Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
AYU SYIFA FAUZIAH
NIM. 11140161000060
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan dan
kemudahan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul
Kemampuan penalaran Ilmiah Peserta Didik Se SMAN Tangerang Selatan.
Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan. Shalawat teriring salam kepada
Nabi Besar Muhammad SAW. semoga karya tulis ini diperkenankan menjadi amal
kebaikan yang dapat menjadi jembatan bagi penulis untuk meperoleh syafaat beliau.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya penulis tidak luput dari keslahan,
hambatan dan kesulitan yang dihadapi. Namun atas doa, bantuan, bimbingan dan
motivasi semua pihak, pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan Waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan arahan selama
penyusunan skripsi.
4. Ibu Dina Rahma Fadlillah, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, arahan, serta
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
5. Ibu Hj. Eny Supriati Rosyidatun, S.Si, M.A. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan nasihat, arahan, dan bimbingan selama
perkuliahan.
6. Seluruh Dosen dan staf di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta khususnya Program Studi Pendidikan Biologi yang telah
vii
memberikan ilmu dan membantu proses administrasi selama perkuliahan
hingga penyusunan skripsi ini selesai.
7. Bapak Drs. H. Agus Hendrawan, M.Pd selaku Kepala SMAN 1 Tangerang
Selatan, Ibu Dra. Aan Sri Analiah selaku Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan,
Bapak Suhermin, S.Pd., M.Si selaku Kepala SMAN 4 Tangerang Selatan,
Bapak Ruri, S.Pd. M.Pd selaku Wakaur Kurikulum SMAN 9 Tangerang
Selatan, Bapak Drs.H. Ahmad Nana Mahmur selaku Kepala SMAN 10
Tangerang Selatan, dan Bapak HM. Syamsudin HS., M.Pd Kepala SMAN 12
Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Bapak Hadi Prastyo, S.Si, M.M selaku Guru Biologi SMAN 1 Tangerang
Selatan, Ibu Nellyta Basrie, S.Pd selaku Guru Biologi SMAN 3 Tangerang
Selatan, Bapak Sopingi, M.Pd selaku Guru Biologi SMAN 4 Tangerang
Selatan, Ibu vivin, M.Pd selaku Guru Biologi SMAN 9 Tangerang Selatan,
Ibu Siti Maryam, S.Pd selaku Guru Biologi SMAN 10 Tangerang Selatan, dan
Ibu Aswindri Krisnawati, S.Pd selaku Guru Biologi SMAN 12 Tangerang
Selatan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian kepada
penulis di kelas yang Bapak/Ibu Guru ampu.
9. Seluruh Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 1 Tangerang Selatan, SMAN 3
Tangerang Selatan, SMAN 4 Tangerang Selatan, SMAN 9 Tangerang Selatan,
SMAN 10 Tangerang Selatan,dan SMAN 12 Tangerang Selatan yang telah
bersedia membantu melaksanakan penelitian.
10. Teruntuk kedua orang tua tercinta, Bapak dan Ibu yang tak pernah putus
mendoakan, tetes air mata, cucuran keringat, serta selalu mendukung dalam
bentuk materil dan moril selama masa perkuliahan hingga selesainya
penyusunan skripsi ini.
11. Suami Tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi, juga
dukungan materil untuk penulis segera menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa
viii
untuk calon bayi kami yang membawa semangat bagi penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi dengan baik.
12. Kakak dan Adik tercinta yang selalu memberikan motivasi agar skripsi ini
segera selesai.
13. Widya Astuti dan Eva Emalia yang telah membantu penulis mengantar ke
sekolah penelitian.
14. Kawan-kawan Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2014.
15. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak terlepas dari kekurangan,
untuk itu penulis menerima kritik dan saran membangun. Semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaaat bagi semua pembaca dan dapat memberikan kontribusi bagi
peningkatan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan biologi.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Contents
ABSTRAK ................................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
x
1. Deskripsi teoritis penalaran Ilmiah ...................................................... 10
a. Kemampuan Penalaran Ilmiah ............................................................ 10
b. Penilaian Kemampuan Penalaran Ilmiah ............................................ 15
a) Aspek Penalaran Ilmiah ............................................................... 16
b) Pola Penalaran Ilmiah .................................................................. 18
2. Materi Sistem Peredaran Darah ........................................................... 24
B. Hasil Penelitian Relevan ........................................................................... 29
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 51
1. Kategori Kemampuan Penalaran Ilmiah Peserta Didik SMAN Se
Tangerang Selatan ............................................................................... 51
2. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Penalaran Ilmiah ............................ 52
B. Pembahasan ............................................................................................... 54
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 63
B. Saran .......................................................................................................... 64
LAMPIRAN .................................................................................................... 71
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
2
,Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 21 Tahun 2016 Tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 10.
3
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia No.64 Tahun 2013, h. 7.
4
Edhita Putri, Yudi Rinanto, Sri Widiastuti, “Peningkatan Kemampuan Penalaran Ilmiah melalui
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Pernapasan Manusia”, Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains UNS Tahun III, No. 2 , 2015, h. 166.
3
seseorang.5 Untuk itu, dalam setiap fenomena atau hal-hal yang dilalui oleh
manusia sampai berada pada tahap diterima oleh akal memerlukan proses
berpikir yang memiliki tahap atau pola-pola tertentu disebut penalaran ilmiah,
begitupun peserta didik yang dalam setiap kegiatan pembelajaran dituntut untuk
memberikan kesimpulan secara konkret dari fenomena yang disajikan melalui
kegiatan penyelidikan dan analisis tersebut memerlukan proses berpikir yang
baik bukan dari tebak-tebakan atau teori tak bedasar.
Chen dan Klahr mengatakan “Beberapa studi penelitian menunjukkan
bahwa kemampuan penalaran ilmiah diperlukan bagi siswa untuk mampu
bersaing di era global. Oleh karena itu, kinerja siswa pada penalaran ilmiah
penting untuk dikembangkan dalam pengajaran ilmu pengetahuan dan proses
belajar”.6
Penalaran ilmiah memberikan kontribusi dalam keterampilan kognitif
siswa. Senada dengan keterampilan kognitif menurut Piaget Pada usia diatas 12
tahun atau tingkat pendidikan menengah atas (SMA) peserta didik semestinya
sudah memiliki kemampuan penalaran ilmiah secara formal akan tetapi dapat
berbeda untuk setiap orangnya tergantung pada perkembangan kognitif dan
pengalaman untuk itu perlu diadakan penelitian terkait hal tersebut.7 Namun,
penelitian dalam mengembangkan penalaran ilmiah, terutama dalam hal ilmu
alam jarang dilakukan di Indonesia.8 Padahal penalaran ilmiah merupakan bagian
penting dalam pembelajaran sains khususnya biologi yang memungkinkan terus
5
Nneka Rita Nnorom, “The Effect of Reasoning Skills on Students Achievment in Biology in
Anambra State”, International Journal of Scientific & Engineering Research, Volume 4, Issue 12,
2013, ISSN 2229-5518, p. 2102.
6
A W Jufri, D. Setiadi, Sri Patmi, “Scientific Reasoning Ability Of Prospective Student Teacher In
The Excellence Program of Mathematics and Science Teacher Education In University Of Mataram” ,
Jurnal pendidikan IPA Indonesia JPII 5, 2016, h. 69.
7
Nuzli Fahdia Mazfufah, “Pengaruh Metode Diskusi Isu-Isu Sosiosaintifik Terhadap Kemampuan
Penalaran Ilmiah Peserta Didik”, Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017, h. 81, tidak dipublikasikan.
8
Nia Erlina, Supeno, Iwan Wicaksono, “Penalaran Ilmiah dalam Pembelajaran Fisika”, Conference
Paper disampaikan pada Proseding Seminar Nasional Tahun 2016 Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya, Surabaya, 23 Januari 2016, h. 474.
4
9
ISTAR assessment, What Is Scientific Reasoning and Why is it Important, 2010,
(http://www.istarassessment.org).
10
Ernawati, “Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Strategi Picture
And Picture Pada Siswa Kelas IV SDN Gelur Tahun Pelajaran 2013/ 2014” , 2013,
(http://eprints.ums.ac.id/27014/2/BAB_I.pdf).
11
Nuzli, op. cit., h. 3.
5
12
N. Shofiyah, Z. A. I. Supardi, B. Jatmiko, “Mengembangkan Penalaran Ilmiah (Scientific
Reasoning) Siswa melalui Model Pembelajaran 5E pada Siswa Kelas X SMAN 15 Surabaya”, Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 2013, h. 83.
13
OECD, PISA 2009 Results : Executive Summary, 2010, p. 8, ( https ://www.oecd.org).
14
Edhita, op. cit., h. 164.
6
SMA Kelas X IPA se Kota Tegal ini dikarenakan baik siswa maupun guru belum
menyadari betapa pentingnya kemampuan scientific reasoning. Hal ini
dibuktikan dengan masih jarangnya guru yang memberikan latihan soal maupun
pertanyaan tentang scientific reasoning.15
Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh Ety Rimadani mengenai
Identifikasi Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa pada Materi Suhu dan Kalor
didapat penalaran ilmiah siswa pada materi suhu dan kalor masih tergolong
rendah. Pada pola penalaran ilmiah correlational reasoning hanya pada level 2
dari maksimal 5 level. Pada pola penalaran proportional reasoning berada pada
level 2 dari 4 level maksimal. Selanjutnya, pada pola penalaran ilmiah
probabilistic reasoning menunjukkan level 2 dari 3 level maksimal.
Agar keterampilan penalaran ilmiah bisa diberikan lebih optimal kepada peserta
didik khususnya dalam studi biologi, semestinya guru terlebih dahulu
mengetahui sejauh mana kemampuan penalaran ilmiah yang dimiliki oleh peserta
didik dengan mengukur keterampilan penalaran ilmiah tersebut. Sehingga,
dengan diketahuinya kemampuan penalaran peserta didik, guru dapat lebih
mengupayakan pengembangan keterampilan penalaran ilmiah. Dengan demikian,
peneliti ingin mengukur kemampuan penalaran ilmiah dalam studi biologi.
15
Diani Ika Puspita, “Analisis Tingkat Kemampuan Scientific Reasoning Sisswa SMA Kelas X IPA se
Kota Tegal”, confererence paper disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Entreupreneurship III Semarang, Semarang, 20 Agustus 2016, h. 201
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Kemampuan Penalaran Ilmiah di Indonesia masih belum mencapai level yang
semestinya dimiliki pada tiap tingkat peserta didik.
2. Pendidikan masih berupa pengetahuan yang harus dihafal dan cenderung
teacher centered.
3. Penelitian terkait penalaran ilmiah masih jarang dilakukan khususnya di
Tangerang Selatan.
4. Pembelajaran sains di Indonesia masih kurang memunculkan penalaran
ilmiah.
5. Pengukuran kemampuan penalaran ilmiah dalam studi biologi masih jarang
dilakukan.
6. Orientasi pembelajaran kurang memperhatikan skill yang dicapai.
8
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu “Bagaimana kemampuan penalaran ilmiah (scientific
reasoning) peserta didik SMAN Se- Tangerang Selatan?”
9
E. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran kemampuan
penalaran ilmiah siswa SMAN di Tangerang Selatan serta memperoleh informasi
mengenai pentingnya kemampuan penalaran ilmiah.
F. Manfaat Penelitian
A. Deskripsi Teoritis
1. Deskripsi teoritis penalaran Ilmiah
a. Kemampuan Penalaran Ilmiah
Manusia pada hakikatnya makhluk yang berpikir. Dari kegiatan berpikir
itulah didapat pengetahuan yang akan melahirkan sikap serta tindakan.
Kegiatan berpikir, sejatinya akan selalu melekat dengan kegiatan penalaran.1
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan
berpikir dan bukan perasaan.2 Penalaran menunjuk pada salah satu proses
pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari
beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.3 Sehingga, penalaran
merupakan kegiatan mencari kebenaran atau suatu kesimpulan yang didapat
dari proses berpikir bukan dari bentuk perasaan yang berasal dari suatu hal,
fenomena atau pernyataan.
Penalaran merupakan manivestasi dari kegiatan berpikir yang bertujuan
untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari setiap pernyataan. Untuk itu,
menurut Shadiq yang juga dikemukakan oleh Tim PPPG Matematika,
penalaran merupakan suatu proses atau aktivitas berpikir untuk menarik
kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada
pernyataan yang telah dibuktikan (diasumsikan) kebenarannya.4 Dengan
demikian, penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran dimana
tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing.5
1
Nuzli Fahdia Mazfufah, “Pengaruh Metode Diskusi Isu-Isu Sosiosaintifik Terhadap Kemampuan
Penalaran Ilmiah Peserta Didik”, Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017, h. 23, tidak dipublikasikan.
2
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009), h. 42.
3
Surajiyo, Sugeng Astanto, Sri Andiani, Dasar-dasar Logika, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h.
20.
4
Maria Theresia Nike K, “Penalaran Deduktif dan Induktif Siswa dalam Pemecahan Masalah
Trigonometri ditinjau dari Tingkat IQ”, Jurnal APOTEMA, Vol. 1, No. 2, 2015, h. 70.
5
Suriasumantri, op. cit., h. 43.
10
11
Hal ini sesuai dengan definisi penalaran yang menyatakan bahwa penalaran
adalah konsep umum yang merujuk pada satu proses pemikiran untuk sampai
pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru beberapa dari pernyataan lain
yang telah diketahui.6
Penalaran merupakan aktifitas berpikir yang sangat penting sepanjang
hidup kita. Kemampuan penalaran juga merupakan kepentingan sentral yang
selalu ada dalam setiap struktur intelegensi. Penalaran sangat penting saat
dimana kita berpikir terhadap penyebab suatu kejadian, saat dimana
mengevaluasi asumsi atau pernyataan yang telah ada sebelumnya, ketika kita
mengembangkan gagasan dan rencana, untuk itu kemampuan penalaran
sangatlah penting. Kemampuan Penalaran atau reasoning ability dari kata
kerja reason dikaitkan dengan berbagai makna yang sangat tumpang tindih.
Seperti hal membenarkan dan mendukung konsep dan ide sama pentingnya
dengan meyakinkan orang lain melalui alasan yang baik dan "penemuan"
kesimpulan melalui analisis wacana.7 Untuk itu, kemampuan penalaran yang
baik diperlukan bagi setiap individu karena merupakan pusat bagi seseorang
untuk mendapatan ide atau gagasan.
Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri
tertentu. Ciri yang pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas
disebut logika. Atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran
merupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis disini harus
diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu, atau logika
tertentu.8 Ciri yang kedua dari penalaran adalah sifat analitik dari proses
berpikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang
menyandarkan diri kepada suatu analisa dan kerangka berpikir yang
dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang
bersangkutan. Artinya, penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis
6
Suhardi Effendy, Hartono, Ian Yulianti, “The Ability of Scientific Reasoning and Mastery of
Physics Concept of State Senior High School Students in Palembang City”, Journal Advances in
Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), Vol. 247, 2018,. h. 504.
7
Oliver Wilhelm, Measuring Reasoning Ability, (Lousiana US : ULM University, 2004), p. 373.
8
Suriasumantri, loc.cit,.
12
9
Ibid.
10
Surajiyo, op. cit., h. 43.
11
Ibid.
12
Andria Stammen, Kathy L. Malone, “Scientific Reasoning Abilities of in Service Science
Teachers in a Biology Modeling Workshop”, Conference Paper, Ohio, Januari 2017, p. 2.
13
Ibid.
14
Paul Ernest, Mathematics, Education and Philosophy : An International Perspective, (New
York : Routledge Taylor & Francis Group, 1994). p. 62.
13
15
Susan M.Brookhart, How To Asses Higher-Order Thinking Skills In Classroom, (Virginia USA:
ASCD Member Book, 2010), p. 62.
16
Bradley J. Morris, et a.l, The Emergence of Scientific Reasoning, Chapter 4 2012 licensee
InTech, p. 61.
17
Walter A. Thurber, Alfred T.Collette, Teaching science in todays Second Edition, (Boston USA:
Allyn and Bacon Inc, 1964), p. 11.
18
Ibid.
14
19
ISTAR assessment, What Is Scientific Reasoning and Why is it Important, 2010,
(http://www.istarassessment.org).
20
Siwi Purwati, Supriyono, Siti Zulaikah, “Korelasi antara Penalaran Ilmiah dan Pemahaman
Konsep Siswa pada Materi Usaha dan Energi “, Jurnal Pros. Semnas Pendidikan IPA
Pascasarjana UM, Vol. 1, 2016, h. 480.
21
Khoirotul Islakhiyah, Sutopo, Lia Yuliati, “Pembelajaran Berbasis Fenomena untuk
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Ilmiah dalam Pembelajaran IPA di SMP”, Jurnal Pros.
