SKRIPSI
Oleh:
WAWAN DARMAWAN
107016101022
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat beliau dan umat-Nya hingga akhir
zaman. Sehingga dengan Rhido-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul PENERAPAN CTL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA SMP/MTs KELAS VII PADA KONSEP PENCEMARAN
LINGKUNGAN.
Penulis menyadari skripsi ini tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya
dukungan dan dorongan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa i, MA. Ph.D Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, masukan serta pengarahannya dalam penulisan skripsi ini dan sabar
dalam membimbing dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu
memberikan bimbingan, saran-saran, kemudahan, motivasi, pengarahan dan selalu
ada saat peneliti dalam kesulitan.
5. Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah di Jurusan IPA yang telah
memberikan bantuan dan dukunganya.
6. Bapak Drs. Eman Sulaeman, selaku Kepala Sekolah MTs Al Khairiyah Tajur
Citeureup yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian
dan memberikan bantuan selama penelitian.
7. Ibu Siti Nur aeni Handayani S.Pd., selaku guru bidang studi IPA Biologi yang telah
membantu memberikan saran-saran, kemudahan, motivasi dan pengarahan kepada
penulis selama penulisan skripsi.
8. Keluarga besar Yayasan Islam Al Khairiyah Tajur Citeureup yang telah banyak
membantu dan memberikan dukungannya.
9. Emi, Abi, Umi, dan adik-adikku tercinta yang telah memberikan dukungan baik,
moril maupun materiil, serta yang selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada
penulis dan selalu mendoakan penulis sehinggga skripsi ini terselesaikan.
10. Kekasihku tercinta (Ira Astuti) yang senantiasa memberikan dukungan serta selalu
mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis dan selalu mendoakan penulis
sehinggga skripsi ini terselesaikan.
11. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Biologi angkatan 2007 yang memotivasi
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabatku, terima kasih untuk do a dan semangatnya selama ini.
13. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, semoga
Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesainya skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan umumnya kepada
pembaca. Akhirnya penulis hanya berharap semoga segala perbuatan dan amal baik dari
berbagai pihak dapat dibalas oleh Allah SWT, dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.
Wawan Darmawan
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................................x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..........................................................................................................5
C. Batasan Masalah................................................................................................................5
D. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
E. Tujuan Penelitian...............................................................................................................6
F. Manfaat Penelitian.............................................................................................................6
BAB II. KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
1. Siklus I..............................................................................................................................49
a. Perencanaan..................................................................................................................49
b. Tindakan........................................................................................................................50
c. Hasil Pengamatan........................................................................................................51
1) Hasil Pretest dan Posttest 51
2) Data Perhitungan N Gain 52
3) Lembar Kerja Siswa 53
d. Refleksi..........................................................................................................................55
e. Keputusan......................................................................................................................56
2. Siklus II................................................................................................................................57
a. Perencanaan.....................................................................................................................57
b. Tindakan...........................................................................................................................57
c. Hasil Pengamatan..........................................................................................................58
1) Hasil Pretest dan Posttest 58
2) Data Perhitungan N Gain 59
3) Lembar Kerja Siswa 60
d. Refleksi................................................................................................................................62
f. Keputusan.............................................................................................................................63
B. Analisis Data...........................................................................................................................63
A. Kesimpulan........................................................................................................................70
B. Saran.....................................................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................72
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat dicegah karena manusia
dengan potensi akalnya terus berfikir dan menghasilkan temuan-temuan yang
sesuai dengan masalah yang dihadapi dan kebutuhan pada waktu itu. Pada satu
sisi kita sangat bergembira dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dalam berbagai bidang kajian ilmu sehingga akan semakin
menambah arti hidup yang dijalani sementara disisi lain perkembangannya ilmu
yang tidak dilandasi oleh nilai-nilai positif dan moral akan berakibat terjadinya
penyalahgunaan sehingga akan merusak dan menghancurkan tatanan hidup yang
telah ada.
Lingkungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Hal tersebut disebabkan karena lingkungan memberi banyak manfaat
bagi manusia. Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan makhluk hidup (termasuk manusia dan perilakunya) yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Artinya pengelolaan lingkungan secara baik untuk
mendorong pembangunan berkelanjutan sangat penting. Namun, realitas yang
terjadi persentase pertumbuhan ekonomi hampir berbanding lurus dengan
kerusakan lingkungan sebagai akibat dari pembangunan, dan hal ini berlangsung
1
secara terus menerus .
Masalah lingkungan, bukan masalah yang baru, tetapi sudah ada sejak
manusia hidup di muka bumi ini. Keberadaan manusia di bumi merupakan faktor
penyebab terjadinya masalah terhadap lingkungan. Pertumbuhan hidup yang
1
Idris, Environmental Kuznets Curve: Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan
Kualitas Lingkungan di Indonesia, (Padang:Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang),hal. 4
besar pun mengakibatkan meningkatnya masalah terhadap lingkungan. Upaya
untuk mengantisipasi masalah lingkungan adalah dengan cara menanamkan
kepedulian lingkungan pada manusia di bumi.
Saat ini kondisi pengelolaan lingkungan belum lagi terwujud secara
memuaskan seperti yang diharapkan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan
bahwa penyebab berbagai gangguan terhadap lingkungan yang terjadi berakar dari
tabiat manusia, yakni sikap dan perilaku manusia yang tidak mempedulikan
kondisi saling ketergantungan antara manusia dan lingkungannya. Hal ini
menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan itu pada dasarnya merupakan
manifestasi dari permasalahan sosial dan lingkungan yang saling terkait dalam
kenyataan hidup sehari-hari.
Untuk mencapai kesadaran akan pentingnya lingkungan maka dibutuhkan
suatu pembaharuan pembelajaran antara lain pada strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran mengacu pada metode-metode yang digunakan para siswa untuk
belajar. Pada strategi pembelajaran terdapat teknik-teknik memperbaiki konsep
diri siswa agar lebih baik dalam belajar dan mampu membantu guru dalam
menghubungkan materi lingkungan yang diajarkan dengan realitas, sehingga
siswa diharapkan lebih peduli terhadap lingkungan di sekitarnya.
Pendidikan yang ada di sekolah seringkali membuat kita kecewa, apalagi
bila dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Walaupun
seringkali kita mengetahui bahwa banyak siswa yang mungkin mampu
menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi
pada kenyatannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam
pengetahuan yang bersifat hapalan dan tanpa melibatkan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran tersebut. Sebagian besar dari siwa tidak mampu
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan
itu dapat mereka gunakan / manfaatkan.
Pendidikan IPA sebagai bagian dari pendidikan umumnya memiliki peran
penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan
peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir
kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang
diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi.
Namun pembelajaran IPA di SMP/MTs pada umumnya masih didominasi
oleh aktifitas guru. Kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan
dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang berpedoman pada buku paket saja.
Sehingga kegiatan pembelajaran kurang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berinteraksi dengan benda-benda konkrit dalam situasi yang nyata. Hal ini
mengakibatkan siswa tidak peduli terhadap apa yang terjadi di lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu seharusnya guru memberikan contoh konkrit dalam
setiap pembelajaran agar supaya siswa dapat tanggap dan peduli terhadap
lingkungan dimana siswa tersebut tinggal.
Pada pengamatan awal di MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup menunjukkan
kenyataan bahwa kondisi lingkungan yang berada di daerah penambangan bahan
baku semen mengalami berbagai pencemaran baik tanah, udara dan air tidak
diiringi oleh kepedulian para siswa terhadap masalah tersebut. Hal tersebut terlihat
dari tidak adanya perhatian dari para siswa terhadap masalah pencemaran
lingkungan yang terjadi di daerah sekitar tempat tinggalnya, bahkan siswa terlihat
tidak peduli terhadap masalah pencemaran yang terjadi dengan seolah-olah tidak
ada sesuatu yang terjadi.
Selain itu hasil pengamatan pada proses kegiatan belajar mengajar,
kegiatan tersebut hanya berjalan secara teoritis dan tidak terkait dengan
lingkungan nyata tempat siswa berada. Hasil pengamatan ketuntasan belajar siswa
hanya mencapai 60 %. Ketidaktuntasan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
banyak faktor, seperti fasilitas sekolah yang kurang memadai, pemilihan metode
pembelajaran yang kurang tepat, media pembelajaran kurang menarik dan tingkat
2
keaktifan siswa yang rendah .Kurangnya kepedulian masyarakat, sekolah serta
peran guru mengakibatkan hasil yang dicapai kurang maksimal.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya sebuah strategi
pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, yaitu suatu pendekatan
pembelajaran yang mampu mendidik siswa dengan pengalaman dan lingkungan
2
Daftar nilai, hasil wawancara terlampir
sekitar. Sehingga pembelajaran dapat dikontekskan ke dalam situasi dunia nyata
dan diharapkan hasil belajar pun dapat meningkat.
Pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru dan
siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional
tertentu. Pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi
pembelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian lainnya yang
berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari
3
konsep, prinsip, atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu.
Konsep belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses
pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif
membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan
data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola
sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi
4
pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Adanya kaitan
antara pelajaran baru yang diterima dengan pelajaran sebelumnya. Selain itu siswa
tidak selalu bergantung dari pembelajaran di kelas, karena siswa dapat mencari
pemahaman dari hasil interaksi dengan lingkungannya sendiri, bukan dari
penyampaian materi di kelas saja. Begitu pula pembelajaran yang bermakna
sangatlah penting.
Pendekatan pembelajaran konstruktivisme yang dapat mengaitkan
lingkungan dan pemahaman siswa adalah pendekatankontekstual. Penerapan
pembelajaran kontekstual ini diharapkan dapat mendorong minat, motivasi, dan
keaktifan siswa dalam proses KBM, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa secara optimal. Pendekatan kontekstual pada proses pendidikan yang
holistik bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran
yang dipelajarinya. Materi tersebut dikaitkan dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara
3
Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin Suartini,Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta,2009), h. 91
4
M. Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya,
(Jakarta:Rajawali Pers, 2009),hal. 55
fleksibel dapat diterapkan untuk ditransfer dari satu permasalahan ke
permasalahan lain.
Pembelajan kontekstual dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) diharapkan KBM menjadilebih efektif, karena siswa akan belajar
lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi secara berkelompok. CTL dapat
memudahkan siswa dalam menyerap materi pelajaran, serta siswa dapat
memantapkan pemahaman terhadap jumlah materi pelajaran. Oleh karena itu
perlunya dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di sekolah MTs Al
Khairiyah Tajur Citeureup dengan harapan hasil belajar dapat meningkat sesuai
dengan proses pembelajaran yang bermakna.
Dengan demikian penelitimelakukan penelitian dengan judul Penerapan
CTL Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa SMP/MTs Al Khairiyah
Tajur Citeureup Kelas VII Pada Konsep Pencemaran Lingkungan
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas beberapa
masalah dapat diidentifikasi antara lain:
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru.
2. Kurang mengembangkan proses belajar mengajar biologi serta kinerja
guru secara signifikan
3. Hasil belajar siswa yang belum optimal dimungkinkan berhubungan
dengan adanya pendekatan pembelajaran yang digunakan saat ini.
4. Ketuntasan belajar belum tercapai.
5. Tidak adanya kepedulian siswa terhadap masalah lingkungan sekitar,
C. Batasan masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), Refleksi (Reflection), dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment)
2. Hasil belajar yang dicapai siswa ditinjau dari aspek kognitif jenjang C1-C4
3. Penelitian ini diterapkan pada konsep pencemaran lingkungan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, maka rumusan masalah adalah, Bagaimanakah penerapan CTL dapat
meningkatkan hasil belajar Biologi siswa pada pada Materi Pencemaran
Lingkungan?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar biologi
dengan penerapan CTL pada konsep pencemaran lingkungan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan hasil penelitian ini dapat dispesifikasikan menjadi
dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini
diharapkan dapat:
1. Memberikan pijakan dalam memecahkan masalah belajar yang dialami
siswa SMP/MTs.
2. Menjadi bahan rujukan bagi penelitian berikutnya, terutama penelitian
atau kajian yang membahas masalah model pembelajaran khususnya
model CTL.
Sedangkan secara praktisnya, dapat:
1. Memberikan ruang kepada siswa untuk melakukan perubahan sekaligus
menilai kebiasaan mereka belajar di sekolah, dan
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk
memperbaiki metode pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
5
Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar & Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan.
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press,2006), hal.119
6
Ibid, hal 120
e. Merangsang siswa untuk bertanya dan berdialog dengan sesama siswa dan
guru.
f. Menciptakan proses inquiri siswa melalui kajian dan eksperimen.
g. Menghargai dan menerima eksplorasi pengetahuan siswa.
h. Memperhatikan ide dan permasalahan yang dimungkinkan oleh siswa dan
menggunakannya sebagai bagian dalam merancang pembelajaran.
i. Memperhatikan dan mengapresiasikan hasil kajian siswa terhadap suatu
masalah.
Prinsip-prinsip yang sering diambil dari konstruktivisme menurut Suparno,
7
antara lain :
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif,
b. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa,
c. Mengajar adalah membantu siswa belajar,
d. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir,
e. Kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan
f. Guru sebagai fasilitator.
7
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum
Tingkat satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta,Bumi Aksara,2010)hal. 75
Selanjutnya, pandangan filsafat konstruktivisme tentang hakikat pengetahuan
memengaruhi konsep tentang proses belajar, bahwa belajar bukanlah sekadar
menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.
Pengetahuan bukanlah hasil pemberian dari orang lain seperti guru, tetapi
proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari
pemberitahun tidak akan menjadi pengetahuan yang makna. Bagaimana proses
mengkonstruksi pengetahuan yang dilakukan oleh setiap subjek?
Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur
kognitif yang kemudian dinamakan skema. Skema terbentuk karena
8
pengalaman . Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu
terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa
model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut
pembelajaran kontekstual, penegetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan
dan dibangun sendiri oleh siswa. Pegetahuan yang diperoleh dari hasil
pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi penengetahuan yang bermakna.
Pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan tidak fungsional.
8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008), h. 257
9
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta:Prenada Media Group, 2008), hal. 116
(authentic assesment). Dengan pembelajaran CTL ini diharapkan dapat lebih
bermakna bagi siswa, dimana proses pembelajaran yang berlangsung alamiah
dalam bentuk kegiatan praktikum siswa, sehingga siswa mengalami sendiri bukan
tranfer pengetahuan dari guru. Sehingga dapat dinyatakan bahwa CTL sebuah
sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung.
Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh
10
yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah.
Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli, disini ditampilkan
lima pengertian yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda. Adapun
pengertian CTL adalah sebagai berikut:
Pertama, Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan suatu proses
pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut
dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan ( ditransfer )
dari satu permasalahan ke permasalahan lain.
Kedua, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
11
dalam kehidupan mereka.
Ketiga, Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang
diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
Keempat, Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
10
Elaine B. Johnson, PH.D., Contextual Teaching & Learning: Menjadikan kegiatan belajar-
mengajar.., Bandung: Mizan Learning Center (MLC), 2007, h. 65
11
Wina Sanjaya,op. cit., h. 255
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
12
sehari-hari. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa., sehingga strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Kelima, Nancy berpendapat bahwa CTL adalah metode dalam
pembelajaran yang mempunyai hubungan/kaitan terhadap kehidupan sehari-hari-
setiap isi topik nya pun mencoba menggambarkan bagaimana sesuatu itu berkaitan
dengan kehidupan siswa sehari-hari juga mencoba untuk bekerja berdasarkan
13
penelitian. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan
peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan
dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui
proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan
merasakan pentingnya belajar, dan akan memperoleh makna yang mendalam
terhadap apa yang dipejarinya. Dari beberapa pengertian, dapat disimpulkan
bahwa CTL dapat dikatakan sebagai sebuah strategi pembelajaran yang
menunjukan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan
diluar kelas, pembelajarn CTL menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti
bagi siswa dalam membangun pengetahuan dan mengkonstruksi pemahamannya
berdasarkan pengalamannya yang akan mereka terapkan dalam kehidupannya.
CTL menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari
siswa dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, serta berhubungan
dengan bagaimana cara belajar siswa.
Materi belajar akan semakin berarti jika siswa mempelajari materi
pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti
di dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti
dan menyenangkan. Siswa akan belajar keras untuk mencapai tujuan
pembelajaran, dan selanjutnya siswa akan memanfaatkan kembali pemahaman
pengetahuan dan kemampuannya itu dalam konteks di luar sekolah untuk
12
Iif Khoiru Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu.
Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher, 2011, h. 80
13
Catherine Teare Ketter and Jonathan Arnold, CTL: Case Study of Nancy a High School Science
Novice Teacher, (Universitas of Georgia: 2003), [online] http://www.coe.uga.edu/ctl/casestudy/BSmith.pdf , h.
10
menyelesaikan permasalahan dunia nyata, baik secara mandiri maupun secara
kelompok.
iii. Asas-Asas CTL
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas
ini melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan
14
pendekatan CTL, diantaranya yaitu:
1) Konstruktivisme
Konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses
belajar mengajar dan tujuan pembelajaran konstruktivis adalah sebagai berikut:
a) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar
pada pengetahuan awal.
b) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan
menerima pengetahuan
2) Menemukan (Inquiry)
Inkuiri artinya, proses pemebelajaran sidasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri
dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu:
a) Merumuskan masalah
b) Mengajukan hipotesis
c) Mengumpulkan data
d) Menguji hipotesis
e) Membuat kesimpulan
3) Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.Dalam
suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:
a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa untuk belajar
b) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
d) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.
14
Wina Sanjaya, op.cit., h. 118
e) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan
dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari
kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.
Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar
didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan
tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain.
5) Pemodelan (Modeling)
Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru
memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan
asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa
dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan
terjadinya verbalisme.
6) Refleksi (Reflection)
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir
proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merenung atau mengingat kembali apa ayang telah dipelajarinya, sehingga ia
dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.
Konsep pengetahuan baru siswa juga akan lebih bermakna jika seorang
guru memperhatikan berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki siswa, yaitu setiap
orang memiliki kesemua kecerdasan tersebut. Walau bagaimanapun, tahapan dan
kombinasi kecerdasan yang berbeda-beda diantara individu. Dari berbagai jenis
kecerdasan tersebut tidak hanya memberi informasi tentang apa yang dipelajari,
tetapi lebih penting lagi bagaimana mempelajarinya. Justru CTL dapat
membangkitkan potensi kecerdasan siswa dan pembelajaran akan lebih berkesan.
Dalam CTL, berbagai gaya pembelajaran dapat diterapkan, yaitu:
a) Pembelajaran secara konkrit seperti mengalami dan melakukan
percobaan, merasakan dan melihatnya.
b) Pembelajaran abstrak, yaitu: dengan melihat konsep yang
dipelajarinya, siswa memikirkan informasi yang mereka terima ketika
pembelajaran.
Dalam penerapan CTL juga diperlukan berbagai macam fasilitas,
diantaranya: berbagai lingkungan, daftar pelajaran, peraturan fisik dikelas, dan
anggaran.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Proses pembelajaran konvesional yang sering dilakukan guru pada saat ini,
biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat
evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat
diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam CTL,
keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan
kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab
itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti
hasil tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata.
Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan guru
untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar
belajar atau tidak;apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang
positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses
pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus- menerus selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Oleh sebab, tekanannya diarahkan kepada proses
15
belajar bukan hasil belajar.
15
Wina Sanjaya, op.cit., h. 268-269
hubungan yang bermakna antara ide abstrak dan aplikasi praktikal dalam konteks
nyata. Siswa akan memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa
sehingga dirasakan masuk akal dengan kerangka berpikir yang dimilikinya
(ingatan, pengalaman, dan tanggapan).
Dalam pelaksanaan kegiatan CTL di kelas, guru harus memperhatikan
langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini.
1) Guru memotivasi siswa
Sebelum proses pembelajaran dimulai guru memberikan stimulus dengan
memberikan pertanyaan mengenai materi yang dibahas atau yang dipelajari.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Siswa diajak untuk mempelajari sebuah materi ajar yang sesuai dengan standar
kompetensi.
3) Guru membagi kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa. Tiap
siswa ditugaskan untuk melakukan observasi. Melalui observasi siswa
ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di perpustakaan.
4) Melakukan percobaan
Untuk memperoleh pembelajaran yang bermakna, siswa diharapkan mampu
dan mengetahui penerapannya pada proses yang sebenarnya yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
5) Diskusi kelompok
Setiap kelompok mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan
pembagian tugas masing-masing.
6) Hasil diskusi dipresentasikan
Di dalam kelas semua siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai
dengan kelompoknya masing-masing. Kemudian siswa melaporkan hasil
diskusi.
7) Guru menerangkan konsep
Guru membantu menyampaikan materi sekitar masalah yang dipelajari yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa.
8) Menyimpulkan
Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar hasil
eksperimen yang dilakukan siswa sesuai dengan indikator hasil belajar yang
harus dicapai.
9) Penugasan
Guru menugaskan siswa untuk membuat laporan dari hasil diskusi dan
eksperimen yang merupakan hasil pengalaman dari proses pembelajaran
berlangsung.
Agar proses instruksional dapat dianggap sebagai CTL, guru harus
memperhatikan faktor-faktor berikut ketika menggunakan pendekatan CTL.
Konsep ini berdasarkan pada bagaimana siswa belajar, oleh Karena itu guru
harus:
1) Merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan para siswa.
Hubungan antara isi kurikulum dan metode yang digunakan untuk mengajar
para siswa harus didasarkan pada tingkatan tertentu, perkembangan sosial,
emosional, dan intelektual siswa. Dengan demikian yang harus menjadi
pertimbangan adalah unsurpara siswa, karakteristik individual, lingkungan
social dan budaya mereka.
2) Membentuk kelompok yang saling tergantung. Melalui kelompok yang kecil,
siswa belajar dari yang lain dan belajar bekerjasama, perputaran kualitas, dan
bentuk-bentuk kerjasama lainnya yang diperlukan orang dewasa di tempat
kerja dan dalam konteks yang lain dimana siswa diharapkan untuk berperan
aktif.
