama interaksi. Sebuah fungsi

penting dari hukum kekekalan adalah bahwa mereka memungkinkan untuk memprediksi

perilaku makroskopik suatu sistem tanpa harus mempertimbangkan rincian mikroskopis dari

jalannya proses fisik atau reaksi kimia.

Kekekalan energi menyiratkan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau

dimusnahkan, meskipun dapat diubah dari satu bentuk ( mekanik , kinetik , kimia , dll.)

menjadi bentuk lain. Dalam sistem yang terisolasi jumlah semua bentuk energi karena itu

tetap konstan. Misalnya, benda jatuh memiliki jumlah energi yang konstan, tetapi bentuk

energinya berubah dari potensial menjadi kinetik. Menurut teorirelativitas , energi dan massa

adalah setara. Dengan demikian, massa diam suatu benda dapat dianggap sebagai bentuk

energi potensial , yang sebagiannya dapat diubah menjadi bentuk energi lain.

Kekekalan massa menyiratkan bahwa materi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan

—yaitu, proses yang mengubah sifat fisik atau kimia zat dalam sistem yang terisolasi (seperti

konversi cairan menjadi gas ) sehingga massa total tidak berubah. Sebenarnya, massa

bukanlah besaran yang kekal. Namun, kecuali dalam reaksi nuklir, konversi massa diam

menjadi bentuk energi massa lainnya sangat kecil sehingga, pada tingkat presisi yang tinggi,

massa diam dapat dianggap sebagai kekal. Baik hukum kekekalan massa dan kekekalan

energi dapat digabungkan menjadi satu hukum, kekekalan massa-energi.

Kekekalan momentum linier menyatakan fakta bahwa suatu benda atau sistem benda

yang bergerak mempertahankan momentum totalnya, hasil kali massa dan kecepatan vektor ,

kecuali jika gaya eksternal diterapkan padanya. Dalam sistem yang terisolasi (seperti alam

semesta), tidak ada gaya eksternal, sehingga momentum selalu kekal. Karena momentum

kekal, komponennya ke segala arah juga akan kekal. Penerapan hukum kekekalan momentum

penting dalam penyelesaian masalah tumbukan. Pengoperasian roket menunjukkan kekekalan


momentum: peningkatan momentum ke depan roket sama tetapi berlawanan tanda dengan

momentum gas buang yang dikeluarkan.

Kekekalan momentum sudut benda yang berputar analog dengan kekekalan

momentum linier. Momentum sudut adalah besaran vektor yang kekekalannya menyatakan

hukum bahwa benda atau sistem yang berputar terus berputar dengan kecepatan yang sama

kecuali jika gaya puntir, yang disebut torsi , diterapkan padanya. Momentum sudut setiap bit

materi terdiri dari produk massanya, jaraknya dari sumbu rotasi, dan komponen kecepatannya

tegak lurus terhadap garis dari sumbu.

Kekekalan muatan menyatakan bahwa jumlah total muatan listrik dalam suatu sistem

tidak berubah terhadap waktu. ditingkat subatomik , partikel bermuatan dapat dibuat, tetapi

selalu berpasangan dengan muatan positif dan negatif yang sama sehingga jumlah total

muatan selalu tetap.

Dalam fisika partikel, hukum kekekalan lain berlaku untuk sifat-sifat tertentu dari

partikel nuklir, seperti bilangan baryon , bilangan lepton , dan keanehan. Hukum seperti itu

berlaku di samping hukum massa, energi, dan momentum yang ditemui dalam kehidupan

sehari-hari dan dapat dianggap sebagai analog dengan kekekalan muatan listrik. Lihat juga

simetri .

Hukum kekekalan energi, momentum, dan momentum sudut semuanya diturunkan

dari mekanika klasik . Namun demikian, semua tetap benar dalam mekanika kuantum dan

mekanika relativistik , yang telah menggantikan mekanika klasik sebagai hukum paling

mendasar dari semua hukum. Dalam arti yang paling dalam, ketiga hukum kekekalan

mengungkapkan fakta, masing-masing, bahwa fisika tidak berubah dengan berlalunya waktu,

dengan perpindahan dalam ruang, atau dengan rotasi dalam ruang.


Dalam mekanika kontinum, bentuk paling umum dari hukum kekekalan eksak

diberikan oleh persamaan kontinuitas . Misalnya, kekekalan muatan listrik q adalah

di mana ∇⋅ adalah divergensi operator, ρ adalah densitas q (jumlah per satuan

volume), j adalah fluks q (jumlah melintasi area unit satuan waktu), dan t adalah waktu.

