Anda di halaman 1dari 178

STRATEGI PENANAMAN KEDISIPLINAN PADA ANAK USIA

DINI DI TK ISLAM DARUNNAJAH ULUJAMI


JAKARTA SELATAN

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:
Mega Oka Waty
NIM 11140184000014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ABSTRAK

Mega Oka Waty (11140184000014). Strategi Penanaman Kedisiplinan


Pada Anak Usia Dini Di TK Islam Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan. Skripsi
Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta 2020.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi penanaman kedisiplinan pada


anak usia dini yang dilakukan oleh guru, serta mendeskripsikan faktor-faktor dalam
memberikan penanaman kedisiplinan di TK Islam Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan tahun Ajaran 2018/2019. Fokus penelitian adalah strategi penanaman
kedisiplinan pada anak usia dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan subjek penelitian kepala sekolah dan guru kelas anak usia dini TK Islam
Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2018/2019. Penelitian ini
menggunakan tekhnik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif Miles dan
Huberman (reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan). Uji keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber data dan teknik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepala sekolah dan guru menerapkan kedisiplinan pada anak murid
menggunakan peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi sebagai pedoman.
Hambatan yang dialami berkesinambungan dengan didikan keluarga dan juga
kurangnya perhatian guru akibat kesibukan yang terjadi. Sehingga sekolah dapat
menanggulanginya dengan mengajak orang tua bekerja sama demi mendidik
kedisiplinan anak sejak dini.

Kata kunci: Strategi penanaman disiplin, penanaman disiplin

i
ABSTRACT

Mega Okawaty (111401800004). The Discipline Implementation Strategy on


Early Childhood of Darunnajah Ulujami Islamic Kindergarten in South Jakarta
in Academic Year 2018/2019. A skripsi of Moslim Child Education, Faculty Of
Educational Sciences of Syarif Hidayatullah University, Jakarta, 2020.

The research is aimed to describe the discipline implementation strategy on early


childhood which is done by teachers, and to decsribe some factors in giving discipline
implementation in Darunnajah Ulujami Islamic Kindegarten in South Jakarta in
academic year 2018/2019. The focus of the research is discipline implementation
strategy in early childhood. The research uses qualitative approach by contribution of
headmaster and teachers of Darunnajah Islamic Kindergarten in Academic Year
2018/2019 as the subject of the research. The data collection techniques used in the
research are observation, interview, and documentation. The used data analysis
techniques are interactive model of Miles and Huberman (data reduction, data
display, and conclusion). The used data validity tests are triangulation of the source of
the data and the technique. The result of the research shows that the headmaster and
the teachers implement the discipline on the students by using rules, punishments,
rewards, and consistency as a guidance. The felt obstacle continues with family
upbringing and less of teachers' attention because of doing busy that happened, so
that the school can solve the problems by suggestion for parents to coorporate for
discipline in education in early childhood.

Key Words: The Discipline Implementation Strategy, The Discipline Implementation

ii
KATA PENGANTAR

‫ٱلر ۡح َٰم ِن ه‬
‫ٱلرحِ ِيم‬ ِ ‫بِسۡ ِم ه‬
‫ٱَّلل ه‬
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah …

Alhamdulillahi Robbil Aalamiin, tidak ada ungkapan yang Maha Dahsyat


yang lebih indah untuk diungkapkan selain rasa syukur yang sedalam-dalamnya
‫ ه‬Subhanahu Wa Ta’ala, Sang pemilik takdir yang memberikan nikmat dan
kepada ِ‫ٱَّلل‬
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Strategi
Penanaman Kedisiplinan Pada Anak Usia Dini di TK Islam Darunnajah
Ulujami Jakarta Selatan”.

Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad Wa’ala Ali Sayyidina


Muhammad, sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan mulia Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬Sang revolusioner, Sang pemimpin, Sang pencerah bagi umat Islam.

Banyak sekali rintangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan
skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan serta do’a dari
berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Setiap hambatan
dan kesulitan yang datang menghampiri, selalu penulis jadikan sebagai pembelajaran
yang berharga untuk pengalaman sehingga kedepannya bisa lebih baik dari
sebelumnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis


sangat terbatas. Namun, dengan adanya bimbingan dan arahan serta motivasi dari
berbagai pihak menjadikan penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih sedalam-dalamnya kepada pihak yang
telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, untuk semua yang tercinta dan tersayang
penulis berikan kepada:

1. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu memberikan do’a dan dukungan
kepada penulis, baik secara moril maupun materil selama penyusunan

iii
skripsi ini berlangsung.

2. Dr. Sururin, M.Ag Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Siti Khadijah, M.A Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini.

4. Miratul Hayati, M.Pd Sekretaris Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia


Dini.

5. Desmaliza, M.Si, M.Ed dan Yubaedi Siron, M.Pd Dosen Pembimbing


yang selalu meluangkan waktunya dan membimbing serta mengajarkan
kepada penulis dengan penuh kesabaran.

6. Dr. fidrayani M.Pd dan Ratna Faeruz, M.Pd Dosen Penguji yang
senantiasa memberikan saya arahan dalam merevisi skripsi, agar lebih
baik

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang
telah memberikan ilmu yang berguna bagi diri pribadi selama perkuliahan.

8. UKM KPA Arkadia, yang sudah penulis anggap sebagai keluarga

9. Ahmad Fatah Yasin, yang selalu menjadi penyemangat penulis untuk


menyelesaikan skripsi.

10. Bang Gendon, Senior Arkadia yang mau meminjamkan Vespa Oren-nya
untuk dijadikan Transportasi ke kampus UIN – PPG Parung – Permata
Hijau II demi kelancaran proses mengerjakan skripsi.

11. Aina Fauziah dan Suciani, teman seangkatan yang setia memberikan
semangat untuk penulis

12. Muchsin Sabto Adi, yang selalu ada untuk penulis berbagi rasa, mau
mendengarkan setiap keluh kesah sedih senang, suka duka, canda dan
tawa.

13. Siti Haryati dan Abuniza Arramiz, yang mau membantu dalam

iv
mengerjakan skripsi.

14. Bang Navrie, yang memberikan kesempatan penulis untuk bergabung


dalam penelitian mahasiswa Universitas Indonesia ke Papua, terimakasih.
Bagi penulis itu sebagai kesempatan me-refresh semangat penulis yang
sedang menurun.

Semoga bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan disisi
‫ ه‬Subhanahu Wa Ta’ala sebagai amal ibadah, Aamiin.
ِ‫ٱَّلل‬

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan demi perbaikan-perbaikan kedepan, Aamiin Yaa Rabbal “Alamiin

Jakarta, 31 Mei 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................. i
ABSTRACT ...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... vi
BAB I...................................................................................................viii
PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ............................................ 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................... 7
1. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
2. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
BAB II .................................................................................................... 9
KAJIAN TEORI .................................................................................... 9
A. Implementasi Kedisiplinan.......................................................................... 9
1. Pengertian Disiplin .................................................................................. 9
2. Tujuan Disiplin ..................................................................................... 12
3. Fungsi Disiplin ...................................................................................... 13
4. Unsur-Unsur Disiplin ............................................................................ 14
5. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin ..................................................... 18
6. Karakteristik Perkembangan Disiplin Anak Usia Dini ........................... 23
7. Pentingnya Disiplin Bagi Anak Usia Dini.............................................. 23
8. Disiplin Pada Anak Usia Dini................................................................ 24
9. Cara Menanamkan Displin Pada Anak .................................................. 25
10. Peran Guru dalam Pembentukan Disiplin .............................................. 29
B. Penelitian Relevan .................................................................................... 30
C. Kerangka Berpikir .................................................................................... 30
BAB III................................................................................................. 32
METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 32
A. Setting/Latar Penelitian ............................................................................. 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 32
C. Metode Penelitian ..................................................................................... 33
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 35
E. Pengujian Keabsahan Data ........................................................................ 38
F. Analisis Data ................................................................................................ 39
BAB IV ................................................................................................. 42
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 42
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 42

vi
1. Profil sekolah ........................................................................................ 42
B. Deskripsi Data .......................................................................................... 48
1. Subjek Penelitian................................................................................... 48
2. Objek Penelitian .................................................................................... 49
C. Hasil Penelitian ......................................................................................... 49
1. Implementasi Kedisiplinan yang di lakukan Kepala Sekolah terhadap
Guru .............................................................................................................. 49
2. Implementasi Kedisiplinan yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap Anak
Murid ............................................................................................................. 52
3. Implementasi Kedisplinan yang di lakukan Guru terhadap Anak Murid . 60
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengimplementasian pada
Kedisiplinan Anak Murid TK Islam Darunnajah Ulujami ................................ 69
D. Analisis Data ............................................................................................ 71
1. Implementasi Kedisiplinan Pada Anak .................................................. 71
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi kedisipinan di Sekolah .................... 77
E. Pembahasan Hasil Penelitian..................................................................... 78
1. Implementasi Kedisiplinan yang di lakukan Kepala Sekolah Terhadap
Guru .............................................................................................................. 78
2. Implementasi Kedisisplinan yang di lakukan Kepala Sekolah Terhadap
Anak murid ..................................................................................................... 80
3. Implementasi Kedisiplinan yang di berikan Guru Terhadap Anak Murid 83
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengimplementasian Kedisiplinan
Pada Anak Murid TK Islam Darunnajah Ulujami ............................................ 87
BAB V .................................................................................................. 89
PENUTUP ............................................................................................ 89
A. Kesimpulan............................................................................................... 89
B. Implikasi dan Saran .................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 91

vii
LEMBAR PENGESAHAN

viii
ix
x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Relevan ................................................................. 31


Tabel 2.2 Kerangka Berpikir ................................................................. 32
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ............................................... 34
Tabel 3.2 Pedoman Observasi ............................................................... 37
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ............................................................ 38
Tabel 3.4 Analisis Data ......................................................................... 40
Tabel 4.1 Data Tenaga Kerja Pengajar TK Islam Darunnajah ............... 45
Tabel 4.2 Data Siswa-Siswi TK Islam Darunnajah ................................ 45
Tabel 4.3 Data Ruang Guru ................................................................... 46
Tabel 4.4 Data Ruang Kelas .................................................................. 47
Tabel 4.5 Struktur Organisasi TK Islam Darunnajah ............................. 47

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Kegiatan selama Pembelajaran Berlangsung ...................... 97

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Pengesahan Skripsi.............................................. viii


Lampiran 2. Lembar Pengesahan ........................................................... ix
Lampiran 3. Tata Tertib TK Islam Darunnajah ...................................... 97
Lampiran 4. Lembar Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ........ 103
Lampiran 5. Catatan Lapangan ............................................................ 104

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu hal yang penting untuk
diberikan oleh orang tua, karena dalam pendidikan tersebut terdapat pembelajaran
yang menstimulus perkembangan anak dalam berprilaku dan memiliki standar
pendidikannya tersendiri. Menurut Peraturan Pemerintah No. 137 Tahun 2014
tentang standar pendidikan Anak Usia Dini, dijelaskan bahwa unsur yang harus
ada pada kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini sebagai lingkup perkembangan
meliputi: Nilai agama dan moral, Fisik motorik, Kognitif, Bahasa, Sosial
emosional, Seni1. Salah satu dalam lingkup perkembangan tersebut memiliki sub
yang berkaitan dengan disiplin, yaitu pada lingkup nilai agama dan moral.
Melihat hal tersebut mengartikan bahwa disiplin perlu dikembangkan dan penting
untuk pengajaran yang di berikan dalam sekolah.
Makna dari disiplin merupakan suatu usaha dalam membimbing perilaku yang
mempunyai tujuan dalam membentuk perilaku manusia dengan berbagai macam
ciri khas tertentu. Dalam hal tersebut yang lebih utama yaitu dalam peningkatan
di diri seseorang itu yang menyangkut mental dan juga sikap moralnya dalam
kehidupan sehari-hari 2. Jadi, disiplin bisa membiasakan anak untuk melakukan
hal-hal yang sesuai dengan aturan yang ada dilingkunganya, secara tidak
langsung. Menurut Wirna, ia menyatakan bahwa salah satu sikap perilaku yang
ditanamkan oleh orangtua atau guru kepada anak sejak usia dini adalah disiplin 3.
Kedisiplinan dari seorang anak mencerminkan perilaku-perilaku yang

1
Peraturan Pendidikan Nasional Menteri, Standar Pendidikan Anak Usia Dini No. 137 Tahun2014
(Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2014).
2
Peraturan Pendidikan Nasional Menteri, Disiplin Pada Anak (Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini, 2011).
3
Wirna Novita, “Pelaksanaan Penanaman Disiplin Pada Anak Di Taman Kanak-Kanak Adhyaksa
Xxvi Padang,” Pesona PAUD 1, no. 5 (2012): 1.
2

ditampilkan serta kepatuhan dalam melaksanakan peraturan yang telah


ditetapkan. Disamping itu dengan disiplin kesadaran dan tanggung jawab seorang
anak akan lebih tinggi dan itu akan berdampak positif terhadap setiap hal yang
dilakukan oleh anak.
Disiplin merupakan suatu sistem pengendalian yang diterapkan oleh pendidik
terhadap anak didik agar mereka dapat berfungsi di masyarakat, dan disiplin
merupakan proses yang diperlukan agar seseorang dapat menyesuaikan dirinya 4.
Sebagaimana yang dikatakan Hadiyanto yang menyatakan disiplin adalah suatu
keadaan dimana sikap dan penampilan (performance), seorang peserta didik
sesuai dengan tatanan nilai, norma dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di
sekolah dimana peserta didik berada 5. Di samping itu, seorang anak yang baru
lahir menjadikan ia sebagai seseorang yang baru memulai untuk mengenali dunia.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkannya orang dewasa agar mereka bisa membantu
anak dalam membina dan memberi pemahaman menganai dunia. Anak pun belum
memahami tentang tata krama, sopan santun, aturan dan norma yang berlaku
dimasyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Anak juga sedang belajar
berkomunikasi dengan orang lain dan sedang memahami apa yang
dikomunikasikan tersebut. Menurut Suyanto, anak perlu mendapat bimbingan
agar mengerti berbagai macam kejadian yang terjadi agar mereka bisa melakukan
berbagai macam caranya sendiri untuk bisa memahami dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari 6. Untuk itu anak memerlukan bimbingan orang dewasa
seperti orang tua, keluarga atau orang lain agar dapat berprilaku yang baik dan
memiliki keterampilan yang bisa berkembang di kehidupan bermasyarakat.

4
Suryadi, Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak: Berbagai Masalah Pendidikan Dan Psikologi (Jakarta:
Edsa Mahkota, 2006), 6.
5
Hadiyanto, Manajemen Peserta Didik Bernuansa Pendidikan Karakter (Padang: UNP Pers, 2013),
33.
6
S Suryanto, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan
Anak Usia Dini, 2005), 5.
3

Pembentukan perilaku anak bisa dimulai melalui mengajarkan anak dalam


lingkup kedisiplinan melalui pendidikan disekolah salah satunya.
Pendidikan Anak Usia Dini di sekolah tentu penting untuk penerapan disiplin,
mulai dari disiplin waktu. Namun, hal ini harus dibarengi dengan kedisiplinan
Bapak Ibu guru dalam mengajar. Jangan sampai guru tidak mencontohkan kepada
anak didik tentang kedisiplinan, padahal guru tersebut telah mengajarkan disiplin
pada anak didik. Seperti seorang guru membuat peraturan terlambat lima belas
menit akan mendapat hukuman maka guru pun harus mematuhinya. Seandainya
disiplin harus dinikmati bersama dengan kesadaran maka dipastikan kelas
tersebut akan menjadi lebih baik 7. Bila tidak adanya kedisiplinan pada sekolah
nantinya akan ada konflik yang tidak dapat dihindari. Seperti membuang sampah
pada tempatnya. Jika anak tidak dajarkan oleh pendidik akan hal tersebut maka
anak pun dengan sengaja membuang sampah tidak pada tempatnya. Sekolah
seharusnya menekankan pada kedisiplinan tersebut. Karena dengan berdisiplin,
moral anak akan menjadi lebih baik. Disiplin menurut Wantah sangat diperlukan
dalam peningkatan perkembangan anak, karena dengan begitu anak dapat terlatih
peran sosialnya 8. Melalui penerapan perilaku disiplin, anak bisa mendapatkan
suatu prilaku untuk memperbaiki tingkah lakunya yang salah. Disamping itu,
disiplin bisa merangkum pengajaran, bimbingan atau dorongan yang dilakukan
orang tua kepada anaknya. Dengan begitu, orang tua mengajarkan kepada anak
tentang perilaku moral yang dapat diterima oleh masyarakat sekitar. Penambahan
lain yang terkait yaitu, bahwa pembentukan perilaku anak sejak dini akan
mempengaruhi perkembangan di masa mendatang. Perilaku dan sikap tersebut
akan terbentuk pada anak dan akan terbawa seumur hidup. Jadi, sebaiknya orang
dewasa dapat menanamkan perilaku kedisiplinan sejak dini untuk membentuk
kedisiplinan anak yang memiliki pengaruh baik untuk masa mendatang.

7
Subini Nini, Awas, Jangan Jadi Guru Karbitan Cetakan1 (Jakarta: PT. Buku Kita, 2012), 106.
8
M.J Wantah, Pengembangan Disiplin Dan PEmbentukan Moral Pada Anak Usia Dini (Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2002), 9.
4

Di sekolah Darunnajah terdapat tata tertib yang diperuntukkan kepada anak


TK yaitu: sesama teman harus saling sayang menyayangi, bila keluar kelas harus
izin pada Ibu guru, berkata sopan santun pada Ibu guru dan teman, bila belajar
yang tertib, bila bertanya angkat tangan, menghargai pendapat teman, setelah
selesai bermain, simpan pada tempatnya, menyimpan sandal/sepatu pada
tempatnya, bermain bersama-sama dan tidak pilih-pilih teman, bila bel main
sudah selesai, kembali masuk ke kelas, masuk dan keluar kelas mengucapkan
salam, makan dengan tertib, jika bersalah wajib minta maaf, dan jika melanggar
wajib beristighfar.
Selanjutnya berkaitan dengan perilaku disiplin di sekolah, pada tanggal 29
September 2019 Ibu Atun Zihdil Amiq, S.Pd.I Kepala Sekolah TK Islam
Darunnajah menyatakan “Anak-anak disini alhamdulilah sudah relatif baik, hanya
saja terkadang masih ada yang terlambat datang ke sekolah. Di sini juga anak
sudah diajarkan untuk menaruh sepatu dalam tempatnya yaitu di rak sepatu.
Membereskan kembali makanan yang telah selesai dimakannya. Mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan serta mencium tangan gurunya ketika meninggalkan
sekolah/pulang sekolah”. Adapun berkaitan dengan sanksi yang diberikan kepada
anak yang melanggar yaitu berupa teguran lisan yang dibarengi dengan kasih
sayang dari pihak gurunya. Selanjutnya, pihak sekolah menggunakan alat “finger
print” sebagai bentuk penerapan kedisiplinan yang diperuntukkan oleh para guru
dalam hal kedisiplinan untuk datang tepat waktu.
Fenomena yang berkaitan dengan disiplin telah ditemukan dalam Jurnal
Choirun Nisa Aulina, kasusnya adalah pembinaan disiplin yang menjadi
kekerasan telah terjadi di Sekolah Dasar Sisir Kota Batu Malang. Dalam
membentuk kedisiplinan anak murid di kelas, seorang guru “memplester” mulut
anak muridnya yang membuat gaduh dalam kelas. Memplester mulut bukanlah
suatu perilaku yang baik untuk dilakukan oleh seorang Guru. Tentu, melihat
perlakuan seperti itu hukuman yang seharusnya diberikan tidak berbau
5

kekerasan9. Pada dasarnya, disiplin yang diberikan dengan suatu hukuman yang
berbentuk kekerasan sangatlah berbeda. Pengertiannya jika disiplin itu suatu
kebutuhan seseorang untuk memeliki sifat tersebut. Tetapi jika hukuman, itu
tergabung dalam unsur disiplin. Namun, hukuman ini juga bersifat konsekuensi
perilaku yang telah diperbuat. Di samping itu, hal lain yang menjadi fenomena
kedisiplinan adalah telah ditemukan saat peneliti melakukan observasi disekolah
RA Al-Ghifari. Peneliti menemukan beberapa kejadian yang mempengaruhi
kedisiplinan anak murid. Kejadian tersebut seperti adanya anak murid yang
diantar oleh orang tua sudah terlambat datang ke sekolah, beberapa anak murid
ketika proses pembelajaran berlangsung tidak adanya ketegasan guru dan hanya
menghiraukan anak murid tersebut, bila anak-anak selesai bermain tidak
membereskannya kembali.
Melihat persoalan uraian kedisiplinan di atas, terlihat bahwa memang penting
mengajarkan kedisiplinan sejak dini. Peran dari seluruh kalangan, seperti Orang
tua, Guru, Teman sebaya sangat menentukan bentuk implementasi kedisiplinan
pada anak. Selanjutnya peneliti ingin melihat bagaimana implementasi yang
diberikan oleh TK Islam Darunnajah Jakarta Selatan ini yang memiliki latar
belakang sekolah berakreditasi A, guru pengajarnya memiliki jabatan sarjana
Strata 1, dan notabene sekolah TK Islam Darunnajah ini berdiri dibawah naungan
Yayasan Pondok Pesantren yang ada di Jakarta Selatan. Hal yang menarik
perhatian peneliti adalah bagaimana sekolah memberikan pengarahan kepada para
guru agar mereka juga dapat memberikan contoh kepada anak murid, jadi salah
satunya adalah dengan konsekuensi bila tidak melakukan contoh kedisiplinan
pada anak untuk datang tepat waktu secara tiga kali berturut-turut dengan tanpa
izin yang jelas, maka dipindahkan mengajarnya ke Yayasan Darunnajah yang
lain. Dengan demikian, peneliti memiliki rasa ingin tahu untuk mengetahui lebih
dalam terkait dengan penanaman kedisiplinan anak didik tersebut. Kedisiplinan

9
Choirun Nisa Aulina, “Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini,” PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan
2, no. 1 (2013): 36.
6

memiliki peranan penting dimasa depan yaitu sebagai bekal dalam menjalani
hidup agar lebih baik. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengetahui
penanaman nilai-nilai kedisiplinan anak melalui penelitian yang berjudul
"Strategi Penanaman Kedisiplinan pada Anak Usia Dini di TK Islam Darunnajah
Ulujami, Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2019/2020, dengan mengamati keseharian
siswa, dan berkerja sama dengan pihak sekolah, guru dan orang tua. Penelitian ini
diarahkan untuk pemberdayaan unsur unsur yang ada pada dalam diri anak untuk
meningkatkan nilai kedisiplinan.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
diidentifikasikan masalah dalam kedisiplinan disekolah TK Islam Darunnajah
Jakarta Selatan:
1. Banyaknya faktor yang bisa mempengaruhi kedisiplinan anak
2. Penerapan kedisiplinan yang berbeda dari setiap guru
3. Sekolah TK Islam Darunnajah menggunakan “finger print” dalam
penerapan kedisiplinan
4. Kedisiplinan anak yang berbeda-beda karena banyaknya faktor yang
mempengaruhi

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada, maka dalam
penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah dan menjadi fokus dalam
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana strategi penanaman kedisiplinan pada anak usia dini di TK
Islam Darunnajah?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi terhadap penanaman
kedisisplinan pada anak usia dini di TK Islam Darunnajah?
7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.Tujuan Penelitian
Kegiatan penelitian seharusnya memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan
yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini yaitu:
a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi penanaman kedisplinan
pada Anak Usia Dini di TK Islam Darunnajah
b. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan
pada Anak Usia Dini usia di TK Islam Darunnajah, Ulujami Tahun Ajaran
2019/2020

2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberi
manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kedisiplinan anak usia dini. Selanjutnya, penelitian ini dapat dimanfaatkan
untuk penelitian lebih lanjut dan masalah lain yang ada kaitannya dengan
disiplin maupun cara pendisiplinan anak usia dini, serta sebagai salah satu
bahan yang dapat memperkaya penelitian khususnya bidang pendidikan.

b. Manfaat Secara Praktis


Hasil penelitian ini diharpkan dapat memberikan manfaat bagi:
1) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan berguna untuk dapat membantu penulis
memperdalam materi yang telah di ajarkan selama massa perkuliahan,
serta menerapkan teori yang ada ke dalam dunia pendidikan dan jug
untuk dapat dijadikan acuan bagi penulis lain apabila ingin melakukan
penelitian sejenis.
8

2) Bagi Guru maupun Pendidik


Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dan kualitas
guru dalam pengimplementasi kedisiplinan anak disekolah, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan tercapai dengan optimal.
3) Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat pada umumnya penelitian ini diharapkan dapat
memberikakn kesadaran bahwa masyarakat juga berperan penting dalam
menanamkan nilai kedisiplinan pada anak khususnya orang tua.
Penanaman nilai kedisiplinan dilakukan secara terpadu, baik di lingkingan
keluarga, sekolah maupun masyarakat.
4) Bagi Prodi
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang kedisiplinan dan juga sebagai bahan
penelitian lebih lanjut.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Implementasi Kedisiplinan

1. Pengertian Disiplin
Disiplin pada dasarnya kontrol diri dalam mematuhi aturan baik yang di buat
oleh diri sendiri maupun diluar diri, baik dalam lingkup keluarga, Lembaga
Pendidikan, masyarakat, bernegara maupun bernegara. Disiplin juga merujuk
pada kebebasan individu untuk tidak bergantung pada orang lain dalam memilih,
membuat keputusan, tujuan, melakukan perubahan perilaku, pikiran maupun
10
emosi sesuai dengan prinsip yang diyakini dari aturan moral yang dianut .
Seorang ahli yaitu Wirna Novita dalam teori yang terdapat dalam jurnalnya yang
berjudul Pelaksanaan Penanaman Disiplin Pada Anak di Taman Kanak-Kanak
Adhyaksa XXVI Padang bahwa salah satu sikap perilaku yang ditanamkan oleh
11
orangtua atau guru kepada anak sejak usia dini adalah disiplin . Kedisiplinan
dari seorang anak mencerminkan perilaku-perilaku yang ditampilkan serta
kepatuhan dalam melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan. Disamping itu
dengan disiplin kesadaran dan tanggung jawab seorang anak akan lebih tinggi dan
itu akan berdampak positif terhadap setiap hal yang dilakukan oleh anak.
Disiplin merupakan suatu sistem pengendalian yang diterapkan oleh pendidik
terhadap anak didik agar mereka dapat berfungsi di masyarakat, dan disiplin
merupakan proses yang diperlukan agar seseorang dapat menyesuaikan dirinya 12.
Menurut Soegeng, mengungkapkan bahwa disiplin sebagai kondisi yang tercipta

10
Daryanto and Darmiyatun. Sumiatri, Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah, Cetakan 1.
(Yogyakarta, 2003), 49.
11
Novita, “Pelaksanaan Penanaman Disiplin Pada Anak Di Taman Kanak-Kanak Adhyaksa Xxvi
Padang.”
12
Suryadi, Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak: Berbagai Masalah Pendidikan Dan Psikologi, 6.

9
10

dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan


nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai
tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta
13
melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman . Dalam
Jurnal Dias Khairina Sabila mengatakan disiplin merupakan salah satu nilai
karakter yang sangat penting untuk ditanamkan pada anak. Kedisiplinan pada
anak usia dini tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi dimulai melalui rutinitas yang
14
dilakukan secara konsiten setiap hari . Dengan kata lain, disiplin mengajarkan
seseorang untuk berprilaku yang sesuai nilai atau norma yang berlaku dalam
masyarakat, dan juga berpengaruh dengan pengajaran yang di berikan dalam
kehidupannya. Anak akan menghindari hukuman dari seseorang karena ia sudah
bisa menerima pandangan orang lain saat ia ingin melakukan suatu perbuatan.
Tu’u mengatakan bahwa disiplin dapat dirumuskan sebagai berikut: a).
Mengikuti dan menaati peraturan, nilai, hukum yang berlaku. b). Pengikutan dan
ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa karena
rasa takut, tekanan, paksaan, dan dorongan dari luar dirinya. c). Sebagai alat
pendidikan untuk memengaruhi, mengubah, membina serta membentuk perilaku
yang sesuai dengan nilai yang diajarkan. d) Hukuman yang diberikan pada yang
melanggar ketentuan yang berlaku, dalam upaya mendidik, melatih,
,mengendalikan serta memperbaiki tingkah laku, dan pertaturan peraturan yang
15
berlaku sebagai pedoman dan ukuran dari perilaku tersebut . Anak juga akan
mudah untuk melakukan prilaku disiplin yang baik bila ia melihat figur yang baik.
Pembelajaran disiplin akan terasa sia-sia apabila pendidik tidak ikut memberikan
contoh. Maka dengan begitu, pendidik juga harus melihat dirinya sendiri, apakah

13
Prijodarminto Soegeng, Kiat Menuju Sukses (Jakarta: Pradnya Paramita, 1994), 23.
14
Khairani Sabila. Dias, Peran Guru Dalam Menanamkan Disiplin Pada Anak Usia 5-6 Tahun
(Pontianak: PG PAUD FKIP UNTAN, 2016), 1.
15
Ahamad Susanto, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Konsep, Teori Dan Aplikasinya, Kencana.
(Jakarta, 2018), 118.
11

16
ia sudah disiplin atau belum Mendidik dengan melibatkan anak dan
memberikan hukuman kepadanya pun harus melihat situasi kondisi lingkungan
sekitar, agar pemberian hukumannya tepat dan tidak membuat anak menjadi
kebingungan dan dapat diterima oleh masyarakat.
Maman Rachman mengartikan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan
sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangan kepatuhan dan
ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran
17
yang muncul dari dalam hatinya . Wantah disiplin diturunkan dari kata Latin
disiplina yang berkaitan dengan dua istilah lain, yaitu discare (belajar) dan
18
discipulus (murid) . Sehingga disiplin bisa dikatakan sebagai apa yang
disampaikan oleh seorang guru kepada muridnya. Hurlock mengungkapkan
bahwa disiplin berasal dari kata disciple yang berarti seorang yang belakar dari
atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Disiplin merupakan suatu cara
untuk membantu anak agar dapat mengembangkan pengendalian diri nya sendiri.
Pangendalian diri yang dimaksud yaitu dengan mengikuti peraturan dengan
norma yang ada. Disiplin juga mengajarkan kepada anak bagaimana cara berfikir
secara teratur 19.
Ketertiban ditunjukan pada patuhnya seseorang dalam menuruti peraturan
atau tata tertib karena mendapatkan suatu dorongan dari luar. Disiplin
menunjukan kepada kepatuhan seseorang dalam menjalani peraturan dan tata
tertib karena dijadikan dasar oleh kesadaran yang ada sesuai dengan apa yang
dikatakan dengan hatinya. Maka dari itu, kedua istilah tersebut memiliki

16
Aristowati, “Strategi Pembelajaran Disiplin Pada Anak TK Di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal,”
BELIA: Early Childhood Education Papers 3, no. 2 (2014): 23–30,
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/belia.
17
Rahman Maman, Manajemen Kelas, ed. Proyek Pendidikan Guru SD (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 1999), 168.
18
Wantah, Pengembangan Disiplin Dan PEmbentukan Moral Pada Anak Usia Dini (Jakarta:
Dapertemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2005), 139.
19
E.B Hurlock, Pengembangan Anak Jilid 1 (Alih Bahasa: Meitasari Tjandrasa & Muslichah Zarkasih)
(Jakarta:Erlangga, 1978), 82.
12

pengertian yang sama dalam kedisiplinan meskipun didasarkan pada diringan dari
luar maupun dalam diri anak tersebut. Ernie Martsiswati dan Yoyon Suryono
mengungkapkan bahwa disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib
yang telah disepakati dan dapat menggerakan untuk bisa mengatur diri dalam
mengendalikan emosi serta dapat bersikap sesuai dengan norma dan adab yang
20
berlaku didalam masyarakat . Oleh karena itu, dalam mengajarkan disiplin
sebaiknya tidak melakukannya dengan paksaan dari orang tua maupun guru dan
masyarakat, karena anak akan memahaminya secara baik bila diajarkan dengan
penuh perhatian. Dengan demikian, anak akan berfikir bahwa disiplin memanglah
penting untuk dirinya sendiri dalam kehidupan dimasyarakat.

2. Tujuan Disiplin
Setiap aktivitas yang dilakukan pastilah memiliki sebuah tujuan yang hendak
ia perbuat. Begitu juga dengan disiplin yang memiliki tujuan. Rose Mini,
mengatakan bahwa tujuan disiplin adalah anak dapat mengendalikan diri.
Sehingga pencapaian ini dapat digapai ketika orang tua dapat membina perilaku
anak dalam pembentukan tingkah laku yang sekiranya dapat diterima untuk anak
dan tidak memberikan pembentukan sikap tersebut dengan sesuatu hal yang
kurang pastas untuk anak. Sehingga, anak nantinya akan bisa menilai dan
merespon dengan pengendalian dalam dirinya sendiri 21.
Choirun Nisa mengungkapkan bahwa tujuan disiplin adalah membentuk
perilaku sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang
ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan. Orang tua
atau pun guru diharapkan dapat menerangkan terlebih dahulu apa kegunaan atau
manfaat disiplin bagi anak sebelum mereka melakukan kegiatan pendidiplinan
terhadap anak. Hal ini dilakukan supaya anak memahami maksud dan tujuan

20
Ernie Martsiswati and Yoyon Suryono, “Peran Orang Tua Dan Pendidik Dalam Menerapkan
Perilaku Disiplin Terhadap Anak Usia Dini,” Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat 1, no.
2 (2014): 188.
21
Mini Rose, Disiplin Pada Anak (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2011),
7.
13

berdisiplin pada saat mereka menjalaninya. Dan pada akhirnya hal tersebut akan
berbuah manfaat yang positif bagi perkembangan anak itu sendiri 22.

Menurut Silvy Rimm tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar mereka
belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat
23
mereka sangat bergantung pada disiplin diri . Pada saat itu diharapkan untuk
mereka agar nantinya mereka akan membuat hidup mereka Bahagia, berhasil dan
penuh kasih sayang. Tujuan disiplin adalah membantu anak membangun
pengendalian diri mereka, bukan membuat anak mengikuti dan mematuhi
perintah orang dewasa. Melalui disiplin, anak dapat belajar bagaimana bersikap,
menghargai hak orang lain, dan menaati aturan. Penanaman disiplin dilakukan
sejak dini untuk mempersiapkan anak sebelun mereka terjun di masyarakat.

3. Fungsi Disiplin
Menurut aspek sosiologis dan psikologis, menyatakan bahwa fungsi disiplin
dapat dikategorikan sebagai 24.
a. Disiplin penting bagi sosialisasi
Yaitu agar anak belajar tentang standar perilaku yang disetujui dan
ditoleransi dalam suatu sistem sosial
b. Disiplin penting bagi kematangan kepribadian yang normal
Yaitu agar anak memperoleh sifat-sifat kepribadian yang andal, percaya
diri, kontrol diri, tekun, dan mampu mengatasi frustasi. Aspek kematangan
ini terjadi secara spontan, tetapi respons terhadap tuntutan dan ekspetasi
sosial yang berkelanjutan,
c. Disiplin penting bagi keamanan emosional anak

22
Aulina, “Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini, PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan 2, no. 1” 38.
23
Rimm Silvya, Mendidik Dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Di Sekolah (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2003), 47.
24
Susanto, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Konsep, Teori Dan Aplikasinya, (Jakarta: Kencana,
2018),123.
14

Standar ini jelas tidak sekedar disentralisasikan tetapi juga diwujudkan


dalam bentuk perilaku eksternal, bahkan untuk menjamin stabilitas
ketahanan tatanan sosial,
d. Disiplin penting bagi keamanan emosional anak
Khususnya untuk memberikan kepastian terhadap kebingungan dan
ketakutan mereka terhadap suatu perilaku.
Menurut Rini Utami, fungsi disiplin ada dua, yaitu 25.
a. Disiplin yang bermanfaat
1) Untuk mengajarkan anak akan konsekuensi sebuah perilaku
2) Untuk mengajarkan anak akan tindakan penyesuaian diri yang
wajar, tanpa berlebihan
3) Untuk membantu anak mengembangkan pengendalian diri
sehingga dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing
perilakunya hingga dewasa nanti
b. Disiplin yang tidak bermanfaat
1) Untuk menakut-nakuti anak
2) Untuk melampiaskan kekecewaan atas suatu kondisi yang tidak
diharapkan orang tua dan guru

4. Unsur-Unsur Disiplin
Shofiyati menyatakan bahwa terdapat 4 nilai unsur disiplin, yaitu: a).
Peraturan sebagai pedoman perilaku, b). Konsistensi dalam peraturan, c).
Hukuman untuk pelanggaran, d). Penghargaan untuk perilaku yang baik. Nialai
unsur pokok tersebut dapat diartikan menjadi sikap yang telah ada pada diri
manusia dan sistem nilai budaya yang ada didalam masyarakat. Sikap atau
attitude merupakan unsur yang hidup didalam jiwa manusia yang harus mampu
bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran.

25
Utami Rini, Jangan Biarkan Anak Kita Berbohong Dan Mencuri (Solo: Tiga Serangkai, 2006), 27.
15

Sedangkan sistem nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang berfungsi
sebagai petunjuk atau pedoman dan penuntun bagi kelakuan manusia 26.
Menurut Hurlock agar disiplin mampu mendidik anak untuk dapat berperilaku
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh kelompok sosial mereka maka disiplin
memiliki empat unsur pokok yaitu 27:
a) Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku, dimana pola
tersebut ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuannya
adalah untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui
dalam situasi tertentu.
Peraturan mempunyai dua fungsi yaitu 1) peraturan mempunyai nilai
pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang
disetujui anggota kelompok tersebut, 2) peraturan membantu mengekang
perilaku yang tidak diinginkan.
Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi tersebut, maka peraturan itu
haruslah dapat dimengerti, diingat dan diterima oleh anak. Anak kecil
membutuhkan lebih banyak peraturan dari pada anak yang lebih besar sebab
menjelang remaja anak dianggap telah belajar apa yang diharapkan dari
kelompok sosial mereka.
b) Hukuman
Hukuman berasal dari bahasa latin punire yang memiliki arti menjatuhkan
hukuman pada seseorang karena kesalahan yang diperbuat, perlawanan atau
perlanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Walaupun tidak dikatakan,
namun tersirat bahwa kesalahan, perlawanan atau pelanggaran ini disengaja,
dalam arti bahwa orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah tetapi tetap
melakukannya.

