SKENARIO 2
“BIOMEDIK 2”
DISUSUN OLEH
NAMA : Shindy Khairita
NPM : 71220811046
KELOMPOK SGD : 15
TUTOR : Prof. Dr.dr. H. M. Thamrin Tanjung, Sp. OG (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
Lembar Penilaian Makalah
1 Ada Makalah 60
2 Kesesuaian dengan LO 0 – 10
3 Tata Cara Penulisan 0 – 10
4 Pembahasan Materi 0 – 10
5 Cover dan Penjilidan 0 – 10
Total
Assalamualaikum.Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah modul 3 biomedik 2 ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
kegiatan Small Grup Discussion yang dipandu langsung oleh Prof. Dr.dr. H. M. Thamrin
Tanjung, Sp. OG (K). Pada modul biomedik 2, skenario 2.
Makalah ini telah saya susun dengan semaksimal mungkin dan juga mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Atas
dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan.
Saya menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan
baik dari segi susunan kalimat, tata bahasanya maupun pembahasannya. Dan hanya kepada
Tuhanlah kita harus memohon petunjuk karena Dialah yang mencukupi akal dan pikiran serta
daya dan upaya untuk membentuk sebuah makalah ini. Akhirnya penulis hanya berharap banyak
agar makalah ini bisa bermanfaat untuk seluruh Pembaca atau kalangan Umum lainnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
SHINDY KHAIRITA
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 11
3.2 Saran ............................................................................................................................. 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Skenario
Mahasiswa semester 1 sedang praktikum parasitologi dan tampak gambaran protozoa
dari Entamoeba histolytica. Gambaran mikroskopis berupa bentuk kista berinti 4 berukuran
10-20 µm. Protozoa adalah organisme uniseluler yang hidup sendiri atau dalam bentuk
koloni. Banyak protozoa yang bersifat sebagai parasit dan patogen pada manusia. Salah
1
satu protozoa patogen adalah Entamoeba histolytica. Parasit ini bisa masuk kedalam tubuh
dan menetap di dalam usus melalui beberapa cara.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Entamoeba Histolytica
Menyebabkan penyakit yang disebut
"Amoebiasis"
50 juta kasus simtomatik di seluruh dunia
110.000 kematian setiap tahunnya
Negara berkembang, karena kondisi sanitasi
yang buruk
1. Gambaran Morfologi
a. Tropozoid (bentuk motil)
Berkembang biak dan berdiferensiasi menjadi kista di usus besar.
b. Kista (bentuk resisten)
Bertanggung jawab untuk transmisi infeksi.
2. Siklus Hidup
4
3. Mekanisme Penularan
Kista diekskresikan dalam tinja, kemudian tertelan oleh inang baru melalui
makanan atau air yang terkontaminasi.
5
Bentuk kista dan vegetatif keluar bersama tinja.
Infeksi terjadi bila menelan bentuk kista.
2. Siklus Hidup
6
1. Gambaran Morfologi
a. Tropozoid
Seperti buah jambu monyet yang bagian anterior membulat dan posterior
meruncing.
Ukuran 12-15 µm.
Mempunyai sepasang inti di anterior.
Mempunyai 4 pasang flagel yang berasal dari blefaroplas.
Sepasang flagel anterior keluar dari belfaroplas anterior.
Sepasang flagel lateral keluar dari blefaroplas lateral.
Hidup di rongga usus duodenum dan bagian proksimal jejenum, saluran
dan kandung empedu.
b. Kista
Bentuk oval, ukuran 8-12 µm.
Dinding tipis dan kuat.
Kista yang baru dibentuk mempunyai 2 inti, yang matang mempunyai 4
inti letaknya pada satu kutub.
Bila kista matang tertelan oleh hospes, maka terjadi ekskistasi di
duodenum, kemudian sitoplasma membelah dan flagel tumbuh dari
aksonema sehingga terbentuk 2 tropozoid.
2. Siklus Hidup
7
3. Mekanisme Penularan
Giardiasis juga bisa menular melalui makanan. Akan tetapi, cara ini lebih
jarang terjadi, karena parasit akan mati jika makanan dimasak hingga matang. Meski
demikian, tidak mencuci tangan sebelum makan, atau mencuci alat makan dengan air
yang terkontaminasi, juga dapat menjadi sarana penyebaran parasit.
Selain melalui air dan makanan, seseorang juga bisa tertular giardiasis melalui
kontak dengan orang lain, misalnya ketika mengganti popok anak yang sedang
menderita giardiasis. Bisa juga akibat melakukan hubungan seks anal (seks melalui
anus) dengan penderita giardiasis.