Jika kita mengasumsikan bahwa gerak u dari muatan adalah fungsi kontinu dari posisi dan

waktu, maka

Dalam satu dimensi ruang ini dapat dimasukkan ke dalam bentuk persamaan

hiperbolik kuasilinear homogen orde pertama :

di mana variabel dependen y disebut kerapatan dari kuantitas yang dilestarikan , dan A ( y )

disebut Jacobian saat ini , dan notasi subskrip untuk turunan parsial telah digunakan. Kasus

tidak homogen yang lebih umum:

bukan persamaan konservasi tetapi jenis umum persamaan keseimbangan

yang menggambarkan sistem disipatif . Variabel terikat y disebut besaran tak kekal , dan

suku tak homogen s ( y , x , t ) adalah sumber , atau disipasi . Misalnya, persamaan

keseimbangan semacam ini adalah persamaan momentum dan energi Navier-Stokes ,

atau keseimbangan entropi untuk sistem terisolasi umum .

Dalam ruang satu dimensi persamaan kekekalan adalah persamaan

hiperbolik kuasilinier orde satu yang dapat dimasukkan ke dalam bentuk adveksi :

di mana variabel dependen y ( x , t ) disebut kerapatan besaran (skalar) yang dilestarikan ,

dan a ( y ) disebut koefisien arus , biasanya sesuai dengan turunan parsial dalam besaran

yang dilestarikan dari rapat arus dari kuantitas j ( y ): [4]

Dalam hal ini karena aturan rantai berlaku:

persamaan konservasi dapat dimasukkan ke dalam bentuk rapat arus:


Dalam ruang dengan lebih dari satu dimensi definisi sebelumnya dapat diperluas ke

persamaan yang dapat dimasukkan ke dalam bentuk:

di mana kuantitas yang dilestarikan adalah y ( r , t ),  menunjukkan produk

skalar , ∇ adalah nabla operator, di sini menunjukkan gradien , dan sebuah ( y ) adalah vektor

koefisien saat ini, analog sesuai dengan perbedaan dari vektor kerapatan arus terkait dengan

kuantitas dilestarikan j ( y ):

Ini adalah kasus untuk persamaan kontinuitas :

Berikut kuantitas dilestarikan adalah massa , dengan kerapatan ρ ( r , t ) dan kerapatan

arus ρ u , identik dengan kepadatan momentum , sementara u ( r , t ) adalah kecepatan

aliran .

Dalam kasus umum, persamaan konservasi dapat juga merupakan sistem dari persamaan

semacam ini ( persamaan vektor ) dalam bentuk: [4]

di mana y disebut kuantitas ( vektor ) yang kekal , y adalah gradiennya , 0 adalah vektor nol ,

dan A ( y ) disebut Jacobian rapat arus. Sebenarnya seperti dalam kasus skalar sebelumnya,

juga dalam kasus vektor A ( y ) biasanya sesuai dengan Jacobian dari matriks kerapatan

arus J ( y ):

dan persamaan kekekalan dapat dimasukkan ke dalam bentuk:

Misalnya, kasus persamaan Euler (dinamika fluida). Dalam kasus inkompresibel sederhana

mereka adalah:

di mana:

 u adalah vektor kecepatan aliran , dengan komponen dalam ruang dimensi-

N u  1 , u  2 , … u  N ,


 s adalah tekanan spesifik (tekanan per satuan densitas )

DAFTAR PUSTAKA
Abidin.,J. (2020). Pengaruh Penguasaan Hukum Kekekalan Energi Mekanik Terhadap Hasil

Belajar Fisika Materi Pokok Mekanika Fluida. Jurnal ESTUPRO Vol. 5 No. 2 Mei –

Agustus 2020

Britannica, Editor Ensiklopedia. “hukum konservasi”. Encyclopedia Britannica , 26 April

2021, https://www.britannica.com/science/conservation-law. Diakses 26 Agustus 2021.

Giancoli, D. C. (2001). Fisika (Edisi Keli). Jakarta: Erlangga.

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Conservation_law

Rizky.,A.,M. (2018). Identifikasi Model Mental Siswa Dan Faktorfaktornya Pada Hukum

Kekekalan Energi Mekanik Di Tiga Sma/Ma Kabupaten Sragen. Skripsi

Young & freedman. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta, Erlangga

Anda mungkin juga menyukai