Anda di halaman 1dari 83

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

Y DENGAN HIPERTENSI STAGE II


DI RUANGAN ANAK (KRONIK) DI RSUP DR. D. MJAMIL PADANG

KEPERAWATAN ANAK

KELOMPOK :J

1. FERDINA SISKA, S.Kep


2. MIA KHAIRUNNISA, S.KEP
3. RAHMA ZULDIANITA, S.Kep
4. DIANA SUSANTI, S.Kep
5. GYSTIRAH ANUM, S.Kep
6. YENNY AFRIYANI AGUSTIN, S.Kep
7. INSANI LATIFA, S.Kep
8. WILDA MAYDILA ZAHRA, S.Kep
9. TACI OKTAVIA, S.Kep
10. YUNDA ANDRE, S.Kep
11. M.FADLI CANDRA, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan atau
diastolik lebih dari persentil ke-95 berdasarkan jenis kelamin, usia dan tinggi
badan pada pengukuran sebanyak 3 kali atau lebih. Pengukuran tekanan darah
tersebut dilakukan 3 kali pada kesempatan yang berbeda. Bila didapatkan
tekanan darah sistolik atau diastolic berada pada persentil yang berbeda, maka
status tekanan darah ditentukan sesuai dengan persentil yang lebih
tinggi.Tekanan darah normal pada anak adalah tekanan darah sistolik (TDS)
dan tekanan darah diastolik (TDD) di bawah persentil 90 berdasarkan jenis
kelamin, usia dan tinggi badan. Tekanan darah suatu kelainan hemodinamik
akibat gangguan cardiac output (curah jantung) atau tahanan vaskulre perifer
(Asmaningsih, 2016).
Sebagian orang beranggapan bahwa hipertensi hanya terjadi pada
orang dewasa atau jarang terjadi pada anak. Namun, sekarang hipertensi pada
anak merupakan masalah klinik penting karena dapat langsung berwujud
sebagai penyakit yang berakibat kematian, atau secara tidak langsung
menimbulkan cacat menetap setelah proses akutnya sembuh. Hipertensi pada
anak dibagi menjadi dua kategori, yaitu hipertensi primer apabila penyebab
hipertensi tidak dapat dijelaskan atau tidak diketahui penyakit dasarnya,
biasanya berhubungan dengan faktor keturunan, masukan garam, stress, dan
kegemukan. Hipertensi sekunder terjadi akibat penyakit lain yang
mendasarinya. Penelitian selama ini menunjukkan hipertensi pada anak
terbanyak bersifat sekunder. Penyebab hipertensi pada anak hampir 80%
berasal dari penyakit ginjal. Biasanya timbul dalam bentuk akut atau
berlangsung kronik (Asmaningsih, 2016).

Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan global yang serius.


Meskipun hipertensi telah lama diketahui sebagai faktor resiko utama
terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan timbulnya penyakit
kardiovaskular pada orang dewasa, namun baru dalam 3 dekade terakhir ini
pengetahuan tentang hipertensi pada anak berkembang secara bermakna.
Semakin banyak bukti bahwa hipertensi ternyata telah berawal sejak masa
kanak-kanan dan arterosklerosis telah ditemukan pada masa remaja. Hal
tersebut semakin menyadarkan kita bahwa diperlukan deteksi dini. Hipertens
juga merupakan suatu faktor terjadinya penyakit ginjal kronik tahap akhir
yang memerlukan penanganan yang serius dan berkesinambungan. Anak-anak
yang berusia lebih muda lebih sering menderita hipertensi sekunder,
sedangkan prevalensi primer semakin meningkat pada anak usia sekolah dan
remaja sebagai akibat meningkatnya epidemi obesitas (Awazu, 2016).

Pada tahun 2014 melaporkan 1% anak menderita hipertensi, dalam 10


tahun terakhir 5% remaja Amerika Serikat menderita hipertensi yang terutama
disebabkan oleh obesitas. Hipertensi akibat obesitas tidak hanya terjadi di
Amerika Serikat, namun juga melanda seluruh dunia (Amerika, Eropa, Asia).
Mayoritas hipertensi ringan pada anak adalah hipertensi primer. Anak-anak
yang lebih mudah didominasi oleh hipertensi sekunder, sedangkan pada
remaja sebagian besar berupa hipertensi esensial (WHO, 2014)
Prevalensi hipertensi pada anak tidak diketahui secara pasti
bergantung pada defenisi yang dipergunakan, tetapi menurut kepustakaan
prevalensinya 1%-5% populasi anak. Hipertensi berat terdapat pada 10% dari
hipertensi keseluruhan atau 0,1% populasi anak, dan biasanya hipertensi
sekunder yang memerlukan pengobatan dan lebih sering dijumpai di rumah
sakit rujukan. Diperkirakan 2/3anak dengan hipertensi akan menderita
kerusakan ginjal di kemudian hari apabila tidak ditangani dengan tepat.
Banyak faktor yang memengaruhi tekanan darah anak. Anak yang lebih berat
atau lebih tinggi badannya mempunyai nilai tekanan darah yang lebih tinggi
dibandingkan anak sebaya yang lebih kurus dan pendek.Hipertensi primer
kebanyakan dijumpai pada remaja laki-laki dalam bentuk derajat ringan dan
biasanya tidak menunjukkan gejala klinis. Gejala umum yang timbul pada
anak adalah sakit kepala, pusing, penglihatan kabur, nyeri perut, muntah,
nafsu makan berkurang, gelisah,berat badan turun, dan keringat berlebihan
(Syafruddin, 2013).
Selama dinas di RSUP Dr. M. Djamil Padang dari tanggal 31-6
Januari 2019 di ruangan anak (kronik) didapatkan 2 orang yang mengalami
hipertensi yaitu An. S dan An.Y.Berdasarkanpenjelasandiatassehingga
kelompoktertarikuntukmelakukan Asuhan Keperawatan pada An. Y dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensidi Ruang Anak (Kronik)
RSUPDr.M.Djamil Padang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan seminar mahasiswa dapat memahami dan
memberikan asuhan keperawatan komprehensif pada pasien hipertensi di
dalam lingkup keperawatan anak.
2. Tujuan Khusus
a. Setelah dilakukan seminar mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar
tentang hipertensi pada An. “Y”
b. Melaksanakan pengkajian dan analisis data pada An “Y” dengan
hipertensi di ruangan kronik, RSUPDr. M. Djamil Padang tahun 2019.
c. Merumuskan diagnosa atau masalah aktual pada An “Y” dengan
hipertensi di ruangan kronik, RSUPDr. M. Djamil Padang tahun 2019.
d. Menetapkan rencana tindakan asuhan keperawatan pada An “Y” dengan
hipertensi di ruangan kronik, RSUPDr. M. Djamil Padang tahun 2019.
e. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan yang telahdisusunpadaAn
“Y” dengan hipertensi di ruangan kronik, RSUPDr. M. Djamil Padang
tahun 2019.
f. Mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan pada An “Y” dengan
hipertensi di ruangan kronik, RSUPDr. M. Djamil Padang tahun 2019.
g. Mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang telah diberikan
pada An “Y” dengan hipertensi di ruangan kronik, RSUPDr. M. Djamil
Padang tahun 2019.

C. MANFAAT
a. Manfaat Keilmuan
Untuk menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan anak
hipertensi.
b. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Bagi instutisi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan bacaan dan
menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa
keperawatan dalam hal penambahan pengetahuan dan perkembangan tentang
hipertensi.
c. Manfaat Bagi Mahasiswa
Untuk mengetahui lebih luas dan dalam tentang tata cara penanganan
hipertensi.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR HIPERTENSI


1. DEFENISI
Hipertensi adalah nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan atau
diastolik lebih dari persentil ke-95 berdasarkan jenis kelamin, usia dan
tinggi badan pada pengukuran sebanyak 3 kali atau lebih. Pengukuran
tekanan darah tersebut dilakukan 3 kali pada kesempatan yang berbeda.
Bila didapatkan tekanan darah sistolik atau diastolic berada pada persentil
yang berbeda, maka status tekanan darah ditentukan sesuai dengan
persentil yang lebih tinggi.Tekanan darah normal pada anak adalah
tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD) di bawah
persentil 90 berdasarkan jenis kelamin, usia dan tinggi
badan(Asmaningsih, 2016).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik atau diastolik > persentil
95 berdasarkan umur, jenis kelamin, dan tinggi badan pada lebih 3 kali
pemeriksaan yang berbeda. Tekanan darah suatu kelainan hemodinamik
akibat gangguan cardiac output (curah jantung) atau tahanan vaskuler
perifer (Syafruddin, 2013).
Jadi hipertensi adalah adalah nilai rata-rata tekanan darah sistolik
dan atau diastolik lebih dari persentil ke-95 berdasarkan jenis kelamin,
usia dan tinggi badan pada pengukuran sebanyak 3 kali atau lebih.
Pengukuran tekanan darah tersebut dilakukan 3 kali pada kesempatan
yang berbeda.
2. KLASIFIKASI

Prehipertensi adalah tekanan darah sistolik atau diastolic lebih


tinggi atau sama dengan persentil ke-90 tetapi lebih rendah daripada
persentil 95 atau tekanan darah 120/80 mmHg atau lebih pada remaja.
Hipertensi stadium I didefinisikan bila tekanan darah sistolik dan atau
diastolik lebih dari persentil ke-95 sampai persentil ke-99 ditambah 5
mmHg, sedangkan hipertensi stadium 2 bila tekanan darah lebih dari
persentil ke-99 ditambah 5 mmHg.
Untuk anak berusia 6 tahun atau lebih, krisis hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥ 180mmHg dan atau diatolik ≥ 120
mmHg, atau tekanan darah kurang dari ukuran tersebut, namun telah
timbul gejala gagal jantung, ensefalopati, gagal ginjal, maupun retinopati.
Pada anak berusia kurang dari 6 tahun, batasan krisis hipertensi adalah
tekanan darah 50% diatas persentil ke – 95.
Krisis hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Hipertensi Urgensi
peningkatan tekanan darah sistolik atau diastolik yang belum
menyebabkan kerusakan organ target (otak, jantung, ginjal atau mata).
Biasanya bergejala sakit kepala dan muntah, namun dapat progresif
menjadi hipertensi emergensi.
b. Hipertensi Emergensi
peningkatan tekanan darah sistolik atau diastolik yang telah
menyebabkan kerusakan organ target (otak, jantung, ginjal atau mata).

(Nelson, 2012)
3. ETIOLOGI
Sebagian besar hipertensi pada anak terutama anak pre-remaja
merupakan hipertensi sekunder.sedangkan penyebab tersering hipertensi
pada anak adalah penyakit parenkim ginjal (670-70%) dan penyakit
renovaskular. Pada remaja sering terjadi hipertensi primer atau esensial,
yang meliputi 85-90% kasus.
Tabel I. Penyebab Hipertensi menurut Kelompok Umur

Kelompok umur Penyebab

Bayi Penyakit renovaskular, kelainan kongenital


ginja, koarkasio aorta, dysplasia
bronkopulmoner

1-10 tahun Penyakit parenkim ginjal, koarkasio aorta,


penyakit renovaskuler

10-20 tahun Penyakit parenkim ginjal, penyakit renovaskuler,


hipertensi esensial

Penyebab hipertensi ada 2 yaitu :


a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang tidak
dapat dijelaskan penyebabnya. Meskipun demikian, beberapa faktor dapat
diperkirakan berperan menimbulkan seperti faktor keturunan, berat badan,
respons terhadap stres fisik dan psikologis, abnormalitas transpor kation
pada membran sel, hipereaktivitas sistem saraf simpatis, resistensi insulin,
dan respons terhadap masukan garam dan kalsium (Asmaningsih, 2016).
Tekanan darah yang tinggi pada masa anak-anak merupakan faktor
risiko hipertensi pada masa dewasa muda. Hipertensi primer pada masa
anak biasa ringan atau bermakna. Evaluasi anak dengan hipertensi primer
harus disertai dengan evaluasi beberapa faktor risiko yang berkaitan
dengan risiko berkembangnya suatu penyakit kardiovaskular. Obesitas,
kolesterol lipoprotein densitas tinggi yang rendah, kadar trigliserida tinggi,
dan hiperinsulinemia merupakan faktor risiko yang harus dievaluasi untuk
berkembangnya suatu penyakit kardiovaskular (Asmaningsih, 2016).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder lebih sering terjadi pada anak-anak dibanding
pada orang dewasa. Evaluasi yang lebih teliti diperlukan pada setiap anak
untuk mencari penyebab hipertensi. Anak dengan hipertensi berat, anak
dengan usia yang masih muda, serta anak remaja dengan gejala klinis
sistemik disertai hipertensi harus dievaluasi lebih lanjut (Asmaningsih,
2016).
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarahkan pada suatu
kelainan sistemik yang mendasari hipertensi merupakan langkah pertama
evaluasi anak dengan kenaikan tekanan darah yang menetap. Jadi, sangat
penting untuk mencari gejala dan tanda klinis yang mengarah pada
penyakit ginjal (hematuria nyata, edema, kelelahan), penyakit jantung
(nyeri dada, dispneu, palpitasi), atau penyakit dari sistem organ lain
(seperti kelainan endokrinologis, reumatologis)
Riwayat penyakit dahulu diperlukan untuk mengungkap penyebab
hipertensi. Pertanyaan diarahkan pada riwayat opname sebelumnya,
trauma, infeksi saluran kemih, diabetes, atau masalah gangguan tidur.
Riwayat penyakit keluarga berupa hipertensi, diabetes, obesitas, apnea
pada waktu tidur, penyakit ginjal, hiperlipidemia, stroke, dan kelainan
endokrinologis perlu ditelusuri.
Sekitar 60-80% hipertensi sekunder pada masa anak berkaitan
dengan penyakit parenkim ginjal. Kebanyakan hipertensi akut pada anak
berhubungan dengan glomerulonefritis, Sedangkan hipertensi kronis
paling sering berhubungan dengan penyakit parenkim ginjal (70-80%),
hipertensi renovaskular (10-15%), koartasio aorta (5-10%),
feokromositoma dan penyebab endokrin lainnya (1-5%).
Pada anak yang lebih kecil (< 6 tahun) hipertensi lebih sering
sebagai akibat penyakit parenkim ginjal, obstruksi arteri renalis, atau
koartasio aorta. Anak yang lebih besar bisa mengalami hipertensi dari
penyakit bawaan yang baru menunjukkan gejala dan penyakit dapatan
seperti refluks nefropati atau glomerulonefritis kronis.
(Asmaningsih, 2016)

4. MANIFESTASI KLINIS

Hipertensi derajat ringan atau sedang umumnya tidak


menimbulkan gejala. Namun dari penelitian yang baru-baru ini dilakukan,
kebanyakan anak yang menderita hipertensi tidak sepenuhnya bebas dari
gejala. Gejala non spesifik berupa nyeri kepala, insomnia, rasa lelah, nyeri
perut atau nyeri dada dapat dikeluhkan. Pada keadaan hipertensi berat
yang bersifat mengancam jiwa atau menggangu fungsi organ vital dapat
timbul gejala yang nyata. Keadaan ini disebut krisis hipertensi.
Krisis hipertensi ini dibagi menjadi dua kondisi yaitu hipertensi
urgensi dan hipertensi emergensi. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi
namun komplikasi utama pada anak melibatkan sistem saraf pusat, mata,
jantung, dan ginjal. Anak dapat mengalami gejala berupa sakit kepala,
pusing, nyeri perut, muntah, atau gangguan penglihatan, mimisan. Krisis
hipertensi dapat pula bermanifestasi sebagai keadaan hipertensi berat yang
diikuti komplikasi yang mengancam jiwa atau fungsi organ seperti
ensefalopati, gagal jantung akut, infark miokardial, edema paru, atau gagal
ginjal akut.
Ensefalopati hipertensif ditandai oleh kejang fokal maupun umum
diikuti penurunan kesadaran dari somnolen sampai koma. Gejala yang
tampak pada anak dengan ensefalopati hipertensif umumnya akan segera
menghilang bila pengobatan segera diberikan dan tekanan darah
diturunkan. Gejala dan tanda kardiomegali, retinopati hipertensif, atau
gambaran neurologis yang berat sangat penting karena menunjukkan
hipertensi yang telah berlangsung lama.

(Nelson, 2012)

5. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN DARAH


1) Usia
Usia merupakan determinan utama tekanan darah. Tekanan
darah sistolik meningkat tajam setelah lahir sampai dengan umur 2
bulan. Setelah umur 2 bulan sampai dengan umur 1 tahun tidak ada
perbedaan yang bermakna pada tekanan darah sistolik, tetapi
kemudian meningkat progresif seiring dengan bertambahnya usia yang
menjadi semakin cepat selama masa pubertas.
2) Jenis Kelamin
Setelah umur 12 tahun, tekanan darah anak laki-laki cenderung
lebih tinggi dari anak perempuan. Insiden hipertensi lebih tinggi pada
anak laki-laki dengan relative risk 1,50. Resiko terjadinya hipertensi
pada anak laki-laki. Bagaimana mekanismenya masih belum jelas.
Diduga ada pengaruh interaksi hormon seks dan ginjal, juga mungkin
adanya hubungan renin, angiotensin, endotelin, nitric oxide, dan sel T.
3) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan determinan utama tekanan darah
pertumbuhan yang cepatpada umur 8-13 tahun juga menunjukan
peningkatan tekanan darah terutama pada anak laki-laki.
4) Obesitas
Obesitas merupakan faktor penting terjadinya terjadinya
hipertensi. Beberapa peneliti menunjukan adanya hubungan kuat
antara hipertensi dengan obesitas. Pravelensi hipertensi pada anak
berkisar antara 11-30% pantauan dengan menggunakan ABPM,
pravelensi hipertensi sistolik pada anak dan remaja obesitas sebesar
50% dan 62%. Diantara remaja dengan obesitas 6,6 % dengan
hypertension syistematic review menunjukan bahwa hipertensi untuk
menurunkan berat badan akan menurunkan tekanan darah pada masa
dewasa.
5) Aktivitas Fisik
Telah terbukti ASI berkolaborasi dengan penurunan tekanan
darah dikemudian hari. Dari 2 penelitian besar terbukti bahwa ASI
menurunkan tekanan dara sistolik dan tekanan darah sistolik pada
anak, dibandingkan dengan susu formula.
6) Berat Badan Lahir
Menurut Barket et al, berat badan lahir adanya korelasi terbalik antara
berat badan lahir dengan risiko hipertensi di kemudian hari, terutama
antara berat badan lahir dengan tekanan darah sistolik.
7) Prematuritas
Terdapat hubungan terbalik antara tekanan sistolik (pada saat berusia
18 tahun) dengan umur kehamilan. Jika ditemukan bahwa bayi
prematur akan mempunya tekanan darah sistolik lebih tinggi di
kemudian hari, dan mempunyai resiko lebih tinggi menderita
hipertensi dengan segala komplikasinya
8) ASI
Telah terbukti bahwa ASI berkolaborasi dengan penurunan tekanan
darah di temukan dari 2 peneitian besar terbukti bahwa ASI
menurunkan tekanan sistolik dan diastolik pada anak, dibandingkan
dengan susu formula. Pemberian ASI lebih lama menurunkan tekanan
darah lebih bermakna. Penurunan tersebut setara dengan restriksi
garam dan aktifitas fisik. Diduga ASI menurunkan tekanan darah
melalui efek hormon, asupan garam yang leih rendah, dan efek
profektif dari yang tidak pernah didapat pada susu formula.
9) Jumlah Nefron
Brenner et al menggatakan bahwa berat badan lahir redah berkaitan
dengan difisit kongenitla jumlah nefron. Hal tersebut merupakan
predisposisi berkurangnya eksresi natrium ginjal dan meningkatkan
kerentanan terjadinya hipertensi. Keller et al membuktikan bahwa
pada penderita hipertensi mempunya glomerulus perginjal yang
signifikasn lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol normotensi.
(Asmaningsinh, 2016)
6. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi Jantung

Jantung terdiri dari 4 ruangan. Atrium kiri dan kanan dibagian


atas. Ventrikel kiri dan kanan terletak dibagian bawah. Ventrikel kiri
merupakan ruang yang terbesar.katup jantung dapat membuka dan
menutup sedemikian rupa sehingga darah hanya dapat mengalir dalam
satu arah. 4 katup tersebut yaitu: Katup tricuspid, katup pulmonal,
katupmitral dan katup aorta.
Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan. Darah dalam tubuh
mengandung kadar Oksigen rendah dan harus menambah oksigen
sebelum kembali ke dalam tubuh. Darah dari atrium kanan masuk ke
ventrikel kanan melalui katup tricuspid. Darah kemudian dipompa
oleh ventrikel kanan ke paru-paru melewati katup pulmonal kemudian
diteruskan oleh arteri pulmonal ke paru-paru untuk mengambil
oksigen. Darah yang sudah bersih yang kaya oksigen mengalir ke
atrium kiri melalui vena pulmonalis. Dari atrium kiri darah mengalir
ke ventrikel kiri melewati katup mitral. Ventrikel kiri kemudian
memompa darah keseluruh tubuh melalui katup aorta dan diteruskan
oleh pembuluh aorta keseluruh tubuh.bersih Dari tubuh kemudian
darah yang dari tubuh dengan kadar oksigen yang rendah karena telah
diambil oleh sel-sel tubuh kembali ke atrium kanan dan begitu
seterusnya.
(Mutaqqin, 2010)

7. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi hipertensi pada anak dengan penyakit ginjal
melibatkan beberapa mekanisme. Hipoperfusi ginjal pada penyakit
glomerular diketahui memicu produksi renin melalui apparatus
jukstaglomerular yang mengaktifkan angiotensin I dan selanjutnya
mengaktifkan angiotensin II sehingga menyebabkan hipertensi. Sistem
hormonal seperti prostaglandin meduler yang bersifat vasodepresor dapat
menurun dan menyebabkan hipertensi, substansi lipid pada medula ginjal
juga menurun pada penyakit ginjal. Hipervolemia akibat retensi air dan
garam menyebabkan curah jantung meningkat dan timbul hipertensi.
Hipertensi juga bisa disebabkan oleh farmakoterapi untuk penyakit
parenkim ginjal yang diobati dengan kortikosteroid.
Krisis hipertensi dimulai dengan adanya peningkatan tiba-tiba
resistensi vascular sistemik yang terkait dengan vasokonstriktor humoral.
Peningkatan tekanan darah akan menyebabkan stress dan trauma endotel,
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas endotel, aktivitas trombosit,
dan kaskade pembekuan serta deposit fibrin.
Semakin tinggi tekanan darah, semakin berat trauma endotel dan
nekrosis fibrinoid dan arteriol. Proses ini akan mengakibatkan iskemik dan
merangsang pengeluaran mediator vasoaktif lainnya sehingga terjadi
lingkaran setan, aktivitas system renin-angiotensin menyebabkan
bertambah beratnya vasokonstriksi dan terbentuknya sitokin pro-inflamasi
seperti interleukin-6. Deplesi volume akibat natriuresis lebih jauh lagi
merngsang pelepasan vasokonstriktor dari ginjal. Berbagai mekanisme ini
menyebabkan hipoperfusi, iskemi dan disfungsi organ yang bermanifestasi
sebagai hipertensi emergensi. Gejala klinik berupa nyeri kepala
hebat,mual, muntah, rasa ngantuk dan keadaan bingung. Bila berlanjut,
dapat terjadi kejang umum, mioklonus dan koma.
(Asmaningsih, 2016)

