Anda di halaman 1dari 188

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN MASALAH
UTAMA HARGA DIRI RENDAH KRONIS DI RUANG
PATTIMURA RSUD ARJAWINANGUN
KABUPATEN CIREBON

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
HAMBA TAHTA RAMADAN
NIM. P2.06.20.2.14.014

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASILMALAYA
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
CIREBON
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN
MASALAH UTAMA HARGA DIRI RENDAH KRONIS DI
RUANG
PATTIMURA RSUD ARJAWINANGUN
KABUPATEN CIREBON

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan Program Pendidikan D III Keperawatan
Pada Program Studi Keperawatan
Cirebon

Oleh :
HAMBA TAHTA RAMADAN
NIM. P2.06.20.2.14.014

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASILMALAYA
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
CIREBON
2017

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : HAMBA TAHTA RAMADAN

NIM. : P2.06.20.2.14.014

Program Studi : Prodi Keperawatan

Judul Karya Tulis : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN


MASALAH UTAMA HARGA DIRI RENDAH KRONIS
DI RUANG PATTIMURA RSUD ARJAWINANGUN
KABUPATEN CIREBON

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis yang saya susun ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.,

Cirebon, 09 Juni 2017

Yang Membuat Pernyataan

HAMBA TAHTA RAMADAN

NIM. P2.06.20.2.14.014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah yang berjudul “ Asuhan

Keperawatan Pada Tn. S Dengan Masalah Utama Harga Diri Rendah Kronis

di Ruang Pattimura RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon” yang

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan D III

keperawatan.

Berbagai halangan selalu terjadi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini,

namun Alhamdulillah atas segala usaha yang senantiasa diiringi do’a, bantuan

bimbingan pengarahan serta dorongan semangat dari berbagai pihak yang sangat

baik akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. Maka dari itu penulis

ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait atas terselesaikannya karya

tulis ilmiah ini, diantaranya:

1. Ibu Hj. Betty Suprapti, S.Kp, M.Kes, Direktur Politeknik Kesehatan

Tasikmalaya.

2. Dr. Hj. Triyani Judawinata, Direktur RSUD Arjawinangun Kabupaten

Cirebon.

3. Bapak Dudi Hartono S, S.Kep, Ners., M.Kep, Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Tasikmalaya.

4. Bapak Komarudin, SKp, M.Kep, Ketua Program Studi Keperawatan

Cirebon Politeknik Kesehatan Tasikmalaya.

vi
5. Bapak Eyet Hidayat, S.Pd, S.Kp, M.Kep, Sp.Kep.J. selaku dosen

pembimbing satu atas perhatian dan ketelitian dalam membimbing

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Rd.Solihin MS,S.Pd,APP, M.A, selaku dosen pembimbing kedua atas

perhatian dan ketelitian dalam membimbing sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. H. Yosep N, B, S. Kep, Ns, pembimbing CI Ruangan Pattimura RSUD

Arjawinangun yang telah membimbing dan membantu dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Seluruh dosen dan tenaga Kependidikan Prodi Keperawatan Cirebon.

9. Kedua orangtua tercinta yang selalu mendo’akan yang terbaik sebagai

dukungan dan kasih sayang.

10. Nandini Suharyati Martilasari yang selalu mendo’akan dan memberikan

dukungan semangat tiada henti.

11. Seluruh teman seperjuangan yang senantiasa memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat

kekurangan baik sadar maupun yang tidak disadari, sehingga tidak ada

salahnya jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis ilmiah

ini.

Cirebon, April 2017

Penulis,

vii
PROGRAM DIPLOMA III
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN CIREBON
Karya Tulis Ilmiah, April 2017

Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Masalah Utama Harga Diri Rendah
Kronis Di Ruang Patimura Arjawinangun Kabupaten Cirebon.

Hamba Tahta Ramadan, Eyet Hidayat1, Rd. Solihin Mulya Sukmana2


xii, 102 hal, 9 tabel, 2 gambar.

ABSTRAK

Harga diri rendah di ruang Pattimura RSUD Arjawinangun Kabupaten


Cirebon dan menempati urutan ke empat (13,97%) periode Januari sampai
Desember 2016. Rumusan masalah bagaimana asuhan keperawatan dengan harga
diri rendah kronis. Tujuan agar memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah kronis. Desain penelitian ini
adalah studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan harga diri
rendah kronis. Lokasi penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun
Kabupaten Cirebon. Waktu penelitian selama 4,5 bulan. Prosedur penelitian
penyusunan KTI serta pelaporan penyerahan. Tehnik pengumpulan data
menggunakan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan
angket. Instrumen penelitian yang digunakan adalah format pengkajian asuhan
keperawatan jiwa yang relevan. Analisa data dilakukan dengan cara
mengemukakan fakta, membandingkan dengan teori yang dituangkan dalam.
Pembahasan. Hasilnya klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
penulis, menyebutkan kemampuan aspek positif yang dimiliki, melakukan kegiatan
yang mampu dilakukan. Faktor penghambat yang penulis dapati adalah keadaan
klien yang berubah – ubah, Solusi penulis yaitu meningkatkan frekuensi pertemuan
dan komunikasi terapeutik. Kesimpulan yaitu klien mampu membina hubungan
saling percaya, mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Saran: pada pengkajian perlu melakukan kunjungan rumah, memanfaatkan
keluarga saat menjenguk, memfokuskan kepada masalah utama, dan meningkatkan
frekuensi pertemuan dengan klien.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan pada Klien Harga diri rendah


Daftar pustaka: 12 buku+4 website (2007-2017)

1 Dosen DIII Keperawatan Cirebon


2 Dosen DIII Keperawatan Cirebon

viii
DIPLOMA PROGRAM III
NURSING STUDY PROGRAM CIREBON
Scientific Writing, April 2017

Nursing Care At Tn. S With Main Problems Chronic Low Self-Esteem In


Patimura Room Arjawinangun Cirebon District.

Hamba Tahta Ramadan, Eyet Hidayat3, Rd. Solihin Mulya Sukmana4


xii, 102 pairs, 9 tables, 2 pictures.

ABSTRACT

Low self esteem in the room Pattimura RSUD Arjawinangun Cirebon


regency and ranks fourth (13.97%) period January to December 2016. The
formulation of the problem how nursing care with chronic low self-esteem. The
goal is to gain real experience in providing nursing care to chronically low self-
esteem patients. The design of this study is a case study to explore the issue of
chronic low self-esteem care nursing. Research location at Arjawinangun District
General Hospital of Cirebon Regency. Research time for 4.5 months. KTI
preparation research procedures and submission reporting. Data collection
techniques used interview, observation, physical examination, documentation study
and questionnaire. The research instrument used is the relevant nursing care
assessment format. Data analysis is done by way of expressing facts, comparing
with the theory poured in. Discussion. The result of the client can foster the
relationship of mutual trust with the author, mentioning the ability of positive
aspects possessed, perform activities that can be done. The inhibiting factor that the
writer finds is the changing state of the client, The author's solution is to increase
meeting frequency and therapeutic communication. Conclusion that the client is
able to build relationships of mutual trust, identifying the ability and positive
aspects possessed. Suggestions: the assessment needs to make home visits, make
use of the family when visiting, focus on key issues, and increase the frequency of
meetings with clients.

Keywords: Nursing Care on Clients Low self esteem


References: 12 books + 4 websites (2007-2017)

3 Lecturer DII nursing Cirebon


4 Lecturer DII nursing Cirebon

ix
DAFTAR ISI

halaman

Halaman Judul .......................................................................................... ii


Lembar Persetujuan ................................................................................. iii
Lembar Pengesahan .................................................................................. iv
Kata Pengantar ......................................................................................... v
Lembar Pernyataan Keaslian Tulisan .................................................... vii
Abstrak .................................................................................................... viii
Daftar Isi .................................................................................................... ix
Daftar Tabel .............................................................................................. xi

Daftar Gambar .......................................................................................... xii


Daftar Lampiran ....................................................................................... xiii
Daftar Singkatan ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan penelitian ............................................................................. 4
D. Manfaat penelitian ........................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diri ..................................................................................... 6


1. Pengertian Konsep Diri ............................................................. 6
2. Komponen Konsep Diri ............................................................ 7
3. Rentang Respon Konsep Diri .................................................... 9
B. Konsep Harga Diri Rendah Kronik ................................................. 11
1. Pengertian .................................................................................. 11
2. Klasifikasi ................................................................................. 12
3. Etiologi ...................................................................................... 13
4. Tanda dan Gejala....................................................................... 14
5. Mekanisme Koping ................................................................... 15
C. Proses Keperawatan Pada Harga Diri Rendah Kronik .................... 16

x
1. Pengkajian ................................................................................... 16
2. Pohon Masalah ............................................................................ 25
3. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 25
4. Intervensi Keperawatan ............................................................... 30
5. Implementasi ............................................................................... 33
6. Evaluasi ....................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ............................................................................. 37
B. Subjek Penelitian ............................................................................. 37
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) ............................................ 37
D. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 39
E. Prosedur Penelitian .......................................................................... 39
F. Teknik Pengumpulan data ............................................................... 40
G. Instrumen Pengumpula Data ........................................................... 40
H. Keabsahan Data ............................................................................... 40
I. Analisis Data ................................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil penelitian................................................................................ 43
1. Gambaran lokasi penelitian ....................................................... 43
2. Pengkajian keperawatan ........................................................... 43
3. Diagnosa keperawatan .............................................................. 57
4. Rencana keperawatan ................................................................ 58
5. Implementasi keperawatan ....................................................... 82
6. Evlauasi ..................................................................................... 82
B. Pembahasan ..................................................................................... 91
1. Interpretasi dan diskusi hasil ..................................................... 91
2. Keterbatasan penelitian ............................................................. 98
3. Implikasi untuk keperawatan .................................................... 99

BAB V PENUTUP
A. Keseimpulan .................................................................................... 101
B. Saran ................................................................................................ 102

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Distribusi pasien berdasarkan 5 besar masalah keperawatan utama

di unit perawatan RSUD Arjawinangun periode januari-desember

2016 ................................................................................................. 3

2.1 Intervensi keperawatan ................................................................... 30

3.1 Waktu penelitian ............................................................................. 39

1. 4 Analisa Data .................................................................................. 58

2.2 Rencana keperawatan Harga Diri Rendah .................................... 63

3.4 Rencana keperawatan Isolasi Sosial .............................................. 63

4.4 Rencana keperawatan Halusinasi ................................................... 70

5.4 Rencana keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan ........................ 75

4.3 Catatan Perkembangan Pada Tn. S ................................................ 82

xii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

2.1 Rentang respon konsep diri ............................................................. 12

2.2 Pohon masalah harga diri rendah kronis ........................................ 27

xiii
DAFTAR SINGKATAN

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

KTI : Karya Tulis Ilmiah

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

RM : Rekam Medic

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

TUK : Tujuan Khusus

TUM : Tujuan Umum

WHO : World Health Organization

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Instrumen Penelitian

2. Lembar konsultasi

3. Lingkup SP

4. Laporan Pendahuluan

5. Strategi Pelaksanaan KTI

6. Daftar Riwayat Hidup

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan Jiwa merupakan suatu keadaan dimana karakteristik yang

bersifat positif mulai dari perawatan langsung, komunikasi dan management

yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan (WHO, 2009).

Terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena

bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia

(WHO, 2016).

Keadaan sejahtera yang ada dalam diri individu di mulai dari kesehatan

badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

secara sosial dan ekonomis (Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 pasal 1

Tentang Kesehatan). Kemampuan individu dapat berkembang secara fisik,

mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri dapat mengatasi tekanan dapat bekerja secara produktif,

dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. (Undang –

Undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2014). Berdasarkan dari

kesimpulan data di atas keperawatan jiwa adalah keadaan sejahtera dari

badan, jiwa dan dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial

sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri dan mampu

memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

1
2

. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes tahun 2013,

prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-

gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekitar

14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan

prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar

400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Merujuk pada data

tersebut, maka masalah kesehatan jiwa seseorang janganlah dianggap

enteng. Harga Diri Rendah diakibatkan oleh rendahnya Cita – Cita

seseorang. Hal ini mengakibatakan berkurangnya tantangan yang rendah

menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya ini menyebabkan

menampilan seseorang yang tidak optimal.( Yosep, 2016 ).

Menurut dinas kesehatan Kabupaten Cirebon gangguan jiwa yang

menjalani rawat jalan sebesar 0,30% dan rawat inap 0,03% (Laporan Dinas

Kesehatan,2016). Hasil studi pendahuluan di RSUD Arjawinangun pada

periode januari-maret 2017 jumlah kunjungan pasien dengan gangguan jiwa

di Ruang Patimura terbanyak usia 15-44 tahun sebanyak 47 (73,43%) orang

dan paling sedikit usia 10-14 tahun sebanyak 3 orang (4,69%), total jumlah

pasien adalah 64 dengan jumlah laki-laki: 38 orang (59,5%) dan perempuan

26 orang (40,6%) dengan berbagai diagnosa. Berikut 5 besar masalah

keperawatan utama:
3

Tabel 1.1
Distribusi Pasien Berdasarkan 5 Besar Masalah Keperawatan Utama Di Unit
Perawatan RSUD Arjawinangun periode januari-maret 2017
NO Masalah keperawatan Laki-laki perempuan Jumlah (%)
pasien
1 Rpk 17 14 31 48,43%
2 Halusinasi 8 5 13 20,30%
3 Defisit Perawatan 5 2 7 10,93%
Diri/Dpd
4 Harga Diri 4 3 7 10,93%
Rendah/Hdr
5 Isos 4 2 6 9,5%
Total 38 26 64 100%
Sumber data: Catatan Rekam Medik Ruang patimura RSUD Arjawinangun 2017.

Harga diri rendah merupakan suatu masalah utama untuk kebanyakan

orang dan dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi.

Termasuk di dalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan

dibandingkan dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan,

ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak

adekuat.(Stuart, 2008)

Dari latar belakang yang ada penulis tertarik untuk membahas harga diri

rendah dan akan membahas secara lebih menditail pada bab selanjutnya

dengan mengangkat judul Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

utama harga diri rendah di Ruang Patimura RSUD Arjawinangun.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang ada penulis merumuskan masalah

keperawatan sebagai berikut yakni “ Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada

Klien dengan Harga Diri Rendah Kronis Di Ruang Patimura RSUD

Arjawinangun.”
4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan ini agar penulis memperoleh pengalaman

nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Harga Diri

Rendah Kronis di RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan keperawatan, penulis dapat :

a. Melakukan pengkajian pada pasien harga diri rendah di ruang

Patimura RSUD Arjawinangun.

b. Menentukan masalah keperawatan pada pasien harga diri rendah.

c. Merencanakan tindakan keperawatan pada pasien harga diri rendah

kronis.

d. Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan perencanaan yang

telah disusun sebelumnya pada pasien harga diri rendah kronis.

e. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang telah

dilakukan pada pasien harga diri rendah kronis.

f. Menganalisa kesenjangan teori pelaksanaan dilapangan dan

pemecahan masalah pada pasien harga diri rendah kronis.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Penulis

Menambah wawasan, pengetahuan dan dapat menerapkan asuhan

keperawatan pada pasien harga diri rendah.

2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

mahasiswa/i tentang Harga Diri Rendah serta menambah informasi

bagi Program Studi Keperawatan Cirebon yang dapat digunakan

untuk penelitian selanjutnya dan dijadikan sebagai masukkan dan

pedoman untuk proses belajar mengajar.

3. Manfaat bagi Institusi Pelayanan Keperawatan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukkan untuk Rumah

Sakit terkait dengan pasien Harga Diri Rendah.

4. Manfaat bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pada

masyarakat khususnya pihak keluarganya terkait dengan Harga Diri

Rendah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diri

1. Pengertian

Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan

kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan

mempengaruhi hubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 2008)

Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh,

fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Keliat, 2008)

Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang

kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar,

konsep diri memberi kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita

terhadap situasi dan hubungan dengan orang lain (Potter & Perry, 2010).

Jadi konsep diri adalah keyakinan dan kepercayaan individu

memandang dirinya secara utuh, fisikal, emosional, intelektual, sosial dan

spiritual yang memberikan konsep diri yang mempengaruhi manajemen

terhadap situasi dan hubungan dengan orang lain.

2. Komponen Konsep Diri

Konsep diri terdiri dari lima komponen yaitu, gambaran diri ( body

image), idal diri (self idal), harga diri (self esteem), peran diri (self role),

dan identitas diri (self identity).

6
7

a. Gambaran diri (body image)

Gambaran diri adalah kumpulan sikap individu terhadap

tubuhnya yang disadari atau tidak disadari. Dimana gambaran diri

ini harus realistic, individu lebih menerima dan menyukai tubuhnya

akan lebih aman dan bebas dari ansietas sehingga harga dirinya

meningkat (Stuart dan Sundeen, dalam Riyadi & Purwanto, 2009).

Gangguan gambaran diri (body image) adalah persepsi negatif

yang berhubungan dengan tubuh.

Tanda dan gejala gangguan gambaran diri :

1) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berbeda.

2) Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan

terjadi.

3) Menolak penjelasan perubahan tubuh.

4) Persepsi negatif terhadap tubuh.

5) Preokupsi dengan bagian tubuh yang hilang.

6) Mengungkapkan keputusan dan ketakutan.

b. Ideal diri (self ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana seharusnya

berperilaku berdasarkan standar pribadi, aspirasi, atau nilai personal

tertentu dan standar yang berhubungan dengan tipe orang yang

diinginkn atau sejumlah aspirasi, cita –cita, nilai yang ingin dicapai

berdasarkan norma sosial (Riyadi & Purwanto, 2009).


8

Faktor - faktor yang mempengaruhi individu dalam membentuk

ideal diri yaitu :

1) Kecenderungan individu menetapkan ideal diri dari batas

kemampuannya.

2) Faktor budaya, pembentuk standar ini dibandingkan dengan

standar kelompok teman dan norma yang ada dimasyarakat.

3) Ambisi dan keinginan utuk melebihi dan berhasil, kebutuhan

yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan

cemas dan rendah diri.

c. Harga diri (self esteem)

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.

Harga diri dapat diperoleh dari diri sendiri maupun dari oranglain (

Riyadi & Purwanto, 2009).

d. Peran (role)

Peran adalah serangkaian ploa perilaku yang diharapkan oleh

lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi-fungsi individu

diberbagai kelompok sosial (Riyadi & Purwanto, 2009)

e. Identitas diri (identity)

Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari

observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek

konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. Individu yang memiliki
9

perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda

dengan orang lain (Stuart & Sundeen, dalam Riyadi & Purwanto, 2009).

3. Rentang Respon Konsep Diri

Gambar : 2.1. Rentang Respon Harga Diri Rendah Kronis

Aktualisasi Konsep Harga Diri Kekacauan Depersonalisasi

Diri Diri Positif Rendah Identitas

Sumber : Yosep, 2015 : 264

Respon individu terhadap konsep diri dimulai dari aktualisasi diri

yang paling adaptif sampai status depersonalisasi yang maladaptif :

a. Respon adaptif :

Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun

(konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan

ketidakseimbangan dalam diri sendiri.

b. Respon maladaptif :
10

Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak

(destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan

ketidakseimbangan dalam diri sendiri.

c. Aktualisasi diri :

Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan

kemampuan yang dimilikinya.

d. Konsep diri positif :

Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur

dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan

realistis.

e. Harga diri rendah :

Transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif.

f. Kekacauan identitas :

Kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa

kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.

g. Depersonalisasi :

Perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan. Hal ini

berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji realitas.

Individu mengalami kesulitan dalam membedakan diri sendiri dan orang

lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.
11

B. Konsep Harga Diri Rendah Kronis

1. Pengertian

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan

rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri

sendiri dan kemampuan diri. (TIM MPKP RSMM & FIK UI, 2009: )

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang

berharga dan tidak dapat bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri

faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan

orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang

mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan

ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin

ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti: Trauma seperti

penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang

mengancam. (Yoedhas, 2010).

