Anda di halaman 1dari 207

KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH PESERTA DIDIK SE-

SMAN TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

Oleh
AYU SYIFA FAUZIAH
NIM. 11140161000060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA
2020
ii
iv
ABSTRAK

AYU SYIFA FAUZIAH (11140161000060) : Kemampuan Penalaran Ilmiah


Peserta Didik Se- SMAN Tangerang Selatan. Skripsi, Program Studi Pendidikan
Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Memiliki Kemampuan penalaran ilmiah yang baik merupakan aspek yang


sangat dibutuhkan dalam sains dan kehidupan sehari-hari serta modal untuk bersaing
era global abad 21. Pembelajaran di sekolah perlu mengetahui sejauh mana
kemampuan penalaran ilmiah peserta didik supaya lebih mengoptimalkan serta
melatih kemampuan penalaran ilmiah peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pentingnya penalaran ilmiah serta memperoleh gambaran kemampuan
penalaran ilmiah siswa SMAN di Tangerang Selatan. Metode penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah survey dengan teknik Cluster Random Sampling
di enam sekolah sebanyak 439 siswa. Instrumen yang digunakan adalah berupa tes
yang terdiri dari 15 soal uraian dari 5 pola penalaran ilmiah dengan nilai reliabilitas
soal tipe A 0,78 dan soal tipe B 0,61 dengan kategori baik, dan wawancara guru
biologi. Hasil yang diperoleh yaitu serial ordering 15,26%, class Inclusion reasoning
11,7%, correlational reasoning 8,57%, theoretical reasoning 6,28% dan functionality
reasoning 6,75%. Dapat disimpulkan bahwa peserta didik menunjukkan skor lebih
rendah pada pola-pola penalaran abstrak, untuk itu kemampuan penalaran ilmiah
peserta didik SMAN di Tangerang Selatan seluruhnya masih tergolong sedang atau
berada pada level penalaran transisional, yakni peralihan dari level penalaran konkret
menuju penalaran formal dengan rata-rata nilai 45,89.

Kata Kunci : Kemampuan Penalaran Ilmiah; Pola Penalaran Ilmiah; Level


Transisi

v
ABSTRACT

Ayu Syifa Fauziah (11140161000060): “ Student’s Scientific Reasoning Abilities in


South Tangerang State Senior High School”. Undergraduate Thesis, Biology
Education Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiya and
Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
Having good scientific reasoning skills is an aspect that very needed in science
and daily lives as well as capital to compete in the 21st century global era. Learning
in schools needs to know the extent of studentd scientific reasoning abilities so that
they can optimize and train student’s scientific reasoning abilities.This research aims
to determine the importance of scientific reasoning and described of scientific
reasoning ability of high school students in South Tangerang. This research used
Cluster Random Sampling for 439 student in six schools. The research instrument
used the test of scientific reasoning abilities in essay form consisting of 5scientific
reasoning with the reliability value 0,78 for type A test and 0,61 for type B test, and
interviews to biology teachers as supporting instruments. The result obtained are
Serial Ordering 15,26%, Class Inclusion Reasoning 11,7%, Correlational Reasoning
8,57%, Theoretical Reasoning 6,28% and Functionality Reasoning 6,75%. It can be
concluded that students show lower scores an abstract reasoning patterns. For that,
student’s scientific reasoning abilities in South Tangerang State Senior High School
classified as medium level or transitional, that is transition from the level of concrete
reasoning to formal reasoning with an average score 45,89.

Keyword : Scientific reasoning ability; scientific reasoning patterns; Transitional


Level

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan dan
kemudahan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul
Kemampuan penalaran Ilmiah Peserta Didik Se SMAN Tangerang Selatan.
Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan. Shalawat teriring salam kepada
Nabi Besar Muhammad SAW. semoga karya tulis ini diperkenankan menjadi amal
kebaikan yang dapat menjadi jembatan bagi penulis untuk meperoleh syafaat beliau.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya penulis tidak luput dari keslahan,
hambatan dan kesulitan yang dihadapi. Namun atas doa, bantuan, bimbingan dan
motivasi semua pihak, pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :

1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan Waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan arahan selama
penyusunan skripsi.
4. Ibu Dina Rahma Fadlillah, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, arahan, serta
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
5. Ibu Hj. Eny Supriati Rosyidatun, S.Si, M.A. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan nasihat, arahan, dan bimbingan selama
perkuliahan.
6. Seluruh Dosen dan staf di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta khususnya Program Studi Pendidikan Biologi yang telah

vii
memberikan ilmu dan membantu proses administrasi selama perkuliahan
hingga penyusunan skripsi ini selesai.
7. Bapak Drs. H. Agus Hendrawan, M.Pd selaku Kepala SMAN 1 Tangerang
Selatan, Ibu Dra. Aan Sri Analiah selaku Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan,
Bapak Suhermin, S.Pd., M.Si selaku Kepala SMAN 4 Tangerang Selatan,
Bapak Ruri, S.Pd. M.Pd selaku Wakaur Kurikulum SMAN 9 Tangerang
Selatan, Bapak Drs.H. Ahmad Nana Mahmur selaku Kepala SMAN 10
Tangerang Selatan, dan Bapak HM. Syamsudin HS., M.Pd Kepala SMAN 12
Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Bapak Hadi Prastyo, S.Si, M.M selaku Guru Biologi SMAN 1 Tangerang
Selatan, Ibu Nellyta Basrie, S.Pd selaku Guru Biologi SMAN 3 Tangerang
Selatan, Bapak Sopingi, M.Pd selaku Guru Biologi SMAN 4 Tangerang
Selatan, Ibu vivin, M.Pd selaku Guru Biologi SMAN 9 Tangerang Selatan,
Ibu Siti Maryam, S.Pd selaku Guru Biologi SMAN 10 Tangerang Selatan, dan
Ibu Aswindri Krisnawati, S.Pd selaku Guru Biologi SMAN 12 Tangerang
Selatan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian kepada
penulis di kelas yang Bapak/Ibu Guru ampu.
9. Seluruh Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 1 Tangerang Selatan, SMAN 3
Tangerang Selatan, SMAN 4 Tangerang Selatan, SMAN 9 Tangerang Selatan,
SMAN 10 Tangerang Selatan,dan SMAN 12 Tangerang Selatan yang telah
bersedia membantu melaksanakan penelitian.
10. Teruntuk kedua orang tua tercinta, Bapak dan Ibu yang tak pernah putus
mendoakan, tetes air mata, cucuran keringat, serta selalu mendukung dalam
bentuk materil dan moril selama masa perkuliahan hingga selesainya
penyusunan skripsi ini.
11. Suami Tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi, juga
dukungan materil untuk penulis segera menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa

viii
untuk calon bayi kami yang membawa semangat bagi penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi dengan baik.
12. Kakak dan Adik tercinta yang selalu memberikan motivasi agar skripsi ini
segera selesai.
13. Widya Astuti dan Eva Emalia yang telah membantu penulis mengantar ke
sekolah penelitian.
14. Kawan-kawan Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2014.
15. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak terlepas dari kekurangan,
untuk itu penulis menerima kritik dan saran membangun. Semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaaat bagi semua pembaca dan dapat memberikan kontribusi bagi
peningkatan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan biologi.

Jakarta, 7 September 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Contents

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGJI ...................................................... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ........................................ iv

ABSTRAK ................................................................................................ v

ABSTRACT ............................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .............................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. x

DAFTAR TABEL..................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah.................................................................................. 8
D. Rumusan Masalah...................................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, PENELITIAN RELEVAN, DAN


KERANGKA BERPIKIR

A. Deskripsi Teoritis ...................................................................................... 10

x
1. Deskripsi teoritis penalaran Ilmiah ...................................................... 10
a. Kemampuan Penalaran Ilmiah ............................................................ 10
b. Penilaian Kemampuan Penalaran Ilmiah ............................................ 15
a) Aspek Penalaran Ilmiah ............................................................... 16
b) Pola Penalaran Ilmiah .................................................................. 18
2. Materi Sistem Peredaran Darah ........................................................... 24
B. Hasil Penelitian Relevan ........................................................................... 29
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................... 35
B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................... 35
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 36
D. Prosedur Penelitian .................................................................................... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 40
F. Instrumen Penelitian .................................................................................. 41
1. Tes .......................................................................................................... 41
2. Wawancara ............................................................................................ 43
G. Kalibrasi Instrumen ..................................................................................... 45
1. Uji Validitas .......................................................................................... 46
2. Uji Realiabilitas..................................................................................... 47
3. Tingkat Kesukaran ................................................................................ 47
4. Daya Pembeda ....................................................................................... 49

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 51
1. Kategori Kemampuan Penalaran Ilmiah Peserta Didik SMAN Se
Tangerang Selatan ............................................................................... 51
2. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Penalaran Ilmiah ............................ 52
B. Pembahasan ............................................................................................... 54

xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................ 63
B. Saran .......................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65

LAMPIRAN .................................................................................................... 71

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Aspek Penalaran Ilmiah ....................................................................... 16

1.2 Pola Penalaran Ilmiah Karplus ............................................................. 18

1.3 Karakteristik Pola Penalaran Konkret dan Formal ............................... 24

3.1 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Penalaran Ilmiah ............................ 41

3.2 Skala Kategori Kemampuan Penalaran Ilmiah .................................... 43

3.3 Hasil Uji Validasi ................................................................................. 46

3.4 Kriteria Indeks Reliabilitas .................................................................. 47

3.5 Rangkuman Analisis Reliabilitas Instrument Penalaran Ilmiah ........... 47

3.6 Klasifikasi indeks kesukaran soal ........................................................ 48

3.7 Rangkuman analisis tingkat kesukaran ................................................ 49

3.8 Kategori daya pembeda ........................................................................ 50

3.9 Rangkuman analisis daya beda instrumen penalaran ilmiah ................ 50

3.10 Rubrik dan Skor Tes Kemampuan Penalaran Ilmiah ......................... 51

4.1 Kategori Kemampuan Penalaran Ilmiah Peserta Didik SMAN Se


Tangerang Selatan ..................................................................................... 62

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka berpikir................................................................................. 34

3.1 Penarikan Sampel Penelitian ................................................................ 37

3.2 Alur Penelitian ..................................................................................... 40

4.1 Presentase Hasil Tes Penalaran Ilmiah Tiap Sekolah .......................... 63

4.2 Presentase Pola Penalaran Ilmiah ......................................................... 64

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Sebaran Instrumen Kemampuan Penalaran Ilmiah Uji Coba ................ 71


2. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Penalaran Ilmiah .............................. 89
3. Instrumen dan Rubrik Kemampuan Penalaran Ilmiah .......................... 91
4. Soal Uji Coba Tipe A ............................................................................ 109
5. Soal Uji Coba Tipe B ............................................................................ 116
6. Lembar Wawancara Guru...................................................................... 122
7. Hasil Wawancara Guru.......................................................................... 124
8. Hasil Analisis Butir Soal Uji Coba Tipe A ........................................... 140
9. Hasil Analisis Butir Soal Uji Coba Tipe B ............................................ 141
10. Soal Penelitian Tes Kemampuan Penalaran Ilmiah............................... 142
11. Data Hasil Tes Kemampuan Penalaran Ilmiah SMA Negeri se-Tangerang
Selatan ................................................................................................... 148
12. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 159
13. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian .......................................... 163
14. Dasar Pengambilan Sampel ................................................................... 169
15. Lembar Uji Referensi ............................................................................ 170

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan bersifat literatif yang melibatkan pemikiran kritis,


logis dari data yang empirik. Sains merupakan pembelajaran mengenai cara
pemikiran atau penalaran ilmiah. Dalam pembelajaran sains, penalaran ilmiah
merupakan keterampilan yang penting karena selalu terlibat mencari tahu
tentang alam secara sistematis untuk mendapatkan pengetahuan berupa fakta,
konsep serta prinsip. Dalam penyelidikan sebuah masalah, mendapatkan
kesimpulan, hingga menjadi sebuah fakta diperlukan proses atau pemahaman
dalam setiap permasalahan.
Keterampilan penalaran ilmiah sangat diperlukan untuk menyelesaikan
masalah terutama pandangan mengenai lingkungan dan alam, berpikir
bagaimana sebuah fenomena dapat terjadi dan hal-hal yang perlu dilakukan
untuk menjadi sebuah solusi. Menurut Zohar dan Nemet “Keuntungan dari
kemampuan penalaran ilmiah siswa adalah siswa mampu menjelaskan suatu
konsep dengan baik, siswa mampu membuat suatu argumentasi untuk
membantu siswa mengembangkan pemahaman yang kuat dari suatu konten
pengetahuan”.1Artinya, keterampilan penalaran ilmiah sangat diperlukan
sebagai bekal bagi siswa dalam memberikan alasan terhadap suatu opini
ataupun fakta serta segala fenomena yang terjadi di alam sehingga dapat
memberikan kesimpulan dan memutuskan tindakan yang harus dilakukan.
Keterampilan penalaran ilmiah memungkinkan siswa untuk menangani
situasi baru dan merancang penyelidikan serta memecahkan masalah ilmiah,
dan sosial di dunia nyata.
Keterampilan penalaran juga diperlukan oleh peserta didik sebagai
1
Ety Rimadani, Parno, Markus Diantoro, “Identifikasi Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa SMA
pada Materi Suhu dan Kalor”, Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume:
2 Nomor: 6, 2017, EISSN: 2502-471X Universitas Negeri Malang, h. 834.

1
2

substansi Standar Kompetensi lulusan untuk mencapai tujuan pendidikan


nasional yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
yang mencakup keterampilan menalar, mengolah dan menyaji.2 Melalui
kurikulum 2013 juga pemerintah menyatakan pentingnya kemampuan penalaran
seperti yang dijabarkan dalan Permendikbud Nomor 64 tahun 2013 mengenai
standar isi yang diatur bagi siswa setingkat SMP dan SMA, disebutkan dalam
salah satu keterampilan yang harus dikuasai yaitu menalar dalam ranah konkret
dan abstrak terkait dengan pengembangan dipelajarinya di sekolah secara
mandiri dan mampu menggunakan metode yang sesuai dengan kaidah keilmuan.3
Rhodes juga menjelaskan “Penalaran ilmiah adalah suatu kegiatan yang
menuntut untuk mengoreksi konsep pribadi melalui sistem penyelidikan yang
bergantung pada bukti-bukti empiris untuk menggambarkan, memahami,
memprediksi dan mengontrol fenomena alam”.4 Studi menunjukkan bahwa
membantu siswa mengembangkan keterampilan penalaran merupakan tujuan dari
pendidikan sains. Lawson juga mengatakan bahwa “Siswa yang memiliki
penalaran yang baik dalam pelajaran sains karena tidak melibatkan kegiatan
menebak dalam sains”. Siswa harus memikirkan solusi untuk masalahnya sendiri
dan memotivasi siswa untuk melakukan eksperimen dengan sempurna dan
menarik kesimpulan secara konkret mengenai percobaan tertentu. Pembelajaran
yang efektif dan kebutuhan untuk mengembangkan penalaran siswa adalah hal
yang sangat penting. Selain itu, Ikekgbui dan Ngini juga mengatakan bahwa
keterampilan penalaran diperoleh untuk meningkatkan Kemampuan mental

2
,Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 21 Tahun 2016 Tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 10.
3
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia No.64 Tahun 2013, h. 7.
4
Edhita Putri, Yudi Rinanto, Sri Widiastuti, “Peningkatan Kemampuan Penalaran Ilmiah melalui
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Pernapasan Manusia”, Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains UNS Tahun III, No. 2 , 2015, h. 166.
3

seseorang.5 Untuk itu, dalam setiap fenomena atau hal-hal yang dilalui oleh
manusia sampai berada pada tahap diterima oleh akal memerlukan proses
berpikir yang memiliki tahap atau pola-pola tertentu disebut penalaran ilmiah,
begitupun peserta didik yang dalam setiap kegiatan pembelajaran dituntut untuk
memberikan kesimpulan secara konkret dari fenomena yang disajikan melalui
kegiatan penyelidikan dan analisis tersebut memerlukan proses berpikir yang
baik bukan dari tebak-tebakan atau teori tak bedasar.
Chen dan Klahr mengatakan “Beberapa studi penelitian menunjukkan
bahwa kemampuan penalaran ilmiah diperlukan bagi siswa untuk mampu
bersaing di era global. Oleh karena itu, kinerja siswa pada penalaran ilmiah
penting untuk dikembangkan dalam pengajaran ilmu pengetahuan dan proses
belajar”.6
Penalaran ilmiah memberikan kontribusi dalam keterampilan kognitif
siswa. Senada dengan keterampilan kognitif menurut Piaget Pada usia diatas 12
tahun atau tingkat pendidikan menengah atas (SMA) peserta didik semestinya
sudah memiliki kemampuan penalaran ilmiah secara formal akan tetapi dapat
berbeda untuk setiap orangnya tergantung pada perkembangan kognitif dan
pengalaman untuk itu perlu diadakan penelitian terkait hal tersebut.7 Namun,
penelitian dalam mengembangkan penalaran ilmiah, terutama dalam hal ilmu
alam jarang dilakukan di Indonesia.8 Padahal penalaran ilmiah merupakan bagian
penting dalam pembelajaran sains khususnya biologi yang memungkinkan terus

5
Nneka Rita Nnorom, “The Effect of Reasoning Skills on Students Achievment in Biology in
Anambra State”, International Journal of Scientific & Engineering Research, Volume 4, Issue 12,
2013, ISSN 2229-5518, p. 2102.
6
A W Jufri, D. Setiadi, Sri Patmi, “Scientific Reasoning Ability Of Prospective Student Teacher In
The Excellence Program of Mathematics and Science Teacher Education In University Of Mataram” ,
Jurnal pendidikan IPA Indonesia JPII 5, 2016, h. 69.
7
Nuzli Fahdia Mazfufah, “Pengaruh Metode Diskusi Isu-Isu Sosiosaintifik Terhadap Kemampuan
Penalaran Ilmiah Peserta Didik”, Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017, h. 81, tidak dipublikasikan.
8
Nia Erlina, Supeno, Iwan Wicaksono, “Penalaran Ilmiah dalam Pembelajaran Fisika”, Conference
Paper disampaikan pada Proseding Seminar Nasional Tahun 2016 Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya, Surabaya, 23 Januari 2016, h. 474.
4

dilakukan penyelidikan suatu masalah yang berkaitan dengan lingkungan,


penilaian mengenai bukti dan penarikan kesimpulan.
Adey dan Shayer berpendapat bahwa “Keterampilan penalaran ilmiah juga
telah terbukti memiliki dampak jangka panjang terhadap prestasi akademik
siswa”. Bybee dan Fuchs juga berpendapat untuk keterampilan abad ke-21
pendidikan perlu diadakan reformasi.9 Namun, pendidikan di Indonesia sejauh
ini masih di dominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan fakta-fakta
yang harus dihafal.10 Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan (teacher centered), efek negative dari cara mengajar seperti itulah
kurang memberikan kesempatan siswa untuk melakukan proses analisis yang
mengakibatkan kualitas berpikir dan menalar siswa menjadi rendah.11 Padahal
pembelajaran biologi adalah bersifat teoritis yang perlu banyak dibuktikan
melalui penyelidikan maupun eksperimen, analisis serta menghubungkan sebab
akibat dari suatu peristiwa yang ada di kehidupan nyata, untuk itu dalam
pembelajaran biologi diperlukan keterampilan penalaran ilmiah yang baik.
Seharusnya pendidikan merupakan kegiatan yang memberi pengajaran
kepada seseorang untuk lebih memahami, dan dengan pemahaman yang dimiliki
itu peserta didik dapat terus mengembangkan potensi dengan menerapkan apa
yang telah dipelajari. Untuk itu pendidikan bukan sekedar pengetahuan yang
harus dihafal melainkan keterampilan yang sama pentingnya harus dimiliki siswa
dan perlu dipersiapkan bagi guru maupun peserta didik. Dalam pembelajaran
sains juga bukan hanya mempelajari isi sains melainkan perlu memiliki
keterampilan atau skill termasuk keterampilan penalaran ilmiah.

9
ISTAR assessment, What Is Scientific Reasoning and Why is it Important, 2010,
(http://www.istarassessment.org).
10
Ernawati, “Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Strategi Picture
And Picture Pada Siswa Kelas IV SDN Gelur Tahun Pelajaran 2013/ 2014” , 2013,
(http://eprints.ums.ac.id/27014/2/BAB_I.pdf).
11
Nuzli, op. cit., h. 3.
5

Menurut OECD dalam tes PISA 2009, keterampilan scientific reasoning


juga merupakan salah satu keterampilan yang diujikan.12 Namun Indonesia
dalam tes PISA tersebut, terutama pada skala IPA, menduduki peringkat 57 dari
65 negara dan mendapatkan skor rata-rata 383 yang terbilang rendah jika
dibandingkan dengan skor rata-rata negara-negara diatasnya dan termasuk
kategori dibawah rata-rata menurut penilaian OECD.13 Dengan demikian,
keterampilan penalaran ilmiah siswa di Indonesia juga masih rendah.
Hasil observasi awal pembelajaran biologi SMA Negeri Colomandalu
dalam penelitian Peningkatan Kemampuan Penalaran Ilmiah melalui Model
Pembelajaran Inkuiri terbimbing pada Materi Sistem Pernapasan Manusia,
tampak siswa kurang memperhatikan saat guru menjelaskan materi. Siswa
cenderung copy paste dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Hasil
wawancara antara guru dan siswa menunjukkan bahwa siswa kesulitan dalam
menghubungkan antara teori dengan hasil penyelidikan. Hasil penilaian
kemampuan penalaran ilmiah siswa menunjukkan bahwa kemampuan penalaran
siswa masih rendah. Seluruh aspek penalaran dibawah 50%.14
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diani Ika Puspita dengan
judul Analisis Tingkat Kemampuan Scientific Reasoning Siswa SMA Kelas X
IPA Se Kota Tegal beradasarkan skor rata-rata yang diperoleh oleh siswa yaitu
sebesar 4,46 dari skor ideal 12 berada pada tingkat penalaran konkret. Artinya
Kemampuan Scientific Reasoning siswa SMA kelas X IPA di Kota Tegal masih
rendah, Secara rinci tingkat kemampuan scientific reasoning siswa dapat
dijelaskan bahwa sebanyak 54% siswa berada pada tingkat penalaran konkrit,
42% siswa berada pada tingkat penalaran transisi, serta 4% siswa berada pada
tingkat penalaran formal. Rendahnya kemampuan scientific reasoning siswa

12
N. Shofiyah, Z. A. I. Supardi, B. Jatmiko, “Mengembangkan Penalaran Ilmiah (Scientific
Reasoning) Siswa melalui Model Pembelajaran 5E pada Siswa Kelas X SMAN 15 Surabaya”, Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 2013, h. 83.
13
OECD, PISA 2009 Results : Executive Summary, 2010, p. 8, ( https ://www.oecd.org).
14
Edhita, op. cit., h. 164.
6

SMA Kelas X IPA se Kota Tegal ini dikarenakan baik siswa maupun guru belum
menyadari betapa pentingnya kemampuan scientific reasoning. Hal ini
dibuktikan dengan masih jarangnya guru yang memberikan latihan soal maupun
pertanyaan tentang scientific reasoning.15
Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh Ety Rimadani mengenai
Identifikasi Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa pada Materi Suhu dan Kalor
didapat penalaran ilmiah siswa pada materi suhu dan kalor masih tergolong
rendah. Pada pola penalaran ilmiah correlational reasoning hanya pada level 2
dari maksimal 5 level. Pada pola penalaran proportional reasoning berada pada
level 2 dari 4 level maksimal. Selanjutnya, pada pola penalaran ilmiah
probabilistic reasoning menunjukkan level 2 dari 3 level maksimal.

Agar keterampilan penalaran ilmiah bisa diberikan lebih optimal kepada peserta
didik khususnya dalam studi biologi, semestinya guru terlebih dahulu
mengetahui sejauh mana kemampuan penalaran ilmiah yang dimiliki oleh peserta
didik dengan mengukur keterampilan penalaran ilmiah tersebut. Sehingga,
dengan diketahuinya kemampuan penalaran peserta didik, guru dapat lebih
mengupayakan pengembangan keterampilan penalaran ilmiah. Dengan demikian,
peneliti ingin mengukur kemampuan penalaran ilmiah dalam studi biologi.

15
Diani Ika Puspita, “Analisis Tingkat Kemampuan Scientific Reasoning Sisswa SMA Kelas X IPA se
Kota Tegal”, confererence paper disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Entreupreneurship III Semarang, Semarang, 20 Agustus 2016, h. 201
7

Berbeda dari beberapa penelitian yang telah disebutkan penelitian ini


menggunakan lima pola penalaran ilmiah dari pola penalaran konkret dan formal
yakni class inclusion reasoning, serial ordering, theoritical reasoning,
functionality reasoning dan correalational reasoning, kemudian untuk diketahui
presentase masing-masing pola dan tingkat penalaran peserta didik dimaksudkan
untuk para pelaku pendidikan mendapatkan pengetahuan penalaran ilmiah lebih
dalam dari penelitian ini. Peneliti memilih Konsep Sistem Peredaran darah dalam
mengukur keterampilan penalaran ilmiah karena pada materi ini dianggap cukup
kompleks dalam proses berpikir dan analisis untuk mendapatkan pengetahuan
dan memungkinkan sangat dibutuhkan keterampilan penalaran yang ditinjau dari
pola penalaran.
Dengan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Kemampuan Penalaran Ilmiah Peserta Didik Se-
SMA Negeri Tangerang Selatan”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Kemampuan Penalaran Ilmiah di Indonesia masih belum mencapai level yang
semestinya dimiliki pada tiap tingkat peserta didik.
2. Pendidikan masih berupa pengetahuan yang harus dihafal dan cenderung
teacher centered.
3. Penelitian terkait penalaran ilmiah masih jarang dilakukan khususnya di
Tangerang Selatan.
4. Pembelajaran sains di Indonesia masih kurang memunculkan penalaran
ilmiah.
5. Pengukuran kemampuan penalaran ilmiah dalam studi biologi masih jarang
dilakukan.
6. Orientasi pembelajaran kurang memperhatikan skill yang dicapai.
8

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat serta menghindari


meluasnya pembahasan dalam penelitian ini, dan dengan adanya identifikasi
masalah diatas, penulis akan membatasi beberapa hal yang berkaitan dengan
masalah, yaitu :
1. Penelitian ini dilakukan pada kelas XI dengan survey di enam SMA Negeri
yang berada di Tangerang selatan

2. Kemampuan Penalaran Ilmiah yang diteliti mencakup dimensi atau pola


penalaran ilmiah.

3. Kemampuan penalaran yang diteliti adalah Class Inclusion Reasoning, Serial


Ordering, Theoritical Reasoning, Functionality Reasoning dan Correalational
Reasoning yang dikembangkan menurut Pola Penalaran Ilmiah Karplus.

4. Materi yang digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran ilmiah adalah


Sistem Peredaran Darah.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu “Bagaimana kemampuan penalaran ilmiah (scientific
reasoning) peserta didik SMAN Se- Tangerang Selatan?”
9

E. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran kemampuan
penalaran ilmiah siswa SMAN di Tangerang Selatan serta memperoleh informasi
mengenai pentingnya kemampuan penalaran ilmiah.

F. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi


bagi peneliti, guru,dan siswa. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pentingnya kemampuan penalaran ilmiah siswa dalam


pembelajaran biologi dan memperoleh gambaran mengenai tingkat kemampuan
penalaran ilmiah siswa sehinga guru dapat berusaha memberikan strategi
pembelajaran untuk memunculkan penalaran ilmiah dalam pembelajaran di kelas
lebih optimal.
2. Diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
3. Memacu siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan penalaran ilmiah.
4. Memperoleh informasi mengenai pentingnya kemampuan penalaran ilmiah
dari pola-pola penalaran yang dibangun.
5. Sebagai bahan acuan untuk penelitian kemampuan penalaran ilmiah lebih
lanjut.
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, PENELITIAN RELEVAN, DAN KERANGKA
BERPIKIR

A. Deskripsi Teoritis
1. Deskripsi teoritis penalaran Ilmiah
a. Kemampuan Penalaran Ilmiah
Manusia pada hakikatnya makhluk yang berpikir. Dari kegiatan berpikir
itulah didapat pengetahuan yang akan melahirkan sikap serta tindakan.
Kegiatan berpikir, sejatinya akan selalu melekat dengan kegiatan penalaran.1
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan
berpikir dan bukan perasaan.2 Penalaran menunjuk pada salah satu proses
pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari
beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.3 Sehingga, penalaran
merupakan kegiatan mencari kebenaran atau suatu kesimpulan yang didapat
dari proses berpikir bukan dari bentuk perasaan yang berasal dari suatu hal,
fenomena atau pernyataan.
Penalaran merupakan manivestasi dari kegiatan berpikir yang bertujuan
untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari setiap pernyataan. Untuk itu,
menurut Shadiq yang juga dikemukakan oleh Tim PPPG Matematika,
penalaran merupakan suatu proses atau aktivitas berpikir untuk menarik
kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada
pernyataan yang telah dibuktikan (diasumsikan) kebenarannya.4 Dengan
demikian, penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran dimana
tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing.5

1
Nuzli Fahdia Mazfufah, “Pengaruh Metode Diskusi Isu-Isu Sosiosaintifik Terhadap Kemampuan
Penalaran Ilmiah Peserta Didik”, Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017, h. 23, tidak dipublikasikan.
2
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009), h. 42.
3
Surajiyo, Sugeng Astanto, Sri Andiani, Dasar-dasar Logika, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h.
20.
4
Maria Theresia Nike K, “Penalaran Deduktif dan Induktif Siswa dalam Pemecahan Masalah
Trigonometri ditinjau dari Tingkat IQ”, Jurnal APOTEMA, Vol. 1, No. 2, 2015, h. 70.
5
Suriasumantri, op. cit., h. 43.

