Anda di halaman 1dari 128

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. “C”


DENGAN THALASEMIA DI RUANG

BOUGENVILE 3 IRNA 1
RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
ANES
WIDYANA
2420132334

AKADEMI KEPERAWATAN YAYASAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2016
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. “C”
DENGAN THALASEMIA DI RUANG
BOUGENVILE 3 IRNA 1
RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA

Laporan kasus ini diajukan guna melengkapi syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Yayasan Notokusumo Yogyakarta

Disusun Oleh :
ANES
WIDYANA
2420132334

AKADEMI KEPERAWATAN YAYASAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2016

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberi kemudahan dalam segala hal,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Ny.”C” dengan Thalasemia di Ruang Bougenvile 3

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Laporan ini disusun guna melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Pendidikan Diploma III Keperawatan di Akademi Keperawatan Notokusumo

Yogyakarta. Penulis menyadari, dalam penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Mochammad Syafak Hanung, Sp.A selaku Direktur Utama RSUP

Dr.Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan study kasus di RSUP Dr. Sardjito.

2. Bapak Giri Susilo Adi, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Direktur Akademi

Keperawatan Notokusumo yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan

Praktek klinik Keperawatan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

3. Bapak Taukhit,S.Kep.,Ns.M.Kep selaku dosen pembimbing dan penguji yang

telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan sehingga karya tulis

ilmiah ini dapat diselesaikan.

iv
4. Bapak Suyamto,A.Kep.,MPH selaku dosen penguji akademik yang yang telah

memberikan arahan, masukan dan motivasi.

5. Ibu Sri Asmumi, S.Kep.,Ns selaku penguji lahan yang telah memberikan

arahan di Ruang Bougenvile 3 RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.

6. Seluruh staf dan karyawan di Ruang Bougenvile 3 RSUP Dr.Sardjito

Yogyakarta.

7. Ibu, Bapak, dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan kasih

sayang, semangat, motivasi, kritik, saran, serta doa yang tulus terima kasih

untuk dukungannya baik moril maupun materil.

8. Teman-temanku semua angkatan 24 khususnya kelas 3C yang telah

memberikan bantuan, semangat, dan dukungan baik materi maupun psikologi.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, oleh

karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis berharap kiranya laporan kasus ini dapat bermanfaat

bagi semua pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya untuk meningkatkan

wawasan dan pengetahuan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Juli 2016


Penulis,

Anes Widyana

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI.............................................................................................. vi
BAB I : KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN....................................................................... 1
B. PROSES TERJADINYA MASALAH .................................. 2
1. Faktor Presipitasi dan Predisposisi ................................. 2
a. Presipitasi................................................................. 2
b. Predisposisi .............................................................. 2
2. Patofisiologi .................................................................... 3
3. Pathway........................................................................... 5
4. Manifestasi Klinis ........................................................... 5
5. Pemeriksaan Penunjang .................................................. 6
6. Komplikasi .................................................................... 7
7. Penatalaksanaan medis.................................................... 7
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN ........................................... 9
D. INTERVENSI KEPERAWATAN......................................... 10
BAB II : RESUME KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN...........................................................................19
1. Data dasar...........................................................................19
2. Data fokus...........................................................................21
3. Pengelompokan data...........................................................27
4. Analisa data........................................................................29
B. PRIORITAS MASALAH..........................................................31
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN..........................32
D. IMPLEMENTASI......................................................................32
E. EVALUASI...............................................................................37
BAB III : PEMBAHASAN
A. PROSES KEPERAWATAN.....................................................67
1. Pengkajian...........................................................................67
2. Diagnosa keperawatan........................................................73
3. Perencanaan........................................................................79
4. Pelaksanaan.........................................................................89
5. Evaluasi...............................................................................93
B. DOKUMENTASI......................................................................97
BAB IV : PENUTUP
A. KESIMPULAN..........................................................................99
1. Pengkajian...........................................................................99
2. Diagnosa keperawatan......................................................100
3. Perencanaan......................................................................101
4. Pelaksanaan.......................................................................102
5. Evaluasi.............................................................................103
vi
6. Dokumentasi.....................................................................104
B. SARAN....................................................................................105

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENGKAJIAN LENGKAP
SAP
LEAFLEAT
FLICHART

vii
BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

THALASEMIA

A. Pengertian

Thalasemia adalah suatu kelainan darah yang diturunkan yang ditandai

oleh defisiensi produksi rantai globin pada hemoglobin (Padila, 2013). Thalasemia

adalah penyakit anemia hemolitik atau kondisi kelainan genetika dimana tubuh

tidak mampu memproduksi globin, suatu protein pembentuk hemoglobin (Natalia

Erlina Yuni ,2015). Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik, heriditer,

kronik dimana terjadi kelainan pembentukan rantai hemoglobin (Tarwoto, 2008).

Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan di tandai oleh

defisiensi produk rantai globin pada hemoglobin (Suriadi danYuliani, 2010)

Thalasemia (anemia Cooley atau Mediterania) merupakan anemia yang relatif

umum terjadi, dimana jumlah globin yang diproduksi tidak cukup untuk mengatasi

sel-sel darah merah (Kliegman, 2012). Dapat di simpulkan bahwa Thalasemia

adalah penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah di

dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek.

1
2

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Faktor Presipitasi dan Predisposisi

a. Faktor Presipitasi

Faktor Presipitasi menurut (Williams, 2005) adalah sebagai berikut :

1) Gangguan resesif autosomal yang diturunkan.

2) Gangguan herediter yang disebabkan kelainan sistem rantai beta dan

rantai alfa globin.

b. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi menurut (Nursalam, 2007) adalah sebagai berikut :

1) Mutasi pada sel DNA yang bertugas membuat hemoglobin

Mutasi yang menyebabkan thalasemia membuat produksi hemoglobin

lebih rendah dari normal sehingga memicu anemia.

2) Obat-obatan

Obat yang biasanya menyebabkan depresi sumsum tulang (bisulfan,

siklofosfamid, antraksiklin, nitrosourea, sulfanamida, kloramfenikol).

3) Infeksi

a) Infeksi Virus

Infeksi virus hepatitis yang ditularkan melalui transfusi.

b) Infeksi Bakteri

Pada thalasemia infeksi berat disebabkan bakteri yang berkapsul

seperti pneumokokus.
3

c) Infeksi Parasit

Eritrosit normal dan eritrosit pada pasien thalasemia rentan

terhadap invasi P.falciparum tetapi multiplikasi parasit diturunkan

secara bermakna pada populasi eritrosit pasien thalasemia.

2. Patofisiologi

Patofisiologi menurut Nursalam, ( 2007) adalah sebagai berikut :

a. Eritrosit (sel darah merah)

Berbentuk bulat pipih, tidak mempunyai inti sel, jumlahnya kira-

kira 5 juta/mm3 darah. Dibentuk dalam sumsum tulang dan dirangsang

oleh hormon eritropoetin yang berasal dari ginjal. Usia eritrosit dalam

peredarannya adalah 120 hari. Di dalam sel eritrosit didapatkan

hemoglobin yaitu senyawa kimiawi yang terdiri molekul Hem yang

mempunyai ion Fe (besi) yang terkait dengan rantai globin (suatu

senyawa protein). Hemoglobin berperan mengangkut oksigen dan CO2.

Jumlah hemoglobin pada laki-laki 14-16% dan wanita 12-14% apabila

suplai oksigen berkurang dan hemoglobin menurun maka akan terjadi

lemas, pucat, pusing, dan lesu.

b. Kegagalan sumsum tulang

Kegagalan sumsum tulang adalah kegagalan sel induk pluripoten

yang menimbulkan anemia aplastik dan kegagalan sel induk komited

yang menimbulkan sitopetin tunggal, pure red cell aplasia, anemia

diseritropoetik atau netropenia.


4

c. Leukosit (sel darah putih)

Leukosit berwarna bening, dapat berubah-ubah serta mempunyai

inti sel. Jumlah sel darah putih normalnya adalah 4.800-10.800/mm3.

Fungsi utamanya adalah sebagai pertahanan tubuh atau antybody. Apabila

terjadi penurunan leukosit maka akan terjadi resiko terjadinya demam.

Mekanisme terjadinya thalasemia diperkirakan melalui :

1) Kerusakan sel induk (seed theory)

2) Kerusakan lingkungan mikro (soil theory)

3) Mekanisme imunoligik

Kerusakan sel induk telah dapat dibuktikan secara tidak langsung

melalui keberhasilan transpaltasi sumsum tulang pada penderita

thalasemia, yang berarti bahwa pergantian sel induk dapat memperbaiki

proses potologik yang terjadi. Teori kerusakan mikro dibuktikan melalui

tikus percobaan yang diberikan radiasi, pengobatan imunosupresif.

Kelainan imunologik diperkirakan menjadi penyebab dari kerusakan sel

induk atau lingkungan mikro sumsum tulang.


5

Skema Patofisiologi Thalasemia menurut (Harnawartiaj, 2008) :

Kerusakan eritrosit dalam pembuluh darah

Eritrosit berumur kurang dari 100 hari

Gangguan pembentukan Hb

Thalasemia

Anemia

Hb tidak cukup Leukopenia as.folat meningkat

Penurunan hemoglobin Penurunan leukosit Pertahanan sekunder

Hematokrit, eritrosit tidak adekuat

Mukosa/ kulit pucat Demam Resiko infeksi

3. Manifestasi Klinis

Manisfestasi klinis menurut Padila, ( 2013) adalah sebagai berikut :

a. Pucat

b. Kelemahan

c. Anorexia

d. Diare

e. Sesak nafas
6

f. Pembesaran limfa dan hepar

g. Ikterik ringan

h. Penipisan kortex tulang panjang, tangan dan kaki

i. Penebalan tulang kranial

j. Letargi

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Padila, ( 2013) adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan laboratorium darah : Hb

b. Gambaran sumsum tulang

c. Sel darah

1. Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan.

2. Jenis anemia adalah anemia normokronik normositer disertai

retikulositopenia.

3. Leukopenia dengan reaktif limfositosi, tidak dijumpai sel muda dalam

darah tepi.

4. Trombositopenia yang bervariasi dari ringan sampai dengan sangat

berat.

d. Laju endap darah

Laju endap selalu meningkat, sebanyak 62 dari 70 kasusmempunyai laju

endap lebih dari 100 mm dalam satu jam pertama ( salonder, dalam IPD

II).
7

e. Faal Hemostatik

Waktu pendarahan memanjang dan retraksi bekuan menjadi buruk yang

disebabkan oleh trombositopenia.

f. Besi serum normal atau meningkat, TIBC normal, dan HbF meningkat.

5. Komplikasi

Pemeriksaan penunjang menurut Price ( 2005) adalah sebagai berikut :

a. Limpa

b. Infeksi organ

c. Gagal jantung

d. Hepar

6. Penatalaksanaan Medis

Pelaksanaan medis Thalasemia menurut I Made Bakta, ( 2006) Secara

garis besar terapi untuk thalasemia terdiri atas beberapa terapi sebagai berikut:

a. Transfusi darah jika Hb rendah (< 6 g/dl) atau bila anak terlihat lemah dan

tidak nafsu makan.

b. Terapi khelasi yaitu pemberian desferioksamin untuk mengurangi

penimbunan besi.

c. Pemberian Vitamin C 200 mg per oral, Asam folat : 5 mg per oral perhari.

d. Splenektomi dilakukan untuk mengurangi kebutuhan akan transfusi.

e. Konseling perkawinan untuk mengurangi resiko herediter.

f. Peningkatan asupan nutrisi, dengan diet rendah besi.

g. Vaksinasi Hepatitis B, Pneumococcus


8

Adapun bentuk terapi menurut Sudoyo, ( 2009) adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengatasi infeksi

1) Hygiene mulut.

2) Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotic yang tepat

dan adekuat.

3) Transfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat.

b. Usaha untuk mengatasi anemia

Berikan transfusi packet red cell PRO jika hemoglobin <6 gram/dl

tanda payah jantung atau anemia yang sangat simtomatik. Koreksi Hb

sebesar 9-10 gram%, tidak perlu sampai normal karena akan menekan

eritropoesis internal. Pada penderita yang akan dipersiapkan untuk

transplantasi sumsum tulang pemberian transfusi harus lebih hati-hati.

c. Usaha untuk mengatasi pendarahan

Berikan transfusi konsentrat trombosit jika terdapat pendarahan mayor

atau trombosit <20.000/ mm3.

d. Terapi untuk memperbaiki sum-sum tulang

Obat untuk merangsang sumsum adalah sebagai berikut :

Anabolic steroid dapat diberikan dengan oksimetolon atau setara

dengan dosis 2-3mg/kg BB/hari. Efek terapi tampak 6-12 minggu,

efek samping yang dialami berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.

a) Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.


9

b) GM – CSF atau G- CSF dapat diberikan untuk meningkatkan

neutrofil.

e. Terapi definitive

Menurut Muttaqin, ( 2009) terapi definitive merupakan terapi yang

dapat memberikan kesembuhan jangka panjang. Terapi definitive

untuk thalasemia terdiri atas 2 jenis pilihan sebagai berikut :

1) Terapi imunosupresif, antara lain :

a) Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-tymocyte

globuline (ATG) dapat menekan proses imunologis.

b) Terapi imunosupresif lain yaitu pemberian methylprednisolone

dosis tinggi.

2) Transplantasi sumsum tulang

Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitive yang

memberikan harapan kesembuhan, tetapi biayanya sangat mahal.

7. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan pada thalasemia menurut Doenges, (2006)

adalah sebagai berikut :

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrisi ke sel.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan protein.


1

3. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan nutrisi;

perubahan proses pencernaan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder

leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan.

8. Intervensi menurut

Fokus intervensi pada thalasemia menurut Doenges, (2006) adalah

sebagai berikut :

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrisi ke sel.

Definisi penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu

kesehatan (NANDA 2017). Tanda dan gejala menurut Doenges, (2006)

adalah sebagai berikut:

a. Palpitasi, angina

b. Kulit pucat, membran mukos; kering, kuku dan rambut rapuh

c. Ekstremitas dingin

d. Penurunan haluaran urine

e. Mual atau muntah, distensi abdomen

f. Perubahan TD, pengisian kapiler lambat

g. Ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi


1

Kriteria :

Menunjukkan perfusi adekuat misalnya, tanda vital stabil; membrane

mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat;

mental seperti biasa.

INTERVENSI RASIONAL
1. Ukur tanda-tanda vital, 1. Memberikan informasi tentang
observasi pengisian keadekuatan perfusi jaringan dan
kapiler, warna kulit atau membantu kebutuhan intervensi.
membrane mukosa, dasar 2. Dispnea, gemericik menunjukkan
kuku. CHF karena regangan jantung
2. Auskultasi bunyi napas lama atau peningkatan kopensasi
3. Observasi keluhan nyeri dada, curah jantung.
palpitasi. 3. Iskemia seluler mempengaruhi
4. Evaluasi respon verbal jaringan miokardial/potensial
melambat, agitasi, resiko infark.
gangguan memori, bingung. 4. Dapat mengindikasikan gangguan
5. Evaluasi keluhan dingin, perfusi serebral karena hipoksia.
pertahankan suhu lingkungan 5. Vasokonstriksi (ke organ vital)
6. dan tubuh supaya tetap hangat. menurunkan sirkulasi perifer
7. Observasi hasil 6. Mengidentifikasi defisiensi dan
pemeriksaan laboratorium kebutuhan pengobatan atau
darah lengkap. respons terhadap terapi.
8. Berikan transfusi darah 7. Meningkatkan jumlah sel
lengkap atau packed sesuai pembawa oksigen, memperbaiki
indikasi defisiensi untuk mengurangi resiko
9. Berikan oksigen sesuai indikasi. perdarahan.
10. Siapkan intervensi 8. memaksimalkan transpor oksigen
pembedahan sesuai ke jaringan.
indikasi. 9. transplantasi sumsum tulang
dilakukan pada kegagalan sumsum
tulang atau thalasemia.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan protein. Definisi asupan nutrisi tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolik (NANDA, 2017). Tanda dan gejala

menurut (Marlynn E. Doenges, 2006) adalah sebagai berikut:


1

a. Penurunan berat badan dibawah normal untuk usia, tinggi dan bangun

badan.

b. Penurunan kulit trisep.

c. Perubahan gusi, membran mukosa mulut.

d. Penurunan toleransi untuk aktivitas, kelemahan, dan kehilangan tonus

otot

Kriteria :

a. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan

nilai laboratorium normal.

b. Tidak mengalami tanda malnutrisi.

c. Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan

dan mempertahankan berat badan yang sesuai.

INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi dan catat 1. Mengawasi masukan kalori atau
masukan makanan. kualitas kekurangan konsumsi
2. Berikan makanan sedikit makanan.
dan frekuensi sering. 2. Makan sedikit dan frekuensi sering
3. Observasi mual atau muntah, flatus. dapat menurunkan kelemahan dan
4. Observasi pemeriksaan meningkatkan asupan nutrisi.
laboratorium Albumin. 3. Gejala gastroenteritis menunjukkan
5. Kolaborasi dengan ahli gizi efek anemia (hipoksia) pada organ.
untuk penentuan diit tinggi kalori 4. Mengetahui efektivitas program
tinggi protein + ekstra putih telur. pengobatan, mengetahui sumber diet
nutrisi yang dibutuhkan.
5. Dengan penentuan jenis diit yang
tepat akan membantu metabolisme,
mempertahankan fungsi berbagai
jaringan dan membantu
pembentukan sel baru.
1

3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan masukan nutrisi perubahan

proses pencernaan. Definisi penurunan pada frekuwensi normal defakasi

yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap fases atau

pengeluaran fases yang kering, keras dan banyak (NANDA 2017).

Tanda dan gejala menurut Doenges, (2006) adalah sebagai berikut :

a. Perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses

b. Mual/muntah, penurunan nafsu makan

c. Laporan nyeri abdomen tiba-tiba, kram

d. Gangguan bunyi usus

Kriteria :

a. Membuat atau kembali pola normal dari fungsi usus

b. Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan

sebagai penyebab, factor pemberat.

INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi warna feces, 1. Membantu mengidentifikasi
konsistensi, frekuensi dan penyebab atau faktor pemberat dan
jumlah. intervensi yang tepat.
2. Auskultasi bunyi usus. 2. Bunyi usus secara umum
3. Hindari makanan yang meningkat pada diare dan menurun
menghasilkan gas. pada konstipasi.
4. Berikan diet tinggi serat. 3. Menurunkan distensi abdomen.
5. Berikan pelembek feses, 4. Serat menahan enzim pencernaan
stimulant ringan, laksatif sesuai dan mengabsorpsi air dalam
indikasi. alirannya sepanjang traktus
intestinal.
5. Mempermudah defekasi bila
konstipasi terjadi.
1

4. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder

hemoglobin, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

Definisinya mengalami peningkatan resiko terserang organism patogenik

(NANDA 2017). Tanda dan gejala menurut Doenges, (2006) adalah

sebagai berikut:

Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat

diagnosa actual.

Kriteria :

a. Mengtidentifikasi perilaku untuk mencegah atau menurunkan resiko

infeksi.

b. Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau

eritema dan demam.

INTERVENSI RASIONAL
1. Ukur tanda – tanda vital setiap 8 1. Demam mengindikasikan
jam terjadinya infeksi.
2. Tempatkan di ruang isolasi bila 2. Mengurangi resiko penularan
memungkinkan dan beri tahu mikroorganisme
keluarga supaya menggunakan 3. Mencegah infeksi nosokomial.
masker saat berkunjung 4. Lekositosis mengidentifikasikan
3. Pertahankan teknik aseptik pada terjadinya infeksi dan
setiap prosedur perawatan leukositopenia
4. Observasi hasil pemeriksaan mengidentifikasikan penurunan
leukosit daya tahan tubuh dan beresiko
5. Kolaborasi dengan dokter dalam untuk terjadi infeksi
pemberian antibiotik 5. Mencegah terjadinya infeksi.
1

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. Definisi ketiadaan

atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu

(NANDA 2017). Tanda dan gejala menurut Doenges, (2006) adalah

sebagai berikut:

a. Pertanyaan; meminta informasi.

b. Pernyataan salah konsepsi.

c. Tidak akurat mengikuti instruksi.

d. Terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

Kriteria :

a. Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostik dan

rencana pengobatan.

b. Mengidentifikasi faktor penyebab.

c. Melakukan tindakan yang perlu perubahan pola hidup.

INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan informasi mengenai anemia 1. Menurunkan dasar pengetahuan
spesifik. Diskusikan kenyataan sehingga pasien dapat membuat
bahwa terapi tergantung pada tipe pilihan yang tepat. Menurunkan
dan beratnyaanemia. ansietas dan dapat meningkatkan
2. Tinjau perubahan diet yang kerjasama dalam program terapi.
diperlukan untuk memenuhi 2. Sayuran hijau,hati dan buah asam
kebutuhan diet khusus (ditentukan adalah sumber asam folat dan vitamin
oleh tipe anemia atau defisiensi ). C.
3. Dorong untuk menghentikan rokok. 3. Menurunkan ketersediaan oksigen dan
4. Rujuk ke sumber komunitas yang menurunkan vasokontriksi.
tepat. 4. Mungkin memerlukan bantuan dengan
persiapan makan atau penjual makan.
BAB II
RESUME KEPERAWATAN

1) PENGKAJIAN

Hari/Tanggal : Kamis, 23 Juni 2016

Jam : 08.00 WIB

Tempat : Ruang Bougenvile 3, RSUP Dr. Sardjito

Oleh : Anes Widyana

Metode : Observasi, Wawancara, Pemeriksaan fisik, Studi

dokumentasi

Sumber : Pasien, Keluarga pasien, Buku Status , Tim kesehatan lain

a) Data dasar

(1) Identitas Pasien

Nama : Nn “C”

Umur : 22 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Wiraswasta

Status Perkawinan : Belum Menikah

19
2

Alamat : Dusun Kramen, Rt-04, Rw-12,

Sleman,Yogyakarta

Diagnosa Medis : Thalasemia

Nomor Rekam Medis : 00.71.01.xx

Tanggal Masuk : 14 Juni 2016

(2) Penanggung Jawab

Nama : Ny “M”

Umur : 52 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Dusun Kramen, Rt-04, Rw-12,

Sleman, Yogyakarta

Hubungan dengan Pasien : Ibu Pasien

(3) Riwayat Kesehatan Pasien

- Faktor presipitasi

Gangguan herediter yang disebabkan kelainan sistem rantai beta

dan rantai alfa globin

- Faktor predisposisi

Mutasi pada sel DNA yang bertugas membuat hemoglobin


2

b) Data fokus

(1) Alasan masuk rumah sakit

Pasien mengatakan badan terasa lemas memberat sejak 3 hari sebelum

masuk rumah sakit

(2) Keluhan utama

Pasien mengatakan badan terasa lemas, cepat merasa lelah dan pusing,

nafsu makan menurun makan hanya habis ¼ porsi diit dari rumah

sakit, pasien mengatakan sehari mandi 1x karena takut tusukan infus

terlepas dan basah, pasien tampak lemas, pasien tampak tiduran

ditempat tidur, pasien lebih banyak tidur dari pada bangun lama tidur

15 jam lama bangun 7 jam dan kebutuhan pasien dibantu keluarga.

(3) Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien merasa

mudah lelah dan lemas. Pasien berobat ke RSUD Sleman dikatakan

Hemoglobin 4,9 g/dl dan dirawat inap selama 9 hari dilakukan

transfusi darah golongan darah pasien O sel darah merah sebanyak 5

kolf, Hemoglobin menjadi 9,8 g/dl dan setelah itu boleh pulang.

Dirumah selama 2 bulan pasien merasa lemas lagi dan kontrol ke

RSUD Sleman dilakukan pemeriksaan Hemoglobin lagi, hasilnya 5,9

g/dl kemudian dirawat inap lagi dan ditranfusi darah merah lagi

sebanyak 3 kolf Hemoglobin menjadi 8 g/dl dan boleh pulang tetapi

pasien disarankan untuk berobat ke RSUP.Dr.Sardjito Yogyakarta


2

(4) Pemeriksaan Fisik


(a) Status Kesehatan Umum
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis, GCS : E4,V5,M6
Glasgow Coma Scale : 15

Eyes 4

Verbals 5

Motorics 6

Keterangan:

Skor 14 – 15 : Compos Mentis

Skor 12 – 13 : Apatis

Skor 11 – 12 : Somnolent

Skor 8 – 10 : Sopor / Semi Coma

Skor < 5 : Coma

(b) Tanda-tanda Vital


- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36,4oC
- Respirasi : 22 x/menit
2

(c) Status Gizi

Intake/Output :

Pasien mengatakan nafsu makan berkurang makan hanya habis ¼

diit dari rumah sakit. Program diit dari rumah sakit yaitu TKTP.

- BB : 49 kg

- TB : 157 cm

- IMT : 19.8 Kg/m2

Interprestasi : Underweight

Keterangan : IMT >30 = Obesitas

IMT 25 – 30 = Overweight

IMT 20 – 25 = Normal

IMT < 20 = Underweight

(d) Pemeriksaan fisik

- Kepala

Rambut : kulit kepala dan rambut kotor

Mata : konjungtiva anemis

Gigi : gigi berwarna kuning

- Dada

Jantung

Inspeksi : Ictus kordis negatif, ekspansi simetris.

Palpasi : Nyeri tekan negative, pulsasi pada

dinding thorak negatif


2

Perkusi : Suara redup

Auskultasi : Reguler, tidak ada suara tambahan

- Abdomen

Inspeksi : Tidak ada lesi

Palpasi : Tympani

Perkusi : Terdapat nyeri tekan

Auskultasi : Bising usus 16x/menit

Paru-paru

Inspeksi : ekspansi simetris, bentuk simetris

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Suara sonor

Auskultasi : Vesikuler

- Ekstremitas

Atas

Tangan kiri pasien terpasang infus NaCl 0,9% dengan

set transfus 20 tpm tetesan lancar, terpasang sejak

tanggal 14 Juni 2016, kuku tangan pasien panjang dan

kotor. Capillary refill < 2 detik, ada edema ditangan

Bawah

Tidak ditemukan deformitas, kuku kaki pasien panjang

dan kotor.

Capillary refiil < 2 detik, ada edema di punggung kaki


2

- Kulit

Pada tangan kanan pasien terdapat lebam-lebam berwarna

merah kebiruan.
2

Kekuatan Otot :

4 4

4 4

Keterangan :

5 = 100 % : Gerakan normal dengan kekuatan otot

penuh, menentang gravitasi dengan

penahanan penuh.

4 = 75 % : Gerakan normal penuh menentang

gravitasi dengan sedikit penahanan.

3 = 50 % : Gerakan normal menentang gravitasi.

2 = 25 % : Gerakan otot penuh, menentang

gravitasi dengan songkongan

1 = 10 % : Tidak ada gerakan, teraba / terlihat

adanya kontraksi.

0 =0% : Paralisis total.


2

(5) Pemeriksaan penunjang

Hasil pemeriksaan laboratorium (20 Juni 2016)

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan


Hemoglobin 6,1 12.0-16.0 g/dl
Trombosit 70.000 150.000-450.000 µL
Natrium 132 136-145 mmol/L
Kalium 2.67 3.50-5.10 mmol/L
Eritrosit 2.090.000 4.200.000-5.200.000 µL

(6) Terapi obat

Nama Obat Dosis Rute Jam Pemberian Manfaat


Tramadol 50 mg Oral Jam 08.00 Untuk
Jam 16.00 menangani
Jam 24.00 rasa sakit
tingkat sedang
SNMC 20 mg IV Jam 08.00 Untuk
Jam 20.00 perbaikan
fungsi hati

- Infus NaCl 0,9 % transfusi set 20 tpm (@flabot NaCl

500ml)

- Infus D5 transfusi set 20 tpm (@flabot D5 500ml)

- Diit TKTP (tinggi kalori tinggi protein)


2

PENGELOMPOKAN DATA

Data Subjektif Data Objektif


Pasien mengatakan : 1. Tangan kiri pasien terpasang infus
1. Nyeri dibagian perut kanan atas NaCl 0,9% dengan set transfus 20
2. Sehari mandi 1x karena takut tusukan tpm tetesan lancar, terpasang sejak
infus terlepas dan basah tanggal 14 juni 2016
3. Nafsu makan menurun makan hanya habis
2. Tanda-tanda vital:
¼ porsi diit dari rumah sakit
Tekanan darah: 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu: 36,4oC
Respirasi: 22 x/menit
3. BB : 49 kg
4. TB : 157 cm
5. IMT : 19,8 Kg/m2 (underweight)
6. Konjungtiva berwarna pucat
7. Sklera ikterik
8. Gigi berwarna kuning
9. Pasien mengatakan lemas,
cepat merasa lelah dan pusing
10.Kekuatan otot :
4 4

4 4
11.Hemoglobin 6,1 g/dL (normal 12.0-
16.0 g/dL)
12. Trombosit 70.000 µL (normal
150.000-450.000 µL)
13. Natrium 132 mmol/L (normal 136-145
mmol/L)
14. Kalium 2.67 mmol/L (normal 3.50-
5.10mmol/L)
15. Eritrosit 2.090.000 µL
(normal 4.200.000-
5.200.000µL)
16. Kulit kepala dan rambut kotor
17.Kuku tangan dan kaki pasien panjang
dan kotor
18. Pada tangan kanan pasien
terdapat lebam-lebam berwarna
merah kebiruan
19. Infus NaCl 0,9 % transfusi set 20 tpm
(@flabot NaCl 500ml)
20. Infus D5 transfusi set 20tpm (@flabot
D5 500ml)
21. Diit TKTP (tinggi kalori tinggi
2

protein)
22.Kebutuhan pasien dibantu
keluarga 23.Pasien tampak lemas
24.Pasien lebih banyak tidur dari
pada bangun, lama tidur 15 jam
lama bangun 7 jam
3

ANALISA DATA

No. Data senjang Masalah Etiologi


1 Ds : Pasien mengatakan nyeri dibagian - Nyeri - Agen cedera
perut kanan atas biologis
P: Thalasemia
Q: Cekot-cekot
R: Pada bagian perut kanan atas
T: 3
Do : -Pasien tampak memegangi perut

2 Ds : Pasien mengatakan nafsu makan - Ketidakseimbangan - Penurunan nafsu


menurun makan hanya habis nutrisi kurang dari makan
¼ porsi diit dari rumah sakit kebutuhan tubuh
Do :
- IMT : 19,8 Kg/m2(underweight)
- Konjungtiva : berwarna pucat
- Sklera ikterik
- BB : 49 kg
- TB : 157 cm

3 Ds : Pasien mengatakan lemas, cepat - Perubahan perfusi - Penurunan


merasa lelah dan sedikit pusing. jaringan komponen seluler
Do : yang diperlukan
- Pasien tampak lemas untuk pengiriman
- Hemoglobin 6,1 g/dL oksigen/nutrisi ke
(normal 12.0-16.0 g/dL) sel
- Trombosit 7000 µL
(normal 150.000-450.000
µL)
- Eritrosit 2.090.000 µL
(normal 4.200.000-
5.200.000µL)
- Pada tangan kanan pasien
terdapat lebam-lebam
berwarna merah kebiruan
- Kebutuhan pasien
dibantu keluarga
- Pasien tampak tiduran
ditempat tidur
- Pasien lebih banyak tidur dari
pada bangun, lama tidur 15 jam
lama bangun 7 jam
- Kekuatan otot : 4 4
4 4
3

4 Ds : - - Resiko infeksi - Tempat masuknya


Do : mikroorganisme
- Tangan kiri pasien terpasang sekunder terhadap
Infuse NaCl 0,9% dengn (terpasang infus
transfusi set 20 tpm tetesan NaCl 0,9% hari
lancar, terpasang sejak tanggal ke-10)
14 juni 2016
- Infus NaCl 0,9% transfusi set 20
tpm (@flabot NaCl 500 ml)
- Infus D5 Kcl 25 meq/flabot 20
tpm

5 Ds : Pasien mengatakan mandi 1 kali - Defisit perawatan - Kecemasan,


karena takut tusukan infus diri kelemahan dan
terlepas dan basah kelelahan
Do : - Kulit kepala dan rambut kotor
- Gigi berwarna kuning
- Kuku tangan dan kaki
panjang dan kotor
- Pasien tampak lemah
3

PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

Ditandai dengan :

DS :

Pasien mengatakan nyeri dibagian perut kanan atas

P : Thalasemia

Q : Cekot-cekot

R : Dibagian perut kanan atas

S:3

T : Hilang timbul

DO :

Pasien tampak memegangi perut

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan nafsu makan

Ditandai dengan :

DS :

Pasien mengatakan nafsu makan menurun makan hanya habis ¼ porsi diit

dari rumah sakit.

