Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit yang sering muncul bahkan menjadi

tantangan besar di Indonesia dan sering ditemukan pada pelayanan kesa- hatan.

Data WHO (World Health Organizations) 2014 menunjukkan bahwa pravelensi

tertinggi hipertensi yaitu 31,7%. Pravelensi penderita hipertensi tertinggi terjadi

di Afrika yaitu 30% untuk kedua jenis kelamin dan prava- lensi terendah yaitu

di wilayah Amerika serikat yaitu sekitar 18% untuk kedua jenis kelamin

(Angkawijaya & Agung, 2016).

Berdasarkan Data dari Dinkes Kabupaten Soppeng, penyakit hipertensi

merupakan penyakit ketiga Teratas setelah penyakit Batuk dan ISPA dari 10

penyakit terbanyak di Kabupaten Soppeng. Data menunjukkan dari 225.512

jiwa penduduk Kabupaten Soppeng, jumlah penderita hipertensi sebanyak

22.236 (9%) jiwa pada tahun 2015 dan meningkat men- jadi 31.486 (13%) jiwa

pada tahun 2016 (Dinkes Soppeng, 2016).

Data diatas menunjukkan bahwa masih tingginya kasus hipertensi. Hal ini

membutuhkan sikap pencegahan kambuhnya hipertensi pada klien yang

memiliki riwayat hipertensi. Keberhasilan dari pencegahan kekambuhan

hipertensi dapat dilihat dari sikap dan pengetahuan dari klien yang memiliki

riwayat hipertensin (Dewi 2013). Pengetahuan yang perlu diketahui oleh

klien riwayat hipertensi yaitu faktor penyebab hipertensi. Faktor penyebab


2

gomsumsi makanan yang asing dan siap saji yang memiliki kandungan le- mak

(Novian, 2013). Apabila pengetahuan seseorang semakin baik maka sikapnya

pun semakin baik. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak dis- ertai dengan

sikap maka pengetahuan itu tidak akan berarti (Notoatmod- jo,2003).

Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien hipertensi un- tuk dapat

mengatasi kekambuhan hipertensi. Sikap pencegahan kekambuhan hipertensi

bisa dilakukan dengan mempertahankan berat badan, mengurangi makanan

dengan tinggi garam, makanan yang berlemak, makanan yang tinggi serat dan

melakukan aktivitas olahraga (Zaini, 2015).

Menurut Dwi Hastuti dalam penelitiannya yang berjudul Gambaran

pengetahuan dan sikap klien tentang cara perawatan hipertensi berdasarkan

karasteristik di poloklinik dalam RS Rajawali Bandung provinsi Jawa barat

menyatakan bahwa Dari hasil penelitian dengan jumlah 42 responden didapat

26 orang (61,9%) pengetahuan kurang, 14 orang (33,3%) penge- tahuan cukup,

dan 2 orang (4,8%) berpengetahuan baik tentang cara perawa- tan hipertensi dan

dari hasil penelitian dengan jumlah 42 responden didapat 25 orang (59,5%)

sikap positif, dan 17 orang (40,5%) dengan bersikap nega- tive atau kurang

tentang cara perawatan hipertensi. Sebagian besar penge- tahuan klien

berdasarkan tingkat pendidikan responden kurang. Persentasi pengetahuan yang

kurang tentang perawatan hipertensi pada tingkat pen- didikan menengah

kebawah lebih besar dibanding perguruan tinggi (Hastuti & Lestari).


3

Kurangnya sikap pencegahan kekambuhan akan penyakit hipertensi, maka

akan menambah jumlah penderita hipertensi Jika tekanan darah selalu tinggi

maka akan menimbulkan kerusakan beberapa organ tubuh misalkan pada

jantung dan ginjal (Gunawan 2001). Tekanan darah yang tinggi dalam jangka

waktu lama dapat menyebabkan beberapa kejadian berbahaya seperti pecahnya

pembuluh darah, kerusakan ginjal, dan kerusakan jantung (Prasetyaningrum &

Indah, 2014).

