Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH

EVALUASI NILAI GIZI PANGAN


Aktivitas Minyak Ikan dalam Menghambat Preneoplasia
Kolon Mencit yang Diinduksi Azoksimetan dan Dextran
Sodium Sulfate

Oleh:

Ni KadekWijiAstuti
(1682511002)

PROGRAM PASCA SARJANA

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini penggunaan suplemen semakin meningkat, dan sepertinya akan terus
menerus bertambah, hal ini dikarenakan masyarakat pada umumnya mempercayai
bahwa suplemen dapat membuat mereka berada dalam kondisi yang lebih baik,
memberikan tambahan energi, meningkatkan kesehatan, serta mencegah dan
mengobati penyakit. Belakangan ini berkembang informasi bahwa suplemen minyak
ikan dapat mencegah penyakit kankerkolon, namun hal ini masih kontroversial,
sehingga hal inilah yang melatarbelakangi penulisan makalah yang mengangkat jurnal
mengenai aktivitas minyak ikan dalam menghambat preneoplasia kolon mencit yang
diinduksi Azoksimetan (AOM) dan Dextran Sodium Sulfate (DSS). Untuk
membuktikan kebenaran informasi tersebut maka dilakukan penelitian dengan
pengujian bioassay menggunakan hewan coba (in vivo) untuk melihat pengaruh
minyak ikan dalammenghambat preneoplasia pada kolon mencit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas maka rumusan masalah dari makalah ini yaitu ;
o Bagaimana aktivitas minyak ikan dalam menghambat preneoplasiakolon
mencit yang diinduksi azoksimetan dan dextran sodium sulfate ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar pembaca mendapatkan tambahan
informasi mengenai aktivitas minyak ikan dalam menghambat preneoplasiakolon
mencit yang diinduksi azoksimetan dan dextran sodium sulfate.
BAB II
METODE

Dalam mempelajari karsinogenesis kankerkolorektal paling banyak digunakan induksi


