Anda di halaman 1dari 65

STUDI KASUS

Penerapan Primary Dressing Pada Penderita Luka Ulkus Diabetes


Milletus

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Diploma III

Oleh :

Nama : Fakhrana Rifqi Aziz

Nim : 20181382

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA


JL.Lingkar Raya Kudus Pati Km.5 Jepang Kec.Mejobo Kab.Kudus
Tahun 2020
PERSETUJUAN

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk dipertahankan di hadapan Tim


Penguji Tugas Akhir (Studi Kasus) Akademi Keperawatan Krida Husada.

Pada hari :
Tanggal :

Pembimbing

Jamaludin, A.Kep, M.Kes.

ii
PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadpan Tim Penguji Tugas Akhir Akademi Keperawatan


Krida Husada dan diterima untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai derajat
Diploma III.
Pada hari :
Tanggal :

Tim penguji Tanda tangan


Nama Penguji I : Luluk Cahyanti.,M.Kep
Nama Penguji II : Jamaludin, A.Kep, M.Kes.

Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Krida Husada

Jamaludin, A.Kep, M.Kes.

iii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Nama : Fakhrana rifqi aziz
NIM : 20181382
Program Studi : D3 Keperawatan, Akper Krida Husada Kudus

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya
saya dan bukan hasil penjiplakan dari karya orang lain, kecuali yang sudah
tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan
disebutkan nama pengarang dan telah dicantumkan dalam daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, apabila kelak
dikemudian hari terbukti ada unsur penjiplakan saya bersedia mempertanggung
jawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kudus, januari 2020


Yang Menyatakan,

Fakhrana rifqi aziz


20181382

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta inayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah (Studi Literatur) Penerapan Pijat Refleksi Kaki Terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi sebagai tugas akhir.
Pembuatan studi literatur ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep). Penulis banyak
mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Jamaludin, A.Kep.,M.Kes. selaku Direktur Akper Krida Husada Kudus.
2. Jamaludin, A.Kep.,M.Kes. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing
dan memberikan motivasi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.
3. Seluruh Dosen dan Staff Program studi DIII Keperawatan Akper Krida
Husada Kudus yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
4. Kedua orang tua saya terima kasih atas do’a, dukungan dan nasehat yang
sudah diberikan.
5. Teman-teman D3 Akper Krida Husada Kudus angkatan 2018 terima kasih
atas dukungan selama ini sampai terselesaikannya tugas akhir (studi kasus)
ini.
6. Seluruh pihak yang selalu memberikan motivasi dan semangat sampai
terselesaikannya tugas akhir ini.
7. Teimakasih RDT team sulap, jambretstyle, simple_stance.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar menjadikan
karya tulis ini lebih baik lagi. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat tidak
hanya untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan saja, tetapi untuk
seluruh masyarakat yang telah membacanya.

Kudus,

Fakhrana rifqi aziz

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN.................................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
DAFTAR ISI..................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan.......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diabetes Mellitus............................................................ 5
1. Pengertian............................................................................ 5
2. Klarifikasi Diabetes mellitus.................................................. 5
3. Etiologi Diabetes Mellitus ..................................................... 6
4. Factor Resiko Diabetes Mellitus .......................................... 7
5. Manifestasi klinis ................................................................. 7
6. Patofisiologi ........................................................................ 8
7. Pemeriksaan penunjang....................................................... 9
8. Penatalaksanaan ................................................................. 9
9. Asuhan keperawatan............................................................ 10
B. Luka ulkus .................................................................................. 14
1. Pengertian............................................................................ 14
2. Penatalaksanaan luka.......................................................... 15
3. Tipe Luka Berdasarkan Anatomi Kulit (Grade luka).............. 17
4. Tipe Luka Berdasarkan Warna Dasar Luka.......................... 17
C. Metode Modern Dressing............................................................ 18
1. Modern dressing.................................................................... 18
2. Penggunaan terapi................................................................ 19
3. Prinsip dressing..................................................................... 19
4. Jenis dressing........................................................................ 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN STUDI KASUS..................................................... 21

vi
B. Subyek studi kasus ..................................................................... 21
C. Focus studi kasus........................................................................ 21
D. Deficit operasional....................................................................... 21
E. Instrument studi kasus................................................................. 23
F. Prosedur pengumpulan data....................................................... 23
G. Tempat dan waktu....................................................................... 23
H. Analisa data dan penyajian data.................................................. 23
I. Etika studi kasus......................................................................... 23
BAB IV METODE PENULISAN
A. RINGKASAN KASUS.................................................................. 23
B. Pembahasan .............................................................................. 40
BAB V PENUTUP
C. Simpulan.......................................................................................
....................................................................................................32
D. Saran............................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Miletus adalah gangguan proses metabolisme
gula darah yang berlangsung kronik yang biasanya ditandai dengan tingginya
kadar gula darah yang diakibatkan oleh gangguan pengeluaran insulin,
resistensi insulin atau keduanya. Dikhawatirkan terjadi kerusakan mata,
ginjal, Jantung dan saraf bila kadar gula darah tetap tinggi. Penderita
Diabetes Melitus dapat mengalami gangguan fungsi jantung yang berakibat
kematian, iskemik dan stroke lebih berpotensi dua sampai empat kali dari
pada populasi yang tidak mengalami Diabetes Melitus. 1 Data yang diperoleh
dari world Health Organization (WHO) prevalensi global Diabetes pada tahun
2016 diperkirakan 1,6 juta kematian. Hampir setengah dari semua kematian
yang di sebabkan oleh glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun.
WHO memperkirakan bahwa diabetes menempati urutan ke-7 penyebab
kematian pada tahun 2016.2
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil laporan kementrian
kesehatan Indonesia terdapat 1,5% atau sekitar 1.017.290 penduduk
Indonesia menderita penyakit diabetes mellitus. (Badan Litbangkes
Kementrian Kesehatan RI,2018.3 Berdasarkan hasil laporan Dinas kesehatan
jawa tengah tahun 2018 Prevalensi Diabetes Melitus Penduduk Semua Umur
menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, terdapat 1,59% atau sekitar
91.161 penduduk di JAWA TENGAH menderita penyakit Diabetes melitus.4
Berdasarkan hasil laporan Dinas kesehatan Jawa tengah tahun 2018,
prevalensi Diabetes mellitus penduduk semua umur di kabupaten kudus,
terdapat 1,89% atau sekitar 2.274 penduduk di kabupaten kudus menderita
penyakit Diabetes mellitus.4 Berdasarkan hasil riset dinas kesehatan
kabupaten kudus pada tahun 2020 menurut data prevalensi diabetes mellitus
terdapat 1,222 penduduk di kabupaten kudus menderita penyakit diabetes
mellitus.5
Diabetes milletus dapat menyebabkan komplikasi, salah satu
komplikasinya adalah neuropati (kerusakan syaraf) pada kaki sehingga dapat
meningkatkan kejadian ulkus pada kaki sehingga memungkinkan terjadinya

1
2

ulkus pada kaki. Luka yang tergolong kecil dan seperti pada umumnya tetapi
jika luka yang ada pada penderita penyakit diabetes milletus (DM) ini salah
dalam penanganan dan perawatan akan terjadi infeksi. Luka kronis dapat
menjadi luka gangren yang berakibat fatal serta dapat berujung pada
amputasi.6
Ulkus kaki diabetik merupakan komplikasi serius yang seringkali
dijumpai pada diabetes. Kondisi ini umumnya dijumpai pada pasien dengan
ganguan neuropati perifer, gangguan pembulu darah tepi, atau kombinasi
keduanya, Berdasarkan survei yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2014,
prevalensi diabetes pada populasi dewasa tercatat sekitar 9%.sedangkan
probabilitas terjadinya uklus diabetik pada pasien diabetes itu sendiri tercapai
15%; 60-80% di antaranya sembuh,sedangkan 5-30% sisanya harus
menjalani amputasi. padahal, menurut WHO, 80% amputasi pada ulkus kaki
diabetik dapat di cegah dengan penanganan diabetes dan perawatan luka
sederhana. pada tahun 2005, international diabetes federation menyebutkan
bahwa sekitar 40.000 kaki harus diamputasi setiap tahun di india karena
diabetes. sedangkan di Indonesia, PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia) menyatakan bahwa rerata kejadian amputasi pada pasien
diabetes berkisar 15-30%. Bahkan, IWGDF (international Working Group on
Diabetic Foot) menyebutkan bahwa amputasi terjadi setiap 30 detik secara
global karena diabetes.7 Pada umumnya ulkus kaki diabetic terjadi akibat
beberapa faktor yang mendasari, termasuk trauma pada kaki, dan memiliki
beberapa area prediksi. Neuropati diabetik merupakan penyebab paling
sering terjadinya ulkus kaki diabetik. IWGDF mencatat adanya perbedaan
distribusi patofisiologi terjadinya ulkus diabetik antara negara maju dan
negara berkembang. Ulkus yang terjadi akibat penyakit Arteri perifer lebih
umum dijumpai di negara maju, sedangkan ulkus neuropatik lebih sering
dijumpai di negara berkembang.7 Berdasarkan hasil penelitian perawatan
luka modern di percaya lebih efektif dari perawatan konvensional dimana
perawatan luka konvensional merupakan perawatan luka yang masih
menggunakan bahan yang membuat luka menjadi mudah kering.7
Perawatan luka dengan modern dressing memiliki kandungan
antimikroba seperti polimer chitosan, sodium alginate dan gelatin yang efektif
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negative. Hal ini
dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada penderita luka diabetic.
3

Bakteri staphylococcus Aureus dan pseudomonas aeruginosa dapat


dihambat dengan modern wound dressing yang mengandung polimer
chitosan, dan sodium alginat maupun gelatin. Berdasarkan hasil penelitian
perawatan luka pada ulkus diabetic dengan Teknik moist healing lebih cepat
proses penyembuhanya. Karena dianggap mampu menangani luka kronis.
Kondisi luka yang lembab seimbang dapat mempengaruhi keberhasilan
proses penyembuhan luka karena akan membantu pertumbuhan sel dan
proliferasi kolagen. Berdasarkan hasil penelitian yang melalukan perawatan
luka kaki diabetic (LKD) dilakukan 2 kali seminggu yaitu setiap hari senin dan
kamis. Kondisi luka pada perawatan minggu pertama berwarna tampak
slough dengan masalah luka yang ditemukan yaitu nekrotik, slough/infeksi,
mudah berdarah dan maserasi sehingga dilakukan perawatan menggunakan
salep epitel wound zalf sebagai primary dressing. Pemilihan jenis dressing
secara tepat dapat membantu mempercepat penyembuhan luka kaki
diabetic.8
Berdasarkan hasil penelitian Rizaldi, sudarman bahwa modern
wound dressing atau balutan luka modern digunakan untuk perawatan luka
pada saat ini dapat merangsang pertumbuhan jaringan sehingga
penyembuhan luka terjadi begitu cepat. Hasil penelitian yang dilakukan
sekitar 50,8% dari luka yang telah sembuh mengunakan perawatan luka
lembab tanpa memerlukan terapi lanjutan.9
Hasil dari perawatan luka mengunakan metode modern dressing
merupakan metode yang lebih efektif karena penyembuhan luka
mengunakan modern dressing membuat kondisi area luka menjadi lembab
sehingga membantu mempercepat proses granulasi sel kulit.10
Menurut rizaldi,sudarman Tahun 2020 dengan jurnal penggunaan
Primary Dressing pada penderita luka diabetes mellitus di ETN centre kota
makassar.kesimpulan peneliti ini adalah ada pengaruh penggunaan primary
dressing terhadap karakteristik penyembuhan luka pada penderita luka
diabetes mellitus di ETN centre kota makasar.dapat di simpulkan bahwa
pengaruh pengunaan primary dressing terhadap penyembuhan luka diabetes
mellitus bahwa pengunaan primary dressing efektif terhadap karakteristik
penyembuhan luka diabetes mellitus di ETN centre makassar dengan
menerapkan perawatan luka menggunakan primary dressing secara tepat
4

dalam memberikan perawatan luka kaki diabetic agar penyembuhan luka


lebih cepat.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan Primary dressing pada penderita luka
ulkus diabetes mellitus ?

