Anda di halaman 1dari 19

PLATYHELMINTHES

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Zoologi Invertebrata
yang diampu oleh Bapak Khairul, S.Pi., M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 4
1. Eva Susanti NPM 1904300042
2. Lia Palantia NPM 1904300047
3. Rayiseh Andriani NPM 1904300057
4. Tari Aprilla NPM 1904300067
5. Windiani NPM 1904300071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LABUHAN BATU
2020/2021
2
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Zoologi
Invertebrata, dengan judul: “PLATYHELMINTHES”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang telah dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Kami sudah berusaha sebaik-baiknya dalam menyelesaikan makalah ini


walaupun pengalaman dan pengetahuan kami masih terbatas. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Tanjung Sarang Elang, 8 April 2021

Penulis Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................. 2
1.4 Manfaat........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
2.1 Pengertian Platyhelminthes............................................................. 3
2.2 Ciri - Ciri Umum............................................................................. 4
2.3 Klasifikasi Platyhelminthes............................................................ 5
2.4 Habitat Platyhelminthes.................................................................. 10
2.5 Reproduksi Platyhelminthes........................................................... 10
2.6 Peranan Platyhelminthes................................................................. 10
BAB III PENUTUP............................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 12
3.2 Saran............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kingdom animalia di sebut juga dunia hewan. Organisme yang
tergolong dalam kingdom ini memiliki bentuk dan ukuran yang
beragam.Cara bergeraknya pun berbeda-beda. Namun, semua orgnisme
yang tergolong dalam animalia memiliki beberapa cirri yang sama.
Animalia beranggotaakan organism eukariotik dan multiseluler. Animalia
tidak memiliki klorofil sehingga tidak mampu membuat makanan sendiri,
organism ini memperoleh energi dengan cara memakan organisme lain
berupa tumbuhan atau hewan lain (bersifat heterotrof), sel-sel penyusun
tubuh hewan tidak memiliki dinding sel,.Animalia beranggotakan jenis-
jenis organism yang umumnya mampu bergerak aktif, memiliki otak dan
sistem saraf, serta bereproduksi secara seksual.
Berdasarkan perbedaan pada simetri tubuh dan lapisan penyusun
tubuhnya, kingdom animalia dibagi menjadi Sembilan filum berikut:
1.    Porifera (hewan berpori)
2.    Coenlenterata (hewan berongga)
3.    Platyhelminthes (cacing pipih)
4.    Nemathelminthes (cacing gilig)
5.    Annelida (cacing bersegmen)
6.    Mollusca (hewan bertubuh lunak)
7.    Arthropoda (hewan berbuku-buku)
8.    Echinodermata (hewan berkulit duri)
9.    Chordata (hewan bertulang belakang)
Pada makalah ini kami akan mencoba sedikit membahas satu dari
Sembilan filum tersebut. Yaitu platyhelminthes (cacing pipih).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pembahasan di atas, maka rumusan masalah yang
lahir adalah:

1
1.    Apa yang dimaksud filum platyhelminthes?
2.    Bagaimana ciri-ciri umum platyhelminthes?
3.    Bagaimana klasifikasi platyhelminthes?
4.    Bagaimana habitat platyhelminthes?
5.    Bagaimana reproduksi platyhelminthes?
6.    Apa peranan platyhelminthes?

1.3 Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah tersebut tujuan yang diharapkan
adalah:
1.    Memahami definisi filum platyhelminthes
2.    Mengetahui ciri-ciri umum platyhelminthes
3.    Memaparkan klasifikasi platyhelminthes
4.    Mengetahui habitat platyhelminthes
5.    Mengetahui reproduksi platyhelminthes
6.    Mengetahui peranan platyhelminthes

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam pembahasan ini ada dua yaitu,
manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat teoretis=Dapat menambah khasana keilmuan tentang
platyhelminthes (cacing pipih)
2. Manfaat praktis= Memberikan pengetahuan pada masyarakat
(pembaca) terhadap platyhelminthes (cacing pipih)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Platyhelmintes


