“Intranatal”
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
Ajeng Oktarani Nabila NIM. 032015001
Ananda Herdanta Sobandi NIM. 032015002
Asrie Alifah NIM. 032015004
Aulia Rizkyah NIM. 032015005
Dina Inayati NIM. 032015011
Efi Suryani NIM. 032015012
Leni Anggraeni NIM. 032015024
Nia Fitnurilah NIM. 032015031
Oktaviani Putri Fatimah NIM. 032015037
Willie Wijaya NIM. 032015048
Wassalamu’alaikum.wr.wb.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
A. Definisi Intranatal......................................................................................... 3
A. Simpulan .................................................................................................... 35
B. Saran ........................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses alamiah yang ditandai dengan
terjadinya kontraksi uterus yang menyebabkan pendataran dan dilatasi
serviks yang nyata serta diikuti dengan pengeluaran janin dan plasenta
dari tubuh ibu (Sarwono, 2010). Proses persalinan terdiri dari empat kala
yaitu kala I sampai kala IV. Kala I persalinan dimulai sejak
adanya kontraksi uterus yang teratur hingga serviks membuka lengkap.
Kala I terdiri dari dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. Ada tiga faktor
utama yang mempengaruhi proses persalinan yaitu power, passage,
pasanger, psikologis dan penolong. (Sarwono,2010).
Di negara berkembang, saat melahirkan dan minggu pertama setelah
melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya. Sekitar
seperempat hingga separuh kematian bayi berumur kurang dari satu tahun
terjadi dalam minggu pertama.
Seorang ibu harus memasuki proses persalinan dan melahirkan dengan
pengetahuan cukup mengenai tahap-tahap persalinan, cara mengatasi rasa
sakit tanpa obat-obatan, dan efek samping yang mungkin timbul karena
pemakaian obat-obatan untuk persalinan.
Berdasarkan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 228/100.000
kelahiran hidup (KH). Tingginya angka kematian ini terjadi pada masa
intra natal dan post natal dengan penyebab utama perdarahan dimana salah
satu faktor penyebab perdarahan adalah pengelolaan persalinan pada kala
satu yang tidak adekuat. MDGs 2015 merupakan upaya global dengan
salah satu tujuannya meningkatkan kesehatan ibu dan anak dengan cara
mengurangi AKI. Program Indonesia sehat 2015 bertujuan menurunkan
AKI menjadi 102/100.000 KH (Depkes RI,2008).
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi Intranatal!
2. Sebutkan bentuk-bentuk Intranatal!
3. Sebutkan tanda Inranatal!
4. Jelaskan proses Intranatal!
5. Jelaskan efek Intranatal!
6. Bagaimana cara pencegahan pada Intranatal?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada Intranatal?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Intranatal.
2. Mengetahui bentuk-bentuk Intranatal.
3. Mengetahui tanda Inranatal.
4. Mengetahui proses Intranatal.
5. Mengetahui efek Intranatal.
6. Mengetahui cara pencegahan pada Intranatal.
7. Mengetahui penatalaksanaan pada Intranatal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Intranatal
Persalinan atau partus merupakan proses fisiologis terjadinya konraksi
uterus scara teratur yang menghasilkan penipisan dan pembukaan serviks
secara progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin
dan produk konsepsi lain dari uterus melalui jalan lahir, yang berujung
pada pelahiran.
Proses persalinan melibatkan empat komponen yang harus di
koordinasi dengan baik agar terjadi kemajuan persalinan normal dan
kelahiran. Keempat komponen disebut “empat P” yang meliputi : Power
yaitu kontraksi uterus involunter yang dibantu oleh daya dorong ibu
selama kala 2. Harus memiliki kekuatan yang adekuat dengan koordinasi
aktivitas otot. Aktivitas ini akan mengeluarkan janin atau passenger
melalui jalan lahir atau passageway. Janin harus memiliki bentuk dan
ukuran yang sesuai agar dapat melakukan manuver penting pada saat
melalui beragam dimensi jalan lahir. Jalan lahir harus memiliki ukuran dan
konfigurasi yang sesuai, tidak memberikan rintangan yang tidak
semestinya pada penurunan, rotasi, dan pengeluaran bayi baru lahir. Psike
atau respond psikologi ibu dapat mempengaruhi kemajuan persalinan dan
mungkin memperlemah tenaga. Misalnya, katekolamin maternal
disekresikan jika wanita yang tengah bersalin mengalami cemas.
