Y DENGAN DIAGNOSA
P2A0MINGGU KE-39 DENGAN POST SECTIO CAESARIA HARI
KE-1 ATAS INDIKASILETAK SUNGSANG DI RUANG ZAITUN 3
RSUD AL-IHSAN KAB. BANDUNG
Dosen Pembimbing:
disusun oleh:
NIM: 032015021
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat
rahmat dan petunjukNya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. Y P2A0 MINGGU KE-39
DENGAN POST SECTIO CAESARIA HARI KE-1 ATAS INDIKASI LETAK
SUNGSANG DI RUANG ZAITUN 3 RSUD AL- IHSAN KAB. BANDUNG” Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih pada semua pihak yang telah
banyak membantu dan memberi saran-saran yang membangun demi perbaikan karya
tulis ilmiah ini. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Tia Setiawati, S. Kep., Ners., M. Kep., Sp., An selaku Ketua STIKes ‘Aisyiyah
Bandung.
2. Nandang Jamiat, S. Kep., Ners., M. Kep., Sp., Komselaku Kepala Program Studi
S1 Keperawatan STIKes ‘Aisyiyah Bandung.
3. Triana Dewi Safiah, S. Kep., Ners., M. Kep selaku Dosen Pembimbing Karya
Tulis Ilmiah ini.
4. Yoyoh , Amd. Bid selaku kepala ruangan Zaitun 3 RSUD Al-Ihsan Kab.
Bandung.
5. Ny. Y dan keluarga yang telah membantu dan bekerjasama dengan penulis
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Orang tua serta kakak yang telah memberikan support dan do’a pada penulis
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Rekan-rekan S1 Keperawatan angkatan 2015 yang telah support dan membantu
penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
i
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu maka penulis berharap kritik dan saran. Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
G. Komplikasi .......................................................................................................... 24
H. Penatalaksanaan ................................................................................................... 25
I. Data Fokus Pengkajian ........................................................................................ 26
J. Diagnosa Keperawatan ........................................................................................ 27
K. Rencana Keperawatan Bedasarkan Teori ............................................................ 27
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN .................................................. 31
A. Tinjauan Kasus .................................................................................................... 31
B. Pembahasan ......................................................................................................... 49
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 52
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 52
B. Saran .................................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 53
LAMPIRAN ................................................................................................................... 54
PATHWAY ................................................................................................................ 54
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi
bokong sebesar 4-5kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal pada
persalinan presentasi bokongyang terpenting adalah prematuritas dan penanganan
persalinan yang kurang sempurna, denganakibat hipoksia atau perdarahan di dalam
tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokongbanyak dihubungkan dengan usaha
untuk mempercepat persalinan dengan tindakan-tindakanuntuk mengatasi macetnya
persalinan. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundusuteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (2).
Tipe letak sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ;
Complete breech (5-10%) yaitu tungkai atas luruskeatas, tungkai bawah ekstensi ;
Footling (10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi,presentasi kaki. Letak
sungsang terjadi pada 3-4% dari seluruh persalinan. Kejadian letak sungsang
berkurangdengan bertambahnya usia kehamilan. Letak sungsang pada usia
kehamilan kurang dari 28minggu sebesar 25%, pada kehamilan 32 minggu 7% dan,
1-3% pada kehamilan aterm.
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak
sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi
pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi
pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3%
persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm. Faktor-faktor lain yang memegang
peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, kehamilan
kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul sempit, dan kadang-
kadang letak sungsang disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus.
Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki risiko yang lebih besar
dibandingkan dengan letak kepala. Manipulasi secara manual dalam jalan lahir akan
memperbesar risiko infeksi pada ibu. Pada janin, mortalitas tiga kali lebih besar
dibandingkan dengan presentasi verteks, hal ini disebabkan karena setelah sebagian
janin lahir maka uterus akan berkontraksi yang berakibat pada gangguan sirkulasi
uteroplasenta, janin akan bernafas, dan terjadilah aspirasi air ketuban, mekonium,
lendir dan darah. Untuk menegakkan diagnosis letak sungsang diperlukan beberapa
hal, yaitu anamnesis yang komunikatif dan terarah, pemeriksaan fisik yang teliti dan
5
6
seksama, dan penunjang diagnosis dalam hal ini yaitu pemeriksaan ultrasonografi
yang sangat membantu diagnosis dan pelaksanaan terapi serta intervensi lebih dini
bisa dilakukan. Dalam kehamilan, mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya
persalinan dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk itu bila pada waktu
pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, terutama pada primigravida,
hendaknya diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala. Sedangkan
dalam persalinan, untuk menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih
banyak ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan presentasi kepala.
Selama terjadi kemajuan persalinan dan tidak ada tanda-tanda bahaya yang
mengancam kehidupan janin, maka penolong tidak perlu melakukan tindakan yang
bertujuan untuk mempercepat kelahiran janin. Letak sungsang ini akan memerlukan
teknik persalinan yang berbeda dengan persalinan letak kepala baik dalam
persalinan pervaginam maupun sectio cesarea. Persalinan pervaginam sungsang
terdiri dari tiga jenis yakni spontan, manual aid dan total ekstraksi dimana semuanya
memiliki resiko terutama pada fetal seperti asfiksi dan lainnya sedangkan indikasi
untuk melakukan section cesarea pada letak sungsang sama dengan indikasi umum
section cesarea secara umum.( Rayburn, William F. Dkk.2001.Obstetri dan
Ginekologi. Widya Medika. Jakarta )
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan karya tulis ini agar mahasiswa mampu menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien post seksio sesarea dengan indikasi letak
sungsang dengan benar.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien secsio caesaria dengan indikasi letak
sungsang.
b. Merumuskan diagnosa pada klien post secsio caesaria dengan indikasi letak
sungsang.
c. Menyusun rencana keperawatan pada klien post secsio caesaria dengan
indikasi letak sungsang.
d. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan pada klien post
secsio caesaria dengan indikasi letak sungsang.
e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien post secsio caesaria
dengan indikasi letak sungsang.
7
C. Metode
Dalam penulisan karya tulis ilmiyah ini penulis menggunakan metode dekstriptif
dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, perumusan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Pengkajian yang dilaksanakan dengan cara:
1. Wawancara
Yaitu mengadakan tanya jawab dengan klien, keluarga, perawat, dokter dan
tim kesehatan lain tentang masalah-masalah yang dihadapi klien.
2. Observasi Partisipasi Aktif
Yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung dengan
ikut berperan secara aktif dalam pengelolaan klien.
Observasi dilakukan pada saat pengkajian sampai evaluasi
3. Studi Dokumentasi
Yaitu metode untuk mengungkapkan kebenaran mengenai suatu kejadian
atau proses yang terjadi di masa lampau, dengan cara mempelajari catatan
keperawatan maupun catatan medis dan berkenaan dengan klien kelolaan.