3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (diatur
sendiri). Para siswa harus memahami kekuatan dan kelemahan mereka, untuk
menetapkan target yang dicapai, dan untuk mengembangkan strategi untuk
mencapai target mereka. Ketika mereka mempelajari keterampilan ini mereka
akan memperoleh kepercayaan diri dan kompetisi. Melalui guru juga
menciptakan lingkungan dimana siswa merefleksikan bagaimana mereka
belajar, bagaimana mereka mengatasi pekerjaan sekolah, bagaimana mereka
mengatasi kesulitan mereka, dan bagaimana mereka dapat bekerja secara
harmonis dengan yang lain. Dengan pendekatan CTL yang membutuhkan
kerja kelompok., para siswa harus mampu memberikan kontribusi sehingga
kelompok mereka sukses.
4) Mempertimbangkan perbedaan para siswa. Para guru harus mengajar
berbagai siswa. Pertimbangan termasuk latar belakang suku dan ras siswa,
status social, ekonomi mereka, dan berbagai ketidak mampuan yang mereka
miliki.
5) Memperhatikan multi-intelgensi siswa. Dalam menggunakan pendekatan CTL,
maka cara siswa berpartisipasi di dalam kelas harus memperhatikan kebutuhan
delapan orientasi pembelajaran. Delapan orientasi pembelajaran yang melibatkan
faktor-faktor seperti bahasa, pendengaran atau penglihatan, musik, bilangan,
visualisasi, gerakan manusia, sosialisasi, dan kepemimpinan.
6) Menggunakan teknik pertanyaan yang meningkatkan pembelajaran siswa dan
perkembangan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Agar CTL mencapai tujuannya harus digunakan jenis dan tingkat pertanyaan
yang sesuai. Pertanyaan-pertanyaan harus disiapkan untuk menghasilkan
tingkat berpikir, respon, dan tindakan yang diharapkan dari siswa.
7) Menerapkan penilaian yang sebenarnya. Assessment adalah proses
pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan
belajar siswa. Penilaian sebenarnya mengevaluasi aplikasi penegatahuan
siswa dan pemikiran yang kompleks daripada menghafal daya ingat akan
informasi faktual.
Selain itu agar pembelajaran dapat dikatakan sebagai CTL Scott G. Paris
meninjau 12 prinsip pembelajaran mandiri dalam empat kategori umum yang
dapat digunakan oleh para guru di dalam kelas, yaitu: kategori menilai diri sendiri,
kategori mengatur diri sendiri, menolong siswa, memperoleh pemahaman, dan
16
membentuk identitas siswa sebagai pelajar.
16
Tim Penatar Undiksha, Menggunakan CTL dan Asesment Otentik dalam Rangka Implementasi
KTSP di Sekolah Dasar.(Singaraja, 2007) disampaikan pada pelatihan para kepala sekolah dasar Kabupaten
Karangasem Dana DBEP, tanggal 29-31 Juli 2007. Hal 4
v. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran kontektual yang dikemukakan
oleh Center for
Occupational Research and Develoment (CORD) yang dikenal dengan REACT,
yaitu :
1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks dunia nyata.
2) Experiencing, belajar ditekankan pada penggalian (eksplorasi), penemuan
(discovery), dan penciptaan (invention)
3) Applying, belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks
pemanfaatannya.
4) Coopeerating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian
bersama, atau tugas kelompok.
5) Trasferring, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau
konteks baru.
18
Wina Sanjaya, op.cit., h. 116
(seperti pemecahan masalah penemuan, penilaian portofolio) dan ini sudah banyak
terkenal pada mata pelajaran pilihan, aan tetapi mereka lebih mempercayakan
kuliah, membuat catatan, menguji fakta dan isi buku, dan instruksi guru.
Beberapa strategi lain yang dapat diterapkan dalam CTL, diantaranya:
1) Menghubungkan kepada keterkaitan siswa
2) Membawa IPA ke dalam kurikulum
3) Memerankan pekerjaan sains ke dalam bentuk simulasi.
4) Menggunakan penilaian alternatif
19
Wina Sanjaya, op.cit., h.115
5) Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri;
sedangkan dalam pembeajaran konvensional, tujuan akhir adalah nilai
dan angka.
6) Dalam CTL tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri;
sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tindakan atau prilaku
individu didasarkan oleh factor dari luardirinya, misalnya individu
tidakmelakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekadar untuk
memperoleh angka atau nilai dari guru.
7) Dalam CTL pengetahuan yang dimilii setiap individu selalu berkembang
sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu terjadi
perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya.
Dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak mungkin terjadi.
Kebenaran yang dimiliki bersifat absolute dan final, oleh karena
pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.
8) Dalam pembelajarn CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor
dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing; sedagkan
dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses
pembelajaran.
9) Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran biasa terjadi di mana saja dalam
konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan; sedangkan
dalam pembelajaran konvensional hanya terjadi di dalam kelas.
10) Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek
erkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran
diukur dengan cara misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa,
penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain sebagainya;
sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan
pembelajaran biasanya hanya diukur dengan tes.
20
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta Kencana Renada /media grup
2010) hal 114
21
Ibid
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pendekatan contextual Teaching and Learning (CTL) dengan menggunakan
pembelajaran berbasis inkuiri adalah pendekatan yang ditujukan untuk membantu
siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keahlian yang diperlukan
memunculkan masalah dan menemukan pemecahan masalah tersebut (konsep-
konsep, hukum-hukum, dan teori-teori baru) oleh siswa itu sendiri, sehingga siswa
menjadi penemu pemecahan masalah yang independen.
3. Hakikat Belajar
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hana mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yaitu
22
mengalami. Jadi belajar adalah suatu usaha atau perbuatan yang dilakukan
secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang
dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh
lainnya, demikian pula aspek kejiwaan seperti intelejensi, bakat, motivasi, minat
dan sebagainya.
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil
23
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Selain itu belajar diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil
24
interaksinya dengan lingkungan. Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama,
bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi
harus secara sadar.
Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila setelah melakukan
kegiatan belajar ia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan.
Misalnya, ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah,
22
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,(Jakarta:Bumi Aksara,2010)hal. 27
23
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,(Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995),hal. 92
24
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta), 2003, h., 2
keterampilannya meningkat, sikapnya semakin positif, dan sebagainya. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku tanpa usaha dan tanpa
disadari bukanlah belajar. Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha
untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar
sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Hal ini
berarti bahwa belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses
belajar dan hasil belajar yaitu pemerolehan pengetahuan baru.
Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses
25
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan,(Jakarta:Kencana,2010), h.107
26
Ibid., h.123
27
Ibid., h124
dengannya seseorang mengintegrasikan informasi (persepsi, konsep, dan
sebagainya) atau pengalaman baru ke dalam struktur kognitif (skemata) yang
sudah dimiliki seseorang. Akomodasi adalah proses restrukturisasi skemata yang
sudah ada sebagai akibat adanya informasi dan pengalaman baru yang tidak dapat
secara langsung diasimilasikan pada skemata tersebut. Hal itu, dikarenakan
informasi baru tersebut agak berbeda atau sama sekali tidak cocok dengan
skemata yang telah ada. Jika informasi baru, betul-betul tidak cocok
dengan skemata yang lama, maka akan dibentuk skemata baru yang cocok dengan
informasi itu. Sebaliknya, apabila informasi baru itu hanya kurang sesuai dengan
skemta yang telah ada, maka skemata yang lama itu akan
direstrukturisasi sehingga cocok dengan informasi baru itu.
Dengan kalimat lain, pandangan Piaget di atas dapat dijelaskan
bahwa apabila suatu informasi (pengetahuan) baru dikenalkan kepada seseorang
dan pengetahuan itu cocok dengan skema/skemata(struktur kognitif)
yang telah dimilikinya maka pengetahuan itu akan diadaptasi melalui proses
asimilasi dan terbentuklah pengetahuan baru. Sedangkan apabila pengetahuan
baru yang dikenalkan itu tidak cocok dengan struktur kognitif yang sudah ada
maka akan terjadi disequilibrium, kemudian struktur kognitif tersebut
direstrukturisasi kembali agar dapat disesuaikan dengan pengetahuan baru atau
terjadi equilibrium sehingga pengetahuan baru itu dapat diakomodasi dan
selanjutnya diasimilasikan menjadi pengetahuan skemata baru.
Dengan demikian, asimilasi dan akomodasi merupakan dua aspek penting
dari proses yang sama yaitu pembentukan pengetahuan. Kedua proses itu
merupakan aktivitas secara mental yang hakikatnya adalah proses interaksi antara
pikiran dan realita. Seseorang menstruktur hal-hal yang ada dalam
pikirannya, namun bergantung pada realita yang dihadapinya. Jadi adanya
informasi dan pengalaman baru sebagai realita mengakibatkan terjadinya
rekonstruksi pengetahuan yang lama yang disebut proses asimilasi-akomodasi
sehingga terbentuk pengetahuan baru sebagai skemata dalam pikiran seseorang.
Pengikut aliran konstruktivisme personal yang lain adalah Bruner. Meskipun
Bruner mengklaim bahwa ia bukan pengikut Piaget tetapi teori-teori
belajarnya sangat relevan dengan tahap-tahap perkembangan berpikir seperti
yang dikemukakan Piaget. Salah satu teori belajar Bruner yang
28
BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar
Dan Menengah,(Jakarta:2006)., h. 378
29
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung:Rosda:2009), h.12
30
Ibid 26
perolehan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Pemerolehan ini termasuk
suatu cara baru melakukan sesuatu dan cara mengatasi masalah pada situasi baru.
Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu
yang terjadi di diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan
kognitif yang kemudian berpengaruh pada perilaku.Dengan demikian perilaku
seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan terhadap sesuatu yang dipelajari
yang kemudian dapat diketahui melalui tes, dan pada akhirnya muncul hasil
belajar dalam bentuk nilai riel atau non riel.
PENGETAHUAN
BELAJAR TES HASIL
BELAJAR
PERILAKU
NILAI
5. Pencemaran Lingkungan
Salah satu dampak dari adanya peningkatan jumlah populasi manusia
adalah munculnya masalah lingkungan, yaitu pencemaran. Ada beberapa jenis
pencemaran yang dapat terjadi di lingkungan kita, di antaranya pencemaran udara,
air dan tanah. Mari kita pelajari bersama.
a. Pencemaran udara
Apakah kegunaan udara? Udara berperan penting dalam kehidupan.
Oksigen digunakan untuk bernapas, karbondioksida digunakan untuk fotosintesis.
Lapisan ozon berfungsi menahan sinar ultraviolet. Komposisi udara bersih normal
33
M. Sukardi,Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya,(Yogyakarta:Bumi Aksara,2008).,h.5
di atmosfer kita adalah Nitrogen (78.09%), oksigen (21,95%), argon (0,93%) dan
karbondioksida (0,031%). Menurut Peraturan Pemerintah no.41 tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara didefinisikan sebagai
masuknya atau dimasukkan zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam udara
normal oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara normal turun (kadarnya
berubah) sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara tidak dapat
memenuhi fungsinya.
