Anda di halaman 1dari 12

Tugas individu

MAKALAH
BIOMEDIK II

“Chrysops spp”

Dosen Pengampu:
DR. Drs. H. La Ode saafi., M.Sc

DISUSUN OLEH

DELLA MITASARI : K201808076

Kelas K3

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb Penguasa alam, Rabb yang
tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan karunia kepada semua makhluk-Nya
sehingga Penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “CHRYSOPS SPP”.
Penyusunan makalah ini dapat terwujud tak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan
dari berbagai pihak yang tidak dapat diebutkan satu per satu.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan
kemampuan maupun pengalaman. Maka dari itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi memperbaiki kekurangan ataupun kekeliruan yang ada. Harapan Penulis
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa untuk menambah wawasan dalam
bidang kesehatan.
Penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 22 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan masalah............................................................................................. 2

C. Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3


A. Morfologi ......................................................................................................... 3

B. Siklus Hidup ..................................................................................................... 4

C. Epidemiologi .................................................................................................... 5

D. Vektor............................................................................................................... 5

E. Pengobatan dan Pencegahan ............................................................................ 6

F. Langkah-langkah Penanggulangan/Pengendalian Lalat .................................. 6

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 8


A. Kesimpulan ...................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lalat famili Tabanidae termasuk dalam kelompok besar yang terdiri dari genus-genus
pernakan sari tumbuhan dan genus-genus pemakan darah, antara lain Chrysops (lalat tegopati
, lalat tohpati atau lalat krisop), Tabanus ( lalat piteuk, lalat petak atau lalat pitak) dan
Haematopoa. Lalat ini dikenal sebagai lalat yang besar dengan panjang 5 - 25 mm, tegap dan
bentangan sayap mencapai 6,5 cm. Mengalami metamorfosasernpurna dari telur, larva, pupa
sampai dewasa dalam waktu beberapa bulan sarnpai tahun tergantung spesies dan suhu
sekitar. Masa pra dewasa terutama dihabiskan pada tempat-tempat yang bersifat. akuatik atau
semiakuatik, seperti persawahan, rawa-rawa, lumpur atau kolam air tawar dan payau. Lalat
dewasa aktif pada siang hari dan hanya yang betina yang menghisap darah dan bersifat
anotogeni. Lalat ini tersebar hampir di seluruh dunia ( kosmopolitan) dan di Indonesia sampai
dengan tahun 1926 diketahui terdapat 21 jenis Chrysops, 21 jenis Haematopota, dan 67 jenis
Tabanus. Jenis-jenis yang masih ada sampai saat ini belum diketahui . Sejak dulu secara
eksperimen lalat famili Tabanidae terbukti sebagai vektor penyakit surra yang baik. Surra
adalah salah satu bentuk tripanosomiasis pada hewan yang disebabkan oleh
Trypanosomaevansi. Menyerang bangsa kuda, unta, ruminansia serta anjing dan kucing yang
ditandai dengan kelemahan, anemia dan ikterus, udema di bagian bawah tubuh, pengeluaran
cairan mukus sampai purulen dari hidung dan mata serta gejala-gejala syaraf pada yang
kronis. Penyakit ini dianggap berasal dari Afrika dan menyebar luas hampir di seluruhdunia.
Di belahan Barat dikenal sebagai Surra Amerika sedangkan di sebelah Timur mulai dari
bagian paling barat Afrika sampai Filipina, termasuk Indonesia dan kepulauan Samudera
Hindia.
Lalat ini memiliki nama lain yaitu lalat rusa. Klasifikasi dari lalat Chrysops Sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Dipthera
Family : Tabanidae
Subfamily : Chrysopsinae
Tribus : Chrysopsini
spesies :
 Altivagus
 Caecutiens
 C.carbonarius
 C.coloradensis
 Excitans
 C. Facialis

1
 C. Lateralis
 C. Niger
 C. Reliticus
 C. Sepulcralis
 C.subcaecutiens
 C. Surdus
 C. Tidwelli
 C. Univittatus
 C. Viduatus
 C. Vitattus

B. Rumusan Masalah
1. bagaimanakah morfologi dari lalat crysops?
2. bagaimana epidemologi dari lalat crysops?
3. termasuk vektor dari apakah lalat crysops?
4. bagaimana patogenitas dari lalat crysops?
5. bagaimana cara pengobatan dari gigitan lalat crysops?
6. bagaimanakah cara pencegahan dari lalat crysops?

