Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH STRUKTUR HEWAN

“ANNELIDA”

OLEH:

KELOMPOK : 1 (SATU)
ANGGOTA : 1. Hanifah Khairunisah (08041181722002)
2. Rachmah Iswara (08041181722004)
3. Mawarni Christin (08041181722006)
4. Farel Kara Bona T.S (08041181722008)
5. Army Juniar Hidayat (08041181722010)

DOSEN PENGAMPU : 1. Drs. Endri Junaidi,M.Si.


2. Drs. Erwin Nofyan,M.Si.

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” i


KATA PENGANTAR

Marilah Kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan rahmat –Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Annelida”. Sholawat serta salam selalu senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW. Beserta para sahabat, kerabat, dan pengikutnya hingga akhir
jaman.

Adapun maksud dan tujuan kami membuat makalah ini untuk memenuhi
tugas Struktur Hewan. Alhamdulillah berkat kerja sama dan kerja keras kami,
akhirnya makalah ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya dan sesuai yang
diharapkan.

Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, dan kami mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, guna pembenahan dalam penyusunan makalah yang lebih baik.
Semoga makalah ”Annelida ” ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Indralaya, 13 April 2018

Penulis

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………...…..……………………...………....…...i
DAFTAR ISI……………………………………………...................……..……..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...…………………………………..............……......……......1
1.2 Rumusan Masalah……………………..................................…..……………2
1.3 Tujuan Masalah……………...…………………….…….............…………...2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Annelida.....................................................…………...........…...….3
2.2. Karakteristik Annelida…...….........................................................................3
2.3. Anatomi dan Fisiologi Annelida...…..............................................................4
2.4. Karakteristik Polychaeta …...….....................................................................8
2.4.1. Morfologi..............................................................................................8
2.4.2. Reproduksi............................................................................................9
2.4.3. Manfaat...............................................................................................10
2.4.4. Habitat.................................................................................................11
2.5. Karakteristik Oligochaeta.............................................................................12
2.5.1. Morfologi............................................................................................12
2.5.2. Reproduksi..........................................................................................13
2.5.3. Manfaat...............................................................................................15
2.5.4. Habitat.................................................................................................15
2.6. Hirudinea......................................................................................................16

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………....................……..…..18
3.2 Saran…………………………….................….................…………..……..18
DAFTAR PUSTAKA………………………………….………….………..…..19

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” ii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Annelida, yaitu cacing yang bersegmen seperti cincin. Phylum ini terbagi
menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta, Hirudinea, dan Oligochaeta. Polycaheta
merupakan kelompok cacing yang memiliki banyak chaeta atau sisir di tubuhnya,
contohnya adalah Nereis dan Arenicola.Sedangkan contoh dari kelompok
Hirudinea adalah lintah dan pacet (Hirudo medicinalisdan Haemadipsa
zeylanica). Kelas terakhir dari phylum Annelida adalah Oligochaeta dimana
cacing tanah termasuk di dalamnya (Listyawanetal(1998) dalam Wahyono, 2001).
Salah satu hewan yang termasuk kedalam filum Annelida adalah cacing
tanah. Cacing tanah merupakan salah satu jenis fauna yang ikut melengkapi
khasanah hayati fauna Indonesia dan termasuk kedalam kelompok hewan tingkat
rendah, tidak bertulang belakang (invertebrata) dan merupakan kelompok
Annelida atau cacing bersegmen. Hewan ini ditemukan pada lingkungan
terrestrial basah di Indonesia. Di dunia ini terdapat kira – kira 1800 spesies cacing
tanah yang telah diidentifikasi (Catalan (1981) dalam Brata, 2008).
Selain cacing tanah, ada juga cacing laut atau nama ilmiahnya Polychaeta.
Cacing mempunyai nilai manfaat yang penting sebagai pakan untuk induk udang
(Olive (1999)dalam Rasidi danPatria 2012), dan ikan hias laut (Ignatius (2001)
dalam Rasidi danPatria 2012) terutama dalam proses pematangan gonad dan
pemijahan (Coman et al (2007) dalam Rasidi dan Patria 2012). Jenis-jenis
Polychaeta yang banyak dimanfaatkan termasuk famili Nereididae dan Eunicidae
(Brown et al (2011) dalam Rasidi dan Patria 2012).
Hirudinea adalah kelas Pylum Annelida yang tidak mempunyaii seta
(rambut) dan tidak memiliki parapodium di tubuhnya. Tubuh Hirudinea yang
pipih dengan ujung depan serta di bagian belakang sedikit runcing. Di segmen
awal dan akhir terdapat alat penghisap yang berfungsi dalam bergerak dan
menempel.Gabungan dari alat penghisap dan kontraksi serta relaksasi otot adalah
mekanisme pergerakan dari Hirudinea.Kebanyakan dari Hirudinea adalah

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 1


ekstoparasit yang sering didapati di permukaan luar inangnya.Ukuran Hirudinea
beragam dari 1-30 cm.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Annelida?
2. Apa saja kelas dari filum Annelida?
3. Di manakah habitat dari setiap kelas Annelida?
4. Apakah manfaat dari setiap kelas Annelida?
5. Bagaimanakah sistem reproduksi setiap kelas Annelida?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Annelida.
2. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi Annelida.
3. Mengetahui Ciri- Ciri dari Annelida
4. Mengetahui habitat dari setiap kelas Annelida.
5. Mengetahui Manfaat dari setiap kelas Annelida.
6. Mengetahui Sistem Jaringan setiap kelas Annelida.