Apabila susunan udara di atas mengalami perubahan dari keadaan normal
maka udara tersebut sudah tercemar. Pencemaran ini disebabkan oleh asap
buangan, misalnya gas CO2, CO hasil pembakaran, debu, SO2, senyawa
hidrokarbon (CH4, C4H10), asap rokok dan sebagainya. Zat-zat pencemar udara
tersebut pada dasarnya masih belum membahayakan jika belum melebihi ambang
batasnya. Ambang batas adalah ukuran batas atau kadar zat, atau komponen yang
ada atau yang seharusnya ada dari unsur pencemaran yang dapat ditolerir/masih
belum membahayakan keberadaannya dalam kadar udara normal. Nilai ambang
batas beberapa zat pencemar di udara dalam satuan part per million (ppm) dalam
waktu 24 jam adalah NO2 (0,05), SO2 (0,10), dan CO (20). Kualitas udara sangat
tergantung pada iklim. Oleh karenanya, pencemaran udara dapat menyebabkan
perubahan iklim yang tidak baik. Dampak yang ditimbulkan antara lain terjadinya
hujan asam, kerusakan lapisan ozon dan berkurangnya jarak pandang karena kabut
asap.
b. Pencemaran air
Lihatlah sungai atau perairan di sekitarmu? Bagaimanakah kondisinya?
Masih bersih atau sudah kotorkah? Mengapa perairan itu menjadi kotor?
Darimanakah sumber pencemar itu? Sumber pencemaran air di antaranya limbah
pestisida pertanian, limbah rumah tangga misalnya detergen, limbah industri dan
sebagainya. Indikator dasar yang menunjukkan air lingkungan telah tercemar
adalah perubahan fisik, perubahan kimia dan perubahan biologis. Perubahan fisik
meliputi warna, bau, rasa, suhu, endapan, koloid, bahan-bahan terlarut. Perubahan
kimia meliputi keasaman, kandungan oksigen, kebutuhan oksigen, kandungan zat-
zat kimia berbahaya. Perubahan biologis meliputi adanya mikroorganisme
indicator seperti populasi bakteri Escheria coli, dan mikroorganisme patogen. Air
yang belum tercemar tidak berwarna, berbau, berasa, oksigen terlarutnya (DO:
Dissolved Oxygen) tinggi sedangkan kebutuhan oksigen (BOD: Biochemical
Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) rendah. Terjadinya
eutrofikasi (pertumbuhan yang berlebihan pada ganggang) karena kandungan
nitrat dan fosfat dan secara umum merusak ekosistem air.
c. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah organik dan an-
organik dari rumah tangga, pasar, industri, pertanian, peternakan. Pencemar tanah
umumnya adalah limbah padat yang berupa sampah nondegradable (tidak mudah
terurai) seperti plastik dan pecahan gelas. Tanah yang tercemar akan berkurang
kesuburannya hingga menurun fungsinya sebagai faktor produksi.
34
Berns,R.G.(2001).Contextual Teaching and Learning: Preparing Students for the New Economy.
The Highlight Zone.
keaktifan mahasiswa mencatat materi pokok yang diterangkan dosen, keaktifan
mahasiswa membaca buku agar memahami pelajaran yang akan dibahas
(construktivisme), keaktifan/keberanian dalam mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan,keaktifan mahasiswa mahasiswa menyatakan pendapat
tentang permasalahan yang sedang dipelajari, keaktifan setiap kelompok
menyimpulkan hasil diskusinya, keaktifan dan ketepatan dalam mengerjakan
tugas baik kelompok maupun individual, didalam ruang kelas atau di luar kelas
35
menunjukan grafik yang meningkat dari setiap siklus.
Anak Agung Oka dalam penelitianya yang berjudul Peningkatan Kualitas
Pembelajaran IPA di SMP Melalui Pembelajaran Kontekstual menyimpulkan
pertama, dengan pembelajaran Contexual Teaching and Learning (CTL) dalam
pembelajaran Sains kelas VII di SMP Negeri 4 Metro dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa. Kedua. dengan pembelajaran Contexual Teaching and
Learning (CTL) dalam pembelajaran Sains di SMP Negeri 4 Metro dapat
memperkuat daya ingat siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya. Hal
tersebut dari semakin tingginya kemampuan siswa mengingat materi yang
36
dipelajarinya yang semula hanya 1-3 hari menjadi 5 hari sampai dengan 15 hari.
Sudarman, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, FT Unnes dalam
penelitiannya Pola Peningkatan Kualitas Pembelajaran Lingkungan Hidup Siswa
Kelas XI IA SMA Negeri 9 Semarang Pada Pokok Bahasan Pencemaran
Lingkungan Melalui Pendekatan Kontekstual Berwawasan Sets 1 Menyimpulkan
bahwa, Dengan pendekatan kontekstual berwawasan SETS, minat dan hasil
belajar serta ketuntasan klasikal meningkat. Selain itu menjadikan siswa memiliki
wawasan yang lebih luas tentang keterkaitan SETS itu sendiri dan mendorong
37
siswa lebih aktif dan kreatif.
Hasil penelitian Kurniastuti Mahasiswa Pendidikan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang
35
Muh. Yusuf, Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Penerapan CTL,
Volume I, Nomor 19,2006,h. 149
36
Anak Agung Oka, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA di SMP Melalui Pembelajaran
Kontekstual,Bioedukasi Volume 2,Nomor 2,2011,h.90
37
Sudarman, Pola Peningkatan Kualitas Pembelajaran Lingkungan Hidup Siswa Kelas XI IA SMA
Negeri 9 Semarang Pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan Melalui Pendekatan Kontekstual
Berwawasan Sets 1, Lembaran Ilmu Kependidikan Jilid 36, No. 1, Juni 2007,h.59
menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL) pada pokok bahasan
ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri I Doro
Kabupaten Pekalongan Tahun pelajaran 2004/2005. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya peningkatan nilai rata-rata dari 69,12 dengan ketuntasan belajar 62,50 %
menjadi 85,91 dengan ketuntasan belajar 92,50 %. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada pokok bahasan ekosistem
38
dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Titik Nuraniyah dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan
model pembelajaran Contekstual Teaching and Learning dalam pembelajaran
struktur daun dan fungsinya pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Candimulyo Tahun
pelajaran 2007/2008 dapat meningkatkan prestasi belajar sains siswa. Terbukti
dari nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 50.2, siklus 1:65.7, dan siklus 2: 78.2,
sedangkan ketuntasan belajar dari kondisi awal 25%, siklus 1: 70%, dan siklus
39
2:95%.
Nurdin dalam penelitian yang berjudul Implementasi Pendekatan CTL
dalam Meningkatkam Hasil Belajar, mengatakan bahwa pada pembejaran
kontekstual siswa tidak harus menghafal fakta-fakta yang hasilnya tidak tahan
lama, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa untuk mengkonstruksikan
40
pengetahuan mereka melalui keaktifan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesisdan pembahasan hasil
penelitiandapat dikemukakan beberapa kesimpulanterkait dengan proses
pembelajaranmembaca pemahaman bahasaIndonesia SD kelas IV, yaitu: 1)
terdapat perbedaan hasil belajar membaca pemahaman siswa kelompok
eksperimen yang diajar melalui pendekatan CTL dengan siswa kelompok control
yang diajar melalui pendekatan konvensional;2) terdapat perbedaan hasil belajar
membaca pemahaman siswa bermotivasi tinggi yang diajar melalui pendekatan
38
Kurniastuti, Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem Melalui Pendekatan
Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Pada Siswa Kelas Vii Semester Genap SMP Negeri
I Doro Kabupaten Pekalongan TP. 2004/2005,Skripsi,2006
39
Titik Nuraniyah, Peningkatan Prestasi Belajar Sains melalui Model Pembelajaran Contextual
dalam Pembelajaran Struktur Daun dan Fungsinya Siswa kelas IV SD Negeri 3 Candimulyo Tahun Pelajaran
2007/2008, Volume 5, No 4, 2008,h.31
40
Nurdin, Implementasi Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar,Vol IX, No 1,2009
CTL dengan siswa bermotivasi tinggi yang diajar melalui pendekatan
konvensional; 3) terdapat perbedaan hasil belajar membaca pemahaman siswa
bermotivasi rendah yang diajar melalui pendekatan CTL dengan siswa bermotivasi
rendah yang diajar melalui pendekatan konvensional; 4)pendekatan CTL terbukti
lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan konvensional terhadap hasil belajar
membaca pemahaman siswa; 5) tidak terdapat interaksi antara pendekatan
pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar membaca
41
pemahaman
Herliyana Isnaeni menjelaskan berdasarkan identifikasi hasilnya adalah
rendahnya keaktifan siswa yang ditandai dengan kurangnya keterlibatan dalam
belajar sehingga pembelajaran kurang kondusif dan berdampak pada rendahnya
prestasi belajar siswa. Kondisi ini menurut siswa dikarenakan metode dan suasana
belajar membosankan sehingga siswa kurang semangat dan sulit memahami
materi pelajaran. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran terhambat.
Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan baik pada kognitif (hard skill)
dan afektifnya (soft skill). Pada (pretest dan posttest) dari rata-rata siswa 58.75
meningkat menjadi 80.42 (jumlah ketuntasan siswa naikdari 8 menjadi 30 siswa).
Dari hasil tugas 21 siswa yang tidak tuntas menurun drastis menjadi 3 siswa.Siswa
yang kurang aktif 41.7 % (siklus 1), 19.4 % (siklus 2) dan 0 % (siklus 3) berubah
menjadi sangataktif (50 %), aktif (30.6 %) dan 19.4 % cukup aktif. Kemudian
sebanyak 88.89 % siswa menunjukkanketerampilan menjelaskan yang baik
sedangkan 11,11 % masih kurang memiliki keterampilan menjelaskanyang baik.
Secara keseluruhan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keaktifan
danmengembangkan keterampilan menjelaskan siswa yang berdampak pula pada
42
peningkatan prestasibelajarnya..
41
Noor Alfu Laila,Pengaruh Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap Hasil
Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD, Cakrawala Pendidikan, November
2009, Th. XXVIII, No. 3
42
Herliyana Isnaeni,Penerapan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Untuk Meningkatkan Keaktifan
Dan Mengembangkan Keterampilan Menjelaskan Siswa,skripsi, 2010.
Redno Kartikasari menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa penerapan
pendekatan Contextual Teaching And Learning dengan metode eksperimen dapat
43
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
Wais dalam Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pembelajaran
44
Sains-Fisika SMP, merumuskan simpulan sebagai berikut.
1) Perangkat pembelajaran kontekstual memiliki ciri khusus, yaitu
menyediakan berbagai fitur sehingga konten dalam perangkat dapat
dikaitkan dengan kehidupan nyata, serta memberikan berbagai pilihan
aktivitas sehingga siwa dengan berbagai gaya belajar dan tingkat
kemampuan dapat melakukan hands-on activities dan minds-on activities
sesuai dengan lingkungan belajarnya.
2) Berdasar respon dari pakar, guru, dan siswa, perangkat pembelajaran yang
telah dikembangkan: menekankan pada penerapan-penerapan ke dunia
nyata, memperhatikan keragaman kemampuan dan gaya belajar siswa,
mengembangkan berfikir tingkat tinggi, memperhatikan pengetahuan awal
siswa, mendukung terwujudnya suasana belajar yang demokratis dan
interaktif, memberikan kemudahan kepada guru dalam mewujudkan
pembelajaran yang berbasis aktivitas, dan menjadikan sebagian besar
siswa senang belajar fisika.
