Anda di halaman 1dari 66

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA RAKTEPEL (RAK TELUR

PELANGI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP


MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :
Dinda Muzdalifah
NIM. 11150183000078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ABSTRAK

Dinda Muzdalifah (11150183000078) Pengaruh Penggunaan Media Raktepel


(Rak Telur Pelangi) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa Pada Materi Perkalian dan Pembagian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh penggunaan
media Raktepel (Rak Telur Pelangi) terhadap pemahaman konsep matematis
siswa pada materi perkalian dan pembagian pada kelas II MI Nurul Islamiyah
Kedaung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen
(Quasi Eksperimental) dengan desain penelitian The Nonequivalent Posttest-Only
Group Design. Sampel dalam penelitian ini terdiri atas kelas eksperimen yang
berjumlah 23 siswa dan kelas kontrol yang berjumlah 23 siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan menggunakan media Raktepel
memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diajarkan tanpa
menggunakan media Raktepel. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t-test posttest
kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,007 dengan taraf signifikansi 0,05.
Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pada penggunaan
media Raktepel.

Kata Kunci: Media Raktepel, Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

i
ABSTRACT

Dinda Muzdalifah (11150183000078). The influence of the us of Raktepel


(Rainbow Egg Rack) over the ability to grasp students mathematical concepts in
multiplication and division materials.
The study aims to determine whether the use of artificial media Raktepel
(Rainbow Egg Rack) might effect the students mathematical concepts of
multiplication and division on the second class of MI Nurul Islamiyah Kedaung.
The method used in this study is experimental quasi on the study design of the
Nontest-Posttest-Only Group Design. The sample in this study consisted of an
experiment class of 23 students and a control class of 23 students. Research
shows that students taught using mainstream media obtain higher average ability
to comprehend students mathematical concepts without using mainstream media
Raktepel. This can be seen from the results of the posttest test experiment class
and control class of 0,007 with a degree of significance 0,05. This would
demonstrate that there has been an influence on the use of mainstream media.

Keywords : Rainbow Egg Rack Media, ability to grasp mathematical concepts

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat,


sehingga atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
“Pengaruh Penggunaan Media Raktepel (Rak Telur Pelangi) Terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pada Materi Perkalian dan
Pembagian”. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarganya, sahabatnya, hingga mudah-mudahan sampai kepada kita
selaku umatnya.

Pada kesempatan kali ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan


terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, arahan, dan
bimbingan serta motivasi sehingga Skripsi diselesaikan tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Fatkhul Arifin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan
bimbingan, motivasi, bantuan dan yang telah banyak menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis mampu
menyelesaikan perkuliahan ini dengan sebaik-baiknya.
5. Keluarga tercinta yaitu Bapak Dedi Rasidi, Ibu Fitriyah, dan kakak Rizka
Fauziah (Ezy) yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan agar
penulis selalu semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita, mereka
selalu melimpahkan kasih sayang kepada penulis semoga Allah selalu

iii
memberikan mereka kesehatan, dipanjangkan umur mereka, dan selalu
diberikan rezeki yang berkah serta di ridhoi oleh Allah SWT.
6. Kepala Sekolah MI Nurul Islamiyah Kedaung, yaitu Bapak Abdurahim,
S.E., yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
7. Dewan guru MI Nurul Islamiyah Kedaung, terutama wali kelas II A dan II
B yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.
8. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada
peneliti, yaitu Windi Yanti, Khoirunnisa, Tri Anzani Ashari, Suci Ariani,
Risna Pauziyana Sari, Naifatul Musyarrofah, Indah Retnowati, Lisda
Rosyanti, Dita Agustin, dan Prida Ayuning Sukma.
9. Seluruh teman-teman PGMI angkatan 2015, yang selalu memberikan
dukungan untuk berjuang bersama-sama, semoga kita selalu diberikan
kesehatan agar kita bisa menyelesaikan perkuliahan ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
permohonan maaf apabila dalam skripsi ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan.

Jakarta, 7 Mei 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ............................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
F. Kegunaan Penelitian............................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ......................... 9
A. Deskripsi Teoritik ............................................................................... 9
B. Hasil Penelitian Yang Relevan .......................................................... 26
C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 28
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 30
B. Metode dan Desain Penelitian............................................................. 30
C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 31
E. Instrumen Penelitian............................................................................ 32
F. Kontrol Terhadap Validitas Internal ................................................... 35
G. Tekhnik Analisis Data ......................................................................... 41
H. Hipotesis Statistik ............................................................................... 44

v
BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... 46
A. Deskripsi Hasil penelitian .................................................................. 46
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ................... 52
C. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 55
D. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 67
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 69
A. Deskripsi Hasil penelitian .................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 71
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Desain Penelitian ........................................................................... 30
Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika Siswa 32
Tabel 3.3 : Sistem Penskoran Pemahaman Matematika Siswa ....................... 33
Tabel 3.4 : Kriteria Tingkat Validitas Butir Soal ............................................ 35
Tabel 3.5 : Hasil Uji Validitas ......................................................................... 36
Tabel 3.6 : Kriteria Koefisien Reliabilitas ....................................................... 37
Tabel 3.7 : Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................... 37
Tabel 3.8 : Kriteria Taraf Kesukaran ............................................................... 38
Tabel 3.9 : Hasil Uji Taraf Kesukaran ............................................................. 39
Tabel 3.10 : Klasifikasi Daya Pembeda ............................................................. 40
Tabel 3.11 : Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................... 40
Tabel 4.1 : Deskripsi Data Nilai Posttest Kelas Eksperimen .......................... 46
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Pemahaman Matematis Siswa Pada Kelas
Eksperimen .................................................................................... 47
Tabel 4.3 : Deskripsi Data Nilai Posttest Kelas Kontrol ................................. 49
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Pemahaman Matematis Siswa Pada Kelas
Kontrol ........................................................................................... 50
Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......... 51
Tabel 4.6 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ............................................. 52
Tabel 4.7 : Hasil Uji Hipotesis ....................................................................... 53

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Rak Telur Pelangi ............................................................................ 21
Gambar 4.1 : Grafik Histogram Nilai Posttest Kelas Eksperimen ....................... 48
Gambar 4.2 : Grafik Histogram Nilai Posttest Kelas Kontrol .............................. 50
Gambar 4.3 : Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen ..................................... 56
Gambar 4.4 : Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol ............................................ 57
Gambar 4.5 : Contoh Jawaban Soal Posttest Nomor 1 dan 2 Kelas Eksperimen . 59
Gambar 4.6 : Contoh Jawaban Soal Posttest Nomor 1 dan 2 Kelas Kontrol ........ 59
Gambar 4.7 : Contoh Jawaban Soal Posttest Nomor 3 dan 4 Kelas Eksperimen . 61
Gambar 4.8 : Contoh Jawaban Soal Posttest Nomor 3 dan 4 Kelas Kontrol ........ 62
Gambar 4.9 : Contoh Jawaban Soal Posttest Nomor 5 dan 6 Kelas Eksperimen . 63
Gambar 4.10 : Contoh Jawaban Soal Posttest Nomor 3 dan 4 Kelas Kontrol ...... 63

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol
Lampiran 5 Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Lampiran 6 Soal Akhir Tes (Posttest)
Lampiran 7 Hasil Jawaban Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen
Lampiran 8 Hasil Jawaban Tes Akhir (Posttest) Kelas Kontrol
Lampiran 9 Disitribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen
Lampiran 10 Disitribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol
Lampiran 11 Uji Normalitas Hasil Posttest
Lampiran 12 Uji Homogenitas Hasil Posttest
Lampiran 13 Uji Hipotesis Hasil Posttest
Lampiran 14 Hasil Wawancara Guru Sebelum Penelitian
Lampiran 15 Dokumentasi Selama Penelitian
Lampiran 16 Media Rak Telur Pelangi
Lampiran 17 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 18 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 19 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 20 Uji Referensi
Lampiran 21 Daftar Nilai soal Posttest Pemahaman Konsep Siswa
Lampiran 22 Biodata Penulis

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses mencerdaskan kehidupan bangsa,
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, serta mewujudkan tujuan nasional
bangsa Indonesia. Agar proses tersebut berjalan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, diperlukan berbagai peningkatan mutu dalam dunia pendidikan.
“Menurut UU No 20 Tahun 2003 Pasal 1. Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan
Negara”.1
Pendidikan matematika adalah bagian dari ilmu yang berkaitan dengan
aspek kehidupan. Banyak permasalahan dari kehidupan sehari-hari yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan matematika. “Matematika perlu diberikan
kepada siswa untuk membekali mereka dengan kemampuan berrpikiir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama”.2
Matematika juga merupakan sumber berbagai ilmu pengetahuan. Oleh karena
itu, matematika sangat penting untuk dipelajari.
Materi pelajaran matematika yang diberikan kepada siswa SD
merupakan materi yang bersifat elementer dan berkesinambungan, sehingga
apabila siswa telah bisa menguasai setiap konsep dasarnya, maka akan bisa
memahami konsep matematika yang lebih sulit dan lebih tinggi lagi. Hal ini
menjadi dasar bahwa siswa paling tidak harus dapat menguasai sebagian besar
konsep matematika di tingkat dasar, agar tidak menimbulkan kesulitan belajar
dalam memahami konsep matematika pada tahap selanjutnya.

1
Lampiran UU No 20 Tahun 2003 Pasal 1
2
Fatrima Santri Syafri, Pembelajaran Matematika; Pendidikan Guru SD/MI,
(Yogyakarta: Matematika, 2016), h. 10.

1
2

Permasalahan pemahaman konsep matematika ini bukan menjadi


sebuah persoalan yang mudah. Karena pada kenyataan, jangankan untuk dapat
memahami konsep matematika yang lebih tinggi. Untuk dapat memahami
konsep matematika yang paling mendasar pun, masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan. Mata pelajaran matematika sampai saat ini masih
dianggap sebagai hal yang menakutkan bagi siswa, karena materi pelajaran
yang dianggap sulit untuk dipahami. Maka sebagai seorang guru harus
mempunyai strategi pembelajaran yang menarik dan metode yang digunakan
pun harus semenarik mungkin, agar siswa lebih semangat dalam pembelajaran
matematika.
Pada jenjang pendidikan sekolah Dasar pelajaran matematika harus
berdasarkan bentuk berupa konkret. “Dilihat dari aspek kognitif, menurut
Piaget masa ini berada pada tahap operasi konkret, yang ditandai dengan
kemampuan (1) mengklasifikasikan (mengelompokkan) benda-benda
berdasarkan ciri yang sama; (2) menyusun atau mengasosiasikan
(menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan; dan (3)
memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana”.3
Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara
lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkies, dan logis. Soejadi menyatakan
bahwa keabstrakan matematika karena objek pada dasarnya abstrak, yaitu
fakta, konsep, operasi dan prinsip.4
Menurut NCTM (National Council of Teacher of Mathematics)
menetapkan 5 kemampuan proses yang harus dikuasai siswa melalui
pembelajaran matematika, yaitu: (1) pemecahan masalah (Problem Solving);
(2) penalaran dan pembuktian (reasoning and proof); (3) koneksi (connection);
(4) komunikasi (communication); serta (5) representasi (representation).5
Kelima kemampuan tersebut akan berkembang apabila siswa tersebut

3
Syamsu Yusuf L.N, dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2011). h. 61
4
Gatot Muhsetyo, Pembelajaran Matematika SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011).
5
NCTM, Principles and Standards for School Mathematics, (Reston: NCTM, 2000), h.
20.
3

memiliki kemampuan pemahaman konsep melalui pembelajaran matematika.