C. Tujuan
Tujuan perawatan luka ulkus diabetic dengan primary dressing
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus


1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena sel
sel dalam tubuh tidak dapat merespone insulin yang tersedia sehinga
pengunaanya tidak efektif dan ditandai dengan tingginya kadar gula darah.11
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolic yang berlangsung
kronik dimana penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam
jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara
efektif sehingga terjadilah kelebihan gula di dalam darah dan baru dirasakan
setelah terjadi komplikasi lanjut pada organ tubuh.12
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronis yang di tandai
dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah dan selalu di sertai dengan
komplikasi dari penderita diabetes mellitus. Dari berbagai definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa diabetes meliitus merupakan suatu penyakit kronis
yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah
(hiperglikemia) akibat pangkreas tidak dapat memproduksi insulin dengan
adekuat atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah diproduksi.
Ulkus kaki diabetic (UKD) adalah penyakit pada kaki penderita
diabetes dengan karakteristik adanya neuropati sensorik, motoric, otonom
atau gangguan pembulu darah tungkai.13

2. Klarifikasi Diabetes mellitus


Klarifikasi klinis dari DM diantaranya : DM tipe 1, DM tipe 2, DM
Gestasional, dan DM tipe khusus.
a. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 merupakan gangguan metabolisme yang
ditandai dengan kekurangan insulin absolut, peningkatan glukosa darah,
dan pemecahan lemak dan protein dalam tubuh. Diabetes mellitus tipe 1
dibagi menjadi dua sub tipe yaitu 1A dan 1B, Diabetes 1A di tandai
destruksi autoimun sel beta. sebelumnya disebut dengan diabetes
juveline, lebih sering terjadi pada remaja tetapi bisa terjadi pada semua

5
6

usia. Diabetes tipe 1B yaitu diabetes idiopatik yang tidak diketahui


penyebabnya.14
b. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) atau NIDDM (Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia, terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes tipe 2 banyak
terjadi oleh orang dewasa dan orang tua umur 40 tahun serta lebih sering
terjadi pada individu obesitas karena pada umumnya penyakit diabetes
tipe 2 mempunyai latar belakang kelainan resistensi insulin.14
c. Diabetes pada kehamilan (Gestational Diabetes)
Diabetes kehamilan terjadi pada intoleransi glukosa yang
diketahui selama kehamilan pertama, pada masa kehamilan terjadi
peningkatan berbagai sekresi hormon yang memiliki efek metabolic
terhadap toleransi glukosa. Diabetes mellitus pada kehamilan
mempengaruhi 2-4% dari semua kehamilan, wanita dengan diabetes
kehamilan akan mengalami peningkatan resiko terhadap diabetes setelah
5-10 tahun melahitkan.14
d. Diabetes mellitus tipe lain (Others specific Types)
Diabetes tipe lain merupakan gangguan endoktrin yang
menimbulkan hiperglikemia akibat meningkatnya produksi glukosa hati
atau penurunan penggunaan glukosa oleh sel, sebelumnya di kenal
dengan diabetes sekunder, diabetes ini terjadi dengan penyakit
pangkreas atau pengangkatan jaringan pangkreas dan penyakit endoktrin
seperti akromegali atau syndrome chusing, karena zat kimia atau obat,
infeksi dan endokrinopati.14

3. Etiologi Diabetes Mellitus


Diabetes tipe 1 sering terjadi pada orang muda atau usia sebelum 30
tahun. Sebelumnya sering disebut Junevile Diabetes yang ditandai dengan
gangguan metabolisme yang di tandai dengang kekurangan insulin absolut,
peningkatan glukosa darah, pemecahan lemak, dan protein dalam tubuh.
Factor genetic dan factor lingkungan merupakan factor diabetes mellitus tipe
1. Diabetes tipe 2 sebenarnya itu memproduksi insulin tetapi jumpah insulin
yang diproduksi oleh pangkreas hanya cukup untuk mencegah ketoasidosis
7

tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh secara total. Hal ini
menyebabkan sel beta pangkreas masih dapat melakukan kompensasi
bahkan sampai overkompensasi, sehinga insulin disekresi secara berlebihan
sehingga terjadi kondisi hyperinsulinemia dengan tujuan normalisasi kadar
glukosa darah. Mekanisme kompensasi yang terus menerus menyebabkan
kelelahan sel beta pangkreas (exhaustation) yang disebut dekompensasi,
mengakibatkan produksi insulin yang menurun secara absolute. Kondisi
resistensi insulin diperberat oleh produksi insulin yang menurun akibatnya
kadar glukosa darah semakin meningkat (hiperglikemia).14

4. Factor Resiko Diabetes Mellitus


Factor resiko Dm dibagi menjadi dua, yaitu factor resiko yang tidak
dapat diubah dan factor yang dapat diubah. Factor resiko yang dapat diubah
contohnya merokok, gaya hidup, dan konsumsi makanan. Sedangkan factor
yang tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, dan factor genetic.
Factor keturunan merupakan factor yang diketahui penyebab kuat terjadinya
diabetes mellitus. Factor lain yang menyebabkan terjadinya diabetes mellitus
adalah penderita syndrome metabolic yang memiliki riwayat toleransi glukosa
(TGT), penderita riwayat penyakit kardiovaskuler, seseorang dengan
konsumsi alcohol, merokok, konsumsi kafein serta seseorang yang sedang
mengalami stress.14

5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis DM tergantung pada tingkat hiperglikemia,
manifestasi klinis yang muncul dari seluruh tipe diabetes mellitus yaitu
polyuria, polidipsi dan poliphagi. Poliuri dan polidipsi terjadi akibat kehilangan
cairan berlebih yang dihubungkan dengan diuresis osmotic. Klien juga
mengalami poliphagi akibat dari kondisi metabolic yang diinduksi oleh adanya
defesiensi insulin dan juga pemecahan lemak dan protein. Gejala lain yang
timbul adalah kelemahan, kelelahan, perubahan penglihatan yang mendadak,
perasaan gatal atau kekebasan pada tangan dan kaki, kulit kering, adanya
lesi luka yang penyembuhanya lambat dan infeksi berulang. Sebagai
kosekwensi hiperglikemia yang cukup lama dapat menyebabkan perubahan
patologi dan fungsional, efek jangka Panjang DM meliputi perkembangan
progresif komplikasi spesifik retinopati yang berpotensi menimbulkan
8

kebutaan, nephropati yang dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal, dan


neuropati dengan resiko ulkus diabetic, amputasi, sendi charcot, serta
disfungsi saraf autonom meliputi disfungsi seksual.14

6. Patofisiologi
Makanan memegang peranan penting dalam peningkatan kadar gula
darah (hiperglikemia). Makanan yang dikonsumsi melalui mulut akan dicerna
lambung dan diserap usus. Dan diubah menjadi suatu bentuk gula yang
disebut glukosa. Glukosa ini merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh
di otot dan jaringan. agar dapat berfungsi, gula membutuhkan teman yang
disebut insulin. Hormone insulin diproduksi oleh sel beta di pulau Langerhans
(islets of Langerhans) dalam pangkreas. Setiap kali kita makan pangkreas
memberi respons dengan mengeluarkan insulin ke dalam aliran darah. Insulin
itu ibarat kunci, insulin membuka pintu sel agar gula masuk, dengan demikian
kadar gula darah menjadi turun. Hati merupakan tempat penyimpanan
sekaligus pusat pengolahan gula, pada saat kadar insulin meningkat seiring
dengan makanan masuk kedalam tubuh, hati akan menimbun glukosa, yang
nantinya akan dialirkan ke sel-sel tubuh bilamana dibutuhkan. Ketika kita
lapar atau tiak makan, insulin dalam darah rendah, timbunan gula dalam hati
(glikogen) akan diubah menjadi glukosa kembali dan dikeluarkan ke aliran
darah menuju sel-sel tubuh. Dalam pangkreas juga terdapat sel alfa yang
memproduksi hormone glucagon. Bila kadar gula darah rendah, glucagon
akan bekerja merangsang sel hati untuk memecah glikogen menjadi glukosa.
Tubuh kita mempunyai hormone-hormon lain yang berfungsi berlawanan
dengan insulin, yaitu glucagon, epinefrin atau adrenalin, dan kortisol atau
hormone steroid. Hormone hormone ini memacu hati mengeluarkan glukosa
sehingga gula darah bisa naik. Keseimbangan hormone-hormone dalam
tubuh akan mempertahankan guladarah kita tetap dalam batas normal. Pada
penderita diabetes, ada gangguan keseimbangan antara transportasi gula
kedalam sel, gula yang disimpan di hati, dan gula yang dikeluarkan dari hati.
Akibatnya, kadar gula dalam darah meningkat. Kelebihan ini keluar melalui
urine. Oleh karena itu urine menjadi banyak dan mengandung gula.
Penyebab keadaan ini hanya dua, yang pertama pangkreas kita tidak mampu
lagi memproduksi insulin, kedua sel kita tidak memberi respons pada kerja
9

insulin sebagai kunci untuk membuka pintu sel sehingga gula tidak dapat
masuk kedalam sel.15

7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien Diabetes mellitus diantaranya :
1) Gula darah meningkat >200 mg/dl
2) Aseton plasma positif
3) Osmolaritas meningkat
4) Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3
5) Trombosit darah meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi menunjukan respon terhadap stress
6) Urenum kreatinin : mungkin meningkat /normal lochidrasi/ penurunan
fungsi ginjal
7) Insulin darah : bisa menurun pada tipe 1 dan bisa meningkat pada tipe 2
yang mengindikasi insufiensi insulin.16

8. Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan dan pengelolaan Dm terdapat empat
komponen yaitu : terapi nutrisi (Diet), latihan fisik, pemantauan, terapi
farmakologi.
A. Penatalaksanaan medis
1) Diet
Tujuan umum penatalaksanaan pasien DM antara lain : mencapai dan
mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal,
mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas batas
normal, atau 10% dari berat badan idaman, mencegah komplikasi
akut dan kronik, serta meningkatkan kualitas hidup.14
2) Latihan fisik
Latihan fisik pada penyandang DM memiliki manfaat menurunkan
kadar glukosa darah, memperbaiki pemakaian insulin, memperbaiki
sirkulasi darah dan tonus otot, mengubah kadar lemak HDL-kolesterol
dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida. Latihan
jasmani yang dianjurkan bagi pasien DM adalah dilakukan secara
teratur 3-4 kali dalam seminggu dengan frekuensi seiap latihan 20 –
30 menit. Jenis latihan fisik yang di anjurkan adalah aerobic yang
10

bertujuan meningkatkan stamina seperti jalan, jogging, berenang,


senam berkelompok atau aerobic dan bersepeda.14
3) Pemantauan (monitoring) kadar gula darah
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau self-monitoring
blood glucose (SMBG) memungkinkan untuk mendeteksi dan
mencegah hiperglikemia, pada akhirnya akan mengurangi komplikasi
diabetic jangka panjang. Beberapa hal yang harus dimonitor secara
berkala adalah glukosa darah, glukosa urine, selain itu juga,
pengkajian tambahan seperti cek berat badan secara teratur.
Pemeriksaan fisik teratur, dan Pendidikan tentang diit, kemampuan
monitoring diri, injeksi, pengetahuan umum tengtang diabetes mellitus
dan perubahan perubahan dalam diabetes mellitus.14
4) Terapi Farmakologi
Terapi farmakologis diberikan apabila telah dilakukan terapi diet dan
latihan jasmani tetapi kadar glukosa dalam darah masih tidak
terkontrol dengan baik, terapi pengobatan yang diberikan berupa
pemberian secara oral dan injeksi atau suntikan. Obat oral yang
diberikan berupa obat hipoglikemik oral (OHO), OHO saat ini terbagi
menjadi dua kelompok. Yaitu satu, obat yang memperbaiki kerja
insulin contohnya seperti metformin, glitazone dan acarbose obat ini
bekerja pada hati, otot, dan jaringan lemak,usus. Singkatnya obat
tersebut bekerja di tempat dimana terdapat insulin yang mengatur
glukosa darah. Ke dua yaitu, obat yang meningkatkan produksi
insulin. Contoh obatnya seperti sulfonil, repaglinide, Nateglinid dan
insulin yang disuntikan menambah kadar insulin di sirkulasi darah.14
9. Asuhan keperawatan
a. Langkah proses keperawatan
1) Pengkajian
Mencakup data biografi atau identitas. Keluhan masuk rumah sakit,
riwayat keperawatan sekarang riwayat kesehatan dahulu, riwayat
penyakit keluarga, riwayat kesehatan lingkungan.
2) Diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan diperoleh dari hasil Analisa data sehingga
muncul prioritas masalah dan diagnose keperawatan
3) Perencanaan (Nursing Care Plane)
11

Berupa rencana keperawatan sesuai permasalahan yaitu : tujuan,


kriteria, hasil dan rencana tindakan.
4) Implementasi (Nursing Note)
Berikan catatan perkembangan dalam melaksanakan kegiatan
keperawatan
5) Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah selesai melaksanakan tindakan
keperawatan yang ditulis pada catatan perkembangan
b. Diagnose
Diagnose yang muncul pada pendertita diabetes mellitus sebagai berikut
1) Gangguan intergritas jaringan berhubungan dengan adanya ganggren
pada ekstremitas (D.0129)
2) Nyeri kronik berhubungan dengan iskemik jaringan (D.0078)
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungang dengan ganggren (D.0054)
4) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
difisiensi insulin (D.0019)
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah,
angiopati (D.0027).17
c. Focus intervensi
1) Gangguan intergritas jaringan berhubungan dengan adanya
ganggren pada ekstremitas (D.0129)

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


NOC : NIC:
Tercapainya proses Penaktalaksanaan luka
penyembuhan luka 1. Kaji luas dan keadaan
luka serta proses
dengan kriteria hasil : penyembuhan
1. Berkurangnya edema 2. Rawat luka dengan baik
disekitar luka dan benar :
2. Pus dan jaringan mati membersihkan luka
berkurang secara antiseptic
3. Adanya jaringan granulasi mengunakan larutan
4. Bau busuk luka berkurang yang tidak iritatif, angkat
sisa yang menempel
pada luka dan nekrotomi
12

jaringan yang mati.


3. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian insulin,
pemeriksaan kultur pus,
pemeriksaan gula darah
dan pemberian antibiotic

2) Nyeri kronik berhubungan dengan iskemik jaringan (D.0078)

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


NOC : NIC :
Rasa nyeri berkurang atau Penatalaksanaan Nyeri
hilang 1. Kaji tingkat, frekuensi,
dengan kriteria hasil: dan reaksi nyeri yang
1. Penderita secara verbal dialami pasien
mengatakan nyeri 2. Jelaskan pada pasien
berkurang / hilang sebab sebab timbulnya
2. Penderita dapat melakukan nyeri
metode atau tindakan untuk 3. Ciptakan lingkungan yang
mengatasi atau mengurangi tenang
nyeri . 4. Ajarkan Teknik distraksi
3. Pergerakan penderita dan relaksasi
bertambah luas 5. Atur posisi pasien
4. Tidak ada keringat dingin, senyaman mungking
tanda tanda vital dalam sesuai keinginan pasien
batas normal (S:36-37,5 0c, 6. Lakukan massage dan
N: 60-80 x/menit, T : 100- kompres luka dengan
130 mmHg, RR:18-20 BWC saat rawat luka
x/menit) 7. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian
analgetik.

3) Hambatan mobilitas fisik berhubungang dengan ganggren


(D.0054)

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


13

NOC : NIC :
Pasien dapat merawat diri dan Penatalaksanaan Luka
aktivitas kehidupan sehari hari 1. Kaji dan identifikasi tingkat
dengan kriteria hasil: kekuatan otot pada kaki
1. Pergerakan pasien pasien
bertambah luas 2. Beri penjelasan tentang
2. Pasien dapat melakukan pentingnya melakukan
aktivitas sesuai dengan aktivitas untuk menjaga
kemampuan kadar gula darah dalam
3. Rasa nyeri bekurang keadaan normal
4. Pasien dapat memenuhi 3. Anjurkan pasien untuk
kebutuhan sendiri secara menggerakan /
bertahap sesuai dengan mengangkat eketremitas
kemampuan klien bawah sesuai kemampuan
4. Bantu pasien dalam
memenuhi kebutuhanya
5. Kerjasama dengan tim
kesehatan lainya (tenaga
fisioterapi)

4) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan difisiensi insulin (D.0019)

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


NOC: NIC:
Peningkatan status gizi Pengelolaan nutrisi
dengan kriteria hasil: 1. Kaji status nutrisi dan
1. Berat badan dan tinggi kebiasaan makan
badan ideal 2. Anjurkan pasien untuk
2. Pasien mematuhi dietnya mematuhi diet yang telah di
3. Kadar gula darah dalam progamkan
batas normal 3. Timbang berat badan setiap
4.Tidak ada tanda tanda seminggu sekali
hiperglikemia / hipoglikemia 4. Identifikasi perubahan pola
makan
5. Kerjasama dengan tim
14

kesehatan lainya untuk


pemberian insulin dan diet
diabetic

5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula


darah, angiopati (D.0027).

Tujuan (NOC) Intervensi(NIC)


NOC: NIC:
Pengangkatan status imun Perlindungan terdahap infeksi
Dengan kriteria hasil: 1. Kaji adanya tanda tanda
1. Tanda tanda infeksi tidak penyebaran infeksi pada
ada luka
2. Tanda tanda vital dalam 2. Anjurkan kepada pasien
batas normal dan keluarga untuk selalu
Keadaan luka baik menjaga kebersihan diri
selama perawatan
3. Lakukan perawatan luka
secara aseptic
4. Anjurkan pada pasien agar
menaati diet, latihan fisik,
pengobatan yang
ditetapkan.
5. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian
antibiotic dan insulin.

B. Luka ulkus
1. pengertian
Ulkus diabetic pada kaki merupakan komplikasi yang sering ditemui
pada pasien yang mengidap penyakit diabetes. Pada kondisi ini umumnya
dijumpai pada pasien dengan gangguan neuropati perifer, gangguan pembulu
darah tepi, atau kombinasi keduanya. Pada neuropati diabetic, terjadi gangguan
serabut saraf sensorik, motoric, otonom yang dapat menimbulkan manifestasi
berupa kelemahan dan atrofi otot, deficit sensorik berdampak pada penurunan
15

reflek protektif terhadap rangsangan nyeri, tekanan dan panas, penurunan


sekresi keringat yang menyebabkan hilangnya intergritas kulit, serta peningkatan
resiko infeksi. Selain gangguan neuropati, pasien diabetes juga berisiko
mengalami penyakit arteri perifer. Penyakit arteri perifer terjadi pada tungkai,
tepatnya pada daerah di antara lutut dan sendi pergelangan kaki. Gangguan
system vascular akan menyebaabkan penurunan aliran darah sehinga terjadilah
iskemi pada daerah yang diperdarahinya. Kondisi iskemi akan meningkatkan
risiko infeksi karena pada dasarnya darah itulah yang bertugas membawa
leukosit (sel darah putih) ke area luka. Jika leukosit tersebut tidak dapat
mencapai ke area luka maka mikroba akan menginfeksi area luka dan pada
akhirnya terbentuklah ulkus. Ulkus diabetic diklarifikasikan menjadi 3 kelompok
yaitu neuropatik, iskemik, neuroiskemik. Vaskularisasi yang buruk juga dapat
dikombinasikan dengan gangguan neuropati, dapat menyebabkan ulserasi kronik
bahkan akibat cedera ringan sekalipun. Cedera ringan itu sendiri dapat timbul
akibat factor internal (abnormalitas dan deformitas kaki) maupun factor external
(sepatu, benda asing, dan trauma) selain itu, abnormalitas dan deformitas kaki
juga dapat menyebabkan ketidak seimbangan distribusi tekanan pada telapak
kaki. 7
2. Penatalaksanaan luka
Penatalaksanaan luka yang tidak tepat dapat menghambat proses
penyembuhan luka, oleh karena itu tenaga kesehatan harus memahami factor
local dan siskemik yang memengaruhi proses penyembuhan luka, yaitu viabilitas
jaringan, keberadaan benda asing, dan kontaminasi bakteri yang berlebihan.
Pada saat membersihkan luka, pilih cairan pencuci yang tidak korosif terhadap
jaringan granulasi yang sehat. Pemilihan balutan modern dressing memiliki
kandungan anti mikroba seperti polimer chitosan, sodium alginate dan gelatin
yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri gram – positife dan gram –
negative. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada penderita
diabetes. Bakteri streptococcus aureus dan pseudomonas aeruginosa dapat
dihambat dengan menggunakan modern wound dressing yang mengandung
polimer chitosan, sodium alganiat maupun gelatin.18

a) Fisiologi Penyembuhan Luka


16

Secara fisiologis, penyembuhan luka terdiri dari tiga fase, yaitu fase
inflamasi (lag phase), fase proliferasi (fibroplasia phase), dan fase maturasi
(remodeling phase) setiap fase melibatkan sel sel dan mediator inflamasi
melalui mekanisme yang sangat detail. Fase inflamasi terjadi pada hari 0-6
hari. Tujuan fase ini adalah mencapai hemostatis, melepaskan jaringan mati
dan mencegah infeksi invansif. Pada fase ini ditandai dengan meningkatnya
permeabilitas vascular dan sekresi sitokin kemotaktik. Ketika terjadi luka dan
terdapat exstravasasi darah, tubuh akan mengaktifkan system koagulasi.
Pada awalnya, vasokontriksi terjadi untuk mencegah kehilangan darah
yangang berlebihan.kemudian platelet dan fibrinogen bekerjasama
menciptakan bekuan darah dan bekuan darah tersebut merupakan matrik
sementara yang nantinya akan digantikan dengan matriksdefinitif yang
berupa kolagen. Pada akhirnya, keluarnya monosit merupakan tanda transisi
dari fase inflamasi menuju ke fase proliferasi. Monosit berperan sebagai
dirijen dalam interaksi sel-sel dan mediator, termasuk pembentukan fibroblast
dan kolagen. Tujuan fase inflamasi adalah mencapai hemostatis, membuang
jaringan mati, mencegah infeksi. Fase kedua adalah fase proliferasi, yang
dimulai dari hari ke 4 – 21 hari setelah terjadinya luka. Tujuan fase ini adalah
pembentukan jaringan granulasi, penyusunan kapiler baru, dan penutupan
luka. Fase ini ditandai dengan proliferasi jaringan (jaringan granulasi),
angiogenesis, dan epitelisasi. Fase ketiga penyembuhan luka adalah fase
maturase, fase maturasi berlangsung 6 bulan sampai 1 tahun. Tujuan fase ini
adalah mencapai kekuatan pertautan jaringan (tensile strength) yang makin
kuat hingga mencapai maksimum yaitu sekitar 80% kekuata pertautan
jaringan kulit normal. Fase ini ditandai oleh penyesuaian kembali
(remodeling) simpanan kolagen dan kontraksi parut. Atau mencapai
penyusunan matriks kolagen menjadi lebih teratur supaya menghasilkan
parut yang lebih lembut dan datar.7
b) Tipe Luka Berdasarkan Waktu Penyembuhan
a. Luka akut
Luka yang terjadi kurang dari 5 hari dengan diikuti dengan proses
hemostatis dan inflamasi. Luka akut sembuh dan menutup sesuai
dengan fase penyembuhan luka secara fisiologis.
b. Luka kronis
17

Luka yang sudah lama terjadi atau menahun dengan penyembuhan


yang lebih lama akibat gangguan selama proses penyembuhan luka,
gangguan dapat berupa infeksi, dan dapat terjadi pada fase inflamasi,
proliferasi, maturase.15

3. Tipe Luka Berdasarkan Anatomi Kulit (Grade luka)


a. Grade 1
Warna dasar luka merah dan hanya melibatkan epidemis, epidemis
hanya mengalami perubahan warna kemerahan, hangat atau dingin,
kulit melunak dan rasa nyeri atau gatal.
b. Grade 2
Warna dasar luka merah dan melibatkan lapisan epidemis dan
demis, (partial thickness). Pada umumnya kedalaman luka hinga 0,4
mm. Bula dan blister termasuk dalam grade 2.
c. Grade 3
Warna dasar luka merah, lapisan kulit kehilangan epidemis, demis,
hingga hipodemis (full thickness). Kedalaman luka sekitar 1 cm.
pada proses penyembuhan, jaringan mengalami granulasi sebelum
terjadi proses epitelisasi (penutupan).
d. Grade 4
Warna dasar luka merah, kulit kehilangan semua lapisanya, hinga
mengenai otot dan tulang (deep full thickness). Underming (GUA)
termasuk dalam kategori grade 4.
e. Unstageable
Luka yang tidak dapat ditentukan stadiumnya (unstageable), jika
warna dasar luka kuning atau hitam dan merukapan jaringan mati
(nekrosis), terutama jika jaringan nekrosis 50% berada didasar luka.
4. Tipe Luka Berdasarkan Warna Dasar Luka
1. Hitam (black)
Warna dasar luka ini berarti jaringan mengalami nekrosis (mati) karena
tidak mendapatkan vaskularisasi yang baik dari tubuh. Luka
kecenderungan bersifat keras dan kering.
2. Kuning (yellow)
Warna dasar luka ini menunjukan jaringan nekrosis yang lunak
berbentuk seperti nanah beku pada permukaan kulit atau yang disebut
18

slough, hal ini disebabkan karena kegagalan vaskularisasi sehingga


memiliki eksudat.
3. Merah (red)
Warna dasar luka ini menunjukan bahwa jaringan mengalami granulasi
dengan vaskularisasi yang baik, sehingga jaringan akan mudah
berdarah.
4. Pink
Warna dasar luka ini menunjukan mulai terjadi proses epitelisasi
dengan baik menuju maturase. Memberikan kelembaban pada
jaringan epitel dapat membantu agar tidak timbul luka baru.7

