Anda di halaman 1dari 81

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS NY.

Y DENGAN BAYI
BERAT LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATOLOGI
RS SINGAPARNA MEDIKA CITRAUTAMA
TASIKMALAYA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Menyelesaikan Program Studi D-III Kebidanan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa Husada Garut

ISTIQOMAH NURANISA
KHG. B15009

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT


PROGRAM STUDI DIPLOMA KEBIDANAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS NY. “Y” DENGAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATOLOGI RS

SINGAPARNA MEDIKA CITRAUTAMA TASIKMALAYA”. Karya Tulis

Ilmiah ini diajukan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan di

STIKes Karsa Husada Garut.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdapat beberapa hambatan,

namun dengan penuh kerendahan hati, berkat dorongan dan bimbingan dari

berbagai pihak sehingga penulis dapat mengatasi dan menyelesaikan

penulisannya.

Dengan selesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan

terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua

pihak yang telah membantu dan berpartisipasi, terutama kepada :

1. DR. (Hc) H. Amas Setiana, selaku Ketua Pembina Yayasan Dharma Husada

Insani Garut.

2. H. Saepudin, S.Sos. selaku Ketua Pengurus Yayasan Dharma Husada Insani

Garut.

3. H. Engkus Kusnadi, S.Kep., M.Kes. selaku Ketua STIKes Karsa Husada

Garut.

4. Hj. Esa Risi Suazini, AM.Keb., S.K.M., M.K.M. selaku Ketua Prodi D-III

Kebidanan STIKes Karsa Husada Garut sekaligus Pembimbing yang telah

i
ii

memberikan saran dan arahan sehingga dapat terselesaikan sesuai waktu yang

telah ditentukan.

5. Titi Purwitasari Handayani, S.S.T. selaku Penguji I.

6. Naning Suryani, S.S.T., M.Keb. selaku Penguji II.

7. Seluruh Dosen serta Staf Program Studi D-III Kebidanan STIKes Karsa

Husada Garut yang telah memberikan ilmu dan mendidik penulis selama

mengikuti perkuliahan.

8. Seluruh Bidan dan Perawat di RS Singaparna Medika Citrautama yang telah

membimbing, memberikan wawasan serta pengalaman yang bermanfaat.

9. Kedua Orang Tua, Bapak Yayan Suryaman dan Ibu (Alm) Siti Komala, S.Pd.

yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materil.

10. Kakak dan adik tercinta, Iman Nurjaman, Imiftah Nurnazarudin, Intihan

Nurzaeni Khoerudin dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa,

semangat.

11. Riki Gunawan, selaku partner yang telah memberikan dukungan, semangat,

dan motivasi.

12. Rekan-rekan Mahasiswa D-III Kebidanan Angkatan 10, khususnya Kelas A

yang telah sama-sama berjuang di STIKes Karsa Husada Garut.

13. Keluarga Ny. Y yang telah bersedia bekerja sama dan bersilaturahmi dengan

penulis.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu

dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.


iii

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat serta karunia-Nya

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini. Akhir Kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya umumnya bagi pembaca.

Garut, Mei 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................4
1.5 Tempat dan Waktu..................................................................................5
1.6 Metodologi Penulisan..............................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................6
2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)...........................................................6
2.2.1 Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)............................6
2.1.2 Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)............................6
2.1.3 Ciri – Ciri Bayi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Prematur. . .7
2.1.4 Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau Prematur......9
2.1.5 Masalah yang sering timbul pada BBLR..................................10
2.1.6 Tumbuh Kembang Bayi Berat Lahir Rendah...........................10
2.1.7 Komplikasi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)................11
2.1.8 Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).................12
2.1.9 Perawatan Metode Kangguru (PMK).......................................16
2.1.10 Upaya Pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ............18
2.2 Ikterus....................................................................................................19
2.2.1 Klasifikasi Ikterus.....................................................................19
2.2.2 Faktor Risiko............................................................................21
2.2.3 Etiologi.....................................................................................21
2.2.4 Penilaian Ikterus menurut Rumus Kramer...............................22
2.2.5 Penatalaksanaan Ikterus............................................................22
2.3 Tanda Bahaya Pada Neonatus...............................................................25

iv
v

2.4 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan.................................................26


2.4.1 Manajemen Asuhan Kebidanan................................................26
2.4.2 Tujuh Langkah Varney.............................................................26
2.4.3 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Dalam Bentuk SOAP. 27
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................29
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Neonatus dengan BBLR 3 Hari.....................29
3.2 Catatan Perkembangan NKB-SMK 4 Hari............................................36
3.3 Catatan Perkembangan NKB-SMK 5 Hari............................................38
3.4 Catatan Perkembangan NKB-SMK 6 hari............................................40
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................47
4.1 Subjektif................................................................................................47
4.2 Objektif..................................................................................................49
4.3 Analisa...................................................................................................52
4.4 Penatalaksanaan.....................................................................................53
4.5 Pendokumentasian.................................................................................55
BAB V PENUTUP................................................................................................56
4.1 Kesimpulan............................................................................................56
4.2 Saran......................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................59
LAMPIRAN - LAMPIRAN................................................................................61
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 2.8
Tabel 3.1

vi
DAFTAR GAMBAR

vii
DAFTAR SINGKATAN

AKB : Angka Kematian Bayi


AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
BBL : Bayi Baru Lahir
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
DJJ : Denyut Jantung Janin
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
IM : Intra Muskular
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
IV : Intra Vena
KMK : Kecil Masa Kehamilan
LD : Lingkar Dada
LILA : Lingkar Lengan Atas
LK : Lingkar Kepala
NCB : Neonatus Cukup Bulan
NKB : Neonatus Kurang Bulan
PASI : Pendamping ASI
PB : Panjang Badan
PMK : Perawatan Metode Kangguru
PMS : Penyakit Menular Seksual
RS : Rumah Sakit
SMC : Singaparna Medika Citra Utama

viii
ix

SMK : Sesuai Masa Kehamilan


TB : Tinggi Badan
TT : Tetanus Toksoid
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indikator derajat kesehatan masyarakat disuatu negara salah satunya

ditentukan oleh Angka Kematian Bayi yang berguna untuk perbaikan pelayanan

kesehatan khususnya kesehatan anak baik dari segi aksesibilitas maupun dari

kualitas. BBLR menjadi salah satu penyebab utama masih tingginya Angka

Kematian Bayi di Indonesia (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, Prevalensi

bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia

dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang

atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR

didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi

dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.

Pada tahun 2016 Kasus Kematian Bayi di Indonesia mencapai 31.375/1.000

kelahiran hidup. Di tingkat Provinsi Jawa Barat tercatat sebanyak 3730 kasus. Di

tingkat Kabupaten Tasikmalaya tercatat sebanyak 255 kasus, yang disebabkan

oleh : BBLR 27%, asfiksia 20 %, kelainan bawaaan 8%, pneumonia 4%, sepsis

3%, diare 3%, kelainan saluran cerna 1%, lain-lain 34%. (Data Rutin Kesehatan

Ibu dan Anak Tahun 2016).

Berdasarkan data dari Rekam Medik RS Singaparna Medika Citrautama pada

tahun 2017 tercatat sebanyak 341 kasus kematian bayi, yang disebabkan oleh :

IUFD 32%, BBLR 27%, Asfiksia 20,2 %, dan penyebab lainya 20,8 %. Terdapat

1
2

267 kasus kejadian BBLR dan 105 kasus kejadian Hiperbilirubin (Rekam Medik

RS Singaparna Medika Citrautama, 2017).

Komplikasi preeklampsia bisa terjadi pada ibu dan janinnya. Menurut

Johan .I (2012), Mutianingsih (2014) bahwa preeklampsia dapat mengakibatkan

50,5 % kejadian SGA (small for gestational age) atau berat badan bayi rendah

setelah dilahirkan, 23,1 % bayi lahir premature.

Ikterus menjadi salah satu komplikasi tertinggi pada bayi BBLR, dimana

menurut Ratuain, dkk (2015) bahwa ikterus terjadi 59,1 % pada bayi prematur dan

40,9 % pada bayi yang lahir lebih dari 37 minggu.

Dari data diatas maka bayi dengan BBLR dan Hiperbilirubin perlu

mendapatkan perhatian dan penanganan yang intensif guna menurunkan angka

kematian dan kesakitan Neonatus.

Pelaksanaan berbagai program kesehatan membutuhkan sumber daya

manusia yang kompeten agar dapat mencapai tujuan, terutama bidan. Bidan

sebagai salah satu tenaga pelaksana harus mempunyai pengetahuan dan

keterampilan sehingga dapat memberikan pelayanan kebidanan pada Bayi Baru

Lahir serta mampu mengatasai dan mengenal secara dini komplikasi yang terjadi

pada Bayi Baru Lahir secara optimal dan berkesinambungan guna menurunkan

Angka kematian dan kesakitan pada neonatus.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil judul “Asuhan

Kebidanan Pada Neonatus Ny. Y dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Ruang

Perinatologi RS Singaparna Medika Citrautama Tasikmalaya”.


3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka semakin bertambahnya angka

kejadian BBLR di indonesia, Jawa Barat maupun Tasikmalaya kota, maka dapat

dirumuskan masalah pada karya tulis Ilmiah ini yaitu : “Bagaimana Asuhan

Kebidanan Pada Neonatus Ny. “Y” dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Ruang

Perinatologi RS Singaparna Medika Citrautama Tasikmalaya”.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Ny. “Y”

dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Ruang Perinatologi RS Singaparna

Medika Citrautama Tasikmalaya, dengan menerapkan manajemen

kebidanan dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengumpulkan data subjektif pada Neonatus Ny. “Y” dengan Bayi

Berat Lahir Rendah di Ruang Perinatologi RS Singaparna Medika

Citrautama Tasikmalaya.

2. Menginterpretasikan data objektif pada pada Neonatus Ny. “Y”

dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RS Singaparna Medika

Citrautama Tasikmalaya.

3. Menetapkan analisis pada pada Neonatus Ny. “Y” dengan Bayi

Berat Lahir Rendah di Ruang Perinatologi RS Singaparna Medika

Citrautama Tasikmalaya.
4

4. Melakukan penatalaksanaan Asuhan Kebidanan yang dilakukan

pada pada Neonatus Ny. “Y” dengan Bayi Berat Lahir Rendah di

Ruang Perinatologi RS Singaparna Medika Citrautama

Tasikmalaya.

5. Dapat melakukan evaluasi dan dokumentasikan Asuhan Kebidanan

pada pada Neonatus Ny. “Y” dengan Bayi Berat Lahir Rendah di

Ruang Perinatologi RS Singaparna Medika Citrautama

Tasikmalaya.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan bahan informasi bagi

pengembangan ilmu kebidanan khususnya dalam pemberian asuhan

pada Neonatus Ny. “Y” dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Ruang

Perinatologi RS Singaparna Medika Citrautama Tasikmalaya.