10
11

Hal ini sesuai dengan definisi penalaran yang menyatakan bahwa penalaran
adalah konsep umum yang merujuk pada satu proses pemikiran untuk sampai
pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru beberapa dari pernyataan lain
yang telah diketahui.6
Penalaran merupakan aktifitas berpikir yang sangat penting sepanjang
hidup kita. Kemampuan penalaran juga merupakan kepentingan sentral yang
selalu ada dalam setiap struktur intelegensi. Penalaran sangat penting saat
dimana kita berpikir terhadap penyebab suatu kejadian, saat dimana
mengevaluasi asumsi atau pernyataan yang telah ada sebelumnya, ketika kita
mengembangkan gagasan dan rencana, untuk itu kemampuan penalaran
sangatlah penting. Kemampuan Penalaran atau reasoning ability dari kata
kerja reason dikaitkan dengan berbagai makna yang sangat tumpang tindih.
Seperti hal membenarkan dan mendukung konsep dan ide sama pentingnya
dengan meyakinkan orang lain melalui alasan yang baik dan "penemuan"
kesimpulan melalui analisis wacana.7 Untuk itu, kemampuan penalaran yang
baik diperlukan bagi setiap individu karena merupakan pusat bagi seseorang
untuk mendapatan ide atau gagasan.
Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri
tertentu. Ciri yang pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas
disebut logika. Atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran
merupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis disini harus
diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu, atau logika
tertentu.8 Ciri yang kedua dari penalaran adalah sifat analitik dari proses
berpikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang
menyandarkan diri kepada suatu analisa dan kerangka berpikir yang
dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang
bersangkutan. Artinya, penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis

6
Suhardi Effendy, Hartono, Ian Yulianti, “The Ability of Scientific Reasoning and Mastery of
Physics Concept of State Senior High School Students in Palembang City”, Journal Advances in
Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), Vol. 247, 2018,. h. 504.
7
Oliver Wilhelm, Measuring Reasoning Ability, (Lousiana US : ULM University, 2004), p. 373.
8
Suriasumantri, loc.cit,.
12

yang mempergunakan logika ilmiah.9


Penalaran, secara umum, dapat diartikan sebagai jalan untuk
mendapatkan keyakinan sehingga memperoleh suatu kesimpulan. Untuk itu
penalaran merupakan proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih
proposisi.10 Penalaran terdiri atas penalaran langsung dan tidak langsung.
Penalaran langsung adalah penalaran yang didasarkan pada sebuah proposisi,
kemudian disusul proposisi lain sebagai kesimpulan dengan menggunakan
term yang sama. Adapun penalaran tidak langsung adalah penalaran yang
didasarkan atas dua prosisi atau lebih kemudian disimpulkan.11
Penalaran Menurut Lawson dan Kuhn adalah “ Proses yang dilakukan
baik secara formal, dalam domain akademik, dan informal, dalam situasi
sehari-hari untuk merasakan fenomena, peristiwa, dan proses”.12 Penalaran
telah diidentifikasi sebagai keterampilan yang diperlukan untuk keterlibatan
dan pembelajaran dari pengetahuan teoritis dan prosedural terkait dengan
disiplin ilmu yang efektif.13 Keterampilan penalaran merupakan penemuan
yang relatif baru.14 Dengan demikian penalaran merupakan suatu proses
berpikir yang berperan dalam situasi formal maupun informal dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, meskipun kemampuan penalaran
terbilang masih menjadi sesuatu yang baru ,namun kemampuan penalaran
merupakan keterampilan yang dibutuhkan dalam situasi akademik sebagai
langkah awal mendapatkan suatu pengetahuan dalam pembelajaran.
Kemampuan Penalaran secara umum juga termasuk menilai apakah
suatu fakta atau klaim itu benar dan apakah relevan dengan argumen atau
masalah yang dihadapi, dan penalaran juga menilai apakah dua hal atau

9
Ibid.
10
Surajiyo, op. cit., h. 43.
11
Ibid.
12
Andria Stammen, Kathy L. Malone, “Scientific Reasoning Abilities of in Service Science
Teachers in a Biology Modeling Workshop”, Conference Paper, Ohio, Januari 2017, p. 2.
13
Ibid.
14
Paul Ernest, Mathematics, Education and Philosophy : An International Perspective, (New
York : Routledge Taylor & Francis Group, 1994). p. 62.
13

lebih itu merupakan sesuatu yang konsisten.15 Untuk itu kemampuan


penalaran juga digunakan dalam bidang sains yang sering disebut dengan
scientific reasoning. Penalaran Ilmiah menurut Feist meliputi penalaran dan
pemecahan masalah keterampilan yang terlibat dalam menghasilkan,
pengujian dan merevisi hipotesis atau teori, dan dalam kasus keterampilan
sepenuhnya dikembangkan, merefleksikan proses akuisisi pengetahuan dan
perubahan pengetahuan yang dihasilkan dari kegiatan penyelidikan tersebut.
Penalaran Ilmiah yang baik membutuhkan baik keterampilan deduktif
maupun induktif. Individu harus memahami bagaimana menilai apa yang saat
ini dikenal atau dipercaya, mengembangkan pertanyaan yang diuji , uji
hipotesis, dan menarik kesimpulan dengan tepat dengan mengkoordinasikan
bukti empiris dan teori.16
Penalaran ilmiah juga merupakan upaya untuk mengidentifikasi suatu
pola pemikiran ilmiah yang tidak membuahkan hasil dalam memisahkan
dengan metode ilmiah.17 Dengan demikian, penalaran ilmiah dengan metode
ilmiah merupakan dua hal yang saling berkaitan karena keduanya bertujuan
untuk mendapatkan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan dalam proses penalaran terbagi menjadi dua cara
yaitu, secara induktif dan deduktif. Induktif merupakan proses untuk
menetapkan suatu hukum yang umum dari sebuah data. Penarikan
kesimpulan secara induktif digambarkan sebagai penarikan kesimpulan yang
bersifat spesifik ke umum. Sedangkan deduktif berangkat dari satu atau lebih
generalisasi yang dianggap valid sah, yang mana suatu cara penarikan
kesimpulan dalam situasi tertentu, singkatnya deduktif merupakan penalaran
dari umum ke spesifik.18
Zimmerman mengatakan bahwa Penalaran ilmiah juga memiliki definisi
yang luas, termasuk pemikiran dan keterampilan penalaran yang terlibat

15
Susan M.Brookhart, How To Asses Higher-Order Thinking Skills In Classroom, (Virginia USA:
ASCD Member Book, 2010), p. 62.
16
Bradley J. Morris, et a.l, The Emergence of Scientific Reasoning, Chapter 4 2012 licensee
InTech, p. 61.
17
Walter A. Thurber, Alfred T.Collette, Teaching science in todays Second Edition, (Boston USA:
Allyn and Bacon Inc, 1964), p. 11.
18
Ibid.
14

dalam penyelidikan, eksperimen, evaluasi bukti, inferensi dan argumentasi


yang mendukung pembentukan dan modifikasi konsep dan teori mengenai
alam dan sosial. Penalaran ilmiah juga dianggap sebagai kemampuan
umum dan merupakan metodologi yang sangat penting dalam
kemungkinan pengelolaan situasi dunia nyata dalam kegiatan di luar
kelas.19
Penalaran ilmiah dan pemahaman konsep merupakan kemampuan yang
berada pada tahapan perkembangan kognitif.20 Untuk itu, kemampuan
penalaran ilmiah perlu dilatih agar siswa memahami konsep secara mendetail
dan bertahan lama dalam ingatan. Cara terbaik untuk mengembangkan
penalaran ilmiah adalah dengan membelajarkan sains sebagai proses
penyelidikan kritis untuk menjelaskan alam, dimana ide-ide bebas dihasilkan
dan diuji secara tepat.21Oleh karena itu setiap siswa perlu memiliki
kemampuan penalaran ilmiah karena kemampuan Penalaran membawa
implikasi edukasi yang penting.22
Dalam literatur, ada banyak definisi penalaran ilmiah. Dari perspektif
literasi sains, penalaran ilmiah merupakan keterampilan kognitif yang
diperlukan untuk memahami dan mengevaluasi informasi ilmiah, yang sering
melibatkan memahami dan mengevaluasi teoritis, hipotesis statistik, dan
kausal. Dari sudut pandang penelitian, penalaran ilmiah, didefinisikan secara
luas, termasuk pemikiran dan penalaran keterampilan yang terlibat dalam
penyelidikan, eksperimen, evaluasi bukti, inferensi, dan argumentasi yang
mendukung pembentukan dan modifikasi konsep dan teori tentang alam dan
sosial. 23

19
ISTAR assessment, What Is Scientific Reasoning and Why is it Important, 2010,
(http://www.istarassessment.org).
20
Siwi Purwati, Supriyono, Siti Zulaikah, “Korelasi antara Penalaran Ilmiah dan Pemahaman
Konsep Siswa pada Materi Usaha dan Energi “, Jurnal Pros. Semnas Pendidikan IPA
Pascasarjana UM, Vol. 1, 2016, h. 480.
21
Khoirotul Islakhiyah, Sutopo, Lia Yuliati, “Pembelajaran Berbasis Fenomena untuk
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Ilmiah dalam Pembelajaran IPA di SMP”, Jurnal Pros.
Semnas Pendidikan IPA Pascasarjana UM, Vol. 1, 2016, h. 993.
22 Nurhayati, Lia Yuliati, Nandang Mufti, “Pola Penalaran Ilmiah dan Kemampuan Penyelesaian
Masalah Sintesis Fisika”, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, Volume. 1,
Nomor: 8 , 2016, h. 1594.
23
Lei Bao, et al., Learning and Scientific Reasoning (Supporting Online Material), Journal
American Association for the Advancement of Science, Vol.323, 2009, p.1.
15

Kemampuan penalaran menurut Leighton & Sternberg bermanfaat dalam


berbagai pola kehidupan pada umumnya dan pendidikan pada khususnya.
Ini membantu siswa untuk menarik kesimpulan dan kesimpulan ini
membantu mereka untuk memecahkan masalah mereka. Kemudian
membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan yang benar, karena
pengetahuan didasarkan pada logika dan rasionalitas. Selain itu, membantu
siswa dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, hubungan
kausal, membuat generalisasi induktif dan deduktif dan keunggulan
akademik. Studi juga mengungkapkan bahwa penalaran membantu dalam
mengembangkan IQ.24
Dewan Riset Nasional US mengemukakan bahwa kemampuan
penalaran ilmiah merupakan hal yang penting dalam pendidikan sains.
Akibatnya, pendidikan sains dan penelitian lembaga-lembaga seperti Asosiasi
AsAmerika untuk Kemajuan Sains (AAAS) dan National Academy of
Sciences (NAS) telah mengembangkan dan mempromosikan standar isi
nasional dan kurikulum dengan penalaran ilmiah sebagai tema yang
universal.25

b. Penilaian Kemampuan Penalaran Ilmiah


Scientific reasoning ability atau kemampuan penalaran ilmiah tidak
terlepas dari persoalan penyelidikan dan terkait dengan metode ilmiah, juga
suatu kemampuan yang melekat dengan perkembangan kognitif manusia.
Sehingga kemampuan penalaran ilmiah dapat ditinjau dari aspek penalaran
ilmiah, dan pola penalaran ilmiah. Penelitian ini tidak memfokuskan pada
aspek penalaran ilmiah melainkan pada pola penalaran ilmiah dengan alasan
pola penalaran ilmiah dapat mengembangkan kemampuan penalaran ilmiah
lebih dalam dan menyeluruh, pola penalaran lebih dapat memformulasikan
tingkat penalaran ilmiah, serta tidak dilakukaannya penyelidikan secara
langsung.

24 Mehraj A Baht, “The Predictive Power of Reasoning Ability on Academic Achievment”,


International Journal of Learning, Teaching and Educational Research, Vol. 15, No. 1, 2016 ,p.
80.
25
Andria Stammen, loc. cit.
16

a) Aspek Penalaran Ilmiah


Meskipun penelitian ini tidak mengukur kemampuan penalaran ilmiah
berdasarkan aspek secara langsung, namun seperti pada konsep sains yang
lain, kemampuan penalaran ilmiah juga dibangun dari beberapa aspek. Aspek
kemampuan penalaran ilmiah terdiri dari argumentasi,pengetahuan,
26
metodologi, analisis dan kesimpulan. Aspek kemampuan penalaran ilmiah
diuraikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Aspek Penalaran Ilmiah27
Aspek Deskripsi
Argumentasi Pendapat logis yang dapat dikembangkan secara
empiris melalui pembuktian.
Pengetahuan Membedakan antara argumentasi ilmiah dengan
dengan argumentasi tidak ilmiah disesuaikan
dengan informasi berupa fakta, teori, konsep, dan
data yang relevan.

Metodologi Melakukan penyelidikan untuk menghasilkan


pengetahuan dari pembuktian ilmiah.
Analisis Mengidentifikasi kenyataan dan kepercayaan antara
pernyataan, konsep, deskripsi, fakta untuk
menghasilkan alasan baik dengan deduktif, induktif
dan analogi.

Kesimpulan Membedakan antara penyebab dan hubungan sebab


akibat.

26
Edhita Putri, Yudi, Sri Widiastuti, “Peningkatan Kemampuan Penalaran Ilmiah melalui Model
Pembelajaran Inkuiri terbimbing pada Materi Sistem Pernapasan Manusia”, Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains Tahun III, No.2, 2015, h.165.
27 Association of American Colleges and Universities, Scientific Reasoning Rubric, 2010,
(https://www.aacu.org).
17

Beberapa aspek penilaian kemampuan penalaran ilmiah juga meliputi


Identifikasi pertanyaan atau topik, setelah topik atau identifikasi pertanyaan
membuktikan data-data kemudian bukti yang didapat dari data-data tersebut
dikumpulkan, kemudian dilakukan analisis sehingga didapat kesimpulan dan
kesimpulan tersebut disajikan dengan membuktikan sudut pandang para ahli
sehingga didapat ide atau solusi.28
Kemudian aspek kemampuan penalaran ilmiah juga secara umum
meliputi pertanyaan-pertanyaan yang akan dikaji, kemudian membentuk
hipotesis dan dilakukan eksperimen dengan suatu prosedur atau metode lalu
didapat hasil yang digambarkan atau disajikan secara grafik sehingga didapat
suatu kesimpulan.29
Aspek-aspek penalaran ilmiah tersebut sangatlah berkaitan dengan
metode ilmiah, karena pada aspek penalaran ilmiah penilaian lebih tertuju
pada sebuah eksperimen secara langsung. Aspek-aspek tersebut jika disatukan
akan menjadi argumentasi yang dibangun yang berasal dari pertanyaan atau
sebuah pernyataan, pengetahuan atau konsep yang telah dimiliki sebelumnya
diuji melalui sebuah penyelidikan, kemudian pengetahuan yang telah dimiliki
di analisis berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan, setelah itu
menghasilkan sebuah kesimpulan. Sehingga menjadi argumentasi,
pengetahuan,metodologi, analisis dan kesimpulan seperti yang telah
disebutkan sebelumnya.
Penilaian kemampuan penalaran ilmiah menurut aspek lebih pada
integrasi terhadap metode ilmiah, karena pada aspek penalaran terdapat
metodologi yang harus dilakukan penyelidikan secara langsung, bukan
mengukur kemampuan penalaran ilmiah yang lebih menyangkut dengan
tingkat penalaran atau perkembangan kognitif. Untuk itu, pada penelitian ini

28 Mariela Salas de la Cruz, Scientific reasoning rubric, 2012 ,


(https://www.qcc.edu/files/outcomes_assessment/qcc_scientificreasoningrubric_2nddraft.pdf.).
29
Ventura college, Rubric for Scientific/Quantitative Reasoning skills, 2012,
(https://www.venturacollege.edu/sites/default/files/files/college-information/student-learning-
outcomes/islo_2_rubric_-_scientific-quantitative_-_rev_april_2015.pdf.).
18

menggunakan instrument yang dikembangkan berdasarkan pola penalaran


ilmiah menurut Karplus.

b) Pola Penalaran Ilmiah


Perkembangan kognitif manusia dianggap teratur dan bertahap.
Perkembangan kognitif tersebut digambarkan secara berurutan oleh Piaget ke
dalam tahap tertentu, yaitu : tahap sensorimotor (dari lahir hingga 2 tahun),
tahap praoperasional (2 tahun hingga 7 tahun), tahap operasi konkret(7 hingga
12 tahun), kemudian tahap operasi formal (12 hingga 15 tahun).30 Tahap
operasi formal juga berlaku bagi remaja hingga dewasa.31
Urutan dalam empat tahap kualitatif tersebut memformulasikan aturan
untuk mengidentifikasi pola penalaran yang telah ada pada tahap operasi
konkret dan operasi formal. Sehingga penalaran ilmiah dapat memiliki dua
pola penalaran, yaitu pola penalaran konkret dan pola penalaran formal.32
Menurut Karplus, penalaran ilmiah memiliki dua pola penalaran, yaitu
pola penalaran konkrit dan pola penalaran formal.33 Berikut pola penalaran
ilmiah menurut karplus.
Tabel 2.2 Pola Penalaran Ilmiah Karplus34
No Penalaran Pola Penalaran
1 Class inclusion
2 Conservation
3 Konkret Serial ordering
4 Reversibility
5 Theoretical reasoning
6 Combinatorial reasoning

30
Gay R. Lefrancois, Theories of Human Learning, (Kro:Kros’report, 1995), p. 208.
31
Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2013), h. 72.
32
Robert Karplus, “Science Teaching and The Development of Reasoning”, Journal of Reasearch
in Science Teaching University of California, VOL. 14, NO. 2, 1977, p .170.
33
N. Shofiyah, Z. A. I. Supardi, B. Jatmiko “Mengembangkan Penalaran Ilmiah (Scientific
Reasoning) Siswa melalui Model Pembelajaran 5E pada Siswa Kelas X SMAN 15 Surabaya”,
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2013, h. 83.
34
Ibid.
19

7 Formal Functionality reasoning


8 Control variables
9 Probabilistic
10 Correlational reasoning

Class inclusion atau inklusi kelas pada tahap ini seseorang dapat
mengklasifikasikan dan mengeneralisasikan dari suatu objek atau peristiwa
yang sudah dikenal.35 Anak pada tahap ini, sudah dapat mengerti klasifikasi
sederhana dan generalisasi dari objek atau peristiwa yang lazim dikenalnya.36
Artinya, pada tahap ini, seorang anak sudah mampu membentuk suatu
himpunan dalam golongan dan mengerti bahwa antar golongan tersebut saling
bersesuaian satu dengan lainnya. Contoh dari pola penalaran ini adalah
“semua benda yang terbuat dari alumunium dapat menghantarkan listrik,
tetapi tidak semua benda yang menghantarkan listrik adalah alumunium.”37
Conservation atau kemampuan konservasi merupakan suatu
kemampuan yang menuntut anak untuk mengaplikasikan logika konservasi.38
Logika konservasi yang dimaksud dapat dicontohkan dengan pernyataan,
suatu kuantitas akan tetap pada kedudukan yang sama apabila tidak ada
sesuatu yang ditambahkan atau dikurangkan.39 Contohnya, ketika air yang
berada di dalam wadah lebar dituangkan ke dalam wadah sempit jumlahnya
tidak akan berubah.40 Jadi, pada pola penalaran ini sesuatu yang jumlahnya
akan tetap sama apabila tidak ada sesuatu yang ditambahkan atau
dikurangkan meskipun tempatnya berpindah.
Serial ordering atau seriasi adalah kemampuan seorang individu
mengatur satu set objek atau data dalam urutan serial yang membentuk satu

35
Robert Fuller, Robert Karplus, Anton E Lawson, Can Physics Develop Reasoning, 1977, p. 25,
(https://digitalcommons.unl.edu/physicsfuller/31).
36
Robert G.Fuller, A Love of Discovery: Science Education-The Second Career of Robert Karplus,
(New York : Plenum Publisher,2002), p. 211.
37
Ibid.
38
Karplus, loc. cit.
39
Ibid.
40
Fuller, loc. cit.
20

kesatuan.41 Dengan kata lain, pada tahap ini anak sudah mampu mengurutkan
suatu objek atau peristiwa berdasarkan karakteristik atau ciri-ciri yang
dimiliki. Contoh dari kemampuan seriasi adalah “hewan kecil memiliki detak
jantung yang cepat, sedangkan hewan besar memiliki detak jantung yang
lambat”.42
Reversibility dapat diartikan sesuatu yang dapat dibalik kembali ke
semula. Anak pada tahap operasi konkret sudah mampu membalikkan urutan
langkah-langkah untuk kembali dari posisi akhir ke kondisi awal.43 Secara
singkat anak yang memiliki kemampuan ini sudah mampu memahami bahwa
suatu objek atau peristiwa dapat diubah kembali ke bentuk atau keadaan
semula. Contoh dari kemampuan ini adalah anak sudah dapat menalar bahwa
penghapusan berat dari piston akan memungkinkan gas tertutup untuk
memperluas kembali ke volume awalnya.44
Theoritical Reasoning adalah kemampuan siswa dalam menerapkan
teori untuk menginterpretasikan data.45 Pada kemampuan ini seorang anak
dituntut untuk dapat melakukan pengaplikasian klasifikasi, logika konservasi,
seriasi, dan pola penalaran lainnya guna menjabarkan konsep, sifat abstrak,
aksioma, dan teori.46 Jadi pada pola penalaran ini anak dituntuntut untuk
memahami suatu data atau peristiwa yang terjadi dapat dikaitkan dengan
konsep atau teori yang sudah dipelajari. Contoh dari kemampuan ini adalah
membedakan antara reaksi oksidasi dan reduksi menggunakan prinsip
konservasi energi, menetapkan jenis tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan
tingkat tinggi berdasarkan urutan evolusinya, dan membuat kesimpulan dari
teori yang menyatakan bahwa kerak bumi terbentuk dari piringan-piringan
kaku.47

41
Fuller, op.cit., h. 242.
42
Karplus, loc. cit.
43
Fuller, loc .cit.
44
Ibid.
45
Shofiyah, op.cit, h. 83-84.
46
Karplus, loc. cit.
47
Ibid.
21

Combinatorial Reasoning adalah kemampuan seorang individu secara


sistematis mempertimbangkan segala hubungan kemungkinan dari suatu
eksperimen atau teori, meskipun beberapa mungkin tidak disadari secara
alami.48 Dalam pengaplikasiannya, combinatorial reasoning
memepertimbangkan semua kombinasi yang mungkin terjadi.49 Contoh dari
combinatorial reasoning adalah secara sistematis mampu menyebutkan
genotipe dan fenotipe sehubungan dengan karakteristik yang diatur oleh dua
atau lebih gen.50
Control Variables atau disebut juga kemampuan untuk mengontrol
variabel. Variabel merupakan unsur yang penting dalam suatu percobaan.
Dalam pengujian validitas dari suatu hubungan, seorang individu mengakui
perlunya mempertimbangkan semua variabel yang dikenal dan merancang
sebuah tes yang mengontrol semua variabel kecuali satu yang sedang
diselidiki.51 Pada penelitian ini tidak dilakukan percobaan secara langsung,
sehingga pola penalaran ini tidak diukur.
Functionality Reasoning/ Proportional Reasoning adalah kemampuan
siswa dalam menganalisis hubungan fungsional.52 Kemampuan ini menuntut
seorang individu untuk mampu mengenali dan menginterpretasikan hubungan
pada situasi yang terdeskripsi dari variabel yang abstrak maupun yang dapat
diamati.53 Pada kemampuan ini, anak dituntut untuk menemukan hubungan
fungsional antara dua fakta, yang kemudian dapat dibuat menjadi suatu
kesimpulan. Contoh dari kemampuan ini adalah laju difusi molekul melalui
membran semipermeabel berbanding terbalik dengan akar kuadrat dari berat
molekul.54

48
Fuller, op.cit,, h. 243.
49
Karplus, loc. cit.
50
Ibid.
51
Fuller, op. cit., h.213.
52
Shofiyah, op. cit, h.84.
53
Fuller, op.cit., h. 213.

54
Karplus, loc. cit.
22

Probabilistic Reasoning adalah menentukan fraksi dari suatu peristiwa


yang akan terjadi sebagai hasil dari proses berulang.55 Jadi, penalaran
probabilistik merupakan kemampuan siswa dalam menentukan atau
memprediksi suatu pecahan atau bagian bagian kecil dari suatu peristiwa
yang akan terjadi sehingga dihasilkan suatu kesimpulan. Atau kemampuan
siswa dalam memprediksi berdasarakan data.56 Seorang individu sudah dapat
mengenali fakta bahwa fenomena alam itu sendiri merupakan suatu
probabilitas yang memiliki suatu karakter, bahwa setiap kesimpulan atau
model penjelasan harus melibatkan pertimbangan probabilitas, dan bahwa
hubungan kuantitatif yang berguna dapat diturunkan.57 Sehingga dapat
diketahui bahwa, pada kemampuan ini memiliki karakteristik bahwa
seseorang dituntut mampu mengenali fakta-fakta untuk memprediksikan
suatu fenomena dan dari proses tersebut peserta didik diharapkan mampu
membuat suatu kesimpulan.
Correlational Reasoning merupakan suatu pola penalaran, di mana,
seorang individu berkemampuan untuk mengenali penyebab atau hubungan
pada suatu fenomena berdasarkan perbandingan atas kasus serupa atau kasus
yang tak serupa lainnya.58 Penalaran korelasional merupakan penalaran yang
digunakan untuk mengidentifikasikan dan menentukan hubungan timbal balik
antar variabel.59 Dengan kata lain, pada tahap ini, seorang individu sudah
mampu memahami hubungan timbal balik atau sebab akibat dari suatu
peristiwa.
Lawson juga membagi penalaran ilmiah menjadi beberapa pola
penalaran atau domain yang dikenal dengan Lawson Classroom Test of
Scientific Reasoning (LCTSR) menjadi Proportional Reasoning, Control of

55
Shane Hanson, “The Assessment Of Scientific Reasoning Skills Of High School Science
Students: A Standardized Assessment Instrumet”, Theses and Dissertations Illinois State
University, USA, 2016 , p. 21.
56
Shofiyah, loc.cit.
57
Fuller, op.cit. h.244.
58
Ibid.
59
Valensa Yossyana, Rayendra Wahyu Bahtiar, “Profil Kemampuan Bernalar Siswa SMA Kelas
XI di Kabupaten Jember pada Materi Usaha dan Energi”, jurnal Pendidikan IPA Universitas
Jember, Vol.3, 2018, h. 251.
23

variables Probability reasoning Correlation reasoning Hypothetical-


deductive reasoning Conservation of matter and volum.60 Lawson’s
Classroom Test of Scientific Reasoning (LCTSR) rilis dan mulai digunakan
untuk public pada tahun 1978.
Menurut Lawson, tujuan dibuatnya LCTSR ini untuk “(1) mengukur
kemampuan penalaran konkret-dan formal; (2) Mampu digunakan untuk
kelas sekolah menengah dan siswa usia perguruan tinggi dalam waktu
yang relatif singkat; (3) skoring lebih mudah; (4) menggunakan format
yang melibatkan bahan fisik dan membutuhkan sesedikit mungkin
membaca dan menulis; dan (5) termasuk jumlah yang cukup besar dan
beragam masalah untuk memastikan tingkat keandalan yang tinggi ”
Pada tahun 2000, Lawson merilis versi modifikasi dari LCTSR yang
berisi 24 pertanyaan pilihan ganda menampilkan desain dua tingkat yang
sama dengan versi asli dari LCTSR tersebut. Umumnya, tingkat pertama
menargetkan “apa” penjelasan dan tingkat kedua memunculkan
“mengapa” penjelasan. Pertanyaan berpasangan menilai subkill spesifik
dari penalaran ilmiah seperti kontrol variabel dan penalaran
probabilistik.61
Dengan demikian, penelitian ini tidak menggunakan instrumen tes
menurut LCTSR karena kurang sesuai dengan materi biologi yang telah
ditentukan juga instrument ini dianggap terlalu umum dan kaku.62
ISTAR Assessment atau Inquiry for Scientific Thinking and Reasoning
membagi penalaran ilmiah kedalam beberapa dimensi yaitu Proportions and
ratios, Control of variables, Probability, Correlational reasoning,
Hypothetical-deductive reasoning, Deductive reasoning, Inductive reasoning,
dan Causal reasoning.63

60
Hanson, op. cit, p.4.
61
Andria Stammen, Kathy L. Malone, op. cit. p. 4.
62
Ety Rimadani, dkk, “Identifikasi Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa SMA pada Materi Suhu
dan Kalor”, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, Volume.2, Nomor: 6 ,
2017 , EISSN: 2502-471X Universitas Negeri Malang, h.834.
63
Hanson, op. cit. p. 21-22.
24

Tabel 2.3 Karakteristik Pola Penalaran Konkret dan Formal64

Penalaran Konkret Penalaran Formal


Membutuhkan keterangan yang Dapat dinalar dengan konsep,
mengacu pada tindakan lazim, hubungan, benda-benda abstrak,
objek, dan benda-benda yang aksioma, dan teori : yang
dapat diamati. menggunakan symbol untuk
mengekspresikan ide.
Menggunakan seluruh pola Menggunakan pola penalaran
penalaran konkret. Pola formal dan juga pola penalaran
penalaran formal belum konkret.
digunakan.
Membutuhkan instruksi Mampu merencanakan prosedur
langkah demi langkah dalam yang panjang dengan
prosedur yang panjang. memberikan tujuan dan sumber
yang pasti.
Memiliki kesadaran yang Memiliki kesadaran dan sikap
terbatas terhadap kritis terhadap penalarannya
penalarannnya sendiri. sendiri : dengan aktif mengecek
Mungkin menyadari kesimpulan yang dibuat
inkonsistensi antara berbagai berdasarkan informasi-
pernyataan atau kontradiksi informasi lainnya.
dengan fakta-fakta lain yang
dikenal.

2. Materi Sistem Peredaran Darah


Tubuh manusia sangat kompleks karena dibangun dari berbagai sistem
yang saling berhubungan, salah satu sistem yang sangat berperan dalam tubuh
manusia adalah sistem peredaran darah atau sirkulasi.

64
Fuller, op. cit., p. 72.
25

Tubuh manusia memiliki sistem peredaran darah yang berperan untuk


mengalirkan nutrisi dan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Selain berperan
sebagai penyalur zat, sistem peredaran darah pada manusia juga memiliki
fungsi penting lain, yaitu mengeluarkan zat karbon dioksssida sisa proses
metabolisme tubuh melalui paru-paru, menyalurkan hormon ke seluruh
bagian tubuh, menyalurkan suhu tubuh secara merata, mempertahankan
kinerja sistem organ di dalam tubuh, dan membantu tubuh untuk pulih dari
penyakit.65
Sistem peredaran darah manusia merupakan sistem peredaran darah
tertutup dan sistem peredaran darah ganda. Disebut sebagai sistem peredaran
darah tertutup karena darah mengalir di dalam pembuluh darah. Disebut juga
dalam sistem peredaran darah ganda karena dalam satu kali peredaran, darah
dua kali melewati jantung.
Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, darah dan pembuluh
darah. Darah mengandung tiga jenis sel darah ( korpuskel) yang berada dalam
matriks cair yang disebut plasma. Ketiga sel darah tersebut adalah sel darah
merah (eritrosit) yang mentranspor O2, sel darah putih (leukosit) berfungsi
dalam pertahan tubuh, dan keping darah (platelet).66 Sel darah putih
dikategorikan berdasarkan ada tidaknya granula dalam sitoplasma yaitu
granulosit dan agranulosit. Sel granulosit terdiri dari eosinofill, basofil dan
neutrofil. Sel agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit.67Serta ada tiga
jenis pembuluh darah yaitu arteri, vena, dan kapiler.
1. Proses Pembekuan Darah
Pembekuan darah adalah salah satu proses yang paling kompleks dalam
tubuh, yang melibatkan lebih dari 30 reaksi kimia dan melibatkan banyak
zat.68

65
Dr. Kevin Adrian, Memahami Sistem Peredaran Darah pada Manusia, 2018,
(https://www.alodokter.com/memahami-sistem-peredaran-darah-pada-manusia).
66
Neil A.Campbell, dkk, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3, (Jakarta : Erlangga, 2008), h. 71.
67
Sumiyati Sa’adah, Sistem Peredaran Darah Manusia, ( Bandung :UIN Sunan Gunung Djati,
2018), h. 17.
68
Ibid., h. 25.
26

Langkah-langkah kunci dalam proses pembekuan darah adalah sebagai


berikut :69
1. Jaringan rusak melepaskan tromboplastin dan agregat trombosit
melepaskan faktor trombosit, yang berekasi dengan beberapa faktor
pembekuan dalam plasma untuk menghasilkan protrombin aktivator.
2. Dengan adanya ion kalsium, protrombin activator merangsang konversi
protrombin, (inaktif enzim) ke thrombin (aktif enzim).
3. Dengan adanya ion kalsium, thrombin mengubah molekul fibrinogen,
protein plasma yang larut, menjadi benang yang tidak larut yang disebut
fibrin. Benang-benang fibrin membentuk anyaman yang menjebak sel darah
dan menempel pada jaringan yang rusak untuk membentuk thrombus atau
bekuan darah.

2. Penggolongan Darah
Sistem golongan darah pada manusia ada tiga macam, yaitu sistem
ABO, sistem MN, dan sistem rhesus (Rh). Ketiga penggolongan darah
tersebut didasarkan atas kehadiran antigen(aglutinogen) tertentu dalam sel
darah merahnya dan zat anti (aglutinin). Menurut Breinstein (Jerman) dan
Furuhata (Jepang), golongan darah ini dikendalikan oleh sepasang gen.70
1) Sistem MN
Sitem MN merupakan jenis darah. Berbeda dengan golongan darah, jenis
darah biasanya tidak memegang peranan dalam tranfusi darah karena tidak
akan menyebabkan masalah tranfusi darah antara yang berbeda
jenisdarahnya selama golongan darahnya sama atau mengikuti aturan
tranfusi darah. Ada tiga jenis darah dalam sistem MN, yaitu:
1. Jenis M, mengandung antigen M
2. Jenis N, mengandung antigen N
3. Jenis MN, mengandung antigen M dan antigen N

69
Ibid.
70
Hilma Nurbayanti, Laporan Praktikum Biologi Umum Golongan Darah pada Manusia, 2017,
(www.academia.edu).
27

2) Sistem ABO
Penggolongan darah sistem ABO didasarkan pada ada atau tidaknya dua
antigen pada permukaan eritrosit, yaitu antigen A dan antigen B. seperti
semua antigen, antigen pada eritrosit merupakan sifat yang diturunkan dan
tetap tidak berubah dari lahir sampai meninggal.71
Pola Aglutinasi pada penentuan golongan darah sistem ABO.
Golongan Darah Serum Anti Serum Anti
A+Darah B+Darah
A Aglutinasi Tidak ada
aglutinasi
B Tidak ada Aglutinasi
aglutinasi
AB Aglutinasi Aglutinasi
O Tidak ada Tidak ada
aglutinasi aglutinasi

3) Sistem Rhesus (Rh)


Orang-orang yang memiliki memiliki antigen Rh pada eritrositnya
mereka dianggap memiliki Rh positif (+), dan jika tidak ada antigen Rh di
eritrositnya, individu tersebut dianggap mempunyai Rh negative (-). Orang
dengan Rh-negativ tidak akan membentuk antibodi anti-Rh kecuali ia telah
terkena antigen Rh. Untuk alasan ini, individu Rh-negativ harus diberikan
darah hanya dari Rh-negativ ketika ditranfusi. Jika diberikan darah dari Rh
positif, maka akan merangsang produksi antibodi anti-Rh. Rekasi tranfusi
tidak akan terjadi pada tranfusi pertama, karena butuh waktu bagi tubuh untuk
membuat antibody anti-Rh. Namun, setelah tranfusi kedua dari darah Rh
positif, antibody dalam plasma penerima akan bereaksi dengan antigen pada
eritosit dari darah yang disumbangkan.72

71
Sumiyati, op. cit., h. 30.
72
Ibid., h. 32.
28

3. Mekanisme Peredaran Darah


Mekanisme sistem peredaran darah pada manusia ada dua macam yaitu,
sistem peredaran daraj pulmonalis ( peredaran darah kecil/pendek) dan
peredaran darah sistemik (peredaran darh besar/panjang).73
 Sistem Peredaran darah pulmonalis
Yaitu sistem peredaran darah dari jantung, menuju ke paru-paru dan
kembali ke jantung.
Mekanismenya :
Ventrikel berkontraksi → katup trikuspid tertutup → katup semilunar arteri
paru-paru terbuka → darah kaya CO2 dari ventrikel kanan dibawa oleh arteri
pulmonalis → menuju ke paru-paru kanan dan kiri → di paru-paru darah
melepaskan CO2 → darah mengambil O2 di paru-paru → darah kaya O2
dibawa oleh vena pulmnalis → menuju ke atrium kiri → ventrikel relaksasi
→ katup bicuspid terbuka → darah mengalir ke ventrikel kiri.
 Sistem Peredaran darah Sistemik
Yaitu peredaran darah dari jantung, diedarkan ke seluruh tubuh dan
kembali ke jantung.
Mekanismenya :
Ventrikel berkontraksi → katup tricuspid tertutup → katup semilunar aorta
terbuka → darah kaya O2 dari ventrikel kiri masuk ke aorta → darah kaya O2
dibawa oleh arteri ke seluruh tubuh (kecuali aru-paru) → darah melepaskan
O2 dan mengambil CO2 dari seluruh jaringan tubuh → darah kaya CO2
dibawa oleh vena cava → menuju ke atrium kanan → ventrikel relaksasi →
katup tricuspid terbuka → darah mengalir ke ventrikel kanan.