8
1. Siklus Hidup
2. Mekanisme Penularan
Kucing pemangsa tikus dapat terinfeksi melalui tikus yang dilahapnya. Bila
terinfkesi, tinja kucing bisa mengandung oosist (salah satu bentuk toksoplasma yang
dapat menimbulkan infkesi, red). Di usus parasit berkembang biak. Telurnya keluar
bersama tinja dan sekali keluar bisa jutaan. Telur toksoplasma mampu bertahan
hidup setahun di tanah, jika telur tertelan manusia, telur membiak lalu masuj ke
jaringan otak, jantung dan otot. Disana telur akan berkembang menjadi kista.
2.7 Plasmodium Sp
1. Siklus Hidup
9
2. Mekanisme Penularan
Parasit plasmodium pada umumnya ditularkan oleh spesies tertentu dari
nyamuk, yaitu nyamuk anopheles. Jika nyamuk anopheles betina menggigit
seseorang yang terinfeksi malaria, maka nyamuk tersebut membawa
parasit plasmodium dan menularkannya kepada manusia lain ketika menggigit dan
mengambil darah manusia tersebut.
Ketika plasmodium memasuki darah maka akan dengan
cepat plasmodium terdistribusi ke jantung dan dapat menyerang atau menginfeksi
sel-sel darah merah yang lain. Sel darah merah yang terinfeksi akan pecah setiap 48-
72 jam. Setiap kali sel darah merah pecah maka akan menyebabkan tubuh menggigil,
suhu tubuh meningkat dan berkeringat.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Protozoa adalah organisme mikroskopis bersel tunggal yang hanya dapat
membelah diri di dalam organisme inang. Protozoa diklasifikasikan sebagai eukariota,
yakni organisme yang selnya mengandung organel dan inti yang terikat membran.
Organisme ini dapat hidup sebagai parasit atau secara bebas di alam. Mereka bisa hidup
di berbagai habitat lembap, termasuk tanah, air tawar dan lingkungan laut. Protozoa
dapat berkembang biak pada manusia, bahkan mungkin dapat menyebabkan infeksi
serius.
Kista diekskresikan dalam tinja, kemudian tertelan oleh inang baru melalui
makanan atau air yang terkontaminasi.
Giardiasis juga bisa menular melalui makanan. Akan tetapi, cara ini lebih jarang
terjadi, karena parasit akan mati jika makanan dimasak hingga matang. Meski demikian,
tidak mencuci tangan sebelum makan, atau mencuci alat makan dengan air yang
terkontaminasi, juga dapat menjadi sarana penyebaran parasit.
Selain melalui air dan makanan, seseorang juga bisa tertular giardiasis melalui
kontak dengan orang lain, misalnya ketika mengganti popok anak yang sedang
menderita giardiasis. Bisa juga akibat melakukan hubungan seks anal (seks melalui
anus) dengan penderita giardiasis.
Kucing pemangsa tikus dapat terinfeksi melalui tikus yang dilahapnya. Bila
terinfkesi, tinja kucing bisa mengandung oosist (salah satu bentuk toksoplasma yang
dapat menimbulkan infkesi, red). Di usus parasit berkembang biak. Telurnya keluar
bersama tinja dan sekali keluar bisa jutaan. Telur toksoplasma mampu bertahan hidup
setahun di tanah, jika telur tertelan manusia, telur membiak lalu masuj ke jaringan otak,
jantung dan otot. Disana telur akan berkembang menjadi kista.
Parasit plasmodium pada umumnya ditularkan oleh spesies tertentu dari nyamuk,
yaitu nyamuk anopheles. Jika nyamuk anopheles betina menggigit seseorang yang
terinfeksi malaria, maka nyamuk tersebut membawa parasit plasmodium dan
11
menularkannya kepada manusia lain ketika menggigit dan mengambil darah manusia
tersebut.
3.2 Saran
Demikian makalah ini saya paparkan, semoga bermanfaat dan berguna bagi kita
semua. Saya sebagai penulis mohon saran dan kritikannya guna untuk
menyempunakan tugas makalah ini, karena saya menyadari bahwa tugas saya kurang
dari kesempurnaan.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Gandahusada S., Herry D.I, Wita Pribadi. 2008. Parasitologi Kedokteran. Edisi IV.
FKUI, Jakarta.
2. Setya, A.K., 2015. Parasitologi: Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
3. Zulkoni, A. 2010. Parasitologi.Edisi I. Nuha Medika. Yogyakarta.
13