PENDAHULUAN
Latar belakang
Pemanfaatan pengawet semen mulai berkembang setelah ditemukannya gliserol oleh
Polge pada tahun 1949 (Royere et al., 1996) dengan kemasan yang digunakan pertama kali
berbentuk pellet. Kemasan semen lain yang berkembang selanjutnya adalah ampul, mini
(0,25 ml) dan medium (0,5 ml) straw, minitub (0,25 dan 0,3 ml), macrotub (5 ml) serta
kemasan plitplat (5ml) yang digunakan pada semen beku babi. Kemasan yang sekarang
populer dan digunakan secara universal adalah kemasan straw 0,25 dan 0,5 ml Cassou (IMV,
Prancis) dan minitub 0,25; 0,3 dan 0,5 ml (Minitub, Jerman). Di Indonesia saat ini terdapat
dua balai inseminasi buatan (BIB) nasional dan beberapa balai inseminasi buatan daerah
(BIBD), yang menggunakan dua kemasan straw, yaitu ministraw dan minitub.Untuk
menghasilkan semen beku yang berkualitas tinggi dibutuhkan bahan pengencer semen yang
mampu mempertahankan kualitas spermatozoa selama proses pendinginan, pembekuan,
maupun pada saat thawing (Aboagla dan
Terada, 2004a). Karena itu, bahan pengencer semen beku harus mengandung sumber
nutrisi, buffer, bahan anti cold shock, antibiotik, dan krioprotektan yang dapat melindungi
spermatozoa selama proses pembekuan dan thawing. Sumber nutrisi yang paling banyak
digunakan adalah karbohidrat terutama fruktosa yang paling mudah dimetabolisasi oleh
spermatozoa (Toelihere, 1993). Buffer berfungsi sebagai pengatur tekanan osmotik dan juga
berfungsi menetralisir asam laktat yang dihasilkan dari sisa metabolisme
spermatozoa.Buffer yang umum digunakan adalah tris (hydroxymethyl) aminomethan yang
mempunyai kemampuan sebagai penyangga yang baik dengan toksisitas yang rendah dalam
konsentrasi yang tinggi (Steinbach dan Foote, 1967). Bahan anti cold shock yang umum
ditambahkan adalah kuning telur atau kacang kedelai (Aboagla dan Terada, 2004b), yang
dapat melindungi spermatozoa pada saat perubahan suhu dari suhu ruang (28oC) pada saat
pengolahan ke suhu ekuilibrasi (5oC). Saat ini secara meluas telah dan digunakan bahan
pengencer yang mengandung buffer seperti tris (hydroxymethyl) aminomethan yang secara
universal digunakan untuk semen beku sapi (Davis et al., 1963; Anzar dan
Graham., 1995); semen kambing (Suwarso, 1999); semen domba (Hahn, 1972; Maxwell dan
Salamon, 1993); semen anjing (Yildiz et al., 2000) dan semen ayam
(Sexton, 1978; Abdillah, 1999). Selain pengencer semen yang dapat dibuat berdasarkan
resep, terdapat berbagai pengencer kemasan yang telah beredar dan dapat diperoleh di
pasaran seperti Biochiphos dan Bioexcel (IMV, Perancis) juga triladyl, biladyl dan pengencer
AndroMed (Minitub Jerman) yang menggunakan lesitin dari kacang kedelai (KK).
Agar kualitas dan fertilitas sperma tetap tinggi, maka dalam proses penyimpanan
perlu ditambahkan suatu larutan atau bahan pengencer (extender) dan bahan pengawet
(cryoprotectant) ke dalam sperma. Penambahan bahan-bahan tersebut bertujuan untuk
memperpanjang daya tahan hidup spermatozoa, sehingga dapat digunakan dalam waktu yang
relatif lama.
Penyimpanan jangka pendek biasanya cukup menggunakan extender. Extender adalah
suatu bahan yang digunakan untuk melarutkan sperma ikan. Extender sering kali disebut
sebagai artificial seminal plasma, karena pembuatan extender harus mempertimbangkan
bahan-bahan yang ada di dalam seminal plasma. Komposisi extender harus sama dengan
komposisi yang ada di dalam seminal plasma sperma ikan yang diawetkan.
Fungsi dari bahan pengencer (extender) yang merupakan sumber energi, melindungi
sperma terhadap kerusakan akibat pendinginan yang cepat, mencegah pengaruh yang
merugikan seperti perubahan pH akibat terbentuknya asam laktat, mempertahankan tekanan
osmotik dan keseimbangan elektrolit, menghambat pertumbuhan bakteri, mempertahankan
fertilitas sperma yang disimpan, sehingga dapat digunakan untuk inseminasi dan
memproduksi sel spermatozoa selama pembekuan.
Minuman ber-ion atau yang lebih dikenal dengan minuman isotonik, merupakan
minuman yang mengandung berbagai mineral yang dibutuhkan tubuh, seperti natrium,
kalium, kalsium, magnesium, karbohidrat, dan vitamin yang dapat menggantikan cairan
tubuh setelah beraktivitas atau yang hilang karena proses metabolisme. Minuman ini disebut
juga isotonik karena keseimbangan kepekatan larutan yang masuk sama dengan kepekatan
cairan darah. Cairan isotonik dalam bidang farmasi biasanya digunakan untuk membuat
larutan infus. Larutan ini dapat dibuat dengan menambahkan garam sampai kepekatan larutan
mencapai 0,9 %, disebut juga larutan garam fisiologis. Minuman ber-ion ini memiliki
potensi untuk digunakan sebagai bahan extender dalam penyimpanan sperma jangka pendek
karena sifatnya yang sama dengan cairan tubuh
Materi
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah semen sperma dan ayam,
mikroskop, vagina buatan, air hangat, mikroskop, cover glass, objek gelas.
Metoda
Cara kerja yang dilaksanakan dalam praktikum ini adalah dengan melakukan
penampungan semen ayam dan semen sapi dengan vagina buatan, kemudian membuat
pengencer yang terbuat dari air kelapa, dan kuning telur, kemudian diawetkan dan diamati
dibawah mikroskop, pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan secara mikroskpis dan
makroskopis, dan mengamati gerakan sperma.
Evaluasi semen
Motilitas semenParameter standar untuk motilitas sperma tidak lebih dari 30%.
Motilitas dari sperma tidak seharusnya digunakan sebagai ukuran kesuburan dari pejantan
tersebut, hal ini dikarenakan factor dari suhu, waktu, konsentrasi, kontaminasi dan metode
evaluasi dapat mempengaruhi nilai motilitas semen.
Morpologi semen: Morpologi normal sperma adalah 70%. Abnormalitas dari semen dibagi
menjadi 2 yaitu factor utama dan faktor skunder, tergantung seperti apakah cacat yang terjadi
didalam testis atau setelah sperma meninggalkan testis.
Abnormalitas dapat terjadi dari berbagai factor seperti keturunan, kondisi yang stress, infeksi,
meningkatnya suhu testis atau juga factor lain. Abnormalitas yang terjadi dapat bersifat
sementara ataupun permanen, maka sapi pejantan harus diuji lagi 6 sampai 8 minggu
kemudian.
Mortilitas Spermatozoa
Motilitas adalah gerak maju ke depan dari spermatozoa secara progresif. Oleh karena
tujuan akhir dari pengencer adalah untuk kegiatan inseminasi buatan maka daya gerak
spermatozoa secara progresif (maju kedepan) menjadi patokan yang mutlak diperhitungkan.
Hal ini berarti sperma yang bergerak berputar-putar atau bergerak di tempat apalagi yang
tidak bergerak tidak dijadikan tolok ukur penilaian kualitas semen beku atau semen cair.
Artinya parameter motilitas disamping konsentarsi sperma merupakan parameter utama
dalam menilai kelayakan semen yang akan digunakan dalam kegiatan IB.
Meskipun demikian penilaian terhadap motilitas spermatozoa dapat dilakukan secara
subyektif (visual) yakni dengan membandingkan jumlah spermatozoa yang bergerak
progresif dengan yang tidak bergerak progresif secara gamblang oleh pemeriksa melalui
bantuan mikroskop dan dinyatakan dalam persen. Oleh karena itu keakuratan penilaian
terhadap parameter ini berbanding lurus dengan tingkat pengalaman dan kemahiran seorang
pemeriksa atau teknisi yang memeriksa kualitas (motilitas) semen. Seringkali dengan
mengetahui berapa motilitas sperma dari sebuah sampel semen (semen cair atau beku) sudah
dapat diketahui bagaimana kualitas semen yang akan digunakan
Sekalipun demikian semen cair dalam pengencer sitrat kuning telur dan susu
segarkuning telur hari-hari terakhir penyimpanan masih memperlihatkan motilitas
spermatozoa sapi Simmental di atas 40 %, namun perlu diwaspadai karena motilitas sperma
pada hari kelima penyimpanan semen yang diencerkan dengan kedua bahan pengencer ini
telah berada pada batas ambang minimal layak IB, yakni rata-rata 40,4 % untuk Sitra-Kuning
Telur dan 40,2 % untuk Susu Segar-Kuning telur. Hasil Penelitian Nesimnasi (1994) yang
mengamati tentang pengaruh lama penyimpanan semen cair sapi Brangus terhadap tingkat
kebuntingan sapi Bali betina yang diinseminasi dengan semen cair yang telah disimpan
selama empat hari pada suhu 3-50C tampaknya rendah dibanding hari pertama dan kedua.
Saran
Semoga praktikum yang terakhir ini menghasilkan manfaat baru buat seluruh
praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah. 1999. Pengaruh beberapa pengencer semen, lama penyimpanan semen dan waktu
inseminasi terhadap fertilitas spermatozoa ayam buras. Tesis Program Pascasarjana IPB
Bogor.
Aboagla EM-E, Terada T. 2004a. Effects of egg yolk during the freezing step of
cryopreservation on the viability of goat spermatozoa. Theriogenology 62:1160-1172
______________________. 2004b.
Effects of supplementation of trehalosa extender containing egg yolk with sodium dodecyl
sulfate on the freezability of goat spermatozoa. Theriogenology 62: 809-818