Anda di halaman 1dari 113

STRATEGI PONDOK PESANTREN DALAM

MENGEMBANGKAN SIKAP KEMANDIRIAN SANTRI DI


PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA
TAHUN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukam Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.)
Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh
Siti Sholihah
Nim:11113224

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018

i
ii
STRATEGI PONDOK PESANTREN DALAM
MENGEMBANGKAN SIKAP KEMANDIRIAN SANTRI DI
PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA
TAHUN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukam Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.)
Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh
Siti Sholihah
Nim:11113224

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018

iii
iv
v
vi
MOTTO

‫ُك ْن قَ ِويًا ِِل َ ْج ِل َك‬

“stay strong for your self”

“jadilah kuat untuk dirimu sendiri”

vii
PERSEMBAHAN

Puji syukur atas semua kemudahan yang telah diberikan Allah SWT.

1. Kepada kedua orang tuaku tercinta, yang telah memberikan semua yang

saya butuhkan.

2. Untuk semua keluarga yang selalu mendukung dan memberi semangat.

3. Untuk adik-adikku Alfi, Rizki dan Adila walaupun membuat sedikit stres,

tetapi selalu menjadi hiburan disaat penat.

4. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Abdul Syukur, M.Si. yang telah memberi

bimbingan sampai skripsi ini selesai.

5. Untuk teman-teman angkatan 2013, khususnya untuk (Yayah, Badiah, Dina,

Reza, Dwi Wahyu, Agustin, Sanah) dan yang tidak bisa disebutkan satu

persatu.

6. Terimakasih untuk teman-teman KKN 2017 (Risti, Agustin, Hani, Odhie,

Pak Dedy, Dewi, Hendro dan Anis)

7. Untuk teman-temanku VEXZEN terimaksih untuk enam tahun yang tak bisa

terlupakan.

8. Untuk sahabat-sahabatku yang selalu memberi dukungan dan motivasi.

9. Dan untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan.

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim..

Alhamdulillahhi robil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi dengan judul strategi pondok

pesantren dalam menumbuhkan kemandirian santri (studi kasus pondok pesantren

Ta’mirul Islam Surakarta) ini dapat diselesaikan.

Banyak sekali hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul STRATEGI PONDOK PESANTREN

DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN SANTRI (STUDI KASUS

PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA). Berkat bantuan

dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang dihadapi dapat diatasi. Untuk itu atas

segala bantuannya, disampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd, selaku rektor Institut Agama Islam

Negeri salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku dekan fakultasTarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

4. Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik.

5. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si, selaku pembimbing skripsi

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberi banyak sekali ilmu, serta

karyawan IAIN Salatiga.

7. Keluarga besar Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta

ix
8. Seluruh pihak yang telah membantu untuk kelancaran penelitian ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca,

dan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Penulis sangat menyadari

bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Segala kritik, masukan dan saran

yang membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaannya.

Salatiga 20 Maret 2018

penulis

x
ABSTRAK

Sholihah, Siti. 2018. Strategi Pondok pesantren dalam menumbuhkan


kemandirian santri (studi kasus pondok pesantren Ta’mirul Islam
Surakarta) tahun 2018. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si.
Kata kunci : strategi, pondok pesantren, mengembangkan kemandirian, santri.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh menurunnya kualitas santri karena
sudah terpengaruh dunia luar, sehingga menjadikan santri kurang mandiri dan
tidak bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Sehingga mereka sering melanggar
peraturan. Penelitian ini untuk menjawab permasalahan berikut: bagaimana sikap
kemandirian santri, bagaimana strategi menumbuhkan kemandirian santri, apa
saja faktor pendukung dan penghambat dalam proses menumbuhkan kemandirian.
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dengan
menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokmentasi. Peneliti melakukan
wawancara dengan ustadz/ustadzah dan anggota Organisasi Santri Ta’mirul Islam.
Untuk analisis menggunakan reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan
verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) sikap kemandirian santri ditunjukkan
dengan tanggung jawab atas dirinya sendiri, dengan cara menaati peraturan, selalu
melakukan tugas-tugasnya, santri yang disiplin atau tepat waktu. Sikap mandiri
juga bisa ditunjukkan dengan tidak banyak izin keluar pondok, mendapatkan
kunjungan dan yang terpenting kemandirian santri ditunjukkan dengan
kedewasaan pada diri masing-masing., 2) strategi yang digunakan dengan cara
pemberian nasihat, memberikan contoh yang baik dan memberi hukuman jika
melakukan kesalahan dan memberi reward kepada yang berprestasi, 3) Faktor
penghambat terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu berasal
dari diri para santri yang sangat manja dan santri yang sudah terpengaruh dengan
dunia luar sehingga sulit untuk diatur. Sedangkan faktor eksternal dari pola asuh
orang tua santri, pergaulan, pendidikan disekolah, lingkungan santri, juga datang
dari pengurus yang sulit mengatur waktu belajar dengan berorganisasi.Sedangkan
faktor yang mendukung dalam proses pengembangan sikap kemandirian santri
yaitu kekompakan tim OSTI dan dukungan serta apresiasi dari para ustad dan
ustadzah.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN LOGO ................................................................................................ ii

SAMPUL DALAM ................................................................................................iii

PERSETUJUAN PEMBMBING ...........................................................................iv

PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................................v

DIKLARASI .......................................................................................................... vi

MOTTO ................................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN .........................................................................................................viii

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ix

ABSTRAK .............................................................................................................xi

DAFTAR ISI .........................................................................................................xii

DAFAR TABEL .................................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vxi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................1

B. Fokus penelitian ........................................................................4

xii
C. Tujuan Penelitian.......................................................................4

D. Manfaat Penelitian.....................................................................5

E. Penegasan Istilah ......................................................................5

F. Sistematika Penulisan ...............................................................7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori ..............................................................................9

1. Pengertian Strategi .................................................................9

2. Pengertian Pondok Pesantren ...............................................11

3. Kemandirian .........................................................................19

4. Santri ....................................................................................22

B. Kajian Terdahulu ......................................................................23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ............................................24

B. Lokasi Penelitian ....................................................................25

C. Sumber Data ...........................................................................26

D. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................26

E. Analisis Data ..........................................................................28

F. Pengecekan Keabsahan Temuan ............................................30

G. Tahap-Tahap Penelitian...........................................................31

BAB IV PAPARAN DATA ANALISIS

A. Paparan Data ...........................................................................33

B. Analisis Data ..........................................................................52

xiii
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................59

B. Saran .......................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar Ustadz dan Ustadzah

Tabel 4.2 Kegiatan Harian Santri

Tabel 4.3 Kegiatan Mingguan Santri

xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi

3. Hasil Wawancara

4. Keterangan Inisial

5. Struktur Organisasi

6. Daftar Ustadz dan Ustadzah

7. Daftar Wali kelas

8. Tata Tertib Pengurus OSTI

9. Dokumentasi

10. Daftar Riwayat Hidup

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang sangat pesat ini membuat semua hal

menjadi lebih efisien dan lebih mudah untuk didapatkan. Kecanggihan

teknologi membuat semua hal bisa didapat hanya dengan menekan satu

tombol. Dan dampak dari semua kemudahan ini membuat seseorang menjadi

malas untuk mengerjakan sesuatu. Karene mereka sudah teranjur dimanjakan

oleh semua fasilitas yang ada.

Kemajuan teknologi juga membuat banyak orang tua khawatir akan

pergaulan anak-anak mereka. Tak ayal para orang tua mencari cara agar anak-

anak mereka tidak tejerumus kepada pergaulan bebas yang akan merusak

akhlak dan moral anak-anak mereka. Dan salah satu alternatif yang ditempuh

orang tua agar anak tidak terjerumus pada hal-hal negatif adalah memasukkan

anak-anak mereka ke pondok pesantren.

Keberadaan pondok pesantren yang semakin beragam dalam bentuk,

peranan dan fungsi ini menjadikan fenomena yang cukup berarti dalam upaya

membuat suatu pola yang dapat dipahami sebagai acuan untuk pengembangan

pondok pesantren pada masa sekarang maupun yang akan datang.

Pondok Pesantren Ta’mirul islam adalah sebuah lembaga pendidikan

Islam dengan sistem asrama, dengan pelajaran umum dan agama yang

seimbang. Mendidik santri untuk bekerja atas dasar keikhlasan yang

berdasarkan atas pada kesadaran sebagai makhluk Tuhan dengan hidup penuh

1
kesederhanaan tanpa melebih-lebihkan sehingga dapat memberikan sebuah

keteladanan yang baik sebagai pemimpin umat yang penuh dengan kasih

sayang. Bertujuan untuk mencetak kader ulama’ yang ‘alim, sholeh dan

menjadi pemersatu umat.

Pada saat ini penulis mencoba meneliti tentang pondok yang berbasis

moderen. Dan penulis memilih Pondok Pesantren Ta’mirul Islam sebagai

lokasi penelitian.

Pondok pesantren Ta’mirul Islam adalah pndok pesantren yang sudah

moderen. Pondok pesantren Ta’mirul Islam adalah pondok yang didirikah oleh

KH. Naharussurur, pada tahun 1986. Pondok pesantren Ta’mirul Islam

didirikan di kampung Tegalsari, yang juga berada di lingkungan masjid

Tegalsari. Pondok pesantren Ta’mirul Islam memiliki dua jenjang pendidikan

yaitu MTS yang setara dengan SMP, juga MA yang setara dengan SMA.

Semua kesiatan belajar mengajar dilakukan di dalam pondok. Karena hampir

100% kegiatan dilakukan didalam pondok sehingga intensitas bertemu antara

santri dan para pengasuh pondok sangantlah sering.

Setiap hari santri diwajibkan mengikuti kegiatan pondok, yang selalu

diawasi oleh pengurus dan ustad/ustadzah dan tentunya diawasi juga oleh para

pimpinan pondok. Setiap santri dituntut untuk selalu tertib dan menaati aturan-

aturan pondok. Maka dari itu setiap santri harus bertanggung jawab atas dirinya

sendiri, dan harus memiliki kemandirian. Tidak hanya itu, pengasuh pondok

pesantren Ta’mirul Islam juga memberi peringatan dan hukuman kepada setiap

santrinya yang melanggar aturan pondok. Sehingga santri dapat memperbaiki

2
diri dengan bimbingan dan arahan dari pengurus organisasi pondok dan

perangkat pondok. Dengan pengadaan kegiatan dan keorganisasian bertujuan

untuk mencetak generasi masa depan yang tidak hanya berwawasan luas dan

berpengetahuan saja, tetapi juga menjadi manusia berkarakter kuat dan mandiri

yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Dalam sebuah pesantren santri adalah objek utama yang menjadi tujuan

para pendiri pondok pesantren, karena tujuan para pendiri pondok adalah

mencetak kader-kader yang memiliki akhlak mulia, mandiri dan tentu juga

berprestasi dalam bidang kognitif maupun dalam ilmu pengetahuan agamanya.

Sebagai lembaga pendidikan, pesanten menyelenggarakan pendidikan

secara formal maupun non formal yang secara khusus mengajarkan agama

yang sangat kuat. Pesantren telah menjadi pusat kegiatan pendidikan yang telah

berhasil menanamkan kewiraswastaan.

Maka dari itu penulis ingin meneliti bagaimana para pengurus dan

pengasuh pondok pesantren mendidik dan memebentuk santri yang tadinya

bergantung pada orang tua menjadi santri atau anak yang lebih mandiri dan

sadar akan tugas-tugasnya. Dan dalam hal ini penulis ingin meneliti di pondok

Pesantren Ta’mirul Islam, karena di sana bukan hanya pondok yang

mempelajari kitab-kitab saja akan tetapi pondok yang sekaligus menjadi

sekolah umum bagi para santri. Karena pondok yang berbasis moderen

memiliki kegiatan yang lebih banyak dan padat.

Bahkan di pondok pesantren Ta’mirul Islam juga ada program tahfidzul

qur’an, dimana para santri yang berminat untuk menghafalkan Al-Qur’an bisa

3
mengikuti program tersebut. Dan kegatan santri yang mengikuti program

tahfidz maupun tidak tetaplah sama.

Dalam kepengurusan pondok pesantren Ta’mirul Islam ditangani

langsung oleh pimpinan pondok, ada juga kader-kader pondok yaitu para

ustadz dan ustadzah yang senior. Lalu ada ustadz/ustadzah yang lansung

mengurus dan berkoordinasi dengan para pengurus Organisasi Santri Ta’mirul

Islam (OSTI). Dan pengurus OSTI inilah yang bekerja ekstra dalam menangani

setiap santri, pengurus OSTI biasanya adalah santri senior kelas V/VI KMI

atau setara dengan kelas II/III MA.

Berdasarkan uraian diatas , maka penulis tertarik untuk mengetahui

secara mendalam tentang : “Strategi Pondok Pesantren Dalam

Mengembangkan Sikap Kemandirian Santri Di Pondok Pesantren

Ta’mirul Islam Surakarta Tahun 2017/2018”.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana sikap kemandirian santri di pondok pesantren Ta’mirul Islam

Surakarta?

2. Bagaimana strategi para pengurus dalam mengembangkan sikap

kemandirian santri di pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta?

3. Apa faktor yang mendukung dan yang menghambat sikap kemandirian

santri di pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana sikap kemandirian santri di pondok pesantren

Ta’mirul Islam Surakarta.

4
2. Untuk mengetahui strategi para pengurus dalam menumbuhkan sikap

kemandirian santri di pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta.

3. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan yang menghambat sikap

kemandirian santri di pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dari segi teoritis

maupun praktis, yang berguna untuk memberikan sumbangan penelitian.

Adapun manfaatnya:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu

pengetahuan, menambah bahan bacaan dan sebagai refrensi bagi semua

orang khususnya bagi santri pondok pesantren Ta’mirul Islam berkaitan

dengan peningkatan kemandirian.

2. Manfaat Praktis

Penulis berharap penelitian ini bisa sangat membantu pengurus

pondok pesantren Ta’mirul Islam dalam peningkatan kemandirian santri.

Sehingga dapat menlahirkan santri yang mempunyai tekat kuat dan percaya

akan dirinya sendiri dan memiliki akhlaqul karimah.

E. Penegasan Istilah

Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti pembahasan,

perlu penulis jelaskan istilah yang berkaitan dengan judul di atas antara lain :

5
1. Strategi

Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para

pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi,

disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut

dapat tercapai. (Husein Umar, 2001:76)

2. Pondok Pesantren

Menurut Ridlwan Nasir (2005:80) Pondok pesantren adalah lembaga

keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta

mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama dan Islam. Sedangkan

menurut Ahmad Tarsir (2008:191) Pondok pesantren adalah lembaga

pendidikan islam tertua yang menyediakan asrama atau pondok sebagai

tempat tinggal bersama sekaligus sebagai tempat belajar para santri yang

dibimbing oleh kyai.

3. Kemandirian

Kemandirian secara psikologis dan mentalis yaitu keadaan seseorang

yang dalam kehidupannya mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu

tanpa bantuan dari orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin

dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang

sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi

manfaat atau keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang

akan dialaminya (Hasan Basri,2000:53).

