SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
NURUL OKTAVIANI
NIM.16031109
ABSTRAK
Nurul Oktaviani. 2020. “Pengaruh Penerapan Model Rotating Trio Exchange
(RTE) Berbantuan Media Couple Card terhadap Kompetensi Belajar
Biologi Peserta Didik di SMA Pembangunan Laboratorium UNP”
KATA PENGANTAR
Tipe Rotating Trio Exchange (RTE) berbantuan Media Couple Card terhadap
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Biologi FMIPA UNP.
bantuan yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu,pada
yang telah memberikan banyak dukungan dalam pembuatan skripsi ini, serta
2. Bapak Drs. Ardi M,Si., sebagai Penguji 1 yang telah memberikan saran dan
5. Ibu Dean Roslaini, S.Pd, M.M., sebagai validator dan guru pamong yang sudah
6. Bapak Dr. Yulkifli, S.Pd, M.Si., selaku Dekan FMIPA yang telah memberikan
7. Pimpinan Jurusan Biologi beserta Bapak dan Ibu Dosen Staf Pengajar, Tata
Usaha dan Laboran Jurusan Biologi yang telah mendidik dan memberikan ilmu
kepada penulis.
8. Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah, Majelis Guru, Staf Tata Usaha, dan
dan motivasi.
Penulis menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan yang tidak
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Penulis
64
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL........................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah.................................................................................. 8
C. Batasan Masalah........................................................................................ 9
D. Rumusan Masalah...................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian....................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian..................................................................................... 9
A. Kajian Teori............................................................................................... 11
B. Penelitian Relevan..................................................................................... 27
C. Kerangka Konseptual................................................................................ 30
B. Definisi Oprasional.................................................................................... 32
E. Prosedur Penelitian.................................................................................... 35
F. Instrumen Penelitian.................................................................................. 37
A. Hasil Penelitian.......................................................................................... 47
B. Pembahasan .............................................................................................. 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 54
B. Saran ......................................................................................................... 54
LAMPIRAN ................................................................................................... 58
66
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
14. Perhitungan Nilai Rata-rata, Varians, dan Standar Deviasi Kelas Sampel 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
memiliki kompetensi abad 21 dan mampu bersaing secara global. Elemen utama
dalam Kurikulum 2013 yaitu adanya perbaikan dalam kompetensi yang mencakup
potensi yang dimilikinya. Potensi yang harus dimiliki peserta didik terkait dengan
keterampilan (psikomotor). Potensi yang ada dalam diri peserta didik kurang
center). Sesuai tuntutan Kurikulum 2013, dimana peserta didik harus menjadi
dengan Guru Biologi kelas XI, Ibu Dean Roslaini, S.Pd, MM pada tanggal 31
70
pembelajaran. Metode yang sering digunakan yaitu metode ceramah dan tanya
jawab, sedangkan untuk metode diskusi jarang digunakan. Misalnya dalam satu
pokok bahasan yang terdiri dari lima kali pertemuan, diskusi hanya dilakukan satu
atau dua kali pertemuan saja. Hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada
peserta didik, mereka merasa senang saat guru menerapkan metode diskusi namun
kendalanya adalah peserta didik menjadi kurang paham terhadap materi karena
kelompok yang biasanya terdiri dari 5-6 orang menyebabkan diskusi kelompok
memahami materi karena materi biologi bersifat hafalan dan dalam jumlah banyak
sehingga peserta didik menjadi tidak tertarik dan merasa bosan untuk belajar. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran biologi
bahwa banyak peserta didik yang merasa sulit dalam belajar biologi karena jumlah
KKM 78 yang dapat diketahui dari hasil observasi peneliti pada peserta didik
Tabel 1. Rata-rata nilai Ujian Tengah Semester 1 Mata Pelajaran Biologi Kelas
XI MIA di SMA Pembangunan Laboratorium UNP Tahun Pelajaran
2019/2020
Tuntas (≥78) Tidak Tuntas (<78)
Jumlah
Nilai Rata- Jumlah Jumlah
Kelas Peserta
rata UTS Peserta Persentase Peserta Persentase
(%) (%) Didik
Didik Didik
XI MIA 1 55,65 0 0% 27 100% 27
XI MIA 2 59,78 0 0% 27 100% 27
Sumber: Guru Biologi Kelas XI SMA Pembangunan Laboratorium UNP.
peserta didik juga dikarenakan dalam proses pembelajaran hanya beberapa peserta
didik yang aktif bertanya. Hal ini disebabkan karena kurangnya variasi strategi
pembelajaran. Metode ceramah dan diskusi yang digunakan guru sudah baik,
namun akan lebih baik jika guru memvariasikan strategi pembelajaran dikelas.
Variasi ini dapat berupa variasi model pembelajaran dan media pembelajaran.
Untuk itu, guru harus mampu memilih variasi strategi pembelajaran yang dapat
didik masih ada yang menggunakan alat praktikum di luar fungsi seharusnya. Hal
72
yang terlihat adalah kurangnya keterampilan peserta didik dalam unjuk kerja baik
berupa tindakan maupun hasil kerja berupa tugas praktik, proyek, produk, dan lain
sebagainya.
jumlah anggota kelompok terlalu banyak maka anggota kelompok lebih banyak
yang bercerita. Untuk itu, model pembelajaran kooperatif tipe RTE diharapkan
masing kelompok hanya terdiri dari 3 orang sehingga diskusi diharapkan bisa
lebih efektif. Muawanah (2019: 16) mengungkapkan model RTE merupakan cara
Model RTE diharapkan dapat melatih peserta didik untuk dapat berkomunikasi
dengan baik, sehingga peserta didik saling bertukar pikiran dengan temannya
sikap dan aspek keterampilan. Penelitian Hasanah dan Ahmad Fathoni (2019: 5)
belajar peserta didik. Selain agar peserta didik termotivasi untuk belajar karena
Model RTE menuntut peserta didik untuk berpindah atau berotasi dari satu
kelompok ke kelompok lain, sehingga setiap pokok bahasan diskusi akan dibahas
RTE yaitu, (1) peserta didik bekerja antar peserta didik dalam kerjasama dan
(2) mendorong peserta didik untuk aktif dan saling membantu dalam menguasai
Rata-rata nilai ulangan harian sistem sirkulasi lebih rendah diantara semua
seperti materi sistem perdaran darah sangat cocok disajikan dengan model RTE.
