DI SUSUN OLEH
TAHUN 2023
1
KATA PENGANTAR
Dengan Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt karena telah mencurahkan
Rahmat serta hidayahnya berupa kesempatan dan pengetauhan sehingga asuhan
keperawatan gerontik ini bisa dikerjakan dengan lancar dan selesai pada waktunya.
Tujuan dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah keperawatan jiwa dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA
NY. R DENGAN MASALAH HIPERTENSI DI RT.030/RW.007 WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MARIAT KABUPATEN SORONG”. Selain itu asuhan keperawatan ini
bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca mengenai bagaimana asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu : Butet Agustarika M.Kep dan Nurul Kartika
Sari M.Kep, selaku dosen pembimbing mata kuliah praktik klinik keperawatan jiwa dan
CI Puskesmas Mariat Kabupaten Sorong yang telah membimbing penyusunan asuhan
keperawatan ini. Sehingga penulis dapat menambah wawasan dengan bidang studi yang di
tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan
semangat kepada kami sehingga kami mampu untuk menyelesaikan tugas ini. penulis
menyadari jika asuhan keperawatan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun akan di terima untuk kesempurnan asuhan keperawatan
ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Judul Halaman..........................................................................................................1
Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan..................................................................................................5
A. Latar Belakang.............................................................................................5
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................6
D. Manfaat Penulisan........................................................................................6
E. Sistematika Penulisan...................................................................................6
3
1. Pengkajian..................................................................................................23
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................32
3. Intervensi Keperawatan..............................................................................33
4. Implementasi Keperawatan........................................................................37
5. Evaluasi Keperawatan................................................................................37
A. Pengkajian......................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................
C. Intervensi Keperawatan..................................................................................
D. Implementasi Keperawatan............................................................................
E. Evaluasi Keperawatan....................................................................................
BAB IV Pembahasan.................................................................................................
A. Pengkajian......................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................
C. Intervensi Keperawatan..................................................................................
D. Implementasi Keperawatan............................................................................
E. Evaluasi Keperawatan....................................................................................
BAB V Penutup..........................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
Daftar pustaka...........................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80
mmHg. Menurut WHO (World Health Organization), batas tekanan darah yang dianggap
normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90
mmHg dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun) (Adib,
2019).
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi primer atau esensial
(90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder (10%)
yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung dan gangguan
ginjal. Menurut JNC VII Report 2003, diagnosis hipertensi ditegakkan apabila didapatkan
tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥
90 mmHg pada dua kali pengukuran dalam waktu yang berbeda (Indrayani, 2018).
Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Tidak hanya di
Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang
dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan
meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025. Kurang lebih 10-30% penduduk
dewasa dihampir semua negara mengalami penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60%
penduduk dewasa dapat dikategorikan sebagai mayoritas utama yang status kesehatannya
akan menjadi lebih baik bila dapat dikontrol tekanan darahnya (Adib, 2019).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan jumlah penderita hipertensi akan terus
meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah pada 2025 mendatang
diperkirakan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. WHO meSnyebutkan negara
ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju
hanya 35%, kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu
sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia Tenggara 36%. Kawasan Asia
penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari
tiga orang menderita hipertensi. Sedangkan di Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai
32% dari total jumlah penduduk (Widiyani,2013).
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. R Dengan Masalah
Hipertensi Di Rt.030/Rw.007 Wilayah Kerja Puskesmas Mariat Kabupaten Sorong?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Halusinasi
Penglihatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Proses Pengkajian Pada Pasien Dengan Masalah Hipertensi
b. Untuk Mengetahui Proses Diagnosa Pada Pasien Dengan Masalah Hipertensi
c. Untuk Mengetahui Proses Perencanaan Pada Pasien Dengan Masalah Hipertensi
d. Untuk Mengetahui Proses Implementasi Pada Pasien Dengan Masalah Hipertensi
e. Untuk Mengetahui Proses Evaluasi Pada Pasien Dengan Masalah Hipertensi
D. Manfaat Penulisan
a. Manfaat Praktis Sebagai Salah Satu Sumber Literatur Dalam Pengembangan Di Bidang
Profesi Keperawatan Khususnya Tentang Hipertensi.
b. Manfaat Teoristis Sebagai Bahan Evaluasi Sejauh Mana Kemampuan Mahasiswa
Dalam Melakukan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Hipertensi.
c. Manfaat Penulis
1) Untuk Meningkatkan Ilmu Pengetahuan Dan Pengalaman Dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Hipertensi.
