Anda di halaman 1dari 8

BALANTIDIASIS

Gejala Klinis
Umumnya keluhan saluran cerna seperti kadang-kadang sembelit
Kebanyakan infeksi B. Coli tidak menunjukan gejala
Pada yang memperlihatkan gejala, terlihat:
-Berak mencret ( diare) bisa tinja dengan air atau dengan darah dan lendir
-Mual-mual
-Muntah
-Nyeri perut
-Nafas bau tinja
-Nafsu makan berkurang
-Sakit kepala
-Badan lesu
-Berat badan turun
Pada yang lebih berat, tinja bercampur air dan kekurangan cairan seperti disentri,
kemudian bisa jatuh pada dehidrasi
5 Tingkat Pencegahan Penyakit
1) Health Promotion
Saat pejamu sehat dengan tujuan meningkatkan sattus kesehatan atau memelihara
kesehatan:
-Penyuluhan / Pendidikan kesehatan
-Rekreasi sehat
-Olahraga teratur
-Perahatian terhadap perkembangan kepribadian
2) Specific Protection
Mencegah pada pejamu ( Host) dengan menaikan daya tahan tubuh
-Imunisasi
-Pelindung khusus
-Perbaikan lingkungan
-Mengurangi penggunaan bahan yang membahayakan kesehatan : pengawet,
pewarna, dll
3) Early Diagnosis And Prompt Treatment
Dilakukan bila pejamu sakit, setidak-tidaknya diduga sakit ( penyakitnya masih
ringan) mencegah orang lain tertular, misal : case finding, skrining survei penyakit
asymtomatis, deteksi dini pencemaran dll
4) Disability Limitation ( Pembatasan kecacatan/ kelemahan)
Dilakukan waktu pejamu sakit/ sakit berat dengan tujuan mencegah cacat lebih
lanjut, fisik, sosial maupun mental, misal: Amputasi pada ganggren karena DM,
pada penyakit-penyakit menahun diatasi gangguan mental maupun sosialnya
5) Rehabilitation

Mengembalikan penderita agar berguna di masyarakat maupun bagi dirinya sendiri,


mencegah cacat total setelah terjadi perubahan anatomi / fisiologi, misal :
Fisioterapi pada kelumpuhan supaya tidak timbul kantraktur/ atropi, psikoterapi
pada gangguan mental, latihan keterampilan tertentu pada penderita cacat,
prothesa postamputasi, penyediaan fasilitas khusus pada penderita.
A. SARAN
Pada penderita penyakit balantidiasis sebaiknya melakukan hal yang dapat
mencegah atau mengobati untuk kesembuhannya, antara lain:
1. Dengan metronidazol 3 x 750 mg/ hari
2. Iodokinol 3 x 650 mg/ hari selama 20 hari, hati-hati bila diberikan pada penderita
yang mengalami gangguan fungsi hati
3. Obat pilihan ada;ah tetrasiklin 4 x 250 mg / hari
4. mengganti cairan dan elektrolit yang hilang bersama tinja
5. Antibiotik untuk membunuh parasit B. Coli
Para klinis senior diharapkan mempublikasikan temuan dan pengalaman dalam
mengelola penyakit balantidiasis agar klinisi lainnya yang masih kurang
pengalaman dapat menimba ilmu
B. CARA PENULARAN
1. Cara Penularan
Dengan menelan kista yang berasal dari kotoran inang yang terinfeksi pada saat
wabah, penularan terutama melalui air yang terkontaminasi. Penularan sporadis
terjadi karena masuknya kotoran ke mulut melalui tangan atau melalui air, dan
makanan yang terkontaminasi
2. Faktor Penyebab Sakit
Penyakit yang ditimbulkan oleh Balatidium coli hampir mirip dengan penyakit yang
disebabkan oleh Etamoeba Histolytica Di selaput lendir usus besar, bentuk vegetatif
membentuk abses-abses kecil yang kemudian pecah. Menjadi ulkus yang
mengaung. Penyakit ini dapat berlangsung akut dengan ulkus merata pada selaput
lendir usus besar. Pada kasus berat, ulkus ini dapat menjadi gangrenyang berakibat
fatal.
Balantidium coli kadang-kadang dapat menimbulkan infeksi eksterintestinal,
misalnya dapat menyebabkan peronitas dan uretritis. Pernah ditemukan bahwa
balantidium coli di hepar dan pulmo. Bahkan di ekuador balantidium coli ditemukan
sebagai sindrom disentris dan abses hepar
Balantidiasis adalah infestasi protozoa bersilia yang menimbulkan gejala gangguan
pencernaan. Penyakit ini tersebar luas, terutama di daerah tingkat kebersihan
masih rendah( Soeharsono, 2002)
Balantidiasis adalah suatu penyakit disentri yang disebabkan oleh Balntidium coli
( B. coli ) sejenis parasit bersel satu ( Dr. Faisal Yatim DTM &H, MPH ; 2007 )
Mohon dikomentari apabila ada keslahan. Terima Kasih