Semnas Pendidikan IPA Pascasarjana UM, Vol. 1, 2016, h. 993.
22 Nurhayati, Lia Yuliati, Nandang Mufti, “Pola Penalaran Ilmiah dan Kemampuan Penyelesaian
Masalah Sintesis Fisika”, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, Volume. 1,
Nomor: 8 , 2016, h. 1594.
23
Lei Bao, et al., Learning and Scientific Reasoning (Supporting Online Material), Journal
American Association for the Advancement of Science, Vol.323, 2009, p.1.
15
26
Edhita Putri, Yudi, Sri Widiastuti, “Peningkatan Kemampuan Penalaran Ilmiah melalui Model
Pembelajaran Inkuiri terbimbing pada Materi Sistem Pernapasan Manusia”, Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains Tahun III, No.2, 2015, h.165.
27 Association of American Colleges and Universities, Scientific Reasoning Rubric, 2010,
(https://www.aacu.org).
17
30
Gay R. Lefrancois, Theories of Human Learning, (Kro:Kros’report, 1995), p. 208.
31
Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2013), h. 72.
32
Robert Karplus, “Science Teaching and The Development of Reasoning”, Journal of Reasearch
in Science Teaching University of California, VOL. 14, NO. 2, 1977, p .170.
33
N. Shofiyah, Z. A. I. Supardi, B. Jatmiko “Mengembangkan Penalaran Ilmiah (Scientific
Reasoning) Siswa melalui Model Pembelajaran 5E pada Siswa Kelas X SMAN 15 Surabaya”,
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2013, h. 83.
34
Ibid.
19
Class inclusion atau inklusi kelas pada tahap ini seseorang dapat
mengklasifikasikan dan mengeneralisasikan dari suatu objek atau peristiwa
yang sudah dikenal.35 Anak pada tahap ini, sudah dapat mengerti klasifikasi
sederhana dan generalisasi dari objek atau peristiwa yang lazim dikenalnya.36
Artinya, pada tahap ini, seorang anak sudah mampu membentuk suatu
himpunan dalam golongan dan mengerti bahwa antar golongan tersebut saling
bersesuaian satu dengan lainnya. Contoh dari pola penalaran ini adalah
“semua benda yang terbuat dari alumunium dapat menghantarkan listrik,
tetapi tidak semua benda yang menghantarkan listrik adalah alumunium.”37
Conservation atau kemampuan konservasi merupakan suatu
kemampuan yang menuntut anak untuk mengaplikasikan logika konservasi.38
Logika konservasi yang dimaksud dapat dicontohkan dengan pernyataan,
suatu kuantitas akan tetap pada kedudukan yang sama apabila tidak ada
sesuatu yang ditambahkan atau dikurangkan.39 Contohnya, ketika air yang
berada di dalam wadah lebar dituangkan ke dalam wadah sempit jumlahnya
tidak akan berubah.40 Jadi, pada pola penalaran ini sesuatu yang jumlahnya
akan tetap sama apabila tidak ada sesuatu yang ditambahkan atau
dikurangkan meskipun tempatnya berpindah.
Serial ordering atau seriasi adalah kemampuan seorang individu
mengatur satu set objek atau data dalam urutan serial yang membentuk satu
35
Robert Fuller, Robert Karplus, Anton E Lawson, Can Physics Develop Reasoning, 1977, p. 25,
(https://digitalcommons.unl.edu/physicsfuller/31).
36
Robert G.Fuller, A Love of Discovery: Science Education-The Second Career of Robert Karplus,
(New York : Plenum Publisher,2002), p. 211.
37
Ibid.
38
Karplus, loc. cit.
39
Ibid.
40
Fuller, loc. cit.
20
kesatuan.41 Dengan kata lain, pada tahap ini anak sudah mampu mengurutkan
suatu objek atau peristiwa berdasarkan karakteristik atau ciri-ciri yang
dimiliki. Contoh dari kemampuan seriasi adalah “hewan kecil memiliki detak
jantung yang cepat, sedangkan hewan besar memiliki detak jantung yang
lambat”.42
Reversibility dapat diartikan sesuatu yang dapat dibalik kembali ke
semula. Anak pada tahap operasi konkret sudah mampu membalikkan urutan
langkah-langkah untuk kembali dari posisi akhir ke kondisi awal.43 Secara
singkat anak yang memiliki kemampuan ini sudah mampu memahami bahwa
suatu objek atau peristiwa dapat diubah kembali ke bentuk atau keadaan
semula. Contoh dari kemampuan ini adalah anak sudah dapat menalar bahwa
penghapusan berat dari piston akan memungkinkan gas tertutup untuk
memperluas kembali ke volume awalnya.44
Theoritical Reasoning adalah kemampuan siswa dalam menerapkan
teori untuk menginterpretasikan data.45 Pada kemampuan ini seorang anak
dituntut untuk dapat melakukan pengaplikasian klasifikasi, logika konservasi,
seriasi, dan pola penalaran lainnya guna menjabarkan konsep, sifat abstrak,
aksioma, dan teori.46 Jadi pada pola penalaran ini anak dituntuntut untuk
memahami suatu data atau peristiwa yang terjadi dapat dikaitkan dengan
konsep atau teori yang sudah dipelajari. Contoh dari kemampuan ini adalah
membedakan antara reaksi oksidasi dan reduksi menggunakan prinsip
konservasi energi, menetapkan jenis tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan
tingkat tinggi berdasarkan urutan evolusinya, dan membuat kesimpulan dari
teori yang menyatakan bahwa kerak bumi terbentuk dari piringan-piringan
kaku.47
41
Fuller, op.cit., h. 242.
42
Karplus, loc. cit.
43
Fuller, loc .cit.
44
Ibid.
45
Shofiyah, op.cit, h. 83-84.
46
Karplus, loc. cit.
47
Ibid.
21
48
Fuller, op.cit,, h. 243.
49
Karplus, loc. cit.
50
Ibid.
51
Fuller, op. cit., h.213.
52
Shofiyah, op. cit, h.84.
53
Fuller, op.cit., h. 213.
54
Karplus, loc. cit.
22
55
Shane Hanson, “The Assessment Of Scientific Reasoning Skills Of High School Science
Students: A Standardized Assessment Instrumet”, Theses and Dissertations Illinois State
University, USA, 2016 , p. 21.
56
Shofiyah, loc.cit.
57
Fuller, op.cit. h.244.
58
Ibid.
59
Valensa Yossyana, Rayendra Wahyu Bahtiar, “Profil Kemampuan Bernalar Siswa SMA Kelas
XI di Kabupaten Jember pada Materi Usaha dan Energi”, jurnal Pendidikan IPA Universitas
Jember, Vol.3, 2018, h. 251.
23
60
Hanson, op. cit, p.4.
61
Andria Stammen, Kathy L. Malone, op. cit. p. 4.
62
Ety Rimadani, dkk, “Identifikasi Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa SMA pada Materi Suhu
dan Kalor”, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, Volume.2, Nomor: 6 ,
2017 , EISSN: 2502-471X Universitas Negeri Malang, h.834.
63
Hanson, op. cit. p. 21-22.
24
64
Fuller, op. cit., p. 72.
25
65
Dr. Kevin Adrian, Memahami Sistem Peredaran Darah pada Manusia, 2018,
(https://www.alodokter.com/memahami-sistem-peredaran-darah-pada-manusia).
66
Neil A.Campbell, dkk, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3, (Jakarta : Erlangga, 2008), h. 71.
67
Sumiyati Sa’adah, Sistem Peredaran Darah Manusia, ( Bandung :UIN Sunan Gunung Djati,
2018), h. 17.
68
Ibid., h. 25.
26
2. Penggolongan Darah
Sistem golongan darah pada manusia ada tiga macam, yaitu sistem
ABO, sistem MN, dan sistem rhesus (Rh). Ketiga penggolongan darah
tersebut didasarkan atas kehadiran antigen(aglutinogen) tertentu dalam sel
darah merahnya dan zat anti (aglutinin). Menurut Breinstein (Jerman) dan
Furuhata (Jepang), golongan darah ini dikendalikan oleh sepasang gen.70
1) Sistem MN
Sitem MN merupakan jenis darah. Berbeda dengan golongan darah, jenis
darah biasanya tidak memegang peranan dalam tranfusi darah karena tidak
akan menyebabkan masalah tranfusi darah antara yang berbeda
jenisdarahnya selama golongan darahnya sama atau mengikuti aturan
tranfusi darah. Ada tiga jenis darah dalam sistem MN, yaitu:
1. Jenis M, mengandung antigen M
2. Jenis N, mengandung antigen N
3. Jenis MN, mengandung antigen M dan antigen N
69
Ibid.
70
Hilma Nurbayanti, Laporan Praktikum Biologi Umum Golongan Darah pada Manusia, 2017,
(www.academia.edu).
27
2) Sistem ABO
Penggolongan darah sistem ABO didasarkan pada ada atau tidaknya dua
antigen pada permukaan eritrosit, yaitu antigen A dan antigen B. seperti
semua antigen, antigen pada eritrosit merupakan sifat yang diturunkan dan
tetap tidak berubah dari lahir sampai meninggal.71
Pola Aglutinasi pada penentuan golongan darah sistem ABO.
Golongan Darah Serum Anti Serum Anti
A+Darah B+Darah
A Aglutinasi Tidak ada
aglutinasi
B Tidak ada Aglutinasi
aglutinasi
AB Aglutinasi Aglutinasi
O Tidak ada Tidak ada
aglutinasi aglutinasi
71
Sumiyati, op. cit., h. 30.
72
Ibid., h. 32.
28
73
Irnaningtyas, Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Berdasarkan Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016,
(Jakarta : Erlangga, 2016), h. 208.
74
Ibid., h.216-217.
29
1. Anemia
2. Hemofilia
3. Leukemia
4. Siklemia
5. Talasemia
6. Hipertensi
7. Hipotensi
8. Arteriosclerosis
9. Thrombus
10. Embolus
11. Jantung coroner
12. Varises
13. Hemoroid
14. Limfangitis
15. Edema
16. Infark Miokard
75
Ibid., h. 218.
30
76
Ety, op.cit,. h. 833.
77
Diani Ika Puspita, “Analisis Tingkat Kemampuan Scientific Reasoning Sisswa SMA Kelas X
IPA se Kota Tegal”, conference paper disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Entreupreneurship III Semarang, 2016, h.198.
31
78
Rivani Dita Yediarani, Maison, Ahmad Syarkowi, “Scientific Reasoning Abilities Profil of Junior High
School in Jambi”, Indonesian Journal of Science and Education. Vol.3, 2019, h. 21.
79
Valensa, op. cit., h. 247.
80
Valensa, op .cit., h. 248.
32
C. Kerangka Berpikir
Dalam setiap proses atau kegiatan sains diperlukan pemikiran yang
logis dan rasional sehingga penalaran ilmiah merupakan keterampilan
berpikir yang terlibat dalam setiap proses sains seperti penyelidikan,
eksperimen, evaluasi bukti, hingga penarikan kesimpulan dan menjadi sebuah
teori. Dalam kehidupan sehari hari penalaran penting dalam menyikapi suatu
peristiwa, mencari sebuah solusi dengan menganalisis data sesuai dengan
teori.
Kemampuan penalaran ilmiah memiliki kontribusi terhadap
perkembangan kognitif. Dalam sisi akademik kemampuan penalaran ilmiah
yang baik dapat membantu siswa memahami suatu konsep, sehingga siswa
mampu memberikan argumentasi dari pengetahuan yang telah didapatkan.
Kemampuan penalaran ilmiah atau scientific reasoning dalam abad 21
ini selain memiliki dampak jangka panjang terhadap prestasi akademik juga
diperlukan bagi siswa untuk mampu bersaing di era global. Melalui
kurikulum 2013 juga pemerintah menyatakan pentingnya kemampuan
penalaran seperti yang dijabarkan dalan Permendikbud Nomor 64 tahun 2013
mengenai standar isi yang diatur bagi siswa setingkat SMP dan SMA,
disebutkan dalam salah satu keterampilan yang harus dikuasai yaitu menalar
dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dipelajarinya
81
Sutarno,” Profil Penalaran Ilmiah (Scientific Reasoning) Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Fisika Universitas Bengkulu Tahun Akademik 2013/2014”, conference paper disampaikan pada
PROSIDING Semirata 2014 Fakultas MIPA IPB, Bogor, 2014 , h. 365.
33
1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2005), h. 234.
2
Ibid., h. 237.
3
Ibid., h. 236.
35
36
pola penalaran ilmiah yang diteli yakni : Class Inclusion Reasoning, Serial
Ordering Reasoning, Correlational Reasoning, Theoritical Reasoning, dan
Functionality Reasoning.
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2005), h. 80.
5
R.Gunawan Sudarmanto, Statistik Berbasis Komputer dengan Program IBM SPSS Statistics 19,
( Jakarta : Mitra Wacana Media, 2013), h. 26.
6
Ibid., h. 30.
7
Sugiyono, op. cit., h. 81.
8
Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi,
( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 122-123.
37
9
Lampiran 14, h. 169.
10
Gunawan, op. cit, h. 48.
38
D. Prosedur Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian, setiap peneliti perlu mengetahui
langkah atau prosedur yang harus dilakukan guna penelitian lebih efektif.
Berikut langkah-langkah dalam penelitian survei.11
1. Menentukan populasi yang diinginkan dan tentukan prosedur pengambilan
sampel.
2. Mengetahui sebenarnya apa yang ingin diketahui dari penelitian tersebut.
3. Menentukan instrumen survei yang akan digunakan.
4. Menentukan bagaimana penelitian tersebut akan dikelola.
5. Pastikan untuk menghindari jebakan dalam menyusun sebuah pertanyaan.
Jadi, secara singkat tahap perencanaan dan perancangan survei terdiri dari
beberapa langkah: mengidentifikasi tujuan penelitian, mengidentifikasi dan
mengkarakterisasi audiens target, dan merancang rencana pengambilan
sampel.12
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap pendahuluan,
tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
1. Tahap Pendahuluan
a. Menentukan, memperbaiki, dan mengembangkan instrumen Kemampuan
Penalaran Ilmiah. Pengembangan istrumen dilakukan sesuai dengan pola
penalaran ilmiah menurut Karplus. Instrumen terdiri dari 15 nomor soal yang
mencakup 5 pola penalaran ilmiah : class inclusion reasoning, serial
ordering, theoretical reasoning, correlational reasoning dan functionality
reasoning.
b. Membuat Instrumen wawancara untuk guru mata pelajaran Biologi
berkaitan dengan aplikasi pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan
penalaran ilmiah.
c. Penentuan Sekolah yang akan dilakukan uji coba dan penelitian.
11
Steps in survey research,
(http://web.mnstate.edu/malonech/Psy231/Notes/steps_in_survey_research%20GF4.htm).
12
H. Kent Baker ,J. Clas Singleton, E. Theodore, Survey Research in Corporate Finance, (New
York : Oxford University Press, 2011), p. 33.
39
d. Melakukan uji coba tes kemampuan penalaran ilmiah pada siswa SMAN
kelas xii yang telah mempelajari materi sistem peredaran darah.
e. Melakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen tes uji coba
kemampuan penalaran ilmiah.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Membagikan instrumen tes kemampuan penalaran ilmiah kepada sampel
yang telah ditentukan yakni peserta didik kelas XI dari 6 SMAN yang ada di
wilayah Tangerang Selatan untuk melihat tingkat ketarampilan penalaran
ilmiah pada materi sistem peredaran darah.
b. Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi.
3. Tahap Akhir
a. Mengolah data instrmen tes kemampuan penalaran ilmiah peserta didik.
b. Membuat kesimpulan dari data dalam bentuk tabel/diagram dan deskripsi.
Prosedur penelitian dapat digambarkan pada gambar 3.2 berikut.
Pembuatan Instrumen
Tahap Pelaksanaan
13
Arikunto, op. cit, h. 100.
14
Ibid.
15
Ibid., h. 102.
41
F. Instrumen Penelitian
1. Tes
Instrumen untuk melakukan asesmen ada dua jenis, yaitu tes dan non
tes. Tes seperti yang diungkapkan oleh Zainul A & Nasution, bahwa tes
adalah suatu pertanyaan atau seperangkat tugas yang di rencanakan untuk
memperoleh informasi tentang atribut atau karaakteristik pendidikan atau
psikologi yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai
jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.16 Tes dapat diklasifikasikan
menurut bentuk , tipe, dan ragamnya, bentuk tes ada dua yaitu, tes uraian
(essay test) dan tes obyektif.17 Sejauh ini telah banyak penelitian mengenai
kemampuan penalaran ilmiah di tingkat SMA, penelitian tersebut
menggunakan tes pilihan ganda bertingkat yang dikembangkan oleh Lawson,
namun penelitian tersebut dianggap terlalu umum dan kaku.