jantung, peredaran darah, sistem limfa, dan gangguan penyakit sistem peredaran
darah. Alasan pemilihan model RTE yaitu pada materi peredaran darah proses
beredarnya darah dari jantung ke seluruh tubuh atau dari jantung ke paru dapat
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Salah satu media
couple card merupakan media pembelajaran yang berisi kartu berpasangan yaitu
terdapat kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang saling melengkapi, tujuannya
keseluruhan. Hal ini membuat peserta didik merasa malas untuk berdiskusi. Untuk
itu, media couple card dapat digunakan sebagai pengganti LKPD dimana di dalam
media couple card pertanyaan diskusi disajikan satu persatu, peserta didik akan
fokus pada satu pertanyaan diskusi sehingga peserta didik akan memahami materi
dengan baik. Selain itu, penggunaan media couple card yang menarik dapat
75
card dapat meningkatkan kompetensi belajar peserta didik. Rahmi (2018: 83)
couple cardpada mata pelajaran kimia pada sub materi tata nama senyawa
hidrokarbon dimana terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara sebelum dan
kooperatif tipe RTE terhadap keterampilan kooperatif dan hasil belajar peserta
B. Identifikasi Masalah
diskusi.
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
Laboratorium UNP.
F. Manfaat Penelitian
2. Bagi guru, masukan dalam menerapkan model mengajar yang tepat dalam
guru.
lanjutan.
78
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Kajian Teori
model Rotating Trio Exchange (RTE), media couple card, kompetensi belajar, dan
1. Proses Pembelajaran
hasil dari belajar berupa perubahan perilaku atau sikap (Hamalik, 2009: 27).
Selain itu, belajar juga sebagai modifikasi atau peneguhan melalui pengalaman.
Jadi belajar adalah suatu proses dasar dari perkembangan hidup manusia, sehingga
terjadi perubahan kualitas individu dan tingkah lakunya berkembang (Lufri, 2007:
11).
itu, Antony dalam Trianto (2009: 15) juga mendefinisikan belajar sebagai proses
Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik di sengaja maupun tidak
disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan
pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap
sebagai suatu proses perubahan perilaku tetap dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak faham menjadi faham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari
Proses belajar akan terjadi dalam diri peserta didik melalui proses
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
merupakan interaksi antara guru dan peserta didik, sehingga terjadi suatu
komunikasi yang terarah untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
potensi peserta didik agar berinteraksi antar sesama individu sebagai warga negara
yang baik termasuk mengelola lingkungan alam secara bijak. Sejalan dengan itu,
menurut Lufri (2007: 50) model pembelajaran adalah pola atau contoh
apabila aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi peserta didik agar benar benar memahami
menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide
Slavin dalan Trianto (2010: 110). Pembelajaran yang bernaung dalam teori
bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang
sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin
yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi
pembelajaran kooperatif sebagai sebuah bentuk kerja sama peserta didik dalam
(cooperative learning), dan kerja kelompok (group work), juga menunjukkan ciri
individu, (3) heterogen, (4) berbagi kepemimpinan, (5) berbagi tanggung jawab,
(6) menekankan pada tugas dan kebersamaan, (7) membentuk keterampilan sosial,
(8) peran guru/dosen mengamati proses belajar (9) efektivitas belajar tergantung
pada kelompok.
atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Selain itu, tujuan pokok belajar
yang sulit, dan membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
82
pembelajaran.
a. Peserta didik tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata kata secara verbal dan
c. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
terhadap sekolah.
2006: 249).
83
Menurut Isjoni dalam Sari (2017: 13) model Rotating Trio Exchange
(RTE) adalah model pembelajaran dimana dalam satu kelompok terdiri dari 3
orang peserta didik, yang diberi nomor 0, 1, dan 2, nomor 1 berpindah searah
jarum jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan arah jarum jam sedangkan nomor
Setelah itu, kelompok dirotasikan kembali dan terjadi trio yang baru. Setiap trio
1. Penjelasan materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru dan materi
2. Pembentukan kelompok oleh guru secara heterogen yang terdiri dari 3 orang
berpindah searah jarum jam dan simbol nomor 2 berlawanan jarum jam,
d. Guru memberikan pertanyaan baru atau bahan diskusi baru untuk didiskusikan
oleh trio baru tersebut dan ditambahkan lagi tingkat kesulitan soal.
kembali terjadi yakni peserta didik dengan simbol 1, dan 2 kembali bertukar
tempat.
f. Setelah itu bahan diskusi berupa LKS kembali dibagikan, untuk dikerjakan
diskusi tentang isi pelajaran dengan menggunakan pertanyaan yang tidak ada
memutar satu trio searah jarum jam. Peserta didik dengan nomor 2 untuk
memutar dua trio searah jarum jam, sedangkan nomor 0 tetap ditempat.
pertanyaan pembuka.
peserta didik saling mengenal satu sama lain, belajar tentang sikap,
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model RTE merupakan model
pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk aktif dalam diskusi. Peserta
86
sehingga peserta didik menguasai konsep pelajaran. Selain itu juga terjadi
interaksi antar kelompok karena dilakukan rotasi dalam model RTE ini.
