Anda di halaman 1dari 141

KEBIJAKAN

PENGENDALIAN
PROGRAM
ARBOVIROSIS
DINAS KESEHATAN
PROV SULSEL
Dr dr H Rachmat Latief SpPD-KPTI M.Kes FINASIM
LANDASAN HUKUM PENGENDALIAN
ARBOVIROSIS
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

PP No. 40 Th. 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

PP No.66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan

Permenkes No. 1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

Permenkes No.82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular

Kepmenkes No. 581 Tahun 1992 tentang Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

Kepmendagri No. 31-VI tahun 1994 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Operasional
Pemberantasan DBD (POKJANAL DBD)

International Health Regulations (IHR) 2005


LATAR BELAKANG
 Masalah P2P : Triple burden : emerging, re-emerging & Penyakit Tidak
Menular
 Pengaruh perubahan lingkungan sebagai pemicu munculnya
berbagai penyakit
 Penyakit menular/tdk menular tidak mengenal batas wilayah
 Prioritas Program :
 Penanggulangan KLB/wabah, Pencapaian SDG’s, Neglected
Diseases & PPTM
 Penguatan UPT (KKP/ BBTKLPP) dlm mendukung pemecahan
masalah PP-PL di daerah
 Keberhasilan Program P2P tergantung:
 Koordinasi dan Sinkronisasi LP/LS di Pusat-Daerah
 Sharing Resources (SDM, Sarpras, Pembiayaan)
Arbovirosis
Penyakit infeksi virus yang ditularkan oleh arthropoda/
nyamuk (arthropod-borne virus)

Ada di Indonesia Demam Berdarah Dengue


Demam Chikungunya
Japanese Encephalitis

Belum ada di Indonesia Yellow Fever


West Nile Fever
Dsb……
Lanjutan...
 DBD,Chikungunya & Japanese Ensefalitis termasuk diantara emerging
diseases yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang utama.
 DBD,Chikungunya & Japanese Ensefalitis berpotensi menimbulkan KLB
terutama pada musim penghujan.
 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit
arbovirosis di Indonesia pada umumnya dan di prov sulsel pd khususnya
a.l :
 Perilaku masyarakat (kebiasaan membuang sampah sembarang,
kesadaran melakukan PSN msh rendah, dll)
› Faktor perubahan iklim
› Pertumbuhan ekonomi
› Ketersediaan air bersih
› Dan lain-lain
Kegiatan Pokok
1 Surveilans kasus & vektor

2 Penemuan & tatalaksana kasus

3 Pengendalian vektor

4 Peningkatan peran serta masy

Pengendalian 5 SKD dan penanggulangan KLB


Arbovirosis
6 Penyuluhan

7 Kemitraan & jejaring kerja


8 Capacity building & penelitian

9 Monev
Jumlah Penderita
1,000
926
900

806
800

700
611 620
600

500
453 452
431
387 394 402
400 364 354 356

300 286 271 278


249 265
233 242
237 230 247
226
203 196
200 157 171
155 156 154 152 152 139 153
123 134
115 105 110
103 108 106 105
97
100 59
53 54 46 46 5044 51
33 3943 2838 3824 3014 46 22 3120
12 9 - -4 -
-
r s r i ar ar
en
g
a rru one mba ang owa nto uwu tara mu a ro p
ke -Pa
re
ran
g
o p o ay a
d ra
p
n ja g
en k al ra
ja o
ss Waj Uta
ra
a B B k o U i g l l i i p o a
nt ku nre G ep L T M n re Pi
n Pa Se S S p Ta T ak ja
Ba u lu E Jen u wu wu Pa Pa So a na M ra
B L Lu T To

2014 2015 2016


Angka Kematian
7

6 6
6

5 5
5

4 4
4

3 33
3

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2

1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1
1

-- -- - --- - -- -- --- - - - -- -- --- - -- --- - --- ---


-
e ba r s r i r r
ng arru n ng wa nt
o a
wu tar imu ro k ep ar
e n g o p o ay a ra
p ja n g al a aj
a sa aj
o
ta
ra
t ae B Bo um ka Go
p o Lu U T
a g e -P n ra
a l l i d Si n p e k o r
k a s W U
n uk re ne
M n r Pi P e S p a T ja
Ba l En Je wu wu Pa Pa
S So T
na M
a
ra
Bu Lu Lu Ta
To

2014 2015 2016


Insiden Rate
300

263

250

222
216

200 191
185
171

150
133
126
114
106 103
100 9290 96 95
83
75 78
73 70 73 70 71
65 65 68 65 67 66 69

4851 49 47 47
50 44 39
36 37 37 34
31 28
2325 20
25
14 15 13 15 1715 13 14
13
64 8 811 117
6 9 108 9
- - 3 -
-
g rru ne ba ang owa nt
o wu ra ur o s k ep ar
e g o r
ya dra
p ai g ar ja ar aj
o ra
en Bo ta ar an op nj en al ra ss ta
nt
a Ba u m k G ep
o Lu U i m g
re
-P n r a l l a i Si p k o a W U
k re
wu
T M
Pa
n Pi P Se S
So
p Ta T ak ja
Ba u lu En Jen u u wu Pa ana M o ra
B L L T T

2014 2015 2016


CFR
8.00

7.14
7.00

6.00

5.00

4.00

2.92 2.83
3.00

2.16
2.00 1.96
2.00 1.82
1.61
1.29 1.37 1.39 1.32 1.31
0.97
0.95 1.02
1.00 0.83 0.87 0.75 0.75
0.66
0.44 0.52
0.50 0.49 0.43 0.49 0.44 0.37
0.50
0.36
0.16 0.11
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-
en
g rru n e ba an
g wa nt
o wu ar
a ur ro
s
k ep ar
e ng p o ay a
r
ra
p ja
i
ng la
r
aj
a sa
r
aj
o ar
a
ta Ba Bo um re
k Go
p o Lu Ut
Ti m a g e -P n ra
Pa
l o l Si
d Si n p e k a o r
k a s W a Ut
n k ne wu u M
Pa
n ar Pi Se So
p Ta a T Ma j
Ba lu En Je u w P n ra
Bu L Lu T a
To

2014 2015 2016


SE Menkes
Pelaksanaan PSN 3M Plus dengan 1R1J
Pelaksanaan PSN 3M Plus dengan Konsep 1 Rumah 1
Jumantik

Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit


DBD dan penyakit virus Zika:
1. Secara rutin seminggu sekali melakukan pemantauan jentik nyamuk
dan Pemberatasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus
2. Mengaktifkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di lingkungan rumah
tempat tinggal dengan upaya :
3. Mengajak keluarga dan tetangga di lingkungan sekitar untuk menjadi
Jumantik Rumah dan melakukan pemantauan jentik nyamuk serta
PSN 3M Plus di rumah masing-masing;
4. Berkoordinasi dengan Ketua/Pengurus RT setempat membentuk
Jumantik Lingkungan dan Koordinator Jumantik;
5. Berkoordinasi dengan Ketua/Pengurus RW dan RT setempat
membentuk Supervisor Jumantik.
KAB/KOTA YANG KOMITMEN
MELAKSANAKAN G1R1J
 KAB. LUWU UTARA
 KAB. SIDRAP
 KOTA MAKASSAR
 KOTA PAREPARE
 KAB. SINJAI
 KAB. ENREKANG  DALAM PROSES
 KAB. BONE  DALAM PROSES
SUKSESKAN GERAKAN
1 RUMAH 1 JUMANTIK
UNTUK SULSEL LEBIH SEHAT
MENAJEMEN TATA
LAKSANA KASUS DBD

Dr dr H Rachmat Latief SpPD-KPTI,M.Kes


FINASIM
Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah penyakit
menular yang ditandai
dengan panas (demam),
perdarahan & kebocoran
plasma, yang disebabkan
oleh virus dengue (baca:
denggi)

DEMAM BERDARAH DENGUE


MANIFESTASI INFEKSI VIRUS DENGUE

Infeksi virus dengue

Tanpa gejala Dengan gejala


Pana DBD
s Dem yang
sepe TDem am men
rti a am berd gena
infe ndeng
p ue Tarah i
ksi ideng orga
a
virus d ue n
p
lain e a D lain
r k S
d s S
a y
r o
a
k
h
a
n
DBD DD
* Infeksi sekunder * Infeksi primer
* Ada kebocoran plasma * Tidak ada kebocoran plasma
* Dapat disertai syok * Tidak disertai syok
* Dapat terjadi perdarahan * Perdarahan ringan
hebat * Prognosa baik
* Bisa menyebabkan kematian

DBD BUKAN MERUPAKAN KELANJUTAN DARI DD


PERHATIKAN DENGAN SEKSAMA SAAT SUHU TUBUH
TURUN SETELAH HARI KE 3

MEMBEDAKAN DBD dengan DD


CARA PENULARAN DBD
 Virus dengue masuk kedalam
tubuh nyamuk saat menghisap
darah penderita DBD.

 8-12 hari kemudian nyamuk


menjadi infektif (masa inkubasi
ektrinsik)
 Virus masuk kelenjar ludah
nyamuk  masuk kedalam
tubuh orang sehat saat nyamuk
menghisap darah.

o4-6 hari kemudian timbul


gejala (masa inkubasi intrinsik).
TANDA dan GEJALA DBD
*Demam
* Mendadak tinggi
* Terus-menerus
* 2-7 hari
*Nyeri kepala
*Nyeri belakang bola mata
*Nyeri otot
*Tanda- tanda perdarahan
* Ruam pada kulit sampai
dengan perdarahan hebat..
TANDA-TANDA PERDARAHAN
• Petechie (bintik perdarahan bawah
kulit)
• Epistaksis (mimisan)
• Perdarahan gusi
• BAB campur darah
• Kencing darah (hematuria)
• Perdarahan pada mata

Tourniquet positif : > 10 petechie


pada area 2,5 x 2,5 cm
GEJALA dan TANDA..

 Pembesaran hati (hepatomegali)


◦ Diperiksa dengan cara palpasi
◦ Pada anak kecil sering sulit dinilai

 Syok
◦ Ekstremitas dingin (ujung jari, ujung kaki, ujung hidung)
◦ Gelisah
◦ Cyanosis (kebiruan) di sekitar mulut
◦ Nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba
◦ Perbedaan tekanan nadi < 20 mmHg.
ALUR SKRINING TERSANGKA INFEKSI DENGUE
Demam 2-7 hari,
Perhatikan “warning
TRIASE
signs”

Rawat Inap Rawat Jalan


• Perlu dirawat?
• Perlu pemantauan? Rawat
• Rawat jalan? Emerge 24 Pulang
ncy jam : pantau selama
Tindaka pemant demam
n segera auan
ketat
Tindakan
terapi, monitor &
observasi WHO guideline 2011

• Dengan merawat di ruang rawat sehari (one day care=ODC),


mengurangi 76% rawat inap
• Sangat berguna dalam keadaan KLB dengue
.
“WARNING SIGNS”

Untuk mendeteksi dini syok


 Tidak ada perbaikan klinis  Pucat, ujung kaki dan tangan
setelah demam reda dingin
 Menolak makan/minum  Perdarahan: mimisan, b.a.b
 Muntah berulang hitam, muntah darah, darah
 Nyeri perut hebat menstruasi lebih banyak,
 Gelisah, perubahan perilaku kencing darah
 Volume urine menurun selama 4-
6 jam
Nasehat kepada orang tua sebelum pasien
dipulangkan

Cukup minum:
air putih, susu, Parasetamol
jus buah, 10mg/kgBB/ka
elektrolit, air li apabila suhu
tajin.
Hitung > 38oC interval
4-6 jam
frekuensi b.a.k
setiap 4-6 jam

Hindari Berikan
pemberian kompres
aspirin/NSAID hangat
/ibuprofen Istirahat
GERAKAN 1 RUMAH 1
JUMANTIK
Latar Belakang
◦ Penyakit DBD masih menjadi masalah di Indonesia
◦ Nyamuk Aedes aegypti menularkan Dengue, Chikungunya dan Zika
◦ Nyamuk Aedes aegypti hidup dan berkembang biak hampir di seluruh
wilayah Indonesia
◦ Saat ini obat belum ada
◦ Resistensi insektisida semakin meluas
◦ Fenomena Transovarial semakin sering ditemukan

Pemberantasan jentik dengan cara PSN 3 M Plus merupakan cara


yang paling efektif

◦ Strategi Pendekatan Keluarga dilakukan untuk pencegahan dan


pengendalian DBD

◦ Gerakan 1 rumah 1 Jumantik perlu diterapkan terutama di daerah


endemis DBD
PROGRAM UNGGULAN, INTERVENSI DAN TEROBOSAN
DIREKTORAT P2PTVZ

Program Unggulan Terobosan Intervensi


1. Kampanye kelambu massal,
intensifikasi pengendalian,
1. Eliminasi 1.Akselerasi, surveilans migrasi .
Malaria 2030 Intensifikasi dan
Eliminasi 2. Pemberian Obat Massal
2. Eliminasi 2.Pelaksanaan Bulan Pencegahan (POPM) Filariasis
serentak pada total penduduk
Filariasis 2020 Eliminasi Kaki Gajah
(BELKAGA) di daerah endemis.
3. Penurunan 3.Gerakan “1 rumah 1 3. Petugas pemantau jentik di
Insidens DBD Jumantik” untuk Rumah Tangga, Instansi
mencegah demam Pemerintah / Swasta, Sekolah &
4. Eliminasi Rabies berdarah Tempat-tempat Umum
2020 4.Pendekatan “One 4. Pengendalian zoonosis multi
Health” sektor mulai dari
5. Pengendalian
5.Intensifikasi surveilans perencanaan, pelaksanaan
Vektor Terpadu vektor sampai evaluasi
(IVM)
5. Peningkatan kapasitas SDM
dan kualitas surveilans
Seluruh program ini berdampak pada penurunan AKI, AKB,vektor.
Stunting, kejadian
penyakit menular dan penyakit tidak menular
SE Menkes
Pelaksanaan PSN 3M Plus dengan 1R1J
SE Menkes
Pelaksanaan PSN 3M Plus dengan 1R1J

Dalam SE tersebut Menkes menghimbau untuk melakukan upaya pencegahan dan


pengendalian penyakit DBD dan penyakit virus Zika dengan langkah-langkah seperti
berikut:

◦ Dirumah masing-masing secara rutin seminggu sekali melakukan pemantauan jentik nyamuk
dan Pemberatasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus, yaitu:
◦ Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air,
tempat penampungan air minum, penampung air di lemari es dan dispenser, dan lain-lain;
◦ Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain
sebagainya; dan
◦ Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes.
◦ Mengaktifkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di lingkungan rumah tempat tinggal dengan
upaya :
◦ Mengajak keluarga dan tetangga di lingkungan sekitar untuk menjadi Jumantik Rumah dan
melakukan pemantauan jentik nyamuk serta PSN 3M Plus di rumah masing-masing;
◦ Berkoordinasi dengan Ketua/Pengurus RT setempat membentuk Jumantik Lingkungan dan
Koordinator Jumantik;
◦ Berkoordinasi dengan Ketua/Pengurus RW dan RT setempat membentuk Supervisor
Jumantik.
PERKEMBANGAN KASUS DBD
DBD pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1968 di Jakarta dan
Surabaya dengan total kasus sebanyak 58 kasus (Angka Kesakitan, Incidence
rate (IR): 0,05 per 100.000 penduduk) dengan 24 kasus meninggal (Angka
kematian, Case fatPenyakit DBD merupakan masalah kesehatan dunia,
termasuk Indonesia.
Asia Tenggara merupakan wilayah endemis DBD, termasuk Singapura,
Malaysia maupun Brunei Darussalam.
ality rate (CFR) : 41,3%),
Kasus DBD di Indonesia tahun 2010-2015 rata-rata 124.785 / tahun
PERKEMBANGAN KASUS DBD 1968-2016
250,000

200,000 191,174

158,115

150,000

100,000

50,000

0
POLA MIN-MAK DBD 2010-2015
35,000

30,000

25,000

20,000

15,000

10,000

5,000

0
Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

Data 7 Februari 2017


KEMATIAN AKIBAT DBD 2016
400

350

300

250

200

150

100

50

0
JAN FEBR MART APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DESB

Data 7 Februari 2017


DATA CHIKUNGUNYA 2009-2016
90,000
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
-
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
HASIL SURVEILANS
SENTINEL JE
350

300

250

200

150

100

50

0
2014 2015 2016
PENULARAN DBD
 Virus dengue masuk kedalam tubuh
nyamuk saat menghisap darah
penderita DBD.

 8-12 hari kemudian nyamuk


menjadi infektif (masa inkubasi
ektrinsik)
 Virus masuk kelenjar ludah
nyamuk  masuk kedalam tubuh
orang sehat saat nyamuk menghisap
darah.

o 4-6 hari kemudian timbul gejala


(masa inkubasi intrinsik).
TANTANGAN DAN KEGIATAN
INOVATIF
TANTANGAN KEGIATAN INOVATIF

◦ Perluasan daerah endemis akibat ◦ Intensifikasi Gerakan 1 Rumah 1


pembukaan lahan pemukiman Jumantik
◦ Pergeseran serotype virus dengue ◦ Penguatan kapasitas SDM dan
◦ Fenomena transovarial virus sarana prasarana penemuan dini
dengue kasus di FKTP
◦ Pilot project immunisasi JE dan
dengue di daerah endemis tinggi
3 PILAR PENGENDALIAN
ARBOVIROSIS
GERAKAN
1 RUMAH
1
JUMANTI
K
PENCEGAH
AN
PENGENDA
LIAN
ARBOVIRO PENGUATAN
DIAGNOSIS
VAKSINAS SIS DINI &
I TATALAKSAN
A KASUS
YANG TEPAT
INDIKATOR
◦ IR DBD < 49 per 100.000 penduduk
◦ ABJ ≥ 95 %
◦ CFR < 1 %

Harapan tahun 2017:


64 % kab/kota IR DBD < 49 per 100.000 penduduk
40 % kab/kota (terutama dgn IR ≥ 49 per 100.000 penduduk)
mengimplementasikan G1R1J SK
Ilustrasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik

Jumantik Rumah & Jumantik Lingkungan


Jumantik Rumah
◦ Adalah kepala keluarga /anggota
keluarga/penghuni dalam satu rumah yang
disepakati untuk melaksanakan kegiatan
pemantauan jentik di rumahnya

◦ Kepala Keluarga sebagai penanggung jawab


Jumantik Rumah
Jumantik Lingkungan
Adalah satu atau lebih petugas yang ditunjuk (oleh Ketua RT/pengelola
gedung/instansi) untuk melaksanakan pemantauan jentik di tempat –
tempat umum (TTU) atau di tempat – tempat institusi (TTI).
TTU, antara lain
 Pasar,
 terminal,
 pelabuhan,
 bandara,
 stasiun,
 tempat ibadah,
 tempat pemakaman,
 tempat wisata.

TTI, antara lain


 perkantoran,
 sekolah,
 rumah sakit.
Koordinator Jumantik
◦ Adalah kader jumantik yang ditunjuk oleh Ketua RT untuk melakukan
pembinaan dan pemantauan (crosscheck) pelaksanaan jumantik rumah dan
lingkungan
◦ Tugas dan tanggung jawab:
o Melakukan sosialisasi PSN 3M Plus secara kelompok kepada masyarakat
o Melakukan kunjungan dan pembinaan ke rumah /tempat tinggal/TTU serta
TTI setiap 2 minggu
o Merekapitulasi hasil pemeriksaaan jumantik dan melaporkan hasil kerja
jumantik kepada supervisor setiap bulan
o 1 (satu) koordinator dapat membina 20 – 25 jumantik rumah/lingkungan
Supervisor Jumantik
◦ Supervisor Jumantik adalah satu atau lebih anggota dari Pokja DBD
yang ditunjuk oleh Ketua RW/Kepala Desa/Lurah untuk melakukan
pembinaan, pemantauan dan pengolahan data Koordinator Jumantik di
wilayahnya.
◦ Tugas dan tanggung jawab:
a. Melatih Koordinator Jumantik mengisi formulir hasil pemantauan
jentik
b. Melakukan pembinaan dan peningkatan keterampilan/pelatihan
kegiatan PSN 3M Plus kepada Koordinator Jumantik
c. Melatih masyarakat/anggota keluarga/jumantik rumah tentang
cara mengisi kartu pemeriksaan jentik
d. Melakukan pengolahan data pemantauan jentik menjadi data
Angka Bebas Jentik (ABJ)
e. Melaporkan ABJ ke puskesmas setiap bulan
Skema Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik

Membuat analisa data SUPERVISOR JUMANTIK


ABJ dan melaporkan
ke Puskesmas

KOORDINATOR JUMANTIK KOORDINATOR JUMANTIK

Memantau kinerja Jumatik


rumah/lingkungan
Mencatat hasil
pemantauan jentik JUMANTIK JUMANTIK JUMANTIK JUMANTIK
RUMAH/LIN RUMAH/LIN RUMAH/LIN RUMAH/LIN
GKUNGAN GKUNGAN GKUNGAN GKUNGAN

Melakukan pemantauan jentik/ minggu dan mencatat pada kartu jentik


PELAKSANAAN PEMANTAUAN JENTIK

◦ Hari pemantauan :
o Seminggu sekali
o Hari Sabtu/Minggu/Libur
o Cukup 15 menit
◦ Tempat yang dipantau
o Toren
o Bak mandi
o Vas bunga
o Tempat minum burung
o Tatakan dispenser
o dll
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK
◦ Menguras (Membersihkan)
o Bak mandi
o Vas bunga
o Tempat minum binatang piaraan
o Tatakan dispenser
◦ Menutup rapat tempat penampungan air
o Bagi tempat penampungan air yang tidak mungkin di kuras atau ditutup, berikan larvasida
 Memanfaatkan/Mendaur ulang barang bekas
Ban bekas
Botol plastik
Kaleng bekas
PSN…..
Plus :
 Memberantas larva :
o Larvasidasi
o Memelihara ikan pemakan jentik
o Memasang ovitrap/larvitrap/mosquitotrap
 Menghindari gigitan nyamuk
o Menanam pohon pengusir nyamuk
o Kelambu
o Repelent
o dll
Pencatatan dan pelaporan
Jumantik rumah dan Jumantik Lingkungan mencatat hasil
pemantauan jentik pada kartu jentik rumah/bangunan
Kartu jentik rumah/bangunan diletakkan di tempat yang
mudah dilihat oleh Koordinator Jumantik
Koordinator jumantik melakukan rekapitulasi dan
melaporkan kepada Supervisor Jumantik/Pokja DBD
sebulan sekali
Supervisor jumantik/Pokja DBD melakukan penghitungan
ABJ dan melaporkan kepada Puskesmas setiap bulan
Petugas Puskesmas melakukan rekapitulasi dan analisis
ABJ lalu melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
DIISI OLEH JUMANTIK RUMAH DAN
LINGKUNGAN
DIISI OLEH KOORDINATOR
JUMANTIK
DIISI OLEH SUPERVISOR JUMANTIK
Peran Puskesmas
◦ Melakukan rekapitulasi ABJ yang dilaporkan oleh Supervisor Jumantik.
◦ Melaporkan ABJ ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setiap bulan.
◦ Melakukan monitoring dan evaluasi melalui kegiatan Pemantauan Jentik
Berkala (PJB) minimal 3 bulan sekali.
◦ Melakukan peningkatan keterampilan/pelatihan dan pembinaan kegiatan PSN
3M Plus kepada Supervisor Jumantik, Koordinator Jumantik, dan masyarakat
DIISI OLEH PETUGAS
PUSKESMAS
LESSON
LEARNED
G1R1J
DI KOTA
TANGSEL
KELENGKAPAN SETIAP RUMAH YANG MENGIKUTI
PROGRAM GERAKAN 1 RUMAH 1 JUMANTIK

si
t i f i ka i
s i J e nt i k e r a nt
Poste r Lo ka er s an
St i k a m
Tan yamuk
n

(Larvasida Biologis)

o r m at tik
F man
ah 1 Ju
1 Rum
PROGRAM SATU RUMAH SATU JUMANTIK
POSTER YANG HARUS ADA DI SETIAP RUMAH

2016 Jangan bilang peduli DBD kalau belum melaksanakan PSN Di rumah sendiri
PEMBANGUNAN PUSAT BUDI DAYA
TANAMAN ANTI NYAMUK DI SETIAP RW
OLEH FORUM KOTA SEHAT TANGSEL

PENYERAHAN TANAMAN ZODIA KE MASYARAKAT UNTUK


DIBUDIDAYAKAN

2016
Tanaman Zodia di Pekarangan Rumah
Warga RW 8
PENCANANGAN 1 RUMAH 1 JUMANTIK
DI RW WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN

2016 Jangan bilang peduli DBD kalau belum melaksanakan PSN Di rumah sendiri
Pencanangan Program
Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
di Peumahan Vila Inti Persada
Rw. 28 Kel. Pamulang Timur
Kec. Pamulang Kota
Tangerang Selatan
Pencanangan Program
Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik di Rw. 10 Kel.
Pondok Benda
Kec. Pamulang Kota
Tangerang Selatan
Pencanangan Program
Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik di Rw. 24
Kel. Benda Baru
Kec. Pamulang
Kota Tangerang Selatan
JUMANTIK ANAK SEKOLAH

2016
Kegiatan Pemantauan Jentik
Tim dari Mahasiswa
HASIL PEMANTAUAN LOKASI JENTIK
DENGAN PEMANFAATAN SARANA GPS OLEH MAHASISWA

WARNA MERAH
> 10 JENTIK

WARNA
KUNING
1 - 10 JENTIK

BEBAS JENTIK

2016
2016
SK Kadinkes Kota Samarinda
Penunjukan Supervisor G1R1J Kota
Samarinda

PERAN JUMANTIK PELABUHAN DALAM


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
DBD
LESSON
LEARNED
G1R1J
DI KKP TANJUNG
PRIOK
Surat Edaran
KEPALA
OTORITAS
PELABUHAN
tentang
Pengendalian
Vektor di
Pelabuhan
Tanjung Priok
Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di
Pelabuhan Tanjung Priok
Pencanangan 1 Gedung 1 Petugas Pemantau
Jentik Pelabuhan Tanjung Priok
Pencanangan PPJP yang dilaksanakan pada tanggal 03 Desember 2015, ditandai dengan
penandatangan spanduk oleh Walikota Jakarta Utara, Direktur PTM – P2P - Kemkes RI,
Kantor Kesehatan Pelabuhan, Kantor Otoritas Pelabuhan, Kesyahbandaran Utama, Bea
Cukai dan para stake holder lainnya.
SK Pembentukan Petugas Pemantau Jentik Pelabuhan
oleh Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok
SK Pembentukan Petugas Pemantau Jentik
Pelabuhan (PPJP) di Wilayah Kerja
Tugas PPJP (Petugas Pemantau Jentik Pelabuhan

1. Melakukan pemeriksaan serta pemantauan keberadaan Jentik


pada tempat-tempat penampungan air yang ada di Instansi masing2
serta Lingkungannya (baik di dalam ruangan maupun yang ada di luar
ruangan).
2. Mencatat hasil pemeriksaan dan pemantauanJentik di Instansinya.
3. Melaporkan hasil pemeriksan dan pemantauan kepada
Penanggungjawab bangunan, dg harapan pimpinan menginstruksikan
kepada seluruh Karyawan melakukan pengendalian jentik
dengan 3M Plus bila ditemukan jentik
4. Memberikan laporan hasil pemantauan Jentik kepada KKP.
Kegiatan Peningkatan Pengetahuan
Petugas Pemantau Jentik Pelabuhan
Tanjung Priok
Kegiatan Peningkatan Pengetahuan Petugas Pemantau
Jentik Pelabuhan Tanjung Priok
di Wilayah Kerja
Tools PPJP Kit
Tas PPJP & Notes Rompi dan Senter
Topi

Pipet Jentik Botol Jentik PM Trap


Teknologi Tepat Guna
PM Trap (Priok Mosquito Trap)
Kesimpulan
◦ 3 Pilar utama program pencegahan dan pengendalian arbovirosis adalah
dengan: G1R1J, diagnosis dini dan tatalaksana kasus yang tepat, dan vaksinasi.
◦ G1R1J tidak hanya mencegah DBD tetapi juga penyakit arbovirus lainnya.
◦ Implementasi G1R1J perlu segera dilaksanakan terutama di kab/kota drngan IR
≥ 49 per 100.000.
MENAJEMEN TATA
LAKSANA KASUS
DBD
Dr dr H Rachmat Latief SpPD-KPTI,M.Kes FINASIM
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang ditandai dengan
panas (demam), perdarahan & kebocoran
plasma, yang disebabkan oleh virus
dengue (baca: denggi)

DEMAM BERDARAH DENGUE


MANIFESTASI INFEKSI VIRUS DENGUE

Infeksi virus dengue

Tanpa gejala Dengan gejala

Dema DBD
Panas
Dema m yang
seperti
m berdar menge
infeksi
dengu ah nai
virus
e Tdengu organ
lain
i e lain
d
a D
k S
s S
y
o
k
DBD DD
◦ Infeksi sekunder ◦ Infeksi primer

◦ Ada kebocoran plasma ◦ Tidak ada kebocoran plasma

◦ Dapat disertai syok ◦ Tidak disertai syok

◦ Dapat terjadi perdarahan hebat ◦ Perdarahan ringan

◦ Bisa menyebabkan kematian ◦ Prognosa baik

DBD BUKAN MERUPAKAN KELANJUTAN DARI DD


PERHATIKAN DENGAN SEKSAMA SAAT SUHU
TUBUH TURUN SETELAH HARI KE 3

MEMBEDAKAN DBD
dengan DD
CARA PENULARAN DBD
 Virus dengue masuk kedalam tubuh
nyamuk saat menghisap darah
penderita DBD.

 8-12 hari kemudian nyamuk menjadi


infektif (masa inkubasi ektrinsik)
 Virus masuk kelenjar ludah nyamuk
 masuk kedalam tubuh orang sehat
saat nyamuk menghisap darah.

o 4-6 hari kemudian timbul gejala (masa


inkubasi intrinsik).
TANDA dan GEJALA DBD
◦ Demam
◦ Mendadak tinggi
◦ Terus-menerus
◦ 2-7 hari
◦ Nyeri kepala
◦ Nyeri belakang bola mata
◦ Nyeri otot
◦ Tanda- tanda perdarahan
◦ Ruam pada kulit sampai dengan
perdarahan hebat..
TANDA-TANDA PERDARAHAN
• Petechie (bintik perdarahan bawah
kulit)
• Epistaksis (mimisan)
• Perdarahan gusi
• BAB campur darah
• Kencing darah (hematuria)
• Perdarahan pada mata

Tourniquet positif : > 10 petechie


pada area 2,5 x 2,5 cm
GEJALA dan TANDA..

 Pembesaran hati (hepatomegali)


◦ Diperiksa dengan cara palpasi
◦ Pada anak kecil sering sulit dinilai

 Syok
◦ Ekstremitas dingin (ujung jari, ujung kaki, ujung hidung)
◦ Gelisah
◦ Cyanosis (kebiruan) di sekitar mulut
◦ Nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba
◦ Perbedaan tekanan nadi < 20 mmHg.
ALUR SKRINING TERSANGKA INFEKSI DENGUE
Demam 2-7 hari,
Perhatikan “warning
TRIASE
signs”

Rawat Inap Rawat Jalan


• Perlu dirawat?
• Perlu pemantauan? Rawat
• Rawat jalan? Emerge 24 Pulang
ncy jam : pantau selama
Tindaka pemant demam
n segera auan
ketat
Tindakan
terapi, monitor &
observasi WHO guideline 2011

• Dengan merawat di ruang rawat sehari (one day care=ODC),


mengurangi 76% rawat inap
• Sangat berguna dalam keadaan KLB dengue
.
“WARNING SIGNS”

Untuk mendeteksi dini syok


 Tidak ada perbaikan klinis  Pucat, ujung kaki dan tangan
setelah demam reda dingin
 Menolak makan/minum  Perdarahan: mimisan, b.a.b
 Muntah berulang hitam, muntah darah, darah
 Nyeri perut hebat menstruasi lebih banyak, kencing
 Gelisah, perubahan perilaku darah
 Volume urine menurun selama 4-
6 jam
Nasehat kepada orang tua sebelum pasien
dipulangkan

Cukup minum: air Parasetamol


putih, susu, jus 10mg/kgBB/kali
buah, elektrolit, air
tajin.
apabila suhu >
Hitung frekuensi 38oC interval 4-6
b.a.k setiap 4-6 jam jam

Hindari Berikan
pemberian kompres
aspirin/NSAID/ hangat
ibuprofen Istirahat
POKJANAL DBD
GERAKAN 1 RUMAH
1 JUMANTIK

DR.HJ. NURUL AMIN, MMKES


POKJANAL DBD

Komitmen Peran Serta


Pemerintah Masyarakat &
Pusat & Daerah Peran Multisektor

POKJANAL DBD

POKJANAL DBD : wadah kerjasama dan kemitraan antara lintas sektor pemerintah, sektor swasta dan
masyarakat untuk bersama-sama mengambil peran dalam upaya pencegahan dan pengendalian Demam Berdarah.
POKJANAL : untuk menyeimbangkan peran pemerintah dan peran serta masyarakat serta multisektor lainnya
dalam program pencegahan dan pengendalian DBD di Indonesia.

Kepmendagri No. 31-VI tahun 1994 ttg Pokjanal DBD


INDIKATOR PROGRAM (OUTCOME)

1. Insidens Rate < 49/100.000 Penduduk pada Tahun 2017


2. Angka kesakitan < 1 %

INDIKATOR OUTPUT TH 2017


1. Angka bebas Jentik > 95 % pada tahun 2017
2. Angka kesakitan < 1 %
3. 40 % kab/kota melaksanakan G1R1J  40 %
kecamatan di kab/kota (Dibuktikan adanya SK
G1R1J)
4. 60 % Puskesmas melaksanakan penegakan
diagnosis kasus DBD.
JEJARING PENANGGULANGAN DBD TERPADU
YANKES
INDIVIDU PROMKES PSM,PRILAKU

PSN VEKTOR
SEHAT S E
P KASUS
U
I
P J B R LAB
D
V E LINGK
E M
SAKIT I I
KAJIAN
FOGGING L O
L PENELI-
A TIAN
O
N G
SEMBUH SURVEY
S I
LINGKUNGAN,VEKTOR
MATI DAN VIRUS
POLA PERAN SERTA PEMBINAAN pokjanal G1R1J

PKK PARIWI PERIN PEMDA


DEPAG DIKNAS
DKKS ROTARY DIPENDA SATA DUS DLLAJ BAG SOS
TRIAN KEC

RS/
MASJID/ SEKOLAH
PUS RUMAH HOTEL/ TERMI INSTI
PASAR TEMPAT TTI
KES TANGGA TTU NAL TUSI
IBADAH
MAS

SUBDIN
P2P / KESLING/ PROMKES

USULAN KEGIATAN TERPADU


PERAN SERTA MASYARAKAT 3. PELATIHAN/REFRESING
DALAM PSN DBD 4. PENGGERAKAN PSN MELALUI
KEGIATAN yg DILAKUKAN : G1R1J
1. PENDATAAN 5. PENYULUHAN
2. T.L SRT EDARAN MENKES 6. MONITORING & EVALUASI
PELAKSANA/INSTANSI G1R1J
SASARAN

-Instansi kesehatan
-Sektor penerangan
Masyarakat luas
-Swasta

TOMA

Kader/PKK Keluarga

Kepala Desa

-Kep. Sekolah
Murid
-Guru

Petugas sanitasi/sektor
PENGELOLA GEDUNG Tempat umum/T.Ibadah
Skema Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
Membuat analisa data ABJ SUPERVISOR JUMANTIK
dan melaporkan ke
Puskesmas

KOORDINATOR KOORDINATOR
JUMANTIK JUMANTIK
Memantau kinerja Jumatik
rumah/lingkungan
Mencatat hasil pemantauan
jentik JUMAN JUMAN JUMAN JUMAN
TIK TIK TIK TIK
RUMAH/ RUMAH/ RUMAH/ RUMAH/
LINGKU LINGKU LINGKU LINGKU
NGAN NGAN NGAN NGAN

Melakukan pemantauan
jentik/ minggu dan mencatat
pada kartu jentik
SE Menkes
Pelaksanaan PSN 3M Plus dengan 1R1J
SE Menkes
Pelaksanaan PSN 3M Plus dengan 1R1J
Dalam SE tersebut Menkes menghimbau untuk melakukan upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit DBD dan penyakit virus Zika dengan langkah-langkah
seperti berikut:
◦ Dirumah masing-masing secara rutin seminggu sekali melakukan pemantauan jentik
nyamuk dan Pemberatasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus, yaitu:
◦ Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi,
ember air, tempat penampungan air minum, penampung air di lemari es dan dispenser, dan lain-lain;
◦ Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain
sebagainya; dan
◦ Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes.
◦ Mengaktifkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di lingkungan rumah tempat tinggal dengan
upaya :
◦ Mengajak keluarga dan tetangga di lingkungan sekitar untuk menjadi Jumantik Rumah
dan melakukan pemantauan jentik nyamuk serta PSN 3M Plus di rumah masing-masing;
◦ Berkoordinasi dengan Ketua/Pengurus RT setempat membentuk Jumantik Lingkungan
dan Koordinator Jumantik;
◦ Berkoordinasi dengan Ketua/Pengurus RW dan RT setempat membentuk Supervisor
Jumantik.
Tools PPJP Kit
Tas PPJP & Notes Rompi dan Senter
Topi

Pipet Jentik Botol Jentik PM Trap


Teknologi Tepat Guna
PM Trap (Priok Mosquito Trap)
PERINGATAN
ASEAN DENGUE DAY 15 JUNI 2016
SK G 1R1J KAB LUTRA
G 1R1J KAB LUTRA
PSN DAN PERAN
SERTA
MASYARAKAT
dr. H. Erwan Tri Sulistyo, M.Kes
Ada 4 Fase dalam siklus hidup nyamuk:
1. Telur
2. Larva Lebih mudah melakukan
3. Pupa pemberantasan/pemutusan
rantai hidup nyamuk
4. Nyamuk
TELUR NYAMUK AEDES AEGYPTI

MASA TUMBUH 1 -2 HARI


Larva/jentik NYAMUK AEDES AEGYPTI

MASA TUMBUH 5 -7 HARI


pupa NYAMUK AEDES AEGYPTI

MASA TUMBUH 2 hari untuk menjadi nyamuk dewasa


Contoh tempat perkembangbiakan nyamuk
Tempat penampungan air (TPA)
NON TPA
Habitat Alami

MENGURAS

√ MENUTUP


MENDAUR
ULANG
PSN 3M PLUS

Ukuran keberhasilan:
Tujuan :
Angka Bebas Jentik
Mengendalikan populasi (ABJ)
Sasaran
nyamuk Aedes Sp.
sehingga penularan Target : ≥ 95 %
Semua tempat
Arbovirus dapat dicegah perkembangbiakan
atau dikurangi. nyamuk penular Arbovirus
(tempat penampungan air)

Menguras dan
menyikat tempat-
Manfaatkan atau
tempat penampungan
mendaur ulang barang-
air, seminggu sekali Menutup rapat-rapat barang bekas yang dapat
tempat penampungan menampung air hujan
(M1) air
(M3)
(M2)
Plus ??
Selain 3M tersebut, ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti:

•Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis
seminggu sekali.
•Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
•Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan tanah, dan lain-lain)
•Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang
sulit air
•Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air
•Memasang kawat kasa atau menggunakan kelambu
•Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
•Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
•Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
•Cara-cara spesifik lainnya di masing-masing daerah.
 
•Keseluruhan cara tersebut diatas dikenal dengan istilah dengan ’3M-Plus’.
PV SECARA FISIK/ MEKANIK

• Pengendalian Vektor secara fisik/ mekanik merupakan prioritas


utama pengendalian vektor DBD, Chikungunya dan Zika melalui
kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
• Dengan cara 3M Plus :
– Menguras & menyikat bak mandi/bak penampungan air;
– Menutup rapat-rapat tempat penampungan air; dan
– Memanfaatkan kembali/mendaur ulang barang bekas yang
berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk PSN

• 3M akan memberikan hasil yang baik apabila dilakukan secara luas


dan serentak, terus menerus dan berkesinambungan. PSN 3M
sebaiknya dilakukan sekurang-kurangnya seminggu sekali sehingga
terjadi pemutusan rantai pertumbuhan nyamuk pra dewasa tidak
menjadi dewasa
PV SECARA BIOLOGI

• Manfaat :
– Mengatasi timbulnya resistensi vektor terhadap insektisida kimiawi
– Lebih aman terhadap lingkungan dan manusia

• Pengendalian vektor biologi menggunakan agent


biologi antara lain:
– Predator/ pemangsa jentik (hewan,serangga,parasit) sebagai
musuh alami stadium pra dewasa nyamuk. Jenis predator yang
digunakan adalah ikan pemakan jentik (cupang, tampalo, gabus,
guppy, dll) sedangkan larva capung (nympha) Toxorrhyncites,
Mesocyclops dapat juga berperan sebagai predator walau bukan
sebagai metode yang lazim untuk pengendalian vektor DBD.