4. Studi kepustakaan
Yaitu menggunakan buku-buku literature yang ada kaitannya dengan
permasalahan klien sehingga didapat data yang teoritis.
D. Sitem Penulisan
Untuk memperolah gambaran yang jelas tentang penyusunan, karaya tulis ini di
susun dengan sistematika penulisan yang terdiri dari 4 bab, yaitu:
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
1. Pengertian post partum
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu
akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis (Sulistiyati:
2009).
Periode pasca partum ialah masa 6 minggu sejak bayi lahir organ-organ reproduksi
kembali kekeadaan normal sebelum hamil.
Masa nifas adalah masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi pascapersalinan,
meliputi perubahan kondisi tubuh ibu hamil kembali ke kondisi sebelum hamil. masa ini
dimulai setelah plasenta lahir, dan sebagai penanda berakhirnya masa nifas adalah ketika
alat-alat kandungan sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil. sebagai acuan, rentang
masa nifas berdasarkan penanda tersebut adalah 6 minggu atau 42 hari.
8
9
Pada periode ini tenaga kesehatan melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta melakukan konseling KB (Saleha, 2009)
a. Autolysis
Yaitu penghancuran otot-otot uterus yang tumbuh karena hiperplasi dan jaringan
otot membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal
dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat
besar. Hemostasis pascapartum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon
oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu hemostatis. Selama 1 sampai 2
jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selam
masa ini, biasanya suntikan oksitosin (Pitosin)secara intravena atau intramuskular
diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya,
dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi
pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
c. Ischemia
Yaitu kekurangan darah uterus pada uterus yang menyebabkan atropi pada
jaringan otot uterus (Saleha, 2009).
b) Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap
kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa
menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri
setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu
teregang (misalnya, pada bayi besar, kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan
biasanya meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
2. Tempat Plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontriksi vascular dan thrombosis
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.
11
melemahnya topangan permukaan struktur panggul . struktur ini terdiri atas uterus,
dinding vagina posterior atas,uretra,kandung kemih, dan rectum. Walaupun relaksasi
dapat terjadi pada setiap wanita,tetapi biasanya merupakan komplikasi langsung yang
timbul terlambat akibat melahirkan.
7. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulus perkembangan payudara selama wanita hamil
(estrogen, Progesteron, human chorionic gonadotropin, prolactin, koristrol dan insulin)
menurut dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon-hormon ini
untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui
atau tidak.
8. Sistem Endokrin
Selama periode pasca partum, terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran
plasenta menyebabkan penurunan signifikan pada hormon yang di produksi oleh organ.
Penurunan hormon human placeaantal lactogen, esterogen, kortisol, placental enzime
insuline membalik efek diabeto genik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun
secara bermakna pada masa peritenium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara
mencolok kira kira 1 minggu pasca partum.
9. Sistem Pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya 2 jam setelah
persalinan. Kalsium amat penting bagi gigi pada kehamilan dan masa nifas. Dimana masa
ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalium karena meningkatnya kebutuhan kalium bagi
ibu.
Pada wanita post operasi jika menggunakan anastesi umum, akan mengakibatkan
penurunan kerja tonus otot saluran cerna, sehingga mortilitas makanan lebih lama berada
di saluran pencernaan akibat pembesaran rahim. Pada klien dengan anestesi umum
dipuasakan terlebih dahulu sampai terdengar bising usus.
10. Sistem Kardiovaskuler
Seteleh wanita melahirkan biasanya terjadi perubahan volume darah, perubahan ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan
mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat
dari penurunan darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan
14
normal cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada
minggu ke 3 dan ke 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai
mencapai volume sebelum hamil. Pada post operasi sectio caesaria volume darah
cenderung mengalami penurunan dan kadang diikuti peningkatan suhu selama 24 jam
pertama, pada 6-8 jam pertama biasanya terjadi bradikardi dan perubahan pola nafas
akibat anestesi.
11. Sistem Muskuloskeletal
2 minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita akan rilleks, sekitar 6 minggu
kemudian dinding abdomen kembali ke keadan sebelum hamil. kulit kembali
memperoleh elastisitas tetapi sejumlah kecil menetap. Pengembalian tonus otot
bergantung kepada kondisi sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan
lemak.
12. Sistem Perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal
sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian sebab penurunan
fungsi ginjal selama masa pasca partum, fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1
bulan setelah melahirkan.
A. Definisi
Secsio Caesaria adalah prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan insisi melalui
abdomen dan uterus (Liu 2007, h. 227). Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkn janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Sofian 2012,
h. 85).
B. Indikasi
Menurut Liu (2007, h. 228 )seksio casarea dapat dibagi ke dalam kategori elektif,
darurat terencana, darurat yang terencana dan kategori peri-mortem serta post-mortem
untuk memudahkan audit. Komplikasi dan mortalitas yang jelas akibat prosedur bedah
harus dibedakan dari akbiat adanya komplikasi obstetri dan masalah ibu.
C. Komplikasi
Menurut Sofian (2012, h. 87)memaparkan kemungkinan yang timbul setelah dilakukan
operasi SC antara lain :
b) Atonia uteri
c) Perdarahan pada plasenta
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi
terlalu tinggi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan mendatang.
1. Kaji tanda-tanda vital dengan interval teratur (15 menit). Pastikan kondisinya stabil.
2. Lihat tinggi fundus, adanya perdarahan dari luka dan jumlah lokia. Hal in khususnya
penting jika persalinan berlangsung lama, jika uterus telah mengembang oleh
polihdramnion atau kehamilan multipel dan jika terdapat ancaman defek koagulasi,
contohnya setelah perdarahan antepartum dan toksemia pre-eklamsia.
3. Pertahankan keseimbangan cairan.
4. Pastikan analgesia yang adekuat. Penggunaan analgesia epidural secara kontinu berguna.
5. Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi untuk seksio sesarea, miasalnya kondisi
medis seperti diabetes.
6. Anjurkan fisioterapi dan ambulasi dini jika ada kontraindikasi.
7. Ingat trombo-profilaksis. Ambulasi dini dan perhatikan terhadap hidrasi yang
mencukupi untuk ibu dengan risiko rendah dengan kehamilan tanpa komplikasi dan
tidak ada faktor risiko. Hindari penggunaan dextran 70. Heparin subkutan atau metode
mekanik diperlukan jka risiko diyakini sedang. Jika risiko trombo-embolisme tinggi,
heparin dan stoking kaki harus digunakan selama 5 hari setelah pembedahan. Untuk
riwayat trombo-embolisme yang lalu untuk 6 minggu pasca melahirkan.
8. Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang sesuai dengan keadaan dan
jawab pertanyaan-pertanyaan pasien.
9. Jadwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang pasca melahirkan guna
memastikan penyembuhan total, mendiskusikan kehamilan berikutnya dan memastikan
perawatan untuk kondisi medisnya.
disproporsi sefalopelvik, atau uterus yang telah mengalami dua kali pembedahan. Dalam
seksio sesaria elektif, terdapat beberapa hal yang perlu mendapat reklarivikasi. Sebagai
contoh, ada operasi yang benar benar elektif yang dipesan menjelang cukup bulan pada
waktu yang disepakati ibu dan dokter bedah dan ada kategori lain yang meliputi seksio
sesaria terjadwal, yaitu jika jelas diketahui bahwa diperlukan pelahiran dini, tetapi tidak
ada perburukan kondisi ibu atau janin.
Indikasi definitif meliputi :
- Disproforsi sefalo felfix
- Plasentra plevia mayor
- Kehamilan kembar lebih dari 2
- Presentasi bokong
- Pre- eklamsia sedang samapi berat
- Kondisi medis yang tidak memperbolehkan ibu melakukan upaya
- DM
- Restriksi pertumbuhan itra uterus
2. Seksio sesaria darurat
Hal ini dilakauka jika terjadi kondisi yang tidak diinginkan selama kehamilan atau
persalinan. Beberapa standar telah dibuat atau menetapkan waktu maksimal yang boleh
dilewati dari keputusan untuk melahirkan hingga waktu aktual bayi dilahirkan. Namun
demikian, hal ini menjadi kurang jelas karena pada ebbebrapa kasus benar-benar terjadi
‘kedaruratan’ dan segalanya harus sudah siap untuk kelahiran bayi yang segera jika bayi
dharapkan dapat bertahan hidup ( missalnya : prolaps tali pusar dengan perburukan
kondisi janin ). Kemudian, terdapat juga situasi lain ketika pelahiran bersifat ‘mendadak’
tetapi waktu yang digunakan untuk mempersiapkan oprasi dpat lebih banyak dan
tindakan yang akan dilakukan dapat didiskusikan bersama orangtua dengan sikap yang
lebih rileks. Berikut ini contoh alasan mendesak atau darurat untuk kelahiran dengan
seksio sesaria
- Pendarahan anterpartum
- Prolaps tali pusar
18
F. Jenis Anastesi
1. Anestesia dan analgesia block saraf
Berbagai senyawa obat digunakan dalam bidang obstetri untuk menimbulkan efek
analgesia regional (menghilangkan nyeri ringan dan block motorik) dan efek anesthesia
(menghilangkan rasa nyeri dan block motoric) secara kimiawi, sebagian besar obat ini
berkaitan dengan kokain sehingga obat-obatan tersebut memiliki imbuhan-kain. Hal ini
membantu dalam mengidentifikasi anestesi local. Efek farmakologi utama anestesi local
ialah interupsi sementara hantaran hambatan impuls saraf, khususnya hantaran nyeri.
Contoh agens yang sering dipakai dan diberikan dalam larutan 0,5% sampai 1% ialah
lidokain (Xylocaine), bupivakain (Marcaine), kloroprokain (Nesacaine), tetrakain
(pontocaine), dan mepivakain (Carbocaine). Jarang ada individu yang sensitive (alergi)
terhadap anestesi local. Sensitivitas dapat diidentifikasi dengan melakukan uji pada
individu tersebut, yakni dengan memberi individu tersebut sejumlah kecil obat yang akan
dipakai. Apabila jumlah anestesi yang diberikan berlebihan, mula-mula SPP terstimulasi.
Stimulasi diikuti oleh depresi, hipotensi, dan efek-efek lain yang merugikan. Atropin,
antihistamin, oksigen, dan tindakan suportif dapat memperbaiki keadaan setelah efek
analgesia muncul, timbul hambatan simpatik yang menyebabkan vasodilatasi dan darah
berkumulasi di tungkai bawah. Hipotensi juga dapat timbul pada ibu. Penurunan tekanan
darah ibusebesar 20% sampai 30% dari tekanan darah sebelum anestesi diberikan dianggap
sebagai kondisi hipotensi dan harus segara ditangani. Oleh karena itu, hidrasi yang adekuat
untuk mengekspansi volume darah merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum obat
diberikan. Hidrasi dicapai dengan menggunakan larutan garam seimbang yang tidak
mengandung dekstrosa (misalnya, ringer laktatatau Plasma Lyte). Ibu dihidrasi dengan
memberikan 500 sampai 1000 ml cairan per intravena dalam waktu 20 menit sebelum
block dilakukan. Fasilitas resusitasi kardiopulmoner, termasuk oksigen dan pengisapan
19
(suction) harus disiapkan supaya dapat digunakan saat diperlukan. Apabila resusitasi
maternal dan janin diperlukan, ibu harus dipertahankan pada posisi berbaring miring kiri
supaya aliran darah balik vena optimal, sehingga perfusi uterus dapat diperbaiki.
2. Anestesia Infiltrasi Lokal
Anestesia Infiltrasi Lokal pada jaringan perineum sering diberikan, jika episiotomy akan
dilakukan dan jika posisi kepala janin tidak memungkinkan untuk pemberian block
pudendal. Efek anestesia yang cepat dapat dicapai dengan menyuntikan rata-rata 10 sampai
20 ml anestesi local berupa 1% lidokain atau 2% kloroprokain ke kulit dan kemudian
secara subkutan ke daerah yang akan dianestesi. Epinefrin sering ditambahkan kedalam
larutan untuk meingkatkan kerja anestesi pada daerah yang terbatas dan untuk mencegah
perdarahan berlebihan dan mencegah efek sistemik dengan mengonstriksi pembuluh darah
local. Injeksi ulang memperpanjang keadaan anesthesia selama diperlukan.
3. Block Pudendal
Block Pudendalbermanfaat pada persalinan kala dua, pada episiotomy, dan pada kelahiran.
Walaupun block pudendal tidak menghilangkan rasa nyeri yang berasal dari kontraksi
Rahim, tetapi dapat menghilangkan rasa nyeri di klitoris, labia mayora, dan labia minora,
serta perineum
- Block saraf pudendal diberikan 10 sampai 20 menit sebelum anestesi perineum
diperlukan. Ketika bagian terbawah janin turun ke serviks, maka segera terjadi
distensi vagina dan distensi perineum nyeri pada vagina dan pada perineum dapat
dihilangkan dengan memberi blok anestesi pudendal. Saraf pudendal melintang pada
sakrosiatik, tepat medial terhadap ujung atas spina iskiadika pada setiap sisinya.
