Anda di halaman 1dari 13

“PENYEDIAAN AIR BERSIH SAAT BENCANA (BANJIR)”

OLEH

KELOMPOK 2

AVIKA (K011181050)

AMALUDIN (K011181036)

SARTIKA (K011181022)

SAHRIANTI (K011181016)

FADIA ANANDA (K011181015)

NURUL FADHILA KAHAR (K01118028)

NURHIDAYA ASLAM (K011181342)

NINING ASNIDAR (K011181041)

NURHAYATI (K011181038)

KIRANTI (K011181053)

FADIL NURMANSYA (K011181506)

NUR FAUZIAH (K011181029)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di hampir seluruh belahan dunia.
Termasuk tanah air Indonesia, Bahkan bencana banjir dikatakan sebagai bencana langganan di
negeri Indonesia. Tak hayal pemerintah Indonesia terus menggalakkan berbagai program dalam
mengatasinya namun nihil tak ada yang berubah bahkan banjir di setiap tahunnya semakin parah.
Banjir terkadang terjadi karena curah hujan yang tinggi, namun pada beberapa kasus banjir juga
terjadi karena lingkungan yang kotor dengan sampah yang menyumbat saluran saluran air,
sehingga terjadi penyempitan saluran.

Banjir merupakan bencana yang memberikan dampak kerugian yang terbilang cukup
besar, apalagi ketika banjir tersebut sudah mencapai batas yang membahayakan. Kerugian
kerugian tersebut termasuk kerugian secara fisik dan materil. Misalnya saja dengan adanya banjir
maka akan banyak terjadi penyakit seperti diare bahkan penyakit kulit. Selain itu ketika banjir
terjadi banyak perabotan rumah tangga yang rusak akibat tergenang air. Namun banyak yang
tidak menyadari bahwa masalah utama yang sebenarnya dihadapi masyarakat saat banjir adalah
penyediaan air bersih. Air bersih tentu saja sangat dibutuhkan masyarakat dalam melakukan
kegiatan rumah tangga seperti masak ataupun mandi namun ketika banjir hal tersbut sulit
diakses.

Penyediaan air bersih tentu saja harus mendapat perhatian yang khusus dari pemerintah
saat terjadi bencana banjir. Hal ini tentu saja bukan tanpa alasan karena masyarakat butuh
dengan air bersih namun banjir membuat segala akses untuk mengakses air bersih terkendala.
Salah Satu Wilayah Di Sulawesi Selatan Yang Menjadi Langganan Banjir Adalah Perumnas
Antang Kota Makassar. Oleh karena itu hingga saat ini banyak pendekatan yang dilakukan dalam
mengatasi masalah penyediaan air bersih di perumnas antang salah satunya dengan
menggunakan prinsip koagulasi, flokulasi dan sedimentasi.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Dan Standar Air Bersih

Pengertian dan Standar Kualitas Air Bersih Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 416 Tahun 1990 – Permenkes 416/1990 – Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak,
sedangkan air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Sementara itu, pengertian air minum menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 – Kepmenkes 907/ 2002 – Tentang Syarat-Syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum, adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Jenis air minum tersebut meliputi:

1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga;


2. Air yang didistribusikan melalui tangki air;
3. Air kemasan;
4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan
kepada masyarakat; yang harus memenuhi syarat kesehatan air minum.

Alasan kesehatan merupakan dasar bagi penentuan standar kualitas air bersih dan
air minum. Standar kualitas tersebut ditunjukkan oleh parameter kualitas air, yaitu fisika,
kimia, mikrobiologi atau bakteriologi, dan radiologi. Adapun perbedaan antara air bersih
dan air minum terletak pada batas maksimum yang diperbolehkan dari setiap parameter
kualitas air tersebut. Sebagai batasan operasional, dapat dikatakan bahwa air bersih adalah
air yang memenuhi persyaratan kualitas untuk penyediaan air minum.

Parameter mikrobiologi mendapatkan prioritas utama dalam penilaian kualitas air


karena gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh kontaminasi mikrobiologis dalam air
minum terjadi dalam waktu yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan kontaminasi
kimiawi. Kontaminasi mikrobiologis dalam air minum mempunyai kontribusi terbesar
terhadap munculnya penyakit bawaan air (waterborne disease), baik di negara-negara
maju maupun negara-negara berkembang, terutama di daerah perkotaan (Thompson, et
al., 2001; WHO,

2008).

Dibandingkan dengan parameter mikrobiologi, parameter kimia mendapat prioritas


perhatian yang relatif lebih rendah karena dampak kesehatan dari kontaminasi kimiawi
dalam air minum pada umumnya dirasakan dalam jangka panjang, bahkan mencapai
tahunan. Namun demikian, kontaminasi kimiawi dalam air minum dapat menimbulkan
dampak yang serius terhadap kesehatan, berupa penyakit kronis bahkan sampai dengan
kematian(Thompson et al.2001).

B. Metode Pengolahan Air Bersih

Pengolahan air merupakan suatu upaya untuk mendapatkan air bersih dan sehat
dengan standar mutu air yang memenuhi syarat kesehatan. Proses pengolahan air merupakan
proses perubahan fisik, kimia, dan biologi air baku. Adapun tujuan pengolahan air adalah :

 Memperbaiki derajat keasaman.


 Mengurangi bau.
 Menurunkan dan mematikan mikroorganisme.
 Mengurangi kadar bahan-bahan terlarut

a. Pengolahan Air Secara Fisika

Pengolahan air secara fisika yang telah dilakukan adalah penyaringan, pengendapan
atau sedimentasi, absorbsi, dan adsorbsi.

 Penyaringan atau Filtrasi:

Penyaringan merupakan pemisahan antara padatan atau koloid dengan cairan. Proses
penyaringan air melalui pengaliran air pada media butiran. Secara alami penyarinagn air
terjadi pada permukaan yang mengalami peresapan pada lapisan tanah. Bakteri dapat
dihilangkan secara efektif melalui proses penyaringan demikian pula dengan warna,
keruhan, dan besi.

Pada proses penyaringan, partikel-partikel yang cukup besar akan tersaring pada
media pasir, sedangkan bakteri dan bahan koloid yang berukuran lebih kecil tidak tersaring
seluruhnya. Ruang antara butiran berfungsi sebagai sedimentasi dimana butiran terlarut
mengendap. Bahan-bahan koloid yang terlarut kemungkinan akan ditangkap karena adanya
gaya elektrokinetik. Banyak bahan-bahan yang terlarut tidak dapat membentuk flok dan
pengendapan gumpalan-gumpalan masuk ke dalam filter dan tersaring.

 Sedimentasi atau Pengendapan

Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel padat yang tersusupensi dalam


cairan atau zat cair dengan menggunakan pengaruh gravitasi atau gaya berat secara alami.
Kegunaan sedimentasi untuk mereduksi bahan-bahan yang tersuspensi pada air dan
kandungan organisme tertentu di dalam air.

Ada dua jenis pengendapan yaitu Discrete Settling dan Flocelent Settling. Discrete
Settling terjadi apabila proses pengendapan suatu partikel tidak terpenuhi oleh proses
pengelompokkan partikel sehingga kecepatan endapannya akan konstan. Flocelent Settling
dipengaruhi oleh pengelompokkan partikel sehingga kecepatan pengendapan yang dimiliki
berubah semakin besar.

b. Pengolahan Air secara Kimia


 Koagulasi atau Flokulasi : Koagulasi atau flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-
partikel yang tidak dapat diendapkan dengan jalan menambahkan koagulasi. Contoh
bahan koagulasi antara lain tawas dan kapur (Sanropie, 1984).Cara koagulasi atau
flokilasi dalam pengolahan air dengan bahan kimia berguna untuk air yang mengandung
bahan kimia, dan warna tetapi tidak terlalu pekat. Pada prinsipnya apabila air sudah susah
diendapkan maka berarti perlu ditambahkan bahan kimia.
 Aerasi: Aerasi dalah proses pengolahan air dengan mengotakkan air dengan uadara yang
bertujuan untuk menambah oksigen, menurunkan karbondioksida, dan mangan supaya
bisa diendapkan. Proses ini juga menghilangkan bau pada air (Sanropie, 1984).
c. Pengolahan Air secara Mikrobiologi

Upaya untuk memperbaiki mikrobiologi air yang paling konvensional adalah dengan
mematikan mikroorganisme dalam air. Proses mematikan mikroorganime yang banyak
dipraktekkan serta paling sederhana adalah dengan mendidihkan air hingga mencapai suhu
100ºC.
BAB III

