Anda di halaman 1dari 235

PENGARUH PENGGUNAAN PETA KONSEP DIPADU DENGAN

CROSSWORD PUZZLE TERHADAP RETENSI PESERTA DIDIK PADA


KONSEP SISTEM GERAK

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Egi Ramadah

NIM 1112016100036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017
i
ii
iii
ABSTRAK

Egi Ramadah, 1112016100036. Pengaruh Penggunaan Peta Konsep Dipadu


Dengan Crossword Puzzle Terhadap Retensi Peserta Didik Pada Konsep
Sistem Gerak (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 29 Jakarta). Skripsi,
Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Penggunaan peta konsep (PK) dipadu dengan crossword puzzle (TTS)


dapat mempengaruhi retensi peserta didik pada konsep sistem gerak di SMA
Negeri 29 Jakarta. Metode penelitian dengan Control Group Pretest Posttest
Design dan purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 36 peserta didik
untuk setiap kelompok yaitu eksperimen 1 (E1) menggunakan PK dipadu dengan
TTS, eksperimen 2 (E2) menggunakan PK, dan kontrol dengan menggunakan
rangkuman. Instrumen penelitian berupa 25 soal berbentuk pilihan ganda yang
telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil retensi ketiga kelompok diuji
menggunakan uji One Way Anova dengan taraf signifikansi α = 0,05. Retensi
peserta didik kelas E1 termasuk kedalam kategori sangat baik dengan persentase
sebesar 100,29% dan berbeda secara signifikan dengan E2 dan Kontrol.

Kata kunci: Peta Konsep, TTS, Retensi, Hasil Belajar, Sistem Gerak

iv
ABSTRACT
Egi Ramadah, 1112016100036.Effect of ConceptMaps Combined With
Crossword Puzzle on Retention of Students In Motion Systems Concepts (a
Quasi Experiment at SMA Negeri 29 Jakarta). BA Thesis, Biolog Educaion Studi
Program, Department of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya and
Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The use of concept maps combined with a crossword puzzle (TTS) can affect the
retention of students in the concept of motion system at SMA Negeri 29 Jakarta.
Research methods with quasi-experimental Pretest-Posttest Control Group
Research Design and purposive sampling. The research sample totaled 36
students for each group that is the experimental class 1 (E1) by using concept
maps combined with TTS, experimental class 2 (E2) by using concept maps, and
for control class by using the summary technique. The research instrument in the
form of multiple choice objective test consist of 25 questions that have been tested
for validity and reliability. The results of the three groups retention data analysed
using One Way Anova at significance level α = 0.05. Then retest percentage yield
value reached 100.29 at experimental class 1 with a very good category and differ
significantly with E2 and control class.

Keyword: concept maps, crossword puzzle (TTS), retention, learning outcome,


motion system.

v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW kepada keluarga dan para sahabatnya serta seluruh
muslimin dan muslimah.

Atas Ridha-Nyalah pula penulis dapat menyelesaikan skripsi yang


berjudul “Pengaruh Penggunaan Peta Konsep Dipadu Dengan Crossword
Puzzle Terhadap Retensi Peserta Didik Pada Konsep Sistem Gerak”.

Penulis menyadari dalam proses pelaksanaan penelitian, penulis


membutuhkan bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan baik. Untuk itu sebagai ungkapan
rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Yanti Herlanti, M.Pd., selaku ketua Prodi Pendidikan Biologi Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Nengsih Juanengsih, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Yuke Mardiati,
M.Si selaku dosen pembimbing II dan dosen penasehat akademik, yang
senantiasa memberikan waktu, tenaga, dan pikiran, serta motivasi kepada
penulis selama proses penyusunan skripsi sampai selesai.
5. Dra. Carol Titaley selaku Kepala SMA Negeri 29 Jakarta yang telah
memberikan izin untuk pelaksanaan penelitian.
6. Rismawati S.Pd., Susi Kristantina S.Pd., dan Dra. Rini Rosnida selaku guru
mata pelajaran Biologi di SMA Negeri 29 Jakarta yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama pelaksanaan
penelitian.

vi
7. Seluruh dewan guru dan staf tata usaha SMA Negeri 29 Jakarta yang telah
membantu penulis selama pelaksanaan penelitian, serta peserta didik
khususnya kelas XI MIA 1, XI MIA 2, dan XI MIA 4 yang telah berperan
aktif selama proses penelitian berlangsung.
8. Keluarga tercinta terkasih tersayang Ayahanda Zainal Abidin, Ibunda Sri
Exsanti, dan Kakak Hoktafianti, selaku donator utama bagi penulis dalam segi
apapun yang senantiasa selalu memberikan doa, semangat, dan motivasi,
sungguh gelar yang didapat ini penulis persembahkan untuk mereka. Serta
seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan kepada penulis
selama ini.
9. Sahabat terhebat yang selama ini mengerjakan dan mengingatkan bersama
tentang skripsi Ermaya Ainul, Euis Nurfadliilah, Laila Mahmudah, Mukhti
Ayuni, dan Wulan Apriani. Sahabat terlawas yang selalu memberikan
motivasi agar penulis cepat lulus Anah Selvianah,S.Pd, Elis Sa’ada,S.Ked, dan
Poppi Fauziah.
10. Teman-teman seperjuangan dan sepenanggungan Pendidikan Biologi 2012
(AMPIBI) khususnya BIOA, terimakasih atas kenangan, dukungan dan
kerjasamanya selama ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan dukungan dan do’a
dalam penelitian ini.
Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa
yang telah mereka berikan menjadi amal sholeh dan mendapat balasan yang jauh
lebih baik dari-Nya, Aamiin.
Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan
skripsi ini terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang dapat menambah kesempurnaan dari skripsi ini dan sebagai
pelajaran bagi penulis dalam pembuatan karya tulis berikutnya. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 6 Maret 2017
Egi Ramadah

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. i


LEMBAR PENGESAHAN MUNAQASAH ................................................ ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .............................................. iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
ABSTRACT ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 4
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis ................................................................................. 6
1. Pembelajaran Kontruktivisme ....................................................... 6
a. Definisi Pembelajaran Kontruktivisme .................................... 6
b. Prinsip Dasar Kontruktivisme ................................................. 7
c. Implikasi Pembelajaran Kontruktivisme ................................. 8
2. Peta Konsep ................................................................................... 9
a. Definisi Peta Konsep ............................................................... 9
b. Ciri-ciri Peta Konsep ............................................................... 10
c. Cara Membuat Peta Konsep .................................................... 10
d. Macam-macam Peta Konsep ................................................... 11
e. Pembelajaran dengan Peta Konsep ......................................... 15
f. Fungsi Peta Konsep .................................................................. 16

viii
g. Kelebihan dan Kelemahan Peta Konsep .................................. 17
3. Crossword Puzzle (Teka-Teki Silang) .......................................... 17
a. Pengertian Crossword Puzzle................................................... 17
b. Langkah-langkah Pembelajaran Crossword Puzzle ................. 18
c. Pembelajaran dengan Crossword Puzzle ................................. 18
4. Retensi (Daya Ingat) ..................................................................... 19
a. Sejarah Ingatan ........................................................................ 19
b. Pengertian Retensi ................................................................... 20
c. Jenis-jenis Ingatan ................................................................... 21
d. Ingatan Jangka Panjang ............................................................ 21
e. Prinsip Ingatan ........................................................................ 22
f. Lupa dalam Belajar ................................................................. 24
5. Sistem Gerak Pada Manusia .......................................................... 26
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 27
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 29
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 31
B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................. 31
1. Metode Penelitian .......................................................................... 31
2. Desain Penelitian ........................................................................... 31
C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 32
D. Variabel Penelitian .............................................................................. 32
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 32
F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 33
1. Jenis Instrumen .............................................................................. 33
a. Tes Objektif Pilihan Ganda ..................................................... 33
b. Lembar Observasi ................................................................... 34
2. Kalibrasi Instrumen ........................................................................ 35
a. Pengujian Validitas ................................................................. 35
b. Pengujian Reliabilitas .............................................................. 36

ix
c. Perhitungan Analisis Butir ...................................................... 36
G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 38
1. Uji Retensi ..................................................................................... 38
2. Rubrik Penilaian Peta Konsep ........................................................ 39
3. Rubrik Penilaian Crossword Puzzle ............................................... 40
4. Uji Prasyarat Analisis Data ........................................................... 40
a. Uji Normalitas .......................................................................... 41
b. Uji Homogenitas ...................................................................... 41
c. Uji Hipotesis ............................................................................ 42
H. Hipotesis Statistik ............................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 43
1. Data Nilai Rata-Rata Pretest, Posttest, dan Retest ........................ 43
2. Pengujian Prasyarat Analisis Data ................................................ 45
a. Uji Normalitas ......................................................................... 45
b. Uji Homogenitas ..................................................................... 46
c. Uji Hipotesis ........................................................................... 46
3. Rata-rata Hasil Retensi .................................................................. 50
4. Hasil Penilaian Peta Konsep ......................................................... 51
5. Hasil Penilaian Teka-teki Silang ................................................... 52
6. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik dan Guru ....................... 51
B. Pembahasan ......................................................................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 58
B. Saran .................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Konsep Pohon Jaringan Sistem Gerak ................................ 12
Gambar 2.2 Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer .............................. 13
Gambar 2.3 Peta konsep siklus yang memperlihatkan konsep yang berkaitan 14
Gambar 2.4 Peta Konsep Laba-laba Tentang Pencemaran Lingkungan .......... 15
Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-Rata Pretest, Posttest, dan Retest .................... 44
Gambar 4.2 Diagram Persentase Rata-Rata Retensi ........................................ 50

xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Desain Penelitian .................................................................... 31
Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian................................................. 34
Tabel 3.3. Koefisien Validitas.................................................................. 35
Tabel 3.4. Kriteria Daya Beda.................................................................. 37
Tabel 3.5 Retensi Peserta Didik Berdasarkan Kategori Adaptasi
Penguasaan Konsep Depdikbud (1994) .................................. 38
Tabel 3.6 Rubrik Penilaian Peta Konsep................................................. 39
Tabel 3.7 Kategorisasi Persentase Penilaian Peta Konsep ...................... 40
Tabel 3.8 Kategorisasi Penilaian Crossword Puzzle ............................... 40
Tabel 4.1. Hasil Uji Normalitas Pretest, Posttest, dan Retest .................. 45
Tabel 4.2. Hasil Uji Homogenitas Pretest, Posttest, dan Retest .............. 46
Tabel 4.3. Hasil Uji Hipotesis Pretest...................................................... 47
Tabel 4.4. Hasil Uji Hipotesis Pretest Antar Kelompok.......................... 47
Tabel 4.5. Hasil Uji Hipotesis Posttest .................................................... 48
Tabel 4.6. Hasil Uji Hipotesis Posttest Antar Kelompok ........................ 48
Tabel 4.7. Hasil Uji Hipotesis Retest ....................................................... 49
Tabel 4.8. Hasil Uji Hipotesis Retest Antar Kelompok ........................... 49
Tabel 4.9. Rata-Rata Skor Peta Konsep Sistem Gerak ............................ 51
Tabel 4.10. Hasil Penilaian Teka-Teki Silang ........................................... 52

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 .......... 62
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 2 .......... 87
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ................... 101
Lampiran 4 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Tes ............................................... 117
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Soal .............................................................. 134
Lampiran 6 Kisi-kisi Instrumen Tes Penelitian ............................................. 141
Lampiran 7 Instrumen Tes Penelitian ............................................................ 151
Lampiran 8 Deskripsi Statistik Pretest .......................................................... 154
Lampiran 9 Deskripsi Statistik Posttest ......................................................... 156
Lampiran 10 Deskripsi Statistik Retest ............................................................ 158
Lampiran 11 Deskripsi Retensi Kelas Kontrol ................................................ 160
Lampiran 12 Deskripsi Retensi Kelas Eksperimen 1....................................... 161
Lampiran 13 Deskripsi Retensi Kelas Eksperimen 2....................................... 162
Lampiran 14 Uji Normalitas Pretest ................................................................ 163
Lampiran 15 Uji Normalitas Posttest............................................................... 165
Lampiran 16 Uji Normalitas Retest.................................................................. 167
Lampiran 17 Uji Homogenitas Pretest, Posttest, dan Retest ........................... 169
Lampiran 18 Uji Hipotesis Pretest................................................................... 170
Lampiran 19 Uji Hipotesis Posttest ................................................................. 171
Lampiran 20 Uji Hipotesis Retest .................................................................... 172
Lampiran 21 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik ................................ 173
Lampiran 22 Lembar Observasi Aktivitas Guru .............................................. 191
Lampiran 23 Peta Konsep Acuan ..................................................................... 203
Lampiran 24 Rekapitulasi Skoring Peta Konsep ............................................. 206
Lampiran 25 Peta Konsep Peserta Didik ......................................................... 207

xiii
Lampiran 26 Hasil Penilaian Teka-Teki Silang ............................................... 210
Lampiran 27 Pedoman Wawancara Guru ........................................................ 211
Lampiran 28 Lembar Uji Referensi ................................................................. 213
Lampiran 29 Surat Permohonan Izin Penelitian .............................................. 219
Lampiran 30 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian................................... 220

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Retensi adalah hapalan yang terpendam atau perjalanan dari ingatan
jangka pendek ke ingatan jangka panjang. 1 Daya retensi yang baik merupakan
salah satu kebutuhan setiap peserta didik untuk belajar secara optimal. Hal ini
dikarenakan pengukuran hasil belajar peserta didik di sekolah diukur berdasarkan
penguasaan terhadap materi pelajaran, yang prosesnya tidak terlepas dari kegiatan
mengingat. Maka dengan daya ingat yang baik, peserta didik akan dapat belajar
dengan mudah dan mencapai hasil yang optimal. Namun fakta yang terjadi di
menunjukkan tidak setiap peserta didik memiliki daya ingat yang baik, seperti
beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa kriteria daya retensi
rendah masih mendominasi dengan jumlah 57,14% dari 35 orang peserta didik
kelas XI IPA. 2 Penelitian lain menunjukkan nilai rata-rata kognitif awal peserta
didik mengalami penurunan dengan persentase retensi sebesar 64,7%. 3 Selain itu,
penelitian lain menunjukkan nilai rata-rata posttest sebesar 74 kemudian
mengalami penurunan menjadi 70,3 dengan skor retensi terendah yaitu 63,1%. 4
Rendahnya daya ingat peserta didik terhadap materi pelajaran merupakan salah
satu masalah yang sering dihadapi dalam mencapai keberhasilan belajar.
Peningkatan retensi peserta didik dapat dilakukan melalui pengalaman
belajar yang membuat peserta didik aktif berpikir tentang apa yang dipelajarinya.
Pembelajaran yang dimaksud adalah menerapkan pembelajaran student centered

1
Tony Buzan, Use Your Perfect Memory: Teknik Optimalisasi Daya Ingat, Temuan
Terkini tentang Otak Manusia, Terj. Basuki Heri Winarno, (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002),
Cet. II, h. 128.
2
Nur Fitriana Lubis dan Zulkifli Simatupang, Peningkatan Daya Retensi Siswa Terhadap
Konsep-Konsep Biologi Melalui Pemanfaatan Media Adobe Flash Pada Model Pembelajaran
Langsung. Prosiding Seminar Nasional Biologi dan Pembelajarannya, 2014, h. 661.
3
Rika Devi Arianovita, Baskoro Adi Prayitno, dan Suwarno, Pengaruh Model
Pembelajaran Kontruktivis-Metakognitif Terhadap Hasil Belajar Kognitif dan Retensi Peserta
Didik, Jurnal Pendidikan Biologi, 2015, h. 99.
4
Vitta Yaumul Hikmawati, Nuryani Y. Rustaman, dan Saefudin, Efektivitas SQ5R
Terhadap Pengetahuan Konseptual dan Retensi Siswa SMA Pada Pembelajaran Sistem Reproduksi
Manusia, Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomer 2, 2014. h. 203.

1
2

learning strategies yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan
mengkontruksi pengetahuannya sendiri secara aktif. 5 Sebab, pengetahuan yang
dikonstruksi sendiri oleh peserta didik akan menjadi pengetahuan yang bermakna,
sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak
akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk
diingat sementara setelah itu dilupakan. 6
Realita di lapangan menunjukkan, umumnya perilaku pembelajaran di
sekolah masih terbatas pada pengertian makna mengajar, dimana proses
pengajaran bersifat searah dari guru kepada peserta didik. Akibatnya,
pembelajaran seringkali bersifat monoton, kurang menarik dan kurang
memberikan motivasi, serta cenderung menimbulkan sikap pasif pada peserta
didik.” 7 Selain itu, pada saat mengajar, guru masih banyak menerangkan dan
mencatat di papan tulis, sehingga proses pembelajaran belum berpusat pada
peserta didik. 8 Sekolah Menengah Atas Negeri 29 Jakarta merupakan sekolah
tempat penulis melaksanakan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT),
berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran, umumnya proses
pembelajaran dilakukan dengan guru menjelaskan pelajaran, presentasi umum,
diskusi, dan catatan tradisonal. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu
guru biologi kelas XI, hasil belajar peserta didik hampir setengah dari 36 orang
harus diremedial hasil ulangannya. 9 Rendahnya retensi belajar yang terjadi
dilapangan serta realita cara mengajar guru harus mengalami perubahan, salah
satunya adalah dengan mengubah pembelajaran yang berlangsung selama ini.
Pembelajaran kontruktivisme mengkritisi konsep pembelajaran yang
selama ini berlangsung yang cenderung berpusat pada subjek belajar. Pengajar
dan peserta didik harus sama-sama aktif, peserta didik mengkontruksi

5
Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar Teraktual dan
Terpopuler, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), h. 32.
6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2008), h. 123-124.
7
Yanti Oktavia, Usaha Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kreativitas Guru Dalam
Pembelajaran Di Sekolah, Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol. 2 No. 1, 2014, h. 809
8
Uswatul Aeni, Edy Chandra, Novianti muspiroh, Identifikasi Kesulitan Guru Biologi
Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Susukan Cirebon, Jurnal
Sains dan Pendidikan Sains, Vol. 5 No. 2, 2016, h. 165-174.
9
Susi, Kristantina. Wawancara. Jakarta, 2 Februari 2016.
3

pengetahuan dan pengajar sebagai fasilitator. 10 Salah satu strategi pembelajaran


yang menekankan pada peserta didik untuk mengkontruksi pengetahuannya
sendiri sehingga memberikan kerangka untuk mengorganisasi dan mengingat
informasi dengan baik adalah peta konsep.
Penggunaan peta konsep diyakini mampu meningkatkan daya ingat suatu
pelajaran, akan tetapi peta konsep memiliki beberapa kelemahan yaitu tidak
semua peserta didik mampu mengaitkan antar konsep, sehingga peserta didik
memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya 11.
Selain itu peta konsep hanya memuat konsep saja sedangkan dalam materi
pelajaran khususnya Biologi tidak semua materi berisi konsep melainkan ada yang
bersifat fakta berupa gambar dan prosedur serta banyaknya bahasa-bahasa latin
yang belum tentu termasuk kedalam konsep.
Peta konsep memiliki kelemahan yang perlu mendapat perhatian, oleh
karena itu penggunaannya perlu dipadukan dengan strategi lain yaitu crossword
puzzle (teka-teki silang). Penggunaan teka-teki silang akan mampu mengasah
kemampuan berfikir seseorang. Sehingga akan mempermudah peserta didik dalam
mengingat dan memahami konsep-konsep yang terkandung dalam materi
pelajaran. Selain itu permainan yang digunakan dalam pembelajaran
memungkinkan peserta didik untuk menjadi kreatif dan mempunyai rasa senang
dalam belajar. 12
Penggunaan peta konsep yang dipadu dengan crossword puzzle yang
diaplikasikan pada konsep sistem gerak akan meningkatkan retensi peserta didik.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, suatu strategi yang dipadukan
diharapkan agar menghasilkan hasil ingatan yang lebih baik, maka peneliti hendak
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penggunaan Peta Konsep Dipadu

10
Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar Teraktual dan
Terpopuler, (Yogjakarta: DIVA Press, 2013), h. 32.
11
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Cet ke-3,
(Bandung: Refika Aditama, 2012), h. 29.
12
Dewi Nirmalasari, Bakti Mulyani, dan Budi Utami. Studi Komparasi Penggunaan Mind
Map dan Crossword Puzzle Pada Metode Proyek Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Terhadap
Prestasi Belajar Pada Materi Pokok Sistem Koloid Kelas XI Semester Genap SMA N 1
Banyudono Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 4, 2013, h. 111-112.
4

dengan Crossword Puzzle Terhadap Retensi Peserta Didik Pada Konsep Sistem
Gerak”.
B. Identifikasi Masalah
Latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Retensi peserta didik masih rendah.
2. Pembelajaran masih berpusat pada guru.
3. Pembelajaran pasif membuat peserta didik sulit untuk menyimpan informasi
dan mengingat pelajaran kembali.
4. Peta konsep memiliki beberapa kelemahan.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan peta konsep yang dipadu dengan crossword puzzle.
2. Hasil yang diukur adalah retensi peserta didik.
3. Konsep biologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem gerak.
D. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah terdapat
pengaruh penggunaan peta konsep dipadu dengan crossword puzzle terhadap
retensi peserta didik?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penggunaan peta konsep yang dipadu dengan crossword puzzle terhadap retensi
peserta didik dengan interval waktu 2 minggu.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini, antara lain:
1. Bagi guru biologi, sebagai pembaharuan dalam metode mengajar dengan
menggunakan peta konsep dipadu crossword puzzle, sehingga nantinya dapat
meningkatkan kualitas mengajar.
2. Bagi peserta didik, dapat belajar lebih aktif dan menyenangkan dengan
membangun konsep-konsep mereka sendiri kemudian mengisi crossword
5

puzzle sehingga lebih mudah untuk diingat dan nantinya dapat meningkatkan
hasil belajar.
3. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan mendapat gambaran mengenai
cara mengajar, dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama
perkuliahan dan mengembangkan kemampuan dalam penelitian.
BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis
1. Pembelajaran kontruktivisme
a. Definisi Pembelajaran Kontruktivisme
Konstruktivisme berasal dari kata “construct” yang berarti “membentuk”.
Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan
bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang adalah hasil konstruksi atau bentukan
diri sendiri. 1 Konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan
pada pengetahuan awal peserta didik sebagai tolak ukur dalam pembelajaran.
Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad
20. Pada dasarnya setiap individu sejak kecil memiliki kemampuan untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh
anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna; sedangkan
pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan
menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat
sementara setelah itu dilupakan. 2
Kontruktivisme dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif
secara intensif, atas dasar teori bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan
dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila saling mendiskusikan masalah-
masalah itu dengan sesama peserta didik. 3 Kontruktivisme berpandangan bahwa
pengetahuan merupakan perolehan individu melalui keterlibatan aktif dalam
menempuh proses belajar. 4
Teori pembelajaran konstruktivis berfungsi membekali kemampuan
peserta didik dalam menyeleksi informasi yang dibutuhkan. Dengan menerapkan

1
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Dian Rakyat, 2009), h.
157.
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2008), h. 123-124.
3
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: PT Bumi Aksara), h. 74-75.
4
Benny A. Pribadi, Op.Cit, h. 157.
6
7

pembelajaran “student-centered learning strategies”, maka pembelajaran


konstruktivisme mengkritisi konsep pembelajaran yang selama ini berlangsung
yang cenderung berpusat pada subjek belajar. Pengajar dan peserta didik sama-
sama aktif, peserta didik mengkontruksi pengetahuan dan pengajar sebagai
fasilitator. 5
Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan
mampu memberikan semua pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus
mengkontruksikan pengetahuannya sendiri. Esensi dari teori kontruktivis adalah
bahwa peserta didik harus menemukan dan mentraformasikan sesuatu informasi
kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik
peserta didik itu sendiri. 6
Dasar pembelajaran kontruktivisme harus dikemas menjadi proses
“mengkontruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran,
peserta didik membangun sendiri pengetahuan melalui keterlibatan aktif dalam
proses belajar dan mengajar. Peserta didik menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
Pembelajaran dengan konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran
yang menekankan peserta didik sebagai pembelajar yang aktif dengan cara
membangun sendiri pengetahuannya dengan mengaitkan pengetahuan yang telah
dimiliki dengan pengatahuan yang baru, sehingga dalam pembelajaran ini, guru
berperan dalam hal menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserta
didik, memberikan kesempatan peserta didik menemukan dan menerapkan idenya
sendiri, serta menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi masing-masing
peserta didik dalam belajar.
b. Prinsip Dasar Konstruktivisme
Prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar
adalah sebagai berikut: 7

5
Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar Teraktual dan
Terpopuler, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), h. 32.
6
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), h. 113
7
Agus N. Cahyo, Op.Cit, h. 50.
8

1) Pengetahuan dibangun oleh peserta didik sendiri.


2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke peserta didik, kecuali
hanya dengan keaktifan peserta didik itu sendiri untuk menalar.
3) Murid aktif mengkontruksi secara terus-menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
konstruksi berjalan lancar.
5) Menghadapi masalah yang relevan dengan peserta didik
6) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7) Mencari dan menilai pendapat peserta didik
8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan peserta didik.
Satu prinsip yang paling penting dalam pembelajaran kontruktivisme,
yaitu guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada
peserta didik. Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan di dalam
benaknya sendiri.
d. Implikasi Konstruktivisme Terhadap Proses Pembelajaran
Implikasi teori konstruktivisme terhadap proses pembelajaran adalah
sebagai berikut: 8
1) Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika peserta didik tidak diberi
kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang
dimilikinya.
2) Pada akhir proses pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetahuan
yang berbeda sesuai dengan kemampuannya.
3) Untuk mengambil keputusan (menilai), peserta didik harus bekerja sama
dengan peserta didik lainnya.
4) Guru harus mengakui bahwa peserta didik membentuk dan menstruktur
pengetahuannya berdasarkan modalitas belajar yang dimilikinya, seperti
bahasa, matematika, musik, dan lain-lain.

8
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Cet ke-3,
(Bandung: Refika Aditama, 2012), h. 65.
9

Pembelajaran konstruktivisme menekankan pembelajaran yang di bangun


oleh peserta didik itu sendiri sehingga menjadi pembelajaran yang bermakna.
Salah satu pembelajaran yang menekankan pada proses pembentukan
pengetahuan adalah peta konsep. “Pembelajaran dengan peta konsep membuat
peserta didik dapat menemukan konsep-konsep yang ada dan diasimilasi ke dalam
struktur kongnitifnya.” 9
2. Peta konsep
a. Definisi Peta Konsep
Peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan
bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada
kategori yang sama. 10 Peta konsep merupakan hubungan yang bermakna antar
konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan
dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit
semantik.
Secara sederhana peta konsep hanya terdiri atas dua konsep yang
dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. 11 Peta
konsep yang dikembangkan oleh seseorang akan berbeda dengan peta konsep
yang dikembangkan oleh orang lain, sebab pada dasarnya “peta konsep mirip peta
jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan ide-ide bukan
hubungan antar tempat”.
Peta konsep adalah bagan yang terdiri dari konsep-konsep yang
dihubungkan dengan kata penghubung sehingga terjadi hubungan antara konsep
yang satu dengan yang lain yang disusun secara hierarki. Dengan pembelajaran
peta konsep peserta didik tidak lagi hanya menghafal materi pelajaran tetapi dapat
memahami konsep tersebut dan dapat mengaitkannya dengan baik.

9
Yustin Yusuf, dkk., 2006, Upaya Peningkatan Aktifitas dan Hasil Belajar Biologi
Melalui Penggunaan Peta Konsep Pada Siswa Kelas II SMP Negeri 2 Pekanbaru Tahun Ajaran
2004/2005, dari http:biologi-fkip.unri.ac.id/karya_tulis/5%20Yustini-UPAYA%20PENINGKATA
N%205963.PDF. 28 April 2017
10
Trianto, Mendesain Model …, Op.Cit, h. 158.
11
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN, 2009, Cet 1, h. 29.
10

b. Ciri-ciri Peta Konsep


Peta konsep memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 12
1) Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan
konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang
studi fisika, kimia, biologi, matematika. Dengan menggunakan peta konsep,
peserta didik dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari
bidang studi itu lebih bermakna.
2) Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi,
atau suatu bagan dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan
hubungan-hubungan proposional antara konsep-konsep.
3) Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama, ini berarti ada konsep
yang lebih inklusif daripada konsep-konsep yang lain.
4) Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih
inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut.
Peta konsep sebaiknya disusun secara hierarki, artinya konsep yang lebih
inklusif diletakkan pada puncak peta, makin kebawah konsep-konsep diurutkan
menjadi konsep yang kurang inklusif.
c. Cara Membuat Peta Konsep
Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian visual
atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu topik tertentu
dihubungkan satu sama lain. Untuk membuat suatu peta konsep, peserta didik
dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik
dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta
konsep merupakan diagram hierarki, kadang-kadang peta konsep itu
13
memfokuskan pada hubungan sebab-akibat.
Langkah menyusun peta konsep, sebagai berikut: 14
1) Memilih suatu bacaan dari buku pelajaran
2) Menentukan konsep-konsep yang relevan

12
Trianto, Mendesain Model …, Op.Cit, h.159.
13
Ibid, h.159-160
14
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini. Op.Cit. h. 31-32.
11

3) Mengurutkan konsep-konsep tersebut dari yang paling tidak inklusif atau


contoh-contoh
4) Menyusun konsep-konsep tersebut, mulai dengan konsep yang paling inklusif
di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif
5) Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata atau kata-kata penghubung.
d. Macam-macam Peta Konsep
Peta konsep ada empat macam, yaitu pohon jaringan (network tree), rantai
kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep
laba-laba (spider concept map). 15
1) Peta Konsep Pohon Jaringan (Network Tree)
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang
lain ditulis pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada peta konsep
menunjukkan hubungan antara ide-ide. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon
jaringan, menulis topik yang akan digunakan dan mendaftar konsep-konsep utama
yang berkaitan dengan konsep tersebut. Memeriksa daftar dan mulai
menempatkan ide-ide atau konsep-konsep yang berkaitan dengan konsep utama
dan memberikan hubungannya pada garis-garis penghubung. Pohon jaringan
dapat digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: (a) menunjukkan sebab
akibat, (b) suatu hirarki, (c) prosedur yang bercabang, dan (d) istilah-istilah yang
dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.
Contoh peta konsep model pohon jaringan dapat dilihat pada Gambar 2.1
berikut ini.