Kamis, 17 Maret 2011


ALL ABOUT

BALANTIDIASIS

ALL ABOUT BALANTIDIASIS DISEASE


A. PENDAHULUAN
Balantidiasis adalah suatu penyakit disentri yang disebabkan oleh Balantadium coli. Balantidium
coli adalah parasit jenis ciliate yang bersel tunggal.
Morfologi
Parasit Balantidium coli mempunyai bentuk tropozoit ( vegetativ ) dan bentuk krista. Bentuk
trpoozoit adalah lonjong, berukuran 60 70 mikron dan mempunyai dua inti. Bentuk vegetatif
bergerak dengan bulu getar yang pendek di seluruh permukaan sel. Pada bagian depan terdapat
lubang dengan saluran sederhana yang berfungsi sebagai mulut dengan buluh getar lebih panjang
untuk mengambil makanan.
Pada balantidium yang berbentuk kista, bentuk tubuhnya lonjong dan berdinding tebal dan
berlapis dua dan diantar dua lapisan dinding tersebut terdapat cilia namun dapat menghilang bila
dalam bentuk yang matang. Dan berukuran 45 65 mikron. Bentuk kista hanya mempunyai
makronukleus, kista yang hidup masih mempunyai bulu getar yang masih bergerak. Kista tidak
tahan kering, sedangkan dalam tinja yang basah kista dapat tahan berminggu-minggu.
Siklus hidup
Protozoa genus Balantidium merupakan protozoa yang yang dapat menginfeksi manusia dan
hewan. Protozoa ini merupakan protozoa yang terbesar. Habitat parasit ini adalah didalam usus
besar pada hewan dan manusia. Balantidium Kista hidup didalam tinja dapat hidup 1 2 hari
pada suhu kamar. Parasit ini hidup di selaput lendir usus besar terutama di daera sekum. Bentuk
kista ini adalah bentuk infektif. Bila bentuk kista tertelan terjadi ekskistasi di dinding usus halus.
Dari satu keluar satu bentuk vegetatif yang segera berkembangbiak dan membentuk koloni di
selaput lendir usus besar. Setelah itu balantidium berkembang dan dewasa lalu bertelur. Bentuk
kista dan bentuk vegetatif keluar bersama tinja hospes. Trafozoit dapat menembus dinding usus
dan ikut mengalir bersama aliran darah menuju organ organ lain misalnya ke pulmo ( paru
paru ), liver dan enchephalon ( otak ). Lalu memperbanyak diri di ekstraintestinal. Lalu
membentuk sista infektif dan megeluarkannya bersama feses.
Reproduksi
Mula mula mikronukleus yang membelah diikuti oleh makronukleus dan sitoplasma sehingga

