Anda di halaman 1dari 13

Uji Efektivitas Minyak Kelapa Murni (VCO) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar

Pada Tikus Putih Jantan (Galur Wistar)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh:

NUNIK SULISTIYANTI
J500190050

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
UJI EFEKTIVITAS MINYAK KELAPA MURNI (VCO) TERHADAP PENYEMBUHAN
LUKA BAKAR PADA TIKUS PUTIH JANTAN (GALUR WISTAR)

Nunik Sulistiyanti1), Devi Usdiana Rosyidah2)


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Korespondensi : Nunik Sulistiyanti, email : J500190050@student.ums.ac.id

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah tikus putih galur Wistar jantan dapat
menyembuhkan luka bakar dan minyak kelapa murni (VCO) terhadap gambaran histopatologis
tikus. Tikus Wistar digunakan dalam penelitian ini sejumlah 24 ekor, yang terbagi sebanyak empat
kelompok yang terdiri dari enam ekor tikus. Kelompok kontrol negative (Grup A) dan kelompok
kontrol positif (Grup B). Hewan yang dilakukan pengujian berumur 2-3 bulan dengan berat badan
180-200 gram. Pemberian salep Virgin Coconut Oil (VCO) kepada luka bakar pada tikus
berkonsentrasi 50% dan 75%. . Pembuatan salep VCO dilakukan dengan mencampurkan Vaseline
sehingga didapatkan konsentrasi 50% dan 75%. Pada setiap kelompok dibagi sebagai berikut :
Perlakuan I (Kontrol negative) dibuat luka bakar, Perlakuan II (kontrol positif) dibuat luka bakar
yang dioles silver sulfadiazine, Perlakuan III luka bakar yang di oles salep VCO 75%, Perlakuan IV
luka bakar yang di oles salep VCO 50%.

