Anda di halaman 1dari 10

Mata Kuliah : Pengendalian Vektor Penyakit tropis

Dosen : Dr. Hj. Erniwati Ibrahim, SKM, M.Kes

BIONOMIK NYAMUK CULEX Sp

Oleh :

Kelompok I

Rusydi Indra (K012181005)


Hermansyah Mamonto (K012181006)
Sutaman Raba (K012181104)
Muh. Kamil Muh. Arief (K012181108)
Mohammad Anugerah (K012181116)

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II Pembahasan 3

A. Nyamuk Culex Sp 3

B. Hasil Review Jurnal Bionomik Culex sp 3

C. Pengendalian Nyamuk Culex Sp 10

BAB III PENUTUP 15

A. Kesimpulan 15

B. Saran 15

Daftar Pustaka16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyamuk merupakan vektor atau penular timbulnya berbagai macam
penyakit. Sebut saja nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit  demam
berdarah, serta nyamuk  Anopheles sebagai vector penyakit malaria yang
lebih dikenal dimasyarakat karena dengan kasus peyakitnya yang kerap
timbul setiap tahun. Sebenarnya  bukan hanya nyamuk Aedes sp dan
Anopheles sp saja yang bisa menularkan penyakit. Ada  spesies nyamuk yang
menimbulkan penyakit yang mengakibatkan kecacatan terhadap penderitanya.
Adalah nyamuk Culex  sp yang berperan sebagai vektor dari penyakit
filarasis/kaki gajah dan penyakit Japanese Enchepalitis (Radang Otak).
Di daerah tropis seperti Indonesia khususnya, nyamuk merupakan
serangga pengganggu yang sering mengganggu kehidupan manusia. Filariasis
(penyakit kaki gajah) merupakanpenyakit menular yang banyak terjadi
didaerah tropis yang disebabkan oleh cacing filaria. Penularan penyakit ini
terjadi melalui gigitan nyamuk sebagai vektor dalam penyebaran penyakit
tersebut.Vektor penular filariasis di Indonesia yang telah teridentifikasi
sebanyak 23 spesies dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan
Armigeres.Penyakit filariasis di Indonesia disebabkan oleh 3 (tiga) spesies
cacing filaria yaitu; Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.
(Nurjazuli, Dangiran, & Bari’ah, 2018)
Saat ini, penyakit ini telah menjadi salah satu penyakit yang
diprioritaskan untuk dieliminasi. Word Health Organization (WHO) telah
mendeklarasikan “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as
a Public Health Problem by the Year 2020”. Indonesia sepakat untuk
memberantas filariasis sebagai bagian dari eliminasi filariasis global karena
Indonesia merupakan Negara dengan endemisitas Brugia sp terbesar di dunia.
Penyakit filariasis menginfeksi lebih dari 1,3 miliar penduduk di 72 negara,
dengan persebaran 65% di Asia Tenggara, 30% di Afrika dan 5% di daerah

1
tropis lain (WHO, 2009). Jumlah kasus klinis filariasis di Indonesia
berdasarkan data kumulatif sampai tahun 2017 ditemukan sejumlah 12.677
kasus. Jumlah kasus filariais mengalami penurunan dari tahun 2016 yaitu
13.009 kasus.(Kemenkes RI, 2018)
Lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung sangat
berpengaruh terhadap distribusi kasus filariasis dan mata rantai penularan.
Kelangsungan hidup hospes, hospes reservoir, dan vektor filariasis ditunjang
oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik,
lingkungan biologik, dan sosial budaya yang berhubungan dengan bionomik
vektor. Pengetahuan bionomik vektor penting diperlukan untuk menunjang
pengetahuan epidemiologi dan penentuan rencana pengendalian vektor.
Kesesuaian antara vektor tujuan dengan metode pengendalian yang
dilaksanakan dapat menghasilkan usaha pengendalian vektor yang maksimal.
Bionomik nyamuk mencakup tempat istirahat (resting places), perilaku
menggigit (feeding habit), dan tempat perkembangbiakan (breeding places).
(Sukendra & Shidqon, 2016).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Bionomik dari Nyamuk Culex Sp ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bionomik nyamuk Culex Sp

