Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh
Ichsanul Ferdiansyah
NIM 109016100064
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik
menggunakan pendekatan STS, SETS dan STEM pada pembelajaran konsep
virus. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah quasi eksperimen dengan
rancangan penelitian pretest-posttest control group design. Populasinya adalah
siswa kelas X IPA SMAN 1 Petir tahun ajaran 2014/2015. Sampel diambil dari
tiga kelas dengan teknik Cluster random sampling. Pengambilan data
menggunakan instrumen berupa tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda. Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata pembelajaran STS
80,31, SETS 84,28, STEM 79,36 dan uji anava satu jalur pada data postest,nilai
Fhitung yaitu 4,93 lebih dari Ftabel yaitu 0,05. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah
terdapat perbedaan hasil belajar siswa menggunakan pendekatan STS, SETS dan
STEM pada konsep Virus.
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi pada Fakultas Imu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Kemampuan dan Pengetahuan Penulis disadari sepenuhnya bahwa sangat
terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak
sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan, pelajaran, dan
kepercayaan yang pernah diberikan kepada penulis selama menjadi
mahasiswa.
3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd selaku pembimbing I dan Yuke Mardiati, M.Si
selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan,
motivasi, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini. Terlepas
dari segala perbaikan dan kebaikan yang diberikan, semoga Ibu selalu
dalam kemuliaan-Nya.
5. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku pembimbing akademik, seluruh Dosen
dan Staff Jurusan Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak berikan
mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
6. Pimpinan dan Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan dalam pembuatan
surat-surat serta sertifikat.
7. Keluarga besar SMA Negeri 1 Petir, Bapak Tatang, M.Pd selaku kepala
sekolah, Ibu Diah anidah S.Pd selaku guru Biologi dan seluruh dewan
guru serta siswa siswi SMA Negeri 1 Petir khususnya kelas X-1, X-4, dan
X-5
8. Keluarga yang tak henti-hentinya mendoakan, mendorong penulis untuk
tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita.
Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan berdoa
mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan doa
yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT
di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal’alamin.
Penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyusun
karya tulis ini dengan sebaik-baiknya, adanya kritik dan saran dari pembaca akan
penulis terima dengan hati terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini akan
membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca sekalian umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah................................................................................ 6
D. Rumusan Masalah.................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian...................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian.................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahapan pendekatan SETS.................................................................. 13
Tabel 4.1 Hasil pretest dan posttest kelas eksperimen STS, SETS, STEM........ 47
Tabel 4.3 Rekapitulasi nilai rata-rata N-Gain berdasarkan pretest dan posttest.. 49
Tabel 4.9 Pengujian rata-rata hasil belajar dengan uji – t (Dunnet) ................... 54
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tahapan pendekatan STS.......................................................... 10
Gambar 2.2 Metode Siklus SETS................................................................. 18
Gambar 2.3 Penilaian Proses Pembelajaran.................................................. 27
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...................................... 61
1
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 4
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995), hal. 10.
3
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 114
4
Uno, Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta : Bumi Aksara,2007), v
2
5
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Islam,
2009) h. 7
6
Hellen ward, Pengajaran Sains berdasarkan Cara Kerja Otak, ( Jakarta : Indeks, 2010) h.17
7
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains (lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009) h.46
8
Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (Jakarta : Indeks, 2011) h.8
9
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT Remaja Rosda karya, 2005), h. 99
3
kimia berlebihan pada makanan. Hal ini menimbulkan persoalan sosial dan
lingkungan sebagai dampak perkembangan aplikasi sains, maka menjadi
tanggungjawab moral guru mata pelajaran IPA untuk lebih menerapkan
pendekatan yang cocok dalam pembelajaran ipa untuk melatih daya nalar peserta
didik tentang dampak-dampak tersebut. karena itu muncul istilah SETS sebagai
salah satu pendekatan yang mengangkat permasalahan dunia nyata yang ditemui
siswa di masyarakat yang berdampak pada lingkungan. Pendekatan SETS
merupakan suatu pendekatan yang menggabungkan sains, lingkungan, teknologi,
dan masyarakat. Pendekatan SETS merupakan perkembangan dari STS, tetapi
penerapan pendekatan SETS dalam proses pembelajaran sangat memperhatikan
isu – isu sosial yang ada di masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan
sains dan teknologi. Sehingga guru dapat menerapkan pendekatan SETS ke dalam
pembelajaran dan mengaitkannya dengan konsep-konsep sains yang ada.10
Pendekatan SETS pada kurikulum 2006 dikenal dengan salingtemas,
pendekatan Salingtemas memadukan dua pemikiran yaitu pendekatan Sains,
Teknologi Masyarakat (STM) dan Pendidikan Lingkungan Hidup. Pendekatan
salingtemas ini merupakan cara pembelajaran bersifat terpadu yang melibatkan
unsur sains, teknologi, lingkungan, dan masyarakat. Perpaduan dengan EE
(Environment Education) memberi filosofi baru didalamnya, dengan pendekatan
ini peserta didik dikondisikan agar mau dan mampu mengetahui, memahami
prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi (sederhana atau yang lebih
rumit tergantung jenjang pendidikannya) disertai dengan pemikiran untuk
mengurangi atau mencegah kemungkinan dampak negatif yang mungkin timbul
dari munculnya suatu produk teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat.11
Pembelajaran yang menggunakan visi dan pendekatan SETS memandang
kurikulum dalam konteks interdisiplin dengan perspektif personal dan sosial.
Selain itu, pembelajaran dengan visi dan pendekatan ini berupaya membangun
pengetahuan, keterampilan, dan kualitas yang efektif agar dapat bertindak secara
10
Pusat Kurikulum Balitbang Diknas, Kurikulum Visi SETS, Model Kurikulum Pendidikan yang
menerapkan Visi SETS (Jakarta : Depdiknas, 2007), onine, (Litbang.kemendikbud.go.id/model-
kurikulum-satuan-pendidikan, diakses 07 Mei 2015, 17:30) hal.2
11
Ibid., hal. 1
4
bertanggung jawab dalam mengambil keputusan atas isu-isu sains dan teknologi.
Salingtemas ini membawa pemikiran para peserta didik tentang keberadaan
keempat unsur Salingtemas (SETS) serta berbagai implikasi yang terkandung atau
tercakup di dalamnya ketika mereka “melihat” sesuatu. Dari hal itu diharapkan
peserta didik dapat menghasilkan pemikiran atau gagasan baru (inovatif) yang
dapat dihasilkan dari hasil “penglihatan” sesuai dengan kemampuan mereka di
jenjang usia atau jenjang pendidikan yang mereka lewati dengan memadukan
berbagai macam pengalaman hidup mereka.12
Perkembangan dalam dunia pembelajaran menciptakan dan meningkatkan
pendekatan yang mengikuti perkembangan IPTEK, dari kedua pendekatan yang
sudah diketahui baik SETS dan STS, sekarang muncul pendekatan STEM yang
merupakan singkatan dari science, technology, Engineering dan Mathematics.