Penelitian ini menggunakan konsep biologi, yang mana hakikat dari
biologi adalah mengembangkan keterampilan berpikir, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan fakta dan membangun konsep,
serta bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif
dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains.18 Sejalan dengan
tujuan dari Kemampuan penalaran ilmiah adalah membantu siswa untuk
menjelaskan suatu konsep, untuk itu instrumen dibuat secara essay agar
peserta didik juga dapat berlatih menjelaskan konsep yang telah dipelajari.
Meski menggunakan instumen ganda bertingkat, kemungkinan peserta didik
untuk menjawab tes secara sembarang tetap besar dibanding secara essay.
Jika instrumen menggunakan essay, maka mau tidak mau peserta didik
dituntut untuk lebih menganalisis dan menggunakan logika secara optimal (
sesuai karakteristik kemampuan penalaran ilmiah). Sehingga dalam penelitian
ini menggunakan tes Kemampuan Penalaran Ilmiah berupa soal isian atau
essay terkait Sistem Peredaran Darah. Tes Kemampuan Penalaran ilmiah pada
penelitian ini mencakup 5 Pola penalaran ilmiah yang akan dikembangkan
yakni, Class Inclusion, Serial Ordering, Theoritical Reasoning, Correlational
Reasoning dan Functionaliy Reasoning yang dikembangkan dari pola
penalaran imliah menurut Karplus.
42
Jumlah 15
16
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta : Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 75.
17
Ibid., h. 76.
18
Eskatur Nanang Putro, “ Pengembangan Modul Berbasis Inquiry Lesson untuk Meningkatkan
Literasi Sains Dimensi Proses dan Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan pada Materi Sistem
Pencernaan Kelas XI”, Jurnal Tadris Pendidikan Biologi, Vol. 9, 2018, h.46.
19
Lampiran 2, h. 89.
43
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka dengan penanya
atau pewawancara.21 Wawancara juga dapat digunakan untuk memperoleh
atau memastikan suatu fakta atau isi yang mempunyai sasaran melalui alasan-
alasan.22 Pada penelitian ini wawancara ditujukan untuk Guru Mata Pelajaran
Biologi untuk mengetahui sejauh mana guru biologi memberikan penalaran
ilmiah kepada peserta didik dan fakta pengetahuan guru mengenai
kemampuan penalaran ilmiah dan implikasinya bagi peserta didik. Berikut
Instrumen wawancara guru mata pelajaran Biologi.
No Pertanyaan Jawaban
1 Model pembelajaran apa yang sering
ibu/bapak gunakan ?
20
Nuzli Fahdia Mazfufah, Yanti Herlanti, Yuke Mardiati “Increasing Scientific Reasoning within
Discussion of Scientific and Socioscientific Issues on Virus Topics”, Advances in Social Science,
Education and Humanities Research, volume 115 3rd International Conferences on Education in
Muslim Society (ICEMS 2017), 2018, p. 203.
21
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia. 2009), h. 193.
22
Ibid., h. 197.
23
Lampiran 6, h. 124.
44
?
3 Model pembelajaran apa yang sering
ibu/bapak gunakan dalam
menyampaiakan materi sistem peredaran
darah ?
4 Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai
Kemampuan penalaran Ilmiah ?
G. Kalibrasi Instrumen
Instrumen penelitian harus memenuhi persyaratan tertentu agar
dapat diujikan kepada sampel penelitian. Persyaratan yang dimaksud adalah
analisis terhadap instrumen yang akan digunakan meliputi uji validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Oleh karena itu, sebelum
diberikan kepada sampel penelitian, instrumen harus diujicobakan terlebih
dahulu. Pada penelitian ini, uji coba instrumen diberikan kepada kelas yang
telah menerima materi sistem peredaran darah sebelumnya, yaitu kelas X
MIA. Uji coba dilaksanakan di dua kelas yang berbeda. Masing-masing dari
kelas tersebut menerima dua tipe soal yang berbeda, yaitu untuk kelas A
mendapatkan soal uji coba tipe A dan untuk kelas B mendapatkan soal uji
coba tipe B. Soal tipe A dan tipe B, masing-masing terdiri dari 12 soal
penalaran ilmiah. Adapun alasan membagi keseluruhan soal menjadi dua tipe
adalah untuk menghindari siswa menjawab soal secara sembarang. Selain itu,
pemberian 12 soal untuk masing-masing kelas juga dimaksudkan agar siswa
dapat memaksimalkan proses menjawab soal. Setelah diujikan, kalibrasi
instrumen pada penelitian ini dilakukan menggunakan software ANATES V4
melalui beberapa uji yakni :
46
1. Uji Validitas
Uji Validias merupakan cara untuk memvalidasi suatu instrument
sehingga sehingga dikatakan valid. Validitas berkenaan dengan ketetapan alat
ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang
seharusnya diukur.24
Uji validitas soal uraian dilakukan menggunakan software ANATES
versi 4.0. Pada program ini digunakan rumus korelasi biserial. Korelasi
biserial adalah korelasi product moment yang diterapkan pada data, di mana
variabel-variabel yang dikorelasikan sifatnya masing-masing berbeda satu
sama lain.25 Rumus yang digunakan pada analisis korelasi biserial adalah
sebagai berikut:26
Keterangan :
rbis = koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki
jawaban benar
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi skor total
p = proporsi peserta tes yang jawabannya benar pada
soal
q = 1-p
Tabel 3.3 Hasil Uji Validasi
Kategori Nomor Soal
Valid 1A,2A,5A,6A,7A,8A,9A,10A,11
A,12A,2B,
4B,5B,7B,8B,9B,10B,12B
Tidak Valid 3A,4A,1B,3B,6B
24
Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sibar Baru Bandung,
1989), h. 117.
25
Sumarna Surapranata, Analisis Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006), h. 61.
26
Ibid.
47
2. Uji Reliabilitas
Realibilitas alat ukur adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut
dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya, kapanpun alat ukur tersebut
digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama.27
Uji reliabilitas tes uraian dilakukan menggunakan software ANATES
versi 4.0 didapat reliabilitas tes soal tipe A = 0,78 dan reliabilitas tes soal tipe
B = 0.61. Kriteria yang digunakan dalam uji reliabilitas sebagai berikut.
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Reliabilitas28
Interval Kriteria
0.81 – 1.0 Sangat Baik
0.61 – 0.80 Baik
0.41 – 0.60 Sedang
0.21 – 0.40 Rendah
0,00-0,20 Sangat rendah
3. Tingkat Kesukaran
Mengukur tingkat kesukaran soal dinilai sangat penting dalam rangka
menyediakan berbagai macam alat diagnostik kesulitan belajar peserta didik
ataupun dalam rangka meningkatkan penilaian berbasis kelas.30 Pada
27
Nana, op. cit., h. 120.
28
Hadi Sutrisno, An Quality Analysis Of The Mathematics School Examination Test, Jurnal Riset
Pendidikan Matematika ,Volume 3Nomor 3, November 2016, Print ISSN: 2356-268, h. 166.
29
Lampiran 8, h. 140.
30
Surapranata, op.cit., h. 11.
48
Berikut Hasil uji coba tingkat kesukaran yang telah dilakukan pada tipe soal
A dan tipe soal B.
31
Ibid., h. 12.
32
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), h. 103-104.
49
Sangat Sukar
- - 8 1
Sukar
- - - -
Sedang 1,2,5,6,7,8,9 1,2,3,4,5,6,7
10,11,12 9 9,10,11,12 11
Mudah 3,4
2 - -
4. Daya Pembeda
Perhitungan indeks daya beda dilakukan untuk membedakan antara
peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang
berkemampuan rendah.33 Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi (D). Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00
sampai 1,00.34
Perhitungan daya beda pada penelitian ini dilakukan menggunakan
software ANATES versi 4.0. Pada program tersebut, perhitungan daya beda
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:35
D = ∑A - ∑B
nA nB
Keterangan :
D = indeks daya pembeda
∑A = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok
atas
∑B = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok
bawah
33
Surapranata , op. cit, h.23.
34
Mujianto solichin, “Jurnal Manajemen & Pendidikan Islam“, Jurnal Program Pasca Sarjana
UNIPDU Jombang, Vol. 2, 2017, h. 197.
35
Surapranata , op. cit, h.31.
50
Berikut Rangkuman hasil uji coba yang telah dilakukan pada tipe soal A dan
tipe soal B.
36
Mahmud Alpusari, “Analisis butir Soal Konsep Dasar IPA 1 Melalui Penggunaan Program
Komputer Anates Versi 4.0 For Windows”, Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, Vol.3, Nomor :2, 2014,
h. 106.
37
Ali Muhson, “ Teknik Analisis Kuantitatif”, Makalah disampaikan dalam kegiatan Pelatihan Metodologi
Penelitian oleh BEM FIS UNY, Yogyakarta, 4 Maret 2006.
51
2 Urutkanlah tahap-tahap pembekuan darah Serial ordering Urutan tahap pembekuan Mengurutkan sekumpulan
darah : objek atau peristiwa
berikut dengan memberikan nomor pada
2
masing-masing kotak 1 4 = berhasil mengurutkan
3 sekumpulan objek atau
Enzim trombokinase dan Ca2+
4 peristiwa dengan jelas dan
mengubah protein Plasma protombin lengkap
3= berhasil mengurutkan
(dibentuk oleh hati) menjadi enzim
sekumpulan objek atau
thrombin. peristiwa setidaknya 50%
(sekurang-kurangnya dapat
Pembentukan enzim trombokinase
mengurutkan 2 data dengan
(tromboplastin) oleh sel-sel jatingan yang benar)
2= berhasil mengurutkan
terluka dan trombosit.
sekumpulan objek atau data
Enzim trombin mengubah kurang dari 50% sekurang-
kurangnya dapat
fibrinogen larut ( yang dibentuk oleh hati)
mengurutkan (1 data dengan
menjadi fibrin yang tidak larut. benar)
1= Tidak dapat mengurutkan
Sel-sel darah yang terjerat dalam
sekumpulan objek atau data
jaringan dan bersama-sama membentuk dengan benar
0 = Tidak Menjawab
gumpalan darah (thrombus)
3 Berikut merupakan gambar mengenai jenis- Class inclusion Granulosit : Neutrofil, Membuat Klasifikasi
jenis sel darah putih. Eusinofil, Basofil Sederhana
reasoning
Agranulosit : Limfosit dan
monosit 4 = Menyediakan semua
representasi dari klasifikasi
yang diperlukan
Basofil Eosinofil 3 = Menyediakan setidaknya
50% representasi dari
klasifikasi yang diperlukan.
(menyebutkan masing-
masing klasifikasi dengan
menyediakan 2 representasi
pada klasifikasi granulosit
Monosit Neutrofil dan 1 representasi pada
klasifikasi agranulosit dengan
benar)
2 = Menyediakan kurang dari
50% representasi dari
klasifikasi yang diperlukan.
Limfosit (menyebutkan masing-
masing klasifikasi dengan
Kelompokkan gambar-gambat tersebut menyediakan 1 representasi
kedalam jenis sel darah putih Granulosit dan pada klasifikasi granulosit
Agranulosit dan 1 representasi pada
klasifikasi agranulosit dengan
benar)
53
1 = Tidak memberikan
pernyataan atau representasi
yang dimengerti ( semua
representasi salah)
0 = Tidak Menjawab
4 Ditemukan ciri-ciri sel darah berikut. Class inclusion Berdasarkan karakteristik- Membuat Klasifikasi
karakteristik tersebut, sel Sederhana
reasoning
darah dapat
dikelompokkan menjadi : 4 = Menyediakan semua
1. Sel darah putih representasi dari kalsifikasi
(leukosit) yakni yang diperlukan
pada ciri-ci :B, 3 = Menyediakan setidaknya
G,H 50% dari klasifikasi
2. Sel darah merah representasi yang diperlukan.
(eritrosit) yakni (menyebutkan masing-
pada ciri-ciri: masing klasifikasi dengan
A,E,F menyediakan 2 representasi
3. Keeping darah pada klasifikasi leukosit, 2
(trombosit) yakni representasi pada klasifikasi
pada ciri-ciri : eritrosit dan 1 representasi
C,D pada klasifikasi trombosit
dengan benar)
2 = Menyediakan kurang dari
50% representasi dari
klasifikasi yang diperlukan.
(menyebutkan masing-
masing klasifikasi dengan
menyediakan 1 representasi
pada klasifikasi leukosit, 1
representasi pada klasifikasi
eritrosit dan 1 representasi
pada klasifikasi trombosit
dengan benar)
1 = Tidak memberikan
pernyataan atau representasi
yang dimengerti ( semua
representasi salah)
0 = Tidak Menjawab
8 Seorang wanita mengalami sakit kepala Correlational Hipertensi dapat terjadi Menjelaskan sebab akibat
parah, nyeri dada dan badan lemas dengan karena gaya hidup dan dari suatu data atau peristiwa.
reasoning
tekanan darah 170/90 mmHg dokter pola makan yang buruk
mengatakan pasien tersebut menderita atau karena obesitas, 4 = memberikan penjelasan
hipertensi. Apa penyebab dari hipertensi merokok, terlalu banyak secara tepat untuk
?jelaskan akibat hipertensi apabila terjadi mengkonsumsi alkohol, permasalahan yang diberikan
secara berkepanjangan. Bagaimana pola kurang olahraga,stress dengan menjelaskan
hidup untuk mencegah hipertensi? atau karena konsumsi keterkaitan antara
obat-obatan. Tekanan permasalahan dengan sebab
darah tinggi akibat sehingga kata kunci
berkepanjangan dapat disediakan dengan sempurna
mengakibatkan penyakit 3 = penjelasan sebab akibat
jantung, gagal ginjal dan masih berkaitan dengan
stroke. Olahraga teratur permasalahan, kata kunci
dan diet sehat adalah cara yang diberikan kurang
terbaik untuk mencegah sempurna.
tekanan darah tinggi. 2 = penjelasan sebab akibat
masih berkaitan dengan
Kata kunci : permasalahan, kata kunci
1. gaya hidup dan salah
pola makan 1=
yang buruk Penjelasan tidak dapat
atau karena dimengerti, penjelasan salah
obesitas, atau tidak terkait dengan data
merokok, atau peristiwa yang diberikan
terlalu banyak 0 = Tidak Menjawab
mengkonsumsi
alkohol, kurang
olahraga,stress
atau karena
konsumsi obat-
obatan
2. jantung, gagal
ginjal dan
stroke
9 Berikut ini merupakan data golongan darah Theoritical Antigen A (golongan Menerapkan konsep atau
beberapa siswa kelas XI IPA. darah A) dan antibodi a teori untuk
reasoning
(golongan darah b) tidak menginterpretasikan data
sesuai. Demikian pula,
antigen B dan antibodi b 4 = Menerapkan konsep dan
juga tidak sesuai. menginterpretasikan data
dengan memberikan kata
sehingga berdasarkan kunci dengan sempurna serta
pengamatan dapat penjelasan sepenuhnya
disimpulkan bahwa : berkaitan dengan data atau
Berdasarkan data tersebut, hal apa yang Ketika darah dari dua peristiwa
dapat kamu simpulkan? golongan darah yang 3 = Interpretasi berkaitan
berbeda, yaitu A dan B dengan konsep atau teori
dicampurkan, maka akan yang diterapkan pada data
terjadi penggumpalan atau peristiwa, serta kata
karena adanya interaksi kunci yang diberikan kurang
antigen-antibodi. sempurna.
Keadaan tersebut 2 = Interpretasi masih
dinamakan aglutinasi atau berkaitan dengan konsep atau
reakasi penggumpalan, teori, sebagian atau
sehingga : seluruhnya kata kunci salah.