DO :

IMT : 19,8 Kg/m2(underweight)

Konjungtiva : berwarna pucat


3

Sklera ikterik

BB : 49 kg

TB : 157 cm

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler

yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel

Ditandai dengan :

DS :

Pasien mengatakan lemas, cepat merasa lelah dan sedikit pusing

DO :

Pasien tampak lemas

Hemoglobin 6,1 g/dL (normal 12.0-16.0 g/dL)

Trombosit 7000 µL (normal 150.000-450.000 µL)

Eritrosit 2.090.000 µL (normal 4.200.000-5.200.000µL)

Pada tangan kanan pasien terdapat lebam-lebam berwarna merah kebiruan

Kebutuhan pasien dibantu keluarga

Pasien tampak tiduran ditempat tidur

Pasien lebih banyak tidur dari pada bangun, lama tidur 15 jam lama bangun 7

jam Kekuatan otot : 4 4

4 4
3

4. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya

mikroorganisme sekunder terhadap (terpasang infus NaCl 0,9% hari

ke-10)

Ditandai dengan :

DS : -

DO :

Tangan kiri pasien terpasang Infuse NaCl 0,9% dengn transfusi set 20 tpm

tetesan lancar, terpasang sejak tanggal 14 juni 2016

Infus NaCl 0,9% transfusi set 20 tpm (@flabot NaCl 500 ml)

Infus D5 Kcl 25 meq/flabot 20 tpm

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kecemasan, kelemahan dan

kelelahan

Ditandai dengan :

DS :

Pasien mengatakan mandi 1 kali karena takut tusukan infus terlepas dan basah

DO :

Kulit kepala dan rambut kotor

Gigi berwarna kuning

Kuku tangan dan kaki panjang dan kotor

Pasien tampak lemah


NURSING CARE PLAN
PERENCANAAN
DIAGNOSIS
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Tgl : 23 Juni 2016 Setelah Tgl : 23 Juni 2016 Tgl : 23 Juni 2016 Tgl : 23 Juni 2016 Tgl : 23 Juni 2016
Jam : 10.00 WIB dilakukan Jam : 10.20 WIB Jam : 10.25 WIB Jam : 10.30 WIB Jam : 10.50 WIB
Nyeri akut Setelah
berhubungan dilakukan 1. Kaji nyeri 1. Mengetahui 1. Mengkaji nyeri S : Pasien mengatakan nyeri
dengan agen cidera tindakan secara skala nyeri, secara pada perut bagian kanan
biologis itandai keperawatan komprehensif lokasi, lamanya komprehensif atas
dengan : selama 3x24 (P, Q, R,S,T) P : Thalasemia
jam Q : Cekot-cekot
DS : termoregulasi R : Dibagian perut kanan atas
tubuh normal 2. Ajarkan 2. Tekhnik nafas (Anes) S : 3
- Pasien dengan kriteria terapi dalam dapat T : Hilang timbul
mengatakan nyeri hasil : nonfarmakolo mengurangi O:
dibagian perut gi ( tekhnik rasa nyeri TD : 110/80mmHg
kanan atas 1. Skala nyeri nafas dalam) N : 90 x/menit
P : Thalasemia menjadi 1-2 S : 37oC
Q : Cekot-cekot 2. Wajah 3. Mengetahui R : 23 x/menit
R : Dibagian tampak 3. Berikan informasi - Pasien tampak
perut kanan atas rileks informasi rentang nyeri memegangi perut
S:3 3. Pasien dapat rentang nyeri bagian kanan atas
T : Hilang timbul menggunaka
n 4. Analgetik .
DO : - Pasien metodenonfa 4. Kelola berfungsi untuk
tampak rmakologi pemberian penghilang (Anes)
memegangi perut untuk obat analgetik nyeri
bagian kanan atas mengurangi

32
NO DIAGNOSIS PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
nyeri Jam : 12.30 WIB Jam : 13.00 WIB

2. Mengajarkan S : pasien mengatakan nyeri


tekhnik nafas belum berkurang
(Anes) (Anes) (Anes) (Anes) dalam O : pasien tampak
memegangi perut bagian
kanan atas

(Anes)

(Anes)

Tgl : 23 Juni 2016


Jam : 17.00 WIB

S : Pasien mengatakan nyeri


belum berkurang
O : 110/80mmHg
N : 90 x/menit
S : 37oC
R : 23 x/menit
- Pasien tampak
memegangi perut
bagian kanan atas

A : Masalah nyeri akut


berhubungan dengan
agen cidera biologis
teratasi sebagian

33
NO DIAGNOSIS PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji nyeri secara
komprehensif
2. Ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
3. Kelola pemberian obat
analgetik SNMC

(Anes)

34
CATATAN PERKEMBANGAN

NO. SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI

1 Tgl : 24 Juni 2016 Tgl : 24 Juni 2016 Tgl : 24 Juni 2016


Jam : 05.00 WIB Jam : 06.00 WIB Jam : 06.25 WIB

S : Pasien mengatakan nyeri sudah 1. Mengukur tanda-tanda vital S: -


berkurang
O : TD : 110/70mmHg
P : Thalasemia N : 90 x/menit
S : 36,4oC
Q : Cekot-cekot (Anes) R : 24 x/menit
R : Dibagian perut kanan atas
(Anes)
S:2
Jam : 09.30 WIB
Jam : 09.00 WIB
T : Hilang timbul
S: -
O: 2. Memberikan obat analgetik SNMC
O : - Obat SNMC masuk dengan drip D5
TD : 110/70mmHg melalui IV
N : 90 x/menit
S : 36,4oC (Anes)
R : 24 x/menit
- Pasien tampak rileks (Anes)

A : Masalah Nyeri akut berhubungan Tgl : 24 Juni 2016


dengan agen cidera biologis Jam 14.00
teratasisebagian
S : Pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang

35
NO. SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI

P : Lanjut intervensi. P : Thalasemia


Q : Cekot-cekot
1. Ukur tanda-tanda vital R : Dibagian perut kanan atas
2. Kelola pemberian obat S:2
T : Hilang timbul

O:
- Pasien tampak rileks
(Anes)
- Obat SNMC masuk dengan drip D5
melalui IV
- TD : 110/70mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,4oC
R : 24 x/menit

A : Masalah nyeri akut berhubungan


dengan agen cidera biologis teratasi
sebagian

P : Lanjutkan intervensi

1. Ukur TTV
2. Kelola pemberian obat analgetik
SNMC

(Anes)

36
CATATAN PERKEMBANGAN

NO. SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI

1 Tgl : 25 Juni 2016 Tgl : 25 Juni 2016 Tgl : 25 Juni 2016

Jam : 05.40 WIB Jam : 06.00 WIB Jam : 06.20 WIB

S : Pasien mengatakan nyeri sudah 1. Mengukur tanda-tanda vital S: -


berkurang
O : TD : 110/80mmHg
P : Thalasemia N : 94 x/menit
S : 36,5oC
Q : Cekot-cekot R : 22 x/menit
(Anes)
R : Dibagian perut kanan atas

S:2

T : Hilang timbul
(Anes)

Jam : 08.10 WIB Jam : 08.30 WIB


O : TD : 110/70mmHg
2. Mengelola pemberian obat S: -
N : 90 x/menit
S : 36,4oC analgetik SNMC O : Obat SNMC masuk dengan drip D5
R : 24 x/menit melalui IV
- Pasien tampak rileks

A : Masalah nyeri akut berhubungan (Anes


dengan agen cidera biologis (Anes)

37
NO. SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI

teratasi sebagian

P : Lanjut intervensi. Jam : 15.40 WIB

1. Ukur TTV S : Pasien mengatakan nyeri sudah hilang


2. Kelola pemberian obat
analgetik SNMC O : TD : 110/70mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,6oC
R : 22 x/menit
- Pasien tampak rileks
A : Masalah Nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis teratasi
sebagian

P : Lanjutkan intervensi
1. Ukur TTV
2. Kelola pemberian obat
analgetik SNMC

(Anes)

38
NURSING CARE PLAN

NO DIAGNOSIS PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
2 Tgl : 23 Juni 2016 Setelah Tgl : 23 Juni 2016 Tgl : 23 Juni 2016 Tgl : 23 Juni 2016 Tgl : 23 Juni 2016
Jam : 10.00 WIB dilakukan Jam : 10.20 WIB Jam : 10.25 WIB Jam : 10.30 WIB Jam : 10.50 WIB
Ketidakseimbangan Setelah 1. Memotivasi pasien S : Pasien mengatakan akan
nutrisi kurang dari dilakukan 1. Observasi 1. Memberikan untuk menghabiskan diitnya.
kebutuhan tubuh tindakan masukan diit informasi menghabiskan diit O : Pasien nampak
berhubungan keperawatan pasien. tentang dari rumah sakit. menghabiskan ½ porsidiit
dengan penurunan selama 3x24 masukan diit dari rumah sakit
nafsu makan jam di harapkan pasien. .
ditandai dengan : masalah (Anes)
DS : ketidakseimban 2. Motivasi 2. Meningkatkan
- Pasien gan nutrisi pasien asupan nutrisi (Anes)
mengatakan kurang dari menghabiska yang adekuat. Jam : 12.30 WIB Jam : 13.00 WIB
nafsu makan kebutuhan tubuh n diit dari 2. Mengobservasi S: -
berkurang berhubungan rumah sakit. diit siang. O : Pasien menghabiskan ½
makan hanya dengan porsi diit siangnya
habis ¼ porsi penurunan nafsu
diit dari rumah
makan
3. Anjurkan 3. Mengurangi
sakit terkontrol (Anes)
pasien untuk perasaan cepat (Anes)
. dengan kriteria Jam : 14.20 WIB
makan penuh Jam : 14.00 WIB
DO : hasil : S : Pasien mengatakan
- IMT : 19,8
sedikit tapi 3. Menganjurkan
1. Pasien akan mencoba
sering. pasien untuk
Kg/m2 (under dapat makan sedikit tapi
makan sedikit
weight) terhindar sering.
tapi sering.
. dari nutrisi O : pasien kooperatif
kurang dari 4. Jelaskan 4. Menambah
kebutuhan pentingnya pengetahuan
(Anes) tubuh. nutrisi bagi tentang (Anes)
(Anes)

39
NO DIAGNOSIS PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
2. Indexs tubuh. pentingnya Tgl : 23 Juni 2016
masa tubuh nutrisi untuk Jam : 17.00 WIB
dalam proses S:
batas penyembuhan 1. Pasien mengatakan akan
normal menghabiskan diitnya.
(20-25) 2. Pasien mengatakan akan
3. Pasien 5. Memenuhi mencoba makan sedikit
5. Kelola diit
mampu kebutuhan tapi sering
TKTP pada
mengontrol nutrisi pasien O:
pasien
berat 1. Pasien menghabiskan ½
badan. porsi diit siang.
4. Pasien 2. pasien kooperatif.
menghabis (Anes) (Anes) A : Ketidakseimbangan
kan diit nutrisi kurang dari
dari kebutuhan tubuh
Rumah berhubungan dengan
Sakit. penurunan nafsu makan
belum teratasi .
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi masukan
(Anes) diit pasien.
2. Motivasi pasien untuk
menghabiskan satu porsi
diit dari rumah sakit.
3. Anjurkan pasien untuk
makan sedikit tapi sering

(Anes)

40
CATATAN PERKEMBANGAN

NO.
SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI
2 Tgl : 24 Juni 2016 Tgl : 24 Juni 2016 Tgl : 24 Juni 2016
Jam : 05.00 WIB Jam : 05.30 WIB Jam : 05.35 WIB
S : Pasien mengatakan sudah ngemil 1. Memotivasi pasien untuk menghabiskan S : pasien mengatakan akan
tadi tapi belum makan diit dari rumah satu porsi diit dari rumah sakit. menghabiskan diitnya.
sakit. O : Pasien nampak menghabiskan diit
O : Pasien terlihat belum makan diit pagi dari rumah sakit
dari rumah sakit. (Anes)
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratasi (Anes)
sebagian. Jam : 07.00 WIB Jam : 07.30 WIB
P : Lanjut intervensi. 2. Mengobservasi diit S : Pasien mengatakan telah
1. Observasi masukan diit pasien. menghabiskan diit yang diberikan
2. Motivasi pasien untuk O : Pasien menghabiskan diit yang
menghabiskan satu porsi diberikan.
diit dari rumah sakit.
3. Anjurkan pasien untuk (Anes) (Anes)
makan sedikit tapi sering. Jam : 08.15WIB Jam : 08.30 WIB
3. Menganjurkan pasien untuk makan S : Pasien mengatakan akan mencoba
sedikit tapi sering. makan sedikit tapi sering.
O : Pasien terlihat sering makan

(Anes)
(Anes) (Anes)

41
NO.
SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI
Jam : 08.50 WIB
4. Menjelaskan pentingnya nutrisi Jam : 09.00 WIB
bagi proses penyembuhan. S : Pasien mengatakan memahami
pentingnya nutrisi bagi proses
(Anes) penyembuhannya.

O : Pasien kooperatif

Jam : 13.20 WIB (Anes)


5. Mengobservasi diit siang pasien. Jam : 14.00 WIB
S : Pasien mengatakan menghabiskan
diit siangnya.
O : Pasien menghabiskan diit yang
(Anes) diberikan rumah sakit

Jam : 14.30 WIB (Anes)


6. Menimbang berat badan pasien Jam: 15.00 WIB
S: -
O: Berat badan 45 kg
(Anes)
(Anes)
Tgl : 24 Juni 2016
Jam : 16.00 WIB
S:
1. Pasien mengatakan akan
menghabiskan diit yang
diberi.
2. Pasien mengatakan akan makan

42
NO.
SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI
sedikit tapi sering.
3. Pasien mengatakan memahami
pentingnya nutrisi bagi proses
penyembuhan.
O : Pasien menghabiskan diit yang
diberikan.
Berat badan: 49 kg
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
sebagian.
P : Lanjut intervensi
1. Observasi masukan diit pasien.
2. Motivasi pasien untuk
menghabiskan satu porsi diit
dari rumah sakit.
3. Anjurkan pasien untuk
makan sedikit tapi sering.

