Y DENGAN BAYI
BERAT LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATOLOGI
RS SINGAPARNA MEDIKA CITRAUTAMA
TASIKMALAYA
ISTIQOMAH NURANISA
KHG. B15009
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
namun dengan penuh kerendahan hati, berkat dorongan dan bimbingan dari
penulisannya.
1. DR. (Hc) H. Amas Setiana, selaku Ketua Pembina Yayasan Dharma Husada
Insani Garut.
Garut.
Garut.
4. Hj. Esa Risi Suazini, AM.Keb., S.K.M., M.K.M. selaku Ketua Prodi D-III
i
ii
memberikan saran dan arahan sehingga dapat terselesaikan sesuai waktu yang
telah ditentukan.
7. Seluruh Dosen serta Staf Program Studi D-III Kebidanan STIKes Karsa
Husada Garut yang telah memberikan ilmu dan mendidik penulis selama
mengikuti perkuliahan.
9. Kedua Orang Tua, Bapak Yayan Suryaman dan Ibu (Alm) Siti Komala, S.Pd.
10. Kakak dan adik tercinta, Iman Nurjaman, Imiftah Nurnazarudin, Intihan
semangat.
11. Riki Gunawan, selaku partner yang telah memberikan dukungan, semangat,
dan motivasi.
13. Keluarga Ny. Y yang telah bersedia bekerja sama dan bersilaturahmi dengan
penulis.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini. Akhir Kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................4
1.5 Tempat dan Waktu..................................................................................5
1.6 Metodologi Penulisan..............................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................6
2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)...........................................................6
2.2.1 Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)............................6
2.1.2 Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)............................6
2.1.3 Ciri – Ciri Bayi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Prematur. . .7
2.1.4 Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau Prematur......9
2.1.5 Masalah yang sering timbul pada BBLR..................................10
2.1.6 Tumbuh Kembang Bayi Berat Lahir Rendah...........................10
2.1.7 Komplikasi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)................11
2.1.8 Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).................12
2.1.9 Perawatan Metode Kangguru (PMK).......................................16
2.1.10 Upaya Pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ............18
2.2 Ikterus....................................................................................................19
2.2.1 Klasifikasi Ikterus.....................................................................19
2.2.2 Faktor Risiko............................................................................21
2.2.3 Etiologi.....................................................................................21
2.2.4 Penilaian Ikterus menurut Rumus Kramer...............................22
2.2.5 Penatalaksanaan Ikterus............................................................22
2.3 Tanda Bahaya Pada Neonatus...............................................................25
iv
v
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 2.8
Tabel 3.1
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR SINGKATAN
viii
ix
ditentukan oleh Angka Kematian Bayi yang berguna untuk perbaikan pelayanan
kesehatan khususnya kesehatan anak baik dari segi aksesibilitas maupun dari
kualitas. BBLR menjadi salah satu penyebab utama masih tingginya Angka
bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.
kelahiran hidup. Di tingkat Provinsi Jawa Barat tercatat sebanyak 3730 kasus. Di
oleh : BBLR 27%, asfiksia 20 %, kelainan bawaaan 8%, pneumonia 4%, sepsis
3%, diare 3%, kelainan saluran cerna 1%, lain-lain 34%. (Data Rutin Kesehatan
tahun 2017 tercatat sebanyak 341 kasus kematian bayi, yang disebabkan oleh :
IUFD 32%, BBLR 27%, Asfiksia 20,2 %, dan penyebab lainya 20,8 %. Terdapat
1
2
267 kasus kejadian BBLR dan 105 kasus kejadian Hiperbilirubin (Rekam Medik
50,5 % kejadian SGA (small for gestational age) atau berat badan bayi rendah
Ikterus menjadi salah satu komplikasi tertinggi pada bayi BBLR, dimana
menurut Ratuain, dkk (2015) bahwa ikterus terjadi 59,1 % pada bayi prematur dan
Dari data diatas maka bayi dengan BBLR dan Hiperbilirubin perlu
manusia yang kompeten agar dapat mencapai tujuan, terutama bidan. Bidan
Lahir serta mampu mengatasai dan mengenal secara dini komplikasi yang terjadi
pada Bayi Baru Lahir secara optimal dan berkesinambungan guna menurunkan
Kebidanan Pada Neonatus Ny. Y dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Ruang
kejadian BBLR di indonesia, Jawa Barat maupun Tasikmalaya kota, maka dapat
dirumuskan masalah pada karya tulis Ilmiah ini yaitu : “Bagaimana Asuhan
Kebidanan Pada Neonatus Ny. “Y” dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Ruang
Citrautama Tasikmalaya.
