Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan HidayahNya yang telah memberikan banyak kesempatan sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah Rhizopoda : Entamoeba Hystolitica dan
Entamoeba Coli.
Dalam perancangan makalah ini, kami menyadari bahwa selesai nya
makalah ini berkat bimbingan dan bantuan beserta dorongan dari berbagai pihak.
Ucapan terimakasih sebesar-besarnya disampaikan kepada seluruh tim kelompok
1 yang telah bekerja sama dan berkontribusi penuh terhadap penyusunan makalah
ini.
Untuk itu, atas bantuan, arahan dan masukan yang telah diberikan kepada
kami, semoga mendapatkan imbalan dari Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa,
Amin.
Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan untuk makalah ini, kami
menyadari masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan guna perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Bandung, 02 Oktober 2019
Tim Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan hospes enam spesies ameba yang hidup dalam
rongga usus besar yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba coli, Entamoeba
hartmanni, Jodamoeba butschlii, Dientamoeba fragilis, Endolimax nana, dan satu
spesies ameba yang hidup dalam rongga mulut yaitu Entamoeba gingifalis. Di
mana semua spesies Entamoeba ini hidup sebagai komensal pada manusia kecuali
Entamoeba histolytica.
Selain hidup pada rongga usus besar, golongan Rhizopoda ada pula yang
hidup bebas di air tawar, air laut, atau tempat berlumpur. Di antara ameba
golongan Rhizopoda yang hidup secara bebas (free living ameba) ada dua genus
yang hidup fakultatif dan patogen pada manusia, yaitu genus Naegleria dan
Achantamoeba yang dapat menyebabkan penyakit Meningitis amebic.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Rhizopoda ?
2. Apa-apa sajakah spesies Rhizopoda ?
3. Morfologi dan daur hidup E. Coli dan E. Hystolitica?
4. Diagnosis E. Coli dan E. Hystolitica
5. Pengobatan E. Coli dan E. Hystolitica
6. Epidemologi E. Coli dan E. Hystolitica
7. Pencegahan E. Coli dan E. Hystolitica
8. Pengamatan preparat E. Coli dan E. Hystolitica
C. Tujuan
Untuk mengetahui morfologi, siklus hidup, grjala klinis, epidemologi,
diagnosis, serta pengamatan preparat E. Histolytica dan E. Coli.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Rhizopoda
Rhizopoda termasuk Protista mirip Hewan. Protista ada 4 kelas
berdasarkan alat geraknya. Salah satunya adalah RHIZOPODA.
Rhizopoda berasal dari bahasa Yunani (Rhizo : akar dan Podos : kaki).
Rhizopoda bergerak dan menangkap makanannya dengan kaki semu
(pseudopodia). Tubuh Rhizopoda bersel tunggal dan bentuk selnya dapat berubah-
ubah. Hewan dari filum ini hidup bebas di air tawar, air laut, atau tempat
berlumpur. Salah satu contoh Rhizopoda adalah Amoeba sp.
Klasifikasi Rhizopda :
1. E. Histolityca
2. E. Coli
3. Endolimax Nana
4. Iodamoeba Butschlii
5. Dientamoeba Fragilis
Ciri – ciri Rhizopoda
1. Bergerak dengan menggunakan kaki palsu atau kaki semu (pseudopodia)
2. Memiliki ukuran tubuh sekitar 200 – 300 mikron
3. Mempunyai sifat heterotrof
4. Mempunyai bentuk yang dapat berubah atau tidak tetap
5. Hidup di air tawar dan air laut
6. Mempunyai etoplasma dan juga endoplasma
7. Ada yang bercangkang dan juga tidak
8. Rhizopoda menelan makanannya atau fagosit
9. Mempunyai vakuola makanan serta vakuola kontraktil
10. Pernafasan dengan menggunakan cara difusi ke seluruh tubuh
11. Reproduksi dengan cara aseksual atau dengan pembelahan diri
12. Hidup secara bebas atau parasit
2
3
B. Entamoeba histolytica
1. Morfologi
E. histolytica dalam daur hidupnya mempunyai tiga stadium, yaitu
bentuk histolitika, minuta dan kista. Bentuk histolitika dan minuta
termasuk stadium tropozoit.
Bentuk histolitika berukuran 20 – 40 mikron ( sel darah merah
berukuran 7 mikron ), mempunyai inti entemeba yang terdapat dalam
endoplasma. Ektoplasma tampak bening dan homogen, terletak di bagian
tepi sel. Pseudopodia yang dibentuk ektoplasma besar seperti daun,
dibentuk mendadak dan gerakan cepat. Dalam endoplasma terdapat butir-
butir halus, biasanya tidak mengandung bakteri atau sisa-sisa makanan
tetapi mengandung sel darah merah ( eritrosit ). Bentuk histolitika karena
patogen, sehingga penyebarannya bisa ditemukan pada beberapa organ
yaitu pada jaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit dan vagina. Bentuk
histolitika ini berkembang biak dengan belah pasang.
