TUGAS AKHIR
Oleh :
Nim : 20181382
Pada hari :
Tanggal :
Pembimbing
ii
PENGESAHAN
Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Krida Husada
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya
saya dan bukan hasil penjiplakan dari karya orang lain, kecuali yang sudah
tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan
disebutkan nama pengarang dan telah dicantumkan dalam daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, apabila kelak
dikemudian hari terbukti ada unsur penjiplakan saya bersedia mempertanggung
jawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta inayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah (Studi Literatur) Penerapan Pijat Refleksi Kaki Terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi sebagai tugas akhir.
Pembuatan studi literatur ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep). Penulis banyak
mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Jamaludin, A.Kep.,M.Kes. selaku Direktur Akper Krida Husada Kudus.
2. Jamaludin, A.Kep.,M.Kes. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing
dan memberikan motivasi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.
3. Seluruh Dosen dan Staff Program studi DIII Keperawatan Akper Krida
Husada Kudus yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
4. Kedua orang tua saya terima kasih atas do’a, dukungan dan nasehat yang
sudah diberikan.
5. Teman-teman D3 Akper Krida Husada Kudus angkatan 2018 terima kasih
atas dukungan selama ini sampai terselesaikannya tugas akhir (studi kasus)
ini.
6. Seluruh pihak yang selalu memberikan motivasi dan semangat sampai
terselesaikannya tugas akhir ini.
7. Teimakasih RDT team sulap, jambretstyle, simple_stance.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar menjadikan
karya tulis ini lebih baik lagi. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat tidak
hanya untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan saja, tetapi untuk
seluruh masyarakat yang telah membacanya.
Kudus,
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN.................................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
DAFTAR ISI..................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan.......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diabetes Mellitus............................................................ 5
1. Pengertian............................................................................ 5
2. Klarifikasi Diabetes mellitus.................................................. 5
3. Etiologi Diabetes Mellitus ..................................................... 6
4. Factor Resiko Diabetes Mellitus .......................................... 7
5. Manifestasi klinis ................................................................. 7
6. Patofisiologi ........................................................................ 8
7. Pemeriksaan penunjang....................................................... 9
8. Penatalaksanaan ................................................................. 9
9. Asuhan keperawatan............................................................ 10
B. Luka ulkus .................................................................................. 14
1. Pengertian............................................................................ 14
2. Penatalaksanaan luka.......................................................... 15
3. Tipe Luka Berdasarkan Anatomi Kulit (Grade luka).............. 17
4. Tipe Luka Berdasarkan Warna Dasar Luka.......................... 17
C. Metode Modern Dressing............................................................ 18
1. Modern dressing.................................................................... 18
2. Penggunaan terapi................................................................ 19
3. Prinsip dressing..................................................................... 19
4. Jenis dressing........................................................................ 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN STUDI KASUS..................................................... 21
vi
B. Subyek studi kasus ..................................................................... 21
C. Focus studi kasus........................................................................ 21
D. Deficit operasional....................................................................... 21
E. Instrument studi kasus................................................................. 23
F. Prosedur pengumpulan data....................................................... 23
G. Tempat dan waktu....................................................................... 23
H. Analisa data dan penyajian data.................................................. 23
I. Etika studi kasus......................................................................... 23
BAB IV METODE PENULISAN
A. RINGKASAN KASUS.................................................................. 23
B. Pembahasan .............................................................................. 40
BAB V PENUTUP
C. Simpulan.......................................................................................
....................................................................................................32
D. Saran............................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Miletus adalah gangguan proses metabolisme
gula darah yang berlangsung kronik yang biasanya ditandai dengan tingginya
kadar gula darah yang diakibatkan oleh gangguan pengeluaran insulin,
resistensi insulin atau keduanya. Dikhawatirkan terjadi kerusakan mata,
ginjal, Jantung dan saraf bila kadar gula darah tetap tinggi. Penderita
Diabetes Melitus dapat mengalami gangguan fungsi jantung yang berakibat
kematian, iskemik dan stroke lebih berpotensi dua sampai empat kali dari
pada populasi yang tidak mengalami Diabetes Melitus. 1 Data yang diperoleh
dari world Health Organization (WHO) prevalensi global Diabetes pada tahun
2016 diperkirakan 1,6 juta kematian. Hampir setengah dari semua kematian
yang di sebabkan oleh glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun.
