Anda di halaman 1dari 82

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI

SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH 8 CIDOKOM

OLEH

ADIYATMA NATAWIGUNA

2018920005

PROGRAM STUDI MEGISTER STUDY ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
CIRENDEU
2020
II
UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH 8 CIDOKOM

Proposal tesis ini diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester di Pasca
Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta program Magister Studi Islam Jurusan
Pendidikan Agama Islam

OLEH

ADIYATMA NATAWIGUNA

2018920005

PROGRAM STUDI MEGISTER STUDY ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
CIRENDEU
2020
1
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis yang berjudul “UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM


MENINGKATKAN PRESTASI SANTRI DI PONDOK PESANTREN
DARUNNAJAH 8 CIDOKOM” yang ditulis oleh ADIYATMA NATAWIGUNA
dengan Nomor Pokok : 2018920005 disetujui untuk diajukan kedalam Sidang Tesis
Konsentrasi Pendidikan Magister Studi Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Jakarta

Jakarta, 8 Juli 2021

Pembimbing

M. Hilali Basya, MA. Ph.D

I
LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI

SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH 8 CIDOKOM

Disusun oleh :

ADIYATMA NATAWIGUNA

Nomor Pokok: 2018920005

Dipertahankan di depan Tim Penguji Tesis

Program Studi Magister Studi Islam FAI-UMJ

Tanggal …..

TIM PENGUJI

M. Hilali Basya, MA, Ph.D.


Ketua ………..……..…… ………………………
Angger Kusumodewi, SE.
Seketaris ………..……..…… ………………………
M. Hilali Basya, MA, Ph.D.
Dosen Pembimbing ………..……..…… ………………………

Jakarta,
Program Studi Magister Studi Islam
Fakultas Agama Islam UMJ
Kaprodi,

______________________

II
FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Program Studi Magister Studi Islam

ADIYATMA NATAWIGUNA

2018920005

Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi Santri Di Pondok


Pesantren Darunnajah 8 Cidokom

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan


kepala sekolah di Darunnajah 8 Cidokom beserta kebijakan dan kendala-kendala
yang dihadapi, serta faktor apa yang dapat mendukung prestasi santri

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif


dengan pendekatan kualitatif, yakni penelitian dalam mengindentifikasi upaya yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam meningkatkan prestasi santri. Adapun teknik
yang digunakan melalui studi kasus berdasarkan sumber yang ada relevansi dengan
masalah yang dibahas pada Tesis ini.

Hasil penelitian, dapat disimpulkan adalah Kepala Sekolah secara


konsisten dapat meningkatkan seluruh kegiatan formal dan non formal yang ada di
Darunnajah Cidokom dengan upaya-upaya serta strategi yang disesuaikan dengan
kebutuhan pondok. Perlu disadari bahwa dalam meningkatkan prestasi siswa
dibutuhkan guru yang kompeten sehingga upaya kepala sekolah dalam meningkatkan
prestasi siswa tidak lepas dari upaya Kepala Sekolah terhadap peningkatan guru
tersebut. Hal ini juga mengindikasikan keterlebitan guru dari berbagai kegiatan yang
ada di Darunnajah 8 Cidokom. Selain itu strategi lain ialah mengadakan berbagai
seminar bahasa serta kurus bahasa sebagai salah satu faktor utama untuk dapat belajar
di Darunnajah 8 Cidokom.

III
FACULTY OF ISLAMIC RELIGION

FACULTY OF ISLAMIC RELIGION

Master's Program of Islamic Studies

ADIYATMA NATAWIGUNA

2018920005

The Principal's Efforts for Improving Student Achievement at Pondok


Pesantren Darunnajah 8 Cidokom

Abstract

The purpose of this study is to find out the influence of the leadership of the principal
in Darunnajah 8 Cidokom along with the policies and obstacles, as well as what
factors can support the achievements of students

In this study, the method used is descriptive method with qualitative approach,
namely research in identifying the efforts made by the Principal forimproving the
achievement of students. The techniques used through case studies based on existing
sources are relevant to the problems discussed in this Thesis

The result of the study, it can be concluded that the Principal can consistently
improved all formal and non-formal activities in Darunnajah Cidokom with efforts
and strategies tailored to the needs of the cottage. It should be realized that in
improving student achievement, a competent teacher is needed so that the
headmaster's efforts in improving student achievement cannot be separated from the
principal's efforts towards improving the teacher It also indicates the teacher's
diskeability from various activities in Darunnajah 8 Cidokom. In addition, another
strategy is to hold various language seminars as well as language skinny as one of the
main factors to be able to study at Darunnajah 8 Cidokom

IV
‫كلية الدين اإلسالمي‬

‫جامعة احملمدية جاكرتا‬

‫برنامج املاجستري للدراسات اإلسالمية‬

‫اديامتا ناتاوجيونا‬

‫‪2018920005‬‬

‫جهود مدير المدرسة في تحسين تحصيل الطالب في بوندوك بيساندرن داروناجا ‪ 8‬سيدوكوم‬

‫جتريدي‬

‫الغرض من هذه الدراسة هو معرفة تأثري قيادة مدير املدرسة يف داروناجا ‪ 8‬سيدوكوم جنبا إىل جنب‬

‫مع السياسات والعقبات اليت تواجهها‪ ،‬فضال عن ما هي العوامل اليت ميكن أن تدعم إجنازات الطالب‬

‫يف هذه الدراسة‪ ،‬الطريقة املستخدمة هي طريقة وصفية مع هنج نوعي‪ ،‬وهي البحث يف حتديد اجلهود‬

‫اليت يبذهلا مدير املدرسة يف حتسني حتصيل الطالب‪ .‬التقنيات املستخدمة من خالل دراسات احلالة‬

‫على أساس املصادر املوجودة ذات صلة باملشاكل اليت نوقشت يف هذه األطروحة‬

‫نتيجة الدراسة‪ ،‬ميكن أن يستنتج أن املدير ميكن أن حتسن باستمرار مجيع األنشطة الرمسية وغري الرمسية‬

‫يف داروناجا سيدوكوم مع اجلهود واالسرتاتيجيات املصممة خصيصا الحتياجات الكوخ‪ .‬وينبغي‬

‫إدراك أن حتسني حتصيل الطالب يتطلب وجود معلمني أكفاء حبيث ال ميكن فصل جهود مدير‬

‫املدرسة يف حتسني حتصيل الطالب عن جهود مدير املدرسة الرامية إىل حتسني املعلم‪ .‬كما يشري إىل‬

‫قابلية املعلم لالنزك من خمتلف األنشطة يف داروناجا ‪ 8‬سيدوكوم‪ .‬وباإلضافة إىل ذلك‪ ،‬هناك‬

‫اسرتاتيجية أخرى هي عقد ندوات لغوية خمتلفة فضال عن اللغة النحيلة كأحد العوامل الرئيسية‬

‫لتكون قادرة على الدراسة يف داروناجا ‪ 8‬سيدوكوم‬

‫‪V‬‬
VI
PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Adiyatma Natawiguna
Nomor Pokok : 2018920005
Program studi : Magister Studi Islam

Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini merupakan hasil karya saya sendiri dan belum

pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam

pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa apencabutan

gelar yang telah diperoleh dan sanksi lain sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini.

Jakarta, 7 Juli 2021


Yang menyatakan,

Adiyatma Natawiguna

2018920005

VII
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt, yang senantiasa melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, terutama terhadap diri penulis sendiri,

sehingga dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Upaya Kepala Sekolah

Dalam Meningkatkan Prestasi Santri Di Pondok Pesantren Darunnajah 8

Cidokom”

Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah saw,

beserta para sahabatnya, keluarganya dan para pengikutnya hingga akhir zaman

kelak, dengan teriring do’a semoga kita kelak mendapat syafa’atnya. Amin.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan rasa cinta dan kasihnya

kepada penulis serta memotivasi, menasehati, membimbing serta

memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis dalam

menyusun Tesis ini.

2. Dr. Sopa, M.Ag Selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menyelesaikan Tesis ini.

3. M. Hilali Basya, MA, Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister

Studi Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Jakarta, yang turut memberikan motivasi kepada penulis untuk

menyelesaikan Tesis ini.

4. Dosen Pembimbing M. Hilali Basya, MA, Ph.D yang telah

meluangkan waktu, tenaga serta fikirannya untuk memberikan

VIII
bimbingan dan pengarahannya kepada penulis sehingga

terselesaikannya Tesis ini.

5. Para dosen dan Karyawan Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada penulis

serta memberikan pelayanan yang baik.

6. Ainul Yaqin, Fahmi Shultonudin, Hari yang telah memberikan

semangat kepada penulis.

7. Gelar dan Putra Nanda yang juga turut memberikan semangat dan

motivasi kepada penulis

8. Teman-teman MSI angkatan 2018 dan kawan-kawan FAI UMJ,

semoga selalu terjaga tali silaturahmi diantara kita.

9. Umi kantin yang turut memberikan semangat dan juga memotivasi

kepada penulis untuk menyelesaikan Tesis ini.

10. Teman – teman serta guru di Darunnajah 8 Cidokom yang telah

banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

11. Keluarga besar SMP Islam PB Soedirman yang memberikan dukungan

dalam mennyelesaikan studi perkuliahan di UMJ

Semoga Allah menggantikan segala kebaikan dengan balasan yang lebih baik.

Akhir kata semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca budiman pada umumnya. Aamiin ya Rabbal alamiin.

Jakarta, 7 Juli 2021

Penulis

IX
Adiyatma Natawiguna

DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................I
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................II
ABSTRAK.............................................................................................................III
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................VI
KATA PENGANTAR...........................................................................................VII
DAFTAR ISI..........................................................................................................IX
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................8
C. Fokus dan Sub Fokus...................................................................................9
D. Rumusan Masalah........................................................................................9
E. Tujuan Masalah............................................................................................9
F. Manfaat Penelitian........................................................................................10

BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................11

A. Pengertian Kepemimpinan...........................................................................11
B. Fungsi Kepemimpinan Sekolah....................................................................15
C. Pengertian Prestasi Belajar...........................................................................21
D. Proses Untuk Berprestasi..............................................................................22
E. Penelitian Terkait.........................................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................29

A. Waktu Penelitian..........................................................................................29
B. Metode Penelitian.........................................................................................29
C. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data.....................................................30
D. Jadwal...........................................................................................................31
E. Pemeriksaan Keabsahan Data......................................................................31

BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................................33

A. Profil Pondok Darunnajah 8 Cidokom.........................................................33


1. Sejarah Pondok Darunnajah 8 Cidokom................................................33
2. Profil Pendidikan....................................................................................33

X
3. Latar Peristiwa Perkembangan Pesantren..............................................34
B. Hasil Penelitian.............................................................................................38
1. Strategi Kepala Sekolah dalam Memajukan Prestasi Santri Darunnajah 8
Cidokom.................................................................................................38
2. Pendukung dan Hambatan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Nilai
Prestasi Santri.........................................................................................50
3. Evaluasi Pengajaran yang Dilakukan oleh Kepala Sekolah...................53

BAB V PENUTUP.................................................................................................62

A. Kesimpulan.................................................................................................62
B. Saran...........................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................65

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................67

XI
XII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Guru berada di barisan terdepan dalam menciptakan mutu pendidikan. Guru


berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar
mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang bermutu, baik secara
akademis, skill (keahlian), kematangan emosional dan moral serta spiritual. Dengan
demikian, akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan
zamannya.

Dalam menciptakan mutu pendidikan sosok guru yang mempunyai


kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas
profesionalnya sangat dibutuhkan.1 Guru merupakan kunci keberhasilan suatu
lembaga pendidikan. Baik buruknya perilaku atau tata cara mengajar guru akan
sangat mempengaruhi citra lembaga pendidikan. Tanpa adanya sumber daya guru
yang profesional mutu pendidikan tidak akan meningkat. 2 Karena dalam pelaksanaan
pendidikan sekolah sangat ditekankan adanya peningkatan mutu sebagai jawaban
terhadap kebutuhan dan dinamika masyarakat yang sedang berkembang, sehingga
peningkatan mutu dapat diwujudkan melalui pelaksanaan pendidikan.

Bab ll Pasal 2 ayat (1) menyatakan: “guru mempunyai kedudukan sebagai


tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”3

Istilah profesi berasal dari bahasa Inggris “profession” yang berakar dari
bahasa Latin “profesus” yang berarti mengakui atau menyatakan mampu atau ahli
dalam suatu bidang pekerjaan. Pekerjaan ini membutuhkan pendidikan akademik dan
pelatihan yang panjang. Jadi, profesi sebagai suatu pekerjaan, mempunyai fungsi
pengabdian pada masyarakat, dan ada pengakuan dari masyarakat.

Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar
bidang pendidikan.4 Tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik, mengajar

1
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses
dalam Sertifikasi Guru,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 40
2
Buchari Alma, Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 123
3
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum….,hlm. 134
4
Hamzah B Uno, Profesi Kependidikan, (Jakart: Bumi Aksara, 2008), hlm.15

1
dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai- nilai hidup.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan- ketrampilan pada peserta
didik.5

Guru memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat


jasmani dan rohani, serta mampu untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi6. Masalah kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari kompetensi
yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. 7
Zaman globalisasi ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin canggih dan mengalami pertukaran yang sangat cepat. Profesionalisme
dalam bidang tersebut sangat diharuskan, terutama profesionalisme guru. Guru yang
peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaharuan serta ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sejalan dengan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan zaman. Di sinilah tugas guru untuk senantiasa
meningkatkan mutu pendidikan sehingga apa yang diajarkan jelas dan mampu
diserap oleh peserta didiknya.8
Tugas dan peran guru dari hari kehari semakin berat, seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama
dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat.
Melalui sentuhan guru di sekolah, diharapkan mampu menghasilkan peserta didik
yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh
keyakinan dan percaya diri yang tinggi sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan)
harus mampu menciptakan mutu pendidikan, baik secara keilmuan (akademis)
maupun secara sikap mental. Oleh karena itu, unggul yang memiliki ciri-ciri: (1)
kepala sekolah yang dinamis dan komunikatif dengan kemerdekaan memimpin
menuju visi keunggulan pendidikan; (2) memiliki visi, misi dan strategi untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas; (3) guru-guru yang kompeten
dan berjiwa kader yang senantiasa bergairah dalam melaksanakan tugas

5
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), hlm.7
6
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang GURU dan DOSEN,
(Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm, 8-9.
7
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2004), hlm. 34
8
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…., hlm. 3

2
profesionalnya secara inovatif; (4) peserta didik yang sibuk, bergairah, dan bekerja
keras dalam mewujudkan perilaku pembelajaran; (5) masyarakat dan orang tua yang
berperan serta dalam menunjang pendidikan.9

Salah satu di antara beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi guru
dengan mengedepankan mutu pendidikan menurut Kunandar adalah: perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar. Dengan kondisi ini
peserta didik harus bisa menyesuaikan diri dengan responsif, arif dan bijaksana.
Responsif artinya peserta didik harus bisa menguasai dengan baik produk iptek,
teutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan, seperti pembelajaran dengan
menggunakan multimedia. Tanpa penguasaan iptek yang baik, maka peserta didik
akan tertinggal dan menjadi korban iptek. 10 Oleh karena itu, diperlukan perubahan
paradigma (pola pikir) peserta didik, dari pola pikir tradisional menuju pola pikir
profesional.

Sementara itu menurut Kunandar salah satu di antara beberapa paradigma


baru yang harus diperhatikan adalah peserta didik mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mutakhir sehingga memiliki wawasan yang luas dan
tidak tertinggal dengan informasi terkini. Peserta didik mempunyai visi ke depan dan
mampu membaca tantangan zaman sehingga siap menghadapi perubahan dunia yang
tak menentu yang membutuhkan kecakapan dan kesiapan yang baik.11

Sekolah merupakan lembaga penentu dalam kiprah mutu pendidikan, karena


dari deretan birokrasi yang terkait dengan mutu pendidikan, sekolah sebagai
pelaksana dari semua program pendidikan yang direncanakan dari tingkat pusat
sampai ke tingkat operasional di sekolah. Maju mundurnya pendidikan sangat
ditentukan oleh pelaksanaan yang ada di tangan para pendidik di sekolah. Oleh
karena itu, dengan tanpa mengesampingkan pentingnya faktor-faktor lain yang turut
berpengaruh terhadap mutu pendidikan, unsur pendidik dan tenaga kependidikan
yang ada di sekolah harus mendapat pengelolaan dan pengembangan secara optimal.
Hal ini sejalan dengan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan dengan dibuatnya berbagai kebijakan yang
berkaitan dengan unsur ketenagaan di sekolah.

Kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan yang telah dibuat


oleh pemerintah diantaranya dituangkan dalam UUD 1945, Undang-Undang No. 20
9
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum….., hlm. 37
10
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum,.... hlm. 38
11
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum,.... hlm. 43

3
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanl, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
tentang Guru/dosen, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 12 Tahun 2007 tentang Kompetensi
Pengawas Sekolah, Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Kompetensi
Guru, Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidik
dan masih banyak lagi kebijakan-kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk
pengembangan pendidikan.

