SKRIPSI
Oleh:
ALFI RAHMAN
1210024427009
TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
( STTIND ) PADANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang
berjudul “Evaluasi Geometri Peledakan Dengan Menggunakan Perangkat
Lunak Desain Peledakan Pada Penambangan Batu Andesit PT. Koto Alam
Sumatera Barat.
dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis dengan
1. Kedua Orang Tua penulis yang selalu memberikan do’a dan motivasi baik
2. Bapak Drs. Murad, MS, MT, selaku Ketua Prodi Teknik Pertambangan
penelitian ini.
5. Bapak Henra. ST, selaku Kepala Teknik Tambang PT. Koto Alam Sejahtera
(STTIND) Padang.
banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
Peneliti,
DAFTAR ISI
Halaman
2.2.1Input ................................................................................................. 48
2.2.3. Output............................................................................................. 48
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Koordinat Lokasi Tambang PT. Koto Alam Sejahtera .................... 10
Tabel 2.2. Potensi yang terjadi akibat variasi stifness ratio ............................. 32
Tabel 2.2.Pembobotan Massa Batuan Untuk Peledakan .................................. 37
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
berada di permukaan dan di lapisan kulit bumi untuk dimanfaatkan dengan sebaik-
baik itu berupa hasil hutan maupun hasil tambang, telah berbagai macam teknik
2013 dan mulai operasi pada tahun 2015 dengan luas 10 Ha yang beroperasi di
Kabupaten 50 Kota. Sumber Daya Alam yang terdapat di PT. KAS ini adalah
bahan galian batuan andesit, yang mana bahan galian ini sangat berfungsi sabagai
bahan konstruksi bangunan dan jalan, dalam proses penambangan yang digunakan
di PT. KAS menerapkan metode tambang terbuka (Open Pit Mining) dengan
Oleh karena itu perlu diketahui upaya produksi atau pengambilan batuan
tambang menjadi sulit untuk dilalui oleh alat angkut (dump truck), dan curah
fragmentasi batuan yang dihasilkan. Oleh karena itu, ukuran fragmentasi batuan
hasil peledakan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Fragmentasi
itu sendiri tergantung pada desain geometri peledakan yang dibuat, untuk
berjarak ±700 meter dari jalan lintas yang menghubungkan Sumatera Barat dan
peledakan berupa getaran tanah (ground vibration), batu terbang (fly rock).
lapangan pada bulan November 2016, pada saat kegiatan peledakan distribusi
energi bahan peledak tidak merata sehingga terdapat material hasil peledakan
yang besar akan menyebabkan tersangkutnya batuan di gap bukaan crusher, dan
menghambat produksi batu andesit. Oleh karena itu diperlukan kegiatan kerja
alat berat breaker. Terlepas dari itu maka geometri dan nilai powder factor dalam
setiap peledakan harus diperhatikan supaya hasil ledakan sesuai dengan yang kita
inginkan.
Jika Geometri dan nilai powder factor kurang tepat maka fragmentasi
yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan (≤50 cm). Oleh karena itu
diangkut dan diolah tanpa menambah sistim kerja tambang adalah dengan
menentukan geometri peledakan dan nilai powder factor untuk setiap lubang yang
oleh karena itu penulis akan membahas dan meneliti tentang geometri peledakan
berikut:
powder factor bahan peledak, fragmentasi yang dihasilkan, serta model akhir
Jorong Polong Duo, Nagari Pangkalan, Kec. Pangkalan Koto Baru Kab. 50
Kota ?
3. Berapa nilai powder factor yang optimum untuk setiap lubang pada
lunak?
Jorong Polong Duo, Nagari Pangkalan, Kec. Pangkalan Koto Baru Kab. 50
Kota.
3. Menghitung nilai powder factor yang optimum untuk setiap lubang pada
lunak.
1.6 Manfaat Penelitian
perusahaan maupun bagi penulis sendiri. Berikut manfaat yang dapat diperoleh:
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi PT. Koto Alam
2. Bagi Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
bahan peledak barulah dapat dihitung. Selain itu terdapat faktor-faktor dalam
dalam Jorong Polong Duo Nagari Koto Alam Kecamatan Pangkalan Koto Baru
Kabupaten Lima Puluh Kota. Kabupaten Lima Puluh Kota diapit oleh empat
Kabupaten dan satu Provinsi yaitu: Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar,
Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Pasaman serta Provinsi Riau. Adapun batas-
Kabupaten Sijunjung.
3. Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten
Pasaman.
dapat ditempuh menggunakan transportasi darat dalam waktu 4 jam dari Ibukota
waktu 1 jam, dengan kondisi jalan yang sangat bagus dan dapat ditempuh dengan
yang berumur Miosen Awal. Batupasir ini adalah anggota dari Sedimen Antar
bermika dan batubara di bagian bawah: batupasir dan batulumpur tuffan dan
Miosen (Tmv): Lava, breksi, aglomerat dan sebagian kecil batuan terobosan yang
bersusunan andesit-basal. Selain itu juga dijumpai alluvial yang berumur Pliosen.
2.1.3. Morfologi
morfologi, yaitu:
persawahan.
lembah yang berbentuk V dan mengalir ke sungai yang lebih besar yaitu Sungai
Batang Sikawek.
2.1.4. Stratigrafi
disekitar lokasi kegiatan penelitian dari batuan yang tua ke batuan yang lebih
batupasir dan batulumpur tuffan dan gampingan; napal dan lensa tipis
Dolerit.
3. Batuan Gunung api Miosen (Tmv): Lava, breksi, aglomerat dan sebagian
menerus secara lateral meliputi hampir 65% dari luas rencana area kegiatan
Penelitian yang terletak di wilayah Jorong Polong Duo Nagari Koto Alam
Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera
Barat.
Pada beberapa tempat tertutup endapan yang mempunyai umur lebih muda
dalam Sedimen Antar Gunung Oligo-Miosen (Tomsm) yang terdiri dari: Batupasir
batulumpur tuffan dan gampingan; napal dan lensa tipis batugamping di bagian
atas.