(Anes)

43
CATATAN PERKEMBANGAN

NO.
SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI
2 Tgl : 25 Juni 2016 Tgl : 25 Juni 2016 Tgl : 25 Juni 2016
Jam : 06.00 WIB Jam : 06.15 WIB Jam : 06.55WIB
S : Pasien mengatakan sudah ngemil 1. Memotivasi pasien untuk menghabiskan S : pasien mengatakan selalu menghabiskan
dan minum teh hangat sambil satu porsi diit dari rumah sakit. diitnya.
menunggu diit dari rumah sakit. O:-
O : Pasien terlihat belum makan diit
pagi dari rumah sakit.
A : Masalah ketidakseimbangan (Anes) (Anes)
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi sebagian. Jam : 07.10 WIB Jam : 07.40 WIB
P : Lanjut intervensi. S : Pasien mengatakan telah menghabiskan
2. Mengobservasi diit pagi.
1. Observasi masukan diit yang diberi.
diit pasien. O : Pasien menghabiskan diit yang
2. Motivasi pasien untuk diberikan.
menghabiskan satu porsi
diit dari rumah sakit.
(Anes)
3. Anjurkan pasien untuk (Anes)
makan sedikit tapi
sering. Jam : 09.20 WIB
Jam : 09.15WIB S : Pasien mengatakan akan makan sedikit
3. Menganjurkan pasien untuk makan tapi sering.
sedikit tapi sering. O:-

(Anes) (Anes)

44
NO.
SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI

Jam : 11.00 WIB Jam : 11.10 WIB


4. Memberikan penkes tentang diit TKTP S : Pasien mengatakan memahami
pentingnya nutrisi bagi proses
penyembuhannya.
O:-
(Anes)
(Anes)

Jam : 13.30 WIB Jam : 14.00 WIB


5. Mengobservasi diit siang pasien. S : Pasien mengatakan selalu makan diit
yang diberi setelah mengetahui
pentingnya nutrisi bagi tubuhnya.
O : Pasien menghabiskan 1 porsi yang
(Anes) diberikan dari rumah sakit

(Anes)
Tgl : 25 Juni 2016
Jam : 14.10 WIB
S:
1. Pasien mengatakan
selalu menghabiskan
diitnya.
2. Pasien mengatakan akan makan
sedikit tapi sering.
3. Pasien mengatakan
memahami pentingnya nutrisi
bagi proses penyembuhannya.

45
NO.
SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI
O : Pasien selalu menghabiskan diit yang
diberikan.

A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
sebagian.
P : Lanjut intervensi
1. Observasi masukan diit pasien.
2. Kontrol IMT pasien.

(Anes)

46
NURSING CARE PLAN

Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
3 Kamis, 23 Juni 2016 Setelah dilakukan Kamis, 23 Juni 2016 Kamis, 23 Juni 2016 Kamis, 23 Juni 2016
Jam 14.20 WIB tindakan Jam 15.20 WIB Jam 15.35 WIB Jam 15.40 WIB
Perubahan perfusi keperawatan selama 1. Kaji warna 1. Untuk 1. Mengkaji warna S: -
jaringan berhubungan 5x24 jam masalah kulit,dan ukur Menentukan kulit, mengukur O: Pada tangan kanan
dengan penurunan perubahan perfusi tanda-tanda vital tindakan tanda-tanda pasien terdapat
komponen seluler jaringan teratasi, selanjutnya. vital. lebam-lebam
yang diperlukan untuk dengan kriteria hasil: berwarna merah
1. Hb 12.0-16.0 2. Pantau/ 2. Cukup istirahat
pengiriman kebiruan
g/dL dokumentasikan dapat mencegah
oksigen/nutrisi ke sel, TD : 100/60mmHg
pola istirahat kelelahan. (Anes)
ditandai dengan: Trombosit N : 98 x/menit
pasien dan
DS: - 150.000- S : 37oC
lamanya tidur. R : 24 x/menit
450.000 µL
DO: 2. Pasien mampu 3. Anjurkan pasien 3. Meningkatkan
1. Hb 6,1 g/dL mempertahankan tidur dengan ekspansi paru
(normal 12.0-16.0 tanda-tanda vital (Anes)
posisi kepala dan
g/dL) dalam batas lebih tinggi. memaksimalkan
normal Jam 15.55 WIB
2. Trombosit 70.000 oksigenasi Jam 15.50 WIB
Respirasi: 20-24 S: -
µL (normal untuk kebutuhan 2. Memonitor Hasil
x/menit O: Hasil laboratorium
150.000-450.000 seluler. Laboratorium : Hb,
Nadi: 80-100 (tanggal 20 Juni 2016)
µL) Trombosit
x/menit 4. Monitor Hasil 4. Mengidentifikasi Hb 6,1 g/dL
3. Eritrosit 2.090.000 TD: 140/90 Trombosit 70.000 µL
Laboratorium : kebutuhan
µL (normal mmHg Hb, Trombosit pengobatan/ (Anes)
4.200.000- 3. Pasien cukup respon terhadap
5.200.000µL) istirahat. terapi
4. Pada tangan kanan (Anes)

47
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
pasien terdapat 5. Kelola 5. Memaksimalkan Kamis, 23 Juni 2016
lebam-lebam pemberian transpor Jam 16.20 WIB
berwarna merah oksigenasi sesuai oksigen ke S: -
kebiruan indikasi. jaringan. O:
5. Kebutuhan pasien 1. Pada tangan kanan
dibantu keluarga pasien terdapat
6. Pasien tampak lebam-lebam
tiduran ditempat berwarna merah
tidur kebiruan
2. Hasil
7. Pasien lebih
laboratorium
banyak tidur dari (tanggal 20 Juni
pada bangun, lama 2016)
tidur 15 jam lama Hb 6,1 g/dL
bangun 9 jam Trombosit 70.000
8. Kekuatan otot : µL
4 4 A: Masalah perubahan
4 4 perfusi jaringan
berhubungan dengan
penurunan komponen
seluler yang
diperlukan untuk
pengiriman
oksigen/nutrisi ke sel
teratasi sebagian

48
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Pantau pola
istirahat pasien dan
lamanya tidur
2. Ukur tanda-
tanda vital
3. Kelola
pemberian
oksigenasi

(Anes)

49
CATATAN PERKEMBANGAN

No SOAP Implementasi Evaluasi


3 Jum’at, 24 Juni 2016 Jum’at, 24 Juni 2016 Jum’at, 24 Juni 2016
Jam 06.20 WIB Jam 06.30 WIB Jam 06.45 WIB
S: - 1. Mengukur tanda-tanda vital S: -
O: Pasien tampak tiduran ditempat tidur dan O: TD : 110/70mmHg
cenderung banyak tidur N : 115
A: Masalah Perubahan perfusi jaringan x/menit S :
berhubungan dengan penurunan (Anes) 36,4oC
komponen seluler yang diperlukan untuk R : 24 x/menit
pengiriman oksigen/nutrisi ke sel teratasi
sebagian (Anes)
P: Lanjutkan intervensi
1. Pantau pola istirahat pasien Jam 07.45 WIB Jam 08.00WIB
dan lamanya tidur 2. Memantau pola istirahat pasien S: Pasien mengatakan lebih banyak tidur
2. Ukur tanda-tanda vital dari pada bangun, lama tidur 15 jam
lama bangun 9 jam
(Anes) O: Pasien tampak lebih banyak tiduran di
tempat tidur.
(Anes)
(Anes)
Jam 10.45 WIB
3. Mengelola pemberian oksigenasi Jam 10.50 WIB
S: Pasien mengatakan tidak sesak nafas
lagi seperti waktu awal masuk rumah
(Anes) sakit, dan sudah lebih enakan
O: Pasien tampak rileks, tidak terdapat otot
bantu pernafasan.

(Anes)

50
No SOAP Implementasi Evaluasi
Jum’at, 24 Juni 2016
Jam 14.20 WIB
S: -
O: Pasien tampak rileks, tidak terdapat otot
bantu pernafasan.
TD : 110/80mmHg
N : 98 x/menit
S : 37,2oC
R : 23 x/menit
A: Masalah Perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel
teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Anjurkan pasien tidur dengan
posisi kepala lebih tinggi.
2. Ukur tanda-tanda vital

(Anes)

51
CATATAN PERKEMBANGAN

No SOAP Implementasi Evaluasi


3 Sabtu, 25 Juni 2015 Sabtu, 25 Juni 2016 Sabtu, 25 Juni 2016
Jam 06.10 WIB Jam 06.30 WIB Jam 06.45 WIB
S: - 1. Mengukur tanda-tanda vital S: -
O: Pasien cenderung banyak tidur, dan O: TD : 110/80mmHg
semua kebutuhan pasien dibantu N : 96 x/menit
keluarga S : 37oC
A: Masalah Perubahan perfusi jaringan R : 22 x/menit
berhubungan dengan penurunan (Anes)
komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrisi ke sel teratasi (Anes)
sebagian
P: Lanjutkan intervensi Jam 07.50 WIB Jam 08.20WIB
1. Anjurkan pasien tidur dengan 2. Menganjurkan pasien tidur S: -
posisi kepala lebih tinggi. dengan posisi kepala lebih tinggi. O: Pasien tampak mengerti akan anjuran
2. Ukur tanda-tanda vital. yang diberikan, dan pasien tidur dengan
menggunakan 1 bantal.
(Anes)
(Anes)
(Anes)

Sabtu, 25 Juni 2016


Jam 16.20 WIB
S:
O: Pasien tidur dengan menggunakan 1
bantal

52
No SOAP Implementasi Evaluasi
TD : 110/70mmHg
N : 96 x/menit
S : 36,6oC
R : 22 x/menit
A: Masalah Perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel
teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Ukur tanda-tanda vital
2. Monitor hasil laboratorium

(Anes)

53
NURSING CARE PLAN

DIAGNOSIS PERENCANAAN
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
4 Tgl : 23 Juni 2016 Setelah dilakukan Tgl : 23 Juni 2016 Tgl : 23 Juni 2016 Tgl : 23 Juni 2016 Tgl : 23 Juni 2016
Jam : 11.20 WIB tindakan Jam : 08.15 WIB Jam : 08.20 Jam : 10.00 WIB Jam : 10.15 WIB
- Risiko infeksi keperawatan
berhubungan selama 3 x 24 jam 1. Monitor tanda 1. Pengenalan 1. Mengobservasi S: -
dengan prosedur masalah risiko infeksi lebih dini tanda-tanda O : pada sekitar
invasive infeksi terhadap tanda- infeksi tusukan jarum
(terpasang infus berhubungan tanda infeksi infuse tidak
NaCl 0,9% hari dengan prosedur memudahkan terdapat tanda-
ke-10) invasive (terpasang dalam tanda infeksi
ditandai dengan: infus NaCl 0,9% pemberian (Anes) (kalor,dolor,rubor,t
DS : -. hari ke-10)tidak intervensi yang umor,fungsiolesa)
terjadi infeksi cepat
DO : Tangan kiri dengan kriteria
pasien hasil: 2. Peningkatan (Anes)
terpasang 1. Bebas dari 2. Ukur tanda- Jam : 10.25 WIB
tanda vital tanda-tanda Jam : 10.15 WIB
Infus NaCl tanda-tanda vital S:-
2. Mengukur
0,9% dengn infeksi menunjukkan O : TD : 100/60mmHg
tanda-tanda
transfusi set (kalor,dolor,ru terjadinya N : 108 x/menit
vital
20 tpm tetesan bor,tumor,fung infeksi S : 38,1oC
lancer, siolesa) R : 25 x/menit
terpasang 2. Angka leukosit
sejak tanggal normal (5,2- 3. Batasi 3. Agar pasien (Anes)
14 juni 2016 12,4 ribu/UL) pengunjung tidak tertular
3. Pasien (Anes)
penyakit dari
mengatakan
pengunjung
(Anes) tahu tentang
tanda infeksi

54
NO DIAGNOSIS PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl : 23 Juni 2016
4. Berikan 4. Meningkatkan Jam : 16.15 WIB
pendidikan pengetahuan S:-
kesehatan pasien O : TD : 110/80mmHg
tentang N : 90 x/menit
pencegahan S : 36,4oC
infeksi R : 22 x/menit
5. Kolaborasi 5. Antibiotik A : Risiko infeksi
pemberian berfungsi untuk berhubungan dengan
antibiotik mencegah prosedur invasive
jika perlu terjadinya (terpasang infus
infeksi NaCl 0,9% hari ke-
10) masalah teratasi
(Anes) sebagian
P : Lanjutkan intervensi
(Anes)
1. Monitor tanda
infeksi
2. Ukur tanda-
tanda vital

(Anes)

55
CATATAN PERKEMBANGAN

NO
SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI
4 Tgl : 24 Juni 2016 Tgl : 24 Juni 2016 Tgl : 24 juni 2016
Jam : 05.00 WIB Jam : 05.30 WIB Jam : 06.00 WIB
S : -. 1. Memonitor tanda infeksi S: -
O : pada sekitar tusukan jarum (Anes) O : Pada sekitar tusukan jarum infuse pada balutan
infuse pada balutan penutupnya kotor dan ada sedit darah
penutupnya kotor dan ada
sedit darah
A : Risiko infeksi berhubungan (Anes)
dengan prosedur invasive Jam : 09.00 WIB Jam : 09.25 WIB
(terpasang infus NaCl 0,9% 2. Mengukurkur tanda-tanda vital S: -
hari ke-10) masalah teratasi O : TD : 110/70mmHg
sebagian N : 98 x/menit
P : Lanjutkan intervensi S : 36,4oC
(Anes)
1. Monitor tanda infeksi R : 24 x/menit
2. Ukur tanda-tanda vital
3. Ganti tusukan infus
(Anes)
Jam : 15.40 WIB
Jam : 10.00WIB S : pasien mengatakan sakit saat disuntik
3. Memasang / mengganti tusukan Infus
(Anes) O : terpasang infus ditangan kiri NacL 20 tpm,
tetesan lancer dan balutan bersih
(Anes)

(Anes)

56
NO
SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI

Tgl : 24 Juni 2016


Jam : 16.00 WIB

S:-
O : TD : 110/80mmHg
N : 110 x/menit
S : 37,4oC
R : 23 x/menit
- pada sekitar tusukan jarum infuse pada
balutan penutupnya bersih
A : Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasive (terpasang infus NaCl 0,9% hari ke-
10) masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda infeksi
2. Ukur tanda-tanda vital

(Anes)

57
CATATAN PERKEMBANGAN

NO
SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI
4 Tgl : 25 Juni 2016 Tgl : 25 Juni 2016 Tgl : 25 Juni 2016
Jam : 05.00 WIB Jam : 05.30 WIB Jam : 06.00 WIB
S :-
O : TD : 110/80mmHg 1. Memonitor tanda infeksi S:-
N : 110 x/menit O : pada sekitar tusukan jarum infuse pada
S : 37,4oC balutan penutupnya kotor dan ada sedit
R : 23 x/menit (Anes) darah
- pada sekitar tusukan jarum
infuse pada balutan
penutupnya bersih (Anes)

A : Risiko infeksi berhubungan


dengan prosedur invasive Jam: 09.20 WIB
Jam : 09.00 WIB
(terpasang infus NaCl 0,9% hari S:-
2. Mengukur tanda-tanda vital
ke-10) masalah teratasi sebagian O: TD : 110/80mmHg
P : Lanjutkan intervensi N : 110 x/menit
1. Monitor tanda infeksi S : 37,4oC
2. Ukur tanda-tanda vital (Anes) R : 23 x/menit

(Anes) (Anes)

58
NO
SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl : 25 Juni 2016
Jam : 16.00 WIB

S:-
O : pada daerah tusukan infuse balutan
bersih
A : Risiko infeksi berhubungan dengan
prosedur invasive (terpasang infus NaCl
0,9% hari ke-10) masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi

(Anes)

59
NURSING CARE PLAN

DIAGNOSIS PERENCANAAN
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
5 Tgl : 23 Juni 2016 Setelah dilakukan Tgl : 23 Juni 2016 Tgl : 23 Juni 2016 Tgl : 23 Juni 2016
Jam : 11.20 WIB tindakan Jam : 08.15 WIB Jam : 10.00 WIB Jam : 10.15 WIB
Defisit perawatan keperawatan 1. Memonitor S : Pasien
diri berhubungan selama 3 x 24 jam 1. Monitor 1. Memantu kebutuhan mengatakan
dengan masalah defisit kebutuhan kebersihan perawatan diri mandi 1 kali
Ketidaktahuan perawatan diri perawatan diri diri pasien pasien karena takut
anggota keluarga teratasi dengan pasien tusukan infus
tentang kondisi kriteria hasil: terlepas dan
sakit ditandai 1. Pasien bersih 2. Motivasi basah
2. Agar pasien
dengan: dan wangi pasien untuk mau untuk (Anes) O :
DS : 2. Pasien segar perawatan diri 1. Kulit kepala
melakukan
1. Pasien dan memakai mandiri secara dan rambut
perawatn
mengataka baju ganti bertahap kotor
dirinya
n mandi 1 setelah 2. Kuku kaki dan
sendiri sesuai
kali karena mandi. tangan pasien
kemampuan
takut 3. Pasien panjang dan kotor
tusukan mampu
infus menggosok
terlepas gigi minimal (Anes)
dan basah. 2x 3. Bantu pasien 3. Kebersihan Jam : 15.00 WIB
4. Rambut untuk diri dan 2. Membantu pasien Jam : 16.00 WIB
pasien bersih melakukan penampilan untuk mandi dan
DO : S : Pasien mengatakan
dan rapi. perawatan diri yang baik potong kuku
1. Kulit pasien lebih segar dan
5. Kuku pasien diri. menimbulkan
kepala dan bersih
rambut pendek dan perasaan yang O:
kotor bersih. nyaman ( Anes) 1. Pasien terlihat
segar bersih, dan
wangi.

60
NO DIAGNOSIS PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
2. Gigi 4. Melibatkan 4. Dengan 2. Kuku tangan dan
berwarna keluarga melibatkan kaki pasien
kuning dalam keluarga pendek dan
3. Kuku membantu pasien maka bersih
tangan dan perawatan kebutuhan
kaki pasien pasien akan
panjang terpenuhi (Anes )
dan kotor
(Anes) Tgl :23 Juni 2016
(Anes) Jam : 16.15 WIB
S : Pasien mengatakan
(Anes) pasien lebih segar
dan bersih
O:
1. Pasien terlihat
segar bersih, dan
wangi.
2. Kuku tangan dan
kaki pasien pendek
dan bersih
A : Masalah Defisit
perawatan diri
berhubungan
dengan
Ketidaktahuan
anggota keluarga
tentang kondisi
sakit teratasi
sebagian

61
NO DIAGNOSIS PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

P : Lanjutkan
intervensi
1. Bantu pasien
untuk melakukan
perawatan diri
2. Motivasi agar
mau melakukan
perawatan diri di
rumah sakit
secara mandiri

(Anes)

62
CATATAN PERKEMBANGAN
NO SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI
5 Tgl : 24 Juni 2016 Tgl : 24 Juni 2016 Tgl : 24 juni 2016
Jam : 05.00 WIB Jam : 05.30 WIB Jam : 06.00 WIB
S :Pasien mengatakan belum 1. Membantu pasien dalam melakukan S : Pasien mengatakan lebih segar sehabis mandi
mandi pagi ini. perawatan diri (mandi). O:
O :Pasien terlihat tidak rapi 1. Pasien memakai baju ganti yang bersih
rambut acak-acakan. (Anes) 2. Rambut terlihat rapi
A : Masalah Resiko Defisit Self
Care berhubungan dengan
Ketidaktahuan anggota (Anes)
keluarga tentang kondisi Jam : 09.00 WIB Jam : 09.25 WIB
sakit teratasi sebagian. 2. Memotivasi pasien dan keluarga S:
P : Lanjutkan intervensi untuk melakukan perawatan diri. 1. Pasien dan keluarga pasien mengatakan
1. Bantu pasien untuk akan lebih merawat diri.
perawatan diri 2. Pasien mengatakan sudah tidak takut
(mandi). lagi tusukan infus basah.
2. Edukasi pasien dan O : - pasien terlihat senang untuk
keluarga tentang (Anes)
merawat dirinya
pentingnya perewatan
diri. (Anes)
3. Pasien juga belum
mengetahui tentang etika Jam : 15.00WIB Jam : 15.40 WIB
batuk yang benar. 3. Membantu pasien dalam perawatan diri S: -
(mandi) dengan keluarga. O:
1. Pasien terlihat rapi, dan wangi
2. Rambut tersisir rapi
(Anes)
(Anes) (Anes)

63
NO SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl : 24 Juni 2016
Jam : 16.00 WIB
S:
1. Pasien mengatakan lebih segar
sehabis dimandikan.
2. Pasien dan keluarga pasien mengatakan
akan lebih merawat diri.
O:
1. Pasien memakai baju ganti baru
2. Rambut terlihat rapi
A : Masalah Defisit perawatan diri berhubungan
dengan Ketidaktahuan anggota keluarga
tentang kondisi sakit teratasi sebagian
P : Lanjut intervensi :
1. Bantu pasien dalam melakukan perawatan
diri.
2. Beri pendidikan kesehatan
tentang pencegahan infeksi

(Anes)

64
CATATAN PERKEMBANGAN

NO
SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI
5 Tgl : 25 Juni 2016 Tgl : 25 Juni 2016 Tgl : 25 Juni 2016
Jam : 05.00 WIB Jam : 05.30 WIB Jam : 06.00 WIB
S: 1. Membantu perawatan diri S : Pasien mengatakan merasa nyaman dan
1. pasien mengatakan belum pasien (mandi) dengan keluarga segar setelah mandi.
mandi pagi ini. O:
O: 1. Pasien gosok gigi di kamar mandi
1. Pasien terlihat kucel (Anes) 2. Pasien terlihat fresh dan rambut
kurang rapi. tersisir rapi
2. Rambut berantakan 3. Pasien ganti dengan baju yang
A : Masalah Resiko Defisit Self Care bersih
berhubungan dengan
Ketidaktahuan anggota keluarga
tentang kondisi sakit teratasi (Anes)
Jam : 09.00 WIB
sebagian Jam: 09.20 WIB
2. Memberikan edukasi
P : Lanjutkan intervensi S : Pasien dan keluarga mengatakan akan
tentang pencegahan infeksi cuci tangan sebelum dan sesudah makan
1. Membantu pasien dalam
melakukan perawatan O: Pasien dan keluarga tampak memahami
diri (mandi) dengan cara mencegah infeksi
keluarga. (Anes)
2. Memberikan
pendidikan kesehatan (Anes)
tentang pencegahan Tgl : 25 Juni 2016
infeksi Jam : 16.00 WIB
S:
(Anes) - Pasien mengatakan merasa nyaman dan
segar setelah mandi

65
NO
SOAP IMPLEMENTASI EVALUASI
O : Pasien terlihat bersih dan rapi

A : Masalah Defisit perwatan diri


berhubungan dengan ketidaktahuan
anggota keluarga tentang kondisi sakit
teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
- Motivasi pasien untuk merawat
dirinya secara mandiri

(Anes)

66
BAB III

PEMBAHASA

Setelah dilakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan selama 3 hari, mulai tanggal 23 Juni 2016 sampai 25 Juni 2016

didapatkan hasil pengkajian sampai dengan pendokumentasian. Pada pembahasan

kasus ini, penulis mengacu pada proses keperawatan mulai dari pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan serta

dokumentasi keperawatan. Dengan melihat adanya kesenjangan antara kasus

yang nyata dengan teori dan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien Ny. ”C” dengan Thalasemia di Ruang Bougenvile

3RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Pembahasan untuk tiap-tiap tahap proses

keperawatan pada kasus ini adalah sebagai berikut:

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal landasan proses keperawatan.

Diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat

memberi arah kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan

sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian

(Rohmah, 2010).

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dari

mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai

permasalahanyang ada (Hidayat, 2008).

67
6

Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu:

a) Pengumpulan data

b) Pengelompokan data

c) Perumusan diagnosa keperawatan

Penulis mengumpulkan data mengenai status pasien yang meliputi aspek

sosial, biofisika, cultural, dan spritual secara komprehensif. Alat yang digunakan

antara lain Tensimeter, Stetoscop, Thermometer dan Jam Tangan. Dan yang

menjadi sumber data adalah pasien, keluarga pasien, tim kesehatan lain dan status

kesehatan pasien.

1) Data yang ada dalam teori(Padila, 2013) dan ada dalam kasus yaitu:

a. Lemah dan mudah lelah

Lemah dan mudah lelah terjadi akibat kadar hemoglobin dibawah

normal, sehingga menghambat jaringan dari sirkulasi darah dan oksigen

serta pembuangan hasil dari sisa katabolisme, serta terjadi peningkatan

energi untuk bernafas yang terjadi akibat distress pernafasan dan batuk.

Perfusi yang kurang pada otot-otot rangka menyebabkan kelemahan dan

keletihan (Muttaqin, 2009). Didapatkan data yang muncul pada pasien

adalah dengan pernyataan pasien yang mengatakan “merasa badannya

lemas dan cepat merasa lelah” terutama saat melakukan ADL: mandi,

makan, dan berpindah. Hal ini terjadi karena oksigen yang dibawa

hemoglobin tidak mencukupi sehingga saat pasien melakukan kegiatan

ringan terjadi peningkatan energi untuk bernafas.


6

b. Trombositopenia

Trombositopenia adalah kadar trombosit dibawah angka normal, fungsi

trombosit adalah sebagai penutup/penyumbat saat adanya kebocoran

pembuluh darah, selain itu trombosit juga akan memicu reaksi pembekuan

darah lebih lanjut sehingga perdarahan dapat dihentikan (Price, 2005).

Data yang muncul pada pasien adalah berdasarkan hasil laboratorium

tanggal 20 Juni 2016, yaitu trombosit 70.000 µL. Hal ini disebabkan

karena menurunnya produksi sumsum tulang yang berakibat angka

trombosit dibawah normal dan mengakibatkan trombositopenia.

c. Pucat

Wajah pucat adalah keadaan muka tidak nampak putih kemerah-merahan,

tetapi terlihat putih semu dan nampak lesu. Pada penderita thalasemia

adanya penurunan hemoglobin menyebabkan wajah pasien pucat. Data ini

muncul pada pasien didapat dari pengkajian tanggal 20 Juni 2016

ditemukan wajah pasien tampak pucat. Hal ini disebabkan oleh

menurunnya kadar hemoglobin yaitu 6,1 g/dl sehingga menyebabkan

wajah pasien nampak pucat.

d. Pusing

Adanya penurunan kadar hemoglobin mengakibatkan kepala pusing,

pusing merupakan rasa berputar yang dirasakan tanpa disertai rasa nyeri

maupun sakit. Data yang muncul pada pasien adalah saat pengkajian

tanggal 23 Juni 2016 pasien mengeluh sedikit pusing. Hal ini disebabkan
7

karena penurunan kadar hemoglobin yang mengkibatkan oksigen yang

dibawa tidak mencukupi sehingga pasien merasa pusing.

e. Nyeri

Nyeri merupakan suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang

tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau

potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi

kerusakan. Data ini ditemukan pada pasien adalah saat pengkajian tanggal

23 Juni 2016 pasien mengeluh nyeri dibagian perut kanan bawah.

f. Konjunctiva anemis

Konjunctiva anemis merupakan salah satu tanda pada anemia, konjunctiva

merupakan membran tipis bening yang melapisi permukaan bagian dalam

sclera. Pada anemia, konjunctiva pucat biasa ditemukan karena

berkurangnya kadar hemoglobin. Data ini ditemukan pada pasien karena

kadar hemoglobin dibawah normal yaitu 6,1 g/dl dan konjuntiva anemis.

g. Tangan kanan pasien terpasang infus NaCl 0,9% dengan set transfus 20

tpm tetesan lancar, terpasang sejak tanggal 14 Juni 2016. Hal ini untuk

mengganti cairan tubuh setelah dan sebelum dilakukan transfusi.

2) Data yang ada pada teori (Bakta, 2006) tetapi tidak ada dalam kasus :

a. Leukositopenia

Leukositopenia merupakan penurunan jumlah sel darah putih yang

ditemukan dalam darah, ini menurunkan kemampuan tubuh untuk

melawan infeksi dan penyakit.Sel darah putih melindungi tubuh terhadap

infeksi.Jadi, karena jumlah sel darah putih menurun menyebabkan lebih


7

mudah terkena infeksi bakteri (Price, 2005). Data ini tidak muncul dalam

kasus karena angka leukosit pada hasil laboratorium yaitu 6500 µL.

Dalam kasus pasien bisa terjadi leukositopenia ketika jumlah sel darah

putih menurun, maka kemampun seseorang untuk melawan infeksi dan

penyakit juga akan menurun sehingga lebih rentan terserang penyakit.

b. Mual dan muntah

Merupakan sensasi tidak nyaman ppada perut bagian atas sehingga

menimbulkan rasa ingin muntah.Sedangkan muntah adalah keluarnya isi

lambung melalui mulut.Pada pasien thalasemia mual dan muntah

disebabkan oleh pusing yang dialaminya. Data ini tidak ditemukan

dikasus karena pasien tidak mengeluh mual maupun muntah. Dalam

kasus pasien bisa terjadi mual dan muntah ketika kondisi sel darah merah

sudah rusak akibatnya penderita thalasemia akan mengalami gejala

anemia diantaranya nafsu makan hilang.

c. Petekie

Petekie merupakan bercak merah yang merupakan perdarahan kecil

dibawah kulit, petekie merupakan perdarahan intradernal atau

submukosa. Pada thalasemia petekie muncul akibat dari trombositopenia.

Data ini tidak ditemukan dalam kasus karena dari hasil pengkajian

tanggal 23 Juni 2016 pasien tidak ada tanda-tanda petekie.


7

d. Capilaryrefil > 2 detik

Merupakan test yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku. Pada

thalasemia ditemukan capillary melambat karena asupan oksigen didalam

tubuh kurang. Data ini tidak ditemukan dalam kasus karena pada saat

dilakukan pengkajian pada tanggal 23 Juni 2016, hasil test capilaryrefil

pasien kurang dari 2 detik.

e. Mukosa bibir kering

Merupakan kelainan akibat kurangnya suplai oksigen dalam tubuh, data

ini tidak ditemukan dalam kasus, pada saat pengkajian :Mukosa bibir

pasien lembab.

3) Data yang ada dalam kasus, tetapi tidak ada pada teori yaitu:

a. Kurang perawatan diri

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi atau aktivitas

perawatan diri sendiri. Perawatan diri mandi tidak terpenuhi karena

ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri yang mandiri oleh adanya

faktor penyakit, kelelahan ataupun intoleransi aktivitas yang mengakibatkan

kebutuhan perawtan diri tidak terpenuhi. Data ini muncul dalam kasus tetapi tidak

muncul pada teori karena pada pasien mengalami kelemahan yang disebabkan

penurunan hemoglobin akibatnya defisit perawatan diri mandi pasien belum

terpenuhi dan pasien tidak begitu memperhatikan tentang kebersihannya. Pada

saat pengkajian yang dilakukan tanggal 23 juni 2016 ditemukan data : kulit kepala

dan rambut kotor, gigi berwarna kuning, kuku tangan dan kaki panjang dan kotor,
7

dalam perawatan diri pasien masih dibantu keluarga dan diingatkan oleh perawat,

pasien mandi 1 kali dalam sehari.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah pertanyaan yang jelas mengenai status

kesehatan atau masalah kesehatan pasien baik bersifat aktual atau risiko dalam

rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk

mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehataan klien yang

ada pada tanggung jawabnya (Tarwoto & Wartonah, 2010).

Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan

yang aktual dan potensial. Yang dimaksud dengan aktual adalah masalah yang

ditemukan pada saat dilakukan pengkajian, sedangkan masalah potensial

adalah yang kemungkinan akan timbul kemudian (Nursalam, 2007). Rumusan

diagnosa keperawatan mengandung tiga komponen utama yaitu :

P :Problem adalah pernyataan singkat yang menunjukkan masalah aktual dan

risiko kesehatan.

E :Etiologi adalah ungkapan singkat tentang kemungkinan penyebab risiko

pada masalah aktual/masalah risiko pasien.

S: Symthom adalah pernyataan khusus tentang perilaku reaksi pasien

sesuai dengan keadaan pasien terhadap masalah tindakan keperawatan

dan managemennya.

Berdasarkan hasil analisa data pada kasus didapatkan beberapa

diagnosa, diagnosa keperawatan diagnosa yang jelas, singkat dan pasti

tentang masalah pasien serta pengembanganya yang dapat dipecahkan atau


7

diubah melalui tindakan keperawatan. Berdasarkan teori menurut Marilyn

E. Doengoes (2000), penulis mengangkat 5 diagnosa keperawatan pada

pasien sesuai prioritas masalah berdasarkan :

a. Tingkat kegawatan atau yang mengancam hidup

b. Hierarki Maslow :

1) Kebutuhan fisiologis

2) Aman dan nyaman

3) Keselamatan

4) Mencintai dan dicintai

5) Harga diri

6) Aktualisasi

Pembahasan tentang diagnosa keperawatan prioritas :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.

Penulis mengangkat sebagai diagnosa prioritas utama karena

berdasarkan Hierarki Maslow itu masuk dalam keselamatan pasien,

jika keselamatan pada pasien belum teratasi maka penulis tidak bisa

menjalankan diagnosa selanjutnya.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan nafsu makan.

Penulis mengangkat sebagai diagnosa prioritas ke dua karena

berdasarkan Hierarki Maslow itu masuk dalam kebutuhan fisiologis

ditemukan data pasien nafsu makan menurun, indeks masa tubuh 19,8

Kg/m2 dibawah batas normal.


7

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrisi ke sel.

Penulis mengangkat sebagai diagnosa prioritas ke tiga karena

berdasarkan Maslow masuk dalam level keselamatan.Sehingga

walaupun menjadi prioritas utama dalam masalah ditemukan data

pada tangan kanan pasien terdapat lebam-lebam berwarna merah

kebiruan.

4. Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme

sekunder terhadap (terpasang infus NaCl 0,9% hari ke-10.

Penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas keempatkarena

ditemukannya data tangan kiri pasien terpasang infus NaCl 0,9%

dengan transfusi set 20 tpm tetesan lancar, terpasang sejak tanggal 14

Juni 2016. Berdasarkan kebutuhan Maslow masuk di kebutuhan

fisiologis karena pasien masih berisiko terhadap infeksi.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kecemasan, kelemahan

dan kelelahan.

Penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas ke lima karena

didapatkan data pasien mandi satu kali karena takut tusukan infus

terlepas dan basah, kulit kepala dan rambut pasien kotor. Berdasarkan

Maslow masuk dalam kebutuhan fisiologis.


7

1) Diagnosa dibawah ini yang ada pada teori (Doenges, 2006) dan

muncul pada kasus :

a. Risikoinfeksi berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme

sekunder terhadap (terpasang infus NaCl 0,9% hari ke-10).

Definisi diagnosa diatas adalah mengalami peningkatan risiko

terserang organism patogenik. Diagnosa ini terdapat dalam kasus

karena saat dilakukan pengkajian pada tanggal 23 Juni 2016,

ditemukan data, tangan kanan pasien terpasang infus NaCl 0,9 %

dengan transfusi set 20 tpm tetesan lancar, terpasang sejak tanggal 14

Juni 2016.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan nafsu makan.

Definisi diagnosa diatas adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolic seperti hilang nafsu makan, kurang

tertarik pada makanan, adanya penurunan berat badan. Diagnosa ini

muncul karena pada tanggal 23 Juni 2016, pasien mengatakan nafsu

makan menurun makan hanya habis ¼ porsi diit dari rumah sakit,

pasien tidak nafsu makan sejak tanggal 14 Juni 2016saat dirawat

dirumah sakit BB : 49kg, TB : 157cm, IMT : 19,8 Kg/m 2

(underweight).
7

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kecemasan, kelemahan

dan kelelahan.

Sindrom defisit perawatan diri merupakan keadaan dimana individu

mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas

perawatan diri. Diagnosa ini adalah aktual, sedangkan pada kasus data

yang didapatkan adalah data yang menegakkan diagnosa. Diagnosa ini

masuk dalam kasus karena saat dilakukan pengkajian pada tanggal 23

Juni 2016, ditemukan data : pasien mengatakan sehari mandi 1x

karena takut tusukan infus terlapas dan basah, kulit kepala dan rambut

kotor, gigi berwarna kuning, kuku tangan dan kaki panjang dan kotor.

2) Diagnosa yang ada dalam teori (Doenges, 2006)tetapi tidak ada dalam

kasus :

a. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan nutrisi

perubahab proses pencernaan. Diagnosa ini tidak ada dalam kasus

karena pasien tidak mengalami (konstipasi) susah dalam buang air

besar maupun diare.

b. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan

pengobatan. Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan tidak ada atau

kurang informasi berhubungan dengan topik yang spesifik tentang

kondisi pasien (Herdman, 2012). Diagnosa ini tidak ada karena pasien

dan keluarga sudah mendapat informasi tentang penyakitnya sejak

dirawat di RSUD Sleman. Pasien mendapatkan informasi tentang


7

pengobatan yang dilakukan perawat, dokter dan tim medis lain di

RSUD Sleman.

3) Diagnosa yang muncul dalam kasus, namun tidak sesuai dengan teori

yaitu:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

Nyeri kisaran normal 1-2.

Pada kasus ditemukan data bahwa pada saat pengkajian tanggal 23

Juni 2016 skala nyeri 3. Disebabkan dari seringnya pasien mendapat

transfusi, infeksi bakteri S. Pneumoniaemerupakan penyebab

terbanyak bakteremia terutama pada pasien thalasemia akibatnya

terjadi sirosis hepar yang menimbulkan rasa nyeri.

C. PERENCANAAN

Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses

keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi

arah bagi tujuan yang dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk

bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan.

(Asmudi, 2008).

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan yang muncul, penentuan masalah ini disesuaikan dengan

masalah yang harusdiatasi dengan prioritas kebutuhan dasar menurut

Maslow, tingkat kegawatan, mengancam jiwa dan kesehatan.


7

Perencanaan diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah adalah

dalam penetapan tujuan dan kriteria evaluasi mengacu pada rumusan

SMART (Spesifik, Measurable, Achievable, Realitis, Time Limited). Dalam

penyusunan perencanaan keperawatan harus mencangkup ONEK

(Observasi, Nursing Treathment, Education, Kolaborasi).

Berdasarkan prioritas dan tujuan yang ingin dicapai, maka penulis

merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang

hendak dikerjakan, sesuia dengan kebutuhan pasien (Maslow).

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis

Penulis menetapkan 3x24 jam. Alasan penulis :

Terapi obat oraltramadol50 mg adalah jenis obat yang termasuk analgesik

atau pereda rasa sakit, obat ini dipakai untuk meredakan rasa sakit ringan

hingga menengah. Obat ini juga bisa dipakai untuk menghilangkan nyeri.

a. Kriteria pada kasus dan sesuai dengan teori:

1) Nyeri dalam batas normal

b. Perencanaan sesuai dengan teori dan ada pada kasus:

1) Mengkajiskala nyeri

Hal ini dilakukan karena apabila nyeri pasien bertambah maka akan

manyebabkan sakit yang bertambah.

2) Mengajarkan terapi nonfarmakologi ( tekhnik nafas dalam )

Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri.

3) Memberikan informasi rentang nyeri


8

Hal ini dilakukan karena dengan memberikan informasi rentang

nyeri maka pasien dapat mengetahui skala nyeri yang dirasakan.

4) Kelola pemberian obat oral tramadol50mg

Hal ini dilakukan untuk menurunkan skala nyeri, membatasi

pertumbuhan organisme, untuk meningkatkan autodestruksi dari

sel-sel yang terinfeksi dan dapat membantu pasien agar nyeri

berkurang.

c. Perencanaan yang ada dikasus tetapi tidak ada diteori :

1) Tingkatkan intake cairan

Hai ini dilakukan karena minum banyak dapat memenuhi

kebutuhan cairan sehingga dapat mengurangi demam.

d. Perencanaan yang ada diteori tetapi tidak ada dikasus :

1) Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur,

sesuai indikasi. Hal ini tidak direncanakankarena suhu ruangan

harus sudah memenuhi standar kesehatan untuk mempertahankan

suhu mendekati normal

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan penurunan nafsu makan

Dalam diagnosa ini penulis merencanakan kriteria waktu 3x24 jam.

Pemberian diit yang diberikan dari rumah sakit setiap harinya dapat

memberikan kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien

yang sedang dalam masa sakit atau penyembuhan sehingga pasien tidak

kekurangan nutrisi dalam tubuhnya yang dapat memperburuk


8

keadaanpasien. Dalam kriteria waktu yang sudah ditetapkan masalah

kebutuhan nutrisi akan menunjukkan ke hal yang lebih baik. Dengan

kriteria hasil:

a. Kriteria pada kasus dan sesuai dengan teori:

1) Pasien mampu mengontrol berat badan.

b. Perencanaan sesuai dengan teori dan ada pada kasus:

1) Observasi masukan diit pasien. Dalam hal ini dilakukan karena

memberikan informasi tentang masukan diit pasien.

2) Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering. Dalam hal ini

untuk mengurangi perasaan cepat penuh.

3) Kelola diit TKTP pada pasien. Hal ini dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi pasien.

c. Perencanaan yang ada dikasus tetapi tidak ada diteori :

1) Motivasi pasien menghabiskan diit dari rumah sakit

Dalam hal ini agar pasien mendapat peningkatkan asupan nutrisi

yang adekuat.

2) Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh. Dalam hal ini menjelaskan

pentingnya nutrisi dalam proses penyembuhan akan menambah

pengaetahuan yang dapat menjadi acuan bagi pasien dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi.


8

d. Perencanaanyang ada diteori tetapi tidak ada dikasus :

1) Observasi mual/muntah, flatus

Hal ini dilakukan apabila gejala gastroenteritis menunjukkan efek

anemia pada organ.

2) Observasi pemeriksaan laboratorium albumin

Hal ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas program

pengobatan dan untuk mengetahui sumber diit nutrisi yang

dibutuhkan pasien.

3) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi

ke sel

Penulis menetapkan 5x24 jam karena jika nilai Hb rendah maka akan

terjadi gangguan pengurangan hantaran oksigen ke sel-sel lain yang

dibutuhkan oleh jaringan. Adapun jaringan yang peka akan oksigen itu

yaitu sel saraf, sel otot jantung dan sel tubulus ginjal, kalau hantaran

oksigen kurang maka yang terjadi adalah aktifitas kerja sel-sel jaringan

tersebut ikut berkurang, padahal sel-sel itu adalah sel-sel jaringan vital

untuk tubuh, maka tranfusi darah harus dilakukan, pemberian satu unit

PRC (Packed Red Cell) akan meningkatkan hematokrit 3-7%, atau 1

kantong PRC akan meningkatkan Hb sebesar 1 mg/dL, sedangkan

pemberian 1 kantong WB (Whole Blood) akan meningkatkanHb sebesar

0,5 mg/dL.
8

a. Kriteria pada kasus dan sesuai dengan teori :

1) Pasien mampu mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas

normal Respirasi : 20-24x/menit, Nadi : 60-100x/menit, Tekanan

darah : 110/60-120/100mmHg, Suhu : 36,5oC-37,5oC

b. Perencanaan sesuai dengan teori dan ada pada kasus :

1) Kaji warna kulit, dan ukur tanda-tanda vital. Hal ini dilakukan

untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2) Monitor hasil laboratorium : Hb, Trombosit. Untuk

mengidentifikasi kebutuhan pengobatan atau respon terhadap

terapi yang sudah diberikan.

3) Kelola pemberian oksigenasi sesuai dengan indikasi. Hal ini

dilakukan untuk memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan.

c. Perencanaan yang ada dikasus tetapi tidak ada diteori :

1) Pantau atau dokumentasikan pola istirahat pasien dan lamanya

tidur untuk memantau istirahat pasien, cukup istirahat dapat

mencegah kelelahan.

2) Anjurkan pasien tidur dengan posisi kepala lebih tinggi. Hal ini

berguna untuk meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan

oksigenasi untuk kebutuhan seluler.


8

d. Perencanaan yang ada diteori tetapi tidak ada dikasus :

1) Auskultasi bunyi nafas

Berguna untuk mengetahui suara napas pasien dispnea atau

gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung lama dan

peningkatan curah jantung.

2) Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi.

3) Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori,

bingung.

4) Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi.

5) Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.

4) Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya

mikroorganisme sekunder terhadap (terpasang infus NaCl 0,9% hari

ke-10

Penulis merencanakan Resiko Infeksi, dapat dicegah dalam waktu 3x24

jam karena didalam pencegahan berkembangnya bakteri atau perluasan

resiko infeksi dibutuhkan terapi anti biotik yang harus dilakukan secara

berkesinambungan supaya bakteri tidak semakin berkembang. Dosis dan

waktu pemberian antibiotik harus dilakukan secara tepat pada jam yang

sudah ditentukan menurut waktu paruh yang sudah ditentukan. Dalam

waktu ini yang telah direncanakan tersebut diharapkan dapat

meminimalkan terjadinya perluasan infeksi semakin parah

.
8

a. Kriteria pada kasus dan sesuai dengan teori :

1) Bebas dari tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor,

fungsiolesa)

b. Perencanaan sesuai dengan teori dan ada pada kasus :

1) Ukur tanda-tanda vital

2) Dalam hal ini dilakukan karena untuk memantau tanda dan gejala

infeksi terutama suhu.

3) Kolaborasi pemberian antibiotic jika perlu. Dalam hal ini

dilakukan karena efek antibiotik adalah menekan atau

menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme,

khususya dalam proses infeksi oleh bakteri.

c. Perencanaan yang ada dikasus tetapi tidak ada diteori :

1) Monitor tanda infeksi

2) Dalam hal ini dilakukan karena jika pasien terkena infeksi maka

akan muncul tanda dan gejalanya yaitu: kolor,dolor,tumor,rubor

dan fungsiolesa.

3) Batasi pengunjung

4) Hal ini dilakukan agar pasien tidak tertular penyakit dari

pengunjung.

5) Berikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan infeksi Hal ini

dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan pasien.


8

d. Perencanaan yang ada diteori tetapi tidak ada dikasus :

1) Tempatkan di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu

keluarga supaya menggunakan masker saat berkunjung, hal ini

dilakukan agar mengurangi risiko penularan mikroorganisme.

2) Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan untuk

mencegah infeksi nosokomial.

3) Observasi hasil pemeriksaan leukosit, hal ini dilakukan untuk

memantau penurunan daya tahan tubuh dan berisiko untuk terjadi

infeksi.

5) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kecemasan, kelemahan

dan kelelahan.

Pada diagnosa ini penulis menggunakan kriteria waktu 3 x 24 jam karena

jika keadaan secara umum pasien itu bersih rapi secara tidak langsung

memberikan energi positif yang bermanfaat pada kondisi kesehatannya.

Jadi di dalam waktu yang telah direncanakan dapat mengubah cara

pandang pasien terhadap manfaat perawatan diri bagi kesehatannya

sehingga mampu memenuhi perawatan dirinya sendiri secara mandiri atau

dibantu oleh keluarganya. Dengan kriteria hasil :

a. Kriteria pada kasus dan sesuai dengan teori :

1) Pasien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan

tingkat kemampuan diri sendiri.


8

b. Perencanaan sesuai dengan teori dan ada pada kasus :

1) Monitor kebutuhan perawatan diri pasien untuk memantau

kebersihan diri pasien

2) Motivasi pasien untuk perawatan diri mandiri secara bertahap.

Agar pasien mau untuk melakukan perawatan dirinya sendiri

sesuai kemampuannya.

3) Bantu pasien untuk melakukan perawatan diri. Hal ini dilakukan

karena dengan kebersihan diri dan penampilan diri yang baik

menimbulkan perasaan yang nyaman.

c. Perencanaan yang ada dikasus tetapi tidak ada diteori :

1) Melibatkan keluarga dalam membantu perwatan pasien. Hal ini

dilakukan karena dengan melibatkan keluarga pasien, maka

kebutuhan pasien akan terpenuhi

d. Perencanaan yang ada diteori tetapi tidak ada dikasus :

1) Lakukan pengawasan namun berikan kesempatan pasien untuk

melakukan sendiri sebanyak mungkin sesuai kemampuan. Hal ini

dilakukan karena pasien mudah sekali terjadi frustasi jika

kehilangan kemandirian.
8

D. PELAKSANAAN

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama dan

sesudah tindakan, dan menilai data yang baru (Rohmah,2010).

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan yang telah

ditetapkan agar kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara optimal.Setiap

implementasi pada kasus ini telah disesuaikan dengan intervensi yang

dirumuskan. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny “C” tidak

semua rencana tindakan keperawatan dapat terlaksana dalam

melaksanakannya. Penulis melibatkan peran serta keluarga dan tim

kesehatan lain. Hal ini dapat terwujud dan terjaga juga karena kerjasama

yang baik antara penulis, perawat bangsal, pasien, keluarga pasien dan tidak

lepas dari adanya fasilitas kesehatan yang memadahi, sehingga dapat

membantu pelaksanaan masing-masing diagnosa keperawatan yang ada,

dalam tahap pelaksanaan atau implementasi keperawatan yang sudah

direncanakan tetapi tidak bisa dilaksananakan penulis selama pengambilan

kasus antara lain :

Adapun pembahasan pelaksanaan masing- masing diagnosa keperawatan

yang ada sebagai berikut :

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis

a. Intervensi yang terlaksana pada kasus

1) Mengkaji skala nyeri secara komprehensif.


8

2) Mengajarkan terapi nonfarmakologi (tekhnik nafas dalam).

3) Mengelola pemberikan obat oral tramadol 50 mg.

4) Memberikan informasi rentang nyeri.

b. Intervensi yang tidak terlaksana

Semua intervensi dilakukan oleh penulis karena sesuai dengan kondisi

pasien.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan nafsu makan

a. Intervensi yang terlaksana pada kasus

1) Mengobservasi masukan diit pasien.

2) Memotivasi pasien menghabiskan diit dari rumah sakit.

3) Menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering.

4) Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh.

5) Mengelola diit Tinggi Kalori Tinggi Protein pada pasien.

b. Intervensi yang tidak terlaksana

Semua intervensi dilakukan oleh penulis karena sesuai dengan kondisi

pasien.

3) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke

sel

a. Intervensi yang terlaksana

1) Mengkaji warna kulit dan mengukur tanda-tanda vital.

2) Memantau pola istirahat dan lama tidur pasien.


9

3) Menganjurkan pasien tidur dengan posisi kepala lebih tinggi.

4) Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium : Hb dam Trombosit.

5) Mengelola pemberian oksigenasi.

b. Intervensi yang tidak terlaksana

Semua intervensi dilakukan oleh penulis karena sesuai dengan kondisi

pasien.

4) Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme

sekunder terhadap (terpasang infus NaCl 0,9% hari ke-10

a. Intervensi yang terlaksana pada kasus

1) Mengobservasi tanda-tanda infeksi.

2) Mengukur tanda-tanda vital.

3) Membatasi pengunjung.

4) Memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan infeksi.

b. Intervensi yang tidak terlaksana

1) Kolaborasi pemberian antibiotic

Hal ini tidak terlaksana karena tidak ada indikasi terinfeksi oleh

kumandan dokter tidak menganjurkan untuk diberikan antibiotic.

5) Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidaktahuan anggota

keluarga tentang kondisi sakit

a. Intervensi yang terlaksana pada kasus

1) Memonitor kebutuhan perawatan diri pasien.

2) Memotivasi pasien untuk perawatan diri mandiri secara bertahap.

3) Membantu pasien untuk mandi dan memotong kuku.


9

b. Intervensi yang tidak terlaksana

Semua intervensi terlaksana.

E. EVALUASI

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah,2010).

Evaluasi adalah tahap pengukuran keberhasilan rencana keperawatan

dalam melaksanakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan atau kesehatan

pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan melibatkan

pasiendan tenaga kesehatan lain. Evaluasi yang dilakukan penulis terdiri

dari :

1. Evaluasi proses : mengacu pada setiap tindakan yang dilakukan pada

pasien.

2. Evaluasi hasil : mengacu pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan

dalam perencanaan.

Yang ditetapkan sesuai kriteria yang telah ditentukan untuk melihat

masalah tersebut teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi. Untuk

mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur dari

proses keperawatan pada pasien Nn.”C” dengan Thalasemiaselama masa

keperawatan dari tanggal 23 Juni 2016 sampai 25 Juni 2016 adalah sebagai

berikut :
9

1) Diagnosa keperawatan yang evaluasinya teratasi

Penulis menyatakan bahwa dalam pelaksanaan evaluasi pada diagnosa

belum ada yang teratasi.

2) Diagnosa keperawatan yang evaluasinya teratasi sebagian

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis

Kriteria yang sudah tercapai :

1. Pasien mengatakan nyeri dibagian perutkanan bawah sudah

berkurang. Kriteria yang belum tercapai :

Karena ada kriteria yang belum tercapai yaitu pasien masih naik

turun suhu badannya maka penulis menyimpulkan masalah teratasi

sebagian.

Planing selanjutnya, Lanjutkan intervensi :

1. Mengkaji nyeri secara komprehensif

2. Memberikan terapi nonfarmakologi ( tekhnik nafas dalam )

3. Kelola pemberian obat antipiretik tramadol 50mg melalui oral

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan

Kriteria yang sudah tercapai :

1. Pasien mengatakan selalu menghabiskan diitnya.

2. Pasien mengatakan akan makan sedikit tapi sering.

3. Pasien mengatakan memahami pentingnya nutrisi bagi proses

penyembuhannya.

4. Pasien selalu menghabiskan diit yang diberikan.


9

Kriteria yang belum tercapai :

1. Berat badan pasien 49 kg

2. Indeks Massa Tubuh pasien 19,8 Kg/m2 (underweight)

Penulis menyimpulkan bahwa masalah teratasi sebagian

Planing selanjutnya, Lanjutkan intervensi :

1. Observasi masukkan diit pasien

2. Kontrol Indeks Massa Tubuh pasien

c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman

oksigen/nutrisi ke sel

Kriteria yang sudah tercapai :

1. Pasien tampak rileks tidak terdapat otot bantu pernafasan

Kriteria yang belum tercapai :

1. Kadar hemoglobin pasien 6,1 g/dL

2. Indeks Massa Tubuh pasien 19,8 Kg/m2 (underweight)

Penulis menyimpulkan bahwa masalah teratasi sebagian

Planing selanjutnya, Lanjutkan intervensi :

1. Ukur tanda-tanda vital

2. Monitor hasil laboratorium

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Ketidaktahuan

anggota keluarga tentang kondisi sakit

Kriteria yang sudah tercapai :

1. Pasien bersih dan wangi


9

2. Pasien memakai baju ganti setelah mandi

3. Pasien mampu gosok gigi

4. Rambut pasien bersih dan rapi

5. Kuku pasien pendek dan bersih

Kriteria yang belum tercapai :

1. Pasien mandi masih dibantu keluarganya

Planing selanjutnya, Lanjutkan intervensi

1. Motivasi pasien untuk merawat dirinya secara mandiri

e. Risiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme

(terpasang infus NaCl 0,9% hari ke-10)

Kriteria yang sudah tercapai :

1. Pasien mampu menyebutkan tanda-tanda infeksi

2. Tusukan infus pasien diganti dalam tiga hari sekali

Kriteria yang belum tercapai :

1. Suhu badan pasien masih naik turun

Planing selanjutnya, Lanjutkan intervensi

1. Monitor tanda-tanda infeksi

2. Ukur tanda-tanda vital

F. DOKUMENTASI

Pendokumentasian yang dilakukan mengikuti setiap tahap dalam

setiap tahap proses keperawatan, mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap pengkajian penulis sudah

mengkaji berdasarkan bio, psiko, sosio dan spiritual dengan mengambarkan


9

metode wawancara, pemeriksaan fisik, obsevasi dan studi dokumentasi, yang

nantinya akan dianalisa dan muncul diagnosa keperawatan.

Pada tahap perencanaan penulis sudah memulai tujuan yang disusun

dengan SMART dan pada bagian intervensi sudah disusun dengan rumus

ONEC. Pada tahap pelaksanaan penulis sudah melaksanakan tindakan

sesuai dengan apa yang telah direncanakan dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan pasien secara optimal.

Pada tahap evaluasi penulis dapat mengetahui pemenuhan kebutuhan

pasien secara optimal dan dapat mengukur hasil dari proses keperawan yang

telah dilaksanakan. Pada tahap dokumentasi penulis melakukan penulisan

mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi yang digunakan untuk

mengetahui perkembangan status kesehatan pasien dan untuk mengetahui

tindakan-tindakan yang telah dilakukan serta sebagai sarana komunikasi

yang terapeutik yang efektif bagi tim kesehatan yang ada.


BAB IV
PENUTU
P

Perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh perawat

terhadap individu, keluarga, masyarakat yang mempunyai masalah keperawatan.

Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai derajat kesehatan semaksimal

mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan di

bidang promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative dengan menggunakan proses

keperawatan. Pelayanan asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga

keperawatan bekerjasama dengan petugas kesehatan lainnya dalam rangka

mencapai tingkat kesehatan yang optimal dengan demikian dalam melaksanakan

asuhan keperawatan terhadap pasien harus sesuai dengan standar kode etik

keperawatan yang telah ditetapkan (Rohmah, 2010).

Selama melakukan asuhan keperawatan pada Ny.”C” dengan Thalasemia

dari tanggal 23 Juni 2016 sampai dengan 25 Juni 2016 di Ruang Bougenvile 3

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, penulis memperoleh dan menemukan beberapa

hal guna meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan memperoleh

pengalamannya dalam melakukan asuhan keperawatan.

A. KESIMPULAN

1) Pengkajian

Pengkajian keperawatan hendaknya lengkap mencakup meliputi

bio-psiko-spiritul dan intelektual, karena kebutuhan dasar manusia tidak

hanya dari sisi biologis saja akan tetapi juga memikirkan sisi psikologis,

98
9

spiritual dan intelektual jika dalam pengkajian keperawatan tidak lengkap

maka data yang diperoleh juga tidak lengkap. Misalnya salah satu aspek

tidak terkaji yaitu aspek biologis maka kita tidak akan mengetahui masalah

yang timbul pada klien yang sebenarnya sangat mendukung keberhasilan

asuhan keperawatan yang diharapkan. Sebagai contoh dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien kelolaan selama ujian praktek, penulis

menemukan data dasar tentang pasien. Dimana klien berusia 22 tahun, usia

tersebut termasuk usia pertengahan atau middle age sesuai dengan tahapan

lanjut usia menurut WHO.

Dalam wawancara dengan pasien haruslah dengan komunikasi

terapeutik yang baik agar memperoleh data yang bias dijadikan suatu

pembahasan tentang bagaimanacara pemberian asuhan keperawatan yang

tepat untuk mempercepat kesembuhan pasien. Berarti dapat disimpulkan

bahwa pengkajian keperawata memang benar-benar harus diperhatikan,

dan juga perlunya kerja sama dengan berbagai pihak dalam hal ini

keluarga pasien sehingga dapat dijadikan penunjang dalam melakukan

proses keperawatan dan dapat memberikan asuhan keperawata nsecara

holistic.

Penulis berharap dalam melakukan pengkajian keperawatan

hendaklah ditekankan pada data fokus sehingga dapat membuat intervensi

segera dan melaksanakan proses keperawatan secara tepat dan sesuai

prioritas yang telah ditentukan.


1

2) Diagnosa Keperawatan.

Dari data atau masalah yang ada pada pasien, maka ditegakkan 5

diagnosa keperawatan sesuai priorita smasalah, yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis.

2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan nafsu makan.

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrisikesel.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya

mikroorganisme sekunder terhadap (terpasanginfusNaCl 0,9% hari ke-

10.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidaktahuan anggota

keluarga tentangk ondisisakit.

3) Perencanaan

Pada perencanaan dicantumkan tujuan, kriteria hasil, dan rencana

tindakan. Dalam penulisan perencanaan, penulis mencantumkan tujuan,

kriteriahasil, dan rencana tindakan berdasarkan kriteria SMART yaitu

:(Specific, Measurable, Acciveable, Reality, Time). Intervensi keperawatan

juga harus mencakup aspek : ONEK (Observasi, Nursing treatment,

Health education dan Kolaborasi).

4) Pelaksanaan

Dalam melakukan tindakan keperawatan harus sesuai dengan

perencanaan yang telah direncanakan sebelumnya. Baik tindakan mandiri


1

perawat maupun kolaborasi atau kelolaan dengan tim kesehatan lain.

Penulis mendapat suatu pengalaman baru yang sangat berguna untuk kita

ketahui guna pedoman untuk tindakan perawatan seterusnya demi

meningkatkan ilmu keperawatan yang professional. Pada pelaksanaa

ntindakan keperawatan pasien dengan usia 22 tahun. Dalam memberikan

asuhan keperawatan penulis hendaklah mendekatkan diri dan dengan

sentuhan terapeutik juga sangat penting digunakan pada pasien agar

menimbulkan rasa percaya pasien kepada perawat saat melakukan

tindakan keperawatan pada pasien.

5) Evaluasi

Evaluasia dalah perbandingan yang sistematis dan terencana

tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga

kesehatan lainnya (Rohmah, 2010).

Diagnosa yang teratasi :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis.

b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan penurunan nafsu makan.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya mikro

organism sekunder terhadap (terpasang infuse NaCl 0,9% hari

ke-10.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidak tahuan

anggota keluarga tentang kondisi sakit.


1

Diagnosa yang belum teratasi :

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen

atau nutrisi ke sel.

6) Dokumentasi Keperawatan

Untuk lebih mengetahui atau memonitor perkembangan status

pasien sebaiknya pendokumentasian dilengkapi dari mulai pengkajia

nsampai evaluasi, yang mana ini juga dapat digunakan sebagai sarana

komunikasi yang efektif bagi tim kesehatan dan sarana belajar bagi

mahasiswa yang menjalankan praktik klinik keperawatan di rumah sakit.

PadaNy.“C”denganThalasemia. Penulis sudah melakukan

pendokumentasian pada tahap-tahap proses keperawatan (Pengkajian,

Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi).

B. SARAN

Penulis menyarankan kepada pembaca dan adik-adik kelas guna

meningkatkan mutu, kualitas pelayanan asuhan keperawatan dan agar

pembacadanadik-adik kelas lebih mempersiapkan diri untuk memberikan

asuhan keperawatanpadapasien.

Selama melakukan asuhan keperawatan pada Ny.”C” dengan

Thalasemia dari tanggal 23 Juni 2016 sampai dengan 25 Juni 2016 di Ruang

Bougenvile 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, penulis memperoleh dan

menemukan beberapa hal guna meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan

memperoleh pengalamannya dalam melakukan asuhan keperawatan.


1

Berdasarkan hasil laporan kasus yang penulis susun maka penulis ingin

memberikan saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan kearah yang lebih

baik. Sebagai saran untuk upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan,

penulis menemukan hal-hal baru selama melakukan asuhan keperawatan yaitu :

1. Dalam menegakkan diagnose keperawatan pada pasien hendaknya harus

memperhatikan keluhan-keluhan pasien yang dapat mengancam kehidupan

dan kesehatan pasien. Selain itu juga, harus memperhatikan kebutuhan

dasar manusia berdasarkan Hierarki Maslow.

2. Pendekatan pada pasien hendaknya di tingkatkan dengan seringnya

berkomunikasi secara terapeutik dengan pasien dan keluarga dimana

pasien akan merasa lebih diperhatikan dan dirawat dengan baik.

3. Dalam pelaksanaan tindakan, ikut sertakan keluarga dan jelaskan setiap

tindakan yang dilakukan agar keluarga mengetahui program pengobatan

yang diberikan kepada pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Aru W. Sudoyo. dkk. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Askandar T. dkk. 2007. Buku Ajar Penyakit Dalam. Surabaya. Airlangga: University
Press.
Asmudi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta: EGC
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Doengoes , Marilyn E. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan , Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Herdman Heater.2012.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2012-2014 Definisi
dan Klasifikasi. Jakarta: EGC
Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Hematologi.
Jakarta: Salemba Medika.
Price, Sylvia A, Lorraine M, Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses Penyakit Edisi 6
Vol. 2. Jakarta: EGC.
Tarwanto,Wartonah.2010.Kebutuhan Dasar Manusia damn Proses Keperawatan
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
RESUME KEPERAWATAN

1) PENGKAJIAN

Hari/Tanggal : Senin, 23 Juni 2016

Jam : 08.00 WIB

Tempat : Ruang Bougenvile 3, RSUP Dr. Sardjito

Oleh : Anes Widyana

Metode : Observasi, Wawancara, Pemeriksaan fisik, Studi

dokumentasi

Sumber : Pasien, Keluarga pasien, Buku Status , Tim kesehatan lain

a) Data dasar

(1) Identitas Pasien

Nama : Ny “C”

Umur : 22 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Wiraswasta

Status Perkawinan : Belum Menikah


Alamat : Dusun Kramen, Rt-04, Rw-12,

Sleman, Yogyakarta

Diagnosa Medis : Thalasemia

Nomor Rekam Medis : 00.71.01.xx

Tanggal Masuk : 14 Juni 2016

(2) Penanggung Jawab

Nama : Ny “M”

Umur : 52 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh Tani

Alamat : Dusun Kramen, Rt-04, Rw-12,

Sleman, Yogyakarta

Hubungan dengan Pasien : Ibu Pasien

(3) Riwayat Kesehatan Pasien

- Faktor presipitasi

a. Gangguan resesif autosomal yang diturunkan

b. Gangguan herediter yang disebabkan kelainan sistem rantai

beta dan rantai alfa globin


- Faktor predisposisi

1) Mutasi pada sel DNA yang bertugas membuat hemoglobin

Mutasi yang menyebabNkan thalasemia membuat produksi

hemoglobin lebih rendah dari normal sehingga memicu anemia.

2) Obat-obatan

Obat yang biasanya menyebabkan depresi sumsum tulang (bisulfan,

siklofosfamid, antraksiklin, nitrosourea, sulfanamida, emas,

kloramfenikol).

3) Infeksi

a) Infeksi Virus

Infeksi virus hepatitis yang ditularkan melalui transfusi.

b) Infeksi Bakteri

Pada thalasemia infeksi berat disebabkan bakteri yang berkapsul

seperti pneumokokus.

c) Infeksi Parasit

Eritrosit normal dan eritrosit pada pasien thalasemia rentan

terhadap invasi P.falciparum tetapi multiplikasi parasit diturunkan

secara bermakna pada populasi eritrosit pasien thalasemia.


b) Data fokus

(1) Alasan masuk rumah sakit

Pasien mengatakan badan terasa lemas memberat sejak 3 hari

sebelum masuk rumah sakit

(2) Keluhan utama

Pasien mengatakan badan terasa panas, lemas, cepat merasa

lelah dan pusing, nafsu makan menurun makan hanya habis ¼ porsi

diit dari rumah sakit, pasien mengatakan sehari mandi 1x karena takut

tusukan infus terlepas dan basah, badan pasien teraba panas, pasien

mengatakan nyei di bagian kanan atas, pasien tampak lemas, pasien

tampak tiduran ditempat tidur, pasien lebih banyak tidur dari pada

bangun lama tidur 15 jam lama bangun 7 jam dan semua kebutuhan

pasien dibantu keluarga.

(3) Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien

merasa mudah lelah dan lemas. Pasien berobat ke RSUD Sleman

dikatakan Hemoglobin 4,9 g/dl dan dirawat inap selama 9 hari

dilakukan transfusi darah golongan darah pasien O sel darah merah

sebanyak 5 kolf, Hemoglobin menjadi 9,8 g/dl dan setelah itu boleh

pulang. Dirumah selama 2 bulan pasien merasa lemas lagi dan kontrol

ke RSUD Sleman dilakukan pemeriksaan Hemoglobin lagi, hasilnya

5,9 g/dl kemudian dirawat inap lagi dan ditranfusi darah merah lagi
sebanyak 3 kolf Hemoglobin menjadi 8 g/dl dan boleh pulang tetapi

pasien disarankan untuk berobat ke RSUP.Dr.Sardjito Yogyakarta.

(4) Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan mengalami thalasemia sejak umur 4,5 tahun

(5) Riwayat penyakit keluarga

Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki : Laki-laki meninggal dunia

: Perempuan : Perempuan meninggal dunia

: Pasien

: Tinggal serumah

: Garis keturunan
(6) Riwayat kesehatan sekarang

(a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

(pengetahuan tentang penyakit atau perawatannya)

Menurut pasien dan keluarga, kesehatan itu sangat penting

sehingga bila ada keluhan tentang kesehatan, keluarga langsung

membawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat

(b) Nutrisi atau Metabolik

Sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari dengan porsi sedang

dengan jemis makanan nasi sayur, lauk, dan buah kadang-kadang,

pasien tidak ada pantangan makanan. Pasien menyukai semua jenis

makanan terutama makanan yang manis-manis. Pasien minum

sehari (± 900 – 1600cc) dengan jenis minuman air putih dan teh.

Selama sakit pasien mendapat diit Tinggi Kalori Tinggi Protein

(TKTP) dengan frekuensi 3x sehari. Nafsu makan pasien menurun

makan makanan yang dari rumah sakit hanya habis ¼ porsi, pasien

minum 7-8 gelas per hari (± 1400-1600cc) dengan jenis minuman

air putih dan teh.

(c) Eliminasi

BAB : Sebelum sakit, pasien biasa buang air besar 1 kali sehari

dengan konsistensi lembek, warna dan bau khas feses. Selama

sakit, pasien BAB 2x per hari dengan konsistensi lembek, warna

dan bau khas feses.


BAK : Pasien buang air kecil 5-6 kali dalam sehari dengan warna

dan bau khas urine. Selama sakit pasien buang air kecil 8 kali

dalam sehari

(d) Aktivitas dan Latihan

No. ADL 0 1 2 3 4

1 Mandi 

2 Makan 

3 Toileting 

4 Berpakain 

5 Aktivitas 

Keterangan :

0 : Mandiri

1 : Dibantu alat

2 : Dibantu orang lain

3 : Dibantu orang lain dan alat

4 : Dibantu total

(e) Tidur dan Istirahat

Sebelum masuk rumah sakit 6-7 jam per hari, setiap bangun

tidur badan terasa segar dan tidak mengalami gangguan tidur. Saat

masuk rumah sakit pasien tidur ± 15 jam.


(f) Pola kebersihan diri

1) Kebersihan kulit

Pasien mandi 2 kali sehari pagi dan sore dikamar mandi

sendiri. Saat dirumah sakit pasien mandi 1 kali dalam sehari,

pasien mandi dibantu keluarganya

2) Rambut

Rambut pasien ubanan, berminyak, dan kotor

3) Telinga

Telinga pasien bersih, tidak keluar cairan atau serumen

4) Mata

Keadaan mata bersih tidak ada secret dan tidak menggunakan

alat bantu penglihatan

5) Mulut

Pasien selalu sikat gigi setiap bersaman dengan mandi

6) Kuku

Kuku tangan dan kaki pasien panjang dan kotor

(g) Aspek mental , intelektual, social, spiritual

Konsep diri

1) Identitas pasien

Pasien mampu mengenal dirinya sebagai seorang perempuan.


2) Harga diri

Pasien merasa dihargai oleh suami dan anak-anaknya. Pasien

merasa sangat dihargai walau sekarang sedang sakit.

3) Peran diri

Pasien sebagai seorang istri, dan sebagai ibu rumah tangga.

4) Gambaran diri

Pasien menyukai semua bentuk tubuhnya, tidak ada yang di

benci, pasien menganggap bentuk tubuhnya sebagai karunia

dan anugerah dari Allah SWT.

5) Intelektual

Pasien kurang mengerti tentang perawatan salit yang dialami

sekarang

6) Hubungan interpersonal

Hubungan pasien dengan keluarga baik dibuktikan dengan

keluarga selalu mendukung pasien untuk sembuh. Pasien

berhubungan baik dengan tim kesehatan, pasien yang lain dan

pasien kooperatif dengan tindakan keperawatan.

7) Spiritual

Pasien beragama Islam, sebelum sakit pasien rajin mengerjakan

sholat 5 waktu dan selama sakit pasien tidak menjalankan

sholat, pasien hanya berdoa untuk kesembuhannya.


8) Mekanisme koping

Pasien memahami keadaannya sekarang ini. Untuk

mengalihkan masalah-masalah yang dihadapi saat ini pasien

memilih diam.

9) Emosional

a) Afek

Ekspresi wajah pasien sedih

b) Mood

Pasien tanggap terhadap keadaan disekitarnya

c) Kontak mata

Kontak mata pasien memperhatikan pada setiap orang yang

mengajaknya bicara.

10) Suport sistem

Pasien memperoleh dukungan dari keluarga dan tim kesehatan

untuk segera sembuh.

11) Komunikasi

Komunikasi pasien dengan keluarga dan tim kesehatan dapat

dipahami. Pasien berbicara menggunakan bahasa jawa dan

bahasa indonesia
(7) Pemeriksaan Fisik

(a) Status Kesehatan Umum

- Keadaan umum : Baik

- Kesadaran : Compos Mentis, GCS : E4,V5,M6

Glow Coma Scale : 15

Eyes 4

Verbals 5

Motorics 6

Keterangan:

Skor 14 – 15 : Compos Mentis

Skor 12 – 13 : Apatis

Skor 11 – 12 : Somnolent

Skor 8 – 10 : Sopor / Semi Coma

Skor < 5 : Coma

(b) Tanda-tanda Vital

- Tekanan darah : 100/60 mmHg

- Nadi : 108 x/menit

- Suhu : 38,1oC

- Respirasi : 25 x/menit
(c) Status Gizi

Intake/Output :

Pasien mengatakan nafsu makan berkurang makan hanya habis ¼

diit dari rumah sakit. Program diit dari rumah sakit yaitu TKTP.

- BB : 49 kg

- TB : 157 cm

- IMT : 19.8 Kg/m2

Interprestasi : Underweight

Keterangan : IMT >30 = Obesitas

IMT 25 – 30 = Overweight

IMT 20 – 25 = Normal

IMT < 20 = Underweight

(d) Pemeriksaan fisik

- Kepala

Rambut : kulit kepala dan rambut kotor

Mata : konjungtiva berwarna pucat

Gigi : gigi berwarna kuning

- Dada

Jantung

Inspeksi : Ictus kordis negatif, tidak ada otot

bantu tambahan, ekspansi simetris.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


Perkusi : Redup

Auskultasi : Reguler, tidak ada suara tambahan

Paru-paru

Inspeksi : ekspansi simetris, bentuk simetris

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Suara sonor

Auskultasi : Vesikuler

- Abdomen

Inspeksi : tidak ada benjolan

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Thympani

Auskultasi : Bising usus 10 kali/menit

- Ekstremitas

Atas

Tangan kiri pasien terpasang infus NaCl 0,9% dengan

set transfus 20 tpm tetesan lancar, terpasang sejak

tanggal 14 Juni 2016, kuku tangan pasien panjang dan

kotor. Capillary refill < 2 detik, ada edema ditangan


Bawah

Tidak ditemukan deformitas, kuku kaki pasien panjang

dan kotor.

Capillary refiil < 2 detik, ada edema di punggung kaki

- Kulit

Pada tangan kanan pasien terdapat lebam-lebam berwarna

merah kebiruan.

Turgor kulit kurang elastis mengikuti usia

Kekuatan Otot :

4 4

4 4

Keterangan :

5 = 100 % : Gerakan normal dengan kekuatan otot

penuh, menentang gravitasi dengan

penahanan penuh.

4 = 75 % : Gerakan normal penuh menentang

gravitasi dengan sedikit penahanan.


3 = 50 % : Gerakan normal menentang gravitasi.

2 = 25 % : Gerakan otot penuh, menentang

gravitasi dengan songkongan

1 = 10 % : Tidak ada gerakan, teraba / terlihat

adanya kontraksi.

0 =0% : Paralisis total.

(8) Oksigenasi

Pasien bernafas secara spontan, tidak memakai alat bantu oksigenasi

(10) Anus dan Genetalia

Keadaan genetalia bersih karena rutin dibersihkan

(11) Pemeriksaan penunjang

Hasil pemeriksaan laboratorium (20 Juni 2016)

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan


Hemoglobin 6,1 12.0-16.0 g/dl
Trombosit 7000 150.000-450.000 µL
Natrium 132 136-145 mmol/L
Kalium 2.67 3.50-5.10 mmol/L
Eritrosit 2.090.000 4.200.000-5.200.000 µL

(12) Terapi obat

Nama Obat Dosis Rute Jam Pemberian Manfaat


Tramadol 50 mg Oral Jam 08.00 Untuk
Jam 16.00 menangani
Jam 24.00 rasa sakit
tingkat sedang
SNMC 20 mg IV Jam 08.00 Untuk
Jam 20.00 perbaikan
fungsi hati
- Infus NaCl 0,9 % transfusi set 20 tpm (@flabot NaCl

500ml)

- Infus D5 transfusi set 20 tpm (@flabot D5 500ml)

- Diit TKTP (tinggi kalori tinggi protein)

Anda mungkin juga menyukai