C. Tujuan
1. mengetahui klasifikasi dari lalat crysops
2. mengetahui morfologi dari lalat crysops
3. mengetahui epidemologi dari lalat crysops
4. mengetahui jenis vektor apa sajakah lalat crysops
5. mengetahui patogenitas dari lalat crysops
6. mengetahui cara pengobatan dari gigitan lalat crysops
7. mengetahui cara pencegahan dari lalat crysops

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Morfologi
Morfologi lalat Crysops menjelaskan ciri-ciri serta bagian-bagian dari lalat Crysops
secara umum. Lalat Crysops memiliki morfologi sebagai berikut.
• Terdiri dari 60 genus yang termasuk familyTabanidae hanya Chrysops yang berperan
sebagai vektor penyakit pada manusia. Nama lainnya adalah lalat Tabanid, dan lalat
rusa (deerfly)
• Tubuh kuat, warna mengkilap
• Lalat Chrysops ialah Tabanid kecil, memiliki antena langsing, mata berwarna terang,
abdomen berwarna kuning dengan garis-garis gelap
• Kebiasaannya dalam hutan yang teduh dan lapangan rumput savana. Lalat betina
menghisap darah, menyerang pagi dan sore menjelang malam

Ciri Lalat Rusa

Ukuran (panjang) hampir semua spesies 0,25-0,33 inci

Antena lebih panjang dari kepala, hampir seragam ramping

Sayap gelap atau bercak pada latar belakang yang jelas

Perilaku makan sebagian besar spesies akan menggigit manusia

Perilaku makan akan menggigit hewan stasioner

1. Telur
• Dalam kelompok pada bagian bawah daun tanaman air yg berlumpur
• Ukuran kecil 1-2,5 mm, warna putih kekuningan abu-abu hitam, bentuk melengkung /
seperti sigaret
• jumlah telur 100-1000 buah
• telur menetas dalam 5-7 hari, tergantung pada kondisi cuacanya

2. Larva
• Berada dalam air yang berlumpur, bentuk silindris, kedua ujung runcing, warna putih
kekuningan, coklat atau hijau bernoda hitam. Kepala kecil warna hitam, mempunyai
abdomen yang terbagi dalam 11-12 segmen

3
• Tiap segmen abdomen terdapat bagian seperti cincin yang melingkar & terdapat
tonjolan seperti kaki palsu / pseudopoda
• Ujung abdomen terdapat alat nafas / siphon dan alat sensoris yang bentuknya piriform
disebut organ grabers
• Habitat air berlumpur dan sisa daun yang membusuk, sifatnya predator, pemakan
bangkai, canibal, menggigit kaki manusia yang masuk kedalam lumpur
• Stadium larva dapat mencapai 3 tahun dan memiliki 6-13 stadium
• Larva matur memiliki ukuran 1 - 6 cm, bergerak ketempat kering berubah menjadi
pupa
• Makanan zat organik yang membusuk

3. Pupa
• Kepompong berwarna cokelat, bulat anterior, posterior lonjong, memiliki kaki dan
sayap melekat pada tubuh
• Menembus permukaan lumpur yang mengering dengan posisi terbalik
• Ukuran 6-35 mm, agak melengkung warna coklat
• Tubuh: cephalothorax dan abdomen, memiliki bagian lateral spirakel, ujung abdomen
terdapat 6 lobusberspina (caudal aster)
• Tahap pupa umumnya berlangsung 2-3 minggu

4. Dewasa
• Makanannya berupa cairan tumbuhan, betina menghisap darah mamalia, reptilia,
burung dan manusia pada siang hari yg cerah
• Kemampuan terbang jauh, istirahat di hutan / semak
• Gigitannya cukup dalam , sakit & timbul perdarahan pada hewan ternak (kuda, sapi,
kerbau, kera)
• Musim hujan populasi > musim kemarau
• Sebagian besar spesies laki-laki muncul sebelum betina
• Lalat jantan matanya bersebelahan dan agak renggang pada betina
• Antena bersegmen tiga
• Pada dada dan perut ditumbuhi bulu-bulu halus
• Rentan panjang 7-10 mm
• Warna kuning hingga hitam, memiliki garis-garis di perut, dan memiliki sayap
berbintik-bintik dengan bercak-bercak hitam

B. Siklus Hidup
Metamorphosis sempurna: telur-larva-pupa-dewasa

4
Lalat betina meletakkan 200-800 telur pada tumbuhan air, rumput dan batu karang.
Menetas 4-5 hari, melewati 6 kali pergantian kulit. Kemudian menjadi pupa. Lalat dewasa
keluar dari pupa 10-18 hari. Daur hidup di daerah tropik dalam waktu 4 bulan atau lebih, di
daerah dingin sampai 2 tahun.