Pendidikan STEM merupakan pengintegrasian konsep bentuk teknologi atau
kejurusam ke dalam pengajaran dan pembelajaran sains.13 Dengan pendekatan
STEM pembelajaran difokuskan pada dunia nyata, masalah otentik, siswa belajar
untuk merefleksikan pemecahan proses.14
Pengertian tentang STEM menunjukan bahwa pendekatan ini merupakan
proses pembelajaran yang baru dalam dunia pendidikan. STEM juga telah menjadi
topik utama diskusi dan perencanaan di Amerika serikat dalam beberapa tahun
terakhir, karena daya saing negara tergantung pada program pendidikan yang kuat
yang mempersiapkan para ilmuwan dan insinyur yang inovatif yang akan
memberikan inovasi penting untuk ekonomi yang berkembang di era teknologi
ini. 15
Pengertian tentang pendekatan STS, SETS, dan STEM merujuk kepada
pengertian sains yang terintegrasi dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
Adapun pendekatan STEM lebih memiliki keunggulan diantara keduanya, karena
12
Ibid, h. 2
13
Lilia halim, Mencetus semula minat terhadap sains dan matematik melalui pendidikan STEM,
materi presentasi pada kolokium pendidikan sains dan matematik, UM 12-13 September 2012.
14
Diana laboy rush, Integrated STEM Education Through Project-Based Learning, h.2, tersedia
online di learnin3.com.
15
Randy Kohler dkk, STEM Education in Southwestern Pennsylvania, Raport of a project to
identify the missing components,Washington 2008. h.2
5
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah – masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Pendekatan dan model pembelajaran STS dan SETS sudah banyak diterapkan
dalam kurikulum, tetapi tidak digunakan oleh guru-guru.
2. Efektifitas pendekatan STS, SETS, dan STEM pada pembelajaran belum ada
yang meneliti.
3. Kemampuan dasar guru dalam mengajar sangat minim.
16
The Maryland Board of Education, Draft April 2012 Jurnal, tersedia online
www.marylandpublicschools.org/MarylandStateSTEMStandardsofPractice_.pdf, diakses pada
14/03/2015 , 10:06 h.1
17
Rodger W. Bybee. The Case for STEM Education. NSTA press :2013, h.1
6
C. PEMBATASAN MASALAH
Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Petir Semester
1 Tahun Ajaran 2014/2015.
2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah Pendekatan STS, SETS,
dan STEM.
3. Penelitian ini terbatas pada hasil belajar siswa tingkat kognitif.
4. Konsep materi yang digunakan adalah konsep virus.
D. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar
menggunakan pendekatan pembelajaran SETS, STEM, dan STS dalam
pembelajaran biologi?”
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
peserta didik yang menggunakan pendekatan pembelajaran SETS, STEM,
dan STS dalam pembelajaran konsep virus.
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini, diantaranya :
1. Bagi peneliti
Memberikan informasi mengenai pengaruh pendekatan yang dapat
dijadikan rujukan untuk penelitian lebih lanjut, selain itu agar dapat
mengetahui keunggulan pendekatan STS,SETS, dan STEM, serta dapat
7
A. Deskripsi Teoritis
17
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT Remaja Rosda karya, 2005), h. 99.
9
masyarakat yang ada kaitannya dengan IPA dan teknologi dirasakan lebih
dekat dan dirasakan lebih mempunyai arti bila dibandingkan dengan konsep-
konsep dan teori IPA itu sendiri.
Tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dengan peserta didik dalam
pembelajaran menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM),
yaitu: tahap apersepsi, tahap pembentukan konsep, tahap aplikasi konsep,
tahap pemantapan konsep, tahap evaluasi. Tahapan pendekatan STS dalam
pembelajaran secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut: 20
Pendahuluan :
Inisiasi/invitasi/persepsi/eksplorasi
terhadap siswa
Pembentukan/ Pengembangan
Konsep
Pematapan Konsep
Penilaian
20
Poedjiadi, op. cit , h.126.
11
1) Pendahuluan
Tahap ini membedakan STS dengan pendekatan pembelajaran yang lainnya.
Pada tahap ini dikemukakan isu atau masalah yang ada di masyarakat. Siswa
diharapkan dapat menggali masalah sendiri. Jika guru tidak mendapatkan
tanggapan dari siswa maka masalah dapat saja dikemukakan oleh guru. Guru
memfasilitasi siswa untuk lebih mendalami permasalahan. Dalam tahap ini
guru melakukan apersepsi berdasarkan kenyataan yang dialami siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Guru dapat juga melakukan eksplorasi melalui
pemberian tugas untuk melakukan kegiatan di luar kelas secara berkelompok.
Pengungkapan masalah pada awal pembelajaran memungkinkan siswa
mengkonstruksi pengetahuannya sejak awal. Selanjutnya konstruksi
pengetahuan ini akan terus dibangun dan dikokohkan pada tahap
pembentukan dan pemantapan konsep.
2) Pembentukan konsep
Guru dapat melakukan berbagai metode pembelajaran misalnya demonstrasi,
diskusi, bermain peran, dan sebagainya pada tahap pembentukan konsep.
Pendekatan STS juga memungkinkan diterapkannya berbagai pendekatan
seperti pendekatan keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan
kecakapan hidup, dan pendekatan lainnya. Selama melakukan berbagai
aktivitas pada tahap pembentukan konsep, siswa diharapkan mengalami
perubahan konsep menuju arah yang benar sampai pada akhirnya konsep
yang dimiliki sesuai dengan konsep para ilmuwan. Pada akhir tahap
pembentukan konsep, siswa telah dapat memahami apakah analisis terhadap
masalah yang disampaikan di awal pembelajaran telah sesuai dengan konsep
para ilmuwan.
3) Aplikasi Konsep
Berbekal pemahaman konsep yang benar siswa diharapkan dapat menganalis
konsep dan menemukan penyelesaian masalah yang benar. Konsep-konsep
yang telah dipahami siswa dapat menggunakan produk teknologi listrik
dengan benar karena menyadari bahwa produk-produk listrik tersebut
berpotensi menimbulkan kebakaran atau bahaya yang lain, misalnya bahaya
12
akibat terjadinya hubungan arus pendek. Contoh yang lain, siswa menjadi
hemat dalam menggunakan berbagai sumber energi di kehidupan sehari-hari
setelah mengetahui terbatasnya energi saat ini.
4) Pemantapan konsep
Guru melakukan pelurusan terhadap konsepsi siswa yang keliru pada tahap
pemantapan konsep. Pemantapan konsep ini penting untuk dilakukan
mengingat sangat besar kemungkinan guru tidak menyadari adanya kesalahan
konsepsi pada tahap pembelajran sebelumnya. Pemantapan konsep penting
sebab mempengaruhi retensi materi siswa.
5) Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan belajar
dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Berbagai kegiatan penilaian
dapat dilakukan mengingat beragamnya hasil belajar yang diperoleh siswa
melalui pembelajaran dengan pendekatan STS.
Tahapan pendekatan STS dapat dilihat pada Tabel 2.121
Tahap Keterangan
Invitasi - Guru mengajak siswa untuk
mengungkapkan hal yang ingin diketahui
dari fenomena alam yang terkait dengan
isu sosial.
- Siswa dibangkitkan untuk mengajukan
pertanyaan.
- Guru memformulasikan persepsi siswa
dengan tujuan pembelajaran
Eksplorasi dan - Guru memfasilitasi siswa untuk
Pembentukan Konsep melakukan aktivitas dalam memecahkan
Awal masalah.
21
Zulfiani, op.cit., h.129.
13
22
Poedjiadi. op. cit. h.115
23
Ibid., h. 99.
14
nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 24
Keterkaitan antar unsur SETS dan STS itu menandai bahwa masing-masing
unsur itu saling mempengaruhi dalam proses perkembangannya masing-masing.