Pelepasan hormon stres ini menghambat kontraksi uterus dan mengganggu
aliran darah plasenta.
B. Bentuk Intranatal
1. Bentuk Persalinan Berdasaran Teknik
a. Persalinan Spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
3
4
C. Tanda-tanda Intranatal
1. Kontraksi Uterus
a. Kontraksi uterus terjadi diluar kehendahk (involunter) tetapi
spesfik dalam melaksanakan fungsinya untuk menimbulkan
effaacement dan dilatasi serviks.
5
D. Proses Intranatal
Pendahuluan. Keberhasilan setiap kehamilan dan kelangsungan
hidup spesies pada akhirnya bergantung kepada lahirnya bayi yang sehat
dan cukup matang untuk dapat bertahan hidup. Pada saat kehamilan dan
persalinan, uterus harus melakukan dua fungsi yang sangat berbeda.
Selama kehamilan, uterus harus tumbuh, namun tetap dalam keadaan
tenang agar janin dapat berkembang dan kemudian pada saat yang tepat
melakukan aktifitas yang kuat dan terkoordinasi yang menyebabkan
lahirnya bayi yang matang.
7
berat serviks adalah air. Jaringan ikat dibentuk oleh serat kolagen
dan elastin yang disatukan oleh matriks ekstrasel, atau bahkan
dasar (grown substance). Bahan dasar terdiri atas proteoglikan,
yang melapisi serat kolagen dan memodifikasi serat fisiknya yaitu
menentukan kandungan air jaringan. Hormone yang
menyebabkan pelunakan serviks mempengaruhi komposisi bahan
dasar ini. Sebelum awitan persalinan, komposisi preteoglikan
berubah sehingga dermatan sulfat menurun dan asam hialuronad
meningkat. Sekalipun merupakan konstituen minor di serviks,
proteoglikan memiliki kemampuan luarbiasa untuk mengikat air
(1gr asam hialuronad dapat meningkat satu liter air). Peningkatan
asam hialuronad juga mungkin berfungsi sebagai sinyal untuk
mengaktifkan makrofag dan neutrophil residen untuk
mengeluarkan interleukin. Interleukin dsapat menigkatkan
aktifitas prostaglandin serta migrasi dan degranulasi neutrophil
(pembebasan kolagenase dan elastase).
b. Penilaian Pendataran Serviks
Pada praktik, serviks dapat dinilai dengan menggunakan
sistem skor sederhana, yaitu skor Bishop. Hal ini terutama
bermanfaat sebelum induksi persalinan dan untuk memantau
perubahan diserviks seiring dengan kemajuan induksi. Apabila
serviks telah melunak, mendatar, dan mulai membuka
(berdilatasi), dapat dilakukan induksi dengan tindakan pemecahan
ketuban secara sengaja (artificial rupture of membrane) atau
amniotomi yang dapat meningkatkan produksi prostaglandin
endogen. Namun apabila keadaan serviks belum siap, dapat
diberikan prostaglandin E2 ke dalam fornix posterior vagina
untuk mempercepat pendataran, namun penggunaannya harus
hati-hati pada wanita multipara, yang lebih sensitif terhadap obat
ini.
Tabel Bishop’s score
12
Skor Bishop
Station Bagian 0 1 2
Presentasi -3 -2 -1
Posisi Serviks Posterior Tengah Anterior
Konsistensi Padat Lunak Sangat Lunak
Panjang 3-4 cm 1-2 cm < 1cm
Dilatasi Serviks 0 1-2 >2 cm
Total = Skor
Bishop
c. Kontraktilitas Miometrium
Miometrium terbentuk dari sel miometrium yang terbenam
dalam matriks kolagen. Sitoplasma sel miometrium ini
mengandung berkas panjang aktin dan miosin. Dibandingkan
dengan otot rangka, konsentrasi aktin lebih tinggi dan miosinnya
memiliki serat yang lebih panjang sehingga pemendekan
maksimum sel kontraktil meningkat. Miosin adalah protein yang
struktural yang sekaligus suatu Mg-ATPase, yang dapat
menghidrolisis APT dan menggunakan energi untuk melkukan
gerakan. Saat ATP dihidrolisis, terbentuk jembatan-silang aktin
13
tiga daripada kembar dua, atau juga lebih banyak terjadi pada
kondisi dimana fertus mengalami makrosomia dan
polihidramnion. Sudah barang tentu, kecenderungan ini berkaitan
erat dengan terjadinya peregangan (stretching) yang berlebihan
yang bisa terjadi pada kehamilan multipel atau bayi dengan
ukuran besar abnormal atau produksi amnion yang berlebihan
(polihidramnion). Pada sebagian besar organ-organ yang dilapisi
otot polos, peradangan akan merangsang terjadinya kontraksi.