dengan1,2 dimetilhidrazin (DMH) dan azoksimetan (AOM) dibandingkan dengan induksi
menggunakannitrosamin/heterosklik amin. Keuntungan yangdiperoleh dari model yang
diinduksi AOM adalahmurah, karsinogen yang poten, nyaman, valid, wellappreciateddan
digunakan luas.
Penelitian menurut ini dilakukan untuk membuktikan pengaruh minyak ikan dalam
karsinogenesis KKR menggunakan mencit yang diinduksi AOM dan dextran sodium sulfate
(DSS). Penggunaan DSS dalam induksi bertujuan agar proses karsinogenesis KKR terjadi
melalui jalur radang.
o Bahan
Mencit Balb/c jantan, minyak ikan (Scott™), azoksimetan (AOM), dextrane deoxy
sulphate (DSS), eter, formalin, parafin, hematoksilin eosin (HE), alkohol absolut 96%,
dan 70%, litium karbonat, serta aquades.
o Alat
Mikroskop cahaya, gelas obyek, kaca penutup, spuit.
o Hewan Coba
Mencit Balb/c jantanberumur 5 minggu diperoleh dan diberikan perlakuan di
laboratorium. Hewan dipelihara dan diperlakukan sesuaiGuide for the Care and Use of
Laboratory Animalsdari Animal Care and Use Committee, dan telahmendapat
persetujuan etik dari Komisi Etik PenelitianFKUI. Mencit dipelihara pada kondisi
temperaturterkontrol 23°C, kelembaban 55% dengan siklus12 jam terang/gelap. Seluruh
mencit diberi pakanstandar dan minum air mineral ad libitum. Selain itu,pada kelompok
uji diberikan minyak ikan komersial (Scott™) dengan cara pencekokan dengan dosis 1.5,
3, dan 6 mg per mencit per hari.
o Induksi Kanker Kolon Dengan AOM danDSS
Induksi karsinogenesis kolon mencit dilakukan melalui injeksi intraperitoneal AOM
yang dilarutkandalam 0,9% NaCl dengan dosis 10 mg/kg beratbadan sekali pemberian.
Pasca induksi selama satuminggu mencit diberikan pakan standar dan minum airmineral.
Selanjutnya selama satu minggu, minumandiganti dengan air mineral yang mengandung
1%DSS.
o Preparasi Sampel Jaringan
Mencit dikorbankandengan eter setelah 1, 2, 3, dan 4 bulan pascainduksitumor
dengan AOM. Kolon mencit diambil, sisakotoran dibersihkan dari lumen kolon
denganmembilas dengan air. Potongan jaringan difiksasimenggunakan buffer formalin.
o Pewarnaan HE
Potongan jaringan kolorektaldibuat blok parafin. Blok parafin dibuat irisansetebal 4
μm dan direkatkan pada gelas obyek untukpewarnaan HE dengan tahapan sebagai
berikut.Sediaan dideparafinisasi dengan memakai xylol I,II dan III, masing-masing 5
menit. Kemudian sediaandirehidrasi dengan memakai alkohol absolut, 96%dan 70%
masing-masing selama 5 menit, dan dicucidi air mengalir selama 5 menit. Sediaan
kemudiandimasukkan ke dalam Hematoksilin (larutan Meyer)selama 7 menit, dan dibilas
di air mengalir selama 10menit. Setelah itu, sediaan dicelupkan ke dalam litiumkarbonat
jenuh sebanyak 2-3 celup atau 1-2 menitdirendam, dan dibilas dengan air mengalir
selama 5menit. Sediaan dikontrol apakah warna birunya sudahcukup, jika belum
dimasukkan kembali ke larutanMeyer (hematoksilin) selama 2 menit, lalu dibilasdi air
mengalir, direndam dalam eosin selama 1-2menit., didehidrasi dengan alkohol 70%,
80%, 96%,dan absolut masing-masing selama 3 menit, clearingdengan xylol I - II - III,
dan terakhir ditetesi denganentelan dan ditutup dengan kaca penutup. Sediaandilihat
menggunakan mikroskop cahaya denganpembesaran 400x.
o Interpretasi Pengamatan Histopatologi.
Pengamatan dilakukan pada 10 lapang pandang denganpembesaran 400x terhadap
jaringan kolon mencit.Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlahsel yang
mengalami mitosis, dan jumlah fokus hiperplasia.Selain itu jumlah fokus radang pada
seluruh jaringankolon dilakukan penghitungan. Sedangkan interpretasidisplasia,
dilakukan menggunakan sistem skor.
o Skor 0:tidak ditemukan displasia;
o Skor 1 (displasia ringan):inti sel memanjang, agak padat, pseudostratifikasi,polaritas
masih terjaga, sel goblet agak kurang;
o Skor2 (displasia sedang): inti sel memanjang, lebih padat,lebih pseudostratifikasi,
polaritas masih terjaga, selgoblet lebih sedikit;
o Skor 3 (displasia berat): Inti selmembesar, bulat atau oval dengan nukleoli,
polaritasinti hilang, terdapat sejumlah mitosis, jumlah selgoblet mereduksi.
o Selanjutnya analisis data pengaruh pemberian minyak ikan terhadap berbagai
variabel yaitu: radang, mitosis, hyperplasia dilakukan uji analisis variansi (anova).
BAB III
PEMBAHASAN

 Efek Pemberian Minyak Ikan Terhadap Terjadinya Peningkatan Berat Badan


Mencit yang Diinduksi AOM dan DSS.
Efek pemberian minyak ikanterhadap berat badan mencit tercantum pada Tabel 1.
Terlihat bahwa indeks berat badan mencit semua dosis pada setiap bulan melewati 1,
yang berarti bahwa pemberian minyak ikan menyebabkan peningkatan berat badan pada
mencit (Kusmardi, et al., 2014).

Pada kelompok dosis sedang dan dosis tinggi, peningkatan berat badan terjadi lebih awal
yaitumulai bulan ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian minyak ikan pada mencit yang
diinduksiuntuk terjadinya proses pembentukan kanker, justru mengakibatkan peningkatan berat
badan. Peningkatan berat badan berbanding lurus dengan kenaikan dosis minyak ikan pada
mencit sekalipun diinduksi AOM dan DSS (Kusmardi, et al., 2014).
Telah diketahui bahwa ikan laut selain mengandungkomposisi gizi yang tinggi
seperti protein, vitamindan mineral juga mengandung asam lemak takjenuh omega-
3.kelebihan dari lemak ikan adalahmengandung asam lemak tak jenuh yang relatiflebih
banyak, terutama asam lemak tidak jenuh C20,C22, C24 daripada asam lemak
jenuhnya.Asam-asamlemak alami yang termasuk asam lemak omega-3adalah linoleat
(C18:, n-3), asam eikosapentaenoatatau EPA (C20:5, n-3) dan asam
dekosaheksaenoatatau DHA (C22:6, n-3), adapun yang lebih dominandalam lemak ikan
yaitu EPA dan DHA. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapatperan
minyak ikan dalam meningkatkan berat badansekalipun diberikan pada mencit yang
mengalamirangsangan untuk mengalami proses karsinogenesis (Kusmardi, et al., 2014).
 Pengaruh Pemberian Minyak Ikan Terhadap Terjadinya Radang.
Radang pada jaringan mukosa kolon dari sediaan dengan pewarnaan
hematoksilineosin (HE) dilihat dengan pembesaran 400xditampilkan pada Gambar 1,
sedangkan jumlah lokasi(fokus) radang ditampilkan pada Tabel 2.