6
4. Santri

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) santri adalah orang

yang mendalami agama, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh

dan orang sholeh. Dapat diambil kesimpulan bahwa santri adalah panggilan

untuk seseorang yang sedang mendalami ilmu agama yang tinggal di suatu

pondok pesantren.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini ditulis berdasarkan sistematika sebagai berikut

1. Bagian Awal

a. Halaman sampul luar

b. Lembar berlogo IAIN

c. Halaman sampul dalam

d. Lembar persetujuan pembimbing

e. Lembar pengesahan kelulusan

f. Halaman pernyataan keaslian penelitian

g. Halaman motto dan persembahan

h. Kata pengantar

i. Daftar isi

j. Daftar tabel

k. Daftar gambar

l. Daftar lampiran

m. Abstrak

2. Badian Inti

7
Bagian inti terdapat beberapa bab, antara lain:

BAB I Pendahuluan, yang berisikan tentang, latar belakang masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan teori atau kajian pustaka, Pada bab ini peneliti akan

menguraikan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian,

meliputi berbagai strategi untuk menumbuh kan kemandirian

santri di pondok pesantren.

BAB III Metode Penelitian, berisi tentang pendekatan dan jenis

penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosdur pengumpulan

data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap

penelitian.

BAB IV Paparan Data Dan Analisis, berisi tentang paparan data dan

analisis data.

BAB V Penutup. Pada bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran.

3. Bagian Akhir

Bagian akhir dalam skripsi ini terdiri dari:

a. Daftar pustaka

b. Lampiran

c. Daftar riwayat hidup

8
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Strategi

Strategi sudah menjadi istilah yang sering didengar oleh banyak

orang, strategi pada hakikatnya adalah perencanaan untuk mencapai sebuah

tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya sebagai

peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu

menunjukkan bagaimana trik pelaksanaannya (Effendy, 2007: 32).

Strategi adalah suatu cara dimana organisasi/lembaga akan mencapai

tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman

lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan

internal.(Suhartini, 2005: 115)

Menurut Djamari dan Zain (2006: 5), strategi adalah suatu garis-

garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha untuk mencapai sasaran

yang telah ditentukan. Untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan atau

untuk mencapai sebuah target dibutuhkan suatu tindakan yang benar agar

tujuan tersebut dapat dicapai sesuai harapan.

Menurut Surtikanti dan Santoso (2008: 124), stratgi adalah ilmu atau

kiat didalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki atau yang dapat

dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan

beberapa definisi strategi diatas dapat disimpulkan bahwasanya strategi

adalah suatu teknik, cara, trik atau rencana untuk mempermudah seseorang

9
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam kata lain seseorang

membutuhkan suatu cara yang khusus untuk mencapai segala sesuat yang

diharapkan.

Setiap orang, organisasi, perusahaan bahkan pemimpin negara pasti

mempunyai berbagai mecam strategi untuk mempermudah mencapai target

yang telah ditetapkan. Strategi yang baik harus terdapat koordinasi tim yang

baik pula, dengan kualitas tim yang baik maka pelaksanaan strategi yang

telah dirancang akan lebih efektif dan efisien. Sehingga dapat mencapai

hasil yang sangat memuaskan.

Menurut Suhartini (2005: 117), dalam menejemen strategi banyak

tahapan yang harus dilalui sebagai proses, diantaranya:

a. Formulasi Strategi

Dalam hal ini meliputi beberapa hal:

1) Aktivitas analisis lingkungan eksternal dan internal.

2) Penentuan arah lembaga/organisasi.

3) Analisis alternatif dan pemilihan strategi

b. Implementasi strategi

Maksudnya adalah pelaksanaan tindakan atau aktivitas dari

strategi yang dikembangkan proses formulasi strategi.

c. Pengendalian dan evaluasi strategi

Maksudnya adalah difokuskan pada monitoring dan evaluasi

sehingga terbentuk keselarasan antara formulasi strategi dan

implementasi strategi.

10
2. Pengertian Pondok Pesantren

C.C Breg mendefinisikan pesantren secara bahasa, kata santri berasal

dari istilah “Shastri” yang dalam bahasa India berarti orang-orang yang

mengetahui buku-buku suci agama hindu, sementara itu, A.H John

menyebutkan bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti

guru mengaji, dan merurut Nurcholis Majid, kata Santri berasal dari bahasa

sansekerta yang berarti melek huruf.(Ainur Rofik, 2012: 8)

Ditengah kepungan sistem pendidikan nasional yang moderen,

pesantren sebagai lembaga pendidikan agama tetap mampu bertahan,

bahkan lebih dari itu, ia mampu mengembangkan dirinya pada posisi yang

penting danstrategis dalam sistem pendidikan nasional. Transformasi

sengaja dihemenbuskan oleh pemerintah terhadap pesantren karena ada dua

pertimbangan:

Pertama, pesantren dianggap sebagai lembaga pendidikan Islam

tradisonal yang terbelakang dan kurang partisipatf, namun memiliki potensi

besar dalam hal mobilitas sumber daya lokal, sumber tenaga kerja potensial.

Bahkan lebih jauh, pesantren bisa saja menjadi lembaga kekuatan tanding

yang potensial.

Kedua, pesantren dapat dijadikan instrumen untuk mencapai tujuan

pembangunan, dan lain sebagainya. Selain itu pesantren juga dapat

dijadikan instrumen untuk memekarkan dan melestraikan kekuasaan

politik.(Halim Soebahar, 2013: 1-2)

11
Pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren.

Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab yang

berarti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi dalam pesantren di

Indonesia, khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan dalam

lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak

dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri. Sedangkan

istilah pesantren secara etimologi berasal dari pe-santri-an yang berarti

tempat santri. Santri atau murid mempelajari agama dari seorang Kyai atau

Syaikh di pondok pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan

yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan

menyebarkan ilmu agama dan Islam. (Nasir, 2005:80)

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan

Islam tradisonal di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di

bawah bimbingan seoang guru atau yang lebih dikenal oleh sebutan kyai.

Asrama untuk para siswa tersebut berada di dalam lingkungan pesantren,

yang mana di dalamnya terdapt tempat sebuah masjid untuk beribadah, dan

ruangan untuk belajar dan melakukan kegiatan yang lain. Kompleks

pesantren ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi

keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dalam sebuah pesantren para siswa atau santrinya tidak diizinkan

untuk pulang ke rumah masing-masing. Karena proses pembelajarannya

dilakukan secara intensif di dalam pondok, dan dilakukan dari pagi bahkan

12
dari sebelum subuh sampai larut malam. Jadi semua kegiatan tersebut tidak

memungkinkan para santrinya untuk pulang ke rumah.

Pondok pesantren juga berarti suatu lembaga pendidikan dan

pengajaran agama Islam yang ada pada umumnya pendidikan dan

pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal, tetapi dengan sistem

bandongan dan sorogan. Dimana para kyai mengajar santri-santrnya

berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama

besar sejak abad pertengahan, sedang para santri tinggal dalam pondok atau

asrama dalam pesantren tersebut (Abdushomad, 2005: 80-81).

Pondok pesantren muncul pertama kali di Indonesia pada abad ke

16M, yakni terdapat di Ampel Denta dalam asuhan Sunan Ampel. Pada

waktu itu, beliau mengkader santri-santrinya untuk menyebarkan Islam ke

seluruh plosok negeri, bahkan ada yang ditugaska hingga negeri-negeri

tetangga. Dari murid-murid Sunan Ampel inilah, kemudian menjamur

pesantren-pesantren di seluruh plosok tanah air. Puncaknya adalah pada

awal pertengahan abad ke-19 serta awal abad ke-20, yaitu pada masa syech

Kholil Bangkalan. Dari tangan dingin beliaulah muncul kyai-kyai besar

nusantara yang kemudian dapat memunculkan kyai besar lainnya.

Puncaknya pada waktu itu hampir di setiap kota kecamatan terdapat satu

pesantren atau bahkan lebih. Dalam perjalanannya, muncul

pengklasifikasian pesantren di Indonesia berdasarkan sistem atau jenis

lembaga pendidikan yang diadakan (Sutrisno, 2009: 16).

13
Mendengar kata pesantren siapapun akan berfikiran bahwa pesanten

merupakan tempat yang sangat religius. Tidak menutup kemungkinan

pesantren akan membawa pada pemikiran sebuah tempat menuntut ilmu

yang tertutup dan tradisonal. Pondok pesantren sebagai lembaga tertua di

Indonesia memang senantiasa menjaga nilai-nilai edukasi berbasis

pengajaran tradisonal.

Dunia moderen tampaknya tampaknya sedikit merubah prespektif

masyarakat mengenai pesantren. karena pada saat ini sudah banyak

bermunculan pesantren-pesantren yang sudah modren.

Dalam sebuah pondok pesantren ada lima unsur yang tidak bisa

dipisahkan yaitu: masjid, pondok, santri, kyai dan pengajaran kitab-kitab

Islam Klasik.

a. Masjid

Seperti yang masyarakat ketahui bahwasanya masjid adalah

tempat beribadah umat Islam. Akan tetapi fungsi sebuah masjid akan

sedikit berbeda apabila mesjid tersebut berada di dalam sebuah pondok

pesantren. Didalam pondok pesantren masjid tidak hanya sebagai tempat

beribadah saja atau tempat sholat saja, akan tetapi masjid juga di

fungsikan sebagai tempat untuk berkumpul. Masjid juga digunakan

sebagai tempat untuk belajar, musyawarah dan sebagai tempat untuk

belajar santri.

Menurut Nana Rukmana (2002: 41), masjid berarti tempat

beribadah. Masjid berasal dari kata sajada yang berarti sujud atau

14
tunduk, atau tempat menyembah Allah SWT. Masjid dalam arti umum

adalah semuat tempat yang digunakan untuk sujud dinamakan masjid.

‫ض ُكلُّ َها َمس ِْجد ٌ ِِا‬


ُ ‫ اِْل َ ْر‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬:‫عن أبي سعيد رضي هللا عنه قال‬

َ ‫ْال َم ْقبَ َرةَ َو ْال َح َم‬


)‫ام(روه ترمدي‬

Dari Abi Sangid Ra berkata: Rasulullah SAW bersabdah:

“seluruh bumi adalah masjid kecuali kuburan dan kamar mandi” (HR.

Tirmidzi)

Menurut Abubakar (2001: 9), masjid merupakan tempat

memotifasi dan membangkitkan kekuatan ruhaniyah dan keimanan

seseorang muslim.

Jadi pada dasarnya bahwasannya masjid merupakan tempat untuk

melaksanakan segala bentuk aktifitas keagamaan umat Islam yang

mencerminkan kedekatan terhadap Allah SWT, baik berupa sholat,

i’tikaf maupun pelaksanaan kajian-kajian.

b. Pondok

Salah satu ciri khas dalap sistem pendidikandi pesantren adalah

adanya sistem pemondokan atau sarama bagi para santrinya. Pada

umumnya pondok berupa komplek yang dikelilingi oleh pagar pembatas

atau tembok yang memisahkan dengan lingkungan masyarakat. Namun

ada pula yang tidak dibatasi atau berbaur dengan lingkungan masyarakat

sekitar.

15
Menurut Hasbullah (1999: 142), pengertian singakat pondok

adalah tempat tinggal sederhana yang merupakan tempat tinggal kyai

bersama para sntri-santrinya. Besarnya pondok tergantung pada jumlah

santrinya.

Sistem asrama atau pondok ini merupakan ciri khas tradisi

pesantren yeng membedakan sistem pendidikan pesantren dengan sistem

pendidikan lainnya. Salah satu tujuannya didirikannya sistem pondok

agar para santri dapat mengembangkan keterampilan kemandiriannya,

agar mereka siap hidup mandiri dalam masyarakat.

c. Santri

Asal usul santri setidaknya ada dua pendapat yang bisa dijadikan

rujukan. Pertama, santri berasal dari kata “santri” dari bahasa sangsekerta

yang artinya melek huruf. Kedua, kata santri yang berasal dari bahasa

Jawa “cantrik” yang berarti seseorang yang mengikuti seorang guru

kemanapun pergi atau menetap dengan tujuan dapat belajar darinya suatu

ilmu pengetahuan (Nurcholis Majid, 1997: 19-20).

Santri dalam dunia pesantren dikelompokkan menjadi dua

macam:

1) Santri mukim

Santri mukim adalah santri yang menuntut ilmu dan tnggal di

dalam pondok yang disediakan pesantren, biasanya mereka akan

tinggal dalam satu kompleks yang berwujudkamar kamar.

16
2) Santri Kalong

Santri kalong adalah santri yang tinggal di luar kompleks

pesantren, baik di rumah sendiri maupun di rumah-rumah masyarakat

di sekitar pesantren. biasanya mereka datang ke pesantren pada saat

pengajian atau pada saat kegiatan-kegiatan pesantren lainnya.

Atau murid-murid yang berasal dari desa sekelilingnya, yang

biasanya mereka tidak tinggal di pondok kecuali kalau waktu-waktu

belajar saja mereka bolak-balik dari rumah (Suismanto,2004: 54-55).

d. Kyai

Kyai berperan sangat penting dalam pendirian, pertumbuhan,

perkembangan, dan pengurusan sebuah pondok pesantren. kyai adalah

sebagai pemimpin pondok pesantren keberhasilan sebuah pesantren

banyak bergantung pada keahlian, kedalaman ilmu, karismatik, dan

wibawa kyai. Dalam konteks ini sosok kyai sangat menentukan sebab

beliau adalah tokoh sentral dalam sebuah pesantren (Hasbullah, 1999:

144).

Kata kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan berasal dari

bahasa jawa. Menurut asal usulnya perkataan kyai dalam bahasa Jawa

dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda yaitu:

1) Gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap kramat.

2) Gelar kehormatan untuk para orang-orang tua pada umumnya.

3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama

Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan sebuah pesantren.

17
Bahkan dalam banyak hal, gelar kyai juga sering dipakai untuk

para da’i atau mubaligh yang biasanya memberikan ceramah keagamaan.

e. Pengajaran kitab-kitab klasik

Kitab-kitab klasik biasanya dikenal dengan sebutan kitab kuning,

dikarnakan warna kertas yang berwarna kuning. Kitab-kitab tersebut

ditulis oleh ulama terdahulu yang berisikan tentang ilmu keislaman sperti

fiqih, hasits, tafsir maupun tentang akhlak. Kitab-kitab klasik biasanya

ditulis dengan bahasa Arab, lalu para kyai membacakan, mengartikan dan

juga menerangkan makna dari isi kitab tersebut. Disamping mendalami

isi kitab maka secara tidak langsung para santri juga mempelajari bahasa

Arab. Oleh karena itu biasanya santri yang telah menyelesaikan belajar di

pesantren cenderung memiliki pengetahuan bahasa Arab.

Pada awalnya pondok pesantren hanya ada satu jenis saja yaitu

pondok salafi, atau sering disebut pondok tradisonal. Akan tetapi seiring

berjalannya waktu pondok pesantren dan berkembangnya zaman mulai

muncul pondok pesanten kholafi atau pondok pesantren moderen.

Pondok pesantren salafi berasal dari kata salaf. Artinya dahulu

atau klasik. Maksudnya pesantren yang masih mempertahankan pelajaran

dengan kitab-kitab klasik tanpa diberikan pengetahuan umum. Model

pengajarannyapun sebagaimana lazim diterapkan dalam pesantren salaf

yaitu dengan metode sorogan, weton dan bandongan (Masjkur Anhari,

2007: 26-27)

18
Sorogan merupakan metode yang ditmpuh dengan cara kyai

menyampaikan pelajaran kepada santri secara individual, biasanya

dipesantren, masjid atau bahkan di rumah-rumah. Metode waton atau

bandongan adalah metode paling utama dalam lingkungan pesantren.

Metode weton atau bandongan adalah suatu metode pengajaran dengan

cara kyai membaca, menerjemahkan, dan menerangkan, sedangkan para

santri memperhatikan dan mencatat apa yang perlu dicatat.

Sedangkan pondok pesantren kholafi berasal dari kata “Al-

khalaf” artinya orang-orang yang datang di belakang (Irfan Hielmy,

1999: 35). Pesantren kholafi dapat juga kita sebut sebagai pesantren

moderen. Pesantren model ini menerapkan sistem pengajaran kalasikal

(madrasi), memberikan ilmu umum dan ilmu agama serta memberikan

pendidikan keterampilan. Pondok pesantren moderen adalah sebuah

lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum

madrasah yang dikembangkan. Dan pesantren moderen bisa di setarakan

dengan MI/SD, SMP/MTS dan SMA/MA.

3. Kemanirian

Kemandirian adalah salah satu komponen kepribadian yang

mendorong anak untuk dapat mengarahkan dan mengatur perilakunya

sendiri dan mampu menyelesaikan masalahnya tanpa mengandalkan

bantuan orang lain. Maka kemandirian adalah keadaan jiwa anak yang

mampu memilih keputusan sendiri, mampu bertanggung jawab atas semua

tingkah laku dan perbuatan sendiri (Setyo Utomo, 2005: 7)

19
Kemandirian berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat awalan

kata ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau

kata benda.

Ciri-ciri kemandirian adalah:

a. Mampu menentukan nasibnya sendiri, segala sikap dan tindakan

dilakukan atas kehendak diri sendiri tidak tergantung pada orang lain.

b. Dapat mengendalikan dirinya sendiri, mampu mengontrol dirinya sendiri,

mampu beradaptasi dengan lingkungan.

c. Bertanggungjawab, yaitu mempunyai ksadaran bahwa setiap tindakan

yang dilakukan meempunyai pengaruh terhadap orang lain maupun diri

sendiri. Dan bertanggungjawab dalam melaksanakan segala kewajiban

diri sendiri.

d. Kreatif dan inisiatif, mampu berfikir dan bertindak secarakreatif dan

inisiatif dalam menemukan ide-ide baru.

e. Berani mengambil keputusan dan mengatasi masalahnya sendiri,

memiliki pemikiran, pertimbangan, pendapat sendiri dalam mengambil

keputusan.

Menurut Ali dan Asrori (2008:118), ada banyak faktor yang

mempengaruhi kemandirian seseorang antara lain:

a. Gen atau keturunan orang tua

Orang tua yang memiliki sifat kemandirian yang tinggi sering kali

menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Akan tetapi faktor

keturunan masih menjadi banyak perdebatan,karena banyak yang

20
berpendapat kalau kemandirian bukan berasal dari keturunan melainkan

dari hasil didikan.

b. Pola asuh orang tua

Cara orang tua mendidik atau mengasuh anak mereka akan

mempengaruhi perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang sejak

dari kecil telah memanjakan anak-anak mereka akan sulit menjadikan

anak-anak mereka lebih dewasa dan mandiri. Karena sejak dari kecil

mereka sudah di fasilitasi dengan kemewahan, maka anak-anak akan

sangat malas mengerjakan suatu hal.

c. Sistem pendidikan di sekolah

Sistem pendidikan juga sedikit banyak juga mempengaruhi

kemandirian seseorang. Karena di lingkungan sekolah anak dituntut

untuk mengerjakan semua tugas-tugasnya sendiri.

d. Pergaulan di masyarakat

Lingkungan masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap proses

kemandirian seseorang. Jika dalam suatu lingkungan masyarakat aktif

bergotong royong atau bersosialisasi maka akan anak-anak akan saling

membantu.

Kemandirian dipengaruhi oleh dua faktor,yaitu faktor intern dan

faktor ekstern. Faktor intern yang dimaksud adalah segala aspek yang ada

pada individu, meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan,

pekerjaan, sikap dan peri laku. Sedangkan faktor ekstern meliputi aspek

sosial, budaya, ekonomi, politik, dan media masa.

21
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kemandirian tidak hanya

dapat dibentuk oleh dorongan pribadi individu. Tetapi faktor luar

lingkungan juga ikut mempengaruhi individu untuk mandiri. Begitu pula

dalam mengembangkannya, kemandirian bisa dilakukan dengan

menanamkan nilai-nilai luhur bagi individu serta pengkondisian faktor

lingkungan, termasuk lingkungan belajar individu. (Mudyahardjo, 2011:33)

Berdasarkan definisi-definisi tersebut kemandirian adalah

kemampuan seseorang untuk bertindak dan melakukan sesuatu atas

pertimbangan diri sendri. Mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

Seseorang yang mempunyai rasa kemandirian yang tinggi tidak akan

bergantung pada keputusan seseorang dia akan bertindak tegas atas apa

yang telah dia putuskan.

Kontribusi pesantren dalam meengembangkan religiusitas dan

kemandirian anak hampir dalam semua aspeknya jauh lebih mengesankan

bila dibandingkan degan sekolah pada umumnya.( Khoirul Bashori, 2003: 6)

Kemandirian seorang santri,terutama dalam usia remaja akan

semakin diperkuat karena sosialisasi dengan teman sebayanya di pesantren.

4. Santri

Asal usul santri setidaknya ada dua pendapat yang bisa dijadikan

rujukan. Pertama, santri berasal dari kata “santri” dari bahasa sangsekerta

yang artinya melek huruf. Kedua, kata santri yang berasal dari bahasa Jawa

“cantrik” yang berarti seseorang yang mengikuti seorang guru kemanapun

22
pergi atau menetap dengan tujuan dapat belajar darinya suatu ilmu

pengetahuan (Nurcholis Majid, 1997: 19-20).

Santri sama halnya dengan siswa akan tetapi yang membedakan

keduanya adalah siswa hanya melakukan proses pembelajaran di sekolah

saja sedangkan santri melakukan semua kegiatan pembelajaran di pondok

selama 24 jam. Siswa memanggil pengajar dengan sebutan guru, sedangkan

dengan sebutan ustadz.

B. Kajian Terdahulu

Rujukan penelitian terdahulu yaitu skripsi dari Yeyen Epta mahasiswa

IAIN Salatiga dengan judul Pendidikan Kemandirian Berbasis Pondok

Pesantren Di Pondok Pesantren Al-Manar Salatiga. Dalam penelitiannya,

peneliti menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Merode

pengumpulan data dengan dokumen, observasi dan wawancara.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih menekankan

pada pembinaan kemandirian yang dilakukan oleh para pembimbing. Subyek

yang penelitian yang diteliti yaitu para pembimbing dan santri pondok di

pondok pesantren Al-Manar.

23
BAB III

METODE PENELITIAN

Menurut Suharsimi (2003: 136), metode penelitian adalah cara atau jalan

yang digunakan seorang penulis untuk mendapatkan dan mengumpulkan data

penelitiannya. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwasanya metode

penelitian adalah cara yang dipergunakan untuk mengumpulkan data-data yang

diperlukan dalam penelitian. Metode penelitian sangatlah penting dalam sebuah

penelitian ilmia. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah:

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan disini adalah penelitian lapangan yang

menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh data dan informasi

penelitian dilakukan secara langsung dengan objek yang artinya peneliti

langsung berada di lingkungan yang hendak diteliti.

Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian secara holistik, dan dengan cara diskriptif dalam bentuk kata-kata

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan

berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007: 6).

Jenis penelitian ini adalah diskriptif, yaitu dengan membuat gambaran

secara langsung bagaimana strategi para pengurus pondok pesantren Ta’mirul

Islam dalam meningkatkan kemandirian para santri-santrinya, agar dapat

24
tercapai tujuan dan target yang diinginkan, yaitu memiliki santri yang mandiri

dan berprestasi dalam bidang pengetahuan maupun dalam bidang keagamaan.

B. Lokasi Penelitian

Pondok pesantren Ta’mirul Islam berada ditengan-tengan kampung

Tegalsari tepatnya berada di JL. KH. Samanhudi No. 03 Tegalsari, Bumi

Laweyan Surakarta, Jawa Tengah. Pondok pesantren Ta’mirul islam juga

berdekatan dengan pondok pesantren Al-Mu’ayad. Tepatnya berada sekitar

500m sebelah timur pondok Al-Mu’ayad.

Pondok pesantren ta’mirul Islam terbagi atas dua bagian yaitu pondok

putra dan pondok putri. Pondok putra dan putri dibatasi oleh sebuah pabrik

batik celup milik warga sekitar. Pondok putra maupun putri memiliki fasilitas

gedung masing-masing, disana Masjid juga dipisah antara masjid putra maupun

putri.

Di pondok putri memiliki masjid yang dinamakan Masjid Roudotul

Jannah, masjid tersebut berada tepat ditengah-tengah pondok. Di asrama putri

juga memiliki berberapa bangunan gedung diantaranya yaitu gedung Swindu

yang merupakan gedung utama yang digunakan sebagai kelas maupun kamar-

kamar santriwati. Di lingkungan pondok putri juga sudah memiliki koprasi

sendiri, koprasi untuk memenuhu kebutuhan santriwati, sehingga santri tidak

perlu keluar pondok jika membutuhkan sesuatu.

Lalu di asrama putra juga memiliki masjid yang dinamakan masjid Al-

Kahfi, masjid Al-kahfi juga berada ditengah-tengah pondok. Sama halnya

dengan asrama putri di asrama putra juga memiliki beberapa gedung dan

25
gedung Waro’a sebagai gedung utama yang digunakan sebagai kelas dan

kamar-kamar santri. Di lokasi asrama putra juga memiliki koprasi.

C. Sumber Data

Pada tahapan ini, penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber.

Ada dua sumber data yang penulis dapatkan yaitu; data premier dan data

skunder.dan yang pasti data-data tersebut berkaitan dengan masalah yang

sedang diteliti.

a. Data Premier

Data premier adalah data yang langsung didapat oleh peneliti di

lapangan (Suryabarata, 2003:39). Jadi data premier data yang dikumpulkan

sendiri oleh peneliti secara langsung dari objek yang diteliti.

b. Data Skunder

Data skunder adalah data yang sudah tersusun atau dibukukan dalam

bentuk dokumen-dokumen (Suryabarata, 2003:40). Biasanya data yang

didapat tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi. Dan

foto merupakan salah satu bukti telah dilakukannya sebuah penelitian,

dengan adanya foto dapat memperkuat keaslian penelitian yang telah

dilakukan.

D. Posedur Pengumulan Data

Sesuai dengan sumber data diatas ada beberapa teknik/metode

pengumpulan data yang digunakan oleh penulis, diantaranya:

26
1. Metode observasi

Observasi atau pengamatan merupakan tekhnik pengumpulan data

dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung

(Nana Syaodin Sukamdinat, 2007: 220)

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang

sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya

merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan,

penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan

untuk menjawab masalah dalam penelitian. Observasi dilakukan untuk

memperoleh gambaran rill suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab

pertanyaan penelitian.

Pada tahapan ini peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk

mlihat secara langsung bagaimana kegiatan para santri. Pada tahapan ini

peneliti juga mengamati kegiatan para santri sehari-hari, agar mendapatkan

informasi yang peneliti butuhkan. Yang paling penting adalah dapat

mengetahui bagaimana para pengurus dan pengasuh pondok menjadikan

para santrinya lebih mandiri.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah menggali data atau informasi melalui

catatan, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 148).

Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali informasi

yang sudah terjadi di masa lampau. Dalam hal ini peneliti perlu memiliki

kepekaan teoritik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga

27
mendapatkan informasi yang dibutuhkan bukan sekedar informasi yang

tidak bermakna.

Dalam hal tahap ini penulis banyak mengambil informasi dari

majalah “Akrab” majalah yang berisi tentang semua kegiatan pondok.

Majalah ini di tulis oleh para santri dan biasanya hanya keluar satu kali

dalam setahun. Penulis juga mendapat banyak informasi dari data para

pengurus OSTI.

3. Metode Wawancara

Wawancara adalah proses komunikasi atau iteraksi untuk

mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan

informan atau subjek penelitian (Emzir, 2010: 50). Dengan kemajuan

teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa dilakukan tanpa tatap

muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakekatnya wawancara

merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang

tema yang diangkat dalam penelitian untuk membuktikan informasi atau

keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.

Dan pada metode ini penulis banyak mewawancarai ustad maupun

ustadzah dan para pengurus Organisai Santri Ta’mirul Islam (OSTI).

Sayangnya peneliti tidak dapat bertemu langsung dengan pimpinan pondok

karena beliau mempunyai kesibukan yang membuat sulit untuk ditemui.

E. Analisis Data

28
Analis data adalah poses pengorganisasian data, menjabarkan kedalam

unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari dan membuat kesimpulan (Sugiono, 2012:224).

Menurut Moleong (2012: 248), analis data adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi suatu yang dapat dikelola, mengintensiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.Analisis data yang

digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok,memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya

dan menninggalkan yang tidak perlu. Tujuan dari reduksi data adalah

menyederhanakan data yang sudah diperoleh selama penggalian data di

lapangan. Dalam sebuah penelitian data yang didapat dari lapangan

merupakan data yang sangat rumit dan yang pasti data tersebut ada yang

layak digunakan dan ada juga yang harus dibuang. Maka dari itu

penyederhanaan data sangat dibutuhkan dalam hal ini, untuk menghindari

tercantumnya data-data yang tidak diperlukan.

Dalam penelitian, peneliti akan berusaha semaksimal mungkin

dalam mencari informasi sebanyak-banyaknya. Akan tetapi banyaknya

informasi yang didapat dari berbagai macam sumber, pasti ada informasi

atau data yang tidak begitu diperlukan dalam penelitian tersebut. Atau

29
informasi yang didapat tidak sesuai dengan konteks pembahasan, maka dari

itu peneliti harus selektif dalam memilah infrmasi. Agar tidak

mencantumkan informasi yang tidak dibutuhkan dan membuang informasi

yang penting.

2. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan (Idrus, 2009: 151). Hal ini

dilakukan dengan alasan data yang diperoleh dalam proses penelitian

biasanya berupa naratif, sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa

mengurangi isinya.

Setelah melalui proses reduksi data selanjutnya proses penyajian

data. Dalam penyajian data, data yang terkumpul akan terorganisasikan,

tersusun dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami.

Penyajian data dilakukan untuk mempermudah peneliti untuk

mendiskripsikan data sehingga akan lebih mudah dipahami.

3. Kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses analisis

data. Dalam tahap ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang

sudah diperoleh. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan jalan

membandingkan kesesuaian pernyataan dari subjek penelitian dengan

makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam peneltian

tersebut.

30
F. Pengecekan Keabsahan Temuan

Teknik pengecekan keabsahan temuan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teknik Triangulasi. Menurut Moleong (2012: 330), triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu.

Dengan menggunakan teknik triangulasi dengan sumber, peneliti akan

membandingkan hasil wawancara yang didapatkan dari masing-masing sumber

atau informan penelitian. Hal ini dilakukan sebagai pembanding untuk

mengecek kebenaran informasi yang didapatkan.

Disini peneliti akan membandingkan hasil dari berbagai wawancara

dengan pengurus OSTI dan juga para ustadzah dengan tujuan kebenaran

informasi yang didapatkan. Peneliti juga akan membandingkan hasil

wawancara dengan data yang didapatkan dari sumber yang lain. Dengan

maksud apakah informasi yang didapat sesuai dengan kondisi lapangan.

G. Tahap-Tahap Penelitian

Tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah:

dimulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian

sebenarnya, dan yang terakhir penulisan laporan.

