Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Hipertensi

2.1.1. Definisi Hipertensi


Hipertensi

adalah

suatu

keadaan

dimana

tekanan

darah

sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg), dimana


rentang tekanan darah normal bagi orang dewasa adalah 120/80 mmHg (Joint
National Conference dan World Health Organization, 2008).
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi
gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak),
penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel
kanan /left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak
yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa
kematian yang tinggi (Bustan, 2007).
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang
cukup

banyak

mengganggu

kesehatan

masyarakat.

Hipertensi

dapat

diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu Hipertensi Primer atau esensial yang


penyebabnya tidak diketahui dan Hipertensi Sekunder yang dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung gangguan anak ginjal, dan
lain-lain. Tercatat 90% dari seluruh penderita hipertensi masuk kategori hipertensi
primer atau esensial yang penyebabnya belum diketahui. Sisa 10% adalah
penderita hipertensi sekunder yang disebabkan penyakit ginjal, endokrin, jantung,
gangguan anak ginjal, dan sebagainya. Hipertensi seringkali tidak menunjukkan
gejala, sementara tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu
lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi
dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan
pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter. Hipertensi
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal (Sudarsono,2003).

WHO,

(2009)

menggolongkan

hipertensi

berdasarkan

usia,

penggolongannya adalah :
1)

Kelompok usia 20 - 29 tahun, tekanan darah >150/90 mm Hg,

2)

Kelompok usia 30 64 tahun, tekanan darah 160/95 mm Hg,

3)

Kelompok usia > 65 tahun, tekanan darah > 170/95 mm Hg.


Data Joint National Committee on Prevention detection, Evaluation, and

Treatment on High Blood Pressure 7 mengungkap, penderita hipertensi di seluruh


dunia mendekati angka 1 miliar. Artinya, 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan
darah tinggi. Lebih dari separuh atau sekitar 600 juta penderita, tersebar di Negara
berkembang, termasuk Negara Indonesia. Angka ini menunjukkan, hipertensi
bukan hanya masalah negara-negara maju.
Data WHO menyebutkan, dari setengah penderita hipertensi yang
diketahui hanya seperempatnya (25%) yang mendapat pengobatan. Sementara
hipertensi yang diobati dengan baik dengan hanya 12,5 persen. Padahal, hipertensi
menyebabkan rusaknya organ-organ tubuh seperti ginjal, jantung, hati, mata,
kelumpuhan organ-organ gerak.
Hipertensi baru bisa diketahui dari hasil pengukuran tekanan darah.
Tekanan darah dinyatakan dalam dua angka, yaitu sistolik dan diastolik. Angka
sistolik (atas) menggambarkan tekanan dalam pembuluh darah arteri saat jantung
berkontraksi dan memompa darah ke dalam aorta, sedangkan angka diastolik
(bawah) menunjukkan tekanan dalam pembuluh darah saat jantung istirahat di
antara dua denyutan dan terisi darah. Pencatatan hasil pengukuran tekanan darah
angka sistolik di atas angka diastolik. Tekanan darah normal bila angka sistolik
kurang dari 120 mmHg dan angka diastolic di bawah 80 mmHg (Budi Sutomo,
2009).
2.1.2. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi diklasifikasikan dalam beberapa kategori. World Health
Organization (1991-1999) mengklasifikasikan hipertensi menjadi 3 kelompok,
yakni hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat. Karena ketiga
kelompok tersebut memiliki risiko komplikasi sama besar, maka kategori WHO
6

tidak lagi digunakan. panduan tentang hipertensi didasarkan pada criteria Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment 7 (JNC
7)
Tabel 2.1. Klasifikasi JNC 7 (2004)

Sumber : Joint National Committee on Prevention detection, Evaluation, and


Treatment on High Blood Pressure 7.
JNC mengeluarkan klasifikasi terbaru JNC 7 di tahun 2004 yang saat ini
digunakan di Amerika serikat. Kategorinya lebih dipersempit dan dimasukkan
satu kategori baru, yaitu prehipertensi. Tekanan darah dengan sistolik 120-139
mmHg dan diastolic 80-89 mmHg digolongkan prehipertensi. Seseorang yang
masuk dalam kategori ini belum termasuk hipertensi. Klasifikasi ini menunjukkan
seseorang berisiko tinggi menjadi penderita hipertensi. Prehipertensi merupakan
peringatan agar calon penderita hipertensi segera mengubah gaya hidup agar
tekanan darah menurun sehingga perkembangan penyakit bisa di cegah atau
diperlambat.
2.1.3. Penyebab Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.
Peda kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (essensial atau
hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat dikontrol. Kelompok lain dari
populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal
sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen
maupun eksogen.
7

Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada


pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Depkes RI,2006).
Tabel 2.2. Faktor-faktor Risiko kardiovaskular menurut Departemen Kesehatan RI, 2006

faktor risiko mayor


hipertensi
merokok
obesitas (BMI = 30)
immobilitas
dislipidemia
diabetes mellitus
mikroalbuminura atau perkiraan GFR<60 ml/min umur (>55
tahun untuk laki-laki, >65 tahun untuk perempuan)
Riwayat keluarga untuk penyakit kardiovaskular prematur
(laki-laki <55 tahun atau perempuan <65 tahun)
Kerusakan organ target
Jantung :

Left ventricular hypertrophy


Angina atau sudah pernah infark miokard
Sudah pernah revaskularisasi koroner
Gagal jantung

Otak :

stroke atau TIA

Penyakit ginjal kronis


Penyakit arteri perifer
Retinopathy
BMI = Body Mass Index; GFR = Glomerular Filtration Rate;
TIA = Transient Ischemic Attack.

Sumber :
faktor-faktor
risiko

kardiovaskular menurut Depkes RI, 2006.

Menurut Prof. Dr. Kebo (2008), 95% penderita hipertensi tergolong yang
primer. Yang tidak jelas penyebabnya, penyebab hipertensi primer (esensial)
sampai saat ini masih spekulatif, termasuk di dalamnya adalah :
1) Aktifitas saraf simpatis yang berlebihan,
2)

Obesitas (kegemukan),

3)

Makan tinggi garam (termasuk mono-sodium glumate),

4)

Makanan yang diawetkan,

5)

Stress,

6)

Rokok, kopi, dan minuman berakohol,

7)

Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh, kolesterol tinggi,

8)

Kehidupan sedentary (kurang bergerak),

9)

Faktor genetis (riwayat keluarga) dan usia.


Faktor genetik dan usia tidak bisa diubah, sedangkan faktor lainnya dapat

diubah. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut hipertensi primer.


Sedangkan penyebab hipertensi sekunder, antara lain penyakit ginjal, tumor
kelenjar suprarenalis, kelainan hormonal, atau pembuluh darah. Karena golongan
terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensi esensial, penyelidikan dan
pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
Menurut Dr. Yekti Susilo dan Ari Wulandari (2011) menyebutkan hal-hal
yang menyebabkan terjadinya hipertensi secara umum. Salah satu saja mengenai
tubuh kita maka dengan mudah kita akan menderita hipertensi, yaitu :
a) Toksin
Toksin adalah zat-zat sisa pembuangan yang seharusnya dibuang
karena bersifat racun. Dalam keadaan biasa, hati kita akan mengeluarkan
sisa-sisa pembuangan melalui saluran usus dan kulit. Sementara ginjal
mengeluarkan sisa-sisa pembuangan melalui saluran kencing atau kantong
kencing. Penyakit yang paling biasa diderita akibat penumpukan toksin
dalam tubuh adalah pilek, flu, dan bronchitis. Penumpukan toksin pada
bagian yang berlainan pada tubuh akan menyebabkan penyakit-penyakit
yang berbeda-beda, termasuk hipertensi. Hal tesebut menyebabkan
pembesaran jantung dan selanjutnya mengakibatkan penyakit jantung.

Sementara itu, tekanan yang dilakukan terhadap saluran darah akan


mengakibatkan tekanan darah tinggi.
b) Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga tersebut mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan
orang tua hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi dari pada individu yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi. Ada baiknya kita mulai sekarang kita
memeriksa riwayat kesehatan keluarga sehingga kita dapat melakukan
antisipasi dan pencegahan.
c) Umur
Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan
betambahnya umur seseorang. Individu yang berumur di atas 60 tahun, 5060% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90
mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang
yang bertambah usianya.
d) Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang
berbeda. Demikian juga pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan dengan
hipertensi, laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita
hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai risiko yang lebih besar
terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan pada
perempuan, biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka sudah
berumur di atas 50 tahun. Sangatlah penting bagi kita untuk menjaga
kesehatan sejak dini. Terutama mereka yang memiliki sejarah keluarga
terkena penyakit.