Dalam NCTM disebutkan bahwa kemampuan pemahaman merupakan aspek
yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran matematika. Oleh karena itu,
menurut Depdiknas dalam Kiki salah satu tujuan kurikulum pelajaran
matematika yaitu agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah.6
Berdasarkan kutipan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika harus ditekankan pada pemahaman konsep yang
baik dan benar, sehingga siswa dapat memahami dasar pemahaman konsep
itu sendiri.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh Peneliti di MI Nurul
Islamiyah Kedaung. Terdapat 9 dari 25 orang siswa banyak yang mengalami
kesulitan dalam memahami konsep perkalian dan pembagian, rata-rata
mereka salah dalam menerapkan konsep dan kurang teliti dalam mengisi soal,
hal ini berdasarkan pemberian tes awal pada kelas yang sudah mempelajari
materi perkalian dan pembagian terlebih dahulu dan ternyata masih banyak
yang mengalami kesulitan.
Setelah peneliti memberikan tes awal untuk kelas yang sudah
mempelajari perkalian dan pembagian terlebih dahulu, kemudian peneliti
mencoba melihat keadaan kelas II dan melihat bagaimana mereka
mengerjakan soal perkalian dan pembagian yang diberikan oleh guru, dan
bagaimana cara guru menyampaikan pembelajaran tersebut. Ternyata masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menjawab soal tersebut hanya
beberapa siswa yang menjawab soal dengan benar. Karena siswa hanya
dituntut untuk menjawab soal dengan hasil yang benar tanpa mengetahui
konsep perkalian dan pembagian. Hal ini terlihat ketika guru memberikan
soal tentang pemahaman konsep berupa soal perkalian dan pembagian.

6
Kiki Nia Sania Effendi, “Pemahaman Konsep Siswa Kelas VIII Pada Materi Kubus dan
Balok”, Pasundan Jurnal of Research in Mathe,atics Learning and Education, Vol 2, No. 2
(2017): 87-94.
4

Terlihat ketika siswa diberikan soal mengenai maksud dari 2 × 5, 10 : 2 dan


siswa langsung menyebutkan hasilnya dan ketika disuruh untuk menjelaskan
bagaimana konsepnya mereka masih bingung dan masih suka tertukar posisi
angkanya dalam menjelaskannya. Padahal seperti yang sudah diketahui
bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang, sedangkan pembagian adalah
pengurangan berulang berarti, jika soal perkaliannya 2 × 5 berarti sama
dengan 5 + 5 = 10 dan jika soal pembagiannya 10 : 2 berarti sama dengan 10
– 2 – 2 – 2 – 2 – 2 = 0, maka 10 : 2 = 5. Tetapi banyak siswa yang belum
dapat memahami maksud dari soal tersebut karena kurangnya pemahaman
konsep perkalian dan pembagian. Maka dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep perkalian dan pembagian matematika pada siswa kelas II
masih kurang dalam memahami konsep perkalian dan pembagian
matematika.
Upaya untuk menunjang hal tersebut, terdapat beberapa faktor yang harus
diperhatikan antara lain guru, siswa, metode, media, dan lain sebagainya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan guru untuk meningkatkan penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran adalah dengan cara proses perbaikan
pengajaran. Keberhasilan seorang siswa untuk dapat menguasai suatu materi
pelajaran, selain ditentukan oleh faktor siswa, seperti tingkat kecerdasan,
kerajinan, dan ketekunan juga ditentukan oleh faktor eksternal, diantaranya
yaitu strategi dan metode pembelajaran yang digunakan guru ketika
menyampaikan materi pelajaran.
Untuk membantu peserta didik mencapai tingkat abstrak peranan
media ikut membantu, kemampuan guru memilih media sangat menentukan
kualitas KBM yang dikelolanya. Guru adalah salah satu media belajar yang
hidup dalam kelas, sebab itu penampilan guru (teacher’s performance) ikut
menentukan keberhasilan belajar murid-muridnya, penggunaan media dalam
pembelajaran sangatlah penting agar siswa dapat lebih memahami apa yang
mereka pelajari.
Upaya seorang guru dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk
memahami konsep perkalian dan pembagian, seorang guru harus
5

menggunakan media yang menarik dan inovatif. Seperti dalam pembelajaran


konsep perkalian dan pembagian guru menggunakan media Rak Telur
Pelangi (Raktepel), dengan menggunakan media Raktepel diharapkan dapat
memotivasi siswa dalam belajar konsep perkalian dan pembagian,
penggunaan media tersebut bertujuan agar siswa tidak merasa bahwa
pembelajaran matematika itu sulit, sehingga penggunaan media yang menarik
dapat membuat siswa senang dan aktif karena belajar sambil bermain.
Dengan makin pesatnya perkembangan IPTEK dan seni tidak bisa
lagi mengandalkan metode ceramah, kemudian para peserta didik sudah
semakin kritis. Seperti pengertian menurut Nyoman pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang menempatkan siswa
sebagai subjek belajar dan kegiatan bersifat modern. Jadi, pada pendekatan
ini siswa mempunyai kesempatan yang terbuka lebar untuk melakukan
kreativitas dan mengembangkan potensinya melalui aktivitas secara langsung
sesuai dengan minat dan bakatnya.7
Metode mengajar yang bervariasi diperlukan dalam pembelajaran
sehingga alat indera mereka dapat berfungsi dengan maksimal, karena alamat
indera adalah golden gate, pintu gerbang ilmu pengetahuan. “Dalam
matematika, setiap konsep abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera
diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa,
sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk
keperluan inilah diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan
pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal
ini akan mudah dilupakan siswa”.8
Dari pemaparan dan kutipan yang telah dijabarkan, maka dapat
disimpulkan bahwa pemahaman konsep diperlukan agar siswa dapat
mengetahui konsep dan dapat menempatkan konsep untuk memecahkan
masalah matematika, dan pada hakikatnya dalam tahap awal pemahaman

7
Ni Nyoman Parwati, dkk, Belajar Dan Pembelajaran, (Depok: PT RajaGrafindo
Persada, 2018), h. 183.
8
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 2.
6

konsep diperlukan aktivitas-aktivitas konkret, yaitu seperti penggunaan


media dalam pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami dan suasana
dalam pembelajaran jadi menyenangkan.
Salah satu media yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam
memahami konsep operasi hitung matematika yaitu media rak telur pelangi.
Penggunaan media rak telur pelangi ini diharapkan dapat menarik siswa
untuk belajar matematika dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman
konsep mereka terhadap materi perkalian dan pembagian.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dilakukan penelitian
yang berkaitan dengan pemahaman konsep perkalian dan pembagian dengan
judul “Pengaruh Penggunaan Media Raktepel Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pada Materi Perkalian dan
Pembagian”.

B. Identifikasi Masalah
Dari paparan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan
yang diidentifikasi diantaranya yaitu:
1. Kurangnya pemahaman siswa dalam pemahaman konsep perkalian dan
pembagian
2. Siswa menganggap matematika adalah pembelajaran yang sulit dan
membosankan.
3. Banyak di antara sebagian siswa yang masih kurang memahami
pemahaman konsep perkalian dan pembagian.
4. Pada pembelajaran matematika media yang digunakan kurang inovatif.
5. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah pendekatan
Teacher Center atau berpusat pada guru, sehingga siswa kurang terlibat
dalam proses pembelajaran tersebut.
7

C. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini dapat lebih jelas dan terarah, maka
lingkup permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi. Adapun pembatasan
masalah yang ditetapkan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Sampel penelitian adalah siswa kelas II.
2. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa sekolah dasar.
3. Penggunaan media pembelajaran berupa Rak Telur Pelangi dalam mata
pelajaran matematika
4. Materi pembahasan mengenai “Konsep perkalian dan pembagian”.

D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Apakah media Raktepel berpengaruh terhadap konsep perkalian dan
pembagian pada siswa?”

E. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya penelitian bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui
gambaran yang jelas “Ingin mengetahui pengaruh pada penggunaan media
Raktepel dalam konsep perkalian dan pembagian pada siswa”.

F. Kegunaan Penelitian
Secara teoritis, kegunaan hasil penelitian ini adalah untuk menambah
ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan dan memperkuat teori-
teori mengenai pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika materi
perkalian dan pembagian di SD/MI.
Seacara praktis, kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat
berguna bagi siswa, guru, dan lembaga pendidikan dan sekolah.
1. Bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam
konsep perkalian dan pembagian pada pembelajaran matematika.
2. Bagi guru, pada penelitian ini dapat memperbaiki pembelajaran,
meningkatkan dan mengembangkan profesionalisme diri.
8

3. Bagi lembaga pendidikan dan sekolah yang terkait, penelitian ini


diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran demi peningkatan
mutu pendidikan khususnya pada mata pelajaran matematika.
BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik
1. Pemahaman Konsep Matematika
a. Pemahaman Konsep
Pemahaman merupakan proses berpikir dan belajar. Dikatakan
demikian karena untuk menuju kearah pemahaman perlu diikuti
dengan belajar dan berpikir. Pendapat lain juga di ungkapkan oleh
Ahmad Susanto yaitu: Pemahaman berasal dari kata paham, yang
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
pengetahuan banyak, pendapat, aliran, mengerti benar. Adapun
pemahaman ini dapat diartikan sebagai proses, cara, perbuatan
memahami atau memahamkan. Dalam pembelajaran, pemahaman
dimaksudkan sebagai kemampuan peserta didik untuk dapat mengerti
apa yang telah diajarkan oleh guru.9
Pemahaman berhubungan dengan kemampuan menangkap makna
suatu konsep dengan kata-kata sendiri.10 Sehingga siswa diharapkan
dapat menerjemahkan dan menyebutkan kembali yang telah didengar
dengan kata-kata sendiri. Sedangkan menurut pendapat lain,
pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu
dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah
diterimanya.11
Bloom dalam Ahmad Susanto mengartikan pemahaman sebagai
kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang
dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar

9
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2013), h. 208.
10
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 157.
11
Hamzah B. Uno, dkk, Pengembangan Kurikulum Rekayasa Pedagogik dalam
Pembelajaran, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h. 148.

