Anda di halaman 1dari 109

METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(Studi Kasus Di MAN 16 Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:
Reni Anggraeni
1110011000006

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
ABSTRAK

Reni Anggraeni, 1110011000006, Metakogitif Siswa dalam Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam Studi Kasus di MAN 16 Jakarta. Skripsi : Program
Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.

Problematika di dalam dunia pendidikan saat ini sangatlah beragam salah


satunya adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan
berfikirnya. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan
siswa untuk menghafal informasi, kemudian siswa secara pasif menyerap struktur
pengetahuan yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran.
Pemebelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, sehingga siswa tidak mampu
mengaplikasikan pembelajaran yang ia terima kedalam kehidupan sehari-harinya.

Tetapi pada kenyataannya sebagian guru khususnya dalam bidang pendidikan


agama islam, tidak banyak yang tahu bagaimana cara mengetahui metakognitif
seorang siswa dikarenakan dengan adanya berbagai macam kendala. Adapun
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metakognitif siswa dalam pembelajaran
pendidikan agama islam, penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA I MAN 16
Jakarta pada tanggal 14 November- 16 Desember 2014.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu


metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi fenomena yang diselidiki
dengan cara mengklasifikasikan, atau karakteristik fenomena tersebut secara
cermat, kemudian menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Data yang terdapat
di dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara, studi dokumentasi dan
observasi/kunjungan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di MAN 16 Jakarta
ini, dapat diketahui bahwa metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan
Agama ialam secara keseluruhan metakognitif siswa-siswi disekolah ini sudah

i
sangat baik, akan tetapi ada besar harapan untuk meningkatkan lebih baik lagi
tingkat metakognitif tersebut.

ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala. Yang
telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad
shollallahu ‘alaihi wasallam sebagai panutan dan suri tauladan bagi umatnya yang telah
membimbing untuk menempuh jalan yang benar guna meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Namun banyak pihak yan membimbing dan membantu dalam proses penulisan
skripsi ini, tanpa dukungan mereka rasanya mustahil penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan rasa hormat penulis sampaikan kepada :

1. Prof.Dr. Dede Rosyada,MA Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Nurlena Rifai,MA,P.hd Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Dr.H.Abdul Majid Khon,M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Marhamah Shaleh, Lc,MA Sekertaris Jurusan Pendididkan Agama Islam, Fakulats Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Pembimbing akademik Ahmad Irfan Mufid, MA terimakasih atas bimbingan dan arahan
untuk penulis
6. Desen Pembimbing skripsi Yudhi Munadi, M.Ag yang senantiasa memberikan
bimbingan, dan arahan yang bermanfaat serta motivasi yang membangun kepada penulis
selama proses penyusunan skripsi.
7. Seluruh dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya kepada dosen PAI beserta
staf-stafnya yang telah banyak membantu.

iii
8. Pimpinan perpustakaan fakultas tarbiyah dan perpustakaan utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu pelayanan fasilitas buku-buku demi
terselesaikannya skripsi ini.
9. Bapak kepala sekolah MAN 16 Jakarta Samsurial,S.Pd yang telah mengizinkan
melakukan penelitian dan observasi dengan pelayanan yang sangat baik.
10. Keluarga tercinta terutama kedua orangtua, Ayahanda H.Mukhtar Sopian dan Ibunda
Hj.Omah Rosmawanty yang tak hentinya selalu bersabar serta memberikan dorongan dan
motivasi dalam mendidik dan mengajari dengan tulus sekaligus memberi semangat dan
doa untuk penulis.
11. Kakak-kakakku, Maria Sari, Marlina Safitri, Adna Suadikarta, Bang Firman, dan adik-
adikku Atjef Syarif Hidayatullah dan Fajar Rahmat Hidayat, keponakan-keponakanku
teteh cantik, dennisa dan kaka abi karena kalian yang menjadi motivator untukku agar
selalu memberikan yang terbaik.
12. Kepada teman terbaikku Muchtar Nasir Affandy yang selalu memberikan semangat dan
motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabat-sahabat seperjuangan Eva Fauziyah, Fitri Handayani, Nurfauziah, Debi Utami
Rizki, Widya Rafika, Maisaroh dan seluruh Sahabat PAI 2010 Khususnya PAI kelas A,
karena kalian yang selalu menjadi temapt bertukar fikiran dalam penulisan skripsi ini,
dan juga pengalaman bersama kalian yang tak akan pernah terlupakan.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kritik dan saran secara konstruktif
diharapkan penulis untuk mengevaluasi laporan penelitian ini agar lebih baik lagi. Penulis
berharap agar skripsi ini menjadi kebutuhan serta menambah pustaka dan referensi bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, 7 Januari 2015

Penulis

Reni Anggraeni

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERMYATAAN KARYA SENDIRI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ............................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL................................................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 6


C. Pembatasan Masalah .............................................................................................. 7
D. Perumusan Masalah ................................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 7

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Belajar ..................................................................................................................... 9

1. Pengertian Belajar .............................................................................................9


2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ..........................................10
3. Pengertian Pembelajaran .................................................................................11
B. Metakognitif ..........................................................................................................12
1. Teori Metakognitif ..........................................................................................12

v
2. Pengertian Metakognitif ..................................................................................13
3. Variabel Metakognitif .....................................................................................15
4. Komponen Metakognitif .................................................................................16
5. Strategi Metakognitif ......................................................................................17
6. Perkembangan Metakognitif Anak ..................................................................17
C. Pengertian Agama Islam .......................................................................................18
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ..............................................................17
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ....................................................................20
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ......................................................22
4. Kerangka Berfikir ...........................................................................................23
D. Hasil Penelitian yang Relevan ..............................................................................23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................................26


B. Latar Penelitian ....................................................................................................26
C. Metode Penelitian ................................................................................................28
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................31
E. Pengecekan Keabsahan Data ...............................................................................32
F. Teknik Analisis Data............................................................................................35
G. Deskripsi Data Penelitian.....................................................................................36

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. MAN 16 Jakarta .................................................................................................. 41

1. Sejarah Berdirinya ......................................................................................... 41

2. Identitas Sekolah ............................................................................................42


3. Visi Dan Misi MAN 16 Jakarta……………………………………………42
4. Keadaan Siswa, Guru, Staff……………………………………………….43
5. Kerjasama Dengan Pihak Luar…………………………………………….49
6. Prestasi Yang Diraih Madrasah……………………………………………49
7. Sarana Dan Prasana………………………………………………………..52
B. Pembahasan..........................................................................................................53
1. Suasana Proses Pembelajaran PAI ................................................................53
2. Metakognitif Siswa Pada Pemahaman Fakta dalam Materi PAI ...................55

vi
3. Metakognitif Siswa Pada Pemahaman Konsep dalam Materi PAI. ...............56
4. Metakognitif Siswa Pada Pemahaman Prosedur dalam Materi PAI ..............59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................................71
B. Saran .................................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gambaran Karakteristik Siswa dari seluruh subjek penelitian


Tabel 4.1 Identitas Sekolah

Tabel 4.2 Daftar Pendidik

Tabel 4.3 Tenaga Kependidikan

Tabel 4.4 Keadaan Siswa 2015

Tabel 4.5 Keadaan Siswa 2014

Tabel 4.6 Keadaan Siswa 2013

Tabel 4.7 Keadaan Orangtua Peserta didik

Tabel 4.8 Sarana dan Prasarana

Tabel 4.9 Format pengamatan observasi metakognitif

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Indikator instrumen wawancara

Lampiran 2 Pedoman wawancara

Lampiran 3 Format Observasi

Lampiran 4 Pengkodingan Data

Lampiran 5 Foto bukti penelitian

Lampiran 6 Surat permohonan bimbingan skripsi

Lampiran 7 Surat permohonan izin penelitian

Lampiran 8 Surat pernyataan telah melakukan penelitian

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1
Menurut SA. Branata yang dikutip dalam buku Alisuf Sabri bahwa
pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan
cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya
mencapai kedewasaan.2 Mendidik adalah membantu anak supaya ia cukup
cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.3
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan ini, untuk
menentukan arah laju perjalanan suatu bangsa, generasi yang akan datang.
Oleh karena itu diperlukan perhatian yang lebih terhadap pendidikan, sebagai
bentuk upaya menghasilkan dan menyiapkan sumber daya manusia (SDM)
yang kreatif, berkualitas, dan menjadikan manusia yang memiliki kemampuan
cipta (kognitif), segi rasa (afektif), maupun dari segi prasa (psikomotorik).
Pendidikan di Sekolah Menengah Atas mempunyai empat point yaitu:
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. pada point
pengetahuan telah dideskripsikan bahwa siswa harus memahami, menerapkan
dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi,seni,budaya,dan

1
UU NO 20 TAHUN 2003, Sistem Pendidikan Nasional, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1
2
Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Ciputat : UIN Jakarta Press,2005), h.6
3
Ibid.h.8

1
2

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan


peradaban, terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.4
Sebagaimana yang tercantum tujuan pendidikan menurut UU No 12
Tahun 1945, yang tercantum dalam Bab II Pasal 3 yang berbunyi: “Tujuan
pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan
masyarakat dan tanah air”.5 Berkenaan dengan tujuan pendidikan tersebut,
diperlukannya peningkatan mutu kinerja guru dalam rangka mengembangkan
kualitas sumber daya manusia dan memperbaiki sistem manajemen
pendidikan secara mendasar. Oleh karena itu, pengembangan kinerja sumber
daya manusia sangat diperlukan karena sumber daya manusia akan menjadi
faktor utama sebagai penentu maju mundurnya suatu negara.
Proses pembelajaran merupakan inti dari sebuah proses pendidikan dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan. Proses pembelajaran akan berjalan
dengan baik apabila semua komponen didalam suatu lembaga pendidikan
terpenuhi, misalnya sarana dan prasarana yang memadai, perbaikan tenaga
kerja dan guru, organisasi yang terstruktur dan adanya kepala sekolah yang
menjadi pemimpin sekolah, maka kegiatan pembelajaran akan berjalan
dengan optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk mewujudkan
fungsi pendidikan nasional salah satunya adalah dengan cara mengadakan
proses pembelajaran disekolah. Salah satu mata pelajaran yang diberikan pada
proses pembelajaran disekolah adalah Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada saat ini masih berhadapan dengan
kritik-kritik internal. Dikatakan bahwa PAI kurang mempunyai relevansi
terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi

4
Salinan Lampiran Permendikbud No.64 tahun 2013 tentang Standar Isi.
5
Op.cit.h.9
3

konteks sosial budaya dan bersifat statis akonsteksual, dan lepas dari sejarah
sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang
hidup dalam keseharian.6 Hal yang seperti ini sangat disayangkan sekali,
karena Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pelajaran yang sangat
penting untuk membangun moral dan akhlak para siswa guna meningkatkan
keimanan kepada Allah SWT dan meneladani sifat Nabi Muhammad SAW
dan menjadi bekal dikehidupan sehari-hari.
Dalam membangun dan membentuk generasi yang berkualitas diperlukan
adanya semangat dan motivasi yang kuat dalam diri sendiri agar terciptanya
suatu tujuan yang diinginkan. Keberhasilan seorang anak di masa depan
ditentukan oleh bagaimana perkembangan seluruh aspek individu anak, yaitu
perkembangan fisik, intelektual, emosi dan spiritual yang berkembang secara
optimal. Perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan
intelektual anak, yakni bagaimana mengelola atau mengatur kemampuan
kognitif tersebut dalam merespon situasi atau permasalahan. Aspek kognitif
tidak dapat berjalan sendiri secara terpisah, tetapi perlu dikendalikan atau
diatur. Oleh karena itu seseorang harus memiliki kesadaran tentang
kemampuan berfikirnya sendiri serta mampu untuk mengaturnya.7
Berbagai penelitian menyatakan bahwa perkembangan manusia sudah
dimulai pada masa prenatal, tidak hanya aspek fisik tapi juga aspek-aspek
yang lainnya seperti aspek kognitif, emosi dan bahkan spiritual. Hal ini
tentunya dalam batasan-batasan tertentu sesuai dengan kondisi janin atau
dapat dikatakan sebagai pembentukan karakter dasar. Seperti emosi janin dan
setelah besar nanti ternyata dipengaruhi oleh kondisi emosi sang ibu.

6
Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,2009), h.56
7
Diana Nomida, Metakognitif Dalam Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.113
4

Perkembangan ini akan berlanjut terus sampai lahir dan besar nanti yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa pola pengasuhan dan pendidikan.8
Salah satu aspek pekembangan yang selalu menjadi fokus perhatian
adalah perkembangan kognitif anak dengan tidak mengabaikan aspek
perkembangan lainnya. Perkembangan kognitif dianggap penting karena
sering dikatakan dengan kecerdasan anak. Perkembangan kognitif yang
normal mengindikasikan berkembangannya kecerdasan anak. Sementara
perkembangan kognitif berlaku sejak awal kelahiran atau bahkan semenjak
prenatal, aspek lain seperti emosi dan spiritual mengalami perkembangan
yang pesat sesudahnya, walaupun dasar-dasarnya telah mulai diberikan
pendidikan sejak dini.9
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia
yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya.10 Sementara menurut Chaplin dijelaskan bahwa
kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenal
termasuk didalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan,
menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai. Secara
tradisional kognisi sering dipertentangkan dengan konasi (kemauan) dan
dengan afeksi (perasaan).11
Sementara perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan
intelektual anak, kemampuan kognitif terus berkembang seiring dengan
proses pendidikan serta dipengaruhi oleh faktor perkembangan fisik terutama
otak secara biologis. Perkembangan selanjutnya adalah berkaitan dengan
kognitif adalah bagaimana mengelola atau mengatur kemampuan kognitif

8
Dindin Abdul Muiz, Psikologi Perkembangan Anak Pada Aspek Kognitif,
(Surabaya:Intimedia press:2001) , h.20
9
Ibid., h.21
10
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2006), H.103
11
Ibid., h.103
5

tersebut dalam merespon situasi atau permaslahan. Tentunya aspek-aspek


kognitif tidak dapat berjalan sendiri secara terpisah tetapi perlu dikendalikan
atau diatur sehingga jika seseorang akan menggunakan kemampuan
kognitifnya maka perlu kemampuan untuk menetukan dan pengatur aktivitas
kognitif apa yang akan digunakan. Oleh karena itu, seseorang harus memiliki
kesadaran tentang kemampuan berfikirnya sendiri serta mampu untuk
mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan ini disebut dengan
metakognitif. 12
Menurut Flavell dan Brown Metakognitif adalah pengetahuan
(knowledge) dan regulasi (regulation) pada suatu aktifitas kognitif seseorang
dalam proses belajarnya. Metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif
kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya.
Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi
penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara singkat
metakognitif dapat diistilahkan sebagai “thinking about thinking”.13
Menururut Anerson dan Krathwohl memberikan rincian dari pengetahuan
yang dapat dikuasi atau diajarkan pada setiap tahapan kognitif. Dalam lingkup
pengetahuan tersebut, pengetahuan metakognitif menempati pada tingkat
tertinggi setelah pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, dan
pengetahuan prosedural. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan
strategik, pengetahuan tugas-tugas berpikir an pengetahuan pribadi.14
Saat ini, kajian tentang metakognitif telah berkembang bahkan telah
diterapkan dalam pembelajaran seperti matematika dan bahasa. Misalnya,
dalam memecahkan masalah matematika, siswa perlu memiliki kemampuan
memecahkan masalah matematika, siswa perlu memiliki kemampuan
metakognitif untuk mengatur strategi pemecahan masalah, sedangkan dalam
12
Op.cit., h.115
13
Ibid., h.114
14
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi , (PT Universitas
Pendidikan Indonesia)
6

pembelajaran bahasa adalah siswa harus memiliki kemampuan metakognitif


dalam membaca buku.
Hal yang menarik untuk diungkap dan diteliti lebih lanjut mengenai
metakognitif dalam skripsi ini, karena selama ini kemampuan metakognitif
dianggap baru dapat dikuasai oleh orang dewasa tetapi ternyata sudah dapat
dimiliki seorang anak walaupun dalam bentuk yang sederhana. Berdasarkan
hal ini,maka skripsi ini ditulis untuk mengungkap lebih lanjut mengenai
metakognitif siswa di MAN 16 Jakarta Barat dalam pembelajaran pendidikan
agama islam disekolah tersebut.
Dari deskripsi yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji
dan meneliti lebih dalam permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi yang
berjudul :

“METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”

(Studi Kasus di MAN 16 Jakarta)

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Pendidikan agama islam kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan
sosial yang terjadi di masyarakat.
2. Tidak semua siswa mempunyai kesadaran metakognitif dalam belajar.
3. Tidak semua siswa mempunyai metakognitif yang baik yaitu mempunyai
pemahaman faktual, konseptual dan prosedural didalam pembelajaran
pendidikan agama islam
7

C. Pembatasan Masalah
Berasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, agar
penulisan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah sebagai
berikut :
1. Metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam.
2. Metakognitif siswa pada pemahaman fakta, konsep, dan prosedur.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan
masalan yang akan menadi acuan didalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana metakognitif siswa pada pemahaman fakta materi mata
pelajaran pendidikan agama islam?
2. Bagaimana metakognitif siswa pada pemahaman konsep materi mata
pelajaran pendidikan agama islam?
3. Bagaimana metakognitif siswa pada pemahaman prosedur materi mata
pelajaran pendidikan agama islam?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian :
a. Memahami metakognitif siswa pada pemahaman fakta materi mata
pelajaran pendidikan agama islam.
b. Memahami metakognitif siswa pada pemahaman konsep materi mata
pelajaran pendidikan agama islam.
c. Memahami metakognitif siswa pada pemahaman prosedur mata
pelajaran pendidikan agama islam.
2. Manfaat Penelitian :
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Siswa
Siswa mampu memahami tentang metakognitifnya sendiri sehingga
mampu mengembangkan kesadaran untuk menyelesaikan masalahnya.
b. Guru
8

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan, untuk


meningkatkan metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan
agama islam.
c. Penulis
Menambah wawasan kependidikan serta seta sebagai bekal
pengetahuan mengenai metakognitif siswa dalam pembelajaran
pendidikan agama islam.
d. Pembaca
Memberikan gambaran mengenai pentingnya metakognitif siswa
dalam pembelajaran pendidikan agama islam.
BAB II

KAJIAN TEORITIS
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses perubahan prilaku secara aktif, sebagai
akibat dari pengalaman dan latihan.1 Proses mereaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu
tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.
Menurut teori behaviouristik, belajar adalah perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Sesorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu
menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
halkemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. menurut teori ini
yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan
keluaran atau output yang berupa respon.
Menurut T. Raka Joni bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku disebabkan oleh matangnya seseorang atau perubahan yang
bersifat temporer. Belajar merupakan sebuah proses yang komplek
yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak
masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat.2
Menurut Depdiknas tahun 2003 mendefinisikan bahwa “belajar”
adalah sebagai proses membangun makna pemahaman terhadap
informasi atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat
dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu
disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan

1
Wina Sanjaya Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Proses
Pendidikan,(Jakarta:Kencana Pranda Media Grup,2006), Cet.1,h.114
2
Ibid,h.115

9
10

siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi


bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbea-
beda padahal menapat pengajaran yang sama, dan pada saat yang
sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu
membangun pemhaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut
otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya.
Adapun belajar menurut Gagne, belajar terjadi apabila ada situasi
stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian
rupa sehingga pebuatannya berubah dari waktu ke waktu sebelum ia
mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.3
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah usaha
sadar yang dilakukan individu dan menyebabkan adanya perubahan
tingkah laku sebagai responden terhadap lingkungan, baik langsung
maupun tidak langsung yang membawa perubahan diri dan perubahan
cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu perubahan tingkah
laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan
(kognitif), dan keteramoilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut
dengan nilai dan sikap (afektif).
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan dan puncak proses belajar.4 Hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran baik
dari sisi guru maupun dari sisi siswanya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa di sekolah, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu faktor eksternal dan faktor internal siswa, diantaranya :

3
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan , (Bandung: Remaja Rosakarya,
2007),Cet.22. h.84
4
Dimyati dan Mudjiyono, Belajar dan Pembelajaran , (Jakarta, PT. Rinekha
Cipta,1999),Cet.I.h.3
11

a. Faktor Eksternal Siswa


Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa.
Faktor eksternal terdiri ari dua yaitu lingkungan dan instrumental.
Faktor lingkungan terdiri dua yaitu alam dan lingkungan
sosial. Lingkungan alam seperti : keadaan suhu, kelembaban udara,
waktu, cuaca, letak gedung sekolah ditempat yang ramai atau tidak
an lain sebagainya. Lingkungan sosial seperti : interaksi sosial
dengan teman sebangku, interaksi peserta didik dengan guru-guru
dan kebudayaan.
Faktor instrumental terdiri dari sarana dan alat-alat belajar yang
digunakan guru dalam proses belajar mengajar seperti media
pendidikan, metodologi mengajar yang digunakan dan bukuyang
dipakai.5
b. Faktor Internal Siswa
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa.
Faktor internal dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor fisiologis
dan faktor psikologis.
Faktor fisiologis siswa terdiri kondisi kesehatan dan kebugaran
fisik, kondisi panca inderanya terutama pada penglihatan dan
pendengarannya. Faktor psikologi siswa terdiri dari ketenangan
jiwa, perhatian motivasi, minat, intelegensi dan kemampuan
kognitif, seperti seperti kemampuan persepsi, ingatan, berfikir, dan
kemampuan asar yang dimiliki oleh siswa.6
3. Pengertian Pembelajaran
Dalam sebuah proses pendidikan terdapat sebuh kegiatan yang
disebut pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan suatu bantuan yang

5
Muhammad Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu
Jaya,1996), cet. 1, h.59
6
Amunudin Rasyad, Teori Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: Uhamka Press,
2003), cet.4, h. 103
12

diberikan dari pendidik kepada peserta didik agar terjadi proses


memperoleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan diri pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, guru yang mengajar supaya peserta didik dapat belajar
dengan baik dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai tujuan
objektif yang ditentukan (aspek kognitif), yang juga mempengaruhi
perubahan sikap peserta didik (aspek afektif) serta pengembangan
keterampilan peserta didik (aspek psikomotorik). Kegiatan
pembelajaran akan dialami aeorang manusia sepanjang hayatnya dan
dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.
B. Metakognitif
1. Teori Metakognitif
Salah satu kemampuan metakognitif adalah mengacu pada
kesadaran dan pengetahuan pelajar tentang sistem memori mereka
sendiri. Sejumlah ahli psikologi kognitif telah mengembangkan apa
yang mereka sebut information processing tentang pembelajaran.7
Teori ini menjelaskan bagaimana otak dan sistem memorinya bekerja.
Dalam teori ini ide-ide dan informasi baru awalnya sebagai masukan
sensori masuk kedalam register atau pencatat penglihatan suara dan
bau. Setelah masukan sensori itu telah kita persepsi dan kita catat,
masukan sensori tersebut bergerak masuk ke dalam suatu ruang kerja
yang disebut memori jangka pendek atau short term memory, dimana
masukan sensori tersebut diproses atau dilupakan.
Ruang penyimpanan dalam memori jangka pendek sangat terbatas.
Meskipun demikian memori jangka pendek mengatur apa yang hendak
dilakukan pelajar, bagaimana informasi baru yang mula-mula masuk
ke dalam sistem memori, dan bagaimana informasi itu akhirnya
7
M Nur, Strategi-strategi belajar, (Surabaya : UNESA : University
Press,2008),h.18
13

dipindahkan ke memori jangka panjang atau long term memory tempat


pengetahuan disimpan secara permanen untuk dipanggil lagi kemudian
hari dan digunakan.8
Adapun ayat yang menerangkan tentang ayat metakognitif yaitu :

        

          

      


Artinya : “(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”
(QS: Az-zumar:9)
2. Pengertian Metakognitif
Metakognitif adalah suatu kata yang berkaitan dengan apa yang
diketahui tentang dirinya sebagai individu yang belajar dan bagaimana
ia mengontrol serta menyesuaikan prilakunya. Seseorang perlu
menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. 9 Metakognitif
adalah suatu bentuk kemampuan untuk melihat pada diri sendiri
sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Dengan
kemampuan seperti ini seseorang dimungkinkan memiliki kemampuan
tinggi dalam memEcahkan masalah, sebab dalam setiap langkah yang
dia kerjakan senantiasa muncul pertanyaan : “Apa yang saya

8
Ibid., h.20
9
Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Jurusan
Pendidikan Matematika UPI Bandung: 2001)
14

kerjakan?”, “Mengapa saya mengerjakan ini?”, “Hal apa yang


membantu saya untuk menyelesaikan masalah ini?”10
Metakognitif adalah kesadaran berfikir tentang apa yang diketahui
dan apa yang tidak diketahui dan pengetahuan tentang pemahaman
umum, seperti kesadaran tentang sesuatu dan pengetahuan tentang
pemahaman pribadi seseorang.11 Dalam konteks pembelajaran, siswa
mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan
modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik
untuk belajar secara efektif. Metakognitif adalah pengetahuan yang
berasal dari proses kognitif kita sendiri beserta hasil-hasilnya.12
Menurut Flavel mendefinisikan bahwa metakognitif adalah
sebagai kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar, kemampuan
untuk menilai kesukaran suatu masalah, kemampuan mengamati
tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan informasi
untuk mencapai tujuan, dan kemampuan menilai kemajuan belajar
sendiri.13
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
metakognitif adalah suatu kesadaran berfikir tentang apa yang harus
dilakukan,dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana
caranya untuk belajar, dan mengetahui dan mengetahui strategi terbaik
untuk belajar secara efektif.
Metakognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri. Orang yang
mempunyai metakognitif yang tinggi maka ia akan mampu mengontrol
dan menyalurkan aktifitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya
sendiri. bagaimana ia memutuskan perhatian, bagaimana ia belajar,
bagai mana ia menggali ingatan, bagaimana menggunakan

10
Op.cit., h.96
11
Eveline Siregar, Teori Belajar Dan Pembelajaran , (Bogor:Penerbit Ghalia
Indonesia, 2010), Cet.1,h.10
12
Sri Esti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2006), Cet 3,
h.168.
13
Jonnasen,Thoward a Design Theory Of Problem Solvinng To Apper In
Educational Technologi : Reseach and Depelopment
15

pengetahuan yang dimiliki, bagaimana ia berfikir menggunakan


konsep, kaidah pengetahuan yang dimiliki, yang merupakan satu
perangkat kemahiran yang terorganisasikan dengan baik dalam
menghadapi sebuah masalah. Secara ringkas metakognitif dapat
diistilahkan sebagai “thinking about thinking”.
3. Variabel Dalam Metakognitif
Menurut John Flavell yang dikutip dalam buku Desmita
menyatakan bahwa pengetahuan metakognitif secara umum dapat
dibedakan menjadi 3 variabel,yaitu:
a. Variabel Individu
Variabel individu mencakup pengetahuan tentang person,
manusia (diri sendiri juga orang lain), yang mengandung wawasan
bahwa manusia, termasuk saya sendiri memiliki keterbatasan
dalam jumlah informasi yang dapat diproses. Tidak mungkin
semua informasi yang masuk ke pikiran apat diproses. Dalam
variabel individu ini tercakup pula pengetahuan bahwa kita lebih
paham tentang suatu bidang dan lemah di bidang yang lain (saya
lebih menguasai mata pelajaran matematika dibandingkan dengan
pelajaran Pendidikan Agama Islam). Demikian juga pengetahuan
tentang perbedaan kemampuan anda dengan orang lain
(mengetahui bahwa guru lebih terampil dalam bahasa Arab
dibandingkan peserta didik).14
b. Variabel Tugas
Variabel tugas mencakup pengetahuan tentang tugas-tugas
(task), yang mengandung wawasan bahwa beberapa kondisi sering
menyebabkan kita lebih sulit atau lebih mudah dalam
memecahakan suatu masalah atau menyelesaikan tugas. Misalnya,
semakin banyak waktu yang peserta didik untuk memecahkan
maslah, semakin baik peserta didik mengerjakannya, sekiranya

14
Desmita , Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Rosdakarya,
2009), h.134
16

materi pembelajaran yang disampaikan guru sukar dan tidak akan


diulangi lagi, maka saya tentu harus lebih konsentrasi dan
mendengarkan keterangan guru secara seksama disaat guru
menyampaikan materi didalam kelas.
c. Variabel Strategi
Variabel strategi mencakup pengetahuan tentang strategi,
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu atau
bagaimana mengatasi kesulitan. Variabel Strategi ini mengandung
wawasan seperti: beberapa langkah kognitif akan menolong
sesesorang menyelesaikan jumlah besar tugas kognitif
(mengingat,mengkomunikasikan, dan membaca).
4. Komponen Metakognitif
Anita Woolfolk dalam bukunya mengemukakan bahwa
metakognisi melibatkan tiga macam pengetahuan, diantaranya :
a. Declarative Knowledge
Pengetahuan deklaratif tentang diri siswa sebagai pembelajar,
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan ingatan siswa, serta
keterampilan, strategi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
mengerjakan sebuah tugas (tahu apa yang dilakukan).
b. Procedural Knowledge
Procedural Knowledege, yaitu pengetahuan tentang
bagaimana menggunakan apa saja yang telah diketahui dalam
declarative knowledge tersebut dalam aktivitas belajar.
c. Conditional Knowledge
Conditional Knowledge adalah pengetahuan tentang kapan
menggunakan suatu prosedur, keterampilan, atau strategi dan
kapan hal-hal tersebuttidak digunakan, mengapa suatu prosedur
berlangsung dan dalam kondisi yang bagaimana berlangsungnya,
dan mengapa suatu prosedur lebih baik dari prosedur-prosedur
yang lain. 15

15
Op.cit.,h.135
17

5. Strategi Metakognitif
Kunci pendidikan adalah membantu murid mempelajari
serangkaian strategi yang dapat menghasilkan solusi suatu masalah.
pemikir yang baik menggunakan strategi secara rutin untuk
memecahkan masalah. Pemikir yang baik juga tahu kapan dan dimana
mesti menggunakan strategi.16
Menurut Flavell, strategi pengaturan metakognisi merupakan
proses-proses yang berurutan yang digunkan untuk mengontrol
aktivitas-aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah
dicapai. Untuk mendapatkan kesuksesan belajar yang luar biasa, guru
harus melatih siswa untuk merancang apa yang hendak dipelajari,
memantau kemajuan belajar siswa, dan menilai apa yang telah
dipelajari. Prosedur-prosedur ini terdiri dari :
a. Tahap Proses Sadar Belajar
b. Tahap MerEncanakan Belajar
c. Tahap Memantau Belajar
d. Tahap Refleksi Mengevaluasi belajar
6. Perkembangan Metakognitif Anak
Berkenaan dengan pentingnya metakognisi dalam keberhasilan
belajar, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan metakognisi mereka.
Mengembangkan metakognisi peserta didik dalam pembelajaran
berarti membangun pondasi untuk belajar secara aktif dan optimal.
Kemampuan metakognitif anak tidak muncul dengan sendirinya,
tetapi memerlukan latihan sehingga menjadi kebiasaan. Suherman
menyatakan bahwa perkembangan metakognitif anak dapat
diupayakan melalui cara dimana anak dituntut untuk mengobservasi
tentang apa yang mereka ketahui dan kerjakan, dan untuk merefleksi
tentang apa yang dia observasi. Oleh karena itu sangat penting bagi
guru atau pendidik (termasuk orangtua) untuk mengembangkan

16
John W Santorck Strategi Belajar, (Jakarta:Rinekha Cipta, 2004), h.20
18

kemampuan metakognitif baik melalui pembelajaran ataupun


17
mengembangkan kebiasaan dirumah.
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan secara umum dapat diartikan dari dua segi yaitu segi
bahasa dan istilah. Dalam bahasa Indonesia pendidikan berasal dari
kata “didik” lalu kata ini mendapatkan awalan “pe” dan akhiran “an”
artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan
member latihan diperlukan adanyaajaran, tuntunan dan pimpinan
mengenai akhlak dan kecerdasan fikiran.18
Sedangkan dalam bahasa Arab, pengertian kata pendidikan sering
digunakan pada beberapa istilah, antara lain, al-ta’lim, al tarbiyah,
dan al-ta’dib. Namun demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna
tersendiri dalam menunjuk pengertian pendidikan. Kata ta’lim
merupakan masdar dari kata „allama yang berarti pengajaran yang
bersifat pemberian, atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan
keterampilan. Penunjukkan kata al-ta’lim pada pengertian pendidikan,
sesuai dengan firman Allah SWT.19

