Anda di halaman 1dari 13

Tugas Kelompok

Mata Kuliah Biomedik III

TREMATODA
FASCIOLA HEPATICA

Disusun Oleh :
Avika (K011181050)
Nur Fajri Tika Isnaeni (K011181051)
Nurul Ilmi Setyawati.S (K011181052)
Kiranti (K011181053)
Sri Mulyani (K011181054)
Lilmawati (K011181055)
Wahyuni Amaliyah (K011181056)

KELOMPOK 8
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah ini, dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai “FASCIOLA
HEPATICA”. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk
itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya dan dapat berguna bagi penulis maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Makassar, 15 Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Fakta Masalah ........................................................................................... 1
1.2. Pertanyaan Masalah .................................................................................. 2
1.3. Tujuan........................................................................................................ 3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Tabel Rekapitulasi Jurnal Hasil Penelitiah dan Kesimpulan Tabel .......... 4
2.2. Faktor Penyebab dan Aspek Kesehatan .................................................... 7
2.3. Solusi ......................................................................................................... 9
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 11
3.2. Saran ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. FAKTA MASALAH

Gambar 1.1 Fasciola Hepatica

Pada awal bagian dari fakta masalah ini, penulis akan terlebih dahulu
mendeskripsikan mengenai Fasciola Hepatica. Fasciola Hepatica, cacing hati
domba, adalah salah satu trematoda terbesar parasit manusia, berukuran
panjang 30 mm lebar 13 mm. Selain ukurannya, F. Hepatica dapat dibedakan
dari trematoda lain yaitu testis bercabang dan caecum usus; singkatnya, uterus
berbelit-belit; pengisap lisan dan ventral dari ukuran yang sama, mantan
terletak pada menonjol anterior disebut kerucut cephalic; dan vitellaria yang
memperpanjang sepanjang lateral tepi tubuh untuk akhirnya posterior. Cacing
dewasa hidup didalam saluran empedu, dan jaringan hati dari mamalia yang
mereka tumpangi. Fasciola hepatica merupakan trematoda hati yang sering
menginfeksi domba, karena itu cacing ini disebut sebagai sheep liver fluke.
Cacing dewasa hidup didalam saluran empedu bagian proksimal dan didalam
kantung empedu hospes definitif yaitu manusia dan herbivora. Infeksi dengan
Fasciola hepatica disebut fasciliasis yang tersebar luas di berbagai daerah
diseluruh dunia.
Pada saat menempel cacing ini menghisap makanan berupa jaringan
atau cairan tubuh inangnya. Dengan demikian maka trematoda merupakan
hewan parasit karena merugikan dengan hidup di tubuh organisme dan
mendapatkan makanan tersedia di tubuh inangnya. Trematoda dewasa pada

1
umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, kantong empedu, dan
pembuluh darah ruminansia maupun manusia. Trematoda berlindung di dalam
tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula,
permukaan tubuhnya tidak memiliki silia. Contohnya Trematoda adalah
cacing hati (Fasciola hepatica).
Fasciolosis adalah penyakit cacing yang disebabkan oleh dua trematoda
Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica. Penyakit ini disebabkan oleh
trematoda yang bersifat zoonosis. Tanda-tanda klinis, gejala dan tes
laboratorium dengan fase akut, laten, atau infeksi kronis. Biasanya ditandai
dengan demam, sakit perut, hepatosplenomegali, jumlah leukosit tinggi,
gangguan pencernaan samar-samar, obstruksi biller dengan penyakit kuning
intermiten, dan eosinofilia. Fasciola hepatica menimbulkan banyak
kekhawatiran, karena distribusi dari kedua inang definitif cacing sangat luas
dan mencakup mamalia herbivora, termasuk manusia. Siklus hidup dari siput
air tawar sebagai hospes perantara parasit (Levine, 1990). Fasciolosis
merupakan penyakit parasiter yang disebabkan oleh cacing pipih (trematoda)
dan umumnya menyerang ruminansia, seperti sapi, kerbau, dan domba.
Umumnya kasus tersebut terjadi di negara empat musim atau subtropis dan
disebabkan oleh cacing trematoda Fasciola hepatica. Mengingat tingginya
prevalensi penyakit ini pada ternak dibeberapa daerah di Indonesia, maka
perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya penularan penyakit ini pada
manusia di Indonesia. Ada dugaan bahwa pola makan tertentu pada manusia
dapat mengakibatkan terjadinya fasciolosis pada manusia di Indonesia.