Kata Kunci : Virgin Coconut Oil, VCO, Luka Bakar, Vaseline

Abstract
This study aims to determine the effectiveness of virgin coconut oil (VCO) on the healing of burns
in male white rats (Wistar strain) on the histopathological appearance of rats. This study used 24
wistar rats which were divided into 4 groups, each group consisting of 6 rats. Group A (negative
control group) and group B (positive control group). The animals tested were 2-3 months old with a
body weight of 180-200 grams. Giving Virgin Coconut Oil (VCO) ointment to burns in mice with a
concentration of 50% and 75%. . VCO ointment is made by mixing Vaseline so that a concentration
of 50% and 75% is obtained. Each group was divided as follows: Treatment I (negative control)
was made of burns, Treatment II (positive control) was made of burns covered with silver
sulfadiazine, Treatment III was made of burns covered with 75% VCO ointment, Treatment IV of
burns was smeared 50% VCO ointment.
Keywords : Virgin Coconut Oil, VCO, Burns, Vaseline
I. PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan kehilangan dan kerusakan jaringan karena berhubungan dengan
sumber suhu tinggi atau rendah (seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi). Reaksi
kimia terjadi ketika jaringan bersentuhan dengan sumber panas (atau penyebab lain),
menghilangkan energi dari jaringan dan menyebabkan kerusakan pada sel (Ogura et al., 2017).
Ketika panas masuk ke dalam tubuh, tidak hanya menyebabkan kerusakan lokal tetapi
mempengaruhi seluruh tubuh. Perubahan ini sangat langka untuk luka bakar dan tidak sering terjadi
di jenis luka lainnya (Pardesi & Fuzaylov, 2016).
Mencegah infeksi sekunder, mendorong terbentuknya jaringan kolagen, dan mengusahakan
agar sel epitel bisa meluas sehingga bisa menutupi luka merupakan prinsip penanganan luka bakar.
Penyembuhan luka bakar terbagi menjadi tiga tahap: tahap inflamasi, proliferatif, dan pematangan.
Fase proliferatif selama dari akhir fase inflamasi hingga sekitar minggu ketiga, fase maturasi bisa
dilakukan selama berbulan-bulan, dan fase inflamasi selesai ketika semua tanda peradangan hilang.
Fase inflamasi berlangsung hingga hari ketujuh setelah luka bakar terjadi (Sjamsuhidajat dan Jong,
2017).
Meskipun industri farmasi telah membuat banyak kemajuan, tidak banyak obat yang dapat
membantu tubuh memperbaiki luka (Udupa et al., 2015). Karena lebih murah, lebih mudah
ditemukan, dan tidak menghasilkan banyak efek samping (Kumar et al, 2017).
Pengobatan tradisional adalah praktek penggunaan bahan alam atau tumbuh-tumbuhan
sebagai obat. “Obat tradisional merupakan ramuan yang terdiri dari bahan tumbuhan, bahan hewani,
bahan mineral, sediaan jamu (galenik) yang telah digunakan secara turun-temurun sebagai
pengobatan menurut pengalaman yang ada,” berdasarkan Kepmen No.
.1076/MENKES/SK/VII/2003. Kelapa (Cocos nucifera) yang sudah dikenal dan dibudidayakan
sejak lama dan merupakan tumbuhan yang paling berperan penting dalam kehidupan manusia
adalah salah satunya (Narayanankutty et al., 2021). Kelapa genjah, kelapa dalam, dan kelapa hibrida
adalah tiga varietas kelapa. Viridis (kelapa hijau), Rubescens (kelapa merah), Macrocorpu (kelapa
abu-abu), dan Sacarina (kelapa manis) merupakan varietas kelapa dalam (Palungkun, 2018). Kelapa
punya banyak fungsi, antara lain untuk bahan makanan, bumbu, penyedap rasa, minyak primer,
komponen dalam industri makanan, obat, dan sebagainya (Soekardi, 2012).
Minyak kelapa adalah contoh produk olah kelapa yang banyak digunakan dalam industri
kesehatan. Minyak kelapa adalah obat alami yang efektif untuk mengobati berbagai kondisi.
Minyak kelapa dapat digunakan untuk terapi topikal dan sistemik dengan berbagai cara. VCO atau
minyak kelapa murni adalah nama lain dari minyak kelapa murni. Kualitas VCO lebih tinggi dari
minyak kelapa biasa. Beberapa penyakit bisa mendapat manfaat dari VCO, antara lain; penyakit
jantung koroner, hiperlipidemia, diabetes tipe 2, jerawat pada kulit, luka bakar, dan sebagainya
(Lingga, 2012).
Menurut Moenadjat (2018), berhubungan dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi dapat menyebabkan kerugian jaringan yang dikenal sebagai luka bakar.
Karena terdapat asam lemak seperti asam laurat dan asam kaprilat, VCO mampu menyembuhkan
luka bakar (Yuliani, 2011).
Daging kelapa segar digunakan untuk membuat minyak kelapa murni, juga dikenal sebagai
minyak kelapa murni. Semua langkah dalam proses dilakukan pada suhu yang relatif rendah.
Daging buahnya digunakan untuk memeras santan. Penambahan enzim, pemanasan pada suhu yang
relatif rendah, fermentasi, pendinginan, tekanan mekanis, atau sentrifugasi merupakan cara
tambahan pengolahan santan ini. Pelarut kimia dan bahan kimia anorganik tidak ditambahkan, dan
suhu yang terlalu tinggi juga tidak digunakan. Produk akhirnya adalah minyak kelapa murni dengan
aroma kelapa khas. Warnanya putih bersih saat dibekukan, dan tidak berwarna atau bening saat cair.
Minyak kelapa murni juga memiliki sifat antivirus, antibakteri, antijamur, dan antiprotozoa. Ini
karena mengandung asam kaprilat, asam laurat, dan asam kaprat. Antimikroba alami yang
dipatenkan ditemukan dalam minyak kelapa, termasuk asam kaprilat yang mengandung 7%, asam
laurat yang setara dengan ASI, dan asam laurat yang mengandung 50%. Minyak nabati contohnya
seperti jagung, kedelai, biji bunga matahari, dan kanola sama sekali tidak memiliki sifat
antimikroba (Rosmawati, 2018).
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan didukung penelitian-penelitian
terdahulu diketahui bahwa VCO memiliki kemampuan untuk menyembuhkan luka. Karena berasal
dari sumber nabati, VCO banyak digunakan karena lebih aman dan murah dibandingkan obat
sintetik. Masih kurangnya penelitian ilmiah tentang manfaat VCO untuk penyembuhan luka bakar.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan bagaimana VCO mempengaruhi model kulit
manusia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai “efektifitas
Minyak Kelapa Murni (VCO) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Tikus Putih Jantan (Galur
Wistar)”.
II. METODE
Terdapat dua perlakuan tambahan yang bisa dipakai dalam penelitian ini. Desain kelompok kontrol
post-test dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diikuti oleh desain penelitian
Laboratorium Eksperimental di penelitian ini. Subjek penelitian ini yaitu virgin coconut oil (VCO)
dengan konsentrasi 75% dan 50%. Penelitian ini dengan memakai hewan uji tikus galur wistar
jantan, dengan usia kurang lebih 2-3 bulan dan berat badan kira-kira 180-200 gram sejumlah 36
ekor. Pengambilan kuota dilakukan dengan cara menentukan jumlah anggota sampel berdasarkan
quota atau kuota dan dibutuhkan setidaknya 30 ekor hewan coba. Botol minum tikus, sekam, sarung
tangan, bantalan bawah, jarum suntik 1 mL, besi solder listrik, pot organ, dll. Tikus putih jantan,
makanan dan minuman tikus, VCO sesuai standar SNI 7381:2008, adeps lanae, alkohol bertingkat
(70%, 80%, 90%, 95%), NaCl fisiologis, pewarna Hematoxylin Eosin (HE), jaringan kulit tikus , air
suling, parafin, xylol, formalin 10%, PBS, H2O2 3%, Bovine Serumem Albumin (BSA) 1% Data
yang didapatkan kemudian dilakukan uji normalitas dengan uji kolmogoriv smirnov dan
homogenitas dengan uji lavene test. Dilanjutkan dengan uji beda menggunakan uji anova apabila
parametrik dengan Least signifficant Difference (LSD). Apabila data yang didapatkan non
parametrik, maka akan dilakukan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan Mann Withney tes.
III. HASIL
A. ANALISIS DATA
1. Uji Normalitas
Uji ini yaitu menganalisis apakah pengamatan berdistribusi dengan normal atau
tidak, uji ini memakai Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Hasil uji Normalitas bisa
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Uji Normalitas


Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dianalisis bahwa peneliti menemukan data terdistribusi
secara normal, dikarenakan data yang didapati memilik nilai normalitas sig >0.05

2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakaukan guna melihat apakah sampel didapatkan dari populasi
sama atau berbeda. Jika signifikansi > 0,5 maka bisa disimpulkan sampel didapatkan dari
populasi yang sama. Hasil pengujian Homogenitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas data sample homogen,
karena nilai signifikansi > 0,05

3. Uji One Way ANOVA

Tabel 4.4 ANOVA

Uji homogenitas nilai signifikansi varians (Sig.) ditentukan dengan menggunakan


Tabel 4.4. adalah 0,417 lebih besar dari 0,05, menunjukkan distribusi data homogen dan
minyak kelapa murni (VCO) efektif untuk menyembuhkan luka bakar di tikus putih galur
Wistar jantan.

4. Hasil Pengamatan Mikroskopis Epidermis dan Dermis

Tabel 4.5 dan tabel 4.7 menunukkan hasil evaluasi parameter di pengamatan
preparate histopatologi hari ke-14 yang dilengkapi dengan mikroskop deskriptif pada
perbesaran 40x dan 100x.

Tabel 4.5 Foto Mikroskopis Epidermis


K (+) silver sulfadiazine 40x EPI K (+) silver sulfadiazine 100x EPI

K (-) 40x EPI K (-) 100x EPI

VCO 50% 40X EPI VCO 50% 100X EPI

VCO 75% 40X EPI VCO 75% 100X EPI

Tabel 4.6 Data Modus, median gambaran epidermis luka bakar hari ke-14

Kelompok Modus Median Mean Jumlah Hewan Uji

K+ 6 6 6,2 6

K- 6 6 6,2 6

VCO 50% 6 4,5 4,2 6

VCO 75% 6 6 4,8 6


Keterangan :

0= krusta melekat longgar, tidak ada epitelisasi, dan tidak ada rate ridge., 1 = krusta melekat
erat, epitelisasi minimal, tidak ada rate ridge., 2 = krusta melekat erat, epitelisasi ringan,
tidak ada rate ridge., 3 = krusta melekat erat, eptelisasi sedang, tidak ada rate ridge., 4 =
tidak ada krusta, epitelisasi sedang, tidak ada rate ridge., 5 = tidak ada krusta, epitelisasi
berat, tidak ada rate ridge., 6 = tidak ada krusta, epitelisasi komplit, tidak ada rate ridge., 7
= tidak ada krusta, epitelisasi komplit, tidak ada rate ridge