1 = interpretasi salah dan
1. Hani dan hanif tidak sesuai konsep atau teori
memiliki golongan serta tidak dapat dimengerti.
darah O karena tidak 0 = Tidak Menjawab
memiliki aglutinogen
57
Kata Kunci :
1. Ketika darah dari dua
golongan darah yang
berbeda, yaitu A dan
B dicampurkan, maka
akan terjadi
penggumpalan karena
adanya interaksi
antigen-antibodi
2. Sehingga Hani dan
hanif memiliki
golongan darah O
3. Nisa memiliki
golongan darah B
4. Rima memiliki
golongan darah AB
Zanne memiliki golongan
darah A
10 Perhatikan Data Golongan darah beberapa Theoritical Golongan Darah AB Menerapkan konsep atau
siswa/siswi kelas XI IPA berikut ! memiliki kedua antigen A teori untuk
reasoning
Nama Golongan Darah dan B, tetapi tidak ada menginterpretasikan data
Aan B antibody. Apabila
Alfa A golongan darah AB 4 = Menerapkan konsep dan
Intan AB mendonor ke golongan menginterpretasikan data
Eka O darah A maka antigen B dengan memberikan kata
dari golongan darah AB kunci dengan sempurna serta
58
Kata Kunci:
1. golongan darah
ab tidak dapat
didonorkan pada
golongan darah
A dan B
2. karena adanya
interaksi antigen-
antibodi
11 Saat ini tidak sedikit Pria Indonesia yang Theoritical Faktor Rh berperan Menerapkan Konsep atau
memiliki rhesus (+) menikahi Wanita Eropa penting pada anak yang teori untuk menganalisis
reasoning
atau berbeda benua, padahal mereka bisa lahir dari pasangan fenomena
memiliki Rhesus darah yang berbeda dan perempuan Rh- dan pria
beresiko memiliki keturunan penderita Rh+. Selama kehamilan, 4 = Menerapkan konsep dan
Erithroblastosis fetalis. Bagaimana peran janin Rh+ merangsang menganalisis data dengan
faktor rhesus terhadap keturunan mereka pembentukan antibody memberikan kata kunci
jika keduanya berbeda rhesus ? dalam darah ibu Rh-. dengan sempurna serta
Selama kehamilan penjelasan sepenuhnya
pertama, antibody tidak berkaitan dengan data atau
diproduksi dengan peristiwa
cukup untuk 3 = analisis berkaitan dengan
membahayakan janin, konsep atau teori yang
sehingga bayi dapat diterapkan pada data atau
selamat. Namun, jika si peristiwa, serta kata kunci
ibu hamil lagi, maka janin yang diberikan kurang
berikutnya yang memiliki sempurna.
Rh+ akan terkena 2 = analisis masih berkaitan
antibody Rh yang dengan konsep atau teori,
dihasilkan ibu sehingga sebagian atau seluruhnya
sejumlah eritrosit pada kata kunci salah.
janin akan rusak karena 1 = analisis salah dan tidak
penggumpalan yang akan sesuai konsep atau teori serta
menyebabkan hemolisis tidak dapat dimengerti.
darah pada janin yang 0 = Tidak Menjawab
59
mengakibatkan
Erithroblastosis fetalis
atau penyakit kuning
hemolitik.
Kata Kunci :
1. pembentukan
anti bodi
2. kehamilan
berikutnya janin
terkena antibody
Rh yang
dihasilkan ibu
12 Berikut tabel pengolongan darah Theoritical Kesimpulan dari soal Menerapkan konsep atau
berdasarkan rhesus tersebut yakni : teori untuk
reasoning
Bila seorang ibu yang menginterpretasikan data
memiliki Rh-
mengandung bayi Rh+ 4 = Menerapkan konsep dan
Ayah Ayah Rh- beresiko terjadi masalah menginterpretasikan data
Rh+ pada anak terutama pada dengan memberikan kata
Ibu Janin Janin Rh+ kehamilan kedua dan kunci dengan sempurna serta
Rh+ Rh+ Tidak selanjutnya kondisi ini penjelasan sepenuhnya
Tidak bermasalah disebut Inkompatibilitas berkaitan dengan data atau
bermasal Rh. Tubuh ibu akan peristiwa
ah memproduksi anti rhesus 3 = Interpretasi berkaitan
Ibu Rh- Janin Janin Rh- kemudian akan dengan konsep atau teori
Rh+ Tidak menghancurkan eritrosit yang diterapkan pada data
Akan bermasalah janin dan menyebabkan atau peristiwa, serta kata
timbul hemolitik bayi. kunci yang diberikan kurang
masalah sempurna.
Kata kunci : 2 = Interpretasi masih
1. Inkompatibilitas berkaitan dengan konsep atau
Berdasarkan tabel tersebut hal apa yang Rh teori, sebagian atau
2. Tubuh ibu akan seluruhnya kata kunci salah.
dapat kamu simpulkan ? memproduksi 1 = Interpretasi salah dan
anti rhesus dan tidak sesuai konsep atau teori
menghancurkan serta tidak dapat dimengerti.
eritrosit janin
0 = Tidak Menjawab
13 Berikut data pengamatan praktikum denyut Functionality Berdasarkan data tersebut Menganalisis hubungan
jantung hubungan frekuensi fungsional
reasoning
denyut jantung dengan
Nama Aktivitas aktivitas adalah 4 = menganalisis fakta atau
Duduk Naik Berla berbanding lurus, peristiwa dengan tepat dan
turun ri frekuensi denyut lengkap dimana bukti
tangg kecil jantung semakin sepenuhnya diorganisasikan
a meningkat saat dengan baik mengungkapkan
Rahmat 60 100 130 aktivitas semakin berat, pola-pola penting dan
Toni 77 123 145 karena pada saat menyebutkan seluruh kata
Fadli 72 120 135 beraktivitas kebutuhan kunci
Firda 88 115 138 oksigen dalam tubuh akan 3 = menganalisis fakta atau
Indah 88 130 140 meningkat. peristiwa dimana bukti
Berdasarkan data tersebut bagaimana Kata kunci : diorganisasikan dengan baik,
hubungan frekuensi denyut jantung dengan 1. Aktivitas mengungkapkan sebagian
aktivitas ? meningkat-frekuensi pola-pola penting dan kata
denyut jantung kunci yang cukup sempurna
meningkat 2 = menganalisis fakta atau
Saat beraktivitas- peristiwa dimana pola-pola
kebutuhan O2 dalam penting dan kata kunci tidak
60
15 Apakah kamu pernah melakukan praktikum Functionality denyut nadi merupakan Menganalisis hubungan
gelombang darah yang fungsional
denyut jantung ?pada saat praktikum , reasoning
dapat dirasakan karena
denyut yang kamu hitung biasanya dari dipompa dalam arteri oleh 4 = menganalisis fakta atau
kontraksi ventrikel kiri peristiwa dengan tepat dan
denyut nadi pergelangan tangan bukan ?
jantung, sehingga denyut lengkap dimana bukti
mengapa demikian? Adakah hubungan nadi rambatan dari denyut sepenuhnya diorganisasikan
jantung yang juga dapat dengan baik mengungkapkan
denyut nadi dengan jantung ?
dirasakan pada denyut pola-pola penting dan
nadi pergelangan tangan. menyebutkan seluruh kata
kunci
kata Kunci : 3 = menganalisis fakta atau
1. Gelombang peristiwa dimana bukti
darah-kontraksi diorganisasikan dengan baik,
ventrikel kiri mengungkapkan sebagian
2. Rambatan dari pola-pola penting dan kata
denyut jantung kunci yang cukup sempurna
2 = menganalisis fakta atau
61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kategori Kemampuan Penalaran Ilmiah Peserta Didik SMAN Se
Tangerang Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kemampuan
penalaran ilmiah peserta didik SMAN di Tangerang Selatan, serta
memperoleh informasi pentingnya penalaran ilmiah. Data diperoleh dari
mengukur serta menganalisis hasil tes kemampuan penalaran ilmiah
berdasarkan pola penalaran ilmiah yang dikembangkan menurut Karplus
diantaranya Serial Ordering, Class Inclusion Reasoning, Correlational
Reasoning, Theoretical Reasoning dan Functionality Reasoning. Sampel pada
penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA yang telah mempelajari materi
sistem peredaran darah dari enam sekolah SMA Negeri di Tangerang Selatan.
Hasil penelitian menunjukkkan skor kemampuan penalaran ilmiah peserta
didik berdasarkan pola-pola penalaran ilmiah yang telah ditentukan, kemudian
hasil dari tes tersebut dikategorikan berdasarkan tingkat penalaran ilmiah.
Adapun kategori kemampuan penalaran ilmiah pada tiap-tiap sekolah dapat
dilihat pada tabel 4.1.
62
63
20
18
16
14 SMAN A
12
SMAN B
10
SMAN C
8
SMAN D
6
SMAN E
4
SMAN F
2
0
Serial Ordering Class Inclusion Correlational Theoretical Functionality
Reasoning Reasoning Reasoning Reasoning
peserta didik di SMAN se Tangerang Selatan yang paling tinggi adalah serial
ordering rata-rata 15,25%, dan terendah adalah theoretical reasoning rata-rata
11,72%.
Secara jelas hasil tes kemampuan penalaran ilmiah tiap sekolah dapat
dilihat pada gambar 4.2 berikut.
20
17.77
18 16.76
16.1 15.22
16 14.7
13.76
14 13
12.23 11.87 11.86
12 10.6 10.11
10.34 9.69
10 8.38
7.6 7.62
7.887.55 6.9 6.2
6.98 6.74 6.57
6 6.23 5.76
6.38 5.2
4 4.34
2
0
SMAN A SMAN B SMAN C SMAN D SMAN E SMAN F
Dari gambar diatas dapat dilihat lebih jelas hasil tes tiap sekolah.
SMAN A pola penalaran yang paling unggul adalah serial ordering sedangkan
paling rendah adalah functionality reasoning, SMAN B presentasi tertinggi pada
pola class inclusion reasoning dan terendah theoretical reasoning, SMAN C,
SMAN D dan SMAN E pola penalaran ilmiah yang unggul adalah serial
ordering sedangkan terendah theoretical reasoning, kemudian SMAN F
presentasi tertinggi pada pola penalaran serial ordering dan terendah
functionality reasoning. Berdasarakan gambar 4.2 tersebut hasil tes kemampuan
penalaran ilmiah peserta didik yang unggul dari tiap sekolah pada pola penalaran
konkret.
65
1. Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian berupa tes yang berisi soal penalaran
ilmiah dalam bentuk essay yang dilakukan di 6 sekolah SMA Negeri se Kota
Tangerang Selatan dengan menggunakan instrument yang dikembangkan
berdasarakan 5 pola penalaran ilmiah menurut Karplus dengan materi sistem
peredaran darah.
Berdasarkan tes kemampuan penalaran ilmiah yang dilakukan di 6
sekolah SMA tersebut (Tabel 4.1) memperoleh nilai rata-rata, SMAN A 52,27,
SMAN B 50,75, SMAN C 44,41, SMAN D 39,46, SMAN E 49,79, SMAN F
38,66, yang diukur dengan menggunakan lima pola penalaran ilmiah dengan
presentase rata-rata masing-masing pola penalaran ilmiah dari seluruh sekolah
yaitu serial ordering 15,26%, class inclusion reasoning 11,7%, correlational
reasoning 8,57%, theoretical reasoning 6,28% dan functionality reasoning
6,75%.
Berdasarkan tabel 4.1 seluruh sekolah masih memiliki kemampuan
penalaran ilmiah pada skala cukup, artinya rata-rata mereka memiliki
kemampuan penalaran ilmiah masih berada pada kategori transisi yakni berada
pada tahap peralihan antara tahap operasi konkret menuju tahap operasi formal
dengan hasil nilai tes penalaran diantara 36-70 (tabel 3.2). Hasil tersebut
diperoleh dari nilai tiap pola penalaran ilmiah yang diformulasikan menjadi
kategori kemampuan penalaran ilmiah. Kemampuan penalaran ilmiah pada tahap
transisi adalah ketika pola pikir anak berada diantara kedua tingkat penalaran
konkrit dan formal, yaitu ketika seorang anak dapat menunjukkan kemampuan
untuk berpikir secara abstrak namun hanya pada beberapa konteks.1 Pada
penelitian ini dalam beberapa konteks berpikir abstrak, peserta didik juga
menunjukkan hasil yang sangat rendah terutama pada kemampuan Theoretical
1
Nurul Fitriani Widarti, “ Analisis Kemampuan Penalaran (Reasoning Skill) Siswa tentang Usaha dan
Energi di MA Mu’alimat Muhammadiyah Yogyakarta”, Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019, h. 7, tidak dipublikasikan.
66
Reasoning, dari seluruh sekolah pada kemampuan ini hasil didapat rata-rata
6,28%. Sedangkan, dalam konteks penalaran formal peserta didik menunjukkan
hasil yang lebih baik yaitu 15,25% pada Serial Ordering dan 11,72% pada Class
Inclusion Reasoning. Untuk itu , berdasarkan hasil tes kemampuan penalaran
ilmiah peserta didik se- Tangerang Selatan peserta didik SMA Negeri berada
pada penalaran ilmiah tahap transisi.
Meskipun demikian, menurut perkembangan kognitif, pada usia 12 tahun
ke atas seorang anak seharusnya sudah memiliki kemampuan berpikir pada tahap
operasi formal. Tahap operasi formal ini merupakan tahap akhir dari
perkembangan kognitif, termasuk pada peserta didik yang dilakukan pada
penelitian ini hendaknya sudah berada pada tingkat tersebut. Sebab, upaya riset
piaget yang mengambil subjek anak dan remaja hingga usia 15 tahun itu
dianggap sudah cukup representative bagi usia-usia selanjutnya.2 Dalam
perkembangan tahap akhir ini, hendaknya seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua
ragam kognitif, yakni : 1) kapasitas menggunakan hipotesis; 2) kapasitas
menggunakan prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan hipotesis
(anggapan dasar), seorang remaja akan mampu berpikir hipotetis, yakni berpikir
mengenai sesuatu khusus dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan
anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons. Sementara itu,
dengan kapasitas menggunakan prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu
mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak.3 Dengan demikian, peserta
didik juga dalam menjawab tes penalaran ilmiah ini tentunya berhipotesis
terlebih dahulu dan menggunakan kapasitas prinsip abstrak yang mereka punya.
Pada beberapa nomor soal yang mengacu pada pola-pola konkret peserta didik
sudah menunjukkan penalaran ilmiah cukup baik karena peserta didik juga
tentunya sudah mampu melewati fase tersebut, namun pada soal-soal yang
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2013), h.72.
3
Ibid.
67
mengacu pada hal-hal abstrak peserta didik berada pada level-level terendah dari
setiap pola penalaran, hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik belum
maksimal dalam menggunakan kapasitasnya dalam prinsip, teori dan konsep-
konsep abstrak. Untuk itu, hasil tes penalaran ilmiah ini juga peserta didik
menunjukkan baru berada pada tingkat transisi. Hasil ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Sutarno pada profil penalaran ilmiah mahasiswa
fisika hasil analisis data skor penalaran ilmiah mahasiswa dengan karakter usia
18-23 tahun skor tertinggi pada level transisional 40,8%.4 Hasil Penelitian yang
dilakukan oleh Diani Ika Puspita dalam Analisis Tingkat Kemampuan Scientific
Reasoning Siswa SMA Kelas X IPA Se Kota Tegal siswa juga berada pada
tingkat penalaran transisi sebesar 42% setelah tingkat penalaran konkret.5 Hasil
penelitian yang dilakukan oleh A.W jufri pun dengan sampel mahasiswa calon
guru MIPA kemampuan penalaran ilmiah memperoleh kemampuan penalaran
ilmiah pada level transisional dengan presentase tertingi yaitu 95,70%.6
Data hasil tes kemampuan penalaran ilmiah memperlihatkan bahwa pola
Serial Ordering mendapatkan presentasi tertinggi, sedangkan pola Theoretical
Reasoning terendah. Hasil tes kemampuan penalaran ilmiah berturut-turut dari
tertinggi sampai terendah, yaitu Serial Ordering, Class Inclusion Reasoning ,
Correlational Reasoning , Functionality Reasoning, dan Theoretical Reasoning.
Kemampuan penalaran ilmiah serial ordering mendapat presentase
tertinggi dengan hasil 15,25%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peserta didik
sudah cukup mampu mengurutkan sekumpulan objek atau Serial Ordering.
Sejalan dengan hasil wawancara guru pada penelitian ini bahwasannya peserta
4
Sutarno,” Profil Penalaran Ilmiah (Scientific Reasoning) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Bengkulu Tahun Akademik 2013/2014”, conference paper disampaikan pada
PROSIDING Semirata 2014 Fakultas MIPA IPB, Bogor, 2014 , h.368.
5
Diani Ika Puspita, “Analisis Tingkat Kemampuan Scientific Reasoning Sisswa SMA Kelas X IPA se
Kota Tegal”, conference paper disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Entreupreneurship III Semarang, 2016, h. 203.
6
A W Jufri, D. Setiadi, Sri Patmi, “Scientific Reasoning Ability Of Prospective Student Teacher In
The Excellence Program of Mathematics and Science Teacher Education In University Of Mataram” ,
Jurnal pendidikan IPA Indonesia JPII 5, 2016, h. 70.
68
didik cukup baik dalam menjawab soal yang mengacu pada langkah-langkah
mengurutkan atau mengatur satu set objek. Serial Ordering merupakan pola
penalaran konkret karena menurut teori, rentan usia siswa SMA, sesunguhnya
telah melewati tahap operasi konkret. Dengan demikian, kemampuan penalaran
ini merupakan pola penalaran ilmiah yang paling dikuasai dari semua sekolah
namun pola penalaran ini masih perlu ditingkatkan oleh peserta didik dan
dipertahankan.
Seperti pada pola penalaran Serial Ordering, Class Inclusion Reasoning
atau penalaran inklusi kelas merupakan pola penalaran yang termasuk ke dalam
penalaran konkret. Class Inclusion Reasoning merupakan kemampuan peserta
didik untuk membuat klasifikasi sederhana, kemampuan ini mendapat presentasi
11,27%. Dalam pola penalaran ini hasil tes terlihat kejomplangan untuk setiap
soal pola penalaran, ini dikarenakan peserta didik tertukar dalam
pengklasifikasian setiap objek, tidak memberikan representasi pada masing-
masing klasifikasi dan representasi tidak dimengerti. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Ulrich Muller (1999) analisis kesalahan pada penalaran kelas
inklusi juga cenderung muncul untuk setiap kelompok umur.7 Selain itu,
Kesulitan penalaran kelas inklusi juga tergantung pada jenis tugas, isyarat praktis
yang mereka terima dan keakraban mereka dengan pengelompokan objek yang
diujikan.8 Namun demikian, Class Inclusion Reasoning ini berdasarkan hasil tes
tetap merupakan penalaran yang paling dikuasai oleh peserta didik bersama
Serial Ordering karena keduanya adalah termasuk pola penalaran formal yang
sudah seharusnya telah dilalui oleh peserta didik.
Penalaran korelasional atau Correlational Reasoning adalah suatu pola
penalaran, di mana, seorang individu berkemampuan untuk mengenali penyebab
7
Ulrich Muller, Bryan Sokol, Wills Overton, “Developmental Sequences in Class Reasoning and
Propositional Reasoning”, Journal of Experimental Child Psychology ,74, 1999, p. 98.
8
Tsinta Miftakhul Fauziah,dkk, “Perkembangan Kognitif pada Anak”,Makalah disampaikan pada
Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik Anak Dan Remaja, Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta, 2014, h. 10.
69
atau hubungan pada suatu fenomena yang juga termasuk jenis pola penalaran
formal. Pola penalaran ini memperoleh presentasi dari seluruh sekolah yakni
8,57% Pada soal penalaran ilmiah correlational reasoning peserta didik sebagian
besar berada pada level-level terendah. Artinya peserta didik bahwa masih lemah
dalam menghubungkan sebab akibat suatu permasalahan, peserta didik menjawab
masih berkaitan namun tidak dapat menyebutkan keyword yang dibutuhkan atau
penjelasan tidak berkaitan bahkan tidak dapat dimengerti. Hasil penelitian ini
juga didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Karplus,dkk
(1980) yang menunjukkan bahwa siswa pada tingkat kelas 6, kelas 8, kelas 10
dan kelas 12 memiliki kemampuan correlational reasoning dibawah 50% pada
tingkat Co (Correlation) dan baru mencapai 50% tingkat Co pada setingkat
universitas, kelas 6 hingga kelas 8 presentase paling tinggi pada tingkat I
(intuitive) penjelasan mereka tidak dapat dimengerti.9 Penelitian yang dilakukan
oleh Ety Rimadani pada siswa tingkat SMA juga didapat siswa paling banyak
memiliki kemampuan correlational reasoning pada kategori NR (No
Relationship) atau kategori 2 dimana siswa memberikan alasan dan penjelasan,
tetapi antara hal yang dijelaskan tidak saling berkaitan. 10 Penelitian Kemampuan
correlational reasoning seperti yang dikatakan oleh Ross dan Smyth sangat
dibutuhkan dalam suatu pembelajaran dan merupakan komponen penting dalam
interaksi sosial dimana siswa mampu menerima hubungan yang valid dan
menolak yang tidak valid.11 Dengan demikian, kemampuan penalaran ilmiah
peserta didik pada correlational reasoning masih tergolong rendah.
Kemampuan seorang anak untuk menginterpretasikan data atau Theoretical
Reasoning merupakan jenis pola penalaran formal. Pada pola penalaran ini
peserta didik harus sudah mampu memahami bahwa peristiwa yang terjadi di
9
Robert G.Fuller, A Love of Discovery: Science Education-The Second Career of Robert Karplus,
(New York : Plenum Publisher,2002), p.180.
10
Ety Rimadani, Parno, Markus Diantoro, “Identifikasi Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa SMA
pada Materi Suhu dan Kalor”, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan,Vol. 2 , 2017,
h. 835.
11
Ety,op. cit., h .837.
70
sekitarnya dapat dikaitkan dengan teori dan konsep yang dipelajari.12 Jadi, pada
pola ini peserta didik dituntut untuk dapat menginterpretasikan suatu data sesuai
dengan konsep atau teori yang sudah mereka pelajari. Berdasarakan gambar 4.1
presentasi pola penalaran ilmiah Theoretical dari seluruh sekolah yaitu 6,28%.
Pada soal penalaran ilmiah theoretical reasoning peserta didik sebagian besar
juga berada pada level-level terbawah. Pola penalaran ini juga merupakan pola
penalaran ilmiah dengan presentasi terendah artinya banyak peserta didik belum
dapat menginterpretasikan data atau peristiwa yang sesuai dengan teori atau
konsep. Dengan demikian pada penelitian ini, Theoretical Reasoning merupakan
pola penalaran ilmiah yang paling tidak dikuasai oleh peserta didik.
Pola penalaran ilmiah yang terakhir adalah Functionality Reasoning. Pola
penalaran ini juga termasuk pola penalaran formal dan berdasarkan hasil
penelitian merupakan pola penalaran terendah setelah Theoretical Reasoning.
Pada kemampuan ini, anak dituntut untuk menemukan hubungan fungsional
antara dua fakta, yang kemudian dapat dibuat menjadi suatu kesimpulan.
Menurut hasil penelitian presentase rata-rata pola penalaran ilmiah fungsional
dari seluruh sekolah adalah 6,75%. Pada pola penalaran ilmiah functionality
reasoning sebagian besar juga berpola penalaran pada level - level terendah pada
Artinya banyak peserta didik belum dapat menganalisis hubungan fungsional dari
kedua objek. Mereka hanya sebatas menganalisis tanpa meyebutkan pola-pola
yang dibutuhkan sehingga tidak dapat diorganisasikan dengan baik atau hasil
analisis mereka salah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
pada gambar 4.1 hasil kemampuan penalaran ilmiah peserta didik dengan
presentase pola penalaran ilmiah tertinggi adalah pada Serial Ordering sebesar
15,26%, artinya peserta didik kelas XI IPA di SMAN Se- Tangerang Selatan
memiliki pola penalaran ilmiah serial ordering dengan baik, mereka sudah
12
Nuzli Fahdia Mazfufah, “Pengaruh Metode Diskusi Isu-Isu Sosiosaintifik Terhadap Kemampuan
Penalaran Ilmiah Peserta Didik”, Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017, h. 29, tidak dipublikasikan.
71
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian, peserta didik lebih menunjukkan
skor yang lebih rendah pada pola-pola penalaran abstrak, hubungan tiap konsep
atau sebab akibat, namun tidak juga menunjukkan skor yang sangat tinggi pada
pola penalaran ilmiah formal, untuk itu peserta didik di Tangerang Selatan Kelas
XI masih berada pada tahap penalaran ilmiah Transisional.
Kemampuan berpikir secara nalar bukan merupakan kemampuan statis
yang dibawa sejak lahir. Demikian juga kemampuan penalaran ilmiah.
Kemampuan itu berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
penalaran ilmiah siswa adalah pendekatan dan metode pembelajaran sains yang
digunakan guru.13Apabila dilihat berdasarkan cluster ( cluster A,B,C) menurut
rank sekolah yang telah dibuat dalam pengambilan sampel dari nilai UN Biologi
Tahun 2017, cluster tersebut tidak sepenuhnya mempengaruhi hasil tes
kemampuan penalaran ilmiah peserta didik. Menurut hasil penelitian, sekolah
yang berada pada cluster A (SMAN A dan SMAN B) nilai UN tinggi keduanya
mendapatkan nilai rata- rata tertinggi, kemudian pada cluster B (SMAN C dan
SMAN D) justru SMAN D mendapatkan nilai rata-rata kedua terendah,
sedangkan pada cluster C (SMAN E dan SMAN F) SMAN E merupakan urutan
ketiga tertinggi nilai rata-rata. Dengan demikian Kemampuan penalaran ilmiah
tidak dapat dilihat semata-mata dari rank atau grade sekolah saja. Berdasarkan
wawancara guru yang bersangkutan di sekolah dengan hasil tes tertinggi, guru
memberikan keleluasaan lebih kepada peserta didik untuk mencari jawaban
sendiri dan menggunakan metode pembelajaran yang dapat membuat konsep
atau materi pembelajaran lebih terindra. Sehingga kemampuan penalaran ilmiah
setiap orang berbeda tergantung pada perkembangan kognitif dan
pengalaman.14Untuk itu, pada penelitian ini juga hasil tes penalaran ilmiah tidak
dapat di samaratakan bagi setiap peserta didik dan setiap sekolah.
13
Sutarno, op. cit, h.368.
73
14
Nuzli Fahdia Mazfufah, Yanti Herlanti, Yuke Mardiati “Increasing Scientific Reasoning within
Discussion of Scientific and Socioscientific Issues on Virus Topics”, Advances in Social Science,
Education and Humanities Research, volume 115 3rd International Conferences on Education in
Muslim Society (ICEMS 2017), 2018, p. 206.
15
Noly Shofiyah , Fitria Eka Wulandary, “Model Problem Based Learning (PBL) dalam Melatih
Scientific Reasoning Siswa”, JPPIPA, Vol. 3 No. 1, 2018, h. 34.
16
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains. (Ciputat : Lembaga
Penelitian UIN Jakarta. 2009), h. 121
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Kemampuan penalaran ilmiah peserta didik SMAN di Tangerang Selatan
seluruhnya masih tergolong sedang atau berada pada level penalaran
transisional, yakni peralihan dari level penalaran konkret menuju
penalaran formal dengan presentase rata-rata nilai 45,89.
2. Kemampuan penalaran ilmiah pada penelitian ini diukur dari lima pola.
Pola penalaran ilmiah serial ordering rata-rata 15,26%, class inclusion
reasoning 11,7%, %, correlational reasoning 8,57%, theoretical
reasoning 6,28% serta functionality reasoning 6,75 % rata-rata setiap
pola penalaran dari seluruh sekolah.
3. Kemampuan penalaran ilmiah peserta didik berbeda, tergantung pada
perkembangan kognitif, pengalaman, serta model atau metode
pembelajaran yang digunakan guru.
B. Saran
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, peneliti mencoba
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi peneliti lain dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan
penelitian selanjutnya terkait Kemampuan Penalaran Ilmiah.
2. Bagi Sekolah atau Guru khususnya guru bidang studi IPA, lebih
mengeksplor pentingnya kemampuan penalaran ilmiah bagi peserta didik
dengan berbagai metode, atau pendekatan yang sesuai dengan materi
pembelajaran.
74
75
Alpusari, Mahmud. Analisis butir Soal Konsep Dasar IPA 1 Melalui Penggunaan
Program Komputer Anates Versi 4.0 For Windows. Jurnal Primary
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Riau. Vol.3, 2014.
Bao, Lei, et al. Learning and Scientific Reasoning (Supporting Online Material).
Journal American Association for the Advancement of Science, Vol.323,
2009.
Brookhart, Susan M. How To Asses Higher-Order Thinking Skills In Classroom.
Virginia USA: ASCD Member Book, 2010.
Campbel A. Neil , dkk. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta : Erlangga, 2008.
Effendy, Suhardi. Hartono. Yulianti ,Ian . The Ability of Scientific Reasoning and
Mastery of Physics Concept of State Senior High School Students in
Palembang City. Advances in Social Science. Education and Humanities
Research (ASSEHR). Volume : 247 ,2018.
76
77
Ernawati. Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan
Strategi Picture And Picture Pada Siswa Kelas IV SDN Gelur Tahun
Pelajaran 2013/ 2014 . 2013. tersedia di
http://eprints.ums.ac.id/27014/2/BAB_I.pdf.
Fuller Robert, Karplus Robert, E Anton Lawson. Can Physics Develop Reasoning.
1977. (https://digitalcommons.unl.edu/physicsfuller/31). Diakses pada
tanggal 24 Juli 2019 pukul 19.00 WIB.
Ika, Diani Puspita. “Analisis Tingkat Kemampuan Scientific Reasoning Sisswa SMA
Kelas X IPA se Kota Tegal”. Conference paper Disampaikan pada
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entreupreneurship III Semarang
2016.
Nurhayati, Yuliati, Lia. Mufti, Nandang. Pola Penalaran Ilmiah dan Kemampuan
Penyelesaian Masalah Sintesis Fisika, Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan. Volume: 1, 2016.
Prasetyo, Bambang. Miftahul, Lina Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan
Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012.
Priadi, Arif. Yanti Herlanti. BIOLOGI SMA Kelas XI. Jakarta : Yudhistira, 2017.
79
Purwati, Siwi. Koes, Supriyono handayanto. Zulaikah, Siti. Korelasi antara Penalaran
Ilmiah dan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Usaha. Jurnal Pros.
Semnas Pendidikan IPA Pascasarjana UM. Volume : 1, 2016.
Shofiyah , Noly. Eka, Fitria Wulandary. Model Problem Based Learning (PBL)
dalam Melatih Scientific Reasoning Siswa. JPPIPA. Vol. 3 No. 1, 2018.
Solichin, Mujianto. Jurnal Manajemen & Pendidikan Islam. Jurnal Program Pasca
Sarjana UNIPDU Jombang. Volume : 2, 2017.
Sudjana, Nana . Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sibar Baru
Bandung, 1989.
2005.
Surya, Jujun Suriasumantri. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005.
Surajiyo. Astanto, Sugeng. Andiani, Sri. Dasar-dasar Logika. Jakarta : Bumi Aksara,
2006.
http://web.mnstate.edu/malonech/Psy231/Notes/steps_in_survey_research%20GF4.ht
m. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2019.
Theresia Maria .Nike K. Penalaran Deduktif dan Induktif Siswa dalam Pemecahan
Masalah Trigonometri ditinjau dari Tingkat IQ. Jurnal APOTEMA. Vol.
1, No. 2,2015.
Lampiran 1
Basofil Eosinofil
Monosit Neutrofil
83
Limfosit
Kelompokkan gambar-gambat tersebut kedalam jenis sel darah putih Granulosit
dan Agranulosit
A B C D
Mengandung Berfungsi Sel darah yang Bentuk tidak
sekitar 250 juta melindungi membantu dalam beraturan,
molekul tubuh terhadap proses ukuran selnya
hemoglobin infeksi pembekuan darah lebih kecil
diantara semua
sel darah
E F G H
Berbentuk Tidak Berbentuk tidak Berdasarkan
84
Monosit Limfosit
a) b) c)
a b c
Fibrin Trombokinase
6.
6. Berikut merupakan penampang peredaran darah pulmonal (peredaran darah
kecil).
88
7.
7. Urutkanlah jalur peredaran darah janin dari plasenta hingga ke plasenta
89
kembali :
8.
8. Urutkanlah proses peredaran darah besar berikut dengan memberikan
nomor pada masing-masing kotak :
Aorta menerima darah yang mengandung O2 dan mengalirkannya pada
arteri ke seluruh tubuh
Darah yang memasuki pembuluh vena dan mengangkut darah yang
mengandung CO2
Darah yang mengandung CO2 dialirkan ke vena
bagian atas dan vena bagian bawah
Dimulai dari bilik kiri yang mengalirkan darah ke aorta
90
Vena atas dan vena bagian bawah bertemu disatu vena dan memasuki
serambi kanan
10 Theoritical Menerapkan konsep 10. Berikut ini merupakan data golongan darah beberapa siswa kelas XI IPA.
91
12. Menerapkan Konsep 12. Seorang pemuda bergolongan darah O mengalami kecelakaan yang
atau teori untuk mengakibatkan dirinya kehilangan banyak darah dan harus dilakukan
menganalisis fenomena transfusi. Transfusi gagal karena pendonor tidak bergolongan darah sama.
Mengapa dapat terjadi demikian, sementara golongan darah O dapat
memberikan darahnya ke semua golongan darah?
13. 13. Saat ini tidak sedikit Pria Indonesia yang memiliki rhesus (+) menikahi
Wanita Eropa atau berbeda benua, padahal mereka bisa memiliki Rhesus
darah yang berbeda dan beresiko memiliki keturunan penderita
Erithroblastosis fetalis. Bagaimana peran faktor rhesus terhadap keturunan
mereka jika keduanya berbeda rhesus ?
14. Menerapkan konsep 14. Berikut tabel pengolongan darah berdasarkan rhesus
atau teori untuk
menginterpretasikan Ayah Rh+ Ayah Rh-
data Ibu Rh+ Janin Rh+ Janin Rh+
Tidak Tidak
93
bermasalah bermasalah
Ibu Rh- Janin Rh+ Janin Rh-
Akan timbul Tidak
masalah bermasalah
15. Functionality Menganalisis hubungan 15. Berikut data pengamatan praktikum denyut jantung
Reasoning/Proportio fungsional Nama Aktivitas
nal Reasoning Duduk Naik turun Berlari
tangga kecil
Rahmat 60 100 130
Toni 77 123 145
Fadli 72 120 135
Firda 88 115 138
Indah 88 130 140
94
16. 16. Peredaran darah manusia dikenal dua macam, yaitu peredaran darah
pulmonal dan peredaran darah sistemik. Menurut analisismu,
bagaimanakah hubungan antara fungsi kerja jantung dan kedua macam
peredaran darah tersebut ?
17. 17. Apakah kamu pernah melakukan praktikum denyut jantung ? pada saat
praktikum , denyut yang kamu hitung biasanya dari denyut nadi
pergelangan tangan bukan ? mengapa demikian? Adakah hubungan denyut
nadi dengan jantung ?
18. 18. Berikut merupakan tabel hasil pengamatan denyut jantung
No Nama Jenis usia Denyut jantung 1 menit
kelamin duduk berdiri jongkok Naik Berlari
turun 2 menit
tangga
2 menit
1 Agung L 14 60 80 83 100 130
95
4 Anandya P 16 84 83 95 70 115
20. Correlational Menjelaskan sebab 20. Survei Sample Registration System (SRS) pada tahun 2014 menunjukkan
Reasoning akibat suatu data atau penyakit jantung coroner di Indonesia menjadi penyebab kematian tertinggi
peristiwa pada semua umur setelah stroke. Jumlahnya mencapai 12,5 %. Hal ini
menunjukkan bahwa kelainan pada sistem sirkulasi merupakan penyebab
utama kematian di Indonesia. Jelaskan penyebab penyakit jantung koroner
dan kaitannya dengan tindakan operasi Bypass ?
21. 21. Apakah kamu pernah mendengar penyakit hemofilia ?pada penderita
hemofilia darah sulit membeku akibat pendarahan yang berlebihan atau
memar dan dapat berdarah dalam jangka waktu yang panjang bahkan
bahkan dapat mengancam nyawa penderita. Jelaskan penyebab penyakit
hemofilia!
22. 22. Seorang wanita mengalami sakit kepala parah, nyeri dada dan badan lemas
dengan tekanan darah 170/90 mmHg dokter mengatakan pasien tersebut
menderita hipertensi. Apa penyebab dari hipertensi ? jelaskan akibat
hipertensi apabila terjadi secara berkepanjangan. Bagaimana pola hidup
untuk mencegah hipertensi?
24. 24. Apakah kamu pernah berpikir bahwa sel darah dapat keluar atau
menyelinap dan menembus pembuluh darah ? jika ya, mengapa terjadi
demikian ?peristiwa tersebut dinamakan ?
98
Lampiran 2
Pola Penalaran Ilmiah Indikator Penalaran Ilmiah Indikator Pembelajaran Jumlah No. Soal
Soal
Serial Ordering Mengurutkan sekumpulan Mengurutkan proses peredaran darah 1 1
objek atau peristiwa Mengurutkan proses pembekuan 1 2
darah
Class Inclusion Reasoning Membuat klasifikasi sederhana Mengkategorikan komponen- 3 3,4,5
komponen penyusun darah
99
Correlational Reasoning Menjelaskan sebab akibat Menjelaskan kelainan dan gangguan 3 6,7,8
suatu data atau peristiwa serta kaitannya dengan teknologi
kesehatan sistem peredaran darah
Theoretical Reasoning Menerapkan konsep atau teori Menjelaskan konsep golongan darah 2 9,10
untuk menginterpretasikan data
Menerapkan Konsep atau teori Menganalisis kaitannya factor 2 11,12
untuk menganalisis fenomena rhesus terhadap keselamatan janin
dalam kandungan
Functionality Reasoning Menganalisis hubungan Menganalisis faktor yang 1 13
fungsional mempengaruhi denyut jantung
Jumlah 15
100
Lampiran 2
Pola Penalaran Ilmiah Indikator Penalaran Ilmiah Indikator Pembelajaran Jumlah No. Soal
Soal
Serial Ordering Mengurutkan sekumpulan Mengurutkan proses peredaran darah 1 1
objek atau peristiwa Mengurutkan proses pembekuan 1 2
darah
Class Inclusion Reasoning Membuat klasifikasi sederhana Mengkategorikan komponen- 3 3,4,5
101
Correlational Reasoning Menjelaskan sebab akibat Menjelaskan kelainan dan gangguan 3 6,7,8
suatu data atau peristiwa serta kaitannya dengan teknologi
kesehatan sistem peredaran darah
Theoretical Reasoning Menerapkan konsep atau teori Menjelaskan konsep golongan darah 2 9,10
untuk menginterpretasikan data
Menerapkan Konsep atau teori Menganalisis kaitannya factor 2 11,12
untuk menganalisis fenomena rhesus terhadap keselamatan janin
dalam kandungan
Functionality Reasoning Menganalisis hubungan Menganalisis faktor yang 1 13
fungsional mempengaruhi denyut jantung
Jumlah 15
102
Lampiran 3
Instrumen dan Rubrik Penelitian Kemampuan Penalaran Ilmiah
Pola Indikator
Indikator Tingkat No
Penalaran Penalaran Soal Jawaban Standar Penilaian
Pembelajar Kognitif Soal
Ilmiah Ilmiah
Class Mengkatego Membuat C2 1 Berikut merupakan gambar mengenai jenis-jenis sel darah Granulosit : Neutrofil, Membuat Klasifikasi Sederhana
Inclusion rikan klasifikasi putih. Eusinofil, Basofil
Reasoning komponen- sederhana Agranulosit : Limfosit 4 = Menyediakan semua representasi
komponen dan monosit dari klasifikasi yang diperlukan
penyusun 3 = Menyediakan setidaknya 50%
darah representasi dari klasifikasi yang
diperlukan. (menyebutkan masing-
Basofil Eosinofil Monosit Neutrofil masing klasifikasi dengan
menyediakan 2 representasi pada
klasifikasi granulosit dan 1
representasi pada klasifikasi
agranulosit dengan benar)
Limfosit
2 = Menyediakan kurang dari 50%
representasi dari klasifikasi yang
Kelompokkan gambar-gambat tersebut kedalam jenis sel
diperlukan. (menyebutkan masing-
darah putih Granulosit dan Agranulosit
masing klasifikasi dengan
menyediakan 1 representasi pada
klasifikasi granulosit dan 1
representasi pada klasifikasi
agranulosit dengan benar)
1 = Tidak memberikan pernyataan
atau representasi yang dimengerti (
semua representasi salah)
0 = Tidak Menjawab
C2 2 Ditemukan ciri-ciri sel darah berikut. Berdasarkan Membuat Klasifikasi Sederhana
karakteristik-
karakteristik tersebut, sel 4 = Menyediakan semua representasi
darah dapat dari kalsifikasi yang diperlukan
dikelompokkan menjadi : 3 = Menyediakan setidaknya 50%
1. Sel darah putih dari klasifikasi representasi yang
(leukosit) yakni diperlukan. (menyebutkan masing-
pada ciri-ci :B, masing klasifikasi dengan
G,H menyediakan 2 representasi pada
2. Sel darah merah klasifikasi leukosit, 2 representasi
(eritrosit) yakni pada klasifikasi eritrosit dan 1
103
C2 3 Berikut Beberapa pernyataan mengenai Monosit dan Monosit : B, D, E Membuat Klasifikasi Sederhana
Limfosit. Limfosit : A,C,F
A B C 4 = Menyediakan semua representasi
dari klasifikasi yang diperlukan
Terdapat 5 Leukosit yang Di produksi di 3 = Menyediakan setidaknya 50%
jenis yakni Sel Berukuran sumsum representasi dari kalsifikasi yang
B, Sel T paling besar Tulang dan diperlukan. (menyebutkan masing-
Helper, Sel T limfa masing klasifikasi dengan
Sitoksik, Sel T menyediakan 2 representasi pada
memori dan klasifikasi monosit, 2 representasi
Sel T Supresor pada klasifikasi limfosit dengan
benar)
2 = Menyediakan kurang dari 50%
representasi dari klasifikasi yang
diperlukan. (menyebutkan masing-
104
0 = tidak Menjawab
C3 7 Urutkanlah jalur peredaran darah janin dari plasenta hingga Urutan yang benar Mengurutkan sekumpulan objek atau
ke plasenta kembali : adalah : peristiwa
Kata Kunci :
1. Ketika darah dari dua
109
Kata Kunci:
1. golongan darah
ab tidak dapat
didonorkan
pada golongan
darah A dan B
2. karena adanya
interaksi
antigen-antibodi
Menganalisi Menerapka C4 12 Seorang pemuda bergolongan darah O mengalami golongan darah O Menerapkan Konsep atau teori untuk
s kaitannya n Konsep kecelakaan yang mengakibatkan dirinya kehilangan banyak memiliki kedua aglutinin menganalisis fenomena
factor rhesus atau teori darah dan harus dilakukan transfusi. Transfusi gagal karena dan tak memiliki
terhadap untuk pendonor tidak bergolongan darah sama. Mengapa dapat aglutinogen sehingga 4 = Menerapkan konsep dan
keselamatan menganalis terjadi demikian, sementara golongan darah O dapat hanya menerima darah menganalisis data dengan
janin dalam is memberikan darahnya ke semua golongan darah? dari sesama . Karena memberikan kata kunci dengan
kandungan fenomena tidak ada aglutinogen sempurna serta penjelasan
inilah O dapat sepenuhnya berkaitan dengan data
mendonorkan darahnya atau peristiwa
pada siapa saja dan tidak 3 = analisis berkaitan dengan konsep
menyebabkan atau teori yang diterapkan pada data
penggumpalan untuk itu atau peristiwa, serta kata kunci yang
golongan darah O diberikan kurang sempurna.
disebut donor universal. 2 = analisis masih berkaitan dengan
konsep atau teori, sebagian atau
Kata kunci : seluruhnya kata kunci salah.
golongan darah O 1 = analisis salah dan tidak sesuai
memiliki kedua konsep atau teori serta tidak dapat
aglutinin dan tak dimengerti.
111
C4 13 Saat ini tidak sedikit Pria Indonesia yang memiliki rhesus Faktor Rh berperan Menerapkan Konsep atau teori untuk
(+) menikahi Wanita Eropa atau berbeda benua, padahal penting pada anak yang menganalisis fenomena
mereka bisa memiliki Rhesus darah yang berbeda dan lahir dari pasangan
beresiko memiliki keturunan penderita Erithroblastosis perempuan Rh- dan pria 4 = Menerapkan konsep dan
fetalis. Bagaimana peran faktor rhesus terhadap keturunan Rh+. Selama menganalisis data dengan
mereka jika keduanya berbeda rhesus ? kehamilan, janin Rh+ memberikan kata kunci dengan
merangsang sempurna serta penjelasan
pembentukan antibody sepenuhnya berkaitan dengan data
dalam darah ibu Rh-. atau peristiwa
Selama kehamilan 3 = analisis berkaitan dengan konsep
pertama, antibody tidak atau teori yang diterapkan pada data
diproduksi dengan atau peristiwa, serta kata kunci yang
cukup untuk diberikan kurang sempurna.
membahayakan janin, 2 = analisis masih berkaitan dengan
sehingga bayi dapat konsep atau teori, sebagian atau
selamat. Namun, jika si seluruhnya kata kunci salah.
ibu hamil lagi, maka 1 = analisis salah dan tidak sesuai
janin berikutnya yang konsep atau teori serta tidak dapat
memiliki Rh+ akan dimengerti.
terkena antibody Rh 0 = Tidak Menjawab
yang dihasilkan ibu
sehingga sejumlah
eritrosit pada janin
akan rusak karena
penggumpalan yang
akan menyebabkan
hemolisis darah pada
janin yang
mengakibatkan
Erithroblastosis fetalis
atau penyakit kuning
hemolitik.
112
Kata Kunci :
1. pembentukan
anti bodi
2. kehamilan
berikutnya janin
terkena
antibody Rh
yang dihasilkan
ibu
Menerapka C2 14 Berikut tabel pengolongan darah berdasarkan rhesus Kesimpulan dari soal Menerapkan konsep atau teori untuk
n konsep Ayah Rh+ Ayah Rh- tersebut yakni : menginterpretasikan data
atau teori Ibu Rh+ Janin Rh+ Janin Rh+ Bila seorang ibu yang
untuk Tidak bermasalah Tidak bermasalah memiliki Rh- 4 = Menerapkan konsep dan
menginterp Ibu Rh- Janin Rh+ Janin Rh- mengandung bayi Rh+ menginterpretasikan data dengan
retasikan Akan timbul Tidak bermasalah beresiko terjadi masalah memberikan kata kunci dengan
data masalah pada anak terutama pada sempurna serta penjelasan
kehamilan kedua dan sepenuhnya berkaitan dengan data
selanjutnya kondisi ini atau peristiwa
Berdasarkan tabel tersebut hal apa yang dapat kamu disebut Inkompatibilitas 3 = Interpretasi berkaitan dengan
simpulkan ? Rh. Tubuh ibu akan konsep atau teori yang diterapkan
memproduksi anti rhesus pada data atau peristiwa, serta kata
kemudian akan kunci yang diberikan kurang
menghancurkan eritrosit sempurna.
janin dan menyebabkan 2 = Interpretasi masih berkaitan
hemolitik bayi. dengan konsep atau teori, sebagian
atau seluruhnya kata kunci salah.
Kata kunci : 1 = Interpretasi salah dan tidak sesuai
1. Inkompatibilitas konsep atau teori serta tidak dapat
Rh dimengerti.
2. Tubuh ibu akan
memproduksi 0 = Tidak Menjawab
anti rhesus dan
menghancurkan
eritrosit janin
Functional Menganalisi Menganali C4 15 Berikut data pengamatan praktikum denyut jantung Berdasarkan data Menganalisis hubungan fungsional
ity s faktor sis Nama Aktivitas tersebut hubungan
Reasoning yang hubungan Duduk Naik turun Berlari kecil frekuensi denyut jantung 4 = menganalisis fakta atau peristiwa
/ mempengaru fungsional tangga dengan aktivitas adalah dengan tepat dan lengkap dimana
proportion hi denyut Rahmat 60 100 130 berbanding lurus, bukti sepenuhnya diorganisasikan
al jantung Toni 77 123 145 frekuensi denyut dengan baik mengungkapkan pola-
113
reasoning Fadli 72 120 135 jantung semakin pola penting dan menyebutkan
Firda 88 115 138 meningkat saat seluruh kata kunci
Indah 88 130 140 aktivitas semakin berat, 3 = menganalisis fakta atau peristiwa
Berdasarkan data tersebut bagaimana hubungan frekuensi karena pada saat dimana bukti diorganisasikan dengan
denyut jantung dengan aktivitas ? beraktivitas kebutuhan baik, mengungkapkan sebagian pola-
oksigen dalam tubuh pola penting dan kata kunci yang
akan meningkat. cukup sempurna
Kata kunci : 2 = menganalisis fakta atau peristiwa
1. Aktivitas dimana pola-pola penting dan kata
meningkat- kunci tidak cukup untuk
frekuensi denyut mengorganisasikan bukti
jantung meningkat 1 = analisi salah dan bukti tidak
Saat beraktivitas- diorganisasikan dengan baik serta
kebutuhan O2 tanpa mengungkapkan pola-pola
dalam tubuh penting dan kata kunci
meningkat 0 = Tidak Menjawab
2. Saat beraktivitas-
kebutuhan O2
dalam tubuh
meningkat
Menganalisi 16 Peredaran darah manusia dikenal dua macam, yaitu Mekanisme Kerja yang Menganalisis hubungan fungsional
s alat-alat peredaran darah pulmonal dan peredaran darah sistemik. terjadi pada jantung
peredaran Menurut analisismu, bagaimanakah hubungan antara fungsi dimulai ketika darah 4 = menganalisis fakta atau peristiwa
darah kerja jantung dan kedua macam peredaran darah tersebut ? yang kaya CO2 dari dengan tepat dan lengkap dimana
seluruh tubuh mengalir bukti sepenuhnya diorganisasikan
masuk ke serambi kanan dengan baik mengungkapkan pola-
jantung sedangkan darah pola penting dan menyebutkan
yang kaya O2 mengalir seluruh kata kunci
dari vena pulmonalis 3 = menganalisis fakta atau peristiwa
masuk ke serambi kiri. dimana bukti diorganisasikan dengan
Kedua macam darah baik, mengungkapkan sebagian pola-
tersebut kemudian pola penting dan kata kunci yang
mengalir ke bagian bilik cukup sempurna
jantung. Pada tahap 2 = menganalisis fakta atau peristiwa
selanjutnya darah yang dimana pola-pola penting dan kata
kaya O2 akan dipompa kunci tidak cukup untuk
dari bilik kiri menuju ke mengorganisasikan bukti
seluruh bagian tubuh, 1 = analisi salah dan bukti tidak
sedangkan darah yang diorganisasikan dengan baik serta
miskin O2 akan dipompa tanpa mengungkapkan pola-pola
dari bilik kanan ke paru- penting dan kata kunci
114
Kata Kunci :
1. Darah kaya CO2-
serambi kanan- bilik
kanan- darah
dipompa dari bilik
kanan ke paru-paru
2. Darah kaya O2-bilik
kiri melalui vena
pulmonalis-darah
dipompa dari bilik
kiri seluruh bagian
tubuh
17 Apakah kamu pernah melakukan praktikum denyut jantung denyut nadi merupakan Menganalisis hubungan fungsional
?pada saat praktikum , denyut yang kamu hitung biasanya gelombang darah yang
dari denyut nadi pergelangan tangan bukan ? mengapa dapat dirasakan karena 4 = menganalisis fakta atau peristiwa
demikian? Adakah hubungan denyut nadi dengan jantung ? dipompa dalam arteri dengan tepat dan lengkap dimana
oleh kontraksi ventrikel bukti sepenuhnya diorganisasikan
kiri jantung, sehingga dengan baik mengungkapkan pola-
denyut nadi rambatan pola penting dan menyebutkan
dari denyut jantung yang seluruh kata kunci
juga dapat dirasakan 3 = menganalisis fakta atau peristiwa
pada denyut nadi dimana bukti diorganisasikan dengan
pergelangan tangan. baik, mengungkapkan sebagian pola-
pola penting dan kata kunci yang
kata Kunci : cukup sempurna
1. Gelombang 2 = menganalisis fakta atau peristiwa
darah-kontraksi dimana pola-pola penting dan kata
ventrikel kiri kunci tidak cukup untuk
2. Rambatan dari mengorganisasikan bukti
denyut jantung 1 = analisis salah dan bukti
tidak diorganisasikan dengan
baik serta tanpa
mengungkapkan pola-pola
penting dan kata kunci
0 = Tidak Menjawab
Menganalisi 18 Berikut merupakan tabel hasil pengamatan denyut jantung Berdasarkan data Menganalisis hubungan fungsional
s faktor tersebut, frekuensi
yang No nama Jenis usia Denyut jantung 1 denyut jantung dapat 4 = menganalisis fakta atau peristiwa
mempengaru kela menit dipengaruhi oleh jenis dengan tepat dan lengkap dimana
min dudu berdi jong Naik Ber
115
hi denyut k ri kok turun lari kelamin, usia, posisi bukti sepenuhnya diorganisasikan
jantung tang 2 tubuh dan aktivitas fisik dengan baik mengungkapkan pola-
ga 2 me
meni nit pola penting dan menyebutkan
t seluruh kata kunci
1 Agu L 14 60 80 83 100 130 3 = menganalisis fakta atau peristiwa
ng dimana bukti diorganisasikan dengan
2 Alif L 16 78 84 78 124 150
3 Ama P 16 86 94 89 98 115
baik, mengungkapkan sebagian pola-
lia pola penting dan kata kunci yang
4 Anan P 16 84 83 95 70 115 cukup sempurna
dya 2 = menganalisis fakta atau peristiwa
5 Tere P 17 80 90 80 124 145 dimana pola-pola penting dan kata
sia
6 Okk L 17 80 88 72 105 148 kunci tidak cukup untuk
y mengorganisasikan bukti
7 Vivi P 16 88 105 90 130 140 1 = analisis salah dan bukti
8 zich P 17 52 61 79 111 126 tidak diorganisasikan dengan
moss
baik serta tanpa
mengungkapkan pola-pola
Berdasarkan data tersebut, hal apa yang dapat kamu penting dan kata kunci
simpulkan ? 0 = Tidak Menjawab
Menganalisi 19 Berdasarkan fungsinya pembuluh darah dibedakan menjadi Dalam peredaran darah, Menganalisis hubungan fungsional
s alat-alat pembuluh nadi (arteri), pembuluh balik (vena), dan arteri, vena dan kapiler
peredaran pembuluh kapiler bagaimana hubungan ketiganya dalam saling berhubungan. Saat 4 = menganalisis fakta atau peristiwa
darah mengedarkan darah ke jantung ? arterimengalirkan dengan tepat dan lengkap dimana
darah ke seluruh tubuh bukti sepenuhnya diorganisasikan
terjadi perukaran gas dengan baik mengungkapkan pola-
didalam pembuluh pola penting dan menyebutkan
kapiler dan hasil seluruh kata kunci
pertukaran gas tersebut 3 = menganalisis fakta atau peristiwa
diangkut kembali oleh dimana bukti diorganisasikan dengan
pembuluh vena yang baik, mengungkapkan sebagian pola-
kemudian darah akan pola penting dan kata kunci yang
dialirkan kembali ke cukup sempurna
jantung. 2 = menganalisis fakta atau peristiwa
dimana pola-pola penting dan kata
kunci tidak cukup untuk
mengorganisasikan bukti
1 = analisis salah dan bukti
tidak diorganisasikan dengan
baik serta tanpa
mengungkapkan pola-pola
116
Kata Kunci :
1. Penyempitan arteri
koronaria
2. Pengerasan arteri /
endapan
lemak/endapan zat
kapur
3. teknik pembedahan
untuk mengatasi
penyumbatan pada
pembuluh arteri
koronaria
C2 21 Apakah kamu pernah mendengar penyakit hemofilia ?pada Pembekuan darah Menjelaskan sebab akibat dari suatu
penderita hemofilia darah sulit membeku akibat pendarahan merupakan bagian data atau peristiwa.
117
yang berlebihan atau memar dan dapat berdarah dalam penting dari proses
jangka waktu yang panjang bahkan bahkan dapat penyembuhan yang 4 = memberikan penjelasan secara
mengancam nyawa penderita. Jelaskan penyebab penyakit memperlambat dan tepat untuk permasalahan yang
hemofilia! menghentikan diberikan dengan menjelaskan
pendarahan. Hemofilia keterkaitan antara permasalahan
disebabkan oleh dengan sebab akibat sehingga kata
kurangnya protein yang kunci disediakan dengan sempurna
bertanggung jawab 3 = penjelasan sebab akibat masih
dalam pembekuan darah, berkaitan dengan permasalahan, kata
akibatnya penderita kunci yang diberikan kurang
dapat berdarah selama sempurna.
jangka waktu yang 2 = penjelasan sebab akibat masih
panjang bahkan dari luka berkaitan dengan permasalahan, kata
kecil atau cedera. kunci salah
1=
Kata Kunci : Penjelasan tidak dapat dimengerti,
kurangnya protein penjelasan salah atau tidak terkait
dengan data atau peristiwa yang
diberikan
0 = Tidak Menjawab
C2 22 Seorang wanita mengalami sakit kepala parah, nyeri dada Hipertensi dapat terjadi Menjelaskan sebab akibat dari suatu
dan badan lemas dengan tekanan darah 170/90 mmHg karena gaya hidup dan data atau peristiwa.
dokter mengatakan pasien tersebut menderita hipertensi. pola makan yang buruk
Apa penyebab dari hipertensi ?jelaskan akibat hipertensi atau karena obesitas, 4 = memberikan penjelasan secara
apabila terjadi secara berkepanjangan. Bagaimana pola merokok, terlalu tepat untuk permasalahan yang
hidup untuk mencegah hipertensi? banyak mengkonsumsi diberikan dengan menjelaskan
alkohol, kurang keterkaitan antara permasalahan
olahraga,stress atau dengan sebab akibat sehingga kata
karena konsumsi obat- kunci disediakan dengan sempurna
obatan. Tekanan darah 3 = penjelasan sebab akibat masih
tinggi berkepanjangan berkaitan dengan permasalahan, kata
dapat mengakibatkan kunci yang diberikan kurang
penyakit jantung, gagal sempurna.
ginjal dan stroke. 2 = penjelasan sebab akibat masih
Olahraga teratur dan diet berkaitan dengan permasalahan, kata
sehat adalah cara terbaik kunci salah
untuk mencegah tekanan 1=
darah tinggi. Penjelasan tidak dapat dimengerti,
penjelasan salah atau tidak terkait
Kata kunci : dengan data atau peristiwa yang
1. gaya hidup dan diberikan
118
C2 23 Seseorang didiagnosa mengalami gangguan pada sistem Berdasarkan gambar, Menjelaskan sebab akibat dari
peredaran darahnya yang ditunjukkan dengan kondisi gangguan SPD yang suatu data atau peristiwa.
pembuluh darah seperti tampak pada gambar dibawah ini. terjadi adalah
arterosklerosis yakni 4 = memberikan penjelasan secara
penyempitan dan tepat untuk permasalahan yang
penebalan arteri karena diberikan dengan menjelaskan
penumpukan plak pada keterkaitan antara permasalahan
dinding arteri atau dengan sebab akibat sehingga kata
pengerasan pembuluh kunci disediakan dengan sempurna
darah karena endapan 3 = penjelasan sebab akibat masih
lemak. berkaitan dengan permasalahan, kata
kunci yang diberikan kurang
Kata kunci : sempurna.
1. arterosklerosis 2 = penjelasan sebab akibat masih
Berdasarkan gambar jelaskan gangguan sistem peredaran penyebabnya berkaitan dengan permasalahan, kata
darah pada pembuluh darah yang dialami orang tersebut ? karena kunci salah
penumpukan 1=
plak berupa Penjelasan tidak dapat dimengerti,
endapan lemak penjelasan salah atau tidak terkait
pada dinding dengan data atau peristiwa yang
arteri diberikan
2. akibatnya 0 = Tidak Menjawab
119
terjadi
penyempitan
pembuluh darah
C2 24 Apakah kamu pernah berpikir bahwa sel darah dapat keluar Peristiwa tersebut Menjelaskan sebab akibat dari
atau menyelinap dan menembus pembuluh darah ?jika ya, dinamakan diapedesis suatu data atau peristiwa.
mengapa terjadi demikian ?peristiwa tersebut dinamakan ? yakni kemampuan
leukosit untuk 4 = memberikan penjelasan secara
menembus atau keluar tepat untuk permasalahan yang
dari dinding pembuluh diberikan dengan menjelaskan
darah. Diapedesis terjadi keterkaitan antara permasalahan
karena adanya luka dengan sebab akibat sehingga kata
sehingga leukosit keluar kunci disediakan dengan sempurna
dari pori-pori pembuluh 3 = penjelasan sebab akibat masih
darah untuk segera berkaitan dengan permasalahan, kata
membunuh bibit kunci yang diberikan kurang
penyakit sebelum kuman sempurna.
menyerang bagian tubuh. 2 = penjelasan sebab akibat masih
berkaitan dengan permasalahan, kata
Kata kunci : kunci salah
1. Diapedesis 1=
terjadi karena Penjelasan tidak dapat dimengerti,
adanya luka penjelasan salah atau tidak terkait
2. Akibatnya dengan data atau peristiwa yang
leukosit keluar diberikan
dari pori-pori 0 = Tidak Menjawab
pembuluh darah
untuk
membunuh bibit
penyakit
Lampiran 4
109
120
Nama :
Kelas :
Neutrofil Limfosit
Kelompokkan gambar-gambat tersebut kedalam jenis sel darah putih Granulosit dan Agranulosit.
121
Jawab :
A B C D
Mengandung sekitar Berfungsi melindungi Sel darah yang Bentuk tidak
250 juta molekul tubuh terhadap infeksi membantu dalam beraturan, ukuran
hemoglobin proses pembekuan selnya lebih kecil
darah diantara semua sel
darah
E F G H
Berbentuk pipih, Tidak memiliki Berbentuk tidak tetap, Berdasarkan
cekung,(bikonkaf), mitokondria dan mempunyai inti, tidak bentuknya dibedakan
tidak mempunyai menghasilkan ATP secara berwarna, dapat menjadi neutrofil,
inti dan berwarna eksklusif melalui bergerak secara eosinofil, basofil,
merah metabolisme anaerob amoeboid monosit, dan limfosit
Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan, ada berapa jenis sel darah yang dapat kamu
klasifikasikan? Apa sajakah itu ?
Jawab :
122
3.
Urutkanlah mekanisme pembekuan darah diatas dengan memasukkan pilihan berikut.
Protombin Trombin Fibrinogen
Fibrin Trombokinase
Jawab :
Urutkanah proses peredaran darah pulmonal tersebut dengan memberikan nomor pada masing-
masing keterangan gambar!
Enzim trombin mengubah fibrinogen larut ( yang dibentuk oleh hati) menjadi
fibrin yang tidak larut.
6. Berikut ini merupakan data golongan darah beberapa siswa kelas XI IPA.
Jawab :
124
7. Saat ini tidak sedikit Pria Indonesia yang memiliki rhesus (+) menikahi Wanita Eropa
atau berbeda benua, padahal mereka bisa memiliki Rhesus darah yang berbeda dan
beresiko memiliki keturunan penderita Erithroblastosis fetalis. Bagaimana peran faktor
rhesus terhadap keturunan mereka jika keduanya berbeda rhesus ?
Jawab :
9. Apakah kamu pernah melakukan praktikum denyut jantung ? pada saat praktikum ,
denyut yang kamu hitung biasanya dari denyut nadi pergelangan tangan bukan ? mengapa
demikian? Adakah hubungan denyut nadi dengan jantung ?
Jawab :
Jawab :
126
11. Apakah kamu pernah mendengar penyakit hemofilia ?pada penderita hemofilia darah
sulit membeku akibat pendarahan yang berlebihan atau memar dan dapat berdarah dalam
jangka waktu yang panjang bahkan bahkan dapat mengancam nyawa penderita. Jelaskan
penyebab penyakit hemofilia!
Jawab :
12. Seorang wanita mengalami sakit kepala parah, nyeri dada dan badan lemas dengan
tekanan darah 170/90 mmHg dokter mengatakan pasien tersebut menderita hipertensi.
Apa penyebab dari hipertensi ? jelaskan akibat hipertensi apabila terjadi secara
berkepanjangan. Bagaimana pola hidup untuk mencegah hipertensi.
Jawab :
Lampiran 5
127
Nama :
Kelas :
Monosit Limfosit
a) b) c)
3. Urutkanlah jalur peredaran darah janin dari plasenta hingga ke plasenta kembali :
Plasenta vena umblicalis vena hepatica/ ductus venosus hati vena cava
inferior foramen oval atrium kanan atrium kiri ventrikel kiri
Jawab :
129
4. Urutkanlah proses peredaran darah besar berikut dengan memberikan nomor pada
masing-masing kotak :
Darah yang memasuki pembuluh vena dan mengangkut darah yang mengandung CO2
Darah yang mengandung CO2 dialirkan ke vena bagian atas dan vena bagian bawah
Vena atas dan vena bagian bawah bertemu disatu vena dan memasuki serambi kanan
Nama Golongan
Darah
Aan B
Alfa A
Intan AB
Eka O
Mega AB
Jelaskan apakah Intan dapat mendonorkan darahnya kepada Aan dan Alfa ?
Jawab :
130
Nama Aktivitas
Duduk Naik turun Berlari
tangga kecil
Rahmat 60 100 130
Toni 77 123 145
Fadli 72 120 135
Firda 88 115 138
Indah 88 130 140
Berdasarkan data tersebut apa hubungan frekuensi denyut jantung dengan aktivitas ?
Jawab:
131
8. Peredaran darah manusia dikenal dua macam, yaitu peredaran darah pulmonal dan
peredaran darah sistemik. Menurut analisismu, bagaimanakah hubungan antara fungsi
kerja jantung dan kedua macam peredaran darah tersebut ?
Jawab :
10. Survei Sample Registration System (SRS) pada tahun 2014 menunjukkan penyakit
jantung coroner di Indonesia menjadi penyebab kematian tertinggi pada semua umur
setelah stroke. Jumlahnya mencapai 12,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa kelainan pada
sistem sirkulasi merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Jelaskan penyebab
penyakit jantung koroner dan kaitannya dengan tindakan operasi Bypass ?
Jawab :
132
11. Seseorang didiagnosa mengalami gangguan pada sistem peredaran darahnya yang
ditunjukkan dengan kondisi pembuluh darah seperti tampak pada gambar dibawah ini.