Injeksi larutan anestesi pada atau dekat titik ini akan menimbulkan anestesi saraf
pudendal di bagian perifer. Cara yang umum digunakan ialah transvaginal karena
cara ini tidak terlalu menimbulkan nyeri untuk wanita, memiliki tingkat keberhasilan
yang lebih tinggi, dan komplikasi pada janin cenderung lebih sedikit. Blok pudendal
tidak mengubah hemodinamika ibu atau fungsi pernafasan, tanda-tanda vital, atau
denyut jantung janin (DJJ). Apabila semua cabang saraf pudendal dianestesi, efek
analgesia yang dihasilkan cukup untuk melahirkan secara spontan atau melahirkan
dengan bantuan forsep rendah. Akan tetapi, efek anestesi yang dihasilkan tidak
cukup untuk melangsungkan suatu proses melahirkan, kecuali untuk melahirkan
20
dengan forsep rendah, dan blok pudendal tidak menimbulkan efek analgesi untuk
eksplorasi uterus atau pengeluaran plasenta secara manual.
4. Anestesia Subaraknoid (Spinal)
- Blok subaraknoid (spinalis), suatu anestesi local, disuntikkan melalui ruang
antarlumbar ketiga, keempat, atau kelima ke dalam ruang subaraknoid, tempat obat
bercampur dengan cairan serebrospinalis. Teknik suntikan tunggal ini bermanfaat pada
proses melahirkan, tetapi tidak cukup untuk proses persalinan. Untuk melahirkan
pervaginam, larutan anestesi disuntikan pada periode kala kedua persalinan, yakni
ketika ekspulsi hampir terjadi (misalnya, ketika kepala janin berada di perineum)
- Suntikan blok spinal rendah (saddle) diberikan kepada wanita dalam posisi
duduk,kedua tungkai di sisi meja bersalin, dan telapak kaki menginjak bangku kecil.
Perawat bediri di depannya. Dagu diletakkan pada dada, punggung dibungkukkan, dan
tubuh bersandar pada perawat. Perawat menenangkan dan menuntun wanita tersebut.
Postur seperti ini membuat celah antarvertebra membesar, sehingga memudahkan
jarum spinal masuk dan membuat larutan anestesi yang berat turun akibat gaya
gravitasi . suntikan ini diberikan di antara waktu kontraksi sebagai upaya menghindari
blok tinggi yang tidak diinginkan (obat naik melampaui T10 sehingga berpotensi
mempengaruhi diafragma dan otot-otot pernapasan). Setelah anestesi disuntikan,
wanita tetap pada posisi tegak selama 30 detik sampai 2 menit.
A. Definisi
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah
(presentase bokong). Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
Letak sungsang murni yaitu bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua
tungkai lurus keatas.
Letak bokong kaki
Letak lutut
Letak kaki
Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding kehamilan
tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida.
21
B. Klasifikasi
Letak bokong Murni : presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris “Frank Breech“. Bokong
saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke atas.
Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) disamping bokong teraba kaki dalam bahasa Inggris
“Complete Breech”. Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna kalau disamping
bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
Letak lutut (presentasi lutut) dan letak kaki (presentasi kaki) dalam bahasa Inggris kedua letak
tersebut disebut “Incomplete Breech”. Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau
hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut sempurna dan letak kaki atau lutut
tidak sempurna.( Obstetri Patologi hal :169 )
Dari letak – letak tersebut, letak bokong murni paling sering dijumpai. Punggung biasanya terdapat
kiri depan. Frekwensi letak sungsang lebih tinggi pada kehamilan muda dibandingkan dengan
kehamilan aterm dan lebih banyak pada multigravida daripada primigravida.
C. Etiologi
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya ialah
prematuritas, rnultiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan
panggul sempit. Kadang-kadang juga disebabkan oleh kelainan uterus (seperti fibroid) dan
kelainan bentuk uterus (malformasi). Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri
dapat pulamenyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah
fundus. Kelainan fetus juga dapat menyebabkan letak sungsang seperti malformasi CNS,
massa di leher, aneuploid.
· Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
· Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada
panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain – lain.
1. Sudut Ibu
a. Keadaan rahim
1) Rahim arkuatus
3) Uterus dupleks
b. Keadaan plasenta
2) Plasenta previa
1) Kesempitan panggul
2. Sudut janin
3) Kehamilan kembar
5) Prematuritas
23
Dalam keadaan normal, bokong mencapai tempat yang lebih luas sehingga terdapat
kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar dan keras
serta palinglambat. Melalui hukum gaya berat, kepala janin akan menuju kearah pintu atas
panggul. Dengangerakan kaki janin, ketegangan ligamentum fatundum dan kontraksi braxson
hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu atas panggul. (Manuaba, 1998 : 361 )
D. Manifestasi Klinis
1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering
merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak
yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
E. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam
uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka
bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala
berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti
mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi,
sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi
kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam
posisi sungsang.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnosis letak bokong dapat ditentukan dengan persepsi gerakan janin oleh
ibu,pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus,
pemeriksaan dalam, USG dan Foto sinar-X. Pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian
perut bawah, di bawah pusat, dan ibu sering merasa benda keras ( kepala ) mendesak tulang
iga.
2. Antara tonjolan tulang tadi dapat diraba anus dan genitalia anak, tapi jenis kelamin anak
hanya dapat ditentukan kalau oedem tidak terlalu besar.
3. Terutama kalau caput succedaneum besar, bokong harus dibedakan dari muka karena
kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera ossis ischii, dagu menyerupai jung os sacrum
sedangkan mulut disangka anus.
4. Yang menentukan ialah bentuk os sacrum yang menyerupai deretan processi spinosi yang
disebut crista sacralis media. (Mochtar, 1998 : 352)
24
· Palpasi
5. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri. Punggung anak
dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian – bagian kecil pada pihak yang
berlawanan. Di atas symphyse teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
· Auskultasi
6. DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dan pusat. Bunyi jantung
terdengar pada punggung anak setinggi pusat..
· Pemeriksaan dalam
7. Dapat diraba os sakrum, tuber ischii dan anus, kadang-kadang kaki (pada letak kaki). Kalau
pembukaan sudah besar maka pada pemeriksaan dalam dapat teraba 3 tonjolan tulang ialah
tubera ossis ischii dan ujung os sacrum sedangkan os sacrum dapat dikenal sebagai tulang
meruncing dengan deretan processi spinosi di tengah – tengah tulang tersebut.
· Pemeriksaan foto rontgen : Bayangan kepala pada fundus.