C. Metode Modern Dressing


1. Modern dressing
Perawatan luka modern dressing adalah Teknik perawatan luka
dengan menciptakan kondisi lembab pada luka sehingga dapat membantu
proses granulasi dan epitelisasi dalam penyembuhan luka. Prinsip modern
dressing menggunakan balutan oklusif (tertutup) berdasarkan biaya (cost),
kenyamanan (comfort), keamanan (safety). Manfaat yang dapat diperoleh
dari prinsip ini yaitu mampu mencegah luka menjadi kering dan keras,
menurunkan nyeri saat ganti balutan, meningkatkan laju epitelisasi,
mencegah pembentukan jaringan parut, dapat menurunkan kejadian infeksi,
balutan tidak perlu diganti setiap hari (cost effective), mudah digunakan dan
aman. Teknik pembalutan dalam prinsip modern dressing berbeda beda
pada setiap produknya. Ketepatan pemilihan jenis balutan terhadap kondisi
luka menjadi focus terpenting pada keberhasilan perawatan luka. Perawatan
luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci luka,
membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Teori yang mendasari
perawatan luka dengan suasana lembab antara lain :
a. Mempercepat fibrinolysis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat
oleh neutrophil dan sel endotel dalam suasana lembab.
b. Mempercepat angiogenesis
Keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang
pembentukan pembulu darah lebih cepat
c. Menurunkan resiko infeksi
19

Kejadian infeksi ternyata lebih relative lebih rendah jika


dibandingkan dengan perawatan kering.
d. Mempercepat pertumbuhan growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk
membentuk stratum korneum dan angiogenesis.
Mempercepat pembentukan sel aktif.7
2. Penggunaan terapi
Penggunaan terapi primary dressing secara tepat dalam memberikan
perawatan luka kaki diabetik efektif terhadap penyembuhan luka. Kondisi luka
lembab secara seimbang dan pemilihan balutan primer yang tepat mendukung
pertumbuhan granulasi maupun pembentukan epitalisasi serta mampu
menghilangkan jaringan nekrosis. Selain itu, juga dapat mencegah terjadinya
infeksi pada luka karena luka dalam keadaan tertutup sehingga tidak
terkontaminasi mikroorganisme. Proses penggunaan primary dressing dalam
memberikan luka diabetik akan maksimal jika dilakukan secara rutin oleh pasien
agar mendapatkan hasil yang optimal, Penggunaan Primary Dressing Terhadap
Proses Penyembuhan Luka Pada Penderita Luka Diabetes Mellitus Berdasarkan
uji statistik paired sampel t-test dengan tingkat kemaknaan < 0,05) didapatkan
nilai rata-rata pada penyembuhan luka sebelum diberikan primary dressing yaitu
24,80 dengan (SD=4,131) yang berarti mengalami tingkat penyembuhan luka
sedang. Untuk nilai ratarata pada penyembuhan luka sesudah diberikan primary
dressing yaitu 16,00 dengan (SD=4,570) dimana mengalami penurunan pada
tingkat peyembuhan luka diabetes mellitus dengan nilai P-Value = 0,001.
Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh penggunaan primary dressing
terhadap proses penyembuhan luka pada penderita luka diabetes mellitus.8
3. Prinsip dressing
Prinsip penyembuhan luka yang modern dan telah dipakai secara
universal adalah lingkungan lembab (moist), Lingkungan yang terlalu lembab
atau terlalu kering merupakan dua kutub musuh penyembuhan luka. Pada
umunya terdapat 4 prinsip dasar dressing :
a) Luka kering (dessicated) perlu hidrasi
b) Luka bereksudat perlu absorpsi
c) Luka nekrotik perlu debridement
d) Luka terinfeksi perlu antimikroba
20

Penyembuhan luka yang merusak lapisan epitel pada umumnya akan


mengering secara alami, dan merupakan contoh luka yang perlu dirawat
menggunakan dressing yang memberikan hidrasi. Sebaliknya, luka yang
mengandung banyak eksudat memerlukan dressing yang memiliki kemampuan
absorpsi tinggi untuk menjaga kelembapan yang sesuai pada permukaan luka. 7

4. Jenis dressing
Dressing luka dapat ditemukan dalam berbagai macam bentuk
contohnya : seperti lembaran, pita, atau cairan gel. Pemilihan dressing luka
merupakan bagian strategi untuk berperang melawan musuh penghalang
penyembuhan luka. Pemilihan tersebut bersifat individual dan dipengaruhi
beberapa factor, yaitu: kompetensin atau pengalaman tenaga medis, kondisi
pasien. Setiap tenaga medis memiliki latar belakang, kepercayaan, dan
kompetensi sendiri dalam memilih cara merawat luka.7
21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. RANCANGAN STUDI KASUS


Penulisan studi kasus pada Karya Tulis Ilmiah ini
menggunakan pendekatan studi kasus yang bersifat deskriptif. Studi kasus
deskriptif adalah studi kasus yang bertujuan untuk melihat gambaran
fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi
tertentu. Pada studi kasus ini, penulis akan menggambarkan bagaimana
Penerapan Prosedur Perawatan Luka Pada Pasien Dengan Gangguan
Integritas Jaringan Akibat Diabetes Mellitus.
B. Subyek studi kasus
Subyek yang digunakan pada studi kasus ini adalah 2 orang pasien
yang mengalami masalah gangguan integritas jaringan di suatu klinik , yang
memiliki karakteristik sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi:
1) Kriteria inklusi dalam studi kasus ini adalah
a. Pasien yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
b. Pasien yang berusian diatas 30 tahun < 45 tahun
c. Pasien diabetes mellitus dengan ulkus
d. Pasien yang mengalami masalah gangguan integritas jaringan
e. Pasien bersedia menjadi responden dan bersedia dilakukan
perawatan luka.
2) Kriteria eksklusi dalam studi kasus ini adalah
a. Pasien yang berumur 30 – 50 tahun
b. Pasien yang di rawat bukan karena diabetes mellitus
c. Pasien yang tidak diabetes mellitus dengan ulkus.
C. Focus studi kasus
Fokus studi kasus ini adalah penerapan prosedur perawatan luka
pada pasien dengan gangguan integritas jaringan akibat diabetes mellitus
yang dilakukan perawatan luka 1 hari sekali
D. Deficit operasional
1) Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronis yang di tandai
dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah dan selalu di sertai
dengan komplikasi dari penderita diabetes mellitus. Dari berbagai definisi

21
22

di atas dapat disimpulkan bahwa diabetes meliitus merupakan suatu


penyakit kronis yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa
dalam darah (hiperglikemia) akibat pangkreas tidak dapat memproduksi
insulin dengan adekuat atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang telah diproduksi.
2) Ulkus diabetic pada kaki merupakan komplikasi yang sering ditemui pada
pasien yang mengidap penyakit diabetes. Pada kondisi ini umumnya
dijumpai pada pasien dengan gangguan neuropati perifer, gangguan
pembulu darah tepi, atau kombinasi keduanya. Pada neuropati diabetic,
terjadi gangguan serabut saraf sensorik, motoric, otonom yang dapat
menimbulkan manifestasi berupa kelemahan dan atrofi otot, deficit
sensorik berdampak pada penurunan reflek protektif terhadap
rangsangan nyeri, tekanan dan panas, penurunan sekresi keringat yang
menyebabkan hilangnya intergritas kulit, serta peningkatan resiko infeksi.
Selain gangguan neuropati, pasien diabetes juga berisiko mengalami
penyakit arteri perifer.
3) Perawatan luka adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
membersihkan luka, mengobati luka serta menutup luka dengan balutan
basah dan kering sehingga terhindar dari resiko infeksi. Perawatan luka
modern dressing adalah Teknik perawatan luka dengan menciptakan
kondisi lembab pada luka sehingga dapat membantu proses granulasi
dan epitelisasi dalam penyembuhan luka. Prinsip modern dressing
menggunakan balutan oklusif (tertutup) berdasarkan biaya (cost),
kenyamanan (comfort), keamanan (safety). Manfaat yang dapat
diperoleh dari prinsip ini yaitu mampu mencegah luka menjadi kering dan
keras, menurunkan nyeri saat ganti balutan, meningkatkan laju
epitelisasi, mencegah pembentukan jaringan parut, dapat menurunkan
kejadian infeksi, balutan tidak perlu diganti setiap hari (cost effective),
mudah digunakan dan aman. Teknik pembalutan dalam prinsip modern
dressing berbeda beda pada setiap produknya. Ketepatan pemilihan
jenis balutan terhadap kondisi luka menjadi focus terpenting pada
keberhasilan perawatan luka.
23

E. Instrument studi kasus


Jenis instrumen yang digunakan penulis dalam studi kasus ini
berupa lembar pengkajian, lembar observasi luka ulkus diabetik, lembar
prosedur perawatan luka
F. Prosedur pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan penulis pada studi
kasus ini adalah pengkajian fisik, wawancara, observasi luka ulkus diabetik,
lembar prosedur perawatan luka untuk dijadikan pedoman dalam melakukan
observasi studi kasus dan catatan keperawatan untuk mengetahui data yang
dimiliki pasien.
G. Tempat dan waktu
Studi kasus ini dilakukan di klinik kays khitan kota kudus dari tanggal
24 desember 2020 sampai 7 januari 2021.
H. Analisa data dan penyajian data
Analisis data pada studi kasus ini, penulis akan menguraikan
beberapa aspek yang diamati dan membandingkan 2 pasien serta referensi
terdahulu. Data hasil studi yang telah dipilih menjadi objek studi kasus .
I. Etika studi kasus
Dalam melakukan studi kasus ini, penulis menggunakan kode etik
diantaranya:
1) Autonomy
Responden diberikan kebebasan dalam memilih keputusan bersedia
atau tidak menjadi responden dalam studi kasus yang dijalankan dengan
menandatangani informed consent
2) Beneficience
Penulis memberikan tindakan sesuai dengan standar operasional
prosedur sehingga tidak membahayakan responden sehingga dapat
terjamin keselamatannya.
3) Respect
Penulis selalu menghargai keputusan responden untuk menjalani studi
kasus meskipun kepustusannya bisa merugikan penulis
4) Justice
Penulis tidak membeda-bedakan responden dalam memberikan tindakan
keperawatan dan informasi, serta berperilaku adil tanpa memandang
status, golongan, agama dll
24

5) Confidentiality
Penulis wajib merahasiakan semua data-data mengenai responden.
25

BAB IV

METODE PENULISAN

A. RINGKASAN KASUS
1. Responden pertama
Pengkajian responden pertama dilakukan pada tanggal 24 desember
2020 pada pukul 15.00 WIB di desa bulung kulon kecamatan jekulo kabupaten
kudus. Penulis mendapatkan data bahwa pasien bernama Ny.s berumur 52
tahun, berjenis kelamin perempuan, bersuku bangsa jawa/Indonesia, beragama
islam, pasien sebagai buruh pabrik. Orang yang bertanggung jawab adalah
Tn.p berumur 50 tahun yang beralamatkan di desa bulung kulon kecamatan
jekulo kabupaten kudus, bekerja sebagai sopir truk, beragama islam, adapun
hubungan dengan pasien adalah seorang suami.
Keluhan utama pasien saat dikaji pasien mengatakan nyeri di daerah
luka dikaki bagian kanan bawah pada telapak kaki. Dengan riwayat
keperawatan sekarang pasien mengatakan melakukan control ke tempat kays
khitan kudus untuk perawatan luka dan control gula darah. Riwayat
keperawatan dahulu pasien mengatakan pernah di bawa ke puskesmas jekulo
karena terjatuh dari sepeda motor yang menyebabkan kakinya luka. Pasien
mengatakan mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus namun dalam
keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus.
Dari hasil pemeriksaan fisik pada pasien diperoleh hasil keadaan
umum pasien adalah dalam kondisi baik. Kesadaran komposmentis, tanda
tanda vital pasien tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 85 kali permenit,
respiratory rate 22 kali permenit, suhu 36,30C, Gula darah 320 mg/dl. Pada
ekstremitas atas kekuatan pada otot tangan 5, akral hangat, tidak terdapat luka,
koordinasi gerak normal dan pada ekstremitas bawah terdapat luka ulkus
diabetic di kaki kanan bagian telapak kaki atas dengan keadaan luka lembab,
terdapat pus pada area luka, kedalaman luka sekitar 1 cm, lebar 5 cm, Panjang
luka 9 cm, warna luka putih dan kemerahan, karena sebagian luka tertutup pus,
bau khas DM, kekuatan otot kaki 4, akral hangat, koordinasi gerak norma.
Pengkajian nyeri P : pada luka diabetes Q : cekot cekot R : kaki kanan bawah
pada telapak kaki bagian atas, S : 6, T : saat digunakan berjalan, pada
pengkajian pola presepsi sebelum sakit dan selama sakit didapatkan hasil pada
pola nutrisi sebelum sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan
komposisi makanan sesuai yang di masak dan selama sakit pasien hanya

25
26

mengkonsumsi makanan dan minuman yang di anjurkan oleh dokter. Pada


pengkajian pola istirahat dan tidur pasien mengatakan sebelum sakit dapat tidur
nyenyak dan selama sakit pasien mengatakan tidak dapat tidur nyenyak karena
tidak nyaman karena ada luka di kakinya. Pada pola aktivitas dan latihan
sebelum sakit pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas memenuhi
kebutuhan sehari-hari secara mandiri dan selama sakit pasien mengatakan bisa
melakukan aktivitas dan memenuhi kebutuhan sehari hari secara mandiri
namun tidak maksimal dan membutuhkan bantuan orang lain.
Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 24
desember 2020 didapatkan dua diagnose keperawatan yaitu resiko penyebaran
infeksi berhubungan dengan adanya luka ulkus diabetic dan nyeri berhubungan
dengan diskontinutitas jaringan. Dari diagnose pertama melakukan observasi
pada luka pasien dan diperoleh dara subjektif pasien mengatakan bengkak
pada sekitar luka dan di peroleh data objektif pada kaki kanan bawah bagian
telapak kaki bagian atas, keadaan luka lembab, terdapat pus, kedalaman luka 1
cm, lebar 5 cm, Panjang 9 cm, warna luka putih dan kemerahan karena
sebagian luka ada yang tertutup pus, bau khas Diabetes mellitus. Kemudian
dari diagnose kedua melakukan pegkajian nyeri pada pasien diperolehdata
subjektif pasien mengatakan nyeri pada daerah luka, kemudian dilakukan
pengkajian nyeri diperoleh data objektif P : pada luka diabetes Q : cekot cekot
R : kaki kanan bawah pada telapak kaki bagian atas, S : 6, T : saat digunakan
berjalan.
Rencana keperawatan untuk diagnose yang pertama yaitu resiko
penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya luka ulkus diabetic dengan
tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari 1 kali selama 2
minggu diharapakan resiko penyebaran infeksi tidak terjadi dengan kriteria
hasil. Tidak terjadi pembengkakan terhadap luka, pus pada luka berkurang,
kedalaman luka berkurang, luas luka berkurang, luka tidak berbau, warna luka
menjadi kemerahan. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis merencanakan
tindakan keperawatan monitor luka, lakukan perawatan luka menggunakan
dressing foam 2 hari 1 kali, monitor TTV, monitor gula darah. Rencana
keperawatan untuk diagnose kedua yaitu nyeri berhubungan dengan
diskontinunitas jaringan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 hari 1 kali selama 2 minggu diharapkan nyeri berkurang dengan
kriteria hasil skala nyeri berkurang atau bahkan nyeri hilang. Dan untuk
27

mengatasi masalah tersebut penulis merencanakan tindakan keperawatan yaitu


kaji skala nyeri, ajarkan pasien teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam.

Tindakan keperawatan luka pertemuan


pertama dilakukan pada tanggal 24
desember 2020 pada pukul 15.00 WIB.
Didapatkan hasil pemeriksaan tanda
tanda vital pasien data objektif tanda
tanda vital pasien tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 85 kali permenit, respiratory
rate 22 kali permenit, suhu 36,3 0C, gula
darah 230/mgdl. melakukan tindakan
keperawatan luka dengan terapi primary
Gambar 1.1 perawatan luka NY.s hari ke
1 dressing.

Observasi luka sebelum dilakukan tindakan perawatan luka di dapatkan data


objektif sekitar luka bengkak, terdapat pus, warna kulit sekitar luka kemerahan,
Panjang luka 9 cm, lebar 5 cm, kedalaman sekitar 1 cm. luka berbau khas
diabetes. Untuk tindakan perawatan luka pertama basahi balutan luka dengan
NaCL 0,9% bersihkan daerah luka secara perlahan dari dalam menuju bagian
luar. Jika perlu lakukan debriment luka mengunakan gunting jaringan pada luka
yang mengalami nekrosis dan penebalan. Bersihkan kembali luka menggunakan
kasa steril yang telah di basahi dengan larutan NaCl 0,9%. Kemudian gunakan
kassa steril untuk mengeringkan luka. Kemudian oleskan sanoskin oxy gel pada
seluruh bagian luka dan ratakan mengunakan tangan. setelah itu pasang
dressing foam dengan cara memotong dressing foam sesuai yang di butuhkan.
Balut mengunakan kasa gulung secara memutar kemudian fixsasi.
28

Tindakan keperawatan luka


pertemuan kedua dilakukan pada
tanggal 26 desember 2020 pada pukul
16.00 WIB. Didapatkan hasil
pemeriksaan tanda tanda vital pasien
data objektif tanda tanda vital pasien
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80
kali permenit, respiratory rate 22 kali
permenit, suhu 36,0C, gula darah
Gambar 1.2 perawatan luka NY.s hari ke 2 220/mgdl. melakukan tindakan
keperawatan luka dengan terapi primary
dressing.

Observasi luka sebelum dilakukan tindakan perawatan luka di dapatkan


data objektif sekitar luka bengkak, terdapat pus, warna kulit sekitar luka
kemerahan, Panjang luka 9 cm, lebar 5 cm, kedalaman sekitar 1 cm. luka berbau
khas diabetes. Observasi balutan dan luka dari tindakan perawatan luka hari
sebelumnya didapatkan data objektif balutan luka atau dressing foam tampak
menyerap banyak pus, terdapat jaringan nekrosis, luka berwarna sedikit
kemerahan, warna kulit sekitar luka kemerahan. Untuk tindakan perawatan luka
pertama basahi balutan luka dengan NaCL 0,9% bersihkan daerah luka secara
perlahan dari dalam menuju bagian luar. Jika perlu lakukan debriment luka
mengunakan gunting jaringan pada luka yang mengalami nekrosis dan
penebalan. Bersihkan kembali luka menggunakan kasa steril yang telah di basahi
dengan larutan NaCl 0,9%. Kemudian gunakan kassa steril untuk mengeringkan
luka. Kemudian oleskan sanoskin oxy gel pada seluruh bagian luka dan ratakan
mengunakan tangan , setelah itu pasang bantalan kassa yang lebih tebal
sebagai absorben. Balut mengunakan kasa gulung secara memutar kemudian
fixsasi.
29

Tindakan keperawatan luka


pertemuan ke tiga dilakukan pada
tanggal 28 desember 2020 pada pukul
16.00 WIB. Didapatkan hasil
pemeriksaan tanda tanda vital pasien
data objektif tanda tanda vital pasien
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84
kali permenit, respiratory rate 23 kali
permenit, suhu 37,0C, gula darah
230/mgdl. melakukan tindakan
Gambar 1.3 perawatan luka NY.s hari ke 3
keperawatan luka dengan terapi primary
dressing.

Observasi luka sebelum dilakukan tindakan perawatan luka di dapatkan


data objektif sekitar luka bengkak, terdapat pus, pus pada luka berkurang, warna
kulit sekitar luka kemerahan, Panjang luka 9 cm, lebar 5 cm, kedalaman sekitar
1 cm. luka berbau khas diabetes. Untuk tindakan perawatan luka pertama basahi
balutan luka dengan NaCL 0,9% bersihkan daerah luka secara perlahan dari
dalam menuju bagian luar. Bersihkan kembali luka menggunakan kasa steril
yang telah di basahi dengan larutan NaCl 0,9%. Kemudian gunakan kassa steril
untuk mengeringkan luka. Kemudian oleskan sanoskin oxy gel pada seluruh
bagian luka dan ratakan mengunakan tangan , setelah itu pasang bantalan kassa
yang lebih tebal sebagai absorben. Balut mengunakan kasa gulung secara
memutar kemudian fixsasi.
30

Tindakan keperawatan luka


pertemuan ke empat dilakukan pada
tanggal 30 desember 2020 pada pukul
16.00 WIB. Didapatkan hasil
pemeriksaan tanda tanda vital pasien
data objektif tanda tanda vital pasien
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 85
kali permenit, respiratory rate 22 kali
permenit, suhu 36,50C, gula darah
240/mgdl. melakukan tindakan
keperawatan luka dengan terapi
primary dressing.
Gambar 1.4 perawatan luka NY.s hari ke 4

Observasi luka sebelum dilakukan tindakan perawatan luka di dapatkan


data objektif sekitar luka bengkak, pus pada luka berkurang, warna kulit sekitar
luka kemerahan, Panjang luka 9 cm, lebar 5 cm, kedalaman sekitar 1 cm. luka
berbau khas diabetes. Untuk tindakan perawatan luka pertama basahi balutan
luka dengan NaCL 0,9% bersihkan daerah luka secara perlahan dari dalam
menuju bagian luar. Bersihkan kembali luka menggunakan kasa steril yang telah
di basahi dengan larutan NaCl 0,9%. Kemudian gunakan kassa steril untuk
mengeringkan luka. Kemudian oleskan sanoskin oxy gel pada seluruh bagian
luka dan ratakan mengunakan tangan , setelah itu pasang dressing foam atau
bantalan kassa yang lebih tebal sebagai absorben. Balut mengunakan kasa
gulung secara memutar kemudian fixsasi.
31

Tindakan keperawatan luka


pertemuan ke lima dilakukan pada
tanggal 2 januari 2021 pada pukul
16.00 WIB. Didapatkan hasil
pemeriksaan tanda tanda vital pasien
data objektif tanda tanda vital pasien
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi
82 kali permenit, respiratory rate 20
kali permenit, suhu 37,20C, gula
darah 220/mgdl. melakukan tindakan
keperawatan luka dengan terapi
primary dressing.
Gambar 1.5 perawatan luka NY.s hari ke 5
Observasi luka sebelum dilakukan tindakan perawatan luka di dapatkan
data objektif sekitar luka tidak bengkak, pus pada luka berkurang, warna kulit
sekitar luka merah, Panjang luka 8 cm, lebar 5 cm, kedalaman luka berkurang
dari sebelumnya. luka berbau khas diabetes. Untuk tindakan perawatan luka
pertama basahi balutan luka dengan NaCL 0,9% bersihkan daerah luka secara
perlahan dari dalam menuju bagian luar. Bersihkan kembali luka menggunakan
kasa steril yang telah di basahi dengan larutan NaCl 0,9%. Kemudian gunakan
kassa steril untuk mengeringkan luka. Kemudian oleskan sanoskin oxy gel pada
seluruh bagian luka dan ratakan mengunakan tangan , setelah itu pasang
bantalan kassa yang lebih tebal sebagai absorben. Balut mengunakan kasa
gulung secara memutar kemudian fixsasi.
32

Tindakan keperawatan luka


pertemuan ke enam dilakukan pada
tanggal 4 januari 2021 pada pukul
16.00 WIB. Didapatkan hasil
pemeriksaan tanda tanda vital pasien
data objektif tanda tanda vital pasien
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi
82 kali permenit, respiratory rate 20
kali permenit, suhu 360C, melakukan
tindakan keperawatan luka dengan
terapi primary dressing.

Gambar 1.6 perawatan luka NY.s hari ke 6

Observasi luka sebelum dilakukan tindakan perawatan luka di dapatkan


data objektif sekitar luka tidak bengkak, pus pada luka berkurang, warna kulit
sekitar luka merah, Panjang luka 8 cm, lebar 4 cm, kedalaman luka berkurang
dari sebelumnya. luka berbau khas diabetes. Untuk tindakan perawatan luka
pertama basahi balutan luka dengan NaCL 0,9% bersihkan daerah luka secara
perlahan dari dalam menuju bagian luar. Bersihkan kembali luka menggunakan
kasa steril yang telah di basahi dengan larutan NaCl 0,9%. Kemudian gunakan
kassa steril untuk mengeringkan luka. Kemudian oleskan sanoskin oxy gel pada
seluruh bagian luka dan ratakan mengunakan tangan , setelah itu pasang
bantalan kassa yang lebih tebal sebagai absorben. Balut mengunakan kasa
gulung secara memutar kemudian fixsasi.