Gambar 1. Radang pada jaringan mukosa kolon mencit kelompok kontrol (A), kelompok dosis 1,5
mg/kg BB per hari (B), kelompok dosis 3 mg/kg BB per hari (C), kelompok 6 mg/kg BB per hari (D)
pada bulan pertama (pewarnaan hematoksilineosin, pembesaran 40 x 10).

Pada Tabel 2. Dapat dilihat adanya perbedaan jumlah lokasi radang antar kelompok
(kontrol dan perlakuan) baik pada bulan pertama, kedua, ketiga dan keempat.Uji lebih
lanjut menggunakan multiple comparation Tukey memberikan gambaran bahwa
pemberian minyak ikan berakibat pada penurunan jumlah lokasi radang yang terjadi pada
bulan ketiga dan keempat.
Pada jaringan mukosa kolon yang diambil setiap bulan dari mencit yang diinduksi
AOM dan DSS, kelompok kontrol tidak menunjukkan perbedaan jumlah lokasi radang
(p=0,638). Begitu juga kelompok pemberian dosis sedang dan tinggi yang tidak
menunjukkan perbedaan jumlah lokasi radang (p=0,129 dan 0,098). Namun kelompok
pemberian dosis rendah, terjadi perbedaan yang bermakna pada jumlah lokasi radang dari
jaringan mukosa kolon (p=0,002).Perbedaan terjadi pada kolon yang diambil pada bulan
pertama dan keduadengan ketiga dan keempat. Jumlah lokasi radang pada jaringan
mukosa kolon mencit bulan ketiga dan keempat tersebut menunjukkan penurunan. Dengan
demikian data kami menunjukkan bahwa pemberian minyak ikan pada mencit yang
diinduksi AOM dan DSS dalam proses karsinogenesis kolorektal, menyebabkan
penurunan jumlah lokasi radang.Penurunan ini dicapai sejak bulan pertama dengan
menggunakan dosis sedang dan tinggi. Sedangkan menggunakan dosis rendah, penurunan
jumlah lokasi radang terjadi sejak bulan ketiga (Kusmardi, et al., 2014).
Pemberian AOM dan DSS dalam karsinogenesiskolorektal terjadi melalui terjadinya
radang pada kolon.Dari penelitian yang dilakukan oleh Anindita, O. A. (2015) dilaporkan
50% dari tikus yang diteliti mengalamiradang pada kolon. Penelitian lain yang
melaporkanterjadinya radang pada hewan setelah pemberian AOMmenunjukkan
terjadinya radang yang hebat pada tikus.
Pada penelitian ini ditunjukkan bahwa pada kelompokkontrol dimana telah diinduksi
AOM dan DSS,terjadi peradangan dengan jumlah lokasi paling besardibandingkan
kelompok perlakuan baik yang terjadipada bulan pertama hingga bulan keempat
pengambilansampel jaringan kolon. Dengan makin ditingkatkannyadosis pemberian
minyak ikan terhadap mencit yangtelah diinduksi AOM dan DSS, makin
mempercepatpenurunan jumlah lokasi radang pada jaringanmukosa kolon mencit.Bila
dilihat dari perkembangan setiap bulannyadari setiap kelompok, hanya kelompok dosis
rendahyang menunjukkan penurunan jumlah lokasi radang,yang terjadi pada bulan ketiga
dan keempat. Hal initerjadi karena pada pemberian dosis yang lebih besar(sedang dan
tinggi), penurunan jumlah lokasi radangtelah terjadi pada bulan sebelumnya yaitu sejak
bulanpertama pada dosis tinggi dan sejak bulan kedua daridosis sedang. Hal ini dapat
dijelaskan karena deretan proses karsinogenesis, inisiasiterjadi akibat pemberian AOM,
sedangkan progresiterjadi akibat pemberian DSS yang menyebabkanterjadinya radang
sebagai proses yang mengakibatkanperubahan epigenetik. Peradangan sebagai
prosesprogresi bermula sejak pemberian DSS yang dilakukan pemberian melalui air
minum selama seminggu. Pada dosis rendah, penurunan peradangan masih terjadi,
sedangkan pada dosis sedang dan tinggi sudah tidak terjadi peradangan karena mekanisme
selanjutnya yang mengikuti proses progresi telah terjadi. Minyak ikan yang merupakan
anggota dari asam lemak memiliki potensi menurunkan derajad inflamasi pada
inflammatory bowel diseases (IBD) (Kusmardi, et al., 2014).
Menurut Sawitri, E., et al., 2013. Pada penelitian pengaruh pemberian ekstrak
Phyllanthus niruri Linn terhadap infiltrasi limfosit dan ekspresi perforin pada kanker
kolon tikus Sprague-Dawley menggunakan tikus yang diberikan perlakuan yang berbeda.
1,2 dimethylhidrazine (DMH) adalah senyawa berbentuk cairan tak berwarna, mudah larut
dan baunya mirip amoniak. 1,2 DMH merupakan karsinogen poten yang dilaporkan
menginduksi kanker kolon pada sejumlah spesies hewan eksperimen, seperti pada mencit,
tikus dan roden. Kanker pada kolon mencit atau tikus yang diinduksi 1,2 DMH
memperlihatkan stadium prekanker yang jelas. Rangkaian perubahan histopatologik pada
kolon tergantung dosis dan lama pemberian, dapat diamati sebelum timbul karsinoma.
Kehadiran limfosit menjadi prediktor yang menguntungkan untuk meramalkan respons
terapi beberapa jenis tumor, termasuk kanker kolorektal. Intensitas infiltrate limfositik
tumor merefleksikan intensitas respons spesifik terhadap tumor. Dengan demikian
infiltrasi limfosit intratumoral dan di sekitar sel kanker dapat digunakan sebagai marker
respons imun terhadap kanker. Hasil penelitian ini juga berhasil membuktikan bahwa
ekspresi perforin pada tikus coba yang mendapat ekstrak P. niruri L lebih tinggi dan
berbeda secara sangat signifikan disbanding tikus coba yang tidak mendapat ekstrak
tersebut. Hasil ini membuktikan bahwa P. niruri L memiliki efek meningkatkan ekspresi
perforin yang disekresikan oleh CTL dan sel NK. Maka disimpulkan bahwa ekstrak P.
niruri L meningkatkan status imunologis melalui mekanisme peningkatan infiltrasi
limfosit dan ekspresi perforin untuk melawan kanker kolon pada tikus Sprague-Dawley
yang diinduksi 1,2 DMH. Sehingga selain penggunaan induksi dengan azoksimetan
(AOM) dapat juga menggunakan induksi 1,2 dimetilhidrazin (DMH) sebagai induksi
karsinogenesis kanker kolorektal.
Berdasarkan semua penjelasan tersebut,menunjukkan penelitian yang telah
dilakukanmenguatkan pengaruh pemberian minyak ikan terhadapkarsinogenesis kolorektal
melalui jalur peradanganatau inflamasi.Perubahan dari asam linoleat(LA) menjadi asam
arakhidonat (AA) dihambat olehEPA, DHA dan ALA yang terkandung dalam
minyakikan. AA berkompetisi dengan EPA merupakansubstrat dari enzim siklooksigenase
(COX-2)dalam pembentukan prostaglandin dan tromboksan,dan substrat dari enzim
lipooksigenase (LOX)menghasilkan leukotrin. Prostaglandin, tromboksandan leukotrin
merupakan protein yang berperandalam reaksi radang dan proliferasi, namun ketigaprotein
tersebut yang dihasilkan/ turunan EPAkurang memiliki kemampuan dalam
merangsangreaksi radang dan proliferasi. Selain itu EPA danDHA memiliki kemampuan
menghambat produksiCOX-2 sehingga menghambat produksi ketigaprotein proinflamasi
dan proproliferasi tersebut.Telah diketahui bahwa reaksi radang dan
proliferasiberhubungan dengan terjadinya tumor/kanker(Kusmardi, et al., 2014).
Minyak ikan dapat mempengaruhi sel yangberperan dalam reaksi radang melalui
berbagaimekanisme, yaitu: mempengaruhi kompleks lipid,lipoprotein, hormon dan
metabolit yang berperandalam reaksi radang. Kandungan polyunsaturatedfatty acids
(PUFA) yang terdapat pada minyak ikanberpengaruh langsung terhadap sel radang
melaluireseptor asam lemak yang terdapat pada permukaansel maupun intraseluler yang
nantinya berpengaruhpada faktor transkipsi seperti peroxisome proliferatoractivated
receptors (PPARs). Selain itu, PUFAdapat dioksidasi melalui proses enzimatik
maupunnonenzimatik yang derifatnya bekerja langsung padareseptor permukaan sel
radang.Marine n-3 fatty acids (MFA) merupakan komponenutama pada minyak ikan yang
diduga berperan dalammenghambat karsinogenesis pada kanker kolorektaldengan cara
menghambat cyclooxygenase-2 (COX-2), meningkatkan kapasitas apoptosis,
mengurangiangiogenesis, mengaktifkan protein kinase C (PKC) (Kusmardi, et al., 2014).
 Pengaruh Pemberian Minyak Ikan Terhadap Mitosis, Hiperplasia, dan Displasia
Sel Epitel Kripta Jaringan Mukosa Kolon.
Sel epitel kriptajaringan mukosa kolon yang mengalami mitosis padasediaan dengan
pewarnaan hematoksilin-eosin (HE)dilihat dengan pembesaran 400x.Pengamatan pada
sepuluh lapang pandang dilakukan untuk menghitung jumlah seluruh sel epitel yang mengalami
mitosis. Tabel 3 menunjukkan mitosis sel epitel kripta kolonmencit kelompok kontrol dan
perlakuan. Setiap bulan dari sediaan mukosa kolon, terjadi penurunan jumlah sel yang
mengalami mitosis pada kelompok perlakuan. Penurunan terjadi sesuai dengan
peningkatan dosis minyak ikan yang diberikan pada mencit yang diinduksi AOM dan
DSS (Kusmardi, et al., 2014).
Pada Tabel 3. Pada kelompok kontrol diketahuibahwa perbedaan terjadi antara bulan
pertama denganbulan-bulan selanjutnya. Pada bulan kedua danselanjutnya terjadi
peningkatan jumlah sel epitel kriptayang mengalami mitosis. Peningkatan jumlah sel
yangmengalami mitosis ini makin tinggi seiring lamanyawaktu pengambilan sampel
jaringan kolon mencit.Berbeda dengan kelompok kontrol, kelompokperlakuan baik dosis
rendah, sedang maupun tinggi,tidak menunjukkan perbedaan bermakna
walaupuntampaknya terjadi kecenderungan peningkatan jumlahsel epitel yang mengalami
mitosis (p=0,703 untukdosis rendah; 0,697 untuk dosis sedang dan 0,427untuk dosis
tinggi).juga dapat dilihat adanya perbedaanbermakna jumlah sel yang mengalami
hiperplasiaterjadinya sel epitel kripta jaringan mukosa kolonmencit antara kelompok
kontrol dan perlakuan padabulan kedua, ketiga dan keempat (p=0,000). Padabulan pertama
tidak menunjukkan perbedaan yangbermakna sel epitel mukosa kolon yang
mengalamihiperplasia. Pada bulan kedua hingga keempat,umumnya peningkatan dosis
pemberian minyakikan terhadap mencit yang diinduksi AOM dan DSSmengalami
penurunan jumlah lokasi sel yang terjadihiperplasia(Kusmardi, et al., 2014).
Gambar 2. Gambaran mikroskopis jaringan kolon mencit yang tidak mengalami displasia (A),
displasia skor 1 (B) dengan inti sel memanjang, inti lebih padat, terdapat pseudostratifikasi;
displasia skor 2 (C) dengan inti sel memanjang, lebih padat, terdapat stratifikasi sel epitel,
displasia skor 3 (D) dengan inti memanjang, polaritas inti tidak jelas, sel goblet jauh berkurang
(pembesaran 400 x, pewarnaan HE).