8. PENATALAKSANAAN
Pada saat memilih jenis obat yang akan diberikan kepada anak
yang menderita hipertensi, harus dimengerti tentang mekanisme yang
mendasari terjadinya penyakit hipertensi tersebut. Perlu ditekankan bahwa
tidak ada satupun obat antihipertensi yang lebih superior dibandingkan
dengan jenis yang lain dalam hal efektivitasnya untuk mengobati
hipertensi pada anak.
Menurut the National High Blood Pressure Education Program
(NHBEP) WorkingGroup on High Blood Pressure in Children and
Adolescents obat yang diberikan sebagai antihipertensi harus mengikuti
aturan berjenjang (step-up), dimulai dengan satu macam obat pada dosis
terendah, kemudian ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai efek
terapoitik, atau munculnya efek samping, atau bila dosis maksimal telah
tercapai. Kemudian obat kedua boleh diberikan, tetapi dianjurkan
menggunakan obat yang memiliki mekanisme kerja yang berbeda.
Di bawah ini dicantumkan beberapa keadaan hipertensi pada anak
yang merupakan indikasi dimulainya pemberian obat antihipertensi
a. Hipertensi simtomatik
b. Kerusakan organ target, seperti retinopati, hipertrofi ventrikel kiri, dan
proteinuria
c. Hipertensi sekunder
d. Diabetes melitus
e. Hipertensi tingkat 1 yang tidak menunjukkan respons dengan
perubahan gaya hidup
f. Hipertensi tingkat 2
Pemilihan obat yang pertama kali diberikan sangat tergantung dari
pengetahuan dan kebijakan dokter. Golongan diuretik dan β-blocker
merupakan obat yang dianggap aman dan efektif untuk diberikan kepada
anak. Golongan obat lain yang perlu dipertimbangkan untuk diberikan
kepada anak hipertensi bila ada penyakit penyerta adalah penghambat
ACE (angiotensin converting enzyme) pada anak yang menderita diabetes
melitus atau terdapat proteinuria, serta β-adrenergic atau penghambat
calcium-channel pada anak-anak yang mengalami migrain.
Selain itu pemilihan obat antihipertensi juga tergantung dari
penyebabnya, misalnya pada glomerulonefritis akut pascastreptokokus
pemberian diuretic merupakan pilihan utama, karena hipertensi pada
penyakit ini disebabkan oleh retensi natrium dan air. Golongan
penghambat ACE dan reseptor angiotensin semakin banyak digunakan
karena memiliki keuntungan mengurangi proteinuria.
Penggunaan obat penghambat ACE harus hati-hati pada anak yang
mengalami penurunan fungsi ginjal. Meskipun kaptopril saat ini telah
digunakan secara luas pada anak yang menderita hipertensi, tetapi saat ini
banyak pula dokter yang menggunakan obat penghambat ACE yang baru,
yaitu enalapril. Obat ini memiliki masa kerja yang panjang, sehingga
dapat diberikan dengan interval yang lebih panjang dibandingkan dengan
kaptopril.
Obat yang memiliki mekanisme kerja hampir serupa dengan
penghambat ACE adalah penghambat reseptor angiotensin II (AII
receptor blockers). Obat ini lebih selektif dalam mekanisme kerjanya dan
memiliki efek samping yang lebih sedikit (misalnya terhadap timbulnya
batuk) dibandingkan dengan golongan penghambat ACE.

(Nelson, 2012)
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
I. Pengkajian
a. Identitas Klien
Biasanya meliputi nama (inisial), tempat tanggal lahir/usia :
(usia 12 tahun, karena usia merupakan determinan utama tekanan
darah. Tekanan darah sistolik meningkat tajam setelah lahir sampai
dengan umur 2 bulan), jenis kelamin: tekanan darah anak laki-laki
cenderung lebih tinggi dari anak perempuan, agama, pendidikan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian dan diagnose medic. (Asmaningsih,
2016)
b. Identitas Orang Tua
Biasanya meliputi nama, usia : (umur lebih dari 40 tahun
mempunyai resiko hipertensi, jika seorang dari orang tua mempunyai
penyakit hipertensi kemungkinan 25% anak akan mendapatkanya, jika
kedua orang tuanya memiliki penyakit hipertensi kemungkinan 60%
akan diturunkan kepada anak), pendidikan, pekerjaan/sumber
penghasilan serta agama ayah dan ibu. (Sheps, 2009).
c. Keluhan Utama Masuk RS
Biasanya klien atau keluarga klien biasanya mengeluhkan klien
mengalami, penglihatan buram, kepala pusing mendadak, napas cepat
dan dalam, mual muntah, sakit kepala, nyeri dada, cepat lelah, batuk
berlendir/ berdarah, pingsan, keringat berlebihan atau berkeringat
dingin, mimisan, susah tidur (Asmaningsih, 2016).
d. Reaksi Alergi
Biasanya klien memiliki riwayat alergi makanan, obat,
terpasang gelang tanda alergi (warna merah), dll.
e. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh sesak nafas, sakit kepala, pusing,
nyeri dada menjalar kearah lengan, lemas, cepat lelah, batuk berlendir/
berdarah, pingsan, mual, muntah, atau gangguan penglihatan, keringat
berlebihan atau berkeringat dingin, mimisan, susah tidur
(Asmaningsih, 2016).
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya meliputi adanya penyakit tertentu dalam keluarga
seperti penyakit hipertensi, diabetes, obesitas, apnea pada waktu tidur,
penyakit ginjal, hiperlipidemia, stroke, dan kelainan endokrinologis
(Asmaningsih, 2016).
3. Riwayat Kesehatan/Pengobatan/Perawatan Sebelumnya
Biasanya berisi apakah klien pernah dirawat atau tidak, obat
yang biasa digunakan, riwayat kecelakaan, riwayat operasi, dan
riwayat penyakit dahulu yaitu trauma, infeksi saluran kemih, diabetes,
atau masalah gangguan tidur (Asmaningsih, 2016).

f. Riwayat Kehamilan (Khusus Untuk Pasien Usia < 5 tahun)


1. Prenatal
Biasanya berisi ibu memeriksakan kehamilannya teratur/tidak
dan apakah ada keluhan selama hamil yang dirasakan.
2. Intranatal
Biasanya berisi tempat persalinan, jenis persalinan, penolong
persalinan dan komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat
melahirkan dan setelah melahirkan.
3. Postnatal
Biasanya berisi kondisi bayi, APGAR, keadaan anak pada saat
lahir, dll.
g. Riwayat Imunisasi
Biasanya berisi jenis imunisasi (BCG, Hepatitis, DPT I, II dan
III, polio I, II, III DAN IV, campak), waktu pemberian, frekuensi dan
reaksi setelah pemberian.
h. Riwayat Tumbuh Kembang Anak
Biasanya meliputi pertumbuhan gigi, tengkurap, duduk,
merangkak, berdiri, berjalan, senyum, bicara dan berpakaian tanpa
bantuan di usia berapa. bertambahnya tinggi badan merupakan
determinan utama tekanan darah pertumbuhan yang cepat pada umur
8-13 tahun juga menunjukan peningkatan tekanan darah terutama pada
anak laki-laki, berat badan berlebihan yang tidak sesuai dengan
tumbuh kembang anak akan mengakibatkan obesitas, obesitas pada
anak akan mengakibatkan hipertensi sistolik pada anak dan remaja
obesitas sebesar 50% dan 62%. (Asmaningsinh, 2016).

i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Biasanya berisi baik, sedang dan buruk.
2. Tanda-tanda vital
Biasanya meliputi TD naik, nadi meningkat, pernafasan
meningkat, suhu naik.
3. Pernafasan
a. Irama
Biasanya terdengar regular atau irregular
b. Retraksi dinding dada
Biasanya ada atau tidak ada retraksi dinding dada.
c. Alat bantu nafas
Biasanya bernafas dengan spontan, kanul/RB/NRB mask.
4. Sirkulasi
a. Sianosis
Biasanya klien dengan hipertensi tidak sianosis.
b. Pucat
Biasanya klien dengan hipertensi tidak pucat.

c. Akral
Biasanya akral teraba tidak dingin pada klien hipertensi.
5. Neurologi
a. Kesadaran
koma.
b. GCS
Biasanya GCS 15.
c. Gangguan neurologis
Biasanya tidak ada gangguan neurologis.
6. Gastrointestinal
a. Mulut
Biasanya mulut tidak ada masalah dengan mukosa
lembab/kering.
b. Mual muntah
Biasanya klien mengalami mual muntah.
c. Asites
Biasanya klien tidak ada asites.
7. Eliminasi
a. Defekasi
Biasanya klien BAB dengan frekuensi 2X sehari, konsistensi
250 g , stoma dan karakteristik feses lunak.
b. Urin
Biasanya klien dengan hipertensi tidak ada masalah dengan
urin.
8. Integumen
a. Warna Kulit
Biasanya warna kulit normal, tidak merah, tidak ada pteki.
b. Luka
Biasanya tidak ada luka pada klien dengan hipertensi.
c. Lokasi luka/lesi lain
Biasanya diberikan tanda X/arsiran lokasi luka/lesi/edema
ditubuh pasien pada gambar.
d. Gambar anatomis
Biasanya berisi posisi anatomis dan fundamental.
9. Genetalia
Biasanya berisi apakah normal/kelainan.
10. Resiko cedera/jatuh (untuk usia > 12-18 tahun)
j. Kebutuhan Dasar
1. Cairan dan nutrisi
a) Kebutuhan cairan : biasanya 2000 cc
b) Jenis cairan yang diberikan : biasanya air minum
c) Jumlah cairan yang diberikan : biasanya 2000 cc
d) Jumlah cairan yang masuk : biasanya 1500 cc
e) Balance cairan : biasanya (IVFD + oral) – (urine
+ IWL)
f) Makanan yang disukai : biasanya makanan ringan
g) Makanan yang tidak disukai : biasanya sayur
h) Nafsu makan : bisanya baik
i) Pola makan : biasanya teratur
j) Makanan yang diberikan saat ini : biasanya diet rendah garam
2. Tidur
a. Pola tidur
Biasanya meliputi tidur siang selama 1 jam atau lebih dan
malam sekitar 7 jam.
b. Kebiasaan sebelum tidur
Biasanya klien sebelum tidur klien perlu mainan, dibacakan
cerita, dengan benda, benda kesayangan, ditemani.
3. Personal hygiene
a. Pola kebersihan diri
Biasanya klien mandi sendiri/dimandikan.
b. Kebersihan kuku
Biasanya kebersihan kuku klien bersih.
4. Aktivitas bermain
Biasanya pada klien dengan hipertensi saat sakit kurang
melakukan aktivitas bermain.
k. Status Fungsional
Biasanya hipertensi pada anak-anak status fungsionalnya perlu
bantuan.
l. Skrinning Nyeri
Biasanya meliputi Adakah rasa nyeri : ya, Lokasi: kepala,
Frekuensi: sering, Durasi: +- 1 jam, Skor nyeri: 4, Tipe nyeri :
hilang timbul, Karakteristik : tajam, Nyeri mempengaruhi : aktifitas
fisik, tidur.
m. Skrinning Nutrisi
Biasanya Skrining Gizi Anak Usia 1 Bulan – 18 Tahun (Modifikasi
Strong – Kids)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah pasien memiliki Tidak (0) Ya (1)
status nutrisi kurang atau
buruk secara klinis?
2 Apakah terdapat penurunan Tidak (0) Ya (1)
berat badan selama 1 bulan
terakhir?
3 Apakah terdapat SALAH Tidak (0) Ya (1)
SATU dari kondisi berikut?
 Diare profuse
(≥5x/hari) dan atau
muntah (>3x/hari)
 Asupan makan
berkurang berkurang
selama 1 munggu
terakhir
4 Apakah terdapat penyakit Tidak (0) Ya (2)
dasar atau keadaan yang
mengakibatkan pasien
berisiko mengalami
malnutrisi (lihat table di
bawah)?
Total Skor 1
Hasil sttus gizi 1 = beresiko mal nutrisi kurang

n. Skrinning Resiko jatuh


Pengkajian resiko jatuh humpty dumpty
Parameter Criteria Skor Nilai skor
Umur Dibawah 3 tahun 4 2
3-7 Tahun 3
7-13 tahun 2
>13 tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2 2
Perempuan 1
Diagnosis Gangguan 4 1
neurologis
Perubahan dalam 3
oksigenesis
Kelainan 2
psikis/perilaku
Diagnosis lain 1
Gangguan Tidak sadar 3 1
kognitif terhadap
keterbatasan
Lupa 2
keterbatasan
Mengetahui 1
kemampuan diri
Faktor Riwayat jatuh 4 2
lingkungan dari tempat tidur
saat bayi/anak
Pasien 3
menggunakan
alat bantu/box/
mebel
Pasien berada di 2
tempat tidur
Pasien di luar 1
ruang rawat
Respon terhadap Dalam 24 jam 3 1
operasi/obat Dalam 8 jam 2
penenang/efek >48 jam 1
anastesi
Penggunaan obat Penggunaan oba 3 1
sedative
Salah satu dari 2
oba diatas
Penggunaan obat 1
lan
TOTAL 10
Hasil : resiko jatuh rendah

o. Hasil Pemeriksaan Penunjang


Biasanya berisi pemeriksaan laboratorium, radiologi, dll.
II. Diagnosa Keperawatan Teoritis
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kegagalan fungsi jantung
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan edema paru
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nafsu makan akibat sesak
4. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
fungsi pompa
5. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
fungsi pompa.
6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pada jaringan
paru akibat edema paru
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energy yang
dihasilkan dari metabolisme yang berubah
8. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan ketidakcukupan
nutrisi untuk regenerasi dan perkembangan sel-sel tubuh
9. Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan kesulitan minum
akibat sesak nafas
10. Resiko infeksi berhubungan dengan pembendungan darah dalam
jantung
11. Gangguan body image berhubungan dnegan adanya clubbing finger
akibat sianosis yang kronik.
(Nanda, 2015)
III. RENCANA KEPERAWATAN
(M. bulechek, 2016)
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan

1 Penurunan curah Keefektivan pompa jantung: Perawatan jantung


jantung 1. Tekanan darah systole 1. Aktivitas keperawatan
berhubungan (1/3) 2. Secara rutin mengecek pasien
dengan kegagalan 2. Tekanan darah systole baik secara fisik dan
fungsi jantung (1/3) psikologis sesuai dengan
3. Denyut jantung apical kebijakan tiap agen/penyedia
(1/3) layanan.
4. Indeks jantung (1/3) 3. Pastikan aktivitas klien yang
5. Denyut nadi perifer (1/3) tidak membahayakan curah
6. Ukuran jantung (1/3) jantung atau memprovokasi
7. Keseimbangan intake dan seranganjantung
output dalam 24 jam (1/3) 4. Evaluasi episode nyeri dada
8. Tekanan vena sentral (1/3) (intensitas, lokasi, radiasi,
9. Distritmia (1/3) durasi, faktor pemicu serta
10. Suara jantung abnormal peringan nyeri dada)
(1/3) 5. Monitor EKG, adakah
11. Angina (1/3) perubahan segmen ST,
12. Edema perifer (1/3) sebagaimana mestinya
13. Edema paru (1/3) 6. Lakukan penilaian
14. Kelelahan (1/3) komprehensif pada sirkulasi
15. Dispnea pada saat istirahat perifer
(1/3) 7. Monit tanda-tanda vital secara
16. Asites (1/3) rutin
17. Sianosis (1/3) 8. Monitor distritmia jantung
18. Wajah kemerahan (1/3) 9. Catat tanda dan gejala
Status sirkulasi : penurunan curah jantung
1. Tekanan darah systole 10. Monitor status pernafasan
(1/3) terkait dengan adanya gejala
2. Tekanan darah diastole gagl jantung
(1/3) 11. Monitor keseimbangan cairan
3. Tekanan nadi (1/3) 12. Evaluasiperubahan tekanan
4. Tekanan darah rata-rata darah
(1/3) 13. Monitor toleransi aktivitas
5. Tekanan vena sentral (1/3) klien
6. Kukuatan nadi karotis 14. Monitor sesaknafas,
kanan (1/3) kelelahan,takipnea dan
7. Kekuatan nadi karotis kiri orthopnea
(1/3)
8. Kekuatan nadi brakialis
kanan (1/3)
9. Kekuatan nadi brakialis
kiri (1/3)
10. Kekuatan nadi radialis
kanan (1/3)
11. Kekuatan nadi radialis kiri
(1/3)
12. Kekuatan nadi femoralis
kanan (1/3)
13. Kekuatan nadi femoralis
kiri (1/3)
14. Kekuatan nadi dorsalis
pedis kanan(1/3)
15. Kekuatan nadi dorsalis
pedis kiri(1/3)
16. Saturasi oksigen (1/3)
17. Perbedaan oksigen arteri-
vena
18. Bising pembuluh darah
besar (1/3)
19. Istensi vena leher (1/3)
20. Edema perifer(1/3)pitting
edema (1/3)

2 Ketidakefektifan Status pernafasan : Terapi oksigen :


pola nafas 1. Frekuensi pernafasan (3/5) 1. pertahankan kepatenan jalan
berhubungan 2. Irama pernafasan (3/5) nafas
dengan edema 3. Kedalaman inspirasi (3/5) 2. siapkan peralatan oksigen dan
paru 4. Suara auskultasi nafas (3/5) berikan melalui sistem
5. Kepatenan jalan nafas (3/5) humidifier
6. Saturasi oksigen (3/5) 3. berikan oksigen tambahan
7. Penggunaan otot bantu nafas seperti yang dianjurkan
(3/5) 4. monitor aliran oksigen
8. Retraksi dinding dada (3/5) 5. monitor posisi perangkat
9. Sianosis (3/5) pemberian oksigen
10. Dispneu saat istirahat (3/5) 6. periksa perangkat pemberian
11. Dispneu dengan aktivitas oksigen secara berkala
ringan (3/5) 7. monitor efektifitas terapi
12. Mengantuk (3/5) oksigen
13. Suara nafas tambahan (3/5) 8. pastikan penggantian masker
14. Gangguan ekspirasi (3/5) oksigen/kanul nasal setiap kali
15. Mendesah (3/5) perangkat diganti
16. Mendengkur (3/5) 9. rubah perangkat pemberian
17. Pernafasan cuping hidung oksigen dari masker ke kanal
(3/5) nasal saat makan
18. Demam (3/5) 10. amati tanda-tanda hipoventilasi
19. Batuk (3/5) induksi oksigen
11. pantau adanya tanda-tanda
Status pernafasan : ventilasi keracunan oksigen dan kejadian
1. Frekuensi pernafasan (3/5) antelektasis
2. Irama pernafasan (3/5) 12. monitor peralatan oksigen untuk
3. Kedalaman inspirasi (3/5) memastikan bahwa alat tersebut
4. Suara perkusi nafas (3/5) tidak mengganggu upaya pasien
5. Penggunaan otot bantu untuk bernafas
nafas (3/5) 13. monitor kerusakan kulit
6. Suara nafas tambahan (3/5) terhadap adanya gesekan
7. Dispnea saat istirahat (3/5) perangkat oksigen
8. Dispnea saat latihan (3/5)
9. Taktil fremitus (3/5) Monitor pernafasan :
10. Pengembangan dinding 1. monitor kecepatan, irama,
dada tidak simetris (3/5) kedalaman dan kesulitan
11. Gangguan ekspirasi (3/5) bernafas
12. Gangguan suara saat 2. catat pergerakan dada, catat
auskultasi (3/5) ketidaksimetrisan, penggunaan
otot bantu nafas, dan retraksi
Status pernafasan : pada otot supraclaviculas dan
pertukaran gas : intercosta
1. Tekanan parsial oksigen di 3. monitor suara nafas tambahan
darah arteri (paO2) (3/5) seperti ngorok atau mengi
2. Tekanan parsial 4. monitor pola nafas
karbondioksida di darah 5. monitor saturasi oksigen
arteri (3/5) 6. pasang sensor pemantauan
3. pH ateri (3/5) oksigen non-invasif
4. saturasi oksigen (3/5) 7. palpasi kesimetrisan ekspansi
5. hasil rontgen dada (3/5) paru
6. sianosis (3/5) 8. monitor keluhan sesak nafas
7. mengantuk (3/5) pasien, termasuk kegiatan yang
8. gangguan kesadaran (3/5) meningkatkan atau
memperburuk sasak nafas
Status pernafasan : kepatenan tersebut
jalan nafas : 9. monitor suara krepitasi pada
1. Frekuensi pernafasan (3/5) pasien
2. Irama pernafasan (3/5) 10. monitor hasil foto thorak
3. Kedalaman inspirasi (3/5) 11. berikan bantuan terapi nafas jika
4. Kemampuan untuk diperlukan
mengeluarkan sekret (3/5)
5. Ansietas (3/5) Monitor tanda-tanda vital :
6. Ketakutan (3/5) 1. monitor tekanan darah, nadi,
7. Tersedak (3/5) suhu dan status pernafasan
8. Suara nafas tambahan (3/5) dengan tepat
9. Pernafasan cuping hidung 2. monitor irama dan tekanan
(3/5) jantung
10. Mendesah (3/5) 3. monitor irama irama dan laju
11. Dispnea saat istirahat (3/5) pernapasan
12. Dispnea dengan aktivitas 4. monitor suara paru-paru
ringan (3/5) 5. monitor pola pernafasan
13. Penggunaan otot bantu abnormal
nafas (3/5) 6. monitor warna kulit, suhu, dan
14. Batuk (3/5) kelembaban
15. Akumulasi sputum (3/5) 7. monitor sianosis sentral dan
perifer
8. monitor akan adanya kuku
clubbing
9. identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-
tanda vital

Manajemen jalan nafas


Aktivitas :
1. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi kebutuhan
aktual/potensial pasien untuk
memasukkan alat membuka
jalan nafas
3. Lakukan fisioterapi dada
4. Gunakan teknik yang
menyenangkan untuk
memotivasi bernafas dalam
kepada anak-anak (misalnya :
meniup gelembung, meniup
kincir, peluit, balon, meniup
bulu)
3 Keidakseimbanga Status Nutrisi : Manajemen nutrisi :
n nutrisi kurang 1. asupan gizi (3/5) 1. tentukan status gizi pasien dan
dari kebutuhan 2. asupan makanan (3/5) kemampuan memenuhi
tubuh 3. asupan cairan (3/5) kebutuhan gizi
berhubungan 4. energi (3/5) 2. identifikasi alergi atau toleransi
dengan 5. rasio berat badan/tinggi makanan yang dimiliki pasien
penurunan nafsu badan (3/5) 3. tentukan apa yang menjadi
makan akibat 6. hidrasi (3/5) preferensi makanan bagi pasien
sesak 4. tentukan jumlah kalori dan jenis
Status nutrisi : asupan nutrisi nutrisi yang dibutuhkan untuk
: memenuhi persyaratan gizi
1. asupan vitamin (3/5) 5. ciptakan lingkungan yang
2. asupan mineral (3/5) optimal pada saat
3. asupan zat besi (3/5) mengkonsumsi makan
4. asupan kalsium (3/5) 6. lakukan atau bantu pasien
terkait dengan perawatan mulut
Status nutrisi : asupan sebelum makan
makanan dan cairan : 7. berikan obat-obatan sebelum
1. asupan makanan secara oral makan, jika diperlukan
(3/5) 8. pastikan makanan yang
2. asupan makanan secara tube disajikan dengan cara yang
feeding (3/5) menarik dan pada suhu yang
3. asupan cairan secara oral paling cocok untuk konsumsi
(3/5) secara optimal
4. asupan cairan intravena (3/5) 9. anjurkan keluarga untuk
5. asupan nutrisi parentral (3/5) membawa makanan favorit
pasien sementara berada
Nafsu makan : dirumah sakit
1. hasrat/keinginan untuk 10. kebutuhan diet untuk kondisi
makan (3/5) sakit
2. mencari makanan (3/5) 11. monitor kalori dan asupan
3. menyenangi makanan (3/5) makanan
4. merasakan makanan (3/5) 12. Monitor kecenderungan
5. energi untuk makan (3/5) terjadinya penurunan dan
6. intake makanan (3/5) kenaikan berat badan
7. intake nutrisi (3/5) 13. Anjurkan pasien untuk
8. intake cairan (3/5) memantau kalori dan intake
9. rangsangan untuk makan makanan (misalnya : buku
(3/5) harian makanan)

Monitor nutrisi :
1. Timbang berat badan pasien
2. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
3. Monitor kecenderungan turun
dan naiknya berat badan
4. Identifikasi perubahan berat
badan terakhir
5. Monitor turgor kulit dan
mobilitas
6. Identifikasi abnormalitas kulit
7. Identifikasi adanya abnormalitas
rambut
8. Monitor adanya mual muntah
9. Monitor diet dan asupan kalori
10. Identifikasi perubahan nafsu
makan dan aktifitas akhir-akhir
ini
11. Monitor tipe dan banyaknya
latihan yang biasa dilakukan
12. Tentukan pola makan
13. Monitor adanya pucat
14. Identifikasi adanya
ketidaknormalan kuku
15. Lakukan evaluasi menelan
16. Identifikasi adanya
ketidaknormalan dalam rongga
mulut
17. Tentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi asupan nutrisi

Manajemen cairan
1. Timbang berat badan setiap hari
dan monitor status pasien
2. Hitung atau timbang popok
dengan baik
3. Jaga intake/asupan yang akurat
dan catat output
4. Monitor status hidrasi
5. Monitor hasil laboratorium
6. Monitor tanda-tanda vital pasien
7. Monitor perubahan berat badan
pasien sebelum dan setelah
dialisis
8. Monitor makanan/cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan
kalori harian
9. Berikan terapi IV seperti yang
ditentukan
10. Monitor status gizi
11. Berikan cairan dengan tepat
12. Berikan diuretik yang
diresepkan
13. Tingkatkan asupan oral
14. Distribusikan asupan cairan
selama 24 jam
15. Dukung pasien dan keluarga
untuk membantu dalam
pemberian makan dengan baik
16. Tawari makanan ringan

Manajemen elektrolit/cairan
1. Monitor perubahan status paru
atau jantung yang menunjukkan
kelebihan cairan atau dehidrasi
2. Pantau adanya tanda dan gejala
overhidrasi yang memburuk
atau dehidrasi
3. Dapatkan spesimen
laboratorium untuk pemantauan
perubahan cairan atau elektrolit
4. Timbang berat badan harian dan
pantau gejala
5. Berikan cairan yang sesuai
6. Tingkatkan intake/asupan cairan
per oral
7. Jaga infus intravena yang tepat,
8. Pastikan bahwa larutan IV yang
mengandung elektrolit diberikan
dengan aliran yang konstan dan
sesuai
9. Jaga pencatatan intake/asupan
dan output yang akurat
10. Pantau adanya tanda dan gejala
retensi cairan
11. Batasi cairan yang sesuai
12. Monitor tanda-tanda vital yang
sesuai
13. Monitor kehilangan cairan
BAB III

LAPORAN KASUS

1 PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama :An.Y
Tempat tgl lahir/usia :Padang, 11-02-2009 / 9 tahun
Jenis kelamin :Laki-laki
Agama :Islam
Pendidikan tgl masuk :25 Desember 2018
Tgl pengkajian : 1 Januari 2019
Diagnosa medik :Hipertensi Stage II
b. Identitas Orang Tua
Ayah Ibu
Nama Tn.S Ny.R
Usia 39 35
Pendidikan PT PT
Pekerjaan/sumber PNS PNS
penghasilan
Agama Islam Islam

c. Keluhan Utama Masuk RS


An.Y masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala sejak 3 hari
yang lalu dan bertambah berat sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit
(25 Desember 2016) dengan skala 7.
d. Reasksi Alergi
An.Y tidak memiliki riwayat alegi
e. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat pengkajian hari Selasa tanggal 1 Januari 2019 pukul 16.00
pada An.Y dan orang tua An.Y, Ibu An.Y mengatakan anaknya masih
mengeluh nyeri di kepala. An.Y mengatakan skala nyerinya 4 dan
nyeri dikepalanya terasa seperti ditusuk-tusuk. An.Y juga mengatakan
kedua tangannya terasa berat dan kebas. Akral An.Y teraba dingin,
CRT > 3 dt, dan anak tampak meringis. An.Y mengatakan bahwa ia
tidak ada mual maupun muntah, nafsu makan baik dan menghabiskan
satu porsi makanan yang sudah diberikan oleh rumah sakit.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
memiliki riwayat penyakit yang sama dengan An.Y. orang tua
mengatakan tidak ada anggota yang memiliki riwayat hipertensi
sebelumnya.
3) Riwayat Kesehatan/Pengobatan/Perawatan Sebelumnya
An.Y pernah dirawat di bagian anak RSUP Dr.Mdjamil Padang
pertama kali tanggal 11-19 Desember 2018 dengan diagnose
ensefalitis, ensefalopati, hipertensi, hiponatremia. Anak mendapatkan
terapi metildopa 3 x 105 g (3,5 g /kg BB/x), luminal 2 x 75 g po (5 g /
kg / hr). anak telah control ke poli neurologi thl 22/12/18 dan
direncanakan EEG tanggal 4/1/19 (hari jumat)
f. Riwayat Imunisasi
No. Jenis imunisasi Waktu Frekuensi Reaksi
pemberian setelah
pemberian
1 BCG Usia 2 bulan 1 kali Tdk ada
2 Hepatitis Setelah anak 1 kali Tdk ada
lahir
3 DPT (I,II,III) Usia anak 2, 3 kali Demam
4 bulan dan 1
tahun
4 Polio (I,II,III) Usia 2,4,6 3 kali Tdk ada
bulan
5 Campak Usia 9 bulan 2 kali Tdk ada
dan 2 tahun

g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : lemah
2) Tanda tanda vital:
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 90 x/i
Suhu :36,7 °C
RR : 22x/i
TB/BB :130 cm / 30 kg
3) Pernapasan
a) Irama : regular, 22x/i
b) Retraksi dindinding dada : tidak ada
c) Alat bantu napas : spontan
4) Sirkulasi
a) Sianosis : ada
b) Pucat : tidak ada
c) CRT : > 3 DETIK
d) Akral : dingin
5) Neurologi
a) Kesadaran : compos mentis
b) GCS : E4M5V6
c) Ganggguan neurologis : tidak ada
6) Gastrointestinal
a) Mulut : mukosa kering
b) Mual : tidak
c) Asietes : tidak
d) Lingkaran perut :
7) Eliminasi
a) Defekasi : anus
Frekuensi :1x/hari
Kosistensi :lunak
Karakteristis : lunak
b) Urin : spontan Warna : kuning
Kelaian : tidak ada
Jumlah :200 cc / 10 jam
8) Integument
a) Warna kulit : kuning kecoklatan
b) Luka : tidak ada
9) Lokasi luka :-
10) Genetalia : normal
h. Kebutuhan Dasar
1) Cairan dan nutrisi
a) Kebutuhan cairan : 2000 cc
b) Jenis cairan yang diberikan : air minum
c) Jumlah cairan yang diberikan : 2000 cc
d) Jumlah cairan yang masuk :1500 cc
e) Balance cairan : (IVFD + oral) – (urine + IWL)
1500 – (700+450)
= 350
f) Makanan yang disukai : makanan ringan
g) Makanan yang tidak disukai :sayur
h) Nafsu makan : baik
i) Pola makan : teratur
j) Makanan yang diberikan saat ini : diet rendah garam
2) Tidur
a) Pola tidur : Siang 3 jam, malam 8 jam
b) Kebiasaan sebelum tidur : ditemani
3) Personal Hyugiene
a) Pola kebersihan diri
Mandi : dimandika 1x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
b) Kebersihan kuku
Bersih
4) Aktifitas bermain
Biasanya AnY sering bermain dengan teman sebaya
i. Skrining Nyeri
Numeric Rating Scale

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

None mild moderate severe

1) Adakah rasa nyeri : ya


Lokasi : kepala
Frekuensi : sering
Durasi : hilang timbul
2) Skor nyeri :4
3) Tipe nyeri : menusuk-musuk
4) Karakteristik : tajam
5) Nyeri mempengaruhi : aktifitas fisik, tidur, emosi

j. Skrining Nutrisi
Skrining Gizi Anak Usia 1 Bulan – 18 Tahun (Modifikasi Strong – Kids)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah pasien memiliki Tidak (0) Ya (1)
status nutrisi kurang atau
buruk secara klinis?
2 Apakah terdapat penurunan Tidak (0) Ya (1)
berat badan selama 1 bulan
terakhir?
3 Apakah terdapat SALAH Tidak (0) Ya (1)
SATU dari kondisi berikut?
 Diare profuse
(≥5x/hari) dan atau
muntah (>3x/hari)
 Asupan makan
berkurang berkurang
selama 1 munggu
terakhir
4 Apakah terdapat penyakit Tidak (0) Ya (2)
dasar atau keadaan yang
mengakibatkan pasien
berisiko mengalami
malnutrisi (lihat table di
bawah)?
Total Skor 1
Hasil sttus gizi 1 = beresiko mal nutrisi kurang

k. Skrining Resiko Jatuh


Pengkajian resiko jatuh humpty dumpty
Parameter kriteria Skor Nilai skor
Umur Dibawah 3 tahun 4 2
3-7 tahun 3
7-13 tahun 2
>13 tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2 2
Perempuan 1
Diagnosis Gangguan 4 1
neurologis
Perubahan dalam 3
oksigenesis
Kelainan 2
psikis/perilaku
Diagnosis lain 1
Gangguan Tidak sadar 3 1
kognitif terhadap
keterbatasan
Lupa 2
keterbatasan
Mengetahui 1
kemampuan diri
Faktor Riwayat jatuh 4 2
lingkungan dari tempat tidur
saat bayi/anak
Pasien 3
menggunakan
alat bantu/box/
mebel
Pasien berada di 2
tempat tidur
Pasien di luar 1
ruang rawat
Respon terhadap Dalam 24 jam 3 1
operasi/obat Dalam 8 jam 2
penenang/efek >48 jam 1
anastesi
Penggunaan obat Penggunaan oba 3 1
sedative
Salah satu dari 2
oba diatas
Penggunaan obat 1
lan
TOTAL 10
Hasil : resiko jatuh rendah

l. Hasil Pemeriksaan Penunjang


1) Laboratorium
25/12/18
Kimia klinik
Ureum 12 mg/dl (10,0-50,0)
Kreatinin darah 0,4 (0,8-1,3)

Hematologi
Hb 10,4 (12-15)
Leukosit 12.790/mm3 (4500-13500)
Trombosit 46800 (150.000-450000
Hematokrit 33% (35-49)

26/12/18
Urin
Makroskopis
Warna : coklat
Kekeruhan : negative
BJ : 1005 (1003-1030)
pH : 6,5 (4,6-8,0)

Mikroskopis
Leukosit : 0-1 / LBP (<5)
Eritrosit : 0-1 / LBP (≤1)
Silinder : negative
Kristal : negative

Kimia
Protein : negate
Glukosa negative
Blirubin negative
Urobilinogen positif
31/12/18
Warna kuning
Kekeruhan negative
BJ 1.005
Ph 7,5

Mikroskopis
Leukosit : 0-1 / LBP (<5)
Eritrosit : 0-1 / LBP (≤1)
Silinder : negative
Kristal : negative

Kimia
Protein : negate
Glukosa negative
Blirubin negative
Urobilinogen positif

2) Radiologi
3) Lain-lain

m. Terapi Medis
Paracetamol (po) 3 x 240 mg
Nifedipin (po) 3 x 10 mg
Metildofa (po) 3 x 200 mg
Captopril (po) 3 x 12,5 mg
Asam folat (po) 1 x 1 mg
Vit B6 (po) 1x 10 mg
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI WOC


1. DS: Nyeri akut Agen cidera Hipertensi
 An.Y biologis
mengatakan Kerusakan
nyeri pada vaskuler
kepalanya pembuluh
 An. Y darah
mengatakan
nyerinya seperti Penyumbatan
tertusuk tusuk pembuluh
 An. Y darah
Mnegatakan
nyerinya hilang Gangguan
timbu sirkulasi

 An.Y
mengatakan Retensi

skala nyerinya 4 pembuluh

DO : darah ke otak

 An.Y tampak
meringis Pelepasan

 An.Y tampak radiator kimia

gelisah
Merangsang
 Skala nyeri 4
hipotalamus
 TD : 140/80
mmHg
Nyeri di
 Suhu :
presepsikan
36,7°C
 Pernafasan
:22 Nyeri kepala
x/i
 Nadi :
90x/i

2. DS: Ketidak hipertensi Hipertesi


 An.Y seimbangan
mengatakan perfusi Kerusakan
bahwa badanya jaringan vaskeler
terasa lemah perifer peembuluh
 An.Y darah
mengatakan
kedua Vasokontriksi
tangannya
terasa Suplai darah ke
kesemutan perifer
(parathesia)
Akral dingin,
DO: sianosis, crt >
 CRT 3 dt 3 dt

 Akral teraba
dingin Ketidak

 Kulit terasa seimbangan

bersisik perfusi

 Konjungtiva jaringan perifer

anemis
 Mukosa bibir
kering
 Hb 10,4 (12-15)
3. DS: Intoleransi kelemahan Hipertesi
 An.Y aktivitas
mengataka Kerusakan
n tanganya vaskeler
terasa peembuluh
kebas darah
 An.Y
mengatakan Vasokontriksi
badannya
terasa After load
lemah
 An.Y Fatique
mengatakan
dia dirawat Kelemahan
seak 3 har fisik
yang lalu di
HCU Anak Intoleransi
DO: aktifitas

 Anak
tampak
lemah
 Aktifitas
dibantu
oleh orang
tua
 TD :
140/80
mmHg
 Suhu :
36,7°C
 Pernafasan
:22
x/i
 Nadi :
90x/i
2 DIAGNOSA
no DX Tgl di tegakkan ttd Tgl teratasi ttd
1 Nyeri akut b.d agen cedera Selasa Jumat
biologis 01/01/19 04/01/19

2 Ketidakseimbangan perfusi Selasa Sabtu


jaringan perifer b.d hipertensi 01/01/19 05/01/19

3 Intoleransi aktivitas b.d Selasa Jumat


kelemahan 01/01/19 04/01/19
3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Noc Nic


keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
cedera biologis Indikator: aktivitas
1. Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif
1. nyeri yang dilaporkan
2. Kaji ketidaknyamanan secara non verbal
2. panjangnya episode nyeri
3. Pastikan pasien mendapat perawatan dengan
3. Mengerang dan menangisi
analgesik
4. ekspresi nyeri wajah
4. Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien
5. mengeluarkan keringat
dapat menceritakan pengalaman nyeri
6. tekanan darah
5. Tentukan dampak nyeri

Kontrol nyeri 6. Evaluasi pengontrolan nyeri

Indikator: 7. Gunakan metode pelatihan untuk menilai

1. Menilai lamanya nyeri perubahan nyeri

2. Menilai faktor penyebab 8. Tentukan tingkat kebutuhan pasien terhadap

nyeri kenyamanan untuk pengurangan nyeri

3. Gunakan catatan nyeri 9. Kontrol faktor lingkungan yang dapat

4. Penggunaan analgesik menimbulkan nyeri


yang disarankan 10. Mengurangi faktor-faktor peningkatan nyeri
5. Melaporkan tanda dan
gejala nyeri Terapi relaksasi
6. Menilai gejala nyeri Aktivitas:
7. Melaporkan jika nyeri 1. 1. ajarkan teknik non farmakologi
terkontrol 2. 2. gambarakan rasioanal dan manfaat
relaksasi
3. 3. minta pasien untuk tenang dan rileks
4.
Pemberian analgetik
1. cek ada riwayat alegri obat
2. pilih analgetik sesuai orderan
3. monitor ttv sebelum dan setelah pemberian
analgetik
No Diagnosa Noc Nic
keperawatan
2. Ketidakseimbangan Perfusi jaringan Manajemen sensasi perifer
perfusi jaringan perifer Indikator: Aktivitas:
b.d hipertensi 1. muka pucat 1. monitor sensasi tumpul atau tajam dan
2. nilai rata-rata tekanan panas dan dingin ( yang diraskan pasien)
darah 2. monitor adanya penekanan dari gelang ,
3. tekanan dzrah diastolik alat medis, sepatu dna baju
4. tekanan darah sistplik 3. dorong pasien untuk menggunakan bagian
5. kekuatan denyut radial( tubuh yang tidak terganggu untuk
kanan) mengetahuoi sushu makanan, cairan, air
6. kekuatan denyut radial mandi, dan lain-lain.
(kiri) 4. Monitor adanya parathesia dengan tepat
5. Instruksikan pasien dan keluarga untuk
manajemen diri: hipertensi menjaga posisi tubuh ketika sedsng ,andi,
indikator: duduk, bberbaring atau merubah posisi
1. memantau tekanan darah 6. Dorong untuk penggunaan sarung tangan
2. menggunakan teknik anti panas saat megang alat-alat masak
relasasi dari dan selalu monitor
3. memantau efek yang 7. Hindari dan selalu monitor penggunaan
tidak diharapkan dari terapi kompres panas atau dingin seperti
obat-obatan penggunaan bantalan panas, botol berisi
4. mempertahankan target air panas dan botol berisi air panas atau
tekanan darah dengan kantong es
5. memantau efek samping 8. Gunakan alat yang dapat mengurangi
obat penekanan yang sesuai
6. memantau efek terapi 9. Berikan obat analgesik,
obat-obatan kortikoskoid,antikonvulsan, anti
7. membatasi komsumsi depresantrisilik, atau anastesi lokal sesuai
kafein kebutuhan
10. Pilih metode yang tepat dalam membantu
BAB
11. Pilih metode yang tepat dalam membantu
BAB
12. Lindungi tubuh terhadap perubahan suhu
ekstrim
13. Monitor kemampuan BAK dan BAB
14. Imobilisasikan kepala, leher, dan
punggung dengan tepat
15. Intruksikan pasien untuk selalu mengamati
posisi tubuh propriosepsi terganggu.
No Diagnosa Noc Nic
keperawatan
3. Intoleransi aktivitas b.d Toleransi terhadap aktivitas Terapi aktivitas
riwayat inroleransi Indikator: Aktivitas:
aktivitas sebelumnya 1. saturasi oksigen ketika 1. pertimbangkan kemampuan klien dalam
beraktivitas berparsipasi melalui aktivitas fisik
2. frekuensi nadi ketikia 2. bantu klien dan keluarga mengidentifiksi
beraktivitas kelemahan dalam level melakukan
3. warna kulit aktivitas
4. tekanan darah sitolik ketika 3. dorong aktivitas kreatif yang tepat
beraktivitas 4. bantu klien untuk mengidentifikasi dan
5. Tekanan darah diastolik memperoleh sumber-sumber yang
ketika beraktivitas diperlukan untuk aktivitas-aktivitas yang
6.kekuatan tubuh bagian bawah diinginkan
Kekuatan tubuh bagian atas 5. bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang diinginkan
Daya tahan 6. bantu klien untuk mengidentifikasi
Indikator: aktivitas yang bermakna
1. hemoglobin 7. monitor respon emosi, fisik, sosial dan
2. hematokrit spritual terhadap aktivitas
3. glukosa darah 8. bantu klien untuk meningkatkan motivasi
4. aktivitas fisik diri dan penguatan
5. kelelahan 9. berikan permaianan kelompok terstuktur ,
6. daya tahan otot non kompentitif, aktif
10. berikan pujian positif karena kesediaanya
untuk terlibat dalam aktivitas dengan cara
cepat
manajemen energi
aktivitas:
1. kaji status fisiologis pasien yang
menyebabkan kelehan sesuai dengan
konteks usia dan perkembangan
2. tentukan jenis dan banyanya aktivitas
yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan
3. perbaiki defisit status fisiologis
4. monitor intake / asupan nutrisi untuk
mengetahui sumber energi yang adekuaT
5. anjurkan aktivitas fisik
6. bantu pasien untuk mejadwalkan periode
istirahat
EVALUASI

No Hari/tgl/jam No Implementasi Hari/tgl/ Evaluasi Ttd


dx jam
1. Selasa 1 1. melakukan penilaian nyeri secara Selasa/ S:
01/01/19 komprehensif 01/01/19  An.Y mengatakan nyeri pada
15.00 2. mengkaji ketidaknyamanan 21.00 kepalanya berkurang setelah
menggunakan komunikasi terapeutik diberikan obat
dan mengkaji kenyamana secara non  An. Y mengatakan nyerinya
verbal seperti tertusuk tusuk
3. mengontrol faktor lingkungan yang  An. Y mengatakan nyerinya
dapat menimbulkan nyeri kadang kadang muncul
4. memengurangi faktor-faktor  An.Y mengatakan skala
peningkatan nyeri nyerinya 2
5. kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgesic (pct) O:
6. mengajarkan teknik non farmakologi,  An.Y tampak gelisah
yaitu akupresure  Skala nyeri 2
 TD : 130/80 mmHg
 Suhu : 36,5°C
 Pernafasan :22 x/i
 Nadi : 78x/i
A: nyeri belum teratasi
P: intervensi 1-7 dilanjutkan

2 Selasa 1. memonitor adanya penekanan dari Selasa/ S


01/01/19 gelang , alat medis, dan baju 01/01/19  An.Y mengatakan bahwa badanya
15.00 2. mendorong pasien untuk 21.00 terasa lemah
menggunakan bagian tubuh yang  Anak Y mengatakan tanganya
tidak terganggu untuk melakukan masih terasa kesemutan
aktifitas kesemutan (parathesia)
3. memonitor adanya parathesia
(kesemutan) dengan tepat O:
4. menginstruksikan pasien dan  CRT 2 dt
keluarga untuk menjaga posisi  Akral teraba dingin
tubuh ketika sedang berdiri,  Konjungtiva anemis
duduk, berbaring atau merubah  Mukosa bibir kering
posisi  Kulit terasa berisisik
5. mengimobilisasikan kepala, leher,
dan punggung dengan tepat A: masalah perfusi jaring perifer
6. mengintruksikan pasien untuk belum teratasi
selalu mengamati posisi tubuh P : intervensi 1-6 dilanjutkan
propriosepsi terganggu.
3 Selasa 1. Mempertimbangkan kemampuan Selasa/ S
01/01/19 klien dalam berparsipasi melalui 01/01/19  An.Y mengatakan tanganya
15.00 aktivitas fisik 21.00 terasa kebas
2. Membantu klien dan keluarga  An.Y mengatakan badannya
mengidentifiksi kelemahan dalam terasa lemah
level melakukan aktivitas O:
3. Membantu dan mendrong klien  Anak tampak lemah
untuk mengidentifikasi aktivitas  Aktifitas dibantu oleh orang
yang diinginkan tua
4. Membantu klien untuk  TD : 130/80 mmHg
mengidentifikasi aktivitas yang  Suhu : 36,5°C
bermakna  Pernafasan :22 x/i
5. Memonitor intake / asupan nutrisi
 Nadi : 78x/i
untuk mengetahui sumber energi
A: masalah belum teratasi
yang adekuat
P: intervensi 1-6 dilanjutkan
6. Menganjurkan aktivitas fisik
4. Rabu 1 1. melakukan penilaian nyeri secara Kamis/ S:
02/01/19 komprehensif 03/01/19  An.Y mengatakan nyeri pada
21.00 2. mengkaji ketidaknyamanan 06.00 kepalanya berkurang ketika
menggunakan komunikasi terapeutik dipijat
dan mengkaji kenyamana secara non  An. Y mengatakan nyerinya
verbal seperti tertusuk tusuk
3. mengontrol faktor lingkungan yang  An. Y mengatakan nyerinya
dapat menimbulkan nyeri jarang muncul
4. memengurangi faktor-faktor  An.Y mengatakan skala
peningkatan nyeri nyerinya 2
5. mengajarkan teknik non farmakologi,
yaitu akupresure O:
 AnY tidak tampak meringis
 An.Y tampak gelisah
 Skala nyeri 2
 TD : 120/80 mmHg
 Suhu : 36,9°C
 Pernafasan :20 x/i
 Nadi : 74x/i

A: masalah nyeri teratasi sebagian


P: intervensi 1-5 dilanjutkan
5 Rabu 2 1. memonitor adanya penekanan dari Kamis/ S
02/01/19 gelang , alat medis, dan baju 03/01/19  An.Y mengatakan bahwa badanya
21.00 2. mendorong pasien untuk 06.00 masih terasa lemah
menggunakan bagian tubuh yang  Anak Y mengatakan tanganya
tidak terganggu untuk melakukan masih terasa kesemutan
aktifitas kesemutan (parathesia)
3. memonitor adanya parathesia
(kesemutan) dengan tepat O:
4. menginstruksikan pasien dan  CRT < 2dt
keluarga untuk menjaga posisi  Akral teraba dingin
tubuh ketika sedang berdiri,  Konjungtiva tidak
duduk, berbaring atau merubah  Mukosa bibir kering
posisi  Kulit terasa kering
5. mengimobilisasikan kepala, leher,
 TD : 120/80 mmHg
dan punggung dengan tepat
 Suhu : 36,9°C
6. mengintruksikan pasien untuk  Pernafasan :20 x/i
selalu mengamati posisi tubuh  Nadi : 74x/i
propriosepsi terganggu.
A: masalah belum teratasi

P : intervensi 1-6 dilanjutkan


6 Rabu 1. Mempertimbangkan kemampuan Kamis/ S
02/01/19 klien dalam berparsipasi melalui 03/01/19  An.Y mengatakan tanganya
21.00 aktivitas fisik 06.00 terasa kebas
2. Membantu klien dan keluarga  An.Y mengatakan badannya
mengidentifiksi kelemahan dalam masih terasa lemah
level melakukan aktivitas O:
3. Membantu dan mendrong klien  Anak tampak lemah
untuk mengidentifikasi aktivitas  Aktifitas dibantu oleh orang
yang diinginkan tua
4. Membantu klien untuk  TD : 120/80 mmHg
mengidentifikasi aktivitas yang  Suhu : 36,9°C
bermakna  Pernafasan :20 x/i
5. Memonitor intake / asupan nutrisi
 Nadi : 74x/i
untuk mengetahui sumber energi A: masalah belum teratasi
yang adekuat P: intervensi 1-9 dilanjutkan
6. Menganjurkan aktivitas fisik
7. Kamis 1 1. melakukan penilaian nyeri secara Jumat / S:
03/01/19 komprehensif 04/01/19  An.Y mengatakan nyeri pada
21.00 2. mengkaji ketidaknyamanan 06.00 kepalanya sudah tidak ada
menggunakan komunikasi terapeutik muncul
dan mengkaji kenyamana secara non
verbal O:
3. mengontrol faktor lingkungan yang  AnY tidak tampak meringis
dapat menimbulkan nyeri  An.Y tampak relaks
4. memengurangi faktor-faktor  Skala nyeri 0
peningkatan nyeri  TD : 120/70 mmHg
5. mengajarkan teknik non farmakologi,  Suhu : 36,8°C
yaitu akupresure  Pernafasan :20 x/i
 Nadi : 78x/i

A: masalah nyeri teratasi


P: intervensi dihentikan
8 Kamis 2 1. memonitor adanya penekanan dari Jumat / S
03/01/19 gelang , alat medis, dan baju 04/01/19  An.Y mengatakan bahwa badanya
21.00 2. mendorong pasien untuk 06.00 tidak terasa lemah
menggunakan bagian tubuh yang  Anak Y mengatakan tanganya
tidak terganggu untuk melakukan masih terasa kesemutan
aktifitas kesemutan (parathesia)
3. memonitor adanya parathesia
(kesemutan) dengan tepat O:
4. menginstruksikan pasien dan  CRT < 2dt
keluarga untuk menjaga posisi  Akral teraba hangat
tubuh ketika sedang berdiri,  Konjungtiva tidak anemis
duduk, berbaring atau merubah  Mukosa bibir kering
posisi  Kulit terasa kering
5. mengimobilisasikan kepala, leher,
 TD : 120/70 mmHg
dan punggung dengan tepat
 Suhu : 36,8°C
6. mengintruksikan pasien untuk
 Pernafasan :20 x/i
selalu mengamati posisi tubuh
 Nadi : 78x/i
propriosepsi terganggu.

A: masalah teratasi sebagian


P : intervensi 1-6 dilanjutkan
9 Kamis 3 1. Mempertimbangkan kemampuan Jumat/ S
03/01/19 klien dalam berparsipasi melalui 04/01/19  An.Y mengatakan tanganya
21.00 aktivitas fisik 06.00 masih terasa kebas
2. Membantu klien dan keluarga  An.Y mengatakan badannya
mengidentifiksi kelemahan dalam tidak terasa lemah
level melakukan aktivitas O:
3. Membantu dan mendrong klien  Anak tampak segar
untuk mengidentifikasi aktivitas  Anak sudah bisa berakifitas
yang diinginkan seperti anak-anak lainya
4. Membantu klien untuk  Aktifitas dilakukan mandiri
mengidentifikasi aktivitas yang  TD : 120/70 mmHg
bermakna  Suhu : 36,8°C
5. Memonitor intake / asupan nutrisi
 Pernafasan :20 x/i
untuk mengetahui sumber energi
 Nadi : 78x/i
yang adekuat
A: masalah intoleransi teratasi
6. Menganjurkan aktivitas fisik
P: intervensi dihentikan
BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Pada An. Y dengan hipertensi
stage 2 di ruangan Kronis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Selama melakukan asuhan
keperawatan penulis berusaha menetapkan proses asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi. Disamping itu, penulis juga akan membahas
kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis temukan selama menerapkan
asuhan keperawatan ini pada An. Y di ruangan Kronis RSUP.Dr.M. Djamil Padang.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi status kesehatan klien (Nursalam,
2007). Secara teori pengkajian pada pasien hipertensi stage 2 didapatkan data
yaitu, terjadi kenaikan hipertensi, nyeri pada bagian tangan, wajah meringis, anak
tampak gelisah. Pada saat pengkajian tanggal 1 Desember 2018 , An.Y
mengatakan sakit pusing kepala, pada tangannya merasakan kebas. Pengkajian
nyeri yang didapatkan (P) sakit kepala, (Q) sepeti ditusuk-tusuk, (R) sering, (S)
4, (T) hilang timbul. An. Y mengeluhkan badannya terasa letih dan lemah.
Hal ini sesuai dengan teori Boby (2012) mengatakan tentang penyakit
hipertensi seteg 2 dengan menunjukan gejala sakit kepala, lelah, stres, kurang
nafsu makan, kesemutan, gelisah. Meskipun tidak semua dialami oleh klien
hampir sebagian besar teori terdapat dan terjadi pada klien.
Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah anak. Anak yang yang
lebih berat atau lebih tinggi badannya mempunyai nilai tekanan darah yang lebih
tinggi dibandingkan anak sebaya yang lebih kurus dan pendek. Hipetensi primer
banyak dijumpai pada remaja laki-laki dalam bentuk derajat ringan dan biasanya
tidak menunjukan gejala klinis. Gejala umum yang timbul yang timbul pada anak
adalah sakit kepala, pussing, penglihatan kabur, nyeri perut, muntah, nafsu
makan berkurang, gelisah, berat badan menurun, dan keringat berlebih
(Syafaruddin, 2013). Teori ini sesuai denga apa yang dialami oleh An. Y dengan
tekanan darah tinggi.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan
aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil dimana perawat bertanggung gugat
(Nanda, 2015-2017). Tahapan dalam penegakan diagnosa keperawatan ini adalah
analisa data, perumusan masalah dan prioritas masalah (Suprajitmo, 2004).
Diagnosa keperawatan teoritis yang direncanakan yakni :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Ketidakseimbangan Perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipertensi
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kegagalan fungsi
jantung
4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan edema paru
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nafsu makan akibat sesak
6. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
fungsi pompa
7. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
fungsi pompa.
8. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pada jaringan
paru akibat edema paru
9. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energy yang
dihasilkan dari metabolisme yang berubah
10. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan ketidakcukupan
nutrisi untuk regenerasi dan perkembangan sel-sel tubuh
11. Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan kesulitan minum
akibat sesak nafas
12. Resiko infeksi berhubungan dengan pembendungan darah dalam
jantung
13. Gangguan body image berhubungan dnegan adanya clubbing finger
akibat sianosis yang kronik.

Dari 11 diagnosa keperawatan hanya ada 3diagnosa yang muncul sesuai dengan
teori. Hal ini disesuaikan dengan hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik terhadap
Ny. R di ruang rawat kebidanan RSUP Dr Mjamil Padang, yaitu :
a. Nyeri akut b.d Faktor biologis
Penulis mengangkat problem nyeri karena saat dilakukan pengkajian
didapatkan data subjektif : sakit kepala, pusing . Pengkajian nyeri yang
didapat(P) sakit kepala, (Q) sepeti ditusuk-tusuk, (R) sering, (S) 4, (T) hilang
timbul. Penulis menetapkan diagnosa ini sebagai prioritas pertama karena
nyeri akut termasuk dalam domain ketidaknyamanan (kebutuhan dasar
manusia).
b. Ketidakseimbangan Perfusi jaringan serebral b.d hipertensi
Penulis mengangkat diagnosa keperawatan perfusi jaringan b.d
hipertensi karena didapatkan data subyektif : keluarga pasien mengatakan
tekanan darah pasien 140/ 80, sianosis ada, . crt > 3 detik , akral teraba
dingin. Dari data – data diatas penulis mengangkat masalah perfusi jaringan
berhubunga dengan hipertensi sebagai prioritas kedua.
c. Intoleransi aktivitas b.d riwayat aktifitas sebelumnya
Menurut NANDA (2018) adalah ketidakcukupan energy psikologis
atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas
kegidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Penulis
megangkat diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan dengan
riwayat aktifitas sebelumnya karena dari data yang didapat data subyektif
:An.Y mengatakan tanganya terasa kebas, An.Y mengatakan badannya terasa
lemah, An.Y mengatakan dia dirawat seak 3 har yang lalu di HCU Anak.
Berdasarkan data yang didapatkan dari klien dan batasan karakteristik
menurit NANDA 2018, penulis menjadikan diagnose ini menjadi diagnose
ketiga.
C. Intervensi dan implementasi
Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh
perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga
mencakup kebutuhan klien jangka panjang (Potter,2012).
a. Nyeri akut berhubungan dengan faktor fisiologi
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cidera akut, peyakit, atau
interval bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang
bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung singkat dari beberapa detik
hingga kurang dari 6 bulan ( Andarmoyo, 2013).
Respon perilaku terhadap nyeri yang ditunjukan oleh pasien sangat
beragam. Salah satunya dapat dilihat dari ekspresi wajah meringis,
mengelutkan gigi, mengerutkan dahi, menggigit bibir, menutup mata dan
mulut dengan rapat, serta membuka mata dengan lebar ( Andarmoyo, 2013).
Menurut NANDA (2018) Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa (International Association for the Study of Pain ): awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan. Dengan batasan mayor
perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi
jantung, perubahan frekuensi pernafasan, laporan isyarat, diaforesis, prilaku
distraksi, mengekspresikan prilaku (seperti gelisah, merengek menangis,
waspada, iritabilitas, mendesah, masker wajah (misalnya mata kurang
bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar, meringis), prilaku
berjaga-jaga melindungi nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri,
sikap tubuh melindungi, fokus diri sendiri, gangguan tidur, melaporkan nyeri
secara verbal.
Penulis mengangkat problem nyeri karena saat dilakukan pengkajian
didapatkan data subyektif : An. Y mengatakan Pusing pada kepala, nyeri
pada kepala. Pengkajian nyeri yang didapatkan (P) sakit kepala, (Q) sepeti
ditusuk-tusuk, (R) sering, (S) 4, (T) hilang timbul. Penulis menetapkan
diagnosa ini sebagai prioritas pertama karena nyeri akut termasuk dalam
domain ketidaknyamanan (kebutuhan dasar manusia).
Menurut Hierarki Maslow kenyamanan adalah kebutuhan dasar
(keamanan dan keselamatan) yang apabila tidak diatasi maka akan
mengganggu kenyamanan yang terus berkepanjangan. Serta nyeri
merupakan kebutuhan rasa nyaman yang harus dipenuhi tapi penanganya
dapat ditolerir dan juga dapat berpengaruh pada kebutuhan fisiologis seperti
terjadi peningkatan respiratori, kardiovaskuler, tekanan darah, peningkatan
peristaltik yang dapat berakibat diare dan perubahan psikologis karena
dengan nyeri klien bisa mengakibatkan kecemasan sehingga masalah ini
perlu mendapatkan penanganan yang segera.
Diagnosa nyeri merupakan diagnosa yang aktual karena nyeri akut
merupakan keluhan utama yang dirasakan pada saat pengkajian. Untuk
pemilihan etiologi dari masalah keperawatan, nyeri akut berhubungan
dengan faktor fisiologi. Nyeri akut berlangsung sebelum 6 bulan dan
dikarenakan adanya agen cidera. Tindakan yang dilakukan penulis untuk
rasa nyeri adalah melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi frekuensi kualitas dan faktor presifitasi,
menggunakan teknik komunikasi teraupeutik, mengevaluasi pengalaman
nyeri masa lampau, mengurangi faktor presivitasi nyeri, mengajarkan
tentang teknik nonfarmakologi, meningkatkan istirahat, berkolaborasi
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan yang tidak berhasil.
b. Ketidakseimbangan Perfusi jaringan berubungan dengan hipertensi
Menurut NANDA (2018) Ketidakseimbangan Perfusi jaringan adalah
penurunan jumlah oksigen yang mengalami kegagalan tingkat perifer.
Penulis mengangkat diagnosa keperawatan perfusi jaringan b.d hipertensi
karena didapatkan data subyektif : Dari data keluarga pasien mengatakan
tekanan darah 140/ 80, sianosis ada, . crt > 3 detik , akral teraba dingindari
data penulis mengangkat masalah ketidakseimbangan perfusi jaringan b.d
hipetensi sebagai prioritas kedua.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan riwayat aktifitas sebelumnya
Menurut NANDA (2018) adalah ketidakcukupan energy psikologis
atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas
kegidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Penulis
megangkat diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan dengan
riwayat aktifitas sebelumnya karena dari data yang didapat data subyektif
:An.Y mengatakan tanganya terasa kebas, An.Y mengatakan badannya terasa
lemah, An.Y mengatakan dia dirawat sejak 3 har yang lalu di HCU Anak.
Berdasarkan data yang didapatkan dari klien dan batasan karakteristik
menurit NANDA 2018, penulis menjadikan diagnose ini menjadi diagnose
ketiga.
Penulis melakukan intervensi terapi aktivitas : pertimbangkan
kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui aktivitas spesifik, bentuk klien
tetap focus pada kekuatan yang dimilikinya, mengkaji setiap aspek klien
terhadap terapi latihan direncanakan, dorong aktifitas kreatif yang tepat,
hindari aktivitas yang terlalu berat dan tidak sesuai dengan kondisi klien
dapat memperburu toleransi terhadap latihan.
D. Evaluasi
Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai proses
yang disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai kualitas, nilai
atau kelayakan dari sesuai dengan membandingkan pada kriteria yang
diidentifikasi atau standar sebelumnya. Dalam proses keperawatan, evaluasi
adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja
dimana klien, keluarga dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya
menentukan Wilkinson (2007).
Menurut Wilkinson (2007) juga, evaluasi yang efektif tergantung pada
langkah yang sebelumnya dilakukan. Kegiatan evaluasi tumpang tindih dengan
kegiatan pengkajian. Tindakan untuk mengumpulkan data adalah sama tetapi
yang membedakan adalah kapan dikumpulkan dan bagaimana dilakukan. Pada
tahap pengkajian, perawat menggunakan data untuk membuat diagnosa
keperawatan sedangkan pada tahap evaluasi, data digunakan untuk mengkaji efek
dari asuhan keperawatan terhadap diagnosa keperawatan.
Hasil Evaluasi pada tanggal 1 Desember 2019 pukul 21.00 WIB dengan
masalah keperawatan ke 3 diagnosa sudah teratasi, dan An. Y sudah melulai
membaik, tekanan darah An.Y sudah turun dan kembali normal, jadi tindakan
yang akan dilakukan memantau untuk melihat tekanan darah pada An.Y.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hipertensi pada anak adalah rerata tekanan darah sistolikdan/atau tekanan darah
diastolik > persentil 95 sesuai denganjenis kelamin, usia dan tinggi badan pada >3 kali
pengukuran.Prevalensinya diperkirakan sebesar 12%.Hipertensi diketahuimerupakan
salah satu faktor risiko terhadap terjadinyapenyakit jantung koroner pada orang dewasa,
dan adanyahipertensi pada masa anak mungkin berperanan dalamperkembangan dini
penyakit jantung koroner tersebut.Pengobatan hipertensi pada anak terdiri dari terapi
nonfarmakologisdan terapi farmakologis. Terapi non-farmakologispengurangan berat
badan, aktivitas fisik yang reguler,dan modifikasi diet sedangkan terapi obat
menggunakan -Angiotensin-converting enzymes (ACE) inhibitors,penghambat reseptor-
angiotensin, penghambat reseptor-b,calcium channel blockers, dan diuretika.

B. SARAN

Diharapkan anak dan keluarga sedapat mungkin lebih sering kontak dengan

tenaga kesehatan guna memperoleh informasi kesehatan yang bermanfaat agar tanda

bahaya dalam kesahatan dapat segera dideteksi sehingga angka kejadian komplikasi anak

dapat diminimalisir demi tercapainya status kesehatan yang baik anak.


DAFTAR PUSTAKA

McNiece KL, Portman RJ, 2007. Hypertension: Epidemiology and evaluation. In: Kher KK,
Schnaper HW, Makker SP, eds. Clinical Pediatric Nephrology. London: Informa
Healthcare; 461-80.
Shafirian M. Hypertensive Encephalopathy. Iran J Child Neurol 2012; 6(3):1- 7.
Supartha M, Suarta IK, Winaya IBA. Hipertensi pada Anak. Maj Kedokt Indon, 2009;59(5):221-
30.
Pungky AK, Damanik MP. Hipertensi pada Anak di RS DR. Sardjito Yogyakarta. Berita
Kedokteran Masyarakat, 2006;22(3):124-7.
Alatas H. Masalah dan penanggulangan hipertensi pada anak.Sari Pediatri 1994; 1:88–94.
National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Children and Adolescents.The Fourth Report on the Diagnosis, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure in Children and Adolescents.Pediatrics.2004; 114:555-
76.
Riley M, Bluhm B. Hypertension in Children and Adolescents. Am Fam Physician.
2012;85(7):693-700.
Luma GB, Spiotta RT. Hypertension in Children and Adolescents. Am Fam Physician.
2006;73:1158-68.
Sekarwana N, Rachmadi D, Hilmanto D. Tatalaksana Hipertensi pada Anak. IDAI. 2011. p.1-20.
Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Maj Kedokt
Indon, 2009;59(12): 580-87.
Nuraini B. Risk Factor of Hypertension. J Majority, 2015;4(5):10-9.
Saing JH. Hipertensi pada Remaja. Sari Pediatri, 2005;6(4):159-65.
Umboh A, Kasie J, Edwin J. Hubungan Antara Resistensi Insulin dan Tekanan Darah pada Anak
Obese. Sari Pediatri, 2007;8(4):289-93.
Haris S, Tambunan T. Hipertensi pada Sindrom Metabolik. Sari Pediatri, 2009;11(4):257-63. 15.
Nuraini B. Risk Factor of Hypertension. J Majority, 2015;4(5):10-9.

Anda mungkin juga menyukai