KEPERAWATAN ANAK
KELOMPOK :J
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan atau
diastolik lebih dari persentil ke-95 berdasarkan jenis kelamin, usia dan tinggi
badan pada pengukuran sebanyak 3 kali atau lebih. Pengukuran tekanan darah
tersebut dilakukan 3 kali pada kesempatan yang berbeda. Bila didapatkan
tekanan darah sistolik atau diastolic berada pada persentil yang berbeda, maka
status tekanan darah ditentukan sesuai dengan persentil yang lebih
tinggi.Tekanan darah normal pada anak adalah tekanan darah sistolik (TDS)
dan tekanan darah diastolik (TDD) di bawah persentil 90 berdasarkan jenis
kelamin, usia dan tinggi badan. Tekanan darah suatu kelainan hemodinamik
akibat gangguan cardiac output (curah jantung) atau tahanan vaskulre perifer
(Asmaningsih, 2016).
Sebagian orang beranggapan bahwa hipertensi hanya terjadi pada
orang dewasa atau jarang terjadi pada anak. Namun, sekarang hipertensi pada
anak merupakan masalah klinik penting karena dapat langsung berwujud
sebagai penyakit yang berakibat kematian, atau secara tidak langsung
menimbulkan cacat menetap setelah proses akutnya sembuh. Hipertensi pada
anak dibagi menjadi dua kategori, yaitu hipertensi primer apabila penyebab
hipertensi tidak dapat dijelaskan atau tidak diketahui penyakit dasarnya,
biasanya berhubungan dengan faktor keturunan, masukan garam, stress, dan
kegemukan. Hipertensi sekunder terjadi akibat penyakit lain yang
mendasarinya. Penelitian selama ini menunjukkan hipertensi pada anak
terbanyak bersifat sekunder. Penyebab hipertensi pada anak hampir 80%
berasal dari penyakit ginjal. Biasanya timbul dalam bentuk akut atau
berlangsung kronik (Asmaningsih, 2016).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan seminar mahasiswa dapat memahami dan
memberikan asuhan keperawatan komprehensif pada pasien hipertensi di
dalam lingkup keperawatan anak.
2. Tujuan Khusus
a. Setelah dilakukan seminar mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar
tentang hipertensi pada An. “Y”
b. Melaksanakan pengkajian dan analisis data pada An “Y” dengan
hipertensi di ruangan kronik, RSUPDr. M. Djamil Padang tahun 2019.
c. Merumuskan diagnosa atau masalah aktual pada An “Y” dengan
hipertensi di ruangan kronik, RSUPDr. M. Djamil Padang tahun 2019.
d. Menetapkan rencana tindakan asuhan keperawatan pada An “Y” dengan
hipertensi di ruangan kronik, RSUPDr. M. Djamil Padang tahun 2019.
e. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan yang telahdisusunpadaAn
“Y” dengan hipertensi di ruangan kronik, RSUPDr. M. Djamil Padang
tahun 2019.
f. Mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan pada An “Y” dengan
hipertensi di ruangan kronik, RSUPDr. M. Djamil Padang tahun 2019.
g. Mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang telah diberikan
pada An “Y” dengan hipertensi di ruangan kronik, RSUPDr. M. Djamil
Padang tahun 2019.
C. MANFAAT
a. Manfaat Keilmuan
Untuk menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan anak
hipertensi.
b. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Bagi instutisi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan bacaan dan
menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa
keperawatan dalam hal penambahan pengetahuan dan perkembangan tentang
hipertensi.
c. Manfaat Bagi Mahasiswa
Untuk mengetahui lebih luas dan dalam tentang tata cara penanganan
hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
(Nelson, 2012)
3. ETIOLOGI
Sebagian besar hipertensi pada anak terutama anak pre-remaja
merupakan hipertensi sekunder.sedangkan penyebab tersering hipertensi
pada anak adalah penyakit parenkim ginjal (670-70%) dan penyakit
renovaskular. Pada remaja sering terjadi hipertensi primer atau esensial,
yang meliputi 85-90% kasus.
Tabel I. Penyebab Hipertensi menurut Kelompok Umur
4. MANIFESTASI KLINIS
(Nelson, 2012)
7. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi hipertensi pada anak dengan penyakit ginjal
melibatkan beberapa mekanisme. Hipoperfusi ginjal pada penyakit
glomerular diketahui memicu produksi renin melalui apparatus
jukstaglomerular yang mengaktifkan angiotensin I dan selanjutnya
mengaktifkan angiotensin II sehingga menyebabkan hipertensi. Sistem
hormonal seperti prostaglandin meduler yang bersifat vasodepresor dapat
menurun dan menyebabkan hipertensi, substansi lipid pada medula ginjal
juga menurun pada penyakit ginjal. Hipervolemia akibat retensi air dan
garam menyebabkan curah jantung meningkat dan timbul hipertensi.
Hipertensi juga bisa disebabkan oleh farmakoterapi untuk penyakit
parenkim ginjal yang diobati dengan kortikosteroid.
Krisis hipertensi dimulai dengan adanya peningkatan tiba-tiba
resistensi vascular sistemik yang terkait dengan vasokonstriktor humoral.