Kesalingketerkaitan antar unsur SETS dapat dijelaskan pada perkembangan
teknologi dan perkembangan sains sejak abad ke – 17 hingga sekarang
menunjukan bahwa teknologi merupakan pemicu perembangan sains, dan begitu
pula perkembangan sains berdampak terciptanya kemajuan teknologi. Kaitan
antara teknologi dengan masyarakat yakni teknologi lahir oleh adanya kebutuhan
masyarakat. Sedangkan kaitan antara sains dengan masyarakat merupakan
komponen yang dapat membantu meningkatkan kesiapan pengetahuan masyarakat
tentang produk teknologi. Dapat disimpulkan bahwa sains yang telah dipahami
peranannya dalam kehidupan masyarakat mampu meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap lingkungannya.25
Beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat dikatakan bahwa
pendekatan SETS merupakan suatu pembelajaran yang mengangkat permasalahan
dunia nyata yang ditemui siswa di masyarakat yang berdampak pada lingkungan
ke dalam pembelajaran dan mengaitkannya dengan konsep-konsep sains yang ada.
kompetensi dasar yang relevan dapat berasal dari satu bab, atau lintas bab,
atau bahkan lintas mata pelajaran. Dari kajian ini, dikumpulkan kompetensi
dasar (sains dan non-sains) yang diperlukan untuk lebih memahami dan
memecahkan masalah yang dihadapi. Jika guru sebenarnya telah
mempersiapkan topik yang akan diangkat sebelum tahap inisiasi, maka
guru dapat mengetahui target kompetensi sains sebelum pertemuan inisiasi
di atas.
3. Dekontekstualisasi : pemisahan konsep dan prinsip sains (yang perlu
dicapai kompetensinya) dari konteks isu atau masalah yang diangkat. Pada
tahap ini, peserta didik perlu dipersiapkan untuk menghadapi tahap
sesudahnya yaitu pembelajaran konsep dan prinsip sains, yang dalam
kasus-kasus tertentu akan merupakan tahap yang memiliki learning curve
yang tajam. Tahap penyiapan peserta didik ini disebut dekontekstualisasi,
karena peserta didik perlu dipersiapkan agar fokus pada pembelajaran
konsep dan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai, tanpa terganggu oleh
konteks, isu, atau masalah yang diangkat.
4. Pembelajaran konsep dan prinsip sains : pemantapan penguasaan konsep
dan prinsip sains, melalui metode pembelajaran yang sesuai. Pada tahap ini
terjadi pembeajaran konsep dan prinsip sains (pembelajaran bidang-bidang
lain yang relevan, jika pembelajaran bervisi SETS digunakan untuk lintas
mata pelajaran). Pada tahap ini, diperlukan sarana untuk memastikan
bahwa peserta didik memahami dan diharapkan mampu menerapkan
konsep dan prinsip yang mewakili kompetensi dasar dalam standar isi.
Pengujian penguasaan peserta didik dapat pula dilakukan lewat pengamatan
guru terhadap tahap sesudah ini (tahap menerapkan prinsip dan konsep
untuk memecahkan atau memahami masalah, dengan landasan keilmuan
yang lebih kuat).
5. Penerapan : menerapkan konsep dan prinsip sains pada isu atau masalah :
pada tahap ini, guru dan peserta didik secara bersama menerapkan konsep
dan prinsip sains pada isu atau masalah yang diangkat. Guru perlu menahan
diri untuk tidak terlalu cepat membantu peserta didik menerapkan apa yang
17
27
Ibid h.23.
18
Tantangan
Kerja Jawaban
kelompok awal
Revisi Sumber
jawaban informasi
1. Tantangan (Challenge)
Tahapan tantangan merupakan proses untuk melihat permasalahan lingkungan
yang terkait dengan materi yang dibahas dan tujua pencapaian kompetensi
dasar sesuai dengan indikator yang ditetapkan. Pada bagian ini peserta didik
diminta untuk membaca sinopsis yang membawa mereka pada tujuan dari
siklus kegiatan tersebut. Diakhir sinopsis ini ada beberapa pertanyaan yang
harus dijawab peserta pada lembar kegiatan pemikiran awal (initial Thoughts).
2. Jawaban awal (Initial Thoughts)
Tahap ini merupakan jawaban atas permasalahan yang diberikan dalam tahap
tantangan (Challenge). Jawaban merupakan hasil pemikiran individual peserta
didik dari pengetahuannya sendiri, yang tergantung pada keluasan dan
kedalaman pengetahuan dan pengalaman peserta dalam kegiatannya sehari-hari
dan pandangan peserta didik ke depan.
3. Sumber (Resources)
Tahap ini peserta didik diuji berpikir kritisnya dan ketrampilan membacanya,
dengan membaca sumber-sumber yang diberikan yang terkait langsung dengan
masalah yang diberikan pada tahap tantangan (Challenge) atau hanya sebagai
pendukung yang dapat membawa peserta didik pada pemikiran-pemikiran baru
untuk menjawab masalah-masalah pada tahap pertama. Pada kegiatan ini
peserta diberikan dua macam sumber. Pertama berupa bahan bacaan yang
19
diperoleh dari berbagai sumber, baik melalui CD SPM, maupun dari internet.
Kedua berupa dialog langsung dengan guru fasilitator.
4. Revisi jawaban (Revisised thinking)
Tahap ini masih merupakan kerja individual peserta didik yang merupakan
respon atas sumber-sumber yang diperoleh dari tahap ketiga, baik dari sumber
tertulis maupun dialog interaktif dengan guru atau fasilitator. Pada tahap ini
peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki hasil pemikiran awalnya
pada tahap kedua. Pada tahap ini peserta didik diuji tingkat keterbukaan
berpikirnya dengan mempertimbangkan masukan informasi tertulis, guru atau
fasilitator.
5. Kerja kelompok (Group work)
Peserta didik diminta dalam kelompoknya untuk membandingkan hasil-hasil
pemikirannya, dengan pemikiran kelompok. Dan diharapkan terdapat
kesepakatan yang diwujudkan dalam hasil pemikiran kelompok untuk
menjawab permasalahan dalam tahap tantangan (Challenge). Hasil pemikiran
kelompok ini selain dituliskan pada lembar kegiatan sendiri, juga diminta
untuk dituliskan dalam kertas post it untuk ditempel pada bidang tempel yang
telah disediakan. Kemudian setiap kelompok melakukan perbandingan antar
pemikiran kelompok (Gallery Walk) dengan membaca hasil pemikiran
kelompok lain. Fasilitator akan memberi kesempatan pada peserta didik untuk
menuliskan dan menyampaikan hasil pemikiran seluruh kelompok jika dapat
dilakukan, atau membuat daftar keragaman berpikir kelompok sebagai hasil
dari siklus kegiatan hari itu.
a. Tujuan STEM
Tujuan pendekatan STEM dalam pembelajaran, diantaranya : 33
1. Mengidentifikasi, menganalisis, dan mensintesis ilmu yang tepat,
teknologi, teknik, dan Informasi matematika (teks, visual, audio, dll).
2. Merapkan sesuai domain-spesifik kosakata ketika berkomunikasi ilmu
pengetahuan, teknologi, teknik, dan konten matematika.
3. Terlibat dalam membaca kritis dan menulis informasi teknis.
4. Evaluasi dan mengintegrasikan berbagai sumber informasi (misalnya:
kuantitatif data, video dan multimedia) disajikan dalam format yang
beragam.