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Annelida


Annelida berasal dari kata Annulus yang berarti cincin. Tubuh hewan ini
terdiri dari cincin-cincin atau segmen-segmen (Simandjuntak dan Walujo (1982)
dalam Nilawati et al, 2014). Kuncoro (2004) menyatakan bahwa annelida
memiliki alat gerak pada setiap segmen tubuhnya yang disebut chaeta Badan
Annelida tertutup kutikula yang licin yang merupakan hasil sekresi dari lapisan
epidermis. Annelida memiliki rongga badan (coelon) yang terbagi menjadi
beberapa septa. Sebagian besar hermaprodit, dengan perkembangan melalui stadia
larva dan reproduksi membentuk tunas. Annelida terbagi menjadi tiga kelas, yaitu
Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea (Nilawati et al. 2014).
Annelida, yaitu cacing yang bersegmen seperti cincin. Phylum ini terbagi
menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta, Hirudinea, dan Oligochaeta. Polycaheta
merupakan kelompok cacing yang memiliki banyak chaeta atau sisir di tubuhnya,
contohnya adalah Nereis dan Arenicola.Sedangkan contoh dari kelompok
Hirudinea adalah lintah dan pacet (Hirudo medicinalisdan Haemadipsa
zeylanica). Kelas terakhir dari phylum Annelida adalah Oligochaeta di mana
spesiesnya terdapat cacing tanah (Listyawanetal(1998) dalam Wahyono, 2001).

2.2. Karakteristik Annelida


1) Tempat hidup air tawar, air laut dan darat. Sebagian ada yang bersifat
parasit (merugikan karena menempel pada inangnya).
2) Simetri tubuhnya bilateral simetris karena sudah ada punggung di dorsal dan
Sisi Perut ( ventral)
3) Sistem saraf terdiri dari ganglion otak dihubungkan dengan tali saraf yang
memanjang sehingga berupa tangga tali.
4) Alat eksresi disebut nephridium.
5) Respirasi dengan menggunakan epidermis pada seluruh permukaan tubuh
dan berlangsung secara difusi. Sistem peredaran darah tertutup.
6) Hewan ini bersifat hermafrodit dan memiliki klitelum sebagai alat kopulasi.

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 3


7) Alat pencernaan makanan sempurna mulai dari mulut, saluran pencernaan
dan anus.
8) Mulut dilengkapi gigi kitin yang berada di ujung depan sedangkan anus
berada di ujung belakang.
9) Ruas tubuhnya (segmen) disebut Metameri
10) Metameri merupakan bentuk segmen-segmen yang antara segmen itu
memiliki organ-organ yang sama.
11) Organ-organ yang dimiliki pada setiap segmennya sama itu antara lain alat
ekskresi (nefridium) lubang reproduksi, otot dan pembuluh darah , Sistem
pencernaan lengkap/sempurna.
12) Sistem peredaran darah tertutup
13) Klasifikasi Annelida ini didasarkan atas tidaknya seta / rambut /
parapodium yang ada di permukaan tubuhnya.
14) Tubuh tertutup oleh kutikula yang licin yang terletak di atas epithelium
yang bersifat glanduler

2.3 Anatomi dan Fisiologi Annelida


Banyak tipe cacing tanah, tetapi Lumbricus terrestris adalah merupakan salah
satu contoh spesies yang baik atau representative bagi Filum Annelida. Lumbricus
terrestris ini akan digunakan sebagai contoh dalam pembahasan selanjutnya.
Struktur tubuh annelida ini mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan yang lain. Cacing tersebut sudah mempunyai rongga sejati disebut
triplobastik selomata. Bentuk tubuhnya bersegmen-segmen dilapisi oleh kutikula,
tersusun oleh gelang kecil yang dibatasi dengan sekat berbentuk seperti cincin
atau gelang. Jika cacing ini dipotong menjadi dua bagian yang sama, maka bentuk
tubuhnya simetri bilateral.
Bentuk tubuh Lumbricus terrestris panjang silindris, kurang lebih 2/3
baian posteriornya sedikit memipih ke arah dorsoventral. Warna tubuh permukaan
atas berwarna merah sampai biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta dorsalis
kelihatan jelas. Permukaan bawah lebih pucat, umumnya merah jambu dan
kadang-kadang putih. Mulut terdapat di ujung anterior pada bagian yang disebut
prostomium (Kastawi, 2005).

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 4


Pada permukaan tubuh cacing tanah terdapat beberapa lubang muara
keluar dari berbagai alat atau organ di dalam tubuh. Lubang-lubang tersebut ialah:

a) Mulut, berbentuk bulan sabit terletak di medio ventral segmen pertama


b) Anus, terletak pada segmen terakhir
c) Lubang muara keluar ductus spermaticus atau vas deferens, terletak pada
segmen ke-15
d) Lubang muara keluar oviduct, terletak pada segmen ke-14
e) Lubang muara keluar receptaculum seminalis berupa 2 pasang pori.
Receptaculum seminalis adalah tempat penyimpanan sperma
f) Pori dorsales merupakan lubang muara keluar coelom
g) Sepasang nephridiofor, merupakan lubang muara keluar dari saluran
ekskresidan terletak pada tiap segmen, keculi segmen terakhir dan 3 segmen
pertama.

1. Sistem Gerak

Dinding tubuh cacing tanah mempunyai 2 lapis otot, yaitu : stratum circulare
(lapisan otot sebelah luar) dan stratum longitudinal (lapisan otot sebelah dalam).
Jika musculi ini berkontraksi akan menimbulkan gerakan menggelombang dari
cacing tanah itu sehingga ia bergerak.

Dinding intestine juga mempunyai otot, yaitu stratum longitudinal. Jika


otot ini berkontraksi, akan menimbulkan gerak peristaltic yang dapat mendorong
makanan dalam saluran pencernaan dan mendorong keluar sisa-sisa pencernaan.