Peningkatan tekanan darah akan menyebabkan stress dan trauma endotel,
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas endotel, aktivitas trombosit,
dan kaskade pembekuan serta deposit fibrin.
Semakin tinggi tekanan darah, semakin berat trauma endotel dan
nekrosis fibrinoid dan arteriol. Proses ini akan mengakibatkan iskemik dan
merangsang pengeluaran mediator vasoaktif lainnya sehingga terjadi
lingkaran setan, aktivitas system renin-angiotensin menyebabkan
bertambah beratnya vasokonstriksi dan terbentuknya sitokin pro-inflamasi
seperti interleukin-6. Deplesi volume akibat natriuresis lebih jauh lagi
merngsang pelepasan vasokonstriktor dari ginjal. Berbagai mekanisme ini
menyebabkan hipoperfusi, iskemi dan disfungsi organ yang bermanifestasi
sebagai hipertensi emergensi. Gejala klinik berupa nyeri kepala
hebat,mual, muntah, rasa ngantuk dan keadaan bingung. Bila berlanjut,
dapat terjadi kejang umum, mioklonus dan koma.
(Asmaningsih, 2016)
8. PENATALAKSANAAN
Pada saat memilih jenis obat yang akan diberikan kepada anak
yang menderita hipertensi, harus dimengerti tentang mekanisme yang
mendasari terjadinya penyakit hipertensi tersebut. Perlu ditekankan bahwa
tidak ada satupun obat antihipertensi yang lebih superior dibandingkan
dengan jenis yang lain dalam hal efektivitasnya untuk mengobati
hipertensi pada anak.
Menurut the National High Blood Pressure Education Program
(NHBEP) WorkingGroup on High Blood Pressure in Children and
Adolescents obat yang diberikan sebagai antihipertensi harus mengikuti
aturan berjenjang (step-up), dimulai dengan satu macam obat pada dosis
terendah, kemudian ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai efek
terapoitik, atau munculnya efek samping, atau bila dosis maksimal telah
tercapai. Kemudian obat kedua boleh diberikan, tetapi dianjurkan
menggunakan obat yang memiliki mekanisme kerja yang berbeda.
Di bawah ini dicantumkan beberapa keadaan hipertensi pada anak
yang merupakan indikasi dimulainya pemberian obat antihipertensi
a. Hipertensi simtomatik
b. Kerusakan organ target, seperti retinopati, hipertrofi ventrikel kiri, dan
proteinuria
c. Hipertensi sekunder
d. Diabetes melitus
e. Hipertensi tingkat 1 yang tidak menunjukkan respons dengan
perubahan gaya hidup
f. Hipertensi tingkat 2
Pemilihan obat yang pertama kali diberikan sangat tergantung dari
pengetahuan dan kebijakan dokter. Golongan diuretik dan β-blocker
merupakan obat yang dianggap aman dan efektif untuk diberikan kepada
anak. Golongan obat lain yang perlu dipertimbangkan untuk diberikan
kepada anak hipertensi bila ada penyakit penyerta adalah penghambat
ACE (angiotensin converting enzyme) pada anak yang menderita diabetes
melitus atau terdapat proteinuria, serta β-adrenergic atau penghambat
calcium-channel pada anak-anak yang mengalami migrain.
Selain itu pemilihan obat antihipertensi juga tergantung dari
penyebabnya, misalnya pada glomerulonefritis akut pascastreptokokus
pemberian diuretic merupakan pilihan utama, karena hipertensi pada
penyakit ini disebabkan oleh retensi natrium dan air. Golongan
penghambat ACE dan reseptor angiotensin semakin banyak digunakan
karena memiliki keuntungan mengurangi proteinuria.
Penggunaan obat penghambat ACE harus hati-hati pada anak yang
mengalami penurunan fungsi ginjal. Meskipun kaptopril saat ini telah
digunakan secara luas pada anak yang menderita hipertensi, tetapi saat ini
banyak pula dokter yang menggunakan obat penghambat ACE yang baru,
yaitu enalapril. Obat ini memiliki masa kerja yang panjang, sehingga
dapat diberikan dengan interval yang lebih panjang dibandingkan dengan
kaptopril.
Obat yang memiliki mekanisme kerja hampir serupa dengan
penghambat ACE adalah penghambat reseptor angiotensin II (AII
receptor blockers). Obat ini lebih selektif dalam mekanisme kerjanya dan
memiliki efek samping yang lebih sedikit (misalnya terhadap timbulnya
batuk) dibandingkan dengan golongan penghambat ACE.