1. Penelitian pendahuluan

Sebelum melakukan penelitian atau sebelum terjun langsung ke

lapangan, peneliti terlebih dahulu mngkaji berbagai macam referensi yang

berkaitan dengan penelitian ini. Yaitu semua kajian harus sesuai dengan

31
tema yang sudah ditentukan dan berkaitan dengan strategi pondok pesantren

dalam menumbuhkan kemandirian santri.

Pada awal mulanya peneliti akan disibukkan di perpustakaan untuk

mencari buku-buku yang berkaitan dengan tema yang telah ditentukan.

Peneliti harus mencari banyak refrensi dari para ahli berkaitan dengan

penelitian tersebut.

2. Pengembangan desain
Setelah tahapan pertama, peneliti harus menyusun tahapan-tahapan
yang akan dilakukan selama proses penelitian. Guna mempreoleh data yang
dibutuhkan, seperti petunjuk wawancara dan pengamatan.
3. Pelaksanaan penelitian
Disini peneliti mulai melakukan penelitian di lapangan, peneliti akan
datang ke Pondok Pesantren Ta’mitul Islam Surakarta guna proses
penelitian dan pengumpulan data. Dalam proses pelaksanaan penelitian,
seorang peneliti harus benar-benar hadirke lokasi penelitian. Karena
penelitian tidak bisa diwakilkan agar mendapatkan data yang lebih detail.
4. Penulisan Laporan

Pada tahapan ini meliputi kegiatan dari awal sampai akhir penelitian

sampai pemberian makna data. Selanjutnya semua data yang didapat

disusun sedemikian rupa sesuai dengan sistematika yang telah ditentukan.

Dan dikonsultasikan kepeda dosen pembimbing, agar mendapatkan

perbaikan dan saran-saran yang mendukung kesempurnaan skripsi.

Kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan tersebut agar lebih sempurna.

Langakah terakhir melengkapi persyaratan untuk uji skripsi.

32
BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

1. Paparan Data Dari Dokumen Yang Didapat

a. Gambaran Umum Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta

Pada tahun 1928 pertama kali didirikannya Masjid Tegalsari di

Surakarta, para ulama sekitar Tegalsari telah merencanakan untuk

mendirikan sebuah pondok pesantren. Namun karena beberapa hal

keinginan tersebut masih belum bisa diwujudkan karena pada masa itu

Indonesia masih dijajah oleh Belanda.

Keinginan untuk mendirikan pondok pesantren dirintis sejak

tahun 1968, dengan membentuk yayasan Ta’mir Masjid Tegalsari. Dan

dilanjutkan dengan mendirikan SD Ta’mirul Islam yang berada dilokasi

yang sama dengan masjid Tegalsari. Kemudian pada tahun 1979

didirikanlah SMP Ta’mirul Islam.

Diawali dengan kegiatan pesantren kilat, pondok pesantren

Ta’mirul Islam resmi didirikan pada 14 Juni 1986. Pondok pesantren

Ta’mirul Islam didirikan oleh:

1) KH. Naharussurur beliau sebagai pimpinan pondok

2) Hj. Muttaqiyah beliau adalah istri pemimpin pondok

33
3) Ust. H. Muhammad Halim beliau adalah anak kedua dari Ust

Naharussurur dan Usth Muttaqiyah, dan sekaligus merangkap sebagai

direktur KMI (Kuliyatul Mu’alimat Al-Islamiyah)

4) Ust. M. Wazir Tamami beliau sebagai SDM

Keberadaan pondok pesantren Ta’mirul Islam yang berada di

tengah-tengah kampung Tegalsari sangan disambut baik oleh masyarakat

sekitar maupun masyarakat luas. Khususnya bagi mereka yang ingin

mempelajari dan memperdalam ilmu agama.

b. Visi, Misi dan Motto Pondok Pesantren Ta’mirul Islam

Setiap lembaga pastinya mempunyai visi dan misi menjadi

pegangan agar lembaga tesebut menjadi lebih baik.

1) Visi

Visi dapat diartikan sebagai sebuah cita-ciata yang ingin

dicapai setiap orang. Visi pondok pesantren Ta’mirul Islam sendiri

adalah “Mencetak kader ulama’ ‘alimin penerus Rasulullah berbasis

sanad, dan menjadi perekat umat”. Yang artinya pondok pesantren

Ta’mirul Islam ingin selalu melahirkan generasi-generasi yang

beragama dan berilmu agama. Akan tetapi pondok pesantren Ta’mirul

Islam tidak hanya inin mencetak kader-kader ulama yang berilmu,

tetapi ulama yang bijak yang dapat mempersatukan umat.

34
2) Misi

Sedangkan misi pondok pesantren Ta’mirul Islam adalah

a) Tahqiqul ‘ulum bissanad yang artinya semua ilmu yang diajarkan

berdasrkan pada sanad. Sanad yang dimaksud di sini adalah sumber

ilmu yang jelas.

b) Tazkiyatun Nafs. Maksud dari Tazkiyatun Nafs adalah

membersihkan juwa yang maksudnya upaya menusia untuk

mensucikan jiwa dan dirinya.

c) Da’wah Ilallah. Maksudnya yaitu agar para santri selalu

mengamalkan ilmunya pada masyarakan agar para umat selalu

berada di jalan Allah.

3) Motto

Pondok pesantren Ta’mirul Islam mempunyai Motto untuk

mendukung tercapainya visi dan misi, yaitu:

a) Isoh ngaji lan ora kalah karo sekolah negeri. Maksudnya adalah

walaupun pondok selalu di.. dengan ngaji dan ilmu-ilmu agamanya,

akan tetapi pondok pesantren ta’mirulislam juga mampu bersaing

dengan sekolah-sekolah negeri pada umumnya.

b) Al-Qur’an Ta’jul Ma’had. Ini memiliki arti bahwa Al-Quran adalah

mahkota pondok. Dengan landasan bahwa inti dari semua ilmu

adama ada di dalam Al-Qur’an.

35
c) Al-Lughotu Libasul Ma’had. Yang berarti bahasa adalah pakaian

pondok, pondok Ta’mirul Islam dalam keseharian menggunakan

bahasa Arab dan Inggris. Dengan tujuan santri dapat

berkomunikasi kepada semua orang baik dalam negeri maupun luar

negeri. Dan juga bahasa Arab dan bahasa Inggris adalah bahasa

Internasional.

c. Sistem Pendidikan Di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam

Sistem pendidikan di pndok pesantren Ta’mirul Islam sedikit

berbeda dengan sistem pendidikan di sekolah pada umumnya. Di pondok

pesantren Ta’mirul islam ada istilah KMI atau Kulliyatul Mu’allimat Al-

Islamiyah yaitu pendidikan yang setara dengan SMP/MTs dan SMA/MA.

Progam ini ditujukkan bagi siswa lulusan sekolah dasar dengan

masa belajar 6 tahun, yakni dari kelas I (setara VII SMP/MTs) samapi

kelas VI (stara dengan kelas XII SMA/MA). Para siswa dianjurkan

menyelesaikan masa belajar dalam 6 setara dengan lulusan SMA/MA,

agar mendapatkan pelajaran yang lebih mendalam.

Akan tetapi jika siswa lulusan SPM/MTs berminat untuk masuk

ke pondok pesantren Ta’mirul Islam mereka bisa mengikuti program

Takhosus atau sering disebut kelas Intensif. Program ini berlangsung

selama empat tahun sampai lulus KMI, yaitu kelas I takhosus, kelas III

Takhosus lanjut kelas V dan VI mulai bergabung dengan siswa reguler

yang memulai sejak kelas I KMI. Program Takhosus/intensif memang

36
membutuhkan waktu satu tahul lebuh lambat dari siswa sepantaranya.

Jadi mereka harus menambah waktu satu tahun untuk lusus kelas IV KMI

atau setara dengan kelas XII SMA/MA.

Proses belajar mengajar di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam

berlangsung sejak pukul 07.00 WIB-12.00 WIB lalu para santri istirahat

untuk melaksanakan sholat duhur berjamaah, istirahat dan makan siang.

Lalu proses belajar akan dilanjut pada pukul 14.00 WIB-15.00 WIB yaitu

jam sekolah siang, biasanya sekolah siang akan diisi oleh santri-santri

senior kelas VI KMI.

d. Tenaga Pengajar

Tenaga pengajar di pondok pesantren Ta’mirul Islam sebagian

besar adalah alumni pondok pesantren Ta’mirul Islam. Lulusan pondok

yang mempunyai prestasi akan langsung diangkat sebagai

Ustsdz/ustadazah, merekan akan menjadi tenaga pengajar di pondok.

Selain alumni pondok tenaga pengajar juga diisi oleh guru-guru dari luar

pondok, biasanya guru-guru tersebut mengajar pelajaran umum. Selain

itu juga ada pengajar lulusan pondok pesantren Gontor, bahkan banyak

juga tenaga pengajar lulusan dari Al-Azhar Kairo Mesir.

Tabel 4.1

Daftar Ustadz Dan Ustadzah Pondok Pesantren Ta’mirul Islam

Surakarta

No Nama Jk Pendidikan
1 H.Muh. Halim, S.H L S1
2 Sunardi Sujani, S.Th.i.M.Pd.I L S2

37
3 H.Muh. Ali L KMI Gontor
4 Samadi, S.Ag. M.Pd.i L S2
5 Dra. Maemunah P S1
6 Mernawati, S.Pd.I P S1
7 Dra. Siti Lestari P S1
8 Husnul Khotimah, A.Md P D3
9 Suwardi, S.Ag. M.Pd.I L S2
10 H.Muh. Adhim, M.Pd.I L S2
11 Mahfud Damanhuri, Lc, L Kairo Mesir/
M.Pd.i S2
12 Yatmi, S.Pd. P S1
13 Taufik Sholeh, S.H.I L S1
14 Suci Nurjanah, S.Pd.I P S1
15 Denta Mukaromi, S.E P S1
16 Diyah Ayuningtyas, S.Pd.I P S1
17 Soraya Khoirunnisa, S.Pd. P S1
18 Hajar Widiastuti, S.Pd.I P S1
19 Ayu Susnawati, S.Pd.I P S1
20 Dwi Kriatiani, S.Pd.I P S1
21 Eko Dyah Cahyani, S.Pd.I P S1
22 Indah Wahyuni, S.Pd. P S1
24 Nunung Rofi’ah, S.Pd.I P S1
25 Ferry Chosera, S.Pd.I P S1
26 Anita Rifaul P KMI PPTI
27 Misgiwati P KMI PPTI
28 Nur Laili P KMI PPTI
29 Aulia Miftahul P KMI PPTI
30 Nurul Fauziah P KMI PPTI
31 Putri Aliza P KMI PPTI

e. Organisasi Santri Ta’mirul Islam (OSTI)

OSTI sama dengan OSIS yaitu sebuah organisasi yang mengurus

semua kegiatan yang ada disekolah tersebut kecuali kegiatan belajar

mengajar. Organisasi santri Ta’mirul Islam atau lebis sering dikenal

dengan sebutan OSTI adalah sebuah organisai yang branggotakan santri-

santri senior. Anggota OSTI akan menjabat selama satu tahun yaitu

38
ketika para santri berada di pertengahan kelas V dan akan berakhir pada

pertengahan kels VI KMI.

OSTI adalah kunci dari ketertiban, keberhasilan, kemandirian

para santri. Karena OSTI berperan penuh pada setiap keiatan pondok

baik kegiatan yang paling sepele atau kegiatan kecil sampai kegiatan

besar. OSTI juga bisa juga disebut penguasa pondok karena semua

kegiatan diatur oleh anggota OSTI.

OSTI dibagi menjadi beberapa bagian, setiap bagian memiliki

tugas tersendiri dalam menertibkan setiap sntri. Adapun bagian-bagian

dari OSTI dan tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:

1) Ketua OSTI

Ketua OSTI bertugas sebagai koordinator anggota OSTI, selain

ituketua juga harus selalu mengontrol setiap anggotanya dan

menegurnya jika ada yang melakukan sebuah kesalahan.

2) Sekertaris Dan Bendahara

Sekertaris dan Bendahara OSTI bertugas sama halnya dengan

sekertaris dan bendahara padaumumnya. Sekertaris bertugas mencatat

semua agenda dan kegiatan yang telah atau akan dilakukan.

Sedangkan bendahara adalah yang mengurus semua keuangan anggota

OSTI, dan langsung bekoordinasi dengan bendahara pondok.

3) Bagian Keamanan

39
Bagian keamanan pondok biasanya bagian yang paling ditakuti oleh

para snatri karena bagian ini terkenal sebagai bagian yang sangat

galak, tegas dan disipin. Tak ayal bagian inilah yang berperan penting

sebagai penertib santri. Bagian keamanan bertugas lebih extra dari

bagian-bagian yang lainnya. Tugas bagian keamanan antara lain:

a) Membangunkan para santri.

b) Menertibkan para santri untuk segera ke masjid.

c) Memberi hukuman kepada para santri yang telah melanggar

peraturan.

d) Memberi tanda djaros (bel) setiap memasuki waktu sholat

e) Menertibkan santri

4) Bagian Bahasa

Di pondok Ta’mirul islam bahasa yang digunakan dalam

komunikasi sehari-hari adalah bahasa Arab dan Inggris, pergantian

bahasa dilakukan pada setiap seminggu sekali. Bagian bagasa bertugas

menertibkan bagasa yang yang digunakan oleh para santri, pada

minggu pertama bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab maka

setiap santri wajib menggunakan bahasa Arab, jika ada santri yang

ketahuan melanggar atau berbicara menggunakan bagasa Indonesia

atau bahkan bahasa Jawa maka santri tersbut akan masuk

pelanggarang bagian bahasa.

Adapun tugas lain bagian bahasa pondok adalah:

a) Menertibkan bahasa setiap santri.

40
b) Memberi mufrodat/ kosa kata baru untuk para santri setiap hari

bisanya dilakukan setelah sholat subuh.

c) Memberikan mufrodat tiap minggu.

d) Berkoordinasi dengan Ustadz/Ustadzah bagian bahasa dalam

peningkatan bahasa santri.

5) Bagian Ta’lim/bagian Pengajaran

Bagian Ta’lim/pengajaran adalah bagian yang menertibkan

semua kegiatan yang dilakukan di masjid seperti sholat berjamaah,

membaca Al-Qur’an dan yang lain. Dan yang paling penting tugas

bagian Ta’lim adalah mengurus kegiatan muhadoroh. Muhadoroh

adalah kegiatan pidato ritin santri yang dilakukan tiga kali dalam

seminggu yakni hari kamis siang untuk pidato bahasa Arab, kamis

malam untuk bahasa Indonesia dan sabtu malam untuk bahasa Inggris.

Kegiatan muhadoroh adalah kegiatan rutin yang dilakukan setiap

minggunya, disini para santri dibagi oleh beberapa kelompok. Lalu

kelompok yang bertugas akan meju dihadapan anggota kelompok

yang lain untuk menyampaikan pidatonya sesuai bahasa masing-

masing.

6) Bagian Kebersihan/Lingkungan

Sebagaimana namanya bagian kebersihan pondok bertugas sebagai

pelopor kebersihan podok. Tugas bagian kebersihan antara lain:

a) Mengecek piket kebersihan santri.

41
b) Mengontrol piket kebersihan harian ataupun mingguan.

c) Menyediakan alat-alat kebersihan.

d) Mengontrol semua lingkungan.

e) Memanggil tukang atau putugas jika ada fasilitas yang rusak atau

perlu diperbaiki.

f) Menjaga lingkungan pondok agar tetap bersih.