Kebijakan-kebijakan tersebut sangat penting adanya sebagai dasar untuk


melaksanakan berbagai kegiatan pendidikan di sekolah. Namun perlu disadari bawa
keberhasilan dalam mencapai mutu pendidikan, kuncinya tetap ada di sekolah.
Selengkap apapun ketentuan pemerintah untuk mengembangkan pendidikan, tetapi
tanpa adanya pelaksanaan program-program pendidikan di tingkat sekolah maka
kebijakan-kebijakan tersebut akan menjadi kurang berarti bagi perkembangan
pendidikan. Oleh karena itu, sebagai kelanjutan dan merupakan kebijakan operasional
yang sangat penting adalah adanya pelaksanaan yang baik di tingkat sekolah. Hal ini
pun tentunya berkaitan dengan kebijakan Sekolah yang merupakan hasil kesepakatan
bersama semua stakeholders pendidikan di lingkungan sekolah yang berkenaan
dengan tata aturan dalam melaksanakan proses pembelajaran maupun segala hal yang
diperlukan untuk mendukung keberhasilan sekolah dalam menjalankan fungsinya.

Kunci utama agar perencanaan dan program-program pengembangan


pendidikan di sekolah berjalan optimal berada di tangan para pendidik pada lembaga
tersebut. Dengan demikian jelaslah masalah peningkatan mutu pendidikan sangatlah
penting untuk diperhatikan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas secara rinci telah
dituangkan dalam PP 19 Tahun 2005 pasal 28 dan pasal 29 mengenai kualifikasi
akademik dan kompetensi yang harus dipenuhi sebagai Guru. Kompetensi yang harus
dipenuhi mencakup 4 kompetensi yaitu : a. Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi
kepribadian; c. Kompetensi profesional; dan d. Kompetensi Sosial. Ketentuan yang
lebih terperinci lagi dijabarkan dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 yaitu tentang
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Mengenai tugas guru dijelaskan dalam
UU No 14 Tahun 2005 pasal 1 sebagai berikut :”Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik”.12 Ketentuan ini tentu menjadi acuan bagi

Edward Sallis, Alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi. 2006. Total Quality Management in
12

Education (Manajemen Mutu Pendidikan). Jogjakarta : IRCiSoD hlm. 45

4
para Guru yang menyandang gelar dan layak dengan setatus sebagai tenaga
profesional.

Perlu disadari pula bahwa untuk dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan di


sekolah, unsur manusia merupakan unsur yang sangat penting, karena kelancaran
pelaksanaan program-program sekolah tergantung kepada orang-orang yang
melaksanakannya. Dengan demikian, hal tersebut harus betul-betul disadari oleh
semua personil sekolah, sehingga dengan segala kemampuannya dengan bimbingan
seorang Guru akan terus berupaya membimbing peserta didik yang ada untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Semua personil yang ada di sekolah harus
memegang prinsip seperti yang dikemukakan oleh Hari Suderadjat bahwa :

Bagaimanapun lengkap dan modernnya fasilitas yang berupa gedung,


perlengkapan, alat kerja, metode-metode kerja, dan dukungan masyarakat
akan tetapi apabila peserta didik belom mampu menjalankan program
sekolah itu, maka akan sulit untuk mencapai tujuan pendidikan yang
dikemukakan.13

Personalia atau tenaga kependidikan yang dimaksud di sini adalah semua


orang yang tergabung untuk bekerja sama pada suatu sekolah untuk melaksanakan
tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Personalia atau tenaga
kependidikan di sekolah meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru,
pegawai tata usaha, dan pekebun (office boy). Agar kegiatan-kegiatan di sekolah
berlangsung secara harmonis maka semua personel yang ada itu harus mempunyai
kemampuan dan kemauan, serta bekerja secara sinergi dengan melaksanakan
tugasnya masing-masing secara sungguh-sungguh dengan penuh dedikasi.14

Mutu pendidikan masih menjadi persoalan utama dalam bidang pendidikan di


Indonesia, baik di tingkat pendidikan tinggi maupun pendidikan dasar dan menengah.
Saat ini mutu pendidikan di Indonesia semakin rendah, dikarenakan semakin
banyaknya penduduk Indonesia setiap tahun selalu mengalami kenaikan yang tinggi,
tetapi tidak diimbangi oleh keadaan negara Indonesia. Penyebab mutu pendidikan di
Indonesia rendah : (1) Kurangnya sarana untuk belajar, walau pemerintah sudah
memberikan sarana untuk belajar, tetapi masih banyak daerah- daerah terpencil yang
belum diberi sarana belajar. Sehingga mutu pendidikan di daerah tersebut rendah, (2)
13
Hari Suderadjat. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Bandung : Cipta Cekasa
Grafika hlm : 29.
14
Mulyasa, E..2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya. hlm.55

5
Aturan-aturan yang sangat ketat, banyak sekolah- sekolah di Indonesia yang
menerapkan aturan-aturan yang sangat ketat, sehingga peserta didik merasa tertekan,
(3) Pengajaran hanya terpaku pada satu buku, kebanyakan sekolah-sekolah di
Indonesia sistem pengajaran hanya terpaku pada satu buku, sehingga wawasan
peserta didik hanya pada buku satu itu saja, (4) Cara pengajaran yang monoton, Guru-
guru banyak yang pengajaran hanya monoton, sehingga menjadikan peserta didik
sangat bosan, (5) Budaya mencontek, budaya mencontek sangat berkembang pesat di
kalangan peserta didik, terutama saat ujian dan ulangan. Dari mencontek itu dapat
menurunkan mutu pendidikan, karena peserta didik hanya ingin mendapat nilai yang
tinggi tetapi tidak mau berusaha dengan cara belajar, (6) Kedisiplinan yang kurang,
peserta zaman sekarang sangat meremehkan kedisiplinan, tidak patuh pada peraturan
yang ada, (7) Guru yang tidak menanamkan diskusi, Guru hanya berceramah terus
yang membuat peserta didik menjadi bosan, dan jarang mengajak siswa untuk
berdiskusi. Sehingga peserta didik tidak terlalu memperhatikan, dan ngobrol sendiri,
dan (8) Kemiskinan/ketidak mampuan orang tua untuk membiayai anaknya, banyak
peserta didik di Indonesia yang ingin bersekolah untuk maju. Tetapi karena ketidak
mampuan orang tua banyak peserta didik yang berprestasi tidak bersekolah dan hanya
membantu orang tua untuk mencari uang.

Itulah yang menyebabkan mutu pendidikan di Indonesia rendah. Upaya


ataupun cara peningkatan mutu pendidikan di Indonesia bisa dilakukan dengan cara
memotivasi anak dengan bahasa yang komunikatif, peserta didik harus tekun belajar,
metode pengajaran diubah sehingga proses pembelajaran tidak monoton
mengakibatkan peserta didik jadi bosan di kelas, pemerintah juga harus
memperhatikan dan mengembangkan pendidikan yang ada di Indonesia, dan peran
guru yang profesional dan kompeten. Karena peran guru yang profesional dan
kompeten itu sangatlah penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Sehingga dapat diambil suatu pemahaman bahwa guru yang memperhatikan
profesionalitasnya dapat menjadi salah satu aspek peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia, sekolah maupun didalam kelas.

Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang untuk


mempengaruhi orang lain agar bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian kepemimpinan
memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen, bahkan dapat dinyatakan,
kepemimpinan adalah inti dari managemen. Di dalam kenyataan, tidak semua orang
yang menduduki jabatan pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin atau

6
memiliki ‘kepemimpinan’, sebaliknya banyak orang yang memiliki bakat
kepemimpinan tetapi tidak pernah mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin
dalam arti yang sebenarnya. Sedang pengertian ‘kepala’ menunjukan segi formal dari
jabatan pemimpin saja, maksudnya secara yuridis-formal setiap orang dapat saja
diangkat mengepalai sesuatu usaha atau bagian (berdasarkan surat keputusan atau
surat pengangkatan), walaupun belum tentu orang yang bersangkutan mampu
menggerakan mempengaruhi dan membimbing bawahannya serta (memimpin)
memiliki kemampuan melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan.

Kepala sekolah adalah suatu jabatan fungsional dalam bidang pendidikan,


yang memiliki kedudukan strategis dalam penyelenggaraan pendidikan karena maju
mundurnya sekolah sangat bergantung pada kepiawaian seorang kepala sekolah
dalam memimpin lembaga tersebut. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 13 Tahun 2005, disebutkan bahwa kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas
tambahan sebagai kepala sekolah.15

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kepala sekolah


adalah guru yang memimpin sekolah.16 Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kepala sekolah dapat diartikan sebagai tenaga fungsional guru yang diberikan
tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses
belajar mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran serta komponen-komponen lain yang
terlibat di dalamnya.

Kepala Sekolah adalah pimpinan tertinggi di sekolah. Pola


kepemimpinananya akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan kemajuan
sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern kepemimpinan kepala sekolah
merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan pendidikan.

Darunnajah 8 Cidokom merupakan merupakan sekolah tingkat tsanawiyah


dan aliyah yang berbasis pesantren yang masih satu yayasan dengan Darunnajah
Ulujami. Sistem pendidikan yang digunakan adalah perpaduan antara sistem
pendidikan nasional dan Gontor sehingga buku buku yang digunakan kebanyakan
dari buku-buku Gontor. Pola kegiatan di pesantren pada umumnya menganut sistem
24 jam pengawasan kegiatan mulai bangun tidur sampai tidur lagi sehingga ada tiga

15
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2005.
16
W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hal. 482

7
unsur pemimpin di pondok ini. Pertama pimpinan pondok, kedua kepala sekolah,
ketiga kepala bagian pengasuhan santri.

Permasalahan yang diangkat adalah tentang kepemimpinan kepala sekolah


yang pada tahun ajaran 2018/2019 nilai prestasi santri turun hampir disetiap jenjang 17.
Dengan sumber daya guru berjumlah 84 orang dengan 20 orang guru strata I dan 64
guru pengabdian yang semestinya dengan sumber daya yang besar itu seharusnya
dapat menghasilkan nilai yang baik.

Dengan demikian kepala sekolah harus mempunyai strategi dalam


meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Darunnajah 8 Cidokom tersebut. Peneliti
memilih Lembaga Pendidikan ini dikarenakan : (1) Dalam pandangan peneliti
Darunnajah 8 Cidokom merupakan sekolah berbasis pesantren yang sistemnya
mengadopsi sistem Gontor, (2) Baik di cabang Darunnajah yang lain di Darunnajah 8
Cidokom memiliki program wajib pengabdian dan bahasa, (3) meskipun sistem
pendidikan yang sudah terintegrasi dengan baik melalui program pendidikan pondok
dan nasional belum memiliki hasil prestasi yang baik, dan (4) Peneliti sendiri adalah
yang pernah mengajar di sekolah tersebut periode 2018/2019. Berdasarkan dari latar
belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dengan judul
“UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH 8 CIDOKOM”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah peneliti ini
adalah :
1. Masih ada santri yang kurang memahami pelajarannya di pondok pesantren
yang merupukan kurikulum unggulan
2. Menaati peraturan di pondok itu wajib akan tetapi masih ada yang melanggar
peraturan yang sudah ditetapka oleh pondok
3. Masih kurang optimalnya nilai akademik di Pondok Pesantren Darunnajah 8
4. Waktu yang padat membuat dan jadwal kegiatan yang penuh

17
Tedy Sulaiman, S.Pd, Persentasi kenaikan kelas 3 tahun, data diberikan pada bulan 23 Desember
2020

8
C. Fokus dan Sub Fokus
Berdasarkan identifikasi masalah di ataas, maka fokus peneliti ini adalah Upaya
Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi Santri Di Pondok Pesantren
Darunnajah 8 Cidokom, Adapun sub fokus peneliti adalah :
1. Sistem pendidikan akademik pondok pesantren Darunnajah 8 Cidokom dalam
meningkatkan prestasi santri.
2. Implementasi pengajaran yang dilakukan guru dalam meningkatkan akademik
santri didalam kelas.
3. Evaluasi pengajaran yang dilakukan oleh kepada sekolah
4. Faktor pendukung dan penghambat upaya kepala dalam meningkatkan
prestasi santri.

D. Rumusan Masalah

Permasalahan pada penelitian ini adalah peran kepala sekolah di Darunnajah 8


Cidokom adalah merumuskan kurikulum dan sistem pendidikan dan pengajaran baik
guru maupun santri akan tetapi seiring berjalan waktu banyak kebijakan
memberatkan guru dan santri. Ditambah dengan kekurangan alat pembelajaran
sehingga menjadi faktor utama penurunan nilai prestasi santri.

Dari permasalahan diatas, maka penulis membuat pertanyaan yang akan


berkaitan dengan penelitian ini :

1. Bagaimana strategi kepala sekolah dalam memajukan prestasi santri ?


2. Apa pendukung dan hambatan kepala sekolah dalam meningkatkan nilai
prestasi santri ?
3. Bagaimana evaluasi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah?

E. Tujuan Masalah

Melihat dari permasalahan diatas, maka dapat diambil tujuan proposal


penelitian ini :

1. Untuk mengetahui berapa signifikanya pengaruh kepemimpinan kepala


sekolah terhadap proses berjalannya KBM.
2. Untuk mengetahui kendala -kendala yang signifikan terhadap prestasi santri.
3. Untuk mengetahui segala kebijakan-kebijakan signifikan yang mempengaruhi
prestasi santri.

9
4. Untuk mengetahui pengaruh signifikan penggunaan alat pembelajaran
terhadapa nilai nilai santri.

F. Manfaat Penelitian

Dapat memberikan secara detail hasil penelitian upaya kepala sekolah

dalam meningkatkan prestasi santri di pondok Darunnajah 8 Cidokom, oleh

karena itu penelitian ini diharapkan berguna bagi :

1. Program Studi

Mengembangkan materi upaya kepala sekolah dalam meningkatkan

prestasi santri

2. Guru

Dengan informasi ini diharapkan guru dapat mengembangkan lagi

pola pengajarannya, khususnya dalam meningkatkan prestasi nilai santri di

Darunnajah 8 Cidokom. Terlebih lagi diharapkan agar guru bisa memiliki

inovasi serta metode-metode yang baik dalam memberikan pelayanan

pendidikan.

3. Orang Tua

Memberikan informasi kepada orang tua tentang prestasi pendidikan

yang ada di Darunnajah 8 Cidokom yang mana prestasi ini juga akan

berkaitan dengan mutu pendidikan serta hasil keberhasilan pendidikan. Selain

itu orang tua juga mampu melihat segala bentuk kegiatan yang ada di

Darunnajah 8 Cidokom sehingga dapat menjadikan bahan referensi terbaik

untuk dapat belajar di dalamnya.

4. Umum

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kualitas dan


kuantitas pendidikan di Yayasan Darunnajah khususnya Darunnajah 8
Cidokom, bahkan dengan informasi yang diberikan dalam tesis ini maka

10
masyarakat dapat ikut partisipasi dalam perkembangan institusi pendidikan
islam khususnya pesantren.

11
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan aktivitas membujuk orang lain dalam suatu
kelompok agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yang kegiatannya
meliputi membimbing, mengarahkan, memotivasi, mengawasi tindakan atau tingkah
laku orang lain.18 Kepemimpinan sebagai bagian dari fungsi manajemen merupakan
hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Secara etimologis istilah
kepemimpinan dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia Jhon Echols merupakan
terjemahan dari kata leadership (bahasa Inggris), yang berarti kepemimpinan.19
Sementara itu, kata kepemimpinan berasal dari akar kata pemimpin, yang berarti
seseorang yang dikenal oleh dan berusaha untuk mempengaruhi para pengikutnya,
untuk merealisasikan apa yang menjadi visinya.20
Dalam pengertian terminology terdapat beberapa pengertian kepemimpinan
yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Dalam Ensiklopedi Umum diterangkan bahwa
kepemimpinan adalah, hubungan yang erat antara seseorang dengan sekelompok
manusia kerena adanya kepentingan bersama, hubungan itu ditandai oleh tingkah laku
yang tertuju dan terbimbing dari pada manusia yang seorang itu. Manusia atau orang
ini biasanya disebut dengan memimpin atau pemimpin, sedang kelompok manusia
yang mengikutinya disebut yang dipimpin.21
Selanjutnya, weshler sebagaimana dikutip oleh wahjosumidjo memberikan
definisi kepemimpinan sebagai “Leadership is interpersonal influence exercised in a
situation and directed, through the communication process, toward the attainment of a
specified goal or goals”. Menurutnya kepemimpinan adalah pengaruh antara personal
yang diuji dalam sebuah situasi dan diarahkan melalui proses komunikasi secara
langsung, terhadap pencapaian satu tujuan atau beberapa tujuan.22
Hadari Nawawi menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses
mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau mengawasi fikiran, perasaan atau
tindakan dan tingkah laku orang lain.23 Sementara itu, Ngalim Purwanto menyatakan

18
Uhar Saputra, Administrasi Pendidikan, Bandung : PT Refika Aditama, 2013, cet.2, Halaman 128
19
hon M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1997), h. 351
20
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kepemimpinan, Memberdayakan Guru,
Tenaga Kependidikan dan Masyarakat dalam Manajemen Sekolah, (Bandung: alfabeta, 2009), h. 214
21
Pringgodigdo, Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 549
22
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan Permasalahannya, (Jakarta:
Rajawali Press, 1999), h.17
23
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993),
h. 19

12
bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-
sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana
dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela dan penuh semangat,
ada kegembiraan batin serta merasa tidak terpaksa.24
Selain beberapa definisi di atas, ditemukan pula istilah kepemimpinan dalam
terminology Islam. Padanya terdapat beberapa term yang berkaitan dengan pemimpin
atau manager, yakni imam, khalifah, wali, ulil amri, rain dan malik. Istilah-istilah
tersebut dimana konsep utamanya berkaitan dengan otoritas mengatur orang atau
barang supaya dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya dalam
Al-Qur’an istilah kepemimpinan diungkapkan dengan istilah khalifah. Pemakaian
kata khalifah setelah Rasulullah Saw. wafat menyentuh juga maksud yang
terkandung dalam perkataan amir atau penguasa. Karena itu kedua istilah ini dalam
bahasa Indonesia disebut pemimpin formal. Namun jika merujuk kepada firman Allah
Swt.

‫ض خَ لِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْ َع ُل فِيهَا‬ِ ْ‫اع ٌل فِي اأْل َر‬ ِ ‫ال َربُّكَ لِ ْل َماَل ئِ َك ِة إِنِّي َج‬
َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
‫ك َونُقَ ِّدسُ لَكَ ۖ قَا َل إِنِّي أَ ْعلَ ُم َما‬ ُ ِ‫َم ْن يُ ْف ِس ُد فِيهَا َويَ ْسف‬
َ ‫ك ال ِّد َما َء َونَحْ ُن نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬
َ‫اَل تَ ْعلَ ُمون‬
Artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Q.S Al-Baqarah: 30)25
Kedudukan non-formal dari seorang khalifah juga tidak bias dipisahkan.
Perkataan khalifah dalam ayat tersebut tidak hanya ditujukan kepada para khalifah
sesudah Nabi, tetapi penciptaan Nabi Adam as yang disebut sebagai manusia dengan
tugas memakmurkan bumi yang meliputi menyeru orang lain berbuat ma’ruf dan
diimbangi dengan mencegah dari perbuatan munkar.
Selain kata khalifah disebutkan juga kata ulil amri yang satu akar dengan kata
amir sebagaimana disebutkan di atas. Kata Ulil Amri berarti pemimpin tertinggi
dalam masyarakat Islam, sebagaimana firman Allah Swt. sebagai berikut:

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوأَ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوأُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم‬
Artinya:

24
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h.
86
25
Ibid, h. 86

13
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri “ (Q.S An-Nisaa’: 59)26

Berdasarkan ayat Al-Qur’an tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa,


kepemimpinan dalam Islam itu adalah kegiatan menuntun, membimbing, memandu
dan menunjukkan jalan yang diridhai Allah Swt.
Berdasarkan pada beberapa pengertian kepemimpinan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa dalam definisi kepemimpinan tersebut terdapat beberapa
unsure penting, yaitu
1. Kemampuan mempengaruhi orang lain, baik perseorangan maupun
kelompok,
2. Kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain, dan
3. Untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Oleh karena itu, kepemimpinan pada dasarnya ialah kemampuan
menggerakkan, memberi motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia
melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui
keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.
Kepemimpinan juga merupakan proses interaksi antar kedua belah pihak, yaitu
seorang pemimpin dan yang dipimpinnya.
Kepemimpinan sangat ditentukan oleh situasi kerja atau keadaan anggota atau
bawahan dan sumber daya pendukung organisasi. Karena itu jenis organisasi dan
situasi kerja menjadi dasar pembentuk pola kepemimpinan seseorang. Maka
berdasarkan pemikiran tersebut, kepemimpinan dalam pendidikan (seperti kepala
sekolah) tentu sangat berbeda dengan kepemimpinan dalam organisasi lainnya.
Karena sekolah merupakan lembaga yang memiliki karakteristik dan cirri khas
tersendiri yang bersifat unik.
Maka kepemimpinan dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu
kesiapan, kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam proses mempengaruhi,
mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang lain yang ada
hubungannnya dengan pelaksanaan dan pemngembangan pendidikan dan pengajaran,
agar segenap kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, yang
pada gilirannya dapat mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah
ditetapkan.27

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 69


26

Burhanudin, Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi


27

Aksara, 1994), h. 64-65

14
Walau demikian, konsep kepemimpinan dalam pendidikan tidak bias
dilepaskan dari konsep kepemimpinan secara umum. Secara formal kegiatan
kepemimpinan harus diselenggarakan oleh seseorang yang menduduki posisi atau
jabatan tertentu yang di lingkungannya terdapat sejumlah orang yang harus bekerja
sama untuk mencapai satu tujuan.
Berkaitan dengan teori kepemimpinan, telah dikenal istilah yang lain sebagai
berikut:
1. Dalam kamus “The Contemporary English-Indonesian Dictionary” istilah
pemimpin (leader), dengan kegiatannya disebut kepemimpinan
(leadership).28
2. Idrawati menyebutkan dengan istilah, minijer (manager) dengan
kegiatannya disebut sebagai manajemen ( management). Pengertian
manajemen adalah suatu proses kegiatan dari pada seorang pemimpin
(manager) yang harus dilakukan dengan menggunakan car-cara pemikiran
ilmiah maupun praktis untuk mencapai kerjasama dengan orang lain,
sebagai sumber tenaga kerja, serta dengan memanfaatkan sumber-sumber
yang tersedia untuk itu dengan cara yang setepat-tepatnya.
3. Administrasi dengan kegiatannya disebut administrator (administration).
Dalam lembaga pendidikan dasar dan menengah, yang disebut sebagai top
manager adalah kepala sekolah atau kepala madrasah yang peranannya
menggerakkan, mempengaruhi serta memberikan dorongan kepada sekuruh
komponen yang ada dalam lembaga sekolah untuk dapat mencapai tujuan pendidikan
yang ingin dicapai pada lembaga sekolah yang dipimpinnya.
B. Fungsi Kepemimpinan Sekolah
Sekolah merupakan organisasi yang bersifat kompleks, unik dan khas, yang
tentunya berbeda dengan organisasi-organisasi lainnya. Dikatakan kompleks, karena
sekolah merupakan organisasi yang didalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu
sama lainnya saling keterkaitan dan saling menentukan. Dikatakan unik dan khas,
karena sekolah merupakan organisasi yang memiliki cirri-ciri tertentu yang tidak
dimiliki oleh organisasi-organisasi lainnya.
Kepala sekolah memiliki tugas yang berat namun mulia. Sebagai seorang
kepala sekolah ia tunduk dan dan patuh kepada aturan. Kepala sekolah harus
memahami tentang manajamen. Sekurang-kurang ia bisa menyusun perencanaan,
mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan anggota, memberdayakan organisasi

28
Peter Salim, The Contemporary English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: Modern English Press,
1996), h. 1056

15
dan melakukan evaluasi dalam mencapai tujuan sekolah yang dipimpinnnya. Bahkan
terkadang kepemimpinan kepala sekolah diartikan sebagai kekuatan untuk
menggerakkan bawahannya yang pemimpin itu diangkat atas dasar keputusan atau
pengangkatan resmi untuk memangku jabatan kepala sekolah.29
Karena sifatnya yang kompleks, unik dan khas inilah, sekolah sebagai
organisasi memerlukan pemimpin yang mampu mengkoordinasikan hingga pada
level yang lebih tinggi. Pemimpin dalam sekolah adalah kepala sekolah. Maka tidak
jarang keberhasialan sekolah adalah keberhasialan kepala sekolah. Kepala sekolah
yang berhasil ialah, kepala sekolah yang mampu memahami organisasi sekolah
sebagai organisasi yang kompleks, unik dan khas, serta mampu melaksanakan
peranan dan fungsi-fungsinya sebagai kepala sekolah. Sebagai seorang yang diberi
tanggungjawab untuk memimpin sekolah.30
Sesuai dengan cirri-ciri sekolah sebagai organisasi yang bersifat kompleks,
unik dan khas, maka tugas dan fungsi kepala sekolah juga harus dilihat dari berbagai
sudut pandang. Kepala sekolah harus mampu melaksanakan tugasnya sertafungsi-
fungsinya. Endang Mulyasa mengatakan bahwa fungsi kepemimpinan kepala sekolah
itu terangkum dalam istilah EMASLIM-FM yakni fungsi educator, manager,
administrator, supervisior, leader, innovator, dan motivator, figure dan mediator.
Maka dengan demikian, pekerjaan kepala sekolah semakin hari semakin meningkat
dan selalu meningkat sesuai dengan perkembangan pendidikan yang diharapkan.
Oleh karena itu, hendaknya kepala sekolah lebih meningkatkan profesionalismenya.31
Pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut tidak bias dipisahkan satu sama lainnya,
karena saling terkait dan mem pengaruhi, serta menyatun dalam pribadi kepala
sekolah yang professional. Kepala sekolah yang mampu melaksanakan fungsi-
fungsinya sebagaimana dikatakan, akan dapat menerapkan visinya menjadi aksi
dalam paradigm baru manajemen pendidikan.
a) Fungsi educator
Dalam menjalankan fungsinya sebagai educator (pendidik). Pendidik
adalah orang yang mendidik. Sedang mendidik diartikan memberikan latihan
(ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Maka fungsi
kepemimpinan kepala sekolah sebagai pendidik, harus memiliki strategi yang
tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan (para guru

29
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajawali:
2012),
h. 3
30
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan Permasalahannya, h. 81
31
Endang Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 98

16
dan yang lainnya) di sekolah. Serta mampu menciptakan iklim yang kondusif,
memberikan nasehat kepada setiap warga sekolah, memberikan dorongan
kepada seluruh tenaga kepandidikan, serta melaksanakan model pembelajaran
yang menarik, dan mengadakan program akselerasi bagi para peserta didik
yang memiliki kecerdasan di atas normal.32
Memahami arti pendidik, tidak cukup berpegang pada konotasi yang
dikandung dalam definisi atau pengertian pendidik. Melainkan harus memahami
istilah lainnya yang terkait dengan hal mendidik, yakni pendidikan, tujuan
pendidikan, sarana pendidikan, strategi pendidikan yang dilaksanakan.33 Maka demi
kepentingan tersebut kepala sekolah harus menanamkan, memajukan dan
meningkatkan paling tidak empat hal, yakni pembinaan mental, pembinaan moral,
pembinaan fisik dan pembinaan artistic.
I. Pembinaan mental, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-
hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini, kepala
sekolah harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenaga
kependidikan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, proporsional dan
professional. Maka dengan demikian, kepala sekolah harus mampu
melengkapi sarana dan prasarana dan sumber belajar agar dapat
memberikan kemudahan kepada para guru dalam melaksanakan tugas
utamanya. Mengajar dalam arti memberikan kemudahan kepada peserta
didik (facilitate of learning).
II. Pembinaan moral, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-
hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai sesuatu perbuatan,
sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing. Kepala sekolah
harus memberikan nasehat kepada seluruh warga sekolah, misalnya pada
setiap upacara bendera atau pada saat pertemuan rutin sekolah.
III. Pembinaan fisik, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan
penampilan mereka secara lahiriah. Kepala sekolah harus memberikan
dorongan agar para tenaga kependidikan terlibat aktif dan kreatif dalam
kegiatan olahraga, baik yang diprogramkan oleh sekolah maupun yang
diselenggarakan oleh warga masyarakat.
IV. Pembinaan artistic, yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan

32
Ibid, h. 99
33
Loc.cit, Wahjosumidjo.. h. 122

17
keindahan. Kepala sekolah harus mampu merencanakan berbagai
program pembinaan artistic, seperti karya wisata, tetapi pelaksanaanya
tidak mengganggu pelaksanaan pembelajaran. Lebih dari itu, kegiatan
ini malah harus menunjang atau pengayaan terhadap pembelajaran
yang dilaksanakan disekolah.34
b) Fungsi Manajer
Manajemen pada hakikatnya merupakan suatu proses merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan usaha anggota
organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.35
Berkaitan dengan define tersebut, maka ada tiga hal penting yang perlu
diperhatikan, yaitu proses, pendayagunaan seluruh sumber organisasi dan
pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dikatakn suatu proses, karena
semua manejer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya
mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan. Proses tersebut menurut Wahjosumidjo, mencakup:

I. Merencanakan, dalam arti kepala sekolah harus benar-benar memikirkan


dan merumuskan dalam suatu program tujuan dan tindakan yang harus
dilakukan;
II. Mengorganisasikan, berarti kepala sekolah harus mampu menghimpun
dan mengorganisasikan sumberdaya sekolah dan sumber-sumber material
sekolah, karena keberhasilan sekolah sangat tergantung pada kemampuan
dalam mengkoordinasikan berbagai sumber tersebut;
III. Memimpin, dalam arti kepala sekolah harus mampu mengarahkan dan
mempengaruhi sumber daya agar melakukan tugas-tugasnya secara
esensial;
IV. Mengendalikan, dalam arti kepala sekolah memperoleh jaminan untuk
keberjalanan sekolah mencapai tujuan.36
Dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah dikatakan bahwa kompetensi manajerial kepala sekolah memiliki
kemampuan:

34
Loc.cit, Wahjosumidjo.. h. 99-100
35
Ibid, h. 108
36
Ibid, h. 94-95

18
a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai
perencanaan;
b. Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan;
c. Memimpin sekolah dalam rangka mendayagunakan sumber daya
sekolah secara optimal;
d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi
pembelajar secara efektif;
e. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif bagi pembelajaran peserta
didik;
f. Mengelola guru dan staf; sarana dan prasarana sekolah;
g. Mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat;
h. Mengelola peserta didik;
i. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan arah dan tujuan;
j. Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang
akuntabel, transparan dan efisien;
k. Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung tujuan sekolah;
l. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran;
m. Mengelola system informasi sekolah
n. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah; dan
o. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program
kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat serta merencanakan
tindak lanjutnya.
c) Fungsi Administrator
Kepala sekolah juga berfungsi sebagai administrator. Sebagai administrator
menurut Mulyasa kepala sekolah memiliki hubungan yang sangat erat dengan
berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan
pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus
memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta
didik, mengelola admistrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana,
mengelola administrasi kearsipan dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan
tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang
produktivitas sekolah.37
37
Ibid, h. 107

19
d) Fungsi Supervisor
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya
adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara
pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oelh karena itu, salah satu
tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang
dilakukan oleh tenaga kependidikan.38
Secara etimologi istilah supervise berasal dari kata super dan visi yang sering
dimaknai dengan melihat dan meninjau dari atas atu menilik dan menilai dari atas,
yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas dan kinerja
bawahan.39
Pengertian supervise secara terminology seperti yang diungkapkan Carter
Good’s Dictionary of Education yang dikutip oleh Mulyasa sebagai berikut, segala
usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya,
untuk memperbaiki pengajaran termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan
perkembangan jabatan guru-gruru, menyeleksi dan merevisi tujuan-tujuan
pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode mengajar serta evaluasi
pengajaran.
Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang
berperan sebagai supervisor, tetapi dalam system organisasi pendidikan modern
diperlukan supervisor khusus yang lebih independent, dan dapat meningkatkan
objektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugasnya.
Jika supervise dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu
melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan control agar
kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan prefentif untuk mencegah
agar teenage kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati
dalam melaksanakan pekerjaannya.
e) Fungsi Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua
arah, dan mendelegasikan tugas.40 Kepala sekolah sebagai leader harus memiliki
karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan
38
Ibid, h. 109
39
Afifudin dan Bambang Syamsul Arifin, Supervisi Pendidikan, (Bandung: Insan Mandiri, 2005), h.
13
40
Loc.cit Endang Mulyasa... h. 114

20
pengetahuan professional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagi leader dapat dianalisis
dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah,
kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi.41
f) Fungsi Inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untk menjalin hubungan yang harmonis
dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan,
memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan
mengembangkan model-model pembelajaran inovatif.
Kepala sekolah sebagai innovator menurut Mulyasa akan tercermin dari cara-
cara dia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, keratif, delegatif, integrative,
rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin serta adaptable dan fleksibel.42
g) Fungsi Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Menurut Mulyasa motivasi ini dapat
ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja,
disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai
sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar.43
h) Fungsi Figur dan Mediator
Selain sebagai fungsi sebagaimana telah disebutkan di atas, juga
terdapat dua fungsi lain sebagai kepala sekolah. Dalam perkembangan
selanjutnya, terutama dalam mengembangkan pendidikan yang lebih
bermartabat, kepala sekolah harus mampu menjadi figure dan mediator, bagi
perkembangan masyarakat dan sekitarnya.44

C. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar (achievement or performance) ialah hasil pencapaian


yang diperoleh seorang pelajar (siswa) setelah mengikuti ujian dalam suatu
pelajaran tertentu. Prestasi belajar diwujudkan dengan laporan nilai yang
tercantum pada buku rapor (report book), atau kartu hasil studi (KHS). Hasil

41
Loc.Cit Wahjosumidjo... h. 128
42
Loc.cit Endang Mulyasa... h. 118
43
Ibid, h. 120
44
Ibid, h. 98

21
laporan belajar ini diberikan setiap tengah semester, setiap semester, ataupun
setiap tahun. Setiap pelajar (siswa) berhak memperolehlaporan hasil prestasi
belajar setelah mengikuti berbagai rangkaian kegiatan pelajaran di kelas.

Dalam pendidikan menengah (SMP, SMA, atau SMK) setiap guru


mata pelajaran (subject teacher) berperan penting dalam menyampaikan hasil
belajar yang di peroleh setiap siswa dikelas yang diajarnya. Dalam pendidikan
sekolah dasar (SD) terutama guru kelas 1 atau 2, dikenal guru kelas yang
mengajar semua pelajaran. Namun demikian, ada sekolah-sekolah yang
menghendaki spesialisasi mata pelajaran yang harus diajarkan oleh masing-
masing guru. Tujuannya untuk memberi keluasan setiap guru dalam
mengaktualisasikan kompetensinya dalam mengajar suatau mata pelajaran
keahliannya kepada para siswa di kelas.