1.4.2 Manfaat Praktik

1. Bagi Mahasiswa

Untuk menambah pengetahuan, mengasah keterampilan dan

pengaplikasian secara langsung ilmu yang di dapat yaitu

melaksanakan asuhan kebidanan pada neonatus.


5

1.5 Tempat dan Waktu

1.5.1 Tempat

Tempat Pengambilan data untuk Karya Tulis Ilmiah ini

dilaksanakan di Ruang Perinatologi RS Singaparana Medika Citra

Utama Tasikmalaya.

1.5.2 Waktu

Waktu Pengambilan data untuk Karya Tulis Ilmiah ini, dilaksanakan

pada tanggal 20-23 Maret 2018.

1.6 Metodologi Penulisan

Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis menggunakan 3 metode

pengumpulan data yaitu :

1. Studi Pustaka

Teknik ini dilakukan dengan menggali informasi dari buku-buku,

jurnal dan laporan yang terkait dengan penanganan kasus kebidanan.

2. Wawancara

Teknik ini dilakukan kepada keluarga pasien khususnya ayah dan ibu

bayi, dimulai dari anamnesa identitas ibu, identitas bayi, riwayat

kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, riwayat psikososial, ekonomi

dna kebiasaan sehari-hari.

3. Observasi

Tindakan ini dilakukan langsung di ruang perinatologi, kepada pasien

bayi Ny. Y dengan BBLR dimulai hari ke 3-6 bayi lahir.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

2.2.1 Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Berikut uraian pengertian Bayi Berat Lahir Rendah berdasarkan beberapa

ahli, yaitu sebagai berikut :

1. Bayi Berat Lahir Rendah yaitu bayi baru lahir yang berat badannya saat

lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499) (Saifuddin, 2014).

2. Departemen Kesehatan (1996) Bayi Berat Lahir Rendah ialah bayi yang

lahir dengan berat lahir 2500 gram atau kurang, tanpa memperhatikan

lamanya kehamilan ibu (Walyani, 2015).

3. Bayi Berat Lahir Rendah merupakan istilah pengganti untuk bayi

prematuritas karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan

berat badan kurang dari 2.500 gram, yaitu karena umur hamil kurang dari 37

minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya sekalipun cukup bulan

atau karena kombinasi keduanya (Manuaba, 2010).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Bayi Berat

Lahir Rendah yaitu bayi dengan berat badan lahirnya kurang dari 2500 gram tanpa

memandang usia kehamilan.

2.1.2 Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi Berat Lahir Rendah di klasifikasikan menjadi 2 yaitu menurut masa

kehamilan dan berat bayi saat lahir.

6
7

1. Usia Kehamilan

a. Premature Murni yaitu bayi yang lahir dari persalinan dengan usia

kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai untuk

masa gestasi atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa

Kehamilan (NKB-SMK) (Walyani, 2015).

b. Dismature yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat

badan seharusnya untuk masa gestasi, hal ini berarti bayi mengalami

retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil

untuk masa kehaminya (Walyani, 2015).

2. Berat Badan Bayi

Menurut Saifuddin (2014) berdasarkan berat pada saat lahir, BBLR

dibedakan menjadi beberapa kategori yaitu :

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram.

b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.

c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.

2.1.3 Ciri – Ciri Bayi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau Prematur

Pada saat bayi lahir dari kehamilan kurang bulan ada beberapa ciri yang

khas pada bayi premature pada saat lahir, diantaranya sebagai berikut :

1. Pada Saat Lahir

1) Terdapat Verniks caseosa pada tubuh bayi.

2) Jaringan lemak bawah kulit sedikit.

3) Rambut lanugo banyak.

4) Menangis lemah.
8

5) Tonus otot hipotoni, karena otot bayi masih belum sempurna.

6) Kulit bayi tipis, karena jaringan kulit belum terbentuk sempurna.

7) Kulit kemerahan, yang disebabkan oleh membran kulit yang belum

terbentuk sehingga kulit bayi tampak merah.

8) Kulit Bayi keriput yang disebabkan oleh verniks caseosa yang berfungsi

untuk melindungi kulit bayi di dalam kandungan (Walyani, 2015).

2. Tanda – Tanda Vital

a. Frekuensi nafas normal : 40-60 x/menit.

b. Frekuensi denyut jantung normal : 120-160 x/menit.

c. Suhu normal : 36,5 – 37,50C (Budirahardja dkk, 2015).

3. Pada Pemeriksaan Fisik

1) Berat badan kurang dari 2500 gram.

2) Panjang kurang dari 45 cm.

3) Lingkar dada kurang dari 30 cm.

4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm (Manuaba, 2010).

5) Kepala tidak mampu tegak, Ubun-ubun dan sutura lebar.

6) Tulang Rawan dan daun telinga elastis karena masih imatur.

7) Pada Genetalia laki-laki : Testis belum turun atau belum ada di scrotum,

pada genetalia Perempuan Labia Mayor belum menutupi Labia minora.

8) Ekstremitas : Paha abduksi, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.

9) Tangisan lemah.

10) Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta refleks

batuk belum sempurna (Maryanti, 2011).


9

2.1.4 Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau Prematur

Menurut Manuaba (2010) ada beberapa faktor yang menyebabkan BBLR

atau Persalinan Pretem, diantaranya sebagai berikut :

1. Faktor Ibu

a. Gizi hamil yang kurang.

b. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

c. Jarak bersalin dan hamil terlalu dekat

d. Keturunan.

e. Riwayat Melahirkan Prematur atau keguguran

f. Penyakit menahun ibu : Hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah

(perokok).

2. Faktor Kehamilan

a. Hamil dengan hidramnion

b. Hamil ganda

c. Perdarahan antepartum

d. Komplikasi hamil

1) Preeklamsia / eklamsia

Ibu yang mengalami Preeklamsi atau eklamsi, dapat

menyebabkan persalinan premature yang diakibatkan karena

preeklamsi menyebabkan peningkatan tonus dan kepekaan uterus

terhadap rangsangan dapat menyebabkan partus prematurus dan Bayi

Berat Lahir Rendah (Mutianingsih, 2013).

2) Ketuban Pecah Dini


10

3. Faktor Janin

a. Cacat bawaan

b. Infeksi alam rahim

2.1.5 Masalah yang sering timbul pada BBLR

1. Masalah pernafasan karena paru-paru belum matur.

2. Masalah pada jantung.

3. Perdarahan otak.

4. Fungsi hati yang belum sempurna.

5. Anemia atau polisitemia.

6. Lemak yang sedikit sehingga kesulitan mempertahankan suhu normal.

7. Masalah pencernaan / toleransi minum.

8. Risiko infeksi (Pudjiadi dkk, 2009).

2.1.6 Tumbuh Kembang Bayi Berat Lahir Rendah

1. Pantau berat bayi secara periodik.

2. Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama ( 10% untuk

berat lahir ≥ 1500 gram dan 15% untuk berat lahir ≤ 1500 gram. Berat

lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali terjadi komplikasi

Tabel 2.1

Insensible Water Loss (IWL) pada bayi prematur

Berat Badan (gram) IWL rata-rata (mL/kg/hari)


<750 100-200
750-1000 60-70
1001-1250 50-60
1251-1500 30-40
1501-2000 20-30
2001-3250 15-20
Sumber : Sumber : Pudjiadi dkk, 2009.
11

3. Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori

berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :

a. Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 mL/kg/hari sampai tercapai

jumlah 180 mL/kg/hari.

b. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi

agar jumlah pemberian ASI tetap 180 mL/kg/hari.

c. Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah

pemberian ASI sampai 200 mL/kg/hari.

d. Timbang berat badan setiap hari, ukur panjang badan dan lingkar

kepala setiap minggu (Pudjiadi dkk, 2009).

2.1.7 Komplikasi yang terjadi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

1. Hipotermi.

2. Hipoglikemia.

3. Hiperbilirubinemia.

4. Respiratory distress syndrome (RDS).

5. Intracerebral and intaventrikular haemorrage (IVH).

6. Periventricular leucomalasia (PVL).

7. Infeksi bakteri.

8. Kesulitan minum.

9. Penyakit paru kronis.

10. NEC (Necrotizing enterocolitis).

11. AOP (Apneu of prematurity ) terutama terjadi pada bayi < 1000 gram.

12. Patent ductus arteriosus (PDA) pada bayi dengan berat < 1000 gram.
12

13. Disabilitas metal dan fisik :

a. Keterlambatan perkembangan.

b. Cerebral palsy.

c. Gangguan pendengaran.

d. Gangguan penglihatan (Pudjiadi dkk, 2009).

2.1.8 Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

2.1.8.1 Penatalaksanaan Menurut Referensi Ahli

Adapun penatalaksanaan pada BBLR menurut Pudjiadi, dkk (2009), adalah

sebagai berikut :

1. Pemberian Vit K1

a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian atau;

b. Per oral 2 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-

10 minggu).

2. Mempertahankan suhu tubuh normal

a. Gunakan kontak kulit ke kulit, perawatan metode kangguru, inkubator,

atau ruangan hangan yang terdapat di fasilitas kesehatan setempat.

b. Jangan memandikan atau memegang bayi dengan tangan yang dingin.

c. Ukur suhu tubuh sesuai jadwal.

Tabel 2.2

Pengaturan Suhu Tubuh

Keadaan bayi Bayi sakit Bayi kecil Bayi sangat Bayi keadaan
kecil membaik
Frekuensi pengukuran Tiap jam Tiap 12 Tiap 6 jam Sekali/hari
jam
Sumber : Pudjiadi dkk, 2009.
13

3. Pemberian minum

a. ASI merupakan pilihan utama.

b. Apabila bayi mendapatkan ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang

cukup dengan cara apapun, perhatikan pemberian ASI dan nilai

kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.

c. Apabila bayi sudah tidak mendapat cairan IV dan beratnya naik 20

g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

d. Pemberian minum minimal 8 kali perhari. Apabila bayi masih

menginginkan dapat diberikan lagi (ad libitum).

e. Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskuler dan respirasi

yang tidak stabil, fungsi usus yang belum berfungsi/atau terdapat

anomali mayor saluran cerna, NEC, IUGR, berat badan lahir < 1000

gram.

f. Pada bayi sakit pemberian minum tidak perlu dengan segera

ditingkatkan selama tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar natrium

serta glukosa normal.

Tabel 2.3

Jumlah Cairan Yang Dibutuhkan Bayi (mL/kg)

Umur (ml/hari)
Berat
1 2 3 4 5+
>1500 gram 60 80 100 120 150
<1500 gram 80 100 120 140 150
Sumber : Pudjiadi dkk, 2009.

4. Terapi antibiotik diberikan kepada bayi yang memiliki faktor resiko sepsis

diantaranya : bayi yang dilahirkan diluar Rumah Sakit, pecah ketubahn >
14

18 jam, bayi kecil (mendekati 1 kg). Jika terdapat salah satu tanda bahaya

atau tanda lain infeksi bakteri berat mulailah pemberian antibiotik (World

Health Organization, 2009).