Citrautama Tasikmalaya.
Citrautama Tasikmalaya.
4
pada pada Neonatus Ny. “Y” dengan Bayi Berat Lahir Rendah di
Tasikmalaya.
pada pada Neonatus Ny. “Y” dengan Bayi Berat Lahir Rendah di
Tasikmalaya.
pada Neonatus Ny. “Y” dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Ruang
1. Bagi Mahasiswa
1.5.1 Tempat
Utama Tasikmalaya.
1.5.2 Waktu
1. Studi Pustaka
2. Wawancara
Teknik ini dilakukan kepada keluarga pasien khususnya ayah dan ibu
3. Observasi
1. Bayi Berat Lahir Rendah yaitu bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499) (Saifuddin, 2014).
2. Departemen Kesehatan (1996) Bayi Berat Lahir Rendah ialah bayi yang
lahir dengan berat lahir 2500 gram atau kurang, tanpa memperhatikan
berat badan kurang dari 2.500 gram, yaitu karena umur hamil kurang dari 37
minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya sekalipun cukup bulan
Lahir Rendah yaitu bayi dengan berat badan lahirnya kurang dari 2500 gram tanpa
6
7
1. Usia Kehamilan
a. Premature Murni yaitu bayi yang lahir dari persalinan dengan usia
b. Dismature yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi, hal ini berarti bayi mengalami
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
2.1.3 Ciri – Ciri Bayi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau Prematur
Pada saat bayi lahir dari kehamilan kurang bulan ada beberapa ciri yang
khas pada bayi premature pada saat lahir, diantaranya sebagai berikut :
4) Menangis lemah.
8
8) Kulit Bayi keriput yang disebabkan oleh verniks caseosa yang berfungsi
7) Pada Genetalia laki-laki : Testis belum turun atau belum ada di scrotum,
9) Tangisan lemah.
10) Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta refleks
1. Faktor Ibu
d. Keturunan.
(perokok).
2. Faktor Kehamilan
b. Hamil ganda
c. Perdarahan antepartum
d. Komplikasi hamil
1) Preeklamsia / eklamsia
3. Faktor Janin
a. Cacat bawaan
3. Perdarahan otak.
2. Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama ( 10% untuk
berat lahir ≥ 1500 gram dan 15% untuk berat lahir ≤ 1500 gram. Berat
Tabel 2.1
3. Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori
d. Timbang berat badan setiap hari, ukur panjang badan dan lingkar
2.1.7 Komplikasi yang terjadi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
1. Hipotermi.
2. Hipoglikemia.
3. Hiperbilirubinemia.
7. Infeksi bakteri.
8. Kesulitan minum.
11. AOP (Apneu of prematurity ) terutama terjadi pada bayi < 1000 gram.
12. Patent ductus arteriosus (PDA) pada bayi dengan berat < 1000 gram.
12
a. Keterlambatan perkembangan.
b. Cerebral palsy.
c. Gangguan pendengaran.
sebagai berikut :
1. Pemberian Vit K1
b. Per oral 2 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-
10 minggu).
Tabel 2.2
Keadaan bayi Bayi sakit Bayi kecil Bayi sangat Bayi keadaan
kecil membaik
Frekuensi pengukuran Tiap jam Tiap 12 Tiap 6 jam Sekali/hari
jam
Sumber : Pudjiadi dkk, 2009.
13
3. Pemberian minum
anomali mayor saluran cerna, NEC, IUGR, berat badan lahir < 1000
gram.
Tabel 2.3
Umur (ml/hari)
Berat
1 2 3 4 5+
>1500 gram 60 80 100 120 150
<1500 gram 80 100 120 140 150
Sumber : Pudjiadi dkk, 2009.