WHO memperkirakan bahwa diabetes menempati urutan ke-7 penyebab
kematian pada tahun 2016.2
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil laporan kementrian
kesehatan Indonesia terdapat 1,5% atau sekitar 1.017.290 penduduk
Indonesia menderita penyakit diabetes mellitus. (Badan Litbangkes
Kementrian Kesehatan RI,2018.3 Berdasarkan hasil laporan Dinas kesehatan
jawa tengah tahun 2018 Prevalensi Diabetes Melitus Penduduk Semua Umur
menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, terdapat 1,59% atau sekitar
91.161 penduduk di JAWA TENGAH menderita penyakit Diabetes melitus.4
Berdasarkan hasil laporan Dinas kesehatan Jawa tengah tahun 2018,
prevalensi Diabetes mellitus penduduk semua umur di kabupaten kudus,
terdapat 1,89% atau sekitar 2.274 penduduk di kabupaten kudus menderita
penyakit Diabetes mellitus.4 Berdasarkan hasil riset dinas kesehatan
kabupaten kudus pada tahun 2020 menurut data prevalensi diabetes mellitus
terdapat 1,222 penduduk di kabupaten kudus menderita penyakit diabetes
mellitus.5
Diabetes milletus dapat menyebabkan komplikasi, salah satu
komplikasinya adalah neuropati (kerusakan syaraf) pada kaki sehingga dapat
meningkatkan kejadian ulkus pada kaki sehingga memungkinkan terjadinya
1
2
ulkus pada kaki. Luka yang tergolong kecil dan seperti pada umumnya tetapi
jika luka yang ada pada penderita penyakit diabetes milletus (DM) ini salah
dalam penanganan dan perawatan akan terjadi infeksi. Luka kronis dapat
menjadi luka gangren yang berakibat fatal serta dapat berujung pada
amputasi.6
Ulkus kaki diabetik merupakan komplikasi serius yang seringkali
dijumpai pada diabetes. Kondisi ini umumnya dijumpai pada pasien dengan
ganguan neuropati perifer, gangguan pembulu darah tepi, atau kombinasi
keduanya, Berdasarkan survei yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2014,
prevalensi diabetes pada populasi dewasa tercatat sekitar 9%.sedangkan
probabilitas terjadinya uklus diabetik pada pasien diabetes itu sendiri tercapai
15%; 60-80% di antaranya sembuh,sedangkan 5-30% sisanya harus
menjalani amputasi. padahal, menurut WHO, 80% amputasi pada ulkus kaki
diabetik dapat di cegah dengan penanganan diabetes dan perawatan luka
sederhana. pada tahun 2005, international diabetes federation menyebutkan
bahwa sekitar 40.000 kaki harus diamputasi setiap tahun di india karena
diabetes. sedangkan di Indonesia, PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia) menyatakan bahwa rerata kejadian amputasi pada pasien
diabetes berkisar 15-30%. Bahkan, IWGDF (international Working Group on
Diabetic Foot) menyebutkan bahwa amputasi terjadi setiap 30 detik secara
global karena diabetes.7 Pada umumnya ulkus kaki diabetic terjadi akibat
beberapa faktor yang mendasari, termasuk trauma pada kaki, dan memiliki
beberapa area prediksi. Neuropati diabetik merupakan penyebab paling
sering terjadinya ulkus kaki diabetik. IWGDF mencatat adanya perbedaan
distribusi patofisiologi terjadinya ulkus diabetik antara negara maju dan
negara berkembang. Ulkus yang terjadi akibat penyakit Arteri perifer lebih
umum dijumpai di negara maju, sedangkan ulkus neuropatik lebih sering
dijumpai di negara berkembang.7 Berdasarkan hasil penelitian perawatan
luka modern di percaya lebih efektif dari perawatan konvensional dimana
perawatan luka konvensional merupakan perawatan luka yang masih
menggunakan bahan yang membuat luka menjadi mudah kering.7
Perawatan luka dengan modern dressing memiliki kandungan
antimikroba seperti polimer chitosan, sodium alginate dan gelatin yang efektif
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negative. Hal ini
dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada penderita luka diabetic.
3
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan Primary dressing pada penderita luka
ulkus diabetes mellitus ?
C. Tujuan
Tujuan perawatan luka ulkus diabetic dengan primary dressing
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh secara total. Hal ini
menyebabkan sel beta pangkreas masih dapat melakukan kompensasi
bahkan sampai overkompensasi, sehinga insulin disekresi secara berlebihan
sehingga terjadi kondisi hyperinsulinemia dengan tujuan normalisasi kadar
glukosa darah. Mekanisme kompensasi yang terus menerus menyebabkan
kelelahan sel beta pangkreas (exhaustation) yang disebut dekompensasi,
mengakibatkan produksi insulin yang menurun secara absolute. Kondisi
resistensi insulin diperberat oleh produksi insulin yang menurun akibatnya
kadar glukosa darah semakin meningkat (hiperglikemia).14
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis DM tergantung pada tingkat hiperglikemia,
manifestasi klinis yang muncul dari seluruh tipe diabetes mellitus yaitu
polyuria, polidipsi dan poliphagi. Poliuri dan polidipsi terjadi akibat kehilangan
cairan berlebih yang dihubungkan dengan diuresis osmotic. Klien juga
mengalami poliphagi akibat dari kondisi metabolic yang diinduksi oleh adanya
defesiensi insulin dan juga pemecahan lemak dan protein. Gejala lain yang
timbul adalah kelemahan, kelelahan, perubahan penglihatan yang mendadak,
perasaan gatal atau kekebasan pada tangan dan kaki, kulit kering, adanya
lesi luka yang penyembuhanya lambat dan infeksi berulang. Sebagai
kosekwensi hiperglikemia yang cukup lama dapat menyebabkan perubahan
patologi dan fungsional, efek jangka Panjang DM meliputi perkembangan
progresif komplikasi spesifik retinopati yang berpotensi menimbulkan
8
6. Patofisiologi
Makanan memegang peranan penting dalam peningkatan kadar gula
darah (hiperglikemia). Makanan yang dikonsumsi melalui mulut akan dicerna
lambung dan diserap usus. Dan diubah menjadi suatu bentuk gula yang
disebut glukosa. Glukosa ini merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh
di otot dan jaringan. agar dapat berfungsi, gula membutuhkan teman yang
disebut insulin. Hormone insulin diproduksi oleh sel beta di pulau Langerhans
(islets of Langerhans) dalam pangkreas. Setiap kali kita makan pangkreas
memberi respons dengan mengeluarkan insulin ke dalam aliran darah. Insulin
itu ibarat kunci, insulin membuka pintu sel agar gula masuk, dengan demikian
kadar gula darah menjadi turun. Hati merupakan tempat penyimpanan
sekaligus pusat pengolahan gula, pada saat kadar insulin meningkat seiring
dengan makanan masuk kedalam tubuh, hati akan menimbun glukosa, yang
nantinya akan dialirkan ke sel-sel tubuh bilamana dibutuhkan. Ketika kita
lapar atau tiak makan, insulin dalam darah rendah, timbunan gula dalam hati
(glikogen) akan diubah menjadi glukosa kembali dan dikeluarkan ke aliran
darah menuju sel-sel tubuh. Dalam pangkreas juga terdapat sel alfa yang
memproduksi hormone glucagon. Bila kadar gula darah rendah, glucagon
akan bekerja merangsang sel hati untuk memecah glikogen menjadi glukosa.
Tubuh kita mempunyai hormone-hormon lain yang berfungsi berlawanan
dengan insulin, yaitu glucagon, epinefrin atau adrenalin, dan kortisol atau
hormone steroid. Hormone hormone ini memacu hati mengeluarkan glukosa
sehingga gula darah bisa naik. Keseimbangan hormone-hormone dalam
tubuh akan mempertahankan guladarah kita tetap dalam batas normal. Pada
penderita diabetes, ada gangguan keseimbangan antara transportasi gula
kedalam sel, gula yang disimpan di hati, dan gula yang dikeluarkan dari hati.
Akibatnya, kadar gula dalam darah meningkat. Kelebihan ini keluar melalui
urine. Oleh karena itu urine menjadi banyak dan mengandung gula.
Penyebab keadaan ini hanya dua, yang pertama pangkreas kita tidak mampu
lagi memproduksi insulin, kedua sel kita tidak memberi respons pada kerja
9
insulin sebagai kunci untuk membuka pintu sel sehingga gula tidak dapat
masuk kedalam sel.15
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien Diabetes mellitus diantaranya :
1) Gula darah meningkat >200 mg/dl
2) Aseton plasma positif
3) Osmolaritas meningkat
4) Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3
5) Trombosit darah meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi menunjukan respon terhadap stress
6) Urenum kreatinin : mungkin meningkat /normal lochidrasi/ penurunan
fungsi ginjal
7) Insulin darah : bisa menurun pada tipe 1 dan bisa meningkat pada tipe 2
yang mengindikasi insufiensi insulin.16
8. Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan dan pengelolaan Dm terdapat empat
komponen yaitu : terapi nutrisi (Diet), latihan fisik, pemantauan, terapi
farmakologi.
A. Penatalaksanaan medis
1) Diet
Tujuan umum penatalaksanaan pasien DM antara lain : mencapai dan
mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal,
mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas batas
normal, atau 10% dari berat badan idaman, mencegah komplikasi
akut dan kronik, serta meningkatkan kualitas hidup.14
2) Latihan fisik
Latihan fisik pada penyandang DM memiliki manfaat menurunkan
kadar glukosa darah, memperbaiki pemakaian insulin, memperbaiki
sirkulasi darah dan tonus otot, mengubah kadar lemak HDL-kolesterol
dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida. Latihan
jasmani yang dianjurkan bagi pasien DM adalah dilakukan secara
teratur 3-4 kali dalam seminggu dengan frekuensi seiap latihan 20 –
30 menit. Jenis latihan fisik yang di anjurkan adalah aerobic yang
10
NOC : NIC :
Pasien dapat merawat diri dan Penatalaksanaan Luka
aktivitas kehidupan sehari hari 1. Kaji dan identifikasi tingkat
dengan kriteria hasil: kekuatan otot pada kaki
1. Pergerakan pasien pasien
bertambah luas 2. Beri penjelasan tentang
2. Pasien dapat melakukan pentingnya melakukan
aktivitas sesuai dengan aktivitas untuk menjaga
kemampuan kadar gula darah dalam
3. Rasa nyeri bekurang keadaan normal
4. Pasien dapat memenuhi 3. Anjurkan pasien untuk
kebutuhan sendiri secara menggerakan /
bertahap sesuai dengan mengangkat eketremitas
kemampuan klien bawah sesuai kemampuan
4. Bantu pasien dalam
memenuhi kebutuhanya
5. Kerjasama dengan tim
kesehatan lainya (tenaga
fisioterapi)
B. Luka ulkus
1. pengertian
Ulkus diabetic pada kaki merupakan komplikasi yang sering ditemui
pada pasien yang mengidap penyakit diabetes. Pada kondisi ini umumnya
dijumpai pada pasien dengan gangguan neuropati perifer, gangguan pembulu
darah tepi, atau kombinasi keduanya. Pada neuropati diabetic, terjadi gangguan
serabut saraf sensorik, motoric, otonom yang dapat menimbulkan manifestasi
berupa kelemahan dan atrofi otot, deficit sensorik berdampak pada penurunan
15
Secara fisiologis, penyembuhan luka terdiri dari tiga fase, yaitu fase
inflamasi (lag phase), fase proliferasi (fibroplasia phase), dan fase maturasi
(remodeling phase) setiap fase melibatkan sel sel dan mediator inflamasi
melalui mekanisme yang sangat detail. Fase inflamasi terjadi pada hari 0-6
hari. Tujuan fase ini adalah mencapai hemostatis, melepaskan jaringan mati
dan mencegah infeksi invansif. Pada fase ini ditandai dengan meningkatnya
permeabilitas vascular dan sekresi sitokin kemotaktik. Ketika terjadi luka dan
terdapat exstravasasi darah, tubuh akan mengaktifkan system koagulasi.
Pada awalnya, vasokontriksi terjadi untuk mencegah kehilangan darah
yangang berlebihan.kemudian platelet dan fibrinogen bekerjasama
menciptakan bekuan darah dan bekuan darah tersebut merupakan matrik
sementara yang nantinya akan digantikan dengan matriksdefinitif yang
berupa kolagen. Pada akhirnya, keluarnya monosit merupakan tanda transisi
dari fase inflamasi menuju ke fase proliferasi. Monosit berperan sebagai
dirijen dalam interaksi sel-sel dan mediator, termasuk pembentukan fibroblast
dan kolagen. Tujuan fase inflamasi adalah mencapai hemostatis, membuang
jaringan mati, mencegah infeksi. Fase kedua adalah fase proliferasi, yang
dimulai dari hari ke 4 – 21 hari setelah terjadinya luka. Tujuan fase ini adalah
pembentukan jaringan granulasi, penyusunan kapiler baru, dan penutupan
luka. Fase ini ditandai dengan proliferasi jaringan (jaringan granulasi),
angiogenesis, dan epitelisasi. Fase ketiga penyembuhan luka adalah fase
maturase, fase maturasi berlangsung 6 bulan sampai 1 tahun. Tujuan fase ini
adalah mencapai kekuatan pertautan jaringan (tensile strength) yang makin
kuat hingga mencapai maksimum yaitu sekitar 80% kekuata pertautan
jaringan kulit normal. Fase ini ditandai oleh penyesuaian kembali
(remodeling) simpanan kolagen dan kontraksi parut. Atau mencapai
penyusunan matriks kolagen menjadi lebih teratur supaya menghasilkan
parut yang lebih lembut dan datar.7
b) Tipe Luka Berdasarkan Waktu Penyembuhan
a. Luka akut
Luka yang terjadi kurang dari 5 hari dengan diikuti dengan proses
hemostatis dan inflamasi. Luka akut sembuh dan menutup sesuai
dengan fase penyembuhan luka secara fisiologis.
b. Luka kronis
17
4. Jenis dressing
Dressing luka dapat ditemukan dalam berbagai macam bentuk
contohnya : seperti lembaran, pita, atau cairan gel. Pemilihan dressing luka
merupakan bagian strategi untuk berperang melawan musuh penghalang
penyembuhan luka. Pemilihan tersebut bersifat individual dan dipengaruhi
beberapa factor, yaitu: kompetensin atau pengalaman tenaga medis, kondisi
pasien. Setiap tenaga medis memiliki latar belakang, kepercayaan, dan
kompetensi sendiri dalam memilih cara merawat luka.7
21
BAB III
METODE PENELITIAN
21
22
5) Confidentiality
Penulis wajib merahasiakan semua data-data mengenai responden.
25
BAB IV
METODE PENULISAN
A. RINGKASAN KASUS
1. Responden pertama
Pengkajian responden pertama dilakukan pada tanggal 24 desember
2020 pada pukul 15.00 WIB di desa bulung kulon kecamatan jekulo kabupaten
kudus. Penulis mendapatkan data bahwa pasien bernama Ny.s berumur 52
tahun, berjenis kelamin perempuan, bersuku bangsa jawa/Indonesia, beragama
islam, pasien sebagai buruh pabrik. Orang yang bertanggung jawab adalah
Tn.p berumur 50 tahun yang beralamatkan di desa bulung kulon kecamatan
jekulo kabupaten kudus, bekerja sebagai sopir truk, beragama islam, adapun
hubungan dengan pasien adalah seorang suami.