Bentuk minuta pada dasarnya sebagai bentuk yang pokok
(esensial). Tanpa bentuk minuta, daur hidup E. Histolytica tidak dapat
berlangsung. Bentuk minuta besarnya kira-kira 10 – 20 mikron. Tpe inti
entemeba, terdapat di dalam endoplasma yang berbutir-butir. Endoplasma
tidak mengandung eritrosit, tetapi mengandung bakteri dan sisa-sisa
makanan. Pada bentuk minuta ini, ektoplasma tidak nyata dan hanya
tampak bila terbentuk pseudopodium. Pseudopodium ini terbnetuk
perlahan-lahan, sehingga terjadi gerakan lambat. Bentuk minuta
berkembang biak dengan betlah pasang. Di dalam rongga usus besar
parasit bersifat komensial, tetapi sewaktu-waktu berubah menjadi patogen.
Bentuk kista berbentuk dalam rongga usus besar, besarnya kurang
lebih 10-20 mikron, bentuk bulat atau lonjong, kista mempunyai dinding
nyata dan tipe inti, entameba. Pada tinja inti berjumlah 1 atau 4 buah,
kadang-kadang 2 inti. Di dalam endosplasma kista terdapat benda
kromatoid kasar, bentuknya seperti lisong. Disamping itu juga terdapat
vakuola glikogen. Benda kromatoid dan vakuola glikogen ini sebagai
4
makanan cadangan dan ditemukan pada kista muda. Sedangkan pada kista
matang, biasanya benda kromatoid dan vakuola glikogen sudah tidak di
temukan. Bentuk kista protozoa ini tidak patogen, tetapi yang matang
merupakan bentuk infektif.
2. Siklus Hidup
E. histolityca biasanya hidup di dalam rongga usus besar dalam
bentuk minuta, berkembang biak dengan belah pasang, kemudian
membentuk dingding dan berubah menjadi kista.
Kista di keluarkan bersama-sama dengan tinja. Diluar tubuh
manusia (hospes) kista dapat mempertahankan keadaan buruk dari
sekelilingnya. Hal ini karena dilindungi oleh dinding. Bila kista matang
(kista 4 inti) tertelan, dilambung masih utuh dan tahan terhadap asam
lambung.
Dirongga usus halus kista baru bisa dicerna, selanjutnya terjadi
proses ekskistas dengan mengeluarkan bentukminuta dan selanjutnya
masuk kedalam rongga usus besar. Bentuk minuta ini dapat berubah
menjadi bentuk histolitika patogen setelah berbeda dimukosa usus besar
dan disini tibul gejala-gejala. Bentuk histolitika ini dengan aliran darah
tersebar ke berbagai jaringan yaitu hati, paru dan otak.
3. Gejala Klinis
Bentuk histolitika ini terdapat di mukosa usus besar, dan
menghancurkan (melisiskan) jaringan di sekitarnya dengan enzim yag
dikeluarkan. Selanjutnya meluas memasuki jaringan submukosa dan
bersarang di sini. Di jaringan submukosa ini, memebuat kerusakan-
kerusakan yang lebih luas daripada di mukosa akibatnya terjadi luka-luka
pada bagian usus tersebut yang disebut ulkus amebik. Ulkus pada bagian
usus ini terjadi karena terbentuk lesi-lesi yang menyebar dan bergabung.
Dalam ulkus terbentuk rongga menyerupai botol, lubangnya sempit tetapi
dasarnya lebar, bagian tepi tidak teratur dan tampak meninggi
Apabila terjadi infeksi sekunder, maka menimbulkan peradangan.
Keadaan ini dapat meluas sampai submukosa usus dan melebar ke latetar
di sepanjang sumbu usus, sehingga tingkat kerusakan menjadi luas,
akhirnya ulkus ulkus saling berhubungan dan terbentuklah sinus-sinus
dibawah mukosa. Bentuk histolistika dalam keadaan ini banyak ditemukan
pada dasar dan dinding ulkus. Dengan peristaltikusus, bentuk histolistika
ini dikeluarkan bersama sama isi ulkus masuk ke rongga usus, kemudian
menyerang lain mukosa usus yang sehat akhirnya keluar bersama-sam
tinja . tinja yang dikeluarkan ini disebut tinja disenteri, dengan ciri-ciri
fisik bercampur dengan lendir dan darah.