          


 

      


Artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-
benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda
itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS: Al-
Baqarah : 31)
Kata al-tarbiyah, merupakan masdar dari kata rabba yang berarti
mengasuh, mendidik, dan memelihara.20 Sedangkan kata al’ta’dib
merupakan masdar dari kata addaba yang dapat diartikan kepada

17
Op.cit.,21
18
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,(Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 1997), cet III, h.10
19
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan,(Jakarta:
Gaya Media Pratama,2001), h.85-86
20
Ibid,h.87
19

proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan


21
penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik.
Mengenai pengertian pendidikan menurut istilah disampaikan
oleh beberapa tokoh, antara lain :
William Mc Gucken, SJ. Yang dikutip Oleh Muzayyin beliau
adalah seorang tokoh pendidikan katolik berpendapat, bahwa
pendidikan diartikan oleh ahli skolastik, sebagai suatu perkembangan
dan kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia, baik moral,
intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan atau
untuk kepentingan individual atau sosial dan diarahkan kepada
kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan penciptanya sebagai tujuan
akhirnya.22
Anton Moelino, yang dikutip oleh Samsul Nizar beliau
mendefinisikan pendidikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan: proses, perbuatan, dan
cara-cara mendidik.23
Dari beberapa pengertian diatas pengertian dapat diartikan
sebagai suatu aktifitas yang teratur, sistematis, yang dilakukan secara
sadar oleh orang dewasa dan bertanggung jawab untuk meningkatkan
kemampuan dan kepribadian anak dengan jalan pembinaan potensi-
potensi pribadi yang dimilikinya. Baik jasmani maupun rohani.
Setelah menguraikan istilah pendidikan secara umum, penulis
selanjutnya membahas tentang pengertian pengertian islam dan
pendidikan agama islam.
Menurut Tayar Yusuf yang dikutip dalam buku Abdul Majid
mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi
tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan

21
IbidI,h.90
22
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h.14
23
Op.cit,h.92
20

keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia


bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A.Tafsir,
pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang
kepada kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai
dengan ajaran islam.24
Menurut Zakiah Daradjat (1987:87) pendidikan agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan pengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu
menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai
dengan suatu kegiatan atau usaha. Sesuatu kegiatan akan berakhir
apabila tujuannya telah tercapai. Jika tujuan itu bukan tujuan akhir,
kegiatan berikutnya akan dimulai untuk mencapai tujuan selanjutnya
dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.25
Pendidikan Islam merupakam proses bimbingan dan membina fitrah
peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi
peserta didik sebagai muslim sempurna (insan kamil) yang meliputi
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Tujuan Pendidikan Agama Islam, menurut beberapa pendapat para
ahli, antara lain :
a. Dr. Zakiah Daradjat, dkk, membagi tujuan pendidikan Islam ini
dalam 4 (empat) bagian. Yaitu tujuan umum, tujuan akhir, tujuan
sementara, dan tujuan operasional. Sebagai tujuan umum
pendidikan meliputi sikap, tingkah laku, penampilan kebiasaan,dan
pandangan. Tujuan sementara dari pendidikan Islam beliau
berpendapat bahwa proses pendidikan itu yang dianggap sebagai

24
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,(Bandung: PT.
Remaja Rosdakaya,2004), h.130
25
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam,(Jakarta: Bumi
Aksara,1996), cet.I, h.72
21

tujuan akhirnya adalah insan kamil yang mati dan akan menghadap
Tuhan-Nya. Sedangkan yang menjadi tujuan sementara yang
dimaksud oleh Zakiah Daradjat ialah tujuan yang akan dicapai
setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal, tujuan
operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah
kegiatan pendidikan tertentu.26
b. Al-Abrasyi menurutnya bahwa pendidikan Islam memiliki 5 (lima)
tujuan pokok, antara lain :
1) Sebagai pembentukan akhlak mulia
2) Persiapan untuk kehidupan dunia akhirat
3) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi
pemanfaatan. Keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat
membawa manusia kepada kesempurnaan
4) Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar memenuhi keinginan
untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji
ilmu sekedar sebagai ilmu
5) Mempersiapkan para pelajar untuk suatau profesi terstentu
sehingga ia mudah mencari rezeki.27
Demikian beberapa pendapat rumusan tujuan pendidikan
Islam, makna dan fungsinya dalam upaya pembentukan
kepribadian, pepaduan iman dan amal soleh, yaitu keyakinan
adanya kebenaran mutlak yang menjadi satu-satunya tujuan
hidup dan sentral pengabdian diri dan perbuatan yang sejalan
dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Tujuan pendidikan agama adalah agar para siswa memiliki
akhlak yang tinggi, beriman yang ditunjukkan oleh perilaku-
perilaku yang terpuji dalam interaksinya dengan manusia dan
lingkungannya.

26
Ibid, h.18
27
Ibid, h., 26
22

Pendidikan agama membantu anak didik menjadi insan


kamil yaitu ia mempunyai kualitas hubungan yang amat baik,
baik kepada Allah SWT, terhadap manusia dan terhadap
lingkupnya yang lain.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup pendidikan agama islam adalah berkaitan dengan
persoalan-persoalan yang menyeluruh dan mengandung generalisasi
bagi semua jenis dan tingkat pendidikan Islam yang ada, baik yang
ada dimasa sekarang maupun yang ada dimasa yang akan datang.
Dengan kata lain, pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan
yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya
sesuai dengan ideologi (cita-cita) Islam sehingga ia dengan mudah
dapat membenuk dirinya sesuai dengan ajaran Islam. Artinya ruang
lingkup pendidikan Islam telah mengalami perubahan sesuai
tuntunan waktu yang berbeda-beda karena sesuai dengan tuntutan
zaman dan perkembangan ilmu dan teknologi.28
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
1. Al-Qur‟an dan Hadits
2. Aqidah
3. Akhlak
4. Fiqih
5. Tarikh dan Kebudayaan Islam
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan
keselarasan, dan keserasian antara hubungan mnusia dengan Alllah
SWT, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan
diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.29

28
Djumran Syah & Abdul Malik Karim, Pendidikan Islam, (Malang: UIN
Malang Press,2007), cet.I,h.25-26
29
Standar Isi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama (SMP),
PERMENDIKNAS NO 22 TAHUN 2006
23

4. Kerangka berfikir
Kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang
disintesiskan dari fakta-fakta observasi dan telaah kepustakaan.30
Pendidikan agama islam di sekolah adalah suatu mata pelajaran yang
masih dipandang sebelah mata oleh para siswa, padahal mata pelajaran
pendidikan agama islam termasuk mata pelajaran wajib di sekolah,
oleh karena itu diperlukan nya kesadaran dari siswa untuk membuat
strategi yang baik dalam mempelajari pendidikan agama islam
tersebut.
Adapun faktor keberhasilan dalam proses pembelajaran siswa
terbagi menjadi dua yaitu ekternal dan intrnal. Dalam penenilitan ini
metakognitif adalah termasuk dalam faktor keberhasilan internal
karena metakognitif itu sendiri adalah kesdaran diri sendiri tentang apa
yang harus dia lakukan dalam memahami suatu mata pelajaran.
Pada penelitian kali ini, penulis akan meneliti bagaimana keadaan
metakognitif siswa disekolah dalam mempelajari pendidikan agama
islam ini.
D. Hasil penelitian yang relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian iniantara lain
penelitian yang dilakukan oleh :
1. Ahmad Zaenudin, dengan judul Metakognitif siswa pada pembelajaran
pendidikan agama islam melalui metode problem solving. Penelitian
tersebut menyatakan bahwa ketika diterapkannya metakognitif pada
mata pelajaran pendidikan agama islam di MA Manartul Islam Jakarta
dengan menggunakan metode problem solving maka prose
pembelajaran yang diikuti oleh siswa yang dipandu langsung oleh
bapak Rian Afgan S.Pd.I dapat membantu siswa dalam hal :
a. Membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar

30
Riduan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis ,(Bandung, Alfabeta,2004), h.13
24

b. Membimbing pembelajaran dalam mengembangkan kebiasaan


siswa dalam mengolah sendiri, kebiasaan perfikir positif, kebiasaan
berfikir krestif dan kebiasaan untuk bertanya.
c. Dari temuan peneliti ditemukan bahwa, sebagian dari siswa dapat
diketahu imetakognitifnya dan juga siswa sangat senang,
termotivasi disaat proses pembelajaran dengan menggunakan
metode problem solving.31
2. Abdillah, dengan judul efektifitas pembelajaran berbantuan media
audio visual melalui metakognitif terhadap pelajaran PAI SMP Al
Falah, penelitian tersebut menyatakan bahwa :
a. Pembelajaran dengan bantuan media audio visual sangat efektif, ini
ditujukkan dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
penulis tetapkan dalam rencana programpengajaran atau
mencukupinya waktu yang disediakan untuk proses pembelajaran.
Tercapainya tujuan pembelajaran dapat diketahui melalui hasil uji
kogitif dan wawancara terhadap siswa.
b. Proses metakognitif siswa yang yang belajar melalui media audio
visual dilakukan dengan cara memotivasi diri sendiri,
konsentrasi/memokuskan perhatian. Mengolah informasi,
mengingat dan memberikan umpan balik, dengan melakukan
tahapan-tahapan tersebut maka pengetahuan akan diperoleh oelh
siswa yang sedang belajar.
c. Siswa yang memiliki kemampuan metakognitif akan lebih mandiri
dalam belajar, kreatif, dan mampu mengeksplorasi pengetahuan
tanpa batas.32

31
Ahmad Jaenudin, “Metakognitif Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam melalui Metode Problem solving “, Skripsi pada FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h.67-68., tidak dipublikasikan.
32
Abdillah, “Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui
Metakognitif Terhadap PelaJaran PAI Di SMP Al-Falah, Skripsi dari FITK, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, h.70-71, 2011
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Dalam usaha memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian
ini, penulis melakukan observasi secara langsung yang akan dilaksanakan
di MAN 16 Jakarta yang beralamat di Jalan Jl. Kamal Raya No.3 Tegal
Alur Jakarta Barat.
B. Latar Penelitian
1. Latar
a. Latar Fisik
MAN 16 Jakarta berada di tengah-tengah perkampungan
penduduk. Lokasi untuk menjangkau sekolahnya pun sangat strategis,
dapat dirempuh dengan jalan kaki, naik angkot ataupun dengan naik
ojek. Bangunan sekolah merupakan bangunan pemerintah yang berdiri
sejak 2009. Dari tahun ketahun selalu bertambah jumlah gedungnya
agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar.
Terdapat bagian depan gedung sekolah ada sebuah pagar sebagai
pintu utama untuk masuk kedalam sekolah. Dibagian depannsekolah
terapat satu pos satpam, kemudian tidak jauh dari pos satpam terdapat
masjid yang lumayan besar untuk para siswa-siswi MAN 16, juga
guru-guru nya. Ada pula 4 kolam ikan ternak hasil budi daya siswa-
siswi Man 16. Dibagian gedung yang Terdiri dari tiga lantai, lantai
terdapat ruang kepala sekolah, ruang guru-guru dan staf TU, lantai
kedua gatau, lantai ketiga gatau juga Adapun jumlah kelas secara
kesluruhan berjumlah 13 kelas dan berjumlah 636 siswa.
b. Latar Sosial
Lingkungan sosial yang tercipta di MAN 16 Jakarta ini cukup
harmonis dan religious. Hal ini dapat dilihat dengan adanya hubungan
baik antara guru dan kepala sekolah. semua menjalankan masing-
masing tugasnya dengan sangat baik. Bahkan kepala sekolah sering

25
26

mengontrol dan berbincang-bincang kepada guru-guru dan karyawan


sekolah. hal yang sama juga dilakukan kepada para siswa nya suasana
yang harmonis dan humoris sungguh sangat jelas terlihat, tidak ada
batas kepala sekolah dengan siswa melainkan seperti seorang anak
dengan orangtuanya.
Kegiatan keagamaan di MAN 16 Jakarta ini sangat baik, karena
siswa setiap hari diwajibkan untuk sholat dhuha disekolah di sela-sela
istirahat pertama, di istirahat kedua siswa sholat dzuhur berjamaah
yang diimami langsung oleh guru, disini sangat terlihat sekali guru
menjadi suri tauladan untuk siswa-siswa nya. Sebelum memulai
pelajaran siswa dibiasakan untuk tadarus secara berjamaah yang di
pimpin oleh siswa, dan yang memimpin tadarus itu diatur secara
bergantian setiap harinya.
Kemudian kedisiplinan staf pengajar MAN 16 Jakarta patut
dibanggakan. Misalnya, ketika siswa terlambat datang ke sekolah
dihukum sesuai dengan waktu keterlambatannya, terlambat lima menit
hukumannya membersihkan halaman sekolah, membersihkan
perpustakaan ataupun membersihkan kamar mandi. Begitupun ketika
bel sekolah berbunyi maka guru yang satu dengan guru yang lain
saling mengingatkan untuk masuk kelas dan segera menjalankan
tugasnya. tidak hanya guru tetapi siswa pun ketika bel berbunyi harus
segera masuk kedalam kelas, apabila terlambat maka ada hukuman
tertentu untuk siswa tersebut.
Kedisiplinan di MAN 16 Jakarta ini juga sangat terlihat pada
kedisiplinan dan kelengkaoan alat sekolah. Siswa tidak diisinkan
membawa handpone, seragam sekolah diwajibkan memakai baju yang
rapih. Seluruh siswa diwajibkan memakai seragam dari sekolah,
begitupun dengan jilbab sekolah untuk perempuan sudah disediakan
oleh sekolah agar seluruh siswa menjadi selaras. Untuk siswa laki-laki
diwajibkan memakai dasi begitupun dengan tujuan yang sama agar
terlihat rapih dan selaras.
27

c. Entri
Peneliti masuk pertama kalinya saat observasi awal yakni di bulan
November 2014. Kepala Sekolah MAN 16 Jakarta sangat menyambut
dengan senang hati atas kehadiran peneliti. Guru-guru serta staf-staf
yang lain pun memperlihatkan sikap yang sangat ramah dan membantu
peneliti dalam proses penelitian, sehingga sangat mempermudah dalam
proses penelitian untuk mengenal lebih dalam siswa dan kemudahan
dalam memperoleh informasi yang terkait dengan penelitian.
C. Metode Penelitian
Didalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian dengan metode
kualitatif, dan pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode
deskriptif. Yaitu penelitian yang bermaksud untuk menggambarkan
tentang suatu variabel gejala atau keadaan apa adanya, dan tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu.1 Adapun menurut. E Kristi
Poerwandari menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif sampel tidak
diambil secara acak tetapi justru dipilih mengikuti kriteria tertentu.2
Menurut Bodgan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J Moloeng
mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 3
Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Riset ini tidsk
mengutamakan besar populasi atau sampling, bahkan populasi atau
samplingnya sangat terbatas.4Adapun penulisan skripsi ini, penulis
mengacu kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan

1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet.10,
h.234
2
E. Kristi Poerwanari, Pendkatan kualitatif dalam penelitian psikologi, (Jakarta:
LP3ES, 1998), Cet.1,h.102
3
Lexy J.Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.2000), h.3
4
Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008),
h.56
28

oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam


Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
1. Tahap Pra Lapangan
Langkah pertama yang peneliti lakukan adalah membaca
situasi sekolah, kondisi yang terjadi saat ini disekolah untuk
pengamatan awal adalah, sebagian siswa dalam proses
pembelajaran dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari, serta menunjukkan prestasi yang baik dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Maka dari itu peneliti tertarik
untuk meneliti tentang metakognitif dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Dengan difokuskan pada proses
pembelajaran siswa didalam kelas, dan persiapan siswa dalam
mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Aapun
beberapa tahapan yang peneliti lakukan dalam hal ini adalah :
a. Menyusun Rencana Penelitian
Rencana penelitian yang akan dilakukan peneliti lakukan
sesuai dengan apa yang telah di tulis dalam bab I (penahuluan)
yakni Metakognitif Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di MAN 16 Jakarta. Adapun fokus penelitian ini
adalah bagaimana keadaan metakognitif siswa pada mata
pelajaran pendidikan agama islam, pada pemahaman materi
fakta, konsep dan prosedur dalam Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
b. Memilih Lapangan Penelitian
Lokasi yang dipilih oleh peneliti adalah MAN 16 Jakarta,
peneliti memilih lokasi ini, karena lokasinya yang strategis dan
mudah dijangkau. Selain itu sekolah ini merupakan salah satu
sekolah unggulan di Jakarta, agar memperoleh data-data dan
hasil penelitian yang baik.
29

c. Mengurus Perizinan Penelitian


Sebelum peneliti melakukan penelitian di MAN 16 ini,
peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada dosen
pembimbing, setelah itu peneliti membuat surat izin penelitian,
setelah surat izin penelitian disetujui oleh Ketua Jurusan
Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, kemudian peneliti membawa dan
menyerahkan surat tersebut kepada pihak MAN 16 Jakarta
barat.
2. Tahap Lapangan
a. Memahami Latar Lapangan dan Pemahaman Diri
Peneliti harus mulai memahami situasi dan kondisi di MAN 16
Jakarta dan menyiapkan diri sepanuhnya. Penampilan fisik yang
baik serta berprilaku yang menyesuaikan dengan norma-norma,
niilai-nilai, kebiasaan serta adat istiadat yang ada di MAN 16
Jakarta ini.
b. Memasuki Lapangan
Ketika peneliti sudah berada dilapangan, peneliti berupaya
untuk membentuk hubungan yang akrab, terbuka dan saling
mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan
lagi, dan apabila hubungan tersebut sudah tercipta dengan baik,
maka diharapkan informasi yang diperoleh akurat.
c. Berperan Serta Mengumpulkan Data
Peneliti ikut serta dalam dalam penelitian ini sebagai bagian
dari penelitian. Dalam hal ini peneliti turut serta membantu guru
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar
mengajar.di dalam kelas. Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti
melaksanakan pengumpulan data dengan dengan menerapkan
teknik pengamatan secara langsung, wawancara, dan lain-lain
dengan menggunakan alat bantu seperti Handphone
30

D. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan
suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah,
oleh karena itu, pengumpulan data mutlak diperlukan dalam suatu
penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini meliputi :
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu pengumpulan data penelitian
yang memiliki peranan cukup banyak dalam menemukan masalah-
masalah yang ingin diperoleh di lokasi penelitian. Observasi diarahkan
pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang
muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam
fenomena tersebut.5
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara
langsung, pengamatan yang berstruktur, dan berperan serta secara
lengkap. Pengamatan langsung adalah cara mengumpulkan data
yangdilakukan melalui pengamatan pencatatan gejala-gejala yang
tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada
tempat dimana suatu peristiwa keadaan atau situasi terjadi.
Pengamatan yang berstruktur adalah pengamatan yang dilakukan
peneliti dimana peneliti telah mengetahui aspek apa dari aktifitas yang
relevan dengan masalah serta tujuan penelitian.6
2. Wawancara
Wawancara aalah saah satu teknik penelitian dengan cara
mengadakan tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung.7 Dan tatap muka antara penelitian (interviwer)
dengan yang diteliti (interviewe). wawancara ini dilakukan kepada
pihak-pihak yang ada kaitannya dengan penelitian skripsi ini.Adapun

5
Op.cit,h.62
6
Moh Nazir, Metode Penelitian , (Jakarta: GhaliaIndonesia, 1983), h.219
7
Husaini Usman & Purnomo Setiady Akbar , Metodologi penelitian
sosial,h.55
31

wawancara dengan siswa, dilakukan pada siswa dan siswi kelas XI


IPA yang berjumlah 38 siswa, terdiri ari 11 siswa laki-laki, dan 27
siswi perempuan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu bahan tertulis atau terfilemkan yang
dijadikan sebagai data dalam suatu penelitian. Dokumentasi dapat
berupa rekaman, gambar, arsip, dan lain-lain.8 data tersebut dapat
dijadikan sebagai penunjang dan pelengkap data yang dihasilkan
dalam penelitian.
Dokumentasi yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini berupa
foto-foto, rekaman dan hasil transkip wawancara yang dilakukan oleh
peneliti kepada objek-objek penelitian yang terkait dengan penelitian
ini
E. Pengecekan Keabsahan Data
1. Kredibilitas (Credibility)
Kredibilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran
dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian
harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan ari
responden sebagai informan.9
Dalam hal ini ada beberapa cara yang dilakukan, diantaranya
adalah :
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan adalah lamanya keikutsertaan
peneliti pada latar penelitian. dengan perpanjangan pengamatan ini
diharapkan agar hubungan peneliti dengan nara sumber akrab,
tidak ada jarak lagi, terbuka dan saling mempercayai sehingga
tidak ada lagi informasi yang disembunyikan lagi.10 Apabila telah

8
A. Chaedar Alwashilah , Pokoknya Kualitatif, (Jakarta: Pustaka
Jaya,2011), h.111.
9
Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistic Kualitatif, (Bandung:
Trsito,1988), h.126
10
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kualitatif,
(Bandung : Alfabeta, 1988), h. 369
32

terbentuk dan terjalin keakraban hubungan ini, maka kehadiran


peneliti tidak akan dianggap mengganggu lagi tehadap tempat
penelitiannya.
Dalam rangka memperoleh hubungan keakraban ini, peneliti
ikut serta dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan penelitian
ini. Keikutsertaan peneliti terhadap pengamatan ini mulai dari 14
November 2014 sampai dengan 16 Desember 2014.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bertujuan menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
atau isu yang sedang dicari, dan kemudian memusatkan diri pada
hal-hal tersebut secara rinci.11 Dengan kata lain bahwa ketekunan
pengamatan adalah melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.12
Dalam ha ini, peneliti berusaha mempelajari dan menelaah
setiap data yang diperoleh secara rinci dan teliti, sehingga bisa
fokus pada suatu titik permasalahan. Dalam rangka meningkatkan
ketekunan pengamatan maka peneliti membaca referensi maupun
hasil-hasil penelitian ataupun dokumentasi-dokumtasi yang terkait
dengan temuan penelitian.
c. Triangulasi
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah
pemeriksaan menggunakan sumber lainnya.13 Pada penelitian ini,
penulis membandingkan data yang di peroleh dari observasi
dengan hasil wawancara beberapa siswa dan guru dalam rangka
11
Lexy. J Moleong, op. cit , h.177
12
Sugiyono. op.cit, h.124
13
ibid, h.334
33

membantu peneliti dalam meningkatkan derajat kepercayaan data


yang di peroleh. Melalui pengecekan tersebut ternyata data yang
diperoleh penulis terdapat banyak persamaan dengan pernyataan
beberapa sumber yang diwawancarai.
d. Diskusi Teman Sejawat
Dalam hal ini peneliti melakukan diskusi analitik dengan
beberapa teman sejawat diantaranya, Eva Faujiyah, Nurfauziah,
Fitri handayani, Widya Rafika, Deby Utami Rizki, Fadli Mart
Gultom S.Pd.I, dan teman-teman kelas A angakatan 2010 lainnya
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, mengenai hal-hal yang
terkait dengan metode penelitian, metode penelitian apa yang tepat
dalam penelitian ini, instrumen wawancara dan lain-lain.
Dengan melakukan sebuah diskusi yang sering dilakukan oleh
peneliti ini, diharapkan peneliti bisa bersikap terbuka dalam
mengungkapkan peristiwa yang terjadi, mampu bersikap jujur dan
lapang dada dalam menerima kritik dan saran dari teman-teman
sejawat.
e. Kecukupan Referensi
Kecukupan referensi disini artinya adanya data pendukung
untuk membuktikan dat yang telah ditemukan dilapangan. Sebagai
contoh, hasil wawancara perlu didukung dengan rekaman hasil
wawancara. Data tentang interaksi manusia atau gambaran suatu
keadaan perlu didukung oleh foto-foto.14
Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan alat-alat bantu
perekam data melalui Handphone, Camera SLR untuk kualitas
hasil foto prnrlitian yang baik, penggunaan alat bantu ini juga
bertujuan untuk mendukung kredibilitas data yang ditemukan di
lapangan.

14
ibid, h.375
34

F. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian data kualitatif Bodgan dan Biklen yang dikutip
dalam buku Sugiyono menjelaskan bahwa teknik analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperolah
melalui hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain
sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.15
Sedangkan Lexy J Moleong menjelaskan bahwa teknik analisis
data adalah proses mengorganisaikan dan data kedalam pola, kategori
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa pekerjaan analisis data adalah mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan
mengatagorikannya. Pengorganisasian dan pemgolahan data tersebut
bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat
menjadi teori substansif.16 Dengan demikian, analisis data disini adalah
proses pemberian makna kepada data yang diperoleh dari lapangan
dengan melakukan pengaturan, pengelompokkan, mengurutkan dan
sebagainya sehingga data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan
diharapkan dapat menghasilkan teori baru.
Setelah proses pengumpulan data (Observasi, Wawancara dan
Dokumentasi), dilakukan pengkodingan dan dikelompokan. Dalam
penelitian kualitatif data coding atau pengodean data memegang
peranan penting dalam proses analisis data, dan menentukan kualitas
abstraksi data hasil penelitian.Salah seorang sosiolog bernama Anselm
Strauss pernah mengatakan demikian “Setiap peneliti yang
berkeinginan untuk menjadi mahir dalam melakukan analisis kualitatif,

15
Sugiyono.Op.cit.334
16
Lexi.J.Moloeng, op.cit, h.3
35

harus belajar mengodekan data dengan baik dan mudah. Keunggulan


penelitian sebagian besar terletak pada keunggulan pengodean data”.17
Akan tetapi, dalam berbagai literatur mengenai penelitian
kualitatif di indonesia, tidak banyak orang yang membicarakan tata
cara atau teknik-teknik dalam pengodean, meskipun pengodean
merupakan hal yang penting dalam proses analisis.18 Karenanya
langkah penting pertama sebelum analisis dilakukan adalah
membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding
dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data
secara lengkap dan mendetil sehingga data dapat memunculkan
gambaran tentang topik yang yang dipelajari. Dengan demikian pada
gilirannya peneliti akan dapat menemukan makna dari data yang
dikumpulkannya.19
Penulis melakukan teknik analisis data dengan langkah-langkah
sebagai berikut. Pertama, data pendukung dan data utama
ditranskripkan. Kemudian, transkip yang diperoleh dari hasil
wawancara diseleksi dan diserahkan dengan menggunakan kategorisasi
atau pengkodingan agar mempermudah proses pengklasifikasian.
Selanjutnya hasil kategorisasi tadi dideskripsikan, diterjemahkan dan
dianalisa dan memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian.
G. Deskripsi Data
1. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian kualitatif dipahami sebagai data yang tidak
bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.20 Data dalam
penelitian kualitatif bukanlah berbentuk berdasarkan tabel angka-
angka atas hasil pengukuran atau penilaian secara langsung yang mana
dianalisis secara statistik. Data kualitatif adalah data yang berupa

17
http://josephrdaniel.wordpress.com/2013/08/16/coding-sebuah-proses-
penting-dalam-penelitian-kualitatif/
18
Ibid.
19
E. Kristi Poerwanari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi,
(Jakarta: LP3ES, 1998), Cet.1,h.102
20
A.Chaedar Al washilah, Pokoknya Penelitian Kualitatif ,(Jakarta:Pustaka Jaya,
2011), h.105
36

informasi kenyataan yang terjadi di lapangan, Dan Menurut Lexy J.


Moleong menyebutksn bahwa, sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan sedangkan data tertulis, foto,
rekaman, dan statistik adalah data tambahan.21
a. Data Utama
Data utama berupa kata-kata yang diperoleh peneliti mulai dari
wawancara dan data yang diperoleh melalui observasi. Langkah
pertama peneliti melakukan wawancara dilaksanakan dengan pihak
yang terkait, yaitu semua warga sekolah di MAN 16 Jakarta,
diantaranya siswa dan siswi kelas XI IPA I Dalam memilih dan
memanfatkan sumber informasi yang akan diperoleh dari seorang
informan, perlu ditentukan bahwa seorang informan adalah orang-
orang yang mengetahui tentang situasi dan kondisi daerah atau
lingkungan penelitian, jujur, terbuka, dan mau memberikan data yang
benar dan akurat. Langkah kedua, Observasi atau pengamatan secara
langsung. Data yang dikumpulkan yaitu data mengenai Metakognitif
Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MAN 16
Jakarta.
b. Data Tambahan
Data tambahan yakni berupa sumber tertulis dan dokumentasi.
Sumber tertulis ini berupa data-data yang diperoleh dari MAN 16
Jakarta. Seperti format program tahunan, profil sekolah, keadaan guru,
keadaan siswa, sarana dan prasarana yang ada di MAN 16 Jakarta.
Sedangkan dokumentasi seperti foto-foto, dan rekaman untuk
penunjang data-data yang diperoleh dari MAN 16 Jakarta agar
diterima keabsahannya.
2. Gambaran Subjek
a. Karakteristik
Berikut adalah tabel yang dapat menggambarkan karakteristik
umum dari seluruh subjek penelitian ini.

21
Lexi J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1988), h.110
37

Tabel 3.1

Jenis
No Nama Kelas
Kelamin
Andhika Yuda Pratama L XI
1.
IPA 1
Muhammad Ibathul Azizi L XI
2.
IPA 1
Dwi Lestari P XI
3.
IPA 1
Ulfa Suci Rahayu P XI
4.
IPA 1

b. Gambaran Diri Subjek


Adapun siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
siswa yang secara sukarela yang mempunyai keinginan sendiri untuk
membantu peneliti didalam penelitian ini. Siswa-siswa yang diambil
bervariasi dari latar belakang yang berbeda-beda.
Subjek yang pertama ia beralamat di daerah Tegal Alur Jakarta
Barat dan mempunyai seorang bapak yang bekerja di sebuah kantor
keagamaan, dan mempunyai seorang ibu yang berprofesi seorang guru
sekolah dasar di daerah Tegal Alur. Informan ini adalah anak pertama
dari dua bersaudara, selain menuntut ilmu di MAN 16 ini ia juga aktif
dakam kegiatan OSIS dan ekstrakulikuler bidang olahraga yaitu tenis
meja.22
Selanjutnya informan yang menjadi subjek kedua adalah informan
yang bertempat tinggal didaerah Kosambi Jakarta Barat. Ia mempunyai
seorang bapak yang bekerja sebagai wirausahawan dan mempunyai
seorang ibu sebagai ibu rumah tangga. Informan aalah anak ketiga dari
empat bersaudara. Ia tidak terlalu aktif dalam kegiatan osis karena
bukan salah satu anggota osis, akan tetapi ia sangat aktif didalam
ekstrakulikuler rohis. Dan ia juga pernah menjadi juara pertama lomba

22
Hasil Wawancara dengan Informan 1 (Andhika), siswa kelas XI IPA I MAN
16 Jakarta, Pada Hari Senin tanggal 24 November 2014.
38

MTQ se-jakarta barat, sungguh prestasi yang luar biasa. Selain belajar
ilmu agama di MAN 16 ini, ia juga rajin mengaji dirumahnya. Setiap
malam ia rutin mengaji bersama teman disekitar rumahnya, bahkan
apabila ada hal yang kurang ia pahami sekitar pelajaran agama, ia
selalu menanyakan kembali kepada guru mengajinya tersebut.23
Adapun informan selanjutnya yang beralamat di Prepedan Dalam
Jakarta Barat, ia anak kedua dari dua bersaudara. informan mempunyai
bapak seorang yang bekerja di kantor dan mempunyai ibu seorang ibu
rumah tangga. Ia tidak aktif dalam kegiatan OSIS dan tidak aktif pula
dalam kegiatan ekstrakulikuler. Informan termasuk siswa yang pandai
bergaul, bahkan dengan peneliti pun ia sangat akrab sekali seperti
sudah kenal lama. Ia adalah anak ketiga dari lima bersaudara.
Menurutnya mengikuti ekstrakulikuler itu harus dari hati, karena ia
tidak mempunyai keimginan jadi ia tidak mengikuti ekstrakulikuler
tersebut, ia hanya mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik,
menurutnya belajar dengan sebaik mungkin itu sudah lebih dari cukup.
Informan selanjutnya beralamat di Jl Rawa Melati Jakarta Barat,
dan juga pernah mengikuti kegiatan OSIS, dan selain belajar agama di
sekolah ia juga aktif mengikuti pengajian di rumah, bahkan ia sudah
belajar menjadi pendidik di pengajian tersebut, ia dipercaya untuk
mengajar anak-anak kecil. Informan adalah anak tunggal dan
mempunyai ayah seorang Guru mengaji dan bekerja sebagai penghulu
dan mempunyai ibu seorang Guru ngaji pula, beliau memimpin salah
satu pengajian ibu-ibu dirumahnya. Dari rumah ke sekolah ia naik
angkot kira-kira 200 meter ke sekolah, tak jarang ia jalan kaki karena
aerah sekitar sekolah sering sekali macet. ia salah satu siswa yang aktif
dalam kegiatan OSIS dan aktif dalam ekstrakulikuler rohis khususya
dalam bidang MTQ dan Marawis, menurutnya kedua ekskul tersebut
itu adalah hobinya, jadi ia mengikuti ekstrakulikuler tersebut sangat

23
Hasil Wawancara dengan Informan 2 ( Ibhatul), Siswa kelas XI IPA MAN
16 Jakarta, Pada Hari Senin tanggal 24 November 2014.
39

bersemangat, bahkan ia mempraktikannya dirumah kepada anak-anak


pengajiannya dirumah24.