26
Shofiyati Sri, Hidup Tertib (Jakarta: PT Balai Pustaka, 2012), 21.
27
Hurlock, Pengembangan Anak Jilid 1, 84.
16

Hukuman memiliki tiga fungsi penting dalam perkembangan moral anak,


yaitu: 1) menghalangi, hukuman dapat menghalangi pengulangan tindakan
yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Contohnya bila anak ingin melakukan
sesuatu yang dilarang oleh orang tuanya, ia akan mengurangkan niatnya
karena ia mengingat hukuman yang pernah diterimanya ketika ia melakukan
hal tersebut di masa lampau, 2) mendidik, sebelum anak memahami konsep
peraturan, mereka akan mempelajari manakah tindakan yang benar dan mana
tindakan yang tidak benar. Hal tersebut dapat dipelajari anak melalui
hukuman. Jadi mereka akan belajar dari pengalaman ketika menerima
hukuman dan bila mereka melakukan hal yang tidak benar maka mereka akan
mendapat hukuman dan bila mereka melakukan hal yang benar maka mereka
tidak akan mendapatkan hukuman, 3) motivasi, fungsi hukuman yang ketiga
adalah untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat.
Pengalamannya mengenai akibat-akibat tindakan yang salah dan mendapat
hukuman akan diperlukan sebagai motivasi untuk menghindari kesalahan
tersebut. Bila anak mampu mempertimbangkan dengan baik tindakan yang
akan mereka lakukan dan akibatnya, maka mereka dapat belajar memutuskan
apakah tindakan tersebut pantas atau tidak dilakukan, dengan demikian
mereka memiliki motivasi untuk menghindari tindakan yang tidak benar.
Hukuman memanglah diperlukan dalam mendisiplinkan anak, hal tersebut
diperlakukan apabila kesalahan yang dilakukan anak serius dan
membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.
c) Penghargaan
Penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.
penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata
pujian, senyuman atau pelukan di punggung.
Penghargaan mempunyai beberapa peranan penting dalam mengajar anak
untuk berperilaku sesuai dengan cara yang direstui masyarakat yaitu: 1)
penghargaan mempunyai nilai mendidik, 2) penghargaan sebagai motivasi
17

untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. Apapun bentuk


penghargaan yang digunakan, penghargaan itu harus sesuai dengan
perkembangan anak. Apabila tidak, ia akan kehilangan efektivitasnya.
Dengan meningkatnya usia, penghargaan bertindak sebagai sumber motivasi
yang kuat bagi anak untuk melanjutkan usahanya untuk berperilaku sesuai
dengan harapan.
Menurut Umri Mufida pemberian penghargaan ini sangat efektif dalam
meningkatkan kedisiplinan anak usia dini. Metode token ekonomi melalui
28
stiker adalah cara untuk mengefektifkan pembelajaran disiplin . Dengan
begitu, pemberian penghargaan sangat membantu dalam membiasakan sikap
dan membuat anak memahami pembelajaran yang berkaitan dengan
kedisiplinan.
d) Konsistensi
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Peraturan,
hukuman dan penghargaan yang konsisten membuat anak tidak bingung
terhadap apa yang diharapkan dari mereka. Ada beberapa fungsi konsistensi
yaitu 1) mempunyai noilai mendidik, 2) mempunyai nilai motivasi yang kuat,
3) mempertinggi pengharga-an terhadap peraturan dan orang yang berkuasa.
Anak yang terus diberi pendidikan disiplin yang konsisten cenderung lebih
matang disiplin dirinya bila dibandingkan anak yang tidak diberi disiplin
secara konsisten.
Menurut Wantah disiplin memiliki lima unsur. Kelima unsur tersebut
yaitu : 1) aturan sebagai pedoman tingkah laku, 2) kebiasaan-kebiasaan, 3)
hukuman untuk pelanggaran aturan, 4) penghargaan, serta 5) konsistensi.
Dari penjelasan mengenai unsur disiplin di atas dapat dipahami bahwa
setiap orang dewasa ingin mengajarkan kepada anak tentang penegakan

28
Umri Mufidah, “Efektivitas Pemberian Reward Melalui Metode Token Ekonomi Untuk
Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini,” Indonesian Journal of Early Childhood Education
Studies 1, no. 2 (2012): 5.
18

disiplin dan mengajarkan disiplin tentulah yang mengajarkannya pun harus


bersikap disiplin juga, agar seimbang dengan apa yang anak lihat dan anak
tangkap saat diajarkan kedisiplinan. Setiap pendidik yang memberikan
peraturan, hukuman, dan hadiah haruslah konsisten dengan apa yang diberi
kepada anak, agar anak tidak bingung dan ia mengerti bahwa berdisiplin tentu
sangat penting untuk dirinya sendiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari di
29
lingkup masyarakat. Begitupun dengan tanggapan Nurul Zuriah bahwa
seseorang dikatakan disiplin apabila melakukan pekerjaan dengan tertib dan
teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya, serta dikerjakan dengan penuh
kesadaran, ketekunan dan tanpa paksaan dari siapapun.

5. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin


Menurut Rini Utami, faktor yang mempengaruhi disiplin yaitu 30
a. Kesamaan dengan disiplin dari orang tuanya dulu
Jika orang tua dan guru merasa orang tua mereka berhasil mendidik
mereka maka mereka pun akan menggunakan cara yang sama dalam
mendidik anak. Sebaliknya, jika mereka kecewa pada cara orang
tuanya dulu mendidik dan menganggap itu sebagai sebuah kesalahan
besar, mereka akan menggunakan cara yang berlawanan.
b. Usia orang tua dan guru
Orang tua dan guru yang muda cenderung lebih demokratis dibanding
dengan yang lebih tua, bahkan terkadang cenderung permisif.
c. Usia anak
Cara otoriter banyak digunakan kepada anak kecil karena orang tua
menganggap anak tidak dapat menerima penjelasan.
d. Jenis kelamin anak

29
Zuriah Nurul, Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Persfektif PErubahan: Menggagas Platfom
Pendidikan Budi Pekerti Secara Konstektual Dan Futuristik (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 75.
30
Rini, Jangan Biarkan Anak Kita Berbohong Dan Mencuri, 28–29.
19

Orang tua akan lebih berhati-hati kepada anak perempuan daripada


anak laki.
e. Jenis kelamin orang tua
Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya
dibandingkan pria, dan kaum ibu cenderung lebih permisif terhadap
anaknya.
f. Bekal ilmu
Adanya bekal ilmu untuk mendampingi anak akan menuntun orang tua
ke arah demokratis dibanding dengan yang tidak memiliki bekal ilmu.
g. Penyesuaian
Penanaman disiplin lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang
ada di sekitar walaupun terkadang hal itu berlawanan dengan prinsip
mereka (orang tua dan guru) sendiri.
Menurut Sri Shofiyati, terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi disiplin pada anak, yaitu 31:
a. Faktor Pendidikan
Usaha sadar serta sistematis yang berlangsung seumur hidup pada
rangka mengalihkan pengetahuan kepada seorang terhadap orang lain.
b. Faktor Genetik
Segala sesuatu dibawa pada setiap individu sejak lahir dan terdapat
pula keturunan/warisan dari orang tua.
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan peranan yang begitu memengaruhi terhadap
kedisiplinan setiap orang.
N.A. Amentembun mengatakan terdapat dua aspek yang berkaitan dengan
disiplin anak, yaitu problem individu dan problem kelompok. Permasalahan
dalam problem individu adalah: a). Tingkah laku agar menarik perhatian, b).

31
Sri, Hidup Tertib, 23.
20

Tingkah laku untuk memperoleh kekuasaan. Tingkah laku ini ada yang
berdifat aktif dan pasif, c). Tingkah laku untuk membalas dendam, seperti
membuat orang lain celaka, d). Peragaan ketidakmampuan, seperti tidak mau
melakukan apapun.
Pembentukkan disiplin pada anak, khususnya yang dilakukan dalam
keluarga ditentukan oleh sejumlah faktor. Menurut Dodson, faktor-faktor
tersebut memiliki lima faktor dalam pembentukan disiplin anak yaitu 32
1. Latar belakang dan kultur kehidupan keluarga
Sejak kecil orang tua terbiasa hidup dalam lingkungan yang keras,
pemabuk, tidak memiliki disiplin dan tidak menghargai orang lain serta
bertingkah semaunya. Maka dari itu kebiasaan tersebut akan terbawa
ketika orang tua tersebut membimbing kedisiplinan anaknya. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Selbald, orang tua yang sejak kecil
dibesarkan dalam lingkungan dengan budaya kekerasaan, 70-80%
cenderung mendisiplinkan anaknya dengan cara kekerasan yang sama.
Sementara orang tua yang yang sejak kecil terbiaasa hidup dalam budaya
acuh tak acuh, dibiarkan dan tidak dipedulikan, sekitar 60-70% akan
mendisiplinkan anaknya dengan cara yang sama. Orang tua atau guru
cenderung akan mendisiplikan anak dengan cara seperti yang dilakukan
orang tua kepada dirinya saat kecil.
2. Perilaku dan Pendidikan yang diberikan oleh Orangtua
Perilaku yang diberikan oleh orang tua sangat berpengaruh bagi
perkembangan anak di masa depan. Melihat cara mendidik anak itu ada
beberapa macam cara disitulah para orang tua seharusnya mengerti dengan
akibat dari didikan yang mereka ambil untuk nantinya. Jika orang tua
memilih untuk mendidikan dengan cara yang otoriter yang terlalu banyak
aturan dalam mendidik harus diikuti apa kata orang tua, maka anakpun

32
Wantah, Pengembangan Disiplin Dan PEmbentukan Moral Pada Anak Usia Dini, 180–184.
21

akan menjadi tertekan. Berbeda dengan orang tua yang mendidik dengan
cara demokrasi. Anak akan mudah untuk berkarya dan memiliki perilaku
yang bisa mentolerasi pendapat oranglain.
3. Pengaruh dari Pendidikan ruang lingkup Orang tua dan juga ekonomi
dalam keluarga
Orang tua yang memiliki latar belakang berpendidikan akan berbeda
cara mendidik anak dengan Orang tua yang meiliki latarbelakang tidak
berpendidikan. Karena, Orang tua yang berpendidikan mengetahui cara
yang terbaik untuk mendidik anak agar bisa diterima dalam bersikap oleh
masyarakat. Segi ekonomi juga mempengaruhi dalam kedisplinan anak,
Orang tua terkadang ketika ekonomi dalam keadaan turun akan membuat
didikan yang membuat anak tertekan.
4. Keluarga yang lengkap dan keselarasan di dalam keluarga
Dalam kehidupan suatu keluarga yang tidak lengkap dan tidak selaras
didalam lingkupan keluarga, itu berpengaruh kepada pembentukan
perilaku disiplin anak. Semua bisa terjadi salahsatunya karena adanya
perceraian dalam kedua Orangtua yang mengakibatkan anak tidak bisa
konsisten dalam disiplin terlalu banyak kekhawatiran yang akan didapat
oleh anak ketika ia melakukan sesuatu. Keselarasan keluarga juga
berpengaruh dalam pengembangan disiplin anak. Para Orang tua akan
mengambil sikap yang baik dalam mendidik
5. Perilaku parental yang mempengaruhi disiplin anak
Sikap Orang tua dalam mendidik dan juga membina anak itu bagian
dari tipe perilaku parental. Menutur Sikun Pribadi menyatakan bahwa
sikap yang dapat mempengaruhi dalam membentuk perilaku anak dirumah
ialah sikap parental ini. Dimana sikap tersebut menjadi penghambat seperti
keras dalam mendidik, tidak terlalu peduli dengan oranglain, anak yang
selalu dimanjakan, juga selalu meraskaan kekhawatiran yang berlebih
kepada anak.
22

Menurut Ajeng Wisniara, dalam membentuk kedisiplinn pada anak


memiliki lima faktor yang mempengaruhi ketidak disiplinan pada anak,
diantaranya 33

1. Kepemimpinan guru terlalu otoriter sehingga menyebabkan sikap anak


didik agresif, ingin berontak akibat kekangan, dan perlakuan yang tidak
manusiawi.
2. Kurang diperhatikannya kelompok minoritas, baik yang berada di atas
rata-rata maupun yang berada di bawah rata-rata dalam berbagai aspek
yang ada hubungannya dengan kehidupan disekolah
3. Anak didik kurang dilibatkan atau diikutsertakan dalam perencanaan-
perencanaan yang digagas sekolah
4. Latar belakang kehidupan keluarga
5. Sekolah kurang mengadakan kerja sama dan saling melepas tanggung
jawab
Berdasarkan penjelasan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan
anak diatas keluarga sangatlah berpengaruh dalam kedisiplinan anak,
khususnya orang tua. Orang tua yang memiliki latar belakang dengan satusu
sosial yang baik akan mengajarkan anak untuk berdisiplin secara efektif.
Tetapi, apabila orang tua yang memiliki latar belakang sosial yang kurang
baik akan mengajarkan anak untuk berdisiplin secara tidak terarah atau
semaunya dan tidak konsisten. Jadi, anak akan terbiasa mengikuti pola asuh
yang bagaimana orang tua berikan terhadap pengajaran kedisiplinan tersebut.
Selain itu juga faktor dalam lingkupan sekolah, guru yang kurang
membimbing pengajaran kedisiplinan untuk anak terbiasa dalam berbuat
disiplin.

33
Ajeng Yusriana, Kiat-Kiat Menjadi Guru Paud Yang Di Sukai Anak-Anak (Jogjakarta: Diva Press,
2012), 62–64.
23

6. Karakteristik Perkembangan Disiplin Anak Usia Dini


Salah satu konsep penting tentang disiplin adalah bahwa disiplin yang
diberikan kepada anak haruslah sesuai dengan perkembangan sesuai usia anak
terseut. Perkembangan disiplin pada anak usia 0-8 tahun sebagai berikut 34.
a) Perkembangan pada masa bayi (0 – 3 tahun)
Sepanjang masa bayi, bayi harus belajar melakukan reaksi-reaksi
yang benar pada berbagai situasi tertentu di rumah dan di sekelilingnya.
Tindakan yang salah haruslah selalu dianggap salah, terlepas siapa yang
mengasuhnya. Kalau tidak, bayi akan bingung dan tidak mengetahui apa
yang diharapkan darinya.
Fenomena yang tampak pada usia 0 – 8 tahun adalah disiplin
berdasarkan pembentukan kebiasaan dari orang lain terutama ibunya,
misalnya:
1. Menyusui tepat pada waktunya
2. Makan tepat pada waktunya
3. Tidur tepat pada waktunya
4. Berlatih buang air seni (toilet training)
b) Perkembangan pada masa kanak-kanak (3 – 8 tahun)
Fenomena yang tampak adalah:
1. Anak mulai patuh terhadap tuntutan atau aturan orang tua dan
lingkungan sosialnya
2. Dapat merapihkan kembali mainan yang habis pakai
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
4. Membuat peraturan/tata tertib di rumah secara menyeluruh

7. Pentingnya Disiplin Bagi Anak Usia Dini


Kedisiplinan sangatlah penting bagi anak. Menurut Rose Mini, Ketika anak
sudah berdisiplin, anak dapat mengarahkan dirinya sendiri tanpa tanpa pengaruh

34
Choirun Nisa Aulina, “Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini,” 42.
24

atau pun disuruh oleh orang lain. Pengaturan didalam diri ini berarti anak sudah
mampu menguasai tingkah launya sendiri dengan berpedoman pada norma-norma
yang jelas, standar-standar dan aturan-aturan yang sudah menjadi milik sendiri.
Disiplin juga mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri anak 35.
Dengan demikian, disiplin hendaklah diterapkan pada masa anak usia dini.
Disiplin bagi anak itu akan memberikan pemahaman kepada anak bahwa bila
memiliki sifat berdisiplin itu akan baik kehidupannya didalam lingkup
masyarakat kedepannya nanti.

8. Disiplin Pada Anak Usia Dini


Novi Ardy menyatakan bahwa hakikat displin pada anak usia dini adalah
suatu pengendalian diri terhadap perilaku anak usia 0-6 tahun dalam berperilaku
sesuai dengan ketentuan yang berlaku (bisa berupa tantanan nilai, norma, dan tata
36
tertib di rumah maupun di sekolah) . Marilyn E. Gootman, Ed. D., dari
University of Georgia di Athens, Amerika, berpendapat bahwa disiplin akan
membantu anak untuk mengembangkan kontrol dirinya, dan membantu anak
untuk mengenali perilaku yang salah lalu mengoreksinya 37. Sehingga, anak dapat
mengetahui perilaku yang mana yang baik dan yang tidak baik untuk ia bersikap,
agar apa yang ia perbuat dapat diterima oleh masyarakat. Dengan begitu anak
dapat menyadari ketika perbuatannya tidak diterima oleh masyarakat ia akan
mengoreksinya dan memberikan perilaku yang seharusnya, karena telah belajar
dari pengalaman sebelumnya.
Menurut Riberu istilah disipilin diambil dari kata disciplina. Kata tersebut
berhubungan dengan 2 istilah lain, yaitu discare pembelajaran dan disciplus (anak
didik). Melihat istilah tersebut memiliki makna bahwa disciplina itu sesuatu yang
diberikan oleh seorang guru dalam pembelajaran kepada anak didik. Menurut

35
Rose, Disiplin Pada Anak, 8.
36
Novita, “Pelaksanaan Penanaman Disiplin Pada Anak Di Taman Kanak-Kanak Adhyaksa Xxvi
Padang,” 42.
37
Ahmad Ibnu Nizar Imam, Membentuk Dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini (Jogjakarta:
Diva Press, 2009), 22.
25

38
Thomas Lickona disiplin adalah moralitas kelas sebagai masyarakat kecil .
Artinya kedisiplinan bagi anak terutama di PAUD bukan saja disiplin waktu lalu
lintas, disiplin belajar, disiplin belajar sesuai waktu akan tetapi di tentukan
dengan berbagai aspek dan tata krama kehidupan 39.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diartikan disiplin pada anak usia dini itu
sebagai arahan/mencontohkan perilaku yang baik yang dapat diterima oleh
lingkungan masyarakat pada umunya dimulai dari hal-hal kecil. Seperti setelah
bangun pagi anak diajarkan untuk merapihkan tempat tidurnya. Hal ini akan
membuat anak menjadi kebiasaan baik kedepannya.

9. Cara Menanamkan Displin Pada Anak


Menurut Rahmat Rosyadi, Menerapkan sikap disiplin dari orang tua terhadap
40
anak-anak sebaiknya dilakukan dengan enam cara yaitu melalui peneladanan,
penyontohan, ketertiban, penguatan, kebersamaan, dan membicarakannya. Selain
itu ada beberapa metode untuk menanamkan kedisiplinan anak, salah satunya
adalah dengan metode didaktik, yaitu cara mendisiplinkan anak dengan
memberikan bahan yang berbentuk cerita yang dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Seperti bercerita sebelum tidur atau dalam perjalanan (rekreasi), bisa secara
monolog atau diskusi 41
Menurut Rose Mini, untuk mendisiplinkan anak memang dituntut kesabaran
dari orang tua. Selain itu, keyakinan atau kepercayaan diri bahwa orang tua
mampu mendisiplinkan anak. Ada 5 langkah yang harus dipahami oleh orang tua
dalam mendisiplinkan anak, yaitu 42

38
Lickona Thomas, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar Dan Baik
(Bandung: Nusa Media, 2013), 147.
39
R Semiawan Conry, Penerapan Pembelajaran Pada Anak (Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini, 2012), 93.
40
Rosyadi H.A Rahmat, Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini (Konsep
Dan Praktik PAUD Islam) (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 53.
41
Sudarna, Paud Pendidikan Anak Usia Dini Berkarakter Melejitkan Kepribadian Anak Secara Utuh
Kecerdasan Emosi, Spirit Dan Sosial (Yogyakarta: Genius Publisher, 2014), 63.
42
Rose, Disiplin Pada Anak, 8.
26

c) Tenang
Bila ingin mendisiplinkan anak menjadi tenang sebaiknya orang tua harus
tenang terlebih dahulu. Jangan dalam keadaan marah ataupun cemas.
Ketika sedang tenang maka pesan yang disampaikan orang tua kepada
anak pun menjadi lebih jelas diterima oelh anak.
d) Mempercayai adanya intuisi dalam diri
Orang yang paling mengetahui karakter sikap dan perilaku anak itu adalah
Orangtuanya. Jadi, dengan begitu semua akan mudah untuk mendidik
anak agar disiplin. Orangtua juga harus yakin bahwa ia mampu untuk
mendidik anaknya agar menjadi pribadi yang disiplin dengan baik.
e) Memberikan pemahaman disiplin disaat waktu yang pas
Mendidik anak dalam kategori disiplin juga harus diberikan pada waktu
yang pas dan tepat, karena dengan waktu yang tepat anak akan memahami
dari sebab dan akibat yang terjadi. Saat memberikan pemahaman disiplin
dengan waktu yang pas dan tidak menunda-nunda membuat anak akan
mengerti dan memahami agar ia melakukannya demi kebaikan perilaku
anak ke masa yang akan datang.
f) Memiliki kepercayaan bahwa Orang tua Mampu
Dalam membentuk kedisiplinan pada anak perlunya keyakinan pada diri
Orang tua bahwa mereka mampu untuk mendidiknya dengan baik. Orang
tua jangan mudah menyerag dalam medidik disiplin pada anak, juga
jangan terbawa emosi oleh perilaku anak karena nanti dapat menimbulkan
kemarahan yang bisa saja membuat anak tidak mendengar bimbingan dari
Orang tua. Selalu ingat dalam diri bahwa memang setiap Orang tua sudah
mempunyai sikap dan cara untuk menanamkan dalam mendisiplinkan
anak.
g) Mempercayai bahwa anak memiliki kemampuan
27

Setiap perilaku yang anak perbuat Orang tua seharusnya meyakini bahwa
anak bisa disiplin dengan sendirinya dan dibantu dengan pemahaman
Orang tua. Jika memang perbuatan anak sesekali dua kali tidak
menunjukkan perilaku disiplin, itu itu tidak bisa langsung diartikan bahwa
anak tidak disiplin. Yakinlah bahwa setiap perilaku anak pasti berubah
dan ia akan mengerti dengan sendirinya bahwa disiplin itu penting untuk
dirinya, dan disamping itu Orang tua tidak bosen untuk selalu memberikan
arahan untuk berdisiplin.
Selain itu, pemahaman yang dilakukan Orangtua untuk anak dalam
mendisiplinkan perilakunya diantaranya 43
1. Konsisten
Guru harus membuat kesepakatan dengan anak murid selama dia
berada dalam lingkungan sekolah, seperti membuang sampah pada
tempatnya. Kemudian, guru harus berusaha bersikap konsisten dengan cara
tidak mengubah kesepakatan itu, apalagi demi kepentingannya.
2. Bersifat Jelas
Peraturan yang jelas dan sederhana bisa mempermudah anak murid
untuk melakukannya.
3. Memperhatikan Harga Diri
Jika anak murid ada yang melakukan pelanggaran kedisiplinan, sebaiknya
guru menegurnya secara personal tidak di depan banyak orang, karena akan
membuat anak merasa malu dan terkadang cenderung berusaha
mempertahankan sikapnya.
4. Sebuah Alasan yang Bisa di Pahami
Jika guru memberikan peraturan kepada anak murid, sebaiknya ia
memberikan alasan yang mudah dipahami tentang peraturan tersebut. Jangan
biarkan anak murid menerima peraturan tanpa ia memahami hal tersebut.

43
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah Cet.1 (Yogyakarta:
Laksana, 2011), 56.
28

5. Menghadiahkan Pujian
Sebuah pujian yang dikatajan secara jujur dan terbika oleh seorang guru
akan menyebabkan anak murid merasa dihargai sehingga ia tidak merasa
tertekan dengan adanya peraturan tersebut
6. Memberikan Hukuman
Guru harus memberikan hukuman yang bersifat mendidik. Hukuman
tersebut sebaiknya tidak menyakiti fisik dan psikologi anak murid.
7. Bersikap Luwes
Guru harus mampu bersikap luwes dalam mendidik disiplin. Hindari
bersikap kaku kepada anak murid dalam memberikan peraturan agar anak
murid tidak merasa tertekan
8. Melibatkan Anak
Dalam membuat peraturan, anak murid sebaiknya dilibatkan. Hindari
membuat peraturan secara sepihak, karena hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan pada dirinya. Dengan begitu, setidaknya guru mengerti
sesuatu yang diinginkan oleh anak murid terhadap lingkungan sekolahnya.
9. Bersifat Tegas
Bersikap tegas bukan berarti bersikap kasar. Ketegasan dalam hal ini
lebih berarti sebagai keseriusan guru dalam menerapkan peraturan
kedisiplinan itu. Sehingga, dengan sendirinya, guru juga harus berusaha
menaatinya.
10. Jangan Emosional
Dalam menghukum anak murid, sebaiknya guru menghindari emosi
yang berlebihan. Guru jangan menghukum anak murid saat guru sedang
marah. Sebab, hal itu dapat membuat guru tidak objektif dalam
memperlakukan anak murid
29

10. Peran Guru dalam Pembentukan Disiplin


Anak usia dini merupakan masa yang paling penting untuk menentukan
kepribadian, karakter, dan perilakunya untuk dimasa yang akan datang nanti.
Penentuan itu dapat terlaksana dengan baik apabila di barengi dengan
pembelajaran yang diberikan. Menurut Hurlock, dalam pembentukan perilaku
disiplin ini ada tiga cara 44, yaitu:
a) Disiplin yang di berikan dengan otoriter
Otoriter adalah tindakan yang mengharuskan anak secara keras dengan
paksaan agar anak dapat melakukan perilaku yang sesuai dengan apa yang
diinginkan. Hal tersebut terlihat menjadi perilaku yang kaku karna tidak
adanya kebebasan dalam bertindak. Displin otoriter ini bila memberikan
hukuman biasanya berhubungan dengan hukuman eksternal, salah satunya
hukuman badan.
b) Disiplin yang di berikan dengan permisif
Perilaku yang diberikan secara permisif menjadikan anak memiliki dua hal
yang berbeda, bisa terlihat sedikit lebih displin dan juga bisa terlihat
sangat disiplin. Hal itu disebabkan karena permisif memiliki makna yang
berkaitan dengan kebebasan. Apapun yang dilakukan oleh anak semua di
setujui dan tidak adanya aturan yang di berikan.
c) Disiplin yang di berikan dengan demokratis
Perilaku demokratis merupakan suatu tindakan yang diberikan melalui
diskusi secara bersama-sama dengan penalaran dan penjelasan yang dapat
dimengerti oleh anak, mengapa mereka harus melakukan itu. Demoktratis
dapat memberikan edukasi kepada anak dengan baik melalui unsur
disiplin dan lebih menekankan pada penghargaan yang membuat anak bisa
lebih semangat melakukan hal tersebut.

44
E.B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, ed. Dr. Med. Meitasari Tjandrasa, Edisi Keen. (Jakarta:
Erlangga, 1978), 93–94.
30

B. Penelitian Relevan
Table 2.1 Penelitian Relevan
Nama Judul Deskripsi Perbedaan
Penulis dan Perbedaan
Novi ImplementasiKedisiplinannya sudah cukup Sama-sama
Handayani nilai-nilai baik namun masih perlu di membahas
2014 45 kedisiplinanadakannya upaya peningkatan tentang
di Sekolah
karena berbagai pelanggaran tata kedisiplinan dan
Dasar Negri tertib siswa masih ada walaupun yang
Margoyasan hanya merupakan pelanggaran membedakan
Yogyakarta kecil. Pelanggaran yang kedisiplinan
dilakukannya itu memang wajar pada sekolah
karena masa remaja yang sedang Tingkat Sekolah
dilaluinya dan sanagat perlu Dasar
dibimbing dan diarahkan pada hal
yang bersifat positif
Anas Upaya Nilai disiplin sudah konsisten dan Kedisplinannta
Purwantoro sekolah tetap penerapannya bagi siswa di Madrasah
2008 46 dalam dan untuk guru belum konsisten. Tsanawiyah
meningkatkan Dalam penerapannya bersifat
kedisiplinan demokratis dan hambatannya
siswa MTsN kurangkesadaran atau kepeduian
Ngemplak, orang tua terhadap pendidikan
Sleman, dan tidak disiplinnya sebagian
Yogyakarta guru di sekolah

C. Kerangka Berpikir
Sekolah merupakan tempat untuk mendapatkan pendidikan secara formal yang
memiliki peran dan tanggung jawab dalam menghasilkan generasi muda yang
berkarakter, bermoral dan berperilaku baik. Generasi tersebut dapat diharapkan
memperbaiki kondisi bangsa ini. Salah satu solusi untuk melahirkannya generasi
muda tersebut melalui penerapan perilaku kedisiplinan di sekolah. Kedisiplinan

45
Novi Handayani, “Implementasi Nilai-Nilai Kedisiplinan Di Sekolah Dasar Negeri Margoyasan
Yogyakarta,” Skripsi (2014).
46
Anas Purwantoro, “UPAYA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
MTsN NGEMPLAK, SLEMAN, YOGYAKARTA,” Skripsi (2008).
31

adalah suatu perbuatan yang diterapkan oleh seseorang agar ia dapat memiliki sikap
dan perilaku yang baik dalam ketaatan, ketertiban dan juga kepatuhan terhadap
norma-norma yang telah di terima dalam ruang lingkup sosial masyarakat tertentu.
Penerapan dalam kedisplinan di ruang lingkup sekolah bertujuan untuk membuat
anak murid terbiasa terhadap perilaku yang baik dalam berdisiplin secara terus-
menerus untuk di lakukan dalam kehidupan setiap hari. Disamping itu, melaksanakan
kedisiplinan sudah menjadi tuntunan untuk semua orang yang menyangkut
keterlibatan pihak sekolah agar bisa bertanggung jawab dalam membina anak murid
untuk bisa disiplin. Penerapan disiplin di sekolah, selalu berkaitan dengan bagian-
bagian pokok dari unsur disiplin dan juga berkaitan dengan bagaimana
pengaplikasiannya dalam membentuk kedisiplinan. Bagian-bagian pokok dari unsur
kedisplinan dengan bagaimana pengaplikasiannya itu selalu berhubungan dengan
antar keduanya, karena hal tersebut memiliki prinsip yang sama yaitu dapat membuat
anak murid terbiasa dalam berperilaku disiplin dan memiliki prilaku dalam ketaatan
pada norma-norma yang berlaku. Jadi, dengan begitu berhasilnya sikap prilaku
disiplin dalam diri anak murid dapat dilihat dari bagaimana penerapan yang diberikan
oleh para pihak yang bersangkutan dalam membina dan memberi pemahaman
mengenai kedisiplinan, terlebih dalam ruang lingkup sekolah. Dengan begitu dapat
Peneliti buatkan kerangka berpikir yang bisa di lihat dalam bentuk sebagai berikut
Tabel 2.2 Kerangka Berpikir

Anak Usia Dini

Strategi Kepala
Cara menanamkan
sekolah dan Guru Disiplin
terhadap unsur
disiplin pada anak

Kesimpulan
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting/Latar Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Islam Darunnajah Ulujami, Jakarta Selatan. TK
Islam ini memiliki lima kelas, yang diberi nama dengan sebutan asmaul-husna yaitu
“Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Mu’min, Al-Qudus, As-Salam”. Kelas Ar-Rahman dan
Ar-Rahim adalah kelas TK A yang rata-rata berusia 3-4 tahun. Kelas Al-Qudus dan
As-Salam adalah kelas TK B dengan rata-rata usia 4-5 tahun. Kemudian Al-Mu’min
adalah Kelas Playgroup.
TK Islam Darunnajah ini menggunakan metode pembelajaran sentra, yang
memiliki prinsip menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak
bergerak dari satu aktivitas pembelajaran ke pembelajaran lain. Setiap sentra itu
memiliki namanya tersendiri, diantaranya yaitu: sentra seni, sentra balok, sentar
bermain peran dan makro, sentra bahan alam, sentar ibadah dan sentra persiapan.
Jumlah tenaga pendidik di TK Islam Darunnajah ini berjumlah 15 pendidik.
Latar belakang pendidik ini cukup berkualitas, karena rata-rata pendidik TK Islam
ini memiliki jabatan sebagai Sarjana Strata 1.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Berdasarkan seting penelitian maka tempat dan waktu penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di TK Islam Darunnajah Jakarta Selatan
2. Waktu Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga September 2019,
adapun perincian tahapan kegiatan penelitian penulis dapat di lihat pada tabel
di bawah ini:

32
33

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Waktu Pelaksanaan Tahun 2019
No. Tahap Kegiatan
Juni Juli Agustus September Oktober Nov
1. Observasi
2. Penyusunan
Proposal Skripsi
& Perbaikan
3 Seminar Proposal
&Perbaikan
4 Penelitian ke
Lapangan
5 Analisis Data
6. Membuat
kesimpulan

C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian metode kualitatif, yaitu penelitian
dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa
adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses
penelitian yang dimaksud antara lain melakukan observasi terhadap orang dalam
kehidupannya sehari-hari, berinteraksi dengan mereka, dan berupaya memahami
bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya 47.
Bogdan dan Taylor mengemukakan penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan
pada latar dan individu tersebut secara utuh (holistik). Oleh karena itu penggunaan

47
Arifin Zainal, Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosakarya, 2014), 140.

33
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
pendekatan deskriptif.
Disimpulkan bahwa konsep penelitian kualitatif sebenarnya menekankan pada
proses dan sifat realita yang dibangun secara sosial. Peneliti sangat berperan penting
dan penuh dengan nilai. Salah satu argumen yang harus dikedepankan oleh peneliti
kualitatif adalah keunikan manusia dan fenomenanya yang tidak dapat dianalisis
dengan pendekatan positivis, sehingga menuntut peneliti untuk melakukan
pengamatan langsung di lapangan. Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis
dengan non-statistik sekalipun penelitian kualitatif tidak tabu dengan angka atau
bilangan.48
Penulisan kualitatif adalah lebih menekankan analisis pada pengumpulan data
deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antara fenomena
yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini mengartikan bahwa
pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif, akan
tetapi penekanannya tidak pada pengkajian hipotesis, melainkan pada usaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan
argumentative. Jenis penelelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu menganalisa
dan mengkajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami dan di
simpulkan 49.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk memutarkan pemecahan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data yang kemudian disajikan, dianalisis
dan di interpretasikan. Penelitian deskriptif berusaha memberikan dengan sistematis
50
dan cermat fakta-fakta actual atau sifat populasi tertentu . Mengartikan bahwa
semua yang dikumpulkan menjadi data didapat dari hasil wawancara, catatan laporan
dll, dan juga penelitian yang didalamnya mengutamakan untuk pendeskripsian secara

48
Ibid., 143.
49
Azwar Syaifudin, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002), 5–6.
50
S Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 844.
analisis suatu peristiwa atau proses sebagaimana adanya dalam lingkungan yang
alami untuk memperoleh makna yang mendalam dari proses tersebut. Hal itu
disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang
dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting
(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih
banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara
mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. Catherine Marshall, Greathchen B.
Rossman dalam Sugyono menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by
qualitative researchers for gathering information are, participation in the setting,
direct observation, in-depth interviewing, document review” 51
Dalam usaha mengumpulkan data, peneliti berusaha mencari informasi-informasi
yang berkaitan dengan fokus masalah dalam penelitian ini, baik berupa pendapat,
fakta-fakta, maupun dokumentasi. Adapun metode pengumpulan data yang
digunakan peneliti ada tiga metode yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi
Marshall dalam Sugyono menyatakan bahwa “throught observation, the
researchers learn abaut behaviour and the meaning attached to those behaviour”.
Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku
tersebut. Menurut Patton dalam Nasution sebagimana yang dikutip oleh Sugyono,
dinyatakan bahwa dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu
memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat
diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh. Selain itu, Melalui metode
berobservasi juga mendapat temuan yang diluar persepsi dari responden akan
ditemukan oleh Peneliti, hal itu membuat Peneliti nantinya akan mendapatkan
pandangan yang bersifat luas. Di samping itu, bisa membuat peneliti menjadi

51
Sugyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), 225.
memiliki rasa yang berhubungan dalam observasi dengan suasana yang ada dan
akan mempunyai kesan dalam Penelitian.
Menurut peneliti observasi atau pengamatan yang dilakukan dengan
partisipasi akan lebih memantapkan pengumpulan data tentang implementasi
kedisiplinan anak usia dini. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi
partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang terlihat.

Table 3.2 Pedoman observasi

No. Aspek yang Kegiatan yang diamati Deskripsi


diamati
1. Peraturan Dalam menerapkan
hukuman bersifat tegas
2. Hukuman Dalam menerapkan
hukuman bersifat tetap
3. Penghargaan Dalam memberikan hadiah
/penghargaan
4. Konsistensi Konsisten dalam
menerapkan aturan,
hukuman dan penghargaan
2. Wawancara
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tekhnik
mewawancara pihak yang bersangkutan. Hal ini diartikan dalam suatu
interaksi antar pihak yang terlibat guna untu mendapatkan informasi yang
dicari, dengan kata lainnya biasa disebut dengan wawancara. Interaksi itu
dilakukan oleh pihak yang bersangkutan biasa disebut orang yang
mewawancara (interviewer) dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
sekiranya bisa mendapatkan informasi yang dicari dan yang di wawancarainya
(interview) yang dapat memberikan informasi atas pertanyaan yang diajukan.
Adapun tujuan dari diadakannya wawancara seperti yang diungkapkan oleh
Lincoln dan Guba disimpulkan bahwa wawancara ini merupakan percakapan
kedua belah pihak untuk mendapatkan informasi yang jelas, baik itu mengenai
seseorang, kejadian yang terjadi, maupun mendeskripsikan dalam
52
mengungkapkan perasaan yang ada dll . Disamping itu juga akan membuat
perluasan informasi yang didapat melalui wawancara ini, juga dapat membuat
perubahan yang baik atau buruk dalam mencari solusi dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dalam wawancara.
Jenis wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara semi
terstruktur dimana jenis wawancara ini termasuk dalam kategori in depth
interview. Tujuannya adalah agar dalam pelaksanaannya lebih bebas dan
menentukan permasalahan secara lebih terbuka. Wawancara dilakukan
peneliti dalam bentuk tanya jawab dengan menggunakan pedoman wawancara
dan informan yaitu kepala sekolah, guru kelas, orang tua untuk mendapatkan
gambaran implementasi kedisiplinan pada anak usia dini di TK Islam
Darunnajah. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan.
Table 3.3 Pedoman Wawancara

No. Pertanyaan penelitian Jawaban


1. Mengenai peraturan
• Tepat waktu
• Tertuliskan
• Menyikapi peraturan
2. Mengenai hukuman
• Menyikapi hukuman
• Memberikan hukuman
• Bersifat tetap
3. Pemberian penghargaan
• Menyikapi penghargaan
• Pemberian hadiah

52
LExy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 186.
4. Mengenai Konsistensi
• Peraturan
• Hukuman
• Penghargaan

3. Dokumentasi
Menurut Arikunto metode dekomentasi merupakan pencarian informasi
mengenai suatu kejadian atau peristiwa dalam bentuk koran, buku bacaan,
53
catatan perjalanan, dan sebagainya . Sedangkan menurut Sugiono
dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang berbentuk tulisan, gambar,
54
atau karya-karya lainnya . Penelitian ini peneliti mengambil dokumen
berupa gambar atau foto yang berkaitan dengan kedisiplinan anak dan
berbagai data lainnya untuk mendukung data penelitian

E. Pengujian Keabsahan Data


Keabsahan data dalam penelitian ini digunakan dalam teknik pemeriksaan
keabsahan data yaitu triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu. Dengan demikian terdapat tringulasi sumber metode/teknik, dan waktu.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber yaitu pengecekan kredibilitas data yang dilakukan dengan
memeriksa data yang diperoleh dari berbagai sumber. Pengecekan data
dilakukan kepada sumber data yaitu anak, orang tua, kepala sekolah dan guru
kelas.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama, namun dengan teknik yang

53
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
274.
54
Sugyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, 329.
berbeda. Pengecekan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan
dokumentasi.