Kegiatan dasar penambangan yang dilakukan ini tidak jauh dari Perecanaan
Tambang yang dimiliki oleh PT. Koto Alam Sejahtera, kegiatan tersebut berupa :
a. Pembabatan (clearing)
d. Pemuatan
e. Pengangkutan
f. Reklamasi
2.1.7. Bahan Peledak
bereaksi dengan kecepatan tinggi. Gas dan tekanan yang dihasilkan akan
menyebabkan tekanan yang sangat tinggi yang dapat membongkor batuan dari
tempatnya. Bahan peledak yang digunakan PT. Koto Alam Sejahtera berupa
bahan peledak mekanik, kimia dan nuklir. Karena pemakaian bahan peledak dari
sumber kimia lebih luas dibanding dari sumber energi lainnya, maka
ditambang batubara bawah tanah dan jenisnya adalah blasting agent yang
Menurut R.L. Ash (1962), bahan peledak kimia dibagi menjadi: Bahan
peledak kuat (high explosive) bila memiliki sifat detonasi atau meledak dengan
kecepatan reaksi antara 5.000 – 24.000 fps (1.650 – 8.000 m/s) dan Bahan peledak
lemah (low explosive) bila memiliki sifat deflagrasi atau terbakar kecepatan reaksi
Bahan peledak industri adalah bahan peledak yang dirancang dan dibuat
khusus untuk pemberaian bahan galian atau material yang bersifat keras. Ciri
khusus yang harus dimiliki bahan peledak industri adalah disamping memiliki
energi atau daya ledak yang terukur juga harus aman dalam penanganannya.
Jenis bahan peledak industri tidak selalu terbuat dari bahan kimia yang
memang memiliki sifat eksplosive, tetapi dapat pula terbuat dari bahan lain yang
Sifat fisik bahan peledak merupakan suatu kenampakan nyata dari sifat
kerusakannya.
1. Densitas
per volume. Densitas bahan peledak berkisar antara 0,6 – 1,7 gr/cc, sebagai
contoh densitas ANFO antara 0,8 – 0,85 gr/cc. Biasanya bahan peledak yang
diperlukan bahan peledak dengan densitas tinggi, bila sebaliknya digunakan bahan
peledak dengan densitas rendah. Demikian pula, bila batuan yang akan diledakkan
berbentuk massif atau keras, maka digunakan bahan peledak yang mempunyai
densitas tinggi. Sebaliknya pada batuan berstruktur atau lunak dapat digunakan
kerentanan suatu bahan peledak untuk terinisiasi (meledak) akibat adanya implus
atau dorongan dari luar dalam bentuk benturan (impact), gelombang kejut (shock
wave), panas (heta atau flame), atau gesekan (friction). Derajat kepekaan
berbentuk kartrij (cartridge) melalui pengujian gap sensitivity yaitu pengujian dua
cartridge yang masing-masing sebagai donor atau primer dan receptor pada jarak
tertentu. Bahan peledak ANFO tidak sensitif terhadap detonator No. 8. (DTPB.
2013).
bahan peledak untuk melawan air disekitarnya tanpa kehilangan sensitifitas atau
efisiensi. Apabila suatu bahan peledak larut dalam air dalam waktu yang pendek
terhadap air yang “buruk” atau poor, sebaliknya bila tidak larut dalam air disebut
“sangat baik” atau excellent. Contoh bahan peledak yang mempunyai ketahanan
terhadap air “buruk” adalah ANFO, sedangkan untuk bahan peledak jenis emulsi,
watergel atau slurries dan bahan peledak berbentuk cartridge “sangat baik” daya
peledak bawah tanah akan mengurangi efek perubahan temperatur. (DTPB 2013).
Detonasi bahan peledak akan menghasilkan fumes, yaitu gas-gas, baik yang
tidak beracun (non-toxic) maupun yang mengandung racun (toxic). Gas-gas hasil
peledakan yang tidak beracun seperti uap air (H2O), karbondioksida (CO2), dan
nitrogen (N2), sedangkan yang beracun adalah nitrogen monoksida (NO), nitrogen
oksida (NO2), dan karbon monoksida (CO). Pada tambang terbuka kewaspadaan
memperlihatkan warna yang berbeda yang dapat dilihat sesaat setelah peledakan
terjadi. Gas berwarna coklat orange adalah fumes dari gas NO hasil reaksi bahan
peledak basah karena lubang ledak berair. Gas berwarna putih diduga kabut dari
uap air (H2O) yang juga menandakan terlalu banyak air di dalam lubang ledak,
karena panas yang luar biasa merubah seketika fase cair menjadi kabut. Kadang-
kadang muncul pula gas berwarna kehitaman yang mungkin hasil pembakaran
6. Strength
7. Velocity of Detonation
alat ukur mikro timer ataupun bisa juga dengan menggunakan sumbu ledak yang
diketahui kecepatannya.
8. Tekanan Detonasi
peledakan hingga terbentuk reaksi kimia seimbang sampai ujung bahan peledak
1. ANFO
Amonium Nitrate Fuel Oil merupakan salah satu elemen dasar bahan
peledak. ANFO terbuat dari campuran Amonium Nitrate Fuel Oil, yang dalam hal
ini adalah solar. Campuran ANFO dibuat dengan perbandingan 94,5 % Amonium
listrik yang dihantarkan melalui kabel khusus.Untuk itu pada kedua ujung kabel
didalam tabung detonator listrik dilengkapi dengan jenis kawat halus yang
lebih bervariasi dan arah serta fragmentasi peledakan dapat diatur dan
diperbaiki.
tidak aman.
detonator listrik adalah 1 sampai 1,5 Amper. Sehingga dengan demikian apabila
ada arus listrik yang tidak diinginkan masuk kedalam detonator melalui kabel
lebih kecil dari 1 ampere maka diharapkan detonator belum meledak, (DTPB.
2013).
Gambar 2.3 Detonator
Listrik
3. Primer
Primer adalah pemicu bagi bahan peledak yang dalam hal ini adalah ANFO.
Apabila Primer tidak cukup, ANFO akan meledak dengan VOD yang rendah atau
gagal meledak, jika hal ini terjadi hasil ledakan tidak akan memberikan energi
secara penuh dan akan menghasilkan gas-gas beracun dalam bentuk fumes atau
1. Blasting Machine/Exploder
Blasting Machine adalah alat yang digunakan untuk pemicu awal ledakan.
keperluan lain. Sebaliknya, alat pengukur tahanan yang biasa dipakai oleh
kawat pada peledakan listrik. Ruas kawat yang harus diukur tahanannya adalah
seluruh legwire dari sejumlah detonator yang digunakan, connecting wire, bus
wire, dan kawat utama. Dengan demikian jumlah tahanan seluruh rangkaian dapat
dihitung dan voltage Blasting Machine dapat ditentukan setelah arus dihitung.
(DTPB. 2013).
Gambar 2.6 Blast ohm meter
4. Sirine
5. Temper
Temper adalah stik pemadat stemming. Stik ini digunakan agar material
stemming menjadi padat dan menghindari terjadinya stemming ejection. Stik ini
ledak. Stik ini harus terbuat dari kayu atau bahan yang tidak dapat dilalui arus
listrik.
6. Connecting wire
tidak mudah terluka akibat goresan atau gesekan. Seperti yang terlihat pada
bidang bebas yang mencukupi. Minimal dua bidang bebas yang harus ada.
Peledakan dengan hanya satu bidang bebas, disebut crater blasting, akan
dibuat minimal dua bidang bebas, yaitu dinding bidang bebas dan puncak jenjang
(top bench). Selanjutnya terdapat tiga pola pemboran yang dibuat secara teratur,
(DTPM. 2013).
1. Pola bujursangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi sama.
3. Pola zigzag (staggered pattern), yaitu antar lubang bor dibuat zigzag
3m 2,5 m
3m 3m
2,5 m
3m
Sumber: Diklat Teknik Pemberaian Batuan. 2013.
pemboran dan peledakan secara umum. Ukuran lubang bor yang lebih yang lebih
kecil akan mendistribusikan energi bahan peledak yang lebih baik dibandingkan
yang direncanakan. Makin besar diameter lubang akan diperoleh laju produksi
yang besar pula dengan persyaratan alat bor dan kondisi batuan yang sama.
b. Isian bahan peledak utama harus dikurangi atau labih kecil dari
L
dari 60. Oleh sebab itu, upayakan hasil perbandingan tersebut melebihi 60 atau
d
dari sejumlah lubang ledak. Pola peledakan pada tambang terbuka dan bukaan di
bawah tanah berbeda. Banyak faktor yang menentukan perbedaan tersebut, yaitu
terdapat jeda waktu ledakan diantara lubang-lubang ledak yang disebut dengan
1. Mengurangi getaran.
sekaligus, maka akan terjadi sebaliknya yang merugikan, yaitu peledakan yang
Mengingat area peledakan pada tambang terbuka atau quarry cukup luas,
dengan waktu tunda singkat antar baris. Bidang bebas yang dimiliki oleh sistem
2. Corner Cut
Bidang bebas yang dimiliki pada sistem penyalaan ini sebanyak dua buah.
3. V-Cut
Pola peledakan ini digunakan apabila terdapat dua free face. Untuk V- Cut
ini arah lemparan batuan akan terkumpul ketengah dan membentuk huruf V.
4. Box Cut
satu bidang bebas. Pola peledakan ini bertujuan untuk menghasilkan bongkahan
diperkenalkan oleh para ahli, antara lain: Anderson (1952), Pearse (1955), R.L.
Ash (1962), Langefors (1978), Konya (1972), Foldesi (1980), Olofsson (1990),
ukuran burden berdasarkan diameter lubang tembak, kondisi batuan setempat dan
jenis bahan peledak. Disamping itu produsen bahan peledak memberikan cara
Dengan memahami sejumlah rumus baik yang diberikan oleh para ahli
mendapatkan geometri peledakan yang tepat pada suatu lokasi perlu dilakukan
karena berbagai rumus yang diperkenalkan oleh para ahli tersebut merupakan
1. Burden (B)
Burden dapat didefinisikan sebagai jarak tegak lurus dari lubang tembak
(kolom isian bahan peledak) terhadap bidang bebas (free face) yang terdekat
kearah material hasil peledakan terlempar. Burden merupakan variabel yang
sangat penting dan krisis dalam rancangan peledakan. Dengan jenis peledakan
yang dipakai dan menghadapi batuan yang akan dibongkar, Burden memiliki jarak
maksimum yang harus dibuat agar peledakan sukses dilaksanakan. Banyak rumus
yang dikemukakan oleh para ahli rock blasting, diantaranya oleh Richard L Ash
ratio” (KB).
