A DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL NEGLECTED FRAKTUR OF RIGHT
FEMUR DIRUANG KANA A RSUP DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG
Hilma Muldyana
NIM 012015027
2018
ABSTRAK
HILMA MULDYANA : 012015027
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN NEGLECTED FRAKTUR
OF RIGHT FEMUR RUANG KANA A RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
(IV Bab, 92 halaman, 5 tabel, 1 bagan, 3 gambar, 3 lampiran)
Karya tulis ini dilatarbelakangi dimana penyebab terbesar fraktur femur adalah
kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor, atau
kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh (37,3%) dan mayoritas adalah pria (63,8%).
Tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah mampu melaksankan asuhan
keperawatan pada Tn.A dengan diagnosa medis Neglected Fraktur Of Right Femur
dengan metode penelitian deskriptif berupa studi kasus dengan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan
pelaksanaan, evaluasi. Hasil pengkajian yang didapatkan adalah klien mengeluh
nyeri kaki disebelah kanan pada area pemasangan traksi.
Masalah keperawatan yang muncul pada Tn.A adalah Nyeri akut, kerusakan
integritas jaringan, defisit perawatan diri, dan resiko hambatan religiolitas. Diantara
perencanaan tersebut adalah mengajarkan tehnik non farmakologi dengan cara
menarik nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri, melakukan perawatan rutin
dengan tehnik steril untuk mencegah terjadiya infeksi, dan membantu dalam
perawatan diri klien. Adapun pelaksanaannya dilakukan selama 3 hari sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun. Saran yang bisa penulis berikan untuk
membantu proses penyembuhan tulang Tn.A adalah dengan asupan nutrisi yang
baik, berupa diet tinggi kalsium yang dapat meningkatkan pertumbuhan kallus pada
penderita fraktur femur.
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
akhir. Yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir untuk meraih ahli
Terselesaikannya karya tulis ini bukan karena usaha sendiri, semua tidak terlepas
dari uluran tangan yang diberikan dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian
karya tulis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan dengan rendah hati penulis
menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT, kedua orang tua tercinta ayahanda
Ayat dan ibunda Aminah yang tidak ada hentinya mendo’akan dan memberikan
Bandung yang telah memberikan saran, dan motivasi dalam penyusunan Karya
2. Angga Wilandika, S.Kep., Ners. M.Kep. selaku Ketua Program Studi D-III
i
Keperawatan STIKes ‘Aisyiyah Bandung yang luar biasa banyak memberikan
3. Popy Siti A, S.Kep., Ners., M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dukungan, saran dan motivasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
4. Inggriane P Dewi S.Kep., Ners., M.Kep selaku dosen yang telah memberikan
6. Sahabat-sahabat tercinta Dwi Nurul Afina, Widi Farida, Puji Maudya Rachma,
9. Teman-teman Kost Penyu Tri Handayani, Mustika Ulayanti, Widi Farida, Tuti
Nurhayati, Ade Irma, Elsa Chintya Mei Yusuf, Rena Haurisena Zein Al Robbany.
kenangan, suka dan duka dalam perkuliahan selama 3 tahun ini di STIKes ‘Aisyiyah
Bandung.
STIKes ‘Aisyiyah Bandung yang telah memberikan motivasi dan tempatnya dalam
ii
Semoga ilmu yang selama ini penulis dapatkan selama menjalani studi
bermanfaat dan menjadi amal ibadah sebagai penghapus dosa dan berbuah pahala
dari Allohh SWT. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR BAGAN ................................................................................................. v
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
C. Metoda Telaahan dan Tehnik Pengambilan Data ........................................ 4
D. Metode Penulisan ......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................. 7
A. Definisi ......................................................................................................... 7
B. Anatomi Fisiologi ........................................................................................ 9
C. Etiologi Dan Faktor Predisposisi ............................................................... 15
D. Patofisiologi ............................................................................................... 15
E. Tanda dan Gejala.......................................................................................... 8
F. Penatalaksanaan Medis .............................................................................. 11
G. Prosedur Diagnostik ................................................................................... 12
H. Diet ............................................................................................................. 12
I. Data Fokus Pengkajian Sesuai Teori.......................................................... 13
J. Rencana Keperawatan Sesuai Teori ........................................................... 27
BAB III ................................................................................................................. 43
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN ....................................................... 43
A. Tinjauan Kasus ........................................................................................... 43
v
B. Pembahasan ................................................................................................ 76
BAB IV ................................................................................................................. 88
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 88
A. Kesimpulan ................................................................................................ 88
B. Saran ........................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 90
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vi
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR BAGAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan fraktur tidak lengkap
tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Sylvia A, 2014). Fraktur femur adalah
hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa
fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit,
jaringan saraf, dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat
disebabkan oleh benturan atau trauma langsung pada paha (Sjamsuhidajat, Noor Z,
2014:2017).
merupakan yang paling sering yaitu sebesar 39% diikuti fraktur humerus (15%),
fraktur tibia dan fibula (11%), dimana penyebab terbesar fraktur femur adalah
kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor, atau
kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh (37,3%) dan mayoritas adalah pria (63,8%).
4,5% Puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah pada usia dewasa (15 -34
1
2
Fraktur femur dapat menyebabkan fraktur arteri femoralis yang berdampak pada
banyaknya darah yang keluar dan pasien fraktur femur mempunyai risiko tinggi
menyebabkan kerusakan fragmen tulang femur yang akan diikuti oleh adanya spasme
otot paha yang memberikan manifestasi deformitas khas pada paha yaitu
pemendekan tungkai bawah, apabila kondisi ini berlanjut tanpa dilakukan intervensi
yang optimal maka akan memberikan risiko terjadinya malunion pada tulang femur.
Malunion yaitu dimana tulang yang patah menyatu dalam waktu yang tepat (3-
osteoporotik atau komunikatif (Appley & Solomon, 2013). Faktor ini diperkuat
tenaga, biaya, dan waktu (Notoadmodjo,2010). Hal ini menjadi alasan klasik pasien
pembedahan fraktur femur ini dapat menyebabkan ulkus akibat tekanan pada pasien
yang tetap berbaring ditempat tidur. Dengan demikian pasien rentan mengalami
dekubitus terutama jika kulit pasien tipis, kering, dan turgor kulitnya buruk sehingga
diperlukan pemantauan kulit dan peletakan posisi yang baik (Muttaqin & Sari, 2009).
Peran perawat pada fraktur femur mengurangi rasa sakit daerah fraktur
bony union untuk penyambungan tulang (Lukman,Ningsih 2012). Pada kasus fraktur
meliputi sebagai posisi yang baik pada fraktur ini tidak boleh digerakkan pada daerah
tungkai yang patah karena akan memberikan respon trauma pada jaringan lunak
disekitar ujung fragmen tulang yang patah (Muttaqin, 2011). Tulang yang patah
biasanya terjadi perbedaan panjang tungkai. Kesegarisan tungkai yang terjadi fraktur
Fraktur of right femur di ruang Kana A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
pasien Tn.A
Metoda telaahan yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah metode
deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif melalui pendekatan
1. Observasi
2. Pemeriksaan fisik
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultsasi secara head to toe atau dari mulai atas kepala
3. Wawancara
pasien, keluarga dan tim kesehatan lain untuk mendapatkan data subjektif.