(Nelson, 2012)
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
I. Pengkajian
a. Identitas Klien
Biasanya meliputi nama (inisial), tempat tanggal lahir/usia :
(usia 12 tahun, karena usia merupakan determinan utama tekanan
darah. Tekanan darah sistolik meningkat tajam setelah lahir sampai
dengan umur 2 bulan), jenis kelamin: tekanan darah anak laki-laki
cenderung lebih tinggi dari anak perempuan, agama, pendidikan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian dan diagnose medic. (Asmaningsih,
2016)
b. Identitas Orang Tua
Biasanya meliputi nama, usia : (umur lebih dari 40 tahun
mempunyai resiko hipertensi, jika seorang dari orang tua mempunyai
penyakit hipertensi kemungkinan 25% anak akan mendapatkanya, jika
kedua orang tuanya memiliki penyakit hipertensi kemungkinan 60%
akan diturunkan kepada anak), pendidikan, pekerjaan/sumber
penghasilan serta agama ayah dan ibu. (Sheps, 2009).
c. Keluhan Utama Masuk RS
Biasanya klien atau keluarga klien biasanya mengeluhkan klien
mengalami, penglihatan buram, kepala pusing mendadak, napas cepat
dan dalam, mual muntah, sakit kepala, nyeri dada, cepat lelah, batuk
berlendir/ berdarah, pingsan, keringat berlebihan atau berkeringat
dingin, mimisan, susah tidur (Asmaningsih, 2016).
d. Reaksi Alergi
Biasanya klien memiliki riwayat alergi makanan, obat,
terpasang gelang tanda alergi (warna merah), dll.
e. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh sesak nafas, sakit kepala, pusing,
nyeri dada menjalar kearah lengan, lemas, cepat lelah, batuk berlendir/
berdarah, pingsan, mual, muntah, atau gangguan penglihatan, keringat
berlebihan atau berkeringat dingin, mimisan, susah tidur
(Asmaningsih, 2016).
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya meliputi adanya penyakit tertentu dalam keluarga
seperti penyakit hipertensi, diabetes, obesitas, apnea pada waktu tidur,
penyakit ginjal, hiperlipidemia, stroke, dan kelainan endokrinologis
(Asmaningsih, 2016).
3. Riwayat Kesehatan/Pengobatan/Perawatan Sebelumnya
Biasanya berisi apakah klien pernah dirawat atau tidak, obat
yang biasa digunakan, riwayat kecelakaan, riwayat operasi, dan
riwayat penyakit dahulu yaitu trauma, infeksi saluran kemih, diabetes,
atau masalah gangguan tidur (Asmaningsih, 2016).
i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Biasanya berisi baik, sedang dan buruk.
2. Tanda-tanda vital
Biasanya meliputi TD naik, nadi meningkat, pernafasan
meningkat, suhu naik.
3. Pernafasan
a. Irama
Biasanya terdengar regular atau irregular
b. Retraksi dinding dada
Biasanya ada atau tidak ada retraksi dinding dada.
c. Alat bantu nafas
Biasanya bernafas dengan spontan, kanul/RB/NRB mask.
4. Sirkulasi
a. Sianosis
Biasanya klien dengan hipertensi tidak sianosis.
b. Pucat
Biasanya klien dengan hipertensi tidak pucat.
c. Akral
Biasanya akral teraba tidak dingin pada klien hipertensi.
5. Neurologi
a. Kesadaran
koma.
b. GCS
Biasanya GCS 15.
c. Gangguan neurologis
Biasanya tidak ada gangguan neurologis.
6. Gastrointestinal
a. Mulut
Biasanya mulut tidak ada masalah dengan mukosa
lembab/kering.
b. Mual muntah
Biasanya klien mengalami mual muntah.
c. Asites
Biasanya klien tidak ada asites.
7. Eliminasi
a. Defekasi
Biasanya klien BAB dengan frekuensi 2X sehari, konsistensi
250 g , stoma dan karakteristik feses lunak.
b. Urin
Biasanya klien dengan hipertensi tidak ada masalah dengan
urin.
8. Integumen
a. Warna Kulit
Biasanya warna kulit normal, tidak merah, tidak ada pteki.
b. Luka
Biasanya tidak ada luka pada klien dengan hipertensi.
c. Lokasi luka/lesi lain
Biasanya diberikan tanda X/arsiran lokasi luka/lesi/edema
ditubuh pasien pada gambar.
d. Gambar anatomis
Biasanya berisi posisi anatomis dan fundamental.
9. Genetalia
Biasanya berisi apakah normal/kelainan.
10. Resiko cedera/jatuh (untuk usia > 12-18 tahun)
j. Kebutuhan Dasar
1. Cairan dan nutrisi
a) Kebutuhan cairan : biasanya 2000 cc
b) Jenis cairan yang diberikan : biasanya air minum
c) Jumlah cairan yang diberikan : biasanya 2000 cc
d) Jumlah cairan yang masuk : biasanya 1500 cc
e) Balance cairan : biasanya (IVFD + oral) – (urine
+ IWL)
f) Makanan yang disukai : biasanya makanan ringan
g) Makanan yang tidak disukai : biasanya sayur
h) Nafsu makan : bisanya baik
i) Pola makan : biasanya teratur
j) Makanan yang diberikan saat ini : biasanya diet rendah garam
2. Tidur
a. Pola tidur
Biasanya meliputi tidur siang selama 1 jam atau lebih dan
malam sekitar 7 jam.
b. Kebiasaan sebelum tidur
Biasanya klien sebelum tidur klien perlu mainan, dibacakan
cerita, dengan benda, benda kesayangan, ditemani.
3. Personal hygiene
a. Pola kebersihan diri
Biasanya klien mandi sendiri/dimandikan.
b. Kebersihan kuku
Biasanya kebersihan kuku klien bersih.
4. Aktivitas bermain
Biasanya pada klien dengan hipertensi saat sakit kurang
melakukan aktivitas bermain.
k. Status Fungsional
Biasanya hipertensi pada anak-anak status fungsionalnya perlu
bantuan.
l. Skrinning Nyeri
Biasanya meliputi Adakah rasa nyeri : ya, Lokasi: kepala,
Frekuensi: sering, Durasi: +- 1 jam, Skor nyeri: 4, Tipe nyeri :
hilang timbul, Karakteristik : tajam, Nyeri mempengaruhi : aktifitas
fisik, tidur.
m. Skrinning Nutrisi
Biasanya Skrining Gizi Anak Usia 1 Bulan – 18 Tahun (Modifikasi
Strong – Kids)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah pasien memiliki Tidak (0) Ya (1)
status nutrisi kurang atau
buruk secara klinis?
2 Apakah terdapat penurunan Tidak (0) Ya (1)
berat badan selama 1 bulan
terakhir?
3 Apakah terdapat SALAH Tidak (0) Ya (1)
SATU dari kondisi berikut?
Diare profuse
(≥5x/hari) dan atau
muntah (>3x/hari)
Asupan makan
berkurang berkurang
selama 1 munggu
terakhir
4 Apakah terdapat penyakit Tidak (0) Ya (2)
dasar atau keadaan yang
mengakibatkan pasien
berisiko mengalami
malnutrisi (lihat table di
bawah)?
Total Skor 1
Hasil sttus gizi 1 = beresiko mal nutrisi kurang
Monitor nutrisi :
1. Timbang berat badan pasien
2. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
3. Monitor kecenderungan turun
dan naiknya berat badan
4. Identifikasi perubahan berat
badan terakhir
5. Monitor turgor kulit dan
mobilitas
6. Identifikasi abnormalitas kulit
7. Identifikasi adanya abnormalitas
rambut
8. Monitor adanya mual muntah
9. Monitor diet dan asupan kalori
10. Identifikasi perubahan nafsu
makan dan aktifitas akhir-akhir
ini
11. Monitor tipe dan banyaknya
latihan yang biasa dilakukan
12. Tentukan pola makan
13. Monitor adanya pucat
14. Identifikasi adanya
ketidaknormalan kuku
15. Lakukan evaluasi menelan
16. Identifikasi adanya
ketidaknormalan dalam rongga
mulut
17. Tentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi asupan nutrisi
Manajemen cairan
1. Timbang berat badan setiap hari
dan monitor status pasien
2. Hitung atau timbang popok
dengan baik
3. Jaga intake/asupan yang akurat
dan catat output
4. Monitor status hidrasi
5. Monitor hasil laboratorium
6. Monitor tanda-tanda vital pasien
7. Monitor perubahan berat badan
pasien sebelum dan setelah
dialisis
8. Monitor makanan/cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan
kalori harian
9. Berikan terapi IV seperti yang
ditentukan
10. Monitor status gizi
11. Berikan cairan dengan tepat
12. Berikan diuretik yang
diresepkan
13. Tingkatkan asupan oral
14. Distribusikan asupan cairan
selama 24 jam
15. Dukung pasien dan keluarga
untuk membantu dalam
pemberian makan dengan baik
16. Tawari makanan ringan
Manajemen elektrolit/cairan
1. Monitor perubahan status paru
atau jantung yang menunjukkan
kelebihan cairan atau dehidrasi
2. Pantau adanya tanda dan gejala
overhidrasi yang memburuk
atau dehidrasi
3. Dapatkan spesimen
laboratorium untuk pemantauan
perubahan cairan atau elektrolit
4. Timbang berat badan harian dan
pantau gejala
5. Berikan cairan yang sesuai
6. Tingkatkan intake/asupan cairan
per oral
7. Jaga infus intravena yang tepat,
8. Pastikan bahwa larutan IV yang
mengandung elektrolit diberikan
dengan aliran yang konstan dan
sesuai
9. Jaga pencatatan intake/asupan
dan output yang akurat
10. Pantau adanya tanda dan gejala
retensi cairan
11. Batasi cairan yang sesuai
12. Monitor tanda-tanda vital yang
sesuai
13. Monitor kehilangan cairan
BAB III
LAPORAN KASUS
1 PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama :An.Y
Tempat tgl lahir/usia :Padang, 11-02-2009 / 9 tahun
Jenis kelamin :Laki-laki
Agama :Islam
Pendidikan tgl masuk :25 Desember 2018
Tgl pengkajian : 1 Januari 2019
Diagnosa medik :Hipertensi Stage II
b. Identitas Orang Tua
Ayah Ibu
Nama Tn.S Ny.R
Usia 39 35
Pendidikan PT PT
Pekerjaan/sumber PNS PNS
penghasilan
Agama Islam Islam
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : lemah
2) Tanda tanda vital:
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 90 x/i
Suhu :36,7 °C
RR : 22x/i
TB/BB :130 cm / 30 kg
3) Pernapasan
a) Irama : regular, 22x/i
b) Retraksi dindinding dada : tidak ada
c) Alat bantu napas : spontan
4) Sirkulasi
a) Sianosis : ada
b) Pucat : tidak ada
c) CRT : > 3 DETIK
d) Akral : dingin
5) Neurologi
a) Kesadaran : compos mentis
b) GCS : E4M5V6
c) Ganggguan neurologis : tidak ada
6) Gastrointestinal
a) Mulut : mukosa kering
b) Mual : tidak
c) Asietes : tidak
d) Lingkaran perut :
7) Eliminasi
a) Defekasi : anus
Frekuensi :1x/hari
Kosistensi :lunak
Karakteristis : lunak
b) Urin : spontan Warna : kuning
Kelaian : tidak ada
Jumlah :200 cc / 10 jam
8) Integument
a) Warna kulit : kuning kecoklatan
b) Luka : tidak ada
9) Lokasi luka :-
10) Genetalia : normal
h. Kebutuhan Dasar
1) Cairan dan nutrisi
a) Kebutuhan cairan : 2000 cc
b) Jenis cairan yang diberikan : air minum
c) Jumlah cairan yang diberikan : 2000 cc
d) Jumlah cairan yang masuk :1500 cc
e) Balance cairan : (IVFD + oral) – (urine + IWL)
1500 – (700+450)
= 350
f) Makanan yang disukai : makanan ringan
g) Makanan yang tidak disukai :sayur
h) Nafsu makan : baik
i) Pola makan : teratur
j) Makanan yang diberikan saat ini : diet rendah garam
2) Tidur
a) Pola tidur : Siang 3 jam, malam 8 jam
b) Kebiasaan sebelum tidur : ditemani
3) Personal Hyugiene
a) Pola kebersihan diri
Mandi : dimandika 1x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
b) Kebersihan kuku
Bersih
4) Aktifitas bermain
Biasanya AnY sering bermain dengan teman sebaya
i. Skrining Nyeri
Numeric Rating Scale
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
j. Skrining Nutrisi
Skrining Gizi Anak Usia 1 Bulan – 18 Tahun (Modifikasi Strong – Kids)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah pasien memiliki Tidak (0) Ya (1)
status nutrisi kurang atau
buruk secara klinis?
2 Apakah terdapat penurunan Tidak (0) Ya (1)
berat badan selama 1 bulan
terakhir?
3 Apakah terdapat SALAH Tidak (0) Ya (1)
SATU dari kondisi berikut?
Diare profuse
(≥5x/hari) dan atau
muntah (>3x/hari)
Asupan makan
berkurang berkurang
selama 1 munggu
terakhir
4 Apakah terdapat penyakit Tidak (0) Ya (2)
dasar atau keadaan yang
mengakibatkan pasien
berisiko mengalami
malnutrisi (lihat table di
bawah)?
Total Skor 1
Hasil sttus gizi 1 = beresiko mal nutrisi kurang
Hematologi
Hb 10,4 (12-15)
Leukosit 12.790/mm3 (4500-13500)
Trombosit 46800 (150.000-450000
Hematokrit 33% (35-49)
26/12/18
Urin
Makroskopis
Warna : coklat
Kekeruhan : negative
BJ : 1005 (1003-1030)
pH : 6,5 (4,6-8,0)
Mikroskopis
Leukosit : 0-1 / LBP (<5)
Eritrosit : 0-1 / LBP (≤1)
Silinder : negative
Kristal : negative
Kimia
Protein : negate
Glukosa negative
Blirubin negative
Urobilinogen positif
31/12/18
Warna kuning
Kekeruhan negative
BJ 1.005
Ph 7,5
Mikroskopis
Leukosit : 0-1 / LBP (<5)
Eritrosit : 0-1 / LBP (≤1)
Silinder : negative
Kristal : negative
Kimia
Protein : negate
Glukosa negative
Blirubin negative
Urobilinogen positif
2) Radiologi
3) Lain-lain
m. Terapi Medis
Paracetamol (po) 3 x 240 mg
Nifedipin (po) 3 x 10 mg
Metildofa (po) 3 x 200 mg
Captopril (po) 3 x 12,5 mg
Asam folat (po) 1 x 1 mg
Vit B6 (po) 1x 10 mg
ANALISA DATA
An.Y
mengatakan Retensi
DO : darah ke otak
An.Y tampak
meringis Pelepasan
gelisah
Merangsang
Skala nyeri 4
hipotalamus
TD : 140/80
mmHg
Nyeri di
Suhu :
presepsikan
36,7°C
Pernafasan
:22 Nyeri kepala
x/i
Nadi :
90x/i
Akral teraba
dingin Ketidak
bersisik perfusi
anemis
Mukosa bibir
kering
Hb 10,4 (12-15)
3. DS: Intoleransi kelemahan Hipertesi
An.Y aktivitas
mengataka Kerusakan
n tanganya vaskeler
terasa peembuluh
kebas darah
An.Y
mengatakan Vasokontriksi
badannya
terasa After load
lemah
An.Y Fatique
mengatakan
dia dirawat Kelemahan
seak 3 har fisik
yang lalu di
HCU Anak Intoleransi
DO: aktifitas
Anak
tampak
lemah
Aktifitas
dibantu
oleh orang
tua
TD :
140/80
mmHg
Suhu :
36,7°C
Pernafasan
:22
x/i
Nadi :
90x/i
2 DIAGNOSA
no DX Tgl di tegakkan ttd Tgl teratasi ttd
1 Nyeri akut b.d agen cedera Selasa Jumat
biologis 01/01/19 04/01/19
PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Pada An. Y dengan hipertensi
stage 2 di ruangan Kronis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Selama melakukan asuhan
keperawatan penulis berusaha menetapkan proses asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi. Disamping itu, penulis juga akan membahas
kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis temukan selama menerapkan
asuhan keperawatan ini pada An. Y di ruangan Kronis RSUP.Dr.M. Djamil Padang.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi status kesehatan klien (Nursalam,
2007). Secara teori pengkajian pada pasien hipertensi stage 2 didapatkan data
yaitu, terjadi kenaikan hipertensi, nyeri pada bagian tangan, wajah meringis, anak
tampak gelisah. Pada saat pengkajian tanggal 1 Desember 2018 , An.Y
mengatakan sakit pusing kepala, pada tangannya merasakan kebas. Pengkajian
nyeri yang didapatkan (P) sakit kepala, (Q) sepeti ditusuk-tusuk, (R) sering, (S)
4, (T) hilang timbul. An. Y mengeluhkan badannya terasa letih dan lemah.
Hal ini sesuai dengan teori Boby (2012) mengatakan tentang penyakit
hipertensi seteg 2 dengan menunjukan gejala sakit kepala, lelah, stres, kurang
nafsu makan, kesemutan, gelisah. Meskipun tidak semua dialami oleh klien
hampir sebagian besar teori terdapat dan terjadi pada klien.
Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah anak. Anak yang yang
lebih berat atau lebih tinggi badannya mempunyai nilai tekanan darah yang lebih
tinggi dibandingkan anak sebaya yang lebih kurus dan pendek. Hipetensi primer
banyak dijumpai pada remaja laki-laki dalam bentuk derajat ringan dan biasanya
tidak menunjukan gejala klinis. Gejala umum yang timbul yang timbul pada anak
adalah sakit kepala, pussing, penglihatan kabur, nyeri perut, muntah, nafsu
makan berkurang, gelisah, berat badan menurun, dan keringat berlebih
(Syafaruddin, 2013). Teori ini sesuai denga apa yang dialami oleh An. Y dengan
tekanan darah tinggi.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan
aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil dimana perawat bertanggung gugat
(Nanda, 2015-2017). Tahapan dalam penegakan diagnosa keperawatan ini adalah
analisa data, perumusan masalah dan prioritas masalah (Suprajitmo, 2004).
Diagnosa keperawatan teoritis yang direncanakan yakni :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Ketidakseimbangan Perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipertensi
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kegagalan fungsi
jantung
4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan edema paru
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nafsu makan akibat sesak
6. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
fungsi pompa
7. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
fungsi pompa.
8. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pada jaringan
paru akibat edema paru
9. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energy yang
dihasilkan dari metabolisme yang berubah
10. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan ketidakcukupan
nutrisi untuk regenerasi dan perkembangan sel-sel tubuh
11. Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan kesulitan minum
akibat sesak nafas
12. Resiko infeksi berhubungan dengan pembendungan darah dalam
jantung
13. Gangguan body image berhubungan dnegan adanya clubbing finger
akibat sianosis yang kronik.
Dari 11 diagnosa keperawatan hanya ada 3diagnosa yang muncul sesuai dengan
teori. Hal ini disesuaikan dengan hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik terhadap
Ny. R di ruang rawat kebidanan RSUP Dr Mjamil Padang, yaitu :
a. Nyeri akut b.d Faktor biologis
Penulis mengangkat problem nyeri karena saat dilakukan pengkajian
didapatkan data subjektif : sakit kepala, pusing . Pengkajian nyeri yang
didapat(P) sakit kepala, (Q) sepeti ditusuk-tusuk, (R) sering, (S) 4, (T) hilang
timbul. Penulis menetapkan diagnosa ini sebagai prioritas pertama karena
nyeri akut termasuk dalam domain ketidaknyamanan (kebutuhan dasar
manusia).
b. Ketidakseimbangan Perfusi jaringan serebral b.d hipertensi
Penulis mengangkat diagnosa keperawatan perfusi jaringan b.d
hipertensi karena didapatkan data subyektif : keluarga pasien mengatakan
tekanan darah pasien 140/ 80, sianosis ada, . crt > 3 detik , akral teraba
dingin. Dari data – data diatas penulis mengangkat masalah perfusi jaringan
berhubunga dengan hipertensi sebagai prioritas kedua.
c. Intoleransi aktivitas b.d riwayat aktifitas sebelumnya
Menurut NANDA (2018) adalah ketidakcukupan energy psikologis
atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas
kegidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Penulis
megangkat diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan dengan
riwayat aktifitas sebelumnya karena dari data yang didapat data subyektif
:An.Y mengatakan tanganya terasa kebas, An.Y mengatakan badannya terasa
lemah, An.Y mengatakan dia dirawat seak 3 har yang lalu di HCU Anak.
Berdasarkan data yang didapatkan dari klien dan batasan karakteristik
menurit NANDA 2018, penulis menjadikan diagnose ini menjadi diagnose
ketiga.
C. Intervensi dan implementasi
Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh
perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga
mencakup kebutuhan klien jangka panjang (Potter,2012).
a. Nyeri akut berhubungan dengan faktor fisiologi
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cidera akut, peyakit, atau
interval bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang
bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung singkat dari beberapa detik
hingga kurang dari 6 bulan ( Andarmoyo, 2013).
Respon perilaku terhadap nyeri yang ditunjukan oleh pasien sangat
beragam. Salah satunya dapat dilihat dari ekspresi wajah meringis,
mengelutkan gigi, mengerutkan dahi, menggigit bibir, menutup mata dan
mulut dengan rapat, serta membuka mata dengan lebar ( Andarmoyo, 2013).
Menurut NANDA (2018) Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa (International Association for the Study of Pain ): awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan. Dengan batasan mayor
perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi
jantung, perubahan frekuensi pernafasan, laporan isyarat, diaforesis, prilaku
distraksi, mengekspresikan prilaku (seperti gelisah, merengek menangis,
waspada, iritabilitas, mendesah, masker wajah (misalnya mata kurang
bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar, meringis), prilaku
berjaga-jaga melindungi nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri,
sikap tubuh melindungi, fokus diri sendiri, gangguan tidur, melaporkan nyeri
secara verbal.
Penulis mengangkat problem nyeri karena saat dilakukan pengkajian
didapatkan data subyektif : An. Y mengatakan Pusing pada kepala, nyeri
pada kepala. Pengkajian nyeri yang didapatkan (P) sakit kepala, (Q) sepeti
ditusuk-tusuk, (R) sering, (S) 4, (T) hilang timbul. Penulis menetapkan
diagnosa ini sebagai prioritas pertama karena nyeri akut termasuk dalam
domain ketidaknyamanan (kebutuhan dasar manusia).
Menurut Hierarki Maslow kenyamanan adalah kebutuhan dasar
(keamanan dan keselamatan) yang apabila tidak diatasi maka akan
mengganggu kenyamanan yang terus berkepanjangan. Serta nyeri
merupakan kebutuhan rasa nyaman yang harus dipenuhi tapi penanganya
dapat ditolerir dan juga dapat berpengaruh pada kebutuhan fisiologis seperti
terjadi peningkatan respiratori, kardiovaskuler, tekanan darah, peningkatan
peristaltik yang dapat berakibat diare dan perubahan psikologis karena
dengan nyeri klien bisa mengakibatkan kecemasan sehingga masalah ini
perlu mendapatkan penanganan yang segera.
Diagnosa nyeri merupakan diagnosa yang aktual karena nyeri akut
merupakan keluhan utama yang dirasakan pada saat pengkajian. Untuk
pemilihan etiologi dari masalah keperawatan, nyeri akut berhubungan
dengan faktor fisiologi. Nyeri akut berlangsung sebelum 6 bulan dan
dikarenakan adanya agen cidera. Tindakan yang dilakukan penulis untuk
rasa nyeri adalah melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi frekuensi kualitas dan faktor presifitasi,
menggunakan teknik komunikasi teraupeutik, mengevaluasi pengalaman
nyeri masa lampau, mengurangi faktor presivitasi nyeri, mengajarkan
tentang teknik nonfarmakologi, meningkatkan istirahat, berkolaborasi
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan yang tidak berhasil.
b. Ketidakseimbangan Perfusi jaringan berubungan dengan hipertensi
Menurut NANDA (2018) Ketidakseimbangan Perfusi jaringan adalah
penurunan jumlah oksigen yang mengalami kegagalan tingkat perifer.
Penulis mengangkat diagnosa keperawatan perfusi jaringan b.d hipertensi
karena didapatkan data subyektif : Dari data keluarga pasien mengatakan
tekanan darah 140/ 80, sianosis ada, . crt > 3 detik , akral teraba dingindari
data penulis mengangkat masalah ketidakseimbangan perfusi jaringan b.d
hipetensi sebagai prioritas kedua.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan riwayat aktifitas sebelumnya
Menurut NANDA (2018) adalah ketidakcukupan energy psikologis
atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas
kegidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Penulis
megangkat diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan dengan
riwayat aktifitas sebelumnya karena dari data yang didapat data subyektif
:An.Y mengatakan tanganya terasa kebas, An.Y mengatakan badannya terasa
lemah, An.Y mengatakan dia dirawat sejak 3 har yang lalu di HCU Anak.
Berdasarkan data yang didapatkan dari klien dan batasan karakteristik
menurit NANDA 2018, penulis menjadikan diagnose ini menjadi diagnose
ketiga.
Penulis melakukan intervensi terapi aktivitas : pertimbangkan
kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui aktivitas spesifik, bentuk klien
tetap focus pada kekuatan yang dimilikinya, mengkaji setiap aspek klien
terhadap terapi latihan direncanakan, dorong aktifitas kreatif yang tepat,
hindari aktivitas yang terlalu berat dan tidak sesuai dengan kondisi klien
dapat memperburu toleransi terhadap latihan.
D. Evaluasi
Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai proses
yang disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai kualitas, nilai
atau kelayakan dari sesuai dengan membandingkan pada kriteria yang
diidentifikasi atau standar sebelumnya. Dalam proses keperawatan, evaluasi
adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja
dimana klien, keluarga dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya
menentukan Wilkinson (2007).
Menurut Wilkinson (2007) juga, evaluasi yang efektif tergantung pada
langkah yang sebelumnya dilakukan. Kegiatan evaluasi tumpang tindih dengan
kegiatan pengkajian. Tindakan untuk mengumpulkan data adalah sama tetapi
yang membedakan adalah kapan dikumpulkan dan bagaimana dilakukan. Pada
tahap pengkajian, perawat menggunakan data untuk membuat diagnosa
keperawatan sedangkan pada tahap evaluasi, data digunakan untuk mengkaji efek
dari asuhan keperawatan terhadap diagnosa keperawatan.
Hasil Evaluasi pada tanggal 1 Desember 2019 pukul 21.00 WIB dengan
masalah keperawatan ke 3 diagnosa sudah teratasi, dan An. Y sudah melulai
membaik, tekanan darah An.Y sudah turun dan kembali normal, jadi tindakan
yang akan dilakukan memantau untuk melihat tekanan darah pada An.Y.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hipertensi pada anak adalah rerata tekanan darah sistolikdan/atau tekanan darah
diastolik > persentil 95 sesuai denganjenis kelamin, usia dan tinggi badan pada >3 kali
pengukuran.Prevalensinya diperkirakan sebesar 12%.Hipertensi diketahuimerupakan
salah satu faktor risiko terhadap terjadinyapenyakit jantung koroner pada orang dewasa,
dan adanyahipertensi pada masa anak mungkin berperanan dalamperkembangan dini
penyakit jantung koroner tersebut.Pengobatan hipertensi pada anak terdiri dari terapi
nonfarmakologisdan terapi farmakologis. Terapi non-farmakologispengurangan berat
badan, aktivitas fisik yang reguler,dan modifikasi diet sedangkan terapi obat
menggunakan -Angiotensin-converting enzymes (ACE) inhibitors,penghambat reseptor-
angiotensin, penghambat reseptor-b,calcium channel blockers, dan diuretika.
B. SARAN
Diharapkan anak dan keluarga sedapat mungkin lebih sering kontak dengan
tenaga kesehatan guna memperoleh informasi kesehatan yang bermanfaat agar tanda
bahaya dalam kesahatan dapat segera dideteksi sehingga angka kejadian komplikasi anak
McNiece KL, Portman RJ, 2007. Hypertension: Epidemiology and evaluation. In: Kher KK,
Schnaper HW, Makker SP, eds. Clinical Pediatric Nephrology. London: Informa
Healthcare; 461-80.
Shafirian M. Hypertensive Encephalopathy. Iran J Child Neurol 2012; 6(3):1- 7.
Supartha M, Suarta IK, Winaya IBA. Hipertensi pada Anak. Maj Kedokt Indon, 2009;59(5):221-
30.
Pungky AK, Damanik MP. Hipertensi pada Anak di RS DR. Sardjito Yogyakarta. Berita
Kedokteran Masyarakat, 2006;22(3):124-7.
Alatas H. Masalah dan penanggulangan hipertensi pada anak.Sari Pediatri 1994; 1:88–94.
National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Children and Adolescents.The Fourth Report on the Diagnosis, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure in Children and Adolescents.Pediatrics.2004; 114:555-
76.
Riley M, Bluhm B. Hypertension in Children and Adolescents. Am Fam Physician.
2012;85(7):693-700.
Luma GB, Spiotta RT. Hypertension in Children and Adolescents. Am Fam Physician.
2006;73:1158-68.
Sekarwana N, Rachmadi D, Hilmanto D. Tatalaksana Hipertensi pada Anak. IDAI. 2011. p.1-20.
Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Maj Kedokt
Indon, 2009;59(12): 580-87.
Nuraini B. Risk Factor of Hypertension. J Majority, 2015;4(5):10-9.
Saing JH. Hipertensi pada Remaja. Sari Pediatri, 2005;6(4):159-65.
Umboh A, Kasie J, Edwin J. Hubungan Antara Resistensi Insulin dan Tekanan Darah pada Anak
Obese. Sari Pediatri, 2007;8(4):289-93.
Haris S, Tambunan T. Hipertensi pada Sindrom Metabolik. Sari Pediatri, 2009;11(4):257-63. 15.
Nuraini B. Risk Factor of Hypertension. J Majority, 2015;4(5):10-9.