3) Dengan menerapkan pembelajaran kontekstual, pembelajaran menjadi
berpusat kepada siswa. Sebagian besar waktu pembelajaran digunakan
oleh siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui berbagai
kegiatan, antara lain: praktikum, diskusi, presentasi, mengerjakan LKS
atau tugas-tugas lain, membaca untuk menemukan konsep atau kalimat-
kalimat kunci. Peran guru dalam bentuk pembimbingan tetap dibutuhkan
selama kegiatan-kegiatan tersebut, tetapi lebih bersifat fasilitator bukan
decision maker.
43
Redno Kartikasari, Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning)
dengan metode Eksperimen untuk meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VIII C SMP Negeri
14 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011, Jurnal Skripsi,2011
44
Wais,Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pembelajaran Sains-Fisika SMP,
Cakrawala Pendidikan, Februari 2006,Th XXV,No. 1
4) Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dapat membantu siswa
mencapai ketuntasan belajar.
C. Kerangka Berpikir
Pada dasarnya pelajaran IPA (Biologi) adalah mata pelajaran yang
menuntun siswa ke arah kesadaran kritis tentang bagaimana asal usul dan
pola serta tata cara mempertahankan lingkungan alam dengan mahluk yang ada di
dalamnya. Biologi dengan demikian bukan hanya sekadar konsep yang
menjabarkan pengertian-pengertian dan merinci karakteristik hewan, tumbuhan
dan manusia. Akan tetapi biologi dengan kedalaman materi yang dikandungnya
memiliki makna tersendiri atas kesadaran berpikir manusia bahwa manusia
hanyalah bagian kecil dari mahluk ciptaan Tuhan.
Para siswa SMP/MTs di Tajur Citeureup pada umumnya sudah memiliki
pemahaman tentang pencemaran lingkungan, dan konsep-konsep dasar biologi.
Para siswa dengan pemahaman agamanya telah mampu mengintegrasikan antara
ajaran agama dengan teori-teori biologi.
Namun pemahaman tersebut kurang diperhatikan oleh para guru IPA
(biologi). Kebanyakan dari mereka hanya mengajarkan apa yang dikatakan dalam
buku teks tanpa mengkaitkannya dengan pemahaman awal siswa atau dengan
pengalaman dan pengetahuan yang sudah ada. Hal ini menyebabkan pembelajaran
biologi hanya sebagai kumpulan teori dan cerita-cerita masa lalu
yang harus dihafal oleh siswa, dan sudah barang tentu apa yang mereka pelajari
berorientasi kepada kemampuan menjawab soal-soal ujian. Artinya, guru-guru
biologi masih berkutat pada apa yang dikatakan sebagai pencetak manusia-
manusia yang hanya tahu teori namun tidak tanggap terhadap fakta dan kenyataan
yang berkembang dalam kehidupan masyarakatnya serta keberlangsungan hidup
mereka dengan mahluk lain di alam ini.
Banyak siswa yang nilai biologinya mencapai predikat istimewa,
namun hampir tidak satupun dari mereka yang mampu menjawab permasalahan
riil yang terjadi di depan mata kepala mereka. Para siswa tidak mampu
menganalisis ataupun melakukan sintesa terhadap persoalan-persoalan
kehidupan yang sekarang ini tengah berlangsung. Akhirnya, ilmu biologi hanyalah
sekadar ilmu hafalan yang kosong atau gersang tanpa makna.
Melihat kenyataan ini, para ahli pendidikan berupaya mencari dan
merumuskan kembali tentang tujuan, model, dan strategi pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah-sekolah modern. Salah satu model yang dimaksud adalah
CTL yang menekankan kemampuan peserta didik untuk mengkonstruksi dan
melakukan rekonstruksi terhadap pengetahuan serta pengalaman yang mereka
miliki dalam belajarnya. Model ini mengarahkan siswa untuk memiliki kepekaan
terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
CTL memberikan ruang gerak kepada siswa untuk menyelami setiap
persoalan yang mereka hadapi, baik secara perorangan maupun kelompok serta
memberikan alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang mereka hadapi.
Proses CTL ini diawali dari pencermatan terhadap masalah, mengidentifikasi
masalah, merumuskan masalahnya, dan membuat dugan-dugaan sementara
terhadap masalah lalu kemudian membuat kesimpulan berdasarkan fakta-fakta
yang ditemukan di lapangan. Proses ini sangat erat kaitannya dengan kerja ilmiah
yang dilakukan oleh para ahli yang sedang melakukan kajian-kajian ilmiah di
sebuah laboratorium maupun lapangan penelitian.
Proses pembelajaran semacam ini, tidak dijumpai dalam pembelajaran
langsung (konvensional), di mana peserta didik hanya dituntut untuk
mendengarkan, menghafal isi bacaan tanpa mampu membandingkannya dengan
pengetahuan awal maupun pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh peserta
didik. Permasalahan inilah yang kemudian menjadi fokus tersendiri dalam
penelitian ini. Yakni, melihat apakah hasil CTL yang diyakini mampu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa ini lebih baik daripada
pembelajaran yang dilaksanakan dengan pola-pola lama (pembelajaran
konvensional). Apabila digambarkan ke dalam sebuah bagan, maka kerangka
berpikir yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini mengikuti alur sebagai
berikut:
PROSES BELAJAR
PROSES BELAJAR HASIL BELAJAR
DENGAN CTL
LINGKUNGAN
PEMBELAJARAN
BERMAKNA
METODOLOGI PENELITIAN
45
Mubiar Agustin, Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas &
Sekolah. Bandung: Rizqi Press,2009, hal.68
Perencanaan
Pengamatan
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Hasil pengamatan observer
b. Hasil tes evaluasi tertulis siswa kelas VII semester II
r N XY ( X )( Y )
xy
2
{N X ( X )2 }{N Y 2 ( Y )2 }
46
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara,2009) , h.72
Keterangan:
N: banyaknya peserta tes
X: skor butir soal
Y: skor total
rx y : koefisien korelasi antara variabel X dan Y
Keterangan :
P = Tingkat kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab
benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata
proporsi. Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah
47
Ibid h. 208
48
Ibid. h. 213-214
Keterangan:
D = Daya pembeda soal
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
benar JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = Bnyaknya peserta kelompok bawah
B A
PA = JA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B B
PB = JB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
0,00 D 0,20 : Jelek
0,21 D 0,40 : Cukup
0,41 D 0,70 : Baik
0,71 D 1,00 : Baik Sekali
D : negatif, semuanya tidak baik, jika semua butir soal yang mempunyai nilai
D negatif sebaiknya dibuang.
4. Reliabilitas
Reliabilitas adalah keajegan atau ketetapan. Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil
yang tetap.
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya juga. Mencari reliabilitas instrument dengan
49
menggunakan rumus KR-20:
Keterangan:
49
Ibid.h.101
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal
p = proporsi siswa yang menjawab betul pada butir
q = proporsi siswa yang menjawab salah pada butir (1-p)
Vt = varians total
5. Uji N Gain
Untuk mengetahui peningkatan skor pre test dan posttest menggunakan
50
rumus Normalized Gain.
N gain =
Kategori :
N gain tinggi : nilai > 0,70
N gain sedang : nilai 0,70 > gain > 0,30
N gain rendah : nilai < 0,30
3. Pengamatan
Pengamatan atau observasi terhadap penerapan CTL dilakukan pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan
b. Membahas hasil evaluasi mengenai RPP, skenario, dan lain-lain
c. Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada hasil evaluasi,
dandigunakan untuk tahap berikutnya.
5. Keputusan
Kesimpulan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini apakah akan
dilanjutkan ke siklus selanjutnya atau cukup pada siklus tertentu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
51
Lukman Hakim, Perencanaan Pembelajaran,Bandung:CV Wacana Prima,2011,hal .57
itu lingkungan sekolah berada di dekat daerah penambangan bahan baku semen
Tiga Roda yaitu PT.Indocement Tunggal Prakarsa.
Setelah didiskusikan dengan guru yang bersangkutan, maka diputuskan
konsep yang dianggap perlu dikembangkan yaitu konsep pencemaran lingkungan.
Konsep pencemaran lingkungan diambil karena melihat kondisi lingkungan yang
berada di daerah penambangan bahan baku semen yang mengalami berbagai
pencemaran baik tanah, udara dan air tidak diiringi oleh kepedulian para siswa
terhadap masalah tersebut. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya perhatian dari
para siswa terhadap masalah pencemaran lingkungan yang terjadi di daerah sekitar
tempat tinggalnya, bahkan siswa terlihat tidak peduli terhadap masalah
pencemaran yang terjadi dengan seolah-olah tidak ada sesuatu yang terjadi.
Selanjutnya peneliti berdiskusi dengan guru mata pelajaran dalam pembuatan RPP
yang disusun berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP).
Konsep yang diajarkan pada siklus I terdiri dari sub konsep Penebangan
Hutan pada pertemuan pertama dan pencemaran udara pada pertemuan kedua.
Konsep-konsep ini disampaikan dengan bantuan LKS, dimana LKS dikerjakan
secara berkelompok. Kelompok pada siklus I dibentuk dengan cara pembagian
secara acak tanpa memperhatikan kemampuan dari setiap individu, dengan
harapan kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama dengan baik tanpa adanya
saling mengandalkan.
b. Tindakan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran
52
berlangsung , dapat diketahui bahwa pembagian kelompok dilakukan secara acak
dan merata, setiap kelompok terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan tanpa
melihat kemampuan siswa. Setiap kelompok meletakan nama kelompok di atas
meja kelompok. Beberapa siswa tidak mau berkumpul dengan kelompok yang
sudah ditetapkan oleh guru. Siswa tersebut hanya menginginkan satu kelompok
dengan teman yang mereka kehendaki, selain itu masih banyak siswa yang
bercanda pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa belum mengetahui model
52
Lampiran
pembelajaran CTL dan belum pernah mengalami pembelajaran dengan model
tersebut. Siswa belum terbiasa menggunakan model pembelajaran CTL sehingga
saat pertama kali pembelajaran berlangsung suasana belajar pun masih terlihat
rancu.
Pelaksanaan model pembelajaran CTL dengan menggunakan LKS
diterapkan pada pertemuan pertama di siklus I. Siswa kurang kondusif dan masih
malas-malasan dalam mengerjakan LKS. Proses berpikir besama dalam
mengerjakan LKS masih kurang maksimal, hanya beberapa siswa yang
mendominasi dalam kelompok. Dalam pertemuan ini, tanggung jawab individu
masih kurang. Selain itu, terjadi kesalahan dalam mengerjakan LKS dikarenakan
siswa tidak memperhatikan petunjuk yang guru sampaikan.
Penguatan materi diberikan saat siswa bertanya tentang konsep yang
belum dipahami. Kemudian guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan
tentang konsep-konsep yang perlu dihapal. Beberapa siswa yang aktif, membuat
catatan tentang konsep-konsep yang paling penting dan siswa lainnya tidak
memperhatikan kesimpulan apalagi mencatat.
c. Hasil Pengamatan
1) Hasil Pretest dan Posttest
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian tes kemampuan awal
(pretest) siswa diperoleh nilai terendah 15 dari range 1 sampai 100 dan nilai
tertinggi 70 dengan rata-rata kelas sebesar 42,56 dan simpangan baku sebesar
13,08. Pada tes kemampuan akhir siklus I diperoleh peningkatan dengan nilai
terendah siswa yaitu 60 dan nilai tertinggi sebesar 85. Rata-rata kelas mencapai
74,92 dengan simpangan baku sebesar 6,32.
