Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI II

Lice atau Kutu


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Parasitologi II

Kelompok 6
Disusun oleh :
Irfan Multazam (1711E1040)
Rossy Rosmayani (1711E1061)
Silvika Yuliana (1911E1071)

D3B Analis Kesehatan

SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH


BANDUNG
2019
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. berkat rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan tugas yang di berikan oleh tim dosen praktikum
parasitologi II yang berjudul “Lice/Kutu”. Selama praktikum sampai dengan
pembuatan laporan ini banyak sekali ilmu yang kami dapat.
Ucapan terimakasih tidak luput kami sampaikan kepada teman-teman kami
yang telah sama-sama membantu selama praktikum berlangsung, baik dalam hal
membantu selama identifikasi secara mikroskopis maupun selama pemecahan
jawaban pertanyaan yang di berikan.
Tidak lupa juga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun jikalau laporan yang kami buat ini terdapat kekeliruan. Kami berharap
laporan ini dapat bermanfaat.
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh..

Bandung, 4 Desember 2019


PRAKTIKUM
LICE (KUTU)

I. Judul : Identifikasi Lice berdasarkan morfologi


II. Spesies yang di amati : - Pediculus humanus capitis,
- Pediculus humanus corporis,
- P. pubis
III. Tujuan : Mampu mengidentifikasi Lice berdasarkan ciri
khas morfologi.
IV. Materi pengantar :
 jenis kutu
Kutu termasuk dari ordo phithiraptera, yang ditandai dengan tubuh yang
pipih dorsoventral, tidak bersayap dan bagian tubuh terdiri dari kepala,
toraks dan abdomen.
Ordo Phithiraptera mempunyai empat sub ordo yaitu subordo Amblycera
dan subordo ischnocera yang merupakan kelompok kutu penggigit (tidak
menghisap darah) dan umumnya ditemui pada hewan. Selain itu subordo
Rhynchophthirina dan subordo Anoplura merupakan kutu penggigit
sekaligus penghisap darah. Dari keempat subordo itu Anoplura merupakan
subordo yang mempunyai peranan yang penting dan berpengaruh bagi
kesehatan dengan spesiesnya antara lain Pediculus humanus capitis (kutu
kepala), pediculus humanus humanus(kutu badan), phthirus pubis (kutu
kemaluan).
 Morfologi dan Siklus Hidup
Kelompok ini termasuk golongan ektoparasit, metamorfosis tidak sempurna,
dengan ciri sebagai berikut :
o Bentuk tubuh pipih dorsoventral,
o Mempunyai alat penghisap untuk menghisap darah,
o Tidak bersayap,
o Kaki 3 pasang dan bercengkram,
o Mempunyai bentuk kepala ovoid sedikit bersudut, thorax segmennya
bersatu, ebdomen terdiri dari 9 ruas, ruas abdomen terakhir berubah
menjadi alat kelamin: alat kelamin jantan bernama adeagus dan
bentuknya asimetris, sedangkan alat kelamin betina terdapat
gonopodia,
o Pada Pediculus ke-7 buah segmen abdomen (segmen ke-3 s/d segmen
ke-8) nampak dengan jelas terdapat 6 pasang spirakel dan pleura
plate,
o Pada Phthirus, segmen abdomen ke-3 s/d segmen ke-5 bersatu dan
terdapat 3 pasang spirakel yang bersatu dalam satu segmen,
sedangkan pada segmen ke-6 s/d ke-8 hanya terdapat 1 pasang
spirakel saja pada tiap segmen,
o Contoh Lice/kutu yang di pelajari : Pediculus humanus capitis (Kutu
kepala), Pediculus humanus corporis (Kutu badan), dan Phthirus
pubis (Kutu kelamin).

(Morfologi Phthirus pubis)


(Morfologi Pediculus humanus)
 Perbandingan morfologi Pediculus humanus capitis, Pediculus
humanus corporis dan Phthirus pubis.

Spesies Pediculus Pediculus Phthirus pubis.


pembeda humanus capitis humanus corporis
Ukuran 2,4-3,3 mm 2-3 mm 1,5-2 mm
Warna Tergantung pada Tergantung pada Putih abu-abu
warna rambut dan warna rambut dan
tubuh hospes tubuh hospes
Bentuk Langsing Langsing Seperti kepiting
dan melebar
Segmen Ada 6 segmen Ada 6 segmen Ada 3 segmen
abdomen abdomen yang abdomen yang bersatu dan
memiliki spirakel memiliki spirakel didalamnya
terdapat 3 pasang
spirakel, segmen
lain hanya
memiliki 1
pasang spirakel
Pleura plate Tidak begitu Jelas, sehingga Tidak nampak
jelas, bentuk bentuknya seperti jelas
melengkung festoon

Siklus Hidup

Dalam hidupnya kutu mengalami metamorfosis yang tidak sempurna yang diawali
dengan telur, nimfa, dan dewasa. Kutu betina meletakkan 9-10 telur sehari dan total
270-300 telur selama hidupnya. Telur kutu dilekatkan pada pada rambut inangnya
dengan zat perkat khusus (disebut cement). Telur-telur tidak bisa menetas pada
suhu dibawah 24oC dan diatas 37.5oC. Pada suhu diantara 24oC-37.5oC telur-telur
kutu menetas dalam waktu kurang dari 2 minggu. Telur-telur menetas menjadi
nimfa, nimfa sendiri merupakan bentuk miniatur dari kutu dewasa tapi belim
mempunyai organ reproduksi yang belum senpurna. Pada stadium nimfa tumbuh
dan bertukar kulit (molting) 3 x dalam wlaktu 3-9 hari menjadi nimfa instar satu,
dua, tiga dan berubah menjadi kutu dewasa dengan ukuran maksimal 4,5 mm. Kutu
jantan maupun betina menghisap darah inang setiap saat sejak stadium nimfa
hingga dewasa.

V. Hasil pengamatan :
GAMBAR KETERANGAN
VI. Bahan Diskusi :
1. Pediculosis adalah ............................
Jawaban : Infeksi kulit kepala pada manusia yang disebabkan oleh
parasit Pediculus.

2. Fthiriasis adalah ..............................


Jawaban : Serangga parasit kecil yang dapat menempati area
berambut di tubuh manusia, umumnya di rambut
kemaluan.

3. Penyakit Tifus epidemik


a. Vektor..............................
Jawaban : Kutu

b. Parasit .............................
Jawaban : Pediculus dan Phthirus

c. Patologi klinis ............................


Jawaban : Rasa gatal pada kulit yang terinfeksi.
VII. Pembahasan :
Tuma badan merupakan golongan ektoparasit, metamorfosis tidak sempurna
dan mempunyai alat penghisap untuk menghisap darah.
Pengendalian Kutu
Penanganan kutu sangat tergantung dari kebersihan pribadi dan menghindari
pemakaian alat-alat yang memungkinkan terjadi penularan kutu secara
bersama, seperti sisir, topi, pakaian, dll. Tindakan monitoring terhadapkutu
kepala dapat dilakukan terutama apabila terjadi kegatalan kulit kepala dan
ditemui keberadaan telur kutu pada rambut. Untuk itu dapat digunakan sisir
khusus yang memiliki jari-jari yang rapat (serit). Penggunaan serit efektif
menghilangkan nimfa dan kutu dewasa namun tidak dengan telurnya,
sehingga pemakaian serit harus dilakukan berulang dan bersamaan dengan
itu hindari kontak dengan orang atau barangyang dapat menjadi sumber
penularan. Yang penting diperhatikan kebersihan serit itu sendirisetelah
dipakai, hal ini untuk menghindari penularan berulang. Secara sederhana
penggunaan sabun untuk pencuci rambut dan air hangat secara teratur dapat
menurunkan populasi nimfa dan kutu dewasa.

VIII. Kesimpulan :
Untuk membedakan, jenis kelamin Pediculus jantan memiliki alat kelamin
adeagus, sedangkan betina memiliki alat kelamin gonopodia.
Daftar Pustaka

Supriatin, Yati (2015), Diklat kuliah dan petunjuk praktikum parasitologi II,
STABA : Bandung
N, Isna. 2013. LAPORAN PRAKTKUM PARASITOLOGI tentang
IDENTIFIKASI KUTU [online]
Tersedia : http://isnnanurhasanah.blogspot.com/2013/09/laporan-praktkum-
parasitologi-tentang_7131.html?m=1 ( 4 Desember 2019)

Anda mungkin juga menyukai