Keluhan utama pasien saat dikaji pasien mengatakan nyeri di daerah
luka dikaki bagian kanan bawah pada telapak kaki. Dengan riwayat
keperawatan sekarang pasien mengatakan melakukan control ke tempat kays
khitan kudus untuk perawatan luka dan control gula darah. Riwayat
keperawatan dahulu pasien mengatakan pernah di bawa ke puskesmas jekulo
karena terjatuh dari sepeda motor yang menyebabkan kakinya luka. Pasien
mengatakan mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus namun dalam
keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus.
Dari hasil pemeriksaan fisik pada pasien diperoleh hasil keadaan
umum pasien adalah dalam kondisi baik. Kesadaran komposmentis, tanda
tanda vital pasien tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 85 kali permenit,
respiratory rate 22 kali permenit, suhu 36,30C, Gula darah 320 mg/dl. Pada
ekstremitas atas kekuatan pada otot tangan 5, akral hangat, tidak terdapat luka,
koordinasi gerak normal dan pada ekstremitas bawah terdapat luka ulkus
diabetic di kaki kanan bagian telapak kaki atas dengan keadaan luka lembab,
terdapat pus pada area luka, kedalaman luka sekitar 1 cm, lebar 5 cm, Panjang
luka 9 cm, warna luka putih dan kemerahan, karena sebagian luka tertutup pus,
bau khas DM, kekuatan otot kaki 4, akral hangat, koordinasi gerak norma.
Pengkajian nyeri P : pada luka diabetes Q : cekot cekot R : kaki kanan bawah
pada telapak kaki bagian atas, S : 6, T : saat digunakan berjalan, pada
pengkajian pola presepsi sebelum sakit dan selama sakit didapatkan hasil pada
pola nutrisi sebelum sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan
komposisi makanan sesuai yang di masak dan selama sakit pasien hanya
25
26
advis dokter, anjurkan pasien mengkonsumsi makanan yang adekuat dan jaga
kebersihan sekitar luka. Evaluasi diagnose kedua yaitu nyeri akut berhubungan
dengan diskontinutitas jaringan didapatkan data subjektif pasien mengatakan
nyeri pada daerah luka berkurang, pada data obyektif pasien sudah mampu
melakukan Teknik relaksasi distraksi secara mandiri, pasien tampak lebih rileks
dengan pengkajian skala nyeri P : luka diabetic Q : seperti di tekan tekan R :
pada kaki kanan S : 4 T : saat bergerak, assessment masalah teratasi sebagian
dan pada pleningnya lanjutkan intervensi pada implementasi kaji skala nyeri,
menganjurkan pasien untuk melakukan Teknik distraksi dan relaksasi saat nyeri
muncul.
2. Responden kedua
diabetic di kaki kanan bagian telapak kaki atas dengan keadaan luka lembab,
terdapat pus pada area luka, kedalaman luka sekitar 1 cm, lebar 5 cm, Panjang
luka 6 cm, warna luka putih dan kemerahan, karena sebagian luka tertutup pus,
bau khas DM, kekuatan otot kaki 4, akral hangat, koordinasi gerak norma.
Pengkajian nyeri P : pada luka diabetes Q : cekot cekot R : kaki kanan bawah
pada telapak kaki, S : 6, T : saat digunakan berjalan, pada pengkajian pola
presepsi sebelum sakit dan selama sakit didapatkan hasil pada pola nutrisi
sebelum sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan komposisi
makanan sesuai yang di masak dan selama sakit pasien hanya mengkonsumsi
makanan dan minuman yang di anjurkan oleh dokter. Pada pengkajian pola
istirahat dan tidur pasien mengatakan sebelum sakit dapat tidur nyenyak dan
selama sakit pasien mengatakan tidak dapat tidur nyenyak karena tidak
nyaman karena ada luka di kakinya. Pada pola aktivitas dan latihan sebelum
sakit pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas memenuhi kebutuhan
sehari-hari secara mandiri dan selama sakit pasien mengatakan bisa
melakukan aktivitas dan memenuhi kebutuhan sehari hari secara mandiri
namun tidak maksimal dan membutuhkan bantuan orang lain.
kedalaman luka berkurang, luas luka berkurang, luka tidak berbau, warna luka
menjadi kemerahan. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis merencanakan
tindakan keperawatan monitor luka, lakukan perawatan luka menggunakan
dressing foam 2 hari 1 kali, monitor TTV, monitor gula darah. Rencana
keperawatan untuk diagnose kedua yaitu nyeri berhubungan dengan
diskontinunitas jaringan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 hari 1 kali selama 2 minggu diharapkan nyeri berkurang dengan
kriteria hasil skala nyeri berkurang atau bahkan nyeri hilang. Dan untuk
mengatasi masalah tersebut penulis merencanakan tindakan keperawatan yaitu
kaji skala nyeri, ajarkan pasien teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam.
setelah itu pasang dressing foam dengan cara memotong dressing foam sesuai
yang dibutuhkan. Balut mengunakan kasa gulung secara memutar kemudian
fixsasi.