2) Menambah Ketrampilan Atau Kemampuan Penulis Dalam Menerapkan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Hipertensi
E. Sistematika Penulisan
a. BAB I : Pendahuluan Berisi Tentang Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat
Penulisan, Dan Sistematika
b. BAB II : Tinjauan Teori berisi Pengertian, Etiologi, Manifestasi Klinis, Pohon
Masalah, Penalaksanaan, Diagnose Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Evaluasi
Keperawatan
6
c. BAB III : Laporan Kasus Berisi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan
Keperawatan serta Catatan Perkembangan
d. BAB IV : Pembahasan Berisi pembahasan dari Laporan Kasus
e. BAB V : Penutup Berisi Kesimpulan dan Saran
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Klasifikasi
a. Menurut Tambayong (didalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016) pada Dewi (2019)
klasifikasinya dihipertensi klinisnya yaitu :
8
b. Menurut WHO didalam Noorhidayah, S.A.(2016) dalam Dewi (2019) klasifikasinya
yakni :
1) Pada sistoliknya < atau = 140 mmHg dan diastoliknya < atau = 90 mmHg.
2) Tekanan darah digaris batasnya adalah saat sistoliknya 141-149 mmHg dan
diastoliknya 91-94 mmHg.
3) Dikatakan hipertensi bila sistolnya lebih besar atau sama dengan160 mmHg dan
diastolnya lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
3. Manifestasi Klinis
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada setiap
orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh
penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging
Pada penderita hipertensi tidak ada gejala diawal, kalaupun ada biasanya ringan dan
tidak spesifik seperti pusing, tenguk terasa pegal, dan sakit kepala. Gejala yang
dirasakan oleh penderita hipertensi yang sudah berlangsung lama dan tida diobati
9
maka akan tibul gelaja antara lain: sakit kepala, pandangan mata kabur, sesak napas
dan terengah-engah, pemengkakan pada ekstremitas bawah, denyut jantung kuat dan
cepat (Pratiwi & Mumpuni, 2017). Menurut Nahak (2019) gejala-gejala yang mudah
diamati pada penderitah hipertensi antara lain yaitu : gejala ringan seperti pusing atau
sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk teras pegal, mudah marah, telinga
berdeging, sukar tidur, sesak napas, tengkuk rasa berat, mudah lelah, mata berkunang-
kunang dan mimisan (darah keluar dari hidung).
4. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu (Nurarif &
Kusuma, 2018) :
a. Hipertensi Primer (hipertensi ensesial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis system renin, angiotensin dan peningkatan Na + Ca
intraseluler. faktor-faktor yang meningkatkan resiko yaitu: obesitas, merokok,
alkohol polisitemia, asupan lemak jenuh dalam jumlah besar, dan stres.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab dari hipertensi sekunder meliputi: penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
sinrom cushing, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
5. Patofisiologi
Faktor predisposisi yang saling berhubungan juga turut serta menyebabkan
peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi. Diantaranya adalah faktor primer
dan faktor sekunder. Faktor primer adalah faktor genetik, gangguan emosi, obesitas,
konsumsi alkohol, kopi, obat-obatan, asupan garam, stress, kegemukan, merokok,
aktivitas fisik yang kurang. Sedangkan faktor sekunder adalah kelainan ginjal seperti
tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti
obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti
kontasepsi oral dan kartikosteroid (Wijaya & Putri, 2019)
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuro preganglion melepaskan asetikolin, yang akan
merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor (Nurhidayat,2018).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasonkonstriktor pembuluh darah.Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut
cendrung pencetus keadaan hipertensi (Nurhidayat,2018).
11
Pada Lansia terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang ada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer. (Wijaya & Putri, 2019).
6. Penatalaksanaan
Menurut Sya‟diyah (2018) penatalaksanaan hipertensi secara garis besar dapat
dibagi menjadi dua yaitu penatalaksanaan nonfarmakologi dan penatalaksanan
farmakologi:
a. Penatalaksanan Nonfarmakologi
Tujuan penataaksanaan hipertensi tidak hanya untuk menurunkan tekanan darah,
melaikan juga untuk mengurangi dan mencegah komplikasi. Penatalaksaan ini dapat
dilakukan dengan cara memodifikasi gaya hidup yang dapat meningkatkan faktor
resiko yaitu dengan :
1) Konsumsi gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak.
2) Mempertahankan berat badan ideal.
3) Gaya hidup aktif/olahraga teratur.
4) Stop merokok.
5) Membatasi konsumsi alkohol (bagi yang minum).
6) Istirahat yang cukup dan kelola stres
b. Penataaksanaan Farmakologi
Pengobatan hipertensi perlu dilakukan seumur hidup penderitannya. Dalam
pengobatan hipertensi obat standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi, antara lain obat deuretik, Penekat Betha, Antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal awal dengan
memperhatikan keadaan penderitanya dan penyakit diderita penderita. Bila tekanan
darahg tidak turun selama satu bulan, maka dosis obat dapat disesuaikan sampai
dengan dosis maksimal atau dapat pula menambah obat dengan golongan lain atau
mengganti obat pertama dengan obat golongan lain. sasaran penurunan tekanan
darah yaitu ≥ 140/90mmHg dengan efek samping minimal. Selain itu penurunan
12
dosis obat dapat dilakukan pada penderita dengan hipertensi ringan yang sudah
terkontrol dengan baik selama satu tahun.
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi jika hipertensi tidak terkontrol, antara lain (Sya‟diyah,
2018) :
a. Krisis hipertensi.
b. Penyakit jantung dan pembuuh darah, seperti: jantung koroner dan penyakit jantung
hipertensi, gagal jantung.
c. Stroke.
d. Ensefalopati hipertensi, merupakan sindroma yang ditandai dengan perubahan
neurologis mendadak yang muncul akibat tekanan arteri meningkat dan akan
kembali norma jika tekanan darah menurun.
e. Nefrosklerosis hipertensi.
f. Retinopati hipertensi.
8. Pathway
13
(Wijaya & Putri, 2019)
14
berangsur-angsur serta mengakibatkan perubahan kumulatif, menua juga merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun luar tubuh (Dewi, 2018).
Proses penuaan ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ
tubuh, diawali dari kemunduran sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh
menurun serta mengakibatkan faktor resiko terhadap penyakit dan masalah kesehatan
meningkat (Kholifah, 2019).
2. Klasifikasi lansia
Depkes RI dalam Kholifah (2019) mengklasifikasikan batasan usia lansia menjadi
tiga, yaitu:
a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun,
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun keatas,
c. Lansia beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang
lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki masalah kesehatan.
Sedangkan, klasifikasii batasan usia lansia menurut WHO dalam Kholifah (2019),
yaitu sebagai berikut:
3. Proses Menua
Proses penuaan adalah proses alamiah dimana sesorang telah melalui tahap-tahap
kehidupan dari neonatus, toddler, pra-school, school, remaja, dewasa dan terakhir
lansia. Ini berrati bahwa proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, namun dimuai dari permulaan kehidupan. Pada
usia lansia ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya seharihari lagi (Padila, 2018).
Proses penuaan berhubungan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang,
jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan adanya
kemampuan regeneratif yang terbatas pada lansia, maka mengaibatan lansia lebih
rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang
dewasa lain. Masalah kesehatan yang sering ditemukan pada lansia antara lain, yaitu:
malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain. Selain itu,
15
terdapat beberapa penyakit yang sering diderita lansia, yaitu: hipertensi, gangguan
pendengaran dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dan lain-lain (Kholifah, 2019).
5. Sindrom Geriatri
Masalah kesehatan pada lansia sering juga disebut dengan sindroma geriatri atau
istilah lainnya 14 I yaitu kumpulan gejala atau masalah kesehatan yang sering
dikeluhkan oleh para lansia (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 67,
2018):
1) Immobilitisation (Berkurangnya Kemampuan Gerak)
Keadaan dimana berkurangnya kemampuan gerak/tirah baring selama minimal 3
kali 24 jam sesuai defenisi imobilisasi. Menggambarkan suatu sindrom penurunan
fungsi fisik sebagai akibat dari penurunan aktivitas dan adanya penyakit penyerta
(seperti: rasa nyeri, kelemahan, kekakuan otot, masalah psikologis, depresi atau
demensia, fraktur femur, penurunan kesadaran dan sakit berat lainnya). Imobilisasi
17
yang lama pada menimbulkan berbagai komplikasi seperti ulkus dekubitus,
trombosis vena, hipotensi ortostatik, infeksi paru-paru dan saluran kemih,
pneumonia aspirasi dan ortostatik, kekakuan dan kontraktur sendi, hipotrofi otot, dan
lain-lain.
2) Instabilititas Postural (Jatuh dan Patah Tulang)
Proses menua sering kali disertai dengan perubahan cara jalan (gait). Instabilitas
postural dapat meningkatkan risiko jatuh, yang akan mengakibatkan trauma fisik
maupun psikososial. Hilangnya rasa percaya diri, cemas, depresi, rasa takut jatuh
sehingga pasien terpaksa mengisolasi diri dan mengurangi aktivitas fisik sampai
imobilisasi. Gangguan keseimbangan merupakan masalah kesehatan yang dapat
disebabkan oleh salah satu atau lebih dari gangguan visual, gangguan organ
keseimbangan (vestibuler), gangguan sensori motor, kekakuan sendi, kelemahan
otot, dan atau penyakit misalnya hipertensi, DM, jantung, dll. Selain itu gangguan
keseimbangan atau resiko jatu dapat diseabkan oleh faktor yang terdapat di
lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin, jalan tidak rata, penerangan
kurang, benda-benda dilantai yang membuat terpeleset, dll.
3) Incontinence Urine (Mengompol)
Inkontinensia urin merupakan keluarnya urin yang tidak dikehendaki atau
ketidakmampuan menahan keluarnya urin. Beberapa penyebab inkontinensia urin
antara lain adalah sindrom delirium, immobilisasi, poliuria, infeksi, inflamasi,
impaksi feses, serta beberapa obat-obatan. Inkontinensia urin dapat menimbulkan
masalah sosial dan atau kesehatan kesehatan lain seperti dehidrasi karena pasien
mengurangi minumnya akibat takut mengompol, jatuh dan fraktur karena terpeleset
oleh urin yang berceceran, luka lecet sampai ulkus dekubitus akibat pemasangan
pembalut, lembab dan basah pada punggung bawah dan bokong. Selain itu, rasa
malu dan depresi juga dapat timbul akibat inkontinensia urin tersebut.
4) Infection (infeksi)
Infeksi merupakan penyebab utama terjadnya mortalitas dan morbiditas pada
lansia. Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya infeksi pada lansia yaitu
adanya perubahan sistem imun, perubahan fisik (penurunan refleks batuk, sirkulasi
yang terganggu dan perbaikan luka yang lama) dan beberapa penyakit kronik lain.
Sedangkan infeksi yang paling sering terjadi pada Lansia yaitu infeksi paru
(pneumonia), infeksi saluran kemih dan kulit. Tanda dan gejala infeksi pada lansia
18
biasanya tidak jelas, sehingga sangat penting untuk mengenali tanda dan gejala
infeksi pada Lansia.
5) Impairement of Sanses (Gangguan Fungsi Indera)
Gangguan fungsi indera adalah salah satu masalah yang sering ditemui pada
lansia. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya gangguan fungsional yang seperti
gangguan kognitif serta isolasi sosial. Karenanya, sangat penting untuk dapat
mengidentifikasi lansia yang mengalami gangguan pendengaran, gangguan
penglihatan, gangguan penciuman gangguan pengecapan dan gangguan perabaan,
mengidentifikasi penyebabnya serta memberikan terapi yang sesuai
6) Inanition (Kekurangan Gizi atau Malnutrisi)
Gangguan gizi sering kali dialami oleh Lansia, gangguan gizi pada lansia dapat
berupa kekurangan zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein) maupun zat gizi
mikro (vitamin dan mineral). Kekurangan zat gizi energi dan protein pada lansia
terjadi karena kurangnya asupan energi dan protein, peningkatan metabolik karena
trauma atau penyakit tertentu dan peningkatan kehilangan zat gizi. Seiring proses
menua asupan energi juga secara signifikan menurun, hal ini berhubungan dengan
penurunan akitivitas fisik pada lansia serta perubahan komposisi tubuh.
Gangguan gizi pada lansia dapat merupakan konsekuensi masalah-masalah
somatik, fisik atau sosial. Adanya gangguan mobilisasi (misalnya akibat artritis
maupun strok), gangguan kapasitas aerobik, gangguan input sensor (mencium,
merasakan dan penglihatan), gangguan gigi-geligi, malabsorbsi, penyakit kronik
(anoreksia, gangguan metabolisme) dan obat-obatan menyebabkan lansia mudah
mengalami kekurangan zat gizi. Faktor psikologis seperti depresi dan demensia serta
faktor sosial ekonomi (keterbatasan keuangan, pengetahuan gizi yang kurang,
fasilitas memasak yang kurang dan ketergantungan dengan orang lain) juga dapat
menyebabkan lansia mengalami kekurangan zat gizi. Gizi kurang berhubungan
dengan gangguan imunitas, menghambat penyembuhan luka, penurunan status
fungsional dan peningkatan mortalitas.
7) Iatrogenic (Masalah Akibat Tindakan Medis)
Salah satu tindakan medis yang dapat menimulkan masalah kesehatan adalah
polifarmasi. Polifarmasi adalah penggunaan beberapa macam obat. Definisi, pada
Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat
yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka
waktu yang lama atau obat dengan dosis yang berlebihan sehingga dapat
19
menimbulkan penyakit. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek
dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.