F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif di TK Islam Darunnajah dilakukan sejak
sebelum terjun kelapangan, observasi, selama pelaksanaan penelitian di lapangan dan
setelah selesai penelitian di lapangan. Data penelitian ini diperoleh dari hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang bersifat kualitatif yang
dimaksud adalah menghubungkan antara kerangka teori dengan kenyataan yang ada.
Kenyataan tersebut dapat dipahami melalui bermacam-macam kegiatan yang
berkaitan dengan pengimplementasikan kedisiplinan guru kepada anak dalam bentuk
laporan dan membuat kesimpulan agar mudah dipahami.
Sesuai dengan jenis penelitian di atas, maka peneliti menggunakan model
interaktif dari Miles dan Huberman untuk menganalisis data hasil penelitian. Miles
dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction
(reduksi data), data display (penyajian data), dan conclustion drawing/ferivication
(kesimpulan, penarikan atau verifikasi) 55.
Table 3.4 Analisis Data

Pengumpulan Penyajian Data


Data

Reduksi Data Kesimpulan-


kesimpulan,
Penarikan/Verifikasi
55
Ibid., 246.
Gambar 3.2. Bagan Hubungan antara Analisis Data dengan Pengumpulan Data Menurut
Miles dan Huberman.
Komponen-komponen analisis data model interaktif dijelaskan sebagai
berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan
analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Pada tahap ini, peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan lapangan, wawancara
dan dokumentasi.
2. Penyajian Data (Data Display)
Miles dan Huberman mengungkapkan bahwa banyaknya informasi yang
dibentuk didalam penelitian kualitatif itu selalu menggunakan teks yang
bersifat naratif. Disamping itu, Peneliti akan membuat sajian data informasi
ini melalui hasil dari mulai observasi lalu melakukan wawancara juga
berbarengan dengan dokumentasi dengan pihak bersangkutan terkait
kedisiplinan anak murid. Dengan begitu, sajian data informasi ini disajikan
oleh Peneliti secara deskriptif.
3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
Miles dan Huberman mengungkapkan bahwa dalam penarikan kesimpulan
nantinya akan bersifat sementara, apabila data informasi yang didapat itu tidak
ditemukan bukti yang mendukung untuk menjawab dari penelitian ini.
Namun, apabila data informasi yang ditemukan ini mendapatkan bukti yang
kuat maka dapat ditarik kesimpulannya yang bersifat kredible. Jadi, nantinya
penelitian kualitatif yang dibuat oleh Peneliti ini akan menjawab dari rumusan
masalah yang ada.
Semua data informasi yang didapat dari berbagai macam tekhnik yang digunakan
nantinya akan di interprestasikan dalam sajiannya untuk mengungkapkan
pengimplementasian apa yang dilakukan dalam kedisiplinan anak. Setelah itu, akan di
analisis guna mendapatkan kesimpulan dari data informasi yang diperoleh.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

1. Profil sekolah

a. Profil
Sekolah yang digunakan untuk penelitian ini adalah TK Islam Darunnajah,
yang didirikan pada tanggal 1 Januari 1977 oleh K.H. Drs. Makhrus Amin,
dengan pencetusan K.H. Abdul Manaf Mukhayar. Saat tahun 1980 keluarlah
izin operasionalnya dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(Depdikbud). Pada Tahun 1984 yayasannya masih bergabung dengan
Darunnajah didaerah Petukangan, dan pada tahun 1985 Darunnajah Ulujami
mempunyai yayasan tersendiri dengan izin opersional dari Departemen
Agama (Depag).
Lokasi TK Islam Darunnajah Jl. Ulujami Raya No. 86, Kelurahan
Ulujami, Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan 12250. Saat ini Kepala
Sekolah TK Islam Darunnajah bernama Atun Zihdil Amiq,S.Psi. TK Islam
Darunnah ini memiliki program pendidikan yang disusun untuk mewujudkan
tujuan Pendidikan Nasional dengan memperhatikan perkembangan anak dan
kesesuainnya dengan lingkungan. Akreditasi yang dimiliki sekarang adalah A
yang telah rilis pada tanggal 3 Oktober 2018 dengan No.PAUD-
TK/3171/0093/10/2018.
Model pembelajaran yang digunakan oleh TK Islam Darunnajah adalah
model sentra dengan kegiatan mooving class. Di dalam pembelajaran ini
anak-anak berputar/ berpindah kelas setiap harinya. TK ini mengharapkan
dengan adanya sentra anak-anak dapat mengoptimalkan kemampuan dan
lebih fokus dengan bakat yang dimilikinya. Disetiap sentra disediakan alat-
alat yang bervariasi yang sering diganti sesuai dengan tema/sub tema.

42
43

TK Islam Darunnajah ini memilik kelas yang bertemakan Asmaul Husna


(Ar-rahman “TK A1” dengan jumlah murid 14 anak, Ar-rahim “TK A2”
dengan jumlah murid 14 anak, Al-Malik “TK B1” Al-Quddus “TK B1”
dengan jumlah murid 16 anak, As-Salam “TK B2” dengan jumlah murid 15
anak).

b. Visi dan Misi


a. Visi:
Membentuk kepribadian muslim peserta didik dan mempersiapkan
anak (peserta didik) memasuki jenjang pendidikan dasar
b. Misi:
1. Menghasilkan lulusan yang mempunyai kepribadian islam,
memahami aqidah Islam, menguasai dasar-dasar Iptek, seni, dan
keterampilan.
2. Anak dapat menunjukkan kemampuan bersosialisasi dan
ber-interaksi secara baik dengan lingkungannya.

c. Kurikulum
Dalam pembelajaran di TK Islam Darunnajah Ulujami ini , kurikulum
yang digunakan yaitu memakai KTSP (Kurikulum tingkat satuan
Pendidikan), dimana pembelajaran ini merupakan suatu pedoman yang sudah
disahkan dalam pendidikan nasional.

d. Data Guru dan Siswa


Guru bertanggung jawab atas pelaksanaan proses kegiatan belajar
mengajar secara efektif dan efesien selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Sesuai dengan data yang diterima oleh Peneliti bahwa TK Islam
Darunnajah Ulujami ini memiliki 14 Guru, yang terdiri dari 1 Kepala
Sekolah, 2 Tata Usaha, 4 Guru di kelas TK A, 3 Guru dikelas B, 1 Guru di
kelas PlayGroup, 1 Guru di Toodler dan 2 kebersihan. Dengan adanya
44

tuntunan kompetensi guru yang profesional, maka TK Islam Darunnajah


Ulujami ini memiliki tenaga pengajar yang sesuai dengan latar belakangnya
masing-masing.
Adapun untuk lebih jelasnya mengenai nama siswa dan guru di TK Islam
Darunnajah dan Jabatannya dapat dilihat padatabel berikut:
Tabel 4.1 Data Tenaga Pengajar TK Islam Darunnajah
No Nama JK Pendidikan Jabatan
1 Hj. Atun Zihdil Amiq, S.Psi P S1 Psikologi Kepala Sekolah
2 Maskuroh, S.Pd.I P S1 Tarbiyah Guru Kelas B
3 Bahliah, S.Pd.I P S1 Tarbiyah Guru Kelas B
4 P S1 Agama Guru Kelas A
Nur’Aini, S.Ag
5 Widyani, S.Pd.I P S1 Tarbiyah Guru Kelas B
6 Hapipah Noviantih, S.Pd.I P S1 Tarbiyah Guru Kelas A
7 Malikah, A.Md P D1 PGTK Guru Kelas PlayGroup
8 Inda Maryana, S.Pd.I P S1 Tarbiyah Guru Kelas A
9 Ragil Sita Angraeni, S.Pd P S1 Tarbiyah Guru Kelas Toodler
10 Quratul Aini, S.Pd P S1 Tarbiyah Tata Usaha
11 Noor Ishma S.Pd.I P S1 PG PAUD Guru Kelas A
12 Ismi Haulah P SMA Tata Usaha
13 Jahidin L SMA Kebersihan
14 Abdul Rojak L SMP Kebersihan
Sumber data : TK Islam Darunnajah Ulujami

Tabel 4.2 Data Siswa-Siswi TK Islam Darunnajah Ulujami (Nomor table belum
sesuai panduan)
Tahun Ajaran 2019 Jumlah Perempuan Jumlah Laki-laki Jumlah Anak
Kelas A1 Ar-rahman 5 Anak 9 Anak 14 Anak
Kelas A2 Ar-rahim 4 Anak 10 Anak 14 Anak
Kelas B1 Al-Malik 8 Anak 7 Anak 15 Anak
Kelas B2 Al-Quddus 8 Anak 8 Anak 16 Anak
Kelas B3 As-salam 8 Anak 7 Anak 15 Anak
Total 74 Anak
Sumber Data : TK Islam Darunnajah Ulujami
45

Sesuai dengan data yang diterima Peneliti TK Islam Darunnajah Ulujami


ajaran 2019/2020 memiliki 59 anak murid yang terdiri dari 25 murid
perempuan dan 34 murid laki-laki. Murid tersebut dibagi menjadi 4 kelas
yaitu Kelas A1 “Ar-rahman” terdiri dari 5 murid perempuan dan 9 murid laki-
laki, Kelas A2 “Ar-rahim” terdiri dari 4 murid perempuan dan 10 murid laki-
laki, Kelas B1”Al-Quddus” terdiri dari 8 murid perempuan dan 8 murid laki-
laki, Kelas B2 “As-salam” terdiri dari 8 murid perempuan dan 7 murid laki-
laki.
e. Keadaan Sarana dan Prasarana
Dilengkapi dengan beberapa media pembelajaran yaitu:
1) Ruang Guru
Table 4.3 Data Ruang Guru
No. Nama Barang Jumlah Barang Isi Barang
1. Kursi 3 buah -
2. Meja 3 buah Meja tamu, kepala
sekolah dan tata usaha
3. Alemari 3 buah Piala, berkas-berkas
dan beberapa alat
media
4. Komputer 1 buah -
5. Dispanser 1 buah Gelas dan botol
6. Kaca 1 buah -
7. Alat Print 1 buah -
8. Westafel 1 buah -
9. AC 1 buah -
10. Jam dinding 1 buah -

2) Ruang Kelas
46

Table 4.4 Data Ruang Kelas


No. Nama Barang Jmlh Isi Barang
Barang
1. Meja murid perkelas 10 buah -
2. Kursi murid perkelas 10 buah -
3. Meja Guru 1 buah Berkas-berkas,
Absensi, buku LK
anak
4. Lemari 16 kotak Loker anak murid
5. Lemari kotak 1 buah Peralatan media
sentra
6. Papan tulis 1 buah -
7. Alat tulis - Spidol, pulpen
pensil penghapus
.8. AC 1 buah -

3) Media Alat Peraga


a. APE in door (balok, puzzel, buku cerita)
b. APE out door (ayunan, perahu-perahuan, jembatan, rumah-
rumahan, perosotan, jumpingan)
c. Hasil karya Guru
d. Hasil karya Anak

f. Stuktur Organisasi
TK Islam Darunnajah Ulujami ini mempunyai struktur organisasi yang
terdiri dari tenaga pengajar yang berada di TK tersebut. Struktur organisasi
tersebut terdiri dari Kepala Sekolah bernama Ibu Hj. Atun Zihdil Amiq S.Psi,
Tata Usaha yang mengurusi administrasi sekolah bernama Ibu Quratul Aini
S.Pd dan Ibu Ismi Haulah, Guru Kelas A yaitu Ibu Nur’Aini S.Ag, Ibu
47

Hapipah Noviantih S.Pd.I, Ibu Inda Maryana S.Pd.I dan Ibu Noor Ishma
S.Pd.I, Guru Kelas B yaitu Ibu Maskuroh S.Pd.I, Ibu Bahliah S.Pd.I, dan Ibu
Widyani S.Pd.I, Guru PlayGroup bernama Ibu Malikah A.Md, Guru Toodler
bernama Ibu Ragil Sita Angraeni S.Pd, serta Tata Kebersihan Sekolah bertama
Bapak Jahidin dan Bapak Abdul Rozak. Adapaun struktur organisasi TK
Islam Darunnajah Ulujami Tahun Ajaran 2019/2020 sebagai berikut:
Table 4.3 Stuktur Organisasi TK Islam Darunnajah
Yayasan Darunnajah 1 Ulujami

Kepala Sekolah
Hj. Atun Zihdil Amiq S.Psi

Pengurus Administrasi
Ibu Quratul Aini S.Pd dan
Ibu Ismi Haulah

Guru PlayGroup Guru Toodler


Ibu Malikah A.Md Ibu Ragil Sita Angraeni S.Pd

Guru Kelas A “Ar-rahman” Guru Kelas A “Ar-rahim”


Ibu Nur’Aini S.Ag dan Ibu Hapipah Noviantih S.Pd.I
Ibu Inda Maryana S.Pd.I dan Ibu Noor Ishma S.Pd.I

Guru Kelas B “Al-Quddus”


Ibu Maskuroh S.Pd.I

Guru Kelas B “Al-Malik” Guru Kelas B “Al-Malik”


Ibu Bahliah S.Pd.I Ibu Bahliah S.Pd.I

Tata Kebersihan
Bapak Jahidin dan
Bapak Abdul Rozak
48

B. Deskripsi Data

1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian disini adalah sesuatu yang berkaitan dengan
seseorang untuk diambil data informasi yang berkaitan dengan penelitian segala
sesuatu atau seseorang yang didapat dari segi informasi atau keterangan yang
bersangkutan dengan hal-hal yang terkait dalam penelitian ini. Subjek penelitian
ini adalah Kepala sekolah TK Islam Darunnajah dan Guru kelas.
Pengambilan data melalui teknik pengumpulan data informasi telah dilalui
oleh Peneliti dengan bertahap. Melalui guru kelas TK A Islam Darunnajah
informasi yang diinginkan oleh Peneliti terlah terjawab. Informasi data yang di
dapat telah didukung dengan data-data yang ada selama pembelajaran
berlangsung. Mulai dari perilaku anak murid saat berada diluar lingkup sekolah
maupun ada didalam lingkup juga ditambahi dengan catatan terhadap tingkah
anak murid.
Anak murid kelas A TK Islam Darunnajah berjumlah 28 anak, masing-
masing terdiri dari 9 anak perempuan dan 19 anak laki-laki. Observasi ini
dilakukan dengan seksama kepada seluruh anak kelas A selama didalam kelas
ataupun diluar kelas saat jam sekolah. Observasi ini lebih mengarah kepada
pembelajaran yang diberikan oleh guru yang menyangkut dengan bagian
implementasi kedisiplinan seperti bagaimana guru menanamkan kedisiplinan
kepada anak murid. Kemudian, wawancara juga dilakukan guna mendapatkan
informasi yang lebih mendalam dari hasil observasi yang telah di dapat.
Guru kelas menjadi informan penting untuk mendukung informasi yang
diterima oleh peneliti. Dari guru kelas bisa mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan implementasi kedisiplinan selama pembelajaran di sekolah.
Selain itu, Kepala sekolah TK Islam Darunnajah juga ikut andil dalam
wawancara ini, supaya mengetahui informasi yang berhubungan dengan
penelitian ini, juga tidak menjadi hanya satu sumber saja yang didapat oleh
49

Peneliti. Semua diliat dari yang dilakukan disekolah, upaya sekolah dalam
mendidik dan membentuk disiplin kepada anak murid, keteladanan guru dalam
kedisiplinan, peraturan yang diberikan untuk guru, upaya menjaga dan
pengembangan kedisiplinan serta kegiatan anak murid dan pelaksanaan
pembelajaran disekolah secara umum.

2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang diberikan oleh guru
dalam mengimplementasikan kedisiplinan anak di kelas A TK Islam Darunnajah
Ulujami tahun ajaran 2019/2020.

C. Hasil Penelitian

1. Implementasi Kedisiplinan yang di lakukan Kepala Sekolah terhadap


Guru
Implementasi kedisiplinan mengandung unsur peraturan, hukuman,
penghargaaan dan konsistensi. Pada pengamatannya bulan Agustus 2019 kepala
sekolah memberikan penanaman kedisiplinan kepada guru sudah bersikap
konsisten terhadap unsur tersebut. Pada saat wawancara kepala sekolah
menegaskan juga dalam konsistensi hukuman bila adanya guru yang tidak
mentaati disiplin waktu akan mendapatkan hukuman, sebagai berikut
pemaparannya.
” Teguran, dan biasanya juga ada penilaian guru di akhir semester. Nah surat (SP)
kayak gitu (CW. IA21)”
Penerapan dari tatatertib didalam sekolah bisa dilihat dari bagaimana guru
menaari peraturan tersebut, bersikap tertib dan disiplin unduk dapat mengontrol
sikap dan perilakunya sehari hari. Jika guru bisa menaati peraturan disekolah,
hal itu berarti guru telah bersikap tertib dan disiplin. Sebaliknya jika guru tidak
taat terhadap peraturan yang berlaku berarti guru tersebut tidak mematuhi tata
tertib dan tidak disiplin.
Wawancara telah dilakukan dan memiliki hasil dengan sumber dari kepala
sekolah “I.A” terkait kedisiplinan di sekolah itu menyebutkan bahwa penetapan
50

perilaku yang menyangkut kedisiplinan itu tidak hanya guru saja, melainkan
anak murid bahkan orang tua. Selain itu, hasil dari pengamatan peneliti
menemukan bahwa setiap guru sudah menaati peraturan dan tata tertib sekolah
dengan memakai seragam dengan jadwal yang sudah ditentukan, hadir tepat
waktu, menjaga meja piket sesuai jadwalnya, saat tidak masuk sekolah memberi
informasi ke sekolah, menjalin keharmonisan komunikasi antar guru, anak
murid begitupun dengan orang tua. Namun, I.A menambahkan saat wawancara
bahwa ada beberapa orang tua yang tidak mengikuti tata tertib sekolah, yang di
kemukaan oleh I.A
“Harusnya sih juga termasuk, karena disinikan ada peraturan juga. Tidak boleh
menunggui anak, bel berbunyi orang tua harus diluar tidak boleh berada diteras
sekolah.( CW.IA7).
“Ya... terkadang eeee mungkin anaknya yang belum bisa ditinggal gitu, jadi dia
was-was dan khawatir. Padahal mah, anaknya gak kenapa-kenapa (CW.IA10)”
Peneliti sempat mengira bahwa hal itu terjadi karena orang tua tidak 100%
percaya menitipkan anaknya untuk sekolah di Darunajah sehingga yang terjadi
adalah orang tua tetap menunggui anaknya saat pembelajaran berlangsung.
Namun kepala sekolah I.A menyanggah hal tersebut, dan ternyata ada peraturan
yang dibuat pihak sekolah terkait massa waktu menunggu anaknya dalam
proses pembelajaran. Beliau mengatakan dalam wawancara tersebut sebagai
berikut.
“Engga sih. Sepertinya dari rumah itu, yang belum berani melepas anaknya gitu.
“anak saya nangis...” jadi itukan membuat anak juga “aaaa, mama gak ada...
(CW I.A11)”
“Paling lama itu sekitar 3 bulan selama pembelajaran berlangsung (CW I.A12)”
Tata tertib yang dilakukan oleh Guru salah satunya adalah displin waktu
yang mengharuskan guru harus hadir sebelum anak-anak datang karena bila
guru telat hadir akan terlihat dalam Finger Painting dan juga salah satunya
adalah memakai seragam sesuai dengan jadwalnya yang sudah ditetapkan.
Memang, saat peneliti melakukan penelitian tidak ditemukan guru telat hadir
51

dan juga yang berbeda seragamnya, namun kepala sekolah I.A menyampaikan
bahwa
“06.30 harus sudah disini dan jam 07.00 sudah dibilang telat gitu maksudnya, 7
lewat gitu. Jadi, batasnya jam 07.00 (CW I.A22)” “Alhamdulillah kita sudah
tetapkan hari ini apa-apa-apa, kecuali yang tidak berseragam itu alasannya harus
masuk akal. Seperti hamil, “Aduh... saya udah gak muat nih...” yang penting
atasan warnanya sama” (CW I.A19)”
Kepala sekolah I.A pun menegaskan kembali perihal penerapan hukuman
yang berlaku apabila ada guru yang tidak menaati tata tertib akan mendapatkan
surat peringatan (SP) sampai SP 3, jika memang tidak ada perubahan guru
tersebut akan dipindahkan ke Cabang Darunnajah lain yang telah diajukan oleh
Yayasan Darunnajah Pusat
“Biasanya guru yang dapet SP setelah itu dia di Rolling kalaupun tidak ada yang
mendengarkan atau merubah sikapnya dari SP itu kita ada Rolling sekolah.
Rolling per yayasan atau cabang (CW I.A23)”
“Juga engga ada batasannya, sampai perkembangannya sudah baik. tetapi jika
Yayasan disana masih membutuhkan ya udah disana aja berarti (CW I.A24)”
Perihal ketegasan Kepala Sekolah “I.A” mengenai penyampaian
kedisiplinan siswa saat guru mengajar di dalam kelas itu memang sangat
dibutuhkan, karena terkadang penyampaian guru juga bisa jadi tidak masuk
kedalam pemahamannya anak, saat peneliti mewawancarai tentang
penyampaian tersebut, kepala sekolah mengungkapkan bahwa
“Seminggu sekali kita lihat, gurunya saya tegur kalau belum ada perubahan juga
nanti bisa dibantu oleh guru lain, kalau gak bisa juga terkadang saya
mengingatkan via What’s app ke orang tuanya bisa juga ngobrol di kantor (CW
I.A38)”
Dalam berperilaku disiplin harus kita pahami dulu bahwasanya anak
diajarkan untuk disiplin itu tidak selalu menyangkut dengan hukuman, tetapi
beri pemahaman bahwa disiplin itu ada beberapa yang mengharuskan mendapat
hukuman agar ia mengerti dan bisa menjadi lebih baik. Begitupun dengan
penghargaan, tidak melulu disiplin menyangkut penghargaan. tetapi disini
disiplin itu perlu juga dilakukan oleh semua pendidik guna mereka mengetahui
52

dan paham yang berkaitan dengan arti disiplin. Pada pengamatan peneliti, saat
itu guru semuanya memakai seragam sesuai dengan yang ditetapkan dan
memang peneliti tidak melihat jelas kalau kepala sekolah itu secara langsung
memberikan hukuman, ataupun penghargaan pada guru baik yang melanggar
peraturan maupun yang menaati peraturan. Oleh karena itu, penerapan
kedisiplinan di sekolah tidak hanya dilakukan oleh anak murid saja tetapi juga
para pendidik, karena pendidik di sekolah harus bisa menjadi teladan bagi para
murid. Apabila guru mengajarkan yang baik, mencontohkan yang benar kepada
anak maka anakpun akan mengikuti sesuai ajaran yang baik. Artinya setiap
perilaku, sikap dan tindakan guru itu merupakan bagian dari panutan yang harus
di lakukan dengan baik agar anak bisa mencontohkannya juga.

2. Implementasi Kedisiplinan yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap


Anak Murid
Hasil yang didapat dari Peneliti yang telah diterapkan kepala sekolah “I.A”
dalam menerapkan sikap kedisiplinan kepada anak murid mencangkup pada
empat unsur disiplin, yakni peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi
dari peraturan itu sendiri, hukuman serta penghargaan tersebut di sekolah TK
Islam Darunnajah Ulujami. Hasil penelitian tersebut diperoleh dengan cara
wawancara. pengamatan serta dokumentasi.

a. Penerapan peraturan disekolah


Hasil wawancara dengan kepala sekolah “I.A” mengungkapkan bahwa
penetapan peraturan di sekolah tersebut untuk anak murid, guru,
karyawan, orang tua selama berada dilingkungan sekolah. Sedangkan
hasil yang didapat oleh peneliti bahwa penetapan peraturan di sekolah
hanyalah pihak sekolah, hal ini di karenakan pihak sekolah sudah
membuat dengan penerapan yang sudah tertulis dalam “buku panduan
kegiatan belajar mengajar TK Islam Darunnajah” (peraturan tertulis
terlampir)
53

Tata tertib tersebut merupakan suatu hal yang harus diketahui oleh
anak murid agar anak dapat memahami dan membiasakan anak agar
berperilaku yang baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku
disekolah. Selain itu, mengajarkan anak murid untuk mengajarkan
pengarahan, pengendalian serta memberikan pengajaran dalam hati nurani
untuk bisa membimbing setiap tindakan yang mereka lakukan. Ketika
membahas tentang kedisiplinan di sekolah kepada kepala sekolah “I.A”,
peneliti menanyakan mengenai bagian apa saja pendisipinan pada
sekolah, karena ini menyangkut dengan pemahaman seorang kepala
sekolah terkait kedisiplinan, dalam pemaparannya memang kepala
sekolah tidak terlalu luas membahas terkait bagian disiplin, sebagai
berikut
“Bagian eeee, ya kalau anak-anak yang disiplin ya seperti dia waktu belajar,
dia konsen kemudian bermain, bermain yang tidak selalu yang
membahayakan kan ada ya, biasanya kita beri teguran. Nih yang suka gimana
ya tidak mengikuti peraturan tata tertib ya kita setiap hari Sabtu ada evaluasi
bersama guru-guru, jadi semua guru membahas kelasnya (CW I.A26)”
Kepala sekolah “I.A” mengungkapkan pada kedisplinan anak murid ini
dapat dijangkau melalui masukan-masukan dari para guru, terutama guru
kelas. Ternyata setiap seminggu sekali khusunya hari Sabtu para guru
mengadakan evaluasi selama pembelajaran seminggu berlangsung. Ini
merupakan hal yang menarik menurut peneliti. Karena dengan adanya
evaluasi dalam seminggu sekali ini akan menjadi perubahan yang lebih
baik setiap minggunya. Jadi, para guru berkumpul dan membahas
perkembangan anak-anak yang dirasa akan mendapat perhatian lebih,
terlebih terkait disiplin. Ketika ada anak yang memang tidak mengikuti
peraturan dengan baik, saat evaluasi pun dibahas. Memang, evaluasi ini
dilakukan secara menyeluruh, dan yang berhak untuk memperbaiki
masalah yang terjadi pada anak tidak hanya guru kelasnya saja,
melainkan guru yang lainpun juga berhak untuk memperbaiki prilaku
54

anak saat moving class demi mencapai prilaku anak yang baik. Hal ini
telah disampaikan oleh Kepala Sekolah “I.A” sebagai berikut
“Iya membantu, jadi eeee jadi guru perkelas mengungkapkan siapa saja anak-
anak yang tidak disiplin dalam seminggu ini nanti kan kita eee untungnya ada
moving kelas itu (sentra), jadi semua guru bicara. “Mungkin anaknya gak
suka di sentra ini, tapi dia suka disentra ini … jadi dia fine… ( CW I.A28)”
Melihat dari segi alat pendukung yang dipakai anak sekolah terkait
dengan pendisiplinan anak ini memang harus betul-betul diberikan
pemahaman untuk memakainya, mulai dari peraturan yang diberlakukan
seperti ketika anak mau memakai alat permainan tersebut harus
bergantian tidak berebut dengan temannya yang lain, juga tidak boleh
merusak alat permainan yang ada dan harus dijaga. Dalam persoalan ini,
Kepala Sekolah “I.A” menanganinya dengan mengkomunikasikan sama
anak-anak murid untuk memberitahu baiknya seperti apa, karena melihat
kejadian yang pernah terjadi saatt itu ada anak yang memang terlihat
merusak alat permainan tersebut, namun pihak sekolah menegur samapi
akhirnya orang tuapun awalnya tidak menerima bahwa anknya yang
merusaknya. Jadi menghindari hal tersebut perlu sekali untuk memberi
ahu dan selalu mengingatkan kepada anak agar kejadian tersebut tidak
terulang kembali. Dalam catatan wawancara, Kepala Sekolah “I.A”
mengungkapkan bahwa
“Eee ada beberapa dan sudah kena ketangkep tangan gitu ya, maksudnya ni
anak ini emang tiap ini merusak ya tapi orang tuanya “iya bu…” menyadari
untuk mengganti ya kia memang itu sih terserah saja (CW I.A32)”
Peraturan yang sudah di tetapkan memang harus dijalankan dengan
adil. Adil disini adalah melihat pihak guru punya tata tertib sendiri dan
anak murid juga memiliki tata tertib sendiri jadi harus sama-sama menaati
dan melakukannya dengan baik agar tidak ada perbedaan yang terlihat
pembedaan disiplin yang sewenang-wenangnya. Kepala Sekolah “I.A”
juga menegaskan dalam pemaparan di dalam wawancara bahwa
kedisplinan itu tidak hanya anak murid saja melainkan guru, karyawan
55

bahkan orang tua pun juga harus disiplin di dalam dalam lingkupan
sekolah. Tata tertib tersebut sangat penting karena akan menjadi pusat
perhatian juga bagi seluruh pihak yang bersangkutan. Dimana setiap
menerapkan peraturan harus menyusun point- point dengan matang dan
dengan berdasarkan kesepakatan yang sudah di setujui bersama agar
ketika menjalaninya penuh dengan kesadaran dan menerima semua
dengan baik.
1) Pemberian Hukuman Di Sekolah
Pemberian hukuman yang diberikan oleh Kepala Sekolah “I.A” kepada
anak murid yang tidak mengikuti tata tertib di sekolah didapat dari hasil
pengamatan pada wawancara dengan Kepala Sekolah “I.A”
“Selain mengingatkan ya kita kepada anak, orang tua juga banyak kita
berikan masukan artinya kita Share ke orang tua. Eee memang intinya
komunikasi kuncinya (CW I.A55)”
Pemaparan tersebut menjelaskan bahwa sebelum terjadinya pemberian
hukuman, Kepala Sekolah “I.A” mengingatkan terlebih dahulu yang
sekiranya perilaku anak dapat menjadi kurang baik, agar hukuman itu
tidak ada. Selain itu, jika memang tata tertib tersebut tidak dilakukan oleh
anak Kepala Sekolah “I.A” juga meminta orang tua untuk ikut andil
membantu proses prilaku anak yang kurang baik bisa jadi baik karena
dibantu juga oleh orang tua. Seperti disiplin waktu, ketika ada anak murid
yang telat hadir masuk sekolah, Kepala Sekolah tidak hanya menanyakan
alasannya kenapa terlambat datang ke sekolah dengan anak, tetapi juga
orang tua pun di tegur kenapa anaknya bisa datang terlambat. Melihat
kejadian seperti itu sering terjadi jadi anak yang telat datangnya ke
sekolah beralasan perihal tidurnya yang tidak ingat waktu atau larut
malam dan orang tua terkadang membiarkan jadi paginya anak
bangunnya kesiangan. Maka, ketegasan Kepala Sekolah terkadang bisa
56

dilihat dari penyampaiannya kepada anak dan terlebih kepada orang tua
ketika anak muridnya tidak mematuhi peraturan yang ada.
Sanksi yang di berikan Kepala Sekolah”I.A” ini dapat dilihat bahwa
lebih banyak melalui kata-kata saja dalam penyampaiannya guna untuk
memberikan pembinaan, pemahaman dan untuk menyadarkan anak murid
yang kurang baik perilakunya, karena pemahaman Kepala Sekolah terkait
pemberian hukuman kepada anak murid di sekolah lebih baik memilih
untuk memberikan hukumannya lewat penyampaian kata-kata saja
melihat usia anak yang memang masih belum paham betul dengan
hukuman yang berlaku jadi melalui nasehat-nasehat, selebihnya di bantu
oleh orang tua dalam mendidik anaknya agar seimbang. Oleh karena itu,
sanksi yang diberikan kepada anak murid memiliki tujuan untuk
memberikan pembinaan, pemahaman serta menyadarkan anak agar
seluruh anak dapat mengikuti tata tertib atau peraturan yang baik dan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah.
Hukuman yang di berikan oleh Kepala Sekolah “I.A” kepada anak
murid juga memiliki tujuan untuk menjadikan anak disiplin melalui
pembinaan dan pengarahan yang diberikan sekolah setiap harinya.
Namun, hukuman tersebut merupakan sebatas pengingat melalui teguran
saja dan tidak memberatkan anak murid. Sehingga, dalam pemberian
sanksi atau hukuman tersebut juga bersifat relatif atau berubah-rubah
karena disesuaikan dengan prilaku anak yang kurang baik dan tidak
disiplin agar menjadi disiplin di sekolah. Kepala Sekolah “I.A” juga
mengungkapkan dalam wawancara
“Sama, kita harus sering-sering mengingatkan kan anak seperti itu diawalnya
diingatkan kemudian kita arahin gitu “pembiasaan (CW I.A37)”
Terlihat jelas, bahwa pemberian hukuman yang diberikan melalui lisan
yang mengarahkan untuk mengingati hal-hal yang sekiranya akan terjadi
57

pada perilaku anak. Di samping itu juga, pembiasaan-pembiasaan akan


muncul dengan sendirinya secara bertahap.

b. Pemberian Penghargaan Di Sekolah


Konteks dalam pemberian penghargaan untuk anak murid di sekolah
disini adalah Kepala Sekolah “I.A” menyikapinya dalam kesehariaan hanya
melalui lisan. Lisan yang diucapkan oleh Kepala Sekolah itu bisa membuat
anak murid termotivasi dan melalui ucapan-ucapannya anak mendapatkan
nasihat-nasihat dan masukan yang baik darinya. Pengucapan lisan yang
diberikan Kepala Sekolah berupa sapaan yang membangun semangat anak
“selama pagi nak (Sambil salam kepada Kepala Sekolah), gimana kabarnya
pagi ini? Happy ya nak belajarnya dikelas biar nanti dapet bintang dari bu
Guru. Gak ganggu teman (... “nama anak”) lagi, kalau ganggu teman nanti
tidak dapat bintang ”. Hal tersebut didapat saat pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti.
Ucapan-ucapan yang terlontar Kepala Sekolah sangat berguna dan
bermanfaat sekali untuk pemahaman anak dalam proses pembelajaran yang
baik khususnya dalam pemberian pengajaran tentang disiplin. Jika anak
diberikan nasehat yang baik, begitupun isi kandungan nasehatnya bisa
memotivasi anak juga dan menyadari anak bahwa prilakunya harus diperbaiki
lagi nantinya anak akan terus mengingat nasehat itu. Sebaliknya, jika yang
diberi pemahamannya dengan marah kepada anak walaupun anak itu memang
melakukan hal yang salah, yang terjadi terkadang hanya lewat saja nasehat itu.
Usaha yang dilakukan oleh Kepala Sekolah “I.A” dalam memberikan
penghargaan kepada anak murid biasanya sering dilakukan jikalau bertatap
muka dengan anak murid. Begitupun dengan akhir semester tiap tahun, di
sekolah mengadakan acara penghargaan tersendiri, seperti halnya anak yang
menaati peraturan, tata tertib akan mendapatkan penghargaan. Disiplin waktu
salah satunya, dimana anak yang selalu melakukan disiplin waktu “datang
58

tepat waktu” akan diberikan penghargaan oleh pihak sekolah. Memang, jika
dilihat dalam keseharian bila Kepala Sekolah bertemu dengan anak murid,
penghargaan itu diberikannya hanya melalui ucapan lisan saja tidak
memberikan penghargaan berupa barang, tetapi penghargaan barang tetap ada
namun diberikannya saat akhir semester. Hal itu dilakukan karena Kepala
Sekolah “I.A” menyadari betul bahwa melalui ucapan nasehat yang baik dan
memberikan pemahaman yang baik kepada anak, anak murid itu akan
terangsang dalam fikirannya dan akan menjadi suatu motivasi dalam diri anak.
Pemberian penghargaan dalam akhir semester tersebut juga bertujuan untuk
memotivasi anak murid yang lain agar mencontohkan perilaku yang baik dari
anak murid yang mendapatkan penghargaan tersebut dan terus meningkatkan
semangat belajarnya setiap hari karena telah termotivasi dari temannya. Cara
tersebut bisa dikatakan sangat efektif untuk digunakan dalam sekolah dalam
hal menerapkan sikap kedisiplinan kepada anak murid.

c. Konsistensi Dalam Penerapan Peraturan, Hukuman dan Penghargaan Di


Sekolah
Hasil dari wawancara, pengamatan serta dokumentasi menghasilkan data
berupa konsistensi dari unsur kedisiplinan yang diterapkan oleh kepala
Sekolah “I.A” sudah konsisten untuk dilakukan oleh semua pihak sekolah
baik itu Kepala Sekolah, Guru, anak murid, dan orang tua yang berada di
dalam sekolah TK Islam Darunnajah Ulujami. Dilihat dari penerapan
peraturan kepala sekolah “I.A” sudah tetap, yaitu peraturan yang berlaku
tersebut harus diikuti dan dijalan dengan baik oleh semua warga sekolah.
Sebaliknya, apabila peraturan yang berlaku berubah selalu didasari oleh
kesepakatan dari para guru untuk menata ulang atau merevisi kembali dari tata
tertib yang sudah ada. Walaupun tata tertib yang berlaku untuk di lakukan
orang tua masih ada saja yang melanggar namun, peraturan harus dilakukan
59

bagaimana pun juga. Dalam wawancara Kepala Sekolah “I.A”


mengungkapkan bahwa
“Harusnya sih juga termasuk, karena disinikan ada peraturan juga. Tidak boleh
menunggui anak, bel berbunyi orang tua harus diluar tidak boleh berada diteras
sekolah (CW I.A7)”
“Paling lama itu sekitar 3 bulan selama pembelajaran berlangsung (CW I.A12)”
Peneliti menemukan bahwa Kepala Sekolah “I.A” sudah berikap adil
dalam menerapkan tata tertib di sekolah. Hal tersebut terlihat ketika anak
murid menaati tata tertib seperti memakai seragam sekolah sesuai dengan
jadwalnya, menaruh sepatu di rak sepatu dengan mandiri, membuang sampah
pada tempatnya, anak murid salam ketika bertemu dengan guru, menulis
absen dengan mandiri setiap hari yang dilakukan di sekolah selama penelitian
berlangsung.
Penerapan hukuman pada anak murid tergolong dalam konteks relatif,
hukuman yang diberikan tergantung apa yang di langgar oleh anak murid.
Tetapi, sejauh ini Kepala Sekolah “I.A” menangani anak yang tidak disiplin
melalui ucapan-ucapan yang mendorong anak untuk tidak mengulanginya
kembali. Begitupun dalam pelanggaran yang dilakuka oleh anak murid Kepala
Sekolah melakukan kerjasama dengan orang tua, agar orang tua bisa memberi
pemahaman juga kepada anaknya untuk bisa disiplin sesuai dengan peraturan
yang ada. Hal ini di paparkan dalam wawancara dengan Kepala Sekolah
bahwa
“Kita harus sering-sering mengingatkan kan anak seperti itu diawalnya
diingatkan kemudian kita arahin gitu “pembiasaan” (CW I.A37)”
“Selain mengingatkan ya kita kepada anak, orang tua juga banyak kita berikan
masukan artinya kita Share ke orang tua. Eee memang intinya komunikasi kuncinya
(CW I.A55)”
Penerapan pada penghargaan yang diberikan oleh Kepala Sekolah ini
dilakukan seperti memberikan ucapan-ucapan yang membangun semangat
anak murid untuk terus melakukan hal yang baik sesuai dengan peraturannya
60

yang berlaku di sekolah. Selain itu, penghargaan akan diberikan berupa


barang dan ini merupakan suatu Reward untuk setiap anak yang melakukan
peraturan tata tertib di sekolah dengan baik yang akan diberikannya pada
setiap akhir semester massa pembelajaran berlangsung. Hal ini pun berkaitan
juga dengan penghargaan kepada guru-guru yang melakukan peraturan tata
tertib dengan baik akan mendapatkan penghargaan juga di akhir semester.
Pemaparan Kepala Sekolah “I.A” mengungkapkan bahwa
“Dan biasanya juga ada penilaian guru di akhir semester (CW I.A21)”
Hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi yang di ambil oleh
peneliti menunjukkan bahwa Kepala sekolah menanamkan kedisplinan
melalui peraturan, penerapan hukuman, serta pemberian penghargaan yang
sudah dikategorikan tetap. Sehingga konsistensi dari ketiga unsur disiplin
tersebut dapat sangat nampak di TK Islam Darunnajah Ulujami. Penggunaan
empat unsur disiplin yang dilakukan oleh Kepala Sekolah “I.A” memiliki sifat
yang demokratis. Hal itu berarti dalam pemberian peraturan, hukuman, serta
penghargaan disertai dengan penjelasan, diskusi, dan penalaran agar bisa
membantu anak murid untuk mengerti bahwa mereka harus mengikuti
peraturan yang ada, serta mengerti bahwa setiap perilaku yang baik atau buruk
akan diikuti oleh hukuman ataupun penghargaan.