Data peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dapat ketahui dari hasil
belajar siswa setelah mengalami pembelajaran dengan CTL pada aspek kognitif
adalah berupa tes obyektif multiple choice (pilihan ganda) diperoleh hasil-hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Nilai Pretes dan Postes Siklus Pertama
Data Statistik Pretes Postes
Nilai Terendah 15 60
Nilai Tertinggi 70 85
Mean 40,14 71,39
Median 42,5 75
Modus 45 75
Simpangan Baku 13,08 7,58
Jumlah Sampel 36 36
Dari data pada tabel 4.5 diketahui nilai rata-rata pretest yang diperoleh
siswa adalah 40,14, dengan persentase siswa yang mencapai KKM hanya 2,78%
yang artinya hanya 1 orang dari 36 orang yang dinyatakan tuntas. Selain itu
terlihat juga nilai rata-rata posttest yaitu 71,39, dengn prosentase siswa yang
dinyatakan tuntas sebesar 63,89%, yang berarti ada peningkatan jumlah siswa
yang dianggap telah tuntas yaitu sebanyak 23 orang.
d. Refleksi
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL pada
konsep pencemaran lingkungan khususnya pada materi perusakan hutan dan
pencemaran udara pada dasarnya mampu melibatkan siswa ke dalam proses
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Siswa bisa saling berukar ide dan
pikiran dalam proses berpikir bersama tanpa mengandalkan kemampuan siswa
yang pandai saja. Oleh karena itu tanggung jawab tiap individu dalam kelompok
seharusnya dioptimalkan. Namun, Berdasarkan pengamatan pada proses
pembelajaran pada siklus I ini masih ditemukan beberapa temuan yaitu:
1) Rata-rata hasil posttest pada siklus I telah di atas KKM yaitu 71,39.
2) Nilai N-gain kelas pada siklus I adalah 0,52 dengan kategori sedang
3) Tingkat ketuntasan atau persentase keberhasilan klasikal pada siklus I
sebanyak 63,89%.
4) Rata-rata perolehan nilai hasil penyelesaian lembar kerja siswa pada
pertemuan pertama adalah 59,29 dan pada pertemuan kedua adalah 67,14.
Meskipun terjadi peningkatan, namun hasil pengerjaan LKS dari pertemuan
pertama dan kedua masih dalam nilai rendah.
5) Kelompok yang dibentuk berdasarkan hasil pengocokan secara acak tanpa
memperhatikan kemampuan tiap individu ternyata berjalan kurang efektif,
selain itu banyak siswa yang memprotes hasil pembagian kelompok tersebut
dengan alasan bahwa mereka tidak nyaman dengan teman yang ada pada
kelompok mereka tersebut. Mereka menginginkan berkelompok dengan
teman yang mereka kehendaki. Selain itu ditemukan beberapa siswa yang
masih bercanda saat pembelajaran berlangsung.
6) Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran CTL sehingga pada saat
penerapannya siswa masih beradaptasi.
7) Beberapa siswa tidak menghiraukan kesimpulan dari pembelajaran dan tidak
mencatat konsep-konsep yang dianggap penting dari materi yang telah
dipelajari.
Refleksi dari proses pembelajaran yang telah dijelaskan tersebut, mengacu
pada tahapan pembelajaran dengan melihat temuan pada hasil lembar kerja siswa,
kegiatan diskusi kelompok dan hasil tes yang didapat oleh siswa, sehingga
diharapkan dapat memberikan perbaikan pada proses pembelajaran berikutnya.
e. Keputusan
Berdasarkan data-data temuan maka dapat disimpulkan bahwa, siswa
belum terbiasa dengan pembelajaran CTL, perolehan nilai dari hasil belajar ada
peningkatan keberhasilan, N-gain kelas dalam kategori sedang, hasil pengerjaan
LKS siklus I masih dalam nilai rendah. Indikator utama yang ditetapkan oleh
peneliti yaitu sebanyak 75% siswa memiliki nilai diatas KKM yaitu 70, tetapi
pada siklus I ini siswa yang mencapai keberhasilan hanya mencapai 63,89%.
Dengan demikian perlu dilakukan tindak lanjut proses pembelajaran untuk
memperbaiki hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk
melanjutkan penelitian tindakan kelas ini ke siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
b. Tindakan
53
Lampira
Siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran CTL, sehingga
pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik. Siswa pada siklus II lebih
antusias karena mereka ingin menampilkan hasil diskusi yang terbaik pada saat
persentasi di depan kelas. Pelaksanaan model pembelajaran CTL dengan
menggunakan LKS diterapkan pada pertemuan pertama dan kedua di siklus II.
Siswa memperhatikan arahan dan petunjuk yang disampaikan oleh guru,
kemudian sebelum mengerjakan LKS siswa memperhatikan petunjuk
mengerjakan LKS terlebih dahulu.
Proses berpikir besama dalam mengerjakan LKS pada siklus II berjalan
dengan kondusif tanpa saling mengandalkan. Mereka mengerjakan LKS bersama
kelompok dengan lebih tertib tanpa saling berebutan. Semua anggota kelompok
meneluarkan ide mereka masing-masing untuk didiskusikan bersama
kelompoknya tanpa mengandalkan siswa yang pandai saja, sehingga tanggung
jawab setiap individu sudah maksimal.
Penguatan materi dilakukan setelah semua kelompok mempresentasikan
hasil dari kerja kelompoknya di depan kelas. Di setiap akhir pertemuan siswa
bertanya tentang konsep yang belum dipahami. Kemudian guru dan siswa
bersama-sam membuat kesimpulan tentang konsep-konsep yang perlu dihafal.
Seluruh siswa memperhatikan kesimpulan pelajaran dan memtbuat catatan tentang
konsep-konsep yang paling penting.
c. Hasil Pengamatan
1) Hasil Pretest dan Posttest Siswa
Pada penelitian siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata pada test
kemampuan awal (pretest) dari pretest sebelumnya. Dari hasil penelitian nilai
terendah yang diperoleh pada pretest siklus II sebesar 25 dan tertinggi 75. Nilai
rata-rata kelas pada pretes awal yaitu 42,56 sedangkan pada pretest siklus II nilai
rata-rata kelas yaitu 48,61, dengan simpangan baku sebesar 13,91. Pada tes
kemampuan akhir siklus II dipeoleh peningkatan dengan nilai terendah yang
diperoleh siswa yaitu sebesar 55 dan nilai tertinggi sebesar 90. Rata-rata kelas
mencapai 78,28 dengan simpangan baku 7,99.
Untuk mengetahui nilai yang diperoleh siswa setelah mengalami
pembelajaran dengan CTL pada siklus II dapat dilihat pada tabel .
Tabel 4.6 Data Nilai Pretes dan Postes Siklus II
Data Statistik Pretes II Postes II
Nilai Terendah 25 55
Nilai Tertinggi 75 90
Mean 48,61 78,75
Median 47,5 80
Modus 50 80
Simpangan Baku 13,72 7,88
Jumlah Sampel 36 36
Berdasarkan data pada tabel di atas pada nilai pretes siklus II belajar siswa nilai
tertinggi 75 dan nilai terendah 25. Sedangkan pada nilai postes II nilai tertinggi 90
dan nilai terendah . Nilai rata-rata pada pretes siklus II 48,33 sedangkan pada
postes siklus II 78,28.
2) Data perhitungan N-gain
Tabel 4.7 N Gain Siklus II
SIKLUS II
Katagori Frekuensi Persentase
Rendah -
Sedang 83,33 %
Tinggi 16,67 %
N-gain kelas 0,59
Dari data pada tabel 4.12 diketahui nilai rata-rata pretest pada siklus II
yang diperoleh siswa adalah 48,33, dengan prosentase siswa yang mencapai KKM
hanya 11,11% yang artinya hanya 4 orang dari 36 orang yang dinyatakan tuntas.
Selain itu terlihat juga nilai rata-rata posttest yaitu 78,28, dengn prosentase siswa
yang dinyatakan tuntas sebesar 97,22 %, yang berarti ada peningkatan jumlah
siswa yang dianggap telah tuntas yaitu sebanyak 35 orang.
e. Keputusan
B. Pembahasan
54
Titik Nuraniyah, Peningkatan Prestasi Belajar Sains melalui Model Pembelajaran Contextual
dalam Pembelajaran Struktur Daun dan Fungsinya Siswa kelas IV SD Negeri 3 Candimulyo Tahun Pelajaran
2007/2008, Volume 5, No 4, 2008,h.31
Guru memberikan apersepsi dan motivasi dengan bertanya kepada siswa
Mengapa kebanyakan sungai di kota besar airnya sangat kotor?(asas bertanya).
Guru memberi gambaran kepada siswa dengan mengajak siswa untuk melakukan
pengamatan terhadap seekor ikan yang di masukan kedalam sebuah toples yang
berisi air sabun dan air bersih (asas permodelan). Guru memerintahkan siswa
duduk dalam kelompok (asas masyarakat belajar). Guru memberikan LKS 3,
tentang pencemaran air (asas konstruktivisme). Guru meminta siswa mencari
jenis bahan yang dapat mencemari air (asas inquiry). Guru meminta setiap
kelompok menjelaskan jawaban hasil diskusi tersebut. (asas refleksi). Guru
memberikan skor dari tiap jawaban kelompok (asas penilaian sebenarnya).
Hasil observasi (pengamatan) pada siklus kedua pertemuan pertama yaitu:
Pada siklus kedua pertemuan pertama suasana pembelajaran sudah mulai tertib,
siswa mengikuti pembelajaran dengan baik. Pada tahap diskusi kelompok berjalan
dengan baik dan seluruh siswa telah dapat mengerjakannya dengan baik. Pada saat
mengerjakan tugas kelompok seluruh siswa siswa berpartisipasi aktif dalam
melakukannya dan telah dapat membagi-bagi tugas pada kelompoknya. Pada saat
mempresentasikan hasil diskusi siswa terlihat lebih berani dalam
mempresentasikan hasil diskusi kelompok siswa.
Kegiatan pada pertemuan kedua adalah, memberikan apersepsi dan
motivasi dengan bertanya kepada siswa Apa yang akan terjadi jika tanah banyak
mengandung sampah yang tidak dapat terurai?(asas bertanya). Guru memberi
gambaran kepada siswa dengan memberikan (asas permodelan). Guru
memerintahkan siswa duduk dalam kelompok (asas masyarakat belajar). Guru
memberikan LKS 4, tentang pencemaran Tanah (asas konstruktivisme). Guru
meminta siswa mencari jenis bahan yang dapat mencemari tanah (asas inquiry).
Guru meminta setiap kelompok menjelaskan jawaban hasil diskusi tersebut (asas
refleksi). Guru memberikan skor dari tiap jawaban kelompok (asas penilaian
sebenarnya)
Sedangkan hasil observasi (pengamatan) pada pertemuan kedua yaitu
sebagai berikut: Pada siklus kedua pertemuan pertama suasana pembelajaran
tertib, siswa mengikuti pembelajaran dengan baik. Pada tahap diskusi, diskusi
berjalan dengan baik dan seluruh siswa telah dapat mengerjakan LKS dengan baik
dan sangat tepat. Pada saat mempresentasikan hasil diskusi dan pengamatan siswa
sudah terbiasa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sehingga
siswa berani dalam mempresentasikan hasil dari diskusi dan pengamatannya. Pada
akhir pertemuan dilakukan Posttest untuk melihat hasil belajar siswa. Berdasarkan
data yang diproleh terjadi peningkatan nilai rata-rata Posttest. Nilai rata-rata
Pretest sebesar 48,61 dan nilai rata-rata Posttest siswa sebesar 78,75. Berdasarkan
kategori N-gain diperoleh kategori sedang sebanyak 97,22 % siswa dan kategori
tinggi sebanyak 2,78 % siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa pembelajaran
dengan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek penguasaan
konsep. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata Posttest hasil
belajar siswa. Nilai rata-rata Pretest pada siklus pertama sebesar 40,14 dan nilai
rata-rata Posttest siswa meningkat sebesar 71,39. Sedangkan pada siklus kedua
nilai rata-rata Pretest sebesar 48,61 dan nilai rata-rata Posttest siswa meningkat
sebesar 78,75.
Berdasarkan kategori N-gain pada siklus perama semua siswa (100%)
memperoleh kategori sedang sebanyak 100% siswa. Sedangkan pada siklus kedua
kategori sedang sebanyak 83,33% siswa, dan siswa yang mengalami peningkatan
pemahaman dengan kategori tinggi sebanyak 16,67% siswa. Selain meningkatkan
hasil belajar pada penguasaan konsep, CTL juga meningkatkan kemampuan siswa
dalam menjelaskan suatu konsep yang mereka pelajari. Hal ini dikarenakan
dengan CTL sangat erat kaitannya dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Berdasarkan analisis data hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari
penelitian yang dilakukan dari siklus I hingga siklus II terjadi peningkatan
pemahaman konsep oleh siswa, terlihat dari peningkatan hasil belajar setelah
diberikan tindakan. Hal ini sejalan dengan Muh. Yusuf dalam penelitiannya yang
berjudul Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Penerapan
CTL, menunjukan data bahwa keaktifan mahasiswa mencatat kompetensi dasar
yang menjadi keharusan untuk dimiliki pada setiap pertemuan, keaktifan
mahasiswa mencatat indikator, keaktifan mahasiswa mencatat materi pokok yang
diterangkan dosen, keaktifan mahasiswa membaca buku agar memahami pelajaran
yang akan dibahas (construktivisme), keaktifan/keberanian dalam mengajukan
pertanyaan dan menjawab pertanyaan,keaktifan mahasiswa mahasiswa
menyatakan pendapat tentang permasalahan yang sedang dipelajari, keaktifan
setiap kelompok menyimpulkan hasil diskusinya, keaktifan dan ketepatan dalam
mengerjakan tugas baik kelompok maupun individual, didalam ruang kelas atau di
55
luar kelas menunjukan grafik yang meningkat dari setiap siklus.
Pada siklus I nilai rata-rata hanya mencapai 42,56 tidak satupun siswa
dinyatakan tuntas dalam pembelajaran. Setelah diberikan tindakan yaitu
pembelajaran dengan CTL dimana pada penelitian ini dibatasi pada konsep
pencemaran lingkungan, diperoleh peningkatan nilai rata-rata siswa pada posttest
sebesar 74,66. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelas mengalami
peningkatan yang signifikan. Setelah diberikan tindakan yaitu sebesar 48,33 pada
saat pretest dan sebesar 78,28 pada saat posttest. Nilai rata-rata posttest siklus II
juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai rata-rata posttest siklus I.
Seluruh siswa telah memperoleh nilai di atas KKM. Hal ini sesuai dengan apa
yang disimpulkan oleh Anak Agung Oka dalam penelitianya yang berjudul
Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA di SMP Melalui Pembelajaran
Kontekstual menyimpulkan pertama, dengan pembelajaran Contexual Teaching
and Learning (CTL) dalam pembelajaran Sains kelas VII di SMP Negeri 4 Metro
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Kedua. dengan pembelajaran
Contexual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Sains di SMP
Negeri 4 Metro dapat memperkuat daya ingat siswa terhadap materi pelajaran
yang dipelajarinya. Hal tersebut dari semakin tingginya kemampuan siswa
mengingat materi yang dipelajarinya yang semula hanya 1-3 hari menjadi 5 hari
56
sampai dengan 15 hari.
Pada siklus II ini, siswa yang dinyatakan mengalami pemahaman (tuntas)
pada konsep ini sebanyak 30 orang (83,33%). Dengan demikian kelas 7
55
Muh. Yusuf, Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Penerapan CTL,
Volume I, Nomor 19,2006,h. 149
56
Anak Agung Oka, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA di SMP Melalui Pembelajaran
Kontekstual,Bioedukasi Volume 2,Nomor 2,2011,h.90
dinyatakan mengalami pemahaman dan dinyatakan tuntas dalam pembelajaran
Konsep Pencemaran Lingkungan. Pada siklus II, penelitian dapat dikatakan
berhasil dengan adanya peningkatan pemahaman siswa dan ketuntasan belajar
kelas serta tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan model
Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada
siswa Kelas VII MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup. Hal ini dapat diketahui
dengan adanya peningkatan nilai hasil belajar IPA yang diperoleh pada saat
posttest dibandingkan dengan hasil pretes, yaitu Nilai rata-rata posttest pada siklus
I yaitu 71,39, dengan persentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 63,89% dan
peningkatan jumlah siswa yang dianggap telah tuntas yaitu sebanyak 23 orang.
Sedangkan nilai rata-rata posttest pada siklus II yaitu 78,28, dengan persentase
siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 97,22 %, dan peningkatan jumlah siswa
yang dianggap telah tuntas yaitu sebanyak 35 orang. Dengan demikian, nilai rata-
rata N-Gain pada siklus I dan II mengalami peningkatan dari 0,55 menjadi 0,59,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata N Gain siklus I dan
siklus II.
B. Saran
1. Dalam menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and
learning (CTL) hendaknya disediakan alokasi waktu yang cukup agar
diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan yang diharapkan.
2. Guru hendaknya dapat memperkenalkan berbagai metode atau model
pembelajaran kepada siswa agar tidak merasa jenuh pada penggunaan satu
metode atau satu model saja, dengan melibatkan siswa dalam
pembelajaran yang aktif sehingga kemampuan siswa dapat lebih digali dan
dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Mubiar, Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas & Sekolah.
Bandung: Rizqi Press.2009.
Ahmadi, Iif Khoiru, Amri Sofan, dan Elisah Titik. Strategi Pembelajaran Sekolah
Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2011.
Ketter, Catherine Teare and Jonathan Arnold. CTL: Case Study of Nancy a High
School Science Novice Teacher. Universitas of Georgia: 2003. [online]
http://www.coe.uga.edu/ctl/casestudy/BSmith.pdf.
Tim Penatar Undiksha. Menggunakan CTL dan Asesment Otentik dalam Rangka
Implementasi KTSP di Sekolah Dasar. Singaraja: 2007. disampaikan pada
pelatihan para kepala sekolah dasar Kabupaten Karangasem Dana DBEP,
tanggal 29-31 Juli 2007. Hal 4.
ekosistem.
Kompetensi Dasar : 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam
C. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Pembelajaran Kontekstual ( CTL )
Metode : Diskusi kelompok
Observasi
Diskusi Informasi
bersama
2. Gurumembimbing siswa untuk
kelompok.
mempelajari literatur bersama
kelompok.
Elaborasi : Siswamenjaw
ab
1. Guru memberikan LKS 1 tentang pertanyaan
yang sudah penebangan hutan dan hutan mereka
dapat dari LKS
gundul. (asas tersebu
konstruktivisme) t.
F. Penilaian
a. Penilaian meliputi tes tulis (Essay)
b. Tugas Rumah
Mengetahui, Citeureup,
ekosistem.
Kompetensi Dasar : 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam
C. Metode
Pembelajaran
Pendekatan : Pembelajaran Kontekstual ( CTL )
Metode : Diskusi kelompok
Observasi
Diskusi Informasi
1. Guru memerintahk
an
sisw duduk dalam Siswa
a
kelompok (asas membentuk
masyarakat belajar)
kelompok
diskusi.
3. Guru
membimbing
siswa untuk
mempelajari
literatur bersama
kelompok.
F. Penilaian
a. Penilaian meliputi tes tulis (Essay)
b. Tugas Rumah
Mengetahui, Citeureup,
ekosistem.
Kompetensi Dasar : 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam
Pertemuan ketiga
3. Gurumenjelaskan
tujuan pembelajaran Siswa
hari ini, yaitu : memperhatikan
Menjelaskan penjelasan guru.
pengertian
pencemaran air.
Menjelaskan sumber-
sumber pencemaran
air.
Menjelaskan akibat
yang ditimbulkan
oleh pencemaran air
Menjelaskan upaya
yang harus dilakukan
untuk mencegah
pencemaran air.
Inti 4. Gur member Siswa merespo
u i n
gambara kepada pertanyaa dari
n n
sisw dengan guru.
a
mengaja siswa
k
untuk melakukan
pengamata
n
terhada seekor
p
ikan yan di
g
masuka kedalam
n
sebua toples yang
h
berisi air sabun
dan
air bersih (asas Siswa
permodel memperhatika
an) n
penjelasa guru
n
5. Gur menjelaska dan mencatat
u n
tentang Guru hal- yang
hal
menjelaska dianggap
n
tentang penting.
pengertian,penye
ba
b, dampa dan
k
upay yang harus
a
dilakuka 65 menit
n
pencemara air
n
deng Siswa
an
mengguna slide membent
kan uk
power kelompok
point. diskusi.
Eksplor
asi :
6. Gur
u
memerintahkan
sisw dudu dalam
a k
kelompo Siswa membac
k a
(asa masyarak literatur
s at bersama
belaja kelompok.
r)
7. Gur membimbin
u g
sisw untuk Siswa menjawa
a b
mempelaja pertanyaa yang
ri n
literatur bersama suda mereka
h
kelompo dapat dar LKS
k. i
tersebut.
Elabora
si :
8. Guru memberika Siswa
n berdiskusi
LKS 3, tentan dengan
g kelompok
pencemar air.
an
(asa
s
konstruktivism
e)
9. Guru membimbin
g
siswa untuk
berdiskusi
denga kelompok
n
dalam mengisi LKS Siswa menca
3 ri
dan memastikan jenis baha
tiap n
anggot dari masing pencem air
a - ar
masing kelompok pada literatur.
dapat mengetahui
dan
menguasai konsep
dari soal-soal LKS Siswa bersa
3 ma
yang dikerjakan kelompo
k
bersam menjelaskan
a. hasil
jawaba yang
n
10. Guru meminta sudah
siswa mencar jenis didiskusik
i an.
baha yang dapat
n
mencemari (asas Siswa dar
air. i
inquiry) kelompok lain
merevisi ata
u
11. Guru meminta menyanggah
setiap kelompo jawaban dari
k
menjelask jawaban kelompo lain
an k
hasil tersebut. jika
diskusi salah.