Berdasarkan gambar jelaskan gangguan sistem peredaran darah pada pembuluh darah
yang dialami orang tersebut ?
Jawab :
12. Apakah kamu pernah berpikir bahwa sel darah dapat keluar atau menyelinap adan
menembus pembuluh darah ? jika ya, mengapa terjadi demikian ?peristiwa tersebut
dinamakan ?
Jawab :
Lampiran 6 133
Kemampuan Penalaran Ilmiah Peserta Didik pada Materi Sistem Peredaran Darah
Nama :
Asal Sekolah :
No Pertanyaan Jawaban
1 Model pembelajaran apa yang sering
ibu/bapak gunakan ?
Lampiran 7
152
Lampiran 10
Lampiran 10
153
PENDIDIKAN BIOLOGI
Petunjuk Pengerjaan :
Selamat Mengerjakan…
1. Urutkanlah proses peredaran darah besar berikut dengan memberikan nomor pada
masing-masing kotak :
Aorta menerima darah yang mengandung O2 dan mengalirkannya pada arteri ke seluruh
tubuh
Darah yang memasuki pembuluh vena dan mengangkut darah yang mengandung CO2
Darah yang mengandung CO2 dialirkan ke vena bagian atas dan vena bagian bawah
Vena atas dan vena bagian bawah bertemu disatu vena dan memasuki serambi kanan
154
Enzim trombokinase dan Ca2+ mengubah protein Plasma protombin (dibentuk oleh
hati) menjadi enzim thrombin.
Enzim trombin mengubah fibrinogen larut ( yang dibentuk oleh hati) menjadi fibrin yang
tidak larut.
Sel-sel darah yang terjerat dalam jaringan dan bersama-sama membentuk gumpalan
darah (thrombus)
Kelompokkan gambar-gambat tersebut kedalam jenis sel darah putih Granulosit dan Agranulosit
A B C D
Mengandung sekitar 250 Berfungsi melindungi tubuh Sel darah yang membantu Bentuk tidak beraturan, ukuran
juta molekul hemoglobin terhadap infeksi dalam proses pembekuan selnya lebih kecil diantara
darah semua sel darah
E F G H
155
Berbentuk pipih, Tidak memiliki mitokondria Berbentuk tidak tetap, Berdasarkan bentuknya
cekung,(bikonkaf), tidak dan menghasilkan ATP mempunyai inti, tidak dibedakan menjadi neutrofil,
mempunyai inti dan secara eksklusif melalui berwarna, dapat bergerak eosinofil, basofil, monosit, dan
berwarna merah metabolisme anaerob secara amoeboid limfosit
Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan, ada berapa jenis sel darah yang dapat kamu
klasifikasikan? Apa sajakah itu ?
a) b) c)
6. Survei Sample Registration System (SRS) pada tahun 2014 menunjukkan penyakit
jantung coroner di Indonesia menjadi penyebab kematian tertinggi pada semua umur
setelah stroke. Jumlahnya mencapai 12,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa kelainan pada
156
7. Apakah kamu pernah mendengar penyakit hemofilia ?pada penderita hemofilia darah
sulit membeku akibat pendarahan yang berlebihan atau memar dan dapat berdarah dalam
jangka waktu yang panjang bahkan bahkan dapat mengancam nyawa penderita. Jelaskan
penyebab penyakit hemofilia!
8. Seorang wanita mengalami sakit kepala parah, nyeri dada dan badan lemas dengan
tekanan darah 170/90 mmHg dokter mengatakan pasien tersebut menderita hipertensi.
Apa penyebab dari hipertensi ? jelaskan akibat hipertensi apabila terjadi secara
berkepanjangan. Bagaimana pola hidup untuk mencegah hipertensi.
9. Berikut ini merupakan data golongan darah beberapa siswa kelas XI IPA.
10. Perhatikan Data Golongan darah beberapa siswa/siswi kelas XI IPA berikut !
Nama Golongan
Darah
Aan B
Alfa A
Intan AB
157
Eka O
Mega AB
Jelaskan apakah Intan dapat mendonorkan darahnya kepada Aan dan Alfa ?
11. Saat ini tidak sedikit Pria Indonesia yang memiliki rhesus (+) menikahi Wanita Eropa
atau berbeda benua, padahal mereka bisa memiliki Rhesus darah yang berbeda dan
beresiko memiliki keturunan penderita Erithroblastosis fetalis. Bagaimana peran faktor
rhesus terhadap keturunan mereka jika keduanya berbeda rhesus ?
Nama Aktivitas
Duduk Naik turun Berlari
tangga kecil
Rahmat 60 100 130
Toni 77 123 145
Fadli 72 120 135
Firda 88 115 138
Indah 88 130 140
158
Berdasarkan data tersebut bagaimana hubungan frekuensi denyut jantung dengan aktivitas ?
14. Peredaran darah manusia dikenal dua macam, yaitu peredaran darah pulmonal dan
peredaran darah sistemik. Menurut analisismu, bagaimanakah hubungan antara fungsi
kerja jantung dan kedua macam peredaran darah tersebut ?
15. Apakah kamu pernah melakukan praktikum denyut jantung ? pada saat praktikum ,
denyut yang kamu hitung biasanya dari denyut nadi pergelangan tangan bukan ? mengapa
demikian? Adakah hubungan denyut nadi dengan jantung ?
148 159
DATA HASIL PENELITIAN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH PESERTA DIDIK SMA NEGERI SE-TANGERANG SELATAN
41 1 4 4 4 4 2 2 3 2 2 3 2 2 1 1 37
42 1 4 4 4 4 3 2 3 1 1 1 1 2 2 1 34
43 1 4 4 3 2 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 33
44 1 4 4 4 4 3 2 4 2 2 1 1 2 1 1 36
45 1 4 4 4 4 2 2 3 2 2 1 1 3 2 1 36
46 1 4 4 3 4 3 2 3 2 2 1 1 2 1 1 34
47 1 4 4 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 1 1 36
48 1 4 4 4 4 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 20
49 4 4 4 3 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 36
50 1 4 4 4 4 3 3 3 1 2 2 2 2 1 2 38
51 1 4 4 2 3 3 2 3 1 2 2 2 1 0 1 31
52 1 4 4 3 3 3 2 4 1 2 2 2 3 1 1 36
53 1 4 4 4 4 2 2 3 1 2 3 2 2 1 1 36
54 1 4 4 1 4 2 2 2 1 1 0 0 0 0 0 22
55 1 4 4 2 4 2 2 2 1 1 0 0 0 0 0 23
56 1 4 4 2 4 0 2 0 1 1 0 0 0 0 0 19
57 1 4 4 4 3 2 2 2 1 2 2 1 3 1 1 33
58 1 4 4 3 4 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 32
59 1 4 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 0 0 21
60 1 4 4 3 4 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 31
61 1 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 36
62 1 4 4 3 2 2 0 0 2 1 1 1 3 0 0 24
63 1 4 4 3 4 2 3 2 1 1 1 1 2 1 1 31
64 1 4 4 1 4 2 2 2 2 1 1 1 2 0 0 27
65 4 4 4 3 3 2 2 3 1 2 2 2 2 1 1 36
66 4 1 4 4 1 2 2 2 1 1 1 2 3 1 1 30
67 1 4 4 4 1 3 2 2 1 1 1 2 3 1 1 31
68 1 4 4 1 3 0 2 1 1 2 1 1 3 3 1 28
69 1 4 4 2 3 2 2 2 1 2 1 2 3 2 1 32
70 1 4 4 3 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 24
71 1 4 4 2 3 2 2 2 1 2 0 0 0 0 0 23
72 3 4 4 1 4 3 2 1 1 2 2 1 1 1 1 31
73 1 4 4 3 4 2 3 3 2 2 1 2 2 1 1 35
74 1 4 4 1 3 2 2 2 1 1 2 1 3 0 0 27
75 1 4 4 1 3 1 3 1 0 1 1 1 0 1 1 23
Jumlah 158 255 295 175 192 159 160 158 91 120 109 95 147 81 89
Jumlah total 413 662 477 415 317
Skor Maksimum 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Jumlah Skor Maksimum 600 900 900 1200 900
Presentase Pola Penalaran (%) 13,76666667 14,71111111 10,6 6,916666667 7,044444444
Kesimpulan Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa Tertinggi adalah pada pola penalaran Class Inclusion Reasoning dengan presentase 14,7 %
163
38 1 4 4 4 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 28
39 1 4 4 4 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 29
40 4 4 4 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 27
41 4 4 4 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 30
42 3 4 4 3 1 1 1 2 2 1 1 1 3 1 1 29
43 4 4 4 2 1 2 0 1 1 2 1 1 3 0 1 27
44 3 1 4 1 1 1 1 0 1 2 1 1 3 1 1 22
45 4 4 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 26
46 4 4 4 4 4 2 1 1 1 1 1 1 3 1 1 33
47 4 1 4 2 1 0 1 2 1 2 1 1 2 1 0 23
48 4 1 4 1 1 0 1 1 1 2 1 1 2 1 1 22
49 4 4 4 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 28
50 4 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 0 2 0 0 20
51 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 21
52 4 4 4 3 1 3 1 0 0 0 1 0 1 0 0 22
53 4 4 4 1 1 2 1 1 0 0 1 1 1 0 0 21
54 4 1 4 1 1 2 1 1 1 0 1 1 2 0 2 22
55 1 4 4 1 1 2 3 2 1 1 1 1 2 0 0 24
56 1 1 4 1 2 1 0 1 0 0 1 1 2 1 2 18
57 4 4 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 0 0 0 23
58 1 4 4 1 2 1 1 2 1 2 1 1 3 1 1 26
59 4 4 4 1 3 2 2 2 1 2 1 1 2 0 2 31
60 1 4 4 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 0 0 26
61 1 4 4 1 4 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 29
62 1 4 4 2 1 1 3 2 1 1 1 1 2 0 0 24
63 1 4 4 2 1 1 3 2 1 1 1 1 1 0 1 24
64 1 1 1 0 1 1 1 1 1 2 1 0 2 1 0 14
65 4 1 4 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 26
66 1 1 4 1 0 1 1 2 1 2 1 0 4 1 1 21
67 4 0 4 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 26
68 1 1 4 2 1 0 1 1 1 1 1 1 3 1 1 20
Jumlah 191 223 257 122 120 100 79 106 74 102 88 75 143 59 73
Jumlah total 414 499 285 339 275
Skor Maksimum 272 272 272 272 272 272 272 272 272 272 272 272 272 272 272
Jumlah Skor Maksimum 544 816 816 1088 816
Presentase Pola Penalaran (%) 15,22058824 12,23039216 6,985294118 6,231617647 6,740196078
Kesimpulan Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa Tertinggi adalah pada pola penalaran Serial Ordering dengan presentase 15,2%
165
36 1 4 4 1 1 1 3 2 0 2 0 1 2 0 2 24
37 3 1 4 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 26
38 4 4 4 1 1 0 1 0 0 1 0 1 2 1 0 20
39 1 0 4 1 1 1 2 1 0 1 1 0 2 1 1 17
40 3 1 4 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 25
41 3 1 4 1 1 2 3 2 2 1 1 1 2 1 1 26
42 1 4 4 1 1 0 1 0 0 1 1 1 2 1 0 18
43 1 1 1 0 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 1 9
44 1 0 4 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 20
45 1 4 1 0 1 1 0 0 2 1 0 1 2 0 1 15
46 3 1 4 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 26
47 3 0 3 1 1 0 2 2 2 1 1 1 2 1 1 21
48 3 1 4 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 25
49 1 1 4 1 1 2 2 1 0 2 1 1 2 1 1 21
50 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 2 1 1 19
51 4 4 4 1 1 1 1 2 1 2 0 1 3 1 1 27
52 1 4 4 2 1 2 0 1 0 1 0 1 2 0 1 20
53 1 1 4 1 1 1 2 1 0 2 1 1 2 1 1 20
54 2 1 4 1 1 2 2 1 1 1 0 1 2 1 1 21
55 1 4 4 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 25
56 4 4 4 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 27
57 3 1 4 0 1 1 0 1 1 2 2 1 2 1 1 21
58 4 4 4 1 1 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 28
59 2 4 4 1 1 3 3 2 1 2 1 1 2 2 1 30
60 1 2 4 1 1 3 3 3 1 2 1 1 2 1 1 27
61 1 4 4 1 1 3 2 2 1 2 1 1 2 1 1 27
62 1 2 4 1 1 3 3 3 1 2 1 1 2 1 1 27
63 4 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 16
64 1 4 4 1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 1 1 29
65 4 4 4 1 1 0 0 1 1 1 1 1 2 0 2 23
66 1 4 4 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 26
67 4 4 1 1 1 0 1 2 1 1 1 2 0 1 1 21
68 1 4 4 3 1 1 0 0 2 2 2 1 2 1 1 25
69 4 4 4 1 1 0 1 1 1 1 1 2 2 1 1 25
70 1 4 4 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 30
71 1 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 31
72 1 4 0 2 1 2 1 2 0 2 0 1 1 0 0 17
Jumlah 161 181 265 84 88 97 127 105 78 98 71 74 134 69 73
Jumlah total 342 437 329 250 276
Skor Maksimum 288 288 288 288 288 288 288 288 288 288 288 288 288 288 288
Jumlah Skor Maksimum 576 864 864 1152 864
Presentase Pola Penalaran (%) 11,875 10,11574074 7,615740741 4,340277778 6,388888889
Kesimpulan Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa Tertinggi adalah pada pola penalaran Serial Ordering dengan presentase 11,87 %
167
45 4 4 4 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 33
46 4 4 4 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 33
47 4 4 4 1 3 2 3 2 1 2 1 1 2 1 2 33
48 1 4 4 1 1 2 3 2 1 2 2 1 2 1 1 28
49 1 4 4 1 1 2 3 2 1 2 2 1 2 1 1 28
50 4 4 4 1 3 3 1 2 1 2 1 1 2 1 2 32
51 4 4 4 1 4 2 2 2 1 2 2 1 3 1 2 35
52 4 4 4 1 3 3 1 2 1 2 1 1 2 1 2 32
53 4 1 4 1 1 3 1 2 1 2 2 1 2 1 1 27
54 4 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 22
55 3 1 4 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 24
56 4 4 4 1 1 3 2 2 1 1 1 1 2 1 1 29
57 3 4 4 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 3 2 31
58 3 4 4 4 1 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2 35
59 3 3 4 1 4 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 30
60 3 4 4 1 4 3 3 2 2 2 2 1 3 1 2 37
61 4 4 4 1 3 2 3 3 1 2 2 2 2 1 2 36
62 3 4 4 1 1 3 2 2 1 2 1 2 2 1 2 31
63 4 3 4 1 3 3 3 3 1 2 2 2 2 1 2 36
64 3 4 4 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 3 1 30
65 3 1 4 1 1 1 3 2 1 2 2 1 1 1 1 25
66 3 4 4 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 3 2 32
67 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 22
68 3 4 4 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 26
69 3 4 4 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 29
70 3 4 4 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 30
71 3 4 4 1 4 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 32
72 4 4 4 1 3 2 2 3 1 2 2 1 3 1 2 35
73 4 4 4 1 3 2 2 3 1 2 2 1 3 1 2 35
74 3 4 4 1 4 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 35
75 3 4 4 1 4 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 34
76 3 4 4 1 4 2 2 1 1 2 2 1 3 1 2 33
77 3 4 4 1 4 2 3 2 1 2 1 1 2 1 1 32
78 3 4 4 1 1 3 3 2 1 2 0 1 2 2 2 31
79 3 4 4 1 4 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 35
80 3 4 4 1 1 3 3 2 1 2 1 1 2 1 1 30
81 3 4 4 1 1 1 1 2 2 2 1 1 3 1 2 29
82 3 4 4 1 4 2 3 2 1 2 1 1 2 1 1 32
Jumlah 284 299 312 87 185 162 158 157 97 135 108 91 163 94 118
Jumlah Total 583 584 477 431 375
Skor Maksimum 328 328 328 328 328 328 328 328 328 328 328 328 328 328 328
Jumlah Skor Maksimum 656 984 984 1312 984
Presentase Pola Penalaran (%) 17,77439024 11,8699187 9,695121951 6,570121951 7,62195122
Kesimpulan Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa Tertinggi adalah pada pola penalaran Serial Ordering dengan presentase 17,77 %
169
Lampiran 12
Dokumentasi Penelitian
Lampiran 13
SMAN 2 71.11
SMAN 3 70.45
SMAN 6 65.57
SMAN 1 65.29
SMAN 7 61.40
SMAN 4 60.32
SMAN 8 58.01
SMAN 10 53,86
SMAN 12 53.66
SMAN 5 51,81
SMAN 9 50,96
SMAN 11 49,26
Tabel rataan nilai UN SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
sumber: https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-un/
181
Lampiran 15
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192