Setae digerakkan oleh 2 berkas otot, yaitu : musculus protactor, yang


mendorong setae keluar, dan musculus retractor yang menarik kembali setae
masuk ke dalam rongganya. Kedua berkas musculi ini melekat pada ujung-ujung
dalam dari setae. Jadi cacing tanah bergerak dengan setae dan kontraksi otot-otot
dinding tubuh.

2.Sistem Respirasi

Cacing tanah bernapas dengan kulitnya, karena kulitnya bersifat lembab,


tipis, banyak mengandung kapiler-kapiler darah.

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 5


3.Sistem Pencernaan Makanan

Saluran pencernaan cacing tanah sudah lengkap, terdiri atas mulut,


pharynx, esophagus, proventriculus, ventriculus, intestine dan anus. Makanan
cacing tanah terdiri atas sisa-sisa hewan dan tanaman. Cacing tanah mencari
makanannya di luar liang pada saat malam hari. Makanan diambil melalui
mulutnya. Makanan di dalam esophagus tercampur dengan cairan hasil sekresi
kelenjar kapur (calciferous glands) yang terdapat pada dinding esophagus itu. Dari
esophagus, makanan terus masuk ke dalam proventriculus yang merupakan
tempat penyimpan makanan yang bersifat sementara.

Selanjutnya, makanan masuk ke dalam ventriculus. Disini makanan


dicerna menjadi partikel-partikel halus. Dari ventriculus, partikel makanan ini
masuk ke dalam intestin. Di dalam intestine, makanan akan dicerna lebih lanjut
sehingga menjadi substansi-substansi yang lebih kecil, yang dapat diabsorbsi oleh
dinding intestine tersebut. Dinding intestin mengandung kelenjar-kelenjar yang
menghasilkan enzim-enzim. Karena pengaruh enzim-enzim ini, partikel-partikel
makanan tadi dicernakan menjadi monosakarida, asam lemak dan gliserol, dan
asam amino yang siap untuk diabsorbsi. Senyawa-senyawa tersebut diabsorbsi
oleh dinding intestin dan selanjutnya bersama-sama dengan sirkulasi darah
diangkut ke seluruh bagian-bagian tubuh.

4.Sistem Sirkulasi

Sistem peredaran darah cacing tanah adalah sistem peredaran darah


tertutup. Darah terdiri atas bagian cair yang disebut plasma, dan sel-sel darah atau
korpuskula. Korpuskula terdapat di dalam plasma darah. Eritrosit mengandung
hemoglobin yang mempunyai kemampuan mengikt oksigen. Pembuluh-pembuluh
darah terdiri atas aorta dorsalis, aorta ventralis.

Aorta dorsalis terletak di sebelah dorsal saluran pencernaan dan mudah


terlihat dari luar pada cacing yang hidup sebab kulit tubuh cacing sedikit
transparent. Aorta ventralis terletak di sebelah ventral saluran pencernaan dan di
sebelahdorsal truncus nervosus.

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 6


Pada saat darah mengalir menuju ke kulit, hemoglobin mengikat CO2 ,
CO2 keluar melalui kulit sedangkan O2 dari udara masuk ke dalam tubuh cacing
tanah melalui kulit dan bersenyawa dengan hemoglobin, membentuk
oxyhemoglobin.

5.Sistem Ekskresi

Sistem ekskresi cacing tanah berupa nephridia (nephridios=ginjal). Pada


tiap segmen tubuh terdapat sepasang nephridia, kecuali 3 segmen yang pertama
dan segmen yang terakhir tidak ada.

6. Sistem Saraf

Sistem saraf cacing tanah, terletak di sebelah dorsal pharynx di dalam segmen
yang ke 3 dan terditi atas :

a. ganglion cerebrale, yang tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan


comissura, terletak di sebelah dorsal pharynx, di dalam segmen ke 3

b. berkas saraf ventralis dengan cabang-cabangnya.

Dari tiap kelompok sel-sel tersebut terdapat saraf-saraf yang terinnervasi


daerah mulut dan berpangkal pada ujung anterior tiap kelompok sel tersebut dan
cabang saraf yang menuju ke ventral dan melingkari pharynx.

7. Organ Sensoris

Cacing tanah tidak mempunyai mata, tetapi pada kulit tubuhnya terdapat sel-sel
saraf tertentu yang peka terhadap sinar.

8. Sistem Reproduksi

Cacing tanah bersifat hermaphrodit. Kedua oviductnya terletak di dalam segmen


ke-13 dan infundibulumnya bersilia. Testes terletak di dalam suatu rongga yang
dibentuk oleh dinding-dinding vesicular seminalis.

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 7


2.4. Karakteristik Polychaeta
Perairan pesisir merupakan kawasan habitat berbagai organisme salah
satunya komunitas bentik laut. Organisme ini memiliki pergerakan yang lambat
bahkan bersifat sesil atau diam, sehingga aktivitasnya dapat dipengaruhi langsung
oleh bahan pencemar yang masuk keperairan. Komunitas bentik laut banyak
digunakan sebagai bioindikator pencemaran perairan pesisir. Salah satu organisme
yang temasuk dalam komunitas bentik laut adalah Polychaeta. Polychaetaadalah
jenis cacing yang termasuk ke dalam Filum Anelida yang memiliki chaeta, tubuh
beruas-ruas dan hidup kosmopolitan di berbagai tipe ekosistem laut (Sahidin dan
Wardiatno, 2012).
Ekosistem laut nusantara memilikisifat yang kompleks dan di
dalamnyaterkandung sumber daya alam hayati dannon hayati yang sangat berarti.
Salah satusumber daya hayati perairan yang pentingdalam ekosistem laut adalah
Polychaeta. Polychaeta mempunyai tubuhyang lunak tanpa pelindung, sehingga
hewanini sangat sensitif terhadap pengaruh dariluar. Sebagian besar spesies dari
Polychaeta merupakan hewan bentik yang menghuni dasar perairan (Erviani et al.
2015).