4. Terapi antibiotik diberikan kepada bayi yang memiliki faktor resiko sepsis
diantaranya : bayi yang dilahirkan diluar Rumah Sakit, pecah ketubahn >
14
18 jam, bayi kecil (mendekati 1 kg). Jika terdapat salah satu tanda bahaya
atau tanda lain infeksi bakteri berat mulailah pemberian antibiotik (World
5. Suportif
d. Bila terjadi penyulit segera kelola penyulit sesuai dengan penyulit yang
hiperbilirubinemia, dll ).
g. Ijinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman dekat apabila
dimungkinkan.
3) Lakukan IMD.
15
tempatkan di inkubator.
11) Timbang BB dan PB setiap hari dan lingkar kepala setiap 1 mg sekali.
5) Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai dengan penyulit yang timbul.
Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan PMK yaitu bayi dengan berat <
PMK dilakukan hinggga berat badan bayi > 2500 gram, atau mendekati
dengan posisi tegak atau diagonal, yang bertujuan agar tubuh bayi
2) Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk menghindari
3) Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti posisi katak
b. Nutrisi
18
2015).
c. Dukungan
kepada ibu dan bayi agar PMK ini dapat berhasil (Budirahardja dkk,
2015).
d. Pemantauan
d. Pastikan bayi mendapat ASI yang cukup (minimal menyusu tiap 2 jam
2.1.10 Upaya Pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau Prematur
4. Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau tirah
baring.
2.2 Ikterus
Yaitu keadaan klinis bayi yang di tandai oleh pewarnaan kuning pada kulit
( Saifuddin, 2014).
Ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada seklera, selaput lender,
kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin yang dapat menimbulkan
Ikterus atau jaundice adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan
mukosa akibat peningkatan bilirubin tak terkonjugasi pada jaringan. Ikterus pada
1. Ikterus Fisiologis
20
Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari ketiga dan
tubuh kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, tidak melewati kadar
mencapai 6-8 mg/dL pada usia 3 hari, setelah itu berangsur turun. Pada
bayi prematur awitan ikterus terjadi lebih dini, kadar bilirubin naik
perlahan tetapi dengan kadar puncak yang lebih tinggi, serta memerlukan
pada neonatus prematur dapat mencapai 10-12 mg/dL pada hari kelima
dan masih dapat naik menjadi > 15 mg/dL tanpa ada kelainan tertentu.
Kadar bilirubin akan mencapai <2 mg/dL setelah usia 1 bulan, baik pada
2. Ikterus Patologis
21
h. Ikterus berlangsung tidak lebih dari 14 hari pada bayi cukup bulan, 21
1. Usia kehamilan < 37 minggu dan berat badan lahir < 2500 gram.
2. Penyakit hemolitik.
4. Infeksi berat.
2.2.3 Etiologi
Gambar 2.1 : Daerah kulit yang berwarna kuning untuk penerapan rumus Kramer
Tabel 2.4
Rumus Kramer
h
1 Kepala dan Leher 5 mg %
2 Daerah 1 + Badan bagian 9 mg %
atas
3 Daerah 1, 2 (+) Badan 11 mg %
bagian bawah dan tungkai
4 Daerah 1, 2, 3 (+) lengan 12 mg %
dan kaki di bawah dengkul
5 Daerah 1, 2, 3, 4 (+) tangan 16 mg %
dan kaki
Sumber : Saifuddin, 2014.
Organization, 2009).
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Bayi yang sehat dan cukup bulan : Kadar bilirubin tidak di cek
secara rutin, kecuali jika ikterus timbul dalam dua hari pertama
jam, oleh karena itu orang tua diberitau mengernai ikterus sebelum
pulang.
Ikterus hilang pada usia > 2 minggu. Jika secara klinis tampak
ikterus yang signifikan pada bayi sehat dan cukup bulan, periksa kadar
bilirubin.
Tabel 2.8
2. Lemah
3. Kejang.
10. Diare.
pengorganisasian, pikiran dan tindakan dalam urutan yang logis, efektif, dan
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien
dikumpulkan.
Mengantisipasi Penanganan
pencegahan.