24
Hasil Wawancara dengan Informan 4 (Dwi), siswa kelas XI IPA I MAN 16
Jakarta, Pada hari Senin tanggal 24 November 2014.
BAB IV

HASIL PENELITIAN
A. MAN 16 Jakarta
1. Sejarah Berdirinya
Sesuai dengan namanya Marasah Aliyah Negeri (MAN) 16 Jakarta
adalah lembaga pendidikan formal setingkat SLTA yang berciri khas
islam. Lembaga ini telah berdiri sejak tahun 2006 yang beralamat di Jl.
Kamal Raya No.3 Tegal Alur Kalideres Jakarta barat yang berhadapan
langsung dengan Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) Jakarta Barat.
Sebelumnya Marasah Aliyah Negeri (MAN) 16 Jakarta kelas jauh
(Kampus B) dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 12 Jakarta. Berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Agama No.49 Tahun 2009 Tanggal 06 Maret
2009, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 16 Jakarta berdiri secara mandiri.
Pada tanggal 10 November 2009, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 16
Jakarta memperoleh akreditasi A dari badan Akreditasi Provinsi
Sekolah/Madrasah Provinsi DKI Jakarta. Di MAN 16 Jakarta ini sama
dengan SMA yang lain mempelajari banyak ilmu pengetahuan umum,
akan tetapi disini menambahkan mata pelajaran-pelajaran Agama Islam
yang tidak diajarkan secara lebih mendalam di SMA pada umumnya.
Di MAN 16 Jakarta menyelenggarakan pembelajaran dengan Sisrem
Kredit Smester (SKS) dan juga menerapkan model mooving class. MAN
16 Jakarta ini didirikan sebagai suatu wujud serta dalam pembangunan
generasi muda dan kepedulian dalam meningkatkan mutu pendidikan, baik
dibidang IPTEK maupun IMTAQ. Para siswa dibekali keterampilan
melalui adanya penyaluran minat dan bakat sebagai bekal dimasa
mendatang dalam rangka era globalisasi MAN 16 Jakarta menjadi
alternatif yang memiliki pengalaman penting dalam pendidikan,
pembentukan watak, kepribadian dan kualitas bangsa yang akan datang.
Disini siswa-siswinya dipersiapkan mental dan spiritualnya ke arah
yang lebih positif dengan penekanan keagamaan yang baik, agar mereka
dapat menyeimbangkan antara kehidupan duniawi dan yang tak kalah

40
41

pentingnya kehidupan ukhrawi nanti. Semoga dengan adanya


keseimbangan keilmuan ini mereka lebih dapat terkontrol dan mandiri.1
2. Identitas Sekolah
Tabel 4.1
No Identitas Madrasah
1 Nama Madrasah MA Negeri 16 Tegal Alur
2 NPSN 60725012
3 Nomor Statistik Madrasah 131 131 730 004
4 Alamat Madrasah Jalan Kamal Raya No.03
5 Kelurahan Tegal Alur
6 Kecamatan Kalideres
7 Kota Jakarta Barat
8 Provinsi DKI Jakarta
9 Telepon/Fax 021-55963525
10 Email man16jakarta@yahoo.co.id
11 Tahun Bersdiri 2009
12 Luas Tanah 7.851 m2
13 Luas Bangunan 780 m2
14 Luas Halaman 7.071 m2

3. Visi Dan Misi MAN 16 Jakarta


a. Visi
Terwujudnya lulusan yang religius, mandiri dan kompetitif.
b. Misi
1) Mnumbuhkembangkan kebiasaan pengamalan ajaran islam dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Meningkatkan motivasi belajar dalam berbagai kondisi yang
dihadapi.

1
Hasil Observasi langsung tanggal 17 November 2014 pada pukul 09:48
42

3) Melaksanakan pelayanan dan pembelajaran yang aktif, inovatif,


kreatif dan menyenangkan sehingga peserta didik apat berkembang
secara optimal.
4) Menumbuhkan semangat bersaing secara sehat kepada seluruh
warga madrasah, baik dalam kehidupan akademik maupun non
akademik.2
4. Keadaan Siswa, Guru dan Staf
a. Keadaan Personil
Dalam melaksanakan visi dan misinya, Madrasah Aliyah Negeri 16
Jakarta dipimpin oleh Kepala Madrasah dan dibantu oleh 3 (tiga) orang
Wakil Kepala Madrasah.
1) Kepala Madrasah
Nama : Samsurial, S.Pd
Tempat, Tgl. Lahir : Padang, 13 Januari 1972
NIP : 197201132000121001
Pangkat/Golongan : Pembina ( IV a )
Pendidikan Terakhir : S1 UNJ, Tahun 2000.
2) Wakil Kepala Madrasah
a) Bidang Kurikulum
Nama : Aceng Solihin, MA
NIP : 197909202005011010
Pangkat/Golongan : Penata ( III c )
Pendidikan Terakhir : S2 UIN Jakarta, Tahun 2008.
b) Bidang Kesiswaan
Nama : Drs. Kandi Yunus, M.Pd
NIP : 196703041998031003
Pangkat/Golongan : Pembina ( IV b )
Pendidikan Terakhir : S2 UHAMKA, Tahun 2008.
c) Bidang Humas, Sarana dan Prasarana
Nama : Wido Prayoga, S.Pd

2
Hasil Observasi Langsung tanggal 24 November 2014 pukul 10.10
43

NIP : 198004162005011005
Pangkat/Golongan : Penata ( III c )
Pendidikan Terakhir : S1 UNS, Tahun 2003.3
3. Pendidik
Pada Tahun Pelajaran 2014/2015 ini, Madrasah Aliyah Negeri 16
Jakarta memiliki 32 orang pendidik, 11 orang PNS dan 21 orang
Honorer. Adapun datanya sebagai berikut :
Tabel 4.2
No Nama Pendidikan Status Mengajar
Terakhir
1 Samsurial, S.Pd S1 PNS Fisika
2 Drs. Kandi Yunus, S2 PNS Pkn
M.Pd
3 Dra. Umi Hani S1 PNS Fikih
4 Aceng Solihin, MA S2 PNS Bahasa Arab
5 Wido Prayoga, S1 PNS Sejarah
S.Pd
6 Idris, M.Pd S2 PNS Ekonomi
7 Titik Munti’ah R, S2 PNS Fisika
M.Pfis
8 Sri Wahyuni S2 PNS Seni dan
M,MM Budaya
9 Nony Priany, S.Pd S1 PNS Matematika
10 Yeyet Rustini, S.Pd S1 PNS Kimia
11 Ibakhta Padlan, S.E S1 PNS Ekonomi
12 Sayudi, S.Pd.I S1 Honorer Akidah Akhlak
13 Widiastuti, S.Pd S1 Honorer Matematika
14 Suryanto, S.Pd S1 Honorer Penjaskes
15 Siti Marwiyah, S1 Honorer Biologi

3
Arsip Tata Usaha MAN 16 Jakarta
44

S.Pd
16 Dra. Endang S1 Honorer Bahasa
Suhartini Indonesia
17 Ahmad Nasrullah, S1 Honorer Bahasa Inggris
S.Pd
18 Intan Nurul S1 Honorer Geografi
Imamah, S.Pd
19 Corina Rosalina, S1 Honorer Bahasa Jepang
S.Pd
20 Ana Dwi S1 Honorer Bahasa
Kuntowati, S.Pd Indonesia
21 Musayyib, S.Pd.I S1 Honorer Hadits
22 Masyitoh, S.Pd S1 Honorer BK
23 Akhmad Sigit S1 Honorer Bahasa Arab
Ilhami, S.Pd.I
24 Mauwah, S.Ag S1 Honorer Al-Qur’an
Hadits
25 Fathurrahman, S.S S1 Honorer Tafsir
26 Ahwan Yanuar R, S1 Honorer Fikih
S.Pd.I
27 Nurman Arifin, S1 Honorer Biologi
S.Pd
28 Ahmad Sobari, S1 Honorer Pkn
S.Pd
29 Dede Kurniasih, S1 Honorer Sosiologi
S.Pd
30 Ika Wirna, S.Pd S1 Honorer Bahasa
Indonesia
31 Indah Wijayanti, S1 Honorer TIK
S.Pd
45

32 Nur Mashlihah, S.P S1 Honorer Bahasa Inggris

4. Tenaga Kependidikan
Pada Tahun Pelajaran 2014/2015 ini, Madrasah Aliyah Negeri 16
Jakarta memiliki 15 orang tenaga kependidikan, 5 orang PNS dan 10
orang Honorer4. Adapun datanya sebagai berikut :
Tabel 4.3

Pendidikan Jabatan
No Nama Status
Terakhir

1 Hj. Nurhalidah, Kepala Tata


S.Ag S1 PNS Usaha

2 R. Siti Nurul
S1 PNS Bendahara
Sa'adah, S.Ag

3 Saefudin,
S1 PNS Staf
S.Pd.I

4 Idha Farida SMA PNS Staf

5 Ismail, S.IP S1 PNS Staf

6 Iwan Munawar,
S1 Honorer Staf
S.Pd

7 Ahmad R.
S1 Honorer Staf
Romdoni, S.Pd

8 Sri Hadi, S.Pd S1 Honorer Staf

4
Ibid.
46

Pendidikan Jabatan
No Nama Status
Terakhir

9 Jaji Jamjuri Cleaning


SMA Honorer Service

10 Usman Cleaning
SMA Honorer Service

11 Siti Ngatiroh SD Honorer Pramusaji

12 Nasrul
SD Honorer Tukang Kebun
Mu’minin

13 Kusen Cleaning
SD Honorer Service

14 Rusno Cleaning
SD Honorer Service

15 Rina SMK Honorer Pramusaji

d) Keadaan Siswa
Tabel 4.4
Jenis Kelamin
No Kelas Jumlah
L P
1 X MIA 1 10 30 40
2 X MIA 2 10 16 26
3 IIS 1 17 23 40
4 IIS 2 16 24 40
5 IIS 3 16 24 40
47

6 IIK 1 22 18 40
Total 91 135 226

Tabel 4.5
Jenis Kelamin
No Kelas Jumlah
L P
1 XI IPA 1 11 27 38
2 XI IPA 2 11 27 38
3 XI IPS 1 18 16 34
4 XI IPS 2 20 14 34
5 XI IPS 3 19 17 36
6 XI IPS 4 19 17 36
7 XI AG 1 13 23 36
Total 111 141 252

Tabel 4.6
Jenis Kelamin
No Kelas Jumlah
L P
1 X 91 235 226
2 XI 111 141 252
3 XII 63 95 158
Subtotal 265 371 636

e) Keadaan Orang Tua/ Wali Peserta Didik


Tabel 4.7
Kelas
No Pendidikan Jumlah %
X XI XII
1 S2 20 15 3 38 7,9
2 S1 111 85 16 213 44,4
48

3 Diploma 40 20 9 69 14,4
4 SMA/MA 70 30 14 11 23,7
5 SMP/MTS 18 6 5 29 6,0
6 SD/MI 10 5 2 17 3,6
Tidak Tamat
7 0 0 0 0 0,0
Sekolah
Jumlah 269 161 50 480 100

5. Kerjasama Dengan Pihak Luar


Untuk mewujudkan tujuan-tujuan madrasah, seperti yang tersirat
dalam visi dan misi, terutama dalam bidang akademik, MAN 16
Jakarta menjalin kerja sama dengan Balai Latihan Kerja Daerah
Provinsi DKI Jakarta dalam wujud pembelajaran/pelatihan/kursus
keterampilan yang menunjang untuk hidup bermasyarakat atau dunia
kerja. Di samping itu, MAN 16 Jakarta juga bekerja sama dengan
PRIMAGAMA dalam bentuk Bimbingan Belajar Intensif, khusus
untuk kelas XII yang akan menghadapi Ujian Nasional, pada mata
pelajaran yang diujikan secara nasional.
6. Prestasi Yang Diraih Madrasah
1. Prestasi Akademik
a. Tahun Pelajaran 2009/2010
1) Lulus UN 100%.
b. Tahun 2010/2011
1) Lulus UN 100%.
c. Tahun 2011/2012
1) Lulus UN 100%.
2) Juara III OSM Mata Pelajaran TIK tingkat Propinsi DKI Tahun
2012.
3) Juara Harapan I OSM Mata Pelajaran Astronomi Tingkat DKI
Tahun 2012.
49

4) Juara Harapan II OSM Mata Pelajaran Astronomi Tingkat DKI


Tahun 2012.
d. Tahun 2012/2013
1) Lulus UN 100%.
e. Tahun 2013/2014
1) Lulus UN 100%.
2. Prestasi Non Akademik
a. Tahun Pelajaran 2009/2010
1) Juara I MTQ Tingkat SMA Se-Jakarta Barat, dalam rangka
Hari Pendidikan Nasional, Penyelenggara SMAN 33.
2) Juara I PBB Tingkat MA se-Provinsi Jakarta, dalam rangka
Maulid Nabi Muhammad SAW, Penyelenggara Kanwil
Kemenag DKI Jakarta & DKM Istiqlal.
3) Juara I Memasak Selera Nusantara Tingkat MA se-Provinsi
Jakarta, dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW,
Penyelenggara Kanwil Kemenag DKI Jakarta & DKM
Istiqlal.
4) Juara II MTQ Putri Tingkat MA se-Provinsi Jakarta, Maulid
Nabi Muhammad SAW, Penyelenggara Kanwil Kemenag
DKI Jakarta & DKM Istiqlal.
5) Juara Harapan I MTQ Tingkat Pelajar MA Kota Jakarta
Barat, dalam rangka Hari Amal Bakti Kemenag,
Penyelenggara Kankemenag Kota Jakarta Barat.
6) Juara Harapan II Gerak Jalan Putra Tingkat Pelajar MA
Kota Jakarta Barat, dalam rangka Hari Amal Bakti
Kemenag, Penyelenggara Kankemenag Kota Jakarta Barat.
7) Juara Harapan II Marawis Tingkat Pelajar MA Kota Jakarta
Barat, dalam rangka Hari Amal Bakti Kemenag, Penyelenggara
Kankemenag Kota Jakarta Barat.
50

b. Tahun Pelajaran 2010/2011


1) Juara I MTQ Tingkat Provinsi DKI Jakarta, dalam rangka
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Penyelenggara
Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta dan DKM Istiqlaal.
2) Juara I Masak Selera Nusantara Tingkat Provinsi DKI
Jakarta, dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad
SAW, Penyelenggara Kanwil Kemenag Provinsi DKI
Jakarta dan DKM Istiqlaal.
3) Juara I PBB Tingkat Provinsi DKI Jakarta, dalam rangka
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Penyelenggara
Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta dan DKM Istiqlaal.
4) Juara I MTQ Tingkat SMA Jakarta Barat, dalam rangka
Peringatan Hardiknas, penyelenggara SMA 33 Jakarta.
5) Juara Harapan I MTQ Tingkat Kota Jakarta Barat, dalam
rangka peringatan HAB Kementerian Agama,
penyelenggara Kankemenag Kota Jakarta Barat.
6) Juara Harapan I Marawis Tingkat Kota Jakarta Barat, dalam
rangka peringatan HAB Kementerian Agama,
penyelenggara Kankemenag Kota Jakarta Barat.
7) Juara Harapan II Gerak Jalan Tingkat Nasional, dalam
rangka peringatan HAB Kementerian Agama,
penyelenggara Kementerian Agama Pusat.
c. Tahun Pelajaran 2011/2012
1) Juara I MTQ Tingkat SMA se Jakarta Barat di SMAN 33
Tahun 2012.
2) Juara II MTQ Tingkat SMA se Jakarta Barat – Tangerang di
Pesantren Al-Falah 33 Tahun 2012.Juara III MTQ Tingkat
SMA se Jakarta Barat – Tangerang di Pesantren Al-Falah
33 Tahun 2012.
3) Juara Harapan II Lomba Kreasi Seni Tari Daerah se Prov.
DKI Jakarta dalam Rangka hari Musium se-Dunia 2012.
51

d. Tahun Pelajaran 2012/2013


1) Juara I Lari 400 M Putra AKSIOMA Tingkat MA Se-DKI
Jakarta, Tahun 2013.
2) Juara I Tenis Meja Putra AKSIOMA Tingkat MA Se-DKI
Jakarta, Tahun 2013.
3) Juara I Tenis Meja Putri AKSIOMA Tingkat MA Se-DKI
Jakarta, Tahun 2013.
4) Juara II Lari 400 M Putri AKSIOMA Tingkat MA Se-DKI
Jakarta, Tahun 2013.
7. Sarana dan Prasarana
Sampai saat ini (Tahun Pelajaran 2013/2014) Madrasah Aliyah
Negeri 16 Jakarta memiliki sarana dan pra sarana yang sangat
beragam.5 Adapun sarana dan Prasarana tersebut sebagai berikiut :
Tabel 4.8
NO Nama Ruang Jumlah
1 Gedung 3 Unit
2 Ruang Kelas 14 Lokal
3 Ruang Multimedia 1 Lokal
4 Perpustakaan 1 Lokal
5 Masjid 1 Lokal
6 Labolatorium 1 Unit
7 Lapangan 3 Ruang
8 Sarana Olahraga 3 Buah
9 WC 10 Jenis
10 Ruang Kepala 9 Buah
11 Ruang TU 1 Ruang
12 Ruang Guru 1 Ruang
13 Ruang BK 1 Ruang
14 Jaringan Internet 21 Unit