1.2. PERTANYAAN MASALAH


Berdasarkan uraian dari fakta masalah di atas, maka penulis dapat
menunjukkan dua pertanyaan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
yaitu :
1.2.1. Bagaimana kesimpulan dari hasil penelitian mengenai penyakit
Fasciolosis yang di sebabkan Fasciola hepatica?
1.2.2. Apa saja faktor penyebab penyakit Fasciolosis?
1.2.3. Bagaimana solusi agar supaya tidak terinfeksi Fasciola hepatica?

2
1.3. TUJUAN
Dari pertanyaan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah :
1.3.1. Untuk mengetahui kesimpulan dari hasil penelitian mengenai penyakit
Fasciolosis yang di sebabkan Fasciola hepatica.
1.3.2. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab penyakit Fasciolosis.
1.3.3. Untuk mengetahui solusi agar supaya tidak terinfeksi Fasciola
hepatica.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. TABEL REKAPITULASI JURNAL HASIL PENELITIAN DAN
KESIMPULAN TABEL
TABEL REKAPITULASI JURNAL HASIL PENELITIAN
No Nama/Nim Aspek Parasit Aspek Kesehatan
1. Avika Fasciola hepatica –tinja untuk infeksi manusia
(K011181050) dari gadis 7 tahun andes dalam masyarakat
ekuador, menunjukkan
banyak ova operculated, Andean Ekuador telah
kuning-hijau dalam warna mengungkapkan
dan berukuran sekitar 138
prevelensi dari 1,7%
x 70 m, karakteristik
Fasciola hepatica. Setelah menjadi 6% . Fase akut
dikonfirmasi, ternyata fascioliasis ditandai
keluarga mereka memakan
selada air yang disiapkan dengan demam, sakit
dalam salad, yang ditanam perut,
dihalaman belakang
hepatosplenomegali,
rumah mereka dan mereka
juga memelihara domba gangguan
dan sapi yang dibiarkan gastrointertinal, ruam
berkeliaran dengan bebas.
kulit, kadar leukosit
tinggi, eosinofilia,
anemia, dan laju
sedimentasi darah. Fase
laten ditandai dengan
gejala nonspesifik,
termasuk gangguan
pencernaan yang
samar-samar dan
eosinofilia berselang.
Fase kronis di tandai
dengan obstruksi bilier
teratur dan konstaan;
gejala termasuk nyeri

4
bilier kolik, sakit
kuning berselang,
eosinofilia, dan nyeri
perut bagian atas-
kuadran kanan.
2. Nur Fajri Tika Fasciola hepatika – Sekitar 2,4 juta orang
Isnaeni keberadaan Galba di 61 negara terinfeksi
(K011181051) truncatula siput yang Fasciola hepatica. Di
merupakan hospes mesir, fascioliasis
perantara dominan endemik di desa-desa
Fasciola hepatika di tertentu, tetapi
sumber air utama (sumur). prevalensi keseluruhan
Feses dan hati sampel tidak di ketahui.
ternak di Dakhla Oasis
memiiki prevalensi 28,2%
terinfeksi Fasciola spp.
Berdasarkn jenis kelamin
usia, infeksi adalah 35%
(102/289) pada sapi betina
lebih tua dari usia 5 tahun
dan 30,8% (12/39) berusia
kurang dari 5 tahun. Pada
jantan, infeksi adalah
18,7% (40/214) pada
hewan kurang dari lima
tahun. Cacing dewasa
dalam saluran empedu
diidentifikasi sebagai F.
hepatica 11,1% (51/458).
Pada siput hadir di 9,7%
(71/731).
3. Nurul Ilmi Fasciola hepatica – prevalensi pada tingkat

5
Setyawati.S kejadian fasciolisis pada prevalensi peternak
(K011181052) ternak berkaitan dengan 66,14% (84/127) positif
daur hidup cacing fasciola terinfeksi oleh Fasciola
sp. Ternak terinfeksi sp.
karena meminum air
ataupun memakan hijauan
yang mengandung
metaserkaria. Siput air
tawar adalah hospes
perantaranya
. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
prevalensi pada tingkat
ternak 34,96% (129/369)
positif terinfeksi cacing
Fasciola hepatica.
4. Kiranti Fasciola hepatica – siput. .-
(K011181053) Ekstrak air daun batang
dan akar Balanites
egyptiaca dapat
membunuh siput.
5. Sri Mulyani Fasciola hepatica – siput -
(K011181054) sebagai hospes perantara.
Prevalensi keseluruhan
fasciolosis sebanyak
21,25% (85/400) sapi
terinfeksi Fasciola
hepatica. Prevalensi
tertingggi berdasarkan asal
ternak diperoleh dari
dembiya (50%) diikuti
Debarq (31,6%),wogera

6
(15%), Gondar Zuria
(13,5%), Belesa (12,9%),
Dansha (11,9), dan
Metema (4,7%).
Sedangkan prevalensi
berdasarkan usia sapi
muda sangat terpengaruh
oleh fasciolosis (27,7%).
6. Lilmawati Fasciola hepatika – siput. pada tingkat peternak
(K011181055) 13,2% (35/810) sapi Kisaran 2,1- 100%
dinyatakan positif positif terinfeksi
Fasciola hepatika. Fasciola hepatika
7. Wahyuni Fasciola hepatika - -
Amaliyah makanan pembawa vektor
(K011181056) cacing. Sebagian besar
sapi positif mengalami
kecacingan (54,2%) yang
terdiri dari Fasciola sp, dll

KESIMPULAN TABEL
Dari tabel rekapitulasi hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa hospes perantara utama Fasciola Hepatica adalah siput dimana siput,
yang kemudian akan menginfeksi sumber air dan tanaman air seperti selada
air. Tanaman air yang mengandung meraserkaria dan air yang mengandung
meraserkaria kemudian dikonsumsi oleh ternak ataupun manusia, sehingga
menyebabkan penyakit Fascioliasis.
2.2. FAKTOR PENYEBAB DAN ASPEK KESEHATAN
Fascioliasis adalah zoonosis yang disebabkan oleh trematoda F. hepatica
dan F. gigantica. Di ekuador, fascioliasis termasuk termatodiases bawaan
makanan, seperti selada air. Penyelidikan saat ini mengungkapkan bahwa F.
hepatica adalah cacing hati umum ternak di daerah tropis dakhla oasis. 2,4
juta orang di 61 negara terinfeksi Fasciola hepatica. Di mesir, Fascioliasis

7
endemik di desa- desa tertentu, tetapi prevalensi keseluruhan tidak di ketahui.
keberadaan G.trancatula yang menginfeksi sumber air utama (sumur),
rendahnya tingkat kesadaran dan tindakan higienis, dan jarak dari Dakhla
Oasis dari Kairo adalah modal utama faktor ing contribut tingginya prevalensi
Fasciola Hepatika di daerah ini.
kejadian fascioliasis terkait erat dengan keberadaan lingkungan yang
sesuai untuk pengembangan hospes perantara siput contohnya rawa. Seperti
dilansir di penelitian ini, ada fasciolosis yang tinggi di daerah penelitian.
Untuk pengobatan Fascioliasis, TCZ dapat diberikan kepada pasien terinfeksi
F. hepatica pada 10 mg/kg selama 2 hari berturut-tutut. Hal ini telah terbukti
ampuh dalam mengatasi penyakit fascioliasis.
2.3. SOLUSI
Adapun solusi untuk permasalahan untuk mengurangi risiko terinfeksi
fasciola hepatica yaitu Melakukan pendekatan terintegrasi dengan kombinasi
kemoterapi. pengendalian vektor harus dipertimbangkan lebih praktis dan
ekonomis, strategi pengendalian ditargetkan pada parasit dan host
intermediate serta penerapan manajemen penggembalaan yang tepat di daerah
penelitian dijamin karena, pengurangan risiko infeksi oleh manajemen
penggembalaan direncanakan terutama selama bulan wabah tinggi dengan
penerapan zero merumput (Potong dan membawa). Petani yang ternak
belakang harus menyadari bagaimana meningkatkan feed untuk hewan
mereka sehingga hewan dapat memiliki kondisi tubuh yang baik yang
menganugerahkan beberapa tingkat perlawanan terhadap fasciolosis. Selain
itu, menghindari mengonsumsi tanaman air sperti selada air atau membasmi
hospes perantara utamanya yaitu siput dengan ekstrak air daun batang dan
akar Balanites egyptiaca. Untuk kasus terburuk prevalensi harus
dipertimbangkan, dengan mempertimbangkan diagnostik akurasi uji .

8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Fasciolosis adalah penyakit cacing yang disebabkan oleh Fasciola
hepatica. Penyakit ini disebabkan oleh trematoda yang bersifat zoonosis,
dimana yng menjadi hospes perantara utamanya adalah siput. Tanaman air
yang mengandung meraserkaria dan air yang mengandung meraserkaria yang
dikonsumsi oleh ternak ataupun manusia akan menyebabkan penyakit
Fascioliasis.

3.2 SARAN
Dalam menjaga kesehatan, khususnya dalam hal mengkonsumsi
makanan dan minuman, baik sayuran ataupun daging. Sebaiknya dimasak
dengan matang, terutama sayuran yang berhabitat di air, contohnya seperti
kangkung, selada air, dan lain sebagainya. Dalam mengkonsumsi air pun
harus mengkonsumsi air yang higenis dan tidak tercemar dengan metaserkia
dari cacing Fasciola hepatica. Serta mengurangi buang air diluar ruangan.
Jika sudah terdiagnosis terjangkit penyakit fasciolosis, sebaiknya
segera memeriksakan diri ke dokter untuk penanganan lebih lanjut. Bagi
peternak sapi ataupun sejenis hewan ruminansia lainnya, sebaiknya tidak
membiarkan hewan ternaknya mencari makan sendiri, karena beresiko
terkena penyakit fasciolosis dari rumput yang dikonsumsi.

9
DAFTAR PUSTAKA
Avika (K011181050): Calvopina M, Gonzalez M, Muñoz G, Cevallos W, Celi M,
et al. (2018).Asymptomatic Fasciola hepatica Infection Presenting with
Hypereo sinophilia. Arch Clin Microbiol. Vol.9 No.1:73. DOI: 10,4172 /
1989-8.436,100073
Hasanuddin Ishak. (2019). BIOMEDIK: Parasitologi Kesehatan : Masagena
Press. 202-209
Kiranti (K011181053): Abdullahi Y, Muhammad I, dan Yerima MI. (2018).
Molluscicidal Activity of Aqueous Extract of Leaves, Stem Back and Roots
of Desert date (Balanite Egyptiaca del.) against common Liver Fluke
(Fasciola Hepatica) found in the Snail (Lymnea natalensis). J. Appl. Sci.
Environ. Manage. Vol. 22 (3) 409-413.
https://dx.doi.org/10.4314/jasem.v22i3.21
Lilmawati (K011181055): Alison K. Howella, Sue C. Tongueb, Carol Curriec,
Judith Evansb, Diana J.L, Williamsa, dan Tom N. McNeillyc. (2018). Co-
infection with Fasciola hepatica may increase the risk of Escherichia coli
O157 shedding in British cattle destined for the food chain. Preventive
Veterinary Medicine. 150 (2018). 70–76.

Nur Fajri Tika Isnaeni (K011181051): W.M.Arafah, A.I.hassan, S.A.M.Shousi,


Kh.M. El-Dakhly, P.j.Holman, T.M. Craig and S.M.Aboelhadid, (2017).
Fasciola Hepatica infections in cattle and the freshwater suail Gaiba
truncutula from Dakhla Oasis, Egupt. Jurnal Of Helminthology: page 1 of
8. https://doi.org/10.1017/50022149X17000086
Nurul Ilmi Setyawati S (K011181052): Purwaningsih, Noviyanti, dan Rizki
Pratama Putra. (2017). Distribusi dan faktor resiko fasciolosis pada sapi
bali di distri prafi, kabupaten Manokwari, provinsi Papua Barat. Vol 5.
Nomor 2. Hal 120-126.

Sri Mulyani (K011181054): Addis Kassahun Gebremeskel., Abebaw Getachew2


& Daniel Adamu. (2018). A cross sectional study on prevalence of cattle
fasciolosis and associated economical losses in cattle slaughtered at
Gondar Elfora Abattoir, northwest Ethiopia.Journal of Veterinary
Medicine and Animal Health: Vol. 10(4), DOI:
10.5897/JVMAH2017.0624

Wahyuni Amaliyah. K011181056 : Lamri. (2017). Kepatuhan Peternakan Dalam


Menjalankan Standar Operasional Prosedur Pemeliharaan Sapi Di
Samarinda. Mahakam Medical Laboratory Technology Journal. Vol 2(4)
68-79.

10

Anda mungkin juga menyukai