Aman.
bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagai klien atau anggota
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Ny. Y dengan Bayi Berat Lahir
Rendah di ruang Perinatologi RS Singaparna Medika Citrautama
Tasikmalaya 2018
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Bayi
Anak Ke :2
30
31
Kehamila JK BB PB
n
1. 2007 Aterm Bidan - P 300 49 Normal Hidup
0
2. Hamil
ini
oedema (+) di kaki, nyeri ulu hati (+), pandangan kabur (-).
Maret 2018 jam 09.55 WIB, secara spontan, usia kehamilan 29-30
a. Riwayat Nifas
Ibu pada tanggal 17 Maret 2018 dirujuk dari Poned Sodong Hilir
Bayi lahir tidak langsung menangis, tonus otot (+), warna kulit
Keluhan bayi pada saat di rujuk bayi tidak mau menyusu. Namun saat
di RS refleks hisap kuat, tonus otot kuat, menangis lemah, sianosis (-),
kejang (-), TTV normal, Dari hasil pemeriksaan Lab didapatkan GDS
canul 02 0.5 L, amphisilin 2 x75 mg, cefotaxime 2 x75 mg, cek darah,
dan GDS. Pada tanggal 18-19 Maret 2018 bayi dalam perawatan
hasil GDS bagus, dan pada tanggal 20 maret 2018 infus dan 0 2 di
lepas.
a. ASI
b. Pola eliminasi
BAK 4-6 kali perhari dengan warna jernih, tidak ada keluhan. BAB
B. DATA OBJEKTIF
2. Antropometri
c. BB : 1500 gram
d. PB : 45 cm
e. Lingkar Kepala : 30 cm
f. Lingkar Dada : 26 cm
34
a. Respirasi : 46 x/menit
c. Suhu : 36,50C
4. Pemeriksaan Fisik
terdapat infeksi.
c. Telinga : Simetris, tulang rawan belum terbentuk
pengeluaran.
e. Mulut : Bibir kemerahan, reflek sucking (+), refleks
infeksi.
i. Tangan : Simetris, jari-jari tangan lengkap, reflek graps
C. ANALISA
D. PENATALAKSANAAN
Libitum (semaunya).
2x75 mg.
A. DATA SUBJEKTIF
B. DATA OBJEKTIF
3. Tanda-tanda vital
Respirasi : 42 x/menit
Suhu : 36,50C
C. ANALISA
ikterus 4 hari.
D. PENATALAKSANAAN
38
tindakan Foto terapi, observasi TTV, cek lab bilirubin saat foto terapi
hari ke-3,
4x0.5 cc.
A. DATA SUBJEKTIF
B. DATA OBJEKTIF
3. Tanda-tanda vital
Respirasi : 45 x/menit
Suhu : 36,70C
C. ANALISA
ikterus 5 hari.
D. PENATALAKSANAAN
popok bayi,
kassa.
terapi antibiotik, cek lab bilirubin saat Foto terapi hari Ke-3,
4x0.5 cc.
A. DATA SUBJEKTIF
Bayi menangis keras, menetek kuat dan tali pusat sudah lepas.
B. DATA OBJEKTIF
3. Tanda-tanda vital
Respirasi : 47 x/menit
Suhu : 36,70C
42
4. Data Penunjang
C. ANALISA
D. PENATALAKSANAAN
dalam kondisi baik dan apabila hasil lab baik bayi sudah bisa di rawat
di rumah,
popok bayi,
terapi antibiotik per oral, hasil lab bilirubin < dari 10 bayi boleh
pulang,
rumah, yaitu :
43
setiap hari.
mau menyusu, suhu tubuh dingin, bayi rewel, nafas bayi megap-
sekali.
kembali.
45
46
selaput konjugasi belum tubuh kecuali wajah telapak tangan bilirubin dilakukan
lender, dan matang dan tangan. dan telapak dengan pemeriksaan
kulit atau uptake karena d. Puncak bilirubin kaki. fototerapi. laboratorium
organ lain hepar. kelahira total adalah <13 terlebih dahulu.