C. Epidemiologi
Di Indonesia sampai dengan tahun 1930 dilaporkan terdapat 28 jenis Tabanus, 5 jenis
Chrysops dan 5 jenis Haematopota yang dapat menularkan surra. Penularan dilakukan oleh
berbagai spesies lalat Tabanidae. Secara inokulasi dengan transmisi yang bersifat mekanik,
sehingga tidak terjadi pelipat gandaan jumlah agen penyakit di dalam tubuh lalat. Faktor-
faktor yang membatasi peran lalat Tabanidae dalam epidemiologi penyakit surra ialah adanya
keterbatasan daya hidup I. evansi di dalam tubuh lalat, transmisinya yang bersifat mekanis
serta beberapa aspek biologi dari lalat ini antara lain perilaku makan yang cenderung hanya
pada satu lokasi, jarak waktu yang panjang antar rnakan darah, waktu yang panjang dalam
satu generasi, serta tingkat populasinya dalam periode waktu tertentu.

D. Fektor
Lalat Chrysops bertindak bertindak sebagai vektor dari cacing Loa loa yang
menimbulkan penyakit Loasis dan sebagai vektornya Chrysopsdimidita dan Chrysopssilacea.
Vektor dari Pasteurellatularensis yang menimbulkan penyakit Tularemia dan vektornya
adalah Chrysopsdiscalis. Sebagai vektor dari penyakit Surra dan Anthrax vektornya adalah
Tabanusstriatus.

5
E. Pengobatan dan Pencegahan
Dapat di obati dengahLotion yang dapat meringankan rasa sakit (analgetik: minyak
kayu putih).
Cara pencegahannya yaitu :
• Binatang peliharaan dapat dilindungi dengan diolesi, disemprot dan dicelup ke dalam
repelent atau insektisida. Manusia dapat repelent dan kelambu
• Dapat dilakukan dengan insektisida, atau secara fisik dengan menggunakan trap dan
trap perekat
• Pengendalian dengan perbaikan sanitasi lingkungan dan higiene, lebih efektif dan
keuntungan lebih lama
• Peningktn sanitasi lingkungan dan higiene dapat dilakukan dengan :
a) Pengurangan/eliminasi tempat perindukan lalat
b) Reduksi atau pengurangan sumber-sumber yang menarik lalat
c) Perlindungan terjadinya kontak antara lalat dengan patogen
d) Proteksi makanan dan manusia dari kontak dengan lalat.
• Kandang ternak : dibuat lantai padat (semen) dengan saluran yang baik. Kotoran
dibesihkn dan lantai digelontor air setiap hari
• Kandang ayam dan burung: kotoran unggas harus segera dibuang dan lantai
digelontor air. Pelihara burung dalam sangkar kotoran terakumulasi di bawah.
• Pembusukan kotoran ternak: kotoran diletakkan menggunung untuk mengurangi luas
permukaan dan daerah-daerah dimana temperatur sangat cocok untuk lalat. Ditutupi
plastik atau material anti lalat. Ini akan lebih berjaya bila kotoran tersebut diletakkan
pada permukaan yang keras/semen dan dikelilingi oleh selokan untuk melindungi agar
lalat dan pupa tidak bermigrasi ke tanah sekelilingnya.
• Feses manusia. Buang kotoran besar dilapangan (tidak di toilet) akan menyediakan
tempat perindukan bagi lalat. Apabila tidak ada toilet : orang dapat diminta buang air
besar ditempat yang spesial, minimal 500 meter (jarak dari rumah paling dekat) dan
30 meter dari air.
• Sampah dan buangan material organik
• Sampah dapat dieliminer dengan menyediakan tempat pengumpulan khusus
(dibungkus plastik, ditutup rapat) disimpan, dibawa dan dibuang. Bila tidak ada
sistem pengumpulan sampah dibuang ke lubang galian tanah paling tidak seminggu
sekali sampah ditimbun dengan tanah sehat.

