Oleh :
RAHAYU DWI LESTARI
NIM. 13DB277124
Assalamualaikum, WR.WB
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat illahi Robbi atas Taufik, Rahmat
dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
ini dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Neonatus Dengan Ikterus Derajat
III RSUD dr. Slamet Garut “.
Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan dan memenuhi gelar ahli madya
kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis
menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangan dan belum sempurna.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat :
1. Dr. H. Zulkarnaen SH., MH, selaku Ketua BPH STIKes Muhammadiyah
Ciamis
2. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes, selaku ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
3. Heni Heryani, S.ST., M.KM, selaku ketua Program Studi D III Kebidanan.
4. Ayu Endang P S.ST, selaku pembimbing I dan penguji II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5. Sri Utami Asmarani S.ST, selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6. H Rudi Kurniawan, S,Kep., Ners., M.Kep, selaku penguji I yang telah
memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini.
7. Direktur RSUD dr. Slamet Garut yang telah memberikan ijin untuk
penyusunan kasus komprehenisif ini.
8. Bidan-bidan di RSUD dr. Slamet Garut yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
9. Ny. A yang telah bersedia menjadi responden dalam penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.
v
10. Kedua orangtua yang telah memberikan motivasi dan dorongan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
11. Saudari-saudari Asrama Putri 22 yang telah memberikan dukungan dan ikut
membantu dalam proses penyusunan Laporan Tugas Akhir
12. Seseorang yang selalu mendukung dengan do’a dan kasih sayang dalam
semangat perjalanan hidup ini
13. Rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan motivasi selama
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terima kasih atas kerjasamanya.
Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah
pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreativitas dalam
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan.
Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya
apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu. Terima kasih
banyak semoga apa yang dicita-citakan kita bersama di kabulkan Allah SWT,
amin.
Nasrumminalloh wa fathul qarib.
Wassalamualaikum WR.WB
Penyusun
vi
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN IKTERUS DERAJAT III
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD dr. SLAMET GARUT1
INTISARI
1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................iv
KATA PENGANTAR..........................................................................................v
INTISARI........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan............................................................................................4
D. Manfaat..........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori.......................................................................6
1. Bayi Baru Lahir........................................................................6
2. Ikterus.....................................................................................8
B. Teori Manajemen Kebidanan.......................................................20
C. Konsep Dasar Kebidanan pada Neonatus...................................23
D. Landasan Hukum.........................................................................30
E. Tinjauan Islam Mengenai Bayi Baru Lahir....................................31
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Metode Pengkajian......................................................................32
B. Tempat dan Waktu Pengkajian....................................................32
C. Subjek yang Dikaji........................................................................33
D. Jenis Data yang digunakan..........................................................33
viii
E. Instrumen Pengkajian............................................................... 33
F. Tinjauan Kasus ........................................................................ 34
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................50
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Rumus Kramer ............................................................................. 13
Tabel 2.2 Pedoman Pengelolaan Ikterik Menurut Waktu Timbulnya
dan Kadar Bilirubin ....................................................................... 20
Tabel 3.1 Pemeriksaan Apgar Score ............................................................ 35
x
DAFTAR
Halaman
Gambar 2.1 Derajat Kremer Ikterus.................................................................13
xi
DAFTAR
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikterus merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga konjungtiva, kulit dan mukosa akan
berwarna kuning (Hidayat, 2008). Ikterus suatu gejala yang sering ditemukan
pada bayi baru lahir kejadian ikterus pada bayi baru lahir (BBL) dikemukakan
bahwa kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% pada
bayi kurang bulan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Penyebab ikterus pada bayi
baru lahir disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : kekurangan protein yang
tidak mencukupi jumlah enzim sehingga kemampuan enzim untuk
melakukan konjugasi dan eksresi bilirubin berkurang, peningkatan kadar
bilirubin berlebihan, pemberian ASI yang belum mencukupi (Nursalam,
Susilaningrum, Utami, 2005).