1) Struktur yang jelas yang dapat memungkinkan peserta didik untuk berbagi
yang di peroleh.
3) Tidak terdapat kebosanan pada saat pembelajaran karena peserta didik akan
dirotasi.
1) Peserta didik kurang memperhatikan guru dan lebih senang bermain dan
2) Peserta didik akan mengerjakan tugas apabila didampingi oleh guru, dan
peserta didik tidak bisa mengeluarkan gagasan ide yang mereka miliki.
dan biasanya tidak semuanya teman sekelas mereka (Silberman, 2006: 85).
Diantara keunggulan model RTE adalah struktur yang jelas yang dapat
dengan waktu yang teratur, serta peserta didik mempunyai banyak kesempatan
87
untuk mengolah infomasi yang diperoleh, dan juga peserta didik tidak terdapat
perhatian, dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi (Sudirman, 2006: 7). Media pendidikan sebagai salah satu
sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan anak didik. Media
sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audio visual.
Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus
kompetensi guru itu sendiri (Djamarah, 2006: 123). Media visual dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif yang dapat merangsang dan memotivasi peserta didik
untuk belajar.
yang berisi kartu berpasangan yaitu terdapat kartu pertanyaan dan kartu jawaban
yang saling melengkapi, tujuannya agar peserta didik dapat menemukan kartu
jawaban yang tersedia. Kartu jawaban lebih banyak dibandingkan kartu soal
supaya dapat melatih analisis peserta didik dalam menentukan jawaban yang
sesuai dan juga dapat mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi yang
diajarkan. Sedangkan Rahmi (2018: 81), menyatakan bahwa media couple card
mudah dibuat dan didapatkan. Keunggulan lain dari media couple card yaitu
dapat mengajak peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
88
konsep dalam suasana yang menyenangkan. Selain itu, media juga dapat
karena disajikan dalam bentuk permainan. Penggunaan media couple card pada
5. Kompetensi Belajar
kompetensi sikap berupa sikap religius dan etika sosial yang tinggi dalam
harus dipenuhi oleh peserta didik. Kompetensi ini mencakup tiga aspek yakni,
a. Kompetensi Pengetahuan
konsep-konsep keilmuan yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui proses
suatu materi, artinya peserta didik mampu menyerap arti dari materi yang
89
konsepkonsep keilmuan yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui proses
belajar mengajar.
1) Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Teknik penilaian tertulis dipergunakan untuk
penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Bentuk-bentuk dari tes
tertulis yaitu, soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat (pendek), benar salah
2) Tes lisan
Tes bentuk lisan adalah tes yang dipergunakan untuk mengukur tingkat
lisan. Dan ditanggapi peserta didik secara langsung dengan menggunakan bahasa
verbal (lisan) juga. Pelaksanaan tes lisan dilakukan dengan cara mengadakan
3) Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa
kompetensi pengetahuan yang telah pelajari atau dikuasai di kelas melalui proses
pembelajaran
b. Kompetensi Sikap
Kurikulum 2013, dibagi menjadi dua yaitu (1) sikap spiritual yang terkait dengan
pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan (2) sikap sosial, yang
demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual terdapat pada kompetensi inti
1 (KI-1) dan sikap sosial terdapat pada kompetensi inti (KI-2). Kompetensi sikap
sosial dan spiritual tidak dijabarkan kepada peserta didik, namun kompetensi ini
keteladanan.
c. Kompetensi Keterampilan
Tabel 4.
didik pada aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek keterampilan, yaitu
adanya interaksi antar peserta didik dalam kelompok dengan kelompok lain serta
(RTE) adalah model pembelajaran dimana dalam satu kelompok terdiri dari 3
jarum jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan arah jarum jam sedangkan nomor
Setelah itu,kelompok dirotasikan kembali dan terjadi trio yang baru. Setiap trio
disajikan dalam bentuk soal dengan bantuan media couple card, sehingga dapat
menarik dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Berdasarkan yang sudah
disampaikan, maka model RTE berbantuan media couple card menjadi pilihan
Iffatunnisa (2017: 17) menyatakan kelebihan model RTE yaitu: (1) peserta
peserta didik tidak akan mengalami kejenuhan karena peserta didik memiliki
banyak kesempatan untuk bertukar pendapat dengan anggota baru disetiap sesi
pertanyaan. Beberapa peneliti lain juga sudah menunjukkan hasil yang positif
dalam penerapan model RTE ini. Sari (2017: 94) menyatakan bahwa penerapan
model model RTE pada pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar peserta didik. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai
aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada tiap siklusnya. Wahono (2013: 61)
efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dlihat dari
media couple card dimana terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil
belajar peserta didik antara sebelum dengan setelah menggunakan model RTE
berbantuan media couple card. Hal tersebut dilihat dari adanya peningkatan hasil
belajar. Model RTE dapat membantu peserta didik dalam memahami materi dan
94
sehingga peserta didik memahami materi yang telah disampaikan. Selain itu,
keaktifan peserta didik pada proses pembelajaran berlangsung yang terlihat pada
B. Penelitian Relevan
dilakukan. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut.
Rotating Trio Exchange (RTE) berbantuan Media Couple Card Pada Sub
Materi Tata Nama Senyawa Hidrokarbon Terhadap Hasil Belajar Peserta didik
terdapat peningkatan terhadap hasil belajar peserta didik antara sebelum dan
media couple card pada sub materi tata nama senyawa hidrokarbon. Perbedaan
penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada penelitian ini yang dilihat
adalah hasil belajar sedangkan pada peneliti yang akan dilakukan yaitu menilai
sikap.
bahwa terjadi peningkatan skor hasil belajar peserta didik sesudah tindakan
95
peneliti lakukan adalah pada penelitian ini yang dilihat adalah hasil belajar
sedangkan pada peneliti yang akan dilakukan yaitu menilai kompetensi peserta
akan peneliti lakukan adalah pada penelitian ini yang dilihat adalah hasil
belajar sedangkan pada peneliti yang akan dilakukan yaitu menilai kompetensi
belajar klasikal pada sisklus I sebesar 50,00% meningkat menjadi 78,12% pada
siklus II. Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada
penelitian ini yang dilihat adalah hasil belajar sedangkan pada peneliti yang
C. Kerangka Konseptual
Kurikulum 2013
Masalah
Posttest Posttest
Keterangan :
D. Hipotesis Penelitian
hipotesis pada penelitian ini adalah pengaruh penerapan model Rotating Trio
UNP.