2.4.1. Morfologi
Cacing laut di beberapa daerahmempunyai nama lokal yang berbeda-beda
misalnya diJawa Tengah cacing laut dikenal dengan nama lokal cacingwelur atau
lur. Secara morfologi stuktur badan luar cacing luryaitu badannya tersusun atas
segmen-segmen,memiliki sepasang parapodia dan ber-chaetaepada setiap segmen
badannya, memiliki 2 pasang matadi kepala dan cilia rastomial 4 pasang,
mempunyai sepasangrahang chitin dan pharynk musculer yang dapat
digerakkanmembentuk sepasang proboris serta warna badannyamerah kecoklatan.
Bentuk tubuh cacing laut juga mempengaruhi beberapa sifat lainnya (Rasidi,
2012).

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 8


Cacing laut Polychaetaakan berubah sifat dari organisme bentik yang
hidup di dasar perairan menjadiorganisme planktonik yang melayang pada kolom
perairan. Dijelaskanselanjutnya, perubahan sifat hidup cacing laut Polychaeta dari
bentik menjadiplanktonik menuntut modifikasi bentuk tubuh. Bereproduksi,
sebagian tubuh spesies dari familiNereidae akan mengalami perubahan bentuk
menjadi kaki renang. Perubahan ini,menurutnya, ditandai dengan adanya natatory
chaeta, yakni bentuk chaetayangmemungkinkan bagi hewan tersebut untuk
berenang. Selain itu, saat bereproduksi, ukuran organ mata cacing laut Polychaeta
darifamili Nereidae akan menjadi relatif lebih besar jika dibandingkan dengan
ukuranmatanya pada saat tidak sedang bereproduksi (Pamungkas, 2009).

2.4.2. Reproduksi
Cacing laut saat belummengalami matang gonad untuk membedakannya
masihsangat sulit, namun cacing yang sudah matang kelaminsecara morfologi
dapat dibedakan antara jantan danbetina. Menurut Yuwono et al. (2002), secara
morfologisuntuk memudahkan membedakan antara jantan danbetinanya dapat
dilihat dari warna badannya. Badan cacingjantan yang sudah matang kelamin akan
berwarna putih,sedangkan cacing betina ketika sudah matang kelaminakan
berwarna hitam kehijauan (Rasidi, 2012).
Reproduksi pada cacing lautPolychaeta secara garis besar dapat dilakukan
dengan dua cara, yakni secaraklonal (aseksual) dan secara epitoky (seksual).
Reproduksi secara klonaldilakukan baik dengan meregenerasi bagian tubuh yang
terpotong maupun denganmembentuk stolon. Sedangkan pada reproduksi secara
epitoky, separuh atauseluruh bagian tubuh cacing, pada masa-masa tertentu, akan
menjadi matangkelamin.epitoke merupakan bagian matang kelamin dari cacing
laut Polychaeta yangberperan penting dalam proses reproduksi. Dijelaskan

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 9


selanjutnya, epitoke bersifatfototrofik positif, yakni cenderung bergerak mendekat
ke arah cahaya. Epitoke akan mengalami kematian setelahmelepaskan sel-sel
kelaminnya (Pamungkas, 2009).

Sebagian besar cacing Polychaeta reproduksinyabersifat monotelic, yaitu


hewan yang hanya mengalamisatu kali reproduksi selama siklus hidupnya. Saat
memijah hewan jantan dan betina akanmengeluarkan sperma dan telur ke perairan
dan fertilisasiterjadi secara eksternal dalam perairan. Untuk fertilisasi artifisial
dapat dilakukan denganmencampurkan sel telur dan spermatozoa yang
masakalami maupun dengan manipulasi hormonal (Rasidi, 2012).
2.4.3. Manfaat
Polychaetamendominasi komunitas makrobentik infauna sekitar 80% dari
total komunitas bentik. Polychaetapada sedimen laut memiliki peran penting
dalam proses siklus nutrien, metabolisme bahan pencemar dan sebagai
produktivitas sekunder suatu perairan. Polychaetajuga berperan penting pada
rantai makanan organisme dasar laut seperti menjadi makanan alami ikan-ikan
dasar dan sebagian mamalia laut (Sahidin dan Wardiatno, 2012).
Cacing laut atau nama ilmiahnyaPolychaeta mempunyai nilai manfaat
yangpenting sebagai pakan untuk induk udangdan ikan hias laut terutama dalam
proses pematangan gonaddan pemijahan. Jenis-jenis Polychaeta yangbanyak
dimanfaatkan termasuk familiNereididae dan Eunicidae. Cacing Polychaeta
Nereis sp. merupakan salahsatu jenis yang termasuk famili Nereididae,yang
digunakan sebagai pakan induk dipembenihan udang. Pemanfaatan cacing laut
atau Polychaetasebagai pakan induk beberapa spesies udangdan ikan laut telah
banyak diteliti (Rasidi dan Patria, 2012).
Cacing laut telah dimanfaatkan sebagai salah satu pakan alami yang sangat
dibutuhkan untuk kelangsungan produksi nauplii udang di pembenihan udang. Hal
ini menjadi peluang untuk pemasaran hasil budidaya cacing laut. Penyediaan

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 10


pakan alami di pembenihan udang, selama ini pembenihan udang memperoleh
cacing laut diperoleh dari pedagang pengumpul hasil tangkapan di alam. Hasil
tangkapan cacing dari alam sangat tergantung pada kondisi cuaca dan
musim.Selain pada udang, cacing Polychaeta jugadimanfaatkan sebagai pakan
induk ikanhias laut (Rasidi, 2012).
Polychaeta juga dapatmenjadi alternatif bahan makanan. Salahsatu jenis
kelompok tersebut telahdikonsumsi oleh masyarakat.Polychaeta digunakan oleh
beberapa masyarakatsebagai umpan untuk memancingikan. Umumnya,
masyarakat Indonesiatidak mengetahui bahwa cacing tersebutjuga dapat dimakan
seperti halnya ikan,udang dan kepiting, serta besarnya manfaatdari Polychaeta
tersebut terhadap ekosistemperairan (Erviani et al. 2015).