Berdasarkan penelitian Word Healt Organitation diseluruh dunia,
terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan angka kematian
neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun (Manuba, 2010).
Berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia angka
kematian ibu (AKI) melonjak drastis dari 228 per 100.000 kelahiran hidup
(0,288%) di tahun 2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (0,359),
sedangkan AKB hanya turun sedikit, dari 34 per 1.000 kelahiran hidup
(3,4%) tahun 2007 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup (3,2%) (Depkes ,
2012 b)
Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah sebesar 19 per 1.000
kelahiran hidup (1,9%). Padahal Indonesia berkomitmen sesuai dengan
Demokrasi Millenium Development Goals AKI dan AKB menjadi1/3 dari
keadaan tahun 2000 yaitu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
(0,102%) pada tahun 2015. (Depkes , 2012 a).
Jumlah AKI dan AKB di Provinsi Jawa Barat masih tinggi yakni
mencapai 321,15 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut kepala bidang bina
pelayanan kesehatan Dinas Provinsi Jawa Barat dr.niken Budiastuti, MM, AK
mengatakan di Jawa Barat jumlah AKB mencapai 40,87 per 1000 kelahiran
hidup (Depkes Jawa Barat, 2014 )
1
2
Lebih dari ¾ (tiga perempat) dari semua kematian bayi terjadi pada
periode neonatus. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, premature, berat
badan lahir rendah, ikterus, diare, meningitis dan malnutrisi (Depkes , 2012
a).
RSUD dr. Slamet Garut merupakan rumah sakit tipe C, terletak di
Kabupaten Garut. Menurut data yang di peroleh dari rekam medik RSUD dr.
Slamet Garut dari mulai bulan Januari 2015 sampai bulan Desember 2015
tercatat ada 81 bayi yang mengalami ikterus patologis.
Masalah utama yang sering terjadi pada bayi baru lahir adalah Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, tetanus, masalah pemberian makan
dan infeksi. Adapun infeksi yang sering timbul pada bayi adalah meningitis,
tetanus neonaturum, infeksi tali pusat, infeksi saluran kemih, ikterus
neonatus (Prawihardjo, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh Rosyada pada
tanggal 10 April 2013 di RS PKU Yogyakarta dari bulan Januari sampai
Desember 2012 angka kejadian ikterus sebanyak 203 bayi, untuk jumlah
bayi dengan ikterus fisiologis sebanyak 127 bayi dan ikterus patologis
sebanyak 96 bayi.
Ikterus apabila tidak di kelola dengan baik dapat menyebabkan
kerusakan pada otak bayi. Tanda kerusakan di awali dengan letargi, layuh
dan malas minum dan dapat menyebabkan kematian. Setelah beberapa hari
akan menjadi opistotonus, tangisan melengking, dan dapat terjadi kejang
(Prawihardjo, 2005).
Menurut penelitian yang dilakukan Puspita, Sumarno, Susatia pada
tanggal 3 Desember 2006 bahwa tindakan menjemur bayi kuning dibawah
sinar matahari yang biasanya dilakukan oleh ibu-ibu dan juga yang dilakukan
para peneliti ini merupakan hal yang bermanfaat bagi perbaikan kondisi
penderita ikterus. Karena penjemuran yang dilakukan, berdasarkan aturan-
aturan dari teori-teori yang pernah ada akan menimbulkan efek positif bagi
penderita ikterus neonatorum fisiologis, yaitu dengan menurunkan nilai
rerata tanda ikterus. Dan apabila kegiatan menjemur bayi ini tetap
dilanjutkan, terutama dengan cara-cara yang benar, pada akhirnya akan
terjadi kesembuhan pada penderita tersebut. Dengan semakin berkurangnya
tanda ikterus dan level bilirubin bebas dalam darah. Sehingga pada akhirnya
3
nanti kadar bilirubin bebas dalam darah tetap berada dalam batas normal
dan warna kuning yang tampak pada kulit maupun selaput mukosa lain akan
hilang.
Seperti yang telah dijelaskan dalam Q.S Al-mu‟minun ayat 12-14
yaitu
diperhatikan agar tidak terjadi masalah yang serius ikuti dengan ketulian,
dan Allah menciptakan hati di dalam tubuh manusia, kemudian didalam hati
manusia ada penyakitnya seperti halnya penyakit ikterus (Rosyada, 2013).
Mengingat kasus ikterus pada bayi baru lahir dapat menimbulkan
kern ikterus di tandai dengan gejala kerusakan otak serta dapat diikuti
dengan ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi mental dikemudian hari
(Dewi ,2010). Bayi dengan keadaan ini mempunyai resiko terhadap kematian
atau jika dapat bertahan hidup akan mengalami gangguan perkembangan
neurologis. Oleh sebab itu penulis tertarik mengambil kasus “Asuhan
Kebidanan pada Neonatus pada Bayi Ny. A dengan Ikterus Derajat III di
RSUD dr. Slamet Garut” dengan menggunakan manajemen kebidanan
menurut Varney‟‟.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan urain latar belakang diatas maka perumusan masalah
pada studi kasus ini adalah “bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan
pada neonatus pada Ny. A dengan ikterus derajat III di RSUD dr. Slamet
Garut dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney ?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada
neonatus dengan ikterus derajat III sesuai dengan manajement
kebidanan dan mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu :
1) Melaksanakan pengkajian data baik data subjektif maupun
obyektif pada neonatus dengan ikterus derajat III di RSUD dr.
Slamet Garut.
2) Menginterprestasikan data dan merumuskan diagnosa,
masalah, kebutuhan pada neonatus dengan ikterus patologis di
RSUD dr. Slamet Garut.
3) Mengidentifikasi diagnosa potensial pada neonatus dengan
ikterus derajat III di RSUD dr. Slamet Garut.
5
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
nyata untuk menangani pada neonatus dengan ikterus derajat III.
2. Bagi Profesi
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat digunakan untuk
pertimbangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada neonatus
dengan ikterus derajat III.
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Dapat Lebih Mempertahankan mutu pelayanan khususnya
asuhan kebidanan pada neonatus dengan ikterus derajat III.
b. Bagi pendidikan
Dapat menambah referensi tentang asuhan kebidanan pada
neonatus dengan ikterus derajat III.
4. Bagi orang tua pasien
Dapat menambah pengetahuan bagi orang tua pasien untuk lebih
mengenal ciri-ciri ikterus dan cara penanganannya pada bayi baru lahir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
13) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama.
c. Klasifikasi Bayi Baru Lahir
Menurut Wiknjosastro (2010). Klasifikasi bayi baru lahir
menurut usia gestasi, yaitu :
1) Pre term : Kurang dari 37 lengkap (kurang dari 259 hari)
2) Term : Mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42
minggu lengkap (259-239 hari)
3) Post term : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari)
d. Komplikasi pada bayi baru lahir
1) Asfiksia
Asfiksia neonaturum merupakan suatu keadaan pada
bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat
memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam
arang dari dalam tubuhnya (Dewi, 2010).
2) BBLR
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi lahir
yang berat lahirnya saat kelahiran kurang dari 2500 gram atau
sampai dengan 2449 gram (Prawihardjo, 2010).
3) Tetanus Neonatorum
Penyakit yang terjadi pada neonatus (bayi < 1 bulan)
yang disebabkan oleh clostridium tetani, kuman yang
mengeluarkan toksin yang menyerang sistem saraf pusat
(Sudarti, 2014).
4) Ikterus
Ikterus adalah perubahan warna kulit kuning yang sering
terjadi pada bayi baru lahir (Paullette, 2007).
5) Meningitis
Merupakan peradangan pada daerah meningen,
meningitis terdiri atas meningitis tuberkolusis yang disebabkan
oleh bakteri dan meningitis virus atau disebut non purullen
meningitis (aseptik meningitis), yaitu meningitis yang di
sebabkan oleh virus (Hidayat, 2008).
