Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME TENTANG PENGAWETAN SPERMA PADA

IKAN

OLEH :

ERLANGGA ILYAS
O 271 18 027

JURUSAN AKUAKULTUR
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
A. PENDAHULUAN

Perkembangan budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh teknologi pembenihan,


terutama dalam pengadaan benih ikan. Sering kali timbul masalah dalam pengadaan
benih yang dikarenakan masa pematangan gamet induk ikan jantan dan betina
terkadang tidak terjadi secara bersamaan, salah satu cara untuk memberikan alternatif
pemecahan dalam masalah tersebut melalui penerapan bioteknologi reproduksi yaitu
pengawetan sperma (Dirjennak,2007). Untuk menyimpan sperma diperlukan satu
media pengencer yang mampu mempertahankan kualitas sperma dan menunjang
hidup sperma. Toelihere (1985) menyebutkan beberapa hal yang harus dipenuhi
dalam penyimpanan sperma antara laian suhu, lama penyimpanan dan media
pengencernya.

Media penyimpanan dapat berfungsi untuk memperbanyak volume,


melindungi spermatozoa terhadap cold shock, sumber nutrisi, mencegah pertumbuhan
kuman serta menjaga tekanan osmotik agar tetap stabil dan juga keseimbangan
elektrolik (Partodiharjo, 1992). Media penyimpanan juga harus mampu
mempertahankan motilitas dan viabilitas sperma. Motilitas menunjukan kemampuan
untuk membuahi telur sehingga semakin tinggi motilitas menunjukan semakin tinggi
prosentase hidup (viabilitas) spermatozoa tersebut. Media penyimpan dapat terdiri
dari beberapa bahan pengencer anorganik antara lain Na sitrat, Na Fosfat, Tris dan
bahan pengencer organik yaitu antan kelapa, air susu, dan air kelapa (Hawk, 1965)
dalam Gunawan et al (2004).

Pengawetan sperma bertujuan dalam mengoptimalkan induk jantan yang


unggul dalam membuahi sel telur betina yang sejenis sehingga pengawetan sperma
mempunyai peran yang sangat besar dalam penyediaan benih ikan unggul
(Dirjennak,2007).

Menurut Effendie (1997) gonad merupakan alat kelamin yang dimiliki oleh
setiap individu baik jantan maupun betina, pada individu jantan berupa testes yang
merupakan organ penghasil sperma dan individu betina berupa ovarium sebagai
penghasil sel telur.
B. PEMBAHASAN

Penyimpanan sperma memiliki keuntungan karena dapat disimpan dalam


jangka waktu yang lama dan dapat digunakan setiap saat diperlukan (Toelihere,
1981). Penyimpanan sperma diperlukan karena secara alamiah masa hidup
spermatozoa ikan air tawar di alam sangat singkat setelah keluar dari testis. Effendy
(1997) menyatakan bahwa secara normal masa hidup sperma setelah keluar kedalam
air hanya sekitar 1 - 2 menit.

Penyimpanan sperma membutuhkan bahan pengencer yang dapat melindungi


sperma dari suhu rendah dan memberikan sumber energi selama proses penyimpanan,
karena tanpa adanya bahan pengencer sperma akan rusak dan mati selama
penyimpanan. Pengencer yang dibutuhkan dapat mensuplay nutrisi dan bersifat
isotonik yang dapat mempertahankan tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit
yang sesuai, sehingga sperma dapat bertahan hidup. Whitler (1980) menyatkan bahwa
larutan pengencer dan pengawet sperma kondisinya harus isotonis dengan larutan
sperma sehingga mampu menjamin kehidupan spermatozoa yang akan disimpan.
Peningkatan metabolisme menyebabkan cadangan nutrisi akan cepat habis dan
membuat sperma kekurangan energi dan akhirnya mengalami kematian. Man (1967)
menyebutkan energi yang trerbentuk digunakan untuk mempertahankan diri dari
kematian sel akibat difusi oleh media sekitarnya.

Motilitas kaitannya dengan daya fertilitas dalam membuahi sel telur, dimana
motilitas yang bergerak aktif dan cepat maka daya membuahi sel telur akan tinggi.
Motilitas atau pergerakan spermatozoa merupakan salah satu faktor yang menentukan
kualitas sperma (Toelihere, 1985). Setelah penyimpanan selama 3 hari motilitas
sperma menurun seiring dengan berkurangnya cadangan makanan yang ada dalam
media penyimapanan. VanDemark (1985) yang menjelaskan bahwa tingginya
motilitas dapat terjadi karena masih tersedianya nutrisi yang dibutuhkan.

Langkah langkah dalam Proses pengawetan sperma

a. Persiapan dan Pembuatan Larutan Pengencer. Membuat larutan pengencer yang


akan digunakan dalam proses pembekuan sebagai berikut: langkah awal adalah
persiapan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam proses pembuatan larutan
pengencer. Bahan dan alat yang dibutuhkan antara lain madu, NaCl fisiologis,
Natrium sitrat, penicillin, streptomicin, glyserol, fuktosa, glukosa dan Tris
Aminomethane.
b. Pengambilan Sperma (stripping). Ikan matang gonad diambil dari kolam
pemeliharaan induk secara hati-hati kemudian dipegang menggunakan kain dengan
lubang genital menghadap ke atas. Ikan kemudian di stripping dan sperma yang
keluar dihisap dengan spuit plastik 1 ml kemudian dilakukan pemeriksaan sperma
segar

c. Pemeriksaan Sperma Segar Sebelum Proses Pembekuan. Penentuan kualitas


sperma segar yang diperoleh dapat dilakukan pemeriksaan secara makrokopis dan
mikrokopis. Pengamatan yang dilakukan sebagai berikut warna, volume dan pH-nya,
serta dihitung konsentrasi spermatozoa, motilitas, lama gerak serta viabilitas dari
semen segakualitas spermatozoa (Toelihere, 1981).

- Pemeriksaan Makrokopis :

a) Pemeriksaan Fisik Sperma ikan yang tertampung dapat diamati secara seksama
mulai dari warna, volume, bau dan kekentalan.

b) Pemeriksa Kimia Pemeriksaan sperma secara kimia meliputi derajat keasaman.


Menentukan derajat keasaman pada sperma segar menggunakan pH paper (Rustidja,
2000).

- Pemeriksaan Mikrokopis :

a) Penghitungan Konsentrasi Sperma Dengan Metode Thoma Penentuan konsentrasi


spermatozoa dapat dilakukan dengan cara thoma dan dinyatakan dalam angka
(Salisbury dan VanDemark, 1985). Cara ini menggunakan pengencer berupa larutan
eosin dalam NaCl 3%. NaCl 3% berfungsi untuk mematikan spermatozoa, sedangkan
eosin 2% berfungsi untuk memberikan warna pada sperma yang mati sehingga dapat
menghitung spermatozoa dengan mudah.

b) Viabilitas Penentuan nilai viabilitas dapat dilakukan dengan metode pembuatan


preparat ulas dengan pewarnaan eosin negrosin. Penghitungan menggunakan
konsentrasi sperma dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Evans dan Maxwell,
1987 dalam Hidayaturrahmah, 2007): Konsentrasi sperma (%) = ∑sperma hidup x
100% ∑ total sperma Sperma yang mati akan menyerap zat warna merah karena
permeabilitas dinding selnya telah melemah, sehingga zat warna eosin negrosin akan
dapat masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan warna merah sampai kedalam sel
terutama pada bagian ujung kepala dan yang hidup akan tetap berwarna putih pada
bagian dalam selnya.
c) Lama Gerak Pelaksanaan pemeriksaan lama gerak dilakukan setelah sperma yang
sudah di teteskan pada objek glass ditambahkan aquades, secara alami akan terjadi
pergerakan sperma. Penghitungan waktu lama gerak sperma dilakukan sesaat setelah
penambahan air,dengan mengamati beberapa sel sperma mulai dari bergerak sampai
berhenti dan tidak ada gerakan lagi. Pemeriksaan ini dilakukan pada mikroskop
dengan perbesaran 400x (Nuryadi dan Sidiq, 2002).

d) Motilitas Meneteskan sperma ikan komet sebanyak 2-3 tetes diatas objek glass
kemudian tambahkan aguades dan amati pergerakan sperma di bawah mikroskop
dengan perbesaran 400x.

C. KESIMPULAN

Semakin besar sperma yang bergerak aktif semakin besar pula peluang
sejumlah telur untuk terbuahi karena sperma yang aktif dapat masuk ke dalam
mikrofil telur yang sedang terbuka. Pembuahan dapat terjadi apabila ada spermatozoa
aktif masuk mikrofil telur yang terbuka (Effendi, 1997).

Dalam pengamatan di bawah mikroskop menunjukan telur telur dapat


terbuahi tetapi kemudian perkembangannya menjadi terhenti. Ditemukannya
gumpalan lemak di sekitar telur yang berasal dari sisa lemak pada susu pengencer.
Diduga lemak dapat mengganggu proses difusi oksigen sehingga menghalangi
perkembangan telur. Waynorovich and Hovart, (1980) menyebutkan bahwa telur
tidak dapat menetas apabila difusi oksigen ke dalam telur berkurang. Lemak tidak
dapat larut dalam air tapi larut dalam pelarut organik seperti chloroform, eter,
karbondisulfida, alkohol dan lainnya (Sumarjo, 1988). Tidak terdapatnya glycerol
menyebabkan gumpalan lemak karena adanya pendinginan tidak dapat terurai
sehingga menutupi permukaan telur.
 Penggunaan konsentrasi glycerol dalam susu pengencer efektiv dalam
menjagamotilitas sperma, presentase pembuahan maupun penetasan telur ikan mas.
Semakin tinggi konsentrasi glycerol akan meningkatkan motilitas sperma dan
mempengaruhi pembuahan serta penetasan telur. namun setelah konsentrasi glycerol
melewati 3% akan menurunkan motilitas sperma. Konsentrasi glycerol 3% dalam
susu pengencer dipilih sebagai konsentrasi terbaik untuk penyimpanan sperma jangka
pendek.
 Penambahan ekstender madu dapat meningkatkan motilitas dan daya hidup
spermatozoa ikan komet (Carassius auratus auratus) selama proses pembekuan.
Penambahan ekstender madu dengan dosis 0,6% merupakan dosis yang terbaik dalam
meningkatkan motilitas dan daya hidup spermatozoa ikan komet (Carassius auratus
auratus).

 Penambahan air kelapa dan gliserol berpengaruh terhadap fertilitas


spermatozoa ikan mas (Cyprinus carpio L.) dan spermatozoa masih bertahan hidup
selama penyimpanan 4 hari, namun semakin lama disimpan motilitas akan semakin
menurun. Penyimpanan sperma dengan perbandingan dosis 50% air kelapa + 50%
gliserol memberikan hasil terbaik.

Anda mungkin juga menyukai