3. Implementasi Kedisplinan yang di lakukan Guru terhadap Anak Murid


Selama proses penelitian berlangsung, subjek penelitian terdiri dari dari
beberepa guru, yaitu Ibu Ishma “I.Is” yang menjarkan anak muridnya di TK A
“Ar-rahim” dan Ibu Inda “I.In” yang mengajarkan anak muridnya di TK B “Ar-
rahman”. Dalam pengimplementasian Guru di sekolah terhadap anak muridnya,
peneliti mencoba mengkolaborasikan antar kedua guru tersebut untuk meminta
pendapat terkait arti dari kedisiplinan pada anak, karena dalam pemahaman
kedisplinan anak ini lah guru juga harus mengerti dari bagian apa saja yang di
maksud dengan disiplin. Hal tersebut berkaitan dengan cara menanamkan dan
61

membiasakan yang baik nantinya untuk anak. Pada pengamatan wawancara yang
di lakukan oleh peneliti, “I.Is” dan “I.In” mengatakan bahwa
“Kalau Saya sih disiplin itu anak tuh... paham waktunya (CW. “I.Is35”)”

“Tempat juga, menempatkan sesuatu itu juga termasuk, kayak misalnya nih pensil
kadang dilempar-lempar nih Saya selalu ingetin banget tuh anak anak”nih... tempatnya
disini ya... dibawah didepan” gitu, terus kadang nyari pokoknya untuk penempatan
barang-barang mereka kayak gitu, waktu kegiatan, kegiatan juga sekarang kegiatannya
tuh apa... kadang itu yang suka kayak gitu Numa, kalau waktunya berdoa itu dimana?
“disini.. ayo bergabung” gitu kadang duduknya disini (Pangkuan/ Sebelah Guru utama)
apa gak mau main sendiri sih, lebih ke kegiatan waktu itu sih kalau anak, maksudnya
paham waktunya kapan... kan kita udah berjalan juga kan nih ka ..jadi kayak udah
terbentuk waktuya gitu disini (CW “I.Is37”)

“Disiplinnya itu bukan masalah disiplin ke waktu ya, disiplinnya itu lebih ke masalah
tanggungjawabnya dia gitu loh kaya waktunya mengerjakan dia harus bertanggungjawab,
ayo kita kerjakan, klo itu kita bimbing, dengan sendirinya klo dia sudah disiplin
tanggungjawabnya disiplin juga dia bisa (CW. “I.In18”)
Memberikan pemahaman pada anak seperti mencontohkan dan membiasakan
berperilaku yang baik langsung pada anak murid dapat berpengaruh ke dalam hal
yang bersifat baik, selain itu hal tersebut dapat membentuk perilaku disiplin
didalam diri anak murid. Dengan membiasakan anak murid menjalani hidup
dengan sikap disiplin, maka dirinya akan lebih cepat menyadari bahwa disiplin itu
bagian yang penting yang harus diterapkan dalam kesehariannya. Namun, pada
hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kedisiplinan anak murid ini
bersumber dari luar dirinya bahwa kedisiplinan tersebut bukan dipengaruhi oleh
kesadaran hati nuraninya masing-masing tetapi juga dipengaruhi oleh orang dari
luar. Melihat dari pemaparan tersebut dalam implementasi kedisiplinan guru
terhadap anak murid disekolah lebih banyak diberikan yang berasal dari luar diri
anak murid. Artinya, anak murid bisa berdisiplin karena dorongan dari guru.
Dimana anak murid di tuntut untuk membiasakan dirinya dalam membiasakan
hidup disiplin setiap hari yang seharusnya dibarengi oleh kesadaran dalam diri
anak murid tersebut dari dalam hatinya.
62

a. Penerapan Peraturan di Sekolah


Dalam penerapan peraturan disini guru menyadari betul peraturan yang
ada di sekolah tidak hanya anak muridnya saja yang melakukan kedisiplinan
tersebut, tetapi juga dirinya sendiri sebagai gurupun ikut terlibat, seperti yang
sudah di paparkan oleh Kepala Sekolah “I.A” yang menegaskan bahwa
peraturan itu harus diikuti oleh guru juga.
Dalam penerapan peraturan di sekolah, yang pertama memang dari guru
tersebut mencontohkan prilaku kedisiplinan, seperti halnya disiplin waktu.
Tidak dating terlambat dan mengikuti aturan berseragam sesuai jadwalnya.
Disini terlihat contoh yang baik untuk anak agar anak mengerti dengan
aturan yang sudah ditetapkan. Kemudian, dalam pengimplementasian di
sekolah guru mengikuti prosedur yang sudah dibuat oleh pihak sekolah.
Mengenai tata tertib apa saja yang harus diikuti anak di sekolah. Guru akan
membantu untuk membiasakan peraturan tersebut untuk di lakukan oleh anak
murid. Maka dari itu, peraturan yang telah disusun pihak sekolah memiliki
tujuan untuk memperingati kepada seluruh pihak sekolah baik itu kepala
sekolah, guru, maupun anak mutid agar bisa berdisiplin dan mengikuti tata
tertib selama di lingkungan sekolah.
Peraturan yang dibuat oleh pihak sekolahpun juga bisa ditambahkan
dengan peraturan yang dibuat di dalam kelas. Jikalau di dalam kelas
peraturan yang di buat melibatkan anak murid dan ada juga yang hanya guru
saja. Hasil wawancara dengan “I.Is” dan “I.In” mengungkapkan bahwa
“Itu untuk anaknya nanti disampaikan, pas minggu awal dikasih tau peraturan
dikelas itu seperti apa, ditulisin. Hampir setiap hari, terus kalau anak pindah kelas
lagi kemana, itu dikasih tau lagi peraturannya seperti apa (CW. “I.Is64”)”
“Ooh ada sayang teman, mengucapkan salam kalo bertemu, hello, lebih ke be
nice your friend, lebih ke sayang teman dan yaitu klo dia berbuat harus bertanggung
jawab misalnya kaya berantem sama temennya selesaikan sendiri, bagaimana
caranya menyelesaikan sendiri kita bimbing tetep, kita bimbing tadi siapa yang
63

bersalah kita harus bertanya tidak hanya satu pihak dua pihak atau tiga pihak kan
yang melihat siapa yang berantem siapa, coba klo seperti ini siapa yang salah siapa
yang meminta maaf silahkan klo sudah seperti itu balikin lagi yang salah itu akan
meminta maaf, memberikan tangannya. (CW “I.In23”)”
Melihat dari pemaparan diatas, dalam konteks peraturan yang diberikan
oleh guru kepada anak melaikan melalui peringatan, yang artinya setiap
kejadian guru mengingati dan menasehatinya bila sudah terjadi dengan
pemberian pemahaman yang jelas kepada anak murid agar anak murid
tersebut paham betul apa yang terjadi dengan perbuatannya. Dalam
menerapkan peraturan, guru harus bersikap adil tanpa memandang siapa
dalam memberikan pendidikan unuk membentuk perilaku yang baik untuk
anak murid dengan cara pembelajaran disekolah setiap hari, yaitu dengan
menerapkan kedisiplinan supaya anak bisa menghargai dan mengikuti
peraturan yang sudah disepakati bersama..
Penggunaan peraturan yang di lakukan oleh guru di TK Islam Darunnajah
Ulujami ini melalui kegiatan ikrar, memberi contoh langsung pada anak
murid, memberi pengalaman-pengalaman yang mengenai kedisiplinan
dengan fenomena yang pernah terjadi dengan diri anak murid, dan anak
muridpun diingatkan untuk bisa tertib dan berdisiplin dengan baik. Hasil
pengamatan peneliti saat dilapangan pada (CL.1, P3, KL.7) terlihat bahwa
memang anak diajarkan untuk disiplin. Disamping itu, gurupun harus selalu
mengingatkan dalam kedisiplinan tersendiri agar anak betul-betul paham apa
yang dimaksud. Ketegasan dalam mendidikpun juga di paparkan saat itu oleh
guru pendamping “I.Is”. Selain ketegasan, juga memberikan jera kepada
anak agar anak tidak lagi mengulang hal yang tidak baik.
Peraturan yang di buat oleh guru di buat sesuai dengan kebutuhan anak-
anak muridnya sendiri, sehingga penerapan peraturan ini dibuat berdasarkan
kesepakatan bersama baik itu dari guru maupun anak murid, untuk di taati
saat berada dalam lingkup sekolah khususnya di dalam kelas supaya
64

terbentuk suasana lingkungan yang nyaman. Banyak guru lain yang sudah
cukup baik dalam menerapkan peraturan kelas, namun tidak begitu tegas
dalam menyikapi murid yang melanggar kedisiplinan tersebut. Misalnya
dalam hal merapihkan sisa bekal makanan yang masih tersisa sehabis
memakannya, ada yang memang guru membiasakan anak-anak muridnya
untuk membersihkan sisa makanan yang masih berantakanpun ada juga yang
kelasnya tidak dibiasakan untuk merapihkan sisa sisa makanan sehabis
istirahat. Dalam peraturan memang setiap guru berbeda dalam
mengimplementasikan kedisplinan saat mengajar, tetapi pastinya gurupun
menginginkan yang terbaik untuk mendidik anak-anak muridnya.

b. Pemberian Hukuman di Sekolah


Pemberian hukuman pada anak murid TK Islam Darunnajah Ulujami
disini yang di berikan oleh guru kepada anak murid tidaklah keras. Karena
pada dasarnya penerapan hukuman yang diberikan kepada anak TK atau Anak
Usia Dini memang sebaik-baiknya pemberian hukuman adalah dengan
menasehatinya dengan pemahaman yang bisa dimengerti oleh anak, karena
memang anak pada masa ini membutuhkan contoh atau teladan untuk mereka
ikuti demi perilaku yang baik tentunya. Hasil pengamatan wawancara guru
“I.Is” mengungkapkan bahwa
“Kalau sekarang sih Alhamdulillah anak-anaknya semuanya mau, walaupun
mungkin ada yang lebih lambat atau ada yang lebih cepat. Yang lebih lambat ya tetep
didorong, tapi yaa bisa, eh maksudnya anak-anaknya sih pada mau gitu, selama
emang ada yang dampingin gitu, kalaupun misalnya engga, kalau biasanya dulu Saya
pengalaman Saya yaa pakai media lain gitu, tapi tetep eee materi yang kita inginkan
itu gitu, tapi dengan media yang menarik dan mau untuk dia, gitukan. Mungkin
anaknya khusus. Kalau dikelas Alhamdulillah ...(CW “I.Is18”)”
Melihat dari pemaparan yang telah diungkapkan bahwa memang hukuman
yang diberikan oleh guru terjadi karena dalam pembelajarannya yang kurang
menarik, sehingga ketidak disiplinan anak dalam mengerjakan tgas yang
diberikan guru telah dilalaikan. Tetapi, disampin g itu guru “I.Is”
menggunakan media lain untuk anak tetap mendapatkan nilai yang berkaitan
65

dengan kelalaian tersebut agar dalam pembelajaran satu hari disekolah ia


mendapatkan nilai. Karena menurut “I.Is” dengan media yang menarik
lainnya yang telah diberikan itu membuat anak mau mengerjakan tugasnya
kembali.
Penerapan hukuman didalam kelas pun diberikan selalu berkaitan dengan
Reward, seperti halnya guru pendamping “I.In” dalam CL.2, P.3 KL.5 terlihat
memang anak itu bisa diajak untuk berdisiplin ketika diberikan hukuman yang
berpengaruh dengan Reward yang ia miliki. Begitupun dalam pengamatan
peneliti di lapangan saat pembelajaran Islamic yaitu pembelajran mengenai
Sholat, ketika ada anak-anak yang kurang disiplin guru “I.In” lebih
memberikan hukuman seperti “Ancaman” yang memang membuat anak-anak
murid menjadi segan untuk mengulangi ketidak disiplinannya tersebut. Hal itu
terdapat pada CL.2, P.5 KL.5. Hal tersebut menjadi terlihat ketegasan guru
“I.In” untuk menyikapi anak anak yang tidak disiplin agar mereka mengerti
bahwa apa yang anak murid lakukan itu adalah perbuatan yang kurang baik.
Penerapan hukuman yang diberikan oleh guru TK Islam Darunnajah
Ulujami ini dapat dikatakan berupa pembinaan, teguran juga nasehat dari guru
untuk menyikapi anak yang memang tidak berdisiplin. Apabila memang anak
murid tersebut tidak bisa di beritahu oleh guru, maka gurupun akan menindak
lanjutinya dengan berkomunikasi dan meminta kejasama dengan orang tua
terkait. Seperti halnya yang di ungkapkan oleh guru “I.In” bahwa
“Lebih ke komunikasi kadang lewat whasup klo orang tuanya super sibuk kita
telfon atau WhatsApp-an kita kasih tau begini-begini (CW “I.In61”)”
Beberapa pemberian hukuman tersebut menyadarkan anak murid untuk tidak lagi
melakukan perilaku yang tidak baik lagi khususnya disiplin seperti jera sekaligus
untuk membimbing anak agar bisa berperilaku sesuai dengan norma-norma yang
berlaku di dalam lingkup sekolah.
66

c. Pemberian Penghargaan di Sekolah


Penghargaan merupakan hal penting yang menjadi perhatian guru untuk
diterapkan pada proses pembelajaran setiap hari. Penghargaan tersebut
memiliki fungsi mendidik, motivasi dan memperkuat perilaku anak murid
yang disetujui. Hasil wawancara yang telah diungkapkan “I.Is” dan telah
ditambahkan oleh guru “I.In” bahwa
“Reward, jadi walaupun gak secara benda tapi lewat Stiker, tapi juga bisa lewat
ucapan gitu, kayak misalnya kalau dia baik ya kita puji gitu didepan temen-
temennya, dan jika ada Punishment saya ngucap “Astagfirullah....” untuk
mengingatkannya (CW “I.Is88”)
“Rewardnya kadang-kadang stiker, kadang kaya bentuk bintang gitu (CW
“I.In92”)”
Penghargaan yang diberikan berupa stiker dan bintang ini dibedakan
dengan anak-anak yang pasif dan aktif. Melihatnya dari pembelajaran yang
berlangsung, jika memang anak itu tidak mau berdisiplin pemberian
penghargaannya justru membuat anak yang tidak mau dipilih seperti CL.1,
P3, KL.7. Oleh karena itu, guru membedakan dalam pemberian penghargaan
ini agar bisa memotivasi anak yang pasif dalam pembelajaran agar lebih serius
dan kembali aktif kembali saat dalam proses pembelajaran berlangsung.
Dalam pemberian pengharagaan inipun juga tidak hanya memberikan stiker
dan juga bintang, melaikan dengan pujian-pujian yang diberika oleh guru
“I.Is” yang bisa membuat anak lebih peka lagi dalam berperilaku.
Penghargaan yang diberikan guru kepada anak murid sangatlah
berpengaruh kepada pembelajaran anak dan perilaku anak, hal itu di
ungkapkan juga dalam hasil wawancara peneliti, bahwa
“Rata-rata untuk kelas ini ngaruh semua, maksudnya ya jadi lebih baiklah
ya gitu (CW “I.Is67”)”
“Iya bener berpengaruh sekali yang tadinya pertama-tama cuek terus kita
bilang siapa yang mau bintang udah pada langsung duduk gitu sudah mulai
mengerti (CW “I.In93”)”
67

Dalam pengamatan (CL.1, P3, KL.7) dan (CL.1, P3, KL.8) menjelaskan
bahwa pada pengamatan tersebut memanglah Reward yag diberikan oleh guru
sangatlah berpengaruh kepada anak. Juga dalam pengamatan (CL.2, P.7
KL.2), (CL.2, P.7 KL.3), (CL.2, P.7 KL.4). Perubahan seoarang anak dapat
dilihat dari penghargaan yang diberikan oleh guru kepada anak.
Pemberian penghargaanpun dikemas dalam penilaian akhir, sehingga
anak-anak yang tercantum dalam catatan guru bisa terlihat, mana anak yang
memang mematuhi tata tertib dan peraturan di sekolah. Dalam penghargaan
ini memang yang dinilai lebih kepada disiplin waktu, siapa yang hadir dengan
tepat waktu akan diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan ini
diberikan pada masa akhir semester. Hal ini telah diungkapkan oleh guru
“I.In” bahwa
“Dateng yang terpagi nanti kan ada bentuk reward untuk anak yang datangnya
pagi ada (CW “I.In56”)

Hasil pengamatan diatas, menunjukan bahwa pemberian penghargaan


dapat memotivasi dan memberikan efek yang positif agar semua anak bisa
bersikap disiplin, taat, tertib serta selalu meningkatkan kemampuan dan
bakatnya dalam kehidupan sehari hari yang tidak lepas dari aturan-aturan
yang ada dilingkukannya. Sehingga pemberian penghargan oleh guru
termasuk dalam kategori sering di TK Islam Darunnajah Ulujami.

d. Konsistensi dari Penerapan Peraturan, Penghargaan di Sekolah


Pada data hasil pengamatan, wawancara dan dokumentasi diperoleh dari
sebagian guru yang menjadi subjek penelitian menunjuka bahwa pada
pengimplementasian unsur peraturan sudah tetap, namun hukuman sekolah
belum tetap karena perlu disesuaikan dengan pelanggarannya dan dilihat dari
penerapan yang anak lakukan, apabila perilaku tersebut melewati batas yang
tidak bisa di bina, ditegur dan juga diberi nasehat oleh guru, maka pihak
sekolah meminta kerjasamanya oleh orang tua dan berkomunikasi dengan
68

orang tua terkait perilaku anak muridnya semsa di dalam pembelajaran


berlangsung. Penghargaan di sekolah dilihat dari perilaku anak keseharian,
bila didalam kelas anak yang aktif dan mengikuti peraturan didalam kelas
maka akan mendapatkan penghargaan yang membuat ia akan lebih
bersemangat lagi dalam melakukan hal yang baik. Hal ini dapat dilihat dari
sering atau tidaknya sekolah memberikan penghargaan kepada anak murid
melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi yang telah peneliti buat.
Hasil wawancara peneliti dengan guru menyatakan konstitensi dari
peraturan, hukuman, dan penghargaan tersebut bahwa peraturan atau tata
tertib sekolah harus tegas, yaitu setiap anak murid yang melanggar peraturan
atau berbuatan salah harus mendapat sanksinya. Namun, hukuman ini tidak
tetap kerena pemberian sanksi disesuaikan dengan pelanggaran anak murid.
Penghargaan diberikan kepada setiap kegiatan postif dalam pembelajaran
berlangsung, maupun di akhir semester sehingga dalam pembelajaran
keseharian anak diberikan stiker atau bintang dan pemberian barang akan
diberikan pada akhir semester. Maka tingkat konsistensi dari pelaksanaan
peraturan, hukuman, dan penghargaan di sekolah sangatlah penting untuk
dilakukan agar setiap unsur disiplin memiliki hubungan yang baik dan pada
penerapannya bisa menjadi konsisten.
Terkait dengan konsistensi dari unsur disiplin, pada wawancara “I.In” dan
“I.Is” menambahkan bahwa
“Dateng yang terpagi nanti kan ada bentuk reward untuk anak yang datangnya
pagi ada (CW “I.In56”)”
“Rata-rata untuk kelas ini ngaruh semua, maksudnya ya jadi lebih baiklah ya gitu
(CW “I.Is67”)”
Hasil pengamatan pada penelitian di lapangan pembelajaran yang guru
“I.Is” berikan bahwa
“Selebihnya Azam ganggu temennya dan Zain Numa bercanda-canda belum
tertib jadi Bu Endang memasukkan namanya kedalam plasik sampah “hayooo, ada
yang belum tertib, Azam namanya Ibu masukkan kedalam plastik sampah ya….”
Kemudian setelah Bu Endang menegaskan kata itu, semuanya menjadi tertib, tapi
tidak dengan Rasya yang masih menangis didepan kelas bersama Ibunya karna
69

menolak untuk ditinggal dan memang kata gurunya Rasya sedang tidak enak badan
(CL.1, P3, KL.8)”.
Konsisten dalam pelaksanaan peraturan, hukuman serta penghargaan
kepada semua murid disekolah. yaitu merupakan ketegasan guru untuk
menyikapi semua perilaku dan perbuatannya disekolah. Maka dari itu, setiap
anak murid diwajibkan untuk menaati peratran sekolah. Karena jika siswa
tidak tertib, tidak taad dan tidak disiplin, maka murid tersebut akan
mendapatkan ganjarannya berupa hukuman. Namun sebaiknya jika anak
murid berperilaku baik sesuai dengan aturan anak murid akan mendapat
penghargaan. Setiap perilaku yang di lakukan anak murid akan selalu di ikuti
oleh penghargaan serta hukuman.
Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan, dan dokumentasi, didapatkan
data berupa penerapan peraturan yang tetap, pemberian hukuman yang tegas,
serta pemberian penghargaan kepada murid tersebut telah konsisten dan tetap
sehingga konsintensi tersebut nampak jelas ketika peneliti melakukan
penelitian dengan wawancara, pengamatan dan dokumentasi pada subjek guru
di TK Islam Darunnajah Ulujami. Maka dari itu, untuk menanamkan sikap
kedisiplinan kepada siswa di sekolah, guru bersikap demokratis.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengimplementasian pada


Kedisiplinan Anak Murid TK Islam Darunnajah Ulujami
Membina serta menerapkan perilaku disiplin dapat dimulai dari
lingkungan keluarga. Dalam lingkup keluarga yang mendukung tentuk akan
menghasilkan dampak baik dalam diri anak. Dampak positif tersebut juga
akan menjadikan anak lebih bersemangat ketika melaksanakan tugasnya
sebagai pelajar. Tugas pelajar yaitu proses belajar dan mengajar untuk
membentuk perilaku dan sikap anak menjadi patuh, taat, tertib kepada
peraturan yang berlaku di lingkungan sekolah ataupun pada lingkungan
keluarga. Hal itu sependapat dengan hasil pengamatan wawancara yang
diungkapkan oleh guru “I.Is” bahwa
70

“Kalau Saya sih dari orang tua, oh dari rumah. Dari rumah dulu gitu, kita liat
anaknya dulu nih disekolah, oh anaknya kayak gini ya, kayak gitu. Kira-kira
dirumahnya kayak gimana? Jangan janagn emang gak diajarin seperti itu. Kalau
semisalnya ada perubahan ya kita laporkan , kalau perubahan baik ya. Kalau gak
ada perubahan baik juga dilaporkan juga gitu. (CW “I.Is68”)”
Usaha tersebut harus diimbangi dengan usaha pendidik dalam
mengajarkan perilaku disiplin sejak dini supaya seluruh siswa dapat mematuhi
tata tertib untuk membiasakan serta melatih dirinya untuk berperilaku disiplin.
Hal tersebut juga diungkapkan pada wawancara Kepala Sekolah “I.A” bahwa
“Sebetulya penting sekali ya karenakan semakin muda dia mengenal disiplin dia
akan terbiasa nanti setelah besarnya gitu, “dulu saya begini, diajarin begini” jadi
memang ee kayaknya dasar gitu kalau dari kecil sudah dibiasakan dengan
kedisiplinan, dari mulai datangnya sekolah, salaman dengan guru kan
pembiasaan kan ya.. kan itukan eee termasuk pelajaran akhlaq juga dengan
orang yang lebih tua dia salim, menghormati kemudian dia lepas sepatu taro
diraknya dan masuk kekelas dengan menaruh tasnya sendiri dan membawa
sendiri seperti itu. (CW “I.A4”)”
Maka dari itu, setiap kegiatan tentu akan disertai oleh bebrapa faktor yang
bisa menjadi hambatan saat pelaksanaan kegiatan tersebut. Sekolah harus
berusaha untuk mengajarkan dan melatih perilaku disiplin setiap hari untuk
bisa mengatasi faktor-faktor saat menerapkan sikap disiplin kepada anak
murid.
Hasil wawancara terhadap guru “I.In” menambahkan juga terkait dalam
faktor yang menjadi penghambat dalam pengimplemtasian kedisiplinan di
sekolah dipengaruhi oleh faktor keluarga dimana keluarga juga mempunyai
pengaruh besar dalam diri anak, yaitu karena Guru “I.In” mengatakan
bahwa
“Klo di sekolah itu hanya beberapa jam, klo di rumah itu kan malem juga di
rumah itu lebih sebenernya teladan orang tua lah yang ngebentuk kita hanya
menambahin. (CW “I.In36”)”
Faktor penghambat juga bisa terjadi akibat didikan orang tua yang kurang
mendisiplinkan anak, wawasan orang tua yang kurang atau yang lainnya.
Jadi, persoalan di keluarga dibawa anak kesekolah. Seperti halnya orang tua
71

yang terlalu sibuk bekerja hingga lupa mengasuh anak dan pulang sampai
larut malam, dan anakpun menunggu orang tua akhinya anak tersebut tidur
terlalu larut malam dan paginya terlambat datang ke sekolah. Maka dari itu,
lingkungan keluarga sangat mempengaruhi sifat anak murid, apabila anak
murid di keluarga yang harmoni dan dalam mendidiknya baik seperti halnya
disiplin akan memberikan dampak positif bagi anak. Sebaliknya, jika anak
hidup dalam lingkupa keluarga yang kurang membina dengan baik maka
akan memberikan pengaruh yang kurang baik. Oleh karena itu, jika
lingkungan keluarga dan sekolah tidak bekerja sama dalam mendidik
kedisiplinan sejak awal, selamanya anak tidak terbiasa hidup disiplin.
Selain itu, peneliti memperoleh data terkait implementasi kedisiplinan di
TK Islam Darunnajah Ulujami yaitu masih ada saja orang tua yang
menunggu anaknya dalam proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut
menunjukkan bahwa peraturan yang sudah di buat tidak sepenuhnya ditepati
sehingga menjadi suatu hambatan dalam pembelajaran yang kondusif dalam
mengimplementasikan nilai kedisiplinan.

D. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini mencari, menyusun secara sistematis data
yang di peroleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara
mengkategorikan dan memilih data yang penting sesuai dengan pedoman
observasi yang telah dibuat.

1. Implementasi Kedisiplinan Pada Anak


Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti melakukan reduksi
data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat abtraksi dari
observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari data yang di
peroleh untuk indikatir kelancaran dalam menghasilkan ide/pemecahan masalah
terhadap penerapan disiplin AUD terhadap beberapa data yang di dapatkan dari
72

beberapa informan melalui Teknik wawancara, observasi/catatan lapangan, dan


dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dalam penelitian ini display dilakukan dalam bentuk bagan. Display data ini
dilakukan dengan memaparkan data dengan koding kemudian memilih
informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu kelancaran dalam menghasilkan
ide/pemecahan masalah terhadap peneraoan disiplin AUD. Sajian data yang
didapat berupa coding atau kode sebagai berikut:

Implementasi
kedisplinan
CL1, P3, KL7, terhadap Anak CD.1
CL1, P7, KL2 Murid CD.2
CL1, P8, KL10 CD.4
CL.1, P3, KL.8 CD.5
CL.1, P8, KL.5 CD.6
CL.1, P8, KL.6 CD.9
CW IIS.35, CW IIS.37, CW CD.14
IIN.18

Selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap


lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan data
implementasi dari Guru sekolah terhadap anak murid dalam mengembangkan
kedisiplinan untuk mengatasi kendala atau masalah yang dihadapi.
Kesimpulannya implementasi kedisiplinan guru terhadap anak murid disekolah
lebih banyak diberikan yang berasal dari luar diri anak murid. Artinya, anak
murid bisa berdisiplin karena dorongan dari guru. Dimana anak murid di tuntut
untuk membiasakan dirinya dalam membiasakan hidup disiplin setiap hari yang
seharusnya dibarengi oleh kesadaran dalam diri anak murid tersebut dari dalam
hatinya.
a) Penerapan Peraturan
73

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti melakukan
reduksi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat
abtraksi dari observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari
data yang di peroleh untuk indikatir kelancaran dalam menghasilkan
ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD terhadap
beberapa data yang di dapatkan dari beberapa informan melalui Teknik
wawancara, observasi/catatan lapangan, dan dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian ini display dilakukan dalam bentuk bagan. Display
data ini dilakukan dengan memaparkan data dengan koding kemudian
memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu kelancaran dalam
menghasilkan ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD.
Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:

CW IIS.64, CW Penerapan
Peraturan CL1 P3 KL7
IIN.23
CL1, P1, KL5
CL.1, P2, KL1
CL.1, P3, KL.7

CD 16, CD 17,
CD 18, CD 9,
CD 12, CD 14

Selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap


lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan
data implementasi dari guru terhadap penerapan peraturan dalam
mengembangkan kedisiplinan untuk mengatasi kendala atau masalah yang
dihadapi. Kesimpulannya setiap kejadian guru mengingati dan
menasehatinya bila sudah terjadi dengan pemberian pemahaman yang jelas
74

kepada anak murid agar anak murid tersebut paham betul apa yang terjadi
dengan perbuatannya. Dalam peraturan di sekolah terhadap anak murid,
maka guru dalam menerapkan peraturan harus bersifat adil tanpa melihat
status latar belakang anak murid itu sendiri dalam mendidik anak murid
untuk membentuk perilaku yang baik selama proses pembelajaran itu
berlangsung dengan membuat penerapan terkait disiplin agar anak bisa
berperilaku taat pada ketertiban yang sudah di sepakati bersama.

b) Penerapan Hukuman
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti melakukan
reduksi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat
abtraksi dari observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari
data yang di peroleh untuk indikatir kelancaran dalam menghasilkan
ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD terhadap
beberapa data yang di dapatkan dari beberapa informan melalui Teknik
wawancara, observasi/catatan lapangan, dan dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian ini display dilakukan dalam bentuk bagan. Display
data ini dilakukan dengan memaparkan data dengan koding kemudian
memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu kelancaran dalam
menghasilkan ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD.
Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:

Penerapan Hukuman

CL2 P3 KL5,
CW IIS.18, CW
CD 4, CD 7, CD CL2 P5 KL5,
IIN.61
8, CD 10 CL.1, P3, KL.7
75

Selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap


lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan
data implementasi dari guru terhadap pemberian Hukuman dalam
mengembangkan kedisiplinan untuk mengatasi kendala atau masalah yang
dihadapi. Kesimpulannya pemberian hukuman tersebut menyadarkan anak
murid untuk tidak lagi melakukan perilaku yang tidak baik lagi khususnya
disiplin seperti jera sekaligus untuk membimbing anak agar bisa berperilaku
sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam lingkup sekolah.
c) Pemberian Penghargaan
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti melakukan
reduksi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat
abtraksi dari observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari
data yang di peroleh untuk indikatir kelancaran dalam menghasilkan
ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD terhadap
beberapa data yang di dapatkan dari beberapa informan melalui Teknik
wawancara, observasi/catatan lapangan, dan dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian ini display dilakukan dalam bentuk bagan. Display
data ini dilakukan dengan memaparkan data dengan koding kemudian
memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu kelancaran dalam
menghasilkan ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD.
Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:

Pemberian Penghargaan
di sekolah

CW IIS.88, CW CD 4, CD CL1 P3 KL7, CL1 P3


IIN.92, CW IIS.67, 11, CD 13 KL8, CL2 P7 KL2,
CWIIN.93, CW CL2 P7 KL3, CL2 P7
IIN.56 KL4
76

Selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap


lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan
data implementasi dari guru terhadap pemberian penghargaan dalam
mengembangkan kedisiplinan untuk mengatasi kendala atau masalah yang
dihadapi. Kesimpulannya bahwa pemberian penghargaan dapat memotivasi
dan memberikan dampak positif agar semua anak murid bisa bersikap
disiplin, taat, tertib, dan selalu meningkatkan kemampuan atau bakatnya
dalam kehidupan sehari-hari yang tidak lepas dari aturan-aturab di
lingkungannya, sehingga pemberian penghargaan guru termasuk dalam
kategori sering di TK Islam Darunnajah Ulujami.
d) Konsistensi dalam Pemberian Peraturan, Hukuman dan Penghargaan
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti melakukan
reduksi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat
abtraksi dari observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari
data yang di peroleh untuk indikatir kelancaran dalam menghasilkan
ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD terhadap
beberapa data yang di dapatkan dari beberapa informan melalui Teknik
wawancara, observasi/catatan lapangan, dan dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian ini display dilakukan dalam bentuk bagan. Display
data ini dilakukan dengan memaparkan data dengan koding kemudian
memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu kelancaran dalam
menghasilkan ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD.
Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
77

Konsistensi dalam Pemeberian Peraturan,


Hukuman dan Penghargaan

CW IIN.56, CL1 P3
CW IIS.67 KL8

Selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap


lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan
data implementasi dari guru terhadap konsistensi dalam penerapan
peraturan, hukuman dan penghargaan dalam mengembangkan kedisiplinan
untuk mengatasi kendala atau masalah yang dihadapi. Kesimpulannya dari
sikap konsisten dalam menanggapi berbagai unsur yaitu tegasnya seorang
Guru perihal membina sikap terhadap anak murid dalam pembelajaran
berlangsung. Dengan begitu, mau tidak mau setiap murid di haruskan untuk
bisa berperilaku taat dan tertib pada peraturan yang berlaku. Sehingga, bila
ada yang tidak mengikuti aturan maka bisa mendapat sanksi dengan
hukuman yang bisa membuat anak itu lebih paham.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi kedisipinan di Sekolah


Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti melakukan reduksi
data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat abtraksi dari
observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari data yang di
peroleh untuk indikatir kelancaran dalam menghasilkan ide/pemecahan masalah
terhadap penerapan disiplin AUD terhadap beberapa data yang di dapatkan dari
78

beberapa informan melalui Teknik wawancara, observasi/catatan lapangan, dan


dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dalam penelitian ini display dilakukan dalam bentuk bagan. Display data ini
dilakukan dengan memaparkan data dengan koding kemudian memilih
informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu kelancaran dalam menghasilkan
ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD. Sajian data yang
didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:

Faktor-faktor yang mempengaruhi


kedisiplinan disekolah

CW IIS.68, CW
IA.4, CW IIN.36

Selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap


lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan data
faktor yang dapat memepengaruhi keidisplinan di sekolah dalam
mengembangkan kedisiplinan untuk mengatasi kendala atau masalah yang
dihadapi. Kesimpulannya faktornya adalah peraturan yang sudah di buat tidak
sepenuhnya ditepati sehingga menjadi suatu hambatan dalam pembelajaran
yang kondusif dalam mengimplementasikan nilai kedisiplinan.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Implementasi Kedisiplinan yang di lakukan Kepala Sekolah Terhadap


Guru
Disiplin merupakan suatu usaha yang mempunyai tujuan dalam membentuk
perilaku yang baik dengan kesadaran diri sendiri untuk dilakukan dalam
79

kehidupan sehari-hari. Implementasi kedisiplinan yang dilakukan oleh kepala


sekolah untuk dewan guru dan anak murid yaitu penerapan peraturan,
hukuman, penghargaan dan konsistensi. Tetapi yang terjadi selama penelitian
berlangsung kepala sekolah menerapkan kedisiplinan itu lebih memfokuskan
kepada peraturannya saja. Jadi, unsur kedisiplinan yang ada tidak terlihat dan
menjadi sesuatu yang tidak tetap dalam menyikapi penerapan sikap konsisten.
Penerapan hukuman terlihat tidak terlalu tegas dalam penerapannya untuk
guru dimana saat ada guru yang melanggar tata tertib kepala sekolah
menyikapinya hanya merespon dengan basa basi saja dalam menegur tidak
adanya hukuman yang diberikan secara langsung. Kebiasaan guru yang
melanggar pasti dapat terlihat dengan kasat mata. Hal ini dapat mempengaruhi
sikap dan perilaku anak murid secara langsung. Ki Hajar Dewantara
mengatakan bahwa kutipan yang telah ia ucap “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing
Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” 56
berkaitan dengan pengaruh
guru terhadap anak murid, karena artinya adalah ketika guru berada didepan ia
bersikap dengan mencontohkan yang baik, ketika Guru berada di tengah ia
memberikan gambaran yang baik kepada anak murid agar termotivasi dari apa
yang telah disampaikannya, ketika Guru berada di belakang ia memberikan
semangat. Jadi, terlihat jelas bahwa guru adalah panutan bagi anak murid dalam
memberikan sikap perilaku dan bertindak baik sehari-hari. Sebutan pendidik itu
tidaklah hanya guru saja, melainkan orang tua, seseorang yang menjadi panutan
dan lainnya yang memang mempunyai tugas utama untuk mendidik,
mengajarkan, membimbing, mengarahkan, dan menilai semua anak muridnya.
Oleh karena itu, para guru pun perlu pengarahan dari struktur atasannya yaitu
kepala sekolah. Tetapi yang terjadi selama penelitian berlangsung adalah
Kepala Sekolah “I.A” lebih memfokuskan kedisiplinan itu pada anak murid saja
dengan melihat perilaku dan sikap anak muridnya.