8
2. Ikterus
a. Pengertian
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain
akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin
dalam darah lebih dari 5mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan
terjadinya gangguan fungsional dari hepar, sistem billiary, atau
sistem hematologi. Ikterus dapat terjadi baik karena peningkatan
bilirubin indirek (unconjugated) dan direk (conjugated) (Rukiyah dan
Yulianti, 2010).
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata prancis ‘jaune’ yang
berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata
atau jaringa lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning
karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam
sirkulasi darah. Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel
darah merah oleh sistem retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum
normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dl. Pada konsentrasi > 5 mg/dl
bilirubin maka akan tampak secara klinis berupa pewarnaan kuning
pada kulit dan membran mukosa yang disebut ikterus. Ikterus akan
ditemukan pada minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan
bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 50% bayi cukup bulan
(aterm) dan 75% bayi kurang bulan (preterm) (Winkjoastro, 2007).
b. Klasifikasi kterus
1) Ikterus fisiologis adalah :
Ikterus yang terjadi karena metabolisme normal bilirubin
pada bayi baru lahir usia minggu pertama. Peninggian kadar
bilirubin terjadi pada hari ke 2 dan hari ke 3 serta mencapai
puncaknya pada ahari ke 5 sampai ke 7, kemudian menurun
pada hari ke 10-14 (Surasmi, 2008).
Pewarnaan kuning pada kulit, mukosa, selaput mata
akibat peningkatan kadar bilirubin. Ikterus mulai tampak pada
kadar bilirubin diatas 5mg% dan dimulai dari daerah muka.
Ikterus fisiologis ini biasanya timbul pada usia 2-7 hari, dan
menghilang pada umur 10-14 hari, bayi masih aktif, menyusu
9
2) Ikterus Patologis
Ikterus patologis, yaitu ikterus yang mempunyai dasar
patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang
disebut hiperbilirubinemia. Dasar patologis ini misalnya jenis
bilirubin, saat timbul dan menghilangnya ikterus dan
penyebabnya (Prawihardjo, 2010).
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar
patologis dengan kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang di
sebut hiperbillirubinemia. Ikterus patologis mempunyai tanda
sebagai berikut (Dewi, 2010) :
a) Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
b) Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL
atau bayi kurang bulan > 10 mg/dL.
c) Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam.
d) Kadar bilirubin direk > 1 mg/dL.
e) Ikterus menetap pada usia > 2 minggu.
f) Terdapat faktor risiko.
c. Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi
baru lahir, karena (Faser dan Cooper, 2011):
1) Hemolisis yang di sebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih
banyak dan berumur lebih pendek.
2) Produksi bilirubin serum yang berlebihan. Hal ini melebihi
kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada
hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh,
ABO, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat
kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
3) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari
gangguan fungsi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan oleh
bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibar asidosis, hipoksia dan
infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase
(sindrom criggler-najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein.
Protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake”
bilirubin ke sel hepar.
1
3) Faktor Neonatus
a) Prematuritas
b) Factor genetic
c) polisitemia
g. Derajat dan Daerah Ikterus
Untuk pengamatan ikterus paling baik dilakukan dalam
cahaya matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan
diamati untuk menghilangkan warna, karena pengaruh sirkulasi
daerah (Prawihardjo, 2010). Dibawah ini dapat dilihat gambar
pembagian derajat dan daerah ikterus.
1) Derajat I : Kepala sampai leher.
2) Derajat II : Kepala, badan sampai umbilicus.
3) Derajat III : Kepala, badan sampai paha.
4) Derajat IV : Kepala, badan, paha sampai lutut.
5) Derajat V : Kepala, badan, semua ekstremitas sampai
ujung jari.
(1) Nama
Untuk mengetahui nama bayi.
(2) Umur
Untuk mengetahui umur bayi yang nantinya
disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan.
Pada kasus ikterus derajat III ini terjadi pada bayi
berumur 24 jam pertama (Dewi, 2010).
(3) Jenis Kelamin
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi laki-laki atau
perempuan.
b) Identitas Penanggung Jawab
(1) Nama Orang Tua.