5. Mengembangkan pendapat berbasis bukti atau argumen.
6. Berkomunikasi secara efektif dan tepat dengan orang lain.
29
Muhammad Syukri,Silia halim, Subahan. Pendidikan STEM dalam Entrepreneurial Science
thinking “EscIT”, Aceh Development International Conference 2013, 26-28 maret 2013. h. 105..
30
The Maryland Board of Education, Draft April 2012 Jurnal, tersedia online
www.marylandpublicschools.org/MarylandStateSTEMStandardsofPractice_.pdf, diakses pada
14/03/2015 , 10:06 h.1.
31
Muhammad Syukri, op.cit., h. 106.
32
Lilia halim, Mencetus semula minat terhadap sains dan matematik melalui pendidikan STEM,
materi presentasi pada kolokium pendidikan sains dan matematik, UM 12-13 September 2012. h.6.
33
Maryland state board of education, op.cit., h. 3.
21
34
Muhammad syukri, op.cit.., h. 107.
22
Tahapan SETS terdapat tahapan integrasi dalam tahap ini guru mengajak
peserta didik untuk berdiskusi tentang kemungkinan penerapan konsep atau
prinsip baru yang dipelajari pada konteks selain isu atau masalah yang diangkat
pada pembelajaran berbasis SETS ini. pengayaan ini akan memberi kemampuan
kepada peserta didik untuk menerapkan suatu prinsip pada situasi yang berbeda.
Tahapan integrasi ini mempunyai kesamaan pada pendekatan STS dan STEM.
Tahapan integrasi pada pendekatan STS terjadi pada tahapan pemantapan konsep,
tahapan pemantapan konsep pada pendekatan STS ini menunjukan penyelesaian
masalah dan analisis isu, guru meluruskan jika ada miskonsepsi selama kegiatan
berlangsung.
23
Tahap integrasi sendiri pada pendekatan STEM disebut dengan langkah nilai
atau kreativitas, langkah ini merupakan pelaksanaan semua saran dan pandangan
hasil diskusi mengenai ide sesuatu produk baru yang ingin di aplikasikan.
Pengaplikasian oleh pelajar ini tidak dalam bentuk produk sebenarnya, melainkan
dalam bentuk sketsa dan gambar. Salah seorang dari anggota kelompok yang
pandai dalam menggambar dipilih untuk menterjemahkan semua ide-ide yang
bernilai inovasi yang telah didiskusikan sebelumnya menjadi sebuah gambar
produk sains. Pelajar dapat mengaplikasikanya dalam bentuk miniatur atau sketsa
dan gambar. Kreasi gambar atau sketsa yang dihasilkan sebaiknya digambarkan
secara keseluruhan dari berbagai posisi, terutama yang terdapat ide inovasinya, baik
itu tampak depan, samping, maupun atas.
Perbedaan yang signifikan terlihat pada pendekatan SETS, dimana mempunyai
tujuh tahapan. Diantaranya pada ahap penerapan konsep dijelaskan, pada tahap ini
seharusnya terjadi pemantapan konsep dan prinsip pada diri peserta didik. Proses
menerapkan pengetahuan, konsep, dan prinsip pada hal yang nyata akan memberi
makna lebih terhadap pengetahuan tersebut. Pada bentuknya yang paling sederhana,
tahap ini tidak menuntuk terjadinya proses pemecahan masalah, melainkan hanya
peningkatan pemahaman peserta didik pada isu yang diangkat. Guru dapat
mengajukan permintaan sederhana kepada peserta didik untuk mencoba
menjelaskan isu tersebut berdasarkan pengetahuan baru yang telah diperoleh pada
pembelajaran yang dilakukan.
Evaluasi atau biasa dikenal dengan istilah penilaian, merupakan salah satu
faktor penting dalam pembelajaran, posisinya dapat disetarakan dengan penetapan
tujuan dalam proses pembelajaran. Sebab, pencapaian kompetensi dan efektivitas
proses belajar hanya dapat diketahui jika dilakukan penilaian yang komprehensif
dan akurat. Dalam melakukan penilaian lazimnya didahului oleh kegiatan
pengukuran. Karena itu, untuk memperoleh hasil penilaian yang benar, maka
24
kegiatan pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang sahih
atau akurat dan stabil (valid) atau terpercaya (reliable).35
Penilaian memiliki tujuan untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum
menguasai suatu kompetensi dasar tertentu. Diantaranya tujuan penilaian adalah
mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, mengukur pertumbuhan dan
perkembangan siswa, mendiagnosis kesulitan belajar siswa, untuk memperoleh
masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka perbaikan.36
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan – perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena
kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
pengalaman.38
Belajar adalah suatu kegiatan seseorang yang dapat dilakukan secara sengaja
atau secara acak. Belajar dapat melibatkan pemerolehan informasi atau
keterampilan, sikap baru, pengertian, atau nilai. Belajar biasanya disertai
perubahan tingkah laku dan berlangsung sepanjang hayat.39
Belajar adalah proses perubahan, perubahan itu tidak hanya perpubahan lahir
tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang nampak,
tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan itu
bukan perubahan yang negatif, tetapi perubahan yang positif, yaitu perubahan
yang menuju ke arah kemajuan atau ke arah perbaikan.40
Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan – perubahan tersebut akan nyata
dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai
berikut :
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi.41 Dan belajar juga dapat diartikan proses
perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam
berinteraksi dengan lingkungan.42
Pengertian belajar menurut beberapa ahli di atas meskipun dari redaksi yang
berbeda menunjukan adanya kesamaan secara garis besar yaitu belajar merupakan
perubahan dan peningkatan kualitas serta kuantitas tingkah laku seseorang pada
38
Purwanto, Evauasi Hasil Belajar (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2013 ) cet 5 , hal 39
39
Anisah basleman, Terori Belajar Orang Dewasa (Bandung : remaja rosdakarya 2011), h. 15
40
Mustaqim Abdul Wahid, Psikologi Pendidikan ( Jakarta : Melton Putora,2003), h. 62
41
Slameto, Belajar & faktor – faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 2
42
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2011), h. 134
26
berbagai bidang yang terjadi akibat adanya suatu interaksi yang berlangsung
secara terus menerus dengan lingkungannya. Dimana perubahan yang terjadi
menuju arah positif, kemajuan atau perbaikan. Jika dalam proses belajar tidak
mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka dapat
dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan dalam proses belajar.
Ruang lingkup penilaian secara umum meliputi tiga komponen berikut ini :
evaluasi program pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil
belajar. Evaluasi terhadap program pembelajaran dapat dirinci menjadi tiga hal,
yakni: evaluasi terhadap tujuan, evaluasi terhadap isi program, dan evaluasi
terhadap strategi pembelajaran.
Evaluasi proses pembelajaran meliputi berbagai kegiatan yang sangat
beragam, antara lain: kesesuaian antara kegiatan belajar dengan kompetensi dasar,
hasil belajar, dan materi pokok yang telah ditentukan, kesiapan guru dalam
mengajar, kesiapan siswa dalam belajar, minat atau perhatian dan motivasi siswa
selama belajar, aktivitas dan interaksi siswa dalam belajar dan pemilihan metode
serta sumber belajar yang mendukung keberhasilan pembelajaran. Evaluasi hasil
belajar meliputi evaluasi mengenai tingkat penguasaan, pencapaian tujuan
pembelajaran khusus (indikator) dan tujuan pembelajaran umum (standar
kompetensi atau kompetensi dasar) serta evaluasi terhadap pencapaian kompetensi
hasil belajar siswa dikelas. 43
Pemberian
Perumusan pengalaman Psumatif (Hasil)
TPK/ indikator belajar
44
Ibid. h, 31.
29
45
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta : Rineka Cipta 2010), h. 3.
46
Suyono, Belajar Dan Pembelajaran, ( Bandung : Rosdakarya Offset 2011), h. 127.
47
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta : Pustaska Belajar, 2013), cet 5, h. 44
30
48
Ahmad Sofyan., Tonih Feronika, Burhanuddin Milama. Op,Cit, h.13
31
application, (4) analisis - analysis, (5) sintesis - synthesis, dan (6) evaluasi –
evaluation.
Revisi Taksonomi Bloom menjadi: (1) remember, (2) understand, (3) apply,
(4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create. Untuk menilai aspek penguasaan materi
(kognitif) ini digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam tingkatan
tersebut. 49
Hasil belajar proses (Normatif/Afektif), hasil belajar proses berkaitan dengan
sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses
atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam
berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedesiplinan,motivasi
belajar, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya. Ranah afektif ini dirinci oleh
Krathowohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni: (1) perhatian/penerimaan
(receiving), (2) tanggapan (responding), (3) penilaian/ penghargaan (valuing), (4)
pengorganisasian (organization), dan (5) karakterisasi terhadap suatu atau
beberapa nilai (characterization by a value complex). Kecakapan ini bersifat
generik, dimiliki semua disiplin ilmu, sebagai prasyarat yang harus dimiliki siswa
agar dapat menguasai disiplin ilmu dan keahlian kejuruan. Untuk menilai hasil
belajar ini dapat digunakan instrumen evaluasi yang bersifat nontes, misalnya:
kuisioner dan observasi.50
Hasil belajar aplikasi (psikomotor), hasil belajar ini merupakan ranah yang
berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini
tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil
belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif,
akan tampak setelah siswa menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai
dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa
sehari-hari. Ranah psikomotor ada yang membagi menjadi 7 tingkatan dan ada
pula yang membaginya menjadi 6 tingkatan, yakni: 51
49
Ibid, h.14-15
50
Ibid, h.19-20
51
Ibid.
32
52
Sabar Nurrohman,. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam pembelajaran IPA
sebagai upaya peningkatan life skill peserta didik. Yogyakarta : Skripsi UNY.
33
9. Kerangka Berfikir
Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara
bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.56
Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena
pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Sedangkan,
mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formal sebagai kegiatan
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar dapat menerima dan
menguasai materi pelajaran tersebut.
Pengajaran lebih mengarah pada pemberian pengetahuan dari guru kepada
siswa yang kadang berlangsung secara sepihak. Sedangkan pembelajaran adalah
suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan
memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik
53
Evi Setiani, Pengaruh Pendekatan Science, environment, technology, and society terhadap hasil
belajar siswa, 2012. Jakarta : Skripsi UIN Syarif Hidayatullah.
54
Muhammad syukri, dkk. Aceh divelopment international conference 2013, Pendidikan STEM
dalam “escit”.
55
Risnasari, Pengaruh Pendekatan Sains Lingkungan Teknologi Masyarakat (SALINGTEMAS)
Terhadap hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Virus, 2011. Jakarta : Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah.
56
Muhibbin Syah, Psiklogi Pendidikan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013) , h. 10
34
57
Hamzah Uno, Model Pembelajaran (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), h. V
58
Zulfiani, dkk,,op cit,,h. 48.
59
Muhammad Syukri, pendidikan STEM dalam Escit, jurnal aceh development intrenational, h.
106
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Petir, Jl.
Raya Baros Km.12 Kec.Petir Kabupaten Serang. Waktu penelitian ini dilakukan
pada semester ganjl tahun ajaran 2014/2015. Yakni mulai dari tanggal 23
September 2014 s/d 24 Oktober 2014.
B. Metode Penelitian
60
Suharsimi Arikuntoro, Prosedur penelitian, ( Jakarta : Rineka cipta, 2002) h.77
61
Ibid., h.78
36
Keterangan:
O1 : Pretest yang diberikan sebelum proses pembelajaran dimulai,
diberikan kepada ketiga kelompok eksperimen.
X : Pembelajaran dengan menggunakan model SETS, STEM, dan STS
O2 : Posttest yang diberikan setelah proses pembelajaran yang diberikan
kepada ketiga kelompok eksperimen
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, dapat juga diartikan
sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih.62 Pada penelitian
ini terdapat dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas.63
1. Variabel bebas (Y) adalah hasil belajar biologi. Instrumen variabel terikat
menggunakan tes hasil belajar biologi yang dibuat oleh peneliti.
2. Variabel terikat (X) adalah model pembelajaran yang digunakan (X1=SETS,
X2=STEM, X3=STS). Peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
untuk kelas eksperimen I (SETS), kelas eksperimen II (STEM), dan kelas
eksperimen III (STS).
62
Margono, Metodologi Penelitan Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 133
63
John w. Creswell, Research Design, (Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2009), h. 77
64
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rosda Karya, 2010),
h.250
65
Ibid., h. 251
37
Populasi terukur merupakan populasi yang secara riil dijadikan dasar dalam
penentuan sampel, dan secara langsung menjadi lingkup sasaran keberlakuan
kesimpulan.66 Adapun populasi target merupakan populasi yang dengan alasan
yang kuat (reasonable) memiliki kesamaan karakteristik dengan populasi
terukur.67 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi target adalah seluruh siswa
SMAN 1 Petir pada tahun ajaran 2014/2015. Sedangkan populasi terukur adalah
seluruh siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Petir pada tahun pelajaran 2014/2015.
Sampel adalah sebagian jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data.68
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA yang akan ditentukan
dengan teknik random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara random
untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan Purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan tujuan tertentu untuk
menghilangkan kelas unggulan, atau dapat dikatakan lebih mementingkan tujuan
penelitian dalam menentukan sampling penelitian.69 Setelah dilekukan teknik
random sampling, didapatkan kelas eksperimen yaitu kelas X IPA 2, X IPA 3, X
IPA 4. Masing- masing kelas tersebut akan mendapatkan pengajaran dengan
pendekatan SETS, STEM, dan STS.
Suatu penelitian memiliki dua hal utama yang dapat mempengaruhi kualitas
data penelitian,yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.
Syarat pokok satu instrume penelitian adalah validitas dan reabilitas, untuk
instrumen tertentu seperti tes prestasi belajar ditambah lagi dengan dua syarat lain
yaitu daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.70 Penelitian ini, data didapat dari
suatu alat evaluasi atau instrumen. Instrumen adalah alat ukur dalam penelitian.71
Dalam menggunakan alat evaluasi tersebut, peneliti atau evaluator menggunakan
66
Ibid
67
Ibid
68
Sukardi, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Bumi Akasara, 2009). h. 54.
69
Burhan Bungin, Populasi Penelitian Sampel Dan Teknik Sampling, (Jakarta : Pranada Media,
2009). h.115
70
Zainal arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung : remaja rosdakarya, 2011). h. 245
71
Sugiono, Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D ( Bandung : Alfabeta, 2009) h.102
38
cara atau teknik, sehingga dikenal dengan teknik pengumpulan data. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontest.
Teknik tes yang digunakan terdiri dari tes objektif pilihan ganda. Perolehan
data dalam penelitian ini dilakukan melalui pre-test dan post-test merupakan tes
yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum
dilakukan perlakuan, sedangkan post-test merupakan tes yang dilakukan setelah
dilakukan perlakuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa
sebelum dilakukan perlakuan, sedangkan post-test merupakan tes yang dilakukan
siswa sebelum dilakukan, sedangkan post-test merupaka tes yang dilakukan
setelah dilakukan perlakuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perlakuan
yang telah dilakukan.