Platyhelminthes adalah filum dalam Kerajaan Animalia (hewan).
Filum ini mencakup semua cacing pipih kecuali Nemertinea, yang dulu
merupakan salah satu kelas pada Platyhelminthes, yang telah dipisahkan.
Platyhelminthes adalah filum ketiga dari kingdom animalia setelah
porifera dan coelenterata. Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup
parasit. Yang merugikan adalah platyhelminthes yang hidup dengan cara
parasite
Platyhelminthes bersal dari kata : platy = pipih dan helmins =
cacing atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya
sudah lebih maju dibandingkan Porifera dan Coelenterata. Tubuh
Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm,
mesoderm, dan endoderm.
Pada Platyhelminthes sudah tedapat alat atau organ sederhana
seperti pharynx yang bersifat musculer, ocelli dan alat-alat yang lebih
kompleks misalnya organ genitalia dan organ excretoria. Namun mereka
masih mempunyai systema gastrovasculare seperti diketemukan pada
Coelenterata dengan hanya satu muara keluar yang berfungsi baik sebagai
mulut maupun sebagai anus.
Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis
bersilia. Cacing pipih ini merupakan hewan tripoblastik yang tidak
mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air
laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan
dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang
hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin
disertai dengan kait untuk menempel.
            Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem
pernafasan.Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus.
Contoh Platyhelmintes adalah Planaria. Planaria mempunyai sistem

3
pencernaan yang terdiri dari mulut, faring,  usus (intestine) yang
bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi bagian
samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan
makanan dan memperluas bidang penguapan. Planaria tidak memiliki
anus pada saluran pencernaan makanan sehingga buangan yang tidak
tercerna dikeluarkan melalui mulut.

2.2 Ciri-ciri Umum


Platyhelmintes (cacing pipih) memiliki beberapa ciri-
ciri/karakteristik umum antara lain sebagai berikut... 
 Memiliki bentuk tubuh pipih, simetris dan tidak bersegmen
 Ukuran tubuh mikroskopis dan ada juga yang memiliki panjang tubuh 20
cm yaitu cacing pita. 
 Memiliki satu lubang yaitu di mulut tanpa dubur 
 Mempunyai daya regenerasi yang tinggi, dan bersifat hermafodit (dua
kelamin)
 Hidup parasit dan ada juga yang hidup bebas
 Habitat di air tawar, air laut, tempat lembab, atau dalam tubuh organisme
lain. 
 Melakukan perkembangbiakan (bereproduksi) secara generatif dengan
perkawinan silang dan bereproduksi secara vegetatif yaitu membelah diri
 Sensitif dengan cahaya 
 Tidak memiliki sistem pernapasan. Cacing pipih menggunakan pori-pori
sebagai tempat masuknya oksigen. Masuknya oksigen ke pori-pori dengan
cara difusi. 
 Tidak mempunyai rongga sejati, namun memiliki simetri bilateral 
 Tidak memiliki sistem pencernaan lengkap. Pencernaan platyhelmintes
(cacing pipi) melalui rongga gastrovaskular
 Mempunyai sistem saraf tanggal tali dan memiliki mata
 Platyhelminthes (cacing pipih) tidak mempunyai pembuluh darah.
Sehingga rongga gastrovaskular beperan mendistribusikan nutrisi ke
seluruh tubuh. 

4
 Platyhelminthes (cacing pipih) bersifat triploblastik (memiliki tiga lapisan
embrional), yaitu epidermis (lapisan luar), mesodermis (lapisan tengah),
dan endodermis (lapisan dalam).

2.3 Klasifikasi Platyhelminthes

1. Kelas Turbellaria (Cacing Berambut Getar)


Cacing pipih yang bergerak yakni dengan menggetarkan bulu
getarnya. Umunya itu hidup bebas di air asin serta air tawar. Contohnya
pada planaria sp yang hidup di sungai yang jernih, laut dan juga tempat
yang lembab. Cacing ini merupakan indicator terhadap suatu pencemaran
air. Cacing ini mempunyai bintik di kepalanya yang bisa atau dapat
membedakan terang serta gelap. Cacing ini juga memiliki sifat menjauhi
cahaya. Reproduksi yang dilakukan secara aseksual yakni dengan
fragmentasi serta seksual dengan peleburan gamet jantan dan juga betina.
Turbellaria ini adalah kelompok platyhelminthes yang bisa atau
dapat bergerak dengan menggetarkan bulu getarnya. Cacing pipih jenis ini
hidup dengan secara bebas (bukan parasit) serta tidak mempunyai alat
hisap.

Contoh Kelas Turbellaria


planaria

5
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Turbellaria
Ordo : Tricladida
Famila : Paludicola
Genus : Euplanaria
Species : Euplanaria sp

Salah satu hewan jenis ini yang sangat dikenal ialah planaria, kami
akan berusaha menjelaskan kelas ini dengan mencontohkan planaria.
Tubuh Planaria ini mempunyai panjang 1 – 2 cm. Planaria ini
memakan protista sertahewan kecil lainnya, planaria ini memakan
mangsanya itu dengan menggunakan faring. Setelah ditangkap, makanan
tersebut kemudian akan dipecah serta didorong masuk ke lambung oleh
adanya faring. Umumnya untuk hewan jenis ini melakukan reproduksi
dengan secara seksual. Warna tubuhnya gelap serta pada bagian kepala
terdapat bintik mata untuk kemudian membedakan keadaan gelap serta
terang. Mulutnya ini terdapat di permukaan ventral juga bisa atau dapat di
tengah tubuh. Pada mulut nya itu terdapat struktur seperti taring yang
disebut dengan probosis, probosis ini memiliki fungsi untuk menangkap
mangsa. Turbellaria ini mampu untuk beregenerasi dengan cara memotong
tubuh, serta juga daya regenerasi ini sangat baik.

