SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Annisaa Meyrizka Kusumo Putri
NIM 1112016100011
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M. Pd., selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi
dan selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Ibu Yuke Mardiati, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyusun skripsi ini.
5. Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Depok yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam pembuatan skripsi ini.
6. Ibu Sugi selaku guru mata pelajaran biologi SMA Negeri 5 Depok
7. Seluruh guru, karyawan dan peserta didik SMA Negeri 5 Depok yang
memberikan banyak pengalaman selama penulis menjalankan penelitian.
8. Paling teristimewa untuk kedua orang tuaku Ayahanda Suryo Kusumo dan
Ibunda Mey Mey Hs yang tiada hentinya memberikan kasih sayang, selalu
mendo’akan, selalu menjadi motivasi, dan inspirasi serta memberikan banyak
dukungan moril dan materil kepada penulis. Adik-adikku tersayang
Muhammad Dimas dan Baby Laila yang selalu menjadi penyemangat dan
selalu memberikan do’a kepada penulis.
9. Paling teristimewa untuk sepupuku Yurika Endah Aprilianti yang selalu
menjadi penyemangat untuk penulis dalam pembuatan skripsi ini.
10. Sahabat seperjuangan squad literasi sains Nurlaela Jamil dan Rahmawati,
sahabat-sahabat seperjuangan di bangku perkuliahan Nuzli, Alfie, Ade,
Dhuhana, Shinta, Lala, Shaila, Hana, Yogi, Irfan dan seluruh teman-teman
pendidikan biologi angkatan 2012 yang selalu memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 6
D. Perumusan Masalah ................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
ix
4. Tinjauan Materi ................................................................. 23
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 24
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 25
D. Hipotesis Penelitian ................................................................ 27
x
B. Saran ........................................................................................ 77
xi
DAFTAR TABEL
xii
Kelas Kontrol ............................................................ 51
Tabel 4.13 : Data Observasi Kegiatan Guru Kelas Eksperimen .. 53
Tabel 4.14 : Data Observasi Kegiatan Guru Kelas Kontrol ......... 53
Tabel 4.15 : Data Observasi Kegiatan Peserta Didik
Kelas Eksperimen .................................................... 54
Tabel 4.16 : Data Observasi Kegiatan Peserta Didik
Kelas Kontrol ............................................................ 55
Tabel 4.17 : Uji Normalitas Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................... 56
Tabel 4.18 : Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen dan Kontrol ................................ 56
Tabel 4.19 : Hasil Uji-t Pretest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol .................................................... 57
Tabel 4.20 : Hasil Uji-t Pretest Tingkat Kognitif
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................... 58
Tabel 4.21 : Hasil Uji-t Pretest Aspek Konten Kemampuan
Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 59
Tabel 4.22 : Hasil Uji-t Pretest Aspek Kompetensi Kemampuan
Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 60
Tabel 4.23 : Hasil Uji-t Pretest Aspek Konteks Kemampuan Literasi
Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............. 61
Tabel 4.24 : Hasil Uji-t Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ..................................................... 62
Tabel 4.25 : Hasil Uji-t Posttest Tingkat Kognitif Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ..................................................... 62
Tabel 4.26 : Hasil Uji-t Posttest Aspek Konten Kemampuan
Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 63
Tabel 4.27 : Hasil Uji-t Posttest Aspek Kompetensi Kemampuan
Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 64
Tabel 4.28 : Hasil Uji-t Posttest Aspek Konteks Kemampuan
Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 65
xiii
Tabel 4.29 : Hasil Uji-t Posttest Aspek Sikap Kemampuan
Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 66
Tabel 4.30 : Hasil Nilai N-Gain Literasi Sains Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol .................................................... 66
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
Lampiran 24 : Penghitungan Uji Normalitas Posttest
Kelas Eksperimen .................................................... 270
Lampiran 25 : Penghitungan Uji Normalitas Posttest
Kelas Kontrol ............................................................ 271
Lampiran 26 : Penghitungan Uji Homogenitas Pretest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................... 272
Lampiran 27 : Penghitungan Uji Homogenitas Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................... 273
Lampiran 28 : Penghitungan N-Gain Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ........................................................... 274
Lampiran 29 : Penghitungan Angket Tanggapan Peserta Didik
Terhadap Model Pembelajaran Kelas Eksperimen .. 277
Lampiran 30 : Penghitungan Angket Tanggapan Peserta Didik
Terhadap Model Pembelajaran Kelas Kontrol ......... 279
Lampiran 31 : Uji Hipotesis Data Pretest dan Posttest ................... 281
Lampiran 32 : Uji Hipotesis Data Pretest dan Posttest
Tingkat Kognitif ....................................................... 285
Lampiran 33 : Uji Hipotesis Data Pretest dan Posttest
Aspek Konten ............................................................. 301
Lampiran 34 : Uji Hipotesis Data Pretest dan Posttest
Aspek Kompetensi ..................................................... 317
Lampiran 35 : Uji Hipotesis Data Pretest dan Posttest
Aspek Konteks ........................................................... 329
Lampiran 36 : Uji Hipotesis Aspek Sikap ....................................... 341
Lampiran 37 : Daftar Nilai Tingkat Kognitif (Pretest dan Posttest)
Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kontrol ............ 347
Lampiran 38 : Daftar Nilai Aspek Konten (Pretest dan Posttest)
Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kontrol ............ 352
Lampiran 39 : Daftar Nilai Aspek Kompetensi (Pretest dan Posttest)
Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kontrol ............ 357
Lampiran 40 : Daftar Nilai Aspek Konteks (Pretest dan Posttest)
xvii
Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kontrol ......... 362
Lampiran 41 : Daftar Nilai Aspek Sikap Peserta Didik
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................... 367
Lampiran 42 : Lembar Observasi Kegiatan Guru dan Peserta Didik
Kelas Eksperimen .................................................... 370
Lampiran 43 : Lembar Observasi Kegiatan Guru dan Peserta Didik
Kelas Kontrol ........................................................... 394
Lampiran 44 : Daftar Nilai Argumentasi Individu dan Kelompok
Peserta Didik Kelas Eksperimen .............................. 402
Lampiran 45 : Dokumentasi Kegiatan Penelitian ............................ 404
Lampiran 46 : Lembar Uji Referensi .............................................. 405
Lampiran 47 : Surat Permohonan Izin Penelitian ........................... 413
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran IPA, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2009 ) h. 46.
2
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), PISA 2015 Draft
Science Framework, 2013. h. 13-14
3
Uus Toharudin, et.al., Membangun Literasi Sains Peserta Didik, (Bandung: Humaniora,
2011), h.6.
1
2
4
Uus Toharudin, et.al., op. cit., h.14.
5
Lee R. Jones, et. al., TIMSS 2015 Science Framework. (Chestnutt Hill: TIMSS &
PIRLS International Study Center, 2015), h. 32
6
Uus Toharudin, et.al., op.cit., h. 7.
7
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), “PISA 2012
Result: what Student Know and Can do : Student Performance in Mathematics, Reading and
Science (Volume 1) [Revised edition February 2014] ”, (2014), h. 232.
3
Peringkat dan rata-rata skor Indonesia tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil tes
dan survey PISA terdahulu pada tahun 2012 yang juga berada pada kelompok
penguasaan materi yang rendah.8
Pembelajaran biologi di SMA Negeri 5 Depok berdasarkan observasi dan
wawancara yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sekolah sudah
menggunakan kurikulum 2013. Metode dan model pembelajaran yang digunakan
juga sudah bervariasi sesuai dengan ketentuan kurikulum 2013, namun
pembelajaran biologi yang telah dilakukan selama ini kurang melibatkan
argumentasi ilmiah kebanyakan argumen yang disampaikan oleh peserta didik
tidak didukung oleh fakta yang relevan dan teori yang akurat. Peserta didik
kurang diarahkan untuk membangun dan mendukung pengetahuan melalui
argumen. Hal ini menunjukkan bahwa guru kurang memberdayakan kemampuan
argumentasi dalam pembelajarannya karena merasa tidak mampu merancang
pembelajaran karena keterbatasan waktu.
Hasil observasi juga menunjukkan pembelajaran biologi yang dilaksanakan
cenderung menekankan pengetahuan karena masih banyak peserta didik yang
beranggapan bahwa capaian nilai tinggi adalah hal yang paling utama. Anggapan
tersebut menjadi bukti bahwa banyak peserta didik yang belum mengaplikasikan
konsep-konsep yang telah dipelajari di sekolah dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan literasi sains di SMA Negeri 5 Depok mulai diajarkan dengan cara
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca referensi dan buku
bacaan terkait dengan materi yang dipelajari, namun kemampuan literasi sains di
SMA Negeri 5 Depok belum diketahui bagaimana ketercapaiannya berdasarkan
empat aspek PISA.
Kelemahan-kelemahan yang dijelaskan di atas sudah terlihat dampaknya pada
pencapaian literasi sains, Indonesia masih berada dalam urutan yang masih
terbilang rendah, karena pembelajaran IPA khususnya biologi di Indonesia hanya
menekankan pada aspek konten (isi atau pengetahuan) saja, sedangkan aspek
kompetensi (proses), dan aspek konteks kurang diperhatikan. Oleh karena itu,
8
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), “PISA 2015 PISA
Result in Focus ”, (2015), h. 14
4
9
Meizuvan Khoirul Arief, Penerapan Levels of Inquiry Pada Pembelajaran IPA Tema
Pemanasan Global untuk Meningkatkan Literasi Sains, (Bandung: Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Pengajaran, Vol. 2 No.2, Program Studi Pendidikan IPA SPS Universitas Pendidikan Indonesia,
2015), hal. 168
10
Creech, J & Hale, G, Literacy in Science: A Natural Fit Promoting Student Literacy
through Inquiry. E-newsletter of NSTA [Online]. Tersedia: http://www.nsta.org. Diakses pada
tanggal 1 Mei 2016 Pukul. 13:00
11
Sibel Erduran, et. al., Learning to Teach Argumentation: Case Studies of Pre Service
Secondary Science Teachers Vol.2 No.2, (Turkey: Eurasia Journal of Mathematics, Science and
Technology Education, 2006), h. 1
12
Riezky Maya Probosari, Murni Ramli, Harlita, Meti Indrowati, Sajidan., Profil
Keterampilan Argumentasi Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNS pada Mata Kuliah
Anatomi Tumbuhan, Vol. 9 No.1 (Surakarta: Jurnal Bioedukasi FKIP Universitas Sebelas Maret,
2016), h. 29
5
13
Ibid., h. 29
14
The Programme for International Student Assesment (PISA), (OECD : 2007), h. 12.
15
Riezky Maya Probosari, Murni Ramli, Harlita, Meti Indrowati, Sajidan., loc. cit., h.29
16
Jiménez-Aleixandre, M.P., & Erduran, S. Argumentation in Science Education: An
Overview. In Erduran, S. & Jiménez-Aleixandre, M.P.(Eds). (Netherlands: Springer Research,
2007) h. 3
17
Neni Hasnunidah, Pembelajaran Biologi Dengan Strategi Argument Driven Inquiry dan
Keterampilan Argumentasi Peserta Didik, (Bandar Lampung: Jurnal Pendidikan Biologi FKIP
UNS, 2015), h. 4-5
6
Oleh karena itu, sudah seharusnya biologi diajarkan dengan pendekatan yang
mirip dengan yang dialami oleh para peneliti atau ilmuwan ketika
mengembangkan pengetahuan. Termasuk ketika para ilmuwan mempertahankan
teori dan penjelasan-penjelasannya dengan mengajukan bukti-bukti dan argumen-
argumen. Pembelajaran biologi melalui strategi Argument Driven Inquiry (ADI)
diperlukan untuk mengembangkan keterampilan argumentasi. 18 Melalui strategi
ini, biologi diajarkan dengan pendekatan yang mirip seperti yang dialami oleh
para peneliti atau ilmuwan ketika membangun pengetahuan melalui kajian
fenomena alam, kemudian melakukan interpretasi terhadap hasil penelitian dan
selanjutnya mengkomunikasikan hasilnya untuk dikritik, diperdebatkan dan
direvisi.19 Model pembelajaran ADI terbukti dapat membuat peserta didik
mengembangkan keterampilan argumentasinya, oleh karena itu peneliti berharap
pembelajaran biologi yang didesain menggunakan strategi Argument Driven
Inquiry (ADI), juga dapat memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan
keterampilan literasi sainsnya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu
untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran Argument
Driven Inquiry terhadap kemampuan literasi sains peserta didik.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini meliputi:
1) Rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik berdasarkan hasil
PISA.
2) Kemampuan literasi sains peserta didik di Indonesia khususnya di SMA
Negeri 5 Depok belum diketahui ketercapaiannya berdasarkan empat
aspek PISA.
3) Pembelajaran IPA khususnya biologi masih menekankan aspek konten
(pengetahuan atau isi), karena dianggap menjadi hal yang paling utama
dalam pembelajaran.
4) Kurangnya pengembangan kemampuan literasi sains peserta didik pada
saat pembelajaran biologi.
18
Ibid., h.1.
19
Neni Hasnunidah, loc. cit., h.1
7
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1) Penelitian dilakukan di salah satu sekolah negeri yaitu SMA Negeri 5 Kota
Depok kelas X semester 2 tahun ajaran 2016/2017.
2) Kemampuan literasi sains yang dimaksud adalah kemampuan yang
terangkum di dalam empat aspek yang digunakan PISA dalam melakukan
penilaian literasi sains, yaitu aspek konten (pengetahuan atau isi),
kompetensi (proses), sikap dan aspek konteks.
3) Model pembelajaran Inquiry yang dimaksud adalah model Argument
Driven Inquiry.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Apakah model
pembelajaran Argument Driven Inquiry dapat mempengaruhi kemampuan literasi
sains peserta didik?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan
pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) terhadap kemampuan literasi sains
peserta didik.
8
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain:
1) Bagi peserta didik, sebagai sarana untuk mengeksplor kemampuan ber-
inquiry dalam memahami fenomena alam dan meningkatkan kesadaran
terhadap lingkungan sekitar.
2) Bagi guru, dapat dijadikan alternatif model pembelajaran pembelajaran
berbasis inquiry di kelas pada saat ketika sedang mengajar terutama
penerapan model pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) guna
meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik.
3) Bagi sekolah, model pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) dapat
digunakan oleh pihak sekolah sebagai model alternatif untuk
mengembangkan kemampuan literasi sains peserta didik.
4) Bagi para peneliti, dapat dijadikan bekal pengetahuan tentang model
pembelajaran Argument Drive Inquiry dalam meningkatkan kemampuan
literasi sains peserta didik.
5) Bagi dinas pendidikan, dapat dijadikan referensi keilmuan terhadap
penelitian-penelitian yang berkaitan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Inkuiri
a. Pengertian Pembelajaran Inkuiri
Kata inkuiri berasal dari bahasa Inggris, Inquiry yang berarti penyelidikan;
pertanyaan; pemeriksaan; permintaan keterangan. Dalam pembelajaran ini, peserta
didik mencari dan menemukan sendiri sebuah jawaban dari suatu permasalahan
melalui pertanyaan dan pemeriksaan. Inkuiri merupakan suatu proses bagi peserta
didik untuk memecahkan masalah, merencanakan dan melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. 1
Strategi pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan. 2
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus
selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi
yang diajarkannya.3
1
Nuryani Y. Rustaman, “Perkembangan Penelitian Pembelajaran Inkuiri dalam
Pendidikan Sains” diambil dari
file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979032
Nuryanirustaman/PenPemInkuiri.pdf. Diakses tanggal 1 Mei 2016 pukul 17:30, h.13
2
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008), h. 196
3
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif KTSP, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), Cet. Ke-6, h. 114
8
9
4
Neni Hasnunidah, Pembelajaran Biologi Dengan Strategi Argument Driven Inquiry dan
Keterampilan Argumentasi Peserta Didik, (Bandar Lampung: Jurnal Pendidikan Biologi FKIP
UNS, 2015), h. 8-9
5
Ibid., h. 9.
10
6
Ibid., h. 9-10.
7
Sampson, et al., Argument Driven Inquiry in Biology. (United States of America: NSTA
Press, 2014), h.3-4
11
8
Ibid., h. 3-14
12
yang telah dibuat secara individu maupun kelompok. Peserta didik merancang
penyelidikan untuk mengumpulkan data yang akan menguatkan alasan dan
mengembangkan argumen yang telah dibuat. Hasil penyelidikan merupakan suatu
data atau fakta yang telah didapatkan dari sebuah penyelidikan hal ini dapat
mendukung argumen dan alasan terhadap permasalahan.
f) Pembuatan Laporan Penyelidikan
Tahap selanjutnya yaitu sintaks keenam adalah tahap pembuatan laporan
penyelidikan (laporan praktikum). Pada tahap ini setiap kelompok tetap
mengumpulkan laporan penyelidikan secara kasar artinya, laporan penyelidikan
yang sifatnya sementara yang di dalamnya hanya berisi tujuan penyelidikan,
metode yang digunakan selama penyelidikan dan hasil penyelidikan yang telah
dilakukan.
g) Peer Review Double Blind
Review laporan dilakukan secara berpasangan dengan kelompok seperti
kelompok 1 dan 2, kelompok 3 dan 4, dan kelompok seterusnya sampai kelompok
7 dan kelompok 8. Lembar review merupakan rubrik penilaian argumentasi dan
laporan praktikum yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas laporan
penyelidikan dan argumentasi secara kelompok. Langkah ini memberi ruang
kepada peserta didik untuk memberikan umpan balik kepada kelompok lainnya.
Langkah pembelajaran ini mengenalkan peserta didik tentang umpan balik edukatif
dan membantu menjadi lebih metakognitif saat peserta didik dalam kelompoknya
bekerja. Dengan demikian, diharapkan tercipta sebuah komunitas pelajar yang
menghargai bukti dan pemikiran kritis di dalam kelas, menciptakan lingkungan
belajar dimana peserta didik diharapkan saling bertanggung jawab, dan
memberikan peserta didik kesempatan untuk melihat contoh-contoh argumen
ilmiah yang kuat dan lemah. Setiap kelompok juga diharuskan untuk memberikan
umpan balik yang nyata kepada kelompok lainnya, untuk meningkatkan kualitas
laporan yang baik, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada rubrik penilaian.
h) Revisi Laporan Berdasarkan Hasil Peer Review
Tahap selanjutnya adalah sintaks kedelapan. Pada sintaks ini, terdapat tahap
revisi laporan berdasarkan hasil peer review. Pada tahapan ini guru membimbing
14
peserta didik untuk menyimpulkan penyelidikan yang telah dilakukan. Peserta didik
memberikan tanggapan ulang berupa revisi laporan penyelidikan berdasarkan hasil
peer review bersama teman kelompok sejawatnya. Pada tahap ini guru
membebaskan peserta didik untuk saling bertukar informasi dan saling merevisi
argumentasi dan data-data yang telah didapatkan bersama teman yang berasal dari
kelompok lain. Setiap laporan penyelidikan kasar (sementara) hasil peer review
yang masih perlu direvisi dikembalikan ke kelompok asalnya masing-masing.
Setiap kelompok menulis tugas laporan praktikum hasil revisi berdasarkan peer
review yang ditugaskan di rumah masing-masing.
9
Astuti Muh. Amin dan A. D Corebima, Analisis Persepsi Dosen Terhadap Strategi
Pembelajaran Reading Questioning And Answering (RQA) Dan Argument Driven Inquiry (ADI)
Pada Program Studi Pendidikan Biologi Di Kota Makassar, (Makassar: Seminar Nasional II Tahun
2016 Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan
(PLSK) Universitas Muhammadiyah Malang, 2016), h. 336
15
10
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Terbaru. (Jakarta: Gitamedia
Press), h.511.
11
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 56.
12
Uus Toharudin, et.al., Membangun Literasi Sains Peserta Didik, (Bandung: Humaniora,
2011), h.1.
13
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), “The PISA 2003
Assesment Frame Work-Mathematics, Reading, Science, and Problem Solving Knowledge and
Skills”, (2003) , h. 133. Diakses melalui www.oecd.org/38/29/33707226.pdf pada tanggal 2 Mei
2016, Pukul 16:20.
16
14
The Programme for International Student Assesment (PISA), (OECD : 2007), h. 12.
17
dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat
bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan
alam. Peserta didik dengan kemampuan itu akan membangun dirinya untuk belajar
lebih lanjut dan hidup di masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan sains
dan teknologi sehingga peserta didik juga dapat berguna bagi dirinya dan
masyarakat sekitarnya.15
Peserta didik dengan kemampuan itu akan membangun dirinya untuk belajar
lebih lanjut dan hidup di masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan sains
dan teknologi sehingga peserta didik juga dapat berguna bagi dirinya dan
masyarakat sekitarnya. Ciri-ciri seseorang memiliki literasi sains, menurut National
Science Teacher Association (NSTA) adalah : (1) Menggunakan konsep-konsep
sains, keterampilan proses dan nilai apabila ia mengambil keputusan yang
bertanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari; (2) Mengetahui bagaimana
masyarakat mempengaruhi sains dan teknologi mempengaruhi masyarakat; (3)
Mengetahui bahwa masyarakat mengontrol sains dan teknologi melalui
pengelolaan sumber daya alam; (4) Menyadari keterbatasan dan kegunaan sains dan
teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia; (5) Memahami sebagian
besar konsep-konsep sains, hipotesis dan teori sains dan mampu menggunakannya;
(6) Menghargai sains dan teknologi sebagai stimulus intelektual yang dimilikinya;
(7) Mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah bergantung pada proses-proses inkuiri
dan teori-teori; (8) Membedakan antara fakta-fakta ilmiah dan opini pribadi; (9)
Mengakui asal usul sains dan mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah itu tentatif;
(10) Mengetahui aplikasi teknologi dan pengambilan keputusan menggunakan
teknologi; (11) Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk memberi
penghargaan kepada penelitian dan pengembangan teknologi dan; (12) Mengetahui
sumber-sumber informasi dari sains dan teknologi yang dipercaya dan
menggunakan sumber-sumber tersebut dalam pengambilan keputusan. 16
Programme of International Student Assesments (PISA) merupakan salah satu
program dari OECD. Untuk memahami dan ikut serta dalam diskusi kritis tentang
15
Uus Toharudin, et.al., op. cit., h. 3.
16
Ibid., h. 12.
18
isu yang berkembang menyangkut sains dan teknologi, PISA mengembangkan tes
yang dapat mengukur kemampuan literasi sains peserta didik di beberapa negara di
seluruh dunia. PISA 2015 melakukan penilaian yang dikelompokkan dalam empat
aspek yang saling berkaitan17, sebagaimana di jabarkan dalam Gambar 2.218
Pengetahuan Ilmiah,
berupa pengetahuan
sains dan pengetahuan
tentang sains
Kompetensi,
mengidentifikasi isu Sikap, respon terhadap isu
Konteks, situasi hidup yang ilmiah, menjelaskan sains, minat, mendukung
melibatkan sains dan teknologi fenomena secara inkuiri ilmiah, tanggung
ilmiah, menggunakan jawab
bukti-bukti ilmiah
1) Konteks
Mengenali berbagai situasi kehidupan yang melibatkan sains dan teknologi.
Jika seseorang berhadapan dengan permasalahan ilmiah, maka pemilihan metode
pemecahan dan penggambarannya seringkali bergantung pada situasi dimana
permasalahan tersebut dihadirkan. Pada tes literasi sains Programme for
International Student Assessment (PISA), fokus soal yang digunakan terletak pada
situasi yang berhubungan dengan diri sendiri (personal), masyarakat
(lokal/nasional), dan dunia (global).19 Tabel 2.1 merupakan daftar aplikasi sains dan
17
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), PISA 2015 Draft
Science Framework, 2013. h. 11.
18
Uus Toharudin, et.al., op. cit., h. 11.
19
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), “PISA 2009
Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science”, 2009, h. 130-131.
19
teknologi, dalam konteks personal, lokal/ nasional, dan global yang pokok
digunakan dalam penilaian literasi sains PISA20.
Tabel 2.1 Konteks Untuk Penilaian Literasi Sains PISA
Situasi
Personal Lokal/Nasional Global
Lingkup
Pengontrolan
penyakit,
Biaya kesehatan,
penularan, pemilihan
Kesehatan kecelakaan dan Epidemik, pandemik
makanan, dan
nutrisi.
kesehatan
masyarakat.
Pemeliharaan
populasi Sumberdaya alam
manusia, kualitas terbarukan dan tidak
Pemakaian
hidup, terbarukan, sumber
Sumber Daya Alam pribadi materi
keselamatan, energi, pertumbuhan
dan energi.
produksi populasi, pelestarian
dan distribusi pangan, spesies.
persediaan energi
Perilaku ramah Biodiversitas,
Distribusi populasi,
lingkungan, ketahanan ekologi,
Kualitas pembuangan limbah,
penggunaan dan pengontrolan polusi,
Lingkungan dampak lingkungan,
pembuangan produksi dan
cuaca lokal.
material. kehilangan lahan.
Laju perubahan
[contoh: gempa bumi,
cuaca ekstrim],
lambat dan
Penilaian resiko Perubahan iklim,
Bahaya dan percepatan
dalam pemilihan Pengaruh komunikasi
Ancaman perubahan [contoh:
gaya hidup. modern.
erosi pantai,
sedimentasi],
penilaian
resiko .
Material baru,
perlengkapan dan Kepunahan spesies,
Aspek sains dari eksplorasi ruang
memproses,
Hubungan Sains hobi, teknologi angkasa, asal-usul
modifikasi genetika,
dan Teknologi pribadi, musik dan dan bentuk alam
teknologi kesehatan,
kegiatan olahraga semesta.
transportasi.
20
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), PISA 2015 Draft
Science Framework, op. cit., h. 14.
20
2) Pengetahuan Sains
Kompetensi yang dibutuhkan untuk kemampuan literasi sains memerlukankan
tiga bentuk pengetahuan yakni pengetahuan konten, pengetahuan prosedural, dan
pengetahuan epistemik.
a) Pengetahuan Konten
Kriteria pasti yang digunakan untuk mengarahkan pilihan pada kategori
pengetahuan yang hendak diukur pada pengetahuan konten sangat penting untuk
diketahui. Terlebih lagi, tujuan Programme for International Student Assessment
(PISA) adalah menjelaskan pada tingkatan mana siswa dapat mengaplikasikan
pengetahuannya pada konteks yang relevan dengan kehidupan. Oleh karena itu,
pengetahuan yang diukur akan diseleksi dari mata pelajaran pokok sains seperti
fisika, kimia, biologi, bumi dan antariksa serta teknologi. 21
b) Pengetahuan Prosedural
Tujuan dasar dari sains adalah untuk menghasilkan laporan yang memberikan
penjelasan tentang material dunia. Pengetahuan prosedural merupakan standar
prosedur bagi peneliti yang digunakan untuk memperoleh data yang terpercaya dan
sahih. Pengetahuan prosedural meliputi: konsep variabel termasuk variabel
dependen, independen, dan kontrol; Konsep pengukuran seperti kuantitatif
(pengukuran), kualitatif (pengamatan), menggunakan skala, kategori, dan variabel;
Menilai dan memperkecil ketidakpastian seperti mengulang kembali dan membuat
rata-rata pengukuran; Cara umum meringkas dan menyajikan data menggunakan
tabel, grafik dan carta dan penggunaan yang tepat.22
c) Pengetahuan Epistemik
Pengetahuan epistemik merupakan pengetahuan sebuah gagasan dan uraian dari
proses membangun pengetahuan dalam sains dan peran pengetahuan tersebut dalam
memberikan alasan pengetahuan yang dihasilkan oleh sains seperti hipotesis,
sebuah teori atau sebuah pengamatan.
Gagasan dan ketetapan yang menonjol dari sains yakni: pengamatan, fakta,
hipotesis, model, dan teori ilmu pengetahuan alam; maksud dan tujuan sains (untuk
21
Ibid., h. 17.
22
Ibid,. h. 19.
21
23
Ibid., h. 20.
24
Ibid., h. 14-16.
22
25
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2012
Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and
Financial Literacy, (OECD:Publishing, 2013), h. 107
23
4. Tinjauan Materi
Materi jamur (fungi) merupakan salah satu materi yang diajarkan pada peserta
didik kelas X SMA semester ganjil. Materi ini dijelaskan dalam kompetensi dasar.
Kompetensi dasar yang harus dicapainya adalah menerapkan prinsip klasifikasi
untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui
pengamatan secara teliti dan sistematis. Kompetensi dan indikator materi jamur
(fungi) disajikan pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Karakteristik Kompetensi Dasar 3.6 dan 4.6
KD Kompetensi Dasar Indikator
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk 3.6.1 Mengidentifikasi ciri-ciri jamur
menggolongkan jamur berdasarkan ciri- 3.6.2 Mengklasifikasikan jamur
ciri dan cara reproduksinya melalui berdasarkan morfologi dan reproduksinya
pengamatan secara teliti dan sistematis.
3.6.3 Mengimplementasikan peran jamur
dalam kehidupan dan lingkungan
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri- 4.6.1 Melakukan pengamatan untuk melihat
ciri dan peran jamur dalam kehidupan ciri-ciri jamur makroskopis dan jamur
dan lingkungan dalam bentuk laporan mikroskopis
tertulis 4.6.2 Membuat laporan hasil pengamatan
jamur makroskopis dan jamur mikroskopis
dalam bentuk laporan tertulis
4.6.3 Melakukan pengamatan hasil
reproduksi aseksual jamur
4.6.4 Membuat laporan hasil pengamatan
reproduksi aseksual jamur dalam bentuk
laporan tertulis
26
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), PISA 2015 Draft
Science Framework, op. cit., h. 36.
24
27
Yuli Andriani, Riandi, Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Pembelajaran
Argument Driven Inquiry Pada Pembelajaran IPA Terpadu di SMP Kelas VII”, (Jakarta: Jurnal
Edusains UIN Jakarta Syarifhidayatullah, 2014), hal. 1
28
Demircioglu, Ucar, “Investigating the Effect of Argument Driven Inquiry in Laboratory
Instruction”, (Turkey: Journal Educational Sciences Theory & Practice Cukurova University, 2015),
hal.267
25
dapat ditemukan hubungan yang erat antara kelemahan peserta didik dalam
berargumen dengan keterampilan berpikir kritis dan kreatifnya. 29
Penelitian Neni Hasnunidah, Herawati Susilo, Mimien Henie Irawati, dan Hedi
Sutomo yang berjudul “Peningkatan Pola Wacana Argumentasi Mahasiswa melalui
Penggunaan Scaffolding dalam Strategi Argument Driven Inquiry”. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan scaffolding dalam strategi ADI
berhasil meningkatkan keterampilan argumentasi mahasiswa. Hasil implementasi
strategi ADI dalam perkuliahan biologi dasar menunjukkan mahasiswa lebih tinggi
kemampuannya dalam mengembangkan wacana argumentatif.30
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran biologi menuntut peserta didik untuk dapat berpikir secara
sistematis, logis dan kritis. Selain itu peserta didik juga dituntut untuk dapat
berargumentasi karena argumentasi yang dikemukakan dapat memecahkan suatu
permasalahan dari masalah yang dipertanyakan. Memberikan kesempatan secara
luas kepada peserta didik dalam berargumentasi guna memahami pengetahuan
dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar biologi dalam kehidupan sehari-
hari, dapat membuat peserta didik menjadi lebih bermanfaat untuk diri sendiri dan
masyarakat. Pengetahuan dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa
deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural
(pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu).
Peringkat literasi sains peserta didik di Indonesia masih terbilang rendah.
Peserta didik di Indonesia dapat meningkatkan literasi sainsnya dengan
menggunakan perkembangan era globalisasi, seiring dengan perkembangan era
globalisasi di masa kini sebenarnya dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan IPA peserta didik. Perubahan kebijakan dalam sistem pendidikan
telah menjadi suatu keharusan yang sangat diperlukan untuk meningkatkan tingkat
29
Kadayifcia, H., Atasoya, B., & Akussa, H, The Correlation Between The Flaws Students
Define in Argument and Their Creative and Critical Thinking Abilities, (Turkey: Procedia-Social
and Behavioral Science Gazi University Faculty of Education, 2012) hal. 802
30
Neni Hasnunidah, dkk, Peningkatan Pola Wacana Argumentasi Mahasiswa melalui
Penggunaan Scaffolding dalam Strategi Argument-Driven Inquiry (Bandar Lampung: Seminar
Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS, 2015), hal. 649-650
26
literasi sains peserta didik di Indonesia. Hasil PISA pada tahun 2003, 2006 dan
2012, memperlihatkan rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia,
terutama pada dimensi kompetensi (proses) dan aspek konteks. Hal ini dikarenakan
dalam pembelajaran guru masih banyak menerapkan pembelajaran yang kurang
sesuai dengan pengembangan literasi sains dalam menyampaikan materi
pembelajaran.
Pengembangan literasi sains peserta didik dapat diupayakan melalui
pembelajaran berbasis inquiry. Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP)
menegaskan bahwa pendidikan IPA seharusnya disampaikan secara inkuiri ilmiah
(scientific inquiry), sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang
lebih banyak dalam memahami lebih mendalam tentang alam sekitar. Selain itu,
pendidikan IPA secara inquiry dapat mengembangkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah peserta didik. American Association for the
Advancement of Science (AAAS) mengemukakan bahwa metode pembelajaran
inquiry merupakan jalan untuk meningkatkan literasi sains karena peserta didik
mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dan membahas ide-ide ilmiah (scientific
ideas).31
Pembelajaran inquiry juga menuntut peserta didik untuk ikut terlibat aktif dalam
kegiatan penyampaian argumentasi ilmiah, karena keterampilan argumentasi ilmiah
merupakan aspek penting dalam literasi sains. 32 Argumentasi sangat erat kaitannya
dengan literasi sains, karena kemampuan argumentasi menjadi salah satu sarana
untuk memenuhi tujuan utama pembelajaran sains, karena siswa yang belajar sains
harus mengetahui penjelasan ilmiah mengenai fenomena alam, menggunakannya
untuk memecahkan masalah dan mampu memahami temuan lain yang mereka
dapatkan.33 Hal ini sesuai dengan pernyataan dan asesmen literasi sains yang
dinyatakan oleh PISA.
31
Brickman, P. et a.l, Effects of Inquiry-based Learning on Students’ Science Literacy
Skills and Confidence, (International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 3(2),
2009), hal. 3.
32
Sibel Erduran, et. al., Learning To Teach Argumentation: Case Studies Of Pre Service
Secondary Science Teachers Vol.2 No.2, (Turkey: Eurasia Journal of Mathematics, Science and
Technology Education, 2006), h. 1
33
Ibid., h. 29
27
Literasi sains berkaitan erat dengan kemampuan peserta didik dalam memahami
informasi proses terjadinya ilmu pengetahuan. Selain itu, literasi sains berkaitan
pula dengan kemampuan peserta didik dalam memahami fakta yang ada dalam
kehidupan sehari-hari dan kaitannya dengan masa yang akan datang. Oleh karena
itu, pada era globalisasi ini literasi sains sangat penting dikuasai oleh peserta didik
agar dapat memahami masalah-masalah yang akan dihadapi oleh masyarakat
modern. Hampir dapat dipastikan, kemampuan matematika dan sains oleh para
siswa akan memberikan implikasi bagi negara dan bangsa dalam pengembangan
teknologi dan untuk meningkatkan daya saing internasional pada umumnya. 34
National Research Council, menjelaskan bahwa literasi sains sangat penting
untuk dikembangkan. Alasannya adalah karena (1) pemahaman terhadap sains
menawarkan kepuasan dan kesenangan pribadi yang muncul setelah memahami dan
mempelajari alam; (2) dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang memerlukan
informasi dan berpikir ilmiah untuk pengambilan keputusan; (3) setiap orang perlu
melibatkan kemampuannya dalam wacana publik dan debat mengenai isu-isu
penting yang melibatkan sains dan teknologi; (4) dan literasi sains juga penting
dalam dunia kerja. 35 Pentingnya literasi dalam dunia kerja adalah karena semakin
banyak pekerjaan yang membutuhkan keterampilan-keterampilan yang tinggi,
sehingga mengharuskan setiap orang belajar sains, bernalar, berpikir kreatif,
membuat keputusan, dan memecahkan masalah.
Penerapan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan literasi
sains peserta didik sangat penting untuk diterapkan. Melalui pembelajaran yang di
dalam prosesnya menuntut peserta didik untuk berargumentasi dan berinquiry
merupakan salah satu solusi yang dipandang dapat meningkatkan kemampuan
literasi sains peserta didik. Melalui penerapan model pembelajaran Argument
Driven Inquiry diharapkan peserta didik dapat mengeksplorasi keterampilan
argumentasi ilmiahnya sehingga kemampuan literasi sainsnya pun dapat
meningkat.
34
Suhendra Yusuf, Perbandingan Gender dalam Prestasi Literasi Siswa Indonesia,
(Makalah hasil studi PISA 2000 dan 2003: UNINUS Bandung, 2010), h.3
35
National Research Council (NRC), National Science Education Standards, (National
Academies Press [Online] : Washington, DC, 1996), hal.12
28
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan nilai rata-rata pada tes
kemampuan literasi sains peserta didik yang mendapatkan model pembelajaran
Argument Driven Inquiry.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, (Bandung : Alfabeta,
2011), h. 77
2
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), Cet. VII, h. 73.
3
Sugiyono, op. cit., h. 76.
28
29
materi peserta didik. Akhir penelitian diadakan tes akhir (posttest) dengan
instrumen tes yang sama pada kedua kelas. Posttest yang diberikan bertujuan untuk
mengetahui pencapaian peserta didik terhadap bahan pengajaran setelah mengalami
kegiatan belajar. Desain penelitian ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Kontrol Q1 X1 Q2
Eksperimen Q3 X2 Q4
Keterangan :
Q1 : Pretest untuk kelas kontrol
Q2 : Posttest untuk kelas kontrol
Q3 : Pretest untuk kelas eksperimen
Q4 : Posttest untuk kelas kontrol
X1 : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik
X2 : Pembelajaran dengan menggunakan Argument Driven Inquiry
4
Ibid., h. 82.
30
E. Instrumen Penelitian
1. Tes Uraian
Instrumen tes yang digunakan berupa tes tertulis dalam bentuk tes uraian
dengan jenis yang berbeda, terdapat jenis uraian bebas, terbatas, dan berstruktur.
Instrumen tes disusun dengan mengadopsi aspek konten, proses, dan konteks PISA.
Tes uraian disebut juga essay examination, secara umum tes ini berbentuk
pertanyaan yang menuntut peserta didik menjawabnya dalam bentuk menguraikan,
menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk
lainnya sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan
bahasa sendiri.5 Tes uraian memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihan dari tes
uraian adalah penyusunan tes tidak memerlukan waktu yang lama serta dapat
melatih peserta didik menuliskan buah pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa
yang teratur. Salah satu kelemahannya adalah kemungkinan jawaban yang
5
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), Cet. XVIII, h. 35-39.
31
6
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. XVII, h. 38.
32
7
Sugiyono, op. cit., h. 121.
8
Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes, (cet.
Ke-3, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 89
9
Lampiran 14 Hasil Kalibrasi Instrumen Tes
10
Sumarna, loc.cit., h. 89
33
Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan betul
JS : Jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran13:
0.00 – 0.30 = soal termasuk kategori sukar
0.30 – 0.70 = soal termasuk kategori sedang
0.70 – 1.00 = soal termasuk kategori mudah.
d. Pengujian Daya Beda
Daya Pembeda adalah kemampuan suatu butir item untuk membedakan antara
peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah.14 Untuk menentukan daya pembeda menggunakan program ANATES.
Keterangan :
D: indeks diskriminasi
J : jumlah peserta tes
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB: banyaknya peserta kelompok bawah
BA: banyaknya peserta kelompok yang menjawab soal itu dengan benar
11
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Edisi Revisi), Cet. Ke-5,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 210.
12
Lampiran 14 Hasil Kalibrasi Instrumen Tes
13
Suharsimi Arikunto, loc. cit., h. 210
14
Ibid., h. 213.
34
BB: banyaknya peserta kelompok yang menjawab soal itu dengan salah
Dengan klasifikasi daya pembeda berikut 15:
D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)
D : 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory)
D : 0,40 – 0,70 : baik (good)
D : 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent)
D : < 0,00 (negatif) : tidak baik
Tabel 3.3 Hasil Kalibrasi Instrumen
Daya
No Butir Tingkat Korelasi Validitas
Pembeda Reliabilitas Tes
Asli Kesukaran Signifikan Tes
(%)
1 31.82 Sedang Signifikan Valid**
2 31.82 Sedang - -
3 18.18 Sedang - -
4 54.55 Sedang Signifikan Valid**
5 54.55 Sedang Signifikan Valid*
6 81.82 Sedang Sangat Signifikan Valid**
7 15.15 Sukar Signifikan Valid**
0,78
8 18.18 Sedang - -
(Tinggi)
9 45.45 Sedang Sangat Signifikan Valid**
10 24.24 Sukar Signifikan Valid*
11 36.36 Sedang Signifikan Valid**
12 33.33 Sedang Signifikan Valid**
13 48.48 Sedang Signifikan Valid**
14 30.30 Sedang Signifikan Valid**
15 45.45 Sukar Sangat Signifikan Valid**
Keterangan :
* valid berdasarkan SPSS
** valid berdasarkan SPSS dan digunakan menjadi instrumen soal tes uraian
15
Ibid., h. 218.
35
sikap kinerja ilmiah Iis Suryani16 dan cara penilaiannya mengadopsi asesmen
kinerja dari Ana Ratna Wulan yang telah direkomendasikan oleh para ahli asesmen
sebagai penilaian otentik pada pembelajaran sains.17 Asesmen kinerja disebut
sebagai suatu skenario baru bagi implementasi asesmen kinerja pada pembelajaran
sains di Indonesia, cara penilaian pada asesmen ini direkomendasikan oleh dosen
pembimbing untuk digunakan dalam penelitian karena asesmen ini dianggap mudah
dipelajari dan diterapkan.18
Penilaian aspek sikap dilakukan terhadap peserta didik kelas eksperimen dan
kontrol pada saat pelaksanaan kegiatan praktikum di sekolah. Sikap kinerja ilmiah
yang diamati adalah respek terhadap data atau fakta, berpikiran terbuka dan
kerjasama, serta ketekunan atau ketelitian. Tabel 3.4 berikut menyajikan kisi-kisi
lembar observasi sikap kinerja ilmiah peserta didik pada kegiatan praktikum.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Sikap Kinerja Ilmiah19
No. Sikap Ilmiah Indikator
Melakukan kegiatan percobaan sesuai dengan
petunjuk kerja yang telah disediakan
Membuat laporan praktikum berdasarkan hasil
Respek terhadap Data atau percobaan yang telah dilakukan
1.
Fakta Menghindari tindakan mencontoh hasil
percobaan kelompok lain
Menghindari tindakan merekayasa data untuk
mendapatkan hasil percobaan yang sempurna
Bersedia menerima ide atau pendapat lain yang
disampaikan teman
Bersedia memperbaiki hasil percobaan
Berpikiran Terbuka dan
2. berdasarkan saran dari guru atau teman
Kerjasama
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan percobaan
Bekerjasama dengan teman sekelompok dalam
melakukan percobaan
Mengulangi percobaan apabila percobaan yang
dilakukannya mengalami kegagalan
3. Ketekunan atau Ketelitian
Menyelesaikan percobaan meskipun kelompok
lain sudah selesai lebih awal
16
Iis Suryani, Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah Pada Pembelajaran
Dengan Model Latihan Penelitian Di Sekolah Dasar, h. 223-225 (www.file.upi.edu), diakses pada
tanggal 22 Februari 2017.
17
Ana Ratna Wulan, Skenario Baru Bagi Implementasi Asesmen Kinerja Pada
Pembelajaran Sains di Indonesia, h. 1. (www.file.upi.edu), diakses pada tanggal 22 Februari 2017.
18
Ibid., h. 9.
19
Iis Suryani, loc. cit., h. 223-225
36
Keterangan :
Indikator I : Mengidentifikasi Isu-isu Ilmiah
Indikator II : Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah
Indikator III : Menggunakan Bukti-bukti Ilmiah
38
Keterangan :
Indikator I : Mengidentifikasi Isu-isu Ilmiah
Indikator II : Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah
Indikator III : Menggunakan Bukti-bukti Ilmiah
20
Sugiyono, op. cit., h. 142
40
9 1
10 1
Mengetahui respon peserta didik tentang 11 1
3.
pembelajaran konsep fungi atau jamur 12 1
13 1
Mengetahui respon peserta didik tentang pelaksanaan 14 1
4.
pembelajaran biologi 15 1
16 1
Jumlah 8 8 16
21
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Refleksi Pengembangan Pemahaman dan
Penguasaan Metodologi Penelitian, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet. I, h. 128.
22
M. Ngalim Purwanto, op. cit., h. 112.
41
pembelajaran ADI pada setiap aspek kemampuan literasi sains. Nilai normal gain
merupakan nilai selisih antara pretest dan posttest. Rumus dan kriteria 23:
Dengan kategori:
g tinggi : nilai (g) > 0,70
g sedang : nilai 0,70 > (g) > 0.3
g rendah : nilai (g) < 0,3
Instrumen tes uraian yang telah diketahui nilai normal gainnya, dilakukan
pengujian analisis data statistik selanjutnya. Pengujian tersebut meliputi uji
normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Penjelasan pengujian analisis data
yang dilakukan sebagai berikut:
3. Uji Normalitas
Pengujian hipotesis digunakan statistik parametris yang mengharuskan data
tersebut berdistribusi normal,24 maka sebelum pengujian hipotesis perlu dilakukan
uji normalitas data. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas yang digunakan adalah adalah
uji liliefors (taraf signifikansi α 0,05). Tahapan dalam menentukan nilai normalitas
terdiri atas beberapa tahapan. Pertama adalah data sampel diurutkan dari yang
terkecil hingga yang terbesar, tahap selanjutnya menentukan nilai Zi dari tiap-tiap
data berikut dengan rumus:25
Lo = F(Zi) – S(Zi)
Keterangan:
Lo : Harga mutlak terbesar
F(Zi) : Peluang angka baku
S(Zi) : Proposi angka baku
23
David E. Meltzer, Addendum to: “The Relationship between Mathematic Preparation
dan Conceptual Learning Gains in Physic: a Possible-hidden Variable” in Diagnostic Pretest
Scores”, dari http://physic.iastate.edu/per/docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf.
24
Sugiyono, op. cit., h. 171.
25
Sudjana, Metode Statistika (Edisi keenam), Cet ke-3, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466-
467.
42
F=
Keterangan:
F : Homogenitas
2
S1 : Varians terbesar
S22: Varians terkecil
Dengan Kriteria Pengujian:
Jika, Fhitung< Ftabel, maka Ho diterima, berarti kedua data homogen.
Jika, Fhitung> Ftabel, maka Ho ditolak, berarti kedua data tidak homogen.
2. Pengolahan Data Uji Statistik Aspek Literasi Sains
Instrumen tes uraian dibedakan berdasarkan aspek literasi sains. Aspek literasi
sains yang berkaitan dengan instrumen tes uraian adalah aspek konten: terbagi atas
indikator pembelajaran fungi dan dimensi proses kognitif, aspek kompetensi
(proses) dan konteks berdasarkan pada aspek PISA tahun 2006. Pengujian uji data
statistik meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis dilakukan
dengan menggunakan software Microsoft Excel.
3. Pengolahan Data Uji Non Statistik
a. Lembar Observasi Sikap Kinerja Ilmiah
Indikator pada masing-masing sikap kinerja ilmiah yang diamati dianalisis
berdasarkan skenario baru penilaian kinerja untuk pembelajaran sains sehari-hari.
Guru harus menyiapkan kertas HVS, dan rubrik sederhana untuk masing-masing
indikator sikap kinerja ilmiah yang diamati pada kertas HVS untuk asesmen kinerja
26
Ibid., h. 249-251
43
ini. Skenario baru asesmen kinerja ini menggunakan asesmen kelompok sebagai
dasar untuk menilai individu.27
b. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
Keterlaksanaan sintaks pembelajaran diamati berdasarkan observasi yang
dilakukan oleh observer. Keterlaksanaan sintaks pembelajaran diperhatikan dari
aspek guru dan peserta didik. Sintaks pembelajaran yang terlaksana diberikan skor
satu, dan jika tidak diberikan skor nol. Persentasi skor yang diperoleh dihitung
dengan rumus:28
R
S= × 100
N
Keterangan:
S = nilai yang diharapkan
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = skor maksimum dari tes
c. Angket Tanggapan Peserta Didik terhadap Model Pembelajaran ADI
Angket tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran ADI
menggunakan skala pengukuran Likert berskala 4. Pemberian skor angket ini
mengadopsi dari penelitian Inayatul Farida. Tabel 3.10 menunjukkan skor yang
diberikan pada tiap tipe jawaban sesuai dengan orientasi jawaban.
Tabel 3.10 Pemberian Skor Angket Tanggapan Peserta Didik terhadap
Pembelajaran Model ADI
Soal berorientasi Soal berorientasi
Jawaban Responden
jawaban positif jawaban negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
H. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dilakukan setelah pengujian persyaratan, dengan
menggunakan uji-t. Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan adanya
pengaruh kemampuan literasi sains peserta didik yang diajar dengan menggunakan
27
Ana Ratna Wulan, op. cit., h. 4-8.
28
M. Ngalim Purwanto, loc.cit,. h. 112
44
model pembelajaran Argument Driven Inquiry dan peserta didik yang diajar dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Pengujian hipotesis statistik, terdapat beberapa
tahapan, pertama ditentukannya hipotesis statistik, yaitu:
Ho : μE = μK
Ha : μE ≠ μK
Keterangan:
Ho =Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata tes kemampuan literasi sains peserta didik
yang mendapatkan pembelajaran Argument Driven Inquiry
Ha =Terdapat perbedaan nilai rata-rata tes kemampuan literasi sains peserta didik yang
mendapatkan pembelajaran Argument Driven Inquiry.
saintifik.29
Tahapan kedua yaitu statistik uji dihitung.30 Uji t pada sampel yang homogen,
terdapat rumus perhitungan untuk n1 = n2, dengan db = n1 + n2 − 2,
Keterangan:
29
Anas Sudijono, Pengantar Statistika Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet.
Ke- 25, h. 308.
30
Sugiyono, op.cit., h. 128.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data hasil pretest dan posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol, juga data kemampuan literasi sains peserta didik
berdasarkan aspek-aspek literasi sains yang meliputi dimensi konten, kompetensi
(proses), konteks, dan sikap sebagaimana yang dikembangkan PISA.
45
46
Kelas
Data Statistik
Eksperimen Kontrol
Jumlah Peserta Didik 45,00 45,00
Nilai Max 76,67 73,33
Nilai Min 43,33 43,33
Persentase Peserta Didik yang
4,40 0,00
Mencapai KKM (%)
Rata-rata 61,56 61,93
Standar Deviasi 9,90 8,63
Data hasil pretest yang tersaji dapat terlihat, bahwa rata-rata nilai pretest pada
kelas eksperimen adalah 61,56, begitu pula halnya dengan rata-rata pretest pada
kelas kontrol adalah 61,93 dilihat dari data hasil pretest yang telah tersaji dapat
terlihat bahwa rata-rata kedua kelas tersebut masih termasuk ke dalam kategori
kurang, karena belum mencapai nilai rata-rata KKM 75,00.
Data hasil posttest yang tersaji, dapat terlihat bahwa rata-rata nilai posttest pada
kelas eksperimen adalah 80,98 sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh kelas
kontrol adalah 72,37. Data hasil posttest yang telah tersaji dapat ditarik kesimpulan
bahwa kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata nilai posttest pada kelas kontrol, rata-rata nilai posttest pada kelas
eksperimen juga sudah melebihi nilai KKM yang telah ditentukan, persentase
47
peserta didik yang sudah mencapai nilai KKM juga meningkat secara signifikan
yaitu dari 4,40% pada saat pretest menjadi 84,44% pada saat posttest berbeda
halnya dengan rata-rata nilai posttest pada kelas kontrol yang belum mencapai nilai
KKM 75,00.
a) Tingkat Kognitif
Hasil perhitungan nilai rata-rata pretest maupun posttest pada tingkat kognitif,
diperlihatkan pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Data Hasil Tingkat Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Data pada Tabel 4.3 menunjukkan hasil analisis peserta didik kelas eksperimen.
Kelas eksperimen yang menggunakan model ADI lebih baik dari pada kelas kontrol
yang menggunakan pendekatan saintifik. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas
eksperimen yang cenderung unggul dibandingkan kelas kontrol. Model
pembelajaran ADI dinilai mampu meningkatkan keterampilan berpikir dan
pemahaman konsep yang dipelajari. Keterampilan berpikir yang dimaksud adalah
memahami, mengevaluasi, dan mencipta karena peserta didik sudah terbiasa
dituntut untuk berargumentasi sehingga peserta didik mampu membuat sebuah
48
kesimpulan yang merupakan sebuah solusi pada sebuah permasalahan yang ada
dalam soal.
b) Aspek Konten
Data hasil penelitian yang telah diperoleh terkait dengan kemampuan literasi
sains dilihat dari ketiga aspek, yaitu aspek konten (pengetahuan), kompetensi
(proses) dan aspek sikap.
Nilai rata-rata ini diperoleh dengan membandingkan nilai yang diperoleh
masing-masing peserta didik dengan nilai maksimal per indikator pada aspek
konten. Data disajikan pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.
c) Aspek Kompetensi
Aspek kompetensi atau sering disebut juga aspek proses literasi sains dalam
PISA mengkaji kemampuan peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan
49
d) Aspek Konteks
Aspek penting dalam penilaian literasi sains PISA adalah keterlibatan siswa
dalam berbagai situasi yang disajikan dalam bentuk isu ilmiah. Aspek konteks
literasi sains melibatkan isu-isu penting yang berhubungan dengan sains dalam
kehidupan sehari-hari. Butir penilaian literasi sains dirancang untuk konteks yang
tidak hanya terbatas pada kehidupan sekolah saja, tetapi juga pada konteks
kehidupan siswa secara umum. 2
Tes literasi sains Programme for International Student Assessment (PISA),
fokus soal yang digunakan terletak pada situasi yang berhubungan dengan diri
1
Uus Toharudin, et.al., Membangun Literasi Sains Peserta Didik, (Bandung: Humaniora,
2011), h.8.
2
Rustaman, N. Y. Literasi Sians Anak Indonesia 2000 & 2003. (Bandung: FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h. 7
50
e) Aspek Sikap
Penilaian aspek sikap dilakukan terhadap peserta didik kelas eksperimen dan
kontrol pada saat pelaksanaan kegiatan praktikum. Sikap kinerja ilmiah yang
diamati adalah respek terhadap data atau fakta, berpikiran terbuka dan kerjasama
serta ketekunan dan ketelitian.
Sikap yang digambarkan dalam PISA mengindikasikan minat peserta didik
terhadap sains, menyukai inkuiri ilmiah, motivasi untuk siap bertanggung jawab;
misalnya terhadap sumber daya alam dan lingkungan. 4 Hasil tes literasi sains yang
dianalisis per indikator pada aspek sikap yang disajikan pada Tabel 4.10.
3
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), “PISA 2009
Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science”, 2009, h. 130.
4
Uus Toharudin, et.al., op. cit., h. 12.
51
Keterangan:
Indikator 1: Respek Terhadap Data atau Fakta
Indikator 2 : Berpikiran Terbuka dan Kerja Sama
Indikator 3 : Ketekunan dan Ketelitian
Tabel 4.11 Data Hasil Analisis Angket Peserta Didik Kelas Eksperimen
Indikator Persentase (%)
Indikator 1 86,25
Indikator 2 87,12
Indikator 3 85,00
Indikator 4 85,55
Rata-rata 85,98
Keterangan:
Indikator 1: Mengetahui respon peserta didik tentang aktivitas pembelajaran dengan
menggunakan model Argument Driven Inquiry
Indikator 2 : Mengetahui respon peserta didik terhadap kemampuan literasi sains melalui
Argument Driven Inquiry
52
Indikator 3 : Mengetahui respon peserta didik tentang pembelajaran jamur melalui model
Argument Driven Inquiry
Indikator 4 : Mengetahui respon peserta didik tentang pelaksanaan pembelajaran biologi
dengan menggunakan model Argument Driven Inquiry
Tabel 4.12 Data Hasil Analisis Angket Peserta Didik Kelas Kontrol
Indikator Persentase (%)
Indikator 1 62,50
Indikator 2 64,35
Indikator 3 56,11
Indikator 4 59,58
Rata-rata 60,63
Keterangan:
Indikator 1: Mengetahui respon peserta didik tentang aktivitas pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan saintifik
Indikator 2 : Mengetahui respon peserta didik terhadap kemampuan literasi sains melalui
pendekatan saintifik
Indikator 3 : Mengetahui respon peserta didik tentang pembelajaran jamur melalui
pendekatan saintifik
Indikator 4 : Mengetahui respon peserta didik tentang pelaksanaan pembelajaran biologi
dengan menggunakan pendekatan saintifik
Data pada Tabel 4.11 dan Tabel 4.12 menujukkan sebuah informasi bahwa
persentase respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran yang menggunakan
model ADI lebih unggul dari nilai persentase peserta didik yang menggunakan
pendekatan saintifik. Persentase keseluruhan indikator respon peserta didik di kelas
eksperimen sudah termasuk ke dalam kriteria “sangat tinggi” hal ini menunjukkan
bahwa peserta didik sangat antusias terhadap pembelajaran biologi dengan
menggunakan model pembelajaran ADI.
53
5
Lampiran 53 Observasi Kegiatan Peserta Didik Kelas Eksperimen
55
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam peneltian ini adalah uji liliefors dengan
tujuan untuk mengetahui distribusi data normal atau tidak. Data dikatakan normal
ketika Lhitung < LTabel. Data uji normalitas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Pretest Posttest
Data Statistik
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
N 45,00 45,00 45,00 45,00
Lhitung 0,10 0,09 0,08 0,11
LTabel 0,13 0,13 0,13 0,13
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal
Data hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas kontrol dan eksperimen
yang tersaji pada Tabel 4.17 menunjukkan hasil pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen mempunyai nilai Lhitung < LTabel. Kelas eksperimen menunjukkan angka
0,10 < 0,13 dan kelas kontrol menunjukkan angka 0,09 < 0,13. Kemudian pada
posttest kelas kontrol dan eksperimen juga menunjukkan nilai Lhitung < LTabel. Kelas
kontrol menunjukkan angka 0,11 < 0,13 dan kelas eksperimen menunjukkan angka
0,08 < 0,13. Data uji normalitas yang telah tersaji pada Tabel 4.17 terlihat bahwa
56
b. Uji Homogenitas
Uji normalitas pada kedua kelompok penelitian telah selesai dilakukan, maka
langkah selanjutnya mencari nilai homogenitas. Pengujian tersebut dilakukan untuk
melihat variansi atau keseragaman dari kedua sampel yang diambil datanya. Data
uji homogenitas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan
Kontrol
Data Statistik Pretest Posttest
N 45,00 45,00
Db 88,00 88,00
Fhitung 1,32 1,11
A 0,05
FTabel 1,65
Kesimpulan Variansi Homogen
Data hasil uji homogenitas pretest dan posttest kelas kontrol dan eksperimen
yang tersaji pada Tabel 4.18. Data hasil uji homogenitas yang telah tersaji terlihat
bahwa Ho diterima dan variansi pada data pretest dan posttest pada dua kelompok
adalah homogen.
c. Uji Hipotesis
Uji prasyarat sebelumnya yaitu uji normalitas dan homogenitas, diambil
kesimpulan data pretest dan posttest pada kedua kelas adalah berdistribusi normal
dan memiliki varians yang homogen. Uji prasyarat selanjutnya yaitu pengujian
hipotesis, dapat dilakukan dengan menggunakan uji-t.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol.
57
a) Hipotesis Pretest
Hasil perhitungan nilai pretest dengan menggunakan uji-t, dapat diperlihatkan
pada Tabel 4.19 berikut:
Tabel 4.19 Hasil Uji-t Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
Data Statistik
Eksperimen Kontrol
N 45,00 45,00
Rata-rata 61,56 61,93
Thitung 0,19
TTabel 1,99
Data hasil uji hipotesis pretest yang tersaji pada Tabel 4.19 menunjukkan bahwa
thitung lebih kecil dari t tabel yaitu 0,19 < 1,99, maka dapat disimpulkan bahwa H0
diterima dan Ha ditolak. Data hasil uji hipotesis yang telah tersaji pada Tabel 4.19
terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap
keterampilan literasi sains peserta didik pada konsep jamur.
Tabel 4.20 Hasil Uji-t Pretest Tingkat Kognitif Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Tingkat Rata-rata SD
Thitung Ttabel Kesimpulan
Kognitif Eks Kon Eks Kon
Ho diterima
bahwa tidak
C2 43,33 34,44 31,26 29,81 1,38 1,99
terdapat
perbedaan
58
Ho diterima
bahwa tidak
C4 88,33 92,78 20,37 17,37 1,11
terdapat
perbedaan
Ho ditolak
C5 54,57 60,99 12,94 9,66 2,67 bahwa terdapat
perbedaan
Ho diterima
bahwa tidak
C6 63,42 61,54 13,34 14,76 0.63
terdapat
perbedaan
Data hasil uji hipotesis pretest yang tersaji pada Tabel 4.20 menunjukkan bahwa
thitung lebih kecil dari ttabel pada keseluruhan tingkatan kognitif, hal ini dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, dan dapat ditarik kesimpulan bahwa
tidak terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik sebelum menggunakan model
pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap keterampilan literasi sains peserta
didik pada konsep jamur. Pada dimensi ranah kognitif C4 yaitu menganalisis,
terdapat perbedaan pengetahuan hal ini dikarenakan soal yang termasuk ke dalam
ranah kognitif C4 adalah soal nomor satu. Soal ini mempunyai indikator
mengidentifikasi ciri-ciri jamur, tentunya hampir seluruh peserta didik dari kelas
eksperimen maupun kontrol mampu menjawab soal tersebut, karena soal tersebut
hanya menuntut peserta didik untuk menjawab ciri-ciri jamur berdasarkan artikel
yang ada di dalam soal.
Tabel 4.21 Hasil Uji-t Pretest Aspek Konten Kemampuan Literasi Sains
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Indikator Aspek Rata-rata SD
Thitung Ttabel Kesimpulan
Konten Eks Kon Eks Kon
Ho diterima
Mengidentifikasi Ciri- bahwa tidak
88,33 92,78 20,14 17,37 1,11
ciri Jamur terdapat
perbedaan
Mengklasifikan Jamur
Ho diterima
Berdasarkan Struktur bahwa tidak
65,56 54,72 22,16 28,49 1,93
tubuh, dan Alat terdapat
perbedaan
reproduksinya
1,99
Ho diterima
Menjelaskan Cara bahwa tidak
32,35 30,12 10,81 11,76 0,93
Reproduksi Jamur terdapat
perbedaan
Mengimplementasikan
Ho ditolak
Peran Jamur Bagi
75,80 86,42 15,40 10,57 3,81 berbeda
Kehidupan dan signifikan
Lingkungan
Data hasil uji hipotesis pretest yang tersaji pada Tabel 4.21 menunjukkan bahwa
thitung lebih kecil dari ttabel pada indikator identifikasi ciri-ciri jamur, klasifikasi
jamur dan cara reproduksi jamur hal ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan
Ha ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan
peserta didik sebelum menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry
terhadap keterampilan literasi sains peserta didik pada konsep jamur. Pada indikator
mengimplementasikan peran jamur bagi kehidupan terlihat bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan hal ini dikarenakan soal yang termasuk indikator
mengimplementasikan peran jamur bagi kehidupan yaitu soal nomor 7, 8, dan 9
soal-soal tersebut tidak menuntut peserta didik untuk menjawab benar, melainkan
menuntut peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya, maka dari itu hampir
60
seluruh peserta didik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol pada saat pretest
banyak yang mampu menjawab soal-soal tersebut.
Data hasil uji hipotesis pretest yang tersaji pada Tabel 4.22 menunjukkan bahwa
thitung lebih kecil dari ttabel pada keseluruhan indikator aspek kompetensi. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, ini artinya bahwa tidak
terdapat perbedaan pengetahuan indikator aspek kompetensi peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap
keterampilan literasi sains peserta didik pada konsep jamur.
Tabel 4.23 Hasil Uji-t Pretest Aspek Konteks Kemampuan Literasi Sains
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Indikator Rata-rata SD
Thitung Ttabel Kesimpulan
Aspek Konteks Eks Kon Eks Kon
Ho diterima
Konteks 1 bahwa tidak
71,98 71,85 13,96 14,04 0,04 terdapat
perbedaan
Ho diterima
Konteks 2 bahwa tidak
88,15 97,78 21,50 8,41 0,29 1,99 terdapat
perbedaan
Ho diterima
Konteks 3 bahwa tidak
32,35 30,12 10,81 11,76 0,93 terdapat
perbedaan
Keterangan:
Konteks 1 : Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Sumber Daya Alam
Konteks 2 : Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Kesehatan
Konteks 3 : Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Mutu Lingkungan
Data hasil uji hipotesis pretest yang tersaji pada Tabel 4.23 menunjukkan bahwa
H0 diterima dan Ha ditolak, ini artinya bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan
indikator keseluruhan aspek konteks peserta didik sebelum menggunakan model
pembelajaran ADI terhadap keterampilan literasi sains peserta didik pada konsep
jamur.
f) Hipotesis Posttest
Hasil perhitungan nilai posttest dengan menggunakan uji-t, dapat diperlihatkan
pada Tabel 4.24 berikut:
62
Tabel 4.24 Hasil Uji-t Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
Data Statistik
Eksperimen Kontrol
N 45,00 45,00
Rata-rata 80,98 72,37
Thitung 6,43
Ttabel 1,99
Data hasil uji hipotesis posttest yang tersaji pada Tabel 4.24 menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari ttabel yaitu 6,43 > 1,99. Maka dapat disimpulkan bahwa
H0 ditolak dan Ha diterima. Data hasil uji hipotesis yang telah tersaji pada Tabel
4.24 terlihat, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pada model
pembelajaran ADI terhadap keterampilan literasi sains peserta didik.
Tabel 4.25 Hasil Uji-t Posttest Tingkat Kognitif Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Tingkat Rata-rata SD
Thitung Ttabel Kesimpulan
Kognitif Eks Kon Eks Kon
Ho ditolak
terdapat
C2 91,11 80,00 18,58 19,66 2,76
perbedaan yang
signifikan
1,99 Ho diterima
bahwa tidak
C4 98,33 99,44 11,18 3,73 0,63 terdapat
perbedaan yang
signifikan
63
Ho ditolak
terdapat
C5 63,21 54,07 12,27 9,94 3,88
perbedaan yang
signifikan
Ho ditolak
terdapat
C6 84,10 74,36 7,41 7,69 6,12
perbedaan yang
signifikan
Data hasil uji hipotesis posttest yang tersaji pada Tabel 4.25 menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari t tabel pada tingkatan kognitif C2, C5, dan C6. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran ADI
terhadap tingkat kognitif ranah memahami, mengevaluasi dan mencipta pada
peserta didik. Pada dimensi ranah kognitif C4 yaitu menganalisis terlihat tidak
dapat perbedaan yang signifikan. Hal ini dikarenakan soal yang termasuk ke dalam
ranah kognitif C4 adalah soal nomor satu yang mana soal ini mempunyai indikator
mengidentifikasi ciri-ciri jamur, tentunya hampir seluruh peserta didik dari kelas
eksperimen maupun kontrol mampu menjawab soal tersebut, karena soal tersebut
hanya menuntut peserta didik untuk menjawab ciri-ciri jamur berdasarkan artikel
yang ada dalam soal. Oleh karena itu peserta didik baik itu di kelas eksperimen
maupun kontrol sudah mampu menjawab soal tersebut dengan benar. Peserta didik
di kelas kontrol memiliki nilai C4 yang lebih unggul karena 44 peserta didik mampu
menjawab dengan benar dengan skor sempurna, dan hanya ada satu peserta didik
yang berhasil menjawab dengan benar namun hanya mendapatkan tiga skor. Hal ini
serupa dengan peserta didik di kelas eksperimen namun ada satu peserta didik yang
sudah berhasil menjawab namun skor yang didapatkan hanya satu skor.
Tabel 4.26 Hasil Uji-t Posttest Aspek Konten Kemampuan Literasi Sains
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Indikator Aspek Rata-rata SD
Thitung Ttabel Kesimpulan
Konten Eks Kon Eks Kon
Ho diterima
bahwa tidak
Mengidentifikasi Ciri-
98,33 99,44 11,18 3,73 0,63 terdapat
ciri Jamur perbedaan yang
signifikan
Mengklasifikan Jamur
Ho ditolak
Berdasarkan Struktur terdapat
95,56 90,00 9,29 9,83 2,76
tubuh, dan Alat perbedaan yang
signifikan
reproduksinya 1,99
Ho ditolak
Menjelaskan Cara terdapat
53,83 41,73 12,97 11,88 4,62
Reproduksi Jamur perbedaan yang
signifikan
Mengimplementasikan
Ho ditolak
Peran Jamur Bagi terdapat
86,42 75,31 9,44 13,59 4,51
Kehidupan dan perbedaan yang
signifikan
Lingkungan
Data hasil uji hipotesis posttest yang tersaji pada Tabel 4.26 menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari t tabel pada indikator klasifikasi jamur, cara reproduksi
jamur dan implementasi peran jamur bagi kehidupan. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven Inquiry
terhadap keterampilan literasi sains peserta didik pada aspek konten. Pada indikator
mengidentifikasi ciri-ciri jamur tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini
dikarenakan soal yang termasuk ke dalam indikator mengidentifikasi ciri-ciri jamur
adalah soal nomor satu. Peserta didik di kelas eksperimen maupun kontrol sudah
mampu menjawab soal tersebut, karena soal tersebut hanya menuntut peserta didik
untuk menjawab ciri-ciri jamur berdasarkan artikel yang ada di dalam soal.
65
Data hasil uji hipotesis posttest yang tersaji pada Tabel 4.27 menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari t tabel pada indikator menjelaskan fenomena secara
ilmiah, dan menggunakan bukti-bukti ilmiah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh pada model pembelajaran ADI terhadap keterampilan literasi
sains peserta didik pada aspek kompetensi.
Tabel 4.28 Hasil Uji-t Posttest Aspek Konteks Kemampuan Literasi Sains
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Indikator Rata-rata SD
Thitung Ttabel Kesimpulan
Aspek Konteks Eks Kon Eks Kon
Ho ditolak
Konteks 1 91,36 86,42 6,65 7,36 3,34 berbeda
signifikan
Ho ditolak
Konteks 2 97,04 80,00 15,43 17,98 4,80 1,99 berbeda
signifikan
Ho ditolak
Konteks 3 53,83 41,73 12,97 11,88 4,62 berbeda
signifikan
Keterangan:
Konteks 1 : Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Sumber Daya Alam
Konteks 2 : Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Kesehatan
Konteks 3 : Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Mutu Lingkungan
Data hasil uji hipotesis posttest yang tersaji pada Tabel 4.28 menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari t tabel pada seluruh indikator konteks. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven
Inquiry terhadap keterampilan literasi sains peserta didik pada aspek konteks.
Keterangan:
Sikap 1: Respek Terhadap Data atau Fakta
Sikap 2 : Berpikiran Terbuka dan Kerja Sama
Sikap 3 : Ketekunan dan Ketelitian
Data hasil uji hipotesis posttest yang tersaji pada Tabel 4.29 menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari t tabel pada seluruh indikator sikap. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven
Inquiry terhadap keterampilan literasi sains peserta didik pada aspek sikap.
Tabel 4.30 Hasil Nilai N-Gain Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Kelas
Data Statistik
Eksperimen Kontrol
N 45,00 45,00
Rata-rata Nilai Pretest 61,56 61,93
Rata-rata Nilai Posttest 80,98 72,37
Rata-rata N-Gain 0,48 0,23
Data pada Tabel 4.30 di atas, memperlihatkan perolehan rata-rata nilai N-Gain
pada kelas eksperimen adalah 0,49. Sedangkan rata-rata nilai N-Gain pada kelas
kontrol adalah 0,23. Data pada tabel 4.30 menunjukkan bahwa nilai N-Gain kelas
eksperimen termasuk ke dalam kategori sedang, sedangkan kelas kontrol termasuk
ke dalam kategori rendah. Distribusi nilai N-Gain peserta didik di kelas eksperimen
sudah termasuk ke dalam kategori tinggi. Jumlah peserta didik yang termasuk ke
dalam kategori tinggi sebanyak 6 orang. Sedangkan pada kelas kontrol tidak ada.
68
C. Pembahasan
Hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa diterapkannya
model pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) dapat mempengaruhi
kemampuan literasi sains peserta didik. Data pretest menunjukkan kedua kelas
memiliki rata-rata kemampuan literasi sains yang tidak jauh berbeda secara
signifikan. Kelas eksperimen memiliki rata-rata pretest sebesar 61,56 dan kelas
kontrol sebesar 61,93. Model pembelajaran pada kelas eksperimen menunjukkan
hasil posttest yang jauh lebih unggul dibandingkan kelas kontrol. Hal ini terlihat
dari data yang diperoleh melalui posttest, kelas eksperimen memiliki rata-rata
sebesar 80,98 sedangkan kelas kontrol sebesar 72,37.
Data analisis N-Gain pada Tabel 4.30 menunjukkan bahwa nilai N-Gain rata-
rata kelas eksperimen adalah 0,48. Hasil ini termasuk ke dalam kategori sedang.
Adapun nilai N-Gain rata-rata kelas kontrol adalah 0,23. Hasil ini termasuk ke
dalam kategori rendah. Hal tersebut membuktikan bahwa kelas eksperimen
mengalami peningkatan kemampuan literasi sains yang lebih baik dibandingkan
dengan kelas kontrol sehingga model pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI)
lebih mampu meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik jika
dibandingkan dengan pendekatan saintifik yang digunakan di kelas kontrol. Hal ini
sesuai dengan tahapan model pembelajaran ADI yang menuntut peserta didik untuk
memberikan argumentasi secara ilmiah. Argumentasi tersebut sesuai dengan alasan
yang didukung oleh fakta relevan dan teori yang akurat. Peserta didik yang
menggunakan pendekatan saintifik tidak dituntut untuk berargumen lebih jauh
karena tahapan-tahapannya tidak begitu mengakomodasi peserta didik untuk
berargumentasi secara ilmiah.
Pengujian hipotesis terhadap hasil posttest, memperoleh nilai t hitung > ttabel (6,43
> 1,99), dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima ini artinya terdapat perbedaan
hasil tes literasi sains peserta didik yang menggunakan model pembelajaran ADI
dengan peserta didik yang menggunakan pendekatan saintifik. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran ADI memiliki kontribusi yang
signifikan terhadap peningkatan kemampuan literasi sains peserta didik
dibandingkan dengan pendekatan saintifik.
69
6
Astuti Muh. Amin dan A. D Corebima, Analisis Persepsi Dosen Terhadap Strategi
Pembelajaran Reading Questioning And Answering (RQA) Dan Argument Driven Inquiry (ADI)
Pada Program Studi Pendidikan Biologi Di Kota Makassar, (Makassar: Seminar Nasional II Tahun
2016 Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan
(PLSK) Universitas Muhammadiyah Malang, 2016), h. 336
7
Demisrcioglu, T dan Ucur, S. Investigating the Effect of Argument-Driven Inquiry in
Laboratory Instruction. Educational Sciences, 15 (1), 2015, hal. 267-283.
70
8
Neni Hasnunidah, Pembelajaran Biologi Dengan Strategi Argument Driven Inquiry dan
Keterampilan Argumentasi Peserta Didik, (Bandar Lampung: Jurnal Pendidikan Biologi FKIP
UNS, 2015), h. 8.
9
Astuti Muh. Amin dan A. D Corebima., op. cit., h. 335
10
Abbas, S. dan Sawamura, H, Developing an Argument Learning Environment Using
AgentBased ITS (ALES). Education Data Mining. 1, 2009, h. 200.
11
Uus Toharudin, et.al., op. cit., h. 47.
12
Brickman, P. et a.l, Effects of Inquiry-based Learning on Students’ Science Literacy
Skills and Confidence, (International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 3(2),
2009), hal. 1.
71
salah satu pembelajaran berbasis inquiry yang dapat mendorong peserta didik
13
terlibat dalam pengalaman laboratorium yang lebih ilmiah otentik dan edukatif.
Model pembelajaran ini juga lebih edukatif bagi peserta didik karena dapat
menerima umpan balik seluruh proses dan peserta didik diberikan kesempatan
untuk belajar dari kesalahan. 14
Kegiatan pembelajaran ADI dapat menciptakan kegiatan laboratorium yang
lebih autentik karena peserta didik dapat bekerja secara ilmiah seperti halnya
ilmuwan dari laboratorium penelitian sains. Hal inilah yang membedakan kegiatan
praktikum konvensional dengan model pembelajaran ADI, praktikum konvensional
adalah tipe inkuiri yang paling sederhana. Praktikum konvensional guru
menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang harus
ditemukan peserta didik dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap. Komponen
esensial dari inkuiri yakni pertanyaan atau masalah tidak muncul pada praktikum
konvensional, maka dari itu praktikum konvensional tidak termasuk kegiatan
inkuiri ilmiah, sedangkan model pembelajaran ADI membuat peserta didik lebih
aktif, lebih tertarik, lebih kritis dan lebih terangsang rasa ingin tahunya selama
menerima pembelajaran.
Model pembelajaran ADI dapat menuntun peserta didik untuk menggali
argumentasi dan informasi sendiri tanpa menunggu penjelasan dari guru terlebih
dahulu. Peserta didik belajar tentang, konten (pengetahuan atau isi), kompetensi
(proses), dan konteks yang berkaitan dengan personal, sosial, dan global. Hal ini
sesuai dengan penilaian yang dilakukan PISA. Penilaian PISA tidak sekedar
terfokus pada sejauhmana peserta didik telah menguasai kurikulum sekolah, tetapi
juga melihat kemampuan peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari. 15
Tahapan model pembelajaran ADI dinilai mampu meningkatkan argumentasi
ilmiah peserta didik karena topik-topik yang diangkat adalah topik yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran ADI juga dinilai mampu untuk
13
Neni Hasnunidah, \op. cit., h. 9.
14
Ibid., h.9.
15
Uus Toharudin, et.al., op. cit., h. 7.
72
perkembangan kemahiran ilmu sains, hal ini karena model pembelajaran ADI dapat
meningkatkan empat aspek science proficiency. Hal ini sesuai dengan penelitian
The Use of Argumentation in Science Education to Promote the Development of
Science Proficiency: A comparative case study yang menyatakan bahwa
penelitiannya menggunakan model pembelajaran ADI sangat sejalan sesuai dengan
aspek science proficiency (kemahiran ilmu ilmiah).16
Model pembelajaran ADI menjadi salah satu model pembelajaran alternatif
yang paling efektif untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap konsep-
konsep biologi. Hal ini sesuai dengan penelitian The Effect Of Argument Driven
Inquiry On Student Understanding Of High School Biology Concepts yang
menyatakan bahwa penelitiannya menggunakan model pembelajaran ADI memiliki
efek positif terhadap pembelajaran dan pemahaman konsep-konsep biologi. 17
Alasan kedua model pembelajaran ADI berpengaruh signifikan pada empat
aspek kemampuan literasi sains, yaitu aspek konten (pengetahuan atau isi),
kompetensi (proses), konteks dan aspek sikap, karena model ADI melibatkan
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, kemampuan
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti yang ada.
Data pada Tabel 4.26 menunjukkan bahwa model pembelajaran ADI
memberikan pengaruh yang signifikan pada aspek pertama yaitu, aspek konten. Hal
ini membuktikan bahwa model ADI berhasil membuat peserta didik memahami
konsep-konsep kunci yang diperlukan peserta didik untuk dapat memahami
fenomena alam tentang jamur pada kehidupan. Data pada Tabel 4.26 juga
memperlihatkan bahwa model ADI tidak memberikan pengaruh pada indikator
16
Patrick Enderle, et al., The Use of Argumentation in Science Education to Promote the
Development of Science Proficiency: A comparative case study, (American : A Paper Presented at
the 2012 Annual Meeting for the American Educational Research Association in Vancouver, British
Columbia, Canada), 2013, h. 1
17
Carol Payne Myers, The Effect Of Argument Driven Inquiry On Student Understanding Of High
School Biology Concepts, (Bozeman, Montana : A Professional Paper submitted in partial
fulfillment of the requirements for the degree master of science in science education Montana State
University), 2015, h. 28
73
mengidentifikasi ciri-ciri jamur. Hal ini membuktikan bahwa peserta didik di kelas
eksperimen maupun kontrol sudah mampu menjawab soal tersebut dengan benar.
Model pembelajaran ADI memberikan pengaruh yang signifikan pada aspek
kedua yaitu aspek kompetensi (proses), data dapat dilihat pada Tabel 4.27. Indikator
yang berhasil dicapai oleh peserta didik adalah indikator mengidentifikasi isu-isu
ilmiah, lalu menggunakan bukti-bukti ilmiah, dan indikator menjelaskan fenomena
secara ilmiah. Pencapaian kemampuan literasi pada indikator mengidentifikasi isu-
isu ilmiah terlihat dari kemampuan peserta didik untuk mengenal isu dan ciri-ciri
kunci dari fenomena yang terdapat dalam instrumen soal. Pencapaian kemampuan
literasi pada indikator menggunakan bukti-bukti ilmiah dapat tergambar dari
kemampuan peserta didik menafsirkan bukti ilmiah dan menarik kesimpulan
dengan menginterpretasi data yang terdapat pada instrumen soal tes literasi sains.
Penerapan model pembelajaran ADI memberikan pengaruh yang signifikan
pada aspek ketiga, yaitu aspek konteks. Hal ini terlihat pada Tabel 4.28. Data
tersebut menginformasikan bahwa model pembelajaran ADI sudah mampu
membuat peserta didik terlibat dalam isu-isu kehidupan secara umum yang
berkaitan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari (bidang sumber daya alam,
kesehatan dan mutu lingkungan). Data pada Tabel 4.8 dan 4.9 juga menjadi bukti
nyata bahwa peserta didik di kelas eksperimen mampu mengaitkan konsep dengan
konteks literasi sains yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini
terlihat ketika peserta didik mengemukakan argumentasi secara individual maupun
kelompok.
Model pembelajaran ADI juga memberikan pengaruh pada sikap kinerja ilmiah
peserta didik, hal ini dapat terlihat pada Tabel 4.29 yang telah tersaji. Setiap
pertemuan peserta didik di kelas eksperimen konsisten memperlihatkan perilaku
sesuai dengan semua indikator aspek sikap. Aspek sikap sains juga merupakan
aspek penting yang mempengaruhi kemampuan literasi sains, karena salah satu
tujuan pendidikan sains adalah dapat mengembangkan sikap peserta didik yang
74
membuat tertarik pada isu ilmiah dan kemudian memperoleh serta mengaplikasikan
pengetahuan sains dan teknologi untuk kemanfaatan pribadi, sosial, dan global. 18
Aspek sikap yang dinilai pada instrumen literasi sains melibatkan tiga indikator
sikap kinerja ilmiah peserta didik, yaitu sikap respek terhadap data atau fakta, sikap
berpikiran terbuka dan kerjasama dan sikap ketekunan atau ketelitian selama proses
pembelajaran sedang berlangsung. Tabel 4.11 memperlihatkan nilai ketercapaian
literasi sains pada aspek sikap kinerja ilmiah peserta didik di kelas eksperimen dan
kontrol. Nilai ketercapaian kelas eksperimen cenderung lebih tinggi hal ini jelas
tergambar pada proses pembelajaran di kelas eksperimen. Peserta didik di kelas
eksperimen cenderung sudah konsisten menunjukkan sikap kinerja ilmiah. Hal ini
terlihat ketika peserta didik sedang melaksanakan penyelidikan ilmiah untuk
mendukung argumentasi yang telah dibuat. Sikap-sikap kinerja ilmiah yang diamati
adalah ketekunan dan ketelitian, kerja keras, obyektif, subyektif, dan rasa ingin tahu
yang tinggi.
Peningkatan kemampuan literasi sains peserta didik juga terlihat pada tahapan
model pembelajaran ADI yang terdiri dari identifikasi topik utama, generalisasi
data, pengumpulan dan analisis data, produksi argumen tentatif, sesi argumentasi,
diskusi reflektif eksplisit, pembuatan laporan investigasi, double-blind peer review,
revisi laporan berdasarkan hasil peer review. Sintaks model pembelajaran ADI
secara keseluruhan dapat mencakup empat domain aspek literasi sains yang
digunakan sebagai acuan penilaian.
Tahapan identifikasi topik utama merupakan tahapan memperkenalkan topik
untuk dipelajari dengan memancing perhatian peserta didik terhadap suatu
fenomena. Pemunculan topik utama pada suatu fenomena dinilai mampu
membangkitkan partisipasi peserta didik karena topik tersebut dapat dikaji dari
berbagai aspek dan sudut pandang. Tahap identifikasi topik utama menjadi dasar
pembentukan argumen yang menuju pada pemecahan masalah. Model
pembelajaran Argument Driven Inquiry, melatih peserta didik untuk membuat
argumen, berdasarkan literasi yang dibaca, pengetahuan (konsep dan teori yang
18
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), PISA 2015 Draft
Science Framework, h. 14.
75
dipelajari) dan pengalaman yang telah didapatkan. Hal ini lah yang nantinya dapat
memperkuat argumentasi peserta didik.
Tahap generalisasi data merupakan tahapan untuk mencari informasi dan
mengembangkan jawaban berdasarkan data-data yang dimiliki. Tahapan ini
menuntut peserta didik untuk mengumpulkan data atau fakta dan mencari informasi
tambahan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Kegiatan diskusi
dengan teman kelompok membantu peserta didik untuk menemukan ide atau solusi
terkait masalah yang dimunculkan.
Tahap produksi argumen tentatif memberikan kebebasan kepada peserta didik
untuk berargumentasi dan mencari informasi-informasi tambahan dengan
menggunakan internet ataupun sumber literatur lainnya. Tahap ini dinilai mampu
membuat peserta didik menghasilkan argumen yang dikaitkan dengan konsep atau
teori yang sedang dipelajari. Tahapan ini dilakukan guna memperoleh argumen
yang kuat disertakan penjelasan, bukti-bukti yang digunakan untuk mendukung ide-
ide dan alasan yang telah dibuat. Peserta didik perlu memahami bahwa pengetahuan
ilmiah tidak dogmatis dan ilmuwan harus dapat mendukung claim dengan bukti dan
penalaran yang tepat. Hal ini dinilai mampu membuat peserta didik
mengembangkan argumen dan menentukan apakah bukti yang ada berlaku, relevan,
memadai, dan cukup meyakinkan untuk mendukung claim.
Tahap sesi argumentasi dinilai mampu menyediakan konteks yang otentik bagi
peserta didik untuk belajar bagaimana berpartisipasi dalam aspek-aspek sosial dari
argumentasi ilmiah.19 Sesi pembuatan argumen tentatif maupun sesi argumentasi,
mampu membuat peserta didik lebih memahami konten yang akan dijadikan
dukungan bagi argumen yang telah dibuat saat menjalani sesi argumentasi. Peserta
didik dibiasakan untuk membaca literasi terlebih dahulu sebelum membuat
argumen dan menganalisis informasi-informasi yang didapat dari sumber literasi
yang dibaca. Cara seperti ini mampu membuat peserta didik mengolah,
menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan dan informasi-informasi terbaru yang
akan mendukung argumen yang telah dibuat. Terkait hal tersebut, diperkuat oleh
19
Neni Hasnunidah, op. cit., h. 22.
76
20
Wahyu Sukma Ginanjar, “Penerapan Model Argument Driven Inquiry Dalam
Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa SMP”
(Bandung:Skripsi Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI, 2014), hal. 1
77
fakta berdasarkan data dan informasi yang telah didapatkan untuk menuju suatu
kesimpulan yang berbentuk solusi penyelesaian masalah. Peran guru juga sangat
membantu untuk membimbing dan mengarahkan berjalannya tahap menyimpulkan
dari penyelidikan yang telah dilakukan bersama teman sekelompok. Peserta didik
memberikan tanggapan ulang berupa revisi laporan penyeldikan berdasarkan hasil
peer review bersama teman sejawatnya.
Kedelapan sintaks model ADI yang dilakukan peserta didik sudah mencakup
keempat aspek literasi sains dan dikembangkan dengan baik Hal ini menjadi sebuah
kesimpulan bahwa model pembelajaran ADI memberikan pengaruh yang sangat
signifikan pada kemampuan literasi sains peserta didik. Kegiatan pembelajaran
secara keseluruhan dengan menggunakan model pembelajaran ADI membuat
peserta didik lebih aktif, lebih tertarik, lebih kritis dan lebih terangsang rasa ingin
tahunya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Model pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) berpengaruh terhadap
kemampuan literasi sains peserta didik, hal ini terlihat dari hasil uji-t pada taraf
signifikasi α 0,05 menunjukkan bahwa diperoleh nilai thitung > ttabel (6,43 > 1,99)
sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Argument
Driven Inquiry (ADI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
literasi sains peserta didik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada
aspek konten, kompetensi, konteks dan sikap. Aspek konten meliputi,
mengklasifikasikan jamur berdasarkan struktur tubuh dan alat reproduksinya,
menjelaskan cara reproduksi jamur, mengimplementasikan peran jamur bagi
kehidupan dan lingkungan. Aspek kompetensi meliputi, menjelaskan fenomena
secara ilmiah dan menggunakan bukti-bukti ilmiah. Aspek konteks meliputi,
IPTEK bidang sumber daya alam, kesehatan dan mutu lingkungan. Aspek sikap
meliputi, respek terhadap data atau fakta, berpikiran terbuka dan kerja sama,
ketekunan dan ketelitian.
B. Saran
Saran-saran dalam penelitian ini, antara lain:
1. Model Argument Driven Inquiry (ADI) dapat digunakan oleh pihak sekolah
sebagai model alternatif untuk mengembangkan kemampuan literasi sains
peserta didik.
2. Guru sebaiknya lebih sering untuk menerapkan pembelajaran berbasis inquiry
di kelas pada saat ketika sedang mengajar terutama penerapan model
77
78
79
80
Life style Oke Zone. Roti Berjamur Ini Sebabnya. 2016. Tersedia di
http://lifestyle.okezone.com. Diakses pada 7 September 2016.
Meizuvan Khoirul Arief. Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran IPA Tema
Pemanasan Global Untuk Meningkatkan Literasi Sains. Jurnal Ilmu Pendidikan
dan Pengajaran Bandung, Vol. 2 No.2. 2015
Meltzer, David E. The relationship between mathematics preparation and conceptual
learning gains in physics: A possible “hidden variable” in diagnostic pretest
scores. American Journal of Physics. Vol. 70. 2002.
Mizana Dina, Khaira. Suharti, Netty. Amir, Arni. Identifikasi Pertumbuhan Jamur
Aspergillus Sp Pada Roti Tawar Yang Dijual Di Kota Padang Berdasarkan Suhu
Dan Lama Penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol 5 No.2. 2016.
Moh. Nazir. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. VII, 2009.
National Research Council (NRC). National Science Education Standards.
Washington. DC: National Academies Press. 1996. Tersedia di
https://www.csun.edu/s. Diakses pada 25 Juni 2016.
Neni Hasnunidah. Pembelajaran Biologi Dengan Strategi Argument Driven Inquiry dan
Keterampilan Argumentasi Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Biologi. 2015.
Nurita Puji Astuti. Sifat Organoleptik Tempe Kedelai yang Dibungkus Plastik,Daun
Pisang Dan Daun Jati. Karya Tulis Ilmiah. 2009.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2012
Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading, Science,
Problem Solving and Financial Literacy. OECD:Publishing. 2013.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2009
Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science.
2009 Tersedia di https://www.oecd.org. Diakses pada 25 Juni 2016.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2012
Results in Focus: What 15-Year-Olds Know and What They Can Do With What
They Know. 2014. Tersedia di http://oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-
overview.pdf. Diaskes pada 1 November 2016.
82
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2015 Draft
Science Framework. 2013. Tersedia di https://www.oecd.org. Diakses pada 25
Juni 2016.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2012 Result:
what Student Know and Can do : Student Performance in Mathematics, Reading
and Science (Volume 1) [Revised edition February 2014]. 2014 Tersedia di
https://www.oecd.org. Diakses pada 28 Juni 2016.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2015 PISA
Result in Focus. 2015 Tersedia di https://www.oecd.org. Diakses pada 1
Desember 2016.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2015 Draft
Science Framework. 2015 Diakses pada 22 Maret 2017.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). The PISA 2003
Assesment Frame Work-Mathematics, Reading, Science, and Problem Solving
Knowledge and Skills. 2003. Tersedia di https://www.oecd.org. Diakses pada 22
Juni 2016.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). The Programme
for International Student Assesment (PISA). 2007. Tersedia di
https://www.oecd.org. Diakses pada 22 Juni 2016.
Patrick Enderle, et al., The Use of Argumentation in Science Education to Promote the
Development of Science Proficiency: A comparative case study. A Paper
Presented at the 2012 Annual Meeting for the American Educational Research
Association in Vancouver, British Columbia, Canada. 2013.
Purwanto, Ngalim, M. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, Cet. XVII, 2012.
Riezky Maya Probosari, Murni Ramli, Harlita, Meti Indrowati, Sajidan., Profil
Keterampilan Argumentasi Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNS
pada Mata Kuliah Anatomi Tumbuhan, Vol. 9 No.1. Jurnal Bioedukasi FKIP
Universitas Sebelas Maret. 2016.
83
Rustaman, Nuryani. Literasi Sians Anak Indonesia 2000 & 2003. Makalah Literasi
Sains. 2003. Tersedia di http://file.upi.edu/. Diakses pada 1 Mei 2016.
Rustaman, Nuryani. Perkembangan Penelitian Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan
Sains. Seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan
IPA Indonesia. 2005. Tersedia di http://file.upi.edu/. Diakses pada 1 Mei 2016
Sampson, Victor. et al., Argument Driven Inquiry in Biology. United States of
America: NSTA Press. 2014.
Sanjaya, Wina. Strategi Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2008.
Schen, Melissa S. “Scientific Reasoning Skills Development In The Introductory
Biology Courses For Undergraduates”. Disertasi pada The Ohio State University.
Columbus: 2007. Tidak dipublikasikan.
Sibel Erduran, et. al. Learning To Teach Argumentation: Case Studies Of Pre Service
Secondary Science Teachers, Vol.2 No.2. Eurasia Journal of Mathematics,
Science and Technology Education. 2006.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
2010.
Sofyan, Ahmad. Feronika, Tonih. Mila, Burhanuddin. Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006.
Sridianti. Struktur Tubuh Jamur. 2016. Tersedia di http://www.biologiedukasi.com.
Diakses pada 7 September 2016.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cet. XVIII, 2014.
Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung : Alfabeta.
2011.
Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
2011.
84
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Annisaa Meyrizka Kusumo Putri
NIM 1112016100011
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Kompetensi Inti
KI 1 (Kompetensi Inti 1):
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 (Kompetensi Inti 2):
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 (Kompetensi Inti 3):
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 (Kompetensi Inti 4):
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
86
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
C. Indikator
Mengidentifikasi ciri-ciri jamur
Mengklasifikasikan jamur berdasarkan persamaan morfologi yang diamati
Melakukan pengamatan untuk melihat ciri-ciri jamur makroskopis dan
mikroskopis
Menyajikan data dari hasil pengamatan ciri-ciri jamur makroskopis dan
mikroskopis dalam bentuk laporan tertulis
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat mengidentifikasi jamur berdasarkan ciri-ciri umum
Peserta didik dapat mengklasifikasikan jamur berdasarkan persamaan
morfologi yang diamati
Peserta didik dapat mengamati ciri-ciri jamur melalui pengamatan beberapa
jenis jamur makroskopis dan mikroskopis.
Peserta didik dapat menyajikan data hasil pengamatan ciri jamur makroskopis
dan mikroskopis dalam bentuk laporan tertulis
E. Metode, Model, dan Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Saintifik
Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Argument Driven Inquiry
Model yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Cooperative Learning
F. Materi
Faktual
1. Struktur dan ciri jamur
Konseptual
1. Dasar-dasar pengelompokkan jamur
Prosedural
87
Kegiatan Inti
4. Tahap Sesi Guru berperan sebagai Pada tahap ini, masing- 30 menit
Argumentasi modertator. Pada tahap ini, masing kelompok dapat
guru membagi proses memberi sanggahan
diskusi menjadi satu sesi. terhadap argumen
Pada sesi ini, satu peserta kelompok lain.
didik dari masing-masing
kelompok berkesempatan
mengemukakan
argumennya dan kemudian
disanggah oleh kelompok
lain.
5. Tahap Diskusi Guru mendorong peserta Peserta didik merancang 30 menit
Reflektif didik untuk penyelidikan untuk
Eksplisit mengembangkan argumen mengumpulkan data yang
yang dimiliki ke dalam akan menguatkan alasan
penyelidikan (tertera di dan mengembangkan
dalam LKS 2a) argumen mereka.
Hasil atau data atau fakta
yang telah didapatkan dari
sebuah penyelidikan dapat
mendukung argumen dan
alasan terhadap
permasalahan.
Penilaian laporan praktikum sesuai dengan rubrik penilaian laporan praktikum yang telah
disediakan dengan skor maksimal 50.
93
5 – Bantahan yang Tidak ada bantahan Bantahan yang Sanggahan jelas dan
ditawarkan yang ditawarkan, ditawarkan lemah, tidak didukung oleh alasan,
atau sanggahan yang didukung oleh menawarkan sudut
ditawarkan alasan atau hanya pandang baru
tidak relevan untuk ekspansi di
data/skenario yang jaminan/klaim
disajikan ("keduanya
valid” atau
“diperlukan penelitian
lebih lanjut")
Indikator
Respek Ketekunan Jumlah Rata-
Kelompok Berpikiran Terbuka Nilai
Terhadap Data atau Skor rata
dan Kerjasama
atau Fakta Ketelitian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata
Ketercapaian
Aspek
SD
Indikator:
1. Melakukan kegiatan percobaan sesuai dengan petunjuk kerja yang telah disediakan.
2. Membuat laporan praktikum berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan.
3. Menghindari tindakan mencontoh hasil percobaan kelompok lain.
4. Menghindari tindakan mereka-reka data untuk mendapatkan hasil percobaan yang sempurna.
5. Bersedia menerima ide-ide atau pendapat lain yang disampaikan oleh teman.
6. Bersedia memperbaiki hasil percobaan berdasarkan saran dari guru maupun teman.
7. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan percobaan.
8. Bekerjasama dengan teman sekelompok dalam melakukan percobaan.
9. Mengulangi percobaan apabila percobaan yang dilakukannya mengalami kegagalan.
10. Menyelesaikan percobaan meskipun kelompok lain sudah selesai lebih awal.
Format Penilaian
Nilai = Jumlah Skor X 100
30
96
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Kompetensi Inti
KI 1 (Kompetensi Inti 1):
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 (Kompetensi Inti 2):
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 (Kompetensi Inti 3):
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 (Kompetensi Inti 4):
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
100
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
C. Indikator
Menjelaskan dasar pengelompokkan jamur
Mengklasifikasikan kelompok jamur berdasarkan morfologi, struktur tubuh, dan
reproduksinya.
Melakukan pengamatan hasil reproduksi aseksual jamur
Menyajikan data dari hasil pengamatan reproduksi aseksual jamur dalam bentuk laporan
tertulis.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat menjelaskan apa saja yang menjadi dasar-dasar
pengelompokkan jamur
Peserta didik dapat mengklasifikasikan kelompok jamur berdasarkan morfologi,
struktur tubuh dan reproduksinya
Peserta didik dapat mengamati hasil dari reproduksi aseksual jamur
Peserta didik dapat menyajikan data dari hasil pengamatan reproduksi aseksual
jamur dalam bentuk laporan tertulis
E. Metode, Model, dan Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Saintifik
Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Argument Driven Inquiry
Model yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Cooperative Learning
F. Materi
Faktual
1. Struktur dan ciri jamur berdasarkan pengelompokan jamur
Konseptual
1. Dasar-dasar pengelompokan jamur
Prosuderal
101
Kegiatan Inti
4. Tahap Sesi Guru berperan sebagai Pada tahap ini, masing- 30 menit
Argumentasi modertator. Pada tahap ini, masing kelompok dapat
guru membagi proses memberi sanggahan
diskusi menjadi satu sesi.
104
5 – Bantahan yang Tidak ada bantahan Bantahan yang Sanggahan jelas dan
ditawarkan yang ditawarkan, ditawarkan lemah, tidak didukung oleh alasan,
atau sanggahan yang didukung oleh menawarkan sudut
ditawarkan alasan atau hanya pandang baru
tidak relevan untuk ekspansi di
data/skenario yang jaminan/klaim
disajikan ("keduanya
valid” atau
“diperlukan penelitian
lebih lanjut")
Indikator
Respek Ketekunan Jumlah Rata-
Kelompok Berpikiran Terbuka Nilai
Terhadap Data atau Skor rata
dan Kerjasama
atau Fakta Ketelitian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata
Ketercapaian
Aspek
SD
Indikator:
1. Melakukan kegiatan percobaan sesuai dengan petunjuk kerja yang telah disediakan.
2. Membuat laporan praktikum berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan.
3. Menghindari tindakan mencontoh hasil percobaan kelompok lain.
4. Menghindari tindakan mereka-reka data untuk mendapatkan hasil percobaan yang sempurna.
5. Bersedia menerima ide-ide atau pendapat lain yang disampaikan oleh teman.
6. Bersedia memperbaiki hasil percobaan berdasarkan saran dari guru maupun teman.
7. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan percobaan.
8. Bekerjasama dengan teman sekelompok dalam melakukan percobaan.
9. Mengulangi percobaan apabila percobaan yang dilakukannya mengalami kegagalan.
10. Menyelesaikan percobaan meskipun kelompok lain sudah selesai lebih awal.
Format Penilaian
Nilai = Jumlah Skor X 100
30
109
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Kompetensi Inti
KI 1 (Kompetensi Inti 1):
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 (Kompetensi Inti 2):
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 (Kompetensi Inti 3):
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 (Kompetensi Inti 4):
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
114
B. Kompetensi Dasar
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
C. Indikator
Melakukan percobaan membuat tempe guna mengetahui peran jamur terhadap kehidupan.
Menyajikan data dari hasil percobaan pembuatan tempe menggunakan jamur dalam bentuk
laporan tertulis
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat melakukan percobaan membuat tempe guna mengetahui peran jamur
terhadap kehidupan
Peserta didik dapat menyajikan data dari hasil percobaan pembuatan tempe menggunakan
jamur dalam bentuk laporan tertulis
E. Metode, Model, dan Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Saintifik
Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Argument Driven Inquiry
Model yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Cooperative Learning
F. Materi
Faktual
1. Peran jamur bagi kehidupan dan lingkungan.
Konseptual
1. Keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan oleh jamur.
2. Mengklasifikasikan manfaat jamur secara ekologis, ekonomis, media dan
pengembangan iptek.
Prosuderal
1. Merancang percobaan untuk membuat tempe yang berasal dari kacang kedelai
dan ampas tahu.
G. Media
Gambar (slide powerpoint)
115
jamur dalam
pembuatan tempe?”
Kegiatan Inti
Guru mengajukan
pertanyaan terkait
topik yang telah
dimunculkan (tertera
di dalam LKS 1a)
Guru meminta peserta
didik untuk menjawab
dan membangun
sebuah argumen yang
terdiri dari claim, bukti
dan alasan mereka
(tertera di dalam LKS
1a)
2. Tahap Guru membimbing dan Peserta didik membentuk 10 menit
Merancang mengarahkan kelompok sesuai dengan yang
Metode dan pembentukan diarahkan oleh guru.
Mengumpulk kelompok kolaboratif Peserta didik mengumpulkan
an Data untuk mencari dan data atau fakta untuk
mengembangkan menjawab pertanyaan.
jawaban berdasarkan Peserta didik melakukan
data-data yang dimiliki diskusi dengan teman
kelompok masing-masing
untuk menemukan ide/solusi
terkait masalah yang
dimunculkan.
4. Tahap Sesi Guru berperan sebagai Pada tahap ini, masing- 30 menit
Argumentasi modertator. Pada tahap masing kelompok dapat
ini, guru membagi memberi sanggahan terhadap
proses diskusi menjadi argumen kelompok lain.
satu sesi. Pada sesi ini,
satu peserta didik dari
masing-masing
kelompok
berkesempatan
mengemukakan
argumennya dan
kemudian disanggah
oleh kelompok lain.
5. Tahap Guru mendorong Peserta didik merancang 30 menit
Diskusi peserta didik untuk penyelidikan untuk
Reflektif mengembangkan mengumpulkan data yang
Eksplisit argumen yang dimiliki akan menguatkan alasan dan
ke dalam penyelidikan mengembangkan argumen
(tertera di dalam LKS mereka.
2a) Hasil atau data atau fakta
yang telah didapatkan dari
sebuah penyelidikan dapat
mendukung argumen dan
alasan terhadap permasalahan
119
Kompetensi Dasar 4:
Berupa laporan praktikum kelompok
L. Penilaian
Kompetensi Dasar 3:
Penilaian argumentasi sesuai dengan rubrik penilaian argumentasi yang telah disediakan
dengan skor maksimal 6.
Kompetensi Dasar 4:
Penilaian laporan praktikum sesuai dengan rubrik penilaian laporan praktikum yang telah
disediakan dengan skor maksimal 50.
Penilaian produk berupa tempe.
121
Sumber : Schen, Melissa S. “Scientific Reasoning Skills Development In The Introductory Biology
Courses For Undergraduates”. Disertasi pada The Ohio State University. Columbus: 2007.
Tidak dipublikasikan.
123
Indikator
Respek Ketekunan Jumlah Rata-
Kelompok Berpikiran Terbuka Nilai
Terhadap Data atau Skor rata
dan Kerjasama
atau Fakta Ketelitian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata
Ketercapaian
Aspek
SD
Indikator:
1. Melakukan kegiatan percobaan sesuai dengan petunjuk kerja yang telah disediakan.
2. Membuat laporan praktikum berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan.
3. Menghindari tindakan mencontoh hasil percobaan kelompok lain.
4. Menghindari tindakan mereka-reka data untuk mendapatkan hasil percobaan yang sempurna.
5. Bersedia menerima ide-ide atau pendapat lain yang disampaikan oleh teman.
6. Bersedia memperbaiki hasil percobaan berdasarkan saran dari guru maupun teman.
7. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan percobaan.
8. Bekerjasama dengan teman sekelompok dalam melakukan percobaan.
9. Mengulangi percobaan apabila percobaan yang dilakukannya mengalami kegagalan.
10. Menyelesaikan percobaan meskipun kelompok lain sudah selesai lebih awal.
Format Penilaian
Nilai = Jumlah Skor X 100
30
124
1 = Jika peserta didik tidak konsisten memperlihatkan perilaku yang tertera dalam
indikator
2 = Jika peserta didik cukup konsisten memperlihatkan perilaku yang tertera dalam
indikator, tetapi belum konsisten
3 = Jika peserta didik konsisten memperlihatkan perilaku yang tertera dalam
indikator
127
Lampiran 4
Kompetensi Inti
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan
cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
128
Indikator
3.6.1 Mengidentifikasi ciri-ciri jamur
3.6.3 Mengklasifikasi golongan jamur
4.6.1 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan
PERTEMUAN I
A. Tujuan Pembelajaran :
3.6.1 Peserta didik mampu mengidentifikasi ciri-ciri jamur menggunakan media gambar
dan pengamatan langsung dengan objek jamur yang jelas.
3.6.3 Peserta didik mampu mengklasifikasi golongan jamur menggunakan media gambar
dan pengamatan langsung dengan objek jamur yang jelas.
4.6.1 Peserta didik mampu menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur
dalam kehidupan dan lingkungan dengan pengamatan dan studi literatur dengan
konsep yang tepat.
B. Materi Pembelajaran :
1. Ciri-ciri jamur
2. Ukuran, bentuk, dan struktur tubuh jamur
3. Cara hidup jamur
4. Klasifikasi golongan jamur
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Kerja Kelompok, Eksperimen
D. Media, Alat, dan Sumber Belajar
1. Media : Powerpoint, Gambar
2. Alat : OHP/Laptop, LCD, Pengeras Suara/Speaker
(alat dan bahan pada kegiatan praktikum terdapat di LKS)
3. Sumber Belajar :
Nurhayati, Nunung, Mukhlis, dan Agus jaya. Biologi untuk SMA/MA Kelas X
(Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam). Bandung: Penerbit Yrama
Widya. 2014.
Buku Biologi kelas X yang relevan.
129
E. Langkah-Langkah Pembelajaran :
A. Pendahuluan (alokasi waktu 15 menit)
Guru mengucapkan salam ketika memasuki kelas.
Guru bersama peserta didik berdoa untuk memulai pelajaran.
Guru mengecek kehadiran peserta didik.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, seperti KD dan Indikator.
Guru membentuk peserta didik menjadi 8 kelompok secara heterogen.
B. Inti
Kegiatan Peserta Alokasi
No. Model Saintifik Kegiatan Guru
Didik Waktu
1. Mengamati Guru Peserta didik 15 menit
menunjukkan memperhatikan
gambar beberapa gambar yang
jenis organisme ditampilkan oleh
(tumbuhan sejati guru di depan
dan jamur) di kelas dengan
papan tulis dengan seksama.
menggunakan
media LCD dan
meminta peserta
didik untuk
memperhatikan
dengan seksama.
Guru Peserta didik
menyampaikan menyimak
informasi yang informasi yang
bersifat general disampaikan oleh
atau umum terkait guru terkait
perbedaan- beberapa
perbedaan organisme yang
organisme yang ditampilkan oleh
ditampilkan. guru.
130
dilakukan, untuk
nantinya
disampaikan
diakhir pertemuan
kepada kelompok
lainnya.
5. Mengkomunikasikan Guru meminta Peserta didik 15 menit
perwakilan melalui
kelompok yang perwakilan
ditunjuk untuk kelompok
mempresentasikan mempresentasikan
hasil pengamatan secara lisan hasil
kelompoknya diskusi dan
masing-masing pengamatan yang
kepada kelompok telah dilakukan.
lainnya.
Penilaian (terlampir) :
1. Afektif : Teknik penilaian observasi
Instrumen penilaian lembar observasi
2. Kognitif : Teknik penilaian tes uraian
Instrumen penilaian tes tertulis
3. Psikomotorik : Teknik penilaian keterampilan pada kegiatan praktikum
Instrumen penilaian lembar observasi
Mengetahui,
RUBRIK PENILAIAN
Skor Maksimal 9
PERTEMUAN: 1 / 2 / 3
Indikator
Ketekunan Jumlah Rata-
Kelompok Respek Terhadap Berpikiran Terbuka dan Nilai
atau Skor rata
Data atau Fakta Kerjasama
Ketelitian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata
Ketercapaian
Aspek
SD
Indikator:
1. Melakukan kegiatan percobaan sesuai dengan petunjuk kerja yang telah disediakan.
2. Membuat laporan praktikum berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan.
3. Menghindari tindakan mencontoh hasil percobaan kelompok lain.
4. Menghindari tindakan mereka-reka data untuk mendapatkan hasil percobaan yang sempurna.
5. Bersedia menerima ide-ide atau pendapat lain yang disampaikan oleh teman.
6. Bersedia memperbaiki hasil percobaan berdasarkan saran dari guru maupun teman.
7. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan percobaan.