5. Suportif

a. Jaga dan pantau kehangatan.

b. Jaga dan pantau patensi jalan nafas.

c. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit.

d. Bila terjadi penyulit segera kelola penyulit sesuai dengan penyulit yang

timbul (misalnya : hipotermi, kejang, gangguan nafas,

hiperbilirubinemia, dll ).

e. Berikan dukungan emosional kepada ibu dan keluarga lainya.

f. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,

biarkan ia berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

g. Ijinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman dekat apabila

dimungkinkan.

2.1.8.2 Penatalaksanan Menurut Standar Prosedur Operasional RS

Singaparna Medika Citra Utama

Adapun penatalaksanaan BBLR di Rumah Sakit Singaparna Medika

Citrautama adalah sebagai berikut :

a. Bayi Berat Lahir Rendah sehat :

1) Bersihkan lendir bila perlu.

2) Keringkan dengan kain yang kering dan hangat.

3) Lakukan IMD.
15

4) Berikan Vit K1 1 mg secara IM.

5) Berikan salep/tetes mata antibiotik.

6) Lakukan perawatan tali pusat.

7) Pertahankan suhu tubuh normal bayi dengan cara PMK atau di

tempatkan di inkubator.

8) Segera berikan ASI.

9) Berikan vaksin Hepatitis B bila berat ≥ 2000 gram setelah 1 jam

pemberian vit K1.

10) Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.

11) Timbang BB dan PB setiap hari dan lingkar kepala setiap 1 mg sekali.

b. Bayi Berat Lahir Rendah sakit :

1) Rawat bayi dalam inkubator.

2) Observasi vital sign.

3) Cek darah lengkap tiap 1 minggu.

4) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit.

5) Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai dengan penyulit yang timbul.

6) Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga.

7) Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi, bila tidak memungkinkan

biarkan ia berkunjung setiap saat.


16

2.1.9 Perawatan Metode Kangguru (PMK)

Perawatan Metode Kangguru adalah suatu cara agar BBLR terpenuhi

kebutuhan khususnya, terutama dalam mempertahankan kehangatan suhu tubuh.

Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan PMK yaitu bayi dengan berat <

2500 gram tanpa masalah atau komplikasi (Budirahardja dkk, 2015).

1. Syarat Perawatan Metode Kangguru

Bayi tidak mengalami kesulitan bernafas, kesulitan minum, kejang, diare,

Ibu dan keluarga bersedia dan tidak dalam kondisi sakit.

2. Keuntungan dari Perawatan Metode Kangguru

Menurut Walyani (2015), ada beberapa keuntungan jika melakukan

perawatan metode kangguru diantaranya sebagai berikut :

a. Meningkatkan hubungan emosi ibu dan anak.

b. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, dan pernafasan bayi.

c. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik.

d. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi.

e. Meningkatkan produksi ASI.

f. Menurunkan resiko infeksi selama perawatan di rumah sakit.

g. Mempersingkat masa rawat di rumah sakit (Walyani, 2015).


17

3. Durasi Pelaksanan Perawatan Metode Kangguru

PMK dilakukan hinggga berat badan bayi > 2500 gram, atau mendekati

40 minggu, atau sampai bayi kurang nyaman dilakukan PMK. Idealnya

PMK dilakukan 24 jam sehari, tetapi pada permulaan dapat dilakukan

bertahap minimal 1 jam (Sudarti dkk, 2010).

4. Pelaksanaan Perawatan Metode Kangguru

a. Posisi melakukan Perawatan Metoda Kangguru

1) Bayi telanjang dada (hanya menggunakan popok, topi, kaus tangan

dan kaki), kemudian letakan bayi dengan posisi telungkup di dada

dengan posisi tegak atau diagonal, yang bertujuan agar tubuh bayi

menempel atau terjadi kontak langsung dengan ibu.

2) Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk menghindari

terhalangnya jalan nafas, kepala menoleh ke samping di bawah

dagu ibu (ekstensi ringan).

3) Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti posisi katak

4) Kemudian fiksasi dengan selendang.

5) Ibu menggunakan pakaian/blus longgar sehingga bayi berada

dalam 1 pakaian dengan ibu. Jika perlu gunakan selimut.

6) Selain ibu, ayah dan anggota keluarga lain dapat melakukan

perawatan metoda kangguru ini (Sakti dkk, 2013).

b. Nutrisi
18

Selama melakukan PMK, bayi hanya diberikan ASI. Melalui PMK

akan mendukung dan mempromosikan ASI ekslusif (Budirahardjo dkk,

2015).

c. Dukungan

Dalam melakukan PMK ini, keluarga dapat memberikan dukungan

kepada ibu dan bayi agar PMK ini dapat berhasil (Budirahardja dkk,

2015).

d. Pemantauan

BBLR yang dirawat di fasilitas kesehatan yang dapat

dipulangkan lebih cepat (berat <2000 gram) harus dipantau untuk

tumbuh kembangnya (Budirahardja dkk, 2015).

5. Hal yang harus diperhatikan

a. Suhu tubuh bayi normalnya 36,50C-37,50C.

b. Pernafasan bayi normalnya 30-60 x/menit.

c. Pastikan tidak terdapat tanda bahaya.

d. Pastikan bayi mendapat ASI yang cukup (minimal menyusu tiap 2 jam

sekali) (Budirahardja dkk, 2015).

2.1.10 Upaya Pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau Prematur

Menurut Manuaba (2010), ada beberapa upaya pencegahan terjadinya

persalinan prematuritas atau bayi berat badan lahir rendah, yaitu :

1. Melakukan asuhan antenatal dengan teratur, dan segera melakukan

konsultasi rujukan jika penderita terdapat kelainan.


19

2. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya

persalinan dengan BBLR.

3. Tingkatkan penerimaan gerakan Keluarga Berencana.

4. Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau tirah

baring.

5. Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapatkan

kepercayaan dengan masyarakat.

2.2 Ikterus

Yaitu keadaan klinis bayi yang di tandai oleh pewarnaan kuning pada kulit

dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebihan

( Saifuddin, 2014).

Ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada seklera, selaput lender,

kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin yang dapat menimbulkan

potensi menjadi kernikterus (Marmi dkk, 2012).

Ikterus atau jaundice adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan

mukosa akibat peningkatan bilirubin tak terkonjugasi pada jaringan. Ikterus pada

neonatus akan terlihat bila kadar bilirubin serum >5mg/dL (86µmol/L).

Hiperbilirubinemia dan jaundice/ikterus merupakan terminologi yang merujuk

pada keadaan yang sama (Pudjiadi dkk, 2011).

2.2.1 Klasifikasi Ikterus

1. Ikterus Fisiologis
20

Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari ketiga dan

keempat kehidupan, dan tidak memiliki dasar patologik, muncul di seluruh

tubuh kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, tidak melewati kadar

yang membahayakan, atau memiliki potensi menjadi kernikterus dan tidak

menyebabkan suatu morbiditas pada bayi (Marmi dkk, 2012).

Kadar bilirubin tidak terkonjugasi pada neonatus cukup bulan dapat

mencapai 6-8 mg/dL pada usia 3 hari, setelah itu berangsur turun. Pada

bayi prematur awitan ikterus terjadi lebih dini, kadar bilirubin naik

perlahan tetapi dengan kadar puncak yang lebih tinggi, serta memerlukan

waktu lebih lama untuk menghilang, mencapai 2 minggu, kadar bilirubin

pada neonatus prematur dapat mencapai 10-12 mg/dL pada hari kelima

dan masih dapat naik menjadi > 15 mg/dL tanpa ada kelainan tertentu.

Kadar bilirubin akan mencapai <2 mg/dL setelah usia 1 bulan, baik pada

bayi prematur maupun bayi cukup bulan. Hiperbilirubin fisiologis dapat

disebabkan oleh beberapa mekanisme :

a. Peningkatan produksi bilirubin yang disebabkan oleh masa hidup

eritrosit yang lebih singkat dan peningkatan eritropoiesis inefektif.

b. Peningkatan sirkulasi enterohepatik.

c. Defek uptake bilirubin oleh hati.

d. Defek konjugasi karena aktifitas uridin difosfat glukoronil transferase

( UDPG-T) yang rendah.

e. Penurunan ekskresi hepatik (Pudjiadi dkk, 2011).

2. Ikterus Patologis
21

a. Awitan ikterus sebelum usia 24 jam.

b. Peningkatan bilirubin serum yang membutuhkan fototerapi.

c. Bilirubin meningkat cepat >5 mg/dl/24 jam.

d. Kadar bilirubin terkonjugasi 2 mg/dL.

e. Bayi menunjukan tanda sakit (muntah, letargi, kesulitan minum,

penurunan berat badan, apneu, takipnu dan instabilitas suhu).

f. Ikterus yang menetap >2 minggu (Pudjiadi dkk, 2011).

g. Ikterus berat : Telapak tangan dan kaki bayi kuning.

h. Ikterus berlangsung tidak lebih dari 14 hari pada bayi cukup bulan, 21

hari pada bayi kurang bulan (World Health Organization, 2009).

2.2.2 Faktor Risiko

1. Usia kehamilan < 37 minggu dan berat badan lahir < 2500 gram.

2. Penyakit hemolitik.

3. Bayi tampak kuning sebelum usia 24 jam.

4. Infeksi berat.

5. Saat lahir tidak bernafas spontan (Marmi dkk, 2012).

2.2.3 Etiologi

Menurut Marmi dkk (2012) ada beberapa faktor penyebab ikterus,

diantaranya sebagai berikut :

1. Produksi yang berlebihan dari pada kemampuan bayi untuk mengeluakan.


22

2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar, yang disebabkan

karekan imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin,

gangguan fungsi hepar.

3. Gangguan dalam transportasi bilirubin dalam darah.

4. Gangguan dalam sekresi.

5. Obstruksi saluran pencernaan.

6. Ikterus akibat kurang ASI.

2.2.4 Penilaian Ikterus menurut Rumus Kramer

Gambar 2.1 : Daerah kulit yang berwarna kuning untuk penerapan rumus Kramer

Tabel 2.4

Rumus Kramer

Daera Luas Ikterus Kadar Bilirubin


23

h
1 Kepala dan Leher 5 mg %
2 Daerah 1 + Badan bagian 9 mg %
atas
3 Daerah 1, 2 (+) Badan 11 mg %
bagian bawah dan tungkai
4 Daerah 1, 2, 3 (+) lengan 12 mg %
dan kaki di bawah dengkul
5 Daerah 1, 2, 3, 4 (+) tangan 16 mg %
dan kaki
Sumber : Saifuddin, 2014.