Evaluasi tindakan pada pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama kurang lebih 2 minggu diperoleh hasil evaluasi diagnose pertama yaitu
resiko penyebaran infeksi berhubungan adanya luka ulkus diabetes. Pada data
subjektif pasien mengatakan luka pada kakinya mulai membaik, data obyektif pus
pada luka berkurang, sekitar luka sudah tidak bengkak, kedalaman lukia
berkurang dari 1 cm, lebar luka 4 cm, Panjang luka 8 cm, gula darah 230 mg/dl,
warna luka merah, warna kulit sekitar luka berwarna merah muda, bau khas dm
assement masalah teratasi sebagian dan pada plening lanjutkan intervensi pada
implementasi monitor ttv pasien, observasi luka, lakukan perawatan luka dengan
metode primary dressing, ganti balut secara rutin setiap 2 kali sehari dan beri gel
sanoskin oxy pada setiap pergantian balutan , berikan obat / antibiotic sesuai
33

advis dokter, anjurkan pasien mengkonsumsi makanan yang adekuat dan jaga
kebersihan sekitar luka. Evaluasi diagnose kedua yaitu nyeri akut berhubungan
dengan diskontinutitas jaringan didapatkan data subjektif pasien mengatakan
nyeri pada daerah luka berkurang, pada data obyektif pasien sudah mampu
melakukan Teknik relaksasi distraksi secara mandiri, pasien tampak lebih rileks
dengan pengkajian skala nyeri P : luka diabetic Q : seperti di tekan tekan R :
pada kaki kanan S : 4 T : saat bergerak, assessment masalah teratasi sebagian
dan pada pleningnya lanjutkan intervensi pada implementasi kaji skala nyeri,
menganjurkan pasien untuk melakukan Teknik distraksi dan relaksasi saat nyeri
muncul.

2. Responden kedua

Pengkajian responden kedua dilakukan pada tanggal 4 januari 2021


pada pukul 16.00 WIB di desa bulung kulon kecamatan jekulo kabupaten
kudus. Penulis mendapatkan data bahwa pasien bernama Ny.t berumur 50
tahun, berjenis kelamin perempuan, bersuku bangsa jawa/Indonesia, beragama
islam, pasien sebagai petani. Orang yang bertanggung jawab adalah Tn.a
berumur 48 tahun yang beralamatkan di desa bulung kulon kecamatan jekulo
kabupaten kudus, bekerja sebagai petani, beragama islam, adapun hubungan
dengan pasien adalah seorang suami.

Keluhan utama pasien saat dikaji pasien mengatakan nyeri di daerah


luka dikaki bagian kanan bawah pada telapak kaki. Dengan riwayat
keperawatan sekarang pasien mengatakan melakukan control ke tempat kays
khitan kudus untuk perawatan luka dan control gula darah. Riwayat
keperawatan dahulu pasien mengatakan pernah di bawa ke rumah sakit karena
terjatuh dari sepeda motor yang menyebabkan kakinya luka. Pasien
mengatakan mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus namun dalam
keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus.

Dari hasil pemeriksaan fisik pada pasien diperoleh hasil keadaan


umum pasien adalah dalam kondisi baik. Kesadaran komposmentis, tanda
tanda vital pasien tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 85 kali permenit,
respiratory rate 22 kali permenit, suhu 36,30C, Gula darah 324 mg/dl. Pada
ekstremitas atas kekuatan pada otot tangan 5, akral hangat, tidak terdapat luka,
koordinasi gerak normal dan pada ekstremitas bawah terdapat luka ulkus
34

diabetic di kaki kanan bagian telapak kaki atas dengan keadaan luka lembab,
terdapat pus pada area luka, kedalaman luka sekitar 1 cm, lebar 5 cm, Panjang
luka 6 cm, warna luka putih dan kemerahan, karena sebagian luka tertutup pus,
bau khas DM, kekuatan otot kaki 4, akral hangat, koordinasi gerak norma.
Pengkajian nyeri P : pada luka diabetes Q : cekot cekot R : kaki kanan bawah
pada telapak kaki, S : 6, T : saat digunakan berjalan, pada pengkajian pola
presepsi sebelum sakit dan selama sakit didapatkan hasil pada pola nutrisi
sebelum sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan komposisi
makanan sesuai yang di masak dan selama sakit pasien hanya mengkonsumsi
makanan dan minuman yang di anjurkan oleh dokter. Pada pengkajian pola
istirahat dan tidur pasien mengatakan sebelum sakit dapat tidur nyenyak dan
selama sakit pasien mengatakan tidak dapat tidur nyenyak karena tidak
nyaman karena ada luka di kakinya. Pada pola aktivitas dan latihan sebelum
sakit pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas memenuhi kebutuhan
sehari-hari secara mandiri dan selama sakit pasien mengatakan bisa
melakukan aktivitas dan memenuhi kebutuhan sehari hari secara mandiri
namun tidak maksimal dan membutuhkan bantuan orang lain.

Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 4 januari


2021 didapatkan dua diagnose keperawatan yaitu resiko penyebaran infeksi
berhubungan dengan adanya luka ulkus diabetic dan nyeri berhubungan
dengan diskontinutitas jaringan. Dari diagnose pertama melakukan observasi
pada luka pasien dan diperoleh dara subjektif pasien mengatakan bengkak
pada sekitar luka dan di peroleh data objektif pada kaki kanan bawah bagian
telapak kaki bagian atas, keadaan luka lembab, terdapat pus, kedalaman luka 1
cm, lebar 4 cm, Panjang 4 cm, warna luka putih dan kemerahan karena
sebagian luka ada yang tertutup pus, bau khas Diabetes mellitus. Kemudian
dari diagnose kedua melakukan pegkajian nyeri pada pasien diperolehdata
subjektif pasien mengatakan nyeri pada daerah luka, kemudian dilakukan
pengkajian nyeri diperoleh data objektif P : pada luka diabetes Q : cekot cekot
R : kaki kanan bawah pada telapak kaki , S : 6, T : saat digunakan berjalan.
Rencana keperawatan untuk diagnose yang pertama yaitu resiko
penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya luka ulkus diabetic dengan
tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari 1 kali selama 2
minggu diharapakan resiko penyebaran infeksi tidak terjadi dengan kriteria
hasil. Tidak terjadi pembengkakan terhadap luka, pus pada luka berkurang,
35

kedalaman luka berkurang, luas luka berkurang, luka tidak berbau, warna luka
menjadi kemerahan. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis merencanakan
tindakan keperawatan monitor luka, lakukan perawatan luka menggunakan
dressing foam 2 hari 1 kali, monitor TTV, monitor gula darah. Rencana
keperawatan untuk diagnose kedua yaitu nyeri berhubungan dengan
diskontinunitas jaringan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 hari 1 kali selama 2 minggu diharapkan nyeri berkurang dengan
kriteria hasil skala nyeri berkurang atau bahkan nyeri hilang. Dan untuk
mengatasi masalah tersebut penulis merencanakan tindakan keperawatan yaitu
kaji skala nyeri, ajarkan pasien teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam.

Tindakan keperawatan luka


pertemuan pertama dilakukan pada
tanggal 2 januari 2021 pada pukul
16.00 WIB. Didapatkan hasil
pemeriksaan tanda tanda vital pasien
data objektif tanda tanda vital pasien
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
85 kali permenit, respiratory rate 22
kali permenit, suhu 36,30C, gula
darah 324/mgdl.melakukan tindakan
keperawatan luka dengan terapi
primary dressing.

Gambar 2.1 perawatan luka NY.s hari ke 1

Observasi luka sebelum dilakukan tindakan perawatan luka di dapatkan


data objektif sekitar luka bengkak, terdapat pus, warna kulit sekitar luka
kemerahan, Panjang luka 4 cm, lebar 4 cm, kedalaman sekitar 1 cm. luka berbau
khas diabetes. Untuk tindakan perawatan luka pertama basahi balutan luka
dengan NaCL 0,9% bersihkan daerah luka secara perlahan dari dalam menuju
bagian luar. Jika perlu lakukan debriment luka mengunakan gunting jaringan
pada luka yang mengalami nekrosis dan penebalan. Bersihkan kembali luka
menggunakan kasa steril yang telah di basahi dengan larutan NaCl 0,9%.
Kemudian gunakan kassa steril untuk mengeringkan luka. Kemudian oleskan
sanoskin oxy gel pada seluruh bagian luka dan ratakan mengunakan tangan.
36

setelah itu pasang dressing foam dengan cara memotong dressing foam sesuai
yang dibutuhkan. Balut mengunakan kasa gulung secara memutar kemudian
fixsasi.

Tindakan keperawatan luka


pertemuan ke dua dilakukan pada
tanggal 4 januari 2021 pada pukul
16.00 WIB. Didapatkan hasil
pemeriksaan tanda tanda vital pasien
data objektif tanda tanda vital pasien
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
80 kali permenit, respiratory rate 24
kali permenit, suhu 36,0C, gula darah
280/mgdl.melakukan tindakan
keperawatan luka dengan terapi
primary dressing.

Gambar 2.2 perawatan luka NY.s hari ke 2


Observasi luka sebelum dilakukan tindakan perawatan luka di dapatkan
data objektif sekitar luka bengkak, terdapat pus, warna kulit sekitar luka
kemerahan, Panjang luka 6 cm, lebar 5 cm, kedalaman sekitar 1 cm. luka berbau
khas diabetes. Untuk tindakan perawatan luka pertama basahi balutan luka
dengan NaCL 0,9% bersihkan daerah luka secara perlahan dari dalam menuju
bagian luar. Jika perlu lakukan debriment luka mengunakan gunting jaringan
pada luka yang mengalami nekrosis dan penebalan. Bersihkan kembali luka
menggunakan kasa steril yang telah di basahi dengan larutan NaCl 0,9%.
Kemudian gunakan kassa steril untuk mengeringkan luka. Kemudian oleskan
sanoskin oxy gel pada seluruh bagian luka dan ratakan mengunakan tangan.
setelah itu pasang dressing foam dengan cara memotong dressing foam sesuai
yang dibutuhkan. Balut mengunakan kasa gulung secara memutar kemudian
fixsasi.
37

Tindakan keperawatan luka


pertemuan ke tiga dilakukan pada
tanggal 6 januari 2021 pada pukul
15.00 WIB. Didapatkan hasil
pemeriksaan tanda tanda vital pasien
data objektif tanda tanda vital pasien
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi
83 kali permenit, respiratory rate 22
kali permenit, suhu 36,50C, gula
darah 260/mgdl. melakukan tindakan
keperawatan luka dengan terapi
primary dressing.
Gambar 2.3 perawatan luka NY.s hari ke 3

Observasi luka sebelum dilakukan tindakan perawatan luka di dapatkan


data objektif sekitar luka bengkak, terdapat pus, warna kulit sekitar luka
kemerahan, Panjang luka 6 cm, lebar 5 cm, kedalaman sekitar 1 cm. luka berbau
khas diabetes. Untuk tindakan perawatan luka pertama basahi balutan luka
dengan NaCL 0,9% bersihkan daerah luka secara perlahan dari dalam menuju
bagian luar. Jika perlu lakukan debriment luka mengunakan gunting jaringan
pada luka yang mengalami nekrosis dan penebalan. Bersihkan kembali luka
menggunakan kasa steril yang telah di basahi dengan larutan NaCl 0,9%.
Kemudian gunakan kassa steril untuk mengeringkan luka. Kemudian oleskan
sanoskin oxy gel pada seluruh bagian luka dan ratakan mengunakan tangan.
setelah itu pasang dressing foam dengan cara memotong dressing foam sesuai
yang dibutuhkan.Balut mengunakan kasa gulung secara memutar kemudian
fixsasi.
38

Tindakan keperawatan luka


pertemuan ke empat dilakukan pada
tanggal 8 januari 2021 pada pukul
15.00 WIB. Didapatkan hasil
pemeriksaan tanda tanda vital pasien
data objektif tanda tanda vital pasien
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
80 kali permenit, respiratory rate 22
kali permenit, suhu 37,0C, gula darah
250/mgdl. melakukan tindakan
keperawatan luka dengan terapi
primary dressing.

Gambar 2.4 perawatan luka NY.s hari ke 4


Observasi luka sebelum dilakukan tindakan perawatan luka di dapatkan
data objektif sekitar luka bengkak, terdapat pus, warna kulit sekitar luka
kemerahan, Panjang luka 6 cm, lebar 5 cm, kedalaman sekitar 1 cm. luka berbau
khas diabetes. Untuk tindakan perawatan luka pertama basahi balutan luka
dengan NaCL 0,9% bersihkan daerah luka secara perlahan dari dalam menuju
bagian luar. Jika perlu lakukan debriment luka mengunakan gunting jaringan
pada luka yang mengalami nekrosis dan penebalan. Bersihkan kembali luka
menggunakan kasa steril yang telah di basahi dengan larutan NaCl 0,9%.
Kemudian gunakan kassa steril untuk mengeringkan luka. Kemudian oleskan
sanoskin oxy gel pada seluruh bagian luka dan ratakan mengunakan tangan.
setelah itu pasang dressing foam dengan cara memotong dressing foam sesuai
yang dibutuhkan. Balut mengunakan kasa gulung secara memutar kemudian
fixsasi.
39

Tindakan keperawatan luka


pertemuan ke lima dilakukan pada
tanggal 10 januari 2021 pada pukul
15.00 WIB. Didapatkan hasil
pemeriksaan tanda tanda vital pasien
data objektif tanda tanda vital pasien
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
80 kali permenit, respiratory rate 22
kali permenit, suhu 36,30C, gula
darah 220/mgdl. melakukan tindakan
keperawatan luka dengan terapi
primary dressing.

Gambar 2.5 perawatan luka NY.s hari ke 5


Observasi luka sebelum dilakukan tindakan perawatan luka di dapatkan
data objektif sekitar luka bengkak berkurang, terdapat pus, warna kulit sekitar
luka kemerahan, Panjang luka 6 cm, lebar 5 cm, kedalaman sekitar 1 cm. luka
berbau khas diabetes. Untuk tindakan perawatan luka pertama basahi balutan
luka dengan NaCL 0,9% bersihkan daerah luka secara perlahan dari dalam
menuju bagian luar. Jika perlu lakukan debriment luka mengunakan gunting
jaringan pada luka yang mengalami nekrosis dan penebalan. Bersihkan kembali
luka menggunakan kasa steril yang telah di basahi dengan larutan NaCl 0,9%.
Kemudian gunakan kassa steril untuk mengeringkan luka. Kemudian oleskan
sanoskin oxy gel pada seluruh bagian luka dan ratakan mengunakan tangan.
setelah itu pasang dressing foam dengan cara memotong dressing foam sesuai
yang dibutuhkan. Balut mengunakan kasa gulung secara memutar kemudian
fixsasi.
40

Tindakan keperawatan luka


pertemuan ke enam dilakukan pada
tanggal 12 januari 2021 pada pukul
18.00 WIB. Didapatkan hasil
pemeriksaan tanda tanda vital pasien
data objektif tanda tanda vital pasien
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
80 kali permenit, respiratory rate 22
kali permenit, suhu 37,30C, gula
darah 220/mgdl. melakukan tindakan
keperawatan luka dengan terapi
primary dressing.
Gambar 2.6 perawatan luka NY.s hari ke 6

Observasi luka sebelum dilakukan tindakan perawatan luka di dapatkan


data objektif sekitar luka bengkak berkurang, terdapat pus, warna kulit sekitar
luka kemerahan, Panjang luka 6 cm, lebar 3 cm, kedalaman sekitar 1 cm. luka
berbau khas diabetes. Untuk tindakan perawatan luka pertama basahi balutan
luka dengan NaCL 0,9% bersihkan daerah luka secara perlahan dari dalam
menuju bagian luar. Jika perlu lakukan debriment luka mengunakan gunting
jaringan pada luka yang mengalami nekrosis dan penebalan. Bersihkan kembali
luka menggunakan kasa steril yang telah di basahi dengan larutan NaCl 0,9%.
Kemudian gunakan kassa steril untuk mengeringkan luka. Kemudian oleskan
sanoskin oxy gel pada seluruh bagian luka dan ratakan mengunakan tangan.
setelah itu pasang dressing foam dengan cara memotong dressing foam sesuai
yang dibutuhkan. Balut mengunakan kasa gulung secara memutar kemudian
fixsasi.

B. Pembahasan
Diabetes Miletus adalah gangguan proses metabolisme gula darah yang
berlangsung kronik yang biasanya ditandai dengan tingginya kadar gula darah
yang diakibatkan oleh gangguan pengeluaran insulin, resistensi insulin atau
keduanya. Dikhawatirkan terjadi kerusakan mata, ginjal, Jantung dan saraf bila
kadar gula darah tetap tinggi. Penderita Diabetes Melitus dapat mengalami
gangguan fungsi jantung yang berakibat kematian, iskemik dan stroke lebih
41

berpotensi dua sampai empat kali dari pada populasi yang tidak mengalami
Diabetes Melitus.14
Diabetes milletus dapat menyebabkan komplikasi, salah satu
komplikasinya adalah neuropati (kerusakan syaraf) pada kaki sehingga dapat
meningkatkan kejadian ulkus pada kaki sehingga memungkinkan terjadinya ulkus
pada kaki. Luka yang tergolong kecil dan seperti pada umumnya tetapi jika luka
yang ada pada penderita penyakit diabetes milletus (DM) ini salah dalam
penanganan dan perawatan akan terjadi infeksi. Luka kronis dapat menjadi luka
gangren yang berakibat fatal serta dapat berujung pada amputasi.15
Ulkus diabetic pada kaki merupakan komplikasi yang sering ditemui
pada pasien yang mengidap penyakit diabetes. Pada kondisi ini umumnya
dijumpai pada pasien dengan gangguan neuropati perifer, gangguan pembulu
darah tepi, atau kombinasi keduanya. Pada neuropati diabetic, terjadi gangguan
serabut saraf sensorik, motoric, otonom yang dapat menimbulkan manifestasi
berupa kelemahan dan atrofi otot, deficit sensorik berdampak pada penurunan
reflek protektif terhadap rangsangan nyeri, tekanan dan panas, penurunan
sekresi keringat yang menyebabkan hilangnya intergritas kulit, serta peningkatan
resiko infeksi. Selain gangguan neuropati, pasien diabetes juga berisiko
mengalami penyakit arteri perifer. Penyakit arteri perifer terjadi pada tungkai,
tepatnya pada daerah di antara lutut dan sendi pergelangan kaki. Gangguan
system vascular akan menyebaabkan penurunan aliran darah sehinga terjadilah
iskemi pada daerah yang diperdarahinya. Kondisi iskemi akan meningkatkan
risiko infeksi karena pada dasarnya darah itulah yang bertugas membawa
leukosit (sel darah putih) ke area luka. Jika leukosit tersebut tidak dapat
mencapai ke area luka maka mikroba akan menginfeksi area luka dan pada
akhirnya terbentuklah ulkus. Ulkus diabetic diklarifikasikan menjadi 3 kelompok
yaitu neuropatik, iskemik, neuroiskemik. Vaskularisasi yang buruk juga dapat
dikombinasikan dengan gangguan neuropati, dapat menyebabkan ulserasi kronik
bahkan akibat cedera ringan sekalipun. Cedera ringan itu sendiri dapat timbul
akibat factor internal (abnormalitas dan deformitas kaki) maupun factor external
(sepatu, benda asing, dan trauma) selain itu, abnormalitas dan deformitas kaki
juga dapat menyebabkan ketidak seimbangan distribusi tekanan pada telapak
kaki.7
Untuk Perawatan luka diabetes penulis mengunakan konsep dengan
modern dressing memiliki kandungan antimikroba seperti polimer chitosan,
42

sodium alginate dan gelatin yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri gram
positif dan gram negative. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan luka
pada penderita luka diabetic. Bakteri staphylococcus Aureus dan pseudomonas
aeruginosa dapat dihambat dengan modern wound dressing yang mengandung
polimer chitosan, dan sodium alginat maupun gelatin. Berdasarkan hasil
penelitian perawatan luka pada ulkus diabetic dengan Teknik moist healing lebih
cepat proses penyembuhanya. Karena dianggap mampu menangani luka kronis.
Kondisi luka yang lembab seimbang dapat mempengaruhi keberhasilan proses
penyembuhan luka karena akan membantu pertumbuhan sel dan proliferasi
kolagen. Berdasarkan hasil penelitian yang melalukan perawatan luka kaki
diabetic (LKD) dilakukan 2 kali seminggu yaitu setiap hari senin dan kamis.
Kondisi luka pada perawatan minggu pertama berwarna tampak slough dengan
masalah luka yang ditemukan yaitu nekrotik, slough/infeksi, mudah berdarah dan
maserasi sehingga dilakukan perawatan menggunakan salep epitel wound zalf
sebagai primary dressing. Pemilihan jenis dressing secara tepat dapat membantu
mempercepat penyembuhan luka kaki diabetic.8
Dalam penelitian ini penulis mengunakan foam dressing sebagai balutan
luka ulkus diabetic (UKD). Dressing foam adalah suatu dressing atau penutup
yang sering digunakan perawatan luka untuk membantu pengelolaan eksudat
luka, serta memfasilitasi manajemen cairan yang dinamis untuk memberikan
kondisi luka yang optimal, dimana mempercepat penyembuhan dan dapat di
minimalkan risiko maserasi pada tempat Luka. Lapisan film pada bagian
belakang membantu mencegah kebocoran cairan dan kontaminnasi bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi. Keuntungan dari dressing foam adalah memiliki
lapisan silicone yang mencegah dressing lengket dengan dasar luka,
penyerapan vertical tidak menyebabkan maserasi, keuntungan tersebut bagi luka
di permukaan / superfacial. Pengunaan foam dressing pada luka berongga /
cavity keuntungan yang pertama adalah memiliki kapasitas penyerapan yang
banyak , volume pengembangan minimal setelah menyerap. Dressing foam ini
mudah untuk di aplikasikan dan dilepaskan. Tidak adanya perekat membuat
dressing ini sangat cocok untuk pengunaan pada kulit rapuh. Penambahan gel
sanoskin oxy adalah obat yang digunakan untuk membantu mengurangi infeksi
pada luka, sanoskin mengandung oksigen konversi menjadi ozon pada minyak
olive sebagai zat aktifnya, cara pakai bersihkan luka, lalu oleskan gel langsung
pada luka kemudian tutup dengan pembalut.
43

Dalam studi kasus ini penulis melakukan pengkajian dua pasien yang
pertama bernama. Ny.s yang mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus dan
terdapat luka ulkus diabetic di kakinya. Setelah melakukan beberapa pengkajian
pada pasien. Penulis mengangkat diagnose keperawatan resiko penyebaran
infeksi berhubungan dengan adanya luka ulkus diabetic. Karena dalam proses
pengkajian luka penulis menemukan tanda tanda infeksi dengan diperoleh data
subjektif pasien mengatakan bengkak pada sekitar luka dan diperoleh data
objektif sekitar luka tampak bengkak, terdapat pus, warna luka kemerahan,
berbau khas luka diabetic, kedalaman luka 1 cm, lebar 5 cm, Panjang 9 cm,
kemudian penulis melakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu dengan 2
hari 1 kali ganti balutan luka.
Waktu yang digunakan ini karena pada hari kedua sampai ke tiga
setelah fase injuri. Luka akan mengalami fase granulasi atau pertumbuhan
jaringan baru sementara yang di tunjukan dengan adanya warna kemerahan dan
nada kontraksi pada luka, sehingga waktu yang diberikan 2 hari 1 kali pergantian
balut bertujuan untuk memberi kesempatan pada luka untuk melakukan granulasi
jaringan baru mengantikan jaringan yang rusak. Data objektif Ny.s yang
mengarah pada resiko infeksi yaitu pada ulkus terjadi pembengkakan, kemudian
pada data subjektif ditemukan bahwa ny.s juga mengalami sering merasa lapar
(polifagi), lemas, pasien juga sudah menjaga pola makan / diit bagi penderita
diabetes, salah satunya menganti konsumsi karbohidrat yang awalnya nasi putih
diganti menjadi nasi jagung, menganti gula pasir di ganti dengan gula khusus
penderita diabetes.
Selama tindakan keperawatan diperoleh hasil evaluasi tindakan dari
pertemuan pertama pembalut luka menyerap banyak pus, pada luka, pus
berkurang, warna luka dan kulit kemerahan, kedalaman luka 1 cm, lebar 5 cm,
Panjang 9 cm, berbau khas luka ulkus diabetic. Pertemuan kedua pembalut luka
menyerap banyak pus, pada luka pus berkurang, warna luka dan kulit sekitar
kemerahan, kedalaman luka 1 cm, lebar 5 cm, Panjang 9 cm, berbau khas luka
ulkus diabetes mellitus. Pertemuan ke tiga pembalut luka menyerap banyak pus,
pada luka pus berkurang, warna luka dan kulit sekitar kemerahan, kedalaman
luka 1 cm, lebar 5 cm, Panjang 9 cm, berbau khas luka ulkus diabetes mellitus.
Pertemuan ke empat, sekitar luka bengkak, pus pada luka berkurang, warna kulit
sekitar luka kemerahan, Panjang luka 9 cm, lebar 5 cm, kedalaman sekitar 1 cm.
luka berbau khas diabetes. Pertemuan ke lima, sekitar luka tidak bengkak, pus
44