8) Insomnia (Gangguan Tidur)
Gangguan Tidur (Insomnia) dapat disebabkan oleh gangguan cemas, depresi,
delirium, dan demensia. Gangguan tidur kronik seringkali menyebabkan jiwa pasien
tertekan (distress). Pasien dengan masalah insomnia sering datang dengan keluhan:
Keluhan sulit masuk tidur; Keluhan tidur gelisah atau tidur yang tidak
menyegarkan.; Mengeluh sering bangun atau periode bangun yang panjang.; Tidak
berdaya akibat sulit tidurnya; Tertekan (distress) akibat kurang tidur Insomnia.
9) Intelectual Impairement (Gangguan Fungsi Kognitif)
Gangguan fungsi kognitif merupakan kapasitas intelektual yang berada dibawah
rata- rata normal untuk usia dan tingkat pendidikan seseorang tersebut. Gangguan
fungsi kognitif dapat disebabkan karena sindrom delirium dan demensia.
Penanganan yang tidak adekuat dari sindrom delirium akan mengakibatkan berbagai
penyulit sesuai penyebab. Penanganan yang tidak adekuat dari demensia akan
mengakibatkan perburukan intelektual yang cepat, serta potensial menimbulkan
beban terhadap keluarga dan masyarakat.
10) Isolation (Isolasi)
Penyebab tersering menarik diri dari lingkungan sekitar adalah depresi dan
gangguan fisik yang berat. Dalam kondisi berkepanjangan dapat muncul
kecenderungan bunuh diri baik aktif maupun pasif.
11) Impecunity (Berkurangnya Kemampuan Keuangan)
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam
mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat memberikan
penghasilan. Ketidakberdayaan finansial dapat terjadi pada kelompok usia lain
namun, pada Lansia menjadi sangat penting karena meningkatkan risiko
keterbatasan akses terhadap berbagai layanan kesehatan, pemenuhan kebutuhan
nutrisi, dan asuhan psikososial.
12) Impaction (Konstipasi)
Konstipasi pada Lansia sering terjad karena berkurangnya paristaltik usus. Faktor
yang mempengaruhi konstipasi adalah kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang
mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya
BAB menjadi sulit atau isi usus menjadi tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras
20
dan kering dan pada keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan didalam usus
dan perut menjadi sakit.
13) Immune Defficiency (Gangguan Sistem Imun)
Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai penurunan
fungsi organ tubuh, juga disebabkan penyakit yang diderita, penggunaan obat-
obatan, keadaan gizi yang menurun. Sistem imunitas yang sering mengalami
gangguan adalah sistem immunitas seluler. Hal tersebut, mengakibatkan kejadian
infeksi tuberkulosis meningkat pada populasi Lansia sehingga memerlukan
kewaspadaan.
14) Impotence (Gangguan Fungsi Seksual)
Ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada Lansia terutama disebabkan
oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah dan
juga depresi. Selain itu juga dapat disebakan oleh obat-obat antihipertensi, diabates
melitus dengan kadar gula darah yang tidak terkendali, merokok, dan hipertensi
lama.
Enam kondisi dari sidrom geriatri atau 14 i, yakni: imobilisasi, instabilitas postural,
intelectual impairment (delirium dan demensia), isolasi karena depresi, dan
inkontinensia urin) merupakan kondisi yang paling sering menyebabkan Lansia harus
dikelola lebih intensif. Keenam kondisi tersebut sering dinamakan geriatric giants.
Karenanya jika mnemukan salah satu dari enam tanda Sindroma Geriatri tersebut harus
segera dirujuk ke RS.
23
a) Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
b) Tanda: Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan
meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
a) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu).
5) Makanan/cairan
a) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini
(meningkat/turun), Riwayat penggunaan diuretik.
b) Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
6) Neurosensori
a) Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital
(terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam)
Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).
b) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek,
proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
7) Nyeri/ ketidaknyaman
a) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit kepala.
8) Pernafasan
a) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,
dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
b) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas
tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9) Keamanan
a) Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
10) Pembelajaran/Penyuluhan
a) Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung,
DM. Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
b) Rencana pemulangan: bantuan dengan pemantau diri TD/perubahan dalam
terapi obat.
e. Aktivitas sehari-hari
24
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan
aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan, mandi, toileting, berpakaian,
mobilisasi di tempat tidur, mobilisasi berpindah, berias dan ROM.
f. Indeks KATZ
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas kehidupan
sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien
dalam hal : makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan
berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan sistem penilaian
yang didasarkan pada timngkat bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas
fungsionalnya. Salah satu keuntungan dari alat ini adalah kemmapuan untuk
mengukur perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri
evaluasi dan aktivitas rehabilisasi.