2.4.4. Habitat
Cacing laut merupakan hewan pemakan endapan (defosit feeder). Cacing
laut Dendronereis pinnaticirris dapat hidup pada substrat pasir halus. dengan
diameter butir 63-250μm. Tekstur lumpur yang lunak merupakan habitat yang
disukai cacing laut. Larva cacing laut Laeonereis culveri akan terus berenang dan
merayap pada substrat dengan diameter butir 250-1.000 μm. Sebaliknya pada
substrat yang berdiameter butir lebih kecil dari 250 μm larva cacing laut
Laeonereis culveri akan menggali lubang sebagai sarang (Hermawan et al. 2015).
Cacing laut hanya ditemukan pada gundukan pasir, di posisi yang
berhadapan dengan gelombang air laut, pada bagian gundukan pasir yang
menghadap ke darat dimana airnya tidak bergelombang atau tenang cang laut
tidak akan ditemukan. Sedimen tempat hidup hewan ini adalah pasir berlumpur
berwarna abu-abu, hal ini dikarenakan gundukan pasir ini berada dekat dialur
aliran air dari muara sungai ke laut (Irawan, 2013).
Areal yang terdapat cacing laut biasanya ditandai dengan adanya lubang
kecil di permukaan tanah sebagai sarangnya serta terdapat gundukan tanah lumpur
setinggi 1-2 cm yang merupakan kotoran cacing hasil penggalian lubang sarang.
Cacing laut yang umum dijumpai di habitat estuariadalah famili Nereididae yang
hidup membenamkan diri di dalam lumpur (infauna) (Hermawan et al. 2015).

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 11


2.5. Oligochaeta
Cacing dalam bahasa inggris sering disebut dengan istilah worm, vermes,dan
helminth. Cacing dalam kerajaan binatang termasuk hewan invertebrata atau
avertebrata yang berarti hewan tanpa tulang belakang. Cacing diklasifikasikan
kedalam tiga Filum, yaitu Platyhelminthes, Aschelminthes (Nemathelminthes),
dan Annelida (Listyawanetal(1998)dalam Wahyono, 2001). Platyhelminthes
merupakan kelompok cacing yang berbentuk pipih, ada yang parasit dan ada yang
tidak.Aschelminthes merupakan kelompokcacing yang berbentuk silindris.Filum
yang terakhir yaitu Annelida, yaitu cacing yang bersegmen seperti cincin
(Wahyono, 2001).
Cacing tanah tergolong ke dalam Filum Annelida. Annelida berasal dari kata
Annulusyang berarti cincin. Tubuh hewan ini terdiri dari cincin-cincin atau
segmen-segmen (Simandjuntak danWalujo (1982) dalam Nilawati et al. 2014)..
Cacing tanah dikelompokkan dalam ordo Oligochaeta. Oligochaeta (dalam bahasa
yunani, oligo artinya sedikit, chaetae artinhya rambut kaku) merupakan annelida
berambut sedikit. Oligochaeta terdiri atas dua subordo yakni Archioligochaeta
memiliki jumlah chaeta tidak sama setiap segmennya dan saluran jantan
membuka pada satu segmen eksterior. Subordo Neooligochaeta (chaeta lumbricin
atau perichaetin, lubang jantan tidak teratur pada segmen belakang saluran)
(Stephenson (1923)dalam Nilawati et al. 2014).
Berdasarkan ukuran tubuhnya cacing tanah terbagi dalam dua kelompok
yaitu Megadrilli dan Mikrodrilli. Kelompok Megadrilli adalah cacing berukuran
tubuh besar atau sering juga dikenal sebagai cacing tanah (Earthworm),
sedangkan Mikrodrilli merupakan cacing tanah berukuran kecil ( panjang tubuh 5-
15mm dandiameter tubuh 0,25-0,75mm) yang secara taxonomi tergolong dalam
famili Enchytraeidae.Secara ekologi, cacing tanah terbagi dalam 3 kelompok yaitu
epigeik, endogeik dan aneciqueik ( Ardimansyah et al.2016).

2.5.1. Morfologi Oligochaeta


Pada Oligochaeta beberapa segmen termodifikasi menjadi klitelum yang
berfungsi dalam reproduksi. Tubuhnya secara eksternal adalah homonomous.
Kepala terdiri atas prostomium, peristomium, sedikit atau tanpa appendages dan

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 12


pada pygidium oligochaeta terdapat anus. Tubuh Oligochaeta tidak memiliki
parapodia tetapi memiliki chaeta. Pada permukaan kulit Oligochaeta ditutupi oleh
kutikula(Brusca &Brusca 2002).

Bagian ujung anterior dan memiliki clitellum (dibelakang prostomium). Clitelum


merupbakan daerah penebalan segmen yang muncul pada bagian tertentu saat
cacing mencapai tahap dewasa (Mulyawan et al.2016).
Tubuh cacing tanah terbagi menjadi lima bagian, yaitu bagian depan
(anterior), bagian tengah, bagian belakang (posterior), bagian punggung (dorsal)
dan bagian bawah atau perut (vertal). Bagian depan atau anterior cacing tanah
terdapat prostorium. Prosterium memiliki katup menyerupai tonjolan daging yang
dapat membuka dan menutup. Prostorium terdiri dari sel sel sensorik berstruktur
yang berfungsi sebagai sensor terhadap keadaan lingkungan. Di bagian tubuh
cacing terdapat segmen yang terlihat menebal dan bewarna lebih terang yang di
sebut kitelium (Maulida, 2015).
Tubuh cacing tanah tersusun dari beberapa segmen. Segmen bagian luar
tersebut letaknya bertepatan dengan posisi septa bagian dalam tubuh.