98
BAB III
METODE PENELITIAN
yang digunakan pada penelitian ini adalah Randomized Control Group Posttest
Only Design yang membandingkan hasil posttest antara kelas eksperimen dan
Keterangan:
X : Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange
(RTE) berbantuan media couple card.
T : Posttest (tes akhir).
Penelitian ini menggunakan dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan
couple card, sedangkan pada kelas kontrol dengan menerapkan model Direct
Intruction.
B. Definisi Operasional
1. Model Rotating Trio Exchange (RTE) berbantuan media couple card yang
dalam satu kelompok terdiri dari tiga anggota kelompok, dimana masing-
akan dirotasikan sesuai dengan nomor. Nomor 1 akan berpindah searah jarum
99
jam, nomor 2 berlawanan arah jarum jam dan nomor 0 tetap di kelompok.
Kelompok akan membahas materi diskusi yang disajikan dalam media couple
card. Couple card berisi satu pertanyaan yang akan didiskusikan. Setelah
berotasi, kelompok baru akan diberi couple card berisi pertanyaan diskusi yang
baru.
materi peserta didik yang dilihat dari tes yang diberikan, tes yang diberikan
berupa tes tertulis berupa posttest dengan bentuk pilihan ganda (multiple
sikap yang dinilai oleh peneliti adalah perilaku peserta didik pada saat
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MIA di
2. Sampel
1. Variabel
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
variabel terikat atau variabel akibat. Variabel bebas dalam penelitian ini
couple card.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kompetensi belajar peserta didik
2. Data Penelitian
a. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung
dari sampel yang diteliti. Data primer dalam penelitian ini berupa hasil belajar
b. Sumber data
Sumber data dari penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIA di SMA
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
1. Tahap Persiapan
b. Meminta data nilai ulangan harian pada mata pelajaran biologi kelas XI MIA
setiap kelas.
c. Menentukan populasi dan sampel dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
dan psikomotor.
2. Tahap Pelaksanaan
model RTE berbantuan media couple card dan menggunakan model Direct
3. Tahap Penyelesaian
a. Memberikan tes akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Mengolah data hasil tes kelas sampel penelitian secara statistik sebagai hasil
penelitian.
c. Menarik kesimpulan dari hasil yang didapat dengan teknis analisis data yang
digunakan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis (test) untuk kompetensi pengetahuan
dan pengamatan (non test) untuk kompetensi sikap dan kompetensi keterampilan.
104
1. Kompetensi Pengetahuan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Lembaran tes
berisi soal-soal yang sesuai dengan materi yang diberikan selama penelitian. Tes
yang diberikan berupa tes objektif dengan 5 alternatif. Untuk mendapatkan tes
Tes yang dipakai dalam penelitian ini adalah tes objektif. Tes objektif yang
digunakan adalah dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice) yang terdiri dari 5
pilihan yaitu, A, B, C, D, dan E. Peserta didik yang menjawab akan diberi nilai 1
dan peserta didik yang menjawab salah akan diberi nilai 0. Langkah-langkah yang
4) Melaksanakan uji coba tes di SMA Pertiwi pada tingkat kelas yang lebih tinggi
5) Melaksanakan analisis butir soal dari tes yang sudah di uji cobakan.
Hasil uji coba tes tersebut dianalisis untuk mengetahui layak atau tidaknya
butir soal tersebut diberikan kepada peserta didik untuk mendapatkann butir soal
yang baik, maka dilakukan analisis butir soal dengan melakukan uji validitas,
b. Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana alat ukur ini
dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas mengacu kepada ketepatan
suatu kesimpulan yang dibuat oleh peneliti (Lufri, 2005: 115). Validitas tes
menunjuk pada pengertian apakah tes itu dapat mengukur apa yang akan diukur.
Validitas tes yang digunakan adalah validitas logis. Validitas logis yaitu
materi soal yang di uji cobakan dengan Kompetensi Dasar dan Indikator
Pencapaian Kompetensi. Menurut Lufri (2005: 121) validitas isi suatu alat ukur
ditentukan oleh sejauh mana isi alat ukur tersebut mewakili semua aspek yang
dengan dosen biologi dan salah satu guru SMA Pembangunan Laboratorium UNP.
sukar dan mudahnya sesuatu soal. Semakin tinggi indeks kesukaran butir maka
soal semakin mudah. Soal yang baik adalah soal tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Tes yang dilakukan adalah tes tertulis bentuk soal objektif. Untuk
P= 𝐵
𝐽𝑆
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh peserta didik peserta tes
106
Kriteria indeks kesukaran yang dipakai untuk soal posttest adalah 0,00-
suatu tes dapat membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi
dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Daya pembeda item dapat
(Sudijono, 2007: 387). Tes bentuk objektif dalam menghitung daya pembeda
B A −B B
D = J J = PA- PB
A B
Keterangan:
D = daya pembeda soal yang dicari
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab salah
BA
PA =
JA
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB
PB =
JB
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Arikunto (2010: 214).
e. Reliabilitas Tes
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat ukur atau alat pengumpul data.
