PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut WHO, sekitar 40% dari orang yang berusia lebih dari 25 tahun
memiliki hipertensi pada tahun 2008. Dalam World Health Statistik tahun 2012,
WHO melaporkan bahwa sekitar 51% dari kematian akibat stroke dan 45% dari
penyakit jantung koroner disebabkan oleh hipertensi. Faktor risiko utama untuk
hipertensi, termasuk riwayat keluarga, gaya hidup, pola makan yang buruk, merokok,
jenis kelamin, stres, ras, usia, dan tidur
(Bansil,Pooja.,Kuklina,E.V.,Merrit,R.K.,Yoon,P.W.,2011). Paling sedikit, sepertiga
orang dengan penyakit tekanan darah tinggi tidak ditangani dengan benar. Itu berarti
jutaan orang berisiko mengalami serangan jantung dan stroke (Kowalksi,2007).
Diperkirakan bahwa sekitar 25% dari populasi orang dewasa di dunia mengalami
hipertensi, dan akan cenderung meningkat 29% pada tahun 2025. Di Eropa,
1
diperkirakan 37% -55% dari populasi orang dewasa mengalami hipertensi. Prevalensi
hipertensi bahkan lebih tinggi di beberapa negara berkembang. (Chen,Xiao.F.,
Li,Lezhi., Zhou,Tao.,Li,Zhanzh an. 2014)
Salah satu resiko terjadinya hipertensi adalah tidur. Tidur menjadi proses
normal yang pasti kita alami baik siang maupun malam. Banyak dari keluhan sehari-
hari yang tak pernah dikaitkan dengan kebiasaan tidur, ternyata merupakan gejala
gangguan tidur. Keluhan-keluhan tersebut seperti sakit kepala di pagi hari, rasa cepat
2
lelah, kantuk berlebih, penurunan konsentrasi, dan hipertensi (Prasadja,2009). Efek
dari durasi tidur pendek pada hipertensi dapat memperparah penyakitnya dan
menyebabkan kematian. Sebuah penelitian di Amerika mengatakan hampir setengah
dari individu melaporkan bahwa mereka kurang tidur karena menonton televisi,
menggunakan Internet, atau bekerja (Gottlieb et al, 2006).
Tidur sangat penting untuk kesehatan yang optimal dan vitalitas, sebuah studi
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) tahun 2008 berdasarkan laporan,
11% orang dewasa di Amerika Serikat tidak mendapatkan istirahat yang cukup atau
kurang tidur. tidak mengherankan bahwa para peneliti menemukan hubungan antara
kualitas tidur yang buruk dan perilaku kesehatan yang negatif dan akibatnya (Bansil et
al,2011).
2. Rumusan Masalah
1) Apa definisi Hipertensi ?
2) Apa etiologic Hipertensi?
3) Apa factor penyebab Hipertensi?
4) Bagaimana Manifestasi Hipertensi?
5) Bagaimana Penatalaksanaan Hipertensi?
3. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan dan Ilmu tentang
hipertensi
2) Tujuan Khusus
a) Mengetahui Definisi Hipertensi.
b) Mengetahui Etiologi Hipertensi.
c) Mengetahui factor Penyebab Hipertensi
3
d) Mengentahui manisfestasi Hipertensi
e) Mengentahui penatalaksaan Hipertensi
4. Manfaat Penelitian
1) Bagi peneliti
Sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
penyakit hipertensi.
2) Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan keluarga
tentang keterkaitan antara kualitas tidur dan stres dengan hipertensi sehingga
masyarakat dapat melakukan upaya-upaya untuk menciptakan kualitas tidur
yang baik.
3) Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan tentang
kualitas tidur dan stres pada penderita hipertensi yang dapat dijadikan
referensi bagi pendidikan keperawatan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hipertensi
Berdasarkan JNC VII, seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan sistolik nya
melebihi 140 mmHg dan atau diastoliknya melebihi 90 mmHg berdasarkan rerata
dua atau tiga kali kunjungan yang cermat sewaktu duduk dalam satu atau dua kali
kunjungan.