2.2.5 Penatalaksanaan Ikterus

1. Menurut Referensi Ahli

Adapun penatalaksaan yang diberikan kepada bayi yang

mengalami ikterik diantaranya :

a. Melakukan dekomposit bilirubin dengan fototerapi, jika :

1) Ikterus pada hari ke-1.

2) Ikterus berat, meliputi telapak tangan dan kaki.

3) Ikterus pada bayi kurang bulan.

4) Ikterus yang disebabkan oleh hemolisis (World Health

Organization, 2009).

Tabel 2.5

Indikasi Tata Laksana Fototerapi ada Bayi Kurang Bulan


Berat > 2000
Berat < 1500 Berat 1500-2000
gram kadar
Usia gram kadar gram kadar
bilirubin
bilirubin (µmol/L) bilirubin (µmol/L)
(µmol/L)
< 24 jam Resiko tinggi dan Resiko tinggi : >70 >85
yang lainnya : > 70 Lainnya : > 70
24-48 jam > 85 >120 >140
49-72 jam > 120 >155 >200
> 72 jam >140 >170 >240
Sumber : Rundjan Lily dkk, 2013.

Tabel 2.6

Panduan Terapi Sinar untuk Bayi Prematur


24

Berat Indikasi Terapi Sinar Indikasi Transfusi


(mg/dL) Tukar (mg/dL)
< 1000 gram Dimulai dalam 24 10-12
jam pertama
1000-1500 gram 7-9 12-15
1500-2000 gram 10-12 15-18
2000-2500 gram 13-15 18-20
Sumber : Pudjiadi dkk, 2011.

b. Transfusi tukar darah (Saifuddin, 2014).

Tabel 2.7

Indikasi Tata Laksana Tranfusi Tukar Pada Bayi Kurang Bulan


Berat > 2000
Berat < 1500 Berat 1500-2000
gram kadar
Usia gram kadar gram kadar
bilirubin
bilirubin (µmol/L) bilirubin (µmol/L)
(µmol/L)
< 24 jam >170-255 >255 >270-310
24-48 jam >170-255 >255 >270-310
49-72 jam >170-255 >270 >290-320
> 72 jam >255 >290 >310-340
Sumber : Rundjan Lily dkk, 2013.

c. Mempercapat metabolisme dan pengeluaran bilirubin.

d. Terapi sinar matahari (Marmi dkk, 2012).

2. Penatalaksanaan Standar Prosedur Oprasional RS Singaparna

Medika Citra Utama

Prinsipnya segera menurunkan bilirubin indirek untuk mencegah

bilirubin enselopati dengan fototerapi dan transfusi ganti.

Bayi yang sehat dan cukup bulan : Kadar bilirubin tidak di cek

secara rutin, kecuali jika ikterus timbul dalam dua hari pertama

kehidupan. Umumnya bayi sehat dipulangkan dari RS pada usia 24-48

jam, oleh karena itu orang tua diberitau mengernai ikterus sebelum

pulang.

Folow up rutin dan hanya pemberian makan, jika :


25

a. Keadan klinis baik.

b. Masa gestasi > 37 minggu.

c. Bayi tidak memiliki kecenderungan inkompatibilitas ABO.

d. Pada riwayat keluarga : Tidak ada yang mengalami anemia

hemolitik dan ikterus berat.

Ikterus hilang pada usia > 2 minggu. Jika secara klinis tampak

ikterus yang signifikan pada bayi sehat dan cukup bulan, periksa kadar

bilirubin.

Indikasi fototerapi Profilaksis :

a. Bayi kecil dengan BB < 1500 gram yang cenderung berlanjut ke

bilirubin yang patologis.

b. Bayi prematur dengan memar yang hebat.

c. Bayi dengan hemolisis sementara menunggu transfusi ganti.

Tabel 2.8

Indikasi Foto Terapi Dan Transfusi Tukar Berdasarkan Berat Badan

No Berat Badan Terapi


a. < 1000 Foto terapi
Transfusi tukar pada kadar bilirubin 10-12 mg/dL.
b. 1000-1500 Foto terapi pada kadar 7-9 mg/dL.
Transfusi tukar pada kadar bilirubin 12-15 mg/dL.
c. 1500-2000 Foto terapi pada kadar 10-12 mg/dL.
Transfusi tukar pada kadar bilirubin 15-18 mg/dL.
d. 2000-2500 Foto terapi pada kadar 13-15 mg/dL.
Transfusi tukar pada kadar bilirubin 18-20 mg/dL.
e. > 2500 dan Foto terapi pada kadar 12-15 mg/dL.
keadaan bayi Transfusi tukar pada kadar bilirubin 18-20 mg/dL.
sakit
Sumber : Standar Prosedur Operasional RS Singaparna Medika Citra Utama, 2015.

2.3 Tanda Bahaya Pada Neonatus


26

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2015), ada beberapa tanda bahaya pada

neonatus yang harus diperhatikan, diantaranya sebagai berikut :

1. Tidak mau minum atau bayi muntah.

2. Lemah

3. Kejang.

4. Bayi merintih atau menangis terus-terusan

5. Nafas cepat > 60 x/menit atau lambat <30 x/menit.

6. Demam > 370C atau kedinginan < 360C.

7. Mata bayi bernanah.

8. Tali pusat kemerahan dan berbau.

9. Kuning pada telapak tangan dan kaki.

10. Diare.

2.4 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

2.4.1 Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode pengaturan,

pengorganisasian, pikiran dan tindakan dalam urutan yang logis, efektif, dan

efisien, baik bagi pasien maupun bidan sebagai petugas kesehan.

2.4.2 Tujuh Langkah Varney

I. Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar


27

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan semua informasi yang akurat

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien

yang meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan.

II. Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnose atau masalah

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan.

III. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial Dan

Mengantisipasi Penanganan

Tahap ini kita mengidentifikasi masalah personal atau diagnosa

potensial berdasarkan diagnose/masalah yang sudah diidentifikasikan.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan dilakukan

pencegahan.

IV. Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera,

Untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi Dengan Tenaga Kesehatan

Lain Berdasarkan Kondisi Ibu.

Langkah ini mencerminkan kesimbungan dari proses managemen

kebidanan, jadi managemen bukan hanya selama asuhan periode atau

kunjungan perinatal saja, tetapi saja selama wanita tersebut bersama

bidan terus menerus.

V. Langkah V : Penyusunan Rencana Asuhan Yang Menyeluruh

Ditentukan Oleh Langkah-Langkah Sebelumnya.


28

Langkah ini merupakan kelanjutan managemen terhadap masalah atau

diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.

VI. Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan Dengan Efisien Dengan

Aman.

Langkah ini rencana asuhan menyeluruhan seperti yang telah diuraikan

pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini

bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagai klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.

VII. Langkah VII : Mengevaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-

benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi ke dalam diagnosa dan masalah (Varney, 2010).

2.4.3 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Dalam Bentuk SOAP

Merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan digunakan

dalam dokumentasi pasien dalam rekam medis sebagai catatan

perkembangan pasien (Varney, 2010).

S : Subjektif (menggambarkan pendokumentasian apa yang

dikatakan klien melalui anamnesa.


O : Objektif (menggambarkan hasil pemeriksaan fisik, hasil

laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumusken dalam data

focus untuk mendukung analisis).


A : Analisis (menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dari

data subjektif dan objektif).


29

P : Penatalaksanaan (menggambarkan pendokumentasian dari

perencanaan dari hasil evaluasi berdasarkan analisis).


BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Ny. Y dengan Bayi Berat Lahir
Rendah di ruang Perinatologi RS Singaparna Medika Citrautama
Tasikmalaya 2018

Hari / Tanggal : Selasa, 20 Maret 2018

Tempat : Ruang Perinatologi

Waktu : 09.15 WIB

Pengkaji : Istiqomah Nuranisa

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas Bayi

Nama Bayi : By. Ny. Y

Tanggal dan Jam Lahir : 17 Maret 2018 Jam 09.55 WIB

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke :2

2. Identitas Orang Tua

Nama Ibu : Ny. Y Nama Ayah : Tn. R


Umur : 30 Tahun Umur : 34 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Perkerjaan : IRT Perkerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp. Legok Picung Desa Karang Mukti Kecamatan
Sodong Hilir Kab. Tasikmalaya

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

No Tahun Usia Penolong Penyulit Anak Nifas KET

30
31

Kehamila JK BB PB
n
1. 2007 Aterm Bidan - P 300 49 Normal Hidup
0
2. Hamil
ini

4. Riwayat Obstetri Ibu

a. Riwayat Kehamilan Sekarang

Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua, dengan HPHT : 24

Agustus 2017, Ibu tidak pernah keguguran, ibu merasakan gerakan

janin pada usia kehamilan 4 bulan. Ibu tidak pernah mengalami

kesulitan atau tanda bahaya dalam kehamilan, ibu tidak pernah

mengkonsumsi obat dari warung dan jamu. Ibu mengkonsumsi

obat-obatan dari dokter dan bidan yaitu vitamin dan tablet

penambah darah, ibu mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali.

Ibu biasa memeriksakan kehamilannya ke Bidan, Posyandu dan

Puskesmas secara teratur. Ibu mengatakan TB : 150 cm, BB 58

sebelum hamil Kg, BB terakhir 65 Kg, LILA 28 cm. Dari hasil

pemeriksaan di Poned Sodong Hilir : TD : 150/100 mmHg, N : 78

x/menit, R : 21 x/menit, S : 36,8oC, protein urine (+3), pusing (+),

oedema (+) di kaki, nyeri ulu hati (+), pandangan kabur (-).

b. Riwayat Persalinan Sekarang

Ibu melahirkan di Poned Sodong Hilir oleh Bidan, pada tanggal 17

Maret 2018 jam 09.55 WIB, secara spontan, usia kehamilan 29-30

minggu, dengan sisa air ketuban jernih, dengan penyulit Prematur

kontraksi dan PEB.


32

a. Riwayat Nifas

Ibu pada tanggal 17 Maret 2018 dirujuk dari Poned Sodong Hilir

atas diagnosa P2A0 dengan PEB. Dari hasil pemeriksan di ruangan

Marwah tanggal 20 Maret 2018, ibu mengaku pusing, asi (+)

sedikit, nyeri ulu hati. Keadaan umum baik, kesadaran compos

mentis, TD 140/100 mmHg, N 79 x/m, R 21 x/m, S 36,70C,

oedema di kaki, Protein urin (+3).

5. Riwayat Perawatan Bayi kurang dari usia 3 hari

Bayi dirujuk ke RS dengan diagnosa NKB KMK dengan BBLR 4 jam.

Bayi lahir tidak langsung menangis, tonus otot (+), warna kulit

kemerahan, apgar score 4/5, dilakukan Resusitasi 1 siklus bayi

merintih. TTV : R : 26 x/m, HR :102 x/menit, S : 37,6 0C, 02 : 2 liter,

tarikan dinding dada (+), salep mata (+), vit K (+).