4. Gangguan pada sistem peredaran darah dan teknologi untu


mengatasi gangguan tersebut.
Beberapa kelaianan atau penyakit pada sistem peredaran darah manusia
sebagai berikut.74

73
Irnaningtyas, Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Berdasarkan Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016,
(Jakarta : Erlangga, 2016), h. 208.
74
Ibid., h.216-217.
29

1. Anemia
2. Hemofilia
3. Leukemia
4. Siklemia
5. Talasemia
6. Hipertensi
7. Hipotensi
8. Arteriosclerosis
9. Thrombus
10. Embolus
11. Jantung coroner
12. Varises
13. Hemoroid
14. Limfangitis
15. Edema
16. Infark Miokard

Beberapa teknologi untuk mengatasi kelainan pada sistem peradaran


darah antara lain.75
1. Ekokardiograf
2. Pemindaian dengan bahan radio aktif
3. Operasi Bypass
4. Terapi gen
5. Angioplasti
6. Transplantasi jantung

B. Hasil Penelitian Relevan


Penelitian- penelitian telah dilakukan terkait dengan kemampuan
penalaran ilmiah atau scientific reasoning ability siswa baik dalam penerapan

75
Ibid., h. 218.
30

metode atau model pembelajaran dikelas maupun survey. Termasuk


diantaranya adalah penelitian deskriptif yang dilakukan oleh Ety Rimadani
pada Juni 2017 dengan judul Identifikasi Kemampuan Penalaran Ilmiah
Siswa SMA pada Materi Suhu dan Kalor didapat kemampuan penalaran
siswa yang menggunakan 3 pola penalaran ilmiah yang diadaptasi dari
Karplus dan hasilnya correlational reasoning paling banyak berkategori NR
(No Relationship) sebesar 44,3%. Pada proportional reasoning paling banyak
siswa berkategori AD (Additive) sebesar 24,7% dan pada probabilistic
reasoning siswa paling banyak berkategori AP (Afpproximate) sebesar 62,8%.
Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa kemampuan penalaran ilmiah siswa
masih tergolong rendah karena masih berada pada level-level terendah dalam
kategori di tiap-tiap pola penalaran ilmiah yang digunakan pada butir soal.76
Penelitian yang dilakukan oleh Diani Ika Puspita dengan judul Analisis
Tingkat Kemampuan Scientific Reasoning Siswa SMA Kelas X IPA se Kota
Tegal. Dalam penelitian ini, kemampuan scientific reasoning siswa diukur
dengan menggunakan soal tes pilihan ganda bertingkat yang diadaptasi dari
Lawson Clasroom Test Of Scientific Reasoning (LCTSR). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tingkat kemampuan scientific reasoning siswa SMA
kelas X IPA se Kota Tegal berada pada tingkat penalaran konkrit. Secara rinci
dijelaskan bahwa sebanyak 54% siswa SMA kelas X Kota Tegal berada pada
tingkat penalaran konkrit, 42% siswa SMA kelas X Kota Tegal berada pada
tingkat penalaran transisi serta sebanyak 4% siswa SMA kelas X Kota Tegal
berada pada tingkat penalaran formal.77
Penelitian- penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemampuan
penalaran ilmiah siswa masih berada pada level-level bawah atau sebagian
besar berada pada tingkat kemampuan konkret seperti penelitian yang
dilakukan oleh Rivani Dita Yediarani, Maison, dan Ahmad Syarkowi
mengenai Profil Kemampuan Bernalar Ilmiah Siswa SMP Se-Kota Jambi.

76
Ety, op.cit,. h. 833.
77
Diani Ika Puspita, “Analisis Tingkat Kemampuan Scientific Reasoning Sisswa SMA Kelas X
IPA se Kota Tegal”, conference paper disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Entreupreneurship III Semarang, 2016, h.198.
31

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% sampel berprofil konkrit. Dengan


kemampuan Conservation of matter and volume sebagai kemampuan yang
paling banyak dimiliki oleh siswa dengan persentase sebesar 16,1% dan
kemampuan yang paling rendah yaitu kemampuan Proportional reasoning
dengan persentase sebesar 3,0%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum
bisa menggunakan nalar mereka untuk hal-hal yang abstrak. Secara umum
tidak ada kemampuan bernalar yang memiliki persentase di atas 50% ini
menandakan bahwa kemampuan bernalar siswa SMP masih sangat rendah
dan mendasar. 78
Kemampuan penalaran juga dijadikan penelitian kembali oleh Valensa
Yossyana, Rayendra Wahyu Bachtiar. Penalaran yang diteliti yaitu penalaran
konservasi, proporsional, identifikasi dan kontrol variabel serta korelasional.
Metode yang digunakan yaitu pemberian tes berbentuk pilihan ganda dan
uraian secara berpasangan dan wawancara.79 Berdasarkan hasil analisis yang
telah dilakukan, maka didapatkan kemampuan penalaran siswa SMA di
Kabupaten Jember dari frekuensi skor 0-4, penalaran konservasi tertinggi
pada level 2, penalaran proporsional tertinggi pada level 0, identifikasi dan
kontrol variabel sebagian besar pada level 2 dan penalaran korelasional
sebagian besar pada level 4.80 Artinya, pada penelitian ini siswa berada pada
level tinggi hanya pada penalaran korelasional dan pola penalaran lainnya
berada pada level-level terendah.
Kemampuan penalaran ilmiah masih perlu dikembangkan, karenanya
keterampilan ini penting baik dalam keterlibatan pembelajaran setiap jenjang
pendidikan maupun dalam peristiwa sehari-hari. Untuk itu, penelitian
mengenai kemampuan penalaran ilmiah ini juga dilakukan pada tingkat
mahasiswa seperti penelitian yang dilakukan oleh sutarno dalam Profil
Penalaran Ilmiah (Scientific Reasoning) Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Fisika Universitas Bengkulu Tahun Akademik 2013/2014 40,8%

78
Rivani Dita Yediarani, Maison, Ahmad Syarkowi, “Scientific Reasoning Abilities Profil of Junior High
School in Jambi”, Indonesian Journal of Science and Education. Vol.3, 2019, h. 21.
79
Valensa, op. cit., h. 247.
80
Valensa, op .cit., h. 248.
32

mahasiswa memiliki kemampuan penalaran Transisional, 36,2% Operasional


Konkret, dan 23,0% memiliki kemampuan penalaran operasional formal.81
Meskipun kemampuan penalaran ilmiah diujikan pada tingkat mahasiswa,
keterampilan ini belum sepenuhnya atau minimal sebagian besar berada pad
tingkat penalaran formal, dengan demikian keterampilan penalaran ilmiah
harus terus dilatih dan dikembangkan karena kemampuan penalaran ilmiah
berbeda setiap individu tergantung pada perkembangan kognitifnya,
pengalaman, dan strategi atau model pembelajaran yang digunakan.

C. Kerangka Berpikir
Dalam setiap proses atau kegiatan sains diperlukan pemikiran yang
logis dan rasional sehingga penalaran ilmiah merupakan keterampilan
berpikir yang terlibat dalam setiap proses sains seperti penyelidikan,
eksperimen, evaluasi bukti, hingga penarikan kesimpulan dan menjadi sebuah
teori. Dalam kehidupan sehari hari penalaran penting dalam menyikapi suatu
peristiwa, mencari sebuah solusi dengan menganalisis data sesuai dengan
teori.
Kemampuan penalaran ilmiah memiliki kontribusi terhadap
perkembangan kognitif. Dalam sisi akademik kemampuan penalaran ilmiah
yang baik dapat membantu siswa memahami suatu konsep, sehingga siswa
mampu memberikan argumentasi dari pengetahuan yang telah didapatkan.
Kemampuan penalaran ilmiah atau scientific reasoning dalam abad 21
ini selain memiliki dampak jangka panjang terhadap prestasi akademik juga
diperlukan bagi siswa untuk mampu bersaing di era global. Melalui
kurikulum 2013 juga pemerintah menyatakan pentingnya kemampuan
penalaran seperti yang dijabarkan dalan Permendikbud Nomor 64 tahun 2013
mengenai standar isi yang diatur bagi siswa setingkat SMP dan SMA,
disebutkan dalam salah satu keterampilan yang harus dikuasai yaitu menalar
dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dipelajarinya
81
Sutarno,” Profil Penalaran Ilmiah (Scientific Reasoning) Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Fisika Universitas Bengkulu Tahun Akademik 2013/2014”, conference paper disampaikan pada
PROSIDING Semirata 2014 Fakultas MIPA IPB, Bogor, 2014 , h. 365.
33

di sekolah secara mandiri juga dalam Permendikbud nomor 21 Tahun 2016


substansi tujuan pendidikan nasional dalam domain sikap spiritual dan sikap
sosial, pengetahuan, dan keterampilan, ketarampilan dapat didapatkan melalui
kegiatan menalar.
Namun, kemampuan penalaran ilmiah di Indonesia masih rendah dan
belum menjadi perhatian lebih, untuk itu kemampuan penalaran ilmiah
selayaknya menjadi perhatian bagi para pelaku pendidikan dan terus dilatih
agar siswa memiliki keterampilan menalar dengan baik. Untuk dapat
memberikan keterampilan penalaran ilmiah dalam proses pembelajaran, guru
harusnya terlebih dahulu mengetahui sejauh mana kemampuan penalaran
ilmiah peserta didik dengan memberikan tes yang relevan, sehingga guru
dapa lebih mempersiapkan dan memberiakan secara optimal keterampilan
ilmiah dalam proses pembelajaran.
Secara sederhana, kerangka berpikir pada penelitian ini tersaji pada
Gambar 2.1.
34

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di 6 SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan
yaitu : SMAN 1, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 9, SMAN 10 dan SMAN 12
Kota Tangerang Selatan. Adapun Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November 2018.

B. Metode dan Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, adapun desain
penelitianya adalah survei. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumplkan informasi mengenai status suatu gejala
yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya saat penelitian
dilakukan.1 Penyajian data pada penelitian ini melalui tabel, grafik,
perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata- rata serta perhitungan
presentasi. Metode survey dapat dilakukan untuk suatu data yang sifatnya
nyata (tangible).2 Informasi yang diperoleh dari peneltian survei dapat
dikumpulkan dari seluruh populasi dan dapat pula hanya sebagian dari
populasi.3
Survei yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara
memberikan instrumen berupa tes Kemampuan Penalaran Ilmiah mengenai
Sistem Peredaran Darah sebagai data utama dan diberikan wawancara kepada
guru biologi untuk mengetahui sejauh mana guru biologi menghadirkan
Kemampuan Penalaran Ilmiah dalam pembelajaran sebagai data pendukung.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan instrumen yang
mengukur kemampuan penalaran ilmiah peserta didik mengenai sistem
peredaran darah. Instrument berjumlah 15 soal yang memuat pertanyaan dari

1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2005), h. 234.
2
Ibid., h. 237.
3
Ibid., h. 236.

35
36

pola penalaran ilmiah yang diteli yakni : Class Inclusion Reasoning, Serial
Ordering Reasoning, Correlational Reasoning, Theoritical Reasoning, dan
Functionality Reasoning.

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.4 Populasi
merupakan suatu keseluruhan dari objek atau individu yang merupakan
sasaran penelitian.5
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN di
kota Tangerang Selatan yang telah memperoleh materi dan pembelajaran
konsep Sistem Peredaran Darah Manusia. Terdapat 12 SMA Negeri di
wilayah Tangerang Selatan.
Sampel merupakan bagian dari suatu populasi yang diambil dengan cara
tertentu sebagaimana yang ditetapkan oleh peneliti.6 Sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
dalam populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.7
Dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka
penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik cluster
random sampling merupakan bagian dari jenis teknik penarikan sampel
secara probabilitas. Teknik penarikan sampel probabilitas adalah suatu teknik
penarikan sampel yang mendasarkan diri bahwa setiap anggota populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.8Untuk

4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2005), h. 80.
5
R.Gunawan Sudarmanto, Statistik Berbasis Komputer dengan Program IBM SPSS Statistics 19,
( Jakarta : Mitra Wacana Media, 2013), h. 26.
6
Ibid., h. 30.
7
Sugiyono, op. cit., h. 81.
8
Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi,
( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 122-123.
37

menentukan sampel cluster dibuat berdasarkan urutan hasil ujian nasional


biologi tahun 2017 dan dibagi menjadi tiga cluster yakni cluster Tinggi,
sedang dan rendah.9 Untuk menentukan anggota-anggota populasi mana yang
akan dijadikan sebagai sampel penelitian, ditetapkan secara bertahap, yaitu
dari wilayah yang luas sampai ke wilayah yang sempit.
Peneliti baru akan dapat mengambil sampel setelah ditetapkan wilayah
yang paling kecil. Setelah wilayah terkecil terpilih peneliti baru melakukan
undian atau pengambilan sampel secara acak. Pengundian yang dilakukan
anggota populasi ke kelompok sampel dilakukan sebagaimana pada cara acak
sederhana (simple random).10 Sampel terpilih sebanyak 439 peserta didik dari
masing-masing 2 kelas terpilih secara acak dari enam SMAN di Tangerang
Selatan yang sudah mempelajari konsep sistem peredaran darah Dengan
demikian, cara penarikan sampel dapat dilakukan seperti gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Penarikan Sampel Penelitian.

Panduan yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah sampel


merupakan siswa SMA yang telah menerima materi dan pembelajaran konsep
Sistem Peredaran Darah.

9
Lampiran 14, h. 169.
10
Gunawan, op. cit, h. 48.
38

D. Prosedur Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian, setiap peneliti perlu mengetahui
langkah atau prosedur yang harus dilakukan guna penelitian lebih efektif.
Berikut langkah-langkah dalam penelitian survei.11
1. Menentukan populasi yang diinginkan dan tentukan prosedur pengambilan
sampel.
2. Mengetahui sebenarnya apa yang ingin diketahui dari penelitian tersebut.
3. Menentukan instrumen survei yang akan digunakan.
4. Menentukan bagaimana penelitian tersebut akan dikelola.
5. Pastikan untuk menghindari jebakan dalam menyusun sebuah pertanyaan.
Jadi, secara singkat tahap perencanaan dan perancangan survei terdiri dari
beberapa langkah: mengidentifikasi tujuan penelitian, mengidentifikasi dan
mengkarakterisasi audiens target, dan merancang rencana pengambilan
sampel.12
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap pendahuluan,
tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
1. Tahap Pendahuluan
a. Menentukan, memperbaiki, dan mengembangkan instrumen Kemampuan
Penalaran Ilmiah. Pengembangan istrumen dilakukan sesuai dengan pola
penalaran ilmiah menurut Karplus. Instrumen terdiri dari 15 nomor soal yang
mencakup 5 pola penalaran ilmiah : class inclusion reasoning, serial
ordering, theoretical reasoning, correlational reasoning dan functionality
reasoning.
b. Membuat Instrumen wawancara untuk guru mata pelajaran Biologi
berkaitan dengan aplikasi pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan
penalaran ilmiah.
c. Penentuan Sekolah yang akan dilakukan uji coba dan penelitian.

11
Steps in survey research,
(http://web.mnstate.edu/malonech/Psy231/Notes/steps_in_survey_research%20GF4.htm).
12
H. Kent Baker ,J. Clas Singleton, E. Theodore, Survey Research in Corporate Finance, (New
York : Oxford University Press, 2011), p. 33.
39

d. Melakukan uji coba tes kemampuan penalaran ilmiah pada siswa SMAN
kelas xii yang telah mempelajari materi sistem peredaran darah.
e. Melakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen tes uji coba
kemampuan penalaran ilmiah.

2. Tahap Pelaksanaan
a. Membagikan instrumen tes kemampuan penalaran ilmiah kepada sampel
yang telah ditentukan yakni peserta didik kelas XI dari 6 SMAN yang ada di
wilayah Tangerang Selatan untuk melihat tingkat ketarampilan penalaran
ilmiah pada materi sistem peredaran darah.
b. Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi.

3. Tahap Akhir
a. Mengolah data instrmen tes kemampuan penalaran ilmiah peserta didik.
b. Membuat kesimpulan dari data dalam bentuk tabel/diagram dan deskripsi.
Prosedur penelitian dapat digambarkan pada gambar 3.2 berikut.

Tahap Identifikasi tujuan penelitian


Pendahuluan

Studi Pustaka Penalaran Ilmiah

Pembuatan Instrumen

Uji Coba Instrumen

Analisis Data Hasil Uji Coba


Instrumen
40

Tes Kemampuan Penalaran


Ilmiah dan Wawancara

Tahap Pelaksanaan

SMAN A SMAN B SMAN C SMAN D SMAN E SMAN F

Pengolahan dan Analisis Data

Tahap Akhir Kesimpulan

Gambar 3.2 Alur Penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data


Metode atau teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.13 Cara merujuk pada
sesuatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan dalam benda yang kasat mata,
tetapi hanya dapat dipertontonkan penggunaannya.14 Terdaftar sebagai
metode-metode penelitian adalah : angket (questionnaire), wawancara atau
interview, pengamatan atau observation, ujian atau test, dokmentasi.15 Teknik
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Tes Kemampuan
Penalaran Ilmiah pada Peserta Didik dan melakukan Wawancara Langsung
pada Guru Mata Pelajaran.

13
Arikunto, op. cit, h. 100.
14
Ibid.
15
Ibid., h. 102.
41

F. Instrumen Penelitian
1. Tes
Instrumen untuk melakukan asesmen ada dua jenis, yaitu tes dan non
tes. Tes seperti yang diungkapkan oleh Zainul A & Nasution, bahwa tes
adalah suatu pertanyaan atau seperangkat tugas yang di rencanakan untuk
memperoleh informasi tentang atribut atau karaakteristik pendidikan atau
psikologi yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai
jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.16 Tes dapat diklasifikasikan
menurut bentuk , tipe, dan ragamnya, bentuk tes ada dua yaitu, tes uraian
(essay test) dan tes obyektif.17 Sejauh ini telah banyak penelitian mengenai
kemampuan penalaran ilmiah di tingkat SMA, penelitian tersebut
menggunakan tes pilihan ganda bertingkat yang dikembangkan oleh Lawson,
namun penelitian tersebut dianggap terlalu umum dan kaku.
Penelitian ini menggunakan konsep biologi, yang mana hakikat dari
biologi adalah mengembangkan keterampilan berpikir, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan fakta dan membangun konsep,
serta bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif
dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains.18 Sejalan dengan
tujuan dari Kemampuan penalaran ilmiah adalah membantu siswa untuk
menjelaskan suatu konsep, untuk itu instrumen dibuat secara essay agar
peserta didik juga dapat berlatih menjelaskan konsep yang telah dipelajari.
Meski menggunakan instumen ganda bertingkat, kemungkinan peserta didik
untuk menjawab tes secara sembarang tetap besar dibanding secara essay.
Jika instrumen menggunakan essay, maka mau tidak mau peserta didik
dituntut untuk lebih menganalisis dan menggunakan logika secara optimal (
sesuai karakteristik kemampuan penalaran ilmiah). Sehingga dalam penelitian
ini menggunakan tes Kemampuan Penalaran Ilmiah berupa soal isian atau
essay terkait Sistem Peredaran Darah. Tes Kemampuan Penalaran ilmiah pada
penelitian ini mencakup 5 Pola penalaran ilmiah yang akan dikembangkan
yakni, Class Inclusion, Serial Ordering, Theoritical Reasoning, Correlational
Reasoning dan Functionaliy Reasoning yang dikembangkan dari pola
penalaran imliah menurut Karplus.
42

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Penalaran Ilmiah19

Pola Penalaran Indikator Penalaran Indikator Jumlah No.


Ilmiah Ilmiah Pembelajaran Soal Soal
Serial Ordering Mengurutkan Mengurutkan proses 1 1
sekumpulan objek atau peredaran darah
peristiwa Mengurutkan proses 1 2
pembekuan darah
Class Inclusion Membuat klasifikasi Mengkategorikan 3 3,4,5
Reasoning sederhana komponen-komponen
penyusun darah

Correlational Menjelaskan sebab Menjelaskan kelainan 3 6,7,8


Reasoning akibat suatu data atau dan gangguan serta
peristiwa kaitannya dengan
teknologi kesehatan
sistem peredaran darah

Theoretical Menerapkan konsep Menjelaskan konsep 2 9,10


Reasoning atau teori untuk golongan darah
menginterpretasikan
data
Menerapkan Konsep Menganalisis kaitannya 2 11,12
atau teori untuk factor rhesus terhadap
menganalisis fenomena keselamatan janin dalam
kandungan
Functionality Menganalisis hubungan Menganalisis faktor 1 13
Reasoning fungsional yang mempengaruhi
denyut jantung

Menganalisis alat-alat 2 14,15


peredaran darah

Jumlah 15

Tes kemudian dinilai dan dikategorikan berdasarkan skala kategori


kemampuan penalaran ilmiah. Kriteria kategori kemampuan penalaran ilmiah
dapat dilihat pada Tabel 3.2.

16
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta : Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 75.
17
Ibid., h. 76.
18
Eskatur Nanang Putro, “ Pengembangan Modul Berbasis Inquiry Lesson untuk Meningkatkan
Literasi Sains Dimensi Proses dan Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan pada Materi Sistem
Pencernaan Kelas XI”, Jurnal Tadris Pendidikan Biologi, Vol. 9, 2018, h.46.
19
Lampiran 2, h. 89.
43

Tabel 3.2 Skala Kategori Kemampuan Penalaran Ilmiah20


Kategori Kemampuan Penalaran Nilai
Ilmiah
Baik (Formal) 71-100
Cukup (Transisi) 36-70
Kurang (Konkret) 0-35

2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka dengan penanya
atau pewawancara.21 Wawancara juga dapat digunakan untuk memperoleh
atau memastikan suatu fakta atau isi yang mempunyai sasaran melalui alasan-
alasan.22 Pada penelitian ini wawancara ditujukan untuk Guru Mata Pelajaran
Biologi untuk mengetahui sejauh mana guru biologi memberikan penalaran
ilmiah kepada peserta didik dan fakta pengetahuan guru mengenai
kemampuan penalaran ilmiah dan implikasinya bagi peserta didik. Berikut
Instrumen wawancara guru mata pelajaran Biologi.

Instrumen Wawancara Guru Mata Pelajaran Biologi23

No Pertanyaan Jawaban
1 Model pembelajaran apa yang sering
ibu/bapak gunakan ?

2 Apakah ibu/bapak merasa kesulitan


dalam menampilkan berbagai model
pembelajaran kepada peserta didik?

20
Nuzli Fahdia Mazfufah, Yanti Herlanti, Yuke Mardiati “Increasing Scientific Reasoning within
Discussion of Scientific and Socioscientific Issues on Virus Topics”, Advances in Social Science,
Education and Humanities Research, volume 115 3rd International Conferences on Education in
Muslim Society (ICEMS 2017), 2018, p. 203.
21
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia. 2009), h. 193.
22
Ibid., h. 197.
23
Lampiran 6, h. 124.
44

?
3 Model pembelajaran apa yang sering
ibu/bapak gunakan dalam
menyampaiakan materi sistem peredaran
darah ?
4 Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai
Kemampuan penalaran Ilmiah ?

5 Seberapa penting Kemampuan penalaran


Ilmiah bagi peserta didik (SMA)
menurut Bapak/Ibu ?
6 Bagaimana fungsi kemampuan penalaran
ilmiah bagi peserta didik ?

7 Bagaimana cara ibu/bapak dalam


menampilkan penalaran ilmiah ?

8 Pola penalaran seperti apa yang perlu


dimiliki oleh peserta didik ?

9 Bagaimana hasil belajar peserta didik saat


diberikan soal yang mengacu pada objek
atau benda yang dapat diamati ?

10 Apakah ibu/bapak pernah memberikan


soal kepada peserta didik yang mensgacu
pada prosedur atau langkah-langkah ?
Bahaimana hasilnya ?
45

11 Bagaimana hasil belajar peserta didik saat


diberikan soal yang mengacu pada
konsep yang berhubungan, benda-benda
abstrak atau teori ?
12 Bagaimana upaya ibu/bapak agar peserta
didik dapat memberikan kesimpulan logis
berdasarkan konsep ilmiah ?
13 Menurut ibu/bapak apakah
perkembangan kognitif peserta didik
berpengaruh terhadap penyelesaian soal ?

G. Kalibrasi Instrumen
Instrumen penelitian harus memenuhi persyaratan tertentu agar
dapat diujikan kepada sampel penelitian. Persyaratan yang dimaksud adalah
analisis terhadap instrumen yang akan digunakan meliputi uji validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Oleh karena itu, sebelum
diberikan kepada sampel penelitian, instrumen harus diujicobakan terlebih
dahulu. Pada penelitian ini, uji coba instrumen diberikan kepada kelas yang
telah menerima materi sistem peredaran darah sebelumnya, yaitu kelas X
MIA. Uji coba dilaksanakan di dua kelas yang berbeda. Masing-masing dari
kelas tersebut menerima dua tipe soal yang berbeda, yaitu untuk kelas A
mendapatkan soal uji coba tipe A dan untuk kelas B mendapatkan soal uji
coba tipe B. Soal tipe A dan tipe B, masing-masing terdiri dari 12 soal
penalaran ilmiah. Adapun alasan membagi keseluruhan soal menjadi dua tipe
adalah untuk menghindari siswa menjawab soal secara sembarang. Selain itu,
pemberian 12 soal untuk masing-masing kelas juga dimaksudkan agar siswa
dapat memaksimalkan proses menjawab soal. Setelah diujikan, kalibrasi
instrumen pada penelitian ini dilakukan menggunakan software ANATES V4
melalui beberapa uji yakni :
46

1. Uji Validitas
Uji Validias merupakan cara untuk memvalidasi suatu instrument
sehingga sehingga dikatakan valid. Validitas berkenaan dengan ketetapan alat
ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang
seharusnya diukur.24
Uji validitas soal uraian dilakukan menggunakan software ANATES
versi 4.0. Pada program ini digunakan rumus korelasi biserial. Korelasi
biserial adalah korelasi product moment yang diterapkan pada data, di mana
variabel-variabel yang dikorelasikan sifatnya masing-masing berbeda satu
sama lain.25 Rumus yang digunakan pada analisis korelasi biserial adalah
sebagai berikut:26

Keterangan :
rbis = koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki
jawaban benar
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi skor total
p = proporsi peserta tes yang jawabannya benar pada
soal
q = 1-p
Tabel 3.3 Hasil Uji Validasi
Kategori Nomor Soal
Valid 1A,2A,5A,6A,7A,8A,9A,10A,11
A,12A,2B,
4B,5B,7B,8B,9B,10B,12B
Tidak Valid 3A,4A,1B,3B,6B

24
Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sibar Baru Bandung,
1989), h. 117.
25
Sumarna Surapranata, Analisis Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006), h. 61.
26
Ibid.
47

2. Uji Reliabilitas
Realibilitas alat ukur adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut
dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya, kapanpun alat ukur tersebut
digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama.27
Uji reliabilitas tes uraian dilakukan menggunakan software ANATES
versi 4.0 didapat reliabilitas tes soal tipe A = 0,78 dan reliabilitas tes soal tipe
B = 0.61. Kriteria yang digunakan dalam uji reliabilitas sebagai berikut.
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Reliabilitas28

Interval Kriteria
0.81 – 1.0 Sangat Baik
0.61 – 0.80 Baik
0.41 – 0.60 Sedang
0.21 – 0.40 Rendah
0,00-0,20 Sangat rendah

Rangkuman analisis realiabilitas instrument penalaran ilmiah dapat dilihat


pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.5 Rangkuman analisis realiabilitas instrument
penalaran ilmiah29
Nilai Reliabilitas Kategori
Soal (Tipe A) 0,78 Baik
Soal (Tipe B) 0,61 Baik

3. Tingkat Kesukaran
Mengukur tingkat kesukaran soal dinilai sangat penting dalam rangka
menyediakan berbagai macam alat diagnostik kesulitan belajar peserta didik
ataupun dalam rangka meningkatkan penilaian berbasis kelas.30 Pada

27
Nana, op. cit., h. 120.
28
Hadi Sutrisno, An Quality Analysis Of The Mathematics School Examination Test, Jurnal Riset
Pendidikan Matematika ,Volume 3Nomor 3, November 2016, Print ISSN: 2356-268, h. 166.
29
Lampiran 8, h. 140.
30
Surapranata, op.cit., h. 11.
48

penelitian ini, pengukuran tingkat kesukaran soal digunakan untuk melihat


pola penalaran mana yang dianggap paling sukar. Rumus yang digunakan
untuk mengukur tingkat kesukaran pada program ANATES versi 4.0 adalah
sebagai berikut:31
P = ∑x
Sm.N
Keterangan :
P = proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran
∑x = banyaknya peserta tes yang menjawab benar
Sm = skor maksimum
N = jumlah peserta tes
Soal dikategorikan berdasarkan tingkat kesukarannya, berikut tabel 3.7
klasifikasi indeks kesukaran soal.

Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal32


Nilai Kriteria
< 0,25 Sangat Sukar
0-0,25 Sukar
0,26-0,75 Sedang
0,76-1 Mudah

Berikut Hasil uji coba tingkat kesukaran yang telah dilakukan pada tipe soal
A dan tipe soal B.

Tabel 3.7 Rangkuman Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Penalaran


Ilmiah

31
Ibid., h. 12.
32
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), h. 103-104.
49

Kriteria Tingkat Nomor soal Jumlah Nomor soal Jumlah


Kesukaran (Tipe A) (Tipe B)

Sangat Sukar
- - 8 1
Sukar
- - - -
Sedang 1,2,5,6,7,8,9 1,2,3,4,5,6,7
10,11,12 9 9,10,11,12 11
Mudah 3,4
2 - -

4. Daya Pembeda
Perhitungan indeks daya beda dilakukan untuk membedakan antara
peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang
berkemampuan rendah.33 Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi (D). Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00
sampai 1,00.34
Perhitungan daya beda pada penelitian ini dilakukan menggunakan
software ANATES versi 4.0. Pada program tersebut, perhitungan daya beda
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:35
D = ∑A - ∑B
nA nB

Keterangan :
D = indeks daya pembeda
∑A = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok
atas
∑B = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok
bawah

33
Surapranata , op. cit, h.23.
34
Mujianto solichin, “Jurnal Manajemen & Pendidikan Islam“, Jurnal Program Pasca Sarjana
UNIPDU Jombang, Vol. 2, 2017, h. 197.
35
Surapranata , op. cit, h.31.
50

nA = jumlah peserta tes kelompok atas


nB = jumlah peserta tes kelompok bawah

Daya pembeda suatu soal dapat dikategorikan berdasarkan berdasarkan


suatu nilai. Berikut tabel kategori daya pembeda.