56
Dwi Siswoyo, Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: UNY Press, 2008), 171.
80

Oleh karena itu, saat penelitian berlangsung Peneliti tidak melihat


penghargaan yang diberikan oleh Kepala Skolah untuk Guru yang sudah
mengikuti aturan. Namun, disamping itu semua Kepla Sekolah “I.A”
membrtkan penghargaan itu nanti saat akhir semester untuk para Guru yang
sudah mengikuti aturan.

2. Implementasi Kedisisplinan yang di lakukan Kepala Sekolah Terhadap


Anak murid
Displin merupakan suatu tindakan yang berhubungan dengan pengendalian
perilaku seseorang terhadap peraturan yang sudah ada. Selain itu, disiplin
adalah sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
57
kesetiaan, keteraturan atau ketertiban . Semua itu bisa dijalankan oleh
seseorang yang memiliki jiwa kesadaran dari dalam diri untuk melalukan hal
yang baik dengan tujuan yang ingin dicapai, seperti menanamkan prilaku
kedisiplinan. Namun, hasil dari penelitian menunjukkan bahwa implementasi
kedisiplinan pada anak murid terjadi karena adanya semangat yang diberikan
oleh orang lain kepada anak murid. Kemudian, penerapan yang diberlaku di
sekolah dibuat untuk ditaati oleh seluruh pihak yang bersangkutan. Mulai dari
pembuatan aturan, sanksi, reward dan juga kekonsitenan bisa menjadikan
sebagai tolak ukur sekolah, karena dengan begitu semua pihak bisa berperilaku
dan menyikapinnya dengan perilaku yang sesuai. Apabila ada sikap dan
perilaku anak murid yang baik maka penghargaanlah yang akan didapatnya,
begitupun dengan perilaku yang kurang baik maka hukumanlah yang akan
mereka terima. Sehingga ketiga unsur tersebut bersifat konsisten dan tetap
penerapannya agar ada keseimbangan dengan unsur disiplin di sekolah. Oleh
karena itu, Kepala sekolah “I.A” telah menerapkan sikap kedisplinan yang
terlihat selama penelitain dilakukan kepada seluruh pihak yang bersangkutan di

57
Soegeng, Kiat Menuju Sukses, 23.
81

dalam lingkup sekolah, dari guru dan anak murid setiap hari. Implementasi
kedisiplinan pada anak murid terlihat dari penerapan peraturan, hukuman,
penghargaan, dan konsitensi yang berasal dari dorongan luar anak murid.

a. Penerapan Peraturan di Sekolah


Menurut Tu’u Tulus mengungkapkan bahwa disiplin sebagai alat
pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk
58
perilaku sesuai dengan nilai yang ditentukan atau diajarkan . Tanpa
disadari, itu semua dapat dicapai melaui pembiasaan dan kebiasaan. Ketika
membahas tentang besikap disiplin secara berulang-ulang itu artinya akan
membiasakan anak murid untuk hidup dengan berdisiplin. Semua itu tentunya
harus berbarengan dengan pembiasaan dan juga praktek secara terus menerus
sehingga, anak murid bisa memberikan perubahan yang baik dengan penuh
kesadaran dalam diri, seperti halnya kejadian spontan yang mereka lakukan
tanpa disadari ia melakukan prilaku disiplin dengan tidak di beri paksaan oleh
Guru. Oleh karena itu, kesadaran pada diri sendiri itu penting bagi anak
murid maupun guru.
Implementasi disiplin dalam sekolah bisa terlihat dari cara anak murid
menyikapi dengan adanya aturan dalam sekolah dan perilaku yang
mecerminkan kedisiplinan dengan bisa mentaati ketertiban yang dibuat oleh
sekolah. Ketetapan yang dibuat untuk perihal aturan, dibuat dengan
persetujuan bersama dari pihak yang bersangkutan dan juga di berlakukan
untuk semua pihak yang terlibat untuk dapat ikut andil dalam aturan tersebut.
Dengan begitu, sikap Kepala Sekolah “I.A” menjadi adil kepada semua pihak
yang bersangkutan. Dalam penglihatan penelitian pengimplementasian ini
terliaht bahwa penetapan tata tertib tidak seluruhnya melibatkan wali murid
karena berbagai macam alasan. Mereka mempercayakan pihak sekolah untuk
membuat penetapan itu.

58
Susanto, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Konsep, Teori Dan Aplikasinya, 118.
82

Menurut Hurlock, mengungkapkan bahwa disiplin itu seorang yang


belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin59. Artinya
konteks “Pemimpin” disini adalah pemimpin dalam struktur sekolah yaitu
kepala sekolah. Anak akan mengikuti arahan dari kepala sekolah dengan
pemahaman yang diberikan olehnya. Dala pemaparan kedisiplinan di sekolah
terlihat bahwa Kepala Sekolah “I.A” sudah melakukan penetapan tata tertib
ini secara adil. Karena tidak adanya perbedaan penetapan kepada pihak yang
bersangkutan di lingkup sekolah.

b. Penerapan Hukuman di Sekolah


Hukuman adalah sesuatu yang akan didapatkan oleh seseorang ketika
melakukan hal yang tidak baik dan membuat seseorang itu jera. Menurut
Hurlock Hukuman berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena
suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau
pembalasan. Walaupun tidak dikatakan, namun tersirat bahwa kesalahan,
perlawanan atau pelanggaran ini disengaja, dalam arti bahwa orang itu
mengetahui bahwa perbuatan itu salah tetapi tetap melakukannya. Dalam
penglihatan selama penelitian hukuman yang dibebrikan oleh Kepala Sekolah
“I.A” tidak memberatkan anak murid. Hanya saja di berikannya melalui
peringatan yang diingatkan secara baik-baik. Dan jika memang anak murid
berbuat perilaku yang diluar batasnya, maka Kepala Sekolah “I.A”
mengubungi pihak wali murid agar wali murid juga dapat membantu
mengingatkan kepada anaknya untuk berperilaku yang baik.

c. Pemberian Penghargaan di Sekolah


Penghargaan adalah sesuatu yang diberikan kepada seseorang apabila
seseorang itu melakukan hal yang sesuai dengan aturan. Menurut Hurlock
Penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.

59
Hurlock, Pengembangan Anak Jilid 1, 82–84.
83

penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata


pujian, senyuman atau pelukan di punggung.
Dalam pengimplementasiannya di sekolah penghargaan yang diberikan
oleh Kepala Sekolah “I.A” terhadap anak murid yaitu sering kali memberikan
pujian, dan jika memang mau memberikan berbentuk barang itu akan
dilakukan di akhir semester. Semua penilaian anak murid selama belajar di
sekolah dilihat oleh guru dan pihak sekolah memberikan penghargaan
tersebut untuk anak murid yang sudah melalukan sikap disiplin dengan baik.

d. Konsistensi dari Penerapan Peraturan, Hukuman dan Penghargaan di Sekolah


Menurut Hurlock kekonsistenan adalah tingkat keseragaman atau
stabilitas. Peraturan, hukuman dan penghargaan yang konsisten membuat
anak tidak bingung terhadap apa yang diharapkan dari mereka. Dalam
konteks konsistenan Kepala Sekolah sudah bersikap adil tidak adanya
perbedaan dengan anak satu dengan yang lainnya. Dalam penetapan tata
tertib sudah dilakukan dengan baik. Antara peraturan hukuman penghargaan
semua Kepala Sekolah “I.A” berikan dengan penuh konsisten.

3. Implementasi Kedisiplinan yang di berikan Guru Terhadap Anak Murid


Menurut Wantah disiplin merupakan bagian dari dua makna yang berkaitan
yaitu murid dan belajar 60. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa apa yang di
berikan oleh Guru pada murid. Subjek penelitian ini diambil dari 2 orang guru
yang memberikan pengajaranya kepada anak untuk memberikan pembelajaran
yang baik, membiasakan dan berperilaku yang baik. Oleh karena itu guru perlu
menerapkan kedisiplinan melalui penerapan peraturan, hukuman, penghargaan
dan konsitenan dalam mendidik.

60
Wantah, Pengembangan Disiplin Dan PEmbentukan Moral Pada Anak Usia Dini, 139.
84

a. Penerapan Peraturan di Sekolah


Menurut Wantah Peraturan adalah sebuah unsur yang dibentuk oleh
orang-orang disekitar anak untuk menentukan tingkah laku yang dapat
diterima baik dari para Orangtua, pendidik maupun kerabat sebayanya.
Dalam pengaplikasiannya di sekolah guru menerapkan peraturan kepada anak
saat anak memasuki lingkup sekolah. Dimana saat anak dating kesekolah
langsung diarahkan untuk melakukan absen mandiri dengan di bantu guru
piket, kemudian menaruh sepatu kedalam rak sepatu dengan sendiri, dan lain
lain.
Penerapan peraturan di TK Islam Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan ini
dalam penerapannya memiliki ketetapan yang memang harus disikapinya
menjadi ketegasan dengan memberikannya kepada seluruh pihak yang
bersangkutan baik itu Kepala Sekolah, Guru maupun anak murid. Disamping
itu, peraturan yang sudah diberlakukan ketika ada yang melanggarnya maka
bisa mendapatkankan sanksi tersendiri. Kemudian, yang menjadi Guru harus
memberikan penanaman dalam sikap disiplin kepada anak murid ini dengan
demokrasi. Oleh sebab itu, kedemokrasian yang diberikan Guru kepada anak
murid dapat dilihat dari bagaimana Guru memberikan pemahaman yang jelas
dan bisa mengkomunikasikan secara bersama-sama agar anak dapat mengerti
dan berfikir harus seperti apa yang baik untuk mereka saat berperilaku agar
mereka bisa mentaati ketertiban peraturan yang sudah dibuat selama proses
pembelajaran berlangsung juga kepahaman mereka berfikir untuk arti dari
disiplin itu seperti apa.

b. Penerapan Hukuman di Sekolah


Hukuman memiliki fungsi penting, menurut Hurlock hukuman itu
dibarengi dengan tindakan anak ketika melakukan hal yang tidak sesuai
dengan aturannya. Hal ini tentu harus dipikirkan oleh guru dalam
memberikan hukuman, apakah hukuman yang diberikan membuat anak jera
85

atau malah sebaliknya. Guru juga saat melihat anak melakukan tidakan yang
kurang baik tidak langsung memberikan hukuman tetapi sebaiknya guru
memberikan pemahaman yang baik seperti apa karena anak butuh
pemahaman yang jelas ketika anak itu berbuat salah.
Pengaplikasian kedisiplinan di TK Islam Darunnajah Ulujami, dalam
pemberian hukuman bersifat demoktratis. Berdiskusi dahulu apa-apa saja
peraturan yang harus mereka lakukan selama pembelajarn berlangsung.
Artinya dalam penentuan hukuman juga di jelaskan pada anak kalau mereka
membuat kesalahan mendapat hukuman dan itupun dibarengi dengan
penjelasan yang jelas. Pemberian hukuman juga sangat perlu diperhatikan.
Guru tidak memberikan hukuman yang memberatkan anak murid.
Bagaimanapun juga pemberian hukuman yang diberi oleh Guru harus bersifat
mendidik anak murid untuk bisa melewatinya dengan pemahaman tanggung
jawab atas kesalahan yang ia lakukan. Guru Kelas “I.In” dan “I.Is”
melakukan pemberian hukuman melalui cara yang demokratis, walaupun ada
beberapa hal yang bersifat otoriter dan permisif, hal itu dilihat dari keperluan
yang terlihat dalam memberikan hukuman kepada anak murid. Oleh karena
itu pemberian hukuman tetap diberikan jika anak melakukan hal yang salah
dan bertujuan agar anak bisa memahami tindakan yang baik ataupun benar.

c. Pemberian Penghargaan di Sekolah


Menurut Hurlock makna dari sebuah penghargaan adalah sesuatu yang
61
bisa diambil ketika pihak yang terkait memberikan hasil yang memuaskan .
Bentuk dari penghargaan ini tidak semua melalui materi ataupun dalam
wujud barang, karena penghargaan itu bisa diberikan melalui perkataan yang
baik dalam memuji bahkan dengan tersenyum dan juga memberikan
kehangatan dalam pelukan bisa kita berikan sebagai wujud penghargaan itu
sendiri. Pemberian hadiah ini merupakan suatu cara untuk membuat anak

61
Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, 90.
86

semakin bersemangat dan termotivasi untuk lebih baik dalam bersikap yang
disiplin. Seperti ketika anak bisa bersidiplin di kelas mendapatkan hadiah dari
gurunya contoh dapat pujian, dan terkadang mendapat bintang. Hal itu
membuat anak murid lainnya menjadi lebih bersemangat kerena mandapat
motivasi berperilaku disiplin ini dari para Guru dan juga mendapatkan
hadiah. Namun, apabila Guru telah berhasil memberikan motivasi pada anak
murid selain memberikan hadiah harus memberikan nasihat agar anak lebih
dalam lagi mengerti artinya dalam hidup dibutuhkan sikap disiplin tertuma
dalam tata tertib yang berlaku di sekolah.
Hasil penelitian dapat diperoleh bahwa di sekolah dalam penerapan
penghargaan ini guru banyak melakukannya melalui pujian yang
membangun, juga terkadang memberikan stiker agar anak termotivasi, juga
membuat anak murid yang lainnya membangunkan kesadaran dalam diri
anak untuk melakukannya dengan baik agar mendapatkan hadiah tersebut
dari guru. Jadi, pemberian reward kepada anak murid ini memang sering
diberikan oleh para Guru karena dengan pemberian tersebut membuat anak
beranggapan bahwa disiplin itu memang perlu dilakukan dan juga anak akan
selalu terdorong untuk meningkatkan perilaku disiplin. Namun, Guru tetap
menjelaskan dalam pemahaman disiplin kalau anak murid melakukan sikap
disiplin dan tidak mendapatkan hadiah reward apapun ia harus tetap optimis
dalam menjalankan disiplin tersebut dimanapun ia berada, karena disamping
perilaku disiplin itu sangat baik untuk anak murid juga perilaku disiplin ini
tidak melulu mendapatkan penghargaan.

d. Konsistensi dari Penerapan Peraturan, Hukuman, Pemberian Penghargaan di


Sekolah
Makna Konsistensi disini adalah perilaku yang sifatnya sama tidak
berubah dengan keputusan yang sudah dijalani atau diambil. Apabila perilaku
anak murid dalam disiplin itu sama rata dengan pembiasaannya di keseharian
87

maka tidaklah ada yang mengganjal. Disamping itu, sikap konsisten sangat
diperlukan ketegasan dalam pemberian penyampaian yang berkaitan dengan
aturan, sanksi dan reward dalam sekolah. Sikap konsisten dalam memberikan
aturan kepada anak murid harus selalu diingatkan terus dan selalu diberikan
pemahaman agar anak selalu menaatinya. Konsistensi hukuman diberikan
anak murid jika anak tersebut tidak menaati peraturan di sekolah, seperti
tidak disiplin dalam belajar dikelas dan konsistensi pengharagaan diberikan
kepada anak murid bagi mereka yang berperilaku sesuai tata tertib. Jika
disimpulkan yang terjadi adalah sikap konsisten ini menjadi sebuah
keharusan yang nantinya akan memiliki ciri tersendiri dari segi perilaku
kedisiplinan itu sendiri.
Konsistensi dari unsur kedisiplinan ini sangatlah penting diterapkan oleh
guru di sekolah kepada anak murid, agar anak murid bisa memberikan
perilaku yang baik ketika emosinya muncul disaat apa yang telah
diperbuatnya itu kurang baik untuk dipraktekkan. Melihat itu semua pada
pengaplikasian yang di berikan oleh TK Islam Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan dapat dikatakan telah konsisten dengan penerapannya. Dengan
begitu, dalam membina dan membentuk perilaku disiplin pihak sekolah TK
Islam Darunnajah bersifat demokratif

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengimplementasian Kedisiplinan


Pada Anak Murid TK Islam Darunnajah Ulujami
Kehidupan dalam lingkup keluarga menjadi suatu acuan sekolah untuk
mengatasi pembinaan kedisiplinan di sekolah terhadap anak murid. Ketika ada
anak murid yang berada dilingkungan keluarga dengan memberikan disiplin
yang berdampak positif dalam diri anak, maka anak juga akan terbawa
dampaknya. Selain itu, di sekolah juga menerapkan kedisiplinan, jadi seimbang
dengan adanya kedisiplinan dalam keluarga dan sekolah. Dengan begitu, semua
hambatan yang terjadi dapat diatasi ketika ada kejasama antar Orangtua dan
88

pihak sekolah dalam membina perilaku disiplin pada anak murid disekolah agar
ia terbiasa dan mengikuti aturan sesuai peraturan yang berlaku.
Faktor lain yang menjadi hambatan di TK Islam Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan ini dalam pengimplementasian kedisiplinan di sekolah karena guru
tidak bisa memberikan perhatian pada seluruh murid jadi terbilang kurang adil,
yang disebabkan dari padatnya aktivitas pembelajaran anak murid yang terjadi,
selain itu Pendidikan yang diberikan oleh Orangtua di lingkup keluarga yang
kurang memperhatikannya dalam kedisiplinan anak murid, dan kepedulian
orang tua juga termasuk dalam faktor penghambat ini, sehingga menjadi
persoalan sekolah dalam mendisiplinkan anak murid. Oleh karena itu melihat
Faktor diatas, bisa menjadi peringatan sekolah bahwa sangat penting kerjasama
antar pihak sekolah dan juga Orangtua, dan nantinya akan selalu diaplikasikan
dalam keseharian selama proses pembelajaran berlangsung.
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Implementasi kedisplinan di sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah
kepada guru konsisten dan tetap penerapannya melalui penerapan peraturan,
hukuman, dan penghargaan
2. Implementasi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap anak muridnya
sudah konsisten dan tetap penerapan peraturan, hukuman dan
penghargaannya. Cara menanamkannya pun Kepala Sekolah “I.A” bersifat
demokratis. Semua diberikan ada yang dengan pujian, dan ada juga yang
berbentuk barang dengan memberikannya saat di akhir semester untuk anak
murid yang sudah bersikap disiplin
3. Implememtasi kedisiplinan yang di berikan guru terhadap ank murid
disekolah dalam penerapannya tetap melalui unsur disiplinin, yaitu peraturan
yang tetap, hukuman yang tegas dan penghargaan yang dapat memotivasi
anak murid untuk terus bisa termotivasi anak murid yang lain dalam
melakukan kedisiplinan. Disamping itu cara menanamkannyapun juga
bersifat demokratis
4. Hambatan yang terjadi di dalam TK Islam Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan tentu berkesinambungan dengan didikan keluarga juga kurangnya
perhatian dari guru akibat kesibukan yang terjadi. Sehingga sekolah dapat
menanggulanginya untuk mengajak orang tua bekerja sama demi mendidik
kedisiplinan anak sejak dini

89
B. Implikasi dan Saran
Berdasarkan penelitian mengenai “Strategi Penanaman Kedisiplinan Pada Anak Usia dini
TK Islam Darunnajah Ulujami” maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah
1. Penerapan kedisiplinannya harus di tingkatkan lagi dan di tegaskan lagi agar
penetapan peraturan hukuman dan penghargaan dapat dipahami dengan para guru di
sekolah
2. Perlu berupaya meningkatkan lagi implementasi kedisiplinan anak murid di sekolah
mengenai displin
b. Guru
1. Perlu meningkatkan kembali dan memaksimalkannya dalam pengimplementasian
kedisiplinan yang di lakukan secara baik dalam penerapan peraturan, hukuman dan
penghargaan yang di berikan pada anak murid di sekolah
2. Penerapan hukuman yang diberikan oleh guru harus selalu diingat oleh semua guru
agar tidak ada kontak fisak terhadap anak, karena akan mebuat anak menjadi sensitive
atau bisa trauma

90
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
Aristowati. “Strategi Pembelajaran Disiplin Pada Anak TK Di Kecamatan Boja Kabupaten
Kendal.” BELIA: Early Childhood Education Papers 3, no. 2 (2014): 23–30.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/belia.
Aulina, Choirun Nisa. “Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini.” PEDAGOGIA: Jurnal
Pendidikan 2, no. 1 (2013): 36.
Conry, R Semiawan. Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini, 2012.
Daryanto, and Darmiyatun. Sumiatri. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Cetakan 1.
Yogyakarta, 2003.
Dias, Khairani Sabila. Peran Guru Dalam Menanamkan Disiplin Pada Anak Usia 5-6 Tahun.
Pontianak: PG PAUD FKIP UNTAN, 2016.
Hadiyanto. Manajemen Peserta Didik Bernuansa Pendidikan Karakter. Padang: UNP Pers,
2013.
Handayani, Novi. “Implementasi Nilai-Nilai Kedisiplinan Di Sekolah Dasar Negeri Margoyasan
Yogyakarta.” Skripsi (2014).
Hurlock, E.B. Pengembangan Anak Jilid 1. Erlangga, 1978.
———. Perkembangan Anak Jilid 2. Edited by Dr. Med. Meitasari Tjandrasa. Edisi Keen.
Jakarta: Erlangga, 1978.
Imam, Ahmad Ibnu Nizar. Membentuk Dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini. Jogjakarta:
Diva Press, 2009.
Isna Aunillah, Nurla. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah Cet.1. Yogyakarta:
Laksana, 2011.
Maman, Rahman. Manajemen Kelas. Edited by Proyek Pendidikan Guru SD. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 1999.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Martsiswati, Ernie, and Yoyon Suryono. “Peran Orang Tua Dan Pendidik Dalam Menerapkan
Perilaku Disiplin Terhadap Anak Usia Dini.” Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat 1, no. 2 (2014): 187.
Menteri, Peraturan Pendidikan Nasional. Disiplin Pada Anak. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini, 2011.
———. Standar Pendidikan Anak Usia Dini No. 137 Tahun2014. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini, 2014.

91
Moleong, LExy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Mufidah, Umri. “Efektivitas Pemberian Reward Melalui Metode Token Ekonomi Untuk
Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini.” Indonesian Journal of Early Childhood
Education Studies 1, no. 2 (2012): 1–5.
Nini, Subini. Awas, Jangan Jadi Guru Karbitan Cetakan1. Jakarta: PT. Buku Kita, 2012.
Novita, Wirna. “Pelaksanaan Penanaman Disiplin Pada Anak Di Taman Kanak-Kanak Adhyaksa
Xxvi Padang.” Pesona PAUD 1, no. 5 (2012): 1–14.
Nurul, Zuriah. Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Persfektif PErubahan: Menggagas
Platfom Pendidikan Budi Pekerti Secara Konstektual Dan Futuristik. Jakarta: Rineka Cipta,
2007.
Purwantoro, Anas. “UPAYA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN
SISWA MTsN NGEMPLAK, SLEMAN, YOGYAKARTA.” Skripsi (2008).
Rahmat, Rosyadi H.A. Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini (Konsep
Dan Praktik PAUD Islam). Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Rini, Utami. Jangan Biarkan Anak Kita Berbohong Dan Mencuri. Solo: Tiga Serangkai, 2006.
Rose, Mini. Disiplin Pada Anak. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini,
2011.
Silvya, Rimm. Mendidik Dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Di Sekolah. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Siswoyo, Dwi. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press, 2008.
Soegeng, Prijodarminto. Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya Paramita, 1994.
Sri, Shofiyati. Hidup Tertib. Jakarta: PT Balai Pustaka, 2012.
Sudarna. Paud Pendidikan Anak Usia Dini Berkarakter Melejitkan Kepribadian Anak Secara
Utuh Kecerdasan Emosi, Spirit Dan Sosial. Yogyakarta: Genius Publisher, 2014.
Sugyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012.
Suryadi. Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak: Berbagai Masalah Pendidikan Dan Psikologi. Jakarta:
Edsa Mahkota, 2006.
Suryanto, S. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini, 2005.
Susanto, Ahamad. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Konsep, Teori Dan Aplikasinya.
Kencana. Jakarta, 2018.
Syaifudin, Azwar. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002.
Thomas, Lickona. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar Dan
Baik. Bandung: Nusa Media, 2013.
Wantah, M.J. Pengembangan Disiplin Dan PEmbentukan Moral Pada Anak Usia Dini. Jakarta:

92
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2002.
Yusriana, Ajeng. Kiat-Kiat Menjadi Guru Paud Yang Di Sukai Anak-Anak. Jogjakarta: Diva
Press, 2012.
Zainal, Arifin. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosakarya, 2014.

93
Lampiran . Tata Tertib Sekolah yang tertulis
TATA TERTIB SEKOLAH
1. TATA TERTIB PG DAN TK
a. Waktu dan Kegiatan Sekolah
1) Murid TK masuk setiap hari Senin s.d Kamis, pukul 07.30 - 11.30 WIB. Kecuali hari
Jum’at pukul 07.30 - 10.00 WIB.
2) Murid Play Group masuk setiap hari Senin, Selasa, dan Kamis, mulai pukul 07.30 -
10.15 WIB.
Kecuali hari Jum’at sampai pukul 10.00 WIB.
3) Murid harus mengikuti kegiatan ikrar dan upacara pada Hari Senin sebelum masuk
kelas dan diharapkan hadir di sekolah 10 menit sebelum bel.
4) Murid yang tidak hadir diharuskan memberi kabar tertulis atau lewat telepon, apabila
lebih dari dua hari harap membawa surat dokter.

b. Bekal / Makanan
1) Murid diharapkan membawa bekal makanan dari rumah.
2) Setiap hari Kamis pada minggu kedua dalam setiap bulan, diadakan makan sehat.

c. Alat-alat Sekolah
1) Semua alat / perlengkapan murid (yang dibawa dari rumah) diberi nama atau tanda.
2) Semua perlengkapan dan alat belajar murid dipersiapkan dari sekolah.

d. Perlengkapan Pribadi
1) Setiap murid dimohon untuk membawa baju ganti, dan perlengkapan shalat dari rumah
masing-masing untuk disimpan di sekolah.
2) Murid tidak diperkenankan memakai perhiasan kecuali anting (perempuan).

e. Seragam Kelas A & B


1) Hari Senin : Baju putih + celana/ rok hijau
2) Hari Selasa : Baju kotak + celana/ rok orange
3) Hari Rabu : Baju batik + celana/ rok hijau
4) Hari Kamis : Pakaian olah raga
5) Hari Jum’at : Pakaian muslim/ muslimah

f. Seragam Play Group


1) Hari Senin : Baju putih + celana/ rok hijau
2) Hari Selasa : Baju kotak + celana/ rok orange
3) Hari Kamis : Pakaian olah raga
4) Hari Jum’at : Pakaian muslim/ muslimah

94
95
96

Gambar 1. Anak merapihkan


perengkapan Sholat kedalam loker
probadi masing-masing

Gambar 4. Anak-anak berbaris untuk


melatunkan Asmaul Husna

Gambar 5. Anak-anak memakan bekal


Gambar 2. Anak-anak mengantri dengan sendiri
bergilir untuk praktek wudhu

Gambar 6. Anak-anak menaruh tas nya


Gambar 3. Anak-anak dibiasakan ditempat yang sudah disediakan
untuk menulis absensi mandiri
97

Gambar 7. Guru sedang memberikan Gambar 10. Guru mengajarkan untuk


nasihat kepada anak yang kurang bisa disiplin dalam Ibadah
disiplin, agar ia bisa bergabung
kembali dengan teman yang lainnya

Gambar 11. Sehabis mengerjakan


tugas, Guru memberikan waktu untuk
Gambar 8. bermain

Gambar 9. Guru berdiskusi dengan Gambar 12. Anak-anak diberikan


anak terkait peraturan apa saja yang pelajaran agar disiplin setalah makan
harus dilalui semasa waktu belajar
98

Gambar 13. Anak-anak mengerjakan


tugas sesuai waktu yang diberikan

Gambar 14. Anak-anak diajarkan


untuk mengantri dan
99

.
100

Catatan Lapangan
Hari/Tanggal : Jum’at, 23 Agustus 2019
Waktu : 07.09 – 10.00
Tempat : TK Islam Darunnajah Ulujami (Ar-Rahman)
Kegiatan : Pembelajaran yang berkaitan dengan Kedisiplinan
Waktu Deskripsi
07.09 Anak-anak yang hadir mereka mengisi Absen yang sudah
disediakan oleh Guru piket (CL.2, P.1 KL.1). Dalam lembar
bukunya terdapat point nama dan tanda tangan, anak-anak menulis
sendiri namun, ada yang dibantui oleh Guru piket, orang tua dan
juga peneliti (CL.2, P.1 KL.2). Mereka yang hadir membiasakan
untuk menaruh saputunya didalam rak sepatu sendiri dan terkadang
juga dibantu oleh orang tua yang mengantar (CL.2, P.1 KL.3)
07.30 Bel sudah berbunyi, bertanda bahwa Ikrar akan segera dimulai
(CL.2, P.2 KL.1). Namun, tidak dengan Naila (CL.2, P.2 KL.2). Ia
nangis menjerit didalam kelas karena tidak mau mengikuti Ikrar
yang padahal sebelum bel Naila riang gembira(CL.2, P.2 KL.3).
Jadi, akhirnya Naila pun tidak mengikuti Ikrar sampai habis (CL.2,
P.1 KL.4). Saat Ikrarpun Araya dan Dafa nangis tetapi mereka
tetap mengikuti Ikrar sampai habis (CL.2, P.2 KL.5). Teruntuk
Danis, ia terlalu hiperaktif jadi selama Ikrar dia hanya lari-lari
kesana kemari, tidak mengikuti rangkaian Ikrar dan tidak berbaris
dengan teman-teman kelasnya (CL.2, P.2 KL.6).
08.00 Setelah selesai Ikrar, anak-anak masuk kedalam kelasnya
masing-masing (CL.2, P.3 KL.1). Mereka diminta oleh Bu …
untuk duduk melingkar karena pembelajaran sudah mau dimulai
(CL.2, P.3 KL.2). Naila yang sudah ada didalam kelas dari awal
101

diapun tidak mau mengikuti duduk melingkar tersebut bersama


teman-temannya yang lain, ia memilih untuk tiduran dengan wajah
yang cemberut (CL.2, P.3 KL.3). Danispun juga tidak mau
mengikuti pembelajaran, ia memilih untuk muter-muter dan main
dengan media yang ada dikelas (CL.2, P.3 KL.4). Kejadian itupun
membuat teman-teman yang lain merasa terganggu, terkadang ada
yang merasa kecemburuan sosial “Buuu… Danis aja main gak ikut
belajar”, namun tanggepan Guru “Biarin, yang gak ikutan belajar
sama bu Guru nanti gak dapet Ceklis (Semacam Reward
Bintang)…” (CL.2, P.3 KL.5).
Setelah beberapa anak yang melingkar, bu Guru meminta
peneliti untuk memperkenalkan diri, berawal dari pembukaan
“Kalau kau senang hati tepuk tangan ….” Setelah itu
memperkenalkan diri (CL.2, P.4 KL.1). selanjutnya bu Guru
mengambil alih untuk memasuki pembelajaran inti. Sehubung hari
ini adalah hari Jum’at pembelaran semua membahas mengenai
rangkaian Sholat (CL.2, P.4 KL.2). Bu Guru memperkenalkan cara
Berwudhu setelah itu meminta anak-anak untuk memperaktikkan
Wudhu (CL.2, P.4 KL.3). Setelah memperaktikkan cara Wudhu, bu
Guru meminta anak-anak untuk mempraktikkan Sholat Subuh yang
jumlahnya 2 Rakaat (CL.2, P.4 KL.4).
Saat Pratik sholat berlangsung, Radiant terpilih sebagai imam
(CL.2, P.5 KL.1). ia mengikuti gerakan dengan baik namun tidak
fokus melihat kesana kemari (CL.2, P.5 KL.2). Danis juga tidak
mengikuti gerkan sholat dengan baik, memilih untuk bermain, dan
setelah dibujuk oleh bu Guru akhirnya dipenghujung Sholat ia mau
bergabung untuk sholat (CL.2, P.5 KL.3). Nanang yang
mengganggu teman sebelahnya (Gielka) langsung di tegur oleh bu
102

Guru dan ia melanjutkan kefokusan sholatnya lagi (CL.2, P.5


KL.4). Mereka semua juga terkadang, bisa langsung Fokus Sholat
karena di ancam oleh bu guru “Ibu Videoin ya, keliatan yang mana
yang tidak tertib sholatnya, nanti videonya ibu kirim ke orang
tuanya biar tau…” akhirnya mereka langsung tertib seketika (CL.2,
P.5 KL.5). Setelah selesai sholat, mereka bersalam-salaman lau
menaruh kembali Sajadah dan mukena yang sudah mereka pakai
kedalam lokernya masing-masing (CL.2, P.5 KL.6).
Setelah selesai Sholat, mereka pindah kelas ke sentra balok
(CL.2, P.6 KL.1). Sehubung hari ini temanya adalah rumah, jadi
anak-anak diminta berkelompok untuk membuat rumah yang
memiliki ruang-ruangan (R.Kamar, R.tidur, R.Tamu) (CL.2, P.6
KL.2). Danis tidak dibuatkan kelompok karena memang anaknya
hiperaktif sekali jadi di awasi selalu dengan guru pendamping saja
untuk membuat rumah balok (CL.2, P.6 KL.3). Setelah itu semua
anak-anak membuat balok dengan baik, dan ada kejadian bahwa
Nanang memukul Danis tanpa sebab (mungkin karena tau sifat
Danis yang sering terjadi akhirnya ada kesempatan untuk
memukulnya) (CL.2, P.6 KL.4).
Kemudian, selesai sudah membuat rumah balok, ketika
penutuoan untuk istirahat, Danis mau ikut bergabung membaca doa
(CL.2, P.7 KL.1). Menurut Guru Danis hari ini perdana mau
mengikuti pembacaan doa Sebelum istirahat (CL.2, P.7 KL.2).
Karena, sebelumnya Danis tidak pernah mau untuk mengikuti baca
doa tersebut (CL.2, P.7 KL.3). Gurupun memberi reward ucapan
kepada Danis, agar ia merasa di perhatikan oleh sekelilingnya
(CL.2, P.7 KL.4)
09.40 Istirahat …. Anak-anak berkumpul berbaris untuk mencuci
103

tangan sebelum makan (CL.2, P.8 KL.1). Setelah itu anak-anak


kembali kekelas dan mengambil tas untuk mengeluarkan bekalnya
(CL.2, P.8 KL.2). Saat makan, mereka semua makan dengan
sendirinya (CL.2, P.8 KL.3). Selesai makan mereka membereskan
makanannya, tetapi tidak dengan Danis dan Gielka mereka lupa
untuk membereskannya, saat lagi asik bermain Peneliti
menyamperi mereka untuk mengingatkannya, akhirnya mereka
membereskan makanannya dan merpihkannya kembali (CL.2, P.8
KL.4)
10.00 Sudah waktunya pulang, namun tidak di akhiri do’a (CL.2, P.9
KL.1). Karena melihat waktu yang sudah menunjukkan bel pulang,
akhirnya disudahi dengan setelah makan langsung diperbolehkan
pulang tanpa Doa
104

Catatan Lapangan

Hari/Tanggal : Senin, 2 September 2019


Waktu : 06.49 - 11.30
Tempat :TK Islam Darunnajah (As-salam)

Waktu Deskripsi
Anak-anak yang datang kesekolah pada pagi hari, mereka
06.49
melakukan peng absenan mandiri seperti menulis nama dan
waktu kehadirannya sendiri (CL1, P1, K1). Sebelum menulis
absen mereka membuka sepatu terlebih dahulu dan menaruhnya
di dalam rak sepatu (CL1, P1, K2). Setelah itu sebelum bel
masuk, Ibu Maskuroh datang menghampiri Peneliti dan meminta
untuk menggantikan posisi Ibu Widi selaku Guru kelas As-Salam
karena beliau izin masuk untuk mendatangi acara kegiatan
kurikulum diluar (CL1, P1, K3). Jadi, mau tidak mau Peneliti
mengajarkan siswa As-salam (CL1, P1, K4). Seharusnya, peneliti
hanya melihat proses pembelajaran yang diajarkan oleh Ibu
Widi, Namun karena keterbatasan waktu dalam pembelajaran
jadinya hanya bisa melihat dari prilaku anak yang diajarkan oleh
Peneliti, disamping itu Pelajaran yang akan dipelajari ditulis
dalam papan tulis agar Guru ingat dengan jadwal yang sudah di
tetapkan (CL1, P1, K5).
105