Untuk mengetahui nama orang tua bayi sebagai
penanggung jawab.
(2) Umur Orang Tua
Untuk mengetahui berapa umur orang tua. Dikaji untuk
mengetahui adanya faktor resiko persalinan.
(3) Jenis Kelamin
Dikaji untuk mengetahui jenis kelamin
(4) Agama
Untuk mengetahui kepercayaan orang tua yang
berhubungan dengan pemberian dukungan spiritual
sesuai kepercayaan.
(5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual yang
berhubungan dengan intelektual orang tua yang
berhubungan dengan pemberian KIE.
(6) Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi orang tua
berhubungan dengan kemampuan dalam mencukupi
kebutuhan nutrisi.
(7) Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal orang tua pasien.
c) Keluhan Utama pada Bayi
2
Data Dasar
a) Data Subyektif :
(1) Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal.......
(2) Ibu mengatakan ini anak yang ke.......
(3) Ibu mengatakan belum bisa minum dengan baik
b) Data Obyektif (Dewi, 2010) :
(1) Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital
pada bayi meliputI nadi, respirasi dan suhu.
(2) Pemeriksaan inspeksi meliputi : kepala, dada,
umbilicus sampai paha berwarna kuning.
(3) Pemeriksaan reflek lemah yang terdiri dari reflek
morro, reflek sucking, reflek rooting.
(4) Pemeriksaan laboratorium meliputi : Hb, golongan
darah serta kadar bilirubin dalam darah (Prawiroharjo,
2005). Pada ikterus derajat III kadar bilirubin > 11
mg/dl.
2) Masalah
Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pernyataan
pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian dan diagnosa.
Masalah yang sering dijumpai pada bayi ikterus adalah
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan peningkatan
kadar bilirubin dalam darah (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
3) Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisis data. Kebutuhan-kebutuhan yang
harus diberikan pada bayi baru lahir dengan ikterik adalah
oksigen sesuai terapi, pemberian terapi yang cukup,
mengobservasi keadaan umum bayi secara intensif menjaga
supaya lingkungan sekitar tetap nyaman dan hangat (Marmi
dan Rahardjo, 2012).
c. Langkah III Diagnosa Potensial
Pada langkah ini penulis mengidentifikasi dengan kritis tanda
dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu
2
D. Landasan Hukum
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang ijin dana penyelenggaraan praktik
bidan, yaitu :
1. Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan
pelayanan meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu.
b. Pelayanan kesehatan anak.
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
2. Pasal 11
a. Pelayanan kesehatan anak, sebagaimana dimaksud pasal 9 nomer
2 diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak, balita dan anak pra
sekolah.
b. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
3
A. Metode Pengkajian
Metode yang digunakan dalam melakukan pengkajian untuk
mengumpulkan data pada kasus asuhan kebidanan pada neonatus Ny.A
dengan ikterus derajat III dengan teknik wawancara dan melakukan
observasi.
1. Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden)
atau berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Pada kasus ini wawancara atau Tanya jawab dilakukan dengan
keluarga klien.
2. Observasi
Observasi adalah suatu prosedur yang berencana antara lain
meliputi : melihat, mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Pada
kasus ini observasi dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik dilakukan
dari ujung rambut sampai ujung kaki dan alat yang di gunakan yaitu
stethoscope, penlight, metline, thermometer, timbangan berat badan,
buku tulis, pulpen dan jam tangan.
32
3
E. Instrumen Pengkajian
Instrument pengkajian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini instrument yang
digunakan penulis yaitu stethoscope, penlight, metline, thermometer,
timbangan berat badan, buku tulis, pulpen dan jam tangan dan
menggunakan format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
menggunakan alur piker manajemen kebidanan (7 langkah Varney).