Teknik pengumpulan data yang berupa data non tes berupa lembar observasi
yang berisi aspek-aspek keterlaksanaan model pembelajaran yang digunakan.
Kegiatan observasi ini dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan banyaknya
pertemuan kegiatan pembelajaran.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah kegunaan untuk memperoleh data yang
diperlukan ketika peneiti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi
di lapangan.72 Instrumen penelitian juga dapat diartikan sebagai alat ukur dalam
penelitian.73 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes
objektif atau bentuk pilihan ganda sebanyak 36 soal dengan 5 option (pilihan
jawaban). Tes objektif ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi 3.
Menerapkan pemahaman tentang virus berkaitan dengan ciri, replikasi dan peran
virus, Kompetensi Dasar 3.3 menjelaskan keterkaitan antara ciri replikasi dan
peranan virus dalam aspek kesehatan masyarakat.
Penyusunan tes Pilihan Ganda (PG) mengacu pada aspek kognitif taksonomi
Bloom yang menvakup jenjang C1 (pengetahuan/hafalan), C2 (pemahaman), C3
72
Sukardi, op. cit, h. 75.
73
Sugiyono, op. cit, h.102.
39
Mendeskripsikan Sejarah
sejarah tentang virus 1, 2 - - - 2
virus
mengklasifikasik Klasifikasi
25, 26 2
an virus virus
Jumlah Soal 16 24 6 4 50
1) Uji Validitas
Validitas suatu instrumen adalah derajat yang menunjukan di mana suatu tes
75
mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah validitas isi, dimana sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi
mata pelajaran yang dievaluasi dan validitas isi juga merupakan pengujian
validitas dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah butir tes hasil belajar
mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur.76 Berikut rumus perhitungan
untuk menghitung koefisien validitas tiap butir soal adalah dengan menggunakan
product moment, yaitu:77
N . XY ( X )( Y )
rxy
[ N . X 2 ( X ) 2 ][ N . Y 2 ( Y ) 2 ]
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi (koefisien validitas)
2) Uji Reliabilitas
Suatu instrumen mempunyai nilai reabilitas yang tinggi, apabila tes yang
dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak di ukur. 78
Untuk mengetahui reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha Cronbach
sebagai berikut:79
:
= koefisien reliabilitas instrumen
75
Sukardi , Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Akasara, 2011). h. 31.
76
Purwanto, Evauasi Hasil Belajar (Yogyakarta : Pustaka Pelajar ) cet 5, h.120
77
Ibid, h.118
78
Sukardi, Op, Cit , h.127
79
Suharsimi Arikuntoro, dasar – dasar evaluasi pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), h.122
41
3) Taraf kesukaran
Taraf kesukaran menunjukan sukar atau tidaknya suatu soal. Taraf kesukaran
ditunjukan dengan besar tidaknya indeks kesukaran (P). Taraf kesukaran dapat
dihitung dengan rumus :
Ketentuan :
P = 0,00 – 0,25 (sukar)
0,26 – 0,75 (sedang)
0,76 – 1,00 (mudah)
Tingkat kesukaran yang baik adalah P = 0,5 atau 0,5 < P < 0,7580
4) Daya beda
Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam
membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan
kelompok siswa kurang pandai. Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut :81
Keterangan :
Ba : jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas
Bb : jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah
N : jumlah peserta tes
Daya beda yang baik adalah D > 0,30
80
Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006),cet.1.h.103
81
Ibid, , h.104
42
5) Pengecoh
Fungsi pengecoh dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar peserta yang
tidak memilih kunci jawaban benar pada bentuk soal pilihan ganda. Untuk soal
pilihan ganda, alternatif jawaban menurut kaidah harus homogen dan logis
sehingga setiap pilihan jawaban (option) dapat berfungsi atau ada yang memilih.
Setiap pengecoh dapat dikatakan berfungsi apabila terpilih minimal sebanyak 5%
dari jumlah peserta. Untuk menghitungnya digunakan rumus : 82
82
Ibid
83
Suharyadi, Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern (Jakarta : Pustaka Salemba,2013)
h. 294
43
1. Perumusan hipotesis
H0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1: Sampel berasal dari populasi berdistribusitidak normal
2. Data dikelompokan kedalam distribusi frekuensi
3. Menetukan proposi ke-j (Pj)
4. Menentukan 100 Pj yaitu prosentasse luas interval ke-j dari suatu distribusi
5. Menghitung nilai
b. Uji Homogenitas
Uji Barlett digunakan untuk menguji apakah K sampel berasal dari populasi
dengan varians yang sama, atau bermaksud untuk mengetahui apakah varians
populasi asal sampel itu homogen atau tidak. Uji Barlett digunakan untuk menguji
sampel atau kelompok yang lebih dari 2. Langkah-langkah uji Bartlett yaitu : 84
2. S2 gabumgan =
84
Yusri, Statistika Sosial, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013), h. 320
44
3. B = (Log S2gabungan)
4. hitung = (In10)(B – log s2)
5. Jika hitung ( , berari H0 diterima
6. Jika hitung ( , berari H0 ditolak
2. N-Gain
Data yang sudah berdistribusi normal dan homogen maka selanjutnya
dilakukan uji hipotesis statistik menggunakan anova, tetapi sebelumnya perlu
diketahui dahulu peningkatan hasil belajar siswa menggunakan N-Gain :
a. Jkt =
85
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 211
86
Tedjo N Reksoatmodjo, Statistika Untuk Psikologi Dan Pendidikan, (Bandung : Refika
Aditama, 2007), h. 90
45
(c)
b. Jka =
b. Rkd =
t0 (A1 – A3) =
t0 (A2 – A3) =
Hipotesis statistik :
A. Ho : μ1 ≤ μ2 B. Ho : μ1 ≤ μ3 C. Ho : μ2 ≤ μ3
H1 : μ1 ≤ μ2 H1 : μ1 ≤ μ3 H1 : μ2 ≤ μ3
H. Hipotesis Statistik
Perumusan hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 :
H1 : atau setidaknya ada 2 yang tidak sama
Keterangan:
= nilai rata-rata hasil test pembel ajaran dengan metode STES
= nilai rata-rata hasil test pembelajaran dengan metode STEM
= nilai rata-rata hasil test pembelajaran dengn metode STS
87
Yusri, 2013, Statistika Sosial, Yogyakarta : Graha Ilmu, h.342
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
Subbab deskripsi pada data ini menjelaskan gambaran umum dari data
yang telah diperoleh. Data – data yang dideskripsikan disini adalah data hasil
pre-test, post-test,dan nilai N-Gain dari ketiga kelas eksperimen.
Tabel 4.1 hasil pretest dan postest kelas eksperimen SETS, STEM, STS
Kelompok
Data SETS STEM STS
pretest postest pretest postest pretest postest
N 36 36 36 36 36 36
Jumlah nilai 1688,4 2891,25 1754,09 3034,12 1694,11 2856,96
Hasil tabel yang dijelaskan di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai
pre-test pada ketiga kelas eksperimen memiliki nilai yang berbeda, akan
tetapi perbedaan tersebut tidak terlalu besar. Dalam hal ini kelas SETS
memperoleh nilai rata- rata yang sedikit lebih kecil dibandingkan dengan
kelas STEM dan STS. Namun demikian, karena perbedaan rata-rata ketiga
48
kelas tersebut sangat kecil maka dapat disimpulkan bahwa ketiga kelas ini
memiliki keragaman kemampuan yang homogen. Hal ini diperkuat dengan
hasil uji statistik untuk mengetahui perbedaan nilai pre-test ketiga kelas
eksperimen ini. uji statistik perbandingan memperlihatkan hasil bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dari ketiga kelompok
eksperimen. Dengan demikian pemilihan ketiga kelas ini sebagai sampel
penelitian yang layak.