Bel masuk berbunyi, bertanda bahwa Ikrar sebentar lagi akan


07.33
segera mulai (CL1, P2, K1). Saat Ikrar berlangsung semua anak-
anak berbaris dengan tertib (CL1, P2, K2). Setelah itu anak-anak
dipandu oleh bu .... untuk melakukan Ikrar, seperti membaca doa
pendek Al-Iklhlas, AL-Quraisy dan Al-Falaq lalu Bu... meminta
anak-anak untuk menyanyikan sebuah benda dengan bahasa
Arab” Ma.. Hazha... hazha Babun , Ma hadzih... Hazhihi kursiyun
...” (CL1, P2, K3). Setelah selesai menyanyikan anak-anak
dipersilahkan masuk kedalam kelasnya masing-masing (CL1, P2,
K4). Saat itu Peneliti tidak tahu kalau sebenarnya ada Guru
Pendamping dalam Kelas As-Salam ini (CL1, P2, K5). Dia
seorang Mahasiswi yang sedang Magang namun bukan untuk
kebutuhan dalam Kuliahnya melainkan untuk menambah
pengalaman saja (CL1, P2, K6). Memang terlihat kurang
ekspresif saat Guru pendamping tersebut didalam kelas, mungkin
karena belum terbiasa dengan anak-anak, atau bahkahn mungkin
memang sifatnya seperti itu yang kurang senyum kepada anak-
anak (CL1, P2, K7). Sebelum pembelajaran berlangsung, anak-
anak mengambil air minum yang ada didalam kelas untuk
meminum terlebih dahulu dan menaruhnya di sela-sela jendela
yang memang menjadi kebiasaan sekolah untuk membiasakan
anak membawa tempat minum sendiri (CL1, P2, K8). Setelah itu,
Peneliti menyuruh anak-anak untuk refreshing terlebih dahulu
dengan bertepuk tangan sambil memanggil nama anak-anak satu
persatu “Kalau kau suka hati teppuk tangan ... prok.. prok.. prok..”
(CL1, P2, K9).
Setelah itu anak anak bersiap-siap untuk ke kelas komputer
(CL1, P3, K1). Disana anak-anak dengan mahirnya menyalakan
106

komputer yang telah tersedia, sebelum kekomputer masing-


masing anak-anak dengan mandiri mengambil kursi yang telah
bertumpuk dan mengambil untuk dirinya sendiri, tanpa perlu
diberi arahan oleh gurunya (CL1, P3, K2). Disela-sela anak
memainkan Game dalam komputer guru Pendamping memanggil
satu persatu anak untuk membaca Iqra’ (CL1, P3, K3). Kenzie
yang dibilang oleh Guru Kelas sebagai anak yang mengganggu
temannya kali ini Peneliti tidak menemukan kejadian itu (CL1,
P3, K4). Peneliti mencoba mendekatkan Kenzie untuk
memberikan kesibukan main game dalam komputer, alhasil ia
tidak mengganggu teman yang lainnya (CL1, P3, K5). Hanya
saja, ia harus diberikan perhatian lebih dari si Pengajar, karena
saat Peneliti hendak meninggalkan Kenzie untuk membantu anak
lainnya, Kenzie langsung minta Peneliti untuk tidak pergi
meninggalkan dia dan harus tetap bersamanya mendampingi ia
untuk main game (CL1, P3, K6). Waktu telah usai, bel berganti
kelas berbunyi (CL1, P3, K7).
Sehubung TK Darunnajah ini adalah sekolah berbasis sentra,
09.27
jadi anak-anak kelas As-salam pindah ke sentra Ibadah (CL1, P4,
K1). Peneliti tidak bisa mengikuti untuk melihat anak-anak As-
Salam karena di amanatkan menjadi Guru Kelas di kelas As-
salam dan mengisi pembelajaran Sentra untuk mengajar anak-
anak kelas Al-Qudus (CL1, P4, K2). Anak-anak Al-Qudus
memasuki kedalam kelas As-Salam, kemudian Peneliti
memberikan media agar melatih motorik halus seperti baju dan
jepitannya, anak-anak melakukan kegiatan menjepit, kemudian
potongan sedotan untuk mereka sambungkan agar semakin
panjang, kemudian ada wadah mangkok yang berisi biji-biji
107

kacang ijo, jagung kering dan beras, nanti anak-anak


mengelompokkan sesuai dengan isinya diberi 3 gelas setiap anak,
untuk membedakan mana yang kacang ijo, jagung dan beras
(CL1, P4, K3). Setiap media yang diberikan masing-masing
terdapat 4 anak yang sudah dikelompokkan (CL1, P4, K4).
Saat pembelajaran media dimulai, anak-anak melakukan
kegiatannya sesuai media yang sudah diberikan (CL1, P5, K1).
Selama pembelajaran berlangsung (CL1, P5, K2). Peneliti
meminta anak –anak untuk beranggapan bahwa ini adalah ajang
lomba per media (CL1, P5, K3). Setiap anak main cepat-cepatan
untuk memenangkan dan menyelesaikan media yang sudah
diberikan setelah itu mendapat reward bintang dari Peneliti (CL1,
P5, K4). Abdullah yang saat itu mendapatkan kelompok di media
sedotan setelah ia lakukan dengan rapih, tiba-tiba dia mencari
media yang lain karena ia merasa bosan dengan media tersebut
(CL1, P5, K5). Jadinya, Abdullah mendekati teman-teman yang
mendapat media mengelompokkan biji kacang, jagung dan beras
(CL1, P5, K6). Tiba-tiba yang terjadi adalah Abdullah
mengganggu temannya dan membuat kegaduhan seperti
memberantakkan salah satu gelas temannya yang sudah di beda
bedakan jenisnya dan kedoknya Abdullah bilang ke Peneliti
bahwa kalau ia mau mendapatkan pembelajaran media tersebut,
yang padahal Abdullah menginginkan untuk memberantaki punya
temannya (CL1, P5, K7). Setelah itu, anak-anak yang lainpun
juga bergantian media ketika mereka sudah menyelesaikan media
yang ditugaskan tersebut, agar anak anak dapat melatih motorik
halusnya dengan media media lainnya (CL1, P5, K8).
Selesai sudah pembelajaran media melatih motorik halus anak
108

(CL1, P6, K1). Kemudian, beberapa anak meminta izin untuk


main Puzzle dan Peneliti mengizinkan sebentar saja karena
melihat waktu sebentar lagi menunjukkan bel istirahat (CL1, P6,
K2). 10 menitan bermain puzzle, Peneliti meminta anak-anak
untuk merapihkan mainan yang sudah dimainin (CL1, P6, K3).
Anak-anak segera merapihkan mainannya dan berbaris untuk
keluar kelas dan memasuki kelasnya masing-masing (CL1, P6,
K4).
Anak-anak As-Salam mereka datang kekelas selesai pindah
10.21
Sentra untuk istirahat makan bersama dengan bekal yang sudah
dibawa (CL1, P7, K1). Sebelum makan Peneliti meminta anak
untuk berdoa terlebih dahulu, seperti doa sebelum dan setelah
makan, kemudian anak-anak diberi sabun dan mengantri dengan
tertib untuk membilas tangannya sampai bersih (CL1, P7, K2).
Setelah selesai mencuci tangan, mereka mengambil tasnya
masing-masing untuk mengambil bekalnya dan mereka langsung
membuat lingkaran sambil membuka bekal yang dibawa (CL1,
P7, K3). Saat makanan sudah habis, beberapa anak disuruh
Peneliti untuk membersihkan sisa makanan yang masih
berantakan di karpet, namun kurangnya kepekaan dalam diri
anak-anak dan mereka engga untuk membereskannya (CL1, P7,
K4). Jadinya, Peneliti hendak membereskannya karena nanti
untuk pembelajaran selanjutnya (CL1, P7, K5).
Waktunya bel masuk, anak-anak memasuki ruang kelas
10.57
masing-masing (CL1, P8, K1). Peneliti hendak mengajak
refreshing dahulu sebelum pembelajaran dimulai (CL1, P8, K2).
Peneliti meminta untuk anak-anak saling berpegangan tangan dan
menyanyikan gerakan “Lingkaran kecil- lingkaran besar, berpitar
109

putar ...” setelah selesai anak-anak dipersilahkan duduk kembali


(CL1, P8, K3). Setelah itu, Peneliti menerangkan buku yang
sudah di tempel pada papan tulis untuk anak-anak kerjakan (CL1,
P8, K4). Tema pada buku tersebut adalah bagaimana
menghormati guru salah satunya bila bertemu guru harus salam
dan salim (CL1, P8, K5). Setelah itu tugasnya adalah mereka
harus menebalkan kalimat dan tarik garis sesuai gambar yang
tertera dalam buku tersebut (CL1, P8, K5). Setelah selesai
menerangkan, anak-anak dipanggil oleh Peneliti untuk dibagikan
buku tugasnya masing-masing (CL1, P8, K6). Kemudian, mereka
mengerjakannya, namun tidak dengan Kenzie, karena ia izin
untuk pulang lebih awal saat selesai istirahat sebab ia harus terapi
yang telah disarankan oleh pihak sekolah (CL1, P8, K7).
11.30 Setelah selesai semua anak-anak mengerjakan tugas, mereka
meminta izin untuk main puzzle sebelum bel pulang karena
biasanya setelah mengerjakan tugas saat slesai istirahat Guru
Kelas memanggil anak untuk membaca Iqra’ (CL1, P8, K8).
Sehubung, saat pembelajaran Komputer diselingi oleh membaca
Iqra’ jadinya anak diberikan waktu uuntuk main menunggu bel
pulang (CL1, P8, K9). Setelah waktu menunjukkan bel pulang,
Peneliti meminta anak-anak untuk merapihkan mainannya
terlebih dahulu dan anak-anakpun merapihkannya dengan baik
lalu merek mambuat lingkaran sambil Peneliti mengevaluasi
untuk pembelajaran hari ini lalu membaca doa naik kendaraan,
dan doa pulang ... selesai (CL1, P8, 10).

Refleksi :
........
Kolaborator
110

Catatan Lapangan
Hari/Tanggal : Kamis, 22 Agustus 2019
Waktu : 07.35 – 11.30
Tempat : TK Islam Darunnajah Ulujami (Ar-Rahim)
Kegiatan : Pembelajaran yang berkaitan dengan Kedisiplinan
Waktu Deskripsi
07.35 Anak-anak berbaris untuk melakukan Ikrar dan mengikuti senam
yang sudah dijadwalkan oleh para guru (CL 1, P.1, KL.1). Saat waktu
yang bersamaan ada anak (Zain) yang tidak mengikuti Ikrar, ia didalam
kelas dengan keadaan menangis yang tersedu-sedu, menurut guru yang
menanganinya karna anak itu bersih keras unuk menolak mengikuti
Ikrar, akhirnya anak tersebut tidak mengikuti Ikrar sampai
selesai(CL.1, P1, KL.2). Saat Ikrar berlangsung ada anak (Fatih) yang
sama sekali tidak mengikuti gerakan apapun, karena memang
kebiasaannya seperti itu menurut gurunya, jadi bagai manapun gerakan
yang sedang dilakukan ia hanya berdiam diri saja dan melihat tanpa ada
pergerakan dalam tubuhnya (CL.1, P1, KL.3). Ada anak (Numa dan
Dirga) yang juga sangat berantusias sekali dengan Ikrar dan dia juga
terpilih untuk memimpin teman-temannya senam (CL.1, P1, KL.4).
08.00 Setelah Ikrar selesai, anak-anak memasuki kelas untuk belajar,
disamping itu papan tulis sudah tersusun jadwal apa saja yang akan di
pelajari untuk hari ini karena untuk bisa disiplin dengan tema dan
wkatu yang sudah ditetapkan (CL.1, P2, KL.1). Namun, saat guru ingin
memulai pembelajaran ada anak (Rasya) yang nangis karna ia tidak
mau ditinggal oleh Ibunya saat belajar, jadi mau gak mau Ibunya harus
menemaninya didepan kelas (CL.1, P2, KL.2). Saat waktu bersamaan
Zain memakai Jaket dan belum mau dibuka sambil bercanda-cada
dengan Numa yang memang jika dia disatukan akan bercanda-canda
111

tidak fokus untuk mengikuti pembelajaran (CL.1, P2, KL.3). Ada anak
(Azam) yang juga muter-muter dan mengganggu Fatih yang sedang
disampingnya (jail) (CL.1, P2, KL.4). Tiba-tiba Bu Ishma (guru utama)
menyuruh Bu Endang (guru pendamping) untuk menemani Rasya
keluar kelas menenangkan dirinya bersama Ibunya agar tidak menangis
terus didalam kelas, karna bisa mengganggu aktivias pembelajaran
(CL.1, P2, KL.5).
Setelah itu, Bu Ishma menyuruh peneliti untuk mengenalkan diri
pada anak-anak agar mereka mengenal nama peneliti (CL.1, P3, KL.6).
Selanjutnya, Bu Endang mengambil alih dan mengajak anak untuk
duduk tertib sambil memberi reward kepada anak yang tertib “Ayo
anak-anak, Bu Endang punya gambar plastik sampah. Siapa yang
belum tertib, nanti Ibu masukkan namanya dalam plastik sampah ini”,
sontak anak-anak ada yang langsung tertib seperti Shafwa, Farid,
Dirga, Zain, Farid, Fatih (yang memang dia hanya diam saja dari awal
masuk kelas, dan sempat selalu membawa tempat minumnya kemana-
mana tidak mau ditaro ditepatnya), lalu Amira “yang sudh tertib Ibu
masukkan namanya kedalam balon raksasa ya…”(CL.1, P3, KL.7).
Selebihnya Azam ganggu temennya dan Zain Numa bercanda-canda
belum tertib jadi Bu Endang memasukkan namanya kedalam plasik
sampah “hayooo, ada yang belum tertib, Azam namanya Ibu masukkan
kedalam plastik sampah ya….” Kemudian setelah Bu Endang
menegaskan kata itu, semuanya menjadi tertib, tapi tidak dengan Rasya
yang masih menangis didepan kelas bersama Ibunya karna menolak
untuk ditinggal dan memang kata gurunya Rasya sedang tidak enak
badan (CL.1, P3, KL.8). Setelah itu, Ibu Ishma mengambil alih, dan
tidak mengabsen kembali anak-anak yang tidak hadir langsung
pembelajaran Inti yang dilakukan melalui pembacaan doa untuk
112

penghafalan surat An-nas dan doa sehari-hari “Ayoo, Numa maju


kedepan, pimpin doa ssehari-hari… setelah itu Shafwa pimpin Surat
An-nas ya ….” Kemudian semua anak-anak mengikuti pembacaan doa
tersebut (CL.1, P3, KL.9).
Setelah itu, Ibu Ishma memberikan lembar kerja yang sudah
terpasang di papan tulis untuk anak-anak mengerjakannya “Liat nih…
Bu guru punya gambar.. siapa yang tau nama yang digambar itu????”
Zain mejawab “Aliff Bu…..” “iya betul, namanya Alif,,, nah Alif
sedang berlari sekarang kita warnain ya…. Pecinya ALif, bajuya dan
Celananya (Sambil menggambar) nanti anak-anak mengerjakannya
setelah bel istirahat ya ….” Semua menjawab sambil memperhatikan
gambar “iya bu…..” (CL.1, P4, KL.10). (kemudian bel berbunyi)
08.30 “Pergantian kelas ke Bahas Inggris”
Saat pergantian kelas dimulai Fatih ternyata memiliki kebiasaan
kurang baik, karena saat keluar kelas untukk ganti kelas dia tidak
langsung pergi ke kelas bahasa inggris, tetapi malah mengambil tempat
inumnya dan mengambil tas, ia tak mau lepas dari tas tersebut, saat
dibujuk-bujuk oleh peneliti dan dibantu oleh guru pendamping
akhirnya Fatih menaruh tas dan tempat minumnya (CL.1, P5, KL.1).
Namun, ia membawa tempat pensil agar ada sesuatu yangia bawa tidak
tangan kosong (CL.1, P5, KL.2). setelah sampai di kelas Bahasa
Inggris semua duduk rapih, tetapi tidak untuk Zain dan Numa, mereka
asik bercanda (CL.1, P5, KL.3). Numapun juga malah pindah sana sini
bangku yang sudah ditempati.
Setelah pembelajaran dimulai anak-anak mengikuti pembelajaran
dengan baik, begitupun dengan Rasya yang datang ke dalam kelas
bersama Ibunya. Saat Bu Ismha menyuruh memperagakan jalannya
kucing, anak-anak yang lain memperagakan, tetapi Fatih dan Rasya
113

tidak mengikutinya dan hanya diam saja (CL.1, P6, KL.4). Shafwa dan
Zian bercakap-cakap untuk menanyakan sebuah kursi “What Is This?”
“This Is A chair”… (CL.1, P6, KL.5). Tiba-tiba bel berbunyi tanda
pergantian kelas sentra Persiapan …. (CL.1, P6, KL.6).
09.00 Sentra persiapan di ajari oleh Ibu Maskuroh (CL.1, P7, KL.1).
Saat memasuki kelas bu Maskuroh memberi tahu pembelajaran apa
saja yang nantinya diajarkan dalam sentra persiapan ini (CL.1, P7,
KL.2). Bu Maskuroh bilang “Sekarang, kita praktik belajar cara
berwudhu yang benar dan sebelum itu kit abaca bersama-sama huruf
Hijaiyah…” “oke bu… alif, ba,ta, tsa, jim….” (CL.1, P7, KL.3).
Setelah selesai membaca huruf hijaiyah, bu Maskuroh memanggil
setiap 2 anak untuk praktik wudhu (CL.1, P7, KL.4). Anak-anak yang
belum dipanggil namanya mereka ditugaskan untuk mencoret – coret
dengan spidol dan media yang sudah disediakan oleh bu Maskuroh “
anak-anak, bu Maskuroh ngajarin wudhu dulu ya, nanti yang bleum
dipanggil mencorret dengan spidol, kalau sudah selesai boleh main”..
(CL.1, P7, KL.5). Peneliti menemani anak-anak yang sedang mencoret-
coret, mereka bisa mengerjakannya walau dengan bantuan peneliti.
Setelah itu peneliti menemani anak-anak yang di panggil untuk praktik
berwudhu (CL.1, P7, KL.6). Mereka melakukannya dengan baik sesuai
dengan tata cara yang sudah diberikanoleh Bu Maskuroh (CL.1, P7,
KL.7). setelah selesai semua mencoret-coret dan praktik wudhu, tibalah
bel istirahat berbunyi anak-anak membereskan mainannya yang sudah
dimaini (CL.1, P7, KL.8). Sebelum bubar kelas bu Maskuroh
membarisi anak dan bercakap-cakap lalu tanya jawab huruf apa yang
diunjuk oleh bu Maskuroh “hayo,,, siapa yang bisa menjawab huruf
hijaiyah yang ibu tunjuk bolehkeluar kelas..” dan anak-anakpun
berusaha untuk mengingat huruf apa yang dituju dan semuanya bisa
114

menjawab.
10.05 Semua anak-anak disuruh untuk mencuci tangan terlebih dahulu
sebelum makan bekel bersama (CL.1, P8, KL.1). Setelah itu, anak-anak
mengambil tas untuk mengambil bekelnya dan makan bersama (CL.1,
P8, KL.2). Fatih memilih untuk membuka bekelnya diatas meja, dan
temen-temen yang lainnya di karpet (CL.1, P8, KL.3). Semua makan
dengan sendirinya tidak ada yang disuapin, walaupun ada sedikit
bantuan dari peneliti dan juga guru (CL.1, P8, KL.4). Numa dan Zian
setelah selesai makan mereka membersihkan sisa makanan yang ada
dikarpet menggunakan sapu dan pengki (CL.1, P8, KL.5). Begitupun
dengan Dirga dan Farid juga setelah makan mereka membersihkan
kembali sisa makanan mereka (CL.1, P8, KL.6). Semua anak-anak
membereskan kembali tempat makannya dan memasuki kedalam tas
sekaligus menaruh kembali tas nya di tempat yang sudah disediakan
(CL.1, P8, KL.7).
Setelah itu, mereka bermain bersama, tetapi tidak dengan Fatih
(CL.1, P9, KL.8). dia tidak bergabung dengan teman-temannya yang
lain (CL.1, P9, KL.9). Rasya pun tiba-tiba pulang tanpa sepengetahuan
peneliti (CL.1, P9, KL.10). Peneliti mengetahuinya karna guru yang
sudah memberi tahu kabar tersebut (CL.1, P9, KL.11). Saat waktu yang
bersamaan Fatih didatangi oleh ibunya untuk memberikan tambahan
bekal (CL.1, P9, KL.12). Namun yang terjadi setelah memakan bekal
tambahan, Fatih mengambil sepatu dan memakainya sekaligus
mengambil tas nya(CL.1, P9, KL.13). Ia mengira bahwa ibunya datang
untuk menjemput pulang yang padahal bukan waktunya jam pulang
(CL.1, P9, KL.14). Setelah itu bel masuk berbunyi, Fatih tidak mau
masuk kelas, akhirnya di bujukoleh peneiti dan guru pendamping
sehingga Fatih masuk kedalam kelas dengan keadaan masih memakai
115

sepatu dan tas yang digedongnya (CL.1, P9, KL.15).


Selama pembelajaran berlangsung, Bu Ishma memberikan buku
lemb kerja yang harus anak kerjakan sesuai kesepakatan diawal
pembelajaran untuk mewarnai gambar yang sudah tertera di lembar
kerja tersebut (CL.1, P10, KL.16). Fatih yang awalnya bermalas-
malasan untuk menerima buku lembar kerja yang diberikan akhirnya
mengamil buku tersebut dan mewarnainya dengan coret-coret kasar
ang tidak beraturan (CL.1, P10, KL.17). Kemudian peneliti mendekati
anak-anak yang lain untuk melihat hasil lembar kerja yang mereka
warnai, sekaligus guru memanggil satu persatu anak untuk membaca
iq’ra (CL.1, P10, KL.18). Setelah detik-detik pengerjaan tugas selesai,
guru pendamping meminta anak-anak untuk membereskan kembali
Crayon yang sudah dipakai tadi (CL.1, P10, KL.19). namun, tidak
semua membereskan, hanya Numa dan Farid saja yang
membereskannya (CL.1, P10, KL.20). setelah itu Bu Ismha meminta
anak untuk duduk yang rapih karena waktu sudah menunjukkan bel
pulang “ayo… siapa yang mau pulang silahkan duduk yang rapih…”
sontak semua anak duduk dengan rapih dan kemudian mereka
membaca do’a yang dipimpin oleh Numa (CL.1, P10, KL.21). Saat itu
Azam tidak mengikut doa bersama, ia lebi memilih untuk mengganggui
Shafwa sehingga Shafwa merasa terganggu dan meminta Bu guru
untuk bilang ke Azam agar Azam mau minta maaf kepadanya karna
sudah mengganggunya (CL.1, P10, KL.22). Setelah itu semua sudah
dilakukan mereka berpamitan dengan Guru dan peneliti
11.30 “Bel Pulang”
Ada beberapa anak yangbelum dijemput, yaitu Fatih dan Farid
jadi mereka menunggu kedatangan yang menjemputnya dan guru
memberikan kegiatan tambahan seperti Fatih membaca Iqra’ dan farid
116

tugas tambahan menulis

Refleksi :
Pada penelitian kali ini Peneliti melihat beberapa masalah yang terjadi, dimulai
dari tangisnya Zain dan ketidakikut sertaan dalam pergerakan saat Ikrar si
Fatih dan keterlambatannya si Rasya. Walapun sebenarnya anak mampu
mengatasinya sendiri namun semua itu butuh pendampingan dari guru. Azam
yang masih belum bisa fokus dalam pembelajaran, Numa yang terlalu aktif
dalam kegiatan sehinggaterkadang bisa mengganggu temennya yang lain, amira
yang sangat pendiam dan juga Farid Zian yang selalu tertib dalam
pembelajaran begitupun dengan Shafwa yang masih mau menjaga ketertiban
dalam pembelajaran.
117

Catatan Lapangan

Hari/Tanggal : Selasa, 3 September 2019


Waktu : 07.09 - 11.30
Tempat :TK Islam Darunnajah (Al- Quddus)

Waktu Deskripsi
06.49 Seperti biasa anak-anak sampai disekolah membuka sepatu
dan menaruh kedalam rak sepatu, kemudian meng-absen mandiri
menulis nama dan waktu kehadiran (CL1, P1, KL1). Anak-anak
menulis sendiri tanpa bantuan Peneliti maupun guru dan orang tua
yang telah mengantarkan anak kesekolah (CL1, P1, KL2). Mereka
mengantri menulis absen tanpa gaduh dan anak-anak paham
bagaimana mereka harus melakukannya (CL1, P1, KL3).
Saat Peneliti menjaga meja absen dan menunggu kehadiran
anak-anak datang, tiba-tiba Bu Maskuroh (Guru Kelas Al-
Quddus) menghampiri Peneliti (CL1, P2, KL1). Ternyata, beliau
meminta Peneliti untuk mengajar lagi, karena beliau di amanatkan
oleh sekolah untuk ganti Bu Widi menghadiri acara kurikulum
(CL1, P2, KL2). Kebetulan, sentra kelas Al-Quddus tidak
berpindah, karena hari ini Sentranya tetap dikelas Al- Quddus
(CL1, P2, KL3).
07.41 Bel masuk berbunyi, tanda Ikrar segera mulai (CL1, P3, KL1).
Anak-anak berbaris dengan rapih (CL1, P3, KL2). Hari ini, Ikrar
dipimpin oleh Bu Maskuroh sebelum jalan untuk menghadiri
acara, walaupun awalnya Peneliti disuruh oleh Bu ... untuk
memimpin Ikrar tapi Bu Maskuroh saja yang memimpin (CL1,
P3, KL3).
118

Tema hari ini adalah sekolahku, Bu Maskuroh bercerita


tentang menghormati Guru, setelah itu Bu Maskuroh meminta
anak-anak untuk mengucap Asmaul Husnah dengan lantunannya
(CL1, P4, KL1). Karena memang, Asmaul husna ini sering
dilakukan oleh Guru pemimpin Ikrar di TK Darunnajah, yang
menjadi salah satu ciri khas berbeda dari sekolah lain (CL1, P4,
KL2).
Disaat Ikrar berlangsung ada murid yang tidak mengikuti
Ikrar, karena keterbatasan emosional yang berbeda dari anak-anak
lainnya, namanya Bintang (CL1, P5, KL1). Anak ini memang
kerap sekali mengganggu teman lainnya, karena suka berteriak
dan berputar-putar lari-laria kesana kemari dan tidak bisa diam,
seperti anak Hyperaktif (CL1, P5, KL2). Guru membujuknya
untuk Bintang mengikuti Ikrar tetap saja dia lari menjauhi
gurunya dan tidak mengikuti Ikrar, bila di paksa ia berteriak dan
akan mengganggu teman-teman lainnya, jadi Bintang didiamkan
saja oleh Guru dan tetap dalam pengawasan Guru (CL1, P5,
KL3).Setelah itu anak-anak refreshing dengan gerakan senam
kecil, lalu mereka dipersilahkan untuk masuk kedalam kelas
masing-masing (CL1, P5, KL4).

Saat di dalam kelas, Peneliti meminta anak-anak untuk


mengambil minumannya didalam tas, untuk mereka minum
08.27 sebelum pembelajaran dimulai (CL1, P6, KL1). Setelah mereka
meminum, Peneliti meminta anak-anak untuk duduk dengan
tertib, dengan di berikan reward tertulis dalam papan tulis di
119

sebuah gambar kodok (CL1, P6, KL2). Saat Peneliti melihat siapa
saja yang sudah tertib, ternyata ada Aal dan Kayla yang selalu
saja mengobrol ,akhirnya Peneliti meminta mereka untuk
berpindah tempat agar tidak menjadi satu (CL1, P6, KL3). Zema
yang masih mengantuk, ia tidur-tiduran dilantai sesekali beberapa
teman lainnya pun mengikuti akhirnya Peneliti memberikan
gerakan sedikit yang bisa membuat mereka bisa lebih fokus pada
pembelajaran (CL1, P6, KL4). Setelah itu, Abdullah masih saja
lari-larian tidak mau duduk dengan tertib, ini dikarenakan melihat
perkembangan kognitif Abdullah yang kurang pesat, karena
kurang begitu memahami apa yang diminta oleh Peneliti (CL1,
P6, KL5). Akhirnya, dengan bujuk rayuan yang begitu ekstra
Abdullah dan teman-teman yang lainnya bisa duduk dengan tertib
(CL1, P6, KL6). Setelah itu Peneliti menanyakan gedung-gedung
apa saja yang ada disekitar sekolah TK Darunnajah, anak-anak
menjawab satu persatu “ada Bank bu..., Rumah Sakit, Kantor Pos
dll” (CL1, P6, KL7). Setelah menjawab semuanya, Peneliti
meminta anak-anak untuk berdiri dan berganti kelas, karena
pelajaran pagi ini adalah kelas Bahasa Inggris (CL1, P6, KL8).
Ketika masuk kedalam kelas Bahasa Inggris sudah ada anak-
anak dari kelas As-Salam yang telah di pimpin oleh Bu Widi
(CL1, P7, KL9). Jadi, selain Peneliti diminta untuk mengajarkan
anak-anak kelas Al-Quddus, juga diberi amanat untuk bergabung
dengan anak kelas As-Salam belajar Bahasa Inggris, menjadi
sangat ramai kelasnya karena gabungan (CL1, P7, KL10). Setelah
itu, saat pembelajaran dimulai Abdullah masih belum fokus
dengan pengajaran yang Bu Widi berikan, ia malah mencari buku
dan menghiraukan Bu Widi, begitupun dengan Aisyah yang
120

mengikuti Abdullah (CL1, P7, KL11). Kemudian, tiba-tiba Azam


bilang ke Peneliti untuk meminta izin kekamar mandi, namun
karena ia belum terlalu bisa untuk membuka celananya sendiri
jadinya Peneliti menemani Azam kekamar mandi (CL1, P7,
KL12).
Waktu terus berjalan, selesai sudah pelajaran Bahasa inggris
(CL1, P8, KL1). Anak-anak siap-siap untuk keluar kelas dan
meamsuki kembali kelas Al-Quddus (CL1, P8, KL2). Kemudian,
Peneliti memberikan Lembar Kerja kepada anak-anak untuk
mengerjakan tugas dengan soal yang sudah dijelaskan
sebelumnya, menarik gambar sesuai dengan kosakata yang ada
dan menebalkan hurufnya (CL1, P8, KL3). Setelah mereka
mengerjakannya, satu persatu anak-anak meminta izin kepada
Peneliti untuk menghabiskan waktunya sebelum istirahat dengan
bermain-main, yang laki-laki minta bermain puzzle dan yang
perempuan meminta selembar kertas bekas untuk mereka gambar-
gambar bebas (CL1, P8, KL4). Kegiatan seperti itu menjadi
sebuah kebiasaan mereka setiap hari saat diajarkan oleh Bu
Maskuroh, karena Peneliti mendengarkan salah satu anak saat
meminta selembar kertas “Bu Mega, aku mau minta kertas dong
Bu Mas katanya sudah siapin ...” (CL1, P8, KL5). Disamping itu,
Peneliti memanggil satu persatu anak untuk mengkoreksi tugas
yang sudah mereka buat, jika sesuai dengan perintah tugasnya
Peneliti menawarkan sebuah stiker yang sudah dipersiapkan untuk
di tempelkan pada baju seragam mereka (CL1, P8, KL6). Saat
detik-detik penghabisan waktu untuk menuju istirahat Peneliti
meminta anak-anak untuk membereskan mainan dan kertas-kertas
yang habis merek pakai, merekapun langsung membereskannya
121

(CL1, P8, KL7).


Peneliti meminta anak-anak untuk duduk dengan rapih dan
10.10 membaca do’a sebelum dan sesudah makan (CL1, P9, KL1).
Setelah selesai membaca do’a Peneliti memberikan sabun cair
satu persatu anak dan menuju kamar mandi untuk membilasnya
(CL1, P9, KL2). Mereka menuju kelas kembali sambil membawa
tas yang berisi bekal mereka masing-masing (CL1, P9, KL3). Ada
beberapa anak yang masih berantakan ketika makan, seperti Alfi
Aisyah Kayla Uma dan Aal (CL1, P9, KL4). Saat Peneliti
memberikan masukan bahwa “selesai makan nanti dibersikan
kembali ya, tidak ada sisa makanan dikarpet. Disapu biar nanti
duduk untuk belajarnya bisa nyaman” (CL1, P9, KL5). Selesai
makan, mereka langsung mengambil sapu untuk membereskan
sisa makanannya yang berjatuhan, kejadian ini seperti pembiasaan
mereka dikelas karena mereka melakukannya dengan baik tanpa
ada keluh kesah yang terlontar dari mulut mereka (CL1, P9,
KL6). Selesai sudah mereka makan lanjut dengan bermain-main
diluar kelas, seperti main prosotan rumah-rumahan maupun
kapal-kapalan (CL1, P9, KL7).
10.40 Bel masuk berbunyi, Peneliti memberikan tugas kembali
dengan membagikan buku tulis mereka yang didalamnya sudah
ada soal-soal berbeda tiap anak, karena ada anak yang
perkembangannya sudah bagus jadi diberikan soal yang berbeda
agar ia bisa berkembang lebih baik lagi (CL1, P10, KL1). Aleya,
Fahmi, Zema, Aisyah, Kayla, Aal adalah anak-anak yang
petkembangannya baik dan mereka diberikan soal berbeda seperti
menuliskan nama Guru mereka dan nama Teman-teman mereka
(CL1, P10, KL2). Abdullah mendapatkan soal tugas yang berbeda
122

juga, namun soalnya terlalu mudah dan juga karena keterlambatan


perkembangannya ia hanya menebalkan huruf saja, itupun ia tidak
kerjakan hanya mencoret coret saja (CL1, P10, KL3).
11.45 Disamping anak-anak mengerjakan tugas Peneliti memanggil
satu persatu anak untuk rutinitas membaca Iqra’, setelah membaca
Iqra’ anak-anak diminta untuk membereskan mainan yang sudah
ia maini setelah selesai mengerjakan tugas tadi (CL1, P11, KL1).
Saat mereka selesai membereskan mainannya, Peneliti meminta
anak-anak untuk duduk dengan rapih karena waktu sudah
meunjukkan untuk pulang (CL1, P11, KL2). Setelah itu, anak-
anak berdo’a pulang dan
Peneliti mengevaluasi hasil pembelajaran hari ini.
123

Wawancara ibu inda


I : Informan
P : Pewawancara
Kode : “I.In” (Ibu Inda)
Ket Petanyaan dan Jawaban kode
I Laura kasih kesempatan umi mau di wawancara dulu, wawancara mau di CW.Iin]1
tanya-tanya ya
P Ya bismilahirromanirohhin, jadi ibu saya mau bertanya tentang kedisiplinan, CW.Iin2
pertama bagaimana sih bu pembelajaran yang dilakukan oleh ibu, jadi kaya
apa sudah melakukan standar mengajar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah
kaya itu lah sudah S1, bersertifikasi
I Ooh iya, klo S1 klo dari ketenagakerjaannya ya alhamdulillah sudah
memenuhi, sudah S1 eee, sudah lagi linier juga ke jurusan PAUDnya tinggal
menunggu wisudanya, wisuda PAUDnya.
P Jadi belum bersertifikasi ya bu? CW.Iin3
I Belum belum bersertifikasi
P Cuma udah ngambil penidikan untuk S1nya gitu? Eh gimana? CW.Iin4
I Eee, jadi sudah S1 tapi tidak linear jadi untuk yang linier PG PAUDnya itu
baru mau wisuda
P Oke, terus klo penedekatannnya itu seperti apa bu? Metodenya untuk di dalam CW.Iin5
kelas seperti apa?
I Untuk metode pembelajaran lebih ke disiplin, lebih menekankan untuk
datangnya tepat waktu, klo ada anak yang suka siang-siang begitu dikelas suka
kita ingatkan klo pagi-pagi itu ada jam masuknya jam sekian sampai sekian,
untuk malemnya tidurnya jangan sampai malem, lebih banyak metodenya
bercerita. Lebih banyak bercerita dan bernyanyi unntuk ke disiplinan itu juga.
P Oke kalo responnya bagaimaan bu, klo di berikan kaya pake metode nyanyi CW.Iin6
bercerita responnya baik apa engga dari anak-anak?
124

I Anak-anak alhamdulillah sih dengan bernyanyi da bercerita mereka antusias


P Antusias ya bu, ga ada yang leha-leha ga peduli itu ga ada? CW.Iin7
I Ya mungkin satu dua orang yang di bilang klo ga peduli sih engga tapi karena
dia model anak yang kinestetik jadinya sambil main sana-sini tapi kita selalu
ajak tentang kedisiplinan
P Oo gitu, klo yang ga acuh dengan berceritanya ibu, nyanyi-nyanyinya ibu itu CW.Iin8
bagaimana bu?
I Alhamdulillah untuk kelas tahun ini klo kita kasih cerita tentang tepat waktu,
kedisiplinan, kaya sholat itu juga disiplin waktunya itu mereka antusias yang
berlari-lari juga klo kita sudah buka buku mereka langsung duduk
alhamdulillah tahun ini
P Berarti dengan sembari dia di kasih kaya nyanyi gitu ya bu, modelnya kaya CW.Iin9
gimana tuh yang nyanyi bu?
I Klo yang tepat waktu itu kan kaya siang ada lagunya “jika pulang sekolah
jangan main keluar rumah beristirahatlah dulu supaya hilang lelahnya” itu kan
mengajarkan kedisiplinan klo pulang sekolah waktunya istirahat istirahat.
P Klo di kelas ini ibu memberikan tugas sering apa engga? Kaya yang LSK itu CW.Iin10
loh
I Lembar kerja ya? Klo yang lembar kerja itu paling sehari itu satu, itu juga ga
yang susah-susah banget kaya yang tahap pertama itu hanya menebalkan, itu
Cuma satu.
P Itu satu hari satu apa satu hari bisa juga ga ngerjain
I Bisa ga nngerjain kita bermain di luar, kita bermain peran, pokoknya itu satu CW.Iin11
hari itu juga Cuma satu menebalkan untuk melatih motorik itu juga bukan
lembar kerja aja hasil karya kaya meremas, menggunting, kaya apa sih ya
permukaan kaya mengenal kasar dan halus, itu juga kan tidak perlu pakai
lembar kerjaindikator mengenal kasar dan halus sudah nyampe.
P Dari segi tugas-tugas ya bu jadi ga harus mengerjakan itu aja CW.Iin12
125

I Engga, jadi terkadang fisik juga


P Klo yang biasanya ga ngerjain itu, ibu gimana naggepinnya CW.Iin13
I Biasanya kita terakhir pulang sekolah itu kita evaluasi siapa biasanya yang hari
ini dapat bintang banyak yang dapet jempolnya berdiri, biasanya anak-anak
kita flasback ke dia sendiri kedirinya hari ini bagaimana kamu menilai dirinya
bagaimana kaya tadi, kaya Naila tuh dia paham dirinya dari pagi main-main
apa jadi berdiri data terbalik kasih jempol sendiri, jempol kamu berdiri atau
terbalik kasih penilaian sendiri, dia merasa ga tertib ya terbalik, besok
bagaimana masih mau berdiri atai terbalik “berdiri” ya ga perlu di ulangi lagi
perbuatan yang tidak baik.
P Klo itu kan pas diakhir bu klo ini loh CW.Iin14
I Pas awal?
P Iya kan lagi ngerjain tugas nih terus tiba-tiba dia ga ngerjain CW.Iin15
I Paling itu klo sudah selesai itu jadi satu-satu, kan anak-anak itu emg ada yang
hobi belajar lagi-lagi kan ada yang kinestetik ya yang ga bisa diem jadi emg
harus di bimbing satu orang, yang sudah selesai boleh main yang belum selesai
itu kita panggil menyelesaikan kita bimbing jad kita bimbingnya itu bukan kita
yang mengerjakan kita bimbingnya itu duduk kita temani saja jadi biarkan si
anak itu coretannya mau bagaimana-bagaimana dan ada hasilnya.
P Itu hasilnya sampai selesai apa setengah pekerjaan aja bu biasanya? CW.Iin16
I Sampai selesai sih kita temenin klo ada model yang anak-anak kinestetik
seperti itu
P Ooh, atau klo engga itu ngikut waktu ya bu klo udah bel CW.Iin17
I Nah biasanya udah selesai semuanya ada yang belum kecapai dan belum di
jemput kita tawarkan lagi kaya si danis kan belum ngaji, temen-temen sudah di
jemput dia belum di jemput “abang danis hari ini sudah baca iqro belum?”
muter-muter ayo kita pangku meskipun bacanya belum full sampai habis tapi
minimal sebaris duabaris mereka mengulang
126