Tabel 3.8 Kategori Daya Pembeda36


Batasan Kategori
0% <DP≤ 20% Jelek
21% <DP≤ 40% Cukup
41% <DP≤ 70% Baik
71 <DP≤ 100% Baik Sekali

Berikut Rangkuman hasil uji coba yang telah dilakukan pada tipe soal A dan
tipe soal B.

Tabel 3.10 Rangkuman Analisis Daya Beda Instrumen


Penalaran Ilmiah
Kriteria Tingkat Nomor soal Jumlah Nomor soal Jumlah
Daya Beda (Tipe A) (Tipe B)
Jelek
3,4 2 1,3,5 3
Cukup 2,6,7,8,9,10,11
5,9,12
3 ,12 8
Baik
1,7,8,11
4 4 1
Baik sekali
2,6,10
3 - -

36
Mahmud Alpusari, “Analisis butir Soal Konsep Dasar IPA 1 Melalui Penggunaan Program
Komputer Anates Versi 4.0 For Windows”, Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, Vol.3, Nomor :2, 2014,
h. 106.
37
Ali Muhson, “ Teknik Analisis Kuantitatif”, Makalah disampaikan dalam kegiatan Pelatihan Metodologi
Penelitian oleh BEM FIS UNY, Yogyakarta, 4 Maret 2006.
51

H. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data pada penelitian ini merupakan teknik analisis data
dalam bentuk statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam bentuk deskripsi semata
dalam arti tidak mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis,
membuat ramalan atau penarikan kesimpulan.37
Penelitian ini tidak menguji hipotesis, komparasi data, atau menerangkan
variabel yang saling berhubungan, untuk itu penyajian data pada penelitian ini
dalam bentuk tabel rata-rata,presentasi tiap pola penalaran ilmiah dan presentasi
tiap sekolah. penyajian data dalam bentuk visual berupa diagram batang.

1. Teknik Analisis Kemampuan Penalaran Ilmiah Peserta Didik

Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa ( karangan,


perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Instrumen tes kemampuan penalaran ilmiah yang telah dikerjakan oleh
responden ( peserta didik) diberikan nilai/skor sesuai dengan rentang skor yang
telah ditentukan untuk setiap pola penalaran ilmiah. Berikut ketentuan skoring 0-
4:
Tabel 3.11 Rubrik Skor Kemampuan Penalaran Ilmiah
No Soal Pola Penalaram Jawaban Standar Penilaian
1 Urutkanlah proses peredaran darah besar Serial ordering Urutan sesuai pernyataan : Mengurutkan sekumpulan
2 objek atau peristiwa
berikut dengan memberikan nomor pada
3 4 = berhasil mengurutkan
masing-masing kotak : 4 sekumpulan objek atau
1 perisriwa dengan jelas dan
Aorta menerima darah yang
5 lengkap
mengandung O2 dan mengalirkannya pada 3= berhasil mengurutkan
sekumpulan objek atau
arteri ke seluruh tubuh
peristiwa setidaknya 50%
(sekurang-kurangnya dapat
mengurutkan 3 data dengan
Darah yang memasuki pembuluh
benar)
vena dan mengangkut darah yang 2= berhasil mengurutkan
sekumpulan objek atau data
mengandung CO2
kurang dari 50% sekurang-
Darah yang mengandung kurangnya dapat
mengurutkan (2 data dengan
CO2 dialirkan ke vena bagian atas dan vena
benar)
bagian bawah 1= Tidak dapat mengurutkan
52

Dimulai dari bilik kiri yang sekumpulan objek atau data


dengan benar
mengalirkan darah ke aorta
0 = tidak Menjawab
Vena atas dan vena bagian
bawah bertemu disatu vena dan
memasuki serambi kanan

2 Urutkanlah tahap-tahap pembekuan darah Serial ordering Urutan tahap pembekuan Mengurutkan sekumpulan
darah : objek atau peristiwa
berikut dengan memberikan nomor pada
2
masing-masing kotak 1 4 = berhasil mengurutkan
3 sekumpulan objek atau
Enzim trombokinase dan Ca2+
4 peristiwa dengan jelas dan
mengubah protein Plasma protombin lengkap
3= berhasil mengurutkan
(dibentuk oleh hati) menjadi enzim
sekumpulan objek atau
thrombin. peristiwa setidaknya 50%
(sekurang-kurangnya dapat
Pembentukan enzim trombokinase
mengurutkan 2 data dengan
(tromboplastin) oleh sel-sel jatingan yang benar)
2= berhasil mengurutkan
terluka dan trombosit.
sekumpulan objek atau data
Enzim trombin mengubah kurang dari 50% sekurang-
kurangnya dapat
fibrinogen larut ( yang dibentuk oleh hati)
mengurutkan (1 data dengan
menjadi fibrin yang tidak larut. benar)
1= Tidak dapat mengurutkan
Sel-sel darah yang terjerat dalam
sekumpulan objek atau data
jaringan dan bersama-sama membentuk dengan benar
0 = Tidak Menjawab
gumpalan darah (thrombus)

3 Berikut merupakan gambar mengenai jenis- Class inclusion Granulosit : Neutrofil, Membuat Klasifikasi
jenis sel darah putih. Eusinofil, Basofil Sederhana
reasoning
Agranulosit : Limfosit dan
monosit 4 = Menyediakan semua
representasi dari klasifikasi
yang diperlukan
Basofil Eosinofil 3 = Menyediakan setidaknya
50% representasi dari
klasifikasi yang diperlukan.
(menyebutkan masing-
masing klasifikasi dengan
menyediakan 2 representasi
pada klasifikasi granulosit
Monosit Neutrofil dan 1 representasi pada
klasifikasi agranulosit dengan
benar)
2 = Menyediakan kurang dari
50% representasi dari
klasifikasi yang diperlukan.
Limfosit (menyebutkan masing-
masing klasifikasi dengan
Kelompokkan gambar-gambat tersebut menyediakan 1 representasi
kedalam jenis sel darah putih Granulosit dan pada klasifikasi granulosit
Agranulosit dan 1 representasi pada
klasifikasi agranulosit dengan
benar)
53

1 = Tidak memberikan
pernyataan atau representasi
yang dimengerti ( semua
representasi salah)
0 = Tidak Menjawab
4 Ditemukan ciri-ciri sel darah berikut. Class inclusion Berdasarkan karakteristik- Membuat Klasifikasi
karakteristik tersebut, sel Sederhana
reasoning
darah dapat
dikelompokkan menjadi : 4 = Menyediakan semua
1. Sel darah putih representasi dari kalsifikasi
(leukosit) yakni yang diperlukan
pada ciri-ci :B, 3 = Menyediakan setidaknya
G,H 50% dari klasifikasi
2. Sel darah merah representasi yang diperlukan.
(eritrosit) yakni (menyebutkan masing-
pada ciri-ciri: masing klasifikasi dengan
A,E,F menyediakan 2 representasi
3. Keeping darah pada klasifikasi leukosit, 2
(trombosit) yakni representasi pada klasifikasi
pada ciri-ciri : eritrosit dan 1 representasi
C,D pada klasifikasi trombosit
dengan benar)
2 = Menyediakan kurang dari
50% representasi dari
klasifikasi yang diperlukan.
(menyebutkan masing-
masing klasifikasi dengan
menyediakan 1 representasi
pada klasifikasi leukosit, 1
representasi pada klasifikasi
eritrosit dan 1 representasi
pada klasifikasi trombosit
dengan benar)
1 = Tidak memberikan
pernyataan atau representasi
yang dimengerti ( semua
representasi salah)
0 = Tidak Menjawab

Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan,


ada berapa jenis sel darah yang dapat kamu
54

klasifikasikan? Apa sajakah itu ?

5 Berikut merupakan gambar sel-sel darah. Class inclusion Membuat Klasifikasi


Sederhana
reasoning A B C
5 3 1 4 = Menyediakan semua
representasi dari klasifikasi
7 6 2 yang diperlukan
4 3 = Menyediakan setidaknya
a) b) 50% representasi dari
klasifikasi yang diperlukan.
(menyebutkan masing-
masing klasifikasi dengan
menyediakan 1 representasi
pada klasifikasi A,
c) menyediakan 1 representasi
pada klasifikasi B dan 2
Kelompokkan pernyataan-peryataan berikut representasi pada klasifikasi
yang memiliki hubungan dengan masing- C dengan benar)
masing gambar. 2 = Menyediakan kurang dari
1. Memiliki kemampuan gerakan 50% representasi dari
amoeboid klasifikasi yang diperlukan.
2. Fungsinya melindungi tubuh (menyebutkan masing-
terhadap infeksi masing klasifikasi dengan
3. Fungsinya untuk pembekuan darah menyebutkan masing-masing
4. Memiliki nukleus tapi tidak klasifikasi dengan
memiliki hemoglobin menyediakan 1 representasi
5. Berfungsi untuk mengangkut O2 pada klasifikasi A,
6. Ukurannnya lebih kecil diantara menyediakan 1 representasi
sel-sel darah pada klasifikasi B dan 1
7. Struktur sel ini terkait erat dengan representasi pada klasifikasi
fungsinya C dengan benar)
1 = Tidak memberikan
pernyataan atau representasi
yang dimengerti ( semua
representasi salah)
0 = Tidak Menjawab
6 Survei Sample Registration System (SRS) Correlational Penyakit jantung coroner Menjelaskan sebab akibat
(PJK) disebabkan oleh dari suatu data atau peristiwa.
pada tahun 2014 menunjukkan penyakit reasoning
penyempitan atau
jantung coroner di Indonesia menjadi penyumbatan arteri 4 = memberikan penjelasan
koronaria yang terjadi secara tepat untuk
penyebab kematian tertinggi pada semua
karena pengerasan permasalahan yang diberikan
umur setelah stroke. Jumlahnya mencapai arteri, endapan lemak dengan menjelaskan
atau endapan zat kapur keterkaitan antara
12,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa
yang berfungsi permasalahan dengan sebab
kelainan pada sistem sirkulasi merupakan mengangkut O2 ke akibat sehingga kata kunci
Jantung yang dapat diatasi disediakan dengan sempurna
penyebab utama kematian di Indonesia.
melalui ` tindakan operasi 3 = penjelasan sebab akibat
Jelaskan penyebab penyakit jantung koroner Bypass atau operasi bedah masih berkaitan dengan
pintas coroner merupakan permasalahan, kata kunci
dan kaitannya dengan tindakan operasi
teknik pembedahan yang diberikan kurang
Bypass ? untuk mengatasi sempurna.
penyumbatan pada 2 = penjelasan sebab akibat
pembuluh arteri masih berkaitan dengan
koronariadengan permasalahan, kata kunci
mencangkok pembuluh salah
darah lain dari tubuh 1=
untuk dapat mengalirkan Penjelasan tidak dapat
55

darah ke jantung. dimengerti, penjelasan salah


atau tidak terkait dengan data
Kata Kunci : atau peristiwa yang diberikan
1. Penyempitan arteri 0 = Tidak Menjawab
koronaria
2. Pengerasan arteri /
endapan
lemak/endapan zat
kapur
teknik pembedahan untuk
mengatasi penyumbatan
pada pembuluh arteri
koronaria
7 Apakah kamu pernah mendengar penyakit Correlational Pembekuan darah Menjelaskan sebab akibat
merupakan bagian penting dari suatu data atau peristiwa.
hemofilia ?pada penderita hemofilia darah reasoning
dari proses penyembuhan
sulit membeku akibat pendarahan yang yang memperlambat dan 4 = memberikan penjelasan
menghentikan secara tepat untuk
berlebihan atau memar dan dapat berdarah
pendarahan. Hemofilia permasalahan yang diberikan
dalam jangka waktu yang panjang bahkan disebabkan oleh dengan menjelaskan
kurangnya protein yang keterkaitan antara
bahkan dapat mengancam nyawa penderita.
bertanggung jawab dalam permasalahan dengan sebab
Jelaskan penyebab penyakit hemofilia! pembekuan darah, akibat sehingga kata kunci
akibatnya penderita dapat disediakan dengan sempurna
berdarah selama jangka 3 = penjelasan sebab akibat
waktu yang panjang masih berkaitan dengan
bahkan dari luka kecil permasalahan, kata kunci
atau cedera. yang diberikan kurang
sempurna.
Kata Kunci : 2 = penjelasan sebab akibat
kurangnya protein masih berkaitan dengan
permasalahan, kata kunci
salah
1=
Penjelasan tidak dapat
dimengerti, penjelasan salah
atau tidak terkait dengan data
atau peristiwa yang diberikan
0 = Tidak Menjawab
56

8 Seorang wanita mengalami sakit kepala Correlational Hipertensi dapat terjadi Menjelaskan sebab akibat
parah, nyeri dada dan badan lemas dengan karena gaya hidup dan dari suatu data atau peristiwa.
reasoning
tekanan darah 170/90 mmHg dokter pola makan yang buruk
mengatakan pasien tersebut menderita atau karena obesitas, 4 = memberikan penjelasan
hipertensi. Apa penyebab dari hipertensi merokok, terlalu banyak secara tepat untuk
?jelaskan akibat hipertensi apabila terjadi mengkonsumsi alkohol, permasalahan yang diberikan
secara berkepanjangan. Bagaimana pola kurang olahraga,stress dengan menjelaskan
hidup untuk mencegah hipertensi? atau karena konsumsi keterkaitan antara
obat-obatan. Tekanan permasalahan dengan sebab
darah tinggi akibat sehingga kata kunci
berkepanjangan dapat disediakan dengan sempurna
mengakibatkan penyakit 3 = penjelasan sebab akibat
jantung, gagal ginjal dan masih berkaitan dengan
stroke. Olahraga teratur permasalahan, kata kunci
dan diet sehat adalah cara yang diberikan kurang
terbaik untuk mencegah sempurna.
tekanan darah tinggi. 2 = penjelasan sebab akibat
masih berkaitan dengan
Kata kunci : permasalahan, kata kunci
1. gaya hidup dan salah
pola makan 1=
yang buruk Penjelasan tidak dapat
atau karena dimengerti, penjelasan salah
obesitas, atau tidak terkait dengan data
merokok, atau peristiwa yang diberikan
terlalu banyak 0 = Tidak Menjawab
mengkonsumsi
alkohol, kurang
olahraga,stress
atau karena
konsumsi obat-
obatan
2. jantung, gagal
ginjal dan
stroke
9 Berikut ini merupakan data golongan darah Theoritical Antigen A (golongan Menerapkan konsep atau
beberapa siswa kelas XI IPA. darah A) dan antibodi a teori untuk
reasoning
(golongan darah b) tidak menginterpretasikan data
sesuai. Demikian pula,
antigen B dan antibodi b 4 = Menerapkan konsep dan
juga tidak sesuai. menginterpretasikan data
dengan memberikan kata
sehingga berdasarkan kunci dengan sempurna serta
pengamatan dapat penjelasan sepenuhnya
disimpulkan bahwa : berkaitan dengan data atau
Berdasarkan data tersebut, hal apa yang Ketika darah dari dua peristiwa
dapat kamu simpulkan? golongan darah yang 3 = Interpretasi berkaitan
berbeda, yaitu A dan B dengan konsep atau teori
dicampurkan, maka akan yang diterapkan pada data
terjadi penggumpalan atau peristiwa, serta kata
karena adanya interaksi kunci yang diberikan kurang
antigen-antibodi. sempurna.
Keadaan tersebut 2 = Interpretasi masih
dinamakan aglutinasi atau berkaitan dengan konsep atau
reakasi penggumpalan, teori, sebagian atau
sehingga : seluruhnya kata kunci salah.
1 = interpretasi salah dan
1. Hani dan hanif tidak sesuai konsep atau teori
memiliki golongan serta tidak dapat dimengerti.
darah O karena tidak 0 = Tidak Menjawab
memiliki aglutinogen
57

yang dapat bereaksi/


menggumpal pada
serum anti A,anti B
dan zat anti AB yang
identik dengan
aglutinin
2. Nisa memiliki
golongan darah B
karena saat ditetesi
anti B dan anti AB
darah menggumpal
yang artinya nissa
memiliki aglutinogen
yamg sesuai dengan
zat anti tersebut.
3. Rima memiliki
golongan darah AB
karena aglutinin yang
identik pada semua
serum yang
bercampur dengan
aglutinogen A dan B
mengalami
penggumpalan
4. Zanne memiliki
golongan darah A
karena saat ditetesi zat
anti a dan anti ab yang
identik dengan
agglutinin bercampur
dengan aglutinogen
yang sesuai sehingga
menggumpal ditetesi
zat anti A dan anti AB

Kata Kunci :
1. Ketika darah dari dua
golongan darah yang
berbeda, yaitu A dan
B dicampurkan, maka
akan terjadi
penggumpalan karena
adanya interaksi
antigen-antibodi
2. Sehingga Hani dan
hanif memiliki
golongan darah O
3. Nisa memiliki
golongan darah B
4. Rima memiliki
golongan darah AB
Zanne memiliki golongan
darah A
10 Perhatikan Data Golongan darah beberapa Theoritical Golongan Darah AB Menerapkan konsep atau
siswa/siswi kelas XI IPA berikut ! memiliki kedua antigen A teori untuk
reasoning
Nama Golongan Darah dan B, tetapi tidak ada menginterpretasikan data
Aan B antibody. Apabila
Alfa A golongan darah AB 4 = Menerapkan konsep dan
Intan AB mendonor ke golongan menginterpretasikan data
Eka O darah A maka antigen B dengan memberikan kata
dari golongan darah AB kunci dengan sempurna serta
58

Mega AB akan bercampur dengan penjelasan sepenuhnya


antibody B pada golongan berkaitan dengan data atau
Jelaskan apakah Intan dapat mendonorkan darah A, kemudian peristiwa
darahnya kepada Aan dan Alfa ? Apabila golongan darah 3 = Interpretasi berkaitan
AB dengan antigen A dengan konsep atau teori
mendonor ke golongan yang diterapkan pada data
darah B dan bercampur atau peristiwa, serta kata
dengan antibodi A tidak kunci yang diberikan kurang
sesuai sehingga akan sempurna.
terjadi pengumpalan 2 = Interpretasi masih
karena adanya interaksi berkaitan dengan konsep atau
antigen-antibodi. teori, sebagian atau
Sehingga golongan darah seluruhnya kata kunci salah.
ab tidak dapat 1 = interpretasi salah dan
didonorkan pada tidak sesuai konsep atau teori
golongan darah A dan serta tidak dapat dimengerti.
B. 0 = Tidak Menjawab
Golongan darah donor
dan darah pasangannya
juga ada pada tabel 4.1
pada buku Arif Priadi
dan Yanti Herlanti.
BIOLOGI SMA Kelas XI.
Jakarta : Yudhistira.2017
halaman 89

Kata Kunci:
1. golongan darah
ab tidak dapat
didonorkan pada
golongan darah
A dan B
2. karena adanya
interaksi antigen-
antibodi

11 Saat ini tidak sedikit Pria Indonesia yang Theoritical Faktor Rh berperan Menerapkan Konsep atau
memiliki rhesus (+) menikahi Wanita Eropa penting pada anak yang teori untuk menganalisis
reasoning
atau berbeda benua, padahal mereka bisa lahir dari pasangan fenomena
memiliki Rhesus darah yang berbeda dan perempuan Rh- dan pria
beresiko memiliki keturunan penderita Rh+. Selama kehamilan, 4 = Menerapkan konsep dan
Erithroblastosis fetalis. Bagaimana peran janin Rh+ merangsang menganalisis data dengan
faktor rhesus terhadap keturunan mereka pembentukan antibody memberikan kata kunci
jika keduanya berbeda rhesus ? dalam darah ibu Rh-. dengan sempurna serta
Selama kehamilan penjelasan sepenuhnya
pertama, antibody tidak berkaitan dengan data atau
diproduksi dengan peristiwa
cukup untuk 3 = analisis berkaitan dengan
membahayakan janin, konsep atau teori yang
sehingga bayi dapat diterapkan pada data atau
selamat. Namun, jika si peristiwa, serta kata kunci
ibu hamil lagi, maka janin yang diberikan kurang
berikutnya yang memiliki sempurna.
Rh+ akan terkena 2 = analisis masih berkaitan
antibody Rh yang dengan konsep atau teori,
dihasilkan ibu sehingga sebagian atau seluruhnya
sejumlah eritrosit pada kata kunci salah.
janin akan rusak karena 1 = analisis salah dan tidak
penggumpalan yang akan sesuai konsep atau teori serta
menyebabkan hemolisis tidak dapat dimengerti.
darah pada janin yang 0 = Tidak Menjawab
59

mengakibatkan
Erithroblastosis fetalis
atau penyakit kuning
hemolitik.

Kata Kunci :
1. pembentukan
anti bodi
2. kehamilan
berikutnya janin
terkena antibody
Rh yang
dihasilkan ibu

12 Berikut tabel pengolongan darah Theoritical Kesimpulan dari soal Menerapkan konsep atau
berdasarkan rhesus tersebut yakni : teori untuk
reasoning
Bila seorang ibu yang menginterpretasikan data
memiliki Rh-
mengandung bayi Rh+ 4 = Menerapkan konsep dan
Ayah Ayah Rh- beresiko terjadi masalah menginterpretasikan data
Rh+ pada anak terutama pada dengan memberikan kata
Ibu Janin Janin Rh+ kehamilan kedua dan kunci dengan sempurna serta
Rh+ Rh+ Tidak selanjutnya kondisi ini penjelasan sepenuhnya
Tidak bermasalah disebut Inkompatibilitas berkaitan dengan data atau
bermasal Rh. Tubuh ibu akan peristiwa
ah memproduksi anti rhesus 3 = Interpretasi berkaitan
Ibu Rh- Janin Janin Rh- kemudian akan dengan konsep atau teori
Rh+ Tidak menghancurkan eritrosit yang diterapkan pada data
Akan bermasalah janin dan menyebabkan atau peristiwa, serta kata
timbul hemolitik bayi. kunci yang diberikan kurang
masalah sempurna.
Kata kunci : 2 = Interpretasi masih
1. Inkompatibilitas berkaitan dengan konsep atau
Berdasarkan tabel tersebut hal apa yang Rh teori, sebagian atau
2. Tubuh ibu akan seluruhnya kata kunci salah.
dapat kamu simpulkan ? memproduksi 1 = Interpretasi salah dan
anti rhesus dan tidak sesuai konsep atau teori
menghancurkan serta tidak dapat dimengerti.
eritrosit janin
0 = Tidak Menjawab
13 Berikut data pengamatan praktikum denyut Functionality Berdasarkan data tersebut Menganalisis hubungan
jantung hubungan frekuensi fungsional
reasoning
denyut jantung dengan
Nama Aktivitas aktivitas adalah 4 = menganalisis fakta atau
Duduk Naik Berla berbanding lurus, peristiwa dengan tepat dan
turun ri frekuensi denyut lengkap dimana bukti
tangg kecil jantung semakin sepenuhnya diorganisasikan
a meningkat saat dengan baik mengungkapkan
Rahmat 60 100 130 aktivitas semakin berat, pola-pola penting dan
Toni 77 123 145 karena pada saat menyebutkan seluruh kata
Fadli 72 120 135 beraktivitas kebutuhan kunci
Firda 88 115 138 oksigen dalam tubuh akan 3 = menganalisis fakta atau
Indah 88 130 140 meningkat. peristiwa dimana bukti
Berdasarkan data tersebut bagaimana Kata kunci : diorganisasikan dengan baik,
hubungan frekuensi denyut jantung dengan 1. Aktivitas mengungkapkan sebagian
aktivitas ? meningkat-frekuensi pola-pola penting dan kata
denyut jantung kunci yang cukup sempurna
meningkat 2 = menganalisis fakta atau
Saat beraktivitas- peristiwa dimana pola-pola
kebutuhan O2 dalam penting dan kata kunci tidak
60

tubuh meningkat cukup untuk


2. Saat beraktivitas- mengorganisasikan bukti
kebutuhan O2 1 = analisi salah dan bukti
dalam tubuh tidak diorganisasikan dengan
meningkat baik serta tanpa
mengungkapkan pola-pola
penting dan kata kunci
0 = Tidak Menjawab
14 Peredaran darah manusia dikenal dua Functionality Mekanisme Kerja yang Menganalisis hubungan
terjadi pada jantung fungsional
macam, yaitu peredaran darah pulmonal dan reasoning
dimulai ketika darah yang
peredaran darah sistemik. Menurut kaya CO2 dari seluruh 4 = menganalisis fakta atau
tubuh mengalir masuk ke peristiwa dengan tepat dan
analisismu, bagaimanakah hubungan antara
serambi kanan jantung lengkap dimana bukti
fungsi kerja jantung dan kedua macam sedangkan darah yang sepenuhnya diorganisasikan
kaya O2 mengalir dari dengan baik mengungkapkan
peredaran darah tersebut ?
vena pulmonalis masuk ke pola-pola penting dan
serambi kiri. Kedua menyebutkan seluruh kata
macam darah tersebut kunci
kemudian mengalir ke 3 = menganalisis fakta atau
bagian bilik jantung. Pada peristiwa dimana bukti
tahap selanjutnya darah diorganisasikan dengan baik,
yang kaya O2 akan mengungkapkan sebagian
dipompa dari bilik kiri pola-pola penting dan kata
menuju ke seluruh bagian kunci yang cukup sempurna
tubuh, sedangkan darah 2 = menganalisis fakta atau
yang miskin O2 akan peristiwa dimana pola-pola
dipompa dari bilik kanan penting dan kata kunci tidak
ke paru-paru. cukup untuk
mengorganisasikan bukti
Kata Kunci : 1 = analisi salah dan bukti
1. Darah kaya CO2- tidak diorganisasikan dengan
serambi kanan- bilik baik serta tanpa
kanan- darah dipompa mengungkapkan pola-pola
dari bilik kanan ke penting dan kata kunci
paru-paru 0 = Tidak Menjawab
2. Darah kaya O2-bilik
kiri melalui vena
pulmonalis-darah
dipompa dari bilik kiri
seluruh bagian tubuh

15 Apakah kamu pernah melakukan praktikum Functionality denyut nadi merupakan Menganalisis hubungan
gelombang darah yang fungsional
denyut jantung ?pada saat praktikum , reasoning
dapat dirasakan karena
denyut yang kamu hitung biasanya dari dipompa dalam arteri oleh 4 = menganalisis fakta atau
kontraksi ventrikel kiri peristiwa dengan tepat dan
denyut nadi pergelangan tangan bukan ?
jantung, sehingga denyut lengkap dimana bukti
mengapa demikian? Adakah hubungan nadi rambatan dari denyut sepenuhnya diorganisasikan
jantung yang juga dapat dengan baik mengungkapkan
denyut nadi dengan jantung ?
dirasakan pada denyut pola-pola penting dan
nadi pergelangan tangan. menyebutkan seluruh kata
kunci
kata Kunci : 3 = menganalisis fakta atau
1. Gelombang peristiwa dimana bukti
darah-kontraksi diorganisasikan dengan baik,
ventrikel kiri mengungkapkan sebagian
2. Rambatan dari pola-pola penting dan kata
denyut jantung kunci yang cukup sempurna
2 = menganalisis fakta atau
61

peristiwa dimana pola-pola


penting dan kata kunci tidak
cukup untuk
mengorganisasikan bukti
1 = analisis salah dan
bukti tidak
diorganisasikan
dengan baik serta
tanpa mengungkapkan
pola-pola penting dan
kata kunci
0 = Tidak Menjawab
62

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Kategori Kemampuan Penalaran Ilmiah Peserta Didik SMAN Se
Tangerang Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kemampuan
penalaran ilmiah peserta didik SMAN di Tangerang Selatan, serta
memperoleh informasi pentingnya penalaran ilmiah. Data diperoleh dari
mengukur serta menganalisis hasil tes kemampuan penalaran ilmiah
berdasarkan pola penalaran ilmiah yang dikembangkan menurut Karplus
diantaranya Serial Ordering, Class Inclusion Reasoning, Correlational
Reasoning, Theoretical Reasoning dan Functionality Reasoning. Sampel pada
penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA yang telah mempelajari materi
sistem peredaran darah dari enam sekolah SMA Negeri di Tangerang Selatan.
Hasil penelitian menunjukkkan skor kemampuan penalaran ilmiah peserta
didik berdasarkan pola-pola penalaran ilmiah yang telah ditentukan, kemudian
hasil dari tes tersebut dikategorikan berdasarkan tingkat penalaran ilmiah.
Adapun kategori kemampuan penalaran ilmiah pada tiap-tiap sekolah dapat
dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Kategori Kemampuan Penalaran Ilmiah Peserta Didik SMAN


Se Tangerang Selatan

No Sekolah Nilai Rata-rata Kategori Kemampuan


Penalaran Ilmiah
1 SMAN A 52,27 Cukup (Transisi)
2 SMAN B 50,75 Cukup (Transisi)

62
63

3 SMAN C 44,41 Cukup (Transisi)


4 SMAN D 39,46 Cukup (Transisi)
5 SMAN E 49,79 Cukup (Transisi)
6 SMAN F 38,66 Cukup (Transisi)

Berdasarkan tabel 4.1 seluruh sekolah dikategorikan berada pada level


transisi atau kemampuan penalaran ilmiahnya berada pada fase peralihan dari
konkret ke abstrak. Nilai rata-rata peserta didik dalam tes kemampuan penalaran
ilmiah setelah dikategorikan berdasarkan skala kategori kemampuan penalaran
ilmiah pada tabel 3.2, dengan SMAN A memiliki nilai tertinggi yaitu 52,27 dan
SMAN F dengan nilail tes terendah yaitu 38,66.

2. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Penalaran Ilmiah


Berikut hasil tes penalaran ilmiah dari tiap tiap sekolah pada gambar
4.1

20
18
16
14 SMAN A
12
SMAN B
10
SMAN C
8
SMAN D
6
SMAN E
4
SMAN F
2
0
Serial Ordering Class Inclusion Correlational Theoretical Functionality
Reasoning Reasoning Reasoning Reasoning

Gambar 4.1 Hasil Tes Penalaran Ilmiah Tiap Sekolah (%)


Berdasarkan gambar 4.1 hasil tes menunjukkan bahwa pola penalaran ilmiah
64

peserta didik di SMAN se Tangerang Selatan yang paling tinggi adalah serial
ordering rata-rata 15,25%, dan terendah adalah theoretical reasoning rata-rata
11,72%.
Secara jelas hasil tes kemampuan penalaran ilmiah tiap sekolah dapat
dilihat pada gambar 4.2 berikut.