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk


memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dan bisa dikatakan bahwa belajar merupakan proses perkembangan diri yang
berkaitan dengan hubungannya terhadapa situasi lingkungan.45

Setiap periode tertentu (tengah semester, setiap semester, atau setiap


tahun), siswa akan mengetahui bagaimana laporan hasil prestasi belajarnya.
Hasil prestasi belajar ini dapat dimanfaatkan untuk memantau bagaimana taraf
kemajuan atau kemunduran, yang dialami setiap siswa selama mereka
mengikuti pengajaran yang diasuh oleh guru-guru mata pelajaran.46

Maka bisa disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah pencapaian yang


diraih dalam waktu periodik tertentu, materi tertentu atau tugas tertentu yang
dapat berupa angka atau data sebagai hasil proses yang telah dilakukan, baik
proses individu maupun proses interaksi dengan masyarakat.

D. Proses Untuk Berprestasi


45
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h.2
46
Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, (Jakarta : PT Indeks Permata Puri Media. 2013). Hlm
89-90.

22
Prestasi belajar adalah hasil yang di peroleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas
dalam belajar dan bisa dikatakan bahwa prestasi prestasi belajar merupakan
hasil dari pengalaman belajar.47

Dalam mencapai sebuah hasil belajar yang memuaskan tidak dengan


cara yang mudah, tetapi membutuhkan suatu proses untuk mencapai sebuah
prestasi. Proses-proses tersebut adalah sebagai berikut :

a. Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik

Motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation) adalah melakukan sesuatu


untuk mendapatkan sesuatu yang lain (sebuah cara untuk mencapai suatu
tujuan). Motivasi ekstrinsik seringkali dipengaruhi oleh insentif eksternal
seperti penghargaan dan hukuman, pujian, peraturan/tata tertib sekolah, suri
tauladan orang tua, guru, dan lain-lain merupakan contoh konkret motivasi
ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Sebagai contoh seorang
siswa dapat belajar dengan keras untuk sebuah ujian dengan tujuan untuk
mendapatkan nilai bagus di mata pelajaran tersebut.

Motivasi intrinsik (intrinsic motivation) adalah motivasi internal untuk


melakukan sesuatu demi hal itu sendiri (sebuah tujuan itu sendiri). Sebagai
contoh seorang siswa dapat belajar dengan keras untuk sebuah ujian karena ia
menyukai materi mata pelajaran tersebut.48

Maka bisa disimpulkan bahwa motivasi instrik adalah dorongan yang


berasal dari dalam kesadaran siswa untuk berprestasi sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena adanya tujuan yang hendak
dicapai. Kedua motivasi tersebut sangatlah dibutuhkan untuk mencapai
prestasi yang diharapkan.

b. Determinasi Diri dan Pilihan Personal

Para peneliti telah menemukan bahwa motivasi internal dan minat


intrinsic siswa dalam tugas sekolah meningkat ketika siswa mempunyai
sejumlah pilihan dan kesempatan untuk memikul tanggungjawab personal
untuk pembelajaran mereka (Grolnick dkk., 2002; Stipek, 2002). Sebagai
contoh, dalam satu studi, siswa ilmu pengetahuan sekolah menengas atas yang
47
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.156.
48
John W. Santrock, Educational Psychology Buku 2, Jakarta : Salemba Humanika. 2009. Hlm 204-
205

23
didorong untuk mengorganisasi eksperimen mereka sendiri menunjukkan
lebih banyak perhatian dan minat laboratorium dibandingkan teman mereka
yang harus mengikuti pembelajaran dan arahan secara terperinci (Rainey,
1965).

Sebuah pandangan dari motivasi intrinsik menekankan determinasi


diri (Deci, Koestner, & Ryan, 2001). Dalam pandangan ini, siswa ingin
meyakini bahwa mereka melakukan sesuatu atas keinginan mereka sendiri,
bukan karena keberhasilan atau penghargaan eksternal. Dibandingkan dengan
sebuah kelompok pembanding, siswa dalam kelompok motivasi intrinsik/
determinasi diri ini mendapatkan prestasi yang lebih tinggi dan lebih
berkemungkinan lulus dari sekolah menengah atas.

c. Minat

Psikolog pendidikan juga telah menyelidiki konsep minat, yang telah


digolongkan sebagai sesuatu yang lebih spesifik dibandingkan motivasi
intrinsic (Blumenfeld, Kempler & Krajick, 2006; Wiegfield dkk., 2006). Riset
pada minat terutama telah berfokus pada hubungan antara minat dengan
pembelajaran. Minat dihubungkan dengan tindakan pembelajaran mendalam,
seperti ingatan atas gagasan pokok dan respons terhadap pertanyaan
pemahaman yang lebih sulit, dibandingkan pembelajaran yang hanya pada
permukaan, seperti respons pertanyaan yang sederhana dan ingatan kata demi
kata atas teks (Sciefele, 1996).

Dari hal tersebut maka guru harus selalu berusaha membangkitkan


minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkadang dalam bidang
studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap
positif. Perasaan senang akan menimbulkan minat yang diperkuat lagi oleh
sikap yang positif, sebaliknya perasaan yang tidak senang menghambat dalam
belajar karena tidak melahirkan sikap yang positif dan tidak menunjang minat
dalam belajar. Apabila seseorang telah memiliki keinginan yang besar
terhadap suatu hal maka apapun akan dilakukannya. Timbulnya minat belajar
disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk
memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia.49

49
Roida Eva Flora Siagian, “Pengaruh Minat dan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi
Belajar Matematika” Jurnal Formatif, hlm 126

24
Maka dapat disimpulkan bahwa minat merupakan perasaan senang
yang timbul dari apa yang disukai baik materi maupun non materi yang
dimana perasaan tersebut merupakan pendukung seseorang mencapai
penghargaan atau prestasi yang diinginkan karena jika seseorang sudah
senang terhadap sesuatu maka akan mudah baginya mencapai hasil yang
didapat. Tugas seorang guru maupun sekolah adalah mengarahkan siswa
untuk menyukai apa yang dipelajari sehingga prestasi belajar bisa diraih dan
dicapai.

d. Penghargaan Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik

Dalam satu studi, siswa yang telah mempunyai minat kuat dalam seni
& tidak mengharapkan penghargaan, menghabiskan waktu lebih lama untuk
menggambar dibandingkan siswa yang juga telah mempunyai minat kuat
dalam seni, tetapi mengetahui bahwa mereka akan diberi penghargaan untuk
menggambar (Lepper, Greene, & Nisbett, 1973). Bagaimanapun, penghargaan
kelas dapat berguna yaitu sebagai insentif untuk terlibat pada tugas, yang
tujuannya untuk mengendalikan perilaku siswa dan menyampaikan informasi
mengenai kemampuan untuk menguasai sesuatu. Ketika penghargaan yang
ditawarkan menyampaikan informasi mengenai kemampuan untuk mengenai
sesuatu, perasaan kompetensi siswa kemungkinan akan meningkat.

Dalam sebuah analisis disebutkan bahwa penghargaan secara verbal


(pujian dan umpan balik positif) dapat digunakan untuk meningkatkan
motivasi intrinsik siswa. Ketika penghargaan dikaitkan dengan kompetensi,
maka cenderung mempromosikan motivasi dan minat. Ketika tidak,
penghargaan mungkin tidak akan meningkatkan motivasi atau dapat
menghilangkannyasetelah penghargaan dihilangkan (Schunk, 2004). 50

e. Atribusi

Teori atribusi (attribution theory) menyatakan bahwa individu


termotivasi untuk mengungkap penyebab yang mendasari kinerja dan perilaku
mereka sendiri. Atribusi adalah penyebab-penyebab yang menentukan hasil.
Ahli-ahli teori atribusi mengatakan bahwa siswa adalah seperti ilmuwan
intuitif, yang mencari penjelasan penyebab dibalik apa yang terjadi. Sebagai
contoh, seorang siswa bertanya, “Mengapa saya tidak berhasil baik dalam

50
Ibad Hlm 206-209

25
kelas ini?” atau “Apakah saya mendapatkan nilai bagus karena saya belajar
dengan keras atau guru membuat ujian yang mudah, atau keduanya?”
Pencarian atas penyebab atau penjelasan paling mungkin terpicu ketika
kejadian tidak terduga dan penting berakhir dengan kegagalan, seperti ketika
seorang siswa yang baik mendapatkan nilai rendah. Beberapa dari penyebab
keberhasilan dan kegagalan yang paling sering disimpulkan adalah
kemampuan, usaha, kemudahan atau kesulitan tugas, keberuntungan, suasana
hati, dan bantuan atau gangguan dari orang lain.

Adapun strategi terbaik yang dapat dilakukan oleh guru dalam membantu siswa
meningkatkan cara mereka berurusan dengan atribusi mereka, yaitu sebagai berikut :

1) Berkonsentrasi pada tugas yang ditangani daripada mengkhawatirkan


kegagalan
2) Mengatasi kegagalan dengan mempelajari hal-hal terdahulu yang telah
mereka lakukan untuk menemukan kesalahan mereka atau dengan
menganalisis masalahnya untuk menemukan pendekatan yang lain
3) Menghubungkan kegagalan mereka terhadap kurangnya usaha daripada
kurangnya kemampuan.51
f. Efikasi Diri

Efikasi diri adalah keyakinan bahwa “Saya dapat”; sedangkan


keputusasaan adalah keyakinan “Saya tidak dapat” (Maddux, 2002; Lodewyk
& Winne,2005). Siswa dengan efikasi diri tinggi setuju dengan pernyataan
seperti “Saya tahu bahwa saya akan mampu mempelajari materi dalam kelas
ini” dan “Saya rasa saya mampu mempelajari materi dalam kelas ini” dan
“Saya rasa saya mampu melakukan aktivitas ini dengan baik”. Efikasi diri
mempunyai banyak kemiripan dengan motivasi kemampuan menguasai
sesuatu dan motivasi intrinsik. Dale Schunk (1991, 1999, 2001, 2004) telah
menerapkan konsep efikasi diri pada banyak aspek dari prestasi. Kemampuan
untuk mentransfer materi pelajaran adalah salah satu aspek dari efikasi diri
pengajaran, tetapi efikasi diri pengajaran juga meliputi keyakinan bahwa
seseorang dapat memelihara kelas yang tertib yang merupakan tempat yang
menyenangkan untuk belajar dan keyakinan terhadap kemungkinan untuk
mendapatkan sumber-sumber serta membuat orang tua terlibat secara positif
dalam pembelajaran anak-anak (Bandura, 1997).52
51
Ibid. Hlm 211-213
52
Ibid. Hlm 216-218

26
jadi kita dapat menyimpukan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan
yang dimiliki setiap personal mengenai bakat dan kemampuan yang
dimilikinya dalam melakukan suatu tindakan guna mencapai tujuan yang
diinginkan. Bahkan lebih jauh lagi bahwa efikasi diri rasa percaya diri
terhadap kemampuan yang dimiliki dalam menjalan proses pendidikan untuk
berprestasi.

g. Penetapan Tujuan, Perancanaan, dan Pemantauan Diri

Para peneliti telah menemukan bahwa efikasi diri dan prestasi


meningkat ketika siswa menetapkan tujuan yang spesifik, bersifat jangka
pendek, dan menantang (Bandura, 1997; Zimmerman & Schunk, 2004). Satu
strategi bagus lainnya adalah mendorong siswa untuk menetapkan tujuan yang
menantang. Sebuah tujuan yang menantang merupakan komitmen terhadap
kemajaun diri. Dalam sebuah studi riset, baik guru maupun siswa melaporkan
bahwa tujuan yang berfokus pada kinerja merupakan hal yang lebih umum
dan tujuan yang berfokus pada tugas kurang umum di kelas sekolah menengah
dibandingkan di sekolah dasar (Midgley, Anderman, & Hicks, 1995). Menjadi
seorang perencana yang baik berarti merencanakan waktu secara efektif,
menetapkan prioritas, dan terorganisasi.

Para peneliti telah menemukan bahwa siswa yang berprestasi tinggi


seringkali merupakan pelajar yang memiliki pengaturan diri (Boekaerts, 2006;
Pressley& Harris, 2006; Schunk & Zimmerman, 2006). Sebagai contoh, siswa
yang berprestasi tinggi lebih banyak memonitor sendiri pembelajaran mereka
dan lebih banyak mengevaluasi secara sistematis kemajuan mereka menuju
suatu tujuan dibandingkan siswa yang berprestasi rendah. Mendorong siswa
untuk memonitor sendiri pembelajaran mereka, menyampaikan pesan bahwa
siswa bertanggungjawab terhadap perilaku mereka sendiri serta pembelajaran
mengharuskan partisipasi siswa yang aktif dan penuh dedikasi (Boekaerts,
2006).53

h. Ekspektasi

Ekspektasi dapat mempunyai pengaruh yang kuat pada motivasi


seseorang. Seberapa keras siswa bekerja dapat tergantung pada seberapa
banyak yang mereka harapkan untuk tercapai. Jacqueline Eccles (1987, 1993)

53
Ibid. Hlm 218-221

27
mendefinisikan ekspektasi pada keberhasilan siswa sebagai keyakinan
mengenai seberapa berhasil mereka dalam menyelesaikan tugas, dalam jangka
pendek atau jangka panjang.

Ekspektasi guru mempengaruhi motivasi dan kinerja siswa. Ketika


guru mempertahankan ekspektasi umum yang tinggi bagi prestasi siswa dan
siswa merasakan ekspektasi ini,siswa akan lebih berprestasi, mengalami rasa
memiliki harga diri dan kompetensi yang lebih besar sebagai pelajar, serta
menolak keterlibatan dalam perilaku bermasalah baik selama masa kanak-
kanak maupun masa remaja (Wingfield, 2006). Guru sering kali mempunyai
ekspektasi positif lebih besar untuk siswa dengan kemampuan tinggi
dibandingkan untuk siswa dengan kemampuan rendah dan ekspektasi ini akan
mempengaruhi perilaku mereka pada siswa. Sebuah strategi pengajaran yang
penting adalah untuk memonitor ekspektasi dan memastikan bahwa terdapat
ekspektasi positif untuk siswa-siswa dengan rendah didalamnya.54

E. Penelitian Terkait

Untuk meperkuat penelitian ini maka saya menggunakan beberapa penelitan


terdahulu diantaranya adalah penelitian dari Yuli Dwi Indahwati yang berjudul
Strategi Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Ma Hidayatul Mubtadiin Tasikmadu. Program
Studi Magister Pendidikan Agama Slam Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. Dari hasil penilitan tersebut menghasilkan.
Langkah-langkah strategi kepemimpinan Kepala Sekolah dalam mengembangkan
kompetensi profesional guru untuk meningkatkan mutu pendidikan di MA Hidayatul
Mubtadiin terbagi ke dalam dua kegiatan strategi, yang pertama strategi formal yaitu
guru ditugaskan oleh lembaga mengikuti pendidikan & latihan, baik yg dilakukan
lembaga sekolah itu sendiri maupun oleh lembaga pendidikan/pelatihan, karena
tuntutan pekerjaan untuk saat ini atau masa datang seperti: diikutkan kursus,
pelatihan guru, seminar dan program MGMP. dan strategi non formal yaitu guru atas
keinginan dan usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya yang berhubungan
dengan pekerjaan atau jabatannya seperti: Kedisiplinan, diskusi dan memberi
motivasi.

54
Ibid. Hlm 221-224.

28
Lalu penelitian selanjutnya adalah milik Abdul Aziz yang berjudul Pengaruh
Kedisiplinan Pemimpin Madrasah Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru
Mts Di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara, Program Magister Manajemen
Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Nahdlatul Ulama’
(Unisnu) Jepara 2015. Penelitian ini menghasilan bahwa: 1) terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan kedisiplinan pemimpin madrasah terhadap kinerja guru.
Kontribusi atau sumbangan yang diberikan kedisiplinan pemimpin madrasah
terhadap kinerja guru sebesar 26,5%; 2) terdapat pengaruh yang positif dandan
signifikan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru. Kontribusi atau sumbangan
yang diberikan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru sebesar 37,6 %; 3) terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan kedisiplinan pemimpin madrasah dan motivasi
kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru. Kontribusi atau sumbangan
yang diberikan kedisiplinan pemimpin madrasah dan motivasi kerja guru secara
bersama-sama terhadap kinerja guru sebesar 41,5 %.

29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian upaya kepala sekolah dalam meningkatkan


prestasi santri di Darunnajah 8 Cidokom ini mulai dilaksanakan pada 03 Juni
2020 sampai 09 Juli 2021.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena memenuhi


ciri- ciri penelitian kualitatif, yaitu: (1). Kondisi objek penelitian alamiah, (2).
Penelitian sebagai instrumen utama, (3) Bersifat deskriptif, karena data yang
dikumpulkan berbentuk kata-kata bukan angka-angka, (4). Lebih
mementingkan proses dari pada hasil, (5). Data yang terkumpul diolah secara
mendalam.55

Dalam penjelasan lain mengatakan bahwa penelitian kualitatif dapat


berupa manusia, peristiwa, latar serta dokumentasi, dan sarana tersebut secara
mendalam sebagai suatu totalitas, sesuai dengan latar atau konteksnya
masing-masing untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variable-
variablenya.56
55
Lexy Moleong. J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002: 4
56
Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan (Malang :Kalimasahada
Press, 1996). Hlm. 57

30
Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk mendeskripsikan peristiwa-
peristiwa sebagaimana terjadi secara alami, melalui penegumpulan data dan
latar belakang alami. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang ada, di samping
itu penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah
atau dalam keadaan fakta (fact finding).57

Jadi yang dimaksud dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif, adalah


penelitian yang menggambarkan atau memaparkan data yang diperoleh
peneliti yang berkaitan dengan pembahasan pelaksanaan strategi
pengembangan kompetensi profesional guru dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Darunnajah 8 Cidokom.

A. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data-
data diperoleh. Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bentuk, yaitu data
primer (pokok) dan sekunder (pendukung). Yang termasuk data primer adalah
wawancara, angket, observasi dan dokumen yang telah ditentukan. Adapun data
sekunder, yakni data-data yang diambil dari sumber lain selain informan baik berupa,
foto, rekaman, ucapan ataupun tindakan/sikap yang ada keterkaitan dengan sumber
informan.

Selanjutnya sumber-sumber data yang diperlukan berupa informan yang


ditunjuk dan dianggap layak untuk memberikan informasi mendalam terhadap fokus
penelitian yang diangkat. Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana
data dapat diperoleh. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata
dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain.Sehingga beberapa sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini
meliputi:

1. Sumber data utama (primer) yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui
wawancara dan observasi. Sumber data tersebut meliputi:

57
Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada Press, Yogyakarta, 2005: 31

31
a) Kepala sekolah Pondok Pesantren Darunnajah 8 Cidokom, karena
kepala sekolah ialah orang yang paling berpengaruh dalam
perkembangan pendidikan di lembaga yang dipimpinnya.
b) Waka kurikulum ialah orang yang bertugas membantu kepala sekolah
dalam membuat kurikulum di sekolah. Melalui waka kurikulum,
diharapkan peneliti bisa memperoleh data tentang strategi kepala
sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru di
Darunnajah 8 Cidokom.
c) Guru Darunnajah 8 Cidokom, karena dengan mewancarainya peneliti
dapat mengetahui strategi kepala sekolah dalam meningkatkan
kompetensi profesional guru.
2. Sumber data tambahan (sekunder), yaitu sumber data di luar kata-kata dan
tindakan yakni sumber data tertulis antara lain:
a) Hasil data penilaian selama beberapa tahun
b) Rekaman guru yang menerangkan situasi akademik santri
c) Data setiap kegiatan yang dilakukan di Darunnajah 8 Cidokom sebagai
tola ukur dalam melihat proses kegiatan berlangsung
d) Sarana dan Prasarana Darunnajah 8 Cidokom

Sumber data utama yang menjadi sumber informasi dalam penelitian


ini adalah kepala sekolah, yang nantinya akan memberikan pengarahan
kepada peneliti dalam pengambilan sumber data, dan memberikan informasi
serta rekomendasi kepada informan lainnya seperti waka kurikulum dan guru
pendidikan agama Islam. Sehingga semua data-data yang diperlukan peneliti
terkumpul sesuai dengan kebutuhan peneliti.

B. Jadwal

Adapun waktu dan tempat penelitian yang penulis lakukan di lapangan


sebagaimana berikut ini:

1. Waktu
Waktu yang digunakan oleh penulis untuk melakukan observasi dan
mengumpulkan data-data yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan
yaitu saat menjadi tenaga pendidik di tempat tersebut pada tahun 2018/2019
2. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Ponpes Darunnajah 8 Cidokom Jalan Intan I
Gunung Sindur.

32
C. Pemeriksaan keabsahan Data

Triangulasi dalam pengujian krediilitas ini diartikan sebagai pengecekan data


dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. 58 Triangulasi ada
3 macam, yaitu :

a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji sahnya data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telat diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam
kaitannya dengan pengujian sahnya data, peneliti menggunakan
triangulasi sumber dengan cara mengajukan wawancara kepada wakil
kurikulum, wali kelas, guru mata pelajaran, santri tantang upaya kepada
sekolah dalam meningkatkan prestasi.
b. Triangulasi Teknik (Cara)
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Dalam penelitian ini teknik yang digabungkan adalah teknik wawancara,
observasi, dan dokumentasi dengan sumber data wakil kurikulum, guru
mata pelajaran.
c. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi keabsahan data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari belum tentu sama
dengan siang. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka
dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian
datanya. Hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah yang dikatakan dari
satu sumber itu benar-benar realitas atau sesuatu yang dibuat-buat, atau
untuk mempertajam informasi yang telah didapatkan dalam penelitian
upaya kepala sekolah.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
58

Bandung, 2013, hlm.15

33
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Pondok Pesantren Darunnajah 8 Cidokom

1. Sejarah Pondok Pesantren Darunnajah 8 Cidokom


Pesantren Annur Cidokom (Darunnajah 8) merupakan lembaga pendidikan
Islam yang berfokus kepada pendidikan keagamaan dan pembentukan karakter santri,
memanfaatkan media kreatif dan teknologi informasi sebagai ciri khasnya. Pesantren
Annur merupakan pesantren wakaf yang beroperasi sejak Desember 2006. Pesantren
ini merupakan cabang ke-8 Pondok Pesantren Darunnajah di bawah Yayasan
Darunnajah Jakarta. Visi Pesantren utamanya adalah menjadi lembaga pendidikan
dan kaderisasi pemimpin ummat yang mutafaqquh fiddin. Selain itu, Pesantren Annur
juga dicanangkan sebagai “Pesantren Multimedia” karena salah satu visi khasnya
terkait dengan pengembangan dibidang informasi tekhnologi dan industri kreatif.
Pesantren Annur diharapkan dapat melahirkan kader pemimpin ummat Islam di
berbagai bidang kehidupan yang siap berdakwah dan mempunyai kualitas untuk
hidup di era informasi dan teknologi.

2. Profil Pendidikan

34
Sistem pendidikan dan pengajaran yang diterapkan adalah menggabungkan
antara sistem pondok pesantren dengan pendidikan nasional. Sistem pendidikan
Tarbiyatul Mu’allimin/mu’allimat al-Islamiyah TMI (Tarbiyatul Mu’allimin Al-
Islamiyah) adalah sistem pengajaran yang khas dikembangkan oleh Pondok Pesantren
Darunnajah yang fokus menyiapkan kader pemimpin agama Islam yang diadopsi dari
sistem pendidikan dan pengajaran unggul yang dikembangkan oleh Pondok Modern
Darussalam Gontor Ponorogo. Program ini menitikberatkan kepada pembentukan
karakter dengan membekali santri pengetahuan agama Islam dan kemampuan
berdakwah yang bisa diterapkan di segala lini kehidupan serta keterampilan hidup/
life skills yang paling mendasar yang dibutuhkan oleh peserta didik. Disisi lain,
sistem pendidikan formal yang saat ini dipakai adalah sistem pendidikan yang
menginduk pada Kementrian Pendidikan Nasional (Diknas) dengan membuka
lembaga Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Program ini akan membekali santri kemampuan untuk berfikir kreatif (out of the box
thinking) dan mental wirausaha (entrepreneurship). Dengan menggabungkan dua
sistem pengajaran ini, diharapkan menghasilkan pemimpin-da’i di segala bidang
yang mempunyai akhlak dan karakter Islami sekaligus memiliki jiwa kreatif serta
keahlian tekhnologi multimedia sehingga mampu berperan di era teknologi informasi.
Namun sejatinya, program andalan dalam pendidikan di Pesantren Annur yang
sesungguhnya adalah sistem kepengasuhan santri yang diasuh langsung oleh
pimpinan- pengasuh pondok. Sistem ini merupakan ciri khas pendidikan integral dari
pondok pesantren yang memanfaatkan lingkungan asrama terpadu dengan
menggunakan pola pendidikan ala Rasulullah, pendidikan melalui keteladanan/uswah
hasanah. Tidak hanya berperan sebagai pengajar, para pengasuh dan pendidik di
lingkungan pesantren juga berperan sebagai “orang tua” yang membina, memberi
arahan dan tauladan serta menjaga lingkungan dan akhlak santri selama 24 jam.
Sistem kepengasuhan ini juga menggunakan disiplin sebagai alat pembentukan
karakter santri dengan melibatkan santri sebagai pihak yang aktif dalam organisasi
santri. Berbagai macam kegiatan ekstra kurikuler diadakan dan diselanggarakan oleh
santri itu sendiri sebagai wadah kreatifitas termasuk ekstra kurikuler yang berkaitan
dengan olahraga, seni, Pramuka, dan tentunya dunia teknologi multimedia. Selain
itu, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris menjadi bahasa resmi yang wajib digunakan
didalam kegiatan sehari-hari santri. Lingkungan pesantren pun menjadi Laboratorium
bahasa aktif yang dibentuk oleh kebiasaan dan disiplin. Seluruh elemen tersebut

35
menyatu menjadi sebuah kesatuan pendidikan yang integral dan menyentuh seluruh
indra pembelajaran santri.

3. Latar Perstiwa Perkambangan Pondok Pesantren


2005
Pada Oktober 13, 2005, Bapak (Alm) Yusuf Gayo mewakafkan 2,5 Hektar
bidang tanah di cikal lokasi lahan pesantren yang terletak di Desa Cidokom, Gunung
Sindur Bogor kepada Pihak Yayasan Darunnajah Jakarta dengan maksud untuk
dikembangkan menjadi lembaga pendidikan pesantren Maka dimulailah aktifitas
dilokasi tersebut mewujudkan Pesantren Annur Cidokom sebagai Cabang Darunnajah
yang ke-8 dibawah Yayasan Darunnajah. Hal tersebut dimulai dengan proses
pendidikan informal di sekitar lahan pesantren di Desa Cidokom dengan mengadakan
pengajian-pengajian, TPA untuk masyarakat sekitar. Dipimpin oleh Muhammad
Averus dan Soleh Ahyani, ustadz alumnus PM Gontor yang ditunjuk langsung oleh
Pimpinan Pusat Pesantren Darunnajah Jakarta. Alhamdulillah, dukungan masyarakat,
maupun aparat Desa setempat sangat positif, termasuk Lurah Dahlan dan para
pemuda desa yang bergabung di dalam barisan guru. Pada saat itu dimulai
pembangunan gedung Aula dan kamar mandi sebagai fasilitias penunjang untuk
kegiatan kepramukaan Darunnajah group. Pada tahun ini pula dimulai pembangunan
gedung asrama pertama yang didanai dari sumbangan Wakil Presiden RI saat itu, Bpk
Yusuf Kalla

2007
Pada Juli 2007, lembaga formal pertama resmi dimulai, yaitu SMP dan SMK
(multimedia) dengan Kepala Sekolah Ustadz Samiyono dan Ustadz Alan
masturo. Murid pertama 13 santri (pulang pergi) yang berasal dari daerah
sekitar.Pada tahun ini dimulai pembangunan Masjid Annur Cidokom didanai
sumbangan dari Asian Moslem Charity Foundation (AMCF) dan
pembangunan gedung Darunnajah yang berasal dari Swadaya Darunnajah

2008
Pada Juli 2008, ditunjuk tim adhoc, sebagai pengasuh sementara yang terdiri
dari Anggota Tim 19 Darunnajah Ulujami dan Ustadz Wahyu Fajri. Jumlah
murid pulang pergi 32 serta dimulainya program santri mukim sejumlah 5

36
santri (3 putra dan 2 putri). Tahun ini pula program Isyrof (limpahan) pertama
dari Darunnajah Ulujami sejumlah 30-an santri selama 6 bulan

2009
Desember 2009, pimpinan pesantren saat ini, Ustadz Hadiyanto Arief mulai
aktif di Cidokom. Beliau dibantu oleh 14 guru mukim

2010
Dimulainya pembangunan kelas dan asrama putri secara swadaya Darunnajah
Ulujami. Tercatat pada Juli 2010, Jumlah santri mukim berjumlah 34 santri,
sedangkan santri PP berjumlah 53, total 87 santri

2011
Keluarga (alm) Yusuf Gayo yang diwakili oleh Ibu Gayo dan Putra-putrinya
kembali mewakafkan sebidang tanah seluas 8924 m2 di belakang tanah wakaf
awal. Perluasan tanah ini dibarengi usaha perluasan secara swadaya dengan
dibelinya tanah disamping tanah wakaf tersebut dengan 3 bidang tanah
seluas : 1591, 1475 dan 1906 m2. Sehingga total perluasan tanah pada tahun
ini seluas 13,996 m2. Tahun ini juga terjadi sebuah kejadian kebakaran
disalah satu asrama santri putra

2012
Pada tahun ajaran baru thn 2012-2013 semua santri sudah 100% mukim di
dalam Pondok Pesantren Annur Darunnajah 8 Cidokom sampai detik ini, dan
ditahun 2015 ini total santri yang mukim sudah mencapai 610 santri putra dan
putri.

2017
Perkembangan Pesantren Annur Darunnajah 8 Cidokom terus menunjukkan
positif, pembangunan berjalan lancar seperti, Mini Hall Al-Hamra, Gedung
Perkantoran Al-Azhar, Penambahan Lokal Asrama Putra dan Putri, Lapangan
Olahraga, dsb. Jumlah santri pada tahun ini mencapai 800 santri, dan 67 guru

2019

37
Penataan serta perbaikan merupakan wujud nyata bagi Pesantren Annur
Darunnajah 8 yang terus dilakukan, seperti administrasi, dimulai dari
pembayaran SPP via Virtual Account bekerja sama dengan Bank Permata
Syariah, begitu juga penggunaan sistem data (DSS) Darunnajah Smart
System. Sementara itu Satuan Pendidikan Muadalah (SPM) menjadi pilihan
sebagai satuan pendidikan dan pengajaran pesantren, dengan kurikulum dasar
TMI (Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah)Penambahan failitas pondok juga
terus dilakukan, seperti pembangunan Aula Satu Dasawarsa, penyelesain
Gedung Perkantoran Al-Azhar, pembangunan Gedung Multifungsi, dan
penambahan sumur. Jumlah santri pada tahun ini meningkat mencapai 1014
santri, dan 97 guru

I. Data Fisik Pesantren (Perluasan Lahan)


Lua
s
No Lokasi Tahun Keterangan
(m2
)
1 Cidokom 2005 25,0 Wakaf Bpk Yusuf Gayo
00
2 Cidokom 2005 500 Wakaf ( untuk Penganti)
3 Depan Pesantren 2005 3,30 Pribadi
0
4 Kapling ke-8 2006 5,50 Kapling guru 34 orang
0
5 Kapling ke-9 2008 7,85 Kapling guru 40 orang
0
6 Timur Aula 2009 614 Pembelian
Darunnajah/wakaf
7 Barat Dapur 2011 8,92 Wakaf Putra putri Bpk Yusuf Gayo
4
8 Samping tanah baru 2011 4,97 Pembelian Darunnajah/wakaf
2
Total Cidokom 56, Total Wakaf; 40,010 m2
660

B. Hasil Penelitian

38
1. Strategi Kepala Sekolah Dalam Memajukan Prestasi Santri Darunnajah 8
Cidokom
Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan di Darunnajah 8
Cidokom bahwa ada berbagai strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan prestasi
santri. Strategi yang dilakukan terbagi ke dalam dua kegiatan, yaitu formal dan
informal. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Sekolah Ust Towil Akhirudin,S.Si
bahwa :
“Strategi pondok ini dalam meningkatkan prestasi santri adalah dengan
selalu disibukkan dengan berbagai kegiatan, mulai dari bangun tidur sampai
tidur lagi. Dalam hal ini kami berusaha agar kegiatan sekolah (formal)
terintegrasi dengan kegiatan non sekolah (non formal). Kegiatan sekolah yang
biasa dilakukan bertujuan untuk meningkatkan akademis serta persiapannya
dalam menghadapai pendidikan global sedangkan pendidikan diluar sekolah
bertujuan untuk meningkatkan skill dan kemampuan santri untuk mengikuti
kegiatan sekolah yang berbasis bahasa. Di samping itu santri juga dibekali
oleh pimpinan berupa penanaman nilai, filosofis, dan idealisme pondok
pesantren.”59

Berdasarkan wawancara diatas, kegiatan sekolah yang dilakukan harus


terintegrasi dengan kegiatan diluar sekolah, karena pada dasarnya pesantren adalah
kegiatan 24 jam merupakan pendidikan, akan tetapi perlu dipahami bahwa pendidikan
sekolah merupakan tolak ukur prestasi santri. Dalam hal ini pendidikan dalam kelas
(formal) seperti yang diungkapkan oleh Kepala Sekolah, Ust Towil Akhirudin, S.Si
berupa:
“Pendidikan formal yang diselenggarakan di Darunnajah 8 Cidokom
berupa, kursus, pelatihan dan pembekalan. Kursus dimuat dalam bentuk
program bahasa dan tahfidz. Pelatihan yang diadakan berupa fathul kutub,
fathul mu’jam, amaliyah tadriis, pelatihan pidato. Sedangkan pembekalan
berupa khutbatul Arsy yang diadakan setiap 1 kali dalam setahun, ada juga
pembekalan penanaman nilai saat ujian, kegiatan dan juga perpulangan.
Kesemuanya itu merupakan kegiatan inti yang wajib diikuti oleh santri di
Darunnajah 8 Cidokom”60

59
Wawancara dengan Kepala Sekolah Ust Towil Akhirudiin, S.Si, 21 Desember 2020 di Darunnajah 8
Cidokom.
60
Wawancara dengan Kepala Sekolah Ust Towil Akhirudiin,S.Si 21 Desember 2020 di Darunnajah 8
Cidokom

39
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah Darunnajah 8 Cidokom, strategi
formal yang dilakukan oleh kepala sekolah yaitu :

a. Fathul Mu’jam

Berdasarkan dari pengalaman penulis yang pernah mengikuti kegiatan


tersebut beserta dengan wawancara kepala sekolah bahwa kegiatan
tersebut pada dasarnya adalah untuk menguatkan pengalaman beserta
wawasan santri dalam meningkatkan kemampuan linguistik / bahasa.
Bentuk kegiatan ini pada dasarnya santri dituntut untuk mencari dasar/asal
kata dari bahasa arab serta dapat menuliskan arti yang tepat dan
mejadikannya dalam kalimat sempurna, biasanya akan diberikan 10 kata
lalu mencarinya di kamus Arab dengan tuntutan waktu yang ditentukan.

Menurut pandangan dari kepala Sekolah, kegiatan tersebut tidak hanya


untuk santri saja, akan tetapi berlaku juga untuk guru karena kegiatan
didalam kelas juga harus menguasai bahasa sehingga guru juga harus
mengikutinya kegiatan tersebut dengan pendampingan terbaik. Seperti
hasil dari wawancara kepada guru Sri Rahayu :

“Kegiatan fathul mu’ja merupakan kegiatan bahasa yang tidak


hanya di tunjukkan untuk santri saja akan tetapi juga ditunjukkan
untuk guru guru yang lain, agar pendidikan di kelas menjadi lebih
interaktif dan inovatif.”61

Berikut adalah tabel persiapan untuk fathul mu’jam

Tabel 4.3

JADWAL KEGIATAN FATHUL MU’JAM KELAS 3 INT DAN 4


TARBIYYATUL MU’ALLIMIN WAL MU’ALLIMAT AL ISLAMIYYAH

Tempa
Hari/Tanggal Jam Kegiatan Pemateri
t
6 Sabtu, Maret KH. Hadiyanto Arief,
20:00-20:40 Pembukaan Aula
2021 S.H.M.Bs
20:40-21:30 Tata Cara Fathul Ust. Ibnu Muzakir, S.Pd Aula
61
Wawancara dengan Guru Ibu Sri Rahayu, 13 Maret 2021 di Darunnajah 8 Cidokom

40
Mu’jam
07:00-08:00
Tadrib I Panitia & Musyrif Aula
08:00-08:55
08:55-09:40 Pembahasan Panitia & Musyrif Aula
7 Ahad, Maret 09:40-10:10
2021 10:10-11:05 Tadrib II Panitia & Musyrif Aula
11:05-12:10 Pembahasan Panitia & Musyrif Aula
20:00-20:40 Tadrib III Panitia & Musyrif Aula
20:40-21:30 Pembahasan Panitia & Musyrif Aula
07:00-08:00 Panitia & Musyrif Aula
Tadrib IV
08:00-08:55 Panitia & Musyrif Aula
08:55-09:40 Pembahasan Panitia & Musyrif Aula
8 Senin, Maret 09:40-10:10
2020 10:10-11:05 Tadrib V Panitia & Musyrif Aula
11:05-12:10 Pembahasan Panitia & Musyrif Aula
20:00-20:40 Tadrib VI Panitia & Musyrif Aula
20:40-21:30 Pembahasan Panitia & Musyrif Aula
07:00-08:00
Tadrib VII Panitia & Musyrif Aula
08:00-08:55
08:55-09:40 Pembahasan Panitia & Musyrif Aula
09:40-10:10
9 Selasa, Maret
10:10-11:05
Ujian Panitia & Musyrif Aula
2021 11:05-12:10
20:00-20:40 Intibaat Panitia & Musyrif Aula
20:40-21:30 Ust. M. Towil
Penutupan Aula
20:40-21:30 Akhirudin,S.Si

Kegiata tersebut diperuntukan untuk SMA di kelas 1 dan di mulai


dengan pelatihan awal lalu setelah itu akan dibimbing oleh pendamping
masing-masing. Berikut adalah tabel pendampingan dengan guru.

Tabel 4.4

NAMA - NAMA KELOMPOK FATHUL MU’JAM KELAS 3 INT & 4 PUTRA

Kelompok Pembimbing Nomer Anggota


1 Dayan Zamakh Syari
2 Fadlillah Rasyid
3 Muhammad Raihan
4 Ridho Ahmad Kiko
I Ust. Zulni Alvin
5 Asrhaf Panji Nugroho
6 Chikal Insani Majid
7 Muhammad Iqbal Fatih
8 Daffa Ali Farsya
1 Fajar Aditya Putra
II Ust. Rifal Mustaqim 2 Farhan Ali Saputra
3 Muhamad Arqilla Rakha Pratama

41
4 Imaduddin Abdurrahman
5 Dias Alfarizi
6 Fakih Febriant
7 Rahmat Alwi
8 Abdul Kodir Jaelani
9 Atalarafi Wijaya
1 Fathi Dafa Nazhari Achmad
2 Ilham Alfarizi Zulkarnain
3 Mahatdir Lubis
4 Alfino Prabanitias Kharisma
III Ust. Farhanuddin Siregar 5 Jalalludin
6 Gede Agung Wicaksono Mustofa
7 M. Tsauban Djibran
8 Adlian Mursal Tsaury
9 Arif Luqman Al Hakim
1 Muhammad Anwar Faqih
2 Muhammad Bilal Sya'bani
3 Rasyid Ridho
4 Muhammad Sufyan
IV Ust. Asub Robbani 5 Muhammad Dzikri Al Wafaa
6 Muhammad Ahsan
7 Abdurrhman Thoriq Al Bagary
8 Muhammad Baziral Ramadhan
9 Almissani Maulana
1 Muhammad Daud Armando
2 Muhammad Fatih Muharram
3 Muhammad Firmansyah
V 4 Hendinnar Nur Hafidzah
Ust. M. Daffa Akbar 5 Rahen Mardien
6 Salman Saleh Baeha
7 Ahmad Ramadhan
8 Alif Fathir Rahman
9 Akmal Aji Mahmudi

Kelompok Pembimbing Nomer Anggota


1 Muhammad Fikri Ash Shiddiq
2 Syuzza Fragutya Fazza
3 Irfan Awalludin
VI Ust. M. Ihsan Ma’rifatullah 4 Rafael Athailah Kurniawan
5 Septa Maulana Idris
6 Faturrahman Zaky
7 Fakih Adiyanto

42
8 Akmal Hakim Nasution
1 Zidan Agi Maruf
2 Haritsah Ali Safaraz
3 Khalilulrahman
4 Muhammad Nabil Ihsan
Ust. Muhammad Ikhsan
VII 5 Albari Ramdani
(Dn 13)
6 Muhammad Ramdhani
7 Walid Muhammad Mu'taz
8 Muhammad Zacky
9 Abdul Hadi

Dengan adanya pendampingan dari guru / ustadz diharapkan kegiatan tersebut


dapat mengarah kepada tujuan yang yang diharapkan serta menjadi media informasi
saat ada pertanyaan maupun hal yang membingungkan bagi santri.

b. Fathul Kutub
Diadakannya kegiatan formal ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan
fathul mu’jam sebelumnya. Salah satu kompetensi yang ada di
Darunnajah 8 Cidokom adalah kemampuan pengguanaan bahasa dan
kegiatan ini merupakan salah satu cara dalam perkembangan bahasa.
Seperti yang diungkapkan oleh Ust Towil Akhiruddin, S.Si. :
“Jadi fathul kutub merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang pernah
dilakukan pada tahun sebelumnya yaitu fathul mu’jam. Santri dituntut
untuk membuka kitab kuning lalu menjelaskan isinya sesuai dengan
materi yang diberikan oleh panitia. Selain dapat mempelajari
pengetahuan agama santri juga mendapatkan tambahan kosakata yang
baru dali membuka kitab kuning tersebut.”62

Pernyataan tersebut sama halnya dikatakan oleh farhanudin siregar santri


angkatan 2018 yang mengikuti kegiatan tersebut bahwa :
“ Di pondok Darunnajah ini kita diajarkan banyak sekali hal, mulai dari
yang terkecil sampai yang terbesar. Kita juga diberikan pengalaman
pengalaman baru seperti membaca kitab kuning, mengurus amanah
pesantren dan lain lain. Dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan
dalam peningkatan pendidikan yang saya alami”63

62
Wawancara dengan Kepala Sekolah Ust Towil Akhirudiin, S.Si, 21 Desember 2020 di Darunnajah 8
Cidokom
63
Wawancara dengan santri angkatan 2018, 15 Februari 2021 di Darunnajah 8 Cidokom

43
Dari hasil interview yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa kegiatan
membaca kitab kuning merupakan bagian dalam peningkatan
pendidikan di Darunnajah 8 Cidokom. Banyak sekali aspek positif
dalam kegiatan ini khususnya tsaqofah islamiyah. Kegiatan ini juga
perlu didampingi oleh guru guru ahli karena selain membahas kosa
kata baru, juga membahas ilmu islam yang pernah ditulis oleh ulama
terdahulu. Berikut adalah tabel kegiatan tersebut.

Tabel 4.5

JADWAL KEGIATAN FATHUL KUTUB KELAS 5

TARBIYYATUL MU’ALLIMIN WAL MU’ALLIMAT AL ISLAMIYYAH

Hari/Tanggal Jam Kegiatan Pemateri Tempat


Gedung Satu
07:00-08:00 Pembukaan KH. Hadiyanto Arief, S.H.M.Bs
Dasawarsa
Pengarahan Ust. Hilman Nur Barkah, Gedung Satu
08:00-08:55
Fiqh S.H.I Dasawarsa
Pengarahan Ust. M. Ibnu Muzakir, Gedung Satu
9 Senin, 08:55-09:40
Hadist S.Pd Dasawarsa
November 09:40-10:10
2020 Pengarahan Usth. Siti Fatonatul Arifah, Gedung Satu
10:10-11:05
Tauhid S.Ag Dasawarsa
Gedung Satu
11:05-12:10 Pencarian Panitia & Musyrif
Dasawarsa
20:00-20:40 Pembahasan Panitia & Musyrif Aula
20:40-21:30 Pencarian Panitia & Musyrif Aula
07:00-07:40 Panitia & Musyrif Aula
Pembahasan
07:40-08:20 Panitia & Musyrif Aula
08:20-09:00 Panitia & Musyrif Aula
Pencarian
09:00-09:40 Panitia & Musyrif Aula
10 Selasa, 09:40-10:10
November 10:10-10:50 Panitia & Musyrif Aula
Pembahasan
10:50-11:40 Panitia & Musyrif Aula
2020 11:40-12:10 Pencarian Panitia & Musyrif Aula
20:00-20:40 Pembahasan Panitia & Musyrif Aula
20:40-21:30 Pencarian Panitia & Musyrif Aula
07:00-07:40 Munaqosyah Pembimning Umum (Putra) Aula
11 Rabu, 07:40-08:20 Panitia & Musyrif Aula
(Putra)
November 08:20-09:00 Munaqosyah Pembimbing Umum (Putri) Aula
09:00-09:40 Panitia & Musyrif Aula
2020 (Putri)
09:40-10:10

44
Gedung Satu
10:10-10:50 Intibaat Panitia
Dasawarsa
10:50-11:40
Penutupan Ust. M. Towil Akhirudin,S.Si Aula
11:40-12:10

Kegiatan tersebut diperuntukan untuk kelas XI dan XII karena


sudah mampu menganalisa bahasa dan juga pemikiran yang sudah
cukup dalam menerima informasi dari kitab-kitab tersebut.berikut
adalah nama-nam santri kelas XI putra yang mengikuti kegiatan
tersebut beserta guru pendampingnya.

Tabel 4.6

NAMA - NAMA KELOMPOK FATHUL KUTUB KELAS 6 PUTRA

Kelompok Pembimbing Nomer Anggota


1 Azka Zharari
2 Aditia Maulana
3 Fatkur Rokhman
4 Andi M. Raihan
Ust. M. Towil Akhirudin,
I 5 M. Sayyid Fadillah
S.S.I 6 Lazuardi Ananda Nurpran
Handiko
7 Abhari Farhan
8 Muhammad Faiz
Kelompok Pembimbing Nomer Anggota
1 Mufid Muhammad Ichsan
2 Muhammad Fauzan
3 Ahmad Fauzan Pangestu
4 Arief Fathan Shalhan
II Ust. Udin Gunadi, S.Ag
5 Zhafran Nadhil
6 Ahmad Faiq Mudawam
7 M. Gilang Al-Hafiz
8 Retno Setyo Hadi
Kelompok Pembimbing Nomer Anggota
1 Firdaus Muhammad Akmal
Tsaqaufi
2 Mufti Faqih Ahlamy
III Ust. M. Ibnu Muzakir, S.Pd 3 Muhammad Nur Cahyo Adi
4 M. Fikri Ilyat
5 M. Azriel Amin
6 M. Fauzhan Azima

45
7 M. Fazri Alfarizi
8 Satrio Bintang
Kelompok Pembimbing Nomer Anggota
1 Muhammad Arif Miftakhul
Huda
2 Ali Sabani
3 M. Ridha Maulana Firdaus
IV Ust. M. Miftah Farid, S.Pd 4 Fadil Asdi Pratama
5 Muhammad Faisal Nur
6 Syahrul Imam Musthofa
7 Muhammmad Ghifari Ali
8 Pajriyansyah
Kelompok Pembimbing Nomer Anggota
1 Mu'allim Ikmali
2 Mohammad Ilham Habibi
3 Mohamad Rizki Sholahudin
V Ust. Imam Syafi’i, S.M 4 M. Ilham Sahmaludin
5 M.Naufal
6 Rifyal Azra
7 Muhammad Naufal Faiz
Kelompok Pembimbing Nomer Anggota
1 M. Fadhil Rizqy Jatnika
2 Al Mutalif Dewa Sinapa
3 M. Oki Syarif Habibul Rahman
VI Ust. M. Mishbah Fathoni 4 Rayhan Dwi Kurnia
5 Muhammad Bagas Rajaguna
6 M. Sahron Nasution
7 Aldian Maulana
Kelompok Pembimbing Nomer Anggota
1 Ahmad Saparudin
2 Aulia Muaffa Ramadhan
3 Daffa Maulana Faqih
4 Muhammad Ichsan
5 Muhammad Fajri
(DN13) Ust. Edi Turmudzi,
VII 6 Muhammad Hilal Lazuardy
Lc 7 Muhammad Mahfud Shodiq
8 Muhammad Zidan Naufal
9 Sabil Muhammad
10 Ikmahyanti (Putri)
11 Rahmi Ainun (Putri)

Salah satu point penting dalam kegiatan ini adalah kemampuan santri dalam
menganalisa dan berdiskusi kepada temannya dalam permasalahan yang tertulis

46
dalam kitab kuning tersebut. Dalam hal ini pendamping memiliki peran yang penting
dalam menyikapi pandangan yang dimiliki oleh santri maka pendamping pun harus
memiliki kapasitas yang baik dari sisi bahasa dan juga pengetahuan agama.
Selain pendidikan formal yang diterapkan di Darunnajah 8, ada juga strategi
nonformal. Berikut adalah strategi nonformal yang dilakukan di Darunnajah 8
Cidokom berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah :

a. Kedisiplinan

Perlu di ketahui bahwa Darunnajah 8 Cidokom sangat memperhatikan


kedisiplinan guru maupun santri. Sejak awal berdirinya pesantren ini sudah
diterapkan disiplin dan disiplin tersebut terus diperbaharui sesuai dengan
perkembangan pendidikan. Didalam kurikulum Darunnajah 8 kedisiplinan
merupakan kurikulum yang tidak tertulis yang dimana hal ini semuanya
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari di pondok pesantren mulai dari
bangun tidur, makan, sholat 5 waktu belajar malam sampai tidur lagi. Hal
ini diungkapkan saat wawancara dengan Usth Sri Rahayu selaku pengasuh
putri :

“Salah satu yang dikedepankan disini adalah disiplin, mulai dari


bangun tidur sampai tidur lagi, segala aktivitas yang ada di pondok ini
semuanya adalah pendidikan dan disiplin merupakan pendidikan sikap
dimana santri harus belajar menghargai waktu.”64

Dari wawancara tersebut sangat jelas bahwa disiplin adalah bagian


dari pendidikan non formal bahkan ada bagian pengurus khusus yang
menerapkan disiplin sehingga penegakkan disiplin tidak hanya dipantau
langsung oleh guru tetapi melibatkan santri didalamnya.

Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan


tugas dalam mencapai tujuan sekolah, maka diperlukan guru yang penuh
kesetiaan dan ketaatan pada peraturan yang berlaku dan sadar akan tanggung
jawabnya untuk menyelenggarakan tujuan sekolah. Dengan kata lain
kedisiplinan santri sangat diperlukan dalam meningkatkan tujuan sekolah.
Untuk itu, menegakkan disiplin merupakan hal yang sangat penting, sebab
dengan kedisiplinan dapat diketahui seberapa besar peraturan-peraturan dapat

64
Wawancara dengan Guru Ibu Sri Rahayu, 13 Maret 2021 di Darunnajah 8 Cidokom

47
ditaati oleh santri. Dengan kedisiplinan di dalam mengikuti seluruh kegiatan
formal akan terlaksana secara efektif dan efisien.

b. Khutbatul Arsy
Khutbatul Arsy atau biasa disebut dengan pekan perkenalan
merupakan acara tahunan yang dimana acara tersebut di laksanakan di
semester awal kegiatan di Darunnajah Cidokom. Pada kegiatan tersebut
banyak sekali rangkaian yang dilakukan mulai baris-berbaris, perkenalan
budaya pondok serta penanaman nilai filosofis pondok pesantren.
Seperti yang wawancara yang dilakukan oleh Ust Towil Akhirudin,
S.Si. :
“Disini ada yang namanya Khutbatul Arsy yang bertujuan
untuk memberikan penanaman nilai, filosofis pondok yang
difungsikan untuk mengenalkan santri baru kepada pondok. Akan
tetapi baik santri lama maupun guru lama tetap wajib mengikuti
kegiatan tersebut untuk penguatan nilai kepada mereka.
Penanaman nilai tersebut diisi oleh Pimpinan pondok, Kepala TMI
(Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah) (Kepala Sekolah) dan tidak
hanya dilakukan saat Khutbatul Arsy akan tetapi saat ujian sekolah
maupun perpulangan juga diberikan penanaman nilai.”65

Dari hasil wawancara tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa


inti dari Khutbatul Arsy adalah penanaman nilai nilai pondok
sekaligus perkenalan pondok kepada santri baru. Akan tetapi
konteks penanaman nilai tersebut juga di lakukan pada kegiatan –
kegiatan formal seperti sebelum ujian maupun saat perpulangan
agar santri tersebut terjaga nilai-nilai yang diajarkan oleh pondok.

2. Pendukung Dan Hambatan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Nilai


Prestasi Santri
Salah satu penyebab meningkatnya nilai prestasi santri di Darunnajah 8
Cidokom adalah adanya daya yang mendukung peningkatan prestasi bagi santri.
Akan tetapi terdapat pula beberapa hal yang tidak diharapkan sehingga mengalami
kendala dala meningkatkan nilai prestasi santri, daya dukung dan hambatan yang
terjadi beradasarkan hasil wawanvara dan observasi antara lain :
65
Wawancara dengan Kepala Sekolah Ust Towil Akhirudiin,S.Si. 21 Desember 2020 di Darunnajah 8
Cidokom

48
1) Dukungan pada penguasaan materi
Materi merupakan unsur penting yang ada dalam proses pembelajaran,
setidaknya materi yang disampaikan merupakan materi yang hampir
semuanya adalah materi pendidikan islam dan menggunakan bahasa Arab.
Tentu adanya pendalaman dengan materi yang disampaikan oleh guru dan
apalagi mayoritas guru adalah bukan dari lulusan Strata 1. Dari hasil
wawancara dengan Ust Towil Akhirudin, S.Si tentang dukungan kegiatan
belajar mengajar adalah :
“ salah satu upaya kami adalah mengadakan Ta’hil Dars /
penguasaan pelajaran yang bertujuan untuk memperkaya
kemampuan guru dalam menguasai materi, karena tidak semua
guru menguasai materi tersebut jadi kami membuat sejenis
kursus khusus untuk materi pelajaran yang dia ajarkan”66

Meskipun dari hasil pengalaman peneliti, mayoritas guru adalah


lulusan Pondok Pesantren akan tetapi dari apa yang dilihat ternyata setiap
individu guru memang memiliki kompetensi yang berbeda beda, maka
memang harus diadakan penguasaan materi agar peningkatan nila prestasi
santri didukung oleh guru yang kompeten. Sehingga diharapkan dari hasil
tersebut dapat menciptakan pembelajaran secara aktif dan kreatif

2) Dukungan kompetisi Olimpiade TMI (TARBIYATUL MU’ALLIMIN


AL-ISLAMIYAH)
Pada dasarnya TMI (Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah) (Tarbiyatul
Mu’allimin Al Islamiyah) merupakan naungan pendidikan di yayasan
Darunnajah, dan di setiap tahunnya selalu ada kompetisi TMI (Tarbiyatul
Mu’allimin Al-Islamiyah). Dalam kompetisi tersebut terdapat beberapa
lomba yang dikompetisikan seperti membaca kitab kuning, pidato, dan
cerdas cermat. Tujuan dari diadakannya perlombaan tersebut adalah
memotivasi santri dalam meningkatkan ilmunya sehingga diharapkan
setelah perlombaan tersebut bagaimanapun hasilnya santri yang mengikuti
lomba memiliki dampak besar bagi dirinya. Seperti wawancara yang
dilakukan kepada Usth Sri Rahayu :

66
Wawancara dengan Kepala Sekolah Ust Towil Akhirudiin, S.Si 21 Desember 2020 di Darunnajah 8
Cidokom

49
“.....disini juga ada Olimpiade TMI (Tarbiyatul Mu’allimin
Al-Islamiyah) yang ada banyak perlombaan yang diadakan
sehinggu membuat santri semangat dalam belajar dan bertemu
dengan sahabat-sahabat baru.”67

Yang perlu diketahui bahwa daya dukung ini hanya stimulus dari salah satu
program pendidikan di Yayasan Darunnajah, tentu untuk membuat santri dapat
terdorong mengikuti kegiatan tersebut adalah penguatan nilai pendidikan dari kepala
Sekolah serta kehadiran guru yang selalu yang konsisten didalam kelas. Maka dari
itu Peran Kepala Sekolah sangat penting dalam meningkatkan motivasi serta nilai
santri.

3) Kendala di sarana dan prasaran


Salah satu kendala yang paling menonjol adalah sarana prasarana yang masih
perlu ditingkatkan. Meskipun masih terus dikembangkan akan tetapi kendala pada
tahun ajaran 2018/2019 adalah di permasalahan sarana dan prasarana. Seperti
ketersediaan meja, alat tulis, media ketersediaan ruang kelas dll menyebabkan
beberapa kendala terlebih lagi geografis Darunnajah 8 Cidokom yang terletak di
daerah Gunung Sindur merupakan kawasan yang sering dilanda hujan. Sehingga
kadang pembelajaran terhambat dikelas dan mencari ruangan yang lain.
Dari pengalaman peneliti yang pernah mengajar di sekolah tersebut, bahwa
memang sering sekali pembelajaran yang harunya dilakukan dikelas harus
dilaksanakan di tempat lain yang memang membuat perpindahan kelas tersebut
sedikit agak lama dan memakan waktu sehingga waktu yang seharusnya 40 menit
berkurang. Akan tetapi meskipun begitu situasi dan kondisi lingkungan yang luas
memang memungkinkan untuk pindah di tempat lain akan tetapi situasi ini memang
sedikit memberikan hambatan saat proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
berlangsung.
Ditahun setelahnya yaitu 2019/2020 Darunnajah 8 Cidokom mulai
membangun bangunan yang baru. Termasuk perbaikan sistem Kurikulum yang sudah
berbasis IT. Hal ini seperti yang diwawancari kepada Ust Tedy Sulaeman selaku IT di
Darunnaajah Cidokom bahwa proses pendataan serta input nilai sudah bisa diakses
melalui online termasuk hasil raport sudah langsung bisa di cetak. Hal ini membuat
proses penilaian dan evaluasi bisa lebih efektif dan efisien dan di tahun berikut

67
Wawancara dengan Guru Ibu Sri Rahayu, 13 Maret 2021 di Darunnajah 8 Cidokom

50
jumlah bangunan yang disediakan dan IT yang sudah baik sistemnya membuat
Darunnajah 8 Cidokom sudah lebih membaik.68

4) Kendala kedisiplinan Guru


Memang hal ini menjadi dilema khusunya bagi tenaga pendidik yang
mengajar di Darunnajah 8 Cidokom. Seorang guru adalah contoh dan
panutan bagi santri bahkan dijadikan teladan di Pondok Darunnajah 8
akan tetapi hal ini kadang suka diperlihatkan beberapa kurang disiplinnya
guru saat KBM sehingga tak jarang ada beberapa guru yang belum sempat
menuntaskan batas materi yang telah ditentukan oleh Kurikulum.
Hal ini memang sangat diperhatikan oleh Kepala Sekolah, Ust Towil
Akhiruddin, S.Si seperti yang diwawancaraka bahwa :
“Kehadiran guru dikelas sangat diperhatikan bahkan sampai
adanya finger print dipagi hari agar setiap guru disiplin
waktunya. Di setiap kamisan juga ada evaluasi guru yang selalu
dibacakan kehadiran guru. Jika ada keterlambatan dan ketidak
hadiran akan diperingati diawal akan tetapi jika dilakukan sering
dan belum ada kesadaran maka terpaksa kami pindah tugaskan
pengabdiannya di tempat lain”69

Hal ini memang cukup dijadikan keseriusan oleh Kepada Sekolah dikarenakan
memang untuk meningkatkan prestasi akademik santri harus dimulai dari guru yang
memiliki kesadaran.
Saat proses evaluasi berlangsung ada beberapa kendala lainnya seperti rolling
jadwal mengajar, mengganti guru yang dipindah tugaskan serta jadwal kelas yang
berubah sehingga proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) kadang juga terkendala
ketuntasannya karena hal tersebut. Kembali lagi semuanya harus dari kesadaran guru
dalam mengemban amanah di Darunnajah 8 Cidokom.

3. Evaluasi Pengajaran Yang Dilakukan Oleh Kepala Sekolah


Evaluasi pengajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah setiap
akhir semester. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil dari proses

68
Wawancara dengan guru IT Tedy Sulaiman, S.Pd, 21 Desember 2020 di Darunnajah 8 Cidokom
69
Wawancara dengan Kepala Sekolah Ust Towil Akhirudiin,S.Si 21 Desember 2020 di Darunnajah 8
Cidokom

51
pembelajaran selama 1 tahun baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Berdasarkan
hasil wawancara dengan kepala Sekolah Ust Towil Akhirudin, S.Si bahwa :
“Evaluasi yang dilakukan menggunakan metode Kuantitatif dan
kualitatif, evaluasi yang dilakukan dengan komprehensif untuk santri
dan guru. Semua evaluasi yang dilakukan merupakan modal untuk
perbaikan kedepannya”70
Maka bisa disebutkan bahwa evaluasi yang dilakukan memiliki tahapan
tahapan serta metode yang terukur dan terstruktur untuk menghasilkan evaluasi yang
komprehensif sehingga evaluasi nantinya dapat dijadikan acuan untuk kenaikan kelas
bagi santri atau kelanjutan pengabdian bagi guru. Berdasarkan hasil wawancara
sebelumnya bahwa ada 2 pendekatan yang digunakan dalam evaluasi di pendidikan di
Darunnajah 8, kualitatif dan kuantitatif.

1) Evaluasi dengan pendekatan kualitatif


Evaluasi dengan pendekatan menggunakan pendekatan secara
deskriptif berdasarkan hasil dari keaktifan dibidang tertentu, kehadiran kelas,
dan pemantau akhlak dari wali kelas. Semua indikator tersebut melibatkan
seluruh guru-guru di Darunnajah 8. Berikut beberapa evaluasi yang dilakukan
dengan pendekatan kualitatif :

a) Rapat Tim 8
Rapat tim 8 adala evaluasi yang melibatkan seluruh
ketua/pemimpin tertinggi di Darunnajah 8 yang selalu diadakan setiap
pekan di hari rabu. Saat menjelang akhir semester para pimpinan akan
mengevaluasi seluruh aktivitas kegiatan pondok dan mempersiapkan
kepanitiaan ujian.
Rapat tim 8 yang dilakukan banyak sekali membahas seluruh
akhtivitas santri dan seluruh sarana prasarana yang ada di pondok.
Yang berkaitan dengan santri membahas tentang ketua OSANDN
(Organisasi Santri Darunnajah) dan PRAMUKA, membahas kegiatan
mingguan serta membahas standart nilai minimum ujian.

70
Wawancara dengan Kepala Sekolah Ust Towil Akhirudiin,S.SI 21 Desember 2020 di Darunnajah 8
Cidokom

52
b) Rapat Kepanitiaan Ujian dan TMI (Tarbiyatul Mu’allimin Al-
Islamiyah)
Salah satu aspek yang dapat menjalankan ujian/evaluasi dapat
berjalan adalah kepanitiaan ujian. Panitia ujian merupakan
kepanitiaan yang sudah dibentuk dari awal semester yang sudah
tujuannya menentukan tanggal ujian, peraturan ujian, pembuatan soal,
pelaksanaan ujian dan kenaikan kelas. Seluruh pengolahan data nilai
dipersiapkan guna sebagai acuan hasil nilai santri yang akan menjadi
keputusan kenaikan setelah hasil rapat dari wali kelas dan
pengasuhan.
TMI (Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah) merupakan
kurikulum yang digunakan oleh Darunnajah 8 Cidokom yang dimana
menggabungkan antara kurikulum nasional dengan kurikulum
pondok. Rapat yang dilakukan TMI (Tarbiyatul Mu’allimin Al-
Islamiyah) adalah rapat yang akan menentukan apakah santri tersebut
dapat dinaikkan kelasnya atau tidak, termasuk santri akhir untuk
menentukan tempat pengabdiannya. Rapat yang dilakukan oleh TMI
(Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah) melibatkan pimpinan TMI
(Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah) dan staf guru dari TMI
(Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah).

c) Rapat Wali Kelas


Rapat wali kelas merupakan rapat penting yang menentukan
kenaikan santri yang berdasarkan dari aspek prestasi, sikap, dan
tanggung jawab. Dalam pandangan Darunnajah 8 Cidokom tidak
hanya prestasi yang diunggulkan tetapi juga sikap serta tanggung
jawab yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Rapat wali kelas merupakan rapat yang sangat penting dalam proses
penilaian santri, hal ini seperti yang diwawancarai oleh kepala
sekolah Ust Towil Akhirudin, S.Si :
“wali kelas merupakan perpanjangan tangan dari TMI
(Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah). Kejadian-kejadian
didalam kelas dilaporkan dan didiskusikan pemecahan
permasalahannya, maka dari itu rapat wali kelas setiap pekan

53
harus tetap berjalan agar santri yang bermasalah didalam
kelas dan segera diatasi dan ditangani”71

Dilihan dari pentingnya rapat wali kelas bahkan kepala sekolah


sendiri memfasilitasi ruangan wali kelas saat rapat berlangsung ini
menunjukkan bahwa pandangan secara deskritif sangat ditekankan di
Darunnajah 8 Cidokom.
Dari hasil penyampaian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
upaya kepala sekolah dalam mengevaluasi pendidikan di Darunnajah
8 dengan pendekatan kualitatif melibatkan seluruh aspek yang ada,
mulai dari kepala sekolah, wali kelas, guru yang kesemua itu adalah
upaya sekolah agar hasil evaluasi santri memiliki hasil terbaik.

2) Evaluasi dengan pendekatan kuantitatif


Evaluasi berdasarkan pendekatan kuantitaf ialah evaluasi melalui
persentase nilai. Hasil presentasi ini dibandingkan dengan persentase tahun
sebelumnya sehingga bisa menjadi pembanding untuk evaluasi di tahun ini
dan memperbaiki untuk ditahun kedepannya. Seperti yang disampaikan oleh
Kepala Sekolah Ust Towil Akhiruddin, S.Si. :
“ .....setiap diakhir semester kami malakukan evaluasi
berdasarkan hasil dari ujian semester. Tim dari panitia ujian
memaparkan nilai nilai ujian dihadapan guru guru lalu
ditelaah dan mencari solusi untuk malakukan kebijakan yang
akan dilakukan dalam peningkatan pendidikan selanjutnya.”72

Dari penjelasan berikut maka bisa dipahami bahwa evaluasi berdasarkan


presentasi dilihat berdasarkan hasil ujian lalu di telaah hasil tersebut dan
membandingkan dengan presentasi sebelumnya lalu di buat tindakan untuk semester
selanjutnya. Maka bisa kita simpulkan bahwa banyak upaya yang dilakukan oleh
kepala Sekolah dalam meningkatkan prestasi nilai di Darunnajah 8 Cidokom ini.
Berikut adalah beberapa hasil prestasi yang dicapai oleh Darunnajah 8 Cidokom.
a. Hasil Prestasi santri dalam Ujian Mid Semester

71
Wawancara dengan Kepala Sekolah Ust Towil Akhirudiin, S.Si. 21 Desember 2020 di Darunnajah 8
Cidokom
72
Wawancara dengan Kepala Sekolah Ust Towil Akhirudiin, S.Si. 21 Desember 2020 di Darunnajah 8
Cidokom

54
Ujian mid semester merupakan evaluasi setiap pertengahan semester.
Tujuan diadakannya ujian ini adalah sebagai persiapan awal sebelum
dimulainya ujian semester. Materi yang diujikan mencakup seluruh materi
pelajaran didalam kelas sehingga santri dapat mempersiapakannya dengan
baik dan soal ujian yang diberikan harus berbobot 75 % dari soal semester.
Berikut hasil dari ujian mid semester beberapa tahun terakhir

Gambar 1.1

Hasil Ujian Mid Semester I Putra

Dari
persentase hasil nilai santri bisa dilihat bahwa grafik menunjukkan
kenaikan dan penurunan nilai khususnya di kelas 3 dan 5. Hal ini memang
dikarenakan santri di jenjang tersebut mulai fokus di beberapa kegiatan.
Kelas 3 sibuk dengan kegiatan UN serta di kelas 5 sebagai pengurus
asrama sehingga penurunan nilai bisa saja terjadi. Sebagai pembanding