9
10

siswa menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan


oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami
serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, dialami, atau yang ia
rasakan berupa hasil penelitian atau observasi yang ia lakukan.12
Sedangkan menurut Bloom pemahaman dapat dibedakan menjadi
tiga kategori yakni penerjemahan (Translation), penafsiran
(interpretation), dan ekstrapolasi (ekstrapolation). Adapun masing-
masing kategori pemahaman mengandung pengertian sebagai
berikut:13
a. Pengubahan (translation), yaitu pemahaman yang berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam menerjemahkan kalimat
dalam soal menjadi bentuk kalimat lain, misalnya
menyebutkan variable-variabel yang diketahui dan yang
dinyatakan.
b. Pemberian arti (interpretation), yaitu pemahaman yang
berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menentukan
konsep-konsep yang tepat untuk digunakan dalam
menyelesaikan soal.
c. Pembuatan ekstrapolasi (ekstrapolation), yaitu pemahaman
yang berkaitan dengan kemampuan siswa menerapkan
konsep dalam perhitungan matematis untuk menyelesaikan
soal atau menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat
dikatakan memahami sesuatu jika telah dapat mengutarakan kembali
apa yang dipelajarinya, siswa tidak lagi mengingat dan menghafal
informasi yang diperolehnya, siswa dapat menjelaskan dan menarik
kesimpulan dengan bahasa mereka sendiri.
Sedangkan konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau
sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga

12
Op.cit., h. 6.
13
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 157.
11

melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori.


Konsep tersebut diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang
mengalami abstraksi yang didefinisikan salah satu rumusan. “Rosser
menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu
kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau
hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama”.14
Menurut Sagala dalam Fatqurhohman konsep merupakan suatu ide
abstraksi yang mewakili objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-
kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang
sama.15 Maka dari itu sebuah konsep sangatlah penting bagi manusia
karena digunakan dalam komunikasi dengan orang, dalam berpikir,
dalam belajar, membaca, dan lain sebagainya.
Konsep menunjuk pada pemahaman dasar yaitu siswa
mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasi
atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat
mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu. Konsep
mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama
dituangkan dalam bentuk suatu kata yang mewakili konsep itu, jadi
lambang konsep dituangkan dalam bentuk suatu kata atau bahasa.
Belajar konsep pada dasarnya meletakkan berbagai macam hal ke
dalam golongan-golongan dan setelah itu mampu mengenali anggota-
anggota golongan itu. Konsep, seperti objek-objek dan ide-ide lainnya
dapat dikategorisasikan dan diberi label atau nama. Konsep-konsep
dapat dihubungkan satu sama lain atas kombinasikan yang satu dengan
yang lain, sehingga lahirnya apa yang disebut kaidah.
Pemahaman terhadap suatu konsep dapat berkembang baik jika
terlebih dahulu disajikan konsep yang paling umum sebagai jembatan
informasi baru dengan formasi yang telah ada pada struktur kognitif
siswa. Penyajian konsep yang paling umum perlu dilakukan sebelum

14
Ibid, h. 73.
15
Fatqurhohman, “Pemahaman Konsep Matematika Siswa dalam Menyelesaikan
Masalah Bangun Datar,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 4, no. 2, h. 127-133.
12

penjelasan yang lebih rumit mengenai konsep yang baru agar terdapat
keterkaitan antara informasi yang telah ada dengan informasi yang
baru diterima pada struktur kognitif siswa.
Mengajarkan konsep kepada siswa dapat dibantu dengan instruksi
verbal, yakni sebagai berikut:16
1. Lebih dahulu diajarkan benda-benda yang mengandung konsep
yang akan dipelajari.
2. Guru menanyakan konsep itu dalam situasi-situasi yang belum
dihadapi anak lalu ditanya “apa ini? atau dimana sudutnya?. Bila
respon salah kita dapat memperbaikinya.
3. Kemudian anak dihadapkan kepada berbagai situasi yang baru
mengandung konsep itu yang menanyakan rangkaian verbal yang
belum pernah dipelajarinya.
4. Dalam proses belajar itu diperlukan reinforcement, yakni anak
diberitahukan bila jawaban benar.
Jadi, kesimpulannya pemahaman konsep adalah dasar yang harus
dipahami oleh siswa karena dengan begitu siswa akan mudah
menjelaskan apa yang telah dia pelajari dengan menggunakan bahasa
sendiri, siswa dapat memberikan contoh, dan dapat menyimpulkan
suatu konsep matematika berdasarkan pembentukan pengetahuannya
sendiri, bukan hanya sekedar menghafal tetapi mampu memahami
suatu konsep tersebut.

b. Pemahaman Konsep Matematika


Pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam
pembelajaran matematika seperti yang dinyatakan Zulkarnadi dalam
jurnal Arifin, bahwa mata pelajaran matematika menekankan pada
konsep. Artinya dalam mempelajari matematika peserta didik harus
memahami konsep matematika terlebih dahulu agar dapat

16
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, (Bandung:
Bumi Aksara, 2013), cet. Ke-16, h. 163.
13

menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran


tersebut di dunia nyata.17
Pemahaman konsep menurut Karunia dalam Achmad Gilang
merupakan kemampuan yang berkenaan dengan memahami ide-ide
matematika yang menyeluruh dan fungsional, pemahaman konsep
lebih penting dari pada sekedar menghafal.18 Oleh karena itu, jangan
sampai salah memberikan arahan atau bimbingan kepada siswa.
Karena salah sedikit memberikan arahan atau bimbingan kepada siswa
maka konsep yang diterima oleh siswa akan salah dan siswa juga
nantinya akan menerapkan konsep yang salah.
Para ahli pendidikan matematika sepakat bahwa salah satu tujuan
dalam pembelajaran matematika adalah memahami matematika.
Belajar matematika dengan pemahaman yang mendalam dan
bermakna akan membawa siswa merasakan manfaat matematika
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi siswa yang belajar matematika
dengan pemahaman diharapkan mampu mengkomunikasikan konsep
yang telah dipahaminya pada saat menghadapi setiap masalah dalam
pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika adalah yang
paling penting karena akan memudahkan siswa dalam belajar, jika
siswa tidak memahami konsep dasarnya maka siswa akan mengalami
kesulitan ketika memahami konsep yang lebih tinggi, karena kalau
konsep yang dasarnya saja mereka belum memahami maka pada
konsep selanjutnya mereka akan merasa kesulitan.

17
Fatkhul Arifin, Tatang Herman, “Pengaruh Pembelajaran E-Learning Model Web
Centric Course Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa,”
Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 12, No. 2, (2018), h. 1-12.
18
Achmad Gilang Fahrudin, Eka Zuliana, Henry Suryo Bintoro, “Peningkatan
Pemahaman Konsep Matematika Melalui Realistic Mathematic Education Berbantu Alat Peraga
Bongpas,” Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 1, no. 1, (2018), h. 14-20.
14

c. Indikator Pemahaman Konsep Matematika


Indikator pemahaman menurut Kilpatrick et al (Lestari dan
Yudhanegara) dalam Intan Triasuci “mengatakan bahwa pemahaman
konsep merupakan kemampuan yang berkenaan dengan memahami
ide-ide matematika yang menyeluruh dan fungsional. Indikator dari
pemahaman konsep matematis diantaranya”:19
a. Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah
dipelajari
b. Kemampuan mengklarifikasi objek-objek berdasarkan
dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk
konsep tertentu
c. Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma
d. Kemampuan memberikan contoh dari konsep yang
dipelajari
e. Kemampuan menyajikan konsep dalam bentuk representasi
matematika
f. Kemampuan mengaitkan berbagai konsep (internal dan
eksternal matematika)
Berdasarkan indikator-indikator tersebut peneliti menggunakan
tiga indikator yang dikemukakan oleh Kilpatrick yang pertama,
menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari; kedua, Kemampuan
memberikan contoh dari konsep yang dipelajari; ketiga, Kemampuan
mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika).
Peneliti menggunakan tiga indikator tersebut karena siswa kelas II SD
termasuk pada tahap operasional konkret yang berada pada usia 7-11
tahun, anak baru mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda
dan peristiwa-peristiwa yang konkret.

19
Intan Triasuci Apriliani, “Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Divisions dan Think Pair And Share Terhadap Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Siswa,” Jurnal PEKA (Jurnal Pendidikan Matematika), Vol 1, No. 2, (2018),
h. 16-23.
15

Dengan adanya pengenalan konsep kepada siswa dapat


membantu siswa dalam memahami konsep matematika. Seorang guru
dapat menguji siswanya untuk memahami sejauh mana siswa sudah
memahami suatu materi tes dengan memberikan tes yang mengacu
pada indikator-indikator yang ada dalam materi tersebut. Menurut
Moore dalam Dede mengatakan indikator-indikator pemahaman adalah
menerjemah, mengubah, menggenerilisasi, menguraikan (dengan kata-
kata sendiri), menulis, meringkas, membedakan, mempertahankan,
menyimpulkan, berpendapat, dan menjelaskan.20
Begitu juga dalam belajar matematika, para siswa harus benar-
benar memahami konsep yang dipelajarinya dengan baik. Menurut
Gagne dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh
siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung.21 Objek langsung
antara lain berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan. Dalam
mempelajari objek langsung ini khususnya belajar konsep seseorang
tidak dapat sembarangan. Sebagai contoh untuk dapat memahami
bahwa jumlah sudut dalam sebuah segitiga adalah 180 derajat, maka
untuk menghitung jumlah sudut dalam sebuah segitiga tersebut kita
mendasarkan kepada premis bahwa jika terdapat dua garis sejajar maka
sudut-sudut yang dibentuk oleh kedua garis itu dengan garis ketiga
adalah sama. Premis kedua adalah jumlah sudut yang dibentuk oleh
sebuah garis lurus adalah 180 derajat. Selanjutnya objek tak langsung
dalam matematika berperan sebagai pembentuk sikap yang diharapkan
terjadi, seperti kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah
mandiri, bersikap positif terhadap matematika dan tahu bagaimana
semestinya belajar.
Pendidik yang mengajarkan hal baru kepada siswa hendaknya
dalam proses belajar siswa diarahkan untuk dapat mencoba