20
17.77
18 16.76
16.1 15.22
16 14.7
13.76
14 13
12.23 11.87 11.86
12 10.6 10.11
10.34 9.69
10 8.38
7.6 7.62
7.887.55 6.9 6.2
6.98 6.74 6.57
6 6.23 5.76
6.38 5.2
4 4.34
2
0
SMAN A SMAN B SMAN C SMAN D SMAN E SMAN F

Serial Ordering Class Inclusion Reasoning Correlational Reasoning


Theoretical Reasoning Functionality Rasoning

Gambar 4,2 Presentasi Pola Penalaran Ilmiah

Dari gambar diatas dapat dilihat lebih jelas hasil tes tiap sekolah.
SMAN A pola penalaran yang paling unggul adalah serial ordering sedangkan
paling rendah adalah functionality reasoning, SMAN B presentasi tertinggi pada
pola class inclusion reasoning dan terendah theoretical reasoning, SMAN C,
SMAN D dan SMAN E pola penalaran ilmiah yang unggul adalah serial
ordering sedangkan terendah theoretical reasoning, kemudian SMAN F
presentasi tertinggi pada pola penalaran serial ordering dan terendah
functionality reasoning. Berdasarakan gambar 4.2 tersebut hasil tes kemampuan
penalaran ilmiah peserta didik yang unggul dari tiap sekolah pada pola penalaran
konkret.
65

1. Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian berupa tes yang berisi soal penalaran
ilmiah dalam bentuk essay yang dilakukan di 6 sekolah SMA Negeri se Kota
Tangerang Selatan dengan menggunakan instrument yang dikembangkan
berdasarakan 5 pola penalaran ilmiah menurut Karplus dengan materi sistem
peredaran darah.
Berdasarkan tes kemampuan penalaran ilmiah yang dilakukan di 6
sekolah SMA tersebut (Tabel 4.1) memperoleh nilai rata-rata, SMAN A 52,27,
SMAN B 50,75, SMAN C 44,41, SMAN D 39,46, SMAN E 49,79, SMAN F
38,66, yang diukur dengan menggunakan lima pola penalaran ilmiah dengan
presentase rata-rata masing-masing pola penalaran ilmiah dari seluruh sekolah
yaitu serial ordering 15,26%, class inclusion reasoning 11,7%, correlational
reasoning 8,57%, theoretical reasoning 6,28% dan functionality reasoning
6,75%.
Berdasarkan tabel 4.1 seluruh sekolah masih memiliki kemampuan
penalaran ilmiah pada skala cukup, artinya rata-rata mereka memiliki
kemampuan penalaran ilmiah masih berada pada kategori transisi yakni berada
pada tahap peralihan antara tahap operasi konkret menuju tahap operasi formal
dengan hasil nilai tes penalaran diantara 36-70 (tabel 3.2). Hasil tersebut
diperoleh dari nilai tiap pola penalaran ilmiah yang diformulasikan menjadi
kategori kemampuan penalaran ilmiah. Kemampuan penalaran ilmiah pada tahap
transisi adalah ketika pola pikir anak berada diantara kedua tingkat penalaran
konkrit dan formal, yaitu ketika seorang anak dapat menunjukkan kemampuan
untuk berpikir secara abstrak namun hanya pada beberapa konteks.1 Pada
penelitian ini dalam beberapa konteks berpikir abstrak, peserta didik juga
menunjukkan hasil yang sangat rendah terutama pada kemampuan Theoretical

1
Nurul Fitriani Widarti, “ Analisis Kemampuan Penalaran (Reasoning Skill) Siswa tentang Usaha dan
Energi di MA Mu’alimat Muhammadiyah Yogyakarta”, Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019, h. 7, tidak dipublikasikan.
66

Reasoning, dari seluruh sekolah pada kemampuan ini hasil didapat rata-rata
6,28%. Sedangkan, dalam konteks penalaran formal peserta didik menunjukkan
hasil yang lebih baik yaitu 15,25% pada Serial Ordering dan 11,72% pada Class
Inclusion Reasoning. Untuk itu , berdasarkan hasil tes kemampuan penalaran
ilmiah peserta didik se- Tangerang Selatan peserta didik SMA Negeri berada
pada penalaran ilmiah tahap transisi.
Meskipun demikian, menurut perkembangan kognitif, pada usia 12 tahun
ke atas seorang anak seharusnya sudah memiliki kemampuan berpikir pada tahap
operasi formal. Tahap operasi formal ini merupakan tahap akhir dari
perkembangan kognitif, termasuk pada peserta didik yang dilakukan pada
penelitian ini hendaknya sudah berada pada tingkat tersebut. Sebab, upaya riset
piaget yang mengambil subjek anak dan remaja hingga usia 15 tahun itu
dianggap sudah cukup representative bagi usia-usia selanjutnya.2 Dalam
perkembangan tahap akhir ini, hendaknya seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua
ragam kognitif, yakni : 1) kapasitas menggunakan hipotesis; 2) kapasitas
menggunakan prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan hipotesis
(anggapan dasar), seorang remaja akan mampu berpikir hipotetis, yakni berpikir
mengenai sesuatu khusus dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan
anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons. Sementara itu,
dengan kapasitas menggunakan prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu
mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak.3 Dengan demikian, peserta
didik juga dalam menjawab tes penalaran ilmiah ini tentunya berhipotesis
terlebih dahulu dan menggunakan kapasitas prinsip abstrak yang mereka punya.
Pada beberapa nomor soal yang mengacu pada pola-pola konkret peserta didik
sudah menunjukkan penalaran ilmiah cukup baik karena peserta didik juga
tentunya sudah mampu melewati fase tersebut, namun pada soal-soal yang

2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2013), h.72.
3
Ibid.
67

mengacu pada hal-hal abstrak peserta didik berada pada level-level terendah dari
setiap pola penalaran, hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik belum
maksimal dalam menggunakan kapasitasnya dalam prinsip, teori dan konsep-
konsep abstrak. Untuk itu, hasil tes penalaran ilmiah ini juga peserta didik
menunjukkan baru berada pada tingkat transisi. Hasil ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Sutarno pada profil penalaran ilmiah mahasiswa
fisika hasil analisis data skor penalaran ilmiah mahasiswa dengan karakter usia
18-23 tahun skor tertinggi pada level transisional 40,8%.4 Hasil Penelitian yang
dilakukan oleh Diani Ika Puspita dalam Analisis Tingkat Kemampuan Scientific
Reasoning Siswa SMA Kelas X IPA Se Kota Tegal siswa juga berada pada
tingkat penalaran transisi sebesar 42% setelah tingkat penalaran konkret.5 Hasil
penelitian yang dilakukan oleh A.W jufri pun dengan sampel mahasiswa calon
guru MIPA kemampuan penalaran ilmiah memperoleh kemampuan penalaran
ilmiah pada level transisional dengan presentase tertingi yaitu 95,70%.6
Data hasil tes kemampuan penalaran ilmiah memperlihatkan bahwa pola
Serial Ordering mendapatkan presentasi tertinggi, sedangkan pola Theoretical
Reasoning terendah. Hasil tes kemampuan penalaran ilmiah berturut-turut dari
tertinggi sampai terendah, yaitu Serial Ordering, Class Inclusion Reasoning ,
Correlational Reasoning , Functionality Reasoning, dan Theoretical Reasoning.
Kemampuan penalaran ilmiah serial ordering mendapat presentase
tertinggi dengan hasil 15,25%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peserta didik
sudah cukup mampu mengurutkan sekumpulan objek atau Serial Ordering.
Sejalan dengan hasil wawancara guru pada penelitian ini bahwasannya peserta

4
Sutarno,” Profil Penalaran Ilmiah (Scientific Reasoning) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Bengkulu Tahun Akademik 2013/2014”, conference paper disampaikan pada
PROSIDING Semirata 2014 Fakultas MIPA IPB, Bogor, 2014 , h.368.
5
Diani Ika Puspita, “Analisis Tingkat Kemampuan Scientific Reasoning Sisswa SMA Kelas X IPA se
Kota Tegal”, conference paper disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Entreupreneurship III Semarang, 2016, h. 203.
6
A W Jufri, D. Setiadi, Sri Patmi, “Scientific Reasoning Ability Of Prospective Student Teacher In
The Excellence Program of Mathematics and Science Teacher Education In University Of Mataram” ,
Jurnal pendidikan IPA Indonesia JPII 5, 2016, h. 70.
68

didik cukup baik dalam menjawab soal yang mengacu pada langkah-langkah
mengurutkan atau mengatur satu set objek. Serial Ordering merupakan pola
penalaran konkret karena menurut teori, rentan usia siswa SMA, sesunguhnya
telah melewati tahap operasi konkret. Dengan demikian, kemampuan penalaran
ini merupakan pola penalaran ilmiah yang paling dikuasai dari semua sekolah
namun pola penalaran ini masih perlu ditingkatkan oleh peserta didik dan
dipertahankan.
Seperti pada pola penalaran Serial Ordering, Class Inclusion Reasoning
atau penalaran inklusi kelas merupakan pola penalaran yang termasuk ke dalam
penalaran konkret. Class Inclusion Reasoning merupakan kemampuan peserta
didik untuk membuat klasifikasi sederhana, kemampuan ini mendapat presentasi
11,27%. Dalam pola penalaran ini hasil tes terlihat kejomplangan untuk setiap
soal pola penalaran, ini dikarenakan peserta didik tertukar dalam
pengklasifikasian setiap objek, tidak memberikan representasi pada masing-
masing klasifikasi dan representasi tidak dimengerti. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Ulrich Muller (1999) analisis kesalahan pada penalaran kelas
inklusi juga cenderung muncul untuk setiap kelompok umur.7 Selain itu,
Kesulitan penalaran kelas inklusi juga tergantung pada jenis tugas, isyarat praktis
yang mereka terima dan keakraban mereka dengan pengelompokan objek yang
diujikan.8 Namun demikian, Class Inclusion Reasoning ini berdasarkan hasil tes
tetap merupakan penalaran yang paling dikuasai oleh peserta didik bersama
Serial Ordering karena keduanya adalah termasuk pola penalaran formal yang
sudah seharusnya telah dilalui oleh peserta didik.
Penalaran korelasional atau Correlational Reasoning adalah suatu pola
penalaran, di mana, seorang individu berkemampuan untuk mengenali penyebab

7
Ulrich Muller, Bryan Sokol, Wills Overton, “Developmental Sequences in Class Reasoning and
Propositional Reasoning”, Journal of Experimental Child Psychology ,74, 1999, p. 98.
8
Tsinta Miftakhul Fauziah,dkk, “Perkembangan Kognitif pada Anak”,Makalah disampaikan pada
Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik Anak Dan Remaja, Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta, 2014, h. 10.
69

atau hubungan pada suatu fenomena yang juga termasuk jenis pola penalaran
formal. Pola penalaran ini memperoleh presentasi dari seluruh sekolah yakni
8,57% Pada soal penalaran ilmiah correlational reasoning peserta didik sebagian
besar berada pada level-level terendah. Artinya peserta didik bahwa masih lemah
dalam menghubungkan sebab akibat suatu permasalahan, peserta didik menjawab
masih berkaitan namun tidak dapat menyebutkan keyword yang dibutuhkan atau
penjelasan tidak berkaitan bahkan tidak dapat dimengerti. Hasil penelitian ini
juga didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Karplus,dkk
(1980) yang menunjukkan bahwa siswa pada tingkat kelas 6, kelas 8, kelas 10
dan kelas 12 memiliki kemampuan correlational reasoning dibawah 50% pada
tingkat Co (Correlation) dan baru mencapai 50% tingkat Co pada setingkat
universitas, kelas 6 hingga kelas 8 presentase paling tinggi pada tingkat I
(intuitive) penjelasan mereka tidak dapat dimengerti.9 Penelitian yang dilakukan
oleh Ety Rimadani pada siswa tingkat SMA juga didapat siswa paling banyak
memiliki kemampuan correlational reasoning pada kategori NR (No
Relationship) atau kategori 2 dimana siswa memberikan alasan dan penjelasan,
tetapi antara hal yang dijelaskan tidak saling berkaitan. 10 Penelitian Kemampuan
correlational reasoning seperti yang dikatakan oleh Ross dan Smyth sangat
dibutuhkan dalam suatu pembelajaran dan merupakan komponen penting dalam
interaksi sosial dimana siswa mampu menerima hubungan yang valid dan
menolak yang tidak valid.11 Dengan demikian, kemampuan penalaran ilmiah
peserta didik pada correlational reasoning masih tergolong rendah.
Kemampuan seorang anak untuk menginterpretasikan data atau Theoretical
Reasoning merupakan jenis pola penalaran formal. Pada pola penalaran ini
peserta didik harus sudah mampu memahami bahwa peristiwa yang terjadi di
9
Robert G.Fuller, A Love of Discovery: Science Education-The Second Career of Robert Karplus,
(New York : Plenum Publisher,2002), p.180.
10
Ety Rimadani, Parno, Markus Diantoro, “Identifikasi Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa SMA
pada Materi Suhu dan Kalor”, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan,Vol. 2 , 2017,
h. 835.
11
Ety,op. cit., h .837.
70

sekitarnya dapat dikaitkan dengan teori dan konsep yang dipelajari.12 Jadi, pada
pola ini peserta didik dituntut untuk dapat menginterpretasikan suatu data sesuai
dengan konsep atau teori yang sudah mereka pelajari. Berdasarakan gambar 4.1
presentasi pola penalaran ilmiah Theoretical dari seluruh sekolah yaitu 6,28%.
Pada soal penalaran ilmiah theoretical reasoning peserta didik sebagian besar
juga berada pada level-level terbawah. Pola penalaran ini juga merupakan pola
penalaran ilmiah dengan presentasi terendah artinya banyak peserta didik belum
dapat menginterpretasikan data atau peristiwa yang sesuai dengan teori atau
konsep. Dengan demikian pada penelitian ini, Theoretical Reasoning merupakan
pola penalaran ilmiah yang paling tidak dikuasai oleh peserta didik.
Pola penalaran ilmiah yang terakhir adalah Functionality Reasoning. Pola
penalaran ini juga termasuk pola penalaran formal dan berdasarkan hasil
penelitian merupakan pola penalaran terendah setelah Theoretical Reasoning.
Pada kemampuan ini, anak dituntut untuk menemukan hubungan fungsional
antara dua fakta, yang kemudian dapat dibuat menjadi suatu kesimpulan.
Menurut hasil penelitian presentase rata-rata pola penalaran ilmiah fungsional
dari seluruh sekolah adalah 6,75%. Pada pola penalaran ilmiah functionality
reasoning sebagian besar juga berpola penalaran pada level - level terendah pada
Artinya banyak peserta didik belum dapat menganalisis hubungan fungsional dari
kedua objek. Mereka hanya sebatas menganalisis tanpa meyebutkan pola-pola
yang dibutuhkan sehingga tidak dapat diorganisasikan dengan baik atau hasil
analisis mereka salah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
pada gambar 4.1 hasil kemampuan penalaran ilmiah peserta didik dengan
presentase pola penalaran ilmiah tertinggi adalah pada Serial Ordering sebesar
15,26%, artinya peserta didik kelas XI IPA di SMAN Se- Tangerang Selatan
memiliki pola penalaran ilmiah serial ordering dengan baik, mereka sudah

12
Nuzli Fahdia Mazfufah, “Pengaruh Metode Diskusi Isu-Isu Sosiosaintifik Terhadap Kemampuan
Penalaran Ilmiah Peserta Didik”, Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017, h. 29, tidak dipublikasikan.
71

mampu mengurutkan suatu objek atau peristiwa berdasarkan kemampuan


kognitif. Kemudian pola penalaran terendah pada Theoretical Reasoning hanya
memperoleh presentase 6,28%, artinya kemampuan peserta didik dalam
menginterpretasi sebuah data atau peristiwa biologi yang terjadi menggunakan
konsep atau teori yang sudah mereka pelajari masih rendah. Apabila dilihat
secara seksama, hasil tes kemampuan penalaran ilmiah yang tertinggi berada
pada pola-pola penalaran konkret dan hasil terendah pada pola-pola penalaran
ilmiah formal saja, hal ini terjadi karena peserta didik cenderung lebih menguasai
pada objek-objek yang dapat diamati dan cukup sulit dalam menguasai hal-hal
yang lebih banyak bersifat teori secara abstrak saja, peserta didik masih meraba-
raba untuk hal-hal yang bersifat analisis.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan pada guru-guru biologi SMAN


di Tangerang Selatan, guru-guru belum secara spesifik menyebutkan pola
penalaran ilmiah apa yang semestinya dimiliki oleh peserta didik, namun guru-
guru secara eksplisit menyatakan bahwa kemampuan penalaran ilmiah peserta
didik merupakan kemampuan berpikir peserta didik melalui analisis dan tahapan-
tahapan tertentu supaya didapat kesimpulan yang logis dari bukti-bukti yang ada.
Menurut guru-guru, kemampuan penalaran ilmiah dapat dilatih melaui analisis
masalah-masalah yang ditampilkan melalui kegiatan eksperimen atau metode
pembelajaran yang digunakan. Guru juga sepakat bahwa kemampuan penalaran
ilmiah selain dapat bermanfaat untuk peserta didik lebih memahami konsep, juga
penting untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi persaingan
global. Saat guru-guru memberikan tugas atau soal yang mengacu pada objek
atau benda yag bisa diamati dan yang mengacu pada petunjuk langkah-langkah
atau prosedur, hasilnya peserta didik lebih bisa memahami dan menjelaskan
konsep dibanding saat peserta didik diberikan soal-soal yang mengacu pada
konsep-konsep oerhubungan, teori atau benda abstrak. Menurut guru, peserta
didik lebih memahami konsep materi yang lebih terindra, dan itulah tugas guru
bagaimana cara memberikan teori atau konsep belajar supaya dipahami oleh
pserta didik dengan tepat.
72

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian, peserta didik lebih menunjukkan
skor yang lebih rendah pada pola-pola penalaran abstrak, hubungan tiap konsep
atau sebab akibat, namun tidak juga menunjukkan skor yang sangat tinggi pada
pola penalaran ilmiah formal, untuk itu peserta didik di Tangerang Selatan Kelas
XI masih berada pada tahap penalaran ilmiah Transisional.
Kemampuan berpikir secara nalar bukan merupakan kemampuan statis
yang dibawa sejak lahir. Demikian juga kemampuan penalaran ilmiah.
Kemampuan itu berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
penalaran ilmiah siswa adalah pendekatan dan metode pembelajaran sains yang
digunakan guru.13Apabila dilihat berdasarkan cluster ( cluster A,B,C) menurut
rank sekolah yang telah dibuat dalam pengambilan sampel dari nilai UN Biologi
Tahun 2017, cluster tersebut tidak sepenuhnya mempengaruhi hasil tes
kemampuan penalaran ilmiah peserta didik. Menurut hasil penelitian, sekolah
yang berada pada cluster A (SMAN A dan SMAN B) nilai UN tinggi keduanya
mendapatkan nilai rata- rata tertinggi, kemudian pada cluster B (SMAN C dan
SMAN D) justru SMAN D mendapatkan nilai rata-rata kedua terendah,
sedangkan pada cluster C (SMAN E dan SMAN F) SMAN E merupakan urutan
ketiga tertinggi nilai rata-rata. Dengan demikian Kemampuan penalaran ilmiah
tidak dapat dilihat semata-mata dari rank atau grade sekolah saja. Berdasarkan
wawancara guru yang bersangkutan di sekolah dengan hasil tes tertinggi, guru
memberikan keleluasaan lebih kepada peserta didik untuk mencari jawaban
sendiri dan menggunakan metode pembelajaran yang dapat membuat konsep
atau materi pembelajaran lebih terindra. Sehingga kemampuan penalaran ilmiah
setiap orang berbeda tergantung pada perkembangan kognitif dan
pengalaman.14Untuk itu, pada penelitian ini juga hasil tes penalaran ilmiah tidak
dapat di samaratakan bagi setiap peserta didik dan setiap sekolah.

13
Sutarno, op. cit, h.368.
73

Salah satu alternativ yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan


kemampuan penalaran ilmiah siswa adalah dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat memacu proses berpikir tingkat tinggi. Sehingga guru dalam
pembelajaran IPA harus menggunakan model-model pembelajaran yang dapat
memfasilitasi hal tersebut.15 Dengan demikian, setiap guru harus memahami
pentingnya penalaran ilmiah dengan menampilkan metode atau model pembelajaran
yang dapat melatih kemampuan bernalar ilmiah peserta didik, model pembelajaran
yang memberikan pengalaman lebih mendalam dari sebuah investigasi, kesempatan
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan kognitif, mengkonstruksi
pemahaman, kemampuan analisis, serta menghubungkan dalam konsep abstrak.
Siswa membutuhkan kesempatan lebih mandiri supaya dapat lebih melatih
kemampuan bernalar. Hasil wawancara guru juga sepakat bahwa penalaran ilmiah
dapat dibangun dari metode atau model pembelajaran yang digunakan guru. Salah
satu prinsip utama inkuiri yaitu, siswa dapat mengkonstruks sendiri pemahamannnya
dengan melakukan aktivitas aktif dalam pemelajarannya. Dalam proses belajar
mengajar, inkuiri ini digunakan sebagai metode pengajaran yang memungkinkan ide
siswa berperan dalam investigasi yang dilakukan pembelajar/ siswa.16

14
Nuzli Fahdia Mazfufah, Yanti Herlanti, Yuke Mardiati “Increasing Scientific Reasoning within
Discussion of Scientific and Socioscientific Issues on Virus Topics”, Advances in Social Science,
Education and Humanities Research, volume 115 3rd International Conferences on Education in
Muslim Society (ICEMS 2017), 2018, p. 206.
15
Noly Shofiyah , Fitria Eka Wulandary, “Model Problem Based Learning (PBL) dalam Melatih
Scientific Reasoning Siswa”, JPPIPA, Vol. 3 No. 1, 2018, h. 34.
16
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains. (Ciputat : Lembaga
Penelitian UIN Jakarta. 2009), h. 121
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Kemampuan penalaran ilmiah peserta didik SMAN di Tangerang Selatan
seluruhnya masih tergolong sedang atau berada pada level penalaran
transisional, yakni peralihan dari level penalaran konkret menuju
penalaran formal dengan presentase rata-rata nilai 45,89.
2. Kemampuan penalaran ilmiah pada penelitian ini diukur dari lima pola.
Pola penalaran ilmiah serial ordering rata-rata 15,26%, class inclusion
reasoning 11,7%, %, correlational reasoning 8,57%, theoretical
reasoning 6,28% serta functionality reasoning 6,75 % rata-rata setiap
pola penalaran dari seluruh sekolah.
3. Kemampuan penalaran ilmiah peserta didik berbeda, tergantung pada
perkembangan kognitif, pengalaman, serta model atau metode
pembelajaran yang digunakan guru.

B. Saran
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, peneliti mencoba
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi peneliti lain dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan
penelitian selanjutnya terkait Kemampuan Penalaran Ilmiah.
2. Bagi Sekolah atau Guru khususnya guru bidang studi IPA, lebih
mengeksplor pentingnya kemampuan penalaran ilmiah bagi peserta didik
dengan berbagai metode, atau pendekatan yang sesuai dengan materi
pembelajaran.

74
75

3. Pada penelitian ini tidak memperhitungkan karekteristik jenis kelamin


responden, selanjutnya dapat diekspolorasi perbedaan kemampuan
penalaran ilmiah siswa laki-laki dan perempuan, juga menarik untuk
diselidiki pola hubungan antara kemampuan penalaran ilmiah siswa
dengan hasil belajar kognitif yang dicapainya menggunakan strategi
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Kevin. “Memahami Sistem Peredaran Darah pada Manusia”.


https://www.alodokter.com/memahami-sistem-peredaran-darah-pada-
manusia, 2018. Diakses 25 Oktober 2019.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2005.

Alpusari, Mahmud. Analisis butir Soal Konsep Dasar IPA 1 Melalui Penggunaan
Program Komputer Anates Versi 4.0 For Windows. Jurnal Primary
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Riau. Vol.3, 2014.

Association of American Colleges and Universities. “Scientific Reasoning Rubric”..


https://www.aacu.org. 2010.Diakses pada tanggal 20 september 2019.

Baht, Mehraj A. The Predictive Power of Reasoning Ability on Academic


Achievment. International Journal of Learning. Teaching and
Educational Research. Vol. 15, 2016.

Bao, Lei, et al. Learning and Scientific Reasoning (Supporting Online Material).
Journal American Association for the Advancement of Science, Vol.323,
2009.
Brookhart, Susan M. How To Asses Higher-Order Thinking Skills In Classroom.
Virginia USA: ASCD Member Book, 2010.

Campbel A. Neil , dkk. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta : Erlangga, 2008.

Dita, Rivani Yediarani. Maison. Syarkowi, Ahmad. Scientific Reasoning Abilities


Profil of Junior High School in Jambi. Indonesian Journal of Science and
Education, Volume 3, 2019.

Effendy, Suhardi. Hartono. Yulianti ,Ian . The Ability of Scientific Reasoning and
Mastery of Physics Concept of State Senior High School Students in
Palembang City. Advances in Social Science. Education and Humanities
Research (ASSEHR). Volume : 247 ,2018.

76
77

Erlina , Nia, Supeno. Wicaksono, Iwan. “Penalaran Ilmiah dalam Pembelajaran


Fisika”. Conference Paper Disampaikan pada Proseding Seminar
Nasional Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Tahun 2016.

Ernest, Paul. Mathematics, Education and Philosophy : An International


Perspective. New York : Routledge Taylor & Francis Group, 1994.

Ernawati. Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan
Strategi Picture And Picture Pada Siswa Kelas IV SDN Gelur Tahun
Pelajaran 2013/ 2014 . 2013. tersedia di
http://eprints.ums.ac.id/27014/2/BAB_I.pdf.

Fahdia , Nuzli Mazfufah, “Pengaruh Metode Diskusi Isu-Isu Sosiosaintifik Terhadap


Kemampuan Penalaran Ilmiah Peserta Didik”, Skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2017. Tidak
dipublikasikan.

Fitriani, Nurul.“ Analisis Kemampuan Penalaran (Reasoning Skill) Siswa tentang


Usaha dan Energi di MA Mu’alimat Muhammadiyah Yogyakarta”.
Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta: 2019. Tidak dipublikasikan.

Fuller, G Robert..A Love of Discovery: Science Education-The Second Career of


Robert Karplus. New York : Plenum Publishe, 2002.

Fuller Robert, Karplus Robert, E Anton Lawson. Can Physics Develop Reasoning.
1977. (https://digitalcommons.unl.edu/physicsfuller/31). Diakses pada
tanggal 24 Juli 2019 pukul 19.00 WIB.

Hanson, Shane. The Assessment Of Scientific Reasoning Skills Of High School


Science Students: A Standardized Assessment Instrumet Theses and
Dissertations. USA : Illinois State University.2016.

Ika, Diani Puspita. “Analisis Tingkat Kemampuan Scientific Reasoning Sisswa SMA
Kelas X IPA se Kota Tegal”. Conference paper Disampaikan pada
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entreupreneurship III Semarang
2016.

Islakhiyah, Khoirotul. Sutopo. Yuliati, Lia. “Pembelajaran Berbasis Fenomena untuk


Meningkatkan Kemampuan Penalaran Ilmiah dalam Pembelajaran IPA di
78

SMP”. Conference paper Disampaikan pada Pros.Semnas Pend.IPA


Pascasarjana UM. 2016.

Irnaningtyas. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Berdasarkan Kurikulum 2013 Edisi


Revisi 2016. Jakarta : Erlangga, 2016.

ISTARAssessment.org. What Is Scientific Reasoning and Why is it Important,2010.


http://www.istarassessment.org. diakses pada tanggal 2 Agustus 2018 .

Karplus, Robert. Science Teaching and The Development of Reasoning. Journal of


Reasearch in Science Teaching University of California. Volume : 14,
1977.

Kent , H. Baker. J. Clay Singleton, E. Theodore Veit, Survey Research in Corporate


Finance. New York : Oxford University Press, 2011.

Lefrancois, Gay R. Theories of Human Learning. Kro: Kros’report, 1995.

Miftakhul, Tsinta Fauziah. “Perkembangan Kognitif pada Anak”. Makalah


disampaikan pada Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik Anak Dan
Remaja Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta, 2014.

Morris, Bradley., et al., The Emergence of Scientific Reasoning Chapter 4. licensee


InTech, 2012.

Muller, Ulrich. “Developmental Sequences in Class Reasoning and Propositional


Reasoning”. Journal of Experimental Child Psychology . 74, 1999.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia, 2009.

Nurhayati, Yuliati, Lia. Mufti, Nandang. Pola Penalaran Ilmiah dan Kemampuan
Penyelesaian Masalah Sintesis Fisika, Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan. Volume: 1, 2016.

Nurbayanti, Hilma. Laporan Praktikum Biologi Umum Golongan Darah pada


Manusia. 2017. www.academia.edu. Diakses pada tanggal 11 Januari
2019 pukul 21.00 WIB.

Prasetyo, Bambang. Miftahul, Lina Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan
Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012.

Priadi, Arif. Yanti Herlanti. BIOLOGI SMA Kelas XI. Jakarta : Yudhistira, 2017.
79

Purwati, Siwi. Koes, Supriyono handayanto. Zulaikah, Siti. Korelasi antara Penalaran
Ilmiah dan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Usaha. Jurnal Pros.
Semnas Pendidikan IPA Pascasarjana UM. Volume : 1, 2016.

Putri Edhita. Rinanto, Yudi. Widiastuti. Sri. Peningkatan Kemampuan Penalaran


Ilmiah melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi
Sistem Pernapasan Manusia, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains
UNS Tahun III. No.2, 2015.

Rimadani ,Ety. Markus, Parno. Diantoro. Identifikasi Kemampuan Penalaran Ilmiah


Siswa SMA pada Materi Suhu dan Kalor. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan. Volume: 2 , 2017.

Rita, Nneka Nnorom. The Effect of Reasoning Skills on Students Achievment in


Biology in Anambra State. International Journal of Scientific &
Engineering Research, Volume : 4, 2013.
Sa’adah, Sumiyati. Sistem Peredaran Darah Manusia. Bandung :UIN Sunan
Gunung Djati, 2018.

Salas , Mariela de la Cruz. Scientific reasoning rubric. 2012. tersedia di


https://www.qcc.edu/files/outcomes_assessment/qcc_scientificreasoningr
ubric_2nddraft.pdf. Diakses pada tanggal 23 november 2019.
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 21 Tahun 2016 Tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

Salinan Permendikbud Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013.

Shofiyah , Noly. Eka, Fitria Wulandary. Model Problem Based Learning (PBL)
dalam Melatih Scientific Reasoning Siswa. JPPIPA. Vol. 3 No. 1, 2018.

----- N. Z.A.I Supardi, dan B. Jatmiko. Mengembangkan Penalaran Ilmiah (Scientific


Reasoning) Siswa melalui Model Pembelajaran 5E pada Siswa Kelas X
SMAN 15 Surabaya. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 2013.

Sofyan, Ahmad. Feronika, Tonih. Milama, Burhanuddin . Evaluasi Pembelajaran


IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Solichin, Mujianto. Jurnal Manajemen & Pendidikan Islam. Jurnal Program Pasca
Sarjana UNIPDU Jombang. Volume : 2, 2017.

Sudarmanto R, Gunawan. Statistik Berbasis Komputer dengan Program IBM SPSS


Statistics 19. Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media, 2013.
80

Sudjana, Nana . Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sibar Baru
Bandung, 1989.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta,

2005.

Surya, Jujun Suriasumantri. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005.

Surajiyo. Astanto, Sugeng. Andiani, Sri. Dasar-dasar Logika. Jakarta : Bumi Aksara,
2006.

Surapranata, Sumarna. Analisis Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes.


Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Sutarno. ”Profil Penalaran Ilmiah (Scientific Reasoning) Mahasiswa Program Studi


Pendidikan Fisika Universitas Bengkulu Tahun Akademik 2013/2014”.
conference paper Disampaikan pada PROSIDING Semirata 2014
Fakultas MIPA IPB. Bogor, 2014.

Sutrisno, Hadi. An Quality Analyusis Of The Mathematcs School Examination Test.


Jurnal Riset Pendidikan Matematika. Volume : 3, 2016.

Stammen, Andria. Malone, Kathy L. “Scientific Reasoning Abilities of in Service


Science Teachers in a Biology Modeling Workshop”. Conference Paper.
Januari 2017.

Syah, Muhibbin. Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.

Steps In Survey Reasearch.

http://web.mnstate.edu/malonech/Psy231/Notes/steps_in_survey_research%20GF4.ht
m. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2019.

Theresia Maria .Nike K. Penalaran Deduktif dan Induktif Siswa dalam Pemecahan
Masalah Trigonometri ditinjau dari Tingkat IQ. Jurnal APOTEMA. Vol.
1, No. 2,2015.

Thurber, Walter A. Collette , T Alfred. Teaching science in todays Second Edition.


Boston USA: Allyn and Bacon Inc, 1964.
81

Ventura College. Rubric for Scientific/Quantitative Reasoning skills. 2012. Tersedia


di https://www.venturacollege.edu/sites/default/files/files/college-
information/student-learning-outcomes/islo_2_rubric_-_scientific-
quantitative_-_rev_april_2015.pdf. Diakses pada tanggal 23 november
2018.

Wilhelm, Oliver. Measuring Reasoning Ability. Lousiana US : ULM University,


2004.

Yossyana, Valensa. Rayendra Wahyu Bahtiar. Profil Kemampuan Bernalar Siswa


SMA Kelas XI di Kabupaten Jember pada Materi Usaha dan Energi.
jurnal Pendidikan IPA Universitas Jember, Vol.3, 2018.

Zulfiani. Feronika, Tonih. Suartini, Kinkin. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta :


Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009
82

Lampiran 1

Sebaran Instrumen Kemampuan Penalaran Ilmiah Uji Coba

No Pola Penalaran Indikator Penalaran Soal


Ilmiah Ilmiah
1. Class Inclusion Membuat klasifikasi 1. Berikut merupakan gambar mengenai jenis-jenis sel darah putih.
Reasoning sederhana

Basofil Eosinofil

Monosit Neutrofil
83

Limfosit
Kelompokkan gambar-gambat tersebut kedalam jenis sel darah putih Granulosit
dan Agranulosit

2. 2. Ditemukan ciri-ciri sel darah berikut.