8. Bekerjasama dengan teman sekelompok dalam melakukan percobaan.
9. Mengulangi percobaan apabila percobaan yang dilakukannya mengalami kegagalan.
10. Menyelesaikan percobaan meskipun kelompok lain sudah selesai lebih awal.
Format Penilaian
Nilai = Jumlah Skor X 100
30
136
Lampiran 5
Kompetensi Inti
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan
cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
138
Indikator
3.6.2 Menjelaskan cara reproduksi jamur
PERTEMUAN II
A. Tujuan Pembelajaran :
3.6.2 Peserta didik mampu menjelaskan cara reproduksi jamur menggunakan studi
literatur dengan konsep yang tepat.
B. Materi Pembelajaran :
1. Cara reproduksi jamur
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Kerja Kelompok
D. Media, Alat, dan Sumber Belajar
1. Media : Powerpoint, Gambar, Video
2. Alat : OHP/Laptop, LCD
3. Sumber Belajar :
a. Buku:
Ginting, Robin, dan Lili Abdullah Rojak. Biologi Untuk SMA/MA Kelas X
Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam. Depok: Arya Duta, 2014.
Pratiwi, D. A., dkk. Biologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2007.
Subardi, Nuryani, Shidiq Pramono. Biologi Untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Buku Biologi kelas X yang relevan.
b. Internet
E. Langkah-Langkah Pembelajaran :
A. Pendahuluan (alokasi waktu 10 menit)
Guru mengucapkan salam ketika masuk ke dalam kelas.
Berdo’a, pembacaan do’a dipimpin ketua kelas.
Guru mengabsen peserta didik.
Guru memotivasi peserta didik dengan menampilkan gambar.
Memberikan persepsi dengan mengajukan pertanyaan “Apakah ciri-ciri dan
karakteristik jamur yang membedakannya dengan organisme lain? ”.
139
B. Inti
Pendekatan Kegiatan Peserta Alokasi
No. Kegiatan Guru
Saintifik Didik Waktu
1. Mengamati Guru memberikan Peserta didik 15 menit
LDS kepada mendapatkan LDS
peserta didik. pada setiap
kelompoknya.
Guru Peserta didik
menunjukkan menonton video
video tentang yang ditampilkan
proses reproduksi guru.
pada jamur kepada
peserta didik.
2. Menanya Guru bertanya Peserta didik 10 menit
kepada peserta menjawab
didik “Apakah pertanyaan guru
cara reproduksi (setiap peserta
pada jamur hanya didik memiliki
terjadi seperti pada kesempatan yang
video yang sama).
ditampilkan
guru?” (terjadi
proses tanya-
jawab interaktif).
3. Mencoba / Mencari Guru meminta Peserta didik 30 menit
Informasi peserta didik menyelesaikan
mencari informasi LDS yang
berkaitan dengan diberikan guru.
pertanyaan pada
tahapan
140
sebelumnya sesuai
dengan LDS yang
diberikan guru.
4. Menalar Guru meminta Peserta didik 20 menit
setiap kelompok bersama anggota
menyimpulkan kelompoknya aktif
perbedaan masing- terhadap tugas
masing cara yang diberikan
reproduksi jamur guru.
berdasarkan empat
divisi pada jamur.
5. Mengkomunikasikan Guru meminta Perwakilan setiap 35 menit
perwakilan kelompok
kelompok mempresentasikan
mempresentasikan hasil data pada
hasil data pada LDS yang
LDS yang diberikan guru.
diberikan guru.
Guru memberikan
konfirmasi
terhadap konsep
pembelajaran.
Penilaian (terlampir) :
1. Afektif : Teknik penilaian observasi
Instrumen penilaian lembar observasi
2. Kognitif : Teknik penilaian tes uraian
Instrumen penilaian tes tertulis
3. Psikomotorik : Teknik penilaian keterampilan pada kegiatan praktikum
Instrumen penilaian lembar observasi
Mengetahui,
RUBRIK PENILAIAN
LEMBAR DISKUSI SISWA (LDS) PERTEMUAN 2
No.
Kriteria Penilaian Skor
Soal
6. Alat reproduksi √ - - -
seksual
1 zigosporangium
7. Zigot tumbuh - √ - -
menjadi askus
3
8. Menghasilkan - - √ -
basidiospora
2
9. Memiliki √ √ √ -
sporangium
11. Perkawinan √ √ √ -
1 dilakukan antara
hifa yang berbeda
jenis
143
Skor maksimal 20
No.
Kriteria Penilaian Skor Jawaban Yang Diharapkan
Soal
15
Skor maksimal 15
15
Skor maksimal 15
15
Skor maksimal 15
Skor maksimal 15
Pertanyaan Diskusi
No.
Kriteria Penilaian Skor Jawaban Yang Diharapkan
Soal
10
Skor maksimal 10
10
Skor maksimal 10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kompetensi Inti
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Indikator
3.6.1 Mengidentifikasi ciri-ciri jamur
3.6.2 Menjelaskan cara reproduksi jamur
3.6.3 Mengklasifikasi golongan jamur
3.6.4 Mengimplementasikan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan
4.6.1 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan
PERTEMUAN I
A. Tujuan Pembelajaran :
3.6.1 Peserta didik mampu mengidentifikasi ciri-ciri jamur menggunakan media gambar
dan pengamatan langsung dengan objek jamur yang jelas.
3.6.3 Peserta didik mampu mengklasifikasi golongan jamur menggunakan media gambar
dan pengamatan langsung dengan objek jamur yang jelas.
B. Materi Pembelajaran :
1. Ciri-ciri jamur
2. Ukuran, bentuk, dan struktur tubuh jamur
3. Cara hidup jamur
4. Klasifikasi golongan jamur
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Kerja Kelompok, Eksperimen
D. Media, Alat, dan Sumber Belajar
1. Media : Powerpoint, Gambar
2. Alat : OHP/Laptop, LCD, Pengeras Suara/Speaker
(alat dan bahan pada kegiatan praktikum terdapat di LKS)
3. Sumber Belajar :
Nurhayati, Nunung, Mukhlis, dan Agus jaya. Biologi untuk SMA/MA Kelas X
(Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam). Bandung: Penerbit
Yrama Widya. 2014.
Buku Biologi kelas X yang relevan.
E. Langkah-Langkah Pembelajaran :
A. Pendahuluan (alokasi waktu 15 menit)
Guru mengucapkan salam ketika memasuki kelas.
Guru bersama peserta didik berdoa untuk memulai pelajaran.
Guru mengecek kehadiran peserta didik.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, seperti KD dan Indikator.
Guru membentuk peserta didik menjadi 8 kelompok secara heterogen.
B. Inti
Kegiatan Peserta Alokasi
No. Model Saintifik Kegiatan Guru
Didik Waktu
1. Mengamati Guru Peserta didik 15 menit
menunjukkan memperhatikan
gambar beberapa gambar yang
jenis organisme ditampilkan oleh
(tumbuhan sejati guru di depan
dan jamur) di kelas dengan
papan tulis dengan seksama.
menggunakan
media LCD dan
meminta peserta
didik untuk
memperhatikan
dengan seksama.
Guru Peserta didik
menyampaikan menyimak
informasi yang informasi yang
bersifat general disampaikan oleh
atau umum terkait guru terkait
perbedaan- beberapa
perbedaan organisme yang
organisme yang ditampilkan oleh
ditampilkan. guru.
2. Menanya Guru menarik Seluruh peserta 30 menit
minat bertanya didik mengajukan
peserta didik pertanyaan kepada
terkait gambar dan guru terkait
informasi umum gambar dan
yang telah informasi umum
disampaikan. mengenai gambar
Misalnya, beberapa
“Apakah dari organisme yang
gambar dan ditampilkan
penjelasan ibu sebelumnya.
tersebut ada yang Misalnya:
ingin - Mengapa jamur
ditanyakan?” dan tumbuhan
lainnya berbeda?
- Apakah yang
membedakan
antara keduanya?
3. Mencoba / Mencari Guru menjawab Peserta didik 30 menit
Informasi pertanyaan peserta bersiap bersama
didik dengan kelompok masing-
meminta mereka masing untuk
melakukan melakukan
percobaan dan percobaan.
mencari jawaban
dari pertanyaan
mereka secara
mandiri bersama
kelompok masing-
masing.
Guru memberikan Perwakilan
LKS percobaan kelompok
kepada tiap menerima LKS
perwakilan untuk memandu
kelompok peserta percobaan yang
didik. akan dilakukan.
Guru menjelaskan Peserta didik
secara jelas menyimak dan
mengenai memperhatikan
percobaan yang dengan seksama
akan dilakukan penjelasan guru
oleh peserta didik, mengenai
mulai dari alat dan percobaan yang
bahan hingga akan dilakukan.
langkah kerja
yang terdapat di
LKS.
4. Menalar Guru Peserta didik 20 menit
membimbing mendiskusikan
peserta didik hasil pengamatan
untuk untuk memahami
mendiskusikan berbagai ciri yang
hasil pengamatan dimilikinya
yang telah sebagai dasar
dilakukan dan pengelompokan
mengaitkannya jamur.
pada dasar
pengelompokan
jamur.
Guru Peserta didik
mengarahkan membuat
peserta didik kesimpulan baik
untuk menarik secara pribadi
kesimpulan hasil ataupun kelompok
pengamatan dan dari percobaan
diskusi yang telah yang telah
dilakukan. dilakukan, untuk
nantinya
disampaikan
diakhir pertemuan
kepada kelompok
lainnya.
5. Mengkomunikasikan Guru meminta Peserta didik 15 menit
perwakilan melalui
kelompok yang perwakilan
ditunjuk untuk kelompok
mempresentasikan mempresentasikan
hasil pengamatan secara lisan hasil
kelompoknya diskusi dan
masing-masing pengamatan yang
kepada kelompok telah dilakukan.
lainnya.
4.6.1 Peserta didik mampu menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur
dalam kehidupan dan lingkungan dengan pengamatan dan studi literatur dengan
konsep yang tepat.
B. Materi Pembelajaran :
1. Peranan jamur dalam kehidupan dan lingkungan
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Kerja Kelompok, Eksperimen
D. Media, Alat, dan Sumber Belajar
1. Media : Powerpoint, Gambar, Video,
2. Alat : OHP/Laptop, LCD
3. Sumber Belajar :
a. Buku:
Buku Biologi kelas X yang relevan.
b. Internet:
E. Langkah-Langkah Pembelajaran :
A. Pendahuluan (alokasi waktu 10 menit)
Guru memberi salam, mengecek absensi, mengecek kesiapan peserta didik dan
menyiapkan buku ajar.
Guru memberikan semangat belajar dengan tanya jawab seputar pengetahuan
umum tentang manfaat jamur dan menampilkan gambar spesies jamur dari
berbagai jenis divisi jamur.
Guru memberikan apersepsi dengan bertanya:
“Apakah kalian pernah memakan jamur? Apakah semua jenis jamur dapat
dimakan?”
“Apakah semua jenis jamur menguntungkan bagi manusia?”
Dari pertanyaan tersebut guru menyampaikan bahwa itu yang akan menjadi
tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut.
B. Inti
Kegiatan Peserta Alokasi
No. Model Saintifik Kegiatan Guru
Didik Waktu
1. Mengamati Guru menginstruksikan Peserta didik 15 menit
kepada peserta didik memperlihatkan
untuk memperlihatkan jamur yang
jenis-jenis jamur yang mereka bawa yang
telah mereka bawa. telah ditugaskan
Guru menginstruksikan guru pada
kepada peserta pertemuan
didiknya untuk sebelumnya.
mengamati morfologi
jamur yang telah
mereka bawa.
Guru menampilkan Peserta didik
slide power point meyimak slide dan
terkait materi penjelasan materi
klasifikasi jamur, yang diberikan
simbiosis jamur, dan guru.
peranan peranan jamur
untuk dianalisis serta
memberi penjelasan
terhadap slide yang
ditampilkan.
2. Menanya Guru memberikan Peserta didik 25 menit
pertanyaan kepada menjawab
peserta didiknya yang pertanyaan yang
berkaitan dengan isi diberikan oleh
slide yang telah guru.
dijelaskan.
“Pernahkah kalian “Pernah. jamur
memakan tempe dan tempe termasuk ke
jamur merang?, dalam divisi
termasuk ke dalam zygomycota
divisi apakah jamur sedangkan jamur
tempe dan jamur merang termasuk
kuping yang sering dalam divisi
kalian makan?” basidiomycota.”
“Apakah jamur dapat “Ya, jamur dapat
berinteraksi dengan berinteraksi
makhluk hidup dengan makhluk
lainnya?” hidup lainnya
seperti dengan
alga dan akar
tanaman.”
“Bagaimanakah cara “Simbiosis
jamur berinteraksi mutualisme dan
dengan makhluk hidup komensalisme
lainnya?” merupakan cara
bagi jamur
berinteraksi
dengan alga dan
akar tanaman.”
Guru memprediksi dan Peserta didik
mengharapkan peserta kemungkinan akan
didiknya bertanya menanyakan
mengenai: mengenai dasar
“Berdasarkan apakah pengelompokkan
pengelompokkan jamur jenis-jenis jamur
tempe dan jamur kepada gurunya
kuping tersebut?” dan mengenai
“Apakah setiap jamur perbedaan alat
dari berbagai divisi perkembangbiakan
mempunyai alat jamur pada setiap
perkembangbiakkan divisinya.
yang berbeda?”
Guru menjawab Peserta didik
pertanyaan peserta bertanya kepada
didik terkait dasar guru terkait hal-hal
pengelompokkan jenis- yang belum di
jenis jamur dan pahami.
mengenai perbedaan
alat perkembangbiakan
jamur pada setiap
divisinya.
3. Mencoba / Mencari Guru memberikan LKS Perwakilan 30 menit
Informasi percobaan kepada tiap kelompok
perwakilan kelompok menerima LKS
peserta didik. untuk memandu
Guru menjelaskan percobaan yang
secara jelas mengenai akan dilakukan.
percobaan yang akan Peserta didik
dilakukan oleh peserta menyimak dan
didik, mulai dari alat memperhatikan
dan bahan hingga dengan seksama
langkah kerja yang penjelasan guru
terdapat di LKS. mengenai
percobaan yang
akan dilakukan.
Lampiran 7
LEMBAR ARGUMENTASI INDIVIDU LKS
1a
CIRI-CIRI DAN KLASIFIKASI JAMUR
Dilihat dari struktur tubuhnya, jamur memiliki ciri-ciri untuk mengenal apakah suatu
organisme merupakan jamur atau bukan. Organisme yang termasuk jamur bisa terdiri atas
satu sel maupun terdiri atas banyak sel. Jamur yang bersel tunggal (uniseluler), misal nya
adalah ragi (Saccharomyces cerevisiae), sedangkan jamur yang tubuhnya bersel banyak
(multiseluler) bisa berupa jamur mikroskopis maupun jamur makroskopis. Jamur mikroskopis
adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop, karena memiliki ukuran tubuh yang
sangat kecil. Contoh jamur mikroskopis multiseluler adalah Aspergillus sp. dan Penicillium
sp. Jamur multiseluler juga ada yang bersifat makroskopis, mudah diamati dengan mata
telanjang, yang berukuran besar. Contoh jamur makroskopis adalah jamur merang
(Volvariella valvacea) dan jamur kuping (Auricularia polytricha). Sel-sel penyusun tubuh
jamur makroskopis memanjang membentuk benang yang disebut hifa. Hifa bercabang cabang
membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan membentuk
tubuh buah. Hifa merupakan struktur menyerupai benang yang terdiri atas satu atau banyak
sel yang dikelilingi dinding berbentuk pipa.
Pada beberapa jenis jamur, hifa memiliki sekat-sekat antar sel yang disebut septa.
Septa memiliki celah atau pori yang cukup besar sehingga cairan yang berada di dalam sel
dapat mengalir dari suatu sel ke sel lainnya. Jamur adalah sel mikroskopis yang tumbuh
memanjang seperti benang yang dikenal dengan hifa. Diameter hifa hanya beberapa
micrometer, tetapi dapat tumbuh memnjang hingga mencapai beberapa meter. Hifa yang
tumbuh membentuk masa disebut misellium atau tebal menyerupai kawat dan disebut sebagai
157
rhizomorphs yang tampak seperti akar. Jamur yang tumbuh dengan cara memperpanjang hifa
pada ujungnya dikenal sebagai pertumbuhan apical atau pada bagian tengah hifa yang disebut
pertumbuhan interkalar. Hifa pada beberapa jamur mempunyai penyekat melintang atau septa
dan adanya septa ini dipergunakan untuk identifikasi. Hifa tersebut memanjang diatas atau
tembus melalui medium dimana kapang itu tumbuh. Secara morfologis jamur dapat
ditentukan dengan melihat bentuk strukturnya menggunakan mikroskop, dengan demikian
identifikasi dan klasifikasi dapat ditentukan, secara visual jamur dilihat seperti kapas atau
benang berwarna/tidak berwarna yang disebabkan karena adanya miselia dan spora. Miselia
terbentuk dengan adanya hifa, baik yang bersepta atau tidak bersepta. Jamur terbagi menjadi
beberapa familia antara lain Moniliaceae (aspergillus, phenicilium, trichothecium,
geotrichum, monilia, sporatrichum, botrytis, dll), dematiaceae (cladosporium,
helminthosporium, dll), dan tuberculariaceae (fusarium).
Tugas:
1. Baca artikel di atas dengan seksama.
2. Analisis dan tandai poin-poin yang Anda anggap penting.
3. Kemukakan pendapat Anda pada kolom yang telah disediakan.
4. Artikel di atas bisa jadi kurang memuat data yang dapat menguatkan pendapat
Anda. Anda bisa menggunakan sumber relevan lain seperti buku teks, internet
dan lain sebagainya. berikut beberapa link yang dapat membantu Anda
mengumpulkan data yang Anda perlukan:
http://www.sridianti.com/struktur-tubuh-jamur.html
http://www.biologiedukasi.com/2014/12/fungi-struktur-tubuh-fungi.html
http://www.astalog.com/2569/struktur-tubuh-jamur.html
2. B. Landasan Teori
3.
4.
5.
Tanggal Pengamatan:
Tanggal Pengumpulan:
………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………
…………………………………………………...…………………………………………………………………………………………………
……...………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………..………………………………………………………………………………………………………...………………………………
………………………………………………………………………...……………………………………………………………………………
161
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
C. Rumusan Masalah (Lingkarilah Salah Satu Rumusan Masalah yang Kalian Anggap Tepat)
1. Apakah semua jenis jamur struktur tubuhnya bisa dilihat dengan mata telanjang?
2. Apakah hanya sebagian jenis jamur yang struktur tubuhnya bisa dilihat dengan mata telanjang?
D. Hipotesis (Lingkarilah Salah Satu Hipotesis yang Kalian Anggap Tepat)
162
1. Semua jenis jamur struktur tubuhnya bisa dilihat dengan mata telanjang
2. Tidak semua jenis jamur struktur tubuhnya bisa dilihat dengan mata telanjang
E. Alat dan Bahan
a. e. h.
b. f. i.
c. g.
d. h.
F. Langkah Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
163
G. Data Pengamatan
Pengamatan Jamur
Substrat: Jamur….
Substrat: Jamur….
164
H. Pembahasan
Tuliskanlah pembahasan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
165
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
I. Kesimpulan
Tuliskanlah kesimpulan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
166
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
J. Daftar Pustaka
167
168
Lampiran 8
LEMBAR ARGUMENTASI INDIVIDU LKS
1a
PERTUMBUHAN JAMUR PADA ROTI
Jamur roti menghancurkan roti sehingga tidak bisa lagi dimakan. Jamur yang tumbuh
pada roti memiliki berbagai warna seperi kehitaman, abu-abu, hingga kehijauan. Jamur hidup
dengan memakan nutrisi pada roti sekaligus menguraikan roti dalam prosesnya. Jamur pada
roti terdiri dari banyak sel dengan ukuran mikroskopis sehingga membutuhkan mikroskop
untuk bisa mengamati tiap individu sel. Jamur roti, yang masuk dalam klasifikasi tumbuhan,
tumbuh dengan kecepatan mengesankan. Lantas darimana mereka berasal? Jamur tumbuh dari
spora yang merupakan sel reproduksi jamur. Tanpa terlihat, spora yang berukuran mikroskopis
sebenarnya bebas melayang di sekitar kita. Saat mendarat pada substansi yang tepat (misal
roti), spora ini kemudian tumbuh menjadi jamur dan mulai berkembang biak. Meskipun
nampaknya hanya permukaan roti yang ditumbuhi jamur, namun bagian lain roti kemungkinan
juga sudah terkontaminasi. Itu sebab, segera buang roti yang sudah nampak berjamur. Jangan
sekali-kali membuang bagian yang berjamur kemudian memakan sisanya. Sisa yang terlihat
tidak berjamur bisa jadi sudah diinvasi jamur yang tidak kasat mata. Terdapat beberapa jenis
dan spesies jamur roti diantaranya adalah Aspergillus, Monascus, Rhizopus, Penicillium,
Fusarium, dan Monascus. Masing-masing spesies memiliki warna tersendiri. Rhizopus
berwarna hitam kabur, sedangkan Aspergillus memiliki tekstur yang lebih halus, sedangkan
spesies Penicillium berwarna abu-abu hijau dan tampak samar. Roti ditumbuhi jamur karena
menyediakan sumber makanan untuk berbagai jenis jamur. Udara sebenarnya penuh dengan
169
spora jamur berukuran sangat kecil, dan di bawah kondisi yang tepat, spora ini dapat tumbuh
di hampir semua bahan organik dan mulai mencernanya. Pada roti, enzim jamur akan memecah
dinding sel dari bahan organik yang membentuk roti menjadi senyawa molekuler yang lebih
sederhana. Jamur terdiri atas banyak spesies yang berkontribusi terhadap 5% dari seluruh
jumlah spesies yang hidup dibumi. Jamur tidak dapat menerima energi langsung dari matahari
karena tidak memiliki klorofil. Itu sebab, jamur harus hidup dari tumbuhan atau hewan lain.
Sebagian jamur bersifat parasit, artinya merugikan inang tempat tumbuhnya, sedangkan jenis
lain hidup pada bahan organik yang sudah mati. Kebanyakan jamur cenderung fleksibel tentang
pilihan makanan mereka. Jamur dapat memakan berbagai molekul organik, sehingga
fleksibilitas ini memungkinkannya tumbuh hampir dimana saja. Jamur menghasilkan puluhan
enzim pencernaan dan asam untuk mencerna bahan organik yang ditumbuhinya. Tidak seperti
manusia, jamur bekerja dengan arah berlawanan, bahan organik harus dicerna dulu baru
kemudian dimakan, karena sifat jamur yang mampu memakan hampir apapun, terdapat spesies
yang dikembangkan khusus sebagai agen pembersih. Jamur mampu berkembang biak secara
eksponensial sampai semua nutrisi yang tersedia telah habis. Jamur berkembang biak dengan
spora, suatu substansi kecil yang diproduksi oleh jamur secara massal. Untungnya, spora dapat
dihancurkan dengan pemanasan (dimasak). Itu mengapa roti tidak segera terinfeksi jamur
sesaat setelah matang. Seiring waktu, bagaimanapun, spora dari udara akhirnya menempel pada
roti yang merupakan substansi kaya gizi. Ketika dimasukkan dalam freezer, spora jamur
menjadi tidak aktif, meskipun dapat aktif kembali saat ditempatkan pada suhu ruangan.
Tugas:
1. Baca artikel di atas dengan seksama.
2. Analisis dan tandai poin-poin yang Anda anggap penting.
3. Kemukakan pendapat Anda pada kolom yang telah disediakan.
4. Artikel di atas bisa jadi kurang memuat data yang dapat menguatkan pendapat
Anda. Anda bisa menggunakan sumber relevan lain seperti buku teks, internet dan
lain sebagainya. berikut beberapa link yang dapat membantu Anda mengumpulkan
data yang Anda perlukan:
http://lifestyle.okezone.com/read/2016/01/25/298/1296574/roti-berjamur-
ini-sebabnya
http://www.ayahbunda.co.id/keluarga-tips/penyebab-makanan-berjamur-
170
http://www.amazine.co/14555/mengapa-roti-berjamur-penyebab-jamur-
pada-roti/
http://www.amazine.co/24265/jamur-roti-jenis-efek-cara-mencegah-
pertumbuhannya/
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/521
Lembar Argumentasi:
Pertanyaan:
1. Setujukah Anda bahwa suhu merupakan salah satu faktor untuk pertumbuhan jamur pada
roti?
2. Setujukah Anda bahwa suhu mempengaruhi percepatan pertumbuhan jamur pada roti?
A. Tujuan
Kelompok :
1.………………………………………………………………………………………………………
Nama Anggota :
2.………………………………………………………………………………………………………
1. B. Landasan Teori
2.
3.
4.
5.
………………………………………………………………………………………………..……………………………………………
…………………………………………………………...…………………………………………………………………………………………
……………...………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
173
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
C. Rumusan Masalah (Lingkarilah Salah Satu Rumusan Masalah yang Kalian Anggap Tepat)
1. Apakah suhu mempengaruhi percepatan pertumbuhan jamur pada roti?
2. Apakah suhu tidak sama sekali mempengaruhi percepatan pertumbuhan jamur pada roti?
174
D. Hipotesis (Lingkarilah Salah Satu Hipotesis yang Kalian Anggap Tepat)
1. Suhu mempengaruhi percepatan pertumbuhan jamur pada roti
2. Suhu tidak sama sekali mempengaruhi percepatan pertumbuhan jamur pada roti
E. Alat dan Bahan
a. e. h.
b. f. i.
c. g.
d. h.
F. Langkah Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
175
G. Data Pengamatan
Pengamatan Jamur yang Disimpan Di Suhu Ruangan Kamar
Substrat: Jamur roti
Morfologi Spora
Pengamatan Hari Ke- ( Bentuk, warna dan keterangan lainnya)
Roti
1 2 3 4 5 6 7
II
176
H. Pembahasan
Tuliskanlah pembahasan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
177
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
I. Kesimpulan
Tuliskanlah kesimpulan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
J. Daftar Pustaka
178
181
Lampiran 9
LEMBAR ARGUMENTASI INDIVIDU LKS
1a
PERANAN JAMUR DALAM KEHIDUPAN
Tempe merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal di Indonesia. Indonesia
merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia.
Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai di Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu
dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-
rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg (Astawan, 2004).
Tempe diminati oleh masyarakat Indonesia, selain harganya relatif murah dan enak
rasanya, tempe juga memiliki kandungan protein nabati yang tinggi. Melalui proses pembuatan
tempe, kedelai menjadi lebih enak dimakan dan meningkat nilai nutrisinya karena rasa dan
aroma kedelai berubah sama sekali setelah menjadi tempe, kadar protein yang larut dalam air
akan meningkat akibat aktivitas enzim proteolitik. Tempe lebih dapat diterima oleh masyarakat
setelah menjadi bahan pangan (dikonsumsi) dibanding masih berupa kedelai. Tempe yang
masih baik (baru) memiliki rasa dan bau yang spesifik (Kasmidjo, 1990).
Cita rasa tempe kedelai ditentukan oleh jenis kedelainya dan ditentukan juga oleh jenis
pembungkus yang digunakan selama fermentasi. Selama ini digunakan tiga jenis pembungkus
tempe, yaitu plastik, daun pisang dan daun jati. Kemasan plastik memiliki kelebihan yaitu kuat,
ringan, tidak karatan serta dapat diberi warna, sedangkan kelemahannya adalah molekul kecil
yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang
dikemas. Daun pisang memiliki kelebihan pembungkus alami yang tidak mengandung bahan
kimia, mudah ditemukan, mudah di lipat dan memberi aroma sedap. Di samping itu juga
memiliki kekurangan, antara lain mudah sobek dan kebersihan kurang. Daun jati memiliki
kelebihan tidak mengandung bahan kimia tapi juga memiliki kekurangan apabila tersentuh
182
kulit tangan akan terasa sedikit gatal dan sulit didapat pada musim kemarau (Winarno, 1994).
Pembungkus tempe dengan mengunakan daun merupakan cara tradisional yang paling
banyak dilakukan. Membungkus tempe dengan daun sama halnya dengan menyimpannya
dalam ruang gelap (salah satu syarat ruang fermentasi), mengingat sifat daun yang tidak tembus
pandang. Di samping itu, aerasi (sirkulasi udara) tetap dapat berlangsung melalui celah – celah
pembungkus yang ada (Suprapti, 2003). Menurut Sarwono, bahwa bakal tempe dapat
dibungkus menggunakan daun pisang dan daun jati. Selain dengan daun, bahan tempe dapat
dibungkus dengan kantong plastik. Pembungkusan bahan tempe dalam kantong plastik jangan
sampai terlalu rapat agar bagian dalam substrat cukup memperoleh udara. Kapang tempe
membutuhkan banyak udara (Sarwono, 2005).
Kantong plastik bersifat kedap udara, sehingga permukaan kantong plastik harus
dilubangi kecil-kecil dengan menggunakan lidi agar aerasi dapat terjadi (Suprapti, 2003).
Penggunaan pembungkus dalam fermentasi akan mempengaruhi cita rasa tempe kedelai yang
dihasilkan. Di samping karena faktor koreksi lingkungan yang dibentuk oleh kemasan tersebut
dalam proses fermentasi, juga karena adanya reaksi yang mungkin terjadi antara bahan yang
difermentasi dari komponen kemasan. Pengemasan bahan pangan memegang peranan penting
dalam pengendalian dari kontaminasi mikroorganisme terhadap produk bahan pangan.
Apabila tercemar oleh mikroorganisme dan disimpan dalam kondisi yang
memungkinkan bagi aktivitas metabolisme dapat menimbulkan kerusakan bahan pangan dan
membahayakan kesehatan konsumen (Supardi dan Sukamto, 1999).
Source: http://etd.eprints.ums.ac.id/5714/1/J_300_060_002.PDF
Tugas:
1. Baca artikel di atas dengan seksama.
2. Analisis dan tandai poin-poin yang Anda anggap penting.
3. Kemukakan pendapat Anda pada kolom yang telah disediakan.
4. Artikel di atas bisa jadi kurang memuat data yang dapat menguatkan pendapat Anda. Anda
bisa menggunakan sumber relevan lain seperti buku teks, internet dan lain sebagainya.
berikut beberapa link yang dapat membantu Anda mengumpulkan data yang Anda
perlukan:
http://etd.eprints.ums.ac.id/5714/1/J_300_060_002.PDF
http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/BMI/article/view/18
http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82917/potongan/S1-2015-283661-
chapter1.pdf.
5. Langkah-langkah Awal yang Harus Dilakukan:
Baca material/artikel yang sudah disediakan di atas dengan seksama.
Tandai hal-hal atau kalimat-kalimat yang menurut Anda penting. Anda bisa
menggarisbawahi atau menandai dengan menggunakan stabilo poin-poin yang
Anda anggap penting.
Jawab pertanyaan-pertanyaan pada kolom pertanyaan yang telah di sediakan (di
bawah).
Untuk melengkapi jawaban, Anda dapat mengakses informasi pada beberapa
sumber relevan lainnya, seperti buku dan sumber internet.
Lengkapi sesi argumen yang ada di bawah ini.
183
1. Tambahan Referensi Studi Literatur Guna Mendukung Argumentasi dan Alasan kalian!
http://etd.eprints.ums.ac.id/5714/1/J_300_060_002.PDF
http://www.kompasiana.com/deer/sehat-manakah-tempe-bungkus-plastik-atau-tempe-bungkus-
daun_5517bccb813311ae689de52d
http://www.gedangsari.com/terbukti-tempe-yang-di-bungkus-daun-lebih-sehat-daripada-
berbungkus-plastik.html
https://ristagustina.wordpress.com/2012/05/23/mengapa-daun-pisang-lebih-baik-digunakan-
sebagai-pembungkus-makanan-dari-pada-plastik/
http://id.portalgaruda.org/article.php?article=450249&val=7292
https://www.scribd.com/doc/299181985/Pengaruh-Jenis-Kacang-Dan-Jenis-Pembungkus-Tempe-
Terhadap-Kualitas-Hasil-Fermentasi-Dalam-Pembuatan-Tempe
2. Apakah Kalian Membutuhkan Investigasi Lebih Lanjut?
Ya (Lanjut ke nomor 3)
Tidak
3. Hal yang Harus Disiapkan Sebelum Melakukan Percobaan:
1. Rancanglah sebuah percobaan untuk mendukung jawaban dan alasan yang telah kalian kemukakan
2. Pilihlah alat dan bahan yang akan kalian gunakan untuk melakukan percobaan
3. Kumpulkanlah data-data untuk mendukung jawaban dan alasan yang telah kalian kemukakan melalui
percobaan.
LEMBAR KERJA SISWA
LKS
LAPORAN PRAKTIKUM PERAN JAMUR DALAM KEHIDUPAN
2b
2a
A. Tujuan
Kelompok :
1.………………………………………………………………………………………………………
Nama Anggota :
2.………………………………………………………………………………………………………
1. B. Landasan Teori
2.
3.
4.
5.
………………………………………………………………………………………………..……………………………………………
…………………………………………………………...…………………………………………………………………………………………
……………...………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
185
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
C. Rumusan Masalah (Lingkarilah Salah Satu Rumusan Masalah yang Kalian Anggap Tepat)
1. Apakah daun pisang dapat mempengaruhi cita rasa, kesehatan dan dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe?
2. Apakah daun pisang dapat mempengaruhi cita rasa, kesehatan, namun tidak dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe?
3. Apakah daun pisang sama sekali tidak mempengaruhi cita rasa, kesehatan, dan tidak dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan
tempe?
4. Apakah plastik dapat mempengaruhi cita rasa, kesehatan dan dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe?
5. Apakah plastik sama sekali tidak mempengaruhi cita rasa, kesehatan, namun dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe?
6. Apakah plastik sama sekali tidak mempengaruhi cita rasa, kesehatan dan tidak dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe?
186
D. Hipotesis (Lingkarilah Salah Satu Hipotesis yang Kalian Anggap Tepat)
1. Daun pisang dapat mempengaruhi cita rasa, kesehatan manusia dan dapat menjadi penunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe.
2. Daun pisang dapat mempengaruhi cita rasa, kesehatan manusia namun tidak dapat menjadi penunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe.
3. Daun pisang sama sekali tidak mempengaruhi cita rasa, kesehatan manusia dan tidak dapat menjadi penunjang keberhasilan dalam
pembuatan tempe.
4. Plastik dapat mempengaruhi cita rasa, kesehatan dan dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe.
5. Plastik sama sekali tidak mempengaruhi cita rasa, kesehatan, namun dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe.
6. Plastik sama sekali tidak mempengaruhi cita rasa, kesehatan dan tidak dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe.
E. Alat dan Bahan
a. e. h.
b. f. i.
c. g.
d. h.
F. Langkah Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
187
G. Data Pengamatan
Tanggal Keterangan
No. Waktu Foto
Pengamatan
188
H. Pembahasan
Tuliskanlah pembahasan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
189
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
I. Kesimpulan
Tuliskanlah kesimpulan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
J. Daftar Pustaka
190
Lampiran 10
Kelompok:
A. Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-
Nama Anggota:
ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
1. 4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan
dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
2.
3. B. Tujuan
6. C. Landasan Teori
7. Fungi merupakan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil sehingga bersifat
heterotroph stipe sel eukariotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya
terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, yang dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Organisme yang
disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak dapat berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof,
umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh
nutrient dengan cara absorpsi (Gandjar dkk, 2010).
191
Fungi pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri fungi berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan,
struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya. Fungi terdiri dari masa benang yang bercabang-cabang yang disebut miselium. Miselium
tersusun dari hifa (filamen) yang merupakan benang-benang tunggal. Badan vegetatif jamur yang tersusun dari filamen-filamen disebut
thalus. Berdasarkan fungsinya dibedakan dua macam hifa, yaitu: hifa fertile dan hifa vegetatif. Hifa fertile adalah hifa yang dapat
membentuk sel-sel reproduksi atau spora-spora. Hifa tersebut arah pertumbuhannya keluar dari media disebut hifa udara. Hifa vegetatif
adalah hifa yang berfungsi untuk menyerap makanan dari substrat.
Berdasarkan bentuknya, dibedakan menjadi dua macam hifa, yaitu: hifa tidak besepta dan hifa bersepta. Hifa yang tidak bersepta
merupakan ciri jamur yang termasuk Phycomycetes (jamur tingkat rendah). Hifa ini merupakan sel yang memanjang, bercabang-cabang,
terdiri atas sitoplasma dengan banyak inti. Hifa yang bersepta merupakan ciri dari jamur tingkat tinggi, atau yang termasuk Eumycetes
(Sumarsih, 2010).
192
E. Langkah Kerja
1. Bacalah setiap langkah kerja yang terdapat pada lembar kerja kalian dengan teliti.
2. Siapkanlah semua alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengamatan ini.
3. Amatilah objek (jamur tempe dan oncom) secara makroskopis secara langsung sesuai dengan panduan LKS.
4. Catatlah hasil pengamatan yang kalian dapat.
5. Buatlah sayatan tipis pada substrat basah (tempe dan oncom) untuk dilakukan pengamatan mikroskopis menggunakan silet/cutter.
6. Letakkan sayatan basah substrat pada objek glass dan basahi dengan aquades secukupnya, kemudian tutup dengan cover glass.
7. Letakkan objek mikroskopis tersebut di bawah mikroskop dan mulailah amati objek dengan teliti.
8. Amatilah objek mikroskopis sesuai dengan panduan LKS.
9. Diskusikan jawaban yang tepat dengan semua anggota kelompok kalian.
10. Untuk tiap kelompok menjawab semua soal yang ada, jawaban dapat dicari dalam buku pelajaran biologi kelas X atau dengan sumber literatur lain
yang berkesinambungan.
11. Perwakilan kelompok akan mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok di depan kelas pada waktu diskusi.
12. Kerjakanlah dengan tenang dan teliti.
193
F. Hasil Pengamatan
Pengamatan Makroskopis
1. Substrat: Jamur….
194
2. Substrat: Jamur….
Pengamatan Mikroskopis
*Berilah tanda (√) pada kolom pengelompokkan dalam divisi sesuai dengan nama jamur yang diamati
195
G. Pembahasan
H. Kesimpulan
Tuliskanlah kesimpulan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
196
197
Lampiran 11
Reproduksi Jamur
HARI / TANGGAL :
KELOMPOK :
ANGGOTA KELOMPOK :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Berilah tanda ceklis (√) jika pernyataan pada kelompok divisi jamur di bawah ini BENAR!
Divisi
No. Pernyataan
Zygomycotina Ascomycotina Basidiomycotina Deuteromycotina
Reproduksi belum
1.
diketahui
Reproduksi secara
2.
aseksual dan seksual
Reproduksi aseksual
3. dilakukan dengan
fragmentasi miselium
Reproduksi aseksual
4. dilakukan dengan
pembentukan konidia
Reproduksi aseksual
5.
dengan membentuk
198
Catatan:
Catatan:
Siklus Reproduksi Jamur:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Siklus Reproduksi Jamur:
Catatan:
Pertanyaan Diskusi
1. Sebutkan dan jelaskan dua cara reproduksi yang dapat dilakukan oleh
jamur!
Lampiran 12
LEMBAR KERJA SISWA
NAMA :
KELAS :
PERTEMUAN KE :
A. Kompetensi Dasar
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu menjelaskan peranan jamur dalam kehidupan sehari-hari pada
setiap divisinya.
C. Jawablah pertanyaan pada tabel di bawah ini dengan baik dan benar!
Peran menguntungkan:
3 Zigomycota
4
8 Ascomycota
10
11 Basidiomycota
202
15
Peranan merugikan:
5 Ascomycota
6
7 Exobasidium vexans Endoparasit pada daun teh
8 Basidiomycota
9
Epidermophyton
10 Penyebab penyakit kaki atlet
floccosum
11
12
Deuteromycota
13
14
15
LEMBAR KERJA SISWA
Peranan Jamur
C. Landasan Teori
Tempe adalah sumber protein yang terbuat dari kedelai dan dianggap cukup
penting bagi pola makanan di Indonesia. Tempe merupakan bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-
kacangan lainnya menggunakan jamur Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae. Tempe umumnya dibuat secara tradisional dan
merupakan protein nabati. Tempe mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat, dan
mineral. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh. Hal ini
dikarenakan kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah
dicerna oleh manusia (Kasmidjo, 1990).
203
Tempe merupakan makanan hasil fermentasi tradisional berbahan baku kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna putih, tekstur kompak dan flavor spesifik. Warna putih disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh
pada permukaan biji kedelai. Tekstur yang kompak juga disebabkan oelh miselia-miselia jamur yang menghubungkan antara biji-biji
kedelai tersebut. Terjadinya degradasi komponen-komponen dalam kedelai dapat menyebabkan terbentuknya flavor spesifik setelah
fermentasi. Kualitas sangat dipengaruhi oleh kualitas starter yang digunakan untuk inokulasinya. Inoculum tempe disebut juga
sebagai starter tempe, dan banyak pula yang menyebutkan dengan nama ragi tempe. Starter tempe adalah bahan yang mengandung
biakan jamur tempe, digunakan sebagai agnesia pengubah kedelai rebus menajdi tempe akibat tumbuhnya jamur tempe pada kedelai
dan melakukan kegiatan fermentasi yang menyebabkan kedelai berubah sifat/karakteristiknya menjadi tempe (Kasmidjo, 1990).
D. Rumusan Masalah
1. Apakah jamur dapat dijadikan sebagai sumber makanan bagi manusia?
2. Apakah kandungan nutrisi yang terdapat dalam jamur baik bagi tubuh jika dikonsumsi?
E. Hipotesis
Lingkarilah hipotesis yang kalian anggap tepat!
1. Rumusan masalah pertama
Hipotesis yang disajikan:
a. Jamur dapat dijadikan sebagai sumber bahan makanan.
b. Jamur berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi.
c. Jamur yang diolah dapat menjadi sumber bahan makanan enak dan bergizi.
d. Jamur tidak dapat dijadikan sebagai sumber bahan makanan.
e. Jamur hanya dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan dan pertanian saja.
2. Rumusan masalah kedua
Hipotesis yang disajikan:
204
a. Jamur mengandung zat berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi.
b. Jamur memiliki kandungan nutrisi baik yang cukup tinggi.
c. Ragi kering mengandung protein dan vitamin B yang baik bagi tubuh.
d. Jamur mengandung racun yang sangat berbahaya.
e. Jamur yang dikonsumsi dapat menimbulkan berbagai macam penyakit bagi tubuh.
G. Langkah Kerja
1. Biji kedelai yang telah dipilih, dibersihkan dan dicuci dengan air bersih, kemudian direndam dengan air bersih selama satu hari satu
malam. Hal ini bertujuan untuk melunakkan kedelai, dan juga agar mudah melepas kulit ari dari kedelai (proses hidrasi agar biji kedelai
menyerap air sebanyak mungkin).
2. Kemudian kedelai direbus sampai mendidih dan lanjutkan perebusan sampai kedelai benar-benar terlihat empuk.
3. Setelah tempe direbus, hasil rebusan tempe ditisikan/didinginkan sambil diaduk menggunakan pengaduk.
4. Setelah kulit ari kedelai dibuang dengan cara diremas-remas sampai biji terbelah dan kedelai menjadi bersih.
205
5. Kedelai yang telah dibuang kulit arinya kemudian dicuci bersih lalu ditiriskan. Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan
kotoran yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat
menghambat pertumbuhan fungi.
6. Setelah rebusan kedelai dingin, taburkan ragi sebanyak 1 gram ragi per 1 kg kedelai secara merata dengan sendik/alat pengaduk.
7. Kedelai yang sudah dicampur ragi, kemudian dibungkus dengan plastik yang sudah ditusuk-tusuk dengan jarum. Setelah itu disimpan
selama dua hari.
8. Pengamatan dilakukan selama dua hari berturut-turut guna melihat proses berlangsungnya fermentasi.
9. Setelah tempe disimpan selama dua hari, maka seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur.
206
I. Pembahasan
207
J. Kesimpulan
Tuliskanlah kesimpulan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
K. Daftar Pustaka
208
KISI-KISI INSTRUMEN SOAL LITERASI SAINS
Kompetensi Dasar:
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara
teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Aspek Komptensi
Aspek Konteks
atau proses Jenjang No.
Indikator Pembelajaran Berdasarkan Soal
Indikator Umum Kognitif Soal
PISA
PISA
3.6.1 Mengidentifikasi Mengidentifikasi Ilmu C4 1. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 1!
ciri-ciri jamur isu-isu ilmiah pengetahuan dan
teknologi: Mengapa Jamur Tidak Dapat Dikatakan Sebagai Tumbuhan?
sumber daya
alam
Tumbuhan bereproduksi melalui biji dan serbuk sari, jamur bereproduksi
melalui spora. Tumbuhan memiliki akar, batang, dan daun. Jamur hanya
memiliki filamen yang melekatkan mereka pada inang. Dinding sel pada
tumbuhan terbuat dari selulosa, sedangkan dinding sel jamur terbuat dari kitin.
209
Perbedaan lain antara tumbuhan dan jamur adalah bahwa tumbuhan dapat
membuat makanan sendiri (berfotosintesis), sedangkan jamur tidak bisa.
Tumbuhan dan jamur juga memiliki peran berbeda dalam sistem ekologi secara
keseluruhan. Tumbuhan berperan sebagai produsen, karena mereka
menghasilkan makanan, sedangkan peran jamur justru sebaliknya, mereka
adalah pengurai.
Kata Kunci:
□ Prokariotik
□ Eukariotik
□ Saprofit
□ Parasit
□ Memiliki dinding sel
□ Tidak memiliki dinding sel
□ Memiliki klorofil
□ Tidak memiliki klorofil
3.6.2 Mengklasifikasi Ilmu C2 3. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 3!
golongan jamur pengetahuan dan
teknologi: Yuk Makan Jamur Maitake!
kesehatan Jenis jamur Maitake bukan hanya enak tetapi juga berkhasiat bagi tubuh
yang sudah teruji sejak ratusan tahun silam. Zat pada jamur ini merangsang
sistem kekebalan tubuh dan mencegah pertumbuhan sel kanker.
Maitake atau grifola frondosa, merupakan jamur enak dan populer di Jepang.
211
Adapun ciri-ciri jamur Maitake ini adalah struktur tubuhnya multiseluler,
dengan hifa yang bersekat-sekat, dan bercabang membentuk miselium,
miselium akan tersusun padat dan membentuk tubuh buah, tubuh buah sebagai
payungnya, pada bagian bawah payung terdapat lembaran-lembaran seperti
insang dan jamur ini bereproduksi secara generatif dengan cara menghasilkan
spora. Pada umumnya jamur Maitake ini hidup sebagai saprofit (pengurai) sisa-
sisa organisme yang sudah mati sama halnya seperti pada jamur kancing dan
jamur merang yang sering kita konsumsi.
Termasuk ke dalam divisi apakah jamur Maitake ini? Berilah tanda checklist
pada jawaban yang tepat!
o Zygomycota
o Ascomycota
o Basidiomycota
o Deuteromycota
Ilmu C2 4. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 4!
pengetahuan
dan teknologi: Mari Selidiki Pertumbuhan Jamur Pada Roti
kesehatan Banyak ilmuwan yang menyatakan bahwa jamur pada roti yang
dinamakan Rhizopus stolonifer akan tumbuh pada bahan makanan yang lunak
seperti buah-buahan dan roti, apabila roti sudah ditumbuhi jamur tersebut dapat
terlihat pada permukaan roti yang biasanya berwarna hijau keabu-abuan yang
nantinya akan menghitam. Jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-
cabang dan berfungsi sebagai akar (rhizoid) untuk melekatkan diri serta
menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula
sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, di
bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), spora yang
dihasilkan oleh jamur ini sebagai alat reproduksi generatifnya serta terdapat
stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor).
212
Termasuk ke dalam divisi apakah jamur roti ini? Berilah tanda checklist pada
salah satu jawaban yang tepat!
o Zygomycota
o Ascomycota
o Basidiomycota
o Deuteromycota
Ilmu C2 5. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 5!
pengetahuan Aspergillus flavus pada Kacang Tanah Penyebab Kanker Hati
dan teknologi: Aspergillus flavus salah satu jenis jamur yang sering mengkontaminasi
kesehatan
makanan hasil panen. Jamur ini dapat menyebabkan infeksi Aspergillosis dan
juga merupakan jamur yang paling banyak menghasilkan aflatoksin. Aflatoksin
adalah jenis toksin yang bersifat karsinogenik penyebab kanker hati. Aflatoksin
yang telah terdapat dalam bahan pangan, terutama kacang tanah, tidak dapat
hilang setelah direbus, digoreng, disangrai atau diolah menjadi berbagai hasil
olahan.
Aspergillus flavus merupakan jamur yang biasa tumbuh pada hasil panen,
misalnya kacang-kacangan, jagung, cabe, biji kapas dan serealia. Miselium
jamur ini dapat tumbuh di dalam tanah, miselium inilah yang nanti nya akan
membentuk konidiofor. Konidiofor yang matang akan membentuk konidia pada
ujungnya. Konidia berbentuk bulat dan unisel dengan dinding yang kasar.
Konidia bisa tumbuh menyebar di udara, menempel pada tubuh serangga,
tanaman, dan pada hasil panen.
Termasuk ke dalam kelas apakah jamur Aspergillus flavus ini? Berilah tanda
checklist pada jawaban yang tepat! Lalu kemukakanlah alasannya mengapa
Anda memilih jawaban tersebut!
o Zygomycota
o Ascomycota
o Basidiomycota
o Deuteromycota
213
Menggunakan Ilmu C6 6. Perhatikan tabel di bawah ini!
bukti-bukti ilmiah pengetahuan dan
teknologi: Divisi A Divisi B Divisi C Divisi D
sumber daya Jamur Disebut juga Tubuh terdiri Sebagian besar
alam multiseluler jamur tidak dari hifa yang merupakan
Tubuh terdiri sempurna tak bersekat organisme
dari hifa yang Belum jelas Alat reproduksi multiseluler
bersekat diketahui cara seksual Tubuh terdiri
Memiliki tubuh reproduksi zigosporangium dari hifa yang
buah yang seksualnya Tidak memiliki bersekat
disebut tubuh buah Alat reproduksi
basidiokarp Sebagian besar aseksualnya
Sebagian besar hidup sebagai yaitu hifa yang
hidup sebagai saprofit berdiferensiasi
saprofit, namun membentuk
ada yang parasit konidiofor
dan Alat reproduksi
bersimbiosis seksualnya
mutualisme adalah askus
Ada yang tidak
memiliki tubuh
buah
Bentuk tubuh
buah beragam
Sebagian besar
hidup sebagai
saprofit
214
3.6.3 Menjelaskan cara Menjelaskan C5 7. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 7!
reproduksi jamur fenomena secara Beberapa mahasiswa telah melakukan percobaan dengan menggunakan
ilmiah roti yang dikondisikan untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap
pertumbuhan jamur pada roti. Percobaan ini dilakukan selama 7 hari dengan
menggunakan jenis roti dan ukuran yang sama. Hanya saja dengan
menggunakan 4 penutup toples yang berbeda, yaitu kain basah, plastik, kain
kering dan kertas. Berilah tanda silang pada jawaban yang tepat, yang
menunjukkan pengkondisian mana sajakah pertumbuhan jamur roti
mengandung jumlah koloni jamur terbanyak? Tuliskan alasanmu!
1 2 3 4
215
Ilmu C2 8. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 8!
pengetahuan
dan teknologi: Telah dilakukan percobaan terkait pengaruh suhu terhadap pertumbuhan
perkembangan
jamur pada roti yang menggunakan beberapa tempat untuk tempat
mutakhir sains
dan teknologi penyimpanan roti. Dalam percobaan ini, lokasi yang dimanfaatkan untuk
tempat penyimpanan roti selama kurang lebih 8 hari ini, yaitu di kamar, di
kulkas, dan di ruangan terbuka seperti pada gambar di bawah ini.
Urutkanlah pertumbuhan jamur mulai dari yang paling cepat tumbuh hingga
yang paling lama pada pengkondisian di atas!
a. A–B–C
b. A–C–B
c. B–A–C
d. B–C–A
e. C–A–B
216
Ilmu C5 9. Perhatikan tabel di bawah ini!
pengetahuan Roti pada
dan teknologi: Pengamatan Roti pada Roti dalam
piring Roti dalam
perkembangan hari ke- piring plastik +
plastik + plastik
mutakhir sains /Perlakuan plastik ditetesi air
ditetesi air
dan teknologi Hari ke-1 Kondisi baik Kondisi baik, Kondisi baik Kondisi baik,
sedikit sedikit
lembab lembab
Hari ke-2 Kondisi baik, Kondisi baik, Kondisi baik, Kondisi baik,
mengeras agak berair mengeras agak lembab
Hari ke-3 Bentuk tetap, Roti lebih Bentuk tetap, Roti lebih
mengeras gelap, bau agak gelap, bau
dan asam mengeras apek
Hari ke-4 Bentuk mulai Warna Bentuk mulai Warna
mengecil, semakin mengecil, semakin
berubah berubah, mulai berubah,
warna, muncul berubah muncul
tekstur keras jamur kecil warna, jamur kecil
dimana- tekstur agak dimana-
mana, bau keras mana, bau
asam, bentuk asam, bentuk
mengecil mengecil
Hari ke-5 Roti semakin Warna roti Roti semakin Warna roti
berubah sedikit lebih berubah sedikit lebih
warna, oranye, warna, oranye,
tekstur jamur tekstur jamur
semakin menyebar ke semakin menyebar ke
keras, mulai seluruh sisi, keras, mulai seluruh sisi,
tumbuh bau asam tumbuh bau asam
jamur kecil semakin jamur kecil menyengat,
menyengat, bentuk
bentuk semakin
semakin mengecil
217
mengecil
Hari ke-6 Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
semakin semakin semakin semakin
menunjukka menunjukka menunjukka menunjukka
n lebih buruk n lebih buruk n lebih buruk n lebih buruk
dari hari ke-5 dari hari ke- dari hari ke- dari hari ke-
5, roti mulai 5, roti mulai 5, roti mulai
berlubang berlubang berlubang
dan dan dan
dihinggapi dihinggapi dihinggapi
lalat lalat lalat
Hari ke-7 Jamur mulai Roti Jamur mulai Roti semakin
banyak berlubang banyak banyak
tumbuh, dimana- tumbuh, berlubang,
warna roti mana, bau warna roti bau semakin
gelap semakin gelap menyengat,
menyengat, lalat semakin
lalat semakin banyak
banyak hinggap
hinggap
Sumber: www.indonesiabertanam.com
220
Dari percobaan di atas, apakah yang dapat Anda simpulkan? Jelaskan
pendapatmu!
Jawaban:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
3.6.4 Mengimplementasik Menggunakan Ilmu C5 12. Perhatikan tabel di bawah ini!
an peran jamur bukti-bukti ilmiah pengetahuan Kandungan Zat Gizi
dalam kehidupan dan teknologi: Zat Gizi Satuan 100 gram BDD
dan lingkungan kesehatan
Kedelai Tempe
Energi (kal) 381 149
Protein (gram) 40,4 18,3
Lemak (gram) 16,7 4
Hidrat Arang (gram) 24,9 12,7
Kalsium (mg) 222 129
Fosfor (mg) 682 154
Besi (mg) 10 10
Vitamin B12 (mg) 0,2 3,9
Air (gram) 12,7 64
Berdasarkan kandungan zat gizi antara kedelai dan tempe sebagai produk
olahan kedelai hasil fermentasi oleh Rhizopus oryzae, apakah pangan yang akan
Anda pilih? Tuliskan alasanmu!