Keterangan:
𝐷𝑠𝑡𝑑 1/3
AF1 = ( )
𝐷
𝑆𝐺𝑒.𝑉𝑒2 1/3
AF2 = (𝑆𝐺𝑠𝑡𝑑.𝑉𝑒𝑠𝑡𝑑2)
KB ×De
B= (Singgih Saptono. 2006)
12
Keterangan:
B = Burden (m)
De = Diameter lubang ledak (m)
b. Rancangan menurut CJ. Konya
𝑆𝐺𝑒 1/3
B = 3,15 × 𝐷𝑒 × (𝑆𝐺𝑟 ) (Singgih Saptono. 2006)
Keterangan:
B = burden (ft)
De = diameter bahan peledak (inci)
SGe = berat jenis bahan peledak
SGr = berat jenis batuan
2. Spacing (S)
terangkai dalam satu baris (row), diukur sejajar dengan jenjang (pit wall) dan
tegak lurus burden. Spacing merupakan fungsi dari burden dan dihitung setelah
Keterangan:
B = Burden
udara bebas (atmosfer) bersamaan dengan noise dan air blast. Sebaliknya, jika
jarak Spacing terlalu besar diantara lubang tembak maka fragmentasi yang
kemungkinannya adalah:
H+2B
H < 4B → S = 3
H > 4B → S = 2B (DTPB 2013)
Sequenced single-row blastholes (beruntun dalam tiap baris lubang ledak)
𝐻+7𝐵
H > 4𝐵 → 𝑆 = 8
H > 4𝐵 → 𝑆 = 1,4B (DTPB 2013)
Keterangan:
H = Tinggi Jenjang
2. Stemming (T)
Stemming adalah bagian lubang tembak yang tidak diisi bahan peledak
tetapi diisi oleh material pemampat seperti pasir, cutting hasil pemboran dan tanah
liat. Stemming berfungsi untuk mengurung gas yang terbentuk akibat reaksi
detonasi bahan peledak didalam lubang tembak dan untuk menjaga keseimbangan
peledak optimal dari lubang ledak, material dan panjang stemming yang tepat
diperlukan untuk membuat energi horizontal dan vertikal bahan peledakan yang
sesuai.
3. Subdrilling (J)
rencana lantai jenjang. Pemboran lubang tembak sampai batas bawah dari lantai
bertujuan agar seluruh permukaan jenjang bisa secara full face setelah dilakukan
peledakan, jadi untuk menghindari agar pada lantai jenjang tidak terbentuk
bahan peledak, stemming dan subdrilling. Jika arah lubang tembak vertikal maka
Keterangan:
KH = 1.50 – 4.00
J = Subdrilling (m)
Lubang ledak tidak hanya vertikal, tetapi dapat juga dibuat miring,
akan memberikan hasil berbeda, baik dilihat dari ukuran fragmentasi maupun arah
B α B
T T
B
H H
L
L PC
PC
J J
a. Lubang
Sumber: ledak vertikal
Diklat b. Lubang ledak miring
Teknik Pemberaian Batuan.2013.
sampai runtuh, baik karena daya dukungnya lemah atau akibat getaran peledakan.
diameter lubang yang kecil, sementara untuk diameter lubang besar dapat
L =H - J
Keterangan:
L = 5 x De (DTPB 2013)
Tabel 2.2
Potensi yang terjadi akibat variasi stifness ratio
Sr fragmentation Airblast Flyrock Vibration Komentar
1 Buruk Besar Besar Besar Banyak muncul back-
break di bagian toe.
Jangan dilakukan dan
rancang ulang
2 Sedang Sedang Sedang Sedang Bila memungkinkan
rancang ulang
3 Baik Kurang Kurang Kurang Control dan
fragmentasi baik
4 Memuaskan Sangat Sangat Sangat Tidak menambah
kurang kurang kurang keuntungan jika
Stifness ratio diatas 4.
Sumber: Diklat Teknik Pemberaian Batuan.2013.
6. Powder column / primary charge (PC)
Powder column / primary charge adalah panjang lubang isian pada lubang
ladak yang akan diisi bahan peledak. Perhitungan besar powder colum n/ primary
charge adalah:
Keterangan:
Keterangan:
diatas, dalam peledakan ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan seperti
jumlah pemakaian bahan peledak, volume peledakan dan penentuan nilai powder
factor (PF). Untuk mencari hal-hal tersebut digunakan rumus sebagai berikut:
meter. Satuan yang digunakan adalah kg/meter. Loading density dicari untuk
mengetahui berapa jumlah bahan peledak yang digunakan dalam satu lubang
tembak. Loading density dapat dicari dengan rumus oleh Richard L. Ash yaitu:
Keterangan:
de = Loading density (kg/mtr)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
SG = Berat jenis bahan peledak
8. Jumlah bahan peledak
Keterangan:
Keterangan:
yaitu:
penggunaan bahan peledak dengan volume batuan yang akan diledakkan. Powder
𝐸 de ×Pc×n
Pf = 𝑉 Pf = (Singgih Saptono. 2006)
V
Keterangan:
V = Volume batuan yang diledakkan (M3)
Saat suatu muatan bahan peledak didalam sebuah lubang bor diledakkan
pengaruhnya terhadap batuan sekitar seperti suatu tumbukan palu yang sangat
menyebabkan tekanan yang sangat besar pada suatu daerah yang luas di luar
lubang.
adalah proses pemecahan dan reaksi-reaksi mekanik dalam batuan homogen, yang
tembak.
berubah menjadi negative dan timbul Tension Wave. Tension Wave ini
oleh kombinasi efek dari tensie stress dan pneumatic wedging. Apabila
pembobotan batuan berdasarkan nilai Blastability Index (BI) yang disusun oleh
Tabel 2.3
Pembobotan Massa Batuan Untuk Peledakan
PARAMETER PEMBOBOTAN
1. Rock Mass Description ( RMD )
1.1. Powdery/ Friable 10
1.2. Blocky 20
1.3. Totally massive 50
2. Joint Plane Spacing ( JPS )
2.1. Close ( Spasi < 0,1 m ) 10
2.2. Intermediate ( Spasi 0,1 – 1 m ) 20
2.3. Wide ( Spasi > 1 m ) 50
3. Joint Plane Orientation ( JPO )
3.1. Horizontal 10
3.2. Dip Out of Face 20
3.3. Strike Normal to Face 30
3.4. Dip into Face 40
4. Specific Grafity Influence ( SGI ) SGI = 25 x
SG – 50
5. Hardness ( H ) 1 – 10
Sumber: Singgih Saptono.2006
Nilai Blastability Index (BI) dan faktor batuan (RF) dicari dengan
Dari pembobotan nilai tiap blastabiliti index dapat diketahui faktor batuan
0.8
Vo
X = A’ Q1/6 (Singgih Saptono. 2006)
q
Keterangan:
X = ukuran rata-rata fragmentasi (cm)
A’ = Faktor Batuan
1 : Lunak
7 : Agak Lunak
V = Volume batuan
𝑉 0.8 𝐸 −0.63
X= A(𝑄) xQ0.17x (115) (Singgih Saptono. 2006)
Keterangan
rumus indeks keseragaman (n) dan karakteristik ukuran (Xc) didapatkan dengan
persamaan berikut.
𝐵 1+𝐴 0.5 𝑊 PC
n = (2,2 − 14 )x( ) x (1 − ) x (Singgih Saptono.
𝐷𝑒 2 𝐵 L
2006)
Dimana:
B = burden (m)
berikut.
Keterangan :
suksesnya suatu peledakan. Karena akan mempengaruhi pada biaya operasi dan
perawatan dari operasi selanjutnya dan peralatan, termasuk dalam unit operasi
ditangani secara ekonomi, aman dan efisien dengan alat muat angkut. Produksi
yang hilang dari material bawah ukuran atau halus tidak dapat dimanfaatkan yang
merupakan indikasi dari peledakan yang sis-sia: reduksi ukuran dapat dicapai
ukuran:
sebagai sarana interaksi antara pengguna dengan perangkat keras atau sebagai
1. DBS
Software (DBS) adalah software yang ciptakan oleh DataVis, sistem yang
mencakup berbagai bor dan ledakan produk terpadu yang dirancang khusus untuk
ini maka pola pengeboran lebih akurat, peledakan yang lebih baik, meminta
distribusi ukuran fragmen dan biaya rendah. meningkatkan efektivitas ledakan dan
pengeboran.
3. Soft-Blast
untuk desain ledakan, analisis dan manajemen. JKSimBlast memiliki lebih dari
400 pengguna di seluruh dunia dalam permukaan, bawah tanah dan terowongan
4. BLASTplan
penggalian adalah proses pertama dalam siklus operasi tambang, dan peledakan
5. SHOTPlus-i
evaluasi dan optimalisasi desain ledakan dengan produk Orica. Program desain
Mensimulasi urutan waktu peledakan secara aktual, sehingga setiap bagian yang
sesungguhnya tidak hanya dilakukan dengan perhitungan saja akan tetapi bisa
perusahaan luar dengan nama produk Orica agar pekerjaan analisa desain
peledakan dapat dikerjakan oleh siapa pun dan dapat dilaksanakan dengan mudah,
lain-lain
peledakan, berikut ini adalah menu untuk memasukkan data yang akan dibuat
Gambar 2.18
Fungsi Tool pada software SHOTPlus-i
peledakan yang dilakukan dalam bentuk diagram, dengan software ini kita bisa
mengetahui arah ledakan, delay total, dan memeriksa apakah ada misfire atau
Setelah kita mengisi data-data pada kolom yang ada makan kita bisa
Gambar 2.19.
Simulasi Proses Peledakan
Gambar 2.20.
Pengecekan Lubang Ledak yang Meledak Bersamaan
Gambar 2.21.
Arah Peledakan
2.2. Kerangka Konseptual Penelitian
2.2.1. Input
Input dalam kegiatan penelitian ini diperoleh dari dua sumber dimana
terdiri dari :
1. Data primer
2. Data Sekunder
perusahaan.
2.2.2. Proses
put. Data-data yang dianalisa tersebut berupa nilai burden, spasi, kedalaman
lubang tembak, stemming, panjang kolom isian dan jenjang, nilai powder factor
2.2.3. Output
Output yang dihasilkan berdasarkan input dan hasil analisa data yaitu
Geometri peledakan yang memiliki nilai powder factor yang lebih kecil dan
menghasilkan rata-rata fragmentasi yang sesuai dengan yang dikehendaki. Serta
Xc = 𝑋⁄
(0.693)1⁄𝑛
𝐵
n= (2,2 − 14 𝐷𝑒
)x
1 + 𝐴 0.5 𝑊 PC
( ) x (1 − ) x
2 𝐵 L
e. Model akhir peledakan dengan
menggunakan perangkat lunak
METODE PENELITIAN
sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan digunakan
praktis dapat diaplikasikan. Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk
pengambilan data, adapun tahap penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Tahap Penelitian
Bulan
No Keterangan Oktober November Desember Januari Februari
(2016) (2016) (2016) (2016) (2016)
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Tugas
Akhir
2. Pengajukan surat
Pembimbing
Proposal
3. Mengajukan surat
izin penelitian
4. Pengamatan di
Lapangan
5. Penyusunan
Proposal Penelitian
6. Bimbingan dan
Perbaikan Proposal
7. Seminar Proposal
8. Perbaikan
9. Pengambilan Data
di Lapangan
10 Pengolahan Data
11 Seminar Hasil
model akhir peledakan pada kegiatan operasi produksi andesit PT. Koto Alam Sejahtera.
3.4.1. Data
dilapangan
b. Data sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh dari data-data yang
sudah ada di PT. KAS, buku atau studi kepustakaan dan beberapa literatur
2. Data alat bor yang digunakan dalam kegiatan pemboran untuk peledakan.
Sumber data yang didapatkan berasal dari pengamatan langsung pada saat
buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan
KB ×De
1. Burden (B) = 12
2. Spacing (S) = KS × B
3. Steming T = KT × B
4. Subdrilling J = KJ × B
5. Kedalaman H = KH × B
𝑆𝐺𝑒 1/3
1. Burden (B) = B = 3,15 × 𝐷𝑒 × (𝑆𝐺𝑟 )
3. Steming T = 0.70 x B
4. Subdrilling J = 0.30 x B
sebagai berikut
𝑉 0.8 𝐸 −0.63
X= A(𝑄) xQ0.17x (115)
de ×Pc×n
Pf =
V
4. Membuat model akhir peledakan pada penambangan batu andesit di PT. Koto
a. Persiapkan data nilai dari geometri peledakan yang akurat dari perhitungan
ledak,
maka tekan 0k. Setelah itu akan muncul permintaan yang bertulisan
“Unable to complate data update. This may be because you have the
wrong server address, or your proxy crudential are out of date” lalu
2) Pada menu tool bar pilih <file> klik newuntuk membuat lembar kerja
yang baru, isikan semua data-data yang ada pada kolom “new plan
3) Klik pattern tool ( ) untuk membuat desain yang kita inginkan pada
bagian kiri ada beberapa tool yang terdapat pada software SHOTPlus-i
sebagai pendukung pembuatan design peledakan tersebut adalah
sebagai berikut:
6) Untuk melihat arah lemparan maka klik Calcuculation pada menu tool
tool bar lalu klik “visualize” setelah itu klik play pada menu visualize
display.
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka
dilakukan analisa data dari pengolahan data yang didapat dengan menggunakan
SHOTPlus-i
Masalah
1. Curah hujan yang tinggi mempengaruhi kegiatan peledakan
2. Kegiatan penambangan dekat dengan pemukiman penduduk
3. Distribusi energi bahan peledak yang tidak merata sehingga terdapat material
yang fragmentasinya berukuran ± 100 cm
4. Adanya kegiatan kerja tambahan untuk memperkecil fragmentasi peledakan
dengan menggunakan alat berat breaker.
5. Geometri dan nilai specific charge kurang tepat sehingga fragmentasi yang
dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan (≤50 cm)
Analisis Data
Analisis data peledakan dengan persamaan R.L. Ash dan C.J. Konya dan fragmentasi dengan
persamaan Kuz-Ram serta model akhir peledakan dengan software SHOTPlus-i
Kegiatan Peledakan dilakukan pada hari Sabtu dan hari Rabu yang
dilaksanakan pada jam 11.00 sampai 13.00 ketika semua karyawan sedang
1. Faktor Batuan
Untuk mendapatkan Blastability Index (BI), parameter-parameter
dengan merk dagang Danfo dengan spesifikasi sebagai berikut (Tabel 2.4):
RWS, % = 100
VOD = 3000-3300
4. Alat bor
untuk produksi ini adalah Alat Furukawa PCR200 yang bekerja secara
5. Geometri pemboran
penting untuk diukur yaitu ukuran burden, spacing, panjang muatan bahan
Lampiran 6.e) :
Tabel 4.1
Hasil Pengukuran Geometri Aktual Lapangan
Powder
Panjang Diameter
Burden Spasi Stemming kedalaman Factor
isian (mm)
(kg/m3)
Nilai
2 2 2 6 4 76 0.44
(m)
Dalam pengolahan ini pertama akan dihitung nilai dari faktor batuan yang
Tabel 4.3
Hasil Pembobotan Faktor Batuan Lapangan
Parameter Nilai Pembobotan
1. Rock Mass Description ( RMD )
1.1. Powdery/ Friable 10
50
1.2. Blocky 20
1.3. Totally massive 50
2. Joint Plane Spacing ( JPS )
2.1. Close ( Spasi < 0,1 m ) 10
10
2.2. Intermediate ( Spasi 0,1 – 1 m ) 20
2.3. Wide ( Spasi > 1 m ) 50
3. Joint Plane Orientation ( JPO )
3.1. Horizontal 10
3.2. Dip Out of Face 20 30
3.3. Strike Normal to Face 30
3.4. Dip into Face 40
4. Specific Grafity Influence ( SGI )
2.6 15
SGI = 25 x SG – 50
5. Hardness ( H ) 1 – 10 7
a. Blastability Index
BI = 0,5 (RMD + JPS + JPO + SGI + H) .......... (2.28)
= 0,5 (50 + 10 + 30 + 15 + 7)
= 56
b. Sehingga faktor batuan
Ao = 0,12 x BI
= 0,12 x 56
= 6,72
2. Volume
Dari geometri yang dibentuk dilapangan maka dapat kita ketahui jumlah
batuan yang dibongkar dalam satu lubang peledakan, volume ini juga akan
V =B×S×L×n
B =2m
S =2m
L =6m
n = 50
V = 2 m × 2 m × 6m × 50
= 1.200 m3
3. Powder Factor
𝑬
Pf =
𝐕
E = de x PC × n
de = 0.508 x De2 x SG
= 24.48 gr/cm
= 2.448 kg/m
E = PC x de
= 4 m x 2.448 kg/m
= 9.792 kg/m
Pc =4m
9.792 kg/ m × 50
Pf =
1.200 𝑚3
Pf = 0.408 kg/m3
4. Analisa Fragmentasi
a. Rata-rata fragmentasi
V 0 ,8
24 0,8
X =6,72 x9,792 x 9,7920,17 x ( 100 / 115 ) -0,63
X = 15 cm
b. Konstanta Keseragaman
mampu) :
𝐵 1+𝐴 0.5 𝑊 PC
n = (2,2 − 14 )x( ) x (1 − 𝐵 ) x
𝐷𝑒 2 L
2 1+1 0.5 0 4
n = (2,2 − 14 )x( ) x (1 − 2) x
76 2 6
n = 1.22
Xc = 𝑋⁄
(0.693)1⁄𝑛
Xc = 15⁄ 1
(0.693) ⁄1.22
Xc = 20.18
BAB V
ANALISA DATA
Pada bab ini akan dikaji secara teknis geometri peledakan agar didapat
persamaan di atas.
1. Persamaan R. L. Ash
(Lampiran F), maka didapat hasil seperti terdapat pada Tabel 5.1 di bawah
ini:
Tabel 5.1
Rancangan Geometri Peledakan R. L. Ash
Powder
Tinggi Panjang Diameter Volume
Burden Spasi Stemming Subdrilling kedalaman Factor
Jenjang isian (cm) (m3)
(kg/m3)
Nilai
2 2,4 1.4 0.6 3 2.4 1.6 7.62 0.344 11.52
(m)
(Lampiran G), maka didapat hasil seperti terdapat pada Tabel 5.2 di bawah
ini:
Tabel 5.2
Rancangan Geometri Peledakan CJ. Konya
Powder
Tinggi Panjang Diameter Volume
Burden Spasi Stemming Subdrilling kedalaman Factor
Jenjang isian (cm) (m3)
(kg/m3)
Nilai
2 2.8 1.4 0.6 5.17 4.57 3.77 7.62 0.36 25.59
(m)
1. Persamaan R. L. Ash
fragmentasi hasil peledakan seperti terlihat pada Tabel 5.3 di halaman 73.
Tabel 5.3
100
80
60 Tertahan %
Lolos %
40
20
0
70 cm 60 cm 50 cm 40 cm 30 cm 20 cm 10 cm
Gambar 5.1.
Grafik ukuran fragmentasi fragmentasi batuan pada Geometri
usulan menurut rl. Ash
fragmentasi hasil peledakan seperti terlihat pada Tabel 5.4 di bawah ini.
Tabel 5.4
Prediksi Distribusi Fragmentasi Model Kuz-Ram dengan Data CJ. Konya
Xm Xc Retained
(cm) N (cm) (%)
10 1.59 24.07 78
20 1.59 24.07 47
30 1.59 24.07 24
40 1.59 24.07 10
50 1.59 24.07 4
60 1.59 24.07 1.3
Keterangan:
Xm = Ukuran rata-rata fragmentasi
120
100
80
60 Tertahan %
Lolos %
40
20
0
60 cm 50 cm 40 cm 30 cm 20 cm 10 cm
Gambar 5.2.
Grafik ukuran fragmentasi fragmentasi batuan pada Geometri
usulan menurut C.J Konya
pada menu tool bar maka kita bias melihat proses simulasi
sangat bervariasi, jumlah ukuran butiran yang dominan adalah (?) mm, (?)
Secara umum semakin besar ukuran butiran (?) mm, presentase jumlahnya
6.1. Kesimpulan
lampiran (F) dan lampiran (G) dimana memiliki ukuran 2 jenis geometri
subdriling sebesar 0.6 m, panjang muatan bahan peledak 1.6 m, dan tinggi
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran (F dan H). sedangkan
dengan metode C.J Konya burden yang berkisar 2, m, spacing berkisar 2,8
I)
fragmentasi yang besar dari hasil peledakan seperti pada data aktual
geometri pada 3 jenis usulan geometri yang telah diperoleh maka jumlah
6.2. Saran
cukup untuk membuat jumlah steming yang layak dan kedalaman lubang
tembak (isian bahan peledak) dan juga layak untuk melakukan kegiatan
2. Hasil peledakan akan lebih baik jika material stemming yang digunakan
berukuran ¾”.
Merek : Danfo
Buatan : PT. Dahana Tasikmalaya-Indonesia
Bentuk ukuran : 6 – 20 mesh
Komposisi beret : NH4NO3
VOD : 3.000 m/s
Densitas Bahan Peledak (SGe) : 0,83 gr/cm3
Kec rambat ledak ANFO (Ve) : 3500 m/s
Ketahanan terhadap air : buruk
Berat/sak : 25 kg
Densitas Batuan (SGr) : 2.6 ton/m3.
Relative Weight Strength ANFO (E) : 100
2. Dynamite
3. Alat Bor
Merek : FURUKAWA
Type : FCR 200
System : Percussive Rotary
Mesin : Caterpillar
Rod : Panjang 6 meter,
Bit : diameter 3 inch
LAMPIRAN E
DOKUMENTASI LAPANGAN
POWDER FACTOR
A. Geometri Peledakan
1. Burden (B)
KBstd = 30
𝐷𝑠𝑡𝑑 1/3
AF1 = ( )
𝐷
1/3
𝑆𝐺𝑒.𝑉𝑒²
AF2 = ( )
𝑆𝐺𝑠𝑡𝑑.𝑉𝑒𝑠𝑡𝑑²
Dimana:
AF1 = 0.99
0.83 x 10.827,3² 1/3
AF2 = { }
1,2 x 12.000²
= 0.825
KB = 30 × 0.99 × 0.825
KB = 24.50
KB ×De
B =
12
De = 3 inchi (Lampiran D)
24.50 ×3 inchi
B =
12
B = 6.125 ft ≈ 1.86 m ≈ 2m
2. Spacing (S)
S = KS × B
Dimana:
KS = 1.20 – 1.80
S = 1.20 × 2 m
S = 2.4 m
3. Stemming (T)
T = KT × B
Dimana:
T = 0.70 × 2 m
T = 1.4 m
4. Subdrilling (J)
J = KJ × B
Dimana:
J = 0.30 × 2 m
J = 0.6 m
H = KH × B
Dimana:
KH = 1.50
H = 1.50 × 2 m
H =3m
L =H− J
Dimana:
H =3m
J = 0.6 m
L = 3 m – 0.6 m
L = 2.4 m
PC =H−T
Dimana:
H =3m
T = 1.4 m
PC = 3 m – 1.4 m
PC = 1.6 m
B =2m
S = 2.4 m
L = 2.4 m
PC = 1.6 m
V = 2 m × 2.4 m × 2.4 m
V = 11.52 m3
𝑬
Pf =
𝐕
E = de x PC × n
de = 0.508 x De2 x SG
= 24.48 gr/cm
= 2.448 kg/m
E = PC x de
= 3.917 kg/m
3.917 kg/m
Pf =
11.52 𝑚3
Pf = 0.344 kg/m3
LAMPIRAN G
A. Geometri Peledakan
1.Burden (B)
𝑆𝐺𝑒 1/3
B = 3,15 × 𝐷𝑒 × (𝑆𝐺𝑟 )
Dimana:
De = 3 inchi (Lampiran D)
0.83 1/3
B = 3,15 × 3 × ( )
2.6
B = 9.45 × 0.68
B = 6.426 ft ≈ 1.95 m ≈ 2 m
2.Spacing (S)
H > 4𝐵 → 𝑆 = 1.4B
S = 1.4 × 2 m
S = 2.8 m
3.Stemming (T)
T = 0.70 x B
T = 0.70 x 2 m
T = 1.4 m
4.Subdrilling (J)
J = 0.30 B
J = 0.30 × 2 m
J = 0.6 m
L = 5 x De (inchi)
L =5×3
L = 15 ft ≈ 4.57 m
H =L+J
H = 4.57 m + 0.6 m
H = 5.17 m
PC =H–T
PC = 5.17 m – 1.4 m
PC = 3.77 m
B =2m
S = 2.8 m
L = 4.57 m
PC = 3.77 m
V = 2 m × 2.8 m × 4.57 m
V = 25.59 m3
𝑬
Pf =
𝐕
E = de x PC × n
de = 0.508 x De2 x SG
= 24.48 gr/cm
= 2.448 kg/m
E = PC x de
= 9.228 kg/m
9.228 kg/m
Pf =
25.59 𝑚3
Pf = 0.36 kg/m3
Lampiran H
Dimana:
A’ = 6.72
V = B x S x L = 2 x 2.4 x 2.4 = 11.52
Q = 3.917 kg
E = 100 (RWS ANFO, Lampiran D)
11.520,8
X =6,72 x x 3.9170,17 x ( 100 / 115 ) -0,63
3.917
X = 17.35 cm
sebagai berikut :
𝐵 1+𝐴 0.5 𝑊 PC
n = (2,2 − 14 )x( ) x (1 − 𝐵 ) x
𝐷𝑒 2 L
Dimana:
B = 2 m (Lampiran F)
S = 2.4 m (Lampiran F)
De = 76 mm (Lampiran D)
W = 1 m (Lampiran F)
A = 1.20
PC = 1.6 (Lampiran F)
L = 2.4 m (Lampiran F)
2 1+1.20 0.5 0 1.6
n = (2,2 − 14 )x( ) x (1 − ) x
76 2 2 2.4
n = 1.27
Xc = 𝑋⁄
(0.693)1⁄𝑛
Xc = 17.35⁄ 1
(0.693) ⁄1.27
Xc = 23.18
10 1.27
R10 = 𝑒 −( ⁄23.18) x 100
= 0.70 x 100
= 70 %
b. X = 20 cm
20 1.27
R20 = 𝑒 −( ⁄23.18) x 100
= 0.43 x 100
= 43 %
c. X = 30 cm
30 1.27
R30 = 𝑒 −( ⁄23.18) x 100
= 0.24 x 100
= 24 %
d. X = 40 cm
40 1.27
R40 = 𝑒 −( ⁄23.18) x 100
= 0.13 x 100
= 13 %
e. X = 50 cm
1.27
−(50⁄23.18)
R50 = 𝑒 x 100
= 0.07 x 100
=7%
f. X = 60 cm
1.27
−(60⁄23.18)
R60 = 𝑒 x 100
= 0.035 x 100
= 3.5 %
g. X = 70 cm
1.27
−(70⁄23.18)
R70 = 𝑒 x 100
= 0.017 x 100
= 1.7 %
Lampiran I
Dimana:
A’ = 6.72
V = B x S x L = 2 x 2.8 x 4.57 = 25.59
Q = 9.228 kg
E = 100 (RWS ANFO, Lampiran D)
25.590,8
X =6,72 x x 9.2280,17 x ( 100 / 115 ) -0,63
9.228
X = 19.11 cm
sebagai berikut :
𝐵 1+𝐴 0.5 𝑊 PC
n = (2,2 − 14 )x( ) x (1 − 𝐵 ) x
𝐷𝑒 2 L
Dimana:
B = 2 m (Lampiran G)
S = 2.8 m (Lampiran G)
De = 76 mm (Lampiran D)
W = 1 m (Lampiran G)
A = 1.40
PC = 3.77 (Lampiran G)
L = 4.7 m (Lampiran G)
2 1+1.40 0.5 0 3.77
n = (2,2 − 14 )x( ) x (1 − ) x
76 2 2 4.7
n = 1.59
Xc = 𝑋⁄
(0.693)1⁄𝑛
Xc = 19.11⁄ 1
(0.693) ⁄1.59
Xc = 24.07
= 0.78 x 100
= 78 %
i. X = 20 cm
1.59
−(20⁄24.07)
R20 = 𝑒 x 100
= 0.47 x 100
= 47 %
j. X = 30 cm
1.59
−(30⁄24.07)
R30 = 𝑒 x 100
= 0.24 x 100
= 24 %
k. X = 40 cm
1.59
−(10⁄24.07)
R40 = 𝑒 x 100
= 0.10 x 100
= 10 %
l. X = 50 cm
1.59
−(50⁄24.07)
R50 = 𝑒 x 100
= 0.04 x 100
=4%
m. X = 60 cm
1.59
−(60⁄24.07)
R60 = 𝑒 x 100
= 0.013 x 100
= 1,3 %
LAMPIRAN J
Model Akhir Peledakan dengan Menggunakan Perangkat Lunak SHOTPlus-
i
1. Simulasi hasil peledakan yang dihasilkan berdasarkan data geometri yang
dipakai
1. Tanggal
Gambar K.1
Fragmentasi setelah peledakan
Gambar K.2
Fragmentasi setelah peledakan
Gambar K.3
Fragmentasi setelah peledakan
Sumber : Split desktop 3.1
Grafik K.3
Hasil perhitungan fragmentasi menggunakan split desktop 3.1
Dari perhitungan menggunakan sofware split desktop diatas persentasi
kelolosan batuan yang berukuran ≤ 80 cm adalah ? %, berarti yang tertahan pada
ayakan F80 adalah ? %.
4. Tanggal