akibat c. Ganggu n mg/dl, c. Hasil Lab c. Terapi sinar d. Memberi KIE a. Menjemur bayi
penumpuk an prematur e. Hasil lab pada hari ke 3 matahari kepada ibu untuk pada saat pagi
an transporta . menunjukan Foto Terapi (Marmi dan menjemur bayi di hari selama 30
bilirubin si bilirubin tak menunjukan Kukuh pagi hari tidak menit
(Marmi bilirubin. terkonjugasi lebih bahwa Rahardjo, menggunakan baju berpengaruh
dkk, 2012). d. Ganggu banyak. bilirubin Total 2012). hanya penutup untuk
an f. Tidak tampak 7,70 mg/dL. d. Transfusi mata ± 15 menit mengurangi
sekresi. hingga hari ke-10 tukar per hari tanda ikterus
e. Obstrus (Varney,2016). (Saifuddin, fisiologis
ksi Ikterus Patologis : 2014). (Puspitosari,
saluran a. Jaundice tampak e. Mempercap 2006).
pencerna selama 24 jam at b. Ikterus
an. pertama, metabolism merupakan salah
f. Ikterus b. Kurang b. Bilirubin meningkat e dan satu efek negatif
akibat nutrisi cepat >5 mg/dl/24 pengeluaran dari penundaan
kurang ASI. jam, bilirubin. pemotongan tali
ASI. c. Bilirubin total > 13 pusat namun
(Marmi mg/dl, dapat diatas
dkk, d. Bilirubin dengan paparan
2012). terkonjugasi terdapat sinar matahari
dalam jumlah yang yang sederhana
banyak, (Andrianti Riris,
e. Jaundice tampak 2013).
setelah 1 minggu
kehidupan (Varney,
2016).
BAB IV
PEMBAHASAN
asuhan yang dilakukan oleh penulis pada Neonatus Ny. Y yang dilaksanakan pada
Utama, Penulis menemukan kesamaan dan kesenjangan antara konsep teori dan
Asuhan Kebidanan pada Neonatus Ny. Y dengan Bayi Berat Lahir Rendah,
sebagai berikut :
4.1 Subjektif
berdasarkan HPHT tanggal 24 Agustus 2017 adalah 29-30 minggu. Hal ini sesuai
dengan teori Marmi, dkk (2012) bahwa salah satu faktor resiko terjadinya ikterus
yaitu usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan lahirnya < 2500
gram.
persalinan secara spontan, oleh bidan, dengan penyulit Prematur kontraksi dan
PEB. Hal ini sesuai dengan teori dari Manuaba (2010) bahwa salah satu penyebab
kelahiran prematur atau BBLR yaitu Komplikasi Hamil salah satunya PEB.
darah yang jika berlangsung lama akan mengakibatkan peningkatan tonus dan
48
49
Pada masa nifas, ibu mengalami komplikasi PEB dengan keluhan pusing,
nyeri ulu hati dan ASI sedikit, hasil keadaan umum baik, kesadaran compos
Protein urin (+3). Hal ini sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh Marmi dkk
(2012) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor resiko bayi ikterik yaitu akibat
kurang ASI.
Bayi Ny. Y dirujuk ke RS dengan diagnosa NKB KMK dengan BBLR 4 jam.
Bayi lahir tidak langsung menangis, tonus otot (+), warna kulit kemerahan, apgar
score 4/5, dilakukan Resusitasi 1 siklus bayi merintih. TTV : R : 26 x/m, HR :102
x/menit, S : 37,60C, 02 : 2 liter, tarikan dinding dada (+), salep mata (+), vit K (+).
Hal ini sesuai dengan teori Pudjiadi, dkk (2009) bahwa salah satu masalah pada
Keluhan bayi pada saat di rujuk bayi tidak mau menyusu. Namun saat di RS
refleks hisap kuat, tonus otot kuat, menangis lemah, sianosis (-), kejang (-), TTV
normal, Dari hasil pemeriksaan Lab didapatkan GDS bayi : 21 mg/dl. Kemudian
di diagnosa NKB SMK dengan BBLR dan hipoglikemia, hal ini sesuai dengan
teori Pudjiadi, dkk (2009) bahwa salah satu komplikasi pada BBLR yaitu
tpm mikro, bolus D 10 % 3 cc, nasal canul 0 2 0.5 L, amphisilin 2 x75 mg,
cefotaxime 2 x75 mg, cek darah, dan GDS. Hal ini sesuai dengan teori World
Health Organization (2009) bahwa terapi antibiotik diberikan kepada bayi yang
memiliki faktor resiko sepsis diantaranya : bayi yang dilahirkan diluar Rumah
50
Sakit, pecah ketubahn > 18 jam, bayi kecil (mendekati 1 kg). Jika terdapat salah
satu tanda bahaya atau tanda lain infeksi bakteri berat mulailah pemberian
antibiotik .