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nyamuk Culex Sp
Penularan penyakit fialriasis terjadi melalui gigitan nyamuk sebagai vektor
dalam penyebaran penyakit tersebut.Vektor penular filariasis di Indonesia
yang telah teridentifikasi sebanyak 23 spesies dari genus Anopheles, Culex,
Mansonia, Aedes dan Armigeres. Culex sp adalah genus dari nyamuk yang
berperan sebagai vector penyakit yang penting seperti West Nile Virus,
Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis. (Nurjazuli et al.,
2018)
Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10 mm (0,16 – 0,4 inci). Dan dalam
morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum: kepala, dada, dan
perut. Nyamuk Culex yang banyak di temukan di Indonesia yaitu jenis Culex
quinquefasciatus.(Sukendra & Shidqon, 2016)
Siklus hidup nyamuk Culex Sp meliputi :
1. Telur
Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur. Setiap
spesies nyamuk mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Nyamuk
Culex sp meletakan telurnya diatas permukaan air secara bergelombolan
dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
2. Larva
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari.
Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor
temperature, tempat perindukan dan ada tidaknya hewan predator. Pada
kondisi optimum waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai
dewasa kurang lebih 5 hari.
3. Pupa
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air,
pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan
sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih
kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5

3
hari untuk menjadi nyamuk, dan selama fase ini pupa tidak akan makan
apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang
dan keluar dari air.
4. Dewasa
Setelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan kawin dan
nyamuk betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah waktu 24-36
jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk mematangkan
telur. Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10
sampai 12 hari.(Foster & Walker, 2019)
Distribusi kasus filariasis sangat dipengaruhi oleh perilaku nyamuk.
Mengetahui bionomik (tata hidup) vektor yang meliputi tempat istirahat,
perilaku menggigit, dan tempat perkembangbiakan sangatlah penting,
mengingat setiap wilayah memiliki spesies nyamuk yang berbeda-beda, serta
penting untuk tindakan pengendalian dan pemberantasan. Hewan reservoir
adalah berbagai spesies hewan yang dapat mengambil peran sebagai sumber
penularan filariasis. Bionomik nyamuk Culeks Sp, meliputi :
1. Tempat berkembang biak
Nyamuk Culex sp suka berkembang biak di sembarang tempat misalnya
di air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka dan
empang ikan.
2. Perilaku makan
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada
malam hari. Nyamuk Culex sp suka menggigit binatang peliharaan,
unggas, kambing, kerbau dan sapi. Culex merupakan nyamuk yang
bersifat antropofilik dan zoofilik, menghisap darah di malam hari baik di
dalam maupun luar rumah.
3. Kesukaan beristirahat
Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk tersebut akan
beristirahat selama 2 sampai 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai
kesukaan beristirahat yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp suka

4
beristirahat dalam rumah. Nyamuk ini sering berada dalam rumah
sehingga di kenal dengan nyamuk rumahan.
4. Aktifitas menghisap darah
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada
malam hari (nocturnal). Nyamuk Culex sp menggigit beberapa jam
setelah matahari terbenam sampai sebelum matahari terbit. Dan puncak
menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-02.00.(Foster & Walker,
2019)
B. Hasil Review Jurnal Nyamuk culex Sp
Jurnal Internasional :

Jurnal Nasional :

Tabel 1
Hasil Review Bionomik Jurnal Internasional dan Jurnal Nasional
Jurnal Jurnal
No Bionomik
Internasional Nasional
1 Tempat Berkembang Biak
2 Perilaku Makan
3 Kesukaan Beristirahat
4 Aktifitas menghisap darah

Pembahasan

C. Pengendalian Nyamuk Culex Sp.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

6
DAFTAR PUSTAKA

Foster, W. A., & Walker, E. D. (2019). Mosquitoes (Culicidae). Medical and


veterinary entomology. Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
814043-7.00015-7
Kemenkes RI. (2018). infodatin.pdf.
Nurjazuli, N., Dangiran, H. L., & Bari’ah, A. A. (2018). Analisis Spasial Kejadian
Filariasi di Kabupaten Demak Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia, 17(1), 46. https://doi.org/10.14710/jkli.17.1.46-51
Sukendra, D., & Shidqon, M. A. (2016). Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk
Culex Sp. Sebagai Vektor Penyakit Filariasis Wuchereria Bancrofti. Jurnal
Pena Medika (Vol. 6).

Anda mungkin juga menyukai