3
F. Tinjauan Kasus
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS
DENGAN IKTERUS DERAJAT III DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD dr. SLAMET GARUT TAHUN 2016
O : Keadaan umum sedang, tangisan kuat, tonus otot lemah, warna kulit
kemerahan, pernafasan 40x/menit, nadi 130x/menit, suhu 36,5°C, BB
2350 gram, PB 47 cm, LK 30 cm, LD 30 cm, LILA 10 cm, kepala : kulit
kepala bersih, rambut berwarna hitam, sutura tidak ada molase, tidak
ada caput sucsadenum, tidak ada cepal hematom, ubun-ubun
cembung, mat : bentuk simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
bersih tidak ada pus, refleks glabellar (+), telinga : simetris, ujung atas
telinga sejajar dengan mata, hidung : simetris, tidak ada pengeluaran
abnormal dan polip, mulut : bersih, refleks rooting lemah, refleks
sucking lemah, refleks swallowing (+), tidak ada labio palatoschizis,
leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak ada
kelenjar tyroid, refleks tonik neck (+), dada : tidak ada retraksi dinding
dada, bunyi jantung regular, aerola coklat,sejajar kiri dan kanan,
abdomen : normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada perdarahan tali
pusat, genetalia : labia mayora menutupi mabia minora, terdapat
lubang uretra dan lubang vagina, tidak ada kelainan, punggung tidak
ada kelainan, refleks gallant (+), anus : terdapat lubang anus,
mekonium (+), tidak ada kelainan, ekstremitas atas : simetris, jumlah
jari lengkap, kuku tidak sianosis, tidak ada kelainan, refleks graps (+),
ekstremitas bawah : simetris, jumlah jari lengkap, kuku tidak sianosis,
tidak ada kelainan, reflek babynsky (+), warn kulit kemerahan, lanugo
banyak, tidak ada bercak mongol
A : Neonatus Cukup Bulan dengan Ikterus Derajat III
3
Catatan Perkembangan 1
Hari /Tanggal Pengkajian : 17 Maret 2016
Jam Pengkajian : 15.30 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Perinatologi RSUD dr.Slamet Garut
S : Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan bayinya karena
terlihat Kuning.
O : Keasan umum sedang, frekuensi jantung 141x/menit, pernafasan
40x/menit, suhu 36,7°C, warna kulit Nampak kuning dari mulai kepala,
Leher, badan sampai paha, tangisan kuat, tonus otot kuat, refleks
rooting dan refleks sucking lemah, tali pusat belum kering.
A : Neonatus cukup bulan umur 2 hari dengan ikterus patologis
P : Jam 15.35 WIB
1. Menginformasikan kepada ibu tindakan dan hasil pemeriksaan
yang Telah dilakukan kepada bayinya, ibu mengerti.
2. Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat, dengan cara
membungkus bayi menggunakan kain yang bersih dan kering.
Sudah dilakukan.
3. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, denyut jantung
141x/menit, pernafasan 40x/menit, suhu 36,7°C.
4. Kolaborsi dengan dokter anak untuk pemberian fototerapi, bayi
telah diberikan fototerapi.
5. Melakukan pemeriksaan laboratorium. Hasl pemeriksaan
Bilirubin direct : 3,06 mg%
Bilirubin indirect : 8,32 mg%
Bilirubin total : 11,38 mg%
6. Mengobservasi keadaan umum bayi
7. Memberikan PASI 30 cc menggunakan dot. PASI telah diberikan
8. Mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.
Pengkaji
Catatan Perkembangan 2
Hari/Tanggal Pengkajian : 18 Maret
2016 Jam pengkajian : 17.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Perinatologi RSUD dr. Slamet Garut
S : Ibu mengatakan bayinya belum ada perkembangan.
O : Keadaan umum sedang, frekuensi jantung 135x/menit, pernafasan
45x/menit, suhu 37,2°C, refleks menghisap masih lemah, menangis
kuat, tali pusat belum kering, muka, leher, dada, perut dan paha masih
berwarna kuning.
A : Neonatus cukup bulan umur 3 hari dengan ikterus patologis
P : Jam 17.05 WIB
1. Menginformasikan kepada ibu tindakan dan hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan kepada bayinya. Ibu mengerti.
2. Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, dengan cara
membungkus bayi menggunakan kain yang bersih dan kering.
Telah di lakukan.
3. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, denyut jantung
135x/menit, pernfasan 45x/menit, suhu 37,2°C.
4. Pemberian fototerapi 3x6 jam. Terpasang fototerapi.
5. Memberikan PASI sebanyak 30 cc menggunakan dot. Telah
diberikan.
6. Mengobservasi keadaan bayi.
7. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP
Pengkaji
Catatan Perkembangan 3
Hari/Tanggal Pengkajian : 19 Maret 2016
Jam pengkajian : 16.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Perinatologi RSUD dr. Slamet Garut
S : Ibu mengatakan bayinya masih diberikan fototerapi.
O : keadaan umum baik, frekuensi jantung 132x/menit, pernafasan
43x/menit, suhu 37,5°C, refleks menghisap (+), menangis kuat, tali
pusat belum kering, muka, leher, dada sampai umbilicus masih
berwarna kuning.
A : Neonatus cukup bulan umur 4 hari dengan ikterus patologis.
P : Jam 16.05 WIB
1. Menginformasikan kepada ibu tindakan dan hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan kepada bayinya. Ibu mengerti.
2. Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, dengan cara
membungkus bayi menggunakan kain yang bersih dan kering.
Telah di lakukan.
3. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, denyut jantung
132x/menit, pernfasan 42x/menit, suhu 37,2°C.
4. Pemberian fototerapi 3x6 jam. Terpasang fototerapi.
5. Memberikan PASI sebanyak 30 cc menggunakan dot. Telah
diberikan.
6. Mengobservasi keadaan bayi.
7. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP
Pengkaji
Catatan Perkembangan 4
Hari/Tanggal Pengkajian : 20 Maret
2016 Jam pengkajian : 16.30 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Perinatologi RSUD dr. Slamet Garut
S : Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan bayinya, dan masih
terpasang fototerapi.
O : keadaan umum baik, frekuensi jantung 137x/menit, pernafasan
40x/menit, suhu 37,3°C, refleks menghisap (+), menangis kuat, tali
pusat sudah kering, muka, leher, dada masih Berwarna kuning.
A : Neonatus cukup bulan umur 5 hari dengan ikterus patologis.
P : Jam 16.35 WIB
1. Menginformasikan kepada ibu tindakan dan hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan kepada bayinya. Ibu mengerti.
2. Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, dengan cara
membungkus bayi menggunakan kain yang bersih dan kering.
Telah di lakukan.
3. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, denyut jantung
137x/menit, pernfasan 40x/menit, suhu 37,3°C.
4. Melakukan pemeriksaan laboratorium. Hasil laboratorium
Bilirubin direct : 1,56 mg%
Bilirubin indirect : 6,68 mg%
Bilirubin total : 8,24 mg%
5. Pemberian fototerapi 3x6 jam. Terpasang fototerapi.
6. Memberikan PASI sebanyak 30 cc menggunakan dot. Telah
diberikan.
7. Mengobservasi keadaan bayi.
8. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP
Pengkaji
Catatan Perkembangan 5
Hari/Tanggal Pengkajian : 21 Maret
2016 Jam pengkajian : 17.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Perinatologi RSUD dr. Slamet Garut
S : Ibu mengatakan bayinya ada kemajuan dan mulai membaik.
O : Keadaan umum baik, frekuensi jantung 136x/menit, pernafasan
44x/menit, suhu 37,7°C, refleks menghisap (+), menangis kuat, muka
masih berwarna kuning.
A : Neonatus cukup bulan umur 6 hari dengan ikterus patologis.
P : Jam 17.05 WIB
1. Menginformasikan kepada ibu tindakan dan hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan kepada bayinya. Ibu mengerti.
2. Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, dengan cara
membungkus bayi menggunakan kain yang bersih dan kering.
Telah di lakukan.
3. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, denyut jantung
136x/menit, pernfasan 44x/menit, suhu 37,7°C.