Pada tanggal 18-19 Maret 2018 bayi dalam perawatan perbaikan hipoglikemi
dan infus D 10 % menjadi infus jaga karena hasil GDS bagus, dan pada tanggal 20
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular maupun penyakit berat seperti :
asma, jantung, diabetes, hipertensi, TBC dan HIV. Ibu mengidap Pre eklampsi
Berat pada saat bersalinan. Keluarga tidak mengidap penyakit menular maupun
penyakit berat. Bayi minum ASI ± 90 cc/hari. BAK 4-6 x/hari dengan warna
4.2 Objektif
tangisan lemah, warna kulit kemerahan, kulit keriput, banyak lanugo, tonus otot
lemah. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Walyani (2015) bahwa
ciri-ciri bayi BBLR yaitu tangisan lemah, warna kulit kemerahan yang disebabkan
oleh membran kulit yang terbentuk, kulit keriput yang disebabkan oleh vernik
caseosa yang melindungi kulit bayi, tonus otot lemah karena otot bayi belum
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan berat badan bayi 1500 gram, panjang
badan 45 cm, lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 26 cm, dan lingkar lengan atas 7
cm. Hal ini sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh Manuaba (2010) ciri – ciri
51
antropometri dari bayi BBLR yaitu berat badan < 2500 gram, panjang kurang dari
45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm.
dan suhu 36,50C. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
Budirahardja, dkk (2015) dimana tanda-tanda vital normal yaitu : frekuensi nafas :
40-60 x/menit, frekuensi denyut jantung : 120-160 x/menit, suhu : 36,5 – 37,50C.
Kepala bayi bersih, kepala tidak mampu tegak, tidak ada benjolan, terdapat
rambut. Mata simetris, conjungtiva merah muda, dan tidak terdapat tanda infeksi.
Teling simetris, tulang rawan belum terbentuk dengan sempurna, tidak ada
pengeluaran abnormal dan jarak teling dan mata simetris. Hal ini sesuai dengan
teori Maryanti (2011) dan Manuaba (2010) yang menyebutkan bahwa ciri-ciri
bayi BBLR atau prematur yaitu : Tulang rawan dan daun telinga imatur dan
Pada Hidung bayi tidak ada nafas cuping hidung, dan tidak ada pengeluaran
abnormal. Bibir kemerahan, reflek sucking (+), swallowing (+) lemah, Leher tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid dan getah bening, reflek tonikneck (+) lemah.
Hal ini sesuai dengan teori Maryanti (2011) yang menyebutkan bahwa ciri-ciri
bayi BBLR atau prematur yaitu Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan
Bentuk dada simetris, pergerakan normal. Tali pusat bayi kering tertutup
kasa, tidak ada masa, pergerakan perut normal dan tidak terdapat tanda-tanda
infeksi. Tangan simetris, jari lengkap, refleks graps (+), refleks moro (+). Kaki
52
simetris, jari-jari lengkap, tidak ada kelainan. Tanda klik (-), tidak ada kelainan di
punggung. Kulit bayi kemerahan, tidak ada tanda lahir dan bercak hitam.
Pada genetalia bayi terdapat lubang vagina dan uretra, labia mayor belum
menutupi labia minora. Hal ini sesuai dengan teori Maryanti (2011) yang
menyebutkan bahwa ciri-ciri bayi BBLR atau prematur yaitu pada genetalia
Perempuan Labia Mayora belum menutupi Labia Minora. Terdapat lubang anus.