Hipertensi merupakan penyakit yang banyak dijumpai dalam praktek klinik
sehari-hari. Menurut JNC VII, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah ≥ 140/90
mmHg. 2 Prevalensi dunia memperkitakan terdapat 1 milyar individu yang
mengalami hipertensi. WHO juga mencatat terdapat kecenderungan hipertensi
merukapakan penyebab utama terjadinya 62 persen pada kasus cerebrovascular
disease dan 49 persen penyebab terjadinya Penyakit jantung iskemik. Selain itu,
hipertensi juga salah satu penyebab terjadinya penyakit seperti stroke dan gagal
ginjal bila tidak ditangani secara baik.
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kerusakan berbagai organ baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum
ditemui pada pasien hipertensi adalah hipertropi ventrikel kiri, angina atau infark
miokard, gagal jantung, stroke, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer dan
retinopati. Untuk itulah pentingnya diagnosis dini serta penatalaksanaan yang tepat
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang akan terjadi atau mencegah
kerusakan lebih lanjut yang sedang terjadi.
Strategi penatalaksanaan hipertensi meliputi terapi non farmakologi seperti
modifikasi gaya hidup dan diet dan terapi farmakologi untuk mencapai target terapi
hipertensi. Dalam penanganannya, diperlukan kerjasama antara tim medis, pasien,
serta keluarga dan lingkungan. Edukasi terhadap pasien dan keluarga tentang
penyakit dan komplikasi akan membantu memperbaiki hasil pengobatan, serta
diharapkan dapat membantu memperbaiki kualitas hidup penderita.
B. Etiologi Hipertensi
5
diketahui penyebabnya. Selain itu terdapat pula hipertensi sekunder akibat adanya
suatu penyakit atau kelainan yang mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit
parenkim ginjal, feokromositoma, hiperaldosteronism, dan sebagainya.
b. Stres Pekerjaan
6
Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stress berhubungan
dengan pekerjaan mereka. Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam
waktu yang pendek, tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya
tekanan darah dalam waktu yang panjang
c. Asupan Garam
7
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer.3
8
Gambar 2.1 Patogenesis Hipertensi3
Pada dasarnya, tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan
perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer
akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor
genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan
perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium
kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh. Dalam tubuh terdapat sistem
9
yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan
kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian
tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem yang
bereaksi dengan cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf,
reflek kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari
atrium, arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian yang bereaksi
sangat cepat diikuti oleh sistem pengendalian yang bereaksi kurang cepat,
misalnya perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang
dikontrol hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang
poten dan berlangsung dalam jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah
dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah
cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ. Peningkatan tekanan darah pada
hipertensi primer dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan
perubahan pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan renin,
angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan
metabolisme natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel. Akibat yang
ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan arteri yang
membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena jaringan
otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah
otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian
dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan
kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang dapat
mengakibatkan kebutaan, sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit bernafas
setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan
kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di
malam hari telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa berputar.3
10
2.5 Manifestasi Klinis Hipertensi
11
Pemeriksaan lain berupa pemeriksaan fungsi jantung berupa elektrokardiografi,
funduskopi, USG ginjal, foto thoraks dan ekokardiografi. Pada kasus dengan
kecurigaan hipertensi sekunder dapat dilakukan pemeriksaan sesuai indikasi dan
diagnosis banding yang dibuat. Pada hiper atau hipotiroidisme dapat dilakukan
fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3), hiperparatiroidisme (kadar PTH, Ca2+),
hiperaldosteronisme primer berupa kadar aldosteron plasma, renin plasma, CT
scan abdomen, peningkatan kadar serum Na, penurunan K, peningkatan eksresi K
dalam urin ditemukan alkalosis metabolik. Pada feokromositoma, dilakukan kadar
metanefrin, CT scan/MRI abdomen. Pada sindrom cushing, dilakukan kadar
kortisol urin 24 jam. Pada hipertensi renovaskular, dapat dilakukan CT angiografi
arteri renalis, USG ginjal, Doppler Sonografi.3,4
• Target tekanan darah <150/90, untuk individu dengan diabetes, gagal ginjal,
dan individu dengan usia > 60 tahun <140/90
• Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target indeks massa
tubuh dalam batas normal untuk Asia-Pasifik yaitu 18,5-22,9 kg/m2), kontrol diet
12
berdasarkan DASH mencakup konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, serta produk
susu rendah lemak jenuh/lemak total, penurunan asupan garam dimana konsumsi
NaCl yang disarankan adalah < 6 g/hari. Beberapa hal lain yang disarankan adalah
target aktivitas fisik minimal 30 menit/hari dilakukan paling tidak 3 hari dalam
seminggu serta pembatasan konsumsi alkohol. Terapi farmakologi bertujuan untuk
mengontrol tekanan darah hingga mencapai tujuan terapi pengobatan. Berdasarkan
JNC VIII pilihan antihipertensi didasarkan pada ada atau tidaknya usia, ras, serta
ada atau tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi antihipertensi sudah dimulai,
pasien harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis setiap bulan hingga
target tekanan darah tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah, LFG dan
elektrolit.1,4
1. Diuretik
Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang
dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping yang sering timbul adalah
batuk kering, pusing sakit kepala dan lemas. Contoh obat yang tergolong jenis
ini adalah Catopril, enalapril, dan lisinopril.
3. Calsium channel blocker
Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan
yang termasuk golongan ini adalah eprosartan, candesartan, dan losartan.
13
5. Beta blocker
14
Gambar 2.3 Algoritma penanganan hipertensi (JNC 8)
15
BAB III
PENGKAJIAN
I. Data Umum
A. Nama Keluarga (KK) : Tn. I
B. Usia KK : 38 Thn
C. Alamat dan Telpon : Dusun paracis Rt. 02 Rw. 011 Desa Paracis
Kec. tanjungpura Kab. Karawang – Jawa Barat
D. Pendidikan KK : SMA
E. Pekerjaan KK : Wiraswasta
F. Komposisi Keluarga : Suami/KK, istri, 1 orang anak
No. Nama Jenis Hubunga Usia Pendidikan Pekerjaan Ket.
Kelamin n dengan
KK
1 Tn. I L Suami/KK 38 SMA Wiraswasta Sehat
F.I. Genogram
16
F.2. Keterangan Genogram
: Laki-laki
: Laki-laki meninggal
: Perempuan
: Perempuan meninggal
: Serumah
G. Tipe Keluarga:
Keluarga Tn. I merupakan keluarga Nuclear Family karena dalam keluarga Tn. I
terdapat Ayah, ibu, dan anak.
H. Suku:
Keluarga Tn. I semuanya bersuku Sunda.
I. Agama:
Keluarga Tn. I semuanya beragama Islam. Dalam melakukan ibadahnya keluarga
mengerjakan shalat 5 waktu. Ny. A selalu mengikuti pengajian rutin setiap
minggu di desanya dan anaknya masih mengaji rutin setiap hari di guru pengajian.
17
K. Aktivitas Rekreasi Keluarga:
Keluarga Tn. I mengisi kekosongan waktu dengan menonton Televisi di rumah
dan kumpul keluarga bareng anak cucu. Rekreasi di luar rumah sangat jarang
sekali dilaksanakan.
18
sakit kepala, demam dan flu dan saat diperiksa Tn. I mengalami kenaikan
tekanan darah.
- Tn. I mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dari orang
tuanya.
III. Lingkungan
P. Karakteristik Rumah
Tipe bangunan rumah adalah permanen. Rumah terdiri dari satu lantai dan 3
kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga (TV). Kamar yang digunakan adalah
3 kamar. Kamar mandi ada 1 terdapat wc, sanitasi baik, air jernih dan tidak
berbau, dan di kamar mandi telah tersedia alat mandi berupa sabun dan handuk
dimiliki masing-masing anggota keluarga, tapi dalam pemakaiannya terkadang
bersama. Keadaan lantai menggunakan keramik, sinar matahari dapat masuk
kedalam rumah melalui jendela. Akan tetapi jendela kamar rumah klien jarang
dibuka. Pencahayaan rumah sangat baik karena cahaya matahari dapat masuk ke
dalam rumah langsung tanpa terhalang rumah lain.
Kamar Kamar 3
mandi
Dapur Mushola
Ruang Tamu
Kamar 1
19
Hubungan antara tetangga bersifat saling mendukung dan membantu. Bilamana
ada kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar rumah maka
dilaksanakan secara gotong royong.
2. Peran Informal:
Tn. I adalah kepala keluarga yang bertanggung dalam mencari nafkah.
20
Anggota keluarga memakai bahasa sunda dan indonesia dalam keseharian. Di
lakukan secara terbuka, apabila ada masalah di diskusikan bersama anggota
keluarga.
V. Fungsi Keluarga
A. Fungsi Afektif:
Hubungan antar keluarga baik dan saling mendukung. Semua anggota keluarga
menyayangi satu sama lain.
B. Fungsi Sosialisasi:
Keluarga selalu mengajarkan perilaku yang baik kepada anak-anak dan
berpartisipasi jika ada kegiatan kemasyarakatan.
21
1) Pengambilan keputusan dalam keluarga Tn. I diambil oleh Tn.I yang
sebelumnya dimusyawarahkan bersama anggota keluarga yang lain.
2) Keluarga tidak langsung membawa anggota keluarga yang sakit ke tempat
pelayanan kesehatan jika dirasa sakitnya ringan hanya diberikan obat yang
mereka beli di apotik tanpa resep dokter atau mereka beli di warung.
22
1. Stressor jangka pendek:
• Tn. I seringkali merasakan pusing
D. Adaptasi Keluarga
• Keluarga mudah beradaptasi
23
VIII. Pemeriksaan Fisik dan Ujian Laboratorium Sederhana
No Pemeriksaan Bapak I Ibu A Anak R
1 Kepala Simetris, rambut Simetris, Simetris, rambut
pendek, agak rambut panjang, hitam,
ada uban, lurus, panjang, agak lurus, bersih
bersih beruban, lurus,
bersih
2 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesarn
kelenjar tyroid kelenjar tyroid, kelenjar tyroid
nyeri pada
tengkuk
3 Telinga Tidak ada Tidak ada Tidak ada
serumen, serumen, serumen,
kualitas pendengaran pendengaran
pendengaran dalam batas dalam batas
dalam batas normal normal
normal
4 Mata Tidak anemis, Konjungtiva Tidak anemis,
Sklera anikterik, anemis, Sklera Sklera anikterik,
tidak ada anikterik, tidak ada
gangguan penglihatan gangguan
penglihatan sedikit kabur penglihatan
5 Mulut dan Hidung Bibir lembab, Bibir lembab, Bibir lembab,
tidak ada tidak ada tidak ada
stomatitis, tidak stomatitis, stomatitis, tidak
terdapat caries tidak terdapat terdapat caries
gigi, hidung caries gigi, gigi, hidung
bersih, bentuk hidung bersih, bersih, bentuk
simetris, tidak bentuk simetris, tidak
ada masa, simetris, tidak ada masa,
penciuman ada masa, penciuman
24
normal penciuman normal
normal
6 Dada dan Paru-paru I: I: I:
Pengembangan Pengembangan Pengembangan
dada simetris dada simetris dada simetris
P: tidak ada P: tidak ada P: tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
P: sonor P: sonor P: sonor
A: Vesikuler A: Vesikuler A: Vesikuler
7 Abdomen I: tidak ada jejas I: tidak ada I: tidak ada jejas
P: peristaltik jejas P: peristaltik
usus 5x/menit P: peristaltik usus 5x/menit
P: tidak ada usus 6x/menit P: tidak ada
nyeri tekan P: tidak ada nyeri tekan
A: terdengar nyeri tekan A: terdengar
tympani A: terdengar tympani
tympani
8 Reproduksi Tidak dilakukan Tidak Tidak dilakukan
pengkajian dilakukan pengkajian
pengkajian
9 Eliminasi Frkuensi BAB Frkuensi BAB Frkuensi BAB
1x/hari, 1x/hari, 1x/hari,
frekuensi BAK frekuensi BAK frekuensi BAK
4-5x sehari 5x sehari 3-4x sehari
10 Integumen Bersih Bersih Bersih
25
13 TTV TD: 170/80 TD: 100/100 TD: 110/80
mmHg mmHg mmHg
Nadi: 80x/menit Nadi: Nadi: 80x/menit
RR: 20x/menit 90x/menit RR: 18x/menit
S: 36,5°C RR: 22x/menit S: 36,0℃
S: 37,0℃
14 Capillary Refil < 3 detik < 3 detik < 3 detik
15 Laboratorium Sederhana - - -
26
- Tn. I mengatakan mengetahui (NANDA, 00099)
tentang hipertensi hanya sebatas
tensi tinggi, namun tidak
mengetahui secara mendetail
- Tn. I mengatakan mengetahui
gejala hipertensi hanya yang
terasa pada dirinya saja
- Tn. I mengatakan tidak
mengetahui penyebab dirinya
terkena hipertensi
- Tn. I mengatakan dia tidak tahu
cara perawatan terutama pada
rasa nyeri nya menjalar ke
kuduk
DO:
- Keluarga, khususnya kepala
keluarga belum mampu
mengarahkan kepada setiap
anggota keluarga untuk
senantiasa menjaga kesehatan
karena dengan menjaga
kesehatan kita akan mampu
mencegah segala macam
penyakit.
3 Batasan Karakteristik Hambatan Pemeliharaan
DS: Rumah pada keluarga Tn. I
- Tn. I mengatakan jendela jarang (NANDA, 00098)
dibuka
- Tn I mengatakan suka
menggantung-gantung pakain
hingga menumpuk
27
DO:
- Keluarga tampak belum
mengetahui dan menyadari
bahwa dengan menciptakan
lingkungan yang bersih dapat
mencegah penyebaran berbagai
jenis penyakit
- Baju tampak bergelantungan,
kamar tidur tampak berantakan
dan banyak barang-barang yang
berserakan.
X. Skoring
1. Nyeri Akut pada Keluarga Tn. I terutama pada Tn. I
No Kriteria Bobot Total Pembenaran
28
Tinggi (3) Tn.I
Cukup (2)
Rendah (1)
Tidak membutuhkan
perhatian segera (1)
Total 5
29
2 Kemungkinan diubah: 2 2/2x 2 Keluarga Tn.I memiliki
=2 kemampuan dalam mengikuti
Mudah (2)
proses keperawatan
Sebagian (1)
Rendah (1)
Total 4 2/3
30
Faktor risiko (1)
Rendah (1)
Total 4
31
2 Domain 1 Kelas 2 00099 Ketidakefektifan pemeliharaan
Promosi Kesehatan
Kesehatan
(NANDA)
32
XII. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
No Data Kode Diagnosis Kode Hasil Ko
1 Batasan karakteristik 0013 Nyeri akut pada 1843 TUK 1: Keluarga mampu 140
DS: 2 Tn.I di keluarga mengenal masalah kesehatan
- Tn. I sering terasa Tn. I keluarga
pusing, nyeri pada - Pengetahuan:
bagian kepala dan Manajemen nyeri 525
tengkuk
1608
- Nyeri seperti TUK 2: Keluarga mampu
ditusuk-tusuk memutuskan masalah kesehatan
- Skala nyeri 5 keluarga
(sedang) - Kontrol gejala
604
- Nyeri dirasakan 2010
bertambah jika TUK 3: Keluarga mampu
melakukan 2012
aktivitas atau TUK 4: Keluarga mampu
- S: 37,0℃
- Konjungtiva
anemis
- Penglihatan sedikit
kabur
33
2 Batasan karakteristik 0009 Ketidakefektifan 1803 TUK 1: Keluarga mampu 560
DS: 9 pemeliharaan mengenal kesehatan keluarga
- Tn. I mengatakan kesehatan pada - Pengetahuan: proses
tahu pengertian Tn. I penyakit
dan tanda gejala
0906 TUK 2: Keluarga mampu 525
dari hipertensi
yang di deritanya memutuskan masalah kesehatan
- Tn. I mengatakan keluarga
dia tidak tahu cara - Pembuatan keputusan
perawatan
3100
terutama pada rasa TUK 3: Keluarga mampu
436
nyeri nya menjalar merawat anggota keluarga yang
ke kuduk sakit
- Manajemen nyeri:
DO: penyakit akut 661
- Keluarga 1600
khususnya kepala TUK 4: Keluarga mampu
mengarahkan 2605
34
- Tn. I mengatakan penyakit 525
suka 0906
menggantung- TUK 2: Keluarga mampu
gantung pakaian memutuskan masalah kesehatan
hingga menumpuk keluarga
- Pembuatan keputusan
2009 525
DO:
- Keluarga tampak TUK 3: Keluarga mampu
belum mengetahui merawat anggota keluarga yang
dan menyadari sakit
bahwa dengan - Status kenyamanan:
436
menciptakan lingkungan
1600
lingkungan yang
bersih dapat TUK 4: Keluarga mampu
banyak barang-
barang yang
berserakan.
Diagnosis Pela
√ NOC NIC
Keperawatan Ya
35
Outcome Aktivitas yang dilakukan:
36
Tugas Perkembangan Keluarga III : Tugas Perkembangan Keluarga III : Keluarga
Keluarga mampu merawat orang mampu merawat orang yang sakit
yang sakit
Aktivitas yang dilakukan:
Outcome
1. Menyiapkan diet hipertensi untuk klien yang
Status kenyamanan : fisik bertujuan untuk menurunkan tekanan darah
√
pada penderita hipertensi atau bisa juga
Dipertahankan pada 2 (pengetahuan
menggunakan terapi komplementer dengan
terbatas) di tingkatkan ke 4
(jus mentimun) untuk menurunkan tekanan
(pengetahuan banyak).
darahnya
2. Memberikan tindakan teknik relaksasi nafas
dalam jika nyeri muncul
37
mengontrol hipertensi
Evaluasi Keperawatan
Usia : 38 tahun
38
adanya petunjuk bingung
non verbal saat
mengenai ditanya
ketidaknyamana tentang
n hipertensi
4. Memberikan dan cara
pendidikan merawat
kesehatan penderita
dengan topik: hipertensi
- Pengertian - TTV
hipertensi pada Tn
- Tanda dan I:
gejala - TD:
hipertensi 140/90
- Penyebab mmHg
hipertensi - N:
- Pencegahan 90x/menit
hipertensi - RR:
- Cara 20x/menit
mengontrol - Suhu :
hipertensi 36,7°C
- Pengobatan A:
- Tugas
perkemba
ngan
keluarga
1 belum
teratasi
P:
Lanjutkan
intervensi
berikan
pendidikan
kesehatan
39
tentang
hipertensi
Selasa, Nyeri akut Tugas S:
07 pada Tn. I Perkembangan - Keluarga
Desemb di keluarga Keluarga II : bersedia
er 2021 Tn. I Keluarga mampu diberi
mengambil penyuluh
keputusan √ an
Dukungan - Keluarga
Pengambilan mengatak
Keputusan an merasa
Aktivitas yang senang
dilakukan: √ diberi
informasi,
1. Memberikan
dan
dukungan/moti
keluarga
vasi pada √
mengatak
keluarga
an sudah
membuat
mulai
keputusan
memaha
yang tepat
mi
dalam merawat
tentang
klien dengan
hipertensi
memberikan
O:
harapan pada
- Keluarga
klien dalam
terlihat
proses
kooperati
pengobatan
f
hipertensi
A:
2. Menginformasi
- Tugas
kan pada klien
perkemba
mengenai
ngan
pandangan-
keluarga
pandangan atau
40
solusi alternatif 2 teratasi
dengan cara sebagian
yang jelas dan P:
mendukung Lanjutkan
3. Membantu intervensi
klien libatkan keluarga
mengidentifkas merawat klien
i keuntungan dengan
dan kerugian menyiapkan diet
dari setiap hipertensi, terapi
alternatif komplementer
pilihan (jus mentimun)
dan teknik
relaksasi nafas
dalam
41
menggunakan bagi
fasilitas keluargan
kesehatan guna ya
mengontrol A:
hipertensi - Tugas
perkemba
ngan
keluarga
1-5
teratasi
P:
Lanjutkan
intervensi secara
mandiri oleh
keluarga:
merawat
penderita
hipertensi,
keluarga
memberikan diit
rendah garam,
jus mentimun
untuk penderita
hipertensi, Tn I
sudah bisa
melakukan
teknik relaksasi
nafas dalam
untuk mengatasi
jika nyeri kepala
muncul, keluarga
memeriksakan
kesehatan secara
rutin dan
42
memberikan
lingkungan yang
aman bagi klien
BAB IV
PEMBAHASAN
43
A. PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang pemberian aplikasi terapi musik klasik
untuk menurunkan tekanan darah pada Tn. I dengan hipertensi di dusun paracis, yang
dilakukan pada tanggal 6 Desember 2021.Dimana asuhan keperawatan ini di
aplikasikan dengan teori keperawatan pada bab sebelumnya dan disesuaikan dengan
tujuan penulisan. Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan yang ada pada
tinjauan kasus dengan membandingkan antara teori dan kejadian yang nyata saat
melakukan asuhan keperawatan pada Tn.I dengan masalah utama hipertensi. Selama
melakukan asuhan keperawatan pada Tn.I penulis banyak menjumpai beberapa faktor
pendukung dan juga adanya factor penghambat. Faktor pendukung yang dijumpai
yaitu saat pelaksanaan, pasien dan keluarga sangat senang saat diberikan terapi musik
klasik untuk menurunkan tekanan darah pada Tn.I yang telah menderita penyakit
hipertensi, sehingga terbina hubungan saling percaya yang akhirnya pasien mau
terbuka dan memberikan informasi tentang masalah penyakit dan riwayat penyakit
yang dirasakan. Setelah melakukan pengkajian pada Tn.I , berikut ini adalah diagnosa
keperawatan yang utama dalam asuhan keperawatan pada Tn.I dengan hipertensi
yang sesuai dengan konsep dasar yang akan dibahas oleh penulis.
44
(cengeng). Ditandai dengan pasien mengatakan bahwa sering pusing dan sakit
kepala dirasakan berdenyut di seluruh kepala yang menjalar ke daerah
tengkuk, sehingga tengku terasa kaku (cengeng) dan pasien terlihat gelisah
saat menahan nyeri. Dan terjadi peningkatan tekanan darah 150/100 mmHg,
nyeri merupakan masalah aktual yang memerlukan tindakan untuk
memberikan rasa nyaman. Bila nyeri tidak segera ditangani dapat
menyebabkan kecemasan, dan berpengaruh pada emosional pasien
yang sulit dikendalikan. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini, yaitu mengetahui perubahan tingkat nyeri dan terjadinya
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi sesudah diberikan terapi
musik klasik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam nyeri
atau sakit kepala berkurang dan terjadi penurunan tekanan darah. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka penulis memunculkan beberapa kriteria hasil
yang di capai yaitu: pusing dan nyeri kepala berkurang, nyeri pada Ny.W
sebelum diberikan terapi musik klasik skala 5, dan setelah diberikan terapi
musik klasik skala menjadi 3, tengkuk tidak terasa kaku (cengeng), Tn.I
tampak rileks setelah diberikan terapi musik
klasik Untuk mencapai kriteria yang maksimal penulis memilih rencana
tindakan keperawatan sebagai berikut: lakukan pengkajian fisik pasien,
observasi KU dan TTV pasien, kaji status nyeri, pertahankan tirah baring
selama fase akut, berikan terapi musik klasik untuk menurunkan tekanan darah
selama 20-30 menit setiap hari, dalam keadaa berbaring sambil memejamkan
mata. Tn.I mendengarkan music dengan menggunakan headphone dengan
tujuan agar tidak terganggu suara di lingkungan sekitar Rumah Sakit. Tn. I
memilih menggunakan terapi musik klasik. Terapi musik klasik dapat
dijadikan sebagai alternatif untuk mengendalikan nyeri dan menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi primer. Pada Tn. I sebelum diberikan
terapi musik klasik TD:150/100 mmHg, dan setelah diberikan terapi musik
klasik TD:120/90mmHg. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Nining (2011)
& Yakin (2010) yang menunjukkan bahwa terapi musik klasik dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, karena dalam terapi
musik diketahui bahwa rangsangan musik ternyata mampu mengaktivasi
sistem limbik yang berhubungan dengan emosi. Saat sistem limbik teraktivasi,
otak menjadi rileks dan kondisi inilah yang memicu tekanan darah menurun.
45
Dalam terapi musik, alunan music juga dapat menstimulasi tubuh untuk
memproduksi molekul nitric oxide (NO). Molekul ini bekerja pada tonus
pembuluh darah yang dapat menurunkan tekanan darah Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan tindakan, penulis melakukan evaluasi. Hasil evaluasi dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah aktif secara menyeluruh
setelah satu hari pelaksanaan tindakan didapatkan respon perkembangan.
Pasien mengatakan nyeri berkurang, dan ekspresi wajah tampak rileks, skal
nyeri 3, TD 170/95 mmHg. Pada analisa untuk mencapai tujuan masalah pada
pasien dapat teratasi. Pada rencana tindak lanjut penulis masih
mempertahankan tindakan keperawatan selama di rumah sakit dan discharge
planing sebagai berikut: Di rumah sakit: Pertahankan tirah baring selama fase
akut, pemberian terapi musik klasik, dan hilangkan atau minimalkan aktivitas
vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala. Discharge planing:
Pemberian pendidikan kesehatan mengenai cara mengatasi nyeri kepala dan
mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah dengan menggunakan
aplikasi terapi musik klasik, mempertahankan tirah baring selama fase akut,
yaitu pada saat timbul nyeri secara tibatiba bisa istirahat terlebih dahulu, agar
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, meminimalkan aktivitas vasokontriksi
yang dapat meningkatkan sakit kepala, agar tidak terjadi injuri Adapun
diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien, tetapi dalam tinjauan kasus
tidak di bahas, karena dalam tinjauan kasus membahas diagnosa yang utama
dari pasien.
Keletihan atau kelemahan dan nyeri kepala merupakan manifestasi klinik dari
hipertensi, biasanya diakibatkan oleh curah jantung yang rendah sehingga
mengakibatkan vasokonstriksi dan penurunan perfusi jaringan perifer. Data
yang ditemukan yaitu Tn. I terbaring lemas, Tn. I mengatakan nyeri kepala,
terpasang infus Asering 20 tpm di ekstremitas atas tangan kiri, kebutuhan
sehari-hari dibantu oleh keluarga, dari data tersebut penulis dapat menganalisa
46
bahwa intoleransi aktivitas pada Tn. I diakibatkan oleh rasa nyeri kepala
ketika bangun dari tempat tidur, seluruh anggota badan terasa lemas dan ingin
jatuh saat berdiri. Etiologi dari ke dua diagnose sama yaitu nyeri, yang
menyebabkan intoleransi aktivitas pada Tn.I terganggu itu akibat dari adanya
rasa nyeri kepala, maka yang harus segera di tangani terlebih dahulu adalah
nyeri, karena kalau nyeri sudah teratasi, maka intoleransi aktivitas pada Tn. I
tidak terganggu. Untuk mengatasi masalah tersebut pasien bias meminimalkan
aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan nyeri kepala agar tidak
terjadi injuri dan libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga adalah sekumpulan orang yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan adopsi, baik hidup bersama-sama
ataupun terpisah yang secara bersama-sama menggunakan kultur yang sama.
Keluarga mempunyai 5 tugas yaitu mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga,
memberikan keperawatan anggotanya yang sakit, mempertahankan suasana dirumah
yang menguntungkan kesehatan, dan mempertahankan hubungan timbal balik antara
keluarga dan lembaga kesehatan.
Hipertensi merupakan keadaan ketika trkanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan
pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah.
47
Penyebab hipertensi antara lain dari faktor keturunan dan gaya hidup. Hipertensi
dapat ditangani dengan cara selalu kontrol secara teratur dan meminum obat yang di
rekomendasikan oleh dokter.
Dan pada kasus keluarga Tn. I yaitu keluarga besar dengan tahap perkembangan
dewasa pelepasan, dengan tahap perkembangan yang belum terpenuhi dalam keluarga
Tn. I adalah Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar, Mempertahankan
keintiman pasangan, Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua, Membantu anak untuk mandiri di masyarakat dan Penataan kembali peran
dan kegiatan rumah tangga, terutama berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga,
B. Saran
1. Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan untuk menambah wawasan penulis
khususnya dalam penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler: hipertensi pada asuhan keperawatan keluarga lainnya.
2. Bagi petugas Puskesmas setempat
a. Sebaiknya pelayanan kesehatan keluarga tetap dipertahankan dan lebih merata
sekaligus untuk mendeteksi secara dini penyakit resiko tinggi.
b. Masalah kesehatan selalu mengalami perkembangan sesuai kemajuan ilmu dan
tekhnologi karena itu pengetahuan dan ketrampilan petugas perlu ditingkatkan
dengan masalah yang dihadapi.
c. Perlu ditingkatkan kerja sama antara petugas kesehatan dalam menghadapi
masalah kesehatan keluarga.
2. Bagi keluarga
a. Hendaknya keluarga tetap meningkatkan/mempertahankan perilaku yang dapat
menunjang kesehatan.
b. Hendaknya Tn. I secara rutin memeriksakan penyakit Hipertensi yang
dideritanya ke pelayanan kesehatan setempat secara rutin dan tetap mematuhi
diet yang sudah dianjurkan.
c. Untuk meningkatkan pengetahuan dalam hal perilaku dan untuk memperoleh
informasi baru hendaknya keluarga Tn. I aktif dalam kegiatan atau
perkumpulan yang ada di lingkungan.
48
49