·
G. Komplikasi
a. Bayi
b. ibu
1. Trauma jalan lahir (trauma vagina, rupture perineum, perlukaan serviks), trauma
uretra
2. Distress psikologis
3. Atonia uteri, perdarahan post partum endometritis (Mauren Boyle, 2008;
sastrawinata, 1984; saifuddin, 2002; Cunningham, 2005)
25
H. Penatalaksanaan
Sewaktu Hamil
Yang terpenting ialah usaha untuk memperbaiki letak sebelum persalinan terjadi dengen
versi luar. Tehnik :
a. Sebagai persiapan :
c. Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satusama lain sehingga
badan anak membulat dengan demikian anak mudah diputar.
d. Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah. Arah pemutaran hendaknya
kearah yang lebih mudah yang paling sedikit tekanannya. Kalau ada pilihan putar kearah
perut anak supaya tidak terjadi defleksi. Setelah versi berhasil bunyi jantung anak diperiksa
lagi dan kalau tetap buruk anak diputar lagi ketempat semula.
2. Pimpinan Persalinan
a. Cara berbaring :
b. Melahirkan bokong :
c. Ekstraksi kaki
Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat dilahirkan dengan cara
vaginal atau abdominal (seksio sesarea)
Terdiri dari partus spontan ( pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan
seluruhnya) dan manual aid (manual hilfe).
Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase :
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak
menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan dilakukan
ekspresi kristeller,karena halini akan memudahkan terjadinya nuchee arm
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan
panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk mempercepatnya lahirnya
janin dapat dilakukan manual aid.
a. Aktifitas / Istirahat :
Melaporkan keletihan, kurang energy
Letargi, penurunan penampilan
b. Sirkulasi:
Tekanan darah dapat meningkat
c. Eliminasi:
Distensi usus atau kandung kencing mungkin ada
d. Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan
e. Nyeri / Ketidaknyamanan
Dapat terjadi sebelum awitan(disfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan
terjadi (disfungsi fase aktif sekunder).
Fase laten persalinan dapat memanjang : 20 jam atau lebih lama pada nulipara (rata-
rata adalah 8 ½ jam), atau 14 jam pada multipara (rata – rata adalah 5 ½ jam).
f. Keamanan:
Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34minggu dalam upaya
untukmengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala.
Pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi (mis.,dagu wajah,
atau posisi bokong)
Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam padanulipara atau kurang dari 2
cm/jam pada multipara
g. Vagina
Dapat primigravida atau grand multipara
27
J. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
b. Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada penurunan
janin
c. Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
d. Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
Intervensi :
(Rasional : Mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan mengontrol
tingkat ketidaknyamanan.
Kriteria Evaluasi :
b. Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi mekanis pada
penurunan janin
Intervensi :
2) Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat sebelum awitan
persalinan
(Rasional : Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder atau mungkin
akibat dari persalinan lama)
5) Tempat klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring dan ambulasi
sesuai toleransi
29
(Rasional : Oksitosin perlu untukmenambah atau memulai aktifitas miometrik untuk pola
uterus hipotonik)
Kriteria Evaluasi :
Intervensi :
2) Perhatikan tekanan uterus selamaistirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan
intrauterus bila tersedia
4) Siapkan untuk metode melahirkanyang paling layak, bilabayi dalam presentasi bokong
(Rasional : Presentasi ini meningkatkan risiko , karena diameter lebih besar dari jalan
masuk ke pelvis dan sering memerlukan kelahiran secara seksio sesaria)
30
5) Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi klien dengan
PKA
(Rasional : Risiko cedera atau kematian janin meningkat dengan malahirkan pervagina
bila presentasi selain verteks)
Kriteria Evaluasi :
– Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik tidak ada deselerasi
lambat
Intervensi Keperawatan :
1) Tentukan kemajuan persalinan , kaji derajat nyeri dalam hubungannya dengan dilatasi /
penonjolan
(Rasional : Persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan kemampuan
klien untuk mengatasi atau mengatur kontraksi)
Kriteria Evaluasi :
A. Tinjauan Kasus
KABUPATEN BANDUNG
1. Pengkajian
a. Identitas Kilen
Nama : Ny. Y
Usia : 41 Tahun
Pendidikan : SMA
Nama : Tn. G
Agama : Islam
Usia : 43 tahun
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada area luka post op caesaria
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang pada tanggal 11 Juni 2017 pukul 07.00 merasa hamil 9 bulan
mengeluh mules masih hilang timbul. Klien mengatakan mengeluarkan cairan
dari daerah vagina, keluaran cairan banyak dan jalan lahir di pangkal PX. Saat
pengkajian pada tanggal 12 Juni 2017 pukul 10.00, klien mengeluh nyeri pada
bagian post operasi di bagian abdomen, klien mengatakan nyeri seperti disayat-
sayat, skala nyeri 3 dari 0-5, nyeri yang dirasakan klien hilang timbul. Nyeri akan
timbul apabila klien bergerak dan hilang ketika klien istirahat/berbaring.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
33
Klien mengatakan dirinya pernah melakukan operasi sesar 10 tahun yang lalu.
Klien mengatakan selama kehamilan klien tidak pernah meminum obat di
warung, klien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan seperti
hipertensi, DM, dan Jantung.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan di keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
seperti hipertensi, DM, dan Jantung. Klien juga mengatakan di keluarganya tidak
ada yang melakukan operasi sesar seperti klien.
5) Riwayat Ginekologi dan Obstretri
a) Riwayat Ginekologi
Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan haid pertamakali ketik berumur 13 tahun dengan siklus
teratur yaitu 28 hati atau satu kali dalam satu bulan, lama haid biasanya 5-7
hari, klien mengatakan pada hari ke 1 dan ke 2 bisa mengganti pembalut
hingga 3-4x nya perhari, haid bewarna merah darah dan selama menstruasi
klien tidak merasakan nyeri ataupun nyeri lainnya.
Riwayat perkawinan
Klien mengatakan ini adalah perkawinan pertama bagi klien dan juga
suaminya
b) Riwayat Obstetri
Riwayat Obstetri
Klien mengatakan bahwa ini merupakan kehamilan dan persalinan kedua bagi
pasien
Riwayat Kehamilan Sekarang
Klien mengatakan hari pertama haid terakhir pada tanggal 14 September 2016
dan usia kehamilan klien pada saat persalinan 39 minggu. Pada saat kehamilan
klien mengatakan selalu mengontrol kehamilan nya setiap sebulan sekali pada
awal trimester satu dan kedua, pada masuk trimester tiga klien mulai
mengontrol kehamilan nya satu minggu sekali ke dokter kandungan setempat
menurut dokter kandungan klien mempunyai panggul sempit sehingga
kemungkinan janin nya letak sungsang. Klien mengatakan ketika kehamilan
masuk umur 5 bulan janin nya mulai ada pergerakan, namun ketika usia
34
kehamilan umur 8 bulan klien merasakan seperti kepala berada di bagian atas.
Klien memutuskan memeriksa kembali janin nya ke dokter kandungan, dan
dokter mengatakan bahwa bayi klien sungsang dan menyarankan klien untuk
operasi sesar saat persalinan nanti.
Riwayat Persalinan Sekarang
Klien mengatakan sebelum masuk ke rumah sakit pada hari minggu tanggal
11 Juni 2017 jam 06.00 merasakan mules seperti BAB, klien mengatakan rasa
mulas nya menjalar hingga ke punggung, janin nya tidak ada pergerakan dan
semakin keras di bagian atas perut dan kosong di bagian perut lainnya, klien
mengatakan keluar sedikit darah dan flek kecoklatan.
Klien dibawa ke langsung oleh suami ke IGD rumah sakit Al-Ihsan pada
pukul 06.30, klien dipasang urine kateter, IV kateter dan pemeriksaan
hematologi. Klien langsung di pindahkan ke ruang Zaitun 3 pada pukul jam
07.00 WIB, klien di anjurkan di puasakan terlebih dahulu sebelum melakukan
operasi. Klien di operasi SC pada pukul 13.00 WIB dengan anastesi spinal, his
terasa 4x/10 menit. Bayi baru lahir pada hari minggu pukul 13.50 WIB dengan
jenis kelamin laki-laki BB 3510 gram dengan PB 42 cm, plasenta dilahirkan
secara utuh.
d. Pemeriksaan fisik
1) R : 18 x/ Keadaan umum: Klien tampak lemah dengan kesadaran Compos Mentis
E4 M6 V5.
2) Tanda –tanda vital
TD:107/70mmHg
N : 87 x/menit
menit
S : 36 ,5 oC
Pemeriksaan Antropomertri
BB : 45 kg
35
TB : 147 cm
BMI:13,77
LLA: 22 cm
3) Pemeriksan Fisik
a) Sistem Respirasi
Dada klien simatris, tidak ada bekas luka, tidak ada perdarahan, tidak
bunyi suara tambahan, hidung tampak simetris, tidak terdapat sianosis, tidak
terdapat cuping hidung, tidak terdapat pembengkakan R: 18 x/menit dengan
pola nafas reguler.
b) Sistem Kardiovaskular
Konjungtivia an anemis, tidak terdapat peningkatan JVP. Tidak terdapat
retraksi dada, TD: 107/80 mmHg. Nadi: 87 x/menit.
c) Sistem Pencernaan
Saat di inspeksi mukosa bibir dikit pecah-pecah, fungsi menelan baik, klien
tidak menggunakan gigi palsu, tidak terdapat karies, tidak terdapat gigi
berlubang, dan tidak terdapat stomatis pada lidah klien. Abdomen klien
simetris, lembut terdapat bekas luka operasi SC vertical tertutup kain perban
10 cm, ketika di auskultasi bagian abdomen terdengar bising usus 5x/menit,
saat di palpasi tidak terdapat pembesaran hepar dan saat di perkusi terdengat
suara pekak di semua abdomen serta terdapat distensi abdomen.
d) Sistem Integumen
Saat di inspeksi, keadaan kulit lembab, turgor kulit baik, terdapat bekas luka
operasi SC, bekas luka operasi vertical 10 cm, keadaan luka baik tidak ada
tanda-tanda infeksi atau REEDA, tidak terdapat pengeluaran cairan, darah
maupun pus pada luka klien.
e) Sistem Persyarafan
Saat pengkajian klien dalam compos mentis dengan E4 M6 V5, fungsi
penciuman klien baik, bisa membedakan bau minyak kayu putih dan bau kopi
dengan mata tertutup, klien dapat merasakan dan membedakan rasa asin dan
36
manis, klien dapat melihat dan membaca papan nama perawat dengan jarak 30
cm, klien dapat berkomunikasi dengan baik.
f) Sistem Perkemihan
Pada saat dipalpasi, tidak ada distensi kandung kemih. Klien terpasang selang
kateter dengan produksi urin 250 cc, warna urin kuning agak pekat. Klien
mengatakan dapat berkemih dengan baik, dan lancar.
g) Sistem Endokrin
Pada saat palpasi tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat
pembesaran kelenjar limfe.
h) Sistem Reproduksi
1) Mammae
Ketika di inspeksi, kedua payudara klien tampak simetris. Kedua Areola
klien bewarna hitam dengan putting klien keduanya tampak menonjol .
Saat di palpasi, klien mengeluh sedikit mengiris pada kedua payudaranya,
kedua payudara klien teraba hangat, ketika di cek pengeluaran ASI belum
ada tanda-tanda pengeluaran pada kedua payudaranya.
2) Fundus Uteri
Pada saat di palpasi teraba adanya kontraksi uterus dengan kosistensi keras.
Tinggi fundus pertengahan diantara pusar dan simpidis
3) Vulva/Vagina
Pada saat di inspeksi terlihat keadaan vulva kotor dengan adanya lendir
danrubra. Pengeluaran lochea rubra masih banyak, klien mengatakan
mengganti pembalut 4x sehari dan berbau amis.
i) Sistem Muskuloskeletal
Ketika di inspeksi ekstremitas atas dan bawah terlihat simetris, terdapat
refleks bisep ++/++ dan terdapat reflek trisep ++/++ di ekstremitas atas
kekuatan otot klien 5/5. Di ekstremitas bawaah terdapat reflex patella +/+,
tidak terdapat edema, saat di lakukan homan’s sign tidak terdapat
tromboplebitis dan tidak terdapat varises, kekuatan otot klien 5/5.
e. Pola aktivitas
37
2. Eliminasi
a. BAB Selama kehamilan klien Klien mengatakan
Frekuensi mengatakan frekuensi frekuensi BAB pasca
Konsistensi BAB 2x1 hari, kosistensi operasi masih 2x1 hari
Warna nya padat dengan warna namun klien mengeluh
kuning kecoklatan. masih belum bisa ke
kamar mandi karena
masih lemas biasanya jika
, konsistensi agak encer
dengan warna kuning
kecoklatan.
b. BAK
Frekuensi Klien mengatakan Selama pengkajian klien
Warna selama kehamilan bisa terpasang selang kateter
BAK 3-4x perhari dengan produksi urin 250
dengan warna kuning cc dengan warna urin
keruh. kuning agak pekat.
3. Istirahat Tidur
a. Siang Selama kehamilan klien Klien mengatakan sedikit
mengatakan jarang tidur tidak pulas ketika tidur
siang kecuali hanya dikarenakan rasa tidak
klien merasa kelelahan nyaman dan sedikit nyeri
klien menyempatkan di daerah post operasi.
tidur siang.
b. Malam Klien mengatakan
biasanya tidur malam
jam 21.00 namun
terkadang klien
terbangun karena ingin
berkemih.