Tabel 4.7 Foto Mikroskopis Dermis

K (+) silver sulfadiazine 40x DER K (+) silver sulfadiazine 100x DER

K (-) 40x DER K (-) 100x DER

VCO 50% 40X DER VCO 50% 100X DER

VCO 75% 40X DER VCO 75% 100X DER

Tabel 4.8 Data Modus, median gambaran dermis luka bakar hari ke-14
Kelompok Modus Median Mean Jumlah Hewan
Uji

K+ 6 6 6,3 6

K- 6 6 6,2 6

VCO 50% 6 4,5 4,2 6

VCO 75% 5 5,5 5 6

Keterangan :

0= krusta melekat longgar, tidak ada epitelisasi, dan tidak ada rate ridge., 1 =
krusta melekat erat, epitelisasi minimal, tidak ada rate ridge., 2 = krusta melekat
erat, epitelisasi ringan, tidak ada rate ridge., 3 = krusta melekat erat, eptelisasi
sedang, tidak ada rate ridge., 4 = tidak ada krusta, epitelisasi sedang, tidak ada rate
ridge., 5 = tidak ada krusta, epitelisasi berat, tidak ada rate ridge., 6 = tidak ada
krusta, epitelisasi komplit, tidak ada rate ridge., 7 = tidak ada krusta, epitelisasi
komplit, tidak ada rate ridge

IV. PEMBAHASAN

Pemberian VCO menunjukkan bahwa VCO mampu menaikkan proliferasi


kepadatan serat kolagen dan memiliki persentase penyembuhan tertinggi untuk luka bakar
kimia pada Rattus Novergicus, yang dilaksanakan pada 18 Sprague-Dawley dengan luka
eksisi (Kuswandhani et all., 2014).
Pengujian aktivasi terhadap luka pada penelitian ini berdasarkan tingkat penurunan
area luka, persentase tingkat penyembuhan luka, dan parameter histopalogi. Adanya krusta,
epitelisasi, fibroblast, sel adipose, dan sel inflamasi merupakan parameter yang diamati.
Virgin coconut oil yaitu minyak kelapa murni yang didapatkan cara mengolah
daging kelapa tidak menggunakan pemanasan menjadi minyak bening, tidak tengik, bebas
radikal bebas. Menurut Lucida et al. (2008), VCO memiliki asam lemak jenuh 92%, dengan
asam laurat 48-53%, asam oleat 1,5-2,5%, asam kaprilat 8%, dan asam kaprat 7% di antara
asam lemak lainnya. Kandungan asam lemak VCO, khususnya asam laurat dan asam oleat,
bisa melembutkan kulit.
Selain efektif dan aman dipakai untuk pelembab juga menaikkan hidrasi kulit dan
mempermudah penyembuhan kulit, asam laurat dan oleat VCO melembutkan kulit (Lucida,
2008). Siswono (2006) menambahkan karena VCO mudah diserap oleh kulit dan ada
kandungan vitamin E, diduga bermanfaat bagi kesehatan kulit.
Temuan studi Rajamohan dan Nevin (2010) tentang aplikasi topikal VCO pada
luka tikus percobaan dipresentasikan. Luka dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu
satu kelompok sebagai kontrol, satu kelompok diberi VCO 0,5 mililiter, dan satu kelompok
diberi VCO 1,0 mililiter. Setelah 10 hari, kelompok intervensi memiliki proliferasi
fibroblast dan neovaskularisasi yang secara signifikan lebih banyak daripada kelompok
kontrol, peningkatan aktivitas enzim antioksidan yang signifikan dan penurunan glutathione
dan malondialdehyde. Menurut kesimpulan Rajamohan dan Nevin (2010), manfaat VCO
terkait dengan efek kumulatif dari berbagai komponen biologis aktifnya.
25 tikus galur wistar jantan yang berumur 8 minggu dijadikan sebagai subjek uji
penelitian. Tikus sehat dengan berat antara 130 – 240 gram digunakan. Punggung setiap
tikus dicukur di area sekitar 3 cm di bawah telinga tikus. Setelah itu, masing-masing tikus
mendapat injeksi intramuskular 0,1 cc Ketamine-HCl untuk penanganan dan mengurangi
rasa sakit yang akan dirasakan saat cedera. Menggunakan metode Akhoondinasab, pelat
besi berdiameter 1,4 cm dipanaskan dalam air mendidih kurang lebih lima menit sebelum
ditempelkan pada punggung tikus kurang lebih tiga puluh detik hingga menimbulkan luka
bakar.Menurut kelompoknya, setiap tikus dioleskan salep pada pagi dan sore hari. Setiap
hari, luka diamati untuk memeriksa perubahan fisik yang terjadi di area yang rusak. Luka
pada kelompok kontrol positif terlihat timbul koreng (coreng) rata-rata mulai hari kedua.
Pembentukan keropeng rata-rata pada kelompok kontrol negatif dimulai pada hari ketiga.
Data telah dianalisis menggunakan SPSS. Hasil analisis Saphiro Wilk didapatkan
bahwa data normal yang telah disajikan pada Tabel 4.2 lolos uji normalitas dikarenakan
nilai signifikansi >0,05. Selanjutkan dilakukan dengan uji homogenitas dengan memakai
metode Levene test pada tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa data lolos homogenitas
dikarenakan nilai signifikan >0,05 tersebut homogen.
Uji kolmogrov-smirnov digunakan pada Tabel 4.2 karena data yang diperoleh dan
temuannya normal dan homogen. Data menunjukkan tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan, sesuai dengan temuan uji non parametrik, yang menunjukkan pada kelompok
kontrol +, kontrol -, dan Perlakuan salep VCO 50% dan salep VCO 75% nilai p > 0,05,
berarti H0 diterima. Kemudian dilakukan analisis Post-Hoc dengan metode One Way
Anova untuk membandingkan kelompok pada kontrol negatif dan positif dengan perlakuan
VCO 50 dan 75%
Hasil dari uji One Way Anova pada tabel 4.4 untuk setiap kelompok perlakuan
tidak ada perbedaan bermakna terbanyak pada kelompok kontrol +, kontrol -, dan Perlakuan
