Anda di halaman 1dari 129

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL AKIBAT PRE OP FRAKTUR
TERTUTUP MANDIBULA DEXTRA DI RUANG PRABU
SILIWANGI LANTAI 3 RSUD GUNUNG JATI CIREBON

Laporan Studi Kasus

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh:
MARIYA ULFAH
NIM : 04416014052

AKADEMI KEPERAWATAN BUNTET PESANTREN CIREBON


2017

i
VISI DAN MISI

AKPER BUNTET PESANTREN CIREBON

VISI
Menjadikan Program studi yang unggul dalam bidang keperawatan,

kegawatdaruratan, religius dan berakhlak mulia di wilayah III Cirebon pada tahun

2021.

MISI

1. Menyelenggarakan proses pendidikan dan pengajaran yang berorientasi pada

pengembangan kualitas sumber daya manusia terutama keperawatan

kegawatdaruratan.

2. Melaksanakan kegiatan penelitian di bidang keperawatan untuk mendapatkan

manfaat yang besar bagi masyarakat dan pembangunan kesehatan.

3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat sebagai bentuk

kepedulian akademik terhadap kesehatan masyarakat dan sosial.

4. Melakukan program kemitraan dan kerjasama dengan institusi dan lembaga

terkait yang mendukung peningkatan kualitas pengajaran, penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat khususnya dibidang kegawatdaruratan.

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. A Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat Pre Op Fraktur Tertutup Mandibula Dextra

Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai 3 RSUD Gunung Jati Cirebon” telah diujikan dan

dipertahankan Pada :

Hari/Tanggal : Senin/12 Juni 2017

Pembimbing

R. DENI INDRAWAN, S.Kep, Ners, MM


NIDN : 0423077303

iii
PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. A Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat Pre Op Fraktur Tertutup Mandibula Dextra

Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai 3 RSUD Gunung Jati Cirebon” telah dipertahankan

dan diujikan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program pada :

Hari/Tanggal : Senin/12 Juni 2017

Dewan Penguji

1. Anto S, SKM, S.Kep, Ners, MM.Kes (.....................................)

2. Rodini, S.Kep, Ners, MM (.....................................)

3. Nevi Kuspiana L, S.Pd, S.Kep, Ners, MH.Kes (.....................................)

Mengetahui,
Direktur AKPER Buntet Pesantren Cirebon

R. DENI INDRAWAN, S.Kep, Ners, MM


NIDN : 0423077303

iv
AKADEMI PERAWATAN BUNTET PESANTREN CIREBON

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017

MARIYA ULFAH

Asuhan Keperawatan pada Tn. A Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat


Pre Op Fraktur Tertutup Mandibula Dextra Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai 3
RSUD Gunung Jati Cirebon.

xv + 107 halaman + 2 tabel + 4 gambar + 2 bagan + 3 lampiran

ABSTRAK

Fraktur mandibula adalah salah satu cedera wajah yang sering ditemukan dan
biasanya disebabkan oleh trauma langsung, penyebab tertinggi fraktur mandibula
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Adapun tanda dan gejala yang khas pada
fraktur mandibula adalah nyeri. Tingginya prevalansia kasus merupakan hal yang
pokok yang melatar belakangi penulis mengambil judul laporan studi kasus pre op
fraktur tertutup mandibula dextra pada Tn. A. Bentuk karya tulis ilmiah dengan
menggunakan metode deskriptif dan pengumpulan data yang penulis lakukan adalah
dengan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, serta
kepustakaan atau studi literatur yang ada. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
memperoleh pengalaman yang nyata serta mampu mengenali masalah yang ada
dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif pada klien
pre op fraktur tertutup mandibula dextra. Masalah keperawatan yang muncul pada
kasus adalah : gangguan rasa nyama nyeri, intoleransi aktivitas, gangguan spiritual,
gangguan personal hygiene dan gangguan rasa aman cemas. Semua masalah tersebut
dapat teratasi berkat dukungan dari klien dan keluarga yang dapat bekerjasma dengan
baik. Kesimpulan yang dapat penulis ambil, bahwa pencapaian hasil optimal dari
tujuan di atas dapat dicapai apabila kita melaksanakan proses keperawatan keluarga
secara komprehensif yang meliputi aspek bio-psiko-sosio dan spiritual.

Daftar Pustaka : 5 buah buku (2008-2013), 15 dari internet.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN

GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL AKIBAT PRE OP FRAKTUR

TERTUTUP MANDIBULA DEXTRA DI RUANG PRABU SILIWANGI

LANTAI 3 RSUD GUNUNG JATI CIREBON”.

Sholawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW,

keluarga, sahabat serta seluruh umat Islam yang senantiasa berpegang teguh pada

risalah-Nya yang Agung.

Dalam penyusunan laporan karya tulis ilmiah penulis banyak mendapat

hambatan dan kesulitan, tetapi berkat bantuan dan pengarahan dari semua pihak

akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Maka dari itu pada

kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tidak

terhingga kepada :

1. Bapak R. Deni Indrawan S.Kep, Ners, MM selaku Direktur dan Pembimbing dari

Akademi Perawatan Buntet Pesantren Cirebon.

2. Bapak dr. Bunadi MKM.MM selaku Direktur RSUD Gunung Jati Cirebon beserta

staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

vi
3. Ibu Resmi Iriani, AMK selaku kepala ruangan ruang Prabu Siliwangi RSUD

Gunung Jati Cirebon.

4. Ibu Herliezha, S.Kep, Ners selaku Instruktur Klinik Ruang Prabu Siliwangi

RSUD Gunung Jati Cirebon.

5. Para penguji dari AKPER Buntet Pesantren Cirebon.

6. Ayah dan Ibu tercinta beserta keluarga yang telah memberikan dorongan dan

bantuan baik moril maupun materil serta do’a restunya.

7. Rekan-rekan angkatan XIX (SULTAN) Akademi Perawatan Buntet Pesantren

Cirebon, terimakasih atas kebersamaan dan kekompakannya.

8. Klien Tn. A beserta keluarga yang telah membantu dan bekerja sama dengan

penulis selama melaksanakan asuhan keperawatan ini.

9. Adik tingkat yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan serta dorongan

selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan dalam pembuatan

laporan studi kasus ini. Oleh karena itu dengan segala hormat, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan studi kasus ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Cirebon, Juni 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL
VISI DAN MISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ..........................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
DAFTAR BAGAN .............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................
B. Tujuan Penulisan ...................................................................
C. Metode Penulisan ..................................................................
D. Sistematika Penulisan ...........................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar ........................................................................
1. Definisi ............................................................................
2. Klasifikasi Fraktur ...........................................................
3. Anatomi Fisiologi ...........................................................
4. Etiologi ............................................................................
5. Tanda dan Gejala.............................................................
6. Pathway ...........................................................................
7. Komplikasi ......................................................................
8. Penatalaksanaan ..............................................................

viii
9. Pemeriksaan Diagnostik ..................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan ...............................................
1. Pengkajian .......................................................................
2. Diagnosa Keperawatan....................................................
3. Perencanaan.....................................................................
4. Implementasi ...................................................................
5. Evaluasi ...........................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ......................................................................
1. Pengkajian .......................................................................
2. Analisa Data ....................................................................
3. Diagnosa Keperawatan....................................................
4. Perencanaan.....................................................................
5. Pelaksanaan .....................................................................
6. Evaluasi ...........................................................................
7. Catatan Perkembangan ....................................................
B. Pembahasan ...........................................................................
1. Pengkajian .......................................................................
2. Diagnosa Keperawatan....................................................
3. Perencanaan.....................................................................
4. Implementasi ...................................................................
5. Evaluasi ..........................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................
B. Saran ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 : Jumlah klien dengan fraktur yang dirawat di ruang Prabu Siliwangi Lantai

3 RSUD Gunung Jati Cirebon tahun 2017

Tabel 2.1 : Tulang-Tulang Penyusun Rangka Aksial

Tabel 2.2 : Tulang Apendikular

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Struktur Rangka Manusia (Tulang Kepala Manusia)

Gambar 2.2 : Tulang Belakang

Gambar 2.3 : Tulang Dada dan Rusuk

Gambar 2.4 : Tulang Mandibula

xi
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 : Pathway Fraktur Secara Umum

Bagan 2.2 : Pathway Fraktur Mandibula

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Satuan Acara Perawatan Kebersihan Mulut

Lampiran 2 : Leaflet Cara Perawatan Kebersihan Mulut

Lampiran 3 : Format Bimbingan

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Asmadi (2008 : 27-28) sehat diartikan sebagai kondisi yang normal

dan alami. Sehat sendiri bersifat dinamis yang statusnya yang statusnya terus

menerus berubah. Kesehatan mempengaruhi tingkat fungsi seseorang, baik dari

segi fisiologis, psikologis, dan dimensi sosiokultural.

Menurut http://www.kamusq.com pengertian sehat adalah suatu kondisi

dimana segala sesuatu berjalan normal dan bekerja sesuai fungsinya dan sebagai

mana mestinya. Secara sederhana, sehat sinonim dengan kondisi tidak sakit.

Dalam kamus besar bahasa indonesia, definisi sehat adalah baik seluruh badan

serta bagian-bagiannya. Dahulu, sehat identik dengan kondisi badan atau tubuh.

Tapi sekarang seiring kemajuan zaman, kata sehat tidak hanya berhubungan

dengan badan, tetapi juga segala sesuatu yang dapat bekerja, jika berlangsung

secara normal dan semestinya maka akan disebut dengan sehat. Tetapi jika

mengalami gangguan maka disebut dengan istilah tidak sehat atau sakit.

Menurut Asmadi (2008 : 28) sakit adalah keadaan tidak normal/sehat. Secara

sederhana, sakit atau dapat pula disebut penyakit merupakan suatu bentuk

kehidupan atau keadaan di luar batas normal. Menurut Parson. Sakit adalah

ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah sistem

biologis dan kondisi penyesuaian.

1
Menurut nitnotpinky.com sakit pada dasarnya merupakan keadaan

terganggunya seseorang dalam proses tumbuh kembang fungsi tubuh secara

keseluruhan atau sebagian, serta terganggunya proses penyesuian diri manusia,

sakit juga bisa dikatakan sebagai gangguan dalam fungsi yang normal dimana

individu sebagai totalitas dari keadaan organisme sebagai sistem biologis dan

adaptasi sosial. Sehingga salah satu keadaan sakit yang dimaksud adalah fraktur.

Menurut http://cavamedika.com fraktur adalah patah tulang atau terputusnya

kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Penyebab

fraktur meliputi pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan

kontraksi otot ekterm. Adapun salah satu jenis fraktur adalah fraktur mandibula.

Menurut M. Clevo Rendi, Margareth TH (2012 : 141) fraktur mandibula

adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang disebabkan oleh trauma baik

secara langsung ataupun tidak langsung.

Menurut http://www.cavamedika.com fraktur mandibula merupakaan salah

satu fraktur tulang wajah yang paling sering ditentukan dan sampai saat ini

penatalaksanaannya masih terus mengalami perkembangan, dimana telah banyak

kemajuan yang cukup segnifikan dengan adanya perkembangan dalam

pemahaman prinsip biomekanik, tujuan dari pengobatan adalah untuk

mengembalikan fungsional mandibula dan sangat bergantung pada posisi

anatomis fragmen tulang dnegan mordibitas seminimal mungkin. Miniplate telah

digunakan beberapa dekade terakhir untuk memfasilitasi stabilitas fragmen

tulang, kompllikasi yang lebih berbahaya dari fraktur itu sendiri, seperti obstruksi

jalan nafas , perdarahan, cedara otak. Perawatan definitive dilakukan setelah

yakin tidak terdapat perawatan emergensi yang dilakukan perlu pertimbangan-

2
pertimbangan dalam memilih macam perawatan berupa jumlah fraktur, lokasi

fraktur, tipe fraktur, posisi fragmen dan hubungannya satu dengan lainnya, jumlah

gigi yang ada, kondisi dan distribusinya, daya kontraksi otot terhadap fragmen

fraktur, lama terjadinya fraktur dan tetap mempertimbangkan usia dan keadaan

umum pasien.Selanjutnya tindakan untuk mengembalikan fragmen yang fraktur

ke tempat semula (reduksi) dengan 2 tehnik yaitu reduksi tertutup (Close

reduction) pengembalian fragmen yang fraktur tanpa melalui suatu tindakan

pembedahan dan reduksi terbuka (Open reduction), yaitu caraperawatan fraktur

mandibula dengan tindakan pembedahan.

Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari Rumah Sakit Umum Daerah

Gunung Jati Cirebon yang mengalami penyakit muskuloskeletal akibat fraktur

selama enam bulan terakhir terhitung dari bulan Oktober-Maret 2017, sebagai

berikut :

Tabel 1.1 : Jumlah klien dengan fraktur yang dirawat di ruang Prabu Siliwangi
lantai 3 RSUD Gunng Jati Cirebon tahun 2017.
No Bulan Jenis Kelamin Laki-laki Total
(1) (2) (3) (4)
1 Oktober 19 19

2 November 24 24

3 Desember 10 10

4 Januari 14 14

5 Februari 11 11

6 Maret 19 19

Jumlah 97
Sumber : Medical Record di RUANG PRABU SILIWANGI LANTAI 3 Rumah Sakit
Umum Daerah Gunung Jati Cirebon.

3
Melihat angka kejadian kasus tersebut maka penulis tertarik untuk

menindaklanjuti Asuhan Keperawatan pada klien dengan pre op fraktur tertutup

mandibula dextra yang penulis tuangkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan

judul :

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN

SISTEM MUSKULOSKELETAL AKIBAT PRE OP FRAKTUR

TERTUTUP MANDIBULA DEXTRA DI RUANG PRABU SILIWANGI

LANTAI 3 RSUD GUNUNG JATI CIREBON”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan

sistem muskuloskeletal akibat pre op fraktur tertutup mandibula dextra, secara

langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual melalui

pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. A dengan gangguan sistem

muskuloskeletal akibat pre op fraktur tertutup mandibula dextra di ruang

Prabu Siliwangi lantai 3 RSUD Gunung Jati Cirebon.

b. Mampu membuat diagnosa keperawatan untuk Tn. A dengan gangguan

sistem muskuloskeletal akibat pre op fraktur tertutup mandibula dextra di

ruang Prabu Siliwangi lantai 3 RSUD Gunung Jati Cirebon.