10

e) Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang kulit hitam dari pada
yang berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi pada
orang kulit hitam ditemukan kadar rennin yang lebih rendah dan
sensitivitas terhadap vasopressin yang lebih besar.
f) Stress
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Stres
merupakan respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap
tuntunan beban atasnya. Terdapat beberapa jenis penyakit yang
berhubungan dengan stres yang dialami seseorang, diantaranya hipertensi
atau peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 80 mmHg. Stres yang dialami seseorang akan
membangkitkan saraf simpatis yang akan memicu kerja jantung dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu, bagi mereka
yang sudah memiliki riwayat sejarah kesehatan penderita hipertensi,
disarankan untuk berlatih mengendalikan stres dalam hidupnya.
g) Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit berat, salah satunya
hipertensi. Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara
berat badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun
normotensi. Yang sangat mempengaruhi tekanan darah adalah kegemukan
pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian
perut atau kegemukan terpusat (obesitas sentral).
h) Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi primer.
Asupan garam tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari
hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan menigkatkan tekanan
11

darah. Asupan garam tinggi dapat menimbulkan perubahan tekanan darah


yang dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi
ke dalam takaran sendok makan adalah lebih dari 2 sendok makan. Bukan
berarti kita makan garam 2 sendok makan setiap hari tetapi garam tersebut
terdapat dalam makanan-makanan asin atau gurih yang kita makan setiap
hari.
i)

Merokok
Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan
dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit
kardiovaskuler secara umum di Indonesia.

j) Narkoba
Mengkonsumsi narkoba jelas tidak sehat. Karena narkoba tidak ada
sedikitpun kebaikannya. Penyakit kecanduan narkoba kelihatannya sepele
tetapi sangat mematikan. Efek buruk yang ditimbulkannya sangatlah besar.
k) Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga akan memicu tekanan
darah seseorang. Menghentikan kebiasaan mengkonsumsi alkohol
sangatlah baik, tidak hanya bagi hipertensi kita tetapi juga untuk kesehatan
kita secara keseluruhan.
l) Kafein
Kandungan kafein selain tidak baik pada tekanan darah dalam
jangka panjang, pada orang-orang tertentu juga menimbulkan efek seperti
tidak bisa tidur, jantung berdebar-debar, sesak nafas, dan lain-lain.
m) Kurang Olahraga
Dengan adanya kesibukan yang luar biasa, manusia pun merasa
tidak punya waktu lagi untuk berolahraga. Akibatnya, kita menjadi kurang
gerak dan kurang olahraga.
12

n) Kolesterol Tinggi
Kandungan

lemak

yang

berlebihan

dalam

darah

dapat

menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini


dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah
akan meningkat.
2.1.4. Patofisiologi Hipertensi
Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh
darah perifer yang berlanjut dengan

kekakuan pembuluh darah. Kekakuan

pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan

pembesaran

plaque yang menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan


kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang
akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang
memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan,
2007).
2.1.5. Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel
arteri dan mempercepat atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah
besar. Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk penyakit serebrovaskuler
(stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard,
angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi
memiliki faktor-faktor risiko kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan
mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskulernya tersebut. Menurut
studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan risiko yang
bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal
jantung (Depkes RI, 2006).

13

2.1.6. Diet Hipertensi


Diet hipertensi merupakan pengurangan konsumsi natrium, tinggi serat,
kolesterol, agar penurunan tekanan darah lebih optimal. Yang dimaksud diet ini
adalah memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan produk
susu rendah lemak untuk menurunkan tekanan darah. Makanan yang dikonsumsi
pun lebih kaya serat dan mineral yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan
darah

(kalium,

magnesium,

dan

kalsium).

Kalium

bekerja

mengatur

keseimbangan jumlah natrium dalam sel. Kalsium dan magnesium bermanfaat


secara tidak langsung untuk membantu mengendalikan hipertensi (Budi Sutomo,
2009).
Menurut Ir. Padmiarso M. Wijoyo untuk mencegah hipertensi yang perlu
dilakukan adalah melalui pengontrolan gaya hidup, antara lain :
1. Mengatur pola makan
Perbanyaklah minum air putih. Cara makan yang baik adalah sedikitsedikit tapi sering, bukan makanan banyak tetapi jarang. Kandungan zat dalam
menu makanan juga harus diperhatikan, meliputi :
a) Diet rendah garam
Asupan garam yang diperlukan pada orang sehat sekitar 3-5 gram (setara
1 sendok teh) per hari. Jika tubuh banyak berkeringat, sering buang air kecil serta
diare, memerlukan asupan garam