Suatu instrumen dapat dikatakan reliable atau dapat dipercaya bila instrumen
(Lufri, 2005: 122). Untuk memperoleh indeks reliabilitas seluruh tes digunakan
aplikasi Anates Ver 4.0.2. Kriteria yang dijadikan rujukan untuk tingkat reliabilitas
Kriteria realibilitas tes yang dipakai pada penelitian ini adalah 0,400-1,00
2. Kompetensi Sikap
observasi ini merupakan instrumen nontest dengan pemberian skor untuk setiap
indikator sikap yang telah ditentukan dalam kriteria pada instrumen sikap.
daftar cek (check list). Penilaian sikap dalam pembelajaran dilakukan selama
empat kali pertemuan. Agar penilaian ini valid dan mampu mengukur kompetensi
sikap peserta didik, maka dilakukan validasi terhadap lembar observasi oleh
pembimbing dan oleh guru. Format penilaian sikap dapat dilihat pada Tabel
Tabel 10, indikator penilaian sikap dapat dilihat pada Tabel 11 dan kriteria
Tabel 10. Contoh Tabel Lembar Observasi Penilaian Perkembangan Sikap Peserta
Didik
No Nama Skor Indikator Sikap Sosial Total
Peserta Disiplin Percaya Tanggung Kerja Skor
Didik Diri Jawab Sama
1.
2.
3.
4.
Dst.
3. Kompetensi Keterampilan
110
13.
pengetahuan, sikap dan keterampilan pada penelitian ini adalah uji normalitas, uji
atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas memakai uji Lilliefors, dengan
a. Menyusun data X1, X2, X3, ..., Xn kompetensi peserta didik dalam tabel mulai
b. Data X1, X2, X3, ..., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ..., Zn dengan
rumus:
𝑍1 = 𝑋1−𝑋
𝑆
e. Menentukan harga S(Zi), yaitu proporsi skor baku yang lebih kecil atau sama
𝑆(𝑍𝑖 ) = 𝐹 (𝑍𝑖 )
𝑛
g. Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut yang
disebut L0.
h. Membandingkan nilai Lo dengan nilai kritis Ltabel yang diambil dari taraf nyata
yang dipilih. Kriterinya diterima yaitu hipotesis itu normal jika Lo lebih kecil
2. Uji Homogenitas
112
yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, uji homogenitas data
𝐹 = 𝑆1 2
𝑆2 2
Keterangan:
F : varians kelompok data
𝑆1 2 : varians terbesar
𝑆2 2 : varians terkecil
Untuk taraf nyata= 0,05 apabila Fhitung berada dalam batas kriteria
pengujian diatas, maka sampel berasal dari populasi varians homogen, dan
sebaliknya Fhitung tidak berada pada perhitungan diatas berarti varians tidak
3. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas terhadap nilai aspek
memiliki varians yang homogen, maka untuk uji hipotesis peneliti menggunakan
xi−x
t=
S
√ 1 1
+
n1 n2
Dengan kriteria pengujian terima hipotesis nihil (H0) jika thitung <ttabel dan hipotesis
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dari Penelitian yang telah dilakukan pada kedua kelas sampel di SMA
belajar peserta didik pada aspek pengetahuan diperoleh dari hasil tes akhir
(posttest) peserta didik, pada aspek sikap dinilai setiap kali pertemuan oleh dua
simpangan baku kedua kelas sampel yang dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah
ini.
Tabel 14. Perhitungan Nilai Rata-rata, Varians, dan Standar Deviasi Kelas
Sampel
Kelas
Kompetensi n x̅ S S2
Sampel
Pengetahuan Eksperimen 27 77,93 11,81 139,53
Kontrol 27 68,30 12,10 146,37
Sikap Eksperimen 27 82,00 4,08 16,65
Kontrol 27 70,58 6,23 38,81
Keterampilan Eksperimen 26 83,89 8,41 70,72
Kontrol 32 79,22 8,11 65,72
Keterangan:
n : jumlah anggota sampel
x̅ : nilai rata-rata
S : simpangan baku
114
S2 : varians
nilai rata-rata yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Hal ini karena pada kelas
couple card sedangkan pada kelas konrol tidak diterapkan model RTE berbantuan
media couple card melainkan dalam proses pembelajaran model yang diterapkan
Hasil uji normalitas diperoleh harga L0 dan Ltabel pada taraf nyata 0,05
pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan pada kedua kelas sampel
terdistribusi normal. Analisis lengkap mengenai uji normalitas dapat di lihat pada
homogenitas untuk mengetahui apakah data memiliki varians yang homogen atau
Sikap Eksperimen
0,43 Homogen
Kontrol
Keterampilan Eksperimen 1,08 Homogen
Kontrol
pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan pada kedua kelas sampel
memiliki varians yang homogen. Analisis lengkap mengenai uji normalitas dapat
di lihat pada Lampiran 22-24. Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas
dapat diketahui bahwa data terdistribusi normal dan memiliki varians yang
couple card. Hasil analisis untuk uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 17.
Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa thitung > ttabel, maka HI diterima, yaitu
terhadap kompetensi belajar peserta didik pada aspek pengetahuan, sikap dan
B. Pembahasan
model RTE berbantuan media couple card memiliki nilai pengetahuan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang tidak menerapkan model RTE
berbantuan media couple card. Hasil analisis uji hipotesis diketahui bahwa
penerapan model RTE berbantuan media couple card berpengaruh positif terhadap
peningkatan kompetensi belajar pada aspek pengetahuan peserta didik kelas pada
Berdasarkan hasil analisis ini, kompetensi belajar peserta didik pada aspek
pengetahuan di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal ini
peserta didik pada kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol.
Penelitian Wahono (2013: 61) juga menyatakan bahwa penggunaan model RTE
dalam pembelajaran sudah efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan peserta didik secara klasikal.
card dalam proses pembelajaran. Model RTE berbantuan media couple card
dapat bekerjasama dengan peserta didik dari kelompok lain melalui perputaran
yang diperoleh dan mudah dalam menemukan serta memahami konsep yang sulit.