Pada usia bayi 4 hari dilakukan pemeriksaan keadaan umum baik, tonus otot
lemah, menangis lemah, menyusu kuat, reflek menelan (+) lemah, TTV normal,
warna kulit bayi kekuningan di seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan telapak
kaki, data penunjang tidak dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori Saefuddin, dkk
(2014) bahwa Kadar Bilirubin ikterus pada bayi Ny. Y apabila di tilai
Pada usia bayi 5 hari dilakukan pemeriksaan keadaan umum baik, tonus otot
lemah, warna kulit kekuningan di seluruh badan kecuali telapak tangan dan kaki,
TTV normal, data penunjang tidak dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori Pudjiadi,
dkk (2009) bahwa salah satu komplikasi pada BBLR yaitu Hiperbilirubinemia
Pada usia bayi 6 hari dilakukan pemeriksaan keadan umum baik, TTV
normal, warna kulit kemerahan, menyusu (+), menangis lemah, tonus otot lemah
dan tali pusat lepas, data penunjang : BT 7,70 mg/dl, BD 0,54 mg/dl, BI 7,16
mg/dl.
53
4.3 Analisa
kehamilan 29-30 minggu yang didapat dari HPHT 24 Agustus 2017 dengan TP 31
Mei 2018, berat badan bayi 1500 gram, maka dapat dianalisa Neonatus Kurang
Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan BBLR. Hal ini sesuai dengan teori yang
disampaikan oleh Walyani (2015), bahwa bayi Ny. Y termasuk kategori BBLR
karena Premature Murni yaitu bayi yang lahir dari persalinan yang terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai untuk masa
gestasi atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKB-
SMK). Dan hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Saifuddin (2014)
bahwa Bayi Berat Lahir Rendah yaitu bayi baru lahir yang berat badannya saat
Pada usia bayi 4 hari, dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa kulit bayi
kekuningan di seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan telapak kaki, maka dapat
dianalisa Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan BBLR dan
Ikterus. Hal ini sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh Marmi dkk (2012),
bahwa Ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada seklera, selaput
objektif dan hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Varney (2010)
4.4 Penatalaksanaan
maka diberikan perawatan yang dilakukan dengan cara efektif dan efisien yaitu :
melakukan pemeriksaan TTV, hal ini sesuai dengan teori Pudjiadi, dkk (2009)
bahwa salah satu penatalaksanaan pada bayi BBLR yaitu mempertahankan suhu
penuh. Hal ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dimana menurut
Pudjiadi, dkk (2009) bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh pada BBLR harus
dilakukan kontak kulit kekulit, PMK, inkubator atau ruangan hangat. Pada hari ke
lembar observasi pada bayi BBLR, hal ini terdapat kesenjangan antara teori dan
praktik dimana Pudjiadi, dkk (2009) mengatakan bahwa ASI merupakan pilihan
utama dan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi berat lahir rendah dengan
Melakukan perawatan tali pusat dengan menjaga agar bersih, kering dan
popok. Pemberian cefotaxime 2 x75 mg, amphisilin 2 x75 mg dan nistatin 4 x 0,5
cc hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh World Health Organization
(2009) bahwa salah satu penatalaksanaan pada BBLR yaitu pemberian antibiotik.
55
Pada usia bayi 4 hari dilakukan pemantauan kondisi fisik bayi, tampak warna
kuning diseluruh tubuh kecuali telapak tangan dan telapak kaki, Hal ini sesuai
dengan teori World Health Organization (2009) bahwa ikterus fisiologi tidak
Dari hasil pemeriksaan diatas maka dilakukan tindakan foto terapi, namun
laboratorium terlebih dahulu, hal ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik
dimana Pudjiadi, dkk (2011) menyatakan bahwa penatalaksanan terapi sinar untuk
Bayi Ny. Y setelah dilakukan foto terapi selama 3 hari maka dilakukan
pemeriksaan laboratorium bilirubin dan didapatkan hasil 7,70 mg/dl, dan sesuai
advis dr Sp. A jika hasil laboratorium < 10 mg/dl bayi dapat pulang dan dirawat di
rumah.
menjaga kehangatan dan Perawatan Metode Kanguru hal ini sesuai dengan teori
yang disampaikan oleh Budirahardja, dkk (2015) bahwa PMK sangat berguna
KIE tanda bahaya pada bayi, yaitu demam, tanda infeksi, bayi tidak mau
menyusu, suhu tubuh dingin, bayi rewel, nafas bayi megap-megap dan kejang.