Perubahan pada proses perkembangan yang terjadi dalam uterus
selama masa kehamilan yang kemudian meregang dicetuskan
dengan penghentian pertumbuhan uterus pada persalinan yang
dikendalikan oleh hormon progesteron. Telah diketahui bahwa
penurunan progesteron secara tiba-tiba (progesterone withdrawal)
dapat meningkatkan penempelan miosit terhadap matriks
intraseluler, melalui protein intregrin, dan proses ini mencetuskan
aktifasi protein kinase yang berhubungan dengan mitogen dan
menyebabkan kontraktilitas.
Dengan terjadinya hal seperti ini dapat meningkatkan
konsentrasi CRH (corticotrophinreleasing hormon) plasenta yang
mendorong sintesis hormon kortikotropin yang dihasilkan
kelenjar hipofisis fetus dan meningkatkan pembentukan hormon-
hormon steroid (steroidogenesis) dalam kelenjar adrenal fetus.
DHEA yang terbentuk dalam jumlah besar pada fetus mengalami
metabolisme yang cepat di dalam plasenta yang mengubahnya
menjadi estrogen. Pada waktu yang bersamaan, produksi hormon
kortisol juga semakin banyak pada permukaan permukaan
tertentu pada kelenjara adrenal fetus. Peningkatan kortisol dapat
merangsang proses pematangan beberapa jaringan pada fetus,
khususnya paru-paru. Pematangan paru-paru fetus dapat
meningkatkan produksi protein surfaktan dan fosfolipid yang
sangat menentukan fungsi paru-paru. Protein surfaktan ini juga
24
terganggu. Hal ini membatasi aliran darah ibu ke uterus dan bekas
perlekatan plasenta sehingga mpengeluaran darah berlebih dapat
dicegah.
Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah his
(kontraksi uterus) baik spontan maupun dengan stimulasi setalah kala
II selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban,
yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta
menentukan kecepatan pemisah dan metode ekspulsi plasenta. Selaput
ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin.
Metode ekspulsi scultze lebih besar kemungkinannya terjadi pada
plasenta yang melekat di fundus, dan ekspulsi model Matthew-
Duncan lebih besar kemungkinannya pada implantansi lateral.
Kala III persalinan dapat selesai secara fisiologis dengan
memakan waktu sekitar 20 – 30 menit. Namun saat ini bidan biasanya
melakukan manajemen aktiv, mempersingkat waktu pengeluaran
plasenta menjadi beberapa menit. Penanganan aktif tersebut meliputi
penyuntikan zat tokotilik misalnya sintometrin adalah kombinasi
sintosinon (oksitosin) dan ergometrin. Sintosinon bekerja 2 – 3 menit
pasca injeksi intramuskuler dengan menyebabkan kontraksi
intermitten (his). Dengan demikian dapat melanjutkan proses retraksi
di belakang perlekatan plasenta sehingga mempermudah pemisahan
dan pengeluaran plasenta. Sedangkan ergometrin efektif bekerja
dalam 5 – 7 menit pasca pemberian. Pada saat ini, dibantu dengan
traksi tali pusat terkontrol, plasenta dikeluarkan. Ergometrin
menimbulkan kontraksi uterus yang menetap, yang meningkatkan efek
hemostasis, dengan demikian plasenta perlu dikeluarkan sebelum
ergometrin merangsang penutupan serviks.