salep VCO 50% dan salep VCO 75% karena nilai signifikansi 0,417 > 0,05 yang artinya H0
diterima . Hal ini berbanding terbalik dengan penemuan Mehrabani (2014), yang
mengatakan bahwa penutupan luka paling signifikan terdapat pada kelompok perlakuan
salep VCO 50% dan salep VCO 75% dibandingkan dengan kontrol positif.
Molekul kecil asam lemak rantai sedang (MCFA) di minyak kelapa murni mudah
diserap oleh permukaan kulit. Dipercaya bahwa mengoleskan VCO secara topikal ke kulit
adalah metode yang paling efektif untuk menuai manfaatnya. Elastisitas kulit akan pulih
dengan cepat dan efektif menggunakan metode ini (Reddy, 2006).
Virgin Coconut Oil (VCO) terdapat kandungan molekul kecil medium chain fatty
acid (MCFA) yang memudahkan kulit menyerapnya. Vitamin E dari VCO dapat diserap
dalam waktu 24 jam bila dioleskan, dan vitamin E menstabilkan membran sel dan
melindungi sel dari kerusakan. sebagai penyimpan lemak dalam organel sel dan dari radikal
bebas. VCO melembutkan kulit berkat asam laurat dan oleatnya, dan aman dipakai untuk
pelembab untuk menaikkan hidrasi kulit dan mempermudah penyembuhan (Lucida, 2008).
V. KESIMPULAN
1. Terdapat efek pemberian salep VCO 50% pada penyembuhan luka bakar pada tikus
2. Terdapat efek pemberian salep VCO 75% pada penyembuhan luka bakar pada tikus
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J. M. 2010. The Cellular Cascades of Wound Healing. In J. E. Davies (Ed), Bone
Engineering. Toronto: Em Squared Inc, pp 81-93.
Dwi Jayanti, Ivo Pangesti LS. Pembuatan Virgin Coconut Oil dari Kelapa Hibrida Menggunakan
Metode Penggaraman dengan NaCl dan Garam Dapur. 2018, 01(2):7–12
Fatonah, Siti, Dkk. 2013. Efektifitas Penggunaan Virgin Coconut Oil (VCO) Secara Topikal Untuk
Mengatasi Luka Tekan (Dekubitus) Grade I dan II. Jurnal Kesehatan. Vol. IV No. I, 264-
270
Ferrer PJ, Quilinguen VF, Rosario J, Pestaño LD. Process design of virgin coconut oil (VCO)
production using low-pressure oil extraction. MATEC Web Conf. 2018;156:1–9
Fithriyatul A, Evi C. Efek Lama Waktu Fermentasi Terhadap Yield Virgin Coconut Oil (Vco) Dari
Kelapa Daerah Malang Dengan Konsentrasi Ragi 2% B/V. Distilat J Teknol Separasi.
2021;7(2):529–35
Celvin. 2007. Wound Healing Normal and Abnormal. Grabb and Smith’s Plastic Surgery 6th
Edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Hazrati, M., Mehrabani, D., Japoni, A., Montasery, H., Azarpira, N., Hamidian-shirazi, A. R., &
Tanideh, N. (2010). Effect of Honey on Healing of Pseudomonas aeruginosa Infected Burn
Wounds in Rat. Journal of Applied Animal Research, 37(2), 161–165.
https://doi.org/10.1080/09712119.2010.9707117
Hettiaratchy, S. and Dziewulski P. 2018. ABC of Burns Patophysiology and Types of Burns. BMJ
Vol. 328, pp 1427-9
Ibrahim AH, Li H, Al-Rawi SS, Majid ASA, Al-Habib OAM, Xia X, et al. Angiogenic and wound
healing potency of fermented virgin coconut oil: In vitro and in vivo studies. Am J Transl
Res. 2017;9(11):4936–44.
Kumar B, et al. 2017. Ethnopharmacological Approaches to Wound Healing Exploring Medicinal
Plants of India. Journal of Ethnopharmacology 114 (2) : 103-113
Kuswandani SO, Masulili SLC, Soedarsono N, Kemal Y. Academic Stress Influences Periodontal
Health Condition and Interleukin-1 beta Level. 2014;21(1):16–20
Kusuma, R.F., Ratnawati, R. dan S. Dewi 2014. Pengaruh Perawatan Luka Bakar Derajat II
Menggunakan Ekstraketanol Daun Sirih (Piper betle Linn.) Terhadap Peningkatan
Ketebalan Jaringan Granulasi Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar.
Majalah kesehatan FKUB, 1(2):86- 94.
Lima, C.C., Pereira APC., Silva JRF., Oliveira LS., Resck MCC., Grechi CO., Bernardes MTCP.,
Olimpio FMP., Santos AMM., Incerpi EK., Garcia JAD. 2019. Ascorbic Acid for The
Healing of Skin Wounds in Rats. Braz J Bio, 1 69(4), pp 1195-1201.
Lingga, Lanny. 2012. Terapi Kelapa Untuk Kesehatan dan Kecantikan. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Lucida, et al. (2008). Uji daya peningkat penetrasi Virgin Coconut Oil (VCO) dalam basis krim.
Jurnal Sains & Teknologi Farmasi Vol 13 No.1.
