1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
2.
3.
4.
Kolera merupakan suatu sindrom epidemiologik klinis yang disebabkan oleh Vibrio
cholerae (V.cholerae), umumnya serogrup O1. Dalam bentuknya yang berat, penyakit
ini ditandai oleh diare yang hebat dengan tinja menyerupai air cucian beras (rice water),
yang dengan cepat dapat menimbulkan dehidrasi. (Lesmana, 2004)
Kolera adalah suatu penyakit akut yang menyerang saluran pencernaan yang
disebabkan oleh suatu enterotoksin yang dihasilkan oleh Vibrio cholerae , dengan
ditandai diare cair ringan sampai diare cair berat dengan muntah yang dengan cepat
menimbulkan syok hipololemik, asidosis metabolik dan tidak jarang menimbulkan
kematian.
Bakteri kolera menghasilkan racun yang menyebabkan usus halus melepaskan
sejumlah besar cairan yang banyak mengandung garam dan mineral. Karena bakteri
sensitif terhadap asam lambung, maka penderita kekurangan asam lambung cenderung
menderita penyakit ini.
Vibrio cholerae adalah salah satu bakteri yang masuk dalam family Vibrionaceae
selain dari Aeromonas dan Plesiomonas, dan merupakan bagian dari genus Vibrio.
Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1884 dan sangat
penting dalam dunia kedokteran karena menyebabkan penyakit kolera. Vibrio
cholerae banyak ditemui di permukaan air yang terkontaminasi dengan feces yang
mengandung kuman tersebut, oleh karena itu penularan penyakit kolera ini dapat
melalui air, makanan dan sanitasi yang buruk.
Vibrio cholerae termasuk bakteri gram negative, berbentuk batang bengkok seperti
koma dengan ukuran panjang 2-4 um. Pada isolasi, Koch menamakannya
kommabacillus, Tapi bila biakan diperpanjang , kuman ini bisa menjadi batang yang
lurus yang mirip dengan bakteri enteric gram negative. Kuman ini dapat bergerak
sangat aktif karena mempunyai satu buah flagella polar yang halus (monotrikh). Kuman
ini tidak membentuk spora. Pada kultur dijumpai koloni yang cembung (convex), halus
dan bulat yang keruh (opaque) dan bergranul bila disinari. Salah satu ciri khas dari
vibrio cholerae ini adalah dapat tumbuh pada pH yang sangat tinggi (8,5-9,5) dan
sangat cepat mati oleh asam. Pertumbuhan sangat baik pada pH 7,0. Karenanya
pembiakan pada media yang mengandung karbohidrat yang dapat difermentasi, akan
cepat mati.
V. cholerae meragi sukrosa dan manosa tanpa menghasilkan gas tetapi tidak meragi
arabinosa. Kuman ini juga dapat meragi nitrit. Ciri khas lain yang membedakan dari
bakteri enteric gram negative lain yang tumbuh pada agar darah adalah pada tes
oksidasi hasilnya positif. V. choleraemenghasilkan enterotoksin yang tidak tahan asam
dan panas, dengan berat molekul sekitar 90.000 yang mengandung 98% protein, 1%
lipid dan 1% karbohidrat.
Diare encer dan berlimpah tanpa didahului rasa mulas atau tenesmus
(rasa ingin buang air besar walaupun perut sudah terasa kosong). Diare
terjadi berkali-kali dalam jumlah yang cukup banyak.
2.
Kotoran yang semula berwarna dan berbau mulai berubah menjadi
cairan putih keruh tanpa bau busuk ataupun amis. Tetapi berbau manis
yang menusuk.
3.
Kotoran berwarna putih ini bila diendapkan akan mengeluarkan
gumpalan-gumpalan putih.
4.
Muntah setelah diare dan tidak merasakan mual sebelumnya.
5.
Kejang otot dan bisa disertai nyeri yang hebat.
Akibat banyaknya cairan yang keluar sehingga terjadi dehidrasi dengan tanda-tanda :
detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lainnya. Jika
tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian.
antibiotik lainnya bisa membunuh bakteri dan biasanya akan menghentikan diare dalam
48 jam. Bila berada di daerah resisten Vibrio cholera, dapat digunakan furozolidone.
Lebih dari 50% penderita kolera berat yang tidak diobati meninggal dunia. Kurang dari
1% penderita yang mendapat penggantian cairan yang adekuat, meninggal dunia.