Hal ini sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh Kementrian Republik
Indonesia (2015) bahwa tanda bahaya pada bayi yaitu tidak mau menyusu atau
muntah, bayi lemah, kejang, bayi merintih atau menangis terus menerus, nafas
56
cepat atau lambat, demam atau kedinginan, mata bayi bernanah, tali pusat merah
Pemberian ASI, dan Terapi sinar matahari. Hal ini sesuai dengan teori yang
disampaikan oleh Marmi, dkk (2012) bahwa salah satu penatalaksaan ikterus yaitu
penimbangan hanya satu kali yaitu pada saat pertama kali datang, hal terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik dimana menurut Pudjiadi, dkk (2009)
timbang berat badan harus dilakukan setiap hari untuk mengetahui tumbuh
4.5 Pendokumentasian
Asuhan yang diberikan harus di catat dengan benar, sederhana, jelas, logis,
prematurus dan Bayi Berat Lahir Rendah. Dan bayi mengalami Ikterus yang
di sebabkan karena usia kehamilan preterm dan pemberian ASI yang kurang.
2. Melakukan pengkajian data objektif pada By. Ny. Y, bayi menangis lemah,
warna kulit kemerahan, tonus otot lemah, Berat badan 1500 gram, Panjang
badan 45 cm. Pada usia bayi 4-5 hari dilakukan pengkajian data objektif pada
By. Ny. Y didapatan keadaan umum baik, TTV dalam batas normal, menyusu
(+) dan warna kulit kekuningan di tubuh. Pada hari ke 6 keadaan umum bayi
baik, menyusu kuat, TTV dalam batas normal, warna kulit kemerahan.
3. Menentukan analisa masalah pada bayi Ny. Y sesuai dengan data subjektif
hari dan di pindahkan ke inkubator pada usia 4-6 hari, memberi bayi Susu
57
58
formula Semaunya bayi, menjaga kebersihan bayi, melakukan Foto terapi dari
usia bayi 4-6 hari, perawatan tali pusat di tutupi kassa, pemberian terapi
sinar matahari, pemberian ASI, tanda bahaya pada neonatus, dan penggunaan
hari.
4.2 Saran
langsung.
referensi baik buku maupun jurnal terkait kasus BBLR, sehingga dapat
60
61
Ratuain Oliva Maria, dkk. 2015. Hubungan Antara Masa Gestasi dengan
Kejadian Ikterus Neonatorum. Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta :
Poltekes Kemenkes Yogyakarta.
Rekam Medik RS Singaparna Medika Citra Utama. 2017. Jumlah Angka
Kematian Ibu dan Bayi dan Angka Kejadian BBLR dan Hiperbilirubin 2017.
RS Singaparna Medika Citra Utama. 2015. Standar Operasional Prosedur
Penanganan BBLR dan Neonatus Hiperbilirubin.
Rundjan Lily, dkk. 2013. Pelayanan Kesehatan Anak Terpadu. Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Sarwono Prawirohardjo.
Sakti Gita Maya Koemara, dkk. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : WHO For Indonesia.
Sudarti dan Khoirunnisa Endang. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Anak Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.
United Nations Children’s Fund (UNICEF) and the World Health organization
(WHO). 2017. Baby Friendly Hospital Initiative.
Varney Helen, dkk. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta : EGC.
Walyani Siwi Elisabeth. 2015. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
World Health Organization. 2009. Buku Saku Pelayanan Anak di Rumah Sakit
Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten. Jakarta : WHO Indonesia.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
62
LEMBAR REVISI
Paraf
NO Tanggal Materi Konsul Saran Penguji
Penguji
1. 30 Mei 2018 a. Cover a. BAB I : Kasus
b. Kata Pengantar Kematian Bayi
c. Daftar Isi b. BAB II :
d. Daftar Tabel Tambahkan Materi
e. Daftar Gambar yang terbaru
f. Daftar sesuai dengan
Singkatan Neonatus anak
g. BAB I c. BAB III :
h. BAB II Pemeriksaan
i. BAB III penunjang diberi
j. BAB IV tanda (-) apabila
k. BAB V tidak dilakukan.
l. Daftar Pustaka d. BAB IV :
Kesenjangan
dalam pemberian
ASI walau ad
libitum, dan
Standar Pemberian
ASI.
2. 8 Juni 2018 a. BAB I Acc
b. BAB II
c. BAB III
d. BAB IV