15
Trianto, Mendesain Model …, Op.Cit, h.160-164.
12

Gambar 2.1. Peta Konsep Pohon Jaringan Sistem Gerak


2) Peta Konsep Rantai Jaringan (Events Chain)
Peta konsep kejadian digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian,
langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses.
Dalam membuat rantai kejadian, pertama-tama temukan satu kejadian yang
mengawali rantai itu. Kejadian ini disebut kejadian awal. Kemudian, temukan
kejadian berikutnya dalam rantai itu dan lanjutkan sampai mencapai suatu hasil.
Rantai kejadian dapat digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: (a)
memberikan tahap-tahap dari suatu proses, (b) langkah-langkah dalam suatu
prosedur linier, dan (c) suatu urutan kejadian, dan (c) suatu urutan kejadian.
Contoh peta konsep model rantai kejadian dapat dilihat pada Gambar 2.2
berikut ini.
13

Letusan Gunung

Batuan lava yang mendingin

Tumbuhan perintis

Melapukan batuan

Tumbuhan

Semak-semak

Hutan

Gambar 2.2 Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer (Letusan Gunung)
3) Peta Konsep Siklus (Cycle Concept map)
Peta Konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil
final. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal.
Karena tidak ada hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke
kejadian awal, siklus itu berulang dengan sendirinya. Peta konsep siklus dapat
diterapkan untuk menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian
berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.
Contoh peta konsep siklus yang saling berkaitan dapat dilihat pada
Gambar 2.3 berikut ini

.
14

Makhluk
Hidup

dapat dapat

Tumbuhan Hewan

mengandung mengandung

Air

Gambar 2.3. Peta konsep siklus yang memperlihatkan konsep yang


berkaitan

4) Peta Konsep Laba-Laba (Spider Concept Map)


Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Melakukan
curah pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat
memperoleh sejumlah besar ide bercampur aduk. Banyak dari ide-ide yang
berkaitan dengan ide sentral, namun belum tentu jelas hubungannya satu sama
lain. Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal
berikut: (a) tidak menurut hirarki, (b) kategori yang tidak parallel, dan (c) hasil
curah pendapat.
Contoh peta konsep laba-laba dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini.
15

Biologis Air
Fisik Tanah
Kimiawi Udara
Suara

Pencemaran Lingkungan

Penipisan Lapisan Ozon Reboisasi


Hujan Asam Daur Ulang
Pemanasan Ulang

Gambar 2.4. Peta Konsep Laba-laba Tentang Pencemaran Lingkungan


e. Pembelajaran Dengan Peta Konsep
“Peta konsep adalah presentasi visual dari konsep dan organisasi hierarkis
konsep” 16 pembelajaran dengan menggunakan peta konsep diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman suatu konsep dengan baik karena peserta didik aktif
dalam kegiatan belajar mengajar dan guru berperan sebagai fasilitator.
Peta konsep menggunakan pengingat–ingat visual dan sensorik dalam
suatu pola dari ide-ide berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar,
mengorganisasikan, dan merencanakan. Dalam IPA peta konsep disusun membuat
informasi abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat dalam meningkatkan
ingatan suatu konsep pembelajaran. 17
Proses pembelajaran dengan peta konsep membutuhkan pemahaman yang
baik dari peserta didik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari dan bisa
mengkontruksi pengetahuan yang akan dipelajari dan bisa mengkonstruksi
pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan teori kontruktivisme yang
lebih menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam. Bila
seseorang tidak mengkonstruksi pengetahuannya sendiri secara aktif maka
pengetahuannya tidak akan berkembang.
16
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Terj. Educational Psycology oleh Tri
Wibowo B. S., (Jakarta: Kencana Prenada Grup, 2008), Cet. II, h. 353.
17
Trianto, Mendesain Model …, Op.Cit, h.159.
16

Penggunaan peta konsep dalam pembelajaran dapat dilakukan di awal


sebelum pembelajaran dimulai untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik
atau diakhir setelah pembelajaran untuk menemukan alternatif jawaban.
Pembelajaran dengan peta konsep akan membantu guru memahami macam-
macam konsep yang dikaitkan oleh peserta didik, sehingga guru mengetahui
sejauh mana peserta didik memahami suatu materi pelajaran. Peta konsep dalam
pelajaran biologi dapat membuat informasi abstrak menjadi konkret dan sangat
bermanfaat meningkatkan ingatan suatu konsep pembelajaran dan menunjukkan
pada peserta didik bahwa pemikiran itu mempunyai banyak bentuk.
Peta konsep akan membuat rangkaian yang bermakna, sehingga ingatan
lebih kuat untuk menyimpannya dan tidak mungkin seseorang dapat
menghubungkan sesuatu (konsep) apabila orang tidak mengerti benar akan konsep
tersebut. Seseorang yang telah dapat mengaitkan konsep-konsep menunjukkan
orang tersebut telah faham benar dengan konsep yang dimengertinya, karena peta
konsep menggambarkan bagaimana konsep-konsep saling terkait atau
berhubungan. 18
Materi yang dijadikan pembelajaran akan bermakna apabila peserta didik
mampu mengaitkan informasi yang baru diterimanya dengan informasi yang telah
ada dalam struktur kognitifnya dan kemudian mampu untuk mengaitkan kedua
informasi tersebut. Sehingga proses pembelajaran tidak berlalu begitu saja
melainkan akan disimpan dengan baik.
f. Fungsi Peta Konsep
Fungsi peta konsep dalam kegiatan belajar mengajar adalah untuk belajar
bermakna. Macam-macam cara tentang penggunaan peta konsep untuk
pembelajaran sains sebagai berikut: 19
1) Merencanakan pembelajaran
2) Perencanaan kurikulum dan evaluasi kurikulum
3) Mengembangkan pengajaran
18
Juliarti, dkk, Penerapan Metode Pembelajaran Peta Konsep Untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Pada Mata Kuliah Statistik, Jurnal Teknologi Pendidikan Universitas
Negeri Medan, 2010, h. 229.
19
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Op.Cit., h. 35-36.
17

4) Diskusi
5) Laporan praktikum
6) Belajar buku teks
7) Tes
8) Instruksi melalui komputer
9) Gambaran pengetahuan sendiri
10) Analisis siswa
11) Menganalisis buku teks.
g. Kelebihan dan Kelemahan Peta Konsep
Peta konsep memiliki kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran.
Kelebihanya adalah peta konsep akan membuat rangkaian yang bermakna,
sehingga ingatan lebih kuat untuk menyimpannya dan tidak mungkin seseorang
dapat menghubungkan sesuatu (konsep) apabila orang tidak mengerti benar akan
konsep tersebut. Seseorang yang telah dapat mengaitkan konsep-konsep
menunjukkan orang tersebut telah faham benar dengan konsep yang
dimengertinya, karena peta konsep menggambarkan bagaimana konsep-konsep
saling terkait atau berhubungan. 20
Kelemahan peta konsep diantaranya, pada akhir proses pembelajaran
peserta didik memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda sesuai dengan
kemampuannya dalam menghubungkan antar konsep. 21 Selain itu peta konsep
hanya memuat konsep saja sedangkan dalam materi Biologi ada yang bersifat
fakta berupa gambar dan prosedur serta banyaknya bahasa-bahasa latin yang
belum tentu termasuk kedalam konsep. Sehingga penggunaannya perlu dipadukan
dengan strategi lain.
3. Crossword Puzzle (Teka-Teki Silang)
a. Pengertian Crossword Puzzle
Crossword Puzzle (Teka-Teki Silang) merupakan salah satu permainan
yang dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan

20
Juliarti, dkk, Penerapan Metode Pembelajaran Peta Konsep Untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Pada Mata Kuliah Statistik, Jurnal Teknologi Pendidikan Universitas
Negeri Medan, 2010, h. 229.
21
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Op.Cit, h. 65.
18

tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung. Bahkan strategi ini
dapat melibatkan partisipasi peserta didik secara aktif sejak awal. 22 Penggunaan
pembelajaran aktif Crossword Puzzle ini diharapkan memberikan suasana baru
dalam pembelajaran dan memudahkan peserta didik dalam meninjau pelajaran
yang telah dipelajari dengan menyenangkan.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Crossword Puzzle
Penerapan pembelajaran Crossword Puzzle memiliki beberapa variasi
langkah-langkah penerapannya, salah satu prosedur umum yang diterapkan, yaitu:
1) Langkah pertama adalah mencurahkan gagasan (brainstorming) beberapa
istilah atau nama-nama kunci yang berkaitan dengan pelajaran studi yang
telah di pelajari.
2) Menyusun teka-teki silang sederhana, yang mencakup item-item sebanyak
yang didapat, hitamkan kotak-kotak yang tidak diperlukan.
3) Membuat contoh-contoh item-item silang, gunakan di antara macam-macam
yang mendatar dan menurun
4) Membagikan teka-teki kepada peserta didik, baik secara individual maupun
secara tim.
5) Menentukan batasan waktu. 23
c. Pembelajaran dengan Crossword Puzzle
Pembelajaran dengan TTS adalah salah satu strategi belajar yang
digunakan untuk meninjau atau menghubungkan apa yang telah peserta didik
ketahui. “Materi yang telah ditinjau (review) oleh peserta didik mungkin disimpan
lima kali lebih kuat dari materi yang tidak ditinjau.” 24 Sehingga penggunaan TTS
dalam pembelajaran sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat peserta
didik.
Teka-Teki Silang yang digunakan dalam pembelajaran ini berisi
pertanyaan berupa pertanyaan yang bersifat konsep, fakta maupun prosedural

22
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani. Strategi Pembelajaran Aktif.
(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani 2008), h. 71.
23
Melvin L. Silberman, Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Terj. Raisul
Muttaqien, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), h. 246.
24
Ibid, h. 239.
19

yang menuntut satu jawaban pasti. Materi atau pokok bahasan yang sudah peserta
didik pelajari kemudian dihubungkan dengan menjawab teka-teki sehingga dapat
menjadikan pelajaran lebih bermakna dan mudah untuk diingat. Selain itu teka-
teki silang akan mampu mengasah kemampuan berfikir seseorang dan akan
mempermudah peserta didik dalam mengingat dan memahami konsep-konsep
yang terkandung dalam materi pelajaran. Permainan yang digunakan dalam
pembelajaran memungkinkan peserta didik untuk menjadi kreatif dan mempunyai
rasa senang dalam belajar. 25
4. Retensi (Daya Ingat)
a. Sejarah Ingatan
Cukup sulit untuk mengatakan secara tepat kapan dan di mana gagasan-
gagasan tentang ingatan pertama kali muncul. Pada abad ke-6 SM, orang-orang
Yunani dapat dikatakan sebagai orang pertama yang menemukan dasar-dasar fisik
dari ingatan (bukan dasar spiritual); mengembangkan sejumlah konsep ilmiah dan
struktur bahasa yang membantu dalam pengembangan konsep-konsep tersebut;
menyumbang hipotesis Permukaan Lilin, yang menyatakan bahwa ingat dan lupa
merupakan aspek-aspek yang berkebalikan dari proses yang sama. 26
Perkembangan gagasan mengenai ingatan setelah berbabad-abad belum
ada perkembangan, kemudian pada abad ke- 19 seorang psikolog Perancis Pierre
Flourens menemukan “lokasi” ingatan dalam semua bagian pada otak.
Perkembangan penelitian tentang ingatan sangat dibantu oleh kemajuan bidang
teknologi dan metodologi pada abad ke- 20. Hampir semua ahli psikologi dan
pemikir dalam bidang ini menyutujui bahwa ingatan terletak dalam cerebrum
(otak besar), atau suatu bagian otak yang menutupi permukaan cortex. Para ahli
dari teori modern beranggapan bahwa apa yang diingat tidaklah sebanyak dengan
yang dilupakan secara bertahap, dari gagasan tersebut terdapat sebuah teori

25
Dewi Nirmalasari, Bakti Mulyani, dan Budi Utami. Studi Komparasi Penggunaan Mind
Map dan Crossword Puzzle Pada Metode Proyek Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Terhadap
Prestasi Belajar Pada Materi Pokok Sistem Koloid Kelas XI Semester Genap SMA N 1
Banyudono Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 4, 2013, h. 111-112.
26
Tony Buzan, Use Your Perfect Memory: Teknik Optimalisasi Daya Ingat, Temuan
Terkini tentang Otak Manusia, Terj. Basuki Heri Winarno, (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002),
Cet. II, h. 29.
20

rangkap tentang ingat dan lupa yaitu ada dua jenis penyimpanan informasi dalam
otak yang berbeda, yaitu penyimpanan jangka pendek dan penyimpanan jangka
panjang. 27
b. Pengertian Retensi (Daya Ingat)
Ingatan adalah tempat penyimpanan data fisik dalam otak. Ingatan bersifat
pribadi dan menyimpan sejarah hidup, ingatan menggunakan petunjuk untuk
memberikan pemahaman mengenai diri sendiri. 28 Terdapat tiga langkah dalam
proses mengingat, yaitu:
1) Registrasi (mencatat dalam ingatan) proses memperoleh informasi.
2) Retensi (menyimpan dalam ingatan) proses mengarsipkan informasi.
3) Retrieval/ memperoleh kembali (mengingat/mengenali) proses menemukan
informasi setelah informasi itu berlalu, atau informasi tersebut dapat dikenali
ketika berhadapan lagi. 29
Retensi ialah memelihara kesan pada waktu yang berubah-ubah, atau
sampai di mana bahan yang telah dipelajari sebelumnya tetap diingat. 30 Retensi
adalah “hapalan yang terpendam” atau perjalanan dari ingatan jangka pendek ke
ingatan jangka panjang. 31 Retensi berkaitan erat dengan ingatan atau memori,
yakni bagaimana sebuah informasi itu disimpan, kemudian dipertahankan, dan
bagaimana informasi tersebut diungkap kembali. “Memori membuat diri kita
terasa berkesinambungan. Tanpa memori, anda tidak mampu menghubungkan apa
yang terjadi kemarin dengan apa yang anda alami sekarang.” 32
Pada pembelajaran, ingatan berarti suatu usaha untuk menerima,
menyimpan dan memproduksi kegiatan-kegiatan pembelajaran yang berlangsung
pada tiap harinya. Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang guru dapat

27
Ibid, h. 33-34.
28
Jo Iddon dan Huw Williams, Memory Booster Penguat Ingatan, Terj. Widyatnanto,
(Jakarta: Erlangga, 2005), h. 8.
29
Tony Buzan, Op.Cit, h.127.
30
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1993), Cet. IV, h. 99.
31
Tony Buzan, Op.Cit, h. 128.
32
John W. Santrock, Op.Cit, h. 312.
21

menyediakan waktu pelatihan yang memungkinkan peserta didik mengulang


keterampilan baru secara bergiliran, baik secara fisik maupun mental. 33
Pengertian retensi dapat diartikan, sebuah ingatan yang disimpan dalam
memori jangka panjang seseorang untuk digunakan kembali pada saat informasi
tersebut dibutuhkan untuk menghubungkan dengan informasi yang baru atau
informasi yang sudah pernah diterima sebelumnya sehingga dengan adanya
retensi sesorang dapat berpikir secara berkesinambungan.
c. Jenis-jenis Ingatan
Ingatan memiliki tiga tipe yang bervariasi sesuai dengan kerangka
waktunya, yaitu: 34
1) Memori sensoris, mempertahankan informasi dari dunia dalam bentuk
sensoris aslinya hanya selama beberapa saat, tidak lebih lama dari waktu
peserta didik menerima sensasi/informasi visual, suara, dan sensasi lainnya.
2) Memori jangka pendek (short term memory) adalah sistem memori kapasitas
terbatas dimana informasi dipertahankan sekitar 30 detik, kecuali informasi
itu diulangi atau diproses lebih lanjut, dimana dalam kasus itu daya tahan
simpannya dapat lebih lama.
3) Ingatan jangka panjang (long term memory) adalah tipe memori yang
menyimpan banyak informasi selama periode waktu yang lama secara relatif
permanen.
d. Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memory)
Ahli psikologi mengelompokkan ingatan jangka panjang kedalam
beberapa kategori yang lebih spesifik untuk menunjukkan lebih jelas perbedaan
dari ingatan tersebut. 35 Adapun pengelompokkannya sebagai berikut:
1) Episodic Memory adalah ingatan yang berkaitan dengan perisiwa dalam
hidup, seperti ingatan tentang percakapan yang telah dilaksanakan 10 menit
yang lalu.

33
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
KTSP, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 78.
34
John W. Santrock, Op.Cit, h. 320-322.
35
Margaret W. Matlin, Cognitive Psychology Sevent Edition International Student
Version, (Printed In Asia: John Wiley & Sons, Inc, 2009), h. 121.
22

2) Semantic Memory adalah ingatan yang berkaitan dengan pengetahuan tentang


dunia, termasuk pengetahuan tentang arti sebuah kata atau informasi yang
mengandung atau berdasarkan fakta-fakta.
3) Procedural Memory adalah ingatan yang merujuk pada pengetahuan tentang
cara mengerjakan sesuatu.
e. Prinsip Ingatan
Prinsip untuk mengingat dengan baik, yang perlu dilakukan adalah
menggunakan semua aspek pikiran dan menghubungkannya dengan hal-hal
seperti berikut ini:
1) Synaesthesia/pengindraan
Synaesthesia mengacu pada gabungan antara berbagai indra. Sebagian
besar para pengingat sempurna dan semua mnemonist mengembangkan
sensitivitas indrawi, kemudian menggabungkan kemampuan indrawi tersebut
untuk menghasilkan ingatan yang lebih baik. Dalam mengembangkan ingatan,
perlu meningkatkan kepekaan dan melatih:
a) Penglihatan
b) Pendengaran
c) Indra pembau
d) Indra perasa
e) Sentuhan
f) Kinaesthesia-kesadaran akan posisi tubuh dan gerakan dalam ruang.
2) Gerakan
Gambar mnemonic, gerakan memberikan tambahan berbagai kemungkinan
bagi otak untuk dihubungkan dan secara otomatis juga diingat. Pada saat gambar
bergerak, buat menjadi tiga dimensi. Sebagai tambahan atas gerakan ini, gunakan
ritme dalam gambar ingatan. Semakin banyak ritme dan variasi ritme yang
terdapat dalam gambar mental, maka semakin jelas dan semakin mudah untuk
diingat.
3) Asosiasi
Apa pun yang ingin diingat, perlu diasosiasikan atau dihubungkan dengan
hal lain yang sifatnya tetap dalam lingkungan mental.
23

4) Humor
Semakin lucu, aneh, janggal, dan menggelikan gambar yang dibuat,
semakin jelas dan semakin mudah untuk diingat.
5) Imajinasi
Imajinasi adalah sumber kekuatan dari ingatan. Einstein mengatakan,
‘imajinasi lebih penting dari pengetahuan, karena pengetahuan sifatnya sementara,
imajinasi mencakup segala hal, mendorong kemajuan, dan melahirkan evolusi’.
Semakin banyak imajinasi yang diterapkan pada ingatan, maka semakin baik.
6) Bilangan
Bentuk bilangan akan menambahkan sifat khusus dan efisiensi pada
prinsip urutan dan rangkaian.
7) Simbolisme
Konsep umum yang membosankan dan abstrak dapat diganti dengan
gambaran yang lebih berarti untuk meningkatkan kemungkinan mengingat
kembali, atau dengan menggunakan simbol-simbol tradisional seperti tanda
berhenti atau bola lampu.
8) Warna
Penggunaan seluruh warna apabila sesuai dan memungkinkan, agar
gagasan-gagasan menjadi ‘berwarna’ sehingga lebih mudah diingat.
9) Urutan dan/atau rangkaian
Urutan dan/atau rangkaian memungkinkan referensi yang jauh lebih
banyak dan meningkatkan kemungkinan otak untuk melakukan akses secara acak.
10) Gambar positif
Gambar yang positif dan menyenangkan diketahui lebih baik untuk tujuan-
tujuan ingatan karena membuat otak ingin kembali pada gambaran-gambaran
tersebut. Gambar negatif tertentu, meskipun menerapkan semua prinsip diatas dan
meskipun bisa diingat, kemungkinan akan dihambat oleh otak karena dianggap
tidak menyenangkan apabila harus kembali pada gambar tersebut.
24

11) Pembesaran
Pembesaran pada ukuran, bentuk dan suaranya, sehingga tingkat
memorabilitasnya juga menjadi besar. 36
Prinsip ingatan yang telah disebutkan diatas, salah satu yang digunakan
dalam pembelajaran peta konsep adalah prinsip urutan/rangkaian, dimana urutan
memungkinkan untuk otak mengakses informasi jauh lebih baik. Sedangkan
penggunaan teka-teki silang menggunakan prinsip asosiasi yaitu setelah peserta
didik mempu membuat peta konsep maka selanjutnya peserta didik diminta untuk
menghubungkan konsep-konsep yang sudah dipelajari dengan menjawab teka-
teki, sehingga membuat peserta didik lebih mudah untuk mengingat dan tidak
mudah lupa.
f. Lupa Dalam Belajar
Lupa merupakan pengalaman manusia yang universal dan sekaligus
menjadi pertanda atas ketidaksempurnaan daya ingatan manusia. 37 Lupa
(forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi
kembali apa-apa sebelumnya yang telah dipelajari. 38 Secara sederhana, dapat
didefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu
yang pernah dipelajari atau dialami. Lupa dalam belajar biasanya dialami oleh
peserta didik dalam pembelajaran kognitif atau “belajar verbal”, yaitu belajar yang
banyak menggunakan bahasa. 39
Beberapa faktor yang menyebabkan dapat terjadinya lupa antara lain:
1) Ganguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam
sistem memori peserta didik;
2) Tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak;
3) Perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat
kembali;

36
Tony Buzan, Op.Cit, h. 40-42.
37
Abd. Rachman Abror, Op.Cit, h. 102.
38
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), Cet. ke-
11, h. 170
39
Abd. Rachman Abror, Op.Cit, h. 102.
25

4) Perubahan sikap dan minat peserta didik terhadap proses dan situasi belajar
tertentu;
5) Materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihapal
peserta didik;
6) Perubahan urat syaraf. 40
Terdapat tiga cara yang mungkin menyebabkan terjadinya lupa, antara lain
sebagai berikut:
1) Ingatan terkubur (teori interferensi), “gambaran yang lebih dulu akan
tenggelam dan semakin tenggelam… dan ditutupi gambaran yang lebih
belakang.”
2) Ingatan mengalami perubahan (rusak sedikit), “gambaran yang masih
bertahan mengalami perubahan yang mempengaruhi dan semakin
mempengaruhi sifat gambaran tersebut.”
3) Ingatan tercerai-berai, lupa disebabkan oleh “gambaran hancur berkeping-
keping dan hilangnya komponen-komponen yang terpisah.” 41
Faktor-faktor yang menyebaban terjadinya lupa tersebut maka dibutuhkan
suatu kiat untuk mengurangi lupa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan
daya ingat peserta didik. Adapun beberapa kiat yang dapat dilakukan dalam
meningkatkan daya ingat, antara lain sebagai berikut: 42
1) Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar melebihi batas penguasaan
dasar atas materi pelajaran tertentu;
2) Ekstra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi
waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar;
3) Mnemonic device (muslihat memori yang sering juga hanya disebut mne-
monic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk
memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal peserta didik;

40
Muhaibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta:PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 155-156.
41
Tony Buzan, Op.Cit, h. 98.
42
Muhaibbin Syah, Psikologi Pendidikan….., Op.Cit, h. 158-161.
26

4) Pengelompokan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi


kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-
item tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang sama atau sangat mirip;
5) Latihan terbagi artinya peserta didik melakukan latihan-latihan dengan
alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan di antara waktu-waktu
istirahat. Upaya demikian untuk menghindari cramming, yakni belajar banyak
materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat;
6) Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial
position effect), peserta didik dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama,
istilah, dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang
harus diingat.
Penggunaan peta konsep merupakan salah satu dari cara mnemonic, yaitu
menggunakan suatu susunan sistemik untuk mengingat apa yang telah dipelajari,
sejalan dengan konsep bahwa proses retrieval lebih mudah dilakukan ketika
memiliki kerangka berpikir yang tersusun baik. Selain itu metode hierarki dalam
peta konsep menggunakan analisis top-down dengan membuat suatu susunan
sistemis dari item yang diingat dari kelas umum sampai ke yang paling spesifik. 43
5. Sistem Gerak Pada Manusia
Sistem gerak pada manusia terbagi dalam dua kelompok, yaitu sistem
gerak pasif, yang tersusun atas tulang-tulang yang membentuk rangka tubuh, dan
sistem gerak aktif, yang tersusun atas otot-otot yang menempel pada tulang
rangka. Konsep sistem gerak adalah materi ajar untuk SMA kelas XI IPA
semester 1, kompetensi dasar (KD) pada materi ini adalah KD 3.4. Menganalisis
hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak dan
mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak
serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem gerak manusia melalui
studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi. KD 4.4. Menyajikan hasil
analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi jaringan gerak yang

43
Margaret W. Matlin, Op.Cit, h. 174.
27

menyebabkan gangguan sistem gerak manusia melalui berbagi bentuk media


presentasi.
Materi-materi dalam konsep sistem gerak ada yang bersifat fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur. Materi ini menuntut pemahaman dan ingatan yang baik
sehingga pelajaran tersebut dapat bermakna oleh peserta didik dan mampu
memahami materi pelajaran selanjutnya yang lebih kompleks. Karena itu peneliti
menggunakan konsep sistem gerak dalam strategi pembelajaran peta konsep yang
dipadu dengan crossword puzzle.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain: pengaruh
strategi peta konsep instruksional terhadap retensi peserta didik di sekolah
menengah atas dalam pelajaran biologi materi fotosintesis dan respirasi sel, hasil
penelitian ini menunjukkan dengan peta konsep peserta didik lebih berperan aktif,
dapat meningkatkan retensi, dan lebih efisien dibandingkan dengan pengajaran
tradisional. 44
Penelitian pengaruh peta konsep terhadap hasil belajar dan sikap peserta
didik kelas 11 di Anatolian High School pada pelajaran sistem urinaria
menunjukan “The data also indicated that the cognitive support of the concept
maps had a positive impact on students’ achievement and retention of knowledge.
The data furthermore indicated that students have a positive attitude for concept
maps.” 45 Hasil penelitian tersebut menunjukan peta konsep memberikan efek
positif terhadap hasil belajar dan retensi peserta didik.
Penelitian mengenai pengaruh pemberian tugas rumah dan peta konsep
terhadap hasil belajar biologi kelas VII SMP Negeri 22 Padang menunjukkan
bahwa hasil belajar biologi dengan pemberian tugas rumah dan peta konsep untuk
materi ekosistem lebih tinggi dari pada hasil belajar biologi tanpa tugas rumah dan

44
Kenneth Chika Agaba, Effect Of Concept Mapping Instructional Strategy On Students
Retention In Biology, African Education Indices, Vol. 5 No. 1, 2013, h. 7.
45
Sumeyye Ozbey Akay, Başturk Kaya, dan Selda Kılıc, The Effects Of Concept Maps
On The Academic Success And Attitudes Of 11th Graders While Teaching Urinary System,
International Online Journal of Primary Education, vol 1, 2012, h. 23.
28

peta konsep dengan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 78,23 sedangkan
kelas kontrol 72,67. 46
Penelitian mengenai studi komparasi INSTAD dipadu peta konsep dengan
pembelajaran konvensional terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar
biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Kutoharjo. Data dianalisis dengan
menggunakan uji t dengan signifikasi 0,000, hasil penelitian diperoleh nilai t
hitung keterampilan proses sains sebesar 11,218, hasil belajar kognitif 10,247,
hasil belajar psikomotor sebesar 3,362 dengan signifikansi 0,002. Nilai
keterampilan dan hasil belajar biologi kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas
kontrol yang berarti terdapat pengaruh INSTAD dipadu dengan peta konsep
terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar biologi kelas X SMA N 1
Sukoharjo. 47
Penelitian relevan mengenai crossword puzzle diantaranya keefektifan
penggunaan puzzle dalam pencapaian kosakata dan retensi peserta didik kelas XI
Abdul Kareem Al-Aklook secondary School di Palestina, hasil rata-rata nilai
posttest dan retest pada kelas eksperimen tidak ada perbedaan yang signifikan, hal
ini menunjukkan puzzle dapat memberikan efek jangka panjang dalam pelajaran
kosakata, selain itu puzzle dapat merangsang peserta didik dengan belajar yang
lebih menyenangkan. 48
Hasil penelitian mengenai aktivitas dan hasil belajar biologi menggunakan
model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) disertai teka-teki silang
(Crossword Puzzles) pada siswa kelas VII SMP Mitra Jember menunjukkan
terjadi peningkatan aktivitas belajar biologi dari pra siklus aktivitas siswa
mencapai 37%, setelah dilakukan siklus 1 secara klasikal meningkat menjadi
62,8% dan pada siklus 2 menghasilkan aktivitas secara klasikal sebesar 82,8%

46
Delvita Karlinda, Nurhadi, dan Nursyahra, Pengaruh Pemberian Tugas Rumah dan Peta
Konsep Terhadap Hasil Belajar Biologi Belas VII SMP Negeri 22 Padang, E-Journal, 2014.
47
Rizti Iswandari, Riezky Maya Probosari, Bowo Sugiharto, Studi Komparasi INSTAD
dipadu Peta Konsep Dengan Pembelajaran Konvensional Terhadap Keterampilan Proses Sains dan
Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kutoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal
Pendidikan Matematika dan Sains Tahun I, No.2, 2013, h. 147.
48
Awad Soliman Keshta dan Fikry Kamel Al-Faleet, The effectiveness of using puzzles
in developing Palestinian tenth graders' vocabulary achievement and Retention, Humanities and
Social Sciences, 2013, h. 46.
29

selain itu hasil belajar biologi pun meningkat dari pra siklus hasil belajar siswa
45,71%, pada siklus 1 meningkat menjadi 77,1% dan siklus II 85,7%. 49
C. Kerangka Berpikir
Retensi peserta didik sangat diperlukan dalam suatu proses pembelajaran
untuk menjadikan pembelajaran menjadi bermakna sehingga dapat disimpan
dalam memori jangka panjang peserta didik dan dapat bermanfaat untuk
kehidupan nyata. Namun realita dilapangan menunjukan bahwa retensi peserta
didik masih dalam kategori rendah dibeberapa sekolah, dan pembelajaran yang
berlangsung cenderung berpusat pada guru.
Kegiatan pembelajaran yang berpusat kepada guru membuat peserta didik
pasif yang menyebabkan peserta didik tidak memiliki kesempatan untuk dapat
berpartisipasi, sehingga proses belajar mengajar menjadi tidak bermakna. Guru
dalam kegiatan belajar mengajar harus memiliki rencana dan menetapkan strategi
belajar mengajar yang tepat agar peserta didik dapat mengerti dan memahami
materi pelajaran yang diajarkan.
Pembelajaran konstruktivisme merupakan salah satu pembelajaran yang
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selain itu untuk mengajarkan
biologi kepada peserta didik, guru harus memiliki berbagai strategi pembelajaran
dan pendekatan belajar yang cukup untuk memfokuskan perhatian peserta didik
pada materi yang sudah dipelajari secara garis besar.
Peta konsep dapat digunakan untuk mengetahui konsep-konsep biologi
yang saling berkaitan karena peta konsep pada dasarnya merupakan hubungan
antara satu konsep dengan konsep yang lainnya yang dihubungkan dengan kata
penghubung. Selain itu guru dapat mengetahui konsep-konsep biologi yang baru
karena peta konsep pada dasarnya berisi konsep-konsep yang disusun secara
hierarki.
Peninjauan ulang suatu konsep dalam pembelajaran sangat diperlukan oleh
peserta didik sebab konsep-konsep yang sudah dipelajari akan lebih dipahami
lebih dalam apabila konsep tersebut ditinjau ulang. Meninjau ulang dibutuhkan
49
Endhika Haries Pratama, Pujiastuti, dan Jekti Prihatin, Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Disertai
Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle) Pada Siswa Kelas VII, Pancaran, Vol 3 No.2, 2014. h. 93.
30

suatu cara yang menyenangkan salah satunya adalah dengan crossword puzzle,
karena dengan crossword puzzle peserta didik dapat mengingat kembali konsep-
konsep yang telah dipelajarinya sehingga dapat memudahkan peserta didik untuk
menyimpannnya dalam memori jangka panjang.
Peserta didik yang telah mampu menghubungkan konsep-konsep dan
keterkaitannya dengan konsep yang lain kemudian dilakukan peninjauan ulang
dengan cara yang menyenangkan akan menambah antusias peserta didik sehingga
materi pelajaran tersebut dapat bermakna. Penggunaan peta konsep yang dipadu
dengan crossword puzzle diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta
didik terhadap suatu konsep agar dapat disimpan di memori jangka panjang.
D. Hipotesis Penelitian
Terdapat pengaruh penggunaan peta konsep dipadu dengan crossword
puzzle terhadap retensi peserta didik.
BAB III

METODELOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 29
Jakarta Jl. Kramat No.6 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pada semester ganjil
yaitu bulan Oktober - November Tahun Pelajaran 2016/2017.
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
experiment (eksperimen semu), yaitu metode penelitian yang menguji hipotesis
berbentuk hubungan sebab akibat melalui adanya perlakuan dan menguji
perubahan yang diakibatkan oleh perlakuan tersebut. Dalam metode ini terdapat
tiga kelompok perlakuan yaitu dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah modifikasi
Control Group Pretest-Postest Design seperti pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Group Pretest Perlakuan Posttest Selang waktu Retest
E1 0 X E1 0 0
E2 0 X E2 0 Dua Minggu 0
K 0 XK 0 0
Keterangan:
E1 : Kelas Eksperimen 1
E2 : Kelas Eksperimen 2
K : Kelas Kontrol
0 : Pretest, posttest, dan retest
X E1 : Pembelajaran menggunakan peta konsep dipadu dengan crossword
puzzle (TTS)
X E2 : Pembelajaran menggunakan peta konsep
XK : Pembelajaran menggunakan rangkuman

31
32

C. Populasi dan Sampel


Populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa
orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi. 1 Populasi umum dalam
penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMAN 29 Jakarta, sedangkan populasi
target pada penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMAN 29 Jakarta.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki. 2 Sampel dalam
penelitian ini adalah tiga kelas peserta didik kelas XI Jurusan Matematika dan
Ilmu Alam (MIA), dua kelas sebagai kelas eksperimen yaitu eksperimen 1 dan
eksperimen 2 dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dengan
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan
oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya. Tujuan pengambilan sampel ini didasari oleh guru
pada sekolah tersebut. Kemudian menggunakan teknik simple random sampling
untuk menentukan kelas ekseperimen dan kontrol. Penelitian ini menggunakan
kelas XI MIA 2 sebagai kelas eksperimen 1, kelas XI MIA 1 sebagai kelas
eksperimen 2, dan kelas XI MIA 4 sebagai kelas kontrol.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat
(Y), variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas (X), yaitu peta konsep (X1) dan crossword puzzle (X2)
2. Variabel terikat (Y), yaitu retensi peserta didik
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui teknik pengumpulan data
tes (tes objektif berupa pilihan ganda) dan nontes (lembar observasi aktivitas guru
dan peserta didik).