B. Pembahasan
Diabetes Miletus adalah gangguan proses metabolisme gula darah yang
berlangsung kronik yang biasanya ditandai dengan tingginya kadar gula darah
yang diakibatkan oleh gangguan pengeluaran insulin, resistensi insulin atau
keduanya. Dikhawatirkan terjadi kerusakan mata, ginjal, Jantung dan saraf bila
kadar gula darah tetap tinggi. Penderita Diabetes Melitus dapat mengalami
gangguan fungsi jantung yang berakibat kematian, iskemik dan stroke lebih
41
berpotensi dua sampai empat kali dari pada populasi yang tidak mengalami
Diabetes Melitus.14
Diabetes milletus dapat menyebabkan komplikasi, salah satu
komplikasinya adalah neuropati (kerusakan syaraf) pada kaki sehingga dapat
meningkatkan kejadian ulkus pada kaki sehingga memungkinkan terjadinya ulkus
pada kaki. Luka yang tergolong kecil dan seperti pada umumnya tetapi jika luka
yang ada pada penderita penyakit diabetes milletus (DM) ini salah dalam
penanganan dan perawatan akan terjadi infeksi. Luka kronis dapat menjadi luka
gangren yang berakibat fatal serta dapat berujung pada amputasi.15
Ulkus diabetic pada kaki merupakan komplikasi yang sering ditemui
pada pasien yang mengidap penyakit diabetes. Pada kondisi ini umumnya
dijumpai pada pasien dengan gangguan neuropati perifer, gangguan pembulu
darah tepi, atau kombinasi keduanya. Pada neuropati diabetic, terjadi gangguan
serabut saraf sensorik, motoric, otonom yang dapat menimbulkan manifestasi
berupa kelemahan dan atrofi otot, deficit sensorik berdampak pada penurunan
reflek protektif terhadap rangsangan nyeri, tekanan dan panas, penurunan
sekresi keringat yang menyebabkan hilangnya intergritas kulit, serta peningkatan
resiko infeksi. Selain gangguan neuropati, pasien diabetes juga berisiko
mengalami penyakit arteri perifer. Penyakit arteri perifer terjadi pada tungkai,
tepatnya pada daerah di antara lutut dan sendi pergelangan kaki. Gangguan
system vascular akan menyebaabkan penurunan aliran darah sehinga terjadilah
iskemi pada daerah yang diperdarahinya. Kondisi iskemi akan meningkatkan
risiko infeksi karena pada dasarnya darah itulah yang bertugas membawa
leukosit (sel darah putih) ke area luka. Jika leukosit tersebut tidak dapat
mencapai ke area luka maka mikroba akan menginfeksi area luka dan pada
akhirnya terbentuklah ulkus. Ulkus diabetic diklarifikasikan menjadi 3 kelompok
yaitu neuropatik, iskemik, neuroiskemik. Vaskularisasi yang buruk juga dapat
dikombinasikan dengan gangguan neuropati, dapat menyebabkan ulserasi kronik
bahkan akibat cedera ringan sekalipun. Cedera ringan itu sendiri dapat timbul
akibat factor internal (abnormalitas dan deformitas kaki) maupun factor external
(sepatu, benda asing, dan trauma) selain itu, abnormalitas dan deformitas kaki
juga dapat menyebabkan ketidak seimbangan distribusi tekanan pada telapak
kaki.7
Untuk Perawatan luka diabetes penulis mengunakan konsep dengan
modern dressing memiliki kandungan antimikroba seperti polimer chitosan,
42
sodium alginate dan gelatin yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri gram
positif dan gram negative. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan luka
pada penderita luka diabetic. Bakteri staphylococcus Aureus dan pseudomonas
aeruginosa dapat dihambat dengan modern wound dressing yang mengandung
polimer chitosan, dan sodium alginat maupun gelatin. Berdasarkan hasil
penelitian perawatan luka pada ulkus diabetic dengan Teknik moist healing lebih
cepat proses penyembuhanya. Karena dianggap mampu menangani luka kronis.
Kondisi luka yang lembab seimbang dapat mempengaruhi keberhasilan proses
penyembuhan luka karena akan membantu pertumbuhan sel dan proliferasi
kolagen. Berdasarkan hasil penelitian yang melalukan perawatan luka kaki
diabetic (LKD) dilakukan 2 kali seminggu yaitu setiap hari senin dan kamis.