4. Kala IV
Kala IV persalinan dimulai dengan pelahiran plasenta dan
berlangsung sekitar 2 jam. Kala IV persalinan disebut juga dengan
“Periode pemulihan”. Selama periode pemulihan, prioritas selama 1
30
jam pertama adalah jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi. Jika tanda-
tanda vital ibu dan neonatus stabil dan neoatus tidak mengalami
hipotermia, ibu dapat mulai menyusui jika menyusui merupakan
bagian dari rencana pasien. Ibu lebih cenderung berhasil dalam
menyusui bayi mereka jika melakukan kontak kulit ke kulit
dibandingkan menyelimuti bayi dengan selimut. Kontak kulit ke kulit
juga meningkatkan perilaku perlekatan ibu. Tidak ada efek merugikan
dari kontak kulit ke kulit (Caruna, 2008).
F. Pencegahan Intranatal
1. Persetujuan tindakan (infom konsen)
Tujuan proses persetujuan tindakan adalah membantu pasien
untuk memahami diagnosis mereka dan terapi yang
direkomendasikan, komplikasi potensial dan pilihan terapi.
Persetujuan tindakan yang di tanda tangani tidak diperlukan untuk
melakukan pemeriksaan, tetapi diperlukan untuk melakukan prosedur
invasif, seperti seksiosesaria. Perawat perlu memastikan bahwa proses
mendapatkan persetujuan tindakan ini dilakukan. Perawat perlu
mengetahui keinginan, kekhawatiran, dan ketakutan pasien. Perawat
adalah membantu pasien untuk membuat keputusan berdasarkan
informasi terkait asuhan keperawatannya.
2. Penyebab kematian ibu yang paling sering terjaadi di dunia adalah
infeksi, hemoragi, hipertensi yang diinduksi kehamilan, persalinan
yang macet, dan aborsi yang tidak aman (callister,2005). Perawat
34
harus mengetahui tinggi badan, BB, atau indeks masa tubuh pasien,
dan perkiraan BB janin untuk mengantisipasi masalah yang berkaitan
dengan kemajuan persalinan. Selain itu, penting untuk mengetahui
apakah pinggul adekuat untuk kelahiran pervagina. Temukan catatan
pada rekam medis prenatal untuk melihat pelvimetrik klinis
G. Penatalaksanaan Intranatal
1. Berikan pedoman antisipasi dan edukasi pada wanita hamil dan
keluarganya tentang proses persalinan dan pelahiran.
2. Jelaskan cara membedakan tanda persalinan sejati dan semu.
3. Lakukan pengkajian berkelanjutan selama periode intrapartum untuk
mengetahui perubahan penipisan serviks, dilatasi serviks, dan station
janin.
4. Lakukan pengkajian berkelanjutan dan intervensi yang tepat untuk
memastikan keamanan ibu dan bayi baru lahir.
5. Jelaskan tentang perubahan fisiologis yang terjadi selama persalinan
untuk mengurangi kecemasan dan membantu wanita dan orang
pendukungnya untuk memperoleh kontrol terhadap pengalam
persalinan.
6. Berikan intervensi farmakologis dan non farmakologis yang tepat
untuk meredakan nyeri.
7. Ajarkan dan beri dukungan untuk memperbaiki pola nafas yang tidak
tepat yang menghasilkan hiperventilasi atau menahan nafas selama
mengejan.
8. Berikan informasi pada wanita bersalin dan orang pendukungnya
mengenai kemajuan persalinan, prosedur, dan medikasi.
9. Berikan perawatan yang nyaman dan bantuan untuk melakukan
personal hygiene.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Persalinan adalah suatu proses alamiah yang ditandai dengan
terjadinya kontraksi uterus yang menyebabkan pendataran dan dilatasi
serviks yang nyata serta diikuti dengan pengeluaran janin dan plasenta
dari tubuh ibu (Sarwono, 2010). Proses persalinan terdiri dari empat kala
yaitu kala I sampai kala IV. Kala I persalinan dimulai sejak
adanya kontraksi uterus yang teratur hingga serviks membuka lengkap.
Kala I terdiri dari dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. Ada tiga faktor
utama yang mempengaruhi proses persalinan yaitu power, passage,
pasanger, psikologis dan penolong.
B. Saran
Kepada ibu yang akan melalui proses intranatal sebaiknya melakukan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten, yaitu dokter
spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan. Proses suatu persalinan
dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada
dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan segera,
aman dan bersih adalah bagian asensial untuk bayi baru lahir. Sebagian
besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia,
hipotermi dan atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat
dicegah bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat,
dibarengi pula dengan pencegahan hipotermi dan infeksi.
35
DAFTAR PUSTAKA