pada luka berkurang, warna kulit sekitar luka merah, Panjang luka 8 cm, lebar 5
cm, kedalaman luka berkurang dari sebelumnya. luka berbau khas diabetes.
Pertemuan ke enam. sekitar luka tidak bengkak, pus pada luka berkurang, warna
kulit sekitar luka merah, Panjang luka 8 cm, lebar 4 cm, kedalaman luka
berkurang dari sebelumnya. luka berbau khas diabetes.
Pengkajian pasien ke dua yang bernama Ny.t yang mempunyai riwayat
penyakit diabetes mellitus dan terdapat luka ulkus diabetic di kakinya. Setelah
melakukan beberapa pengkajian pada pasien. Penulis mengangkat diagnose
keperawatan resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya luka ulkus
diabetic. Karena dalam proses pengkajian luka penulis menemukan tanda tanda
infeksi dengan diperoleh data subjektif pasien mengatakan bengkak pada sekitar
luka dan diperoleh data objektif sekitar luka tampak bengkak, terdapat pus,
warna luka kemerahan, berbau khas luka diabetic, kedalaman luka 1 cm, lebar 4
cm, Panjang 4 cm, kemudian penulis melakukan tindakan keperawatan selama 2
minggu dengan 2 hari 1 kali ganti balutan luka.
Selama tindakan keperawatan diperoleh hasil evaluasi tindakan dari
pertemuan pertama pembalut luka menyerap banyak pus, pada luka, pus
berkurang, warna luka dan kulit kemerahan, kedalaman luka 1 cm, lebar 4 cm,
Panjang 4 cm, berbau khas luka ulkus diabetic. Pertemuan kedua pembalut luka
menyerap banyak pus, pada luka pus berkurang, warna luka dan kulit sekitar
kemerahan, kedalaman luka 1 cm, lebar 4 cm, Panjang 4 cm, berbau khas luka
ulkus diabetes mellitus. Pertemuan ke tiga pembalut luka menyerap banyak pus,
pada luka pus berkurang, warna luka dan kulit sekitar kemerahan, kedalaman
luka 1 cm, lebar 4 cm, Panjang 5 cm, berbau khas luka ulkus diabetes mellitus.
Pertemuan ke empat, sekitar luka bengkak, pus pada luka berkurang, warna kulit
sekitar luka kemerahan, Panjang luka 5 cm, lebar 4 cm, kedalaman sekitar 1 cm.
luka berbau khas diabetes. Pertemuan ke lima, sekitar luka tidak bengkak, pus
pada luka berkurang, warna kulit sekitar luka merah, Panjang luka 4 cm, lebar 3
cm, kedalaman luka berkurang dari sebelumnya. luka berbau khas diabetes.
Pertemuan ke enam. sekitar luka tidak bengkak, pus pada luka berkurang, warna
kulit sekitar luka merah, Panjang luka 4 cm, lebar 3 cm, kedalaman luka
berkurang dari sebelumnya. Luka berbau khas diabetes.
45

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Primary dressing foam efektif dalam penyembuhan luka diabetic,
karena dapat mengurangi derajat skor luka yang cukup besar dan
menunjukan perbaikan luka. Hal ini terlihat dari studi kasus pada responden
pertama Ny.s dan responden ke dua Ny.t dengan masalah keperawatan luka
menggunakan terapi primary dressing selama 2 minggu dengan 6 kali
pertemuan, didapatkan hasil ukuran luka berkurang serta mampu
mengurangi pus pada luka dan berkurangnya jaringan nekrosis. Secara
keseluruhan luka diabetic yang dirawat dengan primary dressing foam terlihat
lebih membaik dan luka mengalami proses penyembuhan yang cepat, serta
proses granulasi yang baik, hal ini di sebabkan dengan Penambahan gel
sanoskin oxy adalah obat yang digunakan untuk membantu mengurangi
infeksi pada luka, sanoskin mengandung oksigen konversi menjadi ozon
pada minyak olive sebagai zat aktifnya,
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan kesimpulan hasil
studi kasus yang telah dilakukan yaitu :
1. Penulis
Dengan terselesainya karya tulis ilmiah penerapan primary dressing pada
penderita luka ulkus diabetes mellitus diharapkan bisa menjadi acuan
penulis untuk membuat karya tulis selanjutnya.
2. Institusi perawat
Penulis mengharapkan ada penelitian selanjutnya terkait tentang penerapan
primary dressing pada penderita luka ulkus diabetes mellitus untuk
perawatan luka dengan metode lain.
3. Masyarakat dan pasien
Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pencegahan.
Dan penerapan primary dressing untuk perawatan luka ulkus diabetic dapat
menyembuhkan luka sehingga dapat khususnya pasien dapat menjaga diet
makanan yang dianjurkan.
46

DAFTAR PUSTAKA
45

1. Lufthiani, Evi Karota, N. F. S. Panduan Konseling Kesehatan Dalam


Upaya Pencegahan Diabetes Melitus. (Grup penerbit CV BUDI UTAMA,
2020).

2. World Health Organization. Media Center Diabets. (2016).

3. Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. Hasil


Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehat. Republik Indones. 1–
100 (2018).

4. Laporan provinsi JAWA TENGAH RISKESDAS 2018.

5. Kudus, D. K. K. PROFIL KESEHATAN DAERAH KABUPATEN KUDUS.


(2020).

6. Hidayat, A. Pengaruh Perawatan luka Dengan Modern Dressing Terhadap


Kualitas Hidup Pasien Ulkus Diabetikum Di Griya Pusat Perawatan Luka
Caturharjo. (2017).

7. Dr, E. H. Panduan Klinis Manajemen Luka. (penerbit buku KEDOKTERAN


EGC, 2016).

8. M. ANDIKA .DR. Penggunaan Primary Dressing Pada Penderita Luka. vol.


1 (2020).

9. Meilin Anggiriani. Sidabutar. wound care outcomes and associated cost


among patiens in US. J. keperawatan raflesia (2019).

10. Rohmawati, G. E. Efektiftas kandungan modern wound dressing terhadap


perkembangan bakteri staphylococus aureus. J. keperawatan raflesia 88–
99, (2018).

11. M. ANDIKA .DR. Diabetes Mellitus. (PUSTAKA MUSLIM, 2013).

12. Misnadiarly. Diabetes Mellitus:Gangren, Ulcer, Infeksi. Menanggulangi,


dan Mencegah Komplikasi. (Pustaka Populer Obor, 2006).
47

13. Dr. dr. Eva Decroli, S.-K. F. Diabetes Mellitus Tipe 2. (Pusat Penerbit
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang, 2019).

14. Santi Damayanti, S.kep.Ns.,M.Kep., S. K. M. . Diabetes Mellitus Dan


Penatalaksanaan Keperawatan. (Nuha Medika, 2016).

15. Hans Tandra. Panduan Lengkap Mengenal Dan Mengatasi Diabetes


Dengan Cepat Dan Mudah. (PT Gramedia Pustaka Utama, 2017).

16. Hadi P. Keperawatan Medikal Bedah II. (Pusdik Sdm kesehatan, 2016).

17. PPNI. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. (Dewan Pengurus


Persatuan Perawat Indonesia, 2016).

18. Enjeline Hanafi. dr. Panduan Klinis Manajemen Luka. (penerbit buku
KEDOKTERAN EGC, 2016).
48
SOP GANTI PERBAN

1 Pengertian Mengganti balutan atau perban adlah suatu


. tindakan keperawatan untuk mengganti
perban perawatan luka untuk mencegah
infeksi dengan cara mengganti balutan yang
kotor dengan balutan yang bersih
2 Tujuan 1. Meningkatkan penyembuhan luka
. dengan mengabsorbsi cairan dan dapat
menjaga kebersihan luka
2. Melindungi luka dari kontaminasi
3. Dapat menolong hemostatis ( bila
menggunakan elastis verband )
4. Membantu menutupnya tepi luka secara
sempurna
5. Menurunkan pergerakan dan trauma
6. Menutupi keadaan luka yang tidak
menyenangkan
3 Indikasi 1. Pada balutan yang sudah kotor
. 2. Pada penderita yang lukanya akan
diperiksa oleh dokter atau akan diberi
obat konpres yang baru.
4 Kontra indikasi 1. Pembalut dapat menimbulkan situasi
. gelap, hangat dan lembab sehingga
mikroorganisme dapat hidup
2. Pembalut dapat menyebabkan iritasi
pada luka melalui gesekan – gesekan
pembalut.
5 Persiapan Alat 1. Pinset anatomis 1 buah
. 2. Pinset sirugis 1 buah
3. Gunting bedah/jaringan 1 buah
4. Kassa kering dalam kom tertutup
secukupnya
5. Kassa desinfektan dalam kom tertutup
6. sarung tangan 1 pasang
7. korentang/forcep
6 Alat-alat tidak steril 1. Gunting verban 1 buah
. 2. Plester
3. Pengalas
4. Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)
5. Nierbeken 2 buah
6. Kapas alcohol
7. Aceton/bensin
8. Sabun cair anti septic
9. NaCl 9 %
10. Cairan antiseptic (bila dibutuhkan)
11. Sarung tangan 1 pasang
12. Masker
13. Air hangat (bila dibutuhkan)
14. Kantong plastic/baskom untuk tempat
sampah
7 Prosedur pelaksanaan 1. Jelaskan kepada pasien tentang
. tindakan yang akan dilakukan
2. Dekatkan alat-alat ke pasien
3. Pasang sampiran
4. Perawat cuci tangan
5. Pasang masker dan sarung tangan yang
tidak steril
6. Atur posisi pasien sesuai dengan
kebutuhan
7. Letakkan pengalas dibawah area luka
8. Letakkan nierbeken didekat pasien
9. Buka balutan lama (hati-hati jangan
sampai menyentuh luka) dengan
menggunakan pinset anatomi, buang
balutan bekas kedalam nierbeken. Jika
menggunakan plester lepaskan plester
dengan cara melepaskan ujungnya dan
menahan kulit dibawahnya, setelah itu
tarik secara perlahan sejajar dengan
kulit dan kearah balutan. ( Bila masih
terdapat sisa perekat dikulit, dapat
dihilangkan dengan aceton/ bensin )
10. Bila balutan melekat pada jaringan
dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat
balutan dengan perlahan
11. Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu
buang kekantong plastic, hindari
kontaminasi dengan permukaan luar
wadah
12. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau
dari luka
13. Membuka set balutan steril dan
menyiapkan larutan pencuci luka dan
obat luka dengan memperhatikan tehnik
aseptic
14. Buka sarung tangan ganti dengan
sarung tangan steril
15. Membersihkan luka dengan sabun anti
septic atau NaCl 9 %
16. Memberikan obat atau antikbiotik pada
area luka (disesuaikan dengan terapi)
17. Menutup luka dengan cara:
a. Balutan kering
a) lapisan pertama kassa kering
steril untuk menutupi daerah
insisi dan bagian sekeliling kulit
b) lapisan kedua kasa steril yang
lebab yang sifatnya menyerap
c) lapisan ketiga kassa steril yang
tebal pada bagian luar
b. Balutan basah
a) lapisan pertama kassa steril yang
telah dilembabkan dengan cairan
fisiologik untuk menutupi area
luka
b) lapisa kedua kassa kering steril
yang bersifat menyerap
c) lapisan ketiga (lapisan paling
luar) kassa steril yang sudah
dilembabkan dengan cairan
fisiologik
18. Plester dengan rapi
19. Buka sarung tangan dan masukan
kedalam nierbeken
20. Lepaskan masker
21. Atur dan rapikan posisi pasien
22. Buka sampiran
23. Evaluasi keadaan umum pasien
24. Rapikan peralatan dan kembalikan
ketempatnya dalam keadaan bersih,
kering dan rapi
25. perawat cuci tangan
26. Dokumentasikan tindakan dalam catatan
keperawatan
8 Hal-hal yang perlu 1. Membalut harus rata, jangan terlalu
. diperhatikan longgar dan jangan terlalu erat, hal ini
untuk mencegah terjadinya
pembendungan. Contoh pada kaki dan
tangan
2. Pembalut harus sesuai dengan tujuan,
contoh : untuk menjaga agar luka jangan
terkontaminasi, untuk merapatnya luka,
atau untuk menghentikan perdarahan
3. Menggunting plester jangan terlalu
panjang/ terlalu pendek
4. Pembalut yang kotor/ basah segera
diganti. Pada luka operasi tanpa drain
sampai angkat jahitan ( minimal 5 hari ),
pembalut yang tepat berada di atas luka
tidak boleh diganti. Jadi bila pembalut
kotor/ basah hanya bagian atasnya saja
yang diganti, atau pembalut diganti
sesuai dengan instruksi dokter
5. Memperhatikan apakah ada perdarahan,
atau kotoran – kotoran yang lain untuk
menetukan kapan drain dapat diangkat
6. Memperhatikan komplikasi luka operasi,
contoh haematom, adanya pus,
pengerasan, perdarahan, kemerahan
atau lecet – lecet pada kulit sekitarnya

Anda mungkin juga menyukai