Kondisi luka pada perawatan minggu pertama berwarna tampak slough dengan
masalah luka yang ditemukan yaitu nekrotik, slough/infeksi, mudah berdarah dan
maserasi sehingga dilakukan perawatan menggunakan salep epitel wound zalf
sebagai primary dressing. Pemilihan jenis dressing secara tepat dapat membantu
mempercepat penyembuhan luka kaki diabetic.8
Dalam penelitian ini penulis mengunakan foam dressing sebagai balutan
luka ulkus diabetic (UKD). Dressing foam adalah suatu dressing atau penutup
yang sering digunakan perawatan luka untuk membantu pengelolaan eksudat
luka, serta memfasilitasi manajemen cairan yang dinamis untuk memberikan
kondisi luka yang optimal, dimana mempercepat penyembuhan dan dapat di
minimalkan risiko maserasi pada tempat Luka. Lapisan film pada bagian
belakang membantu mencegah kebocoran cairan dan kontaminnasi bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi. Keuntungan dari dressing foam adalah memiliki
lapisan silicone yang mencegah dressing lengket dengan dasar luka,
penyerapan vertical tidak menyebabkan maserasi, keuntungan tersebut bagi luka
di permukaan / superfacial. Pengunaan foam dressing pada luka berongga /
cavity keuntungan yang pertama adalah memiliki kapasitas penyerapan yang
banyak , volume pengembangan minimal setelah menyerap. Dressing foam ini
mudah untuk di aplikasikan dan dilepaskan. Tidak adanya perekat membuat
dressing ini sangat cocok untuk pengunaan pada kulit rapuh. Penambahan gel
sanoskin oxy adalah obat yang digunakan untuk membantu mengurangi infeksi
pada luka, sanoskin mengandung oksigen konversi menjadi ozon pada minyak
olive sebagai zat aktifnya, cara pakai bersihkan luka, lalu oleskan gel langsung
pada luka kemudian tutup dengan pembalut.
43
Dalam studi kasus ini penulis melakukan pengkajian dua pasien yang
pertama bernama. Ny.s yang mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus dan
terdapat luka ulkus diabetic di kakinya. Setelah melakukan beberapa pengkajian
pada pasien. Penulis mengangkat diagnose keperawatan resiko penyebaran
infeksi berhubungan dengan adanya luka ulkus diabetic. Karena dalam proses
pengkajian luka penulis menemukan tanda tanda infeksi dengan diperoleh data
subjektif pasien mengatakan bengkak pada sekitar luka dan diperoleh data
objektif sekitar luka tampak bengkak, terdapat pus, warna luka kemerahan,
berbau khas luka diabetic, kedalaman luka 1 cm, lebar 5 cm, Panjang 9 cm,
kemudian penulis melakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu dengan 2
hari 1 kali ganti balutan luka.
Waktu yang digunakan ini karena pada hari kedua sampai ke tiga
setelah fase injuri. Luka akan mengalami fase granulasi atau pertumbuhan
jaringan baru sementara yang di tunjukan dengan adanya warna kemerahan dan
nada kontraksi pada luka, sehingga waktu yang diberikan 2 hari 1 kali pergantian
balut bertujuan untuk memberi kesempatan pada luka untuk melakukan granulasi
jaringan baru mengantikan jaringan yang rusak. Data objektif Ny.s yang
mengarah pada resiko infeksi yaitu pada ulkus terjadi pembengkakan, kemudian
pada data subjektif ditemukan bahwa ny.s juga mengalami sering merasa lapar
(polifagi), lemas, pasien juga sudah menjaga pola makan / diit bagi penderita
diabetes, salah satunya menganti konsumsi karbohidrat yang awalnya nasi putih
diganti menjadi nasi jagung, menganti gula pasir di ganti dengan gula khusus
penderita diabetes.
Selama tindakan keperawatan diperoleh hasil evaluasi tindakan dari
pertemuan pertama pembalut luka menyerap banyak pus, pada luka, pus
berkurang, warna luka dan kulit kemerahan, kedalaman luka 1 cm, lebar 5 cm,
Panjang 9 cm, berbau khas luka ulkus diabetic. Pertemuan kedua pembalut luka
menyerap banyak pus, pada luka pus berkurang, warna luka dan kulit sekitar
kemerahan, kedalaman luka 1 cm, lebar 5 cm, Panjang 9 cm, berbau khas luka
ulkus diabetes mellitus. Pertemuan ke tiga pembalut luka menyerap banyak pus,
pada luka pus berkurang, warna luka dan kulit sekitar kemerahan, kedalaman
luka 1 cm, lebar 5 cm, Panjang 9 cm, berbau khas luka ulkus diabetes mellitus.
Pertemuan ke empat, sekitar luka bengkak, pus pada luka berkurang, warna kulit
sekitar luka kemerahan, Panjang luka 9 cm, lebar 5 cm, kedalaman sekitar 1 cm.
luka berbau khas diabetes. Pertemuan ke lima, sekitar luka tidak bengkak, pus
44
pada luka berkurang, warna kulit sekitar luka merah, Panjang luka 8 cm, lebar 5
cm, kedalaman luka berkurang dari sebelumnya. luka berbau khas diabetes.