4. Studi dokumentasi
Pengumpulan data yang didapatkan dari buku status kesehatan pasien meliputi
5. Partisipasi Aktif
Dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan keluarga secara langsung dalam
6. Studi Kepustakaan
landasan teori yang berkaitan dengan kasus yang dihadapi sehingga dapat
D. Metode Penulisan
Metode penulisan karya tulis ini terdiri dari empat BAB dengan metode penulisan
sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
Terdiri dari sub bab yaitu konsep dasar yang meliputi definisi fraktur, anatomi dan
dan evaluasi.
perkembangan serta pembahasan yang memuat perbandingan antara teori dan kasus
yang ditangani.
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika terjadi
fraktur, maka jaringan lunak disekitarnya juga sering terganggu (Black & Hawks,
2014). Fraktur femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur
secara klinis bisaberupa fraktur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak
(otot, kulit, jaringan saraf, dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat
Menurut (Zairin, 2016), Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifikasi klinis,
radiologis, komplit dan ketidak komplitan, jumlah garis patah, dan posisi. Berbagai
a. Fraktur terbuka (open fracture), Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia
luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam (from
b. Fraktur tertutup (close fracture), Fraktur dimana kulit tidak di tembus oleh fragmen
tulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau tidak
7
8
a. Fraktur oblik, fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
b. Fraktur segmental, dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini, biasanya
satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah akan sulit sembuh dan mungkin
c. Fraktur transversal, Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang.
atau terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat lebih dari dua fragmen tulang.
e. Fraktur impaksi (sebagian fragmen tulang masuk ke dalam tulang lainnya), terjadi
ketika dua tulang menumbuk tulang yang berada diantaranya seperti satu vertebra
f. Fraktur spiral, timbul akibat torsi pada ekstremitas. Fraktur ini khas pada cedera
a. Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
b. Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang.
b. Fraktur multiple, fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang
yang sama.
9
c. Fraktur Segmental, fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
a. 1/3 proksimal
b. 1/3 medial
c. 1/3 distal
Gambar 2.1
Fraktur Tulang
Sumber : Zairin, 2012
B. Anatomi Fisiologi
Tulang dan kerangka merupakan bagian yang sangat penting di dalam bidang
ortopedi dengan penyakit berkaitan kelainan bentuk atau salah gerak yang disebabkan
mengatur dan menyimpan kalsium, fosfat, magnesium dan garam. Bagian ruang di
pembentukan sel-sel darah: sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah.
10
seperti hormon tiroid dan pituitari. Sinar ultraviolet juga memiliki pengaruh dalam
Gambar 2.2
Tulang Femur
Sumber: Martini, 2012
tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, tulang tak beraturan, tulang sesamoid, dan
tulang sutura.
Bentuk tulang panjang biasanya relatif panjang dan silinder. Tulang panjang bisa
ditemukan di lengan, paha, kaki, jari tangan. Bentuk tulang pendek menyerupai bentuk
kotak yang terdapat seperti pada tulang-tulang karpal dan tarsal. Bentuk tulang pipih
tipis dan permukaannya paralel contohnya, pada atap tengkorak, sternum, iga, dan
skapula. Bentuk tulang tak beraturan memiliki kompleksitas pendek dan permukaan
tidak beraturan contoh, tulang belakang. Tulang sesamoid, berbentuk kecil, tipis, dan
11
seperti biji-bijian contohnya patela. Sementara tulang sutura berbentuk kecil, tipis,
Tendon merupakan suatu berkas (bundel) serat kolagen yang meletakkan otot ke
tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh konstraksi otot ke tulang. Serat
kolagen dianggap sebagai jaringan ikat dan dihasilkan oleh sel-sel fibroblas. Ligamen
adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke tulang, biasanya di sendi.
Ligamen memungkinkan dan membatasi gerakkan sendi. Tendon dan ligamen tidak
memanjang. Kedua jaringan ini bersifat elastis dan akan kembali ke posisi panjang
elastisitasnya.
Suatu tendon atau ligamen yang mengalami peregangan (stretch) melampaui batas
elastisnya selama injury akan tetap dalam posisi teregang dan dapat dikembalikan ke
daur kehidupan agar jaringan tetap utuh. Tendon dan ligamen tidak dapat hanya
ruptur ligamen.
12
3. Otot rangka
Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia
menjadi energi mekanik atau gerak sehingga dapat berkontrasi untuk menggerakan
rangka. Otot rangka bekerja secara volunter (secara sadar atas perintah dari otak),
bergaris melintang, bercorak, dan berinti banyak di bagian perifer. Secara anatomis,
Secara makroskopis setiap otot dilapisi jaringan konektif yang disebut epimesium.
Otot rangka disusun oleh fasikel yang merupakan berkas otot yang terdiri atas
beberapal sel otot. Secara makroskopis sel otot rangka terdiri atas sarkolema (membran
sel serabut otot), yang terdiri atas membran sel yang disebut membran plasma dan
sebuah lapisan luar yang terdiri atas satu lapisan tipis mengandung kolagen.
Fungsi utama pada otot rangka yaitu, melakukan kontraksi yang menjadi dasar
terjadinya gerakan tubuh. Aktivitas otot rangka dikoordinasi oleh susunan sarap
sehingga membentuk gerakan yang harmonis dari posisi tubuh yang tepat. Fungsi lain
yaitu menyokong jaringan lunak, menunjukkan pintu masuk dan keluar saluran dalam
13
sistem tubuh, serta mempertahankan suhu tubuh dengan pembentukan skalor saat
kontraksi.
6. Penyembuhan Tulang
Fase 1 : inflamasi
Respons tubuh pada saat mengalami fraktur sama dengan respons apabila ada cedera
dibagian tubuh lain. Terjadi perdarahan pada jaringan yang cedera dan pembentukan
hematoma pada lokasi fraktur. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena
terputusnya vasokan darah. Tempat cedera kemudian akan di invasi oleh makrofag (sel
darah putih besar) yang akan membersihkan daerah tersebut dari zat asing. Pada saat
ini trejadi inflamasi, pembengkakan, dan nyeri. Tahap inflamasi berlangsung beberapa
benang fibrin pada darah dan membentuk jaringan untuk revaskularisasi, serta invasi
fibroblas dan osteoblas. Fibroblas dan osteoblas (berkembang dari osteosit, sel
endostel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai
matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibros dan tulang rawan
(osteoid). Dari periosteum tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawa tersebut
dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Namun, gerakan
yang berlebihan akan merusak struktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh
Pertumubuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi
lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patah tulang digabungkan denngan jaringan
fibrosa, tulang rawan, dan serta tulang imatur. Bentuk kalus dan volume yang
kerusakan dan pergeseran tualng. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang
tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibros. Secara klinis, fragmen tulang tak
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang
tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat
Fase 4 : Remodeling
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengmbilan jaringan mati dan
tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan strees fungsional pada tulang (pada kasus
penyembuhan dan remodeling lebih cepat dari pada tulang kortikal kompak,
khususnya pada titik kontak langsung. Ketika remodeling telah sempurna, muatan
1. Fraktur traumatik
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang
besar. Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi fraktur.
2. Fraktur patologis
tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah
3. Fraktur stress
Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu saat
melakukan kegiatan.