(2014: 8) menjelaskan bahwa model RTE mendorong peserta didik untuk aktif
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk memperoleh hasil
belajar yang baik. Sejalan dengan itu, penelitian Astuti (2016: 7) juga menyatakan
Media couple card yang digunakan juga dapat membuat peserta didik
lebih paham materi karena soal disajikan satu persatu dalam media couple card.
Peserta didik akan mendiskusikan satu persatu soal yang diberikan sehingga
Kompetensi belajar pada aspek sikap peserta didik dinilai oleh 2 orang
peserta didik kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan model RTE
berbantuan media couple card lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang
tidak menerapkan model RTE berbantuan media couple card. Berdasarkan hasil
tipe RTE berbantuan media couple card berpengaruh positif terhadap peningkatan
118
kompetensi belajar pada aspek sikap peserta didik pada materi sirkulasi di SMA
dapat membuat peserta didik berinteraksi dan bekerjasama dengan peserta didik
Sintaks pada model RTE menuntut peserta didik untuk berotasi dari satu
yang diberikan dengan kelompok berbeda. Hal ini dapat melatih peserta didik
untuk menghargai pendapat setiap anggota kelompok. Selain itu, variasi dalam
model ini dapat menarik perhatian peserta didik sehingga peserta didik aktif dalam
proses pembelajaran. Selain itu, selama proses pembelajaran peserta didik tidak
akan merasa bosan karena setiap selesai mendiskusikan satu soal kelompok akan
dirotasi, sedangkan pada kelas kontrol kompetensi sikap peserta didik jauh lebih
rendah. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran didominasi oleh guru
peserta didik kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan model RTE
berbantuan media couple card lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang
tidak menerapkan model RTE berbantuan media couple card. Berdasarkan hasil
analisis uji hipotesis diketahui bahwa penerapan RTE berbantuan media couple
Laboratorium UNP.
hasil akhir penelitian yang menunjukkan bahwa nilai kelas eksperimen lebih
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kompetensi sikap (82,00), dan keterampilan (83,89) pada kelas eksperimen lebih
tinggi dari pada kelas kontrol berturut-turut 68,30; 70,58; dan 79,22. Hasil analisis
hipotesis di ketahui bahwa thitung pada ketiga kompetensi ini lebih besar dari ttabel.
Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan model Rotating Trio Exchange (RTE) berbantuan media couple card
B. Saran
diharapkan dapat mengelola kelas lebih baik lagi sehingga pembelajaran lebih
kondusif.
3. Penelitian ini hanya terbatas pada materi sistem siirkulasi, maka disarankan
pada peneliti lain agar dapat melanjutkan peneltian ini pada materi dan sampel
yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, Rezeki. 2017. Hasil Belajar Biologi Materi Sistem Gerak dengan
Menerapkan Model Rotating Trio Exchange (RTE) pada Siswa Kelas XI
SMAN 4 Bantimurung. Jurnal Dinamika,Vol. 08, No.1: 11-17.
Astuti, Rini. 2015. Penerapan Model Rotating Trio Exchange (RTE) untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrolisis
Garam di Kelas XI IPA SMA N 9 Pekanbaru. Skripsi. Riau: Universitas
Negeri Riau.
Dipayana, dkk. 2014. Pengaruh Model Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap
Hasil Belajar Matematika. Jurnal Ilmiah. Vol. 6 No. 1: 1-10.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Asdi Mahasatya.
Hasanah, Mariawati dan Ahmad Fathoni. 2018. Penerapan Model Rotating Trio
Exchange Berbantu Multimedia Interaktif terhadap Hasil Belajar
Edumatic. Jurnal Pendidikan Informatika, Vol. 3, No. 1: 1-6.
122
Hasanah, Nor Fajariyatul, Mohammad Edy Nurtaman, dan Umi Hanik. 2018.
Pengaruh Model Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap Hasil Belajar dan
Minat Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Pinggir Papas 1 Sumenep.
Jurnal Widyagogik, Vol. 6, No. 2: 112-121.
Iffatunnisa, Ana. 2017. Pengaruh Model RTE (Rotating Trio Exchange) terhadap
Hasil Belajar pada Aspek Kognitif IPA Terpadu Kelas VII SMP Negeri 3
Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus pada Materi Wujud Zat dan
Perubahannya. Skripsi. Lampung: Institut Agama Islam Negeri Raden
Intan.
Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah
123
Sari, Defita Purba. 2017. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Rotating
Trio Exchange (RTE) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Matematika Kelas V SD Negeri Karang Sari Kecamatan Padang Ratu.
Skripsi. Lampung: Universitas Lampung.
Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Nusamedia
Sukmawati, Rahmania, Sudarmin dan Novi Ratna Dewi. 2017. Pengaruh Model
Think Pair Share Berbantuan Media Couple Card Tema Bunyi terhadap
Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berkomunikasi Ilmiah. Skripsi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
124
Sunadi, Ririn. Pengaruh Model Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap Hasil
Belajar Fisika dan Hasil Kerjasama Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1
Sengkang Kabupaten Wajo. Skripsi. Makassar: UIN Alauddin Makassar.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
dengan perbandingan hasil data signifikasi >0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan perbandingan hasil data signifikasi > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik
mampu:
Pertemuan Pertama
1. Menjelaskan pengertian sistem peredaran darah dan fungsi darah pada
manusia.
2. Menjelaskan struktur dan fungsi komponen darah pada manusia.
3. Menjelaskan mekanisme pembekuan darah.
4. Menjelaskan cara penggolongan darah pada manusia
v
Pertemuan Kedua
1. Menganalisis kaitan struktur organ peredaran darah dengan fungsinya pada
sistem peredaran darah manusia.