Mandiri Tergant
Nilai ung
No Aktivitas
(1) Nilai
(0)
1. Mandi di kamar mandi ( Menggosok, membersihkan dan
mengeringkan badan
2. Menyiapkan pakaian, membuka dan menggunakannya
3. Memakan makanan yang disiapkan
4. Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri ( Menyisir
rambut, mencuci rambaut, menggosok gigi, mencukur kumis )
5. BAB di WC ( memberikan dan mengeringkan daerah bokong )
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses
7. Membuang air kecil di kamar mandi ( Membersihakan dan
mengeringkan daerah kemaluan )
8. Dapat mengontrol pengeluaran kemih
9. Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau keluar rauangan
tanpa alat bantu, seperti tongkat
10. Menjalankan agama sesuai agama dan kepercayaan yang di
anut
11. Melakukan pekerjaan rumah seperti merapikan tempat tidur,
mencuci pakaian, memasak dan membersihakn ruangan
25
12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan keluarga
13. Mengelola keuangan ( menyimpan dan mengunakan uang
sendiri )
14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk berpergian
15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan
( takaran obat dan waktu minum obat tepat )
16. Merencanakan dan mengambil keputusan untuk kepentingan
keluarga dalam hal penggunaan uang, aktivitas sosialnyg
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan
17. Melakukan aktivitas di waktu luang ( kegiatan keagamaan,
sosial, rekreasi, olah raga dan menyalurkan hoi.
Jumlah
Analisis Hasil :
Point : 13 – 17 : Mandiri
Point : 0 – 12 : Ketergantungan
Keterangan:
Mandiri berrati tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang lain,
seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi diaanggap tidak melakukan
fungsi meskipun ia dianggap mampu.
g. Status mental dan kognitif gerontik (SPMSQ dan MMSE)
1) SPMSQ (Short Portable Mental Status Questioner)
Digunakan untuk mendeteksi tingkat keruskaan intelektual terdiri dari 10 hal
yang menilai orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungan dengan
kemampuan perawatan diri, memori jauh dan kemampuan matematis atau
perhitungan. Metode penentuan skors sederhana meliputi tingkat fungsi
intelektual, yang membantu dalam membuat keputusan yang khusus mengenai
kapasitas perawatan diri.
26
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Nomer berapa rumah anda ?
6 Kapan anda lahir ?
7 Siapa presiden indonesia sekarang ?
8 Siapa nama presiden sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun
Jumlah
Analisi hasil :
27
Maksimal Klien
28
menyalin.
Total 30
Analis hasil :
Nilai 24 – 30 : Normal
Nilai 0 – 16 : Difinitif gangguan
Nilai 17 – 23 : probbable gangguan kognitif
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
29
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah
F. TIdak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli pada
mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambl keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan saya dan in
30
membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulian kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tida merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebellumnya
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Analis Hasil
0-6 Depresi tidak ada atau minimal
7-13 Depresi ringan
14-21 Depresi sedang
22-39 Depresi berat
4) APGAR Keluarga
Suatu alat skrining yang digunakan mengkaji fungsi sosial lanjut usia (Smilkstein
et al., 1982). Adaptasi (adaption), hubungan (partnership), pertumbuhan (growth),
dan pemecahan (resolve). [APGAR] adalah aspek fungsi keluarga yang
31
digunakan pada klien yang mempunyai hubungan sosial lebih intim dengan
temantemannya daripada keluarganya sendiri. Nilai kurang dari 3 menandakan
disfungsi keluarga sangat tinggi, sedangkan nilai 4-6 disfungsi keluarga sedang.
Instrumen skrining ini digunakan oleh klien yang mengalami peristiwa hidup
penuh stress.
APGAR Keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hipertensi yaitu :
a. Hipervolemia berhubungan gangguan aliran balik vena (D.0022).
b. Risiko penurunan curah jantung dibuktikan dengan perubahan afterload (D.0011).
c. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
(D.0009).
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (D.0077).
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (D.0055).
32
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056).
33
3. Intervensi Keperawatan
34
35
36
4. Rasional Tindakan Keperawatan
Rasional rencana tindakan keperawatan merupakan suatu dasar pemikiran atau alasan ilmiah yang mendasari pada ditetapkannya
rencana tindakan keperawatan. Rasional rencana tindakan keperawatan menerapkan berpikir kritis dan bertanggungjawab pada saat
melakukan pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah Pasien.
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif
dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan dan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga
pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian rencana yang telah ditentukan tercapai.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari
tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan poses mulai dari pengkajian, diagnose , perencanaan,
tindakan dan evaluasi itu sendiri.