Displasia pada jaringan kolon mencit hanya dijumpai pada bulan ketiga dan keempat
(Gambar 2). Di bulan ketiga, displasia mulai ditemukan pada mencit kelompok kontrol,
sedangkan pada kelompok perlakuan ditemukan hanya pada bulan ke empat. Hiperplasia
merupakan tahap awal perubahan sel menjadi kanker. Hiperplasia merupakan
pertumbuhan yang meningkat yang terjadi pada sel yang memiliki kemampuan
mengalami proliferasi tinggi. Biasanya hiperplasia dikaitkan dengan peningkatan
proliferasi dan kecepatan mitosis. Dengan meningkatnya jumlah sel yang mengalami
hiperplasia, ditentukan bahwa proliferasi berjalan lebih dari biasanya. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa hiperplasia merupakan awal terjadinya displasia, namun
tak selamanya hiperplasia akan menjadi displasia. Penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian minyak ikan pada mencit yang diinduksi AOM dan DSS, menurunkan jumlah
sel yang mengalami mitosis, menurunkan jumlah lokasi yang mengalami hiperplasia
(Kusmardi, et al., 2014).
Menurut Anindita, O. A. (2015) pada penelitian efek fitopreventif minyak buah
merah (Pandanus conoideus Lam.) terhadap Colitis-Associated Carcinogenesis juga
menggunakan hewan coba mencit (Mus musculus L.) galur Balb/c jantan menyatakan
bahwa perubahan histopatologik paling dini yang ditemukan pada proses
yangmenghubungkan inflamasi kronik dengan kanker adalah displasia, dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian minyak buah merah padamencit model CAC
yang diinduksi dengan AOM/DSS (kelompok perlakuan buah merah) menurunkankadar
IL-6 serum dan skor analisis histopatologis kolon.
Gambar 3. Rerata skor displasia pada sel epitel kripta kolon kelompok kontrol dan pemberian
minyak ikan
Peningkatan dosis minyak ikan menurunkan rerata skor displasia pada jaringan
kolon yang ditunjukkan pada Gambar 3.Penelitian yang dilakukan ini tidak
menggunakan kontrol positif karena mekanisme penghambatan omega-3 pada minyak
ikan melalui berbagai jalan, diantaranya melalui penghambatan pembentukan protein
yang berhubungan dengan radang, penghambatan melalui berbagai proses epigenetik
yang memerlukan banyak kelompok kontrol positif.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Semua kelompok mencit yang diinduksi AOM/DSS dan diberikan minyak ikan
menunjukkan peningkatan berat badan yang sejalan dengan peningkatan dosis minyak
ikan. Pemberian minyak ikan pada mencit yang diinduksi AOM/DSS menyebabkan
penurunan jumlah lokasi radang oleh dosis rendah pada bulan ketiga, dosis sedang
pada bulan kedua, dan dosis tinggi pada bulan pertama. Jumlah sel epitel kripta kolon
yang mengalami mitosis pada kelompok kontrol dan perlakuan mengalami perbedaan
bermakna pada bulan kedua, ketiga, dan keempat. Demikian pula dengan sel epitel
mukosa kolon yang mengalami hiperplasia pada kelompok kontrol dan perlakuan,
mengalami penurunan dan perbedaan bermakna pada minggu kedua hingga keempat.
Pemberian minyak ikan juga menghambat terjadinya displasia pada mencit yang
diinduksi AOM. Pada minggu ketiga, mencit kelompok perlakuan mengalami
penurunan displasia seiring dengan peningkatan dosis minyak ikan.
DAFTAR PUSTAKA

Anindita, Oeij A. 2015. Efek Fitopreventif Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.)
terhadap Colitis-Associated Carcinogenesis (Phytopreventive Effect of Buah Merah
(Pandanus conoideus Lam.) Oil In Colitis-Associated Carcinogenesis). Bagian
Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung. Journal of
Medicine and Health Vol. 1 No. 2.

Kusmardi, Bambang P. P., Eva H., dan Santoso C. 2014. Aktivitas Minyak Ikan dalam
Menghambat PreneoplasiaKolon Mencit yang Diinduksi Azoksimetan dan
DextranSodium Sulfate(Effect of Fish Oil in Inhibiting Colorectal Preneoplasia ofMice
Induced by Azoxymetane and Dextran Sodium Sulfate). Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia, hlm. 154-161 Vol. 12, No. 2. ISSN 1693-1831.

Sawitri,E., Ign. Riwanto, Tjahjono, Edi D.. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Phyllanthus
niruri Linn Terhadap Infiltrasi Limfosit dan Ekspresi Perforin pada Kanker Kolon
Tikus Sprague-Dawley. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan
Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah.Media MedikaIndonesiana. Volume 47,
Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai