Anda di halaman 1dari 28

KEBIJAKAN PENGELOLAAN BATUBARA

ADHI WIBOWO
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Bali, 2015
POKOK BAHASAN

I. KONDISI SAAT INI


II. KEBIJAKAN BATUBARA
III. PELAKSANAAN KEBIJAKAN BATUBARA
IV. PENUTUP
I. KONDISI SAAT INI
1.1. SUMBERDAYA, CADANGAN DAN KUALITAS BATUBARA INDONESIA 2010 - 2014

Pertumbuhan sumberdaya batubara nasional 5% per tahun dan cadangan


batubara 10% per tahun
Hanya sekitar 23% dari sumberdaya dapat ditingkatkan menjadi cadangan
terutama karena pengaruh masalah lahan dan infrastruktur
Batubara Indonesia mayoritas termasuk batubara mid rank ( 4800-5800 cal/g
GAR), selanjutnya batubara low rank ( <4800 cal/g GAR).
1.2.. INDONESIAN PRODUCTION, DMO, EXPORT AND WORLD COAL PRICE 2010-2015
500 474
458
450 421 425
412 402
395 401 399
389 382
400
353
Million Tonnes

350 330
312 316323 321 323

280 287
300
250 258
250
210
200 185

150
102
100 77 79 80 72 82 76 74
65 65 66 67

50

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015*
production (plan) Production (realization) Export (plan) Export (realization) DMO (plan) DMO (realization)

Pertumbuhan produksi batubara rata-rata 13,6% per tahun (2010 2015*). Harga batubara dunia sangat
mempengaruhi tingkat produksi batubara dan penjualan ekspor.
Kenaikan tingkat produksi saat harga cenderung turun disebabkan oleh keinginan para pengusaha untuk
mempertahankan revenue serta perusahaan tahap pra-produksi yang naik ke tahap operasi produksi.
Pertumbuhan kebutuhan batubara domestik sebesar 10% per tahun, lebih rendah dibandingkan dengan ekspor
sebesar 14% per tahun. 75 80% batubara yang diproduksi dijual untuk pasar luar negeri.
Kualitas batubara domestik berkisar 4000 6.500 kcal/kg (gar)

*: up to Oktober 2015
I.3. PERKEMBANGAN HBA
- 42,8 % 29,8 % 29,1 % - 19,4 % - 13,2 % - 12,4 % - 16,4 %

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*

123,68 70,70 91,74 118,40 95,48 82,92 72,62 60,73


180.00

160.00

140.00

120.00
Harga(US$/ton)

100.00

80.00

60.00

40.00

20.00

0.00
Feb2008

ei 2008

Feb2009

ei 2009

Feb2010

ei 2010

Feb2011

ei 2011

Feb2012

ei 2012

Feb2013

ei 2013

Feb2014

ei 2014

Feb2015

ei 2015
Ags2008

Nov2008

Ags2009

Nov2009

Ags2010

Nov2010

Ags2011

Nov2011

Ags2012

Nov2012

Ags2013

Nov2013

Ags2014

Nov2014

Ags2015

Nov2015
M

M
Bulan/Tahun

Sejak tahun 2012 Harga Batubara Acuan mengalami penurunan yang cukup tajam.
HBA = 25% ICI 6500 + 25% Platts 5900 + 25% NEX 6322 + 25% GC 6322

*: s.d. November 2015


I.4. GRAFIK HBA & 4 INDEKS
HBA
200. 00 NOVEMBER
2015 = $54,43
180. 00

160. 00

140. 00 HBA
Harga (US$/ton)

120. 00

100. 00 ICI-1

80. 00

NEX
60. 00

40. 00

GC
20. 00

0. 00

PLATTS-1

Catatan: dalam kesetaraan 6322 kcal/kg (gar)


1.5. NATIONAL ENERGY MIX u/t 2050)

ENERGY MIX PEMBANGKIT LISTRIK PT PLN


II. KEBIJAKAN BATUBARA
2.1. DASAR HUKUM
UUD 1945 Pasal 33 ayat (3)
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Pasal 4 ayat (1): Mineral dan batubara sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan merupakan
kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat.
Pasal 5: Untuk kepentingan nasional, Pemerintah setelah berkonsultasi dengan DPR dapat
menetapkan kebijakan pengutamaan mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri.
Kepentingan nasional tersebut dapat dilakukan dengan pengendalian produksi dan ekspor
Undang-Undang No 30 Tahun 2007 tentang Energi
Pasal 21: pemanfaatan energi dilakukan diantaranya dengan mengoptimalkan seluruh potensi sumber
daya energi, dan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara
Pasal 2: Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara ditujukan untuk
melaksanakan kebijakan dalam mengutamakan penggunaan mineral dan/atau batubara untuk
kepentingan dalam negeri

10
2.2. PERAN SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA
PRO POOR
CSR KETENAGAKERJAAN
(PEMERATAAN)
LOCAL CONTENT

PRO GROWTH ESDM UNTUK PRO JOB


(PERTUMBUHAN) KESEJAHTERAAN (LAPANGAN
KERJA)
RAKYAT
PENERIMAAN
NEGARA

INVESTASI GOOD MINING PRACTICE


PRO ENVIRONMENT
NILAI TAMBAH (LINGKUNGAN)
REKLAMASI DAN PASCA
TAMBANG
NERACA PERDAGANGAN
(PRODUKSI, EKSPOR DAN
DOMESTIK)
2.3. ARAH KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

Melaksanakan prioritas pemenuhan batubara untuk kebutuhan


1 dalam negeri
Memberikan kepastian dan transparansi didalam kegiatan
2 pertambangan (regulasi pendukung UU Minerba, sanksi
pelanggaran ketentuan, dll)

ARAH 3 Melaksanakan peningkatan pengawasan dan pembinaan


KEBIJAKAN

4 Mendorong peningkatan investasi dan penerimaan negara

Mendorong pengembangan nilai tambah produk komoditi hasil


5 tambang (a.l. pengolahan, pemurnian, local content, local
expenditure, tenaga kerja dan CSR)

6 Mempertahankan kelestarian lingkungan melalui pengelolaan dan


pemantauan lingkungan, termasuk reklamasi dan pascatambang)
III. PELAKSANAAN KEBIJAKAN BATUBARA
3.1. PENGUTAMAAN KEBUTUHAN DALAM NEGERI (DMO)
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
UU Nomor. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Pasal 5
ayat (1).
Peraturan Menteri Nomor. 34 Tahun 2009 Tentang Pengutamaan Pemasokan
Kebutuhan Mineral dan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri (sedang
dalam proses revisi)
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2013 Pasal 84 ayat (1).
Keputusan Menteri sejak mengenai pedoman pelaksanaan DMO Tahun 2010
s/d 2014.
Surat Dirjen Minerba Nomor 1118/36/DJB/2014 merubah kebijakan DMO untuk
kewajiban pasokan sesuai kontrak yang ada, dan jika terjadi kekurangan
pasokan batubara ke domestik maka akan dilakukan penunjukan pemasok.
3.1.1. KOMPOSISI SEKTOR PEMAKAI BATUBARA DMO

Sumber KepMen ESDM Penetapan DMO

Kebutuhan DMO rata-rata untuk PLN sekitar 64%; IPP : 17%; PLTU non PLN
dan IPP : 2 %; Semen,Pupuk, dll: 16 %; dan Industri Metallurgi: 1%
PENGATURAN HARGA BATUBARA
3 ,2 . K E P E N TI N G A N P E M E R I N TA H U N TU K M E N G A TU R H A R G A B A TU B A R A

1. Optimalisasi sumberdaya menjadi cadangan


2. Optimalisasi penerimaan negara termasuk bagi hasil ke daerah
penghasil
3. Menjamin kepastian investasi terkait besarnya tingkat pengembalian
dan periode pengembalian
4. Mendukung upaya menciptakan industri pertambangan yang Good
Mining Practice
5. Mendukung prinsip Konservasi Sumberdaya Alam
6. Mencegah transfer profit dan atau transfer pricing
7. Mendukung penyerapan teknologi pertambangan
8. Pengendalian produksi batubara dikaitkan dengan target penerimaan
negara yang direncanakan
9. Mencegah terjadinya disparitas harga yang dapat mengakibatkan
langkanya pasokan di dalam negeri
10. Banyaknya Index harga di internasional menetapkan harga yang cukup
berbeda jauh untuk kualitas batubara yang sama.
3.3. KEBIJAKAN UMUM PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA
1. Penciptaan iklim investasi yang kondusif dan jaminan kepastian hukum
a. Pemberian insentif dan dukungan lembaga keuangan
b. Efektivitas Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pemerintah
2. Penyediaan dan peningkatan infrastruktur
a. Pemanfaatan energi setempat
b. Peningkatan sistem transportasi
3. Peningkatan koordinasi dan harmonisasi kebijakan/peraturan:
a. Lintas Sektor/antar Kementerian
b. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
c. Asosiasi Pengusaha sektor ESDM
d. Pelaku usaha/IUP/KK/PKP2B
4. Pemutakhiran sistem informasi pertambangan terpadu peningkatan peran litbang
a. Efisiensi proses pengolahan batubara
b. Validasi teknologi baru dan belum teruji
c. Alih teknologi dan inovasi
5. Peningkatan kerjasama bilateral dan multilateral
3.3.1. LANGKAH JANGKA PENDEK PNT BATUBARA
Salah satu upaya untuk mendukung kelayakan usaha
pengembangan PNT batubara termasuk UGG dan CWM
adalah pemanfatan potensi energi setempat,
pembangunan infrastuktur dan penetapan kebijakan harga
batubara khusus untuk bahan baku PNT batubara;
Harga jual batubara IUP/PKP2B secara umum ditetapkan
sebesar minimal HPB (sesuai harga market);
PNT batubara dikategorikan Batubara Untuk Keperluan
Tertentu (Permen 17/2010) yang harganya diatur khusus
sebagaimana PerDirJen 480/2014.
3.4. PENATAAN IUP (CLEAR AND CLEAN)
1. Sebagai dasar penetapan Wilayah Pertambangan.
2. Bahan koordinasi dengan instansi lain dalam penentuan tata
DATA IUP YANG AKURAT & VALID ruang
3. Optimalisasi penerimaan negara bukan pajak dari IUP.
4. Peluang untuk peningkatan nilai tambah mineral dan batubara.
PELAKSANAAN 5. Mengetahui potensi produksi nasional mineral dan batubara
PENATAAN IUP 6. Dasar penentuan pemenuhan kebutuhan domestik (DMO)
DALAM RANGKA PENYUSUNAN 7. Peningkatan kontribusi usaha jasa pertambangan nasional
KEBIJAKAN DIPERLUKAN DATA IUP 8. Peningkatan kebutuhan sumber daya manusia
YANG AKURAT & VALID
9. Pengelolaan lingkungan yang optimal

Persyaratan Sertifikat CN C:
1. Administrasi :
a. Tidak tumpang tindih
b. Dokumen perizinan

2. Teknis :
a. Laporan eksplorasi
b. Laporan studi kelayakan
c. Persetujuan dokumen lingkungan

3. Kewajiban keuangan :
a. Iuran tetap
b. Royalti
3.4.1 MINERBA ONE MAP INDONESIA (MOMI)

Minerba One Map Indonesia (MOMI) adalah adalah Sistem Informasi


Geografis (GIS) di web berbasis dibangun pada tahun 2013 oleh DGMC.
Sistem ini berisi semua database IUP di Indonesia (10,922 IUP).
MOMI dapat mengintegrasikan semua data IUP dari seluruh Indonesia (kota,
kabupaten, provinsi) dan data dari sektor lain. MOMI dapat digunakan
sebagai alat oleh pemerintah daerah untuk mendaftarkan WIUP yang
diusulkan untuk tender (batubara dan mineral) atau cadangan (non logam
dan batuan)
Beberapa keuntungan dari MOMI, dapat diterapkan untuk: Analisis tumpang
tindih IUP, Pemantauan zona pertambangan, Kolaborasi data spatial dengan
lembaga lain dan Analisis Data Statistik yang terkait dengan IUP ini
3.5. LINGKUP WILAYAH PERTAMBANGAN
WILAYAH PERTAMBANGAN (WP)

WILAYAH USAHA WILAYAH WILAYAH


PERTAMBANGAN PERTAMBANGAN RAKYAT PENCADANGAN NEGARA
(WUP) (WPR) (WPN)

WIUP
Eksplorasi
IPR
WPN WUPK
WIUP
Operasi Produksi

WIUP : Wilayah Izin Usaha Pertambangan


IPR : Izin Pertambangan Rakyat
WUPK : Wilayah Usaha Pertambangan Khusus WIUPK
WIUPK : Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus
PELAKSANAAN
NO PULAU PROGRESS
REKONSILIASI WP

SUDAH DITETAPKAN MELALUI KEPMEN NOMOR


1 SULAWESI 13 JUNI 2013
2737K/30/MEM/2013
SUDAH DITETAPKAN MELALUI KEPMEN NOMOR
2 KALIMANTAN 03 JULI 2013
4003K/30/MEM/2013

SUDAH DITETAPKAN MELALUI KEPMEN NOMOR


3 MALUKU 22 AGUSTUS 2013
4002K/30/MEM/2013

SUDAH DITETAPKAN MELALUI KEPMEN NOMOR


4 PAPUA 22 AGUSTUS 2013
4004K/30/MEM/2013
DISAMPAIKAN KE BIRO HUKUM MELALUI SURAT DIREKTUR
5 SUMATRA 05 SEPTEMBER 2013 NOMOR 1933/31/DBP/2013
TANGGAL 25 NOVEMBER 2013
DISAMPAIKAN KE BIRO HUKUM MELALUI SURAT DIREKTUR
BALI,
6 12 SEPTEMBER 2013 NOMOR 1933/31/DBP/2013
NUSA TENGGARA
TANGGAL 25 NOVEMBER 2013
DISAMPAIKAN KE BIRO HUKUM MELALUI SURAT DIREKTUR
7 JAWA 19 SEPTEMBER 2013 NOMOR 1933/31/DBP/2013
TANGGAL 25 NOVEMBER 2013
3.6. SURVEYOR WITTNESS
Surveyor yang ditunjuk pemerintah untuk melakukan pengawasan kegiatan
survey batubara (sampling) yang dilakukan oleh surveyor.

3.7. PEMBAYARAN DIMUKA UPFRONT ROYALTY KEWAJIBAN


Cara pembayaran PNBP sebelumnya menyebabkan terjadi
tunggakan kewajiban yang jumlahnya sangat besar
Sebagai upaya sementara Ditjen Minerba menerbitkan Surat Edaran
Dirjen 04.E / 2013
Tata cara pembayaran PNBP dimuka ini akan diatur dalam peraturan
menteri
Secara prinsip pembayaran dimuka akan disinkronisasikan dengan
kegiatan admininstrasi pengapalan yang melibatkan pihak terkait
seperti surveyor dalam menerbitkan Laporan Survey.
3.8. EKSPORTIR TERDAFTAR
Peraturan: Menteri Perdagangan Peraturan Nomor 39 / M-DAG / PER / 7/2014
tentang ekspor Batubara dan Batubara Produk, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 49 / M-DAG / PER / 8/2014,
dan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Nomor 714.K / 30 / DJB / 2014
tentang Tata Cara dan Persyaratan Rujukan Eksportir Terdaftar Batubara;

Tujuan: meningkatkan pengawasan penjualan ekspor batubara untuk dalam


rangka pengendalian penjualan batubara, pengutamaan pasokan kebutuhan
dalam negeri jangka panjang dan optimalisasi penerimaan negara dari ekspor
batubara

3.9. PENYESUAIAN TARIF ROYALTI

1. Royalti batubara untuk IUP akan direvisi, meningkat dari IUP yang ada: 3%, 5%,
dan 7%.
2. Jenis dan tarif PNBP mempertimbangkan beberapa aspek: sistem
penambangan(tambang terbuka dan tambang bawah tanah),tingkat produksi dan
harga batubara (kualitas dan harga pasar)
IV. PENUTUP
PENUTUP
1. Kebijakan Energi Nasional digunakan sebagai acuan dalam
menetapkan Kebijakan Batubara Nasional.
2. Perlu dilakukan eksplorasi secara intensif untuk
meningkatkan cadangan dan sumber daya batubara.
3. Batubara diprioritaskan sebagai sumber energi untuk
pembangkit listrik dan industri.
4. Pemanfaatan batubara dalam negeri ke depan diarahkan
untuk peningkatan nilai tambah batubara.
5. Proyeksi kebutuhan batubara dalam negeri untuk periode 5
tahun ke depan meningkat sebesar 8% per tahun,
sedangkan produksi batubara meningkat rata-rata sebesar
1% per tahun.
6. Pengendalian produksi batubara dilakukan dengan mengurangi ekspor
batubara dan meningkatkan pemanfaatan batubara untuk kebutuhan dalam
negeri.
7. Strategi dan upaya lain pemerintah dalam mengoptimalkan manfaat dari
pengusahaan batubara adalah dengan:
Pengaturan harga jual batubara
Pengaturan pelabuhan export
Penataan IUP (CNC dan MOMI)
Penunjukan surveyor wittness
Renegosisasi kontrak PKP2B dan KK
Penyesuaian tarif royalti
Pembayaran royalti dimuka
Peregristasian eksportir
8. Dengan mengatur kembali sektor pertambangan, Pemerintah sedang
mencoba yang terbaik untuk sektor batubara sehingga dapat menjadi win-
win solution bagi masyarakat Indonesia, negara, dan investor sehingga
kami berharap lebih banyak investasi ke sektor batubara.
www.minerba.esdm.go.id

Anda mungkin juga menyukai