4. Melakukan pemeriksaan laboratorium. Hasil laboratorium
Bilirubin direct : 1,0 mg%
Bilirubin indirect : 5,0 mg%
Bilirubin total : 6,0 mg%
5. Pemberian fototerapi 3x6 jam. Terpasang fototerapi.
6. Memberikan PASI sebanyak 45 cc menggunakan dot. Telah
diberikan.
7. Mengobservasi keadaan bayi.
8. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP
Pengkaji
Catatan Perkembangan 6
Hari/Tanggal Pengkajian : 22 Maret
2016 Jam pengkajian : 16.30 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Perinatologi RSUD dr. Slamet Garut
S : Ibu mengatakan bayinya sudah membaik.
O : keadaan umum baik, frekuensi jantung 131x/menit, pernafasan
46x/menit, suhu 37,4°C, refleks menghisap (+), menangis kuat, pada
muka sudah tidak terlihat kuning.
A : Neonatus cukup bulan umur 7 hari dengan riwayat icterus.
P : Jam 16.35 WIB
1. Menginformasikan kepada ibu tindakan dan hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan kepada bayinya. Ibu mengerti.
2. Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, dengan cara
membungkus bayi menggunakan kain yang bersih dan kering.
Telah di lakukan.
3. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, denyut jantung
130x/menit, pernafasan 46x/menit, suhu 37,3°C.
4. Memberikan PASI sebanyak 45 cc menggunakan dot. Telah
diberikan.
5. Mengobservasi keadaan bayi.
6. Fototerapi telah dihentikan sesuai advis dokter anak.
7. Bayi diperbolehkan pulang.
8. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP
Pengkaji
Catatan Perkembangan 7
Hari/Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2016
jam pengkajian : 08.30 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
S : Ibu mengatakan bayinya semakian membaik, memnangis kuat dan
sering diberikan ASI.
O : Keadaan umum baik, frekuensi jantung 135x/menit, pernafasan
46x/menit, suhu 37,2°C, refleks menghisap (+), menangis kuat, warna
kulit kemerahan, tonus otot membaik, BB 2530 gram.
A : Neonatus cukup bulan umur 14 hari fisiologis.
P : Jam 08.35 WIB
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
bahwa keadaan bayinya baik.
2. Tetap menjaga kehangatan bayi dengan menggunakan baju dan
popok.
3. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, denyut jantung
135x/menit, pernafasan 46x/menit, suhu 37,2°C, berat badan
2530 gram.
4. Menginformasikan kepada ibu agar sesering mungkin memberikan
ASI kepada bayinya setiap 1-2 jam sekali dan membangunkannya
apabila bayinya tidur terus. Ibu mengerti.
5. Menginformasikan kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya
pada bayi. Ibu mengerti.
6. Menginformasikan kepada ibu mengenai imunisasi dasar pada
bayi. Ibu mengerti.
Pengkaji
Dewi, N.L.V. (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika.
Fraser, Diana M., Cooper, Margaret A. (2011) Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta :
EGC.
Hidayat, A.A. (2008) Asuhan Neonatus, bayi dan balita. Jakarta : EGC.
Marmi dan Rahardjo, K., (2012) Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Maryanti, D. (2011) Buku Ajaran Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : TIM.
50
51
Norma, I. (2013) Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. S dengan Ikterus Derajat III di
RSUD Assalam Gembolong Sragen [internet]. Tersedia dalam
digikb.Stikeskusumahusada.ac.id. [diaskes 8 Februari 204].
Riwikdodo. (2007) dalam laila,F. (2013) Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. S
dengan Ikterus Derajat II di RSUD Assalam Gembolong Sragen (internet).
Tersedia dalam digikb.stikeskusumahusada.ac.id. (diaskes 5 Januari
2014).
Rosyada, A.D. (2013) dalam KTI berjudul Askeb Bayi Baru Lahir dengan Ikterus
Patologis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta [internet].
Rukiyah, A.Y., Yulianti, L.Y. (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta :
Trans Info Medika.
Sudarti, I.S (2014). Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Risiko Tinggi,
Yogyakarta : Nuha medika.