F. Langkah-langkah Penanggulangan / Pengendalian Lalat


Dalam usaha penanggulangan lalat Crysops, perlu dilakukan langkah-langkah berikut
ini.
Mengusahakan sanitasi umum yang baik
Melakukan pengelolaan yang baik
Mengendalikan infestasi lalat secara teratur dan sistematis

Tentang butir a dan b, umumnya orang sudah paham, tetapi untuk butir c, belum
paham benar, dan oleh karena itu, perlu diberi penjelasan lebih lanjut seperti yang akan
diuraikan di bawah ini :

6
Membuat perkiraan (estimate) populasi lalat Crysops yang menyerang hewan, guna
menentukan perlu tidaknya dilakukan penggunaan insektisida;
Memilih insektisida yang tepat, dalam arti :
• Mudah didapat
• Murah, terjangkau daya beli masyarakat peternak kecil
• Berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien)
• Toksik terhadap lalat, tetapi tidak atau minimal toksik terhadap hewan/ternak
• Tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan
• Mudah aplikasinya.
Melakukan semua tindakan secara sistematik dan teratur;
Melaksanakan penggunaan insektisida secara hati-hati dan sebaiknya dilaksanakan
oleh orang yang terlebih dahulu telah diberi latihan yang memadai.
Di bawah ini disajikan 10 macam insektisida pilihan yang dapat dipergunakan berikut:
1) CHLORDANE: C10H6Cl8
2) DIELDRIN : C12H8Cl 60 S. PARTOSOEDJONO dan S. SOEHARDONO
3) TOXAPHENE: COH10Cl8
4) LINDANE: Sama dengan gamma BHC
5) METHOXYCHLOR
6) MALATHION = 0,0-dimethyl dithiophosphate dari diethylmercaptosuccinate
7) DIAZINON = 0,0 - diethyl-0 (2-isopropyl-4-methyl-pyrimidyl thiophosphate)
8) COUMAPHOS = 0 - (3 chloro 4 methyl 2 oxo - 2 H - 1 benzopyran -7- yl) - 0,0
diethylphosphorothioate
9) RONNEL (Etrolene, Fenchlorphos) = 0,0 – dimethyl 0 -2,4,5 trichlor-
phenylphosphorothioate
10) CARBARYL = 1- naphthyl-N-methylcarbamate

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Lalat famili Tabanidae termasuk dalam kelompok besar yang terdiri dari genus-genus
pernakan sari tumbuhan dan genus-genus pemakan darah, antara lain Chrysops (lalat tegopati
, lalat tohpati atau lalat krisop), Tabanus ( lalat piteuk, lalat petak atau lalat pitak) dan
Haematopoa. Lalat ini dikenal sebagai lalat yang besar dengan panjang 5 - 25 mm, tegap dan
bentangan sayap mencapai 6,5 cm. Mengalami metamorfosasernpurna dari telur, larva, pupa
sampai dewasa dalam waktu beberapa bulan sarnpai tahun tergantung spesies dan suhu
sekitar. Masa pra dewasa terutama dihabiskan pada tempat-tempat yang bersifat. akuatik atau
semiakuatik, seperti persawahan, rawa-rawa, lumpur atau kolam air tawar dan payau. Lalat
dewasa aktif pada siang hari dan hanya yang betina yang menghisap darah dan bersifat
anotogeni. Lalat ini tersebar hampir di seluruh dunia ( kosmopolitan) dan di Indonesia sampai
dengan tahun 1926 diketahui terdapat 21 jenis Chrysops, 21 jenis Haematopota, dan 67 jenis
Tabanus.

8
DAFTAR PUSTAKA

DjaenudinNatadisastra, Ridad Agoes.2009. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: EGC


Mizell RF. (Desember 1998). The trolling rusa terbang perangkap UF / IFAS
HamaPemberitahuan.http://entomology.ifas.ufl.edu/pestalert/deerfly.htm (Oktober
2013).
Shintawati, Rita. Filariasis. pdf
http//:www.google translate.com

Anda mungkin juga menyukai