Tempat yang sering dihinggapi (predileksi) protozoa ini adalah
sekum, rektum, dan sigmoid. Seluruh kolon dan rektum dapat dihinggapi
bila terjadi infeksi yang berat. Secara klinik, kasus ambeiasis dikenal ada
dua, yaitu ambesiasis intestinal( di dalam usus) dan ambesiasi
ekstraintestinal (diluar usus).
a. Amebiasis intestinal
dan amebiasis kronik. Penyakit ini ditandai oleh adanya radang usus
besar yang disebut kolitis ulserosa amebik.
b. Amebiasis ekstra-intestinal
4. Diagnosis
a. Amebiasis kolon akut
c. Amebiasis hati
histolityca dalam biofsi dinding abses atau dari aspirasi nanah abses.
Bila ameba tidak ditemukan dapat dilakukan pemeriksaan serologi.
5. Pengobatan
6. Epidemiologi
Di Indonesia, amebiasis kolon banyaak ditemukan andemik.
Prevalensi amebiasis di berbagai daerah yang ada di Indonesia berkisar
antara 10 - 18%. Frekuensi infeksi E. Histolityca diukur dengan jumlah
mengandung kista. Perbandingan kasus amebiasis di Indonesia berturut-
turut sebagai berikut : amebiasis kolon terbanyak, amebiasis hati hanya
kadang-kadang ditemukan sedangkan amebiasis kulit, paru, vagina, dan
otak jarang ditemukan. Amebiasis ditularkan oleh benda pengandung
kista.
7. Pengamatan preparat
C. Entamoeba Coli
1. Morfologi
Entamoeba coli memiliki daur hidup yang hampir sama
dengan Entamoeba histolytica. Amoeba ini hidup sebagai komensal di
dalam usus besar, memiliki bentuk vegetatif dan kista. Pada bentuk
trofozoit,
E.Coli memiliki ukuran lima belas sampai tiga puluh mikron,
berbentuk lonjong atau bulat, mempunyai satu inti sel, dengan
9
3. Gejala Klinis
Kehadiran E.coli tidak menyebabkan dan dengan sendirinya akan
terobati karena dianggap tidak berbahaya. Namun, ketika seseorang
terinfeksi entamoeba jinak ini, organisme patogen lainnya mungkin turut
dalam spesies ini, dan patogen lain dapat menyebabkan infeksi atau
penyakit.
4. Diagnosis
5. Pengobatan
6. Pengamatan Preparat
Tampak trofozoit tidak banyak bergerak dengan menggunakan
pseudopodnya, dan menciptakan gerakan tempat (tidak progresif).
Bentuknya bulat, hanya terlihat pada spesimen feses segar dan tidak tetap.
berbentuk lonjong atau bulat, kareosom kasar. Ektoplasma tidak nyata,
11
A. Kesimpulan
Rhizopoda termasuk Protista mirip Hewan, berasal dari bahasa Yunani
(Rhizo : akar dan Podos : kaki). Rhizopoda bergerak dan menangkap
makanannya dengan kaki semu (pseudopodia). Tubuh Rhizopoda bersel
tunggal dapat berubah-ubah. Hewan dari filum ini hidup bebas di air tawar, air
laut, atau tempat berlumpur. Salah satu contoh Rhizopoda adalah Amoeba sp.
E. histolytica dalam daur hidupnya mempunyai tiga stadium, yaitu
bentuk histolitika, minuta dan kista. Bentuk histolitika dan minuta termasuk
stadium tropozoit. Bentuk histolitika berukuran 20 – 40 mikron ( sel darah
merah berukuran 7 mikron ), mempunyai inti entemeba yang terdapat dalam
endoplasma. Ektoplasma tampak bening dan homogen, terletak di bagian tepi
sel. Pseudopodia yang dibentuk ektoplasma besar seperti daun, dibentuk
mendadak dan gerakan cepat. Dalam endoplasma terdapat butir-butir halus,
biasanya tidak mengandung bakteri atau sisa-sisa makanan tetapi mengandung
sel darah merah ( eritrosit ). Bentuk histolitika karena patogen.
E. Coli E.Coli memiliki ukuran lima belas sampai tiga puluh
mikron, berbentuk lonjong atau bulat, mempunyai satu inti sel, dengan
kariosom kasar dan biasanya letaknya eksentris, butir- butir kromatin
perifer juga kasar dan letaknya tidak merata. Ektoplasma tidak nyata,
dan hanya terlihat jika pseudopodium terbentuk. Endoplasma bervakuola,
mengandung bakteri dan sisa makanan, tidak mengandung sel darah
merah.
E. histolityca biasanya hidup di dalam rongga usus besar dalam bentuk
minuta, berkembang biak dengan belah pasang, kemudian membentuk
dingding dan berubah menjadi kista.
Gejala klinis yang ditandai dari infeksi E. Histolyca adalah terdapat
luka-luka pada bagian usus tersebut yang disebut ulkus amebik. Ulkus pada
bagian usus ini terjadi karena terbentuk lesi-lesi yang menyebar dan
12
13
14