BALANTIDIUM COLI
DISUSUN OLEH :
3. RIKO AGUSTIAN
4. TIRA YUSNITA
UNIVERSITAS ABDURRAB
KATA P ENGANTAR
Assalamu’alaikum,wr.wb
Puji syukur kami ucapkan kepada allah swt yang maha pengasih lagi
maha penyanyang, yang telah melimpahkan rahmat nya, kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang kami beri judul
“Balantidium coli”.
i
DAFTAR ISI
A. Balantidium Coli................................................................ 2
1. Sejarah ......................................................................................... 2
2. Hospes dan Nama Penyakit ......................................................... 3
3. Morfologi .................................................................................... 3
4. Siklus Hidup ................................................................................ 5
5. Patologi dan Gejala klinis ........................................................... 6
6. Diagnosis ..................................................................................... 6
7. Pengobatan dan pecegahan ......................................................... 7
B. Balantidium Suis................................................................ 10
1. Epidemiologi ..................................................................... 10
2. Morfologi .......................................................................... 11
3. Patologi dan Gejala Klinis ................................................... 11
4. Diagnosis .......................................................................... 12
5. Pengobatan dan Pencegahan ............................................... 12
1. Kesimpulan ................................................................................. 13
2. Saran ............................................................................................ 13
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui sejarah Balantidium coli
b. Untuk mengetahui morfologi Balantidium coli
c. Untuk mengetahui Siklus Hidup Balantidium coli
d. Untuk mengetahui patogenetis gejala klinis
e. Untuk mengetahui diagnosa lab
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Pertama yang mempelajari Balantidisis pada manusia dilakukan oleh Cassagrandi dan
Barnagallo pada tahun 1896. Namun percobaan ini tidak berhasil menemukan pembuat infeksi
dan tidak jelas apakah ia Balantidiium coli atau bukan.
Yang pertama kasus dari Balantidiasis di Filipina, dimana ia adalah yang paling umum,
dilaporkan pada tahun 1904. Saat ini, Balantidium coli didistribusikan di seluruh dunia, namun
kurang dari 1% dari populasi manusia yang terinfeksi. Babi adalah resevoir utama dari parasit,
dan infeksi manusia lebih sering terjadi dimana babi banyak berinteraksi dengan manusia. Ini
termasuk tempat-temat seperyi Filipina, sebagaimana disebutkan sebelumnya, tetapi juga
termasuk negara-negara parasit ditemukan.
Jepang dalam sebuah kajian yang menganalisis fecal sampel di 56 spesies berhubung
dengan hewan mamalia, Balantidum coli ditemukan tidak hanya dalam semua Babi liar diuji
(dengan boars liar dan babi yang dianggap spesies yang sama), itu juga ditemukan dalam lima
jenis spesies non manusia: simpanse (pan troglodytes), Hylobates lar, Squirrelmonkey (Saimiri
sciurea), kudus yakis (Comopithecus hamadryas), da Jepang macaque (Macaca Fuscata). Dalam
studi lainnya Balantidium coli juga ditemukan di spesies dai pesanan Rodentia dan Carnivora.
Penyebaran Balintidium coli terdapat paling banyak di daerah yang beriklim panas. Pada
mansia frekuensi rendah, sekitar 0,77 % (Belding,1952), pada babi (63-91%) Menurut Young,
pada tahun 1950. Ada dua jenis spesies yang berbeda, yaitu Balantidium Coli, yang dapat
ditularkan dari babi pada manusia dan Balantidium Suis yang tidak dapat ditularkan pada
manusia. Sumber utama yaitu pada manusia yang menderita penyakit. Infeksi dapat timbul dan
meningkat pada manusia yang menderita penyakit. Infeksi dapat timbul dan meningkat pada
manusia yang seiring berhubungan dengan babi seperti peternak babi memiliki sanitasi yang
buruk, dan tempat-tempat yang padat seperti di Penjara, Rumah Sakit, Asrama, dan lain-lain.
Di Amerika Serikat, Balantidium coli memiliki distribusi yang luas dengan perkiaraan
prevalensinya 1%. Di Papua Nugini infeksi meningkat 28% berdasarkan kultur yang dilakukan
pada babi. Epidermi dapat timbul pada pasien di Rumah Sakit Jiwa di Amerika Serikat.
5
Balantidium Coli juga telah dilaporkan banyak masyarakat yang memelihara babi (Bennet et al,
2015).
2.3 Penyebaran
Parasit ini ditemukan di seluruh dunia yang beriklim subtropik dan tropik, tetapi
frekuensinya rendah, juga di indonesia parasit ini jarang ditemukan ditemukan pada manusia
(FKUI, Jakarta).
Disrtribusi global Balantidium coli dilaporkan diseluruh dunia meskipun lebih umum
daerah beriklim sedang dan tropis. Flipina, Papua Nugini, beberapa wilayah di amerika tengah,
selatan, dan Asia dianggap sebagai daerah endemik. Pada manusia, prevelensi keseluruhan
diperkirakan 0,02 hingga 1% ada kemungkinan angka-angka ini meremehkan situasi sebenernya
karena parasit dianggap biasanya tanpa gejala dan sebagaian besar laporan dan stastistik
didasarkan dari pasien yang bergejala. Di daerah endemik amerika selatan, pravelensinya di
laporkan 1 hingga 12% dan bahkan hampir 30% di Oceania (Arean and Konpisch, 1956).
6
2.4 Morfologi
Balantidium coli adalah protozoa yang terbesar pada manusia. Parasit ini hidup di selaput
lendir usus besar terutama di daerah sekum dan mempunyai dua stadium yaitu stadium Trofozoit
dan stadium kista. Stadium trofozoit mempunyai bentuk lonjong, besarnya 60-70 mikron. Pada
bagian anterior yang agak menyempit, terdapat sitostom yang berfungsi sebagai mulut. Bagian
posterior bentuknya agak melebar, pada daerah ini ditemukan sitoping (cytopyge) yang berfungsi
untuk mengeluarkan zat yang tidak diperlukan lagi. Pada seluruh permukaan badan terdapat bulu
getar (silium) yang tersusun dalam baris-baris longtidinal. Pada sitostom terdapat bulu getar agak
panjang. Fungsi bulu getar adalah untuk bergerak dan mengambil makanan. Di sitoplasma
terdapat dua buah inti yang khas yaitu satu makronukleus besar yang berbentuk seperti ginjal dan
satu mikronukleus kecil yang bulat.
Selain inti ditemukan juga 1-2 buah vakuol kontraktril dan banyak vakuol makanan.
Stadium Trafozooit juga merupakan stadium yang berfungsi untuk berkembang biak dengan cara
belah pasang transversal. Mula-mula mikronukleus yang membelah, diikuti oleh makronukleus
yang membelah, diikuti oleh makronukleus dan sitoplasma sehingga menjadi dua organisme
baru. Kadang-kadang tampak pertukaran kromatin atau konjungasi (FKUI,Jakarta).
Trofozoit akan berlangsung membentuk kista (enkistasi) di dalam lume n usus atau segera
setelah keluar bersama tinja. Kista, berukuran 50-60 mikron, bentuk bulat dan berdinding tebal.
Kista yang hidup, mempunyai bulu getar yang masih bergerak. Kista tidak untuk kembang biak:
fungsinya hanya untuk bertahan. Kista dalam tinja dapat bertahan 1-2 hari pada suhu kamar.
7
Kista merupakan bentuk infektif. Bila kista tertelan, terjadi ekskistasi di usus halus. Dari satu
kista keluar satu stadium vegetatif yang segera berkembang biak dan membentuk koloni di
selaput lendir usus besar. Stadium kista tertelan. (FKUI, Jakarta)
Balantidium coli memiliki dua tahap dalam siklus hidupnya: tahap aktif makan
merepelikasi panggung (yang trafozoit) yang paling sering ditemukan dalam lumen usus besar
dan tahap nonreplicating encyted (kista) yang berkembang di usus besar yang lebih rendah
diekresikan dalam tinja ( Arean dan Kopisch, 1956).
Pada daur hidup Balantidium coli stadium kista maupun stadium trofozoit dapat
berlangsung pada satu jenis hospes. Sebagai sumber utama penularan balantidiosis bagi manusia
adalah babi karena hewan ini merupakan hospes defenitif alami dan juga bertindak selaku hospes
reservoir bagi manusisa yang sebenernya hanyalah hospes insidental bagi parasit
Manusia terinfeksi Balantidium coli akibat tertelan air atau makanan mentah yang yang
tercemar tinja babi yang mengandung kista infektif parasit ini. Di dalam usus besar kista berubah
menjadi bentuk trofozoit yang kemudian akan tumbuh dan berkembang memperbanyak diri
8
dengan cara pembelahan sel (binary transverse fission) atau secara konjugasi di dalam lumen
usus atau di da lam submukosa usus.
Reporduksi konjugasi terjadi dengan cara dua trofozoit membentuk kista bersama, lalu
bertukar material inti, akhirnya berpisah kembali menjadi dua trofozoit baru. Jika lingkungan di
dalam usus kurang sesuai bagi hidup parasit, maka trofozoit akan berubah menjadi bentuk kista (
Soedarto, 2016).
9
bersifat asimtomatis, meskipun kadang-kadang di jumpai diare berulang yang diselingi
terjadinya konstipasi.
Untuk menegakkan diagnosis pasti balantidiosis harus dilakukan pemeriksaan parasitologis
atas tinja unuk menemukann kista dan trofozoit balantidium coli (Soedarto, 2016).
2.6 Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan trofozoit dalam tinja encer atau kista dalam tinja,
trofozoit ditemukan melalui sigmoidoskopi. Bila diperlukan dapat dilakukan. Pada penderita
dengan komplikasi paru dapat dilakukan bronchoalveolar lavage (FKUI, Jakarta).
2.8 Epidemologi
Parasit ini banyak ditemukan pada babi yang dipelihara (60-90%). Penularan babi muda
terjadi sekali-kali dapat menular pada manusia (zoonosis). Penuluran pada manusia terjadi dari
tangan ke mulut atau melalui makanan yang terkontaminasi misalnya pada orang yang kandang
babi. Bila tangan orang terkontaminasi dengan tinja babi yang mengandung kista dan kista
10
tertelan, maka terjadilah infeksi. Kista tidak mati dengan klorinasi air minum. Kebersihan
perorangan dan sanitasi lingkungan dapat mempengaruhi penularan (FKUI,Jakarta).
Dosis infeksi untuk trafozoit dan kista tidak diketahui penyakit ini menular (infeksi)
selama organisme dieksresikan, tetapi perlu dicatat bahwa dalam balantidiasis kronis parasit
diindentifikasi dalam tinja hanya sporadis. Kista dapat bertahan hidup lebih lama (seminggu)
diluar tubu inang sedangkan trafozoit mati pada tingkat yang lebih cepat (jam). Informasi ini
penting untuk memahami manusia kemanusia transmisi, karena kista jarang terdeteksi dalam
kotoran manusia dan trofozoit sering ditemukan pada kasus disentri (Arean dan Kopisch, 1956).
11
1