37
38
BAB III
TINJAUAN KASUS
Suku : Jawa/indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
B. Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan : Klien anak kedua dari 5 bersaudarah klien tinggal sendiri suami klien telah
meninggal dunia, dan ke empat anaknya telah berkeluarga
C. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : Klien mengatakan klien berjualan sayur
Pekerjaan sebelumnya : Klien mengatakan sebelumnya klien bertani
Sumber-Sumber : Jualan sayur,tomat ,cabe dll
Pendapatan dan kecukupan thd kebutuhan : Pendapatan dan kecukupan terhadap
1
E. Riwayat Rekreasi
Hobi/ Minat : Klien mengatakan hobi/minat klien adalah memasak
Keanggotaan Organisasi : Klien mengatakan ikut pengajian di masjid/senam di
puskesmas setiap hari jumat
Liburan/ Perjalanan : Klien mengatakan tidak melakukan perjalanan / liburan ke
mana-mana
Status kesehatan umum : klien mengatakan sering merasa pusing, sulit tidur di malam
hari karena
Selama 1 tahun yang lalu : klien mengatakan selama 1tahun yang lalu klien mengalami
penyakit yang sama
Selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan selama 5 tahun yang lalu klien mengalami
penyakit yang sama.
Pengetahuan/ Pemahaman dan penatalaksaan : klien tahu tentang penyakitnya dan klien
juga tahu tentang apa yang harus di lalukan ketika gejala dari penyakitnya kambuh.
Masalah kesehatan ( diet khusus, mengganti balutan): tidak ada
I. Obat-obatan
Obat –obatan : catropil dan amodipin
Dosis : 20gr dan 10gr
Bagaimana / kapan ,menggunakannya : klien mengatakan catropil di gunakan sebelum
makan saat pagi hari, dan obat amodiphin sebelum tidur pada malam hari
M. Tinjauan Sistem
Keadaan Umum : klien tampak baik
Tingkat kesadaran : compos mentis
Skala Koma Glasglow : E4V5M6
Tanda-tanda Vital : TD : 170/80 mmHg Nadi : 80x/Menit
RR : 24x/Menit Suhu : 36,5°C
INTEGUMEN :
Pruritus : □ Ya Tidak
HEMOPEATIK
Abnormal
Limfa
Anemia : □ Ya Tidak
KEPALA
MATA
Pruritus : □ Ya Tidak
Kabur : Ya □ Tidak
Fotofobia : □ Ya Tidak
Konjungtiva : □ Ya Tidak
Sklera : □ Ya Tidak
TELINGA
Tinitus : □ Ya Tidak
Vertigo : □ Ya Tidak
Rinorea : □ Ya Tidak
Epistaksis : □ Ya Tidak
Obstruksi : □ Ya Tidak
Karies : □ Ya Tidak
LEHER
Kekakuan : Ya □ Tidak
PERNAFASAN
Batuk : □ Ya Tidak
Hemoptisis : □ Ya Tidak
Sputum : □ Ya Tidak
KARDIOVASKULER
Palpitasi : □ Ya Tidak
GASTROINTESTINAL
Hematemesis : □ Ya Tidak
Diare : □ Ya Tidak
Konstipasi : □ Ya Tidak
Melena : □ Ya Tidak
Hemoroid : □ Ya Tidak
PERKEMIHAN
Frekuensi : □ Ya □ Tidak
Menetes : □ Ya Tidak
Hematuria : □ Ya Tidak
Poliuria : □ Ya Tidak
Nokturia : □ Ya Tidak
Inkontinensia : □ Ya Tidak
MUSKUSKELETAL
Kekakuan : Ya □ Tidak
Kram : Ya □ Tidak
Ekstremitas :
5 5
Keterangan Skala :
0 : Lumpuh
1 : Ada kontraksi
2 : Melawan grafitasi
3 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan
4 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit
5 : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh
Keterangan:
Refleks (+) : normal
Refleks (-) : menurun/meningkat
Paralysis : □ Ya Tidak
Paresis : □ Ya Tidak
Parastesia : □ Ya Tidak
SISTEM ENDOKRIN
Goiter : □ Ya Tidak
Polifagia : □ Ya Tidak
Poliuria : □ Ya Tidak
DATA PENUNJANG
1. Laboratorium :
Gula darah : 56 mg/dl
Asam urat : 7,0 mg/dl
Kolestrol : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Obat-Obatan : amlodipine captopril
STATUS FUNGSIONAL
Mandiri Tergant
Nilai ung
No Aktivitas
(1) Nilai
(0)
Analisis Hasil :
Point : 13 – 17 : Mandiri
Point : 0 – 12 : Ketergantungan
Jumlah 8
Analisi hasil :
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah
F. TIdak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli pada mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit perasaan
pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambl keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan saya dan in membuat
saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulian kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tida merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang
APGAR Keluarga
Selalu = 2,
Kadang-kadang = 1,
Hampir tidak pernah = 0
N: 80x/ menit
P: 24kali/menit
S: 36,5°c
1
P. PRIORITAS MASALAH
PERENCANAAN KEPERAWATAN
TANGGAL DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
DITEMUKAN KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
Kamis, Nyeri akut b/d agen Setelah di lakukan tindakan Manajemen nyeri
30/11/2023 pencederah fisiologi keperawatan selama 1x24 jam di Observasi
harapkan tingkat nyeri menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kriteria hasil: kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
3. Sikap protektif menurun nyeri
4. Gelisah menurun 4. Identifikasi nyeri non verbal
5. Kesulitan tidur menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Frekuensi nadi membaik 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
7. Monitor efek samping pengguaan analgesik
Teraupetik
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbagkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
stategi meredahkan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
2. Jelaskan stategi meredahkan nyeri
3. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu
4. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
teratur
5. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
(mis: rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
6. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis: rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa).