D. Patofisiologi
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika
ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak
saja dan bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrim, seperti tabrakan mobil, maka tulang
dapat pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung
tulang dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur
keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat dan
bahkan mampu menggeser tulang besar seperti femur. Walaupun bagian proksimal
dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun bagian distal dapat bergeser karena
gaya penyebab patah maupun spasme pada otot-otot sekitar. Fragmen fraktur dapat
16
bergeser kesamping, pada suatu sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen
Selain itu, periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum dari tulang
yang patah juga terganggu. Sering terjadi cedera jaringan lunak. Perdarahan terjadi
karena cedera jaringan lunak atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum
periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan
respons peradangan yang hebat. Akan terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan
fungsi, eksudasi plasma dan leukosit, serta infiltrasi sel darah putih. Respons
Fraktur femur
Prosedur pembedahan
Pelepasan mediator nyeri (Histamin, Deformitas
prostaglandin, bradikinin, serotonin)
Keterbatasan gerakan fisik
Merusak jaringan sekitar
Ditangkap reseptor nyeri perifer
Dilakukan pemasangan Hambatan Mobilitas Tidak mampu melakukan
Terdapat luka insisi
Impuls ke otak traksi Fisik aktivitas sehari-hari
Peningkatan suhu
Edema Resiko syok
tubuh
hipovolemik
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
1. Deformitas
2. Memar (ekimosis)
3. Spasme otot
bidai alami untuk mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.
4. Nyeri
Nyeri biasanya terus-menerus meningkat jika fraktur tidak di imobilasasi. Hal ini
terjadi karena sapasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan, atau cedera pada
struktur skitarnya.
5. Ketegangan
6. Kehilangan sensasi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena
Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau gesekan antar
8. Perubahan neurovaskular
Cedera neurovaskular terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur vaskular
yang terkait. Dapat mengeluhkan kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah
9. Syok
Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah, perdarahan besar atau tersembunyi
Setelah melihat dari tanda dan gejala diatas jika tidak ditangani dengan baik dan
tidak dilakukan tindakan medis atau asuhan keperawatan maka akan terjadi
komplikasi. Menurut Black and Hawks, (2014) komplikasi yang umum dijumpai pada
fraktur yaitu :
a. Cedera saraf
Fragmen tulang dan edema jaringan yang berkaitan dengan cedera dapat
menyebabkan jari jari tangan atau tungkai, parestesia, atau adanya keluhuan nyeri
yang meningkat.
b. Sindroma kompartemen
Suatu defornitas tungkai akibat sindroma kompartemen yang tak tertanangi setelah
fraktur dapat menyebabkan kaki yang nyeri atau kebas, disfungsional, dan
mengalami deformasi.
Terjadi setelah fraktur dari tulang panjang, seperti femur, tibia, tulang rusuk, fibula,
dan panggul.
Peningkatan risiko ini terjadi statis daria aliran darah vena, peningkatan
koagulabilitas dan cedera pada pembuluh darah. Statis darah meningkatkan waktu
1) Delayed Union
Kondisi ketika fraktur gagal menyatu sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang
2) Non Union
Kondisi ketika fraktur gagal menyatu dan memproduksi sambungan yang lengkap,
Kondisi penyambungan tulang yang terlihat dari meningkatnya kekuatan tulang dan
Setelah cedera atau imobilisasi dalam jangka panjang, kekakuan sendi dapat terjadi
dan dapat menyebabkan kontraktur sendi, pengerasan ligamen, atau atrofi otot.
F. Penatalaksanaan Medis
penyembuhan tulang.
posisinya sampai penyembuhan tulang terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi
tulang atau dipasang melalui fragmen tulang atau langsung ke sumsum tulang
tulang.
2. Traksi
Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Berat traksi
disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi, untuk mengurangi deformitas, dan
unutuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patah tulang. Beban pada
traksi ini dapat dua atau tiga kali lipat (1/5 dari berat badan).
G. Prosedur Diagnostik
1. CT Scan
terkena pada jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon dan digunakan untuk
dievaluasi.
2. Sinar X
H. Diet
Pertumbuhan tulang memerlukan diet yang berimbang dengan baiak dan berisi
semua unsur makanan yang penting, seperti kalsium dan fosfor. Memerlukan 1 kg
kalsium setiap hari. Kalsium dapat diperoleh dari susu, kuning telur, dan sayur
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk
keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas :
2. Pengumpulan Data
a. Anamnesa
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronis tregantung dan lamanya serangan. Untuk
Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi nyeri.
Quality of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Region : radiation, rekief : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam
Pengumpulan data yang dilakukan untuk memerlukan sebab dari fraktur, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini biasa
kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan
lain.
tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur
patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan
luka di kaki sangat beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronis dan juga
terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan
secara genetik.
3. Pemeriksaan Fisik
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan stempat (lokalis). Hal ini perlu
untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi
Keadaan umum : baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:
keadaan klien.
Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus
Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk
a. Kepala
Tidak gangguan yaitu, tidak ada nyeri kepala, simetris, tidak ada penonjolan. Muka
wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi amupun bentuk.
Tak ada lesi, simetris, tak edema. Mata tidak ada gangguan seperti konjungtiva
tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan) telinga tes bisik atau weber masih
dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan. Hidung tidak ada
deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung. Mulut dan faring tak ada pembesaran
tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat. Leher tidak ada
b. Leher
Leher tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ad penonjolan, reflek menelan.
c. Dada
penyakit klien yang berhubungan dengan paru. Palpasi pergerakan sama atau
simetris, fermitus raba sama. Perkusi suara ketok sonor, tak ada redup atau suara
tambahan lainnya. Auskultasi suara nafas normal, tak ada wheezing atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi. Inspeksi tidak tampak ikterus jantung.
Palpasi nadi meningkat. Auskultasi suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
d. Abdomen
Inspeksi bentuk datar, simetris, tidak da hernia. Palpasi turgor baik, hepar tidak
teraba. Perkusi suara tympani. Auskultasi peristaltik usus normal 8-12 kali/menit,
e. Ekstremitas
Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi)
(abnormal).
Feel (palpasi), Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki
mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan
yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien. Yang perlu
dicatat adalah :
disekitar persendian.
Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan 1/3 proksimal, tengah atau
distal. Otot: tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi, benjolan yang terdapat
dipermukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status
ekstremitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan
lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.
Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, daritiap arah pergerakan mulai dari
titik (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah
ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan
1. Nyeri Akut
Domain 12 : Kenyamanan
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai
kerusakan (International Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi
atau diprediksi.
nyeri untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya, diaforesis, dilatasi pupil,
ekspresi wajah nyeri, fokus menyempit (mis, persepsi waktu, proses berpikir,
interaksi dengan orang dan lingkungan), fokus pada diri sendiri, keluhan tentang
selera makan, putus asa, sikap melindungi area nyeri, sikap tubuh melindungi.
agens cedera fisik (mis, abses, amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan), agens cedera kimiawi (mis, luka
Domain 11 : Keamanan/Perlindungan
muskular, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan atau ligamen, yang
mengganggu kesehatan.
Faktor yamg berhubungan : agens cedera kimiawi (mis, luka bakar, kapsaisin,
neuropati perifer, prosedur bedah, suhu lingkungan eksterm, suplai daya voltase
3. Resiko Infeksi
Domain 11 : keamanan/perlindungan
Kelas 1 : infeksi
Definisi : rentam mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang
peristalsis, merokok, pecah ketuban dini, pecah ketuban lambat, penurunan kerja
Domain 4 : aktivitas/istirahat
Kelas 2 : aktivitas/olahraga
Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara
perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan perilaku, fokus pada aktivitas
hidup kurang gerak, indeks massa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia,
atau sosial), kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik, malnutrisi, nyeri,
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat
pada keyakinan dan atau berpartisipasi dalam ritual tradisi kepercayaan tertentu.
Faktor Risiko
transportasi
interaksi sosial
Spiritual : 1) Penderitaan
Kelas 2. Keyakinan
Definisi : suatu pola mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan hidup
melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, seni, musik, literatur, alam,
dan/atau kekuatan yang lebih besar daripada diri sendiri yang dapat diperkuat.
Batasan Karakteristik
Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar daripada diri sendiri : 1) menyatakan
9. Kepedihan Kronis
Domain: 9 koping/toleransi
progresif yang dialami (oleh orang tua, pemberi asuhan, individu, yang sakit kronis
sosial).
kemampuan untuk mengalami makna hidup melalui hubungan dengan diri sendiri
marah 5) merasa hidup kurang bermakna 6) perasaan tidak dicintai 7) rasa bersalah
pendukung.
Hubungan dengan seni, musik, literatur, alam: 1) penurunan ekspresi tentang pola
Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari pada didi sediri: 1)
perasaan diabaikan 9) perubahan yang tiba – tiba dalam praktik spiritual 10) tidak
berdaya.
kehilangan fungsi bagian tubuh 7) kejadian hidup tidak terduga 8) kelahiran bayi 9)
kematian orang terdekat 10) kesepian 11) menerima kabar buruk 12) mengalami
kejadian kematian 13) menjelang ajal 14) nyeri 15) peningkatan ketergantungan
pada orang lain 16) penuaan 17) persepsi tentang tugas yang tidak selesai 18)
TABEL 2.1
INTERVENSI KEPERAWATAN
DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1) Evaluasi keluhan nyeri, lokasi, 1) Mempengaruhi pilihan atau
3x24 jam dengan kriteria hasil karakteristik, dan intensitas pengawasan keefektifan
: 2) Memberikan posisi senyaman intervensi. Tingkat ansieta dapat
a. Kebutuhan rasa nyaman mungkin: meninggikan lokasi yang mempengaruhi persepsi/reaksi
terpenuhi terasa nyari 2) Fraktur memberi posisi semi
b. Nyeri hilang atau 3) Mengajarkan teknik relaksasi nafas fowler. Menurunkan tegangan
berkurang dalam otot, meningkatkan relaksasi
c. Klien tampak rileks 4) Bimbing doa menghadapi rasa nyeri dan dapat meningkatkan
5) Pemberian analgetik kemampuan koping
3) Meningkatkan relaksasi,
memfokuskan kembali
perhatian
4) Doa dapat mengurangi rasa
nyeri
5) Mempertahankan kadar
analgesik dalam darah adekuat
2. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji kulit untuk luka terbuka 1) Memberikan informasi tentang
integritas jaringan 3x24 jam dengan kriteria hasil 2) Melakukan masase sirkulasi jaringan dan masalah
: 3) Ubah posisi dengan sering yang mungkin disebabkan oleh
pemasangan traksi. Edema yang
28
4. Hambatan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji tingkat mobilisasi 1) Pasien mungkin dibatasi oleh
mobilitas fisik 3x24 jam dengan kriteria hasil 2) Membantu/instruksikan klien untuk pandangan diri/persepsi diri
: latihan gerak aktif pasif pada 2) Melatih agar tidak terjadi
Pasien dan keluarga akan: ekstremitas yang sakit dan tidak komplikasi berlanjut
a. Klien dapat melakukan sakit 3) Memudahkan dalam
gerakan dan ambulasi 3) Mendekatkan alat-alat yang pengambilan alat yang
b. Meningkatkan/memperta dibutuhkan pasien dibutuhkan pasien
hankan mobilisasi pada 4) Membantu memenuhi kebutuhan 4) Pasien mungkin mengalami
tingkat paling tinggi pasien agitasi dan perawatan mungkin
c. Keluarga mampu 5) Kolaborasi dengan ahli fisoterapi perlu ditunda sampai
membantu pasien dalam kemampuan mengontrol diri
ADL ditingkatkan.
5) Berguna dalam membuat
aktifitas indvidual/program
latihan
5. Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan 1) Dorong klien dalam 1) Fraktur dapat mempengaruhi
diri 3x24 jam dengan kriteria hasil mengekspresikan dan kemampuan seseorang untuk
: mendiskusikan masalah yang melakukan aktivitas sehari-hari
a. Mampu melakukan berhubungan dengan cedera 2) Dapat membantu pasien dalam
aktifitas fisik mandiri 2) Libatkan orang terdekat dalam ADL
atau dengan alat bantu perawatan diri 3) Pasien memperoleh kembali
3) Dorong klien berpartisipasi dalam kemandirian
program terapi 4) Merawat kebutuhan dasar dan
4) Berikan bantuan ADL sesuai mempertahankan harga diri
kebutuhan
6. Resiko hambatan Setelah dilakukan tindakan 1) Fasilitasi klien dalam 1) Memudahkan klien dalam
religiolitas 2x24 jam dengan kriteria hasil pengembangan spiritual melakukan kegiatan
: keagamaannya saat sakit
30
a. Adanya dukungan sosial 2) Beri dukungan dalam melakukan 2) Memotivasi Klien dalam
dari keluarga kegiatan keagamaan/spiritual meningkatkan keagamaannya
b. Kesejahteraan psikologis 3) Ajarkan doa untuk mengurangi 3) Mengajarkan klien dalam berdoa
dan biologis kecemasan membuat klien tenang dan sabar
c. Mampu melakukan 4) Tingkatkan keterlibatan keluarga 4) Keluarga mampu memenuhi
kegiatan keagamaannya untuk membantu klien dalam dalam melakukan kegiatan klien
dalam kehidupan sehari- spiritual
hari
7. Kesiapan Setelah dilakukan tindakan 1) Berikan privasi dan waktu yang 1) Privasi dan waktu yang
meningkatkan keperawatan 3x24 jam tenang untuk melakukan tenang diperlukan saat
kesejahteraan kesiapan peningkatan kegiatan ibadah melakukan kegiatan ibadah
spiritual kesejahateraan spiritual klien 2) Anjurkan klien untuk 2) Murottal Al-Qur’an dan
dapat teratasi, dengan kriteria mendengarkan murotal Al- ceramah membuat tenang
hasil: Qur’an atau ceramah keagamaan dan efektif menambah
3) Bimbing klien dengan doa pegetahuan
a. Peningkatan spiritual: tenang dan sabar dalam 1x 3) Doa membuat klien
beribadah pertemuan rileks/tenang,efektif
b. Peningkatan harapan 4) Anjurkan klien untuk membaca menambah kedekatan klien
c. Peningkatan motivasi doa tenang dan sabar saat gelisah dengan Allah
5) Anjurkan keluarga untuk terus 4) Doa membuat klien
memberikan dukungan dan rileks/tenang,efektif
motivasi menambah kedekatan klien
6) Ajurkan keluarga untuk ikut serta dengan Allah
dalam kegiatan ibadah klien 5) Dukungan dan motivasi
orang terdekat menjadi salah
satu faktor untuk
kesembuhan klien
31
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Klien
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status : Menikah
Nomor RM : 0001681209
43
2) Identitas Penanggung Jawab Pasien
Nama : Tn. S
Pendidikan : SMP
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Satu tahun sebelum masuk rumah sakit klien mengalami kecelakaan, mendapat
pasien mendapat ruangan, masuk ke ruangan rawat inap Kana A pasien terpasang
infus dan kateter karena akan dilakukan pembedahan skeletal traksi. Setelah berada
di ruangan pasien dilakukan perawatan luka dengan kompres NaCl 0,9% luas luka
sekitar 35 cm.
Tanggal 22 Mei 2018 dilakukan pengkajian, pasien mengeluh nyeri, nyeri terasa
seperti ditusuk-tusuk, nyeri semakin berat apabila pasien bergerak, nyerinya hilang
Satu tahun yang lalu, pasien memanjat pohon kelapa di dekat rumahnya. Setelah
berada diatas pohon, kaki pasien terpeleset dan terjatuh dengan kaki kanan
mendarat terlebih dahulu. Setelah itu pasien sulit menggerakan kaki kanannya dan
terasa nyeri, kemudian pasien diobati dengan diurut didekat rumahnya, tetapi
pengobatan itu tidak ada kemajuan, semenjak saat itu pasien menggunakan tongkat
untuk berjalan, pasien tidak dibawa ke RS ataupun klinik hanya di urut di rumah.
Setelah hampir 1 tahun pasien dan keluarga meyadari kaki kanan pasien menjadi
Dustira pasien hanya dilakukan rontgen, setelah itu pasien di rujuk ke RSHS.
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang memiliki
c. Pemeriksaan Fisik
irama reguler.
S = 36,8OC
46
d) Status Antopometri : BB = 51 kg
TB = 160 cm
2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernapasan
Bentuk hidung simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada lesi, tidak ada
pembengkakan, suara napas vesikuler, RR: 20 x/menit, PCH (-), tidak ada
b) Sistem Kardiovaskular
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, tidak ada bunyi jantung tambahan,
tidak ada peningkata JVP, akral teraba hangat, tidak ada sianosis, bunyi jantung
lupdup, tidak ada suara tambahan, bunyi S1 lebih halus dari S2, tidak ada murmur,
c) Sistem Pencernaan
Perut datar, asites (-), tidak ada mual, mukosa bibir kering, berwarna merah muda,
d) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening, tidak ada pembengkakan
e) Sistem Perkemihan
Kandung kemih tidak distensi, tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada nyeri tekan.
f) Sistem Persarafan
47
Pasien berespon terhadap cahaya dengan penlight pada pupilnya bola mata klien
dapat digerakan kesegala arah dengan normal, respon miosis (mengecilnya pupil)
normal saat diberi cahaya sedangkan respon midriasis (membesarnya pupil) normal
Mata pasien berkedip saat diberi pilinan kapas yang diusapkan pada kelopak mata,
klien juga merasakan kapas yang diusapkan pada kelopak mata dengan mata
tertutup.
Pasien dapat menjawab pertanyaan dari perawat, yaitu perawat berbicara dengan
suara dan intonasi yang jelas dan agak keras agar dapat mendengar dengan baik.
Klien dapat merasakan makanan dengan baik, refleks menelan (+), refleks muntah
(+).
g) Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas atas : ekstremitas simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan,
terpasang infus RL 0,9%, kekuatan ekstremitas atas 5/5 , tidak ada deformitas, tidak
ada kekakuan, tidak ada tremor, ROM aktif kesegala arah, refleks bisep(+), refleks
trisep (+), klien dapat membedakan sensasi kasar, halus dan tajam, tidak terdapat
Ekstremitas bawah : ekstremitas tidak simetris, tidak terdapat edema, terdapat nyeri
tekan pada ekstremitas kanan bawah,tidak terdapat pucat pada ekstremias bawah,
ROM pasif pada ektremitas kanan bawah, dan ROM aktif pada ekstremitas kiri
nyeri lokal di bagian pembedahan femur, tidak terdapat pucat dibagian distal, teraba
denyut nadi dan CRT <3 detik pada bagian distal, terasa kesemutan, tidak terdapat
h) Sistem Integumen
Warna kulit pasien sawo matang dan merata, turgor kulit baik, suhu 36,8oc, kulit
elastis terdapat luka pada ekstremitas bawah dikaki kanan, kulit rambut sedikit
tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat edema, tidak terdapat memar atau
49
kehitaman, terdapat sedikit cairan ditabung traksi berwarna kemerahan, dan tidak
d. Riwayat Psikososial
1) Status Emosi
Emosi klien tampak stabil, ditandai dengan respons pasien sangat tenang dan sesuai
dengan keadaan.
2) Konsep diri
Klien mengatakan dirinya tidak berdaya ketika melihat keadaan kakinya yang
(4) Peran
Klien merupakan seorang ayah dari 2 anak, klien juga merupakan seorang suami
3) Gaya komunikasi
4) Pola interaksi
Hubungan klien dengan lingkungan sekitar baik, hubungan klien dengan dokter,
5) Pola koping
Klien terlihat sabar dan tabah dengan penyakitnya, menurut klien apabila ada
e. Riwayat Sosial
f. Pengetahuan Kesehatan
Menurut penuturan keluarga, jika keluarga tidak mengetahui tindakan apa yang
g. Riwayat Spiritual
Saat dirumah, pasien mengatakan selalu beribadah sholat 5 waktu, mengaji dan
Pasien mengatakan bahwa sakitnya merupakan ujian dari Allah SWT dan sakitnya
Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan bahwa Allah SWT Maha adil dan
Pasien mengatakan makna hidupnya adalah untuk beribadah kepada Allah SWT
Pasien mengatakan yang menjadi sumber dukungan bagi dirinya adalah keluarga
ayah, Ibu, Nenek, Saudara, makna dukungan bagi pasien sangat penting karena
Pasien mengatakan sumber kekuatan dan harapan pasien saat ini adalah keluarga
Pasien perlu dibimbing dalam berdoa dan beribadah selama di rawat di RS.
d) Keluhan
Tidak terdapat keluhan
2) Eliminasi
a) BAB 1 x /hari 1 x /hari
i. Data Penunjang
Kesan :
- Displacement fraktur dengan pemendekan 1/3 tengah femur kanan. Belum terlihat
Gambar 3.1
Foto Rontgen Femur
54
j. Terapi
Waktu pemberian
Nama obat Rute
Pagi Siang Malam
Ceftriaxon 2 x 1 gr/IV 08.00 - 20.00
Ranitidine 2 x 50 mg/ IV 08.00 - 20.00
Keterolac 3 x 30 mg/IV 08.00 14.00 20.00
Nacl 0,9 % 1500cc/24 jam 20 gtt/menit
k. Analisa Data
4 DS : Individu Resiko
- Pasien mengatakan ↓ hambatan
jarang sholat sejak Koping kedekatan pada religiolitas
dirumah sakit karena keagamaan
keadaanya yang sakit ↓
DO : Resiko hambatan religiolitas
- Pasien perlu
dibimbing dalam
memenuhi Ibadahnya
56
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Monitor tanda- tanda vital tiap 8 jam 1) Perubahan TTV dapat
terputusnya 3x24 jam nyari dapat berkurang, dengan 2) Kaji lokasi nyeri, kualitas nyeri, skala menunjukan adanya
kontinuitas kriteria hasil : nyeri, penyebab nyeri, durasi nyeri, dan inflamasi
jaringan a. Tanda- tanda vital dalam batas karakteristik nyeri 2) Nyeri merupakan
normal: 3) Anjurkan mempraktekkan tehnik pengalaman yang hanya
TD : 120/80 mmHg relaksasi napas dalam bila terjadi nyeri dapat digambarkan oleh
N: 60-100 X/menit 4) Bimbing pasien dengan doa menghadapi klien sendiri
RR: 16-24 X/menit rasa nyeri 3) Pendekatan dengan
o
S: 36,5-37,5 C Collaborative menggunakan relaksasi
b. Mampu mengontrol nyeri 5) Kolaborasikan pemberian obat : efektif mengurangi nyeri
menggunakan tehnik relaksasi untuk Keterolac 2x1 50 mg IV pada jam 08.00 4) Doa membuat klien
mengurangi nyeri dan 20.00 rileks/tenang sehingga
c. pasien mengatakan nyeri berkurang Ranitidine 2x1 30 mg IV pada jam 08.00 efektif mengurangi nyeri
dengan skala 2 (1-10) dan 20.00 5) Pemberian obat efektif
d. Menyatakan rasa nyaman setelah Terpasang infus NaCl 0.9% 1500cc/24 memperbaiki keadaan
nyeri berkurang jam klien
58
2 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Monitor tanda-tanda infeksi 1) Menurunkan risiko
integritas selama 3 x 24 jam luka pada klien dapat 2) Lakukan perawatan luka rutin dengan kerusakan/abrasi kulit
jaringan teratasi, dengan kriteria: tehnik steril yang lebih luas.
a. Keutuhan integritas kulit 3) Pertahankan tempat tidur yang nyaman 2) Mencegah gangguan
b. Mampu memahami perawatan luka dan aman (kering, bersih, alat tenun integritas kulit menjadi
yang baik kencang, bantalan bawah siku, tumit). luas
c. Perfusi jaringan normal(temperatur 4) Berikan pendidikan kesehatan tentang 3) Meningkatkan sirkulasi
kulit normal, kulit elastis, hidrasi nutrisi untuk penyembuhan luka dan perifer dan meningkatkan
kulit kuat, warna kulit normal, tidak tulang kelemasan kulit dan otot
terdapat lesi jaringan) 5) Ganti linen setiap 1 hari 1x terhadap tekanan yang
d. Tidak ada tanda-tanda 6) Kolaborasi pemberian obat antibiotik relatif konstan pada
REEDA(redness, edema, echimosis, Ceftriaxone 2x1 1gr IV pada jam 08.00 imobilisasi.
drainage, approximatly) dan 20.00 4) Memberikan
kenyamanan dan
kebersihan pada klien
5) Nutrisi yang baik dapat
mempercepat
penyembuhan luka dan
pembentukan tulang
terutama kalsium, protein
dan vitamin D.
6) Pemberian obat efektif
memperbaiki keadaan
kulit klien
3 Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Kaji kebersihan tubuh, rambut, dan kuku 1) Jika pasien tidak mampu
perawatan diri selama 3 x 24 jam, Defisit perawatan klien dalam perawatan diri
diri teratasi dengan kriteria hasil : maka perawat dan
59
a. Klien terbebas dari bau dan lengket 2) Monitor kemampuan klien untuk keluarga membantu
rambut perawatan diri yang mandiri dalam perawatan diri
b. Badan pasien bersih dan tidak 3) Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat pasien
lengket bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, 2) Meninjau perkembangan
c. Kuku pasien bersih dan tidak lengket berhias, toileting dan makan pasien dalam memenuhi
d. Menyatakan kenyamanan terhadap 4) Sediakan bantuan sampai klien mampu perawatannya
kemampuan untuk melakukan secara utuh untuk melakukan self care 3) Memudahkan klien
aktivitas sehari-hari 5) Dorong klien untuk melakukan aktivitas dalam melakukan
sehari-hari yang normal sesuai pemenuhan kebutuhan
kemampuan yang dimiliki sehari-hari
4) Mempermudah pasien
dalam perawatan diri
secara tepat
5) Pasien dan keluarga
memahami kemandirian
dalam berpakaian secara
baik
60
4 Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Bantu klien untuk mengikuti kegiatan 1) Kegiatan keagamaan
hambatan selama 3 x 24 jam, religiolitas klien keagamaannya merupakan upaya
religiolitas dapat teratasi dengan kriteria hasil : 2) Motivasi keluarga untuk membantu klien meningkatkan
a. Klien mampu mematuhi keyakinan mengikuti ritual keagamaannya religiolitas
dalam memenuhi ibadahnya 3) Bimbing pasien dalam berdoa mohon 2) Ritual keagamaan
b. Klien mampu mengikuti dan tenang dan sabar dapat menambah
mematuhi tata cara sholat selama 4) Kolaborasi dengan ahli keagamaan keyakinan dalam
sakit beragama seseorang
3) Doa membuat klien
rileks/tenang
sehingga efektif agar
selalu sabar dan tabah
4) Ahli keagamaan
adalah seseorang yang
mendalami dan
mengamalkan agama
yang dianutnya
B. Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan memaparkan pembahasan dari tinjauan kasus yang
yang telah dilakukan. Penulis akan menguraikan tentang kesenjangan antara teori
dengan praktik selama melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A 26 tahun dengan
gangguan sistem muskuloskeletal e.c fraktur femur di ruang asal Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Provinsi Jawa Barat sejak tanggal 22 Mei
2018.
Hal ini sesuai dengan teori Black & Hawks(2014) fraktur adalah terputusnya
nagian dari kontinuitas tulang yang normal, dimana jika terjadi fraktur maka
jaringan lunak disekitarnya juga pasti akan terganggu. Fraktur yang dialami Tn.A
merupakan fraktur tertutup. Fraktur tertutup terjadi karena tidak terdapat hubungan
1. Tahap Pengkajian
Adapun data yang didapat dari klien adalah klien Tn.A, usia 26 tahun, klien
merupakan seorang buruh harian lepas. Pada saat tahap pengkajian dan melakukan
pemeriksaan fisik penulis menemukan data, klien mengeluh nyeri pada kaki sebelah
kanan, nyeri bila digerakkan, berkurang dengan tidak digerakkan, nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 3 (1-10) nyeri dirasakan setelah post
operasi dikaki kanan, dengan terpasang traksi, pada pengkajian 5P (pain, pallor,
pulseness, parestesia, paralysis) klien nadi masih teraba dibagian distal fraktur,
Tanda dan gejala yang muncul pada Tn.A sejalan dengan teori menurut Huda
leukosit dan neutrofil segmen. Hal tersebut merupakan respons fisiologis akibat
fraktur, yaitu peradangan. Fraktur femur adalah fraktur pada bagian tulang panjang
dan besar sehingga respons peradangan yang terjadi bisa berdampak terhadap status
nyeri, kesulitan beraktifitas, terdapat luka pada area femur bagian kanan.
Data lain yang ditemukan pada saat pengkajian ialah klien terpasang traksi 8
kg dengan jenis traksi kulit dan bidai kurang lebih 30 cm di kaki sebelah kanan,
klien di akibatkan oleh karena adanya pergeseran fragmen tulang yang di akibatkan
oleh terjadinya fraktur dan merusak jaringan sekitar yang menyebabkan pasien
harus dipasang bidai dan traksi sebelum dilakukan operasi pemasangan ORIF,
fungsi pergerakan menjadi terganggu hal ini sejalan dengan teori (M. Black &
Howkanson, 2014). Dalam aktifitas sehari-hari klien selama dirumah sakit dibantu
oleh keluarga dari perawatan diri sampai eliminasi. Kekuatan otot ekstremitas atas
pada klien Tn.A usia 26 tahun dengan neglected fraktur of right femur dan
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan
sebagai kerusakan (International Association For the Study of Pain); awitan yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di
Penulis menegakan diagnosa nyeri akut dikarenakan data yang didapatkan sesuai
dengan definisi dan batasan karakteristik yang telah ditetapkan oleh Nanda (2017)
serta didapatkan data sebagai berikut : klien mengeluh nyeri kaki kanan, nyeri
dirasakan bila digerakkan, dengan skala 3 (1-10), Pada saat pengkajian 5p (pain,
pembedahan femur, tidak terdapat pucat dibagian distal, teraba denyut nadi dan
CRT <3 detik pada bagian distal, terasa kesemutan, tidak terdapat kelumpuhan pada
Kerusakan integritas jaringan adalah cedera pada membran mukosa, kornea, sistem
integumen, fascia muskular, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan atau
didapatkan sesuai dengan definisi dan batasan karakteristik yang ditegakan oleh
Nanda (2017), dengan didapatkan data : Kerusakan integritas jaringan ditemukan
pada kasus kelolaan ditandai adanya luka post op pemasangan traksi akibat fraktur
dengan definisi dan batasan karakteristik yang ditegakan oleh NANDA (2017)
dengan didapatkan data sebagai berikut : Pasien mengatakan belum pernah keramas
sejak dirumah sakit, Pasien tampak terbaring di tempat tidur, Kebutuhan aktivitas
terganggu. Defisit perawat diri terjadi pada pasien ini, dilihat dari aktivitas sehari-
hari yang memerlukan bantuan orang lain. Serta kekuatan otot ekstremitas bawah
kanan dibawah normal (1), selain itu sebagai upaya remodelling tulang yang
optimal dengan pemasangan traksi maka untuk sementara waktu ekstremitas kanan
bawah harus imobilisasi, sehingga perawatan diri pasien harus dibantu sebagian.
dengan definisi dan batasan karakteristik yang ditegakan oleh NANDA (2017)
dengan didapatkan data sebagai berikut : Pasien mengatakan jarang sholat sejak
Kondisi sakit bagi seorang mukmin adalah kenikmatan untuk semakin dekat dengan
pencipta-Nya. Jika sakit masih memiliki kesadaran, akan tetapi tidak dapat
melaksanakan kewajiban ibadah karena hambatan akibat sakit, maka kondisi ini
penulis berpedoman pada NANDA (2015) yang telah disesuaikan dengan sarana
a. Nyeri Akut
Perencanaan yang harus dilakukan kepada klien dengan nyeri akut adalah 1)
Monitor tanda- tanda vital tiap 8 jam 2) Kaji lokasi nyeri, kualitas nyeri, skala nyeri,
tehnik relaksasi napas dalam bila terjadi nyeri 4) bimbing pasien dengan doa
yang diberikan adalah ranitidine 2x50 mg/IV jam 08.00 dan 20.00, ketorolac 3x30
mg/IV jam 08.00 dan 20.00, infus NaCl 0,9% 1500/24 jam sama dengan 20
gtt/menit.
Adapun yang diberikan pada klien mengobservasi TTV klien sebelum dan
sesudah tindakan, tanda-tanda vital mempunyai nilai yang sangat penting, saat
terdapat perubahan tanda vital mempunyai arti adanya gangguan sistem dalam
tubuh (Indriono A, 2011). Mengkaji lokasi, kualitas, skala, penyebab, durasi, dan
perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri. Keefektifan distraksi tergantung
nyeri. Pereda nyeri secara umum meningkat dalam hubungan langsung dengan
partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang dipakai, dan minat
mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimuli satu indera
Untuk mengatasi nyeri akut pada pasien ini dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam secara berulang dapat menimbulkan rasa nyaman bagi pasien. Adanya rasa
spasme disebabkan oleh insisi (trauma) jaringan pada saat pembedahan (Lukman,
2012). Adapun ibadah berdoa yang kuat langsung dapat berpengaruh terhadap pusat
otak terutama terhadap amygdala dan hypocampus. Amygdala sebagai pusat emosi
terhadap nyeri aku derajat sedang sampai berat setelah operasi , dosis 10 mg/ml
samapi 30 mg/ml diberikan efektif terendah yang sesuai dengan tingkat nyeri dan
respon pasien, kontra indikasi: alergi terhadap ketorolac, ulkus peptikum aktif.
Obat ranitidine golongan antasida untuk obat tukak lambung dan duodenum akut
yang diberikan 150 mg/tab sama dengan 25 mg/ml. Infus NaCl 0,9%
dengan tehnik steril 3) Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering,
bersih, alat tenun kencang, bantalan bawah siku, tumit) 4) Berikan pendidikan
pemberian obat dengan ceftriaxon 2x1 gr/IV jam 08.00 dan 20.00.
kulit, eritema, lesi, pruritus (Doenges, 2014). Adapun dalam memonitor tanda-
tanda infeksi pada pasien trauma pada jaringan dapat menurunkan fungsi sistem
pertahanan tubuh. Pada trauma ortopedik, infeksi dimulai pada kulit dan masuk
kedalam tubuh, kondisi ini biasanya terjadi pada kasus fraktur dan penggunaan
bahan asing dalam pembedahan seperti plin dan plat (Istianah, 2017).
khusus, dengan mengganti balutan luka dibersihkan dengan NaCl 0,9% dan
supratul pada permulaan ditutup dengan kassa steril. Daerah tersebut harus dijaga
tetap bersih. Adanya rembesan serosa yang sedikit mungkin terjadi. Tempat
penusukan harus dikaji adanya tanda infeksi REEDA, pasien mungkin mengalami
rasa tidak nyaman pada tempat penusukan pin karena traksi pada kulit akibat otot
yang tak terlindung. Mempertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman pada
pasien dapat mengurangi luka dan cedera pada jaringan siku pada saat melakukan
perpindahan posisi dan tumit terhadap adanya daerah penekanan dan bantalan kasur
2002).
dikombinasikan dengan tirah baring yang lama serta nutrisi yang dapat
penyembuhan luka dan proses penyembuhan tulang seperti kebutuhan kalori 25-30
kal/kg/hari, kebutuhan protein 1,5-2 g/kg/hari, juga vitamin dan mineral untuk
vitamin C dan beta karoten (Brenna H, 2011). Dalam pemberian farmakologi obat
ceftriaxone golongan antibakteri, infeksi yang disebabkan oleh bakteri pada tulang,
sendi, dan jaringan lunak infeksi pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh
(ISO, 2013).
Perencanaan yang harus dilakukan kepada klien dengan defisit perawatan diri
adalah 1) Kaji kebersihan tubuh, rambut, dan kuku klien 2) Monitor kemampuan
klien untuk perawatan diri yang mandiri 3) Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan 4) Sediakan
bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self care 5) Dorong
makan, mandi, berpakaian, dan toileting selama diimobilisasi dalam alat traksi
perawatan diri pasien akan merasa lebih mandiri dan mengurangi frustasi dan akan
selama waktu imobilisasi, perawat dan pasien dapat mengembangkan secara kreatif
kesehatan serta kondisi dan mental mempengaruhi dalam proses perawatan diri.
Orang yang sedang sakit atau mengalami cacat fisik dan gangguan mental akan
Bimbing pasien dalam berdoa mohon tenang dan sabar 4) Kolaborasi dengan ahli
keagamaan.
Adapun yang diberikan pada klien adalah dalam membantu klien untuk
bantuan. Seperti keluarga jika yang sakit berada dirumah, atau pihak rumah sakit
khususnya perawat jika pasien dirawat dirumah sakit memberikan bantuan agar
pasien tetap dapat melaksanakan kewajiban ibadahnya, dan jika hal ini tidak
dilakukan oleh orang sehat disekitarnya, maka hal ini mengakibatkan dosa dan
selaras dengan alam semesta, dan berusaha untuk jawaban tentang yang tak
terbatas, dan datang ke dalam fokus ketika seseorang menghadapi stres emosional,
4. Evaluasi
Berdasarkan pelaksanaan yang dilakukan sesuai perencanaan maka muncul
a. Nyeri Akut
Kriteria hasil yang diharapkan adalah 1) tanda-tanda vital dalam batas normal: TD:
Setelah memberikan intervensi masalah nyeri akut klien teratasi sebagian dengan
kriteria hasil klien tanda-tanda vital dalam batas normal, klien mampu mengontrol
nyeri dengan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam. Adapun kriteria hasil yang
belum teratasi klien nyeri dengan skala 3 (1-10), klien mengatakan masih tidak
sebagian dengan kriteria hasil klien mampu menjaga dan memahami perawatan
luka yang baik, tidak terdapat tanda-tanda infeksi yang muncul dan tidak terdapat
2) badan pasien bersih dan tidak lengket 3) kuku pasien pendek dan bersih 4)
hari.
Setelah memberikan intervensi masalah defisit perawatan diri klien teratasi dengan
membersihkan rambut 3x/hari dan menjaga kuku agar bersih dan pendek seminggu
1x.
A. Kesimpulan
medis Neglected Fraktur of right Femur di ruang Kana A RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung tanggal 22 Mei 2018 sampai dengan 25 Mei 2018 penulis dapat
pemeriksaan fisik secara head to toe, wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Adapun hasil pengkajian yang penulis dapatkan dari Tn.A adalah keadaan umum
nampak baik, kesadaran composmentis klien mengeluh nyeri diarea kaki sebelah
Masalah keperawatan yang penulis dapatkan dari hasil pengkajian pada tanggal
22 Mei 2018 adalah : nyeri akut, kerusakan integritas jaringan, defisit perawatan
Melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan masalah keperawatan nyeri akut
perawatan diri klien oleh keluarga dan perawat. Pelaksanaan asuhan keperawatan
tersebut selain bekerja sama dengan perawat diruangan, penulis juga bekerja sama
dengan keluarga.
88
89
Pada tahap evaluasi penulis melakukan evaluasi tentang keadaan klien secara
keperawatan yang teratasi yaitu : defisit perawatan diri ditandai dengan badan klien
bersih dan rambut bersih tidak terdapat ketombe, dengan menjaga kuku tetap bersih
Adapun masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi namun sedikit demi sedikit
skala nyeri berkurang dan kerusakan integritas jaringan sedikit demi sedikit
berangsur membaik ditandai dengan tidak ada tanda-tanda REEDA, nadi masih
B. Saran
medis Neglected Fraktur of right Femur di ruang Kana A RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung selama 3 hari dari tanggal 22 Mei 2018 sampai dengan 24 Mei 2018,
membersihkan luka secara steril di rumah, meningkatkan asupan nutrisi yang baik
pada fraktur femur. Nutrisi pada daging sapi mengandung kalori, protein, lemak,
kalsium, posfor, zat besi, dan vitamin A, B1, C dan mineral. Terutama pada kalsium
memerlukan 1 kg/hari, selain terdapat pada daging sapi juga dapat diperoleh dari
susu, kuning telur, dan sayuran hijau. Dimana zat tersebut sangat dibutuhkan oleh
Brenna H. Mayer, L. T. (2011). Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. Jakarta: EGC.
Suddarth, B. &. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2 .
Jakarta: EGC.
90
Martini, e. a. (2012). Fundamentals of Anatomy & Physiology. San
Francisco:Benjamin Cummings.
Sjamsuhidajat. (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah : Sistem Organ dan Tindak
Bedahnya. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Udayana, 6(5).
91
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Tujuan Instruksional
A. Tujuan Instruksional Umum (TIU):
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan klien dapat
memahami tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk mempercepat penyembuhan
bagi pasien fraktur.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK):
Setelah diberikan penyuluhan keluarga diharapkan dapat :
1. Menjelaskan kembali pengertian fraktur.
2. Menjelaskan penyebab frakttur.
3. Menyebutkan tanda dan gejala fraktur
4. Menyebutkansumber nutrisi yang dibutuhkan bagi penderita fraktur
II. Materi
Terlampir
III. Metoda
Metode yang digunakanadalahceramahdan Tanya jawab/diskusi
IV. Media
Leaflet
V. Strategi
a. Persiapan
- Pembuatan satuan penyuluhan
- Persiapan penyuluh dengan menggunakan referensi yang ada
b. Pelaksanaan
- Dimulai dengan memperkenalkan diri, maksud dan tujuan penyuluhan
- Menjelaskan poin-poin penting isi penyuluhan
- Menyampaikan materi
c. Penutup
VI. Kegiatan
No Kegiatan Kegiatan audiens Waktu
1 Pendahuluan 3 menit
a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Perkenalan b. Menyetujui tujuan
c. Menjelaskan topik demonstrasi
penyuluhan c. Mengikuti
d. Menjelaskan waktu apersepsi
penyuluhan
2 Penyampaian materi 15 menit
a. Menjelaskan materi d. Menyimak
penyuluhan mengenai penjelasan materi
pengertian, fungsi tulang, e. Bertanya
penyebab patah tulang, f. Memperhatikan
tanda dan gejala patah jawaban dan
tulang dan nutrisi yang penyuluhan
dibutuhkan bagi penderita
patah tulang.
b. Memberikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang telah disampaikan
3 Penutupan a. Menjawab 2 menit
g. Menyimpulkan hasil pertanyaan
penyuluhan b. Menyimak
h. Mengakhiri dengan salam kesimpulan
c. Menjawab salam
VII. Evaluasi
Bandung,
Penulis
Hilma Muldyana
Pembahasan Materi fraktur
1. Pengertian
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak disekitarnya juga sering terganggu.
2. Penyebab
a. Fraktur traumatik
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan
yang besar. Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga
terjadi fraktur.
b. Fraktur patologis
Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis
di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah-daerah tulang yang
telah menjadi lemah karena tumor atau patologis lainnya.
c. Fraktur stress
Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu
saat melakukan kegiatan.
2018
Nyeri
C. Tanda & gejala
D. Pemenuhan Nutrisi
Terjadi pembengkakan
Perubahan warna
RIWAYAT HIDUP
Identitas
Riwayat Pendidikan