Letak prostomium ada di segmen pertama.Cacing tanah memiliki alat pembantu


yaknichaeta. Chaeta berfungsi sebagai jangkar agar lebih kokoh pada tempat
cacing bergerak.Lumbricine memiliki caheta berjumlah 8 per segmen, chaeta ada
di bagian ventral dan latero ventral (Wardhani, 2016).

2.5.2. Reproduksi

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 13


Cacing tanah merupakan salah satu kelompok hewan invertebrata yang
termasuk dalam filum Annelida dan kelas Oligochaeta. Cacing tanah bereproduksi
secara seksual. Umumnya bersifat hermafrodit, tetapi cacing ini tidak melakukan
pembuahan sendiri, melainkan secara silang. Dua cacing yang kawin silang
menempelkan tubuhnya dengan ujung kepala berlawanan. Alat kelamin jantan
mengluarkan sperma dan di terima pleh kliteum mengeluarkan mukosa atau
kelejar kemudian membentuk kokon. Sperma bergerak ke alat reproduksi betina
dan di simpan di reseptakel seminal. Ovum yang di keluarkan dari ovarium akan
di buahi oleh sperma. Selanjutnya, ovum yang telah dibuahi masuk kedalam
kokon. Telur bersama kokon akan lepas dari tubuh cacing dan menetas menjadi
individu baru (Susilowarno et al.2007).
Cacing tanah merupakan hewan hermaprodit yaitu mempunyai alat
kelamin jantan dan betina sekaligus (unisex). Cacing tanah yang sudah dewasa
kelamin memiliki klitelium yang berfungsi sebagai alat reproduksi. Klitelium juga
merupakan penciri utama pembeda spesies cacing tanah yang berasal dari
penebalan jaringan epitel permukaan dan mengandung banyak sekali sel-sel
kelenjar. Sel-sel kelenjar tersebut menghasilkan sekreta yang menyerupai lendir.
Sekreta tersebut berguna untuk pembentukan kokon serta pelindung pada saat
embrio berkembang (Mulyawan et al. 2016).
Cacing tanah memiliki alat kelamin jantan dan betina pada satu tubuh
(hermaphrodite). Tetapi hewan ini tidak dapat membuahi dirinya sendiri.
Dariperkawinan masing-masing cacing tanah akan menghasilkan satu kokon yang
berisi telur. Alat-alat reproduuksinya terletak beberapa ruas di belakang
mulut.Klitelum biasanya berwarna putih dan menebal seperti berbentuk pita.
Klitelumhanya dimiliki oleh cacing yang telah dewasa kelamin dan nampak jelas
terlihatsaat reproduksi. Klitelum ini merupakan tempat awal pembentukan kokon
(telur).Kokon mengandung albumin yang diproduksi oleh kelenjar klitelum,
ovum, danspermatozoa yang disalurkan ke dalamnya ketika melewati
pembukaanspermateka. Kokon terus dibentuk sampai cairan sperma habis. Kokon
berbentuklonjong dan besarnya ⅓ kali besar kepala batang korek api. Kokon
diletakkan ditempat lembab dan akan menetap dalam waktu 14 s/d 21 hari. Setiap

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 14


kokon akanmenghasilkan cacing sebanyak 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor (Wardhani,
2016).

2.5.3. Manfaat
Keberadaan cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah, karena
melalui aktifitasnya di tanah dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.
Secara fisik, cacing tanah dapat memperbaiki textur tanah, aerase dan drainase,
sedangkan secara kimia cacing tanah melalui mekanisme pencernaannya yang
mengeluarkan kotoran di tanah, dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara
bagitanaman.Keberadaan cacing tanah pada suatu habitat dapat dijadikan sebagai
bioindikator kualitas tanah atau tingkat kesuburan tanah.Salah satu paraeter yang
menentukan indikator kesuburan adalah cacing tanah (Ardimansyahetal.2016).
Beberapa peran utama cacing tanah diantaranya adalah memperbaiki struktur
tanah (pembentukan agregat dan pori-pori di dalam tanah), meningkatkan daya
serap air didalam tanah, menstabilkan suhu tanah dan dapat meningkatkan aerasi
tanah. Dengan banyaknya peran cacing terhadap tanah, maka hewan ini juga telah
dimanfaatkan dalam upaya rehabilitasi dalam hal ini untuk memperbaiki lahan
yang rusak (Garcia & Fragoso (2002) dalam Oktavia, 2015)
Secara ekologi, cacing tanah terbagi dalam 3 kelompok yaitu epigeik,
endogeik dan aneciqueik. Ketiga kelompok tersebut memiliki kontribusi yang
bervariasi terhadap kesuburantanah. Cacing epigeik merupakan cacing tanah
hidup dan aktif pada lapisan permukaantanah, tidak membuat lubang dan
pemakan serasah. Cacing endogeik ukuran tubuh lebihbesar dan peranannya
penting dalampenyuburan solum tanah, karena pergerakannyacepat sehingga aktif
membuat lubang di tanah.Cacing aneciqueik mempunyai bobot yangpaling berat
dari kelompok lainnya, dengankebiasaan makan dan membuang kotoran
dipermukaan tanah, sehingga berperan dalammeningkatakan kesuburan tanah
lapisan atas(Hanafiah, 2010).

2.5.4. Habitat
Oligochaeta umumnya terestrial, tetapi ada sejumlah kecil yang hidup di
lautan dan perairan tawar. Oligochaeta hidup di lingkungan lingkungan lembab,

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 15


sebab gas yang di pertukarkan melalui pertukaran tubuhnya harus berada dalam
keadaan terlarut. Cacing tanah merupakan contoh utama dari kelas oligochaeta
(Fried,2005).
Secara ekologi, cacing tanah terbagi dalam 3 kelompok yaitu epigeik,
endogeik dan aneciqueik. Cacing epigeik merupakan cacing tanah yang hidup dan
aktif pada lapisan permukaan tanah, Penyebaran cacing tanah tidak secara
acakpada tanah. Penyebaran horizontal cacing tanah mengelompok didasarkan
atas beberapa faktor yaitu fisika-kimia tanah diantaranya temperatur, kelembaban,
pH,aerasi, tekstur tanah. Selain itu ketersediaan .makanan juga menjadi faktor
dalampenyebaran serta kemampuan reproduksi dan menyebar dari spesies tersebut
(Oktavia, 2013)
Oligochatae merupakan kelompok cacing bersegmen yang memiliki
sedikit duri, contohnya cacing tanah dan cacing rambut. Cacing rambut ini
bewarna merah dan mengerombol di lumpur. Kepalanya terbenam dalam lumpur
melambai lambai dengan kuat. Cacing rambut atau tubifex sp. Banyak terdapat di
selokan, parit, dan sungai yang tercemar oleh bahan organik sehingga bisa
menjadi indikator adanya pencemaran air (Setiyowati dan Furqonita,2007).

2.6. Hirudinea
Hirudinea adalah kelas filum Annelida yang tidak mempunyaii seta
(rambut) dan tidak memiliki parapodium di tubuhnya. Tubuh Hirudinea yang
pipih dengan ujung depan serta di bagian belakang sedikit runcing. Di segmen
awal dan akhir terdapat alat penghisap yang berfungsi dalam bergerak dan
menempel.Gabungan dari alat penghisap dan kontraksi serta relaksasi otot adalah
mekanisme pergerakan dari Hirudinea.Kebanyakan dari Hirudinea adalah
ekstoparasit yang sering didapati di permukaan luar inangnya.Ukuran Hirudinea
beragam dari 1-30 cm.
Hirudinea hidup pada inangnya untuk menghisap darah dengan cara
menempel. Sebagian membuat luka pada permukaan tubuh inang sehingga bisa
menghisap darahnya, sedangkan sebagian lain mensekresikan suatu enzim yang
bisa melubangi kulit, dan bila itu terjadi maka waktunya mensekresikan zat anti
pembeku darah, kebanyakan tidak terasa saat kelas ini menempel pada inangnya

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 16


karena hirudinea menghasilkan suatu zat anastesi yang bisa menghilangkan rasa
sakit. Jenis ini dikenal dengan sebutan lintah(Diani etal. 2004).
Anggota kelas ini banyak hidup di air laut, air tawar, dan tempat
lembab.Hirudinea umumnya disebut sebagai lintah. Tubuhnya pipih
(dorsiventral), mempunyai 1 prostomium dan 32 segmen tubuh, dan mempunyai
dua alat pengisap pada kedua ujung tubuhnya. Alat pengisap atas berdekatan
dengan mulut, dan alat pengisap bawah berdekatan dengan anus.Cacing ini
menghasilkan zat hirudin sebagai zat anti koagulan, yaitu zat untuk mencegah
darah inang agar tidak cepat membeku di dalam rongga tubuhnya. Contoh anggota
kelas ini adalah Hirudo medicinalis dan Hirudinaria javanica Hirudinea hidup
pada inangnya untuk menghisap darah dengan cara menempel. Sebagian mereka
membuat luka pada permukaan tubuh inang sehingga dapat menghisap darahnya,
sedangkan sebagian lain mensekresikan suatu enzim yang dapat melubangi kulit,
dan jika itu terjadi maka waktunya mensekresikan zat anti pembeku darah,
kebanyakan tidak terasa saat kelas ini menempel pada inangnya karena ia
menghasilkan suatu zat anastesi yang dapat menghilangkan rasa sakit. Jenis ini
dikenal dengan sebutan lintah (Widayati dan Rochman, 2009).

Struktur tubuh hirudinea tidak memiliki parapodium maupun seta pada


segmen tubuhnya .memiliki ukuran Panjang 1-2 cm atau 5cm metamerisme sudah
sangat tereduksi segmen-segmen ujung anterior biasanya memiliki ukuran kecil
dan posterior lebih besar. Jumlah segmen tetap yaitu 34 walau lapisan cincin dan
memiliki tubuh yang pipih, mulutnya terbagi menjadi 3 rahang.Bersifat
hermaprodit dan melakukan kopulasi dengan cara resprok layaknya caing tanah
ciri khususnya dapat menghasilkan zat antikoagulan yang dapat mencegah
pembekuan darah pada mangsanya cacing ini mampu menghisap 3 kali berat
tubuhnya oleh karena itu cacing ini bersifat parasit (Lestari,2003).

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 17


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang kami dapat dari makalah ini sebagai berikut :
1. Annelida hidup air tawar, air laut dan darat. Sebagian ada yang bersifat parasit.
Simetri tubuhnya bilateral simetris. Sistem saraf terdiri dari ganglion otak
dihubungkan dengan tali saraf yang memanjang sehingga berupa tangga tali.
Alat eksresi disebut nephridium. Respirasi dengan menggunakan epidermis
pada seluruh permukaan tubuh dan berlangsung secara difusi. Sistem peredaran
darah tertutup.

2. Habitat cacing tanah hidup di dalam liang dalam tanah yang lembab, subur dan
suhunya tidak rendah.

3. Klasifikasi Annelida berdasarkan ada tidaknya seta dibagi menjadi kelas yaitu
Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.