Harga diri rendah kronis merupakan perasaan tidak berharga, tidak

berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri

dan kemampuan diri (keliat, 2011).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan Harga Diri Rendah

Kronis adalah penilaian individu tentang perasaan tidak berharga, tidak

berarti, rendah diri yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan

orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali yang menjadikan

evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.


12

2 .Klasifikasi

Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang yang

sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif

mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,

perubahan).

b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami

evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu

lama.

3. Etiologi

Harga diri rendah dapat terjadi secara, Fitria (2009) :

a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,

kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan

malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-

tiba).

Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :

1) Privacy yang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang

sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan

(pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan

perineal).

2) Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak

tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.


13

3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai,

misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan,

berbagai tindakan tanpa persetujuan.

b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama yaitu

sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang

negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative

terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaftif.

Faktor - faktor penyebab harga diri rendah adalah :

a. Predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah

penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,

kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada

orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).

b. Prespitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah

hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk

tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas (Fitria,

2009).

4. Tanda dan Gejala

Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan

harga diri rendah, Fitria (2009) :

a. Mengkritik diri sendiri

b.Perasaan tidak mampu


14

c. Pandangan hidup yang pesimistis

d. Tidak menerima pujian

e. Penurunan produktivitas

f. Penolakan terhadap kemempuan diri

g. Kurang memperhatikan perawatan diri

h. Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang tidak berani menatap

lawan bicara

i. Lebih banyak merunduk

j. Bicara lambat dengan nada suara lemah

5. Mekanisme Koping

a. Jangka Pendek

Hal yang biasa dilakukan klien harga diri rendah adalah

kegiatan yang dilakukan klien harga diri rendah adalah kegiatan

untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat – obatan,

kerja keras, nonton televise terus menerus. Kegiatan mengganti

identitas sementara, misalnya ikut kelompok sosial, keagamaan dan

politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti

mengikuti suatu kompetensi atau kontes popularitas.Kegiatan

mencoba menghilangkan anti identitas sementara, sepeti

penyalahgunaan obat-obatan.

b. Jangka Panjang
15

Mekanisme jangka pendek tidak memberi hasil yang

diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka

panjang, antaralain adalah :

1) Menutupi identitas, dimana klien terlalu cepat untuk mengadopsi

identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti

tanpamengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.

2) Identitas negative, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai

dan harapan masyarakat.

3) Mekanisme pertahanan ego yag sering digunakan adalah fantasi,

regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, menghilangkan marah

berbalik pada diri sendiri dan orang lain.

C. Proses Keperawatan Pada Harga Diri Rendah Kronis

Pada proses Asuhan keperawatan terhadap klien dengan Harga Diri

Rendah Kronik, Perawat harus bersikap jujur , emapati, terbuka, dan selalu

memberi penghargaan. Tetapi tidak boleh tenggelam, juga menyangkal

Halusinasi yang kita miliki. Asuhan Keperawatan dimulai dari Pengkajian

sampai Evaluasi (Hidayat et. al, 2015).

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, Tanggal

Dirawat, Tanggal Pengkajian dan Nomor Rekam Medic.

b. Identitas penanggung jawab


16

Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, agama, jenis

kelamin, pekerjaan, No. RM dan diagnosa medis.

c. Faktor predisposisi

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan

orang tua yang tidak realistic.

2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran

yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam keluarga

pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaan.

3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua

yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan

kultur sosial yang beruba ( Dermawan & Rusdi,2013).

d. Faktor prespitasi

Faktor prespitasi ini di sebabkan oleh faktor dari dalam diri

atau faktor dari luar individu :

1) Faktor prespitasi dapat disebabkan oleh faktor mulai dari,

ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan

frustasi yang dialami individu, konflik peran yang tidak

sesuai antara yang dijalankan dengan yang diinginkan,

peran yang tidak jelas atau kurangnya pengetahuan

individu tentang peran yang dilakukan, peran berlebihan

atau kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan


17

seperangkat peran yang kompleks dan perkembangan

transisi yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan nilai

untuk menyesuaikan diri.

2) Situasi transisi peran yang bertambah atau berkurangnya

orang penting dalam kehidupan individu yang melalui

kelahiran atau kematian orang yang berarti.

3) Transisi peran sehat sakit, yaitu peran yang diakibatkan

oleh keadaan sehat atau keadaan sakit yang disebabkan :

kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran dan bentuk

tubuh yang berkaitan dengan pertumbuhan dan

perkembangan.

4) Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan,

ketidak seimbangan bio-kimia dan penggunaan obat

(Dermawan & Rusdi,2013:68).

e. Manifestasi Perilaku

Individu dengan harga diri rendah akan menunjukan perilaku

seperti mengkritik diri sendiri dan orang lain, gangguan berhubungan

dengan orang lain, menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh

yang berubah perepsi negative terhaap diri sendiri, serta kurang

percaya diri ( Hidayat et,al,2015).

f. Psikososial

1) Genogram
18

Pengkajian meliputi gambaran klien dengan tiga generasi

keatas, pola asuh, pengambilan keputusan dalam keluarga

dan hubungan dengan anggota keluarga lainnya. Keluarga

dari klien sebelumnnya pernah mengalami penyakit

gangguan kejiwaan, pola asuh yang kurang dari orang

tuanya saat atau sejak dari kecil, jarang diikut sertakan

dalm pengambilan keputusan dan hubungan klien dengan

keluarga lainnya kurang harmonis (Azizah,2011).

2) Konsep diri

a). Gambaran diri

Gambaran diri harus realistic karena lebih banyak

individu menerima dan menyukai tubuhnya akan lebih

aman dan bebas dari ansietas sehingga harga dirinya

meningkat.

b). Identitas diri

Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan

klien terhadap status dan posisinya, kepuasan klien

sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang

dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.

c). Fungsi peran

Tugas atau peran klien dalam keluarga/ pekerjaan/

kelompok masyarakat, kemampuan klien dalam

melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang


19

terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan

klien akibat perubahan tersebut.

d). Ideal diri

Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi,

tugas, peran dalm keluarga, pekerjaan atau sekolah,

harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien

terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak

sesuai dengan harapannya.

e). Harga diri

Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan

kondisi, dampak pada klien dalam berhubungan

dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai

harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri

tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap

pandangan/ pengahargaan orang lain.

Faktor yang mempengaruhi harga diri

(Akhmad Sudrajat,2008) :

a. Ketergantungan pada orang lain dan ideal diri

yang tidak realistis.

b. Mengalami kesulitan dalam menampilkan

perilaku sosialnya.

c. Merasa canggung.

3). Hubungan sosial


20

a). Tanyakan orang yang berarti dalam hidup klien: tempat

mengadu, tempat berkeluh kesah dan minta bantuan.

b). Tanyakan upaya yang dilakukan saat ada masalah dan

bagaimana hasilnya.

d). Tanyakan hambatan dalam hubungan dengan orag lain,

apa upaya menyelesaikan hambatan, bagaimana

perasaan klien bila mendapatkan hambatan.

e). Tanyakan tentang adanya minat dalam berinteraksi

dengan orang lain.

4). Spiritual

a). Nilai dan keyakinan, tanyakan tentang pandangan dan

keyakinan tentang gangguan jiwa sesuai dengan norma,

budaya dan agama yang dianut dan pandangan masyarakat

tentang gangguan jiwa.

b). Tanyakan tentang kegiatan ibadah klien dirumah dan

selama di panti serta bagaimana perasaan klien bila tidak

melaksanakan kegiatan ibadah.

g. Status mental.

1). Penampilan

Penampilan tidak rapih, tidak sesuai karena klien kurang minat

untuk melakukan perawatan diri. Kemunduran dalam tingkat

kebersihan dan kerapihan merupakan tanda adanya depresi atau

skizoprenia.
21

2). Pembicaraan

Klien berbicara dengan frekuensi lambat, tertahan, volume

suara rendah, deikit bicara, inkoheren dan blocking (Yosep,

2009).

3). Aktivitas motoric

Lambat, tegang, gelisah dan terjadi penurunan aktivitas

interaksi.

4). Alam perasaan

Klien biasanya merasa tidak mampu dan pandangan hidup

pesimis (Yosep,2009).

5). Afek

Afek dari klien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu

bersepon bila ada stimulus emosi yang beraksi (Yosep,2009).

6). Interaksi selama wawancara

a).Kooperatif : bersespon dengan baik terhadap

pewawancara.

b). Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan

pewawancara dengan spontan.

c). Mudah tersinggung

7). Persepsi

Klien mengalami halusinasi dengar/ lihat yang mengancam atau

memberi perintah (Gumilar,2016).

8). Proses pikir


22

Hasil diperoleh ketika wawancara tentang sirkumtansial

(pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi sampai pada tujuan),

kehilangan asosiasi (pembicaraan tidak memiliki hubungan

antara satu kalimat dengan kalimat lainnya serta klien tidak

menyadarinya), pembicaraan yang meloncat loncat,

pembicaraan yang terhenti secara tiba-tiba tanpa gangguan dan

pembicaraan yang diulang berkali-kali (Gumilar,2016).

9). Isi pikir

Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri

sendiri dan mengkritik diri sendiri (Yosep,2009).

10). Tingkat kesadaran

Klien tampak bingung dan kacau, klien mengatakan malu bila

bertemu orang lain karena dirinya mengalami gangguan jiwa.

Diperoleh melalui wawancara dan observasi, Stupor (klien

mengalami gangguan motoric seperti ketakutan, gerakan yang

diulang-ulang).

11). Memori

Klien harga diri rendah umumnya tidak terdapat gangguan pada

memorinya, baik memori jangka panjang ataupun jangka

pendek.

12). Tingkat Konsentrasi dan berhitung

Tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau tidak

mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama, karena


23

merasa cemas dan biasnaya tidak mengalami gangguan dalam

berhitung.

13). Kemampuan menilai

Gangguan kemampuan menilai ringan (dapat mengambil

keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain).

14). Daya tilik diri

Klien tidak tahu alas an dibawa ke Rumah Sakit dan tidak

menyadari mempunyai gangguan jiwa.

h. Perencanaan persiapan pulang

1) Kenali faktor harga diri rendah dan konsultasikan pemecah

masalah yang dihadapi.

2) Berikan dukungan untuk mengenali kelebihan yang

dimiliki dan mengkoreksi kekuranganpada diri dan mencari

solusi secara bersama-sama.

3) Ciptkan lingkungan yang dapat menciptakan kepercayaan

diri pada penderita.

4) Berikan apresiasi terhadap apa yang telah diperoleh atau

keberhasialan yang didapat.

5) Konsultasikan selalu jika terdapat hambatan dalam

perawatan dan penanganan.

6) Bimbing dan damping untuk melakukan aktivitas dnegan

orang lain/ kelompok yang diharapkan dapat menimbulkan


24

rasa percaya diri dan kemampuan dalam bersosialisasi (

Nurrarif 7 Kusuma,2015).

2. Pohon Masalah

Gambar : 2.2 Pohon masalah harga diri rendah kronis

Resiko Perilaku Kekerasan

Isolasi Sosial

Masalah Utama :
Harga Diri Rendah

Koping individu tidak efektif

Sumber : Fitria & Yosep (2009)

3. Diagnosa Keperawatan

a. Harga Diri Rendah Kronis

1) Definisi
25

Harga diri rendah kronik adalah evaluasi diri atau perasaan

negative tentang diri sendiri atau kecakapan diri yang berangsung

lama (NANDA-1,2016:372)

2) Faktor yang berhubungan

a) Ketidakefektifan adaptasi terhadap kehilangan

b) Kurang kasih sayang

c) Kurang mendapat restu

d) Kurang kenggotaan dalam kelompok

e) Merasa kurang memiliki

f) Gangguan jiwa

g) Kegagalan berulang

h) Kejadian atau situasi traumatis

3) Batasan karakteristik

a) Subyektif

Evaluasi diri bahwa individu tidak sanggup

menghadapi peristiwa tertentu dan melebih-lebihkan

umpan balik negatif tentang diri sendiri.

b) Objektif
26

Bergantung pada pendapat orang lain, selalu mencari

penguatan secara berlebihan, ragu-ragu dalam mencoba

hal atau situasi baru dan bimbang,

b. Koping individu tidak efektif

1) Definisi

Koping individu tidak efektif adalah kerusakan perilaku-

perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah dari

seseorang didalam memenuhi kebutuhan dan peran hidup

(NANDA,2016).

2) Faktor yang berhubungan

a) Krisis situasional

b) Harga diri rendah

c) Kelainan fungsi dan sistem keluarga

d) Lingkungan yang tidak terorganisir dan semraut

3) Batasan karakteristik

a) Ketidakmampuan memenuhi harapan dari peranan yang

sesuai dengan umur.

b) Ketidakmampuan memecahkan masalah.

c) Manipulasi terhadap oranglain dalam lingkungannya

untuk memenuhi keinginan diri sendiri.

d) Mengungkapkan permusuhan pada staf dan teman-teman

sebaya.
27

e) Tidak mampu untuk menunda memuaskan

kesenangannya.

f) Respon-respon oposisional dan menentang terhadap

permintaan-permintaan dan aturan-aturan orang dewasa.

c. Isolasi Sosial

1) Definisi

Isolasi sosial adalah keadaan kesepian yag dialami oleh

seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negative dan

mengancam, atau suatu keadaan dimana seseorang individu

mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu

berinteraksi dengan oranglain disekitarnya, pasien mungkin

merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidakmampu

membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina

hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna

Keliat,2011).

2) Faktor yang berhubungan

a) Perubahan status mental

b) Perubahan penampilan fisik

c) Perubahan status kesejahteraan

d) Ketidakmampuan untuk terkait dalam hubungan pribadi

yang memuaskan

e) Ketidakadekuatan sumber-sumber pribadi

f) Perilaku atau norma sosial yang berterima


28

3) Batasan karakteristik

a) Subyektif

Minat yang tidak sesuai dengan tahap

perkembangan, mengungkapkan perasaan kesendirian

yang disebabkan oleh orang lain, mengungkapkan

perasaan berbeda dari orang lain dan mengungkapkan

perasaan penolakan.

b) Objektif

Ketiadaan orang terdekat yang memberi dukungan,

perilaku yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan

dan adanya cacat fisik atau mental (NANDA-I,2016:410)

d. Resiko Perilaku Kekerasan

1) Definisi

Resiko perilaku kekerasan atau agresifadalah perilaku

yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak

dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol (YOSEP,2008).

2) Faktor yang berhubungan

a) Frustasi

b) Hilangnya harga diri

c) Kebutuhan akan status dihargai dan prestise


29

3) Batasan Karakteristik

a) Subyektif

Sering mengamuk, tidak puas bila tidak

memecahkan barang dan mengancam oranglain.

b) Objektif

Merasa orang lain mengancam, pandangan tajam,

mengepal tangan, suaratinggi, menjerit atau berteriak

dan tampak tegang saat bebicara


4. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1

Rencana Intervensi Pada Harga Diri Rendah Kronis

NO Dx Perencanaan
DX Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Gangguan
konsep diri: TUM : Klien mempunyai
Harga Diri harga diri
Rendah
TUK :
1. Klien dapat membina 1.Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling percaya dengan
hubungan saling percaya. interaksi diharapkan menggunakan prinsip terapeutik, beri salam
2. Klien dapat ekspresi wajah cerah setiap berinteraksi, perkenalkan nama,
mengidentifikasi aspek (tersenyum), mau tanyakan dan panggil nama kesukaan klien,
dan kemampuan yang berkenalan, ada tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
dimiliki. kontak mata, setiap kali berinteraksi, tanyakan masalah

30
3. Klien dapat menilai bersedia klien dan masalah yang dihadapi klien, buat
kemampuan yang menceritakan kontak interaksi yang jelas, dengarkan
dimiliki untuk permasalahannyama dengan penuh perhatian ekspresi perasaan
dilaksanakan. salahnya. klien.
4. Klien dapat 2. Setelah dilakukan 2. Tanyakan pada klien tentang: aspek positi
merencanakan kegiatan interaksi, klien dapat yang dimiliki klien, keluarga dan
sesuai dengan menyebutkan: Aspek lingkungan, kemampuan yang dimiliki klien.
kemampuan yang positif dari 3. Bersama klien buat daftar tentang:
dimiliki. kemampuan yang -aspek positif klien, keluarga dan
dimiliki klien, aspek lingkungan.
positif keluarga, - Kemampuan yang dimiliki klien.
aspek positif Beri pujian yang realistis, hindarkan
lingkungan klien. memberi penilaian negatif.
3.Setelah dilakukan 4. Rencanakan bersama klien aktivitas yang
interaksi, klien dapat dapat dilakukan setiap hari sesuai
menyebutkan kemampuan klien:
kemampuan yang - Kegiatan mandiri
dapat dilaksanakan. - Kegiatan dengan bantuan.
Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
4.Setelah dilakukan Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
interaksi, klien dapat dapat klien lakukan.
membuat rencana
kegiatan harian

Sumber : Fitria & Yosep (2009)


33

5. Implementasi

Implementasi ini merupakan pengelolaan dan perwujudan dari

Rencana Keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan

(Riyadi & Purwanto, 2009 : 95)

Pelaksanaan implementasi dapat menggunakan langkah–

langkah komunikasi terapeutik yang terdiri dari :

a. Fase Orientasi : Salam terapeutik, perkenalan atau

evaluasi kemampuan yang lalu atau keadaan sekarang

dan mengingatkan membuat kontrak (waktu, tempat dan

topik).

b. Fase Kerja

Tindakan perawat bersama klien,menyiapkan

lingkungan keluarga, rujukan keperawatan.

1) SP I Pasien : Mendiskusikan kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki pasien, membantu

pasien memilih/ menetapkan kemampuan yang

akan dilatih, memilih kemampuan yang akan

dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih

dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan

yang telah dilatih dalam rencana harian.

2) SP II Pasien : Melatih pasien melakukan kegiatan

lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.

Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain


34

sampai semua kemampuan dilatih, karena setiap

kemampuannya yang dimiliki oleh pasien akan

menambah harga dirinya.

c. Fase Terminasi

1. Evaluasi respon/ kemampuan terhadap

tindakan.

2. Rencana tindak lanjut/ perawatan rumah

untuk klien/ keluarga.

3. Kontrak yang akan datang: waktu, tempat,

topic.

d. Mendokumentasikan semua tindakan dan respon klien.

6. Evaluasi

Format evaluasi untuk menilai kemampuan pasien, keluarga dan

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

Harga Diri Rendah Kronik ( Riyadi & Purwanto, 2009).

Evaluasi dibagi 2 macam yaitu :

a. Evaluasi proses/ formatif adalah evaluasi yang dilakukan

setelah melaksanakan tindakan.

b. Evaluasi hasil/ somatif adalah evaluasi yang dilakuakan

dengan membandingkan respon klien pada tujuan umum

dan tujuan khusus yang telah ditentukan. Evaluasi dapat

dilakukan dengan pendekatan SOAP sebagai pola pikir,


35

dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan

sebagai berikut:

S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan

yang telah dilaksanakan.

O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan

yang telah dilaksanakan.

A: Analisa ulang terhadap data subyektif untuk

menyimpulkan apakah masalah tetap atau muncul

masalah baru atau ada data yang kontraindikasi dengan

masalah yang ada.

P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil

analisa pada klien.

Evaluasi yang diharapkan pada klien dengan Harga

Diri Rendah Kronis adalah sebagai berikut:

1) Ancaman integritas fisik atau harga diri rendah

klien sudah berkurang.

2) Perilaku klien menunjukan kemampuan dalam

menerima, menghargai dan meyakini diri

sendiri.

3) Sumber koping yang adekuat sudah dimiliki

klien dan digunakannya.