5
Hasil Observasi Langsung Pada Tanggal 25 November 2014
52

15 Kantin 2 Unit
16 Koperasi 1 Ruang
17 Dapur 1 Ruang

B. Pembahasan
Ada beberapa hasil penelitian yang penting untuk dibahas lebih lanjut.
Dalam pembahasan ini, hail penelitian akan dibahas dengan menganalisis
data berdasarkan kajian pustaka yang telah ada. Pembahasan tersebut
sebagai berikut :
1. Suasana Proses Pembelajaran PAI Siswa MAN 16 Jakarta
Disekolah ini hubungan antara guru dengan murid tidak ada batas,
sangat terlihat sekali ketika seorang siswa yang sedang belajar
khususnya belajar PAI sangat terlihat nyaman, bahkan menurut mereka
guru tersebut adalah guru favorit mereka. Seperti yang telah kita
ketahui, bahwa mata pelajaran PAI di Madrasah Aliyah itu dibagi
kedalam beberapa bagian, diantaranya : Fiqih, Akidah Akhlak, Al-
Qur’an, Tafsir Hadits, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Akan tetapi saat
peneliti meneliti di kelas XI IPA I kebetulan pelajaran PAI kali ini
diajarkan oleh Bapak Sayudi dan beliau mengajar materi Akidah
Akhlak.
Sebelum memulai pembelajaran siswa diwajibkan untuk membaca
ayat-ayat al-qur’an secara bersamaan (tadarus), itu sudah menjadi
rutinitas yang wajib dilakukan oleh semua warga sekolah, baik itu guru
maupun siswanya. Setiap hari siswa secara bergantian memimpin
membaca al-qur’an menggunakan microphone yang berada dikantor
tata usaha, sehingga semua membaca al-qur’an secara bersamaan.
Setelah itu guru memberikan motivasi terhadap siswa, membuat siswa
bersemangat untuk mengikuti proses pembelajaran. Proses
pembelajaran berlangsung sangat baik, Guru membuat suasana kelas
sangat nyaman, dan siswa sangat antusias dalam mengikuti pelajaran
akidah akhlak tersebut. Pembelajaran Akidah Akhlak kali ini
53

membahas tentang adab bertamu, diawal pelajaran Guru memberikan


umpan kepada para siswanya, ia menanyakan kepada siswanya terkait
dengan materi adab-adab bertamu, cara menjadi tamu dan menerima
tamu, kemudian beliau menjelaskan materi tersebut, kemudian beliau
menugaskan siswa-siswinya untuk membuat sebuah drama sederhana
mengeni materi bertamu tersebut.
Selanjutnya Guru membuat 4 kelompok, kelompok tersebut dipilih
secara acak, sehingga semua dapat berbaur satu sama lain. Untuk
mengefisiensikan waktu Guru memberikan waktu kepada siswanya
selama 30 menit untuk membuat sebuah drama yang sederhana
mengenai adab bertamu tersebut. Siswa terlihat sangat aktif sekali,
akan tetapi tidak dapat dipungkiri ada pula siswa yang hanya
menguntungkan siswa yang lain. ketika peneliti perhatikan, ia hanya
duduk santai, sedangkan yang lain sibuk mengerjakan tugas yang
diberikan oleh gurunya secara berkelompok.
Selama siswa mengerjakan tugas drama sederhana tersebut, Guru
mengontrol siswa secara baik, ia menegur siswa yang malas untuk ikut
serta aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok tersebut. Setelah 30
menit kemudian, Guru mengumumkan bahwa hasil kerja kelompok
mereka harus segera dipraktikkan di depan kelas. Mereka mengaku
belum siap untuk menampilkan hasil kerja kelompok mereka tersebut,
akan tetapi mereka harus tetap bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya. Setelah semua
kelompok mempraktikannya di depan kelas, Guru memberikan
apresiasi terhadap seluruh siswamya. Kemudian beliau memberikan
soal latihan untuk mengevaluasi pembelajaran kali ini.
Menurut Guru tersebut beliau memberikan tugas kelompok
tujuannya agar memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengkontruksikan pengetahuan dengan cara menemukan dan
mengalami sendiri secara langsung, ini tentu sangat berkaitan dengan
metakognitif mereka. Adapun praktik langsung yang melibatkan
54

siswanya akan membawa dampak yang baik, siswa akan cepat


memahami materi pelajaran yang diajarkan. Misalnya paa saat
memecahkan masalah terkait dengan adab bertamu, antara Andhika
yang menjadi tamu dan Ibathul yang menjadi tuan rumah sebagai
penerima tamu. Kegiatan ini sangat bermakna, karena Suci selain ikut
serta, ia juga mendapat pelajaran dari kasus-kasus yang telah dipelajari
tersebut.6
2. Metakognitif Siswa Pada Pemahaman Fakta Dalam Materi
Pendidikan Agama Islam
Informan 1, Informan 2, Informan 3 dan Informan 4 menyadari
bahwa belajar Pendidikan Agama Islam pada materi akidah akhlak
(adab-dab bertamu) adalah penting bagi dirinya dan orang lain di
sekitarnya. Hampir sebagian besar dari mereka sangat mengidolakan
mata pelajaran PAI mereka berfikir bahwa belajar PAI itu sangat
bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, bahkan menurut Andhika
dengan belajar agama baik disekolah maupun dirumah itu akan
menambah keimanan kita, dan menjadi pedoman dalam kehidupan
kita.7
Berkaitan dengan materi PAI yang sudah dipelajari dikelas pada
saat peneliti meneliti dikelas tersebut adalah Akidah Akhlak dan
materinya adalah Adab Bertamu. Informan 2 menuturkan bahwa
materi tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupannya karena bertamu
itu adalah kebiasan sehari-hari kita sebagai makhluk sosial dan semua
yang dipelajari dalam materi PAI ada di dalam Al-Qur’an dan Hadits.8
Bahkan ketika ada masalah dalam bertamu dalam kehidupan sehari-
harinya ia dapat mengatasinya dengan baik, ia teringat dengan apa
yang diajarkan oleh gurunya terkait dengan materi adab bertamu.

6
Hasil Wawancara dengan Pak Sayudi (Guru Akidah Akhlak) di kelas XI IPA
I pada tanggal 24 November 2014.
7
Hasil Wawancara dengan Andhika Yudha Pratama siswa kelas XI IPA I pada
tanggal 24 November 2014
8
Op.cit.,
55

Bahkan bukan hanya Informan 1 dan Informan 2 yang merasa


pelajaran dan materi-materi dalam Pendidikan Agama Islam itu sangat
bermanfat untuk kehidupan sehari-harinya, semuanya materi yang
dipelajari ada didalam kehiduapn sehari-harinya. Informan 3 sendiri
mengatakan bahwa ia sering mengajarkan apa yang ia dapat dari hasil
belajar agamanya disekolah kemudian ia ajarkan kembali kepada anak-
anak didik di TPA di tempat ia mengajar mengaji.9 Menurut Informan
3 hampir semua yang ia pelajari di sekolah dapat ia jadikan bahan
untuk mengajar di TPA tersebut, tetapi tetap ada tambahan materi yang
berkaitan dengan materi tersebut.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan Informan 4, ia
mengatakan bahwa dengan belajar PAI disekolah itu sangat nyata ada
dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan mempelajari Pendidikan
Agama Islam disekolah ia dapat mengetahui saja yang dilarang dan
diwajibkan dalam islam, dan itu sangat ada didalam kehidupan sehari-
harinya karena ia sendiri masih melakukan apa yang dilarang oleh
agama islam, misalnya ia sendiri mengaku bahwa kadang ia malas bila
diperintah oleh orangtuanya.10
Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa metakognitif
siswa MAN 16 khusunya pada kelas XI IPA I pada pemahaman fakta
materi Pendidikan Agama Islam mereka sangat baik, sebagian besar
dari mereka menganggap bahwa belajar agama sangat berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari mereka. Fakta yang ada di lapangan atau
di dalam kehidupan sehari-hari dengan apa yang diajarkan dalam kelas
itu sangat sejalan dengan apa yang mereka alami.
3. Metakognitif Siswa Pada Pemahaman Konsep Dalam Materi
Pendidikan Agama Islam
Materi Pendidikan Agama Islam di MAN 16 Jakarta ini cukup
banyak di bagi kedalam beberapa bagia diantaranya, Akidah Akhak,

9
Op.cit.,
10
Op.cit.,
56

Fikih, Hadits, dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan konsep atau
cara yang dibuat oleh siswa sendiri dalam mempelajari Pendidikan
Agama Islam. Dalam hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti setelah dilihat di dalam kelas hampir sebagian besar dari siswa
kelas XI IPA I dapat mempunyai konsep dalam belajar PAI khususnya
dalam materi Akidah Akhlak.
Selanjutnya peneliti mencoba meneliti lebih lanjut mengenai
konsep mereka dalam mempelajari PAI tersebut melalui wawancara.
Wawancara dilakukan pada saat jam pelajaran Akidah Akhlak selesai
mereka pelajari sehingga mempermudah peneliti untuk bertanya terkait
dengan materi yang telah mereka pelajari tersebut. Informan 1
mempunyai konsep belajar di malam hari sebelum materi tersebut
diajarkan oleh Guru Akidah Akhlaknya tersebut, menurutnya apabila
ia mempelajarinya dimalam hari ia akan dapat berinteraksi dengan
baik di dalam kelas ketika mempelajari materi di keesokan harinya.
Selain itu ia juga dapat menanyakan kembali terkait materi yang
kurang difahami kepada guru yang bersangkutan..
Begitupun dengan Informan 2 ia mengatakan bahwa ia
mempelajari materi PAI sebelum materi tersebut diajarkan didalam
kelas. Akan tetapi berbeda dengan Informan 1, Informan 2
mempelajarinya sebelum jam pelajaran tersebut, jadi ia
mempelajarinya di sekolah di dalam kelas. ia mengaku bahwa kegiatan
tersebut adalah kebiasaan yang ia miliki itu keinginan dari dirinya
sendiri. Walaupun materi PAI di sekolah itu cukup banyak Informan 2
tetap mempelajarinya secara keseluruhan dengan konsep yang telah ia
buat yaitu mebacanya sedikit demi sedikit lalu mempraktikkannya
dalam kehidupannya sehari-hari. Ia mempunyai prndapat bahwa jika ia
membaca materi pelajaran sebelum mata pelajaran itu diajarkan oleh
guru itu dapat memantapkan kesiapannya dalam belajar dan ia lebih
57

mengetahui materi mana yang belum ia mengerti agar mudah ia


tanyakan didalam kelas. 11
Kemudian peneliti mencoba mewawancarai Informan 3 karena
dari awal ia sudah antusias ingin membantu peneliti dalam penelitian
ini. Dalam proses observasi didalam kelas maupun diluar kelas peneliti
melihat Informan 3 adalah siswa yang sangat aktif baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Hampir sama dengan Informan 1 ia mempunyai
cara atau konsep belajar sendiri dalam mempelajari Pendidikan Agama
Islam yang diajarkan disekolah. Biasanya Informan 3 mempelajari
materi yang akan diajarkan besok dimalam harinya setelah ia selesai
mengaji dan biasanya ia belajar langsung di tempat ia mengaji, karena
ia berasumsi bahwa jika ada materi yang kurang ia pahami ia dapat
bertanya kepada guru mengajinya tersebut. Tetapi ia lebih menyukai
belajar pada intinya saja misalnya adab bertamu, ia akan
mengembangkan kemampuannya untuk memahami apa itu adab
bertamu, dan apa saja hal-hal yang berkaitan dengan adab bertamu
dengan cara bertanya kepada guru mengajinya tersebut. Ia mengaku
bahwa jarang sekali membaca materi sebelum materi itu dijelaskan
oleh Guru, maka ia lebih menyukai bertanya langsung kepada guru
mengajinya dirumah sebelum keesokan harinya diajarkan langsug oleh
Guru mata pelajaran yang tersebut.
Dalam hal ini Informan 3 mengatakan bahwa membaca buku yang
sudah disediakan oleh sekolah itu terkadang kurang lengkap, ia harus
mencari buku-buku lain di perpustakaan. Dengan cara yang lebih
mudah biasanya ia lebih menyukai internet, ia bisa mencari apapun hal
terkait materi yang sekiranya belum terlalu ia pahami di Internet
tersebut, menurutnya hal ini sangat membantu dan lebih cepat dan
mudah.
Selanjutnya adalah Informan 4, seperti yang telah peneliti uraikan
sebelumnya, sebelum peneliti mewawancarai siswa-siswi MAN 16

11
Op.cit.
58

Jakarta ini khususnya di kelas XI IPA 1, peneliti melakukan observasi


di dalam kelas dan peneliti melihat bahwa Informan 4 termasuk siswa
yang pasif. di dalam proses pembelajaran ia tidak begitu antusias untuk
menangkap umpan yang diberikan oleh Guru, padahal Guru tersebut
dalam proses pembelajaran sangat terlihat kreatif dalam menggunakan
metode atau gaya bicaranya yang membuat siswa-siswi merasa senang,
karena menurut mereka beliau adalah guru yang sangat mengasyikan.
Dari hasil transkip wawancara yang dilakukan peneliti terhadap
Informan 4, ia menyatakan bahwa ia belajar di malam hari itupun jika
ia mempunyai tugas saja, jika tidak ia cukup mempelajarinya ketika ia
belajar di dalam kelas. Ia pun mengakui bahwa tidak mempunyai
konsep belajar sendiri, ia tidak pernah mencoba untuk membaca materi
sebelum Guru mengajarkannya di dalam kelas, menurutnya apabila ia
membaca sebelum dijelakan itu akan percuma karena ia tidak akan
paham sebelum dijelaskan oleh Guru.
Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa Metakognitif
siswa pada pemahaman konsep dalam pembelajaran PAI khususnya
pada kelas XI IPA 1 aalah sebagian besar dari mereka mempunyai
konsep belajar masing-masing yang telah mereka siapkan sebelum
materi tersebut dipelajari didalam kelas. sebagian besar dari mereka
mempunyai kesadaran bahwa mempelajarinya sebelum diajarkan oleh
Guru akan memudahkan mereka dalam proses pembelajaran. Adapun
sebagian kecil dari mereka yang hanya pasif dalam menerima apa yang
diajarkan oleh Guru, mereka menganggap bahwa walaupun mereka
pelajari sebelumnya maka percuma karena mereka tidak akan paham
sebelum Guru mengajarkannya.12
4. Metakognitif Siswa Pada Pemahaman Prosedur Dalam Materi
Pendidikan Agama Islam
Ketika peneliti melihat proses pembelajaran yang dilakukan di
dalam kelas langkah-langkah pembelajaran yang diberikan oleh Guru