2. Kelas Trematoda (Cacing Hisap)

6
Trematoda ini ialah cacing pipih yang memiliki sifat parasit pada
manusia serta hewan. Cacing ini mempunyai alat isap yang memiliki kait
yang fungsinya untuk melekatkan diri pada tubuh inangnya. Cacing ini
mempunyai kutikula yang fungsinya ini untuk mencegah dirinya itu untuk
ikut terhisap oleh sel inangnya. Contoh dari cacing jenis ini ialah Fasciola
hepatica yang hidup di organ hati domba, F. gigantica ini di organ hati sapi
serta Schistosoma japonicum yang hidup dipembuluh darah perut manusia.
Tremotoda ini adalah kelompok platyhelminthes yang mempunyai
alat hisap serta alat kait untuk dapat menempelkan diri pada inangnya.
Trematoda ini adalah platyhelminthes yang hidupnya itu sebagai parasit.
Tubuh bagian luarnya itu ditutupi oleh kutikula yang memiliki fungsi agar
tubuhnya itu tidak tercerna oleh sel tubuh inangya. Hewan jenis ini tidak
mempunyai silia pada permukaan luar tubuh. Makanan dari trematoda ini
ialah cairan atau juga jaringan tubuh inangnya. Dinding tubuhnya ini
mempunyai otot dan saraf.

Contoh Kelas Trematoda


cacing-hati

Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Trematodoa
Ordo : Echinostomida
Familia : Fasciolidae
Genus : Fasciola
Species : Fasciola hepatica

7
Contoh hewan ini adalah cacing hati. Cacing hati ini adalah bentuk
hewan yang mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:
1. Panjang tubuh 2,5 – 3 cm ; serta juga lebar tubuhnya 1 – 1,5 cm,
2. Mempunyai mulut meruncing yang juga dikelilingi oleh adanya alat
penghisap.
3. Untuk melindungi tubuhnya disaat bergerak, cacing mempunyai lapisan
berupa sisik kecil dari kutikula diseluruh bagian tubuhnya.
4. Mempunyai alat kelamin serta memiliki sifat hemaprodid , yang
melakukan pembuahan dengan sendiri atau silang.
5. Tidak mempunyai anus, dan juga sebagai ganti alat ekresinya itu berupa
sel api.
3. Kelas Cestoda (Cacing Pita)
Cestoda atau cacing pita ini ialah cacing berbentuk pipih yang
parasit pada manusia serta hewan. Pada kepala cacing ini terdapat kait
yang memiliki fungsi untuk melekatkan diri diusus inangnya. Cacing pita
ini mempunyai tubuh yang dapat atau bisa terbagi menjadi beberapa
bagian yang disebut dengan proglotid. Proglotid ini merupakan calon
individu baru. Selama hidupnya cacing pita tersebut kemudian akan terus
membuat proglotid yang baru.
Cestoda ini ialah kelompok platyhelminthes yang memiliki bentuk
seperti pita serta sifatnya ialah parasit. Pada bagian kepala hewan ini juga
terdapat kait yang memiliki fungsi untuk mengaitkan tubuhnya itu pada
usus inang. Kepala cacing pita tersebut disebut dengan skoleks serta untuk
bagian bawah kepala itu disebut dengan strobilus. Bagian Strobilus ini
memiliki fungsi untuk membentuk progtolid pada hewan ini. Progtolid
sendiri ialah bagian tubuh yang akan menjadi individu baru dikemudian
hari. Cestoda iuni terus membentuk progtolid sertasemakin ke ujung
progtolid itu juga akan semakin besar serta semakin matang. Selama siklus
hidupnya itu mereka bisa atau dapat melibatkan lebih dari satu inang.
Cacing pita ini bisa atau dapat ditularkan ke manusia dengan melalui
daging babi atau juga sapi terinfeksi yang tidak dimasak matang.