yang lebih. Kelebihan garam dapat

menyebabkan hipertensi, risiko dehidrasi, darah mengental (penyebab penyakit


jantung dan stroke), mengikat cairan yang banyak serta dapat mengendap di
pergelangan kaki dan daerah tengah tubuh.
Diet rendah garam diperlukan terutama pada orang yang punya potensi
tinggi hipertensi, dapat dilakukan dengan cara:
1) Gunakan garam sebagai bumbu masakan secukupnya saja, perbanyak
rempah dan kurangi garam.
2) Jangan menambah

garam

pada hidangan yang siap santap. Jauhkan

garam dari meja makan.


3) Kurangai minuman bersoda, minuman kaleng dan botol. Minuman bersoda
dan pengawet banyak mengandung sodium (Natrium).
4) Kurangi makan camilan/snack yang asin dan gurih.
14

5) Hindari makan makanan ikan asin, telur asin, otak, vetsin (monosodium
glutamate/MSG), soda kue, jeroan, sarden, udang, dan cumi-cumi.
6) Konsumsi makanan yang dianjurkan, seperti sayuran segar, buah segar,
tempe, tahu, kacang-kacangan, ayam, dan telur.
b) Diet rendah kolesterol
Makanan yang dimakan sebaiknya mengandung lemak baik seperti
kolesterol (HDL). Diet rendah kolesterol dapat dilakukan dengan cara :
1) Kurangi makan makanan yang mengandung gula murni, daging, ayam,
kuning telur, dan sarden.
2) Hindari makan makanan seafood, otak, jeroan, lemak hewani, mentega,
susu full cream.
3) Makanan yang dianjurkan meliputi sayuran, buah, minyak nabati (kecuali
minyak kelapa), putih telur, ikan, kacang - kacangan dan minyak zaitun.
Jika sudah mencapai b erat badan ideal, jangan melakukan diet terlalu
keras. Imbangi dengan pola makan sehat, mengandung sumber energi,
pembangun tubuh, pelindung serta pengatur tubuh. Sumber energi ideal
adalah 12-15% lemak dan 50-60% karbohidrat.

15

2.2.

Pengetahuan

2.2.1. Pengertian
Notoatmojo (2005) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil
Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
subyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra
penglihatan, pendengaran penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat berperan untuk terbentuknya suatu tindakan
seseorang.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
2.2.2. Tingkat pengetahuan
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall).
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang cukup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: (Notoatmodjo, 2007).
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, Tahu ini
adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain :
menyabutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang mengenai obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan,
merencanakan, dan sebagainya terhadap obyek yang telah dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi
16

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,


metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain. Dalam
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving
cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan
analisis

ini

dapat

menggambarkan

dilihat
(membuat

dari

penggunaan

bagan),

kata-kata

membedakan,

kerja.

Dapat

memisahkan,

mengelompokan, dan sebagainya.


5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
kesluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemapuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian
ini berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatan pengetahuan
Menurut Sukmadinata (2003) pengetahuan yang telah dimilki seseorang
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Jasmani
Faktor jasmani diantarnya adalah keadaan indra seseorang.
b. Rohani
Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitif individu.
2. Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberi respon yang rasional terhadap informasi yang datang dan akan
berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari
17

gagasan tersebut. Ibu hamil yang berpendidikan, tentu akan banyak


memberi perubahan terhadap apa yang mereka lakukan dimasa lalu.
b. Paparan media masa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektrolik, berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih
sering mendengar atau melihat media masa (TV, radio, majalah,
pamflet,dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah mendapat informasi media.
Ini berarti informasi media masa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
dimilki oleh seseorang.
c. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder,
keluarga dalam status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding
keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi
kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.
d. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi
secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor
hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai
komunikasikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.
e. Pengalaman
Pengalaman seseoarang individu tentang berbagai hal bisa
diperoleh dari lingkungan. Kehidupan dalam proses perkembangannya,
misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya
seminar. Organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamanya, karena
dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat
diperoleh.
Faktor

yang

mempengaruhi

tingkatan

Pengetahuan

dengan

Sukmadinata
BAGAN TEORI PENGETAHUAN SUKMADINATA (2003)

18

teori

PENGETAHUAN

Gambar 2.1. Bagan Teori Pengetahuan Prof. Nana S. Sukmadinata

19

BAB III
METODE
3.1.

Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Metode deskriptif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk


mengetahui gambaran faktor-faktor penelitian terhadap suatu keadaan yang
diteliti, dalam hal ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan warga
masyarakat di Posyandu Desa Cieurih, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan
mengenai gambaran tingkat pengetahuan masyarakat terhadap faktor-faktor
penyebab dan cara pencegahan hipertensi.
3.2.

Populasi Pengumpulan Data


Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial,

perlu dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi


adalah keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini yang
menjadi populasi adalah warga Desa di Posyandu Desa Cieurih, Kecamatan
Cidahu, Kabupaten Kuningan.
3.3.

Sampel Pengumpulan Data


Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002).

Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah 20 orang warga Desa di Posyandu
Desa Cieurih, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan.
3.4.
Jenis dan Sumber data
3.4.1. Jenis data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam
bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data misalnya wawancara, analisis, observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif
adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.
Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
20

menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika. Berdasarkan


proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif dapat dikelompokkan
dalam dua bentuk yaitu sebagai berikut:
1. Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh
dengan cara membilang. Contoh data diskrit misalnya: jumlah
perempuan dan laki-laki, jumlah orang pada yang menyelasaikan
pendidikan terakhir.Karena diperoleh dengan cara membilang, data
diskrit akan berbentuk bilangan bulat (bukan bilangan pecahan).
2. Data kontinum adalah data dalam bentuk angka atau bilangan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat
berbentuk bilangan pecahan. Contoh data kontinum misalnya : umur.
Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data, pencatatan
data harus dilengkapi dengan:
1. Nama pengumpul data.
2. Nama peserta yang datanya diambil.
3. Tanggal dan waktu pengumpulan data.
4. Lokasi pengumpulan data.
5. Keterangan-keterangan tambahan data.
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat
diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes,
dokumentasi, dan sebagainya.
Berdasarkan uraianuraian tersebut, maka dipilih instrumen pengumpulan
data dengan menggunakan kuesioner. Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan
kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari sumber data (responden)
secara langsung, diharapkan dapat lebih

mendengar tujuan-tujuan, perasaan,

pendapat dari responden secara langsung sehingga tercipta hubungan yang baik
antara pewawancara dan responden, selain itu dapat diterapkan untuk
pengumpulan data dalam lingkup yang luas, serta cukup efisien dalam
penggunaan waktu untuk mengumpulkan data.
3.4.2. Sumber data

21

Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu
warga Desa di Posyandu Desa Cieurih, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan,
yang diambil sebanyak 20 orang.
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada
masyarakat di di Posyandu Desa Cieurih, Kecamatan Cidahu, Kabupaten
Kuningan .
b. Data sekunder
Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Cidahu.
c. Data tersier
Data yang didapat dari buku dan internet.
3.5.

Penentuan Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan mudah.
Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan
sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti cek list, kuesioner,
perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala, kamera foto dan
sebagainya.
Instrumen pengumpulan data merupakan suatu yang amat penting dan
strategis kedudukannya di dalam keseluruhan kegiatan pengumpulan data atau
suatu penelitian. Dengan instrumen akan diperoleh data yang merupakan bahan
penting untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan dan untuk membuktikan hipotesis.

3.6.

Pengumpulan data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka digunakan metode dalam

proses pengumpulan data.


3.6.1

Metode Angket atau Kuesioner (questionnaire)


Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara

tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden).


22

Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah
pertnyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.
Responden mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai
dengan persepsinya.
Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab responden
untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan. Sebaiknya pertanyaan
dibuat dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat
pendek dengan maksud yang jelas. Penggunaan kuesioner sebagai metode
pengumpulan data terdapat beberapa keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan
yang akan diajukan pada responden dapat distandarkan, responden dapat
menjawab kuesioner pada waktu luangnya, pertanyaan yang diajukan dapat
dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya dapat dipercaya dibandingkan
dengan jawaban secara lisan, serta pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan
seragam.
3.6.1.2 Macam Macam Kuesioner
1. Kuesioner tertutup. Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan
jawaban. Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai.
2. Kuesioner terbuka. Dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga
responden harus memformulasikan jawabannya sendiri.
3. Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup. Dimana pertanyaan tertutup
kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
4. Kuesioner semi terbuka. Pertanyaan yang jawabannya telah tersusun rapi,
tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban.

3.6.1.3 Keuntungan Metode Kuesioner


1. Dalam waktu singkat diperoleh banyak keterangan.
2. Pengisiannya dapat dilakukan di tempat, tanpa dipengaruhi oleh orang
lain.
3. Bila lokasi responden jaraknya cukup jauh, metode pengumpulan data
yang paling mudah adalah dengan angket.
4. Pertanyaan-pertanyan yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu yang
efisien untuk menjangkau responden dalam jumlah banyak.
5. Dengan angket akan memberi kesempatan mudah pada responden untuk
mendiskusikan dengan temannya apabila menemui pertanyaan yang
sukar dijawab.
23

6. Dengan angket responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja,


kapan saja, tanpa terkesan terpaksa.
3.6.1.4 Kelemahan Metode Kuesioner
1. Tidak dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena jawaban terbatas
pada hal-hal yang ditanyakan.
2. Dapat menjawab tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya jika dia
menghendaki demikian.
3. Jawaban hanya mengungkap keadaan pada saat angket diisi.
4. Apabila penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan
metode ini adalah kurang tepat.
5. Metode ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada
pertanyaan yang ada.
6. Jawaban yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh keadaan
global dari pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah
diberikan di atas secara spontan dapat berubah setelah melihat pertanyaan
di lain nomor.
7. Sulit bagi peneliti untuk mengetahui maksud dari apakah sudah
responden sudah terjawab atau belum.
8. Ada kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini
terjadi karena kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-raguan
responden menjawab. Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
dalam teknik kuesioner.
3.6.2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah sekumpulan berkas berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya. Data yang
diperoleh dapat berupa data primer, sekunder dan tersier. Data primer didapatkan
dari kuesioner yang dilakukan terhadap masyarakat di Desa Tebat Kubu,
Kecamatan Kota Manna, data sekunder diperoleh dari data Kesling Puskesmas
Kota Manna, sedangkan data tersier diperoleh dari penelusuran tinjauan pustaka.
Pengumpulan data dilakukan di Posyandu

Desa Cieurih, Kecamatan

Cidahu, Kabupaten Kuningan. Pengumpulan data ini dilakukan selama satu hari,
tanggal 20 Februari 2015 dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument.

24

Pengambilan data dengan kuesioner dilakukan terhadap warga mayarakat,


perangkat desa dan kader setempat yang telah berkumpul di Posyandu Desa
Cieurih. Dari warga masyarakat, perangkat desa dan kader tersebut diambil 20
orang sebagai responden untuk menjawab kuesioner.
3.7. Pengolahan Data dan Analisa Data
Untuk pengolahan data tentang Gambaran Pengetahuan Tentang Faktorfaktor Penyebab dan Cara Pencegahan Hipertensi di Desa Cieurih, Kecamatan
Cidahu, Kabupaten Kuningan digunakan cara manual dan bantuan software
pengolahan data. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat adalah
dengan menggunakan analisa univariat.
Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap
variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas
kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah
menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran
statistik, tabel, grafik.
3.8. Definisi Operasional
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin yang dimaksud adalah jenis kelamin laki-laki atau
perempuan
2. Usia Responden
Usia responden yang dimaksud dalam penelitian ini dihitung dari ulang
tahun terakhir responden pada tahun dilaksanakannya penelitian.
Skala: interval
Alat ukur: kuesioner
3. Pengetahuan
Adalah pengetahuan responden mengenai hipertensi, gejala klinis, faktorfaktor yang menyebabkan hipertensi, apa yang dilakukan jika terkena
hipertensi, dan cara mencegah hipertensi. Pengetahuan responden dinilai
melalui penilaian jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan kategori
25

pengetahuan di dalam kuesioner. Pertanyaan kategori pengetahuan dalam


kuesioner berjumlah 10 buah. Tiap jawabannya diberi nilai 10 jika benar
dan 0 jika salah. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat diperoleh
responden dari kategori pengetahuan adalah 40 dan nilai minimal 0.
Setelah semua nilai yang didapatkan masing-masing responden dari
kategori pengetahuan dijumlahkan, maka berdasarkan perolehan nilainya,
responden dikelompokkan ke dalam 2 kategori, yaitu:
a.

Pengetahuan cukup, jika jumlah nilai 70-100

b.

Pengetahuan kurang, jika jumlah nilai 0 <70


Skala: ordinal
Alat ukur: kuesioner

4. Hubungan Sosial
Aspek hubungan sosial dinilai melalui penilaian jawaban responden atas
pertanyaan-pertanyaan kategori aspek hubungan sosial di dalam kuesioner.
Pertanyaan kategori hubungan sosial dalam kuesioner berjumlah 5. Tiap
jawabannya diberi nilai 20 jika benar dan 0 jika salah. Dengan demikian,
nilai maksimal yang dapat diperoleh responden dari kategori aspek
hubungan sosial adalah 100 dan nilai minimal 0. Setelah semua nilai yang
didapatkan masing-masing responden dari kategori hubungan sosial
dijumlahkan,

maka

berdasarkan

perolehan

nilainya,

responden

dikelompokkan ke dalam 2 kategori, yaitu:


a.

cukup, jika jumlah nilai 60-100


b. kurang, jika jumlah nilai 0 <60
Skala: ordinal
Alat ukur: kuesioner

5. Media Massa
Aspek media massa dinilai melalui penilaian jawaban responden atas
pertanyaan-pertanyaan kategori hubungan aspek media massa di dalam
kuesioner. Pertanyaan kategori aspek media massa dalam kuesioner
berjumlah 3. Tiap jawabannya diberi nilai 33,3 jika benar dan 0 jika salah.
26

Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat diperoleh responden dari


kategori aspek media massa adalah 100 dan nilai minimal 0 . Setelah
semua nilai yang didapatkan masing-masing responden dari kategori aspek
media massa dijumlahkan, maka berdasarkan perolehan nilainya,
responden dikelompokkan ke dalam 2 kategori, yaitu:
a.
b.

cukup, jika jumlah nilai 66,6-100


kurang, jika jumlah nilai 0 < 66,6
Skala: ordinal
Alat ukur: kuesioner

7. Pendidikan
Aspek pendidikan dinilai melalui penilaian jawaban responden atas
pertanyaan-pertanyaan kategori hubungan aspek pendidikan di dalam
kuesioner. Pertanyaan kategori aspek pendidikan dalam kuesioner
berjumlah 2. Tiap jawabannya diberi nilai 50 jika benar dan 0 jika salah.
Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat diperoleh responden dari
kategori aspek pendidikan adalah 100 dan nilai minimal 0. Setelah semua
nilai yang didapatkan masing-masing responden dari kategori aspek
pendidikan dijumlahkan, maka berdasarkan perolehan nilainya, responden
dikelompokkan ke dalam 2 kategori, yaitu:
a.
b.

cukup, jika jumlah nilai >50-100


kurang, jika jumlah nilai 0 50
Skala: ordinal
Alat ukur: kuesioner

6. Pengalaman
Aspek pengalaman dinilai melalui penilaian jawaban responden atas
pertanyaan-pertanyaan kategori hubungan aspek pengalaman di dalam
kuesioner. Pertanyaan kategori aspek pengalaman dalam kuesioner
berjumlah 2. Tiap jawabannya diberi nilai 50 jika benar dan 0 jika salah.
Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat diperoleh responden dari
kategori pengalaman adalah 100 dan nilai minimal 0 . Setelah semua nilai
yang didapatkan masing-masing responden dari kategori aspek pengalaman
27

dijumlahkan,

maka

berdasarkan

perolehan

nilainya,

responden

dikelompokkan ke dalam 2 kategori, yaitu:


a.
b.

cukup, jika jumlah nilai 51-100


kurang, jika jumlah nilai 0 50
Skala: ordinal
Alat ukur: kuesioner

7. Ekonomi
Aspek ekonomi dinilai melalui penilaian jawaban responden atas
pertanyaan-pertanyaan kategori hubungan aspek ekonomi di dalam
kuesioner. Pertanyaan kategori aspek ekonomi dalam kuesioner berjumlah
3. Tiap jawabannya diberi nilai 33,3 jika benar dan 0 jika salah. Dengan
demikian, nilai maksimal yang dapat diperoleh responden dari kategori
aspek ekonomi adalah 100 dan nilai minimal 0 .
Setelah semua nilai yang didapatkan masing-masing responden
dari kategori aspek ekonomi dijumlahkan, maka berdasarkan perolehan
nilainya, responden dikelompokkan ke dalam 2 kategori, yaitu:
a.
b.

cukup, jika jumlah nilai 66,6-100


kurang, jika jumlah nilai 0 < 66,6
Skala: ordinal
Alat ukur: kuesioner

28

Anda mungkin juga menyukai