Keluhan bayi pada saat di rujuk bayi tidak mau menyusu. Namun saat

di RS refleks hisap kuat, tonus otot kuat, menangis lemah, sianosis (-),

kejang (-), TTV normal, Dari hasil pemeriksaan Lab didapatkan GDS

bayi : 21 mg/dl. Kemudian di diagnosa NKB SMK dengan BBLR dan

hipoglikemia, dan dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan advis dr

Sp. A yaitu : IVFD D 10% 6 tpm mikro, bolus D 10 % 3 cc, nasal

canul 02 0.5 L, amphisilin 2 x75 mg, cefotaxime 2 x75 mg, cek darah,

dan GDS. Pada tanggal 18-19 Maret 2018 bayi dalam perawatan

perbaikan hipoglikemi dan infus D 10 % menjadi infus jaga karena


33

hasil GDS bagus, dan pada tanggal 20 maret 2018 infus dan 0 2 di

lepas.

6. Riwayat Kesehatan Ibu dan keluarga

a. Ibu Tidak pernah menderita penyakit menular maupun penyakit

berat seperti : asma, jantung, diabetes, hipertensi, TBC, dan HIV.

b. Pada saat bersalin ibu mengidap Pre Eklamsi Berat.

c. Keluarga tidak memiliki penyakit menahun dan menular.

7. Pola kebiasaan sehari-hari

a. ASI

Bayi menyusu ± 90 cc/ hari.

b. Pola eliminasi

BAK 4-6 kali perhari dengan warna jernih, tidak ada keluhan. BAB

3-4 kali sehari, tidak ada keluhan.

B. DATA OBJEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

Tangisan Bayi : Bayi menangis lemah

Warna Kulit : Kemerahan

Tonus Otot : Lemah.

2. Antropometri

c. BB : 1500 gram

d. PB : 45 cm

e. Lingkar Kepala : 30 cm

f. Lingkar Dada : 26 cm
34

g. Lingkar Lengan Atas : 7 cm

3. Tanda – tanda vital

a. Respirasi : 46 x/menit

b. Nadi : 138 x/menit

c. Suhu : 36,50C

4. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Bersih, kepala tidak mampu tegak, tidak ada

benjolan, terdapat rambut.


b. Mata : Simetris, Conjungtiva merah muda, tidak

terdapat infeksi.
c. Telinga : Simetris, tulang rawan belum terbentuk

sempurna, tidak ada pengeluaran.


d. Hidung : Tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada

pengeluaran.
e. Mulut : Bibir kemerahan, reflek sucking (+), refleks

swallowing (+) lemah.


f. Leher : Tidak ada pembengkakan Kelenjar getah bening

dan Tiroid. Reflek tonik neck (+) lemah.


g. Dada : Bentuk simetris, pergerakan normal
h. Abdomen : Tali pusat kering tertutup kasa, tidak ada masa,

pergerakan perut normal, tidak ada tanda-tanda

infeksi.
i. Tangan : Simetris, jari-jari tangan lengkap, reflek graps

(+), refleks morro (+). Tonus otot (+) lemah.


j. Kaki : Simetris, jari-jari lengkap, tidak ada kelainan.

Tonus otot (+) lemah.


k. Punggung : Tidak ada kelainan.
l. Kulit : Warna kulit kemerahan, keriput, tidak terdapat

tanda lahir dan tidak terdapat bercak hitam,


35

rambut lanugo banyak.


m. Genetalia : Terdapat lubang vagina dan uretra, labia mayor

belum menutupi labia minor.


n. Anus : Terdapat lubang anus.

C. ANALISA

Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan BBLR 3 hari.

D. PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ayah bayi dan keluarga, bahwa

bayi sedang dilakukan observasi TTV.

Evaluasi : Ayah bayi dan keluarga mengerti, hasil terlampir.

2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan,

Evaluasi : Ayah bayi mengerti.

3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI kepada bayinya,

Evaluasi : Ayah bayi dan keluarga mengerti.

4. Melakukan perawatan tali pusat, dengan menjaga tali pusat tetap

kering, bersih, tidak dibubuhi alkohol/betadine, membungkus tali pusat

dengan kassa steril,

Evaluasi : Tali pusat kering, bersih dan ditutup kasa.

5. Menjaga bayi agar tetap hangat,

Evaluasi : Bayi ditempatkan di infant warmer karena inkubator penuh.

6. Menjaga kebersihan dan kenyamanan bayi dengan mengganti popok,

Evaluasi : Popok telah diganti.


36

7. Melakukan kolaborasi dengan dr Sp. A, advis dokter : Memberikan

terapi cefotaxime 2x75 mg, amphisilin 2x75 mg, dan ASI/PASI Ad

Libitum (semaunya).

Evaluasi : Bayi diberikan terapi Cefotaxime 2x75 mg dan amphisilin

2x75 mg.

8. Memberikan asupan nutrisi bayi,

Evaluasi : Bayi diberikan susu formula ± 90 cc/hari.

9. Mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.


37

3.2 Catatan Perkembangan Asuhan Kebidanan Neonatus Kurang Bulan

Sesuai Masa Kehamilan usia 4 Hari

Tanggal : 21 Maret 2018

Tempat : Ruang Perinatologi RS SMC

Jam : 07.00 WIB

Pengkaji : Istiqomah Nuranisa

A. DATA SUBJEKTIF

Bayi menangis lemah, menyusu kuat, reflek menelan (+) lemah.

B. DATA OBJEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

Tonus Otot : Lemah


Warna Kulit : Kekuningan di seluruh badan

kecuali telapak tangan dan kaki


2. Pemberian Makan / Minum : 140 mL/kg

3. Tanda-tanda vital

Respirasi : 42 x/menit

Suhu : 36,50C

Nadi : 142 x/menit

4. Data Penunjang : Tidak dilakukan

C. ANALISA

Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan BBLR dan

ikterus 4 hari.

D. PENATALAKSANAAN
38

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, bahwa hasil

TTV bayi normal namun tubuh bayi kekuningan di seluruh badan

kecuali telapak tangan dan telapak kaki dan memerlukan tindakan

lebih lanjut yaitu foto terapy,

Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti dan setuju.

2. Melakukan perawatan tali pusat, dengan menjaga tali pusat tetap

kering, bersih, tidak dibubuhi alkohol/betadine, membungkus tali

pusat dengan kassa steril,

Evaluasi : Tali Pusat bersih, kering dan tertutup kassa steril.

3. Melakukan kolaborasi dengan dr Sp. A, advis dokter : Memberikan

terapi Antibiotik, ASI/PASI Ad Libitum (semaunya), lakukan

tindakan Foto terapi, observasi TTV, cek lab bilirubin saat foto terapi

hari ke-3,

Evaluasi : Bayi diberikan terapi Cefotaxime 2x75 mg dan nistatin

4x0.5 cc.

4. Melakukan foto terapi hari ke-1,

Evaluasi : Telah dilakukan.

5. Membersikan dan Menjaga kenyamanan bayi dengan mengganti

popok bayi dan menyeka bayi,

Evaluasi : Bayi telah di seka dan diganti popok.

6. Memberikan asupan nutrisi untuk bayi,

Evaluasi : Bayi diberikan susu formula ± 90 cc/hari.

7. Menjaga bayi tetap hangat,


39

Evaluasi : Bayi ditempatkan di inkubator.

8. Mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI kepada bayinya,

untuk daya tahan tubuh dan kebutuhan nutrisi bayi,

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia.

9. Mendokumentasikan Asuhan dalam bentuk SOAP.

3.3 Catatan Perkembangan Asuhan Kebidanan Neonatus Kurang Bulan

Sesuai Masa Kehamilan usia 5 Hari

Tanggal : 22 Maret 2017

Tempat : Ruang Perinatologi RS SMC

Pukul : 09.00 WIB

Pengkaji : Istiqomah Nuranisa

A. DATA SUBJEKTIF

Bayi menangis kuat dan menetek dengan kuat.

B. DATA OBJEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

Tonus Otot : Lemah

Warna Kulit : Kekuningan di seluruh badan

2. Pemberian Makan / Minum : 150 mL/kg

3. Tanda-tanda vital

Respirasi : 45 x/menit

Suhu : 36,70C

Nadi : 132 x/menit.


40

4. Data Penunjang : Tidak dilakukan.

C. ANALISA

Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan BBLR dan

ikterus 5 hari.

D. PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, bahwa

TTV bayi normal, namun bayi masih di foto terapi

Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti.

2. Membersihkan dan menjaga kenyamanan bayi dengan mengganti

popok bayi,

Evaluasi : Popok telah diganti.

3. Melakukan perawatan tali pusat, dengan menjaga tali pusat tetap

kering, tidak dibubuhi alkohol/betadine, membungkus tali pusat

dengan kassa steril,

Evaluasi : Tali pusat dalam keadaan bersih, kering, dan tertutup

kassa.

4. Memberi asupan nutrisi untuk bayi,

Evaluasi : Bayi diberikan susu formula ± 90 cc/hari.

5. Menjaga Bayi agar tetap hangat,

Evaluasi : Bayi di tempatkan di inkubator.

6. Melakukan Foto Terapi Hari Ke-2,

Evaluasi : Telah dilakukan.


41

7. Melakukan kolaborasi dengan dr Sp. A, advis dokter : Memberikan

terapi antibiotik, cek lab bilirubin saat Foto terapi hari Ke-3,

ASI/PASI Ad Libitum (semaunya), Observasi TTV.

Evaluasi : Bayi diberikan terapi cefotaxime 2x75 mg, dan nistatin

4x0.5 cc.

8. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk SOAP.

3.4 Catatan Perkembangan Asuhan Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa

Kehamilan usia 6 hari

Tanggal : 23 Maret 2018

Tempat : Ruang Perinatologi RS SMC

Waktu : 14.15 WIB

Pengkaji : Istiqomah Nuranisa

A. DATA SUBJEKTIF

Bayi menangis keras, menetek kuat dan tali pusat sudah lepas.

B. DATA OBJEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

Tonut Otot : Lemah

Warna Kulit : Kemerahan

2. Pemberian Makan/Minum : 150 mL/kg

3. Tanda-tanda vital

Respirasi : 47 x/menit

Suhu : 36,70C
42

Nadi : 145 x/m

4. Data Penunjang

Bilirubin Total : 7,70 mg/dl

Bilirubin Direk : 0,54 mg/dl

Bilirubin Indirek : 7,16 mg/dl

C. ANALISA

Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan BBLR 6 Hari.

D. PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, bahwa bayi

dalam kondisi baik dan apabila hasil lab baik bayi sudah bisa di rawat

di rumah,

Evaluasi : Ibu dan keluarga Mengerti.

2. Mengambil sample darah untuk cek lab,

Evaluasi : Hasil terlampir.

3. Membersihkan dan menjaga kenyamanan bayi dengan mengganti

popok bayi,

Evaluasi : popok bayi telah diganti.