20
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 140.
21
Yunita Wildaniati, dan Adesia Afriana, “Penggunaan Alat Peraga Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas V SD N 2 Gunung Katun Kecamatan Baradatu.” Jurnal Dewantara,
Vol VII (2019): 56-72
16

melakukannya sendiri. Dengan begitu siswa diharapkan dapat


menemukan konsep yang baru tersebut sebagai sesuatu yang
bermakna baginya. Sehingga dalam menyelesaikan suatu masalah
matematika siswa akan menggunakan konsep yang ia miliki. Konsep
matematika yang dipelajari akan lebih bermakna dan dipahami dengan
baik apabila siswa diharapkan langsung pada permasalahan yang
disajikan dalam bentuk konkret. Untuk itu dalam kegiatan belajar
mengajar mulailah dengan menyajikan contoh-contoh konkret yang
beraneka ragam, kemudian mengarah pada konsep yang abstrak.
Dengan cara begini diharapkan proses belajar mengajar bisa berjalan
secara bermakna. Jadi, hakekat matematika adalah hal-hal yang
berhubungan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungannya diatur
menurut aturan yang logis.
Seorang guru dapat mengetahui kemampuan dan pemahaman
siswa terhadap suatu konsep yang diberikan khususnya pelajaran
matematika dapat dilihat dari apa yang diperbuatnya. Hal tersebut
seperti ia dapat membedakan dari contoh dan bukan contoh, ia dapat
menyebutkan ciri-ciri suatu konsep, sampai kepada kemampuannya
dalam memecahkan masalah.
Secara operasional pemahaman konsep matematika dapat
didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam menjelaskan,
menguraikan, merumuskan, mengubah, menyimpulkan, menentukan
suatu konsep dalam berbagai bentuk representasi ataupun dengan
menggunakan kalimat sendiri.
Dalam buku Slameto “Pemahaman konsep yang diterima
dengan baik akan memperkuat memori siswa dan akan mempermudah
terjadinya transfer belajar. Transfer belajar adalah pengaruh hasil
belajar yang diperoleh pada waktu yang lalu terhadap proses dan hasil
belajar yang dilakukan kemudian”.22 Dimana secara umum belajar itu

22
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), Cet.ke-4, h.118.
17

sendiri dapat dimaknai dengan suatu proses kegiatan yang dilakukan


dalam upaya untuk menghasilkan perubahan pada tingkah laku dan
kepribadian secara keseluruhan yang dilakukan secara sengaja dan
sadar oleh manusia. Perubahan terjadi dikarenakan hasil interaksi
manusia dengan sesamanya atau lingkungannya. Apabila dari
interaksinya itu seseorang mengalami perubahan tingkah laku dan
kepribadian baik pada aspek pengetahuan, keterampilannya maupun
pada sikapnya, maka dapat dikatakan ia telah mengalami suatu proses
belajar. “Ada pula tafsiran lain tentang belajar yang menyatakan
bahwa, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk mem peroleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interasi
dengan lingkungannya”.23
Pada dasarnya, seseorang yang telah melakukan proses belajar
tidak sama keadaanya seperti sebelum ia melakukan proses belajar.
Dalam arti pada dirinya akan mengalami perubahan, misalnya seorang
yang belum bisa bersepeda maka setelah ia belajar menjadi pandai
bersepeda. Hal ini berlaku juga untuk siswa yang sedang belajar di
sekolah, khususnya belajar matematika.
Individu yang belajar matematika akan mengalami proses
berfikir. Seseorang dikatakan berfikir bila melakukan kegiatan mental
dan orang yang belajar matematika selalu melakukan kegiatan mental.
Selama berfikir seseorang dapat menyusun hubungan-hubungan antar
bagian-bagian informasi sebagai pengertian, kemudian dapat disusun
kesimpulan. Sehingga diharapkan apa yang dipelajarinya itu dapat
diterima secara bermakna dan hasilnya dapat ditransfer pada situasi
lain. Proses belajar yang bermakna, untuk mencapai pengertin-
pengertian baru dan pemahaman yang baik, materi yang baru didapat
selalu dan hanya dapat dipelajari sebelumnya, maka disinilah proses
transfer terjadi. Dengan demikian siswa sebagai subjek akan dapat

23
Ibid, h. 2.
18

memahami matematika dengan baik, selanjutnya mampu


mengimplikasikan pada situasi yang baru, seperti masalah yang ada
dalam kehidupan seharihari. Dengan demikian, belajar matematika
merupakan usaha untuk memperoleh hal-kal yang baru dalam bidang
atau cabang matematika baik dalam hal pengetahuan, kecakapan,
keterampilan, tingkah laku, dan sebagainya melalui suatu pengalaman
atau suatu usaha yang tujuannya terarah pada perubahan tingkahlaku.

2. Media Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong
upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam
proses belajar. Hal tersebut menuntut agar guru/pengajar mampu
menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak menutup
kemungkinan bahwa alat-alat yang disediakan sesuai dengan perkembangan
dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan media
yang murah dan efisien yang meskipun sederhana tetapi merupakan keharusan
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Maka dari itu, guru/pengajar harus memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pembelajaran. Menurut Hamalik yang meliputi
sebagai berikut ini.24
a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses
belajar mengajar.
b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
c. Seluk-beluk proses belajar
d. Hubungan anatara metode mengajar dan media pembelajaran.
e. Nilai atau manfaat metode pendidikan dalam pembelajaran.
f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan.
g. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan.
h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran.

24
Cecep Kustandi, Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran Manual dan Digital. (Bogor:
Ghal ia Indonesia, 2013), h. 7.
19

i. Usaha inovasi dalam media pendidikan.


Menurut Seels dalam Anglin media (singular medium) berasal dari bahasa
Latin yang berarti antara atau perantara, yang merujuk pada sesuatu yang
dapat menghubungkan informasi antara sumber dan penerima informasi.25
Di dalam buku Azhar Arsyad “kata media berasal dari bahasa Latin
medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’”.26
Media merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan-
pesan pembelajaran. Secara lebih khusus, pengertian media dalam dalam
proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal.
Sedangkan istilah pembelajaran menurut Driscoll dalam Yaumi, dapat
dipahami sebagai upaya yang disengaja untuk mengelola kejadian atau
peristiwa belajar yang memfasilitasi peserta didik sehingga memperoleh
tujuan yang dipelajari. 27
Menurut Gagne dan Briggs dalam Yaumi mengatakan bahwa
sebenarnya penyebutan media pembelajaran tidak memiliki makna yang
standar. Kadang-kadang media merujuk pada istilah-istilah seperti Sensory
Mode, Channel of Communication, dan Type of Stimulus. Beberapa istrilah
yang berkenaan dengan media pembelajaran adalah sebagai berikut: 28
• Sensory mode : alat indera yang didorong oleh pesan-pesan
pembelajaran (mata, telinga, dan sebagainya).
• Channel of communication : alat indra yang digunakan dalam suatu
komunikasi (visual, auditori, alat peraba, kinestetik, alat penciuman,
dan sebagainya).
• Type of stimulus : peralatan tapi bukan mekanisme komunikasi, yaitu
kata-kata lisan (suara asli atau rekaman), penyajian kata (yang ditulis

25
Muhammad Yaumi, Media & Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2018), h. 5.
26
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h.3
27
Muhammad Yaumi, opcit., h. 6
28
Ibid, h. 7.
20

dalam buku atau yang masih tertulis di papan tulis), gambar bergerak
(video atau film).
Media pembelajaran adalah sarana untuk meningkatkan kegiatan
proses belajar mengajar. Mengingat banyaknya bentuk-bentuk media tersebut,
maka guru harus dapat memilihnya dengan cermat, sehingga dapat digunakan
dengan tepat. “Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata
media pembelajaran diganti dengan istilah-istilah seperti alat pandang-dengar,
bahan pengajaran (instructional material), komunikasi pandang-dengar
(audio-visual commucation), pendidikan alat peraga pandang (visual
education), teknologi pendidikan (educational technology) alat peraga dan
media penjelas.”29
Berdasarkan beberapa definisi diatas, yang dimaksud dengan media
pembelajaran adalah semua bentuk peralatan fisik yang didesain secara
terencana untuk menyampaikan informasi dan membangun interaksi.
Peralatan fisik yang dimaksud mencakup benda asli, bahan cetak, visual,
audio, audio-visual, multimedia, dan web. Peralatan tersebut harus dirancang
dan dikembangkan secara sengaja agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik
dan tujuan pembelajaran. Peralatan tersebut harus dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi pembelajaran yang berisi pesan-pesan pembelajaran
agar peserta didik dapat mengkontruksi pengetahuan yang efektif dan efisien.
Maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat
membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna
pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran
dengan lebih baik dan sempurna.
Dengan demikian media dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya
sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dan segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima,
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta
perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

29
Opcit., h.9.
21

3. Media Raktepel (Rak Telur Pelangi)


Media Raktepel adalah singkatan dari Rak Telur Pelangi, dengan
menggunakan media ini diharapkan siswa mampu memahami konsep
perkalian dan pembagian. Karena sekolah yang saya kunjungi siswanya
masih sering mengalami kesulitan untuk memahami konsep perkalian dan
pembagian. Bagaimana guru dapat membelajarkan siswa dengan tampilan
yang berbeda dan menarik, lalu peneliti berharap dengan mengkreasikan
media pembelajaran sederhana dan terjangkau yakni rak telur pelangi plus
biji-bijian, dapat membantu siswa untuk memahami konsep perkalian dan
pembagian.
Dengan menggunakan rak telur pelangi plus biji-bijian agar dapat
menarik perhatian siswa dalam belajar perkalian dan pembagian. Dengan
media ini peneliti mengajak siswa belajar sambil bermain. Caranya, peneliti
menyiapkan media rak telur pelangi dan biji-bijian (bisa juga menggunakan
kelereng). kemudian peneliti meminta salah satu orang siswa ke depan kelas
untuk mendemostrasikan cara perkalian, sementara siswa yang lain
memperhatikan dengan seksama.
Siswa tersebut menjawab soal perkalian, misalnya 7×5=…?
Kemudian peneliti meminta siswa untuk mengambil biji-bijian dan mengisi
tujuh lubang pada rak telur, masing-masing lima biji setiap lubangnya.
Kemudain siswa menjumlahkan semua biji-biji yang ada di setiap lubang
dengan mengajak siswa yang lain menghitung sama-sama. 5+5+5+5+5+5+5
= 35. Jadi, 7×5=35.
Peneliti memberikan apresiasi kepada siswa yang tampil dengan
mengajak semua siswa bertepuk tangan. Setelah itu semua siswa akan
berebutan untuk meragakannya. Peneliti lalu membagikan media pada
masing-masing kelompok agar semua siswa bisa melakukannya. Demikian
pula halnya dengan pembagian, peneliti mengajak kembali salah seorang
siswa ke depan dan mengerjakan soal pembagian, misalnya 12 : 4 = …?
Kemudian peneliti meminta siswa mengambil 12 biji yang akan disajikan ke
dalam empat lubang. Siswa lalu memasukkan satu persatu biji-bijian tersebut
22

ke setiap lubang sampai lubangnya habis. Setelah itu peneliti mengajak siswa
untuk sama-sama menghitung berapa banyak biji di dalam setiap lubang.
Ternyata setiap lubang berisi 3 biji. Berarti 12 : 4 = 3.
Dengan menggunakan media ini peneliti berharap siswa senang dan
antusias mengikuti pelajaran. Peristiwa yang berkesan akan tersimpan dalam
memori otak. Jadi sebelum pelajaran ditutup saya membimbing siswa untuk
menarik kesimpulan bahwa perkalian itu merupakan penjumlahan yang
berulang dan pembagian merupakan pengurangan berulang.