Dasar pengobatan kolera yaitu pengobatan yang bersifat simtomatik, causal,
penggantian cairan dan dietetik.
a. Terapi cairan
Pengibatan utama pada kolera adalah penggantian cairan elektrolit dan keseimbangan
asam basa yang cepat dan adekuat, yaitu dengan pemberian cairan yanng tergantung
pada dehidrasi ringan, sedang, berat menurut WHO yaitu sebagai berikut :
Dehidras
Tanda dan gejala Ringan
Dehidrasi
sedang
Penampilan dan
keadaan umum
bayi dan anakanak usia muda
Mengantuk,
lembek, dingin,
Haus, gelisah, berkeringat
iritatif
tungkai yang
terhadap
sianotik,
sentuhan atau mungkin
mengantuk
kematosa
Anak-anak
berusia lebih
lanjut dan
dewasa
Haus, giat,
gelisah
Haus, giat,
gelisah
Haus, giat,
hipotensi
postural
Dehidrasi berat
Biasanya
sadar,
kelihatan
cemas, dingin,
berkeringat,
tungkai yang
sianotik, kulit
jari-jari tangan
dan kaki
berkeriput,
kejang otot
Denyut nadi
radialis
Pernafasan
Normal
Cepat, sangat
lemah, kadangkadang tidak
teraba
Dalam,
Dalam dan
mungkin cepat cepat
Cekung
Sangat cekung
Normal atau
rendah
< 90 mm,
mungkin tidak
dapat dicatat
Tekanan darah
sistolik
Normal
Kelenturan kulit
Cubitan
kembali
Cubitan segera Cubitan
dengan sangat
kembali
kembali
lambat ( > 2
normal
dengan lambat detik )
Mata
Normal
Cekung (dapat
diketahui)
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Selaput lendir
Basah
Kering
Sangat kering
Pengeluaran air
kemih
Normal
% berat yang
hilang
4-5 %
6-9%
10 % atau lebih
Kekurangan
cairan yang
diperkirakan
40-50 ml/kg
60-90 ml/kg
100-110 ml/kg
Enterotoksin menyebabkan sel manusia untuk mengambil air dan elektrolit dari tubuh
(terutama saluran pencernaan atas) dan pompa ke dalam lumen usus dimana cairan
dan elektrolit yang diekskresikan sebagai cairan diare. Enterotoksin ini mirip dengan
toksin yang dibentuk oleh bakteri yang menyebabkan difteri di kedua jenis bakteri
rahasia racun ke lingkungan sekitarnya di mana racun kemudian masuk ke sel manusia.
Bakteri penyebab kolera biasanya ditularkan oleh orang-orang minum air yang
terkontaminasi, tetapi bakteri juga dapat diperoleh dalam makanan yang terkontaminasi,
terutama makanan laut seperti tiram mentah.
Faktor-faktor umum penyebab kolera diantaranya yaitu :
1.
2.
3.
4.
Mencuci tangan disini dilakukan sebelum makan atau menyiapkan makanan, setelah
menggunakan jamban atau toilet, setelah merawat orang sakit diare. Cuci tangan disini
tentunya dengan menggunakan sabun agar bakteri tidak menempel pada tangan kita
dan masuk kedalam tubuh kita. Sebaiknya cuci tangan sering dilakukan untuk
mencegah tertulanya penyakit kolera ini dan penyakit lain. Jika tidak ada sabun yang
tersedia, maka kita dapat menggunakan abu atau pasir untuk pengganti sabu tersebut
lalu bilas dengan air bersih.
3.
Gunakan jamban atau mengubur kotoran
Penggunaan jamban atau system sanitasi lainnya seperti toilet kimia untuk membuang
kotoran sangat diperlukan, karena penyebaran penyakit ini melalui air, jika kotoran
langsung dibuang ke aliran air maka akan sangat cepat penularannya. Dalam hal
penggunaan jamban disini pemerintah harus ikut andil karena masih banyak
masyarakat yang tidak memiliki satu fasilitas ini. Dan juga perlu adanya penyuluhan
untuk penggunaan jamban ini di desa- desa terpencil yang notabenenya tidak memiliki
jamban, dan meskipun memiliki mereka tidak mau menggunakan jamban dengan
alasan masing-masing. Dan jika tidak memiliki jamban maka buang air harus dilakukan
setidaknya 30 meter dari badan air agar tidak langsung menyentuh atau mengalir dalam
aliran air, kemudian untuk pembuangan kotoran bisa menggunakan kantong plastic lalu
dikubur dalam tanah jika tidak memiliki jamban.
4.
Masak dengan baik makanan ( terutama makanan laut)
Masak makanan hingga matang sempurna untuk makanan laut agar bakteri-bakteri
yang ada ldalam makanan mati dan aman dikonsumsi. Serta hindari makanan mentah
selain buah-buahan dan sayuran yang telah dikupas sendiri oleh penjual.
5.