Ludya Pulung, M., Yogaswara, R., Fajar, D., & Sianipar, R. D. N. (2016). Potensi Antioksidan Dan
Antibakteri Virgin Coconut Oil Dari Tanaman Kelapa Asal Papua. Chem. Prog, 9(2).
https://doi.org/10.35799/cp.9.2.2016.27991
Malik MMA, Othman F, Hussan F, Shuid AN, Saad QM. Combined virgin coconut oil and
tocotrienol-rich fraction protects against bone loss in osteoporotic rat model. Vet World.
2019;12(12):2052–60.
Moenadjat, Yefta. 2018. Luka Bakar dan Tatalaksana Edisi ke 4. Jakarta: FKUI Montgomery, D.
dan S. Kowalsky. 2011. Design And Analysis of Experiment.
John Willey an Sains Inc. ISBN 978-0-470-16990-2.
Palungkun, R. 2018. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta Pramitha DAI,
Wibawa AAC. Pemanfaatan Virgin Coconut Oil (VCO) dalam
Kehidupan Sehari-Hari di Desa Cemagi Badung Bali. J Pengabdi UNDIKMA. 2021;2(1):24.
Rajamohan, T; Kevin, K.G (2010). Effect of topical application of Virgin Coconut Oil on skin
component and antioxidant status during dermal wound healing in young rats. Journal of
Pharmacology & Bhiophysical Research. Vol 23, No 6 2010.
Rosmawati. 2018. Inovasi Produk Virgin Coconut Oil Berbahan Dasar Lokal.
Silaban R, Hutapea V. Pembuatan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil, VCO) melalui
Kombinasi Teknik Fermentasi dan Enzimatis Menggunakan Getah Pepaya. 2012;55–64
Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC Soekardi, Y. 2012.
Pemanfaatan dan Pengolahan Kelapa Menjadi Berbagai Bahan Makanan dan Obat
Berbagai Penyakit. Bandung: Yrama Widya
Siswono, (2006). Manfaat minyak kelapa murni (VCO) untuk kesehatan.
Sumiasih, Ni Nyoman, Dkk. 2016. Virgin Coconut Oil Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum
Di Puskesmas Rawat Inap Kota Denpasar. Jurnal Skala Husada. Vol.13 No. 1, 39 – 49
Thahir H, Oktawati S, Ahmad H, Samad R, Feblina AR, Annisa A, et al. The Effectiveness of
Natural Virgin Coconut Oil in Periodontal Tissue Regeneration. RepositoryUnhasAcId
[Internet]. 2021;25(6):4364–75. Available from: http://annalsofrscb.ro
Tiwari, VK. 2012. Burn Wound: How It Differs From Other Wounds. Indian Journal of Plastic
Surgery. Vol. 45, 364-373
Tiwari, VK. 2012. Burn Wound: How It Differs From Other Wounds. Indian Journal of Plastic
Surgery Vol. 45, 364-373
Udupa AI; Kulkumi DR; Udupa SI . 2015. Effect of Tridax procumbens Extracts on Wound
Healing. International Journal of Pharmacognosy 33 (1): 37-40
Widiyanti RA. Utilization of Coconut Into a VCO (Virgin Coconut Oil) as Antibiotics in an Effort
to Support The Health Of Indonesian Healthy Vision 2015. 2015;577–84
Narayanankutty, A., Nair, A., Illam, S. P., Upaganlawar, A., & Raghavamenon,
A. C. (2021). Curcumin Enriched VCO Protects against 7,12-Dimethyl Benz[a] Anthracene-
Induced Skin Papilloma in Mice. Nutrition and Cancer, 73(5), 809–816.
https://doi.org/10.1080/01635581.2020.1778745
Ogura, Y., Parsons, W. H., Kamat, S. S., & Cravatt, B. F. (2017). Sedation and Pain Management in
Burn Patients. Physiology & Behavior, 176(10), 139– 148.
https://doi.org/10.1016/j.cps.2017.02.026.Sedation
Pardesi, O., & Fuzaylov, G. (2016). Manajemen Nyeri pada Pasien Luka Bakar Pediatrik :
Tinjauan Literatur Terbaru dan Arah Masa Depan. 1–13.
Primadina, N., Basori, A., & Perdanakusuma, D. S. (2019). Proses Penyembuhan Luka Ditinjau dari
Aspek Mekanisme Seluler dan Molekuler. Qanun Medika - Medical Journal Faculty of
Medicine Muhammadiyah Surabaya, 3(1), 31. https://doi.org/10.30651/jqm.v3i1.2198
Purnamasari, R. (2020). Formulasi Sediaan Gel Minyak Kelapa Murni Atau Vco (Virgin Coconut
Oil) Yang Digunakan Sebagai Pelembab Wajah Gel Formulation of Pure Coconut Oil or
VCO (Virgin Coconut Oil) Used as A Waste of Face. In Jurnal Kesehatan Luwu Raya (Vol.
6, Issue 2).
Salsinha, A. S., Rodríguez-Alcalá, L. M., Relvas, J. B., & Pintado, M. E. (2021). Fatty acids role on
obesity induced hypothalamus inflammation: From problem to solution – A review. Trends
in Food Science & Technology, 112, 592–607.https://doi.org/10.1016/j.tifs.2021.03.042.

Anda mungkin juga menyukai