1
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT
Rosdakarya Offset, 2011, h.215.
2
Ibid
33

F. Instrumen Penelitian
1. Jenis Instrumen
a. Tes Objektif Pilihan Ganda
Tes objektif adalah suatu tes yang disusun di mana setiap pertanyaan tes
disediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih. Tes ini dapat menghasilkan skor
yang konstan, tidak tergantung kepada siapa pun yang memberi skor, karena
pemberi skor tidak dipengaruhi oleh sikap subjektivitas. 3 Instrumen tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar biologi. Tes hasil belajar
biologi digunakan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi
biologi yang telah diajarkan, tes yang diberikan adalah pretest, postest, dan retest
berupa tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice items).
Soal pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan
tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus
memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci
jawaban dan beberapa pengecoh (distractor). 4 Soal pretest, posttest, dan retest
adalah soal yang sama dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
pemahaman konsep dan retensi peserta didik pada konsep biologi tersebut.
Pelaksanaan retest dilakukan dua minggu setelah dilakukan posttest. 5 Kisi-kisi
instrumen tes objektif pada penelitian ini terdapat pada Tabel 3.2 berikut atau
untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3.

3
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 170-171.
4
Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.
110
5
Qurrhata A’yun, Lise Chamisijatin, dan Iin Hindun, Peningkatan Retensi Belajar Materi
Klasifikasi Makhluk Hidup Melalui Penerapan Discovery Learning dan Team Games Tournament
Pada Siswa Kelas VII-G SMP Negeri 18 Malang, Prosiding Seminar Pendidikan Biologi 2015,
FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, 2015, h. 160.
34

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian


Aspek Kognitif Jumlah soal
Indikator yang
C1 C2 C3 C4 C5
digunakan
3.5.1. Menganalisis struktur, 2, 4,
1*,
bentuk, dan fungsi tulang 5*, 7*, 3 9* 4
10*
dalam sistem gerak 6* 8
3.5.2. Menjelaskan proses
11* 12,
pembentukkan tulang 2
, 13 14*
(Osifikasi)
3.5.3. Membedakan macam- 15*
macam tulang penyusun 17* 18* , 4
rangka manusia 16*
3.5.4. Membedakan macam-
20*, 21,
macam persendian pada 24 23* 19* 3
25 22
manusia
26*
3.5.5. Menjelaskan struktur 28,
, 27,
dan fungsi otot dalam sistem 29*, 3
32, 30*
gerak 31
33
3.5.6. Menjelaskan 36,
37 34* 35* 3
mekanisme kerja otot 38*
3.5.7. Menganalisis berbagai
43* 39,
penyakit atau gangguan yag 42,
, 40, 4
terjadi pada sistem gerak 44*
45* 41*
manusia
3.5.8. Menjelaskan
46,
perkembangan teknologi di
47,
bidang kesehatan atau
48 49* 2
kedokteran untuk mengatasi
,
kerusakan, gangguan, dan
50*
kelainan sistem gerak.
Jumlah soal yang digunakan 25
Keterangan : (*) soal valid

b. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi kegiatan guru
dan peserta didik, lembar observasi ini dalam bentuk daftar cek keterlaksanaan
35

penerapan pembelajaran. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 21 dan
Lampiran 22.
2. Kalibrasi Instrumen
Instrumen atau soal tes yang akan digunakan sebagai soal pretest, postest,
dan retest, instrumen harus dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba instrumen
ini untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran instrumen dan daya
pembeda butir soal. Kalibrasi instrumen tersebut diuji dengan menggunakan
program khusus ANATES Versi 4.0.9. Adapun hasilnya dapat dilihat pada
Lampiran 5.
a. Pengujian Validitas
Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah
mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas tes perlu dilakukan untuk
mengetahui kualitas tes dalam kaitannya mengukur hal yang seharusnya diukur.
Oleh karena itu validitas dapat digunakan dalam memeriksa secara langsung
seberapa jauh suatu alat telah berfungsi. 6 Kriteria dalam validitas dapat dilihat
pada Tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3. Koefisien Validitas 7
Koefisien Kriteria
0.80-1.00 Sangat Tinggi
0.60-0.80 Tinggi
0.40-0.60 Cukup
0.20-0.40 Rendah
0.00-0.20 Sangat Tinggi
Hasil perhitungan validitas dengan menggunakan anates menunjukkan
dari 50 soal yang diuji cobakan pada kelas XII menghasilkan koefisien validitas
tinggi yaitu sebesar 0,75. Terdapat 27 soal yang valid yaitu nomor 1, 5-7, 9-11,
14-20, 23, 26, 29, 30, 34, 35, 38, 41, 43-45, 49, dan 50. Dari 27 soal yang akan

6
Mulyasa, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi
Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 50.
7
Ibid, h. 59
36

digunakan sebagai soal pretest, posttest, dan retest hanya sebanyak 25 soal yaitu
nomor 1, 5, 7, 9, 11, 14-20, 23, 26, 29, 30, 34, 35, 38, 41, 43-45, 49, dan 50..
b. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas yang berasal dari kata reliability berarti sejauhmana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek
yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang
diukur dalam diri subyek memang belum berubah. 8
Reliabilitas yang baik atau memuaskan bergantung kepada tujuan atau
kegunaan tes. Sebenarnya tidak terdapat suatu ukuran yang pasti mengenai berapa
tinggi koefisien reliabilitas pada umumnya bergerak dari 100-0% atau dari 1-0.
Koefisien reliabilitas sebesar 0,5 sudah menunjukkan bahwa tes itu memiliki
reliabilitas kurang baik. Kebanyakan tes-tes yang standar untuk pengukuran
dibidang pendidikan pada umumnya memiliki koefisien reliabilitas minimal 0,8
untuk populasi yang sesuai. 9 Sebagaimana hasil perhitungan reliabilitas dengan
menggunakan Anates menunjukkan soal yang diujikan memiliki korelasi sebesar
0,86 sehingga dapat digunakan untuk instrumen tes.
c. Perhitungan Analisis Butir
1) Tingkat Kesukaran (Difficulty Index)
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar
derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran yang
seimbang dari seluruh soal, maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu
soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. 10
Indeks tingkat kesukaran pada umumnya dinyatakan dalam bentuk
proposisi yang besarnya berkisar 0,00-1,00. Semakin besar indeks tingkat
kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. 11

8
Sudaryono, Op.Cit, h. 155
9
Mulyasa, Op,Cit, h. 114
10
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.
266.
11
Sudaryono, Op.Cit, h. 176
37

Hasil perhitungan Anates menunjukkan 25 soal yang digunakan sebagai


soal penelitian memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Soal dengan
kategori sangat sukar sebanyak 16% yaitu nomor 9, 11, 14 dan 35, soal kategori
sukar sebanyak 20% yaitu nomor 5, 7, 15, 26, dan 30, soal kategori sedang
sebanyak 44% yaitu nomor 16, 17, 19, 20, 23, 34, 38, 41, 43, 45, dan 50, dan soal
dengan kategori mudah sebanyak 20% yaitu nomor 1, 18, 29, 44, dan 49.
2) Daya Beda
Daya beda butir adalah kemampuan suatu butir soal yang dapat
membedakan antara peserta didik yang telah menguasai materi yang ditanyakan
dan peserta didik yang belum menguasai materi yang ditanyakan. Jika soal
mengukur hal yang sama, dapat diharapkan bahwa setiap peserta tes mampu
menjawab soal dengan benar dan yang tidak mampu akan menjawab salah. 12
Kriteria daya beda soal dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4. Kriteria Daya Beda 13
Indeks Daya Beda Kriteria
0,0 – 0,2 Jelek
0,2 – 0,4 Cukup
0,4 – 0,7 Baik
0,7 – 1,00 Baik Sekali
Bertanda negatif Soal dibuang
Hasil perhitungan daya beda dengan menggunakan anates bedasarkan
Tabel 3.5 menunjukkan soal dengan kriteria cukup terdapat pada soal nomor 35,
soal dengan kriteria baik terdapat pada nomor 1, 5, 7, 9, 18, 19, 29, 35, 38, 43, dan
49, dan untuk soal dengan kriteria daya beda baik sekali yaitu pada nomor 14, 15,
16, 17, 20, 23, 26, 30, 34, 41, 44, 45, dan 50.

12
Ibid, h. 178
13
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2005), h. 211.
38

G. Teknik Analisis data


Analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan
data agar dapat dipahami bukan hanya oleh peneliti tetapi juga oleh orang lain
yang ingin mengetahui hasil penelitian.
1. Uji Retensi
Tes retensi dilakukan untuk mengukur daya ingat terhadap materi yang
diberikan. Kuatnya retensi menurut J. Deese ditentukan dengan rumus 14 :

Keterangan:
R = Retensi
Retest = Hasil tes pengulangan setelah dua minggu pelaksanaan posttest
Posttest = Hasil tes setelah pembelajaran
Perolehan skor retensi tersebut, kemudian dikategorikan atas empat
kategori seperti pada Tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5 Retensi Peserta Didik Berdasarkan Kategori Adaptasi Penguasaan
Konsep Depdikbud (1994) 15
Tingkat Retensi Kriteria
≥ 100% Sangat Baik
85 – 99% Baik
70 – 84% Cukup
55 – 69% Kurang

14
Yanti Herlanti, Nuryani Y. Rustaman, dan Wawan Setiawan, Kontribusi Wacana
Multimedia Terhadap Pemahaman dan Retensi Siswa, Jurnal Pendidikan IPA, Metamorfosa Vol 2
No. 1, 2007, h. 6.
15
Yanti Herlanti, “Analisis Pemahaman dan Retensi Peserta Didik SMP Pengguna
Wacana Multimedia Berpetualang Bersama Mendel”, dalam Intantri Indah Kurnia Dewi, Pengaruh
Strategi Pembelajaran Peta Konsep Terhadap Retensi Siswa, Skripsi Program Studi Pendidikan
Biologi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, h. 42.
39

2. Rubrik dan Kategori Penilaian Peta Konsep


Hasil peta konsep peserta didik pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga
baik kelas eksperimen 1 maupun eksperimen 2 diberi penilaian. Adapun rubrik
penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6 Rubrik Penilaian Peta Konsep 16
No. Indikator Penilaian Skor Skor Total
1 Ketetapan proposisi 1
2 Ketetapan hierarki 5
3 Ketetapan kaitan silang 2 atau 10
4 Ketetapan penggunaan contoh 1
Skor total peta konsep
Keterangan:
1) Proposisi dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat,
misalnya: terdapat, dibagi menjadi, membahas, digolongkan menjadi, dan lain
sebagainya. Untuk setiap proposisi yang sahih diberi 1.
2) Setiap hierarki yang sahih diberi skor 5.
3) Kaitan silang adalah hubungan yang bermakna antara suatu konsep pada satu
hierarki dengan konsep lain pada hierarki lainnya. Kaitan silang dikatakan
sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat dalam menghubungkan
kedua konsep pada hierarki yang berbeda. Untuk setiap kaitan silang yang
sahih diberi skor 10 dan kaitan silang yang kurang sahih diberi skor 2.
4) Contoh dikatakan sahih jika contoh tersebut tidak dituliskan di dalam kotak
karena contoh bukanlah konsep. Untuk setiap contoh yang sahih diberi skor 1.
Persentase nilai didapat dari hasil skor total yang didapat oleh peserta didik
kemudian dibagi dengan skor total peta konsep acuan dan dikali dengan 100%.
Hasil persentase nilai kemudian dikategorisasikan seperti pada tabel 3.7 sebagai
berikut.

16
Joseph D. Novak. dan D. Bob Gowin, Learning How To Learn. (Melbourne:
Cambridge University Press, 1994) h. 36.
40

Tabel 3.7 Kategori Persentase Penilaian Peta Konsep


Persentase Nilai (%) Kriteria
76 - 100 Sangat Baik
51 – 75 Baik
26 – 50 Cukup
≤ 25 Kurang

3. Rubrik Penilaian Crossword Puzzle


Penilaian hasil crossword puzzle yang telah dikerjakan oleh peserta didik
didapat dari jawaban benar dibagi dengan skor maksimal (jumlah soal) kemudian
dikali dengan 100. Adapun kriteria penilaian berdasarkan kategorisasi pada tabel
3.8 sebagai berikut.
Tabel 3.8 Kategori Penilaian Crossword Puzzle
Nilai Kriteria
76 - 100 Sangat Baik
51 – 75 Baik
26 – 50 Cukup
≤ 25% Kurang

4. Uji Prasyarat Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini menggunakan program statistik SPSS
versi 22. Uji statistik yang dianjurkan (uji yang tepat) dalam menganalisis beda
lebih dari dua mean adalah Uji Anova. Prinsip Uji Anova adalah melakukan
telaah variabilitas data menjadi dua sumber variasi, yaitu variasi dalam kelompok
(within) dan variasi antarkelompok (between). Bila variasi within dan between
sama (nilai perbandingan kedua varian sama dengan 1), mean-mean yang
dibandingkan tidak ada perbedaan. Sebaliknya, bila hasil perbandingan kedua
varian tersebut mengahasilkan nilai lebih dari 1, mean yang dibandingkan
menunjukkan ada perbedaan. 17

17
Luknis Sabri dan Sutanto Priyo Hastono, Statistik Kesehatan, (Jakarata: Rajawali Press,
2009), h. 126
41

Analisis varian (Anova) mempunyai dua jenis, yaitu analisis varian satu
faktor (one way) dan analisis varian dua faktor (two way). Analisis data pada
penelitian ini menggunakan analisis varian satu faktor (one way). Adapun asumsi
yang harus dipenuhi pada uji anova adalah varian homogen, sampel/kelompok
independen, data berdistribusi normal, dan jenis data yang dihubungkan adalah
numerik dengan kategori (untuk kategori yang lebih dari dua kelompok). 18
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan uji Shapiro-Wilk, Histogram, Normal Q-Q Plots, dan Detrended
Normal Q-Q Plot. Adapun dasar dari pengambilan keputusan sebagai berikut: 19
1) Pengujian normalitas berdasarkan Shapiro Wilk dengan ketentuan hasil p-
value (sig.) > 0,05 maka data berdistribusi normal.
2) Pengujian normalitas berdasarkan Normal Q-Q Plots, dinyatakan
berdistribusi normal jika sebaran data dalam titik-titik yang merapat atau
berimpit dengan garis lurus.
3) Pengujian dengan Detrended Normal Q-Q Plots dinyatakan berdistribusi
normal jika sebaran data dalam bentuk titik-titik tidak membentuk pola
tertentu dan berkumpul di sekitar garis mendatar melalui titik nol.
4) Normalitas histogram dengan melihat bentuk kurva yang sesuai (bentuk
lonceng) maka data dikatakan berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji normalitas yang menghasilkan data berdistribusi normal, maka
dilanjutkan dengan uji homogenitas, uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui
apakah kedua sampel homogen atau heterogen. Uji Homogenitas menggunakan
SPSS dengan Test of Homogeneity of Variances. 20
Dasar dari pengambilan keputusan adalah:
Ho : Varian bersifat homogen, jika probabilitas > 0,05, Ho diterima

18
Ibid
19
Kadir, Statistika Terapan: Konsep, contoh dan analisis data dengan progam
SPSS/LISREL dalam penelitian, ( Jakarta: Rosemata Sampurna, 2010), h. 157-158
20
Ibid. h. 170
42

Ha : Varian bersifat heterogen, jika probabilitas ≤ 0,05, Ho ditolak.


c. Uji Hipotesis
Sampel pada penelitian ini bersifat normal dan homogen, maka dilakukan
uji parametrik dengan uji hipotesis menggunakan uji One Way Anova dengan
signifikansi 0,05.
Dasar dari pengambilan keputusan adalah:
Ho : Seluruh kelompok dari rata-rata populasi adalah sama, jika probabilitas >
0,05, Ho diterima
Ha : Seluruh kelompok dari rata-rata populasi adalah berbeda, jika probabilitas
≤0,05, Ho ditolak.
Hasil pengujian One Way Anova telah diketahui bahwa secara umum
seluruh kelompok memiliki perbedaan (tidak sama). Untuk mengetahui lebih
lanjut perbedaan yang terjadi antar kelompok maka digunakan tes Post Hoc
dengan menggunakan salah satu fungsi yaitu LSD.
Dasar dari pengambilan keputusan adalah:
Ho : Kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang sama, jika probabilitas >
0,05, Ho diterima
Ha : Kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang berbeda, jika probabilitas ≤
0,05, Ho ditolak.
H. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) H o : µ 1 = µ 2 = µ 3
2) H a : µ 1 ≠ µ 2 ≠ µ 3
Keterangan:
H o : Tidak terdapat pengaruh penggunaan peta konsep yang dipadu dengan
crossword puzzle terhadap retensi peserta didik.
H a : Terdapat pengaruh penggunaan peta konsep yang dipadu dengan crossword
puzzle terhadap retensi peserta didik.
µ 1 : Rata-rata retensi peserta didik kelas eksperimen 1
µ 2 : Rata-rata retensi peserta didik kelas eksperimen 2
µ 3 : Rata-rata retensi peserta didik kelas kontrol
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang didapat meliputi tes objektif berupa pretest, posttest, dan
retest, penilaian peta konsep peserta didik dan penilaian pengisian teka-teki silang
pada setiap pertemuan, serta hasil observasi keterlaksanaan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
1. Data Nilai Rata-Rata Pretest, Posttest, dan Retest
Hasil penelitian yang didapat dari tes objektif berupa pilihan ganda pada
penelitian ini meliputi nilai pretest, posttest, dan retest. Adapun hasil perhitungan
nilai rata-rata tes tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut:

Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-Rata Pretest, Posttest, dan Retest


Grafik pada Gambar 4.1 menunjukkan nilai rata-rata tes objektif pada masing-
masing kelas. Kelas eksperimen 1 merupakan grafik dengan peningkatan tertinggi
dibandingkan kelas yang lain, berdasarkan grafik tersebut nilai rata-rata pretest

43
44

mengalami peningkatan pada saat posttest sebesar 37,44 poin, namun menurun pada
saat retest sebesar 0,57 poin. Pada kelas eksperimen 2 nilai rata-rata pretest
mengalami peningkatan pada posttest sebesar 29,07 poin dan turun sebesar 2,86 poin
pada saat retest. Pada kelas kontrol peningkatan dari nilai pretest ke posttest sebesar
26,98 poin dan menurun pada saat retest sebesar 3.07 poin.
Rata-rata hasil pretest menunjukkan pada kelompok eksperimen 2 lebih
tinggi dibandingkan kelas eksperimen 2 dan kontrol, sedangkan kelas eksperimen 1
memiliki rata-rata terendah. Meskipun demikian, rata-rata hasil pretest ketiga kelas
tersebut berada di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu ≥75, hal
ini dikarenakan ketiga kelompok kelas tersebut belum mendapat pembelajaran
mengenai sistem gerak dikelas. Untuk lebih lengkap mengenai deskripsi statistik nilai
pretest dapat di lihat pada Lampiran 8.
Data kedua pada grafik adalah nilai posttest, hasil perhitungan nilai posttest
menunjukkan kelas eksperimen 1 memiliki rata-rata posttest tertinggi dibandingkan
kelas eksperimen 2 dan kontrol, sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata nilai
posttest terendah dari kedua kelas tersebut. Perbedaan rata-rata hasil belajar ini
karena ketiga kelas mendapat perlakuan pembelajaran yang berbeda. Jika dilihat dari
nilai KKM, nilai yang mencapai KKM hanya kelas eksperimen 1 saja sedangkan
yang lainnya belum mencapai nilai KKM. Untuk lebih lengkapnya deskripsi statistik
data posttest dapat dilihat pada Lampiran 9.
Hasil retest berdasarkan grafik menunjukkan, rata-rata tertinggi terdapat pada
kelas eksperimen 1 sedangkan rata-rata terendah pada kelas kontrol. Jika
dibandingkan dengan nilai posttest, ketiga kelas ini mengalami penurunan nilai rata-
rata. Untuk lebih lengkap deskripsi statistik data retest dapat dilihat pada Lampiran
10. Setelah mendapatkan data nilai pretest, posttest, dan retest maka dilanjutkan
dengan pengujian prasyarat untuk menguji hipotesis yang diajukan.
45

2. Pengujian Prasyarat Analisis Data


Pengujian prasyarat analisis data dilakukan sebelum pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji One Way Anova, adapun uji yang dilakukan yaitu berupa uji
normalitas dan homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan
SPSS dengan taraf signifikan 0,05. Kriteria pengujian dikatakan berdistribusi normal
(Ho diterima) jika signifikansi pada tabel Shapiro-Wilk lebih besar dari 0,05. Hasil
perhitungan uji normalitas hasil pretest, posttest, dan retest kelompok kontrol dan
eksperimen, disajikan pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Pretest, Posttest, dan Retest


Data Probabilitas Kesimpulan*
K 0.063 Data Berdistribusi Normal
Pretest E1 0.279 Data Berdistribusi Normal
E2 0.164 Data Berdistribusi Normal
K 0.226 Data Berdistribusi Normal
Posttest E1 0.143 Data Berdistribusi Normal
E2 0.740 Data Berdistribusi Normal
K 0.154 Data Berdistribusi Normal
Retest E1 0.141 Data Berdistribusi Normal
E2 0.067 Data Berdistribusi Normal
Keterangan:
K = Kontrol
E1 = Eksperimen 1
E2 = Eksperimen 2
*Probabilitas > 0.05 (Data Berdistribusi Normal) atau Probabilitas ≤ 0.05 (Data Tidak
Berdistribusi Normal)

Tabel 4.1 menunjukkan hasil uji normalitas data nilai pretest, posttest, dan
retest pada setiap kelas dengan nilai probabilitas yang dihasilkan dari tabel Shapiro-
46

Wilk lebih besar dari taraf signifikansi yang ditentukan sehingga keputusan yang
diambil adalah menerima Ho yang berarti bahwa data yang diuji berdistribusi normal.
Untuk lebih lengkap mengenai hasil uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran 14,
15, dan 16.
b. Uji Homogenitas
Uji normalitas menghasilkan data yang berdistribusi normal maka dilanjutkan
dengan uji homogenitas untuk mengetahui apakah ketiga sampel homogen atau
heterogen. Hasil perhitungan uji homogenitas data pretest, posttest, dan retest dapat
dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Pretest, Posttest, dan Retest
Data Pretest Posttest Retest
Probabilitas 0.533 0.751 0.420
Kesimpulan Homogen* Homogen* Homogen*
Keterangan: *Probabilitas > 0.05
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa probabilitas data pretest, posttest, dan
retest hasil hitung homogenitas dengan Levene Statistic adalah lebih besar dari taraf
signifikansi yang ditentukan yaitu 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
data pretest, posttest, dan retest memiliki data yang homogen, sehingga dapat
dilanjutkan dengan uji hipotesis One Way Anova. Untuk perhitungan lebih lengkap
mengenai uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 17.
c. Uji Hipotesis
Uji prasyarat sebelumnya yaitu uji normalitas dan homogenitas diambil
kesimpulan bahwa data pretest, posttest, dan retest pada ketiga kelompok adalah
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Sehingga pengujian
hipotesis yang dilakukan dapat menggunakan One Way Anova untuk mengetahui
perbedaan ketiga kelas dan uji tes Post Hoc untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan
yang terjadi antar kelompok dengan program SPSS menggunakan taraf signifikansi
0.05.
47

1) Uji Hipotesis Pretest


Uji hipotesis yang pertama adalah data nilai pretest, pengujian data pretest ini
untuk mengetahui apakah ketiga kelas memiliki pengetahuan awal yang sama atau
tidak. Adapun hasil uji dengan menggunakan One Way Anova, dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.3 Hasil Uji Hipotesis Pretest
Probabilitas Taraf Signifikansi Kesimpulan
Data 0.248 > 0.05
0.248 0.05
Ho Diterima

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa Ho diterima yang memiliki arti bahwa nilai
pretest dari ketiga kelompok kelas tidak terdapat perbedaan atau memiliki
pengetahuan awal yang sama sebelum mempelajari materi sistem gerak. Setelah
mengetahui bahwa secara umum seluruh kelompok tidak memiliki perbedaan, untuk
mengetahui lebih lanjut perbedaan yang terjadi antar kelompok maka digunakan tes
Post Hoc dengan salah satu fungsi yaitu LSD. Adapun hasil perhitungan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis Pretest Antar Kelompok
Uji Antara Probabilitas Kesimpulan*
Kontrol - Eksperimen 1 0.363 Ho Diterima
Kontrol - Eksperimen 2 0.446 Ho Diterima
Eksperimen 1 - Eksperimen 2 0.096 Ho Diterima
Keterangan : *Jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima dan jika probabilitas
≤ 0.05 maka Ho ditolak

Tabel 4.4 menunjukkan nilai probabilitas hasil uji antar masing-masing


kelompok menghasilkan angka yang lebih besar dari angka 0,05 sehingga hipotesis
yang diambil adalah menerima Ho. Sehingga dapat diartikan bahwa nilai rata-rata
pretest ketiga kelompok tersebut tidak memiliki perbedaan baik secara umum
48

maupun antarkelompok. Untuk perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada


Lampiran 18.

2) Uji Hipotesis Posttest


Hasil hipotesis selanjutnya adalah perhitungan nilai posttest, adapun hasil uji
dengan menggunakan One Way Anova dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis Posttest
Probabilitas Taraf Signifikansi Kesimpulan
Data 0.000 < 0.05
0.000 0.05
Ho Ditolak

Tabel 4.5 menunjukkan harga probabilitas 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak
dan menerima H 1 yang memiliki arti bahwa nilai posttest dari ketiga kelompok
tersebut terdapat perbedaan yang signifikan, hal ini dikarenakan ketiga kelas tersebut
mendapatkan perlakuan yang berbeda. Setelah mengetahui bahwa secara umum
seluruh kelompok memiliki perbedaan, untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang
terjadi antar kelompok maka digunakan tes Post Hoc dengan salah satu fungsi yaitu
LSD. Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Posttest Antar Kelompok
Uji Antara Probabilitas Kesimpulan*
Kontrol - Eksperimen 1 0.000 Ho Ditolak
Kontrol - Eksperimen 2 0.043 Ho Ditolak
Eksperimen 1 - Eksperimen 2 0.033 Ho Ditolak
Keterangan : *Jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima dan jika probabilitas
≤ 0.05 maka Ho ditolak

Tabel 4.6 menunjukkan nilai probabilitas hasil uji antar masing-masing


kelompok menghasilkan angka yang lebih besar dari angka 0,05 sehingga keputusan
yang diambil menolak Ho, dapat diartikan bahwa nilai rata-rata posttest ketiga
49

kelompok tersebut memiliki perbedaan yang signifikan baik secara umum maupun
antar kelompok. Untuk perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 19.

3) Uji Hipotesis Retest


Uji hipotesis selanjutnya adalah uji retest. Pengujian hipotesis retest ini untuk
mengetahui apakah hasil retensi peserta didik terdapat perbedaan atau tidak. Adapun
hasil perhitungan nilai retest dengan menggunakan uji One Way Anova, dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Retest
Probabilitas Taraf Signifikansi Kesimpulan
Data 0.000 < 0.05
0.000 0.05
Ho Ditolak

Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji One Way Anova data retest dengan harga
probabilitas 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan H 1 diterima yang memiliki arti
bahwa nilai retest dari ketiga kelompok tersebut terdapat perbedaan yang signifikan.
Setelah mengetahui bahwa secara umum seluruh kelompok memiliki perbedaan,
untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang terjadi antar kelompok maka
digunakan tes Post Hoc dengan salah satu fungsi yaitu LSD. Adapun hasil
perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Retest Antar Kelompok
Uji Antara Probabilitas Kesimpulan*
Kontrol - Eksperimen 1 0.000 Ho Ditolak
Kontrol - Eksperimen 2 0.037 Ho Ditolak
Eksperimen 1 - Eksperimen 2 0.001 Ho Ditolak
Keterangan : *Jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima dan jika probabilitas
≤ 0.05 maka Ho ditolak

Hasil uji Post Hoc pada Tabel 4.8 menunjukkan nilai probabilitas antar
masing-masing kelompok yaitu kontrol terhadap eksperimen 1, kontrol terhadap
eksperimen 2, dan eksperimen 1 terhadap eksperimen 2. Data tersebut menunjukkan
50

angka yang lebih besar dari angka 0,05 sehingga menolak Ho atau dapat diartikan
bahwa nilai rata-rata retest ketiga kelompok tersebut memiliki perbedaan yang
signifikan baik secara umum maupun antar kelompok. Untuk perhitungan lebih
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 20. Setelah mengetahui hasil retest maka dapat
diketahui hasil retensi peserta didik.

3. Rata-Rata Hasil Retensi


Perhitungan retensi didapatkan dari hasil bagi retest dengan posttest yang
dikalikan dengan seratus persen (100%). Hasil dari perhitungan tersebut enunjukkan
adanya perubahan retensi pada peserta didik, dikatakan ingatan atau retensi peserta
didik masih tetap atau tidak mengalami perubahan dari rentang posttest ke retest saat
mendapatkan hasil sebesar 100%. Rata-rata perhitungan retensi peserta didik dapat
dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini.