ToT Fasilitator Pelatihan Supervisor Jumantik


Contoh agent biologi pengendali jentik nyamuk
ALAMI
• Pemanfaatan tanaman pengusir nyamuk

ZODIA LAVENDER GERANIUM SERAI

• Penaburan ikan pemakan jentik

IKAN CUPANG IKAN KEPALA TIMAH


LARVASIDASI
◦ Teknik pengendalian vektor yang ditujukan untuk membasmi nyamuk
stadium pra dewasa/larva dengan menggunakan zat kimia/mikroorganisma
yang dapat membunuh/menghambat pertumbuhan larva.
◦ Larvasida yang baik:
◦ Memiliki kemampuan membunuh larva/jentik nyamuk tanpa merusak
ekosistem
◦ Memiliki efek residu yang bertahan lama
◦ Aman terhadap kesehatan manusia
Larvasida Temephos
◦ Bahan aktif temephos 1%
TEMEPHO
S
◦ Efektivitas kerja lebih panjang
(2-3 bulan)

◦ Sebaiknya tidak digunakan


untuk penampungan air yang
diperuntukan utk air minum
Takaran Larvasida

• Temephos 1 %
– Takaran : 1 gram untuk setiap 10 liter air
– (1 sdk makan = 10 gram temephos)

• Baccilus Thuringiensis var Israelensis


– Takaran: 1 ml (20 tetes) untuk setiap 50 liter air
• Larvasidasi Bacillus thuringiensis
(Bti)
Bti ditebarkan pada tempat-
tempat penampungan air, apabila
Bti termakan jentik maka jentik
akan mati. Bti dapat dilakukan
kapan saja, terutama pada saat
populasi nyamuk tinggi
Biolarvasida (Bti )

◦ Bahan aktif Baccilus


Thuringiensis var Israelensis
◦ Bersifat ramah lingkungan
◦ Aman bagi biota air dan
manusia
◦ Efektivitas kerjanya singkat
(1-2 minggu)
◦ Sebaiknya digunakan untuk
penampungan air yg stagnan
Cara Kerja BTI dalam Mematikan Larva
• Adanya enzim dan
reseptor tertentu di
lambung larva
melengketkan kristal
protein di dinding
lambung dan
penyebabkan
perforasi (lubang)
pada lambung
• Efikasi bertahan 1x24
jam hingga 2x24 jam
PV SECARA BIOLOGI

– Insektisida biologi untuk pengendalian DBD, diantaranya:

• Insect Growth Regulator (IGR) dan Bacillus Thurigiensis Israelensis (BTI)


ditujukan untuk pengendalian stadium pra dewasa yang diaplikasikan ke
dalam habitat perkembangbiakan vektor. IGR mampu menghalangi
pertumbuhan nyamuk di masa pra dewasa dengan cara
merintangi/menghambat proses chitin synthesis selama masa jentik
berganti kulit atau mengacaukan proses perubahan pupae dan nyamuk
dewasa. IGRs memiliki tingkat racun yang sangat rendah terhadap
mamalia (nilai LD50 untuk keracunan akut pada methoprene adalah
34.600 mg/kg)
• BTI sebagai salah satu pembasmi jentik nyamuk/ larvasida yang ramah
lingkungan. BTI terbukti aman bagi manusia bila digunakan dalam air
minum pada dosis normal. Keunggulan BTI adalah menghancurkan jentik
nyamuk tanpa menyerang predator entomophagus dan spesies lain.
Formula BTI cenderung secara cepat mengendap di dasar wadah, kearena
itu dianjurkan pemakaian yang berulang kali.
PV SECARA KIMIAWI
• Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida
merupakan salah satu metode pengendalian yang lebih populer di
masyarakat dibanding dengan cara pengendalian lain.
• Sasaran insektisida adalah stadium dewasa dan pra-dewasa.
• Karena insektisida kimiawi adalah racun maka penggunaannya harus
mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan organisme
bukan sasaran termasuk mamalia.
• Disamping itu penentuan jenis insektisida, dosis, dan metode aplikasi
merupakan syarat yang penting untuk dipahami dalam pengendalian
vektor.
• Aplikasi insektisida yang berulang dalam jangka waktu lama di satuan
ekosistem akan menimbulkan terjadinya resistensi. Insektisida tidak
dapat digunakan apabila nyamuk resisten/kebal terhadap insektisida.
PENGASAPAN (FOGGING)

• Dilakukan di lokasi fokus penularan/transmisi


kasus termasuk wilayah terjangkit KLB/
Wabah.
 Didahului Penyelidikan Epidemiologi

• Dilakukan sesuai ketentuan serta koordinasi


dengan puskesmas dan dinas kesehatan
setempat.
FOGGING FOKUS

 Fogging focus, yaitu pengasapan menggunakan


insektisida pada fokus penularan
 (i) Ditemukan lebih dari 1 kasus DBD di lokasi yang sama
dalam radius 100 meter; dan/atau Ditemukan sekurangnya
3 kasus tersangka di wilayah endemis DBD; dan
 (iii) Angka bebas jentik di wilayah tersebut <95 %
 Jika memenuhi syarat fogging focus dilakukan
pengasapan dengan insektisida dalam radius 200
meter
 Dilakukan dalam 2 siklus dengan interval 1 minggu.
PENGENDALIAN VEKTOR TERPADU
◦ Pengendalian vektor terpadu/
PVT (integrated vector
management/ IVM) adalah
kegiatan pengendalian vektor
dengan memadukan berbagai
metode baik fisik, biologi dan
kimia, yang dilakukan secara
bersama-sama, dengan
melibatkan berbagai sumber
daya; lintas program dan lintas
sektor.
Pembinaan dan Peningkatan Keterampilan Pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN-3M Plus

• Pembinaan merupakan totalitas kegiatan yang meliputi perencanaan,


pengaturan, pendayagunaan masyarakat sehingga mampu melaksanakan
PSN 3M Plus.

• Agar program pencegahan penyakit arbovirus berjalan efektif, pembinaan


juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan, proses untuk mencapai hasil
lebih baik.

• Pembinaan mengarah kepada “perbaikan”, oleh karena itu pembinaan


haruslah mampu menekan masalah dan persoalan.

• Pembinaan dan peningkatan keterampilan dalam kegiatan PSN 3M Plus


bagi jumantik dan koordinatornya

Anda mungkin juga menyukai