2. Membedakan sistem peredaran darah besar dengan sistem peredaran darah
kecil
Pertemuan Ketiga
1. Menjelaskan komponen penyusun sistem limfa.
2. Menjelaskan sistem peredaran limfa.
Pertemuan Keempat
Menganalis kaitan kelainan organ peredaran darah terhadap fungsi sistem
peredaran darah.
Pertemuan Kelima
Ulangan Harian (Posttest)
C. Materi Pembelajaran
Pertemuan Pertama
1. Pengertian Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah merupakan sistem transportasi tubuh secara
fungsional menghubungkan organ-organ pertukaran dengan sel-sel tubuh,
mengangkut bahan-bahan yang dibutuhkan, seperti O2 dan zat makanan atau
bahan-bahan sisa metabolisme seperti CO2 dan urea.
2. Fungsi Darah
Darah berfungsi antara lain, sebagai berikut:
a. Mengangkut bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh
b. Mengendalikan stabilitas suhu tubuh
c. Sebagai alat pertahanan tubuh
d. Mengatur keseimbangan pH
e. Berperan dalam pembekuan darah jika terjadi luka
3. Komponen Darah
Darah terdiri atas dua komponen, yaitu:
1. Plasma Darah
Plasma darah merpakan bagian cair yang bewarna kekuningan, terdiri atas:
vi
3) Katup jantung
Antara serambi dan bilik, antara bilik dan nadi terdapat katup atau valvula.
Fungsi katup ini untuk menjaga agar aliran darah tetap searah. Katup jantung
terdiri atas dua, yaitu katup trikuspidalis dan katup bikuspidalis.
B. Pembuluh Darah
Berdasarkan aliran darahnya, pembuluh darah dibedakan atas tiga, yaitu:
1. Pembuluh nadi atau arteri
2. Pembuluh balik atau vena
3. Pembuluh kapiler
2. Siklus Jantung
Siklus jantung terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan
jantung) dan diastole (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel
mengalami siklus sistol dan diastole yang terpisah. Kontraksi terjadi akibat
penyebaran eksitasi ke seluruh jantung, sedangkan relaksasi timbul satelah
repolarisasi otot jantung.
3. Mekanisme Sistem Peredaran Darah
a. Peredaran darah besar (sistemik), yaitu peredaran darah dari jantung (bilik kiri)
menuju keseluruh tubuh (kecuali paru-paru) dan kembali ke jantung (serambi
kanan).
b. Peredaran darah kecil (pulmonalis), yaitu peredaran darah dari jantung (bilik
kanan) menuju ke paru-paru kembali ke jantung (serambi kiri). Selain itu, ada
juga sistem vena porta, yaitu vena dari suatu alat tubuh sebelum menuju ke
jantung, mampir dulu ke suatu alat.
Pertemuan Ketiga
1. Komponen Penyusun Limfa
A. Organ limfa
1) Nodus limfa
Nodus limfa memiliki struktur berbentuk oval berukuran 1-20 mm,
tersusun dari sejumlah pembuluh limfa. Nodus limfa antara lain nodus sub
maksila dibagian dasar mulut, nodus servik di leher, nodus supratroklear di atas
lekukan siku, nodus ketiak dan nodus inguen di lipatan paha
viii
2) Kelenjar timus
Timus terletak di dada berwarna kemerahan, terdiri atas 2 lobus dan
berperan dalam sistem kekebalan karena memproduksi limfosit T. Ukuran limfosit
pada bayi 10 gram dan berkembang hingga 30-40 gram saat remaja dan
selanjutnya akan mengecil lagi
3) Kelenjar amadel (tonsil)
Tonsil terletak di bagian kanan dan kiri faring di belakang rongga mulut.
Tonsil berfungsi menahan kuman (misanya bakteri dan virus) yang masuk melalui
mulut, hidung dan kerongkongan.
4) Limpa (lien)
Kelenjar berwarna ungu tua yang terdapat di sebelah kiri abdomen (di
bawah iga ke-9, 10, 11 dan permukaan luarnya menyentuh diafragma.
B. Pembuluh Limfa
Pembuluh limfa terdiri atas komponen sebagai berikut.
1) Kapiler limfa
2) Saluran limfa (Lakteal)
3) Pembuluh pengumpul
4) Batang limfa
5) Duktus limfa
C. Cairan Limfa
Cairan lmfa merupakan cairan jaringan yang diabsorbsi ke dalam kapiler limfa.
2. Mekanisme Sistem Peredaran Limfa.
Masuknya cairan limfa ke dalam pembuluh limfa diawali pada kapiler
limfa. Cairan interstisial dari jaringan masuk ke dalam kapiler limfa akibat
perbedaan tekanan osmotik antara lingkungan di sekitar pembuluh (ruangan sel
jaringan) dengan tekanan di dalam kapiler. Kapiler limfa yang memiliki
permeabilitas tinggi menyebabkan cairan intersitial masuk ke dalam kapiler.
Setelah berada dalam kapiler cairan interstisial disebut sebagai cairan limfa.
Cairan limfa lalu mengalir ke saluran penampung seterusnya ke pembuluh limfa
yang paling besar. Cairan limfa mengalir melewati nodus-nodus limfa, dimana
ix
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama ( 2 JP )
Kegiatan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Guru memberi salam dan menyapa peserta 20 menit
didik.
2. Guru mengkondisikan peserta didik agar siap
menerima pelajaran.
3. Peserta didik dan guru berdoa untuk memulai
pelajaran.
4. Absensi peserta didik.
5. Mengaitkan materi dengan materi
sebelumnya
“ananda telah mempelajari jaringan hewan,
coba ananda sebutkan macam-macam
jaringan hewan? Apa saja yang termasuk
dalam jaringan ikat?”