12
Op.cit.
59

dalam proses pembelajaran sangat tertata dengan baik. Namun tidak


menutup kemungkinan setiap langkah-langkah pembelajaran yang
dibuat oleh guru tidak sesuai dengan langkah-langkah yang dibuat oleh
siswa. Dalam hal ini peneliti mencoba meneliti bagaimana langkah-
langkah pembelajaran yang dibuat oleh siswa MAN 16 khususnya
kelas XI IPA 1 baik dilihat berdasarkan secara observasi langsung dan
melalui hasil transkip wawancara.
Informan 1 menuturkan bahwa pembelajaran Akidah Akhlak
yang diajarkan oleh Guru itu mempunyai langkah-langkah yang cukup
baik, hampir semua siswa merasa tertarik dengan langkah-langkah
belajar dalam pembelajaran beliau, khusunya ia sendiri. Namun
Informan 1 menambahkan beberapa langkah belajar yang menurutnya
akan menambah pemahamannya dalam menguasai materi. Dalam
belajar biasanya ia setiap mendapatkan tugas dari guru akan tergambar
langkah apa yang selanjutnya akan ia lakukan, biasanya ia langsung
mengerjakan tugas tersebut, kemudian ia melakukan diskusi
kelompok, karena menurutnya jika belajar secara berkelompok maka
akan mudah bertanya terkait materi yang belum dipahami bersama
teman yang lebih paham. Setelah itu ia mempraktikkannya dalam
kehidupannya sehrai-hari.
Sejalan dengan yang langkah-langkah pembelajaran yang dibuat
oleh Informan 1, Informan 2 pun mempunyai langkah-langkah sendiri
tentang langkah-langkah belajarnya. Dilihat di dalam kelas ketika
peneliti sedang mengamati siswa di dalam kelas Informan 2 termasuk
siswa yang aktif, ketika ia diberikan tugas oleh guru ia langsung
mengerjakannya secara kelompok, menurutnya tugas mandiri ataupun
kelompok lebih sering ia kerjakan secara berkelompok, karena
mengerjakan secara berkelompok sangat membantunya dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Sebelum tugas tersebut dikumpulkan untuk dinnilai oleh guru
yang bersangkutan biasanya Informan 2 mengoreksinya terlebih dahlu,
60

menurutnya proses tersebut untuk meyakinkannya kembali apakah


tugas tersebut sudah betul-betul terselesaikan semua atau tidak. Setelah
betul-betul yakin selesai semua tugasnya kemudian ia mengumpulkan
tugas tersebut. Langkah terakhir yang Informan 2 lakukan adalah
membaca kembali terkait tugas yang sudah ia kerjakan agar semakin
menambah pemahamannya dalam mempelajari materi tersebut.
Kemudian Informan 3. Ia menyatakan bahwa setiap ia diberikan
tugas oleh guru, biasanya langkah yang ia lakukan yaitu langsung
mengerjakan tugas tersebut yang ia pahami dahulu, kemudian apabila
ada tugas yang kurang ia pahami, maka ia akan bertanya kepada teman
yang lain yang lebih memahami tugas tersebut. Kemudian jika
temannya sama-sama belum memahami tugas tersebut, ia akan
bertanya langsung kepada guru yang bersangkutan. Dalam tahap
terakhir langkah yang ia lakukan adalah ia menerapkannya dalam
kehidupannya sehari-hari. Langkah tersebut mempunyai peran untuk
mengevaluasi pemahamannya terkait materi pelajaran yang telah
dipelajarinya.
Selanjutnya adalah Informan 4 Seperti yang telah peneliti uraikan
sebelumnya, Informan 4 termasuk siswa yang pasif didalam kelas,
keika peneliti menciba meneliti lebih dalam dengan cara
mewawancarainya dengan pertanyaan yang sama dengan informan
lainnya terkait dengan langkah-langkah pembelajaran yang dibuatnya
sendiri didalam pembelajaran PAI tesrsebut. Informan 4 menyatakan
bahhwa ia mengikuti langkah-langkah belajar yang telah dibuat oleh
guru. ia hanya menambahkan langkah belajarnya pada tahap evaluasi,
biasnya ia menanyakan kembali terkait materi yang kurang ia pahami
kepada guru yang bersangkutan diluar jam pelajaran. Seperti siswa
yang lain ia pun menerapkan pemahaman materinya tersebut dalam
kehiduapan sehari-harinya.
Aapun hasil observasi langsung mengenai metakognitif siswa di kelas
XI IPA I adalah sebagai berikut :
61

Tabel 4.9

Format Pengamatan Observasi Metakognitif

No Sasaran yang diamati Ya Tidak Keterangan


1. Fase motivasi dalam
pembelajaran
a. Siswa antusias Siswa ingin
dalam mengerjakan  segera memulai
tugas pembelajaran
b. Siswa tertarik Siswa
mengikuti proses  bersungguh-
pembelajaran sungguh dalam
mengikuti
pembelajaran
c. Siswa berperan Siswa dalam
aktif dalam  pembelajaran ini
mengerjakan tugas secara
berkelompok
sehingga siswa
dapat berperan
secara
keseluruhan.
2. Fase konsentrasi dalam
pembelajaran
a. Siswa mengamati Sebagian besar
pelajaran yang siswa
sedang  memfokuskan
berlangsung fikirannya pada
proses
pembelajaran
62

b. Siswa memusatkan Siswa tidak


perhatiannya pada  mengalihkan
materi yang penglihatannya
diajarkan terhadap yang
lain
c. Siswa fokus pada Siswa tidak
kegiatan  melakukan
pembelajaran kegiatan lain
d. Siswa mencatat Banyak siswa
point yang penting  yang mencatat
hal-hal yang
dianggap
penting
e. Siswa Tidak
memfokuskan  memperdulikan
pendengarannya terhadap suara
lain
3. Fase pengolahan dalam
pembelajaran

a. Siswa menyimpan Siswa


informasi  memperhatikan
apa yang
dijelaskan oleh
guru, terdiam
sejenak
kemudian
mencatat
b. Siswa mengingat Berfikir keras
informasi  sebelum ia
63

menjawab
pertanyaan
c. Siswa menggali Ketika diberi
kembali informasi kesempatan
yang telah  untuk
diingatnya menyimpulkan
materi yang
disampaikan
oleh guru, siswa
mampu
menyimpulkan
dengan baik
4. Fase Umpan balik dalam
pembelajaran
a. Siswa mampu Banyak siswa
menyampaikan  yang bertanya
pertanyaan ketika diberi
kesempatan
untuk bertanya
saat
pembelajaran
berlangsung
b. Siswa mampu Siswa mampu
menjawab  menjawab
pertanyaan pertanyaan saat
guru
menanyakan
kembali sekitar
materi yang
diajarkan
64

c. Siswa mampu Siswa mampu


mengatasi masalah  mengerjakan
soal yang
diberikan
d. Siswa mampu Siswa menjawab
menjawab  pertanyaan pada
wawancara saat wawancara
dengan baik
Berasarkan tabel metakognitif diatas menunjukkan siswa secara
keseluruhan telah melakukan proses metakognitif dengan baik. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya tingkahlaku belajar siswa termotivasi,
konsentrasi yang baik, mengingat dan memberikan umpan balik.

Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa Metakognitif


siswa MAN 16 khususnya pada kelas XI IPA 1 pada pemahaman
menyusun langkah-langkah pembelajaran dalam memahami
pembelajaran PAI itu sudah sangat baik sekali, namun perlu
dikembangkan kembali agar pemahaman materi akan dipahami secara
optimal.
Dalam proses analisis data penelitian ini menggunakan sudut
pandang metakognitif untuk membangun pengetahuan tentang
metakognitif siswa. Adapun metakognitif tersebut adalah kesadaran
berfikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Dan
pengetahuan tentang pemahaman umum, seperti kesadaran tentang
sesuatu dan pengetahuan tentang pemahaman pribadi seseorang.13
Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk
belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki,
dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar secara efektif.

13
Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran , (Bogor:Penerbit Ghalia
Indonesia, 2010), Cet.1,h.10
65

Metakognitif adalah pengetahuan yang berasal dari proses kognitif kita


sendiri beserta hasil-hasilnya.14
Kemudian adapun komponen-komponen metakognitif, menurut
Anita Woolfolk dalam bukunya mengemukakan bahwa metakognisi
melibatkan tiga macam pengetahuan, diantaranya :
a. Declarative Knowledge
Pengetahuan deklaratif tentang diri siswa sebagai pembelajar,
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan ingatan siswa, serta
keterampilan, strategi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
mengerjakan sebuah tugas (tahu apa yang dilakukan).
b. Procedural Knowledge
Procedural Knowledege, yaitu pengetahuan tentang
bagaimana menggunakan apa saja yang telah diketahui dalam
declarative knowledge tersebut dalam aktivitas belajar.
c. Conditional Knowledge
Conditional Knowledge adalah pengetahuan tentang kapan
menggunakan suatu prosedur, keterampilan, atau strategi dan
kapan hal-hal tersebut tidak digunakan, mengapa suatu prosedur
berlangsung dan dalam kondisi yang bagaimana berlangsungnya,
dan mengapa suatu prosedur lebih baik dari prosedur-prosedur
yang lain.
Dari hasil temuan peneliti berdasarkan hasil dari penelitian
melalui wawancara langsung dengan situasi yang sangat nyaman, dan
observasi yang terus-menerus dilakukan peneliti selama satu bulan
lebih peneliti menemukan beberapa faktor yang dapat mendukung
metakognitif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama islam ini
dibedakan menjadi dua bagian yaitu faktor secara internal dan faktor
secara eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri
siswa. Faktor ini sangat dominan dan sangat menentukan untuk
pencapaian proses pembelajaran agar pembelajaran berlangsung secara

14
Sri Esti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2006), Cet
3, h.168.
66

optimal. Faktor internal salah satunya adalah motivasi, karena tanpa


adanya motivasi yang baik siswa tidak akan melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik.
Dalam kondisi tersebut siswa tidak dapat menentukan pilihannya
dalam belajar. Akan tetapi di SMA 16 Jakarta ini siswa-siswi memiliki
motivasi yang sangat tinggi dalam mempelajari Pendidikan Agama
Islam. Motivasi tersebut sangat terlihat ketika mereka sangat antusias
dalam mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.,
bahkan Informan 2 mempunyai cita-cita untuk menjadi Ustadz atau
guru agama, adapun Informan 3 yang selalu giat belajar agama karena
ia sangat bersemangat dalam menambah ilmu dan pengetahuan
agamanya untuk menyampurnakan ibadahnya, dan dalam kehiuapan
sehari-harinya.
Selanjutnya adalah faktor eksternal, faktor eksternal yang
dimaksud adalah kelengkapan berupa sarana dan prasarana. Faktor ini
sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Jika fasilitas yang
digunakan oleh siswa lengkap, maka itu akan mempermudah siswa
dalam menyelesaikan pelajarannya. Adapun yang menjadi faktor
penghambat metakognitif siswa dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di MAN 16 Jakarta ini adalah manajemen waktu pada
setiap individu siswanya masing-masing.
Siswa sangat sulit untuk membagi waktu untuk mempersiapkan
materi Pendidikan Agama Islam sebelum memulai pelajaran, hal ini
karena jumlah mata pelajaran umum yang sangat banyak, dan mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dibagi-bagi menjadi bebrapa
bagian sedangkan jam belajarnya disekolah hanya dua jam selama
setiap minggunya.
Berkaitan dengan komponen metakognitif yang telah diuraikan
diatas yaitu Declarative Knowledge, Procedural Knowledge,
Conitional Knowledge yang ada di MAN 16 Jakarta ini sebagian besar
siswa telah mempunyai tiga konsep metakognitif tersebut, akan tetapi
67

pada konsep Conditional Knowledge siswa masih memerlukan bantuan


guru untuk mengkondisikan tentang strategi ataupun prosedur yang
telah mereka rancang sebelumnya sebelum memulai pembelajaran di
dalam kelas.
Konsep metakognitif tersebut sangat bermanfaat sekali bagi
peningkatan metakognitif siswa, karena dengan adanya Declarative
Knowledge yang akan membantu siswa untuk meningkatkan
kekreatifannya dalam menyelesaikan sebuah tugasa yang diberikan
oleh guru, Procedural Knowledge dalam hal ini siswa dapat
mengetahui bagaima harusnya melakukan apa yang telah ada di
Declarative Knowledge tersebut, dan Conditional Knowledge ini
apabila siswa mampu mempunyai konsep tersebut siswa dapat
mengkondisikan misalnya hal apa yang harus ia lakukan dan hal apa
yang tidak harus ia lakukan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara terus menerus
mengenai metakognitif siswa di MAN 16 Jakarta ini, terdapat asumsi
menurut guru yang bersangkutan dengan penelitian ini menyatakan
bahwa dari pengalaman beliau mengajar di MAN 16 Jakarta selama 8
tahun dapat dilihat bahwa metakognitif siswa secara keseluruhan sudah
baik, baik dalam pemahamannya secara fakta, konsep dan prosedur,
namun tidak dipungkiri itu semua masih terdapat kekurangan.
Dengan adanya kaitan pada konsep metakognitif pada siswa
menurut beliau siswa akan lebih mengetahui tentang “Apa yang ia
kerjakan?”, Mengapa ia mengerjakan hal tersebut?, dan “Hal apa yang
dapat membentunya untuk menyelesaikan masalah tersebut?”,
pernyataan tersebut sejalan dengan pengertiang metakognitif itu
sendiri yaitu Metakognitif adalah suatu bentuk kemampuan untuk
melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat
terkontrol secara optimal. Dengan kemampuan seperti ini seseorang
dimungkinkan memiliki kemampuan tinggi dalam memcahkan
masalah, sebab dalam setiap langkah yang dia kerjakan senantiasa
68

muncul pertanyaan : “Apa yang saya kerjakan?”, “Mengapa saya


mengerjakan ini?”, “Hal apa yang membantu saya untuk
menyelesaikan masalah ini?”15
Dari ketiga konsep metakognitif tersebut yang diajukan oleh Anita
Woolfolk yaitu Declarative Knowledge, Procedural Knowledge, dan
Conditional Knowledge, sedangkan berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti menemukan konsep metakognitif Motivation
Knowledge yang harus menjadi konsep metakognitif seorang siswa.
Hal ini diidentifikasikan berdasarkan konsep-konsep metakognitif
yang baik. Siswa pada dasarnya mempunyai konsep-konsep yang
dikemukakan oleh Anita Woolfolk tersebut, tetapi satu hal yang tidak
diungkapkan adalah konsep metakognitif Metakognitif Knowledge.
Siswa mengikuti pembelajaran dengan adanya motivasi dari dalam
dirinya sendiri, kemudian ditambahkan oleh guru didalam kelas,
dengan adanya motivasi yang ada didalam dirinya sendiri itu dapat
menambah semangat belajarnya dan itu akan berpengaruh besar
terhadap metakognitifnya didalam pembelajaran dan akan membuat
pengaruh yang sangat baik untuk peningkatan hasil belajarnya.
Konsep Motivation Knowledge ini telah dimiliki oleh sebagian
besar siswa MAN 16 Jakarta khususnya paa kelas XI IPA 1. Hal ini
sangat terlihat dengan keadaan pembelajaran mereka yang sangat
antusias, mereka sangat termotivasi dengan motivasi yang diberikan
oleh guru didalam kelas, konsentrasi yang baik, antusias untuk
bertanya terkait materi yang belum terlalu mereka fahami.
Dengan pentingnya peranan metakognitif dalam keberhasilan
belajar seorang siswa, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar
mereka dapat dilakukan dengan cara meningkatkan metakognitif
mereka. Guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran berperan
penting serta mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan
metakognitif seorang siswa. Misalnya dengan cara membimbing siswa

15
Ibid., h.96
69

untuk membiasakan mengikuti pembelajaran dengan baik, seperti


membiarkan siswa belajar dengan gayanya sendiri, tanpa harus
memaksakan siswa menggunakan strategi tertentu, selain itu siswa
juga dibiasakan untuk bersifat kritis, siswa dapat bertanya salam setiap
materi yang disampaikan, dan siswa dapat memberikan pendapatnya
terkait dengan materi yang disampaikan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
Dengan melalui analisis yang mendalam terhadap konsep
metakognitif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MAN
16 Jakarta, peneliti menemukan satu konsep yang tidak ada dalam ketiga
konsep yang disebutkan oleh Anita Woolfolk pada bab sebelumnya1,
Dalam konsep metakognitif siswa peneliti menemukan konsep
“Motivation Knowledge”. Dalam konsep ini menunjukkan adanya
metakognitif mereka yang baik dengan adanya pengetahuan motivasi dari
diri mereka sendiri.
Adapun keadaan metakognitif siswa pada pemahaman fakta, konsep
dan prosedur dalam pembelajaran PAI di MAN 16 yaitu :
1. Metakognitif siswa pada pemahaman fakta materi mata pelajaran
pendidikan agama islam MAN 16 khusunya pada kelas XI IPA I
mereka sangat baik, sebagian besar dari mereka menganggap bahwa
belajar agama sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Fakta yang ada di lapangan atau di dalam kehidupan sehari-hari
dengan apa yang diajarkan dalam kelas itu sangat sejalan dengan apa
yang mereka alami.
2. Metakognitif siswa pada pemahaman konsep materi mata pelajaran
pendidikan agama islam di MAN 16 Jakarta khususnya pada kelas XI
IPA 1 yaitu sebagian besar dari mereka mempunyai konsep belajar
masing-masing yang telah mereka siapkan sebelum materi tersebut
dipelajari didalam kelas.