P Ooh gitu, terus ka kalo di sekolah itu ya harus ada disiplin lah di sekolah ga CW.Iin18
mungkin klo ga ada kedisiplinan. Nah menurut ibu disiplin pada TK pada anak
usia dini itu apa?
I Disiplinnya itu bukan masalah disiplin ke waktu ya, disiplinnya itu lebih ke
masalah tanggungjawabnya dia gitu loh kaya waktunya mengerjakan dia harus
bertanggungjawab, ayo kita kerjakan, klo itu kita bimbing, dengan sendirinya
klo dia sudah disiplin tanggungjawabnya disiplin juga dia bisa,
P berarti disiplin itu adalah tanggungjawab? CW.Iin19
I Iya simpelnya
P Jadi contohnya seperti apa sih bu disiplin itu kaya gimana? CW.Iin20
I Kaya misalnya mau kaya mau makan, klo mau makan kan itu harus cuci
tangan, klo misalnya sudah cuci tangan nih kemudian makan, nah setelah
makan itu disiplinnya sudah selesai nah sebelum selesai dia main itu, sebelum
selesai dia main itu dia harus bertanggung jawab merapihkan, merapihkan
makanannya baru boleh main.
P Oh itu salah satu penerapannya ya, klo gitu menurut ibu bagian disiplin itu apa CW.Iin21
aja sih klo di sekolah?
I Bagian disiplin itu klo di sekolah seperti mengikuti tata tertib sekolahnya, terus
bertanggung jawab tadi, kemudian ya lebih mengikuti aturan sih bu, bagian
dari disiplin itu megikuti peraturan sekolah.
P Klo terkait aturan nih bu, dikelas ini ada aturan tersendiri ga sih? CW.Iin22
I Ada, yaitu klo sudah, klo waktunya sudah bel dia bermain harus merapihkan
sendiri
P Selain itu apa aja bu kan itu dari segi apa namanya mainan, tapi dari segi CW.Iin23
mungkin yang tertulis atau ga tertulis gitu?
I Ooh ada sayang teman, mengucapkan salam kalo bertemu, hello, lebih ke be
nice your friend, lebih ke sayang teman dan yaitu klo dia berbuat harus
bertanggung jawab misalnya kaya berantem sama temennya selesaikan sendiri,
127

bagaimana caranya menyelesaikan sendiri kita bimbing tetep, kita bimbing tadi
siapa yang bersalah kita harus bertanya tidak hanya satu pihak dua pihak atau
tiga pihak kan yang melihat siapa yang berantem siapa, coba klo seperti ini
siapa yang salah siapa yang meminta maaf silahkan klo sudah seperti itu
balikin lagi yang salah itu akan meminta maaf, memberikan tangannya
P Klo ibu sendiri selalu mengontrol kedisiplinan anak disini CW.Iin24
I Iyalah pasti, selalu
P Nah tadikan klo disiplin waktu itu kan kaya datangnya anak sama keluarnya CW.Iin25
anak kan, nah itu klo misalnya datangnya terlambat bagaimana responnya?
I Menanyakan kenapa datangnya terlambat ke orang tuanya ya
P Oh pertama ke orang tuanya CW.Iin26
I Ke orang tuanya dulu setelah itu ke annaknya, tadi kenapa dirumah ada apa
nyampe sekolah kok temen-temen sudak datang kok kakak ini baru datang,
tadi abis main apa paling begitu, kadang-kadang mandinya lama aku main dino
dulu kadang-kadang begitu
P Nah itu kan ada alasan dari anak ya bu, ada ga tanggepan dari ibu klo tadi CW.Iin27
misalkan mandinya lama nanti apakah ada solusi dari ibu ke anak?
I Balik lagi ke cerita nantu klo ga pagi siang nanti kita fokus ke anak ini yang
telat apa alasannya, tadikan mandi sama main dino nah nanti kita arahin klo
lebih ke bersama-sama kita kasih tau boleh ga seperti ini klo telat bagaimana
jadi kita balikin lagi ke mereka, mereka paham jadinya
P Klo itu kan baru berangkat, pulangnya semisal ada gak keterlambatan dari ibu CW.Iin28
ke anak misalnya udah bel tapi masih belajar
I Engga, alhamdulillah
P Jadi alhamdulillah engga ya, jadi tepat waktu
I Tepat waktu kan ngajarin disiplin kita juga harus CW.Iin29
P Nah atau ada yang “bu aku mau pulang” gimana ibu naggepinnya? CW.Iin30
I Ada, iya boleh pulang kita berdoa bulu mau pulang kan, iya mau pulang,
128

semuanya kita tanya yang lain siapa yang mau pulang? Kli udah mau pulang
kita berdoa dulu ya! Kita selalu ngebalikin ke temen-temennya biar teme-
temennya yang ngejawab, biasanya klo temen-temennya yang ngejawab dia
akan ngerespon banget tuh hatinya
P Oh iya kaya kedukung banget gitu juga ya CW.Iin31
I Iya makanya, reaksi temen-temen ku gini berarti bener, kita selalu libatkan
teman-temannya dalam menjawab
P Klo yang ini ebih ke disiplinan gitu ga sih bu, tulisan? CW.Iin32
I Klo yang ini lebih ke tata tertib bbersama tapi untuk dikelasnya itu kita
aturannya beda lagi
P Oh sesuai guru ya? CW.Iin33
I Ho oh, kadang sikonnya satu kelas dengan kelas lain berbeda kaya disini kan
ada yang kinestetik muter-muter nah kita ada tuh tambahan dari peraturan
sekolah kita tambahin lagi buat kelas kita yang memang condong ke muter-
muter ini jadi dikelas itu duduk tertib klo mau main tidak menggangu teman
gitu
P Klo faktor yang mempengaruhii kedisiplinan itu apa bu? CW.Iin34
I Eee lebih ke, banyak, banyak sih ya kita lebih ke orang tuanya bekerja sama
sama orang tuanya
P Berarti dai pihak orang tua juga ya? CW.Iin35
I Iya kita libatkan, kita libatkan orang tua untuk ikut andil untuk membentuk ini
karna anak-aanak itu lebih banyak di rumah dari pada di sekolah
P Oh iya betul CW.Iin36
I Klo di sekolah itu hanya beberapa jam, klo di rumah itu kan malem juga di
rumah itu lebih sebenernya teladan orang tua lah yang ngebentuk kita hanya
menambahin
P Betul, oke ee berarti ini kelas Ar-Rohman A1 apa A2? CW.Iin37
I A1
129

P Ada ga sih bu problematika dari disiplin itu. jadi kaya masalah apa sih tentang CW.Iin38
disiplin itu di sini, yang sering muncul gitu?
I Masalah itu yang lebih banyak masalah itu anak-anak yang 13 itu sudah
banyak yang terbentuk kedispilnan dan tanggung jawabnya. Karena satu orang
ini, yang kinestetik ini yang lain jadi agak terganggu. Yang hyper ini loh.
P Ooh jadi karena yang hyper, jadi kadang ngaruh ke aak-anak yang lain. CW.Iin39
I Iya anak yang lain
P Dan itu sering terjadi gak bu? Maksudnya ya sering terjadi gak sih CW.Iin40
I Ya sering terjadi
P Oke jadi kaya tugas itu sering lalai, berarti? CW.Iin41
I Iya bener, iya kita memang harus pinter-pinter mensiasatinya. Kaya sekarang
nih lagi seminggu, dua minggu pertama ini kita kasih yang suka bergerak ini
kasih kesempatan buat diluar dulu. Tapi dengan satu guru yang membimbing
dia, maksudnya biar dia mau dikelas dan di kelas ga ganggu temennya, tadinya
kan dia dikelas itu muter-muter sambil ganggu temennya. Jadikan
mengganggu pembelajaran sekali. Tapi setelah kita melihat itu tuh dua minggu
pertama si anak kita suruh menghabiskan energinya dulu di luar.
P Berarti setiap hari dia ada waktu untuk keluar dulu dong? CW.Iin42
I Iya, jadi sebelum masuk ke kelas siahkan main diluar
P Khusus dia aja? CW.Iin43
I Khusus dia. Klo dia udah keringetan agak cape masuk gitu. Tadinya kan
sebelum kita tahu dia begitu taruh disinikan ganggu kelas. Setelah seminggu
kita melihat loh kok ada gejala seperti ini. Dua mingu itu sembari dia diluar
sambil kita mengarahkan, menasihati, selalu mengingatkan. Dan untuk tiga
minggu empat minggu sekarang itu dia udah di kelas dan udah gak terlalu
yang muter-muter dan tidak mengganggu temennya. Biasanya kan dia ambil
mainan ajak temannya yuk kita main yuk mter-muter lagi akhirnya kan gaduh
ribut nah setelah eberapa minggu kaya gitu tuh kita habiskan dulu. Jadi setiap
130

hari nih klo itu tuh pas ketika ikrar, sebelum ikrar si anak itu kita minta buat
lebih agi datangnya biar energinya lebih udah tersalurkan dulu itu.
P Berarti itu tiap hari bu? Sampai sekarang juga seperti itu? CW.Iin44
I Sampai sekarang, dan itu memang bagus bu maksudnya dikelas itu dia udah
capek ngefeknya main dibelakang, main lego numpuk-numpuk gak yang
muter-muter banget alhamdulillah.
P Oh itu, saat itu ini mempengaruhi temen-temen yang lain CW.Iin45
I Memepengaruhi temen-temen yang lain dalam bekerja, dalam belajar, dalam
bertanggungjawab, bermain juga.
P Kaya ngerusuh gitu bahasanya ya? CW.Iin46
I Iya
P Nah itu yang tadi ibu bilang terkait ikrar, nah ikrar, baris-berbaris itu bagian CW.Iin47
dari disiplin anak engga sih?
I Iya
P Baris-berbaris kaya membuat anak itu jadi harus... CW.Iin48
I Gini perbedaan batu bara dengan permata kan hanya di tempanya saja. Batu
bara itu kurang di tempa, kurang di latih dikasih kesempatan yang lebih baik.
Klo permata kan ibaratnya dia karena banyak ditempa, banyak dilatih akhirya
dia jadi permata. Jadi kita harus banyak memberikan kesempata ke anak dan
mengarahkan dari kecil itu yang baik-baik. Agar nanti besarnya dia bisa
menjadi sseorang yang bermanfaat bagi orang lain gitu loh. Kaya disiplin baris
berbaris itu juga gak memaksa dia harus baris, engga iitukan buth proses dari
awal juga yang nurut-nurut saja yang sudah terbentuk dari rumahnya. Tertib
klo berdiri baris klo yang belum terbentuk ya kita sembari nasehati diingetin
P Pendekatan gitu ya? CW.Iin49
I Iya ntar lama-lama proses itu akhirnya mau alhamdulillah
P Jadi kaya sebelum berangkat kaya absen gitu ya bu CW.Iin50
I Iya
131

P Absen itu selalu ya bu? Atau ada yang pernah ga absen gitu? CW.Iin51
I Ada, ada juga ya balik lagi karena kita di anak usia dini karena proses ya,
pembiasaan kan proses, gak memaksakan banget Cuma kita klo dua kali tiga
kali engga kita komunikasi sama orang tuanya kita juga ingetin kita ajak
pertama kita pegangin dulu tangannya gitu.
P Dan klo dia ga ngikut karna sudah bel masuk yabu? CW.Iin52
I Klo sudah bel masuk kan itu sudah selesai ya udah tutup berarti namanya gak
terdaftar di anak yang datengnya pagi berarti kategorinya suka telat gitu.
P Nah itu ngaruh juga ga bu, absen itu ngaruh juga untuk ke rapot nantinya? CW.Iin53
Kaya tentang kehadiran?
I Iya ngaruh
P Oh ngaruh, apa ada absen dua kali dalam kelas juga di absen? CW.Iin54
I Ohh ada klo disini kan absennya lebih ke kehadiran bukan kedatangan klo
disanakan kedatangan
P Ohh jam waktu ya? CW.Iin55
I Jam waktunya
P Ohh berarti nanti klo dirapot itu lebih ke datengnya CW.Iin56
I Dateng yang terpagi nanti kan ada bentuk reward untuk anak yang datangnya
pagi ada
P Ohh ada juga CW.Iin57
I Ada
P Itu ditaruhnya di rapot atau ada sesi beda lagi? CW.Iin58
I Berpengaruh ke rapot juga, berpengaruh dan nanti pas akhir tahun juga dikasih
hadiah supaya memotivasi yang lain supaya datangnya tidak terlambat itu sih
sebenernya intinya
P Dan itu sudah dikomunikasikan orang tua sebelumnya sih bu klo kaya gitu? CW.Iin59
I sudah sih sudah di komunikasikan
P Ohh berarti abses itu untuk kedatangan waktu ya, nah klo yang dikelas untuk CW.Iin60
132

kehadiran, jadi walaupun dia ga nulis disini waktunya tapi klo ada
kehadirannya ada
I Berarti ini kategori anak yang suka telat, ini yang jadi rujukan kita harus
ngomong ke orang tua nih anak ini suka telat
P Berarti ngasih taunya lewat rapot apa ada pertemuan sendiri sih bu? CW.Iin61
I Lebih ke komunikasi kadang lewat whasup klo orang tuanya super sibuk kita
telfon atau whasuppan kita kasih tau begini-begini
P Berarti personal, ga dikasih tau keseluruhan misalnya buat semuanya engga CW.Iin62
ya?
I Ga enak, sudah tau sih guru-guru sudah paham kelasnya bagaimana-
bagaimana kita komunikasikan ke wali muridnya klo diumbar ke semua orang
kita sebut namanya kan ga enak. Ini kan kita mau ngebentuk 1-2 orang
P Klo naro sepatu itu salah satunya juga disiplin ya bu nya, klo itu pasti, itu ada CW.Iin63
guru kelas yang ngebimbing apa ada tugasnya lagi sih bu biasanya?
I Itu biasanya klo diantar itu orang tua dan kita juga ngingetin lagi
P Itu tugas yang nngejaga absen apa ada lagi? CW.Iin64
I Iya biasanya yang ngingetin yang ngejaga absen itu kan ada anak yang
memang ga dianterin, dan dianterinnya di bawah. Iya diingetin kan kita deket
tuh tolong disimpan di raknya tempat sepatu gitu. Mungkin pertama seminggu
dua minggu sebulan lah anak-anak mungkin masih bingung ya masih suka
kebawa ada kebiasaan dari rumah tapi lama-lama mereka paham, oh iya
disimpennya di rak sepatu
P Oh iya klo di rumah ya udah kah ditaro aja lah CW.Iin65
I Iya betul
P Berarti klo nanganin anak lewat pendekatan aja ya bu ya yang ga disiplin, ga CW.Iin66
ngerjain tugas, tugasnya dilalain gitu-gitu. Terus kaya bersihin mainan itu kan
bagian dari disiplin juga ya bu! Nah itu klo ga mau beresin itu gimana
responnya?
133

I Gurunya atau anaknya?


P Gurunya CW.Iin67
I Gurunya ikut merapihkan sembari duduk, bu guru bantuin “ayo sama-sama”
sambil merapihkan untuk tahap pertama, kedua, ketiganya nanti mereka udah
paham. Klo semester dua biasnaya udah enak bu sudah kebentuk, maaf
waktunya tinggal 5 menit lagi sudah mau bel yao dirapihkan paham klo
semester 2
P Jadi sekarang jatohnya masih semester 1 ya bu? CW.Iin68
I Semester 1
P Sampai bulan? CW.Iin69
I Tahun ini sampai bulan November
P Sama B juga ya bu termasuk? CW.Iin70
I Sama semuanya
P Berarti tiap tahunnya satu tahun itu 2 semester ya bu, A 2 semester, B juga 2 CW.Iin71
semester
I Sama
P Nah disiplin itu kan berpengaruh terhadap pola asuh orang tua, nah menurut CW.Iin72
ibu ngaruh gas ih bu klo orang tuanya bekerja terlalu sibuk?
I Berpengaruh sekali
P Tapi klo disini ada yang orang tuanya kerjanya bener-bener sibuk banget? CW.Iin73
I Kya itu dia ada yang seperti itu tapi lagi-lagi kita komunitasi. Komunikasi itu
harus di jaga. Guru dengan wali muridnya harus di jaga karena kita pengen
sama-sama ngedidik anak-anak ini maju bersama. Biar maju bersama, biar
bagus, komunikasi lebih penting bu
P Tapi ada konflik tersendiri ga bu ketika guru mengingatkan kepada orag tua? CW.Iin74
I Engga alhamdulillah tahun ini
P Ibu anak saya begini harusnya begini dong CW.Iin75
I Paling yang konflik begitu anak ini suka main sama anak yang suka gerak
134

akhirnya dia celaka atau luka, akhirnya dia negbalikinnya ke guru bagaimana
sih negjagainnya. Dan kita jelaskan ibu ini si dafa ini sama danis itu dia klop
klo kita pisah kita an ga bisa ngawasin anak ini aja kan anaknya banyak jadi
ngertiin kondisi kelas juga. Kita sudah berusaha tapi balik lagi si dafa itu CS
banget sama si Danis jadi kemaren itu pas luka itu hanya insiden kecil tapi
memeang si dafanya juga itu yang ngejar-ngejar si Danis jadi tidak ada yang
salah karena dua-duanya ikut bermain. Ada yang seperti itu tapi klo kita kasih
alasan -alasan yang seperti itu alhamdullilah si orang tua ini memahami dan
akhirnya meminta untuk lebih di perhatikan lagi anaknya gitu dan kita juga
komunikasikan ke si Danis ini mamanya klo kemarin si Danis ngelukain si
Dafa dan orang tua Danis meminta maaf sama Dafanya sama ibunya akhirnya
dan karen amemang oang tua si Dafa model begini kita pertemukan antar
orang tua karena ternyata dua-duanya tanggal lahirnya sama 11 November jadi
bener-bener sifatnya sama akhirnya mereka jadi akrab “oh iya ya ternyata anak
kita sama ya pantesan sifatnya sama” nah itu jadi ujung-ujungnya itu jadi kita
juga nagasih taunya ini loh ini karena ini ini jangan. Kita disini sebagai
mediator untuk mengclearkan masalah kesini baik ke sini juga baik jangan
menyalahkan satu pihak.
P Semua menerima juga ya bu ga ada complain? Klo lewat rapat biasanay ka ada CW.Iin76
yang gini gini gini, klo ini yang sebatas
I Iya kita rapatin kita kasih tau supaya yang lainnya juga belajar. Kemarin ini iji
si Dafa sama di Denis gini gini, solusinya gini gini , apa yang lainnya juga ikut
ngebantuin mendingan begini ngasih taunya begini begini begini akhirnya pas
dengan apa yang saya lakukan jadi enak. Yang lain juga paham kelas ini
kasusnya apa setiap hari sabtu itu kita selalu ngebahas seminggu kemarin apa
saja yang terjadi evaluasinya apa saja selalu begitu.
P Jadi klo disini problemnya itu ya bu lebih ke anak yang hyperaktif menganggu CW.Iin77
kelas jadi bener-bener ngaruhin semuanya bu?
135

I Bener, mempengaruhi kerjaan yang lain akhirnya kerjaannya mundur molor-


molor gangguin kedisiplinan jadinya
P Terus ada ga sih bu anak yang peka banget “ kok dia boleh main aku engga” CW.Iin78
I Ada, kan kita ngasih tau klo abang Danis itu beda sama yang lain dia juga
pintar hanya klo abang danis lebih banyak tenaganya belum paham juga
peraturan kita sama-sama ngingetin ya gitu dikelas
P Terus ada yang maksa untuk keluar ga? CW.Iin79
I Eeeeeee engga karena dari awal kita sudah ngasih tau ada temen kita satu yang
belum mengerti klo bu guru ngomong belum paham kita sama-sama ngejelasin
ke Danis ya klo Danis lagi main temen-temen disini lagi belajar lihat bu guru
tidak perlu melihat Danis. Danis di abelajar tapi mungkin matanya ke mainan
kaya begitu. Terus kemarin jug ada kasus eeeeeee dua anak saya di sini ga mau
ikut ekskul robotik jadi si anak ini tuh kita ga apa-apain tapi dia nangis mulu
kata saya kenapa “aku gamau robotik”
P Tapi dari orang tua milihin dia robotik kan apa dari sekolahnya? CW.Iin80
I Engga dia dari orang tuanya milih dia robotik karena dia laki-laki miungkin
lebih cocok ke robotik. Akhirnya ya itu kita kordinasikan dengan
kordinatornya bagaimana ini anak ini karena baru sekali ikut boleh tidak ikut
yang lain komunikasikan dengan semua guru kepala sekloah kita
komunikasikan bagaimana dan alhadulillah karen aasetiap meinggu kita bahas
evaluasi pelajaran jadi masalah kelas itu terpecahkan jadi dua naak ini boleh
pindah ke ekskul yang lain. Karena si anak ini yang ga mau bukan kita yang ga
ngizinin atau mindahin. Karena kita lihat di udah nangis, kita udah kasih tau
orang tuanya klo pertama-tama anak baru mah nanggis klo si Arya ini kita ga
ngupas ngebahas ekskul dia mah nangis terus nggomoong terus begitu
P Ohh udah tau klo ini jadwalnya ya CW.Iin81
I Engga padahal sudah lewat besoknya lagi dia nanggis, aku kan ngomong Arya
robotik itu enak loh nanti kamu bida bikin robot yang bisa berjalan pake mesin
136

ga mau tetep nangis. Anh akhirnya kita kan ga mau memaksakan kehendak
kita kan may nyari bakat dia bukan mau nyari kemampuan yang dia ga suka
tapi dipaksakan. Engga terserah abang, bang mau ikutnya apa, tadinya dia ga
mau ikut apa-apa karena sudah bayar kan sayang-sayang jadi bundanya lagi
ngebujuk, kita komunikasikan juga dengann bundanya, bundanya lagi
negbujuk buat ke futsal. Jadi komunikasi dengan orang tua dengan anak
pendekatan sangat penting
P Jadi aku ini loh bu apa yang paling sering terjadi CW.Iin82
I Ya paling itu
P Yang tadi itu aja mengganggu banget CW.Iin83
I Iya mengganggu
P Berarti dari 14 anak tadi Dafa dengan Danis bisa mempengaruhi keseluruhan CW.Iin84
apa gimana?
I Klo dafa itu ga terlalu bu hanya Danis saja. Danis itu yang kadang
mengganggu proses belajar kadang mengganggu kedisiplinan ya karena dia
muter-muter belum paham akhirnya semuanya jadi ga fokus jadi
mempengaruhi
P Tapi itu dua-duanya mempengaruhi? CW.Iin85
I Engga, satu aja klo satunya masih bisa di bilangin, nasehatin karena dia
umurnya beda 1 tahun sama Danis
P Oh beda tanggalnya? CW.Iin86
I Beda tahunnya, tanggalnya sama tahunnya beda, Danis 2014 si Dafa itu 2015
P Ohh gitu dan itu masih terjadi sekarang ya bu okes. Berarti itu kaya tadi berarti CW.Iin87
pekerjaan orang tua disini itu dari 14 anak itu orang tuanya banyak yang
bekerja, dan itu menurut ibu bisa mempengaruhi kedisiplinan atau engga?
I Banyak yang bekerja, iya mempengaruhi kadang-kadang kan anak yang orang
tuanya bekerja apalagi dititipin ke emba ya dia bakal nyontohnya ke emba ya
P Menurut ibu bagaimana sih cara meningkatkan kedisiplinan anak yang CW.Iin88
137

seharusnya di terapkan
I Ya dilatih, di ingatkan dan komunikasi dengan orang tua, terutama banyak-
banyak dikasih kesempatan komunikasi dengan anaknya
P Klo buat hari jumat ibadah ya? Itu selalu di praktekan apa sewaktu-waktu? CW.Iin89
I Engga hari jumat itu jadwalnya praktek sholat praktek wudhu selalu
P Klo misalkan solat itu sholat fardhu apa ada yang CW.Iin90
I Klo untuk kelas A semester 1 itu dia lebih ke paham gerakannya bu abis
gerakan iftifal gerakan apa
P Klo yang B CW.Iin91
I Sudah sekalian bacaannya,
P Berarti itu aja sih, dirangkm tadi kata ibu disiplin itu tanggung jawab terus itu CW.Iin92
apa namanya anak-anak disini probblemnya 1 anak yang bisa mempengaruhi
semuanya dan terkait pekerjaan orang tua berpengaruh terhadap kedisiplinan
dan untuk meningkatkannya lennih kepada komunikasi dengan orang tua,
kesempatan, berarti ada reward tersendiri ga bu? Rewardnya apa?
I Rewardnya kadang-kadang stiker, kadang kaya bentuk bintang gitu
P Ohh kaya bentuk bintang gitu ya bu, kaya siapa yang udah ngerjain tugas, CW.Iin93
responnya emang bikin anak seneng mau ikutan
I Iya bener berpengaruh seklai yang tadninya pertama-tama cuek terus kita
bilang siapa yang mau bintang udah pada langsung duduk gitu sudah mulai
mengerti
P Ada tambahan tersendiri ga bu terkait disiplin? CW.Iin94
I Lebih banyak dikasih kesempatan anak lebih bagus lagi nantinya
P Dan kita juga sebagai guru juga harus lebih mengerti juga ya bu mau nya CW.Iin95
gimana, mengayomi
I Iya CW.Iin96
P Sudah selesai dan kita foto duu ya bu CW.Iin97
138

Wawancara ibu Ishma


I : Informan
P : Pewawancara
Kode : “I.Is” (Ibu Ishma)
Ket Pertanyaan dan Jawaban Kode
P Oke. Bismillahirahmani rahim, bagaimana sih Bu pembelajaran CW.Iis1
yang dilakukan ibu dikelas, ee apa sudah mengikuti standar dari
pemerintah, itu kayak salah satunya kayak ee kayak lulusannya
harus S1 Bersertifikasi, ya gimana itu Bu?
I Kalau untuk lulus (S1) sudah, Alhamdulillah, sudah S1 PGPAUD
sudah sesuai dengan jurusannya juga. Kebetulan satu untuk eee
untuk mengikuti pelatihan dasar, apa namanya?
P PPL? CW.Iis2
I Eeee engga, jadi waktu itu 5 hari kita itu, ee apa namanya tuh? ada
sertifikatnya juga
P Ohhh iya ohh, berarti sudah bersertifikat ya CW.Iis3
I Iya, sudah
P Nah, ee pakai pendekatan dan metode apa yang Ibu ajarin didalam CW.Iis4
kelas ini Bu?
I Kalau metode itu disesuaikan
P Ooo, disesuaikan CW.Iis5
I Aaa disesuaikan materinya, kebutuhannya apa gitu, pengen
menyampaikan apa. Metode itukan eee kalau misalnya pengen
menyampaikannya tentang keluarga kita bisa lewat buku cerita gitu,
atau bawa foto keluarga, nanti dikasih tau ini Ibunya, ada siapa aja
keluarganya gitu, tergantung apa, pengen menyampaikan apa.
Kalau pengen menyampaikan disiplin yang moral dan seperti itu,
nilai moral disiplin itu, lebih di banyaknya dari cerita, buku cerita
139

yang kita eee jadi lewat contoh kan ya contoh cerita ini seperti ini,
biasanya kan tentang hewan. Hewan sifatnya seperti ini bagus gak
diikutin gitu? Nah biasanya sih bisa tentang apa
P Berarti lebih banyak bercerita ya Bu? CW.Iis6
I Ee eh bener. Lewat buku
P Kalau kayak gitu responnya baik gak ke Anak? CW.Iis7
I Iya, baik sih
P Ada perubahan juga gak sih dari cerita itu? Biasanya? CW.Iis8
I Ada, biasanya kita bisa mengingatkannya lewat situ. Zain, biasanya
si Zain yang kayak ginikan. Coba gimana? Ee ceritanya tadi?
Kudanya sukaaa apa, suka marah-marah, bagus gak? kayak tadi
kudanya tuh? Engaaa gitu. Ya biasanya sih bisa disambung gitu
nyambung antara...
P Sama perilaku anaknya juga ya? CW.Iis9
I Sama perilakunya, eee ya he eh di eee ya memang pada saat itukan
memang harus diingatkan langsung kalau model untuk disiplin ya,
heee eeh ya gitu sih
P Eeee, kalau yang menangani anak yang tidak merespon dengan baik CW.Iis10
tuh gimana ?
I Mena eeee Saya kan biasanya didepan nih, nah untuk yang
megangin itu biasanya guru eeee pendamping, bener. Kalau respon
anak yang contohnya aja deh ka, gimana coba? Kalau anaknya gak
tau
P Contohnya kayak, biasanya Ibu nih kan didepan kan tadi. Nah, abis CW.Iis11
itu ada anak yang tidak melihat kekita loh, jadi ibu nanganinya
kayak gimana? Apa emang ibu meee apa namanya, yaudahlah
biarkan tanggung jawab dengan apa eee kayak pendamping ...
I Kayak dipanggil namanya sih, biasanya dipanggil namanya tuh
140

pake lagu biasanya.


P Ohh, pake lagu ... dengan cara kayak gitu baru jadinya ... ke kita CW.Iis12
lagi
I He ehh iya bener. Karna memang, beberapa kasus ada beberapa
anak yang eee cuek gitu ya bener-bener gak mau kayak misalnya
kita hanya bicara, tapi ada juga yang langsung mau ngerespon kalau
misalnya gak bisa di panggil gak mau dinyanyiin gak mau biasanya
di ajak diajak kesini (pangkuan/ sebelah guru utama) gitu, untuk
bergabung.
P Okey, nah kalau di kelas ini khususnya kayak sering gak sih bu CW.Iis13
ngasih tugas gitu?
I Tugas apa tuh ka?
P Eee tugas kayak ngerjain LKS gitu bu? CW.Iis14
I Kalau LKS itu sebenernya sih sehari sekali
P Oh, itu pasti? CW.Iis15
I Engga juga sih, tergantung materi yang mau disampaikan apa, kalau
seperti pengenalan angka kan mengenalkan itukan menjelaskan
gurunya,nah nanti untuk melihat dia sudah terampilnya itu dari
LKS, tapi itukan gak ... gak setiap hari tergantung
kebutuhannyagitu lebih banyak sih lewat bercakap-cakap, lewat
media yang ditunjukan gitu. Bisa di Print Out gambar gitu
P Berarti tetep dengan tugas lembar kertas atau emang media Bu? CW.Iis16
Lebih banyak yang mana? Sejauh ini?
I Eee, kalau kitakan ada buku paket gitu
P Oh iya ya, buku paket termasuk juga CW.Iis17
I Yaaa, itukan termasuk lembar kerja juga gitu. Paling kita pakai itu
untuk LK untuk bikin kertas lain sih engga sih ka, kayaknya jarang
P Kalau yang gak mengerjakan Bu, kira-kira ada responnya gimana CW.Iis18
141

Bu?apa ada hukumankah? Atau ada didiemin ajakan? Atau gimana


Bu?
I Kalau sekarang sih Alhamdulillah anak-anaknya semuanya mau,
walaupun mungkin ada yang lebih lambat atau ada yang lebih cepat.
Yang lebih lambat ya tetep didorong, tapi yaa bisa, eh maksudnya
anak-anaknya sih pada mau gitu, selama emang ada yang
dampingin gitu, kalaupun misalnya engga, kalau biasanya dulu
Saya pengalaman Saya yaa pakai media lain gitu, tapi tetep eee
materi yang kita inginkan itu gitu, tapi dengan media yang menarik
dan mau untuk dia, gitukan. Mungkin anaknya khusus. Kalau
dikelas Alhamdulillah ...
P Respon? CW.Iis19
I Eee, iya semua mengerjakan melakukan ...
P Walaupun yang telatpun misalnya udah bel nih Bu, itu gimana Bu? CW.Iis20
Berarti dia...
I Oo kalau sudah bel?
P He eh berarti beda lagi? CW.Iis21
I Kalau sudah bel itu kalau misalnya kerjaannya tinggal sedikit
diselesaikan, walaupun dia telat dari temennya, maksudnya
temennya udah selesai saya selesaiin. Tapi kalau masih banyak
nanti dilanjutinnya gitu
P Kalau yang sedikit itu, emang sudah wajib untuk mengerjakan? CW.Iis22
Berarti memaksakan gak sih Bu? Jatohnya?
I Oh engga sih di tungguin sih. Ya emang kerjanya lambat gitu,
maksudnya gak eee gak cepet dari yang lain gitu. Itusih Saya
tungguin dulu, tapi kalau se ....
P Berarti kalau seandainya itu, kalau ditungguin tetep kayak gitu CW.Iis23
berarti ada dong. Kan pergantian kelas
142

I Oh, pas pergantian kelas


P Itu kayak gimana? CW.Iis24
I Kelas mah kalau misalnya memang ya ini Saya Cut, maksudnya
gak... gak dilanjutkan nanti dilanjutin lagi gitu. Iya
P Berarti, ee kalau dilanjutin lagi diwaktu yang beda atau emang hari CW.Iis25
itu juga?
I Siang
P Oh siangnya CW.Iis26
I Hari itu, kadang ada juga. Si Zain itukan kadang suka gak mau
masuk kelas, gitukan. Jadinya dia baru masuk kelas jam 9an baru
mau bergabung. Nah, udah tuh kalau udah dia maukan udah masuk
nih, pas dia masuk dikasih buku terus cepet, bisa ... mau. Walaupun
pertamanya mungkin gak mau nanti kalau di kasih mau, bisa
mengerjakan, gitu
P Walaupun dia udah main dulu, tapi cepet kanngerjainnya? CW.Iis27
I Iyah... bener
P Ohh ... gak gak lama? CW.Iis28
I Engga hahaha
P Ohh gitu CW.Iis29
I Jadinya bisa sih di waktu lain sih ka, bisa selesaikan hari itu juga
kalo bisa
P Kalau menangani anak yang tadi itu berarti yang gak mau berarti CW.Iis30
pake nyanyian gitu, itu ngaruh ya Bu ya?
I Iya bener, ngaruh sih he eeh . karna diakan sebenernya dia
memperhatikan kita, bukan dia ... dia tuh kayak gengsi gitu ka,
maksudnya he eh kayaknya gak mau dengerin, tapi sebenernya dia
mau dengerin ...
P Peka gitu ya? CW.Iis31
143

I Iya he eh.. sebenernya dia pemerhati


P Perasa ... CW.Iis32
I Iya... ntar lama-lama masuk-masuk masuk yaudah, mau ngerjain..
gitu
P Berarti kalau... kalau hukuman, berarti gak ada ya bu? Misalnya CW.Iis33
suruh “kamu kalau ada ... misalnya tugas nih dia gak mau ngerjain
nanti ditambahin lagi tugasnya gitu?
I Kalau untuk tambah tugas, Saya gak ada. Tapi kalau misalnya nih
yang lebih sering kalau lebih sering waktu clasical berdoa. Waktu
berdoa, kan apa semua duduk tenang, ada dua anak yang gak bisa
aaa agak sulit, udah agak sulit nih udah di ini udah ditangani sama
pendamping gitu kalau Saya eee bukan ngurusin , maksudnya ke dia
juga itukan juga gak akan berjalan kelas kan , eee ternyata sama
pendampingnya juga dia gak mau, maksudnya dia gak dengerin,
maksudnya dia muter-muter dah selesai temennya doa, dia tuh
berdua suruh berdoa.. gitu. Jadi, jangan sampai tuh pulang gak doa
dulu duduk dulu haha, jadi pulangnya terakhirkan, ya maksudnya
terakhiran kan gak lama juga kan ka? Doa aja sama sambil Saya
kasih tau lagi, nasehatin lagi, ingetin lagi, diingetin lagi “besok
kayak gini lagi gak?” enggaa... anak-anaknya sih biasanya “iya...
iya ...” Cuma gak tau nanti, kita lihat kedepannya pokoknya saya
sih selalu tetep kalau misalnya dia ini diingetin lagi kasih tau
P Berarti hukumannya dia salah satunya baca doa ya, paling engga CW.Iis34
ada sisi positif nya yang dia bisa ambil gitu ya?
I Iya
P Terus... eee nah kalau disekolah itukan pasti ada tentang CW.Iis35
kedisiplinan, nah menurut Ibu pribadi arti disiplin untuk anak usia
dini itu apa sih bu? Khususnya di TK?
144

I Kalau Saya sih disiplin itu anak tuh... paham waktunya


P Disiplin waktu CW.Iis36
I He ehh, ini saat apaaa gitu, ini saat melakukan apaaaaa
P Disiplin waktu ya ... CW.Iis37
I Tempat juga, menempatkan sesuatu itu juga termasuk, kayak
misalnya nih pensil kadang dilempar-lempar nih Saya selalu
ingetin banget tuh anak anak”nih... tempatnya disini ya... dibawah
didepan” gitu, terus kadang nyari pokoknya untuk penempatan
barang-barang mereka kayak gitu, waktu kegiatan, kegiatan juga
sekarang kegiatannya tuh apa... kadang itu yang suka kayak gitu
Numa, kalau waktunya berdoa itu dimana? “disini.. ayo bergabung”
gitu kadang duduknya disini (Pangkuan/ Sebelah Guru utama) apa
gak mau main sendiri sih, lebih ke kegiatan waktu itu sih kalau
anak, maksudnya paham waktunya kapan... kan kita udah berjalan
juga kan nih ka ..jadi kayak udah terbentuk waktuya gitu disini
P Berarti tanpa disadari, eee lebih spesifiknya definisi disiplinnya itu CW.Iis38
lebih ke eee perilaku yang sesuai dengan aturannya kayak gitu ya?
Iya gak sih? Dari tanggepan yang Ibu? Ya dari situ ya?
I Iya bener, dari kelas
P Terus kalau gitu... eee kalau disini disiplin seperti apa sih yang CW.Iis39
diterapin yang dikelas itu lebih ke apa?
I Dikelas, eee ya kayak misalnya waktu kalau itu udah terbentuk ya,
kayak istirahat, waktu istirahat sih kadang yang ini yang udah
selesai makan pengen langsug keluar gitu, nah sedangkan Saya
selalu, selalu ngingetin ya walau, ya udah selesai emang dia udah
abis gitukan tapikan nunggu dulu yang lainnya, kan belum
waktunya main diluar, kalau Saya sih lebih kayak gitu ... gitu
P Itu penerapan salah satunya ya, eee nah kalau gitu bagian apa aja CW.Iis40
145

sih yang termasuk dalam disiplin?