8
Contoh Kelas Cestoda
Taenia-saginata

Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Trematodoa
Ordo : Taeninoidea
Familia : Taeniidae
Genus : Taenia
Species : Taenia saginata

Contoh dari cacing ini ialah seperti Taenia saginata, Ciri-ciri dari
cacing dewasa Taenia saginata :
1. Cacing dewasa ini memiliki panjang 5 – 10 meter
2. Cacing ini terdiri dari scolex, leher, serta strobila
3. Scolex yang berbentuk piriform berukuran 1 – 2 mm dilengkapi dengan
4 batil isap yang menonjol
4. Strobila ini terdiri dari 1000 – 2000 proglotid atau juga segmen yang
mana makin ke distal proglotid itu semakin matang
5. Proglotid gravid ini berukuran 16 – 20 x 5 – 7 mm yakni dengan cabang
uterus itu berjumlah 15 – 20 buah tiap sisi yang mana uterus gravid
tersebut mengandung 80.000 sampai 100.000 telur
6. Lubang kelamin atau juga porus genitalis ini terletak di sebelah lateral
serta berada berselang-seling di kanan serta kiri dengan tidak teratur.

9
2.4 Habitat Platyhelminthes
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.
Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan
kecil atau zat organic lainnya seperti organisme. Platyhelminthes parasit
hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Habitat platyhelminthes
yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang
lembab. Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya
(endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.

2.5 Reproduksi Platyhelminthes


Platyhelminthes bisa bereproduksi dengan cara aseksual dan
seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan tubuh. Tiap-tiap
hasil pembelahan akan meregenerasi bagian tubuh yang hilang. Cara
reproduksi aseksual tersebut biasanya dilakukan oleh Tubellaria sp.
Platyhelminthes juga bisa bereproduksi secara seksual dengan cara
perkawinan silang meskipun cacing pipih bersifat hermafrodit. Zigot dan
kuning telur yang terbungkus kapsul akan menempel pada batu atau
tumbuhan, kemudian menetas menjadi embrio yang mirip induknya.

2.6 Peranan Platyhelminthes


Karena kebanyakan platyhelminthes hidup sebagai parasit, pada
umunya filum ini akan merugikan manusia, selain manusia, ada pula
cacing pita inang domba dan anjing, dulu amat banyak orang-orang cina,
jepang dan korea yang menderita karena penyakit parasit, clonorchis,
disamping belum berkembang ilmu kesehatan, maka mereka juga suka
makan ikan mentah atau setengah matang.
Usaha-usaha untuk mencegah infeksi cacing pita pada manusia dan
pada inang lain biasanya dengan memutuskan daur cacing pita, baik
dengan cara mencegah jangan sampai inang perantara terkena infeksi
maupun dengan jalan mencegah jangan sampai inang sendiri terkena
infeksi, selain itu juga pembuangan tinja manusia perlu diatur menurut
syarat-syarat kesehatan sehingga tidak memungkinkan heksakan yang

10
keluar bersama tinja-tinja itu sampai tertelan babi, sementara itu semua
daging babi, sapi dan ikan yang mungkin mengandung sisteserkus harus
dimasak sebaik-baiknya oleh manusia.

11
BAB III
PENUTUP
 
3.1 Kesimpulan
Platyhelminthes berasal dari Bahasa Yunani, dari kata Platy =
pipih dan helminthes = cacing. Jadi berarti cacing bertubuh pipih.
Platyhelminthes terbagi menjadi 3 kelas, yaitu: Turbellaria, Trematoda
(cacing hisap), dan Cestoda (cacing pita). Platyhelminthes yang hidup
bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab, sedangkan
Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit)
pada siput air, sapi, babi, atau manusia. Platyhelminthes tidak memiliki
rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata. Tubuh pipih
dorsoventral, tidak berbuku-buku, simetri bilateral, serta dapat dibedakan
antara ujung anterior dan posterior. Siklus hidup dari Platyhelminthes
parasit yang ada hubungan dengan manusia diantaranya: dari kelas
Trematoda yaitu Fasciola hepatica. Dan dari kelas Cestoda, Taenia
saginata. Peranan platyhelminthes dalam kehidupan adalah: Planaria
menjadi salah satu makanan bagi organisme lain, cacing hati maupun
cacing pita merupakan parasit pada manusia.

3.2 Saran
Kami sudah berusaha sebaik-baiknya dalam menyelesaikan
makalah ini walaupun pengalaman dan pengetahuan kami masih terbatas.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil. A and Reece, Jane B. 2008. Biologi edisi kedelapan. Jakarta :
Erlangga.
Kastawi, Yusuf. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang : UM Press
Natadisastra, Djaenuddin, dkk. 2009. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Oemarjati, Boen. S dan Wardhana WIsnu. 1990. Taksonomi Avertebrata
Pengantar PraktikumLaboratorium. jakarta : UI Press.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung : IKAPI

13
14

Anda mungkin juga menyukai