4. Melakukan kolaborasi dengan dr Sp. A, advis dokter : Memberikan

terapi antibiotik per oral, hasil lab bilirubin < dari 10 bayi boleh

pulang,

Evaluasi : Ibu mengerti mengenai cara pemberian terapi untuk bayi.

5. Memberikan KIE kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi di

rumah, yaitu :
43

a. Menjaga kehangatan bayi, dengan mengukur suhu tabuh bayi

setiap hari.

b. Menjaga kebersihan bayi dengan mandi menggunakan air hangat,

membersihkan dan mengganti popok jika bayi BAB dan BAK.

c. Menjemur bayi setiap pagi tanpa menggunakan baju dengan

menggunakan penutup mata.

d. Memberikan ASI sesuai keinginan bayi, maksimal 2 jam sekali.

e. Tanda bahaya pada bayi yaitu : Demam, terdapat infeksi, tidak

mau menyusu, suhu tubuh dingin, bayi rewel, nafas bayi megap-

megap, dan kejang.

f. Menganjurkan kepada ibu untuk menggunakan lampu sorot 60

watt 60 cm dari tubuh bayi, agar bayi tetap hangat.

g. Melakukan penimbangan berat badan bayi maksimal 1 minggu

sekali.

Evaluasi : Ibu dan Keluarga mengerti dan dampat menyebutkan

kembali.

6. Mengajarkan ibu dan keluarga Perawatan Metode Kangguru, dan

menganjurkan ibu dan keluarga untuk melakukannya setiap hari,

Evaluasi : Ayah mampu melakukannya.

7. Mengingatkan ibu untuk kontrol ke RS, atau datang langsung ke

Bidan, Puskesmas atau RS jika terdapat tanda bahaya.

Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti.


44

8. Menjelaskan kepada ibu bahwa bayinya belum diimunisasi dan

menganjurkan ibu untuk memberi imunisasi bayinya jika berat bayi

telah lebih dari 2000 gram.

Evaluasi : Ibu mengerti.

9. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk SOAP.


Tabel 3.1

Matriks Tinjauan Teori dan Kasus

Penyebab Ciri – ciri bayi BBLR/Prematur Planing / intervensi


No Kasus Pengertian Hasil Evidance Based
Teori Praktik Standar Teori Praktik
Pemeriksaan
1. Bayi Bayi Berat a. Faktor Pada Saat Lahir : a. Mempertaha a. Observasi TTV.
Berat lahir Ibu. a. Terdapat Verniks nkan suhu b. Menjaga kehangatan
lahir Rendah b. Faktor caseosa pada tubuh tubuh bayi dengan di
Renda yaitu bayi Keham bayi, normal tempatkan di
h baru lahir ilan : b. Jaringan lemak inkubator atau
yang berat  hidram bawah kulit sedikit. dengan PMK, pada
badannya nion, c. Rambut lanugo a. Rambut hari ke-3 bayi di
saat lahir ≤  hamil banyak, lanugo banyak tempatkan di infant
2499 gram ganda, d. Menangis lemah, b. Tangisan warmer dikarenakan
(Saifuddin,  perdara e. Tonus otot hipotoni, lemah penuh, pada hari ke
2014). han f. Kulit bayi tipis, c. Tonus otot (+) 4-6 bayi di
antepar Kulit merah lemah tempatkan di
tum, (Walyani,2015). d. Kulit bayi tipis inkubator.
 kompli PEB yang Pada Pemeriksaan dan berwarna Mengajarkan ibu
kasi menyebab Fisik : merah melakukan PMK di
hamil : kan a. BB < 2500 gram, rumah dan
PEB kelahiran b. PB < 45 cm, e. BB 1500 gram menggunakan
dan Prematur c. LD < 30 cm, f. PB 45 cm Lampu 60 watt 60
KPD. di usia d. LK < 33 cm, g. LD 26 cm cm untuk menjaga
c. Faktor kehamilan e. Pernafasan tidak h. LK 30 cm bayi agar tetap
janin 29-30 teratur dapat terjadi i. LILA 7 cm hangat.
(Manu minggu. apneu, b. Pemberian c. Diberikan nutrisi a. Baby frendly yaitu
aba, f. Kepala tidak mampu minum adlib per dot susu suatu program
2010). tegak (Manuaba, j. Kepala tidak formula dikarenakan asuhan sayang
2010). mampu tegak ibu dalam masa bayi yang
g. Ubun-ubun dan perawatan dan mempromosikan,

45
46

sutura lebar, produksi ASI masih mendukung,


h. Tulang Rawan dan sedikit dan peraturan melindugi inisiasi
daun telinga imatur, k. Tulang rawan RS yang tidak dan kelanjutan
i. Pada Genetalia laku- dan daun memperbolehkan ibu menyusui
laki : Testis belum telinga imatur. bayi menyusui bayi termasuk dengan
turun atau belum secara langsung. tidak memberikan
ada d scrotum, pada c. Melakukan d. Di washlap setiap asi/pasi lewat dot
genetalia Perempuan l. Labia mayora pencegah pagi, ganti popok (UNICEF &
Labia Mayor belum belum infeksi. jika BAB atau BAK. WHO, 2017).
menutupi Labia menutupi labia d. Penimbanga e. Penimbangan
minora. minora. n berat dilakukan 1 kali saat
j. Ekstremitas : Paha badan dan bayi tiba di RS.
abduksi, sendi lutut panjang f. Menganjurkan ibu
atau kaki fleksi- badan setiap untuk tetap
lurus. hari. memberian ASI
k. Reflek tonus leher e. Suportif kepada bayinya.
lemah, reflek m.Reflek g. Melakukan b. Perawatan tali
menghisap dan swallowing perawatan tali pusat pusat dengan
menelan serta lemah. Reflek dengan menjaga tali teknik kering dan
refleks batuk belum tonik neck (+) pusat tetap besih, terbuka terbukti
sempurna lemah. kering dan di tutupi dapat
( Maryanti, 2015). kassa steril. mempercepat
f. Pemberian h. Diberikan terapi pelepasan tali
antibiotik antibiotik cefotaxime pusat yaitu 4-8
2x75 mg, amphisilin hari (Noorhidayah
2 x 75 mg. dkk, 2015).
2. Ikteru Ikterus a. Produks Ikterus Fisiologis : a. Melakukan
s adalah i bilirubin a. Ikterik pada 24 jam a. Ikterus observasi TTV.
warna berlebih pertama tidak ditemukan a. Terus beri b. Memberikan
kuning dari pada nampak, pada hari ke ASI. nutrisi ASI/PASI
yang dapat kemampu b. Bilirubin meningkat 4-5. secara ad libitum
terlihat an bayi. pada hari ke 3-4 b. Nampak (semaunya.
pada b. Ganggu a. Hati kehidupan, diseluruh b. Melakukan c. Melakukan foto
seklera, an yang c. Nampak di seluruh tubuh kecuali dekomposit terapi tanpa
47

selaput konjugasi belum tubuh kecuali wajah telapak tangan bilirubin dilakukan
lender, dan matang dan tangan. dan telapak dengan pemeriksaan
kulit atau uptake karena d. Puncak bilirubin kaki. fototerapi. laboratorium
organ lain hepar. kelahira total adalah <13 terlebih dahulu.
akibat c. Ganggu n mg/dl, c. Hasil Lab c. Terapi sinar d. Memberi KIE a. Menjemur bayi
penumpuk an prematur e. Hasil lab pada hari ke 3 matahari kepada ibu untuk pada saat pagi
an transporta . menunjukan Foto Terapi (Marmi dan menjemur bayi di hari selama 30
bilirubin si bilirubin tak menunjukan Kukuh pagi hari tidak menit
(Marmi bilirubin. terkonjugasi lebih bahwa Rahardjo, menggunakan baju berpengaruh
dkk, 2012). d. Ganggu banyak. bilirubin Total 2012). hanya penutup untuk
an f. Tidak tampak 7,70 mg/dL. d. Transfusi mata ± 15 menit mengurangi
sekresi. hingga hari ke-10 tukar per hari tanda ikterus
e. Obstrus (Varney,2016). (Saifuddin, fisiologis
ksi Ikterus Patologis : 2014). (Puspitosari,
saluran a. Jaundice tampak e. Mempercap 2006).
pencerna selama 24 jam at b. Ikterus
an. pertama, metabolism merupakan salah
f. Ikterus b. Kurang b. Bilirubin meningkat e dan satu efek negatif
akibat nutrisi cepat >5 mg/dl/24 pengeluaran dari penundaan
kurang ASI. jam, bilirubin. pemotongan tali
ASI. c. Bilirubin total > 13 pusat namun
(Marmi mg/dl, dapat diatas
dkk, d. Bilirubin dengan paparan
2012). terkonjugasi terdapat sinar matahari
dalam jumlah yang yang sederhana
banyak, (Andrianti Riris,
e. Jaundice tampak 2013).
setelah 1 minggu
kehidupan (Varney,
2016).
BAB IV
PEMBAHASAN

Dibawah ini merupakan pembahasan berdasarkan hasil pemeriksaan dan

asuhan yang dilakukan oleh penulis pada Neonatus Ny. Y yang dilaksanakan pada

tanggal 20-23 Maret 2018 di Ruang Perinatologi RS Singaparna Medika Citra

Utama, Penulis menemukan kesamaan dan kesenjangan antara konsep teori dan

penerapan di lahan praktik. Adapun hal-hal yang ditemukan selama melakukan

Asuhan Kebidanan pada Neonatus Ny. Y dengan Bayi Berat Lahir Rendah,

sebagai berikut :

4.1 Subjektif

Berdasarkan data subjektif didapatkan bahwa G2P1A0 usia kehamilan

berdasarkan HPHT tanggal 24 Agustus 2017 adalah 29-30 minggu. Hal ini sesuai

dengan teori Marmi, dkk (2012) bahwa salah satu faktor resiko terjadinya ikterus

yaitu usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan lahirnya < 2500

gram.

ANC secara teratur di bidan, posyandu, atau puskesmas dengan riwayat

persalinan secara spontan, oleh bidan, dengan penyulit Prematur kontraksi dan

PEB. Hal ini sesuai dengan teori dari Manuaba (2010) bahwa salah satu penyebab

kelahiran prematur atau BBLR yaitu Komplikasi Hamil salah satunya PEB.

Dimana menurut Mutianingsih (2013) bahwa PEB dapat menyebabkan spasme

darah yang jika berlangsung lama akan mengakibatkan peningkatan tonus dan

kepekaan uterus terhadap rangsangan yang dapat menyebabkan partus prematurus

dan Bayi Berat Lahir Rendah.

48
49

Pada masa nifas, ibu mengalami komplikasi PEB dengan keluhan pusing,

nyeri ulu hati dan ASI sedikit, hasil keadaan umum baik, kesadaran compos

mentis, TD 140/100 mmHg, N 79 x/m, R 21 x/m, S 36,7 0C, oedema di kaki,

Protein urin (+3). Hal ini sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh Marmi dkk

(2012) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor resiko bayi ikterik yaitu akibat

kurang ASI.