A B C D
Mengandung Berfungsi Sel darah yang Bentuk tidak
sekitar 250 juta melindungi membantu dalam beraturan,
molekul tubuh terhadap proses ukuran selnya
hemoglobin infeksi pembekuan darah lebih kecil
diantara semua
sel darah
E F G H
Berbentuk Tidak Berbentuk tidak Berdasarkan
84

pipih, memiliki tetap, bentuknya


cekung,(bikonk mitokondria mempunyai inti, dibedakan
af), tidak dan tidak berwarna, menjadi
mempunyai menghasilka dapat bergerak neutrofil,
Berda
inti dan n ATP secara secara amoeboid eosinofil, sarka n
ciri-
berwarna eksklusif basofil,
ciri
merah melalui monosit, dan yang
telah
metabolisme limfosit
diseb
anaerob utkan
, ada
berap
a
jenis
sel darah yang dapat kamu klasifikasikan? Apa sajakah itu ?
3. 3. Berikut Beberapa pernyataan mengenai Monosit dan Limfosit.
A B C
Terdapat 5 jenis yakni Sel Leukosit yang Di produksi
B, Sel T Helper, Sel T Berukuran paling di sumsum
Sitoksik, Sel T memori besar Tulang dan limfa
dan
Sel T Supresor
D E F
85

Dapat meninggalkan aliran Memiliki inti Inti berwarna gelap


darah dan masuk ke yang bervariasi Dengan dikelilingi
jaringan lain dalam tubuh dari bentuk bulat oleh
dan berubah menjadi atau lonjong, Cincin
makrofag. hingga yang sitoplasmanya
berlekuk atau yang sempit
berbentuk tapal
kuda.
Kelompokkan pernyataan tersebut dengan memasukkan huruf ke dalam tabel
berikut

Monosit Limfosit

4. 4. Berikut merupakan gambar sel-sel darah.


86

a) b) c)

Kelompokkan pernyataan-peryataan berikut yang memiliki hubungan dengan


masing-masing gambar.
1. Memiliki kemampuan gerakan amoeboid
2. Fungsinya melindungi tubuh terhadap infeksi
3. Fungsinya untuk pembekuan darah
4. Memiliki nukleus tapi tidak memiliki hemoglobin
5. Berfungsi untuk mengangkut O2
6. Ukurannnya lebih kecil diantara sel-sel darah
5. Struktur sel ini terkait erat dengan fungsinya

a b c

5. Serial Ordering Mengurutkan 5.


87

sekumpulan objek atau


peristiwa

Urutkanlah mekanisme pembekuan darah diatas dengan memasukkan


pilihan berikut.

Protombin Trombin Fibrinogen

Fibrin Trombokinase
6.
6. Berikut merupakan penampang peredaran darah pulmonal (peredaran darah
kecil).
88

Urutkanah proses peredaran darah pulmonal tersebut dengan memberikan nomor


pada masing-masing keterangan gambar!

7.
7. Urutkanlah jalur peredaran darah janin dari plasenta hingga ke plasenta
89

kembali :

Plasenta → vena umblicalis → vena hepatica/ ductus venosus


→ hati → vena cava inferior → foramen oval →
atrium kanan → atrium kiri → ventrikel kiri → Aorta → arteri
umblicalis → kepala, tangan,thorax,kaki → plasenta

8.
8. Urutkanlah proses peredaran darah besar berikut dengan memberikan
nomor pada masing-masing kotak :
Aorta menerima darah yang mengandung O2 dan mengalirkannya pada
arteri ke seluruh tubuh
Darah yang memasuki pembuluh vena dan mengangkut darah yang
mengandung CO2
Darah yang mengandung CO2 dialirkan ke vena
bagian atas dan vena bagian bawah
Dimulai dari bilik kiri yang mengalirkan darah ke aorta
90

Vena atas dan vena bagian bawah bertemu disatu vena dan memasuki
serambi kanan

9. 9. Urutkanlah tahap-tahap pembekuan darah berikut dengan memberikan


nomor pada masing-masing kotak

Enzim trombokinase dan Ca2+ mengubah protein


Plasma protombin (dibentuk oleh hati) menjadi enzim thrombin.

Pembentukan enzim trombokinase (tromboplastin) oleh sel-sel jaringan


yang terluka dan trombosit.

Enzim trombin mengubah fibrinogen larut ( yang dibentuk oleh hati)


menjadi fibrin yang tidak larut.

Sel-sel darah yang terjerat dalam jaringan dan bersama-sama membentuk


gumpalan darah (thrombus)

10 Theoritical Menerapkan konsep 10. Berikut ini merupakan data golongan darah beberapa siswa kelas XI IPA.
91

Reasoning atau teori untuk


menginterpretasikan
data

Berdasarkan data tersebut, hal apa yang dapat kamu simpulkan ?


11. 11. Perhatikan Data Golongan darah beberapa siswa/siswi kelas XI IPA berikut
!
Nama Golongan
Darah
Aan B
Alfa A
Intan AB
Eka O
Mega AB
Jelaskan apakah Intan dapat mendonorkan darahnya kepada Aan dan Alfa ?
92

12. Menerapkan Konsep 12. Seorang pemuda bergolongan darah O mengalami kecelakaan yang
atau teori untuk mengakibatkan dirinya kehilangan banyak darah dan harus dilakukan
menganalisis fenomena transfusi. Transfusi gagal karena pendonor tidak bergolongan darah sama.
Mengapa dapat terjadi demikian, sementara golongan darah O dapat
memberikan darahnya ke semua golongan darah?

13. 13. Saat ini tidak sedikit Pria Indonesia yang memiliki rhesus (+) menikahi
Wanita Eropa atau berbeda benua, padahal mereka bisa memiliki Rhesus
darah yang berbeda dan beresiko memiliki keturunan penderita
Erithroblastosis fetalis. Bagaimana peran faktor rhesus terhadap keturunan
mereka jika keduanya berbeda rhesus ?

14. Menerapkan konsep 14. Berikut tabel pengolongan darah berdasarkan rhesus
atau teori untuk
menginterpretasikan Ayah Rh+ Ayah Rh-
data Ibu Rh+ Janin Rh+ Janin Rh+
Tidak Tidak
93

bermasalah bermasalah
Ibu Rh- Janin Rh+ Janin Rh-
Akan timbul Tidak
masalah bermasalah

Berdasarkan tabel tersebut hal apa yang dapat kamu simpulkan ?

15. Functionality Menganalisis hubungan 15. Berikut data pengamatan praktikum denyut jantung
Reasoning/Proportio fungsional Nama Aktivitas
nal Reasoning Duduk Naik turun Berlari
tangga kecil
Rahmat 60 100 130
Toni 77 123 145
Fadli 72 120 135
Firda 88 115 138
Indah 88 130 140
94

Berdasarkan data tersebut bagaimana hubungan frekuensi denyut jantung dengan


aktivitas ?

16. 16. Peredaran darah manusia dikenal dua macam, yaitu peredaran darah
pulmonal dan peredaran darah sistemik. Menurut analisismu,
bagaimanakah hubungan antara fungsi kerja jantung dan kedua macam
peredaran darah tersebut ?

17. 17. Apakah kamu pernah melakukan praktikum denyut jantung ? pada saat
praktikum , denyut yang kamu hitung biasanya dari denyut nadi
pergelangan tangan bukan ? mengapa demikian? Adakah hubungan denyut
nadi dengan jantung ?
18. 18. Berikut merupakan tabel hasil pengamatan denyut jantung
No Nama Jenis usia Denyut jantung 1 menit
kelamin duduk berdiri jongkok Naik Berlari
turun 2 menit
tangga
2 menit
1 Agung L 14 60 80 83 100 130
95

2 Alif L 16 78 84 78 124 150


3 Amalia P 16 86 94 89 98 115

4 Anandya P 16 84 83 95 70 115

5 Teresia P 17 80 90 80 124 145

6 Okky L 17 80 88 72 105 148

7 Vivi P 16 88 105 90 130 140


8 zichmoss P 17 52 61 79 111 126

Berdasarkan data tersebut, hal apa yang dapat kamu simpulkan ?

19. Berdasarkan fungsinya pembuluh darah dibedakan menjadi pembuluh nadi


(arteri), pembuluh balik (vena), dan pembuluh kapiler bagaimana hubungan
ketiganya dalam mengedarkan darah ke jantung ?
96

20. Correlational Menjelaskan sebab 20. Survei Sample Registration System (SRS) pada tahun 2014 menunjukkan
Reasoning akibat suatu data atau penyakit jantung coroner di Indonesia menjadi penyebab kematian tertinggi
peristiwa pada semua umur setelah stroke. Jumlahnya mencapai 12,5 %. Hal ini
menunjukkan bahwa kelainan pada sistem sirkulasi merupakan penyebab
utama kematian di Indonesia. Jelaskan penyebab penyakit jantung koroner
dan kaitannya dengan tindakan operasi Bypass ?
21. 21. Apakah kamu pernah mendengar penyakit hemofilia ?pada penderita
hemofilia darah sulit membeku akibat pendarahan yang berlebihan atau
memar dan dapat berdarah dalam jangka waktu yang panjang bahkan
bahkan dapat mengancam nyawa penderita. Jelaskan penyebab penyakit
hemofilia!
22. 22. Seorang wanita mengalami sakit kepala parah, nyeri dada dan badan lemas
dengan tekanan darah 170/90 mmHg dokter mengatakan pasien tersebut
menderita hipertensi. Apa penyebab dari hipertensi ? jelaskan akibat
hipertensi apabila terjadi secara berkepanjangan. Bagaimana pola hidup
untuk mencegah hipertensi?

23. 23. Seseorang didiagnosa mengalami gangguan pada sistem peredaran


darahnya yang ditunjukkan dengan kondisi pembuluh darah seperti tampak
97

pada gambar dibawah ini.

Berdasarkan gambar jelaskan gangguan sistem peredaran darah pada pembuluh


darah yang dialami orang tersebut ?

24. 24. Apakah kamu pernah berpikir bahwa sel darah dapat keluar atau
menyelinap dan menembus pembuluh darah ? jika ya, mengapa terjadi
demikian ?peristiwa tersebut dinamakan ?
98

Lampiran 2

KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH

Satuan Pendidikan : SMA

Materi : Sistem Peredaran Darah

Alokasi Waktu : 60 menit

Jumlah Soal : 15 soal

Bentuk Soal : Uraian

Pola Penalaran Ilmiah Indikator Penalaran Ilmiah Indikator Pembelajaran Jumlah No. Soal
Soal
Serial Ordering Mengurutkan sekumpulan Mengurutkan proses peredaran darah 1 1
objek atau peristiwa Mengurutkan proses pembekuan 1 2
darah
Class Inclusion Reasoning Membuat klasifikasi sederhana Mengkategorikan komponen- 3 3,4,5
komponen penyusun darah
99

Correlational Reasoning Menjelaskan sebab akibat Menjelaskan kelainan dan gangguan 3 6,7,8
suatu data atau peristiwa serta kaitannya dengan teknologi
kesehatan sistem peredaran darah

Theoretical Reasoning Menerapkan konsep atau teori Menjelaskan konsep golongan darah 2 9,10
untuk menginterpretasikan data
Menerapkan Konsep atau teori Menganalisis kaitannya factor 2 11,12
untuk menganalisis fenomena rhesus terhadap keselamatan janin
dalam kandungan
Functionality Reasoning Menganalisis hubungan Menganalisis faktor yang 1 13
fungsional mempengaruhi denyut jantung

Menganalisis alat-alat peredaran 2 14,15


darah

Jumlah 15
100

Lampiran 2

KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH

Satuan Pendidikan : SMA

Materi : Sistem Peredaran Darah

Alokasi Waktu : 60 menit

Jumlah Soal : 15 soal

Bentuk Soal : Uraian

Pola Penalaran Ilmiah Indikator Penalaran Ilmiah Indikator Pembelajaran Jumlah No. Soal
Soal
Serial Ordering Mengurutkan sekumpulan Mengurutkan proses peredaran darah 1 1
objek atau peristiwa Mengurutkan proses pembekuan 1 2
darah
Class Inclusion Reasoning Membuat klasifikasi sederhana Mengkategorikan komponen- 3 3,4,5
101

komponen penyusun darah

Correlational Reasoning Menjelaskan sebab akibat Menjelaskan kelainan dan gangguan 3 6,7,8
suatu data atau peristiwa serta kaitannya dengan teknologi
kesehatan sistem peredaran darah

Theoretical Reasoning Menerapkan konsep atau teori Menjelaskan konsep golongan darah 2 9,10
untuk menginterpretasikan data
Menerapkan Konsep atau teori Menganalisis kaitannya factor 2 11,12
untuk menganalisis fenomena rhesus terhadap keselamatan janin
dalam kandungan
Functionality Reasoning Menganalisis hubungan Menganalisis faktor yang 1 13
fungsional mempengaruhi denyut jantung

Menganalisis alat-alat peredaran 2 14,15


darah

Jumlah 15
102

Lampiran 3
Instrumen dan Rubrik Penelitian Kemampuan Penalaran Ilmiah

Pola Indikator
Indikator Tingkat No
Penalaran Penalaran Soal Jawaban Standar Penilaian
Pembelajar Kognitif Soal
Ilmiah Ilmiah
Class Mengkatego Membuat C2 1 Berikut merupakan gambar mengenai jenis-jenis sel darah Granulosit : Neutrofil, Membuat Klasifikasi Sederhana
Inclusion rikan klasifikasi putih. Eusinofil, Basofil
Reasoning komponen- sederhana Agranulosit : Limfosit 4 = Menyediakan semua representasi
komponen dan monosit dari klasifikasi yang diperlukan
penyusun 3 = Menyediakan setidaknya 50%
darah representasi dari klasifikasi yang
diperlukan. (menyebutkan masing-
Basofil Eosinofil Monosit Neutrofil masing klasifikasi dengan
menyediakan 2 representasi pada
klasifikasi granulosit dan 1
representasi pada klasifikasi
agranulosit dengan benar)
Limfosit
2 = Menyediakan kurang dari 50%
representasi dari klasifikasi yang
Kelompokkan gambar-gambat tersebut kedalam jenis sel
diperlukan. (menyebutkan masing-
darah putih Granulosit dan Agranulosit
masing klasifikasi dengan
menyediakan 1 representasi pada
klasifikasi granulosit dan 1
representasi pada klasifikasi
agranulosit dengan benar)
1 = Tidak memberikan pernyataan
atau representasi yang dimengerti (
semua representasi salah)
0 = Tidak Menjawab
C2 2 Ditemukan ciri-ciri sel darah berikut. Berdasarkan Membuat Klasifikasi Sederhana
karakteristik-
karakteristik tersebut, sel 4 = Menyediakan semua representasi
darah dapat dari kalsifikasi yang diperlukan
dikelompokkan menjadi : 3 = Menyediakan setidaknya 50%
1. Sel darah putih dari klasifikasi representasi yang
(leukosit) yakni diperlukan. (menyebutkan masing-
pada ciri-ci :B, masing klasifikasi dengan
G,H menyediakan 2 representasi pada
2. Sel darah merah klasifikasi leukosit, 2 representasi
(eritrosit) yakni pada klasifikasi eritrosit dan 1
103

A B C D pada ciri-ciri: representasi pada klasifikasi


Mengandun Berfungsi Sel darah Bentuk tidak A,E,F trombosit dengan benar)
g sekitar 250 melindungi yang beraturan, 3. Keeping darah 2 = Menyediakan kurang dari 50%
juta molekul tubuh membantu ukuran selnya (trombosit) representasi dari klasifikasi yang
hemoglobin terhadap dalam lebih kecil yakni pada ciri- diperlukan. (menyebutkan masing-
infeksi proses diantara ciri : C,D masing klasifikasi dengan
pembekua semua sel menyediakan 1 representasi pada
n darah darah klasifikasi leukosit, 1 representasi
E F G H pada klasifikasi eritrosit dan 1
Berbentuk Tidak Berbentuk Berdasarkan representasi pada klasifikasi
pipih, memiliki tidak tetap, bentuknya trombosit dengan benar)
cekung,(biko mitokondri mempunya dibedakan 1 = Tidak memberikan pernyataan
nkaf), tidak a dan i inti, tidak menjadi atau representasi yang dimengerti (
mempunyai menghasil berwarna, neutrofil, semua representasi salah)
inti dan kan ATP dapat eosinofil, 0 = Tidak Menjawab
berwarna secara bergerak basofil,
merah eksklusif secara monosit, dan
melalui amoeboid limfosit
metabolis
me
anaerob

Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan, ada berapa jenis


sel darah yang dapat kamu klasifikasikan? Apa sajakah itu ?

C2 3 Berikut Beberapa pernyataan mengenai Monosit dan Monosit : B, D, E Membuat Klasifikasi Sederhana
Limfosit. Limfosit : A,C,F
A B C 4 = Menyediakan semua representasi
dari klasifikasi yang diperlukan
Terdapat 5 Leukosit yang Di produksi di 3 = Menyediakan setidaknya 50%
jenis yakni Sel Berukuran sumsum representasi dari kalsifikasi yang
B, Sel T paling besar Tulang dan diperlukan. (menyebutkan masing-
Helper, Sel T limfa masing klasifikasi dengan
Sitoksik, Sel T menyediakan 2 representasi pada
memori dan klasifikasi monosit, 2 representasi
Sel T Supresor pada klasifikasi limfosit dengan
benar)
2 = Menyediakan kurang dari 50%
representasi dari klasifikasi yang
diperlukan. (menyebutkan masing-
104

D E F masing klasifikasi dengan


menyediakan 1 representasi pada
Dapat Memiliki inti Inti berwarna
klasifikasi monosit, 1 representasi
meninggalkan yang bervariasi gelap
pada klasifikasi leukosit dengan
aliran darah dari bentuk Dengan
benar)
dan masuk ke bulat atau dikelilingi
1 = Tidak memberikan pernyataan
jaringan lain lonjong, hingga oleh
atau representasi yang dimengerti (
dalam tubuh yang berlekuk Cincin
semua representasi salah)
dan berubah atau berbentuk sitoplasmanya
0 = Tidak Menjawab
menjadi tapal kuda yang sempit
makrofag

Kelompokkan pernyataan tersebut dengan memasukkan


huruf ke dalam tabel berikut
Monosit Limfosit

C2 4 Berikut merupakan gambar sel-sel darah. A b c Membuat Klasifikasi Sederhana


5 3 1
7 6 2 4 = Menyediakan semua representasi
4 dari klasifikasi yang diperlukan
3 = Menyediakan setidaknya 50%
representasi dari klasifikasi yang
diperlukan. (menyebutkan masing-
a) b) c) masing klasifikasi dengan
menyediakan 1 representasi pada
Kelompokkan pernyataan-peryataan berikut yang memiliki klasifikasi A, menyediakan 1
hubungan dengan masing-masing gambar. representasi pada klasifikasi B dan 2
1. Memiliki kemampuan gerakan amoeboid representasi pada klasifikasi C
2. Fungsinya melindungi tubuh terhadap infeksi dengan benar)
3. Fungsinya untuk pembekuan darah 2 = Menyediakan kurang dari 50%
4. Memiliki nukleus tapi tidak memiliki hemoglobin representasi dari klasifikasi yang
5. Berfungsi untuk mengangkut O2 diperlukan. (menyebutkan masing-
6. Ukurannnya lebih kecil diantara sel-sel darah masing klasifikasi dengan
7. Struktur sel ini terkait erat dengan fungsinya menyebutkan masing-masing
klasifikasi dengan menyediakan 1
representasi pada klasifikasi A,
menyediakan 1 representasi pada
klasifikasi B dan 1 representasi pada
klasifikasi C dengan benar)
105

1 = Tidak memberikan pernyataan


atau representasi yang dimengerti (
semua representasi salah)
0 = Tidak Menjawab
Serial Mengurutka Mengurutk C3 5 1. Trombokinase Mengurutkan sekumpulan objek atau
Ordering n Proses an 2. Protombin peristiwa
pembekuan sekumpula 3. Trombin
darah n objek 4. Fibrinogen 4 = berhasil mengurutkan
atau 5. Fibrin sekumpulan objek atau perisriwa
peristiwa dengan jelas dan lengkap
3= berhasil mengurutkan
sekumpulan objek atau peristiwa
setidaknya 50% (sekurang-kurangnya
Urutkanlah mekanisme pembekuan darah diatas dapat mengurutkan 3 data dengan
dengan memasukkan pilihan berikut. benar)
2= berhasil mengurutkan sekumpulan
objek atau data kurang dari 50%
Protombin Trombin Fibrinogen sekurang-kurangnya dapat
mengurutkan (2 data dengan benar)
1= Tidak dapat mengurutkan
Fibrin Trombokinase sekumpulan objek atau data dengan
benar
0 = tidak Menjawab
Mengurutka C3 6 Berikut merupakan penampang peredaran darah pulmonal 1. Bilik kanan Mengurutkan sekumpulan objek atau
n Proses (peredaran darah kecil). 2. Arteri peristiwa
peredaran pulmonalis
darah 3. Paru-paru 4 = berhasil mengurutkan
4. Vena sekumpulan objek atau perisriwa
pulmonalis dengan jelas dan lengkap
5. Serambi kiri 3= berhasil mengurutkan
sekumpulan objek atau peristiwa
setidaknya 50% (sekurang-kurangnya
dapat mengurutkan 3 data dengan
benar)
2= berhasil mengurutkan sekumpulan
objek atau data kurang dari 50%
Urutkanah proses peredaran darah pulmonal tersebut dengan
sekurang-kurangnya dapat
memberikan nomor pada masing-masing keterangan
mengurutkan (2 data dengan benar)
gambar!
1= Tidak dapat mengurutkan
sekumpulan objek atau data dengan
benar
106

0 = tidak Menjawab

C3 7 Urutkanlah jalur peredaran darah janin dari plasenta hingga Urutan yang benar Mengurutkan sekumpulan objek atau
ke plasenta kembali : adalah : peristiwa

Plasenta- vena 4 = berhasil mengurutkan


umblicalis- hati - vena sekumpulan objek atau perisriwa
hepatica/ ductus venosus dengan jelas dan lengkap
- vena cava inferior - 3= berhasil mengurutkan
atrium kanan - foramen sekumpulan objek atau peristiwa
oval - atrium kiri - setidaknya 50% (sekurang-kurangnya
ventrikel kiri- aorta - dapat mengurutkan 6 data dengan
kepala, benar)
tangan,thorax,kaki - 2= berhasil mengurutkan sekumpulan
arteri umblicalis- objek atau data kurang dari 50%
plasenta sekurang-kurangnya dapat
mengurutkan (4 data dengan benar)
1= Tidak dapat mengurutkan
sekumpulan objek atau data dengan
benar
0 = tidak Menjawab
C3 8 Urutkanlah proses peredaran darah besar berikut dengan Urutan sesuai pernyataan Mengurutkan sekumpulan objek atau
memberikan nomor pada masing-masing kotak : : peristiwa
2 4 = berhasil mengurutkan
Aorta menerima darah yang mengandung O2 dan 3 sekumpulan objek atau perisriwa
mengalirkannya pada 4 dengan jelas dan lengkap
arteri ke seluruh tubuh 1 3= berhasil mengurutkan
5 sekumpulan objek atau peristiwa
Darah yang memasuki pembuluh vena dan setidaknya 50% (sekurang-kurangnya
mengangkut darah yangmengandung CO2 dapat mengurutkan 3 data dengan
benar)
Darah yang mengandung CO2 dialirkan ke vena 2= berhasil mengurutkan sekumpulan
bagian atas dan vena bagian bawah objek atau data kurang dari 50%
sekurang-kurangnya dapat
Dimulai dari bilik kiri yang mengalirkan darah ke mengurutkan (2 data dengan benar)
aorta 1= Tidak dapat mengurutkan
sekumpulan objek atau data dengan
Vena atas dan vena bagian bawah bertemu disatu vena benar
dan memasuki serambi kanan 0 = tidak Menjawab
Mengurutka C3 9 Urutkanlah tahap-tahap pembekuan darah berikut dengan Urutan tahap pembekuan Mengurutkan sekumpulan objek atau
107

n proses memberikan nomor pada masing-masing kotak darah : peristiwa


pembekuan 2
darah Enzim trombokinase dan Ca2+ mengubah protein 1 4 = berhasil mengurutkan
Plasma protombin (dibentuk oleh hati) menjadi 3 sekumpulan objek atau peristiwa
enzim thrombin. 4 dengan jelas dan lengkap
3= berhasil mengurutkan
Pembentukan enzim trombokinase (tromboplastin) sekumpulan objek atau peristiwa
oleh sel-sel jaringan yang terluka dan trombosit. setidaknya 50% (sekurang-
kurangnya dapat mengurutkan 2 data
Enzim trombin mengubah fibrinogen larut ( yang dengan benar)
dibentuk oleh hati) menjadi fibrin yang tidak larut. 2= berhasil mengurutkan sekumpulan
objek atau data kurang dari 50%
Sel-sel darah yang terjerat dalam jaringan dan sekurang-kurangnya dapat
bersama-sama membentuk gumpalan darah (thrombus) mengurutkan (1 data dengan benar)
1= Tidak dapat mengurutkan
sekumpulan objek atau data dengan
benar
0 = Tidak Menjawab
Theoretica Menjelaskan Menerapka C2 10 Berikut ini merupakan data golongan darah beberapa siswa Antigen A (golongan Menerapkan konsep atau teori untuk
l konsep n konsep kelas XI IPA. darah A) dan antibodi a menginterpretasikan data
Reasoning golongan atau teori (golongan darah b) tidak
darah untuk sesuai. Demikian pula, 4 = Menerapkan konsep dan
menginterp antigen B dan antibodi b menginterpretasikan data dengan
retasikan juga tidak sesuai. memberikan kata kunci dengan
data sempurna serta penjelasan
sehingga berdasarkan sepenuhnya berkaitan dengan data
pengamatan dapat atau peristiwa
disimpulkan bahwa : 3 = Interpretasi berkaitan dengan
Ketika darah dari dua konsep atau teori yang diterapkan
golongan darah yang pada data atau peristiwa, serta kata
berbeda, yaitu A dan B kunci yang diberikan kurang
Berdasarkan data tersebut, hal apa yang dapat kamu dicampurkan, maka akan sempurna.
simpulkan? terjadi penggumpalan 2 = Interpretasi masih berkaitan
karena adanya interaksi dengan konsep atau teori, sebagian
antigen-antibodi. atau seluruhnya kata kunci salah.
Keadaan tersebut 1 = interpretasi salah dan tidak sesuai
dinamakan aglutinasi konsep atau teori serta tidak dapat
atau reakasi dimengerti.
penggumpalan, sehingga 0 = Tidak Menjawab
:
108

1. Hani dan hanif


memiliki golongan
darah O karena tidak
memiliki aglutinogen
yang dapat bereaksi/
menggumpal pada
serum anti A,anti B
dan zat anti AB yang
identik dengan
aglutinin
2. Nisa memiliki
golongan darah B
karena saat ditetesi
anti B dan anti AB
darah menggumpal
yang artinya nissa
memiliki aglutinogen
yamg sesuai dengan
zat anti tersebut.
3. Rima memiliki
golongan darah AB
karena aglutinin yang
identik pada semua
serum yang
bercampur dengan
aglutinogen A dan B
mengalami
penggumpalan
4. Zanne memiliki
golongan darah A
karena saat ditetesi
zat anti a dan anti ab
yang identik dengan
agglutinin bercampur
dengan aglutinogen
yang sesuai sehingga
menggumpal ditetesi
zat anti A dan anti
AB

Kata Kunci :
1. Ketika darah dari dua
109

golongan darah yang


berbeda, yaitu A dan
B dicampurkan,
maka akan terjadi
penggumpalan
karena adanya
interaksi antigen-
antibodi
2. Sehingga Hani dan
hanif memiliki
golongan darah O
3. Nisa memiliki
golongan darah B
4. Rima memiliki
golongan darah AB
5. Zanne memiliki
golongan darah A
. 11 Perhatikan Data Golongan darah beberapa siswa/siswi kelas Golongan Darah AB Menerapkan konsep atau teori untuk
XI IPA berikut ! memiliki kedua antigen menginterpretasikan data
Nama Golongan Darah A dan B, tetapi tidak ada
Aan B antibody. Apabila 4 = Menerapkan konsep dan
Alfa A golongan darah AB menginterpretasikan data dengan
Intan AB mendonor ke golongan memberikan kata kunci dengan
Eka O darah A maka antigen B sempurna serta penjelasan
Mega AB dari golongan darah AB sepenuhnya berkaitan dengan data
Jelaskan apakah Intan dapat mendonorkan darahnya kepada akan bercampur dengan atau peristiwa
Aan dan Alfa ? antibody B pada 3 = Interpretasi berkaitan dengan
golongan darah A, konsep atau teori yang diterapkan
kemudian Apabila pada data atau peristiwa, serta kata
golongan darah AB kunci yang diberikan kurang
dengan antigen A sempurna.
mendonor ke golongan 2 = Interpretasi masih berkaitan
darah B dan bercampur dengan konsep atau teori, sebagian
dengan antibodi A tidak atau seluruhnya kata kunci salah.
sesuai sehingga akan 1 = interpretasi salah dan tidak sesuai
terjadi pengumpalan konsep atau teori serta tidak dapat
karena adanya interaksi dimengerti.
antigen-antibodi. 0 = Tidak Menjawab
Sehingga golongan
darah ab tidak dapat
didonorkan pada
110

golongan darah A dan


B.
Golongan darah donor
dan darah pasangannya
juga ada pada tabel 4.1
pada buku Arif Priadi
dan Yanti Herlanti.
BIOLOGI SMA Kelas XI.
Jakarta :
Yudhistira.2017 halaman
89

Kata Kunci:
1. golongan darah
ab tidak dapat
didonorkan
pada golongan
darah A dan B
2. karena adanya
interaksi
antigen-antibodi

Menganalisi Menerapka C4 12 Seorang pemuda bergolongan darah O mengalami golongan darah O Menerapkan Konsep atau teori untuk
s kaitannya n Konsep kecelakaan yang mengakibatkan dirinya kehilangan banyak memiliki kedua aglutinin menganalisis fenomena
factor rhesus atau teori darah dan harus dilakukan transfusi. Transfusi gagal karena dan tak memiliki
terhadap untuk pendonor tidak bergolongan darah sama. Mengapa dapat aglutinogen sehingga 4 = Menerapkan konsep dan
keselamatan menganalis terjadi demikian, sementara golongan darah O dapat hanya menerima darah menganalisis data dengan
janin dalam is memberikan darahnya ke semua golongan darah? dari sesama . Karena memberikan kata kunci dengan
kandungan fenomena tidak ada aglutinogen sempurna serta penjelasan
inilah O dapat sepenuhnya berkaitan dengan data
mendonorkan darahnya atau peristiwa
pada siapa saja dan tidak 3 = analisis berkaitan dengan konsep
menyebabkan atau teori yang diterapkan pada data
penggumpalan untuk itu atau peristiwa, serta kata kunci yang
golongan darah O diberikan kurang sempurna.
disebut donor universal. 2 = analisis masih berkaitan dengan
konsep atau teori, sebagian atau
Kata kunci : seluruhnya kata kunci salah.
golongan darah O 1 = analisis salah dan tidak sesuai
memiliki kedua konsep atau teori serta tidak dapat
aglutinin dan tak dimengerti.
111

memiliki aglutinogen 0 = Tidak Menjawab

C4 13 Saat ini tidak sedikit Pria Indonesia yang memiliki rhesus Faktor Rh berperan Menerapkan Konsep atau teori untuk
(+) menikahi Wanita Eropa atau berbeda benua, padahal penting pada anak yang menganalisis fenomena
mereka bisa memiliki Rhesus darah yang berbeda dan lahir dari pasangan
beresiko memiliki keturunan penderita Erithroblastosis perempuan Rh- dan pria 4 = Menerapkan konsep dan
fetalis. Bagaimana peran faktor rhesus terhadap keturunan Rh+. Selama menganalisis data dengan
mereka jika keduanya berbeda rhesus ? kehamilan, janin Rh+ memberikan kata kunci dengan
merangsang sempurna serta penjelasan
pembentukan antibody sepenuhnya berkaitan dengan data
dalam darah ibu Rh-. atau peristiwa
Selama kehamilan 3 = analisis berkaitan dengan konsep
pertama, antibody tidak atau teori yang diterapkan pada data
diproduksi dengan atau peristiwa, serta kata kunci yang
cukup untuk diberikan kurang sempurna.
membahayakan janin, 2 = analisis masih berkaitan dengan
sehingga bayi dapat konsep atau teori, sebagian atau
selamat. Namun, jika si seluruhnya kata kunci salah.
ibu hamil lagi, maka 1 = analisis salah dan tidak sesuai
janin berikutnya yang konsep atau teori serta tidak dapat
memiliki Rh+ akan dimengerti.
terkena antibody Rh 0 = Tidak Menjawab
yang dihasilkan ibu
sehingga sejumlah
eritrosit pada janin
akan rusak karena
penggumpalan yang
akan menyebabkan
hemolisis darah pada
janin yang
mengakibatkan
Erithroblastosis fetalis
atau penyakit kuning
hemolitik.
112

Kata Kunci :
1. pembentukan
anti bodi
2. kehamilan
berikutnya janin
terkena
antibody Rh
yang dihasilkan
ibu

Menerapka C2 14 Berikut tabel pengolongan darah berdasarkan rhesus Kesimpulan dari soal Menerapkan konsep atau teori untuk
n konsep Ayah Rh+ Ayah Rh- tersebut yakni : menginterpretasikan data
atau teori Ibu Rh+ Janin Rh+ Janin Rh+ Bila seorang ibu yang
untuk Tidak bermasalah Tidak bermasalah memiliki Rh- 4 = Menerapkan konsep dan
menginterp Ibu Rh- Janin Rh+ Janin Rh- mengandung bayi Rh+ menginterpretasikan data dengan
retasikan Akan timbul Tidak bermasalah beresiko terjadi masalah memberikan kata kunci dengan
data masalah pada anak terutama pada sempurna serta penjelasan
kehamilan kedua dan sepenuhnya berkaitan dengan data
selanjutnya kondisi ini atau peristiwa
Berdasarkan tabel tersebut hal apa yang dapat kamu disebut Inkompatibilitas 3 = Interpretasi berkaitan dengan
simpulkan ? Rh. Tubuh ibu akan konsep atau teori yang diterapkan
memproduksi anti rhesus pada data atau peristiwa, serta kata
kemudian akan kunci yang diberikan kurang
menghancurkan eritrosit sempurna.
janin dan menyebabkan 2 = Interpretasi masih berkaitan
hemolitik bayi. dengan konsep atau teori, sebagian
atau seluruhnya kata kunci salah.
Kata kunci : 1 = Interpretasi salah dan tidak sesuai
1. Inkompatibilitas konsep atau teori serta tidak dapat
Rh dimengerti.
2. Tubuh ibu akan
memproduksi 0 = Tidak Menjawab
anti rhesus dan
menghancurkan
eritrosit janin
Functional Menganalisi Menganali C4 15 Berikut data pengamatan praktikum denyut jantung Berdasarkan data Menganalisis hubungan fungsional
ity s faktor sis Nama Aktivitas tersebut hubungan
Reasoning yang hubungan Duduk Naik turun Berlari kecil frekuensi denyut jantung 4 = menganalisis fakta atau peristiwa
/ mempengaru fungsional tangga dengan aktivitas adalah dengan tepat dan lengkap dimana
proportion hi denyut Rahmat 60 100 130 berbanding lurus, bukti sepenuhnya diorganisasikan
al jantung Toni 77 123 145 frekuensi denyut dengan baik mengungkapkan pola-
113

reasoning Fadli 72 120 135 jantung semakin pola penting dan menyebutkan
Firda 88 115 138 meningkat saat seluruh kata kunci
Indah 88 130 140 aktivitas semakin berat, 3 = menganalisis fakta atau peristiwa
Berdasarkan data tersebut bagaimana hubungan frekuensi karena pada saat dimana bukti diorganisasikan dengan
denyut jantung dengan aktivitas ? beraktivitas kebutuhan baik, mengungkapkan sebagian pola-
oksigen dalam tubuh pola penting dan kata kunci yang
akan meningkat. cukup sempurna
Kata kunci : 2 = menganalisis fakta atau peristiwa
1. Aktivitas dimana pola-pola penting dan kata
meningkat- kunci tidak cukup untuk
frekuensi denyut mengorganisasikan bukti
jantung meningkat 1 = analisi salah dan bukti tidak
Saat beraktivitas- diorganisasikan dengan baik serta
kebutuhan O2 tanpa mengungkapkan pola-pola
dalam tubuh penting dan kata kunci
meningkat 0 = Tidak Menjawab
2. Saat beraktivitas-
kebutuhan O2
dalam tubuh
meningkat
Menganalisi 16 Peredaran darah manusia dikenal dua macam, yaitu Mekanisme Kerja yang Menganalisis hubungan fungsional
s alat-alat peredaran darah pulmonal dan peredaran darah sistemik. terjadi pada jantung
peredaran Menurut analisismu, bagaimanakah hubungan antara fungsi dimulai ketika darah 4 = menganalisis fakta atau peristiwa
darah kerja jantung dan kedua macam peredaran darah tersebut ? yang kaya CO2 dari dengan tepat dan lengkap dimana
seluruh tubuh mengalir bukti sepenuhnya diorganisasikan
masuk ke serambi kanan dengan baik mengungkapkan pola-
jantung sedangkan darah pola penting dan menyebutkan
yang kaya O2 mengalir seluruh kata kunci
dari vena pulmonalis 3 = menganalisis fakta atau peristiwa
masuk ke serambi kiri. dimana bukti diorganisasikan dengan
Kedua macam darah baik, mengungkapkan sebagian pola-
tersebut kemudian pola penting dan kata kunci yang
mengalir ke bagian bilik cukup sempurna
jantung. Pada tahap 2 = menganalisis fakta atau peristiwa
selanjutnya darah yang dimana pola-pola penting dan kata
kaya O2 akan dipompa kunci tidak cukup untuk
dari bilik kiri menuju ke mengorganisasikan bukti
seluruh bagian tubuh, 1 = analisi salah dan bukti tidak
sedangkan darah yang diorganisasikan dengan baik serta
miskin O2 akan dipompa tanpa mengungkapkan pola-pola
dari bilik kanan ke paru- penting dan kata kunci
114

paru. 0 = Tidak Menjawab

Kata Kunci :
1. Darah kaya CO2-
serambi kanan- bilik
kanan- darah
dipompa dari bilik
kanan ke paru-paru
2. Darah kaya O2-bilik
kiri melalui vena
pulmonalis-darah
dipompa dari bilik
kiri seluruh bagian
tubuh
17 Apakah kamu pernah melakukan praktikum denyut jantung denyut nadi merupakan Menganalisis hubungan fungsional
?pada saat praktikum , denyut yang kamu hitung biasanya gelombang darah yang
dari denyut nadi pergelangan tangan bukan ? mengapa dapat dirasakan karena 4 = menganalisis fakta atau peristiwa
demikian? Adakah hubungan denyut nadi dengan jantung ? dipompa dalam arteri dengan tepat dan lengkap dimana
oleh kontraksi ventrikel bukti sepenuhnya diorganisasikan
kiri jantung, sehingga dengan baik mengungkapkan pola-
denyut nadi rambatan pola penting dan menyebutkan
dari denyut jantung yang seluruh kata kunci
juga dapat dirasakan 3 = menganalisis fakta atau peristiwa
pada denyut nadi dimana bukti diorganisasikan dengan
pergelangan tangan. baik, mengungkapkan sebagian pola-
pola penting dan kata kunci yang
kata Kunci : cukup sempurna
1. Gelombang 2 = menganalisis fakta atau peristiwa
darah-kontraksi dimana pola-pola penting dan kata
ventrikel kiri kunci tidak cukup untuk
2. Rambatan dari mengorganisasikan bukti
denyut jantung 1 = analisis salah dan bukti
tidak diorganisasikan dengan
baik serta tanpa
mengungkapkan pola-pola
penting dan kata kunci
0 = Tidak Menjawab
Menganalisi 18 Berikut merupakan tabel hasil pengamatan denyut jantung Berdasarkan data Menganalisis hubungan fungsional
s faktor tersebut, frekuensi
yang No nama Jenis usia Denyut jantung 1 denyut jantung dapat 4 = menganalisis fakta atau peristiwa
mempengaru kela menit dipengaruhi oleh jenis dengan tepat dan lengkap dimana
min dudu berdi jong Naik Ber
115

hi denyut k ri kok turun lari kelamin, usia, posisi bukti sepenuhnya diorganisasikan
jantung tang 2 tubuh dan aktivitas fisik dengan baik mengungkapkan pola-
ga 2 me
meni nit pola penting dan menyebutkan
t seluruh kata kunci
1 Agu L 14 60 80 83 100 130 3 = menganalisis fakta atau peristiwa
ng dimana bukti diorganisasikan dengan
2 Alif L 16 78 84 78 124 150
3 Ama P 16 86 94 89 98 115
baik, mengungkapkan sebagian pola-
lia pola penting dan kata kunci yang
4 Anan P 16 84 83 95 70 115 cukup sempurna
dya 2 = menganalisis fakta atau peristiwa
5 Tere P 17 80 90 80 124 145 dimana pola-pola penting dan kata
sia
6 Okk L 17 80 88 72 105 148 kunci tidak cukup untuk
y mengorganisasikan bukti
7 Vivi P 16 88 105 90 130 140 1 = analisis salah dan bukti
8 zich P 17 52 61 79 111 126 tidak diorganisasikan dengan
moss
baik serta tanpa
mengungkapkan pola-pola
Berdasarkan data tersebut, hal apa yang dapat kamu penting dan kata kunci
simpulkan ? 0 = Tidak Menjawab

Menganalisi 19 Berdasarkan fungsinya pembuluh darah dibedakan menjadi Dalam peredaran darah, Menganalisis hubungan fungsional
s alat-alat pembuluh nadi (arteri), pembuluh balik (vena), dan arteri, vena dan kapiler
peredaran pembuluh kapiler bagaimana hubungan ketiganya dalam saling berhubungan. Saat 4 = menganalisis fakta atau peristiwa
darah mengedarkan darah ke jantung ? arterimengalirkan dengan tepat dan lengkap dimana
darah ke seluruh tubuh bukti sepenuhnya diorganisasikan
terjadi perukaran gas dengan baik mengungkapkan pola-
didalam pembuluh pola penting dan menyebutkan
kapiler dan hasil seluruh kata kunci
pertukaran gas tersebut 3 = menganalisis fakta atau peristiwa
diangkut kembali oleh dimana bukti diorganisasikan dengan
pembuluh vena yang baik, mengungkapkan sebagian pola-
kemudian darah akan pola penting dan kata kunci yang
dialirkan kembali ke cukup sempurna
jantung. 2 = menganalisis fakta atau peristiwa
dimana pola-pola penting dan kata
kunci tidak cukup untuk
mengorganisasikan bukti
1 = analisis salah dan bukti
tidak diorganisasikan dengan
baik serta tanpa
mengungkapkan pola-pola
116

penting dan kata kunci


0 = Tidak Menjawab
Correlatio Menjelaskan Menjelask C2 20 Survei Sample Registration System (SRS) pada tahun 2014 Penyakit jantung coroner Menjelaskan sebab akibat dari suatu
nal kelainan dan an sebab menunjukkan penyakit jantung coroner di Indonesia menjadi (PJK) disebabkan oleh data atau peristiwa.
Reasoning gangguan akibat penyebab kematian tertinggi pada semua umur setelah penyempitan atau
serta suatu data stroke. Jumlahnya mencapai 12,5 %. Hal ini menunjukkan penyumbatan arteri 4 = memberikan penjelasan secara
kaitannya atau bahwa kelainan pada sistem sirkulasi merupakan penyebab koronaria yang terjadi tepat untuk permasalahan yang
dengan peristiwa utama kematian di Indonesia. Jelaskan penyebab penyakit karena pengerasan diberikan dengan menjelaskan
teknologi jantung koroner dan kaitannya dengan tindakan operasi arteri, endapan lemak keterkaitan antara permasalahan
kesehatan Bypass ? atau endapan zat kapur dengan sebab akibat sehingga kata
sistem yang berfungsi kunci disediakan dengan sempurna
peredaran mengangkut O2 ke 3 = penjelasan sebab akibat masih
darah Jantung yang dapat berkaitan dengan permasalahan, kata
diatasi melalui ` tindakan kunci yang diberikan kurang
operasi Bypass atau sempurna.
operasi bedah pintas 2 = penjelasan sebab akibat masih
coroner merupakan berkaitan dengan permasalahan, kata
teknik pembedahan kunci salah
untuk mengatasi 1=
penyumbatan pada Penjelasan tidak dapat dimengerti,
pembuluh arteri penjelasan salah atau tidak terkait
koronariadengan dengan data atau peristiwa yang
mencangkok pembuluh diberikan
darah lain dari tubuh 0 = Tidak Menjawab
untuk dapat mengalirkan
darah ke jantung.

Kata Kunci :
1. Penyempitan arteri
koronaria
2. Pengerasan arteri /
endapan
lemak/endapan zat
kapur
3. teknik pembedahan
untuk mengatasi
penyumbatan pada
pembuluh arteri
koronaria
C2 21 Apakah kamu pernah mendengar penyakit hemofilia ?pada Pembekuan darah Menjelaskan sebab akibat dari suatu
penderita hemofilia darah sulit membeku akibat pendarahan merupakan bagian data atau peristiwa.
117

yang berlebihan atau memar dan dapat berdarah dalam penting dari proses
jangka waktu yang panjang bahkan bahkan dapat penyembuhan yang 4 = memberikan penjelasan secara
mengancam nyawa penderita. Jelaskan penyebab penyakit memperlambat dan tepat untuk permasalahan yang
hemofilia! menghentikan diberikan dengan menjelaskan
pendarahan. Hemofilia keterkaitan antara permasalahan
disebabkan oleh dengan sebab akibat sehingga kata
kurangnya protein yang kunci disediakan dengan sempurna
bertanggung jawab 3 = penjelasan sebab akibat masih
dalam pembekuan darah, berkaitan dengan permasalahan, kata
akibatnya penderita kunci yang diberikan kurang
dapat berdarah selama sempurna.
jangka waktu yang 2 = penjelasan sebab akibat masih
panjang bahkan dari luka berkaitan dengan permasalahan, kata
kecil atau cedera. kunci salah
1=
Kata Kunci : Penjelasan tidak dapat dimengerti,
kurangnya protein penjelasan salah atau tidak terkait
dengan data atau peristiwa yang
diberikan
0 = Tidak Menjawab
C2 22 Seorang wanita mengalami sakit kepala parah, nyeri dada Hipertensi dapat terjadi Menjelaskan sebab akibat dari suatu
dan badan lemas dengan tekanan darah 170/90 mmHg karena gaya hidup dan data atau peristiwa.
dokter mengatakan pasien tersebut menderita hipertensi. pola makan yang buruk
Apa penyebab dari hipertensi ?jelaskan akibat hipertensi atau karena obesitas, 4 = memberikan penjelasan secara
apabila terjadi secara berkepanjangan. Bagaimana pola merokok, terlalu tepat untuk permasalahan yang
hidup untuk mencegah hipertensi? banyak mengkonsumsi diberikan dengan menjelaskan
alkohol, kurang keterkaitan antara permasalahan
olahraga,stress atau dengan sebab akibat sehingga kata
karena konsumsi obat- kunci disediakan dengan sempurna
obatan. Tekanan darah 3 = penjelasan sebab akibat masih
tinggi berkepanjangan berkaitan dengan permasalahan, kata
dapat mengakibatkan kunci yang diberikan kurang
penyakit jantung, gagal sempurna.
ginjal dan stroke. 2 = penjelasan sebab akibat masih
Olahraga teratur dan diet berkaitan dengan permasalahan, kata
sehat adalah cara terbaik kunci salah
untuk mencegah tekanan 1=
darah tinggi. Penjelasan tidak dapat dimengerti,
penjelasan salah atau tidak terkait
Kata kunci : dengan data atau peristiwa yang
1. gaya hidup dan diberikan
118

pola makan 0 = Tidak Menjawab


yang buruk
atau karena
obesitas,
merokok,
terlalu banyak
mengkonsumsi
alkohol,
kurang
olahraga,stress
atau karena
konsumsi obat-
obatan
2. jantung, gagal
ginjal dan
stroke

C2 23 Seseorang didiagnosa mengalami gangguan pada sistem Berdasarkan gambar, Menjelaskan sebab akibat dari
peredaran darahnya yang ditunjukkan dengan kondisi gangguan SPD yang suatu data atau peristiwa.
pembuluh darah seperti tampak pada gambar dibawah ini. terjadi adalah
arterosklerosis yakni 4 = memberikan penjelasan secara
penyempitan dan tepat untuk permasalahan yang
penebalan arteri karena diberikan dengan menjelaskan
penumpukan plak pada keterkaitan antara permasalahan
dinding arteri atau dengan sebab akibat sehingga kata
pengerasan pembuluh kunci disediakan dengan sempurna
darah karena endapan 3 = penjelasan sebab akibat masih
lemak. berkaitan dengan permasalahan, kata
kunci yang diberikan kurang
Kata kunci : sempurna.
1. arterosklerosis 2 = penjelasan sebab akibat masih
Berdasarkan gambar jelaskan gangguan sistem peredaran penyebabnya berkaitan dengan permasalahan, kata
darah pada pembuluh darah yang dialami orang tersebut ? karena kunci salah
penumpukan 1=
plak berupa Penjelasan tidak dapat dimengerti,
endapan lemak penjelasan salah atau tidak terkait
pada dinding dengan data atau peristiwa yang
arteri diberikan
2. akibatnya 0 = Tidak Menjawab
119

terjadi
penyempitan
pembuluh darah
C2 24 Apakah kamu pernah berpikir bahwa sel darah dapat keluar Peristiwa tersebut Menjelaskan sebab akibat dari
atau menyelinap dan menembus pembuluh darah ?jika ya, dinamakan diapedesis suatu data atau peristiwa.
mengapa terjadi demikian ?peristiwa tersebut dinamakan ? yakni kemampuan
leukosit untuk 4 = memberikan penjelasan secara
menembus atau keluar tepat untuk permasalahan yang
dari dinding pembuluh diberikan dengan menjelaskan
darah. Diapedesis terjadi keterkaitan antara permasalahan
karena adanya luka dengan sebab akibat sehingga kata
sehingga leukosit keluar kunci disediakan dengan sempurna
dari pori-pori pembuluh 3 = penjelasan sebab akibat masih
darah untuk segera berkaitan dengan permasalahan, kata
membunuh bibit kunci yang diberikan kurang
penyakit sebelum kuman sempurna.
menyerang bagian tubuh. 2 = penjelasan sebab akibat masih
berkaitan dengan permasalahan, kata
Kata kunci : kunci salah
1. Diapedesis 1=
terjadi karena Penjelasan tidak dapat dimengerti,
adanya luka penjelasan salah atau tidak terkait
2. Akibatnya dengan data atau peristiwa yang
leukosit keluar diberikan
dari pori-pori 0 = Tidak Menjawab
pembuluh darah
untuk
membunuh bibit
penyakit
Lampiran 4

109
120

VALIDASI INSTRUMEN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH PESERTA DIDIK


PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH

Nama :

Kelas :

Asal Sekolah : SMAN 3 Kota Tangerang Selatan (soal A)

Bacalah soal-soal dibawah ini dengan seksama !

1. Berikut merupakan gambar mengenai jenis-jenis sel darah putih.

Basofil Eosinofil monosit

Neutrofil Limfosit

Kelompokkan gambar-gambat tersebut kedalam jenis sel darah putih Granulosit dan Agranulosit.
121

Jawab :

2. Ditemukan ciri-ciri sel darah berikut.

A B C D
Mengandung sekitar Berfungsi melindungi Sel darah yang Bentuk tidak
250 juta molekul tubuh terhadap infeksi membantu dalam beraturan, ukuran
hemoglobin proses pembekuan selnya lebih kecil
darah diantara semua sel
darah
E F G H
Berbentuk pipih, Tidak memiliki Berbentuk tidak tetap, Berdasarkan
cekung,(bikonkaf), mitokondria dan mempunyai inti, tidak bentuknya dibedakan
tidak mempunyai menghasilkan ATP secara berwarna, dapat menjadi neutrofil,
inti dan berwarna eksklusif melalui bergerak secara eosinofil, basofil,
merah metabolisme anaerob amoeboid monosit, dan limfosit

Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan, ada berapa jenis sel darah yang dapat kamu
klasifikasikan? Apa sajakah itu ?
Jawab :
122

3.
Urutkanlah mekanisme pembekuan darah diatas dengan memasukkan pilihan berikut.
Protombin Trombin Fibrinogen
Fibrin Trombokinase
Jawab :

4. Berikut merupakan penampang peredaran darah pulmonal (peredaran darah kecil).


123

Urutkanah proses peredaran darah pulmonal tersebut dengan memberikan nomor pada masing-
masing keterangan gambar!

5. Urutkanlah tahap-tahap pembekuan darah berikut dengan memberikan nomor pada


masing-masing kotak

Enzim trombokinase dan Ca2+ mengubah protein


Plasma protombin (dibentuk oleh hati) menjadi enzim thrombin.

Pembentukan enzim trombokinase (tromboplastin) oleh sel-sel jaringan yang


terluka dan trombosit.

Enzim trombin mengubah fibrinogen larut ( yang dibentuk oleh hati) menjadi
fibrin yang tidak larut.

Sel-sel darah yang terjerat dalam jaringan dan bersama-sama membentuk


gumpalan darah (thrombus)

6. Berikut ini merupakan data golongan darah beberapa siswa kelas XI IPA.

Berdasarkan data tersebut, hal apa yang dapat kamu simpulkan?

Jawab :
124

7. Saat ini tidak sedikit Pria Indonesia yang memiliki rhesus (+) menikahi Wanita Eropa
atau berbeda benua, padahal mereka bisa memiliki Rhesus darah yang berbeda dan
beresiko memiliki keturunan penderita Erithroblastosis fetalis. Bagaimana peran faktor
rhesus terhadap keturunan mereka jika keduanya berbeda rhesus ?
Jawab :

8. Berikut tabel pengolongan darah berdasarkan rhesus

Ayah Rh+ Ayah Rh-


Ibu Rh+ Janin Rh+ Janin Rh+
Tidak bermasalah Tidak bermasalah
Ibu Rh- Janin Rh+ Janin Rh-
Akan timbul masalah Tidak bermasalah

Berdasarkan tabel tersebut hal apa yang dapat kamu simpulkan ?


Jawab :
125

9. Apakah kamu pernah melakukan praktikum denyut jantung ? pada saat praktikum ,
denyut yang kamu hitung biasanya dari denyut nadi pergelangan tangan bukan ? mengapa
demikian? Adakah hubungan denyut nadi dengan jantung ?
Jawab :

10. Berikut merupakan tabel hasil pengamatan denyut jantung

No nama Jenis usia Denyut jantung 1 menit Aktivitas


kelamin duduk berdiri jongkok Naik turun Berlari 2
tangga 2 menit
menit
1 Agung L 14 60 80 83 100 130
2 Alif L 16 78 84 78 124 150
3 Amalia P 16 86 94 89 98 115
4 Anandya P 16 84 83 95 70 115
5 Teresia P 17 80 90 80 124 145
6 Okky L 17 80 88 72 105 148
7 Vivi P 16 88 105 90 130 140
8 zichmoss P 17 52 61 79 111 126
Berdasarkan data tersebut, hal apa yang dapat kamu simpulkan ?

Jawab :
126

11. Apakah kamu pernah mendengar penyakit hemofilia ?pada penderita hemofilia darah
sulit membeku akibat pendarahan yang berlebihan atau memar dan dapat berdarah dalam
jangka waktu yang panjang bahkan bahkan dapat mengancam nyawa penderita. Jelaskan
penyebab penyakit hemofilia!
Jawab :

12. Seorang wanita mengalami sakit kepala parah, nyeri dada dan badan lemas dengan
tekanan darah 170/90 mmHg dokter mengatakan pasien tersebut menderita hipertensi.
Apa penyebab dari hipertensi ? jelaskan akibat hipertensi apabila terjadi secara
berkepanjangan. Bagaimana pola hidup untuk mencegah hipertensi.
Jawab :
Lampiran 5

127

VALIDASI INSTRUMEN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH PESERTA DIDIK


PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH

Nama :

Kelas :

Asal Sekolah : SMAN 3 Kota Tangerang Selatan (soal B)

Bacalah soal-soal dibawah ini dengan seksama !

1. Berikut Beberapa pernyataan mengenai Monosit dan Limfosit.


A B C
Terdapat 5 jenis yakni Leukosit yang Berukuran paling Di produksi di sumsum
Sel B, Sel T Helper, Sel besar Tulang dan limfa
T Sitoksik, Sel T memori
dan Sel T Supresor
D E F
Dapat meninggalkan Memiliki inti yang bervariasi dari Inti berwarna gelap
aliran darah dan masuk bentuk bulat atau lonjong, hingga Dengan dikelilingi oleh
ke jaringan lain dalam yang berlekuk atau berbentuk Cincin sitoplasmanya
tubuh dan berubah tapal kuda yang sempit
menjadi makrofag

Kelompokkan pernyataan tersebut dengan memasukkan huruf ke dalam tabel berikut


128

Monosit Limfosit

2. Berikut merupakan gambar sel-sel darah.

a) b) c)

Kelompokkan pernyataan-peryataan berikut yang memiliki hubungan dengan masing-masing


gambar.

1. Memiliki kemampuan gerakan amoeboid jawab :


2. Fungsinya melindungi tubuh terhadap infeksi
a b c
3. Fungsinya untuk pembekuan darah
4. Memiliki nukleus tapi tidak memiliki haemoglobin
5. Berfungsi untuk mengangkut O2
6. Ukurannnya lebih kecil diantara sel-sek darah
7. Struktur sel ini terkait erat dengan fungsinya

3. Urutkanlah jalur peredaran darah janin dari plasenta hingga ke plasenta kembali :

Plasenta vena umblicalis vena hepatica/ ductus venosus hati vena cava
inferior foramen oval atrium kanan atrium kiri ventrikel kiri

Aorta arteri umblicalis kepala, tangan,thorax,kaki plasenta

Jawab :
129

4. Urutkanlah proses peredaran darah besar berikut dengan memberikan nomor pada
masing-masing kotak :

Aorta menerima darah yang mengandung O2 dan mengalirkannya pada arteri ke


seluruh tubuh

Darah yang memasuki pembuluh vena dan mengangkut darah yang mengandung CO2

Darah yang mengandung CO2 dialirkan ke vena bagian atas dan vena bagian bawah

Dimulai dari bilik kiri yang mengalirkan darah ke aorta

Vena atas dan vena bagian bawah bertemu disatu vena dan memasuki serambi kanan

5. Perhatikan Data Golongan darah beberapa siswa/siswi kelas XI IPA berikut !

Nama Golongan
Darah
Aan B
Alfa A
Intan AB
Eka O
Mega AB

Jelaskan apakah Intan dapat mendonorkan darahnya kepada Aan dan Alfa ?

Jawab :
130

6. Seorang pemuda bergolongan darah O mengalami kecelakaan yang mengakibatkan


dirinya kehilangan banyak darah dan harus dilakukan transfusi. Transfusi gagal karena
pendonor tidak bergolongan darah sama. Mengapa dapat terjadi demikian, sementara
golongan darah O dapat memberikan darahnya ke semua golongan darah?
Jawab :

7. Berikut data pengamatan praktikum denyut jantung

Nama Aktivitas
Duduk Naik turun Berlari
tangga kecil
Rahmat 60 100 130
Toni 77 123 145
Fadli 72 120 135
Firda 88 115 138
Indah 88 130 140

Berdasarkan data tersebut apa hubungan frekuensi denyut jantung dengan aktivitas ?

Jawab:
131

8. Peredaran darah manusia dikenal dua macam, yaitu peredaran darah pulmonal dan
peredaran darah sistemik. Menurut analisismu, bagaimanakah hubungan antara fungsi
kerja jantung dan kedua macam peredaran darah tersebut ?
Jawab :

9. Berdasarkan fungsinya pembuluh darah dibedakan menjadi pembuluh nadi (arteri),


pembuluh balik (vena), dan pembuluh kapiler bagaimana hubungan ketiganya dalam
mengedarkan darah ke jantung ?
Jawab :

10. Survei Sample Registration System (SRS) pada tahun 2014 menunjukkan penyakit
jantung coroner di Indonesia menjadi penyebab kematian tertinggi pada semua umur
setelah stroke. Jumlahnya mencapai 12,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa kelainan pada
sistem sirkulasi merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Jelaskan penyebab
penyakit jantung koroner dan kaitannya dengan tindakan operasi Bypass ?
Jawab :
132

11. Seseorang didiagnosa mengalami gangguan pada sistem peredaran darahnya yang
ditunjukkan dengan kondisi pembuluh darah seperti tampak pada gambar dibawah ini.

Berdasarkan gambar jelaskan gangguan sistem peredaran darah pada pembuluh darah
yang dialami orang tersebut ?
Jawab :

12. Apakah kamu pernah berpikir bahwa sel darah dapat keluar atau menyelinap adan
menembus pembuluh darah ? jika ya, mengapa terjadi demikian ?peristiwa tersebut
dinamakan ?
Jawab :
Lampiran 6 133

Instrumen Wawancara Guru Mata Pelajaran Biologi

Kemampuan Penalaran Ilmiah Peserta Didik pada Materi Sistem Peredaran Darah

Nama :

Asal Sekolah :

No Pertanyaan Jawaban
1 Model pembelajaran apa yang sering
ibu/bapak gunakan ?

2 Apakah ibu/bapak merasa kesulitan


dalam menampilkan berbagai model
pembelajaran kepada peserta didik?
?
3 Model pembelajaran apa yang sering
ibu/bapak gunakan dalam
menyampaiakan materi sistem peredaran
darah ?
4 Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai
Kemampuan penalaran Ilmiah ?

5 Seberapa penting Kemampuan penalaran


Ilmiah bagi peserta didik (SMA)
menurut Bapak/Ibu ?
6 Bagaimana fungsi kemampuan penalaran
ilmiah bagi peserta didik ?
134

7 Bagaimana cara ibu/bapak dalam


menampilkan penalaran ilmiah ?

8 Pola penalaran seperti apa yang perlu


dimiliki oleh peserta didik ?

9 Bagaimana hasil belajar peserta didik saat


diberikan soal yang mengacu pada objek
atau benda yang dapat diamati ?

10 Apakah ibu/bapak pernah memberikan


soal kepada peserta didik yang mengacu
pada prosedur atau langkah-langkah ?
Bahaimana hasilnya ?
11 Bagaimana hasil belajar peserta didik saat
diberikan soal yang mengacu pada
konsep yang berhubungan, benda-benda
abstrak atau teori ?
12 Bagaimana upaya ibu/bapak agar peserta
didik dapat memberikan kesimpulan logis
berdasarkan konsep ilmiah ?
13 Menurut ibu/bapak apakah
perkembangan kognitif peserta didik
berpengaruh terhadap penyelesaian soal ?

(Guru Mata Pelajaran Biologi)


135

Lampiran 7

Hasil Wawancara Guru


136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
Lampiran 8
151
Lampiran 9

152
Lampiran 10
Lampiran 10

153

TES KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH PESERTA DIDIK

PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Alokasi Waktu : 60 Menit

Petunjuk Pengerjaan :

1. Berdoalah sebelum mengerjakan tes ini


2. Isi identitas dengan benar pada lembar jawaban yang telah disediakan
3. Tidak diperbolehkan mencorat-coret lembar tes
4. Tes berbentuk uraian sebanyak 15 butir : setiap jawaban akan diberi nilai maksimal 4
5. Gunakan bolpoin untuk mengisi
6. Dilarang untuk bekerjasama, membuka Hp atau alat elektronik lainnya

Selamat Mengerjakan…

Bacalah soal-soal dibawah ini dengan seksama !

1. Urutkanlah proses peredaran darah besar berikut dengan memberikan nomor pada
masing-masing kotak :
Aorta menerima darah yang mengandung O2 dan mengalirkannya pada arteri ke seluruh
tubuh

Darah yang memasuki pembuluh vena dan mengangkut darah yang mengandung CO2

Darah yang mengandung CO2 dialirkan ke vena bagian atas dan vena bagian bawah

Dimulai dari bilik kiri yang mengalirkan darah ke aorta

Vena atas dan vena bagian bawah bertemu disatu vena dan memasuki serambi kanan
154

2. Urutkanlah tahap-tahap pembekuan darah berikut dengan memberikan nomor pada


masing-masing kotak

Enzim trombokinase dan Ca2+ mengubah protein Plasma protombin (dibentuk oleh
hati) menjadi enzim thrombin.

Pembentukan enzim trombokinase (tromboplastin) oleh sel-sel jatingan yang terluka


dan trombosit.

Enzim trombin mengubah fibrinogen larut ( yang dibentuk oleh hati) menjadi fibrin yang
tidak larut.

Sel-sel darah yang terjerat dalam jaringan dan bersama-sama membentuk gumpalan
darah (thrombus)

3. Berikut merupakan gambar mengenai jenis-jenis sel darah putih.

Basofil Eosinofil Monosit Neutrofil Limfosit

Kelompokkan gambar-gambat tersebut kedalam jenis sel darah putih Granulosit dan Agranulosit

4. Ditemukan ciri-ciri sel darah berikut

A B C D
Mengandung sekitar 250 Berfungsi melindungi tubuh Sel darah yang membantu Bentuk tidak beraturan, ukuran
juta molekul hemoglobin terhadap infeksi dalam proses pembekuan selnya lebih kecil diantara
darah semua sel darah
E F G H
155

Berbentuk pipih, Tidak memiliki mitokondria Berbentuk tidak tetap, Berdasarkan bentuknya
cekung,(bikonkaf), tidak dan menghasilkan ATP mempunyai inti, tidak dibedakan menjadi neutrofil,
mempunyai inti dan secara eksklusif melalui berwarna, dapat bergerak eosinofil, basofil, monosit, dan
berwarna merah metabolisme anaerob secara amoeboid limfosit

Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan, ada berapa jenis sel darah yang dapat kamu
klasifikasikan? Apa sajakah itu ?

5. Berikut merupakan gambar sel-sel darah.

a) b) c)

Kelompokkan pernyataan-peryataan berikut yang memiliki hubungan dengan masing-masing


gambar.

1. Memiliki kemampuan gerakan amoeboid


2. Fungsinya melindungi tubuh terhadap infeksi
3. Fungsinya untuk pembekuan darah
4. Memiliki nukleus tapi tidak memiliki hemoglobin
5. Berfungsi untuk mengangkut O2
6. Ukurannnya lebih kecil diantara sel-sel darah
7. Struktur sel ini terkait erat dengan fungsinya

6. Survei Sample Registration System (SRS) pada tahun 2014 menunjukkan penyakit
jantung coroner di Indonesia menjadi penyebab kematian tertinggi pada semua umur
setelah stroke. Jumlahnya mencapai 12,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa kelainan pada
156

sistem sirkulasi merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Jelaskan penyebab


penyakit jantung koroner dan kaitannya dengan tindakan operasi Bypass ?

7. Apakah kamu pernah mendengar penyakit hemofilia ?pada penderita hemofilia darah
sulit membeku akibat pendarahan yang berlebihan atau memar dan dapat berdarah dalam
jangka waktu yang panjang bahkan bahkan dapat mengancam nyawa penderita. Jelaskan
penyebab penyakit hemofilia!

8. Seorang wanita mengalami sakit kepala parah, nyeri dada dan badan lemas dengan
tekanan darah 170/90 mmHg dokter mengatakan pasien tersebut menderita hipertensi.
Apa penyebab dari hipertensi ? jelaskan akibat hipertensi apabila terjadi secara
berkepanjangan. Bagaimana pola hidup untuk mencegah hipertensi.
9. Berikut ini merupakan data golongan darah beberapa siswa kelas XI IPA.

Berdasarkan data tersebut, hal apa yang dapat kamu simpulkan?

10. Perhatikan Data Golongan darah beberapa siswa/siswi kelas XI IPA berikut !

Nama Golongan
Darah
Aan B
Alfa A
Intan AB
157

Eka O
Mega AB
Jelaskan apakah Intan dapat mendonorkan darahnya kepada Aan dan Alfa ?

11. Saat ini tidak sedikit Pria Indonesia yang memiliki rhesus (+) menikahi Wanita Eropa
atau berbeda benua, padahal mereka bisa memiliki Rhesus darah yang berbeda dan
beresiko memiliki keturunan penderita Erithroblastosis fetalis. Bagaimana peran faktor
rhesus terhadap keturunan mereka jika keduanya berbeda rhesus ?

12. Berikut tabel pengolongan darah berdasarkan rhesus

Ayah Rh+ Ayah Rh-


Ibu Rh+ Janin Rh+ Janin Rh+
Tidak Tidak
bermasalah bermasalah
Ibu Rh- Janin Rh+ Janin Rh-
Akan timbul Tidak
masalah bermasalah
Berdasarkan tabel tersebut hal apa yang dapat kamu simpulkan ?

13. Berikut data pengamatan praktikum denyut jantung

Nama Aktivitas
Duduk Naik turun Berlari
tangga kecil
Rahmat 60 100 130
Toni 77 123 145
Fadli 72 120 135
Firda 88 115 138
Indah 88 130 140
158

Berdasarkan data tersebut bagaimana hubungan frekuensi denyut jantung dengan aktivitas ?

14. Peredaran darah manusia dikenal dua macam, yaitu peredaran darah pulmonal dan
peredaran darah sistemik. Menurut analisismu, bagaimanakah hubungan antara fungsi
kerja jantung dan kedua macam peredaran darah tersebut ?

15. Apakah kamu pernah melakukan praktikum denyut jantung ? pada saat praktikum ,
denyut yang kamu hitung biasanya dari denyut nadi pergelangan tangan bukan ? mengapa
demikian? Adakah hubungan denyut nadi dengan jantung ?
148 159
DATA HASIL PENELITIAN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH PESERTA DIDIK SMA NEGERI SE-TANGERANG SELATAN

DATA HASIL PENELITIAN SMAN A

Pola Penalaran Ilmiah/ Nomor Butir Soal


Serial Ordering Class Inclusion Reasoning Correlational Reasoning Theoritical Reasoning Functionality Reasoning
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah Skor
1 4 4 4 1 4 2 3 3 1 2 2 2 2 1 1 36
2 4 4 4 1 4 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 36
3 2 4 4 1 4 1 3 2 1 2 2 1 2 1 2 32
4 4 4 4 0 3 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 31
5 2 4 4 1 4 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 28
6 4 4 4 3 4 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 34
7 4 4 4 1 4 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 34
8 4 3 4 1 1 2 2 3 2 2 2 1 2 1 1 31
9 4 4 2 3 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 32
10 4 1 4 1 1 2 3 2 1 1 2 1 2 1 1 27
11 4 4 4 1 4 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 34
12 4 4 4 1 4 2 2 2 1 3 1 1 2 1 1 33
13 1 2 4 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 27
14 1 2 4 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 25
15 4 1 4 1 1 2 3 2 1 2 1 1 2 1 1 27
16 4 4 4 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 30
17 4 4 4 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 29
18 1 2 4 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 25
19 1 2 4 1 1 2 1 3 2 2 1 1 2 2 1 26
20 1 1 4 1 1 2 3 3 1 2 1 1 1 1 1 24
21 4 4 3 1 3 0 2 1 2 2 1 1 2 0 1 27
22 1 1 4 1 2 2 3 2 1 2 1 1 2 2 1 26
23 1 1 3 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 21
24 4 4 4 1 1 2 3 3 2 1 2 1 2 2 2 34
25 4 4 4 1 1 2 2 3 0 2 2 1 3 2 1 32
26 4 4 4 3 1 0 2 2 2 2 0 1 2 0 1 28
27 4 4 4 3 1 0 1 2 2 2 0 1 2 0 1 27
28 4 4 4 1 2 0 2 0 1 2 2 1 2 2 1 28
29 4 4 4 0 3 2 1 2 2 2 0 1 2 0 1 28
30 4 4 4 3 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 31
31 4 4 4 3 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 32
32 4 4 4 1 1 0 2 0 1 2 2 1 2 2 1 27
33 1 4 4 1 3 2 2 3 0 2 1 1 2 1 1 28
34 4 4 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 26
35 4 4 4 0 3 2 1 2 2 2 0 1 2 0 1 28
36 1 1 1 1 1 2 0 2 1 1 0 1 1 1 1 15
37 4 4 4 0 1 0 2 2 1 3 1 1 1 0 1 25
38 4 1 4 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 0 1 23
39 1 4 4 4 3 2 2 1 0 2 2 1 0 0 1 27
40 3 4 4 4 3 3 2 2 2 3 2 1 3 2 2 40
160
9
41 3 4 4 4 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 34
42 4 4 4 2 4 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 35
43 4 4 4 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 30
44 3 4 4 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 30
45 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 43
46 1 4 4 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 31
47 4 4 4 3 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2 1 34
48 4 4 4 2 2 3 3 2 1 2 2 2 3 2 1 37
49 4 4 4 1 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 37
50 1 4 4 4 1 2 2 3 1 1 2 1 2 1 1 30
51 4 1 4 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 31
52 4 1 4 4 1 3 2 3 1 3 2 2 2 2 2 36
53 4 4 4 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 35
54 3 4 4 2 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 35
55 3 4 4 4 1 3 3 3 1 2 2 2 2 2 1 37
56 4 4 4 4 1 2 3 2 1 1 1 1 2 1 1 32
57 3 4 4 2 1 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 33
58 4 1 4 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 34
59 4 1 4 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 26
60 1 4 4 4 4 2 2 2 0 2 1 0 3 2 1 32
61 4 4 4 4 4 2 3 2 1 2 2 1 2 1 1 37
62 4 1 4 3 1 2 2 1 2 2 2 1 2 0 2 29
63 4 1 4 3 1 3 1 3 1 2 3 2 2 2 1 33
64 4 1 4 2 1 3 3 3 1 2 3 2 2 2 2 35
65 1 4 4 4 1 3 2 3 1 3 2 2 2 2 2 36
66 4 4 4 4 1 3 3 2 1 2 3 1 2 1 1 36
67 4 1 4 3 4 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2 37
68 1 4 4 4 1 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 35
69 4 4 4 4 1 2 2 2 1 2 1 1 3 1 1 33
70 4 4 4 4 1 3 2 3 1 2 2 2 2 2 1 37
71 4 4 4 4 4 3 2 3 1 2 2 2 2 2 1 40
72 4 1 4 3 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 30
73 4 1 4 3 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 30
74 4 4 4 3 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 29
75 4 1 4 4 1 3 2 2 2 2 3 2 2 2 1 35
76 4 4 4 4 1 3 2 3 3 3 3 2 2 2 1 41
77 4 4 4 3 1 2 2 3 3 2 2 2 2 1 1 36
Jumlah 253 245 298 164 142 156 162 160 106 147 129 104 149 101 99
Jumlah total 498 604 478 486 349
Skor Maksimum 308 308 308 308 308 308 308 308 308 308 308 308 308 308 308
Jumlah Skor Maksimum 616 924 924 1232 924
Presentase Pola Penalaran (%) 16,16883117 13,07359307 10,34632035 7,88961039 7,554112554
Kesimpulan Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa Tertinggi adalah pada pola penalaran Serial Ordering dengan presentase 16,16 %
161

DATA HASIL PENELITIAN SMAN B


Pola Penalaran Ilmiah/ Nomor Butir Soal
Serial Ordering Class Inclusion Reasoning Correlational Reasoning Theoritical Reasoning Functionality Reasoning
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah Skor
1 1 1 4 1 1 3 2 2 2 1 2 1 2 1 1 25
2 4 4 4 3 4 2 2 2 1 1 1 1 4 1 1 35
3 4 1 4 1 4 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 27
4 4 4 4 2 1 1 4 2 1 2 2 1 2 1 2 33
5 4 4 4 1 1 3 3 2 1 2 2 2 2 1 1 33
6 4 4 4 1 2 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 34
7 4 1 4 1 2 3 2 3 1 2 2 2 3 2 2 34
8 4 4 4 1 2 2 4 4 2 2 2 1 3 1 1 37
9 1 1 4 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 20
10 4 4 4 1 2 1 1 2 0 2 1 1 2 1 1 27
11 1 1 4 1 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2 1 26
12 1 4 4 3 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 26
13 4 4 4 1 2 3 2 3 2 2 2 2 2 0 2 35
14 1 1 4 3 3 3 4 3 1 1 1 1 2 1 2 31
15 1 1 2 3 3 3 3 3 1 1 2 1 2 2 2 30
16 1 4 4 3 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 28
17 4 4 4 3 1 3 2 2 2 1 2 2 2 3 1 36
18 4 4 4 3 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 35
19 4 4 4 2 1 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 36
20 1 4 4 3 1 3 2 3 1 1 2 2 2 0 2 31
21 4 4 4 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 36
22 4 1 4 4 3 2 3 2 1 2 2 1 2 1 2 34
23 2 4 4 1 2 2 3 3 1 2 1 1 2 1 2 31
24 4 1 4 4 3 3 3 2 2 2 1 1 2 2 2 36
25 4 4 4 1 3 3 3 2 0 2 2 1 1 2 1 33
26 4 4 4 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 29
27 4 4 4 1 3 2 3 1 0 2 2 1 2 1 1 31
28 1 1 4 3 1 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2 29
29 3 4 4 1 2 2 2 3 1 1 1 1 1 2 1 29
30 1 4 4 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 31
31 1 4 4 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 26
32 4 1 4 1 2 1 1 1 0 1 1 1 2 0 1 21
33 4 4 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 26
34 4 4 4 3 4 3 2 2 1 2 3 1 2 2 2 39
35 2 1 4 3 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 29
36 1 1 4 3 1 2 2 2 1 1 1 1 3 1 2 26
37 3 4 4 3 4 3 3 3 1 1 1 0 2 1 2 35
38 4 1 4 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 27
39 1 4 4 3 3 3 2 0 1 2 1 1 3 0 1 29
40 1 4 4 3 2 2 2 0 1 2 1 1 2 0 1 26
162

41 1 4 4 4 4 2 2 3 2 2 3 2 2 1 1 37
42 1 4 4 4 4 3 2 3 1 1 1 1 2 2 1 34
43 1 4 4 3 2 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 33
44 1 4 4 4 4 3 2 4 2 2 1 1 2 1 1 36
45 1 4 4 4 4 2 2 3 2 2 1 1 3 2 1 36
46 1 4 4 3 4 3 2 3 2 2 1 1 2 1 1 34
47 1 4 4 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 1 1 36
48 1 4 4 4 4 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 20
49 4 4 4 3 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 36
50 1 4 4 4 4 3 3 3 1 2 2 2 2 1 2 38
51 1 4 4 2 3 3 2 3 1 2 2 2 1 0 1 31
52 1 4 4 3 3 3 2 4 1 2 2 2 3 1 1 36
53 1 4 4 4 4 2 2 3 1 2 3 2 2 1 1 36
54 1 4 4 1 4 2 2 2 1 1 0 0 0 0 0 22
55 1 4 4 2 4 2 2 2 1 1 0 0 0 0 0 23
56 1 4 4 2 4 0 2 0 1 1 0 0 0 0 0 19
57 1 4 4 4 3 2 2 2 1 2 2 1 3 1 1 33
58 1 4 4 3 4 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 32
59 1 4 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 0 0 21
60 1 4 4 3 4 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 31
61 1 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 36
62 1 4 4 3 2 2 0 0 2 1 1 1 3 0 0 24
63 1 4 4 3 4 2 3 2 1 1 1 1 2 1 1 31
64 1 4 4 1 4 2 2 2 2 1 1 1 2 0 0 27
65 4 4 4 3 3 2 2 3 1 2 2 2 2 1 1 36
66 4 1 4 4 1 2 2 2 1 1 1 2 3 1 1 30
67 1 4 4 4 1 3 2 2 1 1 1 2 3 1 1 31
68 1 4 4 1 3 0 2 1 1 2 1 1 3 3 1 28
69 1 4 4 2 3 2 2 2 1 2 1 2 3 2 1 32
70 1 4 4 3 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 24
71 1 4 4 2 3 2 2 2 1 2 0 0 0 0 0 23
72 3 4 4 1 4 3 2 1 1 2 2 1 1 1 1 31
73 1 4 4 3 4 2 3 3 2 2 1 2 2 1 1 35
74 1 4 4 1 3 2 2 2 1 1 2 1 3 0 0 27
75 1 4 4 1 3 1 3 1 0 1 1 1 0 1 1 23
Jumlah 158 255 295 175 192 159 160 158 91 120 109 95 147 81 89
Jumlah total 413 662 477 415 317
Skor Maksimum 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Jumlah Skor Maksimum 600 900 900 1200 900
Presentase Pola Penalaran (%) 13,76666667 14,71111111 10,6 6,916666667 7,044444444
Kesimpulan Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa Tertinggi adalah pada pola penalaran Class Inclusion Reasoning dengan presentase 14,7 %
163

DATA HASIL PENELITIAN SMAN C

Pola Penalaran Ilmiah/ Nomor Butir Soal


Responden Serial Ordering Class Inclusion Reasoning Correlational Reasoning Theoretical Reasoning Functionality Reasoning Jumlah Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 4 4 4 3 4 2 1 2 1 3 2 1 2 2 1 36
2 1 4 4 3 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 29
3 4 4 4 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 28
4 1 4 4 3 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 29
5 1 4 4 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 26
6 4 4 4 3 4 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 35
7 1 3 4 4 2 2 1 2 1 2 2 1 3 1 1 30
8 3 4 1 1 2 0 0 2 1 2 1 1 2 1 0 21
9 1 1 4 1 1 1 1 1 0 2 0 1 1 0 1 16
10 4 4 4 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 30
11 4 2 4 1 4 2 1 2 2 1 2 2 3 2 1 33
12 1 4 4 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 26
13 4 4 4 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 28
14 1 4 4 3 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 28
15 1 3 4 3 4 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 30
16 4 4 4 1 4 1 1 3 2 2 2 1 3 0 32
17 4 4 4 3 4 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 34
18 4 4 4 3 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 28
19 4 4 4 2 1 1 3 1 0 2 1 2 3 1 1 30
20 1 3 4 4 4 2 1 2 0 2 1 1 2 2 2 31
21 4 3 4 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 26
22 4 3 4 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 33
23 4 4 4 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 32
24 4 4 4 3 4 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 34
25 4 4 4 1 2 2 1 2 1 1 3 1 2 1 1 30
26 4 4 4 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 27
27 4 4 4 2 3 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 31
28 4 4 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 27
29 4 4 4 3 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 31
30 1 4 4 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 25
31 4 4 4 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 29
32 4 4 4 2 2 1 1 0 1 2 2 1 2 1 1 28
33 4 3 4 3 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 28
34 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 18
35 1 4 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21
36 4 4 4 1 1 2 0 1 1 1 1 1 3 0 1 25
37 1 4 4 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 25
164

38 1 4 4 4 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 28
39 1 4 4 4 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 29
40 4 4 4 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 27
41 4 4 4 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 30
42 3 4 4 3 1 1 1 2 2 1 1 1 3 1 1 29
43 4 4 4 2 1 2 0 1 1 2 1 1 3 0 1 27
44 3 1 4 1 1 1 1 0 1 2 1 1 3 1 1 22
45 4 4 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 26
46 4 4 4 4 4 2 1 1 1 1 1 1 3 1 1 33
47 4 1 4 2 1 0 1 2 1 2 1 1 2 1 0 23
48 4 1 4 1 1 0 1 1 1 2 1 1 2 1 1 22
49 4 4 4 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 28
50 4 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 0 2 0 0 20
51 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 21
52 4 4 4 3 1 3 1 0 0 0 1 0 1 0 0 22
53 4 4 4 1 1 2 1 1 0 0 1 1 1 0 0 21
54 4 1 4 1 1 2 1 1 1 0 1 1 2 0 2 22
55 1 4 4 1 1 2 3 2 1 1 1 1 2 0 0 24
56 1 1 4 1 2 1 0 1 0 0 1 1 2 1 2 18
57 4 4 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 0 0 0 23
58 1 4 4 1 2 1 1 2 1 2 1 1 3 1 1 26
59 4 4 4 1 3 2 2 2 1 2 1 1 2 0 2 31
60 1 4 4 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 0 0 26
61 1 4 4 1 4 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 29
62 1 4 4 2 1 1 3 2 1 1 1 1 2 0 0 24
63 1 4 4 2 1 1 3 2 1 1 1 1 1 0 1 24
64 1 1 1 0 1 1 1 1 1 2 1 0 2 1 0 14
65 4 1 4 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 26
66 1 1 4 1 0 1 1 2 1 2 1 0 4 1 1 21
67 4 0 4 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 26
68 1 1 4 2 1 0 1 1 1 1 1 1 3 1 1 20
Jumlah 191 223 257 122 120 100 79 106 74 102 88 75 143 59 73
Jumlah total 414 499 285 339 275
Skor Maksimum 272 272 272 272 272 272 272 272 272 272 272 272 272 272 272
Jumlah Skor Maksimum 544 816 816 1088 816
Presentase Pola Penalaran (%) 15,22058824 12,23039216 6,985294118 6,231617647 6,740196078
Kesimpulan Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa Tertinggi adalah pada pola penalaran Serial Ordering dengan presentase 15,2%
165

DATA HASIL PENELITIAN SMAN D

Pola Penalaran Ilmiah/ Nomor Butir Soal


Serial Ordering Class Inclusion Reasoning Correlational Reasoning Theoretical Reasoning Functionality Reasoning
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah Skor
1 3 4 4 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 26
2 1 2 4 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 22
3 4 4 4 0 0 1 2 1 1 1 1 1 2 0 1 23
4 3 1 4 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 24
5 3 4 4 1 1 0 2 2 1 1 1 1 2 1 1 25
6 3 4 4 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 26
7 3 4 4 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 26
8 3 4 4 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 27
9 3 4 4 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 26
10 1 1 4 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 23
11 1 1 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 16
12 1 1 4 1 2 2 3 2 1 1 1 1 2 1 1 24
13 1 1 4 1 2 2 3 3 1 2 1 1 2 1 1 26
14 1 1 4 1 2 2 3 3 1 2 1 1 2 1 1 26
15 1 1 4 1 2 1 3 2 1 2 1 1 2 1 1 24
16 1 1 4 1 1 1 2 1 1 1 0 1 2 1 1 19
17 1 1 4 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 21
18 1 1 4 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 21
19 4 4 4 1 1 0 2 1 1 2 2 1 2 2 1 28
20 4 4 4 1 1 0 2 1 1 2 2 1 2 2 1 28
21 4 4 4 1 1 0 2 1 1 2 2 1 2 2 1 28
22 3 1 4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 18
23 1 1 4 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 23
24 1 1 1 1 2 2 3 3 1 1 1 1 2 1 1 22
25 3 4 4 0 0 1 1 1 1 2 0 1 1 0 1 20
26 4 4 4 4 1 0 2 2 1 2 0 1 2 1 1 29
27 4 1 4 1 2 1 3 1 1 1 1 1 2 1 2 26
28 4 4 4 4 1 3 2 2 1 1 1 1 2 2 1 33
29 4 1 4 1 1 1 3 1 2 2 2 1 2 1 1 27
30 1 1 4 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 22
31 1 1 4 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 21
32 1 1 4 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 21
33 3 4 4 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 26
34 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26
35 3 4 4 1 1 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 27
166

36 1 4 4 1 1 1 3 2 0 2 0 1 2 0 2 24
37 3 1 4 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 26
38 4 4 4 1 1 0 1 0 0 1 0 1 2 1 0 20
39 1 0 4 1 1 1 2 1 0 1 1 0 2 1 1 17
40 3 1 4 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 25
41 3 1 4 1 1 2 3 2 2 1 1 1 2 1 1 26
42 1 4 4 1 1 0 1 0 0 1 1 1 2 1 0 18
43 1 1 1 0 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 1 9
44 1 0 4 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 20
45 1 4 1 0 1 1 0 0 2 1 0 1 2 0 1 15
46 3 1 4 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 26
47 3 0 3 1 1 0 2 2 2 1 1 1 2 1 1 21
48 3 1 4 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 25
49 1 1 4 1 1 2 2 1 0 2 1 1 2 1 1 21
50 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 2 1 1 19
51 4 4 4 1 1 1 1 2 1 2 0 1 3 1 1 27
52 1 4 4 2 1 2 0 1 0 1 0 1 2 0 1 20
53 1 1 4 1 1 1 2 1 0 2 1 1 2 1 1 20
54 2 1 4 1 1 2 2 1 1 1 0 1 2 1 1 21
55 1 4 4 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 25
56 4 4 4 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 27
57 3 1 4 0 1 1 0 1 1 2 2 1 2 1 1 21
58 4 4 4 1 1 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 28
59 2 4 4 1 1 3 3 2 1 2 1 1 2 2 1 30
60 1 2 4 1 1 3 3 3 1 2 1 1 2 1 1 27
61 1 4 4 1 1 3 2 2 1 2 1 1 2 1 1 27
62 1 2 4 1 1 3 3 3 1 2 1 1 2 1 1 27
63 4 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 16
64 1 4 4 1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 1 1 29
65 4 4 4 1 1 0 0 1 1 1 1 1 2 0 2 23
66 1 4 4 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 26
67 4 4 1 1 1 0 1 2 1 1 1 2 0 1 1 21
68 1 4 4 3 1 1 0 0 2 2 2 1 2 1 1 25
69 4 4 4 1 1 0 1 1 1 1 1 2 2 1 1 25
70 1 4 4 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 30
71 1 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 31
72 1 4 0 2 1 2 1 2 0 2 0 1 1 0 0 17
Jumlah 161 181 265 84 88 97 127 105 78 98 71 74 134 69 73
Jumlah total 342 437 329 250 276
Skor Maksimum 288 288 288 288 288 288 288 288 288 288 288 288 288 288 288
Jumlah Skor Maksimum 576 864 864 1152 864
Presentase Pola Penalaran (%) 11,875 10,11574074 7,615740741 4,340277778 6,388888889
Kesimpulan Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa Tertinggi adalah pada pola penalaran Serial Ordering dengan presentase 11,87 %
167

DATA HASIL PENELITIAN SMAN E


Pola Penalaran Ilmiah/ Nomor Butir Soal
Serial Ordering Class Inclusion Reasoning Correlational Reasoning Theoritical Reasoning Functionality Reasoning
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah Skor
1 4 4 4 1 4 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 29
2 4 4 4 1 1 2 3 2 1 1 1 1 0 1 2 28
3 1 4 4 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 26
4 1 4 4 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 26
5 4 1 4 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 26
6 4 4 4 1 1 3 3 2 1 1 1 1 2 1 2 31
7 3 4 4 1 1 2 1 1 1 1 1 0 2 1 1 24
8 4 4 4 1 2 1 3 2 1 2 1 1 2 1 1 30
9 4 4 4 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 28
10 4 4 4 1 2 1 3 2 1 2 0 0 2 0 1 27
11 4 4 4 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 27
12 4 4 4 1 0 1 2 2 1 1 1 0 2 1 1 25
13 4 1 4 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 24
14 4 4 4 1 3 3 2 2 1 2 1 1 2 1 2 33
15 4 4 4 1 4 3 3 2 2 2 1 1 2 1 2 36
16 4 4 4 1 4 3 3 2 1 2 1 1 2 1 2 35
17 4 1 3 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 25
18 4 4 4 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 26
19 4 4 4 1 4 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 32
20 4 4 4 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 27
21 4 4 4 1 1 1 3 2 2 2 1 1 2 1 1 30
22 4 4 4 1 4 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 32
23 4 1 4 1 2 2 3 2 1 1 1 1 2 1 2 28
24 4 4 4 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 30
25 4 4 4 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 28
26 4 4 4 1 4 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 31
27 4 4 4 1 3 3 2 1 1 1 1 1 2 1 1 30
28 4 4 4 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 30
29 4 4 4 1 1 1 1 1 2 1 1 1 0 1 1 24
30 4 4 4 1 3 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 31
31 4 4 4 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 30
32 4 4 4 1 1 1 1 1 2 1 1 1 0 1 1 24
33 4 4 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 25
34 4 4 1 1 4 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 27
35 3 4 4 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 28
36 3 4 4 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 29
37 3 4 4 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 0 27
38 3 4 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 27
39 4 4 4 1 2 1 3 2 1 2 1 1 2 1 1 30
40 4 4 3 3 4 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 34
41 3 4 4 1 4 2 3 1 1 1 1 1 2 1 2 31
42 4 4 4 1 4 2 3 3 1 2 2 2 3 1 2 38
43 1 4 4 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 24
44 4 4 4 1 4 2 3 3 1 2 2 2 3 1 2 38
168

45 4 4 4 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 33
46 4 4 4 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 33
47 4 4 4 1 3 2 3 2 1 2 1 1 2 1 2 33
48 1 4 4 1 1 2 3 2 1 2 2 1 2 1 1 28
49 1 4 4 1 1 2 3 2 1 2 2 1 2 1 1 28
50 4 4 4 1 3 3 1 2 1 2 1 1 2 1 2 32
51 4 4 4 1 4 2 2 2 1 2 2 1 3 1 2 35
52 4 4 4 1 3 3 1 2 1 2 1 1 2 1 2 32
53 4 1 4 1 1 3 1 2 1 2 2 1 2 1 1 27
54 4 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 22
55 3 1 4 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 24
56 4 4 4 1 1 3 2 2 1 1 1 1 2 1 1 29
57 3 4 4 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 3 2 31
58 3 4 4 4 1 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2 35
59 3 3 4 1 4 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 30
60 3 4 4 1 4 3 3 2 2 2 2 1 3 1 2 37
61 4 4 4 1 3 2 3 3 1 2 2 2 2 1 2 36
62 3 4 4 1 1 3 2 2 1 2 1 2 2 1 2 31
63 4 3 4 1 3 3 3 3 1 2 2 2 2 1 2 36
64 3 4 4 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 3 1 30
65 3 1 4 1 1 1 3 2 1 2 2 1 1 1 1 25
66 3 4 4 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 3 2 32
67 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 22
68 3 4 4 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 26
69 3 4 4 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 29
70 3 4 4 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 30
71 3 4 4 1 4 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 32
72 4 4 4 1 3 2 2 3 1 2 2 1 3 1 2 35
73 4 4 4 1 3 2 2 3 1 2 2 1 3 1 2 35
74 3 4 4 1 4 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 35
75 3 4 4 1 4 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 34
76 3 4 4 1 4 2 2 1 1 2 2 1 3 1 2 33
77 3 4 4 1 4 2 3 2 1 2 1 1 2 1 1 32
78 3 4 4 1 1 3 3 2 1 2 0 1 2 2 2 31
79 3 4 4 1 4 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 35
80 3 4 4 1 1 3 3 2 1 2 1 1 2 1 1 30
81 3 4 4 1 1 1 1 2 2 2 1 1 3 1 2 29
82 3 4 4 1 4 2 3 2 1 2 1 1 2 1 1 32
Jumlah 284 299 312 87 185 162 158 157 97 135 108 91 163 94 118
Jumlah Total 583 584 477 431 375
Skor Maksimum 328 328 328 328 328 328 328 328 328 328 328 328 328 328 328
Jumlah Skor Maksimum 656 984 984 1312 984
Presentase Pola Penalaran (%) 17,77439024 11,8699187 9,695121951 6,570121951 7,62195122
Kesimpulan Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa Tertinggi adalah pada pola penalaran Serial Ordering dengan presentase 17,77 %
169

SDATA HASIL PENELITIAN SMAN F

Pola Penalaran Ilmiah/ Nomor Butir Soal


Serial Ordering Class Inclusion Reasoning Correlational Reasoning Theoritical Reasoning Functionality Reasoning
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah Skor
1 4 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 24
2 4 4 1 3 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 27
3 4 4 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 25
4 4 4 1 1 4 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 30
5 1 1 4 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 23
6 4 4 4 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 24
7 1 4 0 1 1 0 1 1 1 2 0 1 2 0 1 16
8 4 4 4 1 1 0 1 1 1 2 0 1 2 2 2 26
9 4 4 4 1 3 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 30
10 4 4 0 1 1 0 2 1 0 0 0 0 2 2 1 18
11 4 4 4 1 1 0 0 2 2 1 0 0 2 0 4 25
12 4 4 4 1 1 0 2 1 1 2 2 0 2 1 1 26
13 4 4 4 1 1 0 2 2 2 2 1 1 2 0 1 27
14 4 4 1 3 1 0 2 1 2 2 0 1 2 0 1 24
15 4 4 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 1 1 1 20
16 4 4 4 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 32
17 4 1 0 0 1 1 2 0 1 1 0 1 0 0 0 12
18 4 4 0 0 2 1 0 1 1 2 1 1 2 0 0 19
19 4 4 4 3 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 31
20 4 4 4 1 1 0 0 1 2 1 2 1 1 0 0 22
21 4 4 3 0 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 24
22 4 4 1 0 1 1 2 2 1 1 1 1 2 0 0 21
23 1 1 0 0 1 0 2 1 1 1 2 1 1 1 1 14
24 4 1 4 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 26
25 4 4 4 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 27
26 4 4 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 26
27 4 4 2 4 1 2 1 2 1 1 1 1 2 0 0 26
28 4 4 4 1 1 2 2 2 1 3 2 2 2 0 1 31
29 4 4 4 1 2 2 0 2 1 2 1 1 2 0 2 28
30 4 4 4 4 1 2 2 1 2 2 1 2 2 0 0 31
31 4 4 4 1 1 0 2 2 1 1 1 0 1 0 1 23
32 4 4 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 25
33 3 4 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 24
34 4 4 4 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 27
35 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 9
170

Lampiran 12

Dokumentasi Penelitian

Dokumentasi Penelitian SMAN A

Dokumentasi Penelitian SMAN B


171

Dokumentasi Penelitian SMAN C

Dokumentasi Penelitian SMAN D


172

Dokumentasi Penelitian SMAN E

Dokumentasi Penelitian SMAN F


173
174

Lampiran 13

Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian


175
176
177
178
179
Lampiran 14
Dasar Pengambilan Sampel 180

Rata-rata nilai UN Biologi


NAMA SEKOLAH
2017

SMAN 2 71.11

SMAN 3 70.45

SMAN 6 65.57

SMAN 1 65.29

SMAN 7 61.40

SMAN 4 60.32

SMAN 8 58.01

SMAN 10 53,86

SMAN 12 53.66

SMAN 5 51,81

SMAN 9 50,96

SMAN 11 49,26

Tabel rataan nilai UN SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
sumber: https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-un/
181

Lampiran 15
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192

Anda mungkin juga menyukai