Membersihkan dapur dan tempat mencuci teratur
Membersihkan dapur disini ditujukan agar dapur selalu bersih dan sehat serta tidak
menjadi sarang penyakit. Pembersihan tempat cucian dilakukan agar air yang
menggenang juga tidak menjadi sarang penyakit.
melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta
pencegahan khusus terhadap penyakt tertentu. Pencegahan pirmer untuk kolera yang
pertama menggunakan promosi kesehatan ialah diadakannya penyuluhan tenteng
bahaya wabah kolera, pemberian pengetahuan tentang pencegahan-pencegahan yang
harus dilakukan, makanan dan gizi yang baik, perumahan dan fasilitas yang baik serta
sehat. Pencegahan selanjutnya ialah brupa pencegahan khusus (specific protection),
pencegahan disini berupa diadakannya imunisasi dengan pemberian vaksin TCD (tifus,
kolera,disentri) vaksinasi Kolera kini mungkin dengan vaksin oral Dukoral. Namun
vaksin ini tidak memberikan 100% perlindungan terhadap penyaki, pemberian asupa
gizi yang benar juga sangat diperlukan.
Tetrasiklin dengan dosis 12,5 mg/kg BB, 4 kali sehari, Selama 3 hari.
2.
Doksisiklin dengan dosis tunggal 300 mg. namun tidak sesuai untuk
anak di bawah 12 tahun.
3.
Trimetoprim (TMP) dan Sulfametoksazol (SMX), dengan dosis 5 mg
TMP+25 mg SMX/kgBB, 2 kali sehari, selama 3 hari.
Bila berada di daerah resistan V. Cholerae dapat di berikan Surozolidone dan
Kloramfenikol dengan dosis 1,25 mg/kgBB, 4 kali sehari, selama 3 hari. (Mubin. 2006.
346-347).
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kolera adalah suatu penyakit akut yang menyerang saluran pencernaan yang
disebabkan oleh suatu enterotoksin yang dihasilkan oleh Vibrio cholerae , bakteri ini
masuk ke dalam tubuh seseoang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi,
ditandai dengan diare cair ringan sampai diare cair berat dengan muntah yang dengan
cepat menimbulkan syok hipololemik, asidosis metabolik dan tidak jarang menimbulkan
kematian.
Cara pencegahan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip
sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feses) pada
tempatnya yang memenuhi standart lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah
dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai
sabun/antiseptik, cuci sayuran dengan bersih terutama sayuran yang dimakan mentah
(lalapan), hindari memakan ikan dan keran yang dimasak setengah matang.
Pencegahan pirmer untuk kolera yang pertama menggunakan promosi kesehatan ialah
diadakannya penyuluhan tenteng bahaya wabah kolera, pemberian pengetahuan
tentang pencegahan-pencegahan yang harus dilakukan, makanan dan gizi yang baik,
perumahan dan fasilitas yang baik serta sehat. Pencegahan selanjutnya ialah brupa
pencegahan khusus (specific protection), pencegahan disini berupa diadakannya
imunisasi dengan pemberian vaksin TCD (tifus, kolera,disentri) vaksinasi Kolera kini
mungkin dengan vaksin oral Dukoral. Pencegahan sekunder yaitu bagi penderita yang
mengalami dehidrasi berat, cairan diberikan melalui infus. Karena penderita biasanya
mengalami dehidrasi berat, selanjutnya adalah menggantikan jumlah cairan yang
hilang karena diare dan muntah setelah nafsu makan penderita kembali. Untuk
pencegahan tersier yaitu dengan perawatan penderita hingga sembuh. Terapi untuk
seorang penderita kolera antara lain ialah memberikan pengganti cairan tubuh yang
hilang sebagai langkah awal, yaitu penggantian cairan tubuh dengan infus atau drip.
Daftar Pustaka
Juniatiningsih, dkk. 2007. Profil Status Imunisasi Dasar Balita di Poliklinik Umum
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jurnal:
Sari Pediatri
Lesmana Murad. 2014. Perkembangan Mutakhir Infeksi
Kolera. http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/MURAD.pdf.
(Diakses Pada Tanggal 9 Maret 2014)
Melindacare. 2012. Penyebab Penyakit Kolera dan
Pencegahannya.http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.
php?id=1789_Penyebab-Penyakit-Kolera-dan-Pencegahannya(Diakses Pada
Tanggal 9 Maret 2014)
Noor, Nasry Nur. 2008. EPIDEMIOLOGI. Jakarta. PT. RINEKA CIPTA
Soedjatmiko. 2012. Pentingnya Imunisasi Untuk Mencegah Wabah, Sakit Berat,
Cacat serta Kematian Bayi dan Balita. Buletin: Pusat Data dan Informasi
Kesehatan RI.
Soemarsono.1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Kolera. Jakarta : FKUI
Yoga Lucky, Natasukma
Satria. Kolera.http://www.scribd.com/doc/33262599/Kolera (Diakses Pada
Tanggal 9 Maret 2014)