Bayi Ny. Y dirujuk ke RS dengan diagnosa NKB KMK dengan BBLR 4 jam.

Bayi lahir tidak langsung menangis, tonus otot (+), warna kulit kemerahan, apgar

score 4/5, dilakukan Resusitasi 1 siklus bayi merintih. TTV : R : 26 x/m, HR :102

x/menit, S : 37,60C, 02 : 2 liter, tarikan dinding dada (+), salep mata (+), vit K (+).

Hal ini sesuai dengan teori Pudjiadi, dkk (2009) bahwa salah satu masalah pada

BBLR yaitu Masalah pernafasan dimana paru-paru bayi belum matang.

Keluhan bayi pada saat di rujuk bayi tidak mau menyusu. Namun saat di RS

refleks hisap kuat, tonus otot kuat, menangis lemah, sianosis (-), kejang (-), TTV

normal, Dari hasil pemeriksaan Lab didapatkan GDS bayi : 21 mg/dl. Kemudian

di diagnosa NKB SMK dengan BBLR dan hipoglikemia, hal ini sesuai dengan

teori Pudjiadi, dkk (2009) bahwa salah satu komplikasi pada BBLR yaitu

Hipoglikemia karena reflek sucking dan reflek swallowing masih lemah.

Adapun penatalaksanaan sesuai dengan advis dr Sp. A yaitu : IVFD D 10% 6

tpm mikro, bolus D 10 % 3 cc, nasal canul 0 2 0.5 L, amphisilin 2 x75 mg,

cefotaxime 2 x75 mg, cek darah, dan GDS. Hal ini sesuai dengan teori World

Health Organization (2009) bahwa terapi antibiotik diberikan kepada bayi yang

memiliki faktor resiko sepsis diantaranya : bayi yang dilahirkan diluar Rumah
50

Sakit, pecah ketubahn > 18 jam, bayi kecil (mendekati 1 kg). Jika terdapat salah

satu tanda bahaya atau tanda lain infeksi bakteri berat mulailah pemberian

antibiotik .

Pada tanggal 18-19 Maret 2018 bayi dalam perawatan perbaikan hipoglikemi

dan infus D 10 % menjadi infus jaga karena hasil GDS bagus, dan pada tanggal 20

maret 2018 infus dan 02 di lepas.

Ibu tidak pernah menderita penyakit menular maupun penyakit berat seperti :

asma, jantung, diabetes, hipertensi, TBC dan HIV. Ibu mengidap Pre eklampsi

Berat pada saat bersalinan. Keluarga tidak mengidap penyakit menular maupun

penyakit berat. Bayi minum ASI ± 90 cc/hari. BAK 4-6 x/hari dengan warna

jernih, BAB 3-4 x/hari tidak ada keluhan.

4.2 Objektif

Berdasarkan data objektif di dapatkan hasil keadaan umum bayi baik,

tangisan lemah, warna kulit kemerahan, kulit keriput, banyak lanugo, tonus otot

lemah. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Walyani (2015) bahwa

ciri-ciri bayi BBLR yaitu tangisan lemah, warna kulit kemerahan yang disebabkan

oleh membran kulit yang terbentuk, kulit keriput yang disebabkan oleh vernik

caseosa yang melindungi kulit bayi, tonus otot lemah karena otot bayi belum

sempurna dan banyak lanugo.

Dari pemeriksaan fisik di dapatkan berat badan bayi 1500 gram, panjang

badan 45 cm, lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 26 cm, dan lingkar lengan atas 7

cm. Hal ini sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh Manuaba (2010) ciri – ciri
51

antropometri dari bayi BBLR yaitu berat badan < 2500 gram, panjang kurang dari

45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm.

Dari pemeriksaan tanda-tanda vital Respirasi 46 x/menit, nadi 138 x/menit,

dan suhu 36,50C. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh

Budirahardja, dkk (2015) dimana tanda-tanda vital normal yaitu : frekuensi nafas :

40-60 x/menit, frekuensi denyut jantung : 120-160 x/menit, suhu : 36,5 – 37,50C.

Kepala bayi bersih, kepala tidak mampu tegak, tidak ada benjolan, terdapat

rambut. Mata simetris, conjungtiva merah muda, dan tidak terdapat tanda infeksi.

Teling simetris, tulang rawan belum terbentuk dengan sempurna, tidak ada

pengeluaran abnormal dan jarak teling dan mata simetris. Hal ini sesuai dengan

teori Maryanti (2011) dan Manuaba (2010) yang menyebutkan bahwa ciri-ciri

bayi BBLR atau prematur yaitu : Tulang rawan dan daun telinga imatur dan

kepala tidak mampu tegak.

Pada Hidung bayi tidak ada nafas cuping hidung, dan tidak ada pengeluaran

abnormal. Bibir kemerahan, reflek sucking (+), swallowing (+) lemah, Leher tidak

ada pembengkakan kelenjar tiroid dan getah bening, reflek tonikneck (+) lemah.

Hal ini sesuai dengan teori Maryanti (2011) yang menyebutkan bahwa ciri-ciri

bayi BBLR atau prematur yaitu Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan

menelan serta refleks batuk belum sempurna.

Bentuk dada simetris, pergerakan normal. Tali pusat bayi kering tertutup

kasa, tidak ada masa, pergerakan perut normal dan tidak terdapat tanda-tanda

infeksi. Tangan simetris, jari lengkap, refleks graps (+), refleks moro (+). Kaki
52

simetris, jari-jari lengkap, tidak ada kelainan. Tanda klik (-), tidak ada kelainan di

punggung. Kulit bayi kemerahan, tidak ada tanda lahir dan bercak hitam.

Pada genetalia bayi terdapat lubang vagina dan uretra, labia mayor belum

menutupi labia minora. Hal ini sesuai dengan teori Maryanti (2011) yang

menyebutkan bahwa ciri-ciri bayi BBLR atau prematur yaitu pada genetalia

Perempuan Labia Mayora belum menutupi Labia Minora. Terdapat lubang anus.

Pada usia bayi 4 hari dilakukan pemeriksaan keadaan umum baik, tonus otot

lemah, menangis lemah, menyusu kuat, reflek menelan (+) lemah, TTV normal,

warna kulit bayi kekuningan di seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan telapak

kaki, data penunjang tidak dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori Saefuddin, dkk

(2014) bahwa Kadar Bilirubin ikterus pada bayi Ny. Y apabila di tilai

menggunakan Rumus Kramer yaitu sebesar 12 mg/dl.

Pada usia bayi 5 hari dilakukan pemeriksaan keadaan umum baik, tonus otot

lemah, warna kulit kekuningan di seluruh badan kecuali telapak tangan dan kaki,

TTV normal, data penunjang tidak dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori Pudjiadi,

dkk (2009) bahwa salah satu komplikasi pada BBLR yaitu Hiperbilirubinemia

karena fungsi hati bayi yang belum matang.

Pada usia bayi 6 hari dilakukan pemeriksaan keadan umum baik, TTV

normal, warna kulit kemerahan, menyusu (+), menangis lemah, tonus otot lemah

dan tali pusat lepas, data penunjang : BT 7,70 mg/dl, BD 0,54 mg/dl, BI 7,16

mg/dl.
53

4.3 Analisa

Setelah melakukan pengkajian secara subjektif dan objektif yaitu, usia

kehamilan 29-30 minggu yang didapat dari HPHT 24 Agustus 2017 dengan TP 31

Mei 2018, berat badan bayi 1500 gram, maka dapat dianalisa Neonatus Kurang

Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan BBLR. Hal ini sesuai dengan teori yang

disampaikan oleh Walyani (2015), bahwa bayi Ny. Y termasuk kategori BBLR

karena Premature Murni yaitu bayi yang lahir dari persalinan yang terjadi pada

usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai untuk masa

gestasi atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKB-

SMK). Dan hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Saifuddin (2014)

bahwa Bayi Berat Lahir Rendah yaitu bayi baru lahir yang berat badannya saat

lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499).

Pada usia bayi 4 hari, dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa kulit bayi

kekuningan di seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan telapak kaki, maka dapat

dianalisa Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan BBLR dan

Ikterus. Hal ini sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh Marmi dkk (2012),

bahwa Ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada seklera, selaput

lender, kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin.

Dalam menetapkan analisa dilakukan berdasarkan data subjektif dan data

objektif dan hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Varney (2010)

bahwa Analisis (menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dari data

subjektif dan objektif).


54

4.4 Penatalaksanaan

Berdasarkan analisa yang telah ditegakan maka penulis melakukan

penatalaksanaan sesuai dengan kebutuhan, sehubung dengan kondisi bayi BBLR

maka diberikan perawatan yang dilakukan dengan cara efektif dan efisien yaitu :

melakukan pemeriksaan TTV, hal ini sesuai dengan teori Pudjiadi, dkk (2009)

bahwa salah satu penatalaksanaan pada bayi BBLR yaitu mempertahankan suhu

tubuh bayi dengan mengukur suhu tubuh bayi sesuai jadwal.

Menempatkan bayi di infant warmer pada hari ke 3 dikarenakan inkubator

penuh. Hal ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dimana menurut

Pudjiadi, dkk (2009) bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh pada BBLR harus

dilakukan kontak kulit kekulit, PMK, inkubator atau ruangan hangat. Pada hari ke

4-6 bayi di tempatkan di inkubator untuk mempertahankan suhu tubuh bayi.

Pemberian nutrisi/ASI dengan susu formula secara ad libitum ± 90 cc, tanpa

lembar observasi pada bayi BBLR, hal ini terdapat kesenjangan antara teori dan

praktik dimana Pudjiadi, dkk (2009) mengatakan bahwa ASI merupakan pilihan

utama dan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi berat lahir rendah dengan

berat >1500 gram, usia 3-5 hari yaitu 120-150 mL/kg.

Melakukan perawatan tali pusat dengan menjaga agar bersih, kering dan

dibungkus dengan kassa steril. Menjaga kebersihan bayi dengan mengganti

popok. Pemberian cefotaxime 2 x75 mg, amphisilin 2 x75 mg dan nistatin 4 x 0,5

cc hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh World Health Organization

(2009) bahwa salah satu penatalaksanaan pada BBLR yaitu pemberian antibiotik.
55

Pada usia bayi 4 hari dilakukan pemantauan kondisi fisik bayi, tampak warna

kuning diseluruh tubuh kecuali telapak tangan dan telapak kaki, Hal ini sesuai

dengan teori World Health Organization (2009) bahwa ikterus fisiologi tidak

tampak pada telapak tangan dan telapak kaki.

Dari hasil pemeriksaan diatas maka dilakukan tindakan foto terapi, namun

pada penatalaksanaan ikterus pada bayi Ny. Y tidak dilakukan pemeriksaan

laboratorium terlebih dahulu, hal ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik

dimana Pudjiadi, dkk (2011) menyatakan bahwa penatalaksanan terapi sinar untuk

bayi prematur disesuaikan berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium bilirubin.