Gambar 4.2 Diagram Persentase Rata-Rata Retensi


Hasil perhitungan retensi pada gambar 4.2 menunjukkan rata-rata retensi
peserta didik kelas eksperimen 1 mengalami peningkatan yang masuk kedalam
kategori sangat baik dengan rata-rata retensi sebesar 100,29%. Sedangkan rata-rata
nilai retensi peserta didik kelas kontrol dan eksperimen 2 mengalami penurunan yaitu
51

sebesar 94,81% pada kelas kontrol dan sebesar 97,06% pada kelas eksperimen 2,
penurunan retensi pada kedua kelompok tersebut masih termasuk kedalam kategori
retensi yang baik. Untuk perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11,
12, dan 13.
4. Hasil Penilaian Peta Konsep
Hasil penilaian selama proses pembelajaran pada kelas eksperimen 1 dan 2
berupa peta konsep. Adapun hasil persentase penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.9
berikut ini.
Tabel 4.9 Persentase Rata-Rata Penilaian Peta Konsep Sistem Gerak
Persendian dan Gangguan dan
Data Tulang (%)
Otot (%) Penyakit (%)
Eksperimen 1 70.61 75.62 73.46
Eksperimen 2 71.65 72.39 72.99

Tabel 4.9 menunjukan persentase hasil hitung penilaian rata-rata peta konsep
peserta didik yang diperoleh dari hasil bagi dengan skor peta konsep acuan kemudian
dikalikan 100%. Berdasarkan Tabel 4.1 persentase penilaian kedua kelas disetiap
pokok bahasan mencapai lebih dari 70%, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata peserta
didik baik kelas eksperimen 1 dan 2 sudah mampu membuat peta konsep dengan
baik, dengan mengaitkan dan menghubungkan konsep-konsep pada setiap pokok
bahasan yang meliputi tulang, persendian dan otot, serta gangguan/penyakit pada
sistem gerak manusia. Untuk peta konsep acuan disetiap pertemuan dapat dilihat pada
Lampiran 23 dan rekapitulasi skoring peta konsep secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 24. Pada kelas eksperimen 1, selain penilaian peta konsep terdapat
penilaian lain yaitu teka-teki silang.
52

5. Hasil Penilaian Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle)


Hasil penelitian yang diperoleh pada kelas eksperimen 1 selain peta konsep
adalah penilaian teka-teki silang yang dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10 Hasil Penilaian Teka-Teki Silang
Persentase Skor Pada Pokok Bahasan
Data
Tulang Persendian dan Otot Gangguan dan Penyakit
Rata-rata Nilai 100 100 100

Tabel 4.10 menunjukkan nilai rata-rata teka-teki silang dari 6 kelompok pada
setiap pertemuan yang menghasilkan hasil yang sangat memuaskan, hal ini
menunjukkan peserta didik mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai
sistem gerak dengan benar pada setiap pokok bahasan.
6. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik dan Guru
Hasil observasi aktivitas peserta didik dan guru ini berupa keterlaksanaan
tahap-tahap yang ada pada RPP. Pada kelas eksperimen 1 keterlaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan peta konsep yang dipadu dengan crossword
puzzle berjalan dengan baik disetiap pertemuan baik aktivitas guru maupun peserta
didik. Pada kegiatan awal yang meliputi pembukaan, motivasi, dan apersepsi lebih
dari 50% peserta didik melaksanakan dengan baik, pada kegiatan inti peserta didik
melaksanakan setiap tahap lebih dari 50% yaitu peserta didik mengamati gambar
maupun video mengenai sistem gerak kemudian peserta didik menanya, pada tahap
mencoba peserta didik membuat peta konsep dengan baik kemudian mengisi TTS
pada tahap mengasosiasi dengan berkelompok, dan mengkomunikasikan dengan
mempresentasikan hasil peta konsep dan menunjukkan jawaban TTS hasil diskusi.
Untuk penggunaan waktu yang digunakan, pada pertemuan pertama melebihi batas
waktu yang ditentukan namun untuk pertemuan selanjutnya dapat berjalan dengan
baik sesuai alokasi waktu.
Pada kelas eksperimen 2, baik guru maupun peserta didik melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan RPP. Pada kegiatan awal yang meliputi pendahuluan,
53

apersepsi, dan motivasi kemudian pada kegiatan inti peserta didik melaksanakan
aktivitasnya dari mulai mengamati video atau gambar, diberi kesempatan untuk
bertanya dan mengeksplorasi dengan membuat peta konsep, serta mempresentasikan
hasil peta konsep yang telah dibuat.
Hasil observasi pada kelas kontrol pun menunjukkan hasil yang baik dengan
aktivitas guru dan peserta didik pada RPP dapat terlaksana dengan baik disetiap
pertemuan, tahapan yang dilaksanakan tidak berbeda jauh dengan kelas eksperimen 2
hanya saja pada kelas kontrol pada tahap mencoba yaitu peserta didik membuat
rangkuman sesuai dengan pokok bahasan dan mempresentasikannya. Untuk lebih
lengkap hasil observasi aktivitas peserta didik dan guru disetiap pertemuan dapat
dilihat pada Lampiran 21 dan Lampiran 22.
B. Pembahasan
Hasil penelitian berdasarkan data pretest rata-rata ketiga kelompok tersebut
masih termasuk kedalam kategori kurang karena nilai masih dibawah standar KKM
yang diberlakukan oleh sekolah yaitu ≥ 75. Hal ini dikarenakan pada saat dilakukan
pretest kedua kelompok tersebut belum ada yang mempelajari konsep sistem gerak
sebelumnya. Data pretest ini digunakan untuk mengetahui kesetaraan kemampuan
awal peserta didik antara kelas eksperimen dan kontrol. 1 Berdasarkan perhitungan
hipotesis menggunakan uji One Way Anova dan Post Hoc rata-rata nilai pretest kelas
eksperimen 1, eksperimen 2, dan kontrol memiliki probabilitas perhitungan lebih
besar dari signifikansi sehingga Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan pretest antara kelas kontrol, eksperimen 1 dan eksperimen 2 yang berarti
bahwa ketiga kelas tersebut memiliki pengetahuan awal yang sama.
Ketiga kelompok tersebut kemudian menjalankan proses belajar mengajar
(diberikannya perlakuan). Pembelajaran pada kelas eksperimen 1 menggunakan peta
konsep dipadu dengan TTS, kelas eksperimen 2 menggunakan peta konsep, dan kelas

1
Muhammad Isra, Syubhan An’nur, dan Sri Hartini, Pengaruh Penggunaan Strategi Peta
Konsep Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika, Vol 1 No.1, 2017, h. 33.
54

kontrol menggunakan rangkuman. Setelah selesai proses pembelajaran yang telah


diberikan perlakuan, kegiatan berikutnya adalah dilaksanakan posttest. Posttest ini
dilakukan untuk mengetahui hasil belajar pada aspek kognitif pada konsep sistem
gerak.
Hasil posttest menunjukkan bahwa penggunaan strategi yang berbeda
menghasilkan hasil yang berbeda pula. Pada kelas eksperimen 1 pembelajaran dengan
menggunakan peta konsep yang dipadu dengan TTS menghasilkan hasil lebih tinggi
dibandingkan eksperimen 2 dan kontrol, hal ini dikarenakan peta konsep dan TTS
merupakan salah satu strategi belajar yang menekankan aktivitas aktif peserta didik
yang menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Peta konsep membantu untuk
berfikir lebih dalam dengan ide peserta didik dan menjadikan para peserta didik
mengerti benar akan pengetahuan yang diperolehnya, serta belajar bagaimana
mengorganisasikan sesuatu mulai dari informasi, fakta, dan konsep ke dalam suatu
konteks pemahaman yang baik dan menuliskannya dengan benar. 2 Selain itu,
penggunaan TTS pada kelas eksperimen 1 ini adalah sebagai salah satu cara untuk
meninjau pelajaran yang telah dipelajari, yaitu peserta didik diminta untuk menjawab
soal-soal pada TTS yang berkaitan dengan materi yang telah peserta didik buat dalam
peta konsep. Peninjauan dengan TTS memudahkan peserta didik untuk
mempertimbangkan konsep-konsep yang telah diterima dan menyimpannya di
didalam otak sehingga memudahkannya untuk memahami pelajaran. Sehingga
peserta didik yang telah membuat peta konsep kemudian mengerjakan TTS membuat
pembelajaran yang dipelajari semakin bermakna, dengan pembelajaran yang
bermakna maka akan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.
Tes retensi dilaksanakan setelah dua minggu pelaksanaan posttest, hal ini
bertujuan untuk mengetahui daya ingat peserta didik terhadap konsep yang telah
diajarkan. Berdasarkan rata-rata nilai hasil retest kelompok eksperimen 1 mengalami

2
Juliarti, dkk, Penerapan Metode Pembelajaran Peta Konsep Untuk Meningkatkan Motivasi
dan Hasil Belajar Pada Mata Kuliah Statistik, Jurnal Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan,
2010, h. 231.
55

peningkatan retensi yang masuk kedalam kategori sangat baik dengan rata-rata
tertinggi sebesar 100,29% jika dibandingkan dengan eksperimen 2 sebesar 94,81%
dan kelas kontrol sebesar 97,06% yang mengalami penurunan namun masih termasuk
kedalam kategori baik. Data retensi tersebut menunjukkan bahwa peserta didik kelas
eksperimen 1 mempunyai kemampuan untuk menyimpan konsep dalam struktur
kognitifnya lebih baik dibandingkan eksperimen 2 dan kontrol.
Retensi berkaitan erat dengan ingatan atau memori, yakni bagaimana sebuah
informasi itu disimpan, kemudian dipertahankan, dan bagaimana informasi tersebut
diungkap kembali. Ingatan adalah tempat penyimpanan data fisik dalam otak 3,
terdapat tiga langkah dalam proses mengingat yaitu registrasi (memperoleh
informasi), retensi (mengarsipkan informasi), dan retrieval (mengingat kembali
setelah informasi itu berlalu). 4 Sehingga salah satu cara untuk meningkatkan daya
ingat peserta didik adalah melakukan pembelajaran dengan proses registrasi dan
retensi yang sesuai sehingga peserta didik mampu melakukan proses retrieval dengan
baik, seperti kelas eksperimen 1 yaitu peserta didik melakukan proses registrasi
dengan mencari informasi secara mandiri kemudian membuat peta konsep dan
mengerjakan TTS sebagai cara mengarsipkan informasi yang telah diperoleh kedalam
ingatan sehingga menghasilkan retensi lebih baik.
Pembelajaran menggunakan peta konsep merupakan salah satu cara yang
dapat membantu meningkatkan daya ingat peserta didik dalam belajar, 5 hal ini
dikarenakan penggunaan peta konsep merupakan salah satu dari cara mnemonic, yaitu
menggunakan suatu susunan sistemik untuk mengingat apa yang telah dipelajari,
sejalan dengan konsep bahwa proses retrieval lebih mudah dilakukan ketika memiliki
kerangka berpikir yang tersusun baik. Selain itu metode hierarki dalam peta konsep

3
Jo Iddon dan Huw Williams, Memory Booster Penguat Ingatan, Terj. Widyatnanto, (Jakarta:
Erlangga, 2005), h. 8.
4
Tony Buzan, Use Your Perfect Memory: Teknik Optimalisasi Daya Ingat, Temuan Terkini
tentang Otak Manusia, Terj. Basuki Heri Winarno, (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002), Cet. II, h. 127.
5
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Terj. Educational Psycology oleh Tri Wibowo B.
S., (Jakarta: Kencana Prenada Grup, 2008), Cet. II, h. 353.
56

menggunakan analisis top-down dengan membuat suatu susunan sistemis dari item
yang diingat dari kelas umum sampai ke yang paling spesifik. 6 Pembelajaran dengan
menggunakan peta konsep melibatkan peserta didik dalam membangun sendiri
pengetahuan yang dimiliki sehingga peserta didik dapat merasa aktif dan berperan
serta dalam pembelajaran. Selain itu peserta didik dapat belajar semakin efektif dan
efisien karena belajar berfikir reduktif dengan merangkum informasi yang banyak
kedalam konsep-konsep utama yang saling berhubungan kedalam sebuah diagram
yang mencakup keseluruhan konsep-konsep yang dipelajari. Hal ini mampu
meningkatkan daya ingat peserta didik dalam belajar sebab peta konsep dapat
membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan dengan mudah, jauh lebih
mudah dari rangkuman. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dengan peta
konsep peserta didik lebih berperan aktif, dapat meningkatkan retensi, dan lebih
efisien dibandingkan dengan pengajaran tradisional. 7
Peserta didik yang telah mampu membuat peta konsep kemudian mengerjakan
TTS dapat meningkatkan daya ingat peserta didik lebih baik, hal ini dikarenakan TTS
sebagai cara latihan mengingat dan sebagai salah satu cara untuk meninjau pelajaran
dengan cara belajar yang lebih menyenangkan, sebab materi pelajaran yang telah
ditinjau (review) dengan cara yang menyenangkan oleh peserta didik mungkin
disimpan lima kali lebih kuat dari materi yang tidak ditinjau, salah satunya dengan
TTS. 8 Pertanyaan pada teka-teki silang juga memuat beberapa gambar yang dapat
memudahkan peserta didik dalam mengingat, karena ingatan akan sebuah gambar
lebih baik jika dibandingkan sebuah kalimat. 9 Selain itu, permainan yang digunakan
dalam pembelajaran memungkinkan peserta didik untuk menjadi kreatif dan

6
Margaret W. Matlin, Cognitive Psychology Sevent Edition International Student Version,
(Printed In Asia: John Wiley & Sons, Inc, 2009), h. 174.
7
Kenneth Chika Agaba, Effect Of Concept Mapping Instructional Strategy On Students
Retention In Biology, African Education Indices, Vol. 5 No. 1, 2013, h. 7.
8
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Terj. Raisul
Muttaqien, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2012), h. 239.
9
Tony Buzan, Op.Cit, h. 40-42.
57

mempunyai rasa senang dalam belajar. 10 TTS merupakan salah satu permainan yang
dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan tanpa
kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa hasil rata-rata posttest dan retest pada kelas yang menggunakan
TTS tidak ada perbedaan yang signifikan, hal ini menunjukkan TTS dapat
memberikan efek jangka panjang dalam pelajaran. 11
Peta konsep yang dipadu dengan TTS pada kelas eksperimen 1 dapat
menghasilkan retensi lebih dari seratus persen, akan tetapi berbeda dengan kelas
eksperimen 2 dan kontrol yang mengalami penurunan dengan retensi kurang dari
seratus persen namun masih termasuk kategori retensi baik. Penurunan daya ingat
pada kelas eksperimen 2 dan kontrol ini salah satunya disebabkan oleh lupa, pelajaran
atau informasi yang telah masuk atau didapat apabila tidak diberikan perhatian yang
lebih mendalam dan tidak dipelajari lagi maka dapat memungkinkan peserta didik
mengalami lupa, hal tersebut dapat terjadi karena pada proses pembelajaran peserta
didik cenderung tidak mengaitkan antara satu konsep dengan konsep yang lain selain
itu peserta didik cenderung pasif saat pembelajaran, sehingga informasi tersebut akan
keluar dari short term memory dan tidak tersimpan dalam long term memory. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan pembelajaran yang menggunakan peta konsep yang
dipadu dengan TTS dapat dijadikan satu alternatif dalam meningkatkan retensi
peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan membuktikan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan peta konsep yang dipadu dengan TTS ini mampu
meningkatkan daya ingat peserta didik lebih baik jika dibandingkan dengan
pembelajaran yang menggunakan peta konsep saja maupun pembelajaran dengan
rangkuman.

10
Dewi Nirmalasari, Bakti Mulyani, dan Budi Utami. Studi Komparasi Penggunaan Mind
Map dan Crossword Puzzle Pada Metode Proyek Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi
Belajar Pada Materi Pokok Sistem Koloid Kelas XI Semester Genap SMA N 1 Banyudono Tahun
Pelajaran 2012/2013, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 4, 2013, h. 111-112.
11
Awad Soliman Keshta dan Fikry Kamel Al-Faleet, The effectiveness of using puzzles in
developing Palestinian tenth graders' vocabulary achievement and Retention, Humanities and Social
Sciences, 2013, h. 46.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan adalah terdapat pengaruh peta konsep yang dipadu dengan crossword
puzzle (TTS) terhadap retensi peserta didik dalam konsep sistem gerak, dengan
persentase retensi sebesar 100,29% pada kelas yang menggunakan peta konsep
dipadu dengan TTS, 97,06% pada kelas yang menggunakan peta konsep, dan
94,81% pada kelas kontrol yang tidak menggunakan peta konsep dan TTS. Hasil
uji One Way Anova nilai retest diperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari taraf
signifikansi 5% (0,000 < 0,05).

B. Saran
Peneliti mengajukan beberapa saran berdasarkan temuan selama proses
penelitian berlangsung, antara lain sebagai berikut:
1. Penggunaan peta konsep yang dipadu dengan TTS ini berpengaruh positif
terhadap retensi peserta didik. Hendaknya kepada guru untuk menggunakan
pembelajaran dengan peta konsep yang dipadu dengan TTS untuk
pembelajaran didalam kelas.
2. Penggunaan TTS sebagai cara dalam meninjau kembali pelajaran dapat dibuat
dengan prosedur yang lebih menarik.
3. Penggunaan waktu dalam kelas sebaik mungkin karena membutuhkan waktu
lebih.
4. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk memadukan
penggunaan peta konsep dengan cara pembelajaran aktif dan menyenangkan
lainnya.

58
DAFTAR PUSTAKA

A’yun, Qurrhata. Lise Chamisijatin dan Iin Hindun, Peningkatan Retensi Belajar
Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Melalui Penerapan Discovery Learning
dan Team Games Tournament Pada Siswa Kelas VII-G SMP Negeri 18
Malang, Prosiding Seminar Pendidikan Biologi 2015, FKIP Universitas
Muhammadiyah Malang, 2015.

Abror, Abd. Rachman. Psikologi Pendidikan. Cet ke-4. Yogyakarta: Tiara


Wacana Yogya, 1993.

Aeni, Uswatul, Edy Chandra, Novianti Muspiroh. Identifikasi Kesulitan Guru


Biologi Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013 di SMA
Negeri 1 Susukan Cirebon. Jurnal Sains dan Pendidikan Sains. Vol. 5 No.
2. 2016.
Agaba, Kenneth Chika. Effect Of Concept Mapping Instructional Strategy On
Students Retention In Biology, African Education Indices, Vol. 5 No. 1,
2013.

Akay, Sumeyye Ozbey. Başturk Kaya, dan Selda Kılıc, The Effects Of Concept
Maps On The Academic Success And Attitudes Of 11th Graders While
Teaching Urinary System, International Online Journal of Primary
Education, vol 1, 2012.

Arianovita, Rika Devi, Baskoro Adi Prayitno, dan Suwarno. Pengaruh Model
Pembelajaran Kontruktivis-Metakognitif Terhadap Hasil Belajar Kognitif
dan Retensi Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Biologi. 2015
Arifin, Zainal Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :Bumi Aksara
2009.
Buzan, Tony . Use Your Perfect Memory: Teknik Optimalisasi Daya Ingat,
Temuan Terkini tentang Otak Manusia, Terj. Basuki Heri Winarno.
Yogyakarta: Ikon Teralitera, Cet. II, 2002.

Buzan, Tony. Use Your Perfect Memory: Teknik Optimalisasi Daya Ingat,
Temuan Terkini tentang Otak Manusia. Terj. Basuki Heri Winarno. Cet.
II. Yogyakarta: Ikon Teralitera. 2002.
Cahyo, Agus N. Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar Teraktual dan
Terpopuler. Jogjakarta: DIVA Press. 2013.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. Konsep Strategi Pembelajaran. Cet ke-3.
Bandung: Refika Aditama. 2012.
59
60

Herlanti, Yanti. Nuryani Y. Rustaman dan Wawan Setiawan, Kontribusi Wacana


Multimedia Terhadap Pemahaman dan Retensi Siswa, Jurnal Pendidikan
IPA, MetamorfosaVol 2 No. 1. 2007.

Hikmawati, Vitta Yaumul, Nuryani Y. Rustaman, dan Saefudin. Efektivitas SQ5R


Terhadap Pengetahuan Konseptual dan Retensi Siswa SMA Pada
Pembelajaran Sistem Reproduksi Manusia. Jurnal Pengajaran MIPA.
Volume 19. Nomer 2. 2014.
Iddon, Jo dan Huw Williams. Memory Booster Penguat Ingatan, terjemahan
Widyatnanto. Jakarta: Erlangga. 2005.
Joseph D. Novak. dan D. Bob Gowin, Learning How To Learn. Melbourne:
Cambridge University Press. 1994.
Juliarti, Armaini Rambe, Siti Sutanti, dan Dwi Diar Estellita. Penerapan Metode
Pembelajaran Peta Konsep Untuk Meningkatkan Motivasidan Hasil
Belajar Pada Mata Kuliah Statistik. Jurnal Teknologi Pendidikan
Universitas Negeri Medan. 2010.

Keshta, Awad Soliman dan Fikry Kamel Al-Faleet, The effectiveness of using
puzzles in developing Palestinian tenth graders' vocabulary achievement
and Retention, Humanities and Social Sciences, 2013.

Lubis, Nur Fitriana dan Zulkifli Simatupang. Peningkatan Daya Retensi Siswa
Terhadap Konsep-Konsep Biologi Melalui Pemanfaatan Media Adobe
Flash Pada Model Pembelajaran Langsung. Prosiding Seminar Nasional
Biologi dan Pembelajarannya. 2014.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
Matlin, Margaret W. Cognitive Psychology Sevent Edition International Student
Version. Printed In Asia: John Wiley & Sons, Inc. 2009.
Michigan State University College Of Osteopathic Medicine. “Study Tips for
Improving Long-Term Memory Retention and Recall”, 2016,
(com.msu.edu).

Minninger, Joan. Total Recall: Bagaimana Memaksimalkan Daya Ingat Anda,


Terj. Mieke Gembirasari, Bandung: Nuansa, Cet. I, 2007.

Nirmalasari, Dewi, Bakti Mulyani, dan Budi Utami. Studi Komparasi Penggunaan
Mind Map dan Crossword Puzzle Pada Metode Proyek Ditinjau Dari
Kreativitas Peserta didik Terhadap Prestasi Belajar Pada Materi Pokok
Sistem Koloid Kelas XI Semester Genap SMA N 1 Banyudono Tahun
Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 4. 2013.
61

Oktavia, Yanti. Usaha Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kreativitas Guru


Dalam Pembelajaran Di Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan. Vol. 2
No. 1. 2014.
Pratama, Endhika Haries. Pujiastuti, dan Jekti Prihatin, Peningkatan Aktivitas dan
Hasil Belajar Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) Disertai Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle) Pada
Siswa Kelas VII, Pancaran, Vol 3 No.2, 2014.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana. 2008.
Santrock, John W. Psikologi Pendidikan. Terj. Educational Psycology oleh Tri
Wibowo B. S. Cetke -2. Jakarta: Kencana Prenada Grup. 2008.
Silberman, Melvin L. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif,
Terjemahan Raisul Muttaqien. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. 2007.
Sudaryono. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012.
Syah, Muhaibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, Cet ke-15, 2014.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2011.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan,
dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana. 2010.
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya
dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
Zaini, Hisyam, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani. Strategi Pembelajaran
Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. 2008.
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009.
62

Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen 1)
Sekolah : SMA Negeri 29 Jakarta
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Sistem Gerak Pada Manusia
Pertemuan ke- :1
Alokasi waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator


1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan fungsi
sel, jaringan, organ penyusun sistem dan bioproses yang terjadi pada makhluk
hidup.
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung
jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam
mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong,
bekerja sama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan
proaktif dalam dalam setiap tindakan serta dalam melakukan pengamatan dan
percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.
3.5 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak
dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak
serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem gerak manusia melalui
studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
Indikator:
3.5.1. Menganalisis struktur, bentuk, dan fungsi tulang dalam sistem gerak
3.5.2. Menjelaskan proses pembentukkan tulang (Osifikasi)
3.5.3. Membedakan macam-macam tulang penyusun rangka manusia
63

C. Materi Belajar
• Manusia membutuhkan rangka dan otot untuk dapat bergerak. Rangka tidak
dapat bergerak sendiri apabila tidak digerakkan oleh otot. Oleh sebab itu, rangka
merupakan alat gerak pasif. Sebaliknya otot dapat melakukan gerak sendiri
sehingga otot disebut alat gerak aktif. Gerak tubuh manusia dihasilkan karena
adanya kerjasama antara rangka dan otot.
• Berdasarkan bentuk dan ukurannya dikelompokkan menjadi: tulang pipa, tulang
pendek, tulang pipih, dan tulang tidak beraturan.
• Berdasarkan jenisnya, tulang dibagi menjadi tulang rawan dan tulang sejati.
• Proses osifikasi pada masa embrio berawal dari tulang rawan (kartilago). Tulang
rawan mengandung banyak osteoblast. Pembentukan osteosit (sel tulang) oleh
osteoblast ini berlangsung dari bagian dalam tulang hingga luar tulang. Tiap-tiap
osteosit akan tersusun melingkar di dalam tulang sehingga membentuk sistem
havers. Di tengah sistem havers terdapat saluran havers yang mengandung
banyak pembuluh darah dan saraf. Osteosit yang terbentuk, akan menyekresikan
protein sehingga membentuk matriks tulang. Dengan penambahan kalsium dan
fosfat, matriks tulang yang terbentuk akan membuat tualng lebih keras.
• Rangka tubuh manusia digolongkan menjadi dua kelompok tulang, yaitu rangka
aksial dan rangka apendikuler. Rangka aksial terdiri dari tulang tengkorak,
tulang belakang, tulang dada, dan tulang rusuk. Sedangkan rangka apendikuler
terdiri dari tulang-tulang anggota gerak atas dan tulang-tulang anggota gerak
bawah.
D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Strategi Pembelajaran : Peta konsep dipadu teka-teki silang (TTS)
Metode : Diskusi kelompok
E. Media dan Alat Pembelajaran
Media : Power Point, Gambar yang berhubungan dengan sistem gerak
Alat : Laptop, LCD, Whiteboard, Spidol papan tulis
F. Sumber Pembelajaran
Buku : Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI dan Internet
G. Langkah-langkah Pembelajaran

Tahapan Aktivitas Pembelajaran Alokasi


Pembelajaran Guru Peserta Didik Waktu
Kegiatan Pendahuluan
Pembukaan Guru memberi salam, Peserta didik
mengkondisikan kelas, menjawab salam,
memeriksa absensi, dan mempersiapkan
berdoa. pembelajaran, dan
berdoa
10
Motivasi Guru memotivasi dengan Peserta didik
menit
menjelaskan manfaat mendengarkan
mempelajari materi penjelasan
sistem gerak. mengenai manfaat
mempelajari materi
sistem gerak.
64

Apersepsi Guru memberikan Peserta didik


apersepsi kepada peserta menjawab
didik dengan pertanyaan yang
menanyakan sebuah diberikan oleh guru
pertanyaan “Mengapa
kita dapat bergerak?”
“Apa yang membuat
tubuh kita bergerak?“
Guru mengaitkan dengan
pelajaran yang akan di
pelajari.
Guru menyampaikan Peserta didik
indikator pembelajaran mendengarkan apa
yang akan dipelajari pada yang disampaikan
pertemuan kali ini. oleh guru
Kegiatan Inti
Mengamati Guru menampilkan Peserta didik
gambar rangka manusia, mengamati gambar
gambar patah tulang yang ditampilkan.
yang bertujun agar 5 menit
peserta didik
menemukan ciri-ciri
rangka tubuh manusia.
Menanya Guru memberikan Peserta didik
kesempatan kepada menanggapi hasil
peserta didik untuk pengamatan dengan
bertanya setelah mengajukan
mengamati gambar. beberapa pertanyaan
Pertanyaan yang kepada guru.
berkaitan dengan 5 menit
pengamatan misalnya:
“Mengapa dapat terjadi
patah tulang?” “Apa
yang menyusun tulang
dan bagaimana hubungan
dengan fungsinya?
Mengeksplorasi Guru membagi peserta Peserta didik duduk
didik ke dalam 6 sesuai dengan
kelompok yang terdiri kelompoknya
dari 6 orang
Secara kelompok peserta Peserta didik mulai
didik diminta membuat peta 30
mengumpulkan konsep secara menit
informasi dari berbagai kelompok
sumber untuk dibuat
dalam bentuk peta
konsep mengenai
“rangka tubuh/ tulang”
65

Guru menambahkan Peserta didik


informasi terkait dengan mendengarkan
penjelasan ppt dan peta penjelasan guru
konsep acuan
Mengasosiasi Guru memberikan Peserta didik
Lembar Kerja Peserta menghubungkan
Didik (LKPD) berupa pengetahuan yang
TTS untuk dikerjakan sudah didapat
secara kelompok untuk dengan
mengetahui lebih dalam mengerjakan TTS
tingkat pemahaman
15
peserta didik setelah
menit
membuat peta konsep
dan mendengarkan
penjelasan guru.
Guru meminta peserta
didik untuk berdiskusi
kelompok dalam
mengerjakan LKPD
Mengkomunikasi Guru meminta peserta Peserta didik
didik untuk menyampaikan hasil
menyampaikan hasil diskusi jawaban 15
diskusi jawaban LKPD LKPD yang telah menit
yang telah dikerjakan. dikerjakan secara
singkat dan padat.
Kegiatan Penutup
Evaluasi Guru mengevaluasi Peserta didik
ketercapaian indikator menjawab
dengan memberikan pertanyaan evaluasi
pertanyaan secara lisan dari guru
dan di jawab secara acak
oleh peserta didik.
Adapun pertanyaan yang
diajukan adalah:
1. Jelaskan 5 fungsi
rangka tubuh?
10
2. Jelaskan perbedaan
menit
osifikasi
intramembrane dan
osifikasi
endokondrium?
3. Sebutkan yang
termasuk rangka
aksial?
Guru mengklarifikasi Peserta didik
jawaban peserta didik. mendengarkan
Guru menginformasi informasi untuk
66

rencana kegiatan pertemuan


pembelajaran untuk selanjutnya
pertemuan selanjutnya.

H. Penilaian
1. Jenis Penilaian : Tes hasil belajar dan penilaian peta konsep
2. Bentuk Instrumen : Soal Teka-Teki Silang (18 Soal)
67

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Teka-Teki Silang

“Rangka Tubuh/ Tulang”

Nama : _______________________ _______________________

_______________________ _______________________

_______________________ _______________________

Kelas : _________________

A. Kompetensi Dasar

3.5 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak
dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak
serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem gerak manusia melalui studi
literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.

B. Indikator Pembelajaran

3.5.1. Menganalisis struktur, bentuk, dan fungsi tulang dalam sistem gerak
3.5.2. Menjelaskan proses pembentukkan tulang (Osifikasi)
3.5.3. Membedakan macam-macam tulang penyusun rangka manusia

C. Dasar Teori

Rangka manusia tersusun lebih dari 200 tulang, sebagian di antaranya menyatu dan
yang lain dihubungkan pada persendian oleh ligamen-ligamen yang memungkinkan
kebebasan bergerak.

Rangka berfungsi sebagai pendukung dan pelindung serta pergerakan. Manusia


akan terkulai jika tidak memiliki rangka sebagai pendukung, bahkan hewan yang hidup
di air akan menjadi masa yang tidak berbentuk tanpa rangka yang mempertahankan
bentuknya. Rangka yang keras juga melindungi jaringan yang lunak, misalnya tengkorak
melindungi otak, rusuk membentuk sangkar disekitar jantung, paru-paru dan organ-
organ internal yang lain.

Sumber: Campbell, dkk. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga, 2008.

D. Petunjuk

Isilah teka-teki silang berikut ini dengan benar!


68

MENDATAR

2. Tulang ini berbentuk silindris panjang, 11. Salah satu jenis sel yang ditemukan
memiliki bagian epifisis, diafisis, pada tulang, terbentuk dari sel
metafisis, dan cakra epifisis. Tulang ini mesenkim yang menghasilkan matriks
berfungsi untuk menahan berat tubuh organik seperti kolagen dan beberapa
dan membantu pergerakan. Contohnya protein, jenis sel ini bertanggung jawab
humerus, ulna, dan radius. untuk pembentukan osteosit baru.