Gambar 1.2
Hasil Ujian Mid Semester II Putra

55
Dari hasil diatas bisa dilihat bahwa persentase nilai tetap stabil bahkan di
kelas tertentu sedikit yang mengalami penurunan ini bisa kita perhatikan
bahwa di mid semester II konsistensi belajar tetap terjaga bahkan
cenderung naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya berikut total
persentase hasil ujian mid semester

Gambar 1.3
Hasil Persentase ujian Mid Semester I

Hasil Ujian Mid Semester II

Dari hasil diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa nilai ujian mid
semester yang merupakan ujian bayangan mengalami peningkatan yang
signifikan dalam 2 tahun ajaran tersebut ini menunjukkan meskipun
kegiatan di Darunnajah 8 Cidokom cukup padat akan tetapi prestasi nilai
dapat ditingkatkan oleh Kepala Sekolah, hal ini juga didukung oleh upaya-
upaya dalam meningkatkan prestasi nilai selama kegiatan KBM
berlangsung.

b. Hasil Ujian Semester


Ujian semester merupakan ujian yang diselenggarakan setiap semester dan
merupakan ujian yang penting karena akan menjadi bahan pertimbangan
untuk kenaikan kelas. Akan tetapi keputusan kenaikan kelas diputuskan
berdasarkan hasil pertimbangan yang melibatkan seluruh elemen di
Darunnajah 8 Cidokom termasuk penilaian sikap dan adab didalamnya.
Ujian semester yang diselenggarakan di Darunnajah 8 Cidokom melalui
banyak sekali tahapan, mulai dari ujian lisan dan ujian tulis. Ujian lisan yang
diselenggarakan berafiliasi dengan ujian tulis yang bertujuan untuk
memeberikan waktu belajar kepada santri dan mempersiapkan dirinya dalam

56
menghadapi ujian tulis. Berikut hasil nilai semester dalam beberapa tahun
terakhir :
Gambar 1.4
Nilai Ujian Semester 1

Tahun Ajaran
Kelas
2018-2019 2019-2020 2020-2021
1B 5.09 4.38 5.37
1C 4.56 4.32 5.05
1D 4.95 4.25 4.77
1E 4.28 4.55 4.64
1F 4.57 3.53 4.65
1G 5.47 4.89 4.68
1H 4.77 5.02 5.15
1I 4.67 4.78 5.26
1J 4.53 4.52 4.88
1K 4.22 5.12
1L 5.40
1M 5.29
1 INT B 5.21 4.65 5.09
1 INT C 5.6 5.89 4.78
2B 5.46 5.93 5.18
2C 4.37 5.27 4.79
2D 3.8 4.45 4.50
2E 5.46 3.68 4.00
2F 3.91 6.32 3.75
2G 5.23 5.72
2H 4.59 4.96
2I 4.36
2J 4.40
3B 5.55 5.24 5.38
3C 4.09 4.25 4.77
3D 3.75 5.91 4.04
3E 5.76 4.74 6.00
3F 5.03 5.10
3G 4.57 4.10
4B 5.31 4.92 4.83

Dari hasil gambar tersebut bisa kita perhatikan bahwa peningkatan nilai ujian
4C
4D
4.39
5.95
5.8 3.96
4.82
4E 5.2 4.78
semester 1 memiliki
3 tingkat
INT
B prestasi yang baik disetiap tahunnya. Bahkan di
4.51 3.99 4.41
3 INT C 4.7 4.83 4.68
5B 4.96 5.78 5.34
tahun 2019-2020 kenaikannya cukup signifikan bahkan dapat mencapi angka
5C 5.42 4.88 4.41
5D 4.64 6.83 4.71
1,3%. Ini menunjukkan
5E
bahwa Darunnajah
5.42
8 konsistensi
4.75
dalam
mempertahankan prestasi santrinya setiap tahun bahkan cenderung meningkat.
Hal ini menjelaskan bahwa upaya dari kepala sekolah sangat baik dalam
meningkatkan prestasi santrinya.
Untuk memperkuat
No data yang ada
Kelas akan kita bandingkan
Nilai dengan hasil nilai
Rata-Rata
2018-2019 2019-2020 2020-2021
1 1B 5.06 5.04 5.22
ujian Semester II dari
2 1C gambar berikut : 4.62 5.07 4.97
3 1D 4.80 5.31 6.85
4 1E 4.31 5.24 4.53
5 1F 4.43 5.02 4.58
6 1G 5.61 5.54 4.60
7 1H 4.87 5.82 5.11
8 1I 4.62 5.47 5.27
9 1J 4.51 5.01 4.81
10 1K 5.07 5.30
11
12
1L
1M
Gambar 1.5 5.32
5.26
13 2B 5.52 6.12 5.17
14 2C Nilai Ujian Mid Semester
4.38 II
5.21 4.81
15 2D 4.04 4.91 4.36
16 2E 5.56 4.84 4.08
17 2F 4.21 6.54 3.95
18 2G 5.65 5.87
19 2H 4.93 5.19
20 2I 4.75
21 2J 4.56
22 3B 5.31 5.38 5.17
23 3C 4.19 4.62 4.66
24 3D 3.82 6.03 4.12
25 3E 5.87 4.97 6.15
26 3F 5.14 5.22
27 3G 4.45 4.42
28 4B 5.35 5.61 6.69
29 4C 4.55 6.04 5.97
30 4D 5.93 5.73
31 4E 5.16 4.76
32 1 INT B 4.97 5.61 4.89
33 1 INT C 5.55 6.37 5.86 57
34 3 INT B 4.50 4.59 4.10
35 3 INT C 4.87 5.28 5.31
36 5B 5.29 6.41 5.25
37 5C 5.85 5.50 4.46
38 5D 6.96 6.14
39 5E 5.94 5.10
Jika kita perhatikan grafik nilai diatas maka bisa kita liha bahwa terjadi penurunan
prestasi di tahun 2020-2021, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya volume kelas
yang artinya santri pada tahun tersebut mengalami peningkatan jumlah sehingga
terjadi penurunan persentasi pada ujian semester II tersebut, meskipun demikian jika
kita melihat seluruh persentasi yang ada di tahun tersebut mengalami peningkatan,
dilihat dari hasil grafik berikut :

Gambar 1.6
Persentase Nilai Pertahun

Jika kita perhatikan keseluruhan nilai yang ada berdasarkan data tersebut maka bisa
kita simpulkan bahwa setiap tahunnya terjadi kenaikan nilai meskipun jumlah santri
tetap bertambah akan tetapi prestasi nilai tidak berkurang bahkan bisa memiliki

58
tingkat kenaikan yang cukup baik. Hal ini berarti upaya yang dilakukan oleh kepala
sekolah Darunnajah 8 Cidokom tetap konsisten bahkan hasilnya baik setiap tahunnya.

3) Pandangan Peneliti
Dari berbagai hasil literasi, data dan wawancara maka peneliti bisa
memberikan pandangan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah dalam meningkatkan prestasi nilai di Darunnajah 8 Cidokom sangat
terstruktur dan sistematis, dengan melibatkan seluruh elemen didalamnya.
Bisa dilihat dari berbagai data yang ada menunjukkan bahwa prestasi yang
ada di Darunnajah 8 bisa terus ditingkatkan jika terus mengembangkan
metode-metode yang sesuai.
Seluruh proses evaluasi mulai dari rapat wali kelas, rapat kenaikan
kelas dan ujian semester merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah yang harus di partisipasikan oleh seluruh garu di Darunnajah 8
Cidokom. Proses yang sudah direncanakan harus dikerjakan oleh elemen guru
dan wali kelas agar terciptanya pencapaian yang diinginkan sembari guru juga
ada yang menjabat dibeberapa instansi penting di pondok.
Seluruh kegiatan yang diupayakan oleh Kepala Sekolah dapat diikuti
oleh santri-santri sehingga pencapaian yang diharapkan tidak membebankan
kesanggunpan dari santri sendiri ditambah lagi mereka juga hidup didalamnya
menjalankan peraturan pondoknya. Seluruh aktivitas yang dirancang oleh
pondok senantiasa sebagai penunjang kemampuan santri dalam mengikuti
seluruh rangkaian pendidikan di Darunnajah 8 Cidokom
Dari berdasarkan permasalahan yang ada serta bagaimana upaya dari
Kepala Sekolah Ust Towil Akhirudin adalah dengan meningkatkan
kemampuan serta mutu tenaga pendidik. Dimulai dari adanya ta’hil tadris
(penguatan materi ajar), disiplin tenaga pendidik yang diperkuat dengan mutu
profesionitas serta memperluas daya dukung kursus bahasa membuat santri
dalam prosesnya dapat meningkatkan prertasi belajar.

59
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan hasil penelitian dan dirumuskan sesuai dengan rumusan
masalah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Langkah-langkah strategi kepimimpinan Kepala Sekolah dalam
meningkatkan prestasi nilai santri dengan mengadakan kegiatan formal
dan nonformal. Kegiatan formal yang dilakukan seperti kegiatan KBM,
fathul mu’jam, fathul kutub dll semuanya ditunjukkan untuk untuk
meningkatkan daya prestasi yang akan diraih setelah lulus dari Darunnajah
8 Cidokom. Kegiatan non formal seperti kedisplinan, khutbatul Arsy,
merupakan penunjang untuk menjalankan seluruh kegiatan formal
dikarenakan pendidikan pondok merupakan pendidikan yang penuh
kesadaran dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan di pondok, jadi
dengan banyaknya kegiatan formal yang diadakan maka kegiatan
nonformal ini menjadi daya dukung dalam menjalani kehidupan seluruh
rangkaian kegiatan di Darunnajah 8 Cidokom.

60
2. Daya dukung yang ada di Darunnajah 8 Cidokom terletak pada
kompetensi guru yang dimana guru harus menjadi inti materi sehingga
pondok melakukan upaya upaya-upaya agar guru mampu menguasai
materi pondok yang ada serta dapat menjadi pusat ilmu sehingga santri
yang memiliki kekurangan dalam belajar dapat ditanyakan kepada guru.
Ada juga perlombaan yang diadakan sehingga santri sendiri dapat
terbangun motivasinya dalam menguasai materi yang ada di pondok.
Sedangkan kendala yang ada di Darunnajah 8 Cidokom terdapat pada
sarana dan prasarana yang terkadang dapat menghambat waktu mengajar
ini disebabkan kurangnya pengawasan yang membuat saran dan prasana
sendiri mudah rusak dan hilang. Lalu juga di kendala kedisiplinan guru
karena memang guru juga ada yang bertugas di bagian strategis pondok
sehingga ada beberapa guru yang tingkat kehadirannya di kelas kurang.
Hal ini juga disiasati oleh Kepala Sekolah dengan diadakannya pelajaran
malam dan rapat mingguan untuk membahas permasalahan guru, termasuk
guru yang sering tidak hadir.
3. Evaluasi pengajaran yang dilakukan oleh Kepala Sekolah menggunakan 2
metode yaitu kualitatif dan kuantitatif. Seperti yang yang sudah
dipaparkan kenaikan santri tidak hanya diukur dari nilai tetapi juga dari
tanggung jawab serta keaktifan yang dilakukannya dan metode kualitatif
merupakan evaluasi yang diukur berdasarkan pengamatan yang dilakukan
oleh guru selama kegiatan 1 tahun tersebut. Hasil evaluasi ini dirapatkan
dan didiskusikan sebelum menjadi pertimbangan kenaikan kelas dan
dilaporkan kepada Kepala Sekolah. Adapun evaluasi kuantitatif yang
dilakukan berdasarkan nilai semester yang dilakukan dan ini juga
merupakan nilai valid dari apa yang telah diujikan sekaligus menjadikan
keputusan penting seberapa berhasilnya kegiatan yang dilakukan selama 1
tahun. Dari yang kita lihat dari pengamatan hasil bahwa upaya Kepala
Sekolah mampun menghasilkan prestasi akademik yang baik di
Darunnajah 8 Cidokom
4. Dari upaya dari Kepala Sekolah Ust Towil Akhirudin adalah dengan
meningkatkan kemampuan serta mutu tenaga pendidik. Dimulai dari
adanya ta’hil tadris (penguatan materi ajar), disiplin tenaga pendidik yang
diperkuat dengan mutu profesionitas serta memperluas daya dukung
kursus bahasa. Dalam hal ini kepala sekolah berhasil berinovasi dengan

61
segala kekurang sumber daya manusia yang ada dengan membudidayakan
guru berpengalaman dan ahli dibidangnya untuk menjadi wadah
peningkatan mutu guru. Hal ini mulai nampak beberapa tahun setelahnya
hasil prestasi siswa dapat meningkat.

B. Saran
Sebagai tindak lanjut dari beberapa temuan penelitian, maka peneliti
merekomendasikan dalam bentuk saran terkait strategi kepemimpinan kepala
sekolah dalam mengembangkan kompetensi profesional guru.
1. Kepala sekolah diharapkan untuk lebih meningkatkan prestasi santrinya
khususnya dibidang akademik, karena pendidikan sejatinya terus
berkembang dan bervariasi sehingga bekal akademik santri mejadi kuat
dan ilmu yang didapat bukan dari pemahaman yang salah dan bisa
diamalkan di masyarakat.
2. Guru diharapkan untuk lebih giat mempelajari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, meningkatkan kualitas diri dengan terus
belajar sebelum memberikan materi di kelas, seorang guru hendaknya
memahami secara baik seluk beluk dunia pendidikan dan permasalahan-
permasalahan yang sedang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia saat
ini.
3. Bagi peneliti lanjutan, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
referensi, serta diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dan
mendalam tentang strategi kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
meningkatkan prestasi santri, yang dirasa masih perlu perbaikan dan
penelitian yang berkelanjutan dengan fokus lain, sebab dalam penelitian
ini masih banyak keterbatasan dan kekurangan.
4. Penelitian ini dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya dengan
menggunakan data lebih lengkap baik dari lingkungan internal maupun
eksternal dan memperbanyak jumlah informan serta melibatkan informan
dari semua direktorat sesuai dengan struktur organisasi agar dapat analisis
lebih mendalam.

62
DAFTAR PUSTAKA

Afifudin dan Bambang Syamsul Arifin, Supervisi Pendidikan, (Bandung: Insan


Mandiri, 2005)

Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, (Jakarta : PT Indeks Permata Puri


Media. 2013).

Buchari Alma, Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta, 2009),

Burhanudin, Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,


(Jakarta: Bumi Aksara, 1994)

Edward Sallis, Alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi. 2006. Total Quality
Management in Education (Manajemen Mutu Pendidikan).

Endang Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2006)

Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada


University Press, 1993

63
Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada Press,
Yogyakarta, 2005: 31

Hamzah B Uno, Profesi Kependidikan, (Jakart: Bumi Aksara, 2008)

Hari Suderadjat. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Bandung :


Cipta Cekasa Grafika

hon M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,


1997)

Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan


(Malang :Kalimasahada Press, 1996)

John W. Santrock, Educational Psychology Buku 2, Jakarta : Salemba Humanika.


2009.

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008)

Lexy Moleong. J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung,


2002

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2008)

Mulyasa, E..2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Remaja


Rosdakarya

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 1995)

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 1995)

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:


Bumi Aksara, 2004)

Peter Salim, The Contemporary English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: Modern


English Press, 1996)

Pringgodigdo, Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1993)

64
Rivai Veithzal dan Veithzal Deddy Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,
(Jakarta: Rajawali: 2012)

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta,


2010)

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002)

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kepemimpinan,


Memberdayakan Guru, Tenaga Kependidikan dan Masyarakat dalam Manajemen
Sekolah, (Bandung: alfabeta, 2009)

Uhar Saputra, Administrasi Pendidikan, Bandung : PT Refika Aditama, 2013, cet.2.

W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,


1976)

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan


Permasalahannya, (Jakarta: Rajawali Press, 1999)

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan


Permasalahannya

Eva Roida Flora Siagian, “Pengaruh Minat dan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap
Prestasi Belajar Matematika” Jurnal Formatif

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data pribadi
Nama : Adiyatma Natawiguna
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Maret 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jalan Guru Saliin Dalam RT/RW 005 No. 75 Kel.
Ulujami Kec. Pesanggrahan
Latar Belakang Pendidikan
1999-2005 : SD Islam Darunnajah
2006-2012 : Pondok Modern Darussalam Gontor
2013-2017 : Universitas Muhammadiyah Jakarta Strata 1
2018-2021 : Universitas Muhammadiyah Jakarta Strata 2

65
Pengalaman Organisasi
2011-2012 : Organisasi Pelajar Pondok Modern Gontor
2015-2016 : Pengurus Hima PAI sebagai Ketua Bidang Pendidikan
Pengurus Ulil Albab Sebagai Wakil Bidang Kaderisasi
2016-2017 : Pengurus Ulil Albab sebagai Ketua Bidang Kaderisasi
Pengalaman kerja
2012-2013 : Pengabdian Pondok Gontor 5 Banyuwangi
2014-2015 : Guru di SMP Al Ikhsan, Pesanggrahan
2015-2016 : Guru Bimbel di Rumah Pendidikan MIPA Pamulang
2018-2019 : Guru di Darunnajah 8 Cidokom
2019-2021 : Guru di SMP Islam PB Soedirman Cijantung
Demikianlah daftar riwayat hidup yang saya buat dengan sebenarnya.
Jakarta, 8 Juli 2021

Adiyatma Natawiguna
NPM. 2018920005

66

Anda mungkin juga menyukai