Gambar 2.1
Rak Telur Pelangi

a. Alat dan Bahan yang digunakan untuk membuat media Rak Telur
Pelangi
1) Rak telur yang sudah tidak terpakai
2) Cat
3) Biji-bijian (Kelereng, kerikil, dll)
b. Cara Membuat Media Rak Telur Pelangi
1) Siapkan tempat telur yang sudah tidak terpakai, lalu setelah itu
dibersihkan.
23

2) Setelah dibersihkan, lalu cat tempat telur tersebut sesuai dengan


kebutuhan.
3) Lalu, setelah itu jemur sampai catnya kering
4) Setelah dijemur, maka Rak Telur Pelangi tersebut siap digunakan.
c. Keunggulan Media Rak Telur Pelangi
1) Membuat siswa lebih tertarik dalam belajar matematika karena
menggunakan media Rak Telur Pelangi, dan aktif dalam
pembelajaran tersebut karena belajar sambil bermain.
2) Media ini membantu siswa untuk mengetahui konsep perkalian
dan pembagian.
3) Pembelajaran jadi menyenangkan, bermakna, dan tidak membuat
siswa bosan dalam belajar matematika.
d. Kekurangan Media Rak Telur Pelangi
1) Media ini hanya bisa digunakan untuk materi pelajaran perkalian
dan pembagian.
2) Media ini hanya bisa digunakan untuk menghitung bilangan
satuan dan puluhan

4. Materi Konsep Perkalian dan Pembagian


a. Operasi Hitung Bulat dalam Matematika
Tujuan utama dari proses berhitung adalah membangun logika
dan mental. Berhitung merupakan salah satu sarana melatih tak dan
segala komponennya untuk mempunyai keterapilan hidup (Life Skill)
yang akan dipakai semua kehidupan. Hampir diseluruh bidang
kehidupan menggunakan kemampuan berhitung.30
Kemampuan berhitung merupakan kemampuan melakukan
pengerjaan hitung, misalnya menjumlahkan, mengurangkan,
mengalikan, membagikan dengan kemampuan memanipulasi
bilangan-bilangan dengan lambang matematika. Kemampuan
berhitung berkaitan dengan perhitungan atau ilmu matematika yang

30
Suparni, Metode Jarimatika Kaitannya Dengan Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian
di SD/ MI. Logaritma Vol.III, No.I Januari 2015, h. 138-156.
24

selalu berhubungan dengan penalaran dan pemahaman. Menurut Septi


Wulandari kemampuan dalam berhitung dengan baik diperlukan suatu
proses antara lain:31
1) Anak perlu untuk memahami bilangan dan proses membilang.
2) Kemudian mulai dikenalkan dengan lambang bilangan.
3) Setelah itu diajarkan konsep operasi hitung.
4) Kemudian dikenalkan aneka cara dan melakukan metode
perhitungan.
Van de Walle berpendapat dalam Eda Vula bahwa matematika
bukan tentang perhitungan pensil dan kertas. Matematika adalah
tentang penalaran dan pola dan membuat sebuah rasa. Van de Walle
juga menyarankan bahwa kegiatan perkalian dan pembagian harus
dimulai dengan model sebelumnya masalah kita.32
a) Operasi Perkalian Bilangan Bulat
Perkalian dibutuhkan oleh siswa untuk memahami konsep dalam
matematika, dimana konsep tersebut senantiasa berlanjut dari satu
kelas ke tingkat kelas berikutnya. Perkalian merupakan hal
penting yang mutlak harus diapahami siswa, sebagai bekalnya
untuk dapat menguasai dan menerapkan materi-materi mata
pelajaran matematika. Perkalian pada dasarnya adalah
penjumlahan secara berulang dengan bilangan yang sama. Contoh
2 × 3= n . n = 3 + 3 = 6. Agar dapat memahami konsep perkalian
maka penguasaan konsep dan pengertian penjumlahan termasuk
keterampilan menghitungnya akan sangat membantu.
b) Operasi pembagian Bilangan Bulat
Operasi pembagian pada hakikatnya adalah suatu proses
pencarian tentang faktor (bilangan) yang belum diketahui. Oleh
karenanya bentuk pembagian dapat dipandang sebagai bentuk
operasi perkalian dengan salah satu faktor yang belum diketahui.

31
Ibid h.146.
32
Eda Vula, Collaboratibe Action Reserch: Teaching of Multiplication and Division ini
the Second Grade, Turkish Online Jurnal of Qualitative Inquiry, April 2011, 2(2)7, h. 7-16.
25

Sebagai contoh kalau dalam perkalian 4 × 5 = n tentu n = 20.


Maka dalam pembagian hal tersebut dapat dinyatakan dengan
bentuk 20 + 4 = n atau 20 + 5 = n.33 Selain disebut sebagai lawan
dari perkalian, pembagian juga biasa disebut dengan pengurangan
yang berulang sampai habis. Misalnya 6 : 2 = n. Apabila ditulis
dalam pengurangan menjadi 6 - 2 - 2 - 2 = 0. Ada 3 kali
pengurangan angka 2 maka 6 : 2 = 3.
Pembagian merupakan keterampilan konseptusional yang
dipandang paling sulit dipelajari dan diajarkan. Banyak
ditemukan kasus ketika siswa di kelas tinggi SD, bahkan sampai
SMP, kurang memiliki keterampilan dalam pembagian. Hal ini
merupakan penyebab mengapa siswa banyak mengalami kesulitan
dalam mempelajari matematika atau mata pelajaran yang lain
berkaitan dengan pembagian. Oleh karenanya penggunaan media
pembelajaran yang efektif serta bimbingan guru diharapkan dapat
membantu siswa dalam mempelajari topik pembagian tersebut.34
5. Desain Pembelajaran Menggunakan Media Raktepel (Rak Telur
Pelangi)
a. Peneliti menjelaskan jumlah lubang yang ada di rak telur
tersebut dan jumlah biji kerangnya yang akan dimasukkan
kedalam rak telur tersebut.
b. Peneliti mendemontrasikan didepan kelas dengan mengisi
lubang rak telur tersebut dengan biji kerang, sementara itu
anak-anak memperhatikannya.
c. Anak-anak melihat peneliti mempraktekkan penggunaan media
rak telur pelangi. Kemudian, peneliti menyuruh salah satu dari
anak tersebut untuk maju kedepan untuk memdemonstrasikan
media rak telur pelangi sesuai dengan instruksi yang diberikan.
Misalnya perkalian 3 x 4 maka siswa tersebut diminta untuk

33
Tatang Herman, dkk, Pendidikan Matematika 1, (Bandung: UPI PRESS, 2007). h. 29.
34
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012). h. 26.
26

mengambil biji kerang dan mengisi setiap lubang dengan biji


kerang tersebut.
d. Kemudian peneliti menyuruh siswa itu untuk berhitung
bersama-sama jumlah semua biji kerang yang ada disetiap
lubang yang terisi.
e. Peneliti memberikan apresiasi kepada siswa yang telah tampil
dan mempraktekkan didepan kelas.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Sebagai bahan penguat penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Media
Raktepel Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pada
Materi Perkalian dan Pembagian, peneliti mengutip penelitian yang relevan
yaitu:
1. Dalam Jurnal ELSE (Elementary School Education Journal) Volume 3
No 1, Tahun 2019 oleh Hartini “Penerapan Model Problem Based
Learning Dengan Media Rak Telur Rainbow Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Pada Siswa Kelas II SDN Ajung 02 Jember
(Semester II Tahun Pelajaran 2017-2018)”. Hasil analisis penelitiannya
menyatakan bahwa dengan menerapkan model Based Learning dengan
menggunakan media Rak Telur Rainbow pada mata pelajaran
matematika kelas II dapat meningkatkan aktivitas belajar dan respon
belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa juga ikut meningkat.
Persamaan penelitian penulis dengan peneliti terdahulu terletak pada
variabel bebas yaitu menggunakan media Rak Telur Rainbow.
Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikat.35
2. Dalam Jurnal Pancar Volume 2 No. 2, Tahun 2018 oleh Fadilah Wahyu
Suyuti, Lumaur Ridlo, Mawan Akhir Riwanto “Penggunaan Media Rak
Telur Rainbow dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi

35
Hartini, “Penerapan Model Problem Based Learning dengan Media Rak Telur Rainbow
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas II SDN Ajung 02 Jember
(Semester II Tahun Pelajaran 2017-2018),” ELSE (Elementary School Education Journal) Vol 3,
No. 1, (2019), h. 66-76.
27

Perkalian dan Pembagian Kelas II SD Negeri Karangasem 01”. Hasil


penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika
menggunakan media Rak Telur Rainbow siswa kelas II mengalami
peningkatan pada materi perkalian dan pembagian. Berdasarkan hasil
yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas, bahwa
rata-rata hasil belajar siswa pada pra siklus dari 32 siswa sebesar 62,
meningkat dari 33 siswa menjadi 67,5 pada siklus I dan dari 32 siswa
menjadi 82,1 pada siklus II. Ketuntasan pada pra siklus sebesar 34%
meningkat menjadi 66% pada siklus I dan 84% pada siklus II.36
3. Dalam jurnal JP3M (Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran
Matematika) Volume 1 No. 1. Tahun 2015 oleh Dedi Kurniawan,
Karlimah, Yusuf Suryana “Penerapan Media Komik Matematika
Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Perkalian dan Pembagian
Bilangan Cacah di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penggunaan media komik matematika memberikan pengaruh
positif pada pemahaman perkalian dan pembagian konsep dalam
bilangan lengkap selain pembelajaran konvensional.37
4. Dalam skripsi Firda Afrilia, 2017 “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga
Corong Berhitung Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi
Perkalian dan Pembagian”. Hasil analisis yang diteliti oleh Firda
Afrilina adalah dengan menggunakan alat peraga corong berhitung untuk
pemahaman konsep siswa. Persamaan penelitian penulis dengan
penelitian terdahulu adalah terletak pada variabel terikat yaitu
pemahaman konsep, sedangkan perbedaan penelitian penulis dengan
penelitian terdahulu adalah terletak pada variabel bebas yaitu peneliti
menggunakan media rak telur pelangi untuk meningkatkan pemahaman

36
Fadilah Wahyu Suyuti, Lumaur Ridlo, Mawan Akhir Riwanto “Penggunaan Media Rak
Telur Rainbow dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian dan Pembagian
Kelas II SD Negeri Karangasem 01,” Jurnal Pancar, Vol 2, No. 2, (2018).
37
Dedi Kurniawan, Karlimah, Yusuf Suryana “Penerapan Media Komik Matematika
Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah di Sekolah
Dasar”. Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol 1, No. 1, (2015), h. 1-6.
28

siswa dalam konsep perkalian dan pembagian sedangkan penelitian


terdahulu menggunakan alat peraga corong berhitung.
5. Dalam skripsi Muhammad Ali, 2011 “Penggunaan Alat Peraga
Timbangan Bilangan Terhadap Pemahaman Konsep Perkalian dan
Pembagian Bilangan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa alat peraga
timbangan bilangan dapat berpengaruh pada pemahaman konsep siswa
pada materi perkalian dan pembagian. Persamaan penelitian penulis
dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada variabel terikat yaitu
pemahaman konsep, sedangkan perbedaan penelitian penulis dengan
penelitian terdahulu adalah terletak pada variabel bebas yaitu penelitian
penulis menggunakan media rak telur, sedangkan penelitian terdahulu
menggunakan alat peraga timbangan bilangan.

C. Kerangka Berfikir
Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah penyerapan
makna dari materi matematika yang sedang dipelajari. Penerapan pemahaman
matematis ini penting untuk peserta didik dalam rangka belajar matematika
secara bermakna.
Pada kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep matematis
sangatlah penting, karena dengan siswa memahami sebuah konsep matematis
maka siswa akan mudah dalam mengikuti pelajaran matematika yang akan
disampaikan oleh guru. Jika mereka tidak memahami konsep matematis
maka siswa akan mengalami sebuah kesulitan dalam pelajaran matematika.
Pada anak usia MI/SD masih banyak ditemukan masalah pada siswa
kelas rendah yang memandang matematika sebagai matapelajaran yang
menyulitkan. Ini dapat terjadi karena matematika mempunyai sifat atau obyek
yang abstrak. Sementara siswa kelas rendah masih pada tahap operasional
kongkret yang hanya mampu memahami operasi logis dengan bantuan benda
konkret. Pada pelaksanaannya banyak yang terjadi disekolah-sekolah guru
hanya menyampaikan secara verbal saja tanpa adanya bantuan media yang
29

terkadang siswa kelas rendah sulit untuk memahami sutau konsep materi
yang diajarkan oleh guru.
Dengan demikian, ketika siswa tidak memahami suatu materi maka
siswa akan menunjukkan ketidakmampuannya dalam mengerjakan soal.
Karena dalam proses pembelajaran siswa kurang terlibat dalam memahami
konsep matematika terutama materi operasi perkalian dan pembagian. Siswa
tidak terbiasa diajarkan untuk memahami bagaimana rumus itu datang
sehingga pola pikir dan pengetahuan yang didapatnya kurang berkembang.
Salah satu upaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah media
Rak Telur Pelangi yang dapat membantu siswa untuk membentuk
pemahaman awal mereka dalam materi konsep perkalian dan pembagian.
Pada media Rak Telur ini siswa dapat bermain sambil belajar sekaligus
memahami materi secara alamiah karena ada keterlibatan siswa didalamnya.
Dengan begitu diharapkan dapat berpengaruh pada hasil yang optimal dan
dapat diukur melalui tes pemahaman konsep siswa.
Berdasarkan uraian diatas, ada keterkaitan antara penggunaan media
rak telur pelangi terhadap pemahaman konsep matematika khususnya pada
materi perkalian dan pembagian. Dengan demikian diduga penggunaan media
rak teliur pelangi dapat mempengaruhi pemahaman konsep matematika
siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan dari hasil kerangka berfikir maka hipotesis yang diajukan
pada penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh penggunaan media Rak Telur
Pelangi terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada
materi perkalian dan pembagian”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat dan waktu penelitian dilaksanakan di kelas II MI Nurul Islamiyah,
yang beralamat di Jalan Nangka Kel. Kedaung Kecamatan Sawangan Depok.
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2019 pada semester genap
tahun ajaran 2019/2020.

B. Metode dan Desain Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Kuasi Eksperimen (Quasi
Eksperimental). Tujuan penelitian Kuasi Eksperimen adalah untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat
diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang
relevan.38
Kuasi Eksperimen digunakan karena pada kenyataannya sulit
mendapatkan kelompok atau kelas kontrol dalam penelitian, yang dipilih
sebagai kelompok eksperimen adalah kelas II A yang berjumlah 23 siswa dan
kelas II B yang berjumlah 23 siswa sebagai kelompok kontrol. Kelas
eksperimen yaitu kelas yang pembelajarannya menggunakan media Rak Telur
Pelangi untuk konsep perkalian dan pembagian. Sedangkan kelas kontrol yaitu
kelas yang tidak diajarkan dengan menggunakan media Rak Telur Pelangi
untuk konsep perkalian dan pembagian.
Penelitian ini menggunakan The Nonequivalent Posttest-Only Group
design.. Rancangan penelitian tersebut digunakan sebagai berikut:

38
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), h.
92.

30
31

Tabel 3.1

Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest


Eksperimen X1 O
Kontrol X2 O

Keterangan:

E : Kelompok Eksperimen

K : Kelompok Kontrol

X1 : Perlakuan dengan menggunakan media Rak Telur Pelangi

X2 : Perlakuan dengan tidak menggunakan media Rak Telur Pelangi

O : Tes kemampuan pemahaman konsep matematis yang diberikan


kepada kedua kelompok sebelum diadakan pembelajaran

C. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II (Dua) MI Nurul
Islamiyah Kedaung yang terdaftar pada semester 1 (satu) tahun pelajaran
2019/2020.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas, yaitu kelas II A
sebagai kelas Eksperimen dan kelas II B sebagai kelas Kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan hal yang terpenting dalam pelaksanaan
penelitian karena tujuan utama melakukan penelitian tentu ingin mendapatkan
data. Cara yang peneliti lakukan pada penelitian kali ini dengan menggunakan
tes, wawancara, dan dokumentasi. Tekhnik ini sengaja dipilih karena peneliti
ingin mengetahui data terukur dari skor/nilai matematika siswa dalam
32

penggunaan media Rak Telur Pelangi terhadap pemahaman konsep siswa pada
materi konsep perkalian dan pembagian. Adapun uraian teknik pengumpulan
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur pengetahuan intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang diberikan
adalah tes akhir (Posttest).39
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan
sebagai studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang akan
diteliti serta untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.40
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dengan demikian, hasil penelitian akan lebih
dipercaya jika didukung oleh dokumentasi yang terdapat dalam
penelitian ini beripa (Photo) selama proses belajar berlangsung
digunakan sebagai pendukung penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang diberikan dalam penelitian ini adalah instrumen lembar


tes tertulis yaitu berupa posttest. Instrumen tersebut diharapkan mampu
menunjukkan perbandingan rata-rata nilai siswa yang menggunakan media Rak
Telur Pelangi. Tes yang diberikan kepada kedua kelas adalah soal yang sama.
Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa pada materi konsep perkalian dan pembagian.

39
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), h.
53.
40
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010), h. 154.
33

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika


Siswa

No Indikator Indikator Bentuk Nomor Soal


Pemahaman Operasional Soal
1. Kemampuan Memahami konsep Isian 1-2
menyatakan ulang perkalian dan
konsep yang telah pembagian matematika
dipelajari
2. Kemampuan Mencoba mengerjakan Isian 3-4
memberikan contoh konsep perkalian dan
dari konsep yang pembagian dalam
dipelajari bentuk gambar
3. kemampuan Memecahkan masalah Isian 5-6
mengaitkan berbagai dalam kehidupan
konsep (internal dan sehari-hari yang
eksternal matematika) berkaitan dengan
perkalian dan
pembagian

Tes nantinya akan diberikan kepada kedua kelompok, yaitu


kelompok eksperimen sebagai kelompok yang diberi pengajaran dengan
media Rak Telur Pelangi pada konsep perkalian dan pembagian.
Kelompok kontrol sebagai kelompok yang tidak diberi pengajaran dengan
media Rak Telur Pelangi pada konsep perkalian dan pembagian.

Dari tabel diatas, perlu adanya suatu pedoman kriteria penskoran.


Agar dapat memperoleh data hasil kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa terhadap jawaban posttest siswa untuk setiap indikator
34

Kriteria penskoran yang digunakan pada penelitian ini adalah skor


yang diadaptasi dari Kasum (2014), sebagai berikut :41

Tabel 3.3
Sistem Penskoran Pemahaman Matematika Siswa

Indikator pemahaman Keterangan Skor


konsep
Menyatakan ulang sebuah Jawaban kosong 0
konsep Tidak dapat menyatakan ulang konsep 1
Dapat menyatakan ulang konsep tetapi 2
belum tepat
Dapat menyatakan ulang konsep dengan 3
tepat
Memberikan contoh dari Jawaban kosong 0
konsep yang dipelajari Tidak dapat memberi contoh 1
Dapat memberikan contoh tetapi belum 2
tepat
Dapat memberikan contoh dengan tepat 3
Mengaitkan berbagai Jawaban kosong 0
konsep (internal dan Tidak dapat mengaplikasikan rumus 1
eksternal matematika) sesuai prosedur dalam menyelesaikan
soal pemecahan masalah
Dapat mengaplikasikan rumus sesuai 2
prosedur dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah tetapi belum tepat
Dapat mengaplikasikan rumus sesuai 3
prosedur dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah dengan tepat

41
Siti Mawaddah, Ratih Maryanti, Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
SMP dalam Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Discovery Learning),
h.80.
35

Sebelum digunakan untuk posttest, instrument penelitian tersebut


diuji cobakan terlebih gahulu agar dapat diketahui apakah memenuhi
persyaratan validitas dan reliabilitas, serta taraf kesukaran soal dan daya
pembedanya.

F. Kontrol Terhadap Validitas Internal


1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana
tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur.42 Uji validitas ini
dilakukan untuk mengetahui apakah soal itu valid atau tidak. Suatu
instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur
apa yang hendak diukur.
Tinggi rendahnya validitas suatu instrumen sangat bergantung pada
koefisien korelasinya. Hal ini sesuai dengan pendapat John W. Best
(Suherman, 2003) dalam bukunya Research in Education, bahwa suatu
instrumen mempunyai validitas tinggi jika koefisien korelasinya ringgi
pula.43 Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan
product moment. Adapun rumus uji validitas dengan menggunakan product
moment sebagai berikut:44

𝑁 (Σ𝑋𝑌)− (Σ𝑋)(Σ𝑌)
Rxy =
√{𝑁Σ2 − (Σ𝑋 2 )} {𝑁Σ𝑌 2 − (Σ𝑌 2 )

Keterangan:

Rxy : Koefisien korelasi

ΣX : Jumlah skor item

ΣY : Jumlah skor total

42
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),
h.138.
43
Karunia Eka, Penelitian Pendidikan Matematika, (Bandung: PT Refika Aditama,
2015), h. 193.
44
Ibid, h.193.
36

N : Jumlah responden

Uji validitas instrumen dilakukan dengan membandingkan hasil


perhitungan di atas dengan rtabel pada taraf signifikansi 5 % (α = 0,05).

Ketentuan:

Jika rhitung > rtabel = butir soal valid

Jika rhitung < rtabel = butir soal tidak valid

Taraf validitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien validitas.


Koefisien validitas suatu tes dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien
antara 0,00 sampai dengan 1,00. Besar koefisien yang dimaksud adalah
sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Validitas Butir Soal


Nilai Tingkat Validitas
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah

Pada penelitian ini, penguji menggunakan software Anates versi


4.0.5 untuk menguji tingkat kevalidan soal yang hasilnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
37

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas


Butir Soal Kolerasi Signifikasi
1 0,737 Sangat Signifikan
2 0,666 Signifikan
3 0,705 Signifikan
4 0,668 Signifikan
5 0,865 Sangat Signifikan
6 0,865 Sangat Signifikan

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa butir soal 1,2,3,4


mendapatkan koefisien korelasi pada taraf tinggi, dan butir soal 5 dan 6
mendapatkan koefisien pada taraf sangat tinggi, maka dapat disimpulkan
bahwa butir 6 soal yang sudah diujikan termasuk dalam kategori valid.

2. Uji Reliabilitas
Instrument yang reliabilitas adalah instrument yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama. Dengan kata lain, intrument yang reliabilitas adalah instrument
yang tepat, stabil untuk bisa dijadikan alat ukur. Rumus yang digunakan
untuk menghitung reliabilitas adalah rumus Alpha Cronbach yaitu sebagai
berikut:45

𝑘 Σ𝜎𝑖 2
R11= [ ] [1 − ]
𝑘−1 𝜎𝑡 2

Keterangan:

R11 : Nilai reliabilitas.

K : Jumlah item 1 pertanyaan.

45
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015),
Ed.2, Cet. 4, h.122.
38

Σσ𝑖 2 : Jumlah varians masing-masing item.

𝜎𝑡 2 : Varian total.

Tolok ukur untuk menginterpretasikan reliabilitas instrument dapat


digunakan tolok ukur yang dibuah oleh Guilford (1956) sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Reliabilitas


Koefisien Korelasi Kriteria
0,80 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r ≤ 0,60 Cukup
0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r ≤ 0,20 Sangat Rendah

Penelitian ini penguji menggunakan software Anates versi 4.0.5


untuk menguji reliabilitas instrument tes, yang hasilnya dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas


Rata-Rata Simpangan Korelasi XY Reliabilitas Interpretasi
Baku Reliabilitas
9,73 2,93 0,89 0,94 Sangat
Tinggi

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai reliabilitas instrumen


adalah 0,94. Nilai reliabilitas tersebut termasuk dalam kategori sangat
tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen ini layak digunakan
dalam penelitian.
39

3. Uji Taraf Kesukaran


Arikunto dalam jurnal Mujianto mengatakan bahwa soal yang baik
adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang
mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan
siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba
lagi karena diluar jangkauannya.46 Adapun rumus yang digunakan untuk
mencari indeks kesukaran adalah sebagai berikut:47
𝑛𝐴 + 𝑛𝐵
𝐼𝐾 =
𝑁𝐴 + 𝑁𝐵
Keterangan :
IK = indeks kesukaran
nA = banyaknyasiswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
nB = banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar
NA = banyaknya siswa kelompok atas
NB = banyaknya siswa kelompok bawah
Dalam menentukan tingkat kesukaran butir soal, diperlukan suatu
tolok ukur. Tolok ukur Indeks kesukaran suatu butir soal diinterpretasikan
dalam kriteria, sebagai beikut:
Tabel 3.8 Kriteria Taraf Kesukaran
IK Interpretasi Indeks Kesukaran
IK = 0,00 Terlalu Sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang
0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu Mudah

46
Mujianto Solichin, Analisis Daya Beda Soal, Taraf Kesukaran, Validitas, Butir Tes,
Interpretasi Hasil Tes dan Validitas Ramalan Dalam Evaluasi Pendidikan, Jurnal Manajemen &
Pendidikan Islam, Vol 2, No 2, (2017), h. 192-213.
47
Eka, op.cit., h. 223.
40

Pada penelitian ini penguji menggunakan Software Anates versi


4.05 untuk menguji taraf kesukaran instrumen tes, yang hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran
Butir Soal Tingkat Kesukaran Kriteria
1 47,62 Sedang
2 45,24 Sedang
3 47,62 Sedang
4 47,62 Sedang
5 61,90 Sedang
6 61,90 Sedang

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa butir soal


nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6 memiliki taraf kesukaran sedang.

4. Uji Daya Pembeda


Daya pembeda dari satu butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal tersebut membedakan anatara siswa yang dapat
menjawab soal dengan tepat (siswa yang menjawab kurang tepat/tidak
tepat).48 Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝑛𝐴−𝑛𝐵
DP = 𝑁𝐴

Keterangan:
DP = indeks daya pembeda butir soal
nA = banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
nB = banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal benar
NA = banyaknya siswa kelompok atas
NB = banyaknya siswa kelompok bawah

48
Ibid, h. 217
41

Tabel 3.10 Klasifikasi Daya Pembeda


Nilai Interpretasi Daya Pembeda
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk
DP ≤ 0,00 Sangat Buruk

Pada penelitian ini peneliti menggunakan Software Anates versi


4.05 untuk menguji daya pembeda instrumen tes, hasilnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda
Butir Soal Daya Pembeda (%) Kriteria
1 38,10 Cukup
2 33,33 Cukup
3 28,57 Cukup
4 28,57 Cukup
5 57,14 Baik
6 57,14 Baik

Berdasarkan hasil dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa butir


soal nomor 1, 2 , 3, dan 4 memiliki kategori daya pembeda cukup,
sedangkan butir soal nomor 5 dan 6 memiliki kategori daya pembeda baik.

G. Tekhnik Analisis Data


Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokkan data, mentabulasi data, menyajikan data tiap variabel yang
42

diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan


melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.49
1. Analisis Data Tes
Analisis data tes, dilakukan dua tahapan, yaitu uji prasyarat
analisis, dan uji hipotesis.
a. Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan beberapa uji
prasyarat statistik untuk menentukan rumus statistik yang akan
digunakan dalam uji hipotesis tersebut.
(1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Menurut Sujianto Agus
Eko dalam Ruli pedoman pengambilan keputusan normalitas
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dalam SPSS 22.
50

• Nilai Sig atau nilai probabilitas ≤ 0,05, maka distribusi


data adalah tidak normal.
• Nilai Sig atau nilai probabilitas ≥ 0,05, maka distribusi
data adalah normal.
(2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah pengujian mengenai varian dan
digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel
mempunyai varian yang sama atau tidak. Dalam statistik uji
homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari beberapa
populasi sama atau tidak. Uji ini biasanya dilakukan sebagai
prasyarat dalam analisis independent sampel t test dan anova.51

49
Sugiono, Metode Penelitian Pendahuluan, (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet ke-19, h.
207
50
Ruli As’ari, “Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dalam Melestarikan Lingkungan
Hubungannya dengan Perilaku Menjaga Kelestarian Kawasan Bukit Sepuluh Ribu Di Kota
Tasikmalaya,” Jurnal GeoEco, Vol 4, No. 1, (2018), h. 9-18.
51
Asep Saepul Hamdi dan E. Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam
Pendidikan, Yogyakarta, Deepublish, 2014, hal: 119.
43

Penulis menggunakan uji homogenitas dengan menggunakan one


way Anova yaitu hanya ada satu faktor yang dianalisis.52 Dengan
bantuan Uji Homogenity of Variance test pada One-way Anova,
jika nilai signifikansi > 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari
data atau lebih kelompok populasi data terbukti sama (homogen),
jika nilai signifikan < 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari
data atau lebih kelompok populasi data terbukti tidak sama (tidak
homogen).53
(3) Uji Hipotesis
1. Uji-t
Uji hipotesis (uji t-test) dilakukan untuk membuktikan
ada tidaknya pengaruh penggunaan media Rak Telur Pelangi
terhadap pemahaman matematis siswa pada konsep perkalian
dan pembagian matematika siswa. Peneliti menggunakan uji-t
jika data berdistribusi normal dan homogen dengan bantuan
Program SPSS 22 for Windows. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan analisis Independent Samples Test. Tujuan
pengujian Independent sample t test menurut Santoso adalah
ingin apakah ada perbedaan rata-rata (mean) antara dua
populasi, dengan melihat rata-rata dua sampelnya.54 Setelah
didapat hasil thitung selanjutnya harga thitung tersebut
dibandingkan dengan harga ttabel dengan derajat kesalahan 5%
(α = 5%) dengan kriteria sebagai berikut:55
Ho diterima jika thitung < ttabel.
Ho ditolak jika thitung > ttabel.
2. Uji tl

52
Singgih Santoso, Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Jakarta, PT.
Elex Media Komputindo, 2010, hal: 105.
53
Asep, Op.Cit, hal: 119.
54
Albert Kurniawan, Belajar Mudah SPSS untuk Pemula, Yogyakarta, MediaKom, 2010,
hal:67.
55
Zulfikar, Pengantar Pasar Modal dengan Pendekatan Statistika, Yogyakarta,
Deepublish, 2016, hal: 228.
44

Uji tl digunakan peneliti dalam SPSS 22 for windows


menggunakan Equal Variances Not Assumed. Jika varians
tidak sama, maka dalam pengujian t harus menggunakan
asumsi bahwa varians tidak sama (equal variance not
assumed). Uji tl digunakan apabila setelah melakukan
penelitian data yang dihasilkan dari dua kelompok
berdistribusi normal dan salah satu data yang dihasilkan
bersifat tidak homogen.56

H. Hipotesis Statistik
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik.57
Adapun kriteria pengujian untuk uji-t adalah sebagai berikut:
Ho : μ1 ≤ μ2
H1 : μ1 > μ2

Keterangan :
μ1 : Rata-rata hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis kelompok
eksperimen
μ2 : Rata-rata hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis kelompok
kontrol
Keputusan:

56
Muhammad Nisfiannoor, Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial, Jakarta,
Salemba Humanika, 2009, hal: 114.
57
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,
2012, hal: 71.
45

Ho diterima jika rata-rata hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis


kelompok eksperimen kurang dari sama dengan rata-rata hasil tes
kemampuan pemahaman konsep matematis kelompok kontrol.
Ho diterima jika rata-rata hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis
kelompok eksperimen lebih dari rata-rata hasil tes kemampuan
pemahaman konsep matematis kelompok kontrol.
Memutuskan hipotesis menggunakan uji- Thitung yang mengacu
pada nilai signifikansi yang ditunjukkan pada kolom Sig. (2.Tailed) yang
terletak pada baris Equal Variances Assumed atau Equal Variances Not
Assumed, dengan ketentuan sebagai berikut:
𝑆𝑖𝑔.2−𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑
a. Jika signifikansi (p-value) ≤ 0,05, maka Ho ditolak.
2
𝑆𝑖𝑔.2−𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑
b. Jika signifikansi (p-value) > 0,05, maka H1 diterima.
2
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh pada penggunaan media Raktepel terhadap kemampuan
pemahaman matematis siswa pada konsep perkalian dan pembagian pada
siswa dikelas II MI Nurul Islamiyah Kedaung. Hal ini dibuktikan dengan
hasil nilai rata-rata tes akhir (posttest) siswa kelas eksperimen yaitu sebesar
78,00 dan kelas kontrol sebesar 68,22, hasil posttest itu menunjukkan bahwa
kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Selain itu juga
ditunjukkan pada hasil hipotesis posttest yang mendapatkan nilai t memiliki
taraf 0,007 dengan taraf signifikasi 0,05. Data ini menunjukkan bahwa
signifikasi 0,007 < 0,05 yang artinya Ho ditolak atau Ha diterima. Pada
akhirnya, data tersebut membuktikan bahwa terdapat Pengaruh Penggunaan
Media Raktepel Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Pada
Konsep Perkalian dan Pembagian.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan pengalaman yang diperoleh, terdapat
beberapa saran-saran yang ingin peneliti sampaikan sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Berdasarkan penelitian yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh
penggunaan media Rak telur pelangi terhadap pemahaman konsep yang
signifikan, ada baiknya jika hal tersebut dipertimbangkan untuk dapat
menggunakan media-media menarik yang sesuai dengan materi yang
ingin disampaikan untuk proses kegiatan belajar mengajar disekolah,
karena dengan menggunakan media pembelajaran akan lebih mudah
dipahami oleh siswa, dan mampu meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa.
2. Bagi siswa

69
70

Siswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam konsep


perkalian dan pembagian pada pembelajaran matematika dan lebih mudah
memahami dengan menggunakan media tersebut.
3. Bagi Sekolah
Sebaiknya pihak sekolah hendaknya meningkatkan sarana dan prasarana
yang dapat mendukung guru untuk menggunakan media-media
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Apriliani, Intan Triasuci. “Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Student Teams Achievement Divisions dan Think Pair And Share Terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa,” Jurnal PEKA
(Jurnal Pendidikan Matematika), Vol 1, No. 2, (2018): 16-23.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.
Afrilina, Firda. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Corong Berhitung Terhadap
Pemahamann Konsep Siswa Pada Materi Perkalian dan Pembagian. Jurnal
pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Arifin, Fatkhul, dan Tatang Herman. “Pengaruh Pembelajaran E-Learning Model
Web Centric Course Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemandirian
Belajar Matematika Siswa,” Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 12, No. 2,
(2018): 1-12.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
Cet. 2, 2015
--------. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
As’ari, Ruli. “Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dalam Melestarikan
Lingkungan Hubungannya dengan Perilaku Menjaga Kelestarian Kawasan
Bukit Sepuluh Ribu Di Kota Tasikmalaya,” Jurnal GeoEco, Vol 4, No. 1,
(2018): 9-18.
B. Uno, Hamzah, dkk. Pengembangan Kurikulum Rekayasa Pedagogik dalam
Pembelajaran, Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018.
Eda Vula. Collaboratibe Action Reserch: Teaching of Multiplication and Division
ini the Second Grade. Turkish Online Jurnal of Qualitative Inquiry, April
2011, 2(2)7, h. 7-16.
Eka, Karunia. Penelitian Pendidikan Matematika, Bandung: PT Refika Aditama,
2015.

71
Fatqurhohman. “Pemahaman Konsep Matematika Siswa dalam Menyelesaikan
Masalah Bangun Datar,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 4,
no. 2, 127-133.
Fahrudin, Achmad Gilang, dkk. “Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika
Melalui Realistic Mathematic Education Berbantu Alat Peraga Bongpas,”
Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 1, no. 1, (2018): 14-20.
Hartini. “Penerapan Model Problem Based Learning dengan Media Rak Telur
Rainbow Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa
Kelas II SDN Ajung 02 Jember (Semester II Tahun Pelajaran 2017-
2018),” ELSE (Elementary School Education Journal) Vol 3, No. 1,
(2019): 66-76.
Herman, Tatang, dkk. Pendidikan Matematika 1. Bandung: UPI PRESS, 2007.
Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012.
Kurniawan, Albert. Belajar Mudah SPSS untuk Pemula. Yogyakarta: Mediakom,
2010.
Ketut, I Swarjana, Metodologi Peneliti Kesehatan (edisi revisi), Yogyakarta, CV.
Andi Offset, 2015.
Kustandi, Cecep, dan Bambang Sutjipto. Media Pembelajaran Manual dan
Digital. Bogor: Ghalia Indonesia, 2013.
Kurniawan, Dedi, dkk. “Penerapan Media Komik Matematika Terhadap
Peningkatan Pemahaman Konsep Perkalian dan Pembagian Bilangan
Cacah di Sekolah Dasar”. Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran
Matematika Vol 1, No. 1, 2015.
Lampiran UU No 20 Tahun 2003 Pasal 1
Mawaddah, Siti, dan Ratih Maryanti. Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa SMP dalam Pembelajaran Menggunakan Model
Penemuan Terbimbing (Discovery Learning).
Muhsetyo, Gatot. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka,
2011.

72
Nasution, S. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar. Bandung:
Bumi Aksara, Cet. Ke-16, 2013.
NCTM. Principles and Standards for School Mathematics, Reston: NCTM, 2000.
Nisfiannoor, Muhammad. Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika, 2009.
Nyoman, Ni Parwati, dkk. Belajar Dan Pembelajaran, Depok: PT RajaGrafindo
Persada, 2018.
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana, 2004
S. Sadiman, Arief, dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya, Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2009.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2011.
Saepul Hamdi, Asep. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Deepublish, 2014.
Santoso, Singgih. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta:
PT. Alex Media Komputindo, 2010.
Santri Syafri, Fatrima. Pembelajaran Matematika; Pendidikan Guru SD/MI,
Yogyakarta: Matematika, 2016.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta, Cet. Ke-4, 2003.
Solichin, Mujianto. Analisis Daya Beda Soal, Taraf Kesukaran, Validitas, Butir
Tes, Interpretasi Hasil Tes dan Validitas Ramalan Dalam Evaluasi
Pendidikan. Jurnal Manajemen & Pendidikan Islam, Vol 2, No 2, (2017),
h. 192-213.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2005.
Sudaryono. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Sugiono. Metode Penelitian Pendahuluan. Bandung: Alfabeta, Cet. Ke-19, 2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2012.
Sugiono. Metode Penelitian Pendahuluan, Bandung: Alfabeta, Cet ke-19, 2014.

73
Suparni. Metode Jarimatika Kaitannya Dengan Pembelajaran Operasi Hitung
Perkalian di SD/ MI. Logaritma Vol III, No. I (2015): 138-156.
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2013.
Suyuti, Fadilah Wahyu, dkk. “Penggunaan Media Rak Telur Rainbow dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian dan Pembagian
Kelas II SD Negeri Karangasem 01,” Jurnal Pancar, Vol 2, No. 2, (2018).
Syafri, Fatrima Santri. Pembelajaran Matematika: Pendidikan Guru SD/MI.
Yogyakarta: Matematika, 2016.
Syafril, dan Zelhendri Zen. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Depok: KENCANA,
Cet.ke- 1, 2017.
Swarjana, I Ketut. Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Yogyakarta:
CV. Andi Offset. 2015.
Yaumi, Muhammad. Media & Teknologi Pembelajaran, Jakarta: Prenadamedia
Group, 2018.
Yusuf L.N, Syamsu dan Nani M. Sughandi. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.
Wildaniati, Yunita dan Adesia Afriana. “Penggunaan Alat Peraga Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD N 2 Gunung Katun
Kecamatan Baradatu.” Jurnal Dewantara, Vol VII (2019): 56-72
Zulfikar. Pengantar Pasar Modal dengan Pendekatan Statistika. Yogyakarta:
Deepublish, 2016.
.

74
Lampiran 21 Biodata Penulis

BIODATA PENULIS

Dinda Muzdalifah, adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan


Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis lahir di Jakarta, 04 Juni 1997. Bertempat
tinggal di Jl. Mangga Rt/Rw 02/11 No. 37 Cinangka, Kel.
Kedaung, Kec. Sawangan, Kota Depok. Penulis adalah anak
kedua dari dua bersaudara, anak pertama bernama Rizka
Fauziah dari Bapak Dedi Rasidi dan Ibu Fitriyah.

Riwayat Pendidikan Penulis

Penulis menempuh pendidikan dimulai dari TK RA Nurul Falah, melanjutkan ke


MI Nurul Islamiyah Kedaung, kemudian melanjutkan ke MTs Islamiyah
Kedaung, kemudian melanjutkan ke SMA Kharismawita Depok. Hingga akhirnya
melanjutkan kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI).

Pada Tahun 2018, penulis menjalani program Praktik Pengenalan Lapangan (PPL)
di sekolah Muhammadiyah 12 Pamulang. Dan akhirnya, bersyukur telah
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Penggunaan media Raktepel
(Rak Telur Pelangi) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Pada Materi Perkalian dan Pembagian”

Anda mungkin juga menyukai