menjadi dua organisme yang baru. Kadang kadang tampak pertukaran kromatin ( konjugasi ).
Reproduksi berlangsung seksual dan aseksual.
Perkembang biakan secara aseksual yaitu dengan belah pasang, yaitu dengan membelah jadi dua
parasit yang sama bentuknya. Hanya terjadi bila situasi kurang menguntungkan. Misalnya tidak
ada pejantan. Perkembangbiakan secara seksual terjadi pada pembiakan ini dibentuk sel kelamin,
yaitu makrogametosit dan mikrogametosit yang kemudian membelah membentuk makrogamet
dan mikrogamet. Setelah pembuahan menjadi zigot. Inti zigot membelah menjadi banyak yang
disebut sporozoit. Proses ini disebut sporogoni.
B. EPIDEMIOLOGI
Parasit ini banyak ditemukan pada babi yang dipelihara ( yang berkisar antara 60 90%).
Penularan antar babisatu ke babi yang lainnya mudah terjadi, sekali sekali dapat menular pada
manusia ( zoonosis).
Terdapat paling banyak di daerah yang beriklim panas. Pada manusia frekwensinya rendah,
sekitar 0,77 % (Belding,1952), pada babi (63-91%) menurut Young, pada tahun 1950. Ada dua
spesies yang berbeda, yaitu Balantidium coli, yang dapat ditularkan dari babi pada manusia dan
Balantidium suiis yang tidak dapat ditularkan pada manusia. Sumber utama yaitu pada manusia
yang menderita penyakit. Infeksi dapat timbul dan meningkat pada manusia yang sering
berhubungan dengan babi seperti peternak babi, pekerja di rumah-rumah pemotongan hewan
yang biasanya memotong hewan terutama babi memiliki sanitasi yang buruk, dan tempat-tempat
yang padat seperti di penjara, rumah sakit jiwa, asrama ,dll.
Di Amerika Serikat, B. coli memiliki distribusi yang luas dengan perkiraan prevalensinya 1%. Di
Papua Nugini infeksi meningkat 28% berdasarkan kultur yang dilakukan pada babi. Epidemi
dapat timbul pada pasien di RS Jiwa di Amerika Serikat. Balantidium coli juga telah dilaporkan
banyak pada masyarakat yang memelihara babi.
1. Diagnosa dan Gejala klinis
Umumnya keluhan saluran cerna seperti diare bisa dengan air atau darah, sembelit, mual- mual,
muntah, nyeri perut, nafas bau tinja, nafsu makan berkurang, sakit kepala, dan berat badan turun.
Apabila sitemukan gejala diatas besar kemungkinan untuk dicurigai terinfeksi Balantidium coli.
Penyakit yang ditimbulkan oleh balantidium coli hampir irip dengan penyakit yang disebabkan
oleh Entamoeba Histolytica. Di selaput lendir usus besar, bentuk vegetatif membentuk absesabses kecil yang kemudian pecah. manjadi ulkus yang menggaung. Penyakit ini dapat
berlangsung akut dengan ulkus merata pada selaput lendir usus besar. Pada kasus berat, ulkus ini
dapat menjadi gangrenyang berakibat fatal. Biasanya disertai dengan sindrom disentri. Penyakit
dapat menjadi menahun dengan diare yang di sertai konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan,
muntah, dan kakeksia ( cachexia ). Infeksi ringan Balantidium coli biasanya idak menampakkan
gejala, bila parasit hidup dirongga usus besar.
Balantidium coli kadang kadang dapat menimbulkan infeksi eksterintestinal, misalnya dapat
menyebabkan peritonitis dan uretritis. Pernah ditemukan bahwa Balantidium coli di hepar dan
pulmo. Bahkan di ekuador Balantidium coli ditemukan sebagai sindrom disentris dan abses
hepar.
Diagnosa dibuat dengan menemukan trofozoit dari parasit atau kista dari balantidium coli pada
kotoran segar, atau jaringan biopsi dari sekitar ulkus usus besar, atau trofozoit ditemukan melalui
sigmoidoskopi.
2. Penyebab penyakit.

Balantidium coli, protozoa besar dengan silia, sejenis parasit bersel satu.
3. Distribusi penyakit.
Tersebar di seluruh dunia, infeksi pada manusia jarang terjadi namun wabah yang bersifat water
borne biasa terjadi pada daerah yang sanitasi lingkungannya sangat buruk. Kontaminasi
lingkungan dengan tinja dapat mengakibatkan peningkatan jumlah kasus. Wabah besar pernah
terjadi di Equador pada tahun 1978. Penderita Balantidiasis telah dilaporkan dari banyak daerah
diseluruh dunia seperti Rusia, Jerman, Skandinavia, Italia, Kuba, Amerika selatan, Amerika utara
, Filipina dan lain- lain. Di Papua nugini, prevalen penyakit ini sekitar 29 %. Penderita utama
adalah perempuan tidur di kandang babi. Di Filipina, parasit ditemukan sekitar 1 % dari 30.000
yang diperiksa, sedangkan Peru sekitar 6 % penduduknya tertular Balantidiasis.
4. Reservoir.
Hewan pembawa penyakit ini biasanya babi, biri biri, sapi, kuda, tikus, kura kura, serigala,
dan semua binatang kera. Yang dianggap penting dalam penularan adalah babi peliharaan dan
tikus.
5. Cara Penularan.
Dengan menelan kista yang berasal dari kotoran inang yang terinfeksi, pada saat wabah,
penularan terutama melalui air yang terkontaminasi. Penularan sporadis terjadi karena masuknya
kotoran ke mulut melalui tangan atau melalui air, dan makanan yang terkontaminasi kotoran
binatang atau manusia. Masa penularan terjadi selama infeksi.
Penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang terkontaminasi,
misalnya pada orang yang memelihara babi dan yang membersihkan kandang babi, bila tangan
ini terkontaminasi dengan tinja babi yang mengandung bentuk kista dan kista ini tertelan, maka
terjadilah infeksi. Kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan dapat mempengaruhi
terjadinya penularan.

6. Faktor resiko
Manusia memiliki kekebalan alami yang berasalal dati kerja sel darah putih yang menghasilkan
antibodi.Beberapa orang yang mempunyai faktor resiko tinggi terjangkit penyakit ini adalah :
a. Orang dengan keadaan sakit karena suatu penyakit sebelumnya, bila terinfeksi oleh parasit ini
akan menjadi serius bahkan fatal.
b. Orang yang kontak langsung atau mengurus kotoran reservoar.
c. Orang yang tinggal di daerah dengan fasilitas air tercemar kotoran babi atau hewan lain.
d. Orang dengan imunitas dan status gizi rendah.
e. Penderita penyakit yang kekurangan cairan lambung.
C. CARA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
Cara Pencegahan :
1) Beri penyuluhan pada masyarakat tentang higiene perorangan.
2) Beri penyuluhan dan bimbingan kepada penjamah makanan melalui instansi kesehatan
memperhatikan kebersihan dalam mengolah makanan, dengan cara mengnhindari lalat, mencuci
tangan sebelum memasak, memasak dengan matang.
3) Pembuangan kotoran pada jamban yang memenuhi persyaratan sanitasi.
4) Kurangi kontak dengan babi dan kotorannya.

5) Lindungi tempat penampungan/sumber air untuk masyarakat dari kontaminasi kotoran babi.
Filter pasir/tanah dapat menyaring semua kista, klorinasi air dengan cara yang biasanya
dilakukan tidak menghancurkan kista. Air dalam jumlah sedikit untuk diminum lebih baik
dimasak.
6) Keluarga atau pasangan seksual penderita Balantidiasis diperiksa secara rutin untuk
mengetahui jumlah krista dalam tubuh.
7) Hindari makanan yang tidak bisa dimasak atau buah yang tidak bisa dikupas kulitnya bila
bepergian ke negeri yang endemis Balantidiasis.
Pengawasan Penderita dan pengendalian :
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat setiap kejadian balantidiasis yang terjadi guna
mencegah wabah.
2) Disinfeksi serentak dengan cara pembuangan kotoran yang saniter dan sehat.
3) Investigasi kontak dan sumber infeksi : pemeriksaan mikroskopis tinja dari anggota rumah
tangga dan kontak yang dicurigai. Lakukan investigasi terhadap mereka yang kontak dengan
babi; bila perlu berikan tetrasiklin pada babi yang terinfeksi.
D. PENGOBATAN
Beberapa jenis obat dapat membunuh B. coli ini yaitu:
Idiiodohydroxyquin, yang bekerja membunuh amoeba di dalam lumen usus halus. Dosis 600
mg diberikan per oral 3 x sehari selama 20 hari. Kontraindikasi dengan penderita gangguan
fungsi hati.
Tetracycline, penggunaan tetrasiklin akan menghambat sintesis protein parasit.
Flagyl, sebagai antiprotozoa dan antibakteri. Dengan dosis 500 mg 3 x sehari selama 20 hari
yang diberikan per oral.
Metronidazole, dengan dosis 750 mg, diberikan 3 x sehari selama 5 hari.
Sering terjadi penyakit hilang dengan sendirinya, atau individu tidak menunjukkan gejala tetapi
dapat bertindak sebagai karier. Pengobatan juga dapat dilakukan dengan mengganti cairan dan
elektrolit yang hilang bersama tinja.
Referensi
1). Yatim, faisal. 2007. Macam macam Penyakit Menular. Jakarta : Pustaka Obor Populer

Oxford textbook of Medicine, Fourth Edition, Volume 1 (2003) Oxford University Press
pp.759-760 ISBN 0-19-262922-0
^ Harrison's Internal Medicine, Harrison's Online Chapter 199 Protozoal intestinal infections
and trochomoniasis
^ C.Michael Hogan. 2010. Water pollution. Encyclopedia of Earth. eds. Mark McGinley and
C. Cleveland. National Council for Science and the Environment. Washington DC.
^ a b c d e f g Huang DB, White AC (2006). "An updated review on Cryptosporidium and
Giardia". Gastroenterol. Clin. North Am. 35 (2): 291314, viii. doi:10.1016/j.gtc.2006.03.006.
PMID 16880067.
^ Tovar J, Len-Avila G, Snchez LB et al. (2003). "Mitochondrial remnant organelles of
Giardia function in iron-sulphur protein maturation". Nature 426 (6963): 1726.
doi:10.1038/nature01945. PMID 14614504.
^ "Giardia - MicrobeWiki". Microbewiki.kenyon.edu. Retrieved 2010-07-29.

^ a b Brown DM, Upcroft JA, Edwards MR, Upcroft P (1998). "Anaerobic bacterial
metabolism in the ancient eukaryote Giardia duodenalis". International Journal for Parasitology
28 (1): 14964. doi:10.1016/S0020-7519(97)00172-0. PMID 9504342.
^ Erlandsen; Meyer (1984). Giardia and Giardiasis. New York: Plenum Press. ISBN 0-30641539-9.[page needed]
^ Ish-Horowicz M, Korman SH, Shapiro M, Har-Even U, Tamir I, Strauss N, Deckelbaum
RJ (1989). Asymptomatic giardiasis in children. Pediatr Infect Dis J 8(11):773-779. PMID:
2512565
^ Cordingley FT, Crawford GP (1986). "Giardia infection causes vitamin B12 deficiency".
Australian and New Zealand Journal of Medicine 16 (1): 789. doi:10.1111/j.14455994.1986.tb01127.x. PMID 3458451.
^ Betancourt, WQ; Rose, JB (2004). "Drinking water treatment processes for removal of
Cryptosporidium and Giardia". Veterinary parasitology 126 (12): 21934.
doi:10.1016/j.vetpar.2004.09.002. PMID 15567586.
^ Exner, M; Gornik, V (2004). "Parasitic zoonoses transmitted by drinking water. Giardiasis
and cryptosporidiosis". Bundesgesundheitsblatt, Gesundheitsforschung, Gesundheitsschutz 47
(7): 698704. doi:10.1007/s00103-004-0863-y. PMID 15254826.
^ Welch TP (2000). "Risk of giardiasis from consumption of wilderness water in North
America: a systematic review of epidemiologic data". International Journal of Infectious
Diseases 4 (2): 1003. doi:10.1016/S1201-9712(00)90102-4. PMID 10737847.
^ Derlet, Robert W. "High Sierra Water: What is in the H20?" Sierra Nature Notes, Volume
3, April 2004.
^ Welch TR (2004). "Evidence-based medicine in the wilderness: the safety of backcountry
water". Wilderness & Environmental Medicine 15 (4): 2357. doi:10.1580/10806032(2004)015[0235:EMITWT]2.0.CO;2. PMID 15636372. (Copy onn author's website.)
^ Wood, T.D. "Water: What Are the Risks?" REI Expert Advice, February 2008.
^ http://water.epa.gov/drink/emerprep/emergencydisinfection.cfm Retrieved February 24,
2011
^ Curtis, Rick. "Outdoor Action Guide to Giardia, Lyme Disease and other 'post trip'
Illnesses." Outdoor Action, 2005-2008.
^ Kaneda Y, Tanaka T, Saw T (1990). "Effects of berberine, a plant alkaloid, on the growth of
anaerobic protozoa in axenic culture". The Tokai Journal of Experimental and Clinical Medicine
15 (6): 41723. PMID 2131648.
^ UpToDate (Lexi-Comp, Inc.) retrieved 28 August 2007[verification needed]
^ Hetsko ML, McCaffery JM, Svrd SG, Meng TC, Que X, Gillin FD (1998). "Cellular and
transcriptional changes during excystation of Giardia lamblia in vitro". Experimental
Parasitology 88 (3): 17283. doi:10.1006/expr.1998.4246. PMID 9562420.
^ Svrd SG, Meng TC, Hetsko ML, McCaffery JM, Gillin FD (1998). "Differentiationassociated surface antigen variation in the ancient eukaryote Giardia lamblia". Molecular
Microbiology 30 (5): 97989. doi:10.1046/j.1365-2958.1998.01125.x. PMID 9988475.
^ Morrison HG, McArthur AG, Gillin FD et al. (2007). "Genomic minimalism in the early
diverging intestinal parasite Giardia lamblia". Science 317 (5846): 19216.
doi:10.1126/science.1143837. PMID 17901334.
^ Franzn O, Jerlstrm-Hultqvist J, Castro E et al. (2009). "Draft Genome Sequencing of
Giardia intestinalis Assemblage B Isolate GS: Is Human Giardiasis Caused by Two Different

Species?". In Petri, William. PLoS Pathogens 5 (8): e1000560.


doi:10.1371/journal.ppat.1000560. PMC 2723961. PMID 19696920.
^ Cooper MA, Adam RD, Worobey M, Sterling CR (2007). Population genetics provides
evidence for recombination in Giardia. Curr Biol 17(22):1984-1988. PMID: 17980591
^ Adam, RD and Svard, SG (2010). "Giardia: Nuclear and Chromosomal Structure and
Replication". Anaerobic Parasitic Protozoa: Genomics and Molecular Biology. Caister
Academic Press. ISBN 978-1-904455-61-5.[page needed]
^ a b Malik SB, Pightling AW, Stefaniak LM, Schurko AM, Logsdon JM Jr (2007). An
expanded inventory of conserved meiotic genes provides evidence for sex in Trichomonas
vaginalis. PLoS One 3(8):e2879. PMID: 18663385
^ Dacks J, Roger AJ (1999). The first sexual lineage and the relevance of facultative sex. J
Mol Evol 48(6):779-783. PMID: 10229582
^ Bernstein H, Bernstein C, Michod RE (2012). DNA repair as the primary adaptive function
of sex in bacteria and eukaryotes. Chapter 1: pp.1-49 in: DNA Repair: New Research, Sakura
Kimura and Sora Shimizu editors. Nova Sci. Publ., Hauppauge, N.Y. ISBN: 978-1-62100-808-8
^ Blanchard R (1888). "Remarques sur le mgastome intestinal". Bulletin de la Socit
Zoologique de France 13: 18.
^ Hegner RW (1922). "The systematic relationship of Giardia lamblia Stiles, 1915, from man
and Giardia agilis Knstler 1882 from the tadpole". American Journal of Epidemiology 2 (4):
435.
^ Kofoid CA, Christiansen EB (1915). "On the Life-History of Giardia". Proceedings of the
National Academy of Sciences of the United States of America 1 (11): 54752.
doi:10.1073/pnas.1.11.547. PMC 1090891. PMID 16576068.
^ Ford BJ (2005). "The discovery of Giardia". The Microscope 53 (4): 148153.
^ AVJonathan Tisdall . "Oslo water unsafe - Aftenposten - News in English".
Aftenposten.no. Retrieved 2010-07-29.
^ "Hovedside - Vann- og avlpsetaten - Oslo kommune". Vann-ogavlopsetaten.oslo.kommune.no. Retrieved 2010-07-29.
^ Mitchell, Piers D.; Stern, Eliezer; Tepper, Yotam (2008). "Dysentery in the crusader
kingdom of Jerusalem: an ELISA analysis of two medieval latrines in the City of Acre (Israel)".
Journal of Archaeological Science 35 (7): 1849. doi:10.1016/j.jas.2007.11.017.

Anda mungkin juga menyukai