4) Klien dapat memperluas kesadaran diri,

menyelidiki dan mengevaluasi diri.


36

5) Klien menggunakan respon koping yang

adaptif.

6) Klien sudah mempelajari strategi baru untuk

beradaptasi dan meningkatkan aktualisasi diri.

7) Klien sudah menggunakan pemahaman yang

tinggi tentang diri sendiri untuk meningkatkan

pertumbuhan kepribadian.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk meneksplorasi masalah

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Harga Diri Rendah Kronis Di

Ruang Patimura RSUD Arjawinangun. Klien diobservasi selama 18 hari

kali 24 jam. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Asuhan

Keperawatan.

B. Subjek Penelitian

Studi Kasus Keperawatan Jiwa dalam penelitian ini adalah individu

dengan Harga Diri Rendah yang akan diteliti secara rinci dan mendalam.

Adapun subjek penelitian yang akan diteliti berjumlah satu kasus dengan

masalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Harga Diri Rendah

Kronis Di Ruang Patimura RSUD Arjawinangun Tahun 2017 yang akan

dibahas secara komprehensif dan holistik.

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)

Batasan istilah dalam karya tulis ini adalah Asuhan Keperawatan

Pada Klien Dengan Harga Diri Rendah Kronis Di Ruang Patimura RSUD

Arjawinangun Kabupaten Cirebon.

Proses keperawatan merupakan suatu metode sistematis dan ilmiah

yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai

dan memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual.

37
38

Asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan atau proses

keperawatan yang diberikan kepada seorang pasien pada sebuah pelayanan

kesehatan, dengan cara mengikuti aturan dan kaidah-kaidah keperawatan

dan berdasarkan pada masalah yang sedang dihadapi seorang pasien serta

kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk merawat pasien tersebut yang

meliputi Pengkajian Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi

Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan.

Harga diri rendah kronis adalah salah satu diagnosa yang ada dalam

ilmu kejiwaan atau bisa disebut suatu masalah yang ada dalam diri sesorang

yang berhubungan dengan gangguan kejiwaan.

Ruang Patimura RSUD Arjawinangun adalah ruang perawatan

Psikiatrik atau ruangan pasien dengan gangguan jiwa.

Berdasarkan dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN MASALAH

UTAMA HARGA DIRI RENDAH KRONIS DI RUANG PATTIMURA

RSUD ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON” adalah serangkaian

tindakan atau proses keperawatan yang diberikan kepada seorang pasien

yang memiliki masalah yang berhubungan dengan kejiwaan yang dirawat di

ruang perawatan psikiatrik, RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon.


39

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum

Daerah Arjawinangun Kabupaten Cirebon yang beralamat di Jl. By Pass

Palimanan – Jakarta Km.2 No.1, Kebonturi, Arjawinangun Kabupaten

Cirebon, Jawa Barat 451222

2. Waktu Penelitian

N Kegiatan Februari Maret April

o 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5

1. Perizinan

2. Peroposal

3. Konsultasi

Proposal

4. Pelaksanaan

E. Prosedur Penelitian

1. Perizinan

Perizinan dilakukan dengan cara pemberian surat permohonan izin

observasi kepada Direktur RSUD Arjawinangun.

2. Proposal

Penyusunan proposal dilakukan pada minggu pertama sampai

minggu ketiga pada bulan maret, penyusunan proposal terdiri dari BAB

I, BAB II dan BAB III.


40

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dan penyusunan KTI di Ruang Patimura

RSUD Arjawinangun dimulai pada tanggal 10 April – 29 April 2017.

4. Pelaporan

Pelaporan penelitian berupa Karya Tulis Ilmiah yang diserahkan

kepada pihak Akademik dan Rumah Sakit.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini menggunakan tiga teknik dalam pembuatannya, yaitu:

1. Wawancara (hasil anamnesis berisi ttg identitas pasien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang – dahulu – keluarga dll). Sumber data dari

pasien, keluarga, perawat lainnya)

2. Observasi dan Pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA: inspeksi,

palpasi, perkusi, Asukultasi) pada sistem tubuh pasien

3. Studi dokumentasi dan angket (dari hasil pemeriksaan diagnostik dan

data lain yg relevan).

G. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan format

pengkajian Asuhan Keperawatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Mulai dari pengkajian, Intervensi, Implementasi, Evaluasi serta

Dokumentasi.

H. Keabsahan Data

Untuk menguji dan membuktikan kualitas data serta informasi yang

diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas


41

tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrumen

utama), uji keabsahan data dilakukan dengan cara:

1. memperpanjang waktu pengamatan / tindakan

2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

I. Analisis Data

Menganalisis data penelitian ini dilakukan sejak peneliti di berada

di lapangan, sewaktu pengumpulan data hingga semua data terkumpul.

Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam

opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara

menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil

interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah penelitian.

Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan

studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya

diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan

untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam

analisis adalah:

1. Pengumpulan data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara,

observasi, dokumen). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan,

kemudian disalin dalam bentuk transkrip.


42

2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori. Data hasil

wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan

satu dalam bentuk transkrip. Data yang terkumpul kemudian dibuat

koding yang dibuat oleh peneliti dan mempunyai arti tertentu sesuai

dengan topik penelitian yang diterapkan. Data obyektif dianalisis

berdasarkan hasil pemeriksaan daiagnostik kemudian dibandingkan

nilai normal

3. Penyajian data. Penyajian data dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari responden.

4. Kesimpulan. Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan

dibandingkan dengan hasilhasil penelitian terdahulu dan secara teoritis

dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan

metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dgn data pengkajian,

diagnosis, prencanaan, tindakan, dan evaluasi .


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Pattimura RSUD Arjawinangun

Kabupaten Cirebon. Ruangan yang berdiri pada tanggal 14 Februari 2013

dengan 32 tempat tidur yang terbagi 4 tempat tidur agitasi, 6 tempat tidur

semi tenang laki – laki, 8 tempat tidur semi tenang perempuan, dan 8

tempat tidur tenang perempuan dan dilengkapi ruang aula, makan, TAK,

diskusi tindakan dan musholla, serta poli klinik untuk pasien rawat jalan.

2. Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa

Ruang Rawat : Patimura

Tanggal dirawat : 03 April 2017

a. Identitas Klien

1) Identitas Klien :

Nama : Tn. S

Umur : 32 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Desa Danamulya, Kecamatan Plumbon

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Wiraswasta

43
44

Suku : Jawa

Status perkawinan : Belum Menikah

No. CM : 817082

Diagnosa Medis : Skizofrenia

Tanggal pengkajian : 10 April 2017

2) Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. J

Umur : 55 Tahun

Alamat :Desa Danamulya, Kecamatan

Plumbon

Pekerjaan : Wiraswasta

Hubungan dengan klien : Ayah

b. Alasan Masuk

Klien pertama kali dibawa ke IGD RSUD Arjawinangun oleh

keluarganya dikarenakan klien sering mengamuk dirumah dengan

merusak lingkungan seperti memecah piring, membanting pintu,

keluarga klien mengatakan, klien sering memukuli kedua orang

tuanya dan orang lain disekitarnya, dengan keadaan klien yang sudah

seperti itu maka keluarga memutuskan untuk mengikat klien yang

bertujuan agar klien bisa lebih aman dan tidak membahayakan orang

lain di lingkungan sekitarnya.


45

c. Faktor Predisposisi

Klien pernah masuk ke Rumah Sakit Jiwa RSUD Arjawinagnun,

Klien mengalami gangguan jiwa sejak 9 tahun yang lalu dan kontrol

ke poli klinik jiwa Rumah Sakit RSUD Arjawinangun. Hasil

pengobatan sebelumnya tidak berhasil, klien tidak memiliki trauma

aniaya fisik dan aniaya seksual, tidak ada trauma riwayat penolakan,

tidak mengalami tindakan kekerasan maupun tindakan kriminal.

Didalam keluarga klien tidak ada anggota keluarganya yang

memiliki riwayat gangguan jiwa. Data yang didapat melalui

pengkajian Allo anamnesa terdapat faktor psikologis yang

mempengaruhi klien mengalami gangguan jiwa yaitu karena

penolakan dan keinginan menikah yang tidak terpenuhi.

Masalah keperawatan: Harga Diri Rendah

d. Pemeriksaan Fisik

Pada saat melakukan pengkajian umum dari Tn. S, Keadaan normal

dengan tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 35,7oC,

pernapasan 25x/menit, tinggi badan 164 cm, berat badan 54kg.

Klien memiliki keluhan fisik, yaitu post amputasi kaki kiri, luka

ditangan kanan dan kiri akibat luka restrain di ikat dengan kain oleh

keluarga.

Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah


46

e. Psikososial
1) Genogram

Keterangan genogram:

: Laki-laki : Klien

: Perempuan ------ : Tinggal Serumah

x x : Meninggal

: Orang terdekat

Klien anak ke 3 dari 5 bersaudara, belum menikah klien tinggal

bersama orang tua dan saudara kandung.Klien mengatakan pola

asuh ketika kecil dalam keluarganya baik, dan klien lebih dekat

dengan ibu nya.

Masalah Keperawatan :Tidak ada

2) Konsep Diri

a) Citra tubuh

Klien malu dengan keadaan nya saat ini dengan kehilangan kaki

kirinya yang di sukai klien, klien menyesal saat membicarakan


47

kaki nya yang sudah di amputasi akibat luka restrain yang

membusuk dan tidak bisa berjalan seperti orang normal.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

b) Identitas diri

Klien mampu menyebutkan nama, umur, alamat rumah,hobi dan

klien mengakui bahwa dirinya berjenis kelamin laki-laki. Klien

merasa puas menjadi seorang laki-laki karena menurut klien bisa

bekerja lebih keras. Sebelumnya klien pernah bekerja sebagai

perakit rotan di daerahnya dan berjualan ayam goreng.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada

c) Fungsi Peran

Klien mengatakan perannya dirumah sebelum dirawat di rumah

sakit klien sebagai seorang anak yang rajin bekerja sebagai

pedagang, namun setelah klien dirawat klien kehilangan

kegiatan dan pekerjaanya.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada

d) Ideal diri

Klien menginginkan keadaan tubuhnya sempurna seperti saat

sebelum diamputasi agar klien bisa mudah mendapatkan

pekerjaanya dan diterima bekerja. Klien berharap bisa sembuh

dari sakitnya meskipun keadaan klien sudah seperti saat itu

namun dapat diterima dengan masyarakat.


48

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

e) Harga diri

Klien merasa malu dan tidak berarti saat keinginan untuk

menikahnya tidak terpenuhi serta kehilangan kaki kiri karena di

amputasi. Harga diri klien merasa rendah dengan keadaannya.

Masalah keperawatan: Harga Diri Rendah

3) Hubungan Sosial

a) Orang yang berarti / Orang terdekat

Orang yang berarti, terdekat dan disayanginya adalah kedua

orangtuanya terutama ibunya, karena klien lebih dekat dengan

ibunya yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang.

Masalah Keperwatan : Tidak Ada

b) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat

Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok

masyarakat namun, saat di rawat di rumah sakit klien dapat

mengikuti kegiatan TAK dengan dimotivasi oleh perawat.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


49

Klien memiliki hambatan berhubungan dengan orang lain,

teman – teman dan orang sekitarnya menghidar ketakutan karena

klien sering mengamuk dan menyerang orang lain.

Masalah keperawatan: Isolasi Sosial, Resiko Perilaku Kekerasan

4) Spiritual

a) Nilai dan keyakinan

Klien beragama Islam dan percaya pada Allah SWT.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada

b) Kagiatan ibadah / menjalankan keyakinan

Klien mengatakan saat berada di rumah klien jarang

mengerjakan sholat 5 waktu di karenakan di ikat dan

dipasung.Saat berada di rumah sakit klien rajin beribadah

dengan mengerjakan kewajibannya shalat 5 waktu.

Masalah keperawatan: Tidak Ada

f. Status Mental

1) Penampilan

Klien berpenampilan cukup rapih dan memakai pakaian

sesuai, terlihat dari klien tidak menggunakan pakaian tidak

terbalik dan tidak berlapis.

Masalah keperawatan: Tidak Ada

2) Pembicaraan
50

Klien berbicara lambat, terkadang klien berbicara dengan

terbatas, kaku dan masih enggan untuk memulai

berkomunikasi, pembicaraan klien terkadang berpindah –

pindah dari satu kalimat ke kalimat lainnya yang tidak ada

kaitanya.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

3) Aktifitas motorik

Klien sudah terlihat tenang dan dapat mengendalikan diri dari

sebelumnya, tidak tegang dan tidak gelisah.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada

4) Alam perasaan

Klien mengatakan perasaannya baik dan suasana hati tenang

dan mempunyai teman untuk berkomuikasi.Tidak sedih dan

tidak ketakutan.

Masalah keperawatan: Tidak Ada.

5) Afek

Afek klien datar, tidak ada perubahan roman muka pada saat

berkomunikasi dengan stimulus menyenangkan atau

menyedihkan,berbicara ketika hanya ditanya saja, enggan

bertanya dan memulai untuk berkomunikasi.

Masalah keperawatan: Isolasi sosial


51

6) Interaksi selama wawancara

Pada saat berinterakasi dengan perawat klienkooperatif dapat

menjawab pertanyaan.

Masalah keperawatan: Tidak Ada

7) Persepsi (halusinasi)

Klien pernah mengalami halusinasi sebelum klien diikat dan

dipasung dirumah. Halusinasi dengar dengan suara yang

menyuruhnya klien untuk memukul kedua orangtuanya dan

orang lain disekitar, pada saat klien di rawat klien sudah tidak

mendengar lagi suara – suara tersebut.

Masalah : Resiko Halusinasi Dengar.

8) Proses Fikir

Selama berinteraksi dengan klien sering menghentikan

pembicaraan dan sejenak terdiam (Blocking).Tidak ditemukan

isi pikir pada klien.

Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial

9) Isi Pikir

Saat berinteraksi dengan klien, Klien mampu mengutarakan isi

pikirannya, mulai dari penyebab kenapa klien masuk dan

tindakan apa yang dilakukan selama sebelum dirawat. Pada

saat pengkajian terbukti klien mampu menjelaskan kenapa

dirawat.
52

Masalah Keperawatan : Tidak Ada

10) Tingkat Kesadaran

Kesadaran klien baik karena klien mampu menceritakan

tentang masalah yang terjadi pada dirinya.

Masalah keperawatan: Tidak Ada

11) Memori

Klien memiliki daya ingat jangka panjang dan mampu

mengingat masalah yang sudah terjadi pada dirinya.

Daya ingat jangka pendek ketika ditanya klien tidak mampu

menjawab ketika ditanya kejadian satu minggu yang lalu.

Gangguan daya ingat saat ini, klien tidak mampu menjawab

secara detail.

12) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Tingkat konsentrasi dan berhitung klienbaik. Mampu

berkonsentrasi dan berhitung. Terbukti saat klien ditanya 12

x 10 = 120, 120 : 4 = 30 klien menjawab dengan tepat.

Masalah keperawatan: Tidak Ada

13) Kemampuan penilaian


53

Klien mampu menilai hal yang baik ataupun hal buruk,

dengan menilai memandingkan, berbuat baik dengan

membantu orang lain dan mencela atau berprasangka buruk.

Masalah keperawatan: Tidak Ada

14) Daya tilik diri

Klien tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya

sehingga kenapa klien bisa dirawat diruangan ini.

Masalah keperawatan: Tidak Ada

g. Kebutuhan Persiapan Pulang

1) Makan

Klienmakan 3x sehari tanpa bantuan perawat. klien ,makan

menggunakan sendok dan sebelum sesudah makan klien

mencuci tangan dan berdoa. Tidak ada pantangan makanan

untuk klien.

2) BAB/BAK

Klien melakukan BAB/BAK sendiri di kamar mandi serta

menyiramnya, membersihkan diri dan merapihkan

pakaiannya setelah BAB/BAK tanpa bantuan perawat.

3) Mandi

Klien melakukan perawatan diri seperti mandi 3 x sehari

menggunakan sabun, menyikat gigi 1 x sehari dengan

mandiri dan tetap diberi motivasi oleh perawat.

4) Berpakaian/berhias
54

Klien mengenakan pakaian dengan rapih dan sesuai.

5) Istirahat dan tidur

Klien tidur pada jam 20.00 WIB dan bangun pada jam 05.30

WIB.

6) Penggunaan obat

Kliendibantu oleh perawat dalam minum obat dan masih di

motivasi.

7) Pemeliharaan kesehatan

Klien mengetahui pentingnya menjaga kesehatan namun klien

belum mengetahui cara menjaga kesehatan.

8) Aktifitas di dalam rumah

Klien mampu melakukan menyapu dan mengepel di rumah

serta mencuci pakaian sendiri.

9) Aktifitas di luar rumah

Klien mengetahui kemana jalan dan arah menuju pasar dengan

menggunakan sepeda motor.

h. Pola dan mekanisme koping

1) Adaptif

Klien mampu berbincang-bincang dengan perawat mengenai

dirinya.

2) Maladaptif

Klien masih terlihat sering berdiam diri.


55

i. Aspek Medik

1) Diagnosa Medis : Skizofrenia

2) Terapi Obat :

- Post Sikzonoat 1 ampul (IM) 03/04/2017

- Clozapine 25mg 3x1

- Trihexyphenidyl 3x1

- B Complex 3x1

j. Daftar Masalah Keperawatan

1) Harga diri rendah kronis

2) Isolasi Sosial

3) Resiko Halusinasi Dengar

4) Resiko Perilaku Kekerasan

k. Analisa Data
Tabel. 1.4
Analisa Data

DATA MASALAH
1. a. subjektif : Harga diri rendah kronis
- klien mengatakan malu kehilangan
kaki kirinya tidak seperti orang lain.
- klien merasa malu dengan rencana
keinginan menikahnya yang tidak
tercapai.

b. objektif :
- Klien kehilangan kaki kiri terlihat
kecacatan pada kaki kirinya nya
akibat luka restrain

2. a subjektif : Isolasi Sosial


- Klien mengatakan bisa dan ingin
berkenalan dengan orang lain.
b. objektif:
56

- Klien masih kaku jika berbicara


dengan orang lain.
- Bicara klien masih lambat,
terbatas, dan kaku.
- Kontak mata mudah beralih dan
sulit berkonsentrasi saat bicara.

3. a.subyektif: Resiko Halusinasi Pendengaran


- Klien mengatakan saat di rumah
pernah mendengar suara-suara yang
menyuruhnya untuk memukul orang
disekitar, namun setelah di rumah
sakit klien mengatakan tidak pernah
lagi medengar suara – suara
tersebut.
b. Obyektif :
-

4. a. subjektif : Resiko perilaku kekerasan


- Klien mengatakan malas dan
tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain.
- Keluarga klien mengatakan klien
sering memukuli ayahnya
- keluarga klien mengatakan klien
sering membanting barang
barang yang ada di rumah, mulai
dari piring pintu dan meja.
b. objektif :
- Wajah klien tegang dan tengan
mengepal
- merusak barang disekitar

l. Pohon Masalah

Resiko Halusinasi Pendengaran


Resiko Perilaku kekerasan
Isolasi Sosial :
57

Harga Diri Rendah Kronis : Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif : Cause

3. Diagnosa Keperawatan
1) Harga Diri Rendah Kronis
2) Isolasi Sosial
3) Resiko Halusinasi Dengar
4) Resiko Perilaku Kekerasan
4. RENCANA TINDAKAN KEPERWATAN
Tabel. 2.4
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH KRONIK

INISIAL KLIEN : Tn. S RUANGAN : PATTIMURA RM NO :817082


Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan
1 2 3 4 5
Harga diri rendah
kronik TUM :
Klien dapat
berhubungan Setelah dilakukan
dengan orang lain intervensi selama 3 x
secara optimal pertemuan 1.1.1 Bina hubungan saling 1.1.1 Hubungan saling
TUK 1 : diharapkan klien : percaya dengan percaya
Klien dapat menggunakan prinsip merupakan dasar
1.1 Ekspresi wajah
membina dan komunikasi terapeutik : dari terjadinya
yang bersahabat,
mempertahankan a. Sapa klien dengan komunikasi
menunjukkan rasa
hubungan saling ramah baik verbal terapeutik
senang, ada
percaya. maupun non verbal. sehingga akan
kontak mata, mau
b. Perkenalkan diri dengan memfasilitasi
berjabat tangan,
sopan. dalam
mau
menyebutkan c. Tanyakan nama lengkap pengungkapan
klien dan nama

58
nama, mau panggilan yang disukai perasaan, emosi,
menjawab salam, klien. dan harapan klien.
klien mau duduk d. Jelaskan tujuan
berdampingan pertemuan.
dengan perawat, e. Jujur dan menepati janji.
mau f. Tunjukkan sikap empati
mengutarakan dan menerima klien apa
masalah yang adanya.
dihadapi. g. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.

