“Tugas ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan”
Dosen pengampu : Elly Rustanti, M.Sc
Kelompok 6 :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya-lah
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tak lupa pula penulis ucapkan
salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah
menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah.
Adapun judul makalah yang akan dibahas adalah “BALANTIDISIASIS”, dan saya
sangat berharap semoga dengan adanya makalah ini saya dapat memberikan sedikit
gambaran dan memperluas wawasan.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari semua
pihak demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulis.............................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Sejarah Penemu...........................................................................................................................2
2.2 Hospes, Nama Penyakit dan Habitat...........................................................................................2
2.3 Morfologi dan Siklus Hidup.......................................................................................................2
2.4 Patologi dan Gejala Klinis..........................................................................................................3
2.5 Cara Penularan dan Diagnosis....................................................................................................4
2.6 Epidemiologi..............................................................................................................................4
2.7 Pengobatan dan Pencegahan.......................................................................................................4
2.8 Pengawasan Penderita dan Pengendalian....................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................6
PENUTUP.............................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Penemu
Pertama yang mempelajari balantidiasis pada manusia dilakukan oleh Cassagrandi
dan Barnagallo pada 1896. Namun, percobaan ini tidak berhasil menemukan pembuat
infeksi dan tidak jelas apakah ia Balantidium coli atau bukan. Yang pertama kasus dari
balantidiasis di Filipina, di mana ia adalah yang paling umum, dilaporkan pada 1904. Saat
ini, Balantidium coli didistribusikan di seluruh dunia, namun kurang dari 1% dari
populasi manusia yang terinfeksi. Babi adalah reservoir utama dari parasit, dan infeksi
manusia lebih sering terjadi di daerah-daerah di mana babi banyak berinteraksi dengan
manusia. Ini termasuk tempat-tempat seperti Filipina, sebagaimana disebutkan
sebelumnya, tetapi juga termasuk negara-negara seperti Bolivia dan Papua Nugini.
Balantidium coli merupakan protozoa usus manusia yang terbesar dan satu-satunya
golongan ciliata manusia yang patogen, menimbulkan balantidiasis atau ciliate dysenteri.
Penyakit zoonosis yang sumber utamanya adalah babi sebagai reservoir host, hidup di
dalam usus besar manusia, babi dan kera. B.coli dalam siklus hidupnya memiliki 2
stadium, yaitu stadium tropozoit dan kista. Lingkaran hidup B.coli dan E.histolitica sama,
hanya saja bentuk kista dari B.coli tidak dapat membelah diri sebagaimana layaknya
E.histolitica.
Reproduksi
Berlangsung secara binary transverse fission (belah diri melintang), yaitu tropozoit
melakukan pembelahan diri dan secara konjugasi, dimana 2 tropozoit membentuk kista
bersama, dan kemudian bertukar material dari inti dan berpisah kembali menjadi 2
tropozoit baru.
3
2.5 Cara Penularan dan Diagnosis
Penularannya yaitu dengan cara menelan kista yang berasal dari kotoran inang yang
terinfeksi, pada saat wabah, penularan terutama melalui air yang terkontaminasi.
Penularan sporadis terjadi karena masuknya kotoran kemulut melalui tangan atau melalui
air dan makanan yang terkontaminasi kotoran binatang atau manusia. Masa penularan
terjadi selama infeksi. Penularan pada manusia terjadi dari tangan kemulut atau melalui
makanan yang terkontaminasi. misalnya, pada orang yang memelihara babi dan yang
membersihkan kandang babi, bila tangan ini terkontaminasi dengan tinja babi yang
mengandung bentuk kista dan kista ini tertelan, maka terjadilah infeksi. Kebersihan
perorangan dan sanitasi lingkungan dapat mempengaruhi terjadinya penularan.
Secara klinis balantidiasis dapat dikacaukan dengan disentri lain dan demam usus.
Diagnosis tergantung pada berhasilnya menemukan tropozoit dalam tinja encer dan lebih
jarang tergantung pada penemuan kista dalam tinja padat, dan tinja harus diperiksa
beberapa kali, karena pengeluaran parasit dari badan manusia berbeda-beda. Pada
penderita dengan infeksi di daerah sigmoid-rectum, pemakian sigmoidiskop berguna
untuk mendapatkan bahan pemeriksaan. Diagnosis labolatorium dapat ditentukan dengan
pemeriksaan tinja untuk menemukan bentuk kista atau tropozoit.
2.6 Epidemiologi
Pada manusia frekuensi Balantidium coli rendah, sedangkan frekuensi pada babi
tinggi berkisar anatar 63 - 91%. Babi mengandung Balantidium coli dan Balantidium suis.
Spesies Balantidium coli dapat menular kepada manusia sedangkan Balantidium suis
tidak dapat ditularkan kepada manusia.
Tetapi babi tidak satu-satunya hewan dimana parasit ditemukan. Jepang dalam
sebuah kajian yang menganalisis fecal sampel di 56 spesies berhubung dgn Hewan
mamalia, Balantidium coli ditemukan tidak hanya dalam semua Babi liar diuji (dengan
boars liar dan babi yang dianggap spesies yang sama), itu juga ditemukan dalam lima
jenis spesies non manusia: Simpanse (Pan troglodytes), Hylobates lar, Squirrelmonkey
(Saimiri sciurea), Kudus yakis (Comopithecus hamadryas), dan Jepang macaque
(Macaca fuscata). Dalam studi lainnya, adalah Balantidium coli juga ditemukan di
spesies dari pesanan Rodentia dan Carnivora.
Bukti epidemiologi yang menyokong pendapat bahwa babi bukan sumber utama
daripada infeksi manusia, dan ini bertentangan dengan pendapat dahulu. Frekuensi infeksi
rendah pada manusia yang bekerja di daerah-daerah yang ada hubungan erat antara
mereka dengan babi dan manusia refrakter terhadap infeksi dengan “strain” babi. Bila
terjadi suatu wabah maka manusia yang menjadi sumber infeksi utama, di mana
penularan terjadi dari tangan ke mulut dan dari makanan yang terkena kontaminasi.
4
Flagyl, sebagai anti protozoa dan anti bakteri. Dengan dosis 500 mg 3x sehari selama 20
hari diberikan per oral
Metronidazole, dengan dosis 750 mg, diberikan 3x sehari selama 5 hari.
Cara pencegahan :
Beri penyuluhan pada masyarakat tentang higiene perorangan.
Lindungi tempat penampungan/ sumber air untuk masyarakat dari kontaminasi kotoran
babi.
Penanganan makanan yang tepat.
Memperhatikan pembuangan kotoran manusia.
Kurangi kontak dengan babi dan kotorannya.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Balantidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Balantidium Coli dapat
didiagnosa dengan menemukan parasit dalam tinja. Balantidiasis ini kebanyakan bersifat
asimetomatis, dapat diobati dengan diiodohydroxycline, tetracyline, flageyl,
mentronidoze
6
DAFTAR PUSTAKA