9. Rangka yang terdiri dari tulang– 13. Osifikasi ini terjadi secara langsung
tulang seperti gambar di bawah ini. dengan cara mengganti jaringan
penyambung padat dengan simpanan

garam-garam kalsium untuk


membentuk tulang. Dimana sel
mesenkim berdiferensiasi menjadi
osteoblas, osteoblas menyekresikan
matriks organik yang belum mengapur,
aktivitas osteoblas membentuk lapisan
69

matriks baru sehingga tulang semakin 16. Fungsi rangka sebagai tempat
tebal. Terjadi pada tulang pipih. pembentukan sel-sel darah

14. Tulang rusuk manusia terdiri dari 12 17. Tulang panggul ini terdiri dari tulang
pasang, salah satunya adalah tulang duduk (iscium), tulang usus (_______),
rusuk ________ yang berjumlah tiga dan tulang kemaluan (pubis)
pasang seperti pada gambar nomor 2
dibawah ini. 18. Tulang lengan atas.

15. Perhatikan gambar di bawah ini !


Merupakan bagian dari tulang pipa yang
yang berada diantara epifisis dan
diafisis.

MENURUN

1. Disebut sebagai ekstremitas _______ tulang rawan digantikan dengan tulang


yaitu anggota gerak yang terdiri dari keras. Terjadi pada tulang pipa,
femur, tibia, fibula, patela, tarsal, menyebabkan tulang tumbuh
metatarsal, falangus. memanjang.
3. Rangka yang terdiri dari tulang seperti
gambar di bawah ini. 7. Bagian tulang yang memiliki
kemampuan untuk tumbuh.

8. Sel-sel penyusun tulang rawan.

10. Tulang ini berbentuk lempengan dari


tulang kompak dan tulang spons yang
berisi sumsum, berfungsi untuk
melindungi struktur tubuh di bagian
bawahnya dan memperluas permukaan
4. Jaringan ikat areolar vaskuler yang untuk pelekatan otot. Dapat ditemukan
melapisi rongga sumsum. pada tulang pinggul, belikat, dan
tempurung kepala.
5. Jenis tulang rawan ini berwarna
buram keputihan dan bersifat keras, 12. Jaringan ikat yang membungkus
dikelilingi kapsul dari matriks tulang tulang yang sedang berkembang.
rawan, dan dijumpai pada ruas tulang
belakang.

6. Proses osifikasi ini terjadi setelah


kelahiran hingga usia 25 tahun. Dimana
70

Kunci Jawaban

I
P

Skor total = 18
Nilai = (skor yang diperoleh/18)*100
Kriteria Nilai :
Nilai 80-100 = A
Nilai 70-79 = B
Nilai 60-69 = C
Nilai 50-59 = D
Nilai < 50 =E
71

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Eksperimen 1)
Sekolah : SMA Negeri 29 Jakarta
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Sistem Gerak Pada Manusia
Pertemuan ke- :2
Alokasi waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
1.2 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan fungsi
sel, jaringan, organ penyusun sistem dan bioproses yang terjadi pada makhluk
hidup.
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung
jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam
mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong,
bekerja sama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan
proaktif dalam dalam setiap tindakan serta dalam melakukan pengamatan dan
percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.
3.6 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak
dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak
serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem gerak manusia melalui
studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
Indikator:
3.5.4. Membedakan macam-macam persendian pada manusia
3.5.5. Menjelaskan struktur dan fungsi otot dalam sistem gerak
3.5.6. Menjelaskan mekanisme kerja otot
C. Materi Belajar
• Persendian merupakan hubungan antara dua buah atau lebih. Macam-macam
persendian pada manusia antara lain:
72

o Diartrosis merupakan persendian yang memungkinkan gerakan yang sangat


leluasa. Terdiri dari: sendi engsel, sendi luncur, sendi putar, sendi pelana,
dan sendi peluru.
o Amfiatrosis merupakan hubungan antartulang yang dihubungkan oleh
kartilago sehingga memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.
o Sinartrosis merupakan hubungan antartulang yang dihubungkan oleh
jaringan ikat yang mengalami osifikasi sehingga tidak memungkinkan
adanya gerakan.
• Otot terdiri dari sel-sel yang terspesialisasi untuk kontraksi, yaitu mengandung
protein kontraktil yang dapat berubah dalam ukuran panjang dan memungkinkan
sel-sel untuk memendek. Myofibril terdiri atas sejumlah besar protein
miofilamen yang terdiri atas filament tebal (myosin) dan filament tipis (aktin).
• Otot sebagai alat gerak aktif memiliki tiga kemampuan, yaitu kontraksibilitas,
ekstenbilitas, dan elatisitas. Kontraktibilitas adalah kemampuan memendek
hingga memiliki ukuran yang lebih pendek dari ukuran awal. Ini terjadi pada
saat otot sedang kontraksi. Kemampuan ekstenbilitas adalah kemampuan
memanjangkan diri melebihi ukuran panjang awal. Sedangkan, elastisitas yaitu
kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
• Mekanisme kerja pada otot. Pada saat kontraksi terjadi, filament aktin dan
berjalan di antara miosin ke dalam zona H (zona H, yaitu bagian terang di antara
dua pita gelap). Dengan keadaan yang demikian itu, terjadi pemendekan serabut
otot. Namun demikian, ada serabut yang tetap panjang, yaitu garis M
(anisotrop/pita gelap), sedangkan garis Z (isotrop/pita terang) dan daerah H
bertambah pendek waktu terjadi kontraksi.
73

D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Strategi Pembelajaran : Peta Konsep dipadu Teka-teki Silang
Metode : Diskusi kelompok
E. Media dan Alat Pembelajaran
Media : Power Point, Gambar yang berhubungan dengan sistem gerak
Alat : Laptop, LCD, Whiteboard, Spidol papan tulis
F. Sumber Pembelajaran
Buku : Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI dan Internet
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Pembelajaran Guru Peserta Didik Waktu
Kegiatan Pendahuluan
Pembukaan Guru memberi salam, Peserta didik
mengkondisikan kelas, menjawab salam,
memeriksa absensi, dan mempersiapkan
berdoa. pembelajaran, dan
berdoa
Motivasi Guru memotivasi dengan Peserta didik
mengulang kembali termotivasi dengan
materi pada pertemuan mengingat pelajaran
sebelumnya secara garis yang telah mereka
besar. pelajari
Apersepsi Guru memberikan Peserta didik
apersepsi kepada peserta menjawab pertanyaan
didik dengan yang diberikan oleh 10
menanyakan sebuah guru menit
pertanyaan “apakah yang
kamu ketahui tentang
otot? Mengapa otot
disebut sebagai alat gerak
aktif?“
Guru mengaitkan dengan
pelajaran yang akan di
pelajari.
Guru menyampaikan Peserta didik
indikator pembelajaran mendengarkan apa
yang akan dipelajari pada yang disampaikan
pertemuan kali ini. oleh guru
Kegiatan Inti
Mengamati Guru menampilkan Peserta didik
gambar persendian dan mengamati gambar
otot rangka yang yang ditampilkan.
bertujuan agar peserta 5 menit
didik menemukan ciri-
ciri dari persendian dan
otot pada manusia.
74

Menanya Guru memberikan Peserta didik


kesempatan kepada menanggapi hasil
peserta didik untuk pengamatan dengan
bertanya setelah mengajukan beberapa
mengamati gambar. pertanyaan kepada
Pertanyaan yang guru.
berkaitan dengan
5 menit
pengamatan misalnya:
“apa sajakah perbedaan
dari setiap sendi pada
manusia?” “apa yang
menyusun otot dan
bagaimana hubungan
dengan fungsinya?
Mengeksplorasi Guru membagi peserta Peserta didik duduk
didik ke dalam 6 sesuai dengan
kelompok yang terdiri kelompoknya
dari 6 orang
Secara kelompok peserta Peserta didik mulai
didik diminta membuat peta konsep
mengumpulkan secara berkelompok
informasi dari berbagai 30
sumber untuk dibuat menit
dalam bentuk peta
konsep mengenai
“persendian dan otot”
Guru menambahkan Peserta didik
informasi terkait dengan mendengarkan
penjelasan ppt dan peta penjelasan guru
konsep acuan
Mengasosiasi Guru memberikan Peserta didik
Lembar Kerja Peserta menghubungkan
Didik (LKPD) berupa pengetahuan yang
TTS untuk dikerjakan sudah didapat dengan
secara kelompok untuk mengerjakan TTS
mengetahui lebih dalam
tingkat pemahaman
15
peserta didik setelah
menit
membuat peta konsep
dan mendengarkan
penjelasan guru.
Guru meminta peserta
didik untuk berdiskusi
dalam mengerjakan
LKPD
75

Mengkomunikasi Guru meminta peserta Peserta didik


didik untuk menyampaikan hasil
menyampaikan hasil diskusi jawaban 15
diskusi jawaban LKPD LKPD yang telah menit
yang telah dikerjakan. dikerjakan secara
singkat dan padat.
Kegiatan Penutup
Evaluasi Guru mengevaluasi Peserta didik
ketercapaian indikator menjawab pertanyaan
dengan memberikan evaluasi dari guru
pertanyaan secara lisan
dan di jawab secara acak
oleh peserta didik.
Adapun pertanyaan yang
diajukan adalah:
1. Tipe persendian apa
yang terjadi antara
tulang atlas dengan
tulang tengkorak?
2. Apa nama bagian
10
ujung otot yang
menit
melekat pada tulang
yang tidak bergerak
ketika otot
berkontraksi?
3. Protein apa yang
menyusun
miofilamen tebal?
Guru mengklarifikasi Peserta didik
jawaban peserta didik. mendengarkan
Guru menginformasi informasi untuk
rencana kegiatan pertemuan selanjutnya
pembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya.
H. Penilaian
1. Jenis Penilaian : Tes hasil belajar dan penilaian peta konsep
2. Bentuk Instrumen : Soal Teka-Teki Silang (18 Soal)
76

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Teka-Teki Silang

“Persendian dan Otot”

Nama : _______________________ _______________________

_______________________ _______________________

_______________________ _______________________

Kelas : _________________

A. Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak
dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak
serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem gerak manusia melalui studi
literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.

B. Indikator Pembelajaran
3.5.4. Membedakan macam-macam persendian pada manusia
3.5.5. Menjelaskan struktur dan fungsi otot dalam sistem gerak
3.5.6. Menjelaskan mekanisme kerja otot

C. Dasar Teori
Otot rangka yang melekat ke tulang dan bertanggung jawab terhadap
pergerakannya, dicirikan oleh hierarki unit-unit yang semakin kecil. Sebagian besar otot
rangka terdiri dari seberkas serat-serat panjang yang parallel terhadap panjang otot.
Satu serat otot mengandung seberkas miofibrill yang lebih kecil dan tersusun secara
longitudinal. Miofibril terdiri dari filamen tipis dan filamen tebal.
Tipe lain otot adalah otot jantung yang ditemukan hanya di satu tempat yaitu otot
jantung. Seperti otot rangka, otot jantung bersifat lurik. Akan tetapi perbedaan
structural antara serat otot rangka dan otot jantung menghasilkan perbedaan pada
sifat-sifat listrik dan membran. Selain itu, selain itu otot polos pada vertebrata terutama
ditemukan di dinding organ yang berongga, misalnya pembuluh dan organ-organ
saluran pencernaan.

Sumber: Campbell, dkk. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga, 2008.

D. Petunjuk
Isilah teka-teki silang di bawah ini dengan benar!
77

MENDATAR
3. Serabut otot memiliki kemampuan
meregang melebihi panjang otot saat
relaksasi. Sifat otot.
8. Protein penyusun mikrofilamen tebal
11. Sendi ini memungkinkan beberapa
gerakan rotasi namun tidak ke semua
arah 16. Gerak mendekati tubuh, seperti
12. Sumber energi untuk gerak otot ini gambar di bawah ini.
akan diubah menjadi glukosa dan asam
laktat yang terjadi secara aerob pada
saat otot relaksasi dan jika terkandung
banyak asam laktat di dalamnya otot
akan terasa lelah.
13. Sel otot yang berbentuk serabut
halus yang mengandung filamen aktin 18. Persendian seperti pada gambar di
dan miosin bawah ini.
14. Unit struktural dan fungsional
terkecil dari kontraksi otot pada
miofibril, yang memiliki bagian zona H,
pita A, dan pita I. Seperti pada gambar
berikut ini.
78

MENURUN
1. Nama bagian otot pada gambar di 7. Jaringan ikat yang berfungsi
bawah ini, merupakan ujung tendon mengikat bagian luar ujung tulang yang
yang melekat pada tulang yang tidak membentuk persendian dan mencegah
dapat digerakkan. berubahnya posisi tulang.
8. Jenis gerak seperti pada gambar di
bawah ini.

10. Pada saat kontraksi otot, protein


2. Serabut otot dapat kembali ke
kompleks ini mengikat kalsium yang
ukuran semula setelah berkontraksi
terdapat pada retikulum sarkoplasma
atau meregang. Sifat otot.
sehingga terjadi perubahan pada
4. Persendian yang tidak
struktur protein ini dan menyebabkan
memungkinkan adanya pergerakan,
terbukanya daerah aktif tropomiosin.
tulangnya dihubungkan oleh jaringan
15. Ion yang terdapat pada saat
ikat serabut (fibrosa)
kontraksi otot berlangsung.
5. Tempat melekatnya otot pada tulang
17. Miofilamen ini tersusun dari protein
6. Otot-otot di antara tulang rusuk
aktin, protein tambahan tropomiosin,
bekerjasama saat terjadi pengambilan
dan troponin yang melekat pada aktin.
dan penghembusan napas. Otot ini
bekerja secara ….
79

Kunci Jawaban

Skor total = 18
Nilai = (skor yang diperoleh/18)*100
Kriteria Nilai :
Nilai 80-100 = A
Nilai 70-79 = B
Nilai 60-69 = C
Nilai 50-59 = D
Nilai < 50 =E
80

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Eksperimen 1)
Sekolah : SMA Negeri 29 Jakarta
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Sistem Gerak Pada Manusia
Pertemuan ke- :3
Alokasi waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
1.3 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan fungsi
sel, jaringan, organ penyusun sistem dan bioproses yang terjadi pada makhluk
hidup.
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung
jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam
mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong,
bekerja sama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan
proaktif dalam dalam setiap tindakan serta dalam melakukan pengamatan dan
percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.
3.7 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak
dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak
serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem gerak manusia melalui
studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
Indikator :
3.5.8. Menganalisis berbagai penyakit atau gangguan yang terjadi pada sistem
gerak manusia.
3.5.9. Menjelaskan perkembangan teknologi di bidang kesehatan atau kedokteran
untuk mengatasi kerusakan, gangguan, dan kelainan sistem gerak.
4.5 Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi jaringan gerak
yang menyebabkan gangguan sistem gerak manusia melalui berbagai bentuk media
presentasi
81

Indikator :
4.5.1 Mendemontrasikan kelainan pada struktur dan fungsi gerak yang
menyebabkan gangguan sistem gerak.
4.5.2 Mendemontrasikan perkembangan teknologi di bidang kesehatan atau
kedokteran untuk mengatasi kerusakan, gangguan, dan kelainan sistem gerak.
C. Materi Belajar
• Gangguan atau kelainan pada sistem gerak manusia dapat terjadi pada tulang,
persendian, dan otot. Gangguan atau kelainan tersebut dapat terjadi akibat
aktivitas atau beban gerak yang berlebihan, pengaruh vitamin, atau terjadinya
infeksi oleh mikroorganisme.
• Perkembangan teknologi di bidang kesehatan atau kedokteran untuk mengatasi
kerusakan, gangguan, dan kelainan sistem gerak, antara lain: penyembuhan
patah tulang, penyembuhan kanker/tumor tulang, penggantian sendi,
transplantasi sumsum, dan lain lain.
D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Strategi Pembelajaran : Peta Konsep dipadu Teka-teki Silang
Metode : Diskusi kelompok
E. Media dan Alat Pembelajaran
Media : Power Point, Gambar yang berhubungan dengan sistem gerak
Alat : Laptop, LCD, Whiteboard, Spidol papan tulis
F. Sumber Pembelajaran
Buku : Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI dan Internet
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Pembelajaran Guru Peserta Didik Waktu
Kegiatan Pendahuluan
Pembukaan Guru memberi salam, Peserta didik
mengkondisikan kelas, menjawab salam,
memeriksa absensi, dan mempersiapkan
berdoa. pembelajaran, dan
berdoa
Motivasi Guru memotivasi dengan Peserta didik
mengulang kembali termotivasi dengan
materi pada pertemuan mengingat pelajaran
sebelumnya secara garis yang telah mereka
besar. pelajari 10
Apersepsi Guru memberikan Peserta didik menit
apersepsi kepada peserta menjawab pertanyaan
didik dengan yang diberikan oleh
menanyakan sebuah guru
pertanyaan “apa sajakah
yang kalian ketahui
tentang gangguan yang
terjadi pada sistem gerak
manusia?“
Guru mengaitkan dengan Peserta didik
82

pelajaran yang akan di mendengarkan apa


pelajari. yang disampaikan
Guru menyampaikan oleh guru
indikator pembelajaran
yang akan dipelajari pada
pertemuan kali ini.
Kegiatan Inti
Mengamati Guru menampilkan Peserta didik
gambar gangguan dan mengamati gambar
penyakit yang terjadi yang ditampilkan.
pada sistem gerak yang
bertujuan agar peserta 5 menit
didik menemukan
apakah penyebab dari
penyakit dan gangguan
tersebut.
Menanya Guru memberikan Peserta didik
kesempatan kepada menanggapi hasil
peserta didik untuk pengamatan dengan
bertanya setelah mengajukan beberapa
mengamati gambar. pertanyaan kepada
Pertanyaan yang guru. 5 menit
berkaitan dengan
pengamatan misalnya:
“apakah yang
menyebabkan terjadinya
penyakit tersebut?”
Mengeksplorasi Guru membagi peserta Peserta didik duduk
didik ke dalam 6 sesuai dengan
kelompok yang terdiri kelompoknya
dari 6 orang
Secara kelompok peserta Peserta didik mulai
didik diminta membuat peta konsep
mengumpulkan secara berkelompok
informasi dari berbagai
30
sumber untuk dibuat
menit
dalam bentuk peta
konsep mengenai
“gangguan dan penyakit
pada sistem gerak”
Guru menambahkan Peserta didik
informasi terkait dengan mendengarkan
penjelasan ppt dan peta penjelasan guru
konsep acuan
Mengasosiasi Guru memberikan Peserta didik
15
Lembar Kerja Peserta menghubungkan
menit
Didik (LKPD) berupa pengetahuan yang
83

TTS untuk dikerjakan sudah didapat dengan


secara kelompok untuk mengerjakan TTS
mengetahui lebih dalam
tingkat pemahaman
peserta didik setelah
membuat peta konsep
dan mendengarkan
penjelasan guru.
Guru meminta peserta
didik untuk berdiskusi
dalam mengerjakan
LKPD
Mengkomunikasi Guru meminta peserta Peserta didik
didik untuk menyampaikan hasil
menyampaikan hasil diskusi jawaban 15
diskusi jawaban LKPD LKPD yang telah menit
yang telah dikerjakan. dikerjakan secara
singkat dan padat.
Kegiatan Penutup
Evaluasi Guru mengevaluasi Peserta didik
ketercapaian indikator menjawab pertanyaan
dengan memberikan evaluasi dari guru.
pertanyaan secara lisan
dan di jawab secara acak
oleh peserta didik.
Adapun pertanyaan yang
diajukan adalah:
1. Jelaskan gangguan
atau penyakit yang
terjadi pada tulang? 10
2. Jelaskan gangguan menit
atau penyakit yang
terjadi pada
persendian?
3. Jelaskan gangguan
atau penyakit yang
terjadi pada otot?
Guru mengklarifikasi Peserta didik
jawaban peserta didik. mendengarkan
informasi untuk
pertemuan selanjutnya
H. Penilaian
1. Jenis Penilaian : Tes hasil belajar dan penilaian peta konsep
2. Bentuk Instrumen : Soal Teka-Teki Silang (18 soal)
84

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Teka-Teki Silang
“Gangguan & Penyakit Pada Sistem Gerak”

Nama : _______________________ _______________________

_______________________ _______________________

_______________________ _______________________

Kelas : _________________

A. Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak
dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak
serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem gerak manusia melalui studi
literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
B. Indikator Pembelajaran
3.5.8. Menganalisis berbagai penyakit atau gangguan yang terjadi pada sistem gerak
manusia.
3.5.9. Menjelaskan perkembangan teknologi di bidang kesehatan atau kedokteran
untuk mengatasi kerusakan, gangguan, dan kelainan sistem gerak.
C. Dasar Teori
Gangguan sistem gerak dapat terjadi pada tulang, persendian, maupun otot.
Penyebabnya bermacam-macam, karena infeksi mikroorganisme, kerusakan fisik akibat
kecelakaan, kekurangan garam dan vitamin, gangguan fisiologis, beban aktivitas yang
berlebihan, atau kesalahan sikap tubuh.
D. Petunjuk
Isilah teka-teki silang di bawah ini dengan benar!
85

MENDATAR MENURUN
1. Gangguan aliran cairan di dalam otak
4. Salah satu penyembuhan patah
yang menyebabkan pelebaran rongga
tulang dengan menempatkan benda
tempurung otak, sehingga kepala
keras di sekeliling tulang yang patah.
membesar.
6. Penyakit ini terjadi akibat
2. Penyakit ini timbul karena kekebalan
berkurangnya hormon testosteron pada
tubuh secara keliru menyerang jaringan
laki-laki atau hormon estrogen pada
yang sehat, menyebabkan peradangan
wanita sehingga tulang menjadi rapuh,
yang merusak sendi, lebih sering
keropos, dan mudah patah
diderita oleh wanita berusia 25-55
7. Penyakit ini mengakibatkan tulang
tahun, salah satu bentuk artritis.
kaki menjadi bengkok membentuk huruf
3. Penyebab penyakit ini adalah proses
O atau X seperti pada gambar di bawah
penuaan, cedera, kelemahan tulang,
ini. Disebabkan karena kekurangan atau
atau penggunaan sendi yang terlalu
gangguan metabolism vitamin D,
berat sehingga tulang rawan yang
Magnesium, fosfor, dan kalsium.
berfungsi sebagai bantalan pada sendi
mengalami kerusakan dan keausan.
5. Gangguan yang terjadi pada orang
yang sering berolahraga mengakibatkan
otot yang berkembang menjadi lebih
besar.
12. Penyembuhan kanker/tumor tulang 8. Pergeseran tulang penyusun sendi
ini biasanya menggunakan obat-obatan dari posisi normal.
yang sangat kuat untuk mencoba 9. Miastenia gravis adalah
membunuh sel kanker, proses ketidakmampuan otot berkontraksi
penyembuhan ini menyebabkan sehingga penderita mengalami
beberapa sel-sel normal juga mati. kelumpuhan. Penyakit ini disebabkan
14. Sendi tidak dapat digerakkan dan oleh hormon ____ yang tidak berfungsi
ujung-ujung antartulang terasa bersatu. dengan normal.
15. Teknologi di bidang kesehatan ini 10. Penyakit ini mengakibatkan otot
merupakan pemasangan suatu material kejang, berkontraksi terus menerus
dari benda rigid atau kaku seperti hingga tidak mampu lagi berkontraksi.
titanium pada tulang belakang yang Disebabkan oleh bakteri Clostridium
mengalami gangguan. tetani.
16. Penyakit ini terjadi akibat kegagalan 11. Gangguan sendi akibat gerakan yang
pertumbuhan otak saat bayi setelah tidak biasa, dipaksakan, atau bergerak
terkena infeksi sehingga kepala secara tiba-tiba. Dapat menyebabkan
berukuran lebih kecil dari ukuran memar, bengkak, dan rasa sakit.
normal. 13. Tulang belakang melengkung
17. Tulang belakang bagian pinggang ke kesamping.
arah depan.
18. Penderita menjadi lerlihat bongkok.
86

Kunci Jawaban

Skor total = 18
Nilai = (skor yang diperoleh/18)*100
Kriteria Nilai :
Nilai 80-100 = A
Nilai 70-79 = B
Nilai 60-69 = C
Nilai 50-59 = D
Nilai < 50 =E
87

Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen 2)
Sekolah : SMA Negeri 29 Jakarta
Mata Pelajaran : BIOLOGI
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Sistem Gerak Pada Manusia
Pertemuan ke- :1
Alokasi waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif
dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan
fungsi sel, jaringan, organ penyusun sistem dan bioproses yang terjadi pada
makhluk hidup.
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan
santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan,
gotong royong, bekerja sama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan
kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan serta dalam
melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di
luar kelas/laboratorium.
3.5 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem
gerak dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan
mekanisme gerak serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem
gerak manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
88

Indikator:
3.5.1 Menganalisis bentuk, jenis, dan fungsi tulang dalam sistem gerak
3.5.2 Mengemukakan proses pembentukan tulang (osifikasi)
3.5.3 Membedakan macam-macam tulang penyusun rangka manusia
C. Materi Belajar
• Manusia membutuhkan rangka dan otot untuk dapat bergerak. Rangka
tidak dapat bergerak sendiri apabila tidak digerakkan oleh otot. Oleh sebab
itu, rangka merupakan alat gerak pasif. Sebaliknya otot dapat melakukan
gerak sendiri sehingga otot disebut alat gerak aktif. Gerak tubuh manusia
dihasilkan karena adanya kerjasama antara rangka dan otot.
• Berdasarkan bentuk dan ukurannya dikelompokkan menjadi: tulang pipa,
tulang pendek, tulang pipih, dan tulang tidak beraturan.
• Berdasarkan jenisnya, tulang dibagi menjadi tulang rawan dan tulang
sejati.
• Proses osifikasi pada masa embrio berawal dari tulang rawan (kartilago).
Tulang rawan mengandung banyak osteoblast. Pembentukan osteosit (sel
tulang) oleh osteoblast ini berlangsung dari bagian dalam tulang hingga
luar tulang. Tiap-tiap osteosit akan tersusun melingkar di dalam tulang
sehingga membentuk sistem havers. Di tengah sistem havers terdapat
saluran havers yang mengandung banyak pembuluh darah dan saraf.
Osteosit yang terbentuk, akan menyekresikan protein sehingga membentuk
matriks tulang. Dengan penambahan kalsium dan fosfat, matriks tulang
yang terbentuk akan membuat tualng lebih keras.
• Rangka tubuh manusia digolongkan menjadi dua kelompok tulang, yaitu
rangka aksial dan rangka apendikuler. Rangka aksial terdiri dari tulang
tengkorak, tulang belakang, tulang dada, dan tulang rusuk. Sedangkan
rangka apendikuler terdiri dari tulang-tulang anggota gerak atas dan
tulang-tulang anggota gerak bawah.
D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Strategi Pembelajaran : Peta Konsep
Metode : Diskusi kelompok
E. Media dan Alat Pembelajaran
Media : Power Point, Gambar yang berhubungan dengan sistem gerak
Alat : Laptop, LCD, Whitboard, Spidol papan tulis
F. Sumber Pembelajaran
Buku : Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI dan Internet
89

G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Pembelajaran Guru Peserta Didik Waktu
Kegiatan Pendahuluan
Pembukaan Guru memberi salam, Peserta didik 10
mengkondisikan kelas, menjawab salam, menit
memeriksa absensi, dan mempersiapkan
berdoa. pembelajaran, dan
berdoa
Motivasi Guru memotivasi dengan Peserta didik
menjelaskan manfaat mendengarkan
mempelajari materi penjelasan mengenai
sistem gerak. manfaat mempelajari
materi sistem gerak.
Apersepsi Guru memberikan Peserta didik
apersepsi kepada peserta menjawab pertanyaan
didik dengan yang diberikan oleh
menanyakan sebuah guru
pertanyaan “Mengapa
kita dapat bergerak?”
“Apa yang membuat
tubuh kita bergerak?“
Guru mengaitkan dengan
pelajaran yang akan di
bahas.
Guru menyampaikan Peserta didik
indikator pembelajaran mendengarkan apa
yang akan dipelajari pada yang disampaikan
pertemuan kali ini. oleh guru
Kegiatan Inti
Mengamati Guru menampilkan Peserta didik 5 menit
gambar rangka manusia, mengamati gambar
gambar patah tulang yang ditampilkan.
yang bertujuan agar
peserta didik
menemukan ciri-ciri
rangka tubuh manusia.
Menanya Guru memberikan Peserta didik 5 menit
kesempatan kepada menanggapi hasil
peserta didik untuk pengamatan dengan
bertanya setelah mengajukan beberapa
mengamati gambar. pertanyaan kepada
Pertanyaan yang guru.
berkaitan dengan
pengamatan misalnya:
“Mengapa dapat terjadi
90

patah tulang?” “apa yang


menyusun tulang dan
bagaimana hubungan
dengan fungsinya?
Mengeksplorasi Guru membagi peserta Peserta didik duduk 30
didik ke dalam 6 sesuai dengan menit
kelompok yang terdiri kelompoknya
dari 6 orang
Secara kelompok peserta Peserta didik mulai
didik diminta membuat peta konsep
mengumpulkan secara berkelompok
informasi dari berbagai
sumber untuk dibuat
dalam bentuk peta
konsep mengenai
“rangka tubuh/ tulang”
Mengasosiasi Guru meminta peserta Peserta didik 10
didik untuk menghubungkan menit
mendiskusikan hasil peta pengetahuannya
konsep yang telah dibuat dengan berdiskusi
dengan kelompok lain dengan kelompok
untuk saling bertukar lain.
informasi
Guru memberikan Mendengarkan
penjelasan lebih lanjut penjelasan guru.
mengenai konsep-konsep
yang dipelajari
Mengkomunikasi Guru meminta peserta Peserta didik 20
didik untuk menyampaikan peta menit
menyampaikan peta konsep yang telah
konsep yang telah dibuat dibuat pada
pada pertemuan kali ini. pertemuan kali ini.
Kegiatan Penutup
Evaluasi Guru mengevaluasi Peserta didik 10
ketercapaian indikator menjawab pertanyaan menit
dengan memberikan evaluasi dari guru
pertanyaan secara lisan
dan di jawab secara acak
oleh peserta didik.
Adapun pertanyaan yang
diajukan adalah:
1. Jelaskan 5 fungsi
rangka tubuh?
2. Jelaskan perbedaan
osifikasi
intramembran dan
osifikasi
endokondium?
91

3. Sebutkan yang
termasuk rangka
aksial?
Guru mengklarifikasi Peserta didik
jawaban peserta didik. mendengarkan
Guru menginformasi informasi untuk
rencana kegiatan pertemuan selanjutnya
pembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya.