39
4. Personal Hygine
a. Mandi Klien mengatakan selalu Klien mengatakan selama
b. Keramas mandi 2x1 hari dengan dirawat klien mandi 2x1
c. Gosok Gigi air dingin, keramas 2x hari dengan air hangat
1minggu dan gosok gigi menggunakan washlap,
2x1 hari keramas jarang hanya 1x1
minggu dikarenakan
masih belum bisa ke
kamar mandi sendiri dan
gosok gigi 2x1 hari.
5. Aktivitas
Olahraga Klien mengatakan Selama dalam perawatan
selama kehamilan nya, klien dianjurkan bedrest,
klien jarang melakukan namun klien juga
olah raga. dianjurkan agar tetap
melakukan pergerakan
seperti miring kiri, miring
kanan, ataupun menekuk
kedua lututnya.
Klien merupakan seorang istri dan seorang ibu dari 2 anak, klien mengatakan
siap untuk membesarkan kedua anaknya juga mengurus rumah tangga.
- Identitas Diri
Klien dapat menyebutkan namanya dengan baik
- Ideal Diri
Klien berharp ingin segera cepat sembuh
(c) Pola Koping
Pola koping klien baik dan selalu dibantu bila ada masalah
(d) Gaya Komunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik dengan perawat maupun keluarga
f. Data Sosial
(a) Pendidikan dan Pekerjaan
Pendidikan terakhir klien SMA dan klien seorang ibu rumah tangga
(b) Gaya Hidup
Klien mengatakan saat kehamilan jarang melakukan olahraga. Klien mengatkan tidak
pernah merokok ataupun minum alcohol, selama kehamilan klien juga minum air
mineral banyak diselingi susu masa kehamilan, selain itu klien makan mengandung
serat seperti sayur dan buah.
(c) Hubungan Sosial
Klien tampak ramah dan sopan, hubungan klien dengan keluarga, perawat, dokter,
tim medis lain dan pasien lainnya baik.
g. Data Spiritual
(a) Konsep Ketuhanan
Klien percaya bahwa Allah maha penyembuh, dan ia yakin bahwa Allah memberi
cobaan untuk meningkatkan ibadah nya
(b) Ibadah Praktik
Klien mengatakan ia tidak lupa untuk menjalankan sholat 5 waktu, seta ketika klien
sebelum masuk rumah sakit ia selalu melaksanakan ibadah sholat tahajud dan puasa
sunah senin-kamis dan shaum daud.
41
h. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pemeriksaan
12-6-2017 Hematologi
Hemoglobin 10,5 12,0-16,0 g/ml
b. Pemeriksaan lain
Foto Torax:
Therpai obat:
Nama obat Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
Ceftriaxone Infeksi yang Hipersensitifitas Lelah, sariawan,
disebabkan oleh atau alergi nyeri tenggorokan,
bakteri pathogen terhadap diare
pada sal nafas, ceftraixone dan
THT, sepsis, antibiotik
meningitis, tulang cephalosporin
sendi, dan lainnya, seperti
jaringan lunak, cefadroxil dan
intra abdominal, cefalexin,
genital, Memiliki
profilaksis hipersensitif atau
perioperative, dan alergi terhadap
infeksi pada penicilin dan obat
pasien dengan antibakteria beta
gangguan lactam lainnya,
kekebalan tubuh Neonatus (bayi
baru lahir samapai
usia 28 hari) yang
mengalami
hiperbilirubinemia,
42
tidak digunakan
dengan lauran atau
produk yang
mengandung
kalsium pada bayi
Benostan 500 Nyeri otot, sakit Luka pada saluran Diare
mg gigi, nyeri cerna
punggung,
bursitis,
disminore dan
nyeri setelah
melahirkan atau
operasi
Toilax supp Konstipasi akut, Pasien dengan Rasa tidak nyaman
penggunaan sakit perut akut, atau kram di perut,
setelah mual, muntah dan diare, mual, iritasi
pembedahan, gejala-gejala lain dubur (pada
untuk apendisitis atau penggunaan
pengosongan isi sakit perut yang suppositoria)
usus besar tak terdiagnosa,
sebelum pasien dengan
pembedahan dan obstruksi usus
pemeriksaan sinar
x, mempermudah
defekasi pada
penderita wasir
dan fistula
Capsinat Infeksi saluran Hipersensitif, bayi Diare, mual,
nafas bagian atas, baru lahir dimana muntah gangguan
infeksi saluran ibunya pencernaan, koltis
nafas bagian hipersensitif pseudomembranosa
bawah, infeksi terhadap penisilin dan kandidiasisn
salura saluran dan keturunan nya, sedikit peningkatan
urogenital, infeksi mrmpunysi AST dan/atau ALT
kulit dan jaringan riwayat cholestatic pada pasien dengan
lunak, infeksi jaundice pemberian penisilin
tulang dan sendi, (gangguan fungsi semisintematis,
infeksi GI, infeksi hati) hepatitis dan
lain seperti sepsis cholestatic jaundice,
aborsi, sepsis dapat bertambah
puerperal, sepsis berat dan
intraabdominal. berlangsung
beberapa bulan.
43
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds: - Klien mengeluh nyeri Terlampir Nyeri akut b.d post
post op op
Perencanaan Keperawatan
Nama : Ny. Y
Dx. Medis : P2A0 mingu ke-39 dengan sectio caesaria bayi sungsang + MOW
Usia : 41 tahun
5. Mempengaruhi
otak dalam
mengolah reaksi
kimia yang
mengakibatkan
rasa nyeri
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1.Pantau tanda dan 1. mengobservasi
b.d Post op tindakan keperawatan gejala infeksi. dan mencegah
selama 3 hari 2. Pantau hasil terjadinya
diharapkan : laboratorium. infeksi
1. Terbebas dari tanda 3. Kaji faktor yang 2. Personal hygine
dan gejala infeksi dapat meningkatkan dapat
2. Jumlah leukosit kerentanan terhadap membantu
dalam batas infeksi. kebersihan diri
normal(4.000- sehingga dapat
11.000 mm3) mencegah
resiko infeksi
4.Intruksikan pasien 3. Antibiotik
untuk menjaga personal mempunyai
hygine. efek menekan
atau
menghentikan
suatu proses
5. Kolaborasi dengan infeksi yang di
dokter untuk pemberian akibatkan oleh
terapi antibiotik jika bakteri
diperlukan.
4. Resiko Syok b.d Setelah dilakukan 1. monitor status 1. Untuk
penyuntikan tindakan keperawatan sirkulasi BP, warna memastikan
anastesi Spinal selama 3 hari kulit, denyut tidak terjadi
diharapkan: jantung, HR, dan syok
46
Implementasi Keperawatan
Eo: 2225
sedikit, konsistensi
uterus baik,
TFU 3 jari bawah
pusat.