6. Guru menarik perhatian siswa dengan
menampilkan gambar-gambar yang berkaitan
dengan sel-sel darah.
b. Prosedur Penilaian
No Aspek yang Teknik Penilaian Waktu Penilaian
dinilai
1. Pengetahuan Instrumen soal Penyelesaian tugas
xvii
1) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan pada akhir pembelajaran yang dilakukan dengan
bentuk penilaian berupa tes (terlampir).
2) Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Lembar
observasi penilaian sikap (terlampir).
3) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan dengan instrumen penilaian makalah.
Lembar penilaian keterampilan (terlampir).
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik
mampu:
Pertemuan Pertama
5. Menjelaskan pengertian sistem peredaran darah dan fungsi darah pada
manusia.
6. Menjelaskan struktur dan fungsi komponen darah pada manusia.
7. Menjelaskan mekanisme pembekuan darah.
8. Menjelaskan cara penggolongan darah pada manusia
Pertemuan Kedua
3. Menganalisis kaitan struktur organ peredaran darah dengan fungsinya pada
sistem peredaran darah manusia.
4. Membedakan sistem peredaran darah besar dengan sistem peredaran darah
kecil
Pertemuan Ketiga
3. Menjelaskan komponen penyusun sistem limfa.
xx
Tonsil terletak di bagian kanan dan kiri faring di belakang rongga mulut.
Tonsil berfungsi menahan kuman (misanya bakteri dan virus) yang masuk melalui
mulut, hidung dan kerongkongan.
8) Limpa (lien)
Kelenjar berwarna ungu tua yang terdapat di sebelah kiri abdomen (di
bawah iga ke-9, 10, 11 dan permukaan luarnya menyentuh diafragma.
E. Pembuluh Limfa
Pembuluh limfa terdiri atas komponen sebagai berikut.
6) Kapiler limfa
7) Saluran limfa (Lakteal)
8) Pembuluh pengumpul
9) Batang limfa
10) Duktus limfa
F. Cairan Limfa
Cairan lmfa merupakan cairan jaringan yang diabsorbsi ke dalam kapiler limfa.
4. Mekanisme Sistem Peredaran Limfa.
Masuknya cairan limfa ke dalam pembuluh limfa diawali pada kapiler
limfa. Cairan interstisial dari jaringan masuk ke dalam kapiler limfa akibat
perbedaan tekanan osmotik antara lingkungan di sekitar pembuluh (ruangan sel
jaringan) dengan tekanan di dalam kapiler. Kapiler limfa yang memiliki
permeabilitas tinggi menyebabkan cairan intersitial masuk ke dalam kapiler.
Setelah berada dalam kapiler cairan interstisial disebut sebagai cairan limfa.
Cairan limfa lalu mengalir ke saluran penampung seterusnya ke pembuluh limfa
yang paling besar. Cairan limfa mengalir melewati nodus-nodus limfa, dimana
cairan selanjutnya disaring untuk menjaga kualitas cairan darah. Selanjutnya,
cairan plasma dikembalikan ke dalam aliran darah.
Pertemuan Keempat
Gangguan Sistem Peredaran Darah
1. Anemia
2. Hemofilia
3. Leukimia
xxiv
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama ( 2JP )
Tahapan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Pokok Waktu
Pendahuluan 1. Guru memberikan salam pembuka,
memantau kehadiran, ketertiban dan 10 menit
kesiapan siswa untuk melaksanakan
pembelajaran membiasakan bersikap
peduli dan disiplin.
xxv
Pertemuan Ketiga ( 2 JP )
Tahapan Pokok Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Membuka pelajaran dengan salam
2. Memeriksa kehadiran dan kebersihan
kelas
3. Memotivasi siswa dengan menunjukkan 10 menit
torso jantung.
4. Menyampaikan kompetensi dan
indikator yang harus dicapai.
d. Prosedur Penilaian
No Aspek yang Teknik Penilaian Waktu Penilaian
dinilai
1. Pengetahuan Instrumen soal Posttest
4) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan pada akhir pembelajaran yang dilakukan dengan
bentuk penilaian berupa tes (terlampir).
5) Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Lembar
observasi penilaian sikap (terlampir).
6) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan dengan instrumen penilaian makalah.
Lembar penilaian keterampilan (terlampir).
Kompetensi Dasar : 3.6 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem sirkulasi dalam kaitannya
dengan bioproses dan gangguan fungsi yang dapat terjadi pada sistem sirkulasi manusia.
4.6 Menyajikan karya tulis tentang kelainan pada struktur dan fungsi darah, jantung, pembuluh darah yang
menyebabkan gangguan sistem sirkulasi manusia serta kaitannya dengan teknologi melalui studi literatur.
Materi Pokok : Sistem Sirkulasi
Diberikan pertanyaan, 2. Pernyataan di bawah ini adalah fungsi sistem sirkulasi pada
peserta didik dapat C2 manusia, kecuali . . . .
menentukan a. Mengangkut zat nutrisi ke seluru jaringan tubuh
113
Diberikan pertanyaan, C3 17. Pasangan yang tidak benar antara aglutinogen dan
peserta didik dapat aglutinin untuk golongan darah pada tabel berikut adalah ...
menentukan Golongan darah Aglutinogen Aglutinin
pasangan yang
tepat antara b. B
aglutinogen dan
aglutinin yang d. AB A dan B
tidak tepat.
dan
3.63 MenjelaskanDiberikan skema, C3 18. Perhatikan skema pembekuan darah berikut ini! D
mekanisme peserta didik dapat
pembekuan darah. melengkapi skema
dengan tepat.
120
Diberikan tabel, C3 49. Busung lapar (HO = Honger Oedema) ditandai dengan
peserta didik edema yaitu meningkatnya cairan di jaringan dan tubuhnya B
134