TINDAKAN/IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI
Rabu 05/12/2023 O: klien tampak lebih tenang / muka tampak lebih segar
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan
Masalah Hipertensi pada Ny. R di Puskesmas Mariat Kabupaten Sorong. Adapun
ruang lingkup pembahasan ini adalah sesuai dengan proses keperawatan, yaitu
dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Dalam melaksanakan pengkajian untuk memperoleh data, penulis melakukan
wawancara langsung ke pasien, observasi, dan pemeriksaan langsung ke pasien.
Selain itu penulis juga mendapatkan data dari kader posyandu lansia. Pelaksanaan
pengkajian mengacu pada teori, menurut landasan teori dan gejala utama pasien
yang sering di jumpai pada pasien hipertensi adalah pusing, rasa berat di tengkuk,
dan sukar tidur, mudah lelah dan marah dan juga gejala yang lain adalah Tekanan
darah meningkat >160/95 mmHg dan gejala akibat komplikasi berupa: kegagalan
faal jantung dan kegagalan faal ginjal. Sedangkan berdasarkan pada pengkajian
tanggal 29 November 2023,pasien mengeluh kepalanya sering sakit dan dan sulit
tidur serta nyeri pada persendian jika tekanan darah sering tinggi. Tekanan darah
170/80 mmHg, pernafasan 24 kali/menit, denyut nadi 80 kali/menit, suhu badan
36,5°c.
2. 2. Diagnosa Keperawatan yang muncul secara teori adalah:
a. Hipervolemia berhubungan gangguan aliran balik vena (D.0022).
b. Risiko penurunan curah jantung dibuktikan dengan perubahan afterload
(D.0011).
c. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
(D.0009).
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (D.0077).
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (D.0055).
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056).
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian bab sebelumnya maka penulis mengambil kesimpulan dan saran yang
erat kaitannya dengan asuhan keperawatan gerontik pada klien Ny.R dengan hipertensi.
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Masalah Hipertensi
pada Ny. R, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Tahap Pengkajian
Pada tahap ini, penulis menemukan data dari klien dan keluarga serta dapat
bekerjasama sehingga penulis dapat memperoleh data yang baik dan akurat.
2. Tahap Diagnosa Keperawatan
Pada tahap ini, penulis menemukan 6 (enam) diagnosa keperawatan yang terdapat
dalam teori tetapi tidak semua ditemukan dalam kasus Ny. R. Sementara yang ada
pada kasus hanya 3 diagnosa keperawatan.
3. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan berjalan dengan baik, dimana klien, keluarga dan tenaga
kesehatan dapat bekerjasama dengan penulis.
4. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, penulis tidak menemukan adanya hambatan sehingga tahap
pelaksanaan ini terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan adanya dukungan dan
keinginan dari klien dan keluarga untuk kesembuhan penyakitnya.
5. Tahap Evaluasi
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan masalah utama
Hypertensi yang dilaksanakan selama 2 hari dan pada hari ke 2 masalah keperawatan
dapat teratasi.
B. Saran
Setelah penulis mempelajari dan mengamati pada kasus hypertensi maka penulis
menyimpulkan:
1. Dianjurkan kepada pasien agar minum obat secara teratur, mengurangi makanan
yang berlemak, yang berminyak dan juga dianjurkan untuk olahraga secara teratur.
Program Studi Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Sorong
Tahun Akademik 2023/2024
16
2. Diharapkan kepada keluarga agar ada kerjasama yang baik, untuk menuruti anjuran
dokter dan perawat dalam pengobatan pasien.