1
Desmita , Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Rosdakarya, 2009),
h.135

70
71

3. Metakognitif siswa pada pemahaman prosedur materi mata pelajaran


pendidikan agama islam di MAN 16 khususnya pada kelas XI IPA 1
sudah sangat baik sekali, sebagian besar siswa menyusun langkah-
langkah pembelajaran dalam memahami pembelajaran pendidikan
agama islam, namun perlu dikembangkan kembali agar pemahaman
materi dapat dipahami secara optimal.
B. Saran
Adapun Saran yang dapat penulis berikan kepada pembaca dan pihak
sekolah terkait dengan penelitian yang telah dilakukan ini diantaranya
adalah :
1. Diharapkan seorang guru mampu mengetahui metakognitif siswa
secara individu, sehingga guru dapat mengembangkan metakognitif
siswa-siswinya secara optimal.
2. Diharapkan guru dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang baik
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, agar siswa dapat
menggunakan metkognitif secara baik didalam pembelajarannya.
3. Diharapkan seorang guru memberikan motivasi terhadap siswa-
siswinya agar metakognitif siswa dipengaruhi dengan adanya motivasi
dari guru akan berkembang secara cepat.
4. Diharapkan bagi yang ingin melakukan penelitian yang sama
sebaiknya dilakukan dengan menggunakan kuantifatif sehingga hasil
yang didapatkan dapat dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muiz,Dindin.Psikologi perkembangan anak pada aspek kognitif.Surabaya


:Inti media press:2001

Akbar,Setiadi.Metodologi penelitian sosial. Jakarta: Gaung Pusaka.2004

Alwashilah,Chaedar.Pokoknya Kualitatif.Jakarta :Pustaka Jaya.2011

Arifin,Muzayyin.Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta :Bumi Aksara.2009

Arikunto,Suharsimi.Manajemen Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.2009

Daradjat,Zakiah Metodologi Pengajaran Agama Islam.Jakarta :Bumi Aksara.1996

Desmita.Psikologi perkembangan.Bandung :PT. Remaja Rosdakarya.2006

Djiwandono,Esti.Psikologi Pendidikan.Jakarta :Grasindo.2006

http://josephrdaniel.wordpress.com/2013/08/16/coding-sebuah-proses-penting-
dalam-penelitian-kualitatif/

Jonnasen,Thoward a design theory of problem solvinng to apper in educational


technologi : Reseach and Depelopment

Karim,Malik.Pendidikan Islam.Malang :UIN Malang Press.2007

Kriyantono,Rahmat.Teknik Praktis Riset Komunikasi.Jakarta :Kencana.2008

Majid,Abdul.Pendidikan Agama Islam Berbasis KompetensiBandung :PT.


Remaja Rosdakaya.2004

Mudjiyono.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta :PT. Rinekha Cipta.1999

Muhaimin.Rekontruksi Pendidikan Islam.Jakarta :Rajawali Pers.2009

Moloeng,J.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


2000

Nasution. Metodologi Penelitian Naturalistic Kualitatif.Bandung : Trsito.1988


Nazir,Mohammad.Metode Penelitian.Jakarta :GhaliaIndonesia, 1983

Nizar,Samsul.Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan.Jakarta :Gaya Media


Pratama.2001

Nomida,Diana.Metakognitif dalam pembelajaran.Jakarta :Bumi Aksara.2008

Nur.Strategi-strategi belajar.Surabaya :UNESA :University Press.2008

Rasyad,Aminudin.Teori Belajar dan Pembelajaran .Jakarta :Uhamka Press.2003

Riduan.Metode dan Teknik Menyusun TesisBandung :Alfabeta.2004

Sabri,Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Ciputat : UIN Jakarta Press.2005

Salinan Lampiran Permendikbud No.64 tahun 2013 tentang Standar Isi.

Sanjaya,Wina.Strategi Pembelajaran Berorientasi Paa Proses Pendidikan.Jakarta


:Kencana Pranda Media Grup.2006

Santorck.Strategi Belajar.Jakarta :Rinekha Cipta.2004

Siregar,Eveline.Teori Belajar dan Pembelajaran.Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia.2010

Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif.Bandung: Alfabeta.1988

Sukmadinata.Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi.PT Universitas Pendidikan


Indonesia

Suherman dkk.Strategi pembelajaran Matematika kontemporer.Jurusan Pendidikan


Matematika UPI Bandung.2001

Syah,Muhibbin.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung :PT Remaja


Rosdakarya.1997

Purwanto,Ngalim.Psikologi Pendidikan.Bandung :Remaja Rosakarya.2007

Poerwanari,Kristi.Pendkatan kualitatif dalam penelitian psikologi.Jakarta:


LP3ES.1998
UU NO 20 TAHUN 2003, Sistem Pendidikan Nasional, BAB I Ketentuan Umum,
Pasal 1
LAMPIRAN
TRANSKIP WAWANCARA

Penelitian Metakognitif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Nama : Andhika Yudha Pratama

Kelas : XI IPA I

Waktu wawancara : Senin, 24 November 2014

NO Pertanyaan Jawaban Informan Kode

1 Terkait dengan materi pendidikan agama islam, Penting banget kak, karena setiap yang kita Kode 1 : Kuning
apakah anda menganggap materi tersebut lakukan itu akan dipertimbangkan nanti di akhirat (Pemahaman siswa pada
penting dalam kehidupan sehari-hari anda? jadi kita harus mempelajari ilmu agama dan materi PAI sesuai Fakta)
Jelaskan jawaban anda ! menerapkannya di dalam kehdupan sehari-hari, 1. Penting banget kak,
gitu kak. karena setiap yang
2 Oh, jadi menurut Yudha penting yah, terus Hmmm... Kalo Menurut saya sih sikap kaya itu kita lakukan itu
gimana menurut Yudha sendiri gimana sih sangat tidak baik karena ilmu agama adalah akan
sama siswa yang menganggap bahwa pelajaran pedoman dalam hidup kita kita kak. (sambil dipertimbangkan
PAI itu tidak begitu penting? tersenyum). nanti di akhirat.
3 Materi ajar dan mata pelajaran Pendidikan Saya mempelajarinya sejak duduk dibangku 2. Hmmm... Kalo
Agama Islam cukuplah banyak, kapan anda sekolah kak. Menurut saya sih
mempelajari materi tersebut? sikap kaya itu
4 Mohon maaf Yudha maksud kapannya disini Oh hahaha (tertawa) yah maaf kak, kirain sejak sangat tidak baik
tuh didalam sekolah nya loh yud, kan materi kapan. Kalo mempelajari materi tersebut saya karena ilmu agama
PAI tuh banyak yah, nah kapan tuh Yudha mempeleajarinya di malam hari kak, sebelum adalah pedoman
mempelajarinya? besoknya materi tersebut dipelajari sama guru dalam hidup kita
disekolah. kita kak.
5 Iya Yudha gak apa-apa santai aja (tersenyum), Betul kak. 3. Iyah kak sangat
jadi Yudha mempelajari materi tersebut perlu sekali, sangat
dimalam hari yah. berguna sekali
6 Bagaimana pandangan anda mengenai materi Iyah kak sangat perlu sekali, sangat berguna dalam kehidupan
ajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sekali dalam kehidupan sehari-hari. sehari-hari.
yang cukuplah banyak, menurut anda apakah
semua materi bahan ajar tersebut perlu 4. Iya pernah kak, kita
dipelajari? kan pernah jadi
7 Jadi menurut Yudha semuanya tuh perlu ya? Iya kak, emang semuanya tuh perlu dipelajari kak. tamu dan menerima
semuanya harus Yudha pelajari? tamu.
8 Pernahkah anda belajar (membaca) materi Pernah kak haha.(tertawa)
5. Iya sangat
pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelum
membantu sekali
guru agama mengajarkan materi tersebut?
dong kak.
Mengapa demikian?
9 Oh, Pernah ya terus kenapa kamu membaca Yah..Karena agar kita nyambung dalam
materi tersebut sebelum guru kamu belajarnya kak, karena kalo kita gak baca
mengajarkannya? sebelumnya, nanti pas belajar kita jadi gak bisa Kode 2 : Tosca
menyampaikan materi yang kurang kita fahami (Pemahaman siswa
kepada guru kita. tentang konsep belajar
10 Iyah Yud, mungkin singkatnya biar kamu bisa Iya kak bener banget. PAI)
berinteraksi dengan baik dengan guru maupun 1. Kalo mempelajari
teman yaYud materi tersebut saya
11 Apakah anda pernah mengalami dalam Pernah kak. mempeleajarinya di
kehidupan sehari-hari ana terkait dengan malam hari kak,
materi tersebut? sebelum besoknya
12 Hmm... Pernah ya, terus tadi kan materinya Iya pernah kak, kita kan pernah jadi tamu dan materi tersebut
akidah akhlak tuh yah tentang adab bertamu menerima tamu. dipelajari sama
dari materi tersebut Yudha pasti pernah guru disekolah.
mengalaminya kan? misalnya apa tuh Yud? 2. Iya kak, emang
semuanya tuh perlu
13 Apakah pengalaman tersebut dapat membantu Iya sangat membantu sekali dong kak. dipelajari kak
anda dalam menyelesaikan masalah yang ada 3. Yah..Karena agar
dalam tugas tersebut? kita nyambung
14 Membantu dalam menyelesaikan masalah yah, Yaaa.. (terdiam sejenak) misalnya tuh cara dalam belajarnya
misalnya apa tuh? menerima tamu dengan baik sesuai ajaran islam kak, karena kalo
itu gimana itu kan tadi diajarkan oleh Pak Sayudi kita gak baca
tadi kak. sebelumnya, nanti
pas belajar kita jadi
gak bisa
menyampaikan
materi yang kurang
kita fahami kepada
guru kita.
Kode 3 : Hijau
(Pemahaman siswa
tentang langkah-langkah
mereka dalam
pembelajaran PAI)
1. Iyah Yud, mungkin
singkatnya biar
kamu bisa
berinteraksi dengan
baik dengan guru
maupun teman
yaYud
2. Yaaa.. (terdiam
sejenak) misalnya
tuh cara menerima
tamu dengan baik
sesuai ajaran islam
itu gimana itu kan
tadi diajarkan oleh
Pak Sayudi tadi
kak.
3. Terus membaca,
memahami dan
mengamalkannya
kak.
4. Mau tau banget
kak, (bercanda) gini
kak caranya saya
sih dipraktikkan
dalam kehidupan
sehari-hari kak,
soalnya kalau kita
udah bisa
mempraktikkannya
kita baru bisa
benar-benar
memahaminya kak.
5. Langsung dikerjain
aja kak.
6. Biasanya sih saya
punya langkah-
langkah sendiri kak,
kadang ada tugas
yang tidak
dipraktikkan tapi
kalau saya harus
dipraktikkan dulu
baru saya paham
kak.
7. Bertanya dengan
baik dan penuh
dengan rasa hormat
kak.
8. Berarti gini yah
kamu bertanya
dulu, baru setelah
itu kamu
mengeluarkan
pendapatnya?
dengan rasa hormat
itu kaya gimana
Yud?
9. pertama kita
bertanya dengan
baik lalu disambung
dengan pendapat
dan langkah-
langkah kita yang
mungkin agak
sedikit berbeda
dengan yang
diajarkan oleh guru
kita, dan dengan
rasa hormat itu
bicara yang baik
kak, karena kita kan
harus menghormati
guru kita kak.
10. Lebih sering
bertanya ajasih kak
sama yang lebih
mengerti dan terus
membaca.
15 Bagaimana cara anda memantau pelajaran anda Terus membaca, memahami dan
tersebut sehingga pemahaman terhadap mata mengamalkannya kak.
pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut
dapat efektif dan efisien?
16 Kalau boleh tau gimana sih cara kamu Mau tau banget kak, (bercanda) gini kak caranya
memahami dan mengamalkannya itu? saya sih dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari
(tersenyum) kak, soalnya kalau kita udah bisa
mempraktikkannya kita baru bisa benar-benar
memahaminya kak.
17 Aduh Yudha ngeledek nih (tertawa), Oh jadi Iya kak maaf yah kak becanda kok (tersenyum).
kalau gak dipraktekin kamu gak bakalan bisa
paham sepenuhnya gituh ya?

18 Setelah anda mengetahui uraian tugas dari guru Langsung dikerjain aja kak.
anda,langkah-langkah strategis apa yang
tergambar dalam fikiran anda untuk
menyelesaikan tugas tersebut?
19 Mengerjakannya dengan langkah-langkah Biasanya sih saya punya langkah-langkah sendiri
seperti apa Yud? kak, kadang ada tugas yang tidak dipraktikkan
tapi kalau saya harus dipraktikkan dulu baru saya
paham kak.
20 Bagaimana cara anda mengeluarkan pendapat Bertanya dengan baik dan penuh dengan rasa
anda tentang langkah-langkah tersebut? hormat kak.

21 Berarti gini yah kamu bertanya dulu, baru Iya kak, pertama kita bertanya dengan baik lalu
setelah itu kamu mengeluarkan pendapatnya? disambung dengan pendapat dan langkah-langkah
dengan rasa hormat itu kaya gimana Yud? kita yang mungkin agak sedikit berbeda dengan
yang diajarkan oleh guru kita, dan dengan rasa
hormat itu bicara yang baik kak, karena kita kan
harus menghormati guru kita kak.

22 Oh gituh ya Yud, wah hebat banget sih Yudha Iya gitu kak, haha makasih kak. (tertawa)
ini (tersenyum).

21 Bagaimana cara anda mengevaluasi diri anda Lebih sering bertanya ajasih kak sama yang lebih
setelah mengerjakan tugas yang diberikan oleh mengerti dan terus membaca.
guru?

22 Misalnya kamu nanya nya sama siapa? Sama teman yang lebih paham kak, sama guru
yang bersangkutan diluar jam pelajaran.
23 Jadi bisa dibilang diskusi sama teman-teman Iyah iyah kak gituh kak.
yah, atau bertanya kepada Pak Sayudi misalnya
gituh yah?

24 Hmm.. gituh yaudah terimakasih yah atas Iya kak sama-sama kak, enggak ganggu kok kak.
bantuannya, maaf udah ganggu waktunya
(tersenyum)
LAMPIRAN

Bagian depan MAN 16 Jakarta


Mushola MAN 16 Jakarta

Gedung Sekolah MAN 16 Jakarta


Lapangan Olahraga MAN 16 Jakarta

Kolam Budi Daya Ikan Lele yang dilakukan oleh siswa MAN 16 Jakarta

Anda mungkin juga menyukai