Jawaban:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Ilmu C5 13. Bacalah pernyataan tentang jamur di bawah ini:
221
pengetahuan
dan teknologi: 1) Tubuh manusia dapat menjadi habitat jamur
kesehatan 2) Jamur dapat melakukan fermentasi medium karbohidrat menjadi gula
3) Jamur dapat menguraikan sisa makhluk hidup yang telah mati
4) Jamur dapat menyebabkan penyakit
5) Jamur memiliki bentuk yang bervariasi
6) Mengkonsumsi jamur dapat menyebabkan keracunan
222
Dapat diolah
menjadi jamur
goreng krispi,
2. Jamur Tiram isian untuk
lumpia, aneka
sup, dan pepes
jamur
Digunakan untuk
membuat sup
3. Jamur Shiitake
miso, tempura,
udon, dan lainnya
Dapat diolah
menjadi mi ayam
jamur, tumis
4. Jamur Merang jamur, pepes
jamur, sup jamur,
capcay, dan
lainnya
223
golongan jamur pengetahuan
dan teknologi: 1) Venturia inaequalis penyebab penyakit pada buah apel
sumber daya 2) Claviceps purpurea penyebab penyakit ergot pada tanaman gandum
alam
3) Neurospora crassa untuk pembuatan oncom
4) Saccharomyces cerevisiae untuk pembuatan roti dan minuman beralkohol
224
Lampiran 14
Correlations
Soal1 Soal2 Soal3 Soal4 Soal5 Soal6 Soal7 Soal8 Soal9 Soal10 Soal11 Soal12 Soal13 Soal14 Soal15 SkorTotal
Pearson Correlation 1 .068 .102 .220 .111 .194 .380* .067 -.038 .053 -.194 .095 -.058 -.030 .300 .407**
Soal1 Sig. (2-tailed) .670 .519 .162 .483 .219 .013 .674 .809 .738 .217 .551 .716 .850 .054 .008
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .068 1 -.041 .305* -.095 .052 -.066 -.028 .061 .022 -.041 .135 .086 .067 .058 .207
Soal2 Sig. (2-tailed) .670 .797 .049 .548 .743 .677 .861 .699 .892 .795 .395 .587 .672 .713 .189
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .102 -.041 1 .106 .210 .382* .095 -.111 .104 .031 -.075 -.062 -.162 .070 .108 .241
Soal3 Sig. (2-tailed) .519 .797 .503 .183 .013 .548 .486 .511 .845 .637 .697 .306 .661 .494 .124
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .220 .305* .106 1 .185 .300 .062 -.106 .376* .245 .058 .292 .318* .092 .197 .497**
Soal4 Sig. (2-tailed) .162 .049 .503 .241 .053 .695 .503 .014 .118 .714 .061 .040 .561 .211 .001
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .111 -.095 .210 .185 1 .513** .163 -.210 .110 .096 .032 .199 .073 .251 .475** .451**
Soal5 Sig. (2-tailed) .483 .548 .183 .241 .001 .303 .183 .490 .547 .842 .207 .645 .109 .001 .003
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .194 .052 .382* .300 .513** 1 .157 .026 .198 .240 .031 .295 .255 .197 .482** .696**
Soal6 Sig. (2-tailed) .219 .743 .013 .053 .001 .320 .871 .209 .126 .848 .058 .104 .212 .001 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
225
Pearson Correlation .380* -.066 .095 .062 .163 .157 1 .095 .018 -.120 .105 .056 -.017 -.041 .293 .340*
Soal7 Sig. (2-tailed) .013 .677 .548 .695 .303 .320 .548 .911 .449 .510 .726 .915 .797 .060 .028
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .067 -.028 -.111 -.106 -.210 .026 .095 1 .062 .062 .129 -.054 .162 -.133 .005 .114
Soal8 Sig. (2-tailed) .674 .861 .486 .503 .183 .871 .548 .696 .695 .415 .736 .306 .401 .973 .471
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation -.038 .061 .104 .376* .110 .198 .018 .062 1 .559** .559** .262 .416** .639** .259 .608**
Soal9 Sig. (2-tailed) .809 .699 .511 .014 .490 .209 .911 .696 .000 .000 .094 .006 .000 .098 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .053 .022 .031 .245 .096 .240 -.120 .062 .559** 1 .529** .273 .348* .460** .287 .544**
Soal10 Sig. (2-tailed) .738 .892 .845 .118 .547 .126 .449 .695 .000 .000 .080 .024 .002 .065 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation -.194 -.041 -.075 .058 .032 .031 .105 .129 .559** .529** 1 .140 .417** .491** .153 .427**
Soal11 Sig. (2-tailed) .217 .795 .637 .714 .842 .848 .510 .415 .000 .000 .376 .006 .001 .333 .005
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .095 .135 -.062 .292 .199 .295 .056 -.054 .262 .273 .140 1 .574** .414** .228 .559**
Soal12 Sig. (2-tailed) .551 .395 .697 .061 .207 .058 .726 .736 .094 .080 .376 .000 .006 .146 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Soal13 Pearson Correlation -.058 .086 -.162 .318* .073 .255 -.017 .162 .416** .348* .417** .574** 1 .411** .178 .566**
226
Sig. (2-tailed) .716 .587 .306 .040 .645 .104 .915 .306 .006 .024 .006 .000 .007 .260 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation -.030 .067 .070 .092 .251 .197 -.041 -.133 .639** .460** .491** .414** .411** 1 .129 .549**
Soal14 Sig. (2-tailed) .850 .672 .661 .561 .109 .212 .797 .401 .000 .002 .001 .006 .007 .415 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .300 .058 .108 .197 .475** .482** .293 .005 .259 .287 .153 .228 .178 .129 1 .625**
Soal15 Sig. (2-tailed) .054 .713 .494 .211 .001 .001 .060 .973 .098 .065 .333 .146 .260 .415 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .407** .207 .241 .497** .451** .696** .340* .114 .608** .544** .427** .559** .566** .549** .625** 1
SkorT
otal Sig. (2-tailed) .008 .189 .124 .001 .003 .000 .028 .471 .000 .000 .005 .000 .000 .000 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
227
Lampiran 15
KISI-KISI INSTRUMEN SOAL LITERASI SAINS
Kompetensi Dasar:
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara
teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Aspek Komptensi
Aspek Konteks
atau proses Jenjang No.
Indikator Pembelajaran Berdasarkan Soal
Indikator Umum Kognitif Soal
PISA
PISA
3.6.1 Mengidentifikasi Mengidentifikasi Ilmu C4 1. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 1!
ciri-ciri jamur isu-isu ilmiah pengetahuan dan Mengapa Jamur Tidak Dapat Dikatakan Sebagai Tumbuhan?
teknologi: Tumbuhan bereproduksi melalui biji dan serbuk sari, jamur bereproduksi
sumber daya melalui spora. Tumbuhan memiliki akar, batang, dan daun. Jamur hanya
alam
memiliki filamen yang melekatkan mereka pada inang. Dinding sel pada
tumbuhan terbuat dari selulosa, sedangkan dinding sel jamur terbuat dari kitin.
Perbedaan lain antara tumbuhan dan jamur adalah bahwa tumbuhan dapat
membuat makanan sendiri (berfotosintesis), sedangkan jamur tidak bisa.
234
Tumbuhan dan jamur juga memiliki peran berbeda dalam sistem ekologi secara
keseluruhan. Tumbuhan berperan sebagai produsen, karena mereka
menghasilkan makanan, sedangkan peran jamur justru sebaliknya, mereka
adalah pengurai.
Apa alasan yang menyebabkan jamur tidak termasuk ke dalam kingdom
tumbuhan? Berilah tanda checklist pada kata kunci yang tepat di bawah ini!
Kata Kunci:
□ Prokariotik
□ Eukariotik
□ Heterotrof
□ Autotrof
□ Memiliki klorofil
□ Tidak memiliki klorofil
□ Bereproduksi melalui spora
□ Bereproduksi melalui serbuk sari, buah atau biji
□ Mempunyai peran dalam ekologi sebagai saprofit
□ Mempunyai peran dalam ekologi sebagai produsen
3.6.2 Mengklasifikasi
golongan jamur Ilmu C2 2. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 4!
pengetahuan
dan teknologi: Mari Selidiki Pertumbuhan Jamur Pada Roti
kesehatan
Banyak ilmuwan yang menyatakan bahwa jamur pada roti yang
dinamakan Rhizopus stolonifer akan tumbuh pada bahan makanan yang lunak
seperti buah-buahan dan roti, apabila roti sudah ditumbuhi jamur tersebut dapat
terlihat pada permukaan roti yang biasanya berwarna hijau keabu-abuan yang
nantinya akan menghitam. Jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-
cabang dan berfungsi sebagai akar (rhizoid) untuk melekatkan diri serta
menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula
sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, di
235
bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), spora yang
dihasilkan oleh jamur ini sebagai alat reproduksi generatifnya serta terdapat
stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor).
Termasuk ke dalam divisi apakah jamur roti ini? Berilah tanda checklist pada
salah satu jawaban yang tepat!
o Zygomycota
o Ascomycota
o Basidiomycota
o Deuteromycota
3.6.3 Menjelaskan cara Menjelaskan C5 4. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 7!
reproduksi jamur fenomena secara Beberapa mahasiswa telah melakukan percobaan dengan menggunakan
ilmiah roti yang dikondisikan untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap
pertumbuhan jamur pada roti. Percobaan ini dilakukan selama 7 hari dengan
menggunakan jenis roti dan ukuran yang sama. Hanya saja dengan
menggunakan 4 penutup toples yang berbeda, yaitu kain basah, plastik, kain
kering dan kertas. Berilah tanda silang pada jawaban yang tepat, yang
menunjukkan pengkondisian mana sajakah pertumbuhan jamur roti
mengandung jumlah koloni jamur terbanyak? Tuliskan alasanmu!
237
Kain Basah Plastik Kain Kering Kertas
1 2 3 4
238
Hari ke-3 Bentuk tetap, Roti lebih Bentuk tetap, Roti lebih
mengeras gelap, bau agak gelap, bau
dan asam mengeras apek
Hari ke-4 Bentuk mulai Warna Bentuk mulai Warna
mengecil, semakin mengecil, semakin
berubah berubah, mulai berubah,
warna, muncul berubah muncul
tekstur keras jamur kecil warna, jamur kecil
dimana- tekstur agak dimana-
mana, bau keras mana, bau
asam, bentuk asam, bentuk
mengecil mengecil
Hari ke-5 Roti semakin Warna roti Roti semakin Warna roti
berubah sedikit lebih berubah sedikit lebih
warna, oranye, warna, oranye,
tekstur jamur tekstur jamur
semakin menyebar ke semakin menyebar ke
keras, mulai seluruh sisi, keras, mulai seluruh sisi,
tumbuh bau asam tumbuh bau asam
jamur kecil semakin jamur kecil menyengat,
menyengat, bentuk
bentuk semakin
semakin mengecil
mengecil
Hari ke-6 Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
semakin semakin semakin semakin
menunjukka menunjukka menunjukka menunjukka
n lebih buruk n lebih buruk n lebih buruk n lebih buruk
dari hari ke-5 dari hari ke- dari hari ke- dari hari ke-
5, roti mulai 5, roti mulai 5, roti mulai
berlubang berlubang berlubang
dan dan dan
dihinggapi dihinggapi dihinggapi
lalat lalat lalat
239
Hari ke-7 Jamur mulai Roti Jamur mulai Roti semakin
banyak berlubang banyak banyak
tumbuh, dimana- tumbuh, berlubang,
warna roti mana, bau warna roti bau semakin
gelap semakin gelap menyengat,
menyengat, lalat semakin
lalat semakin banyak
banyak hinggap
hinggap
Ilmu C6 6. Bacalah artikel dan perhatikan tabel di bawah ini untuk menjawab soal nomor
pengetahuan 11!
dan teknologi: Mahasiswa dari Program Studi Biologi melakukan penelitian mengenai
mutu
pengaruh media terhadap pertumbuhan jamur kuping. Dalam percobaan ini,
lingkungan
mereka menggunakan berbagai jenis bahan untuk dijadikan sebagai media
tanam budidaya jamur kuping. Selain suhu, kelembapan dan cahaya,
pertumbuhan jamur juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu pH. Dalam hal ini
pH media yang digunakan akan berdampak pada pengaturan pH yang beragam
pula. Selain itu, pengamatan pada media percobaan ini dilakukan kurang lebih
selama 7 hari. Bahan media yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu jerami,
ampas sagu, dan kayu lapuk (kayu kinar).
240
Jerami Ampas Sagu Kayu Lapuk
Tabel Hasil Percobaan
Presentasi
Perlakuan pH Jumlah Jamur
Tumbuh
Media jerami 5,5 – 6 10 20%
Media ampas
4,5 – 6,5 19 38%
sagu
Media kayu
4,5 – 6,7 13 26%
lapuk
Berdasarkan kandungan zat gizi antara kedelai dan tempe sebagai produk
olahan kedelai hasil fermentasi oleh Rhizopus oryzae, apakah pangan yang akan
Anda pilih? Tuliskan alasanmu!
Jawaban:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Ilmu C5 8. Bacalah pernyataan tentang jamur di bawah ini:
pengetahuan 1) Tubuh manusia dapat menjadi habitat jamur
dan teknologi: 2) Jamur dapat melakukan fermentasi medium karbohidrat menjadi gula
kesehatan 3) Jamur dapat menguraikan sisa makhluk hidup yang telah mati
4) Jamur dapat menyebabkan penyakit
5) Jamur memiliki bentuk yang bervariasi
6) Mengkonsumsi jamur dapat menyebabkan keracunan
242
Berdasarkan pernyataan di atas, apakah Anda akan mengkonsumsi jamur?
Tuliskan alasanmu!
Jawaban:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Ilmu C6 9. Perhatikan tabel di bawah ini!
pengetahuan No. Foto Nama Jamur Peranan
dan teknologi: Digunakan dalam
kesehatan berbagai
masakan sup asal
1. Jamur Enoki
Jepang, Korea,
Cina, dan
Vietnam
Dapat diolah
menjadi jamur
goreng krispi,
2. Jamur Tiram isian untuk
lumpia, aneka
sup, dan pepes
jamur
Digunakan untuk
membuat sup
3. Jamur Shiitake
miso, tempura,
udon, dan lainnya
243
Dapat diolah
menjadi mi ayam
jamur, tumis
4. Jamur Merang jamur, pepes
jamur, sup jamur,
capcay, dan
lainnya
244
245
Apa alasan yang menyebabkan jamur tidak termasuk ke dalam kingdom tumbuhan? Berilah tanda
checklist pada kata kunci yang tepat di bawah ini!
Kata Kunci:
Prokariotik
Eukariotik
Heterotrof
Autotrof
Memiliki klorofil
diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan
mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora),
spora yang dihasilkan oleh jamur ini sebagai alat reproduksi generatifnya serta terdapat stolon
(hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor).
Termasuk ke dalam divisi apakah jamur roti ini? Berilah tanda checklist pada salah satu jawaban
yang tepat!
Zygomycota
Ascomycota
Basidiomycota
Deuteromycota
Percobaan ini dilakukan selama 7 hari dengan menggunakan jenis roti dan ukuran yang sama.
Hanya saja dengan menggunakan 4 penutup toples yang berbeda, yaitu kain basah, plastik, kain
kering dan kertas. Berilah tanda silang pada jawaban yang tepat, yang menunjukkan
pengkondisian mana sajakah pertumbuhan jamur roti mengandung jumlah koloni jamur
terbanyak? Tuliskan alasanmu!
Kain Basah Plastik Kain Kering Kertas
1 2 3 4
Hari ke-1 Kondisi baik Kondisi baik, Kondisi baik Kondisi baik,
sedikit lembab sedikit lembab
Hari ke-2 Kondisi baik, Kondisi baik, Kondisi baik, Kondisi baik,
mengeras agak berair mengeras agak lembab
Hari ke-3 Bentuk tetap, Roti lebih gelap, Bentuk tetap, Roti lebih gelap,
mengeras bau dan asam agak mengeras bau apek
Hari ke-4 Bentuk mulai Warna semakin Bentuk mulai Warna semakin
mengecil, berubah, mengecil, mulai berubah,
berubah warna, muncul jamur berubah warna, muncul jamur
tekstur keras kecil dimana- tekstur agak kecil dimana-
mana, bau keras mana, bau
asam, bentuk asam, bentuk
mengecil mengecil
Hari ke-5 Roti semakin Warna roti Roti semakin Warna roti
berubah warna, sedikit lebih berubah warna, sedikit lebih
tekstur semakin oranye, jamur tekstur semakin oranye, jamur
248
6. Bacalah artikel dan perhatikan tabel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 6!
Mahasiswa dari Program Studi Biologi melakukan penelitian mengenai pengaruh media
terhadap pertumbuhan jamur kuping. Dalam percobaan ini, mereka menggunakan berbagai jenis
bahan untuk dijadikan sebagai media tanam budidaya jamur kuping. Selain suhu, kelembapan dan
cahaya, pertumbuhan jamur juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu pH. Dalam hal ini pH media
yang digunakan akan berdampak pada pengaturan pH yang beragam pula. Selain itu, pengamatan
pada media percobaan ini dilakukan kurang lebih selama 7 hari. Bahan media yang digunakan
dalam percobaan ini, yaitu jerami, ampas sagu, dan kayu lapuk (kayu kinar).
Berdasarkan pernyataan di atas, apakah Anda akan mengkonsumsi jamur? Tuliskan alasanmu!
Jawaban:
..............................................................................................................................................................
250
Alasan:
..............................................................................................................................................................
Berdasarkan tabel di atas, apakah kesimpulan yang Anda ketahui? Tuliskan alasanmu!
Kesimpulan:
..............................................................................................................................................................
Alasan:
..............................................................................................................................................................
Lampiran 17
Lampiran 18
ANGKET TANGGAPAN PESERTA DIDIK
TERHADAP PEMBELAJARAN
Nama :
Kelas :
Petunjuk Pengisian:
1. Tuliskan nama, kelas, dan tanggal tes pada tempat yang disediakan.
2. Berilah tanda checklist pada setiap pernyataan dengan ketentuan:
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
253
Skor Maksimal 4
2. Mari Selidiki Pertumbuhan Jamur Pada Roti Divisi Zygomycota Tidak menjawab dengan benar 0
Banyak Ilmuwan yang menyatakan bahwa jamur pada roti yang Menjawab dengan benar 1
dinamakan Rhizopus stolonifer akan tumbuh pada bahan makanan yang
lunak seperti buah-buahan dan roti, apabila roti sudah ditumbuhi jamur
tersebut dapat terlihat pada permukaan roti yang biasanya berwarna hijau-
keabu-abuan yang nantinya akan menghitam. Jenis jamur ini memiliki
hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar (rhizoid) untuk
melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat.
Selain itu, terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan
mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk sporangium
(sebagai penghasil spora), spora yang dihasilkan oleh jamur ini sebagai
alat reproduksi generatifnya serta terdapat stolon (hifa yang berdiameter
lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor).
Termasuk ke dalam kelas apakah jamur roti ini? Berilah tanda checklist ()
pada jawaban yang tepat!
Zygomycota
Ascomycota
Basidiomycota
Deuteromycota
254
Skor Maksimal 1
255
Divisi D =
Skor Maksimal 4
256
4. Beberapa mahasiswa telah melakukan percobaan dengan menggunakan roti yang B Tidak menjawab soal 0
dikondisikan untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan jamur pada dengan benar
Alasan:
roti. Percobaan ini dilakukan selama 7 hari dengan menggunakan jenis roti dan ukuran Menjawab soal pilihan 1
Pada jamur, suhu dan kelembapan
yang sama. Hanya saja dengan penggunaan 4 penutup toples yang berbeda, yaitu kain dengan benar tanpa disertai
lingkungan menjadi faktor
basah, plastik, kain kering dan kertas. Pada pengkondisian mana sajakah pertumbuhan alasan
penentu kelangsungan proses
jamur roti menjadi sangat baik atau jumlah koloni jamur sangat banyak? Kemukakan Menjawab soal pilihan 2
pertumbuhan. Oleh sebab itu,
alasanmu! dengan benar disertai
Kain basah Plastik Kain kering Kertas intensitas cahaya pada saat proses
alasan tidak lengkap
pertumbuhan jamur berlangsung
Menjawab soal pilihan 3
akan sangat menentukan tinggi
dengan benar disertai
rendahnya suhu dan kelembaban
alasan lengkap.
lingkungan itu sendiri. Semakin
rendah intensitas cahaya
1 2 3 4
lingkungan maka suhu akan
a. Roti dengan pengkondisian tempat nomor 1 dan 2 makin rendah sedangkan
b. Roti dengan pengkondisian tempat nomor 1 dan 3 kelembapan akan makin tinggi.
c. Roti dengan pengkondisian tempat nomor 1 dan 4
Kondisi tersebut sangat baik bagi
d. Roti dengan pengkondisian tempat nomor 2 dan 3
e. Roti dengan pengkondisian tempat nomor 2 dan 4 proses pertumbuhan jamur.
Alasan:
…………………………………………………………………………………
257
Skor Maksimal 3
5. Telah dilakukan percobaan mengenai pengaruh kelembapan terhadap pertumbuhan jamur pada Jawaban: Tidak menjawab sama 0
roti.
Seperti salah satu ciri umum sekali
Penelitian dilakukan selama 7 hari dengan menggunakan media berupa piring, plastik serta air.
Seperti pada tabel di bawah ini. jamur yaitu berhabitat pada Menjawab dengan 1
lingkungan lembap atau jawaban tidak sesuai
Pengamatan Roti pada Roti pada
Roti dalam Roti dalam plastik + cenderung basah. Pada konsep 2
hari ke- piring piring plastik +
plastik ditetesi air
/Perlakuan plastik ditetesi air percobaan ini cukup Menjawab dengan
membuktikan bahwa jawaban sesuai konsep 3
Hari ke-1 Kondisi Kondisi baik, Kondisi baik Kondisi baik, sedikit
baik sedikit lembab lembab pertumbuhan jamur ditentukan tetapi tidak lengkap
Hari ke-2 Kondisi Kondisi baik, Kondisi baik, Kondisi baik, agak
baik, agak berair mengeras lembab
oleh salah satu faktor, yaitu Menjawab dengan
mengeras kelembapan lingkungan. jawaban sesuai konsep
Hari ke-3 Bentuk Roti lebih gelap, Bentuk tetap, Roti lebih gelap, bau Semakin tinggi intensitas
tetap, bau & asam agak mengeras apak dan lengkap
mengeras kelembapan lingkungannya,
Hari ke-4 Bentuk Warna makin Bentuk mulai Warna makin maka akan semakin baik pula
mulai berubah, mengecil, berubah, muncul
mengecil, muncul jamur mulai berubah jamur kecil dimana- pertumbuhan jamur pada
berubah kecil dimana- warna, tekstur mana, bau asam, lokasi tersebut. maka dalam
warna, mana, bau agak keras bentuk mengecil
tekstur asam, bentuk percobaan ini air menjadi
keras mengecil pendukung intensitas
Hari ke-5 Roti makin Warna roti Roti makin Warna roti sedikit
berubah sedikit lebih berubah lebih oranye, jamur kelembapan lokasi
warna, oranye, jamur warna, tekstur menyebar ke seluruh pertumbuhan jamur.
258
tekstur menyebar ke makin keras, sisi, bau asam
makin seluruh sisi, bau mulai tumbuh menyengat, bentuk
keras, mulai asam makin jamur kecil makin mengecil
tumbuh menyengat,
jamur kecil bentuk makin
mengecil
Hari ke-6 Kondisi Kondisi Kondisi semakin
semakin semakin menjadi dari hari ke-
menjadi menjadi dari 5, roti mulai
dari hari ke- hari ke-5, roti berlubang &
5 mulai berlubang dihinggapi lalat
& dihinggapi
lalat
Hari ke-7 Jamur Roti berlubang Jamur mulai Roti makin banyak
mulai dimana-mana, banyak berlubang, bau makin
banyak bau makin tumbuh, warna menyengat, lalat
tumbuh, menyengat, lalat roti gelap semakin banyak
warna roti semakin banyak hinggap.
gelap hinggap.
259
6. Mahasiswa dari Program Studi Biologi melakukan penelitian mengenai Jawaban: Tidak menjawab sama sekali 0
pengaruh media terhadap pertumbuhan jamur kuping. Dalam percobaan ini, Media tanam yang dimanfaatkan Menjawab dengan jawaban
mereka menggunakan berbagai jenis bahan untuk dijadikan sebagai media dalam penelitian ini memiliki tidak sesuai konsep 1
tanam budidaya jamur kuping.
berbagai hasil yang berbeda, Menjawab dengan jawaban
namun hasil terbaik yang diperoleh sesuai konsep tetapi tidak
Selain suhu, kelembapan dan cahaya, pertumbuhan jamur juga dipengaruhi 2
adalah yang menggunakan media lengkap
oleh faktor lain yaitu pH. Dalam hal ini pH media yang digunakan akan
tanam jamur kuping dengan Menjawab dengan jawaban
berdampak pada pengaturan pH yang beragam pula. Selain itu, pengamatan 3
menggunakan ampas sagu. Karena sesuai konsep dan lengkap
pada media percobaan ini dilakukan kurang lebih selama 7 hari. Bahan media dalam prosesnya penguapan lebih
yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu jerami, ampas sagu, dan kayu tahan panas sehingga lebih jamur
lapuk (kayu kinar). akan tumbuh lebih baik. Pada
media ampas tahu juga lebih baik
dalam penentuan kadar air pada
media itu sendiri, karena ampas
sagu akan menggumpal saat diberi
air dan kembali hancur dalam
jangka waktu yang tidak terlalu
lama. Kondisi tersebut tepat untuk
pertumbuhan jamur kuping dengan
Jerami Ampas Kayu baik.
sagu lapuk
260
Tabel Hasil Percobaan
Presentasi
Perlakuan pH Jumlah Jamur
Tumbuh
Media jerami
5,5 – 6 10 20%
Skor Maksimal 3
261
7. Kandungan Zat Gizi Jawaban: Tidak menjawab sama 0
Zat Gizi Satuan 100 gram BDD Kedelai sekali
Kedelai Tempe Alasan: Menjawab dengan
Energi (kal) 381 149 Kandungan gizi pada kedelai lebih benar tanpa disertai 1
Protein (gram) 40,4 18,3 tinggi dibandingkan tempe. alasan
Lemak (gram) 16,7 4 Menjawab dengan
Hidrat Arang (gram) 24,9 12,7 Jawaban: benar disertai alasan 2
Kalsium (mg) 222 129 Tempe yang tidak berkaitan
Fosfor (mg) 682 154 Alasan: dengan tabel.
Besi (mg) 10 10 Tempe merupakan salah satu produk Menjawab dengan
Vitamin B12 (mg) 0,2 3,9 olahan kacang kedelai yang paling benar disertai alasan 3
Air (gram) 12,7 64 dikenal dan mudah ditemui oleh yang berkaitan dengan
Berdasarkan kandungan zat gizi antara kedelai dan tempe sebagai produk masyarakat. Selain harganya yang tabel.
olahan kedelai hasil fermentasi oleh Rhizopus oryzae, apakah pangan yang murah, ternyata kandungan gizi
yang dimiliki oleh tempe juga tidak
akan Anda pilih?
dapat diremehkan. Tempe memiliki
Jawab: …..
kandungan vitamin B12 dan kadar
Berikan alasannya:
air yang jauh lebih tinggi dibanding
…………………………………………………………………
kedelai murni. Begitupun dengan zat
………………………………………………………………….
262
besi pada tempe dan kedelai murni
memiliki kadar yang sama. Untuk
kandungan zat gizi yang lain seperti
protein, energi, kalsium, dll. Pada
tempe juga cukup tinggi tidak kalah
baik dengan sumber zat gizi pada
kedelai murni.
Skor Maksimal 3
8. Bacalah pernyataan tentang jamur di bawah ini: Jawaban: Tidak menjawab sama 0
1. Tubuh manusia dapat menjadi habitat jamur
Iya sekali
2. Jamur dapat melakukan fermentasi medium karbohidrat menjadi gula
3. Jamur dapat menguraikan sisa makhluk hidup yang telah mati Alasan: Menjawab dengan
4. Jamur dapat menyebabkan penyakit
5. Jamur memiliki bentuk yang bervariasi Jamur dapat melakukan benar tanpa disertai 1
6. Mengkonsumsi jamur dapat menyebabkan keracunan fermentasi medium karbohidrat alasan
Berdasarkan beberapa pernyataan mengenai fakta tentang jamur di atas, menjadi gula Menjawab dengan
apakah Anda akan mengkomsumsi jamur? Jamur dapat menguraikan sisa benar disertai alasan 2
Jawab: ….
makhluk hidup yang telah mati yang tidak relevan
Berikan alasannya: Jamur memiliki bentuk yang Menjawab dengan
...........................................................................................................................
bervariasi alasan yang relevan 3
263
…………………………………………………………………………………. Jawaban:
…………………………………………………………………………………. Tidak
Alasan:
Tubuh manusia dapat menjadi
habitat jamur
Jamur dapat menyebabkan
penyakit
Mengkonsumsi jamur dapat
menyebabkan keracunan
Skor Maksimal 3
9. Kesimpulan: Tidak memberikan 0
No. Foto Nama Jamur Peranan
Berdasarkan tabel pada soal jawaban sama
Digunakan dalam berbagai
masakan sup asal Jepang, menunjukkan dari 4 contoh jamur dan sekali
1. Jamur Enoki 1
Korea, Cina, dan Vietnam peranannya dalam kehidupan, Membuat
keempat jamur tersebut memiliki kesimpulan dengan
Dapat diolah menjadi jamur
goreng krispi, isian untuk peranan sebagai bahan pangan untuk benar tanpa disertai
2. Jamur Tiram 2
lumpia, aneka sup, dan pepes manusia atau digunakan manusia alasan
jamur
sebagai bahan campuran membuat Membuat
264
Digunakan untuk membuat makanan ataupun langsung diolah kesimpulan dengan
Jamur
3. sup miso, tempura, udon, dan
Shiitake menjadi makanan. benar disertai alasan
lainnya 3
Dapat diolah menjadi mi Alasan: yang tidak berkaitan
Jamur ayam jamur, tumis jamur, Jamur enoki digunakan dalam dengan tabel
4. pepes jamur, sup jamur,
Merang
capcay, dan lainnya berbagai masakan sup, jamur tiram Membuat
dapat diolah menjadi makanan olahan kesimpulan dengan
Berdasarkan tabel di atas, apakah kesimpulan yang Anda ketahui?
............................................................................................................................. jamur, jamur shiitakee digunakan benar disertai alasan
………………………………………………………………………………….
untuk membuat sup miso, dan jamur yang berkaitan
………………………………………………………………………………….
Berikan alasannya: merang dapat diolah menjadi mi ayam dengan tabel
.............................................................................................................................
jamur, tumis jamur, pepes jamur, sup
………………………………………………………………………………….
jamur, capcay, dan lainnya. Dari
………………………………………………………………………………….
keempat jamur tersebut semuanya
menunjukkan jamur memiliki peranan
sebagai bahan pangan manusia.
Skor Maksimal 3
10. Bacalah peranan dari divisi jamur di bawah ini: Divisi: Tidak menjawab 0
1. Venturia inaequalis penyebab penyakit pada buah apel
Ascomycota soal sama sekali
2. Claviceps purpurea penyebab penyakit ergot pada tanaman gandum
3. Neurospora crassa untuk pembuatan oncom Alasan: Menjawab soal
4. Saccharomyces cerevisiae untuk pembuatan roti dan minuman beralkohol
265
Berdasarkan kegiatan pembelajaran dengan tidak benar 0
Apakah divisi jamur yang memiliki peranan di atas?
yang telah dilakukan atau setelah tanpa disertai /tidak
Jawab: ….
membaca buku biologi kelas X saya disertai alasan
Berikan alasannya:
mengetahui bahwa Neurospora crassa Menjawab soal
.............................................................................................................................
merupakan jamur multiseluler dari dengan benar tanpa 1
………………………………………………………………………………….
divisi Ascomycota yang tidak disertai alasan
………………………………………………………………………………….
membentuk tubuh buah yang Menjawab soal
digunakan untuk pembuatan oncom. dengan benar
2
Saccharomyces cerevisiae (khamir) disertai alasan tidak
merupakan salah satu contoh jamur relevan
uniseluler dari divisi Ascomycota Menjawab soal
yang digunakan untuk pembuatan roti 3
dengan benar
dan minuman beralkohol. disertai alasan
relevan
Skor Maksimal 3
266
266
Lampiran 20
DAFTAR NILAI PRETEST DAN POSTTEST KELAS EKSPERIMEN
Lampiran 21
DAFTAR NILAI PRETEST DAN POSTTEST KELAS KONTROL
Lampiran 22
Lhitung < Ltabel (0,100 < 0,132) maka dapat disimpulkan bahwa data pretest kelas eksperimen
berdistribusi normal.
269
Lampiran 23
Lhitung < Ltabel (0,093 < 0,132) maka dapat disimpulkan bahwa data pretest kelas kontrol
berdistribusi normal.
270
Lampiran 24
Lhitung < Ltabel (0,089 < 0,132) maka dapat disimpulkan bahwa data posttest kelas eksperimen
berdistribusi normal.
271
Lampiran 25
Lhitung < Ltabel (0,116 < 0,132) maka dapat disimpulkan bahwa data posttest kelas kontrol
berdistribusi normal.
272
Lampiran 26
N 45 45
x̄ 61,556 61,926
SD 9,901 8,631
𝑆12
F = 𝑆22
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
= 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
98,025
= 74,489
Fhitung = 1,315
df pembilang = k - 1
= jumlah variabel – 1
=2-1
=1
df penyebut = (N1+N2) - k
= 90 – 2
= 88
Diperoleh Ftabel pada taraf signifikasi α= 0,05 sebesar 1,651. Maka Fhitung < Ftabel (1,315 <
1,651), sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest kedua kelas tersebut adalah homogen.
273
Lampiran 27
𝑆12
F =
𝑆22
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
= 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
42,431
= 38,193
Fhitung = 1,110
df pembilang = k - 1
= jumlah variabel – 1
=2-1
=1
df penyebut = (N1+N2) - k
= 90 – 2
= 88
Diperoleh Ftabel pada taraf signifikasi α= 0,05 sebesar 1,651. Maka Fhitung < Ftabel (1,110 <
1,651), sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest kedua kelas tersebut adalah homogen.
274
Lampiran 28
Frekuensi
Kategori N-Gain
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rendah 6 26
Sedang 34 19
Tinggi 5 0
277
Scanned by CamScanner
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M. Pd., selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi
dan selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Ibu Yuke Mardiati, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyusun skripsi ini.
5. Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Depok yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam pembuatan skripsi ini.
6. Ibu Sugi selaku guru mata pelajaran biologi SMA Negeri 5 Depok
7. Seluruh guru, karyawan dan peserta didik SMA Negeri 5 Depok yang
memberikan banyak pengalaman selama penulis menjalankan penelitian.
8. Paling teristimewa untuk kedua orang tuaku Ayahanda Suryo Kusumo dan
Ibunda Mey Mey Hs yang tiada hentinya memberikan kasih sayang, selalu
mendo’akan, selalu menjadi motivasi, dan inspirasi serta memberikan banyak
dukungan moril dan materil kepada penulis. Adik-adikku tersayang
Muhammad Dimas dan Baby Laila yang selalu menjadi penyemangat dan
selalu memberikan do’a kepada penulis.
9. Paling teristimewa untuk sepupuku Yurika Endah Aprilianti yang selalu
menjadi penyemangat untuk penulis dalam pembuatan skripsi ini.
10. Sahabat seperjuangan squad literasi sains Nurlaela Jamil dan Rahmawati,
sahabat-sahabat seperjuangan di bangku perkuliahan Nuzli, Alfie, Ade,
Dhuhana, Shinta, Lala, Shaila, Hana, Yogi, Irfan dan seluruh teman-teman
pendidikan biologi angkatan 2012 yang selalu memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 6
D. Perumusan Masalah ................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
ix
4. Tinjauan Materi ................................................................. 23
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 24
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 25
D. Hipotesis Penelitian ................................................................ 27
x
B. Saran ........................................................................................ 77
xi
DAFTAR TABEL
xii
Kelas Kontrol ............................................................ 51
Tabel 4.13 : Data Observasi Kegiatan Guru Kelas Eksperimen .. 53
Tabel 4.14 : Data Observasi Kegiatan Guru Kelas Kontrol ......... 53
Tabel 4.15 : Data Observasi Kegiatan Peserta Didik
Kelas Eksperimen .................................................... 54
Tabel 4.16 : Data Observasi Kegiatan Peserta Didik
Kelas Kontrol ............................................................ 55
Tabel 4.17 : Uji Normalitas Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................... 56
Tabel 4.18 : Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen dan Kontrol ................................ 56
Tabel 4.19 : Hasil Uji-t Pretest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol .................................................... 57
Tabel 4.20 : Hasil Uji-t Pretest Tingkat Kognitif
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................... 58
Tabel 4.21 : Hasil Uji-t Pretest Aspek Konten Kemampuan
Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 59
Tabel 4.22 : Hasil Uji-t Pretest Aspek Kompetensi Kemampuan
Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 60
Tabel 4.23 : Hasil Uji-t Pretest Aspek Konteks Kemampuan Literasi
Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............. 61
Tabel 4.24 : Hasil Uji-t Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ..................................................... 62
Tabel 4.25 : Hasil Uji-t Posttest Tingkat Kognitif Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ..................................................... 62
Tabel 4.26 : Hasil Uji-t Posttest Aspek Konten Kemampuan
Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 63
Tabel 4.27 : Hasil Uji-t Posttest Aspek Kompetensi Kemampuan
Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 64
Tabel 4.28 : Hasil Uji-t Posttest Aspek Konteks Kemampuan
Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 65
xiii
Tabel 4.29 : Hasil Uji-t Posttest Aspek Sikap Kemampuan
Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 66
Tabel 4.30 : Hasil Nilai N-Gain Literasi Sains Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol .................................................... 66
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
Lampiran 24 : Penghitungan Uji Normalitas Posttest
Kelas Eksperimen .................................................... 270
Lampiran 25 : Penghitungan Uji Normalitas Posttest
Kelas Kontrol ............................................................ 271
Lampiran 26 : Penghitungan Uji Homogenitas Pretest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................... 272
Lampiran 27 : Penghitungan Uji Homogenitas Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................... 273
Lampiran 28 : Penghitungan N-Gain Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ........................................................... 274
Lampiran 29 : Penghitungan Angket Tanggapan Peserta Didik
Terhadap Model Pembelajaran Kelas Eksperimen .. 277
Lampiran 30 : Penghitungan Angket Tanggapan Peserta Didik
Terhadap Model Pembelajaran Kelas Kontrol ......... 279
Lampiran 31 : Uji Hipotesis Data Pretest dan Posttest ................... 281
Lampiran 32 : Uji Hipotesis Data Pretest dan Posttest
Tingkat Kognitif ....................................................... 285
Lampiran 33 : Uji Hipotesis Data Pretest dan Posttest
Aspek Konten ............................................................. 301
Lampiran 34 : Uji Hipotesis Data Pretest dan Posttest
Aspek Kompetensi ..................................................... 317
Lampiran 35 : Uji Hipotesis Data Pretest dan Posttest
Aspek Konteks ........................................................... 329
Lampiran 36 : Uji Hipotesis Aspek Sikap ....................................... 341
Lampiran 37 : Daftar Nilai Tingkat Kognitif (Pretest dan Posttest)
Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kontrol ............ 347
Lampiran 38 : Daftar Nilai Aspek Konten (Pretest dan Posttest)
Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kontrol ............ 352
Lampiran 39 : Daftar Nilai Aspek Kompetensi (Pretest dan Posttest)
Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kontrol ............ 357
Lampiran 40 : Daftar Nilai Aspek Konteks (Pretest dan Posttest)
xvii
Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kontrol ......... 362
Lampiran 41 : Daftar Nilai Aspek Sikap Peserta Didik
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................... 367
Lampiran 42 : Lembar Observasi Kegiatan Guru dan Peserta Didik
Kelas Eksperimen .................................................... 370
Lampiran 43 : Lembar Observasi Kegiatan Guru dan Peserta Didik
Kelas Kontrol ........................................................... 394
Lampiran 44 : Daftar Nilai Argumentasi Individu dan Kelompok
Peserta Didik Kelas Eksperimen .............................. 402
Lampiran 45 : Dokumentasi Kegiatan Penelitian ............................ 404
Lampiran 46 : Lembar Uji Referensi .............................................. 405
Lampiran 47 : Surat Permohonan Izin Penelitian ........................... 413
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran IPA, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2009 ) h. 46.
2
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), PISA 2015 Draft
Science Framework, 2013. h. 13-14
3
Uus Toharudin, et.al., Membangun Literasi Sains Peserta Didik, (Bandung: Humaniora,
2011), h.6.
1
2
4
Uus Toharudin, et.al., op. cit., h.14.
5
Lee R. Jones, et. al., TIMSS 2015 Science Framework. (Chestnutt Hill: TIMSS &
PIRLS International Study Center, 2015), h. 32
6
Uus Toharudin, et.al., op.cit., h. 7.
7
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), “PISA 2012
Result: what Student Know and Can do : Student Performance in Mathematics, Reading and
Science (Volume 1) [Revised edition February 2014] ”, (2014), h. 232.
3
Peringkat dan rata-rata skor Indonesia tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil tes
dan survey PISA terdahulu pada tahun 2012 yang juga berada pada kelompok
penguasaan materi yang rendah.8
Pembelajaran biologi di SMA Negeri 5 Depok berdasarkan observasi dan
wawancara yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sekolah sudah
menggunakan kurikulum 2013. Metode dan model pembelajaran yang digunakan
juga sudah bervariasi sesuai dengan ketentuan kurikulum 2013, namun
pembelajaran biologi yang telah dilakukan selama ini kurang melibatkan
argumentasi ilmiah kebanyakan argumen yang disampaikan oleh peserta didik
tidak didukung oleh fakta yang relevan dan teori yang akurat. Peserta didik
kurang diarahkan untuk membangun dan mendukung pengetahuan melalui
argumen. Hal ini menunjukkan bahwa guru kurang memberdayakan kemampuan
argumentasi dalam pembelajarannya karena merasa tidak mampu merancang
pembelajaran karena keterbatasan waktu.
Hasil observasi juga menunjukkan pembelajaran biologi yang dilaksanakan
cenderung menekankan pengetahuan karena masih banyak peserta didik yang
beranggapan bahwa capaian nilai tinggi adalah hal yang paling utama. Anggapan
tersebut menjadi bukti bahwa banyak peserta didik yang belum mengaplikasikan
konsep-konsep yang telah dipelajari di sekolah dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan literasi sains di SMA Negeri 5 Depok mulai diajarkan dengan cara
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca referensi dan buku
bacaan terkait dengan materi yang dipelajari, namun kemampuan literasi sains di
SMA Negeri 5 Depok belum diketahui bagaimana ketercapaiannya berdasarkan
empat aspek PISA.
Kelemahan-kelemahan yang dijelaskan di atas sudah terlihat dampaknya pada
pencapaian literasi sains, Indonesia masih berada dalam urutan yang masih
terbilang rendah, karena pembelajaran IPA khususnya biologi di Indonesia hanya
menekankan pada aspek konten (isi atau pengetahuan) saja, sedangkan aspek
kompetensi (proses), dan aspek konteks kurang diperhatikan. Oleh karena itu,
8
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), “PISA 2015 PISA
Result in Focus ”, (2015), h. 14
4
9
Meizuvan Khoirul Arief, Penerapan Levels of Inquiry Pada Pembelajaran IPA Tema
Pemanasan Global untuk Meningkatkan Literasi Sains, (Bandung: Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Pengajaran, Vol. 2 No.2, Program Studi Pendidikan IPA SPS Universitas Pendidikan Indonesia,
2015), hal. 168
10
Creech, J & Hale, G, Literacy in Science: A Natural Fit Promoting Student Literacy
through Inquiry. E-newsletter of NSTA [Online]. Tersedia: http://www.nsta.org. Diakses pada
tanggal 1 Mei 2016 Pukul. 13:00
11
Sibel Erduran, et. al., Learning to Teach Argumentation: Case Studies of Pre Service
Secondary Science Teachers Vol.2 No.2, (Turkey: Eurasia Journal of Mathematics, Science and
Technology Education, 2006), h. 1
12
Riezky Maya Probosari, Murni Ramli, Harlita, Meti Indrowati, Sajidan., Profil
Keterampilan Argumentasi Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNS pada Mata Kuliah
Anatomi Tumbuhan, Vol. 9 No.1 (Surakarta: Jurnal Bioedukasi FKIP Universitas Sebelas Maret,
2016), h. 29
5
13
Ibid., h. 29
14
The Programme for International Student Assesment (PISA), (OECD : 2007), h. 12.
15
Riezky Maya Probosari, Murni Ramli, Harlita, Meti Indrowati, Sajidan., loc. cit., h.29
16
Jiménez-Aleixandre, M.P., & Erduran, S. Argumentation in Science Education: An
Overview. In Erduran, S. & Jiménez-Aleixandre, M.P.(Eds). (Netherlands: Springer Research,
2007) h. 3
17
Neni Hasnunidah, Pembelajaran Biologi Dengan Strategi Argument Driven Inquiry dan
Keterampilan Argumentasi Peserta Didik, (Bandar Lampung: Jurnal Pendidikan Biologi FKIP
UNS, 2015), h. 4-5
6
Oleh karena itu, sudah seharusnya biologi diajarkan dengan pendekatan yang
mirip dengan yang dialami oleh para peneliti atau ilmuwan ketika
mengembangkan pengetahuan. Termasuk ketika para ilmuwan mempertahankan
teori dan penjelasan-penjelasannya dengan mengajukan bukti-bukti dan argumen-
argumen. Pembelajaran biologi melalui strategi Argument Driven Inquiry (ADI)
diperlukan untuk mengembangkan keterampilan argumentasi. 18 Melalui strategi
ini, biologi diajarkan dengan pendekatan yang mirip seperti yang dialami oleh
para peneliti atau ilmuwan ketika membangun pengetahuan melalui kajian
fenomena alam, kemudian melakukan interpretasi terhadap hasil penelitian dan
selanjutnya mengkomunikasikan hasilnya untuk dikritik, diperdebatkan dan
direvisi.19 Model pembelajaran ADI terbukti dapat membuat peserta didik
mengembangkan keterampilan argumentasinya, oleh karena itu peneliti berharap
pembelajaran biologi yang didesain menggunakan strategi Argument Driven
Inquiry (ADI), juga dapat memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan
keterampilan literasi sainsnya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu
untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran Argument
Driven Inquiry terhadap kemampuan literasi sains peserta didik.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini meliputi:
1) Rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik berdasarkan hasil
PISA.
2) Kemampuan literasi sains peserta didik di Indonesia khususnya di SMA
Negeri 5 Depok belum diketahui ketercapaiannya berdasarkan empat
aspek PISA.
3) Pembelajaran IPA khususnya biologi masih menekankan aspek konten
(pengetahuan atau isi), karena dianggap menjadi hal yang paling utama
dalam pembelajaran.
4) Kurangnya pengembangan kemampuan literasi sains peserta didik pada
saat pembelajaran biologi.
18
Ibid., h.1.
19
Neni Hasnunidah, loc. cit., h.1
7
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1) Penelitian dilakukan di salah satu sekolah negeri yaitu SMA Negeri 5 Kota
Depok kelas X semester 2 tahun ajaran 2016/2017.
2) Kemampuan literasi sains yang dimaksud adalah kemampuan yang
terangkum di dalam empat aspek yang digunakan PISA dalam melakukan
penilaian literasi sains, yaitu aspek konten (pengetahuan atau isi),
kompetensi (proses), sikap dan aspek konteks.
3) Model pembelajaran Inquiry yang dimaksud adalah model Argument
Driven Inquiry.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Apakah model
pembelajaran Argument Driven Inquiry dapat mempengaruhi kemampuan literasi
sains peserta didik?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan
pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) terhadap kemampuan literasi sains
peserta didik.
8
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain:
1) Bagi peserta didik, sebagai sarana untuk mengeksplor kemampuan ber-
inquiry dalam memahami fenomena alam dan meningkatkan kesadaran
terhadap lingkungan sekitar.
2) Bagi guru, dapat dijadikan alternatif model pembelajaran pembelajaran
berbasis inquiry di kelas pada saat ketika sedang mengajar terutama
penerapan model pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) guna
meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik.
3) Bagi sekolah, model pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) dapat
digunakan oleh pihak sekolah sebagai model alternatif untuk
mengembangkan kemampuan literasi sains peserta didik.
4) Bagi para peneliti, dapat dijadikan bekal pengetahuan tentang model
pembelajaran Argument Drive Inquiry dalam meningkatkan kemampuan
literasi sains peserta didik.
5) Bagi dinas pendidikan, dapat dijadikan referensi keilmuan terhadap
penelitian-penelitian yang berkaitan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Inkuiri
a. Pengertian Pembelajaran Inkuiri
Kata inkuiri berasal dari bahasa Inggris, Inquiry yang berarti penyelidikan;
pertanyaan; pemeriksaan; permintaan keterangan. Dalam pembelajaran ini, peserta
didik mencari dan menemukan sendiri sebuah jawaban dari suatu permasalahan
melalui pertanyaan dan pemeriksaan. Inkuiri merupakan suatu proses bagi peserta
didik untuk memecahkan masalah, merencanakan dan melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. 1
Strategi pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan. 2
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus
selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi
yang diajarkannya.3
1
Nuryani Y. Rustaman, “Perkembangan Penelitian Pembelajaran Inkuiri dalam
Pendidikan Sains” diambil dari
file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979032
Nuryanirustaman/PenPemInkuiri.pdf. Diakses tanggal 1 Mei 2016 pukul 17:30, h.13
2
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008), h. 196
3
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif KTSP, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), Cet. Ke-6, h. 114
8
9
4
Neni Hasnunidah, Pembelajaran Biologi Dengan Strategi Argument Driven Inquiry dan
Keterampilan Argumentasi Peserta Didik, (Bandar Lampung: Jurnal Pendidikan Biologi FKIP
UNS, 2015), h. 8-9
5
Ibid., h. 9.
10
6
Ibid., h. 9-10.
7
Sampson, et al., Argument Driven Inquiry in Biology. (United States of America: NSTA
Press, 2014), h.3-4
11
8
Ibid., h. 3-14
12
yang telah dibuat secara individu maupun kelompok. Peserta didik merancang
penyelidikan untuk mengumpulkan data yang akan menguatkan alasan dan
mengembangkan argumen yang telah dibuat. Hasil penyelidikan merupakan suatu
data atau fakta yang telah didapatkan dari sebuah penyelidikan hal ini dapat
mendukung argumen dan alasan terhadap permasalahan.
f) Pembuatan Laporan Penyelidikan
Tahap selanjutnya yaitu sintaks keenam adalah tahap pembuatan laporan
penyelidikan (laporan praktikum). Pada tahap ini setiap kelompok tetap
mengumpulkan laporan penyelidikan secara kasar artinya, laporan penyelidikan
yang sifatnya sementara yang di dalamnya hanya berisi tujuan penyelidikan,
metode yang digunakan selama penyelidikan dan hasil penyelidikan yang telah
dilakukan.
g) Peer Review Double Blind
Review laporan dilakukan secara berpasangan dengan kelompok seperti
kelompok 1 dan 2, kelompok 3 dan 4, dan kelompok seterusnya sampai kelompok
7 dan kelompok 8. Lembar review merupakan rubrik penilaian argumentasi dan
laporan praktikum yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas laporan
penyelidikan dan argumentasi secara kelompok. Langkah ini memberi ruang
kepada peserta didik untuk memberikan umpan balik kepada kelompok lainnya.
Langkah pembelajaran ini mengenalkan peserta didik tentang umpan balik edukatif
dan membantu menjadi lebih metakognitif saat peserta didik dalam kelompoknya
bekerja. Dengan demikian, diharapkan tercipta sebuah komunitas pelajar yang
menghargai bukti dan pemikiran kritis di dalam kelas, menciptakan lingkungan
belajar dimana peserta didik diharapkan saling bertanggung jawab, dan
memberikan peserta didik kesempatan untuk melihat contoh-contoh argumen
ilmiah yang kuat dan lemah. Setiap kelompok juga diharuskan untuk memberikan
umpan balik yang nyata kepada kelompok lainnya, untuk meningkatkan kualitas
laporan yang baik, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada rubrik penilaian.
h) Revisi Laporan Berdasarkan Hasil Peer Review
Tahap selanjutnya adalah sintaks kedelapan. Pada sintaks ini, terdapat tahap
revisi laporan berdasarkan hasil peer review. Pada tahapan ini guru membimbing
14
peserta didik untuk menyimpulkan penyelidikan yang telah dilakukan. Peserta didik
memberikan tanggapan ulang berupa revisi laporan penyelidikan berdasarkan hasil
peer review bersama teman kelompok sejawatnya. Pada tahap ini guru
membebaskan peserta didik untuk saling bertukar informasi dan saling merevisi
argumentasi dan data-data yang telah didapatkan bersama teman yang berasal dari
kelompok lain. Setiap laporan penyelidikan kasar (sementara) hasil peer review
yang masih perlu direvisi dikembalikan ke kelompok asalnya masing-masing.
Setiap kelompok menulis tugas laporan praktikum hasil revisi berdasarkan peer
review yang ditugaskan di rumah masing-masing.
9
Astuti Muh. Amin dan A. D Corebima, Analisis Persepsi Dosen Terhadap Strategi
Pembelajaran Reading Questioning And Answering (RQA) Dan Argument Driven Inquiry (ADI)
Pada Program Studi Pendidikan Biologi Di Kota Makassar, (Makassar: Seminar Nasional II Tahun
2016 Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan
(PLSK) Universitas Muhammadiyah Malang, 2016), h. 336
15
10
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Terbaru. (Jakarta: Gitamedia
Press), h.511.
11
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 56.
12
Uus Toharudin, et.al., Membangun Literasi Sains Peserta Didik, (Bandung: Humaniora,
2011), h.1.
13
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), “The PISA 2003
Assesment Frame Work-Mathematics, Reading, Science, and Problem Solving Knowledge and
Skills”, (2003) , h. 133. Diakses melalui www.oecd.org/38/29/33707226.pdf pada tanggal 2 Mei
2016, Pukul 16:20.
16
14
The Programme for International Student Assesment (PISA), (OECD : 2007), h. 12.
17
dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat
bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan
alam. Peserta didik dengan kemampuan itu akan membangun dirinya untuk belajar
lebih lanjut dan hidup di masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan sains
dan teknologi sehingga peserta didik juga dapat berguna bagi dirinya dan
masyarakat sekitarnya.15
Peserta didik dengan kemampuan itu akan membangun dirinya untuk belajar
lebih lanjut dan hidup di masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan sains
dan teknologi sehingga peserta didik juga dapat berguna bagi dirinya dan
masyarakat sekitarnya. Ciri-ciri seseorang memiliki literasi sains, menurut National
Science Teacher Association (NSTA) adalah : (1) Menggunakan konsep-konsep
sains, keterampilan proses dan nilai apabila ia mengambil keputusan yang
bertanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari; (2) Mengetahui bagaimana
masyarakat mempengaruhi sains dan teknologi mempengaruhi masyarakat; (3)
Mengetahui bahwa masyarakat mengontrol sains dan teknologi melalui
pengelolaan sumber daya alam; (4) Menyadari keterbatasan dan kegunaan sains dan
teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia; (5) Memahami sebagian
besar konsep-konsep sains, hipotesis dan teori sains dan mampu menggunakannya;
(6) Menghargai sains dan teknologi sebagai stimulus intelektual yang dimilikinya;
(7) Mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah bergantung pada proses-proses inkuiri
dan teori-teori; (8) Membedakan antara fakta-fakta ilmiah dan opini pribadi; (9)
Mengakui asal usul sains dan mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah itu tentatif;
(10) Mengetahui aplikasi teknologi dan pengambilan keputusan menggunakan
teknologi; (11) Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk memberi
penghargaan kepada penelitian dan pengembangan teknologi dan; (12) Mengetahui
sumber-sumber informasi dari sains dan teknologi yang dipercaya dan
menggunakan sumber-sumber tersebut dalam pengambilan keputusan. 16
Programme of International Student Assesments (PISA) merupakan salah satu
program dari OECD. Untuk memahami dan ikut serta dalam diskusi kritis tentang
15
Uus Toharudin, et.al., op. cit., h. 3.
16
Ibid., h. 12.
18
isu yang berkembang menyangkut sains dan teknologi, PISA mengembangkan tes
yang dapat mengukur kemampuan literasi sains peserta didik di beberapa negara di
seluruh dunia. PISA 2015 melakukan penilaian yang dikelompokkan dalam empat
aspek yang saling berkaitan17, sebagaimana di jabarkan dalam Gambar 2.218
Pengetahuan Ilmiah,
berupa pengetahuan
sains dan pengetahuan
tentang sains
Kompetensi,
mengidentifikasi isu Sikap, respon terhadap isu
Konteks, situasi hidup yang ilmiah, menjelaskan sains, minat, mendukung
melibatkan sains dan teknologi fenomena secara inkuiri ilmiah, tanggung
ilmiah, menggunakan jawab
bukti-bukti ilmiah
1) Konteks
Mengenali berbagai situasi kehidupan yang melibatkan sains dan teknologi.
Jika seseorang berhadapan dengan permasalahan ilmiah, maka pemilihan metode
pemecahan dan penggambarannya seringkali bergantung pada situasi dimana
permasalahan tersebut dihadirkan. Pada tes literasi sains Programme for
International Student Assessment (PISA), fokus soal yang digunakan terletak pada
situasi yang berhubungan dengan diri sendiri (personal), masyarakat
(lokal/nasional), dan dunia (global).19 Tabel 2.1 merupakan daftar aplikasi sains dan
17
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), PISA 2015 Draft
Science Framework, 2013. h. 11.
18
Uus Toharudin, et.al., op. cit., h. 11.
19
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), “PISA 2009
Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science”, 2009, h. 130-131.
19
teknologi, dalam konteks personal, lokal/ nasional, dan global yang pokok
digunakan dalam penilaian literasi sains PISA20.
Tabel 2.1 Konteks Untuk Penilaian Literasi Sains PISA
Situasi
Personal Lokal/Nasional Global
Lingkup
Pengontrolan
penyakit,
Biaya kesehatan,
penularan, pemilihan
Kesehatan kecelakaan dan Epidemik, pandemik
makanan, dan
nutrisi.
kesehatan
masyarakat.
Pemeliharaan
populasi Sumberdaya alam
manusia, kualitas terbarukan dan tidak
Pemakaian
hidup, terbarukan, sumber
Sumber Daya Alam pribadi materi
keselamatan, energi, pertumbuhan
dan energi.
produksi populasi, pelestarian
dan distribusi pangan, spesies.
persediaan energi
Perilaku ramah Biodiversitas,
Distribusi populasi,
lingkungan, ketahanan ekologi,
Kualitas pembuangan limbah,
penggunaan dan pengontrolan polusi,
Lingkungan dampak lingkungan,
pembuangan produksi dan
cuaca lokal.
material. kehilangan lahan.
Laju perubahan
[contoh: gempa bumi,
cuaca ekstrim],
lambat dan
Penilaian resiko Perubahan iklim,
Bahaya dan percepatan
dalam pemilihan Pengaruh komunikasi
Ancaman perubahan [contoh:
gaya hidup. modern.
erosi pantai,
sedimentasi],
penilaian
resiko .
Material baru,
perlengkapan dan Kepunahan spesies,
Aspek sains dari eksplorasi ruang
memproses,
Hubungan Sains hobi, teknologi angkasa, asal-usul
modifikasi genetika,
dan Teknologi pribadi, musik dan dan bentuk alam
teknologi kesehatan,
kegiatan olahraga semesta.
transportasi.
20
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), PISA 2015 Draft
Science Framework, op. cit., h. 14.
20
2) Pengetahuan Sains
Kompetensi yang dibutuhkan untuk kemampuan literasi sains memerlukankan
tiga bentuk pengetahuan yakni pengetahuan konten, pengetahuan prosedural, dan
pengetahuan epistemik.
a) Pengetahuan Konten
Kriteria pasti yang digunakan untuk mengarahkan pilihan pada kategori
pengetahuan yang hendak diukur pada pengetahuan konten sangat penting untuk
diketahui. Terlebih lagi, tujuan Programme for International Student Assessment
(PISA) adalah menjelaskan pada tingkatan mana siswa dapat mengaplikasikan
pengetahuannya pada konteks yang relevan dengan kehidupan. Oleh karena itu,
pengetahuan yang diukur akan diseleksi dari mata pelajaran pokok sains seperti
fisika, kimia, biologi, bumi dan antariksa serta teknologi. 21
b) Pengetahuan Prosedural
Tujuan dasar dari sains adalah untuk menghasilkan laporan yang memberikan
penjelasan tentang material dunia. Pengetahuan prosedural merupakan standar
prosedur bagi peneliti yang digunakan untuk memperoleh data yang terpercaya dan
sahih. Pengetahuan prosedural meliputi: konsep variabel termasuk variabel
dependen, independen, dan kontrol; Konsep pengukuran seperti kuantitatif
(pengukuran), kualitatif (pengamatan), menggunakan skala, kategori, dan variabel;
Menilai dan memperkecil ketidakpastian seperti mengulang kembali dan membuat
rata-rata pengukuran; Cara umum meringkas dan menyajikan data menggunakan
tabel, grafik dan carta dan penggunaan yang tepat.22
c) Pengetahuan Epistemik
Pengetahuan epistemik merupakan pengetahuan sebuah gagasan dan uraian dari
proses membangun pengetahuan dalam sains dan peran pengetahuan tersebut dalam
memberikan alasan pengetahuan yang dihasilkan oleh sains seperti hipotesis,
sebuah teori atau sebuah pengamatan.
Gagasan dan ketetapan yang menonjol dari sains yakni: pengamatan, fakta,
hipotesis, model, dan teori ilmu pengetahuan alam; maksud dan tujuan sains (untuk
21
Ibid., h. 17.
22
Ibid,. h. 19.
21
23
Ibid., h. 20.
24
Ibid., h. 14-16.
22
25
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2012
Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and
Financial Literacy, (OECD:Publishing, 2013), h. 107
23
4. Tinjauan Materi
Materi jamur (fungi) merupakan salah satu materi yang diajarkan pada peserta
didik kelas X SMA semester ganjil. Materi ini dijelaskan dalam kompetensi dasar.
Kompetensi dasar yang harus dicapainya adalah menerapkan prinsip klasifikasi
untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui
pengamatan secara teliti dan sistematis. Kompetensi dan indikator materi jamur
(fungi) disajikan pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Karakteristik Kompetensi Dasar 3.6 dan 4.6
KD Kompetensi Dasar Indikator
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk 3.6.1 Mengidentifikasi ciri-ciri jamur
menggolongkan jamur berdasarkan ciri- 3.6.2 Mengklasifikasikan jamur
ciri dan cara reproduksinya melalui berdasarkan morfologi dan reproduksinya
pengamatan secara teliti dan sistematis.
3.6.3 Mengimplementasikan peran jamur
dalam kehidupan dan lingkungan
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri- 4.6.1 Melakukan pengamatan untuk melihat
ciri dan peran jamur dalam kehidupan ciri-ciri jamur makroskopis dan jamur
dan lingkungan dalam bentuk laporan mikroskopis
tertulis 4.6.2 Membuat laporan hasil pengamatan
jamur makroskopis dan jamur mikroskopis
dalam bentuk laporan tertulis
4.6.3 Melakukan pengamatan hasil
reproduksi aseksual jamur
4.6.4 Membuat laporan hasil pengamatan
reproduksi aseksual jamur dalam bentuk
laporan tertulis
26
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), PISA 2015 Draft
Science Framework, op. cit., h. 36.
24
27
Yuli Andriani, Riandi, Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Pembelajaran
Argument Driven Inquiry Pada Pembelajaran IPA Terpadu di SMP Kelas VII”, (Jakarta: Jurnal
Edusains UIN Jakarta Syarifhidayatullah, 2014), hal. 1
28
Demircioglu, Ucar, “Investigating the Effect of Argument Driven Inquiry in Laboratory
Instruction”, (Turkey: Journal Educational Sciences Theory & Practice Cukurova University, 2015),
hal.267
25
dapat ditemukan hubungan yang erat antara kelemahan peserta didik dalam
berargumen dengan keterampilan berpikir kritis dan kreatifnya. 29
Penelitian Neni Hasnunidah, Herawati Susilo, Mimien Henie Irawati, dan Hedi
Sutomo yang berjudul “Peningkatan Pola Wacana Argumentasi Mahasiswa melalui
Penggunaan Scaffolding dalam Strategi Argument Driven Inquiry”. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan scaffolding dalam strategi ADI
berhasil meningkatkan keterampilan argumentasi mahasiswa. Hasil implementasi
strategi ADI dalam perkuliahan biologi dasar menunjukkan mahasiswa lebih tinggi
kemampuannya dalam mengembangkan wacana argumentatif.30
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran biologi menuntut peserta didik untuk dapat berpikir secara
sistematis, logis dan kritis. Selain itu peserta didik juga dituntut untuk dapat
berargumentasi karena argumentasi yang dikemukakan dapat memecahkan suatu
permasalahan dari masalah yang dipertanyakan. Memberikan kesempatan secara
luas kepada peserta didik dalam berargumentasi guna memahami pengetahuan
dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar biologi dalam kehidupan sehari-
hari, dapat membuat peserta didik menjadi lebih bermanfaat untuk diri sendiri dan
masyarakat. Pengetahuan dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa
deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural
(pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu).
Peringkat literasi sains peserta didik di Indonesia masih terbilang rendah.
Peserta didik di Indonesia dapat meningkatkan literasi sainsnya dengan
menggunakan perkembangan era globalisasi, seiring dengan perkembangan era
globalisasi di masa kini sebenarnya dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan IPA peserta didik. Perubahan kebijakan dalam sistem pendidikan
telah menjadi suatu keharusan yang sangat diperlukan untuk meningkatkan tingkat
29
Kadayifcia, H., Atasoya, B., & Akussa, H, The Correlation Between The Flaws Students
Define in Argument and Their Creative and Critical Thinking Abilities, (Turkey: Procedia-Social
and Behavioral Science Gazi University Faculty of Education, 2012) hal. 802
30
Neni Hasnunidah, dkk, Peningkatan Pola Wacana Argumentasi Mahasiswa melalui
Penggunaan Scaffolding dalam Strategi Argument-Driven Inquiry (Bandar Lampung: Seminar
Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS, 2015), hal. 649-650
26
literasi sains peserta didik di Indonesia. Hasil PISA pada tahun 2003, 2006 dan
2012, memperlihatkan rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia,
terutama pada dimensi kompetensi (proses) dan aspek konteks. Hal ini dikarenakan
dalam pembelajaran guru masih banyak menerapkan pembelajaran yang kurang
sesuai dengan pengembangan literasi sains dalam menyampaikan materi
pembelajaran.
Pengembangan literasi sains peserta didik dapat diupayakan melalui
pembelajaran berbasis inquiry. Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP)
menegaskan bahwa pendidikan IPA seharusnya disampaikan secara inkuiri ilmiah
(scientific inquiry), sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang
lebih banyak dalam memahami lebih mendalam tentang alam sekitar. Selain itu,
pendidikan IPA secara inquiry dapat mengembangkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah peserta didik. American Association for the
Advancement of Science (AAAS) mengemukakan bahwa metode pembelajaran
inquiry merupakan jalan untuk meningkatkan literasi sains karena peserta didik
mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dan membahas ide-ide ilmiah (scientific
ideas).31
Pembelajaran inquiry juga menuntut peserta didik untuk ikut terlibat aktif dalam
kegiatan penyampaian argumentasi ilmiah, karena keterampilan argumentasi ilmiah
merupakan aspek penting dalam literasi sains. 32 Argumentasi sangat erat kaitannya
dengan literasi sains, karena kemampuan argumentasi menjadi salah satu sarana
untuk memenuhi tujuan utama pembelajaran sains, karena siswa yang belajar sains
harus mengetahui penjelasan ilmiah mengenai fenomena alam, menggunakannya
untuk memecahkan masalah dan mampu memahami temuan lain yang mereka
dapatkan.33 Hal ini sesuai dengan pernyataan dan asesmen literasi sains yang
dinyatakan oleh PISA.
31
Brickman, P. et a.l, Effects of Inquiry-based Learning on Students’ Science Literacy
Skills and Confidence, (International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 3(2),
2009), hal. 3.
32
Sibel Erduran, et. al., Learning To Teach Argumentation: Case Studies Of Pre Service
Secondary Science Teachers Vol.2 No.2, (Turkey: Eurasia Journal of Mathematics, Science and
Technology Education, 2006), h. 1
33
Ibid., h. 29
27
Literasi sains berkaitan erat dengan kemampuan peserta didik dalam memahami
informasi proses terjadinya ilmu pengetahuan. Selain itu, literasi sains berkaitan
pula dengan kemampuan peserta didik dalam memahami fakta yang ada dalam
kehidupan sehari-hari dan kaitannya dengan masa yang akan datang. Oleh karena
itu, pada era globalisasi ini literasi sains sangat penting dikuasai oleh peserta didik
agar dapat memahami masalah-masalah yang akan dihadapi oleh masyarakat
modern. Hampir dapat dipastikan, kemampuan matematika dan sains oleh para
siswa akan memberikan implikasi bagi negara dan bangsa dalam pengembangan
teknologi dan untuk meningkatkan daya saing internasional pada umumnya. 34
National Research Council, menjelaskan bahwa literasi sains sangat penting
untuk dikembangkan. Alasannya adalah karena (1) pemahaman terhadap sains
menawarkan kepuasan dan kesenangan pribadi yang muncul setelah memahami dan
mempelajari alam; (2) dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang memerlukan
informasi dan berpikir ilmiah untuk pengambilan keputusan; (3) setiap orang perlu
melibatkan kemampuannya dalam wacana publik dan debat mengenai isu-isu
penting yang melibatkan sains dan teknologi; (4) dan literasi sains juga penting
dalam dunia kerja. 35 Pentingnya literasi dalam dunia kerja adalah karena semakin
banyak pekerjaan yang membutuhkan keterampilan-keterampilan yang tinggi,
sehingga mengharuskan setiap orang belajar sains, bernalar, berpikir kreatif,
membuat keputusan, dan memecahkan masalah.
Penerapan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan literasi
sains peserta didik sangat penting untuk diterapkan. Melalui pembelajaran yang di
dalam prosesnya menuntut peserta didik untuk berargumentasi dan berinquiry
merupakan salah satu solusi yang dipandang dapat meningkatkan kemampuan
literasi sains peserta didik. Melalui penerapan model pembelajaran Argument
Driven Inquiry diharapkan peserta didik dapat mengeksplorasi keterampilan
argumentasi ilmiahnya sehingga kemampuan literasi sainsnya pun dapat
meningkat.
34
Suhendra Yusuf, Perbandingan Gender dalam Prestasi Literasi Siswa Indonesia,
(Makalah hasil studi PISA 2000 dan 2003: UNINUS Bandung, 2010), h.3
35
National Research Council (NRC), National Science Education Standards, (National
Academies Press [Online] : Washington, DC, 1996), hal.12
28
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan nilai rata-rata pada tes
kemampuan literasi sains peserta didik yang mendapatkan model pembelajaran
Argument Driven Inquiry.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, (Bandung : Alfabeta,
2011), h. 77
2
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), Cet. VII, h. 73.
3
Sugiyono, op. cit., h. 76.
28
29
materi peserta didik. Akhir penelitian diadakan tes akhir (posttest) dengan
instrumen tes yang sama pada kedua kelas. Posttest yang diberikan bertujuan untuk
mengetahui pencapaian peserta didik terhadap bahan pengajaran setelah mengalami
kegiatan belajar. Desain penelitian ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Kontrol Q1 X1 Q2
Eksperimen Q3 X2 Q4
Keterangan :
Q1 : Pretest untuk kelas kontrol
Q2 : Posttest untuk kelas kontrol
Q3 : Pretest untuk kelas eksperimen
Q4 : Posttest untuk kelas kontrol
X1 : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik
X2 : Pembelajaran dengan menggunakan Argument Driven Inquiry
4
Ibid., h. 82.
30
E. Instrumen Penelitian
1. Tes Uraian
Instrumen tes yang digunakan berupa tes tertulis dalam bentuk tes uraian
dengan jenis yang berbeda, terdapat jenis uraian bebas, terbatas, dan berstruktur.
Instrumen tes disusun dengan mengadopsi aspek konten, proses, dan konteks PISA.
Tes uraian disebut juga essay examination, secara umum tes ini berbentuk
pertanyaan yang menuntut peserta didik menjawabnya dalam bentuk menguraikan,
menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk
lainnya sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan
bahasa sendiri.5 Tes uraian memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihan dari tes
uraian adalah penyusunan tes tidak memerlukan waktu yang lama serta dapat
melatih peserta didik menuliskan buah pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa
yang teratur. Salah satu kelemahannya adalah kemungkinan jawaban yang
5
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), Cet. XVIII, h. 35-39.
31
6
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. XVII, h. 38.
32
7
Sugiyono, op. cit., h. 121.
8
Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes, (cet.
Ke-3, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 89
9
Lampiran 14 Hasil Kalibrasi Instrumen Tes
10
Sumarna, loc.cit., h. 89
33
Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan betul
JS : Jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran13:
0.00 – 0.30 = soal termasuk kategori sukar
0.30 – 0.70 = soal termasuk kategori sedang
0.70 – 1.00 = soal termasuk kategori mudah.
d. Pengujian Daya Beda
Daya Pembeda adalah kemampuan suatu butir item untuk membedakan antara
peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah.14 Untuk menentukan daya pembeda menggunakan program ANATES.
Keterangan :
D: indeks diskriminasi
J : jumlah peserta tes
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB: banyaknya peserta kelompok bawah
BA: banyaknya peserta kelompok yang menjawab soal itu dengan benar
11
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Edisi Revisi), Cet. Ke-5,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 210.
12
Lampiran 14 Hasil Kalibrasi Instrumen Tes
13
Suharsimi Arikunto, loc. cit., h. 210
14
Ibid., h. 213.
34
BB: banyaknya peserta kelompok yang menjawab soal itu dengan salah
Dengan klasifikasi daya pembeda berikut 15:
D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)
D : 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory)
D : 0,40 – 0,70 : baik (good)
D : 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent)
D : < 0,00 (negatif) : tidak baik
Tabel 3.3 Hasil Kalibrasi Instrumen
Daya
No Butir Tingkat Korelasi Validitas
Pembeda Reliabilitas Tes
Asli Kesukaran Signifikan Tes
(%)
1 31.82 Sedang Signifikan Valid**
2 31.82 Sedang - -
3 18.18 Sedang - -
4 54.55 Sedang Signifikan Valid**
5 54.55 Sedang Signifikan Valid*
6 81.82 Sedang Sangat Signifikan Valid**
7 15.15 Sukar Signifikan Valid**
0,78
8 18.18 Sedang - -
(Tinggi)
9 45.45 Sedang Sangat Signifikan Valid**
10 24.24 Sukar Signifikan Valid*
11 36.36 Sedang Signifikan Valid**
12 33.33 Sedang Signifikan Valid**
13 48.48 Sedang Signifikan Valid**
14 30.30 Sedang Signifikan Valid**
15 45.45 Sukar Sangat Signifikan Valid**
Keterangan :
* valid berdasarkan SPSS
** valid berdasarkan SPSS dan digunakan menjadi instrumen soal tes uraian
15
Ibid., h. 218.
35
sikap kinerja ilmiah Iis Suryani16 dan cara penilaiannya mengadopsi asesmen
kinerja dari Ana Ratna Wulan yang telah direkomendasikan oleh para ahli asesmen
sebagai penilaian otentik pada pembelajaran sains.17 Asesmen kinerja disebut
sebagai suatu skenario baru bagi implementasi asesmen kinerja pada pembelajaran
sains di Indonesia, cara penilaian pada asesmen ini direkomendasikan oleh dosen
pembimbing untuk digunakan dalam penelitian karena asesmen ini dianggap mudah
dipelajari dan diterapkan.18
Penilaian aspek sikap dilakukan terhadap peserta didik kelas eksperimen dan
kontrol pada saat pelaksanaan kegiatan praktikum di sekolah. Sikap kinerja ilmiah
yang diamati adalah respek terhadap data atau fakta, berpikiran terbuka dan
kerjasama, serta ketekunan atau ketelitian. Tabel 3.4 berikut menyajikan kisi-kisi
lembar observasi sikap kinerja ilmiah peserta didik pada kegiatan praktikum.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Sikap Kinerja Ilmiah19
No. Sikap Ilmiah Indikator
Melakukan kegiatan percobaan sesuai dengan
petunjuk kerja yang telah disediakan
Membuat laporan praktikum berdasarkan hasil
Respek terhadap Data atau percobaan yang telah dilakukan
1.
Fakta Menghindari tindakan mencontoh hasil
percobaan kelompok lain
Menghindari tindakan merekayasa data untuk
mendapatkan hasil percobaan yang sempurna
Bersedia menerima ide atau pendapat lain yang
disampaikan teman
Bersedia memperbaiki hasil percobaan
Berpikiran Terbuka dan
2. berdasarkan saran dari guru atau teman
Kerjasama
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan percobaan
Bekerjasama dengan teman sekelompok dalam
melakukan percobaan
Mengulangi percobaan apabila percobaan yang
dilakukannya mengalami kegagalan
3. Ketekunan atau Ketelitian
Menyelesaikan percobaan meskipun kelompok
lain sudah selesai lebih awal
16
Iis Suryani, Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah Pada Pembelajaran
Dengan Model Latihan Penelitian Di Sekolah Dasar, h. 223-225 (www.file.upi.edu), diakses pada
tanggal 22 Februari 2017.
17
Ana Ratna Wulan, Skenario Baru Bagi Implementasi Asesmen Kinerja Pada
Pembelajaran Sains di Indonesia, h. 1. (www.file.upi.edu), diakses pada tanggal 22 Februari 2017.
18
Ibid., h. 9.
19
Iis Suryani, loc. cit., h. 223-225
36
Keterangan :
Indikator I : Mengidentifikasi Isu-isu Ilmiah
Indikator II : Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah
Indikator III : Menggunakan Bukti-bukti Ilmiah
38
Keterangan :
Indikator I : Mengidentifikasi Isu-isu Ilmiah
Indikator II : Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah
Indikator III : Menggunakan Bukti-bukti Ilmiah
20
Sugiyono, op. cit., h. 142
40
9 1
10 1
Mengetahui respon peserta didik tentang 11 1
3.
pembelajaran konsep fungi atau jamur 12 1
13 1
Mengetahui respon peserta didik tentang pelaksanaan 14 1
4.
pembelajaran biologi 15 1
16 1
Jumlah 8 8 16
21
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Refleksi Pengembangan Pemahaman dan
Penguasaan Metodologi Penelitian, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet. I, h. 128.
22
M. Ngalim Purwanto, op. cit., h. 112.
41
pembelajaran ADI pada setiap aspek kemampuan literasi sains. Nilai normal gain
merupakan nilai selisih antara pretest dan posttest. Rumus dan kriteria 23:
Dengan kategori:
g tinggi : nilai (g) > 0,70
g sedang : nilai 0,70 > (g) > 0.3
g rendah : nilai (g) < 0,3
Instrumen tes uraian yang telah diketahui nilai normal gainnya, dilakukan
pengujian analisis data statistik selanjutnya. Pengujian tersebut meliputi uji
normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Penjelasan pengujian analisis data
yang dilakukan sebagai berikut:
3. Uji Normalitas
Pengujian hipotesis digunakan statistik parametris yang mengharuskan data
tersebut berdistribusi normal,24 maka sebelum pengujian hipotesis perlu dilakukan
uji normalitas data. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas yang digunakan adalah adalah
uji liliefors (taraf signifikansi α 0,05). Tahapan dalam menentukan nilai normalitas
terdiri atas beberapa tahapan. Pertama adalah data sampel diurutkan dari yang
terkecil hingga yang terbesar, tahap selanjutnya menentukan nilai Zi dari tiap-tiap
data berikut dengan rumus:25
Lo = F(Zi) – S(Zi)
Keterangan:
Lo : Harga mutlak terbesar
F(Zi) : Peluang angka baku
S(Zi) : Proposi angka baku
23
David E. Meltzer, Addendum to: “The Relationship between Mathematic Preparation
dan Conceptual Learning Gains in Physic: a Possible-hidden Variable” in Diagnostic Pretest
Scores”, dari http://physic.iastate.edu/per/docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf.
24
Sugiyono, op. cit., h. 171.
25
Sudjana, Metode Statistika (Edisi keenam), Cet ke-3, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466-
467.
42
F=
Keterangan:
F : Homogenitas
2
S1 : Varians terbesar
S22: Varians terkecil
Dengan Kriteria Pengujian:
Jika, Fhitung< Ftabel, maka Ho diterima, berarti kedua data homogen.
Jika, Fhitung> Ftabel, maka Ho ditolak, berarti kedua data tidak homogen.
2. Pengolahan Data Uji Statistik Aspek Literasi Sains
Instrumen tes uraian dibedakan berdasarkan aspek literasi sains. Aspek literasi
sains yang berkaitan dengan instrumen tes uraian adalah aspek konten: terbagi atas
indikator pembelajaran fungi dan dimensi proses kognitif, aspek kompetensi
(proses) dan konteks berdasarkan pada aspek PISA tahun 2006. Pengujian uji data
statistik meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis dilakukan
dengan menggunakan software Microsoft Excel.
3. Pengolahan Data Uji Non Statistik
a. Lembar Observasi Sikap Kinerja Ilmiah
Indikator pada masing-masing sikap kinerja ilmiah yang diamati dianalisis
berdasarkan skenario baru penilaian kinerja untuk pembelajaran sains sehari-hari.
Guru harus menyiapkan kertas HVS, dan rubrik sederhana untuk masing-masing
indikator sikap kinerja ilmiah yang diamati pada kertas HVS untuk asesmen kinerja
26
Ibid., h. 249-251
43
ini. Skenario baru asesmen kinerja ini menggunakan asesmen kelompok sebagai
dasar untuk menilai individu.27
b. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
Keterlaksanaan sintaks pembelajaran diamati berdasarkan observasi yang
dilakukan oleh observer. Keterlaksanaan sintaks pembelajaran diperhatikan dari
aspek guru dan peserta didik. Sintaks pembelajaran yang terlaksana diberikan skor
satu, dan jika tidak diberikan skor nol. Persentasi skor yang diperoleh dihitung
dengan rumus:28
R
S= × 100
N
Keterangan:
S = nilai yang diharapkan
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = skor maksimum dari tes
c. Angket Tanggapan Peserta Didik terhadap Model Pembelajaran ADI
Angket tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran ADI
menggunakan skala pengukuran Likert berskala 4. Pemberian skor angket ini
mengadopsi dari penelitian Inayatul Farida. Tabel 3.10 menunjukkan skor yang
diberikan pada tiap tipe jawaban sesuai dengan orientasi jawaban.
Tabel 3.10 Pemberian Skor Angket Tanggapan Peserta Didik terhadap
Pembelajaran Model ADI
Soal berorientasi Soal berorientasi
Jawaban Responden
jawaban positif jawaban negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
H. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dilakukan setelah pengujian persyaratan, dengan
menggunakan uji-t. Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan adanya
pengaruh kemampuan literasi sains peserta didik yang diajar dengan menggunakan
27
Ana Ratna Wulan, op. cit., h. 4-8.
28
M. Ngalim Purwanto, loc.cit,. h. 112
44
model pembelajaran Argument Driven Inquiry dan peserta didik yang diajar dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Pengujian hipotesis statistik, terdapat beberapa
tahapan, pertama ditentukannya hipotesis statistik, yaitu:
Ho : μE = μK
Ha : μE ≠ μK
Keterangan:
Ho =Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata tes kemampuan literasi sains peserta didik
yang mendapatkan pembelajaran Argument Driven Inquiry
Ha =Terdapat perbedaan nilai rata-rata tes kemampuan literasi sains peserta didik yang
mendapatkan pembelajaran Argument Driven Inquiry.
saintifik.29
Tahapan kedua yaitu statistik uji dihitung.30 Uji t pada sampel yang homogen,
terdapat rumus perhitungan untuk n1 = n2, dengan db = n1 + n2 − 2,
Keterangan:
29
Anas Sudijono, Pengantar Statistika Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet.
Ke- 25, h. 308.
30
Sugiyono, op.cit., h. 128.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data hasil pretest dan posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol, juga data kemampuan literasi sains peserta didik
berdasarkan aspek-aspek literasi sains yang meliputi dimensi konten, kompetensi
(proses), konteks, dan sikap sebagaimana yang dikembangkan PISA.
45
46
Kelas
Data Statistik
Eksperimen Kontrol
Jumlah Peserta Didik 45,00 45,00
Nilai Max 76,67 73,33
Nilai Min 43,33 43,33
Persentase Peserta Didik yang
4,40 0,00
Mencapai KKM (%)
Rata-rata 61,56 61,93
Standar Deviasi 9,90 8,63
Data hasil pretest yang tersaji dapat terlihat, bahwa rata-rata nilai pretest pada
kelas eksperimen adalah 61,56, begitu pula halnya dengan rata-rata pretest pada
kelas kontrol adalah 61,93 dilihat dari data hasil pretest yang telah tersaji dapat
terlihat bahwa rata-rata kedua kelas tersebut masih termasuk ke dalam kategori
kurang, karena belum mencapai nilai rata-rata KKM 75,00.
Data hasil posttest yang tersaji, dapat terlihat bahwa rata-rata nilai posttest pada
kelas eksperimen adalah 80,98 sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh kelas
kontrol adalah 72,37. Data hasil posttest yang telah tersaji dapat ditarik kesimpulan
bahwa kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata nilai posttest pada kelas kontrol, rata-rata nilai posttest pada kelas
eksperimen juga sudah melebihi nilai KKM yang telah ditentukan, persentase
47
peserta didik yang sudah mencapai nilai KKM juga meningkat secara signifikan
yaitu dari 4,40% pada saat pretest menjadi 84,44% pada saat posttest berbeda
halnya dengan rata-rata nilai posttest pada kelas kontrol yang belum mencapai nilai
KKM 75,00.
a) Tingkat Kognitif
Hasil perhitungan nilai rata-rata pretest maupun posttest pada tingkat kognitif,
diperlihatkan pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Data Hasil Tingkat Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Data pada Tabel 4.3 menunjukkan hasil analisis peserta didik kelas eksperimen.
Kelas eksperimen yang menggunakan model ADI lebih baik dari pada kelas kontrol
yang menggunakan pendekatan saintifik. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas
eksperimen yang cenderung unggul dibandingkan kelas kontrol. Model
pembelajaran ADI dinilai mampu meningkatkan keterampilan berpikir dan
pemahaman konsep yang dipelajari. Keterampilan berpikir yang dimaksud adalah
memahami, mengevaluasi, dan mencipta karena peserta didik sudah terbiasa
dituntut untuk berargumentasi sehingga peserta didik mampu membuat sebuah
48
kesimpulan yang merupakan sebuah solusi pada sebuah permasalahan yang ada
dalam soal.
b) Aspek Konten
Data hasil penelitian yang telah diperoleh terkait dengan kemampuan literasi
sains dilihat dari ketiga aspek, yaitu aspek konten (pengetahuan), kompetensi
(proses) dan aspek sikap.
Nilai rata-rata ini diperoleh dengan membandingkan nilai yang diperoleh
masing-masing peserta didik dengan nilai maksimal per indikator pada aspek
konten. Data disajikan pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.
c) Aspek Kompetensi
Aspek kompetensi atau sering disebut juga aspek proses literasi sains dalam
PISA mengkaji kemampuan peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan
49
d) Aspek Konteks
Aspek penting dalam penilaian literasi sains PISA adalah keterlibatan siswa
dalam berbagai situasi yang disajikan dalam bentuk isu ilmiah. Aspek konteks
literasi sains melibatkan isu-isu penting yang berhubungan dengan sains dalam
kehidupan sehari-hari. Butir penilaian literasi sains dirancang untuk konteks yang
tidak hanya terbatas pada kehidupan sekolah saja, tetapi juga pada konteks
kehidupan siswa secara umum. 2
Tes literasi sains Programme for International Student Assessment (PISA),
fokus soal yang digunakan terletak pada situasi yang berhubungan dengan diri
1
Uus Toharudin, et.al., Membangun Literasi Sains Peserta Didik, (Bandung: Humaniora,
2011), h.8.
2
Rustaman, N. Y. Literasi Sians Anak Indonesia 2000 & 2003. (Bandung: FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h. 7
50
e) Aspek Sikap
Penilaian aspek sikap dilakukan terhadap peserta didik kelas eksperimen dan
kontrol pada saat pelaksanaan kegiatan praktikum. Sikap kinerja ilmiah yang
diamati adalah respek terhadap data atau fakta, berpikiran terbuka dan kerjasama
serta ketekunan dan ketelitian.
Sikap yang digambarkan dalam PISA mengindikasikan minat peserta didik
terhadap sains, menyukai inkuiri ilmiah, motivasi untuk siap bertanggung jawab;
misalnya terhadap sumber daya alam dan lingkungan. 4 Hasil tes literasi sains yang
dianalisis per indikator pada aspek sikap yang disajikan pada Tabel 4.10.
3
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), “PISA 2009
Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science”, 2009, h. 130.
4
Uus Toharudin, et.al., op. cit., h. 12.
51
Keterangan:
Indikator 1: Respek Terhadap Data atau Fakta
Indikator 2 : Berpikiran Terbuka dan Kerja Sama
Indikator 3 : Ketekunan dan Ketelitian
Tabel 4.11 Data Hasil Analisis Angket Peserta Didik Kelas Eksperimen
Indikator Persentase (%)
Indikator 1 86,25
Indikator 2 87,12
Indikator 3 85,00
Indikator 4 85,55
Rata-rata 85,98
Keterangan:
Indikator 1: Mengetahui respon peserta didik tentang aktivitas pembelajaran dengan
menggunakan model Argument Driven Inquiry
Indikator 2 : Mengetahui respon peserta didik terhadap kemampuan literasi sains melalui
Argument Driven Inquiry
52
Indikator 3 : Mengetahui respon peserta didik tentang pembelajaran jamur melalui model
Argument Driven Inquiry
Indikator 4 : Mengetahui respon peserta didik tentang pelaksanaan pembelajaran biologi
dengan menggunakan model Argument Driven Inquiry
Tabel 4.12 Data Hasil Analisis Angket Peserta Didik Kelas Kontrol
Indikator Persentase (%)
Indikator 1 62,50
Indikator 2 64,35
Indikator 3 56,11
Indikator 4 59,58
Rata-rata 60,63
Keterangan:
Indikator 1: Mengetahui respon peserta didik tentang aktivitas pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan saintifik
Indikator 2 : Mengetahui respon peserta didik terhadap kemampuan literasi sains melalui
pendekatan saintifik
Indikator 3 : Mengetahui respon peserta didik tentang pembelajaran jamur melalui
pendekatan saintifik
Indikator 4 : Mengetahui respon peserta didik tentang pelaksanaan pembelajaran biologi
dengan menggunakan pendekatan saintifik
Data pada Tabel 4.11 dan Tabel 4.12 menujukkan sebuah informasi bahwa
persentase respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran yang menggunakan
model ADI lebih unggul dari nilai persentase peserta didik yang menggunakan
pendekatan saintifik. Persentase keseluruhan indikator respon peserta didik di kelas
eksperimen sudah termasuk ke dalam kriteria “sangat tinggi” hal ini menunjukkan
bahwa peserta didik sangat antusias terhadap pembelajaran biologi dengan
menggunakan model pembelajaran ADI.
53
5
Lampiran 53 Observasi Kegiatan Peserta Didik Kelas Eksperimen
55
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam peneltian ini adalah uji liliefors dengan
tujuan untuk mengetahui distribusi data normal atau tidak. Data dikatakan normal
ketika Lhitung < LTabel. Data uji normalitas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Pretest Posttest
Data Statistik
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
N 45,00 45,00 45,00 45,00
Lhitung 0,10 0,09 0,08 0,11
LTabel 0,13 0,13 0,13 0,13
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal
Data hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas kontrol dan eksperimen
yang tersaji pada Tabel 4.17 menunjukkan hasil pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen mempunyai nilai Lhitung < LTabel. Kelas eksperimen menunjukkan angka
0,10 < 0,13 dan kelas kontrol menunjukkan angka 0,09 < 0,13. Kemudian pada
posttest kelas kontrol dan eksperimen juga menunjukkan nilai Lhitung < LTabel. Kelas
kontrol menunjukkan angka 0,11 < 0,13 dan kelas eksperimen menunjukkan angka
0,08 < 0,13. Data uji normalitas yang telah tersaji pada Tabel 4.17 terlihat bahwa
56
b. Uji Homogenitas
Uji normalitas pada kedua kelompok penelitian telah selesai dilakukan, maka
langkah selanjutnya mencari nilai homogenitas. Pengujian tersebut dilakukan untuk
melihat variansi atau keseragaman dari kedua sampel yang diambil datanya. Data
uji homogenitas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan
Kontrol
Data Statistik Pretest Posttest
N 45,00 45,00
Db 88,00 88,00
Fhitung 1,32 1,11
A 0,05
FTabel 1,65
Kesimpulan Variansi Homogen
Data hasil uji homogenitas pretest dan posttest kelas kontrol dan eksperimen
yang tersaji pada Tabel 4.18. Data hasil uji homogenitas yang telah tersaji terlihat
bahwa Ho diterima dan variansi pada data pretest dan posttest pada dua kelompok
adalah homogen.
c. Uji Hipotesis
Uji prasyarat sebelumnya yaitu uji normalitas dan homogenitas, diambil
kesimpulan data pretest dan posttest pada kedua kelas adalah berdistribusi normal
dan memiliki varians yang homogen. Uji prasyarat selanjutnya yaitu pengujian
hipotesis, dapat dilakukan dengan menggunakan uji-t.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol.
57
a) Hipotesis Pretest
Hasil perhitungan nilai pretest dengan menggunakan uji-t, dapat diperlihatkan
pada Tabel 4.19 berikut:
Tabel 4.19 Hasil Uji-t Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
Data Statistik
Eksperimen Kontrol
N 45,00 45,00
Rata-rata 61,56 61,93
Thitung 0,19
TTabel 1,99
Data hasil uji hipotesis pretest yang tersaji pada Tabel 4.19 menunjukkan bahwa
thitung lebih kecil dari t tabel yaitu 0,19 < 1,99, maka dapat disimpulkan bahwa H0
diterima dan Ha ditolak. Data hasil uji hipotesis yang telah tersaji pada Tabel 4.19
terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap
keterampilan literasi sains peserta didik pada konsep jamur.
Tabel 4.20 Hasil Uji-t Pretest Tingkat Kognitif Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Tingkat Rata-rata SD
Thitung Ttabel Kesimpulan
Kognitif Eks Kon Eks Kon
Ho diterima
bahwa tidak
C2 43,33 34,44 31,26 29,81 1,38 1,99
terdapat
perbedaan
58
Ho diterima
bahwa tidak
C4 88,33 92,78 20,37 17,37 1,11
terdapat
perbedaan
Ho ditolak
C5 54,57 60,99 12,94 9,66 2,67 bahwa terdapat
perbedaan
Ho diterima
bahwa tidak
C6 63,42 61,54 13,34 14,76 0.63
terdapat
perbedaan
Data hasil uji hipotesis pretest yang tersaji pada Tabel 4.20 menunjukkan bahwa
thitung lebih kecil dari ttabel pada keseluruhan tingkatan kognitif, hal ini dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, dan dapat ditarik kesimpulan bahwa
tidak terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik sebelum menggunakan model
pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap keterampilan literasi sains peserta
didik pada konsep jamur. Pada dimensi ranah kognitif C4 yaitu menganalisis,
terdapat perbedaan pengetahuan hal ini dikarenakan soal yang termasuk ke dalam
ranah kognitif C4 adalah soal nomor satu. Soal ini mempunyai indikator
mengidentifikasi ciri-ciri jamur, tentunya hampir seluruh peserta didik dari kelas
eksperimen maupun kontrol mampu menjawab soal tersebut, karena soal tersebut
hanya menuntut peserta didik untuk menjawab ciri-ciri jamur berdasarkan artikel
yang ada di dalam soal.
Tabel 4.21 Hasil Uji-t Pretest Aspek Konten Kemampuan Literasi Sains
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Indikator Aspek Rata-rata SD
Thitung Ttabel Kesimpulan
Konten Eks Kon Eks Kon
Ho diterima
Mengidentifikasi Ciri- bahwa tidak
88,33 92,78 20,14 17,37 1,11
ciri Jamur terdapat
perbedaan
Mengklasifikan Jamur
Ho diterima
Berdasarkan Struktur bahwa tidak
65,56 54,72 22,16 28,49 1,93
tubuh, dan Alat terdapat
perbedaan
reproduksinya
1,99
Ho diterima
Menjelaskan Cara bahwa tidak
32,35 30,12 10,81 11,76 0,93
Reproduksi Jamur terdapat
perbedaan
Mengimplementasikan
Ho ditolak
Peran Jamur Bagi
75,80 86,42 15,40 10,57 3,81 berbeda
Kehidupan dan signifikan
Lingkungan
Data hasil uji hipotesis pretest yang tersaji pada Tabel 4.21 menunjukkan bahwa
thitung lebih kecil dari ttabel pada indikator identifikasi ciri-ciri jamur, klasifikasi
jamur dan cara reproduksi jamur hal ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan
Ha ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan
peserta didik sebelum menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry
terhadap keterampilan literasi sains peserta didik pada konsep jamur. Pada indikator
mengimplementasikan peran jamur bagi kehidupan terlihat bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan hal ini dikarenakan soal yang termasuk indikator
mengimplementasikan peran jamur bagi kehidupan yaitu soal nomor 7, 8, dan 9
soal-soal tersebut tidak menuntut peserta didik untuk menjawab benar, melainkan
menuntut peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya, maka dari itu hampir
60
seluruh peserta didik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol pada saat pretest
banyak yang mampu menjawab soal-soal tersebut.
Data hasil uji hipotesis pretest yang tersaji pada Tabel 4.22 menunjukkan bahwa
thitung lebih kecil dari ttabel pada keseluruhan indikator aspek kompetensi. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, ini artinya bahwa tidak
terdapat perbedaan pengetahuan indikator aspek kompetensi peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap
keterampilan literasi sains peserta didik pada konsep jamur.
Tabel 4.23 Hasil Uji-t Pretest Aspek Konteks Kemampuan Literasi Sains
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Indikator Rata-rata SD
Thitung Ttabel Kesimpulan
Aspek Konteks Eks Kon Eks Kon
Ho diterima
Konteks 1 bahwa tidak
71,98 71,85 13,96 14,04 0,04 terdapat
perbedaan
Ho diterima
Konteks 2 bahwa tidak
88,15 97,78 21,50 8,41 0,29 1,99 terdapat
perbedaan
Ho diterima
Konteks 3 bahwa tidak
32,35 30,12 10,81 11,76 0,93 terdapat
perbedaan
Keterangan:
Konteks 1 : Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Sumber Daya Alam
Konteks 2 : Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Kesehatan
Konteks 3 : Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Mutu Lingkungan
Data hasil uji hipotesis pretest yang tersaji pada Tabel 4.23 menunjukkan bahwa
H0 diterima dan Ha ditolak, ini artinya bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan
indikator keseluruhan aspek konteks peserta didik sebelum menggunakan model
pembelajaran ADI terhadap keterampilan literasi sains peserta didik pada konsep
jamur.
f) Hipotesis Posttest
Hasil perhitungan nilai posttest dengan menggunakan uji-t, dapat diperlihatkan
pada Tabel 4.24 berikut:
62
Tabel 4.24 Hasil Uji-t Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
Data Statistik
Eksperimen Kontrol
N 45,00 45,00
Rata-rata 80,98 72,37
Thitung 6,43
Ttabel 1,99
Data hasil uji hipotesis posttest yang tersaji pada Tabel 4.24 menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari ttabel yaitu 6,43 > 1,99. Maka dapat disimpulkan bahwa
H0 ditolak dan Ha diterima. Data hasil uji hipotesis yang telah tersaji pada Tabel
4.24 terlihat, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pada model
pembelajaran ADI terhadap keterampilan literasi sains peserta didik.
Tabel 4.25 Hasil Uji-t Posttest Tingkat Kognitif Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Tingkat Rata-rata SD
Thitung Ttabel Kesimpulan
Kognitif Eks Kon Eks Kon
Ho ditolak
terdapat
C2 91,11 80,00 18,58 19,66 2,76
perbedaan yang
signifikan
1,99 Ho diterima
bahwa tidak
C4 98,33 99,44 11,18 3,73 0,63 terdapat
perbedaan yang
signifikan
63
Ho ditolak
terdapat
C5 63,21 54,07 12,27 9,94 3,88
perbedaan yang
signifikan
Ho ditolak
terdapat
C6 84,10 74,36 7,41 7,69 6,12
perbedaan yang
signifikan
Data hasil uji hipotesis posttest yang tersaji pada Tabel 4.25 menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari t tabel pada tingkatan kognitif C2, C5, dan C6. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran ADI
terhadap tingkat kognitif ranah memahami, mengevaluasi dan mencipta pada
peserta didik. Pada dimensi ranah kognitif C4 yaitu menganalisis terlihat tidak
dapat perbedaan yang signifikan. Hal ini dikarenakan soal yang termasuk ke dalam
ranah kognitif C4 adalah soal nomor satu yang mana soal ini mempunyai indikator
mengidentifikasi ciri-ciri jamur, tentunya hampir seluruh peserta didik dari kelas
eksperimen maupun kontrol mampu menjawab soal tersebut, karena soal tersebut
hanya menuntut peserta didik untuk menjawab ciri-ciri jamur berdasarkan artikel
yang ada dalam soal. Oleh karena itu peserta didik baik itu di kelas eksperimen
maupun kontrol sudah mampu menjawab soal tersebut dengan benar. Peserta didik
di kelas kontrol memiliki nilai C4 yang lebih unggul karena 44 peserta didik mampu
menjawab dengan benar dengan skor sempurna, dan hanya ada satu peserta didik
yang berhasil menjawab dengan benar namun hanya mendapatkan tiga skor. Hal ini
serupa dengan peserta didik di kelas eksperimen namun ada satu peserta didik yang
sudah berhasil menjawab namun skor yang didapatkan hanya satu skor.
Tabel 4.26 Hasil Uji-t Posttest Aspek Konten Kemampuan Literasi Sains
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Indikator Aspek Rata-rata SD
Thitung Ttabel Kesimpulan
Konten Eks Kon Eks Kon
Ho diterima
bahwa tidak
Mengidentifikasi Ciri-
98,33 99,44 11,18 3,73 0,63 terdapat
ciri Jamur perbedaan yang
signifikan
Mengklasifikan Jamur
Ho ditolak
Berdasarkan Struktur terdapat
95,56 90,00 9,29 9,83 2,76
tubuh, dan Alat perbedaan yang
signifikan
reproduksinya 1,99
Ho ditolak
Menjelaskan Cara terdapat
53,83 41,73 12,97 11,88 4,62
Reproduksi Jamur perbedaan yang
signifikan
Mengimplementasikan
Ho ditolak
Peran Jamur Bagi terdapat
86,42 75,31 9,44 13,59 4,51
Kehidupan dan perbedaan yang
signifikan
Lingkungan
Data hasil uji hipotesis posttest yang tersaji pada Tabel 4.26 menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari t tabel pada indikator klasifikasi jamur, cara reproduksi
jamur dan implementasi peran jamur bagi kehidupan. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven Inquiry
terhadap keterampilan literasi sains peserta didik pada aspek konten. Pada indikator
mengidentifikasi ciri-ciri jamur tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini
dikarenakan soal yang termasuk ke dalam indikator mengidentifikasi ciri-ciri jamur
adalah soal nomor satu. Peserta didik di kelas eksperimen maupun kontrol sudah
mampu menjawab soal tersebut, karena soal tersebut hanya menuntut peserta didik
untuk menjawab ciri-ciri jamur berdasarkan artikel yang ada di dalam soal.
65
Data hasil uji hipotesis posttest yang tersaji pada Tabel 4.27 menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari t tabel pada indikator menjelaskan fenomena secara
ilmiah, dan menggunakan bukti-bukti ilmiah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh pada model pembelajaran ADI terhadap keterampilan literasi
sains peserta didik pada aspek kompetensi.
Tabel 4.28 Hasil Uji-t Posttest Aspek Konteks Kemampuan Literasi Sains
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Indikator Rata-rata SD
Thitung Ttabel Kesimpulan
Aspek Konteks Eks Kon Eks Kon
Ho ditolak
Konteks 1 91,36 86,42 6,65 7,36 3,34 berbeda
signifikan
Ho ditolak
Konteks 2 97,04 80,00 15,43 17,98 4,80 1,99 berbeda
signifikan
Ho ditolak
Konteks 3 53,83 41,73 12,97 11,88 4,62 berbeda
signifikan
Keterangan:
Konteks 1 : Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Sumber Daya Alam
Konteks 2 : Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Kesehatan
Konteks 3 : Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Mutu Lingkungan
Data hasil uji hipotesis posttest yang tersaji pada Tabel 4.28 menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari t tabel pada seluruh indikator konteks. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven
Inquiry terhadap keterampilan literasi sains peserta didik pada aspek konteks.
Keterangan:
Sikap 1: Respek Terhadap Data atau Fakta
Sikap 2 : Berpikiran Terbuka dan Kerja Sama
Sikap 3 : Ketekunan dan Ketelitian
Data hasil uji hipotesis posttest yang tersaji pada Tabel 4.29 menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari t tabel pada seluruh indikator sikap. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven
Inquiry terhadap keterampilan literasi sains peserta didik pada aspek sikap.
Tabel 4.30 Hasil Nilai N-Gain Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Kelas
Data Statistik
Eksperimen Kontrol
N 45,00 45,00
Rata-rata Nilai Pretest 61,56 61,93
Rata-rata Nilai Posttest 80,98 72,37
Rata-rata N-Gain 0,48 0,23
Data pada Tabel 4.30 di atas, memperlihatkan perolehan rata-rata nilai N-Gain
pada kelas eksperimen adalah 0,49. Sedangkan rata-rata nilai N-Gain pada kelas
kontrol adalah 0,23. Data pada tabel 4.30 menunjukkan bahwa nilai N-Gain kelas
eksperimen termasuk ke dalam kategori sedang, sedangkan kelas kontrol termasuk
ke dalam kategori rendah. Distribusi nilai N-Gain peserta didik di kelas eksperimen
sudah termasuk ke dalam kategori tinggi. Jumlah peserta didik yang termasuk ke
dalam kategori tinggi sebanyak 6 orang. Sedangkan pada kelas kontrol tidak ada.
68
C. Pembahasan
Hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa diterapkannya
model pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) dapat mempengaruhi
kemampuan literasi sains peserta didik. Data pretest menunjukkan kedua kelas
memiliki rata-rata kemampuan literasi sains yang tidak jauh berbeda secara
signifikan. Kelas eksperimen memiliki rata-rata pretest sebesar 61,56 dan kelas
kontrol sebesar 61,93. Model pembelajaran pada kelas eksperimen menunjukkan
hasil posttest yang jauh lebih unggul dibandingkan kelas kontrol. Hal ini terlihat
dari data yang diperoleh melalui posttest, kelas eksperimen memiliki rata-rata
sebesar 80,98 sedangkan kelas kontrol sebesar 72,37.
Data analisis N-Gain pada Tabel 4.30 menunjukkan bahwa nilai N-Gain rata-
rata kelas eksperimen adalah 0,48. Hasil ini termasuk ke dalam kategori sedang.
Adapun nilai N-Gain rata-rata kelas kontrol adalah 0,23. Hasil ini termasuk ke
dalam kategori rendah. Hal tersebut membuktikan bahwa kelas eksperimen
mengalami peningkatan kemampuan literasi sains yang lebih baik dibandingkan
dengan kelas kontrol sehingga model pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI)
lebih mampu meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik jika
dibandingkan dengan pendekatan saintifik yang digunakan di kelas kontrol. Hal ini
sesuai dengan tahapan model pembelajaran ADI yang menuntut peserta didik untuk
memberikan argumentasi secara ilmiah. Argumentasi tersebut sesuai dengan alasan
yang didukung oleh fakta relevan dan teori yang akurat. Peserta didik yang
menggunakan pendekatan saintifik tidak dituntut untuk berargumen lebih jauh
karena tahapan-tahapannya tidak begitu mengakomodasi peserta didik untuk
berargumentasi secara ilmiah.
Pengujian hipotesis terhadap hasil posttest, memperoleh nilai t hitung > ttabel (6,43
> 1,99), dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima ini artinya terdapat perbedaan
hasil tes literasi sains peserta didik yang menggunakan model pembelajaran ADI
dengan peserta didik yang menggunakan pendekatan saintifik. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran ADI memiliki kontribusi yang
signifikan terhadap peningkatan kemampuan literasi sains peserta didik
dibandingkan dengan pendekatan saintifik.
69
6
Astuti Muh. Amin dan A. D Corebima, Analisis Persepsi Dosen Terhadap Strategi
Pembelajaran Reading Questioning And Answering (RQA) Dan Argument Driven Inquiry (ADI)
Pada Program Studi Pendidikan Biologi Di Kota Makassar, (Makassar: Seminar Nasional II Tahun
2016 Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan
(PLSK) Universitas Muhammadiyah Malang, 2016), h. 336
7
Demisrcioglu, T dan Ucur, S. Investigating the Effect of Argument-Driven Inquiry in
Laboratory Instruction. Educational Sciences, 15 (1), 2015, hal. 267-283.
70
8
Neni Hasnunidah, Pembelajaran Biologi Dengan Strategi Argument Driven Inquiry dan
Keterampilan Argumentasi Peserta Didik, (Bandar Lampung: Jurnal Pendidikan Biologi FKIP
UNS, 2015), h. 8.
9
Astuti Muh. Amin dan A. D Corebima., op. cit., h. 335
10
Abbas, S. dan Sawamura, H, Developing an Argument Learning Environment Using
AgentBased ITS (ALES). Education Data Mining. 1, 2009, h. 200.
11
Uus Toharudin, et.al., op. cit., h. 47.
12
Brickman, P. et a.l, Effects of Inquiry-based Learning on Students’ Science Literacy
Skills and Confidence, (International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 3(2),
2009), hal. 1.
71
salah satu pembelajaran berbasis inquiry yang dapat mendorong peserta didik
13
terlibat dalam pengalaman laboratorium yang lebih ilmiah otentik dan edukatif.
Model pembelajaran ini juga lebih edukatif bagi peserta didik karena dapat
menerima umpan balik seluruh proses dan peserta didik diberikan kesempatan
untuk belajar dari kesalahan. 14
Kegiatan pembelajaran ADI dapat menciptakan kegiatan laboratorium yang
lebih autentik karena peserta didik dapat bekerja secara ilmiah seperti halnya
ilmuwan dari laboratorium penelitian sains. Hal inilah yang membedakan kegiatan
praktikum konvensional dengan model pembelajaran ADI, praktikum konvensional
adalah tipe inkuiri yang paling sederhana. Praktikum konvensional guru
menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang harus
ditemukan peserta didik dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap. Komponen
esensial dari inkuiri yakni pertanyaan atau masalah tidak muncul pada praktikum
konvensional, maka dari itu praktikum konvensional tidak termasuk kegiatan
inkuiri ilmiah, sedangkan model pembelajaran ADI membuat peserta didik lebih
aktif, lebih tertarik, lebih kritis dan lebih terangsang rasa ingin tahunya selama
menerima pembelajaran.
Model pembelajaran ADI dapat menuntun peserta didik untuk menggali
argumentasi dan informasi sendiri tanpa menunggu penjelasan dari guru terlebih
dahulu. Peserta didik belajar tentang, konten (pengetahuan atau isi), kompetensi
(proses), dan konteks yang berkaitan dengan personal, sosial, dan global. Hal ini
sesuai dengan penilaian yang dilakukan PISA. Penilaian PISA tidak sekedar
terfokus pada sejauhmana peserta didik telah menguasai kurikulum sekolah, tetapi
juga melihat kemampuan peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari. 15
Tahapan model pembelajaran ADI dinilai mampu meningkatkan argumentasi
ilmiah peserta didik karena topik-topik yang diangkat adalah topik yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran ADI juga dinilai mampu untuk
13
Neni Hasnunidah, \op. cit., h. 9.
14
Ibid., h.9.
15
Uus Toharudin, et.al., op. cit., h. 7.
72
perkembangan kemahiran ilmu sains, hal ini karena model pembelajaran ADI dapat
meningkatkan empat aspek science proficiency. Hal ini sesuai dengan penelitian
The Use of Argumentation in Science Education to Promote the Development of
Science Proficiency: A comparative case study yang menyatakan bahwa
penelitiannya menggunakan model pembelajaran ADI sangat sejalan sesuai dengan
aspek science proficiency (kemahiran ilmu ilmiah).16
Model pembelajaran ADI menjadi salah satu model pembelajaran alternatif
yang paling efektif untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap konsep-
konsep biologi. Hal ini sesuai dengan penelitian The Effect Of Argument Driven
Inquiry On Student Understanding Of High School Biology Concepts yang
menyatakan bahwa penelitiannya menggunakan model pembelajaran ADI memiliki
efek positif terhadap pembelajaran dan pemahaman konsep-konsep biologi. 17
Alasan kedua model pembelajaran ADI berpengaruh signifikan pada empat
aspek kemampuan literasi sains, yaitu aspek konten (pengetahuan atau isi),
kompetensi (proses), konteks dan aspek sikap, karena model ADI melibatkan
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, kemampuan
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti yang ada.
Data pada Tabel 4.26 menunjukkan bahwa model pembelajaran ADI
memberikan pengaruh yang signifikan pada aspek pertama yaitu, aspek konten. Hal
ini membuktikan bahwa model ADI berhasil membuat peserta didik memahami
konsep-konsep kunci yang diperlukan peserta didik untuk dapat memahami
fenomena alam tentang jamur pada kehidupan. Data pada Tabel 4.26 juga
memperlihatkan bahwa model ADI tidak memberikan pengaruh pada indikator
16
Patrick Enderle, et al., The Use of Argumentation in Science Education to Promote the
Development of Science Proficiency: A comparative case study, (American : A Paper Presented at
the 2012 Annual Meeting for the American Educational Research Association in Vancouver, British
Columbia, Canada), 2013, h. 1
17
Carol Payne Myers, The Effect Of Argument Driven Inquiry On Student Understanding Of High
School Biology Concepts, (Bozeman, Montana : A Professional Paper submitted in partial
fulfillment of the requirements for the degree master of science in science education Montana State
University), 2015, h. 28
73
mengidentifikasi ciri-ciri jamur. Hal ini membuktikan bahwa peserta didik di kelas
eksperimen maupun kontrol sudah mampu menjawab soal tersebut dengan benar.
Model pembelajaran ADI memberikan pengaruh yang signifikan pada aspek
kedua yaitu aspek kompetensi (proses), data dapat dilihat pada Tabel 4.27. Indikator
yang berhasil dicapai oleh peserta didik adalah indikator mengidentifikasi isu-isu
ilmiah, lalu menggunakan bukti-bukti ilmiah, dan indikator menjelaskan fenomena
secara ilmiah. Pencapaian kemampuan literasi pada indikator mengidentifikasi isu-
isu ilmiah terlihat dari kemampuan peserta didik untuk mengenal isu dan ciri-ciri
kunci dari fenomena yang terdapat dalam instrumen soal. Pencapaian kemampuan
literasi pada indikator menggunakan bukti-bukti ilmiah dapat tergambar dari
kemampuan peserta didik menafsirkan bukti ilmiah dan menarik kesimpulan
dengan menginterpretasi data yang terdapat pada instrumen soal tes literasi sains.
Penerapan model pembelajaran ADI memberikan pengaruh yang signifikan
pada aspek ketiga, yaitu aspek konteks. Hal ini terlihat pada Tabel 4.28. Data
tersebut menginformasikan bahwa model pembelajaran ADI sudah mampu
membuat peserta didik terlibat dalam isu-isu kehidupan secara umum yang
berkaitan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari (bidang sumber daya alam,
kesehatan dan mutu lingkungan). Data pada Tabel 4.8 dan 4.9 juga menjadi bukti
nyata bahwa peserta didik di kelas eksperimen mampu mengaitkan konsep dengan
konteks literasi sains yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini
terlihat ketika peserta didik mengemukakan argumentasi secara individual maupun
kelompok.
Model pembelajaran ADI juga memberikan pengaruh pada sikap kinerja ilmiah
peserta didik, hal ini dapat terlihat pada Tabel 4.29 yang telah tersaji. Setiap
pertemuan peserta didik di kelas eksperimen konsisten memperlihatkan perilaku
sesuai dengan semua indikator aspek sikap. Aspek sikap sains juga merupakan
aspek penting yang mempengaruhi kemampuan literasi sains, karena salah satu
tujuan pendidikan sains adalah dapat mengembangkan sikap peserta didik yang
74
membuat tertarik pada isu ilmiah dan kemudian memperoleh serta mengaplikasikan
pengetahuan sains dan teknologi untuk kemanfaatan pribadi, sosial, dan global. 18
Aspek sikap yang dinilai pada instrumen literasi sains melibatkan tiga indikator
sikap kinerja ilmiah peserta didik, yaitu sikap respek terhadap data atau fakta, sikap
berpikiran terbuka dan kerjasama dan sikap ketekunan atau ketelitian selama proses
pembelajaran sedang berlangsung. Tabel 4.11 memperlihatkan nilai ketercapaian
literasi sains pada aspek sikap kinerja ilmiah peserta didik di kelas eksperimen dan
kontrol. Nilai ketercapaian kelas eksperimen cenderung lebih tinggi hal ini jelas
tergambar pada proses pembelajaran di kelas eksperimen. Peserta didik di kelas
eksperimen cenderung sudah konsisten menunjukkan sikap kinerja ilmiah. Hal ini
terlihat ketika peserta didik sedang melaksanakan penyelidikan ilmiah untuk
mendukung argumentasi yang telah dibuat. Sikap-sikap kinerja ilmiah yang diamati
adalah ketekunan dan ketelitian, kerja keras, obyektif, subyektif, dan rasa ingin tahu
yang tinggi.
Peningkatan kemampuan literasi sains peserta didik juga terlihat pada tahapan
model pembelajaran ADI yang terdiri dari identifikasi topik utama, generalisasi
data, pengumpulan dan analisis data, produksi argumen tentatif, sesi argumentasi,
diskusi reflektif eksplisit, pembuatan laporan investigasi, double-blind peer review,
revisi laporan berdasarkan hasil peer review. Sintaks model pembelajaran ADI
secara keseluruhan dapat mencakup empat domain aspek literasi sains yang
digunakan sebagai acuan penilaian.
Tahapan identifikasi topik utama merupakan tahapan memperkenalkan topik
untuk dipelajari dengan memancing perhatian peserta didik terhadap suatu
fenomena. Pemunculan topik utama pada suatu fenomena dinilai mampu
membangkitkan partisipasi peserta didik karena topik tersebut dapat dikaji dari
berbagai aspek dan sudut pandang. Tahap identifikasi topik utama menjadi dasar
pembentukan argumen yang menuju pada pemecahan masalah. Model
pembelajaran Argument Driven Inquiry, melatih peserta didik untuk membuat
argumen, berdasarkan literasi yang dibaca, pengetahuan (konsep dan teori yang
18
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), PISA 2015 Draft
Science Framework, h. 14.
75
dipelajari) dan pengalaman yang telah didapatkan. Hal ini lah yang nantinya dapat
memperkuat argumentasi peserta didik.
Tahap generalisasi data merupakan tahapan untuk mencari informasi dan
mengembangkan jawaban berdasarkan data-data yang dimiliki. Tahapan ini
menuntut peserta didik untuk mengumpulkan data atau fakta dan mencari informasi
tambahan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Kegiatan diskusi
dengan teman kelompok membantu peserta didik untuk menemukan ide atau solusi
terkait masalah yang dimunculkan.
Tahap produksi argumen tentatif memberikan kebebasan kepada peserta didik
untuk berargumentasi dan mencari informasi-informasi tambahan dengan
menggunakan internet ataupun sumber literatur lainnya. Tahap ini dinilai mampu
membuat peserta didik menghasilkan argumen yang dikaitkan dengan konsep atau
teori yang sedang dipelajari. Tahapan ini dilakukan guna memperoleh argumen
yang kuat disertakan penjelasan, bukti-bukti yang digunakan untuk mendukung ide-
ide dan alasan yang telah dibuat. Peserta didik perlu memahami bahwa pengetahuan
ilmiah tidak dogmatis dan ilmuwan harus dapat mendukung claim dengan bukti dan
penalaran yang tepat. Hal ini dinilai mampu membuat peserta didik
mengembangkan argumen dan menentukan apakah bukti yang ada berlaku, relevan,
memadai, dan cukup meyakinkan untuk mendukung claim.
Tahap sesi argumentasi dinilai mampu menyediakan konteks yang otentik bagi
peserta didik untuk belajar bagaimana berpartisipasi dalam aspek-aspek sosial dari
argumentasi ilmiah.19 Sesi pembuatan argumen tentatif maupun sesi argumentasi,
mampu membuat peserta didik lebih memahami konten yang akan dijadikan
dukungan bagi argumen yang telah dibuat saat menjalani sesi argumentasi. Peserta
didik dibiasakan untuk membaca literasi terlebih dahulu sebelum membuat
argumen dan menganalisis informasi-informasi yang didapat dari sumber literasi
yang dibaca. Cara seperti ini mampu membuat peserta didik mengolah,
menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan dan informasi-informasi terbaru yang
akan mendukung argumen yang telah dibuat. Terkait hal tersebut, diperkuat oleh
19
Neni Hasnunidah, op. cit., h. 22.
76
20
Wahyu Sukma Ginanjar, “Penerapan Model Argument Driven Inquiry Dalam
Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa SMP”
(Bandung:Skripsi Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI, 2014), hal. 1
77
fakta berdasarkan data dan informasi yang telah didapatkan untuk menuju suatu
kesimpulan yang berbentuk solusi penyelesaian masalah. Peran guru juga sangat
membantu untuk membimbing dan mengarahkan berjalannya tahap menyimpulkan
dari penyelidikan yang telah dilakukan bersama teman sekelompok. Peserta didik
memberikan tanggapan ulang berupa revisi laporan penyeldikan berdasarkan hasil
peer review bersama teman sejawatnya.
Kedelapan sintaks model ADI yang dilakukan peserta didik sudah mencakup
keempat aspek literasi sains dan dikembangkan dengan baik Hal ini menjadi sebuah
kesimpulan bahwa model pembelajaran ADI memberikan pengaruh yang sangat
signifikan pada kemampuan literasi sains peserta didik. Kegiatan pembelajaran
secara keseluruhan dengan menggunakan model pembelajaran ADI membuat
peserta didik lebih aktif, lebih tertarik, lebih kritis dan lebih terangsang rasa ingin
tahunya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Model pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) berpengaruh terhadap
kemampuan literasi sains peserta didik, hal ini terlihat dari hasil uji-t pada taraf
signifikasi α 0,05 menunjukkan bahwa diperoleh nilai thitung > ttabel (6,43 > 1,99)
sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Argument
Driven Inquiry (ADI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
literasi sains peserta didik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada
aspek konten, kompetensi, konteks dan sikap. Aspek konten meliputi,
mengklasifikasikan jamur berdasarkan struktur tubuh dan alat reproduksinya,
menjelaskan cara reproduksi jamur, mengimplementasikan peran jamur bagi
kehidupan dan lingkungan. Aspek kompetensi meliputi, menjelaskan fenomena
secara ilmiah dan menggunakan bukti-bukti ilmiah. Aspek konteks meliputi,
IPTEK bidang sumber daya alam, kesehatan dan mutu lingkungan. Aspek sikap
meliputi, respek terhadap data atau fakta, berpikiran terbuka dan kerja sama,
ketekunan dan ketelitian.
B. Saran
Saran-saran dalam penelitian ini, antara lain:
1. Model Argument Driven Inquiry (ADI) dapat digunakan oleh pihak sekolah
sebagai model alternatif untuk mengembangkan kemampuan literasi sains
peserta didik.
2. Guru sebaiknya lebih sering untuk menerapkan pembelajaran berbasis inquiry
di kelas pada saat ketika sedang mengajar terutama penerapan model
77
78
79
80
Life style Oke Zone. Roti Berjamur Ini Sebabnya. 2016. Tersedia di
http://lifestyle.okezone.com. Diakses pada 7 September 2016.
Meizuvan Khoirul Arief. Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran IPA Tema
Pemanasan Global Untuk Meningkatkan Literasi Sains. Jurnal Ilmu Pendidikan
dan Pengajaran Bandung, Vol. 2 No.2. 2015
Meltzer, David E. The relationship between mathematics preparation and conceptual
learning gains in physics: A possible “hidden variable” in diagnostic pretest
scores. American Journal of Physics. Vol. 70. 2002.
Mizana Dina, Khaira. Suharti, Netty. Amir, Arni. Identifikasi Pertumbuhan Jamur
Aspergillus Sp Pada Roti Tawar Yang Dijual Di Kota Padang Berdasarkan Suhu
Dan Lama Penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol 5 No.2. 2016.
Moh. Nazir. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. VII, 2009.
National Research Council (NRC). National Science Education Standards.
Washington. DC: National Academies Press. 1996. Tersedia di
https://www.csun.edu/s. Diakses pada 25 Juni 2016.
Neni Hasnunidah. Pembelajaran Biologi Dengan Strategi Argument Driven Inquiry dan
Keterampilan Argumentasi Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Biologi. 2015.
Nurita Puji Astuti. Sifat Organoleptik Tempe Kedelai yang Dibungkus Plastik,Daun
Pisang Dan Daun Jati. Karya Tulis Ilmiah. 2009.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2012
Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading, Science,
Problem Solving and Financial Literacy. OECD:Publishing. 2013.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2009
Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science.
2009 Tersedia di https://www.oecd.org. Diakses pada 25 Juni 2016.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2012
Results in Focus: What 15-Year-Olds Know and What They Can Do With What
They Know. 2014. Tersedia di http://oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-
overview.pdf. Diaskes pada 1 November 2016.
82
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2015 Draft
Science Framework. 2013. Tersedia di https://www.oecd.org. Diakses pada 25
Juni 2016.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2012 Result:
what Student Know and Can do : Student Performance in Mathematics, Reading
and Science (Volume 1) [Revised edition February 2014]. 2014 Tersedia di
https://www.oecd.org. Diakses pada 28 Juni 2016.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2015 PISA
Result in Focus. 2015 Tersedia di https://www.oecd.org. Diakses pada 1
Desember 2016.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA 2015 Draft
Science Framework. 2015 Diakses pada 22 Maret 2017.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). The PISA 2003
Assesment Frame Work-Mathematics, Reading, Science, and Problem Solving
Knowledge and Skills. 2003. Tersedia di https://www.oecd.org. Diakses pada 22
Juni 2016.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). The Programme
for International Student Assesment (PISA). 2007. Tersedia di
https://www.oecd.org. Diakses pada 22 Juni 2016.
Patrick Enderle, et al., The Use of Argumentation in Science Education to Promote the
Development of Science Proficiency: A comparative case study. A Paper
Presented at the 2012 Annual Meeting for the American Educational Research
Association in Vancouver, British Columbia, Canada. 2013.
Purwanto, Ngalim, M. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, Cet. XVII, 2012.
Riezky Maya Probosari, Murni Ramli, Harlita, Meti Indrowati, Sajidan., Profil
Keterampilan Argumentasi Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNS
pada Mata Kuliah Anatomi Tumbuhan, Vol. 9 No.1. Jurnal Bioedukasi FKIP
Universitas Sebelas Maret. 2016.
83
Rustaman, Nuryani. Literasi Sians Anak Indonesia 2000 & 2003. Makalah Literasi
Sains. 2003. Tersedia di http://file.upi.edu/. Diakses pada 1 Mei 2016.
Rustaman, Nuryani. Perkembangan Penelitian Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan
Sains. Seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan
IPA Indonesia. 2005. Tersedia di http://file.upi.edu/. Diakses pada 1 Mei 2016
Sampson, Victor. et al., Argument Driven Inquiry in Biology. United States of
America: NSTA Press. 2014.
Sanjaya, Wina. Strategi Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2008.
Schen, Melissa S. “Scientific Reasoning Skills Development In The Introductory
Biology Courses For Undergraduates”. Disertasi pada The Ohio State University.
Columbus: 2007. Tidak dipublikasikan.
Sibel Erduran, et. al. Learning To Teach Argumentation: Case Studies Of Pre Service
Secondary Science Teachers, Vol.2 No.2. Eurasia Journal of Mathematics,
Science and Technology Education. 2006.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
2010.
Sofyan, Ahmad. Feronika, Tonih. Mila, Burhanuddin. Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006.
Sridianti. Struktur Tubuh Jamur. 2016. Tersedia di http://www.biologiedukasi.com.
Diakses pada 7 September 2016.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cet. XVIII, 2014.
Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung : Alfabeta.
2011.
Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
2011.
84
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Kompetensi Inti
KI 1 (Kompetensi Inti 1):
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 (Kompetensi Inti 2):
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 (Kompetensi Inti 3):
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 (Kompetensi Inti 4):
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
86
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
C. Indikator
Mengidentifikasi ciri-ciri jamur
Mengklasifikasikan jamur berdasarkan persamaan morfologi yang diamati
Melakukan pengamatan untuk melihat ciri-ciri jamur makroskopis dan
mikroskopis
Menyajikan data dari hasil pengamatan ciri-ciri jamur makroskopis dan
mikroskopis dalam bentuk laporan tertulis
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat mengidentifikasi jamur berdasarkan ciri-ciri umum
Peserta didik dapat mengklasifikasikan jamur berdasarkan persamaan
morfologi yang diamati
Peserta didik dapat mengamati ciri-ciri jamur melalui pengamatan beberapa
jenis jamur makroskopis dan mikroskopis.
Peserta didik dapat menyajikan data hasil pengamatan ciri jamur makroskopis
dan mikroskopis dalam bentuk laporan tertulis
E. Metode, Model, dan Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Saintifik
Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Argument Driven Inquiry
Model yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Cooperative Learning
F. Materi
Faktual
1. Struktur dan ciri jamur
Konseptual
1. Dasar-dasar pengelompokkan jamur
Prosedural
87
Kegiatan Inti
4. Tahap Sesi Guru berperan sebagai Pada tahap ini, masing- 30 menit
Argumentasi modertator. Pada tahap ini, masing kelompok dapat
guru membagi proses memberi sanggahan
diskusi menjadi satu sesi. terhadap argumen
Pada sesi ini, satu peserta kelompok lain.
didik dari masing-masing
kelompok berkesempatan
mengemukakan
argumennya dan kemudian
disanggah oleh kelompok
lain.
5. Tahap Diskusi Guru mendorong peserta Peserta didik merancang 30 menit
Reflektif didik untuk penyelidikan untuk
Eksplisit mengembangkan argumen mengumpulkan data yang
yang dimiliki ke dalam akan menguatkan alasan
penyelidikan (tertera di dan mengembangkan
dalam LKS 2a) argumen mereka.
Hasil atau data atau fakta
yang telah didapatkan dari
sebuah penyelidikan dapat
mendukung argumen dan
alasan terhadap
permasalahan.
Penilaian laporan praktikum sesuai dengan rubrik penilaian laporan praktikum yang telah
disediakan dengan skor maksimal 50.
93
5 – Bantahan yang Tidak ada bantahan Bantahan yang Sanggahan jelas dan
ditawarkan yang ditawarkan, ditawarkan lemah, tidak didukung oleh alasan,
atau sanggahan yang didukung oleh menawarkan sudut
ditawarkan alasan atau hanya pandang baru
tidak relevan untuk ekspansi di
data/skenario yang jaminan/klaim
disajikan ("keduanya
valid” atau
“diperlukan penelitian
lebih lanjut")
Indikator
Respek Ketekunan Jumlah Rata-
Kelompok Berpikiran Terbuka Nilai
Terhadap Data atau Skor rata
dan Kerjasama
atau Fakta Ketelitian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata
Ketercapaian
Aspek
SD
Indikator:
1. Melakukan kegiatan percobaan sesuai dengan petunjuk kerja yang telah disediakan.
2. Membuat laporan praktikum berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan.
3. Menghindari tindakan mencontoh hasil percobaan kelompok lain.
4. Menghindari tindakan mereka-reka data untuk mendapatkan hasil percobaan yang sempurna.
5. Bersedia menerima ide-ide atau pendapat lain yang disampaikan oleh teman.
6. Bersedia memperbaiki hasil percobaan berdasarkan saran dari guru maupun teman.
7. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan percobaan.
8. Bekerjasama dengan teman sekelompok dalam melakukan percobaan.
9. Mengulangi percobaan apabila percobaan yang dilakukannya mengalami kegagalan.
10. Menyelesaikan percobaan meskipun kelompok lain sudah selesai lebih awal.
Format Penilaian
Nilai = Jumlah Skor X 100
30
96
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Kompetensi Inti
KI 1 (Kompetensi Inti 1):
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 (Kompetensi Inti 2):
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 (Kompetensi Inti 3):
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 (Kompetensi Inti 4):
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
100
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
C. Indikator
Menjelaskan dasar pengelompokkan jamur
Mengklasifikasikan kelompok jamur berdasarkan morfologi, struktur tubuh, dan
reproduksinya.
Melakukan pengamatan hasil reproduksi aseksual jamur
Menyajikan data dari hasil pengamatan reproduksi aseksual jamur dalam bentuk laporan
tertulis.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat menjelaskan apa saja yang menjadi dasar-dasar
pengelompokkan jamur
Peserta didik dapat mengklasifikasikan kelompok jamur berdasarkan morfologi,
struktur tubuh dan reproduksinya
Peserta didik dapat mengamati hasil dari reproduksi aseksual jamur
Peserta didik dapat menyajikan data dari hasil pengamatan reproduksi aseksual
jamur dalam bentuk laporan tertulis
E. Metode, Model, dan Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Saintifik
Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Argument Driven Inquiry
Model yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Cooperative Learning
F. Materi
Faktual
1. Struktur dan ciri jamur berdasarkan pengelompokan jamur
Konseptual
1. Dasar-dasar pengelompokan jamur
Prosuderal
101
Kegiatan Inti
4. Tahap Sesi Guru berperan sebagai Pada tahap ini, masing- 30 menit
Argumentasi modertator. Pada tahap ini, masing kelompok dapat
guru membagi proses memberi sanggahan
diskusi menjadi satu sesi.
104
5 – Bantahan yang Tidak ada bantahan Bantahan yang Sanggahan jelas dan
ditawarkan yang ditawarkan, ditawarkan lemah, tidak didukung oleh alasan,
atau sanggahan yang didukung oleh menawarkan sudut
ditawarkan alasan atau hanya pandang baru
tidak relevan untuk ekspansi di
data/skenario yang jaminan/klaim
disajikan ("keduanya
valid” atau
“diperlukan penelitian
lebih lanjut")
Indikator
Respek Ketekunan Jumlah Rata-
Kelompok Berpikiran Terbuka Nilai
Terhadap Data atau Skor rata
dan Kerjasama
atau Fakta Ketelitian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata
Ketercapaian
Aspek
SD
Indikator:
1. Melakukan kegiatan percobaan sesuai dengan petunjuk kerja yang telah disediakan.
2. Membuat laporan praktikum berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan.
3. Menghindari tindakan mencontoh hasil percobaan kelompok lain.
4. Menghindari tindakan mereka-reka data untuk mendapatkan hasil percobaan yang sempurna.
5. Bersedia menerima ide-ide atau pendapat lain yang disampaikan oleh teman.
6. Bersedia memperbaiki hasil percobaan berdasarkan saran dari guru maupun teman.
7. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan percobaan.
8. Bekerjasama dengan teman sekelompok dalam melakukan percobaan.
9. Mengulangi percobaan apabila percobaan yang dilakukannya mengalami kegagalan.
10. Menyelesaikan percobaan meskipun kelompok lain sudah selesai lebih awal.
Format Penilaian
Nilai = Jumlah Skor X 100
30
109
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Kompetensi Inti
KI 1 (Kompetensi Inti 1):
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 (Kompetensi Inti 2):
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 (Kompetensi Inti 3):
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 (Kompetensi Inti 4):
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
114
B. Kompetensi Dasar
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
C. Indikator
Melakukan percobaan membuat tempe guna mengetahui peran jamur terhadap kehidupan.
Menyajikan data dari hasil percobaan pembuatan tempe menggunakan jamur dalam bentuk
laporan tertulis
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat melakukan percobaan membuat tempe guna mengetahui peran jamur
terhadap kehidupan
Peserta didik dapat menyajikan data dari hasil percobaan pembuatan tempe menggunakan
jamur dalam bentuk laporan tertulis
E. Metode, Model, dan Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Saintifik
Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Argument Driven Inquiry
Model yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Cooperative Learning
F. Materi
Faktual
1. Peran jamur bagi kehidupan dan lingkungan.
Konseptual
1. Keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan oleh jamur.
2. Mengklasifikasikan manfaat jamur secara ekologis, ekonomis, media dan
pengembangan iptek.
Prosuderal
1. Merancang percobaan untuk membuat tempe yang berasal dari kacang kedelai
dan ampas tahu.
G. Media
Gambar (slide powerpoint)
115
jamur dalam
pembuatan tempe?”
Kegiatan Inti
Guru mengajukan
pertanyaan terkait
topik yang telah
dimunculkan (tertera
di dalam LKS 1a)
Guru meminta peserta
didik untuk menjawab
dan membangun
sebuah argumen yang
terdiri dari claim, bukti
dan alasan mereka
(tertera di dalam LKS
1a)
2. Tahap Guru membimbing dan Peserta didik membentuk 10 menit
Merancang mengarahkan kelompok sesuai dengan yang
Metode dan pembentukan diarahkan oleh guru.
Mengumpulk kelompok kolaboratif Peserta didik mengumpulkan
an Data untuk mencari dan data atau fakta untuk
mengembangkan menjawab pertanyaan.
jawaban berdasarkan Peserta didik melakukan
data-data yang dimiliki diskusi dengan teman
kelompok masing-masing
untuk menemukan ide/solusi
terkait masalah yang
dimunculkan.
4. Tahap Sesi Guru berperan sebagai Pada tahap ini, masing- 30 menit
Argumentasi modertator. Pada tahap masing kelompok dapat
ini, guru membagi memberi sanggahan terhadap
proses diskusi menjadi argumen kelompok lain.
satu sesi. Pada sesi ini,
satu peserta didik dari
masing-masing
kelompok
berkesempatan
mengemukakan
argumennya dan
kemudian disanggah
oleh kelompok lain.
5. Tahap Guru mendorong Peserta didik merancang 30 menit
Diskusi peserta didik untuk penyelidikan untuk
Reflektif mengembangkan mengumpulkan data yang
Eksplisit argumen yang dimiliki akan menguatkan alasan dan
ke dalam penyelidikan mengembangkan argumen
(tertera di dalam LKS mereka.
2a) Hasil atau data atau fakta
yang telah didapatkan dari
sebuah penyelidikan dapat
mendukung argumen dan
alasan terhadap permasalahan
119
Kompetensi Dasar 4:
Berupa laporan praktikum kelompok
L. Penilaian
Kompetensi Dasar 3:
Penilaian argumentasi sesuai dengan rubrik penilaian argumentasi yang telah disediakan
dengan skor maksimal 6.
Kompetensi Dasar 4:
Penilaian laporan praktikum sesuai dengan rubrik penilaian laporan praktikum yang telah
disediakan dengan skor maksimal 50.
Penilaian produk berupa tempe.
121
Sumber : Schen, Melissa S. “Scientific Reasoning Skills Development In The Introductory Biology
Courses For Undergraduates”. Disertasi pada The Ohio State University. Columbus: 2007.
Tidak dipublikasikan.
123
Indikator
Respek Ketekunan Jumlah Rata-
Kelompok Berpikiran Terbuka Nilai
Terhadap Data atau Skor rata
dan Kerjasama
atau Fakta Ketelitian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata
Ketercapaian
Aspek
SD
Indikator:
1. Melakukan kegiatan percobaan sesuai dengan petunjuk kerja yang telah disediakan.
2. Membuat laporan praktikum berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan.
3. Menghindari tindakan mencontoh hasil percobaan kelompok lain.
4. Menghindari tindakan mereka-reka data untuk mendapatkan hasil percobaan yang sempurna.
5. Bersedia menerima ide-ide atau pendapat lain yang disampaikan oleh teman.
6. Bersedia memperbaiki hasil percobaan berdasarkan saran dari guru maupun teman.
7. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan percobaan.
8. Bekerjasama dengan teman sekelompok dalam melakukan percobaan.
9. Mengulangi percobaan apabila percobaan yang dilakukannya mengalami kegagalan.
10. Menyelesaikan percobaan meskipun kelompok lain sudah selesai lebih awal.
Format Penilaian
Nilai = Jumlah Skor X 100
30
124
1 = Jika peserta didik tidak konsisten memperlihatkan perilaku yang tertera dalam
indikator
2 = Jika peserta didik cukup konsisten memperlihatkan perilaku yang tertera dalam
indikator, tetapi belum konsisten
3 = Jika peserta didik konsisten memperlihatkan perilaku yang tertera dalam
indikator
127
Lampiran 4
Kompetensi Inti
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan
cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
128
Indikator
3.6.1 Mengidentifikasi ciri-ciri jamur
3.6.3 Mengklasifikasi golongan jamur
4.6.1 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan
PERTEMUAN I
A. Tujuan Pembelajaran :
3.6.1 Peserta didik mampu mengidentifikasi ciri-ciri jamur menggunakan media gambar
dan pengamatan langsung dengan objek jamur yang jelas.
3.6.3 Peserta didik mampu mengklasifikasi golongan jamur menggunakan media gambar
dan pengamatan langsung dengan objek jamur yang jelas.
4.6.1 Peserta didik mampu menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur
dalam kehidupan dan lingkungan dengan pengamatan dan studi literatur dengan
konsep yang tepat.
B. Materi Pembelajaran :
1. Ciri-ciri jamur
2. Ukuran, bentuk, dan struktur tubuh jamur
3. Cara hidup jamur
4. Klasifikasi golongan jamur
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Kerja Kelompok, Eksperimen
D. Media, Alat, dan Sumber Belajar
1. Media : Powerpoint, Gambar
2. Alat : OHP/Laptop, LCD, Pengeras Suara/Speaker
(alat dan bahan pada kegiatan praktikum terdapat di LKS)
3. Sumber Belajar :
Nurhayati, Nunung, Mukhlis, dan Agus jaya. Biologi untuk SMA/MA Kelas X
(Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam). Bandung: Penerbit Yrama
Widya. 2014.
Buku Biologi kelas X yang relevan.
129
E. Langkah-Langkah Pembelajaran :
A. Pendahuluan (alokasi waktu 15 menit)
Guru mengucapkan salam ketika memasuki kelas.
Guru bersama peserta didik berdoa untuk memulai pelajaran.
Guru mengecek kehadiran peserta didik.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, seperti KD dan Indikator.
Guru membentuk peserta didik menjadi 8 kelompok secara heterogen.
B. Inti
Kegiatan Peserta Alokasi
No. Model Saintifik Kegiatan Guru
Didik Waktu
1. Mengamati Guru Peserta didik 15 menit
menunjukkan memperhatikan
gambar beberapa gambar yang
jenis organisme ditampilkan oleh
(tumbuhan sejati guru di depan
dan jamur) di kelas dengan
papan tulis dengan seksama.
menggunakan
media LCD dan
meminta peserta
didik untuk
memperhatikan
dengan seksama.
Guru Peserta didik
menyampaikan menyimak
informasi yang informasi yang
bersifat general disampaikan oleh
atau umum terkait guru terkait
perbedaan- beberapa
perbedaan organisme yang
organisme yang ditampilkan oleh
ditampilkan. guru.
130
dilakukan, untuk
nantinya
disampaikan
diakhir pertemuan
kepada kelompok
lainnya.
5. Mengkomunikasikan Guru meminta Peserta didik 15 menit
perwakilan melalui
kelompok yang perwakilan
ditunjuk untuk kelompok
mempresentasikan mempresentasikan
hasil pengamatan secara lisan hasil
kelompoknya diskusi dan
masing-masing pengamatan yang
kepada kelompok telah dilakukan.
lainnya.
Penilaian (terlampir) :
1. Afektif : Teknik penilaian observasi
Instrumen penilaian lembar observasi
2. Kognitif : Teknik penilaian tes uraian
Instrumen penilaian tes tertulis
3. Psikomotorik : Teknik penilaian keterampilan pada kegiatan praktikum
Instrumen penilaian lembar observasi
Mengetahui,
RUBRIK PENILAIAN
Skor Maksimal 9
PERTEMUAN: 1 / 2 / 3
Indikator
Ketekunan Jumlah Rata-
Kelompok Respek Terhadap Berpikiran Terbuka dan Nilai
atau Skor rata
Data atau Fakta Kerjasama
Ketelitian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata
Ketercapaian
Aspek
SD
Indikator:
1. Melakukan kegiatan percobaan sesuai dengan petunjuk kerja yang telah disediakan.
2. Membuat laporan praktikum berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan.
3. Menghindari tindakan mencontoh hasil percobaan kelompok lain.
4. Menghindari tindakan mereka-reka data untuk mendapatkan hasil percobaan yang sempurna.
5. Bersedia menerima ide-ide atau pendapat lain yang disampaikan oleh teman.
6. Bersedia memperbaiki hasil percobaan berdasarkan saran dari guru maupun teman.
7. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan percobaan.
8. Bekerjasama dengan teman sekelompok dalam melakukan percobaan.
9. Mengulangi percobaan apabila percobaan yang dilakukannya mengalami kegagalan.
10. Menyelesaikan percobaan meskipun kelompok lain sudah selesai lebih awal.
Format Penilaian
Nilai = Jumlah Skor X 100
30
136
Lampiran 5
Kompetensi Inti
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan
cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
138
Indikator
3.6.2 Menjelaskan cara reproduksi jamur
PERTEMUAN II
A. Tujuan Pembelajaran :
3.6.2 Peserta didik mampu menjelaskan cara reproduksi jamur menggunakan studi
literatur dengan konsep yang tepat.
B. Materi Pembelajaran :
1. Cara reproduksi jamur
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Kerja Kelompok
D. Media, Alat, dan Sumber Belajar
1. Media : Powerpoint, Gambar, Video
2. Alat : OHP/Laptop, LCD
3. Sumber Belajar :
a. Buku:
Ginting, Robin, dan Lili Abdullah Rojak. Biologi Untuk SMA/MA Kelas X
Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam. Depok: Arya Duta, 2014.
Pratiwi, D. A., dkk. Biologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2007.
Subardi, Nuryani, Shidiq Pramono. Biologi Untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Buku Biologi kelas X yang relevan.
b. Internet
E. Langkah-Langkah Pembelajaran :
A. Pendahuluan (alokasi waktu 10 menit)
Guru mengucapkan salam ketika masuk ke dalam kelas.
Berdo’a, pembacaan do’a dipimpin ketua kelas.
Guru mengabsen peserta didik.
Guru memotivasi peserta didik dengan menampilkan gambar.
Memberikan persepsi dengan mengajukan pertanyaan “Apakah ciri-ciri dan
karakteristik jamur yang membedakannya dengan organisme lain? ”.
139
B. Inti
Pendekatan Kegiatan Peserta Alokasi
No. Kegiatan Guru
Saintifik Didik Waktu
1. Mengamati Guru memberikan Peserta didik 15 menit
LDS kepada mendapatkan LDS
peserta didik. pada setiap
kelompoknya.
Guru Peserta didik
menunjukkan menonton video
video tentang yang ditampilkan
proses reproduksi guru.
pada jamur kepada
peserta didik.
2. Menanya Guru bertanya Peserta didik 10 menit
kepada peserta menjawab
didik “Apakah pertanyaan guru
cara reproduksi (setiap peserta
pada jamur hanya didik memiliki
terjadi seperti pada kesempatan yang
video yang sama).
ditampilkan
guru?” (terjadi
proses tanya-
jawab interaktif).
3. Mencoba / Mencari Guru meminta Peserta didik 30 menit
Informasi peserta didik menyelesaikan
mencari informasi LDS yang
berkaitan dengan diberikan guru.
pertanyaan pada
tahapan
140
sebelumnya sesuai
dengan LDS yang
diberikan guru.
4. Menalar Guru meminta Peserta didik 20 menit
setiap kelompok bersama anggota
menyimpulkan kelompoknya aktif
perbedaan masing- terhadap tugas
masing cara yang diberikan
reproduksi jamur guru.
berdasarkan empat
divisi pada jamur.
5. Mengkomunikasikan Guru meminta Perwakilan setiap 35 menit
perwakilan kelompok
kelompok mempresentasikan
mempresentasikan hasil data pada
hasil data pada LDS yang
LDS yang diberikan guru.
diberikan guru.
Guru memberikan
konfirmasi
terhadap konsep
pembelajaran.
Penilaian (terlampir) :
1. Afektif : Teknik penilaian observasi
Instrumen penilaian lembar observasi
2. Kognitif : Teknik penilaian tes uraian
Instrumen penilaian tes tertulis
3. Psikomotorik : Teknik penilaian keterampilan pada kegiatan praktikum
Instrumen penilaian lembar observasi
Mengetahui,
RUBRIK PENILAIAN
LEMBAR DISKUSI SISWA (LDS) PERTEMUAN 2
No.
Kriteria Penilaian Skor
Soal
6. Alat reproduksi √ - - -
seksual
1 zigosporangium
7. Zigot tumbuh - √ - -
menjadi askus
3
8. Menghasilkan - - √ -
basidiospora
2
9. Memiliki √ √ √ -
sporangium
11. Perkawinan √ √ √ -
1 dilakukan antara
hifa yang berbeda
jenis
143
Skor maksimal 20
No.
Kriteria Penilaian Skor Jawaban Yang Diharapkan
Soal
15
Skor maksimal 15
15
Skor maksimal 15
15
Skor maksimal 15
Skor maksimal 15
Pertanyaan Diskusi
No.
Kriteria Penilaian Skor Jawaban Yang Diharapkan
Soal
10
Skor maksimal 10
10
Skor maksimal 10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kompetensi Inti
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Indikator
3.6.1 Mengidentifikasi ciri-ciri jamur
3.6.2 Menjelaskan cara reproduksi jamur
3.6.3 Mengklasifikasi golongan jamur
3.6.4 Mengimplementasikan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan
4.6.1 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan
PERTEMUAN I
A. Tujuan Pembelajaran :
3.6.1 Peserta didik mampu mengidentifikasi ciri-ciri jamur menggunakan media gambar
dan pengamatan langsung dengan objek jamur yang jelas.
3.6.3 Peserta didik mampu mengklasifikasi golongan jamur menggunakan media gambar
dan pengamatan langsung dengan objek jamur yang jelas.
B. Materi Pembelajaran :
1. Ciri-ciri jamur
2. Ukuran, bentuk, dan struktur tubuh jamur
3. Cara hidup jamur
4. Klasifikasi golongan jamur
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Kerja Kelompok, Eksperimen
D. Media, Alat, dan Sumber Belajar
1. Media : Powerpoint, Gambar
2. Alat : OHP/Laptop, LCD, Pengeras Suara/Speaker
(alat dan bahan pada kegiatan praktikum terdapat di LKS)
3. Sumber Belajar :
Nurhayati, Nunung, Mukhlis, dan Agus jaya. Biologi untuk SMA/MA Kelas X
(Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam). Bandung: Penerbit
Yrama Widya. 2014.
Buku Biologi kelas X yang relevan.
E. Langkah-Langkah Pembelajaran :
A. Pendahuluan (alokasi waktu 15 menit)
Guru mengucapkan salam ketika memasuki kelas.
Guru bersama peserta didik berdoa untuk memulai pelajaran.
Guru mengecek kehadiran peserta didik.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, seperti KD dan Indikator.
Guru membentuk peserta didik menjadi 8 kelompok secara heterogen.
B. Inti
Kegiatan Peserta Alokasi
No. Model Saintifik Kegiatan Guru
Didik Waktu
1. Mengamati Guru Peserta didik 15 menit
menunjukkan memperhatikan
gambar beberapa gambar yang
jenis organisme ditampilkan oleh
(tumbuhan sejati guru di depan
dan jamur) di kelas dengan
papan tulis dengan seksama.
menggunakan
media LCD dan
meminta peserta
didik untuk
memperhatikan
dengan seksama.
Guru Peserta didik
menyampaikan menyimak
informasi yang informasi yang
bersifat general disampaikan oleh
atau umum terkait guru terkait
perbedaan- beberapa
perbedaan organisme yang
organisme yang ditampilkan oleh
ditampilkan. guru.
2. Menanya Guru menarik Seluruh peserta 30 menit
minat bertanya didik mengajukan
peserta didik pertanyaan kepada
terkait gambar dan guru terkait
informasi umum gambar dan
yang telah informasi umum
disampaikan. mengenai gambar
Misalnya, beberapa
“Apakah dari organisme yang
gambar dan ditampilkan
penjelasan ibu sebelumnya.
tersebut ada yang Misalnya:
ingin - Mengapa jamur
ditanyakan?” dan tumbuhan
lainnya berbeda?
- Apakah yang
membedakan
antara keduanya?
3. Mencoba / Mencari Guru menjawab Peserta didik 30 menit
Informasi pertanyaan peserta bersiap bersama
didik dengan kelompok masing-
meminta mereka masing untuk
melakukan melakukan
percobaan dan percobaan.
mencari jawaban
dari pertanyaan
mereka secara
mandiri bersama
kelompok masing-
masing.
Guru memberikan Perwakilan
LKS percobaan kelompok
kepada tiap menerima LKS
perwakilan untuk memandu
kelompok peserta percobaan yang
didik. akan dilakukan.
Guru menjelaskan Peserta didik
secara jelas menyimak dan
mengenai memperhatikan
percobaan yang dengan seksama
akan dilakukan penjelasan guru
oleh peserta didik, mengenai
mulai dari alat dan percobaan yang
bahan hingga akan dilakukan.
langkah kerja
yang terdapat di
LKS.
4. Menalar Guru Peserta didik 20 menit
membimbing mendiskusikan
peserta didik hasil pengamatan
untuk untuk memahami
mendiskusikan berbagai ciri yang
hasil pengamatan dimilikinya
yang telah sebagai dasar
dilakukan dan pengelompokan
mengaitkannya jamur.
pada dasar
pengelompokan
jamur.
Guru Peserta didik
mengarahkan membuat
peserta didik kesimpulan baik
untuk menarik secara pribadi
kesimpulan hasil ataupun kelompok
pengamatan dan dari percobaan
diskusi yang telah yang telah
dilakukan. dilakukan, untuk
nantinya
disampaikan
diakhir pertemuan
kepada kelompok
lainnya.
5. Mengkomunikasikan Guru meminta Peserta didik 15 menit
perwakilan melalui
kelompok yang perwakilan
ditunjuk untuk kelompok
mempresentasikan mempresentasikan
hasil pengamatan secara lisan hasil
kelompoknya diskusi dan
masing-masing pengamatan yang
kepada kelompok telah dilakukan.
lainnya.
4.6.1 Peserta didik mampu menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur
dalam kehidupan dan lingkungan dengan pengamatan dan studi literatur dengan
konsep yang tepat.
B. Materi Pembelajaran :
1. Peranan jamur dalam kehidupan dan lingkungan
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Kerja Kelompok, Eksperimen
D. Media, Alat, dan Sumber Belajar
1. Media : Powerpoint, Gambar, Video,
2. Alat : OHP/Laptop, LCD
3. Sumber Belajar :
a. Buku:
Buku Biologi kelas X yang relevan.
b. Internet:
E. Langkah-Langkah Pembelajaran :
A. Pendahuluan (alokasi waktu 10 menit)
Guru memberi salam, mengecek absensi, mengecek kesiapan peserta didik dan
menyiapkan buku ajar.
Guru memberikan semangat belajar dengan tanya jawab seputar pengetahuan
umum tentang manfaat jamur dan menampilkan gambar spesies jamur dari
berbagai jenis divisi jamur.
Guru memberikan apersepsi dengan bertanya:
“Apakah kalian pernah memakan jamur? Apakah semua jenis jamur dapat
dimakan?”
“Apakah semua jenis jamur menguntungkan bagi manusia?”
Dari pertanyaan tersebut guru menyampaikan bahwa itu yang akan menjadi
tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut.
B. Inti
Kegiatan Peserta Alokasi
No. Model Saintifik Kegiatan Guru
Didik Waktu
1. Mengamati Guru menginstruksikan Peserta didik 15 menit
kepada peserta didik memperlihatkan
untuk memperlihatkan jamur yang
jenis-jenis jamur yang mereka bawa yang
telah mereka bawa. telah ditugaskan
Guru menginstruksikan guru pada
kepada peserta pertemuan
didiknya untuk sebelumnya.
mengamati morfologi
jamur yang telah
mereka bawa.
Guru menampilkan Peserta didik
slide power point meyimak slide dan
terkait materi penjelasan materi
klasifikasi jamur, yang diberikan
simbiosis jamur, dan guru.
peranan peranan jamur
untuk dianalisis serta
memberi penjelasan
terhadap slide yang
ditampilkan.
2. Menanya Guru memberikan Peserta didik 25 menit
pertanyaan kepada menjawab
peserta didiknya yang pertanyaan yang
berkaitan dengan isi diberikan oleh
slide yang telah guru.
dijelaskan.
“Pernahkah kalian “Pernah. jamur
memakan tempe dan tempe termasuk ke
jamur merang?, dalam divisi
termasuk ke dalam zygomycota
divisi apakah jamur sedangkan jamur
tempe dan jamur merang termasuk
kuping yang sering dalam divisi
kalian makan?” basidiomycota.”
“Apakah jamur dapat “Ya, jamur dapat
berinteraksi dengan berinteraksi
makhluk hidup dengan makhluk
lainnya?” hidup lainnya
seperti dengan
alga dan akar
tanaman.”
“Bagaimanakah cara “Simbiosis
jamur berinteraksi mutualisme dan
dengan makhluk hidup komensalisme
lainnya?” merupakan cara
bagi jamur
berinteraksi
dengan alga dan
akar tanaman.”
Guru memprediksi dan Peserta didik
mengharapkan peserta kemungkinan akan
didiknya bertanya menanyakan
mengenai: mengenai dasar
“Berdasarkan apakah pengelompokkan
pengelompokkan jamur jenis-jenis jamur
tempe dan jamur kepada gurunya
kuping tersebut?” dan mengenai
“Apakah setiap jamur perbedaan alat
dari berbagai divisi perkembangbiakan
mempunyai alat jamur pada setiap
perkembangbiakkan divisinya.
yang berbeda?”
Guru menjawab Peserta didik
pertanyaan peserta bertanya kepada
didik terkait dasar guru terkait hal-hal
pengelompokkan jenis- yang belum di
jenis jamur dan pahami.
mengenai perbedaan
alat perkembangbiakan
jamur pada setiap
divisinya.
3. Mencoba / Mencari Guru memberikan LKS Perwakilan 30 menit
Informasi percobaan kepada tiap kelompok
perwakilan kelompok menerima LKS
peserta didik. untuk memandu
Guru menjelaskan percobaan yang
secara jelas mengenai akan dilakukan.
percobaan yang akan Peserta didik
dilakukan oleh peserta menyimak dan
didik, mulai dari alat memperhatikan
dan bahan hingga dengan seksama
langkah kerja yang penjelasan guru
terdapat di LKS. mengenai
percobaan yang
akan dilakukan.
Lampiran 7
LEMBAR ARGUMENTASI INDIVIDU LKS
1a
CIRI-CIRI DAN KLASIFIKASI JAMUR
Dilihat dari struktur tubuhnya, jamur memiliki ciri-ciri untuk mengenal apakah suatu
organisme merupakan jamur atau bukan. Organisme yang termasuk jamur bisa terdiri atas
satu sel maupun terdiri atas banyak sel. Jamur yang bersel tunggal (uniseluler), misal nya
adalah ragi (Saccharomyces cerevisiae), sedangkan jamur yang tubuhnya bersel banyak
(multiseluler) bisa berupa jamur mikroskopis maupun jamur makroskopis. Jamur mikroskopis
adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop, karena memiliki ukuran tubuh yang
sangat kecil. Contoh jamur mikroskopis multiseluler adalah Aspergillus sp. dan Penicillium
sp. Jamur multiseluler juga ada yang bersifat makroskopis, mudah diamati dengan mata
telanjang, yang berukuran besar. Contoh jamur makroskopis adalah jamur merang
(Volvariella valvacea) dan jamur kuping (Auricularia polytricha). Sel-sel penyusun tubuh
jamur makroskopis memanjang membentuk benang yang disebut hifa. Hifa bercabang cabang
membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan membentuk
tubuh buah. Hifa merupakan struktur menyerupai benang yang terdiri atas satu atau banyak
sel yang dikelilingi dinding berbentuk pipa.
Pada beberapa jenis jamur, hifa memiliki sekat-sekat antar sel yang disebut septa.
Septa memiliki celah atau pori yang cukup besar sehingga cairan yang berada di dalam sel
dapat mengalir dari suatu sel ke sel lainnya. Jamur adalah sel mikroskopis yang tumbuh
memanjang seperti benang yang dikenal dengan hifa. Diameter hifa hanya beberapa
micrometer, tetapi dapat tumbuh memnjang hingga mencapai beberapa meter. Hifa yang
tumbuh membentuk masa disebut misellium atau tebal menyerupai kawat dan disebut sebagai
157
rhizomorphs yang tampak seperti akar. Jamur yang tumbuh dengan cara memperpanjang hifa
pada ujungnya dikenal sebagai pertumbuhan apical atau pada bagian tengah hifa yang disebut
pertumbuhan interkalar. Hifa pada beberapa jamur mempunyai penyekat melintang atau septa
dan adanya septa ini dipergunakan untuk identifikasi. Hifa tersebut memanjang diatas atau
tembus melalui medium dimana kapang itu tumbuh. Secara morfologis jamur dapat
ditentukan dengan melihat bentuk strukturnya menggunakan mikroskop, dengan demikian
identifikasi dan klasifikasi dapat ditentukan, secara visual jamur dilihat seperti kapas atau
benang berwarna/tidak berwarna yang disebabkan karena adanya miselia dan spora. Miselia
terbentuk dengan adanya hifa, baik yang bersepta atau tidak bersepta. Jamur terbagi menjadi
beberapa familia antara lain Moniliaceae (aspergillus, phenicilium, trichothecium,
geotrichum, monilia, sporatrichum, botrytis, dll), dematiaceae (cladosporium,
helminthosporium, dll), dan tuberculariaceae (fusarium).
Tugas:
1. Baca artikel di atas dengan seksama.
2. Analisis dan tandai poin-poin yang Anda anggap penting.
3. Kemukakan pendapat Anda pada kolom yang telah disediakan.
4. Artikel di atas bisa jadi kurang memuat data yang dapat menguatkan pendapat
Anda. Anda bisa menggunakan sumber relevan lain seperti buku teks, internet
dan lain sebagainya. berikut beberapa link yang dapat membantu Anda
mengumpulkan data yang Anda perlukan:
http://www.sridianti.com/struktur-tubuh-jamur.html
http://www.biologiedukasi.com/2014/12/fungi-struktur-tubuh-fungi.html
http://www.astalog.com/2569/struktur-tubuh-jamur.html
2. B. Landasan Teori
3.
4.
5.
Tanggal Pengamatan:
Tanggal Pengumpulan:
………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………
…………………………………………………...…………………………………………………………………………………………………
……...………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………..………………………………………………………………………………………………………...………………………………
………………………………………………………………………...……………………………………………………………………………
161
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
C. Rumusan Masalah (Lingkarilah Salah Satu Rumusan Masalah yang Kalian Anggap Tepat)
1. Apakah semua jenis jamur struktur tubuhnya bisa dilihat dengan mata telanjang?
2. Apakah hanya sebagian jenis jamur yang struktur tubuhnya bisa dilihat dengan mata telanjang?
D. Hipotesis (Lingkarilah Salah Satu Hipotesis yang Kalian Anggap Tepat)
162
1. Semua jenis jamur struktur tubuhnya bisa dilihat dengan mata telanjang
2. Tidak semua jenis jamur struktur tubuhnya bisa dilihat dengan mata telanjang
E. Alat dan Bahan
a. e. h.
b. f. i.
c. g.
d. h.
F. Langkah Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
163
G. Data Pengamatan
Pengamatan Jamur
Substrat: Jamur….
Substrat: Jamur….
164
H. Pembahasan
Tuliskanlah pembahasan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
165
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
I. Kesimpulan
Tuliskanlah kesimpulan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
166
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
J. Daftar Pustaka
167
168
Lampiran 8
LEMBAR ARGUMENTASI INDIVIDU LKS
1a
PERTUMBUHAN JAMUR PADA ROTI
Jamur roti menghancurkan roti sehingga tidak bisa lagi dimakan. Jamur yang tumbuh
pada roti memiliki berbagai warna seperi kehitaman, abu-abu, hingga kehijauan. Jamur hidup
dengan memakan nutrisi pada roti sekaligus menguraikan roti dalam prosesnya. Jamur pada
roti terdiri dari banyak sel dengan ukuran mikroskopis sehingga membutuhkan mikroskop
untuk bisa mengamati tiap individu sel. Jamur roti, yang masuk dalam klasifikasi tumbuhan,
tumbuh dengan kecepatan mengesankan. Lantas darimana mereka berasal? Jamur tumbuh dari
spora yang merupakan sel reproduksi jamur. Tanpa terlihat, spora yang berukuran mikroskopis
sebenarnya bebas melayang di sekitar kita. Saat mendarat pada substansi yang tepat (misal
roti), spora ini kemudian tumbuh menjadi jamur dan mulai berkembang biak. Meskipun
nampaknya hanya permukaan roti yang ditumbuhi jamur, namun bagian lain roti kemungkinan
juga sudah terkontaminasi. Itu sebab, segera buang roti yang sudah nampak berjamur. Jangan
sekali-kali membuang bagian yang berjamur kemudian memakan sisanya. Sisa yang terlihat
tidak berjamur bisa jadi sudah diinvasi jamur yang tidak kasat mata. Terdapat beberapa jenis
dan spesies jamur roti diantaranya adalah Aspergillus, Monascus, Rhizopus, Penicillium,
Fusarium, dan Monascus. Masing-masing spesies memiliki warna tersendiri. Rhizopus
berwarna hitam kabur, sedangkan Aspergillus memiliki tekstur yang lebih halus, sedangkan
spesies Penicillium berwarna abu-abu hijau dan tampak samar. Roti ditumbuhi jamur karena
menyediakan sumber makanan untuk berbagai jenis jamur. Udara sebenarnya penuh dengan
169
spora jamur berukuran sangat kecil, dan di bawah kondisi yang tepat, spora ini dapat tumbuh
di hampir semua bahan organik dan mulai mencernanya. Pada roti, enzim jamur akan memecah
dinding sel dari bahan organik yang membentuk roti menjadi senyawa molekuler yang lebih
sederhana. Jamur terdiri atas banyak spesies yang berkontribusi terhadap 5% dari seluruh
jumlah spesies yang hidup dibumi. Jamur tidak dapat menerima energi langsung dari matahari
karena tidak memiliki klorofil. Itu sebab, jamur harus hidup dari tumbuhan atau hewan lain.
Sebagian jamur bersifat parasit, artinya merugikan inang tempat tumbuhnya, sedangkan jenis
lain hidup pada bahan organik yang sudah mati. Kebanyakan jamur cenderung fleksibel tentang
pilihan makanan mereka. Jamur dapat memakan berbagai molekul organik, sehingga
fleksibilitas ini memungkinkannya tumbuh hampir dimana saja. Jamur menghasilkan puluhan
enzim pencernaan dan asam untuk mencerna bahan organik yang ditumbuhinya. Tidak seperti
manusia, jamur bekerja dengan arah berlawanan, bahan organik harus dicerna dulu baru
kemudian dimakan, karena sifat jamur yang mampu memakan hampir apapun, terdapat spesies
yang dikembangkan khusus sebagai agen pembersih. Jamur mampu berkembang biak secara
eksponensial sampai semua nutrisi yang tersedia telah habis. Jamur berkembang biak dengan
spora, suatu substansi kecil yang diproduksi oleh jamur secara massal. Untungnya, spora dapat
dihancurkan dengan pemanasan (dimasak). Itu mengapa roti tidak segera terinfeksi jamur
sesaat setelah matang. Seiring waktu, bagaimanapun, spora dari udara akhirnya menempel pada
roti yang merupakan substansi kaya gizi. Ketika dimasukkan dalam freezer, spora jamur
menjadi tidak aktif, meskipun dapat aktif kembali saat ditempatkan pada suhu ruangan.
Tugas:
1. Baca artikel di atas dengan seksama.
2. Analisis dan tandai poin-poin yang Anda anggap penting.
3. Kemukakan pendapat Anda pada kolom yang telah disediakan.
4. Artikel di atas bisa jadi kurang memuat data yang dapat menguatkan pendapat
Anda. Anda bisa menggunakan sumber relevan lain seperti buku teks, internet dan
lain sebagainya. berikut beberapa link yang dapat membantu Anda mengumpulkan
data yang Anda perlukan:
http://lifestyle.okezone.com/read/2016/01/25/298/1296574/roti-berjamur-
ini-sebabnya
http://www.ayahbunda.co.id/keluarga-tips/penyebab-makanan-berjamur-
170
http://www.amazine.co/14555/mengapa-roti-berjamur-penyebab-jamur-
pada-roti/
http://www.amazine.co/24265/jamur-roti-jenis-efek-cara-mencegah-
pertumbuhannya/
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/521
Lembar Argumentasi:
Pertanyaan:
1. Setujukah Anda bahwa suhu merupakan salah satu faktor untuk pertumbuhan jamur pada
roti?
2. Setujukah Anda bahwa suhu mempengaruhi percepatan pertumbuhan jamur pada roti?
A. Tujuan
Kelompok :
1.………………………………………………………………………………………………………
Nama Anggota :
2.………………………………………………………………………………………………………
1. B. Landasan Teori
2.
3.
4.
5.
………………………………………………………………………………………………..……………………………………………
…………………………………………………………...…………………………………………………………………………………………
……………...………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
173
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
C. Rumusan Masalah (Lingkarilah Salah Satu Rumusan Masalah yang Kalian Anggap Tepat)
1. Apakah suhu mempengaruhi percepatan pertumbuhan jamur pada roti?
2. Apakah suhu tidak sama sekali mempengaruhi percepatan pertumbuhan jamur pada roti?
174
D. Hipotesis (Lingkarilah Salah Satu Hipotesis yang Kalian Anggap Tepat)
1. Suhu mempengaruhi percepatan pertumbuhan jamur pada roti
2. Suhu tidak sama sekali mempengaruhi percepatan pertumbuhan jamur pada roti
E. Alat dan Bahan
a. e. h.
b. f. i.
c. g.
d. h.
F. Langkah Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
175
G. Data Pengamatan
Pengamatan Jamur yang Disimpan Di Suhu Ruangan Kamar
Substrat: Jamur roti
Morfologi Spora
Pengamatan Hari Ke- ( Bentuk, warna dan keterangan lainnya)
Roti
1 2 3 4 5 6 7
II
176
H. Pembahasan
Tuliskanlah pembahasan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
177
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
I. Kesimpulan
Tuliskanlah kesimpulan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
J. Daftar Pustaka
178
181
Lampiran 9
LEMBAR ARGUMENTASI INDIVIDU LKS
1a
PERANAN JAMUR DALAM KEHIDUPAN
Tempe merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal di Indonesia. Indonesia
merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia.
Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai di Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu
dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-
rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg (Astawan, 2004).
Tempe diminati oleh masyarakat Indonesia, selain harganya relatif murah dan enak
rasanya, tempe juga memiliki kandungan protein nabati yang tinggi. Melalui proses pembuatan
tempe, kedelai menjadi lebih enak dimakan dan meningkat nilai nutrisinya karena rasa dan
aroma kedelai berubah sama sekali setelah menjadi tempe, kadar protein yang larut dalam air
akan meningkat akibat aktivitas enzim proteolitik. Tempe lebih dapat diterima oleh masyarakat
setelah menjadi bahan pangan (dikonsumsi) dibanding masih berupa kedelai. Tempe yang
masih baik (baru) memiliki rasa dan bau yang spesifik (Kasmidjo, 1990).
Cita rasa tempe kedelai ditentukan oleh jenis kedelainya dan ditentukan juga oleh jenis
pembungkus yang digunakan selama fermentasi. Selama ini digunakan tiga jenis pembungkus
tempe, yaitu plastik, daun pisang dan daun jati. Kemasan plastik memiliki kelebihan yaitu kuat,
ringan, tidak karatan serta dapat diberi warna, sedangkan kelemahannya adalah molekul kecil
yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang
dikemas. Daun pisang memiliki kelebihan pembungkus alami yang tidak mengandung bahan
kimia, mudah ditemukan, mudah di lipat dan memberi aroma sedap. Di samping itu juga
memiliki kekurangan, antara lain mudah sobek dan kebersihan kurang. Daun jati memiliki
kelebihan tidak mengandung bahan kimia tapi juga memiliki kekurangan apabila tersentuh
182
kulit tangan akan terasa sedikit gatal dan sulit didapat pada musim kemarau (Winarno, 1994).
Pembungkus tempe dengan mengunakan daun merupakan cara tradisional yang paling
banyak dilakukan. Membungkus tempe dengan daun sama halnya dengan menyimpannya
dalam ruang gelap (salah satu syarat ruang fermentasi), mengingat sifat daun yang tidak tembus
pandang. Di samping itu, aerasi (sirkulasi udara) tetap dapat berlangsung melalui celah – celah
pembungkus yang ada (Suprapti, 2003). Menurut Sarwono, bahwa bakal tempe dapat
dibungkus menggunakan daun pisang dan daun jati. Selain dengan daun, bahan tempe dapat
dibungkus dengan kantong plastik. Pembungkusan bahan tempe dalam kantong plastik jangan
sampai terlalu rapat agar bagian dalam substrat cukup memperoleh udara. Kapang tempe
membutuhkan banyak udara (Sarwono, 2005).
Kantong plastik bersifat kedap udara, sehingga permukaan kantong plastik harus
dilubangi kecil-kecil dengan menggunakan lidi agar aerasi dapat terjadi (Suprapti, 2003).
Penggunaan pembungkus dalam fermentasi akan mempengaruhi cita rasa tempe kedelai yang
dihasilkan. Di samping karena faktor koreksi lingkungan yang dibentuk oleh kemasan tersebut
dalam proses fermentasi, juga karena adanya reaksi yang mungkin terjadi antara bahan yang
difermentasi dari komponen kemasan. Pengemasan bahan pangan memegang peranan penting
dalam pengendalian dari kontaminasi mikroorganisme terhadap produk bahan pangan.
Apabila tercemar oleh mikroorganisme dan disimpan dalam kondisi yang
memungkinkan bagi aktivitas metabolisme dapat menimbulkan kerusakan bahan pangan dan
membahayakan kesehatan konsumen (Supardi dan Sukamto, 1999).
Source: http://etd.eprints.ums.ac.id/5714/1/J_300_060_002.PDF
Tugas:
1. Baca artikel di atas dengan seksama.
2. Analisis dan tandai poin-poin yang Anda anggap penting.
3. Kemukakan pendapat Anda pada kolom yang telah disediakan.
4. Artikel di atas bisa jadi kurang memuat data yang dapat menguatkan pendapat Anda. Anda
bisa menggunakan sumber relevan lain seperti buku teks, internet dan lain sebagainya.
berikut beberapa link yang dapat membantu Anda mengumpulkan data yang Anda
perlukan:
http://etd.eprints.ums.ac.id/5714/1/J_300_060_002.PDF
http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/BMI/article/view/18
http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82917/potongan/S1-2015-283661-
chapter1.pdf.
5. Langkah-langkah Awal yang Harus Dilakukan:
Baca material/artikel yang sudah disediakan di atas dengan seksama.
Tandai hal-hal atau kalimat-kalimat yang menurut Anda penting. Anda bisa
menggarisbawahi atau menandai dengan menggunakan stabilo poin-poin yang
Anda anggap penting.
Jawab pertanyaan-pertanyaan pada kolom pertanyaan yang telah di sediakan (di
bawah).
Untuk melengkapi jawaban, Anda dapat mengakses informasi pada beberapa
sumber relevan lainnya, seperti buku dan sumber internet.
Lengkapi sesi argumen yang ada di bawah ini.
183
1. Tambahan Referensi Studi Literatur Guna Mendukung Argumentasi dan Alasan kalian!
http://etd.eprints.ums.ac.id/5714/1/J_300_060_002.PDF
http://www.kompasiana.com/deer/sehat-manakah-tempe-bungkus-plastik-atau-tempe-bungkus-
daun_5517bccb813311ae689de52d
http://www.gedangsari.com/terbukti-tempe-yang-di-bungkus-daun-lebih-sehat-daripada-
berbungkus-plastik.html
https://ristagustina.wordpress.com/2012/05/23/mengapa-daun-pisang-lebih-baik-digunakan-
sebagai-pembungkus-makanan-dari-pada-plastik/
http://id.portalgaruda.org/article.php?article=450249&val=7292
https://www.scribd.com/doc/299181985/Pengaruh-Jenis-Kacang-Dan-Jenis-Pembungkus-Tempe-
Terhadap-Kualitas-Hasil-Fermentasi-Dalam-Pembuatan-Tempe
2. Apakah Kalian Membutuhkan Investigasi Lebih Lanjut?
Ya (Lanjut ke nomor 3)
Tidak
3. Hal yang Harus Disiapkan Sebelum Melakukan Percobaan:
1. Rancanglah sebuah percobaan untuk mendukung jawaban dan alasan yang telah kalian kemukakan
2. Pilihlah alat dan bahan yang akan kalian gunakan untuk melakukan percobaan
3. Kumpulkanlah data-data untuk mendukung jawaban dan alasan yang telah kalian kemukakan melalui
percobaan.
LEMBAR KERJA SISWA
LKS
LAPORAN PRAKTIKUM PERAN JAMUR DALAM KEHIDUPAN
2b
2a
A. Tujuan
Kelompok :
1.………………………………………………………………………………………………………
Nama Anggota :
2.………………………………………………………………………………………………………
1. B. Landasan Teori
2.
3.
4.
5.
………………………………………………………………………………………………..……………………………………………
…………………………………………………………...…………………………………………………………………………………………
……………...………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
185
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
C. Rumusan Masalah (Lingkarilah Salah Satu Rumusan Masalah yang Kalian Anggap Tepat)
1. Apakah daun pisang dapat mempengaruhi cita rasa, kesehatan dan dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe?
2. Apakah daun pisang dapat mempengaruhi cita rasa, kesehatan, namun tidak dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe?
3. Apakah daun pisang sama sekali tidak mempengaruhi cita rasa, kesehatan, dan tidak dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan
tempe?
4. Apakah plastik dapat mempengaruhi cita rasa, kesehatan dan dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe?
5. Apakah plastik sama sekali tidak mempengaruhi cita rasa, kesehatan, namun dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe?
6. Apakah plastik sama sekali tidak mempengaruhi cita rasa, kesehatan dan tidak dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe?
186
D. Hipotesis (Lingkarilah Salah Satu Hipotesis yang Kalian Anggap Tepat)
1. Daun pisang dapat mempengaruhi cita rasa, kesehatan manusia dan dapat menjadi penunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe.
2. Daun pisang dapat mempengaruhi cita rasa, kesehatan manusia namun tidak dapat menjadi penunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe.
3. Daun pisang sama sekali tidak mempengaruhi cita rasa, kesehatan manusia dan tidak dapat menjadi penunjang keberhasilan dalam
pembuatan tempe.
4. Plastik dapat mempengaruhi cita rasa, kesehatan dan dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe.
5. Plastik sama sekali tidak mempengaruhi cita rasa, kesehatan, namun dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe.
6. Plastik sama sekali tidak mempengaruhi cita rasa, kesehatan dan tidak dapat menunjang keberhasilan dalam pembuatan tempe.
E. Alat dan Bahan
a. e. h.
b. f. i.
c. g.
d. h.
F. Langkah Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
187
G. Data Pengamatan
Tanggal Keterangan
No. Waktu Foto
Pengamatan
188
H. Pembahasan
Tuliskanlah pembahasan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
189
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
I. Kesimpulan
Tuliskanlah kesimpulan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
J. Daftar Pustaka
190
Lampiran 10
Kelompok:
A. Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-
Nama Anggota:
ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
1. 4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan
dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
2.
3. B. Tujuan
6. C. Landasan Teori
7. Fungi merupakan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil sehingga bersifat
heterotroph stipe sel eukariotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya
terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, yang dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Organisme yang
disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak dapat berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof,
umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh
nutrient dengan cara absorpsi (Gandjar dkk, 2010).
191
Fungi pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri fungi berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan,
struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya. Fungi terdiri dari masa benang yang bercabang-cabang yang disebut miselium. Miselium
tersusun dari hifa (filamen) yang merupakan benang-benang tunggal. Badan vegetatif jamur yang tersusun dari filamen-filamen disebut
thalus. Berdasarkan fungsinya dibedakan dua macam hifa, yaitu: hifa fertile dan hifa vegetatif. Hifa fertile adalah hifa yang dapat
membentuk sel-sel reproduksi atau spora-spora. Hifa tersebut arah pertumbuhannya keluar dari media disebut hifa udara. Hifa vegetatif
adalah hifa yang berfungsi untuk menyerap makanan dari substrat.
Berdasarkan bentuknya, dibedakan menjadi dua macam hifa, yaitu: hifa tidak besepta dan hifa bersepta. Hifa yang tidak bersepta
merupakan ciri jamur yang termasuk Phycomycetes (jamur tingkat rendah). Hifa ini merupakan sel yang memanjang, bercabang-cabang,
terdiri atas sitoplasma dengan banyak inti. Hifa yang bersepta merupakan ciri dari jamur tingkat tinggi, atau yang termasuk Eumycetes
(Sumarsih, 2010).
192
E. Langkah Kerja
1. Bacalah setiap langkah kerja yang terdapat pada lembar kerja kalian dengan teliti.
2. Siapkanlah semua alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengamatan ini.
3. Amatilah objek (jamur tempe dan oncom) secara makroskopis secara langsung sesuai dengan panduan LKS.
4. Catatlah hasil pengamatan yang kalian dapat.
5. Buatlah sayatan tipis pada substrat basah (tempe dan oncom) untuk dilakukan pengamatan mikroskopis menggunakan silet/cutter.
6. Letakkan sayatan basah substrat pada objek glass dan basahi dengan aquades secukupnya, kemudian tutup dengan cover glass.
7. Letakkan objek mikroskopis tersebut di bawah mikroskop dan mulailah amati objek dengan teliti.
8. Amatilah objek mikroskopis sesuai dengan panduan LKS.
9. Diskusikan jawaban yang tepat dengan semua anggota kelompok kalian.
10. Untuk tiap kelompok menjawab semua soal yang ada, jawaban dapat dicari dalam buku pelajaran biologi kelas X atau dengan sumber literatur lain
yang berkesinambungan.
11. Perwakilan kelompok akan mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok di depan kelas pada waktu diskusi.
12. Kerjakanlah dengan tenang dan teliti.
193
F. Hasil Pengamatan
Pengamatan Makroskopis
1. Substrat: Jamur….
194
2. Substrat: Jamur….
Pengamatan Mikroskopis
*Berilah tanda (√) pada kolom pengelompokkan dalam divisi sesuai dengan nama jamur yang diamati
195
G. Pembahasan
H. Kesimpulan
Tuliskanlah kesimpulan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
196
197
Lampiran 11
Reproduksi Jamur
HARI / TANGGAL :
KELOMPOK :
ANGGOTA KELOMPOK :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Berilah tanda ceklis (√) jika pernyataan pada kelompok divisi jamur di bawah ini BENAR!
Divisi
No. Pernyataan
Zygomycotina Ascomycotina Basidiomycotina Deuteromycotina
Reproduksi belum
1.
diketahui
Reproduksi secara
2.
aseksual dan seksual
Reproduksi aseksual
3. dilakukan dengan
fragmentasi miselium
Reproduksi aseksual
4. dilakukan dengan
pembentukan konidia
Reproduksi aseksual
5.
dengan membentuk
198
Catatan:
Catatan:
Siklus Reproduksi Jamur:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Siklus Reproduksi Jamur:
Catatan:
Pertanyaan Diskusi
1. Sebutkan dan jelaskan dua cara reproduksi yang dapat dilakukan oleh
jamur!
Lampiran 12
LEMBAR KERJA SISWA
NAMA :
KELAS :
PERTEMUAN KE :
A. Kompetensi Dasar
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu menjelaskan peranan jamur dalam kehidupan sehari-hari pada
setiap divisinya.
C. Jawablah pertanyaan pada tabel di bawah ini dengan baik dan benar!
Peran menguntungkan:
3 Zigomycota
4
8 Ascomycota
10
11 Basidiomycota
202
15
Peranan merugikan:
5 Ascomycota
6
7 Exobasidium vexans Endoparasit pada daun teh
8 Basidiomycota
9
Epidermophyton
10 Penyebab penyakit kaki atlet
floccosum
11
12
Deuteromycota
13
14
15
LEMBAR KERJA SISWA
Peranan Jamur
C. Landasan Teori
Tempe adalah sumber protein yang terbuat dari kedelai dan dianggap cukup
penting bagi pola makanan di Indonesia. Tempe merupakan bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-
kacangan lainnya menggunakan jamur Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae. Tempe umumnya dibuat secara tradisional dan
merupakan protein nabati. Tempe mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat, dan
mineral. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh. Hal ini
dikarenakan kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah
dicerna oleh manusia (Kasmidjo, 1990).
203
Tempe merupakan makanan hasil fermentasi tradisional berbahan baku kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna putih, tekstur kompak dan flavor spesifik. Warna putih disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh
pada permukaan biji kedelai. Tekstur yang kompak juga disebabkan oelh miselia-miselia jamur yang menghubungkan antara biji-biji
kedelai tersebut. Terjadinya degradasi komponen-komponen dalam kedelai dapat menyebabkan terbentuknya flavor spesifik setelah
fermentasi. Kualitas sangat dipengaruhi oleh kualitas starter yang digunakan untuk inokulasinya. Inoculum tempe disebut juga
sebagai starter tempe, dan banyak pula yang menyebutkan dengan nama ragi tempe. Starter tempe adalah bahan yang mengandung
biakan jamur tempe, digunakan sebagai agnesia pengubah kedelai rebus menajdi tempe akibat tumbuhnya jamur tempe pada kedelai
dan melakukan kegiatan fermentasi yang menyebabkan kedelai berubah sifat/karakteristiknya menjadi tempe (Kasmidjo, 1990).
D. Rumusan Masalah
1. Apakah jamur dapat dijadikan sebagai sumber makanan bagi manusia?
2. Apakah kandungan nutrisi yang terdapat dalam jamur baik bagi tubuh jika dikonsumsi?
E. Hipotesis
Lingkarilah hipotesis yang kalian anggap tepat!
1. Rumusan masalah pertama
Hipotesis yang disajikan:
a. Jamur dapat dijadikan sebagai sumber bahan makanan.
b. Jamur berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi.
c. Jamur yang diolah dapat menjadi sumber bahan makanan enak dan bergizi.
d. Jamur tidak dapat dijadikan sebagai sumber bahan makanan.
e. Jamur hanya dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan dan pertanian saja.
2. Rumusan masalah kedua
Hipotesis yang disajikan:
204
a. Jamur mengandung zat berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi.
b. Jamur memiliki kandungan nutrisi baik yang cukup tinggi.
c. Ragi kering mengandung protein dan vitamin B yang baik bagi tubuh.
d. Jamur mengandung racun yang sangat berbahaya.
e. Jamur yang dikonsumsi dapat menimbulkan berbagai macam penyakit bagi tubuh.
G. Langkah Kerja
1. Biji kedelai yang telah dipilih, dibersihkan dan dicuci dengan air bersih, kemudian direndam dengan air bersih selama satu hari satu
malam. Hal ini bertujuan untuk melunakkan kedelai, dan juga agar mudah melepas kulit ari dari kedelai (proses hidrasi agar biji kedelai
menyerap air sebanyak mungkin).
2. Kemudian kedelai direbus sampai mendidih dan lanjutkan perebusan sampai kedelai benar-benar terlihat empuk.
3. Setelah tempe direbus, hasil rebusan tempe ditisikan/didinginkan sambil diaduk menggunakan pengaduk.
4. Setelah kulit ari kedelai dibuang dengan cara diremas-remas sampai biji terbelah dan kedelai menjadi bersih.
205
5. Kedelai yang telah dibuang kulit arinya kemudian dicuci bersih lalu ditiriskan. Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan
kotoran yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat
menghambat pertumbuhan fungi.
6. Setelah rebusan kedelai dingin, taburkan ragi sebanyak 1 gram ragi per 1 kg kedelai secara merata dengan sendik/alat pengaduk.
7. Kedelai yang sudah dicampur ragi, kemudian dibungkus dengan plastik yang sudah ditusuk-tusuk dengan jarum. Setelah itu disimpan
selama dua hari.
8. Pengamatan dilakukan selama dua hari berturut-turut guna melihat proses berlangsungnya fermentasi.
9. Setelah tempe disimpan selama dua hari, maka seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur.
206
I. Pembahasan
207
J. Kesimpulan
Tuliskanlah kesimpulan dari pengamatan yang telah kalian lakukan!
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
K. Daftar Pustaka
208
KISI-KISI INSTRUMEN SOAL LITERASI SAINS
Kompetensi Dasar:
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara
teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Aspek Komptensi
Aspek Konteks
atau proses Jenjang No.
Indikator Pembelajaran Berdasarkan Soal
Indikator Umum Kognitif Soal
PISA
PISA
3.6.1 Mengidentifikasi Mengidentifikasi Ilmu C4 1. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 1!
ciri-ciri jamur isu-isu ilmiah pengetahuan dan
teknologi: Mengapa Jamur Tidak Dapat Dikatakan Sebagai Tumbuhan?
sumber daya
alam
Tumbuhan bereproduksi melalui biji dan serbuk sari, jamur bereproduksi
melalui spora. Tumbuhan memiliki akar, batang, dan daun. Jamur hanya
memiliki filamen yang melekatkan mereka pada inang. Dinding sel pada
tumbuhan terbuat dari selulosa, sedangkan dinding sel jamur terbuat dari kitin.
209
Perbedaan lain antara tumbuhan dan jamur adalah bahwa tumbuhan dapat
membuat makanan sendiri (berfotosintesis), sedangkan jamur tidak bisa.
Tumbuhan dan jamur juga memiliki peran berbeda dalam sistem ekologi secara
keseluruhan. Tumbuhan berperan sebagai produsen, karena mereka
menghasilkan makanan, sedangkan peran jamur justru sebaliknya, mereka
adalah pengurai.
Kata Kunci:
□ Prokariotik
□ Eukariotik
□ Saprofit
□ Parasit
□ Memiliki dinding sel
□ Tidak memiliki dinding sel
□ Memiliki klorofil
□ Tidak memiliki klorofil
3.6.2 Mengklasifikasi Ilmu C2 3. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 3!
golongan jamur pengetahuan dan
teknologi: Yuk Makan Jamur Maitake!
kesehatan Jenis jamur Maitake bukan hanya enak tetapi juga berkhasiat bagi tubuh
yang sudah teruji sejak ratusan tahun silam. Zat pada jamur ini merangsang
sistem kekebalan tubuh dan mencegah pertumbuhan sel kanker.
Maitake atau grifola frondosa, merupakan jamur enak dan populer di Jepang.
211
Adapun ciri-ciri jamur Maitake ini adalah struktur tubuhnya multiseluler,
dengan hifa yang bersekat-sekat, dan bercabang membentuk miselium,
miselium akan tersusun padat dan membentuk tubuh buah, tubuh buah sebagai
payungnya, pada bagian bawah payung terdapat lembaran-lembaran seperti
insang dan jamur ini bereproduksi secara generatif dengan cara menghasilkan
spora. Pada umumnya jamur Maitake ini hidup sebagai saprofit (pengurai) sisa-
sisa organisme yang sudah mati sama halnya seperti pada jamur kancing dan
jamur merang yang sering kita konsumsi.
Termasuk ke dalam divisi apakah jamur Maitake ini? Berilah tanda checklist
pada jawaban yang tepat!
o Zygomycota
o Ascomycota
o Basidiomycota
o Deuteromycota
Ilmu C2 4. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 4!
pengetahuan
dan teknologi: Mari Selidiki Pertumbuhan Jamur Pada Roti
kesehatan Banyak ilmuwan yang menyatakan bahwa jamur pada roti yang
dinamakan Rhizopus stolonifer akan tumbuh pada bahan makanan yang lunak
seperti buah-buahan dan roti, apabila roti sudah ditumbuhi jamur tersebut dapat
terlihat pada permukaan roti yang biasanya berwarna hijau keabu-abuan yang
nantinya akan menghitam. Jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-
cabang dan berfungsi sebagai akar (rhizoid) untuk melekatkan diri serta
menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula
sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, di
bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), spora yang
dihasilkan oleh jamur ini sebagai alat reproduksi generatifnya serta terdapat
stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor).
212
Termasuk ke dalam divisi apakah jamur roti ini? Berilah tanda checklist pada
salah satu jawaban yang tepat!
o Zygomycota
o Ascomycota
o Basidiomycota
o Deuteromycota
Ilmu C2 5. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 5!
pengetahuan Aspergillus flavus pada Kacang Tanah Penyebab Kanker Hati
dan teknologi: Aspergillus flavus salah satu jenis jamur yang sering mengkontaminasi
kesehatan
makanan hasil panen. Jamur ini dapat menyebabkan infeksi Aspergillosis dan
juga merupakan jamur yang paling banyak menghasilkan aflatoksin. Aflatoksin
adalah jenis toksin yang bersifat karsinogenik penyebab kanker hati. Aflatoksin
yang telah terdapat dalam bahan pangan, terutama kacang tanah, tidak dapat
hilang setelah direbus, digoreng, disangrai atau diolah menjadi berbagai hasil
olahan.
Aspergillus flavus merupakan jamur yang biasa tumbuh pada hasil panen,
misalnya kacang-kacangan, jagung, cabe, biji kapas dan serealia. Miselium
jamur ini dapat tumbuh di dalam tanah, miselium inilah yang nanti nya akan
membentuk konidiofor. Konidiofor yang matang akan membentuk konidia pada
ujungnya. Konidia berbentuk bulat dan unisel dengan dinding yang kasar.
Konidia bisa tumbuh menyebar di udara, menempel pada tubuh serangga,
tanaman, dan pada hasil panen.
Termasuk ke dalam kelas apakah jamur Aspergillus flavus ini? Berilah tanda
checklist pada jawaban yang tepat! Lalu kemukakanlah alasannya mengapa
Anda memilih jawaban tersebut!
o Zygomycota
o Ascomycota
o Basidiomycota
o Deuteromycota
213
Menggunakan Ilmu C6 6. Perhatikan tabel di bawah ini!
bukti-bukti ilmiah pengetahuan dan
teknologi: Divisi A Divisi B Divisi C Divisi D
sumber daya Jamur Disebut juga Tubuh terdiri Sebagian besar
alam multiseluler jamur tidak dari hifa yang merupakan
Tubuh terdiri sempurna tak bersekat organisme
dari hifa yang Belum jelas Alat reproduksi multiseluler
bersekat diketahui cara seksual Tubuh terdiri
Memiliki tubuh reproduksi zigosporangium dari hifa yang
buah yang seksualnya Tidak memiliki bersekat
disebut tubuh buah Alat reproduksi
basidiokarp Sebagian besar aseksualnya
Sebagian besar hidup sebagai yaitu hifa yang
hidup sebagai saprofit berdiferensiasi
saprofit, namun membentuk
ada yang parasit konidiofor
dan Alat reproduksi
bersimbiosis seksualnya
mutualisme adalah askus
Ada yang tidak
memiliki tubuh
buah
Bentuk tubuh
buah beragam
Sebagian besar
hidup sebagai
saprofit
214
3.6.3 Menjelaskan cara Menjelaskan C5 7. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 7!
reproduksi jamur fenomena secara Beberapa mahasiswa telah melakukan percobaan dengan menggunakan
ilmiah roti yang dikondisikan untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap
pertumbuhan jamur pada roti. Percobaan ini dilakukan selama 7 hari dengan
menggunakan jenis roti dan ukuran yang sama. Hanya saja dengan
menggunakan 4 penutup toples yang berbeda, yaitu kain basah, plastik, kain
kering dan kertas. Berilah tanda silang pada jawaban yang tepat, yang
menunjukkan pengkondisian mana sajakah pertumbuhan jamur roti
mengandung jumlah koloni jamur terbanyak? Tuliskan alasanmu!
1 2 3 4
215
Ilmu C2 8. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 8!
pengetahuan
dan teknologi: Telah dilakukan percobaan terkait pengaruh suhu terhadap pertumbuhan
perkembangan
jamur pada roti yang menggunakan beberapa tempat untuk tempat
mutakhir sains
dan teknologi penyimpanan roti. Dalam percobaan ini, lokasi yang dimanfaatkan untuk
tempat penyimpanan roti selama kurang lebih 8 hari ini, yaitu di kamar, di
kulkas, dan di ruangan terbuka seperti pada gambar di bawah ini.
Urutkanlah pertumbuhan jamur mulai dari yang paling cepat tumbuh hingga
yang paling lama pada pengkondisian di atas!
a. A–B–C
b. A–C–B
c. B–A–C
d. B–C–A
e. C–A–B
216
Ilmu C5 9. Perhatikan tabel di bawah ini!
pengetahuan Roti pada
dan teknologi: Pengamatan Roti pada Roti dalam
piring Roti dalam
perkembangan hari ke- piring plastik +
plastik + plastik
mutakhir sains /Perlakuan plastik ditetesi air
ditetesi air
dan teknologi Hari ke-1 Kondisi baik Kondisi baik, Kondisi baik Kondisi baik,
sedikit sedikit
lembab lembab
Hari ke-2 Kondisi baik, Kondisi baik, Kondisi baik, Kondisi baik,
mengeras agak berair mengeras agak lembab
Hari ke-3 Bentuk tetap, Roti lebih Bentuk tetap, Roti lebih
mengeras gelap, bau agak gelap, bau
dan asam mengeras apek
Hari ke-4 Bentuk mulai Warna Bentuk mulai Warna
mengecil, semakin mengecil, semakin
berubah berubah, mulai berubah,
warna, muncul berubah muncul
tekstur keras jamur kecil warna, jamur kecil
dimana- tekstur agak dimana-
mana, bau keras mana, bau
asam, bentuk asam, bentuk
mengecil mengecil
Hari ke-5 Roti semakin Warna roti Roti semakin Warna roti
berubah sedikit lebih berubah sedikit lebih
warna, oranye, warna, oranye,
tekstur jamur tekstur jamur
semakin menyebar ke semakin menyebar ke
keras, mulai seluruh sisi, keras, mulai seluruh sisi,
tumbuh bau asam tumbuh bau asam
jamur kecil semakin jamur kecil menyengat,
menyengat, bentuk
bentuk semakin
semakin mengecil
217
mengecil
Hari ke-6 Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
semakin semakin semakin semakin
menunjukka menunjukka menunjukka menunjukka
n lebih buruk n lebih buruk n lebih buruk n lebih buruk
dari hari ke-5 dari hari ke- dari hari ke- dari hari ke-
5, roti mulai 5, roti mulai 5, roti mulai
berlubang berlubang berlubang
dan dan dan
dihinggapi dihinggapi dihinggapi
lalat lalat lalat
Hari ke-7 Jamur mulai Roti Jamur mulai Roti semakin
banyak berlubang banyak banyak
tumbuh, dimana- tumbuh, berlubang,
warna roti mana, bau warna roti bau semakin
gelap semakin gelap menyengat,
menyengat, lalat semakin
lalat semakin banyak
banyak hinggap
hinggap
Sumber: www.indonesiabertanam.com
220
Dari percobaan di atas, apakah yang dapat Anda simpulkan? Jelaskan
pendapatmu!
Jawaban:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
3.6.4 Mengimplementasik Menggunakan Ilmu C5 12. Perhatikan tabel di bawah ini!
an peran jamur bukti-bukti ilmiah pengetahuan Kandungan Zat Gizi
dalam kehidupan dan teknologi: Zat Gizi Satuan 100 gram BDD
dan lingkungan kesehatan
Kedelai Tempe
Energi (kal) 381 149
Protein (gram) 40,4 18,3
Lemak (gram) 16,7 4
Hidrat Arang (gram) 24,9 12,7
Kalsium (mg) 222 129
Fosfor (mg) 682 154
Besi (mg) 10 10
Vitamin B12 (mg) 0,2 3,9
Air (gram) 12,7 64
Berdasarkan kandungan zat gizi antara kedelai dan tempe sebagai produk
olahan kedelai hasil fermentasi oleh Rhizopus oryzae, apakah pangan yang akan
Anda pilih? Tuliskan alasanmu!
Jawaban:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Ilmu C5 13. Bacalah pernyataan tentang jamur di bawah ini:
221
pengetahuan
dan teknologi: 1) Tubuh manusia dapat menjadi habitat jamur
kesehatan 2) Jamur dapat melakukan fermentasi medium karbohidrat menjadi gula
3) Jamur dapat menguraikan sisa makhluk hidup yang telah mati
4) Jamur dapat menyebabkan penyakit
5) Jamur memiliki bentuk yang bervariasi
6) Mengkonsumsi jamur dapat menyebabkan keracunan
222
Dapat diolah
menjadi jamur
goreng krispi,
2. Jamur Tiram isian untuk
lumpia, aneka
sup, dan pepes
jamur
Digunakan untuk
membuat sup
3. Jamur Shiitake
miso, tempura,
udon, dan lainnya
Dapat diolah
menjadi mi ayam
jamur, tumis
4. Jamur Merang jamur, pepes
jamur, sup jamur,
capcay, dan
lainnya
223
golongan jamur pengetahuan
dan teknologi: 1) Venturia inaequalis penyebab penyakit pada buah apel
sumber daya 2) Claviceps purpurea penyebab penyakit ergot pada tanaman gandum
alam
3) Neurospora crassa untuk pembuatan oncom
4) Saccharomyces cerevisiae untuk pembuatan roti dan minuman beralkohol
224
Lampiran 14
Correlations
Soal1 Soal2 Soal3 Soal4 Soal5 Soal6 Soal7 Soal8 Soal9 Soal10 Soal11 Soal12 Soal13 Soal14 Soal15 SkorTotal
Pearson Correlation 1 .068 .102 .220 .111 .194 .380* .067 -.038 .053 -.194 .095 -.058 -.030 .300 .407**
Soal1 Sig. (2-tailed) .670 .519 .162 .483 .219 .013 .674 .809 .738 .217 .551 .716 .850 .054 .008
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .068 1 -.041 .305* -.095 .052 -.066 -.028 .061 .022 -.041 .135 .086 .067 .058 .207
Soal2 Sig. (2-tailed) .670 .797 .049 .548 .743 .677 .861 .699 .892 .795 .395 .587 .672 .713 .189
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .102 -.041 1 .106 .210 .382* .095 -.111 .104 .031 -.075 -.062 -.162 .070 .108 .241
Soal3 Sig. (2-tailed) .519 .797 .503 .183 .013 .548 .486 .511 .845 .637 .697 .306 .661 .494 .124
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .220 .305* .106 1 .185 .300 .062 -.106 .376* .245 .058 .292 .318* .092 .197 .497**
Soal4 Sig. (2-tailed) .162 .049 .503 .241 .053 .695 .503 .014 .118 .714 .061 .040 .561 .211 .001
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .111 -.095 .210 .185 1 .513** .163 -.210 .110 .096 .032 .199 .073 .251 .475** .451**
Soal5 Sig. (2-tailed) .483 .548 .183 .241 .001 .303 .183 .490 .547 .842 .207 .645 .109 .001 .003
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .194 .052 .382* .300 .513** 1 .157 .026 .198 .240 .031 .295 .255 .197 .482** .696**
Soal6 Sig. (2-tailed) .219 .743 .013 .053 .001 .320 .871 .209 .126 .848 .058 .104 .212 .001 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
225
Pearson Correlation .380* -.066 .095 .062 .163 .157 1 .095 .018 -.120 .105 .056 -.017 -.041 .293 .340*
Soal7 Sig. (2-tailed) .013 .677 .548 .695 .303 .320 .548 .911 .449 .510 .726 .915 .797 .060 .028
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .067 -.028 -.111 -.106 -.210 .026 .095 1 .062 .062 .129 -.054 .162 -.133 .005 .114
Soal8 Sig. (2-tailed) .674 .861 .486 .503 .183 .871 .548 .696 .695 .415 .736 .306 .401 .973 .471
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation -.038 .061 .104 .376* .110 .198 .018 .062 1 .559** .559** .262 .416** .639** .259 .608**
Soal9 Sig. (2-tailed) .809 .699 .511 .014 .490 .209 .911 .696 .000 .000 .094 .006 .000 .098 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .053 .022 .031 .245 .096 .240 -.120 .062 .559** 1 .529** .273 .348* .460** .287 .544**
Soal10 Sig. (2-tailed) .738 .892 .845 .118 .547 .126 .449 .695 .000 .000 .080 .024 .002 .065 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation -.194 -.041 -.075 .058 .032 .031 .105 .129 .559** .529** 1 .140 .417** .491** .153 .427**
Soal11 Sig. (2-tailed) .217 .795 .637 .714 .842 .848 .510 .415 .000 .000 .376 .006 .001 .333 .005
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .095 .135 -.062 .292 .199 .295 .056 -.054 .262 .273 .140 1 .574** .414** .228 .559**
Soal12 Sig. (2-tailed) .551 .395 .697 .061 .207 .058 .726 .736 .094 .080 .376 .000 .006 .146 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Soal13 Pearson Correlation -.058 .086 -.162 .318* .073 .255 -.017 .162 .416** .348* .417** .574** 1 .411** .178 .566**
226
Sig. (2-tailed) .716 .587 .306 .040 .645 .104 .915 .306 .006 .024 .006 .000 .007 .260 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation -.030 .067 .070 .092 .251 .197 -.041 -.133 .639** .460** .491** .414** .411** 1 .129 .549**
Soal14 Sig. (2-tailed) .850 .672 .661 .561 .109 .212 .797 .401 .000 .002 .001 .006 .007 .415 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .300 .058 .108 .197 .475** .482** .293 .005 .259 .287 .153 .228 .178 .129 1 .625**
Soal15 Sig. (2-tailed) .054 .713 .494 .211 .001 .001 .060 .973 .098 .065 .333 .146 .260 .415 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
Pearson Correlation .407** .207 .241 .497** .451** .696** .340* .114 .608** .544** .427** .559** .566** .549** .625** 1
SkorT
otal Sig. (2-tailed) .008 .189 .124 .001 .003 .000 .028 .471 .000 .000 .005 .000 .000 .000 .000
N 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
227
Lampiran 15
KISI-KISI INSTRUMEN SOAL LITERASI SAINS
Kompetensi Dasar:
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara
teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Aspek Komptensi
Aspek Konteks
atau proses Jenjang No.
Indikator Pembelajaran Berdasarkan Soal
Indikator Umum Kognitif Soal
PISA
PISA
3.6.1 Mengidentifikasi Mengidentifikasi Ilmu C4 1. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 1!
ciri-ciri jamur isu-isu ilmiah pengetahuan dan Mengapa Jamur Tidak Dapat Dikatakan Sebagai Tumbuhan?
teknologi: Tumbuhan bereproduksi melalui biji dan serbuk sari, jamur bereproduksi
sumber daya melalui spora. Tumbuhan memiliki akar, batang, dan daun. Jamur hanya
alam
memiliki filamen yang melekatkan mereka pada inang. Dinding sel pada
tumbuhan terbuat dari selulosa, sedangkan dinding sel jamur terbuat dari kitin.
Perbedaan lain antara tumbuhan dan jamur adalah bahwa tumbuhan dapat
membuat makanan sendiri (berfotosintesis), sedangkan jamur tidak bisa.
234
Tumbuhan dan jamur juga memiliki peran berbeda dalam sistem ekologi secara
keseluruhan. Tumbuhan berperan sebagai produsen, karena mereka
menghasilkan makanan, sedangkan peran jamur justru sebaliknya, mereka
adalah pengurai.
Apa alasan yang menyebabkan jamur tidak termasuk ke dalam kingdom
tumbuhan? Berilah tanda checklist pada kata kunci yang tepat di bawah ini!
Kata Kunci:
□ Prokariotik
□ Eukariotik
□ Heterotrof
□ Autotrof
□ Memiliki klorofil
□ Tidak memiliki klorofil
□ Bereproduksi melalui spora
□ Bereproduksi melalui serbuk sari, buah atau biji
□ Mempunyai peran dalam ekologi sebagai saprofit
□ Mempunyai peran dalam ekologi sebagai produsen
3.6.2 Mengklasifikasi
golongan jamur Ilmu C2 2. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 4!
pengetahuan
dan teknologi: Mari Selidiki Pertumbuhan Jamur Pada Roti
kesehatan
Banyak ilmuwan yang menyatakan bahwa jamur pada roti yang
dinamakan Rhizopus stolonifer akan tumbuh pada bahan makanan yang lunak
seperti buah-buahan dan roti, apabila roti sudah ditumbuhi jamur tersebut dapat
terlihat pada permukaan roti yang biasanya berwarna hijau keabu-abuan yang
nantinya akan menghitam. Jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-
cabang dan berfungsi sebagai akar (rhizoid) untuk melekatkan diri serta
menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula
sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, di
235
bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), spora yang
dihasilkan oleh jamur ini sebagai alat reproduksi generatifnya serta terdapat
stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor).
Termasuk ke dalam divisi apakah jamur roti ini? Berilah tanda checklist pada
salah satu jawaban yang tepat!
o Zygomycota
o Ascomycota
o Basidiomycota
o Deuteromycota
3.6.3 Menjelaskan cara Menjelaskan C5 4. Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 7!
reproduksi jamur fenomena secara Beberapa mahasiswa telah melakukan percobaan dengan menggunakan
ilmiah roti yang dikondisikan untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap
pertumbuhan jamur pada roti. Percobaan ini dilakukan selama 7 hari dengan
menggunakan jenis roti dan ukuran yang sama. Hanya saja dengan
menggunakan 4 penutup toples yang berbeda, yaitu kain basah, plastik, kain
kering dan kertas. Berilah tanda silang pada jawaban yang tepat, yang
menunjukkan pengkondisian mana sajakah pertumbuhan jamur roti
mengandung jumlah koloni jamur terbanyak? Tuliskan alasanmu!
237
Kain Basah Plastik Kain Kering Kertas
1 2 3 4
238
Hari ke-3 Bentuk tetap, Roti lebih Bentuk tetap, Roti lebih
mengeras gelap, bau agak gelap, bau
dan asam mengeras apek
Hari ke-4 Bentuk mulai Warna Bentuk mulai Warna
mengecil, semakin mengecil, semakin
berubah berubah, mulai berubah,
warna, muncul berubah muncul
tekstur keras jamur kecil warna, jamur kecil
dimana- tekstur agak dimana-
mana, bau keras mana, bau
asam, bentuk asam, bentuk
mengecil mengecil
Hari ke-5 Roti semakin Warna roti Roti semakin Warna roti
berubah sedikit lebih berubah sedikit lebih
warna, oranye, warna, oranye,
tekstur jamur tekstur jamur
semakin menyebar ke semakin menyebar ke
keras, mulai seluruh sisi, keras, mulai seluruh sisi,
tumbuh bau asam tumbuh bau asam
jamur kecil semakin jamur kecil menyengat,
menyengat, bentuk
bentuk semakin
semakin mengecil
mengecil
Hari ke-6 Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
semakin semakin semakin semakin
menunjukka menunjukka menunjukka menunjukka
n lebih buruk n lebih buruk n lebih buruk n lebih buruk
dari hari ke-5 dari hari ke- dari hari ke- dari hari ke-
5, roti mulai 5, roti mulai 5, roti mulai
berlubang berlubang berlubang
dan dan dan
dihinggapi dihinggapi dihinggapi
lalat lalat lalat
239
Hari ke-7 Jamur mulai Roti Jamur mulai Roti semakin
banyak berlubang banyak banyak
tumbuh, dimana- tumbuh, berlubang,
warna roti mana, bau warna roti bau semakin
gelap semakin gelap menyengat,
menyengat, lalat semakin
lalat semakin banyak
banyak hinggap
hinggap
Ilmu C6 6. Bacalah artikel dan perhatikan tabel di bawah ini untuk menjawab soal nomor
pengetahuan 11!
dan teknologi: Mahasiswa dari Program Studi Biologi melakukan penelitian mengenai
mutu
pengaruh media terhadap pertumbuhan jamur kuping. Dalam percobaan ini,
lingkungan
mereka menggunakan berbagai jenis bahan untuk dijadikan sebagai media
tanam budidaya jamur kuping. Selain suhu, kelembapan dan cahaya,
pertumbuhan jamur juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu pH. Dalam hal ini
pH media yang digunakan akan berdampak pada pengaturan pH yang beragam
pula. Selain itu, pengamatan pada media percobaan ini dilakukan kurang lebih
selama 7 hari. Bahan media yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu jerami,
ampas sagu, dan kayu lapuk (kayu kinar).
240
Jerami Ampas Sagu Kayu Lapuk
Tabel Hasil Percobaan
Presentasi
Perlakuan pH Jumlah Jamur
Tumbuh
Media jerami 5,5 – 6 10 20%
Media ampas
4,5 – 6,5 19 38%
sagu
Media kayu
4,5 – 6,7 13 26%
lapuk
Berdasarkan kandungan zat gizi antara kedelai dan tempe sebagai produk
olahan kedelai hasil fermentasi oleh Rhizopus oryzae, apakah pangan yang akan
Anda pilih? Tuliskan alasanmu!
Jawaban:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Ilmu C5 8. Bacalah pernyataan tentang jamur di bawah ini:
pengetahuan 1) Tubuh manusia dapat menjadi habitat jamur
dan teknologi: 2) Jamur dapat melakukan fermentasi medium karbohidrat menjadi gula
kesehatan 3) Jamur dapat menguraikan sisa makhluk hidup yang telah mati
4) Jamur dapat menyebabkan penyakit
5) Jamur memiliki bentuk yang bervariasi
6) Mengkonsumsi jamur dapat menyebabkan keracunan
242
Berdasarkan pernyataan di atas, apakah Anda akan mengkonsumsi jamur?
Tuliskan alasanmu!
Jawaban:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Ilmu C6 9. Perhatikan tabel di bawah ini!
pengetahuan No. Foto Nama Jamur Peranan
dan teknologi: Digunakan dalam
kesehatan berbagai
masakan sup asal
1. Jamur Enoki
Jepang, Korea,
Cina, dan
Vietnam
Dapat diolah
menjadi jamur
goreng krispi,
2. Jamur Tiram isian untuk
lumpia, aneka
sup, dan pepes
jamur
Digunakan untuk
membuat sup
3. Jamur Shiitake
miso, tempura,
udon, dan lainnya
243
Dapat diolah
menjadi mi ayam
jamur, tumis
4. Jamur Merang jamur, pepes
jamur, sup jamur,
capcay, dan
lainnya
244
245
Apa alasan yang menyebabkan jamur tidak termasuk ke dalam kingdom tumbuhan? Berilah tanda
checklist pada kata kunci yang tepat di bawah ini!
Kata Kunci:
Prokariotik
Eukariotik
Heterotrof
Autotrof
Memiliki klorofil
diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan
mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora),
spora yang dihasilkan oleh jamur ini sebagai alat reproduksi generatifnya serta terdapat stolon
(hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor).
Termasuk ke dalam divisi apakah jamur roti ini? Berilah tanda checklist pada salah satu jawaban
yang tepat!
Zygomycota
Ascomycota
Basidiomycota
Deuteromycota
Percobaan ini dilakukan selama 7 hari dengan menggunakan jenis roti dan ukuran yang sama.
Hanya saja dengan menggunakan 4 penutup toples yang berbeda, yaitu kain basah, plastik, kain
kering dan kertas. Berilah tanda silang pada jawaban yang tepat, yang menunjukkan
pengkondisian mana sajakah pertumbuhan jamur roti mengandung jumlah koloni jamur
terbanyak? Tuliskan alasanmu!
Kain Basah Plastik Kain Kering Kertas
1 2 3 4
Hari ke-1 Kondisi baik Kondisi baik, Kondisi baik Kondisi baik,
sedikit lembab sedikit lembab
Hari ke-2 Kondisi baik, Kondisi baik, Kondisi baik, Kondisi baik,
mengeras agak berair mengeras agak lembab
Hari ke-3 Bentuk tetap, Roti lebih gelap, Bentuk tetap, Roti lebih gelap,
mengeras bau dan asam agak mengeras bau apek
Hari ke-4 Bentuk mulai Warna semakin Bentuk mulai Warna semakin
mengecil, berubah, mengecil, mulai berubah,
berubah warna, muncul jamur berubah warna, muncul jamur
tekstur keras kecil dimana- tekstur agak kecil dimana-
mana, bau keras mana, bau
asam, bentuk asam, bentuk
mengecil mengecil
Hari ke-5 Roti semakin Warna roti Roti semakin Warna roti
berubah warna, sedikit lebih berubah warna, sedikit lebih
tekstur semakin oranye, jamur tekstur semakin oranye, jamur
248
6. Bacalah artikel dan perhatikan tabel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 6!
Mahasiswa dari Program Studi Biologi melakukan penelitian mengenai pengaruh media
terhadap pertumbuhan jamur kuping. Dalam percobaan ini, mereka menggunakan berbagai jenis
bahan untuk dijadikan sebagai media tanam budidaya jamur kuping. Selain suhu, kelembapan dan
cahaya, pertumbuhan jamur juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu pH. Dalam hal ini pH media
yang digunakan akan berdampak pada pengaturan pH yang beragam pula. Selain itu, pengamatan
pada media percobaan ini dilakukan kurang lebih selama 7 hari. Bahan media yang digunakan
dalam percobaan ini, yaitu jerami, ampas sagu, dan kayu lapuk (kayu kinar).
Berdasarkan pernyataan di atas, apakah Anda akan mengkonsumsi jamur? Tuliskan alasanmu!
Jawaban:
..............................................................................................................................................................
250
Alasan:
..............................................................................................................................................................
Berdasarkan tabel di atas, apakah kesimpulan yang Anda ketahui? Tuliskan alasanmu!
Kesimpulan:
..............................................................................................................................................................
Alasan:
..............................................................................................................................................................
Lampiran 17
Lampiran 18
ANGKET TANGGAPAN PESERTA DIDIK
TERHADAP PEMBELAJARAN
Nama :
Kelas :
Petunjuk Pengisian:
1. Tuliskan nama, kelas, dan tanggal tes pada tempat yang disediakan.
2. Berilah tanda checklist pada setiap pernyataan dengan ketentuan:
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
253
Skor Maksimal 4
2. Mari Selidiki Pertumbuhan Jamur Pada Roti Divisi Zygomycota Tidak menjawab dengan benar 0
Banyak Ilmuwan yang menyatakan bahwa jamur pada roti yang Menjawab dengan benar 1
dinamakan Rhizopus stolonifer akan tumbuh pada bahan makanan yang
lunak seperti buah-buahan dan roti, apabila roti sudah ditumbuhi jamur
tersebut dapat terlihat pada permukaan roti yang biasanya berwarna hijau-
keabu-abuan yang nantinya akan menghitam. Jenis jamur ini memiliki
hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar (rhizoid) untuk
melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat.
Selain itu, terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan
mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk sporangium
(sebagai penghasil spora), spora yang dihasilkan oleh jamur ini sebagai
alat reproduksi generatifnya serta terdapat stolon (hifa yang berdiameter
lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor).
Termasuk ke dalam kelas apakah jamur roti ini? Berilah tanda checklist ()
pada jawaban yang tepat!
Zygomycota
Ascomycota
Basidiomycota
Deuteromycota
254
Skor Maksimal 1
255
Divisi D =
Skor Maksimal 4
256
4. Beberapa mahasiswa telah melakukan percobaan dengan menggunakan roti yang B Tidak menjawab soal 0
dikondisikan untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan jamur pada dengan benar
Alasan:
roti. Percobaan ini dilakukan selama 7 hari dengan menggunakan jenis roti dan ukuran Menjawab soal pilihan 1
Pada jamur, suhu dan kelembapan
yang sama. Hanya saja dengan penggunaan 4 penutup toples yang berbeda, yaitu kain dengan benar tanpa disertai
lingkungan menjadi faktor
basah, plastik, kain kering dan kertas. Pada pengkondisian mana sajakah pertumbuhan alasan
penentu kelangsungan proses
jamur roti menjadi sangat baik atau jumlah koloni jamur sangat banyak? Kemukakan Menjawab soal pilihan 2
pertumbuhan. Oleh sebab itu,
alasanmu! dengan benar disertai
Kain basah Plastik Kain kering Kertas intensitas cahaya pada saat proses
alasan tidak lengkap
pertumbuhan jamur berlangsung
Menjawab soal pilihan 3
akan sangat menentukan tinggi
dengan benar disertai
rendahnya suhu dan kelembaban
alasan lengkap.
lingkungan itu sendiri. Semakin
rendah intensitas cahaya
1 2 3 4
lingkungan maka suhu akan
a. Roti dengan pengkondisian tempat nomor 1 dan 2 makin rendah sedangkan
b. Roti dengan pengkondisian tempat nomor 1 dan 3 kelembapan akan makin tinggi.
c. Roti dengan pengkondisian tempat nomor 1 dan 4
Kondisi tersebut sangat baik bagi
d. Roti dengan pengkondisian tempat nomor 2 dan 3
e. Roti dengan pengkondisian tempat nomor 2 dan 4 proses pertumbuhan jamur.
Alasan:
…………………………………………………………………………………
257
Skor Maksimal 3
5. Telah dilakukan percobaan mengenai pengaruh kelembapan terhadap pertumbuhan jamur pada Jawaban: Tidak menjawab sama 0
roti.
Seperti salah satu ciri umum sekali
Penelitian dilakukan selama 7 hari dengan menggunakan media berupa piring, plastik serta air.
Seperti pada tabel di bawah ini. jamur yaitu berhabitat pada Menjawab dengan 1
lingkungan lembap atau jawaban tidak sesuai
Pengamatan Roti pada Roti pada
Roti dalam Roti dalam plastik + cenderung basah. Pada konsep 2
hari ke- piring piring plastik +
plastik ditetesi air
/Perlakuan plastik ditetesi air percobaan ini cukup Menjawab dengan
membuktikan bahwa jawaban sesuai konsep 3
Hari ke-1 Kondisi Kondisi baik, Kondisi baik Kondisi baik, sedikit
baik sedikit lembab lembab pertumbuhan jamur ditentukan tetapi tidak lengkap
Hari ke-2 Kondisi Kondisi baik, Kondisi baik, Kondisi baik, agak
baik, agak berair mengeras lembab
oleh salah satu faktor, yaitu Menjawab dengan
mengeras kelembapan lingkungan. jawaban sesuai konsep
Hari ke-3 Bentuk Roti lebih gelap, Bentuk tetap, Roti lebih gelap, bau Semakin tinggi intensitas
tetap, bau & asam agak mengeras apak dan lengkap
mengeras kelembapan lingkungannya,
Hari ke-4 Bentuk Warna makin Bentuk mulai Warna makin maka akan semakin baik pula
mulai berubah, mengecil, berubah, muncul
mengecil, muncul jamur mulai berubah jamur kecil dimana- pertumbuhan jamur pada
berubah kecil dimana- warna, tekstur mana, bau asam, lokasi tersebut. maka dalam
warna, mana, bau agak keras bentuk mengecil
tekstur asam, bentuk percobaan ini air menjadi
keras mengecil pendukung intensitas
Hari ke-5 Roti makin Warna roti Roti makin Warna roti sedikit
berubah sedikit lebih berubah lebih oranye, jamur kelembapan lokasi
warna, oranye, jamur warna, tekstur menyebar ke seluruh pertumbuhan jamur.
258
tekstur menyebar ke makin keras, sisi, bau asam
makin seluruh sisi, bau mulai tumbuh menyengat, bentuk
keras, mulai asam makin jamur kecil makin mengecil
tumbuh menyengat,
jamur kecil bentuk makin
mengecil
Hari ke-6 Kondisi Kondisi Kondisi semakin
semakin semakin menjadi dari hari ke-
menjadi menjadi dari 5, roti mulai
dari hari ke- hari ke-5, roti berlubang &
5 mulai berlubang dihinggapi lalat
& dihinggapi
lalat
Hari ke-7 Jamur Roti berlubang Jamur mulai Roti makin banyak
mulai dimana-mana, banyak berlubang, bau makin
banyak bau makin tumbuh, warna menyengat, lalat
tumbuh, menyengat, lalat roti gelap semakin banyak
warna roti semakin banyak hinggap.
gelap hinggap.
259
6. Mahasiswa dari Program Studi Biologi melakukan penelitian mengenai Jawaban: Tidak menjawab sama sekali 0
pengaruh media terhadap pertumbuhan jamur kuping. Dalam percobaan ini, Media tanam yang dimanfaatkan Menjawab dengan jawaban
mereka menggunakan berbagai jenis bahan untuk dijadikan sebagai media dalam penelitian ini memiliki tidak sesuai konsep 1
tanam budidaya jamur kuping.
berbagai hasil yang berbeda, Menjawab dengan jawaban
namun hasil terbaik yang diperoleh sesuai konsep tetapi tidak
Selain suhu, kelembapan dan cahaya, pertumbuhan jamur juga dipengaruhi 2
adalah yang menggunakan media lengkap
oleh faktor lain yaitu pH. Dalam hal ini pH media yang digunakan akan
tanam jamur kuping dengan Menjawab dengan jawaban
berdampak pada pengaturan pH yang beragam pula. Selain itu, pengamatan 3
menggunakan ampas sagu. Karena sesuai konsep dan lengkap
pada media percobaan ini dilakukan kurang lebih selama 7 hari. Bahan media dalam prosesnya penguapan lebih
yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu jerami, ampas sagu, dan kayu tahan panas sehingga lebih jamur
lapuk (kayu kinar). akan tumbuh lebih baik. Pada
media ampas tahu juga lebih baik
dalam penentuan kadar air pada
media itu sendiri, karena ampas
sagu akan menggumpal saat diberi
air dan kembali hancur dalam
jangka waktu yang tidak terlalu
lama. Kondisi tersebut tepat untuk
pertumbuhan jamur kuping dengan
Jerami Ampas Kayu baik.
sagu lapuk
260
Tabel Hasil Percobaan
Presentasi
Perlakuan pH Jumlah Jamur
Tumbuh
Media jerami
5,5 – 6 10 20%
Skor Maksimal 3
261
7. Kandungan Zat Gizi Jawaban: Tidak menjawab sama 0
Zat Gizi Satuan 100 gram BDD Kedelai sekali
Kedelai Tempe Alasan: Menjawab dengan
Energi (kal) 381 149 Kandungan gizi pada kedelai lebih benar tanpa disertai 1
Protein (gram) 40,4 18,3 tinggi dibandingkan tempe. alasan
Lemak (gram) 16,7 4 Menjawab dengan
Hidrat Arang (gram) 24,9 12,7 Jawaban: benar disertai alasan 2
Kalsium (mg) 222 129 Tempe yang tidak berkaitan
Fosfor (mg) 682 154 Alasan: dengan tabel.
Besi (mg) 10 10 Tempe merupakan salah satu produk Menjawab dengan
Vitamin B12 (mg) 0,2 3,9 olahan kacang kedelai yang paling benar disertai alasan 3
Air (gram) 12,7 64 dikenal dan mudah ditemui oleh yang berkaitan dengan
Berdasarkan kandungan zat gizi antara kedelai dan tempe sebagai produk masyarakat. Selain harganya yang tabel.
olahan kedelai hasil fermentasi oleh Rhizopus oryzae, apakah pangan yang murah, ternyata kandungan gizi
yang dimiliki oleh tempe juga tidak
akan Anda pilih?
dapat diremehkan. Tempe memiliki
Jawab: …..
kandungan vitamin B12 dan kadar
Berikan alasannya:
air yang jauh lebih tinggi dibanding
…………………………………………………………………
kedelai murni. Begitupun dengan zat
………………………………………………………………….
262
besi pada tempe dan kedelai murni
memiliki kadar yang sama. Untuk
kandungan zat gizi yang lain seperti
protein, energi, kalsium, dll. Pada
tempe juga cukup tinggi tidak kalah
baik dengan sumber zat gizi pada
kedelai murni.
Skor Maksimal 3
8. Bacalah pernyataan tentang jamur di bawah ini: Jawaban: Tidak menjawab sama 0
1. Tubuh manusia dapat menjadi habitat jamur
Iya sekali
2. Jamur dapat melakukan fermentasi medium karbohidrat menjadi gula
3. Jamur dapat menguraikan sisa makhluk hidup yang telah mati Alasan: Menjawab dengan
4. Jamur dapat menyebabkan penyakit
5. Jamur memiliki bentuk yang bervariasi Jamur dapat melakukan benar tanpa disertai 1
6. Mengkonsumsi jamur dapat menyebabkan keracunan fermentasi medium karbohidrat alasan
Berdasarkan beberapa pernyataan mengenai fakta tentang jamur di atas, menjadi gula Menjawab dengan
apakah Anda akan mengkomsumsi jamur? Jamur dapat menguraikan sisa benar disertai alasan 2
Jawab: ….
makhluk hidup yang telah mati yang tidak relevan
Berikan alasannya: Jamur memiliki bentuk yang Menjawab dengan
...........................................................................................................................
bervariasi alasan yang relevan 3
263
…………………………………………………………………………………. Jawaban:
…………………………………………………………………………………. Tidak
Alasan:
Tubuh manusia dapat menjadi
habitat jamur
Jamur dapat menyebabkan
penyakit
Mengkonsumsi jamur dapat
menyebabkan keracunan
Skor Maksimal 3
9. Kesimpulan: Tidak memberikan 0
No. Foto Nama Jamur Peranan
Berdasarkan tabel pada soal jawaban sama
Digunakan dalam berbagai
masakan sup asal Jepang, menunjukkan dari 4 contoh jamur dan sekali
1. Jamur Enoki 1
Korea, Cina, dan Vietnam peranannya dalam kehidupan, Membuat
keempat jamur tersebut memiliki kesimpulan dengan
Dapat diolah menjadi jamur
goreng krispi, isian untuk peranan sebagai bahan pangan untuk benar tanpa disertai
2. Jamur Tiram 2
lumpia, aneka sup, dan pepes manusia atau digunakan manusia alasan
jamur
sebagai bahan campuran membuat Membuat
264
Digunakan untuk membuat makanan ataupun langsung diolah kesimpulan dengan
Jamur
3. sup miso, tempura, udon, dan
Shiitake menjadi makanan. benar disertai alasan
lainnya 3
Dapat diolah menjadi mi Alasan: yang tidak berkaitan
Jamur ayam jamur, tumis jamur, Jamur enoki digunakan dalam dengan tabel
4. pepes jamur, sup jamur,
Merang
capcay, dan lainnya berbagai masakan sup, jamur tiram Membuat
dapat diolah menjadi makanan olahan kesimpulan dengan
Berdasarkan tabel di atas, apakah kesimpulan yang Anda ketahui?
............................................................................................................................. jamur, jamur shiitakee digunakan benar disertai alasan
………………………………………………………………………………….
untuk membuat sup miso, dan jamur yang berkaitan
………………………………………………………………………………….
Berikan alasannya: merang dapat diolah menjadi mi ayam dengan tabel
.............................................................................................................................
jamur, tumis jamur, pepes jamur, sup
………………………………………………………………………………….
jamur, capcay, dan lainnya. Dari
………………………………………………………………………………….
keempat jamur tersebut semuanya
menunjukkan jamur memiliki peranan
sebagai bahan pangan manusia.
Skor Maksimal 3
10. Bacalah peranan dari divisi jamur di bawah ini: Divisi: Tidak menjawab 0
1. Venturia inaequalis penyebab penyakit pada buah apel
Ascomycota soal sama sekali
2. Claviceps purpurea penyebab penyakit ergot pada tanaman gandum
3. Neurospora crassa untuk pembuatan oncom Alasan: Menjawab soal
4. Saccharomyces cerevisiae untuk pembuatan roti dan minuman beralkohol
265
Berdasarkan kegiatan pembelajaran dengan tidak benar 0
Apakah divisi jamur yang memiliki peranan di atas?
yang telah dilakukan atau setelah tanpa disertai /tidak
Jawab: ….
membaca buku biologi kelas X saya disertai alasan
Berikan alasannya:
mengetahui bahwa Neurospora crassa Menjawab soal
.............................................................................................................................
merupakan jamur multiseluler dari dengan benar tanpa 1
………………………………………………………………………………….
divisi Ascomycota yang tidak disertai alasan
………………………………………………………………………………….
membentuk tubuh buah yang Menjawab soal
digunakan untuk pembuatan oncom. dengan benar
2
Saccharomyces cerevisiae (khamir) disertai alasan tidak
merupakan salah satu contoh jamur relevan
uniseluler dari divisi Ascomycota Menjawab soal
yang digunakan untuk pembuatan roti 3
dengan benar
dan minuman beralkohol. disertai alasan
relevan
Skor Maksimal 3
266
266
Lampiran 20
DAFTAR NILAI PRETEST DAN POSTTEST KELAS EKSPERIMEN
Lampiran 21
DAFTAR NILAI PRETEST DAN POSTTEST KELAS KONTROL
Lampiran 22
Lhitung < Ltabel (0,100 < 0,132) maka dapat disimpulkan bahwa data pretest kelas eksperimen
berdistribusi normal.
269
Lampiran 23
Lhitung < Ltabel (0,093 < 0,132) maka dapat disimpulkan bahwa data pretest kelas kontrol
berdistribusi normal.
270
Lampiran 24
Lhitung < Ltabel (0,089 < 0,132) maka dapat disimpulkan bahwa data posttest kelas eksperimen
berdistribusi normal.
271
Lampiran 25
Lhitung < Ltabel (0,116 < 0,132) maka dapat disimpulkan bahwa data posttest kelas kontrol
berdistribusi normal.
272
Lampiran 26
N 45 45
x̄ 61,556 61,926
SD 9,901 8,631
𝑆12
F = 𝑆22
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
= 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
98,025
= 74,489
Fhitung = 1,315
df pembilang = k - 1
= jumlah variabel – 1
=2-1
=1
df penyebut = (N1+N2) - k
= 90 – 2
= 88
Diperoleh Ftabel pada taraf signifikasi α= 0,05 sebesar 1,651. Maka Fhitung < Ftabel (1,315 <
1,651), sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest kedua kelas tersebut adalah homogen.
273
Lampiran 27
𝑆12
F =
𝑆22
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
= 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
42,431
= 38,193
Fhitung = 1,110
df pembilang = k - 1
= jumlah variabel – 1
=2-1
=1
df penyebut = (N1+N2) - k
= 90 – 2
= 88
Diperoleh Ftabel pada taraf signifikasi α= 0,05 sebesar 1,651. Maka Fhitung < Ftabel (1,110 <
1,651), sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest kedua kelas tersebut adalah homogen.
274
Lampiran 28
Frekuensi
Kategori N-Gain
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rendah 6 26
Sedang 34 19
Tinggi 5 0
277
277
Lampiran 29
Pernyataan 1 84 72 156
Pernyataan 2 96 63 159
621 720 86.25
Pernyataan 3 64 87 151
Pernyataan 4 80 75 155
Responden
Responden Jumlah Skor Rata-
Indikator II Sangat Jumlah
Setuju Skor Maksimal rata (%)
Setuju
Pernyataan 5 96 63 159
Pernyataan 7 76 78 154
Pernyataan 9 92 66 160
Pernyataan 10 84 72 156
278
Responden
Responden Jumlah Skor Rata-
Indikator III Sangat Jumlah
Setuju Skor Maksimal rata (%)
Setuju
Pernyataan 11 68 84 152
306 360 85.00
Pernyataan 12 78 76 154
Responden
Responden Jumlah Skor Rata-
Indikator IV Sangat Jumlah
Setuju Skor Maksimal rata (%)
Setuju
Pernyataan 13 72 81 153
Pernyataan 14 66 87 153
616 720 85.55
Pernyataan 15 87 64 153
Pernyataan 16 82 75 157
279
Lampiran 30
Pernyataan 2 84 69 153
450 720 62.50
Pernyataan 3 8 75 83
Pernyataan 4 8 63 71
Responden
Responden Jumlah Skor Rata-
Indikator II Sangat Jumlah
Setuju Skor Maksimal rata (%)
Setuju
Pernyataan 6 40 96 136
Pernyataan 9 20 75 95
Pernyataan 10 12 78 90
280
Responden
Responden Jumlah Skor Rata-
Indikator III Sangat Jumlah
Setuju Skor Maksimal rata (%)
Setuju
Pernyataan 11 60 51 111
202 360 56.11
Pernyataan 12 16 75 91
Responden
Responden Jumlah Skor Rata-
Indikator IV Sangat Jumlah
Setuju Skor Maksimal rata (%)
Setuju
Pernyataan 14 20 99 119
429 720 59.58
Pernyataan 15 12 87 99
Pernyataan 16 16 78 94
281
Lampiran 31
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(74,489)+(45−1)(98,025)
S=√ 45+45−2
3277,531+4313,100
S=√ 88
7590,631
S=√ 88
S = √86,257
S = 9,287
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
61,926−61,556
t= 1 1
9,287√ +
𝑛1 𝑛2
281
0.370
t= 1 1
9,287√ +
𝑛1 𝑛2
0,370
t = 1,958 = 0,189
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung < ttabel (0,189 < 1,987) sehingga Ha ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap keterampilan
literasi sains peserta didik pada konsep jamur.
281
281
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(42,431)+(45−1)(38,193)
S=√ 45+45−2
1866,964+1680,492
S=√ 88
3547,456
S=√ 88
S = √40,312
S = 6,349
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
80,978−72,370
t= 1 1
6,349√ +
𝑛1 𝑛2
8,608
t= 1 1
6,349√ +
𝑛1 𝑛2
281
8,608
t = 1,339 = 6,431
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (6,431 > 1,987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven
Inquiry terhadap keterampilan literasi sains peserta didik pada konsep jamur.
281
Lampiran 32
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(977,273)+(45−1)(888,889)
S=√ 45+45−2
43000,000+39111,111
S=√ 88
82111,111
S=√ 88
S = √933,081
S = 30,546
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
43,333−34,444
t= 1 1
30,546√ +
𝑛1 𝑛2
8.889
t= 1 1
30.54√ +
𝑛1 𝑛2
8.889
t = 6,440 = 1,380
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung < ttabel (1,380 < 1.987) sehingga Ha ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap tingkat kognitif
C2 (memahami) peserta didik pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Pretest Tingkat Kognitif C4 (Analisis)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(301,768)+(45−1)(414,773)
S=√ 45+45−2
13277,778+18250,000
S=√ 88
31527,778
S=√ 88
S = √358,270
S = 18,928
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
92,778−88,333
t= 1 1
18,928√ +
𝑛1 𝑛2
4.445
t= 1 1
18,928√ +
𝑛1 𝑛2
4.445
t = 3,990 = 1,114
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung < ttabel (1,114 < 1.987) sehingga Ha ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap tingkat kognitif
C4 (menganalisis) peserta didik pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Pretest Tingkat Kognitif C5 (Mengevaluasi)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(93,278)+(45−1)(167,353)
S=√ 45+45−2
4104,252+7363,512
S=√ 88
11467,764
S=√ 88
S = √130,315
S = 11,416
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
60.988−54,568
t= 1 1
11.416√ +
𝑛1 𝑛2
6,420
t= 1 1
11.416√ +
𝑛1 𝑛2
6,420
t = 2,407 = 2,668
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung < ttabel (2,668 > 1.987) sehingga Ha ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap tingkat
kognnitif C5 (mengevaluasi) peserta didik pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Pretest Tingkat Kognitif C6 (Mencipta)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(177,933)+(45−1)(217,859)
S=√ 45+45−2
7829,060+9585,799
S=√ 88
17414,859
S=√ 88
S = √197.896
S = 14,068
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
63,419−61,538
t= 1 1
14.068√ +
𝑛1 𝑛2
1,881
t= 1 1
14.068√ +
𝑛1 𝑛2
1,881
t = 2,966 = 0,634
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung < ttabel (0,634 < 1.987) sehingga Ha ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap tingkat kognitif
C6 (mencipta) peserta didik pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Posttest Tingkat Kognitif C2 (Memahami)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(345,328)+(45−1)(386,364)
S=√ 45+45−2
15194,444+17000,000
S=√ 88
32194,444
S=√ 88
S = √365.846
S = 19,127
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
91,111−80,000
t= 1 1
19,127√ +
𝑛1 𝑛2
11,111
t= 1 1
19,127√ +
𝑛1 𝑛2
11.111
t= = 2,755
4,032
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (2,755 > 1.987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran
Argument Driven Inquiry terhadap tingkat kognitif C2 (memahami) literasi sains
peserta didik pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Posttest Tingkat Kognitif C4 (Menganalisis)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(13,889)+(45−1)(125,000)
S=√ 45+45−2
611,111+5500,000
S=√ 88
61111,111
S=√ 88
S = √69.444
S = 8,333
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
99,444−98,333
t= 1 1
8,333√ +
𝑛1 𝑛2
1,111
t= 1 1
8,333√ +
𝑛1 𝑛2
1,111
t = 1,757 = 0,632
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (0,632 < 1,987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran
Argument Driven Inquiry terhadap tingkat kognitif C4 (menganalisis) peserta didik
pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Posttest Tingkat Kognitif C5 (Mengevaluasi)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(150,518)+(45−1)(98,765)
S=√ 45+45−2
6622,771+4345,679
S=√ 88
10968,450
S=√ 88
S = √124.641
S = 11,164
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
63,210−54,074
t= 1 1
11,164√ +
𝑛1 𝑛2
9,136
t= 1 1
11,164√ +
𝑛1 𝑛2
9,136
t = 2,354 = 3,881
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (3,881 > 1.987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran
Argument Driven Inquiry terhadap tingkat kognitif C5 (mengevaluasi) peserta didik
pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Posttest Tingkat Kognitif C6 (Mencipta)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(54,868)+(45−1)(59,172)
S=√ 45+45−2
2414,201+2603,550
S=√ 88
5017,751
S=√ 88
S = √57,020
S = 7,551
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
84,102−74.359
t= 1 1
7,551√ +
𝑛1 𝑛2
9,743
t= 1 1
7,551√ +
𝑛1 𝑛2
9,743
t = 1,592 = 6,120
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (6,120 > 1.987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran
Argument Driven Inquiry terhadap tingkat kognitif C6 (menganalisis) peserta didik
pada konsep jamur.
Lampiran 33
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(301,768)+(45−1)(414,773)
S=√ 45+45−2
13277,778+18250,000
S=√ 88
31527,778
S=√ 88
S = √358,270
S = 18,928
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
92,778−88,333
t= 1 1
18,928√ +
𝑛1 𝑛2
4,445
t= 1 1
18,928√ +
𝑛1 𝑛2
4,445
t = 3,990 = 1,114
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung < ttabel (1,114 < 1,987) sehingga Ha ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan mengenai ciri-ciri jamur
peserta didik sebelum menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry
terhadap aspek konten (mengidentifikasi ciri-ciri jamur) literasi sains peserta didik
pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Pretest Aspek Konten (Mengklasifikasikan Jamur
Berdasarkan Struktur tubuh, dan Alat reproduksinya)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(491,162)+(45−1)(811,711)
S=√ 45+45−2
21611,111+35715,278
S=√ 88
57326,389
S=√ 88
S = √651,436
S = 25,523
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
65,556−54.722
t= 1 1
25,523√ +
𝑛1 𝑛2
10,834
t= 1 1
25,523√ +
𝑛1 𝑛2
10,834
t= = 1,930
5,381
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung < ttabel (1,930 < 1,987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang klasifikasi jamur
peserta didik sebelum menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry
terhadap aspek konten (mengklasifikasikan jamur berdasarkan struktur tubuh, dan alat
reproduksinya) literasi sains peserta didik pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Pretest Aspek Konten (Menjelaskan Cara Reproduksi Jamur)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(116,847)+(45−1)(138,172)
S=√ 45+45−2
5141,289+6079,561
S=√ 88
11220,850
S=√ 88
S = √127,510
S = 11,292
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
32,346−30,123
t= 1 1
11,292√ +
𝑛1 𝑛2
2,223
t= 1 1
11,292√ +
𝑛1 𝑛2
2,223
t = 2,381 = 0,934
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung < ttabel (0,934 < 1,987) sehingga Ha ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang reproduksi jamur
peserta didik sebelum menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry
terhadap aspek konten (menjelaskan cara reproduksi jamur) literasi sains peserta didik
pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Pretest Aspek Konten (Mengimplementasikan Peran Jamur
Bagi Kehidupan dan Lingkungan)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(111,160)+(45−1)(237,311)
S=√ 45+45−2
4910,837+10441,701
S=√ 88
15352,538
S=√ 88
S = √174,461
S = 13,208
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
86,420−75,802
t= 1 1
13,208√ +
𝑛1 𝑛2
10,618
t= 1 1
13,208√ +
𝑛1 𝑛2
10,618
t= = 3,813
2,784
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (3,813 > 1,987) sehingga H0 ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada indikator
mengimplementasikan peran jamur bagi kehidupan hal ini dikarenakan soal yang
termasuk indikator mengimplementasikan peran jamur bagi kehidupan yaitu soal
nomor 7, 8, dan 9 tidak menuntut peserta didik untuk menjawab benar, melainkan
menuntut peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya, maka dari itu hampir
seluruh peserta didik dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen pada saat pretest
banyak yang mampu menjawab soal-soal tersebut.
Uji Hipotesis Data Posttest Aspek Konten (Mengidentifikasi Ciri-ciri Jamur)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(13,889)+(45−1)(125,000)
S=√ 45+45−2
611,111+5500.000
S=√ 88
6111,111
S=√ 88
S = √69,444
S = 8,333
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
99,444−98,333
t= 1 1
8,333√ +
𝑛1 𝑛2
1,111
t= 1 1
8,333√ +
𝑛1 𝑛2
1,111
t = 1,757 = 0,632
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (0,632 > 1,987) sehingga Ha ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang ciri-ciri jamur peserta
didik sebelum menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap
aspek konten (mengidentifikasi ciri-ciri jamur) literasi sains peserta didik pada konsep
jamur.
Uji Hipotesis Data Posttest Aspek Konten (Mengklasifikasikan Jamur
Berdasarkan Struktur tubuh, dan Alat reproduksinya)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(86,332)+(45−1)(96,591)
S=√ 45+45−2
3798,608+4250,000
S=√ 88
8048,608
S=√ 88
S = √91,461
S = 9,564
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
95,556−90,000
t= 1 1
9,564√ +
𝑛1 𝑛2
5,556
t= 1 1
9,564√ +
𝑛1 𝑛2
5,556
t = 2,016 = 2,756
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (2,756 > 1,987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven
Inquiry terhadap aspek konten (mengklasifikasikan jamur berdasarkan struktur tubuh,
dan alat reproduksinya) literasi sains peserta didik pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Posttest Aspek Konten (Menjelaskan Cara Reproduksi Jamur)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(168,101)+(45−1)(141,165)
S=√ 45+45−2
7396,444+6211,248
S=√ 88
13607,692
S=√ 88
S = √154,633
S = 12,435
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
53,827−41,728
t= 1 1
12,435√ +
𝑛1 𝑛2
12,099
t= 1 1
12,435√ +
𝑛1 𝑛2
12,099
t= = 4,615
2,622
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (4,615 > 1,987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven
Inquiry terhadap aspek konten (menjelaskan cara reproduksi jamur) literasi sains
peserta didik pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Posttest Aspek Konten (Mengimplementasikan Peran Jamur
Bagi Kehidupan dan Lingkungan)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(89,163)+(45−1)(184,562)
S=√ 45+45−2
3923,172+8120,713
S=√ 88
12043,885
S=√ 88
S = √136,862
S = 11,699
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
86,420−75,309
t= 1 1
11,699√ +
𝑛1 𝑛2
11,111
t= 1 1
11,699√ +
𝑛1 𝑛2
11,111
t= = 4,505
2,466
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (4,505 > 1,987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven
Inquiry terhadap aspek konten (mengimplementasikan peran jamur bagi kehidupan dan
lingkungan) literasi sains peserta didik pada konsep jamur.
Lampiran 34
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(445,889)+(45−1)(305,859)
S=√ 45+45−2
19619,572+13457,778
S=√ 88
33077,350
S=√ 88
S = √375,879
S = 19,388
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
87,556−86,222
t= 1 1
19,388√ +
𝑛1 𝑛2
1,334
t= 1 1
19,388√ +
𝑛1 𝑛2
1,334
t = 4,077 = 0,327
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung < ttabel (0,327 < 1,987) sehingga Ha ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap aspek
kompetensi (mengidentifikasi isu-isu ilmiah) literasi sains peserta didik pada konsep
jamur.
Uji Hipotesis Data Pretest Aspek Kompetensi (Menjelaskan Fenomena Secara
Ilmiah)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(124,334)+(45−1)(138,172)
S=√ 45+45−2
5470,676+6079,561
S=√ 88
11550,237
S=√ 88
S = √131,253
S = 11,457
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
32,346−30,123
t= 1 1
11,457√ +
𝑛1 𝑛2
2.223
t= 1 1
11,457√ +
𝑛1 𝑛2
2,223
t = 2,415 = 0,920
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung < ttabel (0,920 < 1.987) sehingga Ha ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap aspek
kompetensi (menjelaskan fenomena secara ilmiah) literasi sains peserta didik pada
konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Pretest Aspek Kompetensi (Menggunakan Bukti-bukti Ilmiah)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(194,523)+(45−1)(308,750)
S=√ 45+45−2
8559,028+13584,979
S=√ 88
22144,007
S=√ 88
S = √251,636
S = 15,863
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
72,222−70,139
t= 1 1
15.863√ +
𝑛1 𝑛2
2,083
t= 1 1
15,863√ +
𝑛1 𝑛2
2,083
t = 3,344 = 0,623
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung < ttabel (0,623 < 1.987) sehingga Ha ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap aspek
kompetensi (menggunakan bukti-bukti ilmiah) literasi sains peserta didik pada konsep
jamur.
Uji Hipotesis Data Posttest Aspek Kompetensi (Mengidentifikasi Isu-isu Ilmiah)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(8,889)+(45−1)(17,374)
S=√ 45+45−2
391,111+764,444
S=√ 88
1155,555
S=√ 88
S = √13,1313
S = 3,624
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
99,556−99,111
t= 1 1
3,624√ +
𝑛1 𝑛2
0,445
t= 1 1
3,624√ +
𝑛1 𝑛2
0,445
t = 0,764 = 0,588
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (0,588 > 1.987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada model pembelajaran
Argument Driven Inquiry terhadap aspek kompetensi (mengidentifikasi isu-isu ilmiah)
literasi sains peserta didik pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Posttest Aspek Kompetensi (Menjelaskan Fenomena Secara
Ilmiah)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(158,374)+(45−1)(141,165)
S=√ 45+45−2
6968,450+6211,248
S=√ 88
13179,698
S=√ 88
S = √149,769
S = 12,238
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
54,321−41.728
t= 1 1
12,238√ +
𝑛1 𝑛2
12,593
t= 1 1
12,238√ +
𝑛1 𝑛2
12,593
t= = 4,881
2,580
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (4,881 > 1.987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven
Inquiry terhadap aspek kompetensi literasi sains (menjelaskan fenomena secara ilmiah)
peserta didik pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Posttest Aspek Kompetensi (Menggunakan Bukti-bukti Ilmiah)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(45,376)+(45−1)(99,432)
S=√ 45+45−2
1996,528+4375,000
S=√ 88
6371,528
S=√ 88
S = √72,404
S = 8,509
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
90,278−81,250
t= 1 1
8,509√ +
𝑛1 𝑛2
9,028
t= 1 1
8,509√ +
𝑛1 𝑛2
9,028
t = 1,794 = 5,033
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (5,033 > 1.987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven
Inquiry terhadap aspek kompetensi literasi sains (menggunakan bukti-bukti ilmiah)
peserta didik pada konsep jamur.
Lampiran 35
Uji Hipotesis Data Pretest Aspek Konteks (Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Bidang Sumber Daya Alam)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(194,943)+(45−1)(196,970)
S=√ 45+45−2
8577,503+8666,667
S=√ 88
17244,170
S=√ 88
S = √195,956
S = 13,998
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
71,975−71,852
t= 1 1
13,998√ +
𝑛1 𝑛2
0,126
t= 1 1
13,998√ +
𝑛1 𝑛2
0,126
t = 2,951 = 0,043
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung < ttabel (0,043 < 1,987) sehingga Ha ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan peserta didik
sebelum menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap aspek
konteks (melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan) literasi sains
peserta didik pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Pretest Aspek Konteks (Melibatkan Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi Bidang Kesehatan)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(70,707)+(45−1)(467,402)
S=√ 45+45−2
3111,111+20345,679
S=√ 88
23451.036
S=√ 88
S = √23456,790
S = 153,156
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
97,778−88,148
t= 1 1
153,156√ +
𝑛1 𝑛2
9,630
t= 1 1
153,156√ +
𝑛1 𝑛2
9,630
t = 32,288 = 0,290
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (0,290 > 1,987) sehingga H0 ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan pada indikator
melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan.
Uji Hipotesis Data Pretest Aspek Konteks (Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Bidang Mutu Lingkungan)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(116,847)+(45−1)(138,172)
S=√ 45+45−2
5141,289+6079,561
S=√ 88
11220.850
S=√ 88
S = √127,510
S = 11,292
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
32,346−30,123
t= 1 1
11,292√ +
𝑛1 𝑛2
2,223
t= 1 1
11.292√ +
𝑛1 𝑛2
2,223
t = 2,381 = 0,934
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung < ttabel (0,934 < 1,987) sehingga Ha ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap aspek konteks
(melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang mutu lingkungan) literasi sains
peserta didik pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Posttest Aspek Konteks (Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Bidang Sumber Daya Alam)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(44,270)+(45−1)(54,090)
S=√ 45+45−2
1947,874+2379,973
S=√ 88
4327,847
S=√ 88
S = √49,180
S = 7,013
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
91.358−86.420
t= 1 1
7,013√ +
𝑛1 𝑛2
4,938
t= 1 1
7,013√ +
𝑛1 𝑛2
4,938
t = 1,478 = 3,340
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (3,340 > 1,987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven
Inquiry terhadap aspek konteks literasi sains (melibatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang sumber daya alam).
Uji Hipotesis Data Posttest Aspek Konteks (Melibatkan Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi Bidang Kesehatan)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(243,457)+(45−1)(323,232)
S=√ 45+45−2
10716,049+14222,222
S=√ 88
24938,271
S=√ 88
S = √283,389
S = 16,834
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
97,037−80,000
t= 1 1
16,834√ +
𝑛1 𝑛2
17,037
t= 1 1
16,834√ +
𝑛1 𝑛2
17,037
t= = 4,801
3,549
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (4,801 > 1,987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven
Inquiry terhadap aspek konteks (melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang
kesehatan)
Uji Hipotesis Data Posttest Aspek Konteks (Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Bidang Mutu Lingkungan)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(168,101)+(45−1)(141,165)
S=√ 45+45−2
7396,433+6211,248
S=√ 88
13607,681
S=√ 88
S = √154,633
S = 12,435
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
53,827−41,728
t= 1 1
12,435√ +
𝑛1 𝑛2
12,099
t= 1 1
12,435√ +
𝑛1 𝑛2
12,099
t= = 4,615
2,622
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (4,615 > 1,987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada model pembelajaran
Argument Driven Inquiry terhadap aspek kompetensi (mengidentifikasi isu-isu ilmiah)
literasi sains peserta didik pada konsep jamur.
Lampiran 36
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(110,340)+(45−1)(399,759)
S=√ 45+45−2
4854,966+17589,418
S=√ 88
22444,384
S=√ 88
S = √255,050
S = 15,970
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
91,297−79,260
t= 1 1
15,970√ +
𝑛1 𝑛2
12,037
t= 1 1
15,970√ +
𝑛1 𝑛2
12,037
t= = 3,575
3,367
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung < ttabel (3,575 < 1,987) sehingga Ha ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry terhadap aspek sikap
(respek terhadap data atau fakta) literasi sains peserta didik pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Aspek Sikap (Berpikiran Terbuka dan Kerja Sama)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(66,806)+(45−1)(143,582)
S=√ 45+45−2
2939,447+6317,595
S=√ 88
9257,042
S=√ 88
S = √105,194
S = 10,256
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
93,702−83,520
t= 1 1
10.25√ +
𝑛1 𝑛2
10,182
t= 1 1
10,256√ +
𝑛1 𝑛2
10,182
t= = 4,709
2,162
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (4,709 > 1,987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven
Inquiry terhadap aspek sikap (berpikiran terbuka dan kerja sama) literasi sains peserta
didik pada konsep jamur.
Uji Hipotesis Data Aspek Sikap (Ketekunan dan Ketelitian)
(𝑛1−1)𝑆12 +(𝑛2−1)𝑆22
S=√ 𝑛1+𝑛2−2
(45−1)(171,691)+(45−1)(436,871)
S=√ 45+45−2
7554,423+19222,334
S=√ 88
26776,757
S=√ 88
S = √304,281
S = 17,444
x̄ 1−x̄2
t= 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2
85,555−74,444
t= 1 1
17,444√ +
𝑛1 𝑛2
11,111
t= 1 1
17,444√ +
𝑛1 𝑛2
11,111
t= = 3,021
3,678
Interpretasi terhadap t o:
= (45 + 45) – 2
= 90 – 2
= 88
Diperoleh hasil t hitung > ttabel (3,021 > 1,987) sehingga Ha diterima dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran Argument Driven
Inquiry terhadap aspek sikap (ketekunan dan ketelitian) literasi sains peserta didik pada
konsep jamur.
347
Lampiran 37
37 25 100 56 54
38 75 100 56 69
39 75 100 56 77
40 75 100 67 77
41 25 100 78 62
42 100 100 56 69
43 25 50 56 46
44 25 100 56 69
45 25 75 67 69
RATA-
43,333 88,333 54,568 63,419
RATA
SD 31,261 20,366 12,936 13,339
Peserta
Didik C2 C4 C5 C6
Kontrol
1 25 100 44 38
2 50 100 67 31
3 25 100 67 54
4 0 75 67 54
5 75 100 67 62
6 0 100 78 38
7 75 100 56 77
8 25 100 56 69
9 25 100 56 69
10 25 100 56 62
11 75 100 33 69
12 0 100 78 85
13 25 100 56 62
14 75 100 67 62
15 75 100 56 69
16 50 100 67 77
17 0 100 67 54
18 25 100 56 31
19 75 100 56 69
20 75 75 44 85
21 25 75 67 62
22 75 75 67 69
23 25 25 89 62
24 0 100 78 77
25 75 100 56 62
26 25 100 56 62
27 75 100 56 69
28 0 100 56 46
29 25 100 67 23
30 50 100 56 77
31 25 100 67 69
349
32 0 100 56 62
33 50 100 56 77
34 25 75 56 62
35 0 100 56 69
36 25 100 56 62
37 0 75 67 38
38 0 75 67 77
39 0 25 56 69
40 0 100 67 69
41 75 100 56 62
42 25 100 67 62
43 75 100 67 69
44 0 100 56 31
45 75 100 67 69
RATA-
34,444 92,778 60,988 61,538
RATA
SD 29,814 17,371 9,658 14,760
*POSTTEST
PESERTA DIDIK
C2 C4 C5 C6
EKSPERIMEN
1 100 100 56 92
2 75 100 56 77
3 75 100 89 92
4 100 100 67 77
5 100 100 67 92
6 100 100 56 92
7 100 100 89 85
8 100 100 89 85
9 75 100 67 85
10 100 100 56 77
11 100 100 56 92
12 75 100 56 69
13 50 100 56 85
14 100 100 44 85
15 75 100 89 85
16 25 100 56 77
17 100 100 56 92
18 100 100 89 77
19 100 100 89 77
20 100 100 67 85
21 100 100 56 69
22 100 100 67 77
23 100 100 56 85
24 100 100 56 77
25 100 100 56 92
26 100 100 56 77
350
27 100 25 56 69
28 100 100 56 92
29 75 100 67 77
30 100 100 67 77
31 100 100 56 85
32 75 100 67 92
33 100 100 56 85
34 100 100 56 92
35 100 100 56 77
36 100 100 56 92
37 100 100 89 85
38 100 100 56 77
39 100 100 67 92
40 100 100 67 92
41 25 100 56 92
42 100 100 56 92
43 75 100 56 85
44 100 100 56 85
45 100 100 67 92
RATA-RATA 91,111 98,333 63,210 84,103
SD 18,583 11,180 12,269 7,407
KELAS
C2 C4 C5 C6
KONTROL
1 75 100 44 62
2 75 100 44 69
3 100 100 56 69
4 75 100 67 85
5 100 100 67 69
6 75 100 56 77
7 75 100 33 54
8 100 100 56 77
9 100 100 44 69
10 75 100 44 77
11 75 100 67 77
12 75 100 67 77
13 75 100 33 77
14 25 100 56 85
15 100 100 44 69
16 75 100 56 69
17 75 100 44 69
18 75 100 56 77
19 75 75 56 77
20 100 100 44 85
351
21 100 100 67 85
22 75 100 44 85
23 75 100 56 69
24 25 100 67 85
25 75 100 44 69
26 100 100 44 69
27 100 100 67 77
28 75 100 67 77
29 75 100 56 85
30 50 100 56 77
31 75 100 67 85
32 100 100 67 85
33 100 100 56 69
34 75 100 44 69
35 75 100 44 85
36 100 100 56 77
37 100 100 67 77
38 100 100 56 69
39 25 100 44 62
40 75 100 44 62
41 75 100 56 69
42 75 100 56 69
43 100 100 67 85
44 100 100 67 69
45 75 100 44 69
RATA-RATA 80,000 99,444 54,074 74,359
SD 19,656 3,727 9,938 7,692
352
Lampiran 38
37 100 50 33 67
38 100 88 33 78
39 100 88 44 78
40 100 88 33 100
41 100 63 56 67
42 100 100 33 78
43 50 63 22 56
44 100 63 33 78
45 75 63 33 89
RATA-RATA 88,333 65,556 32,346 75,802
SD 20,138 22,162 10,810 15,405
Peserta
INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR
Didik
1 2 3 4
Kontrol
1 100 25 11 78
2 100 25 33 78
3 100 38 22 100
4 75 25 22 100
5 100 88 22 89
6 100 0 56 78
7 100 88 33 89
8 100 63 33 78
9 100 63 22 89
10 100 63 22 78
11 100 88 33 56
12 100 50 67 89
13 100 63 22 78
14 100 63 33 100
15 100 88 33 78
16 100 75 33 100
17 100 25 33 89
18 100 13 22 78
19 100 88 33 78
20 75 88 44 78
21 75 38 33 100
22 75 88 22 100
23 25 38 67 89
24 100 50 56 89
25 100 88 22 78
26 100 63 22 78
27 100 88 33 78
28 100 0 33 89
29 100 13 22 78
30 100 75 33 89
31 100 63 22 100
32 100 25 33 89
354
33 100 75 33 89
34 75 63 33 67
35 100 50 22 89
36 100 63 22 78
37 75 0 22 100
38 75 50 33 100
39 25 50 22 89
40 100 50 22 100
41 100 88 22 78
42 100 63 22 89
43 100 88 22 100
44 100 0 22 78
45 100 88 22 100
RATA-RATA 92,778 54,722 30,123 86,420
SD 17,371 28,491 11,755 10,565
*POSTTEST
Peserta
INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR
Didik
1 2 3 4
Eksperimen
1 100 100 67 78
2 100 88 44 78
3 100 88 89 89
4 100 100 44 89
5 100 100 56 100
6 100 100 56 89
7 100 100 78 89
8 100 100 78 89
9 100 88 44 100
10 100 100 44 78
11 100 100 67 78
12 100 88 33 78
13 100 75 44 89
14 100 100 67 56
15 100 88 67 100
16 100 63 44 78
17 100 100 56 89
18 100 100 78 78
19 100 100 78 78
20 100 100 44 100
21 100 100 33 78
22 100 100 44 89
23 100 100 44 89
24 100 100 44 78
25 100 100 56 89
26 100 100 44 78
355
27 25 100 44 67
28 100 100 56 89
29 100 88 44 89
30 100 100 44 89
31 100 100 44 89
32 100 88 56 100
33 100 100 44 89
34 100 100 56 89
35 100 100 44 78
36 100 100 56 89
37 100 100 78 89
38 100 100 44 78
39 100 100 56 100
40 100 100 56 100
41 100 63 56 89
42 100 100 56 89
43 100 88 44 89
44 100 100 44 89
45 100 100 56 100
RATA-RATA 98,333 95,556 53,827 86,420
SD 11,180 9,292 12,965 9,443
Peserta
INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR
Didik
1 2 3 4
Kontrol
1 100 88 22 67
2 100 88 33 67
3 100 100 33 78
4 100 88 67 78
5 100 100 33 89
6 100 88 44 78
7 100 88 33 33
8 100 100 44 78
9 100 100 33 67
10 100 88 44 67
11 100 88 67 67
12 100 88 67 67
13 100 88 44 56
14 100 63 44 89
15 100 100 44 56
16 100 88 33 78
17 100 88 33 67
18 100 88 44 78
19 75 88 44 78
20 100 100 44 78
21 100 100 44 100
22 100 88 44 78
356
23 100 88 33 78
24 100 63 78 67
25 100 88 33 67
26 100 100 33 67
27 100 100 67 67
28 100 88 44 89
29 100 88 44 89
30 100 75 44 78
31 100 88 44 100
32 100 100 44 100
33 100 100 33 78
34 100 88 33 67
35 100 88 44 78
36 100 100 33 89
37 100 100 33 100
38 100 100 33 78
39 100 63 33 56
40 100 88 22 67
41 100 88 33 78
42 100 88 33 78
43 100 100 44 100
44 100 100 56 67
45 100 88 33 67
RATA-RATA 99,444 90,000 41,728 75,309
SD 3,727 9,828 11,881 13,585
Keterangan:
Lampiran 39
Peserta Didik
INDIKATOR 1 INDIKATOR 2 INDIKATOR 3
Eksperimen
1 40 0 88
2 100 11 44
3 100 33 63
4 100 33 69
5 40 33 50
6 60 22 75
7 80 33 63
8 100 22 94
9 80 44 31
10 100 33 75
11 100 56 81
12 100 33 81
13 100 22 63
14 100 22 56
15 60 44 81
16 80 33 63
17 100 33 88
18 100 33 69
19 100 44 81
20 100 33 75
21 80 44 50
22 80 22 94
23 100 33 75
24 100 11 69
25 100 33 81
26 80 44 75
27 40 22 81
28 60 22 50
29 80 44 31
30 100 33 81
31 100 33 81
32 100 22 94
33 100 33 75
34 60 44 63
35 100 33 50
36 80 33 56
37 100 33 56
358
38 100 33 81
39 100 44 81
40 100 33 94
41 100 56 63
42 100 33 88
43 60 22 56
44 100 33 69
45 80 33 75
RATA-RATA 87,556 32,346 70,139
SD 18,727 10,810 15,816
Peserta Didik
INDIKATOR 1 INDIKATOR 2 INDIKATOR 3
Kontrol
1 100 11 50
2 80 33 56
3 100 22 69
4 60 22 69
5 100 22 88
6 80 56 44
7 100 33 88
8 100 33 69
9 100 22 75
10 100 22 69
11 100 33 69
12 80 67 75
13 100 22 69
14 100 33 81
15 100 33 81
16 80 33 94
17 80 33 63
18 100 22 44
19 100 33 81
20 80 44 81
21 80 33 69
22 80 22 94
23 40 67 63
24 80 56 75
25 100 22 81
26 100 22 69
27 100 33 81
28 80 33 50
29 80 22 50
30 80 33 88
31 100 22 81
32 80 33 63
33 80 33 88
359
34 80 33 63
35 80 22 75
36 100 22 69
37 60 22 56
38 60 33 81
39 20 22 75
40 80 22 81
41 100 22 81
42 100 22 75
43 100 22 94
44 80 22 44
45 100 22 94
RATA-RATA 86,222 30,123 72,222
SD 17,489 11,755 13,947
*POSTTEST
Peserta Didik
INDIKATOR 1 INDIKATOR 2 INDIKATOR 3
Eksperimen
1 100 67 88
2 80 44 88
3 100 89 88
4 100 44 94
5 100 56 100
6 100 56 94
7 100 78 94
8 100 78 94
9 100 44 94
10 100 44 88
11 100 67 88
12 100 56 81
13 100 44 81
14 100 67 75
15 100 67 94
16 100 44 69
17 100 56 94
18 100 78 88
19 100 78 88
20 100 44 100
21 100 33 88
22 100 44 94
23 100 44 94
24 100 44 88
25 100 56 94
26 100 44 88
27 100 44 81
360
28 100 56 94
29 100 44 88
30 100 44 94
31 100 44 94
32 100 56 94
33 100 44 94
34 100 56 94
35 100 44 88
36 100 56 94
37 100 78 94
38 100 44 88
39 100 56 100
40 100 56 100
41 100 56 75
42 100 56 94
43 100 44 88
44 100 44 94
45 100 56 100
RATA-RATA 99,556 54,321 90,278
SD 2,981 12,585 6,736
Peserta Didik
INDIKATOR 1 INDIKATOR 2 INDIKATOR 3
Kontrol
1 100 22 75
2 100 33 75
3 100 33 88
4 100 67 81
5 100 33 94
6 100 44 81
7 100 33 56
8 100 44 88
9 100 33 81
10 100 44 75
11 100 67 75
12 100 67 75
13 100 44 69
14 100 44 75
15 100 44 75
16 100 33 81
17 100 33 75
18 100 44 81
19 80 44 81
20 100 44 88
21 100 44 100
22 100 44 81
23 100 33 81
361
24 100 78 63
25 100 33 75
26 100 33 81
27 100 67 81
28 100 44 88
29 100 44 88
30 80 44 81
31 100 44 94
32 100 44 100
33 100 33 88
34 100 33 75
35 100 44 81
36 100 33 94
37 100 33 100
38 100 33 88
39 100 33 56
40 100 22 75
41 100 33 81
42 100 33 81
43 100 44 100
44 100 56 81
45 100 33 75
RATA-RATA 99,111 41,728 81,250
SD 4,168 11,881 9,972
Keterangan:
Lampiran 40
Peserta Didik
INDIKATOR 1 INDIKATOR 2 INDIKATOR 3
Eksperimen
1 77,78 67 0
2 50,00 100 11
3 72,22 67 33
4 72,22 100 33
5 38,89 100 33
6 72,22 67 22
7 61,11 100 33
8 94,44 100 22
9 44,44 44 33
10 77,78 100 33
11 83,33 100 56
12 83,33 100 33
13 72,22 67 22
14 61,11 100 22
15 72,22 100 44
16 66,67 67 33
17 88,89 100 33
18 72,22 100 33
19 83,33 100 44
20 77,78 100 33
21 55,56 67 44
22 88,89 100 22
23 77,78 100 33
24 77,78 67 11
25 83,33 100 33
26 72,22 100 44
27 66,67 100 22
28 55,56 22 33
29 44,44 44 33
30 83,33 100 33
31 83,33 100 33
32 94,44 100 22
33 77,78 100 33
34 61,11 67 44
35 66,67 33 33
36 55,56 100 33
37 61,11 100 33
363
38 83,33 100 33
39 83,33 100 44
40 94,44 100 33
41 66,67 100 56
42 88,89 100 33
43 50,00 100 22
44 72,22 100 33
45 72,22 100 33
RATA-RATA 71,975 32,346 88,148
SD 13,962 10,810 21,504
Peserta Didik
INDIKATOR 1 INDIKATOR 2 INDIKATOR 3
Kontrol
1 61,11 67 11
2 55,56 100 33
3 72,22 100 22
4 61,11 100 22
5 88,89 100 22
6 44,44 100 56
7 88,89 100 33
8 72,22 100 33
9 77,78 100 22
10 72,22 100 22
11 77,78 67 33
12 72,22 100 67
13 72,22 100 22
14 83,33 100 33
15 83,33 100 33
16 88,89 100 33
17 61,11 100 33
18 50,00 100 22
19 83,33 100 33
20 83,33 67 44
21 66,67 100 33
22 88,89 100 22
23 50,00 100 67
24 72,22 100 56
25 83,33 100 22
26 72,22 100 22
27 83,33 100 33
28 50,00 100 33
29 50,00 100 22
30 83,33 100 33
31 83,33 100 22
32 61,11 100 33
33 83,33 100 33
364
34 61,11 100 33
35 72,22 100 22
36 72,22 100 22
37 50,00 100 22
38 72,22 100 33
39 55,56 100 22
40 77,78 100 22
41 83,33 100 22
42 77,78 100 22
43 94,44 100 22
44 44,44 100 22
45 94,44 100 22
RATA-RATA 71,852 97,778 30,123
SD 14,035 8,409 11,755
*POSTTEST
Peserta Didik
INDIKATOR 1 INDIKATOR 2 INDIKATOR 3
Eksperimen
1 88,89 100 67
2 88,89 67 44
3 88,89 100 89
4 94,44 100 44
5 100,00 100 56
6 94,44 100 56
7 94,44 100 78
8 94,44 100 78
9 94,44 100 44
10 88,89 100 44
11 88,89 100 67
12 83,33 100 33
13 83,33 100 44
14 94,44 0 67
15 94,44 100 67
16 72,22 100 44
17 94,44 100 56
18 88,89 100 78
19 88,89 100 78
20 100,00 100 44
21 88,89 100 33
22 94,44 100 44
23 94,44 100 44
24 88,89 100 44
25 94,44 100 56
26 88,89 100 44
27 66,67 100 44
365
28 94,44 100 56
29 88,89 100 44
30 94,44 100 44
31 94,44 100 44
32 94,44 100 56
33 94,44 100 44
34 94,44 100 56
35 88,89 100 44
36 94,44 100 56
37 94,44 100 78
38 88,89 100 44
39 100,00 100 56
40 100,00 100 56
41 77,78 100 56
42 94,44 100 56
43 88,89 100 44
44 94,44 100 44
45 100,00 100 56
RATA-RATA 91,358 97,037 53,827
SD 6,654 15,432 12,965
Peserta Didik
INDIKATOR 1 INDIKATOR 2 INDIKATOR 3
Kontrol
1 83,33 67 22
2 83,33 67 33
3 88,89 100 33
4 88,89 67 67
5 94,44 100 33
6 83,33 100 44
7 72,22 33 33
8 88,89 100 44
9 88,89 67 33
10 83,33 67 44
11 83,33 67 67
12 83,33 67 67
13 77,78 67 44
14 83,33 67 44
15 83,33 67 44
16 83,33 100 33
17 83,33 67 33
18 83,33 100 44
19 77,78 100 44
20 94,44 67 44
21 100,00 100 44
22 88,89 67 44
23 83,33 100 33
366
24 72,22 67 78
25 83,33 67 33
26 88,89 67 33
27 88,89 67 67
28 88,89 100 44
29 94,44 67 44
30 77,78 100 44
31 94,44 100 44
32 100,00 100 44
33 88,89 100 33
34 83,33 67 33
35 88,89 67 44
36 94,44 100 33
37 100,00 100 33
38 94,44 67 33
39 66,67 67 33
40 83,33 67 22
41 83,33 100 33
42 83,33 100 33
43 100,00 100 44
44 88,89 67 56
45 83,33 67 33
RATA-RATA 86,420 80,000 41,728
SD 7,355 17,979 11,881
Keterangan:
Indikator 1 : Melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Sumber Daya Alam
Lampiran 41
Peserta Didik
INDIKATOR 1 INDIKATOR 2 INDIKATOR 3
Eksperimen
1 75 100 100
2 91,67 100 66,67
3 75 100 100
4 100 83,33 83,33
5 75 100 100
6 91,67 100 66,67
7 91,67 100 66,67
8 100 83,33 83,33
9 75 100 66,67
10 75 100 100
11 75 100 100
12 75 100 66,67
13 75 100 66,67
14 91,67 83,33 83,33
15 91,67 83,33 83,33
16 75 100 66,67
17 91,67 83,33 83,33
18 91,67 83,33 83,33
19 91,67 83,33 83,33
20 100 83,33 83,33
21 100 83,33 83,33
22 100 100 100
23 100 83,33 83,33
24 100 100 100
25 100 83,33 83,33
26 100 100 100
27 100 100 100
28 100 100 100
29 100 83,33 83,33
30 100 83,33 83,33
31 75 100 66,67
32 100 100 100
33 75 100 100
34 100 100 100
35 100 83,33 83,33
36 75 100 66,67
37 91,67 100 66,67
368
Peserta Didik
INDIKATOR 1 INDIKATOR 2 INDIKATOR 3
Kontrol
1 91,67 91,67 83,33
2 91,67 83,33 66,67
3 33,33 66,67 33,33
4 75 91,67 66,67
5 75 100 100
6 91,67 83,33 66,67
7 33,33 66,67 33,33
8 75 100 100
9 91,67 91,67 83,33
10 75 100 100
11 75 91,67 66,67
12 75 91,67 66,67
13 33,33 66,67 33,33
14 33,33 66,67 33,33
15 91,67 83,33 66,67
16 75 100 100
17 91,67 91,67 83,33
18 91,67 91,67 83,33
19 91,67 66,67 83,33
20 91,67 66,67 83,33
21 100 91,67 100
22 33,33 66,67 33,33
23 100 91,67 100
24 75 91,67 66,67
25 91,67 83,33 66,67
26 83,33 75 66,67
27 83,33 75 66,67
28 91,67 66,67 83,33
29 83,33 75 66,67
30 91,67 83,33 66,67
31 33,33 66,67 33,33
32 75 91,67 66,67
33 75 100 100
369
34 83,33 75 66,67
35 100 91,67 100
36 91,67 91,67 83,33
37 91,67 66,67 83,33
38 75 91,67 66,67
39 91,67 66,67 83,33
40 91,67 91,67 83,33
41 83,33 75 66,67
42 75 100 100
43 100 91,67 100
44 83,33 75 66,67
45 100 91,67 100
RATA-RATA 79,26 83,52 74,44
SD 19,99 11,98 20,90
Keterangan:
Lampiran 44
DAFTAR NILAI ARGUMENTASI PESERTA DIDIK KELAS EKSPERIMEN
NO PESERTA DIDIK NILAI PERT. 1 NILAI PERT. 2 NILAI PERT. 3
1 84 84 84
2 100 84 84
3 100 84 84
4 100 84 84
5 100 84 84
6 100 84 100
7 100 84 67
8 100 100 84
9 47 84 84
10 67 84 84
11 67 84 84
12 58 84 84
13 75 84 84
14 75 84 84
15 75 84 84
16 84 84 84
17 84 84 84
18 84 84 84
19 84 84 84
20 84 84 84
21 84 84 84
22 84 84 84
23 84 84 84
24 84 84 84
25 84 84 84
26 84 84 84
27 84 84 84
28 84 84 84
29 84 84 84
30 84 84 84
31 84 84 84
32 84 84 84
33 84 84 84
34 84 100 84
35 100 100 100
36 84 84 84
37 84 84 84
38 84 84 84
39 84 84 84
40 84 84 84
403
41 84 84 84
42 84 84 84
43 84 100 84
JUMLAH 3616 3676 3627
RATA-RATA 84,09 85,49 84,35
Lampiran 45
DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN