Anda di halaman 1dari 49

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia baik negara


maju maupun negara berkembang. Hipertensi disebut juga “silent killer” karena pada
sebagian kasus tidak menunjukkan gejala apapun. Perkembangan hipertensi
berlangsung secara lambat-laun sehingga sering tidak disadari (Kowalksi,2007).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di arteri yang bersifat sistemik dan
berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu yang lama. Hipertensi tidak terjadi
tiba-tiba, melainkan melalui proses yang berlangsung cukup lama. Hipertensi
didefinisikan sebagai rata-rata tekanan sistolik ≥140 mmHg, dan tekanan darah
diastolik yaitu ≥90 mmHg. Jadi berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa hipertensi adalah tekanan darah yang ≥140/90 mmHg dengan dua kali
pengukuran.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dalam dua golongan, yaitu


hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu kondisi
yang jauh lebih sering dan meliputi 95% dari hipertensi. Hipertensi ini disebabkan
oleh berbagai faktor, yaitu beberapa faktor yang efek-efek kombinasinya
menyebabkan hipertensi. Hipertensi sekunder, yang meliputi 5% dari hipertensi.
Disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah satu organ atau sistem tubuh
(Noviyanti,2015)

Menurut WHO, sekitar 40% dari orang yang berusia lebih dari 25 tahun
memiliki hipertensi pada tahun 2008. Dalam World Health Statistik tahun 2012,
WHO melaporkan bahwa sekitar 51% dari kematian akibat stroke dan 45% dari
penyakit jantung koroner disebabkan oleh hipertensi. Faktor risiko utama untuk
hipertensi, termasuk riwayat keluarga, gaya hidup, pola makan yang buruk, merokok,
jenis kelamin, stres, ras, usia, dan tidur
(Bansil,Pooja.,Kuklina,E.V.,Merrit,R.K.,Yoon,P.W.,2011). Paling sedikit, sepertiga
orang dengan penyakit tekanan darah tinggi tidak ditangani dengan benar. Itu berarti
jutaan orang berisiko mengalami serangan jantung dan stroke (Kowalksi,2007).
Diperkirakan bahwa sekitar 25% dari populasi orang dewasa di dunia mengalami
hipertensi, dan akan cenderung meningkat 29% pada tahun 2025. Di Eropa,

1
diperkirakan 37% -55% dari populasi orang dewasa mengalami hipertensi. Prevalensi
hipertensi bahkan lebih tinggi di beberapa negara berkembang. (Chen,Xiao.F.,
Li,Lezhi., Zhou,Tao.,Li,Zhanzh an. 2014)

Data Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation, ans


Treatment on High Blood Pressure VII ” mengungkapkan, penderita hipertensi di
seluruh dunia mendekati angka 1 miliar, artinya 1 dari 4 orang dewasa menderita
hipertensi. Lebih dari separuh atau sekitar 600 juta penderita, tersebar di negara
berkembang, termasuk Indonesia. Angka ini menunjukkan, hipertensi merupakan
masalah seluruh negara di dunia. Data WHO menyebutkan, dari setengah penderita
hipertensi yang diketahui hanya seperempat (25%) yang mendapat pengobatan.
Sementara hipertensi yang diobati dengan baik hanya 12,5 persen (sutomo,- ).

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah Riskesdas tahun 2013, prevalensi


hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah
sebesar 31,7%. Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan
sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam
faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar
akan bahaya penyakit hipertensi. Meskipun terjadi penurunan pada tahun 2013, tapi
prevalensi hipertensi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan di Kanada. Di
Kanada prevalensi hipertensi tahun 2008 sekitar 23%. Jika saat ini penduduk
Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita
hipertensi.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi hipertensi di Sumatera


Barat yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 22,6 persen,
Prevalensi hipertensi berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan pengukuran
terlihat meningkat dengan bertambahnya umur, Prevalensi hipertensi pada perempuan
cenderung lebih tinggi dari pada laki - laki, Prevalensi hipertensi cenderung lebih
tinggi pada kelompok pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja, mungkin
akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik.

Salah satu resiko terjadinya hipertensi adalah tidur. Tidur menjadi proses
normal yang pasti kita alami baik siang maupun malam. Banyak dari keluhan sehari-
hari yang tak pernah dikaitkan dengan kebiasaan tidur, ternyata merupakan gejala
gangguan tidur. Keluhan-keluhan tersebut seperti sakit kepala di pagi hari, rasa cepat

2
lelah, kantuk berlebih, penurunan konsentrasi, dan hipertensi (Prasadja,2009). Efek
dari durasi tidur pendek pada hipertensi dapat memperparah penyakitnya dan
menyebabkan kematian. Sebuah penelitian di Amerika mengatakan hampir setengah
dari individu melaporkan bahwa mereka kurang tidur karena menonton televisi,
menggunakan Internet, atau bekerja (Gottlieb et al, 2006).

Tidur sangat penting untuk kesehatan yang optimal dan vitalitas, sebuah studi
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) tahun 2008 berdasarkan laporan,
11% orang dewasa di Amerika Serikat tidak mendapatkan istirahat yang cukup atau
kurang tidur. tidak mengherankan bahwa para peneliti menemukan hubungan antara
kualitas tidur yang buruk dan perilaku kesehatan yang negatif dan akibatnya (Bansil et
al,2011).

Bukti kuat telah terakumulasi selama beberapa tahun terakhir, menunjukkan


kuantitas atau kualitas tidur yang rendah memainkan peran penting dalam
peningkatan tekanan darah. Epidemiologi dan bukti klinis menunjukkan bahwa
individu dengan durasi tidur yang lebih pendek memiliki tekanan darah tinggi dan
kurang tidur dapat meningkatkan hormon kortisol dan sistem saraf simpatis
(Haack,Monika.,Serrador,J., Cohen,D., Simpson,N., Meier-Ewert,H.,
Mullington,J.,2014).

2. Rumusan Masalah
1) Apa definisi Hipertensi ?
2) Apa etiologic Hipertensi?
3) Apa factor penyebab Hipertensi?
4) Bagaimana Manifestasi Hipertensi?
5) Bagaimana Penatalaksanaan Hipertensi?
3. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan dan Ilmu tentang
hipertensi
2) Tujuan Khusus
a) Mengetahui Definisi Hipertensi.
b) Mengetahui Etiologi Hipertensi.
c) Mengetahui factor Penyebab Hipertensi

3
d) Mengentahui manisfestasi Hipertensi
e) Mengentahui penatalaksaan Hipertensi

4. Manfaat Penelitian
1) Bagi peneliti
Sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
penyakit hipertensi.
2) Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan keluarga
tentang keterkaitan antara kualitas tidur dan stres dengan hipertensi sehingga
masyarakat dapat melakukan upaya-upaya untuk menciptakan kualitas tidur
yang baik.
3) Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan tentang
kualitas tidur dan stres pada penderita hipertensi yang dapat dijadikan
referensi bagi pendidikan keperawatan

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hipertensi
Berdasarkan JNC VII, seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan sistolik nya
melebihi 140 mmHg dan atau diastoliknya melebihi 90 mmHg berdasarkan rerata
dua atau tiga kali kunjungan yang cermat sewaktu duduk dalam satu atau dua kali
kunjungan.
Hipertensi merupakan penyakit yang banyak dijumpai dalam praktek klinik
sehari-hari. Menurut JNC VII, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah ≥ 140/90
mmHg. 2 Prevalensi dunia memperkitakan terdapat 1 milyar individu yang
mengalami hipertensi. WHO juga mencatat terdapat kecenderungan hipertensi
merukapakan penyebab utama terjadinya 62 persen pada kasus cerebrovascular
disease dan 49 persen penyebab terjadinya Penyakit jantung iskemik. Selain itu,
hipertensi juga salah satu penyebab terjadinya penyakit seperti stroke dan gagal
ginjal bila tidak ditangani secara baik.
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kerusakan berbagai organ baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum
ditemui pada pasien hipertensi adalah hipertropi ventrikel kiri, angina atau infark
miokard, gagal jantung, stroke, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer dan
retinopati. Untuk itulah pentingnya diagnosis dini serta penatalaksanaan yang tepat
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang akan terjadi atau mencegah
kerusakan lebih lanjut yang sedang terjadi.
Strategi penatalaksanaan hipertensi meliputi terapi non farmakologi seperti
modifikasi gaya hidup dan diet dan terapi farmakologi untuk mencapai target terapi
hipertensi. Dalam penanganannya, diperlukan kerjasama antara tim medis, pasien,
serta keluarga dan lingkungan. Edukasi terhadap pasien dan keluarga tentang
penyakit dan komplikasi akan membantu memperbaiki hasil pengobatan, serta
diharapkan dapat membantu memperbaiki kualitas hidup penderita.
B. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi


primer/essensial dengan insiden 80-95% dimana pada hipertensi jenis ini tidak

5
diketahui penyebabnya. Selain itu terdapat pula hipertensi sekunder akibat adanya
suatu penyakit atau kelainan yang mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit
parenkim ginjal, feokromositoma, hiperaldosteronism, dan sebagainya.

C. Faktor Resiko Hipertensi


Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur,
jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres,
obesitas dan nutrisi.
a) Usia
Usia mempengaruhi faktor resiko terkena Hipertensi dengan kejadian paling
tinggi pada usia 30 – 40 th. Kejadian 2X lebih besar pada orang kulit hitam,
dengan 3X lebih besar pada laki-laki kulit hitam, dan 5X lebih besar untuk
wanita kulit hitam.
b) Jenis kelamin
Komplikasi hipertensi meningkat pada seseorang dengan jenis kelamin laki-
laki.
c) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga dengan hipertensi memberikan resiko terkena hipertensi
sebanyak 75%.
d) Obesitas
Meningkatnya berat badan pada masa anak-anak atau usia pertengahan resiko
hipertensi meningkat.
e) Serum lipid
Meningkatnya triglycerida atau kolesterol meninggi resiko dari hipertensi.
f) Diet
Meningkatnya resiko dengan diet sodium tinggi, resiko meninggi pada
masyarakat industri dengan tinggi lemak, diet tinggi kalori.
g) Merokok

a. Resiko terkena hipertensi dihubungkan dengan jumlah rokok dan lamanya


merokok. Terdapat penambahan kriteria, sebagai berikut : Keturunan atau Gen

Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya kepada


anaknya.

b. Stres Pekerjaan

6
Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stress berhubungan
dengan pekerjaan mereka. Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam
waktu yang pendek, tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya
tekanan darah dalam waktu yang panjang

c. Asupan Garam

Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Terdapat


bukti bahwa mereka yang memiliki kecenderungan menderita hipertensi secara
keturunan memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk mengeluarkan garam
dari tubuhnya

d. Aktivitas Fisik (Olahraga)

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena


olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah.

2.5 Patogenesis Hipertensi

Pada dasarnya hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang timbul


akibat berbagai interaksi faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang
mendorong timbulnya kenaikan.3

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah kapiler, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah kapiler.3

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi


respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

7
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer.3

8
Gambar 2.1 Patogenesis Hipertensi3

Pada dasarnya, tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan
perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer
akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor
genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan
perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium
kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh. Dalam tubuh terdapat sistem

9
yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan
kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian
tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem yang
bereaksi dengan cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf,
reflek kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari
atrium, arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian yang bereaksi
sangat cepat diikuti oleh sistem pengendalian yang bereaksi kurang cepat,
misalnya perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang
dikontrol hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang
poten dan berlangsung dalam jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah
dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah
cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ. Peningkatan tekanan darah pada
hipertensi primer dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan
perubahan pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan renin,
angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan
metabolisme natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel. Akibat yang
ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan arteri yang
membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena jaringan
otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah
otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian
dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan
kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang dapat
mengakibatkan kebutaan, sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit bernafas
setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan
kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di
malam hari telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa berputar.3

10
2.5 Manifestasi Klinis Hipertensi

Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga,


kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah
intrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. Ayunan
langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturia
karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema
dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain
yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah,
sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal
dan lain-
lain.3

2.6 Diagnosis Hipertensi

Berdasarkan anamnesis, sebagian besar pasien hipertensi bersifat


asimptomatik. Beberapa pasien mengalami keluhan berupa sakit kepala, rasa
seperti berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang dapat menunjang kecurigaan ke
arah hipertensi sekunder antara lain penggunaan obat-obatan seperti kontrasepsi
hormonal, kortikosteroid, dekongestan maupun NSAID, sakit kepala paroksismal,
berkeringat atau takikardi serta adanya riwayat penyakit ginjal sebelumnya. Pada
anamnesis dapat pula digali mengenai faktor resiko kardiovaskular seperti
merokok, obesitas, aktivitas fisik yang kurang, dislipidemia, diabetes milletus,
mikroalbuminuria, penurunan laju GFR, dan riwayat keluarga.2,3

Berdasarkan pemeriksaan fisik, nilai tekanan darah pasien diambil rerata


dua kali pengukuran pada setiap kali kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah
≥ 140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan maka hipertensi dapat ditegakkan.
Pemeriksaaan tekanan darah harus dilakukan dengan alat yang baik, ukuran dan
posisi manset yang tepat (setingkat dengan jantung) serta teknik yang benar.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memeriksa komplikasi yang telah atau
sedang terjadi seperti pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap, kadar
ureum, kreatinin, gula darah, elektrolit, kalsium, asam urat dan urinalisis.

11
Pemeriksaan lain berupa pemeriksaan fungsi jantung berupa elektrokardiografi,
funduskopi, USG ginjal, foto thoraks dan ekokardiografi. Pada kasus dengan
kecurigaan hipertensi sekunder dapat dilakukan pemeriksaan sesuai indikasi dan
diagnosis banding yang dibuat. Pada hiper atau hipotiroidisme dapat dilakukan
fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3), hiperparatiroidisme (kadar PTH, Ca2+),
hiperaldosteronisme primer berupa kadar aldosteron plasma, renin plasma, CT
scan abdomen, peningkatan kadar serum Na, penurunan K, peningkatan eksresi K
dalam urin ditemukan alkalosis metabolik. Pada feokromositoma, dilakukan kadar
metanefrin, CT scan/MRI abdomen. Pada sindrom cushing, dilakukan kadar
kortisol urin 24 jam. Pada hipertensi renovaskular, dapat dilakukan CT angiografi
arteri renalis, USG ginjal, Doppler Sonografi.3,4

2.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup namun terapi


antihipertensi dapat langsung dimulai untuk hipertensi derajat 1 dengan penyerta
dan hipertensi derajat 2. Penggunaan antihipertensi harus tetap disertai dengan
modifikasi gaya hidup.4

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

• Target tekanan darah <150/90, untuk individu dengan diabetes, gagal ginjal,
dan individu dengan usia > 60 tahun <140/90
• Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler

Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau


kondisi penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus
dilaksanakan hingga mencaoai target terapi masing-masing kondisi.

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfakmakologis dan farmakologis.


Terpai nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan
tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko
penyakit penyerta lainnya.

Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target indeks massa
tubuh dalam batas normal untuk Asia-Pasifik yaitu 18,5-22,9 kg/m2), kontrol diet
12
berdasarkan DASH mencakup konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, serta produk
susu rendah lemak jenuh/lemak total, penurunan asupan garam dimana konsumsi
NaCl yang disarankan adalah < 6 g/hari. Beberapa hal lain yang disarankan adalah
target aktivitas fisik minimal 30 menit/hari dilakukan paling tidak 3 hari dalam
seminggu serta pembatasan konsumsi alkohol. Terapi farmakologi bertujuan untuk
mengontrol tekanan darah hingga mencapai tujuan terapi pengobatan. Berdasarkan
JNC VIII pilihan antihipertensi didasarkan pada ada atau tidaknya usia, ras, serta
ada atau tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi antihipertensi sudah dimulai,
pasien harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis setiap bulan hingga
target tekanan darah tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah, LFG dan
elektrolit.1,4

Jenis obat antihipertensi:4

1. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh (lewat


kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa
jantung menjadi lebih ringan dan berefek pada turunnya tekanan darah. Contoh
obat-obatan ini adalah: Bendroflumethiazide, chlorthizlidone,
hydrochlorothiazide, dan indapamide.
2. ACE-Inhibitor

Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang
dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping yang sering timbul adalah
batuk kering, pusing sakit kepala dan lemas. Contoh obat yang tergolong jenis
ini adalah Catopril, enalapril, dan lisinopril.
3. Calsium channel blocker

Golongan obat ini berkerja menurunkan menurunkan daya pompa jantung


dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Contoh obat yang
tergolong jenis obat ini adalah amlodipine, diltiazem dan nitrendipine.
4. ARB

Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan
yang termasuk golongan ini adalah eprosartan, candesartan, dan losartan.

13
5. Beta blocker

Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa


jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronchial. Contoh obat yang
tergolong ke dalam beta blocker adalah atenolol, bisoprolol, dan beta
metoprolol.

Gambar 2.3 Tata Laksana Menurut JNC VII

14
Gambar 2.3 Algoritma penanganan hipertensi (JNC 8)

15
BAB III

PENGKAJIAN

I. Data Umum
A. Nama Keluarga (KK) : Tn. I
B. Usia KK : 38 Thn
C. Alamat dan Telpon : Dusun paracis Rt. 02 Rw. 011 Desa Paracis
Kec. tanjungpura Kab. Karawang – Jawa Barat
D. Pendidikan KK : SMA
E. Pekerjaan KK : Wiraswasta
F. Komposisi Keluarga : Suami/KK, istri, 1 orang anak
No. Nama Jenis Hubunga Usia Pendidikan Pekerjaan Ket.
Kelamin n dengan
KK
1 Tn. I L Suami/KK 38 SMA Wiraswasta Sehat

2 Ny. A P Istri 35 SD IRT Sakit


3 An. R P Anak 16 Masih Pelajar Sehat
SMA

F.I. Genogram

16
F.2. Keterangan Genogram

: Laki-laki

: Laki-laki meninggal

: Perempuan

: Perempuan meninggal

: Anggota keluarga yang sakit

: Serumah

G. Tipe Keluarga:
Keluarga Tn. I merupakan keluarga Nuclear Family karena dalam keluarga Tn. I
terdapat Ayah, ibu, dan anak.

H. Suku:
Keluarga Tn. I semuanya bersuku Sunda.

I. Agama:
Keluarga Tn. I semuanya beragama Islam. Dalam melakukan ibadahnya keluarga
mengerjakan shalat 5 waktu. Ny. A selalu mengikuti pengajian rutin setiap
minggu di desanya dan anaknya masih mengaji rutin setiap hari di guru pengajian.

J. Status Sosial Ekonomi Keluarga:


- Status ekonomi keluarga adalah termasuk golongan menengah, dan status
sosial ekonomi keluarga termasuk keluarga sejahtera karena telah memiliki
berbagai fasilitas elektronik di rumah seperti Tv, kulkas, ricecooker, mesin
cuci, kipas angin dan sebagainya.
- Jumlah pendapatan perbulan adalah ± Rp. 4.000.000
- Sumber-sumber pendapatan perbulan adalah melalui gaji bulanan yang
diterima kepala keluarga (Tn. I) sebagai kepala keluarga

17
K. Aktivitas Rekreasi Keluarga:
Keluarga Tn. I mengisi kekosongan waktu dengan menonton Televisi di rumah
dan kumpul keluarga bareng anak cucu. Rekreasi di luar rumah sangat jarang
sekali dilaksanakan.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


L. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini:
- Keluarga Tn. I mempunyai 1 orang anak, anak pertama masih sekolah.
Sehinggan Tn. I dan Ny. A hanya tinggal bertiga bersama anak pertama.
Keluarga Tn. I berada dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak
remaja. Tugas perkembangan Tn. I yang dapat terpenuhi tugasnya adalah:
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri
b. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak
c. Memberikan perhatian dan memberikan kebebasan dalam batasan
tanggung jawab
d. Mempertahankan komunikasi terbuka 2 arah

M. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi:


a. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya

N. Riwayat Kesehatan Keluarga Saat Ini:


a. Tn. I mengatakan sering terasa pusing, nyeri pada bagian kepala dan tengkuk,
nyeri seperti di tusuk-tusuk. Nyeri dirasakan bertambah jika beraktivitas tetapi
berkurang jika tidak banyak melakukan aktivitas, seperti istirahat dengan
berbaring di tempat tidur.
b. Tn. I mengatakan tidak pernah berolahraga

O. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya:


- Tn. I mengatakan kondisi kesehatan sebelumnya hanya mengalami pusing,
sakit kepala biasa, Tn. I mengatakan suka kontrol ke puskesmas jika terasa
pusing.
- Ny. A mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit tekanan darah
tinggi, tetapi Tn. I sebelumnya pernah berobat ke klinik karena mengalami

18
sakit kepala, demam dan flu dan saat diperiksa Tn. I mengalami kenaikan
tekanan darah.
- Tn. I mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dari orang
tuanya.

III. Lingkungan
P. Karakteristik Rumah
Tipe bangunan rumah adalah permanen. Rumah terdiri dari satu lantai dan 3
kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga (TV). Kamar yang digunakan adalah
3 kamar. Kamar mandi ada 1 terdapat wc, sanitasi baik, air jernih dan tidak
berbau, dan di kamar mandi telah tersedia alat mandi berupa sabun dan handuk
dimiliki masing-masing anggota keluarga, tapi dalam pemakaiannya terkadang
bersama. Keadaan lantai menggunakan keramik, sinar matahari dapat masuk
kedalam rumah melalui jendela. Akan tetapi jendela kamar rumah klien jarang
dibuka. Pencahayaan rumah sangat baik karena cahaya matahari dapat masuk ke
dalam rumah langsung tanpa terhalang rumah lain.

P1. Denah Rumah

Kamar Kamar 3
mandi

Dapur Mushola

Kamar 2 Ruang Keluarga (Tv)

Ruang Tamu
Kamar 1

P2. Keterangan Denah Rumah


- Meliputi Ruang tamu, Ruang keluarga (Tv), terdapat 3 kamar tidur, terdapat 1
mushola, terdapat 1 dapur, terdapat 1 kamar mandi + wc

Q. Karakteristik Tetangga dan Komunitas:

19
Hubungan antara tetangga bersifat saling mendukung dan membantu. Bilamana
ada kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar rumah maka
dilaksanakan secara gotong royong.

R. Mobilitas Geografis Keluarga:


Tn. I dan Ny. A merupakan asli dari Karawang Jawa Barat.

S. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat:


Keluarga Tn. I termasuk kedalam keluarga dengan pola komunikasi terbuka.
Hubungan antar anggota keluarga harmonis. Keluarga bisa berkumpul pada sore
dan malam hari. Keluarga Tn. I dapat berinteraksi dengan masyarakat dengan
baik.

T. Sistem Pendukung Keluarga:


Keluarga Tn. I terdiri dari Ny. A dan An. R yang masih sekolah, sedangkan anak
pertama dan kedua sudah berkeluarga. Anggota keluarga yang tinggal dalam
rumah saling mendukung, saling menyayangi, mencintai dan memiliki. Interaksi
antar anggota keluarga terjalin dengan baik. Dalam keluarga muncul nilai kasih
sayang terutama dalam bersikap pada orangtua.

IV. Struktur Keluarga


U. Struktur Peran
1. Peran Formal:
Tn. I sebagai Kepala keluarga, Ny. A sebagai ibu rumah tangga, An. R sebagai
anak kandung.

2. Peran Informal:
Tn. I adalah kepala keluarga yang bertanggung dalam mencari nafkah.

V. Pola Komunikasi Keluarga:

20
Anggota keluarga memakai bahasa sunda dan indonesia dalam keseharian. Di
lakukan secara terbuka, apabila ada masalah di diskusikan bersama anggota
keluarga.

W. Struktur Kekuatan Keluarga:


Keluarga Tn. I lebih menekankan pada kasih sayang dan saling mendukung.

X. Nilai dan Norma Budaya:


Keluarga mempercayai bahwasannya hidup telah ada yang mengatur, demikian
pula halnya dalam kesehatan. Setiap penyakit ada obatnya asalkan rajin dan
disiplin dalam mengikuti proses pengobatan. Bilamana ada anggota keluarga yang
sakit maka segera dibawa ke rumah sakit atau klinik terdekat. Pengontrolan serta
pengaruh yang besar bagi keluarga adalah Tn. I, dimana Tn. I dapat
mengendalikan anggota keluarga terhadap masalah.

V. Fungsi Keluarga
A. Fungsi Afektif:
Hubungan antar keluarga baik dan saling mendukung. Semua anggota keluarga
menyayangi satu sama lain.

B. Fungsi Sosialisasi:
Keluarga selalu mengajarkan perilaku yang baik kepada anak-anak dan
berpartisipasi jika ada kegiatan kemasyarakatan.

C. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga:


a. Mengenal masalah:
Keluarga mengetahui tetntang masalah kesehatan, khususnya pada:
1) Tn. I mengatakan mengetahui tentang hipertensi hanya sebatas tensi tinggi,
namun tidak mengetahui secara mendetail.
2) Tn. I mengatakan mengetahui gejala hipertensi hanya yang terasa pada
dirinya saja.
3) Tn. I mengatakan tidak mengetahui penyebab dirinya terkena hipertensi

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan:

21
1) Pengambilan keputusan dalam keluarga Tn. I diambil oleh Tn.I yang
sebelumnya dimusyawarahkan bersama anggota keluarga yang lain.
2) Keluarga tidak langsung membawa anggota keluarga yang sakit ke tempat
pelayanan kesehatan jika dirasa sakitnya ringan hanya diberikan obat yang
mereka beli di apotik tanpa resep dokter atau mereka beli di warung.

c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit:


1) Klien mengatakan dia tidak tahu cara perawatan terutama pada rasa nyeri
nya menjalar ke kuduk
2) Keluarga mengatakan sudah pernah melakukan pengobatan dengan
menggunakan bahan alami/herbal sebelumnya.

d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan yang sehat:


1) Keluarga tampak belum mengetahui dan menyadari bahwa dengan
menciptakan lingkungan yang bersih dapat mencegah penyebaran berbagai
macam jenis penyakit seperti masih banyak baju yang bergelantungan,
kamar tidur berantakan, jendela yang jarang dibuka, dan banyak barang-
barang yang berserakan.
2) Keluarga, khususnya kepala keluarga belum mampu mengarahkan kepada
setiap anggota keluarga untuk senantiasa menjaga kesehatan karena
dengan menjaga kesehatan kita akan mampu mencegah segala macam
penyakit.
3) Tn. I Tidak pernah berolahraga

e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan


Keluarga mengetahui dengan jelas tentang segala fasilitas-fasilitas kesehatan
yang ada disekitarnya. Selain itu mereka juga mengetahui keuntungan-
keuntungan yang didapat dari fasilitas yang ada karena mereka sangat
mempercayai tenaga kesehatan yang bertugas. Semua keluarga memiliki
jaminan kesehatan/bpjs. Akan tetapi Tn. I malas untuk memeriksakan
kesehatan kepelayanan kesehatan.

VI. Stress dan Koping Keluarga


A. Stressor yang dimiliki

22
1. Stressor jangka pendek:
• Tn. I seringkali merasakan pusing

2. Stressor jangka panjang:


• Tn. I merasa cemas akan penyakitnya, takut tekanan darahnya semakin
tinggi.

B. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi/Stressor


• Selalu memeriksa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan
terdekat.

C. Strategi Koping yang Digunakan


• Keluarga mengatakan jika ada masalah selalu di diskusikan dengan
keluarga

D. Adaptasi Keluarga
• Keluarga mudah beradaptasi

E. Adaptasi yang Disfungsional


• Tn. I bila sedang mengalami pusing atau sakit kepala selalu
menghilangkannya dengan tidur atau beristirahat.
• Tn. I tidak pernah memeriksakan kondisi kesehatannya, tetapi kadang-
kadang meminum obat warung dan dikerok ketika sakit.

VII. Harapan Keluarga


Keluarga berharap dengan adanya penyuluhan diharapkan dapat mengetahui tentang
kesehatan yang dialami oleh Tn. I dan tahu cara merawatnya jika di rumah dan Ny. A
berharap Suaminya dapat mengubah gaya hidup tidak sehat menjadi sehat, sehingga
dapat menurunkan tekanan darahnya, tekanan darahnya membaik dan dapat
beraktivitas kembali dengan nyaman.

23
VIII. Pemeriksaan Fisik dan Ujian Laboratorium Sederhana
No Pemeriksaan Bapak I Ibu A Anak R
1 Kepala Simetris, rambut Simetris, Simetris, rambut
pendek, agak rambut panjang, hitam,
ada uban, lurus, panjang, agak lurus, bersih
bersih beruban, lurus,
bersih
2 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesarn
kelenjar tyroid kelenjar tyroid, kelenjar tyroid
nyeri pada
tengkuk
3 Telinga Tidak ada Tidak ada Tidak ada
serumen, serumen, serumen,
kualitas pendengaran pendengaran
pendengaran dalam batas dalam batas
dalam batas normal normal
normal
4 Mata Tidak anemis, Konjungtiva Tidak anemis,
Sklera anikterik, anemis, Sklera Sklera anikterik,
tidak ada anikterik, tidak ada
gangguan penglihatan gangguan
penglihatan sedikit kabur penglihatan
5 Mulut dan Hidung Bibir lembab, Bibir lembab, Bibir lembab,
tidak ada tidak ada tidak ada
stomatitis, tidak stomatitis, stomatitis, tidak
terdapat caries tidak terdapat terdapat caries
gigi, hidung caries gigi, gigi, hidung
bersih, bentuk hidung bersih, bersih, bentuk
simetris, tidak bentuk simetris, tidak
ada masa, simetris, tidak ada masa,
penciuman ada masa, penciuman

24
normal penciuman normal
normal
6 Dada dan Paru-paru I: I: I:
Pengembangan Pengembangan Pengembangan
dada simetris dada simetris dada simetris
P: tidak ada P: tidak ada P: tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
P: sonor P: sonor P: sonor
A: Vesikuler A: Vesikuler A: Vesikuler
7 Abdomen I: tidak ada jejas I: tidak ada I: tidak ada jejas
P: peristaltik jejas P: peristaltik
usus 5x/menit P: peristaltik usus 5x/menit
P: tidak ada usus 6x/menit P: tidak ada
nyeri tekan P: tidak ada nyeri tekan
A: terdengar nyeri tekan A: terdengar
tympani A: terdengar tympani
tympani
8 Reproduksi Tidak dilakukan Tidak Tidak dilakukan
pengkajian dilakukan pengkajian
pengkajian
9 Eliminasi Frkuensi BAB Frkuensi BAB Frkuensi BAB
1x/hari, 1x/hari, 1x/hari,
frekuensi BAK frekuensi BAK frekuensi BAK
4-5x sehari 5x sehari 3-4x sehari
10 Integumen Bersih Bersih Bersih

11 Muskuloskeletal Tidak ada Tidak ada Tidak ada


edema, masih edema, masih edema, masih
bisa melakukan bisa bisa melakukan
gerak aktif melakukan gerak aktif
gerak aktif
12 BB, TB dan IMT 80kg/179 cm 43kg/ 150 cm 49kg/155 cm

25
13 TTV TD: 170/80 TD: 100/100 TD: 110/80
mmHg mmHg mmHg
Nadi: 80x/menit Nadi: Nadi: 80x/menit
RR: 20x/menit 90x/menit RR: 18x/menit
S: 36,5°C RR: 22x/menit S: 36,0℃
S: 37,0℃
14 Capillary Refil < 3 detik < 3 detik < 3 detik
15 Laboratorium Sederhana - - -

IX. Analisa Data


No Data Masalah Keperawatan
.
1 Batasan Karakteristik Nyeri Akut pada keluarga Tn. I
DS: terutama pada Ny. A
- Tn. I sering terasa pusing, nyeri (NANDA,00132)
pada bagian kepala dan tengkuk
- Nyeri seperti ditusuk-tususk
- Skala nyeri 5 (sedang)
- Nyeri dirasakan bertambah jika
beraktivitas tetapi berkurang
jika Tn. I tidak beraktivitas
terlalu berat atau istirahat
berbaring di tempat tidur.
DO:
- TD: 150/100 mmHg
- ND: 90x/menit
- RR: 22x/menit
- S: 37,0℃
- Konjungtiva anemis
- Penglihatan sedikit kabur

2 Batasan karakteristik Ketidakefektifan Pemeliharaan


DS: Kesehatan pada Tn. I

26
- Tn. I mengatakan mengetahui (NANDA, 00099)
tentang hipertensi hanya sebatas
tensi tinggi, namun tidak
mengetahui secara mendetail
- Tn. I mengatakan mengetahui
gejala hipertensi hanya yang
terasa pada dirinya saja
- Tn. I mengatakan tidak
mengetahui penyebab dirinya
terkena hipertensi
- Tn. I mengatakan dia tidak tahu
cara perawatan terutama pada
rasa nyeri nya menjalar ke
kuduk

DO:
- Keluarga, khususnya kepala
keluarga belum mampu
mengarahkan kepada setiap
anggota keluarga untuk
senantiasa menjaga kesehatan
karena dengan menjaga
kesehatan kita akan mampu
mencegah segala macam
penyakit.
3 Batasan Karakteristik Hambatan Pemeliharaan
DS: Rumah pada keluarga Tn. I
- Tn. I mengatakan jendela jarang (NANDA, 00098)
dibuka
- Tn I mengatakan suka
menggantung-gantung pakain
hingga menumpuk

27
DO:
- Keluarga tampak belum
mengetahui dan menyadari
bahwa dengan menciptakan
lingkungan yang bersih dapat
mencegah penyebaran berbagai
jenis penyakit
- Baju tampak bergelantungan,
kamar tidur tampak berantakan
dan banyak barang-barang yang
berserakan.

X. Skoring
1. Nyeri Akut pada Keluarga Tn. I terutama pada Tn. I
No Kriteria Bobot Total Pembenaran

1 Sifat masalah: 1 3/3 x 1 Hipertensi adalah masalah.


=1 Keadaan individu yang
Sejahtera (3)
mengalami sakit perlu untuk
Defisit kesehatan (3) ditangani segera karena hal

Ancaman kesehatan (2) tersebut merupakan defisit


kesehatan. Apabila tidak kita
Faktor risiko (1)
tangani dapat menyebabkan
masalah kesehatan yang lebih
serius.

2 Kemungkinan diubah: 2 2/2x 2 Keluarga Tn.I memiliki


=2 kemampuan dalam mengikuti
Mudah (2)
proses keperawatan
Sebagian (1)

Tidak dapat (0)

3 Kemungkinan dicegah: 1 3/3x1 Keluarga memiliki kemauan


=1 untuk menyelesaikan masalah

28
Tinggi (3) Tn.I

Cukup (2)

Rendah (1)

4 Menonjolnya masalah: 1 2/2 x1 Sakit kepala sering terjadi dan Tn.


=1 I merasa sangat tidak nyaman
Membutuhkan perhatian
segera (2)

Tidak membutuhkan
perhatian segera (1)

Tidak dirasakan sebagai


masalah atau kondisi yang
membutuhkan perubahan
(0)

Total 5

2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan pada keluarga Tn. I terutama


pada Tn. I
No Kriteria Bobot Total Pembenaran

1 Sifat masalah: 1 2/3 Ketidakefektifan pemeliharaan


kesehatan pada keluarga dapat
Sejahtera (3)
memperberat penyakitnya
Defisit kesehatan (3)

Ancaman kesehatan (2)

Faktor risiko (1)

29
2 Kemungkinan diubah: 2 2/2x 2 Keluarga Tn.I memiliki
=2 kemampuan dalam mengikuti
Mudah (2)
proses keperawatan
Sebagian (1)

Tidak dapat (0)

3 Kemungkinan dicegah: 1 3/3x1 Keluarga memiliki kemauan


=1 untuk menyelesaikan masalah Tn.
Tinggi (3)
I
Cukup (2)

Rendah (1)

4 Menonjolnya masalah: 1 2/2 x1 Ketidakefektifan pemeliharaan


=1 kesehatan pada keluarga dapat
Membutuhkan perhatian
memperberat penyakit yang
segera (2)
diderita Tn. I
Tidak membutuhkan
perhatian segera (1)

Tidak dirasakan sebagai


masalah atau kondisi yang
membutuhkan perubahan
(0)

Total 4 2/3

3. Hambatan Pemeliharaan Rumah pada Keluarga Tn. I


No Kriteria Bobot Total Pembenaran

1 Sifat masalah: 1 3/3x1 Hambatan pemeliharaan rumah


=1 pada keluarga Tn. I adalah
Sejahtera (3)
masalah.
Defisit kesehatan (3)

Ancaman kesehatan (2)

30
Faktor risiko (1)

2 Kemungkinan diubah: 2 2/2x 2 Keluarga Tn.I memiliki


=2 kemampuan dalam mengikuti
Mudah (2)
proses keperawatan
Sebagian (1)

Tidak dapat (0)

3 Kemungkinan dicegah: 1 3/3x1 Keluarga memiliki kemauan


=1 untuk menyelesaikan masalah Tn.
Tinggi (3)
I
Cukup (2)

Rendah (1)

4 Menonjolnya masalah: 1 0/2 x1 Keluarga tampak belum


=0 mengetahui dan menyadari bahwa
Membutuhkan perhatian
dengan menciptakan lingkungan
segera (2)
yang bersih dapat mencegah
Tidak membutuhkan penyebaran berbagai macam jenis
perhatian segera (1) penyakit

Tidak dirasakan sebagai


masalah atau kondisi yang
membutuhkan perubahan
(0)

Total 4

XI. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas


No Domain Kelas Kode Diagnosis Keperawatan
.
1 Domain 12 Kelas 1 00132 Nyeri akut pada keluarga Tn. I
Kenyamanan Kenyamanan terutama pada Tn. I
(NANDA) fisik

31
2 Domain 1 Kelas 2 00099 Ketidakefektifan pemeliharaan
Promosi Kesehatan
Kesehatan
(NANDA)

3 Domain Kelas 5 00098 Hambatan pemeliharaan rumah


Aktivitas/Istirahat Perawatan pada keluarga Tn. I
(NANDA) diri

32
XII. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
No Data Kode Diagnosis Kode Hasil Ko
1 Batasan karakteristik 0013 Nyeri akut pada 1843 TUK 1: Keluarga mampu 140
DS: 2 Tn.I di keluarga mengenal masalah kesehatan
- Tn. I sering terasa Tn. I keluarga
pusing, nyeri pada - Pengetahuan:
bagian kepala dan Manajemen nyeri 525

tengkuk
1608
- Nyeri seperti TUK 2: Keluarga mampu
ditusuk-tusuk memutuskan masalah kesehatan
- Skala nyeri 5 keluarga
(sedang) - Kontrol gejala
604
- Nyeri dirasakan 2010
bertambah jika TUK 3: Keluarga mampu

beraktivitas tetapi merawat anggota keluarga yang

berkurang jika Tn. sakit 648


I tidak banyak - Status kenyamanan: fisik

melakukan 2012
aktivitas atau TUK 4: Keluarga mampu

istirahat berbaring memodifikasi lingkungan 238

di tempat tidur - Tingkat stres


1603

DO: TUK 5: Keluarga mampu

- TD: 150/100 memanfaatkan fasilitas

mmHg pelayanan kesehatan

- ND: 90x/menit - Perilaku pencarian

- RR: 22x/menit kesehatan

- S: 37,0℃
- Konjungtiva
anemis
- Penglihatan sedikit
kabur

33
2 Batasan karakteristik 0009 Ketidakefektifan 1803 TUK 1: Keluarga mampu 560
DS: 9 pemeliharaan mengenal kesehatan keluarga
- Tn. I mengatakan kesehatan pada - Pengetahuan: proses
tahu pengertian Tn. I penyakit
dan tanda gejala
0906 TUK 2: Keluarga mampu 525
dari hipertensi
yang di deritanya memutuskan masalah kesehatan
- Tn. I mengatakan keluarga
dia tidak tahu cara - Pembuatan keputusan
perawatan
3100
terutama pada rasa TUK 3: Keluarga mampu
436
nyeri nya menjalar merawat anggota keluarga yang

ke kuduk sakit
- Manajemen nyeri:
DO: penyakit akut 661
- Keluarga 1600
khususnya kepala TUK 4: Keluarga mampu

keluarga belum memodifikasi lingkungan

mampu - Perilaku patuh 740

mengarahkan 2605

kepada setiap TUK 5: Keluarga mampu

anggota keluarga memanfaatkan fasilitas

untuk senantiasa pelayanan kesehatan

menjaga kesehatan - Partisipasi keluarga

karena dengan dalam perawat

menjaga kesehatan profesional

kita akan mampu


mencegah segala
macam penyakit
3 Batasan karakteristik 0009 Hambatan 1803 TUK 1: Keluarga mampu 560
DS: 8 pemeliharaan mengenal masalah kesehatan
- Tn. I mengatakan rumah pada Tn. I keluarga
jendela kamar - Pengetahuan: proses
jarang dibuka,

34
- Tn. I mengatakan penyakit 525
suka 0906
menggantung- TUK 2: Keluarga mampu
gantung pakaian memutuskan masalah kesehatan
hingga menumpuk keluarga
- Pembuatan keputusan
2009 525
DO:
- Keluarga tampak TUK 3: Keluarga mampu
belum mengetahui merawat anggota keluarga yang
dan menyadari sakit
bahwa dengan - Status kenyamanan:
436
menciptakan lingkungan
1600
lingkungan yang
bersih dapat TUK 4: Keluarga mampu

mencegah memodifikasi lingkungan

penyebaran 2605 - Perilaku patuh

berbagai macam 740


jenis penyakit TUK 5: Keluarga mampu

- Baju tampak memanfaatkan fasilitas

bergelantungan, pelayanan kesehatan

kamar tidur Partisipasi keluarga dalam

berantakan, dan perawatan profesional

banyak barang-
barang yang
berserakan.

XIII. Tindakan dan Evaluasi

Diagnosis Pela
√ NOC NIC
Keperawatan Ya

Nyeri akut Tugas Perkembangan Keluarga I : Tugas Perkembangan Keluarga I : Keluarga


Keluarga mampu mengenal masalah mampu mengenal masalah kesehatan
kesehatan
Pendidikan Kesehatan

35
Outcome Aktivitas yang dilakukan:

Pengetahuan : manajemen nyeri 1. Mengidentifikasi motivasi dan pengetahuan


awal keluarga tentang hipertensi
Dipertahankan pada 2 (pengetahuan
2. Melakukan pengkajian ttv dan nyeri
terbatas) di tingkatkan ke 4
komprehensif
(pengetahuan banyak).
3. Mengobservasi adanya petunjuk non verbal
mengenai ketidaknyamanan
4. Memberikan pendidikan kesehatan dengan √
topik:
- Pengertian hipertensi
- Tanda dan gejala hipertensi
- Penyebab hipertensi
- Pencegahan hipertensi
- Cara mengontrol hipertensi
- Pengobatan

Tugas Perkembangan Keluarga II : Tugas Perkembangan Keluarga II : Keluarga √


Keluarga mampu mengambil mampu mengambil keputusan
masalah
Dukungan Pengambilan Keputusan
Outcome
Aktivitas yang dilakukan:
Kontrol gejala
1. Memberikan dukungan/motivasi pada keluarga
Dipertahankan pada 2 (pengetahuan membuat keputusan yang tepat dalam merawat
terbatas) di tingkatkan ke 4 klien dengan memberikan harapan pada klien
(pengetahuan banyak). dalam proses pengobatan hipertensi

2. Menginformasikan pada klien mengenai


pandangan-pandangan atau solusi alternatif
dengan cara yang jelas dan mendukung

3. Membantu klien mengidentifkasi keuntungan


dan kerugian dari setiap alternatif pilihan

36
Tugas Perkembangan Keluarga III : Tugas Perkembangan Keluarga III : Keluarga
Keluarga mampu merawat orang mampu merawat orang yang sakit
yang sakit
Aktivitas yang dilakukan:
Outcome
1. Menyiapkan diet hipertensi untuk klien yang
Status kenyamanan : fisik bertujuan untuk menurunkan tekanan darah

pada penderita hipertensi atau bisa juga
Dipertahankan pada 2 (pengetahuan
menggunakan terapi komplementer dengan
terbatas) di tingkatkan ke 4
(jus mentimun) untuk menurunkan tekanan
(pengetahuan banyak).
darahnya
2. Memberikan tindakan teknik relaksasi nafas
dalam jika nyeri muncul

Tugas Perkembangan Keluarga IV : Tugas Perkembangan Keluarga IV : Keluarga


Keluarga mampu memodifikasi mampu memodifikasi lingkungan
Lingkungan
Manajemen lingkungan
Outcome
Aktivitas yang dilakukan:
Tingkat stress
1. Menganjurkan klien untuk beristirahat untuk √
Dipertahankan pada 2 (pengetahuan meredakan nyeri yang dirasakan
terbatas) di tingkatkan ke 4 2. Menciptakan lingkungan yang nyaman agar
(pengetahuan banyak). nyeri kepala yang dirasakan Tn. I dapat
berkurang

Tugas Perkembangan Keluarga V : Tugas Perkembangan Keluarga V: Keluarga √


Keluarga mampu memanfaatkan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
fasilitas Pelayanan Kesehatan
Manajemen pengobatan
Outcome
Aktivitas yang dilakukan:
Perilaku pencarian kesehatan
1. Menganjurkan Tn. I untuk memeriksakan
Dipertahankan pada 2 (pengetahuan kesehatan secara rutin
terbatas) di tingkatkan ke 4 2. Menganjurkan keluarga untuk kembali
(pengetahuan banyak). menggunakan fasilitas kesehatan guna

37
mengontrol hipertensi

Evaluasi Keperawatan

Nama keluarga : Tn. I

Alamat : Dusun Paracis, RT : 002 Rw 012

Usia : 38 tahun

Diagnosa Tindakan Ya Tida Evaluasi TTD


Keperawat Keperawatan k Keperawatan Peraw
an at

Senin, Nyeri akut Tugas S:


06 pada Tn. I Perkembangan - Keluarga
desemb di keluarga Keluarga I : mengetah
er 2021 Tn. I Keluarga mampu ui
mengenal masalah hipertensi
kesehatan hanya
Pendidikan sebatas
Kesehatan tensi
tinggi,
Aktivitas yang √
namun
dilakukan:
tidak
1. Mengidentifikas mengetah
i motivasi dan ui secara
pengetahuan mendetail

awal keluarga dan tidak
tentang mengetah
hipertensi ui cara
2. Melakukan √ merawat
pengkajian ttv penderita
dan nyeri hipertensi
komprehensif - Keluarga

3. Mengobservasi terlihat

38
adanya petunjuk bingung
non verbal saat
mengenai ditanya
ketidaknyamana tentang
n hipertensi
4. Memberikan dan cara
pendidikan merawat
kesehatan penderita
dengan topik: hipertensi
- Pengertian - TTV
hipertensi pada Tn
- Tanda dan I:
gejala - TD:
hipertensi 140/90
- Penyebab mmHg
hipertensi - N:
- Pencegahan 90x/menit
hipertensi - RR:
- Cara 20x/menit
mengontrol - Suhu :
hipertensi 36,7°C
- Pengobatan A:
- Tugas
perkemba
ngan
keluarga
1 belum
teratasi
P:
Lanjutkan
intervensi
berikan
pendidikan
kesehatan
39
tentang
hipertensi
Selasa, Nyeri akut Tugas S:
07 pada Tn. I Perkembangan - Keluarga
Desemb di keluarga Keluarga II : bersedia
er 2021 Tn. I Keluarga mampu diberi
mengambil penyuluh
keputusan √ an
Dukungan - Keluarga
Pengambilan mengatak
Keputusan an merasa
Aktivitas yang senang
dilakukan: √ diberi
informasi,
1. Memberikan
dan
dukungan/moti
keluarga
vasi pada √
mengatak
keluarga
an sudah
membuat
mulai
keputusan
memaha
yang tepat
mi
dalam merawat
tentang
klien dengan
hipertensi
memberikan
O:
harapan pada
- Keluarga
klien dalam
terlihat
proses
kooperati
pengobatan
f
hipertensi
A:
2. Menginformasi
- Tugas
kan pada klien
perkemba
mengenai
ngan
pandangan-
keluarga
pandangan atau

40
solusi alternatif 2 teratasi
dengan cara sebagian
yang jelas dan P:
mendukung Lanjutkan
3. Membantu intervensi
klien libatkan keluarga
mengidentifkas merawat klien
i keuntungan dengan
dan kerugian menyiapkan diet
dari setiap hipertensi, terapi
alternatif komplementer
pilihan (jus mentimun)
dan teknik
relaksasi nafas
dalam

Rabu, Nyeri akut Tugas S:


08 pada Tn. I Perkembangan - Keluarga
Desemb di keluarga Keluarga V: mengatak
er 2021 Tn. I Keluarga mampu an akan
memanfaatkan √ memberi
fasilitas Kesehatan kan
Manajemen lingkunga
pengobatan √ n yang
Aktivitas yang aman
dilakukan: bagi klien
O:
1. Menganjurkan
- Ny. I
Tn. I untuk
dapat
memeriksakan
memberik
kesehatan
an
secara rutin
lingkunga
2. Menganjurkan
n yang
keluarga untuk
aman
kembali

41
menggunakan bagi
fasilitas keluargan
kesehatan guna ya
mengontrol A:
hipertensi - Tugas
perkemba
ngan
keluarga
1-5
teratasi
P:
Lanjutkan
intervensi secara
mandiri oleh
keluarga:
merawat
penderita
hipertensi,
keluarga
memberikan diit
rendah garam,
jus mentimun
untuk penderita
hipertensi, Tn I
sudah bisa
melakukan
teknik relaksasi
nafas dalam
untuk mengatasi
jika nyeri kepala
muncul, keluarga
memeriksakan
kesehatan secara
rutin dan
42
memberikan
lingkungan yang
aman bagi klien

BAB IV

PEMBAHASAN

43
A. PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang pemberian aplikasi terapi musik klasik
untuk menurunkan tekanan darah pada Tn. I dengan hipertensi di dusun paracis, yang
dilakukan pada tanggal 6 Desember 2021.Dimana asuhan keperawatan ini di
aplikasikan dengan teori keperawatan pada bab sebelumnya dan disesuaikan dengan
tujuan penulisan. Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan yang ada pada
tinjauan kasus dengan membandingkan antara teori dan kejadian yang nyata saat
melakukan asuhan keperawatan pada Tn.I dengan masalah utama hipertensi. Selama
melakukan asuhan keperawatan pada Tn.I penulis banyak menjumpai beberapa faktor
pendukung dan juga adanya factor penghambat. Faktor pendukung yang dijumpai
yaitu saat pelaksanaan, pasien dan keluarga sangat senang saat diberikan terapi musik
klasik untuk menurunkan tekanan darah pada Tn.I yang telah menderita penyakit
hipertensi, sehingga terbina hubungan saling percaya yang akhirnya pasien mau
terbuka dan memberikan informasi tentang masalah penyakit dan riwayat penyakit
yang dirasakan. Setelah melakukan pengkajian pada Tn.I , berikut ini adalah diagnosa
keperawatan yang utama dalam asuhan keperawatan pada Tn.I dengan hipertensi
yang sesuai dengan konsep dasar yang akan dibahas oleh penulis.

1. Gangguan rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan


tekanan vaskuler serebral. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari
sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Individu yang
merasakan nyeri merasa tertekan dan mencari upaya untuk menghilangkan
nyeri. Batasan karakteristik mayor untuk menegakkan diagnosa nyeri adalah
komunikasi (verbal atau menggunakan kode) tentang nyeri yang di
ekspresikan. Sedangkan batasan karakteristik minornya adalah tingkah laku
yang terlampau berhati-hati, terlampau protektif berfokus pada diri sendiri,
penyimpangan tingkah laku (merintih, menangis, gelisah). Nyeri bersifat
individualistik, pengkajian karakteristik umum nyeri membantu penulis
membentuk pengertian pola nyeri dan tipe terapi yang digunakan untuk
mengatasi nyeri (Perry & Potter, 2006).

Penulis merumuskan diagnosa ini karena Tn.I dengan hipertensi merasakan


nyeri dengan skala 5, nyeri berdenyut dan pusing berputarputar disebabkan
oleh peningkatan vaskuler serebral yang menyebabkan tengkuk terasa kaku

44
(cengeng). Ditandai dengan pasien mengatakan bahwa sering pusing dan sakit
kepala dirasakan berdenyut di seluruh kepala yang menjalar ke daerah
tengkuk, sehingga tengku terasa kaku (cengeng) dan pasien terlihat gelisah
saat menahan nyeri. Dan terjadi peningkatan tekanan darah 150/100 mmHg,
nyeri merupakan masalah aktual yang memerlukan tindakan untuk
memberikan rasa nyaman. Bila nyeri tidak segera ditangani dapat
menyebabkan kecemasan, dan berpengaruh pada emosional pasien
yang sulit dikendalikan. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini, yaitu mengetahui perubahan tingkat nyeri dan terjadinya
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi sesudah diberikan terapi
musik klasik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam nyeri
atau sakit kepala berkurang dan terjadi penurunan tekanan darah. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka penulis memunculkan beberapa kriteria hasil
yang di capai yaitu: pusing dan nyeri kepala berkurang, nyeri pada Ny.W
sebelum diberikan terapi musik klasik skala 5, dan setelah diberikan terapi
musik klasik skala menjadi 3, tengkuk tidak terasa kaku (cengeng), Tn.I
tampak rileks setelah diberikan terapi musik
klasik Untuk mencapai kriteria yang maksimal penulis memilih rencana
tindakan keperawatan sebagai berikut: lakukan pengkajian fisik pasien,
observasi KU dan TTV pasien, kaji status nyeri, pertahankan tirah baring
selama fase akut, berikan terapi musik klasik untuk menurunkan tekanan darah
selama 20-30 menit setiap hari, dalam keadaa berbaring sambil memejamkan
mata. Tn.I mendengarkan music dengan menggunakan headphone dengan
tujuan agar tidak terganggu suara di lingkungan sekitar Rumah Sakit. Tn. I
memilih menggunakan terapi musik klasik. Terapi musik klasik dapat
dijadikan sebagai alternatif untuk mengendalikan nyeri dan menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi primer. Pada Tn. I sebelum diberikan
terapi musik klasik TD:150/100 mmHg, dan setelah diberikan terapi musik
klasik TD:120/90mmHg. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Nining (2011)
& Yakin (2010) yang menunjukkan bahwa terapi musik klasik dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, karena dalam terapi
musik diketahui bahwa rangsangan musik ternyata mampu mengaktivasi
sistem limbik yang berhubungan dengan emosi. Saat sistem limbik teraktivasi,
otak menjadi rileks dan kondisi inilah yang memicu tekanan darah menurun.

45
Dalam terapi musik, alunan music juga dapat menstimulasi tubuh untuk
memproduksi molekul nitric oxide (NO). Molekul ini bekerja pada tonus
pembuluh darah yang dapat menurunkan tekanan darah Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan tindakan, penulis melakukan evaluasi. Hasil evaluasi dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah aktif secara menyeluruh
setelah satu hari pelaksanaan tindakan didapatkan respon perkembangan.
Pasien mengatakan nyeri berkurang, dan ekspresi wajah tampak rileks, skal
nyeri 3, TD 170/95 mmHg. Pada analisa untuk mencapai tujuan masalah pada
pasien dapat teratasi. Pada rencana tindak lanjut penulis masih
mempertahankan tindakan keperawatan selama di rumah sakit dan discharge
planing sebagai berikut: Di rumah sakit: Pertahankan tirah baring selama fase
akut, pemberian terapi musik klasik, dan hilangkan atau minimalkan aktivitas
vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala. Discharge planing:
Pemberian pendidikan kesehatan mengenai cara mengatasi nyeri kepala dan
mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah dengan menggunakan
aplikasi terapi musik klasik, mempertahankan tirah baring selama fase akut,
yaitu pada saat timbul nyeri secara tibatiba bisa istirahat terlebih dahulu, agar
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, meminimalkan aktivitas vasokontriksi
yang dapat meningkatkan sakit kepala, agar tidak terjadi injuri Adapun
diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien, tetapi dalam tinjauan kasus
tidak di bahas, karena dalam tinjauan kasus membahas diagnosa yang utama
dari pasien.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen. Intoleransi aktivitas adalah keadaan dimana individu
ketidak cukupan energi fisiologi atau psikologis untuk menahan atau
memenuhi kebutuhan, keinginan aktivitas sehari-hari (Carpenito, 2001).

Keletihan atau kelemahan dan nyeri kepala merupakan manifestasi klinik dari
hipertensi, biasanya diakibatkan oleh curah jantung yang rendah sehingga
mengakibatkan vasokonstriksi dan penurunan perfusi jaringan perifer. Data
yang ditemukan yaitu Tn. I terbaring lemas, Tn. I mengatakan nyeri kepala,
terpasang infus Asering 20 tpm di ekstremitas atas tangan kiri, kebutuhan
sehari-hari dibantu oleh keluarga, dari data tersebut penulis dapat menganalisa

46
bahwa intoleransi aktivitas pada Tn. I diakibatkan oleh rasa nyeri kepala
ketika bangun dari tempat tidur, seluruh anggota badan terasa lemas dan ingin
jatuh saat berdiri. Etiologi dari ke dua diagnose sama yaitu nyeri, yang
menyebabkan intoleransi aktivitas pada Tn.I terganggu itu akibat dari adanya
rasa nyeri kepala, maka yang harus segera di tangani terlebih dahulu adalah
nyeri, karena kalau nyeri sudah teratasi, maka intoleransi aktivitas pada Tn. I
tidak terganggu. Untuk mengatasi masalah tersebut pasien bias meminimalkan
aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan nyeri kepala agar tidak
terjadi injuri dan libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga adalah sekumpulan orang yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan adopsi, baik hidup bersama-sama
ataupun terpisah yang secara bersama-sama menggunakan kultur yang sama.
Keluarga mempunyai 5 tugas yaitu mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga,
memberikan keperawatan anggotanya yang sakit, mempertahankan suasana dirumah
yang menguntungkan kesehatan, dan mempertahankan hubungan timbal balik antara
keluarga dan lembaga kesehatan.

Hipertensi merupakan keadaan ketika trkanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan
pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah.

47
Penyebab hipertensi antara lain dari faktor keturunan dan gaya hidup. Hipertensi
dapat ditangani dengan cara selalu kontrol secara teratur dan meminum obat yang di
rekomendasikan oleh dokter.

Dan pada kasus keluarga Tn. I yaitu keluarga besar dengan tahap perkembangan
dewasa pelepasan, dengan tahap perkembangan yang belum terpenuhi dalam keluarga
Tn. I adalah Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar, Mempertahankan
keintiman pasangan, Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua, Membantu anak untuk mandiri di masyarakat dan Penataan kembali peran
dan kegiatan rumah tangga, terutama berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga,

B. Saran
1. Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan untuk menambah wawasan penulis
khususnya dalam penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler: hipertensi pada asuhan keperawatan keluarga lainnya.
2. Bagi petugas Puskesmas setempat
a. Sebaiknya pelayanan kesehatan keluarga tetap dipertahankan dan lebih merata
sekaligus untuk mendeteksi secara dini penyakit resiko tinggi.
b. Masalah kesehatan selalu mengalami perkembangan sesuai kemajuan ilmu dan
tekhnologi karena itu pengetahuan dan ketrampilan petugas perlu ditingkatkan
dengan masalah yang dihadapi.
c. Perlu ditingkatkan kerja sama antara petugas kesehatan dalam menghadapi
masalah kesehatan keluarga.
2. Bagi keluarga
a. Hendaknya keluarga tetap meningkatkan/mempertahankan perilaku yang dapat
menunjang kesehatan.
b. Hendaknya Tn. I secara rutin memeriksakan penyakit Hipertensi yang
dideritanya ke pelayanan kesehatan setempat secara rutin dan tetap mematuhi
diet yang sudah dianjurkan.
c. Untuk meningkatkan pengetahuan dalam hal perilaku dan untuk memperoleh
informasi baru hendaknya keluarga Tn. I aktif dalam kegiatan atau
perkumpulan yang ada di lingkungan.

48
49

Anda mungkin juga menyukai