H. Penilaian
1. Jenis Penilaian : Penilaian hasil diskusi
2. Bentuk Instrumen : Penilaian peta konsep
92

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Eksperimen 2)
Sekolah : SMA Negeri 29 Jakarta
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Sistem Gerak Pada Manusia
Pertemuan ke- :2
Alokasi waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
1.2 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan
fungsi sel, jaringan, organ penyusun sistem dan bioproses yang terjadi pada
makhluk hidup.
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan
santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan,
gotong royong, bekerja sama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan
kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan serta dalam
melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di
luar kelas/laboratorium.
3.6 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem
gerak dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan
mekanisme gerak serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem
gerak manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
Indikator :
3.5.4. Membedakan macam-macam persendian pada manusia
3.5.5. Menjelaskan struktur dan fungsi otot dalam sistem gerak
3.5.6. Menjelaskan mekanisme kerja otot
93

C. Materi Belajar
• Persendian merupakan hubungan antara dua buah atau lebih. Macam-
macam persendian pada manusia antara lain:
o Diartrosis merupakan persendian yang memungkinkan gerakan yang
sangat leluasa. Terdiri dari: sendi engsel, sendi luncur, sendi putar,
sendi pelana, dan sendi peluru.
o Amfiatrosis merupakan hubungan antartulang yang dihubungkan oleh
kartilago sehingga memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.
o Sinartrosis merupakan hubungan antartulag yang dihubungkan oleh
jaringan ikat yang mengalami osifikasi sehingga tidak memungkinkan
adanya gerakan.
• Otot terdiri dari sel-sel yang terspesialisasi untuk kontraksi, yaitu
mengandung protein kontraktil yang dapat berubah dalam ukuran panjang
dan memungkinkan sel-sel untuk memendek. Myofibril terdiri atas
sejumlah besar protein miofilamen yang terdiri atas filament tebal
(myosin) dan filament tipis (aktin).
• Otot sebagai alat gerak aktif memiliki tiga kemampuan, yaitu
kontraksibilitas, ekstenbilitas, dan elatisitas. Kontraktibilitas adalah
kemampuan memendek hingga memiliki ukuran yang lebih pendek dari
ukuran awal. Ini terjadi pada saat otot sedang kontraksi. Kemampuan
ekstenbilitas adalah kemampuan memanjangkan diri melebihi ukuran
panjang awal. Sedangkan, elastisitas yaitu kemampuan otot untuk kembali
pada ukuran semula.
• Mekanisme kerja pada otot. Pada saat kontraksi terjadi, filamen aktin dan
berjalan di antara miosin ke dalam zona H (zona H, yaitu bagian terang di
antara dua pita gelap). Dengan keadaan yang demikian itu, terjadi
pemendekan serabut otot. Namun demikian, ada serabut yang tetap
panjang, yaitu garis M (anisotrop/pita gelap), sedangkan garis Z
(isotrop/pita terang) dan daerah H bertambah pendek waktu terjadi
kontraksi.
94

D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Strategi Pembelajaran : Peta Konsep
Metode : Diskusi kelompok
E. Media dan Alat Pembelajaran
Media : Power Point, Gambar yang berhubungan dengan sistem gerak
Alat : Laptop, LCD, Whiteboard, Spidol papan tulis
F. Sumber Pembelajaran
Buku : Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI dan Internet
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Pembelajaran Guru Peserta Didik Waktu
Kegiatan Pendahuluan
Pembukaan Guru memberi salam, Peserta didik
mengkondisikan kelas, menjawab salam,
memeriksa absensi, dan mempersiapkan
berdoa. pembelajaran, dan
berdoa
Motivasi Guru memotivasi dengan Peserta didik
mengulang kembali termotivasi dengan
materi pada pertemuan mengingat pelajaran
sebelumnya secara garis yang telah mereka
besar. pelajari
Apersepsi Guru memberikan Peserta didik 10
apersepsi kepada peserta menjawab pertanyaan menit
didik dengan yang diberikan oleh
menanyakan sebuah guru
pertanyaan “Apakah yang
kamu ketahui tentang
otot? Mengapa otot
disebut sebagai alat gerak
aktif?“
Guru mengaitkan dengan
pelajaran yang akan di
pelajari.
95

Guru menyampaikan Peserta didik


indikator pembelajaran mendengarkan apa
yang akan dipelajari pada yang disampaikan
pertemuan kali ini. oleh guru

Kegiatan Inti
Mengamati Guru menampilkan Peserta didik
gambar persendian dan mengamati gambar
otot rangka yang yang ditampilkan.
bertujuan agar peserta 5 menit
didik menemukan ciri-
ciri dari persendian dan
otot pada manusia.
Menanya Guru memberikan Peserta didik
kesempatan kepada menanggapi hasil
peserta didik untuk pengamatan dengan
bertanya setelah mengajukan beberapa
mengamati gambar. pertanyaan kepada
Pertanyaan yang guru.
berkaitan dengan
5 menit
pengamatan misalnya:
“Apa sajakah perbedaan
dari setiap sendi pada
manusia?” “Apa yang
menyusun otot dan
bagaimana hubungan
dengan fungsinya?
Mengeksplorasi Guru membagi peserta Peserta didik duduk
didik kedalam 6 sesuai dengan
kelompok yang terdiri kelompoknya
dari 6 orang
Secara kelompok peserta Peserta didik mulai
didik diminta membuat peta konsep 30
mengumpulkan secara berkelompok menit
informasi dari berbagai
sumber untuk dibuat
dalam bentuk peta
konsep mengenai
“persendian dan otot”
Mengasosiasi Guru meminta peserta Peserta didik
didik untuk menghubungkan
mendiskusikan hasil peta pengetahuannya
konsep yang telah dibuat dengan berdiskusi
10
dengan kelompok lain dengan kelompok
menit
untuk saling bertukar lain.
informasi
Guru memberikan Mendengarkan
penjelasan lebih lanjut penjelasan guru.
96

mengenai konsep-konsep
yang dipelajari
Mengkomunikasi Guru meminta peserta Peserta didik
didik untuk menyampaikan peta
menyampaikan peta konsep yang telah 20
konsep yang telah dibuat dibuat pada menit
pada pertemuan kali ini. pertemuan kali ini.
Kegiatan Penutup
Evaluasi Guru mengevaluasi Peserta didik
ketercapaian indikator menjawab pertanyaan
dengan memberikan evaluasi dari guru
pertanyaan secara lisan
dan di jawab secara acak
oleh peserta didik.
Adapun pertanyaan yang
diajukan adalah:
1. Tipe persendian apa
yang terjadi antara
tulang atlas dengan
tulang tengkorak?
2. Apa nama bagian
10
ujung otot yang
menit
melekat pada tulang
yang tidak bergerak
ketika otot
berkontraksi?
3. Protein apa yang
menyusun
miofilamen tebal?
Guru mengklarifikasi Peserta didik
jawaban peserta didik. mendengarkan
Guru menginformasi informasi untuk
rencana kegiatan pertemuan selanjutnya
pembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya.
H. Penilaian
1. Jenis Penilaian : Penilaian hasil diskusi
2. Bentuk Instrumen : Penilaian peta konsep
97

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Eksperimen 2)
Sekolah : SMA Negeri 29 Jakarta
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Sistem Gerak Pada Manusia
Pertemuan ke- :3
Alokasi waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
1.3 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan
fungsi sel, jaringan, organ penyusun sistem dan bioproses yang terjadi pada
makhluk hidup.
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan
santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan,
gotong royong, bekerja sama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan
kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan serta dalam
melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di
luar kelas/laboratorium.
3.7 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem
gerak dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan
mekanisme gerak serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem
gerak manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
Indikator :
3.5.8. Menganalisis berbagai penyakit atau gangguan yang terjadi pada sistem
gerak manusia
3.5.9. Menjelaskan perkembangan teknologi di bidang kesehatan atau
kedokteran untuk mengatasi kerusakan, gangguan, dan kelainan sistem gerak.
98

4.5 Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi jaringan
gerak yang menyebabkan gangguan sistem gerak manusia melalui berbagai
bentuk media presentasi
Indikator :
4.5.1 Mendemontrasikan kelainan pada struktur dan fungsi gerak yang
menyebabkan gangguan sistem gerak.
4.5.2 Mendemontrasikan perkembangan teknologi di bidang kesehatan atau
kedokteran untuk mengatasi kerusakan, gangguan, dan kelainan sistem gerak.
C. Materi Belajar
• Gangguan atau kelainan pada sistem gerak manusia dapat terjadi pada
tulang, persendian, dan otot. Gangguan atau kelainan tersebut dapat terjadi
akibat aktivitas atau beban gerak yang berlebihan, pengaruh vitamin, atau
terjadinya infeksi oleh mikroorganisme.
• Perkembangan teknologi di bidang kesehatan atau kedokteran untuk
mengatasi kerusakan, gangguan, dan kelainan sistem gerak, antara lain:
penyembuhan patah tulang, penyembuhan kanker/tumor tulang,
penggantian sendi, transplantasi sumsum, dan lain lain.
D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Strategi Pembelajaran : Peta Konsep
Metode : Diskusi kelompok
E. Media dan Alat Pembelajaran
Media : Power Point, Gambar yang berhubungan dengan sistem gerak
Alat : Laptop, LCD, Whiteboard, Spidol papan tulis
F. Sumber Pembelajaran
Buku : Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI dan Internet
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Pembelajaran Guru Peserta Didik Waktu
Kegiatan Pendahuluan
Pembukaan Guru memberi salam, Peserta didik
mengkondisikan kelas, menjawab salam,
memeriksa absensi, dan mempersiapkan
berdoa. pembelajaran, dan
berdoa
Motivasi Guru memotivasi dengan Peserta didik
mengulang kembali termotivasi dengan
materi pada pertemuan mengingat pelajaran
10
sebelumnya secara garis yang telah mereka
menit
besar. pelajari
Apersepsi Guru memberikan Peserta didik
apersepsi kepada peserta menjawab pertanyaan
didik dengan yang diberikan oleh
menanyakan sebuah guru
pertanyaan “Apa sajakah
yang kalian ketahui
tentang gangguan yang
99

terjadi pada sistem gerak


manusia?“
Guru mengaitkan dengan
pelajaran yang akan di
pelajari. Peserta didik
Guru menyampaikan mendengarkan apa
indikator pembelajaran yang disampaikan
yang akan dipelajari pada oleh guru
pertemuan kali ini.
Kegiatan Inti
Mengamati Guru menampilkan Peserta didik
gambar gangguan dan mengamati gambar
penyakit yang terjadi yang ditampilkan.
pada sistem gerak yang
10
bertujuan agar peserta
menit
didik menemukan
apakah penyebab dari
penyakit dan gangguan
tersebut.
Menanya Guru memberikan Peserta didik
kesempatan kepada menanggapi hasil
peserta didik untuk pengamatan dengan
bertanya setelah mengajukan beberapa
mengamati gambar. pertanyaan kepada
Pertanyaan yang guru. 5 menit
berkaitan dengan
pengamatan misalnya:
“Apakah yang
menyebabkan terjadinya
penyakit tersebut?”
Mengeksplorasi Guru membagi peserta Peserta didik duduk
didik kedalam 6 sesuai dengan
kelompok yang terdiri kelompoknya
dari 6 orang
Secara kelompok peserta Peserta didik mulai
didik diminta membuat peta konsep
mengumpulkan secara berkelompok 30
informasi dari berbagai menit
sumber untuk dibuat
dalam bentuk peta
konsep mengenai
“gangguan dan penyakit
pada sistem gerak”
Mengasosiasi Guru meminta peserta Peserta didik
didik untuk menghubungkan 10
mendiskusikan hasil peta pengetahuannya menit
konsep yang telah dibuat dengan berdiskusi
100

dengan kelompok lain dengan kelompok


untuk saling bertukar lain.
informasi
Guru memberikan Mendengarkan
penjelasan lebih lanjut penjelasan guru.
mengenai konsep-konsep
yang dipelajari
Mengkomunikasi Guru meminta peserta Peserta didik
didik untuk menyampaikan peta
menyampaikan peta konsep yang telah 15
konsep yang telah dibuat dibuat pada menit
pada pertemuan kali ini. pertemuan kali ini.
Kegiatan Penutup
Evaluasi Guru mengevaluasi Peserta didik
ketercapaian indikator menjawab pertanyaan
dengan memberikan evaluasi dari guru
pertanyaan secara lisan
di jawab secara acak oleh
peserta didik. Adapun
pertanyaan yang diajukan
adalah:
1. Jelaskan gangguan
atau penyakit yang
terjadi pada tulang?
2. Jelaskan gangguan 10
atau penyakit yang menit
terjadi pada
persendian?
3. Jelaskan gangguan
atau penyakit yang
terjadi pada otot?
Guru mengklarifikasi Peserta didik
jawaban peserta didik. mendengarkan
Guru menginformasi informasi untuk
rencana kegiatan pertemuan selanjutnya
pembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya.
H. Penilaian
1. Jenis Penilaian : Penilaian hasil diskusi
2. Bentuk Instrumen : Penilaian peta konsep
101

Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMA Negeri 29 Jakarta
Mata Pelajaran : BIOLOGI
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Sistem Gerak Pada Manusia
Pertemuan ke- :1
Alokasi waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif
dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan
fungsi sel, jaringan, organ penyusun sistem dan bioproses yang terjadi pada
makhluk hidup.
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan
santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan,
gotong royong, bekerja sama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan
kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan serta dalam
melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di
luar kelas/laboratorium.
3.5 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem
gerak dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan
mekanisme gerak serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem
gerak manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
Indikator :
3.5.1 Menganalisis bentuk, jenis dan fungsi tulang dalam sistem gerak
3.5.2 Mengemukakan proses pembentukan tulang (osifikasi)
3.5.3 Menggambarkan macam-macam tulang penyusun rangka manusia
102

C. Materi Belajar
• Manusia membutuhkan rangka dan otot untuk dapat bergerak. Rangka
tidak dapat bergerak sendiri apabila tidak digerakkan oleh otot. Oleh sebab
itu, rangka merupakan alat gerak pasif. Sebaliknya otot dapat melakukan
gerak sendiri sehingga otot disebut alat gerak aktif. Gerak tubuh manusia
dihasilkan karena adanya kerja sama antara rangka dan otot.
• Berdasarkan bentuk dan ukurannya dikelompokkan menjadi: tulang pipa,
tulang pendek, tulang pipih, dan tulang tidak beraturan.
• Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi tulang rawan dan tulang sejati.
• Proses osifikasi pada masa embrio berawal dari tulang rawan (kartilago).
Tulang rawan mengandung banyak osteoblast. Pembentukan osteosit (sel
tulang) oleh osteoblast ini berlangsung dari bagian dalam tulang hingga
luar tulang. Tiap-tiap osteosit akan tersusun melingkar di dalam tulang
sehingga membentuk sistem havers. Di tengah sistem havers terdapat
saluran havers yang mengandung banyak pembuluh darah dan saraf.
Osteosit yang terbentuk, akan menyekresikan protein sehingga membentuk
matriks tulang. Dengan penambahan kalsium dan fosfat, matriks tulang
yang terbentuk akan membuat tualng lebih keras.
• Rangka tubuh manusia digolongkan menjadi dua kelompok tulang, yaitu
rangka aksial dan rangka apendikuler. Rangka aksial terdiri dari tulang
tengkorak, tulang belakang, tulang dada, dan tulang rusuk. Sedangkan
rangka apendikuler terdiri dari tulang-tulang anggota gerak atas dan
tulang-tulang anggota gerak bawah.
D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi kelompok
E. Media dan Alat Pembelajaran
Media : Power Point, Gambar dan video yang berhubungan dengan sistem
gerak
Alat : Laptop, LCD, Whitboard, Spidol papan tulis
F. Sumber Pembelajaran
Buku : Biologi untuk SMA/MA Kelas XI dan Internet
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Pembelajaran Guru Peserta Didik Waktu
Kegiatan Pendahuluan
Pembukaan Guru memberi salam, Peserta didik 10
mengkondisikan kelas, menjawab salam, menit
mengecek absensi, dan mempersiapkan
berdoa. pembelajaran, dan
berdoa
Motivasi Guru memotivasi dengan Peserta didik
menjelaskan manfaat mendengarkan
mempelajari materi penjelasan mengenai
sistem gerak. manfaat mempelajari
materi sistem gerak.
103

Apersepsi Guru memberikan Peserta didik


apersepsi kepada peserta menjawab pertanyaan
didik dengan yang diberikan oleh
menanyakan sebuah guru
pertanyaan “Mengapa
kita dapat bergerak?”
“Apa yang membuat
tubuh kita bergerak?“
Guru mengaitkan dengan
pelajaran yang akan di
bahas.
Guru menyampaikan Peserta didik
indikator pembelajaran mendengarkan apa
yang akan dipelajari pada yang disampaikan
pertemuan kali ini. oleh guru

Kegiatan Inti
Mengamati Guru menampilkan Peserta didik 5 menit
gambar rangka manusia, mengamati gambar
gambar patah tulang yang ditampilkan.
yang bertujun agar
peserta didik
menemukan ciri-ciri
rangka tubuh manusia.
Menanya Guru memberikan Peserta didik 5 menit
kesempatan kepada menanggapi hasil
peserta didik untuk pengamatan dengan
bertanya setelah mengajukan beberapa
mengamati gambar. pertanyaan kepada
Pertanyaan yang guru.
berkaitan dengan
pengamatan misalnya:
“Mengapa dapat terjadi
patah tulang?” “Apa
yang menyusun tulang
dan bagaimana hubungan
dengan fungsinya?
Mengeksplorasi Guru membagi peserta Peserta didik duduk 30
didik ke dalam 6 sesuai dengan menit
kelompok yang terdiri kelompoknya
dari 6 orang
Guru meminta peserta Peserta didik mulai
didik untuk berdiskusi
mendiskusikan
mengenai:
1. Fungsi rangka tubuh
2. Perbedaan bentuk
tulang
104

3. Proses pembentukan
tulang
4. Macam-macam
tulang penyusun
rangka manusia
Guru meminta peserta
didik membuat
rangkuman hasil diskusi.
Mengasosiasi Guru meminta peserta Peserta didik 15
didik untuk menghubungkan menit
mendiskusikan hasil pengetahuannya
rangkuman yang telah dengan berdiskusi
dibuat dengan kelompok dengan kelompok
lain untuk saling bertukar lain.
informasi.
Guru memberikan Mendengarkan
penjelasan lebih lanjut penjelasan guru.
mengenai konsep-konsep
yang dipelajari.
Mengkomunikasi Guru meminta peserta Peserta didik 20
didik untuk menyampaikan menit
menyampaikan pendapatnya.
kesimpulan
pembelajaran.

Kegiatan Penutup
Guru mengevaluasi Peserta didik 10
ketercapaian indikator menjawab pertanyaan menit
dengan memberikan evaluasi dari guru
pertanyaan secara lisan
Evaluasi di jawab secara acak oleh
peserta didik.
Adapun pertanyaan yang
diajukan adalah:
1. Jelaskan 5 fungsi
rangka tubuh?
2. Jelaskan perbedaan
osifikasi
intramembrane dan
osifikasi
endokondrium?
3. Sebutkan yang
termasuk rangka
aksial?
Guru mengklarifikasi Peserta didik
jawaban peserta didik. mendengarkan
Guru menginformasi informasi untuk
rencana kegiatan pertemuan selanjutnya
105

pembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya.
H. Penilaian
1. Jenis Penilaian : Penilaian hasil diskusi
2. Bentuk Instrumen : Rangkuman
106

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMA Negeri 29 Jakarta
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Sistem Gerak Pada Manusia
Pertemuan ke- :2
Alokasi waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif
dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
1.2 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan
fungsi sel, jaringan, organ penyusun sistem dan bioproses yang terjadi pada
makhluk hidup.
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan
santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan,
gotong royong, bekerja sama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan
kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan serta dalam
melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di
luar kelas/laboratorium.
3.6 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem
gerak dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan
mekanisme gerak serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem
gerak manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
Indikator :
3.5.4. Membedakan mcam-macam persendian pada manusia
3.5.5. Menjelaskan struktur dan fungsi otot dalam sistem gerak
3.5.6. Menjelaskan mekanisme kerja otot
107

C. Materi Belajar
• Persendian merupakan hubungan antara dua buah atau lebih. Macam-
macam persendian pada manusia antara lain:
o Diartrosis merupakan persendian yang memungkinkan gerakan yang
sangat leluasa. Terdiri dari: sendi engsel, sendi luncur, sendi putar,
sendi pelana, dan sendi peluru.
o Amfiatrosis merupakan hubungan antartulang yang dihubungkan oleh
kartilago sehingga memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.
o Sinartrosis merupakan hubungan antartulag yang dihubungkan oleh
jaringan ikat yang mengalami osifikasi sehingga tidak memungkinkan
adanya gerakan.
• Otot terdiri dari sel-sel yang terspesialisasi untuk kontraksi, yaitu
mengandung protein kontraktil yang dapat berubah dalam ukuran panjang
dan memungkinkan sel-sel untuk memendek. Miofibril terdiri atas
sejumlah besar protein miofilamen yang terdiri atas filament tebal
(myosin) dan filament tipis (aktin).
• Otot sebagai alat gerak aktif memiliki tiga kemampuan, yaitu
kontraksibilitas, ekstenbilitas, dan elatisitas. Kontraktibilitas adalah
kemampuan memendek hingga memiliki ukuran yang lebih pendek dari
ukuran awal. Ini terjadi pada saat otot sedang kontraksi. Kemampuan
ekstenbilitas adalah kemampuan memanjangkan diri melebihi ukuran
panjang awal. Sedangkan, elastisitas yaitu kemampuan otot untuk kembali
pada ukuran semula.
• Mekanisme kerja pada otot. Pada saat kontraksi terjadi, filamen aktin dan
berjalan di antara myosin ke dalam zona H (zona H, yaitu bagian terang di
antara dua pita gelap). Dengan keadaan yang demikian itu, terjadi
pemendekan serabut otot. Namun demikian, ada serabut yang tetap
panjang, yaitu garis M (anisotrop/pita gelap), sedangkan garis Z
(isotrop/pita terang) dan daerah H bertambah pendek waktu terjadi
kontraksi.
108

D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi kelompok
E. Media dan Alat Pembelajaran
Media : Power Point, Gambar yang berhubungan dengan sistem gerak
Alat : Laptop, LCD, Whiteboard, Spidol papan tulis
F. Sumber Pembelajaran
Buku : Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI dan Internet
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Pembelajaran Guru Peserta Didik Waktu
Kegiatan Pendahuluan
Pembukaan Guru memberi salam, Peserta didik
mengkondisikan kelas, menjawab salam,
mengecek absensi, dan mempersiapkan
berdoa. pembelajaran, dan
berdoa
Motivasi Guru memotivasi dengan Peserta didik
mengulang kembali termotivasi dengan
materi pada pertemuan mengingat pelajaran
sebelumnya secara garis yang telah mereka
besar. pelajari
Apersepsi Guru memberikan Peserta didik 10
apersepsi kepada peserta menjawab pertanyaan menit
didik dengan yang diberikan oleh
menanyakan sebuah guru
pertanyaan “apakah yang
kamu ketahui tentang
otot? Mengapa otot
disebut sebagai alat gerak
aktif?“
Guru mengaitkan dengan Peserta didik
pelajaran yang akan di mendengarkan apa
pelajari. yang disampaikan
109

Guru menyampaikan oleh guru


indikator pembelajaran
yang akan dipelajari pada
pertemuan kali ini.

Kegiatan Inti
Mengamati Guru menampilkan Peserta didik
gambar persendian dan mengamati gambar
otot rangka yang yang ditampilkan.
bertujuan agar peserta 5 menit
didik menemukan ciri-
ciri dari persendian dan
otot pada manusia.
Menanya Guru memberikan Peserta didik
kesempatan kepada menanggapi hasil
peserta didik untuk pengamatan dengan
bertanya setelah mengajukan beberapa
mengamati gambar. pertanyaan kepada
Pertanyaan yang guru.
berkaitan dengan
5 menit
pengamatan misalnya:
“Apa sajakah perbedaan
dari setiap sendi pada
manusia?” “Apa yang
menyusun otot dan
bagaimana hubungan
dengan fungsinya?
Mengeksplorasi Guru membagi peserta Peserta didik duduk
didik kedalam 6 sesuai dengan
kelompok yang terdiri kelompoknya
dari 6 orang
Guru meminta peserta Peserta didik mulai
didik untuk berdiskusi
mendiskusikan
mengenai:
1) Persendian pada 30
manusia menit
2) Struktur otot pada
manusia
3) Mekanisme gerak
otot
Guru meminta peserta
didik membuat
rangkuman hasil diskusi
secara individu
110

Mengasosiasi Guru meminta peserta Peserta didik


didik untuk menghubungkan
mendiskusikan hasil pengetahuannya
rangkuman yang telah dengan berdiskusi
dibuat dengan kelompok dengan kelompok
10
lain untuk saling bertukar lain.
menit
informasi.
Guru memberikan Mendengarkan
penjelasan lebih lanjut penjelasan guru.
mengenai konsep-konsep
yang dipelajari.
Mengkomunikasi Guru meminta peserta Peserta didik
didik untuk menyampaikan
menyampaikan pendapatnya. 20
kesimpulan pembelajaran menit
pada kali ini.
Kegiatan Penutup
Evaluasi Guru mengevaluasi Peserta didik
ketercapaian indikator menjawab pertanyaan
dengan memberikan evaluasi dari guru
pertanyaan secara lisan
di jawab secara acak oleh
peserta didik.
Adapun pertanyaan yang
diajukan adalah:
1. Tipe persendian apa
yang terjadi antara
tulang atlas dengan
tulang tengkorak?
2. Apa nama bagian
10
ujung otot yang
menit
melekat pada tulang
yang tidak bergerak
ketika otot
berkontraksi?
3. Protein apa yang
menyusun
miofilamen tebal?
Guru mengklarifikasi Peserta didik
jawaban peserta didik. mendengarkan
Guru menginformasi informasi untuk
rencana kegiatan pertemuan selanjutnya
pembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya.
H. Penilaian
1. Jenis Penilaian : Tes tertulis hasil belajar
111

2. Bentuk Instrumen : Instrumen penilaian berupa soal pilihan ganda


(terlampir)
112

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMA Negeri 29 Jakarta
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Sistem Gerak Pada Manusia
Pertemuan ke- :3
Alokasi waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif
dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
1.3 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan
fungsi sel, jaringan, organ penyusun sistem dan bioproses yang terjadi pada
makhluk hidup.
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan
santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan,
gotong royong, bekerja sama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan
kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan serta dalam
melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di
luar kelas/laboratorium.
3.7 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem
gerak dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan
mekanisme gerak serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem
gerak manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
Indikator :
3.5.8. Menganalisis berbagai penyakit atau gangguan yang terjadi pada sistem
gerak manusia
3.5.9. Menjelaskan perkembangan teknologi di bidang kesehatan atau
kedokteran untuk mengatasi kerusakan, gangguan, dan kelainan sistem gerak.
113

4.5 Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi jaringan
gerak yang menyebabkan gangguan sistem gerak manusia melalui berbagai
bentuk media presentasi
Indikator :
4.5.1 Mendemontrasikan kelainan pada struktur dan fungsi gerak yang
menyebabkan gangguan sistem gerak.
4.5.2 Mendemontrasikan perkembangan teknologi di bidang kesehatan atau
kedokteran untuk mengatasi kerusakan, gangguan, dan kelainan sistem gerak.
C. Materi Belajar
• Gangguan atau kelainan pada sistem gerak manusia dapat terjadi pada
tulang, persendian, dan otot. Gangguan atau kelainan tersebut dapat terjadi
akibat aktivitas atau beban gerak yang berlebihan, pengaruh vitamin, atau
terjadinya infeksi oleh mikroorganisme.
• Perkembangan teknologi di bidang kesehatan atau kedokteran untuk
mengatasi kerusakan, gangguan, dan kelainan sistem gerak, antara lain:
penyembuhan patah tulang, penyembuhan kanker/tumor tulang,
penggantian sendi, transplantasi sumsum, dan lain lain.
D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi kelompok
E. Media dan Alat Pembelajaran
Media : Power Point, Gambar yang berhubungan dengan sistem gerak
Alat : Laptop, LCD, Whiteboard, Spidol papan tulis
F. Sumber Pembelajaran
Buku : Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI dan Internet
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Pembelajaran Guru Peserta Didik Waktu
Kegiatan Pendahuluan
Pembukaan Guru memberi salam, Peserta didik
mengkondisikan kelas, menjawab salam,
mengecek absensi, dan mempersiapkan
berdoa. pembelajaran, dan
berdoa
Motivasi Guru memotivasi dengan Peserta didik
mengulang kembali termotivasi dengan
materi pada pertemuan mengingat pelajaran
sebelumnya secara garis yang telah mereka 10
besar. pelajari menit
Apersepsi Guru memberikan Peserta didik
apersepsi kepada peserta menjawab pertanyaan
didik dengan yang diberikan oleh
menanyakan sebuah guru
pertanyaan “Apa sajakah
yang kalian ketahui
tentang gangguan yang
terjadi pada sistem gerak
114

manusia?“
Guru mengaitkan dengan
pelajaran yang akan di
pelajari.
Guru menyampaikan Peserta didik
indikator pembelajaran mendengarkan apa
yang akan dipelajari pada yang disampaikan
pertemuan kali ini. oleh guru
Kegiatan Inti
Mengamati Guru menampilkan Peserta didik
gambar gangguan dan mengamati gambar
penyakit yang terjadi yang ditampilkan.
pada sistem gerak yang
10
bertujuan agar peserta
menit
didik menemukan
apakah penyebab dari
penyakit dan gangguan
tersebut.
Menanya Guru memberikan Peserta didik
kesempatan kepada menanggapi hasil
peserta didik untuk pengamatan dengan
bertanya setelah mengajukan beberapa
mengamati gambar. pertanyaan kepada
Pertanyaan yang guru. 5 menit
berkaitan dengan
pengamatan misalnya:
“Apakah yang
menyebabkan terjadinya
penyakit tersebut?”
Mengeksplorasi Guru membagi peserta Peserta didik duduk
didik kedalam 6 sesuai dengan
kelompok yang terdiri kelompoknya
dari 6 orang
Guru meminta peserta Peserta didik mulai
didik untuk berdiskusi
mendiskusikan
mengenai:
1) Gangguan pada
30
tulang
menit
2) Gangguan pada
persendian
3) Gangguan pada otot
4) Teknologi di bidang
kesehatan
Guru meminta peserta
didik membuat
rangkuman hasil diskusi
secara individu
115

Mengasosiasi Guru meminta peserta Peserta didik


didik untuk menghubungkan
mendiskusikan hasil pengetahuannya
rangkuman yang telah dengan berdiskusi
dibuat dengan kelompok dengan kelompok
10
lain untuk saling bertukar lain.
menit
informasi.
Guru memberikan Mendengarkan
penjelasan lebih lanjut penjelasan guru.
mengenai konsep-konsep
yang dipelajari.
Mengkomunikasi Guru meminta peserta Peserta didik
didik untuk menyampaikan
menyampaikan pendapatnya. 15
kesimpulan pembelajaran menit
pada kali ini.
Kegiatan Penutup
Evaluasi Guru mengevaluasi Peserta didik
ketercapaian indikator menjawab pertanyaan
dengan memberikan evaluasi dari guru
pertanyaan secara lisan
di jawab secara acak oleh
peserta didik. Adapun
pertanyaan yang diajukan
adalah:
1. Jelaskan gangguan
atau penyakit yang
terjadi pada tulang?
2. Jelaskan gangguan 10
atau penyakit yang menit
terjadi pada
persendian?
3. Jelaskan gangguan
atau penyakit yang
terjadi pada otot?
Guru mengklarifikasi Peserta didik
jawaban peserta didik. mendengarkan
Guru menginformasi informasi untuk
rencana kegiatan pertemuan selanjutnya
pembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya.
H. Penilaian
1. Jenis Penilaian : Tes tertulis hasil belajar
2. Bentuk Instrumen : Instrumen penilaian berupa soal uraian (terlampir)
116
Lampiran 4
KISI-KISI UJI COBA INSTRUMEN TES
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Jumlah Soal : 50
Kompetensi Dasar : 3.5. Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak dan mengaitkan
dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak serta gangguan fungsi yang mungkin
terjadi pada sistem gerak manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
Indikator Kunci Aspek
Indikator Soal Butir Soal
Pembelajaran Jawaban Kognitif
3.5.1. Menyebutkan 1. Pernyataan berikut merupakan fungsi sistem rangka: C C1
Menganalisis fungsi sistem 1) Menyimpan vitamin B1
struktur, rangka pada 2) Menyimpan energi dalam bentuk lemak
bentuk, dan manusia 3) Menyimpan garam mineral kalsium karbonat
fungsi tulang 4) Menghasilkan sel-sel imunitas
dalam sistem 5) Sebagai alat gerak aktif
gerak Yang merupakan fungsi dari sistem rangka (tulang) adalah...
a. 1, 2, 3
b. 1, 2, 5
c. 2, 3, 4
d. 2, 3, 5
e. 3, 4, 5

117
Menjelaskan 2. Tulang mengandung sumsum merah yang berfungsi sebagai E C2
fungsi tulang tempat....
sebagai tempat a. Penyimpanan cadangan makanan
pembuatan sel b. Terdapatnya jaringan saraf
darah merah dan c. Pembuluh darah menyuplai makanan
putih d. Perombakan sel-sel darah
e. Pembuatan sel darah merah dan putih
Mengkoordinasi- 3. Jika anda membuat bagan peta konsep tentang sistem gerak C C4
kan keterkaitan seperti di bawah ini,
bagia-bagian dari 1
sistem gerak
2 3
tulang 4

aksial 5 6 polos 7

Apa saja yang akan anda isi pada bagian nomor yang kosong?
a. 1.sistem gerak, 2.aktif, 6.lurik
b. 1.pasif, 5 apendikular, 7.jantung
c. 1.sistem gerak, 2.pasif, 4.otot
d. 2.sistem gerak, 4.otot, 5.jantung
e. 2.pasif, 4 aktif, 6 apendikular
Menentukan 4. Yang merupakan tulang pipih adalah... B C3
tulang dari bentuk a. Tulang selangka, belikat, jari-jari
tulang b. Tulang belikat dan tengkorak
c. Tulang selangka dan jari-jari
d. Tulang jari-jari dan tegkorak
e. Tulang pengumpil dan tengkorak

118
Menjelaskan 5. Berikut ini merupakan karkateristik tulang pipih adalah.... C C2
karakteristik a. Bentuk silindris bagian tengah berlubang
tulang pipih b. Bentuk bulat pendek berisi sumsum merah
c. Bentuk lempengan berisi sumsum merah
d. Contohnya tulang telapak tangan
e. Tempat melekatnya otot lurik dan otot polos
Mengkategorikan 6. Perhatikan ciri-ciri dari tulang berikut ini ! B C2
fungsi dari bentuk 1) Strukturnya berongga
tulang 2) Berfungsi untuk menahan tekanan
3) Contohnya adalah tulang panggul
Jenis tulang yang memiliki ciri-ciri di atas adalah...
a. Tulang kompak
b. Tulang spons
c. Tulang pipa
d. Tulang pipih
e. Tulang pendek
Menentukan 7. Tulang yang berbentuk pipa terdapat pada tulang... B C3
tulang dari bentuk a. Patela dan hasta
tulang b. Radius dan ulna
c. Karpal dan metakarpal
d. Tarsal dan tibia
e. Tarsal dan metatarsal
Menentukan 8. Contoh tulang yang berbentuk tidak beraturan, yaitu... A C3
tulang dari bentuk a. Ruas tulang belakang
tulang b. Tempurung lutut
c. Tulang pergelangan tangan
d. Tulang tengkorak
e. Rusuk (iga)

119
Menyimpulkan 9. Seorang siswa menemukan sepotong tulang paha kambing. B C5
bagian tulang dari Setelah diamati beberapa saat maka ia menentukan bahwa tulang
suatu peristiwa kambing tersebut masih dalam masa pertumbuhan. Penentuan
tersebut didasarkan atas pengamatan...
a. Struktur epifisis
b. Keadaan cakra epifisis
c. Keadaan tulang secara umum
d. Struktur diafisis
e. Matriks tulang
Menyebutkan 10. Tulang rawan hialin dapat ditemukan di... A C1
letak tulang rawan a. Hidung dan ujung tulang rusuk
b. Ruas tulang belakang dan sendi lutut
c. Daun telinga dan epiglotis
d. Epiglotis dan ujung tulang rusuk
e. Cakram sendi lutut dan hidung
3.5.2. Mengurutkan 11. Proses yang tejadi dalam osifikasi: A C3
Menjelaskan proses osifikasi 1) Sel perikondrium berkembang menjadi osteoblast
proses 2) Pembuluh darah masuk ke perikondrium di tulang bagian
pembentukkan diafisis
tulang 3) Osteoblast memproduksi tulang keras
(Osifikasi) 4) Bagian tengah tulang mengalami pengikisan oleh osteoklas
5) Bagian tengah tulang keras terisi pembuluh darah osteoklas
6) Tulang rawan tumbuh memanjang digantikan oleh tulang
spons
7) Tulang membentuk rongga sumsum
Urutan proses osifikasi yang benar adalah...
a. 2-1-3-5-4-7-6
b. 2-4-1-3-5-7-6

120
c. 2-5-7-4-6-1-3
d. 5-2-6-1-7-4-3
e. 5-1-7-2-4-6-3
Menganalisis 12. Anak-anak masih mengalami pertumbuhan pemanjangan tulang C C4
pertumbuhan karena...
tulang a. Cakra epifisnya berupa tulang rawan
b. Cakra epifisnya berisi sumsum tulang
c. Cakra epifisisnya mengandung osteoblas
d. Tulangnya banyak mengandung zat kapur
e. Ruang antarsel tulangnya mengandung kolagen
Mengurutkan 13. Pada proses pembentukkan tulang (osifikasi) apakah yang terjadi D C3
proses osifikasi setelah tulang memanjang di bagian cakra epifisis?
a. Terbentuk osteosit
b. Terbentuk saluran havers
c. Osteosit mensekresikan protein
d. Tulang membentuk rongga dan terisi sumsung tulang
e. Kalsium dan fosfat tulang mengeras
Menganalisis 14. Manakah pernyataan yang tepat tentang osifikasi (penulangan)? D C4
osifikasi a. Osifikasi endokondrium terjadi pada tulang pipih tengkorak
endokondrium dan b. Osifikasi intramembran terjadi pada tulang pipa
osifikasi c. Pada osifikasi intramembran terjadi penggantian tulang rawan
intramembran menjadi tulang keras
d. Osifikasi endokondrium menyebabkan tulang tumbuh
semakin panjang
e. Osifikasi intrakartilago diawali dengan deferensiasi sel-sel
mesenkim
3.5.3. Menentukan 15. Manakah pernyataan yang paling benar tentang tulang rusuk... E C3
Membedakan keadaan tulang a. Tulang rusuk sejati berjumlah 3 pasang

121
macam- rusuk b. Tulang rusuk palsu berjumlah 7 pasang
macam tulang c. Tulang rusuk melayang berjumlah 4 pasang
penyusun d. Tulang rusuk sejati tidak melekat pada tulang dada
rangka e. Jumlah total tulang rusuk 24 buah
manusia Membedakan 16. Tulang lengan berikut ini yang bentuk dan posisinya mirip E C3
tulang berdasarkan dengan femur adalah...
bentuk dan a. Radius
posisinya b. Ulna
c. Tibia
d. Karpus
e. Humerus
Menyebutkan 17. Tulang yang melekat langsung pada tulang belakang yaitu... A C1
macam-macam a. Tulaang rusuk, tulang sakrum, dan tulang leher
tulang b. Tulang dada, tulang rusuk, dan tulang leher
c. Tulang rusuk, tulang ekor, dan tulang tengkorak
d. Tulang dada, tulang ekor, dan tulang tengkorak
e. Tulang sakrum, tulang ekor, dan tulang tengkorak
Mengidentifikasi- 18. Perhatikan beberapa tulang pada manusia berikut! C C2
kan kelompok- 1) Tengkorak
kelompok tulang 2) Ruas-ruas tulang belakang
3) Tulang hasta
4) Tulang pengumpil
5) Tulang ekor
6) Tulang betis
7) Tulang kering
8) Tulang dada
Kelompok tulang yag termasuk rangka aksial yaitu...
a. 1, 2, 3, dan 4

122
b. 1, 2, 4, dan 7
c. 1, 2, 5, dan 8
d. 3, 4, 6, dan 7
e. 4, 6, 7, dan 8
3.5.4. Menghubungkan 19. Rangka apendikuler manusia adalah rangka tangan dan rangka B C5
Membedakan kaitan antara sendi kaki. Tangan dan kaki masing-masing mempunyai jari-jari.
mcam-macam dan tulang dari Namun jari-jari yang digunakan untuk memegang adalah jari
persendian suatu peristiwa tangan. Mengapa demikian?
pada manusia a. Sendi pada jari-jari pada tangan merupakan sendi engsel
namun pada jari-jari kaki adalah sendi pelana
b. Tipe tulang pipa pada jari-jari tangan lebih panjang daripada
jari-jari kaki
c. Tulang jari tangan mempunyai otot yang lebih mudah
berkontraksi daripada otot jari-jari kaki
d. Elastisitas sendi pada jari-jari tangan lebih tinggi daripada
sendi jari-jari kaki
e. Tipe tulang pendek pada jari-jari tangan lebih panjang
daripada jari-jari
Mengidentifikasi 20. Perhatikan gambar berikut ! B C1
gerak akibat
persendian

Gerakan pada gambar a dan b menunjukkan gerak...


a. Ekstensi dan fleksi

123
b. Abduksi dan adduksi
c. Depresi dan pronasi
d. Depresi dan elevasi
e. Supinasi dan pronasi
Menjelaskan 21. Tipe persendian yang memungkinkan gerakan rotasi namun tidak ke B C2
fungsi sendi semua arah, yaitu...
a. Engsel
b. Pelana
c. Peluru
d. Putar
e. kondiloid
Mejelaskan fungsi 22. Perhatikan gambar di bawah ini ! B C2
sendi

Hubungan antartulang yang terdapat pada gambar tersebut


adalah...
a. sendi putar
b. sendi peluru
c. sendi geser
d. sendi pelana
e. sendi engsel

124
Menganalisis 23. Ketika kita berkata “tidak”, biasanya sambil menggelengkan B C4
sendi yang kepala. Sendi yang digunakan untuk melakukan gerakan
digunakan saat menggelengkan kepala adalah sendi...
melakukan suatu a. peluru
gerakan b. putar
c. engsel
d. pelana
e. luncur
Menganalisis letak 24. Pada saat kita melangkahkan kaki, sendi apa saja yang terlibat? D C3
sendi dan Dimana letak sendi tersebut?
pergerakkan yang a. Sendi engsel dan pelana, sendi engsel pada lutut dan sendi
memungkinkan pelana pada pergelangan kaki
untuk dilakukan b. Sendi peluru dan putar, sendi peluru antara paha dan panggul,
dan sendi putar pergelanan kaki
c. Sendi putar dan pelana, sendi putar pada lutut dan sendi
pelana pada paha dengan panggul
d. Sendi engsel dan peluru, sendi engsel pada lutut dan sendi
peluru antara paha dan panggul
e. Sendi pelana dan peluru, sendi pelana pada ibu jari dan sendi
peluru antara paha dan panggul
Mengidentifikasi 25. Gerakan yang merupakan gerak supinasi, adalah... D C1
bentuk dari sifat a. Kepala menunduk
kerja otot b. Kepala menenadah
c. Kaki memutar ke arah luar
d. Telapak tangan menengadah
e. Telapak tangan menelungkup
3.5.5. Menjelaskan 26. Manakah pernyataan tentang sifat otot rangka yang paling benar... C C2

125
Menjelaskan tentang sifat otot a. Kontraktilitas, yaitu mampu meregang melebihi panjang otot
struktur dan semula
fungsi otot b. Tonus, yaitu tidak memiliki ketegangan sedikitpun saat
dalam sistem relaksasi
gerak c. Estabilitas, yitu mampu merespons dengan kuat apabila ada
stimulasi impuls saraf
d. Ekstensibilitas, yaitu dapat kembali ke ukuran semula setelah
berkontraksi
e. Elastisitas, yaitu mampu berkontraksi dan meregang
Menganalisis kerja 27. Ketika tangan ditekuk, yang terjadi adalah... A C4
otot pada suatu a. Otot bisep berontraksi, trisep relaksasi
gerakan b. Otot bisep relaksasi, trisep kontraksi
c. Otot bisep dan trisep relaksasi
d. Otot bisep dan trisep relaksasi
e. Otot bisep dan trisep kontraksi bergantian
Mengidentifikasi 28. Otot disebut sebagai alat gerak aktif karena... D C1
fungsi otot a. Melekat ada rangka
b. Dapat menerima rangsang
c. Bekerja dibawah kehendak
d. Mampu berkontraksi
e. Tidak mudah lelah
Mengidentifikasi 29. Penghubung otot dengan tulang adalah... A C1
bagian yang a. Tendon
menghubungkan b. Ligamen
antara otot dengan c. Kartilago hialin
tulang d. Havers
e. Sumsum tulang
Menganalisis 30. Seorang atlit angkat besi menggunakan kekuatan otot, sendi, dan B C4

126
kaitan sendi, tulang dalam memenangkan perlombaan. Kaitan antar tulang,
tulang dan otot sendi, dan otot bagi atlit tersebut yang paling tepat adalah...
a. Atlit tersebut menggunakan sendi engsel pada lengan, dan
otot bahu
b. Atlit tersebut menggunakan sendi peluru dan kekuatan otot
bahu serta kekuatan sendi engsel pada jari-jari tangan
c. Atlit tersebut menggunakan otot bisep trisep, otot bahu, sendi
engsel pada lengan dan kekuatan sendi pelana pada jari-jari
tangan
d. Atlit tersebut menggunakan kekuatan sendi pelana pada
lengan, otot bisep trisep, dan otot bahu
e. Atlit tersebut menggunakan kekuatan otot pronator
Mengidentifikasi 31. Bagian miofibril yang terletak diantara dua garis z disebut... E C1
penyusun otot a. Miofibril
b. Pita I
c. Pita II
d. Zona H
e. Sarkomer
Menjelaskan 32. Pasangan otot yang bekerja secara antagonis adalah.... C C2
contoh sifat kerja a. Pronator teres-pronator kuadratus
otot b. Otot perut-otot punggung
c. Otot bisep-otot trisep
d. Otot betis-otot bisep
e. Otot perut-otot dada
Menjelaskan 33. Saat kita menarik napas dan menghembuskan napas, otot-otot A C2
contoh sifat kerja antartulang rusuk bekerja secara....
otot a. Sinergis
b. Antagonis

127
c. Inversi
d. Elevasi
e. Ekstensi
3.5.6 Menganalisis 34. Bagian otot yang berkontraksi adalah... B C4
Menjelaskan bagian otot yang a. Sel-sel otot
mekanisme berkontraksi pada b. Filamen protein
kerja otot mekanisme otot c. Aktin
d. Miosin
e. asetilkolin
Menghubungkan 35. Dalam mekanisme kerja otot ada bagian-bagian yang bekerja, B C5
kejadian dari yaitu filamen aktin, miosin troponim, dan tropomiosin. Jika
mekanisme kerja troponim dihilangkan dari serabut otot, maka...
otot a. Aktomiosin tidak dapat pecah
b. Konsentrasi kalsium di sitoplasma tidak memicu terjadinya
kontraksi
c. Perubahan kontraksi ion kalsium di sitoplasma tidak memicu
terjadinya kontraksi
d. Kontraksi tetap berjalan normal
e. Pemecahan ATP tidak berlangsung dengan baik
Mengurutkan 36. Berikut adalah tahapan mekanisme kerja otot: C C3
tahapan 1) Impuls saraf tiba di neurotransmitter junction
mekanisme kerja 2) Ion Ca2+ keluar dari reticulum sarkoplasma
otot 3) Pembebasan asetilkolin
4) Daerah aktif tropomiosin yang tertutup troponim terbuka
5) Terjadi pemendekan otot
6) Ion Ca2+ terikat oleh troponim
7) Miosin dan aktin berikatan membentuk aktomiosin
Tahapan mekanisme kontraksi otot secara berurutan yaitu...

128
a. 1-2-3-4-5-6-7
b. 7-6-5-4-3-2-1
c. 1-3-2-6-4-7-5
d. 1-4-7-5-3-2-6
e. 2-6-1-3-4-7-5
Menjelaskan 37. Otot berkontraksi saat.. A C2
mekanisme kerja a. Terbentuk aktomiosin
otot b. Aktomiosin terurai
c. Asetilkolin diproduksi
d. Terlepasnya ikatan kalsium dan troponim
e. Terbentuk aktin dan miosin
Menentukan 38. Perhatikan gambar berikut! C C3
penyebab
terjadinya ADP ATP
kelelahan otot
GLUKOSA ...
Jika seseorang banyak melakukan aktivitas maka akan banyak
anggota tubuh yang bergerak. Akibatnya otot akan mengalami
kejang/kram yang mengakibatkan kelelahan. Apakah yang
menyebabkan kelelahan. Apakah yang menyebabkan hal ini
terjadi?
a. Otot sedang berelaksasi
b. Adanya pembentukan kreatin
c. Adanya pembentukan asam laktat
d. Sedang terjadi respirasi sel
e. Adanya pelepasan fosat kreatin
3.5.7. Menganalisis 39. Kebiasaan membawa tas hanya di satu sisi bahu dapat C C4
Menganalisis kelainan yang menyebabkan terjadinya kelainan tulang...

129
berbagai terjadi karena a. Lordosis
penyakit atau suatu kegiatan b. Kifosis
gangguan c. Skoliosis
yang terjadi d. Nekrosis
pada sistem e. Urat sendi
gerak manusia Menganalisis 40. Seorang pemain tenis terjatuh saat ingin mengejar bola dan B C4
penyebab terjadiya mengalami cedera. Oleh dokter dikatakan ia mengalami dislokasi.
kelainan/ Cedera yang dialami pemain bola tersebut diakibatkan...
gangguan pada a. Salah satu tulang kakinya patah
tulang b. Pergeseran tulang pada persendian
c. Otot betisnya sobek
d. Telapak kaki menginjak benda tajam
e. Kelebihan asam urat
Menganalisis 41. Seorang terserang polio dapat mengakibatkan kelumpuhan karena D C4
sebab-akibat mengalami gangguan...
gangguan pada a. Osteoporosis
otot b. Stiff
c. Artritis
d. Artofi
e. Dislokasi
Menyebutkan 42. Kekurangan hormon kelamin dan asupan kalsium dapat B C1
kelainan/gangguan mengakibatkan tulang menjadi rapuh, keropos, dan mudah patah.
pad atulang Gangguan fisiologis ini disebut...
a. Fraktur
b. Osteoporosis
c. Osteoartritis
d. Artrofi
e. Reumatoid

130
Menjelaskan 43. Manakah yang bukan kelainan dari kebiasaan sikap duduk yang A C2
dampak yang salah?
terjadi dari sikap a. Selaput tulang rusak
duduk yang salah b. Perubahan kelengkungan pada daerah punggung batang tulang
belakang
c. Tulang punggung membungkuk ke samping
d. Tulang belakang melekuk ke dalam
e. Terjadi bungkuk
Menyebutkan 44. Infeksi oleh bakteri Clostridium tetani dapat menyebabkan D C1
penyakit pada penyakit kejang otot yang disebut....
sistem gerak yang a. Atrofi
disebabkan oleh b. Distrofi
bakteri c. Kram
d. Tetanus
e. Nekrosis
Menjelaskan 45. Perhatikan gambar berikut ini ! A C2
penyakit
berdasarkan
gambar

Penyakit tulang seperti gambar di atas adalah....


a. Rakitis akibat kekurangan vitamin D
b. Rakitis akibat kekurangan kalsium
c. Artritis akibat kekurangan vitamin D
d. Artritis akibat kekurangan kalsium

131
e. Osteoporosis akibat kekurangan kalsium
3.5.8. Menjelaskan 46. Penyembuhan patah tulang dapat dilakukan dengan.... A C2
Menjelaskan metode kesehatan a. Pembidaian
perkembangan untuk b. Kemoterapi
teknologi di penyembuhan c. Transplantasi sumsum tulang
bidang patah tulang d. Transplantasi sendi
kesehatan atau e. Mengganti sendi dengan logam
kedokteran Menjelaskan 47. Metode berikut yang bukan merupakan usaha penyembuhan E C2
untuk metode dalam kanker tulang adalah...
mengatasi usaha a. Kemoterapi
kerusakan, penyembuhan b. Radioterapi
gangguan, dan kanker tulang c. Operasi amputasi
kelainan d. Operasi amputasi dan penyambungan
sistem gerak. e. Pemasangan gips dan pembidaian
Menyebutkan 48. Perkembangan teknologi telah berhasil membuat kaki yang E C1
teknologi di fungsional. Teknologi ini disebut....
bidang kesehatan a. Kursi roda
dalam membuat b. Sepatu roda
kaki fungsional c. Kaki transplantasi
d. Kaki palsu
e. Kaki bionik
Menjelaskan salah 49. Implan yang dilakukan di bidang kesehatan dalam mengatasi B C2
satu teknologi di gangguan pada sistem gerak adalah....
bidang kesehatan a. Menyuntikkan asam hialuronat ke celah-celah sendi untuk
memperbaiki gizi dan pelumasan
b. Pemasangan suatu material dari benda kaku seperti titanium
pada tulang belakang
c. Menanam tulang rawan pasien dan memindahkan ke jaringan

132
yang rusak
d. Menggunakan beban untuk menahan anggota gerak yang
mengalami deformitas
e. Menggunakan sinar radioaktif seperti sinar X
Menjelaskan 50. Tindakan yang sering dilakukan jika anak yang sedang masa E C2
tindakan yang pertumbuhan mengalami skoliosis kongentalis....
dilakukan dalam a. Transplantasi sumsum
mengatasi b. Kemoterapi
skoliosis c. Pembidaian
kongentalis d. Radioterapi
e. Memasang penyangga sedini mungkin

133
134

Lampiran 5
HASIL UJI VALIDITAS SOAL
135
136
137
138
139
140
Lampiran 6
KISI-KISI INSTRUMEN TES PENELITIAN
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Jumlah Soal : 25
Kompetensi Dasar : 3.5. Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak dan mengaitkan dengan
bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem
gerak manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
Indikator Kunci Aspek
Indikator Soal Butir Soal
Pembelajaran Jawaban Kognitif
3.5.1. Menganalisis Menyebutkan fungsi 1. Pernyataan berikut merupakan fungsi sistem rangka: C C1
struktur, bentuk, dan sistem rangka pada 1) Menyimpan vitamin B1
fungsi tulang dalam manusia 2) Menyimpan energi dalam bentuk lemak
sistem gerak 3) Menyimpan garam mineral kalsium karbonat
4) Menghasilkan sel-sel imunitas
5) Sebagai alat gerak aktif
Yang merupakan fungsi dari sistem rangka (tulang) adalah...
a. 1, 2, 3
b. 1, 2, 5
c. 2, 3, 4
d. 2, 3, 5
e. 3, 4, 5

141
Menjelaskan 2. Berikut ini merupakan karkateristik tulang pipih adalah.... C C2
karakteristik tulang a. Bentuk silindris bagian tengah berlubang
pipih b. Bentuk bulat pendek berisi sumsum merah
c. Bentuk lempengan berisi sumsum merah
d. Contohnya tulang telapak tangan
e. Tempat melekatnya otot lurik dan otot polos
Menentukan tulang 3. Tulang yang berbentuk pipa terdapat pada tulang... B C3
dari bentuk tulang a. Patela dan hasta
b. Radius dan ulna
c. Karpal dan metakarpal
d. Tarsal dan tibia
e. Tarsal dan metatarsal
Menyimpulkan 4. Seorang siswa menemukan sepotong tulang paha kambing. B C5
bagian tulang dari Setelah diamati beberapa saat maka ia menentukan bahwa
suatu peristiwa tulang kambing tersebut masih dalam masa pertumbuhan.
Penentuan tersebut didasarkan atas pengamatan...
a. Struktur epifisis
b. Keadaan cakra epifisis
c. Keadaan tulang secara umum
d. Struktur diafisis
e. Matriks tulang
3.5.2. Menjelaskan Mengurutkan proses 5. Proses yang tejadi dalam osifikasi: A C3
proses osifikasi 1) Sel perikondrium berkembang menjadi osteoblast
pembentukkan 2) Pembuluh darah masuk ke perikondrium di tulang bagian
tulang (Osifikasi) diafisis
3) Osteoblast memproduksi tulang keras
4) Bagian tengah tulang mengalami pengikisan oleh osteoklas
5) Bagian tengah tulang keras terisi pembuluh darah

142
osteoklas
6) Tulang rawan tumbuh memanjang digantikan oleh tulang
spons
7) Tulang membentuk rongga sumsum
Urutan proses osifikasi yang benar adalah...
a. 2-1-3-5-4-7-6
b. 2-4-1-3-5-7-6
c. 2-5-7-4-6-1-3
d. 5-2-6-1-7-4-3
e. 5-1-7-2-4-6-3
Menganalisis 6. Manakah pernyataan yang tepat tentang osifikasi D C4
osifikasi (penulangan)?
endokondrium dan a. Osifikasi endokondrium terjadi pada tulang pipih
osifikasi tengkorak
intramembran b. Osifikasi intramembran terjadi pada tulang pipa
c. Pada osifikasi intramembran terjadi penggantian tulang
rawan menjadi tulang keras
d. Osifikasi endokondrium menyebabkan tulang tumbuh
semakin panjang
e. Osifikasi intrakartilago diawali dengan deferensiasi sel-
sel mesenkim
3.5.3. Membedakan Menentukan keadaan 7. Manakah pernyataan yang paling benar tentang tulang E C3
macam-macam tulang rusuk rusuk...
tulang penyusun a. Tulang rusuk sejati berjumlah 3 pasang
rangka manusia b. Tulang rusuk palsu berjumlah 7 pasang
c. Tulang rusuk melayang berjumlah 4 pasang
d. Tulang rusuk sejati tidak melekat pada tulang dada
e. Jumlah total tulang rusuk 24 buah

143
Membedakan tulang 8. Tulang lengan berikut ini yang bentuk dan posisinya mirip E C3
berdasarkan bentuk dengan femur adalah...
dan posisinya a. Radius
b. Ulna
c. Tibia
d. Karpus
e. Humerus
Menyebutkan 9. Tulang yang melekat langsung pada tulang belakang yaitu... A C1
macam-macam a. Tulaang rusuk, tulang sakrum, dan tulang leher
tulang b. Tulang dada, tulang rusuk, dan tulang leher
c. Tulang rusuk, tulang ekor, dan tulang tengkorak
d. Tulang dada, tulang ekor, dan tulang tengkorak
e. Tulang sakrum, tulang ekor, dan tulang tengkorak
Mengidentifikasi- 10. Perhatikan beberapa tulang pada manusia berikut! C C2
kan kelompok- 1) Tengkorak
kelompok tulang 2) Ruas-ruas tulang belakang
3) Tulang hasta
4) Tulang pengumpil
5) Tulang ekor
6) Tulang betis
7) Tulang kering
8) Tulang dada
Kelompok tulang yag termasuk rangka aksial yaitu...
a. 1, 2, 3, dan 4
b. 1, 2, 4, dan 7
c. 1, 2, 5, dan 8
d. 3, 4, 6, dan 7
e. 4, 6, 7, dan 8

144
3.5.4. Membedakan Menghubungkan 11. Rangka apendikuler manusia adalah rangka tangan dan B C5
mcam-macam kaitan antara sendi rangka kaki. Tangan dan kaki masing-masing mempunyai
persendian pada dan tulang dari suatu jari-jari. Namun jari-jari yang digunakan untuk memegang
manusia peristiwa adalah jari tangan. Mengapa demikian?
a. Sendi pada jari-jari pada tangan merupakan sendi engsel
namun pada jari-jari kaki adalah sendi pelana
b. Tipe tulang pipa pada jari-jari tangan lebih panjang
daripada jari-jari kaki
c. Tulang jari tangan mempunyai otot yang lebih mudah
berkontraksi daripada otot jari-jari kaki
d. Elastisitas sendi pada jari-jari tangan lebih tinggi
daripada sendi jari-jari kaki
e. Tipe tulang pendek pada jari-jari tangan lebih panjang
daripada jari-jari
Mengidentifikasi 12. Perhatikan gambar berikut ! B C1
gerak akibat
persendian

Gerakan pada gambar a dan b menunjukkan gerak...


a. Ekstensi dan fleksi
b. Abduksi dan adduksi
c. Depresi dan pronasi
d. Depresi dan elevasi
e. Supinasi dan pronasi

145
Menganalisis sendi 13. Ketika kita berkata “tidak”, biasanya sambil menggelengkan B C4
yang digunakan saat kepala. Sendi yang digunakan untuk melakukan gerakan
melakukan suatu menggelengkan kepala adalah sendi...
gerakan a. peluru
b. putar
c. engsel
d. pelana
e. luncur
3.5.5. Menjelaskan Menjelaskan tentang 14. Manakah pernyataan tentang sifat otot rangka yang paling C C2
struktur dan fungsi sifat otot benar...
otot dalam sistem a. Kontraktilitas, yaitu mampu meregang melebihi panjang
gerak otot semula
b. Tonus, yaitu tidak memiliki ketegangan sedikitpun saat
relaksasi
c. Estabilitas, yitu mampu merespons dengan kuat apabila
ada stimulasi impuls saraf
d. Ekstensibilitas, yaitu dapat kembali ke ukuran semula
setelah berkontraksi
e. Elastisitas, yaitu mampu berkontraksi dan meregang
Mengidentifikasi 15. Penghubung otot dengan tulang adalah... A C1
bagian yang a. Tendon
menghubungkan b. Ligamen
antara otot dengan c. Kartilago hialin
tulang d. Havers
e. Sumsum tulang
Menganalisis kaitan 16. Seorang atlit angkat besi menggunakan kekuatan otot, sendi, B C4
sendi, tulang dan otot dan tulang dalam memenangkan perlombaan. Kaitan antar
tulang, sendi, dan otot bagi atlit tersebut yang paling tepat

146
adalah...
a. Atlit tersebut menggunakan sendi engsel pada lengan,
dan otot bahu
b. Atlit tersebut menggunakan sendi peluru dan kekuatan
otot bahu serta kekuatan sendi engsel pada jari-jari
tangan
c. Atlit tersebut menggunakan otot bisep trisep, otot bahu,
sendi engsel pada lengan dan kekuatan sendi pelana pada
jari-jari tangan
d. Atlit tersebut menggunakan kekuatan sendi pelana pada
lengan, otot bisep trisep, dan otot bahu
e. Atlit tersebut menggunakan kekuatan otot pronator
3.5.6 Menjelaskan Menganalisis bagian 17. Bagian otot yang berkontraksi adalah... B C4
mekanisme kerja otot yang a. Sel-sel otot
otot berkontraksi pada b. Filamen protein
mekanisme otot c. Aktin
d. Miosin
e. asetilkolin
Menghubungkan 18. Dalam mekanisme kerja otot ada bagian-bagian yang bekerja, B C5
kejadian dari yaitu filamen aktin, miosin troponim, dan tropomiosin. Jika
mekanisme kerja otot troponim dihilangkan dari serabut otot, maka...
a. Aktomiosin tidak dapat pecah
b. Konsentrasi kalsium di sitoplasma tidak memicu
terjadinya kontraksi
c. Perubahan kontraksi ion kalsium di sitoplasma tidak
memicu terjadinya kontraksi
d. Kontraksi tetap berjalan normal
e. Pemecahan ATP tidak berlangsung dengan baik

147
Menentukan 19. Perhatikan gambar berikut! C C3
penyebab terjadinya
kelelahan otot ADP ATP

GLUKOSA ...
Jika seseorang banyak melakukan aktivitas maka akan banyak
anggota tubuh yang bergerak. Akibatnya otot akan mengalami
kejang/kram yang mengakibatkan kelelahan. Apakah yang
menyebabkan kelelahan. Apakah yang menyebabkan hal ini
terjadi?
a. Otot sedang berelaksasi
b. Adanya pembentukan kreatin
c. Adanya pembentukan asam laktat
d. Sedang terjadi respirasi sel
e. Adanya pelepasan fosat kreatin
3.5.7. Menganalisis Menganalisis sebab- 20. Seorang terserang polio dapat mengakibatkan kelumpuhan D C4
berbagai penyakit akibat gangguan pada karena mengalami gangguan...
atau gangguan yang otot a. Osteoporosis
terjadi pada sistem b. Stiff
gerak manusia c. Artritis
d. Artofi
e. Dislokasi
Menjelaskan dampak 21. Manakah yang bukan kelainan dari kebiasaan sikap duduk A C2
yang terjadi dari yang salah?
sikap duduk yang a. Selaput tulang rusak
salah b. Perubahan kelengkungan pada daerah punggung batang
tulang belakang
c. Tulang punggung membungkuk ke samping

148
d. Tulang belakang melekuk ke dalam
e. Terjadi bungkuk
Menyebutkan 22. Infeksi oleh bakteri Clostridium tetani dapat menyebabkan D C1
penyakit pada sistem penyakit kejang otot yang disebut....
gerak yang a. Atrofi
disebabkan oleh b. Distrofi
bakteri c. Kram
d. Tetanus
e. Nekrosis

Menjelaskan penyakit 23. Perhatikan gambar berikut ini ! A C2


berdasarkan gambar

Penyakit tulang seperti gambar di atas adalah....


a. Rakitis akibat kekurangan vitamin D
b. Rakitis akibat kekurangan kalsium
c. Artritis akibat kekurangan vitamin D
d. Artritis akibat kekurangan kalsium
e. Osteoporosis akibat kekurangan kalsium

149
3.5.8. Menjelaskan Menjelaskan salah 24. Implan yang dilakukan di bidang kesehatan dalam mengatasi B C2
perkembangan satu teknologi di gangguan pada sistem gerak adalah....
teknologi di bidang bidang kesehatan a. Menyuntikkan asam hialuronat ke celah-celah sendi
kesehatan atau untuk memperbaiki gizi dan pelumasan
kedokteran untuk b. Pemasangan suatu material dari benda kaku seperti
mengatasi titanium pada tulang belakang
kerusakan, c. Menanam tulang rawan pasien dan memindahkan ke
gangguan, dan jaringan yang rusak
kelainan sistem d. Menggunakan beban untuk menahan anggota gerak yang
gerak. mengalami deformitas
e. Menggunakan sinar radioaktif seperti sinar X
Menjelaskan tindakan 25. Tindakan yang sering dilakukan jika anak yang sedang masa E C2
yang dilakukan dalam pertumbuhan mengalami skoliosis kongentalis....
mengatasi skoliosis a. Transplantasi sumsum
kongentalis b. Kemoterapi
c. Pembidaian
d. Radioterapi
e. Memasang penyangga sedini mungkin

150
151

Lampiran 7
INSTRUMEN TES PENELITIAN
Petunjuk :
 Kerjakan soal di bawah ini, pilihlah satu jawaban yang tepat dengan memberikan tanda (x) pada
lembar jawaban!
 Lembar soal tidak diperbolehkan untuk dicoret-coret. Selamat mengerjakan !