Di beri infus
RL+keren 20 gtt, Dc
3. mengajarkan pasien (+) diuretic (+)
relaksasi nafas 3. relaksasi nafas
dalam dalam pada klien udah
di laksanakan
S: Klien mengatakan
nyeri sudah mulai
berkurang
O: Skala nyeri 2 (0-5)
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan
intervensi
BAB-BAK 100
Eo: 1980
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Klien melatih
berjalan selama 2 hari
I: -
E:-
R: Agar badan klien
tidak kaku saat post op
B. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan yang ada antara teori dengan kenyataan di
lapangan paada asuhan keperawatan Ny. Y P2A0 minggu ke-39 dengan Post sectio caesarea
hari ke1 atas indikasi letak sungsang selama 3 hari di Ruang Zaitun 3 RSUD Al-Ihsan Kab.
Bandung. Adapun pembahasan yang penulis pergunakan menggunakan diagnosa
keperawatan yang muncul pada kasus kelolaan dan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
seperti ditusuk-tusuk, R (region): perut bagian bawah, S (skala): 4, Time (time): terus
menerus terutama ketika bergerak, sekitar 3-4 menit. Kondisi nyeri tersebut menyebabkan
klien mengeluh enggan bergerak karena masih lemas dan merasa nyeri jika
bergerak.Penulis menetapkan diagnosa ini sebagai prioritas pertama karena nyeri akut
termasuk dalam domain ketidaknyamanan (kebutuhan dasar manusia).
Karena Menurut Hierarki Maslow kenyamanan adalah kebutuhan dasar (keamanan
dan keselamatan) yang apabila tidak diatasi maka akan mengganggu kenyamanan yang
terus berkepanjangan. Serta nyeri merupakan kebutuhan rasa nyaman yang harus
dipenuhi tapi penanganya dapat ditolerirdan juga dapat berpengaruh pada kebutuhan
fisiologis seperti terjadi peningkatan respiratori, kardiovaskuler, tekanan darah,
peningkatan peristaltik yang dapat berakibat diare dan perubahan psikologis karena
dengan nyeri klien bisa mengakibatkan kecemasan sehingga masalah ini perlu
mendapatkan penanganan yang segera.
Diagnosa nyeri merupakan diagnosa yang aktual karena nyeri akut merupakan
keluhan utama yang dirasakan pada saat pengkajian. Untuk pemilihan etiologi dari
masalah keperawatan, nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan post sc kurang
tepat, untuk etiologi dari masalah keperawatan, nyeri akut adalah dapat dikarenakan oleh
involusio uteri, diskontinuitas jaringan, ataupun after pain. Karena nyeri akut
berlangsung sebelum 6 bulan dan dikarenakan adanya agen cidera. Seharusnya etiologi
yang tepat untuk masalah keperawatan nyeri akut yaitu insisi pembedahan post sc adalah
diskontinuitas jaringan.
intervensi yang dilakukan penulis kaji skala nyeri, rasional: mengidentifikasi kebutuhan
untuk intervensi dan tanda-tanda perkembangan. Mengajarkan tehnik relaksasi kepada
klien, rasional: dengan tarik nafas dalam klien dapat mengurangi rasa nyeri, rasional:
dengan istirahat yang cukup klien dapat membuat klien lebih tenang sambil penulis
mengobservasi tanda-tanda vital, rasional: mengetahui keadaan umum klien secara
keseluruhan, memposisikan klien senyaman mungkin, rasional: dengan posisi nyaman
klien akan lebih rileks, kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik,
rasional: analgetik bekerja menurunkan persepsi nyeri.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 15 Juni 2017 adalah mengkaji
keluhan nyeri klien, mengukur tanda-tanda vital klien, mengkaji kemampuan mobilisasi
51
klien, menciptakan lingkungan yang nyaman, mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam,
memberikan terapi benostan 500 mg.
Evaluasi yang di dapatkan pada tanggal 15 Juni 2017 bahwa masalah nyeri akut
berhubungan dengan Post operasi belum teratasi, ditandai dengan klien masih mengeluh
nyeri pada luka operasi, nyeri seperti di tusuk-tusuk, nyeri pada bagian perut, skala nyeri 2,
nyeri pada saat bergerak.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan post operasi
Diagnosa yang muncul saat pengkajian yaitu:
Wikinson (2011.h: 424). Memaparkan resiko infeksi adalah resiko terserang organisme
patogenik. Faktor resikonya adalah penurunan Hb, penyakit kronis, imunitas yang tidak
adekuat, pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat, agen farmasis, trauma jaringan,
kerusakan jaringan, pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjaan
patogen. Alasan penulis mengangkat diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif karena di dapat data subjektif: klien mengatakan terdapat luka operasi tertutup kasa
dibagian perut bekas operasi seksio sesarea. Untuk mengatasi masalah keperawatan
resiko terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan ini penulis melakukan
intervensi yaitu: Observasi tanda tanda vital rasional: mengetahui keadaan umum
klien secara keseluruhaan.Implementasi yang dilakukan pada tanggal 16 Januari 2016 yaitu
mengobsevasi keadaan luka klien.
Evaluasi yang didapatkan pada tanggal 16 Januari 2016 yaitu masalah keperawatan resiko
infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, masalah sudah teratasi dengan kriteria
hasil yaitu luka klien mulai kering, luka post operasi tertutup dengan kasa bersih, tidak ada
tanda–tanda infeksi. TD: 120/80, nadi: 80x/menit, Rr: 20x/menit, suhu: 36,5 ˚C.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Masalah yang ditemukan pada klien post operasi seksio sesarea adalah Nyeri akut
berhubungan dengan post operasi, Resiko infeksi berhubungan dengan post operasi dan
Resiko syok berhubungan dengan penyuntikan anastesi spinal.
2. Evaluasi yang dilakukan penulis dalam merawat klien selama empat hari yaitu 3 masalah.
Dari 3 diagnosa tersebut ada 2 diagnosa yang teratasi yaitu Resiko infeksi berhubungan
dengan post operas dan Resiko syok berhubungan dengan penyuntikan anastesi spinal.
Penulis menyarankan kepada klien selama dalam masa kehamilan agar melakukan
kunjungan/ pemeriksaan kehamilan, untuk mengetahuiperkembanganjanindanposisijanin
dan lebih memperbanyak aktivitas dan memperbanyak minum
B. Saran
1. Bagi lahan praktik
2. Bagi Institusi.
Diharapkan dapat menjadi bahan kajian maupun referensi dalam menambah khazanah
perpustakaan.
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Statistik, Kemenkes RI,
Measure DHS, ICF Internasioanl, 2013, Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia
2012. Dilihat 22 Juli 2016 darihttp://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdf
2. Erawati, DA 2010,Asuhan Kebidanan Persalinan Normal, Jakarta, EGC
PATHWAY
Letak sungsang
SC