4
c. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan untuk Tn. A dengan

gangguan sistem muskuloskeletal akibat pre op fraktur tertutup mandibula

dextra di ruang Prabu Siliwangi lantai 3 RSUD Gunung Jati Cirebon.

d. Mampu melaksanakan implementasi pada Tn. A dengan gangguan sistem

muskuloskeletal akibat pre op fraktur tertutup mandibula dextra di ruang

Prabu Siliwangi lantai 3 RSUD Gunung Jati Cirebon.

e. Mampu melakukan evaluasi pada Tn. A dengan gangguan sistem

muskuloskeletal akibat pre op fraktur tertutup mandibula dextra di ruang

Prabu Siliwangi lantai 3 RSUD Gunung Jati Cirebon.

f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan untuk Tn. A dengan

gangguan sistem muskuloskeletal akibat pre op fraktur tertutup mandibula

dextra di ruang Prabu Siliwangi lantai 3 RSUD Gunung Jati Cirebon.

C. Metode penulisan

Metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yang

berbentuk studi kasus dengan teknik pengumpulan data dengan menanyakan

langsung pada klien, keluarga dan perawat yang menangani dan mengetahui

masalah klien. Studi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan materi yang

berhubungan dengan sistem muskuloskeletal melalui membaca dan menganalisa

beberapa literatur yang tercantum dalam daftar pustaka.

5
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara atau interviu merupakan metode pengumpulan data secara

langsung antara perawat dan klien. Disini perawat mendapat respon langsung

dari klien melalui tatap muka dan pertanyaan yang diajukan. Data wawancara

adalah semua ungkapan klien, tenaga kesehatan, atau orang lain yang

berkepentingan termasuk keluarga, teman dan orang terdekat klien (Asmadi,

2008 : 169).

2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan

visual dengan menggunakan panca indra. Kemampuan melakukan observasi

merupakan keterampilan tingkat tinggi yang memerlukan banyak latihan.

Unsur terpenting dalam observasi adalah mempertahankan objektivitas

penilaian. Mencatat hasil observasi secara khusus tentang apa yang dilihat,

dirasa, didengar, dicium dan dikecap akan lebih akurat dibanding mencatat

interpretasi seseorang tentang hal tersebut. Contoh data hasil observasi adalah

rambut kotor, kulit sianosis dan konjungtiva anemis (Asmadi 2008 : 170).

3. Pemeriksaan

Pemeriksaan fisik adalah proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh guna

menentukan ada atau tidaknya penyakit yang dirasakan pada hasil

pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pemeriksaan fisik berfokus pada respon

klien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya. Cara pendekatan

sistematis yang dapat digunakan perawat dalam melakukan pemeriksaan fisik

6
adalah pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki dan pendekatan

berdasarkan sistem tubuh (Asmadi, 2008 : 170-171).

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah pengumpulan data melalui penelitian riwayat

penyakit/keperawatan yang lalu guna mendapat dignosis keperawatan yang

tepat (Zaidin Ali, 2009 : 100).

5. Studi Literatur

Studi literatur cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau

sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu

penelitian dan bisa didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi,

internet dan pustaka. (https://prabhagib.blogspot.com)

D. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang masalah, tujuan

penulisan, metode penulisan dan sistematika peulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS, terdiri dari konsep dasar penyakit yang

meliputi definisi, anatomi fisiologi, etiologi, tanda dan gejala,

patofisiologi, klasifikasi, komplikasi, penatalaksanaan, prosedur

diagnosik. Konsep asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

7
BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN, terdiri dari tinjauan

kasus dan pembahasan yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

BAB IV : PENUTUP, terdiri dari kesimpulan dan saran.

8
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Menurut Linda Juall C. Dalam buku Nursing Care Plant and

Dokumentasion menyebutkan bahwa fraktur adalah rusaknya kontinuitas yang

disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap

oleh tulang (M. Clevo Rendi, Margareth TH : 2012 : 59).

Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka

yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu-satunya tulang pada

tengkorak yang dapat bergerak dan dapat ditekan dan diangkat pada waktu

membuka dan menutup mulut. (catatanradiograf.blogspot.com).

Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas sruktur tulang pada

mandibula. Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula).

Mandibula mudah terkena cedera karena posisinya yang menonjol, sehingga

mandibula mudah menjadi sasaran pukulan dan benturan. Daerah yang lemah

pada mandibula adalah daerah subkondilar, angulus mandibula dan daerah

mentalis (repository.usu.ac.id).

Dari pengertian fraktur mandibula di atas maka penulis menyimpulkan

bahwa fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas tulang rahang bawah

yang diakibatkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung.

9
2. Klasifikasi
Menurut M. Clevo Rendi dan Margareth TH (2012 : 68-69) Klasifikasi fraktur

secara umum yaitu :

a. Berdasarkan sifat fraktur

1) Fraktur Tertutup (Closed)

Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,

disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

2) Farktur Terbuka (Open/Compound)

Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar

karena adanya perlukaan kulit.

b. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur

1) Fraktur Komplit

Bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua

korteks tulang.

2) Fraktur Inkomplit

Bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti :

a) Hair Line Fraktur (Patah retak rambut)

b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks

dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.

c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi

korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.

10
c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme

trauma :

1) Fraktur Transversal

Fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat

trauma angulasi atau langsung.

2) Fraktur Oblik

Fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu

tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga.

3) Fraktur Spiral

Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan

trauma rotasi.

4) Fraktur Kompresi

Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong

tulang ke arah permukaan lain.

5) Fraktur Avulsi

Fraktur yang disebabkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada

insersinya pada tulang.

d. Berdasarkan jumlah garis patah

1) Fraktur komunitif

Fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

2) Fraktur Segmenal

Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.

11
3) Fraktur Multiple

Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang

sama.

e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang

1) Fraktur undisplace (tidakbergeser)

Garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan

periosteum masih utuh.

2) Fraktur Displace

Terjadi pergeseran fragmen tulang juga disebut lokasi fragmen, terbagi

atas :

a) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah

sumbu dan overlapping).

b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling

menjauh).

d) Fraktur kelelahan : fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

e) Fraktur patologis : fraktur yang diakibatkan karena proses

patologis tulang.

Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan

keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu ;

a) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan

lunak sekitarnya.

12
b) Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan

jaringan subkutan.

c) Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak

bagian dalam dan pembengkakan.

d) Tingkat 3 : cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang

nyata dan ancaman sindroma kompartemen.

Menurut http://dentislove.blogspot.co.id klasifikasi fraktur pada

mandibula dibagi menjadi beberapa kategori, yakni :

a) Menurut arah fraktur (horizontal/vertikal) dan apakah lebih

menguntungkan dalam perawatan atau tidak.

b) Menurut derajat keparahan fraktur (simpel/tertutup/mengarah ke

rongga mulut atau kulit).

c) Menurut tipe fraktur (Greenstick/kompleks/kominutiva-

/impaksi/depresi).

d) Menurut ada atau tidaknya gigi dalam rahang (dentulous, partially

dentulous, endentulous).

e) Menurut lokasi (regio simfisis, regio kaninus, regio korpus,

angulus, ramus, prosesus kondilus, prosesus koronoid).

3. Anatomi Fisiologi
Menurut (http://www.ilmugreen.blogspot.com) ada 206 tulang dalam

tubuh manusia, yang terbagi dalam empat kategori: tulang panjang (mis.

femur), tulang pendek (mis. tulang tarsalia), tulang pipih (mis. sternum), dan

tulang tak teratur (mis. vertebrata). Bentuk dan konstruksi tulang tertentu

13
ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya (Brunner &Suddart,

2001 : 2210).

a. Rangka Aksial

Rangka aksial merupakan tulang-tulang yang berada dibagian tengah

sumbu tubuh. Tulang rangka aksial terdiri atas tulang kepala, ruas tulang

belakang, tulang dada, dan tulang rusuk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 2.1 dibawah ini

Tabel 2.1 Tulang-Tulang Penyusun Rangka Aksial

Kelompok tulang Nama tulang penyusun Jumlah

1. Tengkorak terdiri Dahi (frontal) 1

dari: Ubun-ubun (parietal) 2

a. Kranium Pelipis (temporal) 2

(tempurung Kepala belakang (oksipital) 1

kepala). Tulang baji (stenoid) 1

Tapis (etmoid 1

b. Wajah Rahang bawah (mandibula) 1

Hidung (nasal) 2

Lakrimal, Vomer 2,1

Konka inferior 2

Pipi (zigomatik) 2

Rahang atas (maksilia) 2

14
c. Telinga Martil (maleus) 2

Paron (inkus) 2

Stapes 2

2. Tulang belakang Servik (leher) 7

(vertebrae) Toraks (punggung) 12

Lumbar (pinggang) 5

Sacrum 1

Koksigea (tulang ekor) 1

3. Tulang dada Manubrium (hulu) 1

(sternum) Gladiolus (badan) 1

Xifoid (taju pedang) 1

4. Rusuk (kosta) Rusuk sejati 7 pasang

Rusuk palsu 3 pasang

Rusuk melayang 2 pasang

(sumber : http://qurranong.wordpress.com)

1) Tulang Kepala

Tulang-tulang tengkorak merupakan tulang yang menyusun kerangka

kepala. Tulang tengkorak tersusun atas 8 (delapan) buah tulang yang

menyusun kepala dan empat belas tulang yang menyusun bagian

bawah wajah. Tulang tengkorak bagian kepala merupakan bingkai

pelindung dari otak.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.

15
Gambar 2.1 Struktur Rangka Manusia (Tulang Kepala Manusia)

(Sumber : http://nisnisaika.blogspot.com)

2) Tulang Belakang (Columna Vertebralis)

Ruas-ruas tulang belakang disebut juga tulang belakang disusun oleh

33 buah tulang dengan bentuk tidak beraturan. Ke 33 tulang tersebut

terbagi atas 5 bagian yaitu : tujuh ruas pertama disebut tulang leher.

Ruas pertama dari tulang leher disebut tulang atlas, dan ruas kedua

berupa tulang pemutar atau poros. Bentuk dari tulang atlas

memungkinkan kepala manusia untuk melakukann gerakan atau

goyangan “ya” atau goyangan “tidak”, dua belas ruas berikutnya

membentuk tulang punggung. Ruas-ruas tulang punggung pada bagian

kiri dan kanannya merupakan tempat melekatnya tulang rusuk lima

ruas berikutnya merupakan tulang pinggang. Ukuran tulang pinggang

lebih besar dibandingkan tulang punggung. Ruas-ruas tulang pinggang

menahan sebagian besar berat tubuh dan banyak melekat otot-otot,

16
lima ruas tulang belakang (sacrum), yang menyatu, berbentuk segitiga

terletak di bawah ruas-ruas tulang pinggang, bagian bawah dari ruas-

ruas tulang belakang disebut ekor (coccxy), tersusun atas 3 sampai

dengan 5 ruas tulang belakang yang menyatu.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini

Gambar 2.2 (Tulang Belakang)

(Sumber : http://nisnisaika.blogspot.com)

3) Tulang Dada (Sternum) dan Tulang Rusuk (Costa)

Tulang dada termasuk tulang pipih, terletak dibagian tengah dada.

Pada sisi kiri dan kanan tulang dada terdapat empat lekat dari rusuk.

17
Bersama-sama dengan rusuk, tulang dada memberikan perlindungan

ada jantung, paru-paru dan pembuluh darah besar dari kerusakan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gamar 2.3 di bawah ini.

Gambar 2.3 (Tulang Dada dan Rusuk)

(Sumber : http://nisnisaika.blogspot.com)

4) Tulang Mandibula

Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang

muka yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu –

satunya tulang pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat

ditekan dan diangkat pada waktu membuka dan menutup mulut. Dapat

ditonjolkan, ditarik ke belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke

kanan dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah

(Pearce, 2002). Pada perkembangannya tulang ini terdiri dari dua

18
belahan tulang yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental,

persatuan kedua belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun

membentuk sebuah korpus yang letaknya horisontal dan berbentuk

seperti tapal kuda, menjorok ke muka serta mempunyai dua buah

cabang yang menjorok ke atas dari ujung posterior korpus (Bajpai,

1991).

Bagian – bagian mandibula, yaitu (Bajpai, 1991) :

a) Korpus

Korpus juga mempunyai dua permukaan, yaitu :

(1) Permukaan eksternus

Permukaan eksternus kasar dan cembung. Pada bagian ini

terdapat suatu linea oblikum yang meluas dari ujung bawah

pinggir anterior ramus menuju ke bawah dan ke muka serta

berakhir pada tuberkumum mentale di dekat garis tengah. Dan

terdapat juga foramen montale yang terletak di atas linea

oblikum dan simpisis menti yang merupakan rigi di garis

tengah yang tidak nyata di bagian atas pada tengah pada

tempat persatuan dari kedua belahan foetalis dari korpus

mandibula.

(2) Permukaan internus

Permukaan internus agak cekung. Pada permukaan ini terletak

sebuah linea milohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi

molar ke tiga menuju ke bawah dan ke muka mencapai garis

19
tengah, linea milohyodea ini menjadi origo dari muskulus

milohyodeus. Linea milohyoidea membagi fossa sublingualis

dari fossa submandibularis.

Korpus mempunyai dua buah pinggir, yaitu :

(1) Pinggir atas (alveolaris)


Merupakan lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk

dari masing – masing belahan mandibula ( dua untuk gigi seri,

satu untuk gigi taring, dua untuk gigi premolar dan tiga untuk

gigi molar). Pada orang tua setelah gigi – gigi tanggal lekuk –

lekuk ini tidak tampak karena atropi tulang yang mengakibatkan

berkurangnya lebar corpus mandibula.

(2) Pinggir bawah (basis)


Pinggir ini tebal dan melengkung yang melanjutkan diri ke

posterior dengan pinggir bawah ramus. Sambungan kedua

pinggir bawah ini terletak pada batas gigi molar ke tiga, di

tempat ini basis disilang oleh arteri fasialis. Fossa digastrika

yang merupakan lekukan oval terletak pada masing – masing

sisi dari garis tengah. Merupakan origo dari venter anterior

muskulus digastrikus. Sepanjang seluruh basis dilekatkan lapis

dari fasia kolli dan tepat di atasnya (superfasialis) dilekatkan

platisma.

b) Ramus
Ramus terdiri dari dua permukaan, yaitu :

20
(1) Permukaan eksternus (lateralis)
Permukaan ini kasar dan datar. Bagian posterior atas licin yang

berhubungan dengan glandula parotis. Sisa dari permukaan

merupakan insersio dari muskulus masseter.

(2) Permukaan internus (medialis)

Pada permukaan ini terletak foramen mandibulare yang

merupakan awal dari kanalis mandibularis serta dilalui oleh

nervus dentalis dan pembuluh – pembuluh darahnya.

Pinggir – pinggir pada ramus, yaitu :

 Pinggir superior, merupakan insisura – insisura tajam dan

cekung mandibularis di antara prosesus – prosesus

koronoideus dan prosesus kondiloideus.

 Pinggir anterior, melanjutkan diri ke bawah dengan garis

oblik.

 Pinggir posterior, tebal dan alur – alur merupakan

permukaan medialis dari glandula parotis.

 Pinggir inferior, melanjutkan diri dengan pinggir inferior

korpus dan bersama – sama membentuk basis mandibula.

Gambar 2.4 (Tulang Mandibula)

21
Gambar 2.4 tulang mandibula (Sumber : http//nisnisaika.blogspot.com)
b. Tulang Apendikular

Kerangka apendikular adalah kerangka terdiri dari 126 tulang anggota

gerak. Anggota gerak atas (64 tulang) : terdiri dari 10 tulang bahu dan

lengan, 16 tulang pergelangan tangan dan 38 tulang tangan. Anggota

gerak bawah (62 tulang) : terdiri dari 10 tulang pinggul dan tungkai, 14

tulang pergelangan kaki dan 38 tulang kaki. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Tulang Apendikular


Appendicular Skeleton (126 tulang)
Scapula 2
Pectoral Girdle 4 tulang
Clavicula 2
Tulang Ekstermitas Radius 2
atas Humerus 2
Ulna 2
60 tulang
Carpal 16
Metacarpal 10
Phalanx 28

22
Girdle Os Coxa 2
(setiap os coxa terdiri
Tulang Pelvic 2 tulang
dari penggabungan 3
tulang)
Femur 2
Tibia 2
Fibula 2
Tulang Ekstermitas
Patella 2 60 tulang
bawah
Tarsal 14
Metatarsal 10
Phalanx 28
Sumber : (http://www.qurranong.wordpress.com)

4. Etiologi

Menurut M. Clevo Rendi dan Margareth TH (2012 : 63-64) etiologi

pada fraktur secara umum adalah :

a. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis

patah melintang atau miring.

b. Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh

dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang

paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

23
c. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekeuatan dapat

berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari

ketiganya, dan penarikan.

Menurut http://dentislove.co.id. Penyebab fraktur mandibula terbanyak

adalah kecelakaan lalu lintas dan sebagian besar adalah pengendara sepeda

motor. Sebab lain yang umum adalah trauma pada muka akibat kekerasan,

olahraga. Berdasarkan penelitian yang didapatkan data penyebab tersering

fraktur mandibula adalah kecelakaan berkendara 43%, kekerasan 34%,

kecelakaan kerja 7%, jatuh 7%, olahraga 4%, sebab lain 5%.

5. Tanda dan Gejala

Menurut M. Clevo Rendi dan Margareth TH (2012 : 141) tanda dan

gejala pada fraktur mandibula adalah :

a. Nyeri hebat di tempat fraktur.

b. Tak mampu menggerakan dagu bawah.

c. Diikuti tanda gejala secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak,

krepitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

24
6. Pathway

Menurut (http://nisnisaika.blogspot.com) pathway fraktur secara umum

dapat dilihat pada bagan 2.1 di bawah ini :

Menurut http ://nisnisaika.blogspot.com pathway fraktur mandibula dapat

dilihat pada bagan 2.2 di bawah ini :

25
7. Komplikasi

Komplikasi fraktur secara umum menurut Padila (2012 : 305-306).

Yaitu ada dua :

a. Komplikasi Awal

1) Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,

CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar dan

dingin pada ekstermitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi

splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi dan

pembedahan.

2) Kompartement Syndrom

Kompartement syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi

karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam

jaringan paut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdaraan yang

menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan

dari luar seperti gips dan embatan yang terlalu kuat.

3) Fat Embolism Syndrom

Fat embolism syndrom (FES) merupakan komplikasi serius yang

sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena

sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran

darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang

ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi,

tachypnea, dan demam.

26
4) Infeksi

Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada

trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk

ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tetapi bisa

juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan

plat.

5) Avaskuler Nekrosis

Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak

atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali

dengan adanya Volkman’s Ischemia.

6) Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permebilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya

oksigenasi.ini biasanya terjadi pada fraktur.

b. Komplikasi lama

1) Delayed Union

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai

dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini

disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.

2) Nonunion

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan

memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9

bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih

27
pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini

juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.

3) Malunion

Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan

meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).

Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

Komplikasi fraktur mandibula menurut http://bodong2.blogspot.co.id

yaitu :

Komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur mandibula antara

lain adanya infeksi, dengan kuman patogen yang umum adalah

staphylococcus dan bacterioides. Terjadi malunion dan delayed

healing, biasanya disebabkan oleh infeksi, reduksi yang inadekuat,

nutrisi yang buruk, dan penyakit metabolik lainnya. Parasthesia dari

nervus alveolaris inferior, lesi r marginalis mandibulae n . fasialis bisa

terjadi akibat sayatan terlalu tinggi. Aplikasi vacuum drain dapat

membantu untuk mencegah timbulnya infeksi yang dapat terjadi oleh

karena genangan darah yang berlebihan ke daerah pembedahan. Fistel

orokutan bisa terjadi pada kelanjutan infeksi terutama pada penderita

dengan gizi yang kurang sehingga penyembuhan luka kurang baik dan

terjadi dehisensi luka.

8. Penatalaksanaan

Menurut M. Clevo Rendi, Margareth TH (2012 : 142) pengobatan

fraktur mandibula bisa dilakukan secara konservatif/operatif.

28
a. Konservatif

Immobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur.

b. Operatif

Dengan pemasangan traksi, pen, screw, plate, wire (tindakan asbarg).

9. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut M. Clevo Rendi, Margareth TH (2012 : 142) prosedur

diagnostik fraktur mandibula :

a. X. Ray : Menentukan lokasi atau luasnya fraktur.

b. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI : Memperlihatkan fraktur, juga

dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c. Arteriogram : Dilakukan bila kerusakan vaskuler.

d. CCT (creatinine clearance test) kalau banyak kerusakan otot.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut http://www.widhawidhari.blogspot.com. Pengkajian merupakan

tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan

kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat

memeberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses

keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas :

29
a. Pengumpulan Data

1) Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, nomor register,

tanggal dan diagnosa medis.

2) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.

Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.

Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien

digunakan:

(1) Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi faktor

presipitasi nyeri.

(2) Quality of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau

menusuk.

(3) Region : radiaton, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa

sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

(4) Severtity (Scale) of Pain : seberapa jauh rasa nyeri atau klien

menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan

fungsinya.

(5) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

buruk pada malam hari atau siang.

30
3) Riwayat penyakit sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari

fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan

terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut

sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian

tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme

terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.

4) Riwayat penyakit dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan

memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.

Penyakit-penyakit tertentu sperti kanker tulang dan penyakit paget’s

yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk

menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat

beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga

diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.

5) Riwayat penyakit keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti

diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan,

dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.

6) Riwayat psikososial

Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan

peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau

31
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga

ataupun dalam masyarakat.

Menurut http://dentislove.bogspot.co.id pada anamneis keluhan

subyektif berkaitan dengan fraktur mandibula dicurigai dari adanya

nyeri, pembengkakan oklusi abnormal, mati rasa pada distribusi saraf

mentalis, pembengkakan, perdarahan, memar, perdarahan dari soket

gigi, gigi yang fraktur atau tunggal, trismus, ketidakmampuan

mengunyah, selain itu keluhan biasanya disertai riwayat trauma seperti

kecelakaan lalu lintas, kekerasan, terjatuh, kecelakaan olah raga

ataupun riwayat penyakit patologis.

b. Pemeriksaan Fisik

Menurut http://www.dentislove.blogspot.co.id pemeriksaan fisik pada

fraktur mendibula adalah sebagai berikut :

1) Inspeksi : deformitas angulasi medial, lateral, posterior atau anterior,

diskrepensi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan, apakah ada

bengkak atau kebiruan pada luka yang mengarah ke fraktur terbuka

harus diidentifikasi dan ditentukan menurut derajatnya (Gustillo et.

A.l.).

2) Palpasi : nyeri tekan pada daerah fraktur, nyeri bila digerakkan.

Krepitasi : biasanya penderita sangat nyeri oleh sebab itu pemeriksaan

ini harus gentle dan bila perlu dapat ditiadakan.

3) Gerakan : gerakan luar biasa pada daerah fraktur. Gerakan sendi di

sekitarnya terbatas karena nyeri, akibat fungsi terganggu.

32
4) Pemeriksaan trauma lain seperti kepala, torak, abdomen, traktus

urinarus dan pelvis.

5) Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neuromuskuler bagian distal

fraktur yang berupa pulfus arteri, warna kulit, temperatur kulit,

pengambilan darah ke kapiler.

c. Pemeriksaan Diagnostik

1) X. Ray.

2) Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

3) Arteriogram :dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

4) CCT kalau banyak kerusakan otot.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien fraktur manurut Arif

Muttaqin (2008 : 218-220).

a. Nyeri akut berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi

saraf, cedera neuromuskular, trauma jaringan, dan refleks spasme otot

sekunder.

b. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan diskontinuitas

jaringan tulang, nyeri sekunder akibat pergerakan fragmen tulang, dan

pemasangan traksi.

c. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan

neuromuskular dan penurunan kekuatan.

d. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik dan

pemasangan traksi.

33
Menurut M. Clevo Rendi dan Margareth TH (2012 : 142),

menyebutkan diagnosa pada fraktur mandibula adalah :

a. Resti terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang

banyak.

b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan perubahan fragmen tulang.

c. Resti infeksi berhubungan dengan adanya luka terbuka.

d. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kerusakan neuromuscular.

e. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan

dengan kesalahan dalam penafsiran, tidak femilier dengan sumber

informasi.

3. Perencanaan

Menurut Asmadi (2008 : 177) dalam merencanakan intervensi

keperawatan, perawat harus memperhatikan beberapa kriteria yang terkait

dengan rumusan intervensi keperawatan. Kriteria tersebut, anatar lainmemakai

kata kerja yang tepat, bersifat spesifik (apa yang dilakukan? Siapa yang

melakukan? Dimana hal tersebut dilakukan? Bagaimana cara melakukannya?

Dan seberapa sering hal tersebut dilakukan?), dan dapat dimodifikasi.

Intervensi keperawatan terdiri atas intervensi keperawatan yang

independen dan intervensi keperawatan kolaboratif. Intervensi keperawatan

independen adalah intervensi keperawatan yang dilakukan perawat terhadap

klien secra mandiri tanpa peraan aktif dan tenaga kesehatan lain. Intervensi

keperawatan kolaboratifadalah intervensi keperawatan yang dilakukan oleh

perawat terhadap klien dalam bentuk kerjasama dengan tenaga kesehtaan lain.

34
Menurut Arif Muttaqin (2008 : 218-220) perencanaan untuk klien

fraktur secara umum adalah :

a. Nyeri akut berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi

saraf, cedera neuromuskular, trauma jaringan, dan refleks spasme otot

sekunder

1) Tujuan

Nyeri berkurang, hilang atau teratasi.

2) Kriteria hasil

Secara subjektif klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi,

mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri,

klien tidak gelisah dengan skala nyeri (0-1) atau teratasi.

3) Intervensi

a) Kaji nyeri

b) Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus.

c) Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri

nonfarmakologis dan noninvansif.

d) Ajarkan relaksasi : Teknik-teknik mengurangi ketegangan otot

angka yang dapat mengurangi intensitas nyeri. Tingkatkan

relaksasi masase.

e) Ajarkan distraksi selama nyeri akut.

f) Berikan kesempatan waktu istirahatbila terasa nyeri dan berikan

posisi yang nyaman.

35
g) Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri dan hubungkan

dengan berapa lama nyeri akan berlangsung.

h) Observasi tingkat nyeri dan respons motorik klien 30 menit setelah

pemberian obat analgesik untuk mengkaji efektivitasnya dan 1-2

jam setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari.

i) Pemberian analgesik.

j) Pemasangan traksi kulit atau traksi tulang.

k) Operasi untuk pemasangan fiksasi internal.

4) Rasional

a) Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan

menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya diatas

tingkat cedera.

b) Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan, suhu, distensi

kandung kemih, dan berbaring lama.

c) Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi

lainnya efektif dalam mengurangi nyeri.

d) Teknik ini akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan

oksigen pada jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang.

e) Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal-hal yang

menyenangkan.

f) Istirahat merelaksai jaringan sehingga akan meningkatkan

kenyamanan.

36
g) Pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri membantu mengurangi

nyeri. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepatuhan klien

terhadap rencana terapeutik.

h) Dengan pengkajian yang optimal, perawat akan mendapatkan data

yang objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan

melakukan intervensi yang tepat.

i) Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang.

j) Traksi yang efektif akan memberikan dampak pada penurunan

pergeseran fragmen tulang dan memberikan posisi yang baik untuk

penyatuan tulang.

k) Fiksasi internal dapat membantu imobilisasi fraktur sehingga

pergerakan fragmen berkurang.

b. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan diskontinuitas

jaringan tulang, nyeri sekunder akibat pergerakan fragmen tulang, dan

pemasangan traksi.

1) Tujuan

Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan

kemampuannya.

2) Kriteria hasil

Klien dapat ikut serta alam program latihan, tidak mengalami

kontraktur sendi, kekuatan otot bertambah, dan klien menunjukkan

tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

37
3) Intervensi

a) Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan

kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.

b) Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang

tidak sakit.

c) Bantu klien melakukan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi.

d) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.

4) Rasional

a) Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

b) Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot, serta

memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.

c) Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

d) Kemampuan mobiliasi ekstermitas dapat ditingkatkan dengan

latihan fisik dari tim fisioterapi.

c. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan

neuromuskular dan penurunan kekuatan

1) Tujuan

Perawatan diri klien dapat terpenuhi.

2) Kriteria hasil

Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan

merawat diri, mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai

dengan tingkat kemampuan, dan mengidentifikasi individu/masyarakat

yang dapat membantu.

38
3) Intervensi

a) Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk

melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

b) Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.

c) Ajak klien untuk berfikir positif terhadap kelemahan yang

dimilikinya. Berikan klien motivasi dan izinkan klien melakukan

tugas, dan berikan umpan balik positif atas usahanya.

d) Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan minum dan meningkatkan

latihan.

4) Rasional

a) Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan

untuk kebutuhan individual.

b) Hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan menjaga harga diri

klien.

c) Klien memerlukan empati. Perawat perlu mengetahui perawatan

yang konsisten dalam menangani klien intervensi tersebut dapat

meningkatkan harga diri, memandirikan klien untuk terus

mencoba.

d) Meningkatkan latihan dapat membantu mencegah konstipasi.

d. Risiko tinggi berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik dan

pemasangan traksi.

1) Tujuan

Risiko trauma tidak terjadi.

39
2) Kriteria hasil

Klien mau berpartisipasi dalam pencegahan trauma. Traksi

dapatefektif dilaksanakan.

3) Itervensi

a) Pertahankan imobilisasi

b) Bila terpasang bebat, sokong fraktur dengan bantal atau gulungan

selimut untuk mempertahankan posisi yang netral.

c) Pantau traksi : keadaan kontraksi.

d) Kesinambungan traksi.

e) Tali traksi tulang.

f) Pemberat traksi.

g) Posisi anatomis.

h) Tali tidak boleh macet.

i) Kolaborasi pemberian obat antibiotik.

j) Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan

lokal/sistemik, seperti peningkatan nyeri, edema, demam).

4) Rasional

a) Meminimalkkan rangsang nyeri akibat gesekan antara fragmen

tulaang dnegan jaringan lunak disekitarnya.

b) Mencegah peruahan posisi dengan tetap mempertahankan

kenyamaan dan keamanan.

40
c) Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif. Umumnya,

berat badan klien dan pengaturan posisi tempat tidur mampu

memberikan kontratraksi.

d) Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi

fraktur efektif.

e) Traksi skelet tidak boleh terputus karena akan memudahkan

trauma pada tulang.

f) Pemberat tidak boleh diambil, kecuali bila dimaksudkan

intermiten. Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau

mengubah garis resultan tarikan harus dihilangkan. Pemberat harus

tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau

lantai.

g) Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur

ketika traksi dipasang.

h) Simpul pada tali atau katrol tidak boleh menyentuh katrol atau kaki

tempat tidur.

i) Antibiotik bersifat bakterisidal/bakteriostatikuntuk

membunuh/menghambat perkembangan kuman.

j) Menilai perkembangan masalah klien.

Menurut M. Clevo Rendi dan Margareth TH (2012 : 142-145)

perencanaan pada fraktur mandibula adalah :

a) Resti terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan

perdarahan yang banyak.

41
(1) Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resti syok

hipovolemik teratasi.

(2) Intervensi

(a) Observasi tanda-tanda vital.

(b) Kaji sumber, lokasi dan banyaknya perdarahan.

(c) Beri banyak cairan (minum).

(d) Kolaborasi pemberian cairan infuse, obat koagulan,

pemeriksaan lab Hb dan Ht.

(3) Rasional

(a) Mengetahui tanda-tanda syok sedini mungkin.

(b) Mengkaji sumber, lokasi dan banyaknya perdarahan

diharapkan dapat menentukan tindakan keperawatan yang

tepat.

(c) Mencegah kekurangan cairan (mengganti cairan yang

hilang).

(d) Cairan infus sebagai pengganti cairan yang hilang, obat

koagulan dapat mengehentikan perdarahan, pemeriksaan

Hb dan Ht dapat mengetahui kadarnya untuk apakah perlu

transfusi atau tidak.

b) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan perubahan

fragmen tulang.

42
(a) Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkannyeri

hilang, pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas/ tidur/

istirahat dengan cepat.

(b) Intervensi

(1) Kaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri

dengan menggunakan skala nyeri.

(2) Pertahankan immobilisasi (back slab).

(3) Beri support pada ekstermitas yang luka.

(4) Kolaborasi pemberian obat analgetik.

(c) Rasional

(1) Mengeahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan

jenis tindakan.

(2) Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan

yang luka.

(3) Mempersiakan mental serta agar pasien berpartisipasi

pada setiap tindakan yang akan dilakukan.

(4) Pemberian analgetik diharapkan dapat mengurangi rasa

nyeri.

c) Resti infeksi berhubungan dengan adanya luka terbuka.

(1) Tujuan

Dengan dilakukannya asuhan keperawatan diharapkan resti

infeksi teratasi.

43
(2) Intervensi

(a) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya

edema, rubor, kalor, dolor, fungsio laesa.

(b) Anjurkan klien untuk tidak memegang bagian yang luka.

(c) Kolaborasi persiapan untuk operasi sesuai indikasi.

(3) Rasional

(a) Mengetahui tanda-tanda infeksi.

(b) Meminimalkan terjadinya kontaminasi.

(c) Mempercepat proses penyembuhan luka dan pencegahan

peningkatan infeksi.

d) Gangguan aktivitas berhubungan dengan kerusakan neuro

muskuloskeletal, nyeri, immobilisasi.

(1) Tujuan

Dengan dilakukannya asuhan keperawatan dapat mencapai

penyembuhan luka sesuai waktu dan tidak terjadi infeksi.

(2) Intervensi

(a) Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema

dan persepsi pasien tentang immobilisasi tersebut.

(b) Ajarkan tekhnik distraksi (menonton TV, membaca koran,

dll).

(c) Bantu pasien dalam perawatan diri.

(3) Rasional

(a) Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi.

44
(b) Memberikan kesempatan untuk memusatkan perhatian

meningkatkan perasaan mengontrol dan mengurangi

isolasi sosial.

(c) Meningkatkan sirkulasi dan kekuatan otot, meningkatkan

pasien dalam mengontrol situasi, meningkatkan kemauan

pasien untuk sembuh.

4. Implementasi

Menurut Asmadi (2008 : 177-178) implementasi adalah tahap ketika

perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk

intervensi keperawatan guna membntu klien mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi

adalah kemampuan komunkasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan

hubungan saliing percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik

psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan

memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan

evaluasi. Implementasi tindakan keperawatan dibedakan menjadi tiga

kategori, yaitu independent (suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat

tanpa petunjuk dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya), interdependent

(suatu kegiatan yang memerlukan kerjasama dari tenaga kesehatan lain, mis :

ahli gizi, fisioterapi, dan dokter), Dependen (berhubungan dengan

pelaksanaan rencana tindakan medis/instruksi dari tenaga medis)

45
5. Evaluasi

Menurut Asmadi (2008 : 178-179) evaluasi adalah tahap akhir dari

proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan

terencana antara hasil akhir yang termati dan tujuan atau kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara bersinambungan

dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi

menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari

siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke

dalam siklus tersebutmulai dari pengkajian ulang (reassessment). Secara

umum, evaluasi ditujukan unntuk melihat dan menilai kemamuan klien dalam

mencapai tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau

belum, dan mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum terapai.

46
BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

a. Biodata

1) Identitas Klien

Nama : Tn. A

Umur : 24 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Buruh

Ruang/Kamar : Prabu Siliwangi lantai 3/Kamar 3

Nomer Register : 951847

Diagnosa Medis : Pre Op Fraktur Tertutup Mandibula

Dextra

Dr. Penanggung Jawab : Dr. B

Tanggal Masuk : 05-03-2017

Tanggal Pengkajian : 06-03-2017

Alamat : Kanci Kulon Rt 002/ Rw 002,

Astanajapura-Cirebon

47
2) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. C

Umur : 50 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Kanci Kulon Rt 002/ Rw 002,

Astanajapura-Cirebon

Hubungan Dengan Klien : Ayah Kandung

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan mempunyai riwayat patah tulang tetapi di tangan

sebelah kanan, klien juga pernah di rawat di RS Hasan Sadikin

Bandung selama sehari, klien juga pernah dilakukan tindakan operasi

(pada tangan kanan) dan pernah mengalami kecelakaan/trauma

(kecelakaan speda motor).

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Keluhan Utama : Nyeri

Klien mengeluh nyeri pada mulutsebelah kanan.Klien mengatakan

nyeri berkurang apabila tidak mengunyah makanan pada mulut

sebelah kanan dan berkurang bila sudah diberi obat anti nyeri serta

nyeri bertambah apabila klien mengunyah makananpada mulut

48
sebelah kanan. Nyeri seperti ditusuk-tusuk (nyut-nyutan). Klien

terlihat meringis kesakitan dari skala 1-5 nyeri dirasakan diangka

3.

b) Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan pada tanggal 3 maret 2017, klien periksa ke poli

klinik RSUD Gunung Jati Cirebon dengan keluhan nyeri pada

mulut sebelah kanan klien merasa nyeri yang dialaminya dampak

dari kecelakaan yang pernah klien alami sehingga klien merasa

tidak nyaman pada saat menunyah makanan. Menurut dokter yang

memeriksa, klien mengalami patah tulang pada rahang mulut

sebelah kanan dan dokterpun menjelaskan kepada klien. Dokter

tersebut kemudian menganjurkan pada klien untuk dilakukan

operasi pada rahangnya. Kemudian pada tanggal 5 maret klien

datang ke RSUD Gunung Jati Cirebon dan saat ini klien di rawat di

ruang Prabu Siliwangi lantai 4 untuk persiapan operasi.

c) Keluhan Waktu Didata

(1) Klien mengeluh nyeri pada mulut sebelah kanan pada saat

mengunyah makanan.

(2) Klien mengatakan posisi rahangnya tidak pas.

(3) Klien mengeluh lemas.

(4) Klien mengatakan selama sakit tidak pernah melaksanakan

shalat.

(5) Klien mengatakanselama dirawat belum pernah gosok gigi.

49
(6) Klien mengatakan mulutnya terasa bau.

(7) Klien mengatakan merasa cemas dengan kondisinya saat ini.

(8) Klien merasa sedih karena tidak bisa beraktivitas seperti

biasanya.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut penuturan ibu klien, bahwa dalam anggota keluarganya tidak

mempunyai riwayat yang sama seperti klien dan tidak mempunyai

penyakit keturunan seperti Dm, Hipertensi, serta tidak mempunyai

penyakit yang menular seperti TBC.

Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki meniggal

: Perempuan Meninggal

: Klien

50
: Garis Keturunan

: Tinggal Serumah

4) Riwayat Obat-Obatan dan Alergi

Menurut keterangan klien. Klien tidak mempunyai alergi apapun.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : Lemah

a) Penampilan : Sedikit kotor

b) Tingkat Kesadaran : Compos mentis GCS 15 ( E : 4, V : 5, M: 6).

2) Tanda-tanda Vital

T : 36,5˚C

P : 98x/menit

R : 22x/menit

S : 110/70n mmHg

3) TB dan BB

a) TB : 165 cm

b) BB : 58 Kg

4) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Bentuk kepala simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat

alopesia dan soborhea, keadaan rambut kepala bersih, penyebaran

merata, tidak mudah dicabut, warna rambut hitam, tekstur lurus,

dan tidak ada ketombe.

51
b) Mata

Bentuk mata simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva anemis,

pada saat sinar datang pupil dapat miosis dan midriasis pada saat

tidak diberi rangsangan sinar. Alis simetris, distribusi merata, tidak

ada nyeri tekan, warna hitam, kelopak mata bisa menutup dan

membuka secara normal, warna sclera putih, kornea bening, bisa

membedakan warna dan bisa membaca papan nama mahasiswa.

c) Hidung

Keadaan cukup bersih, tidak terdapat nyeri tekan saat dipalpasi,

fungsi penciuman normal.

d) Mulut

Bentuk mulut tidak simetris, keadaan mulut bau dan bibir kotor,

mukosa berwarna merah muda, bisa membedakan rasa asin dan

manis, kondisi gigi tiak beraturan, jumlah gigi 32, gigi dan lidah

kotor serta terdapat karies gigi, dan tedapat nyeri tekan pada

bagian mulut sebelah kanan.

e) Telinga

Warna kulit sama dengandaerah sekitar, bentuk simetris, pada saat

dipalpasi tidak ada nyeri, terdapat sedikit serumen, fungsi

pendengaran baik ditandai dengan menjawab saat ditanya dan

dengan melakukan tes weber (+), rinne (+), dan swabach (+).

52
f) Leher

Bentuk leher simetris, warna sama dengan daerah sekitar, tidak

terdapat pembesaran kelenjar tiroid, pergerakan leher normal, tidak

ada nyeri tekan, dan tidak ada pembesaran vena jugularis.

g) Dada dan Jantung

Bentuk dada simetris antara kanan dan kiri, warna sama dengan

daerah sekitar, respirasi vaskuler, tidak ada kelainan pada postur

dada seperti funnel chest, barrel chest, dan pigeon chest. Bunyi

jantung I lub II dub, tidak terdapat pembesaran jantung, dan tidak

terlihat adanya debaran jantung.

h) Abdomen

Bentuk simetris, warna sama dengan daerah sekitar, tidak ada lesi,

tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi abdomen, BU : 7x/menit.

i) Ekstermitas

(1) Superior Dextra

bentuk simetris, warna kulit sama dengan daerah sekitar, tidak

ada nyeri tekan, pergerakan bebas, terdapat bekas operasi

panjangnya ±15 cm, keadaan kering dan sudah menyatu

dengan kulit sekitarnya.

(2) Superior Sinistra

bentuk simetris, warna kulit sama dengan daerah sekitar, tidak

ada peradangan, pergerakan tidak bebas karena klien terpasang

infus RL 20 tpm.

53
(3) Inferior Dextra

Bentuk simetris, warna kulit sama dengan daerah sekitar, tidak

ada nyeri tekan,pergerakan bebas, reflek patella dan babinski

positif.

(4) Inferior Sinistra

Bentuk simetris, warna kulit sama dengan daerah sekitar, tidak

ada nyeri tekan, pergerakan bebas, reflek patelladan babinski

positif.

(5) Tonus otot

5 4

5 5

j) Genetalia dan Anus

Menurut keterangan klien, pada genetalinya terdapat 1 skrotum, 2

testis dan 1 penis. Tidak ada kelainan pada lubang kencing dan

kecacatan lainnya. Warna kulit sama dengan daerah sekitar,

keadaan bersih tanpa adanya luka sperti lecet, sedangkan apada

anus terdapat satu lubang tempat keluarnya feses, tidak tedapat

nyeri tekan, tidak terdapat hemoroid, warna kulit sama dengan

daerah sekitar, tidak terdapat luka lecet, dan keadaan anus tidak

kotor.

5) Pemeriksaan Penunjang

a) Hasil Pemeriksaan Darah Tanggal 05-03-2017

54
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Interpretasi

HEMATOLOGI

Darah Rutin

Hemoglobin 12.1 12-18 g/dL Normal

Lekosit 7000 4500-13000 /uL Normal

Trombosit 440 150-400 10^3/uL Meningkat

Eritrosit 4.09 4.5-5.8 10^6/uL Menurun

Hematokrit 37.9 37-54 % Normal

MCV 92.6 82-98 Mikro m3 Normal

MCH 29.6 27-34 Pg Normal

MCHC 31.9 32-36 g/dL Menurun

QDW CU 12.5 11-16 % Normal

RDW SP 45.0 35-56 % Normal

Bleeding Time 1’30’’ 1-3 Menit’detik Normal

Clotting Time 4’00’’ 2-6 Menit’detik Normal

b) Hasil Pemeriksaan Rontgen

Nama : Tn. A

No : 1215

Jenis fhoto : Rontgen mandibula

Tanggal : 05-03-2017

Ruang : Prabusiliwangi lantai 3

55
Hasil : fraktur tertutup mandibula dextra

No. Registrasi : 951847

6) Program Therapy

Tanggal 06-03-2017

No Jenis Obat Dosis Cara Pemberian Fungsi

1. Cefotaxime 2x500 mg Iv Antibiotik

Cairan
2. Infus RL 500 ml Iv
elektronik
3. Ketorolac 2x500mg Iv Analgetik

d. Data Biologis
No. Kebiasaan Sehari-hari Sebelum Sakit Selama Sakit
(1) (2) (3) (4)
1. Nutrisi

1. Makan 3x/hari 3x/hari

a. Frekuensi Baik Baik

b. Pola makan Baik Baik

c. Porsi makan 1 porsi 1 porsi

d. Apakah terpasang Tidak terpasang Tidak terpasang

NGT NGT NGT

e. Nafsu makan Ada Ada

f. Pantangan Tidak ada Tidak ada

g. Alergi Tidak ada Tidak ada

h. Gangguan Tidak ada Susah mengunyah

56
(1) (2) (3) (4)
2. Minum

a. Jenis air minum Air putih Air putih

b. Frekuensi ±6-8x/hari 5-6x/hari

c. Jumlah ± 1500c ±1000cc

Gangguan Tidak ada Tidak ada

2. Eliminasi

1. Fecal

a. Frekuensi 1x/hari 1x/hari

b. Warna dan bau Kuning/khas Kuning/khas

c. Konsistensi Lembek Lembek

d. Gangguan Tidak ada Tidak ada

2. Urine

a. Jenis Cair Cair

b. Frekuensi 4-6x/hari 4-5x/hari

c. Jumlah ± 800cc ±600cc

d. Warna dan bau Kuning/khas Kuning/khas

e. Apakah terpasang Tidak terpasang Tidak terpasang

kateter kateter kateter

f. Gangguan Tidak ada Tidak ada

57
(1) (2) (3) (4)
3. Pola Istirahat dan Tidur

1. Siang

a. Frekuensi 2-3 jam/hari 1-2 jam/hari

b. Kualitas Nyenyak Nyenyak

c. Problem Tidak ada Tidak ada

2. Malam

a. Frekuensi 5-6 jam/hari 5- 6 jam/hari

b. Kualitas Nyenyak Nyenyak

c. Problem Tidak ada Tidak ada

4. Personal Hygiene

1. Mandi 3x/hari 2x/hari (lap)

2. Oral hygiene/gosok 3x/hari Belum pernah

gigi

3. Cuci rambut 2-3x/minggu Belum pernah

4. Gunting kuku 1x/minggu Belum pernah

5. Ganti baju 2-3/hari 2x/hari

5. Aktivitas

1. Aktivitas mandiri Mandiri Dibantu keluarga

dan perawat

2. Olahraga 1x/minggu Tidak pernah

3. Rekreasi 1x/minggu Tidak pernah

58
(1) (2) (3) (4)
4. Gangguan dalam Tidak ada Ada

pelaksanaan aktivitas

e. Kebutuhan Psikologis

Klien mengatakan merasa cemas karena kondisinya saat ini, klien juga

mengatakan sedih dengan kondisinya karena tidak mampumelakukan

aktivitas seperti biasanya, klien terlihat cemas dan terlihat gelisah.

f. Kebutuhan Sosial

Klien mengatakan dapat berinteraksi dengan orang sekitar terutama

dengan keluarga dan perawat.

g. Kebutuhan Spiritual

Klien mengatakan selama sakit tidak pernah shalat karena kurang

pengetahuan tentang tata cara shalat pada saat sakit, tetapi klien hanya

bisa berdoa saja untuk kesembuhannya dan klien ingin tahu tata cara

shalat pada saat sakit.

2. Analisa Data

No. Data Fokus Etiologi Problem

(1) (2) (3) (4)

1. DS : Trauma langsung Gangguan rasa

a. Klien mengeluh nyeri pada nyaman nyeri

mulut sebelah kanan Fraktur tertutup

59
(1) (2) (3) (4)

b. Klien mengatakan nyeri

berkurang apabila tidak

mengunyah makanan pada Pergeseran

mulut sebelAh kanan dan fragmen tulang

berkurang bila sudah diberi

obat anti nyeri. Terputusnya

c. Klien mengatakan nyeri kontinuitas

bertambah apabila jaringan

mengunyah makanan pada

mulut sebelah kanan. Merangsang ujung

d. Klien mengatakan nyeri saraf untuk

seperti ditusuk-tusuk (nyut- mengeluarkan zat

nyutan). BHSP

e. Klien mengatakan posisi

rahangnya tidak pas. Diterima oleh

DO : reseptor nyeri pada

a. Klien terlihat meringis medulla spinalis

kesakitan.

b. Dari skala 0-5 nyeri Nyeri

dirasakan diangka 3. dipersepsikan

c. Hasil rontgen terdapat

60
(1) (2) (3) (4)
fraktur tertutup mandibula

dextra.

2. DS : Lemas Intoleransi

a. Klien mengeluh lemas aktivitas

DO : Terpasang infus

a. superior sinistra :

pergerakan tidak bebas Pergerakan tidak

karena klien terpasang infus bebas

RL 20 tpm.

b. Aktivitas dibantu keluarga Keterbatasan

dan perawat Aktivitas

c. Tonus otot

5 4

5 5
3. DS : Kurang Gangguan

a. Klien mengatakan selama pengetahuan spiritual

sakit tidak pernah

melaksanakan shalat. Kurang informasi

b. Klien mengatakan kurang tata cara sholat

pengetahuan tentang tata

cara shalat pada saat sakit. Ibadah sholat tidak

c. Klien mengatakan hanya dilaksanakan

61
(1) (2) (3) (4)
bisa berdoa saja untuk

kesembuhannya. Spiritual terganggu

DO :

Klien ingin tahu tata cara shalat

pada saat sakit.

4. DS : Pergeseran Gangguan

a. Klien mengatakan selama fragmen tulang personal hygiene

dirawat belum pernah

gosok gigi. Nyeri

b. Klien mengatakan mulutnya

terasa bau. Keterbatasan

DO : aktivitas fisik

a. Keadaan mulut bau dan

bibir kotor. Ketidakmampuan

b. Gigi dan lidah kotor. klien merawat diri

5. DS : Informasi tentang Gangguan rasa

a. Klien mengatakan cemas. penyakit yang aman : cemas

b. Klien mengatakan dirinya terbatas

sedih karena tidak bisa

beraktivitas seperti Kurang

biasanya. pengetahuan

62
(1) (2) (3) (4)
DO : tentang penyakit

a. Klien terlihat cemas.

b. Klien terlihat gelisah.

3. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pergeseran fragmen

tulang ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada mulutsebelah kanan,

klien mengatakan nyeri berkurang apabila tidak mengunyah makanan

pada mulut sebelah kanan dan berkurang bila sudah diberi obat anti nyeri,

klien mengatakan nyeri bertambah apabila mengunyah makanan pada

mulut sebelah kanan, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk (nyut-

nyutan), klien mengatakan posisi rahangnya tidak pas, klien terlihat

meringis kesakitan, dari skala 1-5 nyeri dirasakan diangka 3, hasil rontgen

terdapat fraktur tertutup mandibula dextra.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan terpasang terapi infus ditandai

dengan klien mengeluh lemas, superior sinistra : pergerakan tidak bebas

karena klien terpasang infus RL 20 tpm, aktivitas dibantu keluarga dan

perawatTonus otot 5 4

5 5

c. Gangguan spiritual berhubungan dengan kurang informasi tata cara shalat

pada saat sakit ditandai dengan klien mengatakan selama sakit tidak

63
pernah shalat, klien mengatakan kurang pengetahuan tentang tata cara

shalat pada saat sakit, klien mengatakan hanya bisa berdoa saja untuk

kesembuhannya, klien ingin tahu tata cara shalat pada saat sakit.

d. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan ketidakmampuan klien

merawat diri ditandai dengan klien mengatakan selama dirawat belum

pernah gosok gigi, klien mengatakan mulutnya terasa bau, keadaan mulut

bau dan bibir kotor, gigi dan lidah kotor.

e. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

ditandai dengan klien mengatakan cemas dengan kondisinya saat ini, klien

mengatakan dirinya sedih karena tidak bisa beraktivitas seperti biasanya,

klien terlihat cemas, klien terlihat gelisah.

64
4. Perencanaan

Nama : Tn. A Ruang : Prabu Siliwangi Lantai 3


Umur : 24 Tahun Diagnosa Medis : Fraktur Tertutup Mandibula Dextra
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan Intevensi Rasional
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. 06-03-17 Gangguan rasa nyaman nyeri Tupan : 1. Kaji nyeri. 1. Nyeri merupakan respon
berhubungan dengan pergeseran Setelah dilakukan asuhan subjektif yang dapat
fragmen tulang ditandai dengan : keperawatan selama 5x24 dikaji dengan
DS: jam diharapkan gangguan menggunakan skala
a. Klien mengeluh nyeri pada rasa nyaman nyeri teratasi. nyeri. Klien melaporkan
mulut sebelah kanan. Tupen : nyeri biasanya di atas
b. Klien mengatakan nyeri Setelah diberikan tindakan tingkat cedera.
berkurang apabila tidak keperawatan selama 1x24 2. Bantu klien dalam 2. Nyeri dipengaruhi oleh
mengunyah makanan pada jam secara bertahap mengidentifika kecemasan, ketegangan,
mulut sebelah kanan dan diharapkan gangguan rasa si faktor pencetus. suhu, distensi kandung
berkurang bila sudah diberi nyaman nyeri teratasi dengan kemih, dan berbaring
obat anti nyeri. kriteria hasil : lama.
c. Klien mengatakan nyeri 1) Skala nyeri berkurang 3. Jelaskan dan bantu klien 3. Pendekatan dengan
bertambah apabila (1). terkait dengan tindakan menggunakan relaksasi
mengunyah makanan pada 2) Klien tidak meringis pereda nyeri dan nonfarmakologi
mulut sebelah kanan. kesakitan. nonfarmakologi dan lainnya efektif dalam
d. Klien mengatakan nyeri 3) Pada saat makan tidak noninvasif. mengurangi nyeri.
seperti ditusuk benda tajam. terasa nyeri.

65
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
e. Klien mengatakan posisi
rahangnya tidak pas. 4. Ajarkan relaksasi : 4. Teknik ini akan
DO: Teknik-teknik melancarkan peredaran
a. Klien terlihat meringis mengurangi ketegangan darah sehingga
kesakitan. otot angka yang dapat kebutuhan oksigen pada
b. Dari skala 1-5 nyeri mengurangi intensitas jaringan terpenuhi dan
dirasakan diangka 3. nyeri. Tingkatkan nyeri berkurang.
c. Hasil rontgen terdapat relaksasi masase.
fraktur tertutup mandibula 5. Ajarkan distraksi selama 5. Mengalihkan perhatian
dextra. nyeri akut. klien terhadap nyeri ke
hal-hal yang
menyenangkan.
6. Berikan kesempatan 6. Istirahat merelaksasi
waktu istirahat bila jaringan sehingga akan
terasa nyeri dan berikan meningkatkan
posisi yang nyaman. kenyamanan.
7. Tingkatkan pengetahuan 7. Pengetahuan tentang
tentang sebab-sebab sebab-sebab nyeri
nyeri dan hubungkan membantu mengurangi
dengan berapa lama nyeri. Hal ini dapat
nyeri akan berlangsung. membantu
meningkatkan kepatuhan

66
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
klien terhadap rencana
terapeutik.
8. Observasi tingkat nyeri 8. Dengan pengkajian yang
dan respons motorik optimal, perawat akan
klien 30 menit setelah mendapatkan data yang
pemberian obat objektif untuk mencegah
analgesik untuk kemungkinan
mengkaji efektivitasnya komplikasi dan
dan 1-2 jam setelah melakukan intervensi
tindakan perawatan yang tepat.
selama 1-2 hari.
9. Pemberian analgesik. 9. Analgesik memblok
lintasan nyeri sehingga
nyeri akan berkurang.
10. Pemasangan traksi kulit 10. Traksi yang efektif akan
atau traksi tulang. memberikan dampak
pada penurunan
pergeseran fragmen
tulang dan memberikan
posisi yang baik untuk
penyatuan tulang.
11. Operasi untuk 11. Fiksasi internal dapat

67
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
pemasangan fiksasi membantu imobilisasi
internal. fraktur sehingga
pergerakan fragmen
berkurang.
2. 06-03-17 Intoleransi aktivitas Tupan : 1. Kaji mobilitas yang ada 1. Mengetahui tingkat
berhubungan dengan terpasang Setelah diberikan asuhan dan observasi adanya kemampuan klien dalam
infus ditandai dengan : keperawatan selama 5x24 peningkatan kerusakan. melakukan aktivitas.
a. Klien mengeluh lemas. jam diharapkan intoleransi Kaji secara teratur
DO : aktivitas teratasi. fungsi motorik.
a. Superior sinistra : 2. Ajarkan klien 2. Gerakan aktif
pergerakan tidak bebas Tupen : melakukan latihan gerak memberikan massa,
karena klien terpasang infus Setelah dilakukan tindakan aktif pada ekstermitas tonus dan kekutan otot,
RL 20 tpm. keperawatan selama 1x24 yang tidak sakit. serta memperbaiki
b. Aktivitas dibantu keluarga jam secara bertahap fungsi jantung dan
dan perawat diharapkan intoleransi pernafasan.
c. Tonus otot 4 5 aktivitas teratasi dengan 3. Bantu klien melakukan 3. Untuk mempertahan
5 5 kriteria hasil : ROM dan perawatan kan fleksibilitas sendi
1) Klien bisa beraktivitas diri sesuai toleransi. sesuai kemampuan.
dengan normal. 4. Kolaborasi dengan ahli 4. Kemampuan mobilisasi
2) Klien bisa beraktivitas fisioterapi untuk latihan ekstermitas dapat
secara mandiri. fisik klien. ditingkatkan dengan
latihan fisik dari tim
fisioterapi.

68
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3. 06-03-17 Gangguan spiritual berhubungan Tupan : 1. Kaji spiritual klien. 1. Mengetahui sejauh mana
dengan kurang informasi tata Setelah diberikan asuhan tingkat ibadah klien
cara sholat pada saat sakit keperawatan selama 5x24 selama sakit.
ditandai dengan : jam diharapkan gangguan 2. Ajarkan cara 2. Dengan kondisi klien
DS: spiritual teratasi. tayammum. yang lemas, klien masih
a. Klien mengatakan selama bisa shalat tanpa harus
sakit tidak pernah Tupen: wudhu dengan air.
melaksanakan shalat. Setelah diberikan tindakan 3. Ajarkan cara shalat pada 3. Agar ibadah shalat 5
b. Klien mengatakan kurang keperawatan selama 1x24 saat sakit. waktu bisa dilaksankan
pengetahuan tentang tata jam secara bertahap oleh klien.
cara shalat pada saat sakit. diharapkan gangguan
c. Klien mengatakan hanya spiritual teratasi dengan
bisa berdoa saja untuk kriteria hasil :
kesembuhannya. 1) Klien bisa shalat
DO : meskipun dalam keadaan
a. Klien ingin tahu tata cara sakit.
sholat pada saat sakit. 2) Klien mengerti tata cara
shalat pada saat sakit.
4. 06-03-17 Gangguan personal hygiene Tupan : 1. Kaji kemampuan dan 1. Membantu dalam
berhubungan dengan kurangnya Setelah diberikan asuhan tingkat penurunan mengantisipasi dan
perawatan diri ditandai dengan : keperawatan selama 5x24 dalam skala 0-4 untuk merencanakan

69
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
DS : jam diharapkan gangguan melakukan aktivitas pertemuan untuk
a. Klien mengatakan selama personal hygiene teratasi. hidup sehari-hari. kebutuhan individual.
sakit belum pernah gosok 2. Hindari apa yang tidak 2. Hal ini dilakukan untuk
gigi. Tupen : dapat dilakukan klien mencegah frustasi dan
b. Klien mengatakan Setelah diberikan tindakan dan bantu bila perlu. menjaga harga diri klien.
mulutnya terasa bau. keperawatan selama 1x24 3. Ajak klien untuk 3. Klien memerlukan
DO : jam secara bertahap berpikir positif terhadap empati. Perawat perlu
a. Keadaan mulut bau dan diharapkan gangguan kelemahan yang mengeahui perawatan
bibir kotor. personal hygiene teratasi dimilikinya. Berikan yang konsisten dalam
b. Gigi dan lidah kotor. dengan kriteria hasil : klien motivasi dan menangani klien
1) Klien bisa sedikit izinkan klien melakukan intervensi tersebut dapat
membersih tugas, dan berikan meningkatkan harga diri,
kan daerah mulutnya. umpan balik positif atas memandirikan klien
2) Mulut klien sedikit usahanya. untuk terus mencoba.
tampak bersih. 4. Identifikasi kebiasaan 4. Meningkatkan latihan
3) Mulut klien tidak bau. BAB. Anjurkan minum dapat membantu
dan meningkatkan mencegah konstipasi.
latihan.
5. 06-03-17 Gangguan rasa aman cemas Tupan : 1. Kaji tingkat 1. Dengan mengkaji
Setelah diberikan asuhan pengetahuan klien. pengetahuan
berhubungan dengan kurang
keperawatan selama 2x24 klien/keluarga

70
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
pengetahuan ditandai dengan : jam diharapkan gangguan diharapkan untuk
rasa aman cemas teratasi. memudahkan dalam
DS :
Tupen : penyampaian penkes.
a. klien mengatakan cemas
Setelah diberikan tindakan 2. Jelaskan kepada klien 2. Diharapkan
dengan kondisinya saat ini. keperawatan selama 1x24 tentang fraktur klien/keluarga dapat
jam secara bertahap mandibula. menerima.
b. Klien mengatakan dirinya
diharapkan gangguan rasa 3. Beri motivasi agar 3. Diharapkan
sedih karena tidak bisa
aman cemas teratasi dengan koping individu lebih klien/keluarga memiliki
beraktivitas seperti biasanya. kriteria hasil : efektif. koping individu yang
a. Klien tampak lebih efektif.
DO :
tenang. 4. Anjurkan kepada 4. Memberikan rasa
a. Klien terlihat cemas.
klien/keluarga untuk tenang/mengurangi rasa
b. Klien terlihat gelisah. sabar dan menerima. cemas.

71
5. Implementasi

Nama : Tn. A Ruang : Prabu Siliwangi Lantai 3


Umur : 24 Tahun Diagnosa Medis : Fraktur Tertutup
Mandibula Dextra
Diagnosa
No. Tanggal Waktu Implementasi Paraf
Keperawatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. 07-03-17 DX I 08:00 T1 : Mengkaji nyeri. Mariya

WIB R1 : Skala nyeri klien 3 Ulfah

(1-5).

08:10 T2 : Membantu klien

WIB dalammengidentifik

asi faktor pencetus.

R2 : Nyeri dirasakan

apabila

klien mengunyah

makanan pada mulut

sebelah kanan.

T3 : Menjelaskan dan

08:20 bantu klien terkait

WIB dengan tindakan

pereda nyeri

nonfarmakologi dan

65
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
noninvasif.

R3 : Klien mendengarkan

dengan baik.

08:30 T4 : Mengajarkan

WIB distraksi selama

nyeri akut.

R4 : Klien mau mencoba

latihan distraksi.

08:45 T5 : Memberikan

WIB kesempatan waktu

istirahat bila terasa

nyeri dan berikan

posisi yang nyaman.

R5 : Klien beristirahat

bila terasa nyeri.

09:00 T6 : Pemberian

WIB analgesik.

R6 : Klien bersedia untuk

diberikan analgesik

(ketorolac

2x500mg).

66
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

2. 07-03-17 DX II 09:30 T1 : Mengkaji mobilitas Mariya

WIB yang ada dan Ulfah

observasi adanya

Peningkatan

kerusakan. Kaji

secara teratur fungsi

motorik.

R1 : Tidak ada

peningkatan

kerusakan dan

fungsi motorik klien

masih baik.

09:40 T2 : Mengajarkan klien

WIB melakukan latihan

gerak aktif pada

ekstermitas yang

tidak sakit.

R2 : Klien mau

menggerakan bagian

ekstermitas yang

tidak sakit.

67
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3. 07-03-217 DX III 10:00 T1 : Mengkaji spiritual Mariya

WIB klien. Ulfah

R1 : Klien mengatakan

selama sakit tidak

pernah shalat.

10:10 T2 : Mengajarkan cara

WIB tayammum.

R2 : - Klien mau diajari

cara Tayammum.

- Klien mengatakan

bisa melakukan

tayammum.

10:30 T3 : Mengajarkan cara

WIB shalat pada saat

sakit.

R3 : - Klien mau belajar

shalat

- Klien mengatakan

bisa melakukan

68
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
shalat.

4. 07-03-17 DX IV 11:00 T1 : Mengkaji Mariya

WIB kemampuan dan Ulfah

tingkat penurunan

dalam skala 0-4

untuk melakukan

aktivitas hidup

sehari-hari.

R1 : Kemampuan klien

baik.

11:10 T2 : Menghindari apa

WIB yang tidak dapat

dilakukan klien dan

bantu bila perlu.

R2 : Klien mengikuti

perintah.

11:20 T3 : Mengajak klien

WIB untuk berpikir

positif terhadap

kelemahan yang

69
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
dimilikinya.

Memberikan klien

motivasi dan

mengizinkan klien

melakukan tugas,

danberikan umpan

balik positif atas

usahanya.

R3 : Klien mau berpikir

positif dan bersedia

untuk melakukan

tindakan gosok gigi

dengan cara kumur-

umur sedikit demi

sedikit dengan pasta

gigi.

5. 07-03-17 DX V 13:10 T1 : Mengkaji tingkat


WIB
pengetahuan klien.

R1 : Klien dan keluarga

tidak tahu tentang

fraktur mandibula.

70
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
13:20 T2 : Menjelaskan kepada
WIB
klien tentang fraktur

mandibula.

R2 : Klien dan keluarga

menerima dan

memahami apa yang

disampaikan

perawat.

71
6. Evaluasi
Nama : Tn. A Ruang : Prabu Siliwangi Lantai 3
Umur : 24 Tahun Diagnosa Medis : FrakturTertutup
Mandibula Dextra
Diagnosa
No. Tanggal Waktu Evaluasi Paraf
Keperawatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. 08-03-217 DX I 08:00 S : Klien mengatakan masih Mariya

WIB merasakan nyeri pada Ulfah

mulut sebelah kanan

saat mengunyah

makanan.

O : Skala nyeri 3 (1-5).

A : Masalah belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan.

2. 08-03-17 DX II 08:30 S : Klien mengatakan sudah Mariya

WIB bisa sedikit bergerak. Ulfah

O : Bisa melakukan

aktivitas mandiri tanpa

dibantu keluarga.

A : Masalah teratasi

sebagian.

P : Intervensi

dipertahankan.

72
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3. 08-03-17 DX III 09:00 S : - Klien mengatakan bisa Mariya

WIB melakukan tayammum. Ulfah

- Klien mengatakan bisa

melakukan shalat pada

saat sakit.

O : - Klien belajar

tayammum.

- Klien belajar shalat.

A : Masalah teratasi.

P : Intervensi dihentikan.

4. 08-03-217 DX IV 09:30 S : Klien mengatakan Mariya

WIB merasa nyaman setelah Ulfah

dibersihkan mulutnya.

O : Mulut klien tampak

bersih dan tidak bau.

A : Masalah teratasi.

P : Intervensi dihentikan.

5. 08-03-17 DX V 10:00 S : Klien mengatakan

WIB menerima memahami

apa yang disampaikan

73
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
oleh perawat.

O : Klien tampak tenang

setelah diberikan

motivasi oleh perawat.

A : Masalah teratasi.

P : Intervensi

dipertahankan

74
7. Catatan Perkembangan
Nama : Tn. A Ruang : Prabu Siliwangi Lantai 3
Umur : 24 Tahun Diagnosa Medis : Fraktur Tertutup Mandibula
Dextra
Diagnosa
No. Tanggal Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. 09-03-17 DX I Pukul 08:00 WIB Mariya

S : Klien mengatakan nyeri Ulfah

didaerah mulut sebelah

kanan berkurang.

O:

a. Nyeri berkurang.

b. Klien masih meringis

kesakitan.

c. Skala nyeri : 2 (1-5).

A : Masalah teratasi sebagian.

P:

a. Kaji nyeri.

b. Bantu klien dalam

mengidentifikasi faktor

pencetus.

c. Jelaskan dan bantu klien

terkait dengan tindakan

75
(1) (2) (3) (4) (5)
pereda nyeri

nonfarmakologi dan

noninvansif.

d. Ajarkan distraksi

selama nyeri akut.

e. Berikan kesempatan

waktu istirahat bila

terasa nyeri dan berikan

posisi yang nyaman.

f. Pemberian analgesik.

I:

Pukul 08:10 WIB

T1 : Mengkaji nyeri

R1 : Skala nyeri : 2

(0-5).

Pukul 08:20 WIB

T2 : Membantu klien

Dalam

mengidentifikasi

faktor pencetus.

R2 : Nyeri dirasakan

76
(1) (2) (3) (4) (5)
apabila klien

mengunyah

makanan pada

mulut sebelah

kanan.

Pukul 08:30 WIB

T3 : Menjelaskan dan

Bantu klien

terkait dengan

tindakan pereda

nyeri

nonfarmakologi

dan noninvansif.

R3 : klien

mendengarkan

dengan baik.

Pukul 08:45 WIB

T4 : mengajarkan

distraksi selama

nyeri akut.

R4 : Teknik distraksi

77
(1) (2) (3) (4) (5)
klien yaitu

dengan cara

mainan hp dan

mendengarkan

musik

kesukaannya.

Pukul 09:00 WIB

T5 : Memberikan

kesempatan

waktu istirahat

bila terasa nyeri

dan berikan posisi

yang nyaman.

R5 : Klien beristirahat

bila terasa nyeri

dan mengtur

posisinya

senyaman

mungkin.

Pukul 09:10 WIB

T6 : Pemberian

78
(1) (2) (3) (4) (5)
analgesik.

R6 :

a. Klien tampak

meringis kesakitan

saat diinjeksi melalui

i.v.

b. Skala nyeri masih 2

(1-5).

E : Masalah teratasi

sebagian.

R : Intervensi

Dilanjutkan oleh

perawat ruangan.

2. 09-03-17 DX II Pukul 10:00 WIB Mariya

S : klien mengatakan sudah Uslfah

bisa bergerak

O : klien tampak melakukan

aktivitas mandiri

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

79
(1) (2) (3) (4) (5)
3. 10-03-17 DX I Pukul 08:00 WIB Mariya

S : Klien mengatakan nyeri Ulfah

pada mulut sebelah kanan

berkurang.

O:

a. Nyeri berkurang.

b. Klien masih meringis

kesakitan.

c. Skala nyeri 1 (0-5).

A : Masalah teratasi sebagian.

P:

a. Kaji nyeri.

b. Bantu klien dalam

mengidentifikasi faktor

pencetus.

c. Jelaskan dan bantu klien

terkait dengan tindakan

pereda nyeri

nonfarmakologi dan

noninvansif.

d. Ajarkan distraksi selama

80
(1) (2) (3) (4) (5)
nyeri akut.

e. Berikan kesempatan

waktu istirahat bila

terasa nyeri dan berikan

posisi yang nyaman.

f. Pemberian analgesik.

I:

Pukul 08:10 WIB

T1 : Mengkaji nyeri

R1 : nyeri berkurang

skala nyeri : 1

(1-5).

Pukul 08:20 WIB

T2 : Membantu klien

Dalam

mengidentifikasi

faktor pencetus.

R2 : Nyeri dirasakan

apabila klien

mengunyah

makanan pada

81
(1) (2) (3) (4) (5)
mulut sebelah

kanan.

Pukul 08:30 WIB

T3 : Menjelaskan dan

Bantu klien

terkait dengan

tindakan pereda

nyeri

nonfarmakologi

dan noninvansif.

R3 : Klien menarik

nafas panjang

ketika rasa nyeri

datang.

Pukul 08:45 WIB

T4 : mengajarkan

distraksi selama

nyeri akut.

R4 : klien

mendengarkan

musik

82
(1) (2) (3) (4) (5)
kesukaannya

ketika merasakan

nyeri.

Pukul 09:00 WIB

T5 : Memberikan

kesempatan

waktu istirahat

bila terasa nyeri

dan berikan posisi

yang nyaman.

R5 : Klien beristirahat

bila terasa nyeri

dan mengtur

posisinya

senyaman

mungkin.

Pukul 09:10 WIB

T6 : Pemberian

analgesik.

R6 :

Pemberian ketorolac

83
(1) (2) (3) (4) (5)
a. 2x500 mg.

b. Klien tampak meringis

kesakitan saat diinjeksi

melalui i.v.

c. Skala nyeri 1 (1-5).

E : Masalah teratasi

sebagian.

R : Intervensi

dilanjutkan oleh

perawat ruangan.

4. 11-03-17 DX. I Pukul 14:00 WIB Mariya

S : Klien mengatakan masih Ulfah

nyeri pada mulut sebelah

kanan

O:

a. Klien masih meringis

kesakitan.

b. Skala nyeri masih 1 (1-

5).

A : Masalah teratasi sebagian.

84
(1) (2) (3) (4) (5)
P:

a. Kaji nyeri.

b. Bantu klien dalam

mengidentifikasi faktor

pencetus.

c. Jelaskan dan bantu klien

terkait dengan tindakan

pereda nyeri

nonfarmakologi dan

noninvansif.

d. Ajarkan distraksi selama

nyeri akut.

e. Berikan kesempatan

waktu istirahat bila

terasa nyeri dan berikan

posisi yang nyaman.

f. Pemberian analgesik.

I:

Pukul 14:10 WIB

T1 : Mengkaji nyeri

R1 : Skala nyeri : 1

85
(1) (2) (3) (4) (5)
(1-5).

Pukul 08:20 WIB

T2 : Membantu klien

Dalam

mengidentifikasi

faktor pencetus.

R2 : Nyeri dirasakan

apabila klien

mengunyah

makanan pada

mulut sebelah

kanan.

Pukul 14:30 WIB

T3 : Menjelaskan dan

Bantu klien

terkait dengan

tindakan pereda

nyeri

nonfarmakologi

dan noninvansif.

R3 : klien menarik

86
(1) (2) (3) (4) (5)
nafas panjang

ketika rasa nyeri

datang.

Pukul 14:45 WIB

T4 : mengajarkan

distraksi selama

nyeri akut.

R4 : Klien mainan hp

dan

mendengarkan

musik

kesukaannya

ketika merasakan

nyeri.

Pukul 15:00 WIB

T5 : Memberikan

kesempatan

waktu istirahat

bila terasa nyeri

dan berikan posisi

yang nyaman

87
(1) (2) (3) (4) (5)
R5 : Klien beristirahat

bila terasa nyeri

dan mengtur

posisinya

senyaman

mungkin.

Pukul 15:10 WIB

T6 : Pemberian

analgesik.

R6 :

a. Klien tampak meringis

kesakitan saat diinjeksi

melalui i.v.

d. Skala nyeri 1 (1-5).

E : Masalah teratasi

sebagian.

R : Intervensi

Dilanjutkan oleh perawat

ruangan.

88
B. Pembahasan

setelah melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada Tn. A

dari tanggal 06-11 maret 2017 dengan diagnosa Pre Op Fraktur Tertutup

Mandibula Dextra, setelah itu penulis melakukan perbandingan antara

tinjauan kasus dan tinjauan teori untuk mengetahui apakah ada kesenjangan

teori yang didapat dengan kenyataan yang didapat, untuk mempermudah

pembahasan ini, penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Berikut ini beberapa kesenjangan yang muncul antara teori dengan kenyataan

yang ada di lapanagan, yaitu :

1. Pengkajian

Pada tahap pengkajian penulis melakukan pengumpulan data dengan

melihat langsung keadaan pasien atau observasi, penulis juga melakukan

wawancara langsung mengenai keadaan dan permasalahan yang klien

alami langsung kepada klien dan keluarga klien. Penulis juga

mengumpulkan data dan menyamakan dengan dokumentasi catatan

medis klien yang berada di ruang keperawatan.

Pada saat pengkajian hari pertama penulis mendapatkan data

permasalahan yang dialmi klien adalah nyeri, hal ini dilihat dari tinjauan

teori. Secara umum pada pasien yang mengalami fraktur mandibula akan

mengalami gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan karena disebabkan

oleh rasa nyeri yang hebat. Tetapi penulis tidak menemukan gangguan

nutrisi pada pasien yang dikajinya walaupun rasa sakit itu ada ketika

89
makan tetapi porsi makan selalu habis yang menandakan nutrisi pasien

terpenuhi.

Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien, penulis tidak mendapat

suatu halangan atau kesulitan dalam melakukan pengkajian, hal ini

karena dibantu oleh kerjasama klien dan keluarga serta tenaga kesehatan

lainnya.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut teori adalah sebagai berikut :

a. Resti terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

yang banyak.

b. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan

neuromuskular dan penurunan kekuatan.

c. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik

dan pemasangan traksi.

d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan perubahan

fragmen tulang.

e. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kerusakan neuromuscular.

f. Resti infeksi berhubugan dengan adanya luka terbuka.

g. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan

berhubungan dengan kesalahan dalam penafsiran, tidak femilier

dengan sumber informasi.

Adapun diagnosa yang muncul pada kasus sebagai berikut :

90
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pergeseran

fragmen tulang .

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan terpasangnya infus.

c. Gangguan spiritual berhubungan dengan kurang informasi tata cara

shalat pada saat sakit.

d. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan ketidakmampuan

klien merawat diri.

e. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurang

pengetahuan.

Diagnosa yang muncul pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah

sebagai berikut :

a. Resti terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan

perdarahan yang banyak. Diagnosa ini tidak diangkat karena

pasien tidak menunjukkan adanya syok hipovolemik, contohnya :

turgor kulit tidak elastis, nilai CRT >3, kulit kering, dll.

b. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kerusakan

neuromuscular. Diagnosa tidak diangkat karena gangguan

aktivitas/intoleransi aktivitas yang dialami klien karena klien

terpasang infus bukan karena kerusakan neuromuscular.

c. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan

neuromuskular dan penurunan kekuatan. Diagnosa ini tidak

diangkat karena defisit perawatan diri yang klien alami karena

91
pemasangan infus bukan karena kelemahan neuromuskular dan

penurunan kekuatan.

d. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan

berhubungan dengan kesalahan dalam penafsiran, tidak femilier

dengan sumber informasi. Diagnosa ini tidak diangkat karena

pada saat diakji klien memahami kondisinya yang mengalami

adanya patah tulang pada rahang bawah.

e. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan hambatan mobilitas

fisik dan pemasangan traksi. Diagnosa ini diangkat karena tidak

ada data yang menunjang dari pasien, dan pasien tidak terpasang

traksi.

f. Resti infeksi berhubungan adanya luka terbuka. Diagnoa ii tidak

diangkat karena yang pasien alami adalah fraktur tertutup bukan

terbuka.

Diagnosa yang tidak tercantum pada teori tetapi terdapat pada kasus

adalah sebagai berikut :

a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan terpasangnya infus.

Diagnosa ini diangkat karena pada superior sinistra pergerakkan

klien tidak bebas karena terpasang infus. Solusinya adalah

dengan mengajarkan klien melakukan latiha gerak aktif pada

ekstermitas yang tidak sakit.

b. Gangguan spiritual berhubungan dengan kurang informasi tata

cara shalat pada saat sakit. Diganosa ini diangkat karena klien

92
karena klien mengatakan selama dirawat tidak melaksanakan

shalat 5 waktu,solusinya adalahpenulis memberikan motivasi

serta pengetahuan tentang pentingnya sholat dan mengajarkan

cara bertayamum serta menyarankan klien untuk tetap

melakukan shalat 5 waktu walaupun dlam keadaan sakit,

sehingga spiritual klien tetap terpenuhi.

c. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan

ketidakmampuan klien merawat diri. Diagnosa ini diangkat

karena pasien menunjukkan tanda dan gejala seperti : Klien

mengatakan selama dirawat belum pernah gosok gigi. Solusinya

adalah penulis memberikan saran kepada keluarga unuk

membantu klien dalam melakukan personal hygiene seperti

gosok gigi, sehingga personal hygiene klien terpenuhi.

d. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurang

pengetahuan. Diagnosa ini diangkat karena klien mengatakan

cemas dengan kondisinya saat ini. Solusinya adalah penulis

memberikan penjelasan tentang penyakit yang dialamiklien.

Sehingga klien dapat memahami dan mengurangi rasa cemasnya.

3. Perencanaan

Pada tahap perencanaan penulis tidak menemukan hambatan, karena

rencana tindakan disesuaikan dengan masalah yang muncul dengan

mempertimbangkan kondisi klien sebagai pribadi yang dinamis dilihhat

dari aspek bio, psiko, sosial dan spiritual. Adapun rencana yang

93
dicantumkan yaitu guna untuk mengatasi masalah yang ditentukan pada

klien. Rencana tindakan hendaknya melibatkan klien, dan keluarga serta

tenaga medis lainnnya.

4. Implementasi

Pada tahap implementasi terdapat kesenjangan dan beberapa kendala.

Hal ini dikarenakan penulis tidak selalu berada bersama klien.

Implementasi belum sepenuhnya sesuai dengan rencana tindakan yang

harus dilaksanakan oleh keluarga ataupun perawat. Klien bekerjasama

dengan baik, baik dengan penulis, keluarga dan perawat. Sehingga

pelaksanaannya dapat dilakukan dengan baik.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian terakhir dari proses keperawatan. Penulis

mengevaluasi dari intervensi yang telah dilakukan. Tujuannya

diharapkan sesuai dengan kriteria waktu sehingga dapat mempermudah

dalam intervensi selanjutnya. Dalam tahap evaluasi, penulis tidak

menemukan adanya hambatan yang berarti. Keluarga klien menunjukkan

respon yang baik adapun permasalahan penulis yang belum teratasi yaitu

gangguan rasa nyaman nyeri behubungan dengan pergeseran fragmen

tulang, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan terpasang infus, akan

tetapi setelah melewati tindakan keperawatan dari hari ke hari keadaan

klien semkain membaik, dan penulis sudah menganjurkan kepada

keluarga untuk terus melakukan tindakan yang sudah dilakukan penulis

bersama keluarga, khususnya mengatasi gangguan rasa nyaman nyeri.

94
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn. A dengan gangguan

sistem muskuloskeletal akibat pre op fraktur tertutup mandibula dextra dilakukan

dari tanggal 06-11 maret 2017 di ruang Prabu Siliwangi lantai 3 Rumah Sakit

Gunung Jati Cirebon.

Dari hasil laporan studi kasus tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Yang melatarbelakangi penulis mengambil kasus ini adalah fraktur mandibula

merupkan salah satu fraktur tulang wajah yang paling sering ditemukan dan

biasanya disebabkan oleh trauma langsung. Penyebab tertinggi fraktur

mandibula disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Adapun tanda dan gejala

yang khas pada fraktur mandibula adalah nyeri. Dan pada anamnesis keluhan

subyektif berkaitan dengan fraktur mandibula dicurigai dari dari adanya nyeri,

pembengkakan oklusi abnormal, mati rasa pada distribusi saraf menntalis,

memar, perdarahan dari soket gigi, gigi yang fraktur atau tunggal, trismus

serta ketidakmampuan mengunyah dan biasanya disertai riwayat trauma seerti

kecelakaan lalu lintas, kekerasan, terjatuh, dan penyakit patologis.

2. Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat

disebabkan oleh trauma baik secara langsung ataupun tidak langsung. Fraktur

mandibula pada Tn. A diakibatkan karena trauma langsung yakni kecelakaan

sepeda motor saat ia pulang bekerja dan bagian wajah terlebih dahulu yang

95
mengalami trauma langsung sehingga mengakibatkan terputusnya kontinuitas

tulang mandibula. Tanda dan gejala pada fraktur mandibula diantaranya :

kerusakan jaringan lunak pada bagian wajah sebelah kanan, adanya keluhan

nyeri tekan, ketidakmampuan dalam mengunyah makanan yang keras.

3. Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan gangguan sistem

muskuloskeletal akibat pre op fraktur tertutup mandibula dextra ditemukan

gejala : nyeri, nyeri disebabkan oleh terputusnya kontinuitas tulang pada

bagian mandibula. Rasa nyeri bertambah jika klien mengunyah makanan pada

mulut sebelah kanan dan berkurang ketika klien tidak mengunyah makanan

pada mulut sebelah kanan dan bila sudah diberi obat anti nyeri.nyeri dirasakan

seperti ditusuk-tusuk (nyut-nyutan), dirasakan pada daerah mulut sebelah

kanan akibat fraktur dan tidak ada penyebaran (hanya pada daerah fraktur).

Skala nyeri 3 (1-5), nyeri dirasakan pada saat mengunyah makanan saja.Pada

saat pengkajian Tn. A mengeluh nyeri pada mulut sebelah kana pada saat

mengunyah makanan, mengatakan posisi rahangnya tidak pas, mengeluh

lemas, mengatakan selama sakit tidak pernah melakukan shalat dan belum

pernah gosok gigi serta mulut terasa bau, dan mengatakan cemas. Pada

pemeriksaan fisik didapa GCS 15 kesadaran compos mentis keadaan umum

terlihat lemah, klien terlihat meringis kesakitan, dan kekuatan otot :

5 4

5 5

96
B. Saran

1. Lahan Praktek / Rumah Sakit

Penulis mengharapkan pihak Rumah Sakit untuk lebih meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan yang bersifat profesional khususnya adalah

memenuhi kebutuhan dasar (Bio-psiko-sosio-dan spiritual) bagi pasien-pasien

pre op fraktur mandibula tanpa membeda-bedakan pelayanan kesehatan.

Disamping itu pula harus memperhatikan keadaan kesehatan klien, keluhan-

keluhan yang dirasakan klien dan fasilitas - fasilitas yang memadai segera

terwujud terutama untuk perawatan yang bersifat steril, sehingga dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada klien, perawat lebih komprehensif

dan penuh dengan rasa tanggung jawab. Khususnya bagi CI ruangan untuk

lebih sering memberikan bimbingan untuk mahasiswa praktek agar

mendapatkan bimbingan yang maksimal.

2. AKPER Buntet Pesantren Cirebon

Bagi instansi pendidikan diharapkan dapat meningkatkan ilmu

pengetahuan atau pendidikan dan ketrampilan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan bagi mahasiswanya dengan melalui peningkatan pendidikan

dengan menyediakan referensi buku di perpustakaan yang lengkap khususnya

untuk keperawatan maternitas dan memberikan pelatihan-pelatihan sesuai

profesinya dengan difasilitasi alat-alat yang memadai, sehingga dapat

menciptakan mahasiswa yang terampil, dan bias bersaing di dunia kerja

setelah selesai kuliah. Peningkatan mutu akademik juga ditunjang dari

97
pendidikan pengajar dan diharapkan pengajar tersebut sudah mendapat gelar

Magister / S2.

3. Klien dan keluarga

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat

mempunyai kesadaran dan kedisiplinan dalam minum obat, bisa mengatasi

nyeri dengan cara non farmakologis secara mandiri dan mengenali masalah

yang ada dengan segera. Keluarga adapat memotivasi klien agar klien

termotivasi dalam mempercepat proses penyembuhan.

4. Mahasiswa

Agar lebih rajin dan kreatif dalam melakukan tindakan praktek

lapangan., mahasiswa harus dibekali pengetahuan dan tekhnik keperawatan

dan wawasan keterampilan sehingga mahasiswa siap untuk bersaing dengan

mahasiswa akper lain dalam dunia praktek di lapangan. Dan mahasiswa juga

dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pre op fraktur mandibula

di bidang bedah dengan maksimal. Oleh karena itu, dalam pembuatan karya

tulis ilmiah mahasiswa diharapkan harus mempunyai buku sendiri dan

mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang berharga. Mahasiswa juga tidak

boleh terlena dengan pembuatan karya tulis ilmiah seperti lupa makan, mandi

ataupun lupa shalat. Jangan pernah putus asa dalam pembuatan karya tulis

ilmiah, tetap semangat, setelah lulus D3 diharapkan mahasiswa dapat

meneruskan pendidikannya S1 untuk menambah pengetahuan.

98
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2009. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

catatanradiograf.blogspot.com

http://bodong2.blogspot.co.id

http://cavamedika.com

http://dentislove.blogspot.co.id

http://nisnisaika.blogspot.com

http://pustakaunpad.ac.id

http://quranong.wordpress.com

http://www.academia.edu

http://www.ilmugreen.blogspot.com

http://www.kamusq.com

http://www.kaskus.co.id

htpp://www.repository.usu.ac.id

http://www.widhawidhari.blogspot.com

https://prabhagib.blogspot.com

Muttaqin, Arif Ns. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskluloskeletal. Jakarta : EGC.

nitnotpinky.blogspot.com

padila. 2015. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika.

Rendi, M. Clevo. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika.

99
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BIODATA

Nama : Mariya Ulfah

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal lahir : Brebes, 18 November 1995

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Alamat : Desa Kemurang Kulon Gang. Kakak Tua RT / RW :

001/002

Kec. Tanjung Kab. Brebes.

DATA PENDIDIKAN

1. SDN Kemurang Kulon 01 : Lulusan Tahun 2007

2. SMPN 2 Bulakamba : Lulusan Tahun 2011

3. SMK Karya Medika Ketanggungan : Lulusan Tahun 2014

4. Saat ini sedang menempuh pendidikan di AKPER Buntet Pesantren Cirebon.

100
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah : Kurangnya informasi mengenai perawatan Gigi dan Mulut


Pokok Bahasan : Perawatan Gigi dan Mulut
Sub Pokok Bahsan : Cara Perawatan Gigi dan Mulut
Sasaran : Tn. A
Waktu : 30 Menit (09:30- 10.00)
Pertemuan ke :2
Tanggal : 07 Maret 2017
Tempat : Ruang Prabu Siliwangi lantai 3 RSUD Gunung Jati Cirebon

I. Tujuan Intruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu memahami dan melakukan
perawatan gigi dan mulut.

II. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah diberikan penjelasan dan demonstrasi selama 30 menit diharapkan
sasaran dapat :
1. Meyebutkan pengertian kesehatan gigi dan mulut.
2. Menyebutkan dampak tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut.
3. Menyebutkan hal yang dilakukan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.
4. Menyebutkan cara menyikat gigi yang baik dan benar.
5. Menyebutkan frekuensi menyikat gigi.

III. Pokok Materi


1. Kesehatan gigi dan mulut.
2. Dampak tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut.
3. Hal yang dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.
4. Cara menyikat gigi yang baik dan benar.
5. Frekuensi menyikat gigi.

101
IV. Kegiatan Belajar Mengajar
A. Metode : ceramah dan tanya jawab
B. Langkah-langkah kegiatan :
1. Kegiatan Pra Pembelajaran
a. Mempersiakan materi, media, dan tempat.
b. Kontrak waktu.
2. Membuka pembelajaran
a. Memberi salam
b. Perkenalan
c. Menjelaskan pokok bahasan
d. Menjelaskan tujuan
e. Apersepsi
3. Kegiatan inti
a. Penyuluh menyampaikan materi
b. Sasaran menyimak materi
c. Sasaran mengajukan pertanyaan
d. Penyuluh menyimpulkan jawaban
4. Penutup
a. Evaluasi
b. Penyuluh dn sasaran menyimpulkan materi
c. Memberi salam

V. Media dan Sumber


A. Media : Leaflet
B. Sumber :
1. http//.www.academia.edu
2. http//.www.kaskus.co.id
VI. Evaluasi
A. Prosedur
B. Jenis tes

102
C. Butir soal
1. Sebutkan pengertian kesehatan gigi dan mulut !
2. Sebutkan dampak tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut !
3. Sebutkan hal yang dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut !
4. Sebutkan cara menyikat gigiyang baik dan benar !
5. Sebutkan frekuensi menyikat gigi !
VII.Lampiran Materi
A. Pengertian
Kesehatan gigi dan mulut adalah sangat penting karena gigi dan gusi
yang rusak dan tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit, gangguan
pengunyahan dan dapat mengganggu kesehatan tubuh lainnya.
B. Dampak tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut
1. Sikat gigi
2. Gusi berdarah dan bengkak
3. Karies gigi (gigi berlubang)
4. Nafas tidak segar (bau mulut)
5. Gigi goyang
6. Gigi kuning
7. Gigi sensitif (linu)
8. Sariawan
9. Karang gigi
C. Hal yang dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut
1. Menyikat gigi minimal dua kali sehari setiap pagi hari setelah sarapan dan
sebelum tidur.
2. Gunakan sikat gigi khusus untuk anak-anak karena dirancang dengan bulu
sikat yang lembut dan kepala sikat yang kecil untuk memudahkan menyikat
gigi
3. Gunakan takaran pasta gigi yang normal.
4. Sikat seluruh permukaan gigi dan sikatlah gigi selama dua menit.
5. Ganti sikat gigi per tiga bulan.

103
6. Hindari kebiasaan mengemil makanan manis dan lengket diantara waktu
makan (misal : permen, coklat, soda, dll), serta makan makanan yang
mengandung asam (misal : cuka, asam jawa. Kunyit) karena dapat mengikis
lapisan email gigi.
7. Perbanyak konsumsi makanan berserat, buah-buahan seperti apel, melon,
pepaya, bengkuang, dan wortel, karena dapat membantu membersihkan sisa-
sisa makanan yang menempel di sela-sela gigi dan mengurangi bau mulut.
8. Periksa rutin ke dokter gigi setiap enam bulan sekali.
D. Cara menyikat gigi yang baik dan benar
1. Letakkan posisi sikat 45 derajat terhadap gusi.
2. Gerakan sikat dari arah gusi kebawah untuk gigi rahang atas (seperti
mencungkil).
3. Gerakan sikat dari arah gusi ke atas untuk gigi rahang bawah.
4. Lalu lakukan gerakan memutar perlahan, dengan demikian plak akan
terlepas dari setiap gigi.
5. Sikat seluruh permukaan yang menghadap bibir dan pipi serta permukaan
dalam dan luar gigi dengan cara tersebut.
6. Sikat permukaan kunyah gigi (gigi geraham) dari arah belakang ke depan.
7. Jangan lupa sikat juga permukaan lidah agar makanan yang masih
menempel bisa hilang dengan maksimal.
8. Jangan lupa kumur-kumur sebanyak 2-3 kali,fungsinya untuk membilas
seluruh permukaan rongga mulut yang sudah disikat.
E. Frekuensi menyikat gigi
1. Minimal dua kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
2. Sebaiknya sikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung flour yang
dapat menguatkan email gigi.
F. Sumber
1. http//.www.academia.edu
2. http//.www.kaskus.co.id

104
105
106
AKADEMI KEPERAWATAN BUNTET PESANTREN CIREBON
Jl. Buntet Pesantren Kec. Astanajapura Kab. Cirebon Tlp./Fax. (0231 635747- 636985

FORMAT BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

Nama Mahasiswa : MARIYA ULFAH


NIM : 04416014052
Tanggal Materi yang Tanda tangan
No. Saran Pemimbing
Masuk Keluar dikonsulkan Mahasiswa Pembimbing
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. 15-03-17 16-03-17 Judul a. Perbaiki judul.
b. Dibuat seperti piramid
terbalik.
2. 16-03-17 17-03-17 BAB III a. Keluhan utama dibuat
secara narasi yang
mengandung PQRST.
3. 20-03-17 21-03-17 BAB III a. Pengkajian psikologis
dibuat secra narasi.
4. 21-03-17 22-03-17 BAB III a. Pembuatan judul
diperbaiki.
b. Pehatikan cara
pengeprintan.

107
5. 22-03-17 23-03-17 BAB III a. Acc
6. 23-05-17 24-05-17 BAB I a. Kata tidak boleh diulang-
ulang.
b. Harus ada benang merahnya.
c. Nama tempat awalan huruf
kapital.
d. Cari kasus yang ada di
daerah yang lebih dekat
(misal di Cirebon).
7. 23-05-17 24-05-17 BAB II a. Point yang sudah ada di
BAB I tidak boleh
dicantumkan lagi di BAB II.
b. Gambar harus lebih jelas
lagi.
c. Cari etiologi, pathway,
klasifikasi, komplikasi,
pengkajian, serta
perencanaan yang lebih
khusus lagi sesuai dengan
kasus.
d. Klasifikasi harusnya di
nomor 2 dan anatomi
fisiologi di nomor 3
8. 23-05-17 24-05-17 BAB IV a. Nama bulan awalan huruf
kapital.
9. 29-05-17 30-05-17 BAB I a. Tambahkandi alenia ke-3
yang nyambung ke alenia
yang ke-4.

108
10. 29-05-17 30-05-17 BAB II a. Gambar fraktur mandibula
diperjelas.
b. Tambahkan sumber pada
pathway fraktur mandibula.
11. 29-05-17 30-05-17 BAB IV a. Perbaiki
12. 30-05-17 31-05-17 BAB I a. Perbaiki
13. 30-05-17 31-05-17 BAB II a. Perbaiki
14. 30-05-17 31-05-17 BAB IV a. Perbaiki
15. 30-05-17 31-05-17 Lampiran- a. Perbaiki
lampiran
16. 31-05-17 01-06-17 BAB I a. ACC
17. 31-05-17 01-06-17 BAB II a. ACC
18. 31-05-17 01-06-17 BAB III a. ACC
19. 31-05-17 01-06-17 BAB IV a. ACC
20. 31-05-17 01-06-17 Lampiran- a. Tambah abstrak, lembar
lampiran pengesahan, daftar isi dan
daftar pustaka
21. 02-06-17 02-06-17 Lampiran- a. ACC
lampiran

Cirebon,.....................................

Pembimbing

R. DENI INDRWAN, S.Kep, Ners, MM

109

Anda mungkin juga menyukai