Pertemuan ke enam. sekitar luka tidak bengkak, pus pada luka berkurang, warna
kulit sekitar luka merah, Panjang luka 8 cm, lebar 4 cm, kedalaman luka
berkurang dari sebelumnya. luka berbau khas diabetes.
Pengkajian pasien ke dua yang bernama Ny.t yang mempunyai riwayat
penyakit diabetes mellitus dan terdapat luka ulkus diabetic di kakinya. Setelah
melakukan beberapa pengkajian pada pasien. Penulis mengangkat diagnose
keperawatan resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya luka ulkus
diabetic. Karena dalam proses pengkajian luka penulis menemukan tanda tanda
infeksi dengan diperoleh data subjektif pasien mengatakan bengkak pada sekitar
luka dan diperoleh data objektif sekitar luka tampak bengkak, terdapat pus,
warna luka kemerahan, berbau khas luka diabetic, kedalaman luka 1 cm, lebar 4
cm, Panjang 4 cm, kemudian penulis melakukan tindakan keperawatan selama 2
minggu dengan 2 hari 1 kali ganti balutan luka.
Selama tindakan keperawatan diperoleh hasil evaluasi tindakan dari
pertemuan pertama pembalut luka menyerap banyak pus, pada luka, pus
berkurang, warna luka dan kulit kemerahan, kedalaman luka 1 cm, lebar 4 cm,
Panjang 4 cm, berbau khas luka ulkus diabetic. Pertemuan kedua pembalut luka
menyerap banyak pus, pada luka pus berkurang, warna luka dan kulit sekitar
kemerahan, kedalaman luka 1 cm, lebar 4 cm, Panjang 4 cm, berbau khas luka
ulkus diabetes mellitus. Pertemuan ke tiga pembalut luka menyerap banyak pus,
pada luka pus berkurang, warna luka dan kulit sekitar kemerahan, kedalaman
luka 1 cm, lebar 4 cm, Panjang 5 cm, berbau khas luka ulkus diabetes mellitus.
Pertemuan ke empat, sekitar luka bengkak, pus pada luka berkurang, warna kulit
sekitar luka kemerahan, Panjang luka 5 cm, lebar 4 cm, kedalaman sekitar 1 cm.
luka berbau khas diabetes. Pertemuan ke lima, sekitar luka tidak bengkak, pus
pada luka berkurang, warna kulit sekitar luka merah, Panjang luka 4 cm, lebar 3
cm, kedalaman luka berkurang dari sebelumnya. luka berbau khas diabetes.
Pertemuan ke enam. sekitar luka tidak bengkak, pus pada luka berkurang, warna
kulit sekitar luka merah, Panjang luka 4 cm, lebar 3 cm, kedalaman luka
berkurang dari sebelumnya. Luka berbau khas diabetes.
45
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Primary dressing foam efektif dalam penyembuhan luka diabetic,
karena dapat mengurangi derajat skor luka yang cukup besar dan
menunjukan perbaikan luka. Hal ini terlihat dari studi kasus pada responden
pertama Ny.s dan responden ke dua Ny.t dengan masalah keperawatan luka
menggunakan terapi primary dressing selama 2 minggu dengan 6 kali
pertemuan, didapatkan hasil ukuran luka berkurang serta mampu
mengurangi pus pada luka dan berkurangnya jaringan nekrosis. Secara
keseluruhan luka diabetic yang dirawat dengan primary dressing foam terlihat
lebih membaik dan luka mengalami proses penyembuhan yang cepat, serta
proses granulasi yang baik, hal ini di sebabkan dengan Penambahan gel
sanoskin oxy adalah obat yang digunakan untuk membantu mengurangi
infeksi pada luka, sanoskin mengandung oksigen konversi menjadi ozon
pada minyak olive sebagai zat aktifnya,
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan kesimpulan hasil
studi kasus yang telah dilakukan yaitu :
1. Penulis
Dengan terselesainya karya tulis ilmiah penerapan primary dressing pada
penderita luka ulkus diabetes mellitus diharapkan bisa menjadi acuan
penulis untuk membuat karya tulis selanjutnya.
2. Institusi perawat
Penulis mengharapkan ada penelitian selanjutnya terkait tentang penerapan
primary dressing pada penderita luka ulkus diabetes mellitus untuk
perawatan luka dengan metode lain.
3. Masyarakat dan pasien
Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pencegahan.
Dan penerapan primary dressing untuk perawatan luka ulkus diabetic dapat
menyembuhkan luka sehingga dapat khususnya pasien dapat menjaga diet
makanan yang dianjurkan.
46
DAFTAR PUSTAKA
45
13. Dr. dr. Eva Decroli, S.-K. F. Diabetes Mellitus Tipe 2. (Pusat Penerbit
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang, 2019).
16. Hadi P. Keperawatan Medikal Bedah II. (Pusdik Sdm kesehatan, 2016).
18. Enjeline Hanafi. dr. Panduan Klinis Manajemen Luka. (penerbit buku
KEDOKTERAN EGC, 2016).
48
SOP GANTI PERBAN