Bayi Ny. Y setelah dilakukan foto terapi selama 3 hari maka dilakukan

pemeriksaan laboratorium bilirubin dan didapatkan hasil 7,70 mg/dl, dan sesuai

advis dr Sp. A jika hasil laboratorium < 10 mg/dl bayi dapat pulang dan dirawat di

rumah.

Memberi KIE bayi di tempatkan di bawah lampu 60 watt 60 cm untuk

menjaga kehangatan dan Perawatan Metode Kanguru hal ini sesuai dengan teori

yang disampaikan oleh Budirahardja, dkk (2015) bahwa PMK sangat berguna

untuk BBLR terpenuhi kebutuhan khusunya, terutama dalam mempertahankan

kehangatan suhu tubuh.

KIE tanda bahaya pada bayi, yaitu demam, tanda infeksi, bayi tidak mau

menyusu, suhu tubuh dingin, bayi rewel, nafas bayi megap-megap dan kejang.

Hal ini sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh Kementrian Republik

Indonesia (2015) bahwa tanda bahaya pada bayi yaitu tidak mau menyusu atau

muntah, bayi lemah, kejang, bayi merintih atau menangis terus menerus, nafas
56

cepat atau lambat, demam atau kedinginan, mata bayi bernanah, tali pusat merah

dan berbau, kuning pada telapak kaki dan tangan, diare.

Pemberian ASI, dan Terapi sinar matahari. Hal ini sesuai dengan teori yang

disampaikan oleh Marmi, dkk (2012) bahwa salah satu penatalaksaan ikterus yaitu

dengan terapi sinar matahari.

Dari penatalaksanaan yang dilakukan diatas pada bayi Ny. Y dilakukan

penimbangan hanya satu kali yaitu pada saat pertama kali datang, hal terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik dimana menurut Pudjiadi, dkk (2009)

timbang berat badan harus dilakukan setiap hari untuk mengetahui tumbuh

kembang pada bayi.

4.5 Pendokumentasian

Asuhan pada bayi Ny. Y didokumentasikan dalam bentuk SOAP sesuai

dengan teori Varney (2015) bahwa manajemen kebidanan adalah proses

pemecahan masalah yang dipergunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan

pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan

dalam rangkaian/tahapan, yang logis untuk mengembalikan suatu keputusan yang

berfokus pada klien.

Asuhan yang diberikan harus di catat dengan benar, sederhana, jelas, logis,

sehingga perlu suatu metode pendokumentasian. Metode pendokumentasian yang

digunakan dalam asuhan kebidanan yaitu dalam bentuk SOAP.


BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan asuhan kebidanan pada bayi Ny. Y 3 Hari

dengan BBLR penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada Ny. Y 30 tahun G 2P1A0 dengan

BBLR yaitu karena PEB yang menyebabkan terjadinya peningkatan tonus

dan kepekaan uterus terhadap rangsangan yang dapat menyebabkan partus

prematurus dan Bayi Berat Lahir Rendah. Dan bayi mengalami Ikterus yang

di sebabkan karena usia kehamilan preterm dan pemberian ASI yang kurang.

HPHT : 24 Agustus 2017, TP : 31 Mei 2018.

2. Melakukan pengkajian data objektif pada By. Ny. Y, bayi menangis lemah,

warna kulit kemerahan, tonus otot lemah, Berat badan 1500 gram, Panjang

badan 45 cm. Pada usia bayi 4-5 hari dilakukan pengkajian data objektif pada

By. Ny. Y didapatan keadaan umum baik, TTV dalam batas normal, menyusu

(+) dan warna kulit kekuningan di tubuh. Pada hari ke 6 keadaan umum bayi

baik, menyusu kuat, TTV dalam batas normal, warna kulit kemerahan.

3. Menentukan analisa masalah pada bayi Ny. Y sesuai dengan data subjektif

dan objektif yaitu NKB-SMK dengan BBLR. Setelah di lakukan pengkajian

pada hari ke 4 di dapatkan NKB-SMK dengan BBLR dan Ikterus.

4. Melakukan asuhan kebidanan yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan

bayi Ny. Y dengan BBLR dilakukan dengan cara : melakukan pemeriksaan

TTV, menjaga kehangatan dengan di tempatkan di infant warmer pada usia 3

hari dan di pindahkan ke inkubator pada usia 4-6 hari, memberi bayi Susu

57
58

formula Semaunya bayi, menjaga kebersihan bayi, melakukan Foto terapi dari

usia bayi 4-6 hari, perawatan tali pusat di tutupi kassa, pemberian terapi

antibiotika, dan mengajarkan keluarga Perawatan Metode Kangguru, terapi

sinar matahari, pemberian ASI, tanda bahaya pada neonatus, dan penggunaan

lampu sorot 60 watt 60 cm.

Pada penatalaksanaan terdapat kesenjangan antara teori dan praktik yaitu

pemberian susu formula secara ad libitum tanpa disertai lembar observasi,

tidak di lakukannya penimbangan secara berkala, tindakan foto terapi tanpa

pemeriksaan laboratorium, penempatan bayi di infant warmer pada usia 3

hari.

5. Pendokumentasian pada bayi Ny. Y di Ruang Perinatologi RS Singaparna

Medika Citrautama Tasikmalaya dengan menggunakan teknik

pendokumentasian dalam bentuk SOAP.

4.2 Saran

1. Untuk lahan Praktik

a. Harapan dari penulis untuk RS, dalam mewujudkan pelayanan asuhan

kebidanan dengan memperhatikan aspek Sayang ibu dan bayi, dan

standar asuhan yang berguna untuk proses kesembuhan yang lebih

cepat dan tepat salah satu dengan meninjau kembali peraturan

pemberian ASI yang melarang ibu untuk menyusui bayinya secara

langsung.

b. Lahan Praktik dapat menambah jumlah sarana inkubator demi asuhan

yang optimal untuk bayi BBLR.


59

c. Lahan praktik dapat menambahkan lembar observasi untuk pemberian

ASI/PASI khususnya untuk bayi BBLR guna mengetahui nutrisi yang

dikonsumsi oleh bayi.

d. Melakukan penimbangan ketat pada bayi BBLR minimal 1 minggu 2

kali guna menentukan status gizi bayi.

e. Menekankan perlunya pemeriksaan laboratorium sebelum dilakukan

foto terapi guna penatalaksanaan kasus yang sesuai dengan hasil

pemeriksaan fisik dan penunjang.

2. Untuk Institusi pendidikan

Diharapkan instansi pendidikan dapat lebih meningkatkan atau menambah

referensi baik buku maupun jurnal terkait kasus BBLR, sehingga dapat

menambah wawasan penulis dalam pengkajian kasus.


DAFTAR PUSTAKA

Andrianti, Riris. 2013. Study Literatur Pengaruh Penundaan Pemotongan Tali


Pusat Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan.
Budirahardja, dkk. 2015. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2016. Data Kesehatan Rutin Ibu dan Anak.
Johan I. dkk. 2012. Hubungan Antara Preeklampsia dengan Kejadian BBLR dan
Asfiksia Neonatorum di VK IRD RSUD DR Soetomo Surabaya. Surabaya :
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI dan JICA.
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB untuk pendidikan Balita edisi 2. Jakarta : EGC.
Marmi dan Rahardjo Kukuh. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Maryanti, Dwi. 2011. Buku Ajar Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : Trans Info
Media.
Mutianingsih, R. 2013. Hubungan Preeklamsi Berat Dengan Kelahiran Preterm
Di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat 2013. Naskah
Publikasi. Nusa Tenggara Barat: Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.
Noorhidayah, dkk. 2015. Efektifitas Perawatan Tali Pusat Teknik Kering Dan
Terbuka Terhadap Lama Puput Tali Pusat Di Kota Banjarbaru. Jurnal
Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol 2 No.1. Banjarbaru : Akademi
kebidanan Martapura.
Pudjiadi H Antonius, dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Pudjiadi H Antonius, dkk. 2011. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia Edisi II. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Puspitosari, Ratih Dewi dkk. 2006. Pengaruh Paparan Sinar Matahari Pagi
Terhadap Penurunan Tanda Ikterus Pada Ikterus Neonatorum Fisiologis.
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol XXII. No.3. Malang : Universitas
Brawijaya.

60
61

Ratuain Oliva Maria, dkk. 2015. Hubungan Antara Masa Gestasi dengan
Kejadian Ikterus Neonatorum. Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta :
Poltekes Kemenkes Yogyakarta.
Rekam Medik RS Singaparna Medika Citra Utama. 2017. Jumlah Angka
Kematian Ibu dan Bayi dan Angka Kejadian BBLR dan Hiperbilirubin 2017.
RS Singaparna Medika Citra Utama. 2015. Standar Operasional Prosedur
Penanganan BBLR dan Neonatus Hiperbilirubin.
Rundjan Lily, dkk. 2013. Pelayanan Kesehatan Anak Terpadu. Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Sarwono Prawirohardjo.
Sakti Gita Maya Koemara, dkk. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : WHO For Indonesia.
Sudarti dan Khoirunnisa Endang. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Anak Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.
United Nations Children’s Fund (UNICEF) and the World Health organization
(WHO). 2017. Baby Friendly Hospital Initiative.
Varney Helen, dkk. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta : EGC.
Walyani Siwi Elisabeth. 2015. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
World Health Organization. 2009. Buku Saku Pelayanan Anak di Rumah Sakit
Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten. Jakarta : WHO Indonesia.
LAMPIRAN - LAMPIRAN

62
LEMBAR REVISI

Nama : Istiqomah Nuranisa

NIM : KHG. B15009

Penguji I : Titi Purwitasari, S.S.T.

Judul : “Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Ny. Y Dengan

Bayi Berat Lahir Rendah di Ruang Perinatologi RS

Singaparna Medika Citrautama Tasikmalaya.

Paraf
NO Tanggal Materi Konsul Saran Penguji
Penguji
1. 30 Mei 2018 a. Cover a. BAB I : Kasus
b. Kata Pengantar Kematian Bayi
c. Daftar Isi b. BAB II :
d. Daftar Tabel Tambahkan Materi
e. Daftar Gambar yang terbaru
f. Daftar sesuai dengan
Singkatan Neonatus anak
g. BAB I c. BAB III :
h. BAB II Pemeriksaan
i. BAB III penunjang diberi
j. BAB IV tanda (-) apabila
k. BAB V tidak dilakukan.
l. Daftar Pustaka d. BAB IV :
Kesenjangan
dalam pemberian
ASI walau ad
libitum, dan
Standar Pemberian
ASI.
2. 8 Juni 2018 a. BAB I Acc
b. BAB II
c. BAB III
d. BAB IV

Anda mungkin juga menyukai