(asas refleksi)
Siswa
menyimak
penjelasan
guru.
Konfirmas
i:
12. Guru
memberikan skor
dari tiap jawaban
kelompok. (asas
penilaian
sebenarnya)
F. Penilaian
a. Penilaian meliputi tes tulis (Essay)
b. Tugas Rumah
Mengetahui, Citeureup,
ekosistem.
Kompetensi Dasar : 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam
Pertemuan Keempat
E. Sumber/Bahan Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa
D. Penilaian
a. Penilaian meliputi tes tulis (Essay)
b. Tugas Rumah
Mengetahui, Citeureup,
Kelas : VII
Guru : Siti Nuraeni Handayani, S.Pd
Tanggal :
Tujuan : Mengetahui proses Pembelajaran dan Fasilitas pendukung
Berilah tanda checklist ( ) dalam lembar observasi !
Studi Pendahuluan
Kelas : VII
Tanggal :
SIKLUS I
Berikanlah tanda () jika kegiatan itu dilakukan oleh para peserta didik
Observer
SIKLUS I
Berikanlah tanda () jika kegiatan itu dilakukan oleh para peserta didik
Observer
SIKLUS II
Berikanlah tanda () jika kegiatan itu dilakukan oleh para peserta didik
Observer
SIKLUS II
Berikanlah tanda () jika kegiatan itu dilakukan oleh para peserta didik
Observer
SIKLUS 1
Menemuk faktor- C2 10. Di bawah ini yang bukan senyawa pencemar utama C
an ialah...
faktor penyeba a. nitrogen dioksida c. asam karbonat
b
terjadin b. Timbale d. sulfur dioksida
ya
perusak
an 11. Pembakaran bahan bakar fosil dituding sebagai penyebab utama
lingkunga rusaknya
n. bangunan dan hutan. Polutan mana yang menyebabkan kerusakan
tersebut ?
a. Partikel karbon b. c. Karbondiokside d. Ozon
sulfurdioksida
C2 12. Berikut adalah dampak negatif akibat manusia membuang limbah padat A
sembarangan,
kecuali....
a. Mengurangi keindahan c. Berkembangnya berbagai jenis penyakit
lingkungan
b. Dapat menurunkan kualitas d. Kesuburan tanah
tanah meningkat
Menjelaskan C3 16. Suani bahan atau zat dikatakan sebagai bahan pencemar apabila D
keberadaanya
pengertian sebagai berikut....
pencemaran a. berada pada tempat yang tidak c. menimbulkan dampak
udara. semestinya
negati
ve
b. konsentrasi melebihi ambang batas d. dapat terurai dengan
cepat
C4 17. zat atau bahan yang dapat menyebabkan perubahan lingkungan B
atau
penurunan kualitas lingkungan
disebut
a. kimia
b. polutan
c. emisi
d. radioaktif
Menjelaskan C1 18. Berikut adalah jenis senyawa pencemar udara yang dapat merusak A
ozon, yaitu ....
penyebab a. HCFC
pencemar b. ODS
udara. c. Karbon tetraklorida
d. PCBs
C2 19. Kerusakan ozon disebabkan oleh CFC yang dihasilkan peralatan D
rumah tangga. Salah
satu alat yang menggunakan CFC adalah
.
a. Penyedot debu b. Hair c. Mesin d. AC
dryer cuci
Menjelask upaya C2 28. Pencegahan pencemaran udara dapat juga dilakukan dengan D
an melakukan.
yang harus a Konsentrasi c. Erosi
.
dilakukan untuk b Filtra d. Reboisasi
. si
mencegah C1 29. Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah termasuk kegiatan D
.
pencemaran a. Reduce c. Replace
udara
b. Recycle d. Reuse
C2 30. Manfaat kompos bagi tanah dan tanaman adalah . A
a. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
b. Mengurangi kesuburan tanah
c. Mengurangi kapasitas air
tanah
d. Tanah menjadi tandus
KISI-KISI SOAL
SIKLUS 2
Menjelask upaya C4
an
yang harus D
dilakukan untuk
mencegah
pencemaran air.
6 Untuk mengatasi pencemaran tersebut, dapat dilakukan dengan
. cara , limbah
pabrik harus
a Disalurkan ke laut
.
b Disalurkan ke sungai
.
c. Disalurkan ke sawah
d Dibentuk pengelolaan
. limbah
Menjelask upaya C2 15. Salah satu usaha yang dilakukan manusia untuk memelihara C
an kesuburan tanah
yang harus ialah .
a. pembuatan saluran irigasi
dilakukan untuk b. melindungi flora dan fauna
c. melakukan rotasi jenis
tanaman
mencegah d. melakukan reboisasi
pencemaran
tanah.
5. Dalam suatu daerah Terjadigan gguan pernafasan, gangguan penglihatan, tanaman yang daunnya hijau
menjadi kuning, tanaman menjadi rusak, menurut kamu apabila dikaitkan dengan pencemaran hal
tersebut adalah dampak buruk yang mungkin terjadi akibat ....
e. Hujan Asam b. meningkatnya keasaman tumbuhan c. Hujan Es d. Erosi
6. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah
a. kebakaran hutan karena puntung rokok sembarangan
b. membuka hutan untuk lahan pertanian
c. membuang puntung rokok
d. melakukan program pemulihan hutan
7. Salah satu contoh kerusakan hutan dapat terlihat dari tindakan manusia berupa
.. a.melakukan tebang pilih pohon
b.membuka hutan untuk dijadikan kawasan perumahan
c.memastikan puntung rokok sudah mati sebelum dibuang
d. melakukan peremajaan hutan
8. Pembakaran bahan bakar fosil dituding sebagai penyebab utama rusaknya bangunan dan hutan.
Polutan mana yang menyebabkan kerusakan tersebut ?
a. Partikel karbon b. sulfurdioksida c. Karbondiokside d. Ozon
9. Berikut adalah dampak negatif akibat manusia membuang limbah padat sembarangan, kecuali....
a. Mengurangi keindahan lingkungan c. Berkembangnya berbagai jenis penyakit
b. Dapat menurunkan kualitas tanah d. Kesuburan tanah meningkat
10. Cara yang tepat dilakukan pada tanah gundul adalah.
a. Membuat sengkedan sehingga lahan tidak miring
b. Melakukan reboisasi agar menjadi hutan kembali
c. Membiarkan saja tanah itu agar tumbuh alang-alang
d. Memanfaatkan tanah itu untuk usaha pertanian
11. Suatu bahan atau zat dikatakan sebagai bahan pencemar apabila keberadaanya sebagai berikut,
kecuali....
c. berada pada tempat yang tidak semestinya c. menimbulkan dampak negative
d. konsentrasi melebihi ambang batas d. dapat terurai dengan cepat
12. zat atau bahan yang dapat menyebabkan perubahan lingkungan atau penurunan kualitas lingkungan
disebut
a. kimia b. polutan c. emisi d. Radioaktif
13. Kerusakan ozon disebabkan oleh CFC yang dihasilkan peralatan rumah tangga. Salah satu alat yang
menggunakan CFC adalah .
a. Penyedot debu b. Hair dryer c. Mesin cuci d. AC
14. Pencemaran udara dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini, kecuali ....
a. aktivitas gunung berapi c. industri berat
b. pembakaran hutan d. pemakaian detergen secara berlebihan
15. Karbon monoksida yang berada di udara berasal dari
a. Minuman kaleng
b. Hasil pembakaran batu bara
c. Buangan AC
d. Hasil pernafasan hewan
16. Polusi udara yang terjadi secara alami, misalnya.....
a. Pembakaran sampah c. Uap dari laut
b. Kebakaran hutan d. Gas dari aktivitas gunung merapi
17. Gas yang memberi efek rumah kaca adalah.
a. CO2 b. H2O c. NO3 d. NH3
18. Hujan asam disebabkan oleh gas hasil pembakaran bahan bahan fosil dengan air. Gas yang dimaksud
adalah
a. CFC b. H2O c. SO2 d. CO2
19. Manfaat kompos bagi tanah dan tanaman adalah .
e. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
f. Mengurangi kesuburan tanah
g. Mengurangi kapasitas air tanah
h. Tanah menjadi tandus
20. Meningkatnya jumlah kendaraan di indonesia disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan manusia
akan nilai estetika dan manfaat dari kendaraan tersebut,seiring perkembangan zaman maka kebutuhan
tersebut akan semakin meningkat begitu pula dengan pencemaran sebagai efek negatifnya, dari
jawaban di bawah ini menurut anda untuk mengantisipasi keadaan tersebut, apa jawaban yang paling
tepat terkait dengan jumlah kendaraan dan akibat yang ditimbulkannya.
a. Pemerintah perlu mengeluarkan peraturan ketat mengenai tahun beroperasinya kendaraan
b. Pemerintah perlu membatasi jumlah unit kendaraan untuk diimport setiap tahunnya
c. Pemerintah mengeluarkan peraturan yang ketat dalam pembuatan surat izin mengemudi
d. Jawaban a, b dan c benar
Soal Uji Siklus 2
Nama :..
Kelas :
Berilah tanda silang (x) huruf a, b,c, atau d pada jawaban yang benar!
Jawaban:
1..............................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
.......................................................................................................2.......................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................3..............................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
...............4...............................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
.5................
................................................................................................................................
...................
.....................................................................................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
.......................................................................................................
LEMBAR KERJA SISWA (LKS 3)
PENCEMARAN AIR
Standar : 7. Memahami saling ketergantungan dalam
Kompetensi ekosistem.
Kompetensi Dasar : 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan
lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan
lingkungan.
Tujuan :
Menjelaskan pengertian pencemaran air, sumber-sumber pencemaran air dan
akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air
aa
Perhatikan gambar dibawah ini dengan seksama
aa
Baca dan pelajari isi materi tersebut secara kelompok.
aa
Diskusi dan kerjakan Lembar Kerja Siswa sesuai kelompok .
aa
Apabila ada hal yang belum dimengerti, silahkan ditanyakan kepada
guru.
aa
Kerja sama kelompok menentukan nilai plus kalian. Semangat dan
kompak ya
Perhatikan Gambar
Jawaban:
1..............................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
.......................................................................................................2.......................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................3..............................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
...............4...............................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
.5................
................................................................................................................................
...................
.....................................................................................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
................................................................................................................................
...................
.......................................................................................................
LEMBAR KERJA SISWA (LKS 2)
PENCEMARAN UDARA
Jawaban:
1..........................................................................................................................
.......................
............................................................................................................................
.
............................................................................................................................
.......................
............................................................................................................................
.2....................
............................................................................................................................
.......................
............................................................................................................................
.......................
............................................................................................................................
.......................
............................................................................................................................
.......................
......................................................................3....................................................
.......................
............................................................................................................................
.......................
............................................................................................................................
.......................
.....................................4.....................................................................................
.......................
............................................................................................................................
.......................
............................................................................................................................
.......................
....5......................................................................................................................
.......................
...........................................................................................................
............................................................................................................................
.......................
............................................................................................................................
.......................
............................................................................................................................
.......................
.......................................................................................................