Kelas STEM memperoleh nilai standar deviasi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kelas SETS dan STS. Hal ini berarti bahwa kelas
STEM terdiri dari siswa-siswa yang memiliki keragaman kemampuan yang
merata.
Berbeda dengan hasil perolehan nilai pre-test, pada hasil perolehan nilai
post-test kelas STEM mencapai rata-rata yang lebih tinggi yaitu sebesar
84,28jika dibandingkan dengan kelas SETS yang memperoleh rata-rata nilai
80,31.dan kelas STS dengan rata-rata nilai 79,36 hal ini menunjukan bahwa
telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada ketiga kelas eksperimen.
Berbanding terbalik dengan peningkatan nilai hasil belajar, penurunan
nilai standar deviasi justru terjadi dalam ketiga kelas eksperimen ini. dimana
standar deviasi justru terjadi dalam ketiga kelas eksperimen ini. dimana
standar deviasi pada kelas SETS lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
STEM dan STS. Fakta menunjkan bahwa keragaman kemampuan siswa kelas
STEM setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan
menggunakan karya ilmiah dan kelas STS dengan menggunakan
pembelajaran diskusi kelompok, artinya nilai yang diperoleh siswa lebih
mendekati nilai rata-rata kelas daripada kelas SETS.
Pembelajaran pada ketiga kelas tersebut belum dapat dikatakan berhasil
dengan baik karena pencapaian hasil belajarnya masih relatif rendah namun
pembelajaran kelas STEM sudah labih baik daripada kelas SETS dan STS.
Pernyataan ini diperkuat dengan hasil pencapainan indikator pembelajaran
dari ketiga kelas tersebut pada table 4.2.
49
Pretest Postest
No Indikator
SETS STEM STS SETS STEM STS
Mendeskripsikan 55,55 66,66 69,44 80,55 86,11 83,33
1
sejarah tentang virus. % % % % % %
Mendeskripsikan 45,37 45,06 43,51 78,39 85,80 77,77
2
replikasi virus % % % % % %
Mendeskripsikan 47,77 52,77 49,44 77,77 83,88 75,55
3
ciri-ciri virus % % % % % %
Mengklasifikasikan 59,72 68,05 58,33 80,85 79,16 70,83
4
virus % % % % % %
Menyebutkan peran 45,06 46,14 45,67 81,79 84,25 81,94
5 virus dalam
% % % % % %
kehidupan
2. N-GAIN
Data pada Tabel 4.3 menunjukan bahwa nilai N-Gain kelas STEM
lebih tinggi dari kelas eksperimen SETS dan STS yaitu sebesar 0,78
dengan kategori N-Gain tinggi, sedangkan pada kelas SETS sebersar 0,69
dengan kategori N-Gain sedang dan pada kelas STS sebesar 0,73 dengan
kategori sedang. Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran
tabel N-Gain.
50
3. Lembar Observasi
Nilai Xtabel diambil berdasarkan nilai pada tabel kritis Uji Chi Square
dengan taraf signifikansi 5 %. Kolom kesimpulan dibuat berdasarkan pada
keputusan pengujian hipotesis normalitas uaitu jka X2 hitung ≤ X2 tabel maka
data dinyatakan berdistribusi normal. Sebaliknya jika X2 hitung ≥ X2 tabel maka
data tidak berdistrbusi normal. Pada tabel di atas, terlihat bahwa nilai dari X2
hitung ≤ X2 tabel pada ketiga data sehingga dapat dinyatakan bahwa data
berdistribusi normal, baik pada nilai pretest maupun posttest.
2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas berdasarkan nilai pretest dan posttest dilakukan
pada kelas SETS, STEM, STS dengan menggunakan uji barlett. Uji barlet
digunakan untuk menguji apakah K sampel berasal dari populasi dengan
varians yang sama. K sampel dapat berapa saja karena biasanya uji baelett
digunakan untuk menguji sampel/kelompok yang lebih dari 2, dan dapat
dilihat apakah ketiga varians populasi homogen atau tidak pada Tabel 4.6 .
52
Data homogen
36 Post test 1,07 5,991
Data homogen
Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji
homogenitas juga pengambilan keputusan didasarkan pada ketentuan
pengujian hipotesis homogenitas yaitu jika nilai X2 hitung ≤ X2 tabel maka ho
diterima, artinya bahwa ketiga kelompok data memiliki varians yang
homogen, dan sebaliknya apabila X2 hitung > X2 tabel maka Ho ditolak, artinya
bahwa ketiga kelompok data tidak memiliki varias yang homogen.
Berdasarkan keterangan tabel diatas, tampak bahwa hasil perhitungan tersebut
menyatakan bahwa X2 hitung ≤ X2 tabel maka ho diterima, artinya bahwa ketiga
kelompok data memiliki varias yang homogen, baik pada nilai pretest
maupun nilai postest.
Pada Tabel 4.8 dlapat diketahui perbedaan rata-rata nilai siswa dari data
hasil postest yang telah dilakukan.
Tabel 4.8 pengujian hipotesis dengan anava satu jalur (postest)
Nilai hasil dapat digunakan dengan dba=2 dan dbd= 105 dan didapatkan
harga Fteoritik dalam tabel nilai- nilai F sebesar 3,08 pada taraf signifikasnsi 0,5
dan 4,81 .pada taraf 0,01. Berdasarkan harga Fteoritik dapat dibuktikan bahwa
Fempirik pada data pre test sebesar 0,159 lebih kecil daripada Fteoritik, baik pada
taraf 0,05 maupun taraf 0,01 dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa
terdapat perbedaan yang tidak signifikan terhadap penggunaan model
pembelajaran SETS,STS,STEM dalam pembelajaran biologi siswa.
Perolehan data pada nilai post test, nilai F empirik pada data post test
sebesar 4,93 lebih besar daripada Fteoritik baik pada taraf 0,05 maupun taraf
0,01 dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan terhadap penggunaan model pembelajaran SETS,STEM, STS
dalam pembelajran biologi siswa.
Tabel 4.9 pengujian rata- rata hasil belajar biologi dengan uji-t (dunnet)
Sumber thitung ttabel
T0 (A1 – A2) -2,36
T0 (A1 – A3) 0,45 2,35 1%
T0 (A2 – A3) 2,87
Data pretest juga melalui tahap uji homogenitas, hasil perhitungan uji
homogenitas data pre-test diperoleh nilai Fhitung =0,6447 dan Ftabel = 5,991
pada taraf signifikansi α = 0,05 karena X2hitung < X2tabel berarti H0 diterima.
H0: δ21 = δ22 = δ23 = δ24 (Data Homogen).
Rata – rata skor nilai pada pre-test ketiga kelas masih tergolong rendah
dan relatif sama. Sebagaimana juga hasil analisis uji perbedaan rata-rata
menggunakan uji anava satu jalur diperoleh Fhitung = 0,519 dan Ftabel = 3,08
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal antara ketiga kelas
eksperimen tersebut karena Fhitung < Ftabel, maka tidak terdapat perbedaan yang
berarti antara ketiga kelompok. Sebelum pada uji anava satu jalur, data pre-
test pun melalui tahap normalitas dan uji homogenitas.