7) Bagian Kesehatan dan Olahraga

Tugas bagian kesehatan dan olahraga antara lain:

a) Mengurus santri yang sakit.

b) Memfasilitasi santri alat-alat olahraga.

c) Mengantar santri yang sakit ke klinik pondok

d) Mengantar santri yang sakit ke rumah sakit jika tidak bisa ditangani

di klinik pondok

e) Mengatur jadwal olahraga santri, biasanya santri berolahraga pada

hari Rabu pagi dan hari Jum’at.

8) Bagian Penerimaan Tamu

Bagian penerimaan tamu adalah bagian yang paling diinginkan setiap

anggota OSTI, karena tugas bagian penerimaan tamu tidak seberat dan

sepadat bagian-bagian yang lain. Mereka hanya bekerja dua kali

dalam satu minggu yaitu pada hari Jum’at dan hari Ahad, tugas bagian

penerimaan tamu antara lain:

a) Mempersiapkan ruang tamu.

42
b) Menjaga kebersihan ruang tamu,

c) Menertibkan para tamu

d) Membuat jadwal hadir tamu.

e) Membagi jadwa penjaga tamu (anggota OSTI lainnya)

f) Memberi sangsi santri yang melanggar, yaitu yang mendapatkan

tamu diluar jam kunjung tanpa izin bagian penerimaan tamu dan

Ustadz/Ustadzah.

9) Bagian Dapur

Selain bagian penerimaan tamu bagian dapur juga menjadi bagian

favorit anggota OSTI lainnya, karena tuganya yang bisa dibilang

menyenangkan. Tugas bagian dapur antara lain:

a) Mempersiapkan makanan santri (pagi, siang, malam).

b) Berkoordinasi dengan bagian dapur pondok atau petugas yang

menyiapkan makanan pondok.

c) Menertibkan santri saat makan.

d) Membuat jadwal masak untuk santri setiap minggunya.

10) Bagian Kesenian

Bagian kesenian adalah bagian yang mengurus semua ektrakulikuler

pondok, ektrakulikuler dilakukan setiap hari Senin, Selasa, Rabu, dan

hari kamis. Jadwal ekstrakulikuler dilakukan setelah sholat asar. Ada

banyak ekstrakulikuler pondok antara lain ada : menjahit,

menggambar/melukis, ada juga latihan vocal, ada bermain musik, ada

43
juga memasak (berkoordinasi dengan bagian dapur). Adapun tugas

lain bagian kesenian adalah:

a) Membuat jadwal ekstra

b) Membagi tugas anggota OSTI untuk membina ekstra sesuai bidang

masing-masing

c) Mendata santri yang ingin mengikuti ekstrakulikuler

d) Mengurus semua kegiatan yang berbau kesenian.

Itulah sedikit banyak tugas-tugas anggota OSTI, pada intinya

OSTI berperan penting terhadap kemajuan pondok dan para santri-

santrinya. Dan apabila ada anggota OSTI yang melanggar makan akan

berurusan langsung dengan Ustadz/Ustadzah bagian pengasuhan bahkan

jika melakukan penlanggaran berat akan langsung berurusan dengan

pimpinan pondok begitu pula dengan para santri-santri yang lain.

f. Fasilitas Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta


Guna menunjang semua kegiatan santri baik kegiatan belajar
mengajar maupun kegiatan lainnya maka pondok menyediakan berbagai
fasilitas antara lain:
1) Masjid Kahfi untuk pondok Putra dan mushola Raudotul Jannah untuk
pondok putri.
2) Gedung swindu sebagai tempat kegiatan belajar mengajar
3) Gedung dwiwindu untuk asrama santriwati
4) Gedung waroa untuk asarama santri putra.
5) Gedung salam rohmah sebagai gedung pusat olahraga/
6) Kantor KMI putra dan putri terpish.
7) Kantor pengasuhan santri.

44
8) Laboratorium IPA.
9) Laboratorium komputer
10) Kantor OSTI
11) Koprasi OSTI
12) Aula
13) Klinik kesehatan pondok
14) Perpustakaan
15) Ruang makan
16) Ruang tamu
17) Kamar mandi
18) Tempat mencuci
19) Dapur
g. Jadwal Kegiatan Harian Santri
Setiap hari para santri memiliki kegiatan rutin yang harus mereka
lakukan, kegiatan tersebut tentunya diatur oleh para Ustadz/Ustadzah dan
para pengurus OSTI. Kegiatan tesebut antara lain:
Tabel 4.2
Kegiatan Harian Santri
NO Waktu Kegiatan Penanggung
Jawab
1 03.30-05.30 Sholat Tahajud dan sholat Bagian
subuh berjamaah dilanjut Kemanan dan
dengan membaca Al- bagian Ta’lim
Qur’an setelah sholat
subuh
2 05.30-05.45 Pemberian mufrodat Bagian bahasa
3 05.45-07.00 MCK, Sarapan dan Santri
persiapan pembelajaran
4 07.00-12.00 KBM Ustadz/Ustadzah
5 12.00-12.30 Sholat Duhur berjamaah Bagian
keamanan dan
bagian ta’lim
6 12.30-14.00 Istirahat dan makan siang Santri

45
7 14.00-15.00 KBM Ustadz/Ustadzah
8 15.00-15.30 Sholat asar berjamaah Bagian
keamanan dan
bagian ta’lim
9 15.00-17.30 MCK, Ekstrakuliluler Pengurus
(bagi yang mengikuti)
10 17.30-19.30 Persiapan sholat maghrib, Bagian
sholat maghrib keamanan dan
berjamaah, membaca Al- bagian ta’lim
Qur’an setelah maghrib
dan sholat Isya berjamaah
11 19.30-20.00 Makan malam Bagian daput
12 20.00-21.30 Belajar malam Uatadz/Ustadzah
13 21.30-22.00 Persiapan tidur Santri
14 22.00-pagi Tidur Santri

Itulah beberapa kegiatan rutin setiap hari efektif santri. Akan

tetapi ada perbedaan kegiatan pada hari Jum’at dan hari Ahad. Hari

Jum’at adalah hari libur bagi santri, biasanya hari Jum’at kegiatan rutin

hanyalah olahraga. Dan santri akan lebih bebas pada hari Jum’at dan

pada hari Jum’at banyak santri yang mendapat kunjungan dari keluarga.

Begitu pula pada hari Ahad, pada hari Ahad proses belajar

mengajar tetap dilakukan seperti hari biasanya, akan tetapi pada siang

hari akan diadakan kegiatan pramuka dan pada sore harinya santri boleh

mendapatkan tamu,

Jadwal penerimaan tamu pada hari Jum’at yaitu sejak pukul 09.00

WIB sampai pukul 17.00 WIB, sedangkan untuk hari Ahad hanya dari

Pukul 15.00-17.00 WIB. Dan pada hal ini bagian penerimaan tamulah

yang mengurus semua hal, dari memanggilkan santri yang mendapat

tamu sampai membersihkan ruang tamu setelah proses penerimaan tamu

selesai.

46
h. Kegiatan Tambahan Setiap Minggu

Selain kegiatan rutin setiap harinya ada juga kegiatan tertentu

yang hanya dilakukan setiap satu minggu sekali. Kegiatan tersebut antara

lain:

Tabel 4.3

Kegiatan Mingguan Santri

No waktu Kegiatan Penanggung


Jawab
1 Rabu pukul Olahraga tambahan Bagian
05.00-05.30 dan kesehatan dan
15.30-16.00 olahraga
WIB
2 Kamis 12.00- Muhadoroh Bahasa Arab Bagian Ta’lim
13.00 WIB
3 Kamis, 19.30- Muhadoroh/pidato bahasa Bagian Ta’lim
21.00WIB Indonesia
4 Jum’at, 05.00- Olahraga wajib Bagian
07.00 WIB Kesehatan dan
Olahraga
5 Jum’at 07.30- Kumpul rutin, pemberian Anggota OSTI
08.30 WIB mufrodat mingguan,
pelelangan barang-barang
santri yang disita.
6 Sabtu 19.30- Muhadoroh bahasa Bagian Ta’lim
20.30 WIB Inggris
7 Minggu 13.00- Pramuka Bagian
15.00 WIB Pramuka

Itulah kegiatan rutin mingguan yang harus diikuti setiap santri.

Jika ada santri yang tidak mengikuti kegiatan tersebut, maka mereka akan

masuk pelanggaran ke bagian-bagian yang bertanggung jawab. Dan akan

mendapatkan sangsi sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan.

2. Paparan Informasi dari wawancara

47
a. Terkait dengan sikap kemandirian santri di pondok pesantren Ta’mirul

Islam Surakarta

Usth.AM menjelaskan:

“kalau menurut ana ya, sikap mandiri bagi santri itu bukan hanya tidak

menggantungkan segala urusan dengan orang lain, tapi sikap mandiri

pada santri ditandai dengan munculnya kesadaran untuk selalu menaati

peraturan, selalu melakukan apa yang ditugaskan kepadanya. Dan yang

paling penting sikap mandiri pada santri yang paling penting adalah

kedewasaan.” (Ust.AM, 03 Februari 2018)

Usth.CM menjelaskan:

“Santri yang mandiri itu ya yang disiplin, taat sama pengurus, tidak

melakukan pelanggaran yang disengaja. Saya juga gak tau ya santri-

santri sekarang kok pada manja-manja susah banget diatur, kalo gak

manja ya pada ngeyelan, bantahan pokoknya santri sekarang itu lebih

susah diatur dari santri-santri jamanmu dulu.”(Usth.CM, 03 Februari

2018)

Usth.NH menjelaskan

kalau menurut ana ya ukhti, santri yang mandiri itu yang bisa tepat

waktu, mereka yang bisa bangun tanpa digedor-gedor pintunya sama

bagian keamana, mereka yang berangkat ke mushola sebelum Djaros

(bel), pokoknya santri yang mandiri itu santri yang disiplin, gak pernah

telat, sopan, pokoknya santri yang selalu taat peraturanlah ukh.”(Uth.NH,

03 Februari 2018)

48
Usth.I menjelaskan:

“Kalau ana kan ustadzah baru ya ukh, ana juga dulunya pindahan dari

Gontor tapi kalo menurut ana kemandirian santri itu adalah santri yang

bisa selau menyesuaikan diri dengan keadaan, mudah berbaur dengan

santri-santri lain, tidak banyak izin pulang, tidak sering menerima

kunjungan tamu, antum tau ukh kenapa seperti itu? Karena salah satu

tanda santri yang mandiri adalah santri yang jarang mendapatkan

kunjungan tamu.”(Usth.I, 03 Februari 2018)

b. Terkait dengan proses peningkatan kemandirian santri

Ukh.S menjawab:

“Ya sebagai pengurus kami selalu menjalankan semua peraturan-

peraturan yang telah dibuat, dan pada setiap awal tahun pelajaran baru

pasti ada pembacaan peraturan-peraturan untuk mengingatkan para

santri. Kalau untuk santri-santri baru kami tiga bulan pertama ada

pendampingan, bulan pertama untuk proses adaptasi dengan peraturan-

peraturan ya ukh, lalu bulan-bulan selanjutnya sudah harus mulai

membiasakan dengan peraturan-peraturan yang ada. Contihnya ya ukh,

pada bulan pertama para santri baru masih diperbolehkan menggunakan

bahasa Indonesia, tapi setelah bulan berikutnya para santri harus mulai

menggunakan bahasa Arab atau Inggris yang sudah diketahui, jika masih

menggunakan bahasa Indonesia maka sudah mulai ada peringatan. Begitu

pula dengan peraturan-peraturan yang lain”.(Ukh S, 04 Februari 2018)

Akh.I menjawab:

49
Kalu untuk para santri baru, setiap awal pelajaran baru selalu ada pekan

Khutbatul Arsy. Yaitu acara perkenalan pondok seperti halnya masa

orientasi, acara ini diisi langsung oleh pemimpin-pemimpin pondok dan

para ustadz-ustadz senior. Tapi acara ini tidak hanya diikuti oleh paea

santri baru saja tetapi acara ini diikuti oleh seluruh santri putra maupun

putri, dan seluruh Ustadz maupun Ustadzah. Semua diwajibkan

mengikuti kegiatan ini tidak terkecuali. (Akh I, 04 Februari 2018)

Ukh.D menjawab:

“Ya setiap harikan kita ada kegiatan rutin ya ukh dari bangun tidur

sampai mau tidur lagi, nah disetiap kegiatan ada peraturan dan ada

bagian organisasi yang bertanggung jawab nah disitulah proses

kemandirian santri dibentuk. Dengan cara bagaimana mereka menaati

peraturan, bertanggung jawab atas semua kegiatan pribadi maupun

kegiatan kamar atau kegiatan kelas. Intinya ya ukh, santri itu dituntut

untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri.”(Ukh D, 04 Februari 2018)

Akh.LH menjawab:

“Kita itu selalu menanamkan prinsip kemandirian dalam jiwa santri,

dengan cara diadakannya tausiyas-tausiyah dari para pimpinan pondok.

Pondok kan juga memberi banyak sekali fasilitas untuk mengasah skill

seperti di ekstrakulikuler yang ada di pondok, kita juga selalu

menanamkan jiwa leadership pada stiap santri sengan harapan mampu

membuat mereka lebih mandiri. Contohnya kita kan ada banyak kegiatan

nah dalam setiap kegiatan itu kan biasanya dibutuhkan organisasi seperti

50
ketua atau bendahara minimal, nah disitulah kita latih para santri

bertanggung jawab atas tugas-tugasnya”.(Akh LH 04 Februari 2018)

c. Terkait dengan faktor penghambat dan pendukung dalam proses

peningkatan kemandirian santri

Ukh.S menjawab:

“Kendalanya ya banyaknya santri yang memiliki berbagai letar belakang

yang berbeda, jadi sangat sulit mengatur ratusan santri lo ukh sedangkan

pengurus hanya ada sekitar 60 orang saja. Dan kita kan udah kelas V ya

ukh, sudah banyak tugas, pelajaran juga semakin sulit, tanggungan

hafalan juga menumpuk. Jadi kendalanya sih yaa gitu-gitu sih rata-rata

sulit mengatur waktu. ( Ukh S, 04 Februari 2018).

Ukh.D menjawab:

“Ya kendala yang didapat itu ya dari para santri sendiri ukh, semakin

kesini kan santri semakin susah diatur. Kalau kata orang-orang sekarang

mereka itu santri-santri moderen, jadi mereka sudah terlau terpengaruh

sama dunia luarlah ukh, jadi gimana ya mereka itu semakin sulit

dibilangi pokoknya gak kaya jaman ukhti dulu mungkin. Pokoknya sulit

lah ukh ngendaliin para santri sekarang. (Ukh D, 04 Februari 2018)

Ukh.S menjawab:

“Apresiasi dari para ustadz/ustadzah, ya wajarkan kalau dapat pujian jadi

seneng haha. Kita kan setiap satu bulan ada rapat dengan para

Ustadz/Usadzah bagian pengasuhan lah disitu kita mengevaluasi kerja

selama satu bulan. Setelah itukan ada masukan dari para ustadz/ustadzah

51
untuk perbaikan. Ya jadi faktor utama pendukung dalam hal ini adalah

para ustadz dan ustadzah. Karena dengan dukungan dan motivasi dari

beliau kita juga akan lebuh semangat dalam menjalankan tugas sebagai

pengurus.” (Ukh S, 04 Februari 2018)

Akh.I menjawab:

“Faktor pendukung ya teman-teman sesama pengurus sih, pokoknya kita

kan ada komitmen kita harus selalu bekerja sama dalam semua hal, baik

dalam bidangnya maupun bukan dalam bidangnya jadi semua harus

saling mengingatkan.” (Akh I, 04 Februari 2018)

Akh.LH menjawab:

“Kekompakan pengurus OSTI, kalau pengurusnya terpecah belah pasti

semua bakal hancur. Jadi kitasebagai anggota OSTI harus selalu menjaga

kekompakan.” (Akh LH, 04 Februari 2018)

B. Analis Data

1. Sikap kemandirian Santri Di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam

Surakarta

Kemandirian secara bahasa memiliki arti keadaan seseorang yang

mampu berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.

Menurut Fatimah ( 2006: 142), kemandirian merupakan perilaku mampu

berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa

percaya diri, dan daat melakukan sesuatu dengan sendiri tanpa bantuan

orang lain.

52
Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara

komulatif selama perkembangan, di mana individu akan terus belajar untuk

bersikap mandiri dalam berbagai situasi dan lingkungan, sehingga individu

pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri. Dengan

kemandiriannya seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk

perkembagan yang lebih baik.

Aspek kemandirian menurut Havighurts meliputi empat aspek, yaitu:

a. Aspek emosi, ditinjau dengan kemampuan mengontrol emosi

b. Aspek ekonomi, aspek ini ditinjau dengan kemampuan mengatur

ekonomi dan tidak tergantung pada ekonomi orang lain.

c. Aspek intelektual, ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi

berbagai masalah yang dihadapi.

d. Aspek sosial, ditunjukkan dengan interaksi dengan orang lain dan tidak

tergantung pada orang lain.(Musdalifah, 2007: 47)

Jika menurut pemaparan para ustadz dan ustadzah menurut mereka

sikap kemandirian para santri ditunjukkan dengan cara menaati peraturan,

selalu melakukan tugas-tugasnya, santri yang disiplin atau tepat waktu.

Sikap mandiri juga bisa ditunjukkan dengan tidak banyak izin keluar

pondok, mendapatkan kunjungan dan yang terpenting kemandirian santri

ditunjukkan dengan kedewasaan pada diri masing-masing.

Pada dasarnya sikap kemandirian para santri ditunjukkan dengan

bagaimana santri harus bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

Bagaimana santri bisa mengatur dirinya sendiri tanpa harus mengandalkan

53
santri yang lain. Dengan cara mengetahui tugasnya sebagai santri dan

menaati setiap peraturan yang ada.

2. Strategi Para Pengurus Dalam Meningkatkan Sikap Kemandirian

Santri Di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta

Strategi merupakan suatu cara dimana organisasi atau lembaga akan

mencapai tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman

lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan

internal. (Suhartini, 2005: 115).

Pencapaian tujuan tersebut, tak terkecuali dalam pembentukan sikap

kemandirian, diperlukan pelaksanaan menejemen yang memadahi.

Menejemen yang dimaksud meliputi menejemen organisasi dan pendidikan

yang terdii atas fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan. (Winardi, 2006: 5).

Pengorganisasian adalah proses penyusunan struktur organisasi yang

sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki, dan lingkungan

yang melingkupinya. Dalam konteks kemandirian, pengorganisasian pun

akan mempengaruhi keberhasilan kemandirian anak karena dengan adanya

pengelompokan program/kegiatan, maka pembinaan kemandirian anak akan

lebih mudah.

Lalu proses peningkatan kemandirian para santri sendiri dilakukan

dengan cara selalu menggerakkan para santri untuk menaati peraturan yang

telah ada. Karena dalam suatu pondok pesantren santri hidup dalam aturan

yang harus selalu mereka taati.

54
Kalau dihubungkan dengan kemandirian santri, untuk mencapai

kemandirian santri harus dilaksanakannya kegiatan yang menunjang

kemandirian santri tersebut, karena tanpa adanya pelaksanaan tidak akan

mungkin hasil perencanaan dalam organisasi berjalan dengan efektif.

Dipondok pesantren Ta’mirul Islam kegiatan yang menunjang

kemandirian para santri adalah kegiatan rutin yang harus selalu dilakukan

para santri setiap harinya.

Proses peningkatan kemandirian santri di pondok pesantren Ta’mirul

Islam setidaknya dikuatkan oleh beberapa asumsi, yaitu sebagai berikut:

a. Pondok pesantren menanamkan prinsip kemandirian dalam proses

pembelajaran (pengajian). Proses ini dilakukan pada saat para pimpinan

pondok memberikan tausiyah rutin pada setiap minggunya. Atau

diberikan pada saat pekan Khutbatul ‘Arsy yang dilaksanakan pada setiap

awal pelajaran baru.

b. Pondok pesantren memberikan bekal berbagai macam life skill

keterampilan pada santri sehingga mereka mampu menerapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Pemberian bekal life skill dilakukan pada kegiatan

ekstra kulikuler.

c. Pondok pesantren memberi bekal pengetahuan leadership

(kepemimpinan) dan mengaplikasikannya pada saat masih di pesantren

atau sudah terjun di masyarakat.

55
d. Pondok pesantren memberi bekal pengetahuan enterpreneursip

(kewirausahaan) kepada santri agar mereka mampu meningkatkan taraf

ekonomi dan lingkungan sosial.

e. Pondok pesantren tetap mempertahankan cara hidup yang penuh ikhtiar

tidak mengandalkan cara instan.

Berikut adalah mekanisme proses peningkatan kemandirian santri di

pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta:

a. Pembentukan pengurus dari tingkat ustad/ustadzah hingga pembentukan

pengurus OSTI

b. Mulai mengolah kehidupan sehari-hari santri.

c. Santri diberi tanggung jawab dalam satu kegiatan.

d. Bagi santri yang senior dituntut untuk membimbing juniornya.

e. Diberi tanggung jawab memimpin kegiatan besar.

Berdasarkan pemaparan ustadz Abdul Muttaqi proses kemandirian

santri dimulai dengan organisai yang baik, lalu pemberian contoh terhadap

para santri dan memberi punishment atau hukuman terhadap santri yang

melanggar aturan. Dengan kegiatan itu semua diharapkan proses

penumbuhan kemandirian dalam jiwa santri akan berjalan sesuai tujuan.

3. Faktor Penghambat Dan Pendukung Sikap Kemandirian Santri

a. Faktor penghambat

Untuk mencapai kemandirian santri, tentu saja tidak dapat terjadi

dengan sendirinya. Banyak faktor yang pendukung mempengaruhi dan

ada pula ada penghambat yang mempersulit proses kemandiran santri

56
tersebut. Menurut Hasan Basri (2000: 53), faktor yang mempengaruhi

kemandirian ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor internal

yaitu terdapat pada diri setiap individu seperti faktor usia, jenis

kelamin, dan semua yang ada pada diri individu. Faktor internal

meliputi semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri.

Jadi faktor internal yang menghambat yaitu berasal dari diri santri

sendiri seperti sikapnya yang sudah terlanjur manja, atau sudah terlalu

terpengaruh oleh dunia luar.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah semua keadaan atau pengaruh yeng

berasal dari luar dirinya. Faktor ini juga sering disebut dengan faktor

lingkungan. Lingkungan ehidupan yang dihadapi individu sangat

mempengaruhi proses kemandirian. Adapun faktoreksternal yang

mempengaruhi proses kemandirian anak analah:

1) Pola asuh dalam keluarga.

Hal ini sesuai dengan pemaparan Usth NH yang

menjelaskan bahwa banyak santri yang sebelum masuk pondok

atau saat masa liburan dimanjakan oleh orang tua mereka, sehingga

mereka sering bergantung pada orang tua dan sulit mengerjakan

tugas masing-masing.

2) Sistem pendidikan di sekolah, pendidikan memiliki peran penting

dalam proses terbentuknya kemandirian pada seseorang.

57
3) Faktor lingkungan, lingkungan yang dimaksud disini adalah

lingkungan di mana seseorang itu tinggal.

Faktor lain yang menghambat proses peningkatan sikap

kemandirian santri yaitu dari organisai atau OSTI yang kesulitan

mengatur waktu belajar dengan berorganisasi. Karena sebagai santri

senior banyak sekali tugas-tugas dan harus mempersiapkan untuk

ujian skhir KMI.

b. Faktor yang mendukung

Sedangkan faktor yang mendukung dalam proses kemandirian

para santri di Pondok pesantren Ta’mirul Islam adalah

1) Faktor eksternal

a) Dukungan dari dewan Ustadz maupun Ustadzah

Menurut ukhti S yang sangat mendukung adalah dukungan

dari dewan Ustadz maupun Ustadzah, Karena dengan dukungan

tersebut proses peningkatan kemandirian akan berjalan baik.

b) Kekompakan dalam organisasi OSTI

Menurut akhi I Dan akhi LH, kekompakan dalam

organisasi adalah hal utama yang sangat mendukung semua

kegiatan dalam proses kemandirian santri. Dukngan

ustadz/ustadzah dan kekompakan tim adalah hal yang sangat

mendukung atas terbentuknya kemandirian para santri di pondok

pesantren Ta’mirul Islam.

58
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dari hasil penelitian strategi pondok pesantren

Ta’mirul Islam Surakarta, dapat diambil kesimpulan sebagai berikur:

1. Sikap kemandirian santri di pondok pesantren Ta’mirul Islam adalah sikap

dimana para santri harus bertanggungjawab atas dirinya sendiri, dengan cara

menaati peraturan, selalu melakukan tugas-tugasnya, santri yang disiplin

atau tepat waktu. Sikap mandiri juga bisa ditunjukkan dengan tidak banyak

izin keluar pondok, mendapatkan kunjungan dan yang terpenting

kemandirian santri ditunjukkan dengan kedewasaan pada diri masing-

masing.

2. Strategi pondok pesantren Ta’mirul Islam dalam mengembangkan sikap

kemandirian santri yaitu dengan dibentuknya OSTI (Organisasi Santri

Ta’mirul Islam). Jadi OSTI lah yang bertugas dalam melaksanakan proses

kemandirian santri dengan cara pemberian motifasi dari para pemimpin

pondok, penanaman jiwa leadersip, mendisiplinkan santri untuk menaati

peraturan dengan memberi contoh yang baik, memberi reward kepada santri

yang berprestasi atau berkelakuan baik dan memberi panishment kepada

santri yang melanggar peraturan. Dengan cara tersebut para santri

diharapkan mampu memiliki sikap mandiri.

59
3. Faktor penghambat dan pendukung sikap kemandirian santri

Faktor penghambat terdiri dari faktor internal dan eksternal.

Faktor internal yaitu berasal dari diri para santri yang sangat manja dan

santri yang sudah terpengaruh dengan dunia luar sehingga sulit untuk

diatur. Sedangkan faktor eksternal dari pola asuh orang tua santri,

pergaulan, pendidikan disekolah, lingkungan santri, juga datang dari

pengurus yang sulit mengatur waktu belajar dengan berorganisasi.

Sedangkan faktor yang mendukung dalam proses pengembangan

sikap kemandirian santri yaitu kekompakan tim OSTI dan dukungan serta

apresiasi dari para ustad dan ustadzah.

60
B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan saran kepada:

1. Ustadz dan Ustadzah


Ustadz dan Ustadzah seharusnya ikut terjun langsung dalam menangani
proses kemandirian santri tidak hanya mengandalkan OSTI saja. Misalnya,
ikut dalam setiap kegiatan sehari-hari dari sholat berjamaah dengan menjadi
imam, atau dalam kegiatan lain. Agar anggota OSTI mendapatkan contoh
yang baik dari para Utadz/Ustadzah.
2. Untuk Anggota OSTI
Tidak pilih kasih dalam memberi reward/punishment terhadap setiap santri,
karena santri yang sering melanggar juga pantas mendapatkan reward jika
mereka memiliki prestasi. Dan juga santri yang sering mendapat reward
juga harus diberi punishment jika mereka melakukan kesalahan.
3. Untuk para Santri
Untuk menaati peraturan yang telah ada, tidak melawa pengurus apalagi
ustad/ustadzah. Karena peraturan itu ada untuk kebaikan para santri dimasa
depan.

61
DAFTAR PUSTAKA

Abd. A’la, 2006. Pembaharuan Pesantrem, Yogyakarta: Pustaka Pesantren.


Abubakar. 2007. Menejemen Berbasis IT, Yogyakarta: PT. Arina.
Anhari, Majkur. 2007. Integrasi sekolah Ke Dalam Sistem Pendidikan Pesantren:
Tinjauan Filosofi Dalam Prespektif Islam, Surabaya: Diantama.
Effendy, O. U. 2007, Ilmu Komunikasi Dan Praktek cetakan Kseimbangan,
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Emzir. 2010Metodoligi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Enung Fatimah, 2006, Psikologi perkembangan : Perkembangan Peserta Didik,
Jakarta: Pustaka Setia.
Halim, Dan Suhartini, Dkk, 2005. Menjemen Pesantren, Yoyakarta: LkiS.
Hasbulla, 1999, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintas Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Irfan Helmy, 1999, Pesan Moral Dari Pesantren: Meningkatkan Kualitas Umat
Menjaga Ukhwah, Bandung: Nuansa.
Majid, Nurcholis, 1997, Bilik-Bilik Pesantren, Jakarta: Paramadina
Moleong, Lexy J. 2007, Metode Penelitian Kualitatif. Bamdung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2012, Metode Penelitian Kualitatif. Bamdung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mudyhardjo, R. 2011. Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Musdalifah, 2007, Perkembangan Sosial Remaja Dalam Kemandirian
Nana, Rukmana D.W, 2002, Masjid Dan Dkwah, Jakarta: Al-Mawardi Prima.
Nasir, M. Ridwan.2013. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal: Pondok
Pesantren Di tengah Arus Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rofik, Ainur, 2012, Pembaharuan Pesantren, Jember: STAIN Jember Press.
Soebahar Halim. 2013. Modernisasi Pesantren, Yogyakarta: LkiS
Sugiono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Sutrisna, Budiono Hadi, 2009, Sejarah Wali Songo Misi Pengislaman Di Tanah
Jawa, Yogyakarta: GRAHAPustaka.

