Anda di halaman 1dari 18

PEMERIKSAAN

BAKTERIOFAGE
DAUR LITIK DAN
LISOGENIK
KELOMPOK 1
1. Agrilita Pratama
2. Ana Nurjanah
Assalamualaikum wr.wb 3. Anisya Sri Wahyuni
4. Apriani
5. Astining Tyas
6. Ayu Purnama Asih
7. Badri Zam-Zammi
8. Belia Arsika
9. Desty Mutiara Rezky
10. Dwi Okta Fitriyani
PENGERTIAN

Bakteriofage berasal dari kata bacteria dan phagus


(bahasa Yunani).Bakteriofage mula-mula ditemukan secara
terpisah Frederich W.Twort di Inggris pada tahun 1915 dan oleh
ilmuwan Prancis, D’Herelle pada tahun 1917, merupakan virus yang
menginfeksi atau menyerang bakteri. Virus ini sering digunakan
oleh para ilmuwan untuk penelaahan lebih mendalam tentang
virus karena mudah ditumbuhkan pada bakteri (inang).

Bakteriofage memiliki sebuah inti asam nukleat dikelilingi


oleh selubung protein atau kapsid.Kapsid tersusun dari subunit-
subunit morfologis yang disebut kapsomer.Kapsomer terdiri dari
sejumlah subunit atau molekul protein yang disebut protomer.Fage
mempunyai simetri kubus atau helical.Fage kubus adalah benda
padat teratur, sedangkan fage helical berbentuk batang.Umumnya
bakteriofage kepalanya polyhedral tetapi ekornya berbentuk
batang (Pelczar dan Chan, 1988).
DAUR LITIK

Siklus litik melibatkan infeksi inang oleh virus, diikuti


oleh lisis, yang merupakan peledakan dan kematian sel
inang. Hal ini juga melibatkan pelepasan fag menular baru.
Siklus litik terdiri dari tahapan sebagai berikut:

Adsorbsi
Lisis Infeksi

Perakitan
Replikasi
Fase Adsorbsi

Fase Adsorbsi  Virus menempel


pada sel inang. Reseptor adsorpsi spesifik
berlangsung pada permukaan bakteri, yang
dapat melibatkan lipopolisakarida, protein
atau bahkan flagela.
Virus (bakteriofage) dalam fase ini
mulai melekatkan diri dengan organisme
inang (bakteri Escherichia coli) pada bagian
permukaan sel bakteri.
Alat yang digunakan oleh virus untuk
melakukan perlekatan adalah serabut ekor
yang ada di bagian dekat struktur ekor.
Virus harus mengenali reseptor virus
pada permukaan sel bakteri sebelum
melakukan perlekatan ( seperti hal lainnya
mengikuti Falsafah Key-Lock)
Fase Infeksi

Fase infeksi merupakan fase yang melibatkan


pemasukan materi genetik virus (asam nukleat) ke
dalam sel organisme inang.

Asam nukleat (molekul DNA atau RNA) dimasukkan


ke dalam sel dan akan melakukan tugasnya
sebagai blueprint kehidupan virus. Setelah asam
nukleat ( DNA/ RNA nya ) masuk ke dalam
sitoplasma sel, tahap selanjutnya ditentukan
apakah masuk ke dalam siklus litik atau siklus
lisogenik. Apabila virus masuk ke dalam siklus litik
maka tahapan selanjutnya berturut-turut adalah
replikasi, perakitan dan lisis sel bakteri.
Fase Replikasi

Molekul DNA Virus dalam fase ini


memulai fungsinya sebagai materi
genetik, yaitu mensintesis protein yang
berhubungan dengan struktur dan
enzim virus.

Struktur virus pada fase ini mulai


dibentuk, seperti struktur Kapsid, ekor
dan serabut ekor.
Fase Perakitan

Struktur tubuh virus setelah


disintesis mulai dirakit menjadi
struktur virus yang utuh sebagai
virus-virus baru.

Setiap virus hasil perakitan


memiliki struktur lengkap seperti
virus pada umunya (memiliki
kapsid, ekor dan serabut ekor).
Fase Lisis
1. Virus-virus baru yang telah matang dan telah
sempurna bentuk dan strukturnya akan keluar dari
sel inang.
2. Proses keluarnya virus-virus baru dengan cara
merusak struktur sel (lisis) sehingga sel inang pecah
dan virus-virus dapat keluar dari sel. Virus-virus
yang baru ini siap untuk menginfeksi sel inang lain.

Jadi Virus ke inang mahkluk hidup


sebenarnya tidak menginginkan mematikan sel
inang namun karena ia terdesak keinginan hidup
untuk membentuk keturunannya yang sebagian
dari tubuhnya (kapsid) yang dibentuk dari protein
harus ia ambil dari protein inang.
DAUR LISOGENIK

Pada siklus lisogenik, lisis tertunda, dan fag


menjadi bagian dari tuan rumah untuk
beberapa waktu. Virus tetap aktif dan dapat
menjadi aktif setiap saat, mengarahkan sintesis
material virus. Tahapan berikut merupakan
bagian dari siklus lisogenik:
Fase Adsorbsi

• Virus (bakteriofage) dalam fase ini


mulai melekatkan diri dengan
organisme inang (bakteri Escherichia
coli) pada bagian permukaan sel
bakteri.
• Alat yang digunakan oleh virus untuk
melakukan perlekatan adalah serabut
ekor yang ada di bagian dekat struktur
ekor.
• Virus harus mengenali reseptor virus
pada permukaan sel bakteri sebelum
melakuanperlekatan.
Fase Infeksi

Fase infeksi merupakan fase yang


melibatkan pemasukan materi genetik
virus (asam nukleat) ke dalam sel
organisme inang.
Asam nukleat (molekul DNA atau RNA)
dimasukkan ke dalam sel dan akan
melakukan tugasnya sebagai
blueprint kehidupan virus.
Setelah asam nukleat masuk ke dalam
sitoplasma sel, tahap selanjutnya
ditentukan apakah masuk ke dalam
siklus litik atau siklus lisogenik.
Fase Penggabungan

• Fase penggabungan dapat dialami oleh virus


ketika memasuki siklus hidup lisogenik.
Setelah asam nukleat virus berhasil dimasukkan
ke dalam oragnisme inang, Selanjutnya
asamanuklaet tersebut bergabung dengan DNA
Kromosom organisme inang, dalam hal ini DNA
Kromosom bakteri.
Penggabungan materi genetik ini bertujuan
untuk menitipkan DNA atau RNA virus ke DNA
Kromosom untuk selanjutnya ikut digandakan saat
proses pembelahan sel. DNA Kromosom bakteri
adalah DNA yang memiliki informasi genetik
bakteri termasuk salah satunya adalah informasi
perintah untuk melakukan pembelahan sel.
Fase Pembelahan

Virus pada fase ini akan memanfaatkan proses


pembelahan sel bakteri untuk penggandaan materi
genetiknya yang sudah bergabung dengan DNA Kromosom.
Jika satu sel bakteri membelah menjadi dua bakteri
(saat pembelahan biner), maka akan didapat dua sel bakteri
yang masing-masing di dalamnya terdapat DNA virus.
Begitu juga seterusnya, dari dua sel bakteri tersebut
akan tersu mengalami pembelahan dan jumlah DNA virus
yang dihasilkan adalah sebanding dengan jumlah sel bakteri
hasil pembelahan.
Jika jumlah DNA virus yang dibutuhkan sudah cukup,
DNA virus akan memisahkan kembali dan virus akan masuk
ke daur litik melalui fase sintesis (replikasi).
DAUR LISOGENIK ini akan berubah menjadi litik dengan
pembentukan virus baru apabila inang tidak kuat sehingga
profage menghancurkan inangnya .
PEMERIKSAAN

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu


media luria bertani, drugalsky, inokulum Escherichia coli,
Phospat Buffer Saline (PBS), sampel air closet, kertas membran
filter 0,45 µm, wrapping dan alkohol.
Alat-alat yang digunakan yaitu:
1. Bunsen
2. pipet ukur 1 ml
3. milipore
4. mikropipet
5. tip
6. Eppendorf
7. syringe
8. botol steril
9. cawan petri
10. Tabung reaksi
11. Erlenmeyer
12. sentrifugator
13. shaker incubator.
Pengkayaan Bakteriofag.
1. Sebanyak 10 ml sampel air closet dari setiap kelompok
dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer.
2. Media luria bertani sebanyak 7,5 ml dimasukkan ke
dalam tabung erlenmeyer yang telah diisi oleh Ʃ 60 ml
sampel air.
3. Inokulum E.coli sebanyak 7,5 ml dimasukkan juga ke
dalam tabung erlenmeyer yang telah diisikan Ʃ 60 ml
sampel air.
4. Kemudian dilakukan inkubasi menggunakan shaker
incubator selama 1 x 24 jam dengan suhu 37⁰C.

Kontrol
1. Sebanyak 7,5 ml media luria bertani dan 7,5
mlinokulum E.coli dimasukkan ke dalam tabung
erlenmeyer.
2. Kemudian dilakukan inkubasi menggunakan shaker
incubator selama 1 x 24 jam dengan suhu 37⁰C.
1. Sebanyak 75 ml sampel air untuk perlakuan dimasukkan ke dalam 10
microsentrifuge tube masing-masing sebanyak 1,5 ml.
2. Kemudian dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 200 rpm selama 5 menit.
3. Supernatan yang telah didapatkan dari setiap tabung mikrosentrifuge tersebut
dikumpulkan.
4. Supernatan yang telah didapatkan kemudian disaring menggunakan
membran filter milipore 0,45 µm.
5. Filtrat yang didapatkan disimpan.
6. Filtrat yang telah didapatkan tersebut dilakukan pengenceran bertingkat
hingga pengenceran 10¯⁶.
7. Kemudian masing-masing pengenceran tersebut ditambahkan Phospat Buffer
Saline (PBS) masing-masing sebanyak 0,1 ml.
8. Dua pengenceran bertingkat terakhir yaitu pengenceran 10¯⁵ dan 10¯⁶
masing-masing ditambahkan E.coli sebanyak 0,5 ml untuk dijadikan sebagai
suspensi faga.
9. Suspensi faga tersebut dilakukan inkubasi selama 10 menit dengan suhu 37⁰C.
10. Masing-masing suspensi faga 0,6 ml tersebut dengan 7 ml media luria bertani
dilakukan platting ke cawan petri, lalu di wrapping.
11. Kemudian dilakukan inkubasi selama 2 x 24 jam dengan suhu 37⁰C.
12. Pengamatan dilakukan dan dihitung jumlah plaque yang terbentuk pada
perlakuan dan kontrol.
13. Jumlah plaque yang didapatkan dihitung dengan rumus:
Plaque/ml = ϵPlaque/(Pengenceran x Volume)PFU’s/ml
CONTOH

Kontrol 10¯⁶ Plaque 10¯⁶


TERIMA
KASIH
Wassalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai