Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. K USIA 34 TAHUN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS SCHIZOPRENIA

Tugas ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas prastase keperawatan jiwa

Dosen Pembimbing:

Shella Febrita PU, M. Kep

Di Susun Oleh:

Kelompok 3

Citra Algiatie Subagja NIM: 402019010


Etty Pangestuti NIM. 402019032
Eva Rahmaya Dewi NIM. 402019001
Ghitha Faridha NIM. 402019018
Hilma Nurul Komala NIM. 402019038
Moh. Najmi Fathurahman NIM. 402019046
Rika Aryanti NIM. 402019047
Syahida Nur Al Idrus NIM. 402019030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKes ‘AISYIYAH BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT, dimana atas rahmat dan

karunianya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas prastase keperawatan

jiwa ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K Usia 34 Tahun

Dengan Diagnosa Medis Schizoprenia”

Dalam proses penyusunan tugas ini, penulis mengalami banyak permasalahan

namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya tugas ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan

hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh yang terlibat.

Penulis menyadari tugas ini belum sempurna, baik dari isi maupun sistematika

penulisannya maka dari pada itu penulis berterimakasih apabila ada kritik dan saran

yang membangun demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata semoga Laporan ini dapat

bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi menciptakan perawat yang profesional

yang berakhlakul karimah.

Bandung, Februari 2020

i
ii

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................1
C. Sistematika Penulisan...................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Definisi..........................................................................................................3
B. Etiologi..........................................................................................................3
C. Fase - Fase.....................................................................................................7
D. Tipe-tipe........................................................................................................7
E. Manifestasi Klinik.........................................................................................9
F. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................10
G. Pengobatan..................................................................................................10
H. Terapi..........................................................................................................13

BAB III PEMBAHASAN KASUS


A. Skenario Kasus...........................................................................................16
B. Dokumentasi Asuhan Keperawatan............................................................17

BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan.................................................................................................38
B. Saran............................................................................................................38

iii
iv

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan
menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi
kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan)
(Maramis, 1994 dalam Suryani, 2004). Gangguan jiwa jenis ini dapat
terjadi mulai sekitar masa remaja dan kebanyakan penderitanya
adalah berjenis kelamin laki-laki dan menjadi sakit pada usia antara
15-35 tahun, sedangkan pada perempuan kebanyakan penampakan
gejala antara usia 25-35 tahun (Kaplan, dkk, 1991). Gangguan
kejiwaan skizofrenia ini sering menyebabkan kegagalan individu
dalam mencapai berbagai keterampilan yang diperlukan untuk
hidup yang menyebabkan penderita menjadi beban keluarga dan
masyarakat (Chandra, 2004).

Prabandari, dkk (2003) menyebutkan bahwa prevalensi


skizofrenia di Indonesia diperkirakan 1 permil, meski angka yang
pasti belum diketahui karena penelitian prevalensi skizofrenia
secara khusus belum dilakukan di Indonesia. Berdasarkan data
rekam medik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara tahun
2009, diketahui dari 12.377 penderita yang dirawat jalan yang
menderita skizofrenia paranoid berjumlah 9.532 (96,51%) dengan
berbagai tipe dan diketahui dari 1.929 penderita yang dirawat inap
yang menderita skizofrenia paranoid berjumlah 1.581 (81,96%).

B. Tujuan

1
2

1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K Usia 34 Tahun
Dengan Diagnosa Medis Schizophrenia.
3

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Tn. K Usia 34 Tahun Dengan Diagnosa Medis
Schizophrenia.
b. Menyusun diagnosa keperawatan pada Tn. K Usia 34 Tahun Dengan Diagnosa
Medis Schizophrenia.
c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada Tn. K Usia 34 Tahun Dengan
Diagnosa Medis Schizophrenia.
d. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada Tn. K Usia 34 Tahun Dengan
Diagnosa Medis Schizophrenia.
e. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada Tn. K
Usia 34 Tahun Dengan Diagnosa Medis Schizophrenia.
C. Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan laporan hasil asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Tn. K Usia 34 Tahun Dengan Diagnosa Medis Schizophrenia”
kami membagi dalam dalam IV BAB, yaitu :
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang asuhan keperawatan, tujuan asuhan
keperawatan dan metode penyusunan.
BAB II. TINJAUAN TEORI
Bab ini berisi tentang teori-teori mengenai skizofreni seperti definisi, etiologi,
fase-fase, tipe-tipe, manifestasi, pemeriksaan diagnostic, pengobatan, dan terapi.
BAB III. TINJAUAN KASUS
Bab ini membahasa tentang pengkajian dan asuhan keperawatan pada pada Tn. K
Usia 34 Tahun Dengan Diagnosa Medis Schizophrenia.
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4

Bab ini membahas kesimpulan yang telah didapatkan dalam teori dan
asuhan keperawatan pada Tn. K kemudian memberi saran dengan hasil yang
telah didapatkan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Skizofrenia berasal dari dua kata “skizo” yang berarti retak atau pecah
(split), dan ”frenia” yang berarti jiwa. Dengan demikian seseorang yang
menderita gangguan jiwa skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan
atau keretakan kepribadian (splitting of personality) (Hawari, 2001).

Skizofrenia adalah sebagai penyakit nerologis yang mempengaruhi persepsi,


cara pikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosial nya. (Melinda Herman, 2008)

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama


dalam pikiran, emosi, dan perilaku- pikiran yang terganggu, dimana berbagai
pemikiran tidak saling berhubungan secara logis; persepsi dan perhatian yang
keliru; afek yang datar atau tidak sesuai; dan berbagai gangguan aktivitas
motorik yang bizzare . ODS ( Orang dengan skizofrenia) menarik diri dari orang
lain dan kenyataan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh
delusi dan halusinasi.

Skizofrenia adalah sindrom heterogen kronis yang ditandai


dengan proses pikir yang tidak teratur, delusi, halusinasi,
perubahan perilaku yang tidak tepat serta adanya gangguan
fungsi psikososial (Yulinah Elin)

B. Etiologi
Etiologi skizofrenia terdiri dari : faktor-faktor biologik,
psikososial dan genetik.
1. Faktor-faktor biologik
a. Neurokimiawi otak

5
6

1) Hipotesis dopamin
7

Formulasi paling sederhana dari hipotesis


dopamin skizofrenia menyatakan skizofrenia
disebabkan oleh aktivitas dopaminergik yang
berlebihan. Teori dasar ini tidak mengelaborasi
apakah hiperaktivitas dopaminergik itu sehubungan
dengan terlalu banyak pelepasan dopamin, terlalu
banyak reseptor dopamin, hipersensitivitas reseptor
dopamin terhadap dopamin atau kombinasi dari
mekanisme-mekanisme ini.
2) Hipotesis serotonin
Hipotesis ini menyatakan serotonin yang
berlebihan sebagai penyebab gejala positif dan
negatif pada skizofrenia.
3) Hipotesis gamma-aminobutiryc acid (GABA)
Neurotransmiter asam amino inhibitory gamma-
aminobutiryc acid (GABA) dikaitkan dengan
patofisiologi skizofrenia didasarkan pada penemuan
bahwa beberapa pasien skizofrenia mempunyai
kehilangan neuron-neuron GABA-ergic di hipokampus.
GABA memiliki efek regulatory pada aktivitas
dopamin, dan kehilangan neuron inhibitory GABA-
ergic dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron-
neuron dopaminergik.
4) Hipotesis glutamat
Glutamat dianggap terlibat karena penggunaan
fensiklidin, suatu mantagonis glutamat menghasilkan
suatu sindroma akut yang serupa dengan skizofrenia.
8

5) Hipotesis degeneratif saraf (neurodegenerative


hypothesis)
Sejumlah proses degeneratif saraf dihipotesiskan,
berkisar dari apoptosis abnormal yang diprogram
secara genetik, degenerasi dari neuron-neuron yang
kritis, pemaparan prenatal terhadap anoksia,
toksintoksin, infeksi atau malnutrisi, proses
kehilangan neuronal yang dikenal sebagai
excitotoxicity akibat aksi berlebihan dari
neurotransmiter glutamat. Jika neuron- neuron
tereksitasi ketika memperantarai gejala-gejala positif,
kemudian mati akibat proses toksik yang disebabkan
neurotransmisi excitatory yang berlebihan, ini
membawa ke stadium residual burn out dan gejal-
gejala negatif.
6) Hipotesis perkembangan saraf (neurodevelopmental
hypothesis)
Banyak teori-teori tentang skizofrenia
menyatakan gangguan ini berasal dari abnormalitas
dalam perkembangan otak. Sebagian menyatakan
bahwa problem didapatkan dari lingkungan otak
janin. Skizofrenia dapat berawal dengan proses
degeneratif yang didapat yang berpengaruh dengan
perkembangan saraf. Sebagai contoh skizofrenia
meningkat pada orang-orang dengan riwayat semasa
janin mengalami komplikasi obstetrik saat dalam
kehamilan ibu, berkisar dari infeksi virus, kelaparan,
proses autoimun dan masalah-masalah lain yang
9

menyebabkan gangguan pada otak di awal


perkembangan janin, dapat berkontribusi terhadap
penyebab skizofrenia. Faktor-faktor ini juga akhirnya
dapat mengurangi faktor-faktor pertumbuhan saraf
dan merangsang proses-proses tetentu yang
membunuh neuron-neuron yang kritis, seperti sitokin,
infeksi virus, hipoksia, trauma, kelaparan atau stres.
7) Elektrofisiologi
Studi-studi elektrofisiologi menunjukkan bahwa
banyak pasien skizofrenia mempunyai rekaman
elektrofisiologik abnormal, peningkatan sensitivitas
terhadap prosedur aktivasi (aktivitas spike yang
sering setelah kurangnya tidur, penurunan aktivitas
alfa, peningkatan aktivitas theta dan delta).
8) Psikoneuroimunologi
Sejumlah abnormalitas berkaitan dengan
skizofrenia, mencakup penurunan produksi T-cell
interleukin-2, pengurangan jumlah dan respons
limfosit perifer, reaktivitas humoral dan seluler
abnormal terhadap neuron, adanya antibodi brain-
directed (antibrain).
9) Psikoneuroendokrinologi
Banyak laporan menggambarkan perbedaan
neuroendokrin pada pasien skizofrenia dan kelompok
kontrol. Contohnya: abnormalitas dexamethason
suppression test, penurunan luteinizing hormone dan
follicle-stimulating hormone.
b. Faktor psikososial
10

1) Teori psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan skizofrenia berasal
dari perkembangan yang terfiksasi. Fiksasi ini
mengakibatkan defek pada perkembangan ego dan
defek-defek ini memberikan kontribusi terhadap
gejala-gejala skizofrenia.
2) Dinamika keluarga
Sejumlah pasien skizofrenia berasal dari keluarga-
keluarga yang disfungsi. Perilaku keluarga patologis
dapat meningkatkan stres emosional yang
merupakan hal yang rentan pada pasien skizofrenia
untuk mengatasinya. Dinamika keluarga tersebut
berupa double bind communication, schisms and
skewed family, pseudomutual dan pseudohostile
families, dan emosi yang diekspresikan secara tinggi.
c. Faktor genetik
Terdapat kontribusi genetik pada sebagian atau
mungkin semua bentuk skizofrenia, dan proporsi yang
tinggi dari variasi dalam kecenderungan skizofrenia
sehubungan dengan efek genetik. Risiko menderita
skizofrenia sebesar 1% pada populasi umum jika tidak
ada keluarga yang terlibat. Bila salah satu orang tua
menderita skizofrenia maka insidens untuk menderita
skizofrenia sebesar 12%. Insidens skizofrenia pada
kembar dizigotik jika salah satu menderita skizofrenia
sebesar 12%, pada kembar monozigotik sebesar 47%.
Jika kedua orang tua menderita skizofrenia insidensnya
sebesar 40%.
11

C. Fase - Fase
1. Fase Prodromal
a. Kemunduran dalam waktu lama (6 sampai 12 bulan)
dalam tingkat fungsi perawatan diri, sosial, waktu luang,
pekerjaan, atau akademik.
b. Timbul gejala positif dan negatif.
c. Periode kebingungan pada klien dan keluarga.
2. Fase Aktif
a. Permulaan intervensi asuhan kesehatan, khususnya
hospitalisasi.
b. Pengenalan pemberian obat dan modalitas terapeutik
lainnya.
c. Perawatan difokuskan pada rehabilitasi psikiatrik saat
klien belajar untuk hidup denganpenyakit yang
memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku.
3. Fase Residual
a. Pengalaman sehari-hari dengan penanganan gejala.
b. Penguraian dan penguatan gejala.
c. Adaptasi.
D. Tipe-tipe
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis
berdasarkan gejala utama antara lain :
1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama
berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan
halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
2. Skizofrenia Hebefrenia
12

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul


pada masa remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang
menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan
kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double
personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism,
neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat,
waham dan halusinaasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut
serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi
gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan
waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan
pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses
berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5. Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti
dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut.
Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar
maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan
mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi
tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul
sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.
7. Skizofrenia Skizo Afektif
13

Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara


bersamaaan juga gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau
gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi
sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan
lagi.
Gamabaran klinis tipe ini didominasi oleh gangguan pada
alam perasaan (mood, affect) Disertain waham dan
halusinasi. Gangguan alam perasaan yang menonjol adalah
perasaan gembira yang berlebihan (maniakal) dan atau
kesedihan yang mendalam (depresi) yang silih berganti.
Dalam kondisi maniakal klien sering kali lepas kendali dan
melanggar rambu-rambu moral etika sosial (perbuatan atau
tingkah laku yang memalukan) sedangkan bila ia berada
dalam kondisi depresif, ia akan melakukan tindakan bunuh
diri.
8. Skizoprenia tipe tak tergolongkan
Tipe ini tidak dapat dimasukan dalam tipe-tipe yang telah
diuraikan dimuka, hanya gambaran klinisnya terdapat
waham, halusinasi, inkoherensi, atau tingkah laku kacau.
E. Manifestasi Klinik
1. Gejala Primer
a. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran).
Yang paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan
terjadi inkoherensi.
b. Gangguan afek emosi
1) Terjadi kedangkalan afek-emosi
2) Paramimi dan paratimi (incongruity of affect /
inadekuat)
14

3) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai


satu kesatuan
4) Emosi berlebihan
5) Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan
emosi yang baik
c. Gangguan kemauan
1) Terjadi kelemahan kemauan
2) Perilaku negativisme atas permintaan
3) Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya
dipengaruhi oleh orang lain
d. Gejala psikomotor
1) Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
2) Stereotipi
3) Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam
waktu yang lama
4) Echolalia dan echopraxia
e. Autisme.
2. Gejala Sekunder
a. Waham
b. Halusinasi
Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah
yang mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra.
halusinasi pendengaran dan penglihatan yang paling
umum terjadi, halusinasi penciuman, perabaan, dan
pengecapan juga dapat terjadi.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan psikologi
a. Pemeriksaan psikiatrik
15

b. Pemeriksaan psikometri
2. Pemeriksaan lain juga diperlukan
Darah rutin, fungsi hepar, faal ginjal, enzim hepar, EKG, CT-Scan, EEG.
G. Pengobatan
1. Obat antispikotik memberi intervensi farmakologis untuk menangani gejala
skizoprenia akut dan kronik dengan meredakan agitasi psikomotor, agresi,
kegelisahan, dan insomnia.
2. Obat-obatan antispikotik dapat menurunkan halusinasi, waham, dan
gangguan pikiran setelah kadar terapeutik dalam darah tercapai.
3. Pengobatan menurunkan perilaku kacau dan dekstruktif (gejala positif) dna
memfasilitasi intervensi terapeutik lain yang mengatasi gangguan rasa diri
dan kurangnya hubungan dengan orang lain (gejala negatif). Obat-obatan
antispikotik yang tidak khas, klozapin (clorazile) dan risperidon (risperdal),
menawarkan beberapa perbaikan gejala positif maupun negatif. Oleh karena
itu, kombinasi psikoterapi dan terapi obat di rekomendasikan.
4. Monitor efek samping ekstrapiramidal pada klien karena pengobatan dengan
menggunakan antipsikotik dapat memblok reseptor dopamine pasca sinap di
otak. Blokade reseptor ini dapat menyebabkan pseudoparkinsonnisme dan
efek ekstrapiramidal lain, seperti diskinesia tardif. Untuk mengontrol efek
samping ini, banyak klien mendapatkan obat-obat anti parkinson.

Penanganan efek samping obat-obatan antipsikotik


Gejala spesifik Penatalaksanaan keperawatan
Efek antikolinergik
a. Mulut kering a. Minta klien untuk membawa
sebotol air dan minum sesering
mungkin, mengunyah permen
karet bebas gula, menghisap
permen yang keras, atau gunakan
pengganti air liur (seperti
Xerolube)
b. Pandangan kabur b. Batasi klien untuk hanya membaca
buku yang hurufnya besar-besar;
umumnya masalah teratasi dengan
waktu 2 minggu.
16

c. Kongesti hidung c. Efek ini biasanya teratasi dalam 2


minggu, atau gunakan dekongestan
hidung.
d. Retensi urine atau tidak mampu d. Pantau haluaran urine, palpasi
memulai berkemih (urineri hentancy) adanya distensi, pasang kateter jika
perlu, dapatkan sebuah intruksi
untuk menurunkan dosis obat
antipsikotik, dan tambahan obat
kolinergik seperti betanicol
(urecholine).
e. Konstipasi e. Tingkatkan asupan klien, asupan
serat, latihan, serta dapatkan
instruksi untuk menggunakan
pelunak fese (laksatip).
f. Fotopobia f. Minta klien menggunakan
kacamata untuk menahan sinar
matahari.
g. Kekeringan mata g. Dorong klien untuk mengedip atau
meggunakan air mata buatan.
h. Impotensi atau tidak mampu ejakulasi h. Kaji masalah, jelaskan hubungan
antara ansietas dan fungsi seksual,
yakinkan klien bahwa gejala bisa
puli (refersibel) dan ringan, serta
konsulkan dengan dokter untuk
mengganti obat.
Gejala ekstrapiramidal
a. Pseudoparkinsonnisme; wajah seperti a. Segera hubungin dokter, yang
topeng; gaya berjalan dengan mungkin mengganti obat,
menyeret kaki; tremor; pergerakan menurunkan dosis, atau
pill-rolling (pergerakan jari tangan meresepkan obat anti kolinergik,
yang terlihat seperti tremor); postur seperti benzoprine (cogenfin) atau
tubuh kaku dan bungkuk trihensifenidil (artane).
b. Reaksi distonia : spasme otot pada b. Temani klien dan jelaskan bahwa
berbagai otot yang dapat meliputi gejala ini akan teratasi, dan
krisis okulogiri (depiasi mata keatas dapatkan resep untuk memberi
involunter), tortikolis (leher kaku obat anti diskinetik, seperti
yang menarik kepala kesatu sisi dan difenhidramine (benadril) atau
dagu kesisi berlawan), disfagia obat anti kolinergik
(kesulitan menelan), spasme laring
c. Akatisia : kegelisahan motorik c. Segera hubungi dokter, yang
misalnya menggoyangkan badan atau mungkin mengganti obat,
menghentak-hentakkan kaki menurunkan dosisnya, atau
meresepkan obat antikolinergik,
seperti benzoprine, trihensifenidil.
d. Diskinesia tardif (tardive diskinesia, d. Tidak ada penanganan untuk TD.
TD) : sekumpulan gerakan involunter Klien menjalani scrinning untuk
yang terjadi diakhir dimulai dari mengetahui gejala TD paling
wajah, leher dan rahang (lidah sedikit setiap 3 bulan sebagai
terdorong, muka menyeringai, bibir tindakan prefentif. Ajar tanda-
mengecap-ngecap, mengunyah, dan tanda awal pada klien dan seluruh
17

mendengkur), tetapi dapat keluarga. Putus obat mungkin


berkembang ke anggota badan yang tidak akan meredakan gejalanya.
lain dan seluruh tubuhnya.
Efek merugikan lain yang jarang terjadi
a. Sindrom neuroleptik maligna : a. Hentikan obat antispikotik, dan
ditandai dengan gejala dapatkan penanganan medis
ekstrapiramidal yang ekstrime, darurat untuk gejala-gejala seperti
hipertermia yang hebat, hipertensi, aritmia, dehidrasi, ketidak
takikardia, dan inkontinensia seimbangan elektrolit, spasme otot
yang hebat, dan hipertermia
b. Efek kardiak, seperti hipertensi b. Monitor tekanan darah dan
ortostatik dan takikardia frekuensi serta irama denyut nadi,
jelaskan pada klien bagaimana
cara menjuntaikan kakiknya dan
bangun perlahan-lahan untuk
mencegah vertigo, segera hubungi
dokter yang dapat menurunkan
dosisnya
c. Sedasi c. Katakan kepada klien bahwa
sedasi akan berhenti, dorong klien
untuk berjalan kesekeliling dan
melakukan aktivitas fisik, serta
konsultasikan pada dokter untuk
menggantikan obat psikotik yang
hanya sedikit yang menyebabkan
sedasi.
d. Peningkatan nafsu makan dan d. Dorong untuk melakukan olahraga
menghasilkan pertambahan berat dan makan makanan yang rendah
badan kalori, serta pikiran perencanaan
diet untuk menurunkan berat
badan sementara tetap
mempertahankan nutrisi yang
optimal.
e. Perubahan endokrin, seperti e. Nilai kondisi klien dan beritahu
pembesaran payudara dan dokter tentang efek yang
pengurangan libido merugikan ini.
f. Ikterus kolekstatik : demam, mual, f. Hentikan obat, beritahu dokter,
letargik, dan nyeri abdomen pertahankan tirah baring, berikan
diet tinggi karbohidrat, tingi
protein, dan monitor fungsi hati.
g. Agranurlositosis : demam, radang g. Hentikan obat, beritahu dokter,
tenggorokan, tidak enak badan periksa darah untuk memeriksa
(malaise), sariawan, dan gejala lain apakah terdapat agranurlositosis
yang menyerupai flu. atau leukopeni; jika ada,
tempatkan klien dalam ruang
isolasi karena kondisi ini
mengancam jiwanya.
18

H. Terapi
1. Terapi lingkungan (Milie Therapy)
a. Berikan lingkungan yang aman, terstruktur dan terasa seperti di
masyarakat
b. Tingkatkan uji realitas
c. Monitor jumlah stimulus
d. Munculkan kesempatan komunikasi
e. Sediakan aktivitas therapy yang akan mengalihkan klien dari keasyikan
dengan halusinasi dan paranoid atau pemikiran waham
f. Dukung kemampuan mengambil keputusan
g. Tingkatkan pengontrolan terhadap sikap agresi dan rangsang-rangsang
yang tidak dapat diterima
2. Terapi perilaku
a. Fokuskan pada konsekuensi perilaku disfungsional dan cara untuk
mengubahnya.
b. Ajarkan keterampilan sosial, aktivitas kehidupan sehari-hari, dan
keterampilan berkomunikasi
c. Gunakan sistem tanda penghargaan untuk menguatkan perilaku yang
diinginkan dengan memberi penghargaan kepada mereka berupa hak-
hak khusus
3. Terapi kelompok
a. Fokuskan pada keterampilan sehari-hari
b. Ajarkan cara-cara mengelola stresor lingkungan dan interpersonal
c. Bantu klien mengembangkan rasa diri yang positif
d. Berinteraksi yang bersifat mendukung dan bersifat langsung dengan
orang lain. Klien dapat belajar mendengar, bertanya, dan memberi
umpan baik yang sesuai
e. Sediakan tempat untuk mengekspresikan perasaan dan membicarakan
atau menyelesaikan masalah
19

f. Hadirkan kesempatan untuk memberi dan menerima dukungan


4. Terapi keluarga
a. Fokuskan pada peningkatan pengetahuan tentang struktur dan fungsi
sistem keluarga
b. Bantu keluarga untuk bisa bersikap mendukung dan merawat klien
tanpa menjadi terlalu melindungi
c. Anjurkan kejujuran dalam mengekspresikan perasaan
d. Tingkatkan cara-cara efektif untuk mengatasi perasaan negatif dan
konflik keluarga, dan koreksi komunikasi yang tidak sesuai dan
distorsi kejadian-kejadian yang negatif
e. Tingkatkan kemampuan untuk mengatasi gangguan jiwa kronis
f. Verifikasi pembatasan dan peran anggota keluarga
g. Diskusikan kebutuhan untuk terlibat dalam berbagai kesempatan
interaksi sosial.
5. Terapi residensial
a. Fokuskan pada intervensi krisis
b. Atasi perilaku yang terlihat oleh keluarga dan masyarakat sebagai
penyimpangan
c. Beri lingkungan yang aman dengan ruang lingkup yang tepat dan
batasan yang realistis mengenai yang dapat diterima
d. Beri kesempatan untuk mengobati klien dan memantau efek obat
e. Melakukan rawat inap untuk mengatasi perilaku kekerasan yang
ditujukan pada diri dan orang lain
6. Terapi rawat jalan/program pengobatan sehari
a. Fokuskan pada pengelolaan gejala jangka panjang
b. Tingkatkan pengelolaan pengobatan
c. Beri terapi individual, terapi kelompok, dan aktivitas terstruktur atau
pelatihan kerja sesuai kebutuhsn klien
20

d. Beri pengembangan keterampilan sosial kerja, dan komunikasi secara


terus-menerus
e. Ciptakan dan pertahankan kontinuitas perawatan, rasa memiliki
harapan, dan hubungan keluarga dengan sistem kesehatan jiwa.
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

A. Skenario Kasus

Seorang laki-laki Tn. K (34 tahun), lulusan S1, belum menikah, pertama kali
diantar oleh keluarganya ke RS Jiwa dengan alasan klien suka marah-marah dan
melempar barang. Menurut diagnose medis, Tn. K mengalami Schizoprenia.

Hasil wawancara pasien mengatakan dirinya setiap malam selalu di datangi oleh
kakeknya yang sudah meninggal, klien mengatakan mempunyai ilmu suci yang
mampu menyembuhkan orang. Klien tampak menggunakan ikat kepala dengan
sarung bantal, tercium bau, gigi tampak kuning. Saat wawancara klien terlihat
bicaranya inkoheren, flight of idea, cenderung mendominasi pembicaraan, nada
bicara tinggi, terlihat tangan di silangkan. Tatapan mata kosong. Klien mengatakan
saat ini sedang di RS untuk membantu menyembuhkan pasien.

Keluarga mengatakan pasien gagal ujian CPNS enam bulan yang lalu, dan
Semenjak itu klien tidak mau berinteraksi dengan lingkungannya dan mudah
tersinggung.. Saat sekolah SD klien sering di bully oleh teman-temannya.

Terapi yang sedang di dapatkan oleh Tn. K:

- Haloperidol 3x1 5 mg
- Chlorpromazin 1 x ½ 100mg
- Trihexilfenidil 3x1

21
22

B. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

FORMAT PENGKAJIAN STATUS MENTAL

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA

STIKES AISYIYAH BANDUNG

RUANG RAWAT : -
TANGGAL DIRAWAT : -

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Inisial : Tn.K (L) Tanggal Pengkajian :
12 februari 2020
Umur : 34 tahun RM No. :
123456
Pendidikan terakhir : S1
Agama : Islam
Status Marital : Belum menikah
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB (Informan)
Nama : Tn.N
Umur : 40 tahun
Hubungan dengan klien : Kaka kandung
23

2. Alasan Masuk
Keluhan Utama :
Klien suka marah-marah dan melempar barang. Hasil wawancara pasien
mengatakan dirinya setiap malam selalu di datangi oleh kakeknya yang sudah
meninggal, klien mengatakan mempunyai ilmu suci yang mampu menyembuhkan
orang. Klien tampak menggunakan ikat kepala dengan sarung bantal, tercium bau,
gigi tampak kuning. Saat wawancara klien terlihat bicaranya inkoheren, flight of
idea, cenderung mendominasi pembicaraan, nada bicara tinggi, terlihat tangan di
silangkan. Tatapan mata kosong.

SMRS:
Keluarga mengatakan pasien gagal ujian CPNS enam bulan yang lalu dan
semenjak itu klien tidak mau berinteraksi dengan lingkungannya dan mudah
tersinggung. Saat sekolah SD klien sering di bully oleh teman-temannya.

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : tidak 


Ya (tahun: -)

2. Pengobatan sebelumnya Berhasil kurang


berhasil tidak berhasil

Alasannya : -

3. Faktor predisposis dan presipitasi


a. Predisposisi

Neurobiologis Psikologis Sosial Budaya

 Gagal ujian CPNS  Gagal ujian CPNS


enam bulan yang lalu

b. Presipitasi

Biologis (traumatic) Psikologis Social Budaya, Agama


24

 Bullying pada saat SD  Usia : 34 tahun


 JK : Laki-laki
 Pendidikan terakhir :
S1
 Belum menikah

Masalah Keperawatan : -

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa

 Ada  Tidak ada


Jika ada (siapa)/ Hub. dengan keluarga -

Gejala :-

Riwayat Pengobatan :-

Masalah keperawatan :-

Genogram (minimal tiga generasi) Klien, orang tua, nenek /


kakek: -

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:

a. Kehilangan :-

b. Kegagalan : Pasien gagal ujian CPNS enam bulan yang lalu

Masalah Keperawatan: Isolasi sosial

6. Pemeriksaan Fisik
25

a. Tanda Tanda Vital : TD: - mmHg, N:- x/mnt, S: -, P: -


x/mnt

b. Atopometrik : BB - Kg, TB: - cm

c. Keluhan Fisik ada / tidak, jelaskan -

d. Pemeriksaan Fisik (Tuliskan data fokus dan efek samping obat


yang berhubungan dengan sistem tubuh)

 Sistem integumen : Badan tercium bau

 Sistem kardiovaskuler :-

 Sistem respirasi :-

 Sistem gastrointestinal : Gigi tampak kuning

 Sistem urogenital :-

 Sistem reproduksi :-

 Sistem persarafan : -

 Sistem musculoskeletal :-
26

 Sistem haemopoitik : -

 Sistem endokrin :-

 Sistem penginderaan :-
Jelaskan, segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem tubuh
klien termasuk perilaku: Defisit perawatan diri

7. Psikososial

a. Konsep diri

1) Gambaran diri
Tidak terkaji

2) Identitas diri
Klien seorang laki-laki Tn. K (34 tahun), lulusan S1 dan belum bekerja

3) Ideal diri
Tidak terkaji

4) Harga diri
Klien tidak mau berinteraksi dengan lingkungannya

Masalah Keperawatan: Isolasi sosial

b. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti: Tidak terkaji
27

2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat: Tidak


terkaji
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien tidak mau
berinteraksi dengan lingkungannya

Masalah Keperawatan: isolasi sosial

C. Spiritual

1) Nilai dan keyakinan: Klien mengatakan mempunyai ilmu suci yang


mampu menyembuhkan orang.

2) Kegiatan ibadah: Tidak terkaji


Masalah Keperawatan: gangguan proses fikir waham

8. Pengkajian Status Mental (Berilah tanda √ pada kolom yang


sesuai)

a. Penampilan
√ Tidak rapi √ Penggunaan pakaian
tidak sesuai

- Berpakaian tidak seperti - Sesuai


biasanya

Jelaskan: Klien tampak menggunakan ikat kepala dengan sarung bantal,


tercium bau, gigi tampak kuning.
28

Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri

b. Pembicaraan
√ Cepat - Gelisah - Apatis

√ Keras √ Inkoher - tidak


en mampu
memulai
pembicar
aan

- Lamb - Membis - Sesuai


at u

Jelaskan : Saat wawancara klien terlihat bicaranya inkoheren, flight of idea,


cenderung mendominasi pembicaraan, nada bicara tinggi, terlihat tangan di
silangkan. Tatapan mata kosong.

Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku kekerasan

c. Aktivitas motorik
- Lesu - Tegang - Gelisah

- Agitas - Apatis - Grimase


i n

- Tremo - Kompulsi - Sesuai


r f

Jelaskan: Tidak terkaji

Masalah Keperawatan: Tidak terkaji

d. Suasana hati:
- Sedih - Ketakuta - Putus
n asa
29

- Khawat - Gembira - Sesuai


ir berlebiha
n

Jelaskan: Tidak terkaji

Masalah Keperawatan: Tidak terkaji

e. Afek
- Dat - Tump - Labi - Sesu - Tida
ar ul l ai k
Sesu
ai

Jelaskan: Tidak terkaji

Masalah Keperawatan: Tidak terkaji

f. Interaksi selama wawancara


- Bermusu - Tidak √ mudah
han koopera tersingg
tif ung

√ Kontak √ Defensi - Curiga


mata ve
kurang

- Seduktif - Berhati- √ Kooperat


hati if

- Sesuai

Jelaskan: Saat wawancara klien terlihat bicaranya inkoheren, flight of idea,


cenderung mendominasi pembicaraan, nada bicara tinggi, terlihat tangan di
silangkan. Tatapan mata kosong.
30

Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan

g. Persepsi
- Auditori - Taktil - Ilusi
(suara) (sentuhan
)

√ Visual - Gustatori - Sesu


(penglihat (pengecap ai
an) an)

- Olfakori
(penciuma
n)

Jelaskan: pasien mengatakan dirinya setiap malam selalu di datangi oleh


kakeknya yang sudah meninggal.

Masalah Keperawatan: Halusinasi penglihatan

h. Proses berfikir
- Sirkumtan - Tangensi - Kehilang √
sial al an Inkohere
asosiasi sn

√ Flight of - Blocking - Persever - Neologis


idea asi me

- Irelevansi - Verbiger - Word - Sesuai


asi salad

Jelaskan: Saat wawancara klien terlihat bicaranya inkoheren, flight of idea.

Masalah keperawatan: gangguan proses fikir waham

i. Isi Pikir
- Obsesi - Fobia - Hipokondri
31

- Defersonalisa - Ide yang terkait - Pikiran


si magis

Waham: - Sesuai

- Agama - Somatik √ Kebesara - Curiga


n

- Nihilisti - Siar piker - Sisip pikir - Kontrol pikir


k

Jelaskan: klien mengatakan mempunyai ilmu suci yang mampu


menyembuhkan orang.

Masalah keperawatan: gangguan proses fikir waham

j. Tingkat kesadaran
- Mudah beralih - tidak mampu
berkonsentrasi

- tidak mampu berhitung - mampu


sederhana berkonsentrasi

√ Allert

Jelaskan: Klien mengatakan saat ini sedang di RS untuk membantu


menyembuhkan pasien.

Masalah Keperawatan: -

k. Memori
Gangguan daya ingat

- jangka - jangka
panjang pendek

- saat ini - Konfabulas - Sesu


32

i ai

Jelaskan: Tidak terkaji

Masalah Keperawatan: Tidak terkaji

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

 Mudah  Tidak  Tidak  mampu


beralih mampu mampu berkonsentra
konsentrasi berhitung si
sederhana
Jelaskan : Tidak terkaji

Masalah keperawatan: Tidak terkaji

m. Kemampuan penilaian

 Gangguan ringan  Gangguan bermakna

 Tidak ada gangguan


Jelaskan: Tidak terkaji

Masalah Keperawatan: Tidak terkaji

n. Daya tilik diri

 Mengingkari penyakit yang  Menyalahkan hal hal diluar


diderita dirinya
 Memahami sakit yang di
deritanya
33

Jelaskan: Klien mengatakan saat ini sedang di RS untuk membantu


menyembuhkan pasien.

Masalah keperawatan: -

9. Kebutuhan persiapan pulang

a. Makan

 Bantuan minimal  Bantuan Total


Jelaskan : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak terkaji

b. BAB/BAK

 Bantuan minimal  Bantuan Total


Jelaskan : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak terkaji

c. Mandi
 Bantuan minimal

 Bantuan Total
Jelaskan : melibatkan keluarga dalam perawatan diri
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri

d. Berpakaian/Berhias
 Bantuan minimal

 Bantuan Total
Jelaskan : melibatkan keluarga dalam perawatan diri
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
34

e. Istirahat tidur

 Tidur siang lama: ..................... s/d ........................

 Tidur malam lama: .................... s/d ........................

 Kegiatan sebelum dan sesudah tidur


Jelaskan : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak terkaji

f. Penggunaan obat
 Bantuan minimal

 Bantuan Total
Jelaskan : Diberikan terpai Haloperidol 3x1 5 mg, Chlorpromazin 1 x ½ 100mg,
Trihexilfenidil 3x1
Masalah Keperawatan : -

g. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjut

 Ya  Tidak
Perawatan pendukung

 Ya  Tidak
Jelaskan : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak terkaji

h. Kegiatan di dalam rumah


Mempersiapkan
Makan
 Ya  Tidak
Menjaga kerapihan
rumah
 Ya  Tidak
35

Mencuci pakaian

 Ya  Tidak
Pengaturan keuangan

 Ya  Tidak
Jelaskan : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak terkaji

i. Kegiatan di luar rumah


Belanja

 Ya  Tidak
Transportasi

 Ya  Tidak
Lain lain

 Ya  Tidak
Jelaskan: Tidak terkaji

Masalah keperawatan: Tidak terkaj

10. Mekanisme koping


Adaptif Maladaptif

 Berbicara dengan orang lain  Minum alqohol

 Mampu menyelesaikan  Reaksi lambat/berlebihan


masalah

 Tekhnik relaksasi  Bekerja berlebihan

 Aktifitas Konstruktif  Menghindar

 Olah raga  Mencederai diri


36

Lainnya .......................................
....
Jelaskan: melempar barang, nada bicara tinggi, terlihat tangan di silangkan

Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan

11. Masalah psikososial dan lingkungan

 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik: Tidak terkaji

 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik klien tidak mau berinteraksi


dengan lingkungannya

 Masalah dengan pendidikan, spesifik Tidak terkaji

 Masalah dengan pekerjaan, spesifik Tidak terkaji

 Masalah dengan perumahan, spesifik Tidak terkaji

 Masalah dengan ekonomi, spesifik Tidak terkaji


Masalah Keperawatan: Isolasi sosial

12. Pengetahuan kurang tentang

 Penyakit jiwa  Sistem pendukung

 Faktor presipitasi  Penyakit fisik

 Koping  Obat obatan


37

 Lainnya: .....................................
.............
Masalah Keperawatan: Tidak terkaji

13. Aspek medik

Diagnosis Medik: Schizoprenia.

Terapi Modalitas:

Farmakologi

- Haloperidol 3x1 5 mg
- Chlorpromazin 1 x ½ 100mg
- Trihexilfenidil 3x1

14. Analisa Data

DATA FOKUS ETIOLOGI DIAGNOSA


KEPERAWATAN
DS: Skizofrenia Gangguan persepsi sensori:
- Klien mengatakan ↓ halusinasi
dirinya setiap malam Neuro GABA-ergik hilang
selalu didatangi oleh ↓
kakeknya yang sudah Hiperaktivitas Dopaminergik
meninggal ↓
DO: Sistem Mesolimbik
- Mendapatkan terapi ↓
chlorpromazin 1x ½ 100 Gejala positif
mg ↓
Halusinasi
DS: Skizofrenia Gangguan proses fikir
- Klien mengatakan ↓ waham
mempunyai ilmu suci Neuro GABA-ergik hilang
yang mampu ↓
menyembuhkan orang Hiperaktivitas Dopaminergik
DO: ↓
- Sistem Mesolimbik
38


Gejala positif

Ketidakmampuan
menghadapi stressor

Koping individu tidak efektif

Gg berfikir

Keyakinan yang berlawanan
dengan kenyataan (waham
kebesaran)

Waham
DS: Skizofrenia Resiko perilaku kekerasan
- Keluarga klien ↓
mengatakan klien suka Neuro GABA-ergik hilang
marah-marah dan ↓
melempar barang Hiperaktivitas Dopaminergik
- Keluarga mengatakan ↓
saat SD klien sering Sistem Mesolimbik
dibully oleh teman- ↓
temannya Gejala positif
DO: ↓
- Klien terlihat bicara Ketidakmampuan
inkoheren menghadapi stressor
- Klien tampak flight of ↓
idea Koping individu tidak efektif
- Cenderung mendominasi ↓
pembicaraan Koping destruktif
- Nada bicara tinggi ↓
- Terlihat tangan Respon maladaptif
disilangkan ↓
- Tatapan mata kosong Resiko perilaku kekerasan
- Mendapatkan terapi
haloperidol 5 mg 3x1
DS: Skizofrenia Defisit perawatan diri
- ↓
DO: Neuro GABA-ergik hilang
- Tercium bau ↓
- Gigi tampak kuning Hiperaktivitas Dopaminergik
- Tampak menggunakan ↓
ikat kepala dengan Sistem Mesolimbik
sarung bantal ↓
Gejala positif
39


Ketidakmampuan
menghadapi stressor

Koping individu tidak efektif

Respon maladaptif

Penurunan motivasi dalam
pemenuhan kebutuhan
sehari-hari

Defisit perawatan diri
DS: Skizofrenia Isolasi sosial
- Keluarga klien ↓
mengatakan klien gagal Neuro GABA-ergik hilang
ujian CPNS 6 bulan yang ↓
lalu Hiperaktivitas Dopaminergik
- Keluarga klien ↓
mengatakan Klien tidak Sistem Mesolimbik
mau berinteraksi dengan ↓
lingkungannya dan Gejala positif
mudah tersinggung ↓
DO: Ketidakmampuan
- menghadapi stressor

Koping individu tidak efektif

Penurunan motivasi dalam
kemampuan dalam
berhubungan sosial

Isolasi sosial

B. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas


1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Proses Pikir Waham
3. Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
4. Isolasi Sosial
5. Defisit Perawatan Diri
40
41

C. Intervensi Keperawatan

N
DIANOSA
o
KEPERAWATA TUJUAN INTERVENSI
d
N
x
1 Resiko Perilaku Pasien mampu : SP.1
kekerasan 1. Mengidentifikasi penyebab dan 1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala
tanda perilaku kekerasan serta akibat perilaku kekerasan
2. Menyebutkan jenis perilaku 2. Latih cara fisik 1
kekerasan yang pernah  Tarik napas dalam
dilakukan 3. Masukan dalam jadwal harian pasien
3. Menyebutkan akibat dari perilaku SP.2
kekerasan yang dilakukan 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1)
4. Menyebutkan cara mengontrol 2. Latik cara fisik 2
perilaku kekerasan  Pukul kasur/ bantal
5. Mengontrol perilaku 3. Masukan dalam jadwal harian pasien
kekerasannya secara : SP.3
a. Fisik 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1 & 2)
b. Social/ Verbal 2. Latih secara social/ verbal
c. Spiritual  Menolak dengan baik
d. Terapi Psikofarmaka (patah  Meminta dengan baik
obat)  Mengungkapkan dengan baik
3. Masukan dalam jadwal harian pasien
SP.4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1, 2 & 3)
2. Latih secara spiritual :
 Berdoa
 Sholat
3. Masukan dalam jadwal harian pasien
42

2 Gangguan Pasien mampu: SP.1


Proses Pikir 1. Berorientasi pada realitas secara 1. Identifikasi kebutuhan pasien
Waham bertahap 2. Bicara konteks realita (tidak mendukung
2. Mampu berinteraksi dengan atau membantah waham pasien)
orang lain dan lingkungan 3. Latih pasien untuk memenuhi
3. Menggunakan obat dengan kebutuhannya
prinsip 6B 4. Masukan dalam jadwal harian pasien
SP.2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
2. Tanyakan program pengobatan
3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat
pada pasien dengan halusinasi
4. Jelaskan akibat bila tidak rutin melakukan
pengobatan sesuai program
5. Jelaskan akibat bila putus obat
6. Jelaskan cara mendapatkan obat/ berobat
7. Jelaskan pengobatan dengan prinsip 5B
8. Latih pasien minum obat
9. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
SP.3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
2. Identifikasi potensi/ kemampuan yang
dimiliki
3. Pilih dan latih potensi/ kemampuan yang
dimiliki
4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
SP.4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1, 2 & 3)
2. Pilih kemampuan yang dapat dilakukan
3. Pilih dan latih potensi kemampuan lain
yang dimiliki
4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
43

3 Gangguan Pasien mampu: SP.1


persepsi 1. Mengenali halusinasi yang di 1. Bantu pasien mengenal halusinasi: isi,
Sensori alaminya waktu, frekuensi, situasi pencetus,
halusinasi 2. Mengontrol halusinasinya perasaan saat terjadi halusinasi
3. Mengikuti program pengobatan 2. Latih mengontrol halusinasi dengan cara:
secara optimal menghardik. Tahapan tindakan berupa:
 Jelaskan cara menghardik
 peragakan cara menghardik
 minta pasien memperagakan ulang
 pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
3. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
SP.2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
2. Tanyakan program pengobatan
3. jelaskan pentingnya penggunaan obat
pada pasien dengan halusinasi
4. jelaskan akibat bila tidak rutin melakukan
pengobatan sesuai program
5. jelaskan akibat bila putus obat
6. jelaskan cara mendapatkan obat/ berobat
7. jelaskan pengobatan dengan prinsip 5B
8. latih pasien minum obat
9. masukan dalam jadwal kegiatan pasien
SP.3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
2. latih berbicara/ bercakap dengan orang
lain saat halusinasi muncul
3. masukan dalam jadwal kegiatan pasien
44

SP.4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1, 2 & 3)
2. Latih kegiatan agar halusinasi tidak
muncul, dengan tahapan:
jelaskan pentingnya aktivitas teratur untuk
mengatasi halusinasi
4 Isolasi sosial Pasien mampu : SP.1
1. Menyadari penyebab isolasi 1. Identifikasi penyebab
social a. Siapa yang satu rumah dengan
2. Berinteraksi dengan orang lain pasien?
b. Siapa yang dekat dengan pasien? Apa
sebabnya?
c. Siapa yang tidak dekat dengan pasien?
Apa sebabnya?
2. Tanyakan keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain
a. Tanyakan pendapat pasien tentang
kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
b. Tanyakan apa yang menyebabkan
pasien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain
c. Diskusikan keuntungan bila pasien
memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka
d. Diskusikan kerugian bila pasien hanya
mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
e. Jelaskan pengaruh isolasi social
terhadap kesehatan fisik pasien
3. Latih berkenalan
a. Jelaskan kepada klien cara berinteraksi
45

dengan orang lain


b. Berikan contoh cara berinteraksi
dengan orang lain
c. Beri kesempatan pasien
mempraktekan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan di
hadapan perawat
d. Mulailah bantu pasien berinteraksi
dengan satu teman/ anggota keluarga
e. Bila pasien sudah menunjukan
kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan 2, 3, 4 orang dan seterusnya
f. Beri pujian untuk setiap kemajuan
interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien
g. Siap mendengarkan ekspresi perasaan
pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain, mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya, beri dorongan terus
menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya
h. Masukan jadwal kegiatan pasien
SP.2
1. Evaluasi SP1
2. Latih berhubungan social secara bertahap
3. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
SP.3
1. Evaluasi SP1 & 2
2. Latih cara berkenalan dengan 2 orang
atau lebih
3. Masukan jadwal kegiatan pasien
46

5 Defisit Pasien mampu : SP.1


Perawatan Diri 1. Melakukan kebersihan diri secara 1. Identifikasi:
mandiri  kebersihan diri
2. Melakukan berhias/ berdandan  berdandan
secara baik  Makan
3. Melakukan makan dengan baik  BAB/BAK
4. Melakukan BAB/ BAK secara 2. jelaskan pentingnya kebersihan diri
mandiri 3. jelaskan alat dan cara kebersihan diri
4. masukan dalam jadwal kegiatan pasien
SP.2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
2. Jelaskan pentingnya berdandan
3. Latih cara berdandan
a. Untuk pasien laki-laki meliputi cara:
 Berpakaian
 Menyisir rambut
 Bercukur
b. Untuk pasien perempuan:
 berpakaian
 menyisir rambut
 berhias
4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
SP.3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 & 2)
2. jelaskan cara dan alat makan yang benar
 jelaskan cara mempersiapkan
makanan
 jelaskan cara merapihkan peralatan
makan setelah makan
 praktek makan sesuai dengan
tahapan makan yang baik
47

 Latih kegiatan makan


3. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
SP. 4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2 & 3)
2. Latih cara BAB/BAK yang baik:
 jelaskan temat BAB/ BAK yang sesuai
 jelaskan cara membersihkan diri
setelah BAB/BAK
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan
menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi
kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan)
(Maramis, 1994 dalam Suryani, 2004).
Gangguan kejiwaan skizofrenia ini sering menyebabkan
kegagalan individu dalam mencapai berbagai keterampilan yang
diperlukan untuk hidup yang menyebabkan penderita menjadi
beban keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan pengkajian yang sudah terdapat di dalam kasus
mengangkat 5 diagnosa yaitu resiko perilaku kekerasan, gangguan
proses fikir waham, gangguan persepsi sensori halusinasi, isolasi
sosial, dan defisit perawan diri. Perencaan berdasarkan satuan
asuhan keperawatan dari setiap diagnose keperawatan tersebut.

B. Saran
Diharapkan para tenaga kesehatan baik yang di bidang
pendidikan maupun dilapangan secara langsung mampu
melakukan dan menerapkan proses keperawatan pada klien
skizofrenia sesuai dengan disiplin ilmu teori maupun praktik klinik
secara komprehensif dan berdasarkan evidence base.
Diharapkan para tenaga kesehatan dimanapun dan kapanpun
selalu bisa menjalin komunikasi dan koordinasi yang baik dengan

48
49

klien, keluarga dan tim medis lainnya demi tercapainya asuhan


keperawatan yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ariananda, Reza, Erky. 2015. Stigma Masyarakat Terhadap Penderita Skizofrenia.


(skripsi).Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang.

Carlson, R, Neil. 2015. Fisiologi Perilaku. Edisi Kesebelas. Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga. Hal 211.

Copel, Carman, Linda. 2007. Kesehatan Jiwa & Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Fatmawati, Iin, Nadlifa, A. 2016. Faktor-Faktor Penyebab Skizofrenia (Studi Kasus


Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta).(skripsi).Surakarta: Fakultas
Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Jaya, P. (2012). Dinamika Pola Pikir Orang Jawa di tengah Arus Modernisasi.
Humaniora. Vol. 24. No 2. 133-140.
Yosep, Iyus. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika
Aditama.

Yusuf. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan : Salemba


Medika.

Suryani, S. 2015. Makalah mengenal gejala dan penyebab gangguan jiwa:


Universitas Padjajaran.

Videbeck, L, Sheila. 2016. Buku Ajar Keperawatan. Jakarta: EGC. Hal 348.
51

Anda mungkin juga menyukai