62
63
64
65
66
HASIL WAWANCARA

1. Wawancara Dengan Ustadz Ustadzah

No Pertanyaan No Jawaban
1. Sikap kemandirian yang 1 “kalau menurut ana ya, sikap
harus dimiliki para santri? mandiri bagi santri itu bukan
hanya tidak menggantungkan
segala urusan dengan orang lain,
tapi sikap mandiri pada santri
ditandai dengan munculnya
kesadaran untuk selalu menaati
peraturan, selalu melakukan apa
yang ditugaskan kepadanya. Dan
yang paling penting sikap mandiri
pada santri yang paling penting
adalah kedewasaan.” (Ust.AM, 03
Februari 2018)

2 “Santri yang mandiri itu ya yang


disiplin, taat sama pengurus, tidak
melakukan pelanggaran yang
disengaja. Saya juga gak tau ya
santri-santri sekarang kok pada
manja-manja susah banget diatur,
kalo gak manja ya pada ngeyelan,
bantahan pokoknya santri
sekarang itu lebih susah diatur
dari santri-santri jamanmu
dulu.”(Usth.CM, 03 Februari
2018)
3 kalau menurut ana ya ukhti, santri
yang mandiri itu yang bisa tepat
waktu, mereka yang bisa bangun
tanpa digedor-gedor pintunya
sama bagian keamana, mereka
yang berangkat ke mushola
sebelum Djaros (bel), pokoknya
santri yang mandiri itu santri yang
disiplin, gak pernah telat, sopan,
pokoknya santri yang selalu taat
peraturanlah ukh.”(Uth.NH, 03
Februari 2018)
4 Kalau ana kan ustadzah baru ya
ukh, ana juga dulunya pindahan

67
dari Gontor tapi kalo menurut ana
kemandirian santri itu adalah
santri yang bisa selau
menyesuaikan diri dengan
keadaan, mudah berbaur dengan
santri-santri lain, tidak banyak
izin pulang, tidak sering
menerima kunjungan tamu, antum
tau ukh kenapa seperti itu?
Karena salah satu tanda santri
yang mandiri adalah santri yang
jarang mendapatkan kunjungan
tamu.”(Usth.I, 03 Februari 2018)
2 Seberapa besar Peran ustadz/ 1 Ustadz sama ustadzah itu cuma
ustadzah dalam proses sebagai pengontrol, penasihat dan
menumbuhkan sikap penegur bagi santri-santri yang
kemandirian santri? membuat kesalahan kok ukh..,
sebetulnya yang berperan penuh
dalam menumbuhkan
kemandirian santri adalah para
anggota OSTI, karena mereka
yang setiap hari berbaur dengan
santri, satu kamar dengan santri,
pokoknya anggota OSTI itu ada
24 jam untuk para santri. Kalu
ustadzah kan cuma pas jam
pelajaran sama waktu-waktu
tertentu aja, jadi kita itu cuma
sebagai fasilitator lah
istilahnya.”(Usth.NH, 03
Februari 2018)

2 “Kalo ustadz sama ustadzah sih


biasanya yang ngontrol itu cuma
bagian pengasuhan ukh, kalau ana
kan bagian administrasi jadi gak
begitu apa yaa? Gak terlalu
menangani hal semacam itulah
ukh. Kalau kegiatan ana sama
santri kan paling cuma ngaji, terus
ya ngajar sama kegiatan-kegiatan
yang umumlah. Kalau masalah
peningkatan kemandirian,
kedisiplinan pokoknya yang
berkaitan sama itu semua
biasanya sama ustadzah

68
pengasuhan sih ukh. Coba deh
ukh tanya ke bagian pengasuhan,
pasti ada jawabannya.” (Usth.CM,
03 Februari 2018)
3 “Seluruh Uatadz/Ustadzah pasti
berpengaruh yaa, apalagi wali
kelas kenapa wali kelas? Karena
di pondok kan wali kelas itu
dianggap seperti bapak/ibu bagi
setiap kelas. Pasti dulu kamu juga
ngalami kan wali kelas selalu
dijadikan tempat curhat, tempat
ngadu tempat apa aja lah
pokoknya wali kelas juga
memberi andil atas meningkatnya
kemandirian santri.” (Usth.I, 03
Februari 2018)
4 “Yaa kalau menurut ana ya semua
memiliki peran penting, tapi
sesuai bidang masing-masing
tidak semua ustadz/ustadzah
mengurus langsung kondisi santri,
karena ustad/ustadzah kan juga
ada struktur organisasinya jadi
selain mengajar mereka para
ustadz/uatadzah juga disibukkan
dengan tugas masing-masing.
Tapi bukan berarti tidak peduli ya.
Ya kita sebagai staf pengajar
saling mendukung saja lah kalau
kita tahu ada santri yang
melanggar apa kita akan diam
saja? Kan tidak, kita pasti juga
bakal saling
mengingatkan”.(Ust.AM, 03
Februari 2018)
3 Faktor yang mempengaruhi 1 Faktor yang mempengaruhi? Ya
sikap kemandirian santri? itu kesadaran diri sih ada anak
hampir setiap hari masuk
pelanggaran, tapi mereka fine-fine
aja, kaya gak ada apa-apa gitu.
Tapi juga ada anak yang baru
sekali dia masuk pelanggaran itu
pun kesalahan yang gak disengaja
trus dia udah ngrasa jadi orang
yang paling bedos gitu. Berarti

69
kan memang semua berawal dari
diri sendiri, kalau dirinya gak mau
berubah mau dicekokin apa aja
tetep gak berpengaruh.
(Ust.AM,03 Februari 2018)
2 Kesadaran sih ukh kalo menurut
ana, karena gimana ya? Mungkin
karena didikan orang tua juga sih
yang mempengaruhi. Santri itu
kalau dari kecil sudah dibiasakan
mandiri ya sampai dia besar bakal
mandiri. Tapi kalau dari kecil
sudah dimanjain, gak pernah
dibilangin, terus kalau ngelakuin
kesalahan gak pernah ditrgur
sampai dia besar juga bakal kaya
begitu terus.(Usth.NH, 03
Februari 2018)
3 Ketegasan pengurus sih kalau
menurut ana, karena kita kan dari
dulu sering lihat ya kalau
pengurusnya tegas-tegas pasti
para santri juga tertib. Soalnya
kan pasti snatri pada takut ya
sama pengurus yang galak, gak
main-main sama peraturan dan
hukuman. Jadi kalau ada santri
yang meanggar sekali dua kali
perigatan, kalau udah ke tiga,
empat masak iya mau diingetin
terus. Ya harus diberi hukuman
yang sesuai biar ada rasa jera.”
(Usth I, 03 februari 2018)
4 Kesadaran diri sih ukh kalo
menurut ana, soalnya gimana yaa
anak itu kadang ada yang dihalusi
udah nurut ada juga yang sampe
dimarah-marahin juga belum
kapok jadi semua tergantuh
masing-masing anak. Tapi
kepengurusan organisasi juga
ngaruh sih, setiap organisai pasti
ada kelebihan dan kekurangan.
Jadi gimana pinter-pinter tiap
OSTI membuat strategi dalam
mengatasi anak-anak.(Usth CM,

70
03 Februari 2018)

2. Hasil Wawancara dengan anggota OSTI


No Pertanyaan No Jawaban
1 Bagaimana proses 1 “Ya sebagai pengurus kami selalu
penumbuhan kemandirian menjalankan semua peraturan-
pada setiap santri khususnya peraturan yang telah dibuat, dan
pada santri baru? pada setiap awal tahun pelajaran
baru pasti ada pembacaan
peraturan-peraturan untuk
mengingatkan para santri. Kalau
untuk santri-santri baru kami tiga
bulan pertama ada pendampingan,
bulan pertama untuk proses
adaptasi dengan peraturan-
peraturan ya ukh, lalu bulan-bulan
selanjutnya sudah harus mulai
membiasakan dengan peraturan-
peraturan yang ada. Contihnya ya
ukh, pada bulan pertama para
santri baru masih diperbolehkan
menggunakan bahasa Indonesia,
tapi setelah bulan berikutnya para
santri harus mulai menggunakan
bahasa Arab atau Inggris yang
sudah diketahui, jika masih
menggunakan bahasa Indonesia
maka sudah mulai ada peringatan.
Begitu pula dengan peraturan-
peraturan yang lain”.(Ukh S, 04
Februari 2018)
c) d)
2 Kalu untuk para santri baru, setiap
awal pelajaran baru selalu ada
pekan Khutbatul Arsy. Yaitu
acara perkenalan pondok seperti
halnya masa orientasi, acara ini
diisi langsung oleh pemimpin-
pemimpin pondok dan para
ustadz-ustadz senior. Tapi acara
ini tidak hanya diikuti oleh paea
santri baru saja tetapi acara ini
diikuti oleh seluruh santri putra
maupun putri, dan seluruh Ustadz

71
maupun Ustadzah. Semua
diwajibkan mengikuti kegiatan ini
tidak terkecuali. (Akh I, 04
Februari 2018)
3 “Ya setiap harikan kita ada
kegiatan rutin ya ukh dari bangun
tidur sampai mau tidur lagi, nah
disetiap kegiatan ada peraturan
dan ada bagian organisasi yang
bertanggung jawab nah disitulah
proses kemandirian santri
dibentuk. Dengan cara bagaimana
mereka menaati peraturan,
bertanggung jawab atas semua
kegiatan pribadi maupun kegiatan
kamar atau kegiatan kelas. Intinya
ya ukh, santri itu dituntut untuk
bertanggung jawab atas dirinya
sendiri.”(Ukh D, 04 Februari
2018)

4 Di pondok kita kan banyak sekali


peraturan ya ukh, banyak banget
malah setiap bagian mempunyai
peraturan-peraturan sendiri. Nah
kita sendiri harus bisa menaati
semua aturan terlebih dahulu baru
para santri bisa diatur. Ukhti kan
tau ya para santri itu kan sukanya
menilai para pengurus, nah kita
sebagai pengrus harus pandai-
pandai menjadi contoh didepan
para santri, walaupun kita juga
banyak melanggar peraturan akan
tetapi kita harus bisa menutupi
semua itu agar para santri tidah
menilai buruk para pengurus. Dan
agar pengurus selalu dihargai oleh
para santri. Nah baru kita bisa
tegas terhadap semua peraturan.
Kalu image kita dimata santri
bagus maka santi akan senantiasa
nurut sama kita, tapi kalau image
kita dimata para santri sudah jelek
maka mereka akan selalu
meremehkan para pengurus.(Akh

72
LH 04 Februari 2018)
2 Apa kendala yang dihadapi 1 “Kendalanya ya banyaknya santri
paa pengurus dalam proses yang memiliki berbagai letar
peningkatan kemandirian belakang yang berbeda, jadi
santri? sangat sulit mengatur ratusan
santri lo ukh sedangkan pengurus
hanya ada sekitar 60 orang saja.
Dan kita kan udah kelas V ya ukh,
sudah banyak tugas, pelajaran
juga semakin sulit, tanggungan
hafalan juga menumpuk. Jadi
kendalanya sih yaa gitu-gitu sih
rata-rata sulit mengatur waktu. (
Ukh S, 04 Februari 2018).
Ya kendala yang didapat itu ya
dari para santri sendiri ukh,
semakin kesini kan santri semakin
susah diatur. Kalau kata orang-
orang sekarang mereka itu santri-
santri moderen, jadi mereka sudah
terlau terpengaruh sama dunia
luarlah ukh, jadi gimana ya
mereka itu semakin sulit dibilangi
pokoknya gak kaya jaman ukhti
dulu mungkin. Pokoknya sulit lah
ukh ngendaliin para santri
sekarang. (Ukh D, 04 Februari
2018)

3 Faktor yang mendukung 1 Apresiasi dari para


dalam proses ini? ustadz/ustadzah, ya wajarkan
kalau dapat pujian jadi seneng
haha. Kita kan setiap satu bulan
ada rapat dengan para
Ustadz/Usadzah bagian
pengasuhan lah disitu kita
mengevaluasi kerja selama satu
bulan. Setelah itukan ada
masukan dari para
ustadz/ustadzah untuk perbaikan.
Ya jadi faktor utama pendukung
dalam hal ini adalah para ustadz
dan ustadzah. Karena dengan
dukungan dan motivasi dari beliau
kita juga akan lebuh semangat
dalam menjalankan tugas sebagai

73
pengurus. (Ukh S, 04 Februari
2018)

2 Faktor pendukung ya teman-


teman sesama pengurus sih,
pokoknya kita kan ada komitmen
kita harus selalu bekerja sama
dalam semua hal, baik dalam
bidangnya maupun bukan dalam
bidangnya jadi semua harus saling
mengingatkan. (Akh I, 04
Februari 2018)

3 Kekompakan pengurus OSTI,


kalau pengurusnya terpecah belah
pasti semua bakal hancur. Jadi
kitasebagai anggota OSTI harus
selalu menjaga kekompakan.
(Akh LH, 04 Februari 2018)

74
KETERANGAN INISIAL

1. Ust. AM : Ustadz Abdul Muttaqi

2. Usth. CM : Ustadzah Camelia Nurul

3. Usth. NH : Ustadzah Nur Hidayah

4. Usth. I : Ustadzah Indah

5. Ukh. S : Ukhti Shela

6. Ukh. D : Ukhti Dian

7. Akh. I : Akhi Irfan

8. Akh. LH : Akhi Luqman hakim

75
TATA TERTIB PENGURUS OSTI (ORGANISASI

SANTRIWATI TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA

Diharapkan pengurus OSTI menaati peraturan sebagai berikut:

1. Menjalankan seluruh peraturan anggota OSTI

2. Menjalankan seluruh jadwal piket yang telah ditetapkan

3. Menjalankan kewajiban setiap bagian dengan penuh kesungguhan

4. Meminta izin jika tidak dapat mengikuti suatu kegiatan kepada ustadzah Bagian

Pengasuhan

5. Menjaga kebersihan, kerapian kelas, dan kantor OSTI

6. Mempunyai buku tausiyah dan mencatatnya ketika tausiyah berlangsung

7. Meminta izin ketika meminjam barang dari bagian lain

8. Melaporkan rencana anggaran beserta laporan keuangan setiap bagian OSTI

tepat pada waktunya (setiap tanggal 26)

9. Membuat rekapitulasi anggaran setiap akhir bulan (setiap tanggal 30)

10. Melaporkan nota asli sesudah membeli keperluan masing-masing bagian

Diharapkan untuk seluruh pengurus OSTI untuk TIDAK :

1. Menaruh barang pribadi di kantor OSTI

2. Makan di kelas maupun di kantor OSTI

3. Membuat gaduh ketika di Musholla

76
4. “Nongkrong” di kantor OSTI

TATA TERTIB BAGIAN KEAMANAN OSTI

2015/2016

A. IBADAH

1. Waktu Sholat:

a. Subuh : 04.30 – 05.00

b. Dhuhur : 12.30 – 12.55

c. Ashar : 15.00 – 15.40

d. Maghrib : 18.00 – 18.30

e. Isya’ : 19.15 – 19.45

2. Santriwati diharuskan untuk menjaga ketenangan mushola disaat melakukan

ibadah.

3. Batas pemakaian mukena :

a. Pagi sampai jam 07.00

b. Siang sampai jam 14.00

c. Sore sampe jam 16.00

B. PAKAIAN

1. Memakai baju yang panjangnya sampai dibawah pantat.

2. Tidak memakai baju yang berwarna mencolok seperti: merah, orange, kuning.

3. Memakai baju yang tidak ada kerutan di daerah pinggang dan paha.

4. Memakai jubah 2 minggu sekali di hari jubati.

5. Memakai jilbab persegi empat ketika memakai jubah di hari jubati.

77
6. Memakai 3 pin disaat memakai jilbab peregi empat.

7. Memakai rok yang tidak ada belahannya.

8. Melipat jilbab kedalam ketika memakai jilbab persegi empat.

9. Memakai baju yang tidak berbau jeans, semi jeans, mambo, blazer, dll.

10. Memakai baju panjang saat menggunakan jaket ke luar kamar.

11. Memakai baju milik sendiri.

12. Memakai celana panjang disaat tidur.

13. Diperbolehkan memakai celana dihari jum’at.

14. Memakai pakaian muslimah ketika keluar kamar.

15. Membawa baju dengan jumlah yang sudah ditentukan.

16. Tidak memakai celana keluar kamar ketika sakit.

17. Memakai dalaman ketika memakai baju dan rok putih.

18. Tidur dijam yang sudah ditentukan.

19. Tidur dikamar masing-masing/ sendiri.

1. Menjadi pelantara negatif antara santri dan santriwati

2. Membawa gelang, cincin, kalung,dll.

3. Membawa alat-alat elektronik dan perangkat-perangkatnya, seperti SIM, flash

disk, musik box, hp, dll.

4. Tidak melakukan surat menyurat/ telpon menelepon dengan lawan jenis yang

bukan muhrim.

5. Nongkrong di tempat bulisah, depan rumah ustadz, di depan kos-kosan dan

juga di jemuran.