4. Beberapa jenis Annelida berguna sebagai bahan makanan. Cacing wawo dan
palolo dapat digunakan sebagai sumber protein hewani bagi manusia, cacing
tanah bermanfaat untuk menyuburkan tanah pertanian. Lintah dapat digunakan
untuk membersihkan nanah pada luka yang telah terinfeksi. Selain itu, hirudin
bermanfaat dalam penyimpanan darah, yaitu untuk keperluan transfusi darah.

3.2 Saran

Dengan memiliki pengetahuan tentang Annelida, mahasiswa disarankan untuk

1. Lebih meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar agar cacing tanah


tetap lestari.

2. Memanfaatkan cacing tanah sebaik mungkin sehingga dapat berguna bagi


masyarakat luas.

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 18


DAFTAR PUSTAKA

Ardimansyah, Agusmira IF, Ramzani N, Nur’ani. 2016. Populasi Cacing Tanah di


HutanSekunder Kawasan Rinon Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh
Besar .ProsidingSeminar Nasional Biotik. 1(1) : 163-164.
Brata B. 2008. KualitasEksmecatdariBeberapaSpesiesCacing Tanah pada
TingkatPenyiramandanPengapuran yang Berbeda.Jurnal Sain
Peternakan Indonesia.3(1) : 43 – 48
DianiS, Yuliana S.2004. BiologiInteraktif.Jakarta:GrahaCipta.
Erviani AE, Trijoko, Hasdisusanto S. 2015. Karakter Morfologi dan Substrat
Polychaeta di Pantai Losari, Kota Makasar, Sulawesi Selatan. Jurnal Alam
dan Lingkungan. 6 (12) : 29 – 35.
Firmansyah MA, Suparman, Harmini, Wigena IGP, Subowo. 2014. Karakterisasi
Populasidan PotensiCacing Tanah untukPakanTernakdariTepi Sungai
Kahayan dan Barito. JurnalBeritaBiologi.13 (3) : 333 – 341
Hermawan D, Saifullah, Herdiyana D. Pengaruh Perbedaan Jenis Substrat pada
Pemeliharaan Cacing Laut (Nereis sp.). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 5
(1) : 41– 47.
Irawan H. 2013. Biologi Polychaeta di Perairan Litoral Daerah Batu Hitam Ranai
Kabupaten Natuna. Jurnal Dinamika Maritim. 3 (1) : 1 – 10.
Kuncoro EB. 2004. Akurium Laut. Yogyakarta : Kasinius.
Lestari N. 2003. Biologi.Jakarta :Erlangga.
Maulida AA. 2015.Budidaya cacing Tanah Unggul Ala Adam Cacing. Jakarta :
Agromedia Pustaka
Mulyawan DW, Annawaty, Fahri. 2016. Preferensi Habitat Cacing Tanah
(Oligochaeta) diKabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah.Journal of
Natural Science.5(3) :251-257.
Nilawati S, Dahelmi, Nurdin J. 2014. Jenis-jenisCacing Tanah (Oligochaeta)
yang Terdapat diKawasanCagarAlamLembahAnai Sumatera Barat.
JurnalBiologiUniversitasAndalas.3(2) : 87-91.

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 19


Oktavia R. 2015. Tingkat KeanekaragamanCacing Tanah BerdasarkanRiwayat
Lahan (TerkenadanTidakTerkena Tsunami) di Aceh Barat.Jurnal Bio
Natural.2(1) : 51–69.
Oktavia R. 2013. Koleksi dan Identikasi Cacing Tanah di Hutan Penelitian
Darmaga, Bogor.Jurnal Bio Natural. 4(1) : 39–41.
Pamungkas J. 2009. Pengamatan Jenis Cacing Laor (Annelida, Polychaeta) di
Perairan Desa Latuhalat Pulau Ambon dan Aspek Reproduksinya. Jurnal
Triton. 5 (2) : 1 – 10.
RaniS, Fitri H. 2008.Biologi.Jakarta:Gramedia.
Rasidi. 2012. PembenihanCacingLautDendronereispinnaticirris: SuatuUpaya
Awal PenyediaanBenihCacingLautUntukBudidaya. Jurnal Media
Akuakultur.7(2) :88–91.
Rasidi, Patria MP. 2012. PertumbuhandanSintasanCacingLautNereissp.
(Polychaeta, Annelida) yang DiberiJenisPakanBerbeda.JurnalRiset
Akuakultur.7(3) : 447–464.
Sahidin A, Wardiatno Y. 2016. Distribusi Spasial Polychaeta di PerairanPesisir
Tangerang, Provinsi Banten. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 6 (2) :
83 – 94.
Setiowati T, Furqonita D.2007. Biologi interaktif Untuk SMA/MA. Jakarta : Azka
Press.
Susilowarno RG, Hartono RS, Mulyadi, Mutiarsuh TE, Murtiningsih. 2007.
Biologi Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Grasindo.
Wahyono S.2001. Daur Ulang Sampah Organik dengan Teknologi
Vermicomposting. JurnalTeknologiLingkungan.2(1) : 87–92.
Wardhani SPR. 2016. Mengeruk Untung dari Berternak Cacing. Jakarta :
Agromedia Pustaka
Widaswara H, PurwantiE, Utoyo B.2012.
Pengaruhterapilintahterhadaptekanandarahpadapenderitahipertensi di
klinikterapilintahmedispurbakawedusankebumen.Jurnalilmiahkesehatanke
perawatan.8(3):153–154.
WidyatiS, Rochmah,Zubedi. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas X. Jakarta
:Departemen PendidikanNasional,

Jurusan Biologi 2017 | “Makalah Annelida” 20

Anda mungkin juga menyukai