I Kalau Saya ini, waktu Ikrar. Nah waktu dateng pagi Ikrar
P Baris berbaris juga termasuk Bu? Atau gimana CW.Iis41
I Termasuk sih, menurut Saya sih termasuk juga. Maksudnya baris
berbaris itu bukan baris berbaris itu ka..
P Nah soalnya ada perbandingan ituloh Bu CW.Iis42
I Hee ehh
P Jadi kayak baris berbaris itu dalam Tk tuh sebenernya ... CW.Iis43
I Bukan baris berbaris ka, kita kan Ikrar tuh lebih kayak doa, gitu ..
maksudnya kayak clasical itukan bersama sama kayak menyamakan
materi.. apa tema, tema pada minggu itu... gitu sehingga anak telat
atau anak yang gak ikutan itu jadi kayak gak dapet gitu, kadang kan
itu materi, apa temanya kita sebelum masuk kelas pasti
membukanya di Ikrar itu gitu, jadi Ikrar itu tetep seperti itu,
menyamakan tema.. lagu-lagunya gitu sih, hee eeh
P Itu dari Ikrar, terus apa lagi? CW.Iis44
I Iya bener,,, eee ya kayak apa ya ?? kegiatan inilah kalau dikasih
tugas gitu, dikasih tugas...
P Bagian dari disiplin gitu ya ??? CW.Iis45
I Heee eehhh kayak naro apa.. alat-alat barang-barangnya juga nih
sepatu.. gitu naronya disimpennya dimana gitu... bajunya rapih
dimasuk-masukin kalau pulang sekolah gitu.. kalau pulang sekolah
dirapihin lagi, jadi pulang jangan .... ya namanya anak-anak bajunya
udah kemana celananya kemana, jadi masukin lagi gitu ...
P Kalau dari segi disiplin waktu Bu, kan ada nih yang pasti telat, nah CW.Iis46
itu gimana nanganinya?
I Responnya yaaa diingatkan, maksudnya ya kan masuk dateng,
salim ya ditanya
146

P Ke orang tua? Atau langsung ke anak? CW.Iis47


I Engga ... eeee kadang itu pas masuk, kan kitakan udah dikelas
P Kadang kan ada orang tua dateng tuh? Atau dia sendiri? CW.Iis48
I Engga sih, Saya biasanya kalau udah telat itu udah langsung masuk
kesini, jadi orang tuanya itu di gerbang , jadi kita nanya nya ke
anaknya gitu... “kenapa telat?” gitu, cumankan anak-anak kan
kadag belom bisa menjawab kan.. paling saya entar tanya keorang
tuanya kalau telatnya ada pernah Arkana telat, datengnya jam 9,
tapikan orang tuanya didepan, saya gak tau .. dianterin guru yang
lain gitu.. ntar Saya tanya ke orang tuanya “Ibu, Arkana kenapa? Ko
datengnya jam 9 terus, dari kemarin?” gitu.. “oh iya, bangunnya
kesiangan.. , jadi bapanya, kayak Arkana tidurnya kemaleman..
bapanya gak mau bangunin “ “ ohhh gitu ya Bu..” ibunya kerjanya
subuh jadinya gak ini
P Oh.. gak pegang gitu ya? CW.Iis49
I Heee ehh .. bener yang kejadiannya sih gitu sh kalau telat dateng
P Ada solusi tersendiri gak Bu? Untuk anaknya?, biasanya kan udah CW.Iis50
tau nih atau pasti ada dong salah satu anak tuh cerita “ bu
sebenernya aku tuh ...” kayak gini gini loh, telatnya kayak gini gini
loh .. misalnya kayak gitu, nah itu ada solusi gak si Bu? Nah...
harusnya ...
I Kalau dikelas sih gak seperti itu sih ka. Gak ada, Alhamdulillah
paling yang eee yaa itu aja sih yang pernah kejadian telat. Untuk
yang lainnya gak banyak yang telat sih ka, maksudnya tepat waktu
lah. Pas Ikrar dateng gitu.. tepat waktu, paling kejadian tadi yang
dateng jam 9 itu sempet dua hari apa.. nah itu jam 9 kan akhirnya
bundanya cerita kayak gitu, teruskan anaknya eee kasih tau juga,
tidurnya he eehh .. “tidurnya cepet ya jam 8, nanti bangun sholat
147

subuh siap-siap kesekolah..” gitu kalo ke Akana


P Itu solusi dari ibu? CW.Iis51
I Iya,kalau ke Arkana
P Responnya gimana? CW.Iis52
I Karana ini... dia anaknya gak terlalu banyak respon, paling heee
eehh aja iya iyain aja anaknya emang belom bisa berkomunikasi,
sosial emosionalnya emang kurang sih
P Atau emang dia dari pribadi dia bu yang pendiem, atau emang ?? CW.Iis53
I Enggasih. Kayaknya dia emang belum banyak berkembangan di
bahasanya yang Aku liat, dia lebih banyak tertariknya kayak mau
hitung di perhitung dia senengnya kayak gitu jadi bisa tiba-tiba
ngitung aja kalau untuk tanya jawab, dia belum bisa apa ... eee kosa
katanya gitu. Kalau manggil Saya dia cuman manggil “Ibu... Ibu ...”
ib-ibu doang gitu. Apalagi pertama diem ... aja
P Ngaruh gak kayak, kan tadi Ibunya kerja subuh tuh? Ngaruh gak CW.Iis54
sebenernya dari pola asuhnya orang tua ?
I Saya sih ngerasanya mempengaruhi sih, jadikan kayak kan pulang
kan sore .. ayahnya kan juga kerja, tapi alhamdulillah tahun ini
malah bisa dijemputtnya jam 12 .. tahun lalu kknya waktu nganter
sekolah disini jam 3 baru dijemput.. jadi kayak apa ya.. mungkin
gak ada yang pengasuhnya dirumah dia juga, mereka tuh kalau
dirumah ya sama kakanya lagi yang SD juga, yang rada gedean, kk
nya cowok
P Tapi sekolah disini juga Bu? CW.Iis55
I Iya Sdnya disini, jadi gak ada pengasuhnya dia dirumah gitu...
mereka bertiga aja anak kecil gitu.. kan Saya juga ...
P Oalah... berarti ngaruh ya yang anak tadi itu sebenernya dari pola CW.Iis56
asuh juga , jadi pas disini pun juga, jadi cuman bingung juga dia
148

ditanya gitu gitu


I Heee eehhh bener- bener gitu, kalau ditanya masih bingung
P Kalau Ibu berarti selalu ngawasin dan mengontrol dalam CW.Iis57
kedisiplinan anak dikelas atau engga?
I Gimana?
P Mengontrol dan mengawasi ? CW.Iis58
I Oh iya
P Selalu ya... apa engga , apa Ibu emang “Saya tuh ..” misalnya gini CW.Iis59
“Saya tuh didepan, yaudah tugas saya disepan aja gitu , biarkan
pendamping aja” kayak gitu
I Ohh engga.., tapikan gak bisa ini juga... apa .. gak selalu ada kadang
kan maksudnya pendampingnya kekamar mandi, nganterin, atau
apa gitu... Saya pegang salah satu anak itu, jadi ada dua yang
emang.. maksudnya bisa dibilang eee belum .. apa tertiblah. Yang
lainnya masih bisa Saya handel kayak Umma gitu, itu dia bisa saya
handel, maksudnya eee kita ngomong menyampaikan atau
dinyanyiin dia bergabung gitu.. dengan reward dia bergabung, nah
yang dua ini Arkana sama itu eee masih cuek aja tuh kalau
dipanggil ,,, cuek aja
P Itu juga termasuk sama yang Telat itu ya Bu? CW.Iis60
I Iya, termasuk Arkana itu sama Azam. Jadi harus salah satunya saya
pegang, kalau Saya sih Arkana Saya pegang tuh maksudnya nih
disamping saya duduk nya, kalau gak kayak gitu .. kadang kalau
udah gak tertib nih, muter-muter pegang salah satunya aja
terusInsya Allah ntar yang satu lagi ngikutin gitu.. jadi masih bisa
sih ka Saya ... mereka dua duanya cowok
P Berarti, alat pendukung itu untuk membantu kedisiplinan anak ada CW.Iis61
gak ? yang tertulis atau yang gak tertulis
149

I Eee kalau saya biasanyakan harian .. itu eee di papan tulis sih ka, CW.Iis62
ditulis heee ehh namanya yang sudah tertib siapa nanti namanya
dikasih bintang, atau temanyakan lingkunganku, dirumah nih kayak
ginimisalnya, gambar rumah “siapa yang udah baca suratnya,
biasanya yang udah tertib .. yang bisa menjawab”, gitu, nanati saya
tulisin namanya, nanti yang gak bisa menjawab saya tulisin
dibawah gitu, atau enggaDisplay Saya belum bikin nih ka . tahun
lalu saya selalu bikin sih ka, kayak papan terus kasih bintanggitu.
Hjadi hari ini bagus tertib semua kegiatan aktif gitu ya anak itu di
kasih bintang, perhari. jadi di papan itu ada semua nama anak nya.
Jadi, kayak kolom gitu semisalnya nambah peningkatan ya
ditambahin bintang/stikernya. Kalau ada yang ngambek nih, hari ini
misalnya, kan si Zaya kan baru masuk kelas , nah itu bintangnya
gak ada
P Sebenernya diterapin di setiap kelas atau emang dari gurunya Bu? CW.Iis63
I Kalau yang Saya liat sih, masih sesuai gurunya ya, tapi saya
liatdikelas B juga udah jalan juga sih kayak gitu
P Kalau gambar tertulis ini terkait disiplin berarti untuk gurunya atau CW.Iis64
anak Bu?
I Itu untuk anaknya nanti disampaikan, pas minggu awal dikasih tau
peraturan dikelas itu seperti apa, ditulisin. Hampir setiap hari, terus
kalau anak pindah kelas lagi kemana, itu dikasih taulagi
peraturannya seperti apa
P Berarti setiap guru beda beda ya peraturannya? CW.Iis65
I Iya, tapi sih setiap guru menyampaikan itu sudah kewajiban sih
kayak harus. Misalnya mau ke kelas bahasa inggris sampaikan
harus ngasih tau peraturannya apa gitu.. kadang Saya nyampein
juga “Masih inget gak peraturannya apa?” gitu ntar pake bahasa
150

Inggris, nanti kalau masuk kelas lain ada peraturannya sendiri


P Berartikan ada rewardnya tersendiri kan tadi Ibu bilang? Nah itu CW.Iis66
ngaruh gak sih Bu? Atau ...
I Reward ngaruh, sangat berpengaruh, lewat stiker dan bintang
P Ada yang acuh gak ? “yaudahlah saya gak dapet”.. CW.Iis67
I Rata-rata untuk klas ini ngaruh semua, maksudnya ya jadi lebih
baiklah ya gitu
P Terus, faktor yang bisa mempengaruhi kedisiplinan, faktor apa aja CW.Iis68
Bu?
I Kalau Saya sih dari orang tua, oh dari rumah. Dari rumah dulu gitu,
kita liat anaknya dulu nih disekolah, oh anaknya kayak gini ya,
kayak gitu. Kira-kira dirumahnya kayak gimana? Jangan janagn
emang gak diajarin seperti itu, kayak misalnya makan, makan dia
pake tangan kiri gitu. Atau apa ini gak diingetin, karna kita selalu
diingetin dulu dikelas , nanti kayaknya ko kayak emang gak ada
perubahan gitu kita sampaikan ke orang tuanya, jadi juga gak nge
judge langsung, tapi kita laksanain dulu disekolah. Kalau
semisalnya ada perubahan ya kita laporkan , kalau perubahan baik
ya. Kalau gak ada perubahan baik juga dilaporkan juga gitu
P Nah, kalau kayak gitu berarti komunikasi dengan orang tua dong? CW.Iis69
I Iya
P Itu komunikasinya dalam rapat, atau antar guru dn orang tua? CW.Iis70
I Guru sih, Saya langsung ngabarin lewat telfon, WA atau telfon WA
atau bahkan ketemu langsung
P Respon dari orang tua bagaimana Bu? Menerima, atau ada yang CW.Iis71
tidak?
I Ohhh terima sih rata-rata orang tua malahan senang kalau kita
menyampaikan “oh ternyata anaknya belum sesuai harapan” gitu,
151

perkembangannya kurang. Orang tuanya “oh iya Bu makasih ya”


biasanya ngucap terima kasih sih kalau diingatkan gitu sama kita
P Nah, khusus dikelas Ar-rahim, Problem apa yang sering CW.Iis72
terjadidalam kedisiplinan?
I Itu sih yang masuk kelas, jadi pagi kan udah dateng tapi dia kayak
baru mau bergabungnya itu jam 9 sedangkan pagi itukan banyak
yang kita bahas materi tema dan dialog bercakap-cakap segala
macam gitu, nah sedangkan anaknya dibujuk di ini tuh, kalau dia
lagi gak mau tuh gak bakal bisa gitu ka, kayak burtuh waktu aja gitu
, padahal dia bisalah memperhatikan, tapi kalau dia lagi gak mood
itu gak.. gak bisa gitu mau diapain, gak mau. Kecuali, kalau dia
sudah selesai ngamuk yaudah, ntar juga udah selesai dia enjoy aja
gitupaling disitu sih kayak “aduh ko Saya dibilang dicuekin juga
engga, karna kan kita selalu keluar sampai nagih, dibujuk lagi tapi
dia kayak ada waktu tersendiri, kayak dia tuh harus sengambeknya
tuh diselesaiin git, untuk capai moodnya dia , kadang juga bisa
cepet, kadang lambat. Kayak gitu sih ka, yang bisa menjadi masalah
kelas gitu
P Oh ngaruh ke temen-temen kelas yang lainnya? CW.Iis73
I Iya, karna kan Saya harus ngebujuk dia, gitu..
P Gak ke pendamping? CW.Iis74
I Sempat waktu itu pendampingnya gak ada gitu, kadang kayak gini
juga ka, kita ganti peran. Misalnya, dia kan lebih dekatnya kesiapa
gitu. Bisa , dia lebih dengerinnya tuh kesiapa, kalau Saya ya Saya
yang maju, ntar pendampingnya yang apa didepan, kayak gitu sih
ka kita ganti peran, kadang udah ada anak yang eeenurutnya kesiapa
gitu ya, jadi dia mau, Insya Allah sih...
P Inikan baru satu anak aja nih BU, berpengaruh seperti apa? CW.Iis75
152

I Saya berpengaruhnya sih gini, kayak nyontoh gitu kan. Kayak


misalnya dia aja main yaudah dia juga kayak pengen ikutan main,
tapi beberapa anak yang kayak gitu masih bisa loh kita kayak dia
udah berpaling terus dipanggil namanya langsung ... “sini...” oh iya
nurut, gitu
P Eee kalau yang bener-bener memoengaruhi kelas tu .... CW.Iis76
I Eee Azam sih Azam dengan Arkana
P Mereka yang bisa mempengaruhi kelas? CW.Iis77
I Karna mereka tuh berisik, rame gitu muter-muter sambil ketawa-
ketawa bercanda gitu kan, paling kalo kayak gitukan dipegang salah
satunya Arkana gitu biasanya Saya pegang Arkana, tapi gak lama
gitukan, masa dia bisa muter-muter gitu eee, karna langsung
diingatkan
P Berarti, yang mempengaruhi itu dua anak itu yang bisa CW.Iis78
mempengaruhi temen-temennya yang lain, kalau dari segi tepat
waktu, sholat setiap hari jum’at itu gimana?
I Sholat sih ada salah satu anak yang belum mau ikutin gerakan
sholat
P Oh kalau itu beda dari 2 anak itu? CW.Iis79
I Iya, Fatih namanya. Dia gak mau ngapa-ngapain diem aja, dari pagi
kalau dia moodnya gak bagus tuh dari pagi ampe pulang udah dia
diem aja ka, tasnya juga selalu nempel saja di badan, kalau dia gak
mau ya gak mau
P Kalu temen-temennya keluar untuk wudhu gimana Bu? CW.Iis80
I Ikutan sih, tapi ikutan aja, selalu sih diingetin, ngobrol juga. Gak
mau ngapa-ngapain
P Atau emang faktor dari rumah juga? CW.Iis81
I Gak tau juga ini ka, kayaknya kalau Saya maaf ya ka, kalau Saya ini
153

kayak ada keturunan juga gitu dari bapanya, hee ehh karna
modelnya yang diem
P Dari pola asuhnya kali? CW.Iis82
I Mungkin ya, kita ini ko cuek, jadi kayak ko ini kayaknya ...
P Jadi, sebenernya guru tau ya pekerjaan orang tua seperti apa CW.Iis83
I Iya, kita kan tau dari formulir, disitukan ada biodata ada keteranagn
orang tuanya kerjaannya apa, terus orang tua juga menuliskan eee
kelebihan anaknya apa dan kekurangannya apa dan hobinya apa
disitukan ada ceritalah ya gimana dasar dasar anak nya gitu sih
P Nah, menurut pandangan Ibu, terkait pekerjaan orang tua itu ngaruh CW.Iis84
gak sih sama disiplinnya anak?
I Pekerjaan? Ngaruhnya ke anak adalah waktu. Karna kalau tapi
tergantung juga ya ada yang orang tuanya sibuk tapi dia bisa gituloh
menegaskan, kayaknya sih lebih ketegasan
P Nah, kalau dikelas ini sih. Kan karna Ibu udah tau nih, pekerjaan CW.Iis85
orang tuanya seperti apa, nah itu ngaruh gak kedisiplinan anak?
I Eee kayaknya sih lebih ke peraturan tegas atau engganya, kalau
pekerjaan sih Saya rasa walaupun sibuk, tapi bisa... bisa
menghandel, mengontrol anaknya gimana gitu, terus kalau dia sibuk
kan juga bisa komunikasi lewat telfon gitu, jadinya apa eeee...
bersinergi lah untuk orang tua gimana gimana, guru juga kalau Saya
juga kalau ada yang ini disampaikan.
P Berarti gak ngaruh Bu? CW.Iis86
I Tergantung anaknya sih, orang tuanya bagaimana. Kalau Saya sih
gak... gak terlalu gak 100%, maksudnya gak terlalu besar
persentasenya dari pekerjaannya orang tua sih untuk masalah
disiplin
P Berarti tergantung orang tuanya juga ya, pekerjaannya apa CW.Iis87
154

I Gak juga sih, kalau pekerjaan, maksudnya gak banyak pengaruhnya


gitu, kalau dari sisi pekerjaan
P Nah, untuk meningkatkan kedisiplinan anak bagaimana Bu? CW.Iis88
I Reward, jadi walaupun gak secara benda tapi lewat Stiker, tapi juga
bisa lewat ucapan gitu, kayak misalnya kalau dia baik ya kita puji
gitu didepan temen-temennya, dan jika ada Punishment saya ngucap
“Astagfirullah....” untuk mengingatkannya
P Untuk Absen ada reward tersendiri ya bu? CW.Iis89
I Iya absen nanti di akhir kalau wisuda perpisahan ada rewardnya
dapet piala tuh, kalau datang pagi tiap perkelas
155

Wawancara Kepala Sekolah


I : Informan
P : Pewawancara
Kode : I.A (Ibu Atun)

Ket Pertanyan dan Jawaban Kode


P Sebagai Kepala Sekolah di Tk Islam Darunnajah ini, menurut Ibu apa arti
disiplin pada anak usia dini di TK?
I Untuk anak-anak kan ya eee memangkan ya eee ada tahapannya mereka itu ada CW.IA 1
yang sudah terbiasa dengan disiplin dirumah jadi dia menempatkannya disini
tuuh udah enak. Dia mengerti apa yang diperintahkan gurunya ee sudah paham
P Berarti sesuai aturan ya menurut Ibu? CW.IA2
I Iya
P Selebihnya ada yang mau ditambahin lagi? CW.IA3
I Sesuai aturan, terus eee apa ya, usia juga mungkin ya disinikan ada yang 4
tahun 5 tahun itu sudah mulai terlihat yang eee 5 taun sudah terbiasa dengan
tahapan usianya
P Seberapakah pentingnya disiplin pada TK? CW.IA4
I Sebetulya penting sekali ya karenakan eee se.. apa ya .. semakin muda dia
mengenal disiplin dia akan terbiasa nanti setelah besarnya gitu, “dulu saya
begini, diajarin begini” jadi memang ee kayaknya dasar gitu kalau dari kecil
sudah dibiasakan dengan kedisiplinan, dari mulai datangnya sekolah, salaman
dengan guru kan pembiasaan kan ya.. kan itukan eee termasuk pelajaran akhlaq
juga dengan orang yang lebih tua dia salim, menghormati kemudian dia lepas
sepatu taro diraknya dan masuk kekelas dengan menaruh tasnya sendiri dan
membawa sendiri seperti itu
P Siapa saja yang menerapkan disiplin di sekolah ? anak saja atau bagaimana? CW.IA5
I Anak dan guru
156

P Kalau orang tua termasuk juga gak bu? CW.IA6


I Harusnya sih juga termasuk, karena disinikan ada peraturan juga. Tidak boleh CW.IA7
menunggui anak, bel berbunyi orang tua harus diluar tidak boleh berada diteras
sekolah
P Dan yang terjadi masih ada aja ya bu?
CW.IA8
I Iya heheheh
P Tapi sebenarnya sudah ada komunikasi belum bu dengan yang terkait? CW.IA9
I Sudah, tapi memang dari orang tuanya yang .... Ya... terkadang eeee mungkin
anaknya yang belum bisa ditinggal gitu, jadi dia was-was dan khawatir. CW.IA10
Padahalmah, anaknya gak kenapa-kenapa
P Itu terjadi karena ada kurang kepercayaannya dengan sekolah, atau karena apa?
I Engga sih. Sepertinya dari rumah itu, yang belum berani melepas anaknya gitu. CW.IA11
“anak saya nangis...” jadi itukan membuat anak juga “aaaa, mama gak ada...”
P Itu penanganannya samapai kapan bu? Apa ada jenjang penangannnya?
I Ada, paling lama itu sekitar 3 bulan selama pembelajaran berlangsung CW.IA12
P Tapi kalau ada yang melebihi batas waktunya bagamina bu?
I Ya pelan-pelan diperingati kembali dan orang tuanya juga harus mengerti gitu CW.IA13
loh, nantikan anak agar mandiri ... ada juga yang mengerti ada juga yang
“Mbanya kan dibayar...” soalnya kan Mbaknya nungguin gitu
P Berarti seperti tidak mau rugi Jasanya ya bu?
I Iya, seperti itu CW.IA14
P Kalau kelas PlayGroup apa harus ada pendampingan juga dalam kelas?
I Engga, semuanya kita sama kita harus mandiri anak-anak harus beajar mandiri. CW.IA15
Terkadang anak-anak kan juga ada yang masih ditungguin Ibunya saat itu aja
tapi, karena kan anak-anak moodnya suka baik kadang bad mood juga.
Mungkin itu terjadi juga karena dari rumah, entah di banguninnya bagaimana
P Terus dibawa mood gak baiknya kedalam sekolah...
I Iya betul, dan diawal saya juga saya sudah bilang “kalau anak-anak good mood CW.IA16
157

dari rumah, dia pas disekolah juga akan enjoy”. Dari malam itu anak-anak
udah di preaper kita ceritain hal yang ini, insya Allah anak bangun pun akan
ceria akan senang
P Oia, terkait kedisiplinan guru itu juga terkait kehadiran ya Bu? Selain
kehadiran apa bu?
I Kehadiran, kemudian seragam juga CW.IA17
P Kalau seragam jika ada guru yang tidak sesuai bagaimana bu?
I Diberikan teguran CW.IA18
P Tapi dalam seminggu ada yang tidak sesuai gak bu?
I Alhamdulillah kita sudah tetapkan hari ini apa-apa-apa, kecuali yang tidak CW.IA19
berseragam itu alasannya harus masuk akal. Seperti hamil, “Aduh... saya udah
gak muat nih...” yang penting atasan warnanya sama
P Jika guru ikut terlibat, bagaimana penerapan disiplinnya?
I Di tegur CW.IA20
P Kalau dengan keterlambatan bu?
I Teguran, dan biasanya juga ada penilaian guru di akhir semester. Nah surat CW.IA21
(SP) kayak gitu
P Memang kehadiran guru itu dari jam berapa sampai jam berapa?
I 06.30 harus sudah disini dan jam 07.00 sudah dibilang telat gitu maksudnya, 7 CW.IA22
lewat gitu. Jadi, batasnya jam 07.00
P Berarti konsekuensinya hanya teguran dan SP saja atau ada pengurangan Gaji
misalnya?
I Kalau kita tidak ya, maksudnyakan gaji samapi dikurangin gitu? Engga. Gaji CW.IA23
guru TK kan dikit ntar diambil tambah dikit juga hehehe. Biasanya guru yang
dapet SP setelah itu dia di Rolling kalaupun tidak ada yang mendengarkan atau
merubah sikapnya dari SP itu kita ada Rolling sekolah. Rolling per yayasan
atau cabang
P Itu ada batasaanya gak bu? Untuk rolling ke Yayasannya?
158

I Engga ada batasannya, sampai perkembangannya sudah baik. tapi juka CW.IA24
Yayasan disana masih membutuhkan ya udah disana aja berarti
P Ada yang sampai dikeluarin gak bu? Karena tidak ada perubahan dalam diri
gurunya tersebut?
I Owh, engga… kadang setelah diperingatkan dia berubah. Biasanya CW.IA25
mengundurkan diri
P Bagian apa saja yang mencangkup kedisiplinan pada anak?
I Bagian eeee, ya kalua anak-anak yang disiplin ya seperti dia waktu belajar, dia CW.IA26
konsen kemudian bermain, bermain yang tidak selalu yang membahayakan kan
ada ya, biasanya kita beri teguran. Nih yang suka gimana ya tidak mengikuti
peraturan tata tertib ya kita setiap hari Sabtu ada evaluasi bersama guru-guru,
jadi semua guru membahas kelasnya.
P Apakah setiap evaluasi di minggu selanjutnya ada perubahan?
I Ada, “oh anak ini sudah bagus dan sudah lebih baik…” CW.IA27
P Itu guru lain saling membantu, atau hanya guru kelasnya saja?
I Iya membantu, jadi eeee jadi guru perkelas mengungkapkan siapa saja anak- CW.IA28
anak yang tidak disiplin dalam seminggu ini nanti kan kita eee untungnya ada
moving kelas itu (sentra), jadi semua guru bicara. “Mungkin anaknya gak suka
di sentra ini, tapi dia suka disentra ini … jadi dia fine…”.
P Disini (TK Darunnajah) alat pendukung yang terkait pendisiplinana apa saja?
I Apa ya, permainan mungkin ya dia harus bergantian CW.IA29
P Dari segi tertulis ?
I Kalau yang tertulis seperti tata tertib yang sudah di pasang didalam kelas. CW.IA30
Permainan trampolim yang ada dilantai 2 memang itukan permainan yang
sesuai umur ya karna kalau di biarkan bisa anak SD ikutan main jadi bisa rusak
P Jika ada permainan yang dirusak oleh anak bagaimana tanggapan sekolah?
I Kita lapor ke wali murid, jadi ya eee gimana baiknya. Kadang-kadang “itukan CW.IA31
bukan anak saya aja yang mainin…” , “ya mohon maaf, kita sudah
159

memberitahukan anak-anak bahwa ini permainan bersama, kalaupun rusak


nanti siapa yang bertanggung jawab mungkin orang tua akan kita panggil
seperti itu
P Tapi pernah kejadian gak bu?
I Eee ada beberapa dan sudah kena ketangkep tangan gitu ya, maksudnya ni CW.IA32
anak ini emang tiap ini merusak ya tapi orang tuanya “iya bu…” menyadari
untuk mengganti ya kia memang itu sih terserah saja.
P Tapi yang terjadi hanya untuk meminta maaf saja?
I Iya, tapi kalua ada kebijakan dari orang tuanya gitu … CW.IA33
P Atau memang dari pihak sekolah tidak membicarakan apa apa terkait
konsekuensi anaknya telah merusak?
I Sudah sudah dibicarakan CW.IA34
P Namun tidak ada kepekaan tersendiri ya bu?
I Iya, kita sudah membicarakan ke wali murid, tapikan perkembangan anakkan CW.IA35
itu masuknya kalua kita diem-diem saja anak selalu begitu kan gak bagus.
Semuanya kita memang terbuka gitu loh
P Kalau pergantian permaianan itu berapa kali ini bu …?
I Tergantung kalau sudah rusak yaaa diganti, kalua masih bisa kita dan danin CW.IA36
terus masih bisa digunakan oleh anak-anak, tapi kalau udah gitu diganti
P Untuk menangani anak yang kurang disiplin bagaimana?
I Sama, kita harus sering-sering mengingatkan kan anak seperti itu diawalnya CW.IA37
diingatkan kemudian kita arahin gitu “pembiasaan”
P Karna ibu sebagai kepala sekolah jika mengikuti struktur berarti anak di
ingatkan oleh guru kelas dulu, nah kalau gak bisa melalui guru kelas tersebut
bagaiamana penyampaian kepala sekolah? Apakah ada perbedaan dalam
penyampaiannya?
I Seminggu sekali kita lihat, gurunya saya tegur kalau belum ada perubahan juga CW.IA38
nanti bisa dibantu oleh guru lain, kalau gak bisa juga terkadang saya
160

mengingatkan via What’s app ke orang tuanya bisa juga ngobrol di kantor
P Faktor apa saja yang mempengaruhi kedisiplinan?
I Mood anak, prilaku sesuai hati anak kemudian eee itu yang disekolah CW.IA39
kesenggol teman, keluarga juga
P Tapi kalau dari guru juga termasuk gak sih bu?
I Bisa juga, mungkin guru ini tidak memperhatikan dia atau apa, dia jadi cari CW.IA40
perhatian atau apa jadi dia cari perhatian dengan melanggar, kadangkan guru
gak merhatiin dia aja ya, lingkungan juga
P Pernah ada atau engga kasus dalam penerapan disiplin di TK?
I Ada itu ya, dia itu suka … apa memang dia belum mengerti anaknya, belum CW.IA41
mengerti aturan seperti BIntang (murid B) kayaknya dirumah tidak diterapkan
makanya disini jadi semaunya aja
P Itu awal mula dalam penerimaan murid baru tidak ada pertimbangan dalam
sekolah?
I Kitakan memang awalnya harus menerima semua anak ya, tetapi kita memiliki CW.IA42
peraturan sendiri artinya orang tua itu harus jujur keadaan anak ini bagaimana
gitu, harus diceritakan.”ini kebetulan anak ini sakit punya penyakit, jadi ada
maklumin
P Memang memiliki oenyakit apa bu?
I Jantung CW.IA43
P Tetapi ko seperti bukan penyakit jantung, seperti hyperaktif atau penyakit
apaaa gitu
I Dia dirumah kayaknya tidak dibiasakan untuk disiplin tapi kalau untuk urusan CW.IA44
obat,ibunya bisa untuk disiplin tapi kalau untuk perilaku tidak ada pembiasaan,
jadi kitakan harus bisa memilih mana yang harus kita kerjakan ya, tidak hanya
dia terus kan jadi orang tua terkadang ee menyerahkan aja anaknya gitu
P Nah kan menyerahkan anaknya, gak ada pertimbangaan lagi bu dari sekolah?
Atau bagaimana? Karena melihat sekolah harus menerima murid baru
161

I Ya kita harus bisa membagi makanya gurunya harus pinter-pinter nih hehehe, CW.IA45
guru harus pinter-pinter jangan sampai kita menelantarkan anak yang lain juga
gitu
P Yang membedakan penerimaan murid seperti itu dari sekolah lain apa?
I Eee guru harus mampu gitu ya, harus mampu semuanya hehehe CW.IA46
P Yang termasuk bagian terapi itu ya bu, gimana?
I Yang terapi CW.IA47
P Iya, yang harus ada terapi itu sebenernya ee semua anak kan boleh diterima
asalkan …
I Asalkan dia itu harus ada pendampingan gitu, kita kan melihat anak ini ko gak CW.IA48
biasa bianya dengan teman yang lain ya kategori suka mukul, keliling terus
mungkin agak berbeda dengaan yang lainnya coba deh di konsultasikan itu kita
minta kepada orang tua anak itu supaya ada pendampingan selain disekolah,
coba konsultasi dulu gitu kan ya tidak langsung “diterapi bu…” orang tuakan
gak akan terima kan “emang ada apa nih dengan anak saya?” “tetapi dilihat
dari sekolah berbed bu, dengan teman-teman yang lainnya” itukan kita juga
harus antisipasi dulu gitu ya jadi jangan samapai anak ini nanti ee selalu
mengganggu teman atau gimana gitu aja. Dulu memang ada kasus dan
memang dia termasuk anak yang ADHD seperti itu, nah memang kita telusuri
orang tua hanya menyerahkan begitu saja, kita observasi kerumahnya diem-
diem orang tuanya udah nganterin udah, mau dia main hp atau apa gitu. Ee
kayaknya orang tua ko kayak gak ada keinginan untuk berubah gitu ya anaknya
ya, sedangkan disini anaknya yang mukul temennya yang mengganggu begitu,
makanya anak yang seperti ininih eee anaknya yang mempunyai kelebihan atau
apa ya seperti itu yang kita jelaskan ke orang tua
P Terkait observasi seperti itu apakah sudah terplanning atau bagaimana?
I Iya, kita memang ada orang tua yang seperti itu tidak terbuka ya, tidak CW.IA49
komunikatif gitu kita observasi kerumahnya
162

P Untuk pembelajaran taun ini ada?


I Untuk anak yang seperti itu tidak ada, karena orang tuanya sudah welcome gitu CW.IA50
P Owh, khusus untuk orang tua yang tetutup makanya jangan sampai ada yang
terselubung nih di dalam prilakunya anak ya
I Iya, jadi tidak apa ya namnaya tidak welcome ke sekolah kan seperti itu, mau CW.IA51
enaknya aja gitu, mau nyerahin anaknya aja ke sekolah tapi gak ada usaha yang
lain
P Tapi ada yang tau tidak bu terkait observasi itu selain guru? Seperti orang tua
yang terkait?
I Iya, kitakan jelaskan juga “mohon maaf bu, waktu itu kita memang eee kita CW.IA52
pernah bertamu gitu tapi memang ibu tidak ada gitu” itu waktu sore sih saya
sih yang keliling nanya nanya ke tetangga seperti itu
P Kalau kasus terbaru untuk taun ini seperti Bintang ya bu?
I Ya, memang untuk Bintang ini orang tuanya selama ini masih di tangani sama CW.IA53
gurunya gitu, udah sering bilangin “bu, tolong di tegur karna kan sudah
merugikan temannya juga..”
P Kalau Kenzi bagaimana bu?
I Kalau Kenzi seperti anak Tantrum ya, artinya itu sendiri kan dia untuk CW.IA54
mengganggu temannya jarang kan dia, paling barang-barang aja kan yang di
jadi korban
P Upaya sekokah dalam meningkatkan kedisiplinan apa bu? Pada anak
khususnya
I Upayanya ya itu, eee selain mengingatkan ya kita kepada anak, orang tua juga CW.IA55
banyak kita berikan masukan artinya kita Share ke orang tua. Eee memang
intinya komunikasi kuncinya
P Terkait komunikasi, ada waktu tersendiri gak bu, untuk menyampaikannya
kepada orang tua?
I Biasanya saat pulang sekolah. CW.IA56
163

P Selain itu seperti rapat ada gak bu?


I Rapat itu tidak ada, kita punya Komite. Jadi, nanti wali murid yang punya CW.IA57
unek-unek atau apa kritikan pastinya membangun sekolahka, kalo antar pribadi
kan itu langsung ke gurunya
P Berarti memang pertemuan antar guru dengan wali mrid memang tidak ada ya?
I Eee ada, tapi itu memang jarang. Kita fokuskannya di Komite aja. Karena kan CW.IA58
disini wali muridnya sepertinya sibuk semua kalau untuk hari biasa seperti itu,
dan kalaupun Sabtu kita kegiatan guru itu eee apa ya, pelatihan guru. Satu
tahun ada 3 kali pertemuan sih dengan wali murid untuk membahas selama
kegiatan satu tahun.
P Menurut ibu, apa yang membedakan kedisiplinan di TK Islam Darunnajah ini
dengan sekolah lain?
I Yang membedakan itu adalah setiap pagi kita membiasakan membaca Asmaul CW.IA59
Husna, mungkin heheheh. Jadi, Alhamdulillah anak-anak dari PlayGroup
sampai kelas B sudah hafal, itupun kalau dia dari PlayGrup meneruskannya
sampai kelas B di TK ini karena terbiasa. Kemudian menulis absen sendiri
yang memang jarang di temui
P Terkait kedisiplinan, ibu sebagai Kepala sekolah ada gak sih dari “nih
kayaknya gurunya sebenernya sih kurang, jadi saya harus apa ya biar ada
kepekaan tersendiri saya harus menyampaikannya gimana ya?” tanggapannya
gimana?
I Ada, ada perubahan. Memang perubahan itu tidak signifikan tergantung dari CW.IA60
gurunya sendiri, eee jihadnya dari dalamnya itu bener-bener atau engga kitakan
bisa liat, tapi memang ya eee disinikan dia punya dapodik gitu kayak data
kediknas jadi itu juga sebagai pertimbangan juga sih
P Kalau terkait untuk penjadwalan setiap taun ganti guru per kelas karna apa bu?
I Ya itu, bisa karna kualitasnya dan untu partner mengajar pun juga di CW.IA61
pertimbangkan. Pertimbangan tapi dengan guru yang ada ya. Karene kita tidak
164

bisa menerima guru seenaknya aja, dan mengeluarkan guru, jadi ya itu ada
gurunya hehehehe. Paling di tukarkan kelasnya saja. Karna kan pertimbangan
ini disini harus kita liat juga
P Untuk penamaan kelas Ar-Rahman Ar-Rahim tersendiri ada yang membedakan
gak bu antar sisanya? Dibedakan yang pinter dikelas ini atau bagaimana?
I Owh tidak, memang oplosnya ya itu eee dalam satu kelas itu anak yang Hyper CW.IA62
nah itu yang kita jadi pertimbangan. Jangan samapi satu kelas Hyper semua
gak mungkin. Jadi, eee kuota lelaki dan perempuan juga di pertimbangkan

Anda mungkin juga menyukai