PEMBAHASAN

Gambar 1 Lokasi Unit Pengolahan

Proses penjernihan air bajir di perumnas antang bisa menggunakan prinsip koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi sederahana sehingga diperoleh kualiatas air yang lebih baik.
U.S. Agency for International Developmnet (USAID) 2007, menyebutkan bahwa kebutuhan air
korban pasca banjir antara 15 – 20 Liter per orang per hari. Coppola menyebutkan dalam
bukunya yang berjudul International Disaster Management menyebutkan melalui proses
coagulasi, flokulasi dan sand filtration untuk mengolah air akan menghasilkan kualitas air yang
baik. Melalui alat ini, penyediaan air bersih pada kondisi banjir dapat terlayani. Air bersih
menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia. Air bersih yang
memenuhi standar atau persyaratan kesehatan adalah air minum yang tidak berbau, berwarna dan
berasa serta memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan menurut PERMENKES RI No.
492/MEN.KES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Berikut adalah
pesyarataan kualiatas air minum berdasarkan keputusan tesebut. Sebagian besar air baku untuk
penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai, danau dan sebagainya.
Salahsatu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan
kekeruhan dari air baku tersebut. Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan
koloid yang berukurang 10nm sampai 10µm. Partikel-partikel kecil dan koloid tersebuttidak lain
adalah kwarts, tanah liat, sisa tanaman, ganggang dan sebaginya. (Alaerts, 1984). Selama becana
banjir berlangsung, sumber air menjadi terganggu dan terkontaminasi akibat banjir, kebutuhan
air besih menjadi sangat penting dan harus cepat dalam menangani korban bencana banjir. Tanpa
air bersih, korban akan mengalami gangguan kesehatan yaitu terserang penyakit. (Coppola,
2007).

Buku Intoduction to International Disaster Management meyebutkan bahwa ada beberapa


alternatif penyediaan air bersih pada kondisi banjir:

a. Penyediaan air melalui tangki truk, kapal, atau dari tangki yang didatangkan dari luar
daerah banjir.
b. Air botol kemasan
c. Menemukan sumber penyaluran air terdahulu yang belum rusak akibat banjir
d. Menambah jaringan penyaluran air daerah namun terbatas akibat kondisi banjir
e. Melakukan pemompaan dari sumber air yang belum terkontaminasi ke lokasi
pengungsian
f. Melakukan proses pengolaan air banjir itu sendiri untuk menghasilkan air bersih sebagai
contoh menggunakan filter
g. Mobilisasi pengungsi ke lokasi dimana banyak sumber air

Proses pengolahan air banjir merupakan alternatif yang sangat baik untuk memperoleh
air bersih pada kondisi darurat. Sementara itu kebutuhan air bersih yang diperlukan pengungsi
tidaklah banyak. U.S. Agency for International Development (USAID) 2007 menyebutkan
bahwa kebutuhan air yang diperlukan oleh pengungsi meliputi:

a. Untuk minum 3 - 4 liter per orang per hari


b. Masak dan bersih-bersih 2 – 3 liter per orang per hari
c. Sanitasi 6 – 7 liter per orang per hari
d. Cuci pakayan 4 – 6 liter per orang per hari

Sehingga total air yang diperlukan oleh pengungsi antara 15 – 20 liter per orang per hari.
Coppola juga menyebutkan bahwa untuk memproses air banjir menjadi air bersih menggunakan
metoda koagulasi, flokulasi dan filtrasi menggunakan pasir. Ketiga tahap ini mampu
menghasilkan air bersih yang layak pakai oleh pengungsi.

Dengan menggunakan alat yang telah direncanakan terlebih dahulu yang terdiri dari satu
unit reaktor untuk proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dan satu unit reaktor untuk proses
filtrasi dan dari filtrasi langsung dialirkan menuju konsumen seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2 dan Gambar 3 Unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi direncanakan menggunakan
drum yang terbuat dari fiber. Pemilihan drum ini dikarenakan karena drum ini sangat kuat dan
mudah untuk dibawa serta dimodifikasi. Drum ini akan dimodifikasi sedemikian menggunakan
pengaduk (paddle) untuk proses pengadukan dengan dimensi paddle sesuai perhitungan yang
telah direncankan sebelumnya. Pengaduk terbuat dari pipa PVC berukuran 19.05 mm dan paddle
terbuat dari plat aluminium. Bagian bawah drum ini akan dibuat outlet lumpur menggunkan pipa
dengan keran 19.05 mm. Filtrasi direncanakan menggunakan pipa PVC berukuran 203.2 mm.
Media yang digunkan yaitu pasir.

Gambar 2 Denah Alat


Gambar 3 POTONGAN A-A

Tahapan proses ini terdiri dari proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi.
Pengeisian air baku ke reaktor sampai penuh yang ditandai dengan adanya overflow. Kemudian
dilakukan penambahan koagulan (PAC) ke dalam reaktor. PAC yang dimasukkan sudah dalam
keadaan dalam kemasan siyaset yang telah diperoleh dari hasil percobaan jar test di
laboratorium. Sehingga masyarkat tidak lagi menimbang di lapangan. Setelah penambahan
koagulan dilakukan pengadukan cepat menggunakan pengaduk yang telah terpasang di reaktor
tersebut selama 1 menit. Setelah pengadukan cepat dilakukan proses pembentukan flok dengan
pengadukan lambat selama 5 menit. Kemudian diendapkan selama 25 menit, kemudian
dilakukan pembuangan sludge melalui kran yang telah disediakan di bagian bawah reaktor.
Setelah lumpur habis dibuang maka kran outlet reaktor dibuka menuju filter yang telah
direncanakan. Air dari filter langsung ke konsumen.

Untuk percobaan alat ini dilakukan beberapa kali proses menggunakan air sungai untuk
memperoleh berapa lama filter akan clogging. Pada saat percobaan alat ini dilakukan juga
pengukuran kualitas air yang dihasilkan dari beberapa kali percobaan. Dari hasil percobaan alat
akan diperoleh suatu efisiensi setiap unit. Media filter yang direncanakan menggunakan pasir.
Filter yang digunakan menggunakan single media. Alat yang telah terbentuk seperti pada
Gambar 4.

Gambar 4 Reaktor dan Filter


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Banjir merupakan bencana yang selalu menjadi ancaman bagi setiap daerah di
setiap belahan bumi, terkhusus daerah yang menjadi pembahasan diatas yaitu perumnas
antang yang juga menjadi langganan banjir. tentu saja ketika banjir datang banyak yang
harus dilakukan untuk terus beraktifitas walaupun ditengah genangan air yaitu aktifitas
rumah tangga yang membutuhkan pasokan air bersih. air bersih tentu saja sangat penting
bagi kegiatan rumah tangga seperti masak, mencuci dan mandi.

Dengan adanya berbagai jalan keluar yang telah dikembangkan terkait


permasalahan penyediaan air bersih saat bencana datang misalnya banjir, maka kejadian
banjir tidak akan lagi menjadi ancaman besar ataupun masalah besar ketika kita
terkendala dalam pemenuhan pasokan air bersih bagi masyarakat. teknologi pengolahan
air banjir menjadi air bersih untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat saat ini sedang
digakkan yaitu dengan adanya pembuatan alat penyedia air bersih dengan prinsip
koagulasi, flogulasi, sedimentasi dan filtrasi.
REFERENSI

Kusumawardani Deni. 2011. “Valuasi Ekonomi Air Bersih Dikota Surabaya”. Journal Of Economics
And Businees Airlangga. Jilid 21

https://scholar.google.co.id/scholar?oi=bibs&hl=id&q=related:bC9BU19n6T0J:scholar.google.com/

Pt. Aquarion Technologies.

https://aquariontechnologies.weebly.com/metode-pengolahan-air-bersih.html

Saragi Masrivel. TEKNOLOGI TEPAT GUNA SEBAGAI PENYEDIAAN AIR BERSIH DI


DAERAH BENCANA BANJIR

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
Undergraduate-14138-
paperpdf.pdf&ved=2ahUKEwiV5cvklKPlAhXDNY8KHZe3AnIQFjAGegQIAhAB&usg=AOv
Vaw3ErhMGwxzep_dJnzt5kyIj&cshid=1571310781012

Anda mungkin juga menyukai