Survey pendahuluan didapatkan bahwa dari jumlah pasien hipertensi

secara keseluruhan dua bulan terakhir (bulan November dan Desember) yai- tu

sebanyak 285 dan jumlah pasien yang memiliki riwayat hipertensi sebanyak 40

orang (Puskesmas Batu-batu, 2017). Hasil data diatas menunjukkan angka

kejadian hipertensi masih cukup tinggi, berdasarkan studi pendahuluan dari

lima penderita yang memiliki riwayat hipertensi, dua dari penderita menyatakan

bahwa hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah yaitu biasanya 140/90

mmHg dan tahu cara pencegahnnya, sedangkan yang lainnya tidak tahu tentang

penyakit hipertensi dan tidak tahu cara pencegahannya. Berdasarkan hal

tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran

pengetahuan dan sikap pencegahan kekambuhan hipertensi pada klien riwayat

hipertensi di wilayah kerja puskesmas Batu-batu Kabupaten Soppeng. Peneliti

akan melakukan penelitian yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu dari

populasi penelitian sebelumnya sampelnya yaitu penderita hipertensi sedangkan

penelitian ini yaitu penderita yang memiliki riwayat hipertensi.


4

B. Rumusan Masalah

Hipertensi merupakan penyakit yang sering muncul bahkan menjadi

tantangan besar di Indonesia dan sering ditemukan pada pelayanan kesa- hatan.

Berdasarkan studi pendahuluan dari lima penderita yang memiliki riwayat

hipertensi, dua dari penderita menyatakan bahwa hipertensi adalah

meningkatnya tekanan darah yaitu biasanya 140/90 mmHg dan tahu cara

pencegahnnya, sedangkan yang lainnya tidak tahu tentang penyakit hipertensi

dan tidak tahu cara pencegahannya.

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah “ Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap pencegahan

kekambuhan hipertensi pada klien riwayat hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Muara Dua “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap pencegahan kekam- buhan

hipertensi pada klien riwayat hipertensi di wilayah kerja pusk- esmas

Puskesmas Kecamatan Muara Dua

2. Tujuan Khusus :

a. Diketahuinya Karasteristik demografi klien riwayat hipertensi di

wilayah kerja puskesmas Puskesmas Kecamatan Muara Dua.


5

b. Diketahuinya gambaran pengetahuan klien riwayat hipertensi diwi-

layah kerja puskesmas Puskesmas Kecamatan Muara Dua.

c. Diketahuinya gambaran sikap klien riwayat hipertensi dalam

pencegahan kekambuhan hipertensi di walayah kerja puskesmas

Puskesmas Kecamatan Muara Dua.

D. Manfaat Penelitian

1. Balai kesehatan/ Puskesmas

Hasil penelitian diharapkan memperkaya literatur untuk ilmu keperawatan

dan mampu dijadikan tambahan referensi penelitian selan- jutnya tentang

hipertensi.

2. Peneliti

Memperkaya ilmu pengetahuan dan pengalaman dari hasil penelitian yang

telah dilakukan sehingga berguna bagi pekerjaan dan orang lain. Selain itu

Hasil penelitian diharapkan memperkaya literatur untuk ilmu keperawatan

dan mampu dijadikan tambahan referensi penelitian selanjutnya tentang

hipertensi.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah

tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas

batas normal atau optimal yaitu ≥ 140 mmHg untuk sistolik dan ≥ 90 mmHg

untuk diastolik. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent dis- ease

karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebe- lum

memeriksakan tekanan darahnya (Purnomo, 2009).

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal

dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang

dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari

140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012). Menurut Price

(dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi adalah sebagai

peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan

diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi

menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti

penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,

makin besar resikonya. Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H.

(2011), Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam

pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.


7

Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen

seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang bersifat

eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi.

2. Etiologi

a. Usia

Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.

Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan

insiden penyakit arteri koroner dan kematian premature.

b. Kelamin

Pada umumnya insiden padan pria lebih tinggi dari pada wanita,

namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita mulai

meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden pada wanita lebih

tinggi.

c. Ras

Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada

yang berkulit putih, akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras kulit

hitam. Misalnya mortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115 atau

lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali bagi

wanita putih.
8

d. Pola Hidup

Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup lain

telah di teliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pen-

didikan rendah, dan kehidupan pekerjaan yang penuh stress agaknya

berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas di

pandang sebagai faktor resiko utama. Bila berat badannya turun, tekanan

darahnya sering turun menjadi normal. Merokok di pandang sebagai faktor

risoko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner (Tambayong,

2000).

3. Tanda dan Gejala

Kejadian hipertensi biasanya tidak memiliki tanda dan gejala. Gejala yang

sering muncul adalah sakit kepala, rasa panas di tengkuk, atau kepala berat.

Namun, gejala tersebut tersebut tidak bisa dijadikan patokan ada- tidaknya

hipertensi pada seseorang. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah

dengan melakukan pengecekan tekanan darah (Yundini, 2006).

Seseorang biasanya tidak menyadari bahwa dirinya mengalami hipertensi

hingga ditemukan kerusakan dalam organ, seperti terjadinya penyakit jantun

koroner, stroke, atau gagal ginjal. Karena itu, mengetahui tekanan darah

sangatlah penting (Prasetyaningrum & Indah, 2014).


9

4. Baahaya atau Komplikasi Hipertensi

Apabila tekanan darah selalu tinggi maka akan menimbulkan kerusakan beberapa

organ tubuh. Tekanan darah yang tinggi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan

beberapa kejadian sebagai berikut:

a. Kerusakan jantung, yaitu jantung tidak dapat memompa darah dalam

jumlah cukup kedalam tubuh.

b. Terbentuknya benjolan abnormal pada dinding arteri yang membawa

darah dari jantung ke organ tubuh sehingga aliran darah menjadi tidak

lancar.

c. Pembuluh darah di ginjal menyempit sehingga mengakibatkan kerusakan

ginjal.

d. Penyempitan pembuluh darah arteri di beberapa bagian tubuh sehingga

mengurangi aliran darah kejantung, otak, ginjal, dan lutut.

e. Pecahnya pembuluh darah di mata (Yenni, 2011).

5. Pengobatan Hipertensi

Beberapa hal yang menjadi kunci utama dalam mengubah gaya hidup untuk

pengobatan hipertensi sebagai berikut :

a. Mengurangi kelebihan bobot badan


10

Kelebihan bobot berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, tingkat

lipid (lemak darah) tinggi abnormal, diabetes, dan penyakit jantung

koroner. Kuncinya adalah dengan membatasi asupan kalori dan tingkat

latihan fisik. Penurunan bobot sebanyaknya 4,5 kg saja sudah sangat

berarti dalam penurunan tekanan darah tinggi. Penurunan bobot juga dapat

mempercepat turunnya tekanan darah dalam pengobatan.

b. Membatasi asupan alcohol

Alkohol bisa memberikan kontribusi terhadap hipertensi. Alkohol bisa

mengurangi kemampuan pompa jantung dan kadang-kadang membuat

pengobatan hipertensi kurang efektif. Karenanya, lebih baik

menghindarinya sama sekali.

c. Olahraga Aerobik secara teratur

Latihan aerobik secara teratur tiga atau empat kali seminggu dengan lama

30-45 menit dapat membantu mengurangi risiko hipertensi dan penyakit

kardiovaskuler.

d. Membatasi asupan Natrium

Asupan Natrium yang tinggi, meskipun tidak selalu, bisa meningkatkan

tekanan darah, khusunya pada orang tua, penderita darah tinggi, dan

pasien dengan diabetes mellitus. Menghindari atau mengurangi garam

adalah salah satu contoh cara mengurangi natrium, meskipun tidak

menjamin seseorang tidak terkena hipertensi.

e. Berhenti merokok
11

Merokok memang tidak menyebabkan hipertensi. Namun, merokok

adalah salah satu faktor risiko dari penyakit kardiovaskuler. Merokok juga

menghalangi efeknobat antihipertensi. Orang yang menderita tekanan

darah tinggi, sebaiknya berhenti dan tidak merokok sama sekali.

f. Mengurangi Lemak

Seorang penderita darah tinggi dengan kadar lemak yang banyak,

mungkin memerluakn modifikasi diet atau terapi obat untuk

menormalkannya. Batasan utama asupan lemak adalah kurang dari 30%

total kalori. Disarankan juga untuk mengomsumsi buah dan sayuran

(Bangun, 2009).

B. Konsep pengetahuan sikap pencegahan kekambuhan hipertensi

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris

khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

terbuka (Sunaryo, 2004).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni panca indera penglihatan,rasa,dan raba.

Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa dari informasi


12

yang disampaikan oleh orang tua, teman, buku dan surat kabar

(Notoadmojo S. , 2003).

Pengetahuan dalam penelitian ini mengacu pada tindakan pencegahan

penyakit hipertensi, dalam hal ini meliputi pengertian, tanda dan gejala,

komplikasi, pengobatan serta pencegahan hipertensi.

2. Cara memperoleh pengetahuan

Kita memperoleh pengetahuan dengan cara lain :

a. Melalui orang lain. Orang lain memberitahukan kepada kita, baik secara

langsung maupun melalui media. Dan apa yang diberitahukan itu kita

terima sebagai sesuatu yang kita anggap benar. Kita dapat memperoleh

pengetahuan dari keluarga, guru, masyarakat serta bu- ku-buku. Kita

mendapat pengetahuan yang memperkaya diri kita. Pengetahuan yang

diperoleh dengan cara ini disebut agreement re- ality.

b. Pengalaman diri sendiri secara langsung. Orang mengatakan bahwa

pengalaman adalah guru yang baik, pengetahuan dari pengalaman

diperoleh dengan mempelajari pengalaman kita sendiri. Pengetahuan

yang diperoleh dengan cara ini disebut experiental reality (Sony &

Michael,2005). Sama halnya dengan masyarakat pada umumnya,

mereka mem- peroleh pengetahuan dengan cara melaui orang lain.

Dimana, mereka dapat memperoleh pengetahuan dari keluarga, guru,

masyarakat lainya serta buku-buku. Selain itu, mereka juga dapat


13

memperoleh pengetahuan dari pengalaman diri sendiri. selain itu,

penderita hipertensi dapat memperoleh informasi tentang hipertensi

melalui promosi kesehatan, brosur penyuluhan, televisi, radio, surat

kabar dan lain-lain (Bangun, 2009).

3. Metode memperoleh pengetahuan

a. Metode keteguhan (tenacity). Dengan metode ini orang menerima suatu

kebenaran Karena merasa yakin akan kebenaranya. Unsur keyakinan

berperan dalam metode ini.

b. Metode otoritas. Sesuatu diterima sebagai kebenaran karenasum- ber

mempunyai otoritas untuk itu.

c. Metode a priori atau intuisi. Seusatu diterima sebagai suatu kebenaran

karena keyakinan agama.

d. Metode tradisi. Seseorang menerima suatu kebenaran dari tradisi yng

berlaku dilingkungannya.

e. Metode trial and error. Pengetahuan dengan cara ini diperoleh melalui

pengalaman langsung.

f. Metode metafisik. Suatu pengetahuan yang dianggap benar di- peroleh

secara metafisik.

g. Metode ilmiah. Metode ini dilakukan melalui proses dedukasi dan

induksi. Permalasahan ditemukan di dalam dunia empiris, dan ja-


14

wabannya juga dicari di dalam dunia empiris melalui proses dedukasi

dan induksi yang dilakukan secara sistematis (Gulo).

Dilihat dari fenomena yang ada, masyarakat secara umumnya sering

memperoleh pengetahuan dari beberapa metode yang ada diatas

diantaranya yaitu dengan metode keteguhan, metode priori, metode tradisi

dan metode trial and error dimana masyarakat memperoleh pengetahuan

melalui pengalaman masing-masing.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada

orang lain agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi prndidikan

seseorang maka semakin muda pula bagi mereka untuk menerima

informasi, dan pada akhirnya semakin banyak penge- tahuan yang

mereka miliki

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang mem- peroleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak

langsung

c. Umur
15

Semakin bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek

fisik dan psikologis (mental), dimana aspek psikologis ini taraf berfikir

seserang semakin matang dan dewasa

d. Minat

Minat diartikan sebagai sesuatu kecenderungan atau keinginan tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk menco- ba

menekuni sesuatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam (Notoadmojo , 2003).

5. Pengetahuan yang perlu diketahui penderita

Ada pun hal-hal yang perlu diketahui penderita hipertensi, Arsenius

dkk (2016) adalah meliputi : Tanda dan gejala hipertensi , penyebab

hiperten- si, hal yang mempengaruhi kambuhnya hipertensi dan hal-hal

yang membantu pengobatan hipertensi (Hamid,2013).

6. Sikap tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi

merupa- kan predisposisi tindakan suatu perilaku. Suatu sikap pada individu

belum tentu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Sikap tidak dapat

langsung dilihat, tapi hanya dapat ditafsirkan terlebuh dahulu dari perilaku

tertutup (Sunaryo,2004). Dengan demikian sikap salah satu factor yang


16

sangat berpengaruh terhadap nilai kesehatan individu serta dapat

menentukan cara pencegahan yang tepat untuk penderita hipertensi.

7. Faktor yang mempengaruhi sikap

Azwar ( 2009) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan,

orang lain yang dianggap penting, serta institusi atau lembaga pendidikan

dan lem- baga agama.

1) Pengalaman Pribadi

Middlebrook (dalam Azwar, 2009) mengatakan bahwa tidak adanya

pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis,

cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap

akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi

dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi yang melibatkan

emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam dan lebih lama

membekas.

2) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang kon- formis

atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Ke-

cenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan

keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang diang- gap penting

tersebut.
17

3) Pengaruh Kebudayaan

Burrhus Frederic Skinner, seperti yang dikutip Azwar sangat menekankan

pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi

seseorang

4) Lembaga Pendidikan dna Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu system

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduan- ya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh

dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat

keagamaan serta ajaran-ajarannya. Sikap sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka konsep

pemikirannya akan lebih bijaksana dan matang karena pen- didikan

individu merupakan landasan dasar untuk menentukan ke- percayaan,

apakah menyetujui atau menolak (Aswar, 2009).

8. Pengertian Kekambuhan hipertensi

Kekambuhan merupakan peristiwa timbulnya kembali gejala-gejala yang

sebelumnya sudah mengalami kemajuan (Stuart & Laraia, 2001).

Hal yang menyebabkan kambuhnya hipertensi :

a. Penyakit hipertensi atau peningkatan kembali setelah satu tahun tanpa

minum obat.

b. Tidak kontrrol tekanan darah.


18

c. Tidak menjalankan pola hidup sehat, seperti diet yang tepat, olahraga,

berhenti merokok, mengurangi alcohol dan kafein

d. Mengurangi stress terutama pada orang yang mempunyai faktor resiko

hipertensi (Marliani & S, 2007).

9. Hal yang harus dilakukan jika kekambuhan terjadi

a. Pastikan pola hidup yang dijalani sekrang sudah sesuai dengan an- juran

b. Konsultasikan kepada dokter pengobatan apa yang akan dijalani,

konsultasi ke dokter sebelumnya

c. Perlu diingat bahwa obat antihipertensi sebagian besar harus dimi- num

seumur hidup (Marliani & S, 2007)


19

BAB III

PEMBAHASAN

A. Hasil

Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Muara Dua dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif.

Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti yaitu memberikan pen- jelasan

mengenai maksud dan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan kepada

responden, peneliti meminta izin kepada responden, setelah re- sponden setuju

kemudian di beri lembar persetujuan untuk ditanda tangani, kemudian

dilakukan pengisian kuesioner oleh responden yang dijelaskan oleh peneliti.


20

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

“Gambaran Pengetahuan dan Sikap pencegahan kekambuhan hipertensi pada

klien riwayat hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Muara Dua”.

B. Pembahasan

1. Gambaran Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni panca indera penglihatan, rasa, dan

raba. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa dari

informasi yang disampaikan oleh orang tua, media massa, teman, buku dan

surat kabar (Notoadmojo S. , 2003). Faktor informa- si ataupun media

massa mempengaruhi pengetahuan klien hipertensi tentang pencegahan

hipertensi, dimana dalam penyampaian informasi melalui media massa

membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini

seseorang. Adanya informasi baru yang didapatkan responden tentang

pencegahan komplikasi hipertensi memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan. Hal ini diperkuat dengan teori yang

dikemukakan oleh Sukmadinata (2013), mengatakan bahwa melalui

berbagai media, baik cetak mau- pun elektronik, berbagai informasi dapat

diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar


21

media massa (TV, ra- dio, majalah, pamplet, dan lain-lain) akan

memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang

yangtidak pernah terpapar informasi media.

Hal ini berarti paparan informasi ataupun media massa

mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Pa- da

saat penelitian, tidak sedikit responden yang menjawab pertanyaan

kuesioner berdasarkan pengalaman pribadinya.Pengalaman dirinya terhadap

penyakit hipertensi yang dideritanya memberikan tresponden yang

menjawab pertanyaan kuesioner berdasarkan pengalaman pribadinya.

Pengalaman dirinya terhadap penyakit hipertensi yang di- deritanya

memberikan dorongan untuk lebih mencari informasi yang tepat dalam hal

tersebut,sehingga dari pengalaman tersebut dapat ber- pengaruh terhadap

pengetahuan yang lebih baik.

Pengalaman dalam mempengaruhi pengetahuan yang lebih baik

diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007),

mengatakan bahwa pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri

atau orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat mem- perluas

pengetahuan seseorang. Pengalaman yang dapat mempengaruhi

pengetahuan tidak hanya dilihat dalam pengalaman yang positif saja, tetapi

pengalaman yang negatif pun akan membuat pengetahuan meningkat.


22

Pengetahuan responden tentang pencegahan kekambuhan hipertensi

termasuk dalam kategori cukup baik salah satunya di- pengaruhi oleh faktor

umur. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan tinggiberusia 46-

55 tahun (Lansia Awal ) yakni sebanyak 16 (33,3%). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa usia responden masih tergolong usia

lansia awal. Pada usia ini para lansia masih memiliki proses fikir yang baik,

dan dimungkinkan belum ter- jadi gangguan kognitif. Dengan usia matang

dimungkinkan responden dapat mengerti tentang pencegahan kekambuhan

hipertensi berdasar- kan pengalaman yang dimiliki atau berdasarkan

informasi yang diterima. Keadaan ini akan membantu responden dalam

pencegahan kekambuhan hipertensi.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa 58,3% pada

umumnya pengetahuan yang tinggi terdapat pada jenis kelamin per-

empuan, sedangkan 27,1% pengetahuan tinggi terdapat pada jenis ke- lamin

laki-laki. Dilihat dari hasil penelitian diatas terlihat bahwa anta- ra jenis

kelamin laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan pengetahuan

yang signifikan.Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Soemanto (2003)

bahwa antara laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan dalam

intelegensia. Hal ini sejalan dengan teori No- toatmodjo (2003) bahwa

wanita cenderung lebih bebas mencari tahu tentang perawatan dibanding

laki-laki.
23

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden didapatkan

bahwa tingkat pendidikan yang paling mendominasi ada- lah pendidikan

SD, Penelitian ini juga didapatkan bahwa sebagian be- sar responden

memiliki pengetahuan rendah yakni tingkat pendidikan SD yakni sebanyak

15 (31,2%) sedangkan Tingkat pendidikan SMP memiliki pengetahuan

tinggi sebanyak 11 (22,9%). Latar belakang pendidikan responden

merupakan pendidikan yang lumayan tinggi se- hingga dengan pendidikan

tersebut responden akan mudah menerima dan memahami informasi yang

diperoleh terutama tentang dalam hal pencegahan kekambuhan hipertensi.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Mubarak yang menyatakan

bahwa pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang

lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat

dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula

mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula penge-

tahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidi- kannya

rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang ter- hadap

penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mubarak,

2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling banyak responden

memiliki pekerjaan IRT 19 (39,6%). Pekerjaan yang merupakan sum- ber


24

finansial untuk memperoleh suatu informasi termasuk kebutuhan

pendidikan dan dari pekerjaan dapat pula diperoleh pengalaman.

2. Gambaran Sikap pencegahan kekambuhan hipertensi

Dari hasil penelitian terhadap 40 responden, didapat 31 responden 65%

dengan sikap Baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dwi Hastuti yang berjudul berjudul Gambaran penge- tahuan dan sikap klien

tentang cara perawatan hipertensi berdasarkan karasteristik dipoliklinik dalam RS

Rajawali bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 42 responden didapat

25 responden (59,5 %) bersikap positif dan 17 responden (40,5%) bersikap

negative terhadap perawatan hipertensi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Notoatmodjo (2003) bahwa sikap merupakan reaksi atau rspon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Rosadan Robetson dalam

Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung

dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan

yang diinginkan dan dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan.

Dari hasil penelitian didapat sikap baik pada Responden yang berumur 46-55 tahun

(Lansia awal) sebanyak 9 orang (18,8%). Menurut Allport dalam (Notoatmodjo,

2003) sikap dapat juga disebabkan oleh kepercayaan, ide, konsep ter- hadap suatu

objek, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak.Dari hasil

penelitian 47,9% pada umumnya sikap baik ter- dapat pada jenis kelamin

perempuan, sedangkan 16,7% memiliki si- kap baik terdapat pada jenis kelamin
25

laki-laki. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut (Notoatmodjo,2003)

bahwa wanita cenderung lebih bebas mencari tahu tentang pencegahan dibanding

laki-laki. Dari hasil penelitian 22,9% pada umumnya sikap baik ter- dapat pada

tingkat pendidikan SMP sedangkan pada pendidikan SD responden yang memiliki

sikap buruk sebanyak 20,8% , hal ini perlu di tingkatkan agar penderita hipertensi

dapat memiliki sikap yang positif. Tetapi menurut mujani, temuan survey

semakin mendapat pen guatan perbedaan sikap berdasarkan tingkat

pendidikannya, kemam- puan itu dikarenakan kemampuannya untuk mencerna

berbagai infor- masi yang diserapnya dari berbagai sumber, termasuk media massa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap baik terdapat pada pasien yang

memiliki pekerjaan IRT.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ten- tang

gambaran pengetahuan dan sikap pencegahan kekambuhan hipertensi pada klien


26

riwayat hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe

sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 40 klien

riwayat hipertensi di Puskesmas Kecamatan Muara Dua didapatkan kesimpulan

bahwa pengetahuan klien tentang pencegahan kekambuhan hipertensi

didapatkan hasil tinggi 85% dan rendah 15%. Hal ini terjadi kare- na beberapa

faktor pendukung yaitu dari segi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

pekerjaan dan pengalaman yang bisa mempengaruhi pengetahuan klien tentang

pencegahan kekambuhan hipertensi. Dan sebagian besar klien memiliki sikap

baik 65 % dibanding sikap buruk 35%. Hal ini didasari oleh sikap klien dalam

pencegahan kekambuhan hipertensi dipengaruhi oleh ting- kat pendidikan,

umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil penelitian ini antara

lain sebagai berikut :

a. Bagi Masyarakat

Pengetahuan yang telah dimiliki masyarakat diwilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Muara Dua tentang pencegahan kekambuhan hiperntensi sudah

dalam kate- gori baik. Semoga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
27

informasi bagi penderita hipertensi sehingga responden dapat melakukan

perubahan lebih baik dalam mencegah kambuhnya hipertensi.

b. Bagi Petugas Kesehatan

Saran untuk petugas kesehatan diharapkan tidak hanya memberikan pen-

didikan kesehatan saja kepada individu atau keluarga yang memiliki ang-

gota keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami penyakit

hipertensi tetapi dapat diberikan kepada seluruh masyarakat sebagai langkah

pencegahan primer, serta memberikan penyuluhan kepada pen- derita

hipertensi melalui konseling, pemasangan poster-poster dan pemba- gian

pamphlet supaya dapat melakukan pencegahan dengan baik.

c. Bagi Petugas Selanjutnya Yang Akan Melakukan Penelitian

Saran untuk peneliti selanjunya dengan topik yang sama yakni gambaran

pengetahuan dan sikap pencegahan kekambuhan hipertensi. Hasil penelitian

ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan

penelitian berikutnya dan dalam penelitian selanjutnya dapat dilakukan

penambahan variable independen dan sampel yang lebih banyak lagi,

sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Angkawijaya, & Agung, A. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan


masyarakat dengan tindakan pencegahan hipertensi di desa
Motoboi kecil Kecamatan Kotomobagu Selatan. Jurnal
28

kedokteran komunitas dan tropik, 75.

Aspuah, & siti. (2013). Kumpuln kuesioner dan instrumen


penelitian kesehatan .

Yogjakarta: Nuha Medika.

Aswar, S. (2009). Sikap manusia, teori, dan pengukurannya.


Jakarta: Pustaka Pelajar.

Bangun, A. P. (2009). Terapi jus dan ramuan tradisional


hipertensi. Jakarta: Agromedia.

Batu-batu, P. (2017). Jumlah pasien yang memiliki riwayat


hipertensi. Soppeng: LT2TP.

Gulo, W. (n.d.). Metodologi penelitian. Jakarta: Grasindo.


Gunawan,L. (2001). Hipertensi tekanan darah tinggi. Yogyakarta :
Kanisius. Hamid SA. (2013). Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Keluarga tentang

Pencegahan Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi Tahun


2013. Univer- sitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Hastuti, dwi, & Lestari, S. (n.d.). Gambaran pengetahuan dan sikap
klien tentang cara perawatan hipertensi berdasarkan
karasteristik di poliklinik dalam RS Rajawali Bandung.
Jurnal Kesehatan.

Kaizen. (2016, Mei 7). Upaya-upaya pencegahan penyakit dan


penerapan ilmu kesehatan masyarakat. Retrieved 11 1,
2016, from Ruang info guru:
http://www.depkes.go.id/article/print/1909/masalah-
hipertensi-di- indonesia.html.

Marliani, L., & S, T. (2007). Hipertensi. Jakarta: Elex Media


Komputindo.
29

Mubarak. (2007). Promosi kesehatan sebuah pengamatan proses


belajar mengajar dalam pendidikan. Jogyakarta. Graha
Ilmu.

Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmojo, S. (2007). Perilaku kesehatan dan ilmu perilaku.


Jakarta: Rineka Cipta.

Novian, A. (2013). Kepatuhan diet pasien hipertensi.

Jurnal Kesehatan Masyarakat volume 1, nomor 9.

Prasetyaningrum & Indah, Y. (2014). Hipertensi tidak untuk


ditakuti. Jakarta: FMedia.

Purnomo, H. (2009). Penyakit paling mematikan (hipertensi).


Jakarta: Buana Pustaka.

Soemanto, Wasty. (2003). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka


Cipta. Sony & Michael. (2005). Ilmu pengetahuan. Jakarta:
Kanisitas.

Anda mungkin juga menyukai