TUK 2 : Setelah 2.1.1 Diskusikan kemampuan dan 2.1.1 Mendiskusikan


Klien dapat dilakukan 2 x mengidentifikasi tingkat
mengidentifikasi 24jam kemampuan dan aspek kemampuan klien
kemampuan dan diharapkan positif yang dimiliki klien. seperti menilai
aspek positif yang klien : 2.1.2 Setiap bertemu klien, realitas, kontrol
dimiliki. hindarkan dari memberi diri atau integritas
2.1. Klien dapat
penilaian negatif. ego diperlukan
mengidentifikasi
2.1.3 Utamakan memberi pujian sebagai dasar
kemampuan dan
yang realistik. asuhan
aspek positif
keperawatannya.
yang dimiliki :
2.1.2 Reinforcement
positif akan

59
 Kemampuan meningkatkan
yang dimiliki harga diri klien.
klien. 2.1.3 Pujian yang
 Aspek positif realistik tidak
keluarga. menyebabkan
 Aspek positif klien melakukan
lingkungan kegiatan hanya
yang dimiliki karena ingin
klien. mendapatkan
perhatian.
TUK 3 : 3.1 Klien dapat 3.1.1 Diskusikan dengan klien 3.1.1 Keterbukaan dan
Klien dapat menilai kemampuan yang masih pengertian tentang
menilai kemampuan yang dapat digunakan selama kemampuan yang
kemampuan yang digunakan. sakit. dimiliki adalah
digunakan. 3.1.2 Diskusikan kemampuan prasyarat untuk
yang dilanjutkan. berubah.
3.1.2 Pengertian tentang
kemampuan yang
dimiliki diri
memotivasi untuk
tetap
mempertahankan
dirinya sendiri.
TUK 4 : 4.1 Klien membuat 4.1.1 Merencanakan bersama 4.1.1 Klien adalah
Klien dapat rencana kegiatan klien aktivitas yang dapat individu yang
merencanakan harian dilakukan setiap hari sesuai bertanggung jawab
kegiatan sesuai dengan kemampuan: terhadap dirinya
dengan  Kegaiatan mandiri sendiri.

60
kemampuan yang  Kegiatan dengan bantuan
dimiliki. sebagian.
 Kegiatan yang
membutuhkan bantuan
total.
4.1.2 Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi kondisi 4.1.2 Klien perlu
klien. bertindak realitas
4.1.3 Beri contoh cara dalam
pelaksanaan kegiatan yang kehidupannya
boleh dilakukan klien. 4.1.3 Contoh peran yang
dilihat klien akan
memotivasi klien
untuk
melaksanakan
kegiatan.
TUK 5 : 5.1 Klien melakukan 5.1.1 Beri kesempatan kepada 5.1.1 Memberi
Klien dapat kegiatan sesuai klien untuk mencoba kesempatan
melakukan kondisi sakit dan kegiatan yang telah kepada klien
kegiatan sesuai kemampuannya. direncanakan. mandiri dapat
kondisi sakit dan 5.1.2 Beri pujian atas meningkatkan
kemampuannya. keberhasilan-nya. motivasi dan harga
5.1.3 Diskusikan kemungkinan diri klien.
pelaksanaan di rumah. 5.1.2 Reinforcement
positif dapat
meningkatkan
harga diri klien.

61
5.1.3 Memberikan
kesempatan
kepada klien untuk
tetap melakukan
kegiatan yang
biasa dilakukan.
TUK 6 : 6.1 Klien 6.1.1 Beri pendidikan kesehatan 6.1.1 Mendorong
Klien dapat memanfaatkan pada keluarga tentang cara keluarga untuk
memamfaatkan system merawat klien dengan harga mampu merawat
system pendukung yang diri rendah. klien mandiri di
pendukung atau ada di keluarga 6.1.2 Bantu klien dengan rumah.
keluarga. memberi dukungan selama 6.1.2 Support system
klien dirawat keluarga akan
6.1.3 Bantu keluarga menyiapkan sangat berpengaruh
lingkungan di rumah. dalam
mempercepat
proses
penyembuhan
klien.
6.1.3 Meningkatkan
peran serta klg dlm
merawat klien di
rumah.

62
Tabel. 3.4
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL

INISIAL KLIEN : Tn. S RUANGAN : PATTIMRA RM NO : 817082


Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan
1 2 3 4 5
Isolasi Sosial TUM 1 : 2.1.4 Kaji pengetahuan klien Diketahuinya
Klien dapat tentang perilaku menarik diri penyebab akan dapat
Setelah dilakukan intervensi
menyebutkan dan tanda-tandanya dihubungkan dengan
selama 3 x pertemuan
penyebab diharapkan klien :  “Di rumah ibu dengan faktor presipitasi yang
menarik diri. siapa” dialami klien.
 “Siapa yang paling dekat
2.1. Klien dapat menyebutkan dengan ibu”
penyebab menarik diri yang  “Apa yang membuat ibu
berasal dari : dekat dengannya”
 “ Dengan siapa ibu tidak
 Diri sendiri
dekat”
 Orang lain
 “ Apa yang membuat ibu
 Lingkungan tidak dekat”

63
 “ Apa yang ibu lakukan
agar dekat dengan
seseorang”
2.1.5 Beri kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik
diri atau tidak mau bergaul.
2.1.6 Beri reinforcemen positif
terhadap kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 1 : 3.2 Klien dapat menyebutkan 3.3.1 Kaji pengetahuan klien Klien harus dicoba
Klien dapat keuntungan berhubungan tentang manfat dan berinteraksi secara
bertahap agar terbiasa
menyebutkan dengan orang lain, misalnya : keuntungan. membina hubungan yang
keuntungan  Banyak teman 3.3.2 Beri kesempatan pada klien sehat dengan orang lain.
berhubungan  Tidak sendiri untuk mengungkapkan
dengan orang  Bisa berdiskusi. persaannya tentang
lain dan kerugian keuntungan berhubungan
bila tidak dengan orang lain.
berhubungan 3.3.3 Diskusikan dengan klien
dengan orang tentang manfaat
lain. berhubungan dengan orang
lain.
3.3.4 Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan Mengevaluasi manfaat
mengungkapkan perasaan yang dirasakan klien
tentang keuntungan sehingga timbul motivasi
untuk berinteraksi.

64
berhubungan dengan orang
lain.
3.3 Klien dapat menyebutkan
kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang
lain.
3.2.1 Kaji pengetahuan klien
tentang manfat dan
keuntungan.
3.2.2 Beri kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan
persaannya tentang
keuntungan berhubungan
dengan orang lain.

3.2.3 Diskusikan dengan klien


tentang manfaat
berhubungan dengan orang
lain.
3.2.4 Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan
berhubungan dengan orang
lain.

65
TUK 2 : 4.2 Klien dapat 4.1.4 Kaji kemampuan klien Hubungan secara bertahap
Klien dapat mendemonstrasikan membina hubungan dengan memberi kesempatan
klien untuk meningkatkan
melaksanakan hubungan social secara orang lain. interaksi dengan orang
hubungan secara bertahap antara: 4.1.5 Dorong dan bantu klien lain.
bertahap. a. K–P untuk berhubungan dengan
b. K–P–P lain orang lain melalui tahap:
c. K–P–P lain dan K lain  K–P
d. K-Klg/Klp/Masy  K–P–P lain
 K–P–P lain dan K lain
 K-Klg/Klp/Masy
4.1.6 Beri reinforcement positif
terhadap keberhasilan yang
telah dicapai.
4.1.7 Bantu klien untuk
mengevaluasi manfaat
berhubungan dengan orang
lain.
4.1.8 Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
bersama klien dalam mengisi
waktu.
4.1.9 Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan ruangan.
4.1.10 Beri reinforcement positif
atas keberhasilan klien
dalam kegiatan ruangan.
TUK 3 : 5.2 Klien dapat mengungkapkan 5.1.4 Dorong klien untuk Ungkapan perasaan dan
perasaannya setelah mengungkapkan penguatan dapat

66
Klien dapat berhubungan dengan orang perasaannya bila meningkatkan rasa
mengungkapkan lain untuk: berhubungan dengan orang percaya diri klien
perasannya a. Diri sendiri. lain
setelah b.Orang lain. 5.1.5 Diskusikan dengan klien
berhubungan tentang perasaan manfaat
dengan orang berhubungan dengan orang
lain. lain.
5.1.6 Beri reinforcement positif
atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan
mamfaat berhubungan
dengan orang lain
TUK 4 : 6.2 Keluarga dapat: 6.1.4 Bina hubungan saling System pendukung
Klien dapat a. Menjelaskan percaya dengan keluarga: sebagai bagian yang
paling dekat dengan klien
memamfaatkan perasaannya. a.Salam, perkenalkan diri. akan membimbing secara
system b. Menjelaskan cara b. Jelaskan tujuan. kontinyu dalam
pendukung atau merawat kliien menarik c.Buat kontrak. meningkatkan
keluarga. diri. d. Eksplorasi perasaan kemampuan klien dalam
c. Mendemontrasikan cara klien. membina hubungan
dengan orang lain.
perawtan klien menarik 6.1.5 Diskusikan dengan anggota
diri. keluarga tentang:
d. Berpartisipasi dalam  Perilaku menarik diri.
perawatan klien menarik  Penyebab perilaku menarik
diri. diri.
 Akibat yang akan terjadi
jika perilaku menarik diri
tidak ditanggapi.

67
 Cara keluarga menghadapi
klien menarik diri.
6.1.6 Dorong anggota keluarga
untuk memberi dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang
lain.
6.1.7 Anjurkan anggota keluarga
secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal
satu kali seminggu.
6.1.8 Beri reinforcement positif
atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga.

68
Tabel. 4.4
RENCANA TINDAKAN KEPERWATAN
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

INISIAL KLIEN : Tn. S RUANGAN : PATTIMURA RM NO : 817082


Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan
1 2 3 4 5
Gangguan TUM 1 : Setelah dilakukan 2.1.7 Adakan kontak sering dan 2.1.1 Kontak sering dan singkat
sensori Klien dapat intervensi selama 3 x singkat secara bertahap. diharapkan dapat memutus
persepsi : mengenal pertemuan diharapkan 2.1.8 halusinasi klien karena adanya
halusinasi halusinasinya. klien : 2.1.9 Observasi tingkah laku klien stimulus dari luar.
2.1 Klien dapat terkait dengan halusinasinya; 2.1.2 Perilaku yang ditunjukkan
menyebutkan bicara dan tertawa tanpa merupakan gambaran dari
waktu, isi dan stimulus, tiba-tiba ingin halusinasi yang dialami klien.
frekwensi marah, dll. 2.1.3 Tindakan ini dapat
timbulnya 2.1.10 Terima halusinasi sebagai mengembalikan klien ke
halusinasi. halusinasi yang nyata bagi keadaan nyata/realita dan
2.2 Klien dapat klien dan tidak nyata bagi lambat laun klien akan
mengungkapkan perawat. menyadari bahwa halusinasi
perasaan terhadap 2.1.11 Diskusikan dengan klien : yang dialami orang lain dan
halusinasinya tidak nyata.

69
a. Situasi yang menimbulkan 2.1.4 Dengan mengetahui waktu
atau tidak menimbulkan munculnya, isi dan frekuensi
halusinasi. halusinasi dapat diketahui
b. Waktu dan frekuensi sampai dimana tahapan
terjadinya halusinasi halusinasi yang dialami klien.
(pagi, siang, sore, dan
malam hari atau jika
sendiri, jengkel, atau 2.1.5 Ungkapan perasaan saat terjadi
sedih). halusinasi dapat dijadikan data
2.1.12 Diskusikab dengan klien apa sampai dimana tahap
yang dirasakan jika terjadi halusinasinya dan kesadaran
halusinasi (marah, takut, klien selama terjadi halusinasi.
sedih, senang). Beri
kesempatan mengungkapkan
perasaan.

TUK 1 : 3.4 Klien dapat 3.5.1 Kaji situasi/keadaan dimana 3.1.1 Waktu/situasi munculnya
Klien dapat menyebutkan halusinasi sering muncul. halusinasi dapat dijadikan dasar
mengontrol tindakan yang 3.5.2 Identifikasi bersama klien untuk menentukan tindakan.
halusinasinya. biasanya dilakukan cara tindakan yang dilakukan 3.1.2 Dengan identifikasi kebiasaan
untuk jika terjadi halusinasi (tidur, yang dilakukan klien saat
mengendalikan marah, menyibukkan diri, dll). terjadi halusinasi dapat
halusinasinya. 3.5.3 Diskusikan cara mencegah/ digunakan sebagai data dan
3.5 Kebutuhan yang mengontrol timbulnya dapat mengarahkan tindakan
tidak terpenuhi. halusinasi, serta cara memutus yang sesuai dilakukan.
halusinasi secara bertahap. 3.1.3 Cara-cara untuk
3.5.4 Beri kesempatan untuk mencegah/mengontrol
melakukan cara yang telah halusinasi mungkin adalah hal

70
dilatih. Evaluasi hasilnya dan yang baru dan perlu di
beri pujian jika berhasil. diskusikan sehingga
3.5.5 Dorong klien untuk memilih memungkinkan munculnya
cara yang akan digunakannya inisiatif klien untuk memilih
dalam menghadapi halusinasi. cara yang dianggapnya tepat,
serta aman bagi klien ataupun
3.5.6 Beri penguatan dan pujian orang lain/lingkungan
terhadap pilihan klien yang disekitarnya.
benar. 3.1.4 Reinforcement positif dapat
meningkatkan motivasi
mempertahankan/meningkatkan
tindakan positif yang sudah
pernah dilakukan.
3.1.5 Tindakan/cara yang dipilih
sendiri oleh klien akan lebih
diyakini dan tepat baginya
sehingga lebih efektif.
3.1.6 Meningkatkan rasa percaya diri
klien dan keyakinan terhadap
pilihannya.
TUK 2 : 6.3 Keluarga dapat 6.1.9 Lakukan kunjungan rumah 4.1.1 Hubungan saling percaya dapat
Klien dapat membina hubungan atau saat berkunjung terbina jika perawat dapat
memamfaatkan saling percaya perkenalkan identitas perawat menerima keluarga dan
system dengan perawat: dalam sebuah interaksi yang sebaliknya sehingga timbul rasa
pendukung atau a. Keluarga dapat hangat. aman.
keluarga. menerima 6.1.10 Jelaskan maksud dan 4.1.2 Penjelasan maksud dan tujuan
kehadiran tujuan interaksi. interaksi menurunkan
perawat. kecurigaan keluarga terhadap

71
b.Keluarga mau 4.2.1 Jelaskan peran dan tanggung perawat , sehingga hubungan
menjawab jawab keluarga sehingga dapat terjadi secara optimal.
pertanyaan dapat membantu klien 4.2.1 Pemahaman tentang peran dan
perawat. mengatasi masalahnya. tanggung jawab sangat
4.3.1 Diskusikan dengan keluarga berguna untuk mengkaji
tentang waham, gejala, cra persepsi keluarga terhadap
i. Keluarga dapat
merawat, lingkungan masalah yang pada akhirnya
menjelaskan peran
keluarga, follow up dan obat. dapat membantu klien
dan tanggung
4.3.2 Beri motivasi keluarga untuk 4.3.1 Menambah pengetahuan
jawabnya.
melaksanakannya. keluarga sehingga kooperatif.
c. Mau menjenguk
4.3.3 Beri umpan balik positif atas 4.3.2 Meningkatkan peran keluarga
klien
kesanggupan keluarga. dalam merawat klien .
d.Mau menerima
4.3.3 Meningkatkan harga diri dan
klien kembali
memperkuat hubungan saling
untuk dirawat di
percaya.
rumah.
4.3 Keluarga dapat
menjelaskan
tentang:
 Gejala halusinasi
 Cara merawat
klien halusinasi.
 Lingkungan
keluarga yang
mendukung.
 Follow up dan
obat.

72
TUK 4 : 5.3 Klien dapat 5.1.7 Diskusikan dengan klien dan 5.1.1 Pengetahuan klien tentang
Klien dapat menyebutkan keluarga tentang obat, dosis program pengobatan
menggunakan manfaat obat. dan akibat penghentian obat. memotivasi klien untuk
obat dengan 5.1.8 Diskusikan perasaan klien mematuhinya.
benar. setelah minum obat. 5.1.2 Untuk menentukan intervensi
5.1.9 Berikan obat dengan prinsip 5 selanjutnya.
benar. 5.1.3 Dengan minum obat secara
5.2.1 Bantu klien untuk teratur dan tepat dapat
memastikan bahwa klien mau mengontrol waham.
5.4 Klien teratur dalam minum obat secara teratur. 5.2.1 Mnegendalikan memotivasi
minum obat. 5.2.2 Beri reinforcement positif atas klien untuk meminuum obat
kerjasama klien dalam minum secara teratur.
obat. 5.2.2 Meningkatkan harga diri klien.
5.2.3 Observasi tanda dan gejala
yang terkait dengan efek 5.2.3 Deteksi dini terhadap hal-hal
samping obat. yang mungkin terjadi.