1. Perhatikan pernyataan berikut: 4) Bagian tengah tulang mengalami


1) Menyimpan vitamin B1 pengikisan oleh osteoklas
2) Menyimpan energi dalam bentuk lemak 5) Bagian tengah tulang keras terisi
3) Menyimpan garam mineral kalsium pembuluh darah osteoklas
karbonat 6) Tulang rawan tumbuh memanjang
4) Menghasilkan sel-sel imunitas digantikan oleh tulang spons
5) Sebagai alat gerak aktif 7) Tulang membentuk rongga sumsum
Yang merupakan fungsi dari sistem rangka Urutan proses osifikasi yang benar adalah...
(tulang) adalah... a. 2-1-3-5-4-7-6
a. 1, 2, 3 b. 2-4-1-3-5-7-6
b. 1, 2, 5 c. 2-5-7-4-6-1-3
c. 2, 3, 4 d. 5-2-6-1-7-4-3
d. 2, 3, 5 e. 5-1-7-2-4-6-3
e. 3, 4, 5 6. Manakah pernyataan yang tepat tentang
2. Berikut ini merupakan karkateristik tulang osifikasi (penulangan)?
pipih adalah.... a. Osifikasi endokondrium terjadi pada
a. Bentuk silindris bagian tengah berlubang tulang pipih tengkorak
b. Bentuk bulat pendek berisi sumsum b. Osifikasi intramembran terjadi pada
merah tulang pipa
c. Bentuk lempengan berisi sumsum merah c. Pada osifikasi intramembran terjadi
d. Contohnya tulang telapak tangan penggantian tulang rawan menjadi tulang
e. Tempat melekatnya otot lurik dan otot keras
polos d. Osifikasi endokondrium menyebabkan
3. Tulang yang berbentuk pipa terdapat pada tulang tumbuh semakin panjang
tulang... e. Osifikasi intrakartilago diawali dengan
a. Patela dan hasta deferensiasi sel-sel mesenkim
b. Radius dan ulna 7. Manakah pernyataan yang paling benar tentang
c. Karpal dan metakarpal tulang rusuk...
d. Tarsal dan tibia a. Tulang rusuk sejati berjumlah 3 pasang
e. Tarsal dan metatarsal b. Tulang rusuk palsu berjumlah 7 pasang
4. Seorang siswa menemukan sepotong tulang c. Tulang rusuk melayang berjumlah 4
paha kambing. Setelah diamati beberapa saat pasang
maka ia menentukan bahwa tulang kambing d. Tulang rusuk sejati tidak melekat pada
tersebut masih dalam masa pertumbuhan. tulang dada
Penentuan tersebut didasarkan atas e. Jumlah total tulang rusuk 24 buah
pengamatan... 8. Tulang lengan berikut ini yang bentuk dan
a. Struktur epifisis posisinya mirip dengan femur adalah...
b. Keadaan cakra epifisis a. Radius
c. Keadaan tulang secara umum b. Ulna
d. Struktur diafisis c. Tibia
e. Matriks tulang d. Karpus
5. Proses yang tejadi dalam osifikasi: e. Humerus
1) Sel perikondrium berkembang menjadi 9. Tulang yang melekat langsung pada tulang
osteoblast belakang yaitu...
2) Pembuluh darah masuk ke perikondrium a. Tulaang rusuk, tulang sakrum, dan tulang
di tulang bagian diafisis leher
3) Osteoblast memproduksi tulang keras
152

b. Tulang dada, tulang rusuk, dan tulang b. Abduksi dan adduksi


leher c. Depresi dan pronasi
c. Tulang rusuk, tulang ekor, dan tulang d. Depresi dan elevasi
tengkorak e. Supinasi dan pronasi
d. Tulang dada, tulang ekor, dan tulang 13. Ketika kita berkata “tidak”, biasanya sambil
tengkorak menggelengkan kepala. Sendi yang digunakan
e. Tulang sakrum, tulang ekor, dan tulang untuk melakukan gerakan menggelengkan
tengkorak kepala adalah sendi...
10. Perhatikan beberapa tulang pada manusia a. peluru
berikut! b. putar
1) Tengkorak c. engsel
2) Ruas-ruas tulang belakang d. pelana
3) Tulang hasta e. luncur
4) Tulang pengumpil 14. Manakah pernyataan tentang sifat otot rangka
5) Tulang ekor yang paling benar...
6) Tulang betis a. Kontraktilitas, yaitu mampu meregang
7) Tulang kering melebihi panjang otot semula
8) Tulang dada b. Tonus, yaitu tidak memiliki ketegangan
Kelompok tulang yag termasuk rangka aksial sedikitpun saat relaksasi
yaitu... c. Estabilitas, yitu mampu merespons
a. 1, 2, 3, dan 4 dengan kuat apabila ada stimulasi impuls
b. 1, 2, 4, dan 7 saraf
c. 1, 2, 5, dan 8 d. Ekstensibilitas, yaitu dapat kembali ke
d. 3, 4, 6, dan 7 ukuran semula setelah berkontraksi
e. 4, 6, 7, dan 8 e. Elastisitas, yaitu mampu berkontraksi dan
11. Rangka apendikuler manusia adalah rangka meregang
tangan dan rangka kaki. Tangan dan kaki 15. Penghubung otot dengan tulang adalah...
masing-masing mempunyai jari-jari. Namun a. Tendon
jari-jari yang digunakan untuk memegang b. Ligamen
adalah jari tangan. Mengapa demikian? c. Kartilago hialin
a. Sendi pada jari-jari pada tangan d. Havers
merupakan sendi engsel namun pada e. Sumsum tulang
jari-jari kaki adalah sendi pelana 16. Seorang atlit angkat besi menggunakan
b. Tipe tulang pipa pada jari-jari tangan kekuatan otot, sendi, dan tulang dalam
lebih panjang daripada jari-jari kaki memenangkan perlombaan. Kaitan antar
c. Tulang jari tangan mempunyai otot yang tulang, sendi, dan otot bagi atlit tersebut yang
lebih mudah berkontraksi daripada otot paling tepat adalah...
jari-jari kaki a. Atlit tersebut menggunakan sendi engsel
d. Elastisitas sendi pada jari-jari tangan lebih pada lengan, dan otot bahu
tinggi daripada sendi jari-jari kaki b. Atlit tersebut menggunakan sendi peluru
e. Tipe tulang pendek pada jari-jari tangan dan kekuatan otot bahu serta kekuatan
lebih panjang daripada jari-jari sendi engsel pada jari-jari tangan
12. Perhatikan gambar berikut ! c. Atlit tersebut menggunakan otot bisep
trisep, otot bahu, sendi engsel pada lengan
dan kekuatan sendi pelana pada jari-jari
tangan
d. Atlit tersebut menggunakan kekuatan
sendi pelana pada lengan, otot bisep
trisep, dan otot bahu
e. Atlit tersebut menggunakan kekuatan otot
pronator
17. Bagian otot yang berkontraksi adalah...
Gerakan pada gambar a dan b menunjukkan a. Sel-sel otot
gerak... b. Filamen protein
a. Ekstensi dan fleksi c. Aktin
153

d. Miosin 23. Perhatikan gambar berikut ini !


e. Asetilkolin
18. Dalam mekanisme kerja otot ada bagian-
bagian yang bekerja, yaitu filamen aktin,
miosin troponim, dan tropomiosin. Jika
troponim dihilangkan dari serabut otot, maka...
a. Aktomiosin tidak dapat pecah
b. Konsentrasi kalsium di sitoplasma tidak
memicu terjadinya kontraksi
c. Perubahan kontraksi ion kalsium di Penyakit tulang seperti gambar di atas
sitoplasma tidak memicu terjadinya adalah....
kontraksi a. Rakitis akibat kekurangan vitamin D
d. Kontraksi tetap berjalan normal b. Rakitis akibat kekurangan kalsium
e. Pemecahan ATP tidak berlangsung c. Artritis akibat kekurangan vitamin D
dengan baik d. Artritis akibat kekurangan kalsium
19. Perhatikan gambar berikut! e. Osteoporosis akibat kekurangan kalsium
24. Implan yang dilakukan di bidang kesehatan
dalam mengatasi gangguan pada sistem gerak
adalah....
a. Menyuntikkan asam hialuronat ke celah-
celah sendi untuk memperbaiki gizi dan
Jika seseorang banyak melakukan aktivitas
pelumasan
maka akan banyak anggota tubuh yang
b. Pemasangan suatu material dari benda
bergerak. Akibatnya otot akan mengalami
kaku seperti titanium pada tulang
kejang/kram yang mengakibatkan kelelahan.
belakang
Apakah yang menyebabkan kelelahan. Apakah
c. Menanam tulang rawan pasien dan
yang menyebabkan hal ini terjadi?
memindahkan ke jaringan yang rusak
a. Otot sedang berelaksasi
d. Menggunakan beban untuk menahan
b. Adanya pembentukan kreatin
anggota gerak yang mengalami deformitas
c. Adanya pembentukan asam laktat
e. Menggunakan sinar radioaktif seperti
d. Sedang terjadi respirasi sel
sinar X
e. Adanya pelepasan fosat kreatin
25. Tindakan yang sering dilakukan jika anak yang
20. Seorang terserang polio dapat mengakibatkan
sedang masa pertumbuhan mengalami
kelumpuhan karena mengalami gangguan...
skoliosis kongentalis....
a. Osteoporosis
a. Transplantasi sumsum
b. Stiff
b. Kemoterapi
c. Artritis
c. Pembidaian
d. Artofi
d. Radioterapi
e. Dislokasi
e. Memasang penyangga sedini mungkin
21. Manakah yang bukan kelainan dari kebiasaan
sikap duduk yang salah?
a. Selaput tulang rusak
b. Perubahan kelengkungan pada daerah
punggung batang tulang belakang
c. Tulang punggung membungkuk ke
samping
d. Tulang belakang melekuk ke dalam
e. Terjadi bungkuk
22. Infeksi oleh bakteri Clostridium tetani dapat
menyebabkan penyakit kejang otot yang
disebut....
a. Atrofi
b. Distrofi
c. Kram
d. Tetanus
e. Nekrosis
154

Lampiran 8

DESKRIPSI STATISTIK PRETEST


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


Kelas N Percent N Percent N Percent
Pretest Kontrol 35 100.0% 0 0.0% 35 100.0%
Eksperimen 1 36 100.0% 0 0.0% 36 100.0%
Eksperimen 2 34 100.0% 0 0.0% 34 100.0%

Descriptives

Kelas Statistic Std. Error

Pretest Kontrol Mean 40.91 1.789

95% Confidence Interval Lower Bound 37.28


for Mean Upper Bound 44.55

5% Trimmed Mean 40.95

Median 40.00

Variance 112.081

Std. Deviation 10.587

Minimum 16

Maximum 60

Range 44

Interquartile Range 16

Skewness .223 .398

Kurtosis -.266 .778

Eksperimen 1 Mean 38.67 1.594

95% Confidence Interval Lower Bound 35.43


for Mean Upper Bound 41.90

5% Trimmed Mean 38.52

Median 36.00

Variance 91.429

Std. Deviation 9.562

Minimum 20

Maximum 60

Range 40
155

Interquartile Range 12

Skewness .379 .393

Kurtosis -.136 .768

Eksperimen 2 Mean 42.82 1.869

95% Confidence Interval Lower Bound 39.02


for Mean Upper Bound 46.63

5% Trimmed Mean 42.95

Median 44.00

Variance 118.816

Std. Deviation 10.900

Minimum 20

Maximum 60
Range 40

Interquartile Range 20

Skewness -.148 .403

Kurtosis -.929 .788


156

Lampiran 9
DESKRIPSI STATISTIK POSTTEST

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Kelas N Percent N Percent N Percent

Posttest Kontrol 35 100.0% 0 0.0% 35 100.0%

Eksperimen 1 35 100.0% 0 0.0% 35 100.0%

Eksperimen 2 35 100.0% 0 0.0% 35 100.0%

Descriptives

Kelas Statistic Std. Error

Posttest Kontrol Mean 67.89 1.489

95% Confidence Interval Lower Bound 64.86


for Mean Upper Bound 70.91

5% Trimmed Mean 68.10

Median 68.00

Variance 77.634

Std. Deviation 8.811

Minimum 48

Maximum 84

Range 36

Interquartile Range 12

Skewness -.434 .398

Kurtosis -.328 .778

Eksperimen 1 Mean 76.11 1.367

95% Confidence Interval Lower Bound 73.34


for Mean Upper Bound 78.89

5% Trimmed Mean 76.48

Median 76.00

Variance 65.398

Std. Deviation 8.087

Minimum 56

Maximum 88
157

Range 32

Interquartile Range 12

Skewness -.494 .398

Kurtosis -.089 .778

Eksperimen 2 Mean 71.89 1.286

95% Confidence Interval Lower Bound 69.27


for Mean Upper Bound 74.50

5% Trimmed Mean 72.10

Median 72.00

Variance 57.869

Std. Deviation 7.607

Minimum 56
Maximum 84

Range 28

Interquartile Range 8

Skewness -.419 .398

Kurtosis -.183 .778


158

Lampiran 10
DESKRIPSI STATISTIK RETEST

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Kelas N Percent N Percent N Percent

Nilai Retest Kontrol 34 100.0% 0 0.0% 34 100.0%

Eksperimen 1 35 100.0% 0 0.0% 35 100.0%

Eksperimen 2 35 100.0% 0 0.0% 35 100.0%

Descriptives

Kelas Statistic Std. Error

Nilai Retest Kontrol Mean 64.82 1.527

95% Confidence Interval Lower Bound 61.72


for Mean Upper Bound 67.93

5% Trimmed Mean 65.14

Median 66.00

Variance 79.301

Std. Deviation 8.905

Minimum 44

Maximum 80

Range 36

Interquartile Range 12

Skewness -.573 .403

Kurtosis .200 .788

Eksperimen 1 Mean 75.54 1.501

95% Confidence Interval Lower Bound 72.49


for Mean Upper Bound 78.59

5% Trimmed Mean 75.81

Median 76.00

Variance 78.844

Std. Deviation 8.879

Minimum 56

Maximum 92
159

Range 36

Interquartile Range 8

Skewness -.498 .398

Kurtosis .050 .778

Eksperimen 2 Mean 69.03 1.152

95% Confidence Interval Lower Bound 66.69


for Mean Upper Bound 71.37

5% Trimmed Mean 69.14

Median 68.00

Variance 46.440

Std. Deviation 6.815

Minimum 56
Maximum 80

Range 24

Interquartile Range 12

Skewness -.314 .398

Kurtosis -.565 .778


160

Lampiran 11
DESKRIPSI RETENSI KELAS KONTROL (XI MIA 3)
NO NAMA PRETEST POSTTEST RETEST SKOR (%)
1 Ahmad Farhan 36 52
2 Ardhino 28 60 60 100
3 Ariq Ichsan 32 68 64 94.18
4 Asrofi Yuda 40 72 68 94.44
5 Auggie Attalah 52 48 44 91.67
6 Aulia Zikry 16 76 72 94.74
7 Daffa Nadhira 56 64 64 100
8 Dea Resti 32 80 72 90
9 Dian Sri Rezeki 56 68 64 94.12
10 Dinah Aqilah 40 84 80 95.24
11 Ferhani Fatimah 60 64 64 100
12 Fitriyah Arifah 36 76 76 100
13 Hamdan Akbar 60 68 68 100
14 Irene Dina 32 72 68 94.44
15 Ivan Favian 44 56 56 100
16 Joshua Richardo 40 68 68 100
17 Khansa Nadhifa 40 68 68 100
18 Marsya Alifia 40 64 56 87.5
19 Maulana Rizky 32 72 60 83.33
20 Mohamad Tri 36 60 56 93.33
21 Muhammad Anfasha 32 52 52 100
22 Muhammad Fajar 28 68 60 88.24
23 Muhammad Icksan 32 72 68 94.44
24 Muhammad Raihan 44 80 80 100
25 Nanda Putri 60 76 72 94.74
26 Nazala Putri 48 68 72 105.89
27 Putri Ajeng 32 72 64 88.89
28 Rihan Nur 44 76 72 94.74
29 Rara Fathiina 44 76 76 100
30 Ratuziqra 56 64 60 93.75
31 Riffat Dzahabi 32 80 72 90
32 Rizka Rifki 52 72 68 94.44
33 Romi Ramadhan 44 56 52 92.86
34 Tri Handoyo 40 68 64 94.12
35 Wasis Apriliyya 36 56 44 78.58
Rata-Rata 40.91 67.89 64.82 94.81
161

Lampiran 12
DESKRIPSI RETENSI KELAS EKSPERIMEN 1 (XI MIA 2)
NO NAMA PRETEST POSTTEST RETEST SKOR (%)
1 Adielia Faradhita 32 72 72 100
2 Agra Abdul 28 60 56 93.33
3 Akbar L. D 40 80 76 95
4 Almyra Luna 48 84 84 100
5 Alvira Zaharani 56 80 80 100
6 Ardhana Setyadi 36 72 72 100
7 Ardy Akbar 20 64 68 106.25
8 Armanio Baskara 48 84 84 100
9 Aulia Nadia 40 80 80 100
10 Aulia Rahmah 32 88
11 Balqish Slomonova 56 72 72 100
12 Bryant Daniel 36 76 76 100
13 Daffa Azalia 40 80 80 100
14 Dimas Africo 36 84 80 95.24
15 Elfira Maulita 36 60
16 Fadyadini 24 68 68 100
17 Farah Wirnawati 44 76 76 100
18 Farhan Tiarrafi 48 84 84 100
19 Farrel Ferdian 28 64 60 93.75
20 Fitri Damayanti 60 88 88 100
21 Gruzky Ellianoor 32 72 72 100
22 Irfan Fadhil M 24 68 68 100
23 Ivan Chairulsyah 32 72 76 105.56
24 Karisha Ainira 40 76 72 94.74
25 Khaerunnisa Ismi 56 84 84 100
26 Maxi Milian 36 76 88 115.79
27 Mitha Rachma Putri 48 88 92 104.55
28 Novia Aprisha 36 72 76 105.56
29 Nur Anisa Fitri 36 80 80 100
30 Reyhan 32 68 68 100
31 Rifqi Fauzia 44 80 80 100
32 Rizky Geofanni 44 76 76 100
33 Sekar Ramadani 40 76 76 100
34 Tasya Nur Aulia 36 76 76 100
35 Wafi Wira Yuwana 40 88 88 100
36 Zaldi Maisano 28 56 56 100
Rata-rata 38.67 76.11 75.54 100.29
162

Lampiran 13
DESKRIPSI RETENSI KELAS EKSPERIMEN 2 (XI MIA 1)
NO NAMA PRETEST POSTTEST RETEST SKOR (%)
1 Adristi Fauziah 48 72 68 94.44
2 Aidina Luthfia 32 56 56 100
3 Aisyah Vasti 52 80 72 90
4 Aldo Ferdiansyah 32 64 68 106.25
5 Amelia H. Putri 48 72 72 100
6 Anggi D. Andini 56 76 68 89.47
7 Cindy Yurika 60 80 76 95
8 Daffa Darmawan 60 84 80 95.24
9 Danu Danardi 28 68 68 100
10 Drissana Inayah 56 84
11 Evita Ayurani 28 68 64 94.12
12 Farrell Anandra 20 56 56 100
13 Frieda Fachiyah 32 64 64 100
14 Ghifari Sofyan 32 64 64 100
15 Ghina Mahasin 44 72 72 100
16 Hauzan Rafif 52 76 72 94.74
17 Imam Mulhaq 52 80 76 95
18 Indiera Lievea 36 68 60 88.24
19 Ja’far Tsabit 60 84 80 95.24
20 Karima Az’Zahra 44 72 68 94.44
21 M. Rafi Rahardian 28 56 60 107.14
22 Nabela D. T. 48 80 76 95
23 Nabila Azzahra 32 68 68 100
24 Nadya Octaviani 40 72 68 94.44
25 Nisyanti Yahya 44 76 76 100
26 Novita Putri 44 76 72 94.74
27 Pangestu Tri R 40 72 76 105.56
28 Pedro Leonardo 52 60
29 Putra Athallah 28 64 56 87.5
30 Rafi Rahadian 48 76 72 94.74
31 Ridho Musyaffa 40 72 72 100
32 Rifqi Farhan 68 64 94.12
33 Rizky Raditya 40 68 68 100
34 Sheila Shafa 44 76 80 105.26
35 Sheren Agistha 72 68 94.44
36 Syeni Syahraeni 56 80 76 95
Rata-rata 42.82 71.89 69.03 97.06
163

Lampiran 14
UJI NORMALITAS PRETEST
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest Kontrol .134 35 .111 .942 35 .063
Eksperimen 1 .139 36 .076 .964 36 .279
Eksperimen 2 .134 34 .129 .954 34 .164
a. Lilliefors Significance Correction
Histogram
164

Normal Q-Q Plots Detrended Normal Q-Q Plots


165

Lampiran 15
UJI NORMALITAS POSTTEST
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Posttest Kontrol .162 35 .020 .960 35 .226
Eksperimen 1 .123 35
*
.200 .953 35 .143
Eksperimen 2 .135 35 .110 .944 35 .074
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
166

Normal Q-Q Plots Detrended Normal Q-Q Plots


167

Lampiran 16
UJI NORMALITAS RETEST
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Retest Kontrol .140 34 .091 .953 34 .154
Eksperimen 1 .149 35 .047 .953 35 .141
Eksperimen 2 .154 35 .034 .943 35 .067
a. Lilliefors Significance Correction
168

Normal Q-Q Plots Detrended Normal Q-Q Plots


169

Lampiran 17
UJI HOMOGENITAS PRETEST, POSTTEST, DAN RETEST

Pretest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.634 2 102 .533
Kesimpulan : Probabilitas (0,533) > 0,05, sehingga Ho diterima yaitu data
pretest memiliki variansi homogen.

Posttest
Levene Statistic df1 df2 Sig.

.288 2 102 .751


Kesimpulan : Probabilitas (0,751) > 0,05, sehingga Ho diterima yaitu data
posttest memiliki variansi homogen.

Retest
Levene Statistic df1 df2 Sig.

.874 2 101 .420


Kesimpulan : Probabilitas (0,420) > 0,05, sehingga Ho diterima yaitu data retest
memiliki variansi homogen.
170

Lampiran 18
UJI HIPOTESIS PRETEST

ANOVA
Pretest
Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 303.364 2 151.682 1.415 .248


Within Groups 10931.684 102 107.173
Total 11235.048 104

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons
Dependent Variable: Pretest
LSD

Mean 95% Confidence Interval

Difference Upper
(I) Kelas (J) Kelas (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Bound

Kontrol Eksperimen 1 2.248 2.457 .363 -2.63 7.12

Eksperimen 2 -1.909 2.493 .446 -6.85 3.04

Eksperimen 1 Kontrol -2.248 2.457 .363 -7.12 2.63


Eksperimen 2 -4.157 2.476 .096 -9.07 .75
Eksperimen 2 Kontrol 1.909 2.493 .446 -3.04 6.85

Eksperimen 1 4.157 2.476 .096 -.75 9.07

Kesimpulan : Nilai probabilitas > 0,05 sehingga Ho diterima yang berarti


bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata nilai
pretest.
171

Lampiran 19
UJI HIPOTESIS POSTTEST

ANOVA
Posttest

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1185.219 2 592.610 8.849 .000


Within Groups 6830.629 102 66.967
Total 8015.848 104

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons
Dependent Variable: Posttest
LSD

Mean 95% Confidence Interval

Difference Std. Lower Upper


(I) Kelas (J) Kelas (I-J) Error Sig. Bound Bound
*
Kontrol Eksperimen 1 -8.229 1.956 .000 -12.11 -4.35
*
Eksperimen 2 -4.000 1.956 .043 -7.88 -.12
*
Eksperimen 1 Kontrol 8.229 1.956 .000 4.35 12.11
*
Eksperimen 2 4.229 1.956 .033 .35 8.11
*
Eksperimen 2 Kontrol 4.000 1.956 .043 .12 7.88
*
Eksperimen 1 -4.229 1.956 .033 -8.11 -.35

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan : Nilai probabilitas < 0,05 sehingga Ho ditolak yang berarti bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata nilai posttest.
172

Lampiran 20
UJI HIPOTESIS RETEST

ANOVA
Nilai Retest

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2016.940 2 1008.470 14.812 .000


Within Groups 6876.598 101 68.085
Total 8893.538 103

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons
Dependent Variable: Nilai Retest
LSD

Mean 95% Confidence Interval


Difference
(I) Kelas (J) Kelas (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
Kontrol Eksperimen 1 -10.719 1.987 .000 -14.66 -6.78
*
Eksperimen 2 -4.205 1.987 .037 -8.15 -.26
*
Eksperimen 1 Kontrol 10.719 1.987 .000 6.78 14.66
*
Eksperimen 2 6.514 1.972 .001 2.60 10.43
*
Eksperimen 2 Kontrol 4.205 1.987 .037 .26 8.15
*
Eksperimen 1 -6.514 1.972 .001 -10.43 -2.60

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan : Nilai probabilitas < 0,05 sehingga Ho ditolak yang berarti bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata nilai retest.
173

Lampiran 21
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191

Lampiran 22
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203

Lampiran 23
PETA KONSEP ACUAN

Pertemuan 1 (Tulang)
Pertemuan ke 2 (sendi dan otot)
204
Pertemuan 3 (Gangguan dan penyakit)
205
206

Lampiran 24
REKAPITULASI SKORING PETA KONSEP
Kelas Eksperimen 1 (XI MIA 2)

Skor yang diperoleh pada pokok bahasan


Kelompok
Tulang Persendian dan Otot Gangguan dan Penyakit
1 70 54 87
2 76 60 86
3 66 42 67
4 70 50 76
5 78 45 78
6 56 53 82
Rata-rata 68.5 50.67 79.33
Skor Peta
97 67 108
Konsep Acuan
Persentase 70.61% 75.62% 73.46%

Kelas Eksperimen 2 (XI MIA 1)

Skor yang diperoleh pada pokok bahasan


Kelompok
Tulang Persendian dan Otot Gangguan dan Penyakit
1 78 53 82
2 57 40 69
3 66 43 78
4 74 54 74
5 70 60 88
6 72 41 82
Rata-rata 71.65 48.50 78.83
Skor Peta
97 67 108
Konsep Acuan
Persentase 71.65% 72.39% 72.99%
207

Lampiran 25
PETA KONSEP PESERTA DIDIK
208
209
210

Lampiran 26
HASIL PENILAIAN TEKA-TEKI SILANG
Kelas Eksperimen 1 (XI MIA 2)

Nilai yang diperoleh pada pokok bahasan


Kelompok
Tulang Persendian dan Otot Gangguan dan Penyakit
1 100 100 100
2 100 100 100
3 100 100 100
4 100 100 100
5 100 100 100
6 100 100 100
Rata-rata 100 100 100
211

Lampiran 27
PEDOMAN WAWANCARA GURU BIOLOGI

Nama Sekolah : SMAN 29 Jakarta


Nama Guru Biologi : Susi Kristantina, S.Pd
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 2 Februari 2016
Pertanyaan Informasi yang diperoleh
1. Apa pendapat Ibu mengenai Daya ingat sangat penting bagi peserta
sebuah daya ingat dalam didik karena dengan daya ingat mereka
pembelajaran? bisa menghubungkan suatu konsep-
konsep yang saling berhubungan.

2. Apakah Ibu pernah menilai Tidak, lebih sering melihat hasil belajar
daya ingat atau mengadakan saja saat ulangan dan nilai tugas-tugas.
Retest kepada peserta didik
selama ini?
3. Apakah Ibu puas dengan Belum, karena masih banyak peserta
hasil belajar peserta didik didik yang harus di remedial nilai
selama pembelajaran? ulangannya

4. Berapa jumlah peserta didik Kadang hampir setengah dari 36 orang


yang lulus KKM dalam satu yang harus di remedial
kelas?

5. Bagaimana cara Ibu guru Beragam, biasanya saya menggunakan


dalam menggunakan proses presentasi dulu kemudia peserta didik
pembelajaran? mereka berdiskusi, sering juga peserta
didik yang presentasi di kelas dengan
membuat makalah kemudian ppt,
demonstrasi pakai alat peraga.
6. Apakah ibu sering Lumayan, biasanya kalo saya tidak bisa
menggunakan teknik mengajar dan ada keperluan saya
merangkum dalam meminta peserta didik untuk merangkum.
pembelajaran?
7. Apakah Ibu pernah meminta Pernah, tapi kebanyakan mereka
peserta didik untuk membuat membuatnya seperti peta pikiran.
peta konsep?
212

8. Apakah Ibu pernah Tidak, paling diskusi kelompok,


memadukan atau menggunakan kemudian saya memberikan pertanyaan.
strategi lain setelah peserta
didik membuat peta konsep?
9. Apa yang biasa Ibu guru Saya minta mereka mempresentasikan
lakukan setelah peserta didik depan kelas saja. Kemudia saya
membuat peta konsep? menjelaskan lebih detail.

10. Apakah Ibu pernah Pernah, hanya pada beberapa materi saja.
menggunakan LKS (Lembar Lebih sering ketika praktikum.
Kerja Siswa) pada saat
pembelajaran?
11. Bagaimana jenis/ Biasanya peserta didik diminta untuk
pertanyaan pada LKS yang Ibu melengkapi keterangan pada gambar,
buat? kemudian menjawab pertanyaan diskusi.
12. Apakah Ibu pernah Tidak pernah
menggunakan LKS berupa
Teka-Teki Silang dalam
pembelajaran?

Narasumber,
213

Lampiran 28
214
215
216
217
218
219

Lampiran 29
220

Lampiran 30

Anda mungkin juga menyukai