78
6. Mencuci dimalam hari (batas mencuci 03.00 – 17.30 WIB)

7. Mandi disaat jam tahajud (setelah jaros tahajud)

8. Menjalin hubungan kakak beradik dengan sesama santriwati lain maupun

santriwan.

9. Makan dan minum dengan berdiri.

C. HAID

1. Diwajibkan bagi santriwati yang sedang haid untuk melapor kepada bagian

keamanan.

2. Menghadiri ta’lim setelah adzan maghrib.

3. Meminta stempel haid

4. Membawa kartu haid dan tanda pengenal haid diaat mengahdiri ta’lim setelah

ssholat isya’

5. Memakai tanda pengenal haid dalam kegiatan sehari-hari.

6. Melapor kepada bagian keamanan pusat jika akan melakukan toharoh.

D. PERIZINAN

1. Izin kepada ustadzah pengasuhan jika ingin keluar pondok.

2. Memakai seragam perizinan, jilbab perizinan dan kaos kaki ketika keluar

pondok.

3. Izin dengan wali yang sah.

4. Diantar dan dijemput wali yang sah.

5. Kembali tepat waktu sesuai batas izin yang sudah di tentukan.

6. Melapor kepada ustadzah pengasuhan setelah sampai ke pondok.

79
E. SANGSI-SANGSI

1. Satu kali melanggar : 1 jasusah

2. Dua kali melanggar : 2 jasusah + 1 surat pilihan

3. Tiga kali melanggar : 3 jasusah + 2 surat pilihan

4. Empat kali melanggar : 4 jasusah + membaca Al-Qur’an 2 hari + tandhif.

5. Lima kali melanggar : 5 jasusah + membaca Al-Qur’an 3 hari + tandhif + 1

surat pilihan

6. Enam kali melanggar : 6 jasusah + membaca Al-Qur’an 5 hari + idem +

memakai himar 1 kali

7. Tujuh kali melanggar : 7 jasusah + idem + memakai himar 3 hari

8. Delapan kali melanggar : 8 jasusah + idem + memakai himar 7 hari

9. Sembilan kali melanggar : 9 jasusah + idem + memakai himar 2 minggu

10. Sepuluh kali melanggar : diserahkan kepada ustadzah pengasuhan untuk

tindakan lebih lanjut.

TATA TERTIB PENGURUS OSTI (ORGANISASI SANTRIWATI

TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA) 2015/2016

BAGIAN-BAGIAN :

A. BAGIAN KESENIAN DAN OLAHRAGA:

1. BAGIAN KESENIAN

a. Hadir dan mengikuti ekstrakulikuler teapat pada waktu yang telah ditentukan.

b. Mengikuti ekstrakulikuler yang telah didaftar hingga akhir jabatan OSTI

2015/2016

80
c. Meminta izin kepada ustadzah pembimbing ekstrakulikuler bagi yang

berhalangan hadir kemudian meminta stempel ke Bagian Kesenian

d. Meminta izin kepada Bagian Kesenian dalam peminjaman barang-barang

kesenian.

a. 1x : membuat hasta karya

b. 2x : membersihkan barang yang kotor dibagian kesenian (contoh kain, kuas,

dll)

c. 3x : (sama dengan nomor 1,2) serta denda Rp 1.000,-

d. 4x : (sama dengan nomor 1,2,3) serta membuat puisi dan mebacanya di tengah

sewindu

e. 5x : (sama dengan nomor 1,2,3,4) serta membuat cerpen dan merapikan lemari

kesenian

2. BAGIAN OLAHRAGA

a. Memakai sepatu, jilbab putih atau hitam pada saat olahraga.

b. Meminta izin kepada bagian Olahraga ketika berhalangan mengikuti olahraga.

c. Mengembalikan dan menjaga peralatan olahraga yang dipinjam

a. 1x : lari mengelilingi sewindu 5x

b. 2x : (sama dengan nomor 1), ma’had 5x

c. 3x : melakukan senam di tengah-tengah sewindu

d. 4x : (sama dengan monor 1,2,3) dan memasukkan bola kering basket 5x

81
e. 5x : (sama dengan nomor 1,2,3,4) dan denda Rp 1.000,-

B. BAGIAN KEBERSIHAN

1. Merawat barang pribadi dan menaruh ditempatnya.

2. Menjaga kebersihan lingkungan

3. Melaksanakan piket kamar dengan ketentuan waktu yang telah ditetapkan.

4. Mengikuti kerja bakti.

5. Menjaga barang inventaris bagian Kebersihan yang tersedia dan

mengembalikannya setelah meminjam.

6. Mencuci dan meletakkan baju kotor pada waktu dan tempatnya.

7. Mencuci baju 2 hari sekali.

8. Ketika akan berangkat sekolah, wajib untuk santriwati memasukan semua

barang pribadi kedalam almari dan meninggalkan kamar dalam keadaan bersih.

9. Tidur pada tempatnya dan tetap rapi.

10. Jika ada barang yang disita oleh bagian kebersihan dan barang itu ssampai

menginap 1 malam di Kantor OSTI maka tidak bisa ditanyakan lagi.

11. Bagi santriwati yang ingin mengambil barang sitaan maka wajib membawa

uang sebesar Rp 1.000,- dan harus siap menerima sanksi apapun.

12. Bagi santiriwati yang sekolah dan belajar di mushola, untuk tidak makan

diluar lokasi musholla agar musholla tetap terjaga kebersihannya.

13. Dianjurkan untuk santriwati untuk membiasakan 10 M:

a. Mandi 2x sehari

b. Mencuci baju 2 hari sekali

82
c. Menata almari

d. Mencuci piring setelah makan

e. Menggosok gigi sebelum tidur

f. Mengerjakan piket

g. Membuang sampah

h. Menghabiskan makan.

i. Mengepel kamar

j. Menyapu kamar.

C. SEKRETARIS

1. Memiliki buku catatan intisari tausiyah ketika tausiyah berlangsung.

2. Meminta izin kepada sekretaris OSTI dalam peminjaman barang-barang

ssekretaris (taplak OSTI, piring kecil, dll)

3. Mengumpulkan buku catatan intisari tausiyah

a. Kelas 1-3 tks ke sekretaris rayon.

b. Pengurus rayon kesekretaris OSTI

D. BAGIAN BAPENTA DAN PENERANGAN

1. Secepatnya untuk menemui tamu bila mendapat tamu.

2. Menemui tamu tepat pada waktunya.

3. Mengutamakan waktu sholat dan wirid sholat.

4. Menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

5. Tidak meninggalkan sampah di ruang tamu.

83
6. Untuk tidak memakai celana/baju olahraga ketika hendak menemui tamu.

7. Waktu berkunjung:

a. Ahad : 15.50 – 17.10

b. Jum’at : 09.30 – 17.10

E. BAGIAN DAPUR

1. Mengantri ketika mengambil jatah makan dengan tertib.

2. Menjaga ketenangan dan kebersihan didalam dapur.

3. Apabila meminjam barang bagian dapur dan mengalami kerusakan maka

diharapkan membayar Rp 500,-

4. Mengahbiskan nasi maupun lauk.

5. Menggunakan air minum sebagaimana mestinya.

6. Makan pada tempatnya.

a. Dapur A : makan di dalam dapur A

b. Dapur B : makan di depan rayon masing-masing

c. Dapur D : makan di dalam dapur D

d. Dapur E : makan di dalam dapur E

7. Waktu makan :

a. Pagi : 06.15

b. Siang : 13.00

c. Sore : 16.45

F. BAGIAN LAUNDRY

84
1. Mengambil laundry tepat pada waktunya.

2. Memberi nama pada baju yang akan dilaundrykan.

3. Menaruh baju yang akan dilaundry pada tempatnya.

4. Tidak melaundry pakaian dalam

5. Mengonfirmasi kepada bagian laundry jika ada baju yang hilang.

6. Membayar laundry dengan uang pas.

G. BAGIAN PENGAJARAN

1. Musholla:

a. Mempunyai dan menggunakan sajadah yang berukuran sedang.

b. Menata meja setelah menggunakannya

c. Merapatkan shaf dengan tertib ketika masuk musholla.

d. Membuang sampah pada tempatnya.

e. Meminta izin ketika akan turun dari musholla

f. Mengeraskan suara ketika aurodul yaum.

g. Datang tepat waktu untuk ta’lim bagi yang haidhoh.

h. Menjaga ketenangan di dalam musholla.

HUKUMAN:

a. 1x : peringatan

b. 2x : berdiri ditempat ketika aurodul yaum

c. 3x : berdiri di depan mushola ketika aurodul yaum

d. 4x : menempati shaf depan selama 3 hari dan berdiri ketika aurodulyaum dan

bersih-berssih musholla.

85
e. 5x : Menempati shaf depan selama 1 minggu dan bersih-bersih ssekitar

musholla dan menjadi penyemangat ketika aurodul yaum.

f. 6x : membaca ta’lim setelah sholat isya’ selama 3 hari.

2. Mengaji

a. Memiliki Al-Qur’an standart.

b. Memiliki kartu mengaji dan meminta tanda tangan kepada pengampu atau

asisten.

c. Membaca Al-Qur’an setelah masghrib dan subuh

d. Membawa Al-Qur’an saat mengaji

e. Menaruh Al-Qur’an sesuai tempatnya setelah dipergunakan.

f. Meminta izin ketika akan turun saat mengaji berlangsung.

HUKUMAN:

a. Bagi santriwati bil-ghaib : mengahafal juz 30 dengan baik dan benar.

b. Bagi santriwati bil-nadhor : mengahafal surat-urat pilihan

c. Bagi santriwati yang tidur ketika mengaji : berwudhu dan berdiri ketika waktu

mengaji.

3. Muhadhoroh

a. Mengikuti muhadhoroh pada waktu yang telah ditentukan:

1) Kamis siang

2) Kamis malam

3) Ahad malam

b. Membuat, mengoreksi, meminta cap dan mengahafal tek muhadhoroh.

c. Memiliki buku muhadhoroh

86
d. Memiliki buku intisari muhadhoroh lengkap dengan sampulnya.

e. Memakai seragam, sepatu, dan kaos kaki ketika muhadhoroh.

f. Melaksanakan piket muhadhoroh

g. Mengahafal hadist, do’a pilihan, dan fadhilah asma’ul husna kepada

mulahidhoh muhadhoroh.

HUKUMAN:

a. Bagi santriwati yang tidak berseragam lengkap : berdiri ketika muhadhoroh

berlangsung.

b. Bagi santriwati yang tidak mengahafal teks muhadhoroh : berpidato di

kelompok yang lain.

c. Bagi santriwati yang tidak mengahafal hadist, doa pilihan, dan fadhilah asma’ul

husna : berdakwah hadist atau do’a atau fadhilah asma’ul husna disetiap kamar.

H. BAGIAN KESEHATAN

n untuk seluruh santriwati:

1. Berpakaian sopan saat periksa.

2. Membawa uang sebessar Rp 2.000,-

3. Berkunjung sesua waktu yang telah ditentukan.

4. Jika menginap di BKSM maksimal 2 orang penjaga.

5. Menjaga kerapian, kebersihan barang-barang milik BKSM

6. Menjaga ketenangan di BKSM

7. Periksa bersama bagian kesehatan rayon.

I. BAGIAN BAHASA

87
1. Percakapan :

a. Menggunakan bahasa resmi dalam percakapan sehari-hari sesuai jadwal.

1) 2 minggu untuk bahasa arab

2) 1 minggu untuk bahasa inggris

b. Menghilangkan “TO BE” dalam percakapan ssehari-hari

c. Saling mengingatkan satu sama lain dalam berbahasa resmi.

d. Meninggalkan bahasa dan nyanyian daerah.

2. Kosa kata

a. Mengikuti acara pemberian kosa kata dengan disiplin dan penuh semangat.

b. Meminta izin kepada bagian bahasa pusat jika berhalangan dalam mengikuti

acara pemberian kosa kata.

c. Menghafal kosa kata dan percakapan sehari-hari kepada bagian bahasa rayon

setiap seminggu sekali

d. Menulis kosa kata dari penggerak bahasa pusat.

HUKUMAN;

a. Pelanggaran ringan:

1) 1x : peringatan

2) 2x : peringatan

3) 3x : peringatan + Rp 1.000,- + spy

b. Pelanggaran sedang :

1) 1x : peringatan + Rp 1.000,- + Spy

2) 2x : (idem) + da’wah

3) 3x : (Idem) + tarjamah pelajaran bahasa arab

88
4) 4x : (idem) + pelajaran bahasa Inggris

5) 5x : peringatan + Rp 1.000,- + Spy + da’wah disewindu sewaktu belajar

6) 6x : peringatan + Rp 1.000,- + Spy + belajar + bersih-bersih + da’wah di

tempat-tempat umum + memakai kerudung bahasa 3 hari.

7) 7x : peringatan + Rp 1.000,- + Spy + belajar + bersih-bersih + da’wah di

tempat-tempat umum + memakai kerudung bahasa 3 hari

8) 8x : peringatan + Rp 1.000,- + Spy + belajar + bersih-bersih + da’wah di

tempat-tempat umum + memakai kerudung bahasa 7 hari dan meminta tanda

tangan dan nasehat ke ustadzah bagian bahasa

9) 9x : diserahkan kepada ustadzah bagian bahasa

c. Pelanggaran berat :

1) 1x : denda Rp 1.000,- + spy + da’wah + terjemah pelajaran (Bahasa arab dan

inggris)

2) 2x : denda Rp 1.000,- + spy + da’wah + belajar + bersih-bersih + memakai

kerudung bahasa 3 hari.

3) 3x : denda Rp 1.000,- + spy + da’wah + belajar + bersih-bersih + memakai

kerudung bahasa 3 hari + meminta tanda tangan dan nasehat dari ustadzah bagian

bahasa.

4) 4x : diserahkan kepada ustadzah bagian bahasa.

J. BAGIAN KANTIN

1. Berbahasa resmi dalam bertransaksi

2. Mengantri dengan tertib

89
3. Tidak mengambil jajanan sebelum datang petugas kantin

4. Tidak jajan diluar jam buka

5. Menjaga kebersihan dan ketenangan saat mengantri

6. Menukarkan uang tunai dengan uang voucher pada jam yang telah ditentukan

yaitu pada jam 06.15

7. Tidak menitip jajanan pada orang lain

8. Memberikan uang berlebih dahulu sebelum menerima jajanan.

90
DOKUMENTASI

GB.I

Foto Para Pemimpin Pondok : Ustadz Muhammad Halim, Ustadz

Muhammad Ali dan Ustadz Muhammad Adhim.

Gb.II

Foto anggota Osti

91
Gb. III Gb. IV

Foto OSTI Putri Foto bersama wali kelas

Gb.V Kegiatan Pelatihan Muhadhoroh Oleh Salah Satu Alumni

92
GB. VI Kegiatan Pemberian Mufrodat

GB VII Kegiatan Outing Class

93
GB. VIII Pembekalan Dari Direktur pondok Sebelum perpulangan

GB. IX

94
GB.X Kegiatan Sholat Berjamaah

Olahraga

95
GB. XI Wawancara dengan Ustadzah GB. XIIouting class

GB.XIII Reoni para alumni PPTI

96
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Sholihah

Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 20 Desember

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Griharjo, Rt 16 Rw 05, Gunung, Simo, Boyolali.

Nama Ayah : Sularto

Nama Ibu : Siti Sholihah

Latar Belakang Pendidikan Formal

1999-2000 : TA Muslimat Gunung 2

2000-2006 : MI Islamiyah Gunung 2

2006-2012 : Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta

2013-Sekarang : Institut Agama Islam Negeri Salatiga (IAIN) Salatiga

97

Anda mungkin juga menyukai