Tabel 5.4
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Nama Klien: Tn.S Ruang: PATIMURA Nomor CM: 817082
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi

73
1 2 3 4 5
Risiko TUM 1: Setelah dilakukan 2.1.1 Beri kesempatan untuk 2.1.1 Beri kesempatan untuk
Perilaku Klien dapat intervensi selama 3 x mengungkapkan mengungkapkan
kekerasan. mengidentifikasi pertemuan diharapkan perasannya perasaannya, dapat
perubahan perilaku klien : 2.1.2 Bantu klien untuk membantu mengurangi
kekerasa 2.1. Klien dapat mengungkapkan stress dan penyebab
mengungkapkan penyebab jengkel /kesal perasaan jengkel/kesal
perasaannya dapat diketahui
2.2. Klien dapat
mengungkapkan
penyebab perasaan
jengkel /kesal (dari
diri sendiri, dari
lingkunga/orang lain)
TUK 1 : 3.1. Klien dapat 3.1.1 Anjurkan klien i. Untuk mengetahui hal
Klien dapat mengungkapkan mengungkapkan yang yang dialami dan
mengidentifikasikan persaan saat marah / dialami saat dirasakan saat jengkel
tanda-tanda perilaku jengkel marah/jengkel
kekerasan
3.2. Klien dapat 3.1.2 Observasi tanda perilaku Untuk mengetahui
menyimpulkan tanda- kekerasan pada klien tanda-tanda klien
tanda jengkel/kesal 3.2.1 Simpulkan bersama klien jengkel/kesal
yang dialami tanda-tanda jengkel yang 3.2.1 Menarik kesimpulan
dialami klien bersama klien bersama
klien supaya klien
mengetahui secara garis
besar tanda-tanda
marah/kesal

74
TUK 2 : 4.1.Kien dapat 4.1.1 Anjurkan klien untuk 4.1.1 Mengeksplorasi
Klien dapat mengungkapkan mengungkapkan perasaan klien terhadap
mengidentifikasi perilakuk kekerasan perilaku kekrasan yang perilaku kekerasan an
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan biasa dilakukan klien biasa dilakukan
yang biasa dilakukan
4.2.Klien dapat bermain 4.2.1 Bantu klien bermain
4.2.1 Untuk mengetahui
peran dengan peran sesuai denga
perilaku kekerasan
perilaku kekerasan perilaku kekerasan yang
yang biasa dilakukan
yang biasa dilakukan. biasa dilakukan
dan dengan bantuan
4.3.Klien dapat 4.3.1 Bicarakan dengan klien
perawat bias
mengetahui cara apakah dengan cara
membedakan perilaku
yang biasa dapat yang klien lakukan
konstruktif dan
menyelsaikan maslah masalahnya selesai?
destriktif
atau tidak.
4.3.1 Dapat membantu klien
menemukan cara dalam
menyelesaikan masalah
TUK 3 : 5.1.Klien dapat 4.3.2 Bicarakan akibat/kerugian 5.3.1 Membantu klien untuk
Kien dapat menjelaskan akibat dari cara yang dilakukan menilai perilaku
mengidentifikasi dari cara yang klien kekerasan yang
akibat perilaku digunakan klien 4.3.3 Bersama klien dilakukannya
kekerasan menyimpulkan akibat cara 5.3.2 Dengan mengetahui
yang digunakan oleh klien akibat perilaku
4.3.4 Tanyakan pada klien kekerasan diharapkan
apakah dia ingin klien dapat merubah
mempelajari cara baru perilaku deskruptif
yang sehat menjadi konstruktif

75
5.3.3 Agar klien dapat
mempelajari cara yang
klien konstruktif
5. Klien dapat 6.1 Klien dapat melakukan 6.1.1 Tanyakan pada klien 6.1.1 Dengan
mengidentifikasi cara cara berrespon apakah ia ingin mengidentifikasi cara
konstruksi dalam terhadap kemarahan mempelajari cara baru yang konstruktif dalam
merespon terhadap secara konstruktif yang sehat merespon terhadap
kemarahan 6.1.2 Berikan pujian bila klien kemarahan dapat
mengetahui cara lain yang membantu klien
sehat menemukan cara yang
6.1.3 Diskusikan dengan klien baik untuk mengurangi
cara lain yang sehat : kejengkelannya
a. Secara fisik tarik nafas sehingga klien tidak
tarik nafas dalam jika stress lagi
sedang kesal/memukul 6.1.2 Reinforcement
bantal kasur atau olahraga positifsdapat
atau pekerjan yang memotivasi klien dan
memerlukan tenaga meningkatkan harga
b. Secara verbal katakana dirinya
bahwa anda sedang 6.1.3 Berdiskusi dengan
kesal/jengkel (saya kesal klien untuk memilih
anda berkata seperti itu, carayang lain sesuai
saya marah karena mama dengan kemampuan
tidak memenuhi keinginan klien
saya)
c. Secara social lakukan
dalam kelompok cara-cara
marah yang sehat : latihan

76
asumtif, latihan
manajemen, perilaku
kekerasan
d. Secara spritual anjurkan
klien sembahyang,
berdoa/ibadah lain :
meminta kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran,
mengadu pada Tuhan
tentang kekerasan /
kejengkelannya.
TUK 4 : 7.1. Klien dapat 6.1.4 Bantu klien memilih cara 7.1.1 Memberikan stimulasi
Klien dapat mendemontrasikan yang paling tepat untuk kepada klien untuk
mendemostrasikan cara mengontrol klien menilai respon
cara mengontrol perilaku kekerasan 6.1.5 Bantu klien perilaku kekerasan
kekerasan o Fisik tarik nafas menngidentifikasi secara cepat
dalam, olah raga, manfaatcarayang dipilih 7.1.2 Membantu klien dalam
menyiram 6.1.6 Bantu klien untuk membuat keputusan
tanaman menstimulasi cara terhadap cara yang
o Verbal : tersebut (role play) tepat dipilihnya
mengatakannya 6.1.7 Beri reinforcementpositif dengan melihat
secara langsung atau keberhasilan klien manfaat
dengan tidak menstimulasi cara 7.1.3 Agar klien mengetahui
menyakiti tersebut cara marah yang
o Spritual : 6.1.8 Anjurkan klien untuk konstruktif
Sembahyang, menggunakan cara yang 7.1.4 Pujian dapat
berdoa, atau telah dipelajari saat meningkatkan
ibadah klien jengkel atau marah

77
motivasi dan harga diri
klien

7.1.5 Agar klien dapat


melaksanakan cara
yang dapat dipihnya
jika ia sedang kesal
/jengkel
TUK 5 : 8.1. Keluraga klien dapat : 7.1.6 Identifikasi kemampuan 8.1.1 Kemampuan keluarga
Klien mendapatkan o Menyebutkan cara keluarga merawat klien dalam
dukungan keluarga merawat klien yang dari sikap apa yangtelah mengidentifikasi dan
dalam mengontrol berperilaku kekerasan dilakukan keluarga memungkinkan
perilaku kekerasan o Mengungkapkan rasa terhadap klien selama ini keluarga untuk
puas dalam merawat 7.1.7 Jelaskan peran serta melakukan penilaian
klien keluarga dalam merawat terhadap perilaku
klien. kekerasan
7.1.8 Jelaskan cara-cara 8.1.2 Meningkatkan
merawat klien : pengetahuan keluarga
a. Terka : dengan cara tentang cara merawat
mengnontrol perilaku klien sehingga
marah secara keluargaterlihat dalam
konstruktif perawatan kllien
b. Sikap tenang, 8.1.3 Agar keluarga dapat
bicaratenagdan jelas merawat klien dengan
c. Membantu klien perilaku kekerasan
mengenal penyebab
marah 8.1.4 Agar keluarga dapat
mengetahui cara

78
7.1.9 Bantu keluar merawat klien melalui
mendemonstrasikan cara demonstrasi yang
merawat klien dilihat keluarga secara
7.1.10 Bantu keluarga langsung
menngungkapkan 8.1.5 Mengeksplorasi
perasaannya setelah perasaan keluarga
melakukan demonstrasi setelah melakukan
demonstrasi
TUK 6 : 8.2 Menyebutkan obat- 91.1 Jelaskan obat-obat yang 9.1.1 Klien dan keluarga
Klien dapat obatn yang diminum dimunum klien pada dapat mengetahui
menggunakan obat- dan kegunannya klien dan keluarga nama-nama obat yang
obatan yang (jenis,waktu, efek). 9.1.2 Diskusikan diminum oleh klien
diminum dan 8.3 Klien dapat minum manfaatminum obatdan 9.1.2 Klien dan keluarga
kegunannya (jenis, obat sesuai program kerugian berhenti dapat mengetahui
waktu, dosis dan pengobatan minum obattanpa seijin kegunaan obat yang
efek) dokter dikonsumsi klien
9.2.1 Jelaskan prinsip benar 8.3.1 Klien dan keluarga
minum obat, baca nomor mengetahui prinsip
yang tertera pada botol benar agar tidak terjadi
obat, dosis obat, waktu kesalahan dalam
dan cara minum) mengkonsumsi obat
9.2.2 Ajarkan klien minta 8.3.2 Klien dapat memiliki
obat dan minum tepat kesadaran pentingnya
waktu minum obatdan
bersedia minum obat
dengan kesadaran
9.2.3 Anjurkan klien sendiri
melaporkan pada

79
perawatatau dokter jika 8.3.3 Mengetahui efek
merasakan efek yang samping sendiri sedini
tidak menyenangkan mungkin sehingga
9.2.4 Beri pujian jika klien tindakan dapat
minum obatdengan dilakukan sesegera
benar mugkin untuk
menghidari komplikasi
8.3.4 Reinforcement
positifdapat
memotivasi keluarga
dan klien serta dapat
meningkatkan harga
diri

80
81

5. CATATAN PERKEMBANGAN
Tabel 6.4
Initial nama: Tn.S Ruangan : Pattimura No RM: 817082

HARI/ NO. DX TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI NAMA/


TGL/ KEP/ PARAF
JAM SP
Senin I 1. Membina hubungan saling Subjektif:
10/04/17 Harga Diri percaya  Klien
0:30- Rendah 2. Mengidentifikasi berbincang –
10:20 SP: 1p kemampuan dan aspek bincang dan Hamba
positif yang dimiliki pasien mau
3. Membantu pasien menilai memperkenl
kemampuan pasien yang kan diri
masih dapat digunakan  Klien
4. Membantu pasien memilih mengatakan
kegiatan yang akan dilatih “ saya bisa
sesuai dengan kemampuan menyapu
pasien lantai,
5. Melatih pasien sesuai mengepel,
kemampuan bernyanyi,
6. Memberikan pujian yang membuat
wajar terhadap keberhasilan puisi, dan
pasien merpihkan
7. Menganjurkan pasien tempat
memasukan dalam jadwal tidur”.
kegiatan harian  Klien
melakukan
tindakan
menyapu
lantai.
 Klien
mengatakan
senang
setelah
diajarkan
cara
menyapu
lantai
ruangan
kamar
 Objektif:
Klien menyapu
lantai ruangan
kamar klien
dengan
didampingi oleh
perawat

81
82

Analisa :
Harga diri rendah
klien mulai
berkurang
terbukti klien
mampu
melakukan
aktivitas bersama
sama
Perencanaan:
Meningkatkan
kemampuan dan
aspek positif
yang mampu
klien lakukan
dengan menyapu
lantai kamar
klien.
Selasa II 1. Mengevaluasi jadwal Subjektif :
11/04/17 Harga Diri kegiatan harian pasien.  Klien
09:20- Rendah 2. Melatih kemampuan kedua. mengatakan ’”
11:30 SP : 2 p 3. Menganjurkan pasien saya sudah Hamba
memasukan dalam jadwal menyapu
kegiatan harian. rungan kamar”
klien
melakukan
tindakan
sesuai dengan
yang sudah
diajarkan
sebelumnya.
 Klien
melakukan
kemampuan
yang kedua
sesuai yang
telah dipilih
oleh klien.

Objektif:
 Klien
memasukan
kegiatan
kedua
kedalam
jadwal harian
 Klien mampu
menunjukan
kemampuan
yang dimiliki

82
83

dengan
bernyanyi
bersama
perawat.
Analisa:
Harga Diri
Rendah
berkurang
Perencanaan:
Meningkatkan
kegiatan tentang
pelaksanaan
kemapuan klien
dengan bernyayi.
Rabu III 1. Mengidantifikasi penyebab Subjektif:
12/04/17 Isolasi isolasi sosial  Klien
15:30- Sosial 2. Keuntungan punya teman mengatakan
16:10 SP : 1 p dan bercakap-cakap mengertin Hamba
3. Kerugian tidak punya keuntungan
teman dan bercakap-cakap dan kerugian
4. Latih berkenalan dengan tidak
pasien/perawat/tamu mempunyai
5. Masukan pada jadwal teman dan
kegiatan harian berkenalan bercakap –
cakap.
 Klien berlatih
berkenalan
dengan
perawat.

Objektif:
 Klien
memasukan
kegiatan
berkenalan
kedalam
jadwal harian
 Klien
berkenalan
dengan
perawat
Analisa:
Isolasi Sosial
mulai berkurang,
terbukti klien
berkomunikasi
dengan perawat.
Perencanaan:

83
84

Anjurkan klien
untuk
berbincang-
bincang dan
berkenalan
dengan orang
lain.

Rabu Isolasi 1. Mengevalusi jadwal Subjektif:


12/04/17 sosial kegiatan harian pasien.  Klien
16.10- SP: 2 p 2. Memberikan kesempatan mengatakan
16.40 kepada pasien “saya merasa Hamba
mempraktekan cara senang bisa
berkenalan dengan satu mempunyai
orang. banyak
3. Membantu pasien teman”.
memasukan kegiatan  Klien
berbincang-bincang berkenalan
dengan orang lain sebagai dengan satu
salah satu kegiatan harian. orang
temannya
Objektif:
 Klien
memasukan
kegiatan yang
sudah
dilakukan
kedalam
jadwal harian.
 Klien
berkenalan
dengan satu
orang
Analisa:
Isolasi sosial
berkurang,
terbukti klien
mampu
berinteraksi.
Perencanaan:
Anjurkan klien
untuk
mempraktikan
cara berkenalan
2x sehari pagi
dan sore.
Kamis IV 1. Mengidentifikasi jenis Subjektif :
13/04/17 Halusinasi halusinasi pasien.  Klien
14:20 – SP : 1 p 2. Mengidentifikasi isi mengatakan
15:15 halusinasi pasien. ”saya pernah Hamba

84
85

3. Mengidentifikasi waktu mendengar


halusinasi pasien. suara-suara
4. Mengidentifikasi frekuensi yang
halusinasi pasien. menyuruh
5. Mengidentifikasi situasi untuk
yang menimbulkan memukulbap
halusinasi. ak saya.”
6. Mengidentifikasi respons  Klien
pasien terhadap halusinasi mengatakan
7. Mengajarkan pasien “suara – suara
menghardik halusinasi. itu datang
8. Menganjurkan pasien ketika malam
memasukan cara hari saat saya
menghardik halusinasi susah tidur.”
dalam jadwal kegiatan  Klien
harian. menghardik
suara – suara
dengan
membaca
“ Astaghfirull
ah”
Objektif
 Klien
memasukan
kegiatan
menghardik
kedalam jawal
harian
 Klien
melakukan
menghardik
halusinasi
sesuai yang
sudah
diajarkan.
Analisa:
Halusinasi
Pendengaran
tidak ada
Perencanaan:
Anjurkan klien
untuk
menghardik jika
suara-suara itu
muncul lagi.
Jum’at V 1. Mengidentifikasi penyebab Subjektif:
14/04/17 Resiko PK  Klien
08.20- Perilaku 2. Mengidentifikasi tanda dan mengatakan
09.00 Kekerasan gejala PK “saya pernah
SP:1 p memukul Hamba

85
86

3. Mengidentifikasi PK yang bapak saya


biasa dilakukan dan orang
4. Mengidentifikasi akibat sekitar yang
PK ada”.
5. Menyebutkan cara  Klien
mengontrol PK melakukan
6. Membantu pasien latihan cara
mempraktekan latihan cara satu untuk
mengontrol fisik I mengontrol
7. Menganjurkan pasien PK.
memasukan dalam
kegiatan harian Objektif:
 Klien
memasukan
kegiatan yang
dilakukan
kedalam
jadwal harian
 Klien
melakukan
cara
mengontrol
fisik.
Analisa:
Resiko perilaku
kekerasan
Perencanaan:
Melatih nafas
dalam 3x sehari
dan memasukan
kegiatan latihan
nafas dalam
kedalam jadwal
kegiatan harian.
Jum’at V 1. Mengevaluasi jadwal Subjektif:
14/04/17 Resiko kegiatan harian pasien  Klien
12.45- Perilaku 2. Menjelaskan cara mengatakan
13.05 Kekerasan mengontrol PK dengan “saya merasa Hamba
SP: 2 p minum obat lebih tenang
3. Menganjurkan pasien dari
memasukan dalam jadwal sebelumnya,d
kegiatan harian an saya sudah
bisa
mengontrol
dan
mengantisipas
i emosi”.
 Klien
mengenal obat
dan meminum

86
87

obat untuk
mengontrol
emosinya.

Objektif:
 Klien
memasukan
kedalam
jadwal
kegiatan.
 Klien
mengenal obat
yang
dikonsumsi
klien dan
menggunakan
obat secara
teratur dan
kerugian jika
tidak
menggunakan
obat
Analisa:
Resiko perilaku
kekerasan
Perencanaan:
Menganjurkan
klien untuk
menggunakan
obat dengan
tepat waktu.
Jum’at Harga Diri a. SP : I Subjektif :
14/0417 Rendah 1) Mendiskusikan  Keluarga
13.15- SP : 1,2,3 masalah yang mengatakan
13.40 Keluarga dirasakan keluarga senang dengan Hamba
dalm merawat diskusi yang
klien telah
2) Menjelaskan dilakukan.
pengertian, tanda  Keluarga
dan gejala harga mengatakan
diri rendah yang akan sering
dialami klien kontrol ke poli
beserta proses jiwa
terjadinya Objektif :
3) Menjelaskan cara- Keluarga
cara merawat klien menyebutkan
harga diri rendah gejala penyakit
b. SP : II anaknya.
1) Melatih keluarga Analisa :
mempraktekan

87
88

cara merawat klien Keluarga


dengan harga diri mengerti tentang
rendah apa yang
2) Melatih keluarga disampaikan oleh
melakukan cara perawat
merawat langsung Perencanaan :
kepada klien harga Anjurkan
diri rendah keuarga untuk
c. SP : III membuat jadwal
1) Membantu minum obat klien
keluarga membuat
jadwal aktivitas
dirumah termasuk
minum obat
(discharge
planning)
2) Menjelaskan
follow up klien
setelah pulang

88
89

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil Studi Kasus yang dilakukan di ruang Pattimura

RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon pada Klien Tn. S dengan masalah

utama harga diri rendah kronis, Pada bab ini penulis akan membandingkan

tentang kesenjangan antara teori dan kenyataan, Selanjutnya penulis

mencoba membahas kesenjangan mulai dari pengkajian, diagnose

keperawatan , rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi termasuk

faktor penghambat dan penunjang dalam melaksanakan asuhan

keperawatan.

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

Hasil interpretasi penelitian yang di peroleh pada klien dengan maslah

utama Harga Diri Rendah di ruang Pattimura RSUD Arjawinangun

Kabupaten Cirebon sebagai berikut :

a. Pengkajian

Harga diri rendah kronis merupakan perasaan tidak berharga,

tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif

terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (keliat, 2011).

Terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan orang tua

yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang

mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada

orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009). Tanda

dan gejala yang muncul pada harga diri rendah menurut fitria

(2009) yaitu mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu,

89
90

pandangan hidup yang pesimistis, tidak menerima pujian,

penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemempuan diri,

kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi

selera makan berkurang, tidak berani menatap lawan bicara,

lebih banyak merunduk, dan bericara lambat dengan nada suara

lemah. Hasil penelitian dari klien dengan masalah utama harga

diri rendah yang ditemukan pada Tn. S adalah klien sering

mengamuk dirumah dengan merusak lingkungan seperti

memecah piring, membanting pintu, keluarga klien

mengatakan, klien sering memukuli kedua orang tuanya dan

orang lain disekitarnya, klien merasa tidak berharga karena

keinginan untuk menikah tidak terpenuhi, merasa malu dengan

keadaan kehilangan sebagian anggota tubuhnya yaitu kaki kiri

yang merupakan yang disukai klien karena luka pasung, klien

merasa kesal dengan keadaanya.

Faktor penghambatan yang penulis alami pada pengkajian

klien dengan maslah utama harga diri rendah kronis pada Tn. S

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yang dikelola oleh

penulis dimana kasus penulis ketika dikaji ada riwayat resiko

perilaku kekerasan sehingga penulis mengkjai terlebih dahulu,

selanjutnya difokuskan kepada masalah utama yaitu harga diri

rendah, sedangkan pada teori tidak ditemukan. Pada saat

mengkaji penulis kesulitan untuk mengumpulkan data klien

90
91

dikarenakan klien tidak dapat berkonsentrasi penuh dan sering

memalingkan pandangan ketika diwawancara.

Alternatif yang penulis lakukan untuk mengatasi hambatan

tersebut adalah melakukan kunjungan rumah yang dilakukan

penulis untuk melengkapi data pengkajian klien, serta

memanfaatkan keluarga ketika menjenguk klien dirumah sakit,

dan bekerjasama dengan perawat untuk melengkapi data klien.

Hasil alternatif dari kunjungan rumah penulis mendapatkan

tambahan data unuk melengkapi data pengkajian klien.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus harga diri

rendah menurut Fitria & Yosep (2009) ada empat diagnosa yaitu

Harga diri rendah, Koping individu tidak efektif, Isolasi Sosial,

dan Resiko perilaku kekerasan. Pada kasus Tn. S yang penulis

tangani terdapat gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran, sehingga penulis mengangkat empat diagnosa

keperawatan sesuai dengan keadaan Tn. S dan difokuskan pada

diagnose utama harga diri rendah.

Faktor penghambatan yang penulis alami dalam menentukan

diagnosa pada Tn. S adalah terdapat kesenjangan diagnosa antara

teori dengan klien. Serta adanya gangguan persepsi sensori :

Halusinasi pendengaran yang dialami klien yang menyulitkan

ketika mengangkat diagnosa utama.

91
92

Alternatif yang dilakukan penulis untuk mengangkat

diagnosa klien adalah dengan mengkaji klien dan mengangkat

semua diagnosa yang ditemui pada diri klien dan memfokuskan

pada maslah utama harga diri rendah serta berkonsultasi dengan

pembimbing / CI dirumah sakit dalam menentukan diagnosa.

Hasil alternatif penulis mengangat diagnose harga diri

rendah, isolasi sosial, halusinasi pendengaran, dan resiko perilaku

kekerasan

c. Perencanaan

Proses perencanaan yang terdiri dari tujuan kriteria hasil

intervensi dan rasional, pada teori perencanaan dilakukan pada

satu diagnosa utama yaitu harga diri rendah. Pada kasus Tn. S

yang ditangani penulis terdapat 4 diagnosa dengan diagnose

utama harga diri rendah sehingga penulis membuat 4 perencanaan

keperawatan serta memprioritaskan masalah utama klien yang

sesuai dengan keadaan dan kebutuhan klien.

Faktor penghambat yang penulis alami adalah

kesenjangan antara teori dan kasus pada Tn. S yang penulis

tangani terdapat perbedaan dalam perencanaan keperawatan

dimana teori hanya satu perencanaan keperawatan pada masalah

utamanya saja, sedangkan penulis merencanakan empat

perencanaan keperawatan sesuai dengan keadaan Tn. S.

92
93

Alternatif yang bisa dialakuakan oleh penulis untuk

mengatasi masalah tersebut adalah dengan membuat empat

perencanaan keperawatan ketika bertemu dengan Tn. S.

Hasil alternative penulis dapat merencanakan dengan

menggunakan empat perencanaan.

d. Implemntasi

Implementasi ini merupakan pengelolaan dan perwujudan

dari Rencana Keperawatan yang telah disusun pada tahap

perencanaan (Riyadi & Purwanto, 2009 : 95). Implementasi

menggunakan langkah-langkah komunikasi terpeutik yang terdiri

dari fase terapeutik, fase kerja dan fase terminasi. Implementasi

yang ada pada teori hanya satu yaitu harga diri rendah. Hasil yang

didapat pada kasus Tn. S dengan masalah utama harga diri rendah

kronis terdapat empat diagnosa, tidak semua penulis dapat

implementasikan sehingga penulis memfokuskan pada masalah

utama saja, yang dapat penulis implementasikan adalah dimulai

dari harga diri rendah yaitu mengidentifikasi kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki klien, membantu menilai kemampuan

klien yang masih dapat digunakan, memilih kegiatan dan melatih

sesuai dengan kemampuan klien, melatih kemampuan klien, serta

memberi pujian terhadap keberhasilan klien, mengevalusi

kegiatan harian klien, serta melatih kemampuan kedua. Penulis

dapat melakukan implementasi pada keluarga dengan harga diri

93
94

rendah yaitu mendisukusikan masalah yang dirasakan keluarga

dengan merawat klien, menjelaskan pengertian tanda dan gejala

serta proses terjadinya, menjelaskan cara merawat klien, dan

melatih keluarga mempraktekan cara merawat klien, melatih

keluarga melakukan cara merawat langsung pada klien, serta

membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk

minum obat dan menjelaskan follow up klien setelah pulang.

Diagnosa isolasi sosial penulis dapat mengidentifikasi penyebab

isolasi sosial klien, berdiskusi tentang keuntungan berinteraksi

dan kerugian tidak berinteraksi, mengajarkan cara berkenalan,

serta memberikan kesempatan pada klien untuk mempraktekan

cara berkenalan. Pada diagnose halusinasi penulis dapat

mengidentifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi yang

menimbulkan halusinasi, respon yang dilakukan klien, serta

mengajarkan menghardik halusinasi. Serta diagnose resiko

perilaku kekerasan yang penulis dapat implemntasikan pada Tn.

S adalah mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, perilaku

kekerasan yang biasa dilakukan, akibata perilaku kekerasan, cara

mengontrol perilaku kekerasan, membantu mempraktekan cara

mengontrol fisik 1 atau nafas dalam serta menjelaskan cara

mengontrol prilaku kekerasan dengan minum obat.

94
95

Faktor penghambat yang penulis alami pada kasus Tn. S

adalah keadaan klien yang sering berubah – ubah sehingga

penulis kesulitan dalam mengimplementasi keperawatan.

Alternatif yang penulis lakukan dalam implemetasi pada

kasus Tn. S adalah meningkatkan frekuensi pertemuan dan

komunikasi terapeutik pada klien.

Hasil alternative penulis mendapatkan kemudahan dalam

mengimplementasi dengan klien.

d. Evaluasi

Hasil yang diharapkan pada kasus harga diri rendah menurut

Riyadi & Purwanto (2009) yaitu, Ancaman integritas fisik atau

harga diri rendah klien sudah berkurang, perilaku klien

menunjukan kemampuan dalam menerima, menghargai dan

meyakini diri sendiri, sumber koping yang adekuat sudah dimiliki

klien dan digunakannya, klien dapat memperluas kesadaran diri,

menyelidiki dan mengevaluasi diri, klien menggunakan respon

koping yang adaptif, klien sudah mempelajari strategi baru untuk

beradaptasi dan meningkatkan aktualisasi diri, serta klien sudah

menggunakan pemahaman yang tinggi tentang diri sendiri untuk

meningkatkan pertumbuhan kepribadian. Evaluasi klien Tn. S yang

penulis tangani yaitu mampu membina hubungn saling percaya

dengan penulis, mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki klien dibuktikan dengan klien melakukan menyapu

95
96

lantai kamarnya, membantu klien menilai kemampuan pasien yang

masih digunakan dibuktikan dengan klien bisa bernyanyi,

membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan

kemampuan dibuktikan klien dapat memilih kegiatan yang ingin

dilatih yaitu bernyanyi, melatih klien sesuai kemampuannya, dan

menganjurkan kepada klien untuk memasukan kegiatanya dalam

jadwal kegiatan harian. Lalu dilanjut dengan mengevaluasi

kegiatan harian klien, melatih kemampuan kedua dibuktikan

dengan melatih kegiatan mengepel lantai.

Faktor penghambat yang penulis alami dalam evaluasi

keperawatan adalah kurangnya keluarga dalam menjenguk klien

sehingga evaluasi dilakukan pada klien dirumah sakit saja.

Alternatif yang dilakukan penulis melakukan kunjungan

rumah untuk dapat melaksanakan implementasi serta evalusi pada

keluarga klien yang belum sempat dilakukan dirumah sakit.

Hasil alternative melakukan kunjungan rumah penulis dapat

melanjutkan implementasi serta evaluasi yang belum sempat

dilakukan di rumah sakit.

2. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari di dalam penelitian ini terdapat beberapa

kekurangan dan keterbatasan yang dapat dijadikan pertimbangan

bagi penelitian selanjutnya. Keterbatasan dalam penelitian ini

adalah:

96
97

a. Penulis mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian

yang dikarenakan keterbatasan dalam mengkaji data klien

dikarenakan kurangnya keluarga dalam menjenguk klien

sehingga data didapat dari klien saja.

b. Dalam kasus yang ditangani oleh penulis klien merupakan

klien rawat jalan yang tidak teratur dalam memeriksakan

keadannya ke poliklinik jiwa sehingga saat dikaji penulis

mengalami kesulitan dikarenakan tidak adanya dorangan

keluarga dalam merawat klien.

c. Penulis mengalami kesulitan dalam membandingkan data

pengkajian dikarenakan penulis hanya mengkaji satu pasien

tidak membandingkan antara satu pasien dengan pasien

lainnya dalam kasus yang sama.

d. Penulis mengalami keterbatasan dalam membandingkan

tempat penelitian yang berbeda dikarenakan hanya satu lokasi

yang ditentukan yaitu Rumah Sakit Arjawinangun Kabupaten

Cirebon.

e. Penulis mengalami kesulitan dalam penelitian dikarenakan

kesalah pahaman dan kurang koordinasinya antara pihak

institusi dan pihak rumah sakit saat melakukan perijinan

kegiatan.

3. Implikasi Untuk Keperawatan

a. Implikasi terhadap penelitian keperawatan

97
98

Hasil penelitian mengenai klien Tn. S dengan masalah

Harga Diri Rendah di ruang Patimura RSUD Arjawinangun

Kabupaten Cirebon dapat mengembangkan ilmu, pendidikan dan

praktik keperawatan yang sesuai dengan masalah yang diambil.

b. Implikasi terhadap pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk

lebih memperhatikan perawatan yang dilakukan pada klien dengan

masalah utama harga diri rendah serta dapat dijadikan bahan

masukan dalam memperluas ilmu khususnya dalam rangka

peningkatan mutu pelayanan keperawatan jiwa.

c. Implikasi terhadap pendidikan keperawatan

Asuhan keperawatan yang dilengkapi dengan perkembangan

teori terbaru, sosialisasi, peningkatan riset tentang asuhan

keperawatan dengan masalah utama harga diri rendah kronis

diharapkan dapat memberikan dampak dan stimulus untuk

melangkapi referensi terbaru di pendidikan

98
8

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada pengkajian Tn. S dengan masalah utama harga diri rendah kronis

adalah klien merasa tidak berharga, tidak berarti serta evaluasi negatif

terhadap diri sendiri, dan kejadian itu terjadi saat keinginan menikah klien

tidak terpenuhi.

Data yang didapatkan penulis dari pengkajian pada klien dengan

masalah utama harga diri rendah penulis menegakan empat diagnosa

keperawatan yaitu, harga diri rendah, isolsi sosial, resiko halusinasi

pendengara , serta resiko perilaku kekerasan.

Penyusunan rencana keperawatan yang telah direncanakan penulis

membuat 4 diagnosa dengan diagnosa utama harga diri rendah, serta

memprioritaskan masalah utama klien yang sesuai dengan keadaan dan

kebutuhan klien.

Hasil Implementasi yang didapat pada kasus Tn. S dengan masalah

utama harga diri rendah kronis terdapat empat diagnosa , tidak semua penulis

dapat implementasikan sehingga penulis memfokuskan pada masalah utama

saja.

Evaluasi klien Tn. S yang penulis tangani yaitu mampu membina

hubungn saling percaya dengan penulis, mengidentifikasi kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki klien dibuktikan dengan klien melakukan


9

menyapu lantai kamarnya, membantu klien menilai kemampuan pasien

yang masih digunakan dibuktikan dengan klien bisa bernyanyi, membantu

klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan

dibuktikan klien dapat memilih kegiatan yang ingin dilatih yaitu bernyanyi,

melatih klien sesuai kemampuannya, dan menganjurkan kepada klien untuk

memasukan kegiatanya dalam jadwal kegiatan harian. Lalu dilanjut dengan

mengevaluasi kegiatan harian klien, melatih kemampuan kedua dibuktikan

dengan melatih kegiatan mengepel lantai.

B. Saran

1. Pada pengkajian sebaiknya melakukan kunjungan rumah untuk

melengkapi data pengkajian yang belum terkaji.

2. Dalam melakukan pengkajian sebaiknya memanfaatkan keluarga ketika

menjenguk klien.

3. Untuk mengangkat diagnosa sebaiknya memfokuskan pada masalah

utama, mengkaji data mayor dan minor dan berkonsultasi dengan

pembimbing / CI karena akan memudahkan untuk menetapkan diagnosa.

4. Dalam melaksanakan implementasi sebaiknya meningkatkan frekuensi

pertemuan dan komunikasi terapeutik pada klien.


10

LAMPIRAN
11

Lampiran 1

INSTRUMEN PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruang Rawat :......................


Tanggal dirawat :......................

I. IDENTITAS KLIEN
Nama :............... (L/P) Umur :........ th

No. CM : ...........................................

Tanggal pengkajian : ............................

II. ALASAN MASUK


...............................................................................................................

..............................................................................................................

III. FAKTOR PREDIS POSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu ?

- Ya - Tidak

2. Pengobatan sebelumnya

- Berhasil - Kurang berhasil - Tidak berhasil

3. Trauma Usia Pelaku Korban Saksi

Aniaya fisik ____ _____ _____ _____

Aniaya seksual ____ _____ _____ _____

Penolakan ____ _____ _____ _____

Kekerasan dl klg ____ _____ _____ _____

Tind. Kriminal ____ _____ _____ _____


12

Jelaskan :..........................................................................................
. …………………………………………………………….……

Masalah Keperawatan :…………………...........……………………

4. Adakah Anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa :

- Ada - Tidak

Kalau ada :
Hub. Klg :……………………………………………………….……

Gejala :.....................................................................................
Riwayat Pengobatan/perawatan :....................................................................

Masalah Keperawatan : ................................................................

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ?

Masalah keperawatan ___________________________________

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda vital : TD ……..… mmHg N ….… X/min S ….... P ….…

2. Ukuran : BB.. ..… kg TB ….… cm

3. Keluhan fisik :_______________________________________________


Jelaskan :…………………………………….…………………………..

Masalah Kep.:___________________________________________
13

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Jelaskan _____________________________________________
____________________________________________________
Masalah Keperawatan.: _________________________________

2.Konsep Diri
a. Citra tubuh

b. Identitas diri

c. Fungsi Peran

d. Ideal diri

e. Harga diri

Masalah keperawatan : ________________________________________

3. Hubungan Sosial
a.Orang yang berarti / Orang terdekat
14

b.Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Masalah Keperawatan :. ____________________________________

4.Spiritual
a. Nilai dan keyakinan

b. Kagiatan ibadah / menjalankan keyakinan

c. Kepuasan dalam menjalankan kayakinan

Masalah keperawatan.____________________________________

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
- Tidak rapi
- Penggunaan pakaian tdk sesuai
- Cara berpakaian tidak seperti biasa
Jelaskan
____________________________________________________
Masalah Keperawatan.: _________________________________

2. Pembicaraan
- Cepat - Keras
- Inkoheren - Gagap
- Lambat - Membisu
- Tdk mampu memulai pembicaraan
15

Jelaskan ___________________________________________________
Masalah Kep.: _______________________________________

3. Aktifitas motorik
- Lesu - Tegang - Gelisah - Agitasi
- Tik - Grimasem - Tremor - Kompulsif
Jelaskan ___________________________________________________
Masalah Kep.: _______________________________________

4. Alam perasaan
- Sedih - Ketakutan - Khawatir - Putus Asa
- Gembira berlebihan
Jelaskan ___________________________________________________
Masalah Kep.: _______________________________________

5. Afek
- Datar - Tumpul - Labil - Tidak Sesuai
Jelaskan ___________________________________________________
Masalah Kep.: _______________________________________

6. Interaksi selama wawancara


- Bermusuhan - Kontak mata (-)
- Tidak kooperatif - Defensif
- Mudah tersinggung - Curiga
if - Curiga
Jelaskan
____________________________________________________
Masalah Kep.: ________________________________________

7. Persepsi
Halusinasi
- Pendengaran - Penglihatan - Perabaan

- Pengecapan - Penghidu

Jelaskan ___________________________________________________
Masalah Kep.: _______________________________________

8. Proses Fikir
- Sirkumtansial - Tangensial - Kehilangan asosiasi
- Flight of ideas - Blocking
- Pengulangan pembicaraan ( perseverasi/perbigerasi)

Jelaskan ___________________________________________________
16

Masalah Kep.: _______________________________________

9. Isi Fikir
- Obsesi - Fobia - Hipokondria
- Depersonalisasi - Ide yang terkait - Pikiran magis
Waham :
- Agama - Somatik - Kebesaran - Curiga
- Nihilistik - Sisip Pikir - Siar Pikir - Kontrol pikir
Jelaskan ___________________________________________________
Masalah Kep.: _______________________________________

10. Tingkat Kesadaran


- Bingung - Sedasi - Stupor
Disorientasi
- Waktu - Tempat - Orang
Jelaskan ___________________________________________________
Masalah Kep.: _______________________________________

11. Memori
- Gangguan daya ingat jangka panjang
- Gangguan daya ingat jangka pendek
- Gangguan daya ingat saat ini
- Konfabulasi
Jelaskan ___________________________________________________
Masalah Kep.: _______________________________________

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


- Mudah beralih
- Tidak mampu berkonsentrasi
- Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan ___________________________________________________
Masalah Kep.: _______________________________________
13. Kemampuan penilaian
- Gangguan ringan - Gangguan bermakna
Jelaskan ___________________________________________________
Masalah Kep.: _______________________________________

14. Daya Tilik Diri


- Mengingkari peny. Yg diderita
- Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan _____________________________________________
Masalah Kep.: ________________________________________

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
17

- Bantuan minimal - Bantuan total

2. BAB/BAK

- Bantuan minimal - Bantuan total

3. Mandi

- Bantuan minimal - Bantuan total

4. Berpakaian/berhias

- Bantuan minimal - Bantuan total

5. Istirahat dan tidur

Tidur siang, lama :_______________ s.d. _________________


Tidur malam, lama : _______________ s.d. _______________

Akatifitas sebelum / sesudah tidur ______ s.d. _____________

6. Penggunaan obat

- Bantuan minimal - Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan

Ya Tidak
Perawatan lanjutan

Sistem pendukung

8. Aktifitas di dl rumah

Ya Tidak
Mempersiapkan makanan

Menjaga kerapihan rumah

Mencuci pakaian

Mengatur keuangan
18

9. Aktifitas di luar rumah

Ya Tidak
Belanja

Transfortasi

Lain-lain

Jelaskan
____________________________________________________
Masalah Kep.: ________________________________________

VIII. POLA DAN MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
- Bicara dg org lain - Minum alcohol
- Mampu menyelesaikan masalah - Reaksilambat/berlebih
- Aktifitas konstruktif - Menghindar
- Olahraga - Mencederai diri
- Lainnya - Lainnya
Jelaskan _______________________________________________
Masalah Kep.: ___________________________________________

IX. ASPEK MEDIK


Diagnose Medik :

_______________________________________________________________

Terapi Medik

_______________________________________________________________

X. ANALISA DATA

DATA MASALAH

1.a. subyektif :........................... ....................................................

..............................
19

b. Obyektif : ...........................

...........................

2. a. Subyektif : ........................... ...................................................


..........................

b. Obyektif :............................

XI. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

.............................................................................................................

.............................................................................................................

XII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

............................................................................................................

............................................................................................................
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Lampiran 3

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama

Harga Diri Rendah

B. Proses terjadinya masalah

1. Definisi Harga Diri Rendah

Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri

termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak

berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. (Depkes RI,2008 dikutip

oleh Nurarif & Kusuma, 2015)

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti,dan

rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri

sendiri dan kemampuan diri.( Keliat & Akemat, 2013 )

Harga diri rendah adalah perasaan individu tentang dirinya sendiri

termasuk perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang

berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan

kemampuan diri.

2. Klasifikasi

Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi

secara:

a. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus

operasi, kecelakaan, dicerai suamsi/istri, putus sekolah, putus hubungan


29

kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban pemerkosaan, dituduh

KKN, dipenjara tiba-tiba).

b. Kronik ,yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu

sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang

negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif

terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon maladaptif. Kondisi

ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau pada

klien gangguan jiwa. (Yosep 2009 dikutip oleh Damaiyanti dan

Iskandar, 2012)

3. Mekanisme Koping

Harga diri rendah merupakan komponen Episode depresi mayor, dimana

aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment ( Stuart & Laraia,

2005 dikutip oleh Direja 2011 : 143 ). Tanda dan gejala yang dimunculkan

sebagai perilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik

yang meliputi mengatakan hal yang negatif tentang diri sendiri dalam waktu

lama dan terus menerus, mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah,

kontak mata kurang/tidak ada, selalu mengatakan ketidak

mampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain

tidak asertif , pasif dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak

umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negatif mengenai

dirinya.

Mekanisme koping jangka pendek yang biasanya dilakukan klien harga

diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari smentara dari krisis,
30

misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.

Kegiatan mengganti identitas sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi

atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas

sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan.

Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang

diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka

panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat

mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa

menghindari hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. Identitas negatif,

dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.

Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah

fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik

pada diri sendiri dan orang lain. Terjadinya gangguan konsep diri harga diri

rendah kronis juga dipengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti faktor

biologis, psikologis, sosial dan kultural.

Faktor biologis biasanya ada kondisi sakit fisik secara yang dapat

mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak

pada keseimbangan neurotransmitter diotak, contoh kadar serotonin yang

menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien

depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien

lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya. (NANDA,

2005 dikutip oleh Direja, 2011)


31

Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri

rendah kronis adalah :

a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi klien dengan

harga diri rendang yang kadang berupa seperti sedih, dan terus

merasa tidak berguna atau gagal terus menerus.

b. Hiphotalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena

melihat kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan

lebih banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam

melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama

dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan

latihan yang telah dijadwalkan tersebut.

c. Thalamus, Sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk

perasaan mencegah berlebihan dikorteks. Kemungkinan pada klien

dengan harga diiri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini

maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau

dipilah sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan

negatif yang ada selalu mendominasi pikiran dari klien.

d. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.(Direja, 2011 : 145)


32

4. Etiologi

Dalam tinjauan life span history pasien penyebab terjadinya harga diri

rendah adalah pada masa kecil sering di salahkan jarang di beri pujian atas

keberhasilannya. Saat individu berada dalam tahap remaja individu tersebut

kurang dihargai keberadaannya, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.

Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan.

Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan

menuntut lebih dari kemampuannya. (Yosep, 2007 dikutip oleh Damaiyanti

dan Iskandar, 2012: 39)

Faktor yang mengakibatkan harga diri rendah adalah sebagai berikut :

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi harga diri rendah adalah penolakan orang tua

yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai

tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri

yang tidak realistis.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harrga diri rendah biasanya adalah

kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,

kegagalan atau produktifitas yang menurun. Secara umum,

gangguan konsep harga diri rendah bisa terjadi secara situasional

maupun kronik. Seacara situasional terjadi karena trauma yang

muncul secara tiba-tiba, misalnya harus oprasi kecelakaan,

perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa


33

menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik

atau pemasangan alat bantu yang membuat pasien tidak nyaman.

Harga dri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau

sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat

saat irawat. (Stuart, 2006 dikutop oleh Damaiyanti dan Iskandar,

2012)

5. Tanda dan gejala

Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa harga diri

rendah, (Fitria, 2009 dikutip oleh Direja, 2011)

a. Mengkritik diri sendiri

b. Perasaan tidak mampu

c. Pandangan hidup yang pesimistis

d. Tidak menerima pujuan

e. Penurunan produktivitas

f. Penolakan terhadap kemampuan diri

g. Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang

h. tidak berani menatap lawan bicara

i. Lebih banyak menunduk

j. Bicara lambat dengan nada suara lemah


34

C. Pohon Masalah

Pohon Masalah Harga Diri Rendah Kronik

Isolasi Sosial

Effect

Harga Diri Rendah Kronik

Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif


Causa
(Sumber : Damaiyanti & Iskandar, 2011 : 45)

D. Masalah dan data yang harus di kaji

Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji

Harga Diri Rendah Kronis Subjektif :

 Mengungkapkan dirinya merasa tidak

berguna.

 Mengungkapkan dirinya merasa tidak

mampu.

 Mengungkapkan dirinya tidak

semangat untuk beraaktifitas atau

bekerja.
35

 Mengungkapkan dirinya malas

melakukan perawatan diri ( mandi,

berhias, makan, atau toileting.

Objektif :

 Mengkritik diri Sendiri

 Perasaan tidak mampu

 Mengungkapkan dirinya tidak

bersemangat.

 Pandangan hidup yang pesimistis.

 tidak menerima pujian,

 Penurunan Produktivitas.

 Penolakan terhadap kemampuan diri.

 Kurang memperhatikan perawatan

diri.

 Berpakaian tidak rapih

 Berkurang selera makan.

 Tidak berani menatap lawan bicara.

 Lebih banyak menunduk.

 Bicara lambat dengan nada suara

lemah.

Isolasi Sosial Subjektif :


36

 Klien mengatakan malas bergaul

dengan orang lain.

 Klien mengatakan dirinya tidak ingin

ditemani perawat dan meminta untuk

sendirian.

 Klien mengatakan tidak mau

berbicara dengan orang lain.

 Tidak mau berkomunikasi.

 Data tentang klien biasanya di dapat

dari keluarga yang mengetahui

keterbatasan klien. (suami, istri, anak,

ibu, ayah, atau teman dekat)

Objektif :

 Kurang sopan.

 Apatis ( acuh terhadap lingkungan )

 Ekspresi wajah kurang berseri.

 Tidak merawat diri dan tidak

memperhatikan kebersihan diri.

 Tidak ada atau kurang komunikasi

verbal.

 Mengisolasi diri.
37

 Tidak atau kuran sadar terhadap

lingkungan sekitarnya.

 Asupan makanan dan minuman

terganggu.

 Aktifitas menurun.

 Kurang berenergi atau bertenaga.

 Rendah diri.

 Postur tubuh berubah, misalnya sikap

fetus atau janin ( khusunya pada posisi

tidur )

Gangguan Sensori Persepsi : Subjektif :

Halusinasi  Klien mengatakan mendengar

sesuatu.

 Klien mengatakan melihat bayangan.

 Klien mengatakan dirinya seperti

disengat listrik.

 Klien mencium bau-bauan yang tidak

sedap.

 Klien mengatakan kepalanya melayan

di udara.
38

 Klien mengatakan dirinya merasakan

ada sesuatu yang berbeda pada

dirinya.

Objektif :

 Klien terlihat bicara atau tertawa

sendiri saat dikaji.

 Bersikap seperti mendengarkan

sesuatu.

 Berhenti bicara ditengah –tengah

kalimat untuk mendengarkan sesuatu.

 Disorientasi.

 Konsentarasi rendah, pikiran cepat

berubah – ubah, kekacauan alur

pikiran.

Resiko Perilaku Kekerasan Subjektif :

 Klien mengancam.

 Klien mengumpat dengan kata – kata

kotor.

 Klien mengatakan dendam dan

jengkel.
39

 Klien mengatakan ingin berkelahi.

 Klien menyalahkan dan menuntut.

 Klien meremehkan.

Objektif :

 Mata melotot / pandangan mata tajam.

 Tangan mengepal, rahang mengatup,

wajah memerah dan tegang, postur

tubuh kaku, suara keras.

Tabel 2.2 Data Masalah Keperawatan yang Perlu Dikaji


Sumber : Fitria , 2012

E. Diagnosa keperawatan

a. Harga Diri Rendah Kronik

b. Isolasi sosial

c. Koping Individo Tidak Efektif


40
32

F.intervensi

Rencana Tindakan Keperawatan


Klien Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Rasional


Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan

Harga diri rendah


kronik
TUM :

Klien dapat

berhubungan

dengan orang lain


1.2 Ekspresi wajah 1.1.2 Bina hubungan saling 1.2.1 Hubungan saling
secara optimal yang bersahabat, percaya dengan percaya
menunjukkan menggunakan prinsip merupakan dasar
TUK 1 : rasa senang, ada komunikasi terapeutik : dari terjadinya
kontak mata, h. Sapa klien dengan komunikasi
Klien dapat mau berjabat ramah baik verbal terapeutik
membina dan tangan, mau maupun non verbal. sehingga akan
33

mempertahankan menyebutkan i. Perkenalkan diri dengan memfasilitasi


hubungan saling nama, mau sopan. dalam
percaya. menjawab salam, j. Tanyakan nama lengkap pengungkapan
klien mau duduk klien dan nama perasaan, emosi,
berdampingan panggilan yang disukai dan harapan klien.
dengan perawat, klien.
mau k. Jelaskan tujuan
pertemuan.
mengutarakan
l. Jujur dan menepati janji.
masalah yang
m. Tunjukkan sikap empati
dihadapi. dan menerima klien apa
adanya.
n. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
TUK 2 : 2.1. Klien dapat 2.1.13Diskusikan kemampuan dan 2.1.4 Mendiskusikan
mengidentifikasi mengidentifikasi tingkat
Klien dapat kemampuan dan aspek kemampuan klien
kemampuan dan
mengidentifikasi positif yang dimiliki klien. seperti menilai
aspek positif realitas, kontrol
kemampuan dan
aspek positif yang yang dimiliki : diri atau integritas
ego diperlukan
dimiliki.  Kemampuan sebagai dasar
yang dimiliki asuhan
klien. keperawatannya.
 Aspek positif 2.1.5 Reinforcement
keluarga. positif akan
34

 Aspek positif meningkatkan


lingkungan harga diri klien.
yang dimiliki 2.1.6 Pujian yang
klien. realistik tidak
menyebabkan
2.1.14Setiap bertemu klien, klien melakukan
hindarkan dari memberi kegiatan hanya
penilaian negatif. karena ingin
mendapatkan
perhatian.

2.1.15Utamakan memberi pujian


yang realistik.

TUK 3 : 3.6 Klien dapat 3.6.1 Diskusikan dengan klien 3.1.3 Keterbukaan dan
menilai kemampuan yang masih pengertian tentang
Klien dapat kemampuan yang dapat digunakan selama kemampuan yang
menilai digunakan. sakit. dimiliki adalah
prasyarat untuk
berubah.
35

kemampuan yang 3.1.4 Pengertian tentang


digunakan. kemampuan yang
dimiliki diri
memotivasi untuk
tetap
mempertahankan
dirinya sendiri.
3.6.2 Diskusikan kemampuan
yang dilanjutkan.

TUK 4 : 4.3 Klien membuat 4.1.11Merencanakan bersama 4.1.4 Klien adalah


rencana kegiatan klien aktivitas yang dapat individu yang
Klien dapat harian dilakukan setiap hari sesuai bertanggung jawab
merencanakan dengan kemampuan: terhadap dirinya
kegiatan sesuai  Kegaiatan mandiri sendiri.
dengan  Kegiatan dengan bantuan
kemampuan yang sebagian.
dimiliki.  Kegiatan yang
membutuhkan bantuan
total.
36

4.1.12Tingkatkan kegiatan sesuai 4.1.5 Klien perlu


dengan toleransi kondisi bertindak realitas
klien. dalam
kehidupannya
4.1.6 Contoh peran yang
dilihat klien akan
4.1.13Beri contoh cara memotivasi klien
pelaksanaan kegiatan yang untuk
boleh dilakukan klien. melaksanakan
kegiatan.
TUK 5 : 5.5 Klien melakukan 5.1.10Beri kesempatan kepada 5.1.4 Memberi
kegiatan sesuai klien untuk mencoba kesempatan
Klien dapat kondisi sakit dan kegiatan yang telah kepada klien
melakukan kemampuannya. direncanakan. mandiri dapat
kegiatan sesuai meningkatkan
kondisi sakit dan motivasi dan harga
diri klien.
kemampuannya.
5.1.5 Reinforcement
positif dapat
5.1.11Beri pujian atas meningkatkan
harga diri klien.
keberhasilan-nya.
5.1.6 Memberikan
kesempatan
kepada klien untuk
tetap melakukan
kegiatan yang
biasa dilakukan.
37

5.1.12Diskusikan kemungkinan
pe-laksanaan di rumah.
TUK 6 : 6.4 Klien 6.1.11 Beri pendidikan kesehatan 6.1.4 Mendorong
memanfaatkan pada keluarga tentang cara keluarga untuk
Klien dapat system merawat klien dengan mampu merawat
memamfaatkan pendukung yang harga diri rendah. klien mandiri di
system ada di keluarga rumah.
pendukung atau 6.1.5 Support system
keluarga akan
keluarga. 6.1.12 Bantu klien dengan sangat berpengaruh
memberi dukungan selama dalam
klien dirawat. mempercepat
proses
penyembuhan
klien.
6.1.6 Meningkatkan
peran serta klg dlm
6.1.13 Bantu keluarga merawat klien di
menyiapkan lingkungan di rumah.
rumah.
38

G. Implementasi

a. Fase orientasi

1) Salam terapeutik.

2) Perkenalan atau evaluasi kemampuan yang lalu/keadaan

sekarang.

3) Mengingatkan kontrak/membuat kontrak, waktu, tempat, topik.

b. Fase kerja

Tindakan perawat bersama klien / keluarga /klien dan keluarganya,

menyiapkan lingkungan keluarga, rujukan keperawatan.

1) SP I Pasien

a. Mengidenfikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

pasien

b. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih

dapat digunakan

c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai

dengan kemampuan pasien

d. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih

e. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien

f. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian

2) SP II Pasien

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b. Melatih kemampuan kedua

38
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian

3) SP I Keluarga

a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat pasien

b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah

yang dialami pasien beserta proses terjadinya

c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah

4) SP II Keluarga

a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien

dengan harga diri rendah

b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada

pasien harga diri rendah

5) SP III Keluarga

a. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah

termasuk minum obat (discharge planning)

b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

c. Fase terminasi

1) Evaluasi respon / kemampuan terhadap tindakan.

2) Rencana tindakan lanjut / perawatan rumah untuk klien / kelu

arga.

3) Kontrak yang akan datang: waktu, tempat, topik.

d. Mendokumentasikan semua tindakan dan respon klien.


DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M dan Iskandar .(2012). Asuhan keperawatan jiwa. Bandung: PT


Refika Aditama.

Dalami, Ermawati. dkk. (2009) Asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa.
Jakarta: Trans Info Media

Direja, Surya H,A. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Fitria, Nita (2012). Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosa
keperawatan jiwa berat bagi S1 keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, B, A dan Akemat (2014) Model praktik keperawatan professional jiwa.


Jakarta: EGC.

Nurarif H,A dan Kusuma H. (2015) Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


dianosa medis dan Nanda dan Nic-Noc. (jilid 2) Jogjakarta: Medi Action.

Wilkinson M, Judith. (2016) Diagnosis keperawatan.(edisi 10). Jakarta: EGC.


Lampiran 4

LINGKUP SP

(STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN)

A. Risiko Perilaku Kekerasan.

SP I Pasien
Mengidentifikasi penyebab PK

Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

Mengidentifikasi PK yang biasa dilakukan

Mengidentifikasi akibat PK

Menyebutkan cara mengontrol PK

Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I

Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian

SP II Pasien

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP III Pasien

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IV Pasien

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP V Pasien

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP Keluarga Pasien Resiko Perilaku Kekerasan

SP I Keluarga

Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya PK

Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK

SP II Keluarga

Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK

Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK

SP III Keluarga

Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat


(discharge planning)

Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

B. Halusinasi

SP I Pasien
Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien

Mengidentifikasi isi halusinasi pasien

Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien

Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien

Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi

Mengajarkan pasien menghardik halusinasi

Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan


harian

SP II Pasien

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP III Pasien

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang


lain

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IV Pasien

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang


biasa dilakukan pasien di rumah)

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP Keluarga Pasien Halusinasi


SP I Keluarga

Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami
pasien beserta proses terjadinya

Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi

SP II Keluarga

Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan Halusinasi

Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien Halusinasi

SP III Keluarga

Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat


(discharge planning)

Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

C. Isolasi Sosial

SP I Pasien

Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien

Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain

Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang

Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan


orang lain dalam kegiatan harian

SP II Pasien

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan


satu orang
Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian

SP III Pasien

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Memberikan kesempatan kepada berkenalan dengan dua orang atau lebih

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP Keluarga Pasien Isolasi Sosial

SP I Keluarga

Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta
proses terjadinya

Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial

SP II Keluarga

Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial

Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial

SP III Keluarga

Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat


(discharge planning)

Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

D. Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah

SP I Pasien
Mengidenfikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien

Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan

Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
pasien

Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih

Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP II Pasien

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Melatih kemampuan kedua

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP Keluarga Pasien Harga Diri Rendah

SP I Keluarga

Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien
beserta proses terjadinya

Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah

SP II Keluarga

Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah

Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah

SP III Keluarga

Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat


(discharge planning)

Menjelaskan follow up pasien setelah pulang


E. Defisit Perawatan Diri (DPD)

SP I Pasien

Menjelaskan pentingnya kebersihan diri

Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri

Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP II Pasien

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Menjelaskan cara makan yang baik

Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP III Pasien

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Menjelaskan cara eliminasi yang baik

Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik dan memasukkan dalam
jadual

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IV Pasien

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Menjelaskan cara berdandan

Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


SP Keluarga Pasien Defisit Perawatan Diri

SP I Keluarga

Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis defisit
perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya

Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit perawatan diri

SP II Keluarga

Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri

Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien defisit perawatan
diri

SP III Keluarga

Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat


(discharge planning)

Menjelaskan follow up pasien setelah pulang


Lampiran 5

STRATEGI PELAKSANAAN

Nama : Tn. S

Hari/Tgl : Senin/10 April 2017

Pertemun ke :1

Ruangan : Patimura

SP/DX : 1/ HDR

SP 1 Harga Diri Rendah

Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,

membantu pasien menilai kemampuan yang pasien yang masih dapat

digunakan, membantu pasien memilih kemampuan yang akan dilatih sesuai

dengan kamampuan pasien, melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih,

memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien, menganjurkan

pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

a. Fase Terapeutik

1) Salam Terapeutik

“Assalamualaikum bapak, perkenalkan nama saya Hamba Tahta

Ramadan Senang dipanggil Hamba. Saya mahasiswa Keperawatan

dari Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya, saya akan merawat bapak dari

jam 8 pagi sampai jam 2 siang nanti. Nama bapak siapa? Dan senang

dipanggil apa?”
2) Evaluasi atau Validasi

“Bagaimana perasaan bapak pada pagi hari ini?”

“Jadi merasa tidak berguna kalau dirumah?”

3) Kontrak Topik

“baiklah bagaimana kalau kita membicarkan tentang persaan bapak

dan kemampuan yang bapak miliki? Setelah itu kita akan nilai kegiatan

mana yang masi dapat bapak lakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih

beberapa kegiatan untuk kita latih.”

4) Waktu

“Mau berapa lama kita berbincang – bincang bapak? Bagaimana

kalau 30 menit?”

5) Tempat

“Dimana bapak mau berbincang – bincang? Bagaimana kalau disini

saja?”

b. Fase Kerja

“Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian bapak

terhadap diri bapak, tadi bapak mengatakan kalau bapak merasa tidak

berguna dirumah. Apa yang menyebabkan bapak merasa seperti itu?”

“jadi bapak merasa gagal memenuhi keinginan orang tua bapak, apa

ada hal lain yang tidak menyenangkan yang bapak rasakan?”

“Bagaimana hubungan bapak dengan keluarga dan teman – teman

setelah bapak merasakan hidup bapak yang tidak berarti dan tidak

berguna?”
“Jadi bapak menjadi malu? Ada lagi bapak?”

Tadi bapak mengatakan gagal dalam memenuhi keinginan prang tua.

Sebenarnya apa saja harapan dan cita – cita bapak?”

“Yang mana saja harapan bapak yang sudah tercapai? Dan

bagaimana usaha bapak untuk mencapai harapan yang belum

tercapai?”

“Agar dapat mencapai harapan – harpan bapak , mari kita sama –

sama menilai kemampuan yang bapak miliki untuk dilatih dan

dikembangkan. Coba bapak sebutkan kemampuan apa saja yang ibu

pernah miliki? Bagus apa lagi bapak? Kegiatan rumah tangga yang

bisa bapak lakukan? Bagus, apalagi bapak?”

“Wah, bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang bapak sudah

miliki. Nah sekarang dari lima kemampuan yang dapat bapak miliki

mana yang masih dapat dilakukan di rumah sakit?”

“Coba kita lihat yang pertama, bisa bapak? Yang kedua? (sampai

kegiatan yang kelima). Bagus sekali, ternyata ada empat kegiatan yang

masih dapat bapak lakukan di rumah sakit.”

“Nah dari keempat kegiatan yang telah dipilih untuk dikerjakan di

rumah sakit, mana yang dilatih hari ini?”

“Baik mari kita latihan merapihkan tempat tidur , tujuannya agar

bapak dapat meningkatkan kemampuan bapak merapihkan tempat

tidur dan merasakan manfaatnya. Mari kita kembali ke kamar.”


“Kalau kita akan merapihkan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal

dan selimutnya, kemudian kita rapihkan mulai dari atas terlebih dahulu

kemudian kebawah dan masukkan bagian tengahnya. Ambil lagi

bantalnya lalu lipat selimut dan taruh dibagian bawah. Bagus”

“Menurut bapak bagaimana perbedaan tempat tidur setelah

dibersihkan, bandingkan tadi sebelum dibersihkan?”

c. Fase Terminasi

1) Evaluasi subjektif

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan merapihkan tempat

tidur?”

2) Evaluasi objektif

“Nah coba bapak sebutkan lagi langkah – langkah merapihkan tempat

tidur?”

“Bagus pak”

3) Rencana tindak lanjut

“sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian bapak, mau

berapa kali bapak melakukannya? Bagus 2 kali. Pagi – pagi setelah

bangun tidur dan jam 4 setelah istirahat siang. Jika bapak dapat

melakukannya sendiri tanpa diingatkan beri tanda M, jika bapak

melakukannya dengan diingatkan perawat beri tanda B, jika bapak

tidak melakukan beri tanda T.”


4) Kontrak

“Baik bapak, besok saya akan kembali lagi untuk melatih

kemampuan bapak yang kedua. Ibu mau jam berapa? Baik jam 10

pagi ya. Tempatnya ingin dimana? Bagaimana kalau disini saja,

jadi besok kota ketemu lagi disini jam 10 ya. Assalamualaikum”


STRATEGI PELAKSANAAN

Nama : Tn. S

Hari/Tgl : Selasa/11April 2017

Sp ke/ pertemun ke : 2/2

Ruangan : Patimura

SP 2 Harga Diri Rendah

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih kemampuan kedua,

menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

a. Fase orientasi

“ Assalamualaikum bapak. Apakah ibu masih inget dengan saya?

Sesuai janji saya kemarin saya datang lagi. Bagaimana perasaan

bapak pagi ini? Bagaimana dengan perasaan negatif yang bapak

rasakan?. Bagus sekali berarti perasaan tidak berguna yang ibu

rasakan sudah berkurang. Bagaimana dengan kegiatan merapikan

tempat tidurnya? Boleh saya lihat kamar tidurnya? Tempat tidurnya

rapih sekali Sekarang mari kita lihat jadwalnya, wah ternyata bapak

telah melakukan merapikan tempat tidur sesuai jadwal, lalu apa

manfaat yang ibu rasakan dengan melakukan kegiatan merapikan

tempat tidur secara terjadwal? Sekarang kita akan melakukan latihan

kegiatan yang kedua. Hari ini kita akan melakukan cuci piring kan?
Kita akan melakukan cuci piring selama 15 menit. Dimana tempat

mencuci piringnya bapak?

b. Fase kerja

Baik, sebelum mencuci piring, kita persiapkan dulu perlengkapan untuk

mencuci piring. Menurut bapak apa saja yang kita perlu siapkan saat

mencuci piring? Ya bagus jadi sebelum mencuci piring kita perlu

menyiapkan alatnya yaitu sabun cuci piring dan sposns untuk mencuci

piring selain itu juga tersedia air bersih untuk membilas piring yang

telah kita sabuni

Nah sekarang bagaimana langkah-langkah atau cara mencuci yang

biasa bapak lakukan? Benar sekali, tapi sebaiknya sebelum kita

mencuci piring pertama kita bersihkan piring dari sisa-sisa makanan

dan kita kumpulkan disuatu tempat atau tempat sampah. Kemudian kita

basahi piring dengan air, lalu sabuni seluruh permukaan piring , dan

kemudian di bilas hingga bersih sampai piringnya tidak terasa licin

lagi. Kemudian kita letakkan pada rak piring yang tersedia. Jika ada

piring dan gelas, maka yang pertama kita cuci adalah gelasnya setelah

itu baru piringnya. Sekarang bisa kita mulai bapak. Bagus sekali bapak

telah mencuci piring dengan baik. Menurut bapak bagaimana

perbedaan setelah piring di cuci dibandingkan tadi sebelum piring

belum di cuci?
c. Fase terminasi

“Bagaiamana perasaan bapak setelah kita latihan mencuci piring? Nah

coba bapak sebutkan lagi langkah-langkah mencuci piring yang baik

bu? Bagus bapak Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian

bapak, mau berapa kali bapak melakukannya? Bagus 3 kali, setelah

selesai makan sarapan siang dan malam ya bapak. Jika bapak

melakukannya tanpa di ingatkan perawat bapak beri tanda M tapi kalau

ibu mencuci piring dibantu atau di ingatkan perawat bapak beri tanda

B tapi kalau bapak tidak melakukannya bapak beri tanda T. Baik, besok

saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan bapak yang ketiga,

bapak mau jam berapa? Baik jam 10 pagi ya. Tempatnya dimana

bapak? Bagaimana kalau disini saja, jadi besok kita ketemu lagi disini

jam 10 ya. Assalamualaikum”


STRATEGI PELAKSANAAN

Nama : Tn. S

Hari/Tgl : Rabu/12 April 2017

Sp ke/ pertemun ke : 1/3

Ruangan : Pattimura

SP 1 Isolasi Sosial - Pasien

Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab

isolasi sosial, membantu pasien mengenal manfaat berhubungan dan kerugian

tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan.

Fase Orientasi

“Selamat pagi! Saya perawat Hamba Tahta Ramadan. Saya senang

dipanggil perawat Hamba. Saya mahasiswa yang dines di ruang Patimura ini.”

“Siapa nama bapak? Senang dipanggil apa??

“Apa keluhan bapak hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap

tentang keluarga dan teman-teman bapak? Mau dimana kita bercakap-cakap?

Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10

menit?”

Fase Kerja

(Jika pasien baru)


“Siapa saja yang tinggal serumah dengan bapak? Siapa yang paling dekat

dengan bapak? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak? Apa yang

membuat bapak jarang bercakap-cakap dengannya?”

(Jika pasien sudah lama dirawat)

“Apa yang bapak rasakan selama dirawat disini? Bapak merasa sendirian?

Siapa saja yang bapak kenal di ruangan ini?”

“Apa saja kegiatan yang biasa bapak lakukan dengan teman yang bapak

kenal?”

“Apa yang menghambat bapak dalam berteman atau bercakap-cakap

dengan pasien yang lain?”

“Menurut bapak apa saja manfaatnya kalau kita memiliki teman? Wah

benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi? (Sampai pasien dapat

menyebutkan beberapa) Nah, apa kerugiannya kalau tidak memiliki teman?

Ya, apa lagi? (Sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah, banyak juga

ruginya tidak punya teman ya? Jadi, apakah bapak belajar bergaul dengan

orang lain?”

“Bagus! Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang

lain?”

“Begini bapak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan nama

kita, nama panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobi kita. Contohnya: Nama
Saya Hamba Tahta Ramadan, senang dipanggil Hamba . Asal saya dari kota

Cirebon, hobi bermain musik.”

“Ayo bapak coba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak. Coba

berkenalan dengan saya! Ya, bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali!”

“Setelah bapak berkenalan dengan orang tersebut bisa melanjutkan

percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan bicarakan, misalnya tentang

cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan, dan sebagainya.”

Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak saat kita latihan perkenalan?”

“bapak tadi sudah mempraktikan cara berkenalan dengan baik sekali.

Selanjutnya dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak

ada sehingga bapak lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Bapak mau

mempraktikan ke orang lain? Bagaimana kalau bapak mencoba berkenalan

dengan teman saya, perawat D. Bagaimana, pak mau kan?”

“Baiklah, saya tinggal dulu, Assalamualaikum”


STRATEGI PELAKSANAAN

Nama : Tn. S

Hari/tgl : Rabu/ 12 April 2017

Sp ke :2

Ruangan : Patimura

Sp 2 Isolasi Sosial

Mengevaluasi jadwal jadwal kegiatan harian pasien, memberikan kesempatan

kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, membantu

pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai

salah satu kegiatan harian.

Fase Orientasi

“Selamat pagi bapak! Bagaimana perasaan bapak hari ini?”

“Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba

sebutkan lagi sambil bersalaman dengan perawat!”

“Bagus sekali, bapak masih ingat. Nah, seperti janji saya, saya akan

mengajak bapak mencoba berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang agar

bapak semakin banyak teman. Apakah bapak bersedia? Tidak lama kok, sekitar

10 menit. Bapak mau berbincang-bincang dimana bagaimana kalau di ruang

tamu ”
Fase Kerja

”baiklah hari ini saya datang bersama dua orang, bapak perawat yang juga

dinas di ruang Patimura ini, bapak bisa mulai berkenalan. Apakah masih ingat

bagaimana cara berkenalan? (beri pujian jika pasien masih ingat. Jika pasien

lupa bantu pasien mengingat kembali cara berkenalan). Nah silahkan bapak

mulai (fasilitasi perkenalan antara pasien dengan perawat lain) wah bagus

sekali bapak. Selain nama, alamat, hobi. Apakah yang ingin bapak ketahui

tentang perawat c dan d? (bantu pasien mengembangkan topic pembicaraan)

wah bagus sekali. Kegiatan apa yang biasa bapak lakukan pada jam ini?

Bagaimana kalau kita menemani teman bapak bisa bercakap-cakap dengan

teman yang lain. Mari pak (damping pasien keruang makan). Apa yang ingin

bapak bicarakan dengan teman bapak. Oh tentang menyusun piring di atas

meja. Silahkan bapak (jika pasien diam dapat di bantu oleh perawat) coba bapak

tanyakan bagaimana cara menyusun piring di atas meja kepada teman-teman

bapak? Apakah harus rapih atau tidak? Silahkan bapak, apalagi yang ingin di

tanyakan lagi.”

Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan dengan perawat c dan d?

dan bercakap-cakap dengan teman bapak di saat menyiapkan makan siang di

ruang makan ? coba bapak sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan?”

“bagaimana kalau di tambah lagi jadwal kegiatan bapak yaitu jadwal

kegiatan bercajap-cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan makan

siang? Mau jam berapa bapak latihan/ oh ketika makan pagi dan makan siang”
“baiklah bapak bagaimana kalau besok saya akan mendampingi bapak

berkenalan dengan 4 orang lain dan latihan bercakap-cakap saat melakukan

kegiatan harian lain. Apakah bapak bersedia? Bapak mau jam berapa?

Bagaimana kalau jam 10? Baiklah bapak besok saya akan kesini jam 10, bapak

mau dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?

Samapi jumpa besok bapak. Saya permisi asalamualaikum”


STRATEGI PELAKSANAAN

Nama : Tn. S

Hari/tgl : Kamis/ 13 April 2017

Sp ke :1

Ruangan : Patimura

Sp 1 Halusinasi

Membantu klien mengenal halusinasinya, menjelaskan cara-cara mengontrol

halusinasi, mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara pertama:

Menghardik halusinasi.

Fase Orientasi:

“Selamat pagi bapak masih ingat dengan saya?”

“Bagaimana perasaan bapak pada hari ini?”

“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang

selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Dimana kita duduk?

Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”

Fase Kerja:

“Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang

dikatakan suara itu?”

“Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling

sering bapak dengar? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa

suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”


“Bagaimana perasaan bapak pada saat mendengar suara itu?”

“Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara

itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk

mencegah suara-suara itu muncul?”

“Bapak, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,

dengan menghardik suara tersebut. Kedua dengan cara bercakap-cakap

dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan

keempat minum obat dengan teratur.”

“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”

“Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak

bilang, pergi saya tidak mau dengar, saya tidak mau dengar, pergi jangan

ganggu saya. Stop jangan ganggu saya. Begitu diulang-ulang sampai suara

itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu bapak, bagus!

Coba lagi! Ya bagus, bapak sudah dapat.”

Fase Terminasi

“Apa saja yang telah kita bicarakan tadi? Bapak masih ingat caranya, coba

bapak ulangi lagi. Supaya bapak tidak lupa, bapak harus latihan!

Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya ? mau pukul berapa saja

latihannya? (Anda masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi ke

dalam jadwal kegiatan harian klien). Bagaiman kalau kita bertemu lagi

untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara kedua?

Jam berapa bapak? Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan

berlatih? Dimana tempatnya?”


“Baiklah, sampai jumpa”

“Assalamualaikum…”
STRATEGI PELAKSANAAN

Nama klien : Tn. S

Hari, tanggal, jam : Jum’at, 14 April 2017

SP ke / pertemuan ke : SP 1 / 5

Ruangan : Pattimura.

Sp 1 Resiko perilku kekerasan

Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan

marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang

dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I

Fase Orientasi

“Selamat pagi pak..Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih ada

perasaan kesal atau marah?”“Baiklah kita akan berbincang-bincang

sekarang tentang perasaan marah bapak”“Berapa lama bapak mau

kita berbincang-bincang?” “Bagaimana kalau 10 menit?”

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak?

Bagaimana kalau di ruang kamar bapak?” baiklah pak.”


Fase Kerja

“Apa yang menyebabkan bapak marah?Apakah sebelumnya bapak

pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang

sekarang?. Oh iya, apakah ada penyebab lain yang membuat

bapak marah”

“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena

pekerjaan atau masalah uang(misalnya ini penyebab marah pasien),

apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)

“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-

debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”

“Setelah itu apa yang bapak lakukan? Oh iya, jadi bapak marah-marah

membanting pintu dan memecahkan barang-barang, apakah dengan

cara ini stress bapak hilang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang

bapak lakukan? Betul, bapak jadi takut barang-barang pecah. Menurut

bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara

mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan

kerugian?”

”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya

adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa

marah.”

”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”

”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka

bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan

kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup

melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa

melakukannya. Bagaimana perasaannya?”

“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila

sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa

melakukannya”

Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang

kemarahan?”

”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak

rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan....... (sebutkan) serta

akibatnya ......... (sebutkan)”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi

penyebab marah bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah

yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak.

‘Sekarang kita buat jadwal latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak

mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”

”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang

lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak,

Selamat siang”
STRATEGI PELAKSANAAN

Nama klien : Tn. S

Hari, tanggal, jam : Jum’at / 14 April 2017

SP ke / pertemuan ke : SP 2/ 5

Ruangan : Pattimura.

Sp 2 Resiko perilaku kekerasan

Ajarkan klien cara mengontol perilaku kekerasan dengan cara minum

obat secara teratur, memasukan ke jadwal kegiatan harian.

Fase Orientasi

“Selamat pagi bapak, Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih ada

perasaan kesal atau marah?” “Baiklah kita akan berbincang-bincang

sekarang tentang perasaan marah bapak”“Berapa lama bapak mau kita

berbincang-bincang?” “Bagaimana kalau 10 menit?”

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana

kalau di ruang tamu?”

Fase Kerja

“Apakah ada bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah rasa

marah yang dirasakan berkurang atau hilang? Minum obat sangat penting
supaya bapak dapat mengontrol rasa marah bapak. Berapa macam obat

yang bapak minum(perawata menyiapkan obat klien), ini yang warna oren

(CPZ) 1x sehari diminum jam 19.00 malam, manfaatnya untuk rileks. Ini

yang yang putih (HP) 3x sehari jam 07.00 pagi, 13.00 siang, dan 19.00

malam manfaatnya untuk rileks, tidak kaku, sedangkan yang merah jambu

(THP) 3 kali sehari jam 07.00 (pagi), jam 13.00 (siang) dan jam 09.00

(malam) gunanya untuk pikiran biar tenang. Bila nanti stetlah minum obat

, mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa

mengisap es batu. Bila terasa mata berkunang bapak sebaiknya istirahat

dan jangan beraktivitas dulu, kalau rasa marah sudah hilang obatnya tidak

boleh diberhentikan nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus

obat akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula.

Kalau obat habis bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Bapak

juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan pastikan obatnya benar,

artinya bapak harus memastikan bahwa itu oat yang benar punya bapak,

jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya.

Pastikn obat diminum pada wktunya, dengan cara yang benar yaitu

diminum setelah makan dan tepat jamnya, bapak juga harus perhatikan

berapa jumlah obat sekali minum dan harus cukup minum 10 gelas per

hari.”

Fase Terminasi

“Bagaimana persaan bapak setelah kita mendiskusikan mengenai minum

obat secara teratur? Bisa bapak coba ulang kembali apa saja obat dan
kegunaanyya? Bagus pak, bagaimana kalau kegitan latihan ini masukkan

ke dalam jadwal kegiatan harian bapak, coba dilakukan latihannya. Baiklah

kalau begitu pak sampai disini dulu pertemun kita. Untuk pertemuan

selanjutnya kita akan membahas mengontrol rasa marah dengan cara

verbal (meminta, menolak, dan mengungkapkan degan baik) bapak mau jam

berapa? Bagaimana besok jam 09.00 WIB. Bapak maunya dimana kita

latihan, apa disini lagi besok pak? Baiklah smpai jumpa besok.”
STRATEGI PELAKSANAAN

Nama klien : Tn. S

Hari, tanggal, jam : Jum’at / 14 April 2017

SP ke / pertemuan ke : SP 2/ 6

Ruangan : Pattimura.

Sp HDR Keluarga

Fase Orientasi :
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi !”
2) Evaluasi Validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
3) Kontrak topik, waktu, tempat
a) Topik : “Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang
cara merawat Bapak?
b) Waktu : ”Berapa lama waktu Bapak/Ibu?30 menit?
c) Tempat : ”Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”

Fase Kerja
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Bapak”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Bapak itu memang terlihat tidak
percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada
Bapak, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah
orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu
memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya
pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan
Bapak ini terus menerus seperti itu, Bapak bisa mengalami masalah
yang lebih berat lagi, misalnya t jadi malu bertemu dengan orang lain
dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri
rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah t dapat menjadi masalah serius,
maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk Bapak”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia
juga mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang
dikatakan Bapak)
” Bapak itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur
dan cuci piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk
itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Bapak untuk melakukan kegiatan
tersebut sesuai jadual. tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya
Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya
meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang
kegiatannya”.
”Selain itu, bila Bapak sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit,
bapak/Ibu tetap perlu memantau perkembangan Bapak. Jika masalah
harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu
dapat membawa Bapak ke rumah sakit”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan
pujian kepada Bapak”
”temui Bapak dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu
berikan pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali Bapak, kamu
sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
Fase Terminasi :
a) Evaluasi Subjektif
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
b) Evaluasi Objektif
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi t
dan bagaimana cara merawatnya?”
c) Rencana Tindak Lanjut
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah
setiap kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah
juga demikian.”
d) Kontrak topik, waktu, tempat
Topik : “Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang
untuk latihan cara memberi pujian langsung kepada
Bapak”
Waktu : “Jam berapa Bp/Ibu datang? Baik saya tunggu. Sampai
jumpa.”

Anda mungkin juga menyukai