Kondisi ini dapat diasumsikan bahwa sebelum diberikannya perlakuan
pembelajaran pada ketiga kelompok eksperimen tersebut, ketiga kelompok
eksperimen bersifat homogen berdasarkan uji statistik. Karena itu, pengujian
hipotesis untuk melihat ada tidaknya perbedaan hasil melalui pendekatan
SETS, STEM, STS dapat didasarkan pada hasil test akhir (post-test).
Hasil yang diperoleh dari pengolahan data postest menunjukan bahwa
sampel berasal dari populasi yang normal, sehingga langkah selanjutnya
adalah uji homogenitas dengan menggunakan uji barlett dengan taraf
signifikan 5%. Nilai signifikan yang diperoleh dari uji homogenitas
sebesar1,1766 nilai tersebut lebih kecil dari Xtabel sebesar 5.99 dan
berdasarkan kriteria pengambilan keputusan maka H0 diterima artinya data
bersifat homogen.
Hasil uji normalitas dan uji homogenitas varian, diketahui bahwa data
ketiga kelas berdistribusi normal dan mempunyai varians homogen, sehingga
untuk menguji apakah terdapat perbedaan hasil belajar dari ketiga kelompok
eksperimen digunakan uji anava satu jalur. Fhitung dari uji anava satu jalur
yaitu 4,93 nilai tersebut lebih tinggi dari Ftabel (5%) yaitu 3,07. Hal ini berarti
adanya perbedaan hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran SETS,
STEM, STS.
56
telah dibuat sesuai dengan skenario pembelajaran SETS, STEM, STS. Hasil
observasi aktivitas guru dapat dilihat pada lampiran 24 dan 26.
Hasil perhitungan statistika untuk ketiga kelas eksperimen tersebut
menunjukan adanya pengaruh terhadap hasil belajar, dibuktikan dengan
deskripsi nilai N-Gain yang menyatakan bahwa dalam pendektan SETS,
STEM, dan STS, siswa mengalami peningkatan hasil belajar dengan kategori
sedang. Hasil analisis N-Gain juga menunjukan bahwa peningkatan hasil
belajar siswa kelas STEM lebih baik daripada peningkatan hasil belajar SETS
dan STS.
Uji anava pretest menyatakan bahwa ketiga pembelajaran tersebut tidak
terdapat perbedaan. Sedangkan dilakukan uji anava postest, membuktikan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa pendekatan SETS, STEM, dan
STS. Selanjutnya, untuk mengetahui hasil belajar biologi kelompok mana
yang berbeda secara signifikan dilakukan uji lanjut statistik Dunnet.
Berdasarkan analisis data hasil uji lanjutan, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar dengan pembelajaran STEM secara signifikan lebih tinggi dari
kelompok SETS dan STS. Hasil belajar dengan pendekatan SETS secara
signifikan lebih rendah dari kelompok pendekatan STS.
Pengajaran dan pembelajaran STEM pelajar bekerja secara kolaboratif,
terlibat dalam penyelesaian masalah, mendesign penyelidikan dan
menilainya, serta membuat aktivitas inkuiri dan refleksi.88 serta
mengintegrasikan konten dan keterampilan ilmu pengetahuan, teknologi,
teknik, dan matematika 89
Pendekatan STEM lebih unggul dibandingkan pendekatan STS dan SETS,
karena terdapat suatu langkah yang berbeda dengan STS dan SETS, yaitu
langkah kreasi, langkah ini merupakan pelaksanaan semua saran dan
pandangan hasil diskusi mengenai ide sesuatu produk baru yang ingin
diaplikasikan.
88
Lilia Halim, jurnal Mencetus SEMULA Minat Terhadap Sains dan Matematk melalui
pendidikan STEM. h. 6
89
Maryland State Departement of Education, STEM Standards of Practice, jurnal, h.1
58
90
Jurnal lilia halim “ Mencetus Semula Minat Terhadap Sains dan Matematik melalui pendidikan
STEM, Malaysia: 2012. h. 12
91
Muhammad syukri, jurnal pendidikan STEM dalam entrepreneural science thinking. Aceh :
2013, h.107
92
Maryland state board of education, STEM standar of practice. 2012, h. 2.
59
93
Ibid., h. 3
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan penerapan
pendekatan pembelajaran SETS, STEM dan STS dalam pembelajaran biologi,
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar
biologi antara kelompok siswa yang diajar menggunakan pendekatan SETS,
STEM dan STS. Terlihat dari perhitungan anava satu jalur terhadap data
posttest ketiga kelas eksperimen yang menunjukan nilai Fempirik > F teoritik 3,08
pada taraf signifikansi 0,05 dan 4,81 pada taraf signifikansi 0,01.
Hasil perhitungan uji Dunnet didapatkan hasil bahwa rata – rata hasil
belajar siswa dengan menggunakan pendekatan STEM lebih tinggi dari
kelompok STS dan pendekatan STS tidak berbeda nyata dari kelompok
SETS, (STEM >SETS ; STS = SETS).
B. Saran
Beberapa saran untuk perbaikan penelitian di masa mendatang adalah
sebagai berikut :
1. Hendaknya guru membuat perencanaan yang matang dalam memilih
materi dan mengalokasikan waktu dalam melaksanakan pendekatan
pembelajaran SETS, STEM dan STS sehingga materi lebih mudah
diterima siswa dan waktu yang terbuang dapat diminimalkan.
2. Dalam melaksanakan pendekatan SETS, STEM dan STS guru perlu
menguasai materi, mengarahkan tugas secara jelas, membimbing dan
memotivasi siswa dalam diskusi, sehingga penerapan model tersebut
berjalan sesuai dengan rencana.
3. Penelitian dengan pendekatan SETS, STEM dan STS ini diharapkan dapat
dipergunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian sejenis dalam
upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan pokok bahasan/mata
pelajaran yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Bybee, Rodger W. 2013. The case for STEM education. America : NSTA Press.
Bungin, Burhan. 2009. Populasi Penelitian Sampel dan Teknik Sampling. Jakarta :
Pranada Media.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta.
Halim, lilia. 2012. Mencetus Semula Minat Terhadap Sains Dan Matematik
Melalui Pendidikan STEM. Presentasi pada kolokium pendidikan sains dan
matematik, UM 12-13 September 2012, h.3.
The Maryland Board of Education. Draft April 2012 Jurnal, tersedia online
www.marylandpublicschools.org/MarylandStateSTEMStandarsofPractice_.
pdf, diakses pada tanggal 14/03/2015, 10:06 h.1.
61
62
Puspita, Diah Indah. 2011. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa Yang
Diajarkan Melalui Pendekatan STAD Dan Tenknik IG. Skripsi : UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Rush, Diana laboy. 2009. Education Through Project – Based Learning, h.2,
tersedia online di Learnin3.com
Suci, Elsa. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Siswa Yang Diajar
Menggunakan Model Pembelajaran ARSS, Quantum learning dan STAD
dalam Pembelajaran Biologi. Skripsi : UIN Jakarta.
Suharsimi, Arikunto. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Suharyadi. 2013. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta :
Pustaka Salemba.
Ward, Hellen